75
EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN FORMULA SRK/T PADA PASIEN KATARAK SENILIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI TESIS Oleh : HENDRA GUNAWAN 137041164 PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RS KHUSUS MATA MEDAN BARU MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN

MENGGUNAKAN FORMULA SRK/T

PADA PASIEN KATARAK SENILIS

YANG DILAKUKAN TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI

TESIS

Oleh :

HENDRA GUNAWAN

137041164

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RS KHUSUS MATA MEDAN BARU

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN

MENGGUNAKAN FORMULA SRK/T

PADA PASIEN KATARAK SENILIS

YANG DILAKUKAN TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Magister Kedokteran Ophthalmology

dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh :

HENDRA GUNAWAN

137041164

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RS KHUSUS MATA MEDAN BARU

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 3: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Judul Penelitian : EVALUASI PERUBAHAN TAJAM

PENGLIHATAN MENGUNAKAN

FORMULA SRK/T PADA PASIEN

KATARAK SENILIS YANG DILAKUKAN

TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI

Nama Mahasiswa : Hendra Gunawan

Nomor Induk Mahasiswa : 137041164

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata

Menyetujui

Pembimbing I

dr. Delfi, M.Ked (Oph), SpM (K)

NIP. 19670922 199803 1 05

Pembimbing II

dr. Bobby R. E . Sitepu, M.Ked (Oph), SpM

NIP. 19740904 200501 1 002

Program Magister Kedokteran Klinik Dekan

Ketua Program Magister

Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), SpM (K) Dr.dr.Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K)

NIP. 19760417 200501 2 001 NIP. 19660524 199203 1 002

Universitas Sumatera Utara

Page 4: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Telah diuji pada :

Tanggal : 26 Februari 2018

Penguji :

Penguji I Penguji II

Prof. dr. Aslim D. Sihotang, SpM (KVR) dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), SpM

Penguji III

drs. Abdul Jalil Armi, M.Kes

Mengetahui,

Ketua Departemen

Ilmu Kesehatan Mata

FK USU/RSUP H. Adam Malik

dr. Hj. Aryani A. Amra, M.Ked(Oph), Sp.M(K)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Tanggal lulus : 26 Februari 2018

Telah di uji pada

Tanggal : 26 Februari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Penguji I : Prof. dr. Aslim D. Sihotang, SpM (KVR) ……………

Penguji II : dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), SpM ……………

Penguji III : drs. Abdul Jalil Armi, M.Kes ……………

Universitas Sumatera Utara

Page 6: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 7: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua baik yang kutipan maupun

dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : Hendra Gunawan

NIM : 137041164

Tanda Tangan :

Universitas Sumatera Utara

Page 8: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Hendra Gunawan

NIM : 137041164

Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non Exclusive Free

Right) atas tesis saya yang berjudul :

“EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGUNAKAN

FORMULA SRK/T PADA PASIEN KATARAK SENILIS YANG

DILAKUKAN TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-

Ekslusif ini. Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan

mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Februari 2018

Yang Menyatakan

(Hendra Gunawan)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

i

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan : Keakuratan pemeriksaan biometri sangat

bermanfaat pada operasi katarak untuk mengurangi kesalahan refraksi dan hasil

tajam penglihatan yang baik. Setelah operasi diharapkan tercapai target tajam

penglihatan yang emetropia

Metode: Jumlah sampel 45 orang katarak senilis yang dilakukan fakoemulsifikasi

dengan mengunakan formula SRK/T pada alat optical biometry di Poliklinik Mata

RSK Mata Medan Baru mulai dari bulan Januari – Februari 2018. Setiap pasien

diperiksa visus, dilakukan pemeriksaan biometri berupa Axial Length (AL)

pendek, sedang dan panjang dan Anterior Chamber depth (ACD) dan power IOL,

lalu dilakukan follow-up visus hari ke-7, 14, dan 30 paska operatif.

Hasil : Jumlah pasien katarak yang dilakukan tindakan fakoemulsifikasi 45 orang

(45 mata), perubahan tajam penglihatan terlihat lebih banyak pada axial length

sedang sebanyak 15 mata, dibanding axial length pendek dan sedang.

Kesimpulan : Tidak ada hubungan perubahan tajam penglihatan dengan AL

pendek, sedang dan panjang dengan menggunakan formula SRK/T.

Kata Kunci : Fakoemulsifikasi, SRK/T, Axial Length

Universitas Sumatera Utara

Page 10: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

ii

ABSTRACT

Objective: The accuracy of biometric examination is very useful in cataract

surgery to reduce refractive errors and best vision results. After the operation, it is

expected to achieve target vision as emmetropia.

Method: The total of 45 senile cataracts performed by phacoemulsification.

Power IOL using Formula SRK/T, axial length, and anterior chamber depth

measured by using Optical Biometry ( IOL Master 500®

) at Medan Baru Eye

Centre Hospital from January to February 2018. After phacoemulsification each

visual acuity of the patient was being examined then performed follow-up on

days to 7, 14, and 30 post operative.

Results: The number of cataract patients performed 45 phacoemulsification,

visual acuity result is better in medium axial length as much as 15 eyes, compared

to short and long axial length.

Conclusions: There is no significant correlation between changing of vision and

short, moderate and long axial length using the SRK / T formula.

Keywords: phacoemulsification, SRK / T, axial length

Universitas Sumatera Utara

Page 11: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya serta telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini dibuat untuk memenuhi sebagian

dari persyaratan dalam meyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara / RSUP H. Adam Malik Medan/RS Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak

di masa yang akan datang. Untuk itu perkenankanlah saya menyampaikan

ungkapan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya dan setinggi-tingginya kepada :

1. dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Ketua

Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara / RSUP H. Adam Malik Medan / RS Universitas Sumatera Utara, yang

telah banyak memberikan masukan dan bantuan yang berharga dalam

penyusunan dan pelaksanaan penelitian.

2. Dr. dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /

RSUP H. Adam Malik Medan / RS Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak memberikan masukan dan dorongan dalam membantu saya

meyelesaikan tesis ini.

3. dr. Fithria Aldy, M.Ked (Oph), Sp.M selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H.

Adam Malik Medan / RS Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

masukan dan dorongan dalam membantu saya meyelesaikan tesis ini.

4. dr. Delfi, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku Sekretaris Program Studi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan /RS

Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing tesis saya yang

telah banyak memberikan masukan dan dorongan dalam membantu saya

meyelesaikan tesis ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

iv

5. dr. Bobby R.E Sitepu, M.Ked (Oph), Sp.M selaku Dosen Pembimbing saya

yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang

sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

6. Prof. dr. Aslim D Sihotang, Sp.M (KVR) sebagai guru yang telah banyak

membimbing dan memberikan masukan yang tak ternilai harganya.

7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma. M.Kes selaku dosen pembimbing dalam bidang

statistik pada penelitian ini.

8. (Alm) dr. Suratmin, Sp.M (K), (Almh) dr. Nurchaliza H Siregar, M.Ked

(Oph), Sp.M, (Alm) Dr. H. Syaiful Bahri, Sp.M sebagai guru yang telah

banyak memberikan bimbingan dan masukan yang tak ternilai harganya.

Moga kiranya Allah SWT meletakkan Almarhum dan Almarhumah disisi

orang yang beriman disisiNya.

9. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan / RS Universitas

Sumatera Utara atas bimbingan dan arahannya yang sangat bermanfaat dalam

penelitian dan penulisan tesis ini.

10. Abang, kakak dan teman-teman sejawat Ilmu Kesehatan Mata dr. Vera

Avliwani, dr. Ayrika Yuliani, dr. Amelia Rizar, dr. Erli Nur Magdalena Sari

Lubis, dr. Julia Sari, dr. Dwi Maysaroh Arsa, dr. Putri Amriany Nur,

dr. Muhammad Faisal, dr. Serly Indah Puspitasari, dr. Sri Ulina Ginting,

dr. Julham Alandy, dr. Zulfahri Lubis, dr. Elyani Rahman, dr. Ratu Windi

Meidiana, dr. Franky Frans Sihombing, dr. Tari Adrian, dr. Dedi Saputra,

dr. Cut Apriliza Novita, dr. Faiza Sofia Sari, dr. Erick Yudistira, dr. Barii

Hafidh Pramono, dr. Farid Alfarisy, dr. Rafika Rahman, dan dr. Lidiawati

Manik dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

11. Direktur Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru dan staf yang telah

memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peneliti

dalam menjalani penelitian.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam terlaksananya peneltian serta penulisan tesis ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

v

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua saya Drs.H. Chalid

Sahuri, MS dan Hj. Elliarni, SE, M.Si, yang tidak pernah putus asa dan tidak

pernah lelah memberikan doa, perhatian, semangat, dukungan materi dan tenaga,

serta kasih sayang dan kepercayaan sehingga akhirnya tesis ini dapat saya

kerjakan dan saya selesaikan.

Kepada Kakak saya Nina Angelia, S.Sos, M.Si, serta Abang Ipar saya Adi

Rohim Fadjri, SE dan kedua ponakan tercinta, Khanza Kinanti Azahra dan

Khalisa Askadina Naira, Terimakasih atas segala doa, bantuan, dorongan, dan

semangat yang telah diberikan selama ini.

Seluruh keluarga dan handai taulan yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak memberikan

bantuan serta doa selama ini, saya mengucapkan terimakasih yang

sebesarbesarnya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2018

dr. Hendra Gunawan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL........................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 4

1.3.1. Tujuan Umum ......................................................... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................... 4

1.4. Manfaat Peneltian ................................................................ 4

1.5. Hipotesa ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa ............................................... 6

2.2. Katarak Senilis ..................................................................... 7

2.3. Biometri ............................................................................... 8

2.4. Formula IOL ........................................................................ 10

2.4.1. Formula IOL Generasi Ke-1 .................................... 11

2.4.2. Formula IOL Generasi Ke-2 .................................... 12

2.4.3. Fomula IOL Generasi Ke-3 ..................................... 12

2.4.4. Formula IOL Generasi Ke-4 .................................... 13

2.5. Fakoemulsifikasi .................................................................. 13

2.6. Fakodinamik ........................................................................ 15

2.7. Kerangka Teori .................................................................... 16

2.8. Kerangka Konsep ................................................................. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 18

3.1. Rancangan Penelitian ........................................................... 18

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 18

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 18

3.4. Perkiraan Besar Sampel ....................................................... 18

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................... 19

3.6. Persetujuan/Informed Consent ............................................. 19

3.7. Etika Penelitian .................................................................... 19

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian ............................................ 20

3.9. Bahan dan Alat..................................................................... 22

3.10. Identifikasi Variabel ............................................................ 22

3.11. Defenisi Operasional............................................................ 23

Universitas Sumatera Utara

Page 15: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

vii

3.12. Rencana Pengolahan dan Analisa Data ............................... 24

3.13. Personalia Penelitian ............................................................ 24

3.14. Rincian Biaya Penelitian ...................................................... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 25

4.1. Deskripsi Karakteristik Responden ..................................... 25

4.2. Pengaruh Formula SRK/T Dengan Menggunakan IOL

Master Pada Axial Length Pendek, Sedang dan Panjang..... 27

4.3. Pembahasan ......................................................................... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 34

5.1. Kesimpulan .......................................................................... 34

5.2. Saran .................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. vi

Universitas Sumatera Utara

Page 16: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pengukuran dengan IOL Master ............................................... 9

Gambar 2.2. Teknik Fakoemulsifikasi .......................................................... 13

Gambar 3.1. Cara Kerja ................................................................................. 21

Universitas Sumatera Utara

Page 17: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Demografi Pada Mata Pasien dengan Berbagai AL ... 25

Tabel 4.2. Karakteristik Jenis Kelamin dengan berbagai Axial Length ....... 26

Tabel 4.3. Karakteristik Tajam Penglihatan sebelum Tindakan

Fakoemulsifikasi ......................................................................... 27

Tabel 4.4. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL

Pendek Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T ......................................................................................... 27

Tabel 4.5. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL

Pendek Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T ......................................................................................... 28

Tabel 4.6. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL

Sedang Post Fakoemulsifikasi Menggunakan Formula SRK/T . 29

Tabel 4.7. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL

Sedang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T ......................................................................................... 29

Tabel 4.8. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL

Panjang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T ......................................................................................... 30

Tabel 4.9. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL

Panjang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T ......................................................................................... 31

Universitas Sumatera Utara

Page 18: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

x

DAFTAR SINGKATAN

AL : Axial Length

ACD : Anterior Chamber Depth

D : Dioptri

IOL : Intra Ocular Lens

H0 : Hari sebelum fakoemulsifikasi

H7 : Hari ke-7 kontrol setelah fakoemulsifikasi

H14 : Hari ke-14 kontrol setelah fakoemulsifikasi

H30 : Hari ke-30 kontrol setelah fakoemulsifikasi

OD : Oculi Dextra

OS : Oculi Sinistra

Universitas Sumatera Utara

Page 19: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa

yang terjadi karena hidrasi atau penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa

atau akibat keduanya yang disebabkan oleh berbagai kondisi. Katarak bisa

menyebabakan berbagai komplikasi bahkan sampai terjadinya kebutaan.1,2

Katarak adalah penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir

setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari

daerah Asia dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan

terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang

mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara.

Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi katarak di

Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1.8%, sedangkan di Sumatera Utara prevalensi

katarak sebesar 1.4%.2

Tindakan operasi katarak adalah operasi mata yang paling sering

dilakukan di dunia. Dengan teknologi canggih dan perbaikan dalam teknik bedah,

hasil bias final dan kepuasan pasien sangat penting untuk menentukan

keberhasilan prosedur ini. Untuk mencapai hasil yang optimal, biometri pra

operasi harus akurat dan rumus formula untuk mengukur kekuatan IOL yang

akurat harus digunakan.3

Kalkulasi kekuatan lensa intraokuler merupakan persamaan untuk

menentukan ukuran lensa intraokuler yang tepat, berhubungan dengan berbagai

variabel antara lain panjang bola mata (axial length), hasil keratometri dan

kedalaman bilik mata depan (ACD). Keakuratan pemeriksaan biometri sangat

bermanfaat pada operasi katarak untuk mengurangi kesalahan refraksi dan hasil

tajam penglihatan yang baik. Setelah operasi diharapkan tercapai target tajam

penglihatan yang emetropia tanpa menggunakan kacamata atau lensa kontak.4

Perhitungan formula lensa intraokular (IOL) telah berkembang sejak tahun

1949 ketika Harold Ridley menananamkan IOL pertama pada mata manusia.

Terdapat berbagai teori dan regresi rumus yang tersedia untuk perhitungan daya

Universitas Sumatera Utara

Page 20: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

2

IOL. Terdiri dari Holladay 1, Hoffer Q, SRK-T (dikenal sebagai formula generasi

ketiga) dan Holladay 2, Haigis, dan Olsen sebagai formula generasi keempat atau

yang lebih baru. Meskipun formula generasi ketiga dan keempat terbukti cukup

baik dalam menghitung kekuatan IOL pada mata dengan panjang aksial rata-rata,

namun tidak ada konsensus umum yang menilai formula mana yang digunakan

untuk pengukuran IOL pada mata dengan panjang aksial pendek, sedang dan

panjang.5-10

Ketepatan pengukuran kekuatan lensa sangat bermanfaat, mengingat

sebagian besar kesalahan perhitungan adalah saat dilakukannya pemeriksaan

biometri dan keratometri. Hasil optimal untuk lensa intra okuler yang baru

dikembangkan seperti lensa torik, multifokal, akomodatif, dan aspherik juga

tergantung pada keakuratan pengukuran biometri. Berkembangnya kemajuan alat-

alat untuk pengukuran panjang bola mata dan penggunaan formula lensa intra

okuler menuntut dokter mata mempunyai pemahaman dasar mengenai hubungan

antara status refraksi sebelumnya dan kesalahan yang mungkin terjadi pada

perhitungan kekuatan lensa intra okuler.11

Hal ini sangat penting oleh karena kesalahan pengukuran sebesar 0,1 mm

akan mengakibatkan gangguan refraksi pasca operasi hingga 0,28 D.Namun

dengan ditemukannya alat optical biometry, ketepatan pengukuran panjang aksis

bola mata telah meningkat secara signifikan. Dengan menggunakan optical

biometry, target refraksi pasca operasi dapat dicapai hingga ± 0.50 D pada 62.5%

kasus dan ± 1.00 D pada 92.4% kasus. Pencapaian tersebut sangat besar bila

dibandingkan dengan pengukuran yang menggunakan alat ultrasound yang

mencapai target refraksi sebesar ± 0.50 D hanya pada 45.5% kasus dan ± 1.00 D

pada 77.3% kasus.8,9

Sebelumnya, biometri ultrasound atau yang dikenal dengan A-scan

aplanasi adalah teknik yang paling sering digunakan untuk mengukur axial length,

namun baru-baru ini dikembangkan metode baru dalam pengukuran keakuratan

axial length metode ini bernama interferometri laser koherensi parsial (PCI). Axial

length yang diukur menggunakan A-scan ultrasound aplanasi dapat menyebabkan

kesalahan pengukuran dan menciptakan hasil tajam penglihatan paska operatif

yang tidak diinginkan, hal ini mungkin disebabkan oleh kelengkungan bola mata

Universitas Sumatera Utara

Page 21: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

3

dan pengukuran panjang sumbu bola mata diluar sudut oleh transduser terutama

pada mata dengan miopia berat.12,13,14

Pengukuran panjang aksis bola mata tidak lagi menjadi sumber utama

kesalahan dalam perhitungan kekuatan lensa intraokuler bila menggunakan alat

optical biometry. Suatu penelitian melaporkan bahwa pengukuran menggunakan

optical biometry (IOLMaster, Carl Zeiss Meditec AG) pada pasien dengan aksis

bola mata yang panjang cenderung untuk memberikan hasil hipermetropia pasca

operasi katarak .Secara teori, kesalahan pengukuran panjang aksis bola mata akan

lebih nyata pada penderita miopia tinggi, yang memiliki aksis bola mata panjang

dan sklera yang kurang kaku. Selain penekanan kornea saat pemeriksaan biometri,

adanya stafiloma posterior pada penderita miopia yang sangat tinggi juga dapat

menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran panjang aksis bola mata.10,15,16

Penelitian yang membahas biometri preoperatif dan paska operatif

menunjukkan bahwa terjadinya kesalahan sebesar 54% pada prediksi refraksi

setelah implantasi IOL dapat disebabkan oleh kesalahan pengukuran axial length,

8 % karena kesalahan pengukuran kekuatan kornea, dan 38% karena perkiraan

kedalaman bilik mata depan yang salah dalam melakukan pemeriksaan biometri

preoperatif.13

Sebuah penelitian yang dilakukan JK Wang di China mengenai SRKT,

SRKT adalah formula generasi ketiga yang paling akurat, penggunaan data IOL

Master dengan SRKT menghasilkan refraksi yang paling tepat.15

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai evaluasi perubahan tajam penglihatan menggunakan formula

SRK/T pada pasien katarak senilis yang dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi.

Kemudian memeriksa tercapai atau tidaknya target operasi dengan melakukan

penilaian visus.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

4

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perubahan tajam penglihatan menggunakan formula SRK/T

pada pasien katarak senilis yang dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi tajam penglihatan dengan menggunakan Formula

SRK/T pada penderita katarak senilis yang menjalani Fakoemulsifikasi.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi demografi penderita katarak senilis.

2. Untuk mengetahui penilaian tajam penglihatan pada AL pendek setelah

dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi dengan menggunakan formula SRK/T

pada IOL Master.

3. Untuk mengetahui penilaian tajam penglihatan pada AL sedang setelah

dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi dengan menggunakan formula SRK/T

pada IOL Master.

4. Untuk mengetahui penilaian tajam penglihatan pada AL panjang setelah

dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi dengan menggunakan formula SRK/T

pada IOL Master.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dan sejawat mengenai

pemilihan formula SRK/T dengan menggunakan IOL Master pada AL

pendek, sedang dan panjang pada bedah Fakoemulsifikasi.

2. Memberikan data dan informasi mengenai kejadian katarak sebelum dan

setelah operasi katarak sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

3. Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga berhubungan dengan

tajam penglihatan yang optimal demi kualitas hidup yang baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

5

1.5. Hipotesa

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya maka dapat dirumuskan

hipotesa sebagai berikut: adanya pengaruh formula SRK/T pada axial length

pendek, sedang, dan panjang pada bedah Fakoemulsifikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan

transparan. Jaringan ini berasal dari jaringan ektodermal.1

Lensa ini memiliki tebal

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa ini digantung oleh

zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah

anterior lensa terdapat akuos humor dan disebelah posterior terdapat vitreus.

Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan

elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih

keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar

subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang

elastik.17

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit

sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih

tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation

terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,

pembuluh darah atau pun saraf di lensa.17

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya yang diterima dan

akan diteruskan ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh,

otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter

anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa

diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga

tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi

lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama

fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan

benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan

usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat

fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan

sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0 Dioptri.17,18

Universitas Sumatera Utara

Page 25: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

7

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation

(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari akuos humor dan vitreous. Kadar

kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar

natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan

keluar ke akuos humor, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke

bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K

ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.

Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur

HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga

untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah

enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi

fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogen.17,18

2.2 Katarak Senilis

Katarak Senilis adalah sesuatu kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi penurunan

penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif.

Katarak senilis menjadi salah satu penyebab kebutaan di dunia saat ini.17,18

Komponen terbanyak dalam struktur suatu lensa adalah air dan protein.

Dengan bertambah tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan

menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga

kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang. Pada usia lanjut akan

terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa yang mengakibatkan

nukleus lensa terdesak dan mengeras atau yang dikenal sebagai sklerosis nuklear.

Pada saat usia lanjut ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya

protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks

refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi

lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear

lensa. 18

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan

pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning

Universitas Sumatera Utara

Page 26: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

8

keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan

(pandangan kabur/buram) pada seseorang.18

Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil

berwarna putih dan abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai

lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit

dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus

bisa hilang sama sekali.18

2.3. Biometri

Awal munculnya implantasi IOL yang dilakukan oleh Harold Ridley pada

tahun 1946, memberikan hasil yang cukup mengejutkan karena power IOL yang

ditanam ternyata memberikan hasil yang ukurannya sangat berlebihan. Pada saat

itu paska operasi yang diperoleh hasilnya menjadi spheris -12.00 dengan cylindris

+6.00 axis 30 derajat. Kejadian ini menstimulasi timbulnya beberapa penelitian

untuk memperkirakan power IOL yang sebaiknya diimplantasikan, dimana pada

saat itu belum pernah dilakukan teknologi ultrasound untuk mengukur panjang

bola mata (axial length) dan juga belum ditemukannya formula IOL yang

dikembangkan.19

Ada 3 faktor dalam menentukan akurasi dari power IOL yang akan

diperiksa yaitu panjang bola mata (axial length), kurvatura kornea yang sekaligus

menentukan kekuatan refraksi kornea (K readings) dan posisi IOL didalam mata.

Penggunaan mesin ultrasound biometry USG A-scan oleh Kenneth Hoffer di

Amerika pada tahun 1974 untuk pengukuran lensa tanam semakin dikenal, juga

pada saat itu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan formula IOL yang

memunculkan produksi dari mesin-mesin biometri dalam pengukuran power IOL.

19

Baru-baru ini telah dikembangkan alat pengukuran power IOL optical

biometry yang dikenal dengan IOL Master yang sangat efesien, yang mana alat

tersebut menggunakan gelombang laser untuk mengukur panjang bola mata.

Optical biometry ditemukan pada tahun 1990 dan diperkenalkan dengan nama

dagang IOL Master. Alat ini bersifat non-kontak dan telah terbukti keakuratannya

dalam mengukur axial length dan juga sekaligus mengukur radius kurvatur kornea

Universitas Sumatera Utara

Page 27: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

9

(corneal power) dan bilik mata depan, sehingga dalam satu kali pemeriksaan

dalam waktu yang singkat (1 menit) dapat diperoleh ukuran power IOL.19,20,21,22,23

Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan sinar laser infrared

dengan panjang gelombang 780 nm, dipancarkan memasuki bola mata hingga

mencapai fovea sampai ke lapisan pigment epitel retina kemudian dipantulkan

kembali ke instrumen. Pasien diminta untuk memfiksasi penglihatannya pada

sumber cahaya untuk meyakinkan kesejajaran axis dengan fovea. Pada gambar

dibawah ini memperlihatkan beberapa parameter yang dapat diukur sekaligus

diantaranya axial length, anterior chamber depth, keratometry dan white to white

diameter. 21,22,23

Gambar 2.1. Pengukuran dengan IOL Master23

Terdapat beberapa kelebihan dari optical coherence biometry, yaitu optical

biometry dapat mengukur mata yang pseudophakik, aphakia, phakia , silicone oil

tanpa harus mengkonversi persamaan kecepatan. Selain itu dapat pula digunakan

pada kondisi-kondisi tertentu seperti pada pasien miopia tinggi yang terdapat

stafiloma posterior.21,22

Universitas Sumatera Utara

Page 28: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

10

2.4 Formula IOL

Pada masa awal kemunculan dan diperkenalkannya formula IOL, masing-

masing formula selalu dapat digolongkan dalam salah satu dari dua kelompok,

yaitu Theoretical formula, yang mana formula ini diperoleh dari prinsip-prinsip

teori optik dan geometrik berdasarkan penelitian pada mata tiruan (schematic eye)

, dan yang kedua adalah Empirical formula, dimana formula ini diperoleh dari

hasil analisa data-data retrospektif. Namun, pada era baru ini formula IOL yang

mutkahir adalah gabungan dari teori-teori dan pengamatan empiris sehingga

disebut juga hybrid formula. Semua formula IOL tersebut membutuhkan hasil

keratometer yang akurat agar didapatkan prediksi power IOL yang tepat. 19

Rumus umum yang digunakan pada Theoretical formula adalah sebagai

berikut19

:

IOL = 1336 1336

AL – ELP 1336 - ELP

1000 + K

1000 - V

DPostRX

Universitas Sumatera Utara

Page 29: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

11

Dimana :

IOL = Power IOL

AL = Axial length

ELP = Estimated lens position (estimasi posisi lensa)

K = Keratometer

V = Vertex distance

DpostRX = Desire refraction (refraksi paska operasi yang diinginkan)

Berdasrkan perkembangannya, formula IOL dapat dikelompokkan menjadi

beberapa generasi, yaitu mulai dari formula IOL generasi ke-1 sampai dengan

generasi ke-4, yakni formula IOL yang paling mutakhir dan lazim digunakan saat

ini.19

2.4.1. Formula IOL Generasi Ke-1

Semua formula IOL yang muncul pada era sebelum 1980-an, baik formula

yang teoritik maupun empiris, dikelompokkan dalam formula generasi ke-1.

Formula IOL generasi ke-1 yang perlu diutarakan disini adalah SRK I. Beberapa

tokoh yang dapat disebutkan antara lain : Fedorov dan Kolinko (1967),

Colenbrander (1972), Thijssen (1975), Van der Heijde (1975), Hoffer (1974),

Binkhrost (1975), Lloyd dan Gills (1978), dan Retzalf, Sanders dan Kraff (1980).

Berbagai jenis formula tersebut berbeda dalam beberapa hal untuk menentukan

power IOL berdasarkan panjang bola mata (axial length) dan keratometry, tetapi

semua formula tersebut menggunakan konstanta 4 mm untuk memprediksi

kedalaman bilik mata dengan paska implantasi IOL (predicted anterior chamber

depth atau effective lens position). Pada masa itu, menggunakan konstanta 4mm

untuk memprediksi kedalaman bilik mata depan paska operasi tidak terlalu

mengganggu ketepatan power IOL, karena jenis IOL yang tersedia biasanya

menggunakan iris sebagai pegangan (iris clip lens). Setelah berkembangnya

anterior chamber maupun posterior chamber IOL, formula IOL menjadi kurang

tepat.19,22

Universitas Sumatera Utara

Page 30: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

12

2.4.2 Formula IOL Generasi Ke-2

Berkembangnya formula IOL generasi ke-2 ini muncul pada tahun 1981,

Binkhort memulai perkembangan formula IOL generasi ke-2 dengan

menggunakan 1 variabel, yaitu variabel panjang bola mata (axial length), untuk

memprediksi posisi efektif lensa paska operasi (effective lens position). Beberapa

tokoh lainnya yang juga berperan meningkatkan ketepatan prediksi power IOL

dan termasuk dalam formula generasi ke-2 antara lain : Hoffer (1983), Shammas

(1984), Sanders dkk mengeluarkan formula SRK II (1988), Holladay, Thompson-

Maumence dan Donzis.19

2.4.3 Fomula IOL Generasi Ke-3

Perkembangan formula IOL generasi ke-3 ini dipelopori oleh Holladay

pada tahun 1988, dia menggunakan dua buah variabel untuk memprediksi ELP

(effective lens positition), yaitu variabel panjang bola mata dan keratometry.

Kebanyakan formula IOL generasi ke-3 ini termasuk dalam hybrid formula, yaitu

formula yang diperoleh dari gabungan formula secara teoritis maupun empiris.

Holladay (1988) memperhitungkan kedalaman bilik mata depan berdasarkan rata-

rata power kornea, faktor ketebalan retina dan memperkenalkan konsep surgeon

factor. Nilai surgeon factor berkisar antara -4 sampai +4. Jika posisi IOL

direncanakan persis sejajar dengan iris (iris fixated lens), maka angka surgeon

factor untuk IOL tersebut adalah 0 (nol). Angka-angka ini dikeluarkan oleh

masing-masing produsen IOL.19

Formula SRKT sebagai salah satu formula IOL generasi ke-3 dikenalkan

pertama kali oleh Retzlaff pada tahun 1990, formula SRKT dikeluarkan dengan

menambahkan faktor koreksi terhadap ketebalan retina. Formula SRKT populer

karena tetap mengambil penggunaan A constant yang sudah biasa digunakan oleh

para oftalmologis. Kenneth Hoffer pada tahun 1993 memperkenalkan formula

terbaru yang dikenal dengan formula Hoffer Q.19

Universitas Sumatera Utara

Page 31: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

13

2.4.4 Formula IOL Generasi Ke-4

Formula generasi ke-4 yang dipelopori oleh Olsen pada tahun 1995 dan

Jack T. Holladay pada tahun 1997. Olsen menggunakan empat variabel pre-

operatif untuk memprediksi Effective Lens Position (ELP) yaitu : axial length,

keratometry, preoperative anterior chamber depth dan lens thickness. Sedangkan

Holladay menggunakan tujuh variabel pre-operatif untuk memprediksi posisi IOL

paska operasi.19

2.5. Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi ekstraksi katarak ekstra kapsular

dimana setelah dilakukan pembukaan kapsul anterior dengan kapsuloreksis,

nukleus lensa diemulsifikasi dan selanjutnya diaspirasi melalui probe pada mesin

fakoemulsifikasi. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan

hanya perlu membuat luka irisan sekitar 1.8-3.0 milimeter saja. Dengan alat ini

lensa dipecah dalam beberapa bagian, yang selanjutnya dihisap dengan alat.

Kemudian diteruskan dengan pemasangan lensa tanam (Foldable Intra Oculer

Lens).19.24.25

Gambar 2.2. Teknik Fakoemulsifikasi26

Universitas Sumatera Utara

Page 32: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

14

Keuntungan menggunakan teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko

infeksi kecil, tanpa jahitan, penyembuhan lebih cepat sehingga pasien lebih

nyaman. Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan katarak operasi dapat

dilakukan tanpa harus menunggu matang. Kendalanya adalah biaya untuk operasi

fakoemulsifikasi ini relatif mahal. Operasi dilakukan dengan bius lokal dan

membutuhkan waktu antara 20-30 menit. Pasien tidak perlu rawat inap sesudah

dilakukan operasi dan boleh beraktifitas seperti biasa.25,27

Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan

katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan

keuntungan insisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa

intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel

yang dapat dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu.27

Operasi mata fakoemulsifikasi melibatkan penggunaan mesin dengan

dinamika fluida mikroprosesor yang dikendalikan. Hal ini dapat berdasarkan pada

prinsip peristaltik atau sebuah pompa tipe venturi. Probe fakoemulsifikasi adalah

sebuah handpiece ultrasonik dengan titanium atau jarum baja. Ujung jarum

bergetar pada frekuensi ultrasonik untuk memahat dan mengemulsi katarak saat

pompa aspirasi partikel melalui ujung. Dalam beberapa teknik, alat berupa baja

halus kedua yang disebut “chopper” digunakan dari posisi sebelah kiri untuk

membantu dengan memotong nukleus ke dalam potongan-potongan yang lebih

kecil.19,28

Katarak biasanya terbagi menjadi dua atau empat bagian dan masing-

masing bagian akan diemulsi dan disedot keluar oleh penghisap. Emulsifikasi

nukleus memudahkan dalam aspirasi partikel. Setelah menghapus semua lensa

pusat nukleus yang keras dengan fakoemulsifikasi, lensa luar korteks yang lebih

lembut dihapus hanya dengan dihisap.19,28

Irrigation-aspiration probe atau sistem bimanual digunakan untuk

membuang area masalah selaput yang tersisa, sementara meninggalkan kapsul

posterior utuh. Seperti prosedur ekstraksi katarak lainnya, implan lensa

intraokular (IOL) ditempatkan ke dalam kapsul lensa yang tersisa. Sayatan harus

diperbesar untuk menanamkan PMMA IOL.19,28

Universitas Sumatera Utara

Page 33: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

15

Untuk menanamkan foldable IOL, sayatan tidak perlu diperbesar.

Foldable IOL terbuat dari silikon atau daya akrilik yang dilipat baik menggunakan

dudukan maupun perangkat penyisipan yang disediakan bersama dengan IOL.

IOL kemudian dimasukkan dan ditempatkan dalam ruang posterior dalam

kantong kapsuler (in-the-bag implantation). Karena memerlukan sayatan yang

kecil jahitannya pun hanya diperlukan sedikit atau bahkan tidak memerlukan

jahitan sama sekali, dan waktu pemulihan yang diperlukan pasien biasanya lebih

sedikit jika menggunakan foldable IOL.19,28

2.6. Fakodinamik

Fakodinamik adalah suatu keadaan dimana aliran cairan yang masuk ,

dinamika cairan saat berada didalam mata serta saat cairan keluar dari mata

melalui mesin atau sistem fakoemulsifikasi. Fakoemulsifikasi pada bedah katarak

bertujuan untuk menghancurkan nukleus lensa agar dapat dikeluarkan dari mata

melalui sayatan yang sangat kecil, yaitu dengan menyedot massa lensa yang sudah

hancur tersebut kedalam mesin dengan memanfaatkan aliran cairan. Mesin fako

mempunyai dua fungsi yaitu untuk menghancurkan nukleus lensa dan

kemampuan mengatur aliran cairan.19

Mesin fakoemulifikasi mampu menghancurkan massa lensa yang sangat

besar dengan getaran 20m/ detik dan kecepatan berkisar 500.000 G, disamping itu

juga mampu mengalirkan cairan sebanyak 25-40 ml/menit dengan kecepatan

aliran 0,65m/ detik dalam keadaan tidak tersumbat.19

Mekanisme aliran cairan tidak sama tergantung sistem yang digunakan

mesin fakoemulsifikasi, dibagi menjadi sistem peristaltik, venturi dan diafragma.

Pada mesin fakoemulsfikasi, terdapat bagian – bagian yang perlu diperhatikan

seperti Phaco handpiece, Irigation – Aspiration (I/A) handpiece, dan pedal kaki.19

Universitas Sumatera Utara

Page 34: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

16

2.7. Kerangka Teori

Sintesa Protein Menurun

- Perubahan

Anatomi Kamera

Okuli Anterior

- Perubahan

Kapsul Posterior

- Lepasnnya

zonula zinnii

- Perubahan sudut

iridocorneal Perubahan :

Tajam Penglihatan

Degeneratif

Denaturasi Protein

Kekeruhan Lensa

Katarak Senilis

Fakoemulsifikasi + Formula SRK/T

Universitas Sumatera Utara

Page 35: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

17

2.8. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka yang menggambarkan mengenai

elemen yang akan diteliti. Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan

kepustakaan maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Fakoemulsifikasi

Formula SRK/T - Axial Length Pendek

- Axial Length Sedang

- Axial Length Panjang

Universitas Sumatera Utara

Page 36: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan pada penelitian ini adalah observasional prospektif serial

analitik yakni mengamati data yang didapat dan dilakukan analisa kedepannya.

Data diambil dari kelompok subjek yang dibagi dalam tiga kelompok dengan

menggunakan ketiga variablenya dan dianalisa.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Poliklinik Mata di Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru

Waktu : Direncanakan mulai Januari 2018 –Februari 2018

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien katarak Poliklinik Mata di Rumah Sakit

Khusus Mata Medan Baru. Sampel Penelitian adalah pasien Katarak di Poliklinik

Mata Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Sampel penelitian ditentukan sesuai rumus untuk penelitian ini :

2

2

)1()2/1( )1())1(

ao

aaoo

PP

PPZPPZn

dimana :

)2/1( Z

= deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96

)1( Z

= deviat baku betha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282

0P = proporsi penderita katarak senilis = 0,014 (1,4%)

2

aP = perkiraan penderita katarak senilis yang diteliti, sebesar = 0,114

(11,4%)

aPP 0 = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,10

Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 37 orang (37 mata).

Universitas Sumatera Utara

Page 37: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

19

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi

a. Pasien katarak berusia ≥ 40 tahun yang menjalani operasi fakoemulsifikasi di

RS Khusus Mata Medan Baru Medan.

b. Pasien dengan visus ≤ 6/60

c. Penderita yang datang untuk follow up sebelum operasi, hari ke 7, 14, dan 30

setelah operasi katarak dengan teknik fakoemuksifikasi.

d. Penderita setuju dan bersedia menjadi sampel penelitian.

Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang mengalami komplikasi intra operasi dan paska operasi katarak.

b. Pasien yang tidak datang kontrol post operasi

c. Pasien dengan kelainan segmen anterior

d. Pasien yang tidak kooperatif

e. Pasien dengan kelainan sistemik

3.6. Persetujuan/Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan setelah dilakukan

penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam usulan penelitian

ini.

3.7. Etika Penelitian

a. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian di bagian Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RS Khusus

Mata Medan Baru.

b. Mengajukan surat izin penelitian “ethical clearance” dari Komite Etika

Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran USU ke tempat penelitian di RS

Khusus Mata Medan Baru.

c. Melakukan pengumpulan data penelitian di poliklinik mata RS Khusus Mata

Medan Baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

20

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian

1. Penjelasan kepada pasien yang memenuhi kriteria inklusi mengenai cara-cara

pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan.

2. Pencatatan identitas semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi.

3. Dilakukan pemeriksaan visus dengan snellen chart, pemeriksaan tekanan bola

mata dengan Tonometri Non-Kontak (NCT-200).

4. Dilakukan pemeriksaan segmen anterior dan segmen posterior dengan slit

lamp dan funduskopi direct.

5. Dilakukan pengukuran axial length, anterior chamber depth dan power iol

dengan menggunakan biometri (IOL Master 500) dengan menggunakan

formula SRK/T, subjek penelitian di bagi 3 kelompok (kelompok 1, AL <

23mm = AL Pendek, kelompok 2, AL 23-24mm = AL Sedang, dan kelompok

3, AL > 24mm = AL Panjang)

6. Dilakukan tindakan fakoemulsifikasi.

7. Pada hari ke 7, 14, dan 30 paska operasi, di follow up dan dilihat kemajuan

tajam penglihatan dengan snellen chart.

8. Dilakukan analisa data.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

21

Alur Penelitian

Populasi : Seluruh penderita katarak

Gambar 3.1. Cara Kerja

Kriteria Inklusi

Sampel Penelitian :

Katarak senilis yang menjalani operasi

fakoemulsifikasi

Pemeriksaan dengan

menggunakan IOL Master +

Formula SRK/T

Sebelum Operasi

(Evaluasi H0)

Axial Length

Pendek

Axial Length

Panjang

Tajam Penglihatan

Setelah Operasi

(Evaluasi H 7,14,30)

Analisa Data

Kriteria Eksklusi

Axial Length

Sedang

Universitas Sumatera Utara

Page 40: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

22

3.9. Bahan dan Alat

- Alat tulis

- Snellen Chart

- Slit lamp Appasamy

- Tonometri non kontak Shin-Nippon NCT-200

- IOL Master 500 (Carl Zeiss)

- Fakoemulsifikasi Alcon Infinity Laureate®World Phaco System

3.10. Identifikasi Variabel

Variable terikat adalah :

- Formula SRK/T

- Axial Length Pendek

- Axial Length Sedang

- Axial Length Panjang

Variable bebas adalah :

Fakoemulsifikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 41: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

23

3.11. Defenisi Operasional

No Kategori Tolak Ukur Pemeriksaan Satuan

1 Formula SRK/T Salah satu rumus

kalkulasi IOL generasi

ketiga

Biometri

(IOL Master)

Nominal

2 Katarak Senilis Setiap keadaan

kekeruhan pada lensa

yang dapat terjadi

akibat hidrasi lensa,

denaturasi protein

lensa atau terjadi

akibat kedua-duanya

Slit lamp,

Funduscopy

Numerik

3 Fakoemulsifikasi suatu tindakan bedah

katarak terbaru dengan

menggunakan

gelombang ultrasonik

untuk menghancurkan

lensa mata yang keruh

akibat katarak. Lensa

yang telah hancur dialiri

air (irigasi) kemudian

disedot (aspirasi)

kemudian diganti

dengan Intraocular

lens.

Alat Fako Nominal

4 Biometri (IOL

Master)

Alat pemeriksaan

mata yang bertujuan

untuk mengukur axial

length,anterior

chamber depth dan

lens thickness

Alat

Pemeriksaan

Milimeter

(mm)

5 Axial Length Jarak antara

permukaan epitel

kornea dengan retinal

pigment epithelium.

Biometri

IOL Master

Milimeter

(mm)

Universitas Sumatera Utara

Page 42: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

24

6 Anterior Chamber

Depth

Jarak antara

permukaan anterior

kornea dengan

permukaan anterior

lensa.

Biometri

IOL Master

Milimeter

(mm)

3.12. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

Melihat gambaran disajikan dalam bentuk tabel uji Chi-square untuk

melihat ketepatan penggunaan formula SRKT pada axial length pendek, sedang

dan panjang, dan jika tidak didapatkan uji ketepatan digunakan wilcoxcon test

untuk melihat perubahan tajam penglihatan paska fakoemulsifikasi hari ke 7, 14

dan 30.

3.13. Personalia Penelitian

Peneliti : dr. Hendra Gunawan

Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Mata FK USU

3.14. Rincian Biaya Penelitian

Tahap Persiapan

1. Usulan Judul (30 lembar (@ 150) X 60 set Rp. 270.000,-

2. Proposal Penelitian (36 lembar (@ 150) X 60 set Rp. 324.000,-

Tahap Penelitian

3. Biaya administrasi Komite Etik Penelitian FK-USU Rp. 500.000,-

4. Biaya Pengolahan data statistik Rp. 500.000,-

5. Baterai Funduskopi Rp. 30.000,-

Tahap Hasil Penelitian

6. Kertas, tinta printer dan perbanyak fotocopy Rp. 600.000,-

7. Biaya kue/air minum (aqua) presentasi Rp. 600.000,-

8. Biaya tak terduga Rp. 500.000,-

TOTAL Rp. 3.324.000,-

Universitas Sumatera Utara

Page 43: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini bersifat prospektif analitik yang dilakukan di Poliklinik

Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru dari bulan Januari – Februrari 2018. Total

subjek penelitian berjumlah 60 orang (60 mata), diambil sebanyak 45 orang (45

mata), dimana 15 pasien tidak datang kontrol ulang sesuai jadwal. Berdasarkan

subjek penelitian dapat diperoleh data yang ditampilkan dalam bentuk tabulasi.

Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan

dengan Alat Optical biometry (IOL Master), dilakukan tindakan fakoemulsifikasi

sesuai dengan formula SRK/T, dan penilaian hari ke tujuh, empat belas dan tiga

puluh perubahan tajam penglihatan.

Tabel 4.1. Distribusi Demografi Pada Mata Pasien dengan Berbagai AL

Karakteristik

Axial Length

n Pendek

x̄ ± SD N

Sedang

x̄ ± SD

n

Panjang

x̄ ± SD P

Usia (tahun) 15 66.00 ± 9.09 15 62.93 ± 8.05 15 65.20 ± 7.17 0.569

ACD (mm) 15 3.43 ± 0.47 15 3.44 ± 0.25 15 3.46 ± 0.34 0.967

K1 15 44.26 ± 1.67 15 44.30 ± 1.45 15 42.18 ± 1.36 0.0001*

K2 15 45.24 ± 1.64 15 45.12 ± 1.62 15 43.16 ± 1.38 0.001*

Power IOL 15 22.03 ± 1.69 15 20.10 ± 1.12 15 18.30 ± 2.60 0.0001*

* Uji Chi-Square, signifikan < 0.05

Pada tabel 4.1. diatas menjelaskan bahwa nilai rata-rata sebaran usia

sample penelitian pada axial length pendek sebesar 66.00, pada axial length

sedang sebesar 62.93, dan pada axial length panjang sebesar 65.20, dimana P =

0.569 (tidak signifikan). Dari hasil pengamatan data dari anterior chamber depth

(ACD) nilai rata-rata ACD pada axial length pendek sebesar 3.43, pada axial

length sedang sebesar 3.44, dan pada axial length panjang sebesar 3.46, dimana P

= 0.967 (tidak signifikan).

Universitas Sumatera Utara

Page 44: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

26

Pada tabel 4.1. diatas menunjukkan nilai rata-rata K1 pre-operasi pada

axial length pendek sebesar 44.26, pada axial length sedang sebesar 44.30, dan

pada axial length panjang sebesar 42.18, dimana P = 0.0001 (signifikan).

Sedangkan pada K2 rata-rata nilai pre-operasi pada axial length pendek sebesar

45.24, pada axial length sedang sebesar 45.12, dan pada axial length panjang

sebesar 43.16, dimana P = 0.001 (signifikan).

Pada tabel 4.1. diatas juga menunjukkan nilai rata-rata Power IOL yang

diberikan pada axial length pendek sebesar 22.03, pada axial length sedang

sebesar 20.10, dan pada axial length panjang sebesar 18.30, dimana P = 0.0001

(signifikan).

Dari hasil uji Chi-Square dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan

antara Usia dan ACD dengan axial length pendek, sedang dan panjang pada

distribusi demografi penderita katarak senilis pada berbagai AL. Sebaliknya,

terdapat hubungan antara K1, K2 dan Power IOL dengan axial length pendek,

sedang dan panjang.

Tabel 4.2. Karakteristik Jenis Kelamin dengan berbagai Axial Length

Axial Length

Karakteristik Pendek Sedang Panjang Total P

n (%) n (%) n (%) n (%)

Laki – laki 5 (23.8%) 8 (38.1%) 8 (38.1%) 21 (100%)

0.448

Perempuan 10 (41.7%) 7 (29.2%) 7 (29.2%) 24 (100%)

Total 15 15 15 45 (100%)

* Uji Chi-Square, signifikan < 0,05

Dari tabel 4.2. diatas terlihat bahwa hasil uji Chi-Square menunjukkan

tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan P = 0.448 (P > 0.05) antara jenis

kelamin kelompok AL pendek, sedang dan panjang. Dimana jenis kelamin

kelompok AL pendek terlihat lebih banyak perempuan 41.7%, sedangkan jenis

Universitas Sumatera Utara

Page 45: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

27

kelamin kelompok AL sedang dan panjang terlihat lebih banyak pada laki-laki

38.1%.

Tabel 4.3. Karakteristik Tajam Penglihatan sebelum Tindakan

Fakoemulsifikasi

Visus

Pre Op

AL

Pendek

n (%)

Sedang

n (%)

Panjang

n (%)

1/300 1 (25%) 2 (50%) 1 (25%)

1/60 6 (42.9%) 4 (28.6%) 4 (28.6%)

2/60 2 (66.7%) 1 (33.3%) 0 (0%)

3/60 0 (0%) 0 (0%) 2 (100%)

4/60 2 (40.0%) 3 (60.0%) 0 (0%)

5/60 2 (25.0%) 3 (37.5%) 3 (37.5%)

6/60 2 (22.2%) 2 (22.2%) 5 (55.6%)

Dari tabel 4.3. diatas terlihat bahwa tajam penglihatan sebelum dilakukan

tindakan fakoemulsifikasi yang terbanyak adalah 1/60 sebanyak 14 mata dan

paling sedikit adalah pada tajam penglihatan 3/60 sebanyak 2 mata.

4.2 Pengaruh Formula SRK/T Dengan Menggunakan IOL Master Pada

Axial Length Pendek, Sedang dan Panjang

Tabel 4.4. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL

Pendek Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T

Variabel Visus

Perubahan Ranking

p. H+7 H+14

N N N

Visus

- Maju

- TidakMaju

11

4

13

2

Ranking Negatif

Ranking Positif

Ties

2

0

13

0.157

Keterangan :

Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 :

- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+7‟menjadi „visus tak

maju pada H+14‟.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

28

- Pada Ranking Negatif adalah perubahan„visus tidak maju pada H+7‟menjadi

„visus maju pada H+14‟.

- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+7 dan H+14‟ atau

tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+7 dan H+14‟

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.157, dengan demikian menurut uji

statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam

penglihatan H+7 ke H+14 pada axial length pendek post Fakoemulsifikasi dengan

menggunakan formula SRK/T.

Tabel 4.5. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL

Pendek Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T

Variabel Visus

Perubahan Ranking

p. H+14 H+30

N N N

Visus

- Maju

- TidakMaju

13

2

14

1

Ranking Negatif

Ranking Positif

Ties

0

0

15

0,100

Keterangan :Perubahan Tajam Penglihatan :

- Ranking positif adalah perubahan „visus maju pada H+14‟menjadi „visus tak

maju pada H+30‟.

- Ranking Negatif adalah perubahan „visus tidak maju pada H+14‟menjadi

„visus maju pada H+30‟.

- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+14 dan H+30‟ atau

tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+14 dan H+30‟

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.100, dengan demikian menurut uji

statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam

penglihatan H+14 ke H+30 pada axial length pendek post Fakoemulsifikasi

dengan menggunakan formula SRK/T.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

29

Tabel 4.6. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL

Sedang Post Fakoemulsifikasi Menggunakan Formula SRK/T

Variabel Visus

Perubahan Ranking

p. H+7 H+14

N N N

Visus

- Maju

- TidakMaju

12

3

15

0

Ranking Negatif

Ranking Positif

Ties

3

0

12

0,083

Keterangan :

Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 :

- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+7‟menjadi „visus tak

maju pada H+14‟.

- Ranking Negatif adalah perubahan„visus tidak maju pada H+7‟menjadi „visus

maju pada H+14‟.

- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+7 dan H+14‟ atau

tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+7 dan H+14‟

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.083, dengan demikian menurut uji

statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam

penglihatan H+7 ke H+14 pada axial length sedang post Fakoemulsifikasi dengan

menggunakan formula SRK/T.

Tabel 4.7. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL

Sedang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T

Variabel Visus

Perubahan Ranking

p. H+14 H+30

N N N

Visus

- Maju

- Tidak Maju

15

0

15

0

Ranking Negatif

Ranking Positif

Ties

0

0

15

0,100

Keterangan : Perubahan Tajam Penglihatan :

- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+14‟menjadi „visus tak

maju pada H+30‟.

- Ranking Negatif adalah perubahan „visus tidak maju pada H+14‟menjadi

„visus maju pada H+30‟.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

30

- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+14 dan H+30‟ atau

tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+14 dan H+30‟

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.100, dengan demikian menurut uji

statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam

penglihatan H+14 ke H+30 pada axial length sedang post Fakoemulsifikasi

dengan menggunakan formula SRK/T.

Tabel 4.8. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 pada AL

Panjang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T

Variabel Visus

Perubahan Ranking

p. H+7 H+14

N N N

Visus

- Maju

- TidakMaju

12

3

14

1

Ranking Negatif

Ranking Positif

Ties

2

0

13

0,157

Keterangan :

Perubahan Visus H+7 ke Visus H+14 :

- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+7‟menjadi „visus tak

maju pada H+14‟.

- Ranking Negatif adalah perubahan„visus tidak maju pada H+7‟menjadi „visus

maju pada H+14‟.

- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+7 dan H+14‟ atau

tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+7 dan H+14‟

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.157, dengan demikian menurut uji

statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam

penglihatan H+7 ke H+14 pada axial length panjag post Fakoemulsifikasi

dengan menggunakan formula SRK/T.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

31

Tabel 4.9. Uji Evaluasi Perubahan Visus H+14 ke Visus H+30 pada AL

Panjang Post Fakoemulsifikasi dengan Menggunakan Formula

SRK/T

Variabel Visus

Perubahan Ranking

p. H+14 H+30

n N N

Visus

- Maju

- Tidak Maju

14

1

14

1

Ranking Negatif

Ranking Positif

Ties

0

0

15

0,100

Keterangan :Perubahan Tajam Penglihatan :

- Ranking Positif adalah perubahan „visus maju pada H+14‟menjadi „visus tak

maju pada H+30‟.

- Ranking Negatif adalah perubahan „visus tidak maju pada H+14‟menjadi

„visus maju pada H+30‟.

- Ties artinya tidak terjadi perubahan „visus maju pada H+14 dan H+30‟ atau

tidak terjadi perubahan „visus tidak maju pada H+14 dan H+30‟

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p= 0.100, dengan demikian menurut uji

statistik tidak dijumpai perubahan yang signifikan pada perubahan tajam

penglihatan H+14 ke H+30 pada axial length panjang post Fakoemulsifikasi

dengan menggunakan formula SRK/T.

4.3. Pembahasan

Penderita katarak senilis yang menjalani ekstraksi katarak dengan

fakoemulsifikasi di Poliklinik RS Khusus Mata Medan Baru sebanyak 45 orang

(45 mata), dimana pada tabel 4.1 dijelaskan sebaran usia pada axial length pendek

66.00 ± 9.09 (rentang usia 49-76 tahun), dan hal ini tidak berbeda jauh dengan

usia pasien pada kelompok axial length sedang 62.93 ± 8.05 (rentang usia 46-72),

dan axial length panjang 65.20 ± 7.17 (rentang usia 51-80 tahun), dimana menurut

uji Chi-Square hal ini tidak menunjukkan signifikan secara statistik antara usia

dan axial length pendek, sedang dan panjang P = 0.569 (P >0.05).

Pada karakteristik ACD terlihat tidak terdapat hubungan antara anterior

chamber depth dengan axial length pendek, sedang dan panjang dimana P =

0.967(P > 0.05), hal ini sejalan dengan penelitian Sedaghat et al pada tahun 2016

di Iran bahwa tidak ada hubungan antara AL pendek dan AL panjang dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 50: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

32

ACD, tetapi terdapat hubungan dengan AL sedang, dimana hal ini dipengaruhi

adanya faktor ras, struktur geografik daerah memiliki pengaruh terhadap variasi

anatomi mata.

Pemeriksaan K1 dan K2 dihubungkan dengan kelompok axial length

pendek, sedang dan panjang terlihat adanya hubungan dimana nilai P = 0.000

pada K1 dan P = 0.001 pada K2. Disini terlihat tidak ada perbedaan antara nilai K1

dan K2dengan axial length pendek, sedang dan panjang.

Varian dari power IOL yang dihasilkan dari pemeriksaan optical biometry

menggunakan IOL Master dimana terdapat hubungan signifikan antara axial

length pendek, sedang dan panjang dengan power IOL, hal ini tidak sejalan

dengan penelitian Karbela et al di Turki yang menjelaskan bahwa tidak ada

hubungan signifikan antara axial length dengan power IOL, dan memiliki

hubungan signifikan dengan K1 dan K2.

Adapun tingkat akurasi formula SRK/T pada setiap axial length (pendek,

sedang dan panjang) memberikan hasil yang cukup memuaskan, dimana akurasi

yang dicapai, menurut WHO derajat penglihatan baik berkisar 6/6 – 6-18, pada

penelitian didapatkan tajam penglihatan setelah dilakukan tindakan

fakoemulsifikasi dengan menggunakan formula SRK/T. Pada tabel 4.4. terlihat

axial length pendek tercapai tajam penglihatan yang baik pada hari ke tujuh

sebanyak 11 mata, hari ke empat belas sebanyak 13 mata dan pada hari ketiga

puluh ada penambahan perubahan tajam penglihatan menjadi 14 mata. Dari uji

Wilcoxcon didapatkan P = 0.100 dan P = 0.157 dimana tidak ada hubungan antara

axial length pendek dengan perubahan tajam penglihatan paska fakoemulsifikasi.

Pada tabel 4.6. didapatkan perubahan tajam penglihatan pada axial length

sedang terlihat pada hari ke tujuh ke hari ke empat belas didapatkan 15 mata

mengalami kenaikan tajam penglihatan dimana P= 0.083, dan perubahan tajam

penglihatan dari hari ke empat belas ke tiga puluh tidak di dapatkan perubahan

tajam penglihatan, dimana nilai P = 0.100, tidak didapatkan hubungan signifikan

antara axial length pendek dan perubahan tajam penglihatan dari hari ke 7 ke 30

paska fakoemulsifikasi.

Pada tabel 4.8. pengaruh axial length panjang pada formula SRK/T dengan

menggunakan IOL Master didapatkan perubahan tajam penglihatan dari hari ke

tujuh ke hari empat belas didapatkan empat belas mata mengalami perbaikan visus

Universitas Sumatera Utara

Page 51: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

33

dengan nilai P = 0.157. Perubahan tajam penglihatan dari hari ke empat belas ke

hari tiga puluh paska fakoemulsifikasi didapatkan empat belas mata yang

mengalami perbaikan tajam penglihatan dengan nilai P = 0.100, dimana dari data

ini terlihat tidak ditemukan hubungan signifikan dari axial length panjang dengan

perubahan tajam penglihatan dari hari ke tujuh ke hari tiga puluh.

Penelitian yang dilakukan oleh Wang JK et al (2012) tentang kalkulasi

power IOL menggunakan berbagai formula pada pasien dengan berbagai axial

length menjelaskan bahwa SRK/T memberikan hasil yang signifikan terhadap AL

sedang dan panjang.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karbela et al (2016) di Turki

melakukan penelitian tentang kinerja formula SRK/T menggunkan A-scan

ultrasound biometry setelah fakoemulsifikasi pada mata dengan AL pendek dan

panjang membuktikan bahwa formula SRK/T memiliki keakuratan pada mata

dengan AL pendek dan panjang, terdapat sedikit kecendrungan untuk menjadi

miopia pada AL panjang dan hipermetropia pada AL pendek.

Ditahun yang sama Karbela et al di Turki juga melakukan penelitian

tentang prediksi tajam penglihatan dan akurasi dari kalkulasi power IOL setelah

fakoemulsifikasi menggunakan formula SRK/T dengan alat ultrasound biometry

pada mata dengan AL sedang membuktikan bahwa formula SRK/T merupakan

pilihan terbaik untuk mengasilkan prediksi tajam penglihatan yang baik setelah

dilakukan fakoemulsifikasi pada AL sedang.

Penelitian lain yang dilakukan Kapadia et al (2013) menjelaskan pada

penelitiannya, pasien post operatif fakoemulsifikasi menggunakan formula SRK/T

pada AL pendek dan panjang dengan A-scan biometri tercapai akurasi post

operatif ± 1 D sebanyak 67,85% kasus.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara Usia dan ACD dengan varian axial length pada

distribusi demografi penderita katarak senilis pada berbagai AL.

2. Adanya hubungan antara K1, K2 dan Power IOL dengan varian axial length.

3. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin pasien yang akan

menjalani fakoemulsifikasi dengan axial length pendek, sedang dan panjang.

4. Terlihat bahwa tajam penglihatan sebelum dilakukan tindakan

fakoemulsifikasi yang terbanyak adalah 1/60 sebanyak 14 mata dan paling

sedikit adalah pada tajam penglihatan 3/60 sebanyak 2 mata.

5. Tidak terdapat hubungan secara uji statistik keakuratan formula SRK/T

dengan menggunakan IOL Master pada pasien katarak senilis yang dilakukan

tindakan fakoemulsifikasi pada axial length pendek, sedang dan panjang,

tetapi secara data didapatkan perubahan tajam penglihatan setelah 30 hari

pengamatan.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian yang sama dengan jumlah sample yang lebih besar,

sebaran axial length yang lebih luas, waktu penelitian yang lebih lama untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

xi

DAFTAR PUSTAKA

1. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. Fourth Edition.India: New

Age International,2007. 89-216 p.

2. Kemenkes RI-Balitbang. Riset Kesehatan Dasar : RISKESDAS. Jakarta:

Balitbang Kemenkes RI. 2013.

3. Hope-Ross M, Mooney D. Introcular lens power calculation. Eye

(Lond).1988;2(4):367-9

4. Kang Wang, Jia. Wen Chang, Shu. Optical Biometri Intraocular Lens Power

Calculation Using Different Formulas in patients with Different Axial

Lenghts. Int J Ophthalmol. 2013;6(2);p150-154

5. Curtin B. & Karlin D. Axial length measurements and fundus changes of the

myopic eye. American Journal Ophthalmology. 1971;71: 42-53.

6. MacLaren RE. Biometry accuracy using zero and negative powered

intraocular lenses. Journal Cataract Refractive Surgery.2005; 31:280-290.

7. Nafees RE. Intraocular lens power calculation in patients with high axial

myopia before cataract surgery. Saudi Journal of Ophthalmology. 2010;

24:77-80.

8. Olsen T. Improved accuracy of intraocular lens power calculation with the

Zeiss IOLMaster. Acta Ophthalmol Scan. 2007;85: 84-87.

9. Olsen T. Sources of error in IOL power calculation. Journal Cataract

Refractive Surgery. 1992;18:125-129.

10. Petermeier K. Intraocular lens power calculation and optimized constants for

highly myopic eyes. Journal Cataract Refractive Surgery.2009;35:1575-

1581.

11. American Academy of Ophthalmology. Clinical Optics.Section 3.2011-2012.

p211-219.

12. Watson A, Amstrong R. Contact or Immersion technique for axial length

measurement. Aust N Z J Ophthalmol.1999; 27:49-51.

13. Pawar N, Chandra S, Maheshwari D. IOL master optical biometry Vs

convetional ultrasound in intraocular lens calculation in high myopic eyes.

AIOC.2009; 4:136-139.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

xii

14. Raymonds Fl, Santamaria L. Comapring ultrasound biometry with partial

coherence inferometry for intraocular lens power calculations. Invest

Ophthalmol Vis Sci.2009;50-2547-2552.

15. Wang JK, Hu CY, Chang SW. Intraocular lens power calculation using the

IOL master and various formulas in eyes with long axial length. Journal

Cataract Refractive Surgery.2008;34:262-267.

16. Zaldivar R, Shultz MC, Davidorf JM, Holladay JT. Intraocular lens power

calculation in patients with extreme myopia. Journal Cataract Refractive

Surgery.2000; 26: 668-674.

17. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI

18. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14.

Penerbit Widya medika. Jakarta: 2000.

19. Istiantoro, S dan Johan A Hutauruk. Kalkulasi power IOL, dalam:Transisi

menuju fakoemulsifikasi. Granit, Jakarta, 2004;183-200.

20. Astbury, Nick dan Balasubramanya R. How to avoid mistakes in biometry, in

Community eye health Journal. Vol.19.no. 60, Desember 2006;70-71.

21. Kohnen, T dan Douglas D Koch. Advanced intraoculer lens power

calculations, in :Cataract and refraktif surgery. Springer, Berlin, 2006;31-40.

22. Combs, A and David Gartry. Cataract surgery. In : Refraktif surgery. BMJ

publishing group. London.2003;70-80.

23. Mana, T et all. Comparison of biometric measurements using partial

coherence interferometry and applanation ultrasound. Journal of cataract and

refractive surgery. Vol.29, no.4. April 2003;747-51.

24. Mamalis N. Incision Widht After Phacoemulsification with Foldable

Intraocular Lens Implantation. J Cataract Refract Surg. 2000;26: 237-41

25. Eyetec net. Keratometry (B and L Type). Ophthalmic Technician :

Ophthalmic Assistant Basic Training Course. 2014

26. Harvard Health Publications. Harvard Medical School. 2007. Cataract

Surgery-Cataract: Eye Care. Diakses dari http://www.aolhealth.com/eye-

care/learn-about-it/cataract/cataract-surgery

27. Popiela G, Markuszewska J, Chelstowska J, Szalinski M. Analysis of

Phacoemulsification During Mastering of the Method. Klin Oczna 2004; 106

Universitas Sumatera Utara

Page 55: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

xiii

28. American Academy of Ophthalmology. Refractive Surgery. In Basic and

Clinic Science Course: sect 13 ; 2016-2017

Universitas Sumatera Utara

Page 56: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Lampiran 2.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr Wb/ Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama saya dr. Hendra Gunawan, sedang menjalani Pendidikan Kedokteran di

Program S2 Magister Kedokteran Ilmu Kesehatan Mata FK USU. Saya sedang melakukan

penelitian yang berjudul “Evaluasi Perubahan Tajam Penglihatan Menggunakan Formula

SRK/T pada pasien Katarak Senilis yang dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi”.

Formula SRK/T merupakan salah satu rumus dalam alat Biometri (Iol Master) untuk

mengukur berapa besar kekuatan dioptri Intraocular lens/ lensa tanam pada tindakan bedah

Katarak.

Katarak Senilis adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua – duanya.

Fakoemulsifikasi suatu tindakan bedah katarak modern dengan menggunakan

gelombang ultrasonik untuk menghancurkan lensa mata yang keruh akibat katarak. Lensa

yang telah hancur dialiri air (irigasi) kemudian disedot (aspirasi) kemudian diganti dengan

Intraocular lens.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan tajam penglihatan

menggunakan Formula SRK/T pada penderita katarak senilis dengan teknik operasi

Fakoemulsifikasi.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan kepada

pasien dan keluarga berhubungan dengan tajam penglihatan yang optimal demi

kualitas hidup yang baik. Dengan ini subjek penelitian disarankan untuk mengikuti

prosedur tindakan demi mendapatkan lensa tanam yang sesuai.

Saya akan melakukan wawancara terstruktur dan pemeriksaan kepada penderita

katarak senilis yang akan dilakukan operasi Fakoemulsifikasi, pemeriksaan yang akan

dilakukan seperti pemeriksaan visus, pemeriksaan segmen anterior dengan menggunakan Slit

lamp merk Appasamy, pemeriksaan tekanan bola mata dengan alat Tonometri non kontak

NCT 200, pemeriksaan sumbu bola mata, Keratometry, dan kekuatan IOL dengan alat

bernama Iol Master 500. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan efek samping & kerusakan

jaringan di mata. Setelah di periksa, di lakukan informed consent terhadap subjek peneliti

mengenai keadaan matanya & tindakan operasi yang akan dilakukan. Wawancara dan

pemeriksaan akan saya lakukan sekitar ± 5 menit.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Partisispasi Bapak/Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada

dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk

penelitian Bapak/ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu membutuhkan

penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :

Nama : dr. Hendra Gunawan

Alamat : Komp. Jcity , Metropolis 1/45 Medan Johor

No. HP : 081360875003

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada

penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu

yang berguna bagi Ilmu Pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitan ini diharapkan Bapak/

Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan

Medan, Januari 2018

Peneliti

dr. Hendra Gunawan

Universitas Sumatera Utara

Page 58: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Evaluasi Perubahan Tajam

Penglihatan Menggunakan Formula SRK/T pada pasien Katarak Senilis yang dilakukan

tindakan Fakoemulsifikasi”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan

menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Januari 2018

(..................................)

Nama :

Alamat :

No. HP :

Universitas Sumatera Utara

Page 59: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

FORMULIR PERSETUJUAN PASIEN (INFORM CONCENT)

Tanggal Pemeriksaan :

No. Penelitian :

No. MR :

Nama :

Alamat lengkap :

Telepon :

Tanggal Lahir :

Umur :

Jenis Kelamin : a. Laki – laki b. Perempuan

Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMU

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Visus : OD : PH: OS: PH:

TIO : OD : OS:

Segmen Anterior

Palpebra Superior / Inferior :

Conj. Tarsalis Superior / Inferior :

Conj. Bulbi :

Cornea :

COA :

Pupil :

Iris :

Lensa :

Universitas Sumatera Utara

Page 60: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Panjang Sumbu Bola Mata

OD : - OS : -

- -

- -

Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian tentang ” Evaluasi Perubahan

Tajam Penglihatan Menggunakan Formula SRK/T pada pasien Katarak Senilis yang

dilakukan tindakan Fakoemulsifikasi” yang telah dijelaskan dalam penelitian ini.

Keikutsertaan saya bersifat sukarela dan saya telah mengerti sepenuhnya informasi

tentang penelitian ini termasuk tujuan dan prosedurnya.

(.............................)

Universitas Sumatera Utara

Page 61: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 62: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Crosstabs (AL Pendek)

Case Processing Summary

15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+7 *

Perubahan Visus H+14

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Perubahan Visus H+7 * Perubahan Visus H+14 Crosstabulation

11 0 11

100.0% .0% 100.0%

84.6% .0% 73.3%

2 2 4

50.0% 50.0% 100.0%

15.4% 100.0% 26.7%

13 2 15

86.7% 13.3% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Visus maju

Visus tidak maju

Perubahan

Visus H+7

Total

Visus maju

Visus tidak

maju

Perubahan Visus H+14

Total

Chi-Square Tests

6.346b 1 .012

2.757 1 .097

6.235 1 .013

.057 .057

5.923 1 .015

.500c

15

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

McNemar Test

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

3 cells (75.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is .

53.

b.

Binomial dist ribution used.c.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Crosstabs (AL pendek)

Ranks

2a 1.50 3.00

0b .00 .00

13c

15

Negative Ranks

Positive Ranks

Ties

Total

Perubahan Visus H+14

- Perubahan Visus H+7

N Mean Rank Sum of Ranks

Perubahan Visus H+14 < Perubahan Visus H+7a.

Perubahan Visus H+14 > Perubahan Visus H+7b.

Perubahan Visus H+14 = Perubahan Visus H+7c.

Test Statisticsb

-1.414a

.157

Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Perubahan

Visus H+14 -

Perubahan

Visus H+7

Based on positive ranks.a.

Wilcoxon Signed Ranks Testb.

Case Processing Summary

15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+14 *

Perubahan Visus H+30

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Universitas Sumatera Utara

Page 64: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Perubahan Visus H+14 * Perubahan Visus H+30 Crosstabulation

13 0 13

100.0% .0% 100.0%

100.0% .0% 86.7%

0 2 2

.0% 100.0% 100.0%

.0% 100.0% 13.3%

13 2 15

86.7% 13.3% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within Perubahan

Visus H+14

% within Perubahan

Visus H+30

Count

% within Perubahan

Visus H+14

% within Perubahan

Visus H+30

Count

% within Perubahan

Visus H+14

% within Perubahan

Visus H+30

Visus maju

Visus tidak maju

Perubahan Visus

H+14

Total

Visus maju

Visus tidak

maju

Perubahan Visus H+30

Total

Chi-Square Tests

15.000b 1 .000

7.594 1 .006

11.780 1 .001

.010 .010

14.000 1 .000

1.000c

15

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

McNemar Test

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

3 cells (75.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is .

27.

b.

Binomial dist ribution used.c.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Crosstabs (AL Sedang)

Ranks

0a .00 .00

0b .00 .00

15c

15

Negativ e Ranks

Positive Ranks

Ties

Total

Perubahan Visus H+30 -

Perubahan Visus H+14

N Mean Rank Sum of Ranks

Perubahan Visus H+30 < Perubahan Visus H+14a.

Perubahan Visus H+30 > Perubahan Visus H+14b.

Perubahan Visus H+30 = Perubahan Visus H+14c.

Test Statisticsb

.000a

1.000

Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Perubahan

Visus H+30 -

Perubahan

Visus H+14

The sum of negative ranks

equals the sum of positiv e ranks.

a.

Wilcoxon Signed Ranks Testb.

Case Processing Summary

15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+7 *

Perubahan Visus H+14

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Universitas Sumatera Utara

Page 66: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test

Perubahan Visus H+7 * Perubahan Visus H+14 Crosstabulation

12 12

100.0% 100.0%

80.0% 80.0%

3 3

100.0% 100.0%

20.0% 20.0%

15 15

100.0% 100.0%

100.0% 100.0%

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Visus maju

Visus tidak maju

Perubahan

Visus H+7

Total

Visus maju

Perubahan

Visus

H+14

Total

Chi-Square Tests

.a

. . .b

15

Pearson Chi-Square

McNemar-Bowker Test

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

No statistics are computed because Perubahan Visus

H+14 is a constant.

a.

Computed only f or a PxP table, where P must be greater

than 1.

b.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Crosstabs (AL Sedang)

Ranks

3a 2.00 6.00

0b .00 .00

12c

15

Negative Ranks

Positive Ranks

Ties

Total

Perubahan Visus H+14

- Perubahan Visus H+7

N Mean Rank Sum of Ranks

Perubahan Visus H+14 < Perubahan Visus H+7a.

Perubahan Visus H+14 > Perubahan Visus H+7b.

Perubahan Visus H+14 = Perubahan Visus H+7c.

Test Statisticsb

-1.732a

.083

Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Perubahan

Visus H+14 -

Perubahan

Visus H+7

Based on positive ranks.a.

Wilcoxon Signed Ranks Testb.

Case Processing Summary

15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+14 *

Perubahan Visus H+30

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Universitas Sumatera Utara

Page 68: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test

Perubahan Visus H+14 * Perubahan Visus H+30 Crosstabulation

15 15

100.0% 100.0%

100.0% 100.0%

15 15

100.0% 100.0%

100.0% 100.0%

Count

% within Perubahan

Visus H+14

% within Perubahan

Visus H+30

Count

% within Perubahan

Visus H+14

% within Perubahan

Visus H+30

Visus majuPerubahan Visus H+14

Total

Visus maju

Perubahan

Visus

H+30

Total

Chi-Square Tests

.a

. . .b

15

Pearson Chi-Square

McNemar-Bowker Test

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

No statistics are computed because Perubahan Visus

H+14 and Perubahan Visus H+30 are constants.

a.

Computed only f or a PxP table, where P must be greater

than 1.

b.

Ranks

0a .00 .00

0b .00 .00

15c

15

Negativ e Ranks

Positive Ranks

Ties

Total

Perubahan Visus H+30 -

Perubahan Visus H+14

N Mean Rank Sum of Ranks

Perubahan Visus H+30 < Perubahan Visus H+14a.

Perubahan Visus H+30 > Perubahan Visus H+14b.

Perubahan Visus H+30 = Perubahan Visus H+14c.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Crosstabs (AL Panjang)

Test Statisticsb

.000a

1.000

Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Perubahan

Visus H+30 -

Perubahan

Visus H+14

The sum of negative ranks

equals the sum of positiv e ranks.

a.

Wilcoxon Signed Ranks Testb.

Case Processing Summary

15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+7 *

Perubahan Visus H+14

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Perubahan Visus H+7 * Perubahan Visus H+14 Crosstabulation

12 0 12

100.0% .0% 100.0%

85.7% .0% 80.0%

2 1 3

66.7% 33.3% 100.0%

14.3% 100.0% 20.0%

14 1 15

93.3% 6.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Count

% within Perubahan

Visus H+7

% within Perubahan

Visus H+14

Visus maju

Visus tidak maju

Perubahan

Visus H+7

Total

Visus maju

Visus tidak

maju

Perubahan Visus H+14

Total

Universitas Sumatera Utara

Page 70: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test

Chi-Square Tests

4.286b 1 .038

.603 1 .438

3.529 1 .060

.200 .200

4.000 1 .046

.500c

15

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

McNemar Test

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

3 cells (75.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is .

20.

b.

Binomial dist ribution used.c.

Ranks

2a 1.50 3.00

0b .00 .00

13c

15

Negative Ranks

Positive Ranks

Ties

Total

Perubahan Visus H+14

- Perubahan Visus H+7

N Mean Rank Sum of Ranks

Perubahan Visus H+14 < Perubahan Visus H+7a.

Perubahan Visus H+14 > Perubahan Visus H+7b.

Perubahan Visus H+14 = Perubahan Visus H+7c.

Test Statisticsb

-1.414a

.157

Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Perubahan

Visus H+14 -

Perubahan

Visus H+7

Based on positive ranks.a.

Wilcoxon Signed Ranks Testb.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Crosstabs (AL Panjang)

Case Processing Summary

15 33.3% 30 66.7% 45 100.0%Perubahan Visus H+14 *

Perubahan Visus H+30

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Perubahan Visus H+14 * Perubahan Visus H+30 Crosstabulation

14 0 14

100.0% .0% 100.0%

100.0% .0% 93.3%

0 1 1

.0% 100.0% 100.0%

.0% 100.0% 6.7%

14 1 15

93.3% 6.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

Count

% within Perubahan

Visus H+14

% within Perubahan

Visus H+30

Count

% within Perubahan

Visus H+14

% within Perubahan

Visus H+30

Count

% within Perubahan

Visus H+14

% within Perubahan

Visus H+30

Visus maju

Visus tidak maju

Perubahan Visus

H+14

Total

Visus maju

Visus tidak

maju

Perubahan Visus H+30

Total

Chi-Square Tests

15.000b 1 .000

3.233 1 .072

7.348 1 .007

.067 .067

14.000 1 .000

1.000c

15

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

McNemar Test

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

3 cells (75.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is .

07.

b.

Binomial dist ribution used.c.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

NPar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

0a .00 .00

0b .00 .00

15c

15

Negativ e Ranks

Positive Ranks

Ties

Total

Perubahan Visus H+30 -

Perubahan Visus H+14

N Mean Rank Sum of Ranks

Perubahan Visus H+30 < Perubahan Visus H+14a.

Perubahan Visus H+30 > Perubahan Visus H+14b.

Perubahan Visus H+30 = Perubahan Visus H+14c.

Test Statisticsb

.000a

1.000

Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Perubahan

Visus H+30 -

Perubahan

Visus H+14

The sum of negative ranks

equals the sum of positiv e ranks.

a.

Wilcoxon Signed Ranks Testb.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

NO NAMA KLP UMUR SEX AL ACD K1 K2 Power IOLVisus

Pre Op

POST

OP H+7Perubahan Visus

POST OP

H+14

Perubahan

Visus

POST OP

H+30

Perubahan

Visus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 RIDWAN 1 58 1 22.64 3.43 43.95 44.76 23.50 1/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1

2 SARIAMAN MUNTHE 1 65 1 22.93 3.32 43.05 43.38 22.00 1/300 6/18 1 6/12 1 6/9 1

3 UMMU SALAMAH 1 69 2 22.95 3.35 43.55 43.89 21.50 2/60 6/24 2 6/24 2 6/9 1

4 ASMARANI 1 69 2 22.98 3.18 45.00 45.61 21.00 1/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1

5 MARHAMAH 1 75 2 22.64 3.50 44.64 46.55 19.00 1/60 6/24 2 6/18 1 6/12 1

6 SAMPAN 1 72 1 22.66 3.27 44.70 45.30 23.00 4/60 6/18 1 6/18 1 6/12 1

7 RAMENA SIMATUPANG 1 81 2 22.97 3.63 45.00 45.30 20.00 1/60 6/24 2 6/24 2 6/24 2

8 PASTI BR GINTING 1 73 2 22.77 3.51 41.67 42.55 24.00 2/60 6/18 1 6/12 1 6/12 1

9 MISLAN 1 51 1 22.66 3.22 41.51 43.83 25.00 1/60 6/12 1 6/9 1 6/6 1

10 SUTARSIH 1 49 2 22.74 3.83 44.76 45.86 20.50 6/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1

11 LINCE PANGGABEAN 1 61 2 22.76 3.20 45.12 45.92 21.50 6/60 6/12 1 6/12 1 6/9 1

12 TIOMSI 1 61 2 22.70 4.93 44.70 46.42 22.00 1/60 6/18 1 6/9 1 6/9 1

13 ASMAWATI 1 62 2 22.32 3.00 45.92 47.14 22.00 5/60 6/18 1 6/9 1 6/9 1

14 PONIEM 1 68 2 22.19 3.06 48.01 48.70 21.00 5/60 6/18 1 6/12 1 6/9 1

15 JABENGKEL GULTOM 1 76 1 22.81 3.07 42.40 43.44 24.50 4/60 6/24 2 6/12 1 6/12 1

1 ZULKIFLI 2 69 1 23.18 3.17 44.23 45.79 19.50 1/60 6/18 1 6/12 1 6/12 1

2 BUSLANUDDIN 2 70 1 23.31 3.84 43.10 44.18 20.50 6/60 6/24 2 6/18 1 6/9 1

3 SYARIFUDDIN SIPAHUTAR2 60 1 23.14 3.49 43.44 43.77 21.00 4/60 6/18 1 6/12 1 6/12 1

4 MHD.RAMLI 2 72 1 23.92 3.20 43.16 43.55 20.50 1/60 6/24 2 6/18 1 6/12 1

5 ISMAIL PURBA 2 65 1 23.65 3.46 42.78 43.27 20.00 4/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1

6 IRYANSYAH 2 60 1 23.23 3.19 43.38 44.23 20.50 1/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1

7 SITI FARIDA ABRALI 2 50 2 23.10 3.93 48.15 49.63 17.00 5/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1

8 MALAM UKUR 2 52 2 23.25 3.66 45.24 45.42 20.50 6/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1

9 RAHIMAH BR GINTING 2 46 2 23.12 3.55 44.00 44.53 22.00 4/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1

10 SURYADI 2 62 1 23.27 3.24 44.88 45.73 20.00 2/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1

11 SAMIDI 2 68 1 23.13 3.41 43.77 44.35 20.50 1/300 6/12 1 6/12 1 6/9 1

12 ZAKIAH 2 72 2 23.56 3.73 44.23 45.73 20.00 5/60 6/24 2 6/12 1 6/12 1

13 ASYIAH 2 64 2 23.78 3.28 42.88 44.00 21.00 1/300 6/18 1 6/9 1 6/9 1

14 NURLELI 2 66 2 23.55 3.40 45.00 45.67 19.50 1/60 6/12 1 6/12 1 6/12 1

15 SITI MARIAH 2 68 2 23.31 3.09 46.30 47.01 19.00 5/60 6/12 1 6/12 1 6/12 1

1 FADILAH HARIS 3 68 1 24.42 3.79 41.87 42.35 20.00 6/60 6/9 1 6/9 1 6/9 1

2 ROBERT NABABAN 3 51 1 24.49 3.33 42.45 44.06 18.50 1/300 6/12 1 6/12 1 6/9 1

3 ABDUL WAHAB SYAHRONI3 59 1 24.40 3.27 41.56 41.82 20.50 3/60 6/9 1 6/9 1 6/9 1

4 LIE SIOE LIE 3 62 2 24.18 3.53 45.00 45.61 17.50 6/60 6/12 1 6/12 1 6/12 1

5 SAWIYAH 3 71 2 24.31 3.29 40.76 41.16 22.00 5/60 6/24 2 6/18 1 6/12 1

6 LINA PASARIBU 3 65 2 24.46 3.20 42.03 42.78 19.50 6/60 6/18 1 6/18 1 6/18 1

7 RAZALI 3 62 1 24.63 3.16 42.51 43.77 18.50 6/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1

8 ENG AI LO 3 59 2 24.60 3.64 43.95 44.29 17.50 5/60 6/9 1 6/9 1 6/6 1

9 ADNAN 3 63 1 24.57 3.18 39.94 40.81 21.50 1/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1

10 JOHANES GIRSANG 3 73 1 25.33 3.46 40.66 42.29 18.00 5/60 6/24 2 6/18 1 6/18 1

11 HAMONANGAN HARAHAP3 65 1 24.84 3.04 41.11 43.77 18.50 1/60 6/12 1 6/12 1 6/9 1

12 SITI DARMA DOLOK SARIBU3 71 2 25.22 3.51 42.08 43.05 16.00 6/60 6/18 1 6/18 1 6/9 1

13 SITI MASITOH POHAN 3 59 2 24.86 3.58 42.35 42.67 18.50 1/60 6/12 1 6/9 1 6/9 1

14 MHD. GAZALI 3 70 1 24.97 4.48 42.51 43.83 17.00 1/60 6/12 1 6/12 1 6/12 1

15 ZULIDARMINI LUBIS 3 80 2 26.34 3.55 44.06 45.24 11.00 3/60 6/24 2 6/24 2 6/24 2

1 = AL Pendek (< 23mm) 1= LK 1 = Visus Baik (6/6-6/18)

2 = AL Sedang (23-24mm) 2= PR 2 = Visus Sedang (<6/18-6/60)

3 = AL Panjang (>24 mm) 1= LK 3 = Visus Buruk (<6/60)

2= PR

Universitas Sumatera Utara

Page 74: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : dr. Hendra Gunawan

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung / 29 Januari 1986

JENIS KELAMIN : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Perumahan J. City, Metropolis 1/ No.45, Medan

No. Telp : +62 81360875003

Riwayat Pendidikan : SDN 004 Pekanbaru, Ijazah Tahun 1998

SLTPN 8 Pekanbaru, Ijazah Tahun 2001

SMA N 5 Pekanbaru, Ijazah Tahun 2003

Fakultas Kedokteran UISU, Ijazah Tahun 2010

DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Drs. H. Chalid Sahuri, MS

Tempat/Tanggal Lahir : Brebes / 20 Oktober 1951

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Agama : Islam

Alamat : JL. Kayu Manis No.340, Pekanbaru

Nama Ibu : Hj. Elliarni, SE, MSi

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Panjang/ 25 Juli 1956

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Agama : Islam

Alamat : JL. Kayu Manis No.340, Pekanbaru

RIWAYAT PEKERJAAN

Dokter Umum PTT KEMENKES di Puskesmas Lubuk Tapi, Bengkulu Selatan,

Bengkulu, Tahun 2012

PERKUMPULAN PROFESI

- Anggota Muda Perdami Cabang Sumatera Utara

- Angota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 75: EVALUASI PERUBAHAN TAJAM PENGLIHATAN MENGGUNAKAN …

Journal Reading :

1. Changes in Fundus Autofluorescence after Anti-vascular Endothelial Growth

Factor According to the Type of Choroidal Neovascularization in Age-related

Macular Degeneration

2. Factors Affecting Long-term Myopic Regression after Laser In Situ

Keratomileusis and Laser- assited Subpepithelial Keratectomy for Moderate

Myopia

3. Role of Fine Needle Aspiration Cytoloy as a Diagnostic Tool in Orbital and

Adnexal Lesions

4. Effect of Hydroxychloroquine Treatment on Dry Eyes in Subjects with

Primary Sjorgen’s Syndrome : A Double-Blind Randomized Control Study

Tulisan :

1. Teknik Pemeriksaan Korena

2. Glaukoma Bertekanan Normal

3. Neonatorum Gonococcal

4. Entropion Involusional

Laporan Kasus :

1. Penatalaksanaan Myastenia Gravis

2. Tindakan Trabekulektomy pada Glaukoma Juvenile

Universitas Sumatera Utara