43
i Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual Oleh: PARAMITHA YUELSY LEUNUPUN 712012079 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota … · 2018. 1. 8. · Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota Angkatan Muda

    Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual

    Oleh:

    PARAMITHA YUELSY LEUNUPUN

    712012079

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

    guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

    Sains Teologi

    (S.Si-Teol)

    Program Studi Teologi

    FAKULTAS TEOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota Angkatan Muda

    Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual

    oleh:

    PARAMITHA YUELSY LEUNUPUN

    712012079

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

    guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

    Sains Teologi

    (S.Si-Teol)

    Disetujui oleh,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Pdt. Izak Lattu, Ph. D Pdt. Dr. Tony Tampake

    Diketahui oleh, Disahkan oleh,

    Ketua Program Studi Dekan

    Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

    Fakultas Teologi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    2017

  • iii

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Paramitha Yuelsy Leunupun

    NIM : 712012079 Email : [email protected]

    Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi

    Judul tugas akhir : Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota

    Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual.

    Pembimbing : 1. Pdt. Izak Lattu Ph.D

    2. Pdt. Dr. Tony Tampake

    Dengan ini menyatakan bahwa:

    1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan

    untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya

    Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.

    2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan,

    rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa

    bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber

    penelitian.

    3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah

    diketahui dan disetujui oleh pembimbing.

    4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

    dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah

    dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

    Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti

    ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia

    menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena

    karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

    Universitas Kristen Satya Wacana.

    Salatiga, 30 Mei 2017

    Paramitha Yuelsy Leunupun

    mailto:[email protected]

  • iv

    PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Paramitha Yuelsy Leunupun

    NIM : 712012079 Email: [email protected]

    Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi

    Judul tugas akhir : Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota

    Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual.

    Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan

    Universitas – Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur

    akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada

    ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang

    sesuai):

    a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

    b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Salatiga, 30 Mei 2017

    Paramitha Yuelsy Leunupun

    Mengetahui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Pdt. Izak Lattu Ph.D P Pdt. Dr. Tony Tampake

    * Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan

    mahasiswa yang menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori

    Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil karya mereka masih

    memiliki hak copyright atas karya tersebut.

    ** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak.

    Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan tertulis dari pembimbing

    TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).

    mailto:[email protected]

  • v

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

    KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

    bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Paramitha Yuelsy Leunupun

    NIM : 712012023

    Program Studi : Teologi

    Fakultas : Teologi

    Jenis Karya : Jurnal

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas

    karya ilmiah saya berjudul:

    “Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Keaktifan Anggota Angkatan Muda

    Gereja Protestan Maluku ke Gereja Bethel Indonesia Rock Tual”

    beserta perangkat yang ada (jika perlu).

    Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,

    mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

    merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan

    nama saya sebagai penulis/pencipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Salatiga

    Pada tanggal : 30 Mei 2017

    Yang menyatakan,

    Paramitha Yuelsy Leunupun

    Mengetahui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Pdt. Izak Lattu Ph.D Pdt. Dr. Tony Tampake

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur tak henti-hentinya penulis naikan kepada Tuhan Yesus atas

    kasih dan karunia-Nya dalam kehidupan penulis. Kasih dan karunia dari Tuhan

    Yesus ini lah yang membawa penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir

    ini dengan baik. Tugas akhir ini merupakan tahap akhir yang harus dilakukan oleh

    setiap mahasiswa dan mahasiswi dalam studi di Program Teologi Universitas

    Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga termasuk penulis. Bukan hanya tugas

    akhir tetapi juga tahap-tahap studi lainnya yang sudah penulis jalani selama 4

    tahun.

    Penulis menyadari bahwa dalam perjalanan studi selama ini bukanlah

    sesuatu yang mudah, tetapi penuh tantangan dan rintangan. Penulis mengakui

    bahwa karena Tuhan Yesus penulis juga mampu berdiri dan berjalan melewati

    semua tantangan dan rintangan. Pelajaran yang penulis dapatkan dari perjalanan

    studi ini adalah bagaimana kita belajar untuk berusaha melakukan yang terbaik

    sesuai dengan kemampuan yang kita miliki (berjuang) dan kemudian

    menyerahkannya di dalam doa kepada Tuhan. Ini adalah sesuatu yang sangat

    ampuh bagi penulis dalam perjalanan studi selama ini.

    Adapun perjuangan penulis dalam belajar di Fakultas Teologi dan

    khususnya dalam proses penulisan tugas akhir ini mendapat bantuan dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

    ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk mereka yang telah

    mendukung dan membantu penulis dalam proses penulisan, baik yang secara

    langsung maupun tidak langsung. Penulis menyampaikan ungkapan terima kasih

    kepada:

    1. Tuhan Yesus yang telah menjadi sosok yang sempurna di mata penulis karena

    tidak pernah meninggalkan penulis dalam setiap keadaan.

    2. Universitas Kristen Satya Wacana, terkhusus bagi Fakultas Teologi yang telah

    menjadi tempat untuk penulis belajar dan menuntut ilmu.

    3. Pdt. Izak Lattu Ph.D dan Pdt. Dr. Tony Tampake selaku dosen pembimbing

    Tugas Akhir yang senantiasa memberikan nasihat, saran, dan kritikan yang

    membuat tulisan penulis menjadi lebih baik. Begitu pun dengan Pdt. Yusak B.

    Setiawan Ph.D dan Pdt. Agus Supratikno, M.Th sebagai dosen reviewer.

  • vii

    Terima kasih buat saran maupun kritikan yang diberikan agar penulis mampu

    memperbaiki kesalahan yang ada. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada

    mantan dosen wali penulis yaitu Ka Ira. Mangililo (menjalani vikaris

    sekarang) yang sudah menjadi kakak sekaligus ibu bagi penulis dan teman-

    teman lainnya. Serta kepada seluruh Dosen, Pegawai dan Staff Tata Usaha

    Fakultas Teologi UKSW yang telah memberikan dorongan dan bantuan

    kepada penulis dalam menambah sebanyak mungkin ilmu yang berguna bagi

    tugas dan pelayanan di tengah-tengah gereja dan masyarakat kedepannya.

    4. Ibu Pdt. Endang Ayu P. S.Si. Teol selaku supervisor lapangan penulis, selama

    PPL I-IV di GKMI Salatiga dan Ibu Pdt. E. Lewerissa/ R, S.Si selaku

    supervisor lapangan PPL X penulis di GPM Yamtel, Kei Besar. Terima kasih

    karena telah memberikan banyak pelajaran yang baik sebagai pemimpin di

    dalam jemaat dan cara bersosialisasi dengan jemaat, yang nantinya akan

    berguna bagi penulis. Serta seluruh warga jemaat di GKMI Salatiga, jemaat di

    GPM Yamtel dan kakak-kakak pengajar dan adik-adik di Pusat

    Pengembangan Anak (PPA) Maranatha yang merupakan tempat PPL V

    penulis. Terima kasih karena telah menerima, membantu, menopang, dan

    menyayangi penulis.

    5. Pdt. Tipiyali selaku pendeta di GPM Sion Tual dan Pdt. GBI Rock Tual, yang

    telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian tugas akhir.

    Serta seluruh anggota youth GBI Rock Tual yang begitu terbuka dan juga

    membantu dalam memberikan informasi. Khususnya juga Ka Lisa Lethulur

    yang memperkenalkan penulis kepada jemaat GBI Rock, Ka Buce Ubro

    selaku ketua youth, Ka Girley Somnaikubun, dan Ka James Balseran yang

    sangat membantu penulis dalam mendapatkan semua data untuk tugas akhir

    penulis.

    6. Keluarga tercinta saya (Mama, Kak Chalit, Kak Veny dan Kak Ito) dan

    saudara-saudara saya yang lain yang selalu mendukung dan menopang saya

    dalam segala hal. Serta teman-teman dekat saya (Christine, Gisella, Ka Jelta,

    Sammy, Inya, Atha) yang selalu menghabiskan waktu bersama dan

    memberikan semangat satu dengan yang lain. Serta teman-teman Teologi

    angkatan 2012 dengan semua kebersamaannya selama ini.

  • viii

    7. Dan juga pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

    Terima kasih atas semua bantuan, topangan dan kerja samanya. TUHAN

    memberkati karya dan pelayanan kita. Amin

    Penulis

    Salatiga, 31 Mei 2017

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...................................................... iii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................... iv

    PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ...................... v

    KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

    DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

    MOTTO .................................................................................................. xi

    ABSTRAK .............................................................................................. xii

    1. Pendahuluan ........................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................ .1

    1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan .................................................... 3

    1.3 Metode Penelitian ........................................................................ 3

    2. Konversi Agama................................................................................. 4

    2.1 Pengertian Konversi Agama ........................................................ 4

    2.2 Faktor-Faktor Konversi Agama ................................................... 6

    2.3 Proses Konversi Agama ............................................................... 7

    2.5 Kesimpulan .................................................................................. 11

    3.Perpindahan Keaktifan Anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual ......... 12

    3.1 Sejarah singkat AM-GPM dan Ibadahnya ................................... 12

    3.2 Pemuda GBI ROCK dan Ibadahnya ............................................ 15

  • x

    3.3 Fenomena Konversi di AM-GPM ............................................... 15

    3.4 Faktor-Faktor Perpindahan Keaktifan Anggota AM-GPM ke GBI

    RockTual .................................................................................... 20

    3.3 Kesimpulan .................................................................................. 26

    4. Kesimpulan dan Saran........................................................................ 27

    4.1 Kesimpulan .................................................................................. 27

    4.2 Saran ............................................................................................ 28

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 29

  • xi

    MOTTo

    “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap

    hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose

    3:23)

    “Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku dan melepaskan

    aku dari segala kegentaranku” (Mazmur 34:5).

    “Berusaha dan berdoalah senantiasa karena Tuhan akan

    memperhitunggkan segalanya”

  • xii

    Abstrak

    Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi penyebab

    perpindahan keaktifan anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual. Tujuan tersebut

    dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalahnya yaitu apa yang menjadi

    faktor-faktor penyebab perpindahan keaktifan anggota AM-GPM ke GBI Rock

    Tual? Dengan manfaat secara teoritis sebagai salah satu sumbangan pemikiran

    dalam pengembangan pemahaman akademik tentang faktor-faktor penyebab

    perpindahan keaktifan anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual. Serta sebagai salah

    satu sumbangan pemikiran bagi Gereja Protestan Maluku (GPM) dalam

    memahami masalah pemuda yang berpindah gereja.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian pendekatan

    kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif serta teknik pengumpulan data,

    wawancara, Focus Group Discussion (FGD), dan observasi. Penulis menggunakan

    metode penelitian dan teknik ini karena dapat mengumpulkan data atau informasi

    secara aktual dan terperinci yang diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa

    dan pandangan informan, serta relatif cepat selesai dan lebih murah. Sehingga

    dapat mengidentifikasikan masalah, membuat perbandingan atau evaluasi secara

    langsung terhadap perbedaan yang ditemukan berdasarkan hasil observasi serta

    mempermudah pengambil keputusan. Dengan demikian, dapat diketahui faktor

    penyebab perpindahan yang paling dominan yang berasal dari dalam maupun dari

    luar. Sehingga, dapat dijadikan sebagai alat ukur dalam mengoreksi diri gereja

    dan membuat strategi pengembangan gereja, khususnya dalam organisasi

    pemuda-pemudinya.

