197
1 LAPORAN PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN Disusun oleh : Bintang Elka (10/296464/TP/09660) Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714) M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724) Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934) Asisten: RM Persia manggala LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Final print all fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

1

LAPORAN PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

Disusun oleh :

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten: RM Persia manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

2

DAFTAR ISI

ACARA 1

BAB I : PENDAHULUAN.................................................6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................8

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................12

BAB IV: PENUTUP ...........................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................23

ACARA 2

BAB I : PENDAHULUAN...............................................25

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................27

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................31

BAB IV: PENUTUP ..........................................................46

DAFTAR PUSTAKA.........................................................47

ACARA 3

BAB I : PENDAHULUAN...............................................49

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................51

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................54

BAB IV: PENUTUP ...........................................................66

DAFTAR PUSTAKA..........................................................67

ACARA 4

BAB I : PENDAHULUAN...............................................69

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................71

3

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................74

BAB IV: PENUTUP ...........................................................88

DAFTAR PUSTAKA..........................................................89

ACARA 5

BAB I : PENDAHULUAN...............................................91

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................93

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................96

BAB IV: PENUTUP ...........................................................105

DAFTAR PUSTAKA..........................................................106

ACARA 6

BAB I : PENDAHULUAN...............................................108

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................110

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................115

BAB IV: PENUTUP ...........................................................121

DAFTAR PUSTAKA..........................................................122

ACARA 7

BAB I : PENDAHULUAN...............................................124

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................126

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................131

BAB IV: PENUTUP ...........................................................141

DAFTAR PUSTAKA..........................................................142

ACARA 8

4

BAB I : PENDAHULUAN...............................................144

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................146

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................150

BAB IV: PENUTUP ...........................................................155

DAFTAR PUSTAKA..........................................................156

ACARA 9

BAB I : PENDAHULUAN...............................................158

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................159

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN..........................162

BAB IV: PENUTUP ..........................................................169

DAFTAR PUSTAKA.........................................................170

ACARA 10

BAB I : PENDAHULUAN...............................................172

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................174

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................177

BAB IV: PENUTUP ...........................................................183

DAFTAR PUSTAKA..........................................................184

LAMPIRAN...................................................................................185

5

LAPORAN PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 1

DENAH TATA LETAK AWAL DAN DESKRIPSI PERUSAHAAN

Disusun oleh :

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten: RM Persia manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam suatu perusahaan mendapat untung yang sebesar-besarnya

merupakan tujuan utama dilakukannya suatu produksi. Oleh karena itu untuk

dapat mencapainya, suatu perusahaan harus dapat melalukan produksinya dengan

efisien. Efisiennya suatu produksi tergantung dari banyak faktor, seperti

bagaimana sistem kerja di perusahaan tersebut. Salah satu hal yang

mempengaruhi keefisienan kerja di suatu perusahaan adalah tata letak ruang

produksi perusahaan tersebut.

Tata letak merupakan suatu teknik penempatan area alat-alat produksi atau

proses produksi sesuai dengan aliran kerja. Tata letak yang baik dapat

meningkatkan produktivitas perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan tata letak

yang baik, terdapat keefisienan waktu dam kerja sehingga menyebabkan pekerja

produksi tidak terlalu kelelahan saat bekerja. Stamina pekerja yang baik dapat

membuat kerja menjadi lebih efektif karena hal tersebut dapat meminimalkan

allowance time.

Ilmu tata letak merupakan suatu hal yang penting untuk dikuasai oleh

lulusan Teknologi Industri Pertanian, maka ilmu tata letak diajarkan di

pembelajaran mata kuliah dan praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan

jurusan Teknologi Industri Pertanian. Hal ini dikarenakan lulusan TIP yang akan

bekerja di perusahaan pasti akan berhubungan dengan tata letak dan penanganan

bahan di suatu industri. Selain itu, untuk dapat menentukan tata letak yang baik

dalam suatu industri, maka sebaiknya praktikan terlebih dahulu mengetahui

deskripsi dari perusahaan.

7

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1.Praktikan dapat menggambar tata letak awal suatu industri

2.Praktikan dapat mendeskripsikan (memberikan gambaran) mengenai kondisi

umum industri yang digunakan sebagai obyek kajian

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu kegiatan rekayasawan industri yang tertua adalah menata letak

pabrik dan menangani pemindahan bahan. Tata letak yang baik selalu melibatkan

tata cara pemindahan bahan di pabrik sehingga kemudian disebut tata letak dan

pemindahan bahan (Machfud dan Agung, 1990).

Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri.

Tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan

efektivitas kegiatan produksi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga

kelangsungan hidup atau keberhasilan suatu perusahaan. Peralatan produksi yang

canggih dan mahal harganya akan tidak berarti apa-apa akibat perencanaan tata

letak yang sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri secara

normal harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata letak

yang tidak berubah-rubah, maka kekeliruan yang dibuat dalam perencanaan tata

letak ini akan menyebabkan kerugian yang tidak kecil. Bila ditinjau secara umum,

tujuan utama dari tata letak pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas

produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi, aman dan nyaman

sehingga akan dapat meningkatkan moral kerja yang baik dari operator (Anonim

1, 2009).

Desain tata letak pabrik melibatkan penentuan besarnya ruang kerja (floor

space) yang dibutuhkan untuk meletakkan tiap – tiap komponen produksi, yaitu

para pekerja, peralatan, bahan mentah dan inventaris serta menata dan mengatur

berbagai aktivitas produksi guna menjamin terciptanya kelancaran, keamanan dan

efisiensi operasional (Wright, 2005).

Adapun pengaturan tata letak pabrik yang baik akan memberikan manfaat

dalam sistem produksi, antara lain :

1. Menaikkan output produksi

2. Mengurangi waktu tunggu

9

3. Mengurangi proses pemindahan bahan

4. Penghematan penggunaan area (produksi, gudang, service, dsb)

5. Peningkatan pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas

produksi

6. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran

7. Termanfaatkannya tenaga kerja dan ruang secara efektif

8. Memperbaiki moral dan kepuasaan kerja

9. Memberikan kemudahan perawatan fasilitas dan kebersihan

10. dan lain-lain

Pengaturan tata letak tersebut pada dasarnya dapat meningkatkan

produktivitas kerja dan mengurangi biaya operasi, dapat diperoleh harga produk

yang rendah, sehingga mampu bersaing di pasar bebas (Anonim 2, 2009). Secara

singkat langkah-langkah untuk merencanakan tata letak pabrik adalah sebagai

berikut :

1. Analisa produk yaitu aktivitas untuk menganalisa macam dan jumlah

produk yang harus dibuat.

2. Analisa proses adalah langkah untuk menganalisa macam dan urutan

proses pengerjaan produk.komponen.

3. Analisa macam dan jumlah mesin / peralatan serta luas area yang

dibutuhkan.

Aliran barang biasanya merupakan hal pokok dalam fasilitas produksi sehingga

harus dirancang dengan cermat dan terstruktur. Enam prinsip dasar tata letak

menurut Apple (1990) yaitu :

1. Integrasi keseluruhan dari semua factor yang mempengaruhi proses

produksi.

Tata letak pabrik harus meliputi integrasi dari semua fasilitas menjadi satu

unit operasi. Tata letak pabrik dapat mendukung proses manufaktur

sehingga dapat berjalan baik.

2. Perpindahan jarak seminimum mungkin.

10

Setiap proses industri mencakup beberapa pergerakan material yang tidak

dapat dihilangkan secara keseluruhan. Spesialisasi dari pekerja dan mesin

merupakan inti dari efisiensi produksi. Pergerakan material dapat

diminimumkan dengan cara mengurangi jarak perpindahannya. Hal ini

berarti mencoba menempatkan operasi berikutnya berdekatan dengan

operasi sebelumnya sehingga dapat menghilangkan transportasi diantara

operasi tersebut.

3. Aliran kerja berlangsung secara lancar melalui pabrik

Tipe aliran ini merupakan tipe aliran yang konstan menuju proses produksi

akhir dengan gangguan dan kemacetan minimum.

4. Semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien

Pada dasarnya layout merupakan pengaturan ruangan yang mencakup

pekerja, material, mesin dan aktivitas pendukung yang ada di dalamnya.

5. Kepuasan kerja dan keamanan dari pekerja

Kepuasan pekerja dapat diberikan dengan adanya jaminan keselamatan

kerja sehingga dapat mencegah adanya kecelakaan kerja yang mungkin

saja terjadi. Keamanan kerja dapat meliputi adanya penempatan mesin–

mesin dan peralatan secara tepat.

6. Pengaturan tata letak harus culup fleksibel.

Pengaturan tata letak sebuah pabrik bila diatur secara tepat akan dapat

mengurangi biaya–biaya tidak langsung.

Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur

fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Tata letak fasilitas

merupakan bagian dari perancangan fasilitas yang lebih fokus pada pengaturan

unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat berupa mesin,

peralatan, meja, bangunan dans sebagainya. Aturan atau logika pengaturan dapat

berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya saja total jarak atau total biaya

perpindahan bahan. Dalam merancang tata letak fasilitas manufaktur atau tata

letak pabrik, maka unsur-unsur fisik yang perlu diperhatikan adalah mesin,

peralatan, operator dan mateial. Umumnya, fungsi tujuannya adalah total biaya

11

perpindahan yang minimum. Hal ini dicapai melalui pengaturan mesin-mesin dan

peralatan sedemikian sehingga jaraknya tidak jauh tanpa melanggar kaidah-kaidah

ergonomis. Perancangan tata letak fasilitas manufaktur cukup kompleks sehingga

membutuhkan pendekatan multi disiplin (Francis and White, 1974).

Pengaturan fasilitas pabrik memegang peranan penting dalam kelancaran

proses produksi, sehingga akan tercapai suatu aliran kerja yang teratur, aman dan

nyaman. Keberhasilan perusahaan secara profit salah satunya merupakan refleksi

langsung dari kelancaran proses produksi dan pemindahan bahan yang ditangani

secara bijaksana, sehingga akan menghasilkan output yang optimal. Tata letak

pabrik berhubungan dengan perencanaan dan pengaturan tata letak mesin,

peralatan, aliran bahan, dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun

kerja (Tompkins, 1992).

Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan tata letak dikelompokkan

menjadi 8, yaitu (Muther, 1955) :

1. Faktor material, antara lain desain, jenis, jumlah, kebutahn operasi dan

alirannya.

2. Faktor mesin, antara lain peralatan, perlengkapan produksi dan utilitasnya.

3. Faktor manusia, antara lain pengawasan dan pemberian bantuan sebagai

pekerja langsung.

4. Faktor perpindahan, antara lain pengangkutan antar dan interdepartemen,

penanganan berbagai operasi, penyimpanan dan inspeksi.

5. Faktor menunggu, antara lain penyimpanan secara permanen, sementara

dan delay.

6. Faktor pelayanan, antara lain perawatan, inspeksi, limbah, dan

penjadwalan.

7. Faktor gedung, antara lain bagian – bagian di dalam dan di luar gedung,

pembagian perlengkapan dab peralatan.

12

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. DENAH TATA LETAK AWAL

13

2. LEGENDA

A. MEJA

MAKAN (4 BUAH)

P= 121 cm

L= 57 cm

T= 36 cm

B. WASTAFEL

(2 BUAH)

P= 50 cm

L= 38 cm

T= 68 cm

C. ETALASE

WARUNG

P= 102 cm

L= 46 cm

T= 162 cm

D. ETALASE

WARUNG 2

P= 150 cm

L= 55 cm

T= 170 cm

E. ETALASE

WARUNG 3

P= 120 cm

L= 50 cm

T= 70 cm

F. ETALASE

WARUNG 4

P= 135 cm

L= 50 cm

T= 160 cm

G. = ETALASE

WARUNG 5

P= 130 cm

L= 55 cm

T= 175 cm

H. KURSI

(TEMPAT DUDUK)

P= 200 cm

L= 56 cm

T= 58 cm

I. KURSI 2

P= 200 cm

L= 56 cm

T= 58 cm

J. ETALASE

DAPUR 1

P= 102 cm

L= 46 cm

T= 162 cm

K. ETALASE

DAPUR 2

P= 150 cm

L= 55 cm

T= 170 cm

L. MEJA

KOMPOR 1

P= 100 cm

L= 50 cm

T= 63 cm

M. MEJA

KOMPOR 2

P= 120 cm

L= 50 cm

T= 63 cm

N. ETALASE

DAPUR 3

P= 120 cm

14

L= 50 cm

T= 70 cm

O. KURSI

P= 144 cm

L= 55 cm

T= 53 cm

P. RAK PIRING

BERSIH

P= 134 cm

L= 65 cm

T= 152 cm

Q. TEMPAT

CUCI

P= 151 cm

L= 74 cm

T= 70 cm

R. KULKAS

P= 56 cm

L= 50 cm

T= 122 cm

S. RAK

PERABOTAN

P= 134 cm

L= 65 cm

T= 152 cm

T. MEJA

KOMPOR

P= 100 cm

L= 50 cm

T= 63 cm

U. MEJA

P= 146 cm

L= 71 cm

T= 69 cm

V. KOMPOR

P= 70 cm

L= 35 cm

T= 12 cm

W. BAK MANDI

P= 76 cm

L= 38 cm

T= 42 cm

X. CLOSET

P= 52 cm

L= 38 cm

Y. TEMPAT

TIDUR

P= 200 cm

L= 150 cm

T= 63 cm

Z. SUMUR

D= 94 cm

T= 40 cm

AB. MEJA

TEMPAT

PEMBUATAN

MINUMAN

P= 180 cm

L= 60 cm

T= 76 cm

AC. KURSI

P= 200 cm

L= 56 cm

T= 58 cm

AD. RAK PIRING

BASAH

15

P= 105 cm

L= 58 cm

T= 175 cm

AE. TEMPAT

SAMPAH

D= 94 cm

T= 40 cm

AF. BOX IKAN

P= 74 cm

L= 43 cm

T= 35 cm

16

B. PEMBAHASAN

Rumah makan ‘Putra Tunggal Sinar Harapan’ berdiri sekitar 5 tahun yang

lalu. Rumah makan yang terletak di Pantai Kuwaru, Srandakan, Bantul ini

menyediakan berbagai jenis olahan ikan laut. Pemilik rumah makan, Pak Kenthut

menjelaskan bahwa pada awalnya beliau hanya membuka warung kecil-kecilan.

Warung yang dulunya terbuat dari bambu itu hanya menjual makanan ringan dan

minuman-minuman, juga letaknya masih di sebelah utara dari lokasi warung

makan yang sekarang. Karena banyaknya pengunjung, khususnya yang

mengunjungi Pantai Kuwaru, warung kecil-kecilan tersebut berkembang sedikit

demi sedikit menjadi warung yang menyediakan makanan olahan hasil laut dari

nelayan di sekitar pantai.

Nama ‘Putra Tunggal Sinar Harapan’ itu sendiri berasal dari sejarah

keluarga, yaitu kakek dari pemilik warung yang merupakan anak tunggal. Rata-

rata per hari warung ini menyediakan 25-50 kg ikan segar, termasuk kepiting,

udang, cumi, kerang, dan ikan-ikan kecil. Agar ikan selalu terjaga kesegarannya,

ikan-ikan tersebut diberi es batuyang didapatkan dari pengepul es yang berada di

sekitar lokasi warung. Ikan didapatkan dari nelayan sekitar pantai, setiap jam 7

pagi ikan datang diantarkan ke warung. Jika ikan-ikan tidak habis terjual di

warung, pada hari yang sama ikan-ikan tersebut dijual secara berkeliling baik

dalam keadaan mentah ataupun yang sudah di masak sebelumnya. Misalnya saja

ikan cakalang, dibeli dengan harga Rp.13.000,- per kilogram, lalu dijual dengan

harga Rp.15.000,- per kilogramnya. Namun jika sudah di masak, maka harga

jualnya menjadi Rp.4000-5000 per ekornya. Bahan baku lain seperti bumbu-

bumbu dan sayuran didapatkan dari penjual keliling yang menawari, jika tidak

dapat membeli di pasar daerah Srandakan yang tidak jauh dari lokasi warung.

Saat awal berdirinya warung makan ini, pegawai hanya dari keluarga

pemilik, namun setelah agak ramai ditambah 2 orang pegawai dari tetangga.

Seiring dengan banyaknya pengunjung yang berwisata ke Pantai Kuwaru,

pegawai pun ditingkatkan hingga mencapai 10 orang. Namun para pekerja

17

tersebut bekerja secara serabutan, tidak tetap. Sesuai dengan jumlah pengunjung

warung. Dari sekian banyak pekerja, hanya 2 orang saja yang memasak, sisanya

menangani yang lain seperti pencucian atau penyiapan bahan. Warung ini buka

mulai dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Namun jika ada pesanan, bisa sampai

malam. Resep semua masakan di warung ini didapatkan dari istri pemilik warung.

Di warung ini pengunjung diperbolehkan membawa ikan sendiri, namun dicek

terlebih dahulu kondisinya, lalu para juru masak mengolah ikan sesuai dengan

keinginan pengunjung.

Fasilitas yang terdapat di warung ini cukup baik, tersedia ruang aula untuk

pengunjung yang datang dengan rombongannya, sebuah kamar mandi, mushola,

serta kolam ikan air tawar yang berisi ikan lele atau gurame. Rata-rata pengunjung

di hari biasa hanya sekitar 3-4 orang saja, namun pada saat hari libur pengunjung

melonjak hingga 100-200 orang, kebanyakan datang dengan rombongan.

Pengunjung berasal dari berbagai daerah seperti Sleman, Kotagede, Solo,

Kebumen, Salatiga, dan daerah lainnya. Juga dari berbagai kalangan seperti tokoh

masyarakat, guru, pegawai kantor, ibu-ibu PKK, dan lain-lain. Kebanyakan dari

mereka mengadakan rapat atau arisan di warung ini. Karena banyaknya

pengunjung, membuat warga lain membangun warung makan sejenis, khususnya

saat 2 tahun terakhir. Sehingga terjadi saingan antar warung makan. Awalnya

warga lokal yang membuka warung makan, lama kelamaan warga luar daerah

Srandakan juga ikut membuka warung. Namun warung makan milik Pak Kenthut

ini menyediakan minuman spesial, yaitu degan bakar. Sehingga menjadi daya

tarik tersendiri dibandingkan dengan warung yang lainnya.

Melihat pengunjung yang semakin banyak mendatangi Pantai Kuwaru,

juga pantai lainnya, membuat keinginan Pak Kenthut untuk membuka warung lagi

di pantai lain masih di pantai daerah Bantul, seperti Pantai Depok atau Pantai Dua

Cemara.

Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan ini berbentuk persegi

panjang, dengan panjang 27,85 meter dan lebar 16,07 meter. Di dalamnya

18

terdapat beberapa ruangan diantaranya 3 ruang makan, 2 kamar tidur, kasir, dapur,

pemanggangan, sumur, kamar mandi, toilet, tempat cuci, kolam, penakaran ikan,

kios jalanan, ruang kosong, parkir karyawan, dan teras.

Satu ruang makan terletak di depan ruangan diantara kasir dan kios jalanan

yang didepannya juga ada teras. Sedangkan 2 ruang makan terletak di dalam

ruangan yang berdampingan dengan kamar tidur. Terdapat 2 dapur (dapur bersih

dan dapur kotor) yang satu terletak di dalam ruangan dan yang satunya terletak

samping kiri rumah makan yang disampingnya juga ada tempat pemanggangan

dan tempat cuci. Disamping tempat pencucian bahan terdapat kolam ikan yang

diatasnya juga ada tempat penakaran ikan. Sedangkan dibelakang ada sumur,

kamar mandi, dan toilet.

Di dalam ruang makan yang berada di depan ruangan terdapat 4 meja

makan dan sebuah washtafel, sedangkan 2 ruang makan yang berada di dalam

ruangan terdapat 3 meja makan dengan ukuran yang sama. Di dapur bersih

terdapat 2 bak cuci, 2 kulkas, sebuah meja dapur, kursi, kompor, dan 2 rak panci.

Sedangkan di dapur kotor terdapat 3 etalase yang berfungsi untuk menyimpan

makanan yang sudah siap saji. Kemudian terdapat sebuah meja yang berfungsi

untuk menaruh makanan yang sudah matang. Terdapat juga 4 kompor untuk

memasak disertai dengan meja kompor. Sebuah kursi dekat meja saji yang

berfungsi untuk tempat duduk pekerja yang akan menyajikan makanan.

Disamping dapur kotor terdapat 2 tempat pembakaran yang berguna untuk

membakar ikan atau bahan lain yang perlu dibakar. Selain itu juga terdapat tempat

pencucian untuk penyiangan dan pembersihan ikan. Di depan tempat pencucian

terdapat 2 bak ikan yang diatasnya terdapat tempat penyimpanan ikan. Sedangkan

di dekat tempat pencucian terdapat rak piring basah untuk menempatkan piring-

piring atau alat lainnya yang baru saja dicuci.

Dalam peta kerja yang kita buat terdapat 3 stasiun kerja yang digunakan

dalam praktikum ini yaitu stasiun kerja penyiapan bahan, stasiun kerja pencucian

bahan, dan stasiun kerja pemasakn bahan. Alat yang digunakan dalam stasiun

19

penyiapan bahan antara lain baskom sebagai wadah ikan yang akan diambil dari

tempat ikan. Kemudian ada timbangan untuk mengukur berat bahan yang akan

diproses. Dalam stasiun pencucian bahan terdapat sebuah kran air untuk

membersihkan ikan, kemudian bahan dipotong-potong dengan menggunakan

pisau. Stasiun yang terakhir adalah stasiun pemasakan/pembuatan bahan. Alat

yang digunakan antara lain 2 kompor yang lengkap dengan tabung elpiji, wajan

sebagai tempat penggorengan bahan (ikan), panci untuk memasak air, dandang

digunakan untuk pembuatan nasi, pisau untuk memotong bahan, dan peralatan

lain seperti piring, gelas, dan sendok/garpu. Sedangkan dalam proses

pemanggangan terdapat sebuah alat pemanggang yang digunakan untuk menjepit

bahan (ikan) agar mudah dalam pembakaran. Di tempat pembakaran ini juga

terdapat kipas angin yang berfungsi untuk memaksimalkan kerja dalam proses

pembakaran.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat beberapa

kelebihan dan kekurangan pada Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan.

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan yang sudah terpaparkan di tabel

dibawah ini:

No Lokasi Kelebihan Kekurangan

1 Area penyiapan bahan Fleksibel dan hanya

membutuhkan area

yang kecil

Tidak terdapat

area khusus

sehingga

mengganggu

aliran produksi.

2 Tempat pencucian bahan baku Letaknya dekat

dengan area

produksi.

Tidak terdapat

batas dengan

area produksi

3 Tempat produksi Telah difungsikan

dengan maksimal.

Aliran produksi

kurang rapi

4 Dapur Difungsikan dengan Kurang bersih

20

maksimal dan masih

banyak yang

harus dibenahi

6 Ruang makan Sudah tertapa rapi

dan nyaman

Kurang fleksibel

karena terpisah

antar ruang

makan

7 Tempat pembakaran Dapat menampung

banyak arang

Kurang strategis

8 Tempat perabot Dapat menampung

banyak perabot

kotor dan

kurang tertata

rapi

9 Area parkir karyawan Luas dan memadai Tidak strategis

karena berada di

dalam ruangan

10 Kamar tidur Cukup luas dan

strategis

Kurang tertata

rapi

11 Toilet Sudah berada

diruang belakang

sehingga tidak

mengganggu

pengunjung

Kurang bersih

dan nyaman

12 Kolam Bisa digunakan

untuk tambahan

pasokan ikan

Kecil dan

seharusnya

berada

dibelakang

rumah makan.

Tidak terawat

13 Tempat ikan Cukup luas dan

memadahi

Kurang bersih

dan higenis

21

14 Kasir Simple dan cocok

karena sudah berada

di depan ruangan

Tidak ada

tempat khusus

buat kasir dan

hanya digabung

dengan etalase

tempat ikan

Tabel 1: Tabel kelebihan dan kekurangan tiap ruangan

Menurut kami, tata letak dari Rumah Makan Putra Tunggal sudah cukup

baik. Setiap stasiun pekerjaan sudah dipisahkan berdasarkan prosesnya, sehingga

mulai dari penyiapan bahan baku hingga menjadi produk atau makanan dan

minuman yang siap saji menjadi terorganisir dan teratur. Namun perlu perbaikan

sedikit, misalnya tempat pembakaran lebih dekat dengan penggorengan, sehingga

perpindahan bahan menjadi lebih singkat, serta lebih dekat dengan tempat

penyajian.

22

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Tata letak dari Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan ini sudah

cukup baik. Staasiun-stasiun pekerjaan sudah dipisahkan berdasarkan

prosesnya.

2. Rumah makan yang menjadi kajian praktikum ini termasuk warung

yang cukup besar, dengan jumlah pekerja kurang lebih 8 orang dan

jam kerja yang tidak terlalu lama.

23

DAFTAR PUSTAKA

Agung , Y dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan.

Pusat Antar Universitas Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Anonim 1. 2009. http://himathrik2.tripod.com/tataletakpabrik.htm. Diakses

tanggal 6 Maret 2010 pukul 15.15 WIB.

Anonim 2. 2008 http://manajemenpabrik.blogspot.com/2008/05/tata-letak

pabrik.html Diakses tanggal 7 Maret 2010 pukul 10.00 WIB

Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi ke 3.

Bandung : ITB.

Francais, R. L. dan J. A. White. 1974. Facility Layout and Location. Prentice-

Hall, Inc : Ney Jersey.

Muther, Richard. 1955. Practical Plant Layout. McGraw-Hill Company : New

York.

Tompkins, JM. 1992. Facilities Planning. John Wiley & Sons Inc : New York.

Wright, Paul H. 2005. Pengantar Engineering Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

24

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 2

PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL

Disusun oleh :

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten: RM Persia Manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

25

BAB I

PENDAHULUAN

B. LATAR BELAKANG

Proses produksi merupakan bagian vital dan penting dalam suatu industri.

Dalam suatu industri, bagian proses produksi pasti akan menghabiskan banyak

biaya. Hal ini dikarenakan proses produksi suatu industri yang akan menentukan

kesuksesan suatu industri, selain ditentukan oleh kegiatan pemasaran. Selain

membutuhkan banyak biaya, masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

efektivitas dan efisiensi proses produksi. Keadaan fasilitas fisik dari suatu industri

merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh yang cukup besar.

Untuk dapat menganalisa keadaan fasilitas fisik dari suatu industri

dibutuhkan pemetaan terhadap keadaan industri itu sendiri. Melalui pembuatan

peta kerja yang tepat maka dapat diketahui tingkat efisiensi yang ada pada proses

produksi. Selain itu pembuatan peta kerja dapat memberikan keleluasaan dalam

melakukan evaluasi terhadap keadaan produksi yang telah terjadi. Evaluasi yang

telah dilakukan dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan keadaan fasilitas

fisik yang lebih tepat bagi industri tersebut.

Melalui praktikum ini diharapkan praktikan dapat menemukan opsi yang

mungkin dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas industri yang

bersangkutan. Penentuan opsi yang mungkin dilakukan berdasar pada peta kerja

yang telah dibuat sehingga opsi yang muncul dapat diterapkan secara langsung

pada industri yang bersangkutan.

26

C. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Praktikan dapat membuat peta kerja, seperti peta proses operasi, peta aliran

proses, diagram aliran (bagan tali), peta dari-ke, berdasarkan proses produksi yang

terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses.

2. Praktikan dapat mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat.

3. Praktikan dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan tata letak yang ada

sekarang.

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam suatu industri, merancang atau menata letak pabrik merupakan hal

yang cukup penting. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh penataan letak suatu

pabrik dengan proses pemindahan bahan. Perancangan atau penataan letak

fasilitas suatu pabrik bertujuan untuk membawa masukan (bahan pasokan)

melalui setiap fasilitas dalam waktu yang tersingkat yang memungkinkan dengan

biaya yang wajar. Dalam batasan industri, semakin singkat sepotong bahan berada

dalam pabrik, maka akan semakin kecil keharusan pabrik menanggung beban

buruh dan ongkos tak langsung. Pekerjaan merancang fasilitas biasanya dimulai

dengan suatu analisis tentang produk yang akan dibuat, atau jasa yang akan

diberikan, dan sebuah perhitungan tentang aliran barang atau kegiatan secara

menyeluruh. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan terinci tentang susunan

peralatan bagi tiap tempat kerja mandiri, langkah demi langkah. Pada akhirnya,

keterkaitan antara tempat kerja dirancang dan daerah yang erat hubungannya

dikelompokkan dalam satu satuan, yang disebut sebagai departemen yang

kemudian akan dihubungkan menjadi satu tata letak akhir (Sims, E.R., 1968).

Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi

sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak

strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam kapasitas,

proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan,

dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai

sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat.

Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang

memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan. Dalam semua kasus, desain tata

letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai (Anonim 1,

2008) :

a. Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.

28

b. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.

c. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.

d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.

e. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak

tersebut akan perlu diubah).

Di dalam usaha untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perencanaan

layout terhadap biaya dan efektivitas operasional, kajian layout perlu diadakan,

dan secara khusus menyangkut kajian rancangan layout untuk situasi yang

berbeda. Sistem operasional baik untuk manufaktur ataupun usaha jasa dapat

dikelompokkan menjadi tiga jenis dasar operasional berdasarkan tingkat

standardisasi produk dan jumah output, yaitu (Anonim 2, 2009) :

1. Operasional Berkesinambungan (Continously)

Merupakan operasional konversi yang ditandai dengan jumlah produk

yang sangat besar, mesin dan fasilitas peralatan yang digunakan memiliki

kekhususan, menggunakan padat modal, secara umum arus produk tidak

terganggu, serta perubahan skedul produksi tidak banyak, campuran produk tidak

banyak disertai standardisasi yang dibuat berdasarkan persediaan.

2. Operasional Terputus-putus (Intermittent)

Operasional konversi intermittent dengan ciri-ciri, bahwa jumlah produk

tidak banyak, mesin dan fasilitas peralatan bersifat umum, penggunaan padat

karya, disertai arus produk yang terputus-putus, skedul sering berubah-ubah,

produk banyak campurannya, dan dibuat berdasarkan pesanan.

3. Operasional Jasa (Service Operational)

Usaha jasa pada umumnya menggunakan pada karya, dengan demikian

operasional usaha jasa lebih tergolong kepada operasional intermitten.

Dalam merencanakan atau merancang aliran bahan dalam suatu industri,

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan. Salah

satunya adalah teknik-teknik untuk menganalisis dan merancang suatu aliran

bahan. Teknik-teknik ini dibagi dalam dua kategori, yaitu (Burbidge, 1975) :

1. Konvensional

29

Teknik ini telah digunakan beberapa tahun karena mudah untuk

digunakan, bertitik berat pada cara grafis, dan secara keseluruhan merupakan alat

terbaik untuk tujuan-tujuan yang diinginkan. Teknik konvensional sering

membutuhkan rincian pekerjaan yang banyak untuk membuat catatan perpindahan

pada seluruh proses dengan teliti.

2. Kuantitatif

Teknik kuantitatif menggunakan metode-metode statistic dan matematik

yang lebih canggih dan umumnya diklasifikasikan sebagai penelitian operasional.

Dalam penggunaan teknik ini, sering memerlukan bantuan komputer untuk

melaksanakan perhitungan yang rumit.

Perencanaan aliran bahan memerlukan analisis yang tepat dan teliti karena

berpengaruh terhadap hasil kerja atau produktivitas pekerjanya. Padahal dalam

menganalisis aliran bahan yang akan dipilih, harus memperhatikan aliran total

yang melibatkan sejumlah besar perpindahan, bukan hanya satu atau dua aliran.

Perpindahan-perpindahan ini dapat membawa bahan melewati suatu daur

pemindahan yang etrpadu dan rumit selama suatu periode waktu tertentu.

Misalnya, daur pemindahan dapat berawal dari gudang pabrik melewati beberapa

bagian fasilitas dan berakhir di gudang pemakai. Dalam daur pemindahan

tersebut, dapat terjadi banyak hal, seperti operasi, pemeriksaan, ataupun

penyimpananoleh karena rumitnya perencanaan aliran bahan, maka terdapat

bermacam-macam teknik atau gambaran grafis guna merancang aliran bahan di

suatu industri. Teknik tersebut antara lain, peta rakitan, peta proses operasi, peta

proses produksi-darab, diagram tali, peta proses, diagram alir, peta proses aliran,

peta dari-ke, peta prosedur, dan jaringan jalur kritis (Machfud dkk, 1990).

Peta dari-ke adalah salah satu teknik yang paling baru yang dipergunakan

dalam pekerjaan tata letak dan pemindahan bahan. Teknik ini biasanya sangat

berguna jika barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti

di bengkel. Selain itu, peta dari-ke juga berguna jika terjadi keterkaitan antara

beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan optimum. Peta

dari-ke sering disebut juga sebagai peta kekerapan perjalanan. Dalam peta ini

biasanya angka menunjukkan ukuran aliran bahan antara lokasi yang terlibat,

30

misalnya jumlah satuan beban, jarak, berat, volume, atau faktor lain atau

kombinasi beberapa faktor. Peta dari-ke memiliki potensi besar sebagai alat

analitis, namun masih harus dikembangkan lagi (Apple, 1983).

Kegunaan dan keuntungan peta dari-ke adalah sebagai berikut (Muther, R,

1944) :

1. Menganalisis perpindahan bahan

2. Perencanaan pola aliran

3. Penentuan lokasi kegiatan

4. Pembandingan pola aliran atau tata letak pengganti

5. Pengukuran efisiensi pola aliran

6. Perinupaan perpindahan bahan

7. Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya

8. Menunjukkan volume perpindahan antar kegiatan

9. Menunjukkan keterkaitan lintas produksi

10. Menunjukkan masalah kemungkinan pengendalian produksi

11. Perencanaan keterkaitan antara beberapa produk, komponen, barang, bahan dan

sebagainya

12. Menunjukkan hubungan kuantitatif antara kegaiatn dan perpindahannya

13. Pemendekan jarak perjalanan selama proses

31

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

TERLAMPIR

B. PEMBAHASAN

Praktikum Acara 2 Tata Letak dan Penanganan Bahan dengan judul “Peta

Kerja untuk Evaluasi Tata Letak Awal” ini bertujuan untuk membuat peta-peta

kerja seperti peta proses operasi, peta aliran proses, dan diagram aliran (bagan

tali) berdasarkan proses produksi yang terjadi, lengkap dengan data peralatan dan

waktu proses serta mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat dan

menganalisis kelebihan dan kekurangan dari tata letak yang ada. Objek dalam peta

kerja ini adalah proses pembuatan makanan dan minuman di Rumah Makan Putra

Tunggal Sinar Harapan yang berada di sekitar Pantai Kwaru, Bantul, Yogyakarta.

Peta proses operasi adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja

yang akan dialami oleh bahan baku dengan cara membagi pekerjaan tersebut

menjadi elemen-elemen operasi secara detail, mulai dari awal operasi sampai

akhir operasi, dengan menyertakan informasi waktu yang digunakan per operasi,

alat yang digunakan, bahan yang digunakan, dan operasi serta inspeksi yang

dilakukan. Peta proses operasi menjadi acuan dalam melakukan perancangan tata

letak pabrik baru dan pembuatan peta kerja lainnya, sebagai contoh peta aliran

proses. Dalam peta proses operasi, hanya kegiatan yang produktif yang

digambarkan, dan semua bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

dibuat dalam satu peta proses operasi.

Peta Aliran Proses adalah suatu peta yang menggambarkan semua

aktivitas, baik aktivitas produktif maupun aktivitas yang tidak produktif yang

terlibat dalam proses pelaksanaan kerja dalam bentuk tabel. Pada prinsipnya peta

aliran proses hampir sama dengan peta proses operasi. Perbedaannya hanyalah

pada peta aliran proses terdapat kegiatan transportasi dan penundaan (delay)

disertai dengan informasi waktu dan jarak perpindahannya, sedangkan pada peta

proses operasi hanya terdapat proses operasi dan inspeksi, serta diakhiri dengan

32

penyimpanan. Peta aliran proses dibuat untuk tiap jenis bahan baku. Sehingga

setiap satu bahan baku yang mengalami proses atau inspeksi memiliki satu peta

aliran proses. Manfaat dari peta aliran proses adalah dapat mengeliminasi operasi

yang tidak perlu atau mengkombinasi dengan operasi lain, mengeliminasi

aktivitas handling yang tidak efisien, mengurangi jarak perpindahan material, dan

mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena operasi atau kegiatan yang tidak

produktif, seperti delay.

Diagram aliran adalah diagram atau catatan grafis yang menggambarkan

langkah-langkah proses yang digambarkan di atas tata letak. Tujuan pokok

pembuatan diagram aliran adalah untuk mengevaluasi langkah-langkah proses

dalam situasi yang lebih jelas, serta dapat dimanfaatkan untuk melakukan

perbaikan didalam desain layout fasilitas produksi yang ada. Selain itu, diagram

aliran juga dapat digunakan untuk menerangkan proses kepada orang lain.

Diagram aliran dibuat dengan memindahkan lambang-lambang dengan garis

untuk menunjukkan lintasan perjalanan bahan. Dalam diagram aliran, hal yang

dapat diamati adalah lokasi kritis, yaitu diketahui dengan banyaknya garis potong

yang menggambarkan lintasan pemindahan bahan dan terdapatnya perpindahan

bolak-balik atau disebut dengan Back-Tracking.

Langkah-langkah pembuatan Peta Proses Operasi adalah :

a. Langkah pertama adalah dengan membuat judul “Peta Proses Operasi” di bagian

paling atas, yang kemudian di bawahnya diikuti identifikasi berupa nama objek,

nama pembuat peta, tanggal pemetaan, dan nomor peta.

b. Bahan yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal, yang menunjukkan

bahan tersebut masuk ke dalam proses.

c. Lambang-lambang diletakkan arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya proses

dan perlakuan terhadap bahan.

d. Penomoran kegiatan operasi dan pemeriksaan harus urut, sesuai dengan yang

terjadi di lapangan.

e. Untuk deskripsi operasi dan alat yang digunakan diletakkan di sebelah kanan

lambang, sedangkan waktu diletakkan di sebelah kiri lambang.

33

Adapun lambang artinya operasi, lambang artinya inspeksi atau

pemeriksaan, sedangkan artinya penyimpanan.

Langkah-langkah untuk pembuatan Peta Aliran Proses adalah :

a. Dibuat formulir PAP.

b. Formulir diisi sesuai dengan kegiatan atau proses yang telah diamati.

c. Aliran bahan atau orang yang sudah diamati ditentukan.

d. PAP hanya untuk 1 bahan atau 1 orang saja.

e. Kolom sebelah kanan dilengkapi dengan data seperti jarak perpindahan, waktu

yang dibutuhkan, metode perpindahan, frekuensi perpindahan, dan lain-lain.

f. Dilanjutkan ke seluruh proses yang diamati.

g. Setelah terbentuk titik-titik, titik-titik tersebut kemudian dihubungkan berdasarkan

urutan prosesnya.

Simbol-simbol yang digunakan dalam PAP yaitu (operasi), (inspeksi),

(transportasi), (menunggu), dan (penyimpanan).

Cara membuat Diagram Aliran adalah :

a. Dilakukan pendataan dan pengidentifikasian tata letak sutu industri, berikut

dengan stasiun-stasiun proses atau tempat-tempat dilakukannya proses operasi.

b. Kemudian digambarkan dalam bentuk peta atau denah yang dilengkapi dengan

keterangannya.

c. Diagram Alir ini dibuat berdasarkan PAP yang telah dibuat sebelumnya, sehingga

DA juga berfungsi untuk memperjelas aliran bahan.

d. Dibuat garis dengan tanda panah yang menunjukkan aliran bahan dimulai dari

proses pertama hingga akhir sesuai dengan urutannya.

Berikut adalah penjelasan tentang peta kerja yang sudah kami buat di

Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan.

1. Peta Proses Operasi (PPO)

A. Pembuatan Nasi

Peta proses operasi pembuatan nasi ini menggunakan bahan utama beras 1,5

kilogram. Beras tersebut mengalami operasi dan inspeksi yaitu pada saat

34

pencucuian selama 3 menit 30 detik. Setelah itu beras mengalami operasi dan

inspeksi lagi pada saat penanakan selama 22 menit yang sebelumnya ditambah air

dulu. Kemudian beras mengalami operasi dan inspeksi pada saat pengukusan

selama 15 detik dan jadilah nasi sudah siap untuk disajikan

B. Ikan Goreng Tepung

Pada peta proses operasi ini dimulai dengan penimbangan yang dilakukan melalui

operasi dan inspeksi selama 3 menit 45 detik. Setelah itu dilakukan penambahan

bahan yang berupa air. Kemudian pencucian terhadap ikan pun dilakukan di

dalam baskom melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit 5 detik. Kemudian

dilakukan penyaringan pada saringan melalui operasi selama 1 menit 25 detik.

Lalu penambahan bawang putih dilakukan yang sebelumnyatelah ditimbang

melaui operasi dan inspeksi selama 2 menit serta telah digiling melalui operasi 1

menit 12 detik. Serta terdapat pula penambahan royco, garam dan sasa. Kemudian

proses pembumbuan dilakukan dalam baskom melalui operasi selama 1 menit 48

detik. Langkah selanjutnya yaitu perendaman bahan didalam bumbu melalui

operasi selama 2 menit 14 detik. Lalu penambahan tepung instan dilakukan.

Kemudian pemberian tepung dalam baskom melalui operasi selama 3 menit 8

detik. Setelah itu dilakukan penambahan minyak, kemudian proses penggorengan

didalam wajan melalui operasi selama 35 menit 16 detik. Kemudian penyaringan

dengan menggunakan saringan melalui operasi selama 12 menit 8 detik. Lalu

langkah terakhir yaitu penirisan di tempayak melalui operasi selama 25 detik. Ikan

goreng tepung pun siap untuk disajikan.

C. Ikan Goreng

Pada peta proses operasi ini dimulai dengan melakukan operasi dan inspeksi

penimbangan terhadap ikan menggunakan timbangan selama 1 menit 43 detik.

Lalu operasi dan inspeksi pemotongan ikan menggunakan pisau selama 45 detik.

Bahan tambahan air digunakan untuk operasi dan inspeksi pencucian selama 1

menit 9 detik menggunakan baskom cuci. Bumbu yang merupakan bahan

tambahan dimasukkan untuk operasi pembumbuan ikan selama 1 menit.

Pembumbuan ini dilakukan menggunakan alat berupa baskom. Selanjutnya

operasi dan inspeksi penggorengan ikan dilakukan menggunakan wajan selama 11

35

menit 43 detik.setelah itu operasi penirisan dilakukan selama 1 menit dan ikan

goreng pun siap untuk disajikan.

D. Ikan Bakar

Peta proses operasi ini dimulai dengan melakukan operasi dan inspeksi terhadap

bahan utama yang berupa ikan, operasi berupa penimbangan dengan

menggunakan timbangan selama 4 menit 20 detik, kemudian operasi dan inspeksi

pemotongan menggunakan pisau selama 2 menit 55 detik. Bahan tambahan

berupa air digunakan untuk operasi pencucian selama 9 menit 10 detik. Setelah itu

bahan tambahan berupa bumbu ditambahkan dan dilakukan operasi dan inspeksi

pembumbuan terhadap ikan menggunakan baskom selama 3 menit 19 detik.

Bahan tambahan arang disiapkan dan dilakukan operasi dan inspeksi pemanasan

terhadap arang di tungku selama 5 menit 15 detik. Arang ditambahkan kemudian

dilakukan inspeksi dan operasi pembakaran ikan di pemanggang selama 13 menit

57 detik. Ikan bakar pun siap untuk disajikan.

E. Ikan Lombok Hijau

Pada proses operasi ini menggunakan bahan utama minyak goreng, dikenakan

operasi dan inspeksi berupa pemanasan menggunakan wajan selama 1 menit 30

detik, kemudian ditambahkan bahan tambahan yaitu bawang bombay. Kemudian

dilakukan operasi dan inspeksi kembali berupa penumisan selama 2 menit. Bahan

tambahan berupa air, dimasukkan kedalam wajan dan dilakukan operasi

pengadukan selama 2 menit. Setelah itu bahan tambahan berupa bawang merah,

bawang putih dan cabai dikenakan operasi dan inspeksi berupa penggilingan

menggunakan blender selama 3 menit 5 detik. Bahan tambahan tersebut bersama

sereh, salam, kecap, garam dan penyedap rasa dimasukkan kedalam minyak lalu

dilakukan operasi dan inspeksi yaitu pengadukan selama 3 menit. Setelah itu

bahan tambahan berupa ikan dikenakan inspeksi dan operasi penimbangan

menggunakan timbangan selama 2 menit. Lalu ikan dikenakan inspeksi dan

operasi pembersihan menggunakan baskom selama 15 menit. Ditambahkan

minyak yang merupakan bahan tambahan kemudian dilakukan inspeksi dan

operasi penggorengan ½ matang ikan selama 15 menit. Bahan tambahan ikan ½

matang ditambahkan kedalam minyak dan dilakukan operasi pengadukan selama

36

3 menit. Selanjutnya dilakukan operasi dan inspeksi pemotongan ikan selama 28

menit 20 detik. Ikan lombok hijau pun siap untuk disajikan.

F. Ca Kangkung

Peta proses operasi ini diawali dengan operasi dan inspeksi pemanasan

menggunakan wajan selama 1 menit 50 detik terhadap bahan utama yaitu minyak.

Kemudian bahan tambahan berupa bawang merah, bawang putih, cabai, dan tomat

dikenakan operasi pemotongan pisau dengan waktu masing-masing 20 detik lalu

ditambahkan kedalam wajan. Penambahan bahan tambahan tomat dan cabai yang

sudah dipotong sebelumnya dengan operasi pemotongan selama 5 detik. Setelah

itu dilakukan operasi dan inspeksi penumisan di wajan selama 1 menit 50 detik.

Kemudian dilakukan penambahan kangkung yang telah dipotong dengan pisau

melalui operasi dan inspeksi selama 10 detik serta telah dicuci di dalam ember

melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit. Kemudian kangkung dimasukkan

kedalam wajan melalui operasi selama 50 detik. Penumisan kembali dilakukan di

dalam wajan melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit.setelah itu ditambahkan

bumbu penyedap instan ke dalam wajan. Lalu dilakukan penumisan terakhir

didalam wajan melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit 6 detik. Ca kangkung

pun siap untuk disajikan.

G. Es Jeruk

Peta proses operasi ini diawali oleh pemotongan buah jeruk melalui operasi

dengan menggunakan pisau selama 5 detik.. kemudian pemerasan manual

dilakukan melalui operasi selama 1 menit. Lalu ditambahkan bahan tambahan

berupa gula pasir dan air hangat. Kemudian dilakukan pengadukan manual

terhadap campuran tersebut melalui operasi dan inspeksi selama 30 detik. Bahan

tambahan berupa es batu ditambahkan. Lalu pencampuran manual melalui operasi

selama 30 detik. Es jeruk pun siap untuk disajikan.

H. Es Kelapa Muda

Peta proses operasi ini diawali oleh pemilihan kelapa secara manual melalui

operasi dan inspeksi selama 1 menit. Kemudian pemotongan terhadap kelapa

muda secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 5 menit. Lalu penuangan

air secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit. Bahan tambahan

37

berupa gula dimasukkan kedalam kelapa tersebut. Lalu dilakukan pengadukan

manual melalui operasi dan inspeksi selama 30 detik.kemudian langkah

selanjutnya bahan berupa es ditambahkan kedalam kelapa dan diaduk kembali

secara manual melalui operasi selama 30 detik dan kelapa muda pun siap untuk

disajikan.

I. Lalapan

Peta proses operasi ini diawali oleh operasi pencucian terhadap bahan utama

berupa timun selama 30 detik. Operasi penirisan kemudian dilakukan selama 10

detik menggunakan baskom, lalu operasi dan inspeksi pengupasan menggunakan

pisau selama 10 menit. Bahan tambahan berupa kubis, tomat dan kemangi

dikenakan operasi pencucian menggunakan baskom selama 30 detik. Operasi dan

inspeksi penirisan dilakukan di baskom selama 10menit. Kemudian bahan

tambahan tersebut ditambahkan dan dilakukan operasi inspeksi pemotongan

mengunakan pisau selam 2 menit. Lalapan pun siap untuk disajikan.

J. Sambal

Peta proses operasi ini diawali oleh operasi terhadap bahan utama yang berupa

Lombok, pemotongan menggunakan pisau selama 30 detik. Kemudian bahan

tambahan berupa bawang merah dikenakan operasi pemotongan menggunakan

pisau selama 30 detik. Lalu bahan tambahan bawang merah dan kecap dikenakan

operasi pencampuran selama 30 detik menggunakan sendok. sambal pun siap

untuk disajikan.

2. Peta Aliran Bahan (PAP)

A. Pembuatan nasi

Peta aliran bahan ini dimulai dengan pencucian beras selama 3 menit 3o detik

melalui operasi dan inspeksi dengan jumlah 1,5 kg. lalu beras dipindahkan dari

baskom ke panic selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 2 meter.

Kemudian penanakan beras dilakukan selama 22 menit melalui operasi dan

inspeksi dengan jarak 2 meter. Kemudian beras dipindahkan dari panic ke

dandang selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Langkah

38

selanjutnyaberas dikukus selama 15 menit melalui operasi dan inspeksi dengan

jarak 0,5 meter. Nasi siap untuk disajikan ke tempat penyajian.

B. Ikan Goreng Tepung

Peta aliran bahan ini dimulai dengan penimbangan ikan selama 3 menit 45 detik

melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter dari tempat pelelangan ikan.

Kemudian cakalang tersebut dipindahkan dari timbangan ke baskom selama 1

menit melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Langkah selanjutnya yaitu

pencucian cakalang selama 2 menit 5 detik melalui operasi dan inspeksi dengan

jarak 0,5 meter. Kemudian ikan disaring selama 1 menit 25 detik melalui operasi

dengan jarak 0,25 meter. Lalu ikan dibumbui dengan bawang putih, garam, royco

dan sasa serta air selama 1 menit 48 detik melalui operasi dengan jarak 2 meter.

Lalu ikan direndam dalam bumbu selama 2 menit 14 detik melalui operasi dengan

jarak 0,5 meter. Lalu ikan yang direndam diangkut kedalam baskom yang berisi

tepung selama 1 menit 30 detik melalui transportasi dengan jarak 6,25 meter.

Kemudian ikan dilumuri tepung selama 3 menit 8 detik melalui operasi dengan

jarak 0,5 meter. Lalu ikan digoreng selama 35 menit 16 detik melalui operasi dan

inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian ikan disaring dari minyak selama 12

menit 8 detik melalui operasi denagan jarak 0,5 meter. Ikan ditiriskan setelah

diangkat dari wajan selama 25 detik melalui operasi dengan jarak 1 meter ,ikan

yang diproses sebanyak 3 kg. Ikan goreng tepung pun siap untuk disajikan.

C. Ikan Goreng

Peta aliran proses ini dimulai dengan penimbangan ikan sejumlah 1 kg selama 1

menit 43 detik melalui operasi dan inspeksi,kemudian ikan dipindahkan dari

timbangan ketempat pembersihan selama 5 detik melalui transportasi dengan

jarak 0,4 meter dari tempat awal. Lalu ikan dipotong potong selama 45 detik

melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter,setelah itu ikan dicuci selama 1

menit 9 detik melalui proses operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Lalu

ikan dipindahkan dari stasiun kerja pembersihan ke pemasakan selama 10 detik

mealui transportasi dengan jarak 0,8 meter, lalu ikan dimasukkan ke baskom yang

berisi bumbu selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian

ikan digoreng selama 11 menit 43 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak

39

0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu penirisan ikan selama 1 menit melalui

operasi dengan jarak 2 meter. Ikan goreng pun siap untuk disajikan.

D. Ikan Bakar

Peta aliran proses ini dimulai dengan memindahan ikan dari tempat ikan ketempat

penimbangan selama 20 detik mealui proses transportasi dengan jarak 1 meter

sejumlah 1 kg, kemudian ikan ditimbang selama 4 menit melalui operasi dan

inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu ikan dipotong potong

selama 2 menit 55 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5

meter,setelah itu ikan dicuci selama 9 menit 10 detik melalui operasi dan inspeksi

dengan jarak 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu pembumbuan terhadap ikan

selama 3 menit 19 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter, lalu

ikan dipindahkan ketempat pembakaran selama 3 menit 15 detik melalui

transportasi dengan jarak 1 meter. Kemudian ikan dibakar dengan arang yang

sudah dipanaskan selama 13 menit 57 detik melalui operasi dan inspeksi dengan

jarak 0,5 meter. Ikan bakar pun siap disajikan.

E. Ikan Lombok Hijau

Peta aliran proses ini dimulai dengan pemanasan minyak dengan proses yang

dilakukan dengan operasi dan inspeksi dengan jarak 1 m dari panci dengan waktu

1 menit 30 detik dengan alat berupa kompor dan wajan. Setelah itu bawang

Bombay ditumis dengan operasi dan inspeksi dengan menggunakan alat berupa

wajan dan spatula dengan waktu selama 2 menit. Lalu bahan berupa air

ditambahkan ke dalam wajan tersebut dengan operasi dan inspeksi selama 2

menit.. setelah itu minyak tersebut dicampur dengan bumbu-bumbu yang sudah

dipersiapkan, bumbu-bumbu yang ditambahkan berupa cabai, bawang putih,

bawang merah, sereh, salam, kecap, garam dan penyedap rasa. Setelah itu ikan

dicampurkan kedalam minyak goring yang berisi campuran bumbu selama 3

menit dengan alat berupa wajan dan spatula dengan proses berupa operasi.

Kemudian bahan bahan tersebut diaduk sampai matang selama 24 menit 40 detik

sampai matang. Ikan Lombok Hijau pun siap untuk disajikan.

F. Ca kangkung

40

Peta aliran proses ini dimulai dengan pemotongan kangkung dipotong selama 10

menit melalui operasi dan inspeksi sejumlah 15 ikat. Kemudian kangkung

dipindahkan ke ember dari tempat pemotongan selama 15 detik melalui proses

transportasi dengan jarak 0,5 meter. Setelah itu kangkung dicuci selama 2 menit

melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian kangkung

dipindahkan dari ember ke wajan selama 15 detik dengan jarak 2 meter melalui

transportasi. Kemudian kangkung dimasukkan dalam wajan yang telah terisi

campuran bumbuselama 50 detik melalui operasi dengan jarak 0,25 meter.

Kemudian kangkung ditumis bersamaan dengan campuran bumbu.selama 2 menit

melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,25 meter. kemudian kangkung

ditumis kembali dengan bumbu penyedap selama 2 menit 6 detik melalui operasi

dan inspeksi. Ca kangkung pun siap disajikan.

G. Es jeruk

Peta aliran proses ini dimulai dengan jeruk dipotong selama 5 detik melalui

operasi dengan jarak 0,25 meter dari tempat pengambilan. Kemudian jeruk

diperas secara manual selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 0,25 meter.

setelah itu air perasan jeruk diaduk yang sebelumnya ditambah air hangat dan gula

selama ½ menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½ meter. lalu air

dicampur dengan es batu selama ½ menit dengan jarak ½ meter dengan cara

operasi, pada proses jeruk yang digunakan sebanyak 1 buah. Setelah proses ini

berakhir maka es jeruk pun siap untuk disajikan.

H. Es kelapa muda

Peta aliran proses ini dimulai dengan penyiapan kelapa muda yang sudah dipilih

secara manual dengan waktu 1 menit melalui operasi dan ispeksi dengan jarak 2

meter. kemudian kelapa muda dibelah selama 5 menit melalui operasi dan

inspeksi dengan jarak ½ meter. air kelapa diaduk dengan sebelumnya sudah

ditambahkan gula selama 30 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½

meter. kemudian air kelapa pun diaduk secara merata selama 30 detik melalui

operasi dengan jarak ½ meter. air kelapa muda pun siap untuk disajikan.

I. Lalapan

41

Peta aliran proses ini dimulai dengan penyiapan timun secara manual selama 30

detik melalui operasi dengan jarak 1 meter. kemudian timun ditiriskan selama 10

detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter. lalu timun dikupas

dengan pisau selama 1 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 2 meter.

tomat, kubis, kemangi disiapkan yang juga dipotong dengan pisau selama 30 detik

dengan operasi dengan jarak 2 meter. tomat, kubis, kemangi dipotong dengan

pisau yang sebelumnya dicuci selama 2 menit melalui operasi dan inspeksi

dengan jarak 2 meter. pada proses ini buah timun yang digunakan 2 buah dan

buah lainnya berjumlah 1 buah. Setelah semua langkah telah selesai dilakukan

lalapan pun siap untuk disajikan.

J. Sambal

Peta aliran proses ini dimulai dengan pemotongan cabai yang dilakukan dengan

menggunakan pisau selama 30 detik melalui operasi dengan jarak ½ meter. cabai

dicampur dengan bawang merah yang telah dipotong dan kecap selama 30 detik

melalui operasi dengan jarak ½ meter. kemudian sambal pun siap untuk disajikan.

3. Diagram Aliran

A. Pembuatan Nasi

Pada pembuatan nasi diagram alir dimulai dari tempat pencucian yang dilanjutkan

menuju tempat penanakan yang berada di tempat pemasakan.

B. Ikan Goreng Tepung

Pada pembuatan ikan goreng tepung ini diagram alir dimulai dari tempat

penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian berlanjut ke tempat

pembumbuan dan yang terakhir tempat penggorengan.

C. Ikan Goreng

Pada pembuatan ikan goreng ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan

ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian yang diakhiri pada tempat

pembumbuan dan penggorengan yaitu di tempat pemasakan.

D. Ikan Bakar

42

Pada pembuatan ikan goreng ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan

ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian yang diakhiri pada tempat

pembumbuan dan kemudian pembakaran di tempat pemanggangan.

E. Ikan Lombok Hijau

Pada pembuatan ikan goreng tepung ini diagram alir dimulai dari tempat

penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian berlanjut ke tempat

pembumbuan dan yang terakhir tempat penggorengan.

F. Ca Kangkung

Pada pembuatan Ca kangkung ini diagram alir dimulai dari tempat pencucian

yang diteruskan ke tempat pemasakan.

G. Es Jeruk

Pada pembuatan Es Jeruk ini diagram alir dimulai dari penyiapan bahan dan

terakhir berada di tempat pembuatan yang ada di tempat perabot.

H. Es Kelapa Muda

Pada pembuatan Es kelapa muda ini diagram alir dimulai dari penyiapan bahan

dan terakhir berada di tempat pembuatan yang ada di tempat perabot.

I. Lalapan

Pada pembuatan lalapan ini diagram alir dimulai dari pencucian yang diteruskan

ke tempat pencampuran bahan.

J. Sambal

Pada pembuatan sambal ini diagram alir dimulai dari pencucian yang diteruskan

ke tempat pencampuran bahan.

Dari pengamatan yang kami lakukan dengan pedoman tata letak yang baik

untuk aliran bahan di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan, pola aliran

sudah bagus dan terencana. Di sana sudah di tentukan area-area untuk produksi

sehingga aliran bahan itu berjalan lancar dan terencana. Pola aliran bahan pun

lurus hanya ada sedikit langkah balik dari transportasi pengolahan dari bahan

mentah sampai bahan jadi.

43

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan untuk masing-masing area kerja

yang ada di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan:

No Lokasi Kelebihan Kekurangan

1 Area penyiapan bahan Fleksibel dan hanya

membutuhkan area

yang kecil

Tidak terdapat

area khusus

sehingga

mengganggu

aliran produksi.

2 Tempat pencucian bahan baku Letaknya dekat

dengan area

produksi.

Tidak terdapat

batas dengan

area produksi

3 Tempat produksi Telah difungsikan

dengan maksimal.

Aliran produksi

kurang rapi

4 Dapur Difungsikan dengan

maksimal

Kurang bersih

dan masih

banyak yang

harus dibenahi

6 Ruang makan Sudah tertapa rapi

dan nyaman

Kurang fleksibel

karena terpisah

antar ruang

makan

7 Tempat pembakaran Dapat menampung

banyak arang

Kurang strategis

8 Tempat perabot Dapat menampung

banyak perabot

kotor dan

kurang tertata

rapi

9 Area parkir karyawan Luas dan memadai Tidak strategis

karena berada di

dalam ruangan

10 Kamar tidur Cukup luas dan Kurang tertata

44

strategis rapi

11 Toilet Sudah berada

diruang belakang

sehingga tidak

mengganggu

pengunjung

Kurang bersih

dan nyaman

12 Kolam Bisa digunakan

untuk tambahan

pasokan ikan

Kecil dan

seharusnya

berada

dibelakang

rumah makan.

Tidak terawat

13 Tempat ikan Cukup luas dan

memadahi

Kurang bersih

dan higenis

14 Kasir Simple dan cocok

karena sudah berada

di depan ruangan

Tidak ada

tempat khusus

buat kasir dan

hanya digabung

dengan etalase

tempat ikan

45

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Setelah kami amati proses pembuatan makanan dan minuman pada Rumah Makan

Putra Tunggal Sinar Harapan, kami dapat membuat Peta Proses Operasi, Peta

Aliran Proses, dan Diagram Aliran untuk setiap menu masakan dan minuman.

Dari hasil evaluasi tata letak rumah makan ini, kami simpulkan bahwa masih

kurang efektif karena jarak perpindahan yang terlalu jauh sehingga memakan

waktu saat proses pembuatan produk.

Kelebihan tata letak rumah makan ini adalah sudah terorganisirnya tempat untuk

masing-masing stasiun. Kekurangannya adalah stasiun pembakaran yang masih

terlalu jauh dari stasiun penyajian sehingga perpindahan bahan menjadi terlalu

jauh.

46

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2008. Strategi Tata Letak – Manajemen Operasi. Dalam

http://agungpia.multiply.com/journal/item/42/Strategi_Tata_Letak_-

_Manajemen_Operasi diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 13.13 WIB

Anonim 2. 2009. Strategi Tata Letak. Dalam http://one.indoskripsi.com/node/9267

diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 13.27 WIB

Apple, J. M. 1983. Plant Layout and Material Handling, Third Edition. John Wiley &

Sonc, Inc.

Burbidge, J.L. 1975. The Introduction of Group Technology. New York : John Wiley &

Sons Inc.

Machfud dan Agung, Yudha. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan.

Bogor : IPB

Muther, R. 1944. Production Line Technique. New York : McGraw-Hill Book Co.

Sims, E.R. 1968. Planning and Managing Materials flow. Lancaster, Ohio : E.R. Sims

Associates

47

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK TATA CARA KERJA

ACARA 3

ROUTE SHEET DAN MULTI PRODUCT PROCESS CHART

Disusun Oleh:

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten:RM Persia Manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

48

BAB I

PENDAHULUAN

D. LATAR BELAKANG

Industri saat ini selalu berorientasi untuk meraih keuntungan di awal

pendiriannya. Apabila industri tidak dapat membdaapt balik modal aatu

meraih keuntungan saat melakukan produksi, maka industri tersebut sudah

pasti akan mengalami kerugian. Keuntungan industri tidak hanya dipengaruhi

oleh seberapa besar harga nominal suatu barang ataupun seberapa banyak

produk industri yang terjual dan dinikmati konsumen, namun dipengaruhi pula

oleh faktor internal industri. Faktor internal tersebut antara lain efisiensi dan

produktivitas pekerja. Peningkatan efisiensi dan produktivitas dapat dilakukan

dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan penentuan

jumlah mesin dan sumber daya manusia yang tepat sesuai dengan kebutuhan

di dalam proses produksinya.

Berdasarkan hal di atas, maka sudah sepatutnya dilakukan perhitungan

dan suatu evaluasi tata letak yang tepat dan sesuai agar diperoleh hasil yang

akurat. Perhitungan tersebut dapat menunjukkan kebutuhan mesin dan sumber

daya manusia pada suatu industri yang tepat dibutuhkan. Namun, penentuan

atau perhitungan ini perlu disesuaikan dengan keadaan riil industri yang

bersangkutan karena setiap industri memiliki kapasitas produksi yang berbeda.

Salah satu cara untuk melakukan perhitungan, serta melakuakn evaluasi tata

letak adalah Route Sheet dan Multi Product Process Chart (MPPC). Route

sheet dapat memberikan informasi mengenai banyaknya bahan yang terbuang

(scrap) pada proses produksi tersebut serta menunjukkan kapasitas produksi

dengan memperhatikan efisiensi mesin. Sedangkan MPPC dapat mengevaluasi

tata etak berdasarkan jumlah mesin.

Melalui perhitungan dan route sheet yang dikerjakan maka diharapkan

sebuah industri tidak memiliki mesin dan pekerja yang terlalu banyak atau

terlalu sedikit untuk menjalankan proses produksinya. Selain itu jumlah

49

pekerja yang tepat juga memberikan kesempatan kepada pekerja untuk lebih

berkonsentrasi pada pekerjaan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan efisiensi dan produktivitas terhadap fasilitas fisik yang berarti

peningkatan profit atau keuntungan terhadap industri tersebut. Hal inilah yang

menyebabkan perlunya diadakan praktikum “Route Sheet dan Multi Product

Process Chart” dalam lingkup pembelajaran Teknologi Industri Pertanian

sebagai bekal untuk bekerja kelak.

E. TUJUAN

Praktikan dapat melakukan perhitungan kebutuhan mesin dan sumber

daya manusia berdasarkan kapasitas riil industri.

50

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaturan departemen-departemen dalam sebuah pabrik atau industri

biasanya akan didasarkan pada aliran bahan (material) yang bergerak di antara

fasilitas-fasilitas produksi atau departemen tersebut. Fasilitas-fasilitas produksi

tersebut lalu akan diletakkan dalam masing-masing departemen sesuai dengan

pengelompokannya. Perlu diketahui pula bahwa permulaan (penerimaan) dari

pola aliran dan ujung (pengiriman) juga merupakan titik tempat bergabungnya

aliran internal ke dalam daur aliran sistem keseluruhan (Wignjosoebroto, 1996).

Dalam merancang aliran bahan, hal yang sama pentingnya untuk

diperhatikan adalah mengenai rancang fasilitas perusahaan tersebut. Aliran barang

biasanya merupakan tulang punggung fasilitas produksi, dan harus dirancang

dengan cermat, serta tidak boleh dibiarkan tumubuh atau berkembang menjadi

satu pola lulu lintas yang membingungkan. Konsep di atas dapat diringkas

menjadi sebagai berikut (Apple, 1983) :

a. Suatu perencanaan efisien bagi aliran barang adalah prayarat bagi produksi

yang ekonomis.

b. Pola aliran barang menajdi dasar bagi penyusunan fasilitas fisik yang efektif.

c. Pemindahan barang mengubah pola aliran ke dalam suatu kenyataan cergas,

dan memberitahukan bagaimana cara barang dipindahkan.

d. Susunan fasilitas yang baik di sekitar pola alirang barang dapat menghasilkan

pelaksanaan berbagai proses yang berkaitan secara efisien.

e. Penyelesaian proses yang baik dapat meminimumkan biaya produksi.

f. Biaya produksi minimum dapat memberikan keuntungan maksimum.

Rancang fasilitas dan aliran barang yang baik dapat diwujudkan dengan

cara mengevaluasi rancang fasilitas dan aliran barang yang sudah ada. Salah satu

cara melakukan evaluasi ini adalah dengan menggunakan Route Sheet dan Multi

Product Process Chart. Route Sheet atau bagan proses operasi-operasi (operations

process chart) merupakan suatu tabel atau bagan yang mirip dengan bagan

perakitan dengan perbedaan bahwa bagian proses operasi mencakup spesifikasi-

51

spesifikasi untuk bagian-bagian dan waktu pengoperasian dan pemeriksaan.

Routing sheet adalah lebih terperinci daripada bagian perakitan karena

menunjukkan operasi-operasi dan routing yang diperlukan untuk suatu bagian

proses individual. Setiap operasi mesin atau karyawan didaftar, begitu juga

dengan berbagai peralatan dan perkakas yang diperlukan. Jadi bagian proses

operasi-operasi atau routing sheet memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih

lengkap tentang cara memproduksi suatu barang (Handoko, 2000).

Untuk proses perancangan tata letak , routing sheet mempunyai sifat yang

mendasar .Pada dasarnya routing sheet dibuat sebagai hasil dari perancangan

suatu proses ,belum ditentukan bagaimana pengaturan letak mesin atau pusat kerja

atau depertemen bagian produksi .Data dan informasi yang berkenan dengan

proses atau operasi yang berlangsung tertuang rinci dalam routing sheet

(Purnomo, 2004).

Sedangkan untuk keperluan perencanaan layout maka penggambaran

aliran atau urutan operasi kerja seperti yang dilaksanakan dalam “Operation

Layout” akan lebih baik kalau dimodifikasi dalam bentuk “Multi Part Process

Chart”. Dengan membuat Multi Part Process Chart maka akan bisa diperoleh

gambaran umum mengenai layout mesin atau fasilitas produksi yang seharusnya

dirancang selain itu dapat diketahui pula jumlah mesin secara teoritis dan

aktualnya (Wignjosoebroto, 1996).

Peta prose multi produk menunjukkan keterkaitan produksi antara bagian

suatu produk atau antar produk ,bahan dan akuivitas. Dengan membuat MPPC

maka akan diperoleh gambaran umum mengenai layout mesin atau fasilitas

produksi yang seharusnya dirancang. Berdasarkan peta tersebut maka akan dapat

dipelajari dan dianalisa dua hal yang memeiliki pengaruh yang cukup signifikan

dalam perancangan layout antara lain aliran balik (back tracking) dan

pengelompokan pola aliran (flow pattern) (Burbidge, 1975).

Multi Product Process Chart adalah suatu diagram yang menunjukkan

urut-urutan proses untuk masing-masing komponen yang akan diproduksi (Apple,

1990). Multi Product Process Chart termasuk dalam peta untuk menganalisis dan

52

merencanakan aliran barang dalam pabrik yang sudah berdiri maupun bagi

perencanaan proyek baru, erat kaitannya dengan peta proses operasi (Anonim 1,

2008).

Multi Product Process Chart berguna untuk menunjukkan keterkaitan

produksi antara komponen produk atau antar produk mandiri, bahan, bagian,

pekerjaan, atau kegiatan. Peta ini terutama berguna untuk membantu operasi job-

shop. Informasi yang dapat diperoleh adalah jumlah mesin yang dibutuhkan.

Untuk menggambarkan peta ini dengan baik, berikut petunjuk-petunjuk

pembuatan peta MPPC (Anonim 2, 2009) :

1. Menuruni sisi kertas, tulis daftar departemen atau bagian, kegiatan, proses dan

mesin yang harus dilalui komponen. Pengurutan dilakukan dari atas kebawah.

2. Sepanjang baris atas dituliskan komponen yang sedang dikaji.

3. Pencatatan operasi pada tiap komponen/produk berhadapan dengan nama

departemen/ proses/ mesin yang sesuai dengan lingkaran yang berisikan

nomor operasi dari peta proses operasi.

4. Hubungan lingkaran menurut urutannya, walaupun mungkin saja terjadi garis

balik.

5. Menjumlahkan nilai jumlah teoritis untuk setiap proses dan dicatat pada kotak

paling kanan untuk setiap baris.

6. Merupakan pengkajian peta yang bertujuan untuk penyusunan ulang yang

disebabkan oleh langkah balik., kesamaan pola aliran yang menunjukkan

kebutuhan akan proses yang sama pada wilayah yang sama, waktu yang sama

dan sebagainya. Penyusunan ulang akan menghasilkan pola aliran yang

efisien. Pembuatan MPPC sangat bergantung oleh Routing Sheet

53

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1.ROUTE SHEET

ROUTE SH

Cakalang Goreng

No

Operasi

Nama

Operasi Alat

Kap.aktua

l (Mnt/kg) Eff

Jml

disiapka

n

(Kg/hari

)

Jumlah

Alat

O-1 Penimbangan

Timbanga

n 1,716

1 10 0,00715

O-2 Pemotongan Pisau

0,75 1 10

0,00312

5

O-3 Pencucian Baskom 1,15 1 10 0,0048

O-4 Pembumbua

n Baskom 1

1 10 0,00416

O-5 Penggorenga

n Wajan 1,175

1 10 0,0049

O-6 Penirisan Saringan 1 1 10 0,00416

54

Ca

kangkun

g

No

Operas

i

Nama

Operasi Alat

Kap.aktua

l (Mnt/kg) Eff

Jml

disiapkan

(Kg/hari)

Jumlah

Alat

O-1 Pemanasan Wajan 3,6 1 0,5 0,0072

O-2 Pemotongan Pisau 0,6 1 0,5 0,0012

O-3 Pemotongan Pisau 0,6 1 0,5 0,0012

O-4 Pemotongan Pisau 0,16 1 0,5 0,00032

O-5 Pemotongan Pisau 0,16 1 0,5 0,00032

O-6 Penumisan Wajan 3,6 1 0,5 0,0072

O-7 Pemotongan Pisau 0,32 1 0,5 0,00064

O-8 Pencucian Ember 0,06 1 0,5 0,00012

O-9 Penumisan Wajan 0,06 1 0,5 0,00012

O-10 Penumisan Wajan 4,2 1 0,5 0,0084

Tuna Lombok

Hijau

No

Operas

Nama

Operasi Alat

Kap.aktua

l (Mnt/kg) Eff

Jml

disiapka

n

Jumlah

Alat

55

i (Kg/hari)

O-1 Pemanasan Wajan 0,3 1 5 0,00625

O-2 Penumisan Wajan 0,4 1 5 0,0083

O-3 Perebusan Wajan 0,4 1 5 0,0083

O-4 Penggilingan Blender 0,616 1 5 0,0128

O-5 Pengadukan Wajan 0,6 1 5 0,0125

O-6 Penimbangan Timbangan 0,4 1 5 0,0083

O-7 Pembersihan Baskom 0,05 1 5 0,0001

O-8 Penggorenga

n Wajan 0,05 1 5 0,0001

O-9 Pengadukan Wajan 0,6 1 5 0,0125

O-10 pematangan Wajan 5,66 1 5 0,118

Pembuatan Sambal

No

Operas

i

Nama

Operasi Alat

Kap.aktua

l (Mnt/kg) Eff

Jml

disiapka

n

(Kg/hari)

Jumlah

Alat

O-1 Pemotongan Pisau 0,5 1 1 0,002

O-2 Pemotongan Pisau 0,5 1 1 0,002

O-3 Pencampura

n Sendok 0,5 1 1 0,002

56

Lalapan

No

Operas

i

Nama

Operasi Alat

Kap.aktual

(Mnt/kg) Eff

Jml

disiapkan

(Kg/hari)

Jumlah

Alat

O-1 Pencucian Manual 0,5 1 4 0,0083

O-2 Penirisan Baskom 10 1 4 0,167

O-3 Pengupasan Pisau 1 1 4 0,0167

O-4 Pencucian Baskom 0,5 1 4 0,0083

O-5 Penirisan Baskom 10 1 4 0,167

O-6 Pemotongan Pisau 2 1 4 0,033

Es Jeruk

No

Operas

i

Nama

Operasi Alat

Kap.aktual

(Mnt/kg) Eff

Jml

disiapka

n

(Kg/hari)

Jumlah

Alat

O-1 Pemotongan Pisau 0.08 1 2 0,0006

O-2 Pemerasan Manual 1 1 2 0,008

O-3 Pengadukan Manual 0,5 1 2 0,004

O-4 Pencampura

n Manual 0,5 1 2 0,004

57

Cakalang Goreng

Tepung

No

Operas

i

Nama

Operasi Alat

Kap.aktua

l (Mnt/kg) Eff

Jml

disiapka

n

(Kg/hari)

Jumlah

Alat

O-1 Penimbangan Timbangan 1,25 1 6 0,0313

O-2 Pencucian Baskom 0,69 1 6 0,0173

O-3 Penyaringan Saringan 0,47 1 6 0,0118

O-4 Penimbangan Timbangan 0,67 1 6 0,0168

O-5 Penggilingan Gilingan 0,4 1 6 0,01

O-6 Pembumbuan Baskom 0,6 1 6 0,015

O-7 Perendaman

Bumbu Baskom 0,78 1 6 0,0195

O-8 Pemberian

Tepung Baskom 1,04 1 6 0,026

O-9 Penggorenga

n Wajan 11,76 1 6 0,294

O-10 Penyaringan Saringan 4,04 1 6 0,101

O-11 Penirisan Tempayak 0,14 1 6 0,0035

Cakalang Bakar

58

No

Operas

i

Nama

Operasi Alat

Kap.aktua

l (Mnt/kg) Eff

Jml

disiapka

n

(Kg/hari)

Jumlah

Alat

O-1 Penimbanga

n Timbangan 4,32 1 4 0,072

O-2 Pemotongan Pisau 2,92 1 4 0,049

O-3 Pencucian Baskom 9,17 1 4 0,153

O-4 Pembumbua

n Baskom 3,42 1 4 0,057

O-5 Pemanasan Tungku 5,25 1 4 0,087

O-6 Pembakaran

Pemanggan

g 13,95 1 4 0,232

Pemasakan Nasi

No

Operasi

Nama

Operasi Alat

Kap.aktual

(Mnt/kg) Eff

Jml

disiapkan

(Kg/hari)

Jumlah

Alat

O-1 Pencucian Baskom 2,33 1 1,5 0,0146

O-2 Penanakan Panci 14,67 1 1,5 0,092

O-3 Pengukusan Dandang 10 1 1,5 0,0625

Es Kelapa Muda

59

No

Operas

i

Nama

Operasi Alat

Kap.aktual

(Mnt/kg) Eff

Jml

disiapkan

(Kg/hari)

Jumlah

Alat

O-1 Pemilihan Manual 1 1 3 0,0125

O-2 Pemotongan Golok 5 1 3 0,0625

O-3 Penuangan

air Manual 2 1 3 0,025

O-4 Pengadukan Sendok 0,5 1 3 0,00625

O-5 Pengadukan Sendok 0,5 1 3 0,00625

60

2.MPPC

61

B. PEMBAHASAN

Praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan acara 3 ini membahas

tentang Route Sheet dan Multi Product Process chart. Praktikum ini bertujuan

agar praktikan dapat melakukan perhitungan akan kebutuhan mesin dan

sumberdaya manusia berdasar kapasitas riil industri sehingga tidak ada

pemborosan atau kekurangan tenaga kerja maupun mesin.

Route Sheet atau bagan proses operasi-operasi (operations process

chart) merupakan suatu tabel atau bagan yang mirip dengan bagan perakitan

dengan perbedaan bahwa bagian proses operasi mencakup spesifikasi-

spesifikasi untuk bagian-bagian dan waktu pengoperasian dan pemeriksaan.

Routing sheet lebih terperinci daripada bagian perakitan karena menunjukkan

operasi-operasi dan routing yang diperlukan untuk suatu bagian proses

individual. Setiap operasi mesin atau karyawan didaftar, begitu juga dengan

berbagai peralatan dan perkakas yang diperlukan. Jadi bagian proses operasi-

operasi atau routing sheet memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih lengkap

tentang cara memproduksi suatu barang.

Sedangkan MPPC (Multi Product Process Chart) adalah suatu

diagram yang menunjukkan urut-urutan proses untuk masing-masing

komponen yang akan diproduksi. MPPC termasuk dalam peta untuk

menganalisis dan merencanakan aliran barang dalam pabrik yang sudah

berdiri maupun bagi perencanaan proyek baru, erat kaitannya dengan peta

proses operasi

Dalam pembuatan Route Sheet terdapat beberapa langkah yang harus

dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil data yang

diperlukan. Data tersebut dapat diambil dari Peta Proses Operasi yang telah

dibuat sebelumnya pada acara 2 yaitu berupa jumlah bahan dan produk yang

diharapkan, waktu yang ditempuh untuk melakukan suatu operasi dan

jumlah scrap yang timbul dari setiap operasi yang dinyatakan dalam persen

atas jumlah keseluruhan bahan atau produk. Alasan data diambil dari PPO

karena PPO merupakan peta kerja yang menggambarkan langkah-langkah

proses yang akan dialami oleh bahan baku berupa urutan kegiatan operasi dan

62

inspeksi sejak bahan mentah hingga menjadi produk yang memuat informasi

mengenai waktu proses, bahan yang digunakan, mesin/stasiun kerja yang

melakukan kegiatan operasi, serta waktu dan kondisi operasi.

Langkah kedua adalah menentukan nomor operasi, nama operasi,

mesin/stasiun kerja yang melakukan kegiatan operasi waktu proses/waktu

baku dari masing-masing operasi, serta jumlah yang diharapkan tiap operasi.

Nomor dan nama operasi diurutkan dari nomor operasi paling pertama,

sedangkan maksud dari stasiun kerja atau mesin adalah bagaimana operasi itu

dilakukan oleh pekerja. Operasi dapat dilakukan dengan bnatuan mesin atau

alat sehingga pekerja dapat meninggalkan operasi itu untuk melakukan operasi

lainnya atau pekerja dapat melakukannya secara manual. Pekerjaan yang

dilakukan secara manual disebut dengan stasiun kerja dalam Route Sheet.

Langkah ketiga adalah menentukan kapasitas aktual dari masing-

masing operasi dengan cara menghitung waktu proses per berat (gram) bahan.

Langkah ke empat adalah menghitung efisiensi mesin / pekerja dari

masing-masing operasi dengan menggunakan rumus:

Ei = atau

periode tiapkerja optimalwaktu

periode tiap timeupset down time - 1 Ei

Dalam perhitungan ini, praktikan menggunakan rumus efisiensi yang

pertama. Perhitungan ini digunakan untuk menghitung efisiensi mesin/pekerja

dari operasi yang menggunakan mesin, bukan operasi yang dilakukan secara

manual. Hal ini dikarenakan efisiensi operasi yang dilakukan secara manual

atau disebut dengan stasiun kerja adalah 100 %.

Langkah ke lima adalah menghitung jumlah yang siapkan yaitu dengan

menentukan jumlah kilogram tiap bahan dibagi dengan jumlah pesanan per

hari.

Langkah ke delapan adalah menghitung jumlah mesin. Perhitungan ini

dilakukan dengan menggunakan rumus:

63

Ni =

Hasil perhitungan tersebut inilah yang selanjutnya akan digunakan

dalam pembuatan MPPC untuk mendapatkan jumlah mesin yang dibutuhkan

secara teoritis maupun aktual.

MPPC merupakan kelanjutan dari Route Sheet, yaitu berisi urutan

proses yang dialami oleh tiap bahan. MPPC menunjukkan keterkaitan

produksi, bahan, atau kegiatan. Dengan dibuatnya peta proses multi produk ini

dapat ditentukan jumlah mesin yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi.

Apabila dalam suatu proses tidak menggunakan mesin atau dengan kata lain

operasi dilakukan secara manual, maka data akhirnya berupa jumlah

kebutuhan tenaga kerja untuk proses operasi manual tersebut. Selain itu pada

MPPC juga terdapat jumlah mesin yang dibutuhkan secara teoritis dan aktual

pada tiap stasiun kerja, untuk stasiun kerja yang tidak membutuhkan mesin

maka nilai tersebut adalah jumlah pekerja atau operator yang dibutuhkan.

MPPC dibuat dengan cara membuat suatu tabel dengan menggunakan

software autocad atau VCO, di mana pada baris atas tercantum seluruh bahan

baku yang digunakan, serta jumlah mesin, baik secara teoritis maupun aktual.

Sedangkan pada bagian kiri tercantum nama operasi urut dari operasi yang

pertama. Selanjutnya data-data jumlah mesin yang diperoleh dari hasil

perhitungan pada Route Sheet dipindahkan ke MPPC. Operasi tiap bahan yang

telah dilingkari dan telah tercantum jumlah mesin secara teoritis di atasnya,

disambungkan antar lingkaran dengan anak panah.

Untuk hasil perhitungan, sama dengan nilai jumlah mesin yang

dibutuhkan secara teoritis pada Route Sheet, nilai mesin yang dibutuhkan pada

jumlah mesin secara aktual MPPC masih berbentuk pecahan sehingga

dilakukan pembulatan ke atas. Alasan dilakukan pembulatan ke atas, selain

agar target produksi dapat tercapai adalah karena dengan pembulatan kebawah

target produksi sulit direncanakan. Selain itu, jika dilakukan pembulatan ke

bawah maka seluruh stasiun kerja tidak memiliki mesin dan operatornya.

64

Pembulatan keatas mengasumsikan akan adanya mesin atau operator yang

menganggur, namun dapat diantisipasi dengan pembagian tugas yang efektif

dan efisien sehingga dapat mengurangi waktu delay.

Berdasarkan hasil perhitungan mengenai jumlah yang disiapkan

diketahui bahwa jumlah yang disiapkan dengan jumlah yang diharapkan tidak

terlalu besar. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan jumlah mesin pada

Route Sheet dan MPPC di atas, diketahui bahwa operasi pada industri ini

masih dilakukan dengan sangat menghemat biaya operasi. Hal ini ditunjukkan

dengan jumlah mesin secara teoritis yang berkisar antara 0-1 sehingga nilai

aktual jumlah mesin adalah 1. Hal ini dapat dikarenakan industri Rumah

Makan Putra Tunggal merupakan industri kecil yang belum begitu mengerti

mengenai efisien dan efketifitas sehingga belum terdapat niat untuk

menambah atau memperbaharui mesin. Padahal dengan bertambahnya mesin

dapat meningkatkan produktivitas pekerja dan meningkatkan jumlah produk

akhir yang diharapkan sehingga menambah jumlah keuntungan.

Berdasarkan rumus perhitunga untuk mencari jumlah mesin secara

teoritis, diperoleh hasil bahwa nilai teoritis jumlah mesin berkisar antara 0-1.

Hal ini menyebabkan jumlah mesin secara aktual dibulatkan ke atas menjadi

1. Data ini sesuai dengan keadaan di lapangan atau di industri bahwa industri

ini hanya memiliki 1 alat untuk setiap operasinya. Keadaan ini tidak terlalu

diperhatikan oleh pemilik industri. Hal ini dapat dikarenakan belum terjadi

masalah pada alat atau mesin yang digunakan dalam operasi proses pembuatan

kerupuk pada industri ini. Namun apabila terjadi suatu masalah pada mesin

atau alat, maka dapat menyebabkan terhentinya kegiatan produksi secara total.

Hal ini dikarenakan masing-masing operasi saling berhubungan dan

mempengaruhi. Masalah keterbatasan alat ini sebaiknya segera diselesaikan

sebelum terjadi hal yang dapat menyebabkan industri menjadi rugi.

65

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keadaan industri yang hanya memiliki satu buah mesin atau alat untuk

setia operasi patut diwaspadai. Hal ini dikarenakan apabila terjadi kerusakan

alat dapat menyebabkan operasi produksi terhenti total. Maka sebaiknya

orang-orang yang terkait dalam industri Rumah Makan ini segera berusaha

menyelesaikan masalah keterbatasan alat tersebut.

66

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2012. Multi Product Process Chart. Dalam

http://shefaa.ngeblogs.com/2010/03/16/multi-product-process-chart/

diakses tanggal 25 Maret 2010 pukul 14.23 WIB

Anonim 2. 2012. Product Layout. Dalam

http://vuee.blogspot.com/2008/04/product-layout.html diakses tanggal 25

Maret 2010 pukul 13.27 WIB

Apple, J. M. 1983. Plant Layout and Material Handling, Third Edition. John

Wiley & Sonc, Inc.

Burbidge, J.L. 1975. The Introduction of Group Technology. New York : John

Wiley & Sons Inc.

Handoko, T. Hani. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.

Purnomo, H. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas : Edisi Pertama.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. ITS.

Surabaya.

67

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 4

PERENCANAAN ALIRAN BAHAN

Disusun oleh :

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten: RM Persia Manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

68

BAB I

PENDAHULUAN

F. LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia industri yang sangat pesat dengan diikuti

perkembangan teknologi yang semakin maju, maka semakin kompleks pula

permasalahan yang terjadi pada industri tersebut. Permasalahan dunia industri

bukan hanya menyangkut seberapa besar investasi yang harus ditanam, system,

dan prosedur produksi, pemasaran dan lain sebagainya, namun menyangkut pula

dalam hal perencanaan fasilitas. Baik itu dalam hal lokasi fasilitas atupun

menyagkutrancangan fasilitas itu sendiri.

Perencanaan dan perancangan suatu fasilitas sangatlah penting dalam

mendirikan atau mengembangkan suatu perusahaan. Pembangunan perusahaan

harus sesuai dengan perencanaan, penyusunan, perancangan dan pengendalian

baik berupa materil maupun non materil. Sangat diperlukan pemahaman yang

baik tentang rancang fasilitas, yang berkaitan dengan manufaktur dan penanganan

pemindahan bahan yang akan memudahkan dalam merancang fasilitas suatu

pabrik dan mengoptimumkan hubungan antar kegiatan dalam pabrik (operator,

aliran barang, aliran informasi). Pembuatan rencana harus didasarkan pada

perbandingan antara manfaat atau keuntungan dengan biaya yang dikeluarkan

agar kegiatan tersebut menghasilkan keuntungan yang maksimal.

Masalah aliran bahan muncul juga dikarenakan adanya kebutuhan untuk

memindahkan bahan dari awal proses sampai akhir proses untuk mencapai

lintasan yang paling efisien. Keuntungan merencanakan aliran bahan dengan baik

antara lain kita dapat memanfaatkan ruang lebih efisien, pemindahan bahan lebih

sederhana, pengurangan resiko kecelakaan kerja, minimasi gerakan bolak-balik,

pengurutan pekerjaan lebih logis.

69

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikan dapat menentukan tipe aliran bahan dan tipe tata letak dalam

industri.

70

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai tata

cara pengaturan fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi.

Berdasarkan aspek dasar, tujuan, dan keuntungan yang bisa didapatkan dalam tata

letak pabrik yang terencanakan dengan baik, maka dapat disimpulkan enam tujuan

dasar dalam tata letak pabrik. Enam tujuan dasar tersebut mencangkup integrasi

secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi,

perpindahan jarak yang seminimal mungkin, aliran kerja berlangsung secara

lancar melalui pabrik, semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan

efisien, kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja dijaga sebaik-baiknya, dan

pengaturan tata letak harus cukup fleksibel (Purwanto. 1990).

Rencana pemindahan barang dan peralatan mungkin telah memberikan

gambaran umum terhadap metode pemindahan. Urutan proses produksi

merupakan dasar bagi perancangan pola aliran. Berikut ini adalah mengenai siklus

aliran yang umum dilihat dalam proses produksi dari suatu pabrik

(Wignjosoebroto, 2000):

Gam

bar 1: Siklus aliran bahan dalam sebuah pabrik.

Sedangkan untuk macam-macam pola aliran bahan yang biasa diterapkan

suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Apple, 1990):

71

Gambar 2: Pola aliran material

Aliran bahan yang yang mengalir dari satu departemen ke departemen yang

lainya sering kali tidak mengalir secara lancar, hal ini disebabkan karena tata letak

departemen yang tidak sesuai dengan pola aliran bahan. Untuk mengevaluasi

alternative tata letak departemen maka diperlukan analisis untuk mengukur aliran

bahan. Sedangkan teknik-teknik perencanaan aliran bahan dibagi menjadi dua

kategori, yaitu metode konvensional dan kuantitatif. Metode konvensional

relative mudah digunakan, cara yang umum digunakan adalah dalam bentuk

grafis. Teknik ini membutuhkan rincian kerja yang banyak untuk membuat

catatan perpindahan untuk sebuah operasi yang ada. Dalam melakukn analisis

aliran bahan dengan pendekatan konvensional, dibutuhkan beberapa data dari

setiap perpindaahan bahan. Data-data yang diperlukan diantaranya adalah

(Anonim, 2012):

1. Jalur yang dilalui bahan antar epartemen

2. Volume yang dipindahkan

3. Jarak yang ditempuh

4. Frekuensi perpindahan

5. Kecepatan perpindahan bahan

6. Biaya yang diperlukan untuk pemindahan bahan

72

Langkah awal dalam merancang faslitas manufaktur adalah menentukan pola

aliran secara umum. Pola aliran ini menggambarkan material masuk sampai pada

produk jadi. Beberapa pola aliran umum serta fungsi dan kegunaannya adalah

(Francis, 1992).

1. Pola aliran garis lurus digunakan untuk proses produksi yang pendek dan

sederhana.

2. Pola aliran bentuk L. Pola ini hampir sama dengan pola garis lurus, hanya

saja pola ini digunakan untuk mengakomodasi jika pola aliran garis lurus

tidak bisa digunakan dan biaya bangunan terlalu mahal jika menggunakan

pola aliran garis lurus.

3. Pola aliran bentuk U. Pola ini digunakan jika aliran masuk material dan

aliran keluarnya produk pada lokasi yang relatif sama.

4. Pola aliran bentuk O. Pola ini digunakan jika keluar masuknya material dan

produk pada satu tempat/satu pintu. Kondisi ini memudahkan dalam

pengawasan keluar masuknya barang.

5. Pola aliran bentuk S, digunakan jika aliran produksi panjang dan lebih

panjang dari ruangan yang ditempati. Karena panjangnya proses, maka aliran

di zigzag.

Aliran bahan bisa diukur secara kualitatif dengan menggunakan tolak ukur

derajat kedekatan hubungan antara suatu fasilitas (departemen) dengan fasilitas

lainnya. Metode kualitatif tersebut diantaranya dengan menggunakan diagram

hubungan aktivitas (ARD) dan peta hubungan aktivitas (ARC). Sedangkan untuk

perancangan tata letak fasilitas dengan menggunakan diagram pengalokasian

wilayah (AAD), dan Template (Sayuti, 2008).

73

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. From-to chart

a. From-to chart percobaanpertama

RUMAH MAKAN PUTRA TUNGGAL SINAR HARAPAN

Petadari-ke

Pen

yia

pan

Pen

cuci

an

Pem

bum

buan

P

enggore

ngan

Pem

bak

aran

Pen

iris

an

Pem

buat

an m

inum

an

Pen

yaj

ian

Ju

mla

h

Ke

(Pemakai)

Dari

(pemberi)

Penyiapan

25 1 3 29

Pencucian

17 2 4 2 25

Pembumbuan

16 1 18

Penggorengan

17 2 19

Pembakaran

1 1

Penirisan

23 23

Pembuatan

minuman 3 3

74

Penyajian

Jumlah 25 17 19 1 20 5 29

b. From-to chart percobaankedua

RUMAH MAKAN PUTRA TUNGGAL SINAR HARAPAN

Petadari-ke

Pen

yia

pan

Pen

cuci

an

Pem

bum

buan

Pen

ggore

ngan

Pen

iris

an

Pen

yaj

ian

Pem

bak

aran

Pem

buat

an m

inum

an

Ju

mla

h

Ke

(Pemakai)

Dari

(pemberi)

Penyiapan

25 3 28

Pencucian

17 3 4 2 26

Pembumbuan

16 1 1 18

Penggorengan

16 3 19

Pembakaran

20 20

Penirisan

Penyajian

1 1

Pembuatan

minuman 3 3

Jumlah 25 17 19 21 27 1 5

75

c. From-to chart percobaanketiga

RUMAH MAKAN PUTRA TUNGGAL SINAR HARAPAN

Petadari-ke

Pen

yia

pan

Pen

cuci

an

Pem

bum

buan

Pen

ggore

ngan

Pen

iris

an

Pem

bak

aran

Pem

buat

an m

inum

an

Pen

yaj

ian

Ju

mla

h

Ke

(Pemakai)

Dari

(pemberi)

Penyiapan

26

3 29

Pencucian

17 3 4 2 26

Pembumbuan

16 1 17

Penggorengan

16 3 19

Penirisan

20 20

Pembakaran 1 1

Pembuatan

minuman 3 3

Penyajian

Jumlah 26 17 19 20 1 5 27

76

2. PERHITUNGAN

a. From-to chart percobaan pertama

Maju

b. From-to chart percobaan kedua

Maju

1 x

(26+17+16+16+20) = 95

2 x (3+3) = 12

3 x (4) = 12

4 x (1) = 4

5 x (0) = 0

6 x (2) = 12

7 x (3) = 21

Mundur

1 x 1 = 1

2 x 3 = 6

Total =

16

3

1 x (25+17+16+3) = 61

2 x (2+1+16+23) = 84

3 x (1+1) = 6

4 x (4+1) = 16

6 x (3) = 18

Total = 199

77

c. From-to chart percobaan ketiga

Maju

1 x (25+17+16+16+3) = 77

2 x (3+1) = 8

3 x (4+1+20) = 75

4 x (3) = 12

5 x (2) = 10

Total = 182

B. PEMBAHASAN

Praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan acara 4 ini berjudul

Perencanaan Aliran Bahan. Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat

menentukan tipe aliran bahan dan tipe tata letak dalam industri. Dalam praktikum

ini praktikan menentukan tipe aliran bahan dan tipe tata letak pada warung makan

Putra Tunggal Sinar Harapan yang berlokasi di kawasan Pantai Kuwaru Bantul.

Tata letak (layout) atau pengaturan fasilitas produksi dan area kerja yang ada

adalah suatu masalah yang sering dijumpai dalam dunia industri. Umumnya tata

letak pabrik yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan menjaga

kelangsungan hidup ataupun kesuksesan kerja suatu perusahaan. Pada dasarnya

tujuan utama dalam design tata letak pabrik adalah untuk meminimalkan total

biaya, salah satunya adalah biaya material handling. Tata letak fasilitas yang baik

dan sesuai dengan keadaan perusahaan merupakan salah satu factor utama untuk

mengoptimalkan waktu dan biaya produksi. Perencanaan fasilitas mempunyai

pengaruh yang sangat besar dalam proses operasi perusahaan. Masalah utama

dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi adalah bergeraknya

material dari satu departemen ke departemen lain, sampai material tersebut

menjadi barang jadi.

Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan-

keputusan perancangan proses yang dipilih berdasarkan pada tipe-tipe tata letak.

Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses manufaktur untuk

78

jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata letak secara umum adalah

Product Layout, Process Layout, Group Technology Layout dan Layout by Fixed

Position.

Product layout dapat didefenisikan sebagai metode atau cara pengaturan

dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu

departemen tertentu atau khusus. Suatu produk dapat dibuat/diproduksi sampai

selesai di dalam departemen tersebut. Bahan baku dipindahkan dari stasiun kerja

ke stasiun kerja lainnya di dalam departemen tersebut, dan tidak perlu dipindah-

pindahkan kedepartemen yang lain. Dalam product layout, mesin-mesin atau alat

bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk-produk bergerak

secara terus-menerus dalam suatu garis perakitan. Product layout akan digunakan

bila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat

sesuai untuk produksi yang kontinyu. Tujuan dari tata letak ini adalah untuk

mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam

aktivitas produksi, sehingga pada akhirnya terjadi penghematan biaya.

Keuntungan tipe product layout adalah:

1. Layout sesuai dengan urutan operasi, sehingga proses berbentukgaris.

2. Pekerjaan dari satu proses secara langsung dikerjakan pada proses

berikutnya, sebagai akibat inventori barang setengah jadi menjadi kecil.

3. Total waktu produksi per unit menjadi pendek.

4. Mesin dapat ditempatkan dengan jarak yang minimal, konsekuensi dari

operasi ini adalah material handling dapat dikurangi.

5. Memerlukan operator dengan keterampilan yang rendah, training operator

tidak lama dan tidak membutuhkan banyak biaya.

6. Lokasi yang tidak begitu luas dapat digunakan untuk transit dan

penyimpanan barang sementara.

7. Memerlukan aktivitas yang sedikit selama proses produksi berlangsung.

Kerugian dari product layout adalah:

1. Kerusakan dari satu mesin akan mengakibatkan terhentinya proses

produksi.

79

2. Layout ditentukan oleh produk yang diproses, perubahan desain produk

Memerlukan penyusunan layout ulang.

3. Kecepatan produksi ditentukan oleh mesin yang beroperasi paling lambat.

4. Membutuhkan supervise secara umum tidak terspesifikasi.

5. Membutuhkan investasi yang besar karena mesin yang sejenis akan

dipasang lagi kalau proses yang sejenis diperlukan.

Tipe tata letak yang kedua adalah Process Layout. Dalam

process/functional layout semua operasi dengan sifat yang sama dikelompokkan

dalam departemen yang sama pada suatu pabrik/industri. Mesin dan peralatan

yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan jadi satu. Dengan kata lain,

bahan dipindah menuju departemen-departemen sesuai dengan urutan proses yang

dilakukan. Proses layout dilakukan bila volume produksi kecil, dan terutama

untuk jenis produk yang tidak standar, biasanya berdasarkan order. Kondisi ini

disebut sebagai job shop. Tata letak tipe process layout banyak dijumpai pada

sektor industri manufaktur maupun jasa.

Keuntungan procces layout adalah:

1. Penggunaan mesin dapat dilakukan dengan efektif, konsekuensinya

memerlukan sedikit mesin.

2. Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup

berbagai macam jenis dan model produk.

3. Investasi mesin relative kecil karena digunakan mesin yang umum

(general purpose).

4. Keragaman tugas membuat tenaga kerja lebih tertarik dan tidak bosan.

5. Adanya aktivitas supervisi yang lebih baik dan efisien melalui spesialisasi

pekerjaan, khususnya untuk pekerjaan yang sulit dan memerlukan

ketelitian yang tinggi.

6. Mudah untuk mengatasi break down pada mesin, yaitu dengan cara

memindahkannya ke mesin yang lain dan tidak menimbulkan hambatan

dalam proses produksi.

Kerugian procces layout adalah:

80

1. Aliran proses yang panjang mengakibatkan material handling lebih mahal

karena aktivitas pemindahan material. Hal ini disebabkan karena tata letak

mesin tergantung pada macam proses atau fungsi kerjanya dan tidak

tergantung pada urutan proses produksi.

2. Total waktu produksi lebih panjang.

3. Inventori barang setengah jadi cukup besar, jadi menyebabkan

penambahan tempat.

4. Diperlukan keterampilan tenaga kerja yang tinggi guna menangani

berbagai macam aktivitas produksi yang memilikivariasibesar.

5. Kesulitan dalam menyeimbangkan tenaga kerja dari setiap fasilitas

produksi karena penempatan mesin yang terkelompok.

Tipe tata letak yang ketiga adalah Group Technology Layout atau tata

letak fasilitas berdasarkan kelompok produk. Tipe tata letak ini, biasanya

komponen yang tidak sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok berdasarkan

kesamaan bentuk komponen, mesin atau peralatan yang dipakai. Pengelompokkan

bukan didasarkan pada kesamaan penggunaan akhir. Mesin-mesin dikelompokkan

dalam satu kelompok dan ditempatkan dalam sebuah manufacturing cell.

Tipe tata letak yang keempat adalah Layout by Fixed Position atau layout

yang berposisi tetap. Sistem berdasarkan product layout maupun process layout,

produk bergerak menuju mesin sesuai dengan urutan proses yang dijalankan.

Layout yang berposisi tetap ditunjukkan bahwa mesin, manusia serta komponen-

komponen bergerak menuju lokasi material untuk menghasilkan produk. Layout

ini biasanya digunakan untuk memproses barang yang relatif besar dan berat

sedangkan peralatan yang digunakan mudah untuk dilakukan pemindahan. Contoh

dari industri ini adalah industri pesawat terbang, penggalangan kapal, pekerjaan

konstruksi bangunan.

Berdasarkan keempat tipe tata letak tersebut, maka warung makan Putra

Tunggal termasuk ke dalam tipe process layout. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri

dari tipe process layout itu sendiri, dimana semua operasi dengan sifat yang sama

81

dikelompokkan ke dalam departemen atau area yang sama. Pada warung makan

Putra Tunggal, semua operasi dengan sifat yang sama berada dalam area yang

sama, misalnya untuk operasi penimbangan, penyiangan, dan pencucian dilakukan

dalam satu area yang sama. Selain itu, untuk operasi pemasakan seperti

pembumbuan, penepungan, penggorengan, dan penumisan juga dilakukan dalam

area yang sama. Selain itu, warung makan Putra Tunggal ini memiliki variasi

produk yang cukup banyak yaitu produk bakar, goreng, goreng tepung, tumis

kangkung, sambal, serta aneka minuman. Selain itu, volume produksinya juga

tidak terlalu besar, sehingga warung makan Putra Tunggal termasuk dalam

kategori tipe process layout.

Peta dari-ke sangat berguna untuk menunjukkan ketergantungan suatu

kegiatan dengan kegiatan lain, sehingga dapat diperoleh susunan logis aliran

proses atau urutan yang disarankan. Langkah-langkah membuat peta dari-ke

adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kegiatan, jenis mesin/stasiun kerja yang terlibat dalam

pembuatan barang, misalnya dalam rumah makan Putra Tunggal terdapat

operasi penyiapan bahan, pembakaran, penggorengan dan lain-lain.

2. Menentukan urutan kegiatan atau urutan proses produksi terjadi dari awal

sampai akhir menjadi produk jadi.

3. Menggambarkan matriks dengan jumlah baris dan kolom yang sesuai

dengan jumlah kegiatan yang ada.

4. Mengisi setiap kolom dan baris matriks tersebut dengan nama kegiatan,

mesin, atau stasiun kerja yang terlibat. Urutannya dapat berupa situasi

yang terjadi sekarang, yaitu menurut aliran bahan, kerja, dan sebagainya

atau berupa urutan yang disarankan.

5. Untuk setiap pemindahan barang dari satu kegiatan ke kegiatan lain,

dimasukkan tanda hitungan ke dalam kotak yang ada dalam matriks.

Kegiatan ini harus dilakukan untuk setiap bahan, produk atau bahan baku

yang tercakup dalam analisis. Angka dalam setiap kotak menunjukkan

jumlah perpindahan total dari satu kegiatan ke kegiatan lain. Misalnya

82

terdapat total perpindahan bahan dari stasiun penimbangan ke stasiun

pencucian.

6. Data yang dimasukkan ke dalam matriks adalah data perpindahan dari satu

stasiun kerja ke stasiun kerja lain (frekuensi, volume, berat, dan lain-lain).

Misalnya bahan yang berpindah adalah ikan seberat 5 kg dari satu stasiun

ke stasiun lainnya, maka pada kotak ditulis 5.

7. Mencocokkan pencatatan dengan menjumlahkan jumlah tanda hitungan

pada setiap kotak disetiap baris dan jumlah tanda hitungan pada setiap

baris dalam kolom. Jumlah pada setiap kolom harus sama dengan jumlah

pada setiap baris yang berhubungan. Jika jumlahnya tidak sama, maka

telah terjadi kesalahan dalam perhitungan.

8. Menganalisis peta dari-ke:

a. Angka masukan diatas garis diagonal menunjukkan perpindahan

lansung dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain sepanjang

lintasan perjalanan normal yang berdekatan.

b. Angka masukan dibawah diagonal menunjukkan adanya langkah

balik.

c. Jika angka masukan muncul dua ruang diatas diagonal berarti

barang yang dipindah meloncati satu stasiun kerja.

d. Diharapkan angka masukan sedekat mungkin dengan diagonal,

yang berarti bahan bergerak dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja

lain dalam satu lintasan.

9. Apabila banyak angka terdapat dibawah garis diagonal atau jauh diatas

garis diagonal, maka susunan stasiun kerja harus diefisiensikan. Stasiun

kerja tersebut harus dipindahkan agar nilai yang lebih besar mendekati

diagonal. Untuk mengefisiensikan susunan:

a. Menjumlahkan nilai dalam kotak diatas diagonal dengan angka 1,

nilai dalam 2 kotak diatasnya dengan angka 2, dan sterusnya.

b. Cara yang sama untuk angka dibawah diagonal.

c. Menjumlahkan nilai keduanya.

83

d. Memeriksa stasiun kerja yang harus dipindahkan (yang angkanya

banyak dibawah diagonal atau jauh diatas diagonal). Dengan cara

“trial and error” memindahkan stasiun kerja tersebut hingga

angkanya mendekati diagonal.

e. Menghitung nilai dalam kotak dengan cara seperti diatas.

f. Susunan baru bisa menunjukkan perbaikan yang berarti kalau nilai

totalnya lebih rendah dari yang semula.

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari warung makan Putra Tunggal

Sinar Harapan dapat dibuat peta dari-ke. Peta ini sangat berguna untuk

menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, sehingga

dapat diperoleh susunan logis aliran proses atau urutan yang disarankan.

Dari semua operasi yang terjadi di warung makan Putra Tunggal Sinar

Harapan terdapat 8 stasiun kerja yaitu stasiun kerja penyiapan, pencucian,

pembumbuan, penggorengan, pembakaran, penirisan, pembuatan minuman, dan

penyajian. Kemudian stasiun-stasiun kerja tersebut dimasukkan ke dalam peta

dari-ke. Sehingga pada peta dari-ke yang pertama dibuat diperoleh hasil stasiun

penyiapan bahan ke stasiun pencucian diperoleh 25 bahan. Dari stasiun penyiapan

ke penggorengan terdapat 1 bahan. Dari stasiun penyiapan ke pembuatan

minuman terdapat 3 bahan. Sedangkan dari stasiun pencucian ke pembumbuan

terdapat 17 bahan yang berpindah. Dari stasiun pencucian ke penggorengan

terdapat 2 bahan yang berpindah. Dari pencucian ke penirisan terdapat 4 bahan

yang berindah. Dari pencucian ke pembuatan minuman terdapat 2 bahan yang

berpindah. Sedangkan dari stasiun pembumbuan ke stasiun penggorengan terdapat

16 bahan yang berpindah. Dari pembumbuan ke pembakaran terdapat 1 bahan.

Untuk stasiun penggorengan ke penirisan terdapat 16 bahan yang berpindah. Dari

penggorengan ke penyajian terdapat 2 bahan yang berpindah stasiun kerja.

Sedangkan dari stasiun kerja penirisan ke penyajian terdapat 22 bahan yang

berpindah. Dan dari stasiun pembuatan minuman ke penyajian terdapat 3 bahan

yang berpindah. Dari peta dari-ke yang pertama ini tidak ada proses back

tracking.

84

Dari peta dari-ke pertama yang dibuat, lalu dilakukan perhitungan.

Perhitungan yang pertama dilakukan terhadap bahan yang perpindahannya maju

atau berada diatas garis diagonal. Bahan yang berada tepat diatas diagonal yaitu

sebanyak 25, 17, 16, dan 3 sehingga diperoleh nilai sebesar 61, karena

mempunyai bobot 1. Sedangkan untuk bahan yang berada dua kotak di atas garis

diagonal yaitu 2, 1, 16, 23. Dan total nilai sebesar 84, karena mempunyai nilai

bobot 2. Untuk kotak ke 3 diatas garis diagonal terdapat 1, 1 sehingga diperoleh

nilai 6 karena mempunyai bobot 3. Untuk kotak ke 4 diatas garis diagonal

diperoleh nilai 4, 1 dan total nilai bahan sebesar 16 karena mempunyai bobot nilai

4. Sedangkan untuk kotak ke 5 diatas garis diagonal tidak ada bahan yang didapat

dan selanjutnya beralih pada kotak ke 6 diatas garis diagonal yaitu terdapat 3

bahan saja sehingga diproleh nilai 18 karena mempunyai boot 6.

Selanjutnya untuk mendapatkan skor yang lebih kecil dilakukan

pembuatan peta dari-ke yang kedua, tetapi stasiun kerja yang berada di peta

diubah urutannya yaitu mulai dari stasiun kerja penyiapan bahan, pencucian,

pembumbuan, penggorengan, pembakaran, penirisan, penyajian, dan pembuatan

minuman. Sehingga dari peta kerja dair-ke untuk stasiun kerja penyiapan bahan ke

stasiun kerja pencucian diperoleh 25 bahan. Dari penyiapan bahan ke pembuatan

minuman diproleh bahan 3. Untuk selanjutnya dari stasiun kerja pencucian ke

pembakaran diperoleh bahan 17. Dari pencucian ke penggorengan juga terdapat 3

bahan yang berpindah. Dari pencucian ke penirisan terdapat 4 bahan yang

berpindah. Dari pencucian ke pembuatan minuman terdapat 2 bahan yang

berpindah. Untuk stasiun kerja pembumbuan ke stasiun kerja penggorengan

terdapat 16. Dari pembumbuan ke penirisan diperoleh 1 bahan. Sedangkan dari

stasiun kerja penggorengan ke penirisan diperoleh 16 kali perpindahan. Dari

penggorengan ke penyajian diperoleh 3 bahan yang erpindah. Dan dari stasiun

penggorengan ke stasiun pembuatan minuman terdapat 1 bahan yang berpindah.

Untuk stasiun pembakaran ke penyajian diperoleh 20 bahan yang berpindah. Dari

proses ini terdapat 2 kali back tracking yaitu pada stasiun penyajian ke penyajian

terdapat 1 bahan.sedangkan dari stasiun kerja pembuatan minuman ke penyajian

terdapat 3 bahan yang berpindah.

85

Dari peta dari-ke kedua yang dibuat, lalu dilakukan perhitungan.

Perhitungan yang pertama dilakukan terhadap bahan yang perpindahannya maju

atau berada diatas garis diagonal. Untuk 1 kotak diatas garis diagonal sebanyak

25, 17, 16, 16, 20 sehingga diperoleh nilai sebanyak 95 karena mempunyai bobot

1. Untuk bahan yang 2 kotak diatas gari diagonal diperoleh nilai 3,3 sehingga

diperoleh nilai 12 karena mempunyai bobot 2. Untuk 3 kotak diatas garis diagonal

terdapat 4 bahan dan diperoleh nilai 12 karena mempunyai bobot 3. Dan

selanjutnya untuk 4 kotak diatas garis diagonal yaitu teradapat 1 bahan dan

diperoleh nilai sebesar 4. Dan untuk 6 kotak diatas garis diagonal sebanyak 2

sehingga diperoleh angka sebesar 12 karena mempunyai bobot 6. Dan selanjutnya

untuk garis diatas diagonal pada kotak ke 7 terdapat 3 bahan sehingga diperoleh

nilai 21 karena mempunyai bobot 7. Untuk perpindahan bahan maju diperoleh

jumlah 156. Untuk yang kedua yaitu perpindahan bahan mundur atau back

tracking atau berada dibawah garis diagonal, yaitu terdapat dua bahan yang

berpindah yaitu pada kolom 1 dibawah garis diagonal terdapat 1 sehingga

diperoleh nlai 1 juga karena bobotnya 1. Sedangkan untuk bahan dibawah garis

diagonal 2 kotak diperoleh nilai 3 sehingga diperoleh nilai 6 karena mempunyai

bobot 2. Lalu keduanya dijumlahkan dan diperoleh skor 163.

Karena kita merasa bahwa nilai yang diperoleh pada peta dari-ke yang ke

dua terlalu besar maka kita akan membuat lagi dengan susunan nama stasiun

kembali diacak. Sehingga diperoleh urutan sebagai berikut yaitu penyiapan bahan,

pencucian, pembumbuan, penggorengan, penirisan, pembakaran, pembuatan

minuman, dan penyajian. Untuk stasiun kerja penyiapan ke pencucian diperoleh

bahan sebanyak 26. Dari penyiapan bahan ke pembuatan minuman diperoleh

bahan sebanyak 3. Sedangkan dari pencucian ke pembumbuan diperoleh bahan

sebanyak 17. Dari pembumbuan ke pembakaran diperoleh bahan 1. Dari

penggorengan ke penirisan diperoleh bahan sebanyak 16. Dan dari penggorengan

ke penyajian diperoleh bahan 3. Dari penirisan ke penyajian diperoleh bahan 20.

Dari pembakaran ke penyajian sebanyak 1. Dan dari pembuatan minuman ke

penyajian diperoleh bahan sebanyak 3.

86

Dari peta dari-ke ketiga yang dibuat, lalu dilakukan perhitungan. Karena

tidak ada back tracking maka perhitungan cuma dilakukan pada perhitungan

maju. Untuk 1 kotak diatas diagonal sebanyak 25, 17, 16, 16, 3 dan diperoleh nilai

perpindahan sebanyak 77 karena mempunyai bobot 1. Untuk 2 kotak diatas garis

diagonal diperoleh sebnyak 3,1 sehingga didapatkan nilai 8 karena mempunyai

bobot 2. Untuk 3 kotak di atas garis diagonal diperoleh nilai sebanyak 4, 1, 20 dan

diperoleh nilai sebanyak 75 karena mempunyai bobot 3. Sedangkan untuk 4 kotak

diatas garis sebanyak 3 dan diperoleh nilai 12 karena mempunyai bobot 4. Untuk

kotak 5 diatas garis diagonal diproleh nilai 10 karena mempunyai bobot 5.

Kemudian dijumlahkan dan diperoleh nilai 182. Dan ini terlalu besar dari peta

dari-ke yang ke dua.

Sehinnga berdasarkan peta dari-ke yang telah dibuat dan perhitungannya,

hasil perhitungan from-to chart percobaan kedua menunjukkan hasil yang nilainya

lebih kecil daripada percobaan pertama dan ketiga. Ini menunjukkan bahwa urutan

logis stasiun kerja lebih baik menggunakan urutan seperti pada gambar peta dari-

ke yang kedua sehingga aliran bahan akan lebih efisien serta tidak banyak terjadi

back tracking.

87

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Warung makan Putra Tunggal Sinar Harapan menggunakan tipe tata letak

process layout karena semua operasi dengan sifat yang sama

dikelompokkan ke dalam departemen atau area yang sama. Selain itu,

warung makan Putra Tunggal ini memiliki variasi produk yang cukup

banyak serta volume produksi tidak terlalu besar.

2. Berdasarkan peta dari-ke yang telah dibuat, urutan aliran bahan percobaan

kedua menunjukkan hasil yang nilainya lebih kecil yaitu 163 daripada

percobaan pertama dan ketiga masing-masing nilainya yaitu 199 dan 182.

Ini menunjukkan bahwa urutan logis stasiun kerja lebih baik menggunakan

urutan seperti pada gambar peta dari-ke yang kedua sehingga aliran bahan

akan lebih efisien serta tidak banyak terjadi back tracking.

88

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.. 2012.Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. http://lppm.unjani.ac.id.

Diakses pada tanggal 10 April 2012 pukul 17.00 WIB.

Apple, James. 1990. Material Handling. Edisi Ketiga. Bandung: Penerbit ITB.

Francis, Richard L., Leon F. Mc Ginnis Jr., and John A. White. 1992. Facility

Layout and Location: An Analytical Approach. Prentice-Hall Inc. New

Jersey.

Purwanto. 1990. Usulan Plant Layout untuk Tahap-tahap Terbaru.. Bandung:Aviasti dan

Konsultan Pendawa Lima.

Sayuti, M. 2008 Analisis Kelayakan Pabrik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wignjosoebroto, S. 2000. Tipe Tata Letak Pabrik. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh

November.

89

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 5

PETA KETERKAITAN KEGIATAN

Disusun Oleh:

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten:

RM Persia Manggala

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

90

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam sebuah industri tentu banyak sekali operasi, kegiatan, serta

proses yang terjadi. Apabila kegiatan – kegiatan yang ada dalam suatu industri

berjalan dengan baik tentu akan memberikan hasil yang baik pula. Akan tetapi

apabila kegiatan yang ada dalam industri tersebut kurang berjalan dengan baik

dalam artian bahwa banyak sekali kegiatan yang tidak efektif serta terjadi

suatu penempatan serta urutan kegiatan yang tidak sesuai tentu akan sangat

mengurangi produktifitas suatu industri. Hal demikian banyak terjadi bahkan

sering terjadi dimana pekerjaan dalam industri menjadi tidak efisien karena

setiap selesai kegiatan yang satu harus berpindah-pindah ke kegiatan yang

lainnya yang berjarak cukup jauh padahal sebenarnya dapat dilakukan dengan

cepat apabila tata letak dan penyusunan kegiatannya baik.

Untuk dapat mengatasi masalah tersebut maka susunan serta

penempatan kegiatan-kegiatan yang ada harus dianalisa dan diperbaiki

sehingga dapat meminimalisir perpindahan, serta dapat mengurangi

pemakaian ruang yang terlalu banyak dan tidak efisien. Salah satu cara agar

kita dapat menganalisa serta memperbaiki penempatan kegiatan yang tidak

sehingga diperoleh tata letak yang mendukung kegiatan yang ada yaitu dengan

membuat peta keterkaitan pekerjaan (PKK) ata Activity Relationship Chart

(ARC).

Dengan pembuatan peta keterkaitan kegiatan ini maka dapat diketahui

apakah berdasarkan urutan serta penempatan kegiatan yang sudah ada telah

memenuhi hubungan kedekatan yang benar dan sesuai. Apabila belum sesuai

maka dengan peta ini dapat diatur kembali kegiatan-kegiatan yang ada karena

dalam peta ini terdapat informasi menenai pentingnya kedekatan antara suatu

91

kegiatan beserta alasan kedekatannya sehingga dapat digunakan sebagai

pedoman untuk penempatan kegiatan yang baik sehingga memberi efektifitas

pekerjaan.

Pada praktikum kali ini dilakukan analisis mengenai penempatan

atau penentuan tata letak kegiatan/stasiun kerja dan fasilitas kerja pada

industri yang kami kunjungi yaitu “Kerajinan Bambu Mandiri Craft”.

Sehingga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi serta analisis dalam

penentuan atau pembuatan tata letak yang lebih baik.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum kali ini bertujuan agar praktikan dapat menunjukkan

keeratan keterkaitan antar kegiatan yang memerlukan ruangan dalam

perusahaan.

92

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Activity Relationship Diagram atau disebut juga Peta Keterkaitan

Kegiatan merupakan suatu peta yang mengambarkan mengenai hubungan antara

seluruh pola aliran bahan dan lokasi dari masing-masing departemen penunjang

terhadap departemen produksinya. Untuk membuat Activity Relationship

Diagram ini, maka terlebih dahulu data yang diperoleh dari Activity Relationship

Chart dimasukkan ke dalam suatu lembaran kerja (Work Sheet) (Agung dan

Machfud, 1978).

Menurut Apple (1990), Peta keterkaitan kegiatan merupakan teknik yang

ideal untuk merencanakan keterkaitan antara antara setiap kelompok kegiatan

yang saling berkaitan. Peta ini berguna dalam :

1. Penyusunan urutan pendahuluan bagi satu Peta dari ke-

2. Lokasi nisbi dari pusat kerja atau departemen dalam satu kantor.

3. Lokasi kegiatan dalam suatu usaha pelayanan.

4. Lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan.

5. Lokasi nisbi dari daerah pelayanan dalam suatu fasilitas produksi.

6. Memperoleh satu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya

Activity Relationship Chart (ARC) atau sering pula disebut sebagai

Relation Chart (REL-Chart) bisa dipakai untuk memberi pertimbangan-

pertimbangan kualitatif di dalam perancangan layout. REL-Chart akan

memberikan pertimbangan mengenai derajat kedekatan (closeness) dari satu

departemen terhadap departemen lainnya dengan ukuran-ukuran yang lebih

bersifat kualitatif, seperti: mutlak atau tidak mutlak harus berdekatan, cukup

penting untuk diletakkan berdekatan, dan lain-lain. REL-Chart ini hampir mirip

93

penggambarannya seperti from–to chart hanya saja disini angka-angka kuantitatif

dalam bentuk bobot atau volume material atau jarak pemindahan material seperti

yang dijumpai dalam from-to chart (Wignjosoebroto,1993).

Penggambaran Peta Keterkaitan Kegiatan (PKK) ini hampir mirip

dengan penggambaran Peta dari-ke, tetapi hanya satu perangkat lokasi saja yang

ditunjukkan. Kenyataannya peta ini serupa dengan tabel jarak sebuah peta jalan;

jaraknya digantikan huruf sandi kualitatif dan angka menunjukkan alasan bagi

huruf sandi tersebut. Sandi keterkaitan menunjukkan keterkaitan satu kegiatan

dengan yang lainnya dan seberapa penting setiap kedekatan hubungan yang ada

(Apple, 1990).

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan Peta

keterkaitan Kegiatan ini, yaitu (Saroyo, 2005):

1. Kenali semua kegiatan yang ada.

2. Bagilah ke dalam kelompok-kelompok ;

a. Produksi

b. Pelayanan (administrasi, pegawai, pabrik)

3. Himpun data tentang aliran barang/bahan, informasi, pegawai dan

sebagainya.

4. Tentukan faktor-faktor atau sub faktor mana saja yang menentukan

keterkaitan. Barang (hanya produksi), perqalatan, aliran informasi,

keterkaitan pegawai dan lain-lain.

5. Siapkan formulir (peta seperti diatas).

6. Masukkan kegiatan-kegiatan yang ada seperti kelompoknya.

7. Masukkan derajat kedekatan yang diminta pada segitiga bagian atas.

8. Masukkan angka sandi pada segitiga bagian bawah.

94

9. Validasi dengan orang yang tepat.

Peta keterkaitan kegiatan menunjukkan bahwa ada keterkaitan pada

setiap departemen, kantor, atau area pelayanan dengan setiap departemen dan area

yang lainnya. Hal ini menjawab pertanyaan pentingnya satu departemen, kantor

seberapa atau peristiwa pendukung untuk berdekatan dengan departemen, kantor

atau fasilitas yang lainnya. Untuk menjawabnya, perlu dipertanyakan hubungan

antara satu departemen, kantor, atau fasilitas pendukung lainnya. Simbol atau

kode kedekatan digunakan untuk menunjukkan tingkat kepentingan dari tiap-tiap

hubungan (Meyers&Matthew, 2005). Bahwa derajat keterkaitan kegiatan ini

ditentukan dengan simbol sebagai berikut (Anonim, 2009) :

A = Mutlak perlu kegiatan-kegiatan tersebut berhampiran satu sama lain

B = Sangat penting kegiatan-kegiatan tersebut berdekatan

I = Penting bahwa kegiatan-kegiatan tersebut berdekatan

O = Biasa(kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah

U = Tidak perlu adanya keterkaitan

95

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

B. PEMBAHASAN

Praktikum acara 5 Tata Letak dan Penanganan Bahan yang berjudul Peta

Keterkaitan Kegiatan ini mempunyai tujuan dapat mengetahui keterkaitan antar

kegiatan yang memerlukan ruangan dalam industri, karena dilengkapi dengan

informasi mengenai perlu tidaknya masing-masing kegiatan saling berdekatan,

beserta alasan kedekatannya sebagai dasar untuk penyusunan tata letak

selanjutnya. Selain itu, dapat menunjukkan lokasi relatif dari stasiun kerja tertentu

dalam satu perusahaan.

Peta Keterkaitan Kegiatan adalah suatu peta yang menggambarkan

hubungan dari seluruh pola aliran bahan atau hubungan antar stasiun kerja dalam

proses produksi dan lokasi dari masing-masing ruang atau fasilitas penunjang

terhadap ruang produksinya. Peta keterkaitan kegiatan merupakan suatu cara yang

96

sangat tepat untuk merencanakan keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan

yang saling berkaitan dalam proses produksi (perlu tidaknya masing-masing

kegiatan saling berdekatan, beserta alasan kedekatannya). Dalam PKK ini angka

kuantitatif dalam bentuk frekuensi pemindahan bahan diganti dengan simbol

huruf yang menunjukkan derajat kedekatan.

Hubungan antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain ditunjukkan

dengan huruf sandi yaitu :

A = Mutlak perlu dengan warna merah

E = Sangat penting dengan warna jingga

I = Penting dengan warna hijau

O = Kedekatan biasa dengan warna biru

U = Tidak penting dengan warna transparan (tidak berwarna)

X = Tidak diharapkan dengan warna coklat

Sedangkan sandi-sandi yang dipakai dalam menentukan alasan adalah :

Alasan

sandi

Keterangan

1. Menggunakan catatan yang sama

2. Menggunakan personil yang sama

3. Memakai ruang yang sama

4. Derajat hubungan pribadi

5. Derajat hubungan kertas kerja

6. Urutan aliran kerja

97

7. Melaksanakan pekerjaan yang sama

8. Menggunakan peralatan yang sama

9. Kemungkinan bau tidak sedap, gangguan suara, dll

Dalam melakukan analisa ini dibuat dua buah peta keterkaitan kegiatan

yang masing-masing akan menganalisa hubungan satu stasiun kerja dengan

stasiun kerja lainnya, yaitu:

Peta keterkaitan kegiatan untuk Rumah Makan “Putra Tunggal Sinar

Harapan” terdapat 12 keterkaitan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Penimbangan

2. Pencucian

3. Pemotongan

4. Pembumbuan

5. Pemasakan

6. Pembakaran

7. Pembuatan minuman

8. Penirisan

9. Toilet

10. Warung snack

11. Tempat parkir

12. Kasir

Dalam kajian Peta Keterkaitan Kegiatan ini, kegiatan pertama yang

dilakukan adalah penimbangan yang memiliki keterkaitan hubungan penting(I)

dengan pencucian dan pemotongan,hal ini cukup berasalan karena merupakan

urutan aliran kerja yang harus dikerjakan. Kegiatan penimbangan memiliki

keterkaitan hubungan kedekatan biasa (O) dengan pembumbuan dan pemasakan

dengan alasan yakni hubungan dengan pembumbuan karena deajat hubungan

pribadi yang tidak bisa dipisahkan sedangkan hubungan dengan pemasakan yaitu

98

selain karena derajat hubungan pribadi juga dikarenakan urutan aliran kerja yang

harus dilakukan. Kegiatan penimbangan memiliki keterkataitan hubungan tidak

penting (U) dengan pembakaran dan pembuatan minuman dengan alasan yaitu

hubungan dengan pembakaran dikarenakan urutan aliran kerja yang harus

dilakukan sedangkan hubungan dengan pembuatan minuman dikarenakan tidak

ada hubungan diantara keduanya. Kegiatan penimbangan memiliki keterkaitan

hubungan kedekatan biasa (O) dengan penirisan dengan alasan karena merupakan

urutan aliran kerja. Kegiatan penimbangan memiliki keterkaitan hubungan tidak

diharapkan (X) dengan toilet hal ini karena bisa menyebabkan kemungkinan bau

tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain serta karena tidak ada hubungan antara

keduanya. Kegiatan penimbangan memiliki keterkaitan hubungan tidak penting

(U) dengan warung snack,tempat parkir dan kasir hal ini karena tidak ada

hubungan diantara keduanya.

Selanjutnya kegiatan kedua adalah pencucian yang memiliki keterkaitan

hubungan mutlak perlu (A) dengan pemotongan hal ini karena keduanya memakai

ruang yang sama, urutan aliran kerja yang harus dilakukan, serta menggunakan

peralatan yang sama. Kegiatan pencucian memiliki hubungan penting (I) dengan

pembumbuan dan pemasakan dengan alasan hubunga dengan pembumbuan

karena menggunakan personel yang sama sedangkan hubungan dengan

pemasakan karena merupakan urutan aliran kerja yang harus dilakukan. Kegiatan

pencucian memiliki keterkaitan hubungan sangat penting (E) dengan pembakaran

hal ini karena merupakan urutan aliran kerja dan melaksanakan pekerjaan yang

sama. Kegiatan pencucian memiliki keterkaitan hubungan kedekatan biasa (O)

dengan pembuatan minuman dengan alasan karena tidak ada hubungan diantara

keduanya. Kegiatan pencucian memiliki keterkaitan hubungan tidak penting (U)

dengan alasan karena tidak ada hubungan diantara keduanya. Kegiatan pencucian

memiliki keterkaitan hubungan tidak diharapkan (X) dengan toilet hal ini karena

bisa menyebabkan kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain

serta karena tidak ada hubungan antara keduanya. Kegiatan pencucian memiliki

99

keterkaitan hubungan tidak penting (U) dengan warung snack,tempat parkir dan

kasir hal ini karena tidak ada hubungan diantara keduanya.

Kegiatan yang ketiga yaitu pemotongan yang memiliki keterkaitan

hubungan kedekatan biasa (O) dengan pembumbuan dan pemasakan hal ini

dikarenakan merupakan urutan aliran kerja yang harus dilakukan. Kegiatan

pemotongan memiliki keterkaitan hubungan tidak penting (U) dengan

pembakaran dan pembuatan minuman dengan alasan yaitu hubungan dengan

pembakaran karena derajat hubungan pribadi serta tidak ada hubungan diantara

keduanya,sedangkan hubungan dengan pembuatan minuman karena kemungkina

bau tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain. Kegiatan pemotongan memiliki

keterkaitan hubungan kedekatan biasa (O) dengan penirisan hal ini dikarenakan

urutan aliran kerja yang harus dilakukan. Kegiatan pemotongan memiliki

keterkaitan hubungan tidak diharapkan (X) dengan toilet hal ini karena bisa

menyebabkan kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain serta

karena tidak ada hubungan antara keduanya. Kegiatan pemotongan memiliki

keterkaitan hubungan tidak penting (U) dengan warung snack,tempat parkir dan

kasir hal ini karena tidak ada hubungan diantara keduanya.

Selanjutnya yaitu kegiatan pembumbuan yang memiliki keterkaitan

hubungan mutlak perlu (A) dengan pemasakan dan pembakaran dengan alasan

yaitu hubungan dengan pemasakan karena menggunakan catatan yang sama,

memakai ruang yang sama dan merupakan urutan aliran kerja yang harus

dilakukan sedangkan hubungan dengan pembakaran dikarenakan derajat

hubungan pribadi,urutan aliran kerja serta melaksanakan pekerjaan yang sama.

Kegiatan pembumbuan memiliki keterkaitan hubungan tidak penting (U) hal ini

dikarenakan tidak ada hubungan sama sekali diantara keduanya. Kegiatan

pembumbuan memiliki keterkaitan hubungan kedekatan biasa (O) dengan alasan

yaitu memakai ruangan yang sama dan urutan aliran kerja. Kegiatan pembumbuan

memiliki keterkaitan hubungan tidak diharapkan (X) dengan toilet hal ini karena

bisa menyebabkan kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain

serta karena tidak ada hubungan antara keduanya. Kegiatan pembumbuan

100

memiliki keterkaitan hubungan tidak penting (U) dengan warung snack,tempat

parkir dan kasir hal ini karena tidak ada hubungan diantara keduanya.

Selanjutnya yaitu kegiatan pemasakan yang memiliki keterkaitan hubungan

tidak penting (U) dengan pembakaran dan pembuatan minuman dengan alasan

hubungan dengan pembakaran karena menyebabkan kemungkinan bau tidak

sedap,gangguan suara dan lain-lain sedangkan hubungan dengan pembuatan

miuman dikarenakan menyebabkan kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara

dan lain-lain serta karena tidak ada hubungan sma sekali antara keduanya.

Kegiatan pemasakan memiliki keterkaitan hubungan kerja sangat penting (E)

dengan penirisan hal ini dikarenakan memakai ruangan yang sama serta

merupakan urutan aliran kerja. Kegiatan pemasakan memiliki keterkaitan

hubungan tidak diharapkan (X) dengan toilet hal ini karena bisa menyebabkan

kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain serta karena tidak ada

hubungan antara keduanya. Kegiatan pemasakan memiliki keterkaitan hubungan

tidak penting (U) dengan warung snack,tempat parkir dan kasir hal ini karena

tidak ada hubungan diantara keduanya.

Selanjutnya yaitu kegiatan pembakaran yang memiliki keterkaitan hubungan

tidak penting (U) dengan pembuatan minuman hal ini dikarenakan tidak ada

hubungn diantara keduanya. Kegiatan pembakaran memiliki keterkaitan hubungan

kerja sangat mutlak (A) dengan penirisan hal ini dikarenakan urutan aliran kerja

yang harus dilakukan. Kegiatan pembakaran memiliki keterkaitan hubungan tidak

diharapkan (X) dengan toilet hal ini karena bisa menyebabkan kemungkinan bau

tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain serta karena tidak ada hubungan antara

keduanya. Kegiatan pembakaran memiliki keterkaitan hubungan tidak penting (U)

dengan warung snack,tempat parkir dan kasir hal ini karena tidak ada hubungan

diantara keduanya.

Selanjutnya yaitu kegiatan pembuatan minuman yang memiliki keterkaitan

hubungan kedekatan biasa (O) dengan penirisan hal ini karena merupakan urutan

aliran kerja yang karus dilakukan. Kegiatan pembuatan minuman memiliki

101

keterkaitan hubungan tidak diharapkan (X) dengan toilet hal ini karena bisa

menyebabkan kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain.

Kegiatan pembuatan minuman memiliki keterkaitan hubungan tidak penting (U)

dengan warung snack,tempat parkir dan kasir hal ini karena tidak ada hubungan

diantara keduanya.

Selanjutnya kegiatan penirisan memiliki keterkaitan hubungan tidak

diharapkan (X) dengan toilet hal ini karena bisa menyebabkan kemungkinan bau

tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain. Kegiatan penirisan memiliki keterkaitan

hubungan tidak penting (U) dengan warung snack,tempat parkir dan kasir hal ini

karena tidak ada hubungan diantara keduanya.

Selanjutnya yaitu toilet yang memiliki keterkaitan hubungan tidak

diharapkan (X) dengan warung snack hal ini karena bisa menyebabkan

kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara,dan lain-lain. Toilet memiliki

keterkaitan hubungan kedekatan biasa (O) dengan tempat parkir dengan alasan

karena bisa menyebabkan kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara,dan lain-

lain. Toilet memiliki keterkaitan hubungan tidak diharapkan (X) dengan kasir hal

ini karena bisa menyebabkan kemungkinan bau tidak sedap,gangguan suara,dan

lain-lain serta tidak ada hubungan diantara keduanya.

Selanjutnya yaitu warung snack yang memiliki keterkaitan hubungan

kedekatan biasa (O) dengan tempat parkir dikarenakan tidak ada hubungan

diantara keduanya serta memiliki keterkaitan hubungan mutlak pelu (A) dengan

kasir hal ini dikarenakan menggunakan personel yang sama dan derajat hubungan

kertas kerja. Yang terakhir yaitu tempat parkir yang memiliki keterkaitan

hubungan tidak penting (U) hal ini dengan alasan yaitu tidak ada hubungan

diantaa keduanya.

Peta keterkaitan kegiatan berguna untuk mengevaluasi stasiun kerja yang

ada dalam suatu industri, dimana stasiun-stasiun kerja tersebut akan diatur

sedemikian rupa agar kegiatan antar stasiun kerja yang berkaitan saling

berdekatan dan sebaliknya stasiun kerja yang tidak berkaitan saling berjauhan.

102

Hal ini bertujuan agar tercapai keefektifan dan efisiensi kerja, waktu, tempat,

maupun tenaga. PKK yang kami buat sangat bermanfaat bagi industry untuk

memperbaiki system kerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas. serta memudahkan bagi pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

Peta keterkaitan kegiatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari peta keterkaitan kegiatan yang kami buat diantaranya yaitu:

1. Hubungaan derajat kepentingan antarkegiatan digambarkan secara jelas

dengan simbol dan warna yang ada.

2. Alasan keterkaitan antarkegiatan diperjelas oleh keterangan yang

dicantumkan.

3. Membantu perencana untuk menghubungkan masing-masing kegiatan

secara tepat.

4. Dapat digunakan untuk menganalisa perpindahan bahan, merencanakan

pola aliran, membantu menentukan lokasi kegiatan, dan mengukur

efisiensi pola aliran.

5. Dapat mengetahui perbandingan pola aliran atau tata letak pengganti

dengan yang sebelumnya.

Sedangkan kekurangannya adalah kerumitan bentuk dari peta keterkaitan

kegiatan sehingga saat membaca harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar

tidak terjadi kesalahan.

Peta Keterkaitan Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi semua industri

termasuk bagi Warung Makan Putra Tunggal “Sinar Harapan”. Berikut beberapa

fungsi dari peta keterkaitan kegiatan, antara lain :

1. Dapat mengevaluasi stasiun kerja yang ada dalam suatu industri,

dimana stasiun-stasiun kerja tersebut akan diatur sedemikian rupa agar

kegiatan antar stasiun kerja yang berkaitan saling berdekatan dan

sebaliknya stasiun kerja yang tidak berkaitan saling berjauhan. Hal ini

bertujuan agar tercapai keefektifan dan efisiensi kerja, waktu, tempat,

maupun tenaga.

103

2. Susunan fasilitas yang baik di sekitar pola aliran barang dapat

menghasilkan pelaksanaan berbagai proses yang berkaitan secara

efisien.

3. Perpindahan bahan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

4. Dapat mengurangi jarak pemindahan bahan yang tidak efektif sehingga

bahan tidak terlalu sering disentuh untuk dipindahkan dari satu stasiun

ke stasiun lain.

5. Dapat menjaga ke-higienitasan bahan karena tata letak yang baru

dijauhkan dari tempat yang “tidak diharapkan” yaitu toilet yang

merupakan tempat kotoran dan dapat menimbulkan bau tidak sedap.

Menentukan denah tata letak yang baru terkait dengan keeratan kegiatan

dari masing-masing kegiatan baik kegiatan operasi maupun yang menunjang

kegiatan personil terkait adanya fasilitas yang tersedia. Dengan demikian kita

akan memperoleh tata letak yang ideal dan kemungkinan akan dihindari adanya

back tracking karena kesalahan tata letak, ketidaknyamanan pekerja saat

melakukan operasi (adanya gangguan, misal: bau) karena kedekatan toilet dengan

sistem kerja yang dilakukan.

104

BAB IV

KESIMPULAN

1. Peta keterkaitan kerja menggambarkan hubungan keterkaitan seluruh

kegiatan yang ada beserta alasannya.

2. Peta keterkaitan kerja dapat digunakan untuk menentukan tata letak

suatu stasiun kerja sesuai dengan departemen yang saling terkait

sehingga proses produksi lebih efisien.

105

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Y dan Machfud. 1978. Perencanaan Tataletak pada Industri Pangan.

Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor : Penerbit Institut

Pertanian Bogor.

Anonim. 2009. Metode Craft. http://www.ittelkom.ac.id/ library/ index.php.

Diakses pada tanggal 6 Mei 2009 pada pukul 14.30 WIB

Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung : ITB.

Meyers, Fred E.&Matthew P. Stephens. 2005. Manufacturing Facilities Design

and Material Handling, Third Edition. Prentice Hall : Ohio.

Saroyo, P. 2005. Handout Mata Kuliah Tata Letak dan Penanganan Bahan.

Yogyakarta : UGM.

Wignjosoebroto,S. 1993. Pengantar Teknik Industri. Jilid 1. PT. Guna Widya.

Jakarta : UI.

106

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 6

DIAGRAM KETERKAITAN KEGIATAN

Disusun Oleh:

1. Bintang Elka (09660)

2. Yanis Rahmasari P (09714)

3. M. Roisul Akbar (09724)

4. Moh. Hidayatullah (09934)

Asisten:

RM Persia Manggala

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

107

BAB I

PENDAHULUAN

B. LATAR BELAKANG

Dalam sebuah industri efisiensi dan optimalisasi tentu menjadi suatu

hal yang sangat penting untuk dilakukan, sebab dengan efisiensi tentu hal-hal

yang tidak penting dan tidak berguna dapat dikurangi sehingga akan

mengoptimalkan hasil yang dicapai. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

industri juga harus diatur dan didesain sedemikian rupa sehingga tercpta

kegiatan yang saling mendukung sesuai dengan aliran bahan, sehingga tidak

ada kegiatan yang berbolak-balik yang merugikan. Dari segi penempatan

kegiatan pun juga harus diperhatikan sebab jangan sampai ada kegiatan yang

sebenarnya sejenia dan terkait, tetapi justru kegiatan tersebuut terpisah jauh

sehingga akan menyebabkan pemborosan biaya dan waktu.

Untuk merancang penempatan kegiatan-kegiatan agar efisien dan tidak

merugikan maka diperlukan suatu analisis yang tepat sehingga penempatan

kegiatan yang ada akan memberikan daya dukung terhadap produktivitas

perusahaan. Salah satu caranya yaitu dengan membuat Diagram Keterkaitan

Kegiatan. Diagram Keterkaitan Kegiatan (Activity Relationship Diagram)

merupakan suatu diagram balok yang menunjukkan pendekatan keterkaitan

kegiatan yang menunjukkan setiap kegiatan sebagai satu model kegiatan

tunggal. Apabila terdapat sejumlah besar kegiatan dan kegiatan tentunya akan

lebih baik jika dikelompokkan menjadi kelompok yang berkaitan karena akan

memberikan fungsi dan manfaat yang lebih besar.

Dengan adanya diagram keterkaitan kegiatan maka penyusunan dan

penempatan kegiatan akan mempertimbangkan keeratan hubungan antar

kegiatan sehingga perpindahan bahan akan minimum, pemakaian ruang akan

optimum, tidak ada lagi kegiatan yang terpencar yang berarti pula tidak ada

108

lagi kegiatan balik sehingga proses yang ada dalam suatu industri dapat

berjalan maksimal sehingga kegiatan yang berada dalam suatu industri dapat

berjalan secara maksimal. Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan

diagram keterkaitan kegiatan dari industri yang kami kunjungi yaitu Rumah

Makan Putra Tunggal Sinar Harapan, sehingga mahasiswa diharapkan dapat

menganalisis dan membuat susunan tata letak yang baik untuk Rumah Makan

Putra Tunggal Sinar Harapan.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum kali ini bertujuan agar praktikan dapat menentukan posisi

satu ruangan terhadap ruangan lain dalam ruangan produksi maupun industri.

109

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diagram Keterkaitan Kegiatan adalah penerapan tata letak yang pertama

dan hasil dari tabel dan peta keterkaitan kegiatan. Walaupun tata letak ini belum

memiliki dimensi atau ukuran, diagram keterkaitan kegiatan akan menjadi dasar

untuk master layout dan plot plan. Jika ukuran dari tiap-tiap departemen, kantor,

dan fasilitas pendukung sudah ditentukan, ruang akan dialokasikan untuk setiap

kegiatan per tata letak diagram keterkaitan kegiatan. Jika mengikuti simbol atau

kode kegiatan,akan dihasilkan tata letak yang baik. Terkadang lebih sulit untuk

menentukan Diagram Keterkaitan Kegiatan dibandingkan saat ukuran yang

sebenarnya telah tersedia karena departemen yang besar cenderung memiliki

keterkaitan A dan E yang lebih banyak daripada departemen kecil dan mungkin

akan memiliki lebih banyak aktivitas (Meyers&Matthew, 2005).

Activity Relation Chart menunjukkan pentingnya kedekatan suatu

departemen dengan departemen lainnya dalam satu pabrik. Activity Relation Chart

bertujuan untuk mengantisipasi tidak tampaknya semua hubungan yang penting

dalam aliran produk, Contohnya : penting bagi laboratorium pengendalian kualitas

di pabrik susu umtuk memilih lokasi sedekat mungkin dan meletakkan ruangan-

ruangan fasilitas lainnyadi tempat yang jauh dari ruang pencampuran lemak

(Wayne, 1993).

Diagram Keterkaitan Kegiatan ini digambarkan dalam bentuk diagram

balok yang menunjukkan pendekatan keterkaitan kegiatan, yang menunjukkan

setiap kegiatan sebagai satu model kegiatan tunggal yang tidak menekankan arti

ruangan pada tahapan proses perencanaan ini. Diagram Keterkaitan Kegiatan ini

dibentuk dengan mengacu pada analisis Peta Keterkaitan Kegiatan yang telah

dibuat sebelumnya (Apple, 1990).

