16

Click here to load reader

Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Syafi’I Antonio and Adiwarman Azwar Karim are intellectual figures, academics and also Islamic economic practitioners. Many Islamic banks were born by their ideas and their hands. The approaches which are used by Syafi’I Antonio in building theories and thoughts in contemporary Islamic economy are the theological approach and comparative religion. While, Adiwarman more dominant using two approaches, both are history and fiqh. The roles and their contributions mostly on the conceptual side of the book, become a speaker at various seminars, education, training, consulting, and also building their own financial institution.

Citation preview

Page 1: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

1

Sumbangsih Syafi’i Antonio dan Adiwarman Azwar Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

Oleh: Fadh Ahmad Arifan1

ABSTRAK

Syafi’I Antonio and Adiwarman Azwar Karim are intellectual figures, academics and also Islamic economic practitioners. Many Islamic banks were born by their ideas and their hands. The approaches which are used by Syafi’I Antonio in building theories and thoughts in contemporary Islamic economy are the theological approach and comparative religion. While, Adiwarman more dominant using two approaches, both are history and fiqh. The roles and their contributions mostly on the conceptual side of the book, become a speaker at various seminars, education, training, consulting, and also building their own financial institution.

Key word: Contribution, Syafi’i Antonio, Adiwarman Karim

A. Pendahuluan

Tak terbayangkan sebelumnya, negara Super power seperti Amerika Serikat

mengalami krisis ekonomi. Tak seperti krisis yang melanda Asia tahun 1997/1998

yang hanya melanda negara-negara Asia saja, krisis finansial yang terjadi di Amerika

Serikat ketika 2008 merembet ke berbagai negara, bahkan mengancam perekonomian

secara global. Di sisi lain, ada pakar yang mengatakan bahwa krisis global yang

diakibatkan oleh tak terkendalinya pembiakan uang lewat transaksi derivatif ini bisa

mendorong penguatan ekonomi Syariah sebagai alternatif dan solusi.

Setelah krisis moneter 1997-1998 gerakan ekonomi Syariah seperti mendapat

blessing in disguise. Ekonomi syariah di Indonesia meskipun telah dimulai sejak awal

1990-an, namun berjalan lambat hingga menjelang terjadinya krisis tersebut. Ekonomi

syariah nasional menemukan momentum sejak tahun 1999 hingga sekarang.

1 Penulis adalah alumni S2 Studi Islam di Pascasarjana UIN Malang. Telah menyelesaikan tesis “Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sebagai Partai Terbuka: Studi Pandangan Elit PKS di Kota Malang”.

Page 2: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

2

Pengetahuan masyarakat tentang ekonomi Syariah juga semakin berkembang termasuk

di daerah. Seiring dengan itu industri keuangan syariah mengalami percepatan

pertumbuhan. Lembaga-lembaga keuangan Syariah juga berkembang ke daerah-

daerah.2

Di Indonesia, ekonomi Syariah sedang berkembang. Perkembangan ini ditandai

maraknya pendirian Bank Umum Syariah (BUS) dan banyaknya bank-bank

konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (USS). Dari sisi aset juga

menunjukkan peningkatan. Pada akhir tahun 2007, aset yang dimiliki perbankan

syariah diperkirakan mencapai 35 trilyun rupiah, lebih besar dibanding posisi tahun

2006 yang hanya mencapai 26,7 trilyun rupiah. Data Dewan Syariah Nasional per 10

Juli 2008 menyebutkan bahwa ada 156 institusi perbankan Syariah di Indonesia, yang

meliputi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah Bank Umum, Unit Usaha Syariah

BPD, Bank Kustodian Syariah dan BPR Syariah.3

Salah satu tokoh yang ikut mendorong perkembangan tersebut adalah Adiwarman

Karim dan Syafi’i Antonio. Mereka berdua adalah tokoh intelektual dan akademisi

sekaligus praktisi perbankan dan ekonomi Syariah. Banyak Bank Umum Syariah yang

lahir dengan bantuan pemikiran dan tangan terampilnya. Dalam tulisan ini akan

membahas Sumbangsih Syafi’i Antonio dan Adiwarman Azwar Karim terhadap

Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia.

B. Biografi Intelektual

1. M. Syafi’i Antonio

Syafii Antonio lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 Mei 1965. Nama asli ekonom

Islam ini Nio Cwan Chung. Dia adalah WNI keturunan Tionghoa. Saat berusia 17

tahun dan masih duduk di bangku SMA, Syafii Antonio putuskan untuk memeluk

agama Islam atas bimbingan KH Abdullah bin Nuh al-Ghazali pada 1984.4 Kuliah di

ITB dan IKIP, tapi kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itu pun tidak lama

karena dia melanjutkan sekolah ke University of Yordan (Yordania). Selesai studi S1

2 Syafi’i Antonio dan Aam Rusdiana, “Peranan Ekonomi Syari’ah Dalam Pembangunan Daerah” Harmoni Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 33 Tahun 2010, hal 47 3Tim CRCS, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2009, (Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM 2010), hal 25 4 Majalah Tajdid, “Masuk Islam, Jadi Ahli Ekonomi syariah” (Singapura: Persatuan Muhammadiyah singapura, 2009), hal 17

Page 3: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

3

di Yordania, Ia melanjutkan program S2 di International Islamic University (IIU) di

Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam. Dan kemudian menyelesaikan gelar

doktor di bidang perbankan dan keuangan mikro di University of Melbourne tahun

2004 lalu.5 Ketertarikannya di bidang ekonomi syariah karena dia melihat umat Islam

di dunia termasuk di Indonesia memiliki masalah di bidang itu. "Sebetulnya ada tiga

masalah besar yang dihadapi umat Islam. Satu kemiskinan, dua kebodohan, ketiga

perpecahan (tidak akur), tetapi tidak akur ini karena berebut proyek, uang, dan

pengaruh. Jadi persoalan terbesarnya adalah terkait dengan ekonomi alias

kemiskinan. Jadi bagaimana mengatasi masalah kemiskinan itu," ujarnya, saat

disambangi wartawan Jurnal Nasional di kediamannya. Rektor STEI Tazkia ini

berpendapat, penyebab kemiskinan ini juga disebabkan oleh beberapa faktor. Ada

kemiskinan yang berakar pada pola pikir atau istilahnya konseptual problem.

Kemudian yang kedua miskin karena masalah teknis, antara lain lack of

competence/lack of packaging, lack of marketing, dan lack of financial management.

Dan yang ketiga, miskin karena struktural, tidak terlalu mendukung pada small and

micro. "Di mana saya bisa berperan? Ya, minimum dari sisi konseptual dengan buku,

seminar, pendidikan, saya mencoba untuk menyelesaikan masalah ini semampunya,"

kata Ketua Dewan Syariah di Bank Exim, Ketua Dewan Syariah di Bank Mandiri, dan

Asuransi Takaful ini.

Selesai studi, Syafi’i bekerja dan mengajar pada beberapa universitas. Segala

aktivitasnya sengaja ia arahkan pada bidang agama. Untuk membantu saudara-saudara

muslim Tionghoa, dia aktif pada Yayasan Haji Karim Oei. Di yayasan inilah para

mualaf mendapat informasi dan pembinaan. Mulai dari bimbingan shalat, membaca

Al-Qur’an, diskusi, ceramah, dan kajian Islam, hingga informasi mengenai agama

Islam.

Tahun 2006, beliau diangkat Perdana Menteri Malaysia sebagai Shariah Advisory

Council Bank Sentral Malaysia. Ia juga sempat bergabung dengan Bank Muamalat,

bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Dua tahun setelah itu, ia mendirikan

Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah. Kemudian ia mendirikan

Tazkia Group yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis dan

5www.mualaf.com “Ekonom Islam: Muhammad Syafi’i Antonio” (diakses pada 8 Januari 2011)

Page 4: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

4

ekonomi syariah yang salah satunya adalah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI)

Tazkia.6

2. Adiwarman A. Karim

Ir. H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P., lahir di Jakarta pada 29

Juni 1963. Pendidikan tingkat S1 ia tempuh di dua perguruan tinggi yang berbeda, IPB

dan UI. Gelar Insinyur dia peroleh pada tahun 1986 dari Institut Pertanian Bogor

(IPB). Pada tahun tahun 1988 Adiwarman berhasil menyelesaikan studinya di

European University, Belgia dan memperoleh gelar M.B.A. setelah itu ia

menyelesaikan studinya di UI yang sempat terbengkalai dan mendapatkan gelar

Sarjana Ekonomi pada tahun 1989. Tiga tahun berikutnya, 1992, Adiwarman juga

meraih gelar S2-nya yang kedua di Boston University, Amerika Serikat dengan gelar

M.A.E.P. Ketika kuliah di Boston Adiwarman menulis Tesis tentang Bank Islam di

Iran.7 Selain itu ia juga pernah terlibat sebagai Visiting Research Associate pada

Oxford Centre for Islamic Studies.

