64
REilMilA TATA RIIA}IG ITIIAYAH KABUPATE}I DAERAH TII{GKAT II MUARA EI{Itlil ruaBl{llbflws! "t*t i,, lttu i . !i fi- '!i FXECUTIVE SUMMARY FEMERINTA}"I DAFRAH KABUPATHN DATI II MUARA ENIM Jln. Jenderal Ahmad Yani, Muara Enim Tahun 1998/1999

file (1).pdf

Embed Size (px)

Citation preview

REilMilA TATA RIIA}IG ITIIAYAHKABUPATE}I DAERAH TII{GKAT II MUARA EI{Itlil

ruaBl{llbflws!

"t*t i,,lttu i .

!i

fi- '!i

FXECUTIVE SUMMARY

FEMERINTA}"I DAFRAH KABUPATHN DATI II MUARA ENIM

Jln. Jenderal Ahmad Yani, Muara Enim

Tahun 1998/1999

t EXECUTIVE SUMMARY

KATA PENGANTAR

Dengan selesainya laporan akhir Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Dati ll Muara Enim maka seluruh rencana pembangunan diharapkan

mengacu pada hasil-hasil dalam dokumen ini. Maksud yang dikandung dalam

RTRW ini adalah agar perencanaan dapat berjalan selaras, seimbang dalam

konteks keruangan (spatial).

Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) mengemukakan

mengenai garis besar potensi, masalah, prospek dan strategi pengembangan tata

ruang wilayah. Laporan ini juga menyertakan beberapa hasil rencana-rencana

kawasan-kawasan yang telah dirumuskan dengan dilengkapi peta-peta pendukung.

Akhirnya ungkapan terimakasih kami sampaikan kepada semua instansi,

dinas-dinas atas kerjasamanya hingga terselesaikannya Revisi Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Dati ll Muara Enim ini.

Muara Enim, Februari 1999

Tim Penyusun

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim

g UECUTIVE SUMMARY

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............. .................... i

DAFTAR 1St.............. .............. ii

DAFTAR TABEL...... ............. iv

DAFTAR GAMBAR.. ..............v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang...

1.2. Tujuan dan Sasaran Rencana Tata Ruang Wilayah ............2

1.3. Beberapa Pengertian Dasar Rencana Tata Ruang Wi|ayah..................2

1.4. Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah .....".2

1.5. Ruang Lingkup Rencana Tata Ruang Wilayah ....................5

1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah .......................5

1.5.2. Ruang Lingkup Waktu ........5

1.5.3. Ruang Lingkup Kajian ........5

1.6.Metodo1o9i............ ............5

BAB II TEMUAN POTENSI DAN PERMASALAHAN

2.1. Potensi Pengembangan.......... ..........8

2.1.1. Potensi Pengembangan Fisik Wilayah .........8

2.1.2. Polensi Pengembangan Sosial........ .............9

2.1.3.PotensiPengembanganEkonomi.............. ..................10

2.1.4. Potensi Pengembangan Sarana dan Prasarana. .........11

2.2. Masalah Pengembangan ................12

2.2.1. Masalah Fisik Wilayah ............... .................12

2.2.2. Masalah Sosial ........12

2.2.3. Masalah Ekonomi................. .....13

2.2.4. Masalah Sarana dan Prasarana ......... .......14

BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH

3. 1 . Strategi Pengembangan Aspek Fisik Lingkungan ............................ 1 5

3.2. StrategiPengembangan Aspek Ekonomi ......15

3.3. Strategi Pengembangan Aspek Sosial ..........16

3.4. Strategi Pengembangan Aspek Sarana dan Prasarana ..................16

BAB IV RENCANA STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH

4.1. Pemantapan Kawasan Lindung ......18

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim

ffi EXECUTIVE SUMMARY

4.1-1. Pengembangan Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan

Terhadap Kawasan Bawahnya ..... 18

4.1.2. Kawasan Penyangga .................... 18

4.1.3. Kawasan Perlindungan Setempat............... .... 18

4.1.4. Kawasan Suaka A1am.......... ......... 19

4.2. Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya.............. ............21

4.2.1. Kawasan Budidaya Hutan

4.2.2. Kawasan Budidaya Pertanian ......21

4.2.3. Kawasan Industri .................. ........21

4.2.4. Kawasan Pariwisata .....................22

4.2.5. Kawasan Peternakan ....................22

4.2.6. Kawasan Perikanan ....22

4.2.7 . Kawasan Pertambangan ........... .....................22

4.2.8. Kawasan Permukiman................ ....................22

4.3. Pola Pengembangan Slstem Pusat-pusat Permukiman ......... ... ............21

4.3.1. Hirarki Pusat-Pusat Pengembangan . ...........24

4.3.2. Jangkauan Pelayanan Pusat Pengembangan............ ......26

4.3.3. Fungsi Pusat-pusat Pengembangan .............26

4.4. Pola Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah .................. 26

4.4.1, Jaringan Ja1an......... ......................26

4.4.2. Jaringan Jalan Kereta Api ............27

4.4.3. Sistem Perangkutan Umum.... .....28

4.5. Pengembangan Kawasan Prioritas dan Strategis.................................... 30

4.6. Kebijaksanaan Penunjang Penataan Ruang .......46

4.6.1. Kebijaksanaan Penunjang Bersifat Keruangan ....,............................. 32

4.6.2. Kebijaksanaan Penunjang Bersifat Bukan-Keruangan .....34

BAB V MEKANISME PENGELOLAAN TATA RUANG

5.1. Tindak Lanjut Penyusunan ............... ................... 36

5.2. Pemantauan dan Pengendalian Ruang....... ........36

5.2.1.Pemantauan Pemanfaatan Ruang ..................37

5.2.2. Pengendalian Pemanfaatan Ruang ............... 38

5.3. Peninjauan Kembali ................ ...........40

BAB VI INDIKASI PROGRATVI PENGEMBANGAN

iltRevisi RTRW Kabupaten Muara Enim

g EXECUTIVE SUMMARY

DAFTAR TABEL

No

1 . Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Lindung.'... " " " " " " " " " " " " "'42

2. Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Budidaya""""""" """"""""443. Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Strategis dan Priorotas...... "47

4. Rencana Tahap Pelaksanaan Pembangunan.....-'... """""'50

Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

ffi EXECUTIVE SUMMARY

DAFTAR GAMBAR

NO

1. Gambar Kedudukan RTRW Kabupaten """"""""42.GambarKerangkaPemikiranPenyusunanRevisiRTRW.................'......7

3, Peta Rencana Kawasan Lindung""' """""""""'204. Peta Rencana Kawasan Budidaya """"""""""'235. Peta Hirarki Pusat Pengembangan dan Pelayanan """"""'25

6. Peta Jaringan dan Status Jalan """"' """"""""'297. Peta Rencana Kawasan Prioritas dan Strategis""""""""' """"""""""31

Revisi RIRW KabuPaten Muan Enim

ffi EXECUTIVE SUMMARY

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai bagian integral dari strategi pembangunan yang lebih luas

khususnya Propinsi Sumatera Selatan, RTRW Kabupaten Dati ll Muara. Enim

disusun berdasarkan acuan RTRW Propinsi Sumatera Selatan. Kabupaten DATI ll

Muara Enim memiliki sumberdaya alam yang potensial dan perkembangan wilayah

yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tndikator ekonomi regional (Produk

Domestik Regional Bruto), dimana Kabupaten Dati ll Muara Enim memberikan

sumbangan ketiga terbesar (14o/o) terhadap4endapatan wilayah Propinsi Sumatera

Selatan. Tingginya potensi Kabupatent Muara Enim juga dapat dilihat tingginya

tingkat pertumbuhan ekonomi dan besarnya PDRB/Kapita, dimana dengan MIGAS

menempati urutan tertinggi di Sumatera Selatan dan. Ketergantungan yang besar

terhadap sektor MIGAS dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi menimbulkan

berbagai potensi permasalahan dalam pengelolaan wilayah, terutama dalam

menyelaraskan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dan kepentingan

pertumbuhan ekonomi, serta menghindari berbagai konflik kepentingan atas

sumberdaya wilayah. Salah satu upaya untuk mengatur dan mengelola wilayah

Kabupaten DATI ll Muara Enim adalah dengan penyusunan RTRW

RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim disusun berdasarkan acuan RTRW

propinsi Sumetera Selatan, dengan selalu memperhatikan dimensi keterkaitan

hubungan antar wilayah"inter region" dan keterkaitan internal "intra region". Pada

akhirnya dengan adanya RTRW ini diharapkan dapat mengoptimalkan target dan

hasil sebagaimana permasalahan di daerah, untuk memecahkan sebagian

perma:;alahan pembangunan wilayah di kabupaten Muara Enim, khususnya

permasalahan aspek keruangan dan lingkungan sebagai suatu pedoman

pembangunan di tingkat kabupaten. Rencana ini nantinya akan menjadi pedoman

bagi pemanfaatan dan perencanaan ruang pada tingkat yang lebih rendah seperti

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), Rencana Detail Tata Ruang Kota

(RDTRK) dan Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK).

Revisi RTRW Kabupaten Muan Enim

g FXECUTIVE SUMMARY

1.2. Tujuan Dan Sasaran Rencana Tata Ruang Wilayah

Secara umum dapat d'rjelaskan bahwa tujuan penyusunan RTRW dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu secara makro dan secara mikro. Tujuan secara

makro menyangkut tujuan yang diarahkan pada tujuan-tujuan antar wilayah.

Sedangkan tujuan mikro adalah tujuan-tujuan yang arahkan terhadap intra wilayah

yang dimaksud.

Sasaran yang ingin dicapai dalam produk Rencana Tata Ruang Wilayah

adalah :

a. Memantapkan kawasan berfungsi lindung.

b. Memberiarahan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.

c. Menetapkan pola pengembangan sistem pusat-pusat permukiman dan pusat

pertumbuhan.

d. Menetapkan pola pengembangan sistem prasarana wilayah.

e. Memberi arahan pengembangan wilayah-wilayah yang diprioritaskan.

f. Menetapkan keb'rjaksanaan penunjang penataan nrang untuk mewujudkan

struktur tata ruang yang direncanakan.

1.3. Beberapa Pengertian Dasar Rencana Tata Ruang Wilayah

Untuk menyamakan pandangan dan pengertian, perlu kiranya disepakati

lebih dahulu batasan dan pengertian tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Dati tl Muara Enim sebagaimana didasarkan pada Pasal 22 UU Nomor

24 Tahun 1992 yaitu :

RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim merupakan penjabaran RTRW

Propinsi Sumatera Selatan ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang, yang

meliputi :

a. tujuan pemanfaatan ruang wilayah untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan pertahanan dan keamanan;

b. rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah;

c. rencana umum dan tata ruang wilayah;

d. pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim berisi :

a. pengelolaan kawasan lirtdung dan kawasan budidaya;

Revisi RTRW Kabupaten Muan Enim

U EXECUTIVE SUMMARY

b. pengelolaan kawasan pedesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu;

c. sistem kegiatan pembangunan dan sistem permukiman pedesaan dan

perkotaan;

d. sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan prasarana

pengelolaan lingkungan;

e. penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan

penatagunaan sumberdaya alam tainnya, serta memperhatikan keterpaduan

dengan sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim menjadi pedoman untuk :

a. perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang;

b. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar

wilayah serta keserasian antar sektor;

c. penetapan lokasi investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat, serta menjadi dasar untuk penerbitan perijinan lokasi

pembangunan;

d. penyusunan rencana rincitata ruang;

e. penataan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan

pembangunan;

1.4. Kedudukan Rencana Tata Ruang Wlayah Kabupaten

Kedudukan RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim dalam hirarki perencanaan

wilayah tersebut, yaitu :

a) RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim mengacu pada RTRW Propinsi

Sumatera Selatan, serta berpedoman pada Pola Dasar Pembangunan Daerah

Kabupaten Dati ll Muara Enim.

b) RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim merupakan matra ruang dari Pola

Dasar Pembangunan dan Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah

Kabupaten Dati ll Muara Enim.

c) RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim menjadi dasar pertimbangan dalam

penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah Kabupaten Dati ll

Muara Enim, khususnya dariaspek keruangan.

d) RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim merupakan dasar pertimbangan dalam

penyusunan rencana ruang yang lebih rendah tingkatannya yaitu Rencana

DetilTata Ruang Kawasan (Perkotaan dan Perdesaan).

Revisi RTRW KabuPaten Muara Enim

g UECUTIVE SUMMARY

KEDUDUKAN RTRW KABUPATEN DALAM HIRARKI KEBIJAKSANAANpEtum,qNCI-INAN DAN PERENCANAN RUANG

t..- KEB1JAKSANAAIp RENCANA <-PERENCANAAN

. pTVMANGUNAN i- PEMBANGLINAN __+:

:

GBHN = Garis Garis Besar Haluan Negara

RTRW = Rencana Tata Ruang WilaYah

RUANG

7'ingkat Nasional

RTRWNASIONAL

REPELITANASIONAL

POLA DASARPEMBANGUNAN

DATI I

RTRWPROPINSI

REPELITAPROPTNSI

POLA DASARPEMBANGLINAN

DATI I

ngkat ProPinsi

kat Kahupulen

RTRWKAWASAN- Perdesaan

- Perkotaan

Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

Gambar 1

g EXECUTIVE SUMMARY

1.5. Ruang Lingkup Rencana Tata Ruang Wlayah

1.5.1. Ruang Lingkup \Mlayah Perencanaan

\Mlayah perencanaan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wlayah

(RTRW Kabupaten Daerah Tingkat ll Muara Enim, adalah seluruh wilayah

adminsitrasi Kabupaten Daerah Tingkat ll Muara Enim dengan luas 9.575 Km2.

\Mlayah adminsitrasi tersebut meliputi 'tl (sebelas) kecamatan dan 7 (tujuh)

Kecamatan Pembantu. Selain wilayah administrasi tersebut, pengamatan yang

dilakukan juga meliputi wilayah potensial disekitarnya.

1.5,2. Lingkup Waktu Perencanaan

Dimensi waktu perencanaan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku,

berdasarkan pasal 22 ayat 5 Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang

penataan Ruang. Dengan demikian, penyusunan RTRW Kabupaten Dati ll Muara

Enim diarahkan untuk dapat mengakomodasi dan memberikan landasan tata ruang

dalam pelaksanaan pembangunan selama jangka waktu 10 (sepuluh) tahun ke

depan.

