Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA
CABAI MERAH DI KECAMATAN KUMPEH
KABUPATEN MUARO JAMBI
SKRIPSI
MAINISYAH ALI HARAHAP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
i
FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA
CABAI MERAH DI KECAMATAN KUMPEH
KABUPATEN MUARO JAMBI
ABSTRAK
Komoditas cabai merah banyak di budidayakan oleh petani baik secara tradisional
maupun intensif, baik pada agroekosistem lahan sawah dataran rendah beririgasi
maupun lahan kering dataran tinggi non-irigasi. Berdasarkan data dari Badan Penyuluh
Pertanian (BPP) Kecamatan Kumpeh Tahun 2019 maka diperoleh data yang
menyatakan bahwa ada 17 desa di Kecamatan Kumpeh yang mengusahakan usahatani
cabai merah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor sosial
ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. Metode penelitian kuantitatif dengan
analisis che square. Hasil penelitian didapatkan hasil sosial ekonomi petani dari
indikator luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, dan harga usahatani cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi memiliki persentase dari
masing-masing indikator yaitu : luas lahan memiliki distribusi 58,73%, pendidikan
adalah 20,63%, penerimaan usahatani dan harga cabai adalah 66,67%. Tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh tergolong tinggi dengan
persentase 61,47% petani melakukan penerapan teknik budidaya cabai merah yang
sesuai dengan anjuran dan cukup baik dalam penerapannya. Terdapat hubungan yang
nyata antara faktor sosial ekonomi petani (luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani
dan harga cabai) dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di daerah
penelitin di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
Kata kunci : sosial, ekonomi, budidaya cabai merah
ii
RELATED SOCIAL ECONOMIC FACTORS WITH THE LEVEL OF
APPLICATION OF CULTIVATION TECHNIQUES
RED CHILLIES IN KUMPEH DISTRICT
MUARO JAMBI REGENCY
ABSTRACT
Many red chili commodities are cultivated by farmers both traditionally and
intensively, both in the agro-ecosystem of irrigated lowland rice fields and non-
irrigated upland dry lands. Based on data from the Agricultural Extension Agency
(BPP) of Kumpeh Sub-district in 2019, data was obtained which stated that there
were 17 villages in Kumpeh Sub-district that worked on red chili farming. The
purpose of this study was to determine the socio-economic factors associated with
the level of application of red chili cultivation techniques in Kumpeh District,
Muaro Jambi Regency. Quantitative research method with che square analysis. The
results showed that the socio-economic results of farmers from indicators of land
area, education, farm income, and red chili farming prices in Kumpeh District,
Muaro Jambi Regency had a percentage of each indicator, namely: land area had
a distribution of 58.73%, education was 20, 63%, farm income and chili prices are
66.67%. The level of application of red chili cultivation techniques in Kumpeh
District is high with a percentage of 61.47% of farmers implementing red chili
cultivation techniques that are in accordance with the recommendations and quite
good in their application. There is a significant relationship between farmers'
socio-economic factors (land area, education, farm income and chili prices) with
the level of application of red chili cultivation techniques in the research area in
Kumpeh District, Muaro Jambi Regency.
Keywords: social, economic, red chili cultivation
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan
Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing serta memberi dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi in, khususnya kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan dan restu dalam pembuatan
skripsi ini.
2. Ibu Dr.Ir.Ernawati HD, M.P selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus
dosen Pembimbing Skripsi I dan Bapak Idris Sardi, S.P., M.Si selaku dosen
Pembimbing Skripsi II yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis, karena
sesungguhnya kesempurnaan mutlak hanya milik Allah Subhanahu wata’ala.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan skripsi ini.
Jambi, September 2021
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. vii
I. PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………............. 1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………. 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..……….. 8
1.3.1 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 8
1.3.2 Manfaat Penelitian………………………………………............ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… 9
2.1 Konsep Usahatani Cabai Merah……………………………………… 9
2.2 Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah……………………………. 10
2.2.1 Pengolahan Lahan……………………………………………… 10
2.2.2 Penyiapan Benih dan Persemaian……………………………… 11
2.2.3 Pemasangan Mulsa…………………………………………….. 11
2.2.4 Penanaman…………………………………………………….. 12
2.2.5 Pemupukan…………………………………………………….. 12
2.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit………………………………. 12
2.2.7 Panen……………………………………………………............ 13
2.3 Konsep Adopsi………………………………………………………… 14
2.4 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan Tingkat
Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah………………………..........
15
2.4.1 Luas Lahan………..……………………………………………... 18
2.4.2 Pendidikan………………………………………………………. 19
2.4.3 Penerimaan Usahatani……………………………………............ 20
2.4.4 Harga Cabai……………………………………………………… 21
2.5 Penelitian Terdahulu……………………………………………………. 21
v
2.6 Kerangka Pemikiran……………………………………………………. 23
2.7 Hipotesis……………………………………………………………….. 25
III. METODE PENELITIAN………………………………………………….. 26
3.1 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………. 26
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data……………………………….. 27
3.3 Metode Penarikan Sampel………………………………………………. 27
3.4 Metode Analisis Data…………………………………………………… 30
3.5 Konsepsi Pengukuran…………………………………………………… 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………... 38
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian……………………………………. 38
4.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi Wilayah…………………… 38
4.1.2 Topografi……………………………………………………… 38
4.1.3 Keadaan Iklim……………………………………………………. 39
4.2 Keadaan Penduduk……………………………………………………… 39
4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin……………………….. 39
4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian……………... 41
4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana………………………………………….. 42
4.3.1 Sarana Pendidikan………………………………………………… 42
4.3.2 Sarana Kesehatan………………………………………………… 43
4.3.3 Sarana Peribadatan……………………………………………….. 43
4.4 Keadaan Pertanian……………………………………………………… 44
4.5 Identitas Petani Responden……………………………………………... 44
4.5.1 Umur Petani……………………………………………………… 44
4.5.2 Pendidikan Formal Petani………………………………………… 45
4.5.3 Jumlah Anggota Keluarga………………………………………... 47
4.6 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dalam Penerapan Teknik Budidaya Cabai
Merah……………………………………………………………..
48
4.6.1 Luas Lahan……………………………………………………..… 48
4.6.2 Pendidikan……………………………………………………….. 49
4.6.3 Penerimaan Usahatani……………………………………………. 50
4.7 Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh…. 51
vi
4.8 Faktor - Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan Tingkat
Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan
Kumpeh………………………………………………………………....
53
4.8.1 Hubungan Luas Lahan Cabai Merah dengan Tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan
Kumpeh…………………………………………………………...
53
4.8.2 Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Penerapan Teknik
Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh……………………
55
4.8.3 Hubungan Penerimaan Usahatani dengan Tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh…………..
57
4.9 Implikasi Hasil Pertanian……………………………………………….. 59
V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………. 60
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….............. 60
5.2 Saran……………………………………………………………………. 61
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 62
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 64
DAFTAR TABEL
vii
Tabel Halaman
1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai
Merah di Provinsi Jambi Tahun 2015-2019……………………
2
2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2019……………………………………
3
3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah Menurut
Kecamatan Tahun 2019…………………………………………
4
4. Nama Desa Sampel, Jumlah Produksi, dan Jumlah Petani Cabai
Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun 2020……………………..
30
5. Model uji Chi-Square dengan kontingensi 2 x 2……………….. 31
6. Variabel, Indikator, Dimensi, dan Cara Pengukurannya pada
Faktor-Faktor Sosial Ekonomi…………………………………..
35
7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Maju Jaya
Kecamatan Kumpeh Tahun 2021……………………………….
40
8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Mekar Sari
Kecamatan Kumpeh Tahun 2021……………………………….
40
9. Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Maju
Jaya Kecamatan Kumpeh Tahun 2021………………………….
41
10. Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Mekar
Sari Kecamatan Kumpeh Tahun 2021…………………………..
42
11. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Maju Jaya
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi………………….
43
12. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Mekar Sari
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi………………….
43
13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden
Berdasarkan Kategori Kelompok Umur di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi………………………………………
45
14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden
Berdasarkan Kategori Pendidikan Formal di Kecamatan
Kumpeh Tahun 2020……………………………………………
47
viii
15. Distribusi Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di
Daerah Penelitian Tahun 2020………………………………...
49
16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden
Berdasarkan Kategori Luas Lahan di Kecamatan Kumpeh
Tahun
2021…………………………………………………………….
49
17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden
Berdasarkan Kategori Pendidikan di Kecamatan Kumpeh
Tahun 2021……………………………………………………..
50
18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden
Berdasarkan Penerimaan Usahatani dan Harga Cabai Merah di
Kecamatan Kumpeh Tahun 2021……………………………….
51
19. Distribusi Frekuensi dan Presentase Petani Responden
Berdasarkan Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di
Kecamatan Kumpeh Tahun
2021…………………………………………………………….
52
20. Kontingensi Hubungan Luas Lahan dengan tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun
2021…………………………………………………………….
54
21. Kontingensi Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun
2021…………………………………………………………….
56
22. Kontingensi Penerimaan Usahatani dengan Tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun
2021…………………………………………………………….
57
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran……………………………………… 24
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman
Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun
2019…………………………………………………………….
64
2. Lampiran 2. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Usahatani Cabai
Merah Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari……….
65
3. Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Daerah Penelitian di
Kecamatan Kumpeh Tahun
2020……………………………………………………………..
66
4. Lampiran 4. Jawaban petani Responden tentang Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya
Cabai
Merah………………………………………………………..…
69
5. Lampiran 5. Matriks kontingensi Hubungan Luas Lahan dengan
Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan
Kumpeh…………………………………………………………..
71
6. Lampiran 6. Matriks Kontingensi Hubungan Penerimaan
Usahatani dan Harga Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2021……………………………
73
7. Lampiran 7. Matriks Kontingensi Hubungan Penerimaan
Usahatani dan Harga Cabai di Kecamatan Kumpeh Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2021……………………………………….
75
xi
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian merupakan sektor primer dalam
perekonoian Indonesia. Artinya, sektor pertanian merupakan sektor utama yang
menyumbang hampir setengah dari perekonomian Indonesia. (Dewi, 2017)
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki iklim tropis yang mana terdapat
tanaman yang tidak ada di wilayah non tropis. Salah satunya adalah tanaman
hortikultura. Menurut Sugiarti.S (2003) Hortikultura merupakan salah satu tanaman
sebagai bahan pangan yang cukup penting bagi kebutuhan masyarakat, sehingga
perlu ditingkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan secara nasional.
Konsumsi terhadap produk hortikultura terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya penduduk, peningkatan pendapatan, dan pengetahuan masyarakat
terhadap gizi dan Kesehatan. Dengan demikian pertanian hortikultura sudah saatnya
mendapat perhatian yang serius terutanama menyangkut aspek produksi dan
pengembangan sistem pemasarannya.
Menurut Rukmana (2002) dalam Andayani (2016) sektor hortikultura
mempunyai peran yang strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Salah satu tanamana hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis dan komersil
adalah tanaman cabai merah. Tanaman cabai merah ini mempunyai posisi
yangcenderung semakin penting dalam pola konsumsi makanan yaitu sayuran atau
bumbu masakan sehari-hari, maka dari itu cabai merah berindikasi memiliki peluang
pasar yang semakin luas, baik itu untuk memenuhi permintaan konsumsi rumah
tangga maupun industry dalam negeri maupun ekspor.
2
Komoditas cabai merah banyak di budidayakan oleh petani baik secara
tradisional maupun intensif , baik pada agroekosistem lahan sawah dataranrendah
beririgasi maupun lahan kering dataran tingginon irigasi. Komoditas ini termasuk
kedalam kelompok rempah tidak bersubsitusi yang berfungsi sebagai bumbu
penyedap makanan kaya akan vitamin dan mineral serta sebagai bahan obat
tradisional. (Saptana, et al 2010)
Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang engandakan
sektor pertanian sebagai pondasi perekonoiannya. Pembangunan pertanian di
Provinsi Jambi bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil produksi pertanian,
meningkatkan pendapatan meningkatkan taraf hidup petani, meperluas lapangan
kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat pedesaan. Salah satu komoditi yang
memiliki peluang besar untuk dikembangkan adalah komoditi hortikultura salah satu
jenis tanaman hortikutura adalah tanaman cabai merah.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah
di Provinsi Jambi Tahun 2015-2019
Tahun Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
2015 5.055 36.915 7,302
2016 6.901 50.153,2 7,267
2017 7.827 39.9241 5,134
2018 7.639 46.274,2 6,057
2019 5.434 42.697,6 7,860
Rata-rata 32.856 215.964,1 33,62
Sumber : Badan Pusat Statistik 2019
Berdasarkan Tabel 1. dapat di lihat bahwa luas lahan, produksi dan
produktivitas cabai merah di Provinsi Jambi dari tahun 2015 sampai tahun 2019
mengalami fluktuatif yang cenderung menurun setiap tahunnya, akan tetapi pada
3
tahun 2016 mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan. Terjadinya
kenaikan dan penurunan produktivitas secara fluktuatif dapat disebabkanoleh cuaca
ekstrem, serta penggunaan teknologi tepat guna yang kurang efisien. Sehingga perlu
dilakukan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Provinsi Jambi memiliki 11 Kabupaten/Kota yang menghasilkan tanaman
hortikultura, salah satunya yaitu tanaman cabai merah. Dari data yang didapatkan
dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi Tahun
2017. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2019 di tunjukkan pada tabel 2 :
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2019
No. Kabupaten/Kota Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 Kerinci 3.850 34.116 8,86
2 Merangin 483 2.742,4 5,68
3 Sarolangun 54 93,5 1,73
4 Batanghari 130 608,4 4,68
5 Muaro Jambi 361 2.301,7 6,38
6 Tanjab Timur 141 354,4 2,51
7 Tanjab Barat 92 230,2 2,5
8 Tebo 62 187,6 3,03
9 Bungo 98 536 5,47
10 Kota Jambi 13 96,9 7,45
11 Sungai Penuh 150 1.4305 9,554
Jumlah 5.434 42.697,6 57,554
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa Kabupaten Muaro Jambi adalah salah
satu diantara 11 Kabupaten/Kota yang membudidayakan tanaman cabai merah, yang
merupakan Kabupaten penghasil cabai merah terbesar ketiga dengan luas lahan 361
4
Ha, produksi sebesar 2.301,7 Ton dan produktivitas sebesar 6,38 Ton/Ha. Kabupaten
Muaro Jambi adalah dataran rendah, berbeda dengan dua kabupaten tertinggi lainnya
yang merupakan dataran tinggi. Kabupaten Muaro Jambi memiliki lahan gambut
yang berpotensi dalam mengembangkan budidaya cabai merah yang cukup luas
sehingga masyarakatnya berprofesi sebagai petani yang mengusahakan usahatani nya
di lahan gambut.