    Kata Kunci: Perpindahan, Konversi agama, Angkatan Muda Gereja

    Protestan Maluku (AM-GPM), Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja

    Bethel Indonesia Rock (GBI Rock).

  • 1

    Pendahuluan

    Perkembangan kehidupan gereja-gereja di Indonesia tidak dapat

    dipisahkan dari berbagai aliran-aliran gereja yang sudah ada sejak dulu. Aliran-

    aliran yang berkembang ini berasal dari luar Indonesia, terutama Eropa Barat dan

    Amerika Serikat. Sejarah gereja mencatat bahwa hingga dewasa ini terdapat tiga

    “rumpun gereja” yang besar, yakni Gereja Ortodoks, Gereja Katolik Roma, dan

    Gereja Protestan. Berbeda dengan rumpun Ortodoks dan rumpun Katolik Roma

    yang tetap solid, rumpun Protestan adalah rumpun yang dalam perjalanan

    sejarahnya paling sering terpecah belah, sehingga terdapat kurang lebih 13 aliran

    gereja yang muncul dari rumpun Protestan.1

    Berbagai aliran dengan coraknya masing-masing di dalam kehidupan

    bergereja di Indonesia, mengakibatkan perdebatan atau masalah-masalah antara

    satu gereja dengan gereja lainnya karena adanya fenomena pindah gereja. Di

    mana jemaat dari satu gereja berpindah ke gereja lain, yang berbeda denominasi

    atau aliran.2 Fenomena ini pun terjadi di semua denominasi gereja, semua kota,

    propinsi bahkan di seluruh penjuru dunia termasuk di dalamnya yaitu Gereja

    Prostestan Maluku, khususnya organisasi Angkatan Muda Gereja Protestan

    Maluku (AM-GPM) yang disebut sebagai anak kandung Gereja Protestan

    Maluku.3

    AM-GPM itu sendiri adalah organisasi kader dan wadah tunggal

    pembinaan pemuda GPM 4 dengan anggotanya adalah warga Gereja Protestan

    Maluku berusia 17 – 45 tahun.5 Diketahui dari anggota AM-GPM di Kota Tual

    bahwa, ada rekan mereka yang tidak pernah terlihat dalam ibadah di gereja pada

    hari Minggu maupun ibadah AM-GPM. Informasi yang terdengar adalah mereka

    sudah beribadah di gereja lain. Mendengar informasi ini, penulis pun melakukan

    1 Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja (Jakarta:Gunung

    Mulia, 2008), 2-5. 2 Iswara Rintis Purwanta, Oikumene-Mengapa Ada Berbagai Macam Denominasi

    Gereja? ( Malang: Gandum Mas, 2014), 159-161 3 Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab I (Nama, Waktu,

    Wilayah, dan Kedudukan) pasal 1, 2, 3, dan 4 (di Ambon, tahun 2010). 4 Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab VII (Status dan

    Bentuk), pasal 10 (di Ambon, tahun 2010). 5 Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab VIII (Keanggotaan),

    pasal 13, (di Ambon, tahun 2010).

  • 2

    wawancara melalui telepon genggam dengan salah satu anggota AM-GPM yang

    sudah beribadah di gereja lain. Informasi yang penulis dapatkan adalah benar

    adanya bahwa ia sudah beribadah di Gereja aliran Pentakosta yaitu Gereja Bethel

    Indonesia Rock Tual. Alasannya karena ia mendapatkan pengajaran yang banyak

    ketika beribadah disana, sehingga membuat imannya bertumbuh, merasakan

    Tuhan itu nyata dan benar-benar ada, serta banyak hal lainnya.6

    Menurut penulis perpindahan pemuda ini penting, melihat dari dua hal

    yakni gereja dan pemudanya. Gereja sebagai tubuh Kristus harus menyadari

    tugasnya sebagai tempat atau sarana Tuhan dalam memberikan mandat

    pendidikan. Mengajarkan mengenai apa yang dipesankan Tuhan kepada umatnya

    (band. Mat. 28:20),7 sehingga memungkinkan pertumbuhan anggota secara

    pribadi maupun jemaat secara bersama-sama dalam penghayatan akan iman

    Kristen termasuk di dalamnya pemuda-pemudi gereja. Hal ini jelas dilihat dalam

    surat Paulus kepada jemaat di Efesus. Paulus menulis bahwa Allah sendiri yang

    memberikan penjabat-pejabat di dalam gereja termasuk pengajar-pengajar untuk

    melakukan pelayanan untuk menumbuhkan iman tiap anggota secara bersama-

    sama (Ef. 4:11-16). 8

    Pemuda dianggap sebagai bagian integral gereja karena mereka

    mempunyai peran untuk memperbaharui bagian–bagian dalam gereja. Pemuda

    juga yang akan menjadi penerus untuk meneruskan cita-cita dan perjuangan

    generasi sebelumnya di dalam gereja. Maka gereja mempunyai tanggung jawab

    besar dalam memperhatikan pemuda-pemudinya sesuai dengan kebutuhan

    perkembangan pemuda. Melihat dari perkembangan kognitif, perkembangan

    moral/etika, perkembangan ego, maupun perkembangan iman yang berbeda

    6 Wawancara via telepon genggam dengan L L, Hari Kamis 25 Februari 2016, Pukul

    16:47 WIB. 7 Mat. 28: 20 yaitu “ dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah

    Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir

    zaman.” 8 Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen (Bandung: Jurnal Info

    Media, 2007), 68-69.

  • 3

    dengan kategori lainnya,9 sehingga dapat mempersiapkan pemuda-pemudi untuk

    menyadari tanggung jawab pada gerejanya saat ini. 10

    Melihat fenomena pemuda-pemudi yang berpindah gereja ini, penulis

    tertarik untuk menulis artikel penelitian tentang faktor-faktor penyebab

    perpindahan anggota Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku yang memilih

    aktif dalam ibadah di gereja lain yakni Gereja Bethel Indonesia Rock Tual.

    Berkaitan dengan fenomena ini, penulis menemukan adanya kesamaan penulisan

    dengan Imelda Marsinta Dimu dalam skripsinya tahun 2013 tentang “Analisis

    Pastoral Dan Faktor-Faktor Penyebab Jemaat Pindah Gereja”. Ia menuliskan

    bahwa faktor-faktor penyebab warga jemaat pindah gereja adalah karena

    ketidakpuasan warga jemaat dengan pelayanan yang dilakukan oleh pihak gereja

    (Pendeta dan Majelis Jemaat) dan juga faktor ekonomi.11

    Perbedaannya ada pada

    fokus penulisan artikel ini diarahkan pada kategori pemuda dan keaktifannya,

    sehingga pemuda yang akan penulis jadikan narasumber. Ada yang sudah resmi

    keluar dari Gereja Protestan Maluku dan mungkin ada yang belum. Pemuda yang

    belum ini, sudah tidak aktif dalam ibadah maupun kegiatan yang dilaksanakan di

    Gereja Prostestan Maluku atau Angkatan Mudanya dan berpindah aktif di Gereja

    Bethel Indonesia Rock Tual.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan

    penulis lihat dan temukan adalah apa yang menjadi faktor-faktor penyebab

    perpindahan keaktifan anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual? Dengan tujuan

    mendeskripsikan faktor-faktor penyebab perpindahan keaktifan anggota AM-

    GPM ke GBI Rock Tual.

    Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian pendekatan

    kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengeksplorasi dan memahami

    9 Dien Sumiyatingsih, Mengajar Dengan Kreatif Dan Menarik (Yogyakarta: ANDI,

    2006), 129-132. 10

    Drientje Dalegi, “Faktor-Faktor Penyebab Terhentinya Kegiatan Gerakan Pemuda

    GPIB Tamansari Salatiga” (S. Th, Skripsi., Universitas Kristen Satya Wacana, 1993), 11-19. 11

    Imelda Marsinta Dimu, “Analisis Pastoral Dan Faktor-Faktor Penyebab Jemaat Pindah

    Gereja – Kajian Kasus Jemaat GKS Nggongi di Sumba Timur,” (Skripsi, Universitas Kristen

    Satya Wacana, 2013), 27-45.

  • 4

    suatu gejala tertentu dengan wawancara.12

    Teknik pengumpulan data yang dipakai

    dalam penelitian ini adalah wawancara, Focus Group Discussion (FGD), dan

    observasi. Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

    langsung untuk memperoleh keterangan sesuai tujuan penelitian dengan atau

    tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.13

    Focus Group Discussion

    (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah adalah salah satu teknik dalam

    mengumpulkan data kualitatif; dimana sekelompok orang berdiskusi dengan

    pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator mengenai suatu topik yang

    banyak digunakan, khususnya oleh pembuat keputusan atau peneliti.14

    Observasi

    atau pengamatan yakni mengikuti secara langsung ibadah atau kegiatan lain yang

    dilakukan oleh GBI Rock Tual.

    Penulis menggunakan metode penelitian diatas karena dapat

    mengumpulkan data atau informasi secara aktual dan terperinci yang diungkapkan

    apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan, serta relatif cepat

    selesai dan lebih murah. Sehingga dapat mengidentifikasikan masalah, membuat

    perbandingan atau evaluasi secara langsung terhadap perbedaan yang ditemukan

    berdasarkan hasil observasi serta mempermudah pengambil keputusan. Penelitian

    akan dilakukan di Gereja Bethel Indonesia Rock Tual dan Gereja Protestan

    Maluku. Dalam penelitian ini, informan yang akan penulis wawancarai dan

    bersama melakukan Focus Group Discussion (FGD) adalah 5-7 pemuda-pemudi

    GBI Rock Tual yang sebelumnya berasal dari AM-GPM.

    Konversi Agama

    Pengertian Konversi Agama

    Konversi agama merupakan istilah yang pada umumnya diberikan untuk

    proses seseorang menerima sikap keagamaan, proses ini bisa terjadi secara

    berangsur-angsur atau secara tiba-tiba. Mencakup perubahan keyakinan terhadap

    12 Raco Via John Creswell, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, Dan

    Keunggulannya (Jakarta: PT. Widya sari Indonesia, 2010), 9.

    13

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D

    (Bandung: Alfabeta, 2010 ), 138-140. 14

    Astridya Paramita dan Lusi Kristiana, “TEKNIK FOCUS GROUP DISCUSSION

    DALAM PENELITIAN KUALITATIF,” Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 16 No. 2

    (April 2013): 117–118, diakses 14 Februari, 2016.

    http://oaji.net/articles/2015/820-1444709885.pdf

  • 5

    beberapa persoalan agama yang dibarengi dengan berbagai perubahan dalam

    motivasi terhadap perilaku dan reaksi terhadap lingkungan sosial.15

    Konversi

    agama menurut etimologi konversi berasal dari kata Latin“Conversio” yang

    berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut dipakai

    dalam kata Inggris “Conversion” yang mengandung pengertian: berubah dari

    suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or

    from one religion, to another). Berdasarkan kata-kata tersebut dapat diartikan

    bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama,

    berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.16

    Pengertian konversi agama juga dapat dilihat dari beberapa tokoh antara

    lain: Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan di

    mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem

    kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.

    William James mengatakan bahwa konversi agama merupakan suatu perubahan

    untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk

    mendapatkan kepastian terhadap suatu kepercayaan atau keagamaan dan

    dilakukan secara sadar, berangsur-angsur atau tiba-tiba.17

    Walter Houston Clork dalam The Psychology of Religion memberikan

    pengertian konversi sebagai pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang

    mengandung perubahan arah yang cukup berarti dalam sikap terhadap ajaran dan

    tindakan agama.18

    Raymond F. Paloutzian dalam bukunya Religious Conversion

    and Spiritual Transformation A Meaning-System Analysis menyatakan bahwa

    konversi agama dan spiritual yang terjadi pada seseorang akibat perbedaan yang

    terjadi dalam kehidupan dan ada keraguan di dalam diri seseorang baik mengenai

    nilai-nilai, atau ajaran dalam agama yang dianutnya. Sehingga akhirnya

    membangun sistem makna baru dan perubahan yakni proses perpindahan agama.19

    Maka dapat disimpulkan bahwa konversi agama merupakan perubahan atau

    15

    Roberth H. Thouless diterjemahkan Machnun Husein, Pengantar Psikologi Agama,

    (Jakarta: Rajawali, 1992), 189. 16

    Jalaluddin, Psikologi Agama-Memahami Perilaku Keagamaan Dengan

    Mengaplikasikan prinsip-prinsip Psikologi.( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 361. 17

    Jalaluddin, Psikologi Agama, 362. 18

    Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 104. 19

    James M. Nelson,. “Psychology, Religion, and Spirituality”. (USA: Departmentof

    Psychology, 2009), 136.

  • 6

    perpindahan agama atau kepercayaan seseorang secara sadar terhadap agama atau

    kepercayaan yang dianutnya karena ketidakpuasan di dalam dirinya.

    Ketidakpuasaan ini berhubungan dengan kondisi kejiwaan (psikologi) seseorang,

    sehingga dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak. Perubahan tersebut

    tidak hanya berlaku bagi pemindahan kepercayaan dari satu agama ke agama lain,

    akan tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya

    sendiri.20

    Faktor-Faktor Konversi Agama

    William James dalam bukunya The Varieties of Religious Experience dan

    Max Heirich dalam bukunya Change of Heart menguraikan faktor-faktor yang

    mendorong terjadinya konversi agama menurut para ahli antara lain: Menurut para

    ahli agama, yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah

    petunjuk Illahi. Petunjuk Ilahi dipercayai sebagai sesuatu yang supernatural, yang

    berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri

    seseorang atau kelompok.

    Menurut para ahli sosiologi, bahwa yang menyebabkan terjadinya

    konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong

    terjadinya konversi itu adalah pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan

    yang bersifat keagamaan maupun non-agama (kesenian, ilmu pengetahuan

    ataupun bidang kebudayaan), pengaruh kebiasaan yang rutin, pengaruh anjuran

    atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib, keluarga, dan

    famili, pengaruh pemimpin keagamaan, pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi,

    dan pengaruh kekuasaan pemimpin.21

    Menurut para ahli psikolog, yang menjadi pendorong terjadinya konversi

    agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun

    ekstern yang menimbulkan gejala tekanan batin, yang kemudian akan terdorong

    untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin.22

    Yang dapat dikategorikan

    sebagai faktor intern antara lain: kepribadian, dimana secara psikologis tipe

    kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Sedangkan

    20

    Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Klam Mulia, 2007 ), 79. 21

    Max Heinrich, Change Of Heart: A Test of Some Widely Theories about Religious

    Conversion, dlm. American Journal Of Sociologi, Vol. 83, No. 3, 667. 22

    Ramayulis, Psikologi Agama. 80.

  • 7

    yang termasuk dalam faktor ekstern antara lain: faktor keluarga, kerekatan

    keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang

    mendapatkan pengakuan kaum kerabat, serta faktor lingkungan tempat tinggal.

    Dimana yang termasuk dalam faktor ini adalah ketersaingan dari tempat tinggal

    atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat yang menyebabkan seseorang

    hidupnya sebatang kara. Perubahan status yang dimaksud dapat disebabkan oleh

    berbagai macam persoalan, seperti: perceraian, keluar dari sekolah atau

    perkumpulan dan lain sebagainya. Dan kemiskinan, dimana masyarakat awam

    yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan dunia yang lebih

    baik.23

    Menurut para ahli pendidikan, konversi agama dipengaruhi oleh kondisi

    pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan berargumen bahwa

    suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat

    dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap

    konversi agama namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dibawah

    yayasan agama tentu mempunyai tujuan keagamaan pula.24

    Maka dapat

    disimpulkan bahwa seseorang yang melakukan konversi agama didorong oleh

    faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Di dalam

    dirinya berupa faktor petunjuk ilahi dan kepribadian (jiwa). Sedangkan di luar

    dirinya berupa faktor lingkungan tempat tinggal dan pengaruh interaksi sosial.

    Proses Konversi Agama

    Proses konversi yang dilalui oleh orang-orang yang mengalami konversi,

    berbeda antara satu dengan lainnya, selain sebab yang mendorongnya dan

    bermacam pula tingkatnya, ada yang dangkal, sekedar untuk dirinya saja dan ada

    pula yang mendalam, disertai dengan kegiatan agama yang sangat menonjol

    sampai kepada perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi dalam sekejap mata dan

    ada pula yang berangsur-angsur.25

    Untuk itu diperlukan model-model tingkatan

    yang dikemukan oleh Lewis R. Rambo di dalam bukunya Understanding

    23

    Sururin, Ilmu Jiwa,107-109. 24

    Jalaluddin, Psikologi Agama,367. 25

    Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: bulan bintang, 1996), 139-140.

  • 8

    Religious Conversion yang menggambarkan secara sistematis proses terjadinya

    konversi agama.26

    Model bertingkat (Stage Model) yang dikemukakan oleh Lewis terbagi

    atas dua yaitu sequential stage model (model bertingkat yang berurutan) dan

    Model yang kedua, systemic stage model (model tingkatan sistemik).

    Keduanya, sama-sama mempunyai tujuh tingkatan yakni konteks, krisis,

    pencarian, pertemuan, interaksi, komitmen dan konsekuensi. 27

    Perbedaan terdapat

    pada kemutlakan tingkatannya. Dalam sequential stage model (model bertingkat

    yang berurutan), tujuh tingkatan yang sudah dipaparkan adalah mutlak tidak bisa

    berubah posisinya dari konteks-konsekuensi. Sedangkan dalam systemic stage

    model (model tingkatan sistemik), ketujuh unsur tersebut tidak mutlak berada

    pada tingkatannya. Dalam model ini terdapat satu unsur yang menjadi pusat

    penyebab dari proses konversi agama, namun yang menjadi pusat tersebut tidak

    menjadi hal yang mutlak. Ketujuh unsur dapat berpindah-pindah tingkatan dan

    saling terkait.28

    Ketujuh urutan, tingkatan, tahapan model tersebut dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

    1. Konteks

    Konteks membentuk kealamian, struktur, serta proses konversi. John Gration

    menguraikan/menjelaskan demikian: ”di dalam suatu pendirian yang sangat (kuat)

    setiap konversi ada di dalam konteks, sebuah konteks yang memiliki berbagai

    macam segi, merangkum bidang politik, sosial, ekonomi, serta keagamaan di

    dalam sebuah kehidupan seseorang di saat dirinya berkonversi. Jadi apapun

    pengertian konversi, dia tidak pernah mengambil tempat di luar sebuah konteks

    sosial, kebudayaan, keagamaan, serta pribadi. Pada tingkat ini dibagi kedalam dua

    bagian yakni Macrocontext dan Microcontext. Makrokonteks mengarah kepada

    lingkungan total, misalnya meliputi berbagai elemen seperti sistem-sitem politik,

    keagamaan, organisasi-organisasi, keterkaitan berbagai pemikiran ekologis,

    berbagai kerja sama antar bangsa, serta sistem-sitem ekonomi. Sedangkan

    Mikrokonteks menyangkut dunia yang lebih dekat dari sebuah keluarga

    26 Lewis R. Rambo, Understanding Religious (London: Yale Univercity Press, 1993), 7-

    11

    27 Rambo, Understanding Religius Conversion,16.

    28

    Rambo, Understanding Religius Conversion,17-18.

  • 9

    seseorang, para sahabat, kelompok etnik, komunitas keagamaan, serta orang-

    orang yang berada di sekitarnya.29

    2. Krisis

    Di dalam tingkat ini, terdapat dua pokok isu dasar erat dalam sebuah diskusi

    terhadap krisis. Pertama adalah pentingnya isu-isu kontekstual, dan yang kedua

    adalah kadar keaktifan ataupun kepasifan dari orang yang beralih keyakinan

    kepercayaannya atau konversi.30

    Dalam pemaparan mengenai sifat dasar krisis,

    banyak literatur yang menekankan pada disintegrasi sosial, penindasan politik,

    atau juga sebuah peristiwa dramatis. Krisis juga memiliki sifat dasar lainya, yakni

    mampu membimbing seseorang kepada hal yang bukan dramatis, memberikan

    respon yang sangat kuat untuk mengakui kesalahan atau dosa dan pada akhirnya

    melakukan sesuatu perubahan. Sifat dasar dari krisis tersebut akan berlainan

    antara orang yang satu dengan yang lain dan dari situasi yang satu ke situasi yang

    lainnya. Krisis yang dihadapi oleh seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai

    sebab, antara lain: pengalaman mistik, pengalaman yang terjadi ketika mendekati

    kematian, sakit penyakit dan proses mengobati, perasaan dan persepsi bahwa

    hidup harus memiliki arti dan tujuan, keinginan manusia yang selalu ingin lebih,

    mengubah keadaan pikiran atau perasaan agar berada pada keadaan yang sadar

    (karena pengaruh obat-obatan terlarang), kepribadian seseorang yang mudah

    menyesuaikan diri dalam berbagai lapangan pekerjaan, patologi (terlalu sering

    melakukan analisis terhadap psikis orang lain), pengingkaran atas agama, prinsip,

    tujuan, tatanan moral, dan stimulus yang berasal dari luar seperti lingkungan dan

    kebudayaan, aktivitas penginjilan.31

    3. Pencarian

    Pencarian merupakan hal yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus

    di dalam proses kontruksi dan merekontruksi dunianya supaya menghasilkan arti

    dan makna, memelihara keseimbangan fisik, serta menjamin secara terus-

    menerus.32

    Dalam hal ini pelaku konversi menjadi pelaku agen aktif, karena

    mereka dapat mencari kepercayaan-kepercayaan, kelompok-kelompok, dan

    29

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 20-22. 30

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 44-45. 31

    Rambo, Understanding Religius Conversion ,46-54. 32

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 56.

  • 10

    organisasi-organisasi yang menyediakan apa yang mereka butuhkan. Pencarian

    tersebut dapat terjadi karena tersedianya struktur yang di dalamnya seseorang

    dapat bergerak dari emosi, intelektual, lembaga-lembaga agama, komitmen-

    komiten, kewajiban-kewajiban sebelumnya menuju pilihan yang baru. Ketika

    seseorang melakukan pencarian-pencarian tersebut, tentunya terdapat motivasi

    yang memperkuatnya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya, baik itu motivasi

    resolusi konflik, gambaran kesalahan, atau tekanan dalam keluarga.33

    4. Pertemuan/Perjumpaan

    Perjumpaan yang dimaksud oleh Lewis dalam tingkatan ini adalah

    berjumpanya sang pendorong (misionaris/orang Kristen) dengan pelaku konversi

    agama. Di mana perjumpaan terjadi pada tempat atau konteks tertentu. Di dalam

    setiap perjumpaan antara sang pendorong dengan orang yang berkonversi secara

    potensial, hal yang nyata dari itu adalah terjadinya saling mempengaruhi diantara

    mereka. Dalam proses perjumpaan, terdapat tahapan-tahapan yang perlu

    dilakukan oleh pelaku konversi yakni melihat kebutuhan-kebutuhan afektif,

    intelektual, kognitif, dan advokasi.34

    Kemudian strategi sang pendorong juga

    penting berhubungan dengan jangkauan, tujuan-tujuan, dan metode-metode

    konversi yang penting (dalam) membentuk taktik-taktik sang pendorong maupun

    pengalaman orang yang berkonversi.35

    Hasil dari perjumpaan tersebut terdapat

    sebuah penolakan total dan dapat juga terjadi penerimaan yang lengkap pada

    orang lain.36

    5. Interaksi

    Dalam tingkatan interaksi, menjadi salah satu potensi dari pelaku konversi

    untuk menyambung hubungan dan menjadi lebih terlibat, atau mereka yang

    bekerja sebagai penyokong akan meneruskan interaksi yang terdapat

    kemungkinan-kemungkinan yang layak untuk diperluas.37

    Seorang ahli sosiologi

    mengemukakan proses enkapsulasi yang menciptakan suatu lingkungan yang di

    dalamnya terdapat elemen penting sekali dalam operasi konversi. Proses tersebut

    mencakup empat elemen atau dimensi, yakni: 1) Hubungan-hubungan, yang di

    33

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 56-63. 34

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 67. 35

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 76. 36

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 87. 37

    Rambo, Understanding Religious,102-108.

  • 11

    dalamnya mampu menciptakan dan menggabungkan ikatan-ikatan emosi ke dalam

    kelompok dan realitas perspektif baru hari demi hari, 2) Ritual, menyediakan

    penggabungan mode-mode yang sedang diperkenalkan dengan dan hubungan

    kepada jalan hidup yang baru, 3) Kepandaian berbicara, menyediakan suatu

    sistem penerjemah yang dapat memberikan berupa sumbangan petunjuk dan

    pengertian kepada orang yang melakukan konversi, 4) Melalui peran, dapat

    menggabungkan keterlibatan seseorang dengan memberikannya suatu misi khusus

    untuk dapat diselesaikan.38

    6. Komitmen

    Komitmen merupakan bagian dari proses konversi yang perlu dilakukan oleh

    pelaku konversi setelah melakukan interaksi yang intensif dengan kelompok

    agama yang baru. Ketika interaksi tersebut dilakukan, maka pelaku konversi akan

    membuat pilihan dengan komitmen. Komitmen seseorang biasa ditunjukan

    dengan menjalankan ritual agama yang baru. Komitmen tersebut dikenal dengan

    sebutan komitmen ritual, seperti: baptis dan kesaksian.39

    Di dalam tingkat ini

    terdapat lima elemen yang melingkupi: membuat keputusan, ritual-ritual,

    penyerahan, manifestasi kesaksian yang terkandung di dalam perubahan bahasa

    dan rekontruksi biografi, dan perumusan kembali motivasi.40

    7. Konsekuensi

    Ketika seseorang atau kelompok memutuskan untuk melakukan konversi

    agama, tentunya telah banyak hal-hal yang dipertimbangkan, termasuk akibat atau

    yang dalam tingkatan bagian ini disebut sebagai konsekuensi. Rambo

    mengemukakan lima pendekatan untuk menjelaskan tentang konsekuensi-

    konsekuensi, antara lain: peran bias pribadi dalam penilaian, observasi-observasi

    umum, lebih mendalam terkait dengan konsekuensi-konsekuensi sosial budaya

    dan historis, konsekuensi psikologi, dan konsekuensi teologi.41

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedua model bertingkat ini sebenarnya lebih

    tertuju pada proses perubahan yang terjadi setiap waktu, yang menunjukan suatu

    proses rangkaian yang saling terhubung dan mengikat satu dengan yang lainnya.

    38

    Rambo, Understanding Religius Conversion,107-108. 39

    Rambo, Understanding Religius Conversion ,124. 40

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 125-140. 41

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 142.

  • 12

    Sehingga bisa saja proses yang terjadi pada pemuda-pemudi yang berkonversi ini

    sama persis seperti ketujuh urutan ini ataupun berbeda dalam urutan. Mengingat

    bahwa faktor-faktor yang dirasakan seseorang berbeda-beda berdasarkan

    permasalahan dan kebutuhannya.

    Perpindahan Keaktifan Anggota AM-GPM ke GBI Rock Tual

    Sejarah singkat AM-GPM dan Ibadahnya

    Gereja Protestan Maluku (GPM) adalah salah satu gereja di Indonesia

    yang mengaku berpedoman pada ajaran Johannes Calvin dari Perancis (1509-

    1564), sehingga disebut sebagai gereja dengan aliran Calvinis.42

    GPM pada

    tanggal 27 Maret 1933 mendirikan sebuah organisasi yang bernama Angkatan

    Muda Gereja Protestan Maluku (AM-GPM) untuk waktu yang tidak ditentukan

    lamanya, dan tetap berkordinasi dengan GPM. AM-GPM digerakan oleh motonya

    yaitu “Kamu adalah Garam dan Terang Dunia (Matius 5:13a dan 14a )”.43

    Medan

    pelayanan AM-GPM meliputi seluruh wilayah pelayanan GPM yang berada di

    Provinsi Maluku dan Maluku Utara44

    dengan struktur yang bertingkat dari atas ke

    bawah. Dimulai dari Pengurus Besar, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang, dan

    Pengurus Ranting.45

    Pengurus-pengurus ini nantinya akan melakukan

    musyawarah terhadap program-program dan kegiatan-kegiatan yang akan

    dikeluarkan dan dijalankan untuk seluruh anggota AM-GPM di setiap Klasis dan

    jemaat di Maluku. Target dari musyawarah adalah ranting-ranting yang

    merupakan bagian terkecil dari struktur organisasi AM-GPM, sehingga wujud

    42 Aritonang, Berbagai Aliran, 52.

    43 Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab V (Moto), pasal 8, (di

    Ambon, tahun 2010). 44

    Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab I (Nama, Waktu,

    Wilayah, dan Kedudukan) pasal 1, 2, 3, dan 4 (di Ambon, tahun 2010). 45

    Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab IX (Alat-Alat

    Kelengkapan), pasal 14, (di Ambon, tahun 2010).

  • 13

    pelayanan AM-GPM biasanya dapat terlihat dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan

    yang dilaksanakan di ranting-ranting.46

    AM-GPM yang adalah anak kandung GPM mempunyai tata ibadah

    hampir sama dengan tata ibadah GPM, yang berpedoman pada ajaran Calvinis

    yakni berpusat pada pemberitaan Firman atau khotbah. Berdasarkan ajaran

    Calvin, ibadah dan tata ibadah berkaitan erat bahkan merupakan satu kesatuan

    dengan pokok-pokok ajaran gereja, sehingga harus disusun dan diselanggarakan

    dengan baik. Itu sebabnya tata ibadah yang ditemukan di GPM maupun di AM-

    GPM sudah disusun di dalam satu buku selama beberapa tahun. Ciri-ciri

    ibadahnya sebagai berikut: khotbah mempunyai fungsi pengajaran, doa dan

    nyanyian yang diatur untuk mempertegas pokok-pokok dasar ajaran iman gereja

    seperti pengakuan dosa, berita pengampunan, petunjuk hidup baru, dan pengakuan

    akan kedaulatan Allah. Serta erilaku yang tertib dan suasana yang disiplin juga

    menjadi hal yang penting di dalam ibadah.47

    Ciri-ciri ibadah ini penulis temukan dalam ibadah AM-GPM. Khotbah

    yang menjadi pusat ibadah sudah dibuat khusus dari sinode dalam buku LPJ-GPM

    (Lembaga Pembinaan Jemaat) selama tiga bulan. Nyanyian berkisar pada Kidung

    Jemaat (KJ), Pelengkap Kidung (PKJ), Nyanyian Rohani atau Nyayian GPM,

    seperti dulu pada masa Calvin yang dipakai hanya Nyanyian Mazmur.48

    Perilaku

    tertib dan suasana disiplin masih tetap ditekankan di dalam ibadah AM-GPM.

    Jadi, ibadah harus dengan suasana tenang dan khusyuk, sehingga tidak

    membutuhkan alat musik (kalau ada hanya gitar atau piano) dalam nyanyian.

    Pokok-pokok dasar ajaran iman gereja seperti diatas jelas terlihat ketika

    menggunakan liturgi AM-GPM. Namun berdasakan observasi, akhir-akhir ini

    AM-GPM sudah jarang menggunakan liturgi wajib tersebut. Sehingga rumpun

    ibadah yang dipakai diluar liturgi adalah sebagai berikut: 1) Menghadap Tuhan:

    nyanyian dan doa pembukaan, 2) Pelayanan Firman: nyanyian, doa Firman dan

    Pelayanan Firman (Renungan), dan nyanyian perenungan Firman, 3) Pengucapan

    Syukur: doa syafaat yang umumnya berisi ungkapan syukur, pergumulan AM-

    46 Anggaran Dasar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku, Bab VII (pasal 12), Bab IX

    (pasal 14), dan Bab X (pasal 15).

    47

    Aritonang, Berbagai Aliran, 75-76.

    48

    Aritonang, Berbagai Aliran, 77.

  • 14

    GPM, pengurus dan anggotanya, 4) Pengutusan: berkat dan nanyian mengakhiri

    ibadah.49

    Dengan demikian, diketahui bahwa AM-GPM adalah organisasi yang

    mempunyai tujuan yang jelas yakni mengembangkan anak muda GPM dengan

    motonya menjadi garam dan terang dunia. Sebagai organisasi, AM-GPM

    mempunyai struktur yang bertingkat dan mengikat sesuai dengan prosedur dari

    atas ke bawah dalam pengambilan keputusan (musyawarah) maupun pelaksanaan

    program kerja. Corak dari aliran Calvinis menjadikan pelayanan ibadah AM-GPM

    menjadi baku dan terikat karena berfokus kepada tata ibadah dalam buku liturgi

    AM-GPM, nyanyian KJ, PKJ dan lain-lain, serta khotbah yang ada dalam buku

    LPJ-GPM.

    Pemuda GBI ROCK dan Ibadahnya

    Gereja Bethel Indonesia Jemaat Rock (GBI Rock) adalah Gereja Lokal

    yang berada dibawah Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI). GBI merupakan

    suatu kelompok atau sinode gereja Kristen Protestan di Indonesia yang bernaung

    di bawah Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Selain PGI, GBI juga

    merupakan anggota dari Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia

    (PGPI).50

    GBI Rock tersebar hampir di seluruh Indonesia dan salah satunya

    berada di Jl. Dihir, Kepulauan Kei Kecil, Kota Tual, Provinsi Maluku. GBI Rock

    di Kota Tual mempunyai persekutuan untuk anak muda yang disebut Youth GBI

    Rock. ROCK kepanjangannya adalah Representatives of Christ’s Kingdom.

    Kepanjangan ini dijadikan visi untuk semua persekutuan ibadah dan jemaatnya.

    Jadi, visi Youth GBI Rock adalah menjadi perwakilan Kerajaan Kristus dengan

    tiga penekanan yaitu Harmonious (Esa), Victorious (Jaya), dan Glorious (Mulia).

    51 Sedangkan Visi Youth GBI Rock yaitu: Exalting the Lord (Meninggikan

    Tuhan), Building Messianic People (Membangun Masyarakat Mesianik), dan

    Extending the Kingdom (Memperluas Kerajaan Allah).52

    Visi dan misi ini menjadi

    49 Observasi dalam ibadah ranting cabang Irene, Kei Kecil, Tual.

    50

    “Rock Ministry Soe”, dalam WordPress.com, diakses Sabtu 11 Februari 2017,

    https://gbirocksoe.wordpress.com/tentang-kami/ 51

    Hasil wawancara dengan pengurus Youth GBI ROCK Tual (Ketua dan Bidang

    Koordinasi Pelayanan) di Gedung GBI ROCK Tual, pada hari Sabtu, 07 Januari 2017. 52

    Hasil wawancara dengan pengurus Youth GBI ROCK Tual, pada hari Sabtu, 7 Januari

    2017.

  • 15

    patokan sebagai jemaat maupun anggota Youth GBI ROCK secara keseluruhan,

    yang berlaku dari pusat sampai ke daerah-daerah termasuk di kota Tual.

    GBI Rock Tual termasuk di dalamnya persekutuan Youth yang beraras di

    bawah nauangan PGPI, mempunyai tata ibadah yang tidak rinci dan baku, serta

    nas dan tema khotbah yang fleksibel (tidak perlu ditetapakan) karena dianggap

    menghambat pekerjaan Roh Kudus. Walaupun tidak mempunyai tata ibadah yang

    baku, tetapi tetap ada semacam pola dan unsur-unsur yang umum, yaitu: doa

    pembuka, nyanyian jemaat, doa lanjutan, nyanyian khusus, khotbah, dan

    pelayanan altar (altar service; altar calling). Contoh pelayanan altar adalah

    memberi kesempatan untuk jemaat mengungkapkan pertobatan ataupun kesediaan

    dipanggil menjadi pelayan, ataupun menerima Baptisan Roh.53

    Penghayatan

    ibadah secara keseluruhan difokuskan pada pujian (nyanyian) kepada Tuhan

    Yesus Kristus.54

    Tata ibadah diatas, penulis temukan ketika melakukan observasi dalam

    ibadah youth GBI Rock Tual. Doa pembuka dan nyanyian jemaat dipandu oleh

    pemimpin pujian, dibantu oleh singers, dan pemain musik (tim musik). Doa

    lanjutan, nyanyian khusus (masih tetap dibantu oleh tim musik), khotbah, dan

    pelayanan altar dipandu oleh Pelayan Firman. Pelayanan altar yang penulis

    dapatkan adalah kesaksian tentang kehidupan bersama Tuhan oleh satu atau dua

    orang pemuda-pemudi yang ingin berbagi. Penulis juga menemukan bahwa,

    Ibadah youth GBI ROCK Tual terwujud dalam bentuk ibadah yang gemerlap

    karena musik full band dan nyanyian Rohani modern dan ekspresi sukacita oleh

    semua peserta ibadah. Ekspresi sukacita diwujudkan dengan bertepung tangan dan

    melompat atau sebaliknya menangis, atau sesuai dengan yang dirasakan. 55

    Dengan demikian, maka diketahui bahwa youth GBI ROCK adalah anak

    dari GBI dibawah aras aliran Pentakosta. Visinya yang menekankan tentang

    kesucian dan misi meninggikan Tuhan diwujudkan dalam penghayatan ibadah

    yang berfokus kepada pujian penyembahan kepada Tuhan Yesus Kristus.

    Walaupun tata ibadah yang mereka punya tidak baku, namun pujian (nyanyian)

    53 Aritonang, Berbagai Aliran, 192.

    54

    “Informasi mengenai gerakan/gereja (neo-)kharismatik oleh SC Hubungan

    Kharismatik gereja-gereja di Indonesia”, dalam blog Kharismatik-Indonesia, diakses 11 Februari

    2017. http://kharismatik-indonesia.blogspot.co.id/2012/11/kesimpulan-dialog-teologi_4.html 55

    Obeservasi Langsung dalam ibadah youth di GBI ROCK TUAL, Sabtu 07 Januari 2016

  • 16

    penyembahan ini dapat membangun semangat dalam penghayatan pribadi tiap

    orang kepada Tuhan.

    Fenomena Konversi di AM-GPM

    Tabel 1: Data Konversi Anggota AM-GPM ke GBI ROCK Tual.56

    No Inisial Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Waktu konversi

    1 K.E.U Laki-laki 27 thn Guru 2012

    2 R.D.L Laki-laki 30 thn Pegawai Bank 2013

    3 J.W Laki-laki 30 thn PNS 2014

    4 E.H Laki-laki 32 thn Guru 2012

    5 C.H Perempuan 27 thn Guru TK 2013

    6 G.S Perempuan 33 thn Honorer 2012

    7 E.R Perempuan 29 thn Pegawai Bank 2014

    8 D.P.U Perempuan 28 thn PNS 2013

    9 F.R Laki-laki 18 thn Siswa SMA 2014

    10 J.S Laki-laki 18 thn Siswa SMA 2014

    11 H.B Perempuan 29 thn Sek. Camat 2013

    12 F.R Perempuan 26 thn Honorer 2014

    13 A.M.P Perempuan 29 thn Dokter 2012

    14 J.C.P Perempuan 27 thn PNS 2013

    15 S.M Perempuan 21 thn Honorer 2015

    16 M.M Perempuan 22 thn Honorer 2015

    17 V.R Perempuan 23 thn Mahasiswa 2014

    18 P.F.U Perempuan 16 thn Siswa SMA 2016

    19 I.U Perempuan 23 thn Honorer 2012

    20 S.L Perempuan 27 thn FullTimer 2013

    21 W.L Perempuan 30 thn Guru 2012

    22 L.L Perempuan 27 thn Perawat 2015

    23 O.L Laki-Laki 31 thn PNS 2014

    24 L.U Perempuan 25 thn Honorer 2015

    25 V.K Perempuan 17 thn Siswa SMA 2014

    26 I.L Perempuan 18 thn Siswa SMA 2016

    27 G.L Laki-Laki 22 thn Honorer 2014

    28 T.P Perempuan 21 thn Polwan 2016

    29 J.B Laki-Laki 25 thn PNS 2016

    30 S.R Perempuan 26 thn Dokter 2016

    31 A Laki-Laki 18 thn Siswa SMA 2016

    32 H.B Perempuan 27 thn Guru 2013

    33 IL.U Perempuan 25 thn Pegawai Swasta 2015

    34 C.P Laki-Laki 34 thn Dosen 2012

    35 H.P.A Perempuan 19 thn Mahasiwa 2015

    36 U.P Perempuan 19 thn Mahasiswa 2016

    37 KLb Laki-Laki 19 thn Mahasiswa 2015

    38 U.K Perempuan 30 thn Pegawai Bank 2012

    56

    Hasil wawancara langsung dengan pengurus youth GBI Rock Tual.

  • 17

    Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa ada 38 anggota AM-GPM yang

    telah melakukan konversi ke GBI Rock Tual. Dengan rata-rata usia sekitar 17-35

    tahun, jenis pekerjaan yang bervariasi, dan waktu konversi yang berbeda-beda.

    Dengan demikian, penulis kemudian melakukan Focus Group Discussion (FGD)

    dengan 6 anggota youth GBI Rock Tual tentang faktor-faktor penyebab

    perpindahan keaktifan mereka dari AM-GPM. Faktor-faktor perpindahan tersebut

    adalah sebagai berikut:

    1. Faktor Ibadah

    Faktor ibadah difokuskan pada tata ibadah, khotbah dan nyanyian yang

    digunakan. Tata ibadah, khotbah dan nyanyian dalam ibadah di GPM, seperti

    yang sudah dijelaskan sebelumnya yakni baku dan terikat karena sesuai dengan

    buku-buku dari sinode.57

    Akibatnya, mereka mengatakan bahwa:

    “Khotbah atau renungan kadang tidak sesuai atau tidak mengena dengan

    pergumulan kita secara pribadi.58

    Mungkin karena tema maupun ayat

    Alkitab sudah ditentukan, jadi tidak bisa diganti lagi sesuai dengan

    pergumulan jemaatnya. Akhirnya, kita tidak menemukan aktualisasi dalam

    penyampaian khotba, apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan sehari-

    hari sebagai anak muda .59

    Kadang juga, aktualisasi yang ditawarkan tidak

    real atau mengambang karena tidak ada penekanan untuk dapat

    dilakukan.60

    Nyanyiannya juga hanya itu-itu saja, berkisar KJ, PKJ, NR,

    dan Nyanyian GPM dan dinyanyikan tanpa alat musik. Otomatis, suasana

    ibadah pun menjadi sangat tenang dan jujur itu sangat membosankan

    untuk kita. Jadinya, bagi kita secara keseluruhan ibadah di GPM terlalu

    monoton dan tidak dapat menumbuhkan iman dan spiritualitas kita kepada

    Tuhan.61

    Sedangkan, jauh berbeda dengan apa yang mereka temukan di GBI Rock

    Tual. Khotbah atau renungannya terarah dan mudah dimengerti karena tema dan

    ayat Alkitab tidak terikat dan dipilih sesuai kebutuhan jemaat.62

    Nyanyian yang

    berbeda tiap minggunya dengan menggunakan musik full. Sehingga, suasana yang

    57

    Kesimpulan hasil observasi dalam ibadah ranting cabang Irene, Kei Kecil, Tual.

    58

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S di GBI ROCK TUAL, pada hari Senin, 09

    Januari 2017. 59

    Hasil Focus Group Discussion dengan J.B di GBI ROCK TUAL, pada hari Senin, 09

    Januari 2017. 60

    Hasil Focus Group Discussion dengan E.H di GBI ROCK TUAL, pada hari Senin, 09

    Januari 2017. 61

    Hasil Focus Group Discussion dengan ke enam narasumber.

    62 Hasil Focus Group Discussion dengan E.H dan L.L

  • 18

    dihasilkan dari musik dan lirik tiap nyanyian dan juga khotbahnya sangat

    menghanyutkan perasaan (bisa sukacita maupun sedih), memberikan semangat

    dan sangat menginspirasi, serta bisa dijadikan jawaban terhadap pergumulan

    hidup mereka.63

    Dengan demikian, secara keseluruhan ditemukan perbedaan dari

    keseluruhan ibadahnya yakni tata ibadah, khotbah dan nyanyiannya. GPM sangat

    resmi karena baku dan harus sesuai dengan buku-buku dari Sinode. Sedangkan

    GBI Rock Tual fleksibel mengikuti kebutuhan atau pergumulan jemaatnya.

    Sehingga, pemuda-pemudi ini lebih merasakan iman dan sprititualitas mereka

    bertumbuh dalam ibadah di GBI ROCK Tual bukan di GPM.64

    2. Faktor Organisasi

    Salah satu pemudi yang dulunya adalah seorang pengasuh atau guru SM

    mengatakan bahwa:

    AM-GPM terlalu memfokuskan diri sebagai sebuah organisasi. Sehingga

    yang dipentingkan hanya rapat untuk membicarakan masalah sosial,

    politik, dan lain-lain (sesuai dengan hasil Musyawarah Pimpinan

    Paripurna Cabang). Sebaliknya mengabaikan hal yang paling penting

    dalam sebuah organisasi gereja yaitu pertumbuhan iman dan spiritualitas

    bagi anggotanya. Sikap ini ditunjukan dengan tidak memperhatikan

    pelayanan ibadah khususnya tata ibadahnya, yang sama setiap waktu.

    Padahal menurut saya, pelayanan ibadah merupakan sarana dan alat yang

    tepat untuk mengajarkan tentang apa yang Tuhan kehendaki.65

    3. Faktor Pemimpin Jemaat dan Jemaat

    Pemimpin yang baik menentukan anggotanya, ini yang didapatkan oleh

    seorang pemuda yang berkonversi. Di GBI Rock Tual, ia menemukan pemimpin

    yang sangat menginspirasi anggotanya karena memberikan teladan nyata dalam

    tutur kata, sikap dan perilaku yang sesuai dengan Firman Tuhan. Berbeda dengan

    di GPM, kadang apa yang diucapkan di mimbar berbeda dengan perlakuannya

    sehari-hari. 66

    Bukan sikap dari pemimpin saja tetapi juga sesama jemaat yang

    menentukan proses konversi. Ada empat hal yang ditemukan dari sikap jemaat di

    AM-GPM, yaitu 1). Ibadah dijadikan sebagai tempat fashion, seperti yang

    dikatakan oleh salah satu pemudi yaitu:

    63 Hasil Focus Group Discussion dengan G.S.

    64

    Hasil Focus Group Discussion dengan ke enam narasumber.

    65

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S. 66

    Hasil Focus Group Discussion dengan J.B

  • 19

    Menurut saya, ibadah AM hanya merupakan ajang untuk menunjukan

    penampilan seseorang. Semua peserta ibadah AM, seakan berlomba untuk

    menggunakan pakaian yang bagus, trendi, sampai mewah dan mahal.

    Sehingga, saya sering merasa tidak percaya diri untuk bergabung di dalam

    ibadah. Seiring berjalannya waktu, saya akhirnya memutuskan untuk

    berhenti mengikuti ibadah karena selalu memikirkan pakaian apa yang harus

    digunakan bukannya fokus mencari Tuhan.67

    2). Tidak ada kesadaran dari pribadi-pribadi jemaat karena tidak konsisten waktu

    dalam ibadah, 68

    3). Sikap dan perilaku jemaat yang sering hanya bermain-main

    di dalam ibadah, 69

    dan 4). Kebiasaan untuk membicarakan kekurangan orang

    lain.70

    Sedangkan di GBI Rock, mereka menemukan sikap jemaat yang berbeda.

    Sikap ini dirasakan sendiri oleh kedua pemudi yang melakukan konversi. Mereka

    mengatakan tentang sikap kerabat mereka (saudara dan teman) yang adalah

    anggota GBI Rock yakni sebagai berikut:

    Ketertarikan saya pertama kali kepada GBI Rock adalah ketika melihat

    sikap hidup saudara saya yang tinggal serumah. Saudara saya ini adalah

    orang yang penuh dengan kesabaran dalam menerima dan menghadapi

    segala sesuatu di dalam hidupnya. Walaupun, ia sering mendapat cibiran

    dan pandangan negatif dari orang lain. Ia hanya tetap tekun di dalam doa.

    Alasan ini yang membuat saya akhirnya berpikir untuk ikut bergabung

    dengan pesekutuan yang membentuk saudara saya ini.71

    Awalnya, saya tertarik ke GBI Rock juga karena melihat seorang teman

    laki-laki saya. Ia mempunyai sifat dan perilaku yang baik, yang berbeda

    dengan teman laki-laki lain pada umumnya. Ia tidak merokok, tidak

    minum minuman keras, selalu berbicara dengan sopan dan tidak pernah

    bolos kuliah. Saya berpikir dan betanya-tanya apa yang menyebabkannya

    seperti itu. Saya pun mencari tahu lebih dalam tentangnya dan

    menemukan bahwa sikap dan perilakunya yang baik dibentuk dari

    persekutuan youth GBI Rock.72

    Ditambah juga, adanya relasi dan hubungan yang baik antar sesama

    jemaat yang mereka rasakan ketika bergabung di dalam ibadah-ibadah GBI

    Rock. Ketika pertama kali mengikuti ibadah di GBI Rock sebagai simpatisan,

    67 Hasil Focus Group Discussion dengan D.P.U di GBI ROCK TUAL, pada hari Senin,

    09 Januari 2017. 68

    Hasil Focus Group Discussion dengan E.H. 69

    Hasil Focus Group Discussion dengan J.B. 70

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S. 71

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S. 72

    Hasil Focus Group Discussion dengan D.P.U.

  • 20

    rata-rata mereka diterima dengan sangat baik oleh jemaat karena adanya sapaan

    yang ramah. Sehingga rasa nyaman untuk ikut bergabung dalam persekutuan

    juga semakin besar.73

    Setelah bergabung, persekutuan juga sangat baik karena

    sangat erat antara satu dengan yang lain serta ada dalam kebersamaan (seperti

    keluarga). Sehingga sangat peka jika salah satu anggota mempunyai masalah.

    Kepekaan saling ditunjukan dengan saling menopang di dalam doa.74

    Mereka

    juga diberikan kesempatan untuk berperan aktif di dalam ibadah dengan

    berperan sebagai tim musik, tim doa, tim kolektan, tim aser (penerima tamu) dan

    lain-lain.75

    Dengan demikian, menurut penulis kertertarikan pemuda-pemudi

    untuk berkonversi dilihat dari pemimpin jemaat dan jemaatnya yang mempunyai

    sikap dan perilaku yang baik, memberikan teladan, menghargai ibadah sebagai

    persekutuan dengan Tuhan, dan saling menerima.

    4. Faktor Pelayanan

    Faktor tidak mendapatkan pelayanan ini dirasakan oleh seorang pemudi

    yang berkonversi.

    Ketika ayah saya sakit dan membutuhkan pelayanan, tidak ada seorang

    pun pelayan GPM yang datang mengunjungi. Malah pelayan di GBI Rock

    yang datang mengunjungi dan memberikan pelayanan. Kejadian itu

    memberikan kekecewaan dalam diri saya dan keluarga terhadap pelayan di

    GPM dan menaruh keyakinan dan akhirnya memmberikan diri untuk

    menaruh kepercayaan baru kepada GBI Rock.76

    Jadi ada empat faktor yang penulis temukan yakni: faktor ibadah, organisasi,

    pemimpin jemaat dan jemaat, serta pelayanan yang menyebabkan anggota AM-

    GPM berkonversi atau berpindah keaktifan ke GBI Rock Tual.

    Faktor-Faktor Perpindahan Keaktifan Anggota AM-GPM Ke GBI ROCK

    Tual

    Berdasarkan faktor-faktor yang penulis temukan sebelumnya, maka diketahui

    bahwa pemuda-pemudi lebih mengunggulkan GBI Rock Tual dibandingkan

    dengan GPM. Artinya secara sadar mereka telah membuat keputusan untuk

    73

    Hasil Focus Group Discussion dengan ke enam narasumber. 74

    Hasil Focus Group Discussion dengan E.H dan K.U. 75

    Hasil Focus Group Discussion dengan K.E.U. 76

    Hasil Focus Group Discussion dengan D.P.U.

  • 21

    mengubah arah pandang mereka terhadap gerejanya yang dulu (GPM) dan beralih

    ke ajaran gereja yang baru (GBI ROCK Tual), serta bersedia untuk terlibat di

    dalam hal yang baru karena adanya pengaruh baik yang dirasakan oleh mereka.77

    Penulis melihat bahwa faktor-faktor ini dapat dijabarkan dalam tahapan-

    tahapan seperti yang dikemukakan oleh Lewis R. Rambo di dalam bukunya

    Understanding Religious Conversion tentang “model bertingkat (Stage Model),”

    khususnya Systemic Stage Model (model tingkatan sistemik). Ia

    menggambarkan secara sistematis proses terjadinya konversi agama dalam tujuh

    tingkatan yakni konteks, krisis, pencarian, pertemuan, interaksi, komitmen dan

    konsekuensi. Namun, ketujuh unsur atau tahapan ini tidak mutlak berada pada

    tingkatannya.78

    Sehingga dapat penulis jabarkan sebagai berikut:79

    1. Krisis

    Tahapan konversi yang terjadi kepada pemuda-pemudi ini diawali dengan

    “Krisis” di dalam diri mereka. Krisis yang dimaksudkan oleh Rambo adalah isu-

    isu kontekstual dan tingkat keaktifan ataupun kepasifan dari orang yang

    berkonversi.80

    Krisis yang penulis temukan adalah sikap pasif mereka di dalam

    ibadah dan kegiatan lainnya di GPM maupun di AM-GPM. Menurut pemahaman

    penulis, sikap pasif ini berasal dari luar diri pemuda-pemudi yang kemudian

    mempengaruhi diri mereka. Misalnya: adanya rasa bosan karena ibadah yang

    monoton (baku dan terikat).81

    Rasa malas karena minder dengan sesama jemaat,

    yang hanya berlomba untuk menggunakan pakaian yang bagus, trendi, sampai

    mewah dan mahal.., 82 dan tidak nyaman dengan sikap dan perilaku jemaat yang

    tidak memiliki kesadaran dalam beribadah. Misalnya: tidak konsisten waktu dan

    bermain-main saat ibadah83

    serta kebiasan yang buruk karena sering

    membicarakan kekurangan orang lain.84

    Faktor dari dalam dan luar ini

    menyebabkan krisis berupa kepasifan ibadah di GPM atau AM-GPM, sehingga

    otomatis tidak ada interaksi dan menyebabkan ketidaknyamanan antara satu

    77

    Ramayulis, Psikologi Agama, 79.

