56
EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK BETINA UDANG VANAMEI (L. vannamei) VENI DARMAWIYANTI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp)

TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN PERKEMBANGAN

GONAD INDUK BETINA UDANG VANAMEI (L. vannamei)

VENI DARMAWIYANTI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l
Page 3: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Pengayaan

Cacing Tanah (Pheretima sp) terhadap Komposisi Kimia dan Perkembangan Gonad Induk Betina Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Veni Darmawiyanti NIM C 151110291

Page 4: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

RINGKASAN

VENI DARMAWIYANTI. Evaluasi Pengayaan Cacing Tanah (Pheretima sp)

terhadap Komposisi Kimia dan Perkembangan Gonad Induk Betina Udang Vanamei

(Litopenaeus vannamei). Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI,

NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR.

Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu spesies

keluarga udang-udang penaid yang mempunyai nilai komersial penting dalam

perdagangan dunia. Pakan alami yang unggul dalam memacu pematangan gonad

udang vanamei adalah cacing laut (Nereis sp), namun cacing laut menjadi vektor

perpindahan virus white spot pada spesies udang-udang penaid. Tujuan penelitian

ini adalah mencari pakan alternatif pengganti cacing laut sebagai pakan induk

udang Vanamei. Cacing tanah (Pheretima sp) sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai pakan pengganti induk udang Vanamei karena dapat

dibudidayakan dan kandungan gizinya cukup tinggi. Namun kandungan

fosfolipid, kolesterol dan karotennya lebih rendah daripada cacing laut.

Evaluasi dilakukan pada pakan cacing laut (Nereis sp) sebagai kontrol (A), pakan cacing tanah (Pheretima sp) (B), pakan cacing tanah (Pheretima sp) yang diperkaya fosfolipid, kolesterol dan karoten (C) dan pakan buatan yang menggunakan tepung cacing tanah (Pheretima sp) sebagai sumber protein utama dengan diperkaya fosfolipid, kolesterol dan karoten (D). Ikan uji adalah induk betina udang Vanamei yang belum pernah mijah. Masa pemeliharaan selama 3 periode pematangan. Parameter yang diamati antara lain tingkat perkembangan gonad dan komposisi kimia gonad pada tingkat kematangan gonad (TKG) II dan IV.

Hasil menunjukkan bahwa kecepatan perkembangan gonad secara morfologi maupun histologi pada perlakuan C lebih tinggi dibandingkan perlakuan B dan D. Jumlah induk yang berkembang menjadi TKG IV tertinggi pada perlakuan A (28%) diikuti oleh induk betina pada perlakuan C (22.67%) dan D (17.33%). Pengamatan komposisi kimia gonad induk selama perkembangan gonad dari TKG II ke IV, menunjukkan bahwa meskipun kandungan lemak total perlakuan A, C dan D meningkat, hanya perlakuan A dan C yang menunjukkan peningkatan pada kandungan protein, triasilgliserida dan lemak polar. Hal ini disebabkan kandungan betakaroten kedua perlakuan cukup tinggi sehingga dapat mencegah proses oksidasi selama suplai lemak kedalam gonad. Pada penelitian ini, induk yang dapat memproduksi telur adalah induk pada perlakuan pakan A dan C. Kelompok lemak khusus yang ditransfer kedalam telur dengan kandungan yang relatif tinggi adalah triasilgliserida dan kolesterol. Komposisi kimia telur yaitu kandungan protein telur A. 1.87%, C. 12.94%; kandungan triasilgliserida telur A. 0.73%, C. 0.70%; kandungan kolesterol telur A. 0.62%, C. 0.49%; dan kandungan betakaroten telur A. 20.62 mg/1000g, C. 18.2 mg/1000g. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cacing tanah (Pheretima sp) segar yang diperkaya dengan fosfolipid, kolesterol dan betakaroten dapat digunakan sebagai pakan alternatif pengganti cacing laut (Nereis sp) untuk induk udang Vanamei (Litopenaeus vannamei).

Kata kunci: Cacing laut Nereis sp, induk L. Vanamei, cacing tanah Pheretima sp

Page 5: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

SUMMARY

VENI DARMAWIYANTI. The Evaluation of Earthworm (Pheretima sp)

Enrichment on The Chemical Composition and Ovarian Development of Female

Pacifik White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Broodstock. Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI, NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and

MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR.

Pacific White shrimp (Litopenaeus vannamei ) is a species of penaid shrimp

families that has significant commercial value in the world trade. Fresh feed that

have excelent result to increase broodstock gonad maturation of white shrimp is

marine worm (Nereis sp), therefore they become WSSV vector. This study aimed

to search arternative feed subtituting marine worm as the main feed of white

shrimp broodstock. Earthworms (Pheretima sp) have a great potential to be used

as an alternative feed to subtituting marine worm for white shrimp broodstock

because they can be cultivated, and the nutritional content is quite high. But the

content of phospholipids, cholesterol and carotene earthworms were lower than

marine worms.

The diet treatments were marine worms (Nereis sp) as a control (A),

earthworms (Pheretima sp) (B), earthworms enriched by phospholipids,

cholesterol and carotene (C) and artificial feed using earthworms flour as the main

protein source enriched by phospholipids, cholesterol and carotene (D). The

object of this research was virgin white shrimp broodstock. Observed parameters

were gonad development stage (GDS) and gonad chemical composition at gonad

maturation level II and IV.

The results showed that gonad development stage both morfology and

histology of C treatment was higher than B and D. The highest of broodstock that

reach out for GDS IV was treatment A (28%), followed by treatment C (22.67%)

and treatment D (17.33%). The observation of broodstock gonad chemical

composition during maturation process from GDS II to GDS IV, showed that

although gonad total lipid (TL) of treatments A, C and D increase, only treatment

A and treatment C showed an increase in protein content, triacylgliseride, and

polar lipid. These affected by betacaroten of both treatments were high enough, so

be able to prevent the oxidation of gonad lipid mobilization process. In this study,

the treatment that able to produce eggs are treatment A and C. Lipids were

preferentially transferred to the eggs, which contained relatively high

triacylgliseride and cholesterol levels. The chemical composition of eggs

respectively were: protein content of eggs A. 1.87%, C. 12.94%; triacylgliseride

content of eggs A. 0.73%, C. 0.70%; cholesterol content of eggs A. 0.62%, C.

0.49%; and beta-caroten content of eggs A. 20.62 mg/1000g, C. 18.2 mg/1000g. It

can be concluded that earthworms (Pheretima sp) enriched by phospholipids,

cholesterol and beta-carotene can be used as a white shrimp broodstock alternative

feed for subtitute marine worms (Nereis sp).

Keywords: Marine worm Nereis sp, L. vannamei broodstock, earthworm

Pheretima sp

Page 6: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

i

EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp)

TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN PERKEMBANGAN

GONAD INDUK BETINA UDANG VANAMEI (L. vannamei)

VENI DARMAWIYANTI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

Page 8: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Penguji Luar komisi pada ujian tesis : Dr. Dedi Jusadi

Page 9: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

i

Judul Tesis : Evaluasi Pengayaan Cacing Tanah (Pheretima sp) terhadap

Komposisi Kimia dan Perkembangan Gonad Induk Betina Udang

Vanamei (Litopenaeus vannamei)

Nama : Veni Darmawiyanti

NIM : C151110291

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Muhammad Agus Suprayudi, MSc

Ketua

Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi

Anggota

Prof Dr Ir Muhammad Zairin Junior, MSc

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Akuakultur

Dr Ir Widanarni, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

19 November 2013

Page 10: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l
Page 11: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini adalah pakan

alternatif untuk induk udang, dengan judul Evaluasi Pengayaan Cacing Tanah

(Pheretima sp) terhadap Komposisi Kimia dan Perkembangan Gonad Induk

Betina Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei). Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Agus

Suprayudi MSc, Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo MSi dan Prof Dr Ir Muhammad

Zairin Junior MSc atas bimbingan dan saran yang diberikan, serta kepada Bapak

Dr Dedi Jusadi dan Ibu Dr Ir Widanarni MSi selaku dosen penguji. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pimpinan dan staf Balai Budidaya

Air Payau Situbondo, Bapak Dr Ir Slamet Subyakto MSi serta Bapak Dr Ir

Muhammad Murjani MSc atas perhatian dan bantuannya. Selanjutnya ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen Program Studi Ilmu

Akuakultur dan staf Laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

staf Laboratorium Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, staf

Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, dan staf Laboratorium

Fisiologis Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan

kepada Ayahanda Drs Abd Rachman Abu, Ibunda Tri Murdaningsih AMa Pd,

Ayahanda Imam Soetomo BcIp, Ibunda Rr Moerhardiyati, Mas Salugu Widya

Utama SH, Fadhil Widya Dharma Putra dan Vidi, Vici, Imam, Anita, Mas Agung,

Inten, Bintang, Bulan, serta Raditya atas segala cinta, doa dan dukungannya.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mas Yanto Sumber Jambe

Jember, Ansar (Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan), SMK Sukorambi

Jember (Ibnu, Ival, Eki, Anto) atas bantuannya, keluarga The Reginer’s serta

rekan Akuakultur 2011 dan 2011 atas kebersamaan, kasih sayang dan dukungan

semangatnya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan diridhoi oleh Allah SWT.

Amin.

Bogor, November 2013

Veni Darmawiyanti

Page 12: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l
Page 13: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2 Tujuan dan Manfaat 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Cacing Tanah (Pheretima sp ) 4 Biologi 4 Kandungan Nutrisi 4

Udang Vanamei 6 Biologi 6 Perkembangan Gonad Udang Vanamei 6

Kebutuhan Nutrisi Induk 9 Persyaratan Energi 9

Lemak 10 Protein dan Asam Amino 10 Karbohidrat 11 Vitamin dan Mineral 11 Pigmen Karotenoid 11

3 METODE PENELITIAN 13

Waktu dan Tempat 13 Prosedur Penelitian 13 Hewan Uji 13 Pakan Uji 14

Persiapan Pakan Uji 14

Pakan Cacing Laut dan Cacing Tanah tanpa Pengkaya 14

Pengayaan Cacing Tanah 14 Pakan Buatan 14

Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan 14 Pemeliharaan Udang Vanamei 15 Ablasi 15

Pemijahan dan Pelepasan Telur 15 Parameter yang Diamati 16

Tingkat Kematangan Gonad. 16 Indeks Kematangan Gonad (Effendi 1979) 16 Pengukuran Diameter Telur 16

Komposisi Kimia Gonad dan Telur 16 Rancangan Percobaan dan Analisis Data (Steel and Torrie 1991) 16

Page 14: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Hasil 17 Tingkat Kematangan Gonad secara Morfologi 17 Tingkat Kematangan Gonad Secara Histologi 17 Indeks Kematangan Gonad (GSI) dan Diameter Telur 20 Komposisi Kimia Pakan, Gonad dan Telur 23 Kandungan Protein 23 Kandungan Lemak 23 Kandungan Betakaroten 26

Pembahasan 27

5 SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33 Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 33

Page 15: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

vii

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia tepung cacing tanah (Pheretima sp)* 5

2 Profil asam amino cacing tanah (Pheretima sp)* 5

3 Perlakuan pakan uji pada induk udangVanamei 14 4 Komposisi kimia pakan perlakuan

* 15

5 Persentase frekuensi diameter oosit udang Vanamei pada tingkat

kematangan II dan diameter rata-ratanya 19 6 Persentase frekuensi diameter oosit udang Vanamei pada tingkat

kematangan IV dan diameter rata-ratanya 20

7 Komposisi lemak total dan kelompok-kelompok lemak pada pakan,

gonad dan telur masing-masing perlakuan; (TL) lemak total; (NL)

lemak netral; (TAG) triasilgliserida; (COL) kolesterol; (PL) lemak

polar 24

DAFTAR GAMBAR

1 Cacing Tanah (Pheretima sp) 4 2 Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) 6 3 Perkembangan gonad udang. A. Tahap belum berkembang / spent

(tampak atas); B. Tahap berkembang (tampak atas); C. Tahap hampir

matang (tampak atas); D. Tahap matang (tampak atas); E. Tahap D

tampak samping; F. Tahap D tampak bawah; AL: anterior lobe,

ABL: abdominal lobe / LL: lateral lobe (Motoh 1981). 7 4 Gambaran histologi perkembangan gonad udang, A. TKG 1, B. TKG

2, C. TKG 3, D. TKG 4 (Motoh 1981). 8 5 Alur kegiatan penelitian 13 6 Jumlah induk udang Vanamei pada TKG III dan IV selama masa

pemeliharaan 17 7 Gambaran histologi gonad induk udang Vanamei pada TKG II;

preparasi dengan larutan Davidson; x100; (op) oosit primer; (nu)

nukleoli; (n) nukleus 18

8 Gambaran histologi gonad induk udang Vanamei pada TKG IV;

preparasi dengan larutan Davidson; x100; (cg) butiran kortikal; (nu)

nukleoli (y) kuning telur; (n) nukleus 19 9 Frekuensi penyebaran garis tengah telur dan indeks kematangan

gonad induk betina udang Vanamei masing-masing perlakuan pada

TKG II 21 10 Frekuensi penyebaran garis tengah telur dan indeks kematangan

gonad induk betina udang Vanamei masing-masing perlakuan pada

TKG IV 22 11 Kandungan protein pakan, gonad dan telur masing-masing perlakuan 23 12 Kandungan betakaroten pakan, gonad dan telur perlakuan 27 13 Perbandingan warna gonad antar perlakuan 31

Page 16: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengamatan jumlah induk udang Vanamei pada TKG I-IV selama

pemeliharaan 34

Page 17: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu spesies keluarga

udang-udang penaid yang mempunyai nilai komersial penting dalam perdagangan

dunia (FAO 2012). Tingginya permintaan ekspor udang Indonesia menyebabkan udang

Vanamei menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program industrialisasi

perikanan. Salah satu upaya untuk mendukung pengembangan budidaya udang

Vanamei adalah melalui penyediaan benih yang bermutu. Benih bermutu dihasilkan

oleh induk dengan kinerja reproduksi yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi

kinerja reproduksi induk adalah pakan, manajemen lingkungan dan kualitas genetik

(Izquierdo et al. 2001; Ibarra et al. 2007). Pakan sangat berperan dalam proses pematangan gonad udang Vanamei

(Izquierdo et al. 2001). Pakan yang umum diberikan pada induk udang Vanamei berupa

pakan segar yang berasal dari laut seperti cacing laut (Nereis sp), cumi, kerang dan

udang. Penggunaan jenis pakan tersebut didasarkan pada tingginya kandungan asam

lemak tak jenuh, terutama asam lemak arakidonat (ARA: 20:4n-6), asam lemak

eikosapentaenoik (EPA: 20:5n-3) dan asam lemak dokosaheksaenoik (DHA: 22: 6n-3)

yang dapat memacu perkembangan gonad dan reproduksi udang (Wouters et al. 2001a).

Menurut Harrison (1997) selain n-3 HUFA (Highly Unsaturated Fatty Acid) dan asam

lemak arakidonat, jaringan pada cumi, tiram, dan udang kaya akan sterol-sterol,

fosfolipid (PL), serta asam amino essensial. Pakan alami ini juga mengandung betaine

dan nukleotida yang diketahui dalam bentuk attraktan. Jaringan udang dan tiram juga

tinggi kandungan astaksantin dan pigmen-pigmen karotenoid lain.

Menurut D’Abramo et al. (1981) lemak memainkan peranan yang sangat penting

dan terintegrasi dalam proses kelangsungan hidup, pertumbuhan dan reproduksi udang.

Penelitian Gonzalez-Felix et al. (2002) menunjukkan pentingnya Fosfolipid dan asam

lemak tak jenuh (Highly Unsaturated Fatty Acid/ HUFA) dalam pakan udang-udang

penaid termasuk udang Vanamei. Krustasea diketahui mempunyai kemampuan yang

terbatas untuk mensintesa HUFA dan tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesa

sterol secara de novo (Harrison 1990; Wouters et al. 2001a). Udang dapat mensintesa

PL didalam tubuhnya, namun laju sintesanya rendah sehingga harus ditambahkan

didalam pakan (Shieh 1969 dalam Gonzales-felix et al. 2002).

Diantara jenis-jenis pakan tersebut, cacing laut unggul dalam memacu

pematangan gonad. Penggunaan polychaetes atau cacing laut sebagai pakan induk

udang mencapai lebih dari 25% dari total pakan selama proses maturasi. Cacing laut

memiliki kandungan nutrisi minimal 50% protein, 79% kadar air, 13% kadar abu dan

kadar lemak berkisar antara 6.6%-19.3%. Jenis cacing ini digunakan sebagai pakan

khususnya karena tinggi akan kandungan n-3 HUFA, betaine dan nukleotida (Harrison

1997; Pinon et al. 2003). Cacing laut mempunyai kandungan asam lemak utama C16:0,

C18:1 dan C20:5 (n-3) karena hidup dalam sedimen lumpur, pasir dan tanah liat yang

kaya akan asam lemak. Asam lemak umumnya digunakan sebagai penanda biologis

dan indikator kualitas pakan dalam ekosistem laut karena hewan laut mempunyai

kemampuan yang terbatas dalam mensintesa asam lemak. Namun demikian

pemanfaatan cacing laut sebagai pakan segar udang Vanamei dihadapkan pada

beberapa kendala. Pertama, ketersediaan cacing laut dan tingkat kesegarannya

berfluktuasi (Bray dan Lawrence 1992 dalam Nguyen 2009). Kedua, menurut

Sangamaheswaran dan Jeyaselan (2001) cacing laut bisa menjadi vektor perpindahan

Page 18: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

virus white spot pada spesies udang-udang Penaid. Sehingga diperlukan bahan

pengganti cacing laut sebagai pakan induk udang Vanamei.

Disisi lain pakan tiram, cacing laut dan cumi yang disimpan lama juga

menyebabkan penurunan kualitas reproduksi induk, yang ditunjukkan dengan hilangnya

pigmentasi dan pemutihan ovarium induk betina dan kuning telur. Akibatnya laju

konsumsi pakan larva menjadi rendah, tingkat abnormalitas zoea 1 meningkat dan

rendahnya kelangsungan hidup larva pada saat perubahan ke zoea II. Penambahan

karoten didalam pakan induk lobster ternyata dapat meningkatkan kelangsungan hidup

pada zoea II (Lorenz 1998).

Cacing tanah (Pheretima sp) sangat potensial dikembangkan sebagai pakan

pengganti untuk induk udang Vanamei karena cacing tanah sudah dapat dikembangkan

sebagai ternak komersial sehingga ketersediaannya tidak bergantung pada alam dan

kesegarannya dapat dijaga kestabilannya (Sihombing 1999). Kandungan gizinya cukup

tinggi, terutama kandungan proteinnya yang mencapai 53.69-55.56% dan lemak 15.6-

20.37%. Protein yang sangat tinggi pada tubuh cacing tanah terdiri dari 18 macam

asam amino. Selain itu, cacing tanah mengandung 20 mineral dan trace element, serta

kandungan nutrisi yang berkaitan dengan asam lemak n-3 dan asam arakidonat

(Paoletti et al. 2003; Brata 2009). Hasil analisis asam lemak cacing tanah (Pheretima

sp) menunjukkan kandungan asam lemak ARA sebesar 4.49%, EPA 2.06% dan DHA

0.30%. Kandungan asam lemak ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan kandungan

asam lemak cacing laut (Nereis sp) terutama pada kandungan asam lemak ARA yaitu

4.66%, EPA 0.89% dan DHA 0.34%. Namun kandungan fosfolipid, kolesterol (COL)

dan karotennya rendah.

Uji coba pendahuluan penggunaan cacing tanah sebagai pakan induk udang

vanamei menunjukkan proses pematangan gonad dan jumlah induk matang gonad serta

ukuran larva cukup baik, namun kualitas larva yang dihasilkan menurun, yang

diindikasikan dengan terjadinya kematian total pada saat perubahan stadia zoea ke

mysis (Unpublised data, BBAP Situbondo). Dengan demikian agar pakan cacing tanah

dapat menunjang kinerja reproduksi induk dan juga viabilitas larva, maka sebelum

digunakan sebagai pakan, cacing tanah harus diperkaya dengan fosfolipid, COL dan

karoten. Aplikasi cacing tanah dapat berupa pakan segar ataupun dalam bentuk tepung

cacing tanah. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan cacing tanah pada induk udang

Vanamei maka dalam penelitian ini juga dievaluasi pengunaan pakan buatan dengan

bahan baku tepung cacing tanah.

Rumusan Masalah

Kualitas larva sangat dipengaruhi oleh kualitas telur. Sedangkan kualitas dan

kuantitas telur dapat ditingkatkan melalui perbaikan kualitas pakan induk. Pakan yang

dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas telur adalah kualitas pakan itu sendiri dan

bukannya kuantitas pakan (Kamler 1992). Menurut Halver dan Hardy (2002) ada lima

macam nutrien pakan yang harus memenuhi kebutuhan ikan antara lain: protein,

karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Unsur pakan tersebut harus dipenuhi menurut

proporsinya supaya induk dapat mencapai hasil reproduksi optimal.

Keunggulan cacing laut sebagai pakan induk udang Vanamei selain kandungan

proteinnya, juga karena tingginya kandungan asam lemak tak jenuh (Polyunsaturated

fatty acid/PUFA) khususnya asam lemak arakidonat (ARA:20;4n-6), asam lemak

eikosapentaenoik (EPA: 20; 5n-3), asam lemak dokosaheksaenoik (DHA: 22; 6n-3) dan

kelompok PL, COL dan karoten. Sedangkan cacing tanah selain mengandung protein

Page 19: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

3

yang tinggi (53,31-72.9%), asam amino essensial, kalsium dan besi juga memiliki

kandungan proporsi asam lemak tak jenuh (PUFA) yang tinggi yaitu berkisar 46.7-

54.2% dari lemak total (Paoletti et al. 2003; Brata 2009). Namun kandungan COL,

fosfolipid dan karotennya lebih rendah daripada cacing laut.

Wouters et al. (2001a) dalam ulasannya menyatakan bahwa fosfolipid, TAG dan

COL adalah kelompok lemak utama yang berperan dalam pematangan gonad.

Fosfolipid dan COL merupakan komponen essensial dalam pembentukan biomembran

bersama dengan protein. Kebutuhan akan fosfolipid dapat menjadi akut jika proses

makan berhenti dan proses mobilisasi lemak dari hepatopankreas terjadi. Jika pada saat

itu transport COL juga terhambat maka kematian akan terjadi karena terhambatnya

transport prekursor hormon kedalam jaringan. Fosfolipid sangat dibutuhkan induk

untuk menaikkan produksi naupli, penetasan dan spermatogenesis. COL merupakan

prekursor dari beberapa senyawa fungsional termasuk hormon sex dan molting, adrenal

kortikoid, asam bile dan vitamin D (Harrison 1990). COL dibutuhkan untuk menjamin

fungsi endokrin dan mobilisasinya berjalan dengan baik selama proses maturasi.

Disamping COL dan fosfolipid, karoten ternyata juga sangat mempengaruhi kualitas

reproduksi induk yang ditunjukkan dengan menurunnya kualitas larva yang dihasilkan

pada pakan induk tanpa karoten (D’Abramo 1983 dalam Lorenz 1998). Hal ini

disebabkan krustasea memiliki kemampuan yang terbatas untuk mensintesa fosfolipid,

COL dan karoten, selain itu transport COL bersifat spesifik (Sgoutas 1972 dalam

D’Abramo 1981). Oleh karena itu, sebagai bahan alternatif substitusi cacing laut,

cacing tanah harus diperkaya dengan fosfolipid, COL dan karoten agar kualitas

nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan udang Vanamei.

Namun penggunaan pakan alami juga menghadapi kendala berfluktuasinya

kualitas pakan dan penanganan yang lebih sulit sehingga diperlukan pula upaya

pengembangan pakan buatan untuk induk udang Vanamei. Oleh karena itu dalam

penelitian ini, evaluasi juga dilakukan pada pakan buatan induk udang Vanamei dengan

menggunakan tepung cacing tanah sebagai sumber proteinnya, yang diperkaya

fosfolipid, COL dan karoten.

Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mencari pakan alternatif pengganti cacing laut,

melalui pengamatan terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk udang

Vanamei betina dengan pemberian pakan cacing tanah, cacing tanah yang diperkaya

fosfolipid, COL dan karoten dan pakan buatan dengan bahan baku tepung cacing tanah

yang diperkaya fosfolipid, COL dan karoten.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aplikasi pakan

alternatif cacing tanah dalam bentuk pakan segar dan pakan buatan untuk induk udang

Vanamei.

Page 20: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

2 TINJAUAN PUSTAKA

Cacing Tanah (Pheretima sp )

Biologi

Pheretima sp merupakan jenis cacing tanah lokal yang penyebarannya meliputi

Indo-Melayu, Asia tenggara, dan Australia. Letak klitelium pada segmen 14-16,

pigmentasi dorsal sama dengan pigmentasi ventral yaitu merah kecoklatan. Ukuran

tubuh lebih ramping dan panjang serta gerakannya lebih lincah dari E. foitida. Tubuh

cacing tanah dewasa dapat mencapai 11 cm dan diameter 2 mm, jumlah segmen 122-

153 dan setiap segmen mempunyai seta dan tipe Perichaetine. Cacing tanah Pheretima

sp diketahui mampu mengimbangi keberadaan jenis Lumbricus sp. Kondisi lingkungan

tempat hidup jenis cacing tanah lokal ini dicirikan oleh suhu harian antara 230C-27

0C,

kelembaban antara 70-90% dan pH antara 6.5-8.3. Pada umumnya media yang

disenangi pH kurang lebih 7.0 dan jarang dijumpai pada habitat yang langsung terkena

cahaya matahari, serta lebih menyukai tempat-tempat yang tenang (Sihombing 1999;

Brata 2009).

Ciri khas segmen pada tubuh cacing ini menjadikan Pheretima sp diidentifikasi

sebagai kelompok phylum Annelida. Segmen yang membesar kearah anterior disebut

clitellum menunjukkan keanggotaan untuk kelas clitellata. Anggota kelas ini juga

didefinisikan bersifat hermaprodit (Brata 2009).

Kandungan Nutrisi

Cacing tanah adalah kelompok hewan tidak bertulang belakang, dapat ditemukan

di tempat yang lembab dengan ukuran bervariasi. Hampir terdapat 1800 spesies cacing

tanah dan beberapa spesies telah dimanfaatkan secara komersial untuk pengolahan

limbah, pakan ternak, kosmetik dan farmasi. Menurut Brata (2009), kandungan nutrien

cacing tanah sangat baik. Komposisi kimia cacing tanah (Pheretima sp) ditampilkan

pada Tabel 1 berikut ini.

Gambar 1 Cacing Tanah (Pheretima sp)

Page 21: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

5

Penelitian yang dilakukan oleh Paoletti et al. (2003) pada dua jenis cacing tanah

Annelida; Glossoscolecidae menunjukkan bahwa cacing tanah mengandung protein

yang tinggi (64.5%-72.9% berat kering), asam amino essensial, kalsium, besi dan

sejumlah elemen penting lain. Kualitas protein cacing tanah pada beberapa kasus dapat

dibandingkan dengan protein susu sapi dan telur. Pada Tabel 2 berikut ini ditampilkan

profil asam amino dari cacing tanah Pheretima sp.

Kandungan total asam lemak dalam sampel cacing tanah pada penelitian Paoletti

et al. (2003) sangat rendah dan berkisar antara 6.6-10.5 mg/g berat kering. Namun ada

beberapa aspek penting komposisi asam lemak pada cacing tanah tersebut, pertama

proporsi asam lemak tak jenuh (Polyunsaturated fatty acid/ PUFA) sangat tinggi yaitu

berkisar 46.7-54.2%. Kedua, diantara asam lemak tak jenuh ganda, proporsi asam

lemak n-6 lebih tinggi daripada asam lemak n-3. Ketiga, kandungan asam lemak

arakidonat (20:4 n-6) sekitar 33-45% dari total asam lemak tak jenuh ganda atau hampir

Tabel 1 Komposisi kimia tepung cacing tanah (Pheretima sp)*

Komponen Komposisi

Protein

Lemak

Serat kasar

Air

Abu

BETN

53.69-55.56%*

15.66-20.37%*

0.14-0.18%*

5.59-6.03%*

4.26-4.15%*

15.07-17.59%*

* Sumber: Brata (2009)

Tabel 2 Profil asam amino cacing tanah (Pheretima sp)*

Asam amino g/100g protein

Arginin

Alanin

Aspartik

Sistin

Glutamin

Glisin

Histidin

Isoleusin

Leusin

Lisin

Metionin

Fenil alanin

Prolin

Treonin

Triptofan

Tirosin

Valin

Serin

2.10

2.21

4.21

2.20

4.01

4.30

2.11

2.90

2.10

4.00

2.13

2.01

2.11

2.10

-

2.23

2.00

4.11 * Sumber : Brata 2003 dalam Brata 2009

Page 22: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

¼ (15.7-23%) dari total asam lemak. Kandungan asam arakidonat ini sangat tinggi jika

dibandingkan bahan makanan lain seperti ayam, kalkun, telur dan daging babi .

Udang Vanamei

Biologi

Udang Putih Pasifik, Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) dapat beradaptasi

dengan baik pada kisaran kondisi perairan budidaya yang sangat luas (Lawrence et al.

1985). Secara morfologi memiliki rostrum agak panjang sekitar 7-10 dorsal, dan 2-4

gigi ventral. Pada induk jantan petasma berbentuk simetris dan agak terbuka,

spermatofor kompleks dengan massa sperma dienkapsulasi dengan selubung. Induk

betina memiliki telikum terbuka. Warna umumnya transparan tetapi dapat berubah

karena substrat yang keruh, pakan atau media. Panjang maksimal 23 cm dan umumnya

udang betina lebih cepat tumbuh daripada udang jantan.

Perkembangan Gonad Udang Vanamei

Tingkat kematangan gonad merupakan parameter kualitatif sedangkan

perubahan yang terjadi pada gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu

indeks kematangan gonad atau Gonado Somatic Index/GSI (Effendie 1979). Selama

proses reproduksi, sebagian energi akan dipakai untuk perkembangan gonad, sehingga

bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah dan

kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung hingga

selesai.