Kesempatan belajar di Amerika Serikat memberinya kesadaran baru. Ilmu ekonomi

Islam yang ia pelajari di Amerika Serikat sangat berbeda dengan yang ia dapat di

Indonesia. Kebanyakan, pelajaran ekonomi Islam di Indonesia masih berkutat pada

penjelasan ekonomi menurut Al-Qur’an dan Hadits, belum sampai pada bagaimana

menerapkannya. Sedangkan di Amerika Serikat, ilmu ekonomi Islam dibahas

menggunakan perhitungan matematika dan prinsip-prinsip ekonomi modern sehingga

relevan sekali jika diterapkan seperti ilmu ekonomi konvensional.8

6 Majalah Tajdid, Op. Cit hal 18; lihat juga http://tazkia.ac.id/www/index.php?page=content&&ide=15 7 Mengapa memilih Iran? Adiwarman berpandangan Ia mencari negara di mana sistem ini (ekonomi Islam) diterapkan dalam level negara. Waktu itu hanya ada dua pilihan, yaitu Iran dan Pakistan. Setelah dipelajari lebih jauh ternyata Pakistan belum menerapkan ekonomi Islam secara menyeluruh. Padahal obyek penelitiannya tidak boleh hanya satu bank, tapi harus negara supaya dapat melihat dampaknya pada negara. Jadi pilihannya memang hanya Iran. “Di situ saya mempelajari bagaimana Iran mengubah sistem perbankan konvensional menjadi sistem syariah? Tahapan-tahapannya apa saja? Ternyata dari sisi tabungan seperti deposito dan sebagainya hanya perlu waktu satu hari, semua tabungan berubah menjadi bagi hasil. Tapi dari sisi aset yaitu kredit dan sebagainya itu dilakukan bertahap selama tiga tahun dan melalui tujuh tahap.” Katanya. Adiwarman juga menambahkan “Apa yang saya pelajari di Iran itu menjadi sangat berguna buat saya sekarang. Dengan ilmu yang saya miliki itu, saya menjadi mudah memberikan konsultasi kepada bank-bank konvensional yang ingin mengkonversi menjadi bank syariah.” (Sumber: Majalah Hidayatullah “Adiwarman Azwar Karim: Konsultan Bisnis Dunia dan Akherat ” edisi Februari 2003) 8 Majalah Alifmagz, “Belajar Ekonomi Islam itu Sangat Nikmat”edisi Desember 2008, hal 21

Page 5: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

5

Pada tahun 1992 Adiwarman masuk menjadi salah satu pegawai di Bank Mu’amalat

Indonesia (BMI), setelah sebelumnya sempat bekerja di Bappenas. Karir Adiwarman

di Bank ini awalnya sebgai staf Litbang, 6 tahun berikutnya dipercaya memimpin BMI

cabang Jawa barat. Jabatan prestisius yang pernah ia duduki adalah sebagai Wakil

Direktur. Namun dalam pada perkembangan berikutnya Adiwarman memilih keluar

dari BMI, dengan maksud untuk lebih dapat berpartisipasi dalam pengembangan bank

Syariah secara lebih luas.9 Pasca keluar dari BMI, Adiwarman mendirikan perusahaan

konsultan yaitu “Karim Business Consulting”10

Kontribusi Adiwarman dalam pengembangan perbankan dan ekonomi syari’ah di

Indonesia bukan saja sebagai praktisi, tetapi juga sebagai intelektual dan akademisi. Ia

menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair,

IAIN Syarif Hidayatullah dan sejumlah perguruan tinggi swasta untuk mengajar

perbankan dan ekonomi syariah. Di beberapa perguruan tinggi tersebut ia juga

mendirikan Shari’ah Economics Forum (SEF), suatu model jaringan ekonomi Islam

yang bergerak di bidang keilmuan.

Beberapa tulisan Adiwarman yang telah diterbitkan antara lain; Ekonomi Islam,

Suatu Kajian Kontemporer yang merupakan kumpulan artikelnya di Majalah Panji

Masyarakat, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, sebuah kumpulan tulisan pakar

ekonomi yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Ekonomi Mikro Islami dan

Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi Makro. Ketiga tulisan yang disebut terakhir

merupakan bahan kuliah wajib di berbagai perguruan tinggi tempatnya mengajar.

Terakhir ia menulis satu buku yang berusaha memberikan pandangan secara

komprehensif tentang perbankan Islam dengan memberikan analisis dari perspektif

fikih dan ekonomi (keuangan). Buku tersebut diberi judul Bank Islam, Analisis Fiqih

dan Keuangan.

9 Badiatul Razikin dkk, 101 Jejak Tokoh Islam di Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), hal. 52 10 Karim Business Consulting didirikan dengan modal yang sangat kecil, sekitar Rp 40 juta. Proyek pertamanya pun datang dari Bank Indonesia untuk membuat buku saku. Proyek kedua datang dari lembaga keislaman di AS. Proyek ketiga datang lagi dari BNI Syariah, disusul proyek-proyek lainnya. Sejak saat itu, lembaganya mulai masuk ke perbankan yang ingin mendirikan unit syariah untuk melakukan training maupun mentoring kepada cabang-cabang mereka. Sudah banyak bank yang menjadi kliennya. Termasuk beberapa Bank Pembangunan Daerah (BPD). Terakhir, Karim Business Consulting mendapat proyek untuk membantu membuat perusahaan Multi Level Marketing (MLM) dengan sistem syariah. Lihat. Wahid Ma'ruf, “Karim Business Consulting, Jeli Melihat Pasar” dalam www.adiwarmankarim.com diakses pada 10 April 2012

Page 6: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

6

C. Pokok-Pokok Pemikiran Tentang Ekonomi Islam

1. Syafi’i Antonio dan Pemikirannya

Pemikirannya tentang sistem ekonomi khususnya perbankan, setidaknya

dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang dapat dikelompokkan sebagai intern dan

ekstern. Faktor intern yang muncul dari latar belakang pendidikannya sendiri, antara

lain pergulatannya dengan diskursus pemikiran barat dan timur sekaligus, lawatan

yang ia lakukan di berbagai belahan dunia Islam tentang perbankan syariah membawa

keinginan yang kuat untuk menciptakan sendiri perbankan syariah di negaranya.