    78

    Rambo, Understanding Religius Conversion,17-18.

    79 Rambo, Understanding Religius Conversion, 7-11.

    80 Rambo, Understanding Religius Conversion, 44-45.

    81 Hasil Focus Group Discussion dengan ke enam narasumber.

    82

    Hasil Focus Group Discussion dengan D.P.U 83

    Hasil Focus Group Discussion dengan E.H dan J.B. 84

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S.

  • 22

    dengan yang lainnya. Krisis kapasifan bisa dikatakan sebagai bentuk pelarian dari

    ketidaknyamanan dengan orangnya ataupun ibadahnya.

    2. Pencarian

    Mengalami krisis membawa mereka dalam tahapan “pencarian”. Rambo

    mengatakan bahwa dalam tahapan pencarian, orang yang melakukan konversi

    berperan sebagai pelaku agen aktif yang mencari kepercayaan-kepercayaan,

    kelompok-kelompok, dan organisasi-organisasi yang menyediakan apa yang

    mereka butuhkan.85

    Berdasarkan pemahaman penulis, pemuda-pemudi ini

    mencari kepercayaan-kepercayaan berupa pertumbuhan iman dan spritualitas

    mereka kepada Tuhan di dalam ibadah maupun kegiatan lainnya. Mengingat

    bahwa, kepercayaan-kepercayaan ini tidak mereka temukan di dalam ibadah di

    GPM dan AM-GPM karena ibadah yang monoton86

    dan tidak mengena dengan

    pergumulan jemaat.87

    Serta jemaat yang tidak memberikan penghargaan dalam

    ibadah88

    .

    Sedangkan, pencarian kepercayaan dirasakan oleh mereka ketika

    beribadah di GBI ROCK karena tata ibadahnya fleksibel (khotbah,nyanyian, dan

    musik full band) yang dapat menghanyutkan perasaan mereka dan dapat menjadi

    jawaban terhadap pergumulan mereka.89

    Serta sikap dan perilaku jemaat GBI

    Rock yang baik (kerabat), dapat dijadikan teladan, dan menerima (dalam ibadah

    pertama kali) dan menghargai mereka. 90

    Sikap dan perilaku jemaat seperti jemaat

    GBI Rock ini yang diutamakan dalam pencarian pemuda-pemudi akan kelompok

    dan organisasi. Ditambah dengan sosok pemimpin jemaat yang memberikan

    teladan nyata, yang mereka temukan di GBI Rock juga dan itu berbeda dengan di

    GPM yakni kadang apa yang diucapkan di mimbar berbeda dengan perlakuannya

    sehari-hari.91

    Serta pelayanan yang selalu siap diberikan kapan saja ketika jemaat

    85

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 56-63.

    86

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S.

    87

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S. 88

    Hasil Focus Group Discussion dengan D.P.U, E.H, J.B, dan G.S.

    89

    Hasil Focus Group Discussion dengan E.H dan L.L. 90

    Hasil Focus Group Discussion dengan ke enam narasumber. 91

    Hasil Focus Group Discussion dengan J.B.

  • 23

    membutuhkan.92

    Maka, secara keseluruhan pencarian akan kepercayan, kelompok

    dan organisasi oleh pemuda-pemudi ini ada di dalam GBI ROCK Tual.

    3. Konteks, Pertemuan/Perjumpaan, dan Interaksi

    Setelah kedua tahapan diatas, pemuda-pemudi ada pada tahapan

    “Konteks”, “pertemuan/perjumpaan,” dan “interaksi” dengan orang-orang

    dari kelompok GBI ROCK. Rambo mengatakan bahwa dalam tahapan “konteks”

    ada dua bagian di dalamnya yakni macrocontext dan microcontext. Macrocontext

    mengarah kepada lingkungan total yakni berbagai elemen seperti sistem-sitem

    politik, keagamaan, organisasi-organisasi dan lainnya. Macrocontex, tidak penulis

    temukan di dalam penelitian karena elemen-elemen tersebut terlalu jauh atau luas

    untuk bisa dijadikan konteks pemuda-pemuda ini untuk berkonversi. Mengingat

    bahwa rata-rata mereka mempunyai pekerjaan siswa, mahasiswa, pegawai negeri,

    PNS, dan swasta. Mereka cenderung berfokus pada yang lebih dekat dengan diri

    mereka seperti keluarga, sahabat, kelompok etnik serta orang-orang yang berada

    di sekitarnya yang ditemukan di dalam microcontext.93

    Sehingga, konteks yang

    didapati mereka adalah konteks saudara dan teman. Konteks ini menjadi faktor

    pendorong dari luar diri mereka untuk merasa tertarik dan ikut bergabung di GBI

    Rock seperti yang diungkapkan oleh dua orang pemudi sebelumnya.94

    Berdasarkan FGD, “pertemuan/perjumpaan” pertama kali terjadi

    dengan saudara dan teman yang merupakan anggota GBI ROCK Tual. Bukan

    hanya sekedar bertemu dan berjumpa tetapi menurut Rambo, yang perlu

    dilakukan oleh pelaku konversi dalam tahap ini yakni melihat kebutuhan-

    kebutuhan afektif, intelektual, kognitif, dan advokasi.95

    Ranah afektif menunjuk

    pada, bagaimana perasaan pemuda-pemudi ketika mengalami

    pertemuan/perjumpaan dengan konteks saudara dan teman mereka. Dua diantara

    mereka mengaku, merasakan bahwa akan ada pengaruh baik atau positif dari

    saudara dan teman mereka karena sikap dan perilaku baik yang

    ditunjukan.96

    Ranah kognitif, intelektual, dan advokasi menunjuk pada, bagaimana

    92

    Hasil Focus Group Discussion dengan D.P.U. 93

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 20-22. 94

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S dan D.P.U. 95

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 67. 96

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S dan D.P.U.

  • 24

    mereka mampu berpikir secara matang untuk memperoleh jawaban yang nantinya

    berguna untuk pribadi mereka. Mereka akhirnya menemukan bahwa kemungkinan

    besar dampak pertemuan yang intens dengan kerabat mereka yang mempunyai

    sikap dan perilaku baik dapat mempengaruhi mereka untuk menjadi baik juga dan

    menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Dengan demikian, menurut penulis, sikap dan

    perilaku baik ini secara langsung menjadi sebuah strategi dari sang pendorong

    (konteks), seperti yang dikatakan oleh Rambo.97

    Tahapan “interaksi” adalah kelanjutan dari tahapan konteks dan

    pertemuan/perjumpaan. Menurut Rambo, tahapan interaksi sudah mengarah

    kepada hubungan yang lebih dalam yakni menyangkut keterlibatan di dalam

    kelompok dan organisasi yang baru.98

    Dalam hal ini, keterlibatan pemuda-pemudi

    yang berkonversi dalam ibadah dan hubungan dengan jemaat GBI ROCK Tual.

    Ada empat elemen atau dimensi menurut seorang ahli sosiologi dalam bukunya

    Rambo tentang tahapan interaksi ini yakni: 99

    1) Hubungan yang membentuk

    prespektif baru. Prespektif baru yang ditemukan oleh pemuda-pemudi adalah

    adanya perbedaan GPM dan GBI Rock Tual dari hubungan dan relasi dengan

    jemaatnya.100 Seperti yang sudah dijelaskan dalam tahap-tahap sebelumnya yaitu,

    adanya relasi yang baik dan kebersamaan dengan jemaat GBI Rock Tual (sikap

    ramah dan saling mendoakan), 101 sedangkan di GPM, jemaat hanya

    mempedulikan diri mereka masing-masing.102

    2) Ritual yang mengarahkan

    kepada jalan hidup yang baru. Ritual ditemukan ketika pemuda-pemudi sudah

    terlibat di dalam ibadah di GBI Rock. Mereka menemukan tata ibadah dan

    nyanyian yang kreatif dan bersemangat. Sehingga mampu menyentuh perasaan

    mereka dan bahkan menjawab pergumulan hidup mereka sebagai anak muda yang

    sedang mencari identitas. Sehingga, ada kesadaran bahwa ibadah di GBI Rock ini

    mampu menumbuhkan iman dan spiritualitas mereka kepada Tuhan. Menurut

    penulis, pertumbuhan iman dan spiritualitas ini adalah jalan hidup baru yang

    97

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 76. 98

    Rambo, Understanding Religious,102-108. 99

    Rambo, Understanding Religius Conversion,107-108. 100

    Hasil Focus Group Discussion dengan ke enam narasumber. 101

    Hasil Focus Group Discussion dengan E.H dan K.U. 102

    Hasil Focus Group Discussion dengan G.S dan D.P.U.

  • 25

    ditemukan oleh pemuda-pemud yang tidak ditemukan di GPM dan AM-GPM

    karena ibadah yang monoton dan kaku.103

    3) Kepandaian berbicara untuk memberikan petunjuk dan pengertian

    kepada orang yang melakukan konversi. Elemen ketiga ini, pemuda-pemudi

    temukan saat pelayanan Firman atau khotbah oleh pendeta di GBI Rock Pendeta

    menyampaikan khotbah (pengajaran) yang terarah dan mudah dimengerti serta

    memberikan teladan.104 Berbeda dengan di GPM, khotbahnya kadang tidak

    menyentuh pergumulan jemaat dan pendeta tidak memberikan teladan. Sehingga,

    petunjuk dan pengertian yang disampaikan oleh pendeta GBI Rock, dapat

    dijadikan pegangan dan teladan yang baik dalam kehidupan mereka. 4) Melalui

    peran yang memberikan suatu misi khusus untuk dapat diselesaikan. Misi khusus

    ini, menurut mereka tidak ditemukan di GPM karena hanya orang-orang yang

    sudah dikenal saja yang memiliki peran di dalam ibadah. Misalnya: menjadi

    pengurus AM. Tetapi berbeda dengan di GBI ROCK, semua orang diberikan

    kesempatan yang sama untuk mendapatkan peran. Misalnya: ada dalam tim

    musik, tim doa, tim kolektan, tim aser (penerima tamu) dan lain-lain. Dalam hal

    ini, artinya mereka mendapat kepercayaan belajar dan untuk mengeluarkan

    kemampuan mereka untuk mengsukseskan ibadah.105

    Jadi, menurut penulis, interaksi (hubungan yang dalam) yang baik dapat

    terjadi bukan hanya dari satu pihak tetapi kedua belah pihak yakni orang

    berkonversi dan pemimpin jemaat ataupun jemaat. Dimana, adanya pemberian

    makna yang baru dalam pemahaman Firman, tanggung jawab baru, teladan, dan

    relasi yang baik kepada mereka. Sehingga menghasilkan pribadi yang memiliki

    makna dan tujuan hidup.

    4. Komitmen dan Konsekuensi

    Tahapan terakhir yang dialami oleh pemuda-pemudi yang berkonversi

    adalah tahapan “komitmen” dan tahapan “konsekuensi.” Komitmen atau pilihan

    yang dimaksudkan oleh Rambo adalah komitmen ritual (baptis dan kesaksian).106

    Dalam tahap komitmen ini, pemuda-pemudi ini memutuskan untuk menjadi

    103

    Hasil Focus Group Discussion dengan ke enam narasumber. 104

    Hasil Focus Group Discussion dengan J.B. 105

    Hasil Focus Group Discussion dengan K.E.U. 106

    Rambo, Understanding Religius Conversion ,124.

  • 26

    anggota resmi GBI ROCK Tual. Tanda komitmen ini tidak dijelaskan lebih lanjut

    oleh mereka. Jadi, menurut peneliti bahwa sebuah komitmen ini terbentuk ketika

    sudah ada proses dijalankan atau dilakukan oleh mereka. Sehingga dapat memilih

    dari perbedaan yang ditemukan dan dampak untuk dirinya kedepan.

    Sedangkan konsekuensi ini adalah akibat atau dampak yang sudah

    dipikirkan secara matang oleh orang yang melakukan konversi. Konsekenuesi

    ditemukan dalam penilaian pribadi dalam observasi-observasi umum. Seperti

    yang sudah dijelaskan pada tahap-tahap sebelumnya bahwa pemuda-pemudi yang

    berkonversi mengambil keputusan dengan berproses terlebih dahulu. Menjadi

    simpatisan, mendapatkan kenyamanan dan ketenangan (psikologi), mendapatkan

    pengajaran, menjalin relasi yang harmonis dengan anggota lainnya, menemukan

    makna hidup karena iman dan spiritualitas yang semakin bertumbuh (teologi).

    Setelah tahap ini, maka pemuda-pemudi sudah memikirkan konsekuensi yang

    akan mereka dapatkan yakni sesuatu hal yang baik dan positif. 107

    Menurut

    penulis konsekuensi akhirnya adalah mereka menemukan makna hidup yang baru

    karena mereka berani mengambi keputusan untuk tetap di GBI ROCK Tual.

    Mereka semakin merasakan hadirat Tuhan, merasakan panggilan Tuhan,

    menemukan Tuhan dan lebih mendalami untuk melakukan apa yang Tuhan

    inginkan dalam kehidupan mereka.

    Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang paling

    dominan dalam tahapan-tahapan diatas adalah faktor relasi jemaat. Relasi yang

    dimaksudkan terletak pada sifat dan perilaku, reaksi atau respon jemaat yang

    secara tidak langsung mempengaruhi pemuda-pemudi yang berkonversi. Jemaat

    dilihat secara keseluruhan yakni semua anggota gereja termasuk pendeta. Faktor

    ini menjadi paling dominan karena dalam setiap tahapan ditemukan pengaruh

    jemaat terhadap pemuda-pemudi yang berkonversi. Memang, jika dilihat di dalam

    hasil penelitian, pemaparan yang sangat detail adalah faktor ibadah. Namun, bagi

    penulis sekalipun ibadah begitu bersemangat, tetapi kalau tidak ada relasi yang

    baik antar sesama jemaat maka, akan pula menimbulkan ketidaknyamanan di

    dalam pribadi tiap orang. Menurut pemahaman penulis, alasan ini diperkuat

    dengan naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain yang disebut

    107

    Rambo, Understanding Religius Conversion, 142.

  • 27

    gregariousness. Sehingga, hal penting dalam hubungan antara manusia dengan

    manusia yang lain adalah reaksi yang timbul. Reaksi yang baik akan timbul

    karena adanya respon yang baik.108

    Jemaat yang ramah, akan membuat orang baru

    menjadi merasa dihargai dan menjadi nyaman juga dengan mereka. Seperti relasi

    baik yang ditunjukan oleh jemaat GBI ROCK Tual terhadap pemuda-pemudi yang

    awalnya masih menjadi simpatisan sampai berkomiten.

    Berdasarkan faktor dominan yang penulis temukan, maka menurut

    pemahaman penulis bahwa faktor ini berasal dari luar diri pemuda-pemudi

    tersebut. Bagi penulis, faktor ini juga didasari oleh faktor dari dalam diri mereka

    yaitu faktor tingkat usia atau umur mereka yang rata-rata 17-35 tahun. Faktor usia

    ini sesuai dengan tahapan kepercayaan keempat yang dikemukakan oleh James

    Fowler yaitu “Kepercayaan Eksistensial Individuatif-Reflektif (Individuative-

    Reflective Faith)”, yang ditemukan pada usia 20 tahun keatas.109

    Sebuah tahapaan

    kepercayaan yang menyadari bahwa segala sesuatu yang dilakukan atau terjadi di

    dalam kehidupannya harus dipertanyakan, ditinjau kembali, diperiksa secara

    kritis, diganti, atau disusun ulang menjadi sesuatu yang diterima oleh logika

    manusia

    Termasuk pemuda-pemudi yang mengkritisi ajaran dan tata ibadah yang

    selama ini dijalani dan dilakukan oleh mereka di GPM. Refleksi kritis ini diambil

    dengan kuasa dalam diri mereka sendiri. Ketika mereka ada dalam proses

    penjajakan, perkenalan, dan percobaan untuk ikut bersama dalam persekutuan

    GBI ROCK. Hasil dari proses ini yakni menemukan adanya ibadah dan tata

    ibadah yang aktif dan kreatif, pelayanan yang baik, serta relasi yang baik dengan

    jemaat. Sehingga, reaksi yang ditunjukan oleh mereka adalah partisipasi aktif dan

    bahkan berkomitmen di GBI ROCK Tual, sebagai pilihan yang baru di dalam

    kehidupan mereka.110

    Jadi, diketahui bahwa peristiwa konversi yang dilakukan

    oleh pemuda-pemudi ini berdasarkan kepada sebuah petimbangan yang matang

    dari setiap faktor dan tahapan yang dialami.

    108

    Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

    2003), 114. 109

    Agus Cremers dan A. Supratiknya, Teori Perkembangan Kepercayaan Karya-Karya

    Penting James W.Fowler (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 32. 110

    Cremers dan Supratiknya, Teori Perkembangan, 33.

  • 28

    Kesimpulan

    Perpindahan disebut juga dengan nama konversi. Konversi dalam tulisan

    ini adalah konversi agama, khususnya konversi gereja atau denominasi. Konversi

    agama (gereja) merupakan perpindahan keyakinan seseorang dari satu keyakinan

    kepada keyakinan lainnya yang berbeda dengan tujuan yang baik. Perpindahan

    atau konversi ini didasari oleh faktor ekstern yang tidak dapat dilepas-pisahkan

    dari faktor intern yakni Faktor relasi jemaat dan tingkat usia (umur). Faktor-faktor

    ini mendorong pemuda-pemudi untuk berpikir secara matang tentang proses yang

    telah dialaminya yakni proses pembandingan kepercayaan sebelumnya dan

    kepercayaan yang akan dipilihnya nanti, sehingga mengakibatkan kemantapan

    jiwa.

    Akhirnya, penulis menyimpulkan bahwa proses perpindahan atau

    konversi dari pemuda-pemuda-pemudi ini bukanlah sesuatu yang negatif karena

    ada proses yang panjang serta tulisan surat Rasul Paulus kepada jemaat di

    Korintus (1 Korintus 1:12-13) yang telah terpecah-pecah menurut tokoh yang

    disukai mereka. Tetapi menurut Paulus, sebenarnya tokoh-tokoh itu hanyalah alat

    untuk mengenal Yesus Kristus. Sehingga tidak masalah mereka memilih tokoh

    mana, karena yang paling penting adalah mereka tetap percaya kepada Yesus

    Kristus sebagai Juruselamat.Hal ini pula yang sama dengan perpindahan atau

    konversi pemuda-pemudi ini, karena semua gereja sama saja tidak ada yang

    mengajarkan keburukan.

    Saran:

    Saran untuk pemuda-pemudi adalah jangan melarikan diri kepada gereja

    lain, sekalipun gerejamu adalah gereja yang terlalu kuno untuk anak muda.

    Cobalah untuk bisa menemukan kenyamanan dan pertumbuhan iman di dalam

    gerejamu sendiri karena kekhasan dari masing-masing gereja itu berbeda-beda,

    tinggal bagaimana pribadi mau berusaha melakukan yang terbaik menumbuhkan

    iman kepada Kristus dan melakukan yang dikehendaki-Nya.

    Saran untuk GPM dan AM-GPM, kiranya tulisan ini dapat menjadi bahan

    pertimbangan dan alat ukur untuk mengoreksi diri. Sehingga, bisa menjadi gereja

    yang terbuka terhadap sesuatu yang baru, berbeda, dan kreatif serta berani

    melakukan perubahan-perubahan sesuai kebutuhan jemaat akan iman dan

  • 29

    spiritualitas kepada Tuhan. Semuanya, demi dan untuk perkembangan gereja

    kedepannya, khususnya pemuda-pemudinya

    Daftar Pustaka

    Buku:

    Arifin, Bambang Syamsul. Psikologi Agama. Bandung: CV Pustaka Setia,

    2008.

    Aritonang, Jan. Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja. Jakarta:

    Gunung Mulia, 2008.

    Cremers, Agus dan Supratiknya. Teori Perkembangan Kepercayaan Karya

    Karya Penting James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius, 1995.

    Creswell, Raco Via John Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik,

    Dan Keunggulannya. Jakarta: PT. Widya sari Indonesia, 2010.

    Daradjat, Zakiah Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: bulan bintang, 1996

    Jalaluddin. Psikologi Agama-Memahami Perilaku Keagamaan Dengan

    Mengaplikasikan prinsip-prinsip Psikologi. Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada, 2011.

    James, Wiliam. Perjumpaan Dengan Tuhan Ragam Pengalaman Reiligius

    Manusia. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004.

    Maris, Hans. Gerakan Karismatik Dan Gereja Kita. Surabaya: Momentum,

    2010.

    Nelson, James M. “Psychology, Religion, and Spirituality”. USA:

    Departmentof Psychology,

    2009.

  • 30

    Nuhamara, Daniel. Pembimbing Pendidikan Agama Kristen. Bandung:

    Jurnal Info Media, 2007.

    Purwanta, Iswara Rintis. Oikumene-Mengapa Ada Berbagai Macam

    Denominasi Gereja?. Malang: Gandum Mas, 2014.

    Rahayu, Iin Tri, dan Tristiadi Ardi Ardani. Observasi dan Wawancara.

    Malang: Bayumedia, 2004.

    Ramayulis, Psikologi Agama. Jakarta: Klam Mulia, 2007.

    Rambo, Lewis R. Understanding Religious. London: Yale Univercity Press,

    1993.

    Silalahi, Djaka Ch. Karismatik Bercampur Dengan Perdukunan?

    Tanggapan Atas Metode Kritik Ir. Herlianto M. Th. Terhadap

    Gerakan Karismatik. Yogyakarta: ANDI, 2001.

    Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo

    Persada, 2003.

    Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif,