29
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN (Individu) KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN : 2013 SUB UNIT : JATIREJP UNIT : WUKIRSARI/BTL-03 KECAMATAN : IMOGIRI KABUPATEN : BANTUL PROVINSI : D.I. YOGYAKARTA Disusun Oleh : Nama Mahasiswa : Dien Ardiansyah Putera Nomor Mahasiswa : 10/301058/TK/36786 BAGIAN PENGELOLAAN KKN-PPM Kode : KKN PPM-UGM-

Format LPK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lpk

Citation preview

Page 1: Format LPK

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN (Individu)

KULIAH KERJA NYATAPEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS GADJAH MADATAHUN : 2013

SUB UNIT : JATIREJPUNIT : WUKIRSARI/BTL-03KECAMATAN : IMOGIRIKABUPATEN : BANTULPROVINSI : D.I. YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Dien Ardiansyah PuteraNomor Mahasiswa : 10/301058/TK/36786

BAGIAN PENGELOLAAN KKN-PPM LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2013

Kode : KKN PPM-UGM-16

Page 2: Format LPK

I. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

1. PENGAYAAN BATIN DAN PETUALANGAN KEMANUSIAAN

Desa Kutuh merupakan Desa Adat yang terletak di Kecamatan

Kuta Selatan, yaitu di ujung selatan Provinsi Bali. Sistem pemerintahan di

Provinsi Bali menggunakan sistem Desa Adat, sehingga terdapat

Pemerintahan Dinas dan juga Adat. Aktifitas masyarakat, terutama dalam

kegiatan adat terpusat pada Banjar. Karena warga desa memiliki rumah-

rumah yang letaknya relatif berjauhan, Banjar menjadi wadah yang berperan

penting dalam menyatukan masyarakat. Di Desa Kutuh terdapat empat

Banjar, yaitu Banjar Panti Giri, Banjar Jaba Pura, Banjar Kaja Jati, dan Banjar

Panti Giri.

Kehidupan masyarakat di Desa Kutuh merupakan contoh

keharmonisan antara adat, budaya, agama, dan kemajuan zaman. Aktifitas

masyarakat Bali memang tak pernah lepas dari kegiatan adat dan upacara-

upacara keagamaan. Sistem bermasyarakat dan peran dari Kelian

(Pemimpin) Banjar, baik Dinas dan Adat, berperan penting dalam

melestarikan budaya masyarakat Bali, khususnya di Desa Kutuh. Meskipun

memiliki kesibukan dan pekerjaan yang berbeda-beda, kerukunan warga

tetap terjaga dengan kuat melalui ikatan persaudaraan yang ada pada tiap

Banjar.

Adat dan budaya yang kental ternyata tidak identik dengan

ketertutupan akan inovasi dan perubahan zaman. Hal ini dapat ditemui di

Desa Kutuh. Kehadiran mahasiswa KKN, terutama dari perguruan tinggi yang

berasal dari luar Bali, sangat diapresiasi masyarakat. Hal ini disebabkan

karena keingintahuan, kebutuhan akan inovasi, dan harapan masyarakat

untuk mengembangkan Desa Kutuh supaya lebih maju. Masyarakat telah

sadar akan kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat

lokal akan kalah dengan investor dan pengusaha dari luar daerah maupun

luar negeri jika tidak mampu bersaing. Hal inilah yang membuat masyarakat

kritis dan terbuka, serta memberikan ruang yang leluasa bagi mahasiswa

untuk berinovasi dan berkarya.

Antusiasme masyarakat desa akan inovasi di Desa Kutuh telah

diwadahi oleh perangkat desa dengan baik. Perangkat desa tak henti-

Page 3: Format LPK

hentinya berjuang untuk mencarikan sumber pendanaan bagi pengelolaan

desa dan komponen-komponennya. Perangkat desa memiliki komitmen dan

kegigihan untuk mampu mengelola potensi desa secara mandiri. Pada saat

beberapa daerah tetangga telah menyerahkan potensi alam berupa kawasan

pantai dan budidaya rumput laut untuk pengembangan hotel, Desa Kutuh

tetap gigih untuk mempertahankan eksistensi Petani Rumput Laut. Sebagian

tanah telah diatur dalam awig-awig (aturan adat) dan merupakan tanah milik

desa sehingga tidak dapat dibeli oleh orang luar. Tanah inilah yang nantinya

akan terus dikembangakan secara mandiri, dari desa, oleh desa, dan untuk

desa.

Berkembangnya Desa Kutuh, yang dapat dibilang masih

merupakan desa baru, tidak lepas dari peran tokoh-tokoh masyarakat yang

inspiratif. Pada awalnya, Desa Kutuh merupakan bagian dari Desa Ungasan,

yang akhirnya berdiri sendiri, dan selama kurang lebih 12 tahun telah mampu

menunjukkan prestasi yang luar biasa. Beliau adalah I Nyoman Mesir, yang

merupakan Perbekel (Kepala Desa) Kutuh pada dua periode sebelumnya,

hingga selesai masa jabatannya pada saat KKN ini berlangsung. Dengan

gaya khasnya, Pak Mesir mampu menjaga kerukunan warga dan memotivasi

petani rumput laut sampai berprestasi di tingkat nasional. Padahal, sebelum

lepas dari Desa Ungasan, Desa Kutuh merupakan salah satu daerah

termiskin di Bali dan memiliki kondisi alam yang sangat kering. Melalui jerih

payah dan pengorbanan beliau lah Desa Kutuh mampu berkembang hingga

saat ini.

Semangat masyarakat Desa Kutuh untuk terus berkomitmen

mengelola potensi desa secara mandiri telah memberikan kesan dan motivasi

batin bagi penulis. Di saat godaan akan investor asing dan perkembangan

pariwisata yang sangat cepat, masyarakat tetap gigih dengan pendiriannya,

bahwa “tanah ini milik kita, tanggung jawab kita untuk mengelolanya, bukan

untuk diserahkan begitu saja pada orang lain”. Semangat inilah yang

mendorong masyarakat untuk terbuka akan inovasi, tanpa melupakan adat

dan budaya asli daerah.

Selain motivasi yang diperoleh dari observasi dan partisipasi di

masyarakat, suasana KKN yang berbeda dari tempat asal penulis juga

memberikan pengalaman tersendiri. Suasana Ramadhan di lokasi yang jauh

Page 4: Format LPK

dari masjid, merayakan lebaran di Desa, bahasa dan budaya yang baru, serta

rekan-rekan mahasiswa yang juga belum lama berkenalan. Di KKN inilah

penulis belajar tentang saling menghargai perbedaan dan kebudayaan,

berhadapan dengan masyarakat, dan turut serta mendengarkan dan

merasakan keluhan-keluhan masyarakat.

2. KETERLIBATAN DALAM MASYARAKAT

Selama kegiatan KKN, mahasiswa dituntut untuk turut serta dalam

aktifitas masyarakat, baik yang berupa kegiatan rutin maupun kegiatan adat.

Salah satu rangkaian upacara adat yang diikuti oleh mahasiswa yaitu upacara

Melasti, yaitu upacara penyucian desa. Meskipun memiliki adat dan budaya

yang berbeda, namun mahasiswa tetap diajak oleh masyarakat untuk turut

serta dalam kegiatan Banjar, seperti senam Yoga dan Gamelan. Selain itu,

mahasiswa juga diajak turut serta membersihkan daerah suci, seperti Pura

Gunung Payung. Beberapa acara lain yang diikuti mahasiswa antara lain

Porseni Desa, penyuluhan perkawinan, persiapan peringatan 17-an desa,

mengisi paduan suara 17-an, dan lain sebagainya. Karena pondokan

mahasiswa berada di kantor desa, mahasiswa juga turut serta berpartisipasi

dalam aktifitas di kantor desa.

Selain kegiatan-kegiatan tersebut, tidak jarang mahasiswa

diundang untuk mendatangi rumah warga untuk bersilaturahmi. Di saat puasa

dan lebaran, beberapa warga juga memberikan masakan bagi mahasiswa,

sehingga kami suasana puasa dan lebaran tetap terasa ramai dan hangat

walaupun tidak berada di rumah. Warga juga sering berinteraksi dan

bercanda dengan mahasiswa, seperti dari rekan-rekan Pecalang dan Kelian

Banjar. Pondokan mahasiswa pun sering dikunjungi oleh adik-adik dari SD di

sekitar daerah Kutuh yang ingin belajar bersama, bermain, maupun berlatih

sepakbola.

3. HAMBATAN/TANTANGAN

Pada saat pelaksanaan KKN-PPM ini berlangsung sedang terjadi

blooming ikan Baronang (Siganus sp.). Jenis ikan ini merupakan pemangsa

alami rumput laut jenis Eucheuma cottonii, yang merupakan komoditas utama

yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Rumput Laut di Desa Kutuh.

Page 5: Format LPK

Meskipun hama rumput laut ini merupakan tantangan rutin yang terjadi dalam

siklus 5 tahunan, namun pada tahun ini serangan Ikan Baronang berlangsung

selama lebih dari 3 bulan, yang biasanya hanya berlangsung selama 1 bulan.

Dengan adanya serangan hama ini, produksi rumput di Desa Kutuh terhenti.

Terhentinya produksi budidaya rumput laut mengalihkan profesi

Petani rumput laut untuk menjadi pelaku usaha pariwisata sementara. Oleh

karena kesibukan dalam usaha pariwisata, aktifitas Petani Rumput Laut di

GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) menjadi lesu. Hal ini mengakibatkan

koordinasi untuk mengumpulkan para petani rumput menjadi lebih sulit dan

anggota yang hadir dalam acara yang diselenggarakan lebih sedikit. Hal yang

tidak diinginkan adalah jika para petani rumput laut beralih ke usaha

pariwisata dan meninggalkan profesi budidaya.

Kendala lain yang dihadapi adalah sulitnya koordinasi dengan

pemuda-pemudi yang ada di desa untuk ikut serta berpartisipasi dalam

kegiatan yang berhubungan dengan Pantai. Meskipun dalam sistem Desa

Adat dikenal adanya Karang Taruna dan Teruna-Teruni, yang merupakan

wadah bagi pemuda untuk beraktifitas, dikarenakan kesibukan pemuda yang

sebagian sudah bekerja maka koordinasi menjadi sulit. Pemuda lebih tertarik

pada kegiatan seni dan budaya dibandingkan dengan aktifitas yang ada di

Pantai. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar waktu luang pemuda

adalah pada sore hingga malam hari.

Tantangan yang ditemui mahasiswa dalam kegiatan KKN di Bali

adalah biaya yang cukup mahal. Meskipun wilayah Desa Kutuh belum

termasuk daerah yang sudah maju, namun desa ini terletak di daerah Bukit

Jimbaran yang merupakan salah satu pusat pariwisata Bali. Dikarenakan hal

tersebut, biaya barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan program

menjadi lebih mahal. Dengan demikian, mahasiswa harus berpikir kreatif

untuk mencari sumber pendanaan ataupun bekerjasama dengan Banjar

ataupun Pemerintahan Desa untuk penyediaan alat dan bahan.

Pantai Pandawa merupakan obyek wisata yang dimiliki Desa

Kutuh, dan masih belum terlalu ramai dikunjungi wisatawan karena baru

dibuka pada Bulan Desember 2012 yang lalu. Obyek ini dikelola sepenuhnya

secara mandiri oleh Desa, yang dalam hal ini dikelola oleh Tim Penataan

Kawasan Pantai Kutuh (TP-KPK). Pengelolaan secara mandiri memang

Page 6: Format LPK

merupakan hal yang patut diacungi jempol, namun pembinaan dan pelatihan

dari berbagai pihak masih diperlukan untuk mendampingi pengelolaan pantai.

Perkembangan dan pembangunan pariwisata yang sangat cepat jika tidak

dilakukan dengan hati-hati justru dapat berdampak negatif terhadap alam.

4. JEJARING KEMITRAAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Selama kegiatan KKN-PPM ini berlangsung, mahasiswa telah

berinteraksi dengan beberapa pihak yang memang memiliki kepentingan

untuk mengembangkan desa. Jejaring kemitraan yang penulis dapatkan pada

KKN ini yaitu:

a. Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Badung

Dalam KKN ini, dukungan dan konsultasi selalu dilaksanakan

dengan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Badung.

Perkembangan budidaya rumput laut di Desa Kutuh, yang saat ini

merupakan sentra budidaya rumput laut di Kabupaten Badung, telah

menjadi perhatian utama Dinas. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan

Kelautan Kabupaten Badung, I Nyoman Badre, memberikan dukungan

penuh bagi aktifitas KKN-PPM mahasiswa di Desa Kutuh. Bahkan,

Kementrian Kelautan dan Perikanan juga memberikan bantuan dan

dukungan penuh bagi eksistensi Petani Rumput Laut. Ke depannya, Desa

Kutuh diharapkan dapat menjadi pusat agrowisata dan edukasi rumput

laut. Pada saat kegiatan KKN berlangsung, Bupati Badung dan Dinas

Pertanian, Perikanan, dan Kelautan telah beberapa kali mengunjungi

Desa.

b. Pemerintah Kecamatan Kuta Selatan

Pada saat kegiatan KKN-PPM berlangsung, terjadi masa transisi

antara Perbekel yang menjabat dengan pemilihan Perbekel baru yang

akan dipilih pada September 2013. Pada masa tersebut, posisi Perbekel

digantikan sementara Sekretaris Camat selaku Pemerintah Kecamatan

Kuta Selatan. Beliau telah memberikan apresiasi dan sambutan yang baik

terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa UGM. Selain itu,

pihak kecamatan juga telah mempercayai mahasiswa untuk ikut serta

mewakili Kecamatan Kuta Selatan dalam acara Festival Budaya Pertanian

Page 7: Format LPK

Kabupaten Badung ke-2 yang diselenggarakan di Petang pada tanggal

25-28 Juli 2013.

c. Coral Triangle Center

Coral Triangle Center (CTC) merupakan Non-Government

Organization (NGO) yang bergerak dalam pelatihan dan pembinaan

berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan pesisir dengan berbasis

konservasi alam. LSM ini tidak hanya bergerak di Bali saja, namun telah

melakukan pembinaan kawasan pesisir di Asia Tenggara. Konsultasi dan

diskusi telah dilakukan untuk mengembangkan kawasan Kutuh. CTC juga

berkoordinasi dengan Nusa Dua Reef Foundation untuk pengembangan

daerah pesisir di wilayah Badung.

d. Nusa Dua Reef Foundation

Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) juga merupakan NGO dengan

latar belakang yang sama dengan CTC. NDRF sendiri lahir dari CTC, dan

memiliki wilayah kerja di Kabupaten Badung. Kantor NDRF terletak di

kawasan Nusa Dua yang hanya berjarak 15 menit dari Desa Kutuh.

Direktur NDRF, Ibu Pariama Hutasoit telah bersedia untuk membantu

memberikan penyuluhan dan membina potensi alam, terutama terumbu

karang yang ada di Pantai Pandawa, sehingga pengembangan wisata

pantai dan konservasi alam dapat berjalan bersama-sama. Dengan

terjalinnya kemitraan ini, diharapakan program KKN yang dilakukan oleh

mahasiswa dapat terus dilanjutkan oleh lembaga-lembaga lokal.

Program KKN ini juga tidak akan berjalan tanpa partisipasi dan

peran serta masyarakat. Beberapa komponen masyarakat yang terlibat dalam

program KKN ini yaitu:

a. Perangkat Desa dan Kelian Banjar

Perangkat Desa dan Kelian Banjar selalu memberikan

dukungan, baik berupa koordinasi maupun fasilitas berupa alat

transport dan peralatan desa. Perangkat desa dan Kelian Banjar

berperan penting membantu mahasiswa untuk mengumpulkan

serta menggerakkan masyarakat dan menghubungkan dengan

dinas-dinas terkait. Melalui koordinasi dengan Perangkat Desa dan

Kelian Banjar, akses mahasiswa ke berbagai macam fasilitas desa

menjadi lebih mudah.

Page 8: Format LPK

b. Tim Penataan Kawasan Pantai Kutuh (TP-KPK)

TP-KPK merupakan tim yang dibentuk oleh masyarakat untuk

mengatur dan mengelola Pantai Pandawa. Tim ini diketuai oleh

Bapak I Wayan Kasim. Melalui bantuan dan koordinasi dari tim

inilah mahasiswa mampu melakukan berbagai program kegiatan di

area Pantai Pandawa dan berkoordinasi dengan segala pelaku

usaha di kawasan pantai.

c. Kelompok Tani Rumput Laut

Di Desa Kutuh terdapat beberapa Kelompok Tani rumput laut.

Pada saat berlangsungnya KKN, produksi rumput laut memang

terhambat karena kondisi alam, sehingga aktifitas budidaya dapat

dibilang 0%. Sebagian besar petani rumput laut sementara beralih

ke usaha pariwisata. Meskipun demikian, koordinasi dan semangat

untuk terus melanjutkan budidaya tetap dimiliki oleh kelompok tani,

terutama dari Bapak Yasa. Melalui koordinasi beliau petani rumput

laut dapat dikoordinasikan oleh mahasiswa.

d. Kelompok Wanita Tani

Kelompok Wanita Tani merupakan bagian dari Kelompok Tani

dan bertugas dalam mengolah hasil budidaya rumput laut menjadi

berbagai produk olahan.

5. HASIL KEGIATAN

1. Pembinaan Teknis Produksi Industri Kecil Makanan “Bahan

Pengawet Produk Olahan Rumput Laut” di Desa Kutuh.

Sifat Program : MD Kode Kegiatan : ST-T-11

Pembinaan teknis mengenai bahan pengawet pada industri kecil

makanan akan mendukung produksi produk olahan rumput laut yang

berkualitas baik di desa Kutuh tempat KKN saya berlangsung. Hal

tersebut perlu dilakukan mengingat penggunaan bahan pengawet

terutama bahan pengawet sintesis makanan yang baik dan benar akan

berpengaruh baik pada kesehatan dan kepercayaan dari konsumen yang

membeli, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke pantai pandawa di

desa Kutuh dan membeli produk olahan rumput laut khas desa Kutuh.

Page 9: Format LPK

Dari hasil observasi yang saya lakukan, pengetahuan ibu-ibu koperasi

desa Kutuh, yang dalam hal ini berperan sebagai produsen dari produk

olahan rumput laut di desa Kutuh, mengenai penggunaan bahan

pengawet sintesis makanan masih kurang, terutama dalam hal kuantitas

(dosis) yang diperbolehkan.

Penggunaan bahan pengawet yang dilarang ataupun penggunaan

bahan pengawet yang tidak dilarang tapi dalam jumlah yang berlebih

(tidak sesuai SNI) akan menyebabkan pengaruh buruk bagi kesehatan

konsumen, dan dalam jangka panjang akan menyebabkan produk olahan

rumput laut yang dimaksud dilarang untuk diproduksi. Hal tersebut

tentunya tidak hanya merugikan konsumen, tetapi pada akhirnya akan

merugikan produsen produk olahan rumput laut tersebut.

Tahap pertama yang saya lakukan adalah mencari informasi di

internet mengenai bahan pengawet apa saja yang diperbolehkan pada

makanan, khususnya pada pudding, bolu, manisan dan jelly. Hal tersebut

diperlukan untuk menghindari penggunaan bahan pengawet yang

dilarang seperti pengawet mayat yang kebanyakan produsen gunakan

karena harganya yang lebih murah. Tahap selanjutnya adalah mencari

SNI untuk berbagai bahan pengawet makanan yang dimaksud, dengan

tujuan untuk memberi batasan mengenai dosis maksimum yang

diperbolehkan pada makanan, sehingga nantinya produk yang dihasilkan

tidak mengandung zat aditif (pengawet sintesis) yang berlebih karena

akan merugikan kesehatan konsumen.

Mereka juga sangat berterimakasih atas pengetahuan tambahan

dalam melakukan produksi makanan yang baik dan benar, khususnya

bagaimana penggunaan bahan pengawet baik dari segi jenis yang

dilarang ataupun tidak dan juga dari segi jumlah yang sesuai SNI atau

tidak. Hal tersebut telah membantu mereka dalam meproduksi makanan

olahan yang berkualitas baik, tidak merugikan kesehatan konsumen serta

tetap menjaga kepercayaan konsumen dan juga keberlanjutan produksi

pada industri kecil/rumah tangga mereka.

Page 10: Format LPK

2. Pembinaan Teknis Produksi Industri Kecil Kerajinan “Souvenir

Rumput Laut” di Desa Kutuh.

Sifat Program : ID Kode Kegiatan : ST-T-12

Souvenir khas dari Pantai Pandawa belum ada sehingga perlu edukasi tentang pembuatan souvenir khas Pantai Pandawa. Pantai Pandawa terkenal dengan budidaya rumput lautnya. Souvenir yang khas tentunya tidak lepas dari rumput laut yang bisa dijadikan sebagai bahan souvenir. Souvenir berupa gelang dan gantungan kunci.

Cara pembuatannya meliputi pemilihan rumput laut yang bagus untuk dijadikan souvenir, rumput laut yang akan digunakan direndam terlebih dahulu dengan etanol selama beberapa jam. Souvenir dibuat dari bahan kimia seperti silikon rubber, katalis, resin, zat aditif dan MMA. Cetakan perlu dibuat dari gelang maupun gantungan kunci sebagai sampel. Setelah cetakan selesai dibuat, selanjutnya cetakan diisi resin serta rumput laut yang telah dibentuk, tunggu hingga kering.

Perlu dilakukan tahap percobaan untuk membuat souvenir dengan kualitas bagus, terkadang perbandingan bahan kimia yang digunakan kurang sesuai sehingga hasilnya kurang bagus. Perlu dicoba lagi agar diperoleh perbandingan komposisi yang tepat sehingga hasilnya lebih bagus.

3. Pengelolaan / Pemanfaatan Limbah “Pupuk Kompos dari Limbah

Rumput Laut”

Sifat Program : MD Kode Kegiatan : ST-T-13

Pengelolaan/Pemanfaatan Limbah adalah program dari KKN ini

dalam kluster Sains Teknik. Limbah rumput laut dalam hal ini merupakan

bulma, atau rumput laut liar yang tidak dapat dimanfaatkan atau dijual.

Rumput laut liar merupakan tanaman yang menghambat pertumbuhan

rumput laut produktif.

Dari hasil observasi yang saya lakukan, saya temukan bahwa

rumput laut liar ini diambil dan dipisahkan dari rumput laut produktif,

kemudian terbuang. Hal tersebut hanya akan menambah jumlah sampah

organik di sekitar daerah pantai dan menggangu keindahan pantai. Oleh

karena itu saya membuat suatu program yang memanfaatkan limbah

rumput laut nonproduktif tersebut itu, yaitu dengan membuat pupuk

Page 11: Format LPK

kompos berbahan limbah rumput laut, dikombinasikan dengan kotoran

ternak. Pupuk kompos dari kombinasi limbah rumput laut liar dan kotoran

sapi akan menghasilkan pupuk kompos dengan kandungan hara yang

tinggi, karena rumput laut mengandung unsur makro NPK dan unsur

mikro seperti mineral, magnesium, zat besi, kalsium, serta mangan yangh

diperlukan sebagai nutrisi agar tanaman dapat tumbuh sempurna.

Pupuk kompos dibuat dengan mencampurkan limbah rumput laut

dan kotoran sapi dengan perbandingan massa 3:1 serta ditambahkan

dengan bakteri EM4, kemudian diperam selama beberapa pekan dalam

sebuah ember tertutup. Selama pemeraman, campuran bahan organik

pada ember diamati dari minggu ke minggu. Hal tersebut dilakukan untuk

melihat perkembangan hasil pupuk kompos yang dihasilkan.

Adanya program pupuk kompos tersebut mendapat tanggapan

yang positif dari pihak petani rumput laut yang selama ini agak kesusahan

untuk membuang limbah rumput yang ada disekitar wilayah pertanian

rumput laut mereka, dimana kini mereka bisa memanfaatkan limbah

tersebut sebagai barang lain yang lebih berguna/produktif.

4. Pemanfaatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumput Laut

Sifat Program : MD Kode Kegiatan :

Program tidak terlaksana karena pupuk kompos belum jadi.

5. Briket dari Tempurung Kelapa sebagai Bahan Alternatif Hemat Energi

Sifat Program : ID Kode Kegiatan : ST-10

Program ini merupakan program non tema sebagai program

pendukung dalam pelaksaan kegiatan KKN ini. Pengunjung Pantai Pandawa

sebagian besar mengkonsumsi es kelapa muda. Sehingga pedagang di

sekitar pantai membutuhkan stok buah kelapa yang melimpah untuk

memenuhi permintaan konsumen.

Limbah yang dihasilkan berupa buah kelapa yang menjadi sampah

dengan ukuran yang cukup besar, tong sampah yang disediakan pun penuh

dengan sampah buah kelapa. Setelah menumpuk sampah kelapa tersebut

dibuang begitu saja ke tempat lain. Mereka belum tahu cara mengolah

sampah kelapa agar lebih berguna. Padahal jika diproses dan diolah lebih

Page 12: Format LPK

lanjut, maka sampah kelapa tersebut dapat diolah lagi, yaitu menjadi briket

untuk menghemat biaya dan energi serta sebagai bahan bakar pengganti

minyak maupun LPG yang ramah lingkungan.

Pembuatan briket sangat sederhana. Pertama tempurung kelapa

dibakar sampai hangus, lalu ditumbuk sampai halus dan di ayak dengan

ukuran lolos 50 mesh dan 70 mesh. Buat adonan dari tepung kanji (air

dengan tepung kanji). Campur bubuk tempurung kelapa dengan adonan kanji.

Bentuk bola - bola kecil atau masukkan pipa paralon (dicetak agar bentuknya

bagus). Jemur diterik matahari kurang lebih 1 hari (sampai benar - benar

kering). Selanjutnya briket siap digunakan sebagai bahan bakar.

6. Pengadaan Tempat Sampah di Warung sekitar Pantai Pandawa

Sifat Program : MD Kode Kegiatan : ST-11

Program ini adalah program non tema yang diajukan sebagai program

pendukung dalam pelaksanaan KKN ini. Kesadaran segelintir orang akan

kebersihan terhadap lingkungan sekitar Pantai Pandawa masih kurang

demikain juga di sekitar warung pantai, masih banyak sampah yang

berserakan dan itu sangat tidak enak untuk di lihat.

Untuk menjaga kebersihan sekitar warung pantai, kami mengajukan

program pengadaan tempat sampah. Tempat sampah yang berukuran keci

kami beli sebanyak 7 unit, kemudian kami menyerahkan ke pedagang warung

dan meletakkannya di depan warung. Sebelum penyerahan tempat sampah,

tempat sampah itu diberi stiker beridentitas KKN PPM UGM agar ada

partisipasi kita dalam mewujudkan kebersihan lingkungan sekitar warung

pantai walaupun apa yang kita berikan masih tergolong kecil.

Dengan adanya pengadaan tempat sampah ini, kami berharap

kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sekitar meningkat dan

membuang sampah pada tempatnya.

Page 13: Format LPK

6. TEMUAN BARU DAN ATAU UNIK DALAM HAL KEKAYAAN ALAM,

TEKNOLOGI LOKAL DAN BUDAYA

Pantai Pandawa memiliki keunikan berupa garis pantai yang paling

panjang dibandingkan dengan kawasan pantai lain di selatan Bali. Pantai

Pandawa merupakan salah satu dari sedikit daerah di Bali yang masih

mempertahankan budidaya rumput lautnya. Dengan lokasinya yang terletak di

tengah-tengah kawasan wisata utama Bali, budidaya rumput laut dapat

menjadi suguhan wisata yang berbeda bagi pariwisata Bali. Meskipun di

daerah Nusa Penida juga terdapat budidaya rumput laut, Desa Kutuh lebih

tepat untuk dijadikan sentra Agrowisata Rumput Laut karena lokasinya yang

lebih strategis. Hal inilah yang membuat Kementrian Kelautan Perikanan

memberikan perhatian khusus kepada Desa Kutuh untuk menjadi sentra

produksi rumput laut.

Selain keunikan Desa Kutuh akan potensi rumput laut, kawasan

Pantai Pandawa juga memiliki keunikan berupa kawasan ekosistem lamun

dan terumbu karang. Ekosistem ini seringkali dilupakan oleh wisatawan dan

warga sekitar, padahal jika dapat dikelola dengan baik, potensi ini dapat

mengangkat pariwisata di Desa Kutuh. Hal unik lain yang dapat ditemui di

Pantai Pandawa adalah aktifitas rutin warga dan nelayan untuk melakukan

Coral Fishing. Warga membendung air pada saat surut sehingga menjebak

ikan yang terseret arus, kemudian memancing di bendungan tersebut.

7. POTENSI PENGEMBANGAN/KEBERLANJUTAN

Melalui observasi dan kegiatan yang dilakukan mahasiswa selama

KKN, beberapa hal yang dapat dikembangkan kedepannya yaitu:

a. Jenis rumput laut liar yang belum dimanfaatkan

Banyak jenis rumput laut lokal bernilai ekonomis yang belum

dimanfaatkan dan dibudidayakan di Pantai Pandawa. Jenis rumput

laut liar ini dapat dikembangkan sebagai produk sekunder disamping

Eucheuma cottonii.

b. Pengembangan pariwisata berbasis edukasi dan konservasi

Tidak hanya menyediakan lokasi wisata yang indah, informasi

dan rasa keingintahuan juga mampu memberikan pilihan yang

berbeda bagi wisatawan yang datang ke Bali. Keunikan berupa

Page 14: Format LPK

budidaya rumput laut harus tetap dilestarikan karena merupakan

daya tarik tersendiri bagi pariwisata Kutuh.

c. Pemanfaatan biomassa lamun dan alga

Biomassa lamun dan alga yang banyak dijumpai di tepian pantai

dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk yang bernilai

ekonomi tinggi. Selain itu, pariwisata ramah lingkungan juga mampu

memberikan nilai lebih, terutama bagi wisatawan asing.

II. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan program, secara keseluruhan program

yang disusun dapat berjalan dengan baik meskipun dengan beberapa

kendala yang tidak terduga. Keberhasilan pelaksanaan program merupakan

hasil dari partisipasi aktif serta koordinasi yang baik antara masyarakat,

perangkat desa, petani rumput laut, dan mahasiswa. Program yang

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat untuk lebih

maju.

III. SARAN

Berdasarkan analisis dan pengalaman yang diperoleh selama kegiatan

KKN berlangsung, penulis memberikan saran yang ditujukan kepada

beberapa pihak, yaitu:

1. Bagi Mahasiswa dan UGM

Bagi mahasiswa KKN selanjutnya hendaknya membuat program-

program yang tidak hanya berupa program dengan sasaran jangka

pendek, namun juga memiliki sasaran jangka panjang. Sebaiknya program

yang dilaksanakan mampu meneruskan program yang telah dilaksanakan

pada periode ini dengan lebih kreatif sehingga diperoleh kesinambungan

dan keberlanjutan dalam pemberdayaan masyarakat. Selain itu,

keseimbangan komposisi bidang ilmu mahasiswa dalam tim KKN menjadi

poin penting yang perlu diperhatikan. Kemitraan dan sponsorship dengan

pihak-pihak terkait perlu dilakukan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan

KKN. Melihat antusiasme dan permintaan dari komponen masyarakat

Page 15: Format LPK

serta perangkat Desa, diharapkan kegiatan KKN-PPM UGM pada periode

selanjutnya dapat tetap dilakukan di Desa Kutuh.

2. Bagi Perangkat dan Masyarakat Desa

Perangkat desa dan tokoh masyarakat hendaknya mampu membantu

mahasiswa untuk menggerakkan kelompok masyarakat dan memberikan

kooperasi yang baik dengan mahasiswa. Diperlukan kesadaran dan

keterbukaan bahwa KKN-PPM UGM dilakukan untuk mengembangkan

potensi yang ada di masyarakat.

Page 16: Format LPK

IV. LAMPIRAN

1. Pembinaan Teknis Produksi Industri Kecil Makanan “Bahan Pengawet

Produk Olahan Rumput Laut” di Desa Kutuh.

Kunjungan ke salah satu Kelompok Wanita Tani “Merta Nadi” di desa

Kutuh untuk mencari informasi mengenai produk olahan rumput laut baik dari

segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu ibu-ibu KWT juga menyampaikan

keluhan mengenai produk olahan rumput laut dan mengharapkan kita bisa

membantunya, semisal produk olahan yang berupa minuman rumput laut

daya tahannya kurang lama, sehingga perlu dibutuhkan penambahan zat

pengawet sintesis pada minuman tersebut.

Page 17: Format LPK

2. Pembinaan Teknis Produksi Industri Kecil Kerajinan “Souvenir Rumput

Laut” di Desa Kutuh.

Proses pembuatan souvenir membutuhkan kecermatan dan ketepatan dalam

hal komposisi bahan kimia yang digunakan. Uji coba ini dilakukan untuk

menemukan komposisi yang tepat guna mendapatkan hasil yang terbaik. Jangan

lupa saat kontak dengan bahan kimia harus memakai masker dan sarung tangan

untuk perlindungan diri.

Hasil dari kerajinan souvenir yang masih harus mengalami proses

berkelanjutan dengan komposisi bahan dasar yang tepat agar diperoleh hasil

yang lebih bagus lagi dan bisa dipasarkan dalam skala besar di kawasan wisata

Pantai Pandawa.

Page 18: Format LPK

3. Pengelolaan / Pemanfaatan Limbah “Pupuk Kompos dari Limbah

Rumput Laut”

Pupuk kompos dibuat dengan mencampurkan sampah organik dengan

kotoran hewan ternak serta tanah kemudian diaduk dan ditutup rapat dalam

ember. Perlu panambahan mikroorganisme EM 4 agar pengomposan

berlangsung lebih cepat. Selama pemeraman, campuran bahan organik pada

ember diamati dari minggu ke minggu. Hal tersebut dilakukan untuk melihat

perkembangan hasil pupuk kompos yang dihasilkan

Page 19: Format LPK

4. Briket dari Tempurung Kelapa sebagai Bahan Alternatif Hemat Energi

Proses pencetakan arang briket dalam pipa paralon menggunakan

adonan material arang yang sudah dihaluskan serta sudah dicampur dengan

lem kanji. Setelah dipadatkan dan dibentuk, maka arang briket ini dijemur

dengan menggunakan sinar matahari dengan tujuan mengurangi kadar air

dalam briket sehingga bisa digunakan untuk proses pembakaran yang hemat

energi dan ramah lingkungan.

Partisipasi “Briket” dalam rangka Pandawa Seaweed Festival

Page 20: Format LPK

5. Pengadaan Tempat Sampah di Warung sekitar Pantai Pandawa

Penyerahan tempat sampah kepada pedagang yang berjualan di

sekitar Pantai Pandawa. Perlu adanya tempat sampah di warung sekitar

pantai agar kebersihan selalu terjaga dan nyaman untuk disinggahi.

Meskipun tempat sampahnya bisa dibilang kecil, namun bisa digunakan

untuk menjaga kebersihan sekitar.