Cara membuat ARD adalah sebagai berikut (Suryono, 2005) :

110

1. Urutkan aktivitas pada kolom sebelah kiri.

2. Masukkan nomor aktivitas dari ARD dalam setiap kolom yang

memperlihatkan derajat kedekatan dengan aktivitas lainnya.

3. Lanjutkan prosedur di atas, untuk setiap baris yang ada pada lembar

kerja, catat seluruh hubungan yang ada.

4. Masukkan nama identitas aktivitas pada pusat dari template aktivitas.

5. Transfer jumlah kolom yang ada pada lembar kerja ke dalam

template activity.

6. Buat aliran aktivitas untuk setiap departemen.

Pembuatan Diagram Keterkaitan Kegiatan(DKK) yang diawali dengan

pembuatan work sheet dengan berdasarkan pada Peta Keterkaitan Kegiatan (PKK)

dimasukkan ke dalam activity template.Ada dua cara yang yang dapat digunakan

untuk membuat DKK, yaitu (Agung&Machfud, 1990):

1. Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram (ATBD).

2. Denganmenggunakan kombinasi-kombinasi garis dan pemakaian

kode warna yang telah distandarkan untuk setiap hubungan aktivitas

yang ada.

Tujuan digunakannya Activity Relationship Diagram (ARD) atau DKK

adalah sebagai dasar untuk perencanaan hubungan antara pola aliran material dan

lokasi aktivitas pelayanan yang berhubungan dengan akticitas produksi. ARD

dinyatakan dalam diagram balok (Activity Template Diagram Block) yang

mengidikasikan pendekatan hubungan aktivitas yang memperlihatkan setiap

aktivitas sebagai template aktivitas tunggal (Apple,1990).

Untuk membuat rancangan tata letak ideal, perludilakukan analisis antar

kegiatan dengan membuat diagram keterkaitan kegiatan setelah dilakukan analisis

maka diagram tersebut di susun dengan membuat tabel lembar kerja keterkaitan

kegiatan selanjutnya plotkan pada blok keterkaitan agar lebih mudahmenentukan

tata letaknya. Blok diagram yang sudah jadi akan disusun sedemikian

111

rupamenurut diagram keterkaitan kegiatan yaitu dengan cara mendekatkan proses

– prosesyang multak diperlukan (Hendarto, dkk., 2009).

112

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Data Peta Keterkaitan Kegiatan Untuk Diagram Keterkaitan Kegiatan

Kegiatan

Derajat Kedekatan

A E I O U X

1.Penimbangan _ _ 2.3 4,5,8 6,7,10,11,12 9

2.Pencucian 3 6 4,5,1 7 8,10,11,12 9

3.Pemotongan 2 _ 1 4,5,8 6,7,10,11,12 9

4.Pembumbuan 5.6 _ 2 1,3,8 7,10,11,12 9

5.Pemasakan 4 8 2 1.3 6,7,10,11,12 9

6.Pembakaran 4.8 2 _ _ 1,3,6,7,10, 11,12 9

7.Pembuatan Minuman _ _ _ 2,8,12 1,4,5,6,7,10,11 9

113

8.Penirisan 7 6 _ 1,4,5,8 2,10,11,12 9

9.Toilet _ _ _ 11 _ 1,2,3,4,5,6,7,8,10,12

10.Warung Snack 12 _ _ 11 1,2,3,4,5,6,7,8 9

11.Tempat Parkir _ _ _ 9.1 1,2,3,4,5,6,7,8,12 _

12.kasir 10 _ _ 7 1,2,3,4,5,6,7,8,11 9

114

2. Diagram Keterkaitan Kegiatan (DKK)

115

B. PEMBAHASAN

Diagram Keterkaitan Kegiatan (DKK) atau Activity Relationship

Diagram (ARD) adalah diagram balok yang menunjukkan pendekatan keterkaitan

kegiatan, yang menunjukkan setiap kegiatan sebagai satu model kegiatan

tunggal.Jika terdapat sejumlah besar kegiatan dan keterkaitan, mungkin lebih baik

dikelompokkan menjadi kelompok kegiatan yang berkaitan.Fungsi yang lebih

besar mungkin akan lebih mudah dikaitkan satu sama lain. DKK ini dibuat dengan

berdasarkan informasi dari Peta Keterkaitan Kegiatan (PKK). DKK digambarkan

dalam diagram balok yang merupakan penterjemahan dari PKK. Cara membuat

DKK yaitu dengan terlebih dahulu membuat lembar kerja DKK.Untuk mengisi

lembar kerja DKK, digunakan informasi dari PKK dan berdasarkan pola aliran

bahan yang dianut.Kemudian ditentukan derajat kedekatannya yang dimuat di

PKK.Simbol A mempunyai hubungan kedekatan mutlak perlu, simbol E

mempunyai hubungan kedekatan sangat penting, symbol I mempunyai hubungan

kedekatan penting, , simbol O mempunyai hubungan kedekatan biasa simbol U

mempunyaihubungankedekatantidakpenting, simbol X mempunyai hubungan

kedekatan tidak diharapkan.Tujuan dari pembuatan DKK ini adalah sebagai dasar

untuk perancangan tata letak dari sebuah pabrik atau area kerja sesuai dengan pola

aliran material yang berhubungan dengan aktivitas produksi.

DKK yang telah kami buat disusun sedemikian rupa agar aliran bahan

dapat berjalan lancar dan optimal, yaitu sesuai dengan urutan aliran bahan dan

stasiun kerjanya. Stasiun kerja yang memiliki derajat hubungan kedekatan A

mutlak perlu saling berdekatan. Misalnya saja pada stasiun kerja pencucian

dengan pemotongan, yang mutlak perlu berdekatan dengan alas an agar tidak

terjadi aliran balik yang akan mengganggu aliran bahan selanjutnya. Kemudian

stasiun pembumbuan yang mutlak perlu berdekatan dengan stasiun pemasakan

dan pembakaran, hal ini karena urutan aliran bahan. Selain itu bahan yang sudah

melewati proses pembumbuan selanjtnya akan melewati stasiun pemasakan atau

pembakaran, sehingga ketiga stasiun itu mutlak perlu berdekatan. Stasiun yang

mutlak perlu berdekatan yaitu stasiun pembuatan minuman dengan penirisan, hal

116

ini dikarenakan efisiensi waktu dalam penirisan makanan dan minuman yang akan

disajikan kepada konsumen. Selain stasiun-stasiun tersebut, ada pula fasilitas-

fasilitas yang mutlak perlu berdekatan, yaitu warung snack dan kasir, hal tersebut

bertujuan agar memudahkan konsumen dalam membeli makanan ringan.

Untuk stasiun-stasiun kerja serta fasilitas-fasilitas yang memiliki derajat

hubungan E (sangat perlu) ataupun I (perlu), diutamakan saling berdekatan namun

tidak mutlak perlu berdekatan. Tetapi dalam DKK yang kami buat diletakkan

berdekatan agar menghindari gangguan aliran bahan sehingga lebih optimal

proses pembuatan produknya. Untuk stasiun-stasiun atau fasilitas-fasilitas yang

memiliki derajat hubungan U (tidak perlu) atau O (kedekatan biasa), tidak perlu

diletakkan berdekatan. Hal ini dikarenakan tidak memiliki hubugan aliran bahan

atau aliran bahan berjauhan sehingga tidak perlu berdekatan agar tidak proses

bolak balik.

Sedangkan pada stasiun atau fasilitas yang memiliki derajaat hubungan

kedekatan X (Tidak diharapkan). Hal tersebut terdapat pada semua stasiun yang

tidak diharap kan kedekatannya dengan toilet, ini disebabkan untuk menghindari

aroma tidak sedap yang dapat mengganggu proses produksi. Maka dai itu toilet

diletakan berjauhan dari semua stasiun dan fasilitas yang ada. Serta fasilitas

terakhir yaitu tempat parkir yang diletakan berjauhan dikarenakan oleh efisiensi

tempat dan menjauhkan asap kendaraan tersebut dari makanan yang ada. Selain

itu tempat parkir sangat diperlukan untuk dekat dengan penyajian karena fasilitas

tersebut merupakan jalur terdekat dengan pembuatan minuman dan memudahkan

pengunjung untuk segera menuju tempat duduk ketika usai memarkirkan

kendaraannya.

Pertimbangan dalam pembuatan DKK ini adalah dengan berdasarkan hasil

dari PKK yang telah dibuat, yaitu dilakukannya peletakan fasilitas yang sesuai

dan derajat kedekatan yang telah ditentukan sebelumnya. Derajat hubungan A

(mutlak perlu) dan derajat hubungan X (tidak diharapkan) merupakan prioritas,

karena kedua derajat hubungan ini menyatakan syarat mutlak yang harus dipenuhi

dan yang harus dihindari dalam perancangan suatu tata letak. Fasilitas-fasilitas

yang memiliki derajat hubungan A (mutlak perlu) maka fasilitas-fasilitas itu harus

117

berdekatan satu sama lain. Namun jika fasilitas yang memiliki derajat hubungan X

(tidak diperlukan), letaknya harus berjauhan karena beberapa alasan atau hal-hal

yang dipertimbangkan. Apabila derajat hubungannya E (sangat penting) atau I

(penting) maka fasilitas-fasilitas yang memiliki derajat hubungan tersebut

diutamakan berada saling berdekatan, namun tidah mutlak atau harus. Sedangkan

derajat hubungan O (tidak penting) dan U (kedekatan biasa), sehingga fasilitas-

fasilitas yang memiliki derajat hubungan tersebut tidak perlu untuk saling

berdekatan.

Selain pertimbangan diatas, juga ada pertimbangan dalam pembuatan

Diagram Keterkaitan Kegiatan, yaitu sebagai berikut:

1. Bentuk balok pada DKK sisi-sisinya berukuran 3 cm.

2. Warna balok disesuaikan dengan fungsinya, untuk kantor dan

pendukung personil kantor berwarna kuning, untuk produksi berwarna

hijau, untuk maintenance, pelayanan personil pabrik, pelayanan

produksi berwarna biru, sedangkan untuj pelayanan pabrik berwarna

merah muda.

3. Tata letak dibuat berdasarkan DKK yang telah dibuat, sesuai dengan

derajat kedekatannya.

Adapun langkah kerja yang dilakukan untuk pembuatan DKK ini, yaitu

pertama-pertama adalah dengan melihat PKK yang sudah dibuat sebelumnya, dari

no. kegiatan PKK yang menunjukan derajat hubungan kedekatan antara kegiatan

satu dan lainnya kemudian diisikan dengan dalam kotak-kotak yang berbentuk

seperti dibawah ini:

118

A- E- A- E-

x- x-

1 2

I- (**) O- I- (**)O-

Untuk angka 1 dan 2 diisi dengan nomor stasiun sesuai dengan PKK

kemudian yang memiliki derajat kedekatan tertentu diisi sesuai dengan

PKK.Setelah itu kotak-kotak tadi dipotong kemudian disusun sedemikian rupa

agar mengoptimalkan aliran bahan.

Manfaat DKK yaitu sebagai acuan untuk perancangan tata letak Rumah

Makan Putra Tunggal Sinar Harapan agar lebih optimal di dalam proses

produksinya dan mencegah adanya aliran balik.

Adapun kelebihan dari DKK ini yaitu :

1. Memudahkan proses aliran bahan.

2. Memperbaiki susunan tempat kerja yang ada.

3. Mengurangi jarak perpindahan bahan.

4. Efisiensi waktu.

5. Meminimalkan penggunaan luas tanah dengan cara memanfaatkan

ruang kosong yang masih ada.

6. Membuat suatu layout lebih akurat.

7. Proses penempatan fasilitas menjadi lebih teratur.

8. Pengalokasian menjadi lebih sistematis untuk setiap aktivitas.

Selain memiliki kelebihan, DKK juga memiliki kekurangan, diantaranya adalah

119

1. Sulit di dalam pengaplikasiannya dikarenakan butuh biaya yang

besar untuk merealisasikannya.

2. Banyaknya stasiun yang telah dibuat secara permanen sehingga

sulit memindahkannya.

3. Penilaian bersifat subjektif dikarenakan dinilai oleh praktikan.

4. Pembuatan DKK terlalu rumit karena harus membuat PKK

terlebih dahulu.

120

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Diagram Keterkaitan Kegiatan digunakan sebagai dasar perencanaan

keterkaitan antara pola aliran barang dengan lokasi kegiatan pelayanan yang

dihubungkan dengan kegiatan produksi.

2. Penyusunan Diagram Keterkaitan Kegiatan ruang produksi dan fasilitas

penunjang pada industri Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan sudah

optimal dilihat dari keteraturan dan kelancaran aliran proses produksi yang

efektif dan efisien.

121

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Y dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak pada Industri

Pangan.Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB

Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.Bandung : ITB.

Hendarto, Mariskasukma, dkk. 2009. Modifikasi Tata Letak Fasilitas Produksi

Jamur Tiram. http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/

publikasi_dosen/No.21%20Jurnal%20FTIP%20ke%20Vol%201%20no.

%203%20%202008.pdf. Diakses tanggal 24April 2012 pukul 15.00

WIB.

Meyers, Fred E.&Matthew P. Stephens. 2005. Manufacturing Facilities Design

and Material Handling, Third Edition. Prentice Hall : Ohio.

Suryono, K. 2005. Skripsi :Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik untuk

Mengurangi Biaya Pemindahan Bahan pada Industri

Bakpia.Yogyakarta : JurusanTeknologi Industri Pertanian FTP UGM.

Wayne, C. T. 1993. Pengantar Teknik dan Sistem Industri Jilid 1 Edisi 3.Jakarta :

Penerbit Guna Widya.

122

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 7

PENENTUAN LUAS LANTAI

Disusun Oleh:

1. Bintang Elka (09660)

2. Yanis Rahmasari Putri (09714)

3. M.Roisul Akbar Islami (09724)

4. Moh.Hidayatullah (09934)

Asisten : RM Persia Manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

123

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada sebuah pabrik diharuskan memiliki luas yang dapat memuat

semua ruangan yang diperlukan oleh setiap kegiatan atau fungsi pabrik.

Ruangan-ruangan ini ditentukan untuk bisa memfasilitasi kegiatan

produksi maupun kegiatan pendukung lainnya dari pabrik tersebut.

Penentuan ruangan ini juga didasarkan tujuan maupun strategi perusahaan

untuk menciptakan sebuah system produksi yang optimal produktivitasnya

serta penggunaan biayanya yang efisien. Parameter lainnya yang tidak

boleh dikesampingkan adalah pada faktor kenyamanan dan keamanan

pekerja.

Dalam sebuah industry, sumber daya manusia adalah salah satu

unsur penentu keberhasilan produksi, oleh karena itu dalam menciptakan

suasana kerja yang kondusif dan optimal, maka penentuan luas lantai juga

harus mengakomodir kebutuhan-kebutuhan dari para pekerja.

Sistem produksi yang optimal, harus bisa mengakomodir semua

parameter diatas dengan tepat dan baik. Tanpa sebuah perencanaan yang

detail dan tepat, bisa mengakibatkan penurunan produktivitas yang

berimplikasi terhadap pengurangan jumlah keuntungan perusahaan. Oleh

karena itu, pemahaman tentang penentuan luas lantai sangat berguna untuk

merancang atau mengevaluasi tata letak sebuah pabrik.

Dengan praktikum acara 5 ini diharapkan, praktikan dapat

mendapatkan pemahaman yang baik tentang luas lantai pada suatu

industry maupun hubungannya dengan sistem produksi industry tertentu.

124

B. Tujuan

1. Praktikan dapat menentukan jenis dan jumlah ruang yang dibutuhkan

setiap kegiatan dalam industry.

2. Praktikan dapat menentukan luas lantai setiap kegiatan

125

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ruangan yang dibutuhkan oleh sebuah fasilitas jelas erat sekali

kaitannya dengan peralatan, bahan, pegawai, dan kegiatan. Dimensi ruang

kerja akan dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu situasi fisik dan situasi

kerja yang ada. Didalam menentukan dimensi ruang kerja perlu

diperhatikan antara lain jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh operator,

batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan

gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk

kegiatan-kegiatan tertentu (Apple, 1977).

Tata letak pabrik pada dasarnya merupakan penempatan dan

pengaturan dari bermacam-macam fasilitas produksi yang ada. Pengaturan

ruangan disini berkaitan erat dengan luas area yang dibutuhkan untuk

mesin/peralatan produksi, penempatan material, keleluasaan operator

untuk bergerak, dan lain-lain aktivitas. Kebutuhan untuk luas area ini harus

dipertimbangkan untuk seluruh aktivitas yang ada didalam pabrik dan

untuk paling tidak ada tiga macam area yang harus diberikan, yaitu

(Wignjosoebroto, 1996). :

1. Area yang diperlukan untuk operasi dari mesin dan peralatan yang ada.

2. Area yang diperlukan untuk penyimpanan bahan baku atau benda jadi

yang telah selesai dikerjakan.

3. Area yang diperlukan untuk fasilitas-fasilitas service.

Dalam perencanaan ruang yang diperlukan untuk beroperasinya

mesin dan peralatan produksi lainnya, maka diperlukan kelonggaran

(allowances) untuk ruangan antara mesin dan operator, work in process

storage, dan juga kelonggaran-kelonggaran yang ditujukan untuk proses

pemindahan serta perawatan. Area untuk penyimpanan perkakas dan juga

126

untuk ruangan mandor dan supervisor berada harus pula diberikan, karena

kedua aktivitas ini berkaitan erat dan mempunyai lokasi yang sama dengan

peralatan produksi (Wignjosoebroto, 1996).

Semua ruangan yang dipakai pada setiap kegiatan/fungsi pabrik

termuat dalam luas lantai pabrik. Beberapa metode yang umum digunakan

untuk menentukan luasan lantai adalah (Purwanto,1990) :

1. Production Centre Method

Dimana pusat produksi terdiri dari satu mesin ditambah dengan

seluruh peralatan yang diperlukan dan area operator. Tempat kerja (depan,

belakang, samping kiri dan kanan), ruang maintenance, ruang storage

harus ditambahkan dalam menghitung luas lantai. Kelonggaran

(allowance) diperlukan dalam hal perhitungan: bahan baku dan perkakas

pembantu. Walaupun rumit tapi metode ini lebih teliti dalam perhitungan.

2. Convertion Method

Untuk menentukan luas lantai pada aktivitas kantor dan gudang,

berdasarkan pada logika, alasan-alasan tertentu, educated guess (menebak

berdasarkan ilmu yang diketahui), konversinya ditujukan antar perusahaan

sejenis.

3. Raugh Lay Out Methode

Metode ini dibuat berdasarkan template/model equipment dengan

memakai maket.

4. Space Standart

Dalam metode ini harus dipahami betul asumsi-asumsi yang

dipakai untuk menghindari kekurangan atau kelebihan.

5. Ratio & Trend Projection

127

Memakai data masa lalu tentang rasio. Metode ini paling tidak

akurat dan digunakan untuk meramalkan/memproyeksikan kebutuhan dari

pekerja.

Dalam perancangan ruang ada beberapa faktor yang harus

dipetimbangkan, diantaranya adalah (Barnes, 1980) :

A. Umum

1. Merupakan kegiatan yang paling banyak memerlukan luas yaitu

produksi dan pelayanan produksi.

2. Ramalan penjualan.

3. Jumlah produksi

4. Perubahan kemajuan teknologi dalam proses dan kemungkinan

terjadinya perubahan produk.

5. Rencana induk baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek

termasuk kemungkinan perluasan.

6. Keluwesan ruangan terhadap ruangan lain.

7. Jumlah pegawai total, jumlah shift kerja, perbandingan jumlah pekerja

pria dan wanita.

B. Produksi

1. Ukuran, sifat bahan dan karakteristik produk jadi.

2. Metode, sifat dan jumlah operasi.

3. Metode, kebakuan dan efisiensi kerja.

4. Jumlah dan ukuran mesin.

5. Pola aliran bahan.

6. Jumlah operator dan pegawai penunjang.

7. Cara pemindahan dan peralatannya.

8. Kebutuhan gudang penyimpanan.

C. Bangunan

1. Model dan jenis konstruksinya.

128

2. Jumlah luas lantai, kapasitas beban lantai dan tinggi maksimal ruangan.

3. Pintu, tangga dan kemungkinan penggunaan lift (jika pabriknya besar).

4. Bentuk, ukuran dan kondisi bangunan.

5. Ketersediaan dan utilitas gedung.

D. Biaya

1. Ketersediaan dana.

2. Suku bunga.

3. Kecendrungan ekonomi.

Efisiensi bangunan perkantoran biasanya dihitung berdasarkan rasio

dari luas ruang perkantoran yang terpakai terhadap jumlah kotor luas ruang

bangunan (Abbas, 2001).

1. luas lantai ruang kerja (luas terpakai): ruangan dimana seseorang dapat

bekerja dan mempunyai ruang untuk sirkulasi sekundernya

2. ruang sirkulasi utama, yang dibutuhkan untuk menempatkan jalur

sirkulasi, jalur pencapaian dan juga jalur untuk keadaan darurat dari/ke

tempat kerja

3. ruang khusus sebagai ruang yang tidak dapat digunakan sebagai ruang

kerja perkantoran, melainkan untuk fungsi tertentu (r. arsip , kantin)

4. ruang nti vertical (core) yakni ruang yang dibutuhkan sebagai penunjang

bangunan seperti ruang lift, tangga dll

5. luas kotor ruang keseluruhan adalah penjumlahan semua luas lantai ruang

perkantoran termasuk ruang inti vertical, ruang dinding tepi dan dinding

struktur

6. luas bersih ruang terpakai yaitu luas kotor ruang dikurangi ruang inti

vertical , ruang dinding tepid an dinding struktur.

7. Ruang sirkulasi utama memanfaatkan 10%-15% dari luas bersih ruang

Tidak semua ruang kerja mempunyai nilai manfaat yang sama.

Kesalahan umum dalam perancangan yng mengakibatkan berkurangnya

efisiensi ruang biasanya menyangkut hal - hal kolom bangunan terlalu dekat

pada dinding tepi, kolom bangunan terlalu menonjol sehingga mengganggu

129

jalur sirkulasi utama, bentangan ruang - ruang yang salah dan perletakan

saluran/instalasi hanya pada jalur tepi saja (Abbas, 2001).

130

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. HASIL

1. Luas lantai ruang produksi

LUAS LANTAI RUANG PRODUKSI

Nama SK Nama Mesin Jml

mesin

Dimensi

Mesin (cm)

Luas 1

Mesin Kelonggaran (m)

Luas +

kelonggaran

Total

luas 1

SK P

(cm)

L

(cm) m2

Bahan

1/2

jadi

Operator Transport

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pencucian T.cuci ikan 1 200 50 10 0.3 2 1 10 + 0,3 + 2 + 1 13.3

131

Penggorengan Meja kompor 1 1 100 50 5 0.4 1 1 7.4

Meja kompor 2 1 120 50 6 0.4 1 1 8.4

Meja kompor 3 1 100 50 5 0.4 1 1 7.4

Kompor 4 70 35 2.45 0 1 1 4.45 27.65

Pembakaran T.pembakaran 1 110 50 5.5 0 1 1 5,5 +1 +1 7.5

Penirisan Etalase M.Dapur 1 120 50 6 0.5 1 1 6 + 0,5 +1 + 1 8.5

Pemb.Minuman T.pemb.minuman 1 180 60 10.8 0.35 1 1 10,8 + 0,35 + 1 + 1 13.15

2. Luas lantai gudang

LUAS LANTAI GUDANG

Nama

Bahan

Kebutuh

an / hr

Period

e

Jumlah

Bahan

Berat 1

kemasa

Bahan

disimpa

Dimensi

kemasan

Jumlah

kemasan

Jumlah

tumpuka

Luas

tumpuka

Kelonggar

an

TOTA

L luas

132

(kg) Simpa

n / hr

disimpa

n

n n 1 per p*l*t dalam 1

tumpuka

n

n dalam

ruang

n (m2) (m2)

(m2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Ikan 25 1 25 5 5

0,74x0,43x0,

35 3 1 0.11137 0.5

0.6113

7

Kangkun

g 1 1 1 1 1 0,2x0,05x0,1 10 0.1 0.01 0.5 0.51

Beras 6 1 6 1 6 0,3x0,3x0,45 4 1 0.0405 0.3 0.3405

Kelapa

muda 3 1 3 1 3

0,15x0,15x0,

15 14 0.02 0.16875 1

1.1687

5

Bumbu 1 1 1 1 1 0,2x0,09x0,1 4 0.25 0.0072 0.4 0.4072

Piring 30 1 30 1 30 0,3x0,2x0,02 25 1 0.0012 0.2 0.2012

Gelas 30 1 30 1 30 0,06x0,06x0,

15 2 0.00027 0.5 0.5002

133

15 7

Panci 3 1 3 1 3 0,4x0,4x0,3 3 1 0.048 0.4 0.448

Sendok 30 1 30 1 30

0,1x0,02x0,0

1 30 1 0.00002 0.5

0.5000

2

Kompor 2 1 2 1 2

0,7x0,35x0,1

2 4 0.5 0.0588 1 1.0588

Baskom 3 1 3 1 3 0,5x0,5x0,15 3 1 0.0375 1 1.0375

Garpu 30 1 30 1 30

0,1x0,02x0,0

1 30 1 0.00002 0.5

0.5000

2

134

D. PEMBAHASAN

Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan yang

akan digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan perusahaan yang

akan didirikan. Perhitungan luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan

lahan sampai perkantoran dengan memperhatikan segala fasilitas

pendukungnya. Perhitungan luas lantai perlu diperhatikan mengenai gang.

Penentuan besarnya gang dipengaruhi oleh ukuran faktor manusia, peralatan

atau mesin dan bahan baku yang digunakan.

Menghitung luas lantai produksi, maka informasi yang diperlukan

adalah nama peralatan atau mesin yang dipakai, jumlah mesin peralatan yang

sesuai dengan yang terdapat pada route sheet, dan ukuran peralatan atau

mesin yang dipakai. Tujuan menghitung luas lantai adalah untuk

memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian produksi yang meliputi :

1. Gudang bahan baku, yaitu gudang bahan model tumpukan dan rak.

2. Fabrikasi dan perakitan, yaitu mesin dan peralatan.

3. Gudang bahan jadi.

Melakukan suatu perencanaan Tata Letak Fasilitas dan pemindahan

bahan, dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi

pabrik yang akan didirikan, serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.

Dengan demikian perlu dihitung berapa luas lantai yang disiapkan, terutama

untuk kegiatan bagian produksi. Perhitungan luas lantai ini didasarkan pada

bahan baku yang akan disiapkan. Bagian-bagian produksi tersebut meliputi :

1. Luas Lantai Gudang Bahan Baku (Receiving)

Luas lantai gudang bahan baku (Receiving) adalah luas lantai yang

dipergunakan untuk menyimpan bahan baku atau material yang akan

digunakan dalam produksi. Luas lantai gudang bahan baku terbagi

menjadi dua model, yaitu model Tumpukan dan model Rak. Untuk

135

memberi gambaran dari cara penyimpanan bahan baku digudang, maaka

diperlukan gambar bagaimana cara penyimpanan material tersebut (baik

model Tumpukan maupun model Rak), sehingga luas lantai yang dipakai

sesuai dengan hasil perhitungan. Ruangan gambar yang dibuat harus

memberi penjelasan mengenai:

a) Tinggi memuat berapa tumpuk

b) Lebar memuat berapa tumpuk

c) Panjang memuat berapa tumpuk

2. Fabrikasi dan Perakitan

Luas lantai mesin (Pabrikasi dan Assembling) juga perlu perhitungan

dalam perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan. Data yang

diperlukan dalam perhitungan luas lantai antara lain adalah:

a) Nama Mesin atau Peralatan

b) Jumlah Mesin atau Peralatan

c) Ukuran Mesin atau Peralatan

Pada luas lantai mesin juga perlu diperhatikan luas toleransi dan

allowancenya. Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi

sehingga tidak mengalami kesulitan sewaktu proses produksi berjalan,

dan luas allowance diberikan untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan

dan barang.

3. Luas Lantai Shipping (Gudang Bahan Jadi)

Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai gudang barang

jadi (shipping) adalah: nomor komponen, nama komponen, dan tipe

barang jadi. Langkah-langkah perhitungan luas lantai barang jadi adalah

sebagai berikut:

a) Tentukan ukuran kemasan yaitu ukuran atau dimensi dari kemasan

untuk tempat produk jadi perusahaan.

136

b) Tentukan produk jadi per satuan periode, yaitu produk yang dihasilkan

untuk periode tertentu, berdasarkan produk per jam dari perusahaan.

c) Tentukan volume kemasan total, yaitu volume kebutuhan untuk

produk jadi per periode tertentu.

d) Tentukan luas lantai yaitu lahan yang dibutuhkan berdasarkan volume

kemasan.

e) Tentukan allowance.

f) Tentukan total luas lantai

4. Luas Lantai Perkantoran

Dalam perhitungan luas perkantoran terlebih dahulu harus diketahui

bagian-bagian dari perkantoran dan pelayanan pabrik, yaitu bagian umum

merupakan fungsi yang melayani seluruh pabrik, misalnya tool room

(tempat penyimpanan peralatan), tool crib (tempat menyimpan atau

memperbaiki peralatan yang rusak), ruang rapat, ruang tunggu dan

sebagainya. Bagian produksi merupakan bagian yang melayani organisasi

produksi, misalnya teknik industri (standar kerja, metode, material

handling, proses), quality control (Receiving, In Process, Finished Good),

plann engineering. Bagian personil, merupakan fungsi yang melayani atau

menangani kebutuhan orang. Misalnya fasilitas kesehatan, kantin, WC,

daerah rekreasi atau taman, lapangan parkir, telepon umum dan lain-lain.

Bangunan fisik, merupakan bagian yang berhubungan dengan kebutuhan

fasilitas fisik bangunan, peralatan, utilitas, dan sebagainya. Misalnya

fasilitas pemasaran, pembangkit tenaga, garasi, pemadam kebakaran,

bengkel peralatan dan sebagainya.

Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun perkantoran adalah:

a) Departemen yang berhubungan ditempatkan berdekatan satu sama lain.

b) Lebar lorong minimal 0.9 meter.

137

c) Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan merupakan dasar departementasi.

d) Tiap pekerja membutuhkan kira-kira 4.5 s/d 25 m2.

e) Cahaya yang datang dari kiri dan atau dari belakang lebih baik.

f) Bila pekerja duduk harus duduk saling membelakangi maka harus

dipisahkan minimal melebar 1 meter diantara kursi.

Persyaratan umum dalam menyusun fasilitas perkantoran adalah:

a) Satu kantor yang luas merupakan unit kerja yang lebih efisien daripada

sejumlah ruangan-ruangan kecil dengan luas yang sama, karena

memudahkan pengawasan, komunikasi lebih lancar, cahaya dan

ventilasi bisa lebih baik.

b) Jarak meja dengan kursi minimal 45cm.

c) Jarak antar meja dengan meja atau dengan tembok berkisar antara 60

sampai dengan 90cm.

d) Untuk menghindari kebisingan, maka peralatan seperti mesin tik dan

mesin stensil sebaliknya terpisah.

Perhitungan luas lantai Warung Makan “Putra Tunggal Sinar Harapan”

dilakukan dengan menghitung luas area untuk mesin dengan kelonngarannya

sebesar 1 m kebelakang dari panjang mesin pada tiap-tiap stasiun kerja.

Warung Makan “Putra Tunggal Sinar Harapan” memiliki 9 stasiun

diantaranya adalah stasiun pencucian, penggorengan, pembakaran, penirisan

dan pembuatan minuman.

Pada stasiun pencucian kegiatan yang dilakukan adalah membersihkan

bahan dari kotoran yang masih menepel menggunakan air mengalir. Pada

stasiun ini terdapat sebuah bak cuci (tempat cuci ikan) yang memiliki ukuran

2 m x 0,5 m dengan luas 10 m2

. Luas ruang gerak operator sebesar 2 m2

dengan luas ruang untuk bahan setengah jadi sebesar 0,3 m2, serta luas

transport sebesar 1 m2 maka luas lantai total area tempat cuci ikan adalah

13,3 m2.

138

Pada stasiun penggorengan kegiatan yang dilakukan adalah

menggoreng bahan yang pada wajan yang berisi minyak yang telah

dipanaskan dengan api kompor. Pada stasiun ini terdapat empat jenis mesin

yaitu meja kompor 1,meja kompor 2, meja kompor 3, meja kompor 4 dan

kompor. Meja kompor 1 memiliki ukuran 1 m x 0,5 m dengan luas 5 m2.

Luas ruang gerak operator sebesar 1 m2, luas bahan setengah jadi sebesar 0,4

m2

,serta luas transport sebesar 1 m2

, maka luas lantai total area meja

kompor 1 yaitu 7,4 m2. Meja kompor 2 memiliki ukuran 1,2 m x 0,5 m

dengan luas 5 m2. Luas ruang gerak operator sebesar 1 m

2, luas bahan

setengah jadi sebesar 0,4 m2

,serta luas transport sebesar 1 m2

, maka luas

lantai total area meja kompor 1 yaitu 8,4 m2

. Meja kompor 3 memiliki

ukuran 1 m x 0,5 m dengan luas 5 m2. Luas ruang gerak operator sebesar 1

m2, luas bahan setengah jadi sebesar 0,4 m

2 ,serta luas transport sebesar 1 m

2

, maka luas lantai total area meja kompor 1 yaitu 7,4 m2

. Kompor memiliki

ukuran 0,7 m x 0,35 m dengan luas 2,45 m2

. Luas ruang gerak operator

sebesar 1 m2, luas transport sebesar 1 m

2, maka luas lantai total area kompor

adalah 4,45 m2. Maka luas lantai total yang dibutuhkan pada stasiun

penggorengan adalah 27,65 m2.

Pada stasiun pembakaran kegiatan yang dilakukan adalah membakar

bahan berupa ikan dengan bara api yang terbuat dari arang yang diletakkan

dalam tungku. Pada stasiun ini terdapat mesin berupa sebuah tungku (tempat

pembakaran). Tungku (tempat pembakaran) memiliki ukuran 1,1 m x 0,5 m

dengan luas 5,5 m2. Luas ruang gerak operator sebesar 1 m

2 dengan luas

ruang untuk transport sebesar 1 m2, maka luas lantai total area tungku

(tempat pembakaran ) adalah 7,5 m2.

Pada stasiun penirisan kegiatan yang dilakukan adalah meniriskan

hasil penggorengan, pembakaran ataupun pemasakan dari wajan ketempat

139

penirisan yang biasanya berupa piring. Pada stasiun ini terdapat sebuah

etalase meja dapur dengan ukuran 1,2 m x 0,5 m dengan luas 6 m2. Luas

ruang gerak operator sebesar 1 m2 dengan luas ruang untuk bahan setengah

jadi berupa bahan yang telah ditiriskan sebesar 0,5 m2, serta luas ruang untuk

transport sebesar 8,5 m2 , maka luas lantai total area etalase meja dapur

adalah 8,5 m2.

Pada stasiun pembuatan minuman kegiatan yang dilakukan adalah

membuat minuman seperti es teh, es jeruk dan lain-lain. Pada stasiun ini

terdapat tempat pembuatan minuman dengan ukuran 1,8 m x 0,6 m dengan

luas 10,8 m2. Luas ruang gerak operator sebesar 1 m

2, luas ruang untuk

barang setengah jadi sebesar 0,35 m2 , serta luas ruang untuk transport

sebesar 1 m2

,maka luas lantai total area tempat pembuatan minuman adalah

13,15 m2.

Total luas lantai yang dibutuhkan untuk membuat ruang produksi yang

optimal pada warung makan “Putra Tunggal Sinar Harapan” dapat diketahui

dengan cara menjumlah semua total lantai yang dibuthkan pada setiap

stasiun dan fasilitas yang ada. Total luas lantai yang dibutuhkan adalah 70,1

m2 dari luas lantai total warung makan “Putra Tunggal Sinar Harapan” yang

ada adalah 85,7 m2. Dengan demikian maka luas lantai yang dimiliki oleh

warung makan “Putra Tunggal Sinar Harapan” memenuhi luas lantai yang

dibutuhkan untuk layout ruang produksi yang akan dibuat.

140

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Warung makan “Putra Tunggal Sinar Harapan” membutuhkan 4 jenis

ruang yaitu ruang produksi, ruang tempat tinggal pemilik warung, warung

snack dan ruang makan konsumen

2. Luas lantai total yang dibutuhkan untuk setiap stasiun pada ruang

produksi adalah :

a) Stasiun pencucian membutuhkan luas lantai total sebesar 13,3 m2

b) Stasiun penggorengan membutuhkan luas lantai total sebesar 27,65 m2

c) Stasiun pembakaran membutuhkan luas lantai total sebesar 7,5 m2

d) Stasiun penirisan membutuhkan luas lantai total sebesar 8,5 m2

e) Stasiun pembuatan minuman membutuhkan luas lantai total sebesar

13,15 m2.

141

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Yusfebrizal. 2001. Rental Office. http:// www.ftsp1.uii.ac.id. Diakses 29

April 2012 pukul 16:50 WIB.

Apple, J.M. 1977. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi Ketiga.

Bandung : Penerbit ITB Bandung.

Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study: Design and Measurement of

Work. Singapore : John Willy & Sons.

Purwanto, W dan Aviasti. 1990. Usulan Plant Lay Out untuk Tahap-Tahap

Terbaru Konsultan Teknik Pendawa Lima. Yogyakarta : Fakultas

Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Wignjosoebroto, S. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya :

Guna Widya.

142

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 8

DIAGRAM PENGALOKASIAN WILAYAH

Disusun oleh :

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten: RM Persia Manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

143

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi menyebabkan

perkambangan industri semakin pesat. Nilai tambah dan profit menjadi tujuan utama

dalam didirikannya sebuah industri. Untuk itu diperlukannya perbaikan dan

pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemilik industri. Perbaikan tersebut

dilakukan agar dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi. Perbaikan atau

perubahan ini diantaranya dapat berupa perubahan tata letak ruang, penentuan stasiun

kerja maupun peningkatan jumlah kapasitas produksi. Dalam kasus industri rumah

makan yang dikaji, perubahan yang dikaji adalah tata letak dari setiap stasiun kerja.

Pengkajian terhadap tata letak suatu industri akan menghasilkan diagram

pengalokasian wilayah. Diagram pengalokasian wilayah ini sangat berkaitan erat

dengan peta keterkaitan kegiatan, diagram keterkaitan kegiatan serta aliran bahan

yang terjadi pada industri tersebut. Pada diagram pengalokasian wilayah terdapat

gambaran mengenai ruang produksi dan berbagai fasilitas pendukung yang ada.

Diagram pengalokasian wilayah juga akan menunjukkan tata letak baru yang

dianggap lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi

peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja dengan mereduksi langkah balik proses

produksi atau memperpendek jarak antara stasiun kerja yang ada. Diagram

pengalokasian yang baik akan membuat masing-masing stasiun kerja menjadi lebih

dekat dan membuat proses aliran bahan menjadi lebih urut dan teratur.

Oleh sebab itu praktikum acara 8 ini perlu dilakukan agar praktikan dapat

mengetahui cara pembuatan diagram pengalokasian wilayah dan template dari sebuah

industri.

144

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Praktikan dapat menggambarkan perpindahan/aliran bahan dan mengefektifkan

aliran bahannya berdasarkan kriteria tertentu.

2. Praktikan dapat mengalokasikan kebutuhan ruang dan luas lantai dalam area

industri yang ada

145

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diagram alokasi wilayah merupakan dasar bagi rancangan tata letak dan

rancangan bangunan yang rinci. Tujuan dari proses ini adalah untuk merancang

pengaturan yang efisien untuk ruangan yang dibutuhkan oleh tiap kegiatan, dalam

satu kesatuan yang terpadu. Susunan yang dihasilkan harus sedapat mungkin

mewadahi keterkaitan kegiatan yang telah ditentukan, dan tetap mempertahankan

kebutuhan luas dari tiap kegiatan. Beberapa keuntungan dan pemakaian proses

alokasi wilayah ini (Apple, 1990) adalah:

a. Pembagian wilayah kegaiatn yang sistematis.

b. Memudahkan proses tataletak

c. Memungkinkan tata letak yang lebih cermat

d. Dasar bagi perencanaan selanjutnya

e. Meminimumkan ruangan yang terbuang, dan lain-lain.

Area Alocation Diagram (AAD) merupakan lanjutan dari Area

Relationtionship Chart (ARC). Dimana dalam ARC telah diketahui kesimpulan

tingkat kepentingan antar aktivitas dengan demikian berarti bahwa ada sebagian

aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada juga sebaliknya. Atau

dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan

antar tata letak aktivitas tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut ditentukan

dalam bentuk Area Alocation Diagram. Adapun dasar pertimbangan dalam prosedur

pengaloaksian area ini adalah aliran produksi, material, peralatan; ARC, informasi

aliran, aliran personil, hubungan fisikal; tempat yang dibutuhkan, dan Area

Relationship Diagram (Anonim, 2010).

AAD ini merupakan lanjutan penganalisaan tata letak setelah ARC, maka

sesuai dengan persoalan ARC diatas maka dapat dibuat AAD. AAD merupakan

146

template secara global informasi yang dapat dilihat hanya pemanfaatan area saja,

sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat pada template yang

merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata letak pabrik

(Anonim,2010).

Manfaat Diagram Pengalokasian Wilayah, antara lain (Wahyuningrum, 2004):

1. Pengalokasian yang sistematis untuk setiap aktivitas.

2. Proses penempatan fasilitas.

3. Membuat suatu layout lebih akurat.

4. Membantu untuk melihat dimana letak suatu aktivitas.

5. Menaksir luas total dari suatu gedung.

6. Meminimasi ruang yang diperlukan.

7. Membuat beberapa alternatif penempatan.

8. Dapat melihat secara mendetail dalam mempertimbangkan setiap aktivitas

dari suatu individu.

9. Menerjemahkan daerah-daerah yang ditaksir dalam bentuk visual.

10. Memperlihatkan ukuran dari setiap ruangan tempat melakukan aktivitas.

11. Sebagai dasar untuk perencanaan berikutnya.

Sementara itu, terdapat beberapa landasan untuk melakukan alokasi area (Agung

dan Machfud, 1990) adalah:

a. Kebutuhan luas ruang setiap kegiatan.

b. Aliran produksi bahan dari peralatan.

c. Peta Keterkaitan Kegiatan.

Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam alokasi wilayah (Apple, 1990)

adalah:

a. Keterkaitan antara aliran bahan dalam dan luar pabrik.

b. Kebutuhan gudang sebagai ruang penyimpan.

147

c. Keterkaitan antar kegiatan.

d. Keterbatasan bangunan.

e. Kebutuhan ruang dari tiap kegiatan.

f. Lokasi kegiatan pelayanan dan kegiatan penunjang.

g. Ketersediaan ruang.

h. Pengaturan wilayah.

i. Kelonggaran bagi proses produksi.

j. Lokasi dan ukuran gang.

Setelah analisa mengenai aliran material yang dibuat; hubungan derajat

aktivitas dari tiap-tiap departeman dipertimbangkan, kebutuhan luas area untuk

masing-masing departeman dihitung secara ditetapkan; maka desain alternatif layout

segera bisa dibuat. Secara singkat, desain layout altenatif bisa dibuat dengan cara

mengkombinasikan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan luas area yang

dibutuhkan (Wignjosoebroto, 1996).

Langkah berikut adalah mendesain alternative layout dengan memperhatikan

Space Relationship Diagram dan melakukan modifikasi seperlunya berdasarkan

batasan-batasan dan pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya. Desain layout ini

secara umum dapat ditunjukkan dalam bentuk block plan. Di sini block plan akan

merupakan diagram balok dengan skala tertentu yang mempresentasikan bangunan

dan normalnya juga menunjukkan lokasi dari dinding-dinding penyekat yang

memisahkan blok satu dengan blok lainnya, termasuk pula lokasi dari kolom tiang

penyangga atas gedung. Lokasi detail dari mesin, peralatan dan fasilitas-fasilitas kerja

lainnya biasanya tidak tercantum dalam block plan ini. Berikut contoh bentuk block

plan dengan mendasarkan pada Space Relationship Diagram (Wignjosoebroto, 2000).

Di dalam mendesain layout harus diingat pertimbangan-pertimbangan

kemungkinan terjadinya ekspansi di masa depan ataupun terdapat perubahan-

perubahan yang bisa terjadi. Satu hal yang penting ialah layout haruslah cukup

148

fleksibel untuk menghadapi perubahan di dalam desain produk, desain proses

meupun desain penjadwalan produksi (Wignjosoebroto, 1996).

Pembuatan detail layout dari suatu pabrik (biasanya dibuat dengan skala

standar 1:50) akan menunjukkan pengaturan dari orang, material, mesin dan fasilitas

prduksi lainnya dengan sebaik-baiknya. Detail layout yang kadang- kadang disebut

pula dengan master layout akan merupakan pelaksanaan akhir dari proses

perancangan tata letak pabrik. Disini detaill a y o u t akan dibuat dengan memakai

salah satu metode berikut ini (Wignjosoebroto, 1996):

1. Drafting atau sketching method.

2. Templates.

3. Models.

Meskipun sekarang ini pemakaian templates dan models sangat populer serta

banyak digunakan dalam pembuatan rancangan tata letak pabrik, akan tetapi metoded

rafting pun masih layak dan bahkan tetap disarankan untuk digunakan dalam

perancangan layout pabrik yang sederhana. Memang patut diakui bahwa untuk pabrik

yang besar dan kompleks metoded rafting atau sketching akan terasa kurang sesuai

dan kurang fleksibel untuk diterapkan (Wignjosoebroto, 2000).

Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak pabrik

yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang telah dibuat.

Informasi yang dapat dilihat pada template (Anonim, 2010):

a. Tata letak kantor dan peralatan.

b. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah raga,

dan lain-lain.

c. Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling, shipping.

d. Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping.

149

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Layout DPW Optimal

150

B. PEMBAHASAN

Praktikum acara 8 yang berjudul “Diagram Pengalokasian Wilayah” ini

memiliki tujuan agar praktikan dapat menggambarkan perpindahan / aliran bahan

dan mengefektifkan aliran bahannya berdasarkan kriteria tertentu dan juga dapat

mengalokasikan kebutuhan ruang dan luas lantai dalam area industri yang ada.

Dalam praktikum ini akan dibuat sebuah diagram yang disebut dengan

Diagram Pengalokasian Wilayah (DPW). DPW atau Area Allocation Diagram

(AAC) merupakan dasar bagi perancangan tata letak dan rancangan bangunan

yang rinci. Fungsi pembuatan DPW ini agar kita dapat mengetahui kebutuhan

wilayah yang diperlukan dalam suatu industri, juga untuk merancang pengaturan

untuk ruangan yang dibutuhkan secara efisien oleh tiap kegiatan dalam satu

kesatuan yang terpadu.

Cara pembuatan DPW, pertama-tama adalah dengan melihat Diagram

Keterkaitan Kegiatan yang telah dibuat dalam praktikum sebelumnya. Setiap

kegiatan yang memerlukan ruang digambarkan dalam sebuah kertas milimeter

blok menggunakan skala tertentu dan sesuai dengan ukuran aslinyadan juga

memperhatikan gang untuk transportasi pekerja. Selanjutnya kotakan stasiun kerja

tersebut dipotong-potong. DPW awal dibuat dengan menyusun kotakan-kotakan

tersebut sesuai dengan DKK. Apabila memiliki bentuk/susunan yang kurang baik,

maka disesuaikan hingga terbentuk susunan yang baik dan posisi yang sesuai.

Dalam penyusunan area kerja yang baik harus tetap memperhatikan ruangan yang

kosong dengan meminimalisir ruangan yang kosong karena perhitungan

kebutuhan luas sudah termasuk kelonggaran untuk operatornya. Dengan demikian

akan memperpendek jarak perpindahan. Selain itu juga memperhatikan back

tracking yang mungkin akan terjadi ketika pelaksanaan produksi. Setelah semua

area kerja selesai dibuat pada DPW maka dapat dilihat perbandingannya dengan

denah tata letak awal.

151

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan DPW adalah

sebagai berikut:

1) Keterkaitan antara aliran bahan baik yang keluar maupun yang masuk

dalam industri. Dengan memperhatikan aliran bahan dapat diminimalisir

back tracking sehingga meningkatkan efisiensi.

2) Perencanaan perlu tidaknya perluasan. Jika membutuhkan perluasan

maka akan terkait dengan biaya yang nantinya akan menjadi

pertimbangan bagi pemilik industri.

3) Tuntutan baik dari lingkungan maupun dari stasiun kerja tertentu.

Dengan memperhatikan hal ini maka seperti stasiun kerja penggilingan

sengaja ditempatkan bersama dengan tempat penjemuran supaya

mengurangi tingkat kebisingan yang dapat mengganggu keadaan sekitar.

4) Ukuran gang juga akan mempengaruhi aliran bahan. Kebutuhan untuk

kelonggaran juga harus diperhatikan untuk memberi kenyamanan ketika

terjadi pemindahan bahan.

5) Keterbatasan bangunan. Dengan faktor ini maka dapat diketahui area

kerja yang bisa disatukan untuk meminimalisir ruang yang dibutuhkan

dengan demikian sangat dibenarkan untuk menyatukan proses yang

memang mempunyai hubungan kedekatan.

6) Kebutuhan ruang penyimpanan sangat penting untuk produksi. Dari

DPW yang dibuat gudang dapat digunakan juga untuk stasiun kerja yang

lain yang memungkinkan untuk dilakukan di gudang.

7) Luas untuk stasiun kerja juga harus rasional sehingga tidak akan

menyulitkan bagi pekerja maupun tidak menyita ruang yang lain.

8) Dalam penyusunan DPW haruslah memperhatikan kemudahan dalam

pelaksanaan kerjanya yang tidak mengganggu waktu produksi.

Ada macam-macam tipe aliran bahan, yaitu sebagai berikut:

a. Straight line atau pola aliran lurus (I Flow)

Pola ini diterapkan biasanya pada proses produksi yang berlangsung

singkat dan relatif sederhana, produk tunggal atau sedikit, jumlah

produksi besar. Pola aliran ini akan memberikan jarak perpindahan

152

yang pendek antar proses dan proses berlangsung lurus sesuai urutan

mesin.

b. Serpentine atau zig-zag (S Flow)

Pola aliran seperti huruf S ini sangat baik diterapkan bilamana aliran

proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan panjang area yang

tersedia. Untuk itu aliran bahan dibelokkan untuk mengurangi

panjangnya garis aliran yang ada.

c. U-shaped (U Flow)

Pola aliran menyerupai huruf U dipakai bilamana dikehendaki akhir

dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal

proses produksi. Hal ini meningkatkan pemanfaatan fasilitas

transportasi dan mudah untuk mengawasi keluar masuknya material

dan prodk jadi. Aliran perpindahan bahan relatif panjang.

d. Circular (O Flow)

Pola aliran bahan circular ini sangat baik diterapkan pada proses yang

menghendaki pengembalian material atau produk jadi pada titik awal

produksi. Pola ini juga dapat diterapkan pada proses yang

menempatkan proses penerimaan bahan atau material dan pengiriman

barang jadi pada area yang sama.

e. Odd angle

Pola aliran ini bertujuan untuk memperoleh garis aliran produk

melewati suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.

Biasanya proses perpindahan bahan (material handling) secara

mekanik. Terbatasnya ruang dan dikehendaki adanya pola aliran yang

tetap.

DPW yang telah kami buat merupakan jenis DPW optimal, karena

merubah tata letak namun tidak menambah atau mengurangi luas ruangan yang

telah ada. DPW yang telah kami buat pertimbangannya adalah urutan aliran bahan

dan berdasarkan DKK yang telah dibuat pada praktikum sebelumnya.

Pengoptimalan tata letak ini dimaksudkan agar mempermudah proses aliran bahan

dan untuk menghindari back tracking. Pada DPW yang telah dibuat, masih

153

terdapat banyak area kosong yang tersisa setelah dilakukannya pengoptimalan, hal

ini disebabkan karena adanya pengelompokkan terhadap stasiun yang erat

kaitannya sehingga banyak area yang tidak terpakai dan belum difungsikan

dengan baik. Namun keuntungan dari hal tersebut adalah perpindahan bahan tidak

terlalu panjang sehingga mempermudah pemrosesan masakan.

Kelebihan dari DPW yang kami buat yaitu:

1) Memperpendek jarak aliran bahan.

2) Mempercepat proses operasi.

3) Memberikan ruang yang lebih luas untuk transportasi pekerja maupun

bahan.

4) Memberi jarak pada suatu fasilitas dengan fasilitas lain yang tidak

diharapkan kedekatannya.

154

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Diagram Pengalokasian Wilayah (DPW) merupakan gambaran dari kebutuhan

wilayah dalam suatu industri dengan mempertimbangkan aliran bahan. Pola aliran

bahan dalam rumah makan “Putra Tunggal Sinar Harapan” ini adalah U-shaped.

2. DPW disusun berdasarkan diagram keterkaitan kegiatan serta kebutuhan ruang

dan luas lantai dalam area industri.

155

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Y dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak pada Industri Pangan.

Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor : IPB.

Anonim. 2010. Perencanaan Tata Letak Pabrik (PTLP). Dalam

http://openstorage.gunadarma.ac.id/handouts/S1_TEKNIK%20INDUSTRI

/ PLTP/PTLP.doc. Diakses pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2010 pukul

21.04 WIB.

Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung : ITB.

Wahyuningrum, D. R. 2004. Skripsi. Studi Tata Letak Line Assembling Proses

Pembuatan Tas Style Read’s Cendana (Tier 2) di P.T. Rumindo Pratama

Yogyakarta. Yogyakarta : Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP

UGM.

Wignjosoebroto. 2000. Ergonomi: Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Penerbit

Institut Teknologi Sepuluh November.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.

Surabaya : Penerbit Institut Teknologi Sepuluh November.

156

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 9

TEMPLATE

Disusun oleh :

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten: RM Persia Manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

157

BAB I

PENDAHULUAN

G. Latar Belakang

Industri merupakan tempat berkumpulnya faktor-faktor produksi untuk

melakukan aktifitas demi menghasilkan output-an produksi yang disebut dengan

produk. Faktor-faktor tersebut dapat berupa bahan atau barang, operator atau

pekerja, peralatan produksi seperti mesin, peralatan administrasi, peralatan

keselamatan kerja, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut ditempatkan pada ruangan

yang ada pada wilayah industri. Pengalokasian wilayah dalam suatu industri

merupakan proses pengaturan yang efisien untuk semua ruang yang dibutuhkan

untuk meletakkan semua faktor-faktor tersebut.

Pengalokasian wilayah industri ini, dapat dijelaskan dengan menggunakan

template. Template merupakan visualisasi denah industri dalam bentuk dua

dimensi. Pembuatan template ini didasarkan pada Diagram Pengalokasian

Wilayah (DPW). Dasar bagi proses alokasi wilayah ialah aliran produksi (aliran

bahan) dari industri tersebut dan peta keterkaitan kegiatan mulai dari keterkaitan

fisik, pekerja sampai mesin serta kebutuhan ruangan dari industri. Diagram

Pengalokasian Wilayah (DPW) merupakan dasar bagi rancangan tata letak dan

rancangan bangunan yang rinci. Dalam proses pengalokasian wilayah dilakukan

pemaduan antara keterkaitan kegiatan dan kebutuhan ruang.

Pada penggunaan template, dapat dijelaskan pola aliran bahan, letak

mesin, letak operator, serta letak peralatan. Template menggunakan skala yang

representative sehingga industri dapat dijelaskan dengan jelas.

H. Tujuan Praktikum

Praktikan dapat membuat gambar dua dimensi (template) layout industri

yang dirancang.

158

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan tata letak fasilitas merupakan suatu proses perancangan

(design) dan pengaturan letak fasilitas fisik untuk menciptakan keterkaitan

antara pekerja, aliran bahan, aliran informasi dan metode yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan peusahaan secara efisien, ekonomis dan aman

(Apple, 1990).

Pada Perencanaan Tata Letak Perusahaan pada dasarnya akan

merupakan proses pengurutan dari suatu perencanaan tata letak yang

sistematis. Urutan proses tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut (Astika,

2012):

1. Pemilihan Lokasi

2. Opeation Process Chart (OPC)

3. Routing Sheet

4. Multi Product Process Chart (MPPC)

5. Menentukan Gudang

6. Ongkos Material Handling (OMH)

7. From To Chart (FTC)

8. Outflow, Inflow

9. Tabel Skala Prioritas (TSP)

10. Activity Relationship Diagram (ARD)

11. Activity Relationship Chart (ARC)

12. Area Alocation Diagram (AAD)

13. Template

Pada pembutan template, urutan sebelumnya adalah ADD. AAD

merupakan template secara global informasi yang dapat dilihat hanya

pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat

159

dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan

perencanaan tata letak pabrik. Template merupakan suatu gambaran yang

telah jelas dari tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran

detail dari AAD yang telah dibuat. Informasi yang dapat dilihat pada template

(Anonim, 2012):

1. Tata letak kantor dan peralatannya.

2. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah

raga, dan lain-lain.

3. Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling,

shipping.

4. Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping.

Pada pendesainan layout harus diingat pertimbangan-pertimbangan

kemungkinan terjadinya ekspansi di masa depan ataupun adanya perubahan-

perubahan yang bisa terjadi. Satu hal yang penting ialah layout haruslah

cukup fleksibel untuk menghadapi perubahan di dalam desain produk, desain

proses maupun desain penjadwalan produksi (Tomskins, 1984).

Pembuatan detail layout dari suatu pabrik (biasanya dibuat dengan

skala standar 1:50) akan menunjukkan pengaturan dari orang, material, mesin

dan fasilitas prduksi lainnya dengan sebaik-baiknya. Detail layout yang

kadang-kadang disebut pula dengan master layout akan merupakan

pelaksanaan akhir dari proses perancangan tata letak pabrik. Disini detail

layout akan dibuat dengan memakai salah satu metode berikut ini

(Wignjosoebroto, 1996):

1. Drafting atau sketching method

2. Templates

3. Models

Meskipun sekarang ini pemakaian templates dan/atau models sangat

populer serta banyak digunakan dalam pembuatan rancangan tata letak

pabrik, akan tetapi metode drafting pun masih layak dan bahkan tetap

disarankan untuk digunakan dalam perancangan layout pabrik yang

sederhana. Memang patut diakui bahwa untuk pabrik yang besar dan

160

kompleks metode drafting/sketching akan terasa kurang sesuai dan kurang

fleksibel untuk diterapkan (Wignjosoebroto, 2000).

Pada tata letak industri yang masih berkembang, biasanya pekerjaan

penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang terdiri

dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa.

Pekerjaan tersebut merupakan sumber utama komplain karyawan di industri

atau bahkan permasalahan dalam tata letaknya yang membutuhkan ruang

yang lebih (Ayoub dan Dampsey, 1999).

161

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. HASIL

162

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum acara 9 yang berjudul Template ini bertujuan untuk

membuat gambar dua dimensi (template) layout industri yang dirancang.

Industri yang kami gunakan adalah Rumah Makan Putra Tunggal Sinar

Harapan.

Pada pembuatan template, dilakukan beberapa langkah. Langkah

pertama ialah menyiapkan hasil data praktikum acara sebelumnya yakni

Diagram Pengalokasian Wilayah (DPW). Diagram Pengalokasian Wilayah

(DPW) merupakan dasar bagi rancangan tata letak dan rancangan bangunan

yang rinci. Hal ini dikarenakan pada DPW memberikan informasi mengenai

perpindahan atau aliran bahan dan mengefektifkan berdasarkan kriteria

tertentu. Selain itu dapat memberikan informasi pengalokasian kebutuhan

ruang dan luas lantai dalam area industri yang ada, dan terakhir agar

praktikan dapat membuat gambar dua dimensi layout industri yang dirancang.

Template ini didapat dari diagram pengalokasian wilayah karena

untuk melihat aliran bahan yang sebaiknya hanya saja dalam pembuatan

template ini ada penggabungan stasiun kerja yang memang harus diletakkan

dalam tempat yang sama, sehingga yang digambar bukanlah setiap stasiun

kerja melainkan ruang yang dibutuhkan oleh tiap stasiun kerja yang

dilengkapi dengan alat – alat apa saja yang harus ada di dalam ruangan

tersebut. Jadi template ini gambarnya hampir sama dengan denah awal dari

industri yang membedakan hanya luas ruangan, bentuk ruangan, posisi

ruangan dan alat yang ada di dalam ruangan tersebut.

Template yang dibuat pada praktikum ini ialah template sesudah

dilakukan perbaikan. Pembuatan template, gambaran DPW Warung Makan

Barokah diperbesar dan dicetak pada kertas polos putih dengan skala 1:100

atau 1:50, pada kertas ukuran A3. Arah utara digambarkan dengan arah atas

kertas.

163

Gambar dilengkapi dengan posisi mesin, posisi operator, dalam

stasiun kerja, aliran bahan, dan keterangan lain yang diperlukan. Pada

langkah ini diperlukan beberapa hal, yakni:

1. Tingkat keterkaitan antar kegiatan

2. Pemanfaatan ruang yang ekonomis

3. Kemudahan perluasan

4. Penggabungan yang baik dengan fasilitas luar

5. Susunan ruang dan gang

6. Kegiatan dengan kriteria khusus dapat diletakkan dengan tepat

7. Kemudahan pengendalian produksi

8. Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja

9. Mematuhi syarat bangunan dan ketentuan wilayah

10. Luas yang memadai bagi tiap stasiun kerja

Jika kedua template selesai dibuat perlu pemberian warna setiap

ruangan atau setiap kegitan. Hal ini bertujuan agar template lebih informatif.

Satu warna untuk satu kegiatan besar (misal, bagian produksi berbeda warna

dengan bagian teras, dan seterusnya).

Pengertian template ialah gambar dua dimensi untuk menjelaskan

pengalokasian wilayah industri yang terdapat informasi mengenai aliran

bahan, posisi mesin dan operator, stasiun kerja, dan keterangan lain. DPW

merupakan template secara global informasi yang dapat dilihat hanya

pemanfaatan area, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat

pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan

perencanaan tata letak pabrik. Template merupakan suatu gambaran yang

telah jelas dari tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran

detail dari DPW yang telah dibuat.

Dalam suatu pabrik, template dari fasilitas produksi dan area kerja

merupakan elemen dasar yang sangat penting untuk melihat kelancaran

proses produksi. Pembuatan template di dalam pabrik merupakan aktivitas

yang sangat vital dan sering muncul berbagai macam permasalahan di

dalamnya. Masalah yang paling utama adalah apakah pengaturan dari semua

164

operator, material, mesin dan fasilitas prduksi tersebut telah dibuat sebaik-

baiknya sehingga bisa mencapai suatu proses produksi yang paling efisien

dan bisa mendukung kelangsungan serta kelancaran proses produksi secara

optimal atau tidak.

Ada dua fasilitas pabrik utama yang menjadi obyek yang harus diatur

letaknya:

1. Mesin (machine layout).

2. Departemen kerja yang ada dalam pabrik (department layout).

Setelah dilakukan perbaikan terhadap tata letak stasiun kerja di

warung makan Putra Tunggal Sinar Harapan, secara umum pola aliran bahan

di sana masih belum memiliki bentuk seperti pola aliran bahan yang biasa

dikenal, baik itu straight line, U-shaped, S-shaped, circular maupun odd

angle. Sebenarnya pola aliran bahan adalah lurus, dalam arti bahwa bahan

berpindah dari stasiun satu ke stasiun lain secara runtut tanpa ada aliran balik.

Namun karena ruang yang ada tidak memungkinkan hal itu untuk dilakukan,

maka lintasan aliran bahan menjadi berkelok-kelok. Bentuk aliran bahan

tergantung dari jenis menunya, apakah itu dibakar atau tidak. Menu bakar

memiliki pola aliran bahan yang sedikit lebih panjang dan lebih kompleks

dibanding dengan menu yang tidak dibakar. Sementara itu, pola aliran bahan

untuk minuman cenderung lurus, karena biasanya hanya melibatkan stasiun

pembuatan minum dan stasiun penyajian, kecuali untuk minuman-minuman

tertentu seperti es kelapa muda, yang juga melibatkan stasiun peyiapan bahan.

Pada menu-menu yang dibakar, secara garis besar bahan mengalir

berturut-turut dari stasiun penyiapan bahan ke stasiun pencucian, stasiun

penggorengan, stasiun pembakaran dan terakhir ke stasiun penyajian. Pada

template yang dibuat, stasiun penyiapan bahan terletak di ruang bagian timur.

Kemudian dari stasiun penyiapan bahan, bahan lalu dipindahkan ke stasiun

pencucian yang terletak disamping barat stasiun penyiapan bahan. Adapun

jarak dari stasiun penyiapan bahan ke stasiun pencucian adalah kurang lebih 1

meter. Di stasiun pencucian, bahan dicuci dengan menggunakan air mengalir

165

kemudian bahan di potong menggunakan pisau. Setelah bersih, bahan

dipindahkan ke stasiun penggorengan yang terletak bersebelahan disamping

kanan dengan stasiun pencucian bahan. Dari stasiun pencucian ke stasiun

penggorengan, pekerja harus menempuh jarak sekitar 1 meter karena memang

tidak terlalu jauh hanya di batasi tembok kecil. Di stasiun penggorengan

inilah bahan digoreng. Selanjutnya, bahan dipindahkan ke stasiun

pembakaran yang juga terletak di utara stasiun penyiapan bahan dengan jarak

antara stasiun penggorengan dengan stasiun pembakaran adalah 0,5 meter.

Setelah matang, bahan dipindahkan dari stasiun pembakaran ke stasiun

penyajian yang berjarak 6 meter dari stasiun pembakaran. Stasiun penyajian

terletak di etalase dekat stasiun pembuatan minuman, yaitu tepat berada di

sebelah kanan dari stasiun penggorengan dengan jarak 3 meter.

Pada menu-menu yang tidak dibakar, bahan mengalir berturut-turut

dari stasiun penyiapan bahan ke stasiun pencucian, stasiun penggorengan, dan

terakhir ke stasiun penyajian. Bahan biasanya dicuci terlebih dahulu di

stasiun pencucian untuk membuang bagian-bagian bahan yang tidak

diperlukan. Pada template yang dibuat, stasiun penyiapan bahan terletak di

ruang bagian timur. Kemudian dari stasiun penyiapan bahan, bahan lalu

dipindahkan ke stasiun pencucian yang terletak tepat di sebelah barat stasiun

penyiapan bahan. Adapun jarak dari stasiun penyiapan bahan ke stasiun

pencucian adalah kurang lebih 1 meter. Di stasiun pencucian, bahan dicuci

dengan menggunakan air mengalir yang sebelumnya dipotong. Setelah bersih,

bahan dipindahkan ke stasiun penggorengan yang terletak bersebalahan di

bagian barat stasiun penyiapan bahan dengan jarak 1 meter. Di stasiun

penggorengan inilah bahan utama dan bumbu ditumis, digoreng dan dimasak

hingga matang. Setelah matang, bahan dipindahkan dari stasiun

penggorengan ke stasiun penyajian yang berjarak 3 meter dari stasiun

penggorengan.

Untuk minuman, perpindahan bahan hanya terjadi dari stasiun

pembuatan minum ke stasiun penyajian. Jarak kedua stasiun tersebut

166

bersebelahan sehingga tidak adanya jarak yang didapat. Untuk minuman-

minuman tertentu seperti es kelapa muda, juga tidak mengalami perpindahan

bahan sehingga tidak adanya jarak yang didapat.

Template Optimal yang kami buat memiliki beberapa perbedaan

dengan denah yang sebelumnya telah dibuat berdasarkan data yang ada di

lapangan. Perbedaan itu terletak pada segi tata letak stasiun, kelonggaran dan

pola aliran bahan.

1. Tata Letak

Pada pembuatan template ini, hampir semua stasiun kerja

dipindahkan dari posisinya semula. Relokasi stasiun kerja ini dilakukan

berdasarkan pertimbangan dari PKK, DKK dan luas lantai yang

dibutuhkan oleh masing-masing stasiun kerja (termasuk kelonggaran).

Kami memakai skala 1 : 50 sehingga 1 meter pada ukuran asli diasumsikan

sebesar 2 centimeter pada template yang kami buat.

2. Kelonggaran

Pada denah awal, hampir semua stasiun kerja tidak memiliki

kelonggaran yang cukup, terutama kelonggaran operator. Kelonggaran

untuk operator di denah kebanyakan dipakai bersama-sama oleh dua

operator atau lebih dari dua atau lebih stasiun kerja. Sedangkan di

template, hampir semua stasiun telah memiliki kelonggaran operator yang

cukup yaitu rata-rata kelonggarannya sebesar 1 meter. Hanya stasiun

pembuatan minuman saja yang tidak mempunyai kelonggaran.

3. Pola aliran bahan

Pola aliran bahan pada template lebih sederhana dan lebih pendek

dibandingkan dengan pola aliran bahan pada denah awal. Pada denah awal,

masih ada bahan yang harus melompati stasiun tertentu ketika dipindahkan

dari satu tempat ke tempat lain. Sementara itu posisi stasiun pembakaran

dari stasiun penyajian membuat aliran bahan menjadi lebih panjang. Pada

template yang dibuat, bahan mengalir dari satu stasiun ke stasiun lain

secara runtut tanpa melompat. Selain itu, posisi stasiun penggorengan dan

167

pembuatan minum yang dekat dengan stasiun penyajian membuat aliran

bahan menjadi lebih pendek.

Template yang dibuat memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan dari template yang dibuat adalah:

a. Pemanfaatan ruang lebih efisien

Lokasi stasiun kerja di dalam template ditentukan sedemikian

rupa sehingga tidak ada area yang tidak termanfaatkan dan juga tidak

ada area yang terlalu padat. Lokasi stasiun ditentukan berdasarkan

kesesuaian antara kebutuhan luas lantai masing-masing stasiun dan luas

lantai yang tersedia dengan tetap mempertimbangkan keterkaitan

kegiatan antar stasiun.

b. Aliran bahan lebih pendek dan logis

Urutan lokasi stasiun kerja ditentukan berdasarkan alur utama

proses produksi. Oleh karena itu, ketika bahan dipindahkan dari satu

tempat ke tempat lain, tidak ada stasiun yang terlompati. Letak stasiun

penggorengan dan pembakaran (dua stasiun tersebut biasanya

merupakan stasiun terakhir sebelum stasiun penyajian) serta pembuatan

minum berdekatan dengan stasiun penyajian sehingga jarak aliran

bahan berkurang.

c. Kelonggaran operator lebih baik

Dibanding dengan denah awal, template memiliki kelonggaran

untuk operator yang lebih baik. Hampir seluruh stasiun memiliki

kelonggaran untuk operator yang ideal.

Adapun kekurangan dari template yang dibuat meliputi:

a. Masih ada beberapa stasiun yang kelonggaran untuk operatornya masih

belum ideal

Idealnya kelonggaran untuk operator adalah 1 m2. Namun di

dalam template yang dibuat, stasiun penggorengan ke stasiun penyajian

memiliki kelonggaran 3 m2 untuk dua stasiun. Meskipun dirasa sudah

cukup, namun kondisi tersebut belumlah ideal.

168

b. Pola aliran bahan masih tidak beraturan

Pola aliran bahan masih belum beraturan. Sebenarnya pola

aliran bahan sebenarnya bisa dibuat straight line, U-shaped maupun S

shaped, tetapi karena keterbatasan tempat hal itu belum bisa dilakukan.

169

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Template yang kami buat ini didesain untuk template Optimal dengan

memanfaatkan ruang yang ada tanpa menghancurkan tembok bangunan

awal.Template baru Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan yang dirancang

lebih efisien daripada template sebelumnya karena dapat mengurangi jarak

perpindahan dan mempunyai kelonggaran untuk operator. Hal ini didukung

dengan jarak perpindahan bahan yang menjadi lebih dekat serta lebih efisien

dalam perpindahan bahan.

170

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Template. http://lppm.unjani.ac.id. Diakses pada tanggal 10 Mei

2012 pukul 17.00 WIB.

Apple, JM. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ke-3.

Bandung: ITB.

Astika. 2012. Perencanaan Tata Letak Suatu Perusahaan. Dalam

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:GheEFR80sWoJ:

astika.student.umm.ac.id/2010/01/30/perencanaan-tata-letak-suatu

perusahaan/+layout+template+ruangan+industri+adalah

&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id. Diakses pada tanggal 10 Mei

2012 pukul 17.15 WIB.

Ayoub, M. M. and Dampsey, P. G. 1999. The Psychophysical Approach to

Material Handling Task Design. Ergonomic Vol. 42. No. 1, pp: 17 – 31.

Tomkins, James A., White John A. 1984. 1th Edition Facility Planning. John

Wiley & Sons. USA.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.

Surabaya: Penerbit Institut Teknologi Sepuluh November.

171

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

ACARA 10

ANALISIS TATA LETAK HASIL RANCANGAN

Disusun oleh :

Bintang Elka (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)

Asisten: RM Persia manggala

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

172

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada hasil perancangan suatu industri diperlukan adanya evaluasi tata

letak untuk menilai apakah hasil perancangan tersebut sudah sesuai dengan

kriteria jarak perpindahan, jumlah backtracking, keterkaitan kegiatan, dan

kenyamanan kerja secara teoritis.

Dalam merancang tata letak industri harus terdapat integrasi yang

menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi sistem produksi, operasi

pemindahan bahan yang seminimal mungkin, kelancaran aliran kerja,

pemanfaatan semua area kerja secara efektif dan efisien sehingga didapatkan

kepuasan, keamanan dan kenyamanan selama pekerja menjalankan tugasnya.

Inti dari perancangan tata letak industri pada dasarnya adalah minimalisasi

biaya operasi yang meliputi biaya konstruksi dan instalasi, biaya pemindahan

bahan, biaya produksi, biaya perawatan dan perbaikan mesin, biaya

pengamanan serta biaya penyimpanan bahan selama dalam proses. Oleh sebab

itu dalam perancangan tata letak industri ditekankan pada pemindahan bahan

yang seminimal mungkin agar biayanya tidak tinggi karena kegiatan

pemindahan bahan merupakan kegiatan yang tidak produktif.

Apabila memungkinkan, pemindahan barang dilakukan secara mekanis

dan komponen harus dalam keadaan diproses sambil dipindahkan sehingga

pemindahan bahan lebih efisien karena dilakukan bersamaan dengan proses

produksi.

Oleh karena itu dalam merancang tata letak pebrik tidak dapat

dilakukan dengan mudah karena membutuhkan analisa mendalam terhadap

semua faktor yang mendukung tata letak pabrik yang akan diterapkan. Tata

letak pabrik yang baik akan menciptakan suasana dan aktiviats kerja yang

173

efektif dan efisien sehingga dapat meminimalkan biaya yang harus

dikeluarkan oleh pabrik untuk biaya operasi yang meliputi biaya konstruksi

dan instalasi, biaya pemindahan bahan, biaya produksi, biaya perawatan dan

perbaikan mesin, biaya pengamanan serta biaya penyimpanan bahan selama

dalam proses.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikan dapat melakukan analisis rancangan tata letak menggunakan

kriteria jarak perpindahan.

174

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tata letak fasilitas pabrik adalah susunan dari fasilitas fisik pabrik

termasuk perlengkapan, mesin dan peralatan, tanah, bangunan dan sarana lain

untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran bahan, aliran

informasi dan tatacara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha yang

ekonomis dan aman. Menata tata letak pabrik adalah kegiatan yang berhubungan

dengan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan dan selalu berhubungan

erat dengan industri manufaktur, dan penggambaran hasil rancangan dikenal

sebagai tata letak pabrik. Untuk pabrik/perusahaan harus dilakukan evaluasi tata

letak. Kemungkinan yang menimbulkan perlunya penilaian tata letak adalah

evaluasi tata letak awal dengan tujuan mencari peluang perbaikan dan evaluasi

terhadap tata letak alternatif untuk suatu masalah atau proyek tunggal (Apple,

1990).

Tataletak fasilitas pabrik harus dirancang untuk memungkinkan

perpindahan yang ekonomis dari orang dan bahan selama proses. Jarak

pengangkutan diusahakan sependek mungkin dan pengambilan serta peletakan

produk dan peralatan diminimumkan. Hal ini akan menghasilkan minimisasi biaya

penanganan bahan, penurunan waktu proses kerja dan mesin menganggur

(Wignjosoebroto, 1996).

Proses perancangan dapat dilakukan pada industri yang sudah berlangsung.

Hal itu disebabkan karena seiring dengan berjalannya waktu akan terjadi

perubahan baik proses maupun produknya (Agung, 1990).

Dalam menentukan plant layout atau tata letak pabrik yang baik haruslah

ditentukan berdasarkan pengaruh faktor-faktor yang ada seperti jenjang tahapan /

tahap proses produksi, macam hasil keluaran produksi, jenis perlengkapan yang

dipakai atau digunakan serta berdasarkan sifat produksi dari produk yang

diproduksi tersebut (Anonim, 2009).

175

Jenis-jenis tata letak adalah sebagai berikut (Moore,1962) :

1. Fixed position

Fixed Position merupakan tata letak yang paling sederhana. Pekerja,

material, dan ketrampilan manajerial dibawa ke lokasi tempat pekerjaan

dilakukan. Contoh dari tata letak ini adalah konstruksi bendungan dan

bangunan.

2. Job Shop

Tata letak Job Shop disusun berdasarkan pengelompokan pekerja dan

peralatan mempunyai fungsi yang sama. Tata letak ini seringkali disebut

dengan nama tata letak proses atau tata letak fungsional karena fungsi-

fungsi khusus seperti inspeksi produk, yang dilakukan pada suatu tempat

untuk berbagai produk. Contohnya toko mesin dan rumah sakit.

3. Batch Processing

Proses dengan jumlah order besar pada bagian-bagian serupa seperti suatu

group yang melalui urutan. Produksi yang sama pada Job Shop merupakan

prinsip batch processing. Tata letak Batch Processing memungkinkan

produsen mencapai skala ekonomi dengan membentuk aktivitas yang sama

untuk mengatur volume produk. Contoh dari tata letak ini adalah produk

mebel yang mempunyai jumlah order besar.

4. Line Processing

Tata letak Line Processing merupakan penyusunan pekerja dan peralatan

menurut urutan operasi. Tata letak ini seringkali disebut tata letak produk

line atau assembly line karena menggunakan conveyor dan peralatan

otomatis untuk meminimumkan penanganan bahan secara manual. Contoh

pada pembuatan produk pangan dan pembuatan mobil.

5. Continuous Flow

Tata letak Continuous Flow berorientasikan pada suatu teknologi proses

seperti produksi bahan kimia dan listrik. Fasilitas proses seringkali

176

otomatis dan didesain agar dalam pengoperasiannya sebagai satu bagian

terpadu.

Menurut Adam (1986), perancangan tata letak pabrik yang efisien dan

efektif akan selalu menjadi prioritas utama dalam suatu proses produksi.

Perancangan tata letak fasilitas produksi yang baik merupakan salah satu penentu

dari efisiensi suatu operasi produksi (Heizer,1988). Suatu perancangan tata letak

fasilitas tidak hanya terbatas pada waktu akan mendirikan atau membangun suatu

industri saja tetapi proses perancangan ini harus tetap dilakukan meskipun industri

sudah ada dan sudah berlangsung (Machfud dan Agung, 1990). Hal ini

disebabkan karena dengan berjalannya waktu akan selalu terjadi perubahan baik

pada proses maupun produksinya. Perubahan tersebut menuntut terjadinya

perubahan/perbaikan dari tata letak yang sudah ada (relayout). Menurut Apple

(1977), relayout atau perancangan ulang tata letak dapat mengurangi biaya

pemindahan bahan sehingga biaya produksi turun secara keseluruhan dan

produktivitas meningkat.

Konstruksi dari rancangan tata letak merupakan bentuk konfigurasi dari

hasil proses rancangan tata letak. Proses ini mentransfer diagram alokasi area

kemudian merinci pengaturan lokasi setiap fasilitas pada setiap departemen

produksi atau tempat kegiatan kerja. Secara umum prosedur alokasi area terdiri

dari pembuatan template bagi setiap kegiatan atau untuk menggambarkan secara

kasar luas yang dibutuhkan dan kemudian disusun sehingga memberikan bentuk

tertentu. Adapun landasan untuk melakukan alokasi area adalah (Machfud dan

Agung, 1990):

1. Aliran produksi bahan dan peralatan.

2. Peta keterkaitan kegiatan

3. Kebutuhan luas ruang setiap kegiatan.

177

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Tabel jarak perpindahan bahan.

178

2. Lembar Penilaian Tata Letak

179

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini berjudul Analisis Tata Letak Hasil Rancangan dengan

tujuan agar praktikan dapat melakukan analisis rancangan tata letak menggunakan

kriteria jarak perpindahan.

Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu diagram aliran

dibuat dari tata letak perbaikan hasil rancangan. Jarak perpindahan bahan dihitung

dengan menggunakan metode aisle distance, untuk stasiun kerja yang dibatasi

dengan dinding. Kemudian jarak perpindahannya ditulis kedalam tabel untuk

semua perpindahan bahan. Jika stasiun kerja tidak dibatasi dinding, maka jarak

perpindahan bahan diukur sesuai perpindahan yang terjadi dimulai dari titik

tengah dari aliran kerja. Selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan kelompok

lain. Dan ditentukan yang mana hasil rancangan yang terbaik berdasarkan kriteria

jarak perpinfahan bahan yang minimum.

Terdapat beberapa system pengukuran jarak yang dipergunakan. Beberapa

jenis system pengukuran jarak antar departemen ini digunakan sesuai dengan

kebutuhan dan karekteristik perusahaan yang menggunakanya. Beberapa system

pengukuran jarak yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

a. Jarak Euclidean

Jarak euclidean merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas

satu dengan pusat fasilitas lainnya. Sistem pengukuran dengan jarak euclidean

sering digunakan karena lebih mudah dimengerti dan mudah digunakan. Contoh

aplikasi dari jarak euclidean misalnya pada beberapa model conveyor, dan juga

jaringan transportasi dan distribusi.

b. Jarak Rectilinear

Jarak rectilinear sering juga disebut dengan jarak manhattan, merupakan

jarak yang diukur mengikuti jalur tegak lurus. Disebut dengan jarak manhattan,

mengingatkan jalan-jalan di kota Manhattan yang membentuk garis-garis paralel

180

dan saling tegak lurus antara satu jalan dengan jalan lainnya. Pengukuran dengan

jarak rectilinear sering digunakan karena mudah perhitungannya, mudah

dimengerti dan untuk beberapa masalah lebih sesuai, misalkan untuk menentukan

jarak antar kota, jarak antar fasilitas di mana peralatan pemindahan bahan hanya

dapat bergerak secara lurus.

c. Square Euclidean

Sebagaimana namanya, square euclidean merupakan ukuran jarak dengan

mengkuadratkan bobot terbesar suatu jarak antara dua fasilitas yang berdekatan.

Relatif untuk beberapa persoalan terutama menyangkut persoalan lokasi fasilitas

diselesaikan dengan penerapan square euclidean.

d. Aisle Distance

Aisle distance merupakan sistem pengukuran yang berbeda dengan yang

lain. Dalam aisle distance yang diukur adalah lintasan yang dilalui alat

pengangkut untuk pemindahan bahan. Jarak aisle distance juga merupakan jarak

yang mengukur secara aktual, dan jarak yang diukur adalah jarak yang dilalui

oleh material handlingnya.

e. Jarak Berdasarkan Luas Departemen

Untuk menemukan jarak berdasarkan luas lantai, diperlukan data lintasan

yang dilalui oleh setiap komponen dari suatu depertemen ke depertemen tujuanya.

Sehingga jarak antar departemen dapat dihitung berdasarkan luas lantai

departemen asal, departemen yang dilalui dan departemen tujuan.

Dari lembar penilaian tata letak yang kami buat kita memberikan skor

kepada elemen-elemen yang terdapat pada Rumah Makan Putra Tunggal Sinar

Harapan dengan spesifikasi skor yaitu 1 untuk sangat jelek, dan 10 untuk kriteria

sangat baik. Sehingga dapat diketahui bahwa dari kriteria penilaian aliran bahan

dapat dinyatakan bahwa tata letak desain yang baru mempunyai nilai (bobot x

skor) yang lebih besar daripada tata letak yang lama sehingga dapat dipastikan

181

bahwa nilai tata letak baru itu lebih baik. Selanjutnya dari kriteria penilaian

pemindahan bahan dapat dinyatakan bahwa tata letak desain yang baru

mempunyai nilai (bobot x skor) yang lebih besar daripada tata letak yang lama.

Untuk kriteria penilaian ruang dinyatakan bahwa tata letak desain yang baru juga

mempunyai nilai (bobot x skor) yang lebih besar daripada tata letak yang lama.

Sedangkan untuk kriteria penilaian proses operasi dinyatakan bahwa tata letak

desain yang baru mempunyai nilai (bobot x skor) yang lebih besar daripada tata

letak yang lama. Dan untuk kriteria lain-lain seperti adanya kotoran, debu,

pengendalian kebisingan dan sebagainya juga mempunyai nilai (bobot x skor)

yang lebih besar daripada tata letak yang lama. Sehingga dapat diketahui total

nilai dari tata letak baru sebesar 597 dan untuk tata letak lama sebesar 431. Hal ini

dapat diketahui bahwa tata letak baru mempunyai kriteria yang lebih baik dari tata

letak lama.

Setelah dilakukan perhitungan terhadap jarak antar stasiun dari setiap

pembuatan masakan maupun minuman, diperoleh hasil sebagai berikut:

No Menu Jarak Awal Jarak Akhir Persen

1. Cakalang Bakar 19,8 14 29,29%

2. Cakalang Goreng 13 11,5 11,54%

3. Ca kangkung 7 7 0

4. Nasi 7 7 0

5. Tuna lombok hijau 11,5 10 13,04%

6. Cakalang goreng

tepung

12,5 11 12%

7. Lalapan 4 4 0

8. Sambal 4 4 0

9. Es kelapa muda 7 3 57,14%

10. Es jeruk 7 3 57,14%

1. Tabel Perpindahan Bahan

182

Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan jarak antar stasiun pembuatan

dari setiap menu. Selain itu juga dilakukan perhitungan terhadap persentasi

pengurangan jarak dari setiap menu setelah dilakukannya perubahan tata letak

pada stasiun-stasiun kerja. Hasil pengurangan jarak terbesar adalah pembuatan

minuman (es kelapa muda dan es jeruk), sedangkan yang terkecil yaitu pada

pembuatan ca kangkung, nasi, lalapan, dan sambal. Hasil perbaikan tidak

mengurangi jarak, hal tersebut dikarenakan, perbaikan tata letak yang kami buat

adalah tata letak optimasi, sehingga stasiun kerja yang permanen tidak

dipindahkan atau tidak dirubah, misalnya stasiun kerja pencucian dan

pemotongan. Sehingga pada pembuatan menu tersebut jarak aliran bahannya sama

seperti sebelum perbaikan.

183

BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil rancangan tata letak yang kami buat, dapat mengurangi jarak

perpindahan bahan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel pada pembahasan,

terdapat pengurangan jarak perpindahan bahan yang cukup signifikan pada

beberapa menu. Hal ini ditunjukan pada beberapa masakan yaitu cakalang bakar

29,29%, cakalang goreng 11,54%, ca kangkung 0%, nasi 0%, tuna lombok hijau

13,04%, cakalang goring tepung 12%, lalapan 0%, sambal 0%, es kelapa muda

57,14%, es jeruk 57,14%.

184

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Macam dan Jenis Tata Letak / Plant Layout Pabrik - Berdasarkan

Produk, Proses dan Bahan Baku - Product, Process & Station.

http://organisasi.org/macam dan_jenis_tata letak. Diakses tanggal 27

Mei 2012 pukul 21.15.

Adam, Everett J dan Ebert, Ronald J. 1986. Production and Operational

Management 3rd

edition. Prentice Hall Englewood. USA

Agung , Y dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan.

Pusat Antar Universitas Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Apple, J.M. 1977. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Institur Teknologi

Bandung. Bandung

Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Penanganan Bahan. Terjemahan

Nurhayati, Mardiono, M.T. Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Bandung

Heizer, J Render B, 1988. Production and Operational Management Strategies

and Tactics 2rd

edition. Allyn and Bacon. USA.

Moore, J.M. 1962. Plant Layout Design. MacMillan Publishing Co, Mc. New

York. USA.

Wignjosoebroto, S. 1996. Ergonomi, Studi Gerak dan Studi Waktu. Penerbit Guna

Widya. Surabaya.

185

186

DIAGRAM POP

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197