74
TABLET (COMPRESSI) Tablet (compressi) adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa zat pengisi. Tablet adalah salah satu bentuk sediaan yang paling populer 60% bentuk sediaan dalam farmasi adalah bentuk tablet. Tablet adalah sediaan farmasi yg diproduksi oleh pabrik obat, tidak seperti pulveres/puyer yang dpat dibuat di apotek. Macam formulasi tablet banyak, terdiri dari zat aktif dan vehiculum/pembantu (pengisi, pelicin, pelarut, penghancur dll). Dalam hal pemberian tablet spesifikasi jenis diperhatikan agar tepat cara pemberiannya. Absorbsi obat terjadi setelah bahan aktif terlepas dari tablet & larut dalam cairan cerna. Ada perbedaan perjalanan/nasib obat sebelum diabsorpsi dari berbagai formula dan jenis tablet yaitu : onset & durasi serta bioavailabilitasnya. Cara pembuatan tablet: 1. Tablet cetak/kempa langsung, dicetak dengan cetakan tablet Digunakan untuk z.a yang mempunyai karakteristik: Jumlah zat berkhasiat per tablet cukup utk dicetak Zat berkhasiat dapat mengalir bebas (free flowing) Kelemahan: tablet cetak agak rapuh sehingga hrs berhati-hati dalam

Farmasetika Tablet

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Farmasetika Tablet

TABLET (COMPRESSI)

Tablet (compressi) adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa

zat pengisi. Tablet adalah salah satu bentuk sediaan yang paling populer 60% bentuk

sediaan dalam farmasi adalah bentuk tablet. Tablet adalah sediaan farmasi yg diproduksi

oleh pabrik obat, tidak seperti pulveres/puyer yang dpat dibuat di apotek. Macam

formulasi tablet banyak, terdiri dari zat aktif dan vehiculum/pembantu (pengisi, pelicin,

pelarut, penghancur dll).

Dalam hal pemberian tablet spesifikasi jenis diperhatikan agar tepat cara pemberiannya.

Absorbsi obat terjadi setelah bahan aktif terlepas dari tablet & larut dalam cairan cerna.

Ada perbedaan perjalanan/nasib obat sebelum diabsorpsi dari berbagai formula dan jenis

tablet yaitu : onset & durasi serta bioavailabilitasnya.

Cara pembuatan tablet:

1. Tablet cetak/kempa langsung, dicetak dengan cetakan tablet Digunakan untuk z.a yang

mempunyai karakteristik: Jumlah zat berkhasiat per tablet cukup utk dicetak Zat

berkhasiat dapat mengalir bebas (free flowing) Kelemahan: tablet cetak agak rapuh

sehingga hrs berhati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. Dibuat dgn

memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan cetakan baja.

Keuntungan: tahapan produksi sangat singkat (hanya pencampuran dan pengempaan),

peralatan yang dibutuhkan tdk banyak, ruangan produksi lebih kecil, tenaga yg

dbutuhkan lebih sedikit, stabilitas tetap terjaga.

Kerugian:

a.permasalahan homogenitas pd zat aktif.

Page 2: Farmasetika Tablet

b.zat aktif dng dosis tinggi dngn bulk volume yg besar, kompresibilitasny dan

fluiditasnya jelek tdk dpt dibuat kempa langsung. Contoh aluminium hidroksida dan mg

hidroksida.

c.pemilihan eksipien sangat kritis.

d.bbrp zat aktif tdk dpt dikempa langsung krn terdapat dlm bentuk amorf.

e.terjadinya gumpalan krn ukuran dan densitas obat dngn eksipien tdk sama.

f.tdk seragamnya distribusi warna.

g.Kemungkinan terjadinya capping, lamination, splitting, atau layering sangat besar.

2.Granulasi basah

Metode granulasi basah dan kering bertujuan untuk meningkatkan aliran campuran dan

kemampuan obat untuk dikempa.

Keuntungan: homogenitas campuran, sehingga dpt digunakan utk obat dngn dosis yang

rendah. Bila dosis obat cukup kecil dan tdk memungkinkan utk dicampur dlm bentuk

kering, maka bahan obat/zat aktif dpt dicampurkan dulu ke dlm bahan pengikat baru

ditambahkan ke dlm campuran eksipien lain.

Kekurangan:

a.biaya produksi mahal (waktu, tenaga, peralatan, energi).

b. banyak materi yg hilang dlm proses krn tahapan yg panjang.

c.hanya dpt digunakan pd materi yg tahan panas dan kelembaban.

d.validasi lebih banyak dan sulit, krn tahapan banyak tahapan.

e.kemungkinan terjadinya inkompatibilitas semakain besar.

Page 3: Farmasetika Tablet

3.Granulasi kering

Untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas & kelembaban.

Kelebihan: peralatan dan ruangan yg dibutuhkan lbh sedikit, energi lebih kecil dan

murah. Kerugian: butuh mesin dengan tekanan tinggi, distribusi warna tdk homogen,

timbul banyak debu, berpotensi menimbulkan kontaminasi.

Kempa langsung

Penimbangan

Pencampuran Z.a & eksipien

Pengempaan tablet

Tablet

Granulasi basah

Penimbangan

Pencampuran z.a & eksipien

Penambahan bahan pengikat

Pengayakan basah

Page 4: Farmasetika Tablet

Pengeringan

Pengayakan kering

Penimbangan

Pencampuran bhn pelicin & penghancur

Pengempaan

Tablet

Granulasi kering

Penimbangan

Pencampuran z.a & eksipien

Pengempaan/slugging

Penghancuran

Pengayakan

Penimbangan

Pencampuran bhn pelicin & penghancur

Pengempaan

Tablet

Catatan!!!!!

Kenapa dlm pembuatan tablet, obat dibuat mjd granul (tidak serbuk)? Krn apabila obat

dalam bentuk serbuk maka akan sulit mengalir dlm cetakan, disamping itu bila dibuat

granul bisa terjadi interlocking sehingga tablet yang dihasilkan lebih mampat dan kuat.

Formulasi tablet: umumnya mengandung: zat aktif, bhn pengisi, bahan pengikat, bahan

penghancur, bhn pelican, adjuvant.

Page 5: Farmasetika Tablet

Macam-macam eksipien:

1.Pengisi

Menambah bobot. Ditambahkan jika jumlah zat aktif obat sedikit dan sulit dikempa.

(dexametason, diazepam, dll) Contoh: selulosa makrokristal , laktosa, amilum, kalsium

fosfat.

2.Pengikat/binders.

Untuk memberi daya adhesi pada massa dan menambah daya kohesi yang telah ada pada

bahan pengisi serbuk (sehingga dapat kompak pada saat dikempa) Ex: metilselulosa,

gelatin, PVP, gom akasia, CMC, sukrosa, larutan gula, tragacant, amilum, asam alginat.

3.Penghancur/desintegran

Membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Dpt digunakan: amilum, CMC Na (Carboxy

metyl cellulose Natrium), asam alginat, selulosa mikrokristal

4.Pelicin/lubrikan

Mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan berguna untuk mencegah

massa tablet melekat pada cetakan sehingga mudah dikeluarkan Ex: Mg stearat, Na

stearat, Ca stearat, asam borat, talk, parafin cair, Mg lauril sulfat, Na lauril sulfat.

Lubrikan bersifat hidrofobik →menurunkan kecepatan disintegrasi (sehingga jangan

ditambahkan terlalu banyak).

5.Glidant

Meningkatkan daya alir serbuk/granul sehingga dapat mengisi cetakan dgn rata (biasanya

digunakan utk metode cetak/kempa langsung) Ex: amilum, talk, PEG 4000 & 6000.

6.Wetting agents

Page 6: Farmasetika Tablet

Meningkatkan pembasahan/penyerapan air sehingga dapat meningkatkan disintegrasi dan

disolusi. Ex: sodium lauryl sulfat (SLS).

7.Chelating agents

Mencegah autooksidasi dgn pembentukan kompleks dgn logam berat. Ex: asam sitrat,

asam tartrat.

8.Adsorbent

Material penyerap zat aktif bentuk cair sehingga menjadi lebih sedikit dan dapat ditablet

Ex: silicon dioksid.

9.Buffers

Menjaga pH lingkungan sehingga dapat meningkatkan stabilitas dan bioavailabilitas

Ex: Na karbonat, kalsium karbonat.

10.Antioksidan

Mencegah terjadinya oksidasi tablet sehingga dpt meningkatkan stabilitasnya

Ex: asam askorbat, asam sitrat, asam tartrat, natrium karbonat, kalsium karbonat.

11.Preservatif

Mencegah tumbuhnya mikroba. Ex: metil benzoate

12.Colours, flavours, sweeteners

Pewarna: red 3 (erythrosine), yellow 5 (tartrazine). Pemanis: mannitol, sukrosa, lactosa,

dextrosa→ alami. Sakarin → buatan

Informasi ttg eksipien dapat diperoleh di: IIG (Inactive Ingridient Guide)

GRAS (Generally Regarded As Safe). Handbook of Pharmaceutical Excipients

Page 7: Farmasetika Tablet

Keuntungan:

1.tablet dpt diproduksi dlm skala besar. Harga lebih murah.

2.memiliki ketepatan dosis tiap tablet/tiap unit pemakaian.

3.lebih stabil dan tdk mudah ditumbuhi mikroba, kondisi kering dgn kadar air yg rendah.

4.dpt dibuat produk utk berbagai profil pelepasan.

5.tablet bukan produk steril, jd selama produksi, distribusi dan pemakaian lebih mudah

(kecuali tablet implan dan hipodermik)

6.mudah dlm pengepakan dan transportasi

7.bau, rasa dan warna yang tdk mennyenangkan dpt ditutupi dng penyalutan

8.mudah dibawa dan digunakan tanpa bantuan tenaga medis

9.tersedia dlm berbagai tipe

10.dibandingkan dng kapsul tablet sulit dipalsukan.

Kekurangan:

1.bahan aktif dng dosis yang besar dan tdk kompresible sulit dibuat tablet, krn tablet yg

dihasilkan akan besar sehingga tdk acceptable.

2.kesulitan dlm formulasi utk zat aktif yg sulit dibasahi dan tdk larut serta disolusinya

rendah.

3.onset lebih rendah dibandingkan sediaan parenteral, larutan oral dan kapsul.

4.kesulitan menelan pd anak-anak, org sakit parah dan lanjut usia serta pada pasien yg

menjalani radioterapi.

MACAM TABLET:

Page 8: Farmasetika Tablet

1. tablet kempa

Tablet kempa ini merupakan tablet yang biasa kita jumpai dan merupakan obat sediaan

generik.

Macam tablet kempa

Tablet kunyah (chewable)

Biasanya mempunyai rasa yang enak. Efeknya dapat bersifat lokal maupun sistemik.

Contonya pada antasida diberi rasa manis(mint), untuk mengurangi rasa tidak enak, agar

dapat dikunyah sehingga cepat berefek di lambung.

Dimaksudkan untuk dikunyah(untuk membantu supaya partikel-partikel yang ditelan

sudah menjadi halus sehingga akan lebih mudah bereaksi dengan enzim lambung)

Diberikan residu dengan rasa enak. Tidak meninggalkan rasa pahit

Contoh: vitamin, antasida, antibiotic tertentu, dibuat dgn cara dikempa

Umumnya mengandung manitol, sorbitol dan sukrosa. Mengandung bhn pewarna dan

pengaroma→untuk menambah penampilan dan rasa.

Contoh penulisan tablet kempa

R/ Mylanta tablet No X

S.p.r.n. 3 d.d.tab.I

(chewable)

Tablet hisap (lozenges, trochisci, pastiles)

Trochisi/troche: preparat obat untuk dilarutkan dalam mulut, terdiri dari bahan aktif yang

dimasukkan dalam masa yang terbuat dari gula dan cairan perekat atau sari buah.

Contohnya : tablet hisap multivitamin

Page 9: Farmasetika Tablet

Tablet sub lingual

Absorbsinya sangat cepat, lewat mukosa mulut sehingga kerja obat cepat tidak melalui

hepar dan bertahan lama. Dalam hal ini obat harus bersifat lipofil.Contohnya adalah obat

untuk penderita angina pektoris yang berefek sistemik, asma atau migraine (nitrogliserin,

isoprenalin, dll)

Contoh penulisan dalam resep:

R/Cedocard mg5 tab.No XII

S.3 d.d.tab.I

(sub lingual)

Tablet bukal

Tablet ini ditaruh diantara pipi dan gusi. BSO ini jarang dipakai.

Tablet efferfescent

Biasanya merupakan penyegar yang berefek sistemik. Contoh efferfescent yang

berbentuk tablet adalah Ca-Deredoxon®, Supradin® , sedangkan yang berupa pulveres

adalah Adem Sari®.

Tablet hipodermik

Tablet larut untuk injeksi, dilarutkan dengan aqua destilata non pyrogen, baru

diinjeksikan.

Tablet vagina

Efeknya lokal, biasanya sebelum dimasukkan, dicelupkan terlebih dahulu ke dalam air

agar tidak terlalu menyakitkan. Contohnya tablet metronidazole dalam pengobatan

vaginitis.

Tablet multilayer

Page 10: Farmasetika Tablet

Tablet ini berlapis-lapis, mungkin berdasarkan bahan-bahan obat yang terkandung di

dalamya.

Biasanya diobat ada yang diberi istilah forte, contohnya Neozep forte®, maksudnya

adalah obat tersebut memiliki kekuatan lebih besar (2x-4x)

2. tablet salut : TSG; TSF; TSE

Tujuan penyalutan obat:

* melindungi zat aktif dari udara,kelembapan, cahaya (perlindungan fisik dan kimia obat)

* menutupi bau dan rasa yang tidak enak misalnya Fe

* membuat penampilan lebih baik

* mengatur tempat pelepasan obat dlm saluran pencernaan misal tablet salut enterik

(TSE)

* menutupi warna

* Membantu dan mempermudah identifikasi sediaan

* Mempermudah proses blistering

Macam-macam tablet salut adalah :

a. Tablet salut gula (TSG) atau Sugar coated tablet (SCT)

Sifat :

* Umumnya disalut dgn gula (dragee). Tujuan: meningkatkan nilai estetik, enak.

* Cocok untuk obat yg rasanya pahit, amis atau bau yang tidak menyenangkan

* karena adanya penyalutan maka proses absorpsi menjadi lambat.

b. Tablet salut enterik (TSE) atau Enteric Coated Tablet (ECT)

Tujuannya dibuatnya bentuk obat seperti ini agar obat hancur diusus, karena bahan obat

dapat teriritasi atau rusak oleh asam lambung. Oleh sebab itu, obat ini jangan sekali-kali

Page 11: Farmasetika Tablet

digerus atau dihaluskan/dikunyah, karena bila dihaluskan bentuk obat menjadi partikel-

partikel dengan luas permukaan yang bereaksi dengan asam lambung semakin banyak,

tentu saja mengurangi/merusak efek obat. Dipakai untuk zat-zat yang dapat rusak atau in

aktif pada lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung. Menunda pelepasan obat

sampai tablet telah melewati lambung. Ex: anti cacing. Anti amuba untuk pengobatan

pada usus.

Contoh penulisan resep salut enterik:

R/Dulcolax TSE No III

S. 1 d.d. tab.I.v

c. Tablet Salut Film atau Film Coated tablet (FCT)

Tujuan obat disalut film adalah agar terlihat bagus & menutupi rasa tdk enak. Cth

rifampicin obat anti TBC.

3. tablet lepas lambat/pelepasan terkendali

Merupakan Tablet yang dibuat dengan formulasi sedemikian rupa hingga zat aktif akan

tersedia selama jangka waktu tertentu, harus ditelan utuh, tidak boleh dikunyah, juga

tidak boleh digerus.

Kecuali divide dose (dpt dipotong menjadi beberapa bagian), biasanya sudah disediakan

garis-garis pemotong pada tablet. Contoh untuk obat dengan devide dose adalah Quibron

TSR®. Di pasaran tablet lepas lambat macamnya berupa : retard, time span, time release,

extend, oros.

 Tablet ini dibuat sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah

obat diberikan. Efek tablet diperpanjang krn z.a dlm tablet dilepas secara perlahan-lahan.

Pembuatan: sebelum dicetak, granul-granul dibagi dlm beberapa kelompok. Kelompok

pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut dgn bhn penyalut yang pecah

setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut dgn bhn penyalut yang pecah lebih lama

daripada kelompok 2, dst.

Keuntungan penggunaan tablet ini adalah :

* Mengurangi jumlah dan frekuensi pemberian

* Menghindari pemakaian obat pada malam hari

* Efek obat lebih seragam

* Mempertahankan efek terapi untuk batas waktu yang lama

Page 12: Farmasetika Tablet

Biasanya absorpsi obat di usus/ lambung

Kerugiannya adalah :

* Harga mahal

* Dose dumping

Hal ini dapat terjadi bila proses pabrikasinya jelek, menyebabkan obat rusak dan dosis

obat yang besar tersebut lepas seketika dalam sirkulasi sistemik. Akhirnya terjadi

toksisitas (keracunan).

Contoh penulisan tablet lepas lambat

R/Voltaren SR-75 tab.NoX

S.1 d.d. tab. I

R/Voltaren retard tab.No X

S.1 d.d.tab.I

TABEL CARA PAKAI SEDIAAN OBAT TEMPAT ABSORPSI

No. Cara pakai Sediaan Obat Tempat absorbsi

1. Ditelan

Tablet

• Salut gula

• Salut film

• Salut enterik

• Lepas lambat

GIT

2. Dikunyah&DitelanTablet kunyah

(chewable)Mukosa mulut

3. Dilarutkan&ditelan Tablet effervescent GIT

Page 13: Farmasetika Tablet

4. Dihisap• Lozenges

• Pastiles

Mukosa mulut

Efek local

5.Disisipkan antara Pipi

&gusiTablet bukal

Mukosa mulut

Efek sistemik

6. Di bawah lidah Tablet sublingualMukosa mulut

Sistemik

7. Masuk vagina Tablet vaginaMukosa vag.

Efek Lokal

8.Dilarutkan&Diinjeksika

nTablet hipodermal Di bawah kulit

9.Disisipkan di bawah

kulitPelet

Di bawah kulit

Sistemik, lama

3. Tablet yang berbentuk kapsul disebut: kaplet, Merupakan sedian padat kompak

dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.

4. Tablet besar untuk hewan: bolus

5. Tablet Effervescent

Adalah tablet yang melepaskan gas bila kontak dengan air (larut dlm air) sehingga

tablet pecah/hancur saat berada di dalam air. Dibuat dgn cara dikempa, selain zat aktif

juga mengandung campuran asam (Asam sitrat dan asam tartrat) dan basa (Na

bicarbonate), maka jika dilarutkan dalam air akan mengeluarkan gas CO2.

Page 14: Farmasetika Tablet

6. Lozenges/tablet hisap

Tablet yang ditujukan untuk dihisap dan melarut di mulut ditujukan untuk pengobatan

iritasi lokal (mulut & tenggorokan) dan dibuat dgn metode peleburan

Trochess → sama dengan lozenges, tetapi dibuat dengan cara dikempa, sehingga

bentuk sediaan lebih padat

Metode penyalutan:

1.Metode panci (coating pan)

2.Metode pencelupan (dip coating)

3.Metode kompressi

4.Air suspension coating

Persyaratan tablet yang sudah dilapis:

1.Permukaan tablet licin

2.Lapisan penyalut stabil

3.Warna homogen

4.Lapisan harus mampu melindungi tablet inti dari udara, kelembapan, cahaya

5.Penyalut mudah larut dan lepas dlm medium air

6.Penyalut mempunyai rasa yang enak

7.Penyalut setipis mungkin

8.Penyalut harus inert (tidak merusak & mengganggu z.a)

Tahap pembuatan salut gula:

Page 15: Farmasetika Tablet

1. Penyalutan dasar (subcoating).

Apabila tablet mengandung zat yang higroskopis, gunakan salut penutup terlebih

dahulu agar air dr subcoating syrup tidak masuk ke dalam tablet

2. Melicinkan (smoothing)

Proses pembasahan berganti-ganti dgn sirop pelicin & pengeringan dr salut dasar

tablet mjd bulat & licin

3. Pewarnaan (coloring)

Memberi zat warna yang dicampur pd sirup pelicin

4. Penyelesaian (finishing)

Pengeringan salut sirupyang terakhir. Panci penyalut diputar perlahan-lahan dgn

tangan sehingga terbentuk hasil akhir yang licin

5. Pengilapan (polishing)

Pelapisan tipis dgn menggunakan lapis tipis malam yang mengandung lilin shg

mengkilap

Macam kerusakan pada tablet

1. Capping : suatu istilah yang digunakan untuk keadaan suatu tablet dimana

bagian atas atau bawahnya terpisah secara horisontal (baik sebagian atau

seluruhnya) dari bagian utamanya pada saat ejection (tablet dikeluarkan

dari die) atau setelah tablet dikempa. Secara umum penyebabnya adalah

adanya udara yang terjerab (terkurung) pada saat dikeluarkan dari die.

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Fines terlalu banyak dalam granul Buang semua fines yang melewati

ayakan 100-200 mesh

Page 16: Farmasetika Tablet

2 Granul terlalu kering sehingga

kehilangan daya ikat

Ditambahkan bahan yang bersifat

higroskopis seperti sorbitol, metil

sellulosa atau PEG 4000

3 Granul secara umum belum kering Keringkan sampai kekeringan

tertentu

2. Lamination / laminating : suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan

kerusakan tablet, yaitu tablet pecah/terbagi menjadi 2 atau lebih bagian secara

horisontal.

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Adanya minyak atau lemak

dalam granul

Modifikasi cara pencampuran,

tambahkan bahan adsorben atau ganti

tipe lubrikan

2 Terlalu cepat terjadinya relaksasi

pada bagian tablet pada ejhection

dari die

Gunakan tapered dies, pada bagian

atasnya menonjol keluar 3-5

3. Chiping : Pecahnya tepi tablet, baik setelah dikeluarkan dari cetakan, selama

penanganan lanjutan maupun yang terjadi pada saat penyalutan.

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Melekat pada permukaan punch Pengeringan granul yang lebih baik dan

meningkatkan lubrikasi

2 Granul terlalu kering Tambahkan bahan yang plasticise atau

bahan yang higroskopis

3 Terlalu banyak pengikat Optimasi jumlah bahan pengikat

Page 17: Farmasetika Tablet

4. Cracking : suatu istilah yang diberikan untuk tablet yang mengalami retakan kecil

baik dibagian atas, bawah, maupun dinding samping.

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Ukuran granul terlalu besar Kurangi ukuran granul, tambahkan fines

2 Granul terlalu kering Atur tingkat kekeringan granul dan

tambahkan jumlah binder

3 Tablet mengembang Optimasi granulasi, tambahkan pengikat

kering

5. Sticking/Filming : melekatnya material yang dikempa pada dinding die. Filming

adalah salah satu bentuk sticking, yang berupa lekatan yang tipis, yang bila

berlanjutnya menjadi lekatan yang tebal (sticking).

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Granul kurang kering Keringkan granul pada tingkat tertentu

2 Lubrikasi kurang atau tidak tepat Tingkatkan atau ganti lubrikan

3 Terlalu banyak binder Kurangi jumlah binder atau ganti binder

dengan yang lain

6. Picking : istilah yang digunakan untuk tablet yang permukannya hilang karena

sejumlah kecil material yang dikempa melekat pada permukaan punch.

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Granul terlalu lembab Keringkan granul sampai kelembaban

tertentu

Page 18: Farmasetika Tablet

2 Lubrikasi kurang atau tidak tepat Tingkatkan lubrikan

3 Adanya material yang

mempunyai titik lebur rendah

Gunakan material yang mempunyai titik

lebih tinggi

7. Binding : Suatu keadaan dimana terjadi pelekatan antara tablet dengan dinding

ruang cetak pada saat pengeluaran tablet(ejection).

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Granul terlalu lembab Keringkan granul sampai kelembaban

tertentu

2 Lubrikan kurang atau tidak tepat Tingkatkan lubrikan atau gunakan yang

lebih efektif

3 Granul terlalu keras Kurangi ukuran granul, tambahkan

fines, dan tingkatkan jumlah lubrikan.

8. Mottling : istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan distribusi warna yang

tidak merata dipermukaan tablet, berbintik terang atau gelap.

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Zat aktif berwarna sementara

eksipien berwarna putih

Gunakan pewarna yang cocok

2 Zat warna bermigrasi pada

permukaan granul pada saat

pengeringan

Ganti sistem pelarut, ganti bahan

pengikat, kurangi suhu pengeringan

Page 19: Farmasetika Tablet

3 Pencampuran pewarna tidak

homogen, terutama pada kempa

langsung

Campur dengan baik, kecilkan ukuran

partikel agar tidak terjadi segregasi

9. Double Impression : Kesan ganda pada permukaan tablet yang dibuat dengan

punch yang berlogo.

No Penyebab Cara Pengatasan

1 Adanya Free Rotation salah satu

punch atas selama ejection tablet

Gunakan alat pengatur anti turning

untuk mencegah Free Rotation

Persyaratan tablet

Menurut Farmakope Indonesia edisi III yaitu ada keseragaman ukuran, keseragaman

bobot dan keseragaman kandungan, Waktu hancur dan disolusi.

1. Keseragaman ukuran

Diameter tablet tidak lebih dari 3 x dan tidak kurang dari satu sepertiga kali

ketebalan tablet.

2. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan

a. Timbang 20 tablet dan dihitung bobot rata- ratanya

b. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang

dari bobot rata – rata lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak

boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – rata

lebih dari harga dalam kolom B

Page 20: Farmasetika Tablet

c. Jika perlu, dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tabletpun

yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan

dalam kolom A dan B

Farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif

50 mg atau kurang dan bobot zat aktif yang lebih kecil dari 50% bobot

sediaan, harusb memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang

pengujiannya dilakukan pada setiap tablet.

Tabel I. Persyaratan Bobot Rata-rata Tablet dalam

Farmakope Indonesia Edisi III

Bobot rata - rata (mg)Penyimpangan bobot rata - rata (%)

A B

25 atau kurang 15 30

26 – 150 10 20

151 – 300 7,5 15

lebih dari 300 5 10

3. Waktu hancur dan Disolusi

Waktu hancur tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit sedangkan

untuk tablet bersalut gula tidak lebih dari 60 menit. Waktu hancur penting

dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut, keculi tablet yang harus dikunyah

sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas lambat. Untuk obat yang kelarutan

dalam airnya terbatas, uji disolusi akan lebih berarti daripada waktu hancur.

Pengujian pada tablet

1. Kekerasan tablet

Page 21: Farmasetika Tablet

Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambar-kan

ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan dan

keretakan tablet, pada saat pembuatan, pengemasan dan pengepakan, juga

pada saat transportasi. Namun tablet juga jangan sampai terlalu keras

karena tablet akan sulit hancur. (Lachman, 1994) Kekerasan tablet antara 4

- 8 kg (Parrot, 1971). Alat yang digunakan Hardnes tester.

2. Kerapuhan tablet

Kerapuhan tablet merupakan gambaran lain dari ketahanan tablet

dalam melawan pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah %

bobot yang hilang selama pengujian. Parameter ini diperiksa dengan suatu

alat yang disebut Friabilator. Kerapuhan yang lebih besar dari 1 %,

biasanya tablet tersebut dianggap kurang baik. (Sandell, 1982). Menurut

Gunsel dan Kanig, nilai kerapuhan <. 0,8 %

3. Waktu hancur tablet

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet dalam

medium yang sesuai, sehingga tidak ada bagian tablet yang tersisa di atas

kaca penguji. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur adalah: sifat

fisika kimia granul, kekerasan dan porositas tablet (Parrott, 1971).

Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur tablet tidak boleh lebih dari 15

menit (Anonim, 1995). Alat yang digunakan Disintegration tester.

4. Keseragaman bobot tablet

Keseragaman bobot tablet ditentukan pada banyaknya penyimpangan

bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari seluruh tablet. Yang

masih diperbolehkan untuk syarat yang telah ditentukan oleh Farmakope

Indonesia. Jika campuran granul tidak mengalir dengan baik, maka akan

mengakibatkan bobot tablet tidak seragam (Gunsel dan Kanig, 1976).

5. Kandungan zat aktif

Page 22: Farmasetika Tablet

Kandungan rata-rata zat aktif pada obat yang mengandung zat aktif

sangat poten dan berkadar rendah tidak kurang dari 90% dan tidak lebih

dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket, sedangkan tablet yang

mengandung zat aktif dosis besar, kandungan rata-rata zat aktifnya tidak

kurang dari 95 % dan tidak boleh lebih dari 105% dari yang tertera pada

etiket (Anonim, 1995).

6. Kecepatan pelepasan obat

Adalah jumlah obat yang terlarut dalam bentuk sediaan padat

dalam medium tertentu sebagai fungsi waktu. Definisi lain dari

kecepatan pelepasan obat adalah proses pelarutan sebuah zat padat ke

dalam medium pada waktu tertentu. Secara skematis pelepasan obat

dari sediaan tablet digambarkan oleh Abdou, 1990 sebagai berikut:

Gambar 1. Skema pelepasan obat dari sediaan tablet

Dari skema di atas proses disolusi dapat terjadi dari bentuk

tablet, granul atau partikel halus dengan kecepatan k1, k2, ka. dalam

keadaan terlarut keadaan obat akan terabsorbsi dengan kecepatan ka >

(k1 + k2 + k3), maka pelepasan merupakan faktor penentu dari absorbsi

suatu obat dalam tubuh, sehingga adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pelarutan akan menentukan cepat atau lambat

Tablet

Disolusi

Granul / Agregat - agregat

Disolusi (K2)

Obat dalam keadaan terlarut

Disolusi (Ka)

Disolusi (K3)

Partikel

Obat terabsosi dalam darah, cairan dan jaringan tubuh lain

Page 23: Farmasetika Tablet

absorbsi bahan obat. Secara matematis kecepatan pelepasan dapat

dinyatakan dengan persamaan Noyes - Whitney sebagai berikut:

= k . S (Cs . C) .................... (1)

keterangan:

= Jumlah zat padat yang terlarut

K = Tetapan kecepatan terlarut

C = Kadar zat padat pada medium pada satuan t

S = Luas permukaan efektif

Cs = Kadar zat padat pada keadaan jenuh

BENTUK SEDIAAN OBAT

Page 24: Farmasetika Tablet

 Tujuan pembelajaran kali ini adalah untuk menjelaskan macam dan sifat/spesifikasi

bentuk sediaan obat (BSO) dan memilih sediaan obat yang tepat serta memahami cara

penggunaannya.

DAFTAR PUSTAKA yang digunakan antara lain:

Introduction to Pharmaceutical Dosage Form (Howad & Ansel

Remington’s Pharmaceutical Science (Osol & Ansel)

Farmakope Indonesia edisi IV (DepKes)

Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000

ISO Indonesia 2004

PENDAHULUAN

Bahan aktif obat agar digunakan nyaman, aman, efisien dan optimal dikemas dalam

bentuk sediaan obat (BSO) atau disebut sediaan farmasi. Bentuk sediaan obat (BSO)

dapat mengandung satu atau lebih komponen bahan aktif. Formulasi BSO memerlukan

bahan tambahan contohnya antara lain bahan pelarut atau bahan pelicin. Macam bahan

tambahan tergantung macam Bentuk Sedian Obat. Bahan tambahan bersifat netral

Sehingga didapat Definisi BSO adalah : BSO adalah sediaan obat yang mengandung satu

atau lebih bahan berkhasiat dan biasanya ditambah vehikulum(bahan pengisi atau bahan

pelarut).

MANFAAT BENTUK SEDIAAN OBAT

Melindungi zat aktif dari kerusakan baik dari luar maupun dalam tubuh

Jika tanpa bentuk sediaan, obat dapat hancur oleh udara sehingga akan susah sampai ke

tempat aksi obat. Selain itu ada beberapa obat klo ga ditambah bahan tambahan ada yang

bersifat higroskopis serta ada yang mudah berubah warnanya.

Page 25: Farmasetika Tablet

Menutupi rasa tidak enak atau pahit bahan obat

Obat yang sangat pahit biasanya tidak diberikan dalam bentuk puyer tetapi dalam bentuk

kapsul. contohnya Ferrous Sulfate ditutupi salut gula , terus Chloramphenicol dibuat

esternya untuk mengurangi rasa tidak enak.

Menjaga stabilitas bahan obat

Meningkatkan ketaatan penggunaan obat

Pemilihan untuk bentuk sediaan obat yang aman & tepat tergantung faktor :

• bahan obat

• penderita: apakah penderita koma, anak-anak atau orang tua.

• sifat bentuk sediaan

• harga : carilah obat yang murah tapi punya efikasi yang baik.

MACAM BSO BERDASARKAN BENTUK FISIK :

Padat : pulveres, pulvis, kapsul, tablet

cair sol, suspensi, emulsi dll

setengah padat : unguentum, krim, gel dll

bentuk khusus : supositoria, ovula, injeksi, spray, inhalasi, spray, dll

Kemudian, masih ada satu bentuk lagi yaitu bentuk pil, bulatan kecil-kecil. Tapi bentuk

tersebut sudah tidak dipakai lagi sekarang , biasanya hanya ada pada obat-obat

tradisional, jamu2 dll. Mengapa sediaan farmasi tidak menggunakan lagibentu pil?

Karena diketahui bahwa ternyata bentuk pil sangat sulit diabsorbsi sehingga biasanya

setelah dikonsumsi pil akan keluar lagi dalam bentuk yang sama tanpa mengalami proses

dalam tubuh.

Page 26: Farmasetika Tablet

MACAM BSO PADAT ada 3 jenis yaitu :

Pulvis ,Pulveres, Granul,Pulvis (Serbuk tabur) ; Pulveres(Serbuk Terbagi/puyer),Tablet

dan Kapsul.

PULVIS, PULVERES DAN GRANULA

Berbentuk puyer atau serbuk halus, homogen dan kering

Pulvis à serbuk tabur (pulvis adspersorius) Pulveres à serbuk terbagi

ukuran : pulvis/pulveres : 1,25 um-1,7mm,

granul : 2 - 4 mm

 

PULVIS ADSPERSORIUS (serbuk tabur)

Biasanya untuk obat luar, digunakan untuk teraupetik, profilaksi atau lubricant (pelicin)

utk mengurangi gesekan diantara 2 lapisan kulit. Sebagai obat luar, pemakaiaannya

diberikan secukupnya (sesuai kebutuhan) sehingga dosis tidak ditentukan. Contoh: pasien

obesitas diberi pulvis diantara paha untuk mengurangi gesekan(sbg lubricant).

Bahan obat yang terkandung antara lain antiseptik, antifungi dll. Sedangkan vehikulum

yang digunakan antara lain talcum venet.,amylum(untuk absorbsi keringat),dan ZnO.

Dapat juga ditambah pewangi dan pewarna.

Biasanya produk paten topikal dikemas dalam tabung, sedangkan jika obat oral dikemas

dalam sachet untuk sekali minum

 Contoh penulisan resep pulvis

Pulvis

Page 27: Farmasetika Tablet

R/ Acid. Salicylic 1%

Ol. Rosae q.s

Talcum ad 100g

m.f.l.a. pulv.ads

S.2 d.d. m.et.v. u.e

R/ Mycorin tin No I

S.t.d.d.u.e

R/ Oralit sachet No.V

S.u.c.

 

PULVERES (serbuk terbagi)

☃ Berat tiap bungkus 300-500 mg (tidak mutlak)

☃ Tiap bungkus : berisi 1 atau lebih bahan obat☃

Vehikulum : sacharin; sach. lactis; glucosa

Pada sediaan obat biasanya tidak diberikan sacharum album (gula pasir) karena pada

penyimpanan biasanya bersifat higroskopis!! Tetapi jika pada waktu minum obat

ditambahkan gula pasir tidak masalah. Ingat jangan minum obat menggunakan teh karena

Page 28: Farmasetika Tablet

teh mengandung zat penyamak yang akan bereaksi dengan zat aktif pada obat sehingga

mengurangi absorbsinya.

Klo pada penderita defisiensi kalsium dapat ditambahkan Calcium Lactas (Kalk) dengan

dosis tertentu

☃ pewarna dimungkinkan

Biasanya di apotek untuk membuat puyer/pulveres ditambahkan zat warna karmin,

fungsinya untuk menandakan bahwa bahan aktif pada obat sudah homogen atau belum,

biasanya pada obat yang indeks terapinya sangat kecil.

☃ Pemakaian oral mudah untuk anak dan lansia.☃ Bentuk sediaan pulveres ini tidak

cocok untuk obat yg iritatif atau berasa sangat pahit/amis.

Contoh penulisan resep pulveres

Pulveres/puyer

(serbuk terbagi)

R/ Paracetamol 100 mg

Sach. Lactis q.s

m.f.l.a pulv.dtd. No XII

S.p.r.n. 3 d.d. pulv I

Granula(Bulk Granules dan Divided Granules)

Page 29: Farmasetika Tablet

Biasanya untuk obat dalam. Contoh obatnya yaitu:

Antibiotic Sirup (dry sirup)

Berisi antibiotik, dan pemakaiannya hrs dilarutkan dalam air dulu sehingga berbentuk

suspensi baru digunakan.

Serbuk untuk injeksi

Pemakaiannya juga harus dilarutkan dalam air dahulu. Bila :

Menjadi keruh(berbentuk suspensi), tidak boleh diberikan intravena

Menjadi jernih (berbentuk larutan), boleh diberikan untuk intravena dan intramuskular

Agar tahan lama bentuk granula ini harus disimpan dalam keadaan kering. 

CAPSULAE (CAPSUL, KAPSUL)

Kapsul merupakan sediaan obat yang bahan obatnya dalam bentuk serbuk halus, granul,

granul lepas lambat terbungkus cangkang (keras/lunak). Setelah cangkang terlarut &

bahan obat terlarut dalam saluran cerna baru terjadi proses absorbsi obat. Bentuk kapsul

ini dapat juga untuk puyer rasa pahit (dimasukkan kapsul) sehingga dapat meningkatkan

ketaatan pasien

 

Macam :

Kapsul keras (capsulae gelatinosae operculate)

Kapsul jenis ini biasanya cangkangnya bisa dibuka tutup. Perhatikan volume capsul :

ukuran mulai 5 – 000.

Kapsul lunak (soft capsulae /soft gelatin capsulae)

Kapsul salut enterik (enteric coated capsules)

Kapsul lepas lambat (time release capsulae,retard,sustained release capsules)

Istilah kaplet (tablet berbentuk lonjong)

 

Page 30: Farmasetika Tablet

Contoh penulisan kapsul

kapsul keras

R/Amoxan 250mg caps.NoXII R/ Paracetamol mg 500

S.3 d.d.caps.I m.f.l.a.pulv. dtd. No X

da in caps

kapsul lunak S.p.r.n. t. d. d caps I

R/ Nature E caps. No X

S. 1 d.d. caps I

 

kapsul lepas lambat

R/ Lasix 30 mg retard caps No X

S. 1 d.d. caps I m.

Puyer dan tanggung jawab profesi

MEREBAKNYA kontroversi puyer beberapa

waktu lalu di media nasional sedikit banyak telah menyita perhatian masyarakat.

Muncul berbagai wacana dan kegelisahan pada diri masyarakat, apakah masih

relevan menggunakan farmasi berbentuk puyer ini?  Puyer dikenal dengan

sediaan serbuk. Dalam Farmakope Edisi IV disebutkan bahwa serbuk adalah

campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk

pemakaian oral atau pemakaian luar.  Serbuk sendiri dipilah menjadi serbuk bagi

(pulveres) dan serbuk yang tidak terbagi (pulvis). Puyer yang diresepkan oleh

dokter biasanya termasuk dalam serbuk terbagi (pulveres) dan biasanya

Page 31: Farmasetika Tablet

digunakan  untuk anak-anak, hal ini disebabkan karena belum ada sediaan jadi

semisal syrop untuk dosis anak-anak sehingga mau tidak mau harus digunakan

sediaan berbentuk  puyer ini.

Masalah yang muncul kemudian  dan marak diberitakan media adalah puyer ini

berbahaya digunakan dan perlu dikaji lagi penggunaannya terutama dari segi

teknis peracikan. Banyaknya ditemukan proses pembuatan puyer  yang terkesan

jauh dari aspek higienisitas misalnya dengan menggunakan mortar yang jarang

dicuci atau malah ada yang menggunakan blender. Masalah teknis seperti ini

tentunya kembali pada pribadi masing-masing dalam hal ini yang bertugas untuk

meracik puyer adalah apoteker atau asisten apoteker yang diawasi oleh

departemen kesehatan. Seorang apoteker yang baik tentunya tidak akan

membuat sesuatu yang dapat merusak citra dirinya dan profesi yang dijalaninya.

Terlebih lagi hal itu dapat membahayakan orang lain. Hal ini sangat

bertentangan dengan sumpah profesi yang telah diikrarkan tatkala dia dilantik

menjadi seorang apoteker yang akan selalu membaktikan dirinya untuk kerja-

kerja kemanusiaan terutama dibidang kesehatan serta tidak melakukan

malpraktek yang bisa merugikan pasien.

Dari segi keamanan dosisnya sendiri banyak pihak yang meragukan apakah

dosis yang diberikan dalam sediaan puyer itu sesuai atau tidak. Karena

sebagian besar pembagian dosis yang dibuat dalam bungkus-bungkus kecil dari

puyer hanya dibagi berdasarkan visual. Sebenarnya hal seperti ini tidak perlu

didramatisir karena bagaimanapun resep yang mengandung sediaan yang harus

dibuat dalam bentuk puyer telah dihitung dosisnya secara tepat oleh dokter

sehingga jika dibagi beberapa bungkuspun dosisnya akan cenderung sama.

Dalam dunia farmasi sendiri pembagian secara visual dibolehkan asalkan

memenuhi syarat-syarat tertentu misalkan jumlah bungkusnya tidak lebih dari 20

bungkus. Jika lebih 20 bungkus maka harus dilakukan penimbangan untuk

beberapa bagian yang cukup untuk pembuatan 20 bungkus dengan

penyimpangan berat dari masing-masing bungkus tidak lebih dari 10 %.

Page 32: Farmasetika Tablet

Biasanya juga untuk mendapatkan takaran yang tepat dari serbuk bagi ini akan

dilakukan pengenceran dengan menambahkan zat serbuk lain yang bersifat

netral seperti saccharum lactis sehingga untuk senyawa yang dosisnya kecil

akan dapat terbagi merata dengan zat tambahan tersebut. Tapi yang paling

aman adalah dengan melakukan penimbangan untuk setiap bungkus dari serbuk

tersebut. Jadi hal ini lebih menjamin keamanan dari dosis obat dalam sediaan

puyer tersebut dan menghindarkan resiko-resiko yang tidak diinginkan.

Sebenarnya selain masalah higienis dan cara pembagian dosis tersebut

masalah yang utama adalah dari segi rasional atau tidak kombinasi dari

senyawa-senyawa obat yang ada dalam puyer tersebut. Hal ini yang mungkin

belum begitu dipahami oleh masyarakat kita mungkin disebabkan oleh

kurangnya edukasi di bidang kesehatan itu sendiri. Rasional yang dimaksud

disini lebih mengarah pada campuran senyawa obat yang ada pada puyer.

Puyer yang diresepkan oleh dokter selama ini biasanya mengandung banyak

campuran senyawa obat. Karena pemberian puyer ditujukan untuk beberapa

indikasi sekaligus.  Masalahnya bagaimana interaksi antara satu obat dengan

obat yang lainnya. Apakah campuran itu akan menghasilkan zat yang berbahaya

atau tidak.

Kalau sistem kesehatan di Negara kita berjalan dengan baik itu bukan suatu

masalah yang berarti  karena semua hal tersebut sudah ada yang bertugas

menjalankannya. Tugas dokter adalah mendiagnosis suatu penyakit dan

meresepkan obat yang sesuai kepada pasien. Tugas tersebut kemudian

dilanjutkan oleh apoteker yang akan melakukan dispensing atau proses

memastikan kelayakan order atau resep obat, seleksi suatu zat aktif obat yang

memadai dan memastikan bahwa penderita atau perawat mengerti penggunaan

dan pemberian yang tepat dari obat tersebut. Jika peran ini berjalan dengan baik

tentunya tidak akan terjadi hal-hal yang dapat merugikan pasien.

Page 33: Farmasetika Tablet

Demikian juga dengan proses dispensing suatu puyer interaksi antarprofesional

kesehatan dalam hal ini dokter dan apoteker harus berjalan dengan baik. Karena

tidak bisa dipungkiri kalau dokter dan apoteker memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Dokter lebih ahli dibidang diagnosa suatu penyakit

sedangkan apoteker tentunya lebih ahli dibidang obat-obatan.

Peresepan puyer yang mengandung banyak kombinasi obat (polifarmasi) tentu

akan berbahaya jika tanpa diimbangi oleh pengetahuan tentang obat tersebut.

Pengetahuan yang paling penting disini adalah tentang interaksi obat. Karena

senyawa kimia obat ada yang dapat berinteraksi antara satu dengan yang lain

dan dapat menimbulkan berbagai efek. Misalnya  zat aktif yang berinteraksi

menimbulkan senyawa baru yang menghilangkan efek terapeutik atau

menimbulkan efek baru yang berbahaya dan merugikan. Pengetahuan lain yang

diperlukan adalah cara pemberian obat.  Obat yang seharusnya diminum

sebelum makan dan obat yang diminum setelah makan tentu tidak dapat

disatukan dalam sebuah sediaan puyer karena kan mempengaruhi efektivitas

obat. Sebagai apoteker yang lebih mengusai bidang ini pada saat dispensing

obat harus memperhatikan dan mengkaji hal-hal tersebut. Jika muncul kasus

sediaan puyer yang memiliki campuran zat-zat yang dapat membahayakan

pasien harus segera memberitahukannya kepada dokter agar dokter dapat

menggantikan dengan obat yang lain. Komunikasi antar profesional kesehatan

selama ini belum berjalan dengan baik sehingga masih banyak terjadi

kesalahan-kesalahn dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.

Belum ada peraturan yang tegas dari pemerintah tentang pekerjaan kefarmasian

ini juga turut mempengaruhi belum berjalannya system ini dengan baik di

Negara kita sehingga tak heran jiak masih banyaknya dokter yang melakukan

dispensing obat walaupun untuk daerah terpencil diperbolehkan dengan syarat

tertentu atau apoteker yang jarang ditemui di apotek sehingga membuat fungsi-

fungsi tersebut tidak berjalan dengan baik dan akhirnya membuat masyarakat

Page 34: Farmasetika Tablet

merasa kurang terlayani dengan baik dalam hal mendapatkan pelayanan

kesehatan.

Jadi puyer bukan suatu masalah jika para profesional kesehatan dapat

menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab, baik itu dari segi

hiegienisitasnya, keamanan dosis atau interaksi obat yang ada didalamnya

dapat diterima dan rasional, dan masyarakat seharusnya juga berperan aktif

dalam menanyakan informasi-informasi yang mungkin diperlukan tentang suatu

obat yang diterimanya.

Macam-macam bentuk obat dan tujuan

penggunaannya

Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat

mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri.   Ada zat yang tidak stabil jika berada

dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang

dimaksudkan larut dalam usus bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi

tercapainya efek terapi yang diinginkan. Ketikapun bagi kita yang berpraktek di apotek,

maka perlu diperhatikan benar etiket obat yanbg dibuat. Misalnya tablet dengan kaplet itu

berbeda, atau tablet yang harus dikunyah dulu (seperti obat maag golongan antasida),

seharusnyalah etiket obat memuat instruksi yang singkat namun benar dan jelas. Jangan

sampai pasien menjadi bingung dengan petunjuk etiket obat. Oleh karena itu penting

sekali bagi kita semua untuk mengetahui bentuk sediaan obat.

 

Diantara bentuk dan tujuan penggunaan obat adalah sebagai berikut :

1. Pulvis (serbuk)

Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk

pemakaian luar.

2. Pulveres

Page 35: Farmasetika Tablet

Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan

bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer.

3. Tablet (compressi)

Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih

atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa bahan tambahan.

a. Tablet kempa   paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta

penandaannya tergantung desain cetakan.

b. Tablet cetak   Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab

dalam lubang cetakan

c. Tablet trikurat   tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah

jarang ditemukan

d. Tablet hipodermik   Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna

dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan

secara oral.

e. Tablet sublingual   dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan

meletakan tablet di bawah lidah.

f. Tablet bukal   Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi

g. tablet Effervescent Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup

rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"

h. Tablet kunyah   Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak

dirongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

4. Pil (pilulae)

Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan

dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur

tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.

5. Kapsul (capsule)

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang

Page 36: Farmasetika Tablet

dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :

a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak

b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari

c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)

d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan

pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan

bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.

e. Mudah ditelan

6. Kaplet (kapsul tablet)

Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti

kapsul.

7. larutan (solutiones)

Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,

biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau

penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga

dikatakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya

terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang

saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan

topikal (kulit).

8. Suspensi (suspensiones)

Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase

cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma),suspensi

topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi

optalmik,suspensi sirup kering.

9. Emulsi (elmusiones)

Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase cairan

yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya

Page 37: Farmasetika Tablet

distabilkan oleh zat pengemulsi.

10. Galenik

Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau

tumbuhan yang disari.

11. Ekstrak (extractum)

Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari

simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang

sesuai.kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk

yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.

12.Infusa

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan

air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.

13.Imunoserum (immunosera)

Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum

hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular0 dan

mengikut kuman/virus/antigen.

14. Salep (unguenta)

Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau

selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah

dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi

homogen dalam dasar salep yang cocok.

15. Suppositoria

Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui

rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

Tujuan pengobatan adalah :

Page 38: Farmasetika Tablet

a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan

inflamasi karena hemoroid.

b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk

anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.

16. Obat tetes (guttae)

Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat

dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang

menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang

disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae

(obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales

(tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

17. Injeksi (injectiones)

Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus

dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan

dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat

menerima pengobatan melalui mulut.

 

 

Ooh Puyer di RCTI

Sudah satu minggu lebih berita masalah seputar puyer diperbincangkan, dengan

gencarnya diberitakan dampak puyer bagi pasien, mulai dari efek samping sampai bahaya

yang mungkin terjadi, juga begitu gencarnya mencari info tentang puyer ini, sehingga

ketua IDI pun angkat bicara.

Tergelitik juga saya ingin meluruskan tentang polemik puyer ini, sebenarnya puyer

adalah sarana atau tepatnya salah satu cara metode pemberian obat kepada pasien yang

membutuhkan therapy medis, jadi jelas ini merupakan salah satu opsi yang sering

Page 39: Farmasetika Tablet

diresepkan seorang dokter dalam mengobati pasiennya, sama dengan cara cara pemberian

lain dalam pemberian obat yaitu suntikan, infus, kapsul, tablet, tetes dan lain lain.

Sesungguhnya cara pemberian obat dalam dunia kedokteran dibagi atas : ( secara umum )

1. Pemberian secara oral ( diberikan melalui mulut ) : kapsul, tablet, tablet hisap, puyer,

sirup dan lain lain

2. Pemberian secara IV ( intra venous ), obat yang dimasukkan melalui pembuluh darah

vena

3. Pemberian secara IM ( intra musculair ), obat yang dimasukkan melalui otot

Khususnya mengenai puyer ini, jelas merupakan cara pemberian melalui mulut, artinya

diminumkan kepada penderita, lantas yang sedang gencar dipermasalahkan adalah,

jumlah bahan obat yang dikandungnya yang umumnya lebih dari satu macam obat

( polifarmasi ), pertanyaannya ? apakah ini aman buat penderita ?, baiklah, saya akan

mencoba mengulasnya secara singkat agar semua kesimpangsiuran seputar puyer dapat

menjadi sedikit jelas.

Puyer dalam istilah farmasi disebut juga Pulvis atau pulveres atinya serbuk, jadi puyer ini

adalah sediaan berupa bahan bubuk obat yang bisa terdiri dari bahan tunggal atau lebih,

dan isi kandungan dan jumlah dari bahan obat yang dicampur menjadi satu dalam puyer

ini sangat tergantung dengan jenis penyakit yang ditemukan oleh si dokter juga dosisnya

sangat tergantung pada berat badan, jenis kelamin dan umur dari penderita dan dalam

menentukan keputusan membuat racikan dalam puyer ini sangat ditentukan atas

rasionalitas dan indikasi yang tepat, ini yang menentukan manfaat sebuah puyer dapat

menyembuhkan atau tidak, jadi bukan kepada jumlah bahan obatnya, yang sudah menjadi

pemahaman yang sangat salah bahwa obat puyer lebih manjur dari jenis obat yang lain

karena mengandung bahan obat yang lebih dari satu.

Lalu apakah penyebab pemahaman ini sudah mendarah daging di masyarakat kita ?, apa

karena praktis dalam pemberiannya karena satu puyer sudah berisi bermacan macan

Page 40: Farmasetika Tablet

obat ? atau karena lebih bersifat sugesti ? coba telaah lebih lanjut perbedaan polifarmasi

dalam sebuah puyer dengan sebuah obat tablet, kita ambil contoh saja obat flu yang

banyak beredar bebas di masyarakat, bukankah obat jenis tablet ini juga mengandung

bahan obat lebih dari satu ( polifarmasi juga bukan ) saya sebutkan saja isinya seperti

contoh tablet flu merek X : pasti mengandung paracetamol 150 mg, chlorpheniramin

maleat 0,5 mg, dextrometorphan 80 mg, ascorbic acid 25 mg, dan cafein 0,5 mg.

Bukankah ini juga termasuk polifarmasi yang kurang lebih sama dengan puyer, yang

membedakannya cuma dalam dosisnya dan bentuknya saja, lantas kenapa tablet ini tidak

dipermasalahkan seperti puyer yang menghebohkan itu ?

Jadi yang penting bukan jenis pemberiannya, apakah itu puyer atau lainnya yang paling

penting adalah rasionalisasi dan dosis dalam pemilihan cara pemberiannya, walaupun

obat tunggal, tapi bila indikasi dan dosisnya tidak rasional dan tepat sasaran pastilah

sangat membahayakan penggunanya, bukan menyembuhkan melainkan bisa menjadi

racun yang paling berbahaya, jangankan obat yang tidak tepat dosis dan indikasinya, coba

anda makan cabe rawit yang melebihi dosis, pasti anda akan sakit perut, atau contoh lain,

coba anda minum air putih secara berlebih, pasti bisa membuat anda mabuk karena

intoksikasi cairan, jadi kesimpulan sederhananya adalah ” RASIONALISASI “

Apoteker vs Dokter. We are Partner, right?

Beberapa waktu yang lalu... Salah satu stasiun televisi swasta sempat menayangkan siaran yang

cukup berani. Berani menguak borok 2 profesi...

POLEMIK PUYER

Pada siaran ini digambarkan,saat pembuatan obat puyer, mortar dan stamper yang

digunakan tidak dibersihkan terlebih dahulu,bekas menggerus bahan obat langsung

ditimpa untuk menggerus bahan obat lain. Pembagian obat puyer menjadi beberapa

bungkus pun terkesan asal2an tanpa penimbangan...

Page 41: Farmasetika Tablet

Siaran ini pun menampilkan video dari candid camera yang menggambarkan seorang

dokter yang langsung menanyakan pada pasiennya saat memasuki ruangan..."mau

puyer,atau tablet?".

TANPA DIAGNOSA.atau basa basi ramah sebagai pendahuluan.....stetoskop tergantung

di dinding....waktu konsultasi (yang tdk dapat dikatakan sebagai proses konsultasi) sangat

singkat...dan dokter dengan seenaknya..langsung memberikan obat (yang telah dipilih

pasien) kepada pasien...jadi....ke dokter langsung dapat obat..yeah..how great...

Siaran yang rutin muncul di TV beberapa jam sekali ini memang menimbulkan banyak

banget reaksiDari berbagai pihak.

Dari sisi masyarakat

Tentu sangat menyentak hati mereka....saat mereka tahu.. obat yang biasa dkonsumsi oleh

anak2 mereka,bahkan diri mereka sendiri..dikuak cara pembuatannya. pembuatan yang

dalam siaran,sangatlah terlihat parah.. Pembagian puyer yang terkesan dikira2 tanpa

penimbangan juga sangat menyita perhatian masyaakat begitu pula dengan kasus tidak

higienisnya alat penggerus (mortar dan stamper)....betapa...di mata masyarakat,,buruknya

pembuatan obat puyer di apotek. mereka pasti bertanya2.... "ow my god,what should it

be??that's not rational!so dirty...blablabla...". "beginikah kerja apoteker Indonesia??"

Kasus dokter "aneh" pun ikut menimbulkan berjuta tanda tanya..."lho,gmana mereka bisa

tau penyakit kita apa?mereka ga bertanya keluhan kita...blablabla..pantesan banyak

malpraktek...seenaknya gni ya ternyata.dikira kesehatan main2 apa?"

Dari sisi dokter:

Dispensing obat (penyerahan obat langsung pada pasien) diperbolehkan kok....coba

bayangin,kalo kita praktek di tempat terpencil,apotek jauh...pasien sangat membutuhkan

obat...gmana?masa kita harus ke apotek yang letaknya jauh...menunggu apoteker

membuat obat...dan menyaksikan penderitaan pasien lama2...?>>>komen dari temen

yang kuliah di kedokteran.Tentang video itu... paling cuma ada 1 banding berapa juta di

bumi...dokter kebanyakan tidak seperti itu,blablabla...jadi jangan mengambil kesimpulan

buruk terlebih dahulu tentang kasus ini dan jangan langsung meng-under estimate-kan

dokter. Bagaimana dengan apotekernya itu sendiri?mortar dan stamper ga dibersihkan

dulu?emang gni ya kerjanya?

Dari sisi apoteker:

Page 42: Farmasetika Tablet

Pembuatan Obat,,dan penyerahan obat adalah wewenang kami sebagai

APOTEKER.DOKTER hanya berhak menulis resep saja....apa itu?? dokter bekerja tanpa

mendiagnosa.menyerahkan obat pada pasien....ini menghina kami....menghina profesi

kami...selain itu...merendahkan profesi mereka juga.... Mengenai siaran yang

menggambarkan berantakannya proses pembuatan obat,saya yakin hanya sedikit sekali

terjadi... Wartawan2 itu mencari apotek kecil di pelosok tanpa apoteker dan dengan

suksesnya menyebarluaskan pada masyarakat dan berhasil memojokkan kami.apoteker

rasional,yang tidak pernah membuat/meracik obat dengan cara seperti itu....Peracikan

obat tentu ada caranya, CPOB...dan kami tidak melakukan apa yang tergambarkan dalam

siaran itu...

Dari pandangan saya pribadi (yang sering ditanya oleh beberapa kawan dari fakultas

lain mengenai polemik puyer ini):

Mungkin sebelum banyak berkomentar,sedikit akan saya jelaskan apa itu puyer...

"Puyer, atau dalam dunia kefarmasian biasa disebut pulvis atau pulveres merupakan

sediaan obat berupa serbuk yang terdiri dari dua atau lebih campuran homogen obat yang

digerus dan dibagi dalam bobot kurang lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen

atau bahan pengemas. Racikan puyer ini bisa langsung dikonsumsi dengan dicampur air,

biasanya untuk anak-anak atau bisa juga dimasukkan kapsul untuk orang dewasa."

"Bila dilihat dari filosofinya, puyer sesungguhnya merupakan sediaan yang bersifat

darurat, artinya bentuk sediaan ini hanya stabil untuk masa yang pendek. . Tetapi jangan

lupa bahwa apoteker dengan pertimbangan dan kewenangan profesionalnya memiliki hak

untuk untuk mengeluarkan jaminan terhadap kerasionalan formulasi dan stabilitas puyer

untuk waktu tertentu. Sehingga dengan adanya jaminan tersebut puyer tetap dapat

dikonsumsi secara aman dan efektif. "

Yap..

Kalo kita mengacu pada good pharmacy practise, apoteker memang yang bertanggung

jawab penuh dan memiliki wewenang dalam proses pembuatan atau peracikan obat, misal

puyer, dan menjamin kualitas dan stabilitas bentuk sediaan sehingga aman dikonsumsi

oleh pasien. Apoteker dalam prakteknya,haruslah melakukan screening resep terlebih

Page 43: Farmasetika Tablet

dahulu,sebagai proses pengoreksian agar kemungkinan adanya ketidakrasionalan

penggunaan,maupun interaksi obat dapat ditekan seminim mungkin.Bisa jadi dokter

(yang dalam kasus ini hanya berwewenang mendiagnosis penyakit pasien dan

MENULISKAN RESEP,bukan membuat/menyerahkan obat langsung pada pasien...)

melakukan sedikit kesalahan...dan Apoteker mengoreksinya....bila memang dirasa salah

(misal,dosis terlalu tinggi), apoteker dapat mengusulkan pada dokter dan

bertanya,mengapa dosis yang ditulis dalam resep sekian...apa tidak terlalu tinggi...atau

bagaimana...

Namun pada kenyataannya memang sering terjadi penyimpangan.. Baik dari apotekernya

sendiri maupun dari dokternya. Apoteker tidak selalu berada di apotek. dokter melakukan

dispensing obat langsung kepada pasien meski ditengah kerumunan apotek.

Ketidakhadiran apoteker di apotek menyebabkan tidak terselenggaranya good pharmacy

practise secara optimal dan dokter yang melakukan pekerjaan kefarmasian (dispensing)

luput dari mekanisme kontrol yang seharusnya tidak boleh terlewatkan dalam proses

pengobatan. Puyer yang dahulu termasuk obat yang sering dikonsumsi, khususnya anak-

anak, kini tampaknya menjadi bahaya besar yang mengancam keselamatan masyarakat

Indonesia. Walau di beberapa negara puyer telah dihapus dan tidak diperbolehkan

diberikan kepada pasien...sebenarnya Puyer masih bisa dipertahankan

keberadaannya,kok,sepanjang apoteker mampu menerapkan good pharmacy practice

secara memadai dalam praktek sehari-harinya di apotek. Dan sesungguhnya inilah salah

satu wujud pharmaceutical care yang sangat dirasakan manfaatnya oleh pasien dari

seorang apoteker.

Kapsul halal: dibuat dari polimer karbohidrat alami

Konsumen memilih bahan-bahan alami non binatang berdasarkan beberapa alasan.

Sebagian besar mereka memiliki alasan religious yang ketat, aktivis pembela binatang,

keinginan menaikkan status kesehatan untuk menghindari penyakit jantung, kanker

payudara, kolesterol tinggi dan keinginan menurunkan bobot badan. Seiring dengan

waktu, konsumen di seluruh dunia tumbuh untuk mengadopsi gaya hidup lebih sehat,

lebih alami dan sebagian besar dari mereka menyatakan diri mereka sebagai vegetarian.

Page 44: Farmasetika Tablet

PREFERENSI MEMPENGARUHI PILIHAN BENTUK SEDIAAN

Gaya hidup, kepercayaan, dan ideologi pasien serta merta akan mempengaruhi bentuk

sediaan yang sesuai. Fakta menunjukkan enam dari 10 konsumen lebih menyukai kapsul,

berdasarkan penelitian tahun 2002 oleh Advanced Analytics. Hampir separo pasien

(49%) dilaporkan mau membayar lebih jika sediaan supplemen yang mereka beli dalam

bentuk kapsul. Mengapak ? karena para konsumen tersebut menyatakan bahwa kapsul

lebih mudah mereka telan ketimbang tablet atau sediaan lain. Mereka percaya sediaan

dalam bentuk kapsul bekerja lebih cepat dan tidak tercium bau yang mengganggu.

Bentuk sediaan lain tidak memberikan keuntungan-keuntungan ini.Kini sebagai jawaban

dari kebutuhan dan preferensi konsumen di atas, pabrik dan manufaktur farmasi telah

memiliki bahan alternatif kapsul non binatang. Nilai jual kapsul vegetarian telah

meningkat dari 200 juta dollar menjadi 20 milyar dollar, berdasar data AC

Nielsen/SPINcan. Jika kapsul konvensional sebelumnya dibuat sebagian besar dari

gelatinl dari babi dan sebagian kecil dari sapi, dua bahan umum yang dipakai untuk

membuat kapsul vegetarian adalah: HPMC (hydroxyl prophyl methyl cellulose) suatu

polimer dan pulullan. Kapsul non binatang yang paling pertama adalah HPMC, yang

berasal dari selulose kulit tanaman . Bahan ini sebagai bahan alternative guna merespon

keinginan konsumen yang punya kebutuhan pilihan non-animal. Kapsul berbahan HPMC

sangat cocok untuk mengkapsulkan bahan sensitif lembab dan sangat ideal untuk enteric

coating dan formulasi lepas lambat.Sejak tahun 2002, ketika diperkenalkan sebagai

kapsul di Jepang, pullulan tersedia sebagai alternative lain kapsul non vegetarian.

Pullulan adalah polisakarida larut di dalam air. Ia diperoleh dari proses fermentasi.

Sebenarnya pullulan telah digunakan dalam berbagai proses aplikasi manufaktur

makanan, farmasi dan kosmetik semenjak 1970-an.Suatu studi yang dipaparkan oleh E.T.

Cole pada pertemuan ilmuwan farmasetika Amerika tahun 2004, dalam bentuk kapsul,

pullulan memberikan keuntungan: kerja obat dipercepat, sangat mudah ditelan jika

digunakan membungkus bau dan rasa tak enak. Keuntungan teknik secara farmasetik

yang dihasilkan adalah: pemecahan yang cepat (rapid disintegration), oksigen tak mudah

tembus ( low oxygen permeability) and stabilitas fisis dan kemis yang tinggi (excellent

stability). Permeabilitas yang rendah terhadap oksigen sangat baik untuk mencegah

oksidasi bahan dalam kapsul oleh oksigen sehingga stabilitas obat lebih panjang. Setelah

Page 45: Farmasetika Tablet

kapsul non binatang diperkenalkan, para supplier memperbaiki proses pabrikasi dan

membuat kapsul lebih mudah bergerak. Faktor pencemar dan debris nabati yang besar,

biaya tinggi dll telah menjadi proses yang efektif dan efisien secara ekonomis dan teknik

farmasetik.Bagaimana mencari supplier ? tinggal googling di internet dengan kata kunci:

kapsul nabati + supplier atau vegetarian capsule + supplierMASA DEPANKebutuhan

akan kapsul berbasis non binatang sangat menarik dan menjanjikan secara ekonomis

dengan berbagai kejelasan alasan konsumen dan market. Berdasarkan data dari SPINs,

kapsul vegetarian telah naik mencapai 46% dalam penjualan suplemen. Sebagai

konsumen muslim Anda tidak perlu ragu bahwa kapsul vegetarian telah dipasarkan. Dan

Anda boleh menanyakan pada produsen. Sebagai mahasiswa dan ilmuwan kreatif kita

bisa meneliti bahan-bahan polimer alam yang bisa digunakan sebagai kapsul nabati. Bisa

kita ajukan untuk skripsi, PKMI atau PKMP, siapa tertarik??

SumberDisarikan dari artikel: Vegetarian Capsules: A Form of Choice by Robert

Whitelaw. Robert Whitelaw is the director of sales and marketing, Americas Region, for

Capsugel (www.capsugel.com), a division of Pfizer Inc., a leading capsule supplier to the

pharmaceutical and nutraceutical marketplaces.

Cangkang Kapsul

Kapsul keras diproduksi secara masal pertama kali di Amerika Serikat pada abad ke-19.

Kapsul mudah diterima oleh para konsumen karena penampilannya yang menarik dan

bentuknya yang didesain sedimikian rupa sehingga mudah untuk ditelan. Pada prinsipnya

kapsul dapat disi dengan berbagai macam bahan dari yang berbentuk serbuk sampai

dengan cairan berbahan dasar minyak.

Cangkang kapsul pada umumnya terbuat dari bahan gelatin. Gelatin dipilih sebagai bahan

pembuatan cangkang kapsul karena sifatnya yang stabil ketika berada di luar tubuh

namun dapat mudah larut di dalam tubuh.

Gelatin merupakan hasil olahan dari kolagen, sejenis protein, yang umum terdapat dalam

tulang, kulit, atau jaringan pengikat binatang. Pada umumnya gelatin dibuat dari tulang

Page 46: Farmasetika Tablet

sapi atau dari kulit babi. Gelatin type A biasa terbuat dari kulit babi sedangkan gelatin

type B biasa terbuat dari tulang sapi.

Proses pembuatan cangkang kapsul dimulai dari pembuatan larutan gelatin 25-30%.

Bahan dasar capule berupa gelatine dilarutkan di dalam air panas yang telah di

demineralisasi. Bahan tambahan seperti pengawet dan pewarna dicampurkan kedalam

larutan gelatin sehingga membentuk campuran yang homogen. Bahan dasar ini

dimasukkan kedalam mesin pembuatan kapsul untuk dicetak menjadi cangkang kapsul

yang siap untuk digunakan.

Seperti bahan-bahan dasar obat yang lainnya proses pembuatan cangkang kapsul ini

harus memenuhi standar cGMP (cara pembuatan obat yang baik). Cangkang kapsul yang

sudah jadi akan diperiksa sesuai dengan standar cGMP. Selain pemeriksaan itu dimensi

kapsul seperti ketebalan, diameter, dan tinggi kapsul akan diperiksa untuk memastikan

cangkang kapsul siap digunakan pada proses pengisian kapsul.

Cangkang kapsul mempunyai standar dimensi fisik tertentu yang dipakai sebagai acuan

pada saat proses filling kapsul. Standar ukuran kapsul dapat dilihat pada tabel berikut

Cangkang Kapsul dari Gelatin

Pendahuluan

•      Kapsul merupakan sediaan solid dengan cangkang keras atau pun lunak dengan

berbagai bentuk dan ukuran, biasanya mengandung obat dosis tunggal berupa

serbuk maupun pelet untuk konsumsi oral.

•      FI IV : kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari obat dalam

cangkang keras atau lunak yang dapat larut.

•      Kapsul keras diproduksi secara masal pertama kali di Amerika Serikat pada abad

ke-19. Kapsul mudah diterima oleh para konsumen karena penampilannya yang

menarik dan bentuknya yang didesain sedimikian rupa sehingga mudah untuk

Page 47: Farmasetika Tablet

ditelan. Pada prinsipnya kapsul dapat disi dengan berbagai macam bahan dari

yang berbentuk serbuk sampai dengan cairan berbahan dasar minyak.

•      Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai. Berbeda

dengan kapsul lunak,pembuatan kapsul keras khususnya yang berasal dari

gelatin dapat dilakukan secara terpisah yakni pembuatan cangkang yang

dilanjutkan dengan pengisisian serbuk obat atau minyak atsiri yang tidak

mengganggu stabilitas cangkang gelatin.

•      Kapsul gelatin pertama kali di patenkan oleh F.A.B .Mothes , mahasiswa dan

Dublanc, seorang farmasis . Paten mereka diperoleh pada tahun 1834, meliputi

metode untuk memproduksi kapsul gelatin yang terdiri dari satu bagian ,

berbentuk lonjong, ditutup dengan setetes larutan pekat gelatin panas sesudah

diisi. Penggunaan kapsul gelatin ini menyebar bahkan diproduksi oleh banyak

Negara di eropa dan amerika. Pembatasan penggunaan paten kapsul gelatin

pada perusahaan tertentu saja, memicu dua bentuk kapsul baru. Pada tahun

1839 di Paris, Garot menciptakan produk salut lapis tipis, pil salut gelatin. Pada

tahun 1846 famasis paris lainnya J.C. Lebhubby mematenkan kapsul 2 bagian

yang sampai saat ini masih digunakan.

•      Kapsul gelatin memiliki banyak keunggulan dibanding sediaan obat lainnya.

Kapsul gelatin tidak berbau, tidak berasa dan mudah digunakan karena saat

terbasahinya oleh air liur akan segera diikuti daya bengkak dan daya larut airnya.

Pengisian ke dalam kapsul disarankan untuk obat yang memiliki rasa yang tidak

enak atau bau yang tidak enak. Kapsul yang dimpan dalam lingkungan yang

kering menunjukkan daya tahan dan kemantapan penyimpanan yang baik dan

dengan teknologi modern, pembuatannya lebih mudah dan cepat serta

ketepatan dosis lebih tinggi daripada tablet. Cara pengisian kapsul juga tidak

perlu memperhitungkan adanya perubahan sifat material asalnya dan pelepasan

zat aktifnya.

Page 48: Farmasetika Tablet

•      Selain gelatin, cangkang kapsul juga dapat dibuat dari pati dan tepung gandum

dan digunakan untuk mewadahi bahan obat berbentuk serbuk. Kapsul pati ini,

memiliki silinder tertutup satu muka atau mangkuk kecil (garis tengah 15-25 mm

dan tinggi 10 mm). Walaupun tercantum dalam farmakope, tapi peranannya

sampai saat ini tidak ada.

Gelatin

Di Indonesia, gelatin masih merupakan barang impor, negera pengimpor utama

adalah Eropa dan Amerika. Menurut data BPS 1997, secara umum terjadi pemanfaatan

dalam industri pangan dan farmasi. Dalam industri farmasi, gelatin digunakan sebagai

bahan pembuat kapsul. Dalam industri pangan, gelatin pun sekarang marak digunakan.

Gelatin adalah produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen.

Gelatin merupakan protien yang larut yang bisa bersifat sebagai gelling agent (bahan

pembuat gel) atau sebagai non gelling agent. Sumber bahan baku gelatin dapat berasal

dari sapi (tulang dan kulit jangat), babi (hanya (kulit) dan ikan (kulit). Karena gelatin

merupakan produk alami, maka diklasifikasikan sebagai bahan bangan bukan bahan

tambahan pangan.

Pada prinsipnya gelatin dapat dibuat dari bahan yang kaya akan kolagen seperti

kulit dan tulang baik dari babi maupun sapi atau hewan lainnya. Akan tetapi, apabila

dibuat dari kulit dan tulang sapi atau hewan besar lainnya, prosesnya lebih lama dan

memerlukan air pencuci/penetral (bahan kimia) yang lebih banyak, sehingga kurang

berkembang karena perlu investasi besar sehingga harga gelatinnya menjadi lebih

mahal.

Sedangkan gelatin dari babi jauh lebih murah dibanding bahan tambahan

makanan lainnya. Itu karena babi mudah diternak. Babi dapat makan apa saja termasuk

anaknya sendiri. Babi juga bisa hidup dalam kondisi apa saja sekalipun sangat kotor. Dari

segi pertumbuhan, babi cukup menjanjikan. Seekor babi bisa melahirkan dua puluh anak

Page 49: Farmasetika Tablet

sekaligus. Karena sangat mudah dikembangkan, produk turunan dari babi sangat

banyak.

Sumber Gelatin

Sumber kolagen umumnya adalah tulang hewan, kulit babi, dan kulit jangat sapi.

Gelatin yang bersumber dari kulit sapi biasanya dikategorikan sebagai gelatin kategori B

(proses ekstraksi basa) dengan titik isoelektrik pada pH 4,7 (asam). Sedangkan, gelatin

yang bersumber dari kulit babi dikategorikan sebagai gelatin kategori A dengan titik

isoelektrik pH 9 (basa).

Pembuatan Gelatin

Proses pembuatan gelatin secara umum dapat digolongkan menjadi 3 tahap utama,

yaitu:

  Tahap persiapan, yang bertujuan menghilangkan pengotor yang terdapat di

bahan baku.

  Tahap ekstraksi utama, dilakukan dengan bantuan air panas atau larutan asam

yang diencerkan.

  Tahap pemurnian.

Jenis-Jenis Gelatin

1.      Gelatin Tipe A

  Berdasarkan proses perendaman asam

  Umumnya berasal dari kulit babi yang memiliki titik isoelektrik (titik pengendapan

protein) pada PH yang lebih tinggi (7.5 - 9.0)

Page 50: Farmasetika Tablet

  Kulit dari babi muda tidak memerlukan penanganan alkalis yang intensif karena

jaringan ikatnya belum kuat terikat. Untuk itu disini cukup direndam dalam asam

lemah (encer) (HCl) selama sehari, dinetralkan, dan setelah itu dicuci berulang

kali sampai asam dan garamnya hilang.

2.      Gelatin Tipe B

  Gelatin tipe B biasanya bersumber dari kulit jangat sapi dan tulang sapi.

  PH isoelektrik gelatin tipe b adalah 4.8 - 5.0

  Cara alkali dilakukan untuk menghasilkan gelatin tipe B (Base), Mula-mula bahan

diperlakukan dengan proses pendahuluan yaitu direndam beberapa

minggu/bulan dalam kalsium hidroksida, maka dengan ini ikatan jaringan

kolagen akan mengembang dan terpisah/terurai. Setelah itu bahan dinetralkan

dengan asam sampai bebas alkali, dicuci untuk menghilangkan garam yang

terbentuk. Setelah itu dilakukan proses ekstrasi dan proses lainnya.

  Proses pembuatan gelatin yang berasal dari tulang dapat dilakukan juga dengan

menggunakan cara asam yang lebih sederhana yang akhirnya juga menggeser PH

isoelektrik pada sekitar 5.5 - 6.0.

Proses Lanjutan  Setelah mengalami perendaman bahan dinetralkan untuk kemudian diekstraksi

dan dipekatkan (evaporasi). Bahan yang telah mengalami pemekatan

dikeringkan untuk kemudian mengalami proses penggilingan tau penghancuran

menjadi partikel yang lebih kecil atau sesuai dengan standar tertentu.

  Secara ekonomis, proses asam lebih disukai dibandingkan dengan proses basa.

Hal ini karena peresndaman yang dilakukan dalam proses asa relatif lebih singkat

yaitu (3-4 minggu) dibanding dengan proses basa (sekitar 3 bulan).

  Penggunaan gelatin dalam pembuatan kapsul biasanya merupakan campuran

gelatin dari tulang dan kulit babi. Kombinasi ini digunakan karena gelatin tulang

menghasilkan lapisan tipis yang kuat dan kencang. Sedangkan, gelatin dari kulit

Page 51: Farmasetika Tablet

babi memberikan kelenturan dan kejernihan pada campuran, sehingga

mengurangi kekeruhan pada kapsul jadi.

Proses Pembuatan Cangkang Kapsul  Pembuatan larutan gelatin 25-30%, bahan dasar capule berupa gelatine

dilarutkan di dalam air panas yang telah di demineralisasi.

  Bahan tambahan seperti pengawet dan pewarna dicampurkan kedalam larutan

gelatin sehingga membentuk campuran yang homogen

  Bahan dasar ini dimasukkan kedalam mesin pembuatan kapsul untuk dicetak

menjadi cangkang kapsul yang siap untuk digunakan.

  Cangkang kapsul yang sudah jadi akan diperiksa sesuai dengan standar cGMP.

Selain pemeriksaan itu dimensi kapsul seperti ketebalan, diameter, dan tinggi

kapsul akan diperiksa untuk memastikan cangkang kapsul siap digunakan pada

proses pengisian kapsul.

Standar Ukuran Kapsul

Alternatif Pengganti Gelatin

Gelatin disebut miracle food. Hal ini disebabkan karena gelatin memiliki fungsi

yang masih sulit digantikan dalam industri pangan maupun obat-obatan. Salah satu

keunggulan yang paling terkenal adalah bisa memiliki sifat melting in the mouth. Ini sifat

yang paling disukai oleh hampir semua pengusaha industri pangan.

Namun demikian, tidak berarti gelatin sama sekali tidak bisa digantikan dalam

industri pangan maupun farmasi. Penggunaan hidrokoloid yang bersumber dari

tanaman sudah banyak dikembangkan dalam rangka menggantikan peran gelatin.

Sungguhpun sejauh ini hasilnya tidak sesempurna gelatin, tapi sudah cukup memadai.

Misalnya ada sebuah perusahaan permen chewy yang dulunya menggunakan gelatin,

sekarang telah mendapat sertifikat Halal MUI setelah menggantikan gelatin dengan

beberapa sumber hidrokoloid. Jadi, walaupun hasil akhirnya tidak mirip, peran gelatin

Page 52: Farmasetika Tablet

dapat digantikan dengan mengkombinasikan beberapa sumber hidrokoloid. Dan

penggunaannya bersifat aman dalam konteks kehalalan karena bersumber dari

tanaman. Selain itu alternatif lain yang saat ini masih terus dikembangkan adalah gelatin

yang bersumber dari ikan. Sejarah mencatat penemuan kapsul pertama kali dimulai di

Mesir. Namun, proses pembuatan kapsul dipatenkan oleh dua orang

berkewarganegaraan Prancir yaitu Mothes dan Dublanc. Kapsul merupakan sediaan

solid dengan cangkang keras atau pun lunak dengan berbagai bentuk dan ukuran,

biasanya mengandung obat dosis tunggal berupa serbuk maupun pelet untuk konsumsi

oral.

Cangkang kapsul pada umumnya terbuat dari bahan pembentuk gel berupa

gelatin. Gelatin merupakan produk heterogen yang didapat dari ekstraksi hidrolisis dari

kolagen hewan. Sumber kolagen umumnya adalah tulang hewan, kulit babi, dan kulit

jangat sapi. Gelatin yang bersumber dari kulit sapi biasanya dikategorikan sebagai

gelatin kategori B (proses ekstraksi basa) dengan titik isoelektrik pada pH 4,7 (asam).

Sedangkan, gelatin yang bersumber dari kulit babi dikategorikan sebagai gelatin kategori

A dengan titik isoelektrik pH 9 (basa).

Dalam perkembangannya, proses pembuatan gelatin yang bersumber dari tulang

dapat disederhanakan menjadi proses ekstraksi dengan cara merubah titik

isoelektriknya menjadi pada sekitar pH 5,5-6,0.

Penggunaan gelatin dalam pembuatan kapsul biasanya merupakan campuran

gelatin dari tulang dan kulit babi. Kombinasi ini digunakan karena gelatin tulang

menghasilkan lapisan tipis yang kuat dan kencang. Sedangkan, gelatin dari kulit babi

memberikan kelenturan dan kejernihan pada campuran, sehingga mengurangi

kekeruhan pada kapsul jadi.