Upload
vanthuan
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
GAMBARAN PENERAPAN EMERGENCYPREPAREDNESS SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN
KEADAAN DARURAT
PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
i
LAPORAN KHUSUS
PENERAPAN EMERGENCY RESPONSEPREPAREDNESS SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN
KEADAAN DARURAT DI PUSDIKLAT MIGAS CEPU
Yanuar KristardiantoR.0008137
IPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAKEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta2011
RESPONSE AND PREPAREDNESS SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN
PUSDIKLAT MIGAS CEPU
III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAKEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
GAMBARAN PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESSSEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT DI
PUSDIKLAT MIGAS CEPU
Yanuar Kristardianto1, Harninto2, Devi Aliyani3
Tujuan: Bahan baku, peralatan, tenaga kerja, serta tempat kerja mengandung potensi bahaya sehingga diperlukan upaya pencegahan terhadap keadaan darurat, bagaimana penerapan sistem tanggap darurat yang diuji coba di Pusdiklat MigasCepu, bagaimana tim dalam menjalankan perannya saat keadaan darurat serta bagaimana fasilitas Emergency Response di Pusdiklat Migas Cepu.
Metode: Metode penelitian yang diambil adalah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif, menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
Hasil: Potensi bahaya berupa kebakaran, kebocoran gas, kegagalan tenaga, kondisi kritis dan kejadian lainnya. Menurut pengelola mengancam keselamatan penghuni, sehingga perlu perencanaan penanggulangan keadaan darurat.Penerapan perencanaan keadaan darurat yaitu dengan menginformasikan prosedur keadaan darurat yang termasuk didalamnya perencanaan, tim tanggap darurat, sarana fasilitas dan prosedur pelaksanaan.
Simpulan:. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem tanggap darurat telah dilaksanakan. Tim emergency response telah memahami tugas masing –masing. Fasilitas emergency response yang dimiliki sudah baik, ada beberapa yang harus diperbaiki dan pelatihan emergency drill telah terlaksana.
Kata Kunci : Tanggap Darurat, Emergency Response PreparednessKepustakaan : 18, 1984 - 2010
1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, kasih dan karunia-Nya dalam pelaksanaan magang dan penyusunan
laporan ini di PUSDIKLAT MIGAS Cepu, sehingga penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan dan penyusunan laporan ini,
banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis,
sehingga dalam penyusunan laporan ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan penyertaan dan kuasa-Nya
dalam menyelesaikan laporan.
2. Bapak Prof. Dr.Zainal Arifin Adnan, dr.Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Bapak Harninto, dr, MS, Sp.Ok selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Ibu Devi Aliyani, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
6. Bapak Kastur, S.Ag selaku Bagian administrasi yang telah membantu dalam
segala kelancaran Praktek Kerja Lapangan di Pusdiklat Migas Cepu.
7. Bapak Putut Prasetyo, ST, MT selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan masukan-masukan selama proses magang di Pusdiklat Migas
Cepu.
8. Bapak Suharto, ST selaku Kepala Bidang Fire yang telah membantu penulis
dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
pelaksanaan Emergency Response and Preparedness di Pusdiklat Migas
Cepu.
9. Bapak Wahyudi, Bapak Helmi, Bapak Yoga, Bapak Wiyanto, Bapak Budi,
Bapak Edi, Bapak Yanto, Bapak Zainudin, Bapak Kazim, Bapak Lanan yang
telah membantu kami dilapangan dan membimbing kami di Pusdiklat Migas
Cepu.
10. Arie Suprayitno, Roy Abianto, Septian Wisnu, Etik dan Andriyas Lilis
teman-teman satu tempat magang yang selalu mendukung dan menyemangati
satu sama lain di dalam kita magang bersama di Pusdiklat Migas Cepu.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangannya, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan laporan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Cepu, Februari 2011
Penulis,
Yanuar Kristardianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN........................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 23
A. Jenis Penelitian......................................................................... 23
B. Lokasi Penelitian...................................................................... 23
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ...................................... 23
D. Sumber Data............................................................................. 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 24
F. Pelaksanaan.............................................................................. 25
G. Analisa Data ............................................................................. 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 27
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 27
B. Pembahasan.............................................................................. 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 65
A. Simpulan .................................................................................. 65
B. Saran......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 67
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran................................................................ 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Penyerahan Mahasiswa PKL/Magang
Lampiran 2. Surat Balasan Praktek Kerja Lapangan
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Magang
Lampiran 4. Daftar Presensi Mahasiswa Magang
Lampiran 5. Laporan Kegiatan Praktek Mahasiswa
Lampiran 6. Lampiran PER 05/MEN/1996
Lampiran 7. Bagan Organisasi Keadaan Darurat
Lampiran 8. Struktur Organisasi Pemadam Kebakaran
Lampiran 9. Tanggung Jawab dan Uraian Pekerjaan Regu Pemadam
Lampiran 10. Daftar Laporan Alat Pemadam Api Ringan
Lampiran 11. Peta Assembly Point
Lampiran 12. Denah Jalur Evakuasi
Lampiran 13. Prosedur Evakuasi
Lampiran 14. Skenario Emergency Drill
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan dan kemajuan teknologi dan juga peran serta
perusahaan dalam kemajuannya, memulai perkembangan tersebut demi
kemajuan dan persaingan dalam pertumbuhan globalisasi industri dan
perdagangan modern. Beberapa metode perlindungan memiliki latar belakang
teknis dan diperlukan derajad kepakaran yang tinggi untuk memastikan
bahwa metode – metode tersebut efektif untuk mengatasi bahaya yang di
hadapi (Ridley, 2006).
Tercapainya hal tersebut perlu adanya perlakuan khusus dalam
perusahaan tersebut terutama mengenai hal keselamatan kerja, keamanan
lingkungan kerja, kesehatan dan juga perlindungan terhadap lingkungan
hidup, tanpa melupakan integritas kebijakan dan komitmen tentang penerapan
keselamatan dan kesehatan secara menyeluruh. Meskipun teknologi telah
diterapkan dan dijalankan oleh perusahaan atau industri, akan tetapi tenaga
kerja sendiri yang akan mengendalikan dan menerapkan teknologi tersebut.
Adanya perkembangan teknologi yang merambah dunia industri juga dapat
membawa dampak negatif dengan munculnya bahaya yang diakibatkan oleh
perkembangan tersebut, seperti timbulnya potensi dan faktor yang akan
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja didalam lingkungan tersebut.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan, tak
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
terduga oleh karena dibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur
kesengajaan lebih-lebih dalam hal perencanaan (Suma’mur, 1996).
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai
faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses
produksi, dari penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu
kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya akan tetapi terjadi oleh
suatu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu
kejadian. Setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang
digunakan untuk menghasilkan produk selalu mengandung potensi bahaya
tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam
pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008).
Kecelakaan kerja maupun kondisi berbahaya yang terdapat di tempat
kerja ini pada akhirnya akan berdampak pada munculnya situasi yang tidak
normal (keadaan darurat), yang menuntut adanya kesiapsiagaan dalam
menghadapi kondisi tersebut (Sahab, 1997).
Guna meminimalisasi kerugian, baik materi maupun non material, maka
diperlukan langkah pencegahan dan pengendalian. Salah satu bentuk
kepedulian perusahaan adalah dengan sistem perencanaan, pengelolaan dan
pelaksanaan sistem tanggap darurat (emergency response and preparednes
program). Terjadinya keadaan darurat adalah suatu hal yang tidak
dikehendaki dan jarang dapat diantisipasi serta bila terjadi memerlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tindakan yang cepat dari semua bagian yang terkait. Merupakan kebijakan
Pusdiklat Migas Cepu untuk melaksanakan ketentuan – ketentuan dalam
pengendalian serta mengurangi akibat dari kebakaran, kebocoran gas, atau
tumpahan minyak dan kejadian – kejadian lain yang terjadi di Pusdiklat
Migas Cepu dan sekitarnya termasuk lingkungan disekitarnya. Keadaan
darurat sendiri dilaksanakan melalui pendekatan secara sistematis dalam
mengendalikan situasi keadaan darurat secepat mungkin, untuk memperkecil
kerugian yang ditimbulkan dan agar kondisi menjadi normal kembali. Tugas,
tanggung jawab dan koordinasi serta sistem komunikasi yang efektif dalam
rencana penanggulangan keadaan darurat disesuaikan dengan tingkat besar
atau kecilnya jenis keadaan darurat. Disini manajemen Pusdiklat Migas Cepu
mengintruksikan kepada seluruh pegawai untuk mentaati dan melaksanakan
pedoman umum penanggulangan keadaan darurat guna membantu kelancaran
dan terlaksananya penanggulangan keadaan darurat yang terjadi di Pusdiklat
Migas Cepu secara efektif dan terutama memperhatikan keselamatan jiwa dan
lingkungan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan observasi dan penelitian perihal Sistem Tanggap Darurat
(Emergency Response and Preparednes Program) di Pusdiklat Migas Cepu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan sistem Emergency Response and Preparedness
di Pusdiklat Migas Cepu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Bagaimana peranan tim dalam menjalankan keadaan darurat ?
3. Bagaimana fasilitas Emergency Response and Preparedness di Pusdiklat
Migas Cepu?
4. Bagaimana penerapan sistem Emergency Response and Preparedness
yang diuji coba di Pusdiklat Migas Cepu ?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan sistem Emergency Response and
Preparedness yang diuji coba di Pusdiklat Migas Cepu.
2. Untuk mengetahui peranan tim dalam menjalankan keadaan darurat.
3. Untuk mengetahui fasilitas Emergency Response and Preparedness di
Pusdiklat Migas Cepu.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pembelajaran bagi
mahasiswa dalam mengenal penerapan dan implementasi Emergency
Response and Preparedness serta mengetahui sarana dan fasilitas yang
digunakan sebagai penunjang.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat digunakan sebagai materi masukan dan bahan
koreksi bagi Pusdiklat Migas Cepu mengenai sistem dan implementasi
sistem perencanaan, kebijakan dan prosedur operasional Emergency
Response and Preparedness.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan dan memberikan
sumbangan wacana terkait materi informasi mengenai penerapan sistem
Emergency Response and Preparedness yang diselenggarakan di
Pusdiklat Migas Cepu dan diharapkan berguna bagi pengembangan
materi perkuliahan tentang tatalaksana program keselamatan dan
kesehatan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Undang – undang No. 1 tahun 1970 di dalam pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber – sumber bahaya.
2. Sumber Bahaya
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya sumber –
sumber bahaya dilingkungan kerja. Menurut (Sahab, 1997) Sumber
bahaya itu bisa berasal dari :
a. Bangunan, Peralatan dan Instalasi
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat
perhatian. Kontruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat
desain ruangan, pencahayaan dan ventilasi, adanya jalan
penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan
keselamatan kerja baik dalam desain maupun kontruksi, sebelum
penggunaan ada pengujian terlebih dahulu yang dioperasikan oleh
operator.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Bahan
Bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat
bahan, antara lain :
1) Mudah terbakar
2) Mudah meledak
3) Menimbulkan alergi
4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh
5) Menyebabkan kanker
6) Mengakibatkan kelainan pada janin
7) Bersifat racun
8) Radio aktif
c. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang
digunakan, proses yang digunakan ada yang sederhana dan ada
proses yang rumit, ada yang bersifat berbahaya dan kurang
berbahaya.
d. Cara Kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu
sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara
lain :
1) Cara mengangkat dan mengangkut apabila dilakukan dengan cara
salah dapat mengakibatkan cidera dan yang paling sering adalah
cidera pada tulang punggung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk
logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara
memakai yang salah.
e. Lingkungan Kerja
1) Faktor Lingkungan Fisik
Menurut Tarwaka (2008)
(1) Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas (>85 dBA),
bisa menyebabkan kerusakan pada telinga sehingga timbul
ketulian yang bersifat sementara maupun tetap setelah
terpapar untuk jangka waktu tertentu dan tanpa proteksi yang
memadai.
(2) Iklim kerja yang terlalu panas, bisa menyebabkan
meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat
sehingga terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya
yang lebih berat.
(3) Getaran yang kuat dan terus menerus bisa menyebabkan
gangguan atau kerusakan pada otot, tulang dan syaraf.
(4) Penerangan yang tidak baik ( kurang terang atau silau) bisa
menyebabkan kelelahan dan kerusakan pada mata.
(5) Radiasi yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan – jaringan tubuh dan bila berlangsung untuk waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
yang lama dan terus menerus bisa menyebabkan timbulnya
kanker.
2) Faktor Lingkungan Kimia
Bahan yang bersifat kimia dapat berasal dari pemakaian
selama proses produksi, yang berasal dari hamburan uap dan
tercecer ke lingkungan kerja. Uap bahan kimia secara tidak
langsung dapat mengakibatkan gejala kelainan pada fungsi
pernapasan dan menimbulkan iritasi kulit. Serta tidak menutup
kemungkinan timbulnya peledakan dan kebakaran (Suma’mur,
2009).
3) Faktor Lingkungan Biologik
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman – kuman penyakit yang berada di udara, yang berasal dari
atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit –
penyakit tertentu (Tarwaka, 2008).
4) Faktor Faal Kerja
Karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang
digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja (Sahab, 1997).
Dalam sudut pandang ergonomi antara tuntutan tugas dengan
kapasitas kerja harus selalu dalam garis kesinambungan sehingga
dicapai performa kerja yang tinggi (Tarwaka, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
5) Faktor Psikologik
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek – aspek psikologi ketenaga kerjaan yang kurang
baik atau kurang mendapatkan perhatian ( Tarwaka, 2008).
3. Potensi Bahaya
Menurut Pusdiklat Migas 2007,
a. Kebakaran
b. Kebocoran gas
c. Tumpahan minyak/bahan kimia
d. Kegagalan tenaga
e. Kondisi krisis
4. Keadaan Darurat
Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu Makara
(2008) :
a. Keadaan Darurat Tingkat I
Adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam bahaya
manusia dan harta benda (aset), yang secara normal dapat diatasi oleh
personil jaga dari suatu instalasi atau pabrik dengan menggunakan
prosedur yang telah dipersiapkan tanpa perlu adanya regu bantuan
yang dikoordinir.
b. Keadaan Darurat Tingkat II
Adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang
bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang tersedia di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
instalasi atau pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran
bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak dan gas yang
mengancam manusia, lingkungannya, aset dan instalasi tersebut
dengan dampak bahaya atas karyawan, daerah, dan masyarakat
sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari industri sekitar,
pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.
c. Keadaan Darurat Tingkat III
Adalah keadaan darurat berupa malapetaka bencana dahsyat
dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan keadaan darurat
tingkat II, dan memerlukan bantuan koordinasi pada tingkat nasional.
5. Emergency Response and Preparedness
Keadaan darurat dapat disebabkan karena perbuatan manusia
maupun oleh alam, dapat terjadi setiap saat dan dimana saja untuk itu
disetiap unit kerja perlu mempersiapkan suatu cara penanggulangannya
bila terjadi keadaan darurat bilamana terjadi bencana (disaster), maka
perusahaan perlu memikirkan kemungkinan terjadinya dampak
kerugian. Keadaan darurat adalah suatu insiden (ledakan, kebakaran,
kegagalan tenaga, tumpahan minyak dan lain – lain) di Pusdiklat Migas,
dimana semua pegawai dan manajemen yang ada masih mampu
menanggulanginya berdasarkan pedoman keadaan darurat yang
diberlakukan (Migas, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a. Perencanaan (Emergency Response Plan)
Setelah semua potensi keadaan darurat diidentifikasi,
dilakukan perencanaan awal (preplanning) untuk mengetahui
dan mengembangkan strategi pengendaliannya. Berbagai
kemungkinan keadaan darurat disimulasikan dalam bentuk
skenario keadaan darurat mulai dari yang kecil sampai kondisi
terburuk yang dapat terjadi (Ramli, 2009).
Perencanaan tersebut harus dibuat oleh perusahaan, bila
perlu dengan bantuan ahli dari pihak pemerintah atau
konsultan. Rencana juga bisa disusun bersama perusahaan lain
bila perusahaan berada dalam suatu kawasan atau zona
industri. Operasional rencana memerlukan adanya manual atau
petunjuk teknis yang antara lain memuat :
1) Kebijakan perusahaan, kegunaan, kewenangan
operasional, prinsip pengendalian dan bagan organisasi.
2) Deskripsi bencana yang diperkirakan dapat terjadi dan
tingkat resiko.
3) Peta pabrik, kantor dan gudang termasuk perlengkapan
peralatan bantuan medik, pemadam api, tempat
berlindung, pusat komando, jalur evakuasi, dan tempat
berkumpul.
4) Daftar instansi bantuan dengan jalur komunikasi bantuan.
5) Sistem peringatan bahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6) Pusat komunikasi, termasuk nomor telepon anggota tim
bantuan darurat.
7) Prosedur penghentian operasi, termasuk pengamanannya.
8) Cara mengamankan pelanggan dan tamu.
9) Daftar perlengkapan dan sumber daya yang bisa
didapatkan serta dimana bisa didapatkan.
Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis,
sederhana, mudah dimengerti. Rencana harus sudah
mengantisipasi berbagai skenario keadaan darurat meliputi
bencana karena kesalahan operasi, bencana alam dan
kemungkinan sabotase (Sahab, 1997).
b. Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team)
1) Struktur Organisasi
Pelaksanaan keadaan darurat di lakukan secara
terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam
organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing – masing (Ramli, 2009).
Permenaker No.Per-05/MEN/1996 pada bagian
pedoman penerapan dan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja dikatakan bahwa perusahaan harus
memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui
keadaan pada saat kejadian yang sebenarnya. Pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personel
yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang
mempunyai bahan besar harus dikoordinaksikan dengan
instansi terkait yang berwenang. Tim Tanggap Darurat ini,
terdiri dari beberapa kelompok satuan tim penanggulangan
dan pengendalian bahaya, diantaranya adalah Tim
Pemadaman Kebakaran, Tim Evakuasi, Tim Medis, Tim
Lingkungan Serta Tim Keamanan.
2) Peran dan Tanggung Jawab
Pencapaian dalam kinerja ini tercermin dari berhasil
tidaknya manajemen perusahaan di dalam
mengkomunikasikan dan mengkoordinasi setiap elemen
dari keanggotaan tim, pekerjaan tersebut meminta banyak
pengorbanan sedangkan imbalannya rasa kepuasan dapat
menyelamatkan orang lain yang berada dalam keadaan
bahaya (Suma’mur, 1993).
c. Instrumen Sarana dan Prasarana Kedaruratan
Segala keperluan sarana, prasarana dan instrumen
tambahan dalam prosedur tanggap darurat merupakan salah
satu hal yang pokok dalam rangka meningkatkan dan
mendukung kegiatan pengendalian dan penanggulangan
keadan darurat (emergency) tersebut, perlengkapan dan sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
instrumen yang minimal wajib dimiliki oleh sebuah
perusahaan adalah sebagai berikut menurut Tarwaka (2008):
1) Alat Pelindung Diri
a) Alat pelindung kepala (Head Wear )
b) Alat pelindung mata (Eye Protection)
c) Alat pelindung telinga (Ear Protection)
d) Alat pelindung pernafasan (Respiratory Protection)
e) Alat pelindung tangan (Hand Protection)
f) Alat pelindung kaki (Feet Protection)
g) Pakaian pelindung (Body Protection)
h) Sabuk pengaman keselamatan (Safety Belt)
2) Sarana Pemadam Kebakaran
Di dalam (Ridley, 2006 ) ada dua jenis alat yaitu :
a) Alat terpasang (Installed Equipment)
(1) Gulungan selang
(2) Pemercik api (Sprinkler)
(3) Gas halogen
(4) Karbon dioksida
b) Alat pemadam api ringan ( APAR )
3) Sarana Tanggap Darurat
a) Jalur Evakuasi
Setiap proses penanggulangan dan pengendalian
keadaan darurat, harus dilengkapi dengan jalur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
evakuasi yang mudah dipahami dan dilaksanakan
serta tidak terlalu rumit (Sahab, 1997).
Tindakan penyelamatan personil drngan cara
menjauhi tempat terjadinya keadaan darurat ke tempat
yang lebih aman dengan pertimbangan keadaan dapat
berkembang lebih luas (Migas, 2007).
Secara ideal semua bangunan harus memiliki
sekurang – kurangnya dua jalur penyelamatan diri
pada dua arah yang bertentangan terhadap setiap
kebakaran yang terjadi pada sembarang tempat dalam
bangunan tersebut (Kardjono, 1984).
b) Titik Assembly Point
Titik Assembly Point merupakan tempat untuk
berkumpul yang aman, pada saat terjadi kondisi
darurat di suatu perusahaan (Sahab, 1997) dan
merupakan tujuan utama untuk melakukan tindakan
evakuasai (Migas, 2007). Tanda ini diletakkan pada
luar ruangan yang berarea luas seperti dibawah ini :
(1) Cukup menampung para tenaga kerja yang
disesuaikan dengan pembagian area kerja
masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(2) Penentuan titik assembly point ini harus
diperkirakan aman dan jauh dari sumber bahaya
yang ada.
(3) Untuk jenis industri yang mencakup aktivitas dan
karakteristik proses produksi yang mempunyai
potensial bahaya tinggi, harus mempunyai
beberapa titik assembly point yang memadai.
(4) Mudah untuk dijangkau dan mudah dipahami
oleh setiap karyawan apabila berada dalam
kondisi darurat.
c) Pelatihan
Untuk menjamin keberhasilan sistem manajemen
darurat di perlukan upaya pembinaan dan pelatihan
yang terencana dan berkesinambungan, khususnya
bagi mereka yang terlibat dalam rantai komando
sehingga mengetahui peran dan tanggung jawabnya
(Ramli, 2009).
Anggota tim harus pada tingkat kesehatan dan
kebugaran jasmani yang tinggi, disiplin dan mampu
bekerja dalam situasi stress yang berat. Karena itu
untuk tim penanggulangan keadaan darurat perlu
dilakukan seleksi untuk mendapatkan personil yang
sesuai kebutuhan (Sahab, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Prosedur Emergency Response and Preparedness
Prosedur keadaan darurat mencakup struktur
organisasi, tugas dan tanggung jawab tim, logistik, sarana
yang diperlukan, jalur komando dan komunikasi,
pengamanan dan pengelolaan masyarakat sekitar (Ramli,
2009).
Pelaksanaan tanggap darurat, memiliki prosedur
keadaan darurat yang harus dipedomani. Secara umum
jenis prosedur keadaan darurat dapat dibagi menjadi 2
kategori menurut Makara (2008):
a) Prosedur Keadaan Darurat Intern (Local Standing
Procedure )
Pedoman penanggulangan keadaan darurat untuk
masing – masing fungsi atau unit. Pedoman ini hanya
digunakan untuk unit atau fungsi bersangkutan untuk
menanggulangi keadaan darurat yang terjadi di
unitnya dalam batasan masih mampu ditanggulangi.
b) Prosedur Keadaan Darurat Umum (Utama)
Pedoman perusahaan secara menyeluruh didalam
menanggulangi keadaan darurat yang cukup besar
atau dapat membahayakan unit kerja lain.
Menurut (Covan, 1994) ada beberapa tahapan
penting dalam prosedur tanggap darurat (emergency
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
response and preparedness), adapun tahapan dalam
prosedur tanggap darurat tersebut meliputi protect
(perlindungan), communicate (komunikasi), control
(pengawasan), record (pelaporan), follow-Up
(evaluasi dan koreksi).
a) Tahapan Pra Kejadian
Merupakan langkah awal dalam
mengembangkan sistem tanggap darurat, keadaan
darurat dapat bersumber dari dalam atau luar
organisasi. Keadaan darurat dapat dikategorikan
sebagai berikut :
(a) Faktor operasional yang meliputi kebakaran,
bocoran bahan kimia, kerusakan alat.
(b) Faktor alam (natural disaster) yang meliputi
banjir, topan, gempa bumi.
(c) Faktor sosial meliputi rumor, perselisihan,
sabotase.
b) Perencanaan
Perencanaan awal berupa skenario yang
didalamnya memuat sumber daya yang diperlukan,
strategi pengendalian, organisasi, sistem komunikasi
serta dampak ke lingkungan (Ramli, 2009).
c) Tahapan Kejadian / Penanggulangan Keadaan Darurat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(1) Komunikasi
Komunikasi internal harus dirancang mulai
dari deteksi keadaan darurat sampai ke
penanggulangannya. Komunikasi eksternal
dengan pemerintah daerah atau masyarakat
sekitar, kegiatan organisasi untuk mencegah
kepanikan atau jatuhnya korban yang tidak
diinginkan (Ramli, 2009).
(2) Mekanisme Penanggulangan Keadaan Darurat
Tim tanggap darurat yang terdiri tim
evakuasi, tim lingkungan, bagian keamanan dan
sistem komunikasi harus berjalan dan
bekerjasama dengan baik, dengan melaksanakan
peran masing – masing dalam kesatuan tim
tanggap darurat (Covan, 1994).
d) Kegiatan Pasca Penanggulangan Keadaan Darurat
(1) Pemulihan Keadaan
Merupakan langkah yang diambil untuk
memulihkan keadaan seperti kondisi normal.
(2) Investigasi dan Pelaporan
Setiap kejadian darurat harus di investigasi
dengan teliti untuk mengetahui penyebab
sekaligus juga untuk mengetahui kelemahan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kelebihan dalam proses penanggulangannya.
Hasil.
(3) Inspeksi dan Audit
Secara berkala dilakukan audit dan inspeksi
sistem \tanggap darurat yang menyangkut
prosedur, sarana dan kemampuan petugas (Ramli,
2009).
6. Pemulihan / Recovery
Setelah keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan harus segera
dipulihkan kembali, apabila tidak ada kerusakan yang berarti maka
pabrik kembali dijalankan dengan sangat hati-hati sesuai dengan
prosedur (start up) dibawah pengawasan ahli dan dilakukan uji coba
operasi dibawah kapasitas normal. Kalau ditemukan kerusakan yang
berarti, langkah pertama adalah menginventarisasi kerusakan, perbaikan
dan rehabilitasi semua kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila
pada operasi percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan operasi normal
(Sahab, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Kerangka pemikiran
Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Sistem dan Prosedur Emergency Response and Preparednes
Tempat Kerja
Sumber Bahaya
Tidak ada Emergency
Response and Preparedness
Kegagalan, kerugian dan kecelakaan
Emergency Response and Preparedness
Perencanaan Tim tanggap darurat
Instrumen sarana dan prasarana
Prosedur
Potensi Bahaya
Keadaan Darurat
Pemulihan
Keadaan normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diambil adalah dengan menggunakan jenis
penelitian deskriptif, menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusdiklat Migas Cepu. Jalan Sorogo 1
Cepu 58315, Kabupaten Blora Jawa Tengah.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini meliputi sistem dan implementasi tanggap darurat
(emergency response and preparedness), berupa kebijakan, kegiatan dan
program perusahaan dan fasilitas penunjang kedaruratan dalam rangka
mendukung program tanggap darurat, terkhususnya sebagai upaya
pengendalian kondisi darurat di Pusdiklat Migas Cepu.
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh penulis, didalam melakukan
penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu
hasil observasi di lapangan dan wawancara dengan narasumber yang
berkaitan dengan objek penelitian.
2. Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari dokumen
perusahan dan referensi pendukung yang masih ada relevansinya
terhadap objek yang sedang diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini
meliputi:
a. Dokumen perusahaan, berupa data dan dokumentasi perusahaan
sebagai data pendukung (data support).
b. Buku referensi dan literatur sumber kepustakaan yang berisi materi
yang relevan terhadap objek yang sedang diteliti.
c. Kumpulan jurnal publik, artikel, maupun informasi dari media
elektronik yang sesuai dengan objek yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam
penyusunan penelitian ini adalah:
1. Wawancara merupakan metode pengumpulan data melalui interaksi
tanya jawab dan diskusi tentang objek permasalahan yang sedang diteliti,
yaitu sistem tanggap darurat (emergency response and preparedness).
2. Observasi lapangan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti
guna mendapatkan data penelitian yang jelas dan terperinci.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mempelajari dan membaca dokumen-dokumen perusahaan dan literatur
dari berbagai sumber terkait dengan objek permasalahan yang diteliti
F. Pelaksanaan
1. Tahap persiapan penulis melakukan serangkaian kegiatan awal, sebelum
pelaksanaan kegiatan magang dimulai adalah:
a. Permohonan surat pengantar untuk melaksanakan magang dari
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kedokteran UNS.
b. Pengajuan permohonan ijin magang di Pusdiklat Migas Cepu.
c. Mempelajari dan mempersiapkan dokumen penunjang, sebagai
dokumen pelaksanaan magang, misal referensi kepustakaan yang
berhubungan dengan sistem dan prosedur tanggap darurat industri
(emergency response preparedness).
2. Tahap pelaksanaan program magang ini dilaksanakan pada tanggal 1
Februari 2011 sampai dengan tanggal 29 Februari 2011, adapun kegiatan
peneliti selama melakukan magang adalah sebagai berikut:
a. Melakukan diskusi dan pembahasan bersama tentang program tanggap
darurat yang diterapkan di Pusdiklat Migas Cepu.
b. Melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui kondisi dan
karakteristik bahaya di area industri yang kemungkinan berpotensi
besar terhadap timbulnya keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Melakukan monitoring, pengujian dan pemeriksaan terhadap fasilitas
sarana prasarana (instrument) penunjang saat terjadi keadaan darurat
(emergency).
d. Mengumpulkan data-data sekunder dari Departement Fire Safety
mengenai emergency response preparedness.
G. Analisa Data
Setelah data yang diperoleh yang berkaitan data emergency response and
preparedness, kemudian data untuk diidentifikasi dan melakukan tinjauan
secara langsung selanjutnya dilakukan penyusunan yang kemudian dianalisa
dengan berpedoman pada undang – undang Permenaker RI No. PER
05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (SMK3) terlampir dalam lampiran 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dan berdasarkan hasil
wawancara terhadap segenap nara sumber, Pusdiklat Migas Cepu tidak
melupakan keselamatan kerja bagi karyawannya, maka kebijakan dan
penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja kini menjadi perhatian
khusus bagi Pusdiklat Migas Cepu, salah satunya adalah penerapan program
dan Sistem Tanggap Darurat (Emergency Response and Preparedness). Hal
ini menjadi landasan Pusdiklat Migas Cepu guna mengendalikan dan
mencegah adanya kemungkinan terjadinya kondisi darurat, terlebih tidak
menutup kemungkinan akan menimbulkan kecelakaan kerja, kerusakan
prasarana maupun kerugian materi maupun non materi yang besar. Hasil
penelitian yang didapat di Pusdiklat Migas Cepu meliputi :
1. Sumber Bahaya
Keadaan darurat yang dimaksudkan dari penerapan tersebut
berdasarkan ruang lingkup yang dicakup dari adanya sumber bahaya
seperti :
a. Kebakaran
Tempat yang berpotensi terjadi kebakaran adalah unit pengolahan
kilang, power plant dan wax plant.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Kebocoran gas
Tempat yang berpotensi terjadi kebocoran gas adalah di unit
pengolahan kilang dan dapur.
c. Kebocoran gas dan atau tumpahan minyak dari bahan kimia
Tempat yang berpotensi adalah di kilang dan laboratorium.
d. Kegagalan tenaga
Tempat yang berpotensi terjadi kegagalan tenaga adalah kilang,
power plant dan boiler plant.
2. Emergency Response and Preparedness
Dalam lingkungan Pusdiklat Migas Cepu keadaan darurat
merupakan insiden di Pusdiklat Migas Cepu, dimana semua pegawai dan
manajemen yang ada masih mampu menanggulanginya berdasarkan
pedoman keadaan darurat yang diberlakukan di Pusdiklat Migas Cepu,
fokus dari keadaan darurat yang dilakukan oleh Pusdiklat Migas Cepu
adalah di unit kilang dimana unit tersebut berpotensi menimbulkan
bahaya terbesar yang dapat menimbulkan bahaya di lingkungan Pusdiklat
Migas Cepu.
a. Tujuan umum
Dilaksanakan proses pengendalian dan penanggulangan keadaan
darurat yang bertujuan untuk menyelamatkan sebagian atau seluruh
harta benda (investasi vital) serta tenaga kerja yang berada di lokasi
terjadinya keadaan darurat dengan usaha semaksimal mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Ruang Lingkup
Ketentuan kebijakan tanggap darurat ini berlaku untuk semua
personil yang berada di dalam lingkungan Pusdiklat Migas Cepu
yaitu meliputi karyawan, tamu, dan juga lingkungan yang ada
didalamnya bisa dikatakan tanpa terkecuali sehingga wajib untuk
dilakukan.
c. Peran Fungsionaris dan Tanggung Jawab
Organisasi dibuat dan disesuaikan berdasarkan tugas dan fungsi
serta tanggung jawab bidang atau bagian terkait yang disahkan oleh
Kepala Pusdiklat Migas Cepu yang didistribusikan kesetiap bidang
atau bagian di lingkungan Pusdiklat Migas Cepu, apabila ada pejabat
dari fungsi bidang atau bagian terkait tidak berada ditempat atau
berhalangan maka pejabat pengganti yang ditunjuk secara otomatis
akan menjalankan tugas dari pejabat yang digantikan.
3. Emergency Response Plan
Perencanaan yang dilakukan Pusdiklat Migas adalah melakukan
penanggulangan keadaan darurat dan persiapan untuk menghadapi
kejadian-kejadian yang tidak terduga. Dalam pelaksanaan prosedur
menghadapi keadaan darurat di Pusdiklat Migas Cepu, dari hasil
wawancara yang dilakukan Fire Chief bertugas melaksanakan
penyusunan perencanaan dan penempatan tim keadaan darurat. Hal – hal
yang perlu diatur dalam prosedur kesiapsiagaan tanggap darurat adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Identifikasi jenis darurat atau bencana yang potensial yang terjadi baik
di dalam lingkungan Pusdiklat Migas Cepu seperti kebakaran,
kebocoran gas, kebocoran dan tumpahan minyak, kegagalan tenaga
dan keadaan krisis.
b. Mempersiapkan tim penanggulangan keadaan darurat beserta tugas
dan struktur organisasinya (tim pemadam kebakaran, tim evakuasi,
tim rescue, keamanan, safety dan tim lingkungan).
c. Mempersiapkan sarana dan fasilitas keadaan darurat yang diperlukan
dalam penannggulangan keadaan darurat.
d. Tenaga kerja mendapat sosialisasi dan pelatihan mengenai prosedur
keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat resikonya.
e. Pelatihan khusus bagi tim penanggulangan yang telah ditunjuk
(emergency drill).
f. Alur proses cara menghadapi keadaan darurat diantaranya alur
koordinasi dan alur komunikasi, instruksi keadaan darurat dan
hubungan keadaan darurat diperhatikan secara jelas dan
dikomunikasikan pada seluruh karyawan.
g. Peta evakuasi dan titik berkumpul (assembly point) telah ditentukan
dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan Pusdiklat Migas Cepu.
h. Pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan terhadap alat dan sistem
proteksi keadaan darurat, misalnya : Apar, Fire Hydrant, alarm system
dan lain – lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4. Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team)
Tim tanggap darurat dibentuk sebagai salah satu langkah
pengendalian terpadu dalam rangka mengendalikan dan menanggulangi
keadaan darurat yang timbul di tempat kerja, maka dibentuklah tim
tanggap darurat perusahaan. Organisasi tingkat perusahaan ini,
beranggotakan perwakilan dari semua Departemen atau unit kerja. Tim
ini dipimpin langsung oleh Kepala Bidang Sarana Kilang. Tim tanggap
darurat, terdiri dari tim kebakaran, tim penyelamat, tim pengawas
lingkungan, tim keamanan, tim medis, tim logistik dan tim komunikasi.
Struktur organisasi tim tanggap darurat Pusdiklat Migas Cepu, terdiri dari
semua personil yang berada di setiap unit kerja. (Bagan struktur
organisasi dapat dilihat secara terperinci pada lampiran 7). Tim tanggap
darurat di Pusdiklat Migas, terdiri dari:
a. General Manager
Kepala Pusdiklat Migas Cepu sebagai penanggung jawab
operasional penanggulangan dan pengendalian keadaan darurat.
b. Fire Chief
Kepala Bidang Sarana Kilang sebagai pimpinan pusat
pengendalian yang bertugas mengkoordinir dan memimpin kegiatan
penanggulangan keadaan darurat dan juga menentukan status
keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c. Deputy Fire Chief
Kepala Sub Bidang Kilang bertindak sebagai Fire Chief sebelum
Fire Chief tiba di PUSKODAL, bertugas mencegah keadaan darurat
tidak meluas, yang terdiri dari :
1) On Scene Comander (OSC)
Kepala pengelola LK3 yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan teknis operasional penanggulangan keadaan darurat
di lokasi kejadian tim ini meliputi TPKD (Tim Inti Pelaksana
Keadaan Darurat) dan TBKD (Tim Bantuan Keadaan Darurat).
Keputusannya bersifat mengikat dan hanya dapat dirubah oleh
Fire Chief.
2) Fire Officer
Pengelola pemadam api bertanggung jawab (organisasi
pemadam kebakaran terlampir pada lampiran 8):
a) Melaksanakan penanggulangan bahaya kebakaran dan
keselamatan timnya yaitu memegang pimpinan regu pemadam
kebakaran.
b) Melaksanakan intruksi-intruksi yang diberikan oleh OSC (On
Scense Comander).
c) Selalu berkomunikasi dan berkonsultasi dengan OSC (On
Scence Comander).
3) Safety Officer
Pengelola keselamatan kerja bertanggung jawab :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a) Usaha pencegahan kecelakaan selama dan sesudah keadaan
darurat.
b) Menentukan radius “fire Zone” bagi kendaraan pemadam,
ambulance serta kendaraan lainnya.
c) Mengