6
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI SUSUNAN SARAF PUSAT Infeksi susunan saraf pusat (SSP) adalah invasi atau multiplikasi mikroorganisme di dalam jaringan susunan saraf pusat. Mikroorganisme ini bisa berupa virus, bakteri, protozoa, fungi dan lain-lain. Secara garis besar, metode terjadinya infeksi pada SSP dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Penyebaran secara hematogen, terjadi setelah adanya suatu bakteremia oleh karena infeksi ditempat lain seperti pada endocarditis. 2. Percontinuitatum, adalah infeksi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh infeksi di tempat yang dekat dengan susunan saraf pusat seperti infeksi pada sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus cavernosus. 3. Implantasi langsung pada trauma kepala terbuka seperti pada fraktur basis kranii, tindakan bedah otak dan pada lumbal pungsi.

Etiologi Dan Patofisiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

infeksi susunan saraf pusat

Citation preview

Page 1: Etiologi Dan Patofisiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI INFEKSI SUSUNAN SARAF PUSAT

Infeksi susunan saraf pusat (SSP) adalah invasi atau multiplikasi mikroorganisme di

dalam jaringan susunan saraf pusat. Mikroorganisme ini bisa berupa virus, bakteri, protozoa,

fungi dan lain-lain. Secara garis besar, metode terjadinya infeksi pada SSP dibagi menjadi 3,

yaitu :

1. Penyebaran secara hematogen, terjadi setelah adanya suatu bakteremia oleh

karena infeksi ditempat lain seperti pada endocarditis.

2. Percontinuitatum, adalah infeksi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh infeksi

di tempat yang dekat dengan susunan saraf pusat seperti infeksi pada sinus

paranasalis, mastoid, abses otak, sinus cavernosus.

3. Implantasi langsung pada trauma kepala terbuka seperti pada fraktur basis kranii,

tindakan bedah otak dan pada lumbal pungsi.

4. Intraneural pathway, virus menjalar menyusuri saraf sampai akhirnya tiba di

susunan saraf pusat seperti pada rabies, herpes simpleks dan polio.1

Infeksi susunan saraf pusat disebut meningitis dan ensefalitis. Meningitis itu sendiri

adalah infeksi pada cairan serebrospinal disertai radang pada piamater dan arachnoid, ruang

subaraknoid, jaringan superfisialis otak dan medula spinalis. Meningitis dibagi menjadi 3

menurut perjalanan klinis penyakitnya, yaitu meningitis akut, subakut dan aseptik. Meningitis

subakut adalah meningitis yang onset klinis penyakitnya >4 minggu, onsetnya terselubung,

bertahap dan progresif. Meningitis aseptik adalah meningitis yang sifatnya self-limited dan non

piogenik karena disebabkan oleh virus, tapi sering berkembang menjadi meningoensefalitis yang

Page 2: Etiologi Dan Patofisiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat

lebih berat.1 Patogen meningitis sangat bervariasi menurut usia, yang dijabarkan pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Etiologi Meningitis

Pada Neonatal

Pada Bayi dan Anak

Dewasa Usia Tua (>50 tahun)Pada

imunokompro-mais (HIV)

•E. Coli•H.

influenza•Pneumococcus •S. pneumoniae •Adenovirus

•S. agalactiae

•Meningococcus

•Meningococcus •N. meningitidis•T. gondii

•Staphylo coccus

•Pneumococcus

•Streptococcus •L. monocytogenes •CMV

•Pneumo coccus

•E. Coli •Staphylococcus•Aerobic gram-

negative bacilli•Cryptococcus

•L. monocyto- genes

•S. pneumoniae

•H. Influenza •Treponema pallidum

•Klebsiella•S.

agalactiae•Plasmodium

falciparum   Fungal :

•N.

meningitidisMetazoa :

  •Candida

•Trichinella

spiralis   •Cryptococcus •Schistosoma   •Aspergillus •Paragonimus  

•Taenia solium

•Echinococcus

granular •Multiseps

Selain yang dijabarkan pada Tabel 2.1, etiologi meningitis berbeda dalam meningitis

subakut dan meningitis aseptik, dimana pada meningitis subakut pathogen yang menginfeksi

adalah M. tuberculosa, Treponema pallidum, dan kelompok fungal (coccidiodes, candida,

