141
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA OPERATOR STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KECAMATAN CIPUTAT TAHUN 2014 Skripsi Disusun Oleh: Pikih Pratama 109101000060 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI

KAPASITAS VITAL PARU PADA OPERATOR STASIUN

PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KECAMATAN CIPUTAT

TAHUN 2014

Skripsi

Disusun Oleh:

Pikih Pratama

109101000060

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai
Page 3: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, 19 Agustus 2014

Pikih Pratama, NIM: 109101000060

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kapasitas Vital Paru pada

Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

(Xvii + 100 halaman, 12 tabel, 3 gambar, 2 lampiran)

ABSTRAK

Dengan adanya urbanisasi dan peningkatan jumlah kendaraan yang terjadi begitu

pesat terutama di kota-kota besar dapat menimbulkan polusi udara di lingkungan. Dilihat

dari sumbernya pencemaran udara terbesar berasal dari asap buang kendaraan. Efek dari

emisi kendaraan bermotor dapat menyebabkan masalah kesehatan yang mengurangi

kemampuan paru-paru, salah satunya terhadap operator SPBU. Oleh karena itu

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan KVP.

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik yang bertujuan melihat

hubungan antara variabel dependent dan independent dengan menggunakan desain cross

sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2014. Sampel pada

penelitian ini adalah semua operator SPBU di wilayah Kecamatan Ciputat yang bersedia

menjadi sampel, yakni 42 orang. Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner,

timbangan, microtoise, EPAM 505, dan Spirometer.

Hasil penelitian ini menunjukan operator SPBU yang mengalami penurunan

KVP sebanyak 30 dengan persentase (71, 4%). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui

bahwa variabel yang berhubungan dengan KVP adalah variabel debu total (P-value

0,000), jenis kelamin (P-value 0,008), kebiasaan merokok (P-value 0,035), dan masa

kerja (P-value 0,019). Sedangkan untuk variabel umur, kebiasaan olahraga, status gizi,

riwayat penyakit tidak berhubungan dengan KVP.

Untuk mencegah terjadinya penurunan KVP pada operator SPBU disarankan

agar perusahaan mewajibkan dan menyediakan masker kepada pekerja, pekerja mulai

membiasakan diri rutin berolahraga, dan pekerja membiasakan diri untuk tidak merokok.

Daftar bacaan: 62 (1990-2013)

Kata kunci: Operator SPBU, Kapasitas Vital Paru (KVP), debu total, merokok.

Page 4: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduate Thesis, 19

th August 2014

Pikih Pratama, NIM: 109101000060

Factors Associated With Genesis Vital Lung Capacity Of Gas Station Operator in the

District Of Ciputat 2014

(Xvii + 100 pages, 12 tables, 3 images, 2 attachments)

ABSTRACT

Both the urbanization and increasing the number of vehicles that occur so rapidly, especially in

big cities can cause air pollution in the environment. The largest source of air pollution is from

vehicle emission. The effect of motor vehicle emissions can cause health problems that reduce

the ability of the lungs, one of them is to the operator of gas stations.

Therefore, this study was conducted to determine the factors associated with Vital Lung

Capacity.

This study was an analytic epidemiologic study aimed to see the relationship between the

dependent and independent variables using a cross sectional design. It was conducted in March-

July 2014. Samples in this study were all operator stations in the District of Ciputat who were

willing to become sample, they are 42 operators. The instrument in this study was a

questionnaire, scales, microtoise, EPAM 505, and spirometer.

These results indicated that gas station operators had decreased 30 percentage Vital Lung

Capacity (71, 4%). Based on the results of statistical tests known that variables related to Vital

Lung Capacity was total dust (P-value 0.000), gender (P-value 0.008), smoking (P-value 0.035),

and tenure (P-value 0.019). As for the variables of age, exercise habits, nutritional status, disease

history were not associated with Vital Lung Capacity.

To prevent a decrease in Vital Lung Caapacity gas station operators it is recommended that the

company obliged and provides masks to the workers. They alsonshould start to do regular

exercise and stop smoking.

Reading list: 62 (1990-2013)

Keyword: Operators of gas stations, Vital Lung Capacity, total dust, smoking

Page 5: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai
Page 6: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai
Page 7: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pikih Pratama

Tempat, tanggal lahit : 17 Oktober 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Pernikahan : Belum menikah

Nomor Handphone : 085717202324

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : - 1996-1997 TK Al-Istiqomah

- 1997-2003 SDN Cempaka Baru I

- 2003-2006 Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta

- 2006-2009 Madrasa Aliyah Negeri 4 Model Jakarta

- 2009-sekarang S1 – Jurusan Kesehatan Masyarakat,

peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi dan Pelatihan : 1. OSIS Periode 2004-2006 (Mts N 3 Jakarta)

2. OSIS Periode 2006-2008 (MAN 4 Model

Jakarta

3. BEM Jurusan Anggota Kesenian dan

Olahraga 2009-2010 (UIN SH Jakarta)

4. BEM Jurusan Staff Ahli Kesenian dan

Olahraga 2010-2011 (UIN SH Jakarta)

5. Pelatihan OHSAS 18001 Manajemen Risiko

2012

Page 8: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT,

Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayah-NYA jualah maka penulis

mampu merampungkan laporan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian KVP pada Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun

2014”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah

SAW, yang atas perkenan ALLAH, telah menghantarkan umat manusia ke pintu

gerbang pengetahuan Allah yang Maha Luas.

Selama penulisan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri,

banyak orang-orang disekitar yang telah membantu baik moril ataupun materil.

Sekiranya patut saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang begitu tak

terhingga, tak mengenal waktu bekerja demi anakmu ini. Do’a yang selalu

tercurah disepanjang waktu, dan dorongan semangat demi kelak bisa menjadi

anak yang berbakti serta membanggakan Bapak dan Ibu. Adik kandung penulis

Muhammad Hady Fahlefy semoga sukses di bidang pendidikan. Kepada alm.

Farhan Fadjrin yang telah tenang di surga nya Allah SWT bersama Rasulullah

SAW dan para Nabi. Aamiin.

2. Buat nyai tersayang terimakasih buat do’a-do’anya. Mudah-mudahan dipelihara

kesehatannya, semakin taat ibadahnya. Aamiin.

Page 9: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

viii

3. Buat seorang guru (pengajar) yang luar biasa bagi kami, rendah hatinya, luas

senyumannya. Pendidik bagi kami khususnya mahasiswa/i peminatan K3 Ibu

Iting Shofwati, ST., MKKK. Makasih teruntuk semangat dan ilmunya kepada

kami. Awal pertama ketemu mudah-mudah2n akan membuat saya selalu ingat

ibu. Dipelihara kesehatan bersama keluarga dan anak-anakknya yang saleh dan

shaleha.

4. Buat ibu Dewi Utami Iriani, Ph. D selaku dosen pembimbing terimakasih untuk

kemudahan, arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi. Mudah-

mudahan ibu beserta keluarga sehat selalu.

5. Fazar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan

Masyarakat yang selalu berusaha dengan ikhlas untuk memajukan Kesmas

6. Bapak Ir. Bambang, SP, MKKK terimakasih untuk ilmu dan kebaikannya

bersama keluarga kepada kami. Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK terimakasih

juga untuk ilmu dan kebaikannya.

7. Ibu DR. Ela Laelasari, M. Kes selaku dosen penguji, terimakasih untuk

pengertiannya dan perhatiannya kepada kami yang sedang berjuang

mengerjakan skripsi. Mudah-mudah ibu sehat beserta keluarga.

8. Bapak dr. Yuli P Satar, MARS selaku dosen penguji terimakasih buat

masukan2 dalam penulisan ini. Mudah2n bapak dan keluarga sehat selalu.

Aamiin.

9. Bapak dr. Gatot Sudiro, H, Sp. P selaku dosen penguji dari luar. Makasih buat

masukan-masukan terkait penulisan, semoga menjadikan bekal yang berilmu di

massa depan. Mudah2 bapak dr. sehat selalu.

Page 10: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

ix

10. Buat Om Yono dan Cing Ela terimakasih untuk bantuannya selama saya kuliah.

Keluargaku semua terimakasih buat bantuannya.

11. Untuk teman-teman K3 makasih buat semuanya, ALLAH SWT luar biasa

mempertemukan kita dalam 1 kelas. Sukses buat kita semua. aamiin

12. Buat sahabatku Zainul fadillah, SKM terimakasih banyak untuk semuanya.

Buat sahabatku Ersa Anugraha Putra yang selalu sabar dan rendah hati.

13. Buat guru-guruku di TK, SD, MTs N 3, MAN 4 Model Jakarta, di perkuliahan

yang masih ingat sama saya. Ikatan batin ini yang akan memperkuat tali

silaturahmi murid kepada guru-gurunya.

14. Buat ka Nur Najmi Laila selaku PJ Lab K3 ataupun kaka senior di Kesmas

makasih untuk bantuannya dan kesediannya selama turun lapangan,

mendampingi dan memberikan masukan serta arahan terhadap penulisan ini.

Buat Agung Raharjo kesediaannya membantu dalam proses komunikasi

bimbingan dengan dosen

15. Buat kamu semesta, tempat dimana aku dilahirkan, tumbuh hidup dan

berkembang menjadi pribadi yang matang, lebih baik di depan. I love you

semesta!

Dengan memanjatkan doa kepada ALLAH SWT, penyusunan berharap kebaikan

yang telah diberikan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT, aamiin. Terakhir

sekiranya semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca umumnya.

Jakarta, September 2014

Penulis

Page 11: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA……………………………………………i

ABSTRAK……………………………………………………………………………….ii

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………………...iv

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………..v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………vi

KATA PENGANTAR………………………………………………………………vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..x

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………xv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………xvi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………5

1.3 Pernyataan Penelitian…………………………………………………...6

1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………..7

1.4.1 Tujuan Umum…………………………………………………...7

1.4.2 Tujuan Khusus…………………………………………………..7

1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………………....8

1.5.1 Bagi Manajemen Perusahaan…………………………………....8

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat…………………….8

1.5.3 Bagi Peneliti……………………………………………………..9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………….9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pernafasan manusia..……………………………………………10

2.1.1 Anatomi Pernafasan…………………………………………….10

2.1.2 Fisiologi Paru-paru……………………………………………..11

Page 12: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

xi

2.1.3 Mekanisme Pernafasan…………………………………………13

2.2 Kapasitas Paru-paru…………………………………………………….14

2.2.1 Kapasitas vital paru…………………………………………….15

2.2.2 Alat ukur KVP…………………………………………………18

2.3 Debu……………………………………………………………………21

2.3.1 Pengertian Debu………………………………………………..21

2.3.2 Sifat-sifat debu…………………………………………………23

2.3.3 Ukuran debu……………………………………………………24

2.4 Bidang Penyakit Paru………………………………………………….24

2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi KVP Operator SPBU…………....25

2.6 Kerangka Teori…………………………………………………………43

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………44

3.2 Definisi Operasional……………………………………………………46

3.3 Hipotesis……………………………………………………………….48

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian……………………………………………………....49

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………....49

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………….49

4.3.1 Populasi………………………………………………………..49

4.3.2 Sampel………………………………………………………....49

4.4 Instrumen Penelitian…………………………………………………..51

4.5 Pengumpulan Data…………………………………………………….51

4.5.1 Data Primer……………………………………………………51

Page 13: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

xii

4.6 Pengolahan Data……………………………………………………...55

4.6.1 Mengkode Data (data coding)………………………………..55

4.6.2 Menyunting Data (data editing)………………………………56

4.6.3 Memasukan Data (entry data)………………………………...56

4.6.4 Membersihkan Data (cleaning)……………………………….57

4.7 Teknik Analisa Data………………………………………………….57

4.7.1 Univariat……………………………………………………...57

4.7.2 Bivariat……………………………………………………….57

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran SPBU wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2014…………..58

5.2 Analisa Univariat

5.2.1 Gambaran KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat tahun

2014…………………………………………………………..61

5.2.2 Gambaran debu total pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat

tahun 2014……………………………………………………61

5.2.3 Gambaran karakteristik individu (umur dan jenis kelamin) pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014……………62

5.2.4 Gambaran karakteristik gaya hidup (kebiasaan merokok,

kebiasaan olahraga, status gizi, riwayat penyakit pada operator

SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014……………………….64

5.2.5 Gambaran massa kerja pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat

tahun 2014……………………………………………………….66

Page 14: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

xiii

5.3 Analisa Bivariat

5.3.1 Hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014………………………………….67

5.3.2 Hubungan antara karakteristik individu (umur dan jenis kelamin)

dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat tahun

2014……………………………………………………………..68

5.3.3 Hubungan antara karakteristik gaya hidup (kebiasaan merokok,

kebiasaan olahraga, status gizi dan riwayat penyakit) dengan KVP

pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014………..70

5.3.4 Hubungan antara massa kerja dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014………………………………….73

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan penelitian…………………………………………………75

6.2 Kejadian KVP…………………………………………………………..76

6.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan KVP…………………………78

6.3.1 Hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014…………………………………78

6.3.2 Hubungan antara karakteristik individu (umur dan jenis kelamin)

dengan KVP pada operator SPBU tahun 2014………………….82

6.3.3 Hubungan antara karakteristik gaya hidup (kebiasaan merokok,

kebiasaan olahraga, status gizi dan riwayat penyakit) dengan KVP

pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014………84

6.3.4 Hubungan antara massa kerja dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014………………………………….94

Page 15: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

xiv

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan……………………………………………………………97

7.2 Saran…………………………………………………………………..99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………………………46

Tabel 4.1 Perhitungan sampel…………………………………………………….50

Tabel 5.1 Gambaran profil SPBU wilayah Kecamatan Ciputat…………………..59

Tabel 5.2 Gambaran frekuensi KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat

Tahun 2014……………………………………………………………..61

Tabel 5.3 Gambaran frekuensi debu total pada operator SPBU di Kecamatan

Ciputat Tahun 2014…………………………………………………….62

Tabel 5.4 Gambaran frekuensi karakteristik individu (umur dan jenis kelamin) pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014…………………….63

Tabel 5.5 Gambaran frekuensi karakteristik gaya hidup (kebiasaan merokok,

kebiasaan olahraga, status gizi dan riwayat penyakit) pada operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014……………………………………..64

Tabel 5.6 Gambaran massa kerja pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun

2014…………………………………………………………………….66

Tabel 5.7 Hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014……………………………………….67

Tabel 5.8 Hubungan antara karakteristik individu dengan KVP pada operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014…………………………………….69

Tabel 5.9 Hubungan antara karakteristik gaya hidup dengan KVP pada operator

SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014……………………………..71

Tabel 5.10 Hubungan antara massa kerja dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014………………………………………74

Page 17: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori …………………………………………………………....43

Gambar 2.2 Kerangka konsep ………………………………………………………....45

Gambar 5.1 Peta jalan SPBU Kecamatan Ciputat……………………………………..60

Page 18: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

Lampiran 2 Output analisis univariat dan bivariat

Page 19: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan adanya urbanisasi dan peningkatan pesat jumlah mobil di sebagian kota-

kota besar, maka akan adanya peningkatan polusi udara. Untuk memenuhi

kebutuhan masa kini, semakin banyak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)

yang mendapatkan izin untuk didirikan. Disamping itu pula dengan meningkatnya

pendirian SPBU, perekrutan pekerja ikut meningkat. Itu dikarenakan penggunaan

bensin sebagai bahan bakar utama pada kendaraan bermotor. Efek dari emisi

kendaraan bermotor adalah merupakan masalah yang besar. Pajanan dari bensin

(minyak bumi) dan knalpot yang menyebabkan masalah kesehatan yang dapat

mengurangi kemampuan paru-paru (Begum dan Rathna, 2012).

Dilihat dari sumbernya, pencemaran udara terbesar berasal dari asap buangan

kendaraan bermotor (Riyadina, 1997). Kendaraan bermotor menyumbang hampir

100 persen timbal, 70,50 persen carbon monoksida, 8,89 persen oksida nitrogen,

18,34 persen hidro karbon, serta 1,33 persen partikel. Berbagai pencemaran udara

tersebut akan memberikan efek yang sangat buruk terutama terhadap sistem

pernafasan (Wardana, 1995).

Studi yang dilakukan di New Delhi tahun 1996 menunjukan 7.500 orang

meninggal dan 2,5 juta orang harus dirawat karena tingkat populasi udara yang

tinggi (Emitec, 2002). Penelitian di Australia juga menunjukan bahwa kendaraan

memiliki kontribusi sampai 60% terhadap pencemaran udara terutama pada musim

panas. (EPA, 2003).

Page 20: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

2

Pada dasarnya kontribusi gas buang kendaraan terhadap pencemaran udara dan

kesehatan pekerja sangat tergantung pada kondisi dan spesifikasi teknis

kendaraannya. Banyak pengembangan yang telah dilakukan agar kendaraan

memiliki tingkat emisi rendah terutama agar sistem pembakaran lebih baik, bahan

bakar terbakar sempurna, penggunaan material yang lebih ringan, kuat dan tahan

korosi, serta penggunaan bahan bakar gas buang yang tidak beracun dan tidak

membahayakan bagi manusia.

Maka dari itu peraturan tentang emisi gas buang dan penggunaan bahan bakar

sudah diimplementasikan di USA, Jepang, Eropa dan akan meluas keseluruh dunia.

Untuk mencapai emisi gas buang yang diperbolehkan, emisi gas buang kendaraan

bermotor harus dikurangi dari 90% sampai 99%. Hal ini disebabkan semakin nyata

dan besarnya dampak emisi gas buang khususnya hidrokarbon (HC) dan karbon

monoksida (CO) terhadap kesehatan manusia dan secara langsung juga berdampak

kepada kualitas pencemaran udara ambien dan pencemaran global. Dampak HC dan

CO sudah sampai tahap yang membahayakan (Nadapdap, 2003).

Paparan CO terhadap manusia apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut

peredaran darah dan akan secara langsung menghalangi masuknya oksigen yang

dibutuhkan oleh tubuh. Gas CO bersifat racun metabolis, bereaksi secara metabolis

dengan darah. Gas CO mengganggu saluran pernafasan, terus masuk ke paru-paru

dan bereaksi dengan hemoglobin dan membentuk carboxihemoglobin (CO-HO)

yang menghambat fungsi hemoglobin dalam darah untuk membawa oksigen dari

paru-paru ke seluruh tubuh. Akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen sehingga

terjadi gangguan berapa jaringan tubuh dan otak, seperti fungsi panca indera

Page 21: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

3

menjadi berkurang, kemampuan berfikir berkurang dan sebagainya bahkan sampai

kematian. Sedangkan, efek dari paparan HC terhadap manusia akan mengakibatkan

pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8 jam, gangguan syaraf dan terjadinya

kematian (Wardana A.W, 1995).

Bensin lebih mudah untuk menguap pada kondisi udara yang panas,

dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki udara dingin. Dari hasil

penelitian yang dilakukan pada operator SPBU di kota Bhopal, didapatkan hasil

bahwa terjadi pengurangan yang signifikan terlihat pada FEV1 (volume ekspirasi

paksa dalam 1 detik), FVC (kapasitas vital paksa) dalam pekerja pompa bensin

yang terkena lebih dari 5 tahun, laju aliran yaitu FEF (forced expiratory flow) 25-

75%, PEFR dan PIFR juga menurun secara signifikan di pekerja yang terpapar lebih

dari 10 tahun (Hulke et.al. 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan di kota Mysore (India) di dapatkan hasil ada

statistik penurunan yang signifikan dalam FVC (forced vital capacity) yaitu volume

udara maksimum yang dapat diekspirasikan dengan paksa setelah inspirasi

minimum, FEV1 (forced expired volume) yaitu volume udara yang diekspirasikan

selama detik pertama maneuver FVC dan dalam kelompok studi jika dibandingkan

dengan kelompok kontrol (Begum, 2012).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata terbukti bahwa hubungan

paparan efek bergantung pada lamanya paparan (Suma’mur, 1996). Kondisi kerja

tertentu yaitu dengan tingkat paparan tinggi, maka penyakit akibat kerja akan timbul

di tahun-tahun yang akan datang. Pekerja SPBU rata-rata memiliki waktu kerja

sehari 8 jam. Pekerja SPBU memiliki risiko yang tinggi untuk terpapar bahan kimia

Page 22: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

4

berbahaya khususnya dari pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan

bermotor yang sedang menunggu antrian pengisian bahan bakar, ataupun kendaraan

berangkat setelah mengisi bensin (Mukono, 2005). Kejadian tersebut berlangsung

secara terus-menerus akan berdampak pada pengendapan gas emisi kendaraan

bermotor dalam paru-paru karena terhirup oleh operator SPBU sehingga

menyebabkan penurunan KVP.

Operator SPBU adalah seseorang yang bekerja 8 jam sehari di dalam lingkungan

SPBU sebagai petugas pengisi bensin terhadap kendaraan bermotor. Operator SPBU

merupakan pekerjaan yang berisiko terjadinya penurunan KVP (kapasitas vital

paru). Operator SPBU yang tepat berada di pinggir jalan raya dapat tercemar polusi

udara dari gas buang kendaraan bermotor seperti CO, NO, HO dan uap bensin

(benzene). Namun pada dasarnya nilai KVP seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh

konsentrasi paparan debu yang diterima saja, hal itu juga dipengaruhi oleh

karakteristik yang terdapat pada individu pekerja seperti usia, alat pelindung diri,

jenis kelamin, status gizi, masa kerja, riwayat merokok dan riwayat penyakit (Sirait,

2010).

Peneliti juga telah melakukan studi pendahuluan dengan melakukan pemeriksaan

KVP dengan alat uji spirometer terhadap 10 operator SPBU di wilayah Kecamatan

Ciputat pada bulan Maret-April 2014. Didapatkan hasil bahwa sebanyak 5 (50%)

responden mengalami penurunan fungsi paru. Berdasarkan data tersebut, peneliti

perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kapasitas vital

paru pada operator SPBU, sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat

dilakukan tindakan pencegahan bagi manajemen terhadap pekerja dan unsur terkait.

Page 23: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

5

Maka dari itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kapasitas vital paru pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat

Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu titik area dengan pencemaran udara tinggi adalah di SPBU. Petugas

ini juga memiliki risiko tinggi terpapar bahan kimia berbahaya dari pembakaran

yang tidak sempurna kendaraan bermotor yang sedang menunggu antrian pengisian

bahan bakar, ataupun kendaraan yang berangkat setelah mengisi bensin. Posisi

SPBU di Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan semuanya berada di pinggir jalan

raya yang memudahkan petugas pengisian operator SPBU terpapar emisi dari

kendaraan. Kejadian tersebut berlangsung terus menerus akan berdampak pada

pengendapan gas emisi kendaraan bermotor dalam paru-paru karena terhirup oleh

operator SPBU sehingga menyebabkan penurunan KVP.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret-April tahun

2014, sebanyak 5 dari 10 pekerja pengisian pompa bensin di Kecamatan Ciputat

atau sebanyak 50% mengalami gangguan fungsi paru. Diantaranya 3 orang

mengalami restriksi berat, 1 orang mengalami restriksi ringan dan 1 orang

mengalami restriksi dan obstruksi (mixed). Sebagian dari operator SPBU yang telah

dilakukan pengujian merasakan hal seperti sesak nafas, pusing, serta diikuti dengan

mual ketika mereka sedang bekerja karena pengaruh dari uap bensin dan emisi gas

buang kendaraan.

Page 24: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

6

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun

2014?

2. Bagaimana gambaran debu total pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat

Tahun 2014?

3. Bagaimana gambaran karakteristik individu (umur, jenis kelamin) pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014?

4. Bagaimana gambaran karakteristik gaya hidup (aktivitas olahraga, aktivitas

merokok, status gizi, riwayat penyakit) pada operator SPBU di Kecamatan

Ciputat Tahun 2014?

5. Bagaimana gambaran masa kerja pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat

Tahun 2014?

6. Apakah debu total berhubungan terhadap KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014?

7. Apakah karakteristik individu (umur, jenis kelamin) berhubungan terhadap

KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014?

8. Apakah karakteristik gaya hidup (aktivitas olahraga, aktivitas merokok, status

gizi, riwayat penyakit) berhubungan terhadap KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014?

9. Apakah masa kerja berhubungan terhadap KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014?

Page 25: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

7

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan KVP

pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran KVP operator SPBU di Kecamatan Ciputat

Tahun 2014

2. Diketahuinya gambaran debu total pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014

3. Diketahuinya gambaran karakteristik individu (umur, jenis kelamin)

pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

4. Diketahuinya gambaran karakteristik gaya hidup (aktivitas olahraga,

aktivitas merokok, status gizi, riwayat penyakit) pada operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

5. Diketahuinya bagaimana gambaran masa kerja pada operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

6. Diketahuinya hubungan debu terhadap KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014

7. Diketahuinya hubungan karakteristik individu (umur, jenis kelamin)

terhadap KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun

2014

Page 26: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

8

8. Diketahuinya hubungan karakteristik gaya hidup (aktivitas olahraga,

aktivitas merokok, status gizi, riwayat penyakit) terhadap KVP pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

9. Diketahuinya hubungan masa kerja terhadap KVP pada operator

SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan,

pengetahuan, pemahaman serta informasi kepada manajemen perusahaan

dan operator SPBU mengenai penurunan nilai dari fungsi paru yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar

kriteria aman dalam bekerja, sehingga menimbulkan kondisi kerja yang

tidak nyaman. Agar pimpinan perusahaan dapat melakukan upaya-upaya

pencegahan serta perlindungan untuk menghilangkan atau pun

mengurangi potensi bahaya bagi para operator SPBU. Pekerja dapat

terhindar dari penyakit akibat kerja.

1.5.2 Bagi program studi Kesehatan Masyarakat

Memberikan manfaat bagi program kesehatan sebagai dasar untuk

penelitian lebih lanjut pada operator SPBU yang berada pada area

ditempat atau pun daerah penelitian yang lainnya.

Page 27: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

9

1.5.3 Bagi peneliti

Melatih pola pikir yang sistematis dalam menghadapi masalah-

masalah khususnya dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Menjadikan referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni tahun 2014. Adapun

lokasinya operator SPBU di Kecamatan Ciputat. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain

cross sectional (potong lintang). Sasaran peneliti adalah operator SPBU. Data-

data yang akan diperoleh yaitu berasal dari data primer. Data primer

dikumpulkan dan diperoleh dari objek penelitian ataupun responden selama

penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian

dilakukan uji statistik dengan rumus chi-square untuk melihat hubungan antara

variable dependen dengan variable independen.

Page 28: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pernafasan Manusia

2.1.1 Anatomi Pernafasan

a. Pengertian saluran pernafasan

Saluran pernafasan (Rab, 1996) adalah yang mengangkut udara antara

atmosfer dan alveolus, yaitu tempat terakhir yang merupakan satu-

satunya tempat pertukaran gas-gas antara udara dan darah dapat

berlangsung.

b. Fungsi pernafasan

Fungsi utama pernafasan adalah untuk pertukaran gas yakini untuk

memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan

mengeliminasi karbondioksida yang dihasilkan oleh sel.

c. Jalur pernafasan

Saluran pernafasan berawal dari saluran hidung (nasal). Dari hidung

berjalan ke faring (tenggorokan) yang berfungsi sebagai saluran bersama

bagi sistem pernafasan maupun sistem pencernaan. Dari faring kemudian

laring atau kotak suara yang dapat menghasilkan berbagai macam bunyi.

Dari laring menuju ke trakea yang terbagi menjadi dua cabang utama

bronkus kanan dan kiri. Dalam setiap paru bronkus terus bercabang

menjadi saluran nafas yang makin sempit. Cabang terkecil dikenal

Page 29: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

11

sebagai bronkiolus, tempat terkumpulnya alveolus kantung udara terkecil

tempat terjadinya pertukaran gas-gas antar udara dan darah.

d. Pertahanan paru

Paru-paru mempunyai pertahanan yang khusus dalam mengatasi

berbagai kemungkinan terjadi kontak dengan allergen dalam

mempertahankan tubuh, sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya,

maka paru-paru mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Mekanisme

pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru terbagi atas (Price, 1995):

1) Filtrasi udara pernafasan

Hembusan udara yang melalui rongga hidung mempunyai berbagai

ukuran. Partikel berdiameter 5-7 mikron akan bertahan di orofaring,

diameter 0,5-5 mikron akan masuk sampai ke paru-paru dan diameter

0,5 mikron dapat masuk sampai ke alveoli tetapi dapat keluar bersama

sekresi.

2) Pembersihan melalui mukosilia

3) Sekresi oleh humoral lokal

4) Fagositosis

2.1.2 Fisiologi Paru-paru

Paru-paru terdiri dari 2 bagian , kiri dan kanan, yang terletak hampir di

tengah rongga dada, diantara kedua paru-paru, dengan posisi yang lebih ke

kiri sedikit. Di depannya terdapat batang tenggorokan dan saluran

pernafasan (bronchi). Oleh sebab jantung mengambil tempat ke kiri, bagian

paru-paru sebelah kiri lebih kecil sedikit dari paru-paru kanan. Dengan

Page 30: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

12

demikian dapat dimengerti paru-paru kiri hanya terdiri dari 2 bagian (lobus),

sedangkan paru-paru kanan 3 bagian.

Pada bagian dada, batang tenggorokan menyediakan 3 saluran pernafasan

untuk paru-paru kanan (satu saluran pernafasan untuk setiap bagian) dan dua

untuk paru-paru kiri. Ketiga saluran pernafasan ini segera terbagi atas

saluran yang lebih kecil, saluran yang lebih kecil dan seterusnya, hingga

sampai saluran yang terkecil dari “pohon saluran pernafasan” (bronchial

tree), yang jumlahnya, sekitar 1 miliar unit. Ujung percabangan pernafasan

ini disebut “kantung udara” dimana terjadi pertukaran oksigen dan

karbondioksida,

Paru-paru memiliki 2 sumber darah yaitu arteri paru-paru yang membawa

darah dari sebelah kanan jantung, dan arteri saluran pernafasan yang

menemani saluran pernafasan dalam berbagai cabang saluran pernafasan.

Diperlukan 2 sumber untuk penyalur darah. Ternyata arteri paru-paru yang

datang dari sebelah kanan jantung membawa darah dengan oksigen yang

telah dipindahkan dari jaringan yang telah dilaluinya. Darah ini tidak dapat

menyegarkan jaringan paru-paru. Sebab itu saluran pernafasan dan paru-paru

harus memiliki penyalur darah segarnya sendiri melalui arteri saluran

pernafasan yang datang dari sebelah kiri jantung melalui jalan aorta.

Seperti semua arteri yang lain, arteri yang membawa darah dari sebelah

kanan jantung ke paru-paru bercabang sampai menjadi pembuluh darah

kapiler. Di dalam paru-paru, kantong oksigen dan pembuluh darah kapiler

ini terletak berdampingan sedemikian rupa hingga hanya satu lapis dari sel

Page 31: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

13

yang tipis yang memisahkan udara dan darah. Lapisan sel ini demikian tipis

sehingga oksigen dapat melewati dengan bebas dari udara ke darah, dan

karbon dioksida dari darah ke udara (Kuantraf et. al, 1992).

2.1.3 Mekanisme Pernafasan

Mekanisme udara mempunyai caranya untuk dapat masuk ke paru-paru.

Paru-paru tidak mempunyai jalan untuk menarik udara melalui hidung.

Tetapi udara dapat dibawa masuk ke dalam paru-paru melalui kegiatan otot

tertentu. Otot-otot ini menambah ukuran dada setiap seseorang bernafas.

Sementara ukuran dada seseorang bertambah, paru-paru bertambah luas dan

udara akan segera mengisi ruangan yang telah tersedia. Dengan demikian

saat otot menjadi rileks, dada kembali kepada ukurannya yang semula, dan

udara dipaksakan untuk keluar melalui jalan masuknya.

Otot yang menambah ukuran dada (otot pernafasan) adalah diafragma,

Otot yang terletak diantara tulang iga dan otot tertentu di leher. Otot-otot

inilah yang digunakan pada saat memasukan udara ke dalam paru-paru.

Diafragma adalah otot yang berbentuk kubah (dome) terletak pada tingkatan

bawah dari tulang iga, yang memisahkan dada dari abdomen (perut). Jantung

dan paru-paru terletak diatas diafragma, sedangkan hati, perut, dan limpa

kecil dan organ abdomen lainnya terletak dibawah diafragma. Bila

diafragma berkontraksi, ia akan menarik ke bawah menentang organ yang

ada di abdomen. Ini akan menyebabkan paru-paru menjadi lebih luas. Otot

antara tulang iga juga akan berkontraksi diafragma, sebab itu menolong

untuk lebih memperluas paru-paru.

Page 32: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

14

Otot yang berada di dinding abdomen bila berkontraksi akan

menghasilkan akibat yang berlawanan dari apa yang dilakukan oleh

diafragma dan otot diantara tulang iga. Bila otot dinding abdomen

berkontraksi, organ-organ abdomen dan diafragma akan merapat ke atas. Ini

akan menyebabkan udara terdorong ke atas untuk meninggalkan paru-paru

dengan cepat. Bila ini tidak terjadi akan mengakibatkan timbulnya suatu

tekanan di dalam dada.

Sama seperti seluruh otot dalam tubuh manusia, aksi dari otot pernafasan

dikontrol oleh urat syaraf. Sebagaimana anda ketahui, anda dapat bernafas

lebih cepat, lebih dalam atau menahan untuk sementara. Hal ini disebabkan

oleh saraf pengontrol sadar yang dimiliki dan otot yang berhubungan dengan

pernafasan. Akan tetapi umumnya proses pernafasan dikontrol secara

otomatis oleh saraf pusat yang berada disebelah bawah dari otak. Saraf pusat

ini mengirimkan getaran saraf ke otot-otot pernafasan hingga dapat

berkontraksi dan mengendorkan secara bergantian. Pusat saraf tersebut

bahkan dapat mengontrol seberapa cepat dan dalam anda bernafas, jikalau

anda berolahraga, saraf pusat pernafasan mengirimkan getarannya dengan

irama yang lebih cepat dari pada saat beristirahat (Kuantraf et. al, 1992).

2.2 Kapasitas Paru-Paru

Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam sirkulasi paru, kadang-kadang

perlu menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi seperti ini disebut sebagai

kapasitas paru (Guyton, 2008 dan Graber et.al, 2006):

Page 33: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

15

1. FRC (fungsional residual capacity)/ kapasitas residu fungsional sama

dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah

cadangan jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir respirasi normal

(kira-kira 2300 mililiter).

2. IC (inspiration capacity)/ kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal

ditambah volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500

mililiter) yang dapat dihirup seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi

normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.

3. VC (vital capacity)/ kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi

ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah

udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah

terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan

sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mililiter)

4. TLC (total lung capacity) kapasitas total paru adalah volume maksimum

yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat

mungkin (kira-kira 5800 mililiter). Jumlah ini sama dengan kapasitas vital

ditambah volume residu.

2.2.1 Kapasitas Vital Paru

Kapasitas paru merupakan kesanggupan atau kemampuan paru dalam

menampung udara di dalamnya (Tulaekha, 2000). Nilai KVP dapat diartikan

sama dengan volume cadangan inspirasi (IRV) ditambah volume tidal (VT)

dan volume cadangan ekspirasi (ERV). Ini adalah jumlah udara maksimum

yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi

Page 34: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

16

paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600

mL) (Guyton, 1997).

Kapasitas vital paru juga dapat diartikan jumlah udara maksimal yang

dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal

(Tambayong, 2001). Ada pun nilainya diukur dengan cara seorang individu

melakukan inspirasi secara maksimum, kemudian menghembuskan sebanyak

mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Crowin, 2001).

Ada dua macam kapasitas vital jika dilihat berdasarkan cara

pengukurannya:

1. VC (vital capacity): pada pengukuran jenis ini penderita tidak perlu

melakukan aktivitas pernafasan dengan kekuatan penuh.

2. FVC (forced vital capacity) : pada pengukuran ini pemeriksaan dilakukan

dengan kekuatan penuh atau maksimal

Pengukuran KVP seringkali digunakan di klinik sebagai indeks fungsi

paru khususnya ventilasi paru-paru dan dinding dada. Nilai tersebut

bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot

pernafasan serta beberapa aspek fungsi pernafasan lain. Hasil dari tes fungsi

paru tidak dapat untuk mendiagnosis suatu penyakit paru-paru tapi hanya

memberikan gambaran KVP dibawah normal yang dapat dibedakan atas:

1. Normal

Nilai volume dan kapasitas paru pada orang normal sekitar 20% dari

yang diramalkan. Nilai akan berubah sesuai posisi, usia, jenis kelamin,

Page 35: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

17

tinggi badan dan pekerjaan (Graber et. Al, 2006). Nilai FVC atau FEV1

sebesar 80% atau melebihi nilai yang diperkirakan biasanya dianggap

normal. Rasio normal FEV1 terhadap FVC yakini antara 70-75%

(Jeyaratman dan Koh, 2009).

2. Obstruksi (kelainan pada ekspirasi)

Pada orang yang mengalami obstrukstif pernafasan, jalan nafas yang

menyempit akan mengurangi volume udara yang dapat di hembuskan

pada satu detik pertama ekspirasi. FVC hanya dapat dicapai setelah

ekshalasi yang panjang. Rasio FEV1/FVC berkurang secara nyata.

Ekspirasi dengan peningkatan perlahan pada kurva, dan plateau tidak

tercapai sampai waktu 15 detik (Ikawati, 2009). FVC pada orang yang

mengalami obstruksi, lebih kecil dibandingkan VC (Djojobroto, 2009).

Penyakit obstruksi pernafasan antara lain, emfisema, bronchitis kronik,

dan asma (Graber et. Al, 2006). Kelainan obstruksi merupakan setiap

keadaan hambatan aliran udara karena adanya sumbatan atau

penyempitan saluran nafas. Kelainan obstruksi akan mempengaruhi

ekspirasi (Price, 1995).

3. Restriktif (kelainan pada inspirasi)

FEV1 dan FVC menurun, karena jalan nafas tetap terbuka. Ekspirasi

bisa cepat dan selesai dalam waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap

normal atau malah meningkat, tetapi volume data yang terhirup dan

terhembus lebih kecil dibandingkan normal (Ikawati, 2009). Restriktif

merupakan gangguan pada paru yang menyebabkan kekakuan paru

Page 36: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

18

sehingga membatasi pengembangan paru-paru. Gangguan restriktif

mempengaruhi kemampuan inspirasi (Price, 1995). Penyakit restriktif

antara lain asites, pleuritis, pneumonia interstisial, efusi pleura, dll

(Graber et.al, 2006).

Adapun kriteria gangguan fungsi paru yang dibagi ke dalam 4

kriteria, yaitu:

KVP (%) Kategori

80% Normal

60-79% Restriksi ringan

51-59% Restriksi sedang

Kurang dari 50% Restriksi berat

2.2.2 Alat ukur KVP

Uji fungsi paru atau lung function test atau disebut juga pulmonary

function test, digunakan untuk mengevaluasi kemampuan paru. Pemeriksaan

fungsi paru berguna untuk menentukan adanya gangguan dan derajat

gangguan fungsi paru. Adapun alat yang dapat digunakan untuk mengukur

derajat nilai KVP seseorang adalah spirometer. Pemeriksaan dilakukan

dengan sederhana, tidak rumit, tidak bersifat invasive, dan dilakukan dengan

indikatif : pemeriksaan berkala (occupational health, penyakit paru

obstruksi, penyakit paru restriktif, follow up penyakit, pada perokok,

mengevaluasi disability, evaluasi pra bedah, penyakit paru pekerja, dan

Page 37: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

19

mengevaluasi respon saluran pernafasan terhadap bronkodilator dan

kortikosteroid) (Djojobroto, 2009).

Pada dewasa muda yang sehat nilai normalnya adalah 80% tetapi nilai ini

dapat menurun sampai 60% pada orang tua. Nilai normal juga bervariasi

bergantung pada jenis kelamin (Muttaqin, 2008)

Ada beberapa macam spirometer, antara lain water sealed spirometer,

bellow spirometer, dan electronic spirometer. Hasil pemeriksaan berupa

gambar langsung dari pena pada kymograph disebut spirogram, sedangkan

gambar diperoleh dari office-spirometer sebagai hasil dari pneumotach

disebut diagram. Hasil dari nilai spirogram dan diagram ekspiratori

tergantung upaya pasien yang diperiksa (effort dependent) sehingga

diperlukan latihan yang benar bagi pasien agar didapat hasil yang akurat.

Hasilnya harus dapat diulang (repeatable) dengan akurasi tidak kurang dari

3%. Ventilatory performance untuk setiap individu sangat bervariasi

tergantung pada ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), umur serta jenis

kelamin (Djojobroto, 2009).

Spirometer merupakan alat dengan metode sederhana yang dapat

mengukur volume paru utama yang nantinya akan dijumlahkan tergantung

kebutuhan untuk mendapatkan nilai kapasitas paru utama. Untuk nilai

volume paru utama yang diperoleh dibagi atas volume statis paru dan

volume dinamis paru yang terdiri dari (Guyton, 2008 dan Graber et.al,

2006):

Page 38: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

20

1) Volume statis paru

a. TV (volume tidal) adalah volume udara yang diinspirasi atau di

ekspirasi setiap kali bernafas normal. Besarnya kira-kira 500 mililiter

pada laki-laki dewasa.

b. IRV (inspiratory reserve volume) volume cadangan inspirasi adalah

volume tambahan yang dapat diinspirasikan dengan usaha

maksimum setelah inspirasi normal. Biasanya mencapai 3000

mililiter (kapasitas inspirasi-volume tidal).

c. IC (inspiratory capacity) adalah volume udara ekstra maksimal yang

dapat di ekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal

normalnya adalah sekitar 1100 mililiter (IRV+TV).

d. RV (residual volume) adalah volume yang tertinggal dalam paru-paru

setelah ekspirasi maksimal. Volume ini besarnya kira-kira sekitar

1200 mililiter.

2) Volume dinamis paru

a. FVC (forced vital capacity) adalah volume udara maksimum yang

dapat di ekspirasikan dengan paksa setelah inspirasi maksimum.

Umumnya dicapai dalam 3 detik dengan volume 4 liter.

b. FEV1 (forced expired volume) adalah volume udara yang di

ekspirasikan selama detik pertama maneuver FVC, volume

normalnya adalah 3,2 liter.

c. FEF 25%-75% (forced expiratory flow) aliran ekspirasi paksa kurang

tergantung pada usaha. Lebih tergantung pada daya kembang jalan

Page 39: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

21

nafas. Normal = 2 sampai 4 L/detik. FEF lebih cepat menjadi

abnormal pada penyakit destruktif dibanding FEV1.

2.3 Debu

2.3.1 Pengertian debu

Debu adalah partikel yang dihasilkan oleh proses mekanisme seperti

penghancuran batu, pengeboran, peledakan yang dilakukan pada timah putih,

tambang besi, batu bara, pengecatan mobil, dan lain-lain (Ahmadi, 1990).

Menurut Suma’mur (1998), debu adalah partikel-partikel zat padat yang

ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan,

penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain lain-

lain dari bahan organic ataupun anorganik. Golongan debu juga terbagi

menjadi 2, yaitu:

a. Padat

1) Dust

Terdiri atas berbagai ukuran mulai dari yang sub mikroskopik

sampai yang besar. Yang paling berbahaya dilihat dari segi

ukurannya adalah bisa terhisap ke dalam system pernafasan <100

mikron atau ke dalam paru-paru manusia.

2) Fumes

Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena

kondensasi dari bentuk gas, biasanya sesudah penguapan benda padat

yang di pijarkan dan lain-lain dan biasanya disertai dengan oksidasi

Page 40: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

22

kimiawi sehingga terjadi zat-zat seperti logam (Cadmium) dan

Timbal (Plumbum)

3) Smoke

Smoke adalah produk dari pembakaran bahan organic yang tidak

sempurna dan berukuran 0,5 mikron

b. Cair (Liquid)

Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan

melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray atau obat

nyamuk semprot.

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel

yang melayang di udara (suspended particulate matter / SPM) dengan ukuran

1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik

dalam maupun di ruang gedung (indoor atau outdoor pollution) debu sering

dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk

menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja. Debu industri terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Particulate matter

Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan

segera mengendap karena daya tarik bumi.

b. Suspended particulate matter

Adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah

mengendap (Pudjiastuti, 2002).

Page 41: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

23

2.3.2 Sifat-sifat debu

Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak

ber difusi, dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer

lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku dan hasil produksi. Jika

dikelompokkan, debu menurut sifatnya dibagi atas beberapa golongan:

a. Sifat pengendapan (setting rate)

Sifat debu cenderung selalu mengendap karena adanya gaya gravitasi

bumi. Namun, terkadang debu ini relative tetap berada di udara, debu

yang mengendap mempunyai proporsi partikel lebih banyak dari pada

yang ada di udara.

b. Sifat permukaan basah (wetting)

Sifat permukaan debu cenderung selalu basah karena dilapisi oleh

lapisan air yang sangat tipis.

c. Sifat penggumpalan (floculation)

Permukaan debu dapat menempel satu dengan yang lain dan dapat

menggumpal. Turbulensi udara meningkatkan pembentukan

penggumpalan.

d. Sifat optis (opticalproperties)

Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan

sinar yang bisa terlihat dalam kamar gelap.

e. Sifat listrik (electrical)

Page 42: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

24

Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain

yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu

mempercepat terjadinya penggumpalan.

2.3.3 Ukuran debu

Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam

paru-paru. Apa yang terjadi dengan debu itu, sangat tergantung dari pada

besarnya ukuran debu. Debu-debu berukuran diantaranya 5-10 mikron akan

ditahan oleh jalur pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5

mikron akan ditahan oleh jalur tengah pernafasan.

Partikel-partikel yang besarnya diantara 1 dan 3 mikron akan ditempatkan

langsung ke permukaan alveoli paru-paru. Partikel-partikel yang berukuran

0,1-1 mikron tidak begitu gampang mengendap hinggap dipermukaan

alveoli, oleh karena debu-debu ukuran demikian tidak mengendap. Debu-

debu yang partikelnya berukuran kurang dari 0,1 mikron bermassa terlalu

kecil, sehingga tidak hinggap di selaput lendir atau alveoli, oleh karena

gerakan Brown, yang menyebabkan debu demikian bergerak keluar masuk

alveoli (Suma’mur, 1998)

2.4 Bidang Penyakit Paru

Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan

oleh faktor-faktor risiko ditempat kerja antara lain berupa: debu, gas dan uap.

Kelainan yang terjadi dapat berupa: kelainan akut, kelainan kronik. Adapun

penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu, gas uap (Djojobroto, 1999):

Page 43: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

25

a. Penyakit paru interstial: asbes, batubara, silica, beryllium, jamur, antigen burung

b. Udema paru: asap, nitrogen SO2, fosgen

c. Penyakit Pluera: asbes, bronchitis, debu tepung, debu berat

d. Asma : bulu binatang, toluene di isosianat, garam platina tepung dan debu kapas

e. Karsinoma bronchus: uranium, asbes, kromnikel, metal eter

f. Penyakit infeksi: anthrax, coccodiomycosis, psittacosis

Penilaian cacat pada penyakit paru akibat kerja didasarkan kepada hasil

penentuan pemeriksaan spirometer dan derajat sesak sebagai berikut:

Derajat sesak VEP1 Prosentase cacat fungsi (fungsional

disability

0. –

1. Ringan

2. Sedang

3. Berat

4. Sangat berat

>2,5L

1,6-2,5 L

1,1-1,5 L

0,5-1 L

<0,1 L

-

25%

50%

75%

100%

Penentuan ganti rugi didasarkan kepada persentase cacat fungsi 100% sama dengan

70% dari upah sehari (Djojobroto, 1999).

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas vital paru pada operator SPBU

tahun 2014

Nilai KVP merupakan suatu gambaran dari fungsi sistem pernafasan. Penurunan

fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis sehingga frekuensi lama

seseorang bekerja pada lingkungan tempat kerja yang berdebu dan faktor-faktor

internal yang terdapat pada diri pekerja (karakteristik pekerja) merupakan hal utama

yang berhubungan dengan KVP (Widodo, 2007). Adapun faktor-faktor tersebut

adalah:

Page 44: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

26

1) Debu total

Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Kesehatan Nomor 1 Tahun 1970

dikatakan bahwa tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan,

tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau

sering dimasuki pekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat

sumber-sumber bahaya. Adapun sumber bahaya debu dalam bentuk gas yang

berhubungan dengan nilai KVP pada operator SPBU adalah

a. Karbon monoksida

Pembakaran yang tidak sempurna dari C atau senyawa yang

mengandung C menimbulkan CO, Proses kimiawi dan fisis selama

proses pembakaran berlangsung secara kompleks, karena tidak hanya

tergantung pada jenis senyawa C yang bereaksi dengan O2, tetapi juga

dipengaruhi oleh berbagai kondisi di rung terbakar. Ruangan yang

tercemar gas CO tidak dapat dilihat oleh mata karena karbon monoksida

(CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna,

sifat lain gas ini mudah terbakar, mudah meledak dan lebih ringan dari

pada udara. Di daerah perparkiran Kota, kandungan CO akibat emisi gas

buang kendaraan berkisaran antara 10-15 ppm dan sudah sejak lama

diketahui pada konsentrasi tinggi tersebut berdampak langsung pada

kesehatan (Nadapdap. 2003; Perkins H.C, 1994).

Page 45: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

27

b. Nitrogen oksida (NOx)

Gas Nitrogen oksida (NOx) terdiri dari dua macam; NO dan NO2,

keseimbangannya tergantung dari flame temperature, tekanan,

konsentrasi masing-masing gas, waktu retensi di dalam berbagai

temperature dan laju pendinginan. Keseimbangan berbagai konsentrasi

campuran NOx merupakan fungsi dari variable-variabel yang dihadapi

selama proses pembakaran dan ekstrasi panas. Kedua macam gas ini

mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat berbahaya

bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara fisis umum sulit

diamati karena tidak berbau dan tidak berwarna. Sementara gas NO2

bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang menyengat dan

warnanya cokelat kemerahan (Nadapdap. 2003; Perkins H.C, 1994,

Shaw J.T, 1985)

c. Hidrokarbon (HC)

Pencemaran hidrokarbon (HC) pada umumnya berasal dari

pembakaran yang tidak efisien, terutama dari bahan bakar yang lebih

volatile seperti gasoline dari aktivitas manusia, hidrokarbon juga

dihasilkan dari proses-proses biologis yang terjadi pada tumbuhan. HC

terdiri dari senyawa alifatik, aromatic, dan alisiklik. Pada suku rendah

HC dapat berupa gas pada suku sedang berupa cairan serta berupa

padatan pada suku tinggi. HC yang berupa gas akan tercampur dengan

zat atau senyawa pencemar lainnya, dalam bentuk cairan maka hc akan

membentuk kabut minyak (droplet) sedangkan dalam bentuk padatan

Page 46: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

28

akan tampak seperti asap hitam, ketiganya sering timbul dalam

pencemaran udara serta sangat mengganggu kesehatan-lingkungan

(Nadapdap. 2003, Ahlvik P., 2001).

d. Oksidan fotokimia

Parameter fisik dan kimiawi yang menyebabkan pembentukan

oksidan fotokimia sukar untuk diketahui dengan pasti karena

kompleksnya masalah. Namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa

jika CO2, NOx, SO2 dan HC yang di emisikan ke atmosfir melalui

proses pembakaran dapat bereaksi secara kimiawi menghasilkan

kontaminan lain yang sifatnya berbeda.

2) Karakteristik individu

a. Umur

Faal paru seseorang dipengaruhi oleh umur. Meningkatnya umur

seseorang maka ketahanan terhadap penyakit akan bertambah, salah

satunya yaitu fungsi paru (Mengkidi, 2006). Faal paru pada tenaga kerja

sangat dipengaruhi oleh usia tenaga kerja itu sendiri. Meningkatnya

umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah,

khususnya gangguan saluran pernafasan pada tenaga kerja (Yunus,

2006).

Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Lestari (2001) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan

antara usia dengan kelainan faal paru pada tenaga kerja. Umur

berhubungan dengan siklus jaringan yang ada di tubuh manusia.

Page 47: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

29

Semakin bertambahnya umur akan terjadi yang dinamakan sebagai

proses penuaan. Semakin tua umur manusia maka akan semakin besar

pula kemungkinan terjadinya penurunan pada fungsi paru (Suyono,

2001).

Penurunan KVP dapat terjadi setelah usia 30 tahun, tetapi

penurunan KVP akan cepat setelah usia 40 tahun. Faal paru sejak masa

kanak-kanak bertambah volumenya dan akan mencapai nilai maksimum

pada usia 19 sampai 21 tahun. Setelah usia tersebut nilai faal paru akan

terus menurun sesuai dengan pertambahan usia (Budiono, 2007).

b. Jenis kelamin

Pada umumnya, laki-laki banyak membutuhkan energi lebih

besar. Oleh karena itu, laki-laki memerlukan oksigen yang lebih banyak

dari pada perempuan (Aryulina, dkk., 2006). Pada seorang laki-laki,

kebutuhan oksigen normal sebesar 4-5 liter dan pada perempuan, 3-4

liter (Pearce, 2009). Arus ekspirasi lebih besar pada laki-laki dan

sebanding dengan kapasitas total paru-parunya (Hibbert, dkk., 1995

dalam Marpaung, 2012).

3) Karakteristik gaya hidup

a. Aktivitas olahraga

Aktivitas olahraga akan mempengaruhi kapasitas vital paru.

Latihan fisik sangat berpengaruh terhadap sistem kembang pernafasan.

Aktivitas olahraga yang rutin akan memberikan manfaat dalam

meningkatkan kerja organ khususnya paru-paru, jantung dan pembuluh

Page 48: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

30

darah ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun, kapasitas vital

paru bertambah, penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan

HDL kolesterol dan mengurangi aterosklerosis. Secara umum semua

cabang olahraga, permainan dan aktifitas fisik membantu meningkatkan

kebugaran fisik, namun tergantung dari jenis olahraga yang dilakukan

(Mengkidi, 2006)

Kapasitas vital paru sangat dapat dipengaruhi oleh kebiasaan

seseorang dalam melakukan aktivitas olahraga. Olahraga dapat

meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan

oksigen dapat ber difusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang

lebih besar atau maksimum. Menurut penelitian (Adriskanda, dkk 1997),

nilai kapasitas vital paru orang Indonesia yang tidak olahraga adalah

sebesar + 3,6 liter, sedangkan orang Indonesia yang olahraga adalah +

4,2 liter. Kapasitas vital paru pada seorang atlet akan lebih besar dari

pada yang tidak pernah berolahraga (Guyton, 1997).

Aktivitas olahraga akan meningkatkan kapasitas vital paru sebesar

30% - 40% (Guyton, 1997). Itu juga ditunjang oleh penelitian yang

dilakukan oleh (Adi, 2007) terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga

dan KVP.

Latihan fisik yang teratur atau olahraga yang rutin sesuai dengan

anjuran yang diperbolehkan sesuai kemampuan fisik dapat

meningkatkan faal paru. Olahraga yang teratur akan terjadi peningkatan

kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal, pada saat latihan terjadi

Page 49: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

31

kerjasama berbagai otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan

koordinasi gerakan dan daya tahan system kardiorespirasi. KVP dan

olahraga mempuyai hubungan yang timbal balik, gangguan KVP dapat

mempengaruhi kemampuan olahraga (Hadi, 2003).

b. Aktivitas merokok

Merokok diketahui mengganggu efektifitas sebagian mekanisme

pertahanan respirasi. Produk asap rokok diketahui merangsang produksi

mucus dan menurunkan pergerakan silia. Dengan demikian terjadi

akumulasi ukus yang kental dan terperangkapnya partikel atau

mikroorganisme di jalan nafas, yang menurunkan pergerakan udara dan

meningkatkan risiko pertumbuhan mikroorganisme. Batuk-batuk yang

terjadi pada para perokok (smoker’s cough) adalah usaha untuk

mengeluarkan ukus kental yang sulit didorong keluar dari saluran nafas.

Infeksi saluran nafas bawah lebih sering terjadi pada perokok aktif dan

pasif (Corwin, 2009).

Beberapa hal lain yang mempengaruhi kebiasaan merokok dengan

fungsi paru adalah:

a) Durasi merokok (dalam tahun) tidak sama kontribusinya

dengan jumlah batang per hari, akan lebih berat risiko yang

diderita oleh seseorang jika merokok dalam usia yang lama

dibanding dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya.

Sebagai contoh, akan lebih berisiko orang yang merokok

dengan usia lama walaupun per harinya hanya menghisap

Page 50: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

32

rokok yang sedikit dibanding orang yang baru saja merokok

dengan jumlah batang rokok yang dikonsumsi perharinya

banyak.

b) Seseorang yang memulai merokok di waktu remaja lebih

berisiko dibandingkan merokok ketika di usia tua. Semakin

muda rokok atau terpajan asap rokok, maka akan

meningkatkan risiko penyakit paru. Di Indonesia terjadi

peningkatan pada perokok remaja, pada tahun 1995 diketahui

terdapat 7 % perokok remaja, kemudian di tahun 2010

meningkat menjadi 19%

c) Seberapa dalam menghisap rokok dan jenis rokok yang

digunakan (kretek atau filter) merupakan sub faktor lain

terkait rokok sebagai factor risiko gangguan fungsi paru.

Ketika menghisap rokok dalam-dalam atau menghisap secara

biasa saja sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda sebagai faktor

penyumbang dalam gangguan fungsi paru. Namun kedalaman

hisap rokok ini berhubungan dengan jenis kanker paru yang

diderita. Menghisap lebih dalam berhubungan dengan kanker

paru jenis adenokarsinoma sedangkan menghisap secara biasa

saja hubungannya dengan karsinoma sel skuamosa.

Bahaya merokok bagi kesehatan telah diakui dan dibicarakan

secara luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata

adanya bahaya merokok bagi kesehatan si perokok dan bahkan pada

Page 51: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

33

orang di sekitarnya. Para ahli dari WHO menyatakan bahwa Negara

dengan kebiasaan merokok yang telah meluas, maka kebiasaan itu

mengakibatkan terjadinya 80%-90% kematian akibat kanker paru di

seluruh negara tersebut, 75% dari kematian akibat bronchitis, 40%

kematian akibat kanker kandung kencing dan 25% kematian akibat

penyakit jantung iskemik serta 18% kematian pada stroke (Aditama,

1997).

Kanker paru di Amerika Serikat pada sekitar 1996 menjadi

penyebab utama kematian akibat kanker dan termasuk jenis tumor yang

umum ditemukan diseluruh dunia. Menurut data American Cancer

Society, lebih dari 419.000 orang mati akibat kanker paru, dan 85-90

persennya berhubungan dengan merokok (kumpulan artikel kompas,

2004).

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran pernafasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan

mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa

per tahun adalah 28,7 mL untuk non perokok, 38,4 mL untuk bekas

perokok dan 41,7 mL untuk perokok aktif (Anshar, 2005).

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya

25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru,

bronchitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain

itu ada kanker mulut, tenggorok, pankreas dan kandung kencing,

penyakit pembuluh darah ulkus peptikum dan lain-lain. Satu-satunya

Page 52: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

34

penyakit yang menunjukan asosiasi negative dengan kebiasaan merokok

adalah kematian akibat penyakit Parkinson. Seorang ahli kesehatan dari

inggris telah melakukan penelitian tentang akibat lanjut rokok. Dari

1000 orang pemuda yang merokok setidaknya satu bungkus sehari,

maka 1 orang akan meninggal karena dibunuh, 6 orang akan meninggal

karena kecelakaan lalu lintas dan 250 orang diantara mereka akan

meninggal akibat berbagai penyakit yang diakibatkan merokok. Rokok

pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang rokok

dibakar maka ia akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti

nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hydrogen cyanide,

ammonia, acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene,

methanol, coumarin, 4-ethylcatechol, ortocresol, perylene dan lain-lain

(Aditama, 1997).

Inhalasi asap tembakau baik premier maupun sekunder dapat

menyebabkan penyakit saluran pernafasan pada orang dewasa. Asap

rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok

lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya

kesehatan akibat kerja (Suyono, 2001).

Adapun untuk mengukur derajat berat merokok biasanya

dilakukan dengan menghitung indeks Brinkman, yaitu perkalian antara

jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap setiap hari kemudian

dikalikan dengan lama merokok dalam tahun. Nilai yang dihasilkan dari

Page 53: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

35

perhitungan tersebut akan dimasukkan ke dalam tiga kategori yaitu:

ringan (0-200), sedang (200-600), dan berat (> 600).

c. Status gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat

gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat makanan untuk pemeliharaan

tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut

diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih

beratnya pekerjaan. Tingkat gizi, terutama bagi pekerja kasar dan berat

adalah faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Beban kerja yang

terlalu berat sering disertai penurunan berat badan (Suma’mur, 1996).

Status gizi ini dapat dihitung salah satunya adalah dengan

menghitung IMT dengan rumus:

Berat Badan

IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Kategori berat badan menurut IMT:

1) Kekurangan berat badan tingkat berat : < 17,0

2) Kekurangan berat badan tingkat ringan : 17,0-18,5

3) Normal : > 18,5-25,0

4) Kelebihan berat badan tingkat ringan : > 25,0-27,0

5) Kelebihan berat badan tingkat berat : > 27,0

Page 54: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

36

Table 2.6

Kerugian Berat Badan yang Kurang Ideal

Berat Badan (BB) Kerugian

(1) (2)

Kurang (kurus) Penampilan cenderung kurang baik,

mudah lelah, risiko penyakit tinggi,

wanita kurus yang hamil mempunyai

risiko tinggi melahirkan bayi dengan

BBLR, kurang mampu bekerja keras

Kelebihan (Gemuk)

Penampilan kurang menarik, gerakan

tidak gesit dan lamban, risiko penyakit

jantung, pada wanita dapat

menyebabkan gangguan haid

Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa (2001)

Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan

dapat menimbulkan kerugian. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi

pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting,

karena selain mempunyai risiko penyakit tertentu, juga dapat

mempengaruhi produktivitas kerja. Akibat kekurangan zat gizi, maka

simpanan zat gizi pada tubuh akan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan.

Bila hal ini berlangsung secara lama, maka simpanan zat gizi akan

habis dan terjadi kemerosotan jaringan, dengan meningkatnya defisiensi

zat gizi maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat-zat gizi

Page 55: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

37

dalam darah, berupa rendahnya tingkat Hb, serum vitamin A dan

karoten.

Dapat pula terjadi peningkatan beberapa hasil metabolism seperti

asam laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin. Bila keadaan ini

berlangsung lama, akan mengakibatkan terjadinya fungsi tubuh dan

tanda-tandanya, yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek dan

lain-lainnya (Supariasa, 2001). Selain itu, tinggi badan seseorang juga

mempengaruhi kapasitas paru, semakin tinggi badan seseorang maka ia

memiliki volume paru yang besar dan luas, sehingga kapasitas parunya

baik (Mengkidi, 2006).

d. Riwayat penyakit

Seseorang yang pernah mengalami penyakit gangguan pada

fungsi paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga

alveolus akan terlalu sedikit mengalami pertukaran udara dan

mengakibatkan menurunnya kadar oksigen dalam darah. Emfisema

diketahui merupakan penyakit utama yang mempengaruhi volume paru

karena dapat merusak jaringan paru sehingga mempengaruhi kekenyalan

jaringan paru (Mengkidi, 2006; Budiono, 2007).

Kondisi kesehatan saluran pernafasan dapat mempengaruhi KVP

seseorang. Kekuatan otot-otot pernafasan dapat berkurang akibat sakit

(Ganong, 2002). Nilai kapasitas paru otomatis akan berkurang pada

penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru)

Page 56: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

38

dan pada kelemahan otot pernafasan (Price, 1995). Selain itu juga,

adanya riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan mengakibatkan

pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan dengan

menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja

(Suma’mur 1996).

Menurut Guyton (1997) menyatakan bahwa penyakit yang dapat

mempengaruhi KVP adalah:

1. Emfisema paru kronik

Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa infeksi

kronik, kelebihan mucus, dan edema pada epitel bronchioles yang

mengakibatkan terjadinya obstruksi paru yang kompleks sebagai

akibat mengkonsumsi rokok.

2. Pneumonia

Peneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru yaitu:

penurunan luas permukaan membrane pernafasan, serta menurunnya

rasio ventilasi perfusi. Kedua efek ini mengakibatkan menurunnya

KVP.

3. Atelektasi

Atelektasi berarti alveoli paru yang mengempis atau colaps.

Akibatnya terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga tahanan aliran

darah meningkat dan terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh

darah sehingga volume paru berkurang.

4. Asma

Page 57: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

39

Pada penderita asma akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi

dan volume inspirasi.

5. Tuberkolosis (TBC)

Pada penderita TBC stadium lanjut banyak timbul daerah fibrosis

di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru fungsional, sehingga

mengurangi kapasitas paru.

4) Karakteristik latar belakang pekerjaan

a. Massa kerja

Gangguan fungsi paru yang mengakibatkan terjadinya penurunan

pada nilai kapasitas vital paru yang timbul pada pekerja sangat

bergantung pada lamanya pajanan dan banyaknya debu yang terhirup.

Hal ini bergantung pada tiga hal yakini, kadar debu di dalam udara,

jumlah kadar di udara dengan lamanya paparan berlangsung/dosis

kumulatif, dan waktu tinggal (retensi) lamanya debu dalam paru-paru

(WHO, 1995, dalam Marpaung, 2012). Di Denmark, pajanan jangka

panjang pada partikulat terhadap pekerja cat dapat mempercepat

penurunan fungsi paru terkait usia seseorang (Cristensen, 2008).

Di Indonesia sendiri melalui penelitian yang dilakukan oleh

(Setiawan, 2011) mengenai hubungan masa kerja dengan KVP pada

pekerja stasiun pengisian bahan bakar di kota Yogyakarta diperoleh nilai

signifikan (p) sebesar 0,018 dengan p = 0,018 < alfa =0,05. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa

kerja dengan KVP. Penelitian ini dilakukan di empat stasiun bahan

Page 58: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

40

bakar minyak di kota Yogyakarta dengan total sample sebanyak 43

responden.

b. Jam kerja

Data jumlah jam kerja per minggu pada aktivitas pekerja yang

terpapar debu dapat digunakan sebagai perkiraan kumulatif paparan

yang diterima oleh seorang pekerja. Rendahnya KVP pada pekerja

tergantung pada lamanya paparan serta konsentrasi debu lingkungan

kerja. Paparan dengan konsentrasi rendah dalam waktu lama mungkin

tidak akan segera menunjukkan adanya penurunan nilai KVP

dibandingkan dengan paparan tinggi dalam waktu yang singkat

(Budiono, 2007).

c. APD masker

Gangguan fungsi paru yang mengakibatkan terjadinya penurunan

pada nilai kapasitas vital paru yang timbul pada pekerja sangat

bergantung pada lamanya pajanan dan banyaknya debu yang terhirup.

Hal ini bergantung pada tiga hal yakini, kadar debu di dalam udara,

jumlah kadar di udara dengan lamanya paparan berlangsung/dosis

kumulatif, dan waktu tinggal (retensi) lamanya debu dalam paru-paru

(WHO, 1995, dalam Marpaung, 2012). Di Denmark, pajanan jangka

panjang pada partikulat terhadap pekerja cat dapat mempercepat

penurunan fungsi paru terkait usia seseorang (Cristensen, 2008).

Di Indonesia sendiri melalui penelitian yang dilakukan oleh

(Setiawan, 2011) mengenai hubungan masa kerja dengan KVP pada

Page 59: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

41

pekerja stasiun pengisian bahan bakar di kota Yogyakarta diperoleh nilai

signifikan (p) sebesar 0,018 dengan p = 0,018 < alfa =0,05. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa

kerja dengan KVP. Penelitian ini dilakukan di empat stasiun bahan

bakar minyak di kota Yogyakarta dengan total sampel sebanyak 43

responden.

d. Riwayat pekerjaan

Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit

akibat kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat

menyebabkan gangguan paru (Suma’mur, 1996). Hubungan antara

penyakit dan pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan

keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan

untuk kembali bekerja, setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah

digunakan bahan baru di tempat kerja.

Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah

terpapar dengan pekerjaan berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan

pada musim-musim tertentu, dan lain-lain (Ikhsan, 2002).

e. Beban kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas

pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi

pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut

bekerja sehingga disebut beban kerja, sehingga beban kerja merupakan

Page 60: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

42

kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Beban kerja

dapat berupa beban fisik dapat mempengaruhi nilai dari KVP seseorang.

Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai

dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, tapi pernapasan

harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbondioksida

tersebut (Guyton & Hall, 1996).

2.6 Kerangka Teori

Kerangka teori (gambar 2.1) diperoleh dari hasil modifikasi berbagai sumber.

Budiono (2007) bahwa usia mempengaruhi penurunan KVP setelah usia 30 tahun,

tetapi penurunan akan cepat terjadi setelah usia 40 tahun. Jenis kelamin (Pearce,

2009), massa kerja (WHO, 1995), aktivitas merokok (Anshar, 2005), aktivitas

olahraga, IMT (Mengkidi, 2006), riwayat penyakit (Guyton, 1997), riwayat

pekerjaan (suma’mur, 1996), penggunaan APD masker (Mengkidi, 2006), jam kerja

per minggu (Budiono, 2007) dan beban kerja (Guyton dan Hall, 1997). Berdasarkan

hasil dari modifikasi tersebut dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut:

Page 61: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

43

Modifikasi dari sumber : (Budiono, 2007; Pearce, 2009; WHO, 1995; Anshar; 2005;

Mengkidi, 2006; Guyton, 1997; Suma’mur, 1996; Mengkidi, 2006; Budiono, 2007; Hall,

1997).

Gambar 2.1

Kerangka teori

Debu total

Kapasitas Vital

Paru

Karakteristik Individu:

Umur

Jenis kelamin

Karakteristik gaya hidup:

Aktivitas olahraga

Aktivitas merokok

Status gizi

Riwayat penyakit

Karakteristik latar

belakang pekerjaan:

Massa kerja

Jam kerja

APD masker

Riwayat pekerjaan

Beban kerja

Page 62: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

44

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang menjadi variable bebas (independent) untuk diteliti

adalah debu total, karakteristik individu (jenis kelamin, umur), gaya hidup (aktivitas

olahraga, aktivitas merokok, status gizi, riwayat penyakit), masa kerja. Sedangkan

variabel terikatnya (dependent) adalah kapasitas vital paru pada pekerja operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014. Sedangkan variabel yang tidak diteliti ialah jam kerja

(karena semua memiliki waktu jam kerja yang sama yaitu 8 jam dalam sehari), beban

kerja (karena pekerjaan memiliki beban yang sama dan tidak ada perbedaan aktivitas di

dalam bekerja), penggunaan masker (dikarenakan hampir semua populasi tidak memakai

masker di saat melakukan aktivitas pekerjaan), dan riwayat pekerjaan (semua pekerja

tidak memiliki riwayat pekerjaan terpapar debu sebelumnya). Kerangka konsep pada

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

Page 63: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

45

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Debu total

Karakteristik Individu:

- Umur

- Jenis kelamin

Kapasitas Vital Paru

Gaya Hidup:

- Aktivitas merokok

- Aktivitas olahraga

- Status gizi

- Riwayat penyakit

Masa kerja

Page 64: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

46

3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Deskripsi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Kapasitas Vital

Paru

volume cadangan

inspirasi + volume alun

nafas + volume cadangan

ekspirasi. Atau jumlah

udara maksimum yang

dapat dikeluarkan

seorang dari paru, setelah

terlebih dahulu mengisi

paru secara maksimum

dan dikeluarkan

sebanyak-banyaknya.

Pengukuran

menggunakan

alat spirometer

Spirometer 1. Ada gangguan

(Restriksi, campuran

dan Obstruksi)

2. Tidak ada gangguan

(Normal)

Untuk kepentingan

analisis, maka variable

gangguan fungsi paru

di kelompokan

menjadi : - Normal, bila % FVC

> 80 dan %

FEV1/FVC > 75

- Ada gangguan

(R,C,O), bila nilai %

FVC < 79 dan %

FEV1/FVC < 74

Ordinal

2. Kadar debu total Hasil pengukuran kadar

debu total menggunakan

metode gravimetri selama 2

jam pada 3 titik lokasi

sebanyak 1 kali pengukuran

Melakukan

pengukuran

dengan

menggunakan alat Haz Dust Model

EPAM 5000

dengan metode

gravimetric

Haz Dust

Model EPAM

5000

1. Tidak memenuhi

syarat bila diatas NAB

(kadar debu > 0,035

mg/m3)

2. Memenuhi syarat bila

dibawah NAB (kadar

debu < 0,035 mg/m3 )

Ordinal

3. Umur Jumlah tahun yang dihitung

mulai dari responden lahir

hinhha saat penelitian

berlangsung.

Pengisian

kuesioner oleh

peneliti dengan

wawancara

Kuesioner dan

pengecekan

KTP

1. > 30 tahun (berisiko

KVP)

2. < 30 tahun (tidak

berisiko KVP)

Ordinal

Page 65: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

47

No. Variabel Deskripsi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

4. Jenis kelamin Perbedaan biologis dan

fisiologis yang dibawa

sejak lahir dan tidak

dapat diubah

Pengisian

kuesioner oleh

peneliti dengan

wawancara

Kuesioner dan

pengecekan

KTP

1. Perempuan

2. Laki-laki

Ordinal

5. Aktivitas Rokok Aktivitas merokok yang

dilakukan secara teratur

atau rutin dalam setiap

harinya

Pengisian

kuesioner oleh

peneliti dengan

wawancara

Kuesioner 1. Merokok

2. Tidak Merokok

Ordinal

6. Aktivitas Olahraga

Latihan fisik teratur yang

dapat meningkatkan

kemampuan kapasitas

pernafasan pekerja.

Pengisian

kuesioner oleh

peneliti dengan

wawancara

Kuesioner

1. Tidak melakukan

olahraga (Tidak)

2. Melakukan olahraga

(Ya)

Ordinal

7. Status Gizi (IMT) Suatu kondisi yang

menggambarkan keadaan

gizi pada orang dewasa

dengan memperhitungkan

indeks masa tubuh (IMT)

Kuesioner,

melihat jarum

ukur pada

timbangan dan

microtoise

Kuesioner

Timbangan

injak

Microtoise

1. Berisiko (kurus <

18,5 dan gemuk

>25)

2. Normal

Ordinal

8. Riwayat Penyakit Keadaan dimana karyawan

pernah atau tidak

mengalami penyakit saluran

pernafasan akut, kronis

(asma, tuberculosis, batuk

berdahak, peneumia atau

paru-paru basah).

Melakukan

wawancara,

kemudian

mendeskripsikan

gejala-gejala yang

pernah dirasakan

seperti : sesak,

pusing, batuk, dll)

Kuesioner 1. Pernah

2. tidak pernah

Ordinal

9. Masa Kerja Panjangnya waktu

terhitung mulai pertama

kali pekerja masuk kerja

hingga saat penelitian

berlangsung

Pengisian

kuesioner oleh

peneliti dengan

wawancara

Kuesioner 1. lama (> 5 tahun)

2. baru (< 5 tahun)

Ordinal

Page 66: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

48

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014

2. Ada hubungan antara karakteristik individu (umur, jenis kelamin) dengan

KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

3. Ada hubungan antara karakteristik gaya hidup (aktivitas merokok, aktivitas

olahraga, status gizi, riwayat penyakit) dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014

4. Ada hubungan antara masa kerja dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014

Page 67: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

49

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat

hubungan antara dua variabel yaitu dependen dan independen. Dengan menggunakan

desain studi cross-sectional yaitu mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan

variabel dependen (informasi atau gambaran situasi yang ada) dalam waktu bersamaan.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juli dan bertempat di SPBU yang berada

di wilayah Kecamatan Ciputat tahun 2014.

4.3 Populasi dan Sample Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh operator SPBU yang ada di

wilayah kecamatan Ciputat pada tahun 2014.

4.3.2 Sample

Untuk menghitung besar sampel dipilih dengan menggunakan metode uji

hipotesis beda proporsi (2-tailed). Berikut adalah rumus uji hipotesis beda 2

proporsi:

Keterangan:

n : Jumlah besar sampel

P1 : Proporsi orang yang mengalami gangguan fungsi paru pada

Page 68: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

50

variabel tidak menggunakan masker (Budiono, 2007)

P2 : Proporsi orang yang mengalami gangguan fungsi paru pada

variabel penggunaan masker (Budiono, 2007)

P : Rata-rata proporsi (P1 + P2 /2)

Z 1-α/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan Z1-α/2 atau derajat kemaknaan α

pada two tail yaitu sebesar 5 % = 1,96

Z 1-β : Nilai Z pada kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 80% = 0,84

Tabel 4.1

Perhitungan Besar Sampel Tabel Minimal Penelitian

No. Topik P1 P2 OR Jumlah

Sampel

(n)

Penulis,

Tahun

1. Umur 0,617 0,302 2,041 39 Budiono,

2007

2. Aktifitas

merokok

0,649 0,340 1,910 53 Budiono,

2007

3. Lama Kerja 0,516 0,346 1,490 177 Budiono,

2007

4. Masa Kerja 0,923 0,39 2,369 9 Budiono,

2007

5. Penggunaan

Masker

0,806 0,184 4,382 12 Budiono,

2007

Total jumlah sampel minimal dalam penelitian adalah 12. Karena untuk 2

proporsi maka dikalikan 2 menjadi 24. Untuk mengantisipasi drop out

ditambah 15 jadi 39. Adapun sampel pada penelitian ini adalah semua

operator SPBU di wilayah Kecamatan Ciputat yang bersedia menjadi sampel,

yakni sebanyak 42 orang.

Page 69: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

51

4.4 Instrument Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spirometer

Autospiro Minato AS 505, timbangan injak, microtoise dan kuesioner.

1. Spirometer digunakan untuk mengukur Kapasitas Vital Paru pada operator

SPBU tahun 2014. Adapun nilai KVP yang diambil adalah Slow Vital Capacity

(SVC) untuk menilai seberapa mampu paru-paru seseorang mengeluarkan udara

(ekspirasi) setelah mengisi rongga paru-paru dengan udara secara maksimal

secara normal.

2. Timbangan Injak digunakan untuk mengukur berat badan operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014.

3. Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014.

4. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data pribadi pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014. Data dapat berupa nama, umur, jenis kelamin,

dan sebagainya.

5. Melakukan pengukuran kadar debu total di lingkungan tempat kerja dengan

menggunakan alat Haz Dust Model EPAM 5000.

4.5 Pengumpulan Data

4.5.1 Data Primer

a. Pengukuran KVP

Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pada operator

SPBU menggunakan alat Spirometer Autospiro Minato AS 505 secara

Page 70: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

52

langsung terhadap responden. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk

pengukuran KVP pada operator SPBU tahun 2014, yaitu sebagai berikut:

1) Tekan tombol power ON pada Spirometer

2) Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas pengukuran

3) Pilih tombol FVC pada Spirometer

4) Lakukan inspirasi maksimal

5) Kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam Spirometer

6) Hasil pengukuran dapat dilihat pada Spirogram yang telah dicetak

(Minato Medical Science., Ltd)

b. Umur

Umur operator SPBU didapatkan dari hasil observasi dengan

memperlihatkan KTP responden yang berkenan untuk diteliti. Umur

terhitung dari lahir sampai saat pekerja di wawancara.

c. Masa kerja

Data mengenai masa kerja diperoleh melalui wawancara kepada

pekerja dengan menggunakan instrument berupa kuesioner.

d. Status gizi

Status gizi ini dapat dilakukan perhitungan salah satunya adalah

dengan menghitung IMT dengan rumus:

Kategori berat badan menurut IMT:

Berat Badan (kg)

IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Page 71: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

53

1) Kurus : < 18,5

2) Normal : 18,5-25,0

3) Gemuk : ≤ 25, 0

Langkah pengukurannya sebagai berikut:

1) Mengetahui berat badan dengan menggunakan kuesioner, sedangkan

timbangan berat badan digunakan apabila responden tidak

mengetahui berat badannya.

2) Mengetahui tinggi badan dengan menanyakannya sesuai lembar

pertanyaan kuesioner, sedangkan microtoise digunakan apabila

responden tidak mengetahui tinggi badannya.

Data mengenai status gizi dapat diperoleh melalui pengukuran Indeks

Masa Tubuh (IMT), yang selanjutnya dikategorikan sebagai berikut:

1) Berisiko (Kurus dan Gemuk)

2) Tidak berisiko (Normal)

e. Data berat badan (BB)

Data mengenai BB diperoleh dengan cara melakukan penimbangan

badan pada saat sebelum beraktifitas. Langkah-langkah pengukuran

tersebut adalah:

1) Pastikan jarum pada display menunjukan angka nol

2) Lepaskan sepatu, alas kaki dan serta alat yang berada di saku anda,

yang dapat menambah beban secara signifikan

3) Berdiri tegap diatas timbangan dengan pandangan mengarah ke

depan

Page 72: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

54

4) Baca hasil pada display yang ditunjukan oleh jarum metal

f. Data tinggi badan

Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan langsung

menggunakan alat/pengukur tubuh. Kemudian catat hasil pengukuran

yang ada.

g. Aktifitas Merokok

Data mengenai aktifitas merokok diperoleh melalui wawancara kepada

pekerja dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner.

h. Riwayat Penyakit

Data mengenai riwayat penyakit diperoleh melalui pemeriksaan

kesehatan kepada pekerja. Dari berbagai macam penyakit khususnya

yang menyerang pernapasan seperti asma (sesak nafas), bronkitis kronik

(batuk berdahak), pneumonia (paru-paru basah), dan tuberculosis

(TBC/flak paru).

i. Jenis kelamin

Variabel jenis kelamin diisi oleh responden dengan kuesioner.

j. Aktifitas olahraga

Data mengenai aktifitas olahraga diperoleh melalui wawancara secara

langsung dengan pekerja operator SPBU. Untuk variabel aktifitas

olahraga, ditambahkan tiga jenis yaitu: jenis, frekuensi dan durasi

olahraga yang semua menggunakan kuesioner.

Page 73: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

55

k. Riwayat pekerjaan

Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit

akibat kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat

menyebabkan gangguan paru. Diukur melalui pertanyaan yang terdapat di

kuesioner.

l. Kadar debu total

Melakukan pengukuran kadar debu total di lingkungan tempat kerja

dengan menggunakan alat Haz Dust Model EPAM 5000. Adapun cara

pengukuran kadar debu total di lingkungan tempat kerja, sebagai berikut:

1) Siapkan alat Haz Dust Model EPAM 5000.

2) Memilih besar partikel pada lingkungan kerja yang diteliti (PM 2.5

μm).

3) Lakukan kalibrasi pada alat Haz Dust Model EPAM 5000.

4) Melakukan sampling

5) Mengecek kembali data yang telah dimasukkan.

4.6 Pengolahan Data

4.6.1 Mengkode data (data coding)

Menyederhanakan data dengan memberikan kode-kode tertentu. Semua

variabel independen diberikan pengkodean. Proses pengklasifikasian data atau

pengkodean dimaksudkan untuk mempermudah dalam menganalisa data

selanjutnya. Dimana coding dilakukan pada kuesioner, jika nilai pengukuran

KVP mengalami penurunan (ada gangguan) pengkodean = 1, bila tidak

Page 74: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

56

mengalami penurunan (tidak ada gangguan) = 2. Semua variabel pun

dikodekan, yaitu:

a. Debu total, 1 = tidak memenuhi syarat dan 2 = memenuhi syarat

b. Umur, 1 = > 30 tahun (berisiko) dan 2 = < 30 tahun (tidak berisiko)

c. Jenis kelamin, 1 = perempuan dan 2 = laki-laki

d. Aktifitas merokok, 1 = merokok dan 2 = tidak merokok

e. Aktifitas olahraga, 1 = tidak melakukan olahraga dan 2 = melakukan

olahraga

f. Status gizi, 1 = berisiko dan 2 = normal

g. Riwayat penyakit, 1 = pernah dan 2 = tidak pernah

h. Masa kerja, 1 = lama dan 2 = baru

4.6.2 Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan, kebenaran dalam pengisian

data, kesinambungan, dan serta keseragaman data. Ini merupakan data utama

untuk menginput data penelitian.

4.6.3 Memasukan data (data entry)

Memasukan data dari hasil kuesioner yang sudah diberikan kode pada

masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis data dengan

memasukan data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan

analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum) dan bivariat

(mengetahui variable yang berhubungan).

Page 75: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

57

4.6.4 Membersihkan data (Cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry

apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi

pada saat meng-entry ke komputer.

4.7 Teknik Analisa Data

4.7.1 Analisa Univariat

Analisis deskriptif dilakukan dengan membuat tabel dan distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Analisa ini digunakan untuk mengetahui gambaran dan data dianalisis

dengan melihat x, ± SD, median, dan 95 % CI x, dari tiap-tiap dimensi pada

variabel dependen yang mencakup dimensi, antara lain : debu total,

karakteristik individu (umur dan jenis kelamin), gaya hidup (aktifitas

merokok, aktifitas olahraga, status gizi, riwayat penyakit), dan masa kerja,

serta penurunan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

4.7.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan

variabel terkait dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada.

Uji statistik yang digunakan adalah chi-square atau kai kuadrat. Syarat uji chi-

square adalah tidak ada sel yang nilai observed-nya bernilai 0, dan sel yang

mempunyai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel, dan

menggunakan table 2x2.

Page 76: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

58

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran SPBU di Kecamatan Ciputat

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan prasarana umum

yang disediakan oleh PT Pertamina (Persero) untuk masyarakat Indonesia secara

luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan

bakar berjenis premium, solar, pertamax dan pertamax plus. Setiap SPBU memiliki

struktur organisasi mulai dari manajer, supervisor, operator, satuan pengamanan

(SATPAM), dan petugas kebersihan. Selain itu, SPBU juga terdapat berbagai

fasilitas untuk umum diantaranya toilet, mushola dan tempat pengisian angin ban

kendaraan. Hal ini untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat, agar terpenuhi

kenyaman yang diharapkan.

Penelitian ini dilakukan diseluruh wilayah SPBU Kecamatan Ciputat tahun 2014.

Lokasi SPBU di Kecamatan Ciputat semua terletak tepat berada dipinggir jalan raya

utama. Posisi yang tepat berada dipinggir jalan raya memudahkan pengendara untuk

melakukan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM). Disamping memudahkan

pengendara dalam melakukan pengisian BBM, ada hal lain yang dapat merugikan

yaitu paparan debu dari jalan raya akibat aktivitas dari kendaraan di sepanjang hari.

Paparan debu yang memapar lingkungan kerja operator SPBU dapat membahayakan

apabila melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan. Namun, paparan debu

yang diterima oleh operator SPBU tidak hanya dari debu jalan raya. Akan tetapi,

paparan debu juga berasal dari asap kendaraan yang sedang menunggu antrian

Page 77: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

59

pengisian bensin atau setelah mengisi bensin. Besarnya paparan debu juga

tergantung dengan jumlah kendaraan disetiap harinya yang mengisi BBM.

Hasil pengamatan langsung (observasi) yang dilakukan di lingkungan kerja

operator SPBU dapat terlihat jelas banyaknya kendaraan melintas di area SPBU

untuk melakukan pengisian BBM. Namun jumlahnya kendaraan yang melintas di

lingkungan kerja operator SPBU berbeda-beda. Pada pagi hari dan sore menjelang

malam jumlah kendaraan meningkat secara signifikan di area SPBU untuk

melakukan pengisian BBM. Hal ini sesuai dengan aktifitas pengendara pada saat

berangkat kerja di pagi hari dan pulang bekerja pada sore ataupun malam hari.

Berikut hasil gambaran observasi mengenai jumlah SPBU, lokasi, jenis kelamin,

jumlah kepadatan kendaraan, yang dilakukan pada SPBU di wilayah Kecamatan

Ciputat dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1

Gambaran Profil SPBU Wilayah Kecamatan Ciputat

Tahun 2014 (SPBU, Lokasi, Jenis Kelamin dan Rata-Rata Jumlah Kendaraan)

No. SPBU Lokasi Jenis Kelamin

Rata- Rata

Jumlah

Kendaraan

Laki-

Laki Perempuan Pagi Siang Sore

1. X Jl. R.E Martadinata

Ciputat

14 0 250 150 270

2. X Jl. R.E Martadinata

Ciputat (Pustekom)

15 7 200 150 150

3. X Jl. Aria Ciputat 14 10 300 100 150

4. X Jl. Dewi Sartika

Ciputat

17 9 500 250 400

5. X Jl. Pisangan Ciputat 19 0 150 200 270

Page 78: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

60

Berikut ini adalah peta jalan SPBU di wilayah Kecamatan Ciputat Tahun 2014

yang digunakan sebagai objek penelitian tentang KVP :

Gambar 5.1

Peta Jalan SPBU Wilayah Kecamatan Ciputat

Tahun 2014

5.2 Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari

hasil penelitian yang telah diperoleh. Analisis univariat untuk mendeskripsikan

kejadian KVP yang ditimbulkan oleh faktor-faktor paparan debu total, karakteristik

individu (umur, jenis kelamin), karakteristik gaya hidup (aktifitas olahraga, aktifitas

merokok, status gizi, riwayat penyakit), dan masa kerja.

Page 79: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

61

5.2.1 Gambaran Frekuensi Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

Deskripsi hasil dari distribusi gambaran KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014 dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini

Tabel 5.2

Gambaran Frekuensi KVP pada Operator SPBU di Kecamatan

Ciputat Tahun 2014

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1. KVP - Ada gangguan (restriksi,

obstruksi dan campuran)

- Tidak ada gangguan (normal)

30

12

71,4 %

28,6 %

Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh hasil analisis gambaran distribusi KVP

pada operator SPBU, dari 42 responden yang mengalami gangguan KVP

sebanyak 30 responden (71,4%) dan yang tidak mengalami gangguan

sebanyak 12 (28,6%).

5.2.2 Gambaran Frekuensi Debu Total di SPBU Kecamatan Ciputat tahun

2014

Hasil paparan debu total diperoleh dari pengukuran yang dilakukan di

lingkungan kerja operator SPBU. Variabel debu total di kategorikkan

menjadi 2 yaitu tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat. Adapun hasil

yang diperoleh mengenai paparan debu total pada operator SPBU dapat

dilihat dari tabel 5.2, yaitu sebagai berikut:

Page 80: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

62

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Debu Total Lingkungan Kerja

Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1. Debu Total - Tidak memenuhi syarat

> 0,035

- Memenuhi syarat <

0,035

29

13

69,0 %

31,0 %

Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 5.2 dari hasil analisis gambaran paparan debu total

diperoleh bahwa operator SPBU yang lingkungan kerjanya memenuhi

standar nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan yakni 13 orang dengan

persentase sebesar (31%). Sedangkan operator SPBU yang lingkungan

tempat kerjanya tidak memenuhi syarat NAB adalah 29 orang dengan

persentase sebesar (79,0%).

5.2.3 Gambaran Karakteristik Individu di SPBU Kecamatan Ciputat tahun

2014

Faktor gambaran distribusi frekuensi karakteristik individu dalam

penelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian umur dan

jenis kelamin diperoleh dari wawancara. Untuk variabel umur responden

diharuskan memperlihatkan KTP untuk mendapatkan informasi yang sesuai

(benar). Distribusi karakteristik individu (umur dan jenis kelamin) dapat

dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut:

Page 81: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

63

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu (Umur, Jenis Kelamin)

Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1. Umur - Berisiko (> 30 Th)

- Tidak berisiko (< 30 Th)

7

35

16,7 %

83,3 %

2. Jenis Kelamin - Perempuan

- Laki-laki

13

29

31,0 %

69,0 %

Jumlah 42 100%

a. Umur

Data umur didapatkan dari hasil wawancara ditambah dengan

menunjukan KTP dari operator SPBU. Berdasarkan tabel 5.3 dari total

responden 42 di dapatkan hasil bahwa operator SPBU yang berumur < 30

tahun sebesar 35 (83,3%) responden, sedangkan operator SPBU yang

berumur ≥ 30 sebesar 7 (16,7%) responden.

b. Jenis kelamin

Data jenis kelamin didapatkan dari hasil wawancara dengan

responden yaitu operator SPBU. Berdasarkan tabel 5.3 dari total 42

responden didapatkan bahwa operator SPBU yang berjenis kelamin

terbanyak yaitu laki-laki dengan 29 (69,0%) responden, sedangkan

operator SPBU berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 (31,0%)

responden.

Page 82: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

64

5.2.4 Gambaran Karakteristik Gaya Hidup di SPBU Kecamatan Ciputat

tahun 2014

Hasil penelitian mengenai gambaran karakteristik gaya hidup (aktifitas

merokok, aktifitas olahraga, status gizi, dan riwayat penyakit) diperoleh dari

wawancara terhadap responden yang dilakukan setelah shift kerja. Semua

variabel karakteristik gaya hidup dikategorikan menjadi 2. Adapun hasil dari

distribusi gambaran karakteristik gaya hidup dapat dilihat pada tabel 5.4

sebagai berikut:

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Karakteristik Gaya Hidup (Aktifitas merokok,

Aktifitas olahraga, Status gizi, Riwayat penyakit)

Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1. Aktifitas merokok - Merokok

- Tidak merokok

23

19

54,8 %

45,2 %

2. Aktifitas olahraga - Tidak melakukan olahraga

- Melakukan olahraga

17

25

40,5 %

59,5 %

3. Status Gizi - Berisiko

- Tidak berisiko

18

24

42,9 %

57,1 %

4. Riwayat Penyakit - Pernah

- Tidak pernah

6

36

14,3 %

85,7 %

Jumlah 42 100%

a. Aktifitas merokok

Data aktifitas merokok diperoleh dengan melakukan wawancara

kepada responden. Dari tabel 5.4 diperoleh hasil distribusi gambaran

Page 83: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

65

aktifitas merokok pada operator SPBU sebanyak 23 (54,8%) reponden

merokok dan sebanyak 19 (45,2%) responden tidak merokok.

b. Aktifitas olahraga

Pada tabel 5.4 dapat diketahui distribusi gambaran aktifitas olahraga

pada responden. Dari tabel tersebut menunjukan bahwa dari 42 responden

diantaranya 25 (59,5%) melakukan aktifitas olahraga dan 17 (40,5%)

tidak melakukan aktifitas olahraga.

c. Status gizi

Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung indeks masa tubuh.

Hasil dari data tersebut di kategorikan menjadi 2, yaitu beresiko (kurus

dan gemuk) dan tidak beresiko (normal). Dari tabel di atas, diketahui

distribusi gambaran status gizi responden yang tidak beresiko memiliki

persentase 24 (42,9%) dan yang berisiko sebesar 18 (57,1%).

d. Riwayat penyakit

Data riwayat penyakit diperoleh dengan wawancara mengenai gejala-

gejala penyakit yang pernah dialami. Dari tabel diatas, diketahui

gambaran responden yang tidak pernah memiliki riwayat penyakit

memiliki jumlah paling besar, yaitu 36 (85,6%), sedangkan responden

yang mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan KVP

sebesar 6 (14,4%).

Page 84: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

66

5.2.5 Gambaran Masa Kerja di SPBU Kecamatan Ciputat tahun 2014

Distribusi gambaran karakteristik latar belakang pekerjaan yaitu variabel

masa kerja. Adapun hasil gambaran masa kerja dapat dilihat pada tabel 5.5

sebagai berikut:

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Masa Kerja Operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

No. Variabel Jumlah Persentase

1. Masa Kerja - Lama (> 5 tahun)

- Baru (< 5 tahun)

19

23

45,2 %

54,8 %

Jumlah 42 100%

a. Masa kerja

Data masa kerja diperoleh dengan cara wawancara pada responden.

Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah operator berdasarkan masa

kerja baik lama ataupun baru. Berdasarkan tabel 5.5 dari 42 responden

yang diambil, diketahui gambaran bahwa operator dengan masa kerja

baru sebanyak 23 (54,8%) responden dan sedangkan operator dengan

masa kerja lama sebesar 19 (45,2%) responden.

5.3 Analisis Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang

bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan variabel

dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisa hubungan kejadian KVP yang

ditimbulkan oleh faktor-faktor paparan debu total, karakteristik individu (umur,

jenis kelamin), karakteristik gaya hidup (aktifitas olahraga, aktifitas merokok, status

Page 85: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

67

gizi, riwayat penyakit), dan masa kerja dengan menggunakan uji Chi Square yang

hasilnya akan dijelaskan dibawah ini:

5.3.1 Hubungan Debu Total dengan KVP pada Operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014

Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan debu total dengan

kejadian KVP. Hasil penelitian mengenai hubungan antara karakteristik

lingkungan tempat kerja dengan kejadian KVP di Kecamatan Ciputat Tahun

2014 dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 5.7

Hubungan antara Debu Total dengan KVP pada Operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

No. Variabel

KVP

Total

P-

value

Ada

gangguan

Tidak ada

gangguan

N % N % N %

1. Kadar Debu Total

0,000 Lebih dari NAB (>

0,035)

29 100% 0 0% 29 100%

Sesuai NAB (< 0,035) 1 7,7% 12 92.3% 13 100%

Total 30

12

42

a. Hubungan antara debu total dengan KVP di Kecamatan Ciputat

tahun 2014

Pada tabel 5.6 diatas hubungan antara kadar debu total dengan KVP

pada operator SPBU yang memiliki lingkungan kerja yang tidak

memenuhi NAB yang ditetapkan ada sebanyak 29 pekerja dengan

Page 86: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

68

persentase (100%). Itu berarti menunjukan bahwasanya pekerja yang

lingkungan kerja yang tidak sesuai NAB yang telah ditetapkan

mengalami penurunan KVP. Sedangkan operator SPBU yang memiliki

lingkungan kerja sesuai dengan NAB dan tidak mengalami penurunan

KVP berjumlah 12 orang dengan persentase (92,3%). Berdasarkan hasil

uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,000 yang artinya pada α

5% ada hubungan yang signifikan antara debu total dengan KVP pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

5.3.2 Hubungan antara Karakteristik Individu (Umur, Jenis Kelamin)

dengan KVP pada Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

Uji chi square digunakan untuk variabel umur dan jenis kelamin dengan

kejadian KVP. Hasil penelitian mengenai hubungan antara umur dan jenis

kelamin dengan kejadian KVP di Kecamatan Ciputat Tahun 2014 dapat

dilihat di tabel berikut:

Page 87: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

69

Tabel 5.8

Hubungan antara Karakteristik Individu

(Umur, Jenis Kelamin) dengan KVP pada Operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

No. Variabel

KVP

Total

P-

value

Ada

gangguan

Tidak ada

gangguan

N % N % N %

1. Umur

1,000 Berisiko (≥ 30 Th) 5 71,4% 2 28,6% 7 100

Tidak berisiko (< 30

Th)

25 71,4% 10 28,6% 35 100

2. Jenis Kelamin

0,008 Perempuan 13 100% 0 0% 13 100

Laki-laki 17 58,6% 12 41,4% 29 100

Total 30 71,4% 12 28,6% 42 100

a. Hubungan antara umur dengan KVP pada Operator SPBU tahun

2014

Berdasarkan tabel 5.7 operator SPBU yang berumur ≥ 30 dan ada

gangguan KVP sebesar 71,4% (5 dari 7 responden), sedangkan operator

SPBU yang berumur < 30 ada gangguan KVP sebesar 71,4% (25 dari 35

responden). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value

sebesar 1,000 yang artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan

antara umur dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat

Tahun 2014.

Page 88: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

70

b. Hubungan antara jenis kelamin dengan KVP pada Operator SPBU

tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.7 jenis kelamin perempuan yang mengalami

gangguan KVP sebesar 100% (13 dari 13 responden). Sedangkan variabel

jenis kelamin laki-laki yang mengalami gangguan KVP yaitu sebesar

58,6% (17 dari 19 responden). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan

nilai P-value sebesar 0,008 yang artinya pada α 5% terdapat hubungan

yang signifikan antara jenis kelamin dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

5.3.3 Hubungan antara Karakteristik Gaya Hidup (Aktifitas merokok,

Aktifitas olahraga, Status Gizi, Riwayat Penyakit) dengan KVP pada

Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

Uji Chi Square juga digunakan pada karakteristik gaya hidup (aktifitas

merokok, aktifitas olahraga, status gizi, dan riwayat penyakit) dengan

kejadian KVP pada operator SPBU. Hasil mengenai hubungan antara

karakteristik gaya hidup dengan kejadian KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014 disajikan pada tabel 5.8 dan dapat dilihat

sebagai berikut:

Page 89: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

71

Tabel 5.9

Hubungan antara Karakteristik Gaya Hidup

(Aktifitas merokok, Aktifitas olahraga, Status Gizi,

Riwayat Penyakit) dengan KVP pada Operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

No. Variabel

KVP

Total

P-

value

Ada

gangguan

Tidak ada

gangguan

N % N % N %

1. Aktifitas merokok

0,035 Merokok 20 87,0% 3 13,0% 23 100

Tidak merokok 10 52,6% 9 47,4% 19 100

2. Aktifitas olahraga

0,731

Tidak melakukan

olahraga

13 76,5% 4 23,5% 17 100

Olahraga 17 68,0% 8 32,0% 25 100

3. Status Gizi

0,554

Berisiko 12 66,7% 6 33,3% 18 100

Normal 18 75,0% 6 25,0% 24 100

4. Riwayat Penyakit

0,655 Pernah 5 83,3% 1 16,7% 6 100

Tidak pernah 25 69,4% 11 30,6% 36 100

Total

42 100

Page 90: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

72

a. Hubungan antara aktifitas merokok dengan KVP pada Operator

SPBU tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.8 operator SPBU yang melakukan aktifitas

merokok dan ada gangguan KVP sebesar 86,4% (20 dari 23 responden),

sedangkan operator SPBU yang tidak merokok namun ada gangguan

KVP sebesar 55% (10 dari 9 responden). Berdasarkan hasil uji statistik

didapatkan nilai P-value sebesar 0,035 yang artinya pada α 5% terdapat

hubungan yang signifikan antara aktifitas merokok dengan KVP pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

b. Hubungan antara aktifitas olahraga dengan KVP pada Operator

SPBU tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.8 operator SPBU yang tidak melakukan

berolahraga dan mengalami gangguan KVP sebesar 76,5% (13 dari 17

responden), sedangkan operator SPBU yang berolahraga namun

mengalami gangguan KVP sebesar 68,0% (17 dari 25 responden).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,731

yang berarti bahwa pada α 5% tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara aktifitas olahraga dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan

Ciputat Tahun 2014.

c. Hubungan antara status gizi dengan KVP pada Operator SPBU

tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan hasil pada operator SPBU yang

memiliki status gizi berisiko dan ada gangguan KVP sebesar 66,7% (12

Page 91: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

73

dari 6 responden, sedangkan operator SPBU yang memiliki status gizi

normal namun mengalami gangguan KVP sebesar 75,0% (18 dari 24

responden). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value

sebesar 0,554% yang berarti bahwa pada α 5% tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara status gizi dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

d. Hubungan antara riwayat penyakit dengan KVP pada Operator

SPBU tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan hasil pada operator SPBU yang

pernah mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan KVP dan

ada gangguan KVP sebesar 83,3% (5 dari 6 responden), sedangkan pada

operator SPBU yang tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang

berhubungan dengan KVP namun ada gangguan KVP sebesar 69,4% (25

dari 36 responden). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-

value sebesar 0,665 yang berarti bahwa pada α 5% tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan KVP pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

5.3.4 Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP pada Operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014

Hasil penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dengan kejadian

KVP pada operator SPBU dapat dilihat pada tabel 5.9 sebagai berikut:

Page 92: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

74

Tabel 5.10

Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP pada Operator SPBU

di Kecamatan Ciputat Tahun 2014

No. Variabel

KVP

Total

P-

value

Ada

gangguan

Tidak ada

gangguan

N % N % N %

1.

Masa Kerja

0,019 Lama (> 5 Th) 17 89,5% 2 10,5% 19 100

Baru (< 5Th) 13 56,5% 10 43,5% 23 100

Total 30 71,4% 12 28,6% 42 100

a. Hubungan antara masa kerja dengan KVP pada Operator SPBU

tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil pada operator SPBU yang

memiliki masa kerja > 5 tahun (lama) dan ada gangguan KVP sebesar

89,5% (17 dari 19 responden), sedangkan pada operator SPBU yang

memiliki masa kerja < 5 tahun (baru) dan ada gangguan KVP sebesar

56,5% (13 dari 23 responden). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan

nilai P-value sebesar 0,019 yang berarti bahwa pada α 5% terdapat

hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan KVP pada operator

SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

Page 93: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

75

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014, ada beberapa keterbatasan diantaranya sebagai

berikut:

a. Saat menanyakan aktifitas olahraga, peneliti berasumsi bahwa persepsi pekerja

dalam menjawab bisa menyebabkan ketidaksesuaian pada jawaban yang

didapatkan. Pilihan jawaban seharusnya ditambahkan dengan kategori yang tidak

berolahraga.

b. Paparan debu diukur dengan menggunakan Epam Model Haz Dust 505, apabila

pengukuran dilakukan dengan menggunakan Personal Dust Sampler, maka hasil

yang didapatkan akan spesifik terhadap pekerja.

c. Saat melakukan penimbangan badan dengan timbangan injak tidak dilakukan

kalibrasi timbangan setelah digunakan oleh responden, sehingga pada

penimbangan selanjutnya dimungkinkan terjadi pergeseran angka tidak kembali

pada angka nol, dan mengakibatkan berat badan yang dihasilkan mempengaruhi

kevalidan variabel status gizi yang didapatkan.

d. Untuk mengukur variabel aktifitas merokok tidak menggunakan indeks

Brinkman karena lama merokok tidak dihitung sehingga kategori dalam variabel

aktifitas merokok terlalu umum dan kurang spesifik. Indeks Brinkman ini dapat

Page 94: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

76

digunakan untuk mengukur derajat (dosis) rokok yang telah dikonsumsi oleh

pekerja.

e. Pada penelitian ini, untuk mengukur riwayat penyakit hanya berdasarkan ingatan

para pekerja tentang diagnosis dokter, tanpa ada pemeriksaan kesehatan

dilakukan secara langsung.

6.2 Kejadian Kapasitas Vital Paru (KVP)

Kapasitas vital paru (KVP) adalah salah satu cara untuk mengukur kemampuan

paru menampung udara seseorang dengan cara meniupkan napas secara paksa ke

dalam spirometer sehingga dapat diketahui apakah orang tersebut memiliki

gangguan fungsi paru atau tidak. Kapasitas vital paru yang baik adalah yang

memiliki (KVP) minimal 80% menurut American Thorasic Society (Ikhsan, 2002).

Salah satu titik area dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi adalah pada

SPBU. Posisi SPBU yang kebanyakan tepat berada di pinggir jalan raya,

memungkinkan petugas/operator terpapar secara langsung lingkungan kualitas udara

yang tidak baik. Operator SPBU juga memiliki risiko tinggi terpapar bahan kimia

berbahaya dari pembakaran yang tidak sempurna kendaraan bermotor yang sedang

menunggu antrian pengisian bahan bakar, atau pun kendaraan yang berangkat setelah

mengisi bensin. Kejadian tersebut apabila berlangsung secara terus-menerus akan

berdampak secara langsung terhadap kesehatan dan terjadi pengendapan gas emisi

kendaraan bermotor dalam paru-paru. Ini akan menyebabkan terjadinya penurunan

KVP.

Hasil penelitian terkait KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat tahun

2014 yang dilakukan pada bulan Maret-Juli didapatkanlah hasil bahwa operator yang

Page 95: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

77

ada gangguan KVP berjumlah 30 orang dengan persentase (71,4%), sedangkan

operator yang tidak ada gangguan berjumlah 12 orang dengan persentase sebesar

(28,6%). Ini menunjukan bahwasanya operator dengan gangguan KVP lebih besar

dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengalami gangguan. Jika dilihat kembali

dari standar yang telah ditetapkan pekerja yang mempunyai nilai KVP < 79% masuk

ke dalam kategori restriktif.

Gangguan restriktif merupakan gangguan paru yang menyebabkan kekakuan

paru sehingga membatasi pengembangan paru-paru. Gangguan ini sangat

mempengaruhi kemampuan untuk menghirup udara (inspirasi) seseorang. Para

pekerja yang mengalami gangguan ini akan sulit untuk menghirup oksigen dari udara

luar dan kondisi ini diperparah jika udara yang telah mampu dihirup mengandung

debu yang akan masuk ke dalam paru-paru (Price, 1995).

Hasil pengukuran yang didapatkan tidak bisa mendiagnosis penyakit yang

berhubungan dengan paru-paru, namun hasil yang didapat menjadikan acuan untuk

menjaga kesehatan terkait KVP. Hasil yang diperoleh dapat menjadikan saran bagi

pekerja untuk mulai menjaga kesehatan diri dan membiasakan diri untuk tidak

aktifitas merokok, ini sesuai dengan hasil yang didapatkan pada penelitian kali ini,

bahwa operator dengan kebiasaan aktifitas merokok paling banyak dengan jumlah 23

dari 42 responden. Dari 23 pekerja yang merokok sebanyak 20 operator ada

gangguan KVP. Merokok merupakan salah satu yang mempercepat terjadinya

penurunan KVP.

Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian (Hasyim, 2013) bahwa pekerja yang

mengalami gangguan (restriksi, obstruksi dan campuran) lebih banyak dari pada

Page 96: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

78

yang tidak memiliki gangguan (normal), dengan persentase 71,4% dan 28,6%. Hal

ini juga sejalan dengan hasil penelitian Rini (1998) di Mojokerto menunjukan bahwa

penurunan kapasitas vital paru pada pekerja pemecah batu, dengan gangguan

restriksi sebesar 67%, ia menyimpulkan bahwa penurunan kapasitas vital paru terjadi

karena penurunan elastisitas paru yang disebabkan oleh fibrosis akibat pajanan debu

yang diduga mengandung silica.

Pada penelitian ini penurunan KVP dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor yang terkait dengan penurunan KVP diantaranya adalah paparan debu

total, karakteristik individu (umur dan jenis kelamin), karakteristik gaya hidup

(aktifitas merokok, aktifitas olahraga, status gizi dan riwayat penyakit) dan masa

kerja.

6.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan KVP

6.3.1 Debu total

a. Hubungan antara paparan debu total dengan KVP pada operator

SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014

Partikel debu akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif

lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke

dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan

terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata

dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di

udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran

dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-

beda (Pudjiastuti, 2002).

Page 97: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

79

Hasil paparan debu total diperoleh dari pengukuran yang dilakukan di

lingkungan kerja operator SPBU. Variabel debu total di kategorikan

menjadi 2 yaitu tidak memenuhi syarat (> 0,035 mg/m3) dan memenuhi

syarat (< 0,035 mg/m3). Adapun hasil yang diperoleh mengenai paparan

debu total pada operator SPBU lingkungan kerjanya memenuhi standar

nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan yakni 13 orang dengan

persentase sebesar (31%). Sedangkan operator SPBU yang lingkungan

tempat kerjanya tidak memenuhi syarat NAB adalah 29 orang dengan

persentase sebesar (79,0%).

Hubungan antara kadar debu total dengan KVP pada operator SPBU

yang memiliki lingkungan kerja yang tidak memenuhi NAB yang

ditetapkan ada sebanyak 29 pekerja dengan persentase (100%). Itu berarti

menunjukan bahwasanya pekerja yang lingkungan kerja yang tidak sesuai

NAB yang telah ditetapkan mengalami penurunan KVP. Sedangkan

operator SPBU yang memiliki lingkungan kerja sesuai dengan NAB dan

tidak mengalami penurunan KVP berjumlah 12 orang dengan persentase

(92,3%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar

0,000 yang artinya pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara debu

total dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun

2014.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khumaidah (2009) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi

debu perorangan dengan KVP dibawah normal (p value = 0.000). Seluruh

Page 98: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

80

pekerja berjumlah 89 yang berada di lingkungan dengan konsentrasi

debu tinggi dalam waktu lama, memiliki risiko tinggi terkena penyakit

obstruksi. Menurut Suma’mur (1996) bahwa salah satu variabel potensial

yang dapat menimbulkan KVP dibawah normal adalah lamanya

seseorang terpapar polutan tersebut. Hal ini berarti semakin lama masa

kerja seseorang, semakin lama pula waktu paparan terhadap polutan

tersebut.

Selanjutnya berdasarkan penelitian Anshar, dkk (2005) pada unit usaha

batu gamping Yogyakarta terdapat hubungan yang signifikan antara

konsentrasi debu batu gamping dengan kapasitas vital paksa. Kemudian

didapatkan tanda negatif (-) pada nilai r yang menunjukkan korelasinya

bersifat linier negatif, artinya semakin tinggi konsentrasi debu gamping di

tempat kerja akan diikuti penurunan nilai kapasitas vital paksa responden.

Hal ini menunjukkan bahwasanya paparan debu yang ada di lingkungan

kerja yang memapar pekerja dengan konsentrasi yang tinggi dan jumlah

jam kerja yang semakin panjang akan berdampak pada nilai KVP yang

berada dibawah normal.

Debu yang masuk ke dalam saluan napas menyebabkan timbulnya

reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan

transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos di sekitar

jalan napas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan.

Keadaan ini terjadi biasanya bila kadar debu melebihi nilai ambang batas.

Sistem mukosilier juga mengalami gangguan dan menyebabkan produksi

Page 99: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

81

lendir bertambah. Bila lendir makin banyak atau mekanisme

pengeluarannya tidak sempurna terjadi obstruksi saluran napas sehingga

resistensi jalan napas meningkat.

Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan membentuk fokus dan

berkumpul di bagian awal saluran limfe paru. Debu ini akan difagositosis

oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti

silika bebas menyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis

bersama silika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru. Makrofag

baru memfagositosis silika bebas tadi sehingga terjadi lagi autolisis.

Keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag

yang terus menerus berperan penting pada pembentukan jaringan ikat

kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini

terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan

interstisial. Akibat fibrosis paru menjadi kaku, menimbulkan gangguan

pengembangan paru yaitu kelainan fungsi paru (Pope, 2003 dalam

Pudjiastuti, 2002).

Disarankan bagi operator SPBU agar menggunakan masker pada saat

bekerja untuk mencegah terjadinya penurunan KVP. Untuk operator yang

mengalami penurunan KVP sebaiknya mulai menghentikan aktifitas

merokok, agar tidak memperparah penurunan KVP. pekerja juga

diharapkan untuk melakukan aktifitas olahraga rutin di setiap minggu.

Page 100: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

82

6.3.2 Karakteristik Individu

a. Hubungan antara umur dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014

Umur merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan

KVP yang berasal dari individu yang bersangkutan. Berdasarkan tabel 5.7

operator SPBU yang berusia ≥ 30 dan ada gangguan KVP sebesar 71,4%

(5 dari 7 responden), sedangkan operator SPBU yang berusia < 30 ada

gangguan KVP sebesar 71,4% (25 dari 35 responden). Berdasarkan hasil

uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 1,000 yang artinya pada α

5% tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan KVP pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Pollock (1971) bahwa fungsi

pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat pada masa anak-anak dan

mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian akan menurun lagi

sesuai dengan pertambahan umur. Pernyataan serupa juga dikemukakan

oleh Suyono (2001) yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang

maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru. Hal ini

juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mila (2006), bahwa

semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital

paru seseorang.

Namun sebagian besar pekerja yang berumur muda dan merokok juga

mengalami restriksi KVP, hal ini sesuai dengan pernyataan Suyono

(2001) bahwa asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam

Page 101: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

83

aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru

dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Depkes RI (2003)

menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada

pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok.

b. Hubungan antara jenis kelamin dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014

Dalam penelitian ini, hasil analisis univariat menggambarkan bahwa

pekerja dengan jenis kelamin laki – laki lebih banyak dibandingkan

dengan pekerja dengan jenis kelamin perempuan. Berdasarkan tabel 5.7

jenis kelamin perempuan yang mengalami gangguan KVP sebesar 100%

(13 responden). Sedangkan variabel jenis kelamin laki-laki yang

mengalami gangguan KVP yaitu sebesar 58,6% (17 dari 29 responden).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,008 yang

artinya pada α 5% terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin

dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Yulaekah (2007) tentang

paparan debu terhirup dan gangguan fungsi paru pada pekerja industri

batu kapur Kabupaten Grobogan, yang mengatakan bahwa ada hubungan

antara jenis kelamin dengan kapasitas vital paru pada pekerja. Volume

paru pria dan wanita terdapat perbedaan bahwa kapasitas paru total

(kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional), pria adalah 6,0 liter

dan wanita 4,2 liter (Antarudin,2002).

Page 102: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

84

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwasanya perbedaan

daya dan fungsi pernafasan juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut

Madina (2007), volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita + 20-25%

lebih kecil dari pada pria sampai usia pubertas, daya tahan

kardiorespirasi antar anak perempuan dan laki-laki tidak berbeda, tetapi

setelah usia tersebut nilainya lebih rendah 15-25% dari pria. Perbedaan

ini antara lain disebabkan oleh perbedaan kekuatan otot maksimal, luas

permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin

dan kapasitas paru.

Sebaiknya bagi operator SPBU berjenis kelamin perempuan untuk

tidak melakukan aktifitas merokok yang dapat menurunkan kemampuan

KVP. Selain itu juga operator SPBU disarankan menggunakan masker

pada saat pekerja dan melakukan aktifitas olahraga rutin untuk mencegah

terjadinya penurunan KVP yang disebabkan oleh paparan debu

lingkungan kerja.

6.3.3 Karakteristik Gaya Hidup

a. Hubungan antara aktifitas merokok dengan KVP pada operator

SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014

Merokok diketahui mengganggu efektifitas sebagian mekanisme

pertahanan respirasi. Produk asap rokok diketahui merangsang produksi

mucus dan menurunkan pergerakan silia. Dengan demikian terjadi

akumulasi ulkus yang kental dan terperangkapnya partikel atau

mikroorganisme di jalan nafas, yang menurunkan pergerakan udara dan

Page 103: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

85

meningkatkan risiko pertumbuhan mikroorganisme. Batuk-batuk yang

terjadi pada para perokok (smoker’s cough) adalah usaha untuk

mengeluarkan ulkus kental yang sulit didorong keluar dari saluran nafas.

Infeksi saluran nafas bawah lebih sering terjadi pada perokok aktif dan

pasif (Corwin, 2009).

Bahaya merokok bagi kesehatan telah diakui dan dibicarakan secara

luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata adanya

bahaya merokok bagi kesehatan si perokok dan bahkan pada orang di

sekitarnya. Para ahli dari WHO menyatakan bahwa negara dengan

aktifitas merokok yang telah meluas, maka kebiasaan itu mengakibatkan

terjadinya 80%-90% kematian akibat kanker paru di seluruh negara

tersebut, 75% dari kematian akibat brokitis, 40% kematian akibat kanker

kandung kencing dan 25% kematian akibat penyakit jantung iskemik

serta 18% kematian pada stroke (Aditama, 1997).

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran

pernafasan dan jaringan paru. Aktifitas merokok akan mempercepat

penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa per tahun adalah

28,7 mL untuk non perokok, 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL

untuk perokok aktif (Anshar, 2005).

Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang melakukan

aktifitas merokok dan ada gangguan KVP sebesar 86,4% (20 dari 23

responden), sedangkan operator SPBU yang tidak merokok namun ada

gangguan KVP sebesar 55% (10 dari 9 responden). Berdasarkan hasil uji

Page 104: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

86

statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,035 yang artinya pada α 5%

terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas merokok dengan KVP

pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

Hal ini sejalan dengan penelitian Budiono (2007) tentang gangguan

fungsi paru pada pekerja pengecatan mobil di Semarang menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas merokok

dengan kapasitas vital paru.

Menurut Suyono (2001) asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk

ke dalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru

dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Depkes RI (2003)

menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada

pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok.

Hal tersebut terdapat pada tabel 5.8 dimana ada sebagian besar pekerja

yang tidak merokok tetapi mengalami gangguan, disini terbukti bahwa

asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Hal ini disebabkan asap

rokok akan menghilangkan bulu-bulu silia di saluran pernafasan yang

berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk dalam pernafasan

(Faidawati, 2003). Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah

pada orang lain bukan perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar

dari perokok aktif. Untuk menghindari gangguan kapasitas vital paru

sebaiknya para pekerja yang merokok, untuk berhenti merokok karena

asap rokoknya juga memberikan efek negatif untuk dirinya dan bagi

pekerja yang tidak merokok.

Page 105: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

87

Sebaiknya pekerja dapat menghentikan aktifitas merokok guna

menjaga kesehatannya dengan menerapkan gaya hidup yang sehat untuk

kualitas hidup yang lebih berkualitas dan produktif. Perusahaan membuat

program yang berkaitan dengan kesehatan, sehingga meningkatkan

kinerja dan produktifitas pekerja.

b. Hubungan antara aktifitas olahraga dengan KVP pada operator

SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014

Aktifitas olahraga akan mempengaruhi kapasitas vital paru. Latihan

fisik sangat berpengaruh terhadap sistem kembang pernafasan. Aktifitas

olahraga akan memberikan manfaat dalam meningkatkan kerja organ

khususnya paru-paru, jantung dan pembuluh darah ditandai dengan

denyut nadi istirahat menurun, kapasitas vital paru bertambah,

penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan High Density

Lipoprotein (HDL) kolesterol dan mengurangi aterosklerosis. Secara

umum semua cabang olahraga, permainan dan aktifitas fisik membantu

meningkatkan kebugaran fisik, namun tergantung dari jenis olahraga

yang dilakukan (Mengkidi, 2006).

Aktifitas olahraga akan meningkatkan kapasitas vital paru sebesar 30%

- 40% (Guyton, 1997). Latihan fisik yang teratur atau olahraga yang rutin

sesuai dengan anjuran yang diperbolehkan sesuai kemampuan fisik dapat

meningkatkan faal paru. Olahraga yang teratur akan terjadi peningkatan

kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal, pada saat latihan terjadi

kerjasama berbagai otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan

Page 106: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

88

koordinasi gerakan dan daya tahan system kardiorespirasi. KVP dan

olahraga mempuyai hubungan yang timbal balik, gangguan KVP dapat

mempengaruhi kemampuan olahraga (Hadi, 2003).

Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang tidak berolahraga

dan mengalami gangguan KVP sebesar 76,5% (13 dari 17 responden),

sedangkan operator SPBU yang berolahraga namun mengalami gangguan

KVP sebesar 68,0% (17 dari 25) responden. Berdasarkan hasil uji statistik

didapatkan nilai P-value sebesar 0,731 yang berarti bahwa pada α 5%

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas olahraga dengan

KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

Pada penelitian ini aktifitas olahraga dicurigai sebagai salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi KVP pada operator SPBU. Berdasarkan tabel

5.8 secara persentase jumlah pekerja yang olahraga lebih banyak jika

dibandingkan dengan pekerja yang tidak rutin olahraga. Namun, di dalam

penelitian kali ini tidak ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan

KVP. Hal ini diperkirakan karena prevalensi responden yang berolahraga,

namun ada gangguan KVP lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak

berolahraga. Ini juga dapat dikarenakan kurangnya keakuratan instrumen

dalam menggali informan, sehingga menimbulkan asumsi yang salah

dengan pertanyaan mengenai aktifitas olahraga.

Padahal menurut Sahab (1997) faal paru dan olahraga mempunyai

hubungan yang timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi

kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga

Page 107: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

89

dapat meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan

mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih

tinggi serta kapasitas paru yang meningkat.

c. Hubungan antara status gizi dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014

Penimbunan lemak dapat terjadi pada bagian tubuh manapun dari

manusia. Penumpukan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di

dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan

pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan

aktifitas yang ringan. Semua otot termasuk otot diafragma dan otot-otot

pernafasan lainnya, mengalami atrofi struktural dan fungsional yang

akhirnya menyebabkan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi serta

kapasitas vital paru (Harison, 1999).

Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang memiliki status

gizi berisiko sebesar 18 (42,9%). Namun dari variabel status gizi berisiko

yang ada gangguan KVP, yaitu 66,7% (12 dari 18) responden. Untuk

operator SPBU yang memiliki status gizi normal sebesar 24 (57,1%).

Pada variabel status gizi normal yang mengalami gangguan KVP, yaitu

75,0% (18 dari 24 responden). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan

nilai P-value sebesar 0,554% yang berarti bahwa pada α 5% tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan KVP pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

Page 108: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

90

Jika kita lihat dari distribusi data diatas dapat dipahami dan

tersimpulkan bahwa sebanyak 24 responden dengan status gizi normal,

diantaranya sebanyak 18 responden ada gangguan KVP. Ini dapat terjadi

di karenakan prevalensi dengan status gizi normal yang ada gangguan

KVP lebih besar dari status gizi berisiko yang ada gangguan KVP. Hal

inilah yang mungkin menunjukkan bahwa status gizi tidak mempengaruhi

KVP operator SPBU. Ini juga bisa dikarenakan oleh operator SPBU yang

memiliki status gizi normal mempunyai aktifitas merokok. Berdasarkan

data kuesioner terdapat 12 dari 24 operator SPBU yang memiliki status

gizi normal melakukan aktifitas merokok.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Khumaidah (2009) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan nilai

KVP dibawah normal (p value = 0.667). Hasil penelitian ini juga hampir

serupa dengan penelitian Halvani (2008) yang dilakukan pada industri

keramik di Yadz (Iran). Pada penelitian ini variabel penelitian bukanlah

status gizi namun berupa tinggi badan dan berat badan pekerja. Hasil

penelitian Halvani (2008) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara gangguan fungsi paru (nilai KVP dibawah normal)

dengan berat badan dan tinggi badan baik pada kasus maupun kontrol.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori bahwa

kekurangan makanan yang terus menerus akan menyebabkan susunan

fisiologis terganggu dan dapat mengganggu kapasitas vital seseorang

(Depkes RI, 1990). Status gizi seseorang dapat mempengaruhi KVP.

Page 109: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

91

Orang kurus panjang biasanya kapasitasnya lebih dari orang gemuk

pendek (Supariasa, 2001). Pada dasarnya 80% otot perut terletak di dekat

diafragma sehingga jika terjadi penumpukan lemak pada perut, maka

diafragma akan tertekan dan menyebabkan perkembangan paru-paru

menjadi kurang maksimal.

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan kalibrasi alat

ukur timbangan berat badan. Ini diharpkan agar mendapatkan hasil yang

akurat pada variabel status gizi.

d. Hubungan antara riwayat penyakit dengan KVP pada operator

SPBU di Kecamatan Ciputat tahun 2014

Seseorang yang pernah mengalami penyakit gangguan pada fungsi

paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan

terlalu sedikit mengalami pertukaran udara dan mengakibatkan

menurunnya kadar oksigen dalam darah. Ventilasi adalah proses keluar

masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru mencakup gerakan dasar

atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan perfusi

paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk

dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang

mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.

Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan

ventilasi dan perfusi. Emfisema diketahui merupakan penyakit utama

yang mempengaruhi volume paru karena dapat merusak jaringan paru

Page 110: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

92

sehingga mempengaruhi kekenyalan jaringan paru (Mengkidi, 2006;

Budiono, 2007).

Kondisi kesehatan saluran pernafasan dapat mempengaruhi KVP

seseorang. Kekuatan otot-otot pernafasan dapat berkurang akibat sakit

(Ganong, 2002). Nilai kapasitas paru otomatis akan berkurang pada

penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru)

dan pada kelemahan otot pernafasan (Price, 1995). Selain itu juga, adanya

riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan mengakibatkan

pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan dengan

menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja

(Suma’mur 1996).

Dari data yang diperoleh mengenai variabel riwayat penyakit,

didapatkan hasil pada operator SPBU yang pernah mempunyai riwayat

penyakit berhubungan dengan KVP atau ada gangguan KVP sebesar

83,3% (5 dari 6 responden), sedangkan pada operator SPBU yang tidak

pernah mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan KVP

namun ada gangguan KVP sebesar 69,4% (25 dari 36 responden).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,665

yang berarti bahwa pada α 5% tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara riwayat penyakit dengan KVP pada operator SPBU di Kecamatan

Ciputat Tahun 2014.

Tentunya hasil ini berbeda dengan teori penelitian yang telah di

kemukakan sebelumnya. Tidak adanya hubungan antara riwayat penyakit

Page 111: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

93

dengan KVP dimungkinkan karena prevalensi responden yang pernah

mempunyai riwayat penyakit lebih sedikit, jika dibandingkan dengan

prevalensi yang tidak mempunyai riwayat penyakit berkaitan dengan

paru-paru sebesar 36 (85,7%).

Hal ini jelas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Budiono, 2007), dari hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara

riwayat penyakit paru dengan gangguan fungsi paru (p = 0,015).

Perhitungan rasio prevalensi menunjukkan besar risiko riwayat penyakit

paru adalah 2,188 (95% CI = 1,293 – 3,702). Ini terlihat dari data, bahwa

proporsi subyek dengan riwayat penyakit yang mengalami gangguan

fungsi paru lebih besar daripada proporsi subyek tanpa riwayat penyakit

yang mengalami gangguan fungsi paru, yaitu sebesar 62,5%.

Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan

mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu sedikit

mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar oksigen

dalam darah. Banyak ahli berkeyakinan bahwa penyakit emfisema kronik,

pneumonia, asma bronkioli, tuberkulosis (TBC/flak paru) dan sianosis

akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja yang

terpapar oleh debu organik dan anorganik (Price, 1995).

Dapat disimpulkan, bahwasanya riwayat penyakit memiliki potensi

yang tidak cukup baik bagi kesehatan pekerja. Maka daripada itu, dengan

kejadian ini sebaiknya perusahaan rutin memberikan pelayanan kesehatan

berupa pemeriksaan berkala terhadap operator SPBU. Perusahaan juga

Page 112: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

94

wajib melakukan promosi kesehatan bagi para pekerja agar mengetahui

potensi ataupun bahaya yang mereka terima selama bekerja.

6.3.4 Masa kerja

a. Hubungan antara masa kerja dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat tahun 2014

Masa kerja menurut Fahmi (1990) yang dikutip oleh Soleh (2001),

mengkategorikannya menjadi dua macam, yaitu masa kerja baru (< 5

tahun) dan masa kerja lama (≥ 5 tahun).

Pajanan berbahaya di lingkungan kerja banyak mengandung bahan

karsinogenik. Bahan karsinogen membutuhkan waktu yang lama untuk

berdampak pada kesehatan pekerja. Semakin lama seseorang dalam

bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan

oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 1988).

Pada pekerja yang berada dilingkungan dengan kadar debu tinggi

dalam waktu lama, memiliki risiko tinggi terkena penyakit paru

obstruktif. Masa kerja lama mempunyai kecenderungan sebagai faktor

risiko terjadinya obstruksi pada pekerja di industri yang berdebu.

Dari hasil yang diperoleh pada operator SPBU yang memiliki masa

kerja lebih dari 5 tahun (lama) sebanyak 19 responden dan yang ada

gangguan KVP sebanyak 17 (89,5%). Sedangkan pada operator SPBU

yang memiliki masa kerja < 5 tahun (baru) berjumlah 23 (56,5%)

responden dan ada gangguan KVP sebesar 13 (56,5%). Berdasarkan hasil

uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,019 yang berarti bahwa

Page 113: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

95

pada α 5% terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan

KVP pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Setiawan,

2011) mengenai hubungan masa kerja dengan KVP pada pekerja stasiun

pengisian bahan bakar di Kota Yogyakarta diperoleh nilai signifikan (p)

sebesar 0,018 dengan p = 0,018 < alfa = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan KVP.

Penelitian ini dilakukan di empat stasiun bahan bakar minyak di Kota

Yogyakarta dengan total sample sebanyak 43 responden.

Hal ini pun berkaitan dengan penelitian Ulinta (1998) di Bandung,

mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang mengandung

banyak debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis.

Sedangkan hasil penelitian Budiono (2007), tentang gangguan fungsi paru

pada pekerja pengecatan mobil di Semarang menyatakan bahwa, menurut

hasil uji statistik P-value sebesar 0,0005 yang berarti ada hubungan masa

kerja yang diterima oleh pekerja pengecatan mobil dengan kapasitas vital

paru.

Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut semuanya mendukung

temuan penelitian ini. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh masa kerja

dari setiap pekerja yang berbeda – beda, sesuai dengan pajanan berbahaya

yang diterima oleh pekerja berdasarkan masa kerjanya. Sesuai dengan

teori yang menyatakan semakin lama seseorang dalam bekerja maka

semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh

Page 114: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

96

lingkungan kerja tersebut. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka

semakin beresiko terkena gangguan KPV.

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia

telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut

(Suma’mur, 1996). Sebaiknya pekerja disarankan untuk menggunakan

masker disaat bekerja, untuk melindungi dari potensi paparan debu yang

berada dilingkungan pekerjaan. Pekerja juga diharapkan untuk mulai

membiasakan diri dengan tidak merokok dan melakukan aktifitas

olahraga rutin setiap minggu.

Page 115: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

97

BAB VII

KESIMPULAN dan SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Kapasitas Vital Paru (KVP) pada operator SPBU dari 42 responden di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014 yang mengalami gangguan KVP sebanyak 30

responden dengan persentase (71,4%).

b. Debu total di SPBU Kecamatan Ciputat bahwa operator SPBU yang lingkungan

tempat kerjanya tidak memenuhi syarat NAB (> 0,035 mg/m3) adalah 29 orang

dengan persentase sebesar (69, 0%).

c. Gambaran distribusi karakteristik individu (umur dan jenis kelamin) pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat :

- Variabel umur dari total 42 responden didapatkan hasil bahwasanya operator

SPBU yang berusia > 30 sebanyak 7 responden dengan persentase (16, 7%),

sedangkan yang berusia < 30 sebanyak 35 dengan persentase (83, 3%).

- Variabel jenis kelamin dari 42 responden operator SPBU berjenis kelamin

laki-laki yang terbanyak diantara perempuan yaitu dengan jumlah 29 (69,0

%).

d. Gambaran karakteristik Gaya hidup (aktifitas merokok, aktifitas olahraga, status

gizi dan riwayat penyakit) pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat:

- Operator SPBU yang merokok sebesar 23 (54,8%).

Page 116: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

98

- Operator SPBU yang melakukan aktifitas olahraga sebesar 25 (59,5%).

- Operator SPBU yang yang status gizi berisiko sebesar 24 (57,1%).

- Operator SPBU yang tidak mempunyai riwayat penyakit berhubungan

Variabel riwayat penyakit yang tidak memiliki riwayat penyakit sebesar 36

(85,7%).

e. Operator dengan masa kerja lama sebesar 19 (45,2,%), sedangkan masa kerja

baru sebesar 23 (54,8%).

f. Ada hubungan antara debu total dengan KVP pada operator SPBU di

Kecamatan Ciputat dengan P-value 0,000.

g. Hubungan antara karakteristik individu (umur, jenis kelamin) dengan KVP pada

operator SPBU di Kecamatan Ciputat:

- Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan KVP (P-value

1,000)

- Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan KVP (P-

value 0,008)

h. Hubungan antara Karakteristik Gaya Hidup (aktifitas merokok, aktifitas

olahraga, status gizi, riwayat penyakit) dengan KVP pada Operator SPBU di

Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

- Terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas merokok dengan KVP

(P-value 0,035)

- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas olahraga dengan

KVP (P-value 0,731).

Page 117: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

99

- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan KVP (P-

value 0,554%).

- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan

KVP (P-value 0,665).

i. Terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan KVP (P-value

0,019)

7.2 Saran

7.2.1 Bagi pekerja

a. Pekerja dapat menghentikan aktifitas merokok dan menerapkan gaya

hidup sehat guna kehidupan yang berkualitas dan produktif.

b. Pekerja lebih rajin dalam berolahraga minimal 3-5 kali seminggu dengan

durasi 20-60 menit per hari, agar tubuh dalam kondisi bugar dan

mendapatkan nilai KPV dalam kondisi normal.

c. Pekerja wajib menggunakan APD selama berada di lingkungan kerja agar

dapat meminimalisir pajanan berbahaya yang ada di lingkungan kerja.

7.2.2 Bagi perusahaan

a. Melakukan upaya promosi kesehatan dengan memberikan penyuluhan

mengenai informasi tentang dampak akibat paparan debu bagi pekerja

untuk meminimalkan risiko terjadinya penurunan nilai KVP hingga

dibawah normal pada pekerja.

b. Larangan merokok pada area kerja dan tidak memberikan ruangan untuk

merokok kepada pekerja.

Page 118: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

100

c. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik dan teratur untuk

memantau kondisi kesehatan fisik para pekerja industri dan melihat tren

ataupun kecenderungan penyakit yang terjadi tiap tahunnya.

d. Melakukan kegiatan senam bersama setiap hari Jum’at bagi pekerja untuk

meningkatkan KVP.

e. Membuat program perekrutan pekerja pada umur dibawah 30 tahun,

mengingat nilai KVP Akan mengalami penurunan secara alamiah ketika

umur memasuki diatas 30 tahun.

7.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

a. Sebaiknya dapat melanjutkan analisis sampai multivariat, sehingga

diketahui faktor yang paling berhubungan dengan KVP.

b. Sebaiknya menganalisis aktifitas olahraga berdasarkan jenis, frekuensi

dan durasinya.

c. Sebaiknya melakukan kalibrasi alat disetiap akan melakukan pengukuran,

sehingga tidak menimbulkan bias pada hasil pengukuran.

d. Sebaiknya pengukuran dilakukan dengan menggunakan Personal Dust

Sampler (PDS) ini dilakukan agar paparan debu total yang diterima setiap

individu lebih akurat hasilnya.

Page 119: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Y, 1997. Cetakan pertama edisi ke 3. Rokok dan kesehatan. Jakarta.

Penerbit: UI (UI-Press)

Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan B. 1997. Perbandingan Nilai Kapasitas Dufusi Paru

antara Orang yang Terlatih dan Tidak Terlatih. Jurnal Respirologi Indonesia, 17,

76-83.

Ahlvik, P., 2001. Swedish Experiences from Low Emission City Buses: Impact on

Health and Environment. Ecotraffict ERD, Portsmouth

Ahmadi UF. Kesehatan Lingkungan Kerja, Lingkungan Fisik dalam Upaya Kesehatan

Kerja Sektor Informal. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. Depkes RI.

Jakarta. 1990

Anshar, AS. 2005. Hubungan Paparan Debu gamping Dengan Kapasitas Vital Paksa

Paru Pada Pekerja Batu Gamping di UD. Usaha Maju. Yogyakarta: Jurnal Media

Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Antarudin. Pengaruh Debu Padi Pada Faal Paru Pekerja Kilang Padi Yang Merokok

Dan Tidak Merokok. Program Pendidikan Dokter Spesialis Paru, FKUSU,

Sumatera Utara, 2002.

Aryulina, Diah, dkk. (2006). Biologi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Begum dan Rathna. (2012). “Pulmonary Function Test In Petrol Filling Worker In

Mysore City”. Jurnal

Page 120: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Budiono, Irwan. 2007. Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengecatan

Mobil. Semarang: Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Christensen, SW., dkk. 2008. A Prospective Study of Decline in Lung Function in

Relation to Welding Emissions. Journal of Occupational Medicine and Toxicology.

26: 3-6

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. (Yudha, et al, Penerjemah). Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Dirjen PPM&PLP tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta. 2002.

Djojobroto, Darmanto. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Djojobroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Emitec Calalytic Converter Brosur. 2002

EPA, 2003. The Environmental Impact of Motor Vehicle Emissins in Melbourne. EPA

Victoria. Australia

Faidawati, Ria. Penyakit paru obstruktif kronik dan asma akibat kerja. Journal of the

Indonesia Association of Pulmonologist. Jakarta. 2003: 7 - 11.

Ganong, WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Petrus Adrianto.

Jakarta: Penerbit EGC

Page 121: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Giam.C.K, The.K.C. Ilmu Kedokteran Olahraga. Binarupa Aksara. Jakarta, 1996.

Grabber, Mark, dkk. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga University of Lowa. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guptha S, Dogra TD. Air pollution and human health hazards. Indian J Occup Environ

Med 2002; 6(2):89–93.

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

Guyton. Arthur C et all. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati Setiawan.

Jakarta: EGC

Halvani GH, et all. 2008. Evaluation and Comparison of Respiratory Symptoms and

Lung Capacities in Tile and ceramic Factory Worker of Yadz. Journal Arh Hig

Rada Toksikol 2008; 59:197-204.

Hulke et.al. 2011. Lung Function Test in Petrol Pump Workers. Jurnal.

Ikawati, Zullies. 2009. Uji Fungsi Paru-paru. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada

Ikhsan, Mukhtar. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja, Kumpulan Makalah

Seminar K3 RS Persahabatan tahun 2001 dan 2002. Jakarta: Universitas Indonesia.

Jeyaratnam, J. dan David Koh. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Khumaidah. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru

Pada Pekerja Mebel Di PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan

Mlonggo Kabupaten Jepara. 2009. TESIS, UNDIP.

Page 122: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Kuantraf, Kathleen Wijaya dan Kuantraf, Jonathan. 1992. Olahraga Sumber Kesehatan.

Percetakan Advent Indonesia. Bandung

Lestari, K. 2001. Pengaruh Paparan Debu Terhadap Fungsi Paru Tenaga Kerja

Plywood. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. XXXIII, Jakarta

Madina, DS. 2007. Nilai Kapasitas Paru dan Hubungannya Dengan Karakteristik

Marpaung, Yosi M. 2012. Pengaruh Pajanan Debu Respirable PM2,5 Terhadap

Kejadian Gangguan Fungsi Paru Pedagang Tetap di Terminal Terpadu Kota

Depok Tahun 2012. Skripsi. UI

Mengkidi, Dorce, 2006. Tesis: Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya pada Karyawan PT. Semen Tonosa Pangkep Sulawesi Selatan.

Semarang: Universitas Dipenogoro

Mila. Siti Muslikatul. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan

(Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi Paru PT

Ascent House Pecangaan Jepara.Skripsi. UNNES. 2006.

Mukono, H.J., 2005, Toksikologi Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Nadapdap, Huala. 2003. Korelasi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dengan

Kualitas Udara Ruang Parkir Bawah Tanah Gedung Bursa Efek Jakarta dan

Dampak Kesehatan Pekerja. Thesis. UI

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisisologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.

Page 123: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/MEN/VII/2010

Perkins, H.C., 1994. Air Pollution. Mc Graw Hill, Tokyo. Japan.

Price, Sylvia Anderson and Wilson Lorraine McCarty. Fisisologi Proses-Proses

Penyakit. Ahli Bahasa Petagrah. Jakarta. 1995

Pudjiastuti, Wiwiek. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta:

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

Rab, H Tabrani. Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Hiperkes. Jakarta. 1996: 10-27

Rasyid, Ahmad Hasyim. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru

pada Pekerja Percetakan Mega Mall Ciputat Tahun 2013”. Skripsi UIN SH

Jakarta, 2013

Riyadina, W., 1997, Pengaruh Pencemaran Pb (Plumbum) Terhadap Kesehatan, Media

Litbangkes Vol. VII, Hal. 29-32.

Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jakarta:

Bina Sumber Daya Manusia

Setiawan., Hariyono, 2011. Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru

Operator Empat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kota Yogyakarta.

Jurnal. FKM, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Shaw, J.T., 1985. The Measurement of Nitrogen Dioxide in the Air. Atmospheric

Environment 1.

Page 124: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Sirait, Mardut. 2010. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Faal Paru di Kilang Padi

Kecamatan Porsea Tahun 2010. Medan: Jurnal Universitas Sumatra Utara.

Suma’mur P.K., 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko

Gunung Agung

Suma’mur P.K., 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko

Gunung Agung

Supariasa. I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penentuan Status Gizi. Jakarta: EGC

Suyono. Joko. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC

Tambayong, Jan. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tulaekha, Rokhim A. 2000. Toxicologi. Jakarta: Gramedia.

Ulinta B. Analisis Epidemiologi Pneumoconiosis Pada Pekerja Tambang Batu Di

Bandung Berdasarkan X Ray Paru Klasifikasi Dan Faktor-Faktor Yang

Berhubungan. Tesis, PSIKM UI, Jakarta. 1998.

Wardhana, W.A., 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta.

Widodo Adi, Tri. 2007. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital

Paru Pada Pekerja Pembuatan Genteng. Skripsi. UNNES

Yulaekah, Siti. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja

Industri Batu Kapur. Tesis UNDIP Semarang, 2007.

Yunus, F. 2006. Peranan Faal Paru pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun. FKUI.

Cerminan Dunia Kedokteran: 5-34. Jakarta.

Page 125: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Nomor Responden :

Nama

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian tentang “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan Kejadian Kapasitas Vital Paru pada operator SPBU di Kecamatan

Ciputat tahun 2014”. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya mengharapkan partisipasi

Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap. Pengisian kuesioner

ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara/i. Atas kerja samanya, saya

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju untuk

menjadi responden dalam penelitian ini.

Wassallamu’alaikum Wr. Wb,

Jakarta, April 2014

Peneliti Responden

( Pikih Pratama ) ( )

Page 126: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Diisi oleh peneliti

Gangguan Fungsi Paru

1. Hasil dari pengukuran KVP?

0. Ada gangguan (Restriksi, obstruksi dan campuran)

1. Tidak ada gangguan (Normal)

Ket.

- Ada gangguan (R,C,O), bila nilai % FVC < 79 dan % FEV1/FVC < 74 - Normal, bila % FVC > 80 dan % FEV1/FVC > 75

A1 ( )

Kadar Total Debu

2. Hasil dari pengukuran kadar total debu di lingkungan SPBU?

………mg/m3

Ket. - Tidak memenuhi syarat bila diatas NAB (kadar debu > 0,15 mg/m3 )

- Memenuhi syarat bila dibawah NAB (kadar debu < 0,15 mg/m3 ) (Depkes RI, 2002)

Status Gizi (IMT)

3. Berat badan (…….kg)

Tinggi badan (…….cm)

Indeks Masa Tubuh …….

Ket.

- Kurus : < 18,5 (berisiko) - Normal : 18,5-25,0 (normal/tidak berisiko) - Gemuk : < 25,0 (berisiko)

Riwayat Penyakit

4. Apakah sebelumnya pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan

pernafasan?

0. Pernah (asma, tbc, PPOK)

1. Tidak pernah

Jika pernah, penyakit apa yang dialami?

a. Asma (sesak nafas)

b. TBC (flek paru)

c. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

d. Sebutkan jika ada yang lain

Page 127: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

1. Diharapkan untuk mengisi kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda

2. Beri tanda silang (X) untuk jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda

3. kejujuran anda dalam menjawab kuesioner ini sangat diharapkan

Diisi oleh responden/pekerja

Usia

1. Pada tanggal, bulan dan tahun berapakah anda dilahirkan?

Tanggal ( ), Bulan ( ) Tahun ( )

Jenis Kelamin

2. Jenis kelamin?

0. Perempuan

1. Laki-laki

Masa Kerja & Riwayat Pekerjaan

3.

4.

5.

6.

Berapa lama anda bekerja di SPBU?

(………….tahun)

Ket:

- 0. Lama (> 5 tahun)

- 1. Baru (< tahun)

Apakah sebelumnya anda bekerja di lingkungan terpapar debu?

0. Pernah (percetakan, pengecatan mobil, dll)

1. Belum pernah

Jika pernah, lanjut ke pertanyaan no. 5, jika tidak langsung ke no.6

Sejak kapan anda bekerja di tempat sebelumnya?

(………….tahun)

Jika tidak, anda dulu bekerja sebagai

-…………

-…………

-…………

-………....

-…………

Page 128: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Kebiasaan Merokok

8.

9.

10.

Apakah anda melakukan aktifitas merokok?

0. Ya

1. Tidak

Sudah berapa lama anda melakukan aktifitas merokok?

(……….bulan/……….tahun)

Berapa batang anda merokok dalam sehari?

(………..batang)

Kebiasaan Olahraga

11.

12.

13.

14.

Apakah anda biasa melakukan aktifitas olahraga?

0. Tidak

1. Ya

Apabila ya, jenis aktifitas olahraga apa yang anda lakukan?

-…………………

-…………………

-…………………

Berapa kali anda melakukan aktifitas berolahraga dalam seminggu?

(………kali)

Berapa lama (durasi) anda melakukan aktifitas olahraga?

(………menit)

Page 129: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Gambaran Frekuensi Kapasitas Vital Paru (KVP)

KVP_KATEGORIK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ADA GANGGUAN 30 71.4 71.4 71.4

TIDAK ADA

GANGGUAN 12 28.6 28.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

Gambaran Frekuensi Debu Total

debu_kat

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid > NAB (0,035

mg/m3)

29 69.0 69.0 69.0

< NAB (0,035

mg/m3)

13 31.0 31.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 130: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Hubungan KVP*Debu Total

debu_kat * KVP_KATEGORIK Crosstabulation

KVP_KATEGORIK

Total

ADA

GANGGUAN

TIDAK ADA

GANGGUAN

debu_kat > NAB Count 29 0 29

% within debu_kat 100.0% .0% 100.0%

< NAB Count 1 12 13

% within debu_kat 7.7% 92.3% 100.0%

Total Count 30 12 42

% within debu_kat 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 37.477a 1 .000

Continuity Correctionb 33.090 1 .000

Likelihood Ratio 43.204 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 36.585 1 .000

N of Valid Casesb 42

Page 131: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Gambaran Frekuensi Umur

umur_kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid > 30 TH 7 16.7 16.7 16.7

< 30 TH 35 83.3 83.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

Hubungan Umur*KVP

umur_kategorik * KVP_KATEGORIK Crosstabulation

KVP_KATEGORIK

Total

ADA

GANGGUAN

TIDAK ADA

GANGGUAN

umur_kategorik > 30 TH Count 5 2 7

Expected Count 5.0 2.0 7.0

% within umur_kategorik 71.4% 28.6% 100.0%

< 30 TH Count 25 10 35

Expected Count 25.0 10.0 35.0

% within umur_kategorik 71.4% 28.6% 100.0%

Total Count 30 12 42

Expected Count 30.0 12.0 42.0

% within umur_kategorik 71.4% 28.6% 100.0%

Page 132: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 1.000

Fisher's Exact Test 1.000 .660

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000

N of Valid Casesb 42

Gambaran Frekuensi Jenis Kelamin

JENIS_KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PEREMPUAN 13 31,0 31,0 31.0

LAKI-LAKI 29 69,0 69,0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 133: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Hubungan Jenis Kelamin*KVP

JENIS_KELAMIN * KVP_KATEGORIK Crosstabulation

KVP_KATEGORIK

Total

ADA

GANGGUAN

TIDAK ADA

GANGGUAN

JENIS_KELAMIN PEREMPUAN Count 13 0 13

Expected Count 9.3 3.7 13.0

% within JENIS_KELAMIN 100% .0% 100.0%

LAKI-LAKI Count 17 12 29

Expected Count 20.7 8.3 29.0

% within JENIS_KELAMIN 58.6% 41.4% 100.0%

Total Count 30 12 42

Expected Count 30.0 12.0 42.0

% within JENIS_KELAMIN 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.531a 1 .006

Continuity Correctionb 5.640 1 .018

Likelihood Ratio 10.919 1 .001

Fisher's Exact Test .008 .005

Linear-by-Linear Association 7.352 1 .007

N of Valid Casesb 42

Page 134: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Gambaran Frekuensi Aktivitas Merokok

AKTIVITAS MEROKOK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid MEROKOK 23 54.8 54.8 54.8

TIDAK

MEROKOK 19 45.2 45.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

Hubungan Aktivitas Merokok*KVP

MROKOK * KVP_KATEGORIK Crosstabulation

KVP_KATEGORIK

Total

ADA

GANGGUAN

TIDAK ADA

GANGGUAN

MEROKOK MEROKOK Count 20 3 23

Expected Count 16.4 6.6 23.0

% within MROKOK 87.0% 13.0% 100.0%

TIDAK

MEROKOK

Count 10 9 19

Expected Count 13.6 5.4 19.0

% within MROKOK 52.6% 47.4% 100.0%

Total Count 30 12 42

Expected Count 30.0 12.0 42.0

% within MROKOK 71.4% 28.6% 100.0%

Page 135: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.007a 1 .014

Continuity Correctionb 4.443 1 .035

Likelihood Ratio 6.156 1 .013

Fisher's Exact Test .020 .017

Linear-by-Linear Association 5.864 1 .015

N of Valid Casesb 42

Gambaran Frekuensi Aktivitas Olahraga

AKTIVITAS OLAHRAGA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK

MELAKUKAN

OLAHRAGA

17 40.5 40.5 40.5

MELAKUKAN

OLAHRAGA 25 59.5 59.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 136: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Hubungan Aktivitas Olahraga*KVP

OLAHRAGA * KVP_KATEGORIK Crosstabulation

KVP_KATEGORIK

Total

ADA

GANGGUAN

TIDAK ADA

GANGGUAN

OLAHRAGA TIDAK

MELAKUKAN

OLAHRAGA

Count 13 4 17

Expected Count 12.1 4.9 17.0

% within OLAHRAGA 76.5% 23.5% 100.0%

OLAHRAGA Count 17 8 25

Expected Count 17.9 7.1 25.0

% within OLAHRAGA 68.0% 32.0% 100.0%

Total Count 30 12 42

Expected Count 30.0 12.0 42.0

% within OLAHRAGA 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .356a 1 .551

Continuity Correctionb .062 1 .804

Likelihood Ratio .361 1 .548

Fisher's Exact Test .731 .406

Linear-by-Linear Association .347 1 .556

N of Valid Casesb 42

Page 137: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Gambaran Frekuensi Status GizI

STATUS GIZI_KATEGORIK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Berisiko 18 42.9 42.9 42.9

Normal 24 57.1 57.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Hubungan Status Gizi*KVP

IMT_KATEGORIK * KVP_KATEGORIK Crosstabulation

KVP_KATEGORIK

Total

ADA

GANGGUAN

TIDAK ADA

GANGGUAN

IMT_KATEGORIK TIDAK NORMAL Count 12 6 18

Expected Count 12.9 5.1 18.0

% within IMT_KATEGORIK 66.7% 33.3% 100.0%

NORMAL Count 18 6 24

Expected Count 17.1 6.9 24.0

% within IMT_KATEGORIK 75.0% 25.0% 100.0%

Total Count 30 12 42

Expected Count 30.0 12.0 42.0

% within IMT_KATEGORIK 71.4% 28.6% 100.0%

Page 138: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .350a 1 .554

Continuity Correctionb .061 1 .805

Likelihood Ratio .348 1 .555

Fisher's Exact Test .732 .400

Linear-by-Linear Association .342 1 .559

N of Valid Casesb 42

Gambaran Frekuensi Riwayat PenyakiT

RIWAYAT_PENYAKIT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PERNAH 6 14.3 14.3 14.3

TIDAK PERNAH 36 85.7 85.7 100.0

Total 42 100.0 100.0

Page 139: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Hubungan Riwayat Penyakit*KVP

RIWAYAT_PENYAKIT * KVP_KATEGORIK Crosstabulation

KVP_KATEGORIK

Total

ADA

GANGGUAN

TIDAK ADA

GANGGUAN

RIWAYAT_PENYAKIT PERNAH Count 5 1 6

Expected Count 4.3 1.7 6.0

% within

RIWAYAT_PENYAKIT 83.3% 16.7% 100.0%

TIDAK PERNAH Count 25 11 36

Expected Count 25.7 10.3 36.0

% within

RIWAYAT_PENYAKIT 69.4% 30.6% 100.0%

Total Count 30 12 42

Expected Count 30.0 12.0 42.0

% within

RIWAYAT_PENYAKIT 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .486a 1 .486

Continuity Correctionb .044 1 .834

Likelihood Ratio .532 1 .466

Fisher's Exact Test .655 .439

Linear-by-Linear Association .475 1 .491

N of Valid Casesb 42

Page 140: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Gambaran Frekuensi Massa Kerja

LAMA_KERJA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

LAMA (> 5 TH) 19 45.2 45.2 45.2

BARU (< 5 TH) 23 54.8 54.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

LAMA_KERJA * KVP_KATEGORIK Crosstabulation

KVP_KATEGORIK

Total

ADA

GANGGUAN

TIDAK ADA

GANGGUAN

LAMA_KERJA LAMA Count 17 2 19

Expected Count 13.6 5.4 19.0

% within LAMA_KERJA 89.5% 10.5% 100.0%

BARU Count 13 10 23

Expected Count 16.4 6.6 23.0

% within LAMA_KERJA 56.5% 43.5% 100.0%

Total Count 30 12 42

Expected Count 30.0 12.0 42.0

% within LAMA_KERJA 71.4% 28.6% 100.0%

Page 141: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI TAHUN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26111/1/Pikih Pratama-fkik.pdf · faktor -faktor yang berhubungan dengan nilai

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.536a 1 .019

Continuity Correctionb 4.039 1 .044

Likelihood Ratio 5.975 1 .015

Fisher's Exact Test .037 .020

Linear-by-Linear Association 5.404 1 .020

N of Valid Casesb 42