Sedangkan faktor ekstern (di luar Islam), adalah semakin terbukanya pintu secara legal

terhadap lembaga keuangan syariah dengan terbitnya UU No. 7 tahun 1992 yang

diperbarui dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang landasan legal perbankan syariah di

Indonesia. Selain itu runtuhnya paham konvensional tentang ekonomi atau death of

economic dan pencarian alternatif sistem ekonomi yang lain.11

Pemikiran Muhammad Syafi’i Antonio dalam konsep perbankan syariah tidak dapat

dipisahkan dari pemahaman dia terhadap riba terlebih kaitannya dengan bunga bank.

Sebab bagaimanapun juga, keberhasilan perbankan Syariah sekarang ini adalah hasil

dari interpretasi riba kaum neorevivalis yang berkaitan dengan bunga bank

konvensional.12

Kalau dicermati lebih dalam, sampai saat ini kita tidak mendapatkan pemikiran

Muhammad Syafi’i Antonio yang bersifat baru dan berbeda dengan pendapat terdahulu

sehingga pemikirannya lebih pada melakukan reaktualisasi fikih muamalah tentang

sistem ekonomi Islam maupun sub sistem lembaga finansial lainnya dalam konteks

keindonesiaan.

a. Perbankan Syariah dan Political will

Menurut Syafi’i Antonio, perbankan Islam hanyalah sub-unit dari unit finansial,

demikian juga unit finansial merupakan bagian dari sub-sistem ekonomi, sedangkan

sub-sistem ekonomi merupakan bagian integral dari sistem Islam yang mahaluas.

Pembangunan sub-unit perbankan tidak akan berjalan dengan baik seandainya tidak

didukung oleh unit-unit dan sub-sub sistem lainnya, seperti sub-sistem pendidikan

11 Ahmad dwi haryoso, “Studi Pemikiran Syafi’i Antonio tentang Murabahah Perspektif Hukum Islam” (Semarang: IAIN Walisongo, 2005), hal. 46-47 12 Ibid. hal 76

Page 7: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

7

(tarbiyah) dan sub-sistem politik. Karena izin bank syariah tidak akan keluar tanpa

political will yang afirmatif, demikian juga bank syariah akan kehilangan nasabah bila

umatnya tidak di tarbiyah untuk bermuamalah secara Islami.13

Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua

gerakan renaisance Islam modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama pendirian

lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum

muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan al-

Qur’an dan sunnah.14

Meski bergerak lambat dalam perkembangan ekonomi syariah, saat ini Indonesia

menjadi negara dengan jumlah bank dan lembaga keuangan yang berlandaskan sistem

syariah terbanyak di dunia. Hal ini terbukti dengan hadirnya 33 bank, 46 lembaga

asuransi, dan 17 mutual fund yang menganut sistem syariah.15 “Lambatnya pergerakan

perkembangan ekonomi syariah di Indonesia disebabkan adanya dualisme antara

kaum ulama dan para ekonom yang sibuk pada bidangnya masing-masing. Ulama

hanya bergaul pada masalah akidah, ibadah, munakalah, dan jinayah. Pengetahuan

mengenai mualamah dan transaksi bisnis sangat minim. Sementara para ekonom, ahli

di bidang fiskal, moneter, dan masalah finansial lainnya, namun minim mempelajari

syariah,” papar Syafi’i.

Diakuinya, meski banyak bank berlogo Syariah, dalam kenyataannya belum mampu

menghidupkan sektor perekonomian masyarakat kecil. “Dinamakan syariah, apabila

rukun dan syarat Islam terpenuhi. Namun, apabila masih melupakan pengusaha kecil

dan hanya membantu pengusaha kaya, bukan Islam namanya,” kata Syafi’i Antonio.16

b. Good Governance = Manajemen Berbasis Syariah

Manajemen Syariah itu universal kata Syafi’i, karena manajemen itu lebih kepada

soft skill, lebih kepada kebiasaan, norma, strategi. Karena melihat keempat hal ini,

maka peluangnya terbuka luas. Terutama dari sisi SDM, sisi operasi, dari sisi

pemasaran, dan keuangan. Ini yang standar-standar saja, dan ini semua bisa dimasukan

oleh norma manajemen. Hal itu juga seperti dikatakan dalam Al-Quran, Sunnah, rukun

Islam, rukun Iman dan sepanjang sejarah mereka memiliki kebijakan itu. Bahkan 13 Syafi’i Antonio, Bank syariah: Dari teori ke Praktek (Jakarta: Gema insani, 2011), hal ix 14 Ibid. hal 18. 15 Seminar “Rekonstruksi Pemikiran Ekonomi Syariah dan Implementasinya” di Bale Rumawat Universitas Padjadjaran, (Rabu 18/02/2009) 16 Ibid.

Page 8: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

8

dalam ritual-ritual seperti doa, sholat, puasa bisa sangat berpengaruh ke dalam

efektivitas manajemen terutama untuk pengembangan SDM, serta untuk manajemen

keuangan dapat lebih transparan.17

Untuk efektivitasnya, diperlukan adanya norma perusahaan, apa yang disebut

langkah-langkah strategis, serta ada yang disebut visi dan misi, maka dari situ

dituangkan dalam peraturan kerja kemudian dipadukan dengan sistem manual, yang

berasal dari keahlian paling dasar dan hal yang bersifat kuantitatif, serta nilai-nilai

yang diadopsi, sehingga ujung-ujungnya bisa kuantitatif. Asalnya normatif kemudian

diikat dengan Standard Operating Procedures (SOP), ujungnya bisa menjadi kuantatif.

Sebagai contohnya kita melakukan pemasaran, kita harus jujur, tidak boleh berbohong,

kita harus menyampaikan apa adanya, inikan sesuatu yang soft. Mengandalkan

kejujuran dan apa yang dituangkan dalam brosur, jangan berbicara diluar kandungan

yang asli. Dan jika terjadi proses diskon dari harga, harus benar manajemen

keuangannya, kemudian ditransfer ke dalam lembaga keuangan syariah. Dan jika

dipublikasikan dimedia, jangan membuka aurat. Itukan semua norma tapi menjadi

sesuatu yang konkret dengan satu aturan yang bernama manajemen. Syafi’i optimis

bahwa penerapan manejemen syariah bisa diwujudkan di masa depan. Menurut dia,

good business is a values best business. Seperti yang sering disebut-sebut, Good

Governance, sesungguhnya itu adalah bagian dari manajemen yang berbasis Syariah.18

c. Konsep Murabahah

Dalam kamus ekonomi Islam, istilah murabahah merujuk pada jual beli barang

pada harga asal (harga pokok) dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati.19

Sedangkan Muhammad Syafi’i Antonio mengartikan murabahah sebagai pembelian

barang dengan pembayaran ditangguhkan. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan

yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi

(inventory). Pembiayaan murabahah mirip dengan kredit modal kerja yang biasanya

diberikan oleh bank-bank konvensional, karena pembiayaan murabahah berjangka

17http://www.eramuslim.com/berita/bincang/send/dr-h-muhammad-syafi-039-i-antonio-m-ec-bangun-bisnis-yang-sehat-dengan-manajemen-syariah 18 Ibid. Bandingkan Konsep manejemen berbasis syariah versi Syafi’i Antonio dengan konsep Manejemen islami versi Adiwarman Karim. Lihat Adiwaman Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema insani press, 2003), hal 170-172 atau Adiwarman Karim, Ekonomi makro islami, (Jakarta: Rajawali press, 2007), hal 250 19

Ahmad Subagyo, Kamus Istilah ekonomi Islam, (Jakarta: Elexmedia komputindo, 2009), hal 61

Page 9: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

9

waktu di bawah 1 tahun.20 Murabahah sebagai jual-beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi

tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai

tambahan.21

2. Adiwarman Karim dan Pemikirannya

Menurut Adiwarman, Ekonomi islam bukan merupakan kawasan ilmu yang berdiri

berada di titik tengah untuk mengakomodasi Kapitalisme dan Sosialisme. Ekonomi

islam mempunyai karakteristiknya sendiri, hatta pada sisi kesamaan tertentu dalam

mekanismenya dengan ekonomi konvensional. Membicarakan ekonomi Islam seperti

dalam berbagai buku-buku dan tulisan Adiwarman karim ternyata bukan hanya soal

Bank syariah tetapi mencakup ekonomi makro, ekonomi mikro, kebijakan fiskal

hingga konsep pembangunan. Dalam pandangan penulis, pemikiran Adiwarman

tentang ekonomi islam jauh lebih komprehensif daripada Syafi’i Antonio. Berikut ini

pokok-pokok sumbangsih dan pemikiran Adiwarman karim dalam Ekonomi Islam.

a. Tentang Bank Syariah

Meskipun kosa kata fiqih Islam tidak mengenal kata “Bank”, tetapi sesungguhnya

bukti-bukti sejarah menyatakan bahwa fungsi-fungsi perbankan modern telah

dipraktikkan oleh umat islam, bahkan sejak zaman Nabi Muhammad. Praktik-praktik

fungsi perbankan ini tentunya berkembang secara berangsur-angsur dan mengalami

kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan naik turunnya

peradaban umat Muslim. Dengan demikian, masih menurut Adiwarman dapat

dikatakan bahwa konsep bank bukanlah suatu konsep yang asing bagi umat Muslim,

sehingga proses ijtihad untuk merumuskan konsep bank modern yang sesuai dengan

bank syariah tidak perlu dimulai dari nol.22

Pengembangan perbankan Syariah harus didukung oleh SDM yang memadai, baik

dari segi kualitas maupun kuantitas. Menurut Adiwarman, sistem yang baik tidak

mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya insani yang baik pula.23

20 Muhammad Syafi’i Antonio dan Karnaen Perwataatmaja, Apa Dan Bagaimana Bank syariah, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hal. 25 21 Bandingkan dengan konsep Murabahah versi Adiwarman Karim. Lihat. Adiwarman, Bank islam: Analisis fiqih dan Keuangan (Jakarta: Rajawali press, 2006), hal 113-119 atau Adiwaman Karim, Ekonomi Islam suatu... hal. 86-91 22 Adiwarman, Bank islam: Analisis fiqih dan Keuangan (Jakarta: Rajawali press, 2006), hal 27. 23 Ibid.

Page 10: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

10

Adiwarman juga tidak menutup mata bahwa di bank Syariah masih ada beberapa

penyimpangan-penyimpangan. Baik dari sisi manajemen maupun syariahnya. Kata

beliau:”Kalau kita tidak pernah mencoba, kita tidak tahu mana yang mesti diperbaiki.

Itulah tugas kami di Dewan Syariah Nasional (DSN). Kalau diketahui ada

penyimpangan-penyimpangan kami suruh memperbaiki.”

b. Sosialis atau Kapitalis tak Masalah asal Berbasis Syariah

Pakar ekonomi syariah, Adiwarman Azwar Karim, mengatakan, pilihan

menggunakan sistem ekonomi kapitalis atau sosialis sesungguhnya tak masalah

asalkan semua berbasis syariah. "Apapun sistem ekonominya, kapitalis atau sosialis,

asalkan berdasarkan syariah, bagus-bagus saja," kata Adiwarman saat menjadi

narasumber pada Halaqah Pra-Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta.24

Secara teori, katanya, kapitalisme atau sosialisme sama menghendaki keadilan dan

kesejahteraan rakyat. Namun, dalam praktiknya kedua sistem besar tersebut seringkali

mengalami banyak masalah. Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia itu menjelaskan, terdapat tiga pilar dalam sistem ekonomi syariah. Pilar

Pertama, meninggalkan seluruh unsur-unsur yang dihukumi haram menurut syariat

Islam. "Tinggalkan dulu semua yang diharamkan oleh Islam; misalnya: riba," katanya.

Pilar kedua, papar Adiwarman, prinsip keseimbangan antara sektor riil dengan

sektor keuangan. Dalam sistem ekonomi kapitalis faktor ini seringkali menjadi

masalah. Dikatakannya, dalam sistem ekonomi kapitalis, pada titik tertentu

ketidakseimbangan antara sektor riil dan sektor keuangan mengakibatkan 'bubble

economy' yakni keadaan ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas moneter

namun tak diimbangi sektor riil. "Kondisi seperti ini tidak akan terjadi dalam sistem

ekonomi syariah," katanya. Pilar ketiga yaitu prinsip proses transaksi jual-beli yang

adil, tidak menguntungkan satu pihak merugikan pihak yang lain. Berbeda dengan

sistem ekonomi kapitalis yang lebih mengedepankan prinsip perdagangan bebas yang

memungkinkan terjadinya ketidakadilan.25

c. Ekonomi Mikro islami

Ekonomi dalam kajian keilmuwan dapat dikelompokkan ke dalam ekonomi mikro

dan makro. Ekonomi mikro menurut Adiwarman mempelajari bagaimana perilaku 24 www.republika.co.id “Kapitalisme tak Masalah asal Berbasis Syariah” (diakses pada Rabu, 19 Agustus 2009 08:12 WIB) 25 Ibid.

Page 11: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

11

tiap-tiap individu dalam setiap unit ekonomi, yang dapat berperan sebagai konsumen,

pekerja, investor, pemilik tanah atau resources lain. Ekonomi mikro menjelaskan how

and why sebuah pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi.

Mengapa belajar ekonomi islam? Salah satu tujuannya menurut Adiwarman adalah

bagaimana kita menerapkan prinsip-prinsip ekonomi mikro islami dalam pengambilan

keputusan agar mendapat solusi terbaik, yaitu solusi yang akan menguntungkan kita

dan tidak mendzalimi orang lain.26 Sayangnya dalam buku ini, Adiwarman tidak

menjelaskan seperti apa prinsip-prinsip ekonomi mikro dalam Islam. Justru pada salah

satu bab lebih menjelaskan prinsip-prinsip umum ekonomi Islam diantaranya: Tauhid,

keadilan, prinsip kenabian, dan ma’ad (hasil).27 Baik pada buku Ekonomi mikro islami

maupun bukunya yang lain, dia menambahkan tiang-tiang perekonomian Islam seperti:

Kepemilikan multi jenis, Kebebasan berekonomi selama tidak melanggar syariah dan

Social justice.

d. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Adiwarman menulis buku yang tergolong masih langka kajiannya yakni tentang

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.28 Dia berpandangan bahwa kelangkaan kajian

sejarah sangat tidak menguntungkan29 karena sepanjang sejarah Islam, para pemikir

dan pemimpin Muslim sudah mengembangkan berbagai gagasan ekonominya

sedemikiran rupa sehingga mengharuskan kita untuk menganggap mereka sebagai para

pencetus ekonomi islam yang sesungguhnya.

Konsep ekonomi para cendekiawan muslim dimasa lalu itu berakar pada hukum

Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist nabi disertai analisis yang menarik.

Menampilkan pemikiran ekonomi para cendekiawan muslim bagi Adiwarman akan

memberi 2 kontribusi positif bagi umat:

26 Adiwarman Karim, Ekonomi mikro islami, (Jakarta: Rajawali press, 2007), hal 5-6 27 Ibid. hal 34; dan Adiwaman Karim, Ekonomi Islam suatu... hal 176 28 Bandingkan dengan buku Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islami: Refleksi Peristiwa dan Pemikiran Ahli sepanjang Sejarah Kekhalifahan, (Jakarta: Cicero Publishing, 2008). 29 Langkanya tulisan atau buku tentang sejarah ekonomi islam telah membuat para ekonom Muslim “terpaksa” menggunakan buku-bku sejarah ekonomi konvensional sebagai bahan rujukan utama pemikiran mereka. Maka tidaklah aneh bila horison waktu sejarah, bagi mereka dimulai pada zaman Adam smith. Ia dianggap sebagai bapak ilmu ekonomi. Padahal Adam smith sendiri memberikan apresiasi tinggi kepada perekonomian Arab yang notabenenya dipimpin dan dipelopori oleh Rasullullah saw. Lihat Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran ekonomi islam cet 1 (IIIT, 2001), hal vii-viii; dan Adiwaman Karim, Ekonomi Islam suatu... hal 14-15

Page 12: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

12

a) Membantu menemukan berbagai sumber pemikiran ekonomi kontemporer

b) Memberikan kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman yang

lebih baik mengenai perjalanan pemikiran ekonomi islam selama ini.30

Menurut Dawam rahardjo dalam kata pengantar bagi bukunya Adiwarman, dengan

membaca sejarah kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perkembangan Islam pada

masa awalnya menuju kejayaannya, ternyata bukan hanya berupa perkembangan

politik dan militer saja, melainkan perkembangan ekonomi juga memainkan peranan

yang penting dalam menopang peradaban.31 Tidak lupa juga Dawam mengingatkan

kepada ekonom muslim bahwa sumber teori ekonomi Islam adalah syariah. Karena itu

dalam upaya menyusun pemikiran ekonomi, para sarjana ekonomi muslim modern,

hendaknya berusaha menggali dari Kitab kuning (turats).32

Terakhir, dari buku inilah kita bisa memahami pendekatan seperti apa yang

digunakan oleh Adiwarman karim. Pendekatan sejarah sangat kental dalam berbagai

tulisan Adiwarman. Dalam setiap tulisannya terutama buku, Adiwarman selalu

berupaya menjelaskan fenomena ekonomi kontemporer dengan merujuk pada sejarah

Islam klasik, terutama pada masa Rasulullah. Disamping itu ia juga mengelaborasi

pemikiran-pemikiran ulama klasik dan mencoba merefleksikannya dalam konteks

kekinian, tentu saja menurut perspektif ekonomi. Selain pendekatan sejarah,

Adiwarman juga menggunakan pendekatan fiqh. Dalam pandangannya, fiqh tidak

hanya berbicara pada aspek ‘ubudiyah semata tetapi juga aspek muamalat. Di bidang

mu’malat ia berpegang pada keadah fiqh “Segala sesuatunya dibolehkan, kecuali ada

larangan dalam Qur’an dan sunnah”. Jadi yang perlu dilakukan hanya

mengidentifikasi hal-hal yang dilarang (haram), kemudian menghindarinya. Selain

yang haram-haram itu dalam muamalat kita boleh melakukan kreativitas (baca:

ijtihad).33

Penulis juga menangkap kesan kuat bahwa di berbagai buku-bukunya, Adiwarman

menghindari melakukan islamisasi ekonomi dengan cara mengambil teori-teori

30 Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam cet III (Jakarta: Rajawali press, 2006). 31 Dawam rahardjo, “Sejarah ekonomi Islam” dalam buku Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran ekonomi islam, (IIIT, Cetakan 1, 2001), hal xv 32 Ibid. hal xiii 33 Lihat Adiwarman, Bank islam: Analisis fiqih dan Keuangan (Jakarta: Rajawali press, 2006), hal 9.

Page 13: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

13

ekonomi Barat lalu dicari ayat al-Quran dan haditsnya. Hal ini ditegaskan oleh

Adiwarman sendiri ketika diwawancarai oleh wartawan majalah Hidayatullah:

“Soal pendekatan saya terpengaruh oleh pendekatan interplyty. Pendekatan ini melarang kita melakukan islamisasi ekonomi dengan cara mengambil ekonomi Barat lalu dicari ayat al-Quran dan haditsnya. Ini tidak benar, karena itu memaksakan al-Qur'an dan hadits cocok dengan pikiran manusia. Ekonomi Islam bukan ekonomi konvensional lalu ditempeli al-Quran dan hadits.”34

e. Gadai Emas Syariah

Adiwarman mengkritik fenomena lonjakan kegiatan gadai emas syariah akhir-akhir

ini di industri perbankan syariah di tanah air. Menurut Adiwarman, modifikasi top up

ini pertama kali diperkenalkan ilmunya oleh BRI Syariah. Setelah ini berkembang luas,

barulah kemudian BI melihat pertumbuhan dari gadai emas di bank syariah ini luar

biasa cepatnya.35

Produk gadai emas Syariah ketika diluncurkan sekitar tahun 2007, relatif tidak ada

masalah. Masalah baru muncul ketika nasabah melakukan modifikasi yang namanya

top up, atau gadai ulang. Saat sudah jatuh tempo, nasabah tidak membayar uangnya,

tapi dia melakukan gadai ulang. Jadi emasnya tidak jadi ditebus. Sekali menaruh emas

misalnya 100 gram, sehabis itu setiap empat bulan sekali dia dapat uang karena

melakukan gadai ulang. Artinya bisa mendapat pinjaman terus menerus dengan hanya

menaruh 100 gram emas. Kondisi inilah yang lama kelamaan membuat arah dan tujuan

awal dari kegiatan gadai syariah melenceng dari ruh fatwa no 25 dan no 25 DSN MUI.

Untuk mencegah layanan gadai emas syariah menjadi jauh dari ruh fatwanya, pakar

ekonomi Islam satu memberikan solusi yaitu, pembatasan frekuensi gadai ulang

maksimum 3 kali.36

D. Kesimpulan

Dari uraian panjang tentang peran dan sumbangsih dari dua tokoh pengembang

Ekonomi Islam di Indonesia, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya:

34 Majalah Hidayatullah “Adiwarman Azwar Karim: Konsultan Bisnis Dunia dan A kherat” edisi Februari 2003 35

Majalah Sharing “Seharusnya Top up dibatasi 3 Kali Saja” edisi Januari 2012, hal 30-31 36

Ibid.

Page 14: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

14

1. Syafi’i Antonio dan Adiwarman Karim adalah tokoh intelektual dan akademisi

sekaligus praktisi perbankan dan ekonomi Syariah. Banyak Bank Umum

Syariah yang lahir dengan bantuan pemikiran dan tangan terampilnya.

2. Pendekatan yang digunakan oleh Syafi’i antonio dalam membangun teori-teori

dan pemikirannya dalam ekonomi islam kontemporer menggunakan

pendekatan Teologis dan perbandingan agama (Misal: tentang riba dan bunga

bank). Sedangkan Adiwarman lebih dominan menggunakan dua pendekatan

yakni Sejarah dan Fiqih.

3. Peran dan sumbangsih mereka berdua kebanyakan pada sisi konseptual dengan

buku, menjadi pembicara di berbagai seminar, pendidikan, training, konsultan

dan membangun lembaga keuangan mandiri.

Page 15: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

15

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adiwaman Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema insani press, 2003 ______________ Ekonomi makro islami, Jakarta: Rajawali press, 2007 ______________ Ekonomi makro islami, Jakarta: Rajawali press, 2007 ______________ Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali press, 2006 ______________ Bank islam: Analisis fiqih dan Keuangan Jakarta: Rajawali press, 2006 Ahmad dwi haryoso, “Studi Pemikiran Syafi’i Antonio tentang Murabahah Perspektif Hukum Islam”, Semarang: IAIN Walisongo, 2005 Ahmad Subagyo, Kamus Istilah ekonomi Islam, Jakarta: Elexmedia komputindo, 2009 Badiatul Razikin dkk, 101 Jejak Tokoh Islam di Indonesia, Yogyakarta: e-Nusantara, 2009 Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islami: Refleksi Peristiwa dan Pemikiran Ahli sepanjang Sejarah Kekhalifahan, Jakarta: Cicero Publishing, 2008 Syafi’i Antonio dan Karnaen Perwataatmaja, Apa Dan Bagaimana Bank syariah, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992 Syafi’i Antonio dan Aam Rusdiana, “Peranan Ekonomi Syari’ah Dalam Pembangunan Daerah” Harmoni: Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 33 Tahun 2010 Syafi’i Antonio, Bank syariah: Dari teori ke Praktek Jakarta: Gema insani, 2011

Page 16: Fadh Ahmad - Sumbangsih Syafii Antonio dan Adiwarman Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

16

Tim CRCS, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2009, Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM 2010

B. Majalah dan Artikel di Website Majalah Tajdid, “Masuk Islam, Jadi Ahli Ekonomi syariah” Singapura: Persatuan Muhammadiyah singapura, 2009 Majalah Hidayatullah “Adiwarman Azwar Karim: Konsultan Bisnis Dunia dan Akherat ” edisi Februari 2003 Majalah Alifmagz, “Belajar Ekonomi Islam itu Sangat Nikmat” edisi Desember 2008 Majalah Sharing “Seharusnya Top up dibatasi 3 Kali Saja” edisi 61, Januari 2012 www.republika.co.id “Kapitalisme tak Masalah asal Berbasis Syariah” diakses pada Rabu, 19 Agustus 2009 08:12 WIB www.mualaf.com “Ekonom Islam: Muhammad Syafi’i Antonio” diakses pada 8 Januari 2011 www.adiwarmankarim.com “Karim Business Consulting, Jeli Melihat Pasar” diakses pada 10 April 2012 Seminar “Rekonstruksi Pemikiran Ekonomi Syariah dan Implementasinya” di Bale Rumawat Universitas Padjadjaran, Rabu 18/02/2009