Upload
theresia-chesar
View
312
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah fisiologi spirometri
PRAKTIKUM FISIOLOGI
Spirometri
Kelompok F2
Ketua Kelompok :Bramulya Tri Subagiyo 102012305 ………
Nama NIM Tanda Tangan
Mega Julia Thio 102010028
IP Ady Putra Astawan 102011141
Theresia Indriani 102012071
Timoty Mario 102012161
Michael Laban 102012285
Hollerik Sahat Efesus 102012304
Bramulya Tri Subagiyo 102012305
Glory Artauli Silalahi
Risma Lestari Siregar
Anggraini Hertanti
Ogi Leksi Susanto
102012343
102012426
102012440
102012448
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
I. Persiapan
1. Isi bejana hijau dengan air sampai tanda garis pengisian. Gunakan pegangan tangan di
samping bejana untuk membawa bejana
2. Tekan sungkup putih perlahan-lahan ke bawah untuk meyakinkan penempatannya di
dasar bejana hijau
3. Masukkan pipa mulut yang disposable yang baru setiap pergantian OP
4. Tempatkan garis penunjuk pada garis 0 yang terdekat dengan ujung lengan skala, dengan
mengatur cakram penunjuk yang harus berada di sebelah kanan garis penunjuk
5. Bila mengukur volume inspirasi letakkan cakram penunjuk di sebelah kiri garis penunjuk
di garis 0 yang terdekat dengan pangkal lengan skala.
6. Selanjutnya pengukuran dengan autospirometer ( Minato AS-507)
II. Cara Pengukuran
1. Data terlebih dahulu nama, usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan OP
2. Pakai penjepit hidung
3. Pengukuran TV (Tidal volume)
Op melakukan inspirasi biasa di luar, kemudian ekspirasi biasa di spirometer
4. Napas biasa
5. Pengukuran TV + ERV
OP melakukan inspirasi biasa di luar, kemudian ekspirasi maksimum di spirometer
6. Nafas biasa
7. Pengukuran VC ( IRV + TV + ERV)
OP melakukan inspirasi maksimum di luar, kemudian ekspirasi maksimum di spirometer
8. Pengukuran MVV ( Maximum volume voluntary)
OP melakukan inspirasi dan ekspirasi sekuat-kuatnya dan secepat-cepatnya, selama kira-
kira 6 detik.
Tujuan: untuk mengukur volume dan kapasitas paru
Landasan Teori:
Sistem pernapasan mempunyai fungsi utama untuk menyediakan oksigen (O2) dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.
Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme sel untuk menghasilkan energi bagi tubuh yang dipasok
terus-menerus, sedangkan karbondioksida merupakan bahan toksik yang harus segera
dikeluarkan dari tubuh. Bila CO2 menumpuk di dalam darah akan menyebabkan penurunan pH
sehingga dapat menimbulkan keadaan asidosis yang mengganggu fungsi tubuh dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus paru
2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3) Pengangkutan oksigen oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari
sel jaringan tubuh.
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat antara
atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya itu perubahan tekanan
intrapulmonl, tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru. Keluar masuknya udara
pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yatu:1
1) Inspirasi: proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk menaikkan volume intra
toraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang kira-kira 75% dari
semula oleh diafragma, tekanan dalam saluran pernapasan menjadi negatif dan udara
mengalir ke dalam paru-paru. Sewaktu inspirasi, tekanan di alveoli menurun menjadi
sekitar -1 sentimeter air, yang cukup untuk memindahkan sekitar 0,5 liter udara ke dalam
paru dalam dua detik yang dibutuhkan untuk inspirasi
2) Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada kembali ke
posisi semula, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang, tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru,
dalam hal ini otot-otot pernapasan berperan yaitu M. Intercostalis Interna dan otot-otot
abdomen. Sewaktu ekspirasi, terjadi perubahan yang berlawanan: tekanan alveolus
meningkat menjadi sekitar +1 sentimeter air, yang mendorong 0,5 liter udara inspirasi
keluar paru selama 2-3 detik
Ketika glottis terbuka dan tidak ada pergerakan udara, tekanan di semua bagian saluran napas
sama dengan tekanan atmosfir, yang dianggap 0 sentimeter air.
