27
BAB III METODE SAMPLING DALAM PEMBORAN BATUBARA III.1. Pemetaan Geologi Semi Detail Pemetaan geologi semi detail adalah pemetaan yang merencanakan daerah yang akan dipetakan dengan menentukan target, jangka waktu pemetaan, persiapan peralatan dan team eksplorasi, serta sarana penunjang. Kemudian membuat suatu perencanaan traverse atau lintasan berdasarkan peta geologi yang ada. Pelaksanaan pemetaan geologi terdiri dari: 1. Menelusuri lintasan yang telah direncanakan dengan melakukan “tracking” dengan memakai GPS, sambil mengamati setiap unsur geologi yang ada, seperti; morfologi, tataguna lahan bahkan jenis flora dan fauna bila diketahui. 2. Pada lintasan di mana terdapat singkapan batubara dengan intensitas cukup tinggi maka akan dilakukan “measuring section” dengan memakai kompas suunto-klino dan pita ukur (meteran), guna mendapatkan stratigafi batubara detil dari lintasan tersebut. 3. Pengukuran koordinat dan elevasi singkapan batubara maupun unsur geologi dan non geologi lainnya dilakukan dengan GPS, apabila tidak berhasil dikarenakan tidak adanya signal (satelit)

Form JORC Belajar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

panduan JORC

Citation preview

Page 1: Form JORC Belajar

BAB IIIMETODE SAMPLING DALAM PEMBORAN BATUBARA

III.1. Pemetaan Geologi Semi Detail

Pemetaan geologi semi detail adalah pemetaan yang merencanakan daerah yang akan

dipetakan dengan menentukan target, jangka waktu pemetaan, persiapan peralatan dan team

eksplorasi, serta sarana penunjang. Kemudian membuat suatu perencanaan traverse atau lintasan

berdasarkan peta geologi yang ada.

Pelaksanaan pemetaan geologi terdiri dari:

1.      Menelusuri lintasan yang telah direncanakan dengan melakukan “tracking” dengan memakai

GPS, sambil mengamati setiap unsur geologi yang ada, seperti; morfologi, tataguna lahan bahkan

jenis flora dan fauna bila diketahui.

2.      Pada lintasan di mana terdapat singkapan batubara dengan intensitas cukup tinggi maka akan

dilakukan “measuring section” dengan memakai kompas suunto-klino dan pita ukur (meteran),

guna mendapatkan stratigafi batubara detil dari lintasan tersebut.

3.      Pengukuran koordinat dan elevasi singkapan batubara maupun unsur geologi dan non geologi

lainnya dilakukan dengan GPS, apabila tidak berhasil dikarenakan tidak adanya signal (satelit)

dilakukan dengan membuat traverse yang diikat terhadap titik GPS yang teramati atau terhadap

titik survei/titik traverse yang telah didapat dari pemetaan topografi.

4.      Diskripsi singkapan, baik batubara maupun non batubara.

5.      Pengukuran struktur geologi (seperti strike /dip, kekar, dan patahan)

6.      Pembuatan sketsa singkapan, pemotretan, pengambilan contoh bila dipandang perlu.

7.      Pengambilan sampel batubara dapat dilakukan dengan metode channel atau trenching, membuat

testpit yang disesuaikan dengan kondisi dan posisi singkapan.

Page 2: Form JORC Belajar

8.      Setiap lokasi baik itu testpit, singkapan, struktur dan sample diberi kode tertentu, dan dilakukan

sketsa atau dipotret.

9.      Pengiriman sampel ke laboratorium untuk dianalisis.

III.2. Pemboran

Pemboran merupakan metode eksplorasi dengan biaya mahal, oleh karena itu dalam

penentuan program pemboran harus direncanakan secara cermat. Lokasi pemboran (titik bor)

ditentukan berdasarkan peta geologi, penampang geologi, hasil interpretasi geofisika, dan peta

topografi serta sekaligus ditentukan target pemboran (kedalaman dan titik yang direncanakan).

Kegiatan pemboran yang dilakukan di PT. Geoexplo adalah pemboran stratigrafi (drilling

stratigrafi) yang tujuannya adalah untuk mengetahui urutan stratigrafi secara lengkap di lokasi

tersebut. Penentuan titik bor pada drilling stratigraphy adalah tegak lurus dengan arah umum

perlapisan di lokasi tersebut. Jarak datar antar lubang yang akan dibor adalah 200 meter tegak

lurus dengan strike dan 200 meter mengikuti arah strike.

Pada kegiatan drilling stratigraphy ini dilakukan open hole sampai kedalaman 100 meter

disetiap lubang bor (drill hole), lubang ini akan dipakai sebagai pilot hole. Kemudian akan

dilakukan geophysical logging. Apabila ditemukan batubara maka akan dilakukan lagi pemboran

inti (coring) disampingnya untuk pengambilan sampel.

III.2. 1. Peralatan pemboran

Alat-alat yang dipergunakan pada kegiatan pemboran, diantaranya dilihat pada tabel.1

Tabel.1 alat-alat untuk pengeboran batu bara (PT. Geoexplo)No.

Alat Spesifikasi

1 Drilling Rig, Shallow Jacro 175, 70 m, H Size, 20 Hp, Skit & Mast Type, Conventional system, manual.

2 Mud, Bore pump Centrifugal, high pressure, 5.5 Hp, 10 ltr/sec3 Transfer pump Centrifugal, 5 Hp, 20 ltr/sec Piston, high

Page 3: Form JORC Belajar

pressure, 10 Hp4 Transfer hose Sunny/fire hose/ fibre, Φ 1.5”5 Accessories

a. Core barrel b. Split tube c. Reamer shell

d. Core bit

e. Open hole bit f. Drill rod for shallow

Triple tube, HMLC, 2.05 m HQ size, 1.6 m Diamond surface set, HQ size Tungstein surface set, HQ size Diamond surface step set, HQ size Tungstein surface step set, HQ size Tungstein 3 wing bit, HQ size AW/BQ, 1.5 m, standard

6 Generator set Portable, 2 KVA7 Tools, complete For drill rig, pump, genset8 Wrench, complete For drill rig, pump, genset

1.      Drilling rig, shallow, Yaitu menara bor. Spesifikasi: Jacro 175, 70 m, Size, 20 Hp, ,

conventional system, manual.

Gambar 2. Menara bore 175. (Foto penulis 2012)

2.      Mud, bore pump, yaitu mesin pompa yang berfungsi untuk menyedot air dari kolam penampung

dan kemudian di masukan ke dalam lubang bor agar cutting dapat terdorong ke luar.

Spesifikasi: Centrifugal, high pressure, 5.5 Hp, 10 ltr/sec.

Gambar 3. Mud, bore pump. (Foto penulis 2012)3.      Transfer pump, yaitu mesin pompa yang berfungsi untuk menyedot air dari dari sungai yang

kemudian di alirkan ke kolam penampung.

Spesifikasi: Centrifugal, 5 Hp, 20 ltr/sec

Piston, high pressure, 10 Hp 

Gambar 4. Transfer pump. (Foto penulis 2012)

Page 4: Form JORC Belajar

4.      Transfer hose, yaitu selang fiber yang di gunakan untuk menylurkan air dari Tranfer pump ke

kolam penampung.

Spesifikasi: Sunny/fire hose/ fibre, Φ 1.5”

Gambar 5. Transfer hose. (Foto penulis 2012)

5.      Accessories

a.    Core barrel, Yaitu alat yang di gunakan untuk melakukan coring atau pengambilan sampel

batubara.

Spesifikasi: Triple tube, HQ, 2.05 m

Gambar 6. Core barrel. (Foto penulis 2012)

b.    Split tube, yaitu alat casing yang terdapat dalam core barrel yang berfungsi untuk menjepit

batubara hasil coring.

Spesifikasi: H size, 1.6 m

Gambar 7. Split tube. (Foto penulis 2012)

c.     Split Reamer shell, yaitu alat yang berfunsi untuk penyangga split tube dalam Core barrel.

Gambar 8. Split Reamer shell. (Foto penulis 2012)

d.    Core bit, jenis diamond yaitu mata bor yang di gunakan untuk melakukan coring, sistim kerja

mata bor ini adalah menggerus. Kelebihan dari mata bor ini mampu menggerus jenis batuan

keras dan kompak.

Spesifikasi: Diamond surface step set, HQ size

Page 5: Form JORC Belajar

Gambar 9. Core bit Diamond surface. (Foto penulis 2012)

e.    Core bit, jenis tungstein bit yaitu mata bor yang di gunakan untuk coring, sistim kerja mata bor

ini yaitu memotong dan hasil yang di dapat tidak begitu sempurna. Kelemaha mata bor ini tidak

mampu memotong batuan keras dan kompak.

Spesifikasi: Core bit, PCD typeTungstein surface step set, HQ size

Gambar 10. Core bit PCD typeTungstein. (Foto penulis 2012)

f.     Open hole bit, yaitu mata bor yang di gunakan untuk membuat lubang bukaan pada pemboran.

Spesifikasi: Tungstein 3 wing bit, HQ size

Gambar 11. Tungstein 3 wing bit, HQ. (Foto penulis 2012)

g.    Drill rod for shallow, yaitu pipa yang panjang 1,5 meter yang di gunakan untuk melakukan

pemboran open hole dan coring.

Spesifikasi: HQ size, 1.5 m

Gambar 12. rod for shallow. (Foto penulis 2012)

h.    Tools

Gambar 13. Perlengkapan alat-alat kerja. (Foto penulis 2012)

i.     Wrench (kunci inggris), Yaitu alat yang di gunakan untuk menyambung dan membuka

sambungan pipa.

Gambar 14. Wrench (kunci inggris). (Foto penulis 2012)

Page 6: Form JORC Belajar

III.3. Metode sampling dalam pemboran batubara

Metode sampling adalah matode pengambilan conto batubara melalui proses pemboran

inti dan pemboran non coring atau open hole. Pemboran inti merupakan proses pengambilan

conto core sedangkan pemboran non coring atau open hole adalah pemboran tanpa mengambil

sampel core tetapi hanya mengambil sampel cutting untuk mengetahui kedalaman, ketebalan

lapisan penutup (soil) dan ketebalan batubara.

Langkah-langkah pengambilan sampel batubara berdasarkan standar Joint Ore Reserves

Committee (JORC)

1.      Pembuatan lintasan titik pemboran berdasarkan arah strike/dip dari batubara.

2.      Pembuatan titik pemboran dari hasil peta lintasan trevers.

3.      Pada setiap titik pemboran dipakai metode pilot hole atau open hole.

4.      Melakukan pemboran dengan kedalaman 100-150 meter sesuai dengan standart JORC.

5.      Melakukan logging geofisika untuk mengkorelasi ketebalan batubara dari data cutting.

6.      Setelah diketahui ketebalan batubara dari data cutting dan data logging geofisika kemudian

melakukan pemboran inti disebelah lubang bor yang telah dilakukan logging geofisika dengan

jarak ± 1-2 meter.

7.      Pemboran dilakukan untuk mencapai seam batubara pertama, lalu mata bor dikeluarkan

kemudian core barrel dipasang untuk melakuakan proses coring.

8.      Coring dilakukan setiap run atau sepanjang core barrel ± 1,5 meter sampai selesai (lapisan

batubara).

9.      Setelah full satu run, core barrel diangkat dan kemudian split dikeluarkan dari core barrel dengan

cara disemprot dengan air agar split keluar dari core barrel, kemudian split diangkat dan

diletakkan diatas core box untuk dilakukan proses pencucian, pengukuran, dan pengambilan

Page 7: Form JORC Belajar

sampel gambar. Kemudian menentukan bagian dari Roof dan Floor pada Batubara yang akan di

sampling.

10.  Kemudian sapel dipotong ply by ply sesuai dengan ketentuan JORC dan BPP (perusahaan

konsultan dan klien).

11.  Menentukan ketebalan dari Batubara yang akan di sampling (True Thickness).

12.  Setelah mengetahui ketebalan dari Batubara kemudian menentukan batas dari sample Ply by Ply

dan jumlah yang akan diambil. Selain itu juga dilakukan pencatatan interval sampel, kode

nomer sample, Lokasi pengambilan sampel dan keterangan lain pada buku diskripsi.

13.  Kemudian sampel dibungkus dengan plastik sampel, setelah itu diikat dengan isolasi agar tidak

terkontaminasi dengan udara luar kemudian sampel segera dibawa kelaboratorium untuk

dianalisis.

II.3.1. Pemboran Non Coring (Open Hole)

Pemboran non coring adalah pemboran tanpa mengambil sampel core tetapi hanya

mengambil sampel cutting untuk mengetahui kedalaman, ketebalan lapisan penutup (soil),

ketebalan batubara untuk di korelasikan dengan data logging geophysical.

Adapun langkah-langkah dalam pemboran non coring yaitu :

a.    Pemboran non coring (open hole) di lakukan sampai kedalaman 100 meter (berdasarkan

permintaan perusahaan), diawasi oleh wellsite, dicatat tanggal dan jam dimulainya pemboran,

kedalaman awal, pengamatan dan pemerian cutting, perubahan litologi, perkiraan kedalaman dan

ketebalan batubara, pengambilan sampel cutting setiap 1 meter dan dimasukkan kedalam plastik.

b.    Pencucian (flashing) lubang bor setelah pemboran di lakukan sampai semua cutting keluar.

c.     Melakukan Geophysical Logging.

II.3.1.1. Perlakuan Sampel Cutting

Page 8: Form JORC Belajar

Adapun tata cara dalam pelakuan sampel kating yaitru:

1.      Cutting sampel diambil dari gerusan (cutting) hasil pemboran.

2.      Cutting sampel diambil tiap 1,00 meter (dan/atau tiap perubahan formasi lithology), dan

dimasukkan dalam plastik sampel.

3.      Tiap plastik sampel diberi kode lokasi bor dan interval kedalaman bor.

4.      Diletakkan pada tempat yang bersih, aman, rapi atau diletakkan pada tempat yang telah

disediakan.

5.      Peletakannya disusun berurutan dari kedalaman top sampai kedalaman bottom.

III.3.2. Pemboran Inti (Coring)

Pemboran inti adalah Pemboran inti merupakan proses pengambilan sampel core.

Langkah-langkah dalam pemboran inti:

a.    Lakukan pemboran non coring sampai kedalaman 0,50 sampai 0,100 meter sebelum estimasi

kedalaman roof batubara (hasil dari Geophysical Logging). Dengan menggunakan mata bor

berukuran dia metet 3 inci (HQ) lakukan coring sampai minimal 0,50 meter melewati floor

lapisan batubara.

b.    Ukur dan catat kedalaman pemboran sebelum dilakukan coring pada buku catatan harian.

c.     Lakukan pemotongan dan pengangkatan core sampel jika tabung core barel sudah penuh atau

terjadi sesuatu yang mengharuskan core sampel untuk dipotong dan diangkat sebelum tabung

core sampel penuh (keputusan operator bor/driller).

d.    mengukur dan mencatat kedalaman pemboran pemotongan dan pengangkatan core sampel pada

buku catatan harian.

e.    mengukur dan mencatat kemajuan kedalaman coring pada buku catatan harian.

Page 9: Form JORC Belajar

f.     Keluarkan core sampel bersama tabung split dengan cara disemprot menggunakan air. Dilarang

mengeluarkan core sampel dan tabung split dengan cara dipukul – pukul atau dengan cara lain

yang dapat membahayakan kondisi core sampel dalam keadaan utuh dan baik.

g.    mengukur dan catat panjang core sampel yang didapat dan lakukan pemotretan lengkap dengan

data initial yang diperlukan sebelum ditaruh/diletakan pada core box.

h.    Letakkan/taruh dan susun core sampel yang sudah dibungkus dengan plastik pada core box

sesuai petunjuk mengenai perlakuan dan perawatan core sampel. (juga dilakukan pemotretan).

i.     Lakukan pengambilan sampel dengan pola Ply by Ply yang sudah ditentukan.

j.      Pemboran distop/dihentikan sesuai dengan intruksi pengawas perusahaan (Well Site Geologist

atau yang ditunjuk).

k.    Lakukan pekerjaan Geophysical Logging.

l.       Lokasi yang yang sudah dibor diberi tanda berupa patok, ukuran patok disesuaikan dengan

diameter lubang bor. Tulis kode lokasi dan total kedalaman bor sesuai dengan petunjuk.

Amati jenis litologi dan batubara diantaranya, warna, tingkat pelapukan, kekerasan,

kekar, slickenside (kemiringan, jarak/spasi), kontak, ciri-ciri khusus (struktur sedimen, mineral

tertentu) untuk dasar pengenalan dalam pembuatan section/koreksi, warna, tingkat dan tebal

pelapukan, tebal, perselingan, dan sisipan atau nodul.

Kalau air pembilas kotor, maka inti bor harus dibersihkan pada saat diamati, kalau perlu

di split (belah) dengan parang agar dapat diketahui/diamati secara pasti. Untuk core box harus

selalu dicatat nomor bor, urutan core box, angka kedalaman, kemajuan pemboran, loss core (isi

dengan kayu), setelah lengkap dan teratur lalu difoto. Lalu simpan core box di tempat yang

terlindung/terjaga.

2.      Perlakuan Sampel Pengintian (Coring)

Page 10: Form JORC Belajar

Adapun perlakuan sampek coring yaitu :

1.      Core sampel yang berada dalam tabung core barrel dikeluarkan bersama – sama dengan tabung

split.

2.      Panjang core sampel langsung diukur untuk mengetahui recovery core sampel.

Recovery core sampel =Panjang core sampel yg didapat

Panjang coring yg dilakukanX 100 %

3.      Core sampel yang sudah dikeluarkan kemudian diletakkan pada core box (kotak core). Core box

dibuat sesuai dengan ukuran core sampel, panjang 1 meter lebar disuaikan. Satu core box dibuat

untuk total kedalaman 5 meter.

4.      Penyusunan core sampel dimulai dari ujung pojok kiri (top/roof) dan seterusnya menyambung

dari top/roof sampai bottom/floor.

5.      Core box diberi tanda atau kode nomor lokasi bor, interval kedalaman bor dan nomor box.

6.      Kondisi core sampel maupun core box harus dalam keadaan aman.

Gambar 15 : Core Box yang di isi sample Batubara. (Foto penulis 2012)

3.        Pengambilan dan Perlakuan Core Sampel

1.      Lakukan deskripsi/pemerian sampel secara megaskopis dengan teliti dan benar.

2.      Tentukan bagian roof dan bagian floor.

3.      Pastikan dengan teliti dan benar, ada parting atau tidak, ada yang loss atau tidak sebagai

pertimbangan untuk menentukan panjang pembagian sampel (ply by ply) yang akan diambil.

4.      Tentukan batas panjang bagian sampel (ply) dan jumlah sampel yang akan diambil.

5.      Tulis interval sampel pada buku deskripsi.

Page 11: Form JORC Belajar

6.      Tulis nomor sampel, nomor kode lokasi bor, lokasi pengambilan sampel, interval sampel, tebal

sampel, nomor bag (plastik sampel) berapa dari total bag berapa, tulis remarks (misal : sampel

lapuk, parting ikut disampel, interval loss sampel) pada kartu sampel.

7.      Siapkan plastik sampel dan tulis nomor kode lokasi bor dan nomor sampel, interval sampel,

tebal sampel, nomor bag berapa dari bag berapa.

8.      Ambil dan masukkan sampel pada plastik sampel, bagian per bagian sesuai dengan nomor

bagian (ply). Sampel tidak boleh terkontaminasi dengan kotoran atau sampel lain.

9.      Masukkan kartu sampel pada plastik sesuai dengan nomor sampel. Kartu sampel tidak boleh

kontak langsung dengan sampel (kartu sampel dilapisi plastik supaya tidak tembus uap air atau

rusak).

10.  Ikat plastik sampel dengan kuat dan benar sesuai petunjuk, menggunakan tali yang sudah

disediakan.

11.  Masing-masing plastik sampel (bag) dijadikan satu sesuai dengan nomor lokasi bor atau sesuai

dengan satu lapisan dan diikat dengan kuat dan benar supaya tidak berhamburan atau tercecer

dan memudahkan untuk pengecekan ulang.

12.  Sampel langsung dibawa ke camp atau tempat yang sudah disediakan sebelum dibawa ke

laboratorium. Jika lokasi dekat dengan laboratorium sampel dapat langsung dibawa ke lab.

13.  Dari tempat lokasi pengambilan sampel sampai dengan laboratorium, sampel tidak boleh

kehujanan atau rusak karena dapat mengurangi keakurasian hasil analisa.

III.3.2.a. Sampel Pemboran

Adapun parameter dalam penyampelan hasil coring yaitu :

1.    Diukur panjang core conto batubara yang keluar dari core barrel

Page 12: Form JORC Belajar

2.    Dilakukan Pemotretan dengan mencantumkan, Lokasi, kode dan nomer lobang bor, tanggal,

interval sample.

3.    Deskripsi

4.    Core conto dipotong ply by ply

Dengan mempertimbangkan bahwa minimal berat sample untuk dianalisa 2,5 kg, ditentukanlah

untuk “core” ukuran HQ (63,50 mm) :

         Roof non coal Ply 1 dan Ply (n) adalah 10 cm.

         Roof of coal Ply 2 dan Ply (n-1) adalah 20 cm

         Ply 3, Ply 4 dan seterusnya sampai Ply (n-2) adalah sample batubara tebal maksimum 100 cm.

Jika tebal batubara kurang dari 100 cm, pengambilan sample dengan metode Ply by Ply tidak

dilakukan, sample batubara akan diambil secara komposit. Lapisan batubara kurang dari 30 cm

tidak dilakukan pengambilan sample. Jika terdapat parting (sisipan) besar dari 10 cm akan

diambil sebagai sample tersendiri untuk dianalisa, sedangkan kurang dari 10 cm akan

dimasukkan kedalam sample batubara dimana parting tersebut berada.

5.    Conto dimasukan dalam kantong plastik per ply dengan kode urut sample sesuai dengan lobang

bor dimana sample tersebut diambil.

6.    Ditulis kode dan interval conto pada plastik conto dan kertas label (kertas label diusahakan tidak

kontak langsung dengan batubara).

7.    Plastik conto diikat dengan kuat agar conto batubara tidak berkontaminasi dengan udara.

floor

bottomfloorbodyTop BAT

Page 13: Form JORC Belajar

UBARAroof

roof

Gambar : 16. Clean Coring Batubara

1.      Roof dan floor (Rock) disampling setebal 0.25m (minimal 0.20m), jika :

a.    Ketebalan shaly coal dan atau coaly shale kurang dari 0.25m (atau kurang dari 0.20m), maka

batuan diatasnya atau roof dan batuan dibawahnya atau floor diikut-sertakan juga sampai

ketebalan sample memadai.

b.    Ketebalan roof yang terambil ketika start coring dilakukan hanya sedikit saja (kemungkinan

terjadi karena kurang tepat dalam menentukan interval start coring), maka untuk kecukupan

kebutuhan sample, sisa hasil coring bisa ditambah dengan cutting yang diambil sebelumnya.

c.     Ketebalan floor yang terambil hanya tersisa sedikit saja (kemungkinan terjadi karena adanya

core loss pada coring terakhir), maka untuk kecukupan kebutuhan sample, sisa hasil coring bisa

ditambah dengan cutting yang diambil sesudahnya

2.      Untuk menjaga agar semua informasi bisa didapat selengkap mungkin, maka sebaiknya

pengambilan semua sample roof dan floor untuk rock harus dilakukan untuk setiap interval

batubara yang diambil samplenya.

3.      Pada dasarnya, dilution material yang mungkin muncul dari batuan pengapit (roof/floor) hanya

akan mempengaruhi kenaikan atau penurunan kadar ash, sodium in ash, dan sulfur. Pengaruh

dilution material pada kenaikan atau penurunan moisture pada batubara tidak terlalu signifikan.

Kedua hal diatas menjadikan sample-sample dari roof and floor batubara untuk sementara dapat

Page 14: Form JORC Belajar

disimpan oleh project owner (tidak harus oleh laboratorium) sampai sekiranya diperluakan

kemudian. Penyimpanan sample-sample roof dan floor yang tidak dikirimkan ke laboratorium

diusahakan sebersih dan seaman mungkin sehingga terhindar dari kemungkinan plastik

samplenya pecah dan juga terhindar dari sinar matahari. Penyimpanan sample-sample roof dan

floor yang tidak dikirimkan ke laboratorium juga akan berguna untuk mencapai tingkat efisiensi

biaya explorasi, terutama pada item untuk cost analysis.

4.      Pembagian ply sample pada interval batubara yang clean adalah sebagai berikut:

a.    Untuk tebal batubara yang lebih dari 1,50m, pembagian sample adalah:

              ply 1 = 0.25m bagian top coal

              ply 2 = 0.50m bagian kedua pada top coal

              ply 3 = sisa interval bagian tengah coal

              ply 4 = 0.50m bagian kedua pada bottom coal

              ply 5 = 0.25m bagian bottom coal

b.    Untuk tebal batubara yang lebih dari 1.0m dan kurang dari 1.50m, pembagian sample adalah:

         ply 1 = 0.25m bagian top coal

         ply 2 = sisa interval bagian tengah coal

         ply 3 = 0.25m bagian bottom coal

c.     Untuk tebal batubara yang kurang dari 1.0m, seluruh interval batubara diambil sebagai satu ply

sample saja

5.      Kebersihan sample dari cutting pemboran, akan sangat menentukan representatif tidaknya

kualitas sample yang dihasilkan

6.      Jika pada interval batubara pada bagian yang tengah (sisa) terdapat perbedaan karakteristik

megaskopik yang signifikan, maka bagian tersebut disampling terpisah dari bagian lainnya.

Page 15: Form JORC Belajar

7.      Pengambilan sample dan juga pembagian ply sample pada suatu interval batubara, haruslah

mengacu pada interval kurva geophysical logging dan juga mengacu pada ada tidaknya anomali

pengotor atau bagian dari suatu lapisan batubara yang memperlihatikan mengandung kadar ash

yang relatif tinggi dibanding bagian lainnya.

8.      Jika wellsite mengalami keraguan dalam pelaksanaan sampling ini, maka sedapat mungkin

sebelum sampling dilakukan terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan supervisor lapangan.

9.      Pembagian sample batubara menjadi ply by ply sample harus dilakukan pada kondisi sample

tetap terbungkus oleh plastik wrap atau pembungkus plastik. Bagian sample batubara yang

terbuka akibat pemotongan sample, harus kembali ditutup oleh plastik wrap atau selotape untuk

menghindari berkurangnya moisture.

10.  Penomoran ply by ply sample dapat dimulai dari bagian roof dan diakhiri pada bagian floor

sample. Atau dapat juga penomoran sample dimulai hanya dari top dan di akhiri di bagian

bottom batubara saja, sementara untuk roof dan floornya diberi nomor yang berbeda.

11.  Sample yang telah dipreparasi diusahakan segera dikirimkan ke laboratorium Jika sample yang

telah dipreparasi tidak akan segera dikirimkan ke laboratorium maka diusahakan sample-sample

tersebut disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari dan ditutup oleh karung goni

yang telah dibasahi (agar kelembabannya tetap terjaga).

KONDISI A - COAL WITH PARTING

Gambar : 17. With parting coring Batubara

Page 16: Form JORC Belajar

Pada gambar di atas with parting coring Batubara, Jika parting kurang dari 0.10 meter

maka di jadikan satu dengan play sample yang akan di bagi dalam pembagian sample batubara.

ONDISI B - COAL WITH PARTING

Gambar : 18. With parting coring Batubara

Pada gambar diatas. with parting coring Batubara, Jika parting lebih dari 0.10 meter maka

di jadikan play sample sendiri dalam pembagian sample batubara.

Pembagian ply sample pada interval batubara yang mempunyai lapisan parting seperti

pada gambar adalah sebagai berikut:

a.       Lapisan parting harus disampling terpisah

b.      Jika thickness coal 1 kurang dari 0.50m, maka ply sample dijadikan 1 ply saja.

c.       Jika thickness coal 2 lebih dari 0.50m tapi kurang dari 1.0m, maka cukup dijadikan 2 plies saja.

III.3.2.b. Pemerian inti bor (core)

Core mempunyai arti sangat penting, oleh karena itu core harus dijaga, diperlakukan hati-

hati, diamati secara lengkap, sifat/karakteristik batuan direkam dan terwakili dalam catatan.

Mengapa penting? Karena kesalahan pengamatan pada core akan mengakibatkan kesalahan pada

langkah berikutnya:

1.      Core merupakan dasar pembuatan log bor.

2.      Log bor dasar untuk membuat section.

3.      Log bor dasar untuk menyusun korelasi.

4.      Log bor dasar untuk menghitung cadangan dan lapisan penutup.

Page 17: Form JORC Belajar

5.      Dengan core sampling dapat untuk mengetahui “kualitas”, akhirnya untuk membuat peta

kualitas.

6.      Lebih jauh lagi, dari log bor untuk perencanaan tambang.

7.      Kalau pengamatan core salah, maka nomor 1 - 5 akan salah, akibatnya mine plan bubar.

Pemerian batubara yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

1.      Warna (colour) adalah warna dari batubara tersebut.

2.      Kilap (bright/luster), yang dinyatakan dalam derajat prosentase batubara tersebut.

3.      Cerat (Streak) adalah warna dari batubara yang telah digores .

4.      Pecahan (Fracture).

5.      Rekahan (cleat), rekahan yang terdapat pada batubara.

Pemerian untuk batuan lain yang perlu diperhatikan:

1.      Warna (colour), warna dari litologi baik dalam keadaan lapuk maupun segar.

2.      Besar butir (grain size).

3.      Derajat Pemilahan (Sorting).

4.      Kemas.

5.      Kandungan Mineral.

6.      Porositas.

7.      Semen dan massa dasar (sementasi dan Matrix).

8.      Struktur Sedimen.

III.3.2.c. sampel channel

Pengambilan conto channel pada prinsipnya sama dengan pengambilan conto coring.

Coring di ambil dari pemboran sedangkan channel diambil dari outcrop.

Cara pengambilan conto dari outcrop:

Page 18: Form JORC Belajar

Menentukan lokasi outcrop batubara yang dapat mewakili dari top sampai bottom

kemudian membersihkan outcrop batubara dari kotoran (soil) dan batubara lapuk sepanjang

conto yang akan diambil kemudian membuat sodetan secara merata dari top sampai bottom

batubara, lebar kurang lebih 20 cm, tebal kurang lebih 0,5 meter atau sampai batubara segar,

panjang setebal vertikal outcrop batubara setelah itu conto batubara di ambil dari top sampai

bottom secara merata, sebanyak kurang lebih 3 kg, Conto dimasukan dalam kantong plastik per

ply, kemudian sampel yang telah di ambil ditulis kode dan interval conto pada plastik conto dan

kertas label kemudian plastik Conto diikat dengan kuat agar conto batubara tidak terkontaminasi

dengan udara

ken

Gambar 19. Kenampakan autcrop dengan dip 700 (foto penulis 2012)Gambar 20. Kenampakan penyebaran autcrop (foto penulis 2012)

Diposkan 8th November 2012 oleh abdullah hafis http://hapisjambi.blogspot.com/2012/11/metode-sampling-batubara.html