Histoplasma, dan blastomyces, cryptococcus, aspergillus, nocardia, actinomyces). Dan pada

meningitis aseptik, pathogen yang menginfeksi adalah dari kelompok Arbovirus, Enterovirus

Page 3: Etiologi Dan Patofisiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat

(polio, Coxsackie A dan B, ECHO), Virus Herpes (Herpes simpleks, Citomegalovirus) dan

Mixovirus (Campak, Influenza).2,3

Pada meningitis yang disebabkan oleh M. tuberculosa atau lebih sering disebut

Meningitis TB, proses infeksi terlebih dahulu terjadi di luar otak (paru-paru, tulang, sinus

nasalis, ginjal, dsb), dan pada proses yang lanjut akan ditemukan tuberkel-tuberkel kecil

berwarna putih di permukaan otak, selaput otak, sumsum tulang belakang dan tulang. Tuberkel

ini kemudian melunak, pecah, dan masuk ke ruang subarachnoid yang selanjutnya menginfeksi

susunan saraf pusat. Seperti pada meningitis lainnya, meningitis TB ini dapat menyebabkan

buntunya aliran likuor serebrospinalis pada akuaduktus sylvii dan ruang subaraknoid sekitar

batang otak yang dapat menyebabkan hidrosefalus, papil edema dan peningkatan tekanan

intrakranial.4

Infeksi pada susunan saraf pusat selain meningitis adalah ensefalitis. Dimana pada

ensefalitis, yang terinfeksi adalah jaringan parenkim otak, yang menyebabkan disfungsi

neurologis yang difus dan atau hanya fokal. Dari perspektif epidemiologi dan patofisiologi

ensefalitis berbeda dari meningitis, meskipun pada evaluasi klinis tanda dan gejala inflamasi

meningeal sering timbul berdampingan, seperti fotofobia, sakit kepala, atau leher kaku.

Penyebab ensefalitis didominasi oleh virus seperti HSV 1 dan 2 (banyak dijumpai pada

neonatus), VZV, EBV, virus campak (PIE dan SSPE), gondok, rubella, Arbovirus, rabies dan

virus Japanese ensefalitis.4

Jalur masuk virus berbeda-beda tergantung dari jenis virusnya. Misalnya pada ensefalitis

yang diakibatkan oleh virus herpes simpleks, dimana virus ini dianggap tertidur di ganglia

trigeminal. Arbovirus ditularkan oleh gigitan nyamuk atau kutu, sedangkan virus rabies

Page 4: Etiologi Dan Patofisiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat

ditularkan melalui gigitan hewan. Tapi secara umum, virus bereplikasi di luar susunan saraf

pusat, penyebarannya bisa secara hematogen atau menjalar sepanjang saraf (rabies, HSV, VZV).

Setelah melewati sawar darah-otak, virus memasuki sel saraf dan menimbulkan gangguan fungsi

sel, pelebaran perivaskuler, perdarahan dan respon inflamasi yang difus. Beberapa infeksi

pathogen mempunyai ciri-ciri khusus, seperti pada infeksi oleh HSV yang mempunyai

kecenderungan mengambil tempat pada temporal inferior dan medial, atau pada infeksi rabies

yang memperlihatkan adanya Negri bodies di hipokampus dan otak kecil.4

1. Mandell GL, Bennett JE, Dolin RE. Principles and practice of infectious

diseases, 5th ed. 2000; Churchill-Livingstone, Philadelphia

2. Scheld WM, Whitley RJ, Durack DT. Infections of the central nervous

system, 2nd ed. 1997; Lippincot-Raven, Philadelphia

3. Sylvia Price dan Lorraine Wilson. Human Immunodeficiency (HIV)/Acquired Immunodeficiency Sindrome). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC,2006

4. Lewin et al. Central Nervous System Infections in the Critically Ill. Journal of Pharmacy Practice. Sage Publications; 2005;18.1:26-41