Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKATPETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN DI DESA TIGA JAYA
KECAMATAN SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016
(SKRIPSI)
OlehGita Purwati
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRACTTHE FACTORS CAUSING COFFEE FARMER COMMUNITIES PROCEED TOVEGETABLE FARMERS IN THREE JAYA VILLAGE SEKINCAU DISTRICT
LAMPUNG BARAT IN 2016
By
GITA PURWATI
The objective of this research wasto find the factors which causingthe coffee farmer
communities proceed to vegetables farmers in Tiga Jaya Village, Sekincau District, West
Lampung regency in 2016. The emphasis of this research were on the number of family
dependents, education degree, amount of capital, amount of income, area coverage, amount
of agricultural product also the marketing itself.The method used in this research was
descriptive method.Data collecting technique used in this research wasan observation, structured
interviews, and documentation. Data analysis technique used in this research was percentage
table based on simple frequency. The population of this research was 249 Families, and the
sample was 94 families.
The results of this research revealedthe factors which causing the coffee farmer communities
proceed to vegetables farmers were: (1) The area of vegetables farmers field wasnarrow,
whichonly between 1-2 Ha, (2) The coffee was slightly produced, only 1-1 Ton / 1 harvesting
period, (3) The price of coffee itself was cheap, around Rp 18.000- Rp 20.000 / Kg, (4) If
compared by the harvesting period,the coffee has longer harvesting period than vegetables,
while the coffee could produce once a year and the vegetables could produce once a month
(5) The amount of vegetable farmer’s incoming washigher than the coffeefarmers, that the
Gita Purwati
average of coffee farmer’s incoming wasRp. 3,000,000 / month, while the vegetable farmer’s
incoming wasRp. 20.000.000 / 3 months (1 x harvesting) (6) The high number of household
headings was > 4 as much as 42 (44.68%).
Keywords: coffee , farmer , vegetables.
Gita Purwati
ABSTRAKFAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT
PETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN DI DESA TIGA JAYA KECAMATANSEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016
Oleh
GITA PURWATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab perubahan mata pencaharian
masyarakat petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau
Kabupaten Lampung Barat tahun 2016. Titik tekan kajiannya pada tingkat jumlah
tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jumlah modal, jumlah pendapatan, luas lahan,
produksi tanaman, dan pemasaran tanaman sayuran.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu observasi, wawancara terstruktur, dokumentasi. Teknik analisa data
yang digunakan adalah analisa tabel persentase berdasarkan frekuensi sederhana. Jumlah
populadsi yaitu 249 Kepala Keluarga, sampel sebanyak 94 KK.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab perubahan mata pencaharian
masyarakat petani kopi menjadi petani sayuran adalah: (1) Luas lahan kepala keluarga
petani sayuran digolongkan sempit, yaitu sebagian besar hanya antara 1–2 Ha, (2)
Rendahnya hasil produksi kopi kepala keluarga petani yaitu dengan rata-rata berjumlah 1-
1 Ton/1x panen, (3) Harga jual kopi rendah yaitu kisaran Rp 18.000- Rp 20.000/Kg, (4)
Jangka waktu panen yang lama yaitu setahun sekali sedangkan sayuran bulan ( 1 x panen
), (5) pendapatan kepala keluarga petani sayuran lebih besar dibanding kopi yaitu rata-rata
pendapatan kopi Rp. 3.000.000/bulan sedangkan pendapatan sayuran sebesar Rp.
Gita Purwati
20.000.000/ 3 bulan ( 1 x panen ) (6) Tingginya Jumlah tanggungan kepala keluarga yaitu
rata-rata >4 sebanyak 42 (44,68 %).
Kata Kunci : petani, kopi, sayuran.
FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKATPETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN DI DESA TIGA JAYA
KECAMATAN SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016
Oleh
Gita Purwati
(S k r i p s i)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan GeografiJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Fajar Bulan Kecamatan Way Tenong
Kabupaten Lampung Barat pada Tanggal 18 Desember 1995.
Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Heri Yanto dan Ibu Kusnayati.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 1 Fajar Bulan Kecamatan Way Tenong
pada Tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama di MTS Al-Ikhlas Fajar Bulan
Kecamatan Way Tenong Pada Tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas di MA Raden
Intan Air Hitam, Kecamatan Air Hitam pada Tahun 2013.
Pada Tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS)
Program Studi Pendidikan Geografi melalui jalur SBMPTN. Selanjutnya penulis
melaksanakan KKL 1 di BMKG Radin Inten II Lampung Selatan pada Tahun 2013 dan
Menyelesaikan KKL 2 di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat pada Tahun 2015.
Selama menjadi mahasiswa penulis melaksanakan KKN-KT di Desa Mojopahit
Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah di SMP N 2 Punggur pada Tahun
2016.
MOTTO
Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat dan barang siapa yang menempuh
suatu jalan untuk mencari ilmu tersebut maka Allah memudahkanya mendapat jalan ke
syurga
(H.R Muslim)
Berangkat dengan penuh keyakinan berjalan dengan penuh keikhlasan
(Gita Purwati)
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrahim,
Alhamdulillahirobbalalamin, penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT
karena atas rahmat dan karunia-NYA sehingga skripsi yang berjudul “Faktor
Penyebab Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat Petani Kopi Menjadi Petani
Sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2016” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini salah satunya
bertujuan untuk memenuhi persyaratan ujian kesarjanaan dalam mencapai gelar sarjana
pendidikan di Universitas Lampung.
Ucapan terimakasih tulus dan sebebsar-besarnya atas bimbingan Bapak Drs. Buchori
Asyik, M.Si, selaku pembimbing utama dan kepada Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si,
selaku pembimbing pembantu sekaligus pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, pengalaman, masukan-masukan sekaligus motivasi
dalam menyelesaiakan skripsi maupun studi pada Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan terimakasih kepada
bapak Dr. Sumadi, M.S, selaku Penguji Skripsi. Semoga Allah SWT membalas jasa-
jasa beliau, Aamiin Yarobalalamin. Disamping itu, pada kesempatan ini tak lupa
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan danIlmu
Pendidikan beserta jajaran dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu
PendidikanUniversitas Lampung.
2. Bapak Dr.Abdurahman, M.Si. Selaku Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II Bapak
Drs. Buchori Asyik, M.Si., dan Pembantu Dekan III Bapak Drs. Supriyadi, M.Si.
FKIP Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi
PendidikanGeografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah
memberikanilmu pengetahuan yang berharga bagi kehidupan yang akan mendatang.
Semoga dapat selalu menjadi bekal yang sangat berharga dalam kehidupan peneliti
kedepannya terutama dalam menggapai cita-cita peneliti.
6. Bapak Subandi Selaku Kepala Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Way
Tenong atas Izin beliau sehingga penulis dapat melakukan penelitian di Desa
tersebut.
7. Bapak/Ibu warga Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau yang telah banyak membantu
dalam memberikan informasi dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan
data yang diperlukan dalam skripsi ini.
8. Ibunda tercinta Kusnayati serta keluartga besarku yang selalu mendoakan dan
memotivasi serta menantikan kesuksesanku.
9. Sahabat-sahabatku Mahasiswa geografi angkatan 2013, serta kakak-kakak tingkat
dan adik-adik tingkat, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas
Doa, dukungan, bantuan serta kebersamaannya selama ini.
Semoga Allah SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya serta membalas kebaikan
kita semua. Akhir kata dengan penuh harapan semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat dan Allah SWT akan selalu memberikan kekuatan kepada kita semua,
aamiin.
Bandar Lampung, September 2017
Penulis,
Gita Purwati
DAFTAR ISIHalaman
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. XVI
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… XVII
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................... 9
C. Rumusan Masalah............................................................................................. 9
D. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 10
E. Kegunaan Penelitian......................................................................................... 11
F. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 11
II. INJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………………………….. 13
1. Pengertian Geografi..................................................................................... 13
2. Pengertian Pertanian.................................................................................... 13
3. Petani Kopi................................................................................................... 15
4. Perubahan Mata Pencaharian ...................................................................... 16
5. Luas Lahan Garapan.................................................................................... 18
6. Produksi Sayuran......................................................................................... 18
7. Produktivitas Sayuran.................................................................................. 19
8. Pemasaran Sayuran...................................................................................... 21
9. Pendapatan Petani Sayuran.......................................................................... 21
B Kerangka Pikir……………………………………………………………………. 22
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian……………………………………………………………… 25
B Populasi dan Sampel…………………………………………………………... 26
1. Populasi......................................................................................................... 26
2. Sampel........................................................................................................... 26
C Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel……..………………… 28
1. Variabel Penelitian........................................................................................ 28
2. Definisi Operasional Variabel....................................................................... 29
D Teknik Pengumpulan data………...…………………………………………… 29
1. Teknik Observasi............................................................................................ 30
2. Teknik Waancara Terstruktur......................................................................... 30
3. Teknik Dokumentasi....................................................................................... 31
4. Teknik Analisis Data....................................................................................... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Geografis Daerah Penelitian………………………………………….. 33
1. Letak dan Luas Desa Tiga Jaya
a. Letak Astronomis………………………………………………...……. 33
b. Letak dan Batas Administratif……………………………………….... 34
c. Topografi..................................................................................................
37
d. Keadaan Iklim…………………………………………………………. 37
e. Keadaan Hidrologi Desa Tiga Jaya…………………………………… 41
f. Tata Guna Lahan………………………………………………………. 42
2. Keadaan Sosial Ekonomi................................................................................. 45
a. Keadaan Sosial Ekonomi………………………………………………… 45
b. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Desa Tiga Jaya................................. 45
c. Kepadatan Penduduk Desa Tiga Jaya …………………………………… 47
d. Komposisi Penduduk.................................................................................. 49
e. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin……………… 49
f. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan…………………….. 53
g. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa……………………………. 54
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Penyajian Data..................................................................................................... 55
a. Umur...........................................................................................................
55
b. Tingkat Pendidikan................................................................................... 57
1. Penyajian Data dan Pembahasan Variabel Penelitian........................................ 59
1. Luas Lahan Garapan................................................................................ 59
2. Rendahnya Produksi Kopi....................................................................... 61
3. Rendahnya Harga Jual Kopi.................................................................... 62
4. Jangka Waktu Pamen Kopi...................................................................... 64
5. Pendapatan Petani Kopi........................................................................... 66
6. Jumlah Tanggungan Keluarga................................................................. 70
Simpulan Dan Saran
V. A. Simpulan ...................................................................................................... 72
B. Saran...............................................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Sebaran Penduduk Desa Tiga Jaya Berdasarkan Tiap Dusun…………................ 4
1.2 Jumlah Kepala Keluarga Yang Bermata Pencaharian Sebagai Petani Kopi
Menjadi petani di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2016………………………………………………………………...
7
1.3 Hasil Usaha Tani Sayuran Berdasarkan pada Luas Lahan Garapan di Desa TigaJaya Kecamatan sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016…………….. 8
3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Kepala Keluarga Petani Kopi menjadipetani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten LampungBarat tahun 2016……………………………………………………………….... 26
4.2 Data Curah Hujan Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten LampungBarat Tahun 2016……………………………………………………………… 37
4.3 Klasifkasi Iklim………………………………………………………………….. 38
4.4 Penggunaan lahan di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten LampungBarat Tahun 2016………………………………………………………...…….... 40
4.5 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Tiga JayaKecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016………………….. 47
4.6 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tiga JayaKecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016………………….. 50
4.11 Hasil Produksi Kepala Keluarga Petani Kopi di Desa Tiga Jaya KecamatanSekincau Kabupaten Lampung Barat tahun 2016……………………………….. 58
4.12 Rendahnya Harga Jual Kopi Petani Kopi di Desa Tiga Jaya KecamatanSekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016……………………………….
60
4.13 Pendapat Petani dalam Harga Jual Kopi Petani Kopi di Desa Tiga JayaKecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat tahun 2016…………………...
60
4.14 Jangka Waktu Panen Kopi………………………………………………………. 67
DAFTAR GAMBARHalaman
1.1 Bagan Kerangka Pikir…………………………………………………………… 23
4.1 Peta Administrasi Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten LampungBarat Tahun 2016………………………………………………………………...
33
4.2 Peta pemanfaatan lahan Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau KabupatenLampung Barat Tahun 2016……………………………………………………...
41
4.3 Peta pemanfaatan lahan Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau KabupatenLampung Barat Tahun 2016……………………………………………………
43
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 pada Bab 1
Pasal 1 ayat 4, menyatakan bahwa Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber
daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen
untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem.
Selanjutnya menurut Satari (1999), dalam Tati Nurmala (2013:6)
Pertanian adalah sejenis proses produksi khusus yang didasarkan atasproses pertumbuhan tanaman dan hewan produksi atau hasil pertaniandalam arti luas tergantung dari faktor genetik atau varietas yang ditanam,lingkungan termasuk antara lain tanah, iklim, dan teknologi yang dipakai.Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari varitas tanaman, tanah, iklim, danfaktor-faktor non teknis seperti keterampilan petani, biaya atau saranaproduksi, pertanian dan alat-alat yang digunakan.
Pertanian di Indonesia mayoritas dikerjakan oleh masyarakat yang berada di
pedesaan. Menjadi petani masyarakat desa bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Pada dasarnya, perjuangan masyarakat di pedesaan
untuk mempertahankan hidup nya pada pokoknya adalah menghasilkan bahan
pangan yang cukup bagi keluarga dan mempertahankan kapasitas produktif
lahannya, sehingga mereka bisa terus menghasilkan bahan pangan bagi keluarga
dan masyaraka yang membutuhkan. Agar perjuangan tersebut bisa berhasil,
2
pengembangan teknologi dan penggabungan pengetahuan baru selalu menjadi
suatu bagian penting dalam usaha tani. Kemajuan teknologi pertanian juga sangat
dibutuhkan untuk mendorong peningkatan hasil pertanian, baik secara kualitas
dan kuantitas.
Tidak mengherankan apabila sistem pertanian terus mengalami perubahan,
sebagaimana halnya meningkatnya pengetahuan petani tentang berbagai bidang
yang berkaitan dengan pertanian, jumlah penduduk meningkat atau menurun,
munculnya peluang dan aspirasi baru, dan basis sumber daya alam memburuk
atau membaik. Usaha terus-menerus dilakukan untuk menyesuaikan dengan
kondisi yang baru. Banyak masyarakat pertanian yang terus bertahan hidup, dan
dalam beberapa kasus berkembang pesat dengan mengeksploitasi basis sumber
daya alam yang telah dimanfaatkan oleh nenek moyang dari generasi yang satu ke
generasi yang lain. Melalui suatu proses pembaruan dan adaptasi, petani asli
setempat telah mengembangkan berbagai macam sistem pertanian, di mana setiap
sistem pertanian, sering disesuaikan dengan lingkungan ekologis, ekonomis,
sosiokultural, dan politis.
Para petani juga selalu mengikuti perkembangan lingkungan sosial ekonomi di
mana mereka tinggal. Sehingga para petani tidak menutup diri atau memiliki
fleksibilitas dalam mengolah lahan pertaniannya, Yakni, tidak memiliki patokan
dalam memilih varitas jenis tanaman yang ditanam. Misalkan, petani padi tidak
semata-mata terpaku untuk menanam padi, karena mereka akan mengganti
tanamannya dengan jenis tanaman lain yang bisa menghasilkan uang. Begitu pula
3
dalam memanfaatkan lahan pertanian atau perkebunan, para petani selalu
mengikuti kondisi perdagangan komoditas yang sedang laku di pasaran.
Secara geografis lahan-lahan pertanian terletak di pedesaan. Di pedesaan masih
tersedia lahan yang memadai untuk menjadi garapan para petani. Walaupun akibat
bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya industri-industri, banyak lahan
pertanian di pedesaan telah berubah fungsinya. Walaupun demikian, pedesaan
tetap menjadi bagian strategis dalam pengadaan pangan di Indonesia.
Demikian pula dengan Desa Tiga Jaya yang berada di wilayah Kecamatan
Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Desa Tiga Jaya
dipimpin oleh kepala desa dengan kegiatan utama masyarakatnya adalah sebagai
petani. Desa Tiga Jaya juga memiliki beberapa dusun yang dipimpin oleh kepala
dusun.
Desa Tiga Jaya merupakan pemekaran dari Desa Sekincau pada tahun 1982, atas
dasar musyawarah oleh lima perumus dari tiga suku sehingga diberi nama Desa
Limatiga Jaya, namun secara formal disebut sebagai Desa Tiga Jaya. Tiga suku
yang ada pada saat itu adalah Lampung, Jawa dan Semendo. Desa Tiga Jaya
merupakan salah satu dari empat desa yang berada di Kecamatan Sekincau, dan
merupakan desa yang jaraknya paling jauh dari ibukota kecamatan. Luas wilayah
Desa Tiga Jaya ± 1500 Ha dengan batas-batas Desa Waspada di sebelah Utara,
Kelurahan Sekincau di sebelah Timur, Hutan Taman Nasional Bukit Barisan di
sebelah Selatan, dan Desa Sumber Rejo Kecamatan Batu Ketulis di sebelah
Barat.
4
Secara umum Desa Tiga Jaya sama seperti wilayah Lampung pada umumnya,
yaitu memiliki musim kemarau dan penghujan. Namun, untuk desa Tiga Jaya,
rata-rata musim penghujan lebih lama dari musim kemarau, sebagai pengaruh dari
kondisi Hutan Taman Nasional Bukit Barisan (Hutan TNBBS) yang langsung
berbatasan dengan Desa Tiga Jaya. Iklim yang demikian secara langsung
berpengaruh terhadap pola tanam yang ada di masyarakat terutama untuk
sayuran/palawija. Berdasarkan Monografi Desa Tiga Jaya (2015), jumlah
penduduk di Desa Tiga Jaya adalah 2800 jiwa yang tersebar di sembilan
pemangku (dusun) dan dua di antaranya berada di sekitar Hutan TNBBS. Desa
Tiga Jaya memiliki sembilan pemangku (dusun), dengan populasi penduduk
terbesar berada di pemangku (dusun) Gumbib.
Penduduk di Desa Tiga Jaya terdiri penduduk berjenis kelamin laki-laki 1404 dan
penduduk berjenis kelamin perempuan 1396. Berikut sebaran jumlah penduduk
Desa Tiga Jaya :
Tabel 1. 1 Sebaran Penduduk Desa Tiga Jaya Berdasarkan Tiap Dusun..
No. PemangkuJumlah
KKJumlah
penduduk JumlahPersentase
%Lk Pr
1 Gumbib 181 332 355 687 122 Sukosari 81 156 125 281 113 Pilla Tengah 82 155 165 320 124 Pilla Ujung 86 154 138 292 115 Talang Sebaris 46 88 93 181 126 Sedangan 98 133 122 255 97 Umbul Baru 53 121 194 315 188 Randaian 128 178 143 321 79 Talang
Semangkuk63 87 61 148 7
Jumlah 818 1404 1396 2800 100
5
Sumber : Monografi Desa Tiga Jaya 2015
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Desa Tiga jaya memiliki 9 dusun dan
memiliki jumlah kepala keluarga yang berbeda-beda, jumlah kepala keluarga
yang paling banyak yaitu berada di Dusun Gumbib dengan jumlah 687 kepala
keluarga yaitu sebanyak 12% ,hal ini disebabkan karena Dusun Gumbib lebih
padat dan kebanyakan masyarakat Gumbib tidak melakukan KB atau keluarga
berencana. Rata-rata jumlah anak yang dimiliki di Dusun Gumbib berjumlah 4-6
orang anak disetiap satu kepala keluarga, sedangkan yang paling sedikit terdapat
di Pemangku / Dusun Talang sebaris yaitu 46 kepala keluarga dengan jumlah 181
penduduk diantaranya terdapat laki-laki dan perempuan. Perbedaan jumlah
anggota dalam setiap kepala keluarga tentunya memiliki kebutuhan ekonomi
yang berbeda-beda.
Mata pencaharian penduduk Desa Tiga Jaya adalah sebagai petani. Cara bertani
mereka pun masih konvensional. Tidak menggunakan peralatan yang bermesin.
Para petani masih mengandalkan cangkul dan sabit dalam mengolah lahan yang
dimiliki. Sehingga para petani di Desa Tiga Jaya masih tergolong petani
tradisional. Dalam sejarahnya, petani di Desa Tiga Jaya secara individu pada
awalnya lebih banyak menanam kopi. Kopi ditanam di lahan-lahan yang tersedia
dengan cara tradisional. Sehingga petani kopi di Desa Tiga Jaya pun masih
digolongkan sebagai petani tradisional. Proses tanam dan panen kopi pun masih
dilakukan secara konvensional. Demikian pula proses pemasaran dilakukan secara
konvensional, karena kopi hasil panen dijual dalam bentuk biji kopi kering.
6
Tanaman kopi jika curah hujan sangat tinggi dan berlangsung lama, maka dapat
menyebabkan hasil panen yang tidak maksimal. Hal tersebut yang menjadi salah
satu penyebab, mengapa petani mengubah tanaman kopi menjadi tanaman
sayuran. Selain disebabkan faktor musim, juga dikarenakan faktor ekonomi.
Tanaman kopi yang panennya hanya setahun sekali tidak dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi masyarakat Desa Tiga Jaya yang masih dalam kategori
kurang mampu. Apalagi petani kopi di Desa Tiga Jaya memiliki kebiasaan
konsumtif, yaitu, menggunakan hasil penjualan panen kopi untuk membeli
kebutuhan yang bersifat konsumtif. Akibatnya, dalam jangka waktu 4-5 bulan,
uang hasil panen sudah habis. Kondisi tersebut sering disebut sebagai musim
paceklik.
Setiap keluarga senantiasa berupaya memenuhi konsumsinya yang beranekaragam
dengan cara menyeimbangkan antara pendapatan dan pengeluaran hal inilah yang
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat dalam mendapatkan pendapatan yang
hanya setahun sekali, mereka merubah garapan mereka dengan jenis yang berbeda
seperti sayuran.
Dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, masyarakat Desa Tiga Jaya tidak lagi
mengandalkan panen kopi yang hanya setahun sekali. Mereka beralih dengan
menanam lahan yang dimiliki dengan tanaman sayuran. Diharapkan, dengan
menanam sayuran mereka berfikir kebutuhan ekonominya bisa menjadi lebih
baik. Panen sayuran yang bisa mencapai 3-4 kali dalam setahun dapat
mendapatkan hasil yang lebih banyak uang dibandingkan dengan tanaman kopi
yang hanya setahun sekali.
7
Berikut jumlah kepala keluarga dan jumlah petani yang bermata pencaharian
sebagai petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya:
Tabel 1.2 Jumlah Kepala Keluarga Yang Bermata Pencaharian SebagaiPetani Kopi Menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya KecamatanSekincau Kabupaten ampung Barat Tahun 2016.
No. Nama Pemangku/Dusun Jumlah (KK)1. Gumbib 372. Sukosari 283. Pilla Tengah 274. Pilla Ujung 305. Talang Sebaris 186. Sedangan 327. Umbul Baru 208. Randaian 349. Talang Semangkuk 23
Jumlah 249Sumber : Pra Penelitian Januari 2017.
Dari Tabel 1.2 jumlah kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani
kopi menjadi petani sayuran di setiap Pemangku/Dusun di Desa Tiga Jaya
memiliki jumlah yang berbeda. Jumlah kepala keluarga ini memilih lebih
menanam sayuran dibandingkan dengan kopi karena berbagai alasan diantaranya
jangka panen yang lebih cepat, keadaan suhu dan iklim yang mendukung serta
lebih mudah dalam merawat tanaman. Pemangku/Dusun Gumbib sendiri lebih
banyak memilih menanam sayuran dengan jumlah 37 kepala keluarga karena
banyaknya jumlah tanggungan keluarga sedangkan yang paling sedikit yaitu di
Pemangku/Dusun Talang Sebaris dengan jumlah 18 kepala keluarga hal ini karena
lahan yang dimiliki sedikit.
Lebih jelasnya mengenai hasil usaha tani sayuran perbulan berdasarkan pada luas
lahan garapan dapat diketahui pada tabel berikut ini
8
Tabel 1.3 Hasil Usaha Tani Sayuran Berdasarkan pada Luas Lahan Garapan diDesa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun2016.
Sumber : Pra Survey Januari 2017.
Dari Tabel 1.3 Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi petani beralih
tanaman. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan menyebabkan
makin besar pula jumlah pengeluaran petani. Petani yang berpenghasilan rendah
akan mengalami kesulitan-kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya karena
kebutuhan pokok merupakan kebutuhan dasar menusia yang harus dipenuhi.
Luas lahan garapan yang dikerjakan oleh petani kopi juga menentukan dalam
peningkatan pendapatan petani. Semakin luas garapan lahan yang dikerjakan oleh
petani kopi maka akan semakin besar pula pendapatan yang dihasilkan. Oleh
sebab itu, luas lahan garapan petani kopi termasuk kedalam salah satu cara untuk
meningkatkan pendapatan petani kopi.
Besar kecil pendapatan dapat membawa pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
pokok keluarga. Rendahnya tingkat pendapatan akan menyebabkan sulitnya
terpenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, papan, dan sandang.
No NamaUmur
(Tahun)Jumlah Tanggungan
KeluargaLuas Lahan
(Ha)1 Anto 44 5 12 Suyut 45 5 13 Agus 38 5 24 Didin 45 6 15 Sutar 48 3 16 Heri 38 5 1,57 Yanto 36 3 1
Jumlah 32 8,5
9
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Sempitnya lahan garapan.
2. Rendahnya produksi kopi.
3. Rendahnya harga jual kopi.
4. Hasil panen kopi setahun sekali.
5. Rendahnya pendapatan petani kopi.
6. Banyaknya Jumlah Tanggungan Keluarga.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pendapatan petani kopi tidak memenuhi
kebutuhan, maka masalah dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian yaitu:
1. Apakah sempitnya lahan garapan menyebabkan petani kopi beralih
tanaman sayuran ?
2. Apakah rendahnya produksi kopi menyebabkan petani beralih menanam
sayuran ?
3. Apakah rendahnya harga jual kopi menyebabkan petani kopi menanam
sayuran ?
4. Apakah frekuensi panen kopi yang hanya setahun sekali menyebabkan
petani kopi beralih menjadi petani sayuran?
10
5. Apakah rendahnya pendapatan petani kopi menjadi penyebab petani kopi
menanam sayuran ?
6. Apakah banyaknya jumlah tanggungan keluiarga menjadi penyebab petani
kopi menanam sayuran ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan informasi mengenai luas lahan garapan menjadi
penyebab petani kopi beralih menanam sayuran.
2. Untuk mendapatkan informasi tentang rendahnya produksi kopi sebagai
penyebab petani kopi beralih menanam sayuran.
3. Untuk mendapatkan informasi tentang harga jual kopi dipengaruhi harga
pasar sebagai penyebab petani kopi beralih menanam sayuran.
4. Untuk mendapatkan informasi tentang keuntungan yang diperoleh petani
sayuran dibandingkan pada saat menjadi petani kopi.
5. Untuk mendapatkan informasi tentang korelasi besarnya pendapatan petani
kopi menjadi penyebab petani kopi beralih menanam sayuran.
6. Untuk mendapatkan informasi tentang banyaknya jumlah tanggungan
kepala keluarga sebagai penentu pindahnya petani kopi beralih ke sayuran.
11
E. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan dari
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi penulis mengenai
penyebab berubahnya petani kopi menjadi petani sayuran di desa Tiga
Jaya, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016.
3. Memberikan informasi, dokumentasi, dan bahan rujukan kepada para
mahasiswa dan peneliti lain yang akan meneliti perubahan perilaku petani
dalam menggarap lahan yang dimiliki dikaitkan dengan pemenuhan
kebutuhan ekonominya.
4. Memberikan informasi kepada Masyarakat serta Dinas Pertanian agar
dapat mengembangkan pertanian dan menghasilkan produksi yang lebih
besar di desa Tiga Jaya, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat.
5. Menerapkan ilmu pengetahuan secara teori tentang geografi Pertanian
untuk diterapkan di lapangan penelitian masyarakat secara langsung.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup obyek penelitian ini adalah faktor penyebab perubahan
mata pencaharian petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya,
Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat yang telah mengalami
perubahan dari petani kopi menjadi petani sayuran..
12
2. Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah kepala keluarga yang bermata
pencaharian sebagai petani kopi menjadi petani sayuran.
3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah desa Tiga Jaya Kecamatan
Sekincau.
4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2016/2017.
5. Ruang lingkup ilmu adalah geografi pertanian
Menurut Sumaatmadja (1981:54) Geografi Pertanian adalah:
Suatu cabang keruangan merupakan perpaduan sub sistem fisis dannon fisis termasuk komponen tanah, iklim, hidrologi, topografidengan segala alamiahnya. Sedangkan kedalam sub sistem manusiatermasuk tenaga kerja kemampuan teknologi, tradisi yang berlakudalam masyarakat, kemampuan ekonomi, dan kondisi politiksetempat.
Geografi pertanian adalah suatu ilmu yang menjelaskan segala aktivitas
pertanian secara keruangan yang merupakan perpaduan antara sub sistem
fisis dan sub sistem manusia yang terkait dengan penelitian ini adalah
aktivitas pertanian yang dilakukan dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan rumah tangga petani.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks
keruangan (Seminar dan lokakarya Geografi tahun 1998 yang di prakarsai oleh
ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Budiyono, 2003:03).
Menurut Bintarto (1968:17), geografi merupakan ilmu pengetahuan yang
mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan
penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha
mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Sehubungan dengan penelitian perubahan mata pencaharian masyarakat petani
kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten
Kabupaten Lampung Barat tahun 2016. Maka penelitian ini akan menekankan
pada pertanian. Dari uraian di atas maka pertanian adalah faktor terpenting bagi
masyarakat setempat.
2. Pengertian Pertanian
Menurut Mosher dalam Totok Mardikanto (1990:30), pertanian adalah sejenis
proses produksi yang khas, yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan
14
hewan dalam hal ini para petani mengatur dan mengiatkan pertumbuhan tanaman
dan hewan itu dalam suatu bentuk usaha tani sehingga perbedaan dasar antara
kehidupan tumbuhan liar dan binatang liar dengan (usaha tani) adalah pada
kehadiran tani.
Pertanian merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskanproses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalamarti sempit merupakan suatu kegiatan bercocok tanam, sedangkanpertanian dalam arti luas adalah segala kegiatan manusia yang meliputikegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan meliputipertanian dalam arti sempit, perikanan, kehutanan, peternakan, danperkebunan (Eva Banowati, 2013:4).
Awal kegiatan terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses
kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturan dalam pemenuhan kebutuhannya.
Pertumbuhan pertanian sebagai aktivitas manusia secara periodisasi mulai dari
pengumpul dan pemburu, pertanian primitif, pertanian tradisional sanpai dengan
pertanian modern.
Berkaitan dengan hal itu dalam mengkaji pertanian secara holistik perlu dukungan
ilmu-ilmu kebumian sebab pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, maka
keberadaan pertanian dalam kajian geografi terutama berkaitan dengan tanah,
meteorologi, hidrologi dan lain sebagainya yang semuanya berpengaruh dalam
produk pertanian secara kualitas dan kuantitas.
Dalam aspek keruangan, manusia akan selalu berhubungan dengan alam sekitar
untuk melakukan semua aktivitasnya. Begitu pula dengan alam yang memerlukan
perawatan dari manusia untuk kelestariannya sehingga terjadi suatu hubungan
timbal balik antara keduanya. Uraian di atas sangat cocok untuk kehidupan
15
penduduk di desa yang akan diteliti yaitu petani kopi yang berubah menanam
sayuran yang sangat dipengaruhi oleh factor ekonomi, alam misalnya tanah, iklim,
musim dan lain-lain.
3. Petani Kopi
Menurut Kaslan A. Tohir (1991:41), petani adalah orang yang bekerja pada
sektor pertanian, baik perikanan, perkebunan, ladang, sawah dan lainnya pada satu
lahan. Disini yang di maksut adalah petani kopi di mana kopi merupakan salah
satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber
devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa
melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu
setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia.
Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait
dalam proses produksi kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Upaya
meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing
kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia.
Pengolahan kopi meliputi pemilihan bahan tanam kopi unggul, pemeliharaan,
pemangkasan tanaman dan pemberian penaung, pengendalian hama dan gulma,
pemupukan yang seimbang, pemanenan, serta pengolahan kopi pasca panen.
Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa
kopi.
16
Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya
mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi
akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat
antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan, dan pengairan.
Selain itu spesifikasi alat/mesin yang digunakan juga dapat mempengaruhi setiap
tahapan pengolahan biji kopi.
Oleh karena itu, untuk memperoleh biji kopi yang bermutu baik maka diperlukan
penanganan pasca panen yang tepat dengan melakukan setiap tahapan secara
benar. Proses penyangraian merupakan salah satu tahapan yang penting, namun
saat ini masih sedikit data tentang bagaimana proses penyangraian yang tepat
untuk menghasilkan produk kopi berkualitas. Berdasarkan pertimbangan diatas,
maka perlu diadakan penelitian mengenai proses penyangraian biji kopi berkaitan
dengan suhu dan lama waktu yang digunakan selama penyangraian.
4. Perubahan Mata Pencaharian
Perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah
pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk
hidup dan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang
memuaskan (peningkatan taraf hidup) dengan memperhatikan faktor seperti
mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan hubungan politik. Perubahan
mata pencaharian ini ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat
mengenai mata pencaharian. Perubahan orientasi mata pencaharian diartikan
sebagai perubahan pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan
mempengaruhi tindakannya dikemudian hari meskipun dalam taraf konstruk
17
pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam realitas
di masyarakat (Fajar Hatma, 2003:37).
Harris Hasyim (2005:45), mengungkapkan bahwa banyak petani yang berubah
tanaman dikarenakan kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Perubahan usaha
tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perpindahan usaha tani dari petani
kopi menjadi petani sayuran.
Usaha tani akan bergerak pada suatu kontinum, antara usaha tani yang bersifat
subsisten (yang seluruh atau sebagian terbesar produksinya dikonsumsi sendiri)
dan usaha tani yang bersifat komersil yang menjual seluruh atau sebagian terbesar
hasil produksinya.
Dari keadaan yang terjadi didukung oleh pendapat Clifton R Wharton dalam
Totok Mardikanto (1990 : 74), dan keadaan yang ada pada masa sekarang, usaha
tani subsisten secara murni sulit dijumpai yang ada adalah bentuk-bentuk
peralihan antara usaha tani subsisten dan usaha tani komersil.
Usaha pertanian kopi sebagian hanya sedikit yang dapat memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari karena pada saat pasca panen kopi hanya dalam jangka waktu
pendek uang hasil dari panen telah terpakai habis. Pada kenyataannya tradisi
pertanian sudah tidak dapat lagi dipertahankan sebagai usaha tani yang bersifat
subsisten. Dengan demikian perubahan mata pencaharian yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah perubahan masyarakat petani kopi menjadi petani
sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun
2016.
18
5. Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan garapan sawah yang diusahakan
petani. Luas lahan berpengaruh terhadap produksi padi dan pendapatan petani.
Sesuai dengan pendapat Soekarwati (1990: 4) bahwa semakin luas lahan garapan
yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan dan
pendapatan yang akan diperoleh bila disertai dengan pengolahan lahan yang baik.
Fhadoli Hernanto (1990: 64) menggolongkan luas lahan garapan menjadi 3
kelompok yaitu:
1. Lahan garapan sempit yang luasnya kurang dari 0,5 Ha.
2. Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 Ha.
3. Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 Ha.
Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan yang
dimiliki oleh petani kopi yang berubah menjadi menanam sayuran.
6. Produksi sayuran
Menurut Totok Mardikanto (1990:93), upaya peningkatan produktivitas dan
sekaligus juga pendapatan petani, melalui pola perubahan pola pembangunan
pertanian, dari yang semula menggunakan pendekatan komoditi (comodity
approach) menjadi pendekatan usaha tani (farm approach) dan pendekatan
pendapatan (income approach).
Produktivitas tanah adalah jumlah total yang diperoleh dari satuan bidang tanah
dan satuan-satuan faktor produksi seperti satuan kerja dan lain-lain selama satu
19
tahun dihitung dengan uang, peningkatan produktivitas petani dapat dilakukan
dengan pendekatan usaha tani dan pendekatan pendapatan.
Menurut Hadi Prayitno dan Lincoln arsyad (1987:88) total pendapatan petani
adalah jumlah pendapatan bersih seluruh anggota rumah tangga yang bekerja
selama satu tahun dalam satuan rupiah. Periode satu tahun yang digunakan adalah
dua kali musim tanam untuk usaha tani. Produksi dalam penelitian ini adalah
produksi tanaman kopi dan tanaman sayuran dengan membandingkan jumlah
produksi dan pendapatan kepala keluarga petani di Desa Tiga Jaya Kecamatan
Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016.
7. Produktivitas Sayuran
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 1992, sayur adalah
daun-daunan (seperti sawi), tumbuh-tumbuhan (taoge), polong atau bijian (kapri,
buncis), dan sebagainya yang dapat dimasak. Sebutan untuk beraneka jenis
sayuran disebut sebagai sayursayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat
dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus
diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng (agak
jarang), atau disangrai.
Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan.
Pengertian sayuran secara umum,merupakan bahan pangan asal tumbuhan yang
biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau
setelah diolah secara minimal. Pengertian lain tentang sayuran merupakan bentuk
20
turunan dari kata "sayur", komponen pendamping nasi (atau pangan pokok
lainnya) yang berkuah cair atau agak kental.
Menurut badan penyuluhan pertanian jawa barat, sayuran adalah segala sesuatu
yang berasal dari tumbuhan (termasuk jamur) yang ikut dimasak bersama sayur
tersebut dengan pengungkapan lain: segala sesuatu yang dapat atau layak disayur.
Apabila dimakan secara segar bagian tumbuhan itu biasanya disebut lalapan.
Istilah "sayuran" tidak bersifat ilmiah.
Kebanyakan sayuran adalah bagian vegetatif dari tumbuhan, terutama daun (juga
beserta tangkainya). Beberapa sayuran adalah bagian tumbuhan yang tertutup
tanah, seperti wortel, kentang, dan lobak. Terdapat pula sayuran yang berasal dari
organ generatif, seperti bunga (misalnya kecombrang dan turi), buah
(misalnyaterong dan kapri), dan biji (misalnya buncis dan kacang merah).
Sistem produksi sayuran tergantung pada tanaman yang ditanam, menurut Vincent
Rubatzky dan mas Yamaguchi (1998:87) ada tiga komponen utama dalam
produksi tanaman yaitu:
1) Tanaman, yang menghasilkan produk yang di inginkan.
2) Lingkungan, yang memasok energi dan hara.
3) Manusia, yang mengelola keterkaitan keduanya.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman meliputi cahaya, suhu,
kelengasan, karbondioksida, angun, hara, polutan, salinitas, hama, penyakit,
gulma dan lainnya. Manusia berusaha mengelola dan mengendalikan berbagai
21
faktor tersebut melalui penambahan, atau meminimumkan pengaruhnya untuk
meningkatkan pertumbuhan yang produktif.
Pendapatan petani sayuran dapat diketahui dari satu kali panen dikali harga pada
saat menjual tanaman sayuran dan dibagi berapa bulan penanaman sampai pasca
panen, maka akan terlihat berapa pendapatan petani sayuran perbulan.
8. Pemasaran sayuran
Menurut William J. Stanton, dalam Swastha dan Handoko (2000:4), pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatankegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Pemasaran sangat berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh petani, Philip
Kotler dalam Muhammad Firdaus (2008:161), Pemasaran adalah suatu proses
dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan penawaran dan pertukaran
produk yang bernilai dengan pihak lain.
9. Pendapatan petani sayuran
Dalam kehidupan keluarga pendapatan merupakan hal pokok dalam usahanya
memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan primer mau sekunder. Besar kecilnya
pendapatan keluarga akan menentukan tingkat kemakmuran keluarga yang terkait.
Sehubungan dengan pendapatan, Ken Suratiyah (2009 : 88) Pendapatan bersih
22
adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi per usaha tani
dengan satuan Rupiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Totok Mardikanto
(1990:74) bahwa dalam kenyataan yang ada pada masa sekarang, usaha tani
subsisten dan usaha tani komersil ini umumnya belum benar-benar market
oriented.
Hal ini banyak tanaman sayuran yang dibudidayakan di Desa Tiga jaya, banyak
para petani yang beralih dari usaha tani kopi ke tanaman sayuran. Tujuannya yaitu
untuk mendapatkan harga jual yang tinggi dengan masa produksi yang cukup
lama sehingga keuntungan yang didapat akan lebih banyak. Sehingga petani lebih
terpenuhi kebutuhannya bahkan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
B. Kerangka Pikir
Pertanian merupakan sumber kehidupan manusia melalui pemanfaatan lahan
untuk bercocok tanam dan menghasilkan bahan pangan lainnya. Pertanian dalam
arti sempit berkaitan dengan usaha bercocok tanam, dan dalam artian luas sebagai
kajian ilmiah. Pertanian dalam kajian ilmiah dikaji dari berbagai disiplin
sosiologi, ekonomi, teknik politik.
Pertanian di daerah perdesaan sebagian besar merupakan sumber pendapatan
keluarga dan dapat sebagai penunjang kebutuhan pokok masyarakat, sehingga
pengembangan pertanian pedesaan mempunyai arti penting dalam usaha untuk
mengurangi tingkat kemiskinan di pedesaan. Pertanian diutamakan untuk
menambah pendapatan rumah tangga, berbeda dengan industri besar dan
menengah.
23
Tujuan kebijakan memajukan 40 pertanian bukan hanya sekedar meningkatkan
output dari sektor pertanian saja, tetapi lebih kepada membantu menciptakan
kesempatan kerja sekaligus meningkatkan pendapatan peduduk di pedesaan.
Petani telah mengenal saptausaha tani yang meliputi pengelolaan lahan, pemilihan
bibit unggul, pemupukan, pengairan, pemberantasan hama, pemanenan, dan
pemasaran. Saptausaha tani diterapkan agar petani dapat melakukan usahatani
sehingga dapat meningkatkan produksi.
Unsur pendukung lain dari usahatani seperti lahan, tenaga kerja, modal dan
manajemen pertanian berperan dalam kesuksesan pengembangan usaha tani
kedepannya, apakah dapat menjadi usaha yang menguntungkan. Fenomena
tersebut memunculkan ide untuk melaksanakan budidaya pertanian organik yag
mempunyai keunggulan sehingga diharapkan akan diminati oleh konsumen dan
mampu meningkatkan pendapatan petani.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengelolaan usaha tani sayuran organik
tersebut. Secara umun, faktor yang mempengaruhi budidaya tanaman sayur
organik selain faktor fisik, faktor kedua adalah faktor non fisik dan pengelolaan
tanaman sayuran di daerah penelitian. Terdapat masalah-masalah dalam usahatani
sayuran organik yang perlu adanya upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada pendapatan usahatani
sayuran organik, dan pendapatan akan mempengaruhi minat petani dalam
usahatani sayuran organik di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten
Lampung Barat.
24
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Petani Kopi:
1. Sempitnya
Lahan
Garapan.
2. Rendahnya
Produksi Kopi.
3. Rendahnya
Harga Jual
Kopi.
4. Hasil Panen
Kopi Setahun
Sekali.
5. Rendahnya
Pendapatan
Petrani Kopi.
6. Banyaknya
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Faktor penyebab perubahan mata pencaharian masyarakat
petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya
Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016.
Petani Sayuran :
1. Luas Lahan
Garapan.
2. Banyaknya
Produksi
Sayuran.
3. Tingginya
Harga Jual
Sayuran.
4. Hasil Panen
Sayuran 3
bulan Sekali.
5. Tingginya
Pendapatan
Petani Sayuran.
6. Jumlah
Tanggungan
Keluarga.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.
Metode deskriptif merupakan metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan
hasil penelitian yang obyektif untuk suatu obyek penelitian di suatu wilayah atau
lapangan penelitian. Peneliti harus melakukan penelitian secara langsung dengan
mengambil sampel untuk mereprensentasikan obyek peneltian. Sampel tersebut
merupakan masyarakat di wilayah yang menjadi obyek penelitian. Dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif, maka akan didapatkan data dan
kemudian dilakukan analisis.
penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah keadaan
sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-
kadang diberikan interpretasi atau analisis (Pabundu Tika, 1996:4).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau
keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada,
walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis (Pabundu Tika,
1996:4).
26
Metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya
memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau
wilayah tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:3).
Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk meneliti tentang
perubahan petani kopi menanam sayuran untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi
yang dilakukan setiap keluarga. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mencari
data, mengumpulkan data, mengklarifikasikan, menyusun, menjelaskan,
menganalisis, serta menafsirkan dalam pencapaian suatu tujuan dengan
menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara tersebut akan didapatkan data
yang representatif untuk menggambarkan keadaan masyarakat sebagai obyek
penelitian, yaitu, perubahan petani kopi menjadi petani yang menanam sayuran
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah himpunan atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.
Himpunan individu atau obyek yang terbatas adalah himpunan individu atau
obyek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya
(Pabundu Tika, 1996:24). Populasi dalam penelitian ini adalah Penduduk yang
bermata pencaharian sebagai petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga
Jaya, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 249
Kepala keluarga (KK).
2. Sampel
27
Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu
populasi (Pabundu Tika:96-24). Teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik proporsional
random sampling. Teknik proporsional Random artinya pengambilan sampel
dilakukan secara acak dengan memperhatikan persebaran populasi di setiap
pemangku atau dusun. Sampel dari setiap dusun mewakili atau merupakan
representasi petani kopi yang beralih menjadi petani sayuran.
Dasar dalam penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan
pendapat Suharsimi Arikunto (2006 : 134) yaitu, untuk sekedar ancer-ancer, maka
apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan tetapi, jika subyeknya besar,
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini cara
menentukan responden dengan undian yaitu diundi berapa banyak jumlah sampel
yang akan diambil. Berikut jumlah populasi dan sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah adalah sebesar 45% dari populasi kepala keluarga petani kopi
menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau:
28
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Kepala Keluarga PetaniKopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan SekincauKabupaten Lampung Barat tahun 2016.
No. Nama Pemangku/DusunJumlah(KK) Jumlah Petani
SampelPetani
1. Gumbib 37 30 132. Sukosari 28 23 103. Pilla Tengah 27 24 114. Pilla Ujung 30 24 115. Talang Sebaris 18 16 76. Sedangan 32 21 97. Umbul Baru 20 20 98. Randaian 34 33 159. Talang Semangkuk 23 20 9Jumlah 249 211 94
Sumber : Monografi Desa Tiga Jaya tahun 2016
Tabel 3.1 Menunjukkan sampel dalam penelitian ini diambil sebesar 45% dari
populasi. Artinya setiap Pemangku atau Dusun populasinya diambil sebesar 45 %
yaitu sampel dalam penelitian ini sebanyak 94 petani yaitu 94 / 100 × 100 = 94.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah penyebab perubahan mata pencaharian masyarakat
petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Tahun 2010-2015, yang
meliputi luas lahan garapan, produksi kopi, harga jual kopi, pemasaran sayuran,
jangka waktu panen sayuran, dan pendapatan petani sayuran merupakan faktor
yang menyebabkan petani kopi berubah menjadi petani sayuran.
29
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan caranya
mengukur suatu variabel (Effendi,1987:46). Artinya yang dimaksud dengan
definisi operasional variabel adalah variabel dalam penelitian yang dapat di ukur.
Definisi Operasional Variabel disusun sebagai:
a). Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan dalam penelitian ini adalah luas seluruh tanah yang ditanami,
diusahakan atau digarap selama satu tahun yang dihitung dalam satuan hektar
(Ha). Luas lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan
seluruh usaha tani sayuran yang dimiliki petani.
b). Harga jual sayuran
Harga jual dalam penelitian ini adalah harga sayuran berlaku ditingkat petani pada
saat menjual hasil tanamannya yang diukur dalam rupian per kilogram (Rp/Kg).
sampel penelitian pada kurun waktu berdasarkan waktu penelitian.
c). Hasil-hasil produksi
Produksi adalah hasil yang diperoleh seorang dari usaha tani yang dihitung
dengan satuan berat dalam satu hektar pada satu pasca panen. Produksi dalam
penelitian ini adalah hasil usaha tani kopi menjadi petani sayuran, sedangkan
hektar pada penelitian ini adalah hasil usaha tani sayuran yang dicapai petani
untuk setiap hektar pada setiap satu kali panen yang dihitung dengan kilogram
(Kg).
30
d). Pemasaran sayuran
Pemasaran salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu menciptakan
nilai ekonomi baik dari penjual kekonsumen. Nilai ekonomi inilah yang menjadi
penentu harga barang. Para petani sayuran biasanya menjual hasil panen yang
didapat dengan cara langsung dijual dipasar atau melalui pengepul. Akan tetapi
kebanyakn para petani sayuran langsung menjual kepasar agar mendapatkan
keuntungan lebih karena jika melalui pengepul harga yang ditawarkan relatif lebih
rendah dibandingkan dengan menjual langsung ke pasar.
e). Pendapatan petani sayuran
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (pendapatan kotor) dengan total
biaya produksi per usaha tani. Pendapatan dalam penelitian ini adalah pendapatan
yang diperoleh petani dari tanaman yang diperoleh dari penanaman sayuran dan
dihitung dalam satuan rupiah .
f). Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Observasi atau yang mana untuk pengumpulan data yang akan di analisis disebut
pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu
obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010:199).
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari lokasi penelitian dan jenis
sayuran yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti.
2. Teknik Wawancara Terstruktur
31
Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
tentang hasil produksi petani kopi, pemasaran sayuran, dan produksi petani
sayuran. Teknik wawancara ini dilengkapi dengan daftar pertanyaan berupa
angket kuisioner yang telah disiapkan dengan menentukan 6 masalah pokok
penelitian. Karena tidak di uji coba maka direkomendasikan kepada pembimbing.
3. Teknik Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:201), teknik dokumentasi adalah data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa transrkip, buku, surat kabar, prasasti,
majalah, notulen, rapat, agenda. Teknik dokumentasi untuk memperoleh data:
jumlah penduduk dan luas lahan garapan.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah Analisis Persentase
Tabel Frekuensi. Frekuensi adalah juml;ah pemunculan karakteristik yang sama
dari hasil pengamatan. Jika data disusun dalam tabel distribusi frekuensi
sederhana (Sofar Silaen, dkk. 2013:178). Data yang telah terkumpul dikoding
dan ditabulasikan kedalam tabel kemudian dipersentasikan. Setelah dihitung
persentasenya kemudian dideskripsikan untuk ditarik kesimpulan. Seperti yang
dikemukakan oleh Sukardi (2003:86) bahwa yang dimaksud dengan
mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh
bentuk nyata dari responden. Sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau
orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Lebih lanjut lagi
Sukardi (2003:86) menyatakan bahwa analisis data yang paling sederhana dan
sering digunakan oleh seorang peneliti atau pengembang adalah menganalisis
32
data dengan menggunakan prinsi-prinsip deskriptif. Analisis persentase dapat
dilakukan dengan menentukan persentase masing-masing dengan menggunakan
rumus:
Fr : Frekuensi Relatif
f i : Frekuensi baris ke - i
N : Jumlah Sampel (Sofar Silaen, dkk (2013: 178).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari dalam penelitian dan uraian pembahasan,
kemudian disusun di dalam distribusi persentase sederhana lalu dianalisis secara
deskriptif maka penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Luas lahan garapan yang sempit menyebabkan terjadinya perubahan mata
pencaharian dari petani kopi menjadi petani sayuran.
2. Rendahnya roduksi kopi menyebabkan petani kopi beralih menjadi petani
sayuran. Produksi yang dihasilkan petani kopi kurang lebih adalah 1 ton/ha.
3. Harga jual kopi yang rendah menyebabkan petani kopi menanam sayuran.
4. Jangka waktu panen yang lama menyebabkan petani beralih menanam
saryuran.
5. Besarnya pendapatan petani sayuran menyebabkan beralihnya petani kopi
menanam sayuran.
6. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga menyebabkan petani kopi beralih
menanam sayuran.
73
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi petani sayuran dengan cepat dan mudahnya pemasaran hasil
tanaman sayuran dapat meningkatkan hasil produksi sayuran dengan upaya
melakukan pemupukan dan perawatan dengan teratur guna mendapatakan
hasil yang maksimal.
2. Dengan besarnya pendapatan yang diperoleh dari bercocok tanama sayuran
diharapkan petani dapat memperluas usaha dalam penanaman sayuran dan
menabung untuk mengantisipasi bila terjadi penurunan harga sayuran dengan
demikian petani masih mempunyai tabungan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dalam rumah tangganya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta
Arief Sukadi Sadiman. 1996. Metode dan Analisis Penelitian Pencari Hubungan.Erlangga. Jakarta.
Swasta dan Handoko. 2000. Manajemen Pemasaran dan Analisa PerilakuKonsumen. BPFE. Yogyakarta.
Bintarto. 1968. Buku Penuntun Geografi Sosial. U.P. Spring. Yogyakarta.
Budiyono. 2003. Dasar-Dasar Geografi Sosial. (Bahan Ajar). Program StudiPendidikan Geografi. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Bandarlampung.
Effendi, Sofian. 1987. Unsur-Unsur Penelitian Survei. Metode Penelitian Survei.Et Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. LP3ES. Jakarta
Eva Banowati dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian. Penerbit ombak.Yogyakarta.
Fadholi Hermanto. 1990. Pembangunan Pertanian di Pedesaan. LP3ES. Jakarta.
Jaya, Fajar Hatma Indra. 2003. Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan. Surakarta,
Hadi Prayitno dan Lincoln Arsyad. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan, PenerbitBPFE. Yogyakarta.
Harris Hasyim. 2005 . Pengembangan Kemitraan Bisnis. Penerbit LembagaPenelitiian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Kartasapoetra G. 2006. Klimatologi Pengaruh Iklim dan Tanaman. PT BumiAksara. Jakarta.
Kaslan A tohir. 1991. Usaha Tani. Rienika. Jakarta.
Ken Suratiyah. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Monografi Desa 2015. Desa Tiga Jaya Kecamata Sekincau Kabupaten LampungBarat.
Mubyarto. 1992. Peluang Kerja dan Berusaha di Pedesaan. UGM. Yogyakarta
Muhammad Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Muh. Nazir. 1987. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nursid Sumaatmadja. 1998. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan AnalisisKeruangan. Penerbit Alumni. Bandung.
Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian geografi. Bumi Aksara. Jakarta
Penny. 1984. Pekarangan Petani dan Kemiskinan. Penerbit UGMPress.Yogyakarta.
Prasetyo. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Rita hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. C.V ANDI OFSET.Yogyakarta.
Sofar Silaen dan Widiyon, 2013. Metode Penelitian Untuk penulisan skripsi danTesis. In Media. Jakarta.
Subarjo. 2004. Meteorologi dan Klimatologi. Buku Ajar. Program StudiPendidikan Geografi. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Soekartawi, A. Soeharjo, John L Dillon dan J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usaha
Tani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI
Press. Yogyakarta.
Soekartawi. 1990. Prosedur Ilmu Tani. UI Press. Jakarta
Sudarmi. 2013. Geografi Regional Indonesia. Buku Ajar. Program StudiPendidikan Geografi. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT.Rineka Cipta. Jakarta
Sukardi. 2003. Metodelogi PenelitianPendidikan Komputasi dan Praktiknya.Bumi Aksara. Jakarta.
Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan AnalisisKeruangan. Alumni. Bandung
Sumardi, Mulyono dan Hans Dieter Evers. 1982. Sumber Pendapatan KebutuhanPokok dan Prilaku Menyimpang. CV. Rajawali. Jakarta
Tati Nurmala. 2013. Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Totok Mardikanto. 1990. Pembangunan pertanian, Penerbit PT Tunggal TataJaya. Surakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pertanian Nomor 19 Tahun 2013pada Bab 1 Pasal 1 ayat 4.
Republik Indonesia Tentang Ketenagakerjaan Tahun 2010.
Vincent Rubatzky dan Mas Yamaghuci. 1998. Sayuran Dunia 1. Penerbit ITB.Bandung.