93
FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA CABAI MERAH DI KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI MAINISYAH ALI HARAHAP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2021

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN

DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA

CABAI MERAH DI KECAMATAN KUMPEH

KABUPATEN MUARO JAMBI

SKRIPSI

MAINISYAH ALI HARAHAP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 2: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

i

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN

DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA

CABAI MERAH DI KECAMATAN KUMPEH

KABUPATEN MUARO JAMBI

ABSTRAK

Komoditas cabai merah banyak di budidayakan oleh petani baik secara tradisional

maupun intensif, baik pada agroekosistem lahan sawah dataran rendah beririgasi

maupun lahan kering dataran tinggi non-irigasi. Berdasarkan data dari Badan Penyuluh

Pertanian (BPP) Kecamatan Kumpeh Tahun 2019 maka diperoleh data yang

menyatakan bahwa ada 17 desa di Kecamatan Kumpeh yang mengusahakan usahatani

cabai merah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor sosial

ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di

Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. Metode penelitian kuantitatif dengan

analisis che square. Hasil penelitian didapatkan hasil sosial ekonomi petani dari

indikator luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, dan harga usahatani cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi memiliki persentase dari

masing-masing indikator yaitu : luas lahan memiliki distribusi 58,73%, pendidikan

adalah 20,63%, penerimaan usahatani dan harga cabai adalah 66,67%. Tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh tergolong tinggi dengan

persentase 61,47% petani melakukan penerapan teknik budidaya cabai merah yang

sesuai dengan anjuran dan cukup baik dalam penerapannya. Terdapat hubungan yang

nyata antara faktor sosial ekonomi petani (luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani

dan harga cabai) dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di daerah

penelitin di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.

Kata kunci : sosial, ekonomi, budidaya cabai merah

Page 3: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

ii

RELATED SOCIAL ECONOMIC FACTORS WITH THE LEVEL OF

APPLICATION OF CULTIVATION TECHNIQUES

RED CHILLIES IN KUMPEH DISTRICT

MUARO JAMBI REGENCY

ABSTRACT

Many red chili commodities are cultivated by farmers both traditionally and

intensively, both in the agro-ecosystem of irrigated lowland rice fields and non-

irrigated upland dry lands. Based on data from the Agricultural Extension Agency

(BPP) of Kumpeh Sub-district in 2019, data was obtained which stated that there

were 17 villages in Kumpeh Sub-district that worked on red chili farming. The

purpose of this study was to determine the socio-economic factors associated with

the level of application of red chili cultivation techniques in Kumpeh District,

Muaro Jambi Regency. Quantitative research method with che square analysis. The

results showed that the socio-economic results of farmers from indicators of land

area, education, farm income, and red chili farming prices in Kumpeh District,

Muaro Jambi Regency had a percentage of each indicator, namely: land area had

a distribution of 58.73%, education was 20, 63%, farm income and chili prices are

66.67%. The level of application of red chili cultivation techniques in Kumpeh

District is high with a percentage of 61.47% of farmers implementing red chili

cultivation techniques that are in accordance with the recommendations and quite

good in their application. There is a significant relationship between farmers'

socio-economic factors (land area, education, farm income and chili prices) with

the level of application of red chili cultivation techniques in the research area in

Kumpeh District, Muaro Jambi Regency.

Keywords: social, economic, red chili cultivation

Page 4: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan

Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh

Kabupaten Muaro Jambi.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing serta memberi dukungan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi in, khususnya kepada :

1. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan dan restu dalam pembuatan

skripsi ini.

2. Ibu Dr.Ir.Ernawati HD, M.P selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus

dosen Pembimbing Skripsi I dan Bapak Idris Sardi, S.P., M.Si selaku dosen

Pembimbing Skripsi II yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan

kesalahan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis, karena

sesungguhnya kesempurnaan mutlak hanya milik Allah Subhanahu wata’ala.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

penyempurnaan skripsi ini.

Jambi, September 2021

Penulis

Page 5: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. v

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. vi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. vii

I. PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………............. 1

1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………. 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..……….. 8

1.3.1 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 8

1.3.2 Manfaat Penelitian………………………………………............ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… 9

2.1 Konsep Usahatani Cabai Merah……………………………………… 9

2.2 Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah……………………………. 10

2.2.1 Pengolahan Lahan……………………………………………… 10

2.2.2 Penyiapan Benih dan Persemaian……………………………… 11

2.2.3 Pemasangan Mulsa…………………………………………….. 11

2.2.4 Penanaman…………………………………………………….. 12

2.2.5 Pemupukan…………………………………………………….. 12

2.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit………………………………. 12

2.2.7 Panen……………………………………………………............ 13

2.3 Konsep Adopsi………………………………………………………… 14

2.4 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan Tingkat

Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah………………………..........

15

2.4.1 Luas Lahan………..……………………………………………... 18

2.4.2 Pendidikan………………………………………………………. 19

2.4.3 Penerimaan Usahatani……………………………………............ 20

2.4.4 Harga Cabai……………………………………………………… 21

2.5 Penelitian Terdahulu……………………………………………………. 21

Page 6: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

v

2.6 Kerangka Pemikiran……………………………………………………. 23

2.7 Hipotesis……………………………………………………………….. 25

III. METODE PENELITIAN………………………………………………….. 26

3.1 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………. 26

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data……………………………….. 27

3.3 Metode Penarikan Sampel………………………………………………. 27

3.4 Metode Analisis Data…………………………………………………… 30

3.5 Konsepsi Pengukuran…………………………………………………… 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………... 38

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian……………………………………. 38

4.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi Wilayah…………………… 38

4.1.2 Topografi……………………………………………………… 38

4.1.3 Keadaan Iklim……………………………………………………. 39

4.2 Keadaan Penduduk……………………………………………………… 39

4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin……………………….. 39

4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian……………... 41

4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana………………………………………….. 42

4.3.1 Sarana Pendidikan………………………………………………… 42

4.3.2 Sarana Kesehatan………………………………………………… 43

4.3.3 Sarana Peribadatan……………………………………………….. 43

4.4 Keadaan Pertanian……………………………………………………… 44

4.5 Identitas Petani Responden……………………………………………... 44

4.5.1 Umur Petani……………………………………………………… 44

4.5.2 Pendidikan Formal Petani………………………………………… 45

4.5.3 Jumlah Anggota Keluarga………………………………………... 47

4.6 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dalam Penerapan Teknik Budidaya Cabai

Merah……………………………………………………………..

48

4.6.1 Luas Lahan……………………………………………………..… 48

4.6.2 Pendidikan……………………………………………………….. 49

4.6.3 Penerimaan Usahatani……………………………………………. 50

4.7 Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh…. 51

Page 7: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

vi

4.8 Faktor - Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan Tingkat

Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan

Kumpeh………………………………………………………………....

53

4.8.1 Hubungan Luas Lahan Cabai Merah dengan Tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan

Kumpeh…………………………………………………………...

53

4.8.2 Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Penerapan Teknik

Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh……………………

55

4.8.3 Hubungan Penerimaan Usahatani dengan Tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh…………..

57

4.9 Implikasi Hasil Pertanian……………………………………………….. 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………. 60

5.1 Kesimpulan…………………………………………………….............. 60

5.2 Saran……………………………………………………………………. 61

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 62

LAMPIRAN…………………………………………………………………… 64

DAFTAR TABEL

Page 8: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

vii

Tabel Halaman

1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai

Merah di Provinsi Jambi Tahun 2015-2019……………………

2

2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2019……………………………………

3

3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah Menurut

Kecamatan Tahun 2019…………………………………………

4

4. Nama Desa Sampel, Jumlah Produksi, dan Jumlah Petani Cabai

Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun 2020……………………..

30

5. Model uji Chi-Square dengan kontingensi 2 x 2……………….. 31

6. Variabel, Indikator, Dimensi, dan Cara Pengukurannya pada

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi…………………………………..

35

7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Maju Jaya

Kecamatan Kumpeh Tahun 2021……………………………….

40

8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Mekar Sari

Kecamatan Kumpeh Tahun 2021……………………………….

40

9. Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Maju

Jaya Kecamatan Kumpeh Tahun 2021………………………….

41

10. Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Mekar

Sari Kecamatan Kumpeh Tahun 2021…………………………..

42

11. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Maju Jaya

Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi………………….

43

12. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Mekar Sari

Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi………………….

43

13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden

Berdasarkan Kategori Kelompok Umur di Kecamatan Kumpeh

Kabupaten Muaro Jambi………………………………………

45

14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden

Berdasarkan Kategori Pendidikan Formal di Kecamatan

Kumpeh Tahun 2020……………………………………………

47

Page 9: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

viii

15. Distribusi Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di

Daerah Penelitian Tahun 2020………………………………...

49

16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden

Berdasarkan Kategori Luas Lahan di Kecamatan Kumpeh

Tahun

2021…………………………………………………………….

49

17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden

Berdasarkan Kategori Pendidikan di Kecamatan Kumpeh

Tahun 2021……………………………………………………..

50

18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden

Berdasarkan Penerimaan Usahatani dan Harga Cabai Merah di

Kecamatan Kumpeh Tahun 2021……………………………….

51

19. Distribusi Frekuensi dan Presentase Petani Responden

Berdasarkan Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di

Kecamatan Kumpeh Tahun

2021…………………………………………………………….

52

20. Kontingensi Hubungan Luas Lahan dengan tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun

2021…………………………………………………………….

54

21. Kontingensi Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun

2021…………………………………………………………….

56

22. Kontingensi Penerimaan Usahatani dengan Tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun

2021…………………………………………………………….

57

Page 10: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran……………………………………… 24

Page 11: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman

Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun

2019…………………………………………………………….

64

2. Lampiran 2. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Usahatani Cabai

Merah Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari……….

65

3. Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Daerah Penelitian di

Kecamatan Kumpeh Tahun

2020……………………………………………………………..

66

4. Lampiran 4. Jawaban petani Responden tentang Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya

Cabai

Merah………………………………………………………..…

69

5. Lampiran 5. Matriks kontingensi Hubungan Luas Lahan dengan

Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan

Kumpeh…………………………………………………………..

71

6. Lampiran 6. Matriks Kontingensi Hubungan Penerimaan

Usahatani dan Harga Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2021……………………………

73

7. Lampiran 7. Matriks Kontingensi Hubungan Penerimaan

Usahatani dan Harga Cabai di Kecamatan Kumpeh Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2021……………………………………….

75

Page 12: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

xi

Page 13: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya

bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian merupakan sektor primer dalam

perekonoian Indonesia. Artinya, sektor pertanian merupakan sektor utama yang

menyumbang hampir setengah dari perekonomian Indonesia. (Dewi, 2017)

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki iklim tropis yang mana terdapat

tanaman yang tidak ada di wilayah non tropis. Salah satunya adalah tanaman

hortikultura. Menurut Sugiarti.S (2003) Hortikultura merupakan salah satu tanaman

sebagai bahan pangan yang cukup penting bagi kebutuhan masyarakat, sehingga

perlu ditingkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan secara nasional.

Konsumsi terhadap produk hortikultura terus meningkat sejalan dengan

bertambahnya penduduk, peningkatan pendapatan, dan pengetahuan masyarakat

terhadap gizi dan Kesehatan. Dengan demikian pertanian hortikultura sudah saatnya

mendapat perhatian yang serius terutanama menyangkut aspek produksi dan

pengembangan sistem pemasarannya.

Menurut Rukmana (2002) dalam Andayani (2016) sektor hortikultura

mempunyai peran yang strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu tanamana hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis dan komersil

adalah tanaman cabai merah. Tanaman cabai merah ini mempunyai posisi

yangcenderung semakin penting dalam pola konsumsi makanan yaitu sayuran atau

bumbu masakan sehari-hari, maka dari itu cabai merah berindikasi memiliki peluang

pasar yang semakin luas, baik itu untuk memenuhi permintaan konsumsi rumah

tangga maupun industry dalam negeri maupun ekspor.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

2

Komoditas cabai merah banyak di budidayakan oleh petani baik secara

tradisional maupun intensif , baik pada agroekosistem lahan sawah dataranrendah

beririgasi maupun lahan kering dataran tingginon irigasi. Komoditas ini termasuk

kedalam kelompok rempah tidak bersubsitusi yang berfungsi sebagai bumbu

penyedap makanan kaya akan vitamin dan mineral serta sebagai bahan obat

tradisional. (Saptana, et al 2010)

Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang engandakan

sektor pertanian sebagai pondasi perekonoiannya. Pembangunan pertanian di

Provinsi Jambi bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil produksi pertanian,

meningkatkan pendapatan meningkatkan taraf hidup petani, meperluas lapangan

kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat pedesaan. Salah satu komoditi yang

memiliki peluang besar untuk dikembangkan adalah komoditi hortikultura salah satu

jenis tanaman hortikutura adalah tanaman cabai merah.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah

di Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

Tahun Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

2015 5.055 36.915 7,302

2016 6.901 50.153,2 7,267

2017 7.827 39.9241 5,134

2018 7.639 46.274,2 6,057

2019 5.434 42.697,6 7,860

Rata-rata 32.856 215.964,1 33,62

Sumber : Badan Pusat Statistik 2019

Berdasarkan Tabel 1. dapat di lihat bahwa luas lahan, produksi dan

produktivitas cabai merah di Provinsi Jambi dari tahun 2015 sampai tahun 2019

mengalami fluktuatif yang cenderung menurun setiap tahunnya, akan tetapi pada

Page 15: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

3

tahun 2016 mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan. Terjadinya

kenaikan dan penurunan produktivitas secara fluktuatif dapat disebabkanoleh cuaca

ekstrem, serta penggunaan teknologi tepat guna yang kurang efisien. Sehingga perlu

dilakukan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Provinsi Jambi memiliki 11 Kabupaten/Kota yang menghasilkan tanaman

hortikultura, salah satunya yaitu tanaman cabai merah. Dari data yang didapatkan

dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi Tahun

2017. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2019 di tunjukkan pada tabel 2 :

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2019

No. Kabupaten/Kota Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

1 Kerinci 3.850 34.116 8,86

2 Merangin 483 2.742,4 5,68

3 Sarolangun 54 93,5 1,73

4 Batanghari 130 608,4 4,68

5 Muaro Jambi 361 2.301,7 6,38

6 Tanjab Timur 141 354,4 2,51

7 Tanjab Barat 92 230,2 2,5

8 Tebo 62 187,6 3,03

9 Bungo 98 536 5,47

10 Kota Jambi 13 96,9 7,45

11 Sungai Penuh 150 1.4305 9,554

Jumlah 5.434 42.697,6 57,554

Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa Kabupaten Muaro Jambi adalah salah

satu diantara 11 Kabupaten/Kota yang membudidayakan tanaman cabai merah, yang

merupakan Kabupaten penghasil cabai merah terbesar ketiga dengan luas lahan 361

Page 16: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

4

Ha, produksi sebesar 2.301,7 Ton dan produktivitas sebesar 6,38 Ton/Ha. Kabupaten

Muaro Jambi adalah dataran rendah, berbeda dengan dua kabupaten tertinggi lainnya

yang merupakan dataran tinggi. Kabupaten Muaro Jambi memiliki lahan gambut

yang berpotensi dalam mengembangkan budidaya cabai merah yang cukup luas

sehingga masyarakatnya berprofesi sebagai petani yang mengusahakan usahatani nya

di lahan gambut.

