23
1. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah suatau yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula suatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan proses perkembangan di dalamnya seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan pendidikan (Nyswander) Division of Health Education Departemen of Public Health(1990) berpendapat bahwa pendidikan kesehatan adalah alat yang digunakan untuk memberi penerangan yang baik kepada masyarakat dapat bekerja sama dan mencapai apa yangdiinginkan Menurut Stoll pendidikan kesehatan adalah hasil usaha yang dilakukan suatu organisasi untuk menolong orng belajar hidup secara sehat. Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan pendidikan kesehatan sebagai berikut: Alat bantu untuk mencapai tarap kesehatan setinggi mungkin, sedangkan orang yang dididik hendakanya diiktsertakan secara aktif Untuk mengubah sikap seseorang terhadap kesehatan pribadinya sebagai hasil pengalaman belajar, yang kemudian dilaksanakannya dalam kehidupan sehari- hari. 2. Karateristik peserta didik Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial. 2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik. 3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup. Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa

fix b print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yy

Citation preview

Page 1: fix b print

1. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah suatau yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula suatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan proses perkembangan di dalamnya seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan pendidikan (Nyswander)

Division of Health Education Departemen of Public Health(1990) berpendapat bahwa pendidikan kesehatan adalah alat yang digunakan untuk memberi penerangan yang baik kepada masyarakat dapat bekerja sama dan mencapai apa yangdiinginkan

Menurut Stoll pendidikan kesehatan adalah hasil usaha yang dilakukan suatu organisasi untuk menolong orng belajar hidup secara sehat.

Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan pendidikan kesehatan sebagai berikut:

Alat bantu untuk mencapai tarap kesehatan setinggi mungkin, sedangkan orang yang dididik hendakanya diiktsertakan secara aktif

Untuk mengubah sikap seseorang terhadap kesehatan pribadinya sebagai hasil pengalaman belajar, yang kemudian dilaksanakannya dalam kehidupan sehari- hari.

2. Karateristik peserta didik

Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakanTipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.

2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.

3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa

Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:

1. Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.

2. Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.

3. Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.

Page 2: fix b print

Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic)Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)

Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:

1. Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.

2. Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.

Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.

Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:

Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap.

3. a. Komponen Pendidikan KesehatanAzrul (1983) Pendidikan Kesehatan adalah mendidik masyarakat dengan cara

berkomunikasi. Hal ini pada proses perencana informasi yang akan dilakukan dalam rangka berkomunikasi dan mendidik masyarakat adalah menetukan jenis media termasuk kombinasi yang akan digunakan dan dapat mencapai sasaran.

Menurut Azrul (1983) hal ini didasarkan pada prinsip komunikasi yang baik yang sangat ditentukan oleh empat komponennya, yaitu : Sumber informasi, Isi pesan, Media, dan Sasaran.1) Komunikasi /sasaran (Receiver)Penetuan kelompok sasaran penting karena sasaran yang satu akan berbeda dengan saaran lainnya, sehingga isi pesan yang sama akan diinterpretasikan berbeda oleh masing-masing kelompok sasaran yang berbeda.2) Komuniaktor / Sumber Informasi (Source)Umumnya masyarakat cenderung percaya terhadap informasi yang diterima dari orang yang mereka percaya. Dalam KRR sumber informasi terpercaya ini perlu dipelajari, apakah institusi pemerintah, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua atau para tenaga medis. Menyarankan setidaknya empat faktor yang harus diperhitungkan dalam memilih sumber informasi / komunikator, yaitu : kredibilitas komunikator, terus menerus melakukan perubahan perilaku, jarak kelas sosial antara komuniaktor dan sasaran, dan jenis sumber informasi.3) Isi Pesan (Message)Isi pesan mempunyai dua tujuan, yaitu untuk memberikan informasi kepada sasaran dan meyakinkan sasaran terhadap nilai suatu informasi tersebut. Sedangkan mencatat berbagai karakteristik isi pesan yang mempengaruhi proses komunikasi, yaitu :a) Jumlah komunikasi, termasuk volume dan isi pesan yang disampaikan kepada sasaran.b) Frekuensi komunikasi yang membahas topik yang spesifik4) SaluranSaluran atau media (Channel or Media) mengacu kepada definisi komunikasi massa yaitu sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen

Page 3: fix b print

dan anonim, melalui media cetak dan elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat maka media massa berfungsi untuk membuat orang tertarik, sebagai sumber informasi, merubah sikap dan menstimulasi perubahan perilaku.Beberapa kendala yang dijumpai dalam mengevaluasi media massa sebagiamana diungkapkan oleh Kar (1997) yaitu umumnya kesulitan untuk menentukan atau membedakan antara responden yang telah dan belum menerima informasi dari media massa. Hal ini dikarenakan media massa menjangkau banyak sasaran, juga disebabkan karena masyarakat mungkin telah menerima informasi dari sumber lain. Kendala yang lain adalah sulitnya mengukur kualitas dampak yang timbul pada masyarakat tersebut karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya.

b. Komponen Pengajaran KesehatanKomponen – komponen kegiatan pengajaran terdiri dari media, alat pengajaran, dan

evaluasi. Kegiatan belajar mengajar adalah tahap kegiatan yang dilakukan pendidik dan peserta didik untuk menyelesaikan materi pembelajaran. Dalam hal ini, materi pembelajaran tersebut dibatasi pada pokok dan subpokok bahasan yang ada dalam suatu rancangan pembelajaran. Tahap kegiatan ini terdiri dari tahap pendahuluan, tahap penyajian, dan tahap penutup.a) Tahap PendahuluanTahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki penyajian materi yang akan diajarkan. Pada tahap ini, pendidik menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan diajarkan dalam pertemuan tersebut, kegunaan materi tersebut dalam kehidupan sehari – hari, hubungan materi tersebut dengan pengetahuan yang telah diketahui oleh peserta, standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang akan dicapai peserta pada akhir pertemuan. Tahap ini bertujuan mempersiapkan mental peserta didik agar memerhatikan dan belajar sungguh – sungguh selama tahap penyajian. Bagian pendahuluan ini biasanya hanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit atau sekitar 5% dari waktu pengajaran.

b) Tahap PenyajianTahap penyajian merupakan proses belajar mengajar yang utama dalam suatu pengajaran. Di dalamnya tercakup bagian – bagian sebagai berikut :1. Uraian baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal, seperti penggunaan grafik, gambar, benda sebenarnya, model dan/atau demontrasi gerak.2. Contoh yang praktis dan konkret dari uraian konsep yang masih bersifat abstrak.3. Latihan yang merupakan praktik bagi peserta untuk menerapkan konsep abstrak yang sedang dipelajari dalam bentuk kegiatan fisik, misalnya kegiatan studi kasus untukmemecahkan masalah.Sebanyak 80 – 90 % dari waktu kegiatan belajar mengajar digunakan dalam tahap penyajian ini.

c) Tahap PenutupTahap ini merupakan tahap terakhir suatu pengajaran yang meliputi tiga kegiatan, yaitu :1. Pelaksanaan tes hasil belajar untuk peserta. Tes tersebut sering kali dilaksanakan secara tidak formal dan tidak tertulis (lisan) hanya untuk sebagian peserta didik. Namun, tes tersebut mungkin juga harus dijawab atau dikerjakan oleh semua peserta. Hal ini berarti akan menyita waktu pembelajaran.2. Umpan balik berupa informasi atas hasil tes

Page 4: fix b print

3. Tindak lanjut berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan atau dipelajari peserta selanjutnya, baik untuk memperdalam materi yang telah dipelajari dalam pertemuan tersebut maupun untuk mempersiapkan diri mengikuti pertemuan yang akan datang.Tahap penutup ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10 – 20 menit atau 10 – 15 % dari waktu pengajaran.

Media dan Alat PengajaranMedia adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan isi materi agar dapat dilihat, dibaca, atau didengar oleh peserta. Jenis media yang sering digunakan dalam pengajaran adalah buku atau bahan cetak, papan tulis, foto, dan over head projector (OHP). Selain itu, kadang kala digunakan pula film bingkai dan slide projetor, kaset video dan set video. Fungsi dari media adalah mengantarkan isi materi kepada peserta.Alat pengajaran adalah objek yang digunakan dalam pengajaran sehingga memungkinkan proses belajar mengajar dan tidak dimaksudkan untuk mengantarkan isi materi. Termometer, alat pengukuran suhu adalah contoh alat pengajaran. Sebuah benda tidak dapat disebut media pengajaran jika tidak bertujuan membawa pesan.

Evaluasi Evaluasi adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta dan cara melaksanakan pengukuran tersebut. Alat ukur tersebut dapat berbentuk tes uraian (esai) atau tes objektif untuk tujuan instruksional dalam domain (ranah) kognitif, dan tes psikomotor. Cara pelaksanaannya dapat berbentuk lisan atau tulisan untuk domai n kognitif, dan demonstrasi untuk domain psikomotor.4. A. Konsep belajar mengajarAda beeberapa konsep pembelajaran dan pengajaran yang telah didefinisikan dengan baik dalam area pendidikan dewasa. Konsep- konsep tersebut terbukti berguna dalam macam- macam situasi pendidikan.Langkah- langkah dalam menentukan pedoman pengajaran dan pembelajaran adalah,: 1) pengkajian mengenai gaya pembelajaran, 2) analisis hasil dari seluruh pengkajian , 3) pemilihan metode pengajaran , dan 4) pengembangan materi.Proses pengajaran dan pembelajaran sebiknya diupayakan untuk membantu individu mengenai cara belajar yang leb ih efektif sehingga memperoleh pengalaman yang lebih melalui pembelajaran. Pengkajian mengenai cara yang disukai peserta didik dalam memproses informasi dan metode yang mereka gunakan adalah suatu tehnik dasar yang mudah dilakukan saat mengidentifikasi gaya belajar yang disukai. Analisis hasil dari keikutsertaan semua peserta didik dapat membantu pendidik dalam merencanakan materi, selain itu, konsep ini berharga bagi pendidik perioperatif yang mengorientasikan beberapa perawat atau staf pendukung ke suatu kelas untuk memenuhi kebutuhan individu dan juga bermanfaat bagi diskusi kelompok. Komponen terpenting dalam memilih metode pengajaran adalah tujuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan gaya pembelajaran.

Proses pengajaran dan pembelajaran didasrkan pada interaksi manusia yang ditunjukan dengan adanya interaksi antara fasilitator dan peserta didik dalam menggali berbagai kebutuhan . selain itu, proses tersebut memperlihatkan tujuan pendidikan yang tumbuh, berubah atau penambahan pengetahuan yang baru . perhatian sebiknnya diberikan pada perkembangan materi yang berkontribusi terhadap percapain keberhasilan sasaran pembelajaran . dua pendekatan pengajaran mandiri. Para pendidik orang dewasa pada beberapa dekade yang lalu , telah menerapkan pendekatan tentang “self directendeness” dari teori knowles dalam proses pembelajarn; Brookfiled mempunyai konsep dan

Page 5: fix b print

menganjarkan pendidik untuk lebih memperdalam pendekatan berfikir kritis. Bagaimanapun, kedua kerangka kerja tersebut mempunyai nilai tersendiri untung pengajaran orang dewasa.

B. Model belajar mengajar :a. Model pengajaran rumpun sosial (The Social Family) yang terdiri dari beberapa model diantaranya; modelpenelitian kelompok, model penelitian sosial,model metodelaboratorium,model jurisprodensial,modelbermain peran, serta model simulasi sosial.b. Modelpengajaran rumpun pemrosesan informasi (the information processing family), yang mencakup beberapa model : mdel berfikir induktif, model latihan inkuri, model inkuri ilmiah, model pemerolehan konsep, model pertumbuhan berpikir, model advance organizer dan model ingatan.c. Model pengajaran rumpun pribadi (the personal family) mencakup beberapa model : model pengajaran nondirective, model ltihan kesadaran, model synetics, model sistem konseptual, dan model pertemuan tatap muka.d. Model pengajaran rumpun sistem perilaku (the behavioral system family), mencakup beberapa model diantaranya model pengelolan, model reduksi tekanan jiwa, mdel latihan bertindak tegas, model relaksasi, model pengawasan diri, model densitization dan model latihan langsung.

Model-model tersebut memiliki tujuan yang bervariasi.sehingga aplikasinya dalam pembelajaran dapat saling melengkapi. Artinya pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kondisi, tujuan yang ingin dicapai dan juga bahan ajar yang ingin di sampaikan.Dari berbagai model belajar-mengajar yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengjar, dalam hal ini akan dibahas beberapa model yang mengarah kepada pembelajaran ketrampilan proses dan live skill yakni yang termasuk dalam rumpun pemrosesan informasi, diantaranya:1. Model pembelajaran kelompok2. Model penguasaan konsep3. Mode berfikir secara induktif 4. Model latian inkuiri5. Model simulasi6. Model pembelajaran tidak langsung berpusat pada peserta didik

5. Desain intruksional

Merupakan blue print suatu pengajaran. Blue print baru dapat disusun setelah ditetapkan model dan bentuk pengajaran yang dikehendaki. Atau dengan kata lain setelah diambil tentang keputusan tentang strategi yang dipergunakan.

Dengan kata lain, desain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk didalamnya adalah pengembangan pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil blajar. Pendekatan sistem

Page 6: fix b print

dalam pendidikan dapat mencakup beberapa daerah dibidang pendidikan. Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem pembelajaran, sistem implementasi, dsb.

Ada pula model – model desain instruksional :

A. Model Wong dan Roulerson

Ada enam langkah pengembangan desain instruksional yaitu :

a. Merumuskan tujuan

b. Menganalisis tujuan tugas belajar

c. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.

d. Memilih metode dan media

e. Mensintesiskan komponen-komponen belajar

f. Melaksanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

B. Model Banathy

Menurut banathy model desain instruksional meliputi enam langkah, yaitu :

a. Merumuskan tujuan

b. Mengembangkan tes

c. Menganalisa kegiatan belajar

d. Mendesain sistem instruksional

e. Melaksanakan kegiatan dan mengevalusi hasil

f. Merumuskan tujuan instruksional

C. Model IDI ( Instructional development institute )

Model ini menggunakan model pendekatan sistem yang meliputi tiga tahapan, yaitu:

a. Pembatasan (define )

Identifikasi masalah, dimulai dengan analisis kebutuhan atau disebut need assessment. Need assessment ini mencari perbedaan antara apa yang ada dan apa yang idealnya. Karena banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu ditentukan prioritas mana yang lebih dahulu dan mana yang selanjutnya. Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu karakteristik peserta didik, kondisi, dan sumber-sumber yang relevan.

b. Pengembangan (develope)

Page 7: fix b print

Identifikasi tujuan, yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tujuan intruksional yang hendak dicapai, baik tujuan intruksional umum (TIU) atau Tujuan intruksional khusus (TIK).

6. Media intruksional

Dalam strategi instruksional, media merupakan unsur yang penting dalam pengajaran di samping metode dan kegiatan instruksional. Kehadiran media merupakan unsur signifikan dalam proses belajar mengajar karena dalam proses belajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi, di satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu tetapi di sisi lain ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran, seperti : LCD, globe, mikroskop, OHP, grafik, gambar, papan tulis, video. Sesuai pelajaran apa yang diberikan dan media penunjang apa yang akan digunakan.

Ada pula manfaat dari media :

proses instruksional menarikproses belajar-mengajar interaktifefisiensi waktu belajarkualitas belajar meningkatperan dosen meningkat

7. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar ini dilakukan ketika pengajaran telah selesai atau setelah progam terbentuk yang bertujuan untuk :

1. menentukan efek atau hasil dari upaya pengajaran

2. Evaluasi hasil juga disebut sebagai evaluasi sumatif karena tujuannya adalah menjumlahkan apa yang terjadi sebagai hasil pendidikan

3. Pertanyaan petunjuk dalam evaluasi hasil meliputi :

Apakah pengajaran yang diberikan? Apakah pasien mempelajari sesuatu? Apakah objektif perilaku tercapai? Apakah pasien yang mempelajari suatu ketrampilan sebelum meninggalkan rumah sakit dapat melakukan ketrampilan tersebut dengan benar sesampainya dirumah?

Fungsinya untuk mengukur perubahan yang terjadi sebagai akibat dadi pembelajaran dan pengajaran. Menurut Abruzzese (1978) untuk membedakan evaluasi hasil dan evaluasi isi dengan memfokuskan evaluasi hasil pada pengukuran perubahan dalam jangka waktu yang lebih panjang yang tetap dilakukan walaupun pengalaman belajar telah selesai. Perubahan dapat meliputi penghayatan proses, kebiasaan, perilaku dan sikap yang baru.

Page 8: fix b print

8. Perspektif teoritis praktik klinik keperawatan

Praktek keperawatan berdasarkan teori adalah penerapan pengetahuan berbagai teori, model dan prinsip dari berbagai disiplin ilmiah, perilaku, humanistik dan keperawatan kedalam praktek klinik. Model keperawatan memberikan kerangka kerja yang luas untuk saling mengaitkan ke berbagai aspek situasi kesehatan klien yang kompleks. Dengan meningkatnya pengalaman klinis, perawat mampu menggunakan pengetahuan teoritis dan klinis dengan ketrampilan berpikir kritis mereka guna mengambil keputusan klinis yang lebih baik.

Pemilihan model keperawatan yang sesuai untuk situasi khusus klien membutuhkan pengetahuan yang mendalam baik pengetahuan tentang model keperawatan maupun informasi tentang variabel-variabel yang mempengaruhi situasi klien. Hal tersebut karena masing-masing model keperawatan didasarkan pada asumsi yang berbeda dan mempunyai perspektif yang unik tentang konsep-klien, keperawatan, kesehatan dan lingkungan.

9. EVALUASI PEMBELAJARAN KLINIK

Merupakan proses untuk mendapatkan informasi untuk membuat penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam lingkungan klinis Proses pendidikan yang mengakibatkan perubahan dalam diri peserta didik, evaluasi memberikan cara untuk mengkaji perubahan tersebut

Konsep Penting dalam Evaluasi Pembelajaran Klinik

Evaluasi klinik pada dasarnya adalah kegiatan evaluasi hasil pendidikan yang dilaksanakan di klinik atau tempat pengalaman belajar klinik mahasiswa Suatu tes dikatakan baik sebagai suatu alat pengukur jika valid, dapat dipercaya (reliable), objektif, praktis, dan ekonomis Aspek yang perlu dievaluasi pada kinerja/performa klinik meliputi kemampuan sosial, berkomunikasi, praktik, dan pengamnilan keputusan Metode evaluasi klinik dapat dikelompokkan menjadi metode observasi, tertulis/laporan, lisan, dan objective structural clinical examination (osce) Pemberian nilai dilakukan secara bertahap sepanjang kegiatan pengalaman belajar klinik berlangsung, sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam program evaluasi klinik pada mata ajaran tertentu

PENGERTIAN

Evaluasi klinik pada dasarnya adalah kegiatan evaluasi hasil pendidikan yang dilaksanakan di klinik atau di tempat pengalaman belajar klinik mahasiswa. Evaluasi adalah proses stimulasi untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi hasil pendidikan adalah proses sistematis untuk mencapai tingkat pencapain tujuan pendidikan yang terdiri dari kegiatan mengukur dan menilai.