Kabupaten Muaro Jambi memiliki 9 kecamatan yang mengusahakan tanaan
cabai merah. Data yang di dapatkan dari Badan Pusat Statistik Muaro Jambi Tahun
2019. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Menurut Kecamatan
Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah Menurut
Kecamatan Tahun 2019
No Kecamatan Produktivitas
(Ton)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 Sekernan 16,9 8 2,11
2 Muaro Sebo 12,9 10 1,29
3 Jaluko 124 26 4,60
4 Mestong 36,4 7 5,20
5 Sungai Bahar 53,6 7 7,66
6 Sungai Gelam 161 35 4,77
7 Kumpeh Ulu 606,4 68 8,92
8 Kumpeh 1.281,5 195 6,57
9 Taman Rajo 9 5 1,80
Jumlah 2.301,7 361 6,38
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kabupaten Muaro Jambi memiliki
kecamatan yang berpotensi menghasilkan cabai merah yaitu Kecamatan Kumpeh,
hal ini ditandai dengan luas panen sebesar195 Ha dan produksi tertinggi
5
sebesar1.281,5 Ton. Namun, dari segi produktivitasnya cukup rendah yaitu sebesar
6,57 ton/ha. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani di Kecamatan
Kumpeh tentang teknologi tepat guna seperti penggunaan pupuk yang belum
optimal, penggunaan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit serta dosis
yang tepat dalam penggunaannya.
Berdasarkan data dari Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kumpeh
Tahun 2019 maka diperoleh data yang menyatakan bahwa ada 17 desa di Kecamatan
Kumpeh yang mengusahakan usahatani cabai merah. Desa Maju Jaya dan Desa
Mekar Sari merupakan desa yang berpotensi dalam mengembangkan usahatani cabai
di Kecamatan Kumpeh, yaitu Desa Maju Jaya memiliki luas panen 109,99 Ha,
produksi sebesar 1319,8 ton dan produktivitas sebesar 11,99 ton/ha, sedangkan Desa
Mekar Sari memiliki luas panen sebesar 79,95 ha, produksi sebesar 959,4 ton dan
produktivitas sebesar 12 ton/ha atau Desa Maju Jaya berkontribusi sebesar 47% dan
Desa Mekar Sari berkontribusi sebesar 34% untuk memenuhi kebutuhan cabai di
Kecamatan Kumpeh. Luas lahan yang di miliki petani adalah milik petani itu sendiri.
Untuk mengetahui luas lahan, produktivitas tanaman cabai berdasarkan desa yang
ada di Kecamatan Kumpeh dapat dilihat pada (Lampiran 1)
Desa Maju Jaya memiliki 5 kelompok tani dengan anggota 65 petani dan Desa
Mekar Sari memiliki 4 kelompok tani dengan jumlah anggota 105 petani, yang mana
dari 170 petani ini adalah total keseluruhan dari petani yang mengusahakan usahatani
cabai merah di lahan pertaniannya. Untuk mengetahui nama kelompok tani dan
jumlah anggota kelompok tani yang mengusahakan usahatani cabai merah di Desa
Maju Jaya dan Mekar Sari dapat di lihat pada (Lampiran 2)
6
Menurut Bapak Kirno yang merupakan ketua kelompok tani bahwa benih cabai
merah yang di gunakan adalah jenis benih lokal unggul medan, petani secara mandiri
sudah mampu secara mandiri sudah mampu melakukan pembibitan namun sebagian
dari petani masih mengimpor benih dari Medan. Keunggulan dari benih lokal unggul
medan adalah jenis cabai merah yang tahan terhadap hama dan penyakit tanaman,
ruas daun kecil, berbuah lebat serta permintaan pasar yang tinggi akan cabai merah
unggul medan.
Berdasarkan penjelasan diatas, hal itulah yang menjadi kajian dalam penelitian
ini, yaitu hubungan antara luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, dan harga
cabai dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor –
Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan Tingkat Penerapan Teknik
Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi”.
1.2 Perumusan Masalah
Kecamatan Kumpeh merupakan daerah penghasil cabai merah terbesar di
Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Kumpeh memiliki dua desa dengan sentra
tanaman cabai merah yaitu Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari, tanaman cabai
merah sudah menjadi sumber pendapatan tersendiri bagi petani dan potensi untuk
meningkatkan produksi cabai merah di daerah ini masih sangat memungkin dengan
melakukan peningkatan produktivitas dengan melihat proses dari teknik budidaya
cabai merah.
Produktivitas cabai merah yang rendah dapat disebabkan oleh penerapan teknik
budidaya cabai merah yang kurang baik, sehingga dibutuhkan anjuran yang sesuai
7
guna meningkatkan produktivitas usahatani cabai merah. Dalam upaya peningkatan
produktivitas cabai merah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) selaku
institusi yang bertanggung jawab dalam upaya tersebut telah merekomendasikan
penerapan teknik budidaya cabai merah adalah pengolahan lahan, penyiapan benih
dan persemaian, pemasangan mulsa, penanaman, pemupukan, pengendalian hama
dan penyakit, serta panen.
Hasil produktivitas yang belum memuaskan dapat disebabkan oleh penerapan
teknik budidaya yang masih rendah. Hal ini terjadi karena proses pengenalan dan
penerapan teknik budidaya cabai merah adalah proses adopsi inovasi yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan petani untuk melakukan atau tidak yang ditentukan
oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani yaitu luas lahan, pendidikan, peneriaan
usahatani dan harga cabai.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam peneitian ini
adalah :
1. Bagaimana gambaran faktor-faktor sosial ekonomi berhubungan dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi ?
2. Bagaimana tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi ?
3. Bagaimana hubungan dari masing-masing faktor sosial ekonomi terhadap
teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi?
8
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor sosial ekonomi berhubungan
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi
2. Untuk mengetahui tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
3. Untuk mengetahui hubungan dari masing-masing faktor sosial ekonomi
terhadap teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten
Muaro Jambi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada
Fakutas Pertanian Universitas Jambi.
2. Sebagai rujukan bagi penelitian berikutnya yang tertarik meneliti lebih lanjut.
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak terkait yang
memerlukan dalam mengambilan kebijakan.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mmpelajari cara-
cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan
faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut
memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ada banyak definisi ilmu usahatani
yang diberikan (Suratiyah, 2016 :8)
Wanda (2015), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasiskan penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan
yang lebih besar.
Menurut Prawirokusumo (1990) dalam Suratiyah (2016), ilmu usahatani
merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat dan
melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan atau perikanan untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani atau peternak tersebut.
Menurut Suratiyah (2006) dalam Normansyah (2014), usahatani adalah
pengusaha yang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang
sebai-baiknya. Menurut Mubyarto (1984) dalam Berliantara (2016), usahatani adalah
himpunan dari berbagai sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan
10
yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang
didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok
tanama atau memelihara ternak.
Menurut Suratiyah (2008) dalam Mashithoh (2013) keberhasilan dalam suatu
usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor-faktor pada usahatani itu
sendiri (faktor internal) dan faktor-faktor di luar usahatani (faktor eksternal). Faktor-
faktor internal usahatani terdiri dari petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja,
modal, tingkat teknologi, jumlah keluarga, da kemampuan petani dalam
mengaplikasikan penerimaan keluarga. Adapun faktor eksternal terdiri dari sarana
transportasi dan komunikasi, harga output, harga faktor produksi, fasilitas kredit, dan
penyuluhan petani.
2.2 Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah
2.2.1 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna yaitu dengan pembajakan
sebanyak 2 kali dan penyisiran 1 kali. Setelah pengolahan tanah 7-14 hari,
selanjutnya adalah pembuatan bedengan dengan ukuran lebar 110cm-120cm,
Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, dan jarak antar bedengan yaitu 40cm-
50cm.(Edi, 2009)
Pada saat 70% bedengan telah terbentuk, selanjutnya diberikan pupuk kendang
atau kotoran ayam yang sudah matang sebanyak 1,0-1,5kg/lubang tanam. Pada tanah
yang memiliki pH asam terlalu tinggi maka diberikan kapur dolomite sebanyak 100-
125 gr/lubang tanam.(Edi, 2009)
11
2.2.2 Penyiapan Benih dan Persemaian
Untuk lahan dengan luas 1 ha di perlukan benih sebanyak 180 gram. Sebelum
melakukan perkecambahan maka benih cabai sebaiknya direndam terlebih dahulu
didalam air hangat dengan suhu 550-600c sellama 15-30 menit agar mempercepat
proses pekecambahan benih cabai. Kemudian benih cabai ditanam dan diletakkan di
bedengan secara tratur dan ditutup dengan karung goni basah selama kurang lebih 3
hari agar benih cepat berkecambah.
Ada 2 cara untuk membibitkan cabai yaitu :
a. Disemai di bedengan
Siapkan bedeng persemaian lalu benih di sebar dengan cara berbaris. Jarak
antar barisan 5 cm dan diberi naungan berupa daun kelapa atau daun pisang.
b. Disemai langsung di polybag atau kantong plastik kecil
Polybag dengan ukuran 5-8 cm x 10cm. Polybag diisi dengan media campuran
2 bagian tanah halus + 1 bagian pupuk kendang matang secara halus + 80 gram
furadan. Bahan media dicampur secara merata lalu dimasukkan kedalam
polybag.
2.2.3 Pemasangan Mulsa
Plastik mulsa yang digunakan sebaiknya berwana Hitam Perak (MPHP).
Sebelum melakukan kegiatan pemasangan mulsa plastic terlebih dahulu melakukan
pemupukan dengan pupuk posfor. Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan
pada saat terik matahari antara pukul 14.00-16.00 agar plastic tersebut dapat memuai
(memanjang) sehingga dapat menutup tanah serapat mungkin dan dibiarkan selama
kurang lebih 5 hari kemudian dilakukan penanaman. Sehari sebelum dilakukannya
12
penanaman di bedengan yang telah ditutup mulsa dibuatkan lubang tanam. (Edi,
2009)
2.2.4 Penanaman
Waktu tanam yang paling tepat adalah pagi atau sore hari. Umur tanaman cabai
yang sudah dapat ditanam adalah umur 17-23 hari atau tanaman cabai memiliki
jumlah daun sebanyak 2-4 helai daun. Jarak tanaman cabai yaitu 50-60cm x 60-70cm.
bibit cabai yang siap dipindahkan segera disiram secukupnya dan baiknya di rendam
dalam larutan fungisida sitmatik atau baktrisida dengan dosis 0,5-1,0 gr/liter air
selama 15-30 menit untuk mencegah penularan hama dan penyakit. (Edi, 2009)
2.2.5 Pemupukan
Takaran pupuk yang digunakan adalah urea 150kg/ha + ZA 50kg/ha + SP36
150kg/ha + KCl 200kg/ha. Pupuk dasar diberikan pada saat 2-3 hari sebelum tanam
dengan semua dosis pupuk SP36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 10
hari setelah tanam dengan sepertiga dosis masing-masing pupuk Urea, ZA dan KCl.
Pemupukan susulan kedua dan ketiga masing-masing dilakukan pada 40 hari
dan 70 hari setelah tanam dengan dosis yang sama sepeti pemupukan pertama setelah
tanam. Pupuk diberikan dengan cara tugal sedalam 5-15cm dan ditutup kembali
dngan tanah. Waktu penanaman disesuaikan dengan ketersediaan air yang cukup
didalam tanah. (Edi, 2009)
2.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Cara yang paling baik untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman
cabai adalah dengan melakukan penerapan pengendalian hama terpadu
a. Hama yang paling sering mengganggu tanaman cabai merah adalah ulat
grayak, kutu daun dan lalat buah. Hal yang dilakukan apabila tanaman cabai
13
terserang ham aini adalah dengan pengendalian terpadu yang dilakukan oleh
kultur teknis berupa pembersihan lahan yang terkena gulma, menanam
perangkap (trap crop) dan memusahkan tanaman yang terserang lalat buah.
Pengendalian secara hayati pada hama ulat grayak yaitu dengan
menyemprotkan bahan aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac,
Bactospine dan Thuricide. Sedangkan, pengendalian hama secara kimiawi
berupa penyemprotan insektisida yang efektif dan selektif.
b. Penyakit pada tanaman cabai adalah layu baktri dan layu fusarium yang mana
pada penyakit layu bakteri penyebaran penyakit dapat melalui benih, bibit,
bahan tanaman yang sakit, serta residu tanaman. Pengedaliannya dilakukan
dengan cara benih direndam dalam bakterisida Agrimycin 0,5 gr/liter selama
5-15 menit. Kemudian pada layu fusarium, penyakit yang disebabkan oleh
organisme cendawan yang memiliki sifat tular tanah. Pengendaliannya dapat
dilakukan dengan perlakuan benih direndam dengan larutan fungisida benlate
atau derosal 0,5-1,0 gr/litr selama 5-15 menit. Pengapuran tanah sebelum
tanam dengan kapur dolomite pada tanah yang ber pH rendah. (Edi, 2009)
2.2.7 Panen
Pada umumnya tanaman cabai mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah
tanam, panen berikutnya dilakukan selang waktu 2-3 hari sekali. Selanjutnya,
pemetikan buah cabai untuk ekspor dapat dipilih pada tingkat kematangan 80-90%
saat warna buah berwarna merah kehitaman. Adapun cara panen buah cabai adalah
dengan memetik buah Bersama tangkainya secara hati-hati disaat cuaca terang dan
hasil panen dimasukkan ke dalam wadah yang selanjutnya dikumpulkan ditempat
penampungan.
14
2.3 Konsep Adopsi
Menurut Levis dalam Gultom (2008) Adopsi diartikan sebagai penerapan
atau penggunaan suatu ide. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai
sampai menerapkan.
Sedangkan menurut Mardikanto (2003) adopsi merupakan tujuan akhir dari
komunikasi, proses adopsi dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
1. Tahap menyadari (awareness), pada tahap ini sasaran mulai sadar tentang
adanya inovasi yang ditaarkan penyuluh
2. Tahap minat (interest), pada tahap ini sasaran mempunyai keinginan untuk
bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan.
3. Tahap Penilaian (evaluation), pada tahap ini ditandai dengan penilaian
terhadap baik atau buruknya manfaat informasi yang telah diketahui secara
lebih lengkap (aspek teknis, aspek sosial budaya, aspek ekonomi, aspek
politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan
regional)
4. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini sasaran mencoba dalam skala kecil
berdasarkan penilaiannya terhadap apa yang di anjurkan sebelum menerapkan
pada skala yang lebih luas lagi.
15
5. Tahap penerimaan atau menerapkan (adoption), pada tahap ini sasaran
dengan penuh keyakinan untuk menerapkan berdasarkan penilaian dan uji
coba yang telah di lakukannya.
2.4 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan
Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah
Menurut Hernanto (1984) karakteristik petani meliputibeberapa hal sebagai
berikut :
1. Umur petani mmpengaruhi kemampuan fisik dan merespon hal-hal baru
dalam menjalankan usahatani dan biasanya orangtua akan cenderung
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa dikerjakan oleh
masyarakat setempat.
2. Pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pendidikan petani baik
formal maupun non formal mempengaruhi cara befiki petani menerapkan
pada usahataninya dalam raionalitas usaha serta kemampuan memanfaatkan
setiap kesempatan ekonomi yang ada.
3. Pendapatan adalah salah satu yang sangat penting dalam mnunjang
pekonomian keluarga. Tingkat pendapatan adalah salah satu indikasi sosial
ekonomi masyarakat selain pekerjaan, kekayaan dan Pendidikan.
Sedangkan Menurut Mardikanto (1993) tingkat cosmopolitan juga
merupakan bagian dari karakteristik petani yang memiliki hubungan dan pandangan
yang luas dengan dunia luas, dengan kelompok sosial yang lain, serta mobilitas yang
tinggi.
16
Selanjutnya, Menurut Soekartawi (2005), terdapat beberapa hal penting yang
mempengaruhi penerapan adopsi inovasi, yaitu :
1. Umur. Semakin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk
ingin tahu apa yang belum diketahui, dengan demikian mereka berusaha
untuk lebih cepat menlakuakamn aadoplsi inaovgasi,n walaupun
seebenaprnya mereka belum berpengalaman dalam adopsi inovasi.
2. Pendidikan. Mereka yang berpendidikan tinggi relative lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi inovasi dan mereka yang berpendidikan tinggi rendah
agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.
3. Pola hubungan. Biasanya petani yang berada dalam pola hubungan yang
kosmolitan kebanyakan dari mereka lebih cepat dalam melakukan adopsi
inovasi dan petani yag berada dalam lingkungan pola hubungan yang bersifat
lokalitas.
4. Keberanian mengambil resiko. Kebanyakan petani kecil mempunyai sifat
menolak resiko. Mereka berani mengambil resiko apabila benar-benar telah
diyakini.
5. Sikap terhadap perubahan. Kebanyakan petani kecil agak lamban dalam
mengubah sikapnya terhadap perubahan. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya sumber daya lahan yang mereka miliki, sehingga agak sulit
mengubah sikap petani dalam melakukan adopsi inovasi.
6. Motivasi berkarya. Untuk menumbuhkan motivasi berkarya sering kali tidak
mudah, khususnya bagi petani-petani kecil yang berupa keterbatasan lahan,
pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.
17
7. Aspirai. Faktor aspirasi dapat ditumbuhkan bagi calon adopter tidak memiliki
aspirasi dalam proses adopsi inovasi atau bila asspirasi itu ditinggalkan begitu
saja.
8. Fatalisme. Apabila proses adopsi memiliki resiko yang tinggi dan calon
adopter memiliki harapan pada faktor ketidakpastian yang tinggi, bila ini
terjadi maka proses adopsi inovasi tidak berjalan dengan lancar atau tidak
berjalan sama sekali. Untuk itu perlu caa tersendiri untuk meyakinkan calon
adopter daam proses adpsi inovasi tersebut.
9. Sistem kepercayaan tertentu. Semakin tertutup sistem sosial dalam
masyarakat terhadap sentuhan luar, maka semakin sulit pula anggota
masyarakat untuk melakukan adopsi inovasi.
10. Karakteristik psikologi. Apabila karaktr petani sedemikian rupa sehingga
mendukung situasi memungkinkan adanya adpsi inovasi, maka proses inovasi
itu akan berjalan lebih cepat.
11. Pendapatan usahatani. Apabila pendapatan usahatani tinggi maka ada
hubungannya dengan petani melakukan adopsi inovasi
12. Lingkungan usahatani selalu brhubungan positif dengan adopsi inovasi.
Banyak teknologi baru yang memerlukan skala oprasi yang besar dan sumber
daya ekonomi tinggi untuk kepentingan adopsi inovasi trsebut.
13. Status kepemilikan lahan. Pemilik dapat membuat keputusan untuk
mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya.
14. Sumber-sumber informasi. Jumlah sumber-sumber informasi yang digunakan
atau hubungan dengan sumber-sumber inovasi adalah hubungan positif
terhadap adopsi inovasi.
18
15. Jenis inovasi. Cepat atau tidaknya suatu informasi tergantung pada jenis
inovasi itu sendiri. Makin kompleks inovasi tersebut maka makin lambat
adopsinya.
Penerapan teknik budidaya cabai merah merupakan bagian dari proses adopsi
inovasi. Tingkat penerapan pada masing-masing individu umumnya berbeda-
beda. Terdapat beberapa faktor sosial ekonomi yang di duga berhubungan
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi yaitu luas lahan, pedidikan, penerimaan
usahatani, dan harga cabai
2.4.1 Luas lahan
Menurut Rahim (2007) dalam Saputra (2018), lahan pertanian merupakan
penentu dari pengaruh pertanian. Secara umum, dikatakan semakin luas lahan yang
digarap maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang dapat mempoduksi hasil-hasil
pertanian.
Menurut Sajogyo (1977) dalam Miranda (2020), menyatakan bahwa
pengelompokkan luas lahan petani dengan tiga kategori, yaitu ; ( 1) skala kecil
dengan luas lahan usahatani <0,5 ha. (2) skala menengah dengan luas lahan usahatani
0,5-1,0 ha. (3) skala luas dengan luas lahan usahatani >1,0 ha.
Menurut Moehar Daniel (2004) dalam Hidayat (2017) luas penguasaan lahan
pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam produksi dan usaha
pertanian. Semakin sempit lahan usaha maka semakin tidak efisien usahatani yang
dilakukan, kecuali apabila suatu usahatani dijalankan dengan tertib dan administrasi
19
yang baik serta teknologi tepat guna, karena pada luas lahan yang sempit dalam
penerapan teknologi cenderung berlebihan dan menjadikan usaha tidak efisien.
2.4.2 Pendidikan
Menurut Soekartawi (1988), menyatakan bahwa mereka yang
berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi.
Begitupula sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah agak sulit melaksanakan
adopsi inovasi.
Menurut Hernanto (1991), menyatakan bahwa tingkat pendidikan petani baik formal
maupun informal akan mempengaruhi cara berfikir dan pandangan seseorang dalam
menjalankan uahataninya yaitu dalam rasionalitas usaha dan kemampuan
memanfaatkan setiap ekonomi yang ada. Menurut Arikunto (2010) kategori
pendidikan dibagi menjadi dua yaitu (1) Kategori rendah (Tidak sekolah, SD dan
SMP) dan (2) Pendidikan tinggi (SMA-Pendidikan lanjut).
Pendidikan petani dibagi dua yaitu Pendidikan formal maupun non formal.
Menurut Mardikanto (1993), Pendidikan formal merupakan jenjang Pendidikan dari
ynag terendah sampai tertinggi yang biasanya diberikan kepada penyelenggaraan
pendidikan yang terorganisir diluar sistem Pendidikan sekolah dengan isi pendidikan
yang terprogram. Menurut Kartasapoetra (1991), Pendidikan non formal salah
satunya adalah penyuluhan, kegiatan penyuluhan adalah suatu Pendidikan yang
dilakukan diluar sistem persekolahan yang biasa dimana orang ditunjukkan cara-cara
mencapai sesuatu dengan memuaskan sambal orang itu tetap mengerjakannya
sendiri.
20
Jadi, tingkat pendidikan baik formal maupun formal akan mempengaruhi
cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu pada rasionalitas usaha dan
kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada.
2.4.3 Penerimaan usahatani
Penerimaan usahatani adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari
semua cabang uahatani dan sumber dalam uahatani yang dapat diperhitungkan dari
hasil penjualan, pertukara dan penaksiran kembali.
Menurut hadisapoetra (1973), yang termasuk penerimaan usahatani adalah :
1. Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan menginngat dengan
adanya penerimaan pada permulaan dan pada akhir tahun.
2. Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usahatani kepada
rumah tangga dan keperluan pribadi dari petani dan kepada usaha-usaha
yang tidak termasuk usahatani.
3. Nilai bahan yang dibayarkan sebagai upah ke tenaga luar
4. Nilai dari bahan-bahan yang dihasilkan usahatani yang diperlukan lagi
dalam uahatani sendii sebagai bangunan-bangunan tetap mialnya kayu
untuk perumahan dan alat-alat
5. Tambahan nilai dari persediaan, modal ternak dan tanaman
6. Hasil sewa alat-alat dan upah tenaga kluarga dari pihak-pihak lain
Soekartawi (2005), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi
yang dipeoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani
(pnghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang
digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara garis besar
21
misalnya ; kg, ikat dll. Penerimaan usahatani mencangkup semua produk yang dijual,
dikonsumsi rumahtangga petani, digunakan usahatani dalam bibit, sertauntuk
disimpan. Pernyataan ini dapat dituliskan dalam formulasi sebagai berikut :
TR = Y x Py
Dimana :
TR = Total Revenue (penerimaan usahatani)
Y = Output (produksi yang diperoleh)
Py = Price (Harga Output)
2.4.4 Harga cabai
Menurut Sumiana (2017), harga jual yang rendah membuat petani
berhadapan dengan kondisi pilihan yang sulit, antara menjual komoditi walaupun
mengalami kerugian karena harus mengorbankan biaya produksi dan komoditi yang
dipanen, tetapi petani harus memiliki uang tunai untuk modal usaha pada musim
tanam selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian, menurut
George Lewis dalam Aprilia (2019), harga jual adalah sejumlah uang yang bersedia
dibayar oleh pembeli dan bersedia diterima oleh penjual.
2.5 Penelitian Terdahulu
Leonard Purba (2014) dengan judul Faktor=faktor Sosial Ekonomi yang
Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya
Kentang (studi kasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera
Utara) dari hasil penelitian menunjukkan teknologi budidaya kentang yang
dianjurkan PPL yaitu penggunaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Secara
22
serempak faktor sosial ekonomi petani (umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman
berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendapatan) memberikan
pengaruh nyata terhadap tingkat adopsi petani teknologi seseuai anjuran.
Nunun Evayanti (2004) dengan judul Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang
Mempengaruhi Keputusan Petani Mengusahakan Usahatani Nenas di Desa Sungai
Merdeka. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan pertanian dan harga
petani secara signifikan mempengaruhi keputusan petani dalam mempraktikkan
pertanian nanas di desa Sungai Merdeka.
Doni Kurniawan (2009) dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Sistem Resi Gudang oleh Petani di Kecamatan Palasah Kabupaten
Majalengka Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur, luas
lahan, stautus penguasaan lahan dan keikutsertaan dalam penyuluhan pertanian
berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk menerapka sistem resi Gudang.
Eko Setiawan (2018) dengan judul Analisis Hubungan Faktor Sosial
Ekonmi Petani Organik Padi Sawah (Oryza sativa L) di Kelurahan Markoma
Kcamatan Sambutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi
petani terhadap budidaya pertanian organic padi sawah kategori kurang berperan
dengan skor rata-rata 56,228 dan tingkat pengetahuan petani terhadap budidaya
pertanian organic padi sawah dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 60,10.
NK Arini (2014) dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Penerapan Teknik Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L) Studi
Kasus di Subak Iseh Desa Sinduwati Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem.
Hasil penelitian penerapan teknik budidaya cabai merah tergolong tinggi dengan skor
23
79,3% dari skor maksimum dan faktor-fakto yang mmpunyai hubungan yang
signifikan degan penerapan teknik budidaya cabai merah adalah pngetahuan, sikap
ptani dan intensitas interaksi antara petani dengan penyuluh pertanian lapangan dan
pengalaman bercocok tanam cabai merah.
2.6 Kerangka Pemikiran
Cabai merah merupakan salah satu tanaman komoditas hortikultura. Cabai
merah menjadi salah satu komoditas pertanian yang atraktif, sebab disaat tertentu
harganya bisa naik berlipat-lipat, terutama pada waktu tertentu seperti Lebaran,
Natal, dan Tahun Baru. Cabai merah dapat tumbuh di berbagai wilayah tersebar di
seluruh Indonesia dan tidak tergantung musim. Nilai eknomi cabai merah cukup
menggiurkan. Pasalnya, permintaan pasarnya cukup stabil, tetapi suplainya tergolong
fluktuatif.
Dalam menentukan petani menerapkan budidaya cabai merah sesuai anjuran
atau tidak ada pertimbangan untuk melakukan hal tersebut. Didalam pertimbangan
tersebut ada faktor-faktor sosial ekonomi yang diduga berhubungan adalah luas
lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, dan harga cabai.
Luas lahan usahatani cabai merah akan mempengaruhi terhadap produksi
usahatani cabai merah, serta penerimaan usahatani. Pengelolaan usahatani cabai
merah yang baik akan meningkatakan produksi usahatani dan pnerimaan. Begitu pula
dengan pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin cepat
dalam menerima adopsi inovasi.
24
Dari uraian tersebut, maka skema kerangka pemikiran yang
menggambarkan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan
teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang
Berhubungan dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai
Merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
Petani
Faktor-Faktor Sosial
Ekonomi :
1. Luas Lahan
2. Pendidikan
3. Penerimaan Usahatani
4. Harga Cabai
Penerapan Teknik Budidaya
Cabai Merah :
1. Pengolahan Tanah
2. Penyiapan Benih dan
Persemaian
3. Peasangan Mulsa
4. Penanaman
5. Pemupukan
6. Pengendaian Hama
dan Penyakit
7. Panen
(Edi, 2009)
Analisis Chi-Square
Berhubungan Tidak Berhubungan
25
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat di rumuskan suatu
hipotesis akan di uji kebenarannya dalam penelitian ini yaitu diduga terdapat
hubungan yang nyata antara faktor sosial ekoomi (luas lahan, pendidikan,
penerimaan usahatani, dan harga cabai) dengan tingkat penerapan teknik budidaya
cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
26
III. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangkan di daerah ini memiliki produksi tertinggi sebagai sentra
produksi cabai merah. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data pokok.
Kecamatan Kumpeh memiliki 17 desa dan hanya dua desa yang dijadikan
sebagai objek pnelitian dengan mempertimbangkan bahwa dua des aini merupakan
sentra produksi cabai merah. Desa yang dipilih adalah Desa Maju Jaya dan desa
Mekar Sari. Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari memiliki luas panen dan produksi
tertinggi dari desa lainnya, namun memiliki produktivitas yang rendah. Ruang
lingkup pada penelitian ini dibatasi untuk mempelajari faktor-faktor sosial ekonomi
(luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, harga cabai) yang berhubungan
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah (pengolahan tanah,
penyiapan benih dan persemaian, pemasangan mulsa, penanaman, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, panen) di Kecamatan Kumpeh. Penelitian ini
dillaksanakan pada tanggal 25 Mei 2021 sampai 25 Juni 2021.
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Identitas sampel yang meliputi nama, umur, tingkat pendidikan dan jumlah
anggota keluarga
27
2. Faktor-faktor sosial ekonomi petani yang melakukan budidaya cabai merah
yaitu luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani, dan harga cabai
3. Data pendukung lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian ini
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari sumber aslinya tanpa melalui perantara
atau menjawab masalah atau tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data
primer yang di dapatkan langsung dari petani cabai merah di lokasi
penelitian
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa
literatur dari Badan Pusat Statistik, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
Peternakan Provinsi Jambi, Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten
Muaro Jambi, Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kumpeh,
Skripsi, Jurnal serta data yang terkait dengan penelitian ini.
3.3 Metode Penarikan Sampel
Kecamatan Kumpeh memiliki 17 desa yang mengusahakan usahatani cabai
merah, terdapat dua desa yang merupakan sentra tanaman cabai di Kecamatan
Kumpeh yaitu Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari, kedua desa ini dipilih secara
sengaja dengan pertimbangan bahwa petani telah membudidayakan usahatani cabai
merah secara konsisten dan memiliki luas tanam serta produksi tertinggi di
Kecamatan Kumpeh.
28
Petani yang melakukan usahatani cabai merah di Desa Maju Jaya dan Desa
Mekar Sari tergabung dalam kelompok tani dengan jumlah anggota kelompok tani
di Desa Maju Jaya sebanyak 65 orang dan di Desa Mekar Sari sebanyak 105 orang.
Maka jumlah anggota kelompok tani pada kedua desa ini adalah 170 orang dari 9
kelompok tani.
Menurut Arikunto (2013), apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik
diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih. Untuk menentukan sampelnya akan diambil
dengan menggunakan rumus Slovin dalam Nazir (2011) sebagai berikut:
𝑛 =N
N.d2+1
Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi (ditetapkan 10%)
Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
𝑛 =N
N.d2+1=
170
170 (0,10)2+1= 62,9 = 63 responden
Dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus diatas, maka
diperoleh ukuran sampel sebesar 63 responden.
Menurut Akdon (2008) besarnya setiap desa ditentukan secara proposional
menggunakan formula sebagai berikut :
29
Dimana :
ni = Total sub sampel
Ni = Total sub populasi
n = Total Populasi
N = Total Sampel
Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 63 orang
Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelompok tani dilakukan
dengan proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional dengan cara :
Jumlah sampel tiap kelas = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 x jumlah tiap kelas
Sumber Hidup = 63
170 x 10 = 3,7 = 4
Sumber Hidup II = 63
170 x 14 = 5,18 = 5
Sumber Rezeki = 63
170 x 13 = 4,81 = 5
Sri Rezeki = 63
170 x 16 = 5,92 = 6
Sido Dadi = 63
170 x 12 = 4,44 = 4
Margo Santoso = 63
170 x 28 = 10,36 = 10
Karya Maju = 63
170 x 29 = 10,73 = 11
Podo Makmur = 63
170 x 23 = 8,51 = 9
Karya Bakti = 63
170 x 25 = 9,25 = 9
30
Tabel 4. Nama Desa Sampel, Jumlah Populasi dan Jumlah Petani Cabai
Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun 2020
No Nama
Kelompok Tani Jumlah Populasi Jumlah Sampel
1 Sumber Hidup 10 4
2 Sumber Hidup II 14 5
3 Sumber Rezeki 13 5
4 Sri Rezeki 16 6
5 Sido Dadi 12 4
6 Margo Santoso 28 10
7 Karya Maju 29 11
8 Podo Makmur 23 9
9 Karya Bakti 25 9
Jumlah 170 63
Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kumpeh 2020
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis faktor faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan tabulasi frekuensi. Rumus yang digunakan data adalah menggunakan
uji Chi-Square Siegel (1997) dengan tabel kontingensi 2 x 2. Apabila sel berisi
frekuensi ≥ 5, maka digunakan rumus sebagai berikut :
x2 = N [(AD−BC)]2
(A+B)(C+D)(A+C)(B+D)
Sedangkan bila tedapat sel yang berisi frekuensi kurang dari 5 digunakan
rumus sebagai berikut :
31
x2 = N [(AD−BC)
N
2]2
(A+B)(C+D)(A+C)(B+D)
Keterangan : N = Jumlah Sampel
Secara Tabulasi rumus tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :
Tabel 5. Model Uji Chi-Square dengan kontingensi 2 x 2
Faktor-Faktor Sosial
Ekonomi yang
Berhubungan dengan
Tingkat Penerapan
Tingkat Penerapan Teknik
Budidaya Cabai Jumlah
Tinggi Rendah
Tinggi A B A + B
Rendah C D C + D
Jumlah A + C B + D N
Dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut :
Jika x2 hitung ≤ x2 tabel [α = 5% db = (b-1) (k-1)] terima H0
Jika x2 hitung ≥ x2 tabel [α = 5% db = (b-1) (k-1)] tolak H0
Dimana :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi.
H1 : Terdapat hubungan antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi.
Pengukuran derajat kecendrungan hubungan antara faktor-faktor sosial
ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi digunakan rumus sebagai berikut :
32
𝐶ℎ𝑖𝑡 = √X2
X2+N
Dimana : x2 = Nilai Chi-Square
N = Jumlah Sampel
Chit = Koefisien Kontingensi
𝐶𝑚𝑎𝑘𝑠 =√m−1
m =
√1
2= 0,707
Dimana : m = Jumlah kolom/baris pada tabulasi
Cmax = Cmaximum
Lemah : 0 – 0,353 Kuat : 0,354 – 0,707
Selanjutnya untuk mengukur keeratan hubungan antara faktor-faktor sosial
ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi digunakan rumus sebagai berikut :
𝑟 =Chit
Cmaks
Dimana :
r = Koefisien keeratan hubungan
Chit = Koefisien keeratan hubungan
Cmax = C maximum
Berikut ini adalah jumlah pengelompokan kriteria keeratan hubungan :
a. 0,00 – 0,20 berarti memiliki hubungan keeratan sangat lemah
b. 0,21 – 0,40 berarti memiliki hubungan keeratan lemah
33
c. 0,41 – 0,70 berarti memiliki hubungan keeratan kuat
d. 0,71 – 0,90 berarti memiliki hubungan keeratan sangat kuat
e. 0,91 – 0,99 berarti memiliki hubungan keeratan kuat sekalli
f. 1 berarti sempurna
Untuk menguji apakah keeratan hubungan antara faktor-faktor sosial
ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan
kumpeh Kabupaten Muaro Jambi berbeda nyata atau tidak dilakukuan pengujian
hipotesis :
Dengan rumus : t hit =𝑡 ℎ𝑖𝑡 =√N−2
1−(r)2
H0 ; r = 0
H1 ; r ≠ 0
Kaidah pengambilan keputusan petani :
Jika t hitung {= ≤ t tabel (α/2 = 5%) db = N-2} terima H0
Jika t hitung {= ≥ t tabel (α/2 = 5%) db = N-2} terima H1
Dimana :
H0 : Tidak terdapat keeratan hubungan yang nyata antara faktor-faktor sosial
ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
H1 : Terdapat keeratan hubungan yang nyata antara faktor-faktor sosial ekonomi
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro jambi
34
3.5 Konsepsi Pengukuran
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel terpilih dari faktor-faktor
sosial ekonomi petani dengan penerapan teknik budidaya cabai merah.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu faktor-faktor sosial ekonomi (x),
sedangkan variabel terikatnya (y) adalah penerapan teknik budidaya. Data yang
dikumpulkan berbentuk data ordinal, keterangan mengenai variabel, indicator,
dimensi, dan cara pengukurannya dapat dilihat pada tabel berikut :
35
Tabel 6. Variabel, Indikator, Dimensi dan Cara Pengukurannya pada Faktor-
Faktor Sosial Ekonomi
No Variabel Indikator Dimensi Pengukuran
FAKTOR-FAKTOR SOSIAL
EKONOMI
1 Luas Lahan Luas lahan yang
dimanfaatkan
petani dalam
berusahatani
cabai merah
Luas lahan yang
dihitung dengan
satuan dalam
hektar
Tinggi :
Apabila
diatas rata-
rata yang
dimiliki
petani
responden
Rendah :
Apabila
dibawah rata-
rata yang
dimiliki
petani
responden
2 Pendidikan Tingkat
pendidikan yang
dimiliki oleh
petani sampel
Tahun Tinggi:
SMA –
Pendidikan
Lanjut
Rendah:
Tidak
Sekolah, SD
dan SMP
3 Penerimaan
Usahatani
Jumlah produksi
dikalikan dengan
harga pasar yang
berlaku
Produk yang
dihasilkan adalah
cabai merah
Tinggi:
apabila diatas
rata-rata
yang dimiliki
36
petani
responden
Rendah:
apabila diatas
rata-rata
yang dimiliki
petani
responden
4 Harga Cabai
merah
Jumlah harga jual
yang berlaku saat
itu
Produk yang
dihasilkan adalah
cabai merah
Tinggi:
63-105
Rendah:
21-62
PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA CABAI MERAH
1 Pengolahan
Tanah
Tindakan
pembajakan,
penyisiran,
pembuatan
bedengan
- Jumlah
- Waktu
- Ukuran
2 Penyiapan
Benih dan
Persemaian
Tindakan
pembibitan cabai
merah
- Jumlah
- Waktu
- Ukuran
3 Pemasangan
Mulsa
Pemasangan
mulsa yang
dilakukan pada
saat yang tepat
- Waktu
4 Penanaman Penanaman yang
sesuai dengan
anjuran umur
tanaman dan
jarak tanam
- Waktu
- Jarak
- ukuran
5 Pemupukan Pemupukan yang
sesuai dengan
anjuran untuk
- Dosis
- Jumlah
- Waktu
37
usia tanaman
tertentu
6 Pengendalian
hama dan
penyakit
Tindakan
melindungi
tanaman dari
serangan hama,
penyakit dan
gulma
- Insektisida
- Waktu
7 Panen Memperoleh
hasil panen
- Proses
- Cara
- waktu
38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi Wilayah
Kecamatan Kumpeh merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Muaro Jambi dengan keadaan geografis terletak pada ketinggian 00-50
Lintang Selatan dan 1000-1050 Bujur Timur dari permukaan laut, Kecamatan
Kumpeh memiliki luas wilayah ± 162,48 km2. Wilayah hortikultura sebagai daerah
penelitian terletak di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di
Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari dengan luas wilayah Desa Maju Jaya 388 Ha
dan luas Desa Mekar Sari 1.776 Ha.
Secara administrasi batas-batas Desa Maju Jaya adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Mekar Sari
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Puding
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Pemunduran
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Pulau Mentaro
Secara administrasi batas-batas Desa Mekar Sari adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan PT. MAKIN GROUP
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Pulau Mentaro
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Betung
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Maju Jaya
4.1.2 Topografi
Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari memiliki ketinggian antara 33-40
meter diatas permukaan laut, di dominasi dengan permukaan tanah datar sampai
berombak 98% dan berbukit 2%.
39
4.1.3 Keadaan Iklim
Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari memiliki iklim tropis. Temperatur dan
keadaan udara dengan suhu maksimal 330c dan suhu minimum 200c atau rata-rata
26,50c dengan kelembapan rata-rata 80%. Musim hujan terjadi di bulan Oktober
sampai dengan Maret, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai
September.
4.2 Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk pada suatu wilayah merupakan suatu potensi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian wilayah
tersebut. Hal ini berkaitan dengan kuantitas dan kualitas penduduk yang mengelola
sumber daya pada daerah tersebut. Potensi penduduk yang besar dapat
dimanfaatkan untuk mengelola sumber daya yang tersedia dengan baik, sesuai
dengan tingkat pengetahuan dan kemampuannya
4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin menggambarka perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Secara sosiologis penting untuk
dipahami karena keteraturan dan keseimbangan yang berkaitan dengan proses
regenerasi. Penduduk di Desa Maju Jaya 492 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 254
jiwa dan perempuan 238 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin di Desa Maju Jaya dapat dilihat pada tabel 7.
40
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Maju Jaya
Kecamatan Kumpeh Tahun 2021
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase
1 Laki-Laki 254 51,63%
2 Perempuan 238 48,37%
Jumlah 492 100%
Sumber : Monografi Desa Maju Jaya Tahun 2021
Tabel 7 menunjukkan perbandingan seks rasio antara penduduk di Desa
Maju Jaya Tahun 2020 berjenis kelamin laki-laki dengan penduduk berjenis
kelamin perempuan relative berimbang. Secara persentase jumlah penduduk
berjenis kelamin laki-laki di Desa Maju Jaya sebanyak 51,63% dan jumlah
penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 38,37%. Sedangkan jumlah
penduduk menurut jenis kelamin di Desa Mekar Sari, dapat dilihat pada tabel 8
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Mekar Sari
Kecamatan Kumpeh Tahun 2021
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase
1 Laki-Laki 1376 51,40%
2 Perempuan 1301 48,60%
Jumlah 2677 100%
Sumber : Monografi Desa Mekar Sari 2021
Tabel 8 menunjukkan perbandingan seks rasio antara penduduk di Desa
Mekar Sari Tahun 2020 berjumlah 2.677 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki
dengan persentase 51,40% dan berjenis kelamin perempuan dengan persentase
48,60%.
41
4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Masyarakat di Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari Sebagian besar penduduknya
bekerja disektor pertanian, untuk melihat Jumlah penduduk menurut mata
pencaharian adalah sebagai berikut.
Tabel 9 Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Maju Jaya
Kcamatan Kumpeh Tahun 2021
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase
1 Petani 124 46,97%
2 Pedagang 5 1,90%
3 PNS 5 1,90%
4 tukang 6 2,27%
5 Guru 8 3,03%
6 TNI/Polri 1 0,37%
7 Buruh 30 11,36%
8 Wiraswasta 85 32,20%
Jumlah 264 100%
Sumber : Monografi Desa Maju Jaya Tahun 2021
Dari data tabel 9 diatas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Maju Jaya
Sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dengan jumlah persentase
sebanyak 46,97% atau 124 orang, Sedangkan Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian
Penduduk di Desa Mekar Sari pada Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 10 sebagai
berikut :
42
Tabel 10. Jumlah dan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Mekar Sari
Kecamatan Kumpeh Tahun 2021
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Petani 992 61,58%
2 Buruh Tani 450 27,94%
3 Montir 5 0,32%
4 Dokter Swasta 1 0,06%
5 Bidan Swasta 2 0,12%
6 POLRI 1 0,06%
7 Pedagang Keliling 13 0,80%
8 Tukang Kayu 15 0,94%
9 Karyawan Perusahaan
Swasta
73 4,53%
10 Karyawan Perusahaan
Pemerintah
2 0,12%
11 Wiraswasta 57 3,53%
Jumlah 1.611 100%
Sumber : Monografi Desa Mekar Sari Tahun 2021
Dari tabel 10 diatas menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Mekar Sari
umumnya bermata pencaharian sebagai petani dengan jumlah 992 orang atau
61,58%. Hal ini sesuai dengan penggunaan luas wilayah yang dominan digunakan
untuk bidang pertanian tanaman hortikultura.
4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana
4.3.1 Sarana Pendidikan
Keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat
pendidikan masyarakatnya. Sarana pendidikan di Desa Maju Jaya dan Desa Mekar
Sari antara lain Gedung TK/PAUD dan Gedung Sekolah Dasar (SD)
43
Tabel 11. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Maju Jaya Kecamatan
Kumpeh Tahun 2021
No Jenis Sarana Pendidikan Jumlah
1 Gedung TK/PAUD 1
2 SD/MI 1
Jumlah 2
Sumber :Monografi Desa Maju Jaya Tahun 2021
Sarana pendidikan di Desa Mekar Sari Tahun 2020 antara lain Gedung
SD/Sederajat, Gedung TK, Gedung Tempat Bermain Anak, Sarana dan Prasarana
Pendidikan lainnya.
Tabel 12. Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Mekar Sari
Kecamatan Kumpeh 2021
No Jenis Sarana Pendidikan Jumlah
1 Gedung SD/Sederajat 2
2 Gedung Tk 1
3 Gedung Tempat Bermain Anak 1
4 Sarana dan Prasarana Pendidikan Lainnya 1
Jumlah 5
Sumber : Monografi Desa Mekar Sari Tahun 2020
4.3.2 Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang ada di desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari sudah
cukup memadai dengan adanya 1 puskesmas pembantu dan 1 posyandu yang
ditunjang oleh bidan masing-masing tiap desa.
4.3.3 Sarana Peribadatan
Sarana Peribadatan yang terdapat di Desa Mekar Sari meliputi 3 buah
Masjid dan 9 buah langar atau musholla, sedagka di Desa Maju Jaya terdapat sarana
peribadatan berupa 1 buah masjid dan 2 buah langar/musholla. Masing-masing dari
44
tempat peibadatan memiliki kgiatan rutin seperti pengajian, majelis ta’lim dan
sebagainya.
4.4 Keadaan Petani
Komoditas petanian yang diusahakan di Desa Maju Jaya dan Desa Mekar
Sari adalah komoditas cabai merah, dimaa produk yang dihasilkan menjadi
kebutuhan pokok hidup masyarakatnya dan menjadi skala prioritas sehingga
menjadi produk andalan bagi desa Maju Jaya dan Mekar Sari.
4.5 Identitas Petani Responden
Identitas petani responden dalam penelitia ini dibatasi pada beberapa
karakteristik yang diperkiraka dapat mempengaruhi kemampuan dan pngetahuan
petani dalam berusaha tani cabai merah di Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari.
Adapunkriteria yang dimaksud adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, dan
jumlah angggota keluarga petani.
4.5.1 Umur Petani
Umur merupakan faktor yang berperan penting dalam kegiatan
berusahatani, karena petani yang berusia lebih tua akan memiliki perbedaan sudut
pandang dengan cara berfikir dengan petani ynag berusia lebih muda untuk
mengambil keputusan dan menjalankan usahataninya. Selain itu umur juga
mempengaruhi kinerja petani terkait dengan perbedaan kemampuan fisik dan
stamina yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang berusia tua.
45
Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan
Kategori Kelompok Umur di Kecamatan Kumpeh Tahun 2020
No Kelompok Umur Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
1 28-33 2 3,17%
2 34-39 9 14,29%
3 40-45 9 14,28%
4 46-51 11 17,46%
5 52-57 16 25,40%
6 58-63 16 25,40%
Jumlah 63 100%
Sumber : Hasil Olah data primer
Tabel 12 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian di lapangan,
persentase terbesar petani berada pada kelompok umur 52-57 dan 58-63 dengan
frekuensi masing-masing 16 orang atau sebesar 25,40% pada setiap intervalnya.
Menurut Hernanto (1996) umur produktif petani ada pada jenjang umur 15-55
tahun. Pada umur ini petani mempunyai kemampuan fisik yang kuat dan masih
produktif dalam mengelola usahataninya.
4.5.2 Pendidikan Formal Petani
Pendidikan formal dapat diartikan sebagai suatu pendidikan yang teratur
dengan menggunakan suatu sistem yang secara rutin diikuti sampai pada tingkat
tertentu. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menerima dan
menerapkan inovasi serta kemampuan dalam membuat keputusan berusahatani atau
berkebun.
46
Tingkat pendidikan petani umumnya akan mempengaruhi cara berfikir
petani, semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia semakin mampu melihat
resiko yang dihadapi dan semakin efisien dalam bekerja serta makin mampu
menginterpretasikan pesan yang diterima. Pendidikan formal petani yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang ditamatkan petani. Tingkat
pendidikan formal petani bervariasi dari yang tidak dapat mengikuti jenjang
pendidikan, tidak dapat menyelesaikan pendidikan tingkat dasar hingga pendidikan
tinggi, dapat dilihat pada gambar grafik berikut. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hernanto (1996) bahwa tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi cara
berpikir, menerima dan mencoba hal baru di dalam kegiatan usahatani. Berdasarkan
hasil penelitian di lapangan terdapat perbedaan tingkat pendidikan yang dapat
dilihat pada tabel 13
Tabel 14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan
Kategori Pendidikan Formal di Kecamatan Kumpeh Tahun 2020
No Tingkat Pendidikan Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
1 SD/Sederajat 29 46,03%
2 SMP/Sederajat 23 36,50%
3 SMA/Sederajat 11 17,46%
Jumlah 63 100%
Sumber : Hasil Olahan data primer
Tabel 13 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani sampel di daerah
penelitian bervariasi, mayoritas petani sampel merupakan tamatan SD/Sederajat
sebanyak 29 orang atau sebesar 46,03% dari total petani sampel. Sedangkan yang
berpendidikan SMA/Sederajat berjumlah sebanyak 11 orang dengan persentase
17,46%, artinya di dapat dipahami bahwa mayoritas tingkat pendidikan formal
petani didaerah penelitian adalah SD/Sederajat.
47
4.5.3 Jumlah Anggota Keluarga
Anggota keluarga adalah semua orang yang tinggal dalam satu rumah,
memiliki hubungan kekeluargaan serta menjadi tanggungan biaya hidup oleh
kepala keluarga sebagai pembuat keputusan. Jumlah anggota keluarga disamping
dapat mendorong petani untuk bekerja lebih giat dalam usahatani, dapat juga
digunakan sebagai tambahan tenaga kerja dalam usahataninya atau berkebun.
Sehingga dapat menjadi pertimbangan petani sebagai kepala keluarga untuk
membuat sebuah keputusan dalam usahataninya. Pada daerah penelitian diketahui
bahwa jumlah anggota keluarga petani termasuk bervariasi, hal ini dapat dilihat
pada tabel 14.
Tabel 15 Distribusi Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Daerah
Penelitian Tahun 2020
No Jumlah Anggota Keluarga
(orang)
Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
1 2 10 15,87%
2 3 16 25,39%
3 4 14 22,22%
5 5 13 20,64%
6 6 10 15,88%
Jumlah 20 63 10%
Sumber : Hasil data olahan primer 2020
Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa sebagian besar 16 petani (25,39%)
memiliki jumlah anggota keluarga yang berada pada 3 orang. Semakin banyak
jumlah anggota keluarga petani, maka semakin banyak pula kebutuhan yang harus
dipenuhi. Sebaliknya semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang dapat
digunakan petani sampel. Dengan demikian semakin banyak anggota keluarga,
maka semakin besar pula pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan
48
jumlah anggota keluarga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hernanto (1996) yang
menyatakan bahwa petani mempunyai jumlah tanggungan lebih besar akan diburu
oleh kebutuhan keluarga, dengan demikian ia akan berusaha semaksimal mungkin
untuk memenuhi kebutuhannya dengan mengikutsertakan anggota keluarga dalam
mengembangkan usahataninya.
4.6 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dalam Penerapan Teknik Budidaya
Adapun faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah yaitu faktor sosial meliputi luas lahan dan
pendidikan, sedangkan faktor ekonomi meliputi penerimaan usahatani dan harga
cabai.
4.6.1 Luas Lahan
Luas lahan merupakan penentu dari pengaruh pertanian. Secara umum
dikatakan, semakin luas lahan yang digarap maka semakin besar jumlah produksi
yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan
petani yang dilakukan untuk penerapan teknik budidaya cabai merah. Hal ini
memberi pandangan semakin luas lahan yang dimiliki petani untuk melakukan
penerapan teknik budidaya cabai merah, maka kemungkinan besar produksi yang
dihasilkan petani juga akan meningkat serta petani mampu untuk melakukan
penerapan teknik budidaya cabai merah. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa
luas lahan usahatani cabai merah petani sampel di daerah penelitian rata-rata adalah
0,73 Hadengan rentang tertinggi yaitu 1ha dan terendah yaitu 0,25ha. Untuk
mengetahui frekuensi luas lahan petani terhadap penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh dapat dlihat pada tabel 15
49
Tabel 16 Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan
Kategori Luas Lahan di Kecamatan Kumpeh Tahun 2021
No Kategori Frekuensi (orang) Persentase (%)
1 Tinggi
≥ 0,73 Ha
37 58,73%
2 Rendah
≤ 0,73 Ha
26 41,27
Jumlah 63 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2021
Berdasarkan tabel 15 diatas diketahui bahwa sebanyak 37 orang memiliki tingkat
luas lahan yang tinggi dengan persentase 58,73%. Luas lahan yang diusahakan petani
responden rata-rata petani sampel yang mengusahakan usahatani cabai merah adalah milik
sendiri. Petani yang memiliki luas lahan yang relatif luas maka akan lebih mudah dalam
menerapkan inovasi daripada yang memiliki lahan sempit. Luas lahan yang dimiliki sangat
mempengaruhi petani dalam berusahatani, dengan harapan luas lahan yang cukup luas akan
memproleh hasil produktivitas yang tinggi. Namun, ada juga beberapa petani yang
memiliki luas lahan dengan rendah yaitu sebesar 26 orang (41,27%)
4.6.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan petani baik formal maupun informal akan mempengaruhi cara
berfikir dan pandangan seseorang dalam menjalankan usahataninya, yaitu dalam
rasionalitas usaha, dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada.
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan petani terhadap penerapan teknik budidaya
cabai merah. Hal ini memberi pandangan semakin tinggi tingkat pendidikan petani
terhadap penerapan teknik budidaya cabai merah, maka kemungkinan besar petani mampu
untuk melakukan penerapan teknik budidaya cabai merah. Untuk mengetahui frekuensi
pendidikan petani terhadap penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh
dapat dlihat pada tabel 16.
50
Tabel 17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan
Kategori Pendidikan di Kecamatan Kumpeh Tahun 2021
No Kategori Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
1 Tinggi 13 20,63%
2 Rendah 50 79,37%
Jumlah 63 100%
Sumber : Hasil olahan Data Primer Tahun 2021
Berdasarkan tabel 16 menjelaskan sebanyak 13 orang memiliki pendidikan
tinggi dengan frekuensi sebesar 20,63%. Tingkat pendidikan yang tinggi
mempengaruhi petani sampel dalam menerapkan inovasi pertanian, sedangkan pada
hasil olah data di lapangan menyatakan bahwa di lokasi penelitian memiliki
kategori rendah sebanyak 50 orang dengan frekuensi 79,37%.
4.6.3 Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan
pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan
seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara garis besar, misalnya kg.
Hal ini memberi pandangan semakin tinggi tingkat penerimaan terhadap penerapan
teknik budidaya cabai merah, maka kemungkinan besar petani mampu untuk
melakukan penerapan teknik budidaya cabai merahnya.
Menurut Soekartawi (2005), penerimaan petani dalam berusahatani yang
tinggi seringkali ada hubungannya dengan tingkat difusi inovasi. Jika dilihat dari
penjelasan mengenai penerimaan petani yang mengusahakan budidaya cabai merah
di daerah penelitian tergolong tinggi. Rata-rata penerimaan yang diterima petani
51
dalam satu kali musim tanam adalah Rp. 31.343.238,-, dengan penerimaan
tertinggi sebesar Rp. 42.400.000,- dan terendah Rp.10.864.000,- (Lampiran ).
Untuk mengetahui distribusi petani responden berdasarkan kategori penerimaan
petani di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 17 berikut :
Tabel 18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden berdasarkan
Kategori Penerimaan Usahatani dan Harga Cabai Merah di
Kecamatan Kumpeh Tahun 2021
No Kategori Frekuensi (orang) Persentase (%)
1 Tinggi
≥Rp.31.343.238,-
42 66,67%
2 Rendah
≤Rp.31.343.238,-
21 33,33%
Jumlah 63 100%
Sumber : Hasil olahan Data Primer Tahun 2021
Berdasarkan tabel 17 menjelaskan bahwa penerimaan petani tergolong
tinggi dengan jumlah petani sebanyak 42 orang atau 66,67%. Artinya petani di
Kecamatan Kumpeh memiliki penerimaan yang tinggi, hal ini dipengaruhi oleh
hasil produksi yang dimiliki petani tinggi dikarenakan petani mengetahui tentang
penerapan teknologi mulai dari pengolahan lahan sampai panen harus optimal dan
sesuai apa yang di anjurkan serta mereka memikirkan waktu yang paling baik dalam
penanamannya. Walaupun sebagaian besar petani yang dapat penerimaan tidak
sesuai harapan di daerah penelitian.
4.7 Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh
Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah sesuai anjuran Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi mulai dari (1) Pengolahan tanah, (2) Penyiapan
Benih dan Persemaian, (3) pemasangan mulsa, (4) Penanaman, (5) pemupukan, (6)
52
Pengendalian hama dan penyakit, (7) Panen. Hal ini merupakan teknis – teknis yang
dilakukan oleh petani dalam usahatani cabai merah di Kecamatan Kumpeh. Untuk
mengetahui skor tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan kumpeh
dapat dilihat dari tabel 18
Tabel 19. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan
Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun
2021
Unsur Teknik
Budidaya Cabai
Merah
Frekuensi
Kategori Jumlah Persentas (%) Jumlah
(%) Tinggi Rendah Tinggi Rendah
1. Pengolahan
Tanah
2. Penyiapan
Benih dan
Persemaian
3. Pemasangan
Mulsa
4. Penanaman
5. Pemupukan
6. Pengendalian
hama dan
Penyakit
7. Panen
26 37 63 41,27 58,73 100%
Sumber : Hasil Kuisioner responden di Keamatan Kumpeh Tahun 2021
Berdasarkan tabel 18 menjelaskan bahwa tingkat penerapan budidaya cabai
merah sesuai anjuran di daerah penelitian tergolong tinggi sebesar 41,27% dengan
tingkat persentase rendah sebesar 58,73% . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
petani sudah melakukan penerapan teknik budidaya sesuai anjuran, namun ada juga
yang belum melakukan nya secara optimal.
53
4.8 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah
Penerapan teknik budidaya cabai merah berpengaruh dengan tingkat adopsi
inovasi pertanian terhadap suatu tknologi yang elalu dihubungkan dengan faktor-
faktor sosial ekonomi petani itu sendiri, yang meliputi luas lahan, pendidikan,
penerimaan usahatani, dan harga canai. Oleh karena itu untuk mengetahui
bagaimana hubungan masing-masing faktor-faktor sosial ekonomi petani trhadap
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah maka digunakan pengujian dengan
analisi chi-sqaure dengan nilai α =0,05 dan n = 63
4.8.1 Hubungan Luas Lahan Cabai Merah dengan Tingkat Penerapan Tenik
Budidaya Cabai merah di Kecamatan Kumpeh
Luas lahan merupakan penentu petani untuk dapat melakukan adopsi
inovasi. Petani yang mempunyai lahan luas akan dengan mudah untuk menerakan
adopsi inovasi sesuai rekomendasi dari pada petani yang memilik lahan sempit.
Pada penelitian ini diduga bahwa luas lahan memiliki hubungan dengan
penerapan teknik budidaya cabai merah, artinya semakin luas lahan yang dimiliki
leh petani cabai merah maka akan semakin mudah dalam mengambil keputusan
dalam melakukna adopsi inovasi. Dugaan ini di didasari pada asumsi bahwa
semakin luas yang diusahakan petani, maka akan mendorong petani untuk
melakukan adopsi inovasi budidaya cabai merah dibandingkan dengan petani yang
membuat lahan sempit.
54
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data penelitian sosial ekonomi petani
berdasarkan luas lahan luas lahan dengan penerapan teknik cabai merah di
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada Tabel 19
Tabel 20. Kontingensi Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun
2021
Luas Lahan
(Ha)
Penerapan Jumlah
Tinggi Rendah
Tinggi
≥ 0,73 Ha
20 17 37
Rendah
≤ 0,73 Ha
7 19 26
Jumlah 27 36 63
Sumber : Hasil Olahan Data Kuisioner Tahun 2021
Tabel 19 menunjukkan bahwa di Kecamatan Kumpeh terdapat
kecenderungan bahwa semakin tinggi luas lahan maka akan semin tinggi juga
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah. Berdasarkan hasil uji statistika non
parametrik melalui Uji Chi-Square diperoleh nilai x2hitung = 4,59 > x2
tabel = 3,84 pada
α = 0,05. Berdasarkan kaidah pengambilan keputusan, maka terima H1 dan tolak
H0 yang berarti terdapat hubungan yang nyata antara luas lahan dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah. Selanjutnya berdasarkan analisis derajat
kecenderungan hubungan antara luas lahan dengan tingkat penerapan teknik
budidaya cabai merah, di dapat bahwa nilai Chitung = 0,26 yang artinya hubungan
antara luas lahan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di
Kecamatan Kumpeh lemah karena berada di bawah 0,354-0,707.
55
Analisis keeratan hubungan di peroleh nilai r = 0,367 dan antara luas lahan dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah digolongkan lemah, karena r= 0,367
berada diantara 0,21 – 0,41. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah nilai r tersebut
signifikan atau tidak maka dilakukan uji t, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
hasil Thit = 3,081 jika dibandingkan dengan nilan Ttabel (α/2 = 5%, db=N-2 = 61)
Ttabel= 1,675, maka nilai Thitung>Ttabel. Dengan demikian dapat dinyatakan
trdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan tingkat penerapan teknik
budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh. Artinya keeratan hubungan antara
luas lahan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah signifikan secara
statistic.
4.8.2 Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya
Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh
.Pendidikan tinggi dapat mmpengaruhi seseorang untuk mengadopsi inovasi
baru. Bagitu pula dengan mereka yang berpendidikan rendah. Pendidikan adalah
jenjang pendidikan yang dimiliki oleh petani sampel di daerah penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data penelitian sosial ekonomi petani
berdasarkan tingkat pendidikan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel 20
sebagai berikut :
56
Tabel 21. Kontingensi Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun
2021
Pendidikan Penerapan
Jumlah Tinggi Rendah
Tinggi
>67,41
18 32 50
Rendah
<67,41
9 4 13
Jumlah 27 36 63
Sumber :Hasil Olahan data Kuisioner tahun 2021
Tabel 20 menunjukkan bahwa di Kecamatan Kumpeh terdapat
kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah. Berdasarkan hasil uji statistika non
parametrik melalui Uji Chi-Square diperoleh nilai x2hitung = 4,652 > x2
tabel = 3,84
pada α = 0,05. Berdasarkan kaidah pengambilan keputusan, maka terima H1 dan
Tolak H0 yang berarti terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah. Selanjutnya berdasarkan analisis
derajat kecenderungan hubungan antara pendidikan dengan tingkat penerapan
teknik budidaya cabai merah, di dapat bahwa nilai Chitung = 0,260 yang artinya
hubungan antara pendidikan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah
di Kecamatan Kumpeh tergolong lemah, karena nilainya dibawah 0,3554 – 0,707.
Analisis keeratan hubungan diperoleh dari nilai r = 0,367 dan antara
pendidikan dengan tingkat penerapan teknik budidayacabai merah tergolong lemah,
karena nilai r = 0,367 berada diantara 0,21 – 0,40.selanjutnya untuk mengetahui
apakah nilai r tersebut signifikan atau tidak maka dilakukan lagi uji t, berdasarkan
57
hasil perhitungan diperoleh hasil Thit = 3,081, jika dibandingkan dengan nilai Ttabel
(α/2 =5%, db = N-2 = 61) Ttabel = 1,675, maka nilai Thitung > Ttabel.
Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di
Kecamatan Kumpeh. Artinya keeratan hubungan antara pendidikan dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah signifikan secara statistic.
4.8.3 Hubungan Penerimaan dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya
Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun 2021
Penerimaan usahatani yang tinggi seringkali ada hubungannya terhadap
adopsi inovasi.petani yang memiliki tingkat penerimaan usahatani yang tinggi akan
berusaha lagi mencari informasi dan melakukan inovasi baru agar produktivitas
usahataninya meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data penelitian sosial ekonomi
berdasarkan penerimaan usahatani dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel 21
Tabel 22. Kontingensi Penerimaan Usahatani dengan Tingkat Penerapan
Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan Kumpeh Tahun 2021
Penerimaan
Usahatani
Penerapan Jumlah
Tinggi Rendah
Tinggi
>Rp.31.434.238
5 16 21
Rendah
<Rp.31.434.238
22 20 42
Jumlah 27 36 63
Sumber : Hasil Olahan Data Kuisioner Tahun 2021
58
Tabel 21. menunjukkan bahwa di Kecamatan Kumpeh terdapat
kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah. Berdasarkan hasil uji statistika non
parametrik melalui Uji Chi-Square diperoleh nilai x2hitung = 4,667 > x2
tabel = 3,84
pada α = 0,05. Berdasarkan kaidah pengambilan keputusan, maka terima H1 dan
Tolak H0 yang berarti terdapat hubungan yang nyata antara penerimaan usahatani
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah. Selanjutnya berdasarkan
analisis derajat kecenderungan hubungan antara penerimaan usahatani dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah, di dapat bahwa nilai Chitung = 0,260
yang artinya hubungan antara penerimaan usahatani dengan tingkat penerapan
teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh tergolong lemah, karena
nilainya dibawah 0,3554 – 0,707.
Analisis keeratan hubungan diperoleh dari nilai r = 0,367 dan antara
penerimaan usahatani dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah
tergolong lemah, karena nilai r = 0,367 berada diantara 0,21 – 0,40.selanjutnya
untuk mengetahui apakah nilai r tersebut signifikan atau tidak maka dilakukan lagi
uji t, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil Thit = 3,081, jika dibandingkan
dengan nilai Ttabel (α/2 =5%, db = N-2 = 61) Ttabel = 1,675, maka nilai Thitung >
Ttabel.
Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan
antara penerimaan usahatani dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh. Artinya keeratan hubungan antara penerimaan
usahatani dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah signifikan secara
statistic.
59
4.9 Implikasi penelitian
Pentingnya penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran
faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik
budidaya cabai merah di daerah penelitian. Penelitian yang telah dilakukan ini
memperjelas bahwa berdasarkan uji statistic non parametrik dengan menggunakan
uji Chi-Square, secara keseluruhan faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan
dengan tingkat penerspsn tknik budidaya cabai merah berhubungan secara nyata.
Empat indikator yang berhubungan dengan faktor-faktor sosial ekonomi
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah yaitu luas lahan,
pendidikan, penerimaan usahatani dan harga cabai. Sosial ekonomi petani dan
indikator luas lahan tergolong tinggi karena memiliki persentase 58,73%,
pendidikan tergolong rendah dengan persentase 20,63%, penerimaan usahatani dan
harga cabai tergolong tinggi dengan persentase 66,67%.
Berdasarkan perhitungan telah dianalisis melalui uji Chi-Square diperoleh
hasil bahwa terhadapat hubungan yang nyata antara faktor – faktor sosial ekonomi
petani (luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani dan harga cabai) dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di daerah penelitian di Kecamatan
Kumpeh kabupaten Muaro Jambi.
60
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan diuraikan tentang
faktor faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik
budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi, maka
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Sosial ekonomi petani dari indikator luaslahan, pendidikan, penerimaan
usahatani, dan harga usahatani cabai merah di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi memiliki persentase dari masing-masing indikator
yaitu : luas lahan memiliki distribusi 58,73%, pendidikan adalah 20,63%,
penerimaan usahatani dan harga cabai adalah 66,67%.
2. Tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh
dapat diihat dari tahapan-tahapan penerapan usahatani cabai merah yaitu
pengolahan tanah, penyiapan benih dan persemaian, pemasangan mulsa,
penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen.
Tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh
tergolong tinggi dengan persentase 61,47% petani melakukan penerapan
teknik budidaya cabai merah yang sesuai dengan anjuran dan cukup baik
dalam penerapannya.
3. Berdasarkan perhitungan telah di analisis melalui uji Chi-Square diperoleh
hasil bahwa terdapat hubungan yang nyata antara faktor sosial ekonomi
petani (luas lahan, pendidikan, penerimaan usahatani dan harga cabai)
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di daerah penelitin
di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
61
5.2 Saran
Mengingat adanya hubungan antara faktor luas lahan, pendidikan,
penerimaan usahatani dan harga cabai dengan tingkat penerapan teknik budidaya
cabai merah di Kecamatan Kumpeh, maka perlu adanya suatu usaha atau perlakuan
terutama bagi petani maupun pihak terkait
Mengacu pada hasil penelitian, maka penulis menyarankan untuk :
1. Petani dapat diharapkan dapat mempertahankan faktor-faktor sosial ekonomi
tersebut karena bernilai positif bagi dirinya agar tetap memiliki keprcayaan
diri untuk mengoptimalkan produktivitas cabai merah yang dimilikinya.
2. Pemerintah terkait juga bersama PPL diharapkan dapat mempertahankan
hasil revitalisasi yang positif tersebut terhadap petani dengan tetap
memberikan dukungan perhatian, inovasi, serta kebutuhan-kebutuhan primer
lainnya bagi petani dalam melakukan usahatani cabai merah.
62
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, SA. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah.
Jurnal Agribisnis Mimbar Vol.1 No.3, Majalengka.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Peneitian (Rev.ed) Jakarta : Rineka Cipta.
Audina, LW. 2016. Hubungan Antara Kualitas Hidup. Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Berliantara. 2016. Analisis Efisiensi Produksi dan Keuntungan Usahatani Tomat
Dataran Rendah di Kabupaten Lampung Selatan (Tesis). Program Pasca
Sarjana Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar
Lampung.
Dewi, NN. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Petani dalam
Memilih Teknik Peremajaan Kelapa Sawit di Kecamatan Sungai Bahar
Kabupaten Muaro Jambi [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Jambi,
Jambi.
Fahmi, Irham. 2015. Teori dan teknik pengambilan keputusan kualitatif dan
kuantitatif .Penebar Swadaya, Jakarta
Ginanjar, G., Andayani, SA., dan Dinar. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Melakukan Usahatani Jagung
Hibrida (Zea mays L) (Studi Kasus di Blok Pancurendang Tonggoh
Kelurahan Babakan Jawa Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka).
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Vol.5 No.2. Fakultas Pertanian
Universitas Majalengka, Majalengka.
Masithoh, Siti. 2013. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha
Tani Kubis (Brassica oleracea) di Kertasari, Jurnal vol,4 no.2. Fakultas Ilmu
dan Teknologi Pertanian Universitas Djuanda, Bogor.
Normansyah, Dodi. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Kelompok
Tani Jaya Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
Jurnal Agribisnis Vol.8 No.1, Bogor.
Redaksi Agromedia. 2008. Paduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai. PT
Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.
Saptana et al. 2010. Analisis Efisiensi Teknis Produksi Usahatani Cabai Merah
Besar dan Perilaku Petani dalam Menghadapi Risiko. Jurnal Agro Ekonomi
Vol.28 No.2, Jawa Tengah.
Siahaan et al. 2016. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah
(Capsicum Annum L). (diakses 1 Juli 2019). Diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/94200-ID-efisiensi-
penggunaan-faktor-produksi-usa.pdf
63
Sianturi, DU., D.Chalil., dan Hasyim,H. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Sayuran Hidroponik
di Kota Medan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sugiarti, S. 2003. Usahatani dan Pemasaran Cabai Merah. Jurnal Akta Agrosia
Vol.6 No. 1, Yogyakarta.
Suratiyah, Ken. 2016. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta
Syukur Muhammad, 2016. 8 Kiat Sukses Panen Cabai Sepanjang Musim :
Penghujan dan Kemarau.Penebar Swadaya, Jakarta
Wanda, FFA. 2015. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Siam (Studi Kasus di
Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser [Jurnal],
Paser.
Wardani dan Purwanta 2008 (Wardani, Nila dan Purwanta hadi, Jamhara) th 2008
: seri buku inovasi : TH/05/2008. Teknologi inovasi cabai. ISBN : 978-979-
1415-26-2
Wardani,N., dan Purwanta, HJ. 2008. Teknologi Inovasi Cabai, Bogor.
64
Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Cabai Merah
di Kecamatan Kumpeh Tahun 2019
No Desa/Kelurahan Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 Puding 0,5 6 12
2 Maju Jaya 109,99 1319,8 11,99
3 Mekar Sari 79,95 959,4 12
4 Pulau Mentaro 10 120 12
5 Betung 2 24 12
6 Pematang Raman 1,5 18 12
7 Petanang 5 30 6
8 Sungai Bungur 2 24 12
9 Seponjen 1 12 12
10 Sogo 0,5 6 12
11 Tanjung 1,5 18 12
12 Gedong Karya 6 72 12
13 Jebus 3 72 24
14 Sungai Aur 5 60 12
15 Rantau Panjang 1,5 18 12
16 Londerang 5 60 12
17 Rondang 1 12 12
Jumlah 125,45 2831,2 209,99
Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kumpeh 2019
65
Lampiran 2. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Usahatani Cabai Merah di
Desa Maju Jaya dan Desa Mekar Sari
Desa Maju Jaya Desa Mekar Sari
Nama Kelompok
Tani Jumlah Anggota
Nama Kelompok
Tani Jumlah Anggota
Sumber Hidup 10 Margo Santoso 28
Sumber Hidup II 14 Karya Maju 29
Sumber Rezeki 13 Podo Makmur 23
Sri Rezeki 16 Karya Bakti 25
Sido Dadi 12
Jumlah 65 105
Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kumpeh 2020
66
Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Daerah Penelitian di Kecamatan
Kumpeh Tahun 2020
No Nama Umur Kelompok
Tani
Luas
Lahan
Tingkat
Pendidikan
Jumlah
Aggota
Keiuarga
Jumlah
Produksi
1 Sunarso 45 Sumber
Hidup
1 SD 3 7800
2 Yono 55 Sumber
Hidup
0,5 SMP 2 3840
3 Turino 36 Sumber
Hidup
0,25 SMA 2 2550
4 Solihin 58 Sumber
Hidup
1 SD 6 5450
5 Sutikno 61 Sumber
Hidup II
1 SD 5 4350
6 Samsul 43 Sumber
Hidup II
1 SD 4 7500
7 Saiman 39 Sumber
Hidup II
0,5 SD 3 3935
8 Gunawan 49 Sumber
Hidup II
0,5 SMP 4 4050
9 Sudiono 52 Sumber
Hidup II
0,5 SD 2 3850
10 Sakimun 58 Sumber
Rezeki
1 SD 5 4590
11 Podo 60 Sumber
Rezeki
0,5 SD 6 3985
12 Umar 53 Sumber
Rezeki
1 SD 3 6680
13 Dedani 51 Sumber
Rezeki
0,25 SMP 4 2150
14 Sutani 50 Sumber
Rezeki
1 SMP 4 7280
15 Gendon 58 Sido Dadi 1 SD 5 7850 16 Kamto 49 Sido Dadi 0,75 SMA 3 5700 17 Tomo 54 Sido Dadi 1 SMA 4 6550 18 Iwan 53 Sido Dadi 1 SMP 4 5955 19 Misnan 45 Sri Rezeki 0,5 SD 4 4255 20 Sukatno 56 Sri Rezeki 1 SD 6 7555 21 Supri 46 Sri Rezeki 0,5 SD 5 4355 22 Sarwi 32 Sri Rezeki 1 SMA 3 7350 23 Saom 58 Sri Rezeki 1 SD 6 7820 24 Tanimin 37 Sri Rezeki 0,5 SMA 3 4345 25 Sumadi 60 Margo
Santoso
1 SD 6 5245
26 Tumingga 48 Margo
Santoso
0,25 SMP 5 2265
67
27 Ranudi 60 Margo
Santoso
0,75 SD 2 4560
28 Kirno 38 Margo
Santoso
1 SMP 2 6885
29 Bagyo 39 Margo
Santoso
1 SD 5 5450
30 Mizi 50 Margo
Santoso
0,5 SMP 4 3350
31 Suyud 41 Margo
Santoso
1 SMP 3 8280
32 Budiono 55 Margo
Santoso
0,75 SD 6 5240
33 Paimin 62 Margo
Santoso
0,5 SD 2 6025
34 Kholik 35 Margo
Santoso
0,75 SMP 3 5345
35 Tunasir 47 Karya
Maju
1 SMA 4 5860
36 Bibit 54 Karya
Maju
0,25 SMP 5 2050
37 Supardi 42 Karya
Maju
0,5 SMA 3 4345
38 Slamet 50 Karya
Maju
1,5 SD 3 9290
39 Kamsi 63 Karya
Maju
1 SD 3 8900
40 Sudiono 52 Karya
Maju
0,25 SD 6 1755
41 Khabib 42 Karya
Maju
0,25 SMP 5 1850
42 Harun 52 Karya
Maju
1 SD 4 7980
43 Sujiman 59 Karya
Maju
0,25 SMA 5 2305
44 Sahli 49 Karya
Maju
0,5 SMA 5 5050
45 Saipul 52 Karya
Maju
0,5 SMP 2 3555
46 Sugiono 53 Podo
Makmur
0,25 SD 6 2345
47 Wagiman 58 Podo
Makmur
1 SD 3 6005
48 Eko 43 Podo
Makmur
0,75 SD 3 6850
49 Bujang 29 Podo
Makmur
0,75 SMA 2 6365
50 Setiawan 39 Podo
Makmur
0,75 SD 2 5505
68
51 Saridin 60 Podo
Makmur
0,5 SMP 6 4965
52 Paimin 54 Podo
Makmur
1 SD 4 8260
53 Sukiman 59 Podo
Makmur
1 SD 6 5800
54 Ragil 48 Podo
Makmur
0,5 SMP 5 2500
55 Minali 52 Karya
Bakti
1 SMP 4 6900
56 Ependi 52 Karya
Bakti
0,5 SD 4 2500
57 Parlan 41 Karya
Bakti
0,75 SMP 3 5900
58 Ngatono 35 Karya
Bakti
1 SMA 4 6200
59 Trimo 63 Karya
Bakti
1 SD 5 8400
60 Gianto 37 Karya
Bakti
0,5 SMA 3 2800
61 Rasaman 60 Karya
Bakti
1 SD 2 7000
62 Suparno 53 Karya
Bakti
0,25 SMP 5 1800
63 wahono 57 Karya
Bakti
0,75 SD 3 2700
69
Lampiran 4. Jawaban Petani Responden Tentang Faktor-Faktor Sosial
Ekonomi yang Berhubungan dengan Tingkat Penerapan Teknik
Budidaya Cabai Merah
No
Luas Lahan Pendidikan Penerimaan Usahatani
Ha Ket Tingkat
Pendidikan Ket Rp ket
1 1 T SD R 39.984.000 T
2 0,5 R SMP R 19.896.000 R
3 0,25 R SMA T 10.894.000 R
4 1 T SD R 39.120.000 T
5 1 T SD R 39.984.000 T
6 1 T SD R 39.040.000 T
7 0,5 R SD R 20.400.000 R
8 0,5 R SMP R 31.824.000 T
9 0,5 R SD R 31.040.000 R
10 1 T SD R 40.080.000 T
11 0,5 R SD R 31.920.000 T
12 1 T SD R 42.400.000 T
13 0,25 R SMP R 12.560.000 R
14 1 T SMP R 40.160.000 T
15 1 T SD R 38.240.000 T
16 0,75 T SMA T 38.960.000 T
17 1 T SMA T 38.240.000 T
18 1 T SMP R 38.960.000 T
19 0,5 R SD R 20.720.000 R
20 1 T SD R 39.120.000 T
21 0,5 R SD R 31.920.000 T
22 1 T SMA T 39.120.000 T
23 1 T SD R 39.032.000 T
24 0,5 R SMA T 31.976.000 T
25 1 T SD R 39.624.000 T
26 0,25 R SMP R 12.256.000 R
27 0,75 T SD R 31.920.000 T
28 1 T SMP R 38.960.000 T
29 1 T SD R 39.840.000 T
30 0,5 R SMP R 20.800.000 R
31 1 T SMP R 40.104.000 T
32 0,75 T SD R 27.360.000 R
33 0,5 R SD R 20.480.000 R
34 0,75 T SMP R 32.000.000 T
35 1 T SMA T 37.360.000 T
36 0,25 R SMP R 14.016.000 R
37 0,5 R SMA T 20.248.000 R
38 1,5 T SD R 54.000.000 T
70
39 1 T SD R 40.168.000 T
40 0,25 R SD R 13.224.000 R
41 0,25 R SMP R 12.536.000 R
42 1 T SD R 40.168.000 T
43 0,25 R SMA T 15.032.000 R
44 0,5 R SMA T 31.920.000 T
45 0,5 R SMP R 20.248.000 R
46 0,25 R SD R 13.400.000 R
47 1 T SD R 40.024.000 T
48 0,75 T SD R 31.760.000 T
49 0,75 T SMA T 27.648.000 R
50 0,75 T SD R 31.032.000 R
51 0,5 R SMP R 31.680.000 T
52 1 T SD R 40.008.000 T
53 1 T SD R 40.736.000 T
54 0,5 R SMP R 20.256.000 R
55 1 T SMP R 39.992.000 T
56 0,5 R SD R 31.920.000 T
57 0,75 T SMP R 31.896.000 T
58 1 T SMA T 40.776.000 T
59 1 T SD R 40.776.000 T
60 0,5 R SMA T 31.920.000 T
61 1 T SD R 40.696.000 T
62 0,25 R SMP R 17.600.000 R
63 0,75 T SD R 32.080.000 T
71
Lampiran 5. Matriks Kontingensi Hubungan luas lahan dengan Tingkat
Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan
Kumpeh
Luas Lahan
(Ha)
Penerapan Jumlah
Tinggi Rendah
Tinggi
≥ 0,73 Ha
20 17 37
Rendah
≤ 0,73 Ha
7 19 26
Jumlah 27 36 63
x2 = 𝑁(|𝐴𝐷−𝐵𝐶|)2
(A+B)(𝐶+𝐷)(𝐴+𝐶)(𝐵+𝐷)
x2 = 𝑁(|119−380|)2
(27)(36)(26)(37)
x2 = 4.291.623
935.064
x2 = 4,59
x2hit>x2
tab yaitu db = 1 adalah 3,84
Keputusan : Terima H1 artinya terdapat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
Untuk melihat derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten
Muaro Jambi sebagai berikut :
Chit = √𝑥2
𝑥2+𝑁
Chit = √4,59
4,59+63
Chit = 0,26
Derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan
teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
adalah 0,26, artinya hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat
72
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi tergolong lemah karena nilainya terletak dibawah 0,354-0,707
Untuk mengukur keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi terhadap
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi sebagai berikut :
r = Chit
Cmaks
r = 026
0707= 0,367
Artinya keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi tergolong lemah karena berada diantara kategori 0,21-0,40
Untuk mengetahui keeratan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor
sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi sebgai berikut :
Thit =r √N−2
1−(r)2
Thit =0,367 √63−2
1− (0,367)2
Thit= 3,081
Karena Thit = 3,081 jika dibandingkan dengan nilai Ttabel (a/2 = 5% db =
N-2 =61) Ttabel = 1,575 jadi, nilai Thit > Ttabel. Berdasarkan kaidah pengambilan
keputusan mak terima H1 yang berarti terdapat keeratan hubungan yang signifikan
antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
73
Lampiran 6. Matriks Kontingensi Hubungan Pendidikan dengan Tingkat
Penerapan Teknik Budidaya cabai Merah di Kecamatan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2021
Pendidikan Penerapan
Jumlah Tinggi Rendah
Tinggi
>67,41
18 32 50
Rendah
<67,41
9 4 13
Jumlah 27 36 63
x2 = 𝑁(|𝐴𝐷−𝐵𝐶|)2
(A+B)(𝐶+𝐷)(𝐴+𝐶)(𝐵+𝐷)
x2 = 𝑁(|72−288|)2
(27)(36)(50)(13)
x2 = 2.939.328
631.800
x2 = 4,652
x2hit>x2
tab yaitu db = 1 adalah 3,84
Keputusan : Terima H1 artinya terdapat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
Untuk melihat derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten
Muaro Jambi sebagai berikut :
Chit = √𝑥2
𝑥2+𝑁
Chit = √4,652
4,652+63
Chit = 0,26
74
Derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan
teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
adalah 0,26, artinya hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi tergolong lemah karena nilainya terletak dibawah 0,354-0,707
Untuk mengukur keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi terhadap
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi sebagai berikut :
r = Chit
Cmaks
r = 026
0707= 0,367
Artinya keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi tergolong lemah karena berada diantara kategori 0,21-0,40
Untuk mengetahui keeratan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor
sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi sebgai berikut :
Thit =r √N−2
1−(r)2
Thit =0,367 √63−2
1− (0,367)2
Thit= 3,081
Karena Thit = 3,081 jika dibandingkan dengan nilai Ttabel (a/2 = 5% db =
N-2 =61) Ttabel = 1,575 jadi, nilai Thit > Ttabel. Berdasarkan kaidah pengambilan
keputusan mak terima H1 yang berarti terdapat keeratan hubungan yang signifikan
antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
75
Lampiran 7. Matriks Kontingensi Hubungan Penerimaan Usahatani dan
Harga Cabai di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
Tahun 2021
No Kategori Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
1 Tinggi
≥Rp.31.343.238,-
42 66,67%
2 Rendah
≤Rp.31.343.238,-
21 33,33%
Jumlah 63 100%
x2 = 𝑁(|𝐴𝐷−𝐵𝐶|)2
(A+B)(𝐶+𝐷)(𝐴+𝐶)(𝐵+𝐷)
x2 = 63(|100−352|)2
(27)(36)(21)(42)
x2 = 4.000.752
857.304
x2 = 4,662
x2hit>x2
tab yaitu db = 1 adalah 3,84
Keputusan : Terima H1 artinya terdapat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi
dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
Untuk melihat derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan
tingkat penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten
Muaro Jambi sebagai berikut :
Chit = √𝑥2
𝑥2+𝑁
Chit = √4,667
4,667+63
Chit = 0,26
Derajat hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan
teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
adalah 0,26, artinya hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi tergolong lemah karena nilainya terletak dibawah 0,354-0,707
76
Untuk mengukur keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi terhadap
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi sebagai berikut :
r = Chit
Cmaks
r = 026
0707= 0,367
Artinya keeratan hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat
penerapan teknik budidaya cabai merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi tergolong lemah karena berada diantara kategori 0,21-0,40
Untuk mengetahui keeratan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor
sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi sebgai berikut :
Thit =r √N−2
1−(r)2
Thit =0,367 √63−2
1− (0,367)2
Thit= 3,081
Karena Thit = 3,081 jika dibandingkan dengan nilai Ttabel (a/2 = 5% db =
N-2 =61) Ttabel = 1,575 jadi, nilai Thit > Ttabel. Berdasarkan kaidah pengambilan
keputusan mak terima H1 yang berarti terdapat keeratan hubungan yang signifikan
antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat penerapan teknik budidaya cabai
merah di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
77
KUISIONER PENELITIAN
Judul : Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan
dengan Tingkat Penerapan Teknik Budidaya Cabai Merah di Kecamatan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
Nama Peneliti : Mainisyah Ali Harahap
No. Mahasiswa : D1B014006
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Hari/Tanggal :
I. Data Lokasi Penelitian
Kabupaten : Muaro Jambi
Kecamatan : Kumpeh
Desa : ………..
II. Identitas Petani Sampel
1. Nama
2. Umur
3. Pendidikan Formal
4. Jumlah Anggota Keluarga
78
FAKTOR SOSIAL EKONOMI
Pertanyaan Terbuka
Luas lahan
1. Berapa luas lahan usahatani cabai merah yang Bapak/Ibu garap?
2. Status kepemilikan lahan gararapan bapak/ibu untuk usahatani cabai
merah adalah………(Milik Sendiri/Sewa)
3. Berapakah jarak tanaman cabai merah yang selama ini Bapak/Ibu garap?
4. Berapa umur tanaman cabai merah yang siap ditanam dilahan garapan?
5. Berapa kali Bapak/Ibu Panen cabai merah dalam satu kali musim tanam?
Pendidikan
1. Apa Pendidikan terakhir yang Bapak/Ibu miliki?
Penerimaan Usahatani
1. Berapa jumlah penerimaan usahatani cabai merah dalam 1 kali musim
tanam?
2. Berapa jumlah produksi tanaman cabai merah yang bapak/ibu garap dalam
satu kali musim tanam
Harga Cabai
- Berapakah harga jual cabai yang ibu/bapak jual (per kg)?
PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA CABAI MERAH
A. PENGOLAHAN
1. Apakah wajib melakukan pemasangan mulsa pada lahan yang akan ditanami
cabai merah?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
79
2. Berapakah jarak antar bedengan yang baik dalam pertanaman cabai merah?
a. 40c – 50cm (5)
b. 20cm – 30cm (1)
3. Apakah Bapak/Ibu melakukan 2kali pembajakan dan 1kali penyisiran ?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
A. Penyiapan Benih dan Persemaian
1. Berapa lamakah seharusnya benih direndam air hangat untuk mempercepat
perkecambahan?
a. 15-30 menit (5)
b. 5-10 menit (1)
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui perbandingan tanah halus dan pupuk untuk
membuat media semai cabai merah yang benar (2:1)?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui ukuran polybag semai adalah 5-8cm x 10cm?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
B. Pemasangan Mulsa
1. Apakah Bapak/Ibu menggunakan mulsa di lahan yang di tanami cabaimerah?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
2. Kapankah waktu yang tepat untuk melakukan pemasangan mulsa di lahan yang
akan di tanami cabai merah?
a. 14.00-16.00 (5)
b. Dibawah jam 12 siang (1)
3. Apakah Bapak/Ibu menggunakan pospor yang berwarna Hitam Perak
(MHPH)?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
80
C. Penanaman
1. Kapankah waktu terbaik dalam melakukan penanaman cabai merah?
a. Sore hari (5)
b. Malam hari (1)
2. Kapankah waktu yang baik dalam pemindahan cabai merah ke media tanam?
a. 17-23hari dan berdaun 2-4 (5)
b. Berdaun 1-2 helai (1)
3. Apakah Bapak/Ibu menanam cabai dengan jarak 50-60cm x 60-70cm?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
D. Pemupukan
1. Apakah Bapak/Ibu menggunakan takaran pupuk Urea 150 kg/ha + ZA 50kg/ha
+ SP36 150kg/ha + KCl 200kg/ha?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
2. Berapa hari sekali frekuensi dalam melakukan pemupukan yang terbaik?
a. 10-15 hari sekali (5)
b. <10 hari (1)
3. Apakah Bapak/Ibu memberikan pupuk dasar padasaat 2-3hari sebelum tanam
dengan semua dosis pupuk SP36?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
E. Pengendalian Hama dan Penyakit
1. Apakah wajib dilakukan pengendalian secara terpadu dalam mengendalikan
hama dan penyakit pada tanaman cabai merah?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
2. Apa hama yang paling berbahaya bagi tanaman cabai merah?
a. Ulat Grayak (5)
b. Lalat Buah (1)
81
F. Panen
1. Pada umumunya, berapakah umur tanaman cabai mulai dipanen setelah
ditanam?
a. 75-80 hari (5)
b. 90-100 hari (1)
2. Berapakah selang waktu untuk memanen setelah pemanenan pertama?
a. 2-3 hari (5)
b. 6-10 hari (1)
3. Berapakah tingkat kematangan cabai merah yang tepat untuk dijual?
a. 85-90% (5)
b. 95-100% (1)