59
FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN DI DESA TIGA JAYA KECAMATAN SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016 (SKRIPSI) Oleh Gita Purwati FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA ...digilib.unila.ac.id/32444/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKATPETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN DI DESA TIGA JAYA

KECAMATAN SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016

(SKRIPSI)

OlehGita Purwati

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRACTTHE FACTORS CAUSING COFFEE FARMER COMMUNITIES PROCEED TOVEGETABLE FARMERS IN THREE JAYA VILLAGE SEKINCAU DISTRICT

LAMPUNG BARAT IN 2016

By

GITA PURWATI

The objective of this research wasto find the factors which causingthe coffee farmer

communities proceed to vegetables farmers in Tiga Jaya Village, Sekincau District, West

Lampung regency in 2016. The emphasis of this research were on the number of family

dependents, education degree, amount of capital, amount of income, area coverage, amount

of agricultural product also the marketing itself.The method used in this research was

descriptive method.Data collecting technique used in this research wasan observation, structured

interviews, and documentation. Data analysis technique used in this research was percentage

table based on simple frequency. The population of this research was 249 Families, and the

sample was 94 families.

The results of this research revealedthe factors which causing the coffee farmer communities

proceed to vegetables farmers were: (1) The area of vegetables farmers field wasnarrow,

whichonly between 1-2 Ha, (2) The coffee was slightly produced, only 1-1 Ton / 1 harvesting

period, (3) The price of coffee itself was cheap, around Rp 18.000- Rp 20.000 / Kg, (4) If

compared by the harvesting period,the coffee has longer harvesting period than vegetables,

while the coffee could produce once a year and the vegetables could produce once a month

(5) The amount of vegetable farmer’s incoming washigher than the coffeefarmers, that the

Gita Purwati

average of coffee farmer’s incoming wasRp. 3,000,000 / month, while the vegetable farmer’s

incoming wasRp. 20.000.000 / 3 months (1 x harvesting) (6) The high number of household

headings was > 4 as much as 42 (44.68%).

Keywords: coffee , farmer , vegetables.

Gita Purwati

ABSTRAKFAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT

PETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN DI DESA TIGA JAYA KECAMATANSEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016

Oleh

GITA PURWATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab perubahan mata pencaharian

masyarakat petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau

Kabupaten Lampung Barat tahun 2016. Titik tekan kajiannya pada tingkat jumlah

tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jumlah modal, jumlah pendapatan, luas lahan,

produksi tanaman, dan pemasaran tanaman sayuran.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data

yang digunakan yaitu observasi, wawancara terstruktur, dokumentasi. Teknik analisa data

yang digunakan adalah analisa tabel persentase berdasarkan frekuensi sederhana. Jumlah

populadsi yaitu 249 Kepala Keluarga, sampel sebanyak 94 KK.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab perubahan mata pencaharian

masyarakat petani kopi menjadi petani sayuran adalah: (1) Luas lahan kepala keluarga

petani sayuran digolongkan sempit, yaitu sebagian besar hanya antara 1–2 Ha, (2)

Rendahnya hasil produksi kopi kepala keluarga petani yaitu dengan rata-rata berjumlah 1-

1 Ton/1x panen, (3) Harga jual kopi rendah yaitu kisaran Rp 18.000- Rp 20.000/Kg, (4)

Jangka waktu panen yang lama yaitu setahun sekali sedangkan sayuran bulan ( 1 x panen

), (5) pendapatan kepala keluarga petani sayuran lebih besar dibanding kopi yaitu rata-rata

pendapatan kopi Rp. 3.000.000/bulan sedangkan pendapatan sayuran sebesar Rp.

Gita Purwati

20.000.000/ 3 bulan ( 1 x panen ) (6) Tingginya Jumlah tanggungan kepala keluarga yaitu

rata-rata >4 sebanyak 42 (44,68 %).

Kata Kunci : petani, kopi, sayuran.

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKATPETANI KOPI MENJADI PETANI SAYURAN DI DESA TIGA JAYA

KECAMATAN SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016

Oleh

Gita Purwati

(S k r i p s i)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan GeografiJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Fajar Bulan Kecamatan Way Tenong

Kabupaten Lampung Barat pada Tanggal 18 Desember 1995.

Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak

Heri Yanto dan Ibu Kusnayati.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 1 Fajar Bulan Kecamatan Way Tenong

pada Tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama di MTS Al-Ikhlas Fajar Bulan

Kecamatan Way Tenong Pada Tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas di MA Raden

Intan Air Hitam, Kecamatan Air Hitam pada Tahun 2013.

Pada Tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS)

Program Studi Pendidikan Geografi melalui jalur SBMPTN. Selanjutnya penulis

melaksanakan KKL 1 di BMKG Radin Inten II Lampung Selatan pada Tahun 2013 dan

Menyelesaikan KKL 2 di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat pada Tahun 2015.

Selama menjadi mahasiswa penulis melaksanakan KKN-KT di Desa Mojopahit

Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah di SMP N 2 Punggur pada Tahun

2016.

MOTTO

Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat dan barang siapa yang menempuh

suatu jalan untuk mencari ilmu tersebut maka Allah memudahkanya mendapat jalan ke

syurga

(H.R Muslim)

Berangkat dengan penuh keyakinan berjalan dengan penuh keikhlasan

(Gita Purwati)

PERSEMBAHAN

Ayah dan Ibunda Tersayang Almamater Tercinta Universitas Lampung

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrahim,

Alhamdulillahirobbalalamin, penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT

karena atas rahmat dan karunia-NYA sehingga skripsi yang berjudul “Faktor

Penyebab Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat Petani Kopi Menjadi Petani

Sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat

Tahun 2016” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini salah satunya

bertujuan untuk memenuhi persyaratan ujian kesarjanaan dalam mencapai gelar sarjana

pendidikan di Universitas Lampung.

Ucapan terimakasih tulus dan sebebsar-besarnya atas bimbingan Bapak Drs. Buchori

Asyik, M.Si, selaku pembimbing utama dan kepada Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si,

selaku pembimbing pembantu sekaligus pembimbing akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, pengalaman, masukan-masukan sekaligus motivasi

dalam menyelesaiakan skripsi maupun studi pada Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan terimakasih kepada

bapak Dr. Sumadi, M.S, selaku Penguji Skripsi. Semoga Allah SWT membalas jasa-

jasa beliau, Aamiin Yarobalalamin. Disamping itu, pada kesempatan ini tak lupa

penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan danIlmu

Pendidikan beserta jajaran dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu

PendidikanUniversitas Lampung.

2. Bapak Dr.Abdurahman, M.Si. Selaku Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II Bapak

Drs. Buchori Asyik, M.Si., dan Pembantu Dekan III Bapak Drs. Supriyadi, M.Si.

FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi

PendidikanGeografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah

memberikanilmu pengetahuan yang berharga bagi kehidupan yang akan mendatang.

Semoga dapat selalu menjadi bekal yang sangat berharga dalam kehidupan peneliti

kedepannya terutama dalam menggapai cita-cita peneliti.

6. Bapak Subandi Selaku Kepala Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Way

Tenong atas Izin beliau sehingga penulis dapat melakukan penelitian di Desa

tersebut.

7. Bapak/Ibu warga Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau yang telah banyak membantu

dalam memberikan informasi dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan

data yang diperlukan dalam skripsi ini.

8. Ibunda tercinta Kusnayati serta keluartga besarku yang selalu mendoakan dan

memotivasi serta menantikan kesuksesanku.

9. Sahabat-sahabatku Mahasiswa geografi angkatan 2013, serta kakak-kakak tingkat

dan adik-adik tingkat, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas

Doa, dukungan, bantuan serta kebersamaannya selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya serta membalas kebaikan

kita semua. Akhir kata dengan penuh harapan semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan Allah SWT akan selalu memberikan kekuatan kepada kita semua,

aamiin.

Bandar Lampung, September 2017

Penulis,

Gita Purwati

DAFTAR ISIHalaman

DAFTAR TABEL………………………………………………………………. XVI

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… XVII

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah......................................................................................... 9

C. Rumusan Masalah............................................................................................. 9

D. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 10

E. Kegunaan Penelitian......................................................................................... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 11

II. INJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR

A. Tinjauan Pustaka………………………………………………………………….. 13

1. Pengertian Geografi..................................................................................... 13

2. Pengertian Pertanian.................................................................................... 13

3. Petani Kopi................................................................................................... 15

4. Perubahan Mata Pencaharian ...................................................................... 16

5. Luas Lahan Garapan.................................................................................... 18

6. Produksi Sayuran......................................................................................... 18

7. Produktivitas Sayuran.................................................................................. 19

8. Pemasaran Sayuran...................................................................................... 21

9. Pendapatan Petani Sayuran.......................................................................... 21

B Kerangka Pikir……………………………………………………………………. 22

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian……………………………………………………………… 25

B Populasi dan Sampel…………………………………………………………... 26

1. Populasi......................................................................................................... 26

2. Sampel........................................................................................................... 26

C Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel……..………………… 28

1. Variabel Penelitian........................................................................................ 28

2. Definisi Operasional Variabel....................................................................... 29

D Teknik Pengumpulan data………...…………………………………………… 29

1. Teknik Observasi............................................................................................ 30

2. Teknik Waancara Terstruktur......................................................................... 30

3. Teknik Dokumentasi....................................................................................... 31

4. Teknik Analisis Data....................................................................................... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Geografis Daerah Penelitian………………………………………….. 33

1. Letak dan Luas Desa Tiga Jaya

a. Letak Astronomis………………………………………………...……. 33

b. Letak dan Batas Administratif……………………………………….... 34

c. Topografi..................................................................................................

37

d. Keadaan Iklim…………………………………………………………. 37

e. Keadaan Hidrologi Desa Tiga Jaya…………………………………… 41

f. Tata Guna Lahan………………………………………………………. 42

2. Keadaan Sosial Ekonomi................................................................................. 45

a. Keadaan Sosial Ekonomi………………………………………………… 45

b. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Desa Tiga Jaya................................. 45

c. Kepadatan Penduduk Desa Tiga Jaya …………………………………… 47

d. Komposisi Penduduk.................................................................................. 49

e. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin……………… 49

f. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan…………………….. 53

g. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa……………………………. 54

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Penyajian Data..................................................................................................... 55

a. Umur...........................................................................................................

55

b. Tingkat Pendidikan................................................................................... 57

1. Penyajian Data dan Pembahasan Variabel Penelitian........................................ 59

1. Luas Lahan Garapan................................................................................ 59

2. Rendahnya Produksi Kopi....................................................................... 61

3. Rendahnya Harga Jual Kopi.................................................................... 62

4. Jangka Waktu Pamen Kopi...................................................................... 64

5. Pendapatan Petani Kopi........................................................................... 66

6. Jumlah Tanggungan Keluarga................................................................. 70

Simpulan Dan Saran

V. A. Simpulan ...................................................................................................... 72

B. Saran...............................................................................................................

73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Sebaran Penduduk Desa Tiga Jaya Berdasarkan Tiap Dusun…………................ 4

1.2 Jumlah Kepala Keluarga Yang Bermata Pencaharian Sebagai Petani Kopi

Menjadi petani di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung

Barat Tahun 2016………………………………………………………………...

7

1.3 Hasil Usaha Tani Sayuran Berdasarkan pada Luas Lahan Garapan di Desa TigaJaya Kecamatan sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016…………….. 8

3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Kepala Keluarga Petani Kopi menjadipetani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten LampungBarat tahun 2016……………………………………………………………….... 26

4.2 Data Curah Hujan Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten LampungBarat Tahun 2016……………………………………………………………… 37

4.3 Klasifkasi Iklim………………………………………………………………….. 38

4.4 Penggunaan lahan di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten LampungBarat Tahun 2016………………………………………………………...…….... 40

4.5 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Tiga JayaKecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016………………….. 47

4.6 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tiga JayaKecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016………………….. 50

4.11 Hasil Produksi Kepala Keluarga Petani Kopi di Desa Tiga Jaya KecamatanSekincau Kabupaten Lampung Barat tahun 2016……………………………….. 58

4.12 Rendahnya Harga Jual Kopi Petani Kopi di Desa Tiga Jaya KecamatanSekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016……………………………….

60

4.13 Pendapat Petani dalam Harga Jual Kopi Petani Kopi di Desa Tiga JayaKecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat tahun 2016…………………...

60

4.14 Jangka Waktu Panen Kopi………………………………………………………. 67

DAFTAR GAMBARHalaman

1.1 Bagan Kerangka Pikir…………………………………………………………… 23

4.1 Peta Administrasi Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten LampungBarat Tahun 2016………………………………………………………………...

33

4.2 Peta pemanfaatan lahan Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau KabupatenLampung Barat Tahun 2016……………………………………………………...

41

4.3 Peta pemanfaatan lahan Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau KabupatenLampung Barat Tahun 2016……………………………………………………

43

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 pada Bab 1

Pasal 1 ayat 4, menyatakan bahwa Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber

daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen

untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem.

Selanjutnya menurut Satari (1999), dalam Tati Nurmala (2013:6)

Pertanian adalah sejenis proses produksi khusus yang didasarkan atasproses pertumbuhan tanaman dan hewan produksi atau hasil pertaniandalam arti luas tergantung dari faktor genetik atau varietas yang ditanam,lingkungan termasuk antara lain tanah, iklim, dan teknologi yang dipakai.Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari varitas tanaman, tanah, iklim, danfaktor-faktor non teknis seperti keterampilan petani, biaya atau saranaproduksi, pertanian dan alat-alat yang digunakan.

Pertanian di Indonesia mayoritas dikerjakan oleh masyarakat yang berada di

pedesaan. Menjadi petani masyarakat desa bekerja keras untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Pada dasarnya, perjuangan masyarakat di pedesaan

untuk mempertahankan hidup nya pada pokoknya adalah menghasilkan bahan

pangan yang cukup bagi keluarga dan mempertahankan kapasitas produktif

lahannya, sehingga mereka bisa terus menghasilkan bahan pangan bagi keluarga

dan masyaraka yang membutuhkan. Agar perjuangan tersebut bisa berhasil,

2

pengembangan teknologi dan penggabungan pengetahuan baru selalu menjadi

suatu bagian penting dalam usaha tani. Kemajuan teknologi pertanian juga sangat

dibutuhkan untuk mendorong peningkatan hasil pertanian, baik secara kualitas

dan kuantitas.

Tidak mengherankan apabila sistem pertanian terus mengalami perubahan,

sebagaimana halnya meningkatnya pengetahuan petani tentang berbagai bidang

yang berkaitan dengan pertanian, jumlah penduduk meningkat atau menurun,

munculnya peluang dan aspirasi baru, dan basis sumber daya alam memburuk

atau membaik. Usaha terus-menerus dilakukan untuk menyesuaikan dengan

kondisi yang baru. Banyak masyarakat pertanian yang terus bertahan hidup, dan

dalam beberapa kasus berkembang pesat dengan mengeksploitasi basis sumber

daya alam yang telah dimanfaatkan oleh nenek moyang dari generasi yang satu ke

generasi yang lain. Melalui suatu proses pembaruan dan adaptasi, petani asli

setempat telah mengembangkan berbagai macam sistem pertanian, di mana setiap

sistem pertanian, sering disesuaikan dengan lingkungan ekologis, ekonomis,

sosiokultural, dan politis.

Para petani juga selalu mengikuti perkembangan lingkungan sosial ekonomi di

mana mereka tinggal. Sehingga para petani tidak menutup diri atau memiliki

fleksibilitas dalam mengolah lahan pertaniannya, Yakni, tidak memiliki patokan

dalam memilih varitas jenis tanaman yang ditanam. Misalkan, petani padi tidak

semata-mata terpaku untuk menanam padi, karena mereka akan mengganti

tanamannya dengan jenis tanaman lain yang bisa menghasilkan uang. Begitu pula

3

dalam memanfaatkan lahan pertanian atau perkebunan, para petani selalu

mengikuti kondisi perdagangan komoditas yang sedang laku di pasaran.

Secara geografis lahan-lahan pertanian terletak di pedesaan. Di pedesaan masih

tersedia lahan yang memadai untuk menjadi garapan para petani. Walaupun akibat

bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya industri-industri, banyak lahan

pertanian di pedesaan telah berubah fungsinya. Walaupun demikian, pedesaan

tetap menjadi bagian strategis dalam pengadaan pangan di Indonesia.

Demikian pula dengan Desa Tiga Jaya yang berada di wilayah Kecamatan

Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Desa Tiga Jaya

dipimpin oleh kepala desa dengan kegiatan utama masyarakatnya adalah sebagai

petani. Desa Tiga Jaya juga memiliki beberapa dusun yang dipimpin oleh kepala

dusun.

Desa Tiga Jaya merupakan pemekaran dari Desa Sekincau pada tahun 1982, atas

dasar musyawarah oleh lima perumus dari tiga suku sehingga diberi nama Desa

Limatiga Jaya, namun secara formal disebut sebagai Desa Tiga Jaya. Tiga suku

yang ada pada saat itu adalah Lampung, Jawa dan Semendo. Desa Tiga Jaya

merupakan salah satu dari empat desa yang berada di Kecamatan Sekincau, dan

merupakan desa yang jaraknya paling jauh dari ibukota kecamatan. Luas wilayah

Desa Tiga Jaya ± 1500 Ha dengan batas-batas Desa Waspada di sebelah Utara,

Kelurahan Sekincau di sebelah Timur, Hutan Taman Nasional Bukit Barisan di

sebelah Selatan, dan Desa Sumber Rejo Kecamatan Batu Ketulis di sebelah

Barat.

4

Secara umum Desa Tiga Jaya sama seperti wilayah Lampung pada umumnya,

yaitu memiliki musim kemarau dan penghujan. Namun, untuk desa Tiga Jaya,

rata-rata musim penghujan lebih lama dari musim kemarau, sebagai pengaruh dari

kondisi Hutan Taman Nasional Bukit Barisan (Hutan TNBBS) yang langsung

berbatasan dengan Desa Tiga Jaya. Iklim yang demikian secara langsung

berpengaruh terhadap pola tanam yang ada di masyarakat terutama untuk

sayuran/palawija. Berdasarkan Monografi Desa Tiga Jaya (2015), jumlah

penduduk di Desa Tiga Jaya adalah 2800 jiwa yang tersebar di sembilan

pemangku (dusun) dan dua di antaranya berada di sekitar Hutan TNBBS. Desa

Tiga Jaya memiliki sembilan pemangku (dusun), dengan populasi penduduk

terbesar berada di pemangku (dusun) Gumbib.

Penduduk di Desa Tiga Jaya terdiri penduduk berjenis kelamin laki-laki 1404 dan

penduduk berjenis kelamin perempuan 1396. Berikut sebaran jumlah penduduk

Desa Tiga Jaya :

Tabel 1. 1 Sebaran Penduduk Desa Tiga Jaya Berdasarkan Tiap Dusun..

No. PemangkuJumlah

KKJumlah

penduduk JumlahPersentase

%Lk Pr

1 Gumbib 181 332 355 687 122 Sukosari 81 156 125 281 113 Pilla Tengah 82 155 165 320 124 Pilla Ujung 86 154 138 292 115 Talang Sebaris 46 88 93 181 126 Sedangan 98 133 122 255 97 Umbul Baru 53 121 194 315 188 Randaian 128 178 143 321 79 Talang

Semangkuk63 87 61 148 7

Jumlah 818 1404 1396 2800 100

5

Sumber : Monografi Desa Tiga Jaya 2015

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Desa Tiga jaya memiliki 9 dusun dan

memiliki jumlah kepala keluarga yang berbeda-beda, jumlah kepala keluarga

yang paling banyak yaitu berada di Dusun Gumbib dengan jumlah 687 kepala

keluarga yaitu sebanyak 12% ,hal ini disebabkan karena Dusun Gumbib lebih

padat dan kebanyakan masyarakat Gumbib tidak melakukan KB atau keluarga

berencana. Rata-rata jumlah anak yang dimiliki di Dusun Gumbib berjumlah 4-6

orang anak disetiap satu kepala keluarga, sedangkan yang paling sedikit terdapat

di Pemangku / Dusun Talang sebaris yaitu 46 kepala keluarga dengan jumlah 181

penduduk diantaranya terdapat laki-laki dan perempuan. Perbedaan jumlah

anggota dalam setiap kepala keluarga tentunya memiliki kebutuhan ekonomi

yang berbeda-beda.

Mata pencaharian penduduk Desa Tiga Jaya adalah sebagai petani. Cara bertani

mereka pun masih konvensional. Tidak menggunakan peralatan yang bermesin.

Para petani masih mengandalkan cangkul dan sabit dalam mengolah lahan yang

dimiliki. Sehingga para petani di Desa Tiga Jaya masih tergolong petani

tradisional. Dalam sejarahnya, petani di Desa Tiga Jaya secara individu pada

awalnya lebih banyak menanam kopi. Kopi ditanam di lahan-lahan yang tersedia

dengan cara tradisional. Sehingga petani kopi di Desa Tiga Jaya pun masih

digolongkan sebagai petani tradisional. Proses tanam dan panen kopi pun masih

dilakukan secara konvensional. Demikian pula proses pemasaran dilakukan secara

konvensional, karena kopi hasil panen dijual dalam bentuk biji kopi kering.

6

Tanaman kopi jika curah hujan sangat tinggi dan berlangsung lama, maka dapat

menyebabkan hasil panen yang tidak maksimal. Hal tersebut yang menjadi salah

satu penyebab, mengapa petani mengubah tanaman kopi menjadi tanaman

sayuran. Selain disebabkan faktor musim, juga dikarenakan faktor ekonomi.

Tanaman kopi yang panennya hanya setahun sekali tidak dapat memenuhi

kebutuhan ekonomi masyarakat Desa Tiga Jaya yang masih dalam kategori

kurang mampu. Apalagi petani kopi di Desa Tiga Jaya memiliki kebiasaan

konsumtif, yaitu, menggunakan hasil penjualan panen kopi untuk membeli

kebutuhan yang bersifat konsumtif. Akibatnya, dalam jangka waktu 4-5 bulan,

uang hasil panen sudah habis. Kondisi tersebut sering disebut sebagai musim

paceklik.

Setiap keluarga senantiasa berupaya memenuhi konsumsinya yang beranekaragam

dengan cara menyeimbangkan antara pendapatan dan pengeluaran hal inilah yang

menyebabkan ketidakpuasan masyarakat dalam mendapatkan pendapatan yang

hanya setahun sekali, mereka merubah garapan mereka dengan jenis yang berbeda

seperti sayuran.

Dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, masyarakat Desa Tiga Jaya tidak lagi

mengandalkan panen kopi yang hanya setahun sekali. Mereka beralih dengan

menanam lahan yang dimiliki dengan tanaman sayuran. Diharapkan, dengan

menanam sayuran mereka berfikir kebutuhan ekonominya bisa menjadi lebih

baik. Panen sayuran yang bisa mencapai 3-4 kali dalam setahun dapat

mendapatkan hasil yang lebih banyak uang dibandingkan dengan tanaman kopi

yang hanya setahun sekali.

7

Berikut jumlah kepala keluarga dan jumlah petani yang bermata pencaharian

sebagai petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya:

Tabel 1.2 Jumlah Kepala Keluarga Yang Bermata Pencaharian SebagaiPetani Kopi Menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya KecamatanSekincau Kabupaten ampung Barat Tahun 2016.

No. Nama Pemangku/Dusun Jumlah (KK)1. Gumbib 372. Sukosari 283. Pilla Tengah 274. Pilla Ujung 305. Talang Sebaris 186. Sedangan 327. Umbul Baru 208. Randaian 349. Talang Semangkuk 23

Jumlah 249Sumber : Pra Penelitian Januari 2017.

Dari Tabel 1.2 jumlah kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani

kopi menjadi petani sayuran di setiap Pemangku/Dusun di Desa Tiga Jaya

memiliki jumlah yang berbeda. Jumlah kepala keluarga ini memilih lebih

menanam sayuran dibandingkan dengan kopi karena berbagai alasan diantaranya

jangka panen yang lebih cepat, keadaan suhu dan iklim yang mendukung serta

lebih mudah dalam merawat tanaman. Pemangku/Dusun Gumbib sendiri lebih

banyak memilih menanam sayuran dengan jumlah 37 kepala keluarga karena

banyaknya jumlah tanggungan keluarga sedangkan yang paling sedikit yaitu di

Pemangku/Dusun Talang Sebaris dengan jumlah 18 kepala keluarga hal ini karena

lahan yang dimiliki sedikit.

Lebih jelasnya mengenai hasil usaha tani sayuran perbulan berdasarkan pada luas

lahan garapan dapat diketahui pada tabel berikut ini

8

Tabel 1.3 Hasil Usaha Tani Sayuran Berdasarkan pada Luas Lahan Garapan diDesa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun2016.

Sumber : Pra Survey Januari 2017.

Dari Tabel 1.3 Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi petani beralih

tanaman. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan menyebabkan

makin besar pula jumlah pengeluaran petani. Petani yang berpenghasilan rendah

akan mengalami kesulitan-kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya karena

kebutuhan pokok merupakan kebutuhan dasar menusia yang harus dipenuhi.

Luas lahan garapan yang dikerjakan oleh petani kopi juga menentukan dalam

peningkatan pendapatan petani. Semakin luas garapan lahan yang dikerjakan oleh

petani kopi maka akan semakin besar pula pendapatan yang dihasilkan. Oleh

sebab itu, luas lahan garapan petani kopi termasuk kedalam salah satu cara untuk

meningkatkan pendapatan petani kopi.

Besar kecil pendapatan dapat membawa pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan

pokok keluarga. Rendahnya tingkat pendapatan akan menyebabkan sulitnya

terpenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, papan, dan sandang.

No NamaUmur

(Tahun)Jumlah Tanggungan

KeluargaLuas Lahan

(Ha)1 Anto 44 5 12 Suyut 45 5 13 Agus 38 5 24 Didin 45 6 15 Sutar 48 3 16 Heri 38 5 1,57 Yanto 36 3 1

Jumlah 32 8,5

9

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Sempitnya lahan garapan.

2. Rendahnya produksi kopi.

3. Rendahnya harga jual kopi.

4. Hasil panen kopi setahun sekali.

5. Rendahnya pendapatan petani kopi.

6. Banyaknya Jumlah Tanggungan Keluarga.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pendapatan petani kopi tidak memenuhi

kebutuhan, maka masalah dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

penelitian yaitu:

1. Apakah sempitnya lahan garapan menyebabkan petani kopi beralih

tanaman sayuran ?

2. Apakah rendahnya produksi kopi menyebabkan petani beralih menanam

sayuran ?

3. Apakah rendahnya harga jual kopi menyebabkan petani kopi menanam

sayuran ?

4. Apakah frekuensi panen kopi yang hanya setahun sekali menyebabkan

petani kopi beralih menjadi petani sayuran?

10

5. Apakah rendahnya pendapatan petani kopi menjadi penyebab petani kopi

menanam sayuran ?

6. Apakah banyaknya jumlah tanggungan keluiarga menjadi penyebab petani

kopi menanam sayuran ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan informasi mengenai luas lahan garapan menjadi

penyebab petani kopi beralih menanam sayuran.

2. Untuk mendapatkan informasi tentang rendahnya produksi kopi sebagai

penyebab petani kopi beralih menanam sayuran.

3. Untuk mendapatkan informasi tentang harga jual kopi dipengaruhi harga

pasar sebagai penyebab petani kopi beralih menanam sayuran.

4. Untuk mendapatkan informasi tentang keuntungan yang diperoleh petani

sayuran dibandingkan pada saat menjadi petani kopi.

5. Untuk mendapatkan informasi tentang korelasi besarnya pendapatan petani

kopi menjadi penyebab petani kopi beralih menanam sayuran.

6. Untuk mendapatkan informasi tentang banyaknya jumlah tanggungan

kepala keluarga sebagai penentu pindahnya petani kopi beralih ke sayuran.

11

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan dari

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi penulis mengenai

penyebab berubahnya petani kopi menjadi petani sayuran di desa Tiga

Jaya, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016.

3. Memberikan informasi, dokumentasi, dan bahan rujukan kepada para

mahasiswa dan peneliti lain yang akan meneliti perubahan perilaku petani

dalam menggarap lahan yang dimiliki dikaitkan dengan pemenuhan

kebutuhan ekonominya.

4. Memberikan informasi kepada Masyarakat serta Dinas Pertanian agar

dapat mengembangkan pertanian dan menghasilkan produksi yang lebih

besar di desa Tiga Jaya, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat.

5. Menerapkan ilmu pengetahuan secara teori tentang geografi Pertanian

untuk diterapkan di lapangan penelitian masyarakat secara langsung.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup obyek penelitian ini adalah faktor penyebab perubahan

mata pencaharian petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya,

Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat yang telah mengalami

perubahan dari petani kopi menjadi petani sayuran..

12

2. Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah kepala keluarga yang bermata

pencaharian sebagai petani kopi menjadi petani sayuran.

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah desa Tiga Jaya Kecamatan

Sekincau.

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2016/2017.

5. Ruang lingkup ilmu adalah geografi pertanian

Menurut Sumaatmadja (1981:54) Geografi Pertanian adalah:

Suatu cabang keruangan merupakan perpaduan sub sistem fisis dannon fisis termasuk komponen tanah, iklim, hidrologi, topografidengan segala alamiahnya. Sedangkan kedalam sub sistem manusiatermasuk tenaga kerja kemampuan teknologi, tradisi yang berlakudalam masyarakat, kemampuan ekonomi, dan kondisi politiksetempat.

Geografi pertanian adalah suatu ilmu yang menjelaskan segala aktivitas

pertanian secara keruangan yang merupakan perpaduan antara sub sistem

fisis dan sub sistem manusia yang terkait dengan penelitian ini adalah

aktivitas pertanian yang dilakukan dalam rangka untuk memenuhi

kebutuhan dan kesejahteraan rumah tangga petani.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena

geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks

keruangan (Seminar dan lokakarya Geografi tahun 1998 yang di prakarsai oleh

ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Budiyono, 2003:03).

Menurut Bintarto (1968:17), geografi merupakan ilmu pengetahuan yang

mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan

penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha

mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.

Sehubungan dengan penelitian perubahan mata pencaharian masyarakat petani

kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten

Kabupaten Lampung Barat tahun 2016. Maka penelitian ini akan menekankan

pada pertanian. Dari uraian di atas maka pertanian adalah faktor terpenting bagi

masyarakat setempat.

2. Pengertian Pertanian

Menurut Mosher dalam Totok Mardikanto (1990:30), pertanian adalah sejenis

proses produksi yang khas, yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan

14

hewan dalam hal ini para petani mengatur dan mengiatkan pertumbuhan tanaman

dan hewan itu dalam suatu bentuk usaha tani sehingga perbedaan dasar antara

kehidupan tumbuhan liar dan binatang liar dengan (usaha tani) adalah pada

kehadiran tani.

Pertanian merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskanproses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalamarti sempit merupakan suatu kegiatan bercocok tanam, sedangkanpertanian dalam arti luas adalah segala kegiatan manusia yang meliputikegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan meliputipertanian dalam arti sempit, perikanan, kehutanan, peternakan, danperkebunan (Eva Banowati, 2013:4).

Awal kegiatan terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses

kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Pertumbuhan pertanian sebagai aktivitas manusia secara periodisasi mulai dari

pengumpul dan pemburu, pertanian primitif, pertanian tradisional sanpai dengan

pertanian modern.

Berkaitan dengan hal itu dalam mengkaji pertanian secara holistik perlu dukungan

ilmu-ilmu kebumian sebab pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, maka

keberadaan pertanian dalam kajian geografi terutama berkaitan dengan tanah,

meteorologi, hidrologi dan lain sebagainya yang semuanya berpengaruh dalam

produk pertanian secara kualitas dan kuantitas.

Dalam aspek keruangan, manusia akan selalu berhubungan dengan alam sekitar

untuk melakukan semua aktivitasnya. Begitu pula dengan alam yang memerlukan

perawatan dari manusia untuk kelestariannya sehingga terjadi suatu hubungan

timbal balik antara keduanya. Uraian di atas sangat cocok untuk kehidupan

15

penduduk di desa yang akan diteliti yaitu petani kopi yang berubah menanam

sayuran yang sangat dipengaruhi oleh factor ekonomi, alam misalnya tanah, iklim,

musim dan lain-lain.

3. Petani Kopi

Menurut Kaslan A. Tohir (1991:41), petani adalah orang yang bekerja pada

sektor pertanian, baik perikanan, perkebunan, ladang, sawah dan lainnya pada satu

lahan. Disini yang di maksut adalah petani kopi di mana kopi merupakan salah

satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi

di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber

devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa

melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu

setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia.

Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait

dalam proses produksi kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Upaya

meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing

kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia.

Pengolahan kopi meliputi pemilihan bahan tanam kopi unggul, pemeliharaan,

pemangkasan tanaman dan pemberian penaung, pengendalian hama dan gulma,

pemupukan yang seimbang, pemanenan, serta pengolahan kopi pasca panen.

Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa

kopi.

16

Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya

mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi

akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat

antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan, dan pengairan.

Selain itu spesifikasi alat/mesin yang digunakan juga dapat mempengaruhi setiap

tahapan pengolahan biji kopi.

Oleh karena itu, untuk memperoleh biji kopi yang bermutu baik maka diperlukan

penanganan pasca panen yang tepat dengan melakukan setiap tahapan secara

benar. Proses penyangraian merupakan salah satu tahapan yang penting, namun

saat ini masih sedikit data tentang bagaimana proses penyangraian yang tepat

untuk menghasilkan produk kopi berkualitas. Berdasarkan pertimbangan diatas,

maka perlu diadakan penelitian mengenai proses penyangraian biji kopi berkaitan

dengan suhu dan lama waktu yang digunakan selama penyangraian.

4. Perubahan Mata Pencaharian

Perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah

pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk

hidup dan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang

memuaskan (peningkatan taraf hidup) dengan memperhatikan faktor seperti

mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan hubungan politik. Perubahan

mata pencaharian ini ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat

mengenai mata pencaharian. Perubahan orientasi mata pencaharian diartikan

sebagai perubahan pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan

mempengaruhi tindakannya dikemudian hari meskipun dalam taraf konstruk

17

pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam realitas

di masyarakat (Fajar Hatma, 2003:37).

Harris Hasyim (2005:45), mengungkapkan bahwa banyak petani yang berubah

tanaman dikarenakan kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Perubahan usaha

tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perpindahan usaha tani dari petani

kopi menjadi petani sayuran.

Usaha tani akan bergerak pada suatu kontinum, antara usaha tani yang bersifat

subsisten (yang seluruh atau sebagian terbesar produksinya dikonsumsi sendiri)

dan usaha tani yang bersifat komersil yang menjual seluruh atau sebagian terbesar

hasil produksinya.

Dari keadaan yang terjadi didukung oleh pendapat Clifton R Wharton dalam

Totok Mardikanto (1990 : 74), dan keadaan yang ada pada masa sekarang, usaha

tani subsisten secara murni sulit dijumpai yang ada adalah bentuk-bentuk

peralihan antara usaha tani subsisten dan usaha tani komersil.

Usaha pertanian kopi sebagian hanya sedikit yang dapat memenuhi kebutuhan

pokok sehari-hari karena pada saat pasca panen kopi hanya dalam jangka waktu

pendek uang hasil dari panen telah terpakai habis. Pada kenyataannya tradisi

pertanian sudah tidak dapat lagi dipertahankan sebagai usaha tani yang bersifat

subsisten. Dengan demikian perubahan mata pencaharian yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah perubahan masyarakat petani kopi menjadi petani

sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun

2016.

18

5. Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan garapan sawah yang diusahakan

petani. Luas lahan berpengaruh terhadap produksi padi dan pendapatan petani.

Sesuai dengan pendapat Soekarwati (1990: 4) bahwa semakin luas lahan garapan

yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan dan

pendapatan yang akan diperoleh bila disertai dengan pengolahan lahan yang baik.

Fhadoli Hernanto (1990: 64) menggolongkan luas lahan garapan menjadi 3

kelompok yaitu:

1. Lahan garapan sempit yang luasnya kurang dari 0,5 Ha.

2. Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 Ha.

3. Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 Ha.

Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan yang

dimiliki oleh petani kopi yang berubah menjadi menanam sayuran.

6. Produksi sayuran

Menurut Totok Mardikanto (1990:93), upaya peningkatan produktivitas dan

sekaligus juga pendapatan petani, melalui pola perubahan pola pembangunan

pertanian, dari yang semula menggunakan pendekatan komoditi (comodity

approach) menjadi pendekatan usaha tani (farm approach) dan pendekatan

pendapatan (income approach).

Produktivitas tanah adalah jumlah total yang diperoleh dari satuan bidang tanah

dan satuan-satuan faktor produksi seperti satuan kerja dan lain-lain selama satu

19

tahun dihitung dengan uang, peningkatan produktivitas petani dapat dilakukan

dengan pendekatan usaha tani dan pendekatan pendapatan.

Menurut Hadi Prayitno dan Lincoln arsyad (1987:88) total pendapatan petani

adalah jumlah pendapatan bersih seluruh anggota rumah tangga yang bekerja

selama satu tahun dalam satuan rupiah. Periode satu tahun yang digunakan adalah

dua kali musim tanam untuk usaha tani. Produksi dalam penelitian ini adalah

produksi tanaman kopi dan tanaman sayuran dengan membandingkan jumlah

produksi dan pendapatan kepala keluarga petani di Desa Tiga Jaya Kecamatan

Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016.

7. Produktivitas Sayuran

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 1992, sayur adalah

daun-daunan (seperti sawi), tumbuh-tumbuhan (taoge), polong atau bijian (kapri,

buncis), dan sebagainya yang dapat dimasak. Sebutan untuk beraneka jenis

sayuran disebut sebagai sayursayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat

dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus

diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng (agak

jarang), atau disangrai.

Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan.

Pengertian sayuran secara umum,merupakan bahan pangan asal tumbuhan yang

biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau

setelah diolah secara minimal. Pengertian lain tentang sayuran merupakan bentuk

20

turunan dari kata "sayur", komponen pendamping nasi (atau pangan pokok

lainnya) yang berkuah cair atau agak kental.

Menurut badan penyuluhan pertanian jawa barat, sayuran adalah segala sesuatu

yang berasal dari tumbuhan (termasuk jamur) yang ikut dimasak bersama sayur

tersebut dengan pengungkapan lain: segala sesuatu yang dapat atau layak disayur.

Apabila dimakan secara segar bagian tumbuhan itu biasanya disebut lalapan.

Istilah "sayuran" tidak bersifat ilmiah.

Kebanyakan sayuran adalah bagian vegetatif dari tumbuhan, terutama daun (juga

beserta tangkainya). Beberapa sayuran adalah bagian tumbuhan yang tertutup

tanah, seperti wortel, kentang, dan lobak. Terdapat pula sayuran yang berasal dari

organ generatif, seperti bunga (misalnya kecombrang dan turi), buah

(misalnyaterong dan kapri), dan biji (misalnya buncis dan kacang merah).

Sistem produksi sayuran tergantung pada tanaman yang ditanam, menurut Vincent

Rubatzky dan mas Yamaguchi (1998:87) ada tiga komponen utama dalam

produksi tanaman yaitu:

1) Tanaman, yang menghasilkan produk yang di inginkan.

2) Lingkungan, yang memasok energi dan hara.

3) Manusia, yang mengelola keterkaitan keduanya.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman meliputi cahaya, suhu,

kelengasan, karbondioksida, angun, hara, polutan, salinitas, hama, penyakit,

gulma dan lainnya. Manusia berusaha mengelola dan mengendalikan berbagai

21

faktor tersebut melalui penambahan, atau meminimumkan pengaruhnya untuk

meningkatkan pertumbuhan yang produktif.

Pendapatan petani sayuran dapat diketahui dari satu kali panen dikali harga pada

saat menjual tanaman sayuran dan dibagi berapa bulan penanaman sampai pasca

panen, maka akan terlihat berapa pendapatan petani sayuran perbulan.

8. Pemasaran sayuran

Menurut William J. Stanton, dalam Swastha dan Handoko (2000:4), pemasaran

adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatankegiatan usaha yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang

dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada

maupun pembeli potensial.

Pemasaran sangat berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh petani, Philip

Kotler dalam Muhammad Firdaus (2008:161), Pemasaran adalah suatu proses

dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan penawaran dan pertukaran

produk yang bernilai dengan pihak lain.

9. Pendapatan petani sayuran

Dalam kehidupan keluarga pendapatan merupakan hal pokok dalam usahanya

memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan primer mau sekunder. Besar kecilnya

pendapatan keluarga akan menentukan tingkat kemakmuran keluarga yang terkait.

Sehubungan dengan pendapatan, Ken Suratiyah (2009 : 88) Pendapatan bersih

22

adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi per usaha tani

dengan satuan Rupiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Totok Mardikanto

(1990:74) bahwa dalam kenyataan yang ada pada masa sekarang, usaha tani

subsisten dan usaha tani komersil ini umumnya belum benar-benar market

oriented.

Hal ini banyak tanaman sayuran yang dibudidayakan di Desa Tiga jaya, banyak

para petani yang beralih dari usaha tani kopi ke tanaman sayuran. Tujuannya yaitu

untuk mendapatkan harga jual yang tinggi dengan masa produksi yang cukup

lama sehingga keuntungan yang didapat akan lebih banyak. Sehingga petani lebih

terpenuhi kebutuhannya bahkan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

B. Kerangka Pikir

Pertanian merupakan sumber kehidupan manusia melalui pemanfaatan lahan

untuk bercocok tanam dan menghasilkan bahan pangan lainnya. Pertanian dalam

arti sempit berkaitan dengan usaha bercocok tanam, dan dalam artian luas sebagai

kajian ilmiah. Pertanian dalam kajian ilmiah dikaji dari berbagai disiplin

sosiologi, ekonomi, teknik politik.

Pertanian di daerah perdesaan sebagian besar merupakan sumber pendapatan

keluarga dan dapat sebagai penunjang kebutuhan pokok masyarakat, sehingga

pengembangan pertanian pedesaan mempunyai arti penting dalam usaha untuk

mengurangi tingkat kemiskinan di pedesaan. Pertanian diutamakan untuk

menambah pendapatan rumah tangga, berbeda dengan industri besar dan

menengah.

23

Tujuan kebijakan memajukan 40 pertanian bukan hanya sekedar meningkatkan

output dari sektor pertanian saja, tetapi lebih kepada membantu menciptakan

kesempatan kerja sekaligus meningkatkan pendapatan peduduk di pedesaan.

Petani telah mengenal saptausaha tani yang meliputi pengelolaan lahan, pemilihan

bibit unggul, pemupukan, pengairan, pemberantasan hama, pemanenan, dan

pemasaran. Saptausaha tani diterapkan agar petani dapat melakukan usahatani

sehingga dapat meningkatkan produksi.

Unsur pendukung lain dari usahatani seperti lahan, tenaga kerja, modal dan

manajemen pertanian berperan dalam kesuksesan pengembangan usaha tani

kedepannya, apakah dapat menjadi usaha yang menguntungkan. Fenomena

tersebut memunculkan ide untuk melaksanakan budidaya pertanian organik yag

mempunyai keunggulan sehingga diharapkan akan diminati oleh konsumen dan

mampu meningkatkan pendapatan petani.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengelolaan usaha tani sayuran organik

tersebut. Secara umun, faktor yang mempengaruhi budidaya tanaman sayur

organik selain faktor fisik, faktor kedua adalah faktor non fisik dan pengelolaan

tanaman sayuran di daerah penelitian. Terdapat masalah-masalah dalam usahatani

sayuran organik yang perlu adanya upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-

hambatan tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada pendapatan usahatani

sayuran organik, dan pendapatan akan mempengaruhi minat petani dalam

usahatani sayuran organik di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten

Lampung Barat.

24

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Petani Kopi:

1. Sempitnya

Lahan

Garapan.

2. Rendahnya

Produksi Kopi.

3. Rendahnya

Harga Jual

Kopi.

4. Hasil Panen

Kopi Setahun

Sekali.

5. Rendahnya

Pendapatan

Petrani Kopi.

6. Banyaknya

Jumlah

Tanggungan

Keluarga

Faktor penyebab perubahan mata pencaharian masyarakat

petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya

Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016.

Petani Sayuran :

1. Luas Lahan

Garapan.

2. Banyaknya

Produksi

Sayuran.

3. Tingginya

Harga Jual

Sayuran.

4. Hasil Panen

Sayuran 3

bulan Sekali.

5. Tingginya

Pendapatan

Petani Sayuran.

6. Jumlah

Tanggungan

Keluarga.

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.

Metode deskriptif merupakan metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan

hasil penelitian yang obyektif untuk suatu obyek penelitian di suatu wilayah atau

lapangan penelitian. Peneliti harus melakukan penelitian secara langsung dengan

mengambil sampel untuk mereprensentasikan obyek peneltian. Sampel tersebut

merupakan masyarakat di wilayah yang menjadi obyek penelitian. Dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif, maka akan didapatkan data dan

kemudian dilakukan analisis.

penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah keadaan

sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-

kadang diberikan interpretasi atau analisis (Pabundu Tika, 1996:4).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau

keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada,

walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis (Pabundu Tika,

1996:4).

26

Metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya

memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau

wilayah tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:3).

Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk meneliti tentang

perubahan petani kopi menanam sayuran untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi

yang dilakukan setiap keluarga. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mencari

data, mengumpulkan data, mengklarifikasikan, menyusun, menjelaskan,

menganalisis, serta menafsirkan dalam pencapaian suatu tujuan dengan

menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara tersebut akan didapatkan data

yang representatif untuk menggambarkan keadaan masyarakat sebagai obyek

penelitian, yaitu, perubahan petani kopi menjadi petani yang menanam sayuran

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah himpunan atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.

Himpunan individu atau obyek yang terbatas adalah himpunan individu atau

obyek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya

(Pabundu Tika, 1996:24). Populasi dalam penelitian ini adalah Penduduk yang

bermata pencaharian sebagai petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga

Jaya, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 249

Kepala keluarga (KK).

2. Sampel

27

Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu

populasi (Pabundu Tika:96-24). Teknik pengambilan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik proporsional

random sampling. Teknik proporsional Random artinya pengambilan sampel

dilakukan secara acak dengan memperhatikan persebaran populasi di setiap

pemangku atau dusun. Sampel dari setiap dusun mewakili atau merupakan

representasi petani kopi yang beralih menjadi petani sayuran.

Dasar dalam penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan

pendapat Suharsimi Arikunto (2006 : 134) yaitu, untuk sekedar ancer-ancer, maka

apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan tetapi, jika subyeknya besar,

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini cara

menentukan responden dengan undian yaitu diundi berapa banyak jumlah sampel

yang akan diambil. Berikut jumlah populasi dan sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah adalah sebesar 45% dari populasi kepala keluarga petani kopi

menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau:

28

Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Kepala Keluarga PetaniKopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Kecamatan SekincauKabupaten Lampung Barat tahun 2016.

No. Nama Pemangku/DusunJumlah(KK) Jumlah Petani

SampelPetani

1. Gumbib 37 30 132. Sukosari 28 23 103. Pilla Tengah 27 24 114. Pilla Ujung 30 24 115. Talang Sebaris 18 16 76. Sedangan 32 21 97. Umbul Baru 20 20 98. Randaian 34 33 159. Talang Semangkuk 23 20 9Jumlah 249 211 94

Sumber : Monografi Desa Tiga Jaya tahun 2016

Tabel 3.1 Menunjukkan sampel dalam penelitian ini diambil sebesar 45% dari

populasi. Artinya setiap Pemangku atau Dusun populasinya diambil sebesar 45 %

yaitu sampel dalam penelitian ini sebanyak 94 petani yaitu 94 / 100 × 100 = 94.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah penyebab perubahan mata pencaharian masyarakat

petani kopi menjadi petani sayuran di Desa Tiga Jaya Tahun 2010-2015, yang

meliputi luas lahan garapan, produksi kopi, harga jual kopi, pemasaran sayuran,

jangka waktu panen sayuran, dan pendapatan petani sayuran merupakan faktor

yang menyebabkan petani kopi berubah menjadi petani sayuran.

29

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan caranya

mengukur suatu variabel (Effendi,1987:46). Artinya yang dimaksud dengan

definisi operasional variabel adalah variabel dalam penelitian yang dapat di ukur.

Definisi Operasional Variabel disusun sebagai:

a). Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan dalam penelitian ini adalah luas seluruh tanah yang ditanami,

diusahakan atau digarap selama satu tahun yang dihitung dalam satuan hektar

(Ha). Luas lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan

seluruh usaha tani sayuran yang dimiliki petani.

b). Harga jual sayuran

Harga jual dalam penelitian ini adalah harga sayuran berlaku ditingkat petani pada

saat menjual hasil tanamannya yang diukur dalam rupian per kilogram (Rp/Kg).

sampel penelitian pada kurun waktu berdasarkan waktu penelitian.

c). Hasil-hasil produksi

Produksi adalah hasil yang diperoleh seorang dari usaha tani yang dihitung

dengan satuan berat dalam satu hektar pada satu pasca panen. Produksi dalam

penelitian ini adalah hasil usaha tani kopi menjadi petani sayuran, sedangkan

hektar pada penelitian ini adalah hasil usaha tani sayuran yang dicapai petani

untuk setiap hektar pada setiap satu kali panen yang dihitung dengan kilogram

(Kg).

30

d). Pemasaran sayuran

Pemasaran salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu menciptakan

nilai ekonomi baik dari penjual kekonsumen. Nilai ekonomi inilah yang menjadi

penentu harga barang. Para petani sayuran biasanya menjual hasil panen yang

didapat dengan cara langsung dijual dipasar atau melalui pengepul. Akan tetapi

kebanyakn para petani sayuran langsung menjual kepasar agar mendapatkan

keuntungan lebih karena jika melalui pengepul harga yang ditawarkan relatif lebih

rendah dibandingkan dengan menjual langsung ke pasar.

e). Pendapatan petani sayuran

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (pendapatan kotor) dengan total

biaya produksi per usaha tani. Pendapatan dalam penelitian ini adalah pendapatan

yang diperoleh petani dari tanaman yang diperoleh dari penanaman sayuran dan

dihitung dalam satuan rupiah .

f). Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi atau yang mana untuk pengumpulan data yang akan di analisis disebut

pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu

obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010:199).

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari lokasi penelitian dan jenis

sayuran yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti.

2. Teknik Wawancara Terstruktur

31

Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data

tentang hasil produksi petani kopi, pemasaran sayuran, dan produksi petani

sayuran. Teknik wawancara ini dilengkapi dengan daftar pertanyaan berupa

angket kuisioner yang telah disiapkan dengan menentukan 6 masalah pokok

penelitian. Karena tidak di uji coba maka direkomendasikan kepada pembimbing.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:201), teknik dokumentasi adalah data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa transrkip, buku, surat kabar, prasasti,

majalah, notulen, rapat, agenda. Teknik dokumentasi untuk memperoleh data:

jumlah penduduk dan luas lahan garapan.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah Analisis Persentase

Tabel Frekuensi. Frekuensi adalah juml;ah pemunculan karakteristik yang sama

dari hasil pengamatan. Jika data disusun dalam tabel distribusi frekuensi

sederhana (Sofar Silaen, dkk. 2013:178). Data yang telah terkumpul dikoding

dan ditabulasikan kedalam tabel kemudian dipersentasikan. Setelah dihitung

persentasenya kemudian dideskripsikan untuk ditarik kesimpulan. Seperti yang

dikemukakan oleh Sukardi (2003:86) bahwa yang dimaksud dengan

mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh

bentuk nyata dari responden. Sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau

orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Lebih lanjut lagi

Sukardi (2003:86) menyatakan bahwa analisis data yang paling sederhana dan

sering digunakan oleh seorang peneliti atau pengembang adalah menganalisis

32

data dengan menggunakan prinsi-prinsip deskriptif. Analisis persentase dapat

dilakukan dengan menentukan persentase masing-masing dengan menggunakan

rumus:

Fr : Frekuensi Relatif

f i : Frekuensi baris ke - i

N : Jumlah Sampel (Sofar Silaen, dkk (2013: 178).

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari dalam penelitian dan uraian pembahasan,

kemudian disusun di dalam distribusi persentase sederhana lalu dianalisis secara

deskriptif maka penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Luas lahan garapan yang sempit menyebabkan terjadinya perubahan mata

pencaharian dari petani kopi menjadi petani sayuran.

2. Rendahnya roduksi kopi menyebabkan petani kopi beralih menjadi petani

sayuran. Produksi yang dihasilkan petani kopi kurang lebih adalah 1 ton/ha.

3. Harga jual kopi yang rendah menyebabkan petani kopi menanam sayuran.

4. Jangka waktu panen yang lama menyebabkan petani beralih menanam

saryuran.

5. Besarnya pendapatan petani sayuran menyebabkan beralihnya petani kopi

menanam sayuran.

6. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga menyebabkan petani kopi beralih

menanam sayuran.

73

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi petani sayuran dengan cepat dan mudahnya pemasaran hasil

tanaman sayuran dapat meningkatkan hasil produksi sayuran dengan upaya

melakukan pemupukan dan perawatan dengan teratur guna mendapatakan

hasil yang maksimal.

2. Dengan besarnya pendapatan yang diperoleh dari bercocok tanama sayuran

diharapkan petani dapat memperluas usaha dalam penanaman sayuran dan

menabung untuk mengantisipasi bila terjadi penurunan harga sayuran dengan

demikian petani masih mempunyai tabungan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dalam rumah tangganya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta

Arief Sukadi Sadiman. 1996. Metode dan Analisis Penelitian Pencari Hubungan.Erlangga. Jakarta.

Swasta dan Handoko. 2000. Manajemen Pemasaran dan Analisa PerilakuKonsumen. BPFE. Yogyakarta.

Bintarto. 1968. Buku Penuntun Geografi Sosial. U.P. Spring. Yogyakarta.

Budiyono. 2003. Dasar-Dasar Geografi Sosial. (Bahan Ajar). Program StudiPendidikan Geografi. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Bandarlampung.

Effendi, Sofian. 1987. Unsur-Unsur Penelitian Survei. Metode Penelitian Survei.Et Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. LP3ES. Jakarta

Eva Banowati dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian. Penerbit ombak.Yogyakarta.

Fadholi Hermanto. 1990. Pembangunan Pertanian di Pedesaan. LP3ES. Jakarta.

Jaya, Fajar Hatma Indra. 2003. Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan. Surakarta,

Hadi Prayitno dan Lincoln Arsyad. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan, PenerbitBPFE. Yogyakarta.

Harris Hasyim. 2005 . Pengembangan Kemitraan Bisnis. Penerbit LembagaPenelitiian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kartasapoetra G. 2006. Klimatologi Pengaruh Iklim dan Tanaman. PT BumiAksara. Jakarta.

Kaslan A tohir. 1991. Usaha Tani. Rienika. Jakarta.

Ken Suratiyah. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Belajar. Yogyakarta

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Belajar. Yogyakarta

Monografi Desa 2015. Desa Tiga Jaya Kecamata Sekincau Kabupaten LampungBarat.

Mubyarto. 1992. Peluang Kerja dan Berusaha di Pedesaan. UGM. Yogyakarta

Muhammad Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

Muh. Nazir. 1987. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nursid Sumaatmadja. 1998. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan AnalisisKeruangan. Penerbit Alumni. Bandung.

Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian geografi. Bumi Aksara. Jakarta

Penny. 1984. Pekarangan Petani dan Kemiskinan. Penerbit UGMPress.Yogyakarta.

Prasetyo. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

Rita hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. C.V ANDI OFSET.Yogyakarta.

Sofar Silaen dan Widiyon, 2013. Metode Penelitian Untuk penulisan skripsi danTesis. In Media. Jakarta.

Subarjo. 2004. Meteorologi dan Klimatologi. Buku Ajar. Program StudiPendidikan Geografi. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Soekartawi, A. Soeharjo, John L Dillon dan J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usaha

Tani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI

Press. Yogyakarta.

Soekartawi. 1990. Prosedur Ilmu Tani. UI Press. Jakarta

Sudarmi. 2013. Geografi Regional Indonesia. Buku Ajar. Program StudiPendidikan Geografi. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT.Rineka Cipta. Jakarta

Sukardi. 2003. Metodelogi PenelitianPendidikan Komputasi dan Praktiknya.Bumi Aksara. Jakarta.

Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan AnalisisKeruangan. Alumni. Bandung

Sumardi, Mulyono dan Hans Dieter Evers. 1982. Sumber Pendapatan KebutuhanPokok dan Prilaku Menyimpang. CV. Rajawali. Jakarta

Tati Nurmala. 2013. Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Totok Mardikanto. 1990. Pembangunan pertanian, Penerbit PT Tunggal TataJaya. Surakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pertanian Nomor 19 Tahun 2013pada Bab 1 Pasal 1 ayat 4.

Republik Indonesia Tentang Ketenagakerjaan Tahun 2010.

Vincent Rubatzky dan Mas Yamaghuci. 1998. Sayuran Dunia 1. Penerbit ITB.Bandung.

Sumber referensi lainnya

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3670/skripsi.pdf?sequence=4. Diakses pada 19 Oktober 2016 Pukul 10:15 WIB.