Kabupaten Muaro Jambi memiliki 9 kecamatan yang mengusahakan tanaan

cabai merah. Data yang di dapatkan dari Badan Pusat Statistik Muaro Jambi Tahun

2019. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Menurut Kecamatan

Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 3 :

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Menurut

Kecamatan Tahun 2019

No Kecamatan Produktivitas

(Ton)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ton/Ha)

1 Sekernan 16,9 8 2,11

2 Muaro Sebo 12,9 10 1,29

3 Jaluko 124 26 4,60

4 Mestong 36,4 7 5,20

5 Sungai Bahar 53,6 7 7,66

6 Sungai Gelam 161 35 4,77

7 Kumpeh Ulu 606,4 68 8,92

8 Kumpeh 1.281,5 195 6,57

9 Taman Rajo 9 5 1,80

Jumlah 2.301,7 361 6,38

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kabupaten Muaro Jambi memiliki

kecamatan yang berpotensi menghasilkan cabai merah yaitu Kecamatan Kumpeh,

hal ini ditandai dengan luas panen sebesar195 Ha dan produksi tertinggi

Page 17: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

5

sebesar1.281,5 Ton. Namun, dari segi produktivitasnya cukup rendah yaitu sebesar

6,57 ton/ha. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani di Kecamatan

Kumpeh tentang teknologi tepat guna seperti penggunaan pupuk yang belum

optimal, penggunaan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit serta dosis

yang tepat dalam penggunaannya.

Berdasarkan data dari Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kumpeh

Tahun 2019 maka diperoleh data yang menyatakan bahwa ada 17 desa di Kecamatan

Kumpeh yang mengusahakan usahatani cabai merah. Desa Maju Jaya dan Desa

Mekar Sari merupakan desa yang berpotensi dalam mengembangkan usahatani cabai

di Kecamatan Kumpeh, yaitu Desa Maju Jaya memiliki luas panen 109,99 Ha,

produksi sebesar 1319,8 ton dan produktivitas sebesar 11,99 ton/ha, sedangkan Desa

Mekar Sari memiliki luas panen sebesar 79,95 ha, produksi sebesar 959,4 ton dan

produktivitas sebesar 12 ton/ha atau Desa Maju Jaya berkontribusi sebesar 47% dan

Desa Mekar Sari berkontribusi sebesar 34% untuk memenuhi kebutuhan cabai di

Kecamatan Kumpeh. Luas lahan yang di miliki petani adalah milik petani itu sendiri.

Untuk mengetahui luas lahan, produktivitas tanaman cabai berdasarkan desa yang

ada di Kecamatan Kumpeh dapat dilihat pada (Lampiran 1)

Desa Maju Jaya memiliki 5 kelompok tani dengan anggota 65 petani dan Desa

Mekar Sari memiliki 4 kelompok tani dengan jumlah anggota 105 petani, yang mana

dari 170 petani ini adalah total keseluruhan dari petani yang mengusahakan usahatani

cabai merah di lahan pertaniannya. Untuk mengetahui nama kelompok tani dan

jumlah anggota kelompok tani yang mengusahakan usahatani cabai merah di Desa

Maju Jaya dan Mekar Sari dapat di lihat pada (Lampiran 2)

Page 18: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

6

Menurut Bapak Kirno yang merupakan ketua kelompok tani bahwa benih cabai

merah yang di gunakan adalah jenis benih lokal unggul medan, petani secara mandiri

sudah mampu secara mandiri sudah mampu melakukan pembibitan namun sebagian

dari petani masih mengimpor benih dari Medan. Keunggulan dari benih lokal unggul

medan adalah jenis cabai merah yang tahan terhadap hama dan penyakit tanaman,

ruas daun kecil, berbuah lebat serta permintaan pasar yang tinggi akan cabai merah

unggul medan.

Berdasarkan penjelasan diatas, hal itulah yang menjadi kajian dalam penelitian

ini, yaitu hubungan antara luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, dan harga

cabai dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh

Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor –

Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan Tingkat Penerapan Teknik

Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi”.

1.2 Perumusan Masalah

Kecamatan Kumpeh merupakan daerah penghasil cabai merah terbesar di

Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Kumpeh memiliki dua desa dengan sentra

tanaman cabai merah yaitu Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari, tanaman cabai

merah sudah menjadi sumber pendapatan tersendiri bagi petani dan potensi untuk

meningkatkan produksi cabai merah di daerah ini masih sangat memungkin dengan

melakukan peningkatan produktivitas dengan melihat proses dari teknik budidaya

cabai merah.

Produktivitas cabai merah yang rendah dapat disebabkan oleh penerapan teknik

budidaya cabai merah yang kurang baik, sehingga dibutuhkan anjuran yang sesuai

Page 19: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

7

guna meningkatkan produktivitas usahatani cabai merah. Dalam upaya peningkatan

produktivitas cabai merah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) selaku

institusi yang bertanggung jawab dalam upaya tersebut telah merekomendasikan

penerapan teknik budidaya cabai merah adalah pengolahan lahan, penyiapan benih

dan persemaian, pemasangan mulsa, penanaman, pemupukan, pengendalian hama

dan penyakit, serta panen.

Hasil produktivitas yang belum memuaskan dapat disebabkan oleh penerapan

teknik budidaya yang masih rendah. Hal ini terjadi karena proses pengenalan dan

penerapan teknik budidaya cabai merah adalah proses adopsi inovasi yang berkaitan

dengan pengambilan keputusan petani untuk melakukan atau tidak yang ditentukan

oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani yaitu luas lahan, pendidikan, peneriaan

usahatani dan harga cabai.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam peneitian ini

adalah :

1. Bagaimana gambaran faktor-faktor sosial ekonomi berhubungan dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh

Kabupaten Muaro Jambi ?

2. Bagaimana tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan

Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi ?

3. Bagaimana hubungan dari masing-masing faktor sosial ekonomi terhadap

teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi?

Page 20: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

8

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor sosial ekonomi berhubungan

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh

Kabupaten Muaro Jambi

2. Untuk mengetahui tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di

Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

3. Untuk mengetahui hubungan dari masing-masing faktor sosial ekonomi

terhadap teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten

Muaro Jambi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada

Fakutas Pertanian Universitas Jambi.

2. Sebagai rujukan bagi penelitian berikutnya yang tertarik meneliti lebih lanjut.

3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak terkait yang

memerlukan dalam mengambilan kebijakan.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mmpelajari cara-

cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan

faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut

memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ada banyak definisi ilmu usahatani

yang diberikan (Suratiyah, 2016 :8)

Wanda (2015), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara

menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasiskan penggunaan faktor-faktor

produksi seefektif mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan

yang lebih besar.

Menurut Prawirokusumo (1990) dalam Suratiyah (2016), ilmu usahatani

merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat dan

melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan atau perikanan untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani atau peternak tersebut.

Menurut Suratiyah (2006) dalam Normansyah (2014), usahatani adalah

pengusaha yang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang

berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang

sebai-baiknya. Menurut Mubyarto (1984) dalam Berliantara (2016), usahatani adalah

himpunan dari berbagai sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang

diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan

Page 22: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

10

yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang

didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok

tanama atau memelihara ternak.

Menurut Suratiyah (2008) dalam Mashithoh (2013) keberhasilan dalam suatu

usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor-faktor pada usahatani itu

sendiri (faktor internal) dan faktor-faktor di luar usahatani (faktor eksternal). Faktor-

faktor internal usahatani terdiri dari petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja,

modal, tingkat teknologi, jumlah keluarga, da kemampuan petani dalam

mengaplikasikan penerimaan keluarga. Adapun faktor eksternal terdiri dari sarana

transportasi dan komunikasi, harga output, harga faktor produksi, fasilitas kredit, dan

penyuluhan petani.

2.2 Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah

2.2.1 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna yaitu dengan pembajakan

sebanyak 2 kali dan penyisiran 1 kali. Setelah pengolahan tanah 7-14 hari,

selanjutnya adalah pembuatan bedengan dengan ukuran lebar 110cm-120cm,

Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, dan jarak antar bedengan yaitu 40cm-

50cm.(Edi, 2009)

Pada saat 70% bedengan telah terbentuk, selanjutnya diberikan pupuk kendang

atau kotoran ayam yang sudah matang sebanyak 1,0-1,5kg/lubang tanam. Pada tanah

yang memiliki pH asam terlalu tinggi maka diberikan kapur dolomite sebanyak 100-

125 gr/lubang tanam.(Edi, 2009)

Page 23: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

11

2.2.2 Penyiapan Benih dan Persemaian

Untuk lahan dengan luas 1 ha di perlukan benih sebanyak 180 gram. Sebelum

melakukan perkecambahan maka benih cabai sebaiknya direndam terlebih dahulu

didalam air hangat dengan suhu 550-600c sellama 15-30 menit agar mempercepat

proses pekecambahan benih cabai. Kemudian benih cabai ditanam dan diletakkan di

bedengan secara tratur dan ditutup dengan karung goni basah selama kurang lebih 3

hari agar benih cepat berkecambah.

Ada 2 cara untuk membibitkan cabai yaitu :

a. Disemai di bedengan

Siapkan bedeng persemaian lalu benih di sebar dengan cara berbaris. Jarak

antar barisan 5 cm dan diberi naungan berupa daun kelapa atau daun pisang.

b. Disemai langsung di polybag atau kantong plastik kecil

Polybag dengan ukuran 5-8 cm x 10cm. Polybag diisi dengan media campuran

2 bagian tanah halus + 1 bagian pupuk kendang matang secara halus + 80 gram

furadan. Bahan media dicampur secara merata lalu dimasukkan kedalam

polybag.

2.2.3 Pemasangan Mulsa

Plastik mulsa yang digunakan sebaiknya berwana Hitam Perak (MPHP).

Sebelum melakukan kegiatan pemasangan mulsa plastic terlebih dahulu melakukan

pemupukan dengan pupuk posfor. Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan

pada saat terik matahari antara pukul 14.00-16.00 agar plastic tersebut dapat memuai

(memanjang) sehingga dapat menutup tanah serapat mungkin dan dibiarkan selama

kurang lebih 5 hari kemudian dilakukan penanaman. Sehari sebelum dilakukannya

Page 24: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

12

penanaman di bedengan yang telah ditutup mulsa dibuatkan lubang tanam. (Edi,

2009)

2.2.4 Penanaman

Waktu tanam yang paling tepat adalah pagi atau sore hari. Umur tanaman cabai

yang sudah dapat ditanam adalah umur 17-23 hari atau tanaman cabai memiliki

jumlah daun sebanyak 2-4 helai daun. Jarak tanaman cabai yaitu 50-60cm x 60-70cm.

bibit cabai yang siap dipindahkan segera disiram secukupnya dan baiknya di rendam

dalam larutan fungisida sitmatik atau baktrisida dengan dosis 0,5-1,0 gr/liter air

selama 15-30 menit untuk mencegah penularan hama dan penyakit. (Edi, 2009)

2.2.5 Pemupukan

Takaran pupuk yang digunakan adalah urea 150kg/ha + ZA 50kg/ha + SP36

150kg/ha + KCl 200kg/ha. Pupuk dasar diberikan pada saat 2-3 hari sebelum tanam

dengan semua dosis pupuk SP36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 10

hari setelah tanam dengan sepertiga dosis masing-masing pupuk Urea, ZA dan KCl.

Pemupukan susulan kedua dan ketiga masing-masing dilakukan pada 40 hari

dan 70 hari setelah tanam dengan dosis yang sama sepeti pemupukan pertama setelah

tanam. Pupuk diberikan dengan cara tugal sedalam 5-15cm dan ditutup kembali

dngan tanah. Waktu penanaman disesuaikan dengan ketersediaan air yang cukup

didalam tanah. (Edi, 2009)

2.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit

Cara yang paling baik untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman

cabai adalah dengan melakukan penerapan pengendalian hama terpadu

a. Hama yang paling sering mengganggu tanaman cabai merah adalah ulat

grayak, kutu daun dan lalat buah. Hal yang dilakukan apabila tanaman cabai

Page 25: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

13

terserang ham aini adalah dengan pengendalian terpadu yang dilakukan oleh

kultur teknis berupa pembersihan lahan yang terkena gulma, menanam

perangkap (trap crop) dan memusahkan tanaman yang terserang lalat buah.

Pengendalian secara hayati pada hama ulat grayak yaitu dengan

menyemprotkan bahan aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac,

Bactospine dan Thuricide. Sedangkan, pengendalian hama secara kimiawi

berupa penyemprotan insektisida yang efektif dan selektif.

b. Penyakit pada tanaman cabai adalah layu baktri dan layu fusarium yang mana

pada penyakit layu bakteri penyebaran penyakit dapat melalui benih, bibit,

bahan tanaman yang sakit, serta residu tanaman. Pengedaliannya dilakukan

dengan cara benih direndam dalam bakterisida Agrimycin 0,5 gr/liter selama

5-15 menit. Kemudian pada layu fusarium, penyakit yang disebabkan oleh

organisme cendawan yang memiliki sifat tular tanah. Pengendaliannya dapat

dilakukan dengan perlakuan benih direndam dengan larutan fungisida benlate

atau derosal 0,5-1,0 gr/litr selama 5-15 menit. Pengapuran tanah sebelum

tanam dengan kapur dolomite pada tanah yang ber pH rendah. (Edi, 2009)

2.2.7 Panen

Pada umumnya tanaman cabai mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah

tanam, panen berikutnya dilakukan selang waktu 2-3 hari sekali. Selanjutnya,

pemetikan buah cabai untuk ekspor dapat dipilih pada tingkat kematangan 80-90%

saat warna buah berwarna merah kehitaman. Adapun cara panen buah cabai adalah

dengan memetik buah Bersama tangkainya secara hati-hati disaat cuaca terang dan

hasil panen dimasukkan ke dalam wadah yang selanjutnya dikumpulkan ditempat

penampungan.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

14

2.3 Konsep Adopsi

Menurut Levis dalam Gultom (2008) Adopsi diartikan sebagai penerapan

atau penggunaan suatu ide. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai

sampai menerapkan.

Sedangkan menurut Mardikanto (2003) adopsi merupakan tujuan akhir dari

komunikasi, proses adopsi dibagi menjadi lima tahap, yaitu :

1. Tahap menyadari (awareness), pada tahap ini sasaran mulai sadar tentang

adanya inovasi yang ditaarkan penyuluh

2. Tahap minat (interest), pada tahap ini sasaran mempunyai keinginan untuk

bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan.

3. Tahap Penilaian (evaluation), pada tahap ini ditandai dengan penilaian

terhadap baik atau buruknya manfaat informasi yang telah diketahui secara

lebih lengkap (aspek teknis, aspek sosial budaya, aspek ekonomi, aspek

politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan

regional)

4. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini sasaran mencoba dalam skala kecil

berdasarkan penilaiannya terhadap apa yang di anjurkan sebelum menerapkan

pada skala yang lebih luas lagi.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

15

5. Tahap penerimaan atau menerapkan (adoption), pada tahap ini sasaran

dengan penuh keyakinan untuk menerapkan berdasarkan penilaian dan uji

coba yang telah di lakukannya.

2.4 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan

Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah

Menurut Hernanto (1984) karakteristik petani meliputibeberapa hal sebagai

berikut :

1. Umur petani mmpengaruhi kemampuan fisik dan merespon hal-hal baru

dalam menjalankan usahatani dan biasanya orangtua akan cenderung

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa dikerjakan oleh

masyarakat setempat.

2. Pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pendidikan petani baik

formal maupun non formal mempengaruhi cara befiki petani menerapkan

pada usahataninya dalam raionalitas usaha serta kemampuan memanfaatkan

setiap kesempatan ekonomi yang ada.

3. Pendapatan adalah salah satu yang sangat penting dalam mnunjang

pekonomian keluarga. Tingkat pendapatan adalah salah satu indikasi sosial

ekonomi masyarakat selain pekerjaan, kekayaan dan Pendidikan.

Sedangkan Menurut Mardikanto (1993) tingkat cosmopolitan juga

merupakan bagian dari karakteristik petani yang memiliki hubungan dan pandangan

yang luas dengan dunia luas, dengan kelompok sosial yang lain, serta mobilitas yang

tinggi.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

16

Selanjutnya, Menurut Soekartawi (2005), terdapat beberapa hal penting yang

mempengaruhi penerapan adopsi inovasi, yaitu :

1. Umur. Semakin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk

ingin tahu apa yang belum diketahui, dengan demikian mereka berusaha

untuk lebih cepat menlakuakamn aadoplsi inaovgasi,n walaupun

seebenaprnya mereka belum berpengalaman dalam adopsi inovasi.

2. Pendidikan. Mereka yang berpendidikan tinggi relative lebih cepat dalam

melaksanakan adopsi inovasi dan mereka yang berpendidikan tinggi rendah

agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.

3. Pola hubungan. Biasanya petani yang berada dalam pola hubungan yang

kosmolitan kebanyakan dari mereka lebih cepat dalam melakukan adopsi

inovasi dan petani yag berada dalam lingkungan pola hubungan yang bersifat

lokalitas.

4. Keberanian mengambil resiko. Kebanyakan petani kecil mempunyai sifat

menolak resiko. Mereka berani mengambil resiko apabila benar-benar telah

diyakini.

5. Sikap terhadap perubahan. Kebanyakan petani kecil agak lamban dalam

mengubah sikapnya terhadap perubahan. Hal ini disebabkan karena

terbatasnya sumber daya lahan yang mereka miliki, sehingga agak sulit

mengubah sikap petani dalam melakukan adopsi inovasi.

6. Motivasi berkarya. Untuk menumbuhkan motivasi berkarya sering kali tidak

mudah, khususnya bagi petani-petani kecil yang berupa keterbatasan lahan,

pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

17

7. Aspirai. Faktor aspirasi dapat ditumbuhkan bagi calon adopter tidak memiliki

aspirasi dalam proses adopsi inovasi atau bila asspirasi itu ditinggalkan begitu

saja.

8. Fatalisme. Apabila proses adopsi memiliki resiko yang tinggi dan calon

adopter memiliki harapan pada faktor ketidakpastian yang tinggi, bila ini

terjadi maka proses adopsi inovasi tidak berjalan dengan lancar atau tidak

berjalan sama sekali. Untuk itu perlu caa tersendiri untuk meyakinkan calon

adopter daam proses adpsi inovasi tersebut.

9. Sistem kepercayaan tertentu. Semakin tertutup sistem sosial dalam

masyarakat terhadap sentuhan luar, maka semakin sulit pula anggota

masyarakat untuk melakukan adopsi inovasi.

10. Karakteristik psikologi. Apabila karaktr petani sedemikian rupa sehingga

mendukung situasi memungkinkan adanya adpsi inovasi, maka proses inovasi

itu akan berjalan lebih cepat.

11. Pendapatan usahatani. Apabila pendapatan usahatani tinggi maka ada

hubungannya dengan petani melakukan adopsi inovasi

12. Lingkungan usahatani selalu brhubungan positif dengan adopsi inovasi.

Banyak teknologi baru yang memerlukan skala oprasi yang besar dan sumber

daya ekonomi tinggi untuk kepentingan adopsi inovasi trsebut.

13. Status kepemilikan lahan. Pemilik dapat membuat keputusan untuk

mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya.

14. Sumber-sumber informasi. Jumlah sumber-sumber informasi yang digunakan

atau hubungan dengan sumber-sumber inovasi adalah hubungan positif

terhadap adopsi inovasi.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

18

15. Jenis inovasi. Cepat atau tidaknya suatu informasi tergantung pada jenis

inovasi itu sendiri. Makin kompleks inovasi tersebut maka makin lambat

adopsinya.

Penerapan teknik budidaya cabai merah merupakan bagian dari proses adopsi

inovasi. Tingkat penerapan pada masing-masing individu umumnya berbeda-

beda. Terdapat beberapa faktor sosial ekonomi yang di duga berhubungan

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan

Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi yaitu luas lahan, pedidikan, penerimaan

usahatani, dan harga cabai

2.4.1 Luas lahan

Menurut Rahim (2007) dalam Saputra (2018), lahan pertanian merupakan

penentu dari pengaruh pertanian. Secara umum, dikatakan semakin luas lahan yang

digarap maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang dapat mempoduksi hasil-hasil

pertanian.

Menurut Sajogyo (1977) dalam Miranda (2020), menyatakan bahwa

pengelompokkan luas lahan petani dengan tiga kategori, yaitu ; ( 1) skala kecil

dengan luas lahan usahatani <0,5 ha. (2) skala menengah dengan luas lahan usahatani

0,5-1,0 ha. (3) skala luas dengan luas lahan usahatani >1,0 ha.

Menurut Moehar Daniel (2004) dalam Hidayat (2017) luas penguasaan lahan

pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam produksi dan usaha

pertanian. Semakin sempit lahan usaha maka semakin tidak efisien usahatani yang

dilakukan, kecuali apabila suatu usahatani dijalankan dengan tertib dan administrasi

Page 31: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

19

yang baik serta teknologi tepat guna, karena pada luas lahan yang sempit dalam

penerapan teknologi cenderung berlebihan dan menjadikan usaha tidak efisien.

2.4.2 Pendidikan

Menurut Soekartawi (1988), menyatakan bahwa mereka yang

berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi.

Begitupula sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah agak sulit melaksanakan

adopsi inovasi.

Menurut Hernanto (1991), menyatakan bahwa tingkat pendidikan petani baik formal

maupun informal akan mempengaruhi cara berfikir dan pandangan seseorang dalam

menjalankan uahataninya yaitu dalam rasionalitas usaha dan kemampuan

memanfaatkan setiap ekonomi yang ada. Menurut Arikunto (2010) kategori

pendidikan dibagi menjadi dua yaitu (1) Kategori rendah (Tidak sekolah, SD dan

SMP) dan (2) Pendidikan tinggi (SMA-Pendidikan lanjut).

Pendidikan petani dibagi dua yaitu Pendidikan formal maupun non formal.

Menurut Mardikanto (1993), Pendidikan formal merupakan jenjang Pendidikan dari

ynag terendah sampai tertinggi yang biasanya diberikan kepada penyelenggaraan

pendidikan yang terorganisir diluar sistem Pendidikan sekolah dengan isi pendidikan

yang terprogram. Menurut Kartasapoetra (1991), Pendidikan non formal salah

satunya adalah penyuluhan, kegiatan penyuluhan adalah suatu Pendidikan yang

dilakukan diluar sistem persekolahan yang biasa dimana orang ditunjukkan cara-cara

mencapai sesuatu dengan memuaskan sambal orang itu tetap mengerjakannya

sendiri.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

20

Jadi, tingkat pendidikan baik formal maupun formal akan mempengaruhi

cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu pada rasionalitas usaha dan

kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada.

2.4.3 Penerimaan usahatani

Penerimaan usahatani adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari

semua cabang uahatani dan sumber dalam uahatani yang dapat diperhitungkan dari

hasil penjualan, pertukara dan penaksiran kembali.

Menurut hadisapoetra (1973), yang termasuk penerimaan usahatani adalah :

1. Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan menginngat dengan

adanya penerimaan pada permulaan dan pada akhir tahun.

2. Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usahatani kepada

rumah tangga dan keperluan pribadi dari petani dan kepada usaha-usaha

yang tidak termasuk usahatani.

3. Nilai bahan yang dibayarkan sebagai upah ke tenaga luar

4. Nilai dari bahan-bahan yang dihasilkan usahatani yang diperlukan lagi

dalam uahatani sendii sebagai bangunan-bangunan tetap mialnya kayu

untuk perumahan dan alat-alat

5. Tambahan nilai dari persediaan, modal ternak dan tanaman

6. Hasil sewa alat-alat dan upah tenaga kluarga dari pihak-pihak lain

Soekartawi (2005), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi

yang dipeoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani

(pnghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang

digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara garis besar

Page 33: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

21

misalnya ; kg, ikat dll. Penerimaan usahatani mencangkup semua produk yang dijual,

dikonsumsi rumahtangga petani, digunakan usahatani dalam bibit, sertauntuk

disimpan. Pernyataan ini dapat dituliskan dalam formulasi sebagai berikut :

TR = Y x Py

Dimana :

TR = Total Revenue (penerimaan usahatani)

Y = Output (produksi yang diperoleh)

Py = Price (Harga Output)

2.4.4 Harga cabai

Menurut Sumiana (2017), harga jual yang rendah membuat petani

berhadapan dengan kondisi pilihan yang sulit, antara menjual komoditi walaupun

mengalami kerugian karena harus mengorbankan biaya produksi dan komoditi yang

dipanen, tetapi petani harus memiliki uang tunai untuk modal usaha pada musim

tanam selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian, menurut

George Lewis dalam Aprilia (2019), harga jual adalah sejumlah uang yang bersedia

dibayar oleh pembeli dan bersedia diterima oleh penjual.

2.5 Penelitian Terdahulu

Leonard Purba (2014) dengan judul Faktor=faktor Sosial Ekonomi yang

Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya

Kentang (studi kasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera

Utara) dari hasil penelitian menunjukkan teknologi budidaya kentang yang

dianjurkan PPL yaitu penggunaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan,

pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Secara

Page 34: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

22

serempak faktor sosial ekonomi petani (umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman

berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendapatan) memberikan

pengaruh nyata terhadap tingkat adopsi petani teknologi seseuai anjuran.

Nunun Evayanti (2004) dengan judul Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang

Mempengaruhi Keputusan Petani Mengusahakan Usahatani Nenas di Desa Sungai

Merdeka. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan pertanian dan harga

petani secara signifikan mempengaruhi keputusan petani dalam mempraktikkan

pertanian nanas di desa Sungai Merdeka.

Doni Kurniawan (2009) dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penerapan Sistem Resi Gudang oleh Petani di Kecamatan Palasah Kabupaten

Majalengka Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur, luas

lahan, stautus penguasaan lahan dan keikutsertaan dalam penyuluhan pertanian

berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk menerapka sistem resi Gudang.