1.5.3. Ruang LingkuP Kajian

Lingkup kajian penyusunan RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim, secara

umum meliputi deskripsi rona awal wilayah, rumusan arah pengembangan jangka

menengah 10 tahun dan produk perencanaan berupa; rencana struktur tata ruang,

rencana alokasi pemanfatan ruang menurut satuan kawasan pengembangan dan

rencana tahapan pelaksanaan pembangunan jangka menengah.

1.6. Metodologi

penyusunan RTRW Kabupaten DATI ll Muara Enim secara teknis

ditaksanakan dengan menggunakan pedoman yang telah diberikan serta lebih

menekankan produk perencanaan yang lebih bersifat operasional, dengan dilandasi

pola pikir sebagai berikut :

r pola pikir pertama, mendudukkan pembangunan daerah sebagai bagian dari

pembangunan nasional. Dengan demikian rencana pembangunan terikat hirarki

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim

M EXECUTIVE SUMMARY

dan disusun untuk mendukung tercapainya tujuan-tujuan pembangunan

nasional.

o pola pikir kedua, melihat pembangunan daerah sebagai usaha untuk

membangun daerah tersebut, dengan memaksimalkan usaha memanfaatkan

potensi dan peluang pembangunan di daerah dan meminimalkan resiko dan

mengatasi masalah yang berhubungan dengan daerah tersebut.

Berdasarkan pola pikir di atas, maka pendekatan studi dalam penyusunan

RTRW DATI ll Muara Enim ini adalah mengggunakan metode "Development

Possibility Analysis (DPA)" yakni suatu metode yang dalam menentukan

kebijaksanaan membangun tidak hanya melihat keterbatasan-keterbatasan yang

ada, melainkan dari keterbatasan-keterbatasan yang ada dicoba dikembangkan

secara optimal bagi kepentingan pembangunan wilayah. Dalam operasionalisasinya

wilayah akan dilihat dan didekati dengan empat unsur indikasiSWOT, yaitu Sfrengfh

(kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Kesempatan), dan Threath

(Ancaman).

Dalam pelaksanaannya metode pendekatan ini dilakukan melalui lima tahap

penyusunan RTRW, yaitu:

1. ldentifikasi kondisi aktual dan potensi atau keterbatasan sumberdaya wilayah

serta kebijaksanaan sektoraldan daerah yang berlaku.

2. Analisis potensi dan perkembangan wilayah, serta analisis pola dan struktur tata

ruang berdasarkan hasil pertama dalam hubungannya dengan kebijaksanaan-

kebijaksanaan pembangunan daerah.

3. ldentifikasi pokok-pokok permasalahan tata ruang sebagai landasan untuk

penyusunan konsepsi pengembangan tata ruang.

4. Perumusan konsepsi struktur tata ruang, yang menyangkut tujuan, pendekatan

konsepsional, serta strategi pengembangan tata ruang yang akan ditempuh.

5. Perumusan rencana tata ruang wilayah atas dasar konsepsi yang telah

dikembangkan serta strateginya untuk jangka waktu 10 tahun serta didukung

oleh kebijaksanaan penunjangnya.

Berdasarkan pendekatan dan ruang lingkup kajian perencanaan, penyusunan

revisi Rencana Tala Ruang \Mlayah Kabupaten DATI ll Muara Enim dituangkan

dalam suatu kerangka pemikiran sebagaimana yang ditunjukkan dalam diagram alir

(Gambar 2).

6Reisi RTRW Kabupaten Muara Enim

r.*

'' ' '',''.''.!.: : : . : I ll'' ',. ' . ''''1': : :.:.: . :l.: :l :.: :..1

zzOE

==2=E=EP &.

=EEs=ssd?e?E

=

2zY<g:ltavd.= <afi<=dof IIJ UJAYY

119i-trIv<-=*fifr3

F

e?=EE, rssi:= g sH

t#fiEFEHEFfffig3a*csE3

7r212EEEest14dqd)

2t

zfn9qEt3fncrt-F.Y.Dzt!

u)

b39:s={s=:4=UJx.zc,tr*=t!

<.^ (9v)22xd<-lJf

e4Y-{SAFH-"et-froH

zo tr)<t >-Y<<SEigqrEU=oz

l! (on=5ib3>a

trs56ZdE=

ial7<d;@<v=f,aur=ao.-6o:-u6

o

5o

D;odl9=aDt-=5>-22*E

= ==,tx

g1gigrg=gr

saS=z

<

xaa=o; S

!?Hii?

=I

23{3il-<6e5E3H

z

>z.):f,

'Yv=ft)oY=EUJJ>ZZ24<i<<6nn;o@VYY

?-

{=lE

-a-

=fr:.' (9<:. ZU-. 3tfztE

{"tE=FyFtz3gIOtu<zEt#sH!CW=0.tr

=l-a$z=-Jim{<tvzUJo

g UECUTIVE SUMMARY

TEMUAN POTENSI DAN PERMASALAHAN

2.1. Potensi Pengembangan

2-1.'1. Potensi Pengembangan Fisik wilayah

Potensi-potensi fisik wilayah di Kabupaten Dati lt Muara Enim yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan berdasarkan karakteristik wilayahnya

antara lain :

a. PotensiSPasial

1) Secara spasial Pusat Pertumbuhan yang terdapat di beberapa bagian wilayah

seperti Kecamatan Muara Enim yang sekaligus merupakan pusat Kabupaten

Dati tl Muara Enim, Prabumulih Barat dan Kecamatan Talang Ubi akan

mendukung suatu pemerataan pengembangan ke segala arah'

2) Adanya fungsi-fungsi wilayah pertumbuhan yang berbeda satu dengan yang

lain,dandenganadanyatingkatkemajuanyangberbeda,makadalampengembangannya, kecepatan laju perkembangan antara satu bagian dengan

bagian yang lain akan berbeda pula'

3) Adanya fungsi-fungsi wilayah yang memiliki sating ketergantungan dengan

wilayah di Kabupaten lain, menentukan adanya dasar pengembangan fungsi

wilaYah.

4)Adanyadaerah.daerahpertambangansebagaienclavebagipengembangan

daerah disekitamYa.

5)Adanyadaerah-daerahpertaniankhususnyapertanianperkebunandan

tanaman pangan, yang perlu ditingkatkan produktifitasnya' kuantitas maupun

kualitasnYa.

b. PotensiAlam

1) Keadaan lahan di KaPuPaten

wilaYah 957'500 Ha, terletak

Dati ll Muara Enim yang mempunyai luas

di dataran renciah sampai tinggi, dengan

Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

g EXECUTIVE SUMMARY

ketinggian kemiringan lereng yang bervariasi menyebabkan te$adi potensi

wilayah yang bervariasi pula.

Kawasan dengan fungsi tertentu dan memanfaatkan potensi-potensi alam

seperti Pertambangan, Kehutanan, Pertanian Perkebunan, dan Pariwisata,

sangat menentukan adanya suatu arahan pengembangan pada wilayah

tersebut.

Adanya daerah-daerah perkebunan yang merupakan luas penggunaan lahan

terbesar baik perkebuanan rakyat maupun milik negara di Kabupaten Dati ll

Muara Enim perlu dtingkatkan kualitasnya.

Adanya lahan pertambangan, yang secara ekonomi memberi manfaat bagi

wilayah yang sangat besar mengingat potensi pertambangan terutama

batubara dan minyak bumi yang sangat besar diwilayah ini.

Adanya potensi Pariwisata yang cukup dominan dan menentukan tingkat

perkembangan ekonomi di Kapupaten ini, hal ini dapat lebih ditingkatkan lagi

melaluiadanya aspek-aspek penunjang dari sektor lain.

2.1.2. Potensi Pengembangan Sosiala. Lapangan Usaha utama penduduk dan sebagian besar di sektor pertanian. Dari

data yang ada menunjukkan bahwa di Kabupaten Dati ll Muara Enim masih

merupakan daerah agraris dengan penduduk yang bergerak di bidang pertanian

merupakan mayoritas.

b. Tingkat pendidikan yang ada di Kabupaten Dati ll Muara Enim termasuk daerah

yang cukup tingkat pendidikannya dibandingkan dengan kabupaten lain di

Sumatera Selatan, secara internal masih cukup memprihatinkan.

c. Diversifikasi kegiatan perekonomian penduduk melalui berbagai sektor

pembangunan telah semakin tampak berkembang. Ada kecenderungan bahwa

pergeseran dominasi sektor pertanian ke beberapa sektor sekunder dan tersier

akan dapat semakin memacu perkembangan wilayah Kabupaten Dati ll Muara

Enim.

2',)

3)

4)

5)

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim

g EXECUTIVE SUMMARY

2.1.3. Potensi Pengembangan Ekonomi

potensi pengembangan merupakan modal untuk mencapai tujuan

pengembangan. Potensi pengembangan dirumuskan berdasarkan karakteristik

wilayah dan kecenderungan-kecenderungannya melalui berbagai analisis

perkembangan wilaYah.

potensi pengembangan bidang ekonomi di Kabupaten Dari ll Muara Enim

adalah:

a. Berdasarkan sumbangannya dalam pembentukan PDRB, struktur perekonomian

di Kabupaten Dati ll Muara Enim didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama' yaitu

sektor pertambangan dan penggalian, pertanian dalam arti luas; dan sektor

Perdagangan, restoran dan hotel.

b. pDRB per kapita Kabupaten Dati ll Muara Enim termasuk menonjol di Propinsi

Sumatera Selatan, dimana PDRB perkapita di wilayah ini dengan migas

menempatiurutan pertama, sedangkan tanpa migas menempati urutan keempat.

c. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor paling dominan dalam

struktur perekonomian di Kabupaten Dati ll Muara Enim karena memiliki

konrtribusi lebih dari 50 % daritotal PDRB'

d. Sektor pertanian dalam arti luas memiliki konstribusi yang terbesar dalam

pembentukan PDRB Kabupaten Dati ll Muara Enim setelah sektor

pertambangan dan penggalian, karena' memang terdapat potensi lahan

pertanian yang cukup besar. Sektor yang paling dominan adalah perkebunan'

kehutanan, dan pertanian tanaman pangan'

a) Komoditi sub sektor tanaman pangan yang produktif adalah untuk jenis padi

sawah, ketela pohon dan jagung perlu diintensifkan. SubseKor perkebunan

memberikan andil yang besar dalam meningkatkan perekonomian daerah,

karena hasil produksi komoditi karet, kelapa dan kopi cukup potensial untuk

dikembangkan di wilaYah ini.

b) Ditinjau dari kemampuan sektor dalam penyerapan tenaga kerja, maka sektor

pertanian dalam ar1 luas adalah sektor yang potensial untuk perluasan

laPangan kerja.

c) Sektor non pertanian menyerap tenaga kerja lebih sedikit dibanding sektor

pertanian, namun mereka mampu memberikan tingkat pendapatan yang lebih

layak, khususnya di sektor industri pertambangan'

Revrsi RIRW KabuPaten Muan Enim10

g EXECUTIVE SUMMARY

d) Sektor industri pengolahan yang potensial adalah untuk jenis budidaya

pengolahan hasil-hasil pertanian dalam arti luas (agrobased industry)

termasuk budidaya perikanan, peternakan, tanaman pangan' maupun

perkebunan.

e) Kekayaan sumberdaya alam yang berupa flora dan fauna spesifik daerah

merupakan potensiyang sangat vital bagi pengembangan aktivitas pariwisata,

khususnYa jenis wisata alam.

f) sedangkan kekayaan alam geologi yang berupa minyak dan gas bumi serta

bahan tambang golongan C lainnya, akan sangat potensial untuk mendukung

dikembangkannya usaha pertambangan dan kegiatan lainnya.

g) Wilayah Kabupaten Dati ll Muara Enim merupakan wilayah pengembangan

yang layak untuk menampung dinamika perkembangan sektor pertambangan

dan penggalian.

2.1.4. Potensi Pengembangan Sarana dan Prasarana

potensi dalam sektor perhubungan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Jalur penghubung ektern dan jalur penghubung intern di Kabupaten Dati ll

Muara Enim sangat potensialuntuk pengembangan wilayah secara keseluruhan.

Jalur penghubung ekstern di siniadalah jalur-jalur penghubung antar kabupaten,

seperti Kabupaten Dati ll Muara Enim dengan kabupaten-kabupaten lain yang

ada di propinsisumatera Selatan. Keunggulan lain yang dimilikiadalah luasnya

wilayah yang ada yakni 9.575 km2 dengan kondisi lingkungan yang beraneka

ragam menjadikan petuang pengembangan jalur perhubungan yang lebih tinggi.

Jalur perhubungan yang dimaksud adalah :

1) yang menghubungkan daerah-daerah terbuka baru dan terisolir dengan

potensi sumber daya alam yang tinggi.

2) yang menghubungkan kawasan-kawasan khusus seperti wisata alam dan

cagar ilmu pengetahuan dan lain-lain.

3) yang menghubungkan daerah-daerah yang masuk kategori produsen dan

konsumen sehingga terjadi keseimbangan wilayah'

b. potensi prasarana dan sarana lain yang dimiliki Kabupaten dati ll Muara Enim

adalah adanya dukungan fasilitas-fasilitas seperti fasilitas peribadatan, fasilitas

pendidikan dan beberapa fasilitas perekonomian, sedang beberapa fasilitas

lainnya yang belum memenuhi kuantitasnya antara lain adalah beberapa fasilitas

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim 11

g EXECUTIVE SUMMARY

kesehatan, fasilitas perdagangan, dan perhubungan. Sarana rekreasi khusus di

Kabupaten Dati ll Muara Enim, dapat dikembangkan sehingga mampu

mempengaruhi potensi pengenalan Kabupaten Dati ll Muara Enim kepada

masyarakat di tingkat regional dan nasional.

2.2, Masalah Pen gem bangan

2.2.1. Masalah Fisik WlaYaha. Masalah SPasial

1) Pembagian sub \Mlayah Pembangunan, dengan pusat-pusat

pertumbuhannya yang kurang sesuai, mengingat pusat-pusat

pertumbuhannya yang ada sebagian besar kurang dapat melayaniwilayah di

belakangnya alau cenderung eksklusif.

2\ Kurangnya sarana dan prasarana penghubung yang memadai dari pusat ke

beberapa bagian wilayah di Kabupaten Dati ll Muara Enim, serta dari satu

pusat pertumbuhan ke pusat pertumbuhan yang lain cukup menghambat

hubungan dan pengembangan setiap bagian wilayah. Peningkatan terhadap

sarana-sarana perhubungan tersebut cukup mempengaruhi laju

perkembangan pada wilayah-wilayah yang dilalui.

b. Masalah Alam

1) Terdapatnya lahan kritis di berbagai wilayah kecamatan dan adanya lahan-

lahan tidak produktif sisa-sisa aktivitas pertambangan yang kurang

termanfaatkan.

Z) Terdapat daerah rawan bencana, terutama rawan bencana tanah longsor dan

banjir yang cukuP luas.

3) Terdapatnya lahan-lahan tidak produktif yang merupakan sisa-sisa lahan

pertambangan yang sudah tidak berproduksi lagi.

2.2.2, Masalah Sosial

a. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk

1) Distribusi penduduk yang kurang merata. Penduduk Kabupaten Dati ll Muara

Enim tersebar di 11 kecamatan yang ada. Kecamatan dengan jumlah

penduduk terbesar, sampai dengan tahun 1997 adalah Kecamatan Talang Ubi

yaitu 134.22g jiwa dan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit

adalah Kecamatan Prabumulih Timur yaitu 32'890 jiwa.

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim 12

G EXECUTIVE SUMMARY

2) Pada tahun 1997, angka kepadatan penduduk di kecamatan terpadat yaitu

Kecamatan Prabumulih Barat 1746 jiwa/km2, sedang kecamatan yang

terendah terdapat di kecamatan Gunung Megang yaitu 30 jiwa/kmz.

b. Ketenagakerjaan

1) Penduduk Kabupaten Dati ll Muara Enim pada tahun 1997 berjumlah

684.831. Dari komposisinya dapat diketahui adanya penduduk usia kerja yang

cukup besar dari seluruh jumlah penduduk. Jumlah sedemikian besar

tentunya memerlukan penanganan yang baik guna menunjang pembangunan.

2) Kurangnya ketrampilan khusus yang dimiliki masyarakat usia kerja yang ada.

Berkaitan dengan hal ini tingkat permasalahan lain yang dihadapi berkaitan

dengan ketenagakerjaan ini adalah rendahnya tingkat produktivitas tenaga

kerja di Kabupaten Dati ll Muara Enim mengingat sebagian besar penduduk di

wilayah ini bekerja di sektor pertanian.

3) Pertanian masih merupakan bidang pekerjaan terbesar bagi penduduk

Kabupaten Dati ll Muara Enim, baik sebagai petani sendiri maupun sebagai

buruh tani. Secara umum tingkat produktivitas tenaga kerja di sektor ini

rendah.

2.2.3. Masalah Ekonomi

Permasalahan pengembangan bidang ekonomi di Kabupaten Dati ll Muara

Enim adalah:

Dominasi sektor pertambangan yang belum diimbangi dengan peningkatan

pertumbuhan sektor-sektor lain yang serasi menuju tercapainya struktur ekonomi

yang seimbang, khususnya antara sektor pertambangan, pertanian dan industri.

Distribusi penduduk yang kurang merata merupakan masalah dalam pengertian

penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengembangan sektoral.

Konsentrasi penduduk pada wilayah tertentu yang potensial untuk

pengembangan pertanian, menyebabkan pemilikan lahan menjadi sempit.

Rendahnya pendapatan Pekerja sektor pertanian juga disebabkan kurangnya

diversifikasi tanaman, baik antar komoditi tanaman pangan atau palawija,

maupun antar subsektor tanaman pangan dengan perikanan atau petemakan

(mixed fam).

d. Adanya ketimpangan dalam kelengkapan sarana dan prasarana ekonomi antar

wilayah, sehingga terjadi kesenjangan atau disparitas pertumbuhan antar

wilayah, terutama diantara kawasan pedesaan-perkotaan.

a.

b.

c.

Revisi RTRW Kabupaten Muan Enim 13

D UeCunvE SIJMMARY

e- Tingginya pendapatan per kapita dihitung dari PDRB dengan migas tidakmenunjukkan pendapatan per kapita yang sesungguhnya diafami masyarakatkarena sektor migas mempunyai efek langsung terhadap masyarakat yang relatifkecil.

2.2.4. Masalah Sarana dan prasarana

Permasalahan dalam pengembangan sarana dan prasarana pelayanan diKabupaten Muara Enim adalah :

a. Kondisi fasilitas sosial, seperti fasilitas pendidikan, perumahan, perlu untukditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya dengan perluasan jangkauan

pelayanan hingga ke wilayah-wilayah terisolir.

b. Pola penyebaran perumahan, seiring dengan penyebaran penduduk. Dewasa inipenduduk di Kabupaten Dati ll Muara Enim cenderung berdomisili di pusat-pusatpertumbuhan, sehingga kecepatan laju pertumbuhan penduduk dan perumahan

ke wilayah lain rendah.

c. Kelengkapan fasilitas umum pada masing-msaing pusat pengembangan yangmasih terasa kurang cukup mempengaruhi laju pertumbuhan wilayah tersebutdengan daerah di belakangnya.

d. Kurangnya fasilitas penunjang pada daerah-daerah rekreasi yang spesiflk,seperti penyediaan kios-kios cindera mata, penginapan, sarana pelayananumum lainnya, atau adanya lokasi hiburan lain yang dibuat secara tersendiri.

Revsr RIRTV Kabupaten Muan Enim 14

E EXECUTIVE SUMMARY

STRATEGI PENGEMBANGANTATA RUANG WILAYAH

3.1. Strategi Pengembangan Aspek Fisik Lingkungan

- Melakukan peningkatan usaha pengembangan penataan ruang pada kawasan-

kawasan tertinggal seperti sebagian wilayah di Kecamatan Pembantu

Penukalabab, Gunung Megang dan Rambai Lubai'

- Mengarahkan perkembangan kawasan-kawasan potensial seperti Tebat Agung

sebagai pusat pertumbuhan baru yang dapat mendukung pengembangan

ke g iatan sektor-sektor strateg is, terutama ag ro in d u stri.

- Melakukan peningkatan pariwisata pada lokasi{okasi yang ada seperti objek

wisata alam, khususnya air terjun curup Tenang (Kecamatan Tanjung Agung)'

Danau segayam (Kecamatan Gelumbang), Danau segamit (Kec. Semendo) dan

mata air Gemuhak.

- Meningkatkan usaha-usaha reboisasi lahan dan konservasi tanah untuk

mengurangi luas lahan kritis.

3.2. Strategi Pengembangan Sosial

strategi yang ditempuh sebagai arahan pengembangan aspek ini antara lain

adalah:

- Mengusahakan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan-

kegiatan PenYuluhan.

- Mengusahakan peningkatan kesehatan lingkungan dan kuaulitas hidup.

- Mengurangi pengangguran usia kerja melalui peningkatan pengembangan

industri-industri kecil.

- Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan utilitas-utilitas

pelaYanan umum'

- Mengupayakan pemerataan penyebaran penduduk'

-Mengupayakanpemindahan(re|okasi)permukimanyangberlokasipada

kawasan-kawasan lindung dan kawasan rawan'

Revisi RTRW KabuPaten Muara Enim15

g EXECUTIVE SUMMARY

3.3. Strategi Pengembangan Ekonomi

Secara umum strategi pengembangan ekonomi di Kabupaten Dati ll Muara

Enim diarahkan untuk memacu peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh

karena itu beberapa strategi pengembangan ekonomiyang perlu dilakukan adalah :

Meningkatkan potensi sektor-sektor strategis sebagai pioner seperti sektor

pertambangan di daerah sekitar Tanjung Enim, Talang Ubi dan Prabumulih, sektor

pertanian dan perkebunan di hampir semua wilayah, sektor Perdagangan dan Jasa

di daerah simpul perkotaan (distribusi), sektor .Pariwisata (alam dan budaya) dan

sektor industri, khususnya yang berbasis pertanian (agro industry).

- Mengurangi ketergantungan yang terlalu besar terhadap produk hasil

pertambangan, dengan cara mengembangan sektor strategis kedua terutama

agroindustri.

- Mengembangkan kegiatan ekonomi wilayah di sepanjang koridor pertumbuhan

antara Tanjung Agung sampai dengan Gelumbang, melalui kegiatan industri

proses, perdagangan dan jasa.

- Untuk mendukung kelancaran proses aliran barang, jasa dan manusia, perlu

adanya upaya peningkatan pelayanan transportasi darat.

- Mengembangkan kegiatan industri kecil dan kerajinan rakyat yang berbasis

sumberdaya lokal. pada daerah-daerah yang memiliki potensi wisata, seperti di

Tanjung Agung, Semendo dan Gelumbang.

3.4. Strategi Pengembangan Sarana dan Prasarana

Strategi pengembangan aspek sarana dan prasarana Pelayanan di

Kabupaten Dati ll Muara Enim meliputi haLhal sebagai berikut ;

Perlunya permasalahan terkonsentrasinya fasilitas pelayanan sehingga sebaran

fasilitas terutama perekonomian yang kurang merata hal ini dapat ditempuh

dengdn penambahan baik secara kuantitas maupun kualitas dari fasilitas

pelayanan yang sangat vital untuk perkembanagan suatu wilayah di wilayah-

wlayah yang relatif kurang berkembang.

Pemilihan lokasi prasarana yang akan dikembangkan harus memperhatikan pola

jaringan pelayanan yang berada dalam wilayah tersebut. Dalam hal ini perlu

ditekankan adanya interaksi antar wilayah yang akan membuat suatu pola

jaringan pelayanan.

a.

b.

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim 16

8 EXECUTIVE SUMMARY

c. Prasarana yang akan dikembangkan berdasarkan kebutuhan wilayah dan yang

dianggap paling penting bagi perkembangan wilayah tersebut. Hal ini menjadi

sangat penting dikaitkan dengan adanya usaha membuat sistem jaringan

pelayanan yang efisien. Berkaitan dengan hal ini perlu pula digali aspirasi

masyarakat setempat yang akan menggunakan dan memanfaatkan fasilitas

tersebut.

d. Halyang lain adalah perlunya sinergitas dengan berbagai sarana dan prasarana

lain yang telah ada dan berkembang dengan baik.

Revisi RTRW Kabupaten Muan Enim 17

g EXECUTIVE SUMMARY

RENGANA STRUKTUR TATA RUANGWILAYAH

4.1. PemantaPan Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

metindungi kelestarian lingkungan hidup'

Penentuan arah keb'tjaksanaan pengembangan kawasan lindung, erat

dipengaruhi oleh tujuan pemantapannya yaitu mengurangi resiko kerusakan

lingkungan hidup dan kehidupan sebagaiakibat darikegiatan pembangunan. Secara

singkat kawasan lindung di Kabupaten Dati llMuara Enim diuraikan berikut dibawah

ini. Uraian lebih rinci disajikan pada tabel 1 dan gambar 2.

4.1.1.Pengembangan Kawasan Lindung yang Memberikan PerlindunganterhadaP Kawasan BawahnYa.

Kawasan lindung bawahan yang direncanakan di Kabupaten daerah tingkat ll

Muara Enim umumnya adalah kawasan hutan lindung dengan luas keseluruhan

mencapai bS.600Ha. Kawasan lindung terletak di Kecamatan Pembantu Aremantai

dan Kecamatan Pembantu Tanjung Raya, Kecamatan Pembantu Lawang Kidul.

Kawasan yang ditetapkan adalah : (a) kawasan yang saat ini memiliki registrasi

sebagai kawasan hutan.; (b) kawasan-kawasan yang memiliki kelerengan lebih dari

4oo/o; (c) Pada ketinggian diatas 1000 m dpal'

4.1 .2. Kawasan PenYangga

Kawasan penyangga di Kabupaten Daerah Tingkat ll Muara Enim Terletak

di Kecamatan Semendo dan Kecamatan Tanjung Agung dengan luas 58400 Ha'

Kawasan penyangga digunakan untuk mengendalikan penerapan konservasi tanah

dan air.

4.1 .3. Kawasan Perlindungan Setempat.

Kawasan perlindungan setempat yang direncanakan meliputi kawasan

sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan danau'

1. Kawasan semPadan sungal

Rewsi RIRW Kabu1aten Muara Enim1B

g UECUTIVE SUMMARY

Kawasansempadansungaiyangditetapkanterutamaber|okasidisepanjang aliran sungai-sungai besar seperti sungai Lematang, sungai Enim'

sungai Penukal, sungai Abab, Sungai Kelekar' sungai Belida, sungai Rambang'

Sungai Lubai. Penentuan kawasan sempadan sungai berdasarkan perhitungan 100

meter di kanan-kiri sungai dan atau 50 m di kanan kiri anak sungai' Luas

keseluruhan kawasan sempadan sungai adalah 3.097,5 hektar

2. Kawasan Sekitar Danau

Kawasan danau adalah daerah disekeliling tepian yang lebarnya proporsional

dengan bentuk dan kondisi fisik danau (antara 50-100 meter dari titik pasang

tertinggikearahdaratan).Berdasarkankriteriatersebutterdapatduakawasan

danau yang pelu dilindungi yaitu Danau Segamit di Kecamatan semendo' Danau

Anyer di Kecamatan Tebat Agung, dan Danau Segayam, Kecamatan Ge|umbang.

3. Kawasan Sekitar Mata air

Kawasan sekitar mata air yang ditetapkan berkisar kurang lebih pada radius

200 meter da1 sumber mata air yang ada. Berdasarkan kriteria di atas di kabupaten

Muara Enim terdapat dua sumber air yang perlu dilindungi keberadaannya dari

kerusakan lingkungan, diantaranya dengan menetapkan sempadan mata air di

sumber air panas Gemuhak di Kecamatan Semendo dan sumber air terjun Curup

Tenang di Kecamatan Tanjung Agung'

4.1.4. Kawasan Suaka Alam

Di Kabupaten Daerah Tingkat ll Muara Enim kawasan cagar yang ditetapkan

adalah kawasan-kawasan tersebut seperti Kecamatan Tanjung Agung sebelah barat

seluas 8.520 Ha'

RevisiRTRW KabuPaten Muara Enim19

oc!a'i

L(!aE(E

9

eE3gEtrl>

=a9!Fl(l(93FEllraFl

=EHF

irlaii.rlai

I

I

I

i

I

.EFE

a€ZE

Je

z

z

zrJ1

=

\

Ea

4l)H

TY(,aFtst

fraaiEttllv

u)H

Fl& 6(tt:

ooE7

a c € - I if,gl=,sg I 'll r$llF33E;t s;gg€g5t;!tii s5l$l r

I

c..iiitl !i Nt,$Hffi I'riirlll

z

g

x

Iz4

gz8zF

A

x

\\I

\,1

aIB

7EI

i -\--\"+:-.r' i:.1:- t\t .J

NStSi-^.\\

*'*etrI

x

r-\i--1i:--)'.\i = "'..-4ii'--'--I ,Fi ,'.:- \

-'\.\=i't I i.'f'$=-/a F -''-r \' i^--i..--.',/ i.'i,/ r -;-

\ Y. irl\ -,* t' ll

<=1)

U EXECUTIVE SUMMARY

4.2. Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya

Pengembangankawasanbudidayadiarahkanpada|ahan-|ahanyangmemiliki kemiringan di bawah 40% di luar kawasan lindung yang telah ditetapkan'

secara lebih rinci kebijaksanaan pegembangan kawasan budidaya disajikan pada

Tabel2. Adapun peta rencana kawasan budidaya ditunjukkan pada Gambar 3'

4.2.1. Kawasan BudidaYa Hutan'

Kawasan hutan diperuntukan sebagai hutan produksitetap' dan hutan dapat

dikonversi. Hutan produksi tetap terdapat di Kecamatan Rambang Lubai' Talang

ubi. dan Gunung Megang dengan luas 165'950 Ha' Hutan produksidapat dikonversi

terdapat di Kecamatan Gelumbang dengan luas 12'000 Ha'

4.2.2. Kawasan Budidaya Pertanian

a. Kawasan Budidaya Pertanian Pangan Lahan Basah'

Alokasi kegiatan pertanian pangan lahan basah menempati daerah bagian

utarapadadataranrendahyangmemi|ikikemiringanlahanantara0.l5%.Lokasi.lokasi ini terletak di Kecamatan Pembantu sungai Rotan, Kecamatan Pembantu

Penukalabab dan Kecamatan Pembantu Tanah Abang dengan luas 115'500 Ha'

b. Kawasan Budidaya Pertanian Pangan Lahan Kering

Daerahdenganpenggunaan|ahanuntukbudidayapertanianpanganlahankering meliputi Kecamatan dan Ta|ang Ubi, Gunung Megang, Tanah Abang, dan

Kecamatan Gelumbang dengan luas 45'083 Ha'

c. Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan

Merupakan kawasan yang diperuntukan bagi tanaman tahunan/perkebunan

yang menghasilkan baik tanaman pangan maupun bahan baku industri' Kawasan

tanamantahunan/perkebunandialokasikandiKecamatanGelumbang'KecamatanPembantu Lebak, Kecamatan Rambang Lubai, Kecamatan Pembantu ujan Mas dan

Gunung Megang dengan luas 310'166 Ha'

4.2,3. Kawasan Industri.

Di Kabupaten Daerah Tingkat ll Muara Enim kegiatan industri terletak di

setiap kecamatan dalam wilayah Kabupaten Muara Enim' sedangkan kawasan

industri di Gunung Megang diperuntukkan pada kegiatan pengolahan hasil-hasil

pertanian dan kehutanan (Agro Processing)' Kawasan industri di Kecamatan

Ge|umbanglebihbersifatindustriatestate.Kawasanindustridia|okasikanseluas9.600 Ha.

Revisi RTRW KabuPaten Muara Enim21

g EXECUTIVE SUMMARY

4.2.4. Kawasan PariwisataKawasan pariwisata yang dikembangkan meliputi kawasan wisata alam

(gunung)sertabudaya.Pengembangan.kawasanwisataalamter|etakdiKecamatan Gelumbang dan semendo, yaitu di sekitar Danau segamit' Mata Air

Panas Gemuhak, danau Segayam, airterjun, candidan kebun binatang' Padatahap

awal pengembangan wisata di kawasan tersebut dapat diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan domestik'

4.2.5, Kawasan Peternakan

Merupakan kawasan yang diperuntukan bagi pengusahaan peternakan baik

untuk peternakan besar maupun untuk penggembalaan ternak, yang menghasilkan

baikbahanpanganmaupunbahanbakuindustri.A|okasikawasanpeternakandiarahkan di Kecamatan semendo, Tanjung Agung, Gunung Megang dan

Gelumbang dengan luas 13.300 Ha'

4.2.6. Kawasan Perikanan.

Kawasan iniadalah kawasan yang diperuntukan bagi usaha pengembangan

perikanan kolam. Kawasan budidaya perikanan di Kabupaten Dati ll Muara Enim

diarahkan di Kecamatan Pembantu Sungai Rotan, Kecamatan Pembantu

Penukalabab, Kecamatan Pembantu Tanah Abang, dan Kecamatan semendo'

4.2.7 . Kawasan Pertambangan.

Bahan tambang yang ada di Kabupaten Dati llMuara Enim adalah Batubara

dan minyak bumi, Namun demikian kawasan yang dimunculkan dalam rencana tata

ruang adalah kawasan penambangan terbuka, yaitu tambang batubara di sekitar

Tanjung Agung seluas 10.80 Ha'

4.2.8. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman meliputi permukiman perkotaan dan perdesaan

a. Kawasan Permukiman Perkotaaan

Kawasan permukiman perkotaan utama adalah wilayah pengembangan Kota

Prabumulih, Muara Enim dan Tanjung Enim yang termasuk ke dalam wilayah

perkotaan dalam Kabupaten Daerah Tingkat ll Muara Enim ' Selain itu kawasan

permukiman kota lainnya adalah seluruh wilayah pengembangan ibukota kecamatan

(lKK) yang ada.

b. Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasaninimeliputise|uruhperkampunganyangada(kecualiperkampungan-perkampungan yang berlokasi di kawasan yang telah ditetapkan

sebagai kawasan lindung) serta arahan bagi perluasannya

Reisi RTRW KabuPaten Muara Enim22

(r)N.f

Lt6llE.E

o

z

E3a2Eqcr>?aE5E9ttrag(?=z7daFI CIr>oACr

Al./ |zi >-rl l\'-, t-rl i\\.:.n ,

in:lllrrillliilljlt.j

'ii I

. 1l lJitt'i:i1

ti

i:t'i

?t;

EisfliI\NgneII

giisiIri Tl = iEl l.li^-- r.'r E i,t:,| 1..l"' r.'i

-l lii.i{ i . -

T

..,ggE sigiEiFgisEs:

aztrl0

z(n

=

Ft

Ezr"t

E

F}c

zFrF'

zf'1r

V

i-{

{

F(5zpH3Ft--{

HV)l-{

rq& v,

oo

q)

HIQo c c

. i I j

zxz?tu

g

a

f_) ,

rii

,a) t)a)

9.L

9!:<J,tYi,l

z?>.2taI

ij.

i)

t

-z-

3

.l,'r',!i: -;lt:.,,-iil,r,rii- ,.Jl, ,; ';iil;

I i;:,;ii;

g FXECUTIVE SUMMARY

sebatas tidak mengganggu pengembangan kegiatan budidaya pertanian di

sekitarnya. Kebijaksanaan pengembangan kawasannya adalah mengembangkan

desa-desa maju sebagai pusat permukiman perdesaan serta relokasi penduduk

yang tinggal di perkampungan-perkampungan pada kawasan yang rawan terhadap

bencana longsoran.

4.3. Pola Pengembangan sistem Pusat-pusat Permukiman

4.3.1. Hirarki Pusat-Pusat Pengembangan

Diwilayah Kabupaten Daerah Tingkat ll Muara Enim, yang dimaksud dengan

pusat pengembangan adalah kawasan permukiman yang sekaligus juga berfungsi

sebagai pusat kegiatan perekonomian dan pelayanan sosial bagi masyarakat di

daerah sekitar maupun uritnya (hintertand)' Kabupaten Dati ll Muara Enim

mempunyai empat hirarki kota yang berperan sebagai pusat-pusat pengembangan'

Yaitu:

Muara Enim

Prabumulih (Prabumulih Barat dan Prabumulih Timur)

Talang Ubi, Tanjung Enim, dan Gelumbang

Pulau Panggung, Tanjung Agung, Gunung Megang' Tebat

Agung, dan Beringin.

sesuai dengan klasifikasi hirarki tersebut, tertihat ada satu kota unggul

(hirarki-l) di kabupaten DATI ll Muara Enim, yaitu kota Muara Enim' Muara Enim

memiliki posisi strategis sebagai simpul, dari koridor transportasi jalur Pulau

Panggung-Tanjung Agung-Tanjung Enim-Muara Enim (sisi selatan) dan koridor

utara dari Kecamatan Talang Ubi dan Gunung Megang. Kota Hirarki-llyang memiliki

posisi strategis sebagai pusat pengembangan adalah Kota Prabumulih' Kota ini

berfungsi metayani daerah uritnya yaitu Kecamatan Rambang Lubai, Gelumbang'

dan berbagai kota kecil lain seperti Lembak, Sukarame dan Tebat Agung' Kota-kota

pada Hirarki lll adalah Talang ubi dan Tanjung Enim, dan Gelumbang'

perkembangan kota Talang ubi dan Tanjung Enim sangat berkaitan dengan jumlah

penduduk yang besar dan dukungan pengembangan yang pesat sektor

pertambangan. Kota-kota Hirarki lV umumnya memiliki karakteristik sebagai pusat

pengembangan perdesaan (lokal) dengan jarak yang relatif jauh dari pusat-pusat

pengembangan utama (Muara Enim dan Prabumulih), sepertikota Pulau Panggung'

Hirarki I

Hirarki ll

Hirarki lll

Hirarki lV

24Revisi RTRW KabuPaten Muara Enim

lJ)c\

.:..l,ir' \:''

zETZJtrl El

a2$q;r>F.D

gg

HE

iE

Aaqlgto{

(,t)

6:-

o

E

o

Zz

==u) r-1)1,

2trl

&5H

TvIat&H

aaFP{ptq

v

l.Fl*l

FtF(,zY&E-{3F

F{u)H

F]&

lJIDc. o

;-1i ?*r

I

_-'=--- ___-_]

II

r-"'- -'-- - Ets-' )

t

E='s

.zF

-zpt:

2-,

t .:. \t_..

. a ':.r'/ ""'...::l i'

I'I

t

25)zE

B

e(<tz (,,::;.rAtit\I1pr2t,5r3 r'

t:| 'it

t

I

I

a J\: < \....t,'\\ .4: \

.t7

',i2.--r 3\'

\;\:e

\-n

t.\ri:

rti7,G(f&A

I

-\

EL:f-

a

A

x

iNNN*@"iztrlI

-Z-'z 4.

rY7:-l {

-z:i<-

ff')El=inA

z

I

lO

(Etle(g{9I

ii::

g EXECUTIVE SUMMARY

Beringin dan Tebat Agung.

4.3.z.Jangkauan Pelayanan Pusat Pengembangan

Secara geografis, pengembangan wilayah Kabupaten Dati ll Muara Enim

dipacu melalui dua pusat pengembangan utama, yaitu di bagian barat berpusat di

kota Muara Enim dan di bagian timur di kota Prabumulih. Selanjutnya, sesuai

dengan Kebijaksanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Datil ll Muara Enim

membagi wilayah menjadi 6 (enam) Wlayah Pembangunan (WP), yang masing-

masing ekuivalen dengan wilayah kecamatan. Dari hirarki pusat-pusat

pengembangan yang berhasil diidentifikasi, terlihat masih terdapat kota-kota yang

berada pada hirarki lV, seperti Pulau Panggung, Tanjung Agung, Gunung Megang,

Tebat Agung, dan Beringin, belum mampu berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu

sebagai pusat pelayanan. Untuk menentukan jangkauan pelayanan pusat-pusat

pengembangan yang ada, khususnya dalam kaitan dengan adanya kota-kota

ibukota kecamatan yang belum sepenuhnya mampu memberikan pelayanan fasilitas

sosial ekonomi kepada penduduknya, sangat dipengaruhi kondisijaringan jalan yang

menghubungkan antar kota tersebut. Kondisi jaringan jalan yang lebih memadai

akan meningkatkan aksesibilitas penduduk dalam mendapatkan pelayanan fasilitas

yang dibutuhkannYa.

4.3.3. Fungsi Pusat-Pusat Pengembangan

lbukota Kabupaten Dati ll Muara Enim adalah Muara Enim, sesuai dengan

perannya, kota (pusat) pengembangan ini adalah sebagai pusat wilayah yang

berfungsi memberikan pelayanan pemerintahan dan fasilitas sosial ekonomi skala

kabupaten. Sebanding kedudukannya dengan kota Muara Enim adalah kota

prabumulih, yang juga sebagain besar fungsi pelayannnya berlevel tinggi. Kota-kota

pada hirarkitiga memiliki fungsi pelayanan pada tingkat kecamatan. Sedangkan kota

hirarki empat umumnya berfungsi lokalatau pelayanan tingkat desa.

4.4. Pola Pengembangan Sistem Prasarana Wlayah :

4.4.1.Jaringan Jalan

' Untuk mendukung peningkatan pertumbuhan wilayah Kabupaten Dati ll Muara

Enim secara serasi dengan wilayah kabupaten lain, yaitu untuk mendukung

pengembangan sektor-sektor perkembangan utama (strategis) di Muara Enim,

seperti pertambangan , perkebunan, industri, pertanian, dan pariwisata.

Reisi RTRW Kabupaten Muara Enim 26

U EXECUTIVE SUMMARY

. Untuk memperlancar pemerataan .pembangunan, yaitu untuk memperlancar

koleksi dan distribusi arus barang dan jasa serta mobilitas penduduk Kabupaten

Muara Enim, serta peningkatan akses ke kawasan potensial dan strategis untuk

berkembang.

1. Jaringan Jalan Arteri

Di kabupaten Dati ll Muara Enim jaringan jalan yang dikembangkan sebagai

jaringan jalan arteri merupakan bagian dari ruas jalan Trans Sumatera dari Baturaja

ke Lahat, melatuiTanjung Agung, Tanjung Enim, dan Muara Enim, dan jalur regional

lintas Barat-Timur yang menghubungkan Kota Palembang dan Lahat, melalui koridor

Gelumbang-Prabumulih-Tebat Agung-Gunung Megang-Muara Enim. Ruas jalan ini

merupakan simpul atau persimpangan yang menghubungkan beberapa wilayah

kecamatan di Kabupaten Dati ll Muara Enim.

2. Jaringan Jalan Kolektor

Diwilayah Kabupaten Dati ll Muara Enim, jaringan jalan ini merupakan ruas

kabupaten yang menghubungkan kota Prabumulih dengan kota kecamatan di

Beringin, ruas Talang ubi dan Babat ke koridor jalan utama (arteri), dan ruas Pulau

Panggung dan Tanjung Agung.

3. Jaringan Jalan LokalJalan lokal tersebar merata di seluruh wilayah Kabupaten Muara Enim.

Beberapa ruas penting dan padat antara lain ruas Muara Sungai-Modong di

Kecamatan pembantu Tanah Abang, da ruas-ruas jalan di Kecamatan Gelumbang.

Ruas jalan lokal yang penting bagi pengelolaan hasil perkebunan dan pembukaan

daerah-daerah terisolir berada di Kecamatan Rambang Lubai, Kecamatan pembantu

Penukalabab dan Gunung Megang. Prioritas peningkatan kualitas jalan sangat

tergantung dari upaya optimalisasi penamfaatan sumberdaya wilayah dan tingkat

pemakaiannya.

4.4.2. Jaringan Jalan Kereta APi

Jaringan Jalan kereta apiyang melaluiwilayah Kabupaten Muara Enim terdiri

dari dua bagian penting, yaitu poros kereta api penumpang jalur Lampung-

Palembang melalui Kecamatan Rambang Lubai (kota Beringin), Kota Prabumulih,

Gelumbang hingga Palembang. Sedangkan ruas kedua menghubungkan pusat

pertambangan batubara Tanjung Enim menuju pelabuhan laut di Palembang.

Semakin banyak hasil pertambangan, semakin besar volume perjalanan. Jalur

kereta api ini potensial menyebabkan kemacetan pada lalu lintas darat di kota

Reisi RTRW Kabupaten Muara Enim 27

B EXECUTIVE SUMMARY

Muara Enim dan Prabumulih. Oleh karena itu selaras dengan perkembangan

wilayah, upaya membuat jalur double track dan jembatan layang perlu

direalisasikan.

4.4.3. Sistem Perangkutan Umum

1, Perangkutan Umum

Petayanan angkutan umum dibedakan atas Jaringan utama (trunk line) dan

jaringan cabang (feeder tine), baik untuk angkutan jarak jauh, antar kota, antar

pulau, maupun untuk angkutan jarak pendek khususnya angkutan kota. Integrasi

antar moda angkutan harus dilakukan dengan didasarkan atas pertimbangan

ekonomis. Oleh karena itu sistem jaringan utama (trunk) dan sistem jaringan umpan

(feede) harus diatur sedemikian serupa sehingga biaya total perhtlbungan dapat

ditekan sekecil mungkin.

2. Pengembangan Sarana dan Prasarana Perangkutan Umum

Sedangkan untuk pengembangan prasarana perangkutan umum dilakukan

melalui : .

a. Peningkatan PelaYanan Jalan

b. Pengaturan Rute Pelayanan Angkutan Umum

28Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim

o)c{

zEi2"1trltrl12{fr=1tr><wHl

Y3FOE2;Ha*t*2687>atrIC

-t

ze3v7

6z

x

- 1- -'*

.ttttl

N

fcr)

E>.\i-S.\

LU

EgigB$ss

c..|

zEI

xIz8e

x

Qo c e

7oz0clFl

SuE7

:------ l.: - ,>f-1 ,: , '-

!

l; ,/ f \ J

z*1

rt);rFrE-t(n

zaz(5zHla

zL)zirl&11Elltr{

z

{ ri'\ ,.cr'l;

? --'.=";151!1.3'\- 21

\

/- -'- - -----.?I <i'rl

.l t"r,"".-t t.r ,\,-

E

ztgI

I -.

eIt,fiq,a3ttI

Ea

E{IE

eli*HAH

=FFf

paX

<;l-(!IE(g

o

U EXECUTIVE SUMMARY

4.5. Pengembangan Kawasan Prioritas dan Strategis

Kawasan strategis dan prioritas yaing ditetapkan di Kabupaten Daerah

Tingkat ll Muara Enim, meliputi:

. Pusat pertumbuhan, yaitu Muara Enim dan Prabumulih

. Pusat pertumbuhan baru yaitu Cinta Kasih Kecamatan Gunung Megang.

Pengembangan Pusat tersebut dapat dilakukan dengan pembangunan kawasan

industri pengolahan hasil-hasil pertanian dan kehutanan.

. Kawasan Tumbuh Cepat (Primer) meliputi kawasan di sepanjang jalan arterijalur

Gelumbang-Prabumulih-Gunung Megang-Muara Enim-Tanjung Agung.

. Kawasan Tumbuh Cepat (Sekunder) meliputi kawasan di sepanjang jalur

Beringin-Prabumulih dan Talang Ubi-Cinta Kasih.

' Kawasan tertinggal dengan pertumbuhan yang lambat meliputi Kecamatan

Talang Ubi bagian Utara.

. Kawasan lindung, meliputi daerah dengan lereng > 4oo/o dan ketinggian

>1000m dpal di Kecamatan Semendo dan Tanjung Agung.

. Kawasan perbatasan, meliputi Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Rambang

Lubai, Tanjung Agung, Muara Enim, dan Kecamatan Talang Ubi serta

Kecamatan Semendo.

. Kawasan penunjang pengembangan sektor strategis mencakup :

a. Kawasan Hutan Produksi di Kecamatan Gunung Megang Muara Enim, dan

Kecamatan Rambang Lubai.

b. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Talang Ubi(Kecamatan

pembantu Penukalabab) dan Kecamatan Gelumbang (Kecamatan pembantu

Sungai Rotan).

c. Kawasan perkebunan di Kecamatan Rembang Dangku, dan Kecamatan

Rambang Lubai.

d. Kawasan Pertambangan di Kecamatan Lawang Kidul, Tanjung Agung dan

Gunung Megang. )

Peta rencana kawasan prioritas dan strategis ditunjukkan pada Gambar 6,

sedangkan kebijakannya ditunjukkan pada Tabel 3.

Reisi RTRW Kabupaten Muara Enim 30

:; ..r.,: l,:, :;, ;;;,'!;|i;i,,;,;;;r;,;r,r;:li;,iir;:{li..,r,,,,r4

c.)

, ,4#*

G,otrIEo, Eg

gEE=2A

EE3fi3E

aa

aaJct

Ea,aE

1g

:ITl

llil

rfutfr s i

ttth=6-L

Ea

E$3lg!8171,2E3Er tt !tl|)tttltaxx)a

| , t',,i'l f:: -

TtlEEEErax

i.Nml nlilI ;tdl!lLl!'r i I

A

El.|

E

3F

tEta

E€a6

il lllt Iuttl

EiiiE$lAztrlItrlFl

a'tiFdF.Jn

zrI

=

zUz.

aF't::

Ea&pEEtIX()aF

trAzFrtADlqt

fr,-l

FlF(,z&F{

E-{

Ha14/,

Oo o o

I

i.- ..3 >J)r'-{1-u i !/ rf {

! r\ ll !\/. I --' /-

.', ig''-:\..'.1 r-\li L'Yr'' \'lr,).-..i.' z

'1lz' '- :Ltz',-a /. :- \.(- i-\ t

vIz5

x

zF

A

x

z6

2c6Ix

h

a:.

aax

.-.{r.r:.,r.!, Tsri

g EXECUTIVE SUMMARY

e. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering/hortikultura di Kecamatan Talang

Ubidan Kecamatan Rambang Dangku dan Rambang Lubai'

4.5. Kebijaksanaan Penunjang Penataan Ruang

Pelaksanaan rencana tata ruang wilayah kabupaten dengan rincian materi

seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya, pada dasaranya perlu didukung

oleh berbagai keb'rjaksanaan penunjang untuk perujudannya. Kebijaksanaan

penunjang ini baik bersifat keruangan (spatial) yang secara langsung melalui

arahannya menunjang upaya perujudan struktur tata ruang kabupaten maupun

bukan keruangan (non spatial) yang secara tidak langsung menunjang perujudan

sturktur tata ruang kabuPaten.

4.6.1 . Kebijaksanaan Penunjang Bersifat Keruangan

Dalam rangka perujudan ren€na tata ruang wilayah kabupaten Muara Enim

untuk kurun waktu 10 tahun mendatang, kebijaksanaan penunjang yang bersifat

keruangan adalah kebijaksanaan penatagunaan tanah. Hal ini karena disadari

bahwa tanah atau ruang daratan beserta sumberdaya alam yang terkandung di

dalamnya merupakan unsur yang utama, sehingga pemanfaatannya perlu diarahkan

dalam konteks tata ruang denga senantiasa memperhatikan azas lestari, optimal

serta seimbang.

Pokok-pokok keb'rjaksanaan penatagunaan tanah pada tiap kawasan adalah

sebagai berikut :

1. Kebijaksanaan penatagunaan tanah pada kawasan lindung ;

Mengacu pada tujuan pemantapan kawasan lindung, pokok-pokok kebijaksanaan

penatagunaan tanah sebagai penunjangnnya adalah :

- Menyelesaikan permasalahan tumpang tindih dan konflik penggunaan tanah

berdasarkan ketentuan/peraturan yang ada.

- Pengendalian secara ketat terhadap cara penggunaan tanah oleh penduduk

atau proyek pembangunan (sektoral) tertentu yang diperbolehkan agar tidak

mengganggu fungsi lindung.

- Pada kawasan lindung yang diatasnya telah terdapat kegiatan budidadaya (non

lindung) perlu dilakukan tindakan penanganan atau penyelesaiannya antara lain

Reisi RTRW Kabupaten Muara Enim 32

g EXECUTIVE SUMMARY

dalam bentuk pembebasan dan pencabutan hak atas tanah, pemindahan

penduduk, upaya konservasi/rehabilitasi tanah, pembatasan kegiatan secara

enclave, serta pemindahan kegiatan secara bertahap keluar kawasan lindung.

2. Kebijaksanaan Penatagunaan tanah pada kawasan budidaya

Mengacu pada tujuan pengembangan kawasan budidaya, kebijaksanaan

penatagunaan tanah sebagai penunjangnnya dibedakan menurut tingkat

pemanfaatan ruang kawasan, yaitu bersifat sebagai penyangga kawasan lindung

dan kawsan budidaya intensif (pertanian tanaman pangan, perkebunan,

perindustrian, pariwisata, permukiman). Pokok-pokok kebijaksanaannya adalah :

- penggunaan tanah pada kawasan budidaya yang bersifat sebagai penyangga

kawasan lindung diatasnya perlu disertai dengan upaya-upaya konservasitanah

secara ketat.

- Penggunaan tanah di kawasan budidaya yang bersifat intensif pada dasarnya

lebih longgar dengan mempertimbangkan azas konvertibilitas penggunaan

tanah. Meskipun demikian pengalihan antar penggunaan (dari yang kurang

intensif ke tingkat yang lebih intensif) perlu dikendalikan melalui mekanisme

perizinan (pencadangan tanah, perizinan lokasi).

Pokok-pokok kebijaksanaan penatagunaan tanah bagi kawasan lindung dan

kawasan budidaya yang mengacu pada RTRW harus dijabarkan lebih lanjut dalam

Rencana Tata Guna Tanah, yang terdiri dari :

- Rencana persediaan tanah sebagai rencana dasar yang menggambarkan

kawasan yang dilarang diusahakan (kawasan lindung) dan kawasan yang dapat

diusahakan (kawasan budidaya)

Rencana peruntukan tanah sebagai arahan letak pembangunan, utama dan

penunjang sesuai dengan strategi pembangunan daerah jangka panjang.

Rencana Penggunaan Tanah sebagai rencana letak proyek-proyek

pembangunan yang dilaksanakan dalam jangka menengah (sesuai dengan

Repelita), melalui kegiatan pembebasan tanah, pencadangan tanah, serta izin

lokasidan izin site oleh pemerintah daerah.

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim 33

U UECUTIVE SUMMARY

4.6.2. Kebijaksanaan Penunjang yang Bersifat Bukan-Keruangan

Kebijaksanaan penunjang yang bersifat bukan keruangan untuk mewujudkan

rencana tata ruang Kabupaten Muara Enim dalam kurun waktu 10 tahun mendatang

mencakup kebijaksanaan kependudukan dan pengembangan perekonomian atau

investasi.

4.6.2.1. Kebijaksanaan Kependudukan

Kebijaksanaan kependudukan mencakup pengendalian laju pertumbuhan

penduduk dan penyebaran penduduk di Muara Enim dalam kurun waktu rencana.

Datam kebijaksanaan laju peftumbuhan penduduk tersebut dapat diusahakan

melalui program Keluarga Berencana seperti selama ini berjalan dengan baik dan

pengembangan pendidikan tinggi untuk menaikkan usia kawin pertama di Muara

Enim. Kebijaksanaan pengendalian laju pertumbuhan penduduk diMuara Enim pada

dasarnya tidak mengalami banyak permasalahan, namun tidak demikian halnya

dengan kebijaksanaan penyebaran penduduk.

Antisipasi terhadap persebaran penduduk dapat dilakukan melalui

kebijaksanaan penyebaran penduduk melalui upaya-upaya penyebaran atau

pendistribusian penduduk yang lebih merata antar kecamatan. Upaya-upaya

penyebaran atau pendistribusian yang lebih merata inidapat dilakukan melalui :

- Penyebaran atau pendistribusian fasilitas-fasilitas sosial-skonomi,

- Pengembangan kegiatan-kegiatan perekonomian atau program-program

pembangunan ekonomi berskala besar yang bersifat padat karya di daerah-

daerah yang penduduknya relatif jarang.

4.6.2.2. Kebijaksanaan Pengembangan Perekonomian dan Investasi

Kebijaksanaan penunjang di bidang p6rekonomian akan sangat dipengaruhi

oleh tujuan pengembangan wilayah Muara Enim secara umum. Dalam hal ini

berdasarkan tujuan pengembangan wilayah yang menekankan pada pemerataan

dengan terus mengejar pertumbuhan maka beberapa kebijaksanaan yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan ekonomi adalah :

- Pengembangan struktur perekonomian wilayah yang lebih seimbang dengan

meningkatkan diversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada

beberapa komoditas utama saja, sekaligus perluasan pasarnya.