Parameter Fungsi Paru 2
1) Volume Paru
Ada empat jenis volume paru, yaitu:
a) Volume tidal ( Tidal volume) , yaitu jumlah udara yang dihirup atau dihembuskan
dalam satu siklus pernapasan normal. Besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang
dewasa.
b) Volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume/IRV) , yaitu jumlah maksimal
udara yang masih dapat dihirup setelah akhir inspirasi kuat. Biasanya mencapai 3000
ml.
c) Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ERV) , yaitu jumlah maksimal
udara yang masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi kuat. Jumlahnya seitar
1100 ml.
d) Volume Residu (Residual Volume/RV) , yaitu volume udara minimal yang tertinggal di paru
bahkan setelah ekspirasi maksimal. Nilai rerata = 1200ml. Volume residual tidak dapat
diukur secara langsung dengan spirometer, karena volume udara ini tidak keluar masuk paru.
Namun, volume ini dapat ditentukan secara tidak langsung melalui teknik pengenceran gas
yang melibatkan inspirasi sejumlah tertentu gas penjejak tak berbahaya misalnya helium.
Volume residu terdiri dari volume kolaps dan volume minimal. Volume kolaps adalah udara
yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi maksimal bila paru kolaps,
sedangkan volume minimal adalah udara yang masih tinggal di dalam paru sesudah paru
kolaps.
2) Kapasitas Paru
a. Peristiwa dalam siklus paru mencakup dua atau kebih nilai volume paru.
Kombinasi ini disebut kapasitas paru, yang dijelaskan sebagai berikut:
b) Kapasitas inspirasi sama dengan nilai volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi
(IC = IRV + TV).. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang dapat dihirup oleh
seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksima
c) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume
residu (FRC = ERV + RV). Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir
ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml)
d) Kapasitas vital ,merupakan volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali
bernapas setelah inspirasi maksimal. Subyek pertama-tama melakukan inspirasi maksimal lalu
ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV). Kapasitas vital mencerminkan perubahan volume
maksimal yang dapat terjadi pada paru. Hal ini jarang digunakan, karena kontraksi otot maksimal
yang terlibat melelahkan, tetapi berguna untuk memastikan kapasitas fungsional paru. (kira-kira
4500ml)
e) Kapasitas paru total (TLC= VC + RV) adalah volume maksimum yang dapat
mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800
ml). Jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu.
Gambar 1. Volume Paru dalam Milimeter
Spirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur volume udara yang dihirup dan
dihembuskan. Alat ini terdiri dari sebuah drum/tong berisi udara yang mengapung dalam wadah
berisi air dan drum ini diseimbangkan oleh suatu beban. 3 Di dalam drum ini terdapat campuran
gas pernapasan, biasanya udara atau oksigen; suatu pipa menghubungkan mulut dengan ruang
gas ini. Sewaktu subyek menghirup dan menghembuskan udara dari drum melalui sebuah selang
penghubung, drum bergerak naik dan turun dan gerakan ini direkam sebagai suatu spirogram,
yang dikalibrasikan terhadap besar perubahan volume. Pena merekam inspirasi sebagai defleksi
ke atas dan ekspirasi sebagai defleksi ke bawah. 4
Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum
Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara
akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk
ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah
katrol . Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul ini
kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar.5
Jenis spirometer sendiri ada yang sederhana yang berupa drum yang diisi air serta drum
lain yang mengambang di atas air, juga spirometer digital yang lebih canggih yang hasilnya
dicatat dan dikeluarkan langsung dari spirometer. Dari segi ketelitian pencatatan spirometer
digital memiliki keakuratan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan spirometer sederhana.
Gambar 2. Autospirometer
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kapasitas fungsi paru, hal ini akan sangat penting
diperhatikan ketika melakukan percobaan karena faktor-faktor yang ada akan mempengaruhi
hasil dari percobaan.
1) Jenis kelamin: Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan
perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita berbeda di mana
kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2 liter.
2) Posisi tubuh: Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur dibandingkan posisi
berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume paru di bagian basis paru lebih besar
dibandingkan bagian apeks, sehingga perbedaan tekanan intrapulmonal-inrapleura di bagian
basis lebih kecil dan jaringan paru kurang teregang. Keadaan tersebut menyebabkan
persentase volume paru maksimal posisi berdiri lebih besar nilainya.
3) Kekuatan otot-otot pernapasan: Pengukuran kapasitas fungsi paru bermanfaat dalam
memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan.
4) Ukuran dan bentuk anatomi tubuh: Obesitas meningkatkan resiko penurunan
kapasitas residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi dengan semakin beratnya tubuh.
Pada pasien obesitas, volume cadangan ekspirasi lebih kecil daripada kapasitas vital
sehingga dapat mengakibatkan sumbatan saluran napas.
5) Proses penuaan atau bertambahnya umur: Umur meningkatkan resiko mortalitas dan
morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume paru statis, arus
puncak ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2 paru. Aktivitas refleks
saluran napas berkurang pada orang yang lanjut usia, akibatnya kemampuan daya pembersih
saluran napas juga berkurang. Insiden tertinggi gangguan pernapasan biasanya pada usia
dewasa muda. Pada wanita frekuensi mencapai maksimal pada usia 40-50 tahun, sedangkan
pada pria frekuensi terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun.
6) Daya pengembangan paru (compliance): Peningkatan volume dalam paru menghasilkan
tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru menimbulan tekanan negative.
Perbandingan antara perubahan volume paru denga satua perubahan tekanan saluran udara
menggambarkan compliance jaringan paru dan dinding dada.
7) Masa kerja dan riwayat pekerjaan: Semakin lama tenaga kerja bekerja pada lingkungan yang
menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi paru padaorang tersebut akan
bertambah dari waktu ke waktu.
8) Riwayat penyakit paru: Banyak para pekerja yang terkena gangguan pernapasan bukan
karena keturunan, melainkan akibat tertular oleh kuman atau basilnya. Biasanya kuman
tersebut berasal dari lingkungan rumah, pasar, terminal, stasiun, lingkungan kerja,ataupun
tempat-tempat umum lainnya.
9) Olahraga rutin: Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung, fungsi paru, dan
metabolisme saat istirahat.
10) Kebiasaan merokok: Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan fungsi paru-paru
yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat menurunkan daya tahan tubuh
Gambar 3. Spirometer sederhana
Pembahasan
Data identitas orang percobaan
Orang Percobaan : Theresia Indriani
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 52 kg
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan sebelumnya telah didapatkan data TV, EC,
dan VC. Data-data ini dapat digunakan untuk menghitung volume udara lain yaitu IRV, ERV,
IC, FRC dan TLC dengan rumus yang ada.
Hasil Percobaan:
Tidal Volume (TV) = 250 ml
Expiratory Reserve Capacity(ERC) = 1000 ml
Vital Capacity (VC) = 2800 ml
Expiratory Reserve Volume (ERV) = ERC – TV
1000-250 =750 ml
Inspiratory Reserve Capacity (IRV) = VC – ERC
2800-1000 =1800 ml
Inspiratory Capacity (IC) = IRV + TV
1800 + 250 = 2050 ml
Fungtional Residu Volume (FRC) = ERV + RV
750 + 1200 = 1950 ml
Total Lung Capacity (TLC) = VC + RV
2800 + 1200 = 4000 ml
Grafik volume respirasi hasil percobaan menggunakan spirometer sederhana
Keterangan :
TV = 250 mL
RV = 1200 mL
IC = 2050 mL
EC = 1000 mL
ERV = 750 mL
IRV = 1800 mL
VC = 2800 mL
FRC = 1950 mL
TLC = 4000 mL
Hasil percobaan autospirometer
THERESIA INDRIANI
Pada akhir percobaan didapatkan dua data yang berbeda antara spirometer biasa dan
spirometer digital. Hal ini dapat disebabkan oleh karena faktor subjektif maupun objektif. Faktor
subyektif yaitu dimana OP melakukan inspirasi dan ekspirasi dengan kekuatan yang mungkin
sedikit berbeda pada saat dilakukan di spirometer sederhana dan di spirometer digital sehingga
hasil yang didapatkan berbeda. Faktor objektif yaitu faktor kesalahan pada alat, misalnya saja
pada spirometer sederhana, beban penyeimbang terdapat pergeseran, hal ini dapat
menghilangkan keakuratan daripada data.
Pada percobaan menggunakan spirometer digital juga didapatkan bahwa OP mengalami
gangguan obstruktif. Hal ini mungkin disebabkan oleh volume pernapasan OP yang tergolong
rendah. Gangguan pada ventilasi paru-paru ada dua jenis, yaitu gangguan restriktif dan
obstruktif.6
Gangguan restriktif paru adalah suatu keadaan abnormal yang menyebabkan penurunan
kapasitas paru total dan kapasitas vital paru. Keadaan ini mencakup kesulitan dalam fase
inspirasi dari sistem pernapasan. Gangguan restriktif disebabkan oleh menurunnya kemampuan
paru untuk mengembang atau penurunan kompliance paru. Penyakit paru obstruktif mencakup
setiap proses yang menghalangi aliran udara saat ekspirasi. Pada keadaan ini terjadi penyempitan
atau penyumbatan saluran napas sehingga tahanan jalan napas meningkat yang mengakibatkan
seseorang lebih susah mengosongkan paru dari pada mengisinya. Perubahan patofisiologi ini
mengubah kemampuan paru-paru untuk mendorong udara keluar dari paru-paru, yang
mengakibatkan perubahan baik dalam dalam ukuran volume paru statis maupun dinamis.
Volume dan kapasitas paru setiap orang berbeda tergantung umur, jenis kelamin, berat
badan, tinggi badan dan faktor lainnya. Semakin berumur, volume dan kapasitas paru biasanya
akan berkurang. Pada laki-laki, volume dan kapasitas parunya lebih besar dibandingkan dengan
wanita. Selain itu, orang yang lebih kurus mempunyai volume dan kapasitas paru yang
lebihbesar dibandingkan dengan orang gemuk.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa , volume dan kapasitas udara paru dapat diukur dengan
mengunakan alat spirometer. Dengan menggunakan alat spirometer yang sederhana volume
udara paru yang diukur sangat terbatas yaitu hanya dapat mengukur volume TV (Tidal Volume) ,
EC (Expiratory Volume) dan VC (Vital Capacity) sedangkan volume udara lain harus dihitung
dengan menggunakan rumus yang ada. Lain halnya dengan menggunakan spirometer digital,
semua data volume udara paru dapat langsung diketahui dengan melakukan percobaan pada alat
spirometer, hasilnya juga lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan alat spirometer
sederhana. Selain itu dengan menggunakan spirometer digital juga dapat diketahui apakah
terdapat gangguan ventilasi paru-paru pada orang percobaan atau tidak.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: EGC; 2011.h.517.
3. Guyton, Hall. Buku saku fisiologi kedokteran. Eds.11. Jakarta: EGC; 2007. h. 293-4, 296-7.
4. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2002.h.84.
5. Gabriel JF. Fisika kedokteran. Jakarta: EGC; 2004. h.63-4.
6. Djojodibroto RD. Respirologi(respiratory medicine). Jakarta: EGC,2009.h.7-10.