Eko Setiawan (2018) dengan judul Analisis Hubungan Faktor Sosial

Ekonmi Petani Organik Padi Sawah (Oryza sativa L) di Kelurahan Markoma

Kcamatan Sambutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi

petani terhadap budidaya pertanian organic padi sawah kategori kurang berperan

dengan skor rata-rata 56,228 dan tingkat pengetahuan petani terhadap budidaya

pertanian organic padi sawah dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 60,10.

NK Arini (2014) dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Penerapan Teknik Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) Studi

Kasus di Subak Iseh Desa Sinduwati Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem.

Hasil penelitian penerapan teknik budidaya cabai merah tergolong tinggi dengan skor

Page 35: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

23

79,3% dari skor maksimum dan faktor-fakto yang mmpunyai hubungan yang

signifikan degan penerapan teknik budidaya cabai merah adalah pngetahuan, sikap

ptani dan intensitas interaksi antara petani dengan penyuluh pertanian lapangan dan

pengalaman bercocok tanam cabai merah.

2.6 Kerangka Pemikiran

Cabai merah merupakan salah satu tanaman komoditas hortikultura. Cabai

merah menjadi salah satu komoditas pertanian yang atraktif, sebab disaat tertentu

harganya bisa naik berlipat-lipat, terutama pada waktu tertentu seperti Lebaran,

Natal, dan Tahun Baru. Cabai merah dapat tumbuh di berbagai wilayah tersebar di

seluruh Indonesia dan tidak tergantung musim. Nilai eknomi cabai merah cukup

menggiurkan. Pasalnya, permintaan pasarnya cukup stabil, tetapi suplainya tergolong

fluktuatif.

Dalam menentukan petani menerapkan budidaya cabai merah sesuai anjuran

atau tidak ada pertimbangan untuk melakukan hal tersebut. Didalam pertimbangan

tersebut ada faktor-faktor sosial ekonomi yang diduga berhubungan adalah luas

lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, dan harga cabai.

Luas lahan usahatani cabai merah akan mempengaruhi terhadap produksi

usahatani cabai merah, serta penerimaan usahatani. Pengelolaan usahatani cabai

merah yang baik akan meningkatakan produksi usahatani dan pnerimaan. Begitu pula

dengan pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin cepat

dalam menerima adopsi inovasi.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

24

Dari uraian tersebut, maka skema kerangka pemikiran yang

menggambarkan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan

teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat

dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang

Berhubungan dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai

Merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.

Petani

Faktor-Faktor Sosial

Ekonomi :

1. Luas Lahan

2. Pendidikan

3. Penerimaan Usahatani

4. Harga Cabai

Penerapan Teknik Budidaya

Cabai Merah :

1. Pengolahan Tanah

2. Penyiapan Benih dan

Persemaian

3. Peasangan Mulsa

4. Penanaman

5. Pemupukan

6. Pengendaian Hama

dan Penyakit

7. Panen

(Edi, 2009)

Analisis Chi-Square

Berhubungan Tidak Berhubungan

Page 37: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

25

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat di rumuskan suatu

hipotesis akan di uji kebenarannya dalam penelitian ini yaitu diduga terdapat

hubungan yang nyata antara faktor sosial ekoomi (luas lahan, pendidikan,

penerimaan usahatani, dan harga cabai) dengan tingkat penerapan teknik budidaya

cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

26

III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

mempertimbangkan di daerah ini memiliki produksi tertinggi sebagai sentra

produksi cabai merah. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu

populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data pokok.

Kecamatan Kumpeh memiliki 17 desa dan hanya dua desa yang dijadikan

sebagai objek pnelitian dengan mempertimbangkan bahwa dua des aini merupakan

sentra produksi cabai merah. Desa yang dipilih adalah Desa Maju Jaya dan desa

Mekar Sari. Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari memiliki luas panen dan produksi

tertinggi dari desa lainnya, namun memiliki produktivitas yang rendah. Ruang

lingkup pada penelitian ini dibatasi untuk mempelajari faktor-faktor sosial ekonomi

(luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, harga cabai) yang berhubungan

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah (pengolahan tanah,

penyiapan benih dan persemaian, pemasangan mulsa, penanaman, pemupukan,

pengendalian hama dan penyakit, panen) di Kecamatan Kumpeh. Penelitian ini

dillaksanakan pada tanggal 25 Mei 2021 sampai 25 Juni 2021.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Identitas sampel yang meliputi nama, umur, tingkat pendidikan dan jumlah

anggota keluarga

Page 39: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

27

2. Faktor-faktor sosial ekonomi petani yang melakukan budidaya cabai merah

yaitu luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, dan harga cabai

3. Data pendukung lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian ini

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari sumber aslinya tanpa melalui perantara

atau menjawab masalah atau tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data

primer yang di dapatkan langsung dari petani cabai merah di lokasi

penelitian

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa

literatur dari Badan Pusat Statistik, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan Provinsi Jambi, Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten

Muaro Jambi, Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kumpeh,

Skripsi, Jurnal serta data yang terkait dengan penelitian ini.

3.3 Metode Penarikan Sampel

Kecamatan Kumpeh memiliki 17 desa yang mengusahakan usahatani cabai

merah, terdapat dua desa yang merupakan sentra tanaman cabai di Kecamatan

Kumpeh yaitu Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari, kedua desa ini dipilih secara

sengaja dengan pertimbangan bahwa petani telah membudidayakan usahatani cabai

merah secara konsisten dan memiliki luas tanam serta produksi tertinggi di

Kecamatan Kumpeh.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

28

Petani yang melakukan usahatani cabai merah di Desa Maju Jaya dan Desa

Mekar Sari tergabung dalam kelompok tani dengan jumlah anggota kelompok tani

di Desa Maju Jaya sebanyak 65 orang dan di Desa Mekar Sari sebanyak 105 orang.

Maka jumlah anggota kelompok tani pada kedua desa ini adalah 170 orang dari 9

kelompok tani.

Menurut Arikunto (2013), apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik

diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara

10-15% atau 20-25% atau lebih. Untuk menentukan sampelnya akan diambil

dengan menggunakan rumus Slovin dalam Nazir (2011) sebagai berikut:

𝑛 =N

N.d2+1

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi (ditetapkan 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

𝑛 =N

N.d2+1=

170

170 (0,10)2+1= 62,9 = 63 responden

Dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus diatas, maka

diperoleh ukuran sampel sebesar 63 responden.

Menurut Akdon (2008) besarnya setiap desa ditentukan secara proposional

menggunakan formula sebagai berikut :

Page 41: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

29

Dimana :

ni = Total sub sampel

Ni = Total sub populasi

n = Total Populasi

N = Total Sampel

Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 63 orang

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelompok tani dilakukan

dengan proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional dengan cara :

Jumlah sampel tiap kelas = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 x jumlah tiap kelas

Sumber Hidup = 63

170 x 10 = 3,7 = 4

Sumber Hidup II = 63

170 x 14 = 5,18 = 5

Sumber Rezeki = 63

170 x 13 = 4,81 = 5

Sri Rezeki = 63

170 x 16 = 5,92 = 6

Sido Dadi = 63

170 x 12 = 4,44 = 4

Margo Santoso = 63

170 x 28 = 10,36 = 10

Karya Maju = 63

170 x 29 = 10,73 = 11

Podo Makmur = 63

170 x 23 = 8,51 = 9

Karya Bakti = 63

170 x 25 = 9,25 = 9

Page 42: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

30

Tabel 4. Nama Desa Sampel, Jumlah Populasi dan Jumlah Petani Cabai

Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun 2020

No Nama

Kelompok Tani Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Sumber Hidup 10 4

2 Sumber Hidup II 14 5

3 Sumber Rezeki 13 5

4 Sri Rezeki 16 6

5 Sido Dadi 12 4

6 Margo Santoso 28 10

7 Karya Maju 29 11

8 Podo Makmur 23 9

9 Karya Bakti 25 9

Jumlah 170 63

Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kumpeh 2020

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis faktor faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan tabulasi frekuensi. Rumus yang digunakan data adalah menggunakan

uji Chi-Square Siegel (1997) dengan tabel kontingensi 2 x 2. Apabila sel berisi

frekuensi ≥ 5, maka digunakan rumus sebagai berikut :

x2 = N [(AD−BC)]2

(A+B)(C+D)(A+C)(B+D)

Sedangkan bila tedapat sel yang berisi frekuensi kurang dari 5 digunakan

rumus sebagai berikut :

Page 43: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

31

x2 = N [(AD−BC)

N

2]2

(A+B)(C+D)(A+C)(B+D)

Keterangan : N = Jumlah Sampel

Secara Tabulasi rumus tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :

Tabel 5. Model Uji Chi-Square dengan kontingensi 2 x 2

Faktor-Faktor Sosial

Ekonomi yang

Berhubungan dengan

Tingkat Penerapan

Tingkat Penerapan Teknik

Budidaya Cabai Jumlah

Tinggi Rendah

Tinggi A B A + B

Rendah C D C + D

Jumlah A + C B + D N

Dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut :

Jika x2 hitung ≤ x2 tabel [α = 5% db = (b-1) (k-1)] terima H0

Jika x2 hitung ≥ x2 tabel [α = 5% db = (b-1) (k-1)] tolak H0

Dimana :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi.

H1 : Terdapat hubungan antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi.

Pengukuran derajat kecendrungan hubungan antara faktor-faktor sosial

ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan

Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi digunakan rumus sebagai berikut :

Page 44: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

32

𝐶ℎ𝑖𝑡 = √X2

X2+N

Dimana : x2 = Nilai Chi-Square

N = Jumlah Sampel

Chit = Koefisien Kontingensi

𝐶𝑚𝑎𝑘𝑠 =√m−1

m =

√1

2= 0,707

Dimana : m = Jumlah kolom/baris pada tabulasi

Cmax = Cmaximum

Lemah : 0 – 0,353 Kuat : 0,354 – 0,707

Selanjutnya untuk mengukur keeratan hubungan antara faktor-faktor sosial

ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan

Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi digunakan rumus sebagai berikut :

𝑟 =Chit

Cmaks

Dimana :

r = Koefisien keeratan hubungan

Chit = Koefisien keeratan hubungan

Cmax = C maximum

Berikut ini adalah jumlah pengelompokan kriteria keeratan hubungan :

a. 0,00 – 0,20 berarti memiliki hubungan keeratan sangat lemah

b. 0,21 – 0,40 berarti memiliki hubungan keeratan lemah

Page 45: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

33

c. 0,41 – 0,70 berarti memiliki hubungan keeratan kuat

d. 0,71 – 0,90 berarti memiliki hubungan keeratan sangat kuat

e. 0,91 – 0,99 berarti memiliki hubungan keeratan kuat sekalli

f. 1 berarti sempurna

Untuk menguji apakah keeratan hubungan antara faktor-faktor sosial

ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan

kumpeh Kabupaten Muaro Jambi berbeda nyata atau tidak dilakukuan pengujian

hipotesis :

Dengan rumus : t hit =𝑡 ℎ𝑖𝑡 =√N−2

1−(r)2

H0 ; r = 0

H1 ; r ≠ 0

Kaidah pengambilan keputusan petani :

Jika t hitung {= ≤ t tabel (α/2 = 5%) db = N-2} terima H0

Jika t hitung {= ≥ t tabel (α/2 = 5%) db = N-2} terima H1

Dimana :

H0 : Tidak terdapat keeratan hubungan yang nyata antara faktor-faktor sosial

ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan

Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

H1 : Terdapat keeratan hubungan yang nyata antara faktor-faktor sosial ekonomi

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh

Kabupaten Muaro jambi

Page 46: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

34

3.5 Konsepsi Pengukuran

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel terpilih dari faktor-faktor

sosial ekonomi petani dengan penerapan teknik budidaya cabai merah.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu faktor-faktor sosial ekonomi (x),

sedangkan variabel terikatnya (y) adalah penerapan teknik budidaya. Data yang

dikumpulkan berbentuk data ordinal, keterangan mengenai variabel, indicator,

dimensi, dan cara pengukurannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 47: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

35

Tabel 6. Variabel, Indikator, Dimensi dan Cara Pengukurannya pada Faktor-

Faktor Sosial Ekonomi

No Variabel Indikator Dimensi Pengukuran

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL

EKONOMI

1 Luas Lahan Luas lahan yang

dimanfaatkan

petani dalam

berusahatani

cabai merah

Luas lahan yang

dihitung dengan

satuan dalam

hektar

Tinggi :

Apabila

diatas rata-

rata yang

dimiliki

petani

responden

Rendah :

Apabila

dibawah rata-

rata yang

dimiliki

petani

responden

2 Pendidikan Tingkat

pendidikan yang

dimiliki oleh

petani sampel

Tahun Tinggi:

SMA –

Pendidikan

Lanjut

Rendah:

Tidak

Sekolah, SD

dan SMP

3 Penerimaan

Usahatani

Jumlah produksi

dikalikan dengan

harga pasar yang

berlaku

Produk yang

dihasilkan adalah

cabai merah

Tinggi:

apabila diatas

rata-rata

yang dimiliki

Page 48: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

36

petani

responden

Rendah:

apabila diatas

rata-rata

yang dimiliki

petani

responden

4 Harga Cabai

merah

Jumlah harga jual

yang berlaku saat

itu

Produk yang

dihasilkan adalah

cabai merah

Tinggi:

63-105

Rendah:

21-62

PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA CABAI MERAH

1 Pengolahan

Tanah

Tindakan

pembajakan,

penyisiran,

pembuatan

bedengan

- Jumlah

- Waktu

- Ukuran

2 Penyiapan

Benih dan

Persemaian

Tindakan

pembibitan cabai

merah

- Jumlah

- Waktu

- Ukuran

3 Pemasangan

Mulsa

Pemasangan

mulsa yang

dilakukan pada

saat yang tepat

- Waktu

4 Penanaman Penanaman yang

sesuai dengan

anjuran umur

tanaman dan

jarak tanam

- Waktu

- Jarak

- ukuran

5 Pemupukan Pemupukan yang

sesuai dengan

anjuran untuk

- Dosis

- Jumlah

- Waktu

Page 49: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

37

usia tanaman

tertentu

6 Pengendalian

hama dan

penyakit

Tindakan

melindungi

tanaman dari

serangan hama,

penyakit dan

gulma

- Insektisida

- Waktu

7 Panen Memperoleh

hasil panen

- Proses

- Cara

- waktu

Page 50: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi Wilayah

Kecamatan Kumpeh merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Muaro Jambi dengan keadaan geografis terletak pada ketinggian 00-50

Lintang Selatan dan 1000-1050 Bujur Timur dari permukaan laut, Kecamatan

Kumpeh memiliki luas wilayah ± 162,48 km2. Wilayah hortikultura sebagai daerah

penelitian terletak di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di

Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari dengan luas wilayah Desa Maju Jaya 388 Ha

dan luas Desa Mekar Sari 1.776 Ha.

Secara administrasi batas-batas Desa Maju Jaya adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Mekar Sari

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Puding

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Pemunduran

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Pulau Mentaro

Secara administrasi batas-batas Desa Mekar Sari adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan PT. MAKIN GROUP

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Pulau Mentaro

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Betung

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Maju Jaya

4.1.2 Topografi

Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari memiliki ketinggian antara 33-40

meter diatas permukaan laut, di dominasi dengan permukaan tanah datar sampai

berombak 98% dan berbukit 2%.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

39

4.1.3 Keadaan Iklim

Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari memiliki iklim tropis. Temperatur dan

keadaan udara dengan suhu maksimal 330c dan suhu minimum 200c atau rata-rata

26,50c dengan kelembapan rata-rata 80%. Musim hujan terjadi di bulan Oktober

sampai dengan Maret, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai

September.

4.2 Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk pada suatu wilayah merupakan suatu potensi yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian wilayah

tersebut. Hal ini berkaitan dengan kuantitas dan kualitas penduduk yang mengelola

sumber daya pada daerah tersebut. Potensi penduduk yang besar dapat

dimanfaatkan untuk mengelola sumber daya yang tersedia dengan baik, sesuai

dengan tingkat pengetahuan dan kemampuannya

4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin menggambarka perbandingan

jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Secara sosiologis penting untuk

dipahami karena keteraturan dan keseimbangan yang berkaitan dengan proses

regenerasi. Penduduk di Desa Maju Jaya 492 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 254

jiwa dan perempuan 238 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin di Desa Maju Jaya dapat dilihat pada tabel 7.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

40

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Maju Jaya

Kecamatan Kumpeh Tahun 2021

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase

1 Laki-Laki 254 51,63%

2 Perempuan 238 48,37%

Jumlah 492 100%

Sumber : Monografi Desa Maju Jaya Tahun 2021

Tabel 7 menunjukkan perbandingan seks rasio antara penduduk di Desa

Maju Jaya Tahun 2020 berjenis kelamin laki-laki dengan penduduk berjenis

kelamin perempuan relative berimbang. Secara persentase jumlah penduduk

berjenis kelamin laki-laki di Desa Maju Jaya sebanyak 51,63% dan jumlah

penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 38,37%. Sedangkan jumlah

penduduk menurut jenis kelamin di Desa Mekar Sari, dapat dilihat pada tabel 8

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Mekar Sari

Kecamatan Kumpeh Tahun 2021

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase

1 Laki-Laki 1376 51,40%

2 Perempuan 1301 48,60%

Jumlah 2677 100%

Sumber : Monografi Desa Mekar Sari 2021

Tabel 8 menunjukkan perbandingan seks rasio antara penduduk di Desa

Mekar Sari Tahun 2020 berjumlah 2.677 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki

dengan persentase 51,40% dan berjenis kelamin perempuan dengan persentase

48,60%.

Page 53: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

41

4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Masyarakat di Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari Sebagian besar penduduknya

bekerja disektor pertanian, untuk melihat Jumlah penduduk menurut mata

pencaharian adalah sebagai berikut.

Tabel 9 Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Maju Jaya

Kcamatan Kumpeh Tahun 2021

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase

1 Petani 124 46,97%

2 Pedagang 5 1,90%

3 PNS 5 1,90%

4 tukang 6 2,27%

5 Guru 8 3,03%

6 TNI/Polri 1 0,37%

7 Buruh 30 11,36%

8 Wiraswasta 85 32,20%

Jumlah 264 100%

Sumber : Monografi Desa Maju Jaya Tahun 2021

Dari data tabel 9 diatas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Maju Jaya

Sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dengan jumlah persentase

sebanyak 46,97% atau 124 orang, Sedangkan Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian

Penduduk di Desa Mekar Sari pada Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 10 sebagai

berikut :

Page 54: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

42

Tabel 10. Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Mekar Sari

Kecamatan Kumpeh Tahun 2021

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 992 61,58%

2 Buruh Tani 450 27,94%

3 Montir 5 0,32%

4 Dokter Swasta 1 0,06%

5 Bidan Swasta 2 0,12%

6 POLRI 1 0,06%

7 Pedagang Keliling 13 0,80%

8 Tukang Kayu 15 0,94%

9 Karyawan Perusahaan

Swasta

73 4,53%

10 Karyawan Perusahaan

Pemerintah

2 0,12%

11 Wiraswasta 57 3,53%

Jumlah 1.611 100%

Sumber : Monografi Desa Mekar Sari Tahun 2021

Dari tabel 10 diatas menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Mekar Sari

umumnya bermata pencaharian sebagai petani dengan jumlah 992 orang atau

61,58%. Hal ini sesuai dengan penggunaan luas wilayah yang dominan digunakan

untuk bidang pertanian tanaman hortikultura.

4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana

4.3.1 Sarana Pendidikan

Keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat

pendidikan masyarakatnya. Sarana pendidikan di Desa Maju Jaya dan Desa Mekar

Sari antara lain Gedung TK/PAUD dan Gedung Sekolah Dasar (SD)

Page 55: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

43

Tabel 11. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Maju Jaya Kecamatan

Kumpeh Tahun 2021

No Jenis Sarana Pendidikan Jumlah

1 Gedung TK/PAUD 1

2 SD/MI 1

Jumlah 2

Sumber :Monografi Desa Maju Jaya Tahun 2021

Sarana pendidikan di Desa Mekar Sari Tahun 2020 antara lain Gedung

SD/Sederajat, Gedung TK, Gedung Tempat Bermain Anak, Sarana dan Prasarana

Pendidikan lainnya.

Tabel 12. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Mekar Sari

Kecamatan Kumpeh 2021

No Jenis Sarana Pendidikan Jumlah

1 Gedung SD/Sederajat 2

2 Gedung Tk 1

3 Gedung Tempat Bermain Anak 1

4 Sarana dan Prasarana Pendidikan Lainnya 1

Jumlah 5

Sumber : Monografi Desa Mekar Sari Tahun 2020

4.3.2 Sarana Kesehatan

Sarana Kesehatan yang ada di desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari sudah

cukup memadai dengan adanya 1 puskesmas pembantu dan 1 posyandu yang

ditunjang oleh bidan masing-masing tiap desa.

4.3.3 Sarana Peribadatan

Sarana Peribadatan yang terdapat di Desa Mekar Sari meliputi 3 buah

Masjid dan 9 buah langar atau musholla, sedagka di Desa Maju Jaya terdapat sarana

peribadatan berupa 1 buah masjid dan 2 buah langar/musholla. Masing-masing dari

Page 56: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

44

tempat peibadatan memiliki kgiatan rutin seperti pengajian, majelis ta’lim dan

sebagainya.

4.4 Keadaan Petani

Komoditas petanian yang diusahakan di Desa Maju Jaya dan Desa Mekar

Sari adalah komoditas cabai merah, dimaa produk yang dihasilkan menjadi

kebutuhan pokok hidup masyarakatnya dan menjadi skala prioritas sehingga

menjadi produk andalan bagi desa Maju Jaya dan Mekar Sari.

4.5 Identitas Petani Responden

Identitas petani responden dalam penelitia ini dibatasi pada beberapa

karakteristik yang diperkiraka dapat mempengaruhi kemampuan dan pngetahuan

petani dalam berusaha tani cabai merah di Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari.

Adapunkriteria yang dimaksud adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, dan

jumlah angggota keluarga petani.

4.5.1 Umur Petani

Umur merupakan faktor yang berperan penting dalam kegiatan

berusahatani, karena petani yang berusia lebih tua akan memiliki perbedaan sudut

pandang dengan cara berfikir dengan petani ynag berusia lebih muda untuk

mengambil keputusan dan menjalankan usahataninya. Selain itu umur juga

mempengaruhi kinerja petani terkait dengan perbedaan kemampuan fisik dan

stamina yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang berusia tua.

Page 57: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

45

Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan

Kategori Kelompok Umur di Kecamatan Kumpeh Tahun 2020

No Kelompok Umur Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

1 28-33 2 3,17%

2 34-39 9 14,29%

3 40-45 9 14,28%

4 46-51 11 17,46%

5 52-57 16 25,40%

6 58-63 16 25,40%

Jumlah 63 100%

Sumber : Hasil Olah data primer

Tabel 12 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian di lapangan,

persentase terbesar petani berada pada kelompok umur 52-57 dan 58-63 dengan

frekuensi masing-masing 16 orang atau sebesar 25,40% pada setiap intervalnya.

Menurut Hernanto (1996) umur produktif petani ada pada jenjang umur 15-55

tahun. Pada umur ini petani mempunyai kemampuan fisik yang kuat dan masih

produktif dalam mengelola usahataninya.

4.5.2 Pendidikan Formal Petani

Pendidikan formal dapat diartikan sebagai suatu pendidikan yang teratur

dengan menggunakan suatu sistem yang secara rutin diikuti sampai pada tingkat

tertentu. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menerima dan

menerapkan inovasi serta kemampuan dalam membuat keputusan berusahatani atau

berkebun.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

46

Tingkat pendidikan petani umumnya akan mempengaruhi cara berfikir

petani, semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia semakin mampu melihat

resiko yang dihadapi dan semakin efisien dalam bekerja serta makin mampu

menginterpretasikan pesan yang diterima. Pendidikan formal petani yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang ditamatkan petani. Tingkat

pendidikan formal petani bervariasi dari yang tidak dapat mengikuti jenjang

pendidikan, tidak dapat menyelesaikan pendidikan tingkat dasar hingga pendidikan

tinggi, dapat dilihat pada gambar grafik berikut. Hal ini sejalan dengan pendapat

Hernanto (1996) bahwa tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi cara

berpikir, menerima dan mencoba hal baru di dalam kegiatan usahatani. Berdasarkan

hasil penelitian di lapangan terdapat perbedaan tingkat pendidikan yang dapat

dilihat pada tabel 13

Tabel 14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan

Kategori Pendidikan Formal di Kecamatan Kumpeh Tahun 2020

No Tingkat Pendidikan Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

1 SD/Sederajat 29 46,03%

2 SMP/Sederajat 23 36,50%

3 SMA/Sederajat 11 17,46%

Jumlah 63 100%

Sumber : Hasil Olahan data primer

Tabel 13 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani sampel di daerah

penelitian bervariasi, mayoritas petani sampel merupakan tamatan SD/Sederajat

sebanyak 29 orang atau sebesar 46,03% dari total petani sampel. Sedangkan yang

berpendidikan SMA/Sederajat berjumlah sebanyak 11 orang dengan persentase

17,46%, artinya di dapat dipahami bahwa mayoritas tingkat pendidikan formal

petani didaerah penelitian adalah SD/Sederajat.

Page 59: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

47

4.5.3 Jumlah Anggota Keluarga

Anggota keluarga adalah semua orang yang tinggal dalam satu rumah,

memiliki hubungan kekeluargaan serta menjadi tanggungan biaya hidup oleh

kepala keluarga sebagai pembuat keputusan. Jumlah anggota keluarga disamping

dapat mendorong petani untuk bekerja lebih giat dalam usahatani, dapat juga

digunakan sebagai tambahan tenaga kerja dalam usahataninya atau berkebun.

Sehingga dapat menjadi pertimbangan petani sebagai kepala keluarga untuk

membuat sebuah keputusan dalam usahataninya. Pada daerah penelitian diketahui

bahwa jumlah anggota keluarga petani termasuk bervariasi, hal ini dapat dilihat

pada tabel 14.

Tabel 15 Distribusi Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Daerah

Penelitian Tahun 2020

No Jumlah Anggota Keluarga

(orang)

Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

1 2 10 15,87%

2 3 16 25,39%

3 4 14 22,22%

5 5 13 20,64%

6 6 10 15,88%

Jumlah 20 63 10%

Sumber : Hasil data olahan primer 2020

Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa sebagian besar 16 petani (25,39%)

memiliki jumlah anggota keluarga yang berada pada 3 orang. Semakin banyak

jumlah anggota keluarga petani, maka semakin banyak pula kebutuhan yang harus

dipenuhi. Sebaliknya semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang dapat

digunakan petani sampel. Dengan demikian semakin banyak anggota keluarga,

maka semakin besar pula pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan

Page 60: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

48

jumlah anggota keluarga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hernanto (1996) yang

menyatakan bahwa petani mempunyai jumlah tanggungan lebih besar akan diburu

oleh kebutuhan keluarga, dengan demikian ia akan berusaha semaksimal mungkin

untuk memenuhi kebutuhannya dengan mengikutsertakan anggota keluarga dalam

mengembangkan usahataninya.

4.6 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dalam Penerapan Teknik Budidaya

Adapun faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah yaitu faktor sosial meliputi luas lahan dan

pendidikan, sedangkan faktor ekonomi meliputi penerimaan usahatani dan harga

cabai.

4.6.1 Luas Lahan

Luas lahan merupakan penentu dari pengaruh pertanian. Secara umum

dikatakan, semakin luas lahan yang digarap maka semakin besar jumlah produksi

yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan

petani yang dilakukan untuk penerapan teknik budidaya cabai merah. Hal ini

memberi pandangan semakin luas lahan yang dimiliki petani untuk melakukan

penerapan teknik budidaya cabai merah, maka kemungkinan besar produksi yang

dihasilkan petani juga akan meningkat serta petani mampu untuk melakukan

penerapan teknik budidaya cabai merah. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa

luas lahan usahatani cabai merah petani sampel di daerah penelitian rata-rata adalah

0,73 Hadengan rentang tertinggi yaitu 1ha dan terendah yaitu 0,25ha. Untuk

mengetahui frekuensi luas lahan petani terhadap penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh dapat dlihat pada tabel 15

Page 61: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

49

Tabel 16 Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan

Kategori Luas Lahan di Kecamatan Kumpeh Tahun 2021

No Kategori Frekuensi (orang) Persentase (%)

1 Tinggi

≥ 0,73 Ha

37 58,73%

2 Rendah

≤ 0,73 Ha

26 41,27

Jumlah 63 100%

Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2021

Berdasarkan tabel 15 diatas diketahui bahwa sebanyak 37 orang memiliki tingkat

luas lahan yang tinggi dengan persentase 58,73%. Luas lahan yang diusahakan petani

responden rata-rata petani sampel yang mengusahakan usahatani cabai merah adalah milik

sendiri. Petani yang memiliki luas lahan yang relatif luas maka akan lebih mudah dalam

menerapkan inovasi daripada yang memiliki lahan sempit. Luas lahan yang dimiliki sangat

mempengaruhi petani dalam berusahatani, dengan harapan luas lahan yang cukup luas akan

memproleh hasil produktivitas yang tinggi. Namun, ada juga beberapa petani yang

memiliki luas lahan dengan rendah yaitu sebesar 26 orang (41,27%)

4.6.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan petani baik formal maupun informal akan mempengaruhi cara

berfikir dan pandangan seseorang dalam menjalankan usahataninya, yaitu dalam

rasionalitas usaha, dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan petani terhadap penerapan teknik budidaya

cabai merah. Hal ini memberi pandangan semakin tinggi tingkat pendidikan petani

terhadap penerapan teknik budidaya cabai merah, maka kemungkinan besar petani mampu

untuk melakukan penerapan teknik budidaya cabai merah. Untuk mengetahui frekuensi

pendidikan petani terhadap penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh

dapat dlihat pada tabel 16.

Page 62: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

50

Tabel 17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan

Kategori Pendidikan di Kecamatan Kumpeh Tahun 2021

No Kategori Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

1 Tinggi 13 20,63%

2 Rendah 50 79,37%

Jumlah 63 100%

Sumber : Hasil olahan Data Primer Tahun 2021

Berdasarkan tabel 16 menjelaskan sebanyak 13 orang memiliki pendidikan

tinggi dengan frekuensi sebesar 20,63%. Tingkat pendidikan yang tinggi

mempengaruhi petani sampel dalam menerapkan inovasi pertanian, sedangkan pada

hasil olah data di lapangan menyatakan bahwa di lokasi penelitian memiliki

kategori rendah sebanyak 50 orang dengan frekuensi 79,37%.

4.6.3 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan

pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan

seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara garis besar, misalnya kg.

Hal ini memberi pandangan semakin tinggi tingkat penerimaan terhadap penerapan

teknik budidaya cabai merah, maka kemungkinan besar petani mampu untuk

melakukan penerapan teknik budidaya cabai merahnya.

Menurut Soekartawi (2005), penerimaan petani dalam berusahatani yang

tinggi seringkali ada hubungannya dengan tingkat difusi inovasi. Jika dilihat dari

penjelasan mengenai penerimaan petani yang mengusahakan budidaya cabai merah

di daerah penelitian tergolong tinggi. Rata-rata penerimaan yang diterima petani

Page 63: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

51

dalam satu kali musim tanam adalah Rp. 31.343.238,-, dengan penerimaan

tertinggi sebesar Rp. 42.400.000,- dan terendah Rp.10.864.000,- (Lampiran ).

Untuk mengetahui distribusi petani responden berdasarkan kategori penerimaan

petani di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 17 berikut :

Tabel 18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden berdasarkan

Kategori Penerimaan Usahatani dan Harga Cabai Merah di

Kecamatan Kumpeh Tahun 2021

No Kategori Frekuensi (orang) Persentase (%)

1 Tinggi

≥Rp.31.343.238,-

42 66,67%

2 Rendah

≤Rp.31.343.238,-

21 33,33%

Jumlah 63 100%

Sumber : Hasil olahan Data Primer Tahun 2021

Berdasarkan tabel 17 menjelaskan bahwa penerimaan petani tergolong

tinggi dengan jumlah petani sebanyak 42 orang atau 66,67%. Artinya petani di

Kecamatan Kumpeh memiliki penerimaan yang tinggi, hal ini dipengaruhi oleh

hasil produksi yang dimiliki petani tinggi dikarenakan petani mengetahui tentang

penerapan teknologi mulai dari pengolahan lahan sampai panen harus optimal dan

sesuai apa yang di anjurkan serta mereka memikirkan waktu yang paling baik dalam

penanamannya. Walaupun sebagaian besar petani yang dapat penerimaan tidak

sesuai harapan di daerah penelitian.

4.7 Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh

Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah sesuai anjuran Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi mulai dari (1) Pengolahan tanah, (2) Penyiapan

Benih dan Persemaian, (3) pemasangan mulsa, (4) Penanaman, (5) pemupukan, (6)

Page 64: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

52

Pengendalian hama dan penyakit, (7) Panen. Hal ini merupakan teknis – teknis yang

dilakukan oleh petani dalam usahatani cabai merah di Kecamatan Kumpeh. Untuk

mengetahui skor tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan kumpeh

dapat dilihat dari tabel 18

Tabel 19. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan

Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun

2021

Unsur Teknik

Budidaya Cabai

Merah

Frekuensi

Kategori Jumlah Persentas (%) Jumlah

(%) Tinggi Rendah Tinggi Rendah

1. Pengolahan

Tanah

2. Penyiapan

Benih dan

Persemaian

3. Pemasangan

Mulsa

4. Penanaman

5. Pemupukan

6. Pengendalian

hama dan

Penyakit

7. Panen

26 37 63 41,27 58,73 100%

Sumber : Hasil Kuisioner responden di Keamatan Kumpeh Tahun 2021

Berdasarkan tabel 18 menjelaskan bahwa tingkat penerapan budidaya cabai

merah sesuai anjuran di daerah penelitian tergolong tinggi sebesar 41,27% dengan

tingkat persentase rendah sebesar 58,73% . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

petani sudah melakukan penerapan teknik budidaya sesuai anjuran, namun ada juga

yang belum melakukan nya secara optimal.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

53

4.8 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah

Penerapan teknik budidaya cabai merah berpengaruh dengan tingkat adopsi

inovasi pertanian terhadap suatu tknologi yang elalu dihubungkan dengan faktor-

faktor sosial ekonomi petani itu sendiri, yang meliputi luas lahan, pendidikan,

penerimaan usahatani, dan harga canai. Oleh karena itu untuk mengetahui

bagaimana hubungan masing-masing faktor-faktor sosial ekonomi petani trhadap

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah maka digunakan pengujian dengan

analisi chi-sqaure dengan nilai α =0,05 dan n = 63

4.8.1 Hubungan Luas Lahan Cabai Merah dengan Tingkat Penerapan Tenik

Budidaya Cabai merah di Kecamatan Kumpeh

Luas lahan merupakan penentu petani untuk dapat melakukan adopsi

inovasi. Petani yang mempunyai lahan luas akan dengan mudah untuk menerakan

adopsi inovasi sesuai rekomendasi dari pada petani yang memilik lahan sempit.

Pada penelitian ini diduga bahwa luas lahan memiliki hubungan dengan

penerapan teknik budidaya cabai merah, artinya semakin luas lahan yang dimiliki

leh petani cabai merah maka akan semakin mudah dalam mengambil keputusan

dalam melakukna adopsi inovasi. Dugaan ini di didasari pada asumsi bahwa

semakin luas yang diusahakan petani, maka akan mendorong petani untuk

melakukan adopsi inovasi budidaya cabai merah dibandingkan dengan petani yang

membuat lahan sempit.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

54

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data penelitian sosial ekonomi petani

berdasarkan luas lahan luas lahan dengan penerapan teknik cabai merah di

Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada Tabel 19

Tabel 20. Kontingensi Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun

2021

Luas Lahan

(Ha)

Penerapan Jumlah

Tinggi Rendah

Tinggi

≥ 0,73 Ha

20 17 37

Rendah

≤ 0,73 Ha

7 19 26

Jumlah 27 36 63

Sumber : Hasil Olahan Data Kuisioner Tahun 2021

Tabel 19 menunjukkan bahwa di Kecamatan Kumpeh terdapat

kecenderungan bahwa semakin tinggi luas lahan maka akan semin tinggi juga

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah. Berdasarkan hasil uji statistika non

parametrik melalui Uji Chi-Square diperoleh nilai x2hitung = 4,59 > x2

tabel = 3,84 pada

α = 0,05. Berdasarkan kaidah pengambilan keputusan, maka terima H1 dan tolak

H0 yang berarti terdapat hubungan yang nyata antara luas lahan dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah. Selanjutnya berdasarkan analisis derajat

kecenderungan hubungan antara luas lahan dengan tingkat penerapan teknik

budidaya cabai merah, di dapat bahwa nilai Chitung = 0,26 yang artinya hubungan

antara luas lahan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di

Kecamatan Kumpeh lemah karena berada di bawah 0,354-0,707.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

55

Analisis keeratan hubungan di peroleh nilai r = 0,367 dan antara luas lahan dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah digolongkan lemah, karena r= 0,367

berada diantara 0,21 – 0,41. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah nilai r tersebut

signifikan atau tidak maka dilakukan uji t, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

hasil Thit = 3,081 jika dibandingkan dengan nilan Ttabel (α/2 = 5%, db=N-2 = 61)

Ttabel= 1,675, maka nilai Thitung>Ttabel. Dengan demikian dapat dinyatakan

trdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan tingkat penerapan teknik

budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh. Artinya keeratan hubungan antara

luas lahan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah signifikan secara

statistic.

4.8.2 Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya

Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh

.Pendidikan tinggi dapat mmpengaruhi seseorang untuk mengadopsi inovasi

baru. Bagitu pula dengan mereka yang berpendidikan rendah. Pendidikan adalah

jenjang pendidikan yang dimiliki oleh petani sampel di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data penelitian sosial ekonomi petani

berdasarkan tingkat pendidikan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel 20

sebagai berikut :

Page 68: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

56

Tabel 21. Kontingensi Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun

2021

Pendidikan Penerapan

Jumlah Tinggi Rendah

Tinggi

>67,41

18 32 50

Rendah

<67,41

9 4 13

Jumlah 27 36 63

Sumber :Hasil Olahan data Kuisioner tahun 2021

Tabel 20 menunjukkan bahwa di Kecamatan Kumpeh terdapat

kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah. Berdasarkan hasil uji statistika non

parametrik melalui Uji Chi-Square diperoleh nilai x2hitung = 4,652 > x2

tabel = 3,84

pada α = 0,05. Berdasarkan kaidah pengambilan keputusan, maka terima H1 dan

Tolak H0 yang berarti terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah. Selanjutnya berdasarkan analisis

derajat kecenderungan hubungan antara pendidikan dengan tingkat penerapan

teknik budidaya cabai merah, di dapat bahwa nilai Chitung = 0,260 yang artinya

hubungan antara pendidikan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah

di Kecamatan Kumpeh tergolong lemah, karena nilainya dibawah 0,3554 – 0,707.

Analisis keeratan hubungan diperoleh dari nilai r = 0,367 dan antara

pendidikan dengan tingkat penerapan teknik budidayacabai merah tergolong lemah,

karena nilai r = 0,367 berada diantara 0,21 – 0,40.selanjutnya untuk mengetahui

apakah nilai r tersebut signifikan atau tidak maka dilakukan lagi uji t, berdasarkan

Page 69: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

57

hasil perhitungan diperoleh hasil Thit = 3,081, jika dibandingkan dengan nilai Ttabel

(α/2 =5%, db = N-2 = 61) Ttabel = 1,675, maka nilai Thitung > Ttabel.

Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan

antara pendidikan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di

Kecamatan Kumpeh. Artinya keeratan hubungan antara pendidikan dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah signifikan secara statistic.

4.8.3 Hubungan Penerimaan dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya

Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun 2021

Penerimaan usahatani yang tinggi seringkali ada hubungannya terhadap

adopsi inovasi.petani yang memiliki tingkat penerimaan usahatani yang tinggi akan

berusaha lagi mencari informasi dan melakukan inovasi baru agar produktivitas

usahataninya meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data penelitian sosial ekonomi

berdasarkan penerimaan usahatani dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel 21

Tabel 22. Kontingensi Penerimaan Usahatani dengan Tingkat Penerapan

Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun 2021

Penerimaan

Usahatani

Penerapan Jumlah

Tinggi Rendah

Tinggi

>Rp.31.434.238

5 16 21

Rendah

<Rp.31.434.238

22 20 42

Jumlah 27 36 63

Sumber : Hasil Olahan Data Kuisioner Tahun 2021

Page 70: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

58

Tabel 21. menunjukkan bahwa di Kecamatan Kumpeh terdapat

kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah. Berdasarkan hasil uji statistika non

parametrik melalui Uji Chi-Square diperoleh nilai x2hitung = 4,667 > x2

tabel = 3,84

pada α = 0,05. Berdasarkan kaidah pengambilan keputusan, maka terima H1 dan

Tolak H0 yang berarti terdapat hubungan yang nyata antara penerimaan usahatani

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah. Selanjutnya berdasarkan

analisis derajat kecenderungan hubungan antara penerimaan usahatani dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah, di dapat bahwa nilai Chitung = 0,260

yang artinya hubungan antara penerimaan usahatani dengan tingkat penerapan

teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh tergolong lemah, karena

nilainya dibawah 0,3554 – 0,707.