Reisi RTRW Kabupaten Muara Enim 34

E EXECUTIVE SUMMARY

Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang selama ini belum dimanfaatkan

secara optimal untuk pengembangan sektor/subsektor ini pertanian tanaman

pangan, kehutanan, perikanan, petambangan, pariwisata.

Peningkatan kemudahan bagi tumbuhnya investasi untuk pengembangan

se ktor/su bsektor strateg is terutama metalu i pemban g unan inf rastru ktur, in sentif-

disntensif bagi investasi swasta.

Kebijaksanaan pengembangan ekonomi yang berkaitan dengan keruangan

akan berakibat timbal balik. Kebijaksanaan ekonomiakan dapat menjadisalah satu

cara untuk mempengaruhi perujudan tata ruang wilayah dan sebaliknya arahan tata

ruang wilayah dapat menggiring kepada pengembangan ekonomiyang lebih pesat.

Untuk itu upaya pemantauan terhadap pelaksanaan rencana tata ruang wilayah

kabupaten ini perlu dilakukan terus menerus sehingga penyesuaian rencana yang

dilakukan secara berkala (5 tahunan) memperhatikan dinamika perkembangan yang

terjadi.

35Rerasi RIRW Kabupaten Muara Enim

g EXECUTIVE SUMMARY

MEKANISME PENGELOLAANTATA RUANG

Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, rencana tata ruang wilayah

Kabupaten Dati ll Muara Enim yang telah disusun perlu didukung arahan-arahan

yang menyangkut aspek pelaksanaannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan

arahan mengenai mekanisme pengelolaan tata ruang kabupaten dalam kurun waktu

10 tahun. Di dalamnya mencakup pemantauan dan pengendalian pemanfaatan

ruang serta peninjauan kembali RTRW tersebut.

5.1. Tindak Lanjut PenYusunan

Oleh karena sifat RTRW Dati ll Muara Enim ini masih bersifat sangat umum

karena hanya merupakan suatu.arahan tata ruang wilayah pada wilayah kabupaten

(Skala peta 1 : 100.000) maka selanjutnya perlu disusun tata ruang dengan

kedalaman yang tebih rinci. Untuk kawasan-kawasan tertentu perlu pula dijabarkan

dalam Rencana Detil Tata Ruang Kawasan. Rencana tata ruang ini pada dasarnya

bersifat fungsional untuk mendukung sektor tertentu, sehingga wilayah

perencanaannya tidak perlu sama dengan wilayah administratif. Dalam kaitan ini,

konsistensi isi RTRW rencana detilkawasan yang akan disusun perlu dijaga secara

maksimal, sehingga keterpaduan kegiatan pada wilayah kabupaten lebih terjamin.

Selain sebagai acuan bagi penyusuan tata ruang lebih rinci, RTRW juga

akan menjadidasar pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Lima

Tahun Daerah Tingkat ll dan pota Dasar Pembangunan Daerah Tingkat ll pada

periode be rikutnya . Adany a masalah perbedaan d imensi waktu perencanaan RTRW

(10 tahun) dengan dimensi waktu pembangunan jangka panjang (25 tahun) atau

pembangunan jangka menengah (Repelita) dapat diatasi pada waktu peninjauan

kembali RTRW secara berkala setiap 5 tahun.

5.2. Pemantauan dan Pengendalian Ruang

pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai salah satu

bagian utama darimekanisme daripengelolaan tata ruang kabupaten sesuaidengan

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim 36

g EXECUTIVE SUMMARY

RTRW Dati ll Muara Enim perlu dilakukan oleh karena banyaknya pihakyang terlibat

didalam petaksanaan RTRW Dati ll Muara Enim antara lain :

- pihak pemerintah, baik Depertemen/lnstansi Pusat maupun Pemerintah

Daerah Tingkat ll, melalui penyusunan program-program dan proyek-

proyek pembangunan 5 tahunan dan tahunan'

- pihak masyarakat yang direalisasikan melalui berbagai investasi

masyarakat, baik perorangan maupun swasta'

Mengingat banyaknya pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan RTRW

Dati ll Muara Enim, maka diperlukan kegiatan pemantauan dan pengendalian

pemanfaatan ruang agar pelaksanaan RTRW Dati ll Muara Enim dapat berjalan

dengan yang telah direncanakan'

5.2.1 . Pemantauan Pemanfaatan Ruang

pemantapan pemanfaatan ruang pada dasarnya merupakan salah satu

bentuk kegiatan dari pengendalian pemanfaatan ruang secara keseluruhan.

pemantauan perlu dilakukan oleh instansitata ruang didaerah serta instansi lainnya

yang berhubungan dengan pemanfatan dan pengendalian ruang di bawah

koordinasi "Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Dati ll Muara

Enim". Pemantauan ini merupakan kegiatan memonitor dan atau mengawasi

pemanfaatan ruang diMuara Enim dan perubahan-perubahan yang terjadi. Kegiatan

ini juga berguna untuk memonitor dan mengawasi setiap usulan atau pengajuan

pemanfaatan ruang dan proses perizinan pemanfaatan ruang dalam skala besar di

Kabupaten Muara Enim. Pada tahap awal kegiatan pemantauan dapat dilakukan

melalui proses perizinan lokasi (untuk kegiatan yang memanfaatkan ruang dalam

skala besar).

pemantauan pemanfaatan ruang ini juga mencakup kegiatan mengumpulkan

dan memperbarui (up dating) data. Kegiatan ini dikaksudkan untuk memberikan

masukan-masukan bagi peninjauan kembali atau evaluasi RTRW yang dilakukan 5

tahun sekali. Pemantauan pemanfaatan ruang dilakukan melalui penciptaan dan

pengembangan suatu sistem data base yang terkoordinir baik dalam suatu unit

pusat data dan jaringan nya untuk terus menerus memonitor pemanfatan ruang dan

perubahan-perubahan yang terjadi. Secara bertahap kegiatan ini dapat dilakukan

dengan menggunakan Sistem lnformasi Geografi (SlG) dengan memanfaatkan

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim 37

g EXECUTIVE SUMMARY

teknologi mutakhir. Sistem Informasi Geografi (SlG) merupakan metode komputer

yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dengan grafik yang dapat

menerima, menyimpan, menganalisis dan memperagakan data yang berasal dari

berbagaisumber.

pemantauan pemanfaatan ruang ini perlu ditunjang dengan pengembangan

sisitem kelembagaan (struktur organisasi dan tata kerja) dari aparat Pemerintah

Daerah Tingkat ll dan pembinaan tenaga staf dalam kuantitas dan kualitas yang

memadai. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan Pemerintah Daerah untuk

membina penyelenggaraan tata ruang kabupaten secara berkesinambungan.

5.2.2. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

pengendalian pemanfaatan ruang pada RTRW Muara Enim ini pada

dasarnya dibedakan menurut 2 jenis kegiatan :

-Pengenda|ianpemanfaatanruangpadakawasan|indung

.Pengendalianpemanfaatanruangpadakawasanbudidaya

Secara umum pengendalian tata ruang mencakup kegiatan-kegiatan yang

bersifat pemantauan, pengawasan dan penertiban kegiatan yang memanfaatkan

ruang. Kegiatan pemantauan seperti diuaraikan terdahulu merupakan tahap awal

pengendalian . Didasarkan pada hasilpemantauan tersebut barulah kemudian dapat

dilakukan kegiatan pengawasan (untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang)

serta penertiban sebagai tindakan penyelesaian/penanganan masalah tata ruang

anatara kawasan lindung dan kawsan budidaya dengan kwasan budidaya lainnya.

permasalahan tersebut dapat terjadi untuk kasus-kasus sebagai berikut :

{. Rencana dengan status/usahatanah

* Rencana dengan proyek-proyek pembangunan

t Rencana dengan penggunaan tanah yang telah berlangsung

Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung meliputi ;

- pemanfaatan fungsi lindung bagi kawasan lindung yang masih dapat

dipertahankan

- Pengembalian fungsi lindung bagi kawasan lindung yang telah

mengalami tumpang tindih dengan kegiatan budidaya atau lahan kritis

yang dapat mengganggu fungsi lindungnya

38Revisi RTRW KabuPaten Muara Enim

8 EXECUTIVE SL]MMARY

- Pelarangan/pencegahan dilakukannya kegiatan bududaya pada kawasan

lindung yang telah ditetapkan

- Pembatasan kegiatan budidaya yang telah ada sehingga tidak dapat

dilakukan pengembangan lebih lanjut, tindakan konservasi secara intensif

- Pemindahan kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelangsungan

fungsi lindung sebagai tindakan penertiban.

Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dapat meliputi :

- Pengarahan lokasi kegiatan untuk kegiatan budidaya melalui mekanisme

perizinan (untuk kawasan berskala besar) dengan pendekatan insentif

dan disintensif

- Pelarangan/pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya yang tidak

sesuai denoan rencana

Pembatasan kegiatan lain yang telah ada dengan ketentuan tidak sesuai

dengan rencana

- Penyelesaian masalah tumpang tindih antar kegiatan budidaya (baik

status/penguasaan lahan, proyek pembangunan, penggunaan lahan yang

telah berlangsung lama) berdasarkan berbagai ketentuan perundangan

yang berlaku, SKB Menteri-menteri yang berkaitan.

Dalam pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten, peranan koordinasi

dalam pemerintah daerah tingkat ll (instansitata ruang serta instansiterkait lainnya)

sangat penting. Secara instansional, halinidilakukan oleh BAPPEDA Tingkat ll serta

Tim Tata Ruang Daerah Tingkat ll yang keanggotaaanya mencakup instansi-instansi

BAPPEDA TK ll, Badan Pertanahan Nasional serat Kanwil/Dinas (pekerjaan Umum,

Kehutanan, Pertanian, Perindustrian, Pertambangan, dan Pariwisata).

Untuk kasus-kasus khusus apabila pada tingkat ll terdapat permasalahan

pengendalian pemanfaatan ruang yang tidak dapat diselesaikan, maka Bupati

Kepala Daerah tingkat ll dapat mengajukannya pada Tim Koordinasi Pengelolaan

Tata Ruang Propinsi.

Revr'si RIRW Kabupaten Muan Enim ?o

g FXECUTIVE SUMMARY

5.3. Peninjauan Kembali

pada dasarnya RTRW Kabupaten Dati ll Muara Enim ini harus menjadi

pedoman keruangan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan' Oleh

karena itu RTRW perlu disesuaikan dengan gerak dinamika pembangunan dan

keadaan perkembangan sosial ekonomiyang terjadi di Muara Enim secara dinamis'

Agar tetap sesuai dengan gerak dinamika pembangunan daerah, RTRW Muara

Enim ini perlu ditinjau kembaliatau dievaluasi paling lama setiap 5 tahun sekaliatau

bilamana dianggap perlu oleh Tim KoordinasiPengelolaan Tata Ruang Propinsil.

Peninjauan kembali atau evaluasi RTRW dimaksudkan untuk

menyempurnakan atau merevisimaterirencana dengan mempertimbangkan kondisi

dan perubahan-perubahan pesat yang terjadi di daerah. Penyempurnaan RTRW

Muara Enim perlu dilakukan jika hasil peninjauan kembali (evaluasi) ini menunjukan

adanya penyimpangan-penyimpangan yang mendasar antara apa yang perubahan

yang digunakan kebijakan pemerintah, perkembangan sosial ekonomi, penemuan

teknologi baru dan sebagainya sehingga materi rencana perlu disesuaikan. Dalam

kaitan ini, peninjauan kembali merupakan upaya untuk menjaga fleksibilitas dari

rencana tata ruang agar senantiasa sejalan dengan perkembangan yang terjadi

yang mempengaruhi tata ruang kabupaten..

Kegiatan peninjauan kembali pada dasarnya menjadi tanggung jawab

Pemerintah Daerah tingkat ll melalui Tim Tata Ruang Daerah (dengan

kean g gotaannya yan g bersifat antar-in stan si)'

40Revisi RTRW KabuPaten Muara Enim

g EXECUTIVE SUMMARY

INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN

Salah satu fungsi RTRW adalah sebagaiacuan bagi instansi pusat maupun

daerah Tingkat ll dalam menyusun program lima tahunan. Oleh karena itu, arahan

kebijakan yang tertuang dalam rumusan-rumusan rencana pemanfaatan ruang perlu

dijabarkan dalam bentuk indikasi program. Dengan demikian arahan-arahan

kebijakan tersebut kemudian dapat dioperasionalisasikan, sesuai dengan alokasi

tempat dan waktu yang telah disepakati.

Didalam menentukan indikasi program pembangunan tersebut, dilakukan

pendekatan melaluiwawasan wilayah dan kawasan, bukan sektoral. Pendekatan ini

ditempuh untuk lebih memberikan arah pada sektor-sektor bersangkutan akan

peranan sektor dalam kawasan-kawasan yang telah ditetapkan. Dengan demikian,

pada satu kawasan dapat ditetapkan teading secfor-nya, yang dilengkapi dengan

sektor-sektor penunjangnnya. Pada satu kawasan diwilayah tertentu dimungkinkan

ada lebih dari satu teading secfor, karena kompleksnya problematik di kawasan

tersebut dan terbatasnya ruang lingkup sektor pembangunan. Oleh karena itu,

melalui pendekatan witayah, masalah tersebut dapat didekati melalui forum diskusi

di bawah pergerakan dan pengendalian kepala wilayah.

Secara rinci, indikasi program pembangunan atas dasar wilayah ini dapat di

lihat pada Tabel4.

Revisi RTRW Kabupaten Muara Enim 41

oz=ozJz.@

$Yz

-(,,2.;i<=m2>l:ur'o

z.UIo.z.

zU'Y

=dll,lJY

cDs

* E FE b,r, E€

gaEgtigEg-Eg

gggggiEEEggEgr

Er{)

IoL(U!Icort,co)

c(Uo)cflzct).Ec(It

ftfdc(It

fit

-oE

CDc(u

c(!o-'l,oc(lt(U

CIo

JcC)tc.t

c

cG'o(!

=G'.t4c(!vc(5

E(ito)cc,FO'EE{)cE=

Ct0-o

CC,(U (.)

Eo-goE9ssEd5 E

d,b E<a<

l.lo'6

l9slll -clc IlsFlo#Itt)(,'to (!lrz Ilc ol(U |,l5 cl(U 0

laFl5 *.It +l=?

l€{I g,*

l*ul'

.lg - igilsE$g!{f sb*Ett= Eeol(/).= o 6

l'I oo 4

lsBf E

l?: Fsrl$ s* [E

Ig FF3;lc e€EE

l,

Il-lclf

I i .t-| 3 {E

ls;il;Itztr ? ql.ulrJl--loa.F

F,t5t Ft.- IE2 5;* *f i* $$ gg E

HFE qfi-E

gg**igIit

[€ HEEiS'&*

EF$;E$gFa

gEgE, qE-Pf;EEEE$ E F:=€:e=- sxEES - Ho

EgsEr$El$;g

oE(!:t

oo,cJ

c(Uo)C(,T'

o25clzJzd(UFrDcoEs=@a93,<(!vi

U)ulE{LuJYcoxooo3oocIUa-(lc(!Eoo-

G(ltoU,c(It

I

cEet!q)

=oEDco

c(!0

Ec(')r9=-?=srtF65E)io-YO

ga*fug*

(UEDc

!t,cco(UstCgE6.Jlz .=-xfttr,.v. cru(Uo_';3Pr!ii o-

=3

oJtoco9frS?GEE-a -cA|[CL6Gi-o;.YgEvooOo(\l

FE n+;Ee

:t g-;*Fgg

EgIEcEE$esFee;F;: g !.s

0)- ClJ

c o, j'a (U c

$ qE= ppfi EE55O a tU o-c OlzTrtc(Uo

Egf; s-;I: F

PBgEs =P

EgEi $xEECE;EE I

(!_(U'6 oa

tssrdgc.=9k<F-o.llEEcrocL(lgsv)<;o-v,

_9

Yz,

ozdl

=uJ(9z,r.llo.

42Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

oo,o)

cf(IlF.N(f)

cizar!t&.Lr!vfilJoq)oo)cE.Ec(!o(lt3G'vo()gvcoEcG'

t(,CDcc)(L

c(lto)Cfitc)0):<

ggsgte=.g,lgg*gieEEdl

glEggtggggAgEgggggfl-;gI

ttalelll*efllaSellE111flggg1gEgpg;Ee'EEEIIgiEFtiFg*}iqEgF F

eEtis;e;sis l,eltta la*ates{lala*l'l'l'

ggE,g.lerEa,lssEaegdgggf;e; ;g s s IE*e€E lggElEE'*[E; r, r, r,

BiE,l.sgEEElEBl,ri*$;g= l* ;;*u*g l*f,Fg l;gE$gE |fisr |[lt lf;:s-9r

43Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

8 UECUTIVE SUMMARY

g €* !tg* E F* gf;E

E€fr TE qEE;EE fsE EFE

$Eg *l E;;sr*r_ga; t+gEgFgq Ea E;e

EE*r sFE E

gElIgggE*gggaggE,

€E-(llo-

o) =.=-.8 €9F.E EE

EE EEr c9t*EEE-9

rg aH'eo)s -.= -c g)

qg$ PtE

$ gE ggE

- *E€ Z =,,39gi .$qi, t ? aetBEr

esggle-ESggEgEEEtFg! frggd;

zzs&.lU(L

lololf,laD

c(g.oEJo

<9

.:o(!

.voJ

cbo-o.E ._cE R=E 5(,)Q' ^L?

= E.Fs EgaaOE bes$E9;-8-86 c= (! OE, E5 E ETF Fh E F

eF Er= g SiiE 3-:'E F Eto Et.g E E

Ea gEI t 3

a aEB* 8tEts-^-(uc-cA<:(!tSqE F!?; sg*S

EEgEEI

P .u y 7ss._i -E *gE$ge? E EEE;

=E*"o i i€

F# 6 o S; P H E

g€aEE?i 3E

tl

Lo^E '65Hf b;E5- .1-e'd*PPE

1fi- E6EEF?ft E+p9;s;frc €*EsgEFgE{ E:; EE+ Eg* EH5 --',- i3dl"o

-

o6(nz.

ogYz

^:{'-t OJZul<oc0<>F IJI(,zt!o

z,

z,

U'v

=dlulY

oz@

=ul(9zulczzav

=(nUJY

zFuUJ(,zlrlG

?oE=oz,U'gY!)z.ltl

44Revisi RIRW KabuPaten Muan Enim

g) EXECUTIVE SUMMARY

lo

It E E s.

lg t EsE EiIE g E€e €El: "*sBEE Hxl$ €g*6*es eEIt .sEE;gg

F$,

ie E E;E'e q-s; El_? u EF qE 5€ 9'a

E ea$5€E-F€FI

l, | | t

I

I

l.- -Flfr qEl; E Slc (U';lPc .=lxsElc tr-=1(g (U tr

l8 P;Ig FElE*fite €.E

l'Il(tl'ails,g t 3

lqE H "s

lc J! -IlTE E b

l$gaFI

l'

| =^ ?E| ="'f; a1i E

1*EEI+EeIiItISe'EoeE 8Et<: ;lrftetrt_9t+

,E tr g .€*E g

s; E e**gaFtxt3E EfiEEiEfEIE

EBEIEEEEEEit-

[EEFggEEEEg;Eb

cocGGocoXo,c(llltEIUo,cc)

7(toIU

=(U.v,'6uc

'6oooo,c(ll

cooo

=l(5t-Y

H.g H P

* H H EEEA-o = E !Y (U -C; E OTEFEiE 3 3i=P'aEt h f Pxgg,:i 4_i5*EE6-

3:$EgEEEaES

6o---eE€ -

e? g. -B'E E

5gErEE

$EEeE$

ct o-

= E EE

E€Q g Ee

*I?I?EEEis :tl(UurcFrto* E3EE8 99E".-rS?o

trt-a

=otl')coE)olc()Ev(UT'oo).otc:|l)ocGc!

.c)

o.o-

E

,.-8. E.3r9 csgP -s. E

E[$ : E

gEE H$E!.8 t€??; ,F s !g.B?F EgFSEE$tqEE€t9eeg

=o.-

.EE HE E€qEE Fs Pefi€FEEF+$gE-rEffi

-86Y -='d-g

gE E;gqtfiEg

grE-g,5 f€:E E $s€tg$:>=o.vi *go=o(IJJ

d

45Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

' ltr ct_l€ ;- lg Ft B

tP Hs€g lE is E*

It-Ea;Ec lee+f Etls r n frE [€l;gfiEEEE lEigb*$EIiEEgEEE rs stge * E

tFr;E;'FF l!-ggEEEeIHEsE*EB I€E€FIFglSEetTfR l>s=3eE-*tEEE

s'EE"

I,,,,1.,,I r tl clg'al- =E i ElHt-tlP stEpg t'r ti € $eE

EgggfigEglflgai-tgtl, | | I | ' l'r | |

I l.:z

I =H(.u lE=€*

IggggggaIEEaESalll,l'lsE^ iE |

=l=e;s= i$g l-s=t*

fiq1aiaia;aa pErc*

l* lod

aOl

gg s,tgE lsate.t69

-g€EF?E

o)ctU

o,coE

o?6F3ceO

Jo_x'E eeg=..Fo)iFFE&E

!Foor -'= lzl+g €l}<,=

coE(!o-!Eoooc.qo);9fr.= ttgE

"oCr!\, (!=Eqt(uO:!ctroxa-}<

F6)qE()EcGu,cq)1t

6fttc)or')Co

=B 8,,9E; HF€*:$ gts

;(U

(U

EG()c,vEJfd)a,lt(lt.YoJ

LIfitlu)l(!lv. l([l.olorlcl(ulclIUE)c.)zTD

€Fg=ltil a)

=s9r$bRoii

I

tsoC(I)

.c

oozc,oco.v,

IZ)o'6c(lt(!tC)oc)CL

I

(Uy'eJ(EEEEv jj 5'nbEil a:tiCckg sF ;'E*E &-o o.-oJz !

g)

=trJ='=)(trEFfc

e FEg[$E IYE:Cr=3sE_-. f c)ge*

.:o

ovoJ

ioc([.v,'coo-

(U

oooo)C(!

cooo3fit

lY

lr

'-o,(lt-oo)-

;;6\-vcf(E=u'=(UP

=6GCL:<E

I

c|lto)coogt[o.;s(U,(5

Ec(!otc(u-oEoo)Co(L

I

ci)c(Il-oE:'c,o

l- .l-=

lqgl(ll .-tFvt6 qtffi!l-9 e

Irbl., d

I g'$

lo clll O

lEn

IFEI

l'

I

I

I

I

t

I

I

I

I

I

I

I

t,l(l)lYl€lollcl(lttolcliFlcl-ol()lvt=t(U

l-I

I

46Revisi RIRW KabuPaten Muan Enim

N uECUTIVE SUMMARY

Eo!a)

47Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

rtea**-tBsEttEs

gEiEgEEgsi+ ig,

gg, **egg

B$# gE

E gE;

EE EE E EE t5 Hgg *rlal

(lt

fil

Ec)o-oco(!,-(sadof tt)U|-ooc)U)o_o)cL(Uptro .)3

dtr.boro_

s$** -E =l E

gietgggliegE,

(!?EEF.T S Ept;i

E+ pg* sot EE;s=ts=geffP'.-y Cv aD

icuE$'H

;e s -H e rE E

i;E E"e* $EtFtSEHE HgAEEg

lltl

F

$ s:Ea -(! O; cll ot 9E cg xi :r:ii b.xza-Ey

?

rugE,_ ?

ggP-*

n t FE.FF HE;$?. L':,(9'e

f Fssi(! ..

X q*yjJd

c$.Egl*dJESss+qEE *.=:Elz -'t

[;Ec@*(U"9'6;EE-9d

s ErEo afPc ?oc

fr gss- tcE$ -Egi

EEE EE

EEFggE

A] EXECUTIVE SUMMARY

l:E lafl

EatEltn

E Eg

lEsEEsl=1ls' l€ |l€ l$ll€ la I16 Il-clEl

laea '= l; I

lffaat li I

lEEEEslil

IaEEgEr'T

IEEaEElag

lE*i:'li_lpese316c Ha=II

;1;*J*,*=ptiE l,3l

[:**EEEEllfrl

lEt .' FE

IE$ E ;;IFF g gal&g e EE

lge ! gE:

lEa :t;€li s e g;FE'

,lggssge;g

Il"Elitvt-l-(!16()-

t66156IFlo16tt)lEcl8- Etol_ € FlP; Et'F! clor.9 E

IEE 8-

IFI *;E a

lE; eE s z*

l€ ac HEE ;tEE$E's I E

E;fr$aE E

laafi egggE

IE€ggEEE+lgeEseE=aI

t'Ir s€ *se*lBF*xJl= € Ees

l;. gt F;; s

It=€

l:"-

.B;; F F€

iiEegg#

g*i$YgeC

Egg'*'E';

2 *pO, #6^c Epr ep

i;o ct.c9il Es- 95';i. o)

.-rC.= or; oq'lz oE ^P .:E -

E'E tgr€gE H'E

sagsEE IEeSEEEE,

E r€ iEe* e

s*E r gE:aY Ve 6 X'.]Z

,E FT gE s [FdE FE:T ^ E

-EEX$ [EE;iEPEfiE;P

iv c€ 3,P.- PE,iEFTEEEgsi5&8_dkv.s-e

cofo--oGv(!6x3

CD6.ooo

.EcUJ

(!6

c

)Eoor)(

rU6:c(!6oCL

o(!.

-o(!Y(6

xttc.(!EooYEC)o-c(!G'6,

'oxIG

tt,

oc|EY(\'

gq)

(!

ox

:o(!E65c66EYoo-

a

t9E,o.zooou

tFv)z.o

."i <'.s#<o-dz.F<oz

E=uloz.lllozzU)v

=dlulv

rll

g5E (6=

E 3ssO .'€'n+ Fd==+ 6'E E6L YrrJF-

FCIOtrzeH33

B\l

4BRevisi RTRW KabuPaten Muara Enim

.EJ EXECUTIVE SUMMARY

g "*Fg

e:i$

;BE;agFE

B$Ee

i g:e

: EteooooccLcLo

ooo,6oo-

oEcoEoU)oo:a

I5E .H g gE€ H

IgEEE q eei E

lg*E$-"F ;EF E

tEag€;F a:e ;

lc sggEa=ur i :

lftEF€EgFgB,EI

l,I

15 EE Elo o)ol-o 66l-C -oE clq 6c E

lesg $ g

E:;r E5

ls e;F €$l9gc _6 0Jg

IE EEE EG

le;eg=ap

liggae gE

IEE$$?gElbEgE-s'El5!ei€:=€l5E; Di.8I o.9 I E gE

IEffi:E5FEE TEE gE

lsE aeEsgl$Es eeF6l,

.l6lUIlzl< ^cg 12 E€

* lF ct cD 6(

iel;sEgEs;FaFEges$9s$s$$lleI J,

lN

l: '6xIE € 6

IFEcE e

tgE:€Et5E.E -el*cSEc

lE E e;cI=gEE?ls€Er?lHgg'Fl. er: frlg5i5E

lFEsc€It,I

l6

l6

t:t6l6

l6lElcl€IG

l6l-c o)

lE .clo, ;lc GlE sl-Zl'a slP !IEGt!

l.A i2l? o)t6I('I:Et(6IF J9

l#Fto x19 a16cIEPlE 6It2l€ geleEeI

l,I

Es I e3:E$E. 9,^ P.- E EE

g#tlp EE;€H

reslas$S$!il?28IYJO

IJI'

cc66FE;o7vo(E

'= l.-

EE[$s* rt5'Q:s s=gIge

EE sTE.q T E,

'ftt Et

Ee;E e;€ .9(6 lZ f (6 (6o tDo (6 kq.E I n K=cE;.u)E.gE IE

lss EElJ(!f (g c

lE $.=E -E

It sEEB sIg E;'E

I; gEa; E

l' ;gE$ t

le egEE s

leu€ ls: F

legSaEEg$I

Ila c|(E 6t5€l*bt6 x16 - ol+d=lo : Xtce=l6Eli(,)=;lE 6 E=ls -$ EEl=E' 6-#

I;E: g fllgE [EIE€ E E'gIEF: gsl==E P;l*-ea eAu

I $E EE gg€

l;E'FE€E15 gac E$E

lg€FE€

g=

I

13.;IYFlg)lo

l=lq,t=

l(,lgdtc oli\ Yt=,aI(!tx

t'I

c(!cn

(E

oG'H6f4

CI!6

(gx6vo)'vQ)

coG

v=Y.9E6oo

(66

=6E(goE

oGE

I(!

6Eo)

66

iD -g

gB-O6JE-LC(l)G9rgFHE:-o6o-9:<@= -9E gE o-?? EP@E:e.E g)

EE E

P'-9 i668o)o 6<O-E

.c,

o6

o

v(I)ofovooao.6o-x=Eo)E(Eco

'6Y

Go,c)'o_o)('Iltro-t

l8o,cr(6

i6

I

tF\lltJa

Eo)

EC'c)

'-o,(Uoc6o)cG-oF0)*oCL

E66

x6Y

-O

*€EEE€pP g-EE

$o/ogFP

EESEsiSE5E€5zv=a-;OXr* e=,x iE'=

EFgg

(6oo(!oo

(!x(!oe(l)

zo4,to;iEEo<ZEuJ t-(L(/)

E(uEE

tlEoI

c cDo ogE F9.E E*5()5Ee

*eE€-r _cy

e$pE..:ooY-3

F6)

5

zU)

=

49Revisi RIRW KabuPaten Muan Enim

CJ EXECUTIVE SUMMARY

g(qCL

.EE=

FF * EgEE o €orFE 'd 6*'P8-pE =iEssi E*

[Eff"*=BEE

fi Et$aEgg

sasFeEsg

(q

(!

o

EG+-

c6oa)x'6(6

Y'6

avo(U!'66Y'6coc

G

oYb

ZE-'6 aE(5 r7.=E E-xgp sE

=E 5EE i5- Y oE fi-sFq

$$ a€FE.E E X E-o x-o x (q

E5E FEEi[:HE€ PE 8

*EEE€t R8-5'av F.- o-cl9 P E: E

$.f#5p

.EFa2a _ 3=$ E eg

.'p E :.gH$ E'sqEE E EE-gE E E::; t, ;F'*9: € ;E

ggEEE*Eg,

rea *a E*FE E

ii:'geF-*E',Eg*

i,g;ggEggAEggigEg

Lo

.-3o

9EF=

E*baytr

'e

AF

9sEFFE

.eF

.e.tEE -zE-

F t t*lfi €sZ.- E \?aL+n F 9Fs; €o-g* i EP,gB Eg6; € t>1g16! EBaV S p.6'FE eF6C E F.;s'E 5F.s- [ s€58 E;

E;'* ;g$F gE#E',e5 6358 A3E$EF FFse 8P

6'6G

6

.ac)d

aooox(g0EO

=googci.co-Fo)h9EooEA-6p.= _Ea=5Ed>

p E ggF EE iePP*t B'gsE

*neE E i;i;'EFufi; g:Fg-

tEEeg *tipltt:ig'g:'EEE;FFE:s $FsFEF$e5c €s

50Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

M EXECUTIVE SUMMARY

:zl-C(\tc(!

{)Y

'6o)

t9'a,!oEba'6,^c(! t!h5ro)Y(r)lltr

(!

(!cocoE

o(Uc

oGtooCo.Y

'6o)C

'6C

EoEtDco

C(It

EoCoCoEococ{)rL

o.=ET+k

o IEehtE*6:s ft(UfcEi 3Eg5.y,4 v

{.

cGf(U

coEq)o-

3.sE

FEFE

(J-U)

iBHzo&utSutA.lDF

=:ZFcocfit

o€tsI.= (1,

O)l:ZFo(].<=

:zFo

C{!cC'

q)v

cq)

EoE(!

(!COsgEE P

EgE6I ctrc(u6 95(L tr.C

*

:E x E=- :t')

r$?:E r*E fi F gE

ed,€pFs

EEcD.=

9-.kso=(!-c2'avo:FE:(UEEd.9Po6S=gn

tatti atglegl

aeEeE*gEa€E?H

5r!

gE>o!! ct)tr9t'bNo(.)F9d--9ocuqdE(Loul(L:Z

z

(!t'){tt-o(,

coE(uC(5cq)

zz=ozt0

=ulo.z

=zr(;fii(/,;taqFfi

Go-

-4

zozulE

{.t

o(ud

8s':<5g6CFF-ostrEb<(L

-oEC)(Ld|l):<

ozZ{'ojzEJ

!c'3

dl'69suOTCG

G'o-

9oF.!:o

U)

Eqt

d,oILot!::o

c6lx(!l

llc,Yca!g6

o(!lICo

'as?6

=3tl.g

51Revisi RIRW KabuPaten Muan Enim

* EXECUTIVE SUMMARY

FEvEID

i gi 'E ,j*-bFb 5=,8 q

g cE{E nE*tf;$E

*gagliEgaEgggg*.1.**

Ct(U;ft.o'iE:EILrolol

(t6otCoc(U

6.'6)!).vc.gtiErCIt)

I ct)ci{)itL

{.

c;.E

;6iaLj:([i€,_i

t!cc(!=(t

t'lco3EG't

(U

C)o16o,CJoLGoGEco:ctv6.G

(!'ro

q)cojo

Jo()Y

E'C

E.,6oa!o)(u3oo

6aco.v,

rL''(Uo(lt'=o.av

.(U'o=rc)E

!=r(ll,{U

.a(!-ooo.Y=co(L

t=))

1.==B+ct(t ';oio!9'ta)(

-ld;ior!ciG-EDro).:oiE.loao-!.E'cG

'Gotcf.a

I

Ecul

ooa)

'6g)

(l,-oc(ltE

c(vo(l).voao(Uci5

iac

:o;r.ciG;.-tu;SL{

lri:l:t:(ulLIultrltlo ''i>i!;ziJ,cltu,r!aOY

E;c(u

t!EoJ

((o)cfa

o,G-oEo6tt)c(!s(ltc|l)a

oriC;6icl(UrCLIolo!t(!'(ET'.zt-oc6.r!'6,c)v

E'c(u

t!EoJ

!qo:!; (u+E;Egq9'6'=EbE>-o

t-t;lFlcl(!IC| (\tlo€l(6 /t.= olovII:llFlol(L

lo=I

l-IE ElE -8

IEElctlE o

lEtla"I

laII

IIrl(l(l9[lc rlc (l(ll t

litItr,lE j5lr I8l€ 1-to)i/!lo iflP.icltD Isla .:

I

l*I

I

l(UIEltc

t?l(!'l.!zlolaIlcloIElclo-IEI{)lil'I

I

I

I ;ff fiI ::= U

I H&P -Ie€ E E ElovoofI

IYlFtolcoItLl<=I

l.- orlg, 5l$E t E=l: t Et aT H

lc E gpEE s;lEtE€Es€ g

ld b.d &3.35EIl** *

lE'EuEfl*,ngErgtiE"E F;t E $ s;g e: p

IgaiEFlggagEgggl**.rl- ' -IF

lg9geB''F=g'$I

l=3 tfl<o q- 6 -laz 5 0*

lid=HfiEloI

52Revisi RIRW KabuPaten Muan Enim

":} %ECUTIVE SUMMARY

I s | .-I a | .qk| .9 | EEI ..i | €El E{ I *5lEEfr= | F;lE95r I 5€l-YI:zItrFlr-le 3 lEl*-t= I t=

lgr g' l*aiG 5 - 5 c lq c

E€EFI E$l[3 H'E F l.*ElEI:E; lsE16€.sn# lt *l*nl*tl

Bss$*rs[EulcEEle

=rtEet tr*ggea g

l$

EigEE$g$iEFE]gigFE Ig** a loo {' l*I s- Il" I srt lu aE€ ltgcEE l;€6E lHs$,.Efi lfiB;a r-- l=llG

I l!lt?lzlSl*= l4o c133 l€EE'E,4. ft- o d,llIrl'

€c.

gILC(!!

G

coGFcC'

.YcIU:oost65.!zLoU)(U

L(!

C(U

(!Eooo}Z

L'6oo

o(lt

(lt

a)

(!(tEc)G'(5(U

C(u

Eoo.c(U

r=ortticr(l,ictlc, (tt

i&*

)I;€Ly-(ll7E\tEE0(Dio

o)c=oEotttc=|1).o

o>\:c(U

too1'

oGcoCL

<,g

G

g(\to:=o

-tL=6J(U=cti5

oE(UECC(!:P<cc(!=c!GtclG:6'to-r

*J0iEo€coxc(!r5oE)c

C(ur.=(U;

.E6v

C;c:oti<I ct)icrcig

oE(UCoc(!EGcGc(l)(L

*

;EIJ

rf,

D(ElE:(Ufc,(!

!FIEFiutr=G!9Gil6,o-o.

a

*v

='.?or?o)cc((!)E)egt;

F!

;!(t!fteEIe'!FJ>i.>'i(ltl

C(5,(!

'EG.(){))zl

(oG

o-vc)(L,ol(tr

.sio:

.=(U

c)cEoc-s

rlE(u

ic:(ttiE)q,:CL

| -cI -(EI YoI l'FI Hxlurf- o1(l i (!l-= o.=

lovol,zlF.lolcoto-

l<=l-l'c| .s9| .rzEI o:lc tr ulo 6 clu oslPg,TIEEil€e iI

l*It(!t(!I E.IL:loS illV t

t= a) j

tk.3 i

l+g E

lEsIFE

[reIEBI

Ir.IlqILIJtolct

lr= Et.= ol<FI

IILl-<lg.s

Fsl"I

I

53Revisi RfRW KabuPaten Muan Enim

{E EXECUTIVE SUMMARY

.gctc(llF

f()'oC'.9.o

g

E-E

E€EH; P6;,gF [,9

*

€E $EEE EIt F t-g;

gEI*EE

EF.FFe--

oc)YcE€^$€-EE OO_

35e

flr3'es{*F e;9FEP

-oE(,(L

d|l,v

([(U!t!t=.oc(lt(tr

.i.{.

ggEPts00(L (ll

.(!c-$lE.F Tfil* tro= o

=E-Z E E.= tD.= 6AYOF

(!

.cc(!r!.v,

=llEC)ocfit:o

(!(UoCctEc,CL

c(5.v(!C:to,€tE(5CLfilT'Ctttv=c)CLT'

(!CGE-q-og,cN

cGJsc(U0

,(0'!fitY

n

o(U

'6o-

cDc(tl-oE

oq)

co.vi5

(!oooC([:txri

C(!c(U

-cq)Y

o(!c

cG'6y

=6jjot,xCG

!,a

(5

coc(!co

t(5

E(!ctor6(lrrrtE

9oEG:ov,

=octuo-cEsrE.E'as9:o cz'FOO.-e.> b-

.:.

EbEf*se$e

s;E5

gEE3

*

cartv6l

ll(,Y=$(!

TxP"s.g 'q^ p

FgsgEEA

ct)collE

'6vCf^65 A5 g5I(Lf-d

c(!C(tt

ov

(U

(UeoDo

gH

=3t!g

Revisi RIRW KabuPaten Muara Enim

* EXECUTIVE SUMMARY

Eef

l- l- 1*l€ lgs ,z|*s lsssr IEs

lesElaslE\i.\gg,,€eg\ea=t,EiliE |;Faf

asa |'ec$EilE

l"* l'* ' l'. a * *

\eegigessi, e'd,ssa*';flt * ; stess ;= a= al-lllct c I I\t'i ls;' lcl-l'l-

Revisi RIRW Kabu1aten Muara Enim

Ig EXECUTIVE SUMMARY

I ; ltrI *F l*F-IpE P IE E E

l'6 3 6

l'6 t5 i5

lr lrln lO

lE= lE=lxllF p5; l. E

l**?? E l5 *

I'e'?uEd;iFl.:.

* nl" *

I€ I EEl* I'r.f 'la lH? E

lq *. lx*;lg.gg l*Eg

lgEg H lEEs

l* * l{'}rllsI l"P 3J - lEP'-

fug ISFEE$lllE ltle lE

l$ lFl'l'tlll

(5Er! t!=(!i: .93!r(UHFf;GFOd!uaA.!.

P- .g

Ftse=dtC F.i

3ss€et s EE c:Z 6Lu (u.- !OE€<.

C(!(!o

=(!

q):Z

s

s(!o:=(gJ(LGOU'(U(I'CCi5bY)Zt-Foo(!m0(].

c(U

-c o)(5C>\ (!'i7E-i5N6atSIorgin C+7Hs3ds=

E+ v

gi e:-9 F Pg-c;(!'E''$ qg

s$itffs$ EE s

q(s

=o(U

c(UT'.lzrl)se(!0o_;k'E t'l(!c

o-(5(Utro .t)(!s,-c-d(Diz o-

t

€.

o,c$

cooocq)

E(!.v,J.Y(uo,E

* *

eiegtitgsisgti

56Revisi RI'RW KabuPaten Muan Enim

g XECUTIVE SUMMARY

\

I

\

\

.lolsl-lll I

tE- .lgE9l4E EI

T EgI

Fs;l

EH€I"II

I

\

\

tllr lJI: I(Lln lpl- l-=lx lolxh 1-*1*-*= l---:

dg s g r* *t Bs

ffi+ !4ia pttel

L-=EE- lt * E*

\:iEFrs;c\iu?eii,Ir t I F-

lE Ee I E$

li dEE ld33fl

(to)c(U

cG(Uir $.g6Bc)LU)

'F, 5--6 -PE 9€e

tE*?g:g*+i

'sE

EEccLZeE6d)-co- tu

reE.yFrDC

-or I

r =,Ee=+

9.E *s rE c E E 9= E F-o .i

SEFFEF.;g$EEE(!o)co-oE(lt

q)

YFoco(L

-<=

Y(gF6o(!co3o-a<

z

Co(!

c.gcIUtC)o-

*o

p-9G-9{? (U=

EE:nsE'sE+-.o 6

a$* [H'a 6EF95cEEE*LEsT

N. i.*

57Revisi RTRW KabuPaten Muan Enim

g EXECUTIVE SUMMARY

5:)uc(E(tF

Ile o

IP g

\-saIYlFlzo

l[EE_Irt Br

la; sc+

|$eEsa

l.,nl.1(! cl.v o-l$nEs

l+ e etgl&FS pEl- Eg.I E

\;eEeu'l"lP'a

peEEcE

IU't(ltIL

I fiP

I.EFI

I

qA

Revisi RTRW KabuPaten Muara Enim