Gambar 2 Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei)

Page 23: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

7

Perkembangan gonad udang dapat dibagi menjadi 5 kategori tahapan

perkembangan, yang terutama didasarkan pada ukuran sel telur, perkembangan gonad

serta perubahan warna dengan tujuan untuk menunjukkan Tingkat Kematangan

Gonad/TKG (Motoh, 1981).

- TKG 1 dan 5 : Tahap belum berkembang atau spent (Gambar 3A dan

4A)

Gonad sangat kecil, lembek dan tidak terlihat melalui

eksoskeleton. Sel telur tertutupi dengan lapisan sel

folikel dan berukuran kecil, ukuran rata-rata telur 35

mikron.

- TKG 2 : Tahap berkembang (Gambar 3B dan 4B)

Perkembangan gonad dapat dengan mudah dibedakan

dari jaringan lain. Gonad lembek berwarna putih pucat

kekuningan. Telur sudah mulai terisi kuning telur dan

berukuran rata-rata 170 mikron.

- TKG 3 : Tahap hampir matang (Gambar 3C dan 4C)

Pada tahap ini dapat ditentukan dengan pasti di lapang

karena gonad memiliki warna kuning kehijauan dan

dapat terlihat melalui eksoskeleton, membesar dan

memenuhi segmen pertama abdominal. Ukuran rata-

rata telur 215 mikron.

- TKG 4 : Tahap matang (Gambar 3D-F dan 4D)

Tahap ini dikenali hanya dengan munculnya cortical

alveolar. Secara histologi terlihat garis mengelilingi

nukleus. Ukuran telur mencapai rata-rata 235 mikron.

Gambar 3 Perkembangan gonad udang. A. Tahap belum berkembang / spent

(tampak atas); B. Tahap berkembang (tampak atas); C. Tahap

hampir matang (tampak atas); D. Tahap matang (tampak atas); E.

Tahap D tampak samping; F. Tahap D tampak bawah; AL: anterior

lobe, ABL: abdominal lobe / LL: lateral lobe (Motoh 1981).

Page 24: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Di lapang, seleksi induk matang gonad biasanya dilakukan berdasarkan

pengamatan pada perubahan warna, ukuran relatif (bagian gonad yang memenuhi

segmen abdominal 1 ), tekstur, dan pembesaran gonad melalui pengamatan secara cepat

pada bagian eksoskeleton. Jika menggunakan kriteria ini, tidak mungkin dapat

mengidentifikasi tahapan belum berkembang dan spent (TKG 1 dan 5) dan antara

hampir matang dan matang (TKG 3 dan 4). Jadi untuk memudahkan pengamatan secara

teknis, perkembangan gonad diklasifikasikan menjadi 2 kategori, tahap 1 termasuk

didalamnya tahap belum berkembang, tahap berkembang dan spent dan tahap 2 yaitu

hampir matang dan matang.

Tahapan perkembangan gonad induk udang Vanamei juga dapat ditunjukkan

secara histologi melalui pengamatan perkembangan oosit, yang dibagi menjadi 5 fase

yaitu: proliferative, meiosis, previtellogenesis, vitellogenesis (endogenous dan

exogenous) dan fase penyerapan kembali/oosorption (Demestre dan Fortuno 1992).

Fase proliferative, adalah tahap gonad belum berkembang, berwarna bening dan

sangat tipis. Sel germinal berbentuk basofilik. Diameter oogonia berukuran 6-16 m,

memiliki nukleus besar dan sejumlah kecil ooplasma. Setelah mengalami mitosis maka

sel oogonia akan masuk ke tahap oosit primer. Fase meiosis, merupakan tahap

perkembangan awal, gonad berwarna putih dan pada fase ini diameter oosit primer

berukuran 16-24 m, masih berkelompok dan masih berada di zona germinatif.

Nukleus terus membesar dan sitoplasma berbentuk basofilik. Oosit sudah dikelilingi

oleh sel-sel folikel. Fase previtellogenesis, gonad sudah berkembang berwarna putih

kekuningan, lebih tebal daripada tahap sebelumnya. Ukuran oosit berkisar 32-95 m

dan bentuknya lebih beraturan. Nukleoli dalam jumlah yang berbeda-beda mulai

terdiferensiasi dan berpindah ke bagian pinggir nukleus. Fase ini merupakan awal

penimbunan butiran-butiran kuning telur. Fase endogenous vitellogenesis (primary

vitellogenesis) merupakan tahap pematangan gonad, ukuran oosit berkisar antara 90-

100 m. Gonad berwarna kuning tua dan membesar. Nukleus berada dibagian tengah

dan mencapai besar maksimal (sekitar 40 m). Oosit tampak lebih individual dan saling

tumpang tindih. Sitoplasma dipenuhi oleh butiran-butiran lemak. Fase exogenous

vitellogenesis (secondary vitellogenesis) adalah tahap perkembangan gonad akhir,

Gambar 4 Gambaran histologi perkembangan gonad udang, A. TKG 1, B. TKG 2,

C. TKG 3, D. TKG 4 (Motoh 1981).

Page 25: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

9

gonad berwarna kuning oranye dan membesar memenuhi permukaan dorsal induk

udang. Fase exogenous vitellogenesis dibagi dua tahap yaitu tahap awal pada saat

ukuran diameter oosit berkisar antara 100-168 m, dan tahap akhir ketika ukuran

diameter oosit berkisar antara 168-336 m. Oosit berbentuk seperti empat persegi

panjang, tampak saling menempel satu sama lain membentuk pola mosaik. Nukleus

tidak berbentuk bundar lagi, ukuran mengecil dan dengan bentuk tidak teratur,

perlahan-lahan mulai bermigrasi lebih ke bagian pinggir oosit. Di pinggiran oosit,

muncul butiran kortikal. Oosit dengan struktur kortikal adalah oosit yang sudah siap

untuk dilepaskan. Fase oosorption adalah tahap salin sesudah pemijahan. Gonad

berwarna putih gading, ukuran mengecil dan sangat lembek. Didalam gonad masih ada

sisa oosit. Oosit ini tidak fungsional, memiliki bentuk yang tidak teratur dan secara

bertahap mengecil. Akhirnya oosit ini akan diserap kembali melalui proses fagositosis.

Kebutuhan Nutrisi Induk

Makanan dalam bentuk protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin

dibutuhkan oleh udang untuk pertumbuhan, reproduksi dan menormalkan fungsi

fisiologis lainnya (Lovell 1984). Dikemukakan pula bahwa hasil reproduksi udang

berhubungan dengan keseimbangan komposisi nutrisi pakannya, dimana komposisi

kimia kuning telur bergantung kepada status nutrien dan kondisi induk. Sedangkan

komposisi kimia telur menurut Kamler (1992) menentukan besar kecilnya ukuran telur,

dan ukuran telur merupakan indikator kualitas telur. Selain itu, seperti halnya pada

hewan lain, defisiensi dan masalah nutrisi yang terjadi pada fase awal pemeliharaan

larva ikan berkaitan langsung dengan kualitas nutrisi dan durasi pemberian pakan pada

induknya. Penurunan fekunditas pada beberapa spesies ikan, disebabkan karena

pengaruh nutrisi terhadap tidak seimbangnya sistem endokrin dari otak-pituitari-gonad,

atau karena terbatasnya ketersediaan komponen biokimia untuk pembentukan telur

(Izquierdo et al. 2001).

Persyaratan Energi

Energi harus tersedia untuk mencukupi kebutuhan aktivitas harian sebelum dapat

digunakan untuk pertumbuhan atau reproduksi. Pada udang penaid, energi dapat secara

simultan digunakan untuk pertumbuhan (termasuk molting) dan reproduksi sedangkan

pada jenis krustasea lain pertumbuhan mungkin dikorbankan untuk kepentingan

reproduksi, yang ditandai dengan penurunan laju pertumbuhan pada induk betina yang

memasuki masa pematangan gonad. Dua aspek praktis untuk menentukan kebutuhan

energi dalam pakan induk belum diketahui dan kemungkinan bervariasi berdasarkan

spesiesnya. Pertama adalah jumlah kebutuhan energi untuk reproduksi, termasuk

kebutuhan untuk semua proses biosintesa yang berhubungan dengan produksi hormon,

materi genetik (DNA), gonad, gamet, kuning telur dan gelembung minyak (oil

globule). Kedua adalah sumber energi optimal atau hirarki dari bahan energi (lemak,

karbohidrat, protein) yang digunakan dalam proses reproduksi. Namun beberapa studi

menunjukkan penurunan lemak netral (NL) didalam hepatopankreas (terutama

triasilgliserida/TAG) selama maturasi dan lipogenesis ovarium, karena diubah menjadi

gelembung minyak didalam oosit. NL ini kaya akan asam lemak C16:0 dan TAG (n-9)

dan sepertinya merupakan sumber energi utama untuk proses oogenesis, vitelogenesis

dan embriogenesis (Teshima et al. 1988; Biesot 1982; Sasaki 1984; Sasaki et al. 1986

dalam Harrison 1997).

Page 26: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Lemak

Studi biokimia pada spesies udang liar menunjukkan bahwa fosfolipid,

triasilgliserida (TAG) dan kolesterol (COL) adalah kelompok lemak utama dalam

proses pematangan gonad. Sedangkan didalam telur, lemak merupakan komponen

kedua dimana bagian cadangan lemak utama terdapat dalam kuning telur. Lemak

dalam bentuk TAG ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan sisanya

disimpan dalam embrio. Sejumlah 31 spesies dari 39 spesies ikan perairan bebas

ditemukan kandungan lemak telurnya, berkisar antara 10-35% bahan kering (Kamler

1992). Kadar asam lemak dalam telur ikan Red Seabream sangat dipengaruhi oleh

kadar asam lemak pakan yang diberikan sebelum pemijahan .

Peran penting fosfolipid dan asam lemak tak jenuh (HUFA) pada nutrisi udang

ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan pada banyak spesies udang termasuk udang

Vanamei (Gong et al. 2000; Gonzalez-Felix et al. 2002). Suplemen fosfolipid sangat

disarankan karena udang mempunyai keterbatasan untuk mensintesanya. fosfolipid

berperan sebagai komponen vital dalam membran sel dan sebagai agen pengemulsi

dalam sistem biologis. Hu et al. (2009) menyatakan bahwa fosfolipid memainkan

peranan penting dalam mempengaruhi tingkat fluiditas, permeabilitas dan kekenyalan

membran serta aktifitas enzim dan semua sifat ini mempengaruhi proses

gametogenesis dan penggabungan sel. Induk udang sangat membutuhkan fosfolipid

didalam pakannya untuk meningkatkan produksi naupli, daya tetas dan

spermatogenesis. Kandungan fosfolipid pakan akan mempengaruhi frekuensi pemijahan

dan fekunditas serta konsentrasi fosfolipid telur udang Vanamei (Wouters et al. 2001a).

Selain itu udang juga tidak mampu mensintesa sterol. Kolesterol (COL)

merupakan komponen membran sel dan berfungsi sebagai prekursor dari hormon sex

dan molting, adrenal kortikoid, asam bile dan vitamin D. Menurut Gonzalez-Felix et

al. (2002), level 3% PL dalam pakan secara nyata meningkatkan pertumbuhan udang

namun tidak mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Gong et al. (2000) menyatakan

untuk udang Vanamei membutuhkan 5% fosfolipid jika tanpa COL dan 1.5% fosfolipid

jika level COL dalam pakan 0.14%. Dimana pada penelitian sebelumnya dikatakan

level optimum fosfolipid didalam pakan adalah 0.5%. Hasil penelitian Morris et al.

(2011) menyarankan penggunaan COL untuk pertumbuhan udang Vanamei berkisar

antara 0.076%-0.11% dari pakan .

Protein dan Asam Amino

Pada saat proses pematangan gonad dan reproduksi, terjadi peningkatan proses

biosintesa sehingga diasumsikan kebutuhan protein mencapai puncaknya jika

dibandingkan tahap non reproduksi. Menurut Kamler (1992) protein merupakan

komponen dominan kuning telur. Protein dengan proporsi yang tinggi akan diubah

menjadi jaringan embrio dan sebagian digunakan untuk menghasilkan energi.

Persentase protein dalam bahan kuning telur ikan perairan umum terletak dalam kisaran

antara 35-89%, kisaran yang lebih mewakili adalah 55-57% untuk 19 spesies dari 28

spesies ikan. Guillaume et al. (2001) menjelaskan bahwa kebutuhan udang akan

protein dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran udang, suhu air, tingkat

pemberian makan dan energi yang dapat dicerna yang terkandung dalam pakan.

Protein adalah salah satu makronutrient yang paling mahal di dalam pakan udang, jadi

penentuan tingkat optimal protein pada pakan udang sangat penting untuk mendapatkan

formula pakan yang efektif dan efisien.

Page 27: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

11

Karbohidrat

Karbohidrat tidak esensial untuk induk udang. Namun dapat digunakan sebagai

sumber energi yang murah untuk menggantikan pemanfaatan lemak dan protein.

Menurut Harrison (1997), karbohidrat berperan dalam penyimpanan glikogen didalam

hepatopankreas sebagai sumber energi biosintesa selama proses maturasi. Furuichi

(1988) menyatakan bahwa relatif sedikit yang diperlukan untuk perkembangan telur.

Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral merupakan elemen mikro bahan makanan. Vitamin dalam

pakan diperlukan sebagai fungsi katalisator yang berperan untuk pertumbuhan dan

reproduksi. Tidak semua vitamin diperlukan oleh ikan, vitamin menjadi esensial bila

tubuh tidak dapat mensintesisnya (De Silva dan Anderson 1995). Vitamin yang larut

dalam lemak seperti vitamin A, vitamin D dan E diketahui esensial untuk mendukung

reproduksi udang. Vitamin E dan C diduga berfungsi sebagai antioksidan alami dan

mempengaruhi tingkat abnormalitas sperma, daya tetas telur dan gonadosomatic index.

Vitamin A berperan dalam proses spermatogenesis, oogenesis dan embriogenesis.

Sedangkan vitamin D berkaitan dengan metabolisme kalsium dan fosfor pada krustasea.

Suplai kalsium dan fosfor serta penyimpanannya menjadi faktor kritis pada saat

perkembangan eksoskeleton selama masa embryonic, penetasan dan molting larva

(Harrison 1997). Kandungan thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12,

choline, inositol dan ascorbic acid juga disarankan didalam pakan beberapa jenis

udang. Namun persyaratan vitamin untuk induk udang belum didefinisikan, dan

umumnya pada pakan buatan untuk induk disuplemen dengan campuran vitamin

(Wouters et al. 2001).

Mineral merupakan unsur yang dapat menjaga keseimbangan asam basa, juga

berperan dalam proses osmotik. Selain itu, mineral juga penting untuk fungsi

pembekuan darah, fungsi otot dan sebagai kofaktor dalam reaksi enzimatik ( Guillaume

et al. 2001). Berdasarkan pada Harrison (1990), defisiensi mineral atau

ketidakseimbangannya ternyata berefek negatif terhadap reproduksi udang. Malnutrisi

mineral mengubah komposisi dan kualitas telur yang dihasilkan. Induk-induk udang

pada akhir masa reproduksi biasanya juga mengalami keropos yang diasumsikan

berkaitan dengan rendahnya tingkat kalsium dan magnesium di otot dan

hepatopankreas. Penurunan kandungan mineral di hepatopankreas kemungkinan

disebabkan karena mineral ditransfer ke ovarium.

Beberapa kelainan yang timbul akibat defisiensi vitamin E dapat dicegah dengan

pemberian asam amino yang mengandung mineral sulfur dan selenium (Piliang 1992).

Percobaan pemberian pakan berprotein rendah terhadap induk red seabream tanpa

pemberian fosfor menghasilkan produksi telur yang rendah (Watanabe et al. 1984).

Linder (1992) menjelaskan bahwa kebutuhan mineral Zn dan Cu sangat dipengaruhi

oleh vitamin E. Mineral Zn berfungsi sebagai stabilisator biomembran yang dapat

meningkatkan kestabilan tokoferol plasma. Pada beberapa studi, pakan buatan

umumnya diperkaya dengan kalsium, fosfor, magnesium, sodium, besi, mangan dan

selenium.

Pigmen Karotenoid

Meskipun peran yang spesifik dari karotenoid belum ditentukan dengan jelas,

namun akumulasi yang mencolok selama proses maturasi dipercaya menunjukkan

adanya pengaruh karotenoid selama gonadogenesis, embriogenesis dan perkembangan

Page 28: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

larva awal. Zagalsky et al. (1967) dan Nelis et al. (1989) dalam Harrison (1997)

menduga bahwa peran karotenoid dalam reproduksi adalah melindungi baik penyediaan

nutrien dan perkembangan embrio dari proses oksidasi dan radiasi matahari, menyuplai

penyediaan pigmen untuk embrio dan larva dalam perkembangan kromatofor dan

eyespots, juga sebagai prekursor vitamin A.

Krustasea tidak mampu mensintesa karotenoid secara de novo, sehingga didalam

pakannya harus tersedia karotenoid. Pengayaan karotenoid didalam pakan induk

menunjukkan adanya pengaruh terhadap kualitas telur dan kesehatan serta

kelangsungan hidup larva. Penambahan paprika pada pakan induk udang penaid

menghasilkan peningkatan warna ovarium induk, kekerasan cangkang dan yang paling

penting kualitas larva dan kelangsungan hidupnya (Wyban et al. 1995 dalam Harrison

1997). Pengaruh karoten sebagai pigmen dalam pakan dipelajari dengan pemberian 100

ppm berbagai jenis karotenoid (betakaroten, canthaxanthin dan astaxanthin) pada

Penaeus japonicas. Setelah 8 minggu diketahui bahwa karotenoid yang tersimpan

dalam jaringan yang tertinggi adalah astaxanthin, diikuti dengan canthaxanthin dan

betakaroten. Studi lain dengan pemberian pakan yang ditambah berbagai dosis (50-400

ppm). Hasil pengamatan menunjukkan astaxanthin pakan pada dosis 200 ppm

menunjukkan hasil yang baik, sedang pada level >200 ppm ternyata tidak memberikan

hasil positif (Lorenz 1998).

Page 29: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

13

3 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Broodstock Center Udang Vanamei dan

Laboratorium Nutrisi, Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP), Kabupaten

Situbondo, Jawa Timur, selama 6 bulan. Analisis kandungan kimia dilakukan di

Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan FPIK-IPB dan Laboratorium Kimia

Terpadu IPB serta Laboratorium Penguji BBAP Situbondo. Analisis histologi gonad

dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan FPIK-IPB.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini meliputi kegiatan persiapan pakan, pengujian pakan pada induk

udang Vanamei dan pengambilan data. Alur kegiatan penelitian yang dilakukan seperti

pada Gambar 5.

Hewan Uji

Hewan uji adalah induk betina belum pernah mijah dan induk jantan udang

Vanamei berasal dari Broodstock Center BBAP Situbondo sebanyak 100 pasang. Berat

induk betina kurang lebih 40 gram dan induk jantan kurang lebih 35 gram dipelihara

dalam hapa sebanyak 25 ekor/hapa. Pemilihan induk didasarkan pada persyaratan

kualitatif induk udang Vanamei menurut SNI 01-7253-2006 tentang Induk Udang

Vanamei (Litopenaeus vannamei ) Kelas Induk Pokok yaitu: warna bening kecoklatan

dan cerah dengan garis merah pada uropod, punggung lurus mendatar dan kondisi

sehat, bebas virus dan nekrosis, tidak cacat, anggota tubuh lengkap, insang bersih dan

tidak bengkak, kekenyalan tubuh baik dan tidak keropos. Gerakan aktif dan normal.

Persiapan pakan alami dan pakan

buatan

Analisis proksimat, fosfolipid, kolesterol,

betakaroten pakan

Seleksi induk udang Vanamei

Aklimatisasi

Ablasi

Pemeliharaan induk dan pengambilan data TKG,

GSI dan komposisi kimia Pemijahan

Panen telur dan pengambilan data kualitas

telur

Analisis data

Gambar 5 Alur kegiatan penelitian

Page 30: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 3. Sedang

komposisi kimia pakan ditampilkan pada Tabel 4.

Persiapan Pakan Uji

Pakan Cacing Laut dan Cacing Tanah tanpa Pengkaya

Cacing laut segar jenis Nereis sp dan cacing tanah segar jenis Pheretima sp

diberikan sebagai pakan induk udang Vanamei tanpa diperkaya.

Pengayaan Cacing Tanah

Cacing tanah Pheretima sp diperkaya dengan fosfolipid, COL dan karoten yang

dilarutkan dalam minyak cumi dan minyak ikan. Fosfolipid yang digunakan adalah

produk lechitin kedelai merk Nature yang mengandung 58-60% fosfatidilkolin dan

fosfatidilinositol. COL yang digunakan adalah kolesterin Kristal dari Merck.

Sedangkan karoten menggunakan produk karoten A9335 dari Sigma. Pengayaan

dilakukan dengan cara penyuntikan bahan pengaya melalui segmen dibawah klitelum

cacing tanah. Dosis bahan pengaya yaitu untuk setiap 100 gram cacing tanah ditambah

1.5 gram fosfolipid, 0.14 gram COL berdasarkan Gong et al. (2000) dan 0.01 gram

karoten berdasarkan Lorenz (1998). Bahan pengaya dilarutkan dalam campuran 3 gram

minyak cumi dan 3 gram minyak ikan. Selanjutnya cacing tanah dapat langsung

diberikan sebagai pakan induk udang vanamei.

Pakan Buatan

Pakan buatan dibuat dalam bentuk pelet kering. Sumber protein berasal dari

cacing tanah yang dikeringkan pada suhu 60oC, kemudiang digiling menjadi tepung.

Kedalam bahan baku tepung cacing tanah tersebut ditambahkan atraktan, minyak cumi,

minyak ikan, vitamin premiks, binder, fosfolipid, COL dan karoten. Dosis fosfolipid,

COL dan karoten sama dengan perlakuan C. Adonan dicetak kemudian dikeringkan

dengan oven. Komposisi kimia pakan buatan dibuat berdasarkan standart komposisi

kimia pakan udang Vanamei menurut Wouters et al, (2001a). Hasil analisa proksimat

pakan buatan ditampilkan pada Tabel 4.

Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Delapan buah hapa ukuran 1 x 3 x 1.2 m ditempatkan dalam 4 buah bak beton

berkapasitas 8 m3 disiapkan untuk tempat pemeliharaan dan pematangan gonad induk

udang Vanamei. Bak berada didalam ruangan (indoor) untuk menjaga kestabilan

kondisi lingkungan. Bak dilengkapi dengan aerasi sebanyak 10 titik dengan kedalaman

Tabel 3 Perlakuan pakan uji pada induk udangVanamei

Perlakuan Keterangan

A Pemberian pakan cacing laut segar tanpa diperkaya (kontrol)

B Pemberian pakan cacing tanah segar tanpa diperkaya

C Pemberian pakan cacing tanah segar diperkaya fosfolipid, COL dan

karoten

D Pemberian pakan buatan dengan sumber protein utama tepung cacing

tanah yang diperkaya fosfolipid, COL dan karoten

Page 31: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

15

kurang dari 5 cm dari dasar bak agar kotoran dan sisa pakan tidak teraduk. Seluruh

wadah pemeliharan diisi dengan air laut yang sudah melalui proses penyaringan dan

sterilisasi dengan sinar UV. Kondisi kualitas air yaitu salinitas berkisar antara 33

sampai 35 ppt; suhu 28 oC + 2 ; pH 7 sampai 8; DO dipertahankan >5 ppm. Kepadatan

masing-masing hapa 10 ekor/ m2.

Pemeliharaan Udang Vanamei

Calon induk dari tambak pembesaran diadaptasikan dalam hapa selama 2

minggu. Pada awal pemeliharaan dilakukan pengukuran panjang dan bobot tubuh.

Setelah dilakukan ablasi mata induk dipelihara kembali selama 3 periode pematangan

gonad. Ransum pakan selama pemeliharaan sesuai dengan perlakuan. Pemberian

pakan dilakukan empat kali dalam sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 dan 20.00

WIB. Jumlah pakan alami yang diberikan 30% bobot biomas sedangkan pakan buatan

3% bobot biomas. Agar kondisi kualitas air tetap baik, kotoran yang ada di dasar bak

dibersihkan setiap hari dengan cara disifon. Pada akhir pemeliharaan semua induk

yang tersisa ditimbang dan diambil sampel gonad. Pengambilan sampel untuk data GSI,

histologi dan analisis kimia gonad induk betina dilakukan pada tahapan Tingkat

Kematangan Gonad (TKG) II dan TKG IV.

Ablasi

Proses pematangan gonad induk dipacu dengan teknik ablasi, yaitu dengan cara

memotong sebelah tangkai mata udang dengan menggunakan gunting yang telah

dipanaskan (Nurdjana 1983).

Pemijahan dan Pelepasan Telur

Proses pemijahan dilakukan dengan memasukkan induk betina matang gonad

kedalam populasi induk jantan. Pengamatan berhasil tidaknya pemijahan dilakukan 4

sampai 5 jam setelah proses tersebut. Induk betina yang sudah kawin dipindahkan ke

bak penetasan telur. Didalam bak ini, induk dibiarkan selama semalam untuk memberi

kesempatan terjadinya proses pembuahan dan pelepasan telur. Kemudian induk yang

telah melepaskan telur dikembalikan kedalam bak pemeliharaan agar tidak menghisap

kembali telurnya.

Parameter/satuan

A. Cacing

laut

Nereis sp

B. Cacing

tanah

Pheretima sp

C. Cacing tanah

diperkaya

Pheretima sp

D. Pakan

buatan

Pheretima sp

Protein % 67.12 60.23 56.41 59.82

Air % 85.16 78.68 76.92 8.81

Abu % 10.65 20.83 9.58 14.99

Serat % 0 2.63 0.35 1.56

Lemak % 18.94 14.21 33.15 9.44

BETN % 3.23 2.2 0.52 14.49 *berdasarkan berat kering

Tabel 4 Komposisi kimia pakan perlakuan*

Page 32: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Parameter yang Diamati

Tingkat Kematangan Gonad.

Pengamatan perkembangan gonad dilakukan secara morfologi dan histologi.

Pengamatan harian perkembangan gonad secara morfologi berdasarkan pada Motoh

(1981). Sedangkan secara histologi dilakukan pada gonad TKG 2 dan TKG 4,

pengamatan tingkat perkembangan oosit berdasarkan Demestre dan Fortuno (1992).

Perhitungan persentase kematangan gonad dilakukan dengan membandingkan jumlah

induk yang matang gonad dengan populasi total (Tarsim et al. 2007).

Indeks Kematangan Gonad (Effendi 1979)

Indeks Kematangan Gonad / Gonadosomatic Index (GSI) adalah pengukuran

rasio berat gonad dengan total berat tubuh untuk mengukur tingkat kematangan seksual

yang berhubungan dengan perkembangan gonad. Persentase GSI dihitung berdasarkan

rumus berikut :

Pengukuran Diameter Telur

Pengukuran diameter telur pada tingkat kematangan gonad II dan IV dilakukan

dengan mengukur diameter oosit dalam tampilan histologi jaringan gonad. Prosedur

yang dilakukan yaitu : induk udang vannamei pada TKG II dan IV dibedah kemudian

diambil sampel jaringan gonadnya. Sampel gonad difiksasi dengan larutan Davidson

selama 1-2 hari kemudian dipindahkan kedalam larutan alkohol 70 % sampai

dianalisis. Menggunakan scalpel bersih, trim kotak atau potongan jaringan yang sudah

difiksasi sehingga berukuran lebar antara 0.2-0.5 cm, ketebalan antara 0.2-0.5 cm, dan

panjang tidak lebih dari 2 cm. Sampel jaringan kemudian melalui proses dehiration

dengan alkohol , clearing, infiltration, embedding, pemotongan jaringan dan pewarnaan

dengan mayer’s haematoxylin. Pengukuran diameter dilakukan dengan alat micrometer

dibawah mikroskop compound pada pembesaran 100x. Jumlah sampel telur yang

diamati 100-200 butir.

Komposisi Kimia Gonad dan Telur

Pada udang betina dengan tingkat kematangan gonad II dan IV dilakukan

pembedahan untuk mengambil gonadnya dan selanjutnya dilakukan penimbangan dan

analisis kandungan protein dengan metode Bradford, total lemak dengan metode Folch,

lemak netral (NL) dan lemak polar (PL) dengan metode cartridge Sep-Pak, TAG dan

COL dengan metode CHOD-PAP dan betakaroten dengan metode HPLC. Demikian

pula pada telur yang dihasilkan oleh induk pada masing-masing perlakuan.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data (Steel and Torrie 1991)

Rancangan percobaan yang diterapkan pada penelitian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan perlakuan berupa pemberian pakan yang

berbeda terhadap komposisi kimia gonad dan rata-rata diameter telur induk udang

Vanamei. Pada pengamatan tingkat kematangan gonad induk secara morfologi, masing-

masing individu sebagai ulangan. Data komposisi kimia dan histologi dianalisis secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik serta gambar.

Page 33: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tingkat Kematangan Gonad secara Morfologi

Gambar 6 menyajikan data rata-rata persentase jumlah induk betina udang

Vanamei yang matang gonad pada TKG III sampai TKG IV selama masa

pemeliharaan. Data pengamatan selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 1. Dari

pengamatan menunjukkan jumlah induk matang gonad pada TKG III tertinggi pada

perlakuan A, diikuti berturut-turut oleh perlakuan B, C dan D. Namun jumlah induk

yang berkembang menjadi TKG IV tertinggi pada perlakuan A diikuti oleh induk betina

pada perlakuan C dan D. Sedangkan perlakuan B menunjukkan jumlah induk betina

matang gonad terendah. Sehingga jika dijumlahkan, persentase induk betina pada TKG

III dan IV tertinggi adalah induk pada perlakuan A diikuti oleh induk pada perlakuan C,

B dan yang terendah adalah perlakuan D.

Tingkat Kematangan Gonad Secara Histologi

Dari hasil analisis perkembangan gonad induk udang Vanamei secara histologi

dapat dilihat bahwa pada tahapan kematangan yang sama, induk pada perlakuan yang

berbeda menunjukkan fase perkembangan oosit yang berbeda. Gambar 7 menunjukkan

gambaran histologi gonad induk udang Vanamei pada TKG II. Sedangkan pada

Gambar 8 ditampilkan gambaran histologi gonad induk udang Vanamei setiap

perlakuan pada TKG IV.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

A B C D

Jum

lah

ind

uk

be

tin

a (%

)

TKG III

TKG IV

TKG III + IV

Gambar 6 Jumlah induk udang Vanamei pada TKG III dan IV selama masa

pemeliharaan

Page 34: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Pada gambar 7 tampak bahwa oosit didalam gonad setiap perlakuan berada pada

masa pertumbuhan. Oosit yang terkandung didalam gonad semakin membesar

diameternya sebagai hasil dari pengendapan kuning telur dan pembentukan butir-butir

minyak secara bertahap pada tahapan vitelogenesis, oleh karena itu gonad tampak

membesar dan berwarna kekuningan. Pada perlakuan A, B dan C jumlah oosit yang

sudah memasuki fase vitelogenesis lebih banyak daripada perlakuan D. Nukleus

berukuran sekitar 40 m berada dibagian tengah. Didalam nukleus oosit vitelogenik,

terlihat posisi nukleoli berada di bagian pinggir membran.

Pada Gambar 8, gambaran histologi menunjukkan perkembangan oosit didalam

gonad pada tahap kematangan gonad IV. Oosit pada perlakuan A dan C sebagian besar

sudah mencapai ukuran diameter 150-200 m dengan bentuk oosit seperti persegi

panjang.

y

D C

B A

op

op

n

nu

uu

Gambar 7 Gambaran histologi gonad induk udang Vanamei pada TKG II; preparasi

dengan larutan Davidson; x100; (op) oosit primer; (nu) nukleoli; (n)

nukleus

Page 35: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

19

Oosit saling menempel satu sama lain dan membentuk pola mosaik. Kemudian

dibagian periferal oosit, terlihat adanya butiran kortikal. Sedangkan oosit didalam

gonad perlakuan B dan D, meskipun berdasarkan diameternya sebagian sudah

memasuki fase vitelogenesis akhir, tetapi belum menunjukkan adanya butiran kortikal.

A B

C D

y

nu cg

n

Perlakuan*

Diameter

Rata-rata

m**

Oosit vitelogenik

63-90

m

90-100

m

100-168

m

168-336

m

A 118.22a + 18.19 3.03% 10.61% 86.36% -

B 94.09a + 16.05 30.00% 15.29% 54.71% -

C 101.27a + 17.73 14.41% 22.84% 62.71% -

D 85.43a + 14.15 50.98% 41.18% 7.84 % -

Keterangan: * Perlakuan A . pakan cacing laut (Nereis sp); B. pakan cacing tanah ( Pheretyma sp); C. pakan cacing tanah

diperkaya kolesterol, fosfolipid dan karoten; D. pakan buatan cacing tanah yang diperkaya kolesterol, fosfolipid

dan karoten

** Nilai rerata diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNTα = 0,05

Tabel 5 Persentase frekuensi diameter oosit udang Vanamei pada tingkat kematangan II dan

diameter rata-ratanya

Gambar 8 Gambaran histologi gonad induk udang Vanamei pada TKG IV; preparasi dengan

larutan Davidson; x100; (cg) butiran kortikal; (nu) nukleoli (y) kuning telur; (n)

nukleus

Page 36: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Berdasarkan klasifikasi perkembangan oosit menurut Demestre dan Fortuno

(1992), kecepatan proses vitelogenesis oosit keempat perlakuan berbeda. Perbedaan ini

ditunjukkan oleh persentase sebaran diameter oosit yang berbeda-beda pada setiap

tahapannya. Tabel 5 menunjukkan bahwa secara morfologi keempat sampel gonad

berada pada kategori tingkat kematangan II, namun keadaan oosit pada perlakuan A.

96.97% sudah mencapai ukuran diameter 90-168 m, dan hanya 3.03% yang masih

berukuran 63-90 m. Bertolak belakang dengan A, gonad pada perlakuan D

menunjukkan hanya 7.84% oosit yang berukuran diameter 100-168 m, sebagian besar

oosit (92.16%) masih berukuran 63-100 m. Perlakuan C menunjukkan bahwa 85.59%

oosit sudah mencapai ukuran diameter 90-168 m sedangkan perlakuan B hanya 70%.

Sekitar 30% oosit pada gonad perlakuan pakan B masih berukuran 63-90 m, sedang

pada perlakuan C tercatat 14.41%.

Pada Tabel 6 dijelaskan bahwa berdasarkan kurva sebaran diameter oosit

vitelogenik (Gambar 10), tampak bahwa rata-rata diameter keempat perlakuan tidak

berbeda nyata. Namun pada perlakuan A dan C frekuensi oosit pada kisaran diameter

100-336 m lebih besar daripada kedua perlakuan lain. Hal ini menyebabkan ukuran

diameter rata-rata telur pada gonad perlakuan A dan C lebih besar. Dari data

peningkatan ukuran diameter oosit diatas disimpulkan bahwa kecepatan proses

vitelogenesis oosit induk udang Vaname perlakuan C mendekati kecepatan proses

vitelogenesis pada gonad induk yang diberi perlakuan pakan cacing laut.

Indeks Kematangan Gonad (GSI) dan Diameter Telur

Seiring tingkat perkembangan gonad, garis tengah telur yang dikandung juga

akan meningkat. Dengan demikian akan didapatkan hubungan antara indeks

kematangan gonad dengan perkembangan garis tengah telur. Gambar 9 dan 10

menunjukkan histogram frekuensi penyebaran garis tengah telur perlakuan A, B, C dan

D pada TKG II dan IV.

Terlihat bahwa pada perlakuan A TKG II dengan GSI 4.84%, persentase jumlah

oosit tertinggi berkisar pada diameter 110.42-123.42 m. Pada perlakuan B dengan GSI

TKG II 2.94%, jumlah oosit tertinggi berkisar pada diameter 93.70-104.70 m. Indeks

kematangan gonad perlakuan C yaitu 2.82%, ukuran oosit terbanyak berkisar pada

diameter 94.28-104.48 m. Sedangkan perlakuan D dengan GSI 2.27%, ukuran oosit

Perlakuan

Diameter

Rata-rata

m

Oosit vitelogenik

63-90

m

90-100

m

100-168

m

168-336

m

A 144.92a + 31.94 5.39% 5.38% 58.46% 30.77%

B 133.03a + 26.47 6.79% 5.56% 71.6% 16.05%

C 148.86a + 23.89 0.79 2.38% 53.97% 42.86%

D 119.00a + 26.93 16.66% 14% 64.67% 4.67 %

Keterangan : Legenda mengikuti keterangan seperti pada Tabel 5

Tabel 6 Persentase frekuensi diameter oosit udang Vanamei pada tingkat kematangan IV

dan diameter rata-ratanya

Page 37: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

21

terbanyak berkisar pada diameter 97.13-105.13 m. Jadi pada GSI 2.27-2.94%

sebagian besar oosit berada pada kisaran ukuran 90-100 m atau pada fase

vitelogenesis primer berdasarkan klasifikasi Demestre dan Fortuno (1992). Sedangkan

pada GSI 4.84% sebagian besar oosit sudah berada pada kisaran ukuran 100-168 m

atau sudah memasuki awal fase vitelogenesis sekunder.

Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa pada TKG IV, GSI perlakuan A sebesar

6.44%, frekuensi jumlah oosit tertinggi adalah yang berukuran antara 158.88-178.88

m. Pada GSI 4.58%-5.18% (perlakuan B dan C) jumlah oosit yang berukuran 146.42-

168.56 m menunjukkan frekuensi tertinggi. Pada perlakuan D dengan GSI 3.67%,

ukuran oosit terbanyak berada pada kisaran 134.99-149.99 m. Gambar 10

menunjukkan histogram frekuensi penyebaran diameter oosit pada indeks kematangan

gonad 3.67% sampai pada 6.44% dimana sebagian besar oosit sudah berada pada

kisaran ukuran 100-168 m atau sudah memasuki fase vitelogenesis sekunder. Indeks

kematangan gonad (GSI) A pada TKG IV lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain

Gambar 9 Frekuensi penyebaran garis tengah telur dan indeks kematangan gonad

induk betina udang Vanamei masing-masing perlakuan pada TKG II

GSI 4.84%; n=132 GSI 2.94%; n= 170

GSI 2.82%; n=118 GSI 2.27%; n=102

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

71.4

3

84.4

2

97.4

2

110

.42

123

.42

136

.42

149

.42

162

.42

175

.42

Fre

kuen

si

Histogram diameter oosit A (m)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

05

1015202530354045

60.7

17

1.7

08

2.7

09

3.7

01

04

.70

115

.70

126

.70

137

.70

148

.70

Fre

kuen

si

Histogram diameter oosit B (m)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

0

5

10

15

20

25

30

64.2

9

74.2

8

84.2

8

94.2

8

104

.28

114

.28

124

.28

134

.28

144

.28

Fre

kuen

si

Histogram diameter oosit C (m)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

0

5

10

15

20

25

30

355

7.1

4

65.1

3

73.1

3

81.1

3

89.1

3

97.1

3

105

.13

113

.13

121

.13

Fre

kuen

si

Histogram diameter oosit D (m)

Page 38: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

karena GSI pada TKG II juga sudah tinggi. Namun jika kenaikan nilai indeks antara

TKG II dan TKG IV pada masing-masing perlakuan dibandingkan, terlihat bahwa

perlakuan C menunjukkan kecepatan perkembangan gonad tertinggi. Kenaikan nilai

indeks kematangan gonad dari TKG II ke TKG IV pada keempat perlakuan berturut-

turut yaitu C. 2.36%; A. 1.6%; B. 1.58%; dan D. 1.4%.

Pada Gambar 9 dan 10 juga dapat disimpulkan bahwa indeks kematangan gonad

semua perlakuan meningkat seiring dengan pertumbuhan oosit. Dimana pada kisaran

GSI 2.27-2.94% oosit vitelogenik masih berada dalam kisaran diameter 63-168 m.

Pada GSI 3.67-4.84% sebagian besar oosit berukuran diameter antara 90-168 m,

sedang pada GSI 5.18-6.44% sebagian besar oosit vitelogenik sudah pada kisaran

diameter 100-336 m. Penggolongan kisaran diameter berdasarkan pada klasifikasi

Demestre dan Fortuno (1992).

GSI 6.44 %; n = 130 GSI 4.52 %; n = 162

GSI 5.18 %; n = 126 GSI 3.67 %; n = 150

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

0

10

20

30

40

50

60

63.8

9

86.8

8

109

.88

132

.88

155

.88

178

.88

201

.88

224

.88

247

.88

Fre

kuen

si

Histogram diameter oosit A (m)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

71.4

38

6.4

21

01

.42

116

.42

131

.42

146

.42

161

.42

176

.42

191

.42

206

.42

Fre

kuen

si

Histogram diameter oosit B (m)

0.00%5.00%10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%35.00%40.00%

0

10

20

30

40

50

78

.57

96

.56

11

4.5

6

13

2.5

6

15

0.5

6

16

8.5

6

18

6.5

6

20

4.5

6

22

2.5

6

Fre

kuen

si

Histogram diameter oosit C (m)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

0

10

20

30

40

50

75

89

.99

10

4.9

91

19

.99

13

4.9

91

49

.99

16

4.9

91

79

.99

19

4.9

9

Fre

kuen

si

Histogram Diameter oosit D (m)

Gambar 10 Frekuensi penyebaran garis tengah telur dan indeks kematangan gonad induk

betina udang Vanamei masing-masing perlakuan pada TKG IV

Page 39: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

23

Komposisi Kimia Pakan, Gonad dan Telur

Kandungan Protein

Analisis kandungan protein baik didalam pakan maupun didalam gonad induk

udang Vanamei selama masa maturasi TKG II dan IV serta yang diekspresikan dalam

telur ditampilkan pada Gambar 11. Dalam penelitian ini kandungan protein pakan

berdasarkan berat basah perlakuan yaitu A. 9.96%; B. 12.84%; C. 13.12%; D. 54.55%

atau jika dikonversi berdasarkan berat kering berturut-turut yaitu A. 67.12%; B.

60.23%; C. 56.41% dan D. 59.82%.

Dari hasil analisis protein gonad induk udang Vanamei pada TKG II dan IV,

terlihat bahwa pemberian pakan yang berbeda menunjukkan respon yang berbeda pula

terhadap akumulasi protein didalam gonad. Pakan cacing tanah segar yang diperkaya

dengan COL, PL dan karoten (perlakuan C) ternyata memperlihatkan kenaikan

kandungan protein didalam gonad dari TKG II (11.82%) ke TKG IV (25.89%),

demikian pula pada perlakuan A (cacing laut) yaitu dari TKG II (6.81%) ke TKG IV

(14.48%). Sebaliknya pada perlakuan B dan D menunjukkan kandungan protein gonad

menurun. Telur yang dihasilkan oleh induk betina udang Vanamei perlakuan A dan C

menunjukkan kandungan protein yang berbeda nyata.

Kandungan Lemak

Data hasil analisis kandungan lemak total (TL) dan kelompok-kelompok lemak

ditampilkan pada Tabel 7. Data analisis ditampilkan dalam satu tabel untuk

menunjukkan komposisi lemak total dan kelompok-kelompok lemak yang terkandung

didalamnya.

0

10

20

30

40

50

60

Pakan Gonad II Gonad IV Telur

Ka

nd

un

ga

n P

rote

in (

%)

A

B

C

D

Gambar 11 Kandungan protein pakan, gonad dan telur masing-masing perlakuan

Page 40: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Perlakuan Sampel Komposisi lemak Kandungan (%)*

A Pakan TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

2.81 + 0.01a

1.41 + 0.01c

0.14 + 0.002b

0.58 + 0.01b

1.39 + 0.003c

Gonad

TKG II

TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

4.64 + 0.1a

2.91 + 0.85b

1.58 + 1.38a

0.31 + 0.24a

1.73 + 0.6a

Gonad

TKG IV

TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

5.97 + 3.68a

3.62 + 2.29a

2.30 + 0.6a

0.34 + 0.13a

2.34 + 1.4a

Telur TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

0.69 + 0.02b

0.60 + 0.02b

0.73 + 0.004a

0.62 + 0.131a

0.09 + 0.004b

B Pakan TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

3.03 + 0.02b

1.31 + 0.01c

0.14 + 0.01b

0.38 + 0.006c

1.72 + 0.01b

Gonad

TKG II

TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

5.62 + 0.61a

3.89 + 0.54ab

3.04 + 0.29a

0.38 + 0.22a

1.73 + 0.37a

Gonad

TKG IV

TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

5.15 + 1.3a

3.19 + 1.19a

2.31 + 0.002a

0.21 + 0.03a

1.96 + 0.1a

C Pakan TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

7.65 + 0.01c

6.63 + 0.01a

0.20 + 0.003b

0.73 + 0.006a

1.02 + 0.005d

Tabel 7 Komposisi lemak total dan kelompok-kelompok lemak pada pakan, gonad dan

telur masing-masing perlakuan; (TL) lemak total; (NL) lemak netral; (TAG)

triasilgliserida; (COL) kolesterol; (PL) lemak polar

Page 41: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

25

Hasil analisis kandungan TL pakan C (7.65%) dan D (8.61%) jauh lebih tinggi

daripada pakan A (2.81%) dan B (3.03%) karena penambahan bahan pengaya. Pada

tingkat kematangan gonad II, kandungan TL tertinggi pada gonad induk betina

perlakuan D, diikuti oleh gonad perlakuan B, C dan A. Namun pada tingkat

kematangan gonad IV kandungan TL gonad perlakuan C melebihi kandungan TL

ketiga perlakuan lain. Tidak ada perbedaan yang nyata pada kandungan TL gonad antar

perlakuan baik pada TKG II maupun IV. Namun selama perkembangan kematangan

gonad dari TKG II ke TKG IV, kandungan TL gonad pada perlakuan A, C dan D

meningkat sedangkan pada perlakuan B menurun. Kandungan TL pada telur perlakuan

C (3.23%) menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan kandungan TL telur

perlakuan A (0.69%).

Komponen utama kandungan lemak didalam pakan perlakuan C dan D adalah

lemak netral (86.63%; 72.67%), pada perlakuan A dan B kandungan lemak netral

berturut-turut 50.60% dan 43.40% dari TL. Sedangkan didalam gonad TKG II dan IV

serta telur, lemak netral merupakan bagian utama dari total lemak. Tidak ada perbedaan

Lanjutan Tabel 7

Gonad TKG

II

TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

4.81 + 0.43a

3.12 + 0.06ab

1.75 + 0.68a

0.49 + 0.37a

1.69 + 0.45a

Gonad TKG

IV

TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

7.64 + 0.84a

5.29 + 0.94a

2.68 + 1.98a

0.25 + 0.02a

2.35 + 0.32a

Telur TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

3.23 + 0.03a

2.36 + 0.02a

0.70 + 0.01a

0.49 + 0.07a

0.87+ 0.007a

D Pakan TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

8.61 + 0.01d

6.26 + 0.06a

0.56 + 0.05a

0.20 + 0.02d

2.35 + 0.07a

Gonad TKG

II

TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

6.55 + 0.01a

4.79 + 0.02a

4.26 + 0.12a

0.37 + 0.09a

1.76 + 0.01a

Gonad TKG

IV

TL

- NL

o TAG

o COL

- PL

6.95 + 0.08a

4.28 + 1.03a

1.31 + 0.93a

0.25 + 0.01a

2.64 + 1.12a

* Data mewakili nilai rata-rata + standar deviasi. Pada jenis sampel dan kelompok lemak yang sama

nilai rerata yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNTα = 0,05.

Page 42: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

yang nyata kandungan lemak netral antar perlakuan pada gonad TKG IV, tetapi

kandungan lemak netral meningkat selama proses pematangan gonad dari TKG II ke

TKG IV pada perlakuan A dan C dan sebaliknya menurun pada gonad perlakuan B dan

D. Proporsi kandungan NL didalam telur perlakuan A (86.95% dari TL) lebih tinggi

dibandingkan telur perlakuan C (73.17% dari TL). Namun karena kandungan TL telur

perlakuan C tinggi, maka kandungan NL telur perlakuan C sangat berbeda nyata

dibandingkan kandungan NL telur perlakuan A.

Profil lemak polar (PL) gonad selama proses pematangan pada keempat

perlakuan konsisten. Pada keempat perlakuan kandungan PL meningkat selama proses

perubahan dari TKG II ke TKG IV. Kandungan PL tertinggi pada gonad TKG IV

adalah pada perlakuan D, namun sebenarnya mobilisasi PL perlakuan D cenderung

menurun selama proses pemindahan dari pakan sampai ke gonad. Demikian pula pada

kandungan PL perlakuan B. Mobilisasi PL tertinggi dari pakan sampai gonad TKG IV

adalah pada perlakuan C diikuti oleh perlakuan A. Kandungan PL telur perlakuan C

lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan A.

Dalam penelitian ini, selama masa pematangan gonad tercatat terjadi kenaikan

triasilgilserida (TAG) pada perlakuan A yaitu dari 1.58% ke 2.30% dan pada perlakuan

C yaitu dari 1.75% ke 2.68%. Namun peningkatan kandungan TAG didalam gonad

induk udang Vanamei tidak terjadi pada perlakuan B dan D. Pada kedua perlakuan ini,

kandungan TAG tercatat menurun selama masa pematangan gonad. Meskipun demikian

tidak ada perbedaan yang nyata kandungan TAG gonad TKG II masing-masing

perlakuan dan kandungan TAG gonad pada TKG IV.

Kandungan kolesterol (COL) pakan perlakuan A dan C mengungguli dua

perlakuan lain, secara berurutan kandungan COL pakan perlakuan yaitu A. 0.58; B.

0.38; C. 0.73; D. 0.20 %. Kecuali pada perlakuan A, kandungan COL gonad ketiga

perlakuan pada TKG II ke TKG IV mengalami penurunan, dimana kandungan COL

tertinggi pada gonad TKG IV adalah pada perlakuan A diikuti oleh perlakuan C.

Kandungan COL pada telur jauh lebih tinggi dibandingkan kandungan COL gonad

TKG IV menunjukkan terjadinya mobilisasi COL dari gonad ke telur.

Kandungan Betakaroten

Hasil analisis betakaroten pakan dan gonad serta telur masing-masing perlakuan

ditampilkan pada Gambar 12. Dari keempat pakan perlakuan, pakan A mengandung

kandungan tertinggi (134.32 mg betakaroten/1000 g sampel) dibandingkan ketiga

perlakuan lain. Pakan cacing tanah segar yang diperkaya karoten, kandungan

betakarotennya mendekati kontrol. Namun pakan buatan tepung cacing tanah yang

diperkaya karoten kandungan karotennya bahkan lebih rendah dibandingkan pakan

cacing tanah segar tanpa pengaya. Demikian pula dengan akumulasi betakaroten

didalam gonad TKG IV berturut-turut adalah A. 45.85 mg/1000 g sampel, C. 43.16

mg/1000 g sampel, B. 3.86 mg/1000 g sampel dan D. 0 mg/1000 g sampel. Kandungan

betakaroten didalam telur A dan telur C tidak berbeda nyata.

Page 43: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

27

Pembahasan

Dari data komposisi kimia pakan perlakuan, hasil analisa proksimat menunjukkan

keempat pakan memenuhi persyaratan kebutuhan protein dan serat induk udang

menurut Wouters et al. (2001). Protein pakan menyediakan baik asam amino essensial

maupun non essensial untuk perkembangan otot, jaringan pengikat dan protein

respiratori didalam hemolim (Harrison, 1990) sehingga ketersediannya akan

menentukan keberhasilan proses perkembangan gonad. Kandungan serat didalam pakan

didefinisikan sebagai sekelompok bahan yang terdiri dari berbagai polisakarida

termasuk selulosa, hemiselulosa, gums, alga, nonpolisakarida dan lain-lain yang

mempunyai daya tahan terhadap enzim pencernakan. Sehingga kandungan serat pakan

yang terlalu tinggi akan menurunkan kecernaan pakan (D’Abramo et al. 1997).

Proses pengayaan cacing tanah segar (C) maupun pakan buatan (D)

menghasilkan pakan dengan kandungan lemak total (TL), lemak netral (NL) dan

triasilgliserida (TAG) lebih tinggi daripada kontrol (A). Kandungan lemak polar pakan

perlakuan D juga paling tinggi dibandingkan perlakuan lain. Namun kandungan COL

dan betakarotennya lebih rendah daripada pakan cacing tanah yang tidak diperkaya (B).

Pakan buatan memiliki beberapa keunggulan yaitu memudahkan konsumen

didalam proses pemberian pakan dan penyimpanan. Namun proses-proses tersebut juga

dapat menurunkan aktifitas komponen nutrisi yang mudah rusak. Penambahan COL

dan karoten kedalam tepung cacing tanah tidak menghasilkan pakan buatan dengan

kandungan COL dan karoten yang optimal. Diduga proses pembuatan pakan

menyebabkan menurunnya kandungan komponen nutrisi didalam pakan. Proses

penghalusan bahan baku pakan akan menimbulkan panas yang dapat menginaktifkan

beberapa senyawa toksik atau antinutrien. Namun penghalusan bahan baku pakan juga

akan menyebabkan bidang kontak antara bahan baku dengan oksigen di udara

bertambah luas sehingga meningkatkan laju oksidasi. Kondisi ini akan semakin

134.32

4.53

83.42

1.6

45.85

3.86

43.16

0

20.62 18.2

A B C D Gonad

A

Gonad

B

Gonad

C

Gonad

D

Telur A Telur C

Ka

nd

un

ga

n b

eta

ka

rote

n m

g/1

00

0 g

Gambar 12 Kandungan betakaroten pakan, gonad dan telur perlakuan

Page 44: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

bertambah buruk jika dalam bahan baku tersebut ditambahkan logam-logam yang

bersifat katalis, seperti Fe, Cu dan Zn. Selain itu, gesekan dan panas yang ditimbulkan

oleh mesin penghalus dapat merusak komponen nutrisi thermolabile seperti karoten,

vitamin C, PUFA dan beberapa asam amino. Selain proses oksidasi, kerugian lain dari

penghalusan bahan baku pakan adalah terjadinya susut bobot karena tercecernya atau

terbangnya bahan pakan yang berukuran sangat halus. Peningkatan suhu yang terjadi

selama proses gelatinisasi dan pencetakan pelet juga dapat merusak komponen pakan

yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Pelet yang dihasilkan segera dikeringkan. Proses

pengeringan dilakukan hingga kadar air pakan tinggal 10-12%, karena kadar air yang

terlalu tinggi menyebabkan pakan mudah ditumbuhi mikroba (jamur) dan disukai

serangga. Namun sebaliknya jika kadar airnya terlalu rendah juga kurang

menguntungkan karena akan terjadi peningkatan laju proses oksidasi dan pencoklatan.

Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kadar air pakan D 8.81%, dibawah

persyaratan standar 10-12%, hal ini diduga menyebabkan peningkatan laju oksidasi

didalam pakan. Oksidasi lemak dan autolisis diketahui menjadi penyebab rusaknya

komponen vitamin. Secara umum vitamin sensitif terhadap oksigen, cahaya, panas dan

pH yang ekstrim atau kombinasi dari faktor tersebut (Lall dan Parazo 1995; D’Abramo

et al. 1997; Golez 2002). Sebenarnya untuk mencegah penurunan kualitas bahan akibat

reaksi oksidasi, dapat ditambahkan antioksidan. Didalam pakan D sudah ditambahkan

100 ppm karoten yang diketahui dapat berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian yang

dilakukan oleh Zeb dan Murkovic (2011) membuktikan bahwa karotenoid dapat

melindungi TAG minyak zaitun selama perlakuan panas pada suhu 110oC selama 10

jam, namun dalam penelitian ini juga dibuktikan bahwa ternyata dibandingkan dengan

jenis karoten lain, betakaroten bersifat lebih prooksidan atau dengan kata lain lebih

cepat terdegradasi jika terpapar panas. Oleh karena itu disimpulkan bahwa meskipun

sudah ditambahkan antioksidan karoten, pakan D menunjukkan penurunan kandungan

nutrien dibandingkan pakan perlakuan lain karena pengaruh proses pembuatan pakan.

Pada Gambar 9 dan 10 ditampilkan indeks kematangan gonad semua perlakuan

meningkat seiring dengan tahapan perkembangan kematangan gonadnya. Indeks

kematangan gonad atau Gonadosomatik Index (GSI) merupakan suatu indeks untuk

mengetahui perubahan yang terjadi didalam gonad secara kuantitatif. Dengan nilai

tersebut akan diketahui bahwa sejalan dengan perkembangan gonad, indeks itu akan

semakin bertambah besar dengan batas kisar maksimum pada saat terjadi pemijahan.

Bertambahnya berat gonad selama proses pematangan juga menunjukkan terjadinya

penumpukan nutrien (Effendi 1979). Akumulasi lemak tampaknya berperan secara

nyata pada peningkatan berat gonad selama proses pematangan dari TKG II ke TKG

IV. Diketahui bahwa lemak total (TL) gonad perlakuan A. C dan D menunjukkan

peningkatan pada TKG II ke TKG IV. Sedangkan pada perlakuan B menunjukkan

penurunan. Jika dibandingkan dengan kandungan TL didalam pakan, perlakuan C

menunjukkan kandungan TL yang menurun pada TKG II kemudian meningkat kembali

pada TKG IV dengan kandungan yang tidak berbeda nyata dengan kandungan TL

pakan. Perlakuan D menunjukkan kandungan TL dari pakan sampai ke gonad TKG IV

dengan tren yang sama dengan perlakuan C.

Peningkatan lemak total (TL) selama proses pematangan gonad juga dilaporkan

terjadi pada penelitian lain dengan jenis udang berbeda yaitu pada P. aztecus (Castille

dan Lawrence 1989), P. monodon (Millamena dan Pascual, 1990) dan P. semisulcatus

(Ravid et al. 1999). Namun berbeda dengan data yang diperoleh pada penelitian ini,

Wouters et al. (2001b) menyatakan bahwa peningkatan TL selama proses maturasi

pada induk udang Vanamei dari alam ternyata hanya terjadi pada tahap belum

berkembang hingga TKG I, kemudian menurun pada tahapan selanjutnya.

Page 45: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

29

Beberapa peneliti didalam Clarke (1982) menyatakan bahwa lemak didalam

gonad berasal dari hepatopankreas, juga berasal dari jaringan lain, sintesa secara de

novo ataupun pakan. Menurut Clarke (1982) dan Castille dan Lawrence (1989) jumlah

lemak yang tertimbun didalam gonad F. azteus dan Chorimus antarticus jauh melebihi

jumlah lemak yang tersimpan didalam hepatopankreas, laju sintesa lemak secara de

novo juga terlalu rendah untuk dapat mendukung peningkatan lemak didalam gonad.

Sehingga disimpulkan bahwa proses pematangan gonad induk udang kemungkinan

besar sangat tergantung pada ketersediaan lemak didalam pakan.

Pakan perlakuan A, C dan D memiliki komposisi lemak netral (NL) lebih banyak

daripada lemak polar (PL) jika dibandingkan pakan perlakuan B. Namun selama proses

pematangan gonad pada perlakuan A dan C, tampak kandungan NL meningkat sedang

kandungan PL gonad cenderung menurun. Pakan perlakuan C mempunyai kandungan

NL tertinggi dibandingkan perlakuan lain. Kandungan NL ini berkaitan dengan

kandungan TAG dan COL. Kandungan PL berkaitan dengan kandungan jenis-jenis

fosfolipid. Secara keseluruhan terlihat bahwa pada perlakuan A dan C terjadi

peningkatan kandungan NL dan TAG pada gonad dari TKG II ke TKG IV, sedangkan

pada perlakuan B dan D justru menurun. Pada perlakuan A juga terjadi peningkatan

kandungan kolesterol (COL) selama proses maturasi, namun pada gonad perlakuan B,

C dan D kandungan COL tercatat menurun. Dari data tampak bahwa kandungan PL

pada semua perlakuan meningkat selama proses pematangan gonad. Menurut Ravid et

al. (1999) peningkatan PL kemungkinan juga disebabkan konversi TAG menjadi PL

didalam hepatopankreas yang kemudian dipindahkan kedalam gonad dalam bentuk

lipoprotein larut air bersama haemolim.

Fosfolipid dan TAG merupakan lemak yang penting didalam gonad udang, dan

dilaporkan merupakan lemak-lemak didalam gonad yang paling utama (Ravid et al.

1999; Shiau 1998). Peran penting fosfolipid dan TAG didalam metabolisme udang

berkaitan dengan asam-asam lemak penyusunnya. Beberapa studi menyatakan bahwa

beberapa udang menunjukkan kemampuan yang terbatas atau bahkan tidak mampu

melakukan biosintesa n-3 dan n-6 highly unsaturated fatty acids (HUFA) dari n-3 dan

n-6 polyunsaturated fatty acids (PUFA) (Read 1981; Colvin 1976; Bottino et al. 1980;

Kanazawa et al. 1976 dalam D’Abramo et al. 1997). HUFA n-3 dan n-6 merupakan

prekursor prostaglandin yang mempunyai peran penting dalam proses reproduksi.

Sedangkan fosfolipid diketahui sebagai komponen struktur dari membran gonad

(Ravid et al. 1999), berperan penting pada fluiditas, permeabilitas, dan plastisitas

membran serta untuk aktivasi enzim (Hu et al. 2009).

Disisi lain COL essensial bagi udang dan mungkin merupakan aspek yang terunik

pada komposisi lemak udang ( Shiau 1998). COL merupakan komponen penting dalam

semua sel membran dan prekursor dari banyak molekul bioaktif seperti hormon steroid.

Kanazawa dan Teshima (1971) dalam Harrison (1990) mendemonstrasikan konversi in

vivo COL menjadi hormon steroid didalam gonad lobster Panulirus japonicus . COL

essensial untuk udang karena udang tidak mampu mensintesa ikatan cincin sterol, dan

oleh karena itu COL dari pakan akan disimpan di jaringan otot, hepatopankreas dan

gonad.

Analisis kandungan protein gonad antar perlakuan menunjukkan bahwa pakan C

menghasilkan kenaikan kandungan protein gonad tertinggi dari TKG II ke IV.

Sebaliknya pada perlakuan B dan D, kandungan protein gonad menurun. Beberapa

studi menunjukkan perubahan kandungan protein didalam gonad yang berhubungan

dengan perkembangan telur dan pemijahan, serta keberhasilan pemijahan. Harrison

(1997) menemukan bahwa peningkatan kandungan protein didalam gonad berhubungan

dengan perkembangan gonad yang diikuti dengan penurunan tajam kandungan protein

Page 46: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

sesudah pemijahan pada udang Paratelphysa hydrodromaus. Palacios et al. (2000),

melaporkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada kandungan protein

hepatopankreas dan gonad induk betina udang Vanamei liar dan hasil domestikasi,

dimana induk yang menunjukkan tampilan pemijahan yang baik, kandungan proteinnya

lebih tinggi daripada kandungan protein hepatopankreas dan gonad induk yang

tampilan pemijahannya buruk. Di dalam penelitian ini, penurunan kandungan protein

didalam gonad induk betina udang Vanamei perlakuan B dan D selama proses

pematangan gonad, diduga menyebabkan proses reproduksi tidak berjalan dengan baik

sehingga tidak dihasilkan telur. Harrison (1990) menyebutkan pentingnya sintesa

protein kuning telur, hormon peptida dan enzim-enzim selama masa maturasi dan

reproduksi. Protein didalam pakan menyediakan baik asam amino essensial maupun

non essensial yang dibutuhkan dalam pembentukan otot, jaringan pengikat dan protein

respirator dalam hemolim. Protein pakan juga menyediakan nitrogen untuk penyusunan

materi genetik dan juga dimetabolisme menjadi cadangan energi.

Hasil analisis betakaroten pakan dan gonad serta telur masing-masing perlakuan

ditampilkan pada Gambar 12. Karoten merupakan kelompok pigmen yang tidak bisa

disintesa oleh hewan sehingga harus diperoleh dari pakan dan bisa ditransformasi dari

satu bentuk karoten ke bentuk yang lain (Wouters et al 2001a). Data hasil analisis

menunjukkan bahwa akumulasi betakaroten didalam gonad berkaitan dengan

ketersediaanya didalam pakan. Dari keempat pakan perlakuan , pakan A mengandung

kandungan tertinggi (134.32 mg betakaroten/1000 g sampel) dibandingkan ketiga

perlakuan lain. Demikian pula dengan akumulasi betakaroten didalam gonad berturut-

turut adalah A. 45.85 mg/1000 gr sampel, C. 43.16 mg/1000 gr sampel, B. 3.86

mg/1000 gr sampel dan D. 0 mg/1000 gr sampel. Selama proses maturasi, karotenoid

bebas dan yang teresterifikasi terakumulasi didalam hepatopankreas, kemudian selama

proses vitelogenesis sekunder akan didistribusikan dari hepatopankreas melalui

hemolim dalam bentuk lemak komplek High Density Lypoproteins / HDL kedalam

gonad (Harrison 1990). Akumulasi karoten didalam gonad akan menyebabkan warna

gonad berubah menjadi lebih gelap, hal ini yang mendasari penentuan tingkat

kematangan gonad secara morfologi (Gambar 13).

Kandungan protein, lemak dan kelas-kelas lemak yang berbeda mempengaruhi

tahapan perkembangan gonad antar perlakuan. Data persentase jumlah induk matang

gonad TKG I, II, III dan IV pada 3 periode pengamatan (Lampiran 1) menunjukkan

bahwa rata-rata jumlah induk yang mencapai TKG III dan IV pada perlakuan A dan C

lebih banyak dibandingkan perlakuan lain. Pengukuran diameter oosit pada TKG II dan

TKG IV, secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun dalam

penelitian ini terlihat bahwa perbedaan perlakuan pakan menghasilkan respon

kecepatan perkembangan oosit yang berbeda. Meskipun faktor lain seperti kondisi

lingkungan, sumber dan ukuran induk serta manajemen pemeliharaan dipertahankan

homogen. Perbedaan ini ditunjukkan oleh persentase sebaran diameter oosit vitelogenik

yang berbeda-beda pada setiap tahapan dan dari perkembangan sel oositnya. Pada

TKG IV, frekuensi oosit vitelogenik pada kisaran diameter 100-336 m perlakuan A

dan C lebih besar dibandingkan kedua perlakuan lain. Secara berturut-turut jumlah oosit

vitelogenik yang sudah matang gonad pada keempat perlakuan yaitu A. 89.23%; B.

87.65%; C. 96.97% dan D. 69.34%. Persentase oosit yang lebih banyak pada kisaran

diameter 100-336 m menyebabkan ukuran rata-rata diameter oosit pada perlakuan C

lebih besar. Data rata-rata diameter oosit berturut-turut A. 144.92a + 31.94 m;

B. 133.03a + 26.47 m; C. 148.86

a + 23.89m; D. 119.00

a + 26.93 m.

Effendi (1979) menyatakan bahwa dalam satu tingkatan gonad, komposisi telur

yang dikandung tidak homogen melainkan terdiri dari beberapa macam telur. Namun

Page 47: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

31

dinyatakan bahwa komposisi telur ini berhubungan dengan frekuensi dan lama musim

pemijahan serta pengaruh lingkungan. Sebaliknya Harrison (1990) menyatakan bahwa

dalam proses pematangan gonad mencakup beberapa proses yaitu gonadogenesis

(perkembangan jaringan gonad), gametogenesis (produksi oosit atau spermatosit) dan

pada betina melalui proses vitelogenesis (produksi protein kuning telur) yang

seluruhnya dipengaruhi oleh kualitas nutrien dari pakan.

Ketersediaan pakan yang optimal diidentifikasi sebagai faktor yang sangat

penting didalam pematangan gonad dan reproduksi udang. Dilaporkan bahwa pakan

yang tidak seimbang atau tidak lengkap menyebabkan kinerja reproduksi induk buruk

atau bahkan sama sekali terhenti (Wouters et al. 2001a). Izquierdo (2001) menyatakan

bahwa sistem endokrin otak-pituitari-gonad dapat terganggu jika nutrisi pakan tidak

seimbang atau jika ketersediaan komponen biokimia untuk pembentukan telur terbatas.

Pada penelitian ini induk yang berhasil memproduksi telur adalah induk pada

perlakuan A dan C. Tercatat bahwa didalam telur yang dihasilkan oleh induk udang

Vanamei pada perlakuan A dan C juga terkandung TL. Adanya pemindahan TL kepada

turunannya sesuai dengan hasil penelitian Wouters et al. (2001b) pada udang Vanamei.

Terdapat perbedaan yang nyata kandungan TL pada telur yang dihasilkan perlakuan A

dan C. Transfer lemak dari gonad kedalam telur tampaknya terjadi lebih efisien pada

pakan C dibandingkan pakan A, karena tercatat kandungan TL pada telur C yaitu

3.23% sedangkan pada telur A yaitu 0.69%. Mobilisasi lemak yang lebih baik pada

perlakuan C diduga menyebabkan rata-rata diameter oosit dalam gonad C juga lebih

tinggi. TAG didalam telur digunakan dalam metabolisme tingkat substansial sebagai

Perlakuan Pakan

TKG II

TKG IV

A

B

C

D

Gambar 13 Perbandingan warna gonad antar perlakuan

Page 48: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

cadangan energi selama perkembangan telur dan penetasan. Kandungan TAG didalam

telur tidak berbeda nyata pada perlakuan A dan perlakuan C yaitu berturut-turut 0.73%;

0.70%. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa telur yang dihasilkan dari induk yang

diberi pakan alternatif cacing tanah segar diperkaya fosfolipid, COL dan karoten

kualitasnya baik, karena naupli yang mempunyai cadangan energi mempunyai

kesempatan besar untuk sukses melewati masa metamorphosis ke tahap zoea (Palacios

et al. 2001). Dalam penelitian ini COL pada perlakuan A meningkat selama proses

pematangan gonad tingkat II ke IV ( 0.31%-0.33%) dan kemudian terekspresi didalam

telur yang dihasilkan (0.62%). Sedangkan pada perlakuan B, C, dan D terjadi

penurunan kandungan COL selama proses pematangan gonad. Namun karena

kandungan COL pada perlakuan pakan C cukup tinggi dibandingkan ketiga perlakuan

lain (0.73%) maka meskipun kandungan COL gonad TKG IV lebih rendah

dibandingkan COL gonad TKG II, telur yang dihasilkan sudah mendapat suplai COL

(0.49%). Menurut Harrison (1990), COL telur tampaknya diambil dari cadangan COL

gonad, dalam bentuk membran telur dan membran-membran dalam perkembangan

embrio. COL yang disimpan dalam kuning telur tampaknya juga sebagai bahan

prekursor hormon steroid atau sebagai cadangan COL untuk tahap embrio dan larva

awal.

Fungsi karoten selama mobilisasi lemak gonad dan didalam telur kemungkinan

adalah sebagai antioksidan atau pelindung cahaya, melindungi cadangan nutrien dan

jaringan embrio dari kerusakan oksidatif atau radiasi matahari (Harrison 1990). Hal ini

diduga menjadi penyebab mengapa pakan pada perlakuan B dan D tidak mampu

mendukung kinerja reproduksi induk udang Vanamei dan gagal menghasilkan telur.

Kandungan betakaroten didalam pakan B dan D sangat rendah jika dibandingkan pakan

lain. Sehingga suplai betakaroten tidak mencukupi bukan saja untuk melindungi suplai

lemak selama mobilisasi kedalam gonad, bahkan juga kedalam telur. Dengan demikian

kandungan betakaroten didalam gonad pada TKG IV juga rendah dan bahkan tidak

terdeteksi pada gonad perlakuan D (0%). Rendahnya kandungan betakaroten didalam

pakan menyebabkan komponen nutrisi tidak dapat dilindungi dari proses kerusakan

akibat oksidasi. Akibatnya kandungan nutrisi khususnya protein dan lemak menurun

selama proses pematangan gonad TKG II dan IV dan bahkan terkuras sehingga tidak

mencukupi untuk dapat menghasilkan telur dengan viabilitas yang tinggi. Karoten juga

mendukung kestabilan struktur lipoprotein dengan membentuk nonstokiometrik

kompleks dan oleh karena itu melindungi nutrien yang dibutuhkan oleh embrio atau

larva. Karoten didalam telur kemungkinan juga berfungsi sebagai penyedia pigmen,

yang digunakan oleh embrio dan larva dalam pembentukan kromatofor dan titik mata,

atau sebagai prekursor vitamin A (Linan-cabello dan Jesus 2004). Telur yang dihasilkan

pada proses pemijahan induk udang Vanamei perlakuan A dan C menunjukkan ekspresi

betakaroten berturut-turut yaitu telur A 20.62 mg/1000g; telur C. 18.2 mg/1000g.

Harrison (1990) menekankan bahwa sumber pigmen karoten bagi udang hanya dari

pakan, sehingga pengayaan pakan induk dengan karoten akan sangat berpengaruh

terhadap kualitas telur, viabilitas dan vitalitas larva yang dihasilkan. Hal ini dapat

mendukung kesimpulan bahwa pakan cacing tanah yang diperkaya oleh kolesterol,

fosfolipid dan karoten dapat digunakan sebagai alternatif pakan untuk induk udang

Vanamei.

Page 49: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

33

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pakan cacing tanah Pheretima sp yang

diperkaya dengan kolesterol, fosfolipid dan karoten dapat digunakan sebagai pakan

alternatif pengganti cacing laut Nereis sp untuk induk udang Vanamei L. vannamei.

Data menunjukkan bahwa meskipun TL gonad perlakuan meningkat namun

penggunaan cacing tanah Pheretima sp segar yang diperkaya menghasilkan kenaikan

kandungan protein, PL, TAG serta betakaroten gonad selama proses pematangan dari

TKG II ke TKG IV sehingga dapat menyamai komposisi kimia pakan kontrol.

Perkembangan kematangan gonad induk dengan pakan cacing tanah Pheretima sp yang

diperkaya baik secara morfologi maupun histologi menunjukkan kecepatan paling

tinggi dibandingkan perlakuan B dan D. Dalam penelitian ini induk yang berhasil

memproduksi telur adalah induk pada perlakuan cacing laut Nereis sp dan induk pada

perlakuan cacing tanah Pheretima sp yang diperkaya dengan kolesterol, fosfolipid dan

karoten.

Saran

Proses pengayaan cacing tanah (Pheretima sp) dengan kolesterol, fosfolipid dan

karoten dilakukan melalui penyuntikan. Oleh karena itu agar dapat diaplikasikan secara

masal dalam budidaya udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) disarankan untuk

mencari teknik pengayaan cacing tanah yang lebih mudah dan efektif .

DAFTAR PUSTAKA

Brata B. 2009. Cacing tanah: Faktor mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangbiakan. Bogor (ID): IPB Pr. 58.

Castille FL, Lawrence AL. 1989. Relationship between maturation and biochemical

composition of the gonads and digestive glands of the shrimps Penaeus aztecus iIves

and Penaeus setiferus (L.). J. Crustacean Biol. 9(2): 202-211.

Clarke A. 1982. Lipid synthesis and reproductions in the polar shrimp Chorismus

antarticus. Mar. Ecol. Prog. Ser. 9. 81-90. 0171.8630/82/0009/0081. D’Abramo LR, Border CE, Conklin DE, Baum NA. 1981. Essentiality of dietary

phosphatidylcholine for the survival of Juvenile Lobsters. J.nutrition.III: 425-431 D’Abramo LR, Conklin DE, Akiyama DM, 1997. Crustacean Nutrition. The World

Aquaculture Society. Louisiana. ISBN 1 8888 07 00 8.

D’Abramo LR. 1989. Lipid requirement of shrimp. Advances in tropical aquaculture.

AQUACOP-IFREMER. Tahiti. 271-285.

De Silva SS dan Anderson TA. 1995. Fish nutrition in aquaculture. London (GB):

Chapman & Hall.318.

Demestre M, Fortuno JM. 1992. Reproduction of the deep-water shrimp Aristelus

antennatus (Decapoda: Dendrobranchiata). Mar. Ecol. Prog. Ser. 84. 41-51.doi

0171-8630/92/0084/0041/$03.00.

Effendi MI. 1979. Metode biologi perikanan. Bogor (ID). Yayasan Dewi Sri. FAO Food and Agriculture Organization. 2012. The state of world fisheries and

aquaculture. Fisheries and Aquaculture Departement. Food and Agriculture

Page 50: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Organization of The United Nations. Bull internet. Rome. Tersedia pada: http // www.fao.org/Fishery/spesies/3904/en.197.

Furuichi M. 1988. Fish nutrition. p 1-77. In T. Watanabe (ed). Fish nutrition and

mariculture. Jica Texbook The General Aquaculture Course. 233.

Golez NV. 2002. Processing of feedstuffs and aquafeeds. P 125-146. In Millamena

OM, Coloso RM, Pascual FP (ed). Nutrition in tropical aquaculture. Aquaculture

Departement SEAFDEC. Philippines. 196.

Gong H, Lawrence AL, Jiang DH, Gatlin III DM. 2000. Lipid nutrition of juvenile

Litopenaeus vannamei: I. Dietary cholesterol and de-oiled soy lecithin equirements

and their interaction. Aquaculture. 190:307–326. doi S0044- 8486 00 00414- 2.

Gonzalez-Felix MR, Gatlin III DM, Lawrence AL, Perez-Velazquez M. 2002. Effect

of dietary phospholipid on essential fatty acid requirements and tissue lipid

composition of Litopenaeus vannamei juveniles. Aquaculture. 207 :151– 167. doi

S0044-8486(01)00797-9.

Guillaume J, Kaushik S, Bergot P, Metailler R. 2001. Nutrition and feeding of fish and

crustaceans. Praxis Publishing. Chichester (UK). 408.

Halver JE, Hardy RW. 2002. Fish nutrition third edition. Academis Pr. (AP). Elseiver

Science (USA). 824.

Harrison K. 1990. The role of nutrition in maturation, reproduction and embryonic

development of decapod crustaceans (review). Journal of Shellfish Research. 9(1):

1-28. Generated 17 Februari 2011 11:24 pm.

Harrison K. 1997. Broodstock nutrition and maturation diets. In D’Abramo LR,

Conklin DE, Akiyama DM. (ed) : Crustacean nutrition, Advances in World

Aquaculture Volume 6. World Aquaculture Society. 587.

Hu E, Wang RJ, Pan CY, Yang WX. 2009. Fatty acids: Composition and functions for

reproduction. In: Nakamura TK (ed) Aquaculture research progress. Nova Sci.

Publisher, Inc.127-146.

Ibarra AM, Racotta IS, Arcos FG, Palacios E. 2007. Progress on the genetics of

reproductive performance in penaeid. Aquaculture. 268:23–43.

doi:10.1016/j.aquaculture.

Izquierdo MS, Fernandez-Palacios H, Tacon AGJ. 2001. Effect of broodstock

nutrition on reproductive performance of fish. Aquaculture. 197: 5–42. doi S0044-

8486 01 00581-6.

Kamler E. 1992. Early life history of fish: An energetics approach. Inggris (GB).

Roulemak totaled Chapman & Hall. 267.

Lall SP, Parazo MP. 1995. Vitamins in fish and shellfish . p 157-186. In Ruiter A (ed).

Fish and fishery product. CAB International. ISBN 0 85198 927 6.

Lawrence AL, McVey JP, Huner JV. 1985. Penaeid Shrimp Culture. In Huner JP,

Brown EE (eds.) : Crustacean and mollusk aquaculture in the United States. AVI

Publishing Co., Inc., Westport, Connecticut, USA.

Linan-Cabello MA, Jesus PM. 2004. Induction factors derived from carotenoids and

vitamin A during the ovarian maturation of L. vannamei. Aquaculture International.

12: 583-595.

Linder MC. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme. Penerjemah : Aminuddin

Parakkasi. Penerbit Universitas Indonesia.

Lorenz T. 1998. A review of Carotenoid, Astaxanthin as a pigment and vitamin source

for cultured Penaeus Prawn. Naturose Technical Bulletin. Cyanotech Corporation.7.

Lovell RT. 1984. Ascorbic acid metabolism in: Fish Proc. Ascorbic acid in domestic

animal. Royal Danish Agriculture Soc. Copenhagen. 206-212 p.

Page 51: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

35

Machlin LJ. 1990. Hand book of Vitamin. Second Edition. Revised and Expanded.

594 .

Millamena OM, Pascual FP. 1990. Tissue lipid content and fatty acid composition of

Penaeus monodon Fabricius broodstock from the wild. J. World Aquacult. Soc. 21:

116-121. DOI: 10.1111/j.1749-7345.1990.tb00531.x

Morris TC, Samocha TM, Davis AD, Fox MJ. 2011. Cholesterol supplements for

Litopenaeus vannamei reared on plant based diets in the presence of natural

productivity. Aquaculture. 314 : 140 - 144. Doi: 10. 1016 / j. aquaculture.

2011.01.052.

Motoh H. 1981. Studies on the fisheries biology of the Giant Tiger Prawn, Penaeus

monodon, in the Philippines. (Technical Report No. 7). Tigbauan, Iloilo, Philippines:

Aquaculture Department. Southeast Asian Fisheries Development Center. 128.

Mourente G. 1996. Invitro metabolisme of C-14-Polyunsaturated Fatty Acids in might

gland and ovary cells from Penaeus kerathurus Forskal at the beginning of sexual

maturation. Comp. Biochem. Physiol. 115(2) 255-266 .

Nguyen ND, Wouters R, Wille M, Thanh V, Dong TK¸ Hao NV, Sorgeloos P. 2009. A

Fresh-food maturation diet with an adequate HUFA composition for broodstock

nutrition studies in Black Tiger Shrimp Penaeus monodon (Fabricius, 1798).

Sciencedirect 297: 116–121. doi:10.1016/ j.aquaculture. 2009.09.005.

Nurdjana ML. 1983. Pengaruh ablasi mata unilateral terhadap perkembangan telur dan

embrio serta kualitas larva Udang Windu (Penaeus monodon Fab). Yogyakarta (ID).

Universitas Gajah Mada. 401.

Palacios E, Racotta IS, Heras H, Marty Y, Moal J, Samin JF. 2001. Relation between

lipid and fatty acid composition of eggs and larval survival in white pacific shrimp

(Penaeus vannamei, Boone, 1931). Aquaculture International. 9: 531-543.

Paoletti MG, Buscardo E, VanderJagt DJ, Pastuszyn A, Pizzoferrato L, Huang YS,

Chuang LT, Millson M, Torres F, Glew RH, Cerda H. 2003. Nutrient content of

earthworms consumed by Ye’Kuana Amerindians of The Alto Orinoco of

Venezuela. Inggris (GB). Proc. Royal Society. B . 270:249–257.

Peixoto S, Wasielesky W, Cavalli . 2011. Broodstock maturation and production of

the Indigenous Pink Shrimp Farfantepenaeus paulensis in Brazil: An Updated

Review on Research and Development. Aquaculture. 315 . 9–15.

doi:10.1016/j.aquaculture.2010.04.009.

Piliang WG dan Djojosubagio S. 1991. Fisiologi Nutrisi. Vol I. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar

Universitas Ilmu Hayati, IPB. 289.

Pinon E, Cowin P, Vera L, 2003. Use of Farm-raised Polychaetes Nereis virens in

shrimp maturation. In Jory, D. E.,(ed): Responsible Aquaculture for a Secure

Future. Proceedings of the Special Session on Shrimp Farming. Aquaculture. Baton

Rouge, LA (US).

Ravid T, Tietz A, Khayat M, Boehm E, Michelis R, Lubzens E. 1999. Lipid

accumulation in the ovaries of marine shrimp Penaeus semisulcatus (De Haan). J.

Exp. Biol. 202(13). 1819-1829.

Reddy PR, Kiranmayi P, Kumari KP, dan Reddy PS. 2006. 17-hydrokxiprogesteron

induced ovarian growth and vitellogenesis in the freshwater rice field crab

Oziotelphusa senex senex. Aquaculture. 254. 768-775. Doi:

10.1016/j.aquaculture.2005.11.023.

Sangamaheswaran AP dan Jeyaseelan MJP. 2001. White Spot Viral Disease in Penaeid

Shrimp review. ICLARM Quarterly. 24(3-4): 7.

Page 52: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Shiau SY. 1998. Nutrient requirement of penaeid shrimps. Aquaculture. 164. 77-93.

S0044-8486(98)00178-1.

Sihombing DTH. 1999. Satwa harapan II: Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya.

Pustaka Wirausaha Muda. Bogor (ID). 230.

SNI 01-7253-2006 tentang Induk Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) kelas induk

pokok. 2006. Ringkasan SNI Perikanan Budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID).

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan prosedur statistika. Alih Bahasa : Bambang

Sumantri. Jakarta (ID). Gramedia Pustaka Utama. 748.

Tarsim M, Junior MZ, Riani E. 2007. Effect of Estradiol-17ß injection on gonad

development of White Shrimp (Litopenaeus vannamei). Jurnal Akuakultur

Indonesia, 6(1): 17–25.

Watanabe T, Itoh A, Kitajima C, Nishimura K. 1984. Effect of dietary protein levels on

reproduction of Red Seabream. Bull. Japan. Soc. Scien. Fish. 50(6): 1015-1022.

Watanabe T. 1988. Fish nutrition and mariculture. Jica Texbook The General

Aquaculture. 233.

Wilson RP. 1994. Utilization of dietary Carbohydrate by Fish. Aquaculture: 124

(1994) 67-80 . Wouters R, Lavens P, Nieto J, Sorgeloos P. 2001a. Penaeid Shrimp broodstock

nutrition: An updated review on research and development. Aquaculture research. 202:1-21.

Wouters R, Piguave X, Bastidas L, Caldero J, Sorgeloos P. 2001b. Ovarian maturation and haemolymphatic vitellogenin concentration of Pacific White Shrimp Litopenaeus vannamei (Boone) fed increasing levels of total dietary lipids and HUFA. Aquaculture Research. 32:573-582.

Zeb A, Murkovic M. 2011. Carotenoids and triacylglyserols interactions during thermal

oxidation of refined olive oil. Science direct. Doi: 10.1016/j.foodchem.2011.02.022

Page 53: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Periode/

hari ke

Perlakuan A

(n=25 ekor)

Perlakuan B

(n=25 ekor)

Perlakuan C

(n=25 ekor)

Perlakuan D

(n=25 ekor)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

I

1. 8 1

2. 2 8 1 1

3. 1 2 8 1 2 1

4.

5.

6. 1 1 1 1 1 1

7. 1 1 1

8. 1 1 1 1

9. 1 1

10. 2 1

11. 2 1 1

12. 1 2 1

13. 2 1

14. 2 1

15. 2

16. 4

17. 2 4

Jumlah 22 20 14 1 1 3 1 0 5 4 4 2 1 1 1 0

% 88 80 56 4 4 12 4 0 20 16 16 8 4 4 4 0

Lampiran 1 Pengamatan jumlah induk udang Vanamei pada TKG I-IV selama pemeliharaan

Page 54: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Lanjutan Lampiran 1

Periode/

hari ke

PERLAKUAN A

(n=25 ekor)

PERLAKUAN B

(n=25 ekor)

PERLAKUAN C

(n=25 ekor)

PERLAKUAN D

(n=25 ekor)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

II

1. 3 2 2 1 1 1 1

2. 3 2 2 1 3 1 1 1

3. 2 1 1 2 1 2 2 1

4. 2 2 2 2 2 1 1

5. 2 2 1 2 1 1 1

6. 2 2 1 1 1 1 1

7. 1 2 3 1 1 2 1 1 2

8. 1 2 3 1 1 2 1 1 2

9. 2 2 1 3 2 1 2 1 1 2 1

10. 2 3 1 2 3 1 2 2 1 1 1

11. 2 2 1 1 2 2 1 1 3 2 2 1

12. 3 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1

13. 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1

14. 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1

15. 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 4

16. 1 4 1 1 1 2 1 1 1 1 2

17. 2 3 2 1 1 1 1 2

Jumlah 25 24 14 9 25 25 13 1 23 24 18 6 18 11 7 9

% 100 96 56 36 100 100 52 4 92 96 72 24 72 44 28 36

Page 55: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

Lanjutan Lampiran 1

Periode/ Hari ke

PERLAKUAN A (n=25 ekor)

PERLAKUAN B (n=25 ekor)

PERLAKUAN C (n=25 ekor)

PERLAKUAN D (n=25 ekor)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

III

1. 3 4 2 1 1

2. 2 1 2 2 1 1 1

3. 5 1 1 4 1

4. 2 1 1 1 1 3 2 1

5. 1 1 2 1

6.

7. 1 1 2 2 2

8. 1 2

9. 1 1 3 1 2 2 2

10. 1 1 1 3 2 1 2 1

11. 1 1 3 2 2 1

12. 1 1 3 1 1 1 1

13. 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

14. 1 2 1 1 1 1

15. 1 1 2 1 1 1

16. 1 1 1 1 1 1 1

17.

jumlah 7 3 4 11 4 10 11 4 11 22 7 9 12 11 7 4

% 28 12 16 44 16 40 44 16 44 88 28 36 48 44 28 16

Page 56: EVALUASI PENGAYAAN CACING TANAH (Pheretima sp) … · evaluasi pengayaan cacing tanah (pheretima sp) terhadap komposisi kimia dan perkembangan gonad induk betina udang vanamei (l

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Situbondo pada tanggal 11 November 1973

sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Drs. Abd Rachman

Abu dan Ibu Tri Murdaningsih, A. Ma. Pd. Pendidikan Sekolah

Dasar sampai Sekolah Menengah Atas diselesaikan di

Situbondo. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi

Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan Universitas

Brawijaya Malang, lulus pada tahun 1997. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Akuakultur Institut

Pertanian Bogor. Penulis bekerja sebagai Perekayasa di Balai Budidaya Air Payau

Situbondo sejak tahun 1998.