Analisis keeratan hubungan diperoleh dari nilai r = 0,367 dan antara

penerimaan usahatani dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah

tergolong lemah, karena nilai r = 0,367 berada diantara 0,21 – 0,40.selanjutnya

untuk mengetahui apakah nilai r tersebut signifikan atau tidak maka dilakukan lagi

uji t, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil Thit = 3,081, jika dibandingkan

dengan nilai Ttabel (α/2 =5%, db = N-2 = 61) Ttabel = 1,675, maka nilai Thitung >

Ttabel.

Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan

antara penerimaan usahatani dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh. Artinya keeratan hubungan antara penerimaan

usahatani dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah signifikan secara

statistic.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

59

4.9 Implikasi penelitian

Pentingnya penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran

faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik

budidaya cabai merah di daerah penelitian. Penelitian yang telah dilakukan ini

memperjelas bahwa berdasarkan uji statistic non parametrik dengan menggunakan

uji Chi-Square, secara keseluruhan faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan

dengan tingkat penerspsn tknik budidaya cabai merah berhubungan secara nyata.

Empat indikator yang berhubungan dengan faktor-faktor sosial ekonomi

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah yaitu luas lahan,

pendidikan, penerimaan usahatani dan harga cabai. Sosial ekonomi petani dan

indikator luas lahan tergolong tinggi karena memiliki persentase 58,73%,

pendidikan tergolong rendah dengan persentase 20,63%, penerimaan usahatani dan

harga cabai tergolong tinggi dengan persentase 66,67%.

Berdasarkan perhitungan telah dianalisis melalui uji Chi-Square diperoleh

hasil bahwa terhadapat hubungan yang nyata antara faktor – faktor sosial ekonomi

petani (luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani dan harga cabai) dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di daerah penelitian di Kecamatan

Kumpeh kabupaten Muaro Jambi.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan diuraikan tentang

faktor faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik

budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi, maka

ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Sosial ekonomi petani dari indikator luaslahan, pendidikan, penerimaan

usahatani, dan harga usahatani cabai merah di Kecamatan Kumpeh

Kabupaten Muaro Jambi memiliki persentase dari masing-masing indikator

yaitu : luas lahan memiliki distribusi 58,73%, pendidikan adalah 20,63%,

penerimaan usahatani dan harga cabai adalah 66,67%.

2. Tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh

dapat diihat dari tahapan-tahapan penerapan usahatani cabai merah yaitu

pengolahan tanah, penyiapan benih dan persemaian, pemasangan mulsa,

penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen.

Tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh

tergolong tinggi dengan persentase 61,47% petani melakukan penerapan

teknik budidaya cabai merah yang sesuai dengan anjuran dan cukup baik

dalam penerapannya.

3. Berdasarkan perhitungan telah di analisis melalui uji Chi-Square diperoleh

hasil bahwa terdapat hubungan yang nyata antara faktor sosial ekonomi

petani (luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani dan harga cabai)

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di daerah penelitin

di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

61

5.2 Saran

Mengingat adanya hubungan antara faktor luas lahan, pendidikan,

penerimaan usahatani dan harga cabai dengan tingkat penerapan teknik budidaya

cabai merah di Kecamatan Kumpeh, maka perlu adanya suatu usaha atau perlakuan

terutama bagi petani maupun pihak terkait

Mengacu pada hasil penelitian, maka penulis menyarankan untuk :

1. Petani dapat diharapkan dapat mempertahankan faktor-faktor sosial ekonomi

tersebut karena bernilai positif bagi dirinya agar tetap memiliki keprcayaan

diri untuk mengoptimalkan produktivitas cabai merah yang dimilikinya.

2. Pemerintah terkait juga bersama PPL diharapkan dapat mempertahankan

hasil revitalisasi yang positif tersebut terhadap petani dengan tetap

memberikan dukungan perhatian, inovasi, serta kebutuhan-kebutuhan primer

lainnya bagi petani dalam melakukan usahatani cabai merah.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

62

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, SA. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah.

Jurnal Agribisnis Mimbar Vol.1 No.3, Majalengka.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Peneitian (Rev.ed) Jakarta : Rineka Cipta.

Audina, LW. 2016. Hubungan Antara Kualitas Hidup. Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.

Berliantara. 2016. Analisis Efisiensi Produksi dan Keuntungan Usahatani Tomat

Dataran Rendah di Kabupaten Lampung Selatan (Tesis). Program Pasca

Sarjana Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar

Lampung.

Dewi, NN. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Petani dalam

Memilih Teknik Peremajaan Kelapa Sawit di Kecamatan Sungai Bahar

Kabupaten Muaro Jambi [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Jambi,

Jambi.

Fahmi, Irham. 2015. Teori dan teknik pengambilan keputusan kualitatif dan

kuantitatif .Penebar Swadaya, Jakarta

Ginanjar, G., Andayani, SA., dan Dinar. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Melakukan Usahatani Jagung

Hibrida (Zea mays L) (Studi Kasus di Blok Pancurendang Tonggoh

Kelurahan Babakan Jawa Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka).

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Vol.5 No.2. Fakultas Pertanian

Universitas Majalengka, Majalengka.

Masithoh, Siti. 2013. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha

Tani Kubis (Brassica oleracea) di Kertasari, Jurnal vol,4 no.2. Fakultas Ilmu

dan Teknologi Pertanian Universitas Djuanda, Bogor.

Normansyah, Dodi. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Kelompok

Tani Jaya Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

Jurnal Agribisnis Vol.8 No.1, Bogor.

Redaksi Agromedia. 2008. Paduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai. PT

Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.

Saptana et al. 2010. Analisis Efisiensi Teknis Produksi Usahatani Cabai Merah

Besar dan Perilaku Petani dalam Menghadapi Risiko. Jurnal Agro Ekonomi

Vol.28 No.2, Jawa Tengah.

Siahaan et al. 2016. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah

(Capsicum Annum L). (diakses 1 Juli 2019). Diunduh dari

https://media.neliti.com/media/publications/94200-ID-efisiensi-

penggunaan-faktor-produksi-usa.pdf

Page 75: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

63

Sianturi, DU., D.Chalil., dan Hasyim,H. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Sayuran Hidroponik

di Kota Medan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sugiarti, S. 2003. Usahatani dan Pemasaran Cabai Merah. Jurnal Akta Agrosia

Vol.6 No. 1, Yogyakarta.

Suratiyah, Ken. 2016. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta

Syukur Muhammad, 2016. 8 Kiat Sukses Panen Cabai Sepanjang Musim :

Penghujan dan Kemarau.Penebar Swadaya, Jakarta

Wanda, FFA. 2015. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Siam (Studi Kasus di

Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser [Jurnal],

Paser.

Wardani dan Purwanta 2008 (Wardani, Nila dan Purwanta hadi, Jamhara) th 2008

: seri buku inovasi : TH/05/2008. Teknologi inovasi cabai. ISBN : 978-979-

1415-26-2

Wardani,N., dan Purwanta, HJ. 2008. Teknologi Inovasi Cabai, Bogor.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

64

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Cabai Merah

di Kecamatan Kumpeh Tahun 2019

No Desa/Kelurahan Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

1 Puding 0,5 6 12

2 Maju Jaya 109,99 1319,8 11,99

3 Mekar Sari 79,95 959,4 12

4 Pulau Mentaro 10 120 12

5 Betung 2 24 12

6 Pematang Raman 1,5 18 12

7 Petanang 5 30 6

8 Sungai Bungur 2 24 12

9 Seponjen 1 12 12

10 Sogo 0,5 6 12

11 Tanjung 1,5 18 12

12 Gedong Karya 6 72 12

13 Jebus 3 72 24

14 Sungai Aur 5 60 12

15 Rantau Panjang 1,5 18 12

16 Londerang 5 60 12

17 Rondang 1 12 12

Jumlah 125,45 2831,2 209,99

Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kumpeh 2019

Page 77: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

65

Lampiran 2. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Usahatani Cabai Merah di

Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari

Desa Maju Jaya Desa Mekar Sari

Nama Kelompok

Tani Jumlah Anggota

Nama Kelompok

Tani Jumlah Anggota

Sumber Hidup 10 Margo Santoso 28

Sumber Hidup II 14 Karya Maju 29

Sumber Rezeki 13 Podo Makmur 23

Sri Rezeki 16 Karya Bakti 25

Sido Dadi 12

Jumlah 65 105

Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kumpeh 2020

Page 78: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

66

Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Daerah Penelitian di Kecamatan

Kumpeh Tahun 2020

No Nama Umur Kelompok

Tani

Luas

Lahan

Tingkat

Pendidikan

Jumlah

Aggota

Keiuarga

Jumlah

Produksi

1 Sunarso 45 Sumber

Hidup

1 SD 3 7800

2 Yono 55 Sumber

Hidup

0,5 SMP 2 3840

3 Turino 36 Sumber

Hidup

0,25 SMA 2 2550

4 Solihin 58 Sumber

Hidup

1 SD 6 5450

5 Sutikno 61 Sumber

Hidup II

1 SD 5 4350

6 Samsul 43 Sumber

Hidup II

1 SD 4 7500

7 Saiman 39 Sumber

Hidup II

0,5 SD 3 3935

8 Gunawan 49 Sumber

Hidup II

0,5 SMP 4 4050

9 Sudiono 52 Sumber

Hidup II

0,5 SD 2 3850

10 Sakimun 58 Sumber

Rezeki

1 SD 5 4590

11 Podo 60 Sumber

Rezeki

0,5 SD 6 3985

12 Umar 53 Sumber

Rezeki

1 SD 3 6680

13 Dedani 51 Sumber

Rezeki

0,25 SMP 4 2150

14 Sutani 50 Sumber

Rezeki

1 SMP 4 7280

15 Gendon 58 Sido Dadi 1 SD 5 7850 16 Kamto 49 Sido Dadi 0,75 SMA 3 5700 17 Tomo 54 Sido Dadi 1 SMA 4 6550 18 Iwan 53 Sido Dadi 1 SMP 4 5955 19 Misnan 45 Sri Rezeki 0,5 SD 4 4255 20 Sukatno 56 Sri Rezeki 1 SD 6 7555 21 Supri 46 Sri Rezeki 0,5 SD 5 4355 22 Sarwi 32 Sri Rezeki 1 SMA 3 7350 23 Saom 58 Sri Rezeki 1 SD 6 7820 24 Tanimin 37 Sri Rezeki 0,5 SMA 3 4345 25 Sumadi 60 Margo

Santoso

1 SD 6 5245

26 Tumingga 48 Margo

Santoso

0,25 SMP 5 2265

Page 79: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

67

27 Ranudi 60 Margo

Santoso

0,75 SD 2 4560

28 Kirno 38 Margo

Santoso

1 SMP 2 6885

29 Bagyo 39 Margo

Santoso

1 SD 5 5450

30 Mizi 50 Margo

Santoso

0,5 SMP 4 3350

31 Suyud 41 Margo

Santoso

1 SMP 3 8280

32 Budiono 55 Margo

Santoso

0,75 SD 6 5240

33 Paimin 62 Margo

Santoso

0,5 SD 2 6025

34 Kholik 35 Margo

Santoso

0,75 SMP 3 5345

35 Tunasir 47 Karya

Maju

1 SMA 4 5860

36 Bibit 54 Karya

Maju

0,25 SMP 5 2050

37 Supardi 42 Karya

Maju

0,5 SMA 3 4345

38 Slamet 50 Karya

Maju

1,5 SD 3 9290

39 Kamsi 63 Karya

Maju

1 SD 3 8900

40 Sudiono 52 Karya

Maju

0,25 SD 6 1755

41 Khabib 42 Karya

Maju

0,25 SMP 5 1850

42 Harun 52 Karya

Maju

1 SD 4 7980

43 Sujiman 59 Karya

Maju

0,25 SMA 5 2305

44 Sahli 49 Karya

Maju

0,5 SMA 5 5050

45 Saipul 52 Karya

Maju

0,5 SMP 2 3555

46 Sugiono 53 Podo

Makmur

0,25 SD 6 2345

47 Wagiman 58 Podo

Makmur

1 SD 3 6005

48 Eko 43 Podo

Makmur

0,75 SD 3 6850

49 Bujang 29 Podo

Makmur

0,75 SMA 2 6365

50 Setiawan 39 Podo

Makmur

0,75 SD 2 5505

Page 80: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

68

51 Saridin 60 Podo

Makmur

0,5 SMP 6 4965

52 Paimin 54 Podo

Makmur

1 SD 4 8260

53 Sukiman 59 Podo

Makmur

1 SD 6 5800

54 Ragil 48 Podo

Makmur

0,5 SMP 5 2500

55 Minali 52 Karya

Bakti

1 SMP 4 6900

56 Ependi 52 Karya

Bakti

0,5 SD 4 2500

57 Parlan 41 Karya

Bakti

0,75 SMP 3 5900

58 Ngatono 35 Karya

Bakti

1 SMA 4 6200

59 Trimo 63 Karya

Bakti

1 SD 5 8400

60 Gianto 37 Karya

Bakti

0,5 SMA 3 2800

61 Rasaman 60 Karya

Bakti

1 SD 2 7000

62 Suparno 53 Karya

Bakti

0,25 SMP 5 1800

63 wahono 57 Karya

Bakti

0,75 SD 3 2700

Page 81: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

69

Lampiran 4. Jawaban Petani Responden Tentang Faktor-Faktor Sosial

Ekonomi yang Berhubungan dengan Tingkat Penerapan Teknik

Budidaya Cabai Merah

No

Luas Lahan Pendidikan Penerimaan Usahatani

Ha Ket Tingkat

Pendidikan Ket Rp ket

1 1 T SD R 39.984.000 T

2 0,5 R SMP R 19.896.000 R

3 0,25 R SMA T 10.894.000 R

4 1 T SD R 39.120.000 T

5 1 T SD R 39.984.000 T

6 1 T SD R 39.040.000 T

7 0,5 R SD R 20.400.000 R

8 0,5 R SMP R 31.824.000 T

9 0,5 R SD R 31.040.000 R

10 1 T SD R 40.080.000 T

11 0,5 R SD R 31.920.000 T

12 1 T SD R 42.400.000 T

13 0,25 R SMP R 12.560.000 R

14 1 T SMP R 40.160.000 T

15 1 T SD R 38.240.000 T

16 0,75 T SMA T 38.960.000 T

17 1 T SMA T 38.240.000 T

18 1 T SMP R 38.960.000 T

19 0,5 R SD R 20.720.000 R

20 1 T SD R 39.120.000 T

21 0,5 R SD R 31.920.000 T

22 1 T SMA T 39.120.000 T

23 1 T SD R 39.032.000 T

24 0,5 R SMA T 31.976.000 T

25 1 T SD R 39.624.000 T

26 0,25 R SMP R 12.256.000 R

27 0,75 T SD R 31.920.000 T

28 1 T SMP R 38.960.000 T

29 1 T SD R 39.840.000 T

30 0,5 R SMP R 20.800.000 R

31 1 T SMP R 40.104.000 T

32 0,75 T SD R 27.360.000 R

33 0,5 R SD R 20.480.000 R

34 0,75 T SMP R 32.000.000 T

35 1 T SMA T 37.360.000 T

36 0,25 R SMP R 14.016.000 R

37 0,5 R SMA T 20.248.000 R

38 1,5 T SD R 54.000.000 T

Page 82: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

70

39 1 T SD R 40.168.000 T

40 0,25 R SD R 13.224.000 R

41 0,25 R SMP R 12.536.000 R

42 1 T SD R 40.168.000 T

43 0,25 R SMA T 15.032.000 R

44 0,5 R SMA T 31.920.000 T

45 0,5 R SMP R 20.248.000 R

46 0,25 R SD R 13.400.000 R

47 1 T SD R 40.024.000 T

48 0,75 T SD R 31.760.000 T

49 0,75 T SMA T 27.648.000 R

50 0,75 T SD R 31.032.000 R

51 0,5 R SMP R 31.680.000 T

52 1 T SD R 40.008.000 T

53 1 T SD R 40.736.000 T

54 0,5 R SMP R 20.256.000 R

55 1 T SMP R 39.992.000 T

56 0,5 R SD R 31.920.000 T

57 0,75 T SMP R 31.896.000 T

58 1 T SMA T 40.776.000 T

59 1 T SD R 40.776.000 T

60 0,5 R SMA T 31.920.000 T

61 1 T SD R 40.696.000 T

62 0,25 R SMP R 17.600.000 R

63 0,75 T SD R 32.080.000 T

Page 83: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

71

Lampiran 5. Matriks Kontingensi Hubungan luas lahan dengan Tingkat

Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan

Kumpeh

Luas Lahan

(Ha)

Penerapan Jumlah

Tinggi Rendah

Tinggi

≥ 0,73 Ha

20 17 37

Rendah

≤ 0,73 Ha

7 19 26

Jumlah 27 36 63

x2 = 𝑁(|𝐴𝐷−𝐵𝐶|)2

(A+B)(𝐶+𝐷)(𝐴+𝐶)(𝐵+𝐷)

x2 = 𝑁(|119−380|)2

(27)(36)(26)(37)

x2 = 4.291.623

935.064

x2 = 4,59

x2hit>x2

tab yaitu db = 1 adalah 3,84

Keputusan : Terima H1 artinya terdapat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di

Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

Untuk melihat derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten

Muaro Jambi sebagai berikut :

Chit = √𝑥2

𝑥2+𝑁

Chit = √4,59

4,59+63

Chit = 0,26

Derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan

teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

adalah 0,26, artinya hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat

Page 84: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

72

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi tergolong lemah karena nilainya terletak dibawah 0,354-0,707

Untuk mengukur keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi terhadap

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi sebagai berikut :

r = Chit

Cmaks

r = 026

0707= 0,367

Artinya keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi tergolong lemah karena berada diantara kategori 0,21-0,40

Untuk mengetahui keeratan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor

sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi sebgai berikut :

Thit =r √N−2

1−(r)2

Thit =0,367 √63−2

1− (0,367)2

Thit= 3,081

Karena Thit = 3,081 jika dibandingkan dengan nilai Ttabel (a/2 = 5% db =

N-2 =61) Ttabel = 1,575 jadi, nilai Thit > Ttabel. Berdasarkan kaidah pengambilan

keputusan mak terima H1 yang berarti terdapat keeratan hubungan yang signifikan

antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.

Page 85: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

73

Lampiran 6. Matriks Kontingensi Hubungan Pendidikan dengan Tingkat

Penerapan Teknik Budidaya cabai Merah di Kecamatan

Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2021

Pendidikan Penerapan

Jumlah Tinggi Rendah

Tinggi

>67,41

18 32 50

Rendah

<67,41

9 4 13

Jumlah 27 36 63

x2 = 𝑁(|𝐴𝐷−𝐵𝐶|)2

(A+B)(𝐶+𝐷)(𝐴+𝐶)(𝐵+𝐷)

x2 = 𝑁(|72−288|)2

(27)(36)(50)(13)

x2 = 2.939.328

631.800

x2 = 4,652

x2hit>x2

tab yaitu db = 1 adalah 3,84

Keputusan : Terima H1 artinya terdapat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di

Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

Untuk melihat derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten

Muaro Jambi sebagai berikut :

Chit = √𝑥2

𝑥2+𝑁

Chit = √4,652

4,652+63

Chit = 0,26

Page 86: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

74

Derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan

teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

adalah 0,26, artinya hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi tergolong lemah karena nilainya terletak dibawah 0,354-0,707

Untuk mengukur keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi terhadap

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi sebagai berikut :

r = Chit

Cmaks

r = 026

0707= 0,367

Artinya keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi tergolong lemah karena berada diantara kategori 0,21-0,40

Untuk mengetahui keeratan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor

sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi sebgai berikut :

Thit =r √N−2

1−(r)2

Thit =0,367 √63−2

1− (0,367)2

Thit= 3,081

Karena Thit = 3,081 jika dibandingkan dengan nilai Ttabel (a/2 = 5% db =

N-2 =61) Ttabel = 1,575 jadi, nilai Thit > Ttabel. Berdasarkan kaidah pengambilan

keputusan mak terima H1 yang berarti terdapat keeratan hubungan yang signifikan

antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.

Page 87: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

75

Lampiran 7. Matriks Kontingensi Hubungan Penerimaan Usahatani dan

Harga Cabai di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2021

No Kategori Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

1 Tinggi

≥Rp.31.343.238,-

42 66,67%

2 Rendah

≤Rp.31.343.238,-

21 33,33%

Jumlah 63 100%

x2 = 𝑁(|𝐴𝐷−𝐵𝐶|)2

(A+B)(𝐶+𝐷)(𝐴+𝐶)(𝐵+𝐷)

x2 = 63(|100−352|)2

(27)(36)(21)(42)

x2 = 4.000.752

857.304

x2 = 4,662

x2hit>x2

tab yaitu db = 1 adalah 3,84

Keputusan : Terima H1 artinya terdapat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi

dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di

Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

Untuk melihat derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan

tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten

Muaro Jambi sebagai berikut :

Chit = √𝑥2

𝑥2+𝑁

Chit = √4,667

4,667+63

Chit = 0,26

Derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan

teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

adalah 0,26, artinya hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi tergolong lemah karena nilainya terletak dibawah 0,354-0,707

Page 88: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

76

Untuk mengukur keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi terhadap

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi sebagai berikut :

r = Chit

Cmaks

r = 026

0707= 0,367

Artinya keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat

penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro

Jambi tergolong lemah karena berada diantara kategori 0,21-0,40

Untuk mengetahui keeratan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor

sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi sebgai berikut :

Thit =r √N−2

1−(r)2

Thit =0,367 √63−2

1− (0,367)2

Thit= 3,081

Karena Thit = 3,081 jika dibandingkan dengan nilai Ttabel (a/2 = 5% db =

N-2 =61) Ttabel = 1,575 jadi, nilai Thit > Ttabel. Berdasarkan kaidah pengambilan

keputusan mak terima H1 yang berarti terdapat keeratan hubungan yang signifikan

antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai

merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

Page 89: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

77

KUISIONER PENELITIAN

Judul : Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan

dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan

Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

Nama Peneliti : Mainisyah Ali Harahap

No. Mahasiswa : D1B014006

Jurusan : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Hari/Tanggal :

I. Data Lokasi Penelitian

Kabupaten : Muaro Jambi

Kecamatan : Kumpeh

Desa : ………..

II. Identitas Petani Sampel

1. Nama

2. Umur

3. Pendidikan Formal

4. Jumlah Anggota Keluarga

Page 90: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

78

FAKTOR SOSIAL EKONOMI

Pertanyaan Terbuka

Luas lahan

1. Berapa luas lahan usahatani cabai merah yang Bapak/Ibu garap?

2. Status kepemilikan lahan gararapan bapak/ibu untuk usahatani cabai

merah adalah………(Milik Sendiri/Sewa)

3. Berapakah jarak tanaman cabai merah yang selama ini Bapak/Ibu garap?

4. Berapa umur tanaman cabai merah yang siap ditanam dilahan garapan?

5. Berapa kali Bapak/Ibu Panen cabai merah dalam satu kali musim tanam?

Pendidikan

1. Apa Pendidikan terakhir yang Bapak/Ibu miliki?

Penerimaan Usahatani

1. Berapa jumlah penerimaan usahatani cabai merah dalam 1 kali musim

tanam?

2. Berapa jumlah produksi tanaman cabai merah yang bapak/ibu garap dalam

satu kali musim tanam

Harga Cabai

- Berapakah harga jual cabai yang ibu/bapak jual (per kg)?

PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA CABAI MERAH

A. PENGOLAHAN

1. Apakah wajib melakukan pemasangan mulsa pada lahan yang akan ditanami

cabai merah?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

Page 91: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

79

2. Berapakah jarak antar bedengan yang baik dalam pertanaman cabai merah?

a. 40c – 50cm (5)

b. 20cm – 30cm (1)

3. Apakah Bapak/Ibu melakukan 2kali pembajakan dan 1kali penyisiran ?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

A. Penyiapan Benih dan Persemaian

1. Berapa lamakah seharusnya benih direndam air hangat untuk mempercepat

perkecambahan?

a. 15-30 menit (5)

b. 5-10 menit (1)

2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui perbandingan tanah halus dan pupuk untuk

membuat media semai cabai merah yang benar (2:1)?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui ukuran polybag semai adalah 5-8cm x 10cm?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

B. Pemasangan Mulsa

1. Apakah Bapak/Ibu menggunakan mulsa di lahan yang di tanami cabaimerah?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

2. Kapankah waktu yang tepat untuk melakukan pemasangan mulsa di lahan yang

akan di tanami cabai merah?

a. 14.00-16.00 (5)

b. Dibawah jam 12 siang (1)

3. Apakah Bapak/Ibu menggunakan pospor yang berwarna Hitam Perak

(MHPH)?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

Page 92: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

80

C. Penanaman

1. Kapankah waktu terbaik dalam melakukan penanaman cabai merah?

a. Sore hari (5)

b. Malam hari (1)

2. Kapankah waktu yang baik dalam pemindahan cabai merah ke media tanam?

a. 17-23hari dan berdaun 2-4 (5)

b. Berdaun 1-2 helai (1)

3. Apakah Bapak/Ibu menanam cabai dengan jarak 50-60cm x 60-70cm?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

D. Pemupukan

1. Apakah Bapak/Ibu menggunakan takaran pupuk Urea 150 kg/ha + ZA 50kg/ha

+ SP36 150kg/ha + KCl 200kg/ha?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

2. Berapa hari sekali frekuensi dalam melakukan pemupukan yang terbaik?

a. 10-15 hari sekali (5)

b. <10 hari (1)

3. Apakah Bapak/Ibu memberikan pupuk dasar padasaat 2-3hari sebelum tanam

dengan semua dosis pupuk SP36?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

E. Pengendalian Hama dan Penyakit

1. Apakah wajib dilakukan pengendalian secara terpadu dalam mengendalikan

hama dan penyakit pada tanaman cabai merah?

a. Ya (5)

b. Tidak (1)

2. Apa hama yang paling berbahaya bagi tanaman cabai merah?

a. Ulat Grayak (5)

b. Lalat Buah (1)

Page 93: FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN …

81

F. Panen

1. Pada umumunya, berapakah umur tanaman cabai mulai dipanen setelah

ditanam?

a. 75-80 hari (5)

b. 90-100 hari (1)

2. Berapakah selang waktu untuk memanen setelah pemanenan pertama?

a. 2-3 hari (5)

b. 6-10 hari (1)

3. Berapakah tingkat kematangan cabai merah yang tepat untuk dijual?

a. 85-90% (5)

b. 95-100% (1)