Page 9: fix b print

Mengukur adalah kegiatan mengamati penampilan peserta didik berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dan menggunakan alat dan metode pengukuran tertentu. Menilai adalah membandingkan hasil pengukuran penampilan peserta didik dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

PRINSIP DASAR EVALUASI BELAJAR

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan belajar, atau mengukur kemampuan dan atau keteramplan peserta didik yang diharapkan setelah peserta didik menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.

1. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Sebelumnya telah disinggung bahawa tujuan merupakan landasan dan sekaligus sebagai penentuan kriteria penilaiannya. Jika tujuan tidak jelas, maka penilaian terhadap hasil belajarpun tidak akan terarah sehingga hasil penilaian tidak mencerminkan isi pengetahuan atau keteramplan peserta didik yang sebenarnya. Dengan kata lain, maka hasil penilaian menjadi tidak valid, yaitu tidak mengukur apa yang sebenarnya harus diukur. Untuk dapat menyusun tes yang baik, setiap pengajar harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas sehingga mempermudah tujuan dengan jelas sehingga mempermudah penyusunan soal yang relevan.

2. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan. Kita telah mengetahui bahwa bahan pelajaran yang telah diajarkan dalam kurun waktu tertentu baik dalam satu jam pertemuan ataupun beberapa lama tidak mungkin dapat diukur atau dinilai keseluruhannya. Atau dengan kata lain hasil belajar yang diperoleh peserta, hanya dapat diambil beberapa sample dari hasil belajar yang dianggap penting dan dapat “mewakili” seluruh kinerja yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti seluruh mata ajaran. Dengan demikian tes yang kita susun harus mencakup soal-soal yang dianggap dapat mewakili seluruh kinerja hasil belajar peserta didik, sesuai dengan tujuan instruksional yang dapat dirumuskan.

3. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan dengan tujuan. Untuk mengukur bermacam-macam kinerja hasil belajar yang sesuai dengan hasil pengajaran yang diharapkan, diperlukan kecakapan menyusun berbagai bentuk soal dan alat evaluasi. Untuk mengukur hasil belajar yang berupa keteramplan, tidak tepat bila menggunakan bentuk essay test yang jawabannya hanya menguraikan. Demikian pula untuk mengukur kemampuan analisis suatu prinsip tidak cocok jika digunakan untuk bentuk soal objektif yang hanya menuntut jawaban dengan singkat. Setiap jenis alat evaluasi dan setiap macama bentuk soal hanya cocok untuk mengukur jenis kemampuan tertentu pula. Penyusunan suatu tes harus disesuaikan dengan jenis kemampuan hasil belajar yang hendak diukur dengan tes tersebut.

4. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Masing-masing jenis tes memiliki karakteristik tertentu : tingkat kesukaran, daya pembeda, bobot, maupun cara pengolahannya. Penyelenggaraan tes harus disesuaikan dengan tujuan dan fungsinya sebagai alat evaluasi.

Page 10: fix b print

5. Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik. Suatu alat evaluasi dikatakan andal jika alat tersebut dapat menghasilkan gambaran (hasil pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan andal jika tes itu dikatakan berulang-ulang terhadap objek yang sama hasilnya akan tetap atau relatif sama.

6. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar pengajar. Pada prinsip no.4 di atas telah diuraikan bahwa salah satu jenis tes adalah tes formatif, yaitu tes yang berfungsi untuk mencari umpan balik atau feedback yang berguna dalam usaha memperbaiki cara mengajar yang dilakukan oleh pengajar dan cara peserta didik.

CIRI-CIRI EVALUASI YANG BAIK

Suatu tes dikatakan baik sebagai suatu alat pengukur bila memenuhi ciri : valid, reliable, objektif, praktis, dan ekonomis.

1) Validitas

Sebuah tes tersebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mendapatkan tes yang valid, dengan demikian isi dan kedalaman tes perlu disesuaikan dengan tujuan atau sasaran belajar. Kesesuaian isi tes dengan tujuan belajar validitas isi atau “content validity” validitas dapat diupayakan dengan cara menyusun kisi-kisi soal ataupun blueprint.

2) Reliabilitas

Kata reliabilitas berasal dari bahasa Inggris reliable yang berarti dapat dipercaya. Jadi tes yang mempunyai reliabilitas berarti tes tersebut mempunyai sifat dapat dipercaya apabila memberikan hasil yang tetap bila diujikan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil tersebut menunjukkan ketetapan. Dngan kata lain jika kepada para peserta didik diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap peserta didik akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.

3) Obyektifitas

Dalam pengertian sehari-hari telah diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Suatu tes dikatakan memiliki objektifitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor luar yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem scoring menekankan ketetapan (consistency) pada sistem scoring. Sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.

4) Praktikabilitas (Practicability)

Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah melaksanakan, mudah diperiksa dan petunjuk teknisnya jelas.

Page 11: fix b print

5) Ekonomis

Yang dimaksud ekonomis adalah pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak maupun waktu yang lama.

1. Penilaian tujuan hasil

Penilaian formatif

Mengenali kekurangan peserta didik untuk bahan dan dasar pemberian bimbingan Dilakukan sepanjang proses belajar

Penilaian sumatif

Menentukan derajat keberhasilan (nilai) peserta didik Dilakukan pada akhir unit peserta belajar atau akhir proses belajar

2. Instrumen

Tes pertanyaan atau tugas

3. Fungsi penilaian

1. Seleksi 2. Penempatan diagnosis 3. Umpan balik 4. Memotivasi

4. Fungsi evaluasi

1. Pemilihan peserta didik untuk program keperawatan tertentu 2. Pengkajian pembelajaran peserta didik dalam lingkungan yg beragam (kelas, laboratorium

dan lingkungan klinis) 3. Revisi program dan penentuan keberhasilan program

5. Sifat proses evaluasi

a. Subyektif : Melibatkan manusia dengan kumpulan nilainya yang mempengaruhi proses

- 3 aspek yang dievaluasi : kognitif, afektif, psikomotor

b. Proses evaluasi dapat meningkatkan perkembangan personal dan pembelajaran peserta didik atau menghancurkan dorongan belajar (really dan oberman, 1999)

Page 12: fix b print

Evaluasi pembelajaran klinik keperawatan merupakan dasar untuk mengetahui pencapaian obyektif klinik. Yang dinilai di sini adalah kompetensi seorang perawat yang dapat dinilai dengan cara task performance (welton dan nieves, 2001).

4. tingkat pengukuran klinis

a. Pre-requisites for clinical abilities

- Fokus : “do they know it?”

- Meliputi :

• Penguasaan fakta, konsep dan prinsip

• Keterampilan tertentu

• Atribut personal

b. Component clinical abilities

- Fokus : “can they do it right?” - Yang harus diukur :

• Aplikasi pengetahuan prasyarat • Keterampilan teknik dan proosedur keperawatan • Keterampilan afektif

Pengukuran dengan checklist, rating scale, responsi

c. Composite clinical performance

- Fokus : “can they get it right?” - Integrasi dari aktivitas :

• Kognitif• Afektif • Psikomotor

Case management : kemampuan untuk mengatasi masalah klien secara utuh

d. Component clinical practice

Akumulasi ketiga tingkat kemampuan sebelumnya ‘untuk mengelola klien pada situasi pelayanan tertentu

METODE EVALUASI

a. Observasi

- Digunakan untuk mengevaluasi penampilan psikomotor, sikap, perilaku, interaksi baik verbal maupun non

Page 13: fix b print

- Banyak dipengaruhi oleh LB dan ekspetasi pengamatan

Perangkat evaluasi

• Kejelasan aspek yang diobservasi dan batasan nilai • Pemberian umpan balik • Setelah observasi dilakukan dan diikuti proses diskusi

- Alat evaluasi : daftar penampilan, insiden kritis, skala peringkat

b. Komunikasi tertulis/laporan

- Dilakukan untuk mengevaluasi kognitif dan pemecahan masalah melalui prooses analisa, sintesa dan evaluasi ‘dilaksanakan dengan cara memberikan penugasan pada peserta didik untuk menuliskan hasil pengamatan, hasil rangkaian klagiatan melaksanakan tindakan keperawatan atau asuhan keperawatan berupa laporan tertulis

c. Komunikasi lisan

- Dilakukan validasi terhadap data yang dikumpulkan dalam penyusunan renpra - Menilai alasan terhadap tindakan yang dilakukan mahasiswa - Menilai kemampuan / pengetahuan mahasiswa tentang gangguan yang dialami oleh

klien. Perkembangan klien dan tanda gejala yang terdapat pada klien

d. Simulasi

- Kompleksitas masalah yang disimulasikan dan tindakan keperawatan yang terkait yang harus dilakukan dapat terkontrol

- Evaluasi dapat berfokus pada perilaku kognitif, psikomotor atau afektif

e. Evaluasi mandiri

- Disertai dengan diskusiantara pengajar dan peserta didik untuk saling mengevaluasi dan membuat keputusan berkaitan dengan pengalaman belajar yang selanjutnya

- Tepat digunakan untuk evaluasi formatif

f. OSCE/OSPE

- OSCE adalah metode evaluasi untuk menilai penampilan/kemampuan klinik secara terstruktur dan bersifat objektif. Melalui OSCE dapat secara bersamaan dievaluasi kemampuan pengetahuan, psikomotor, sikap.

- Secara spesifik aspek yang dapat dievaluasi dan tahapan persiapan dan pelaksanaan OSCE, serta contoh OSCE pada gangguan sistem pernafasan akan diuraikan berikut ini.

- Meliputi :

• Pengkajian riwayat penyakit • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan lab

Page 14: fix b print

• Identifikasi masalah • Interpretasi data • Menetapkan pengelolaan klien • Mendemnstrasikan prosedur • Kemampuan komunikasi • Pemberian pend. Kesehatan

10. MICROTEACHING

Microteaching adalah prosedur yang sistematis dalam pelatihan guru melalui pengalaman laboratoris yang bersifat terkontrol tentang berbagai keterampilan dasar mengajar.

Dari pengertian di atas, ada beberapa hal yang harus kita pahami. Pertama, microteaching merupakan proosedur yang sistematis, artinya pelatihan guru melalui microteaching dilakukan sesuai dengan tahapan tertentu yang sudah baku. Kedua, microteaching dilakukan dalam situasi laboratoris, artinya pengalaman yang diarahkan untuk latihan secara spesifik, sehingga pengalaman yang diperoleh benar – benar terkontrol pada keterampilan tertentu yang hendak dilatih. Microoteaching dapat memberikan data yang lengkap mengenai penampilan calon guru di dalam kelas, sehingga memungkinkan adanya feedback bagi calon guru yang sedang berlatih. Melalui feedback inilah calon guru dapat memahami berbagai kelemahan dan kekurangan, jadi dapat segera diperbaiki.

Sebagai prosedur yang sistematis malalui situasi laboratoris, microteaching memiliki beberapa komponen, antara lain :

a. Preparation

Calon guru yang akan berpraktik mengajar, sebelumnya mendiskusikan dalam kelompok tentang aspek yang berhubungan dengan mengajar dan belajar.

b. Skill

Calon guru mennetukan keterampilan apa yang akan dilatihkan secara spesifik

c.Class size

Artinya microteaching biasanya memiliki ukuran kelas yang sedikit yaitu antara 10 – 20 orang.

d. Time unit

Waktu yang digunakan dalam microteaching biasanya antara 20 – 30 menit

e. Teach lesson

Calon guru mengajar materi pelajaran tertentu seperti yang mereka persiapkan pada sekelompok siswa

Page 15: fix b print

f. Feedback

Setelah calon guru berpraktek, mereka akan mendapatkan umpan balik baik dari observer maupun dari rekaman video yang sengaja dilakukan oleh operator

g. Reteach lesson

Berdasarkan feedback calon guru dapat menyusun kembali persiapan ulang dan dapat diberikan kesempatan untuk mengulangi praktek dalam rangka memperbaiki kelemahan – kelemahan.

Beberapa keterampilan dasar yang dianggap penting untuk dimiliki seorang microteaching menurut Wragg (1974), antara lain :

Keterampilan Dasar Bertanya (Questioning)

Keterampilan bertanya bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Karena malalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pengajaran yang lebih bermakna. Proses belajar mengajar akan membosankan jika selama dilakukan pengajaran tidak ada pertanyaan. Banyak para ahli yang mengungkapkan bahwa pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap mahasiswa, antara lain :

1. Dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa secara penuh dalam proses pembelajaran

2. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa, sebab berpikir itu sendiri pada hakekatnya bertanya

3. Dapat membangkitkan rasa ingin tau mahasiswa, serta menuntun mahasiswa untuk menentukan jawaban

4. Mamusatkan mahasiswa pada masalah yang sedang dibahas

Jenis – jenis Pertanyaan

Jenis pertanyaan yang dimaksud di sini adalah yang dapat dilihat dari maksud diberikan pertanyaan maupun tingkat kesulitan pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan mahasiswa. Pertanyaan itu antara lain :

a. Pertanyaan permintaan (compliance question)

Pertenyaan yang mengandung unsur suruhan dengan harapan mahasiswa dapat mematuhi perintah yang diucapkan, oleh karena itu pertanyaan ini tidak mengharapkan jawaban dari siswa, akan tetapi yang diharapkan adalah tindakan siswa. Misalnya “dapatkan anda menjelaskan batasan antara akut dan kronis dengan patofisiologi”

b. Pertanyaan retoris (rhetorical question)

Page 16: fix b print

Merupakan jenis pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban dari mahasiswa, tapi kita sendiri yang menjawabnya. Misalnya “mengapa selalu dibutuhkan pengkajian TTV? Karena pengkajian TTV merupakan pengkajian dasar yang digunakan untuk menentukan diagnosa dan berbagai permasalahan kesehatan klien”

c.Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)

Merupakan pertanyaan yang ditujukan untuk menuntun proses berpikir mahasiswa, dengan harapan mahasiswa dapat memperbaiki atau menemukan jawaban yang lebih tepat dari jawaban sebelumnya.

d. Pertanyaan menggali (probing question)

Merupakan pertanyaan yang diarahkan untuk mendorong mahasiswa agar dapat menambah kualitas dan kuantitas jawaban. Jenis pertanyaan ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa.

Identifikasi jurnal :1. Judul: geriatric Nursing Education in Comunnity Health : CareLink_ Partnering for

Excellence2. Pengarang : Donna Clemmens, PhD, RN, Jill M. Goldstein, MA, MS, RN, Kitty Clarke,

PhD, RN, Mari Moriarty, MS, RN; Rhonda Karp Soberman, LCSW, dan Daniel S. Gardner, PhD, LCSW

3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi bagaimana partisipasi dalam program Carelink mempengaruhi pengetahuan kesehatan masyarakat dan keterampilan mahasiswa keperawatan sarjana muda mengenai perawatan masyarakat yang tinggal dewasa yang lebih tua.

4. Latar belakang : Pendidikan dan pelatihan perawat yang memenuhi syarat untuk merawat pertumbuhan populasi orang dewasa yang lebih tua adalah prioritas di semua tingkat pelayanan kesehatan, dari komunitas ke pengaturan perawatan akut. Dengan 80% dari orang dewasa yang hidup dengan dan ditantang oleh setidaknya satu penyakit kronis (Pusat Nasional untuk Pencegahan Penyakit Kronis dan Kesehatan Promotion, 2009), sangat penting bagi para profesional kesehatan masyarakat untuk becompetent dalam perawatan orang dewasa yang lebih tua yang berada di komunitas mereka. The American Geriatrics Society Pernyataan Posisi: Home Care dan Pelayanan Kesehatan Terkait (2003) merekomendasikan melibatkan mahasiswa keperawatan dalam pengaturan perawatan di rumah. Pengajaran khusus, berbasis masyarakat praktek asuhan keperawatan dewasa yang lebih tua membutuhkan seorang ahli basis pengetahuan dan kemitraan

5. Metode penelitan : Siswa ditugaskan 3-4 klien masing-masing selama penempatan klinis 14-minggu dengan lembaga perawatan rumah, terletak di sebuah komunitas pensiun alami atau pusat lansia. Siswa kontrak dengan klien mereka untuk

Page 17: fix b print

menetapkan tujuan dan memberikan penilaian kesehatan standar dan pengajaran. Siswa menyelesaikan survei pretest dan posttest, dan menghadiri kelompok fokus untuk mengatasi pembelajaran mereka

6. Kesimpulan : Model Carelink dan program yang memberikan pengalaman belajar bermakna interdisipliner untuk tingkat sarjana muda mahasiswa keperawatan senior di masyarakat yang meningkat keperawatan dan budaya kompetensi kesehatan masyarakat, sementara pada saat yang sama merangsang minat dalam perawatan di rumah . Pendidikan sistematis keperawatan menambah pengetahuan dan keterampilan mereka dalam merawat orang dewasa dan menyoroti pentingnya pengaturan rumah untuk hasil klien . Pembelajaran penting yang terjadi itu terkait dengan model Carelink terstruktur dan bimbingan oleh berbagai organisasi kemitraan dan disiplin . Kedua siswa dan staf lembaga mengomentari perbaikan mereka pemahaman peran masing-masing dan kemudahan yang mereka pelajari untuk bekerja sama untuk dan dengan klien . Presentasi pendidikan yang diberikan siswa dengan kesempatan untuk memberikan berbagai presentasi kesehatan berdasarkan penilaian masyarakat dan diarahkan kebutuhan dewasa yang lebih tua

7. Aplikasi yang cocok diterapkan indonesia adalah model pembelajaran terjun langsung ke masyarakat ketika menjalani pendidikan di universitas untuk meningkatkan kualitas calon perawat juga meningkatkan pengalaman karena terpaapar langsung dengan realita yang ada di masyarakat.Di Indonesia, tidak ada NP gerontological belum diterapkan . Garis depan pelayanan kesehatan di masyarakat adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dalam setiap Puskesmas, ada satu petugas kesehatan yang ditugaskan untuk bertanggung jawab untuk orang program perawatan kesehatan yang lebih tua. Sementara jumlah perawat dan jumlah pasien tidak seimbang. Sehingga diperlukan beberapa perawat yang berkompeten dalam setiap puskesmas yang menangani orang yg tua.

A REFERENSI

Herijulianti,indriani,dkk.2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. jakarta : EGC

Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.

Bastable, Susan B. 2002. Perawat sebagai pendidik : prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Jakarta : EGC

Christensen, Paula J. Janet W. Kenney. 2009. Proses keperawatan: aplikasi model konseptual. Jakarta : EGC

Nursalam. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Simamora, Roymond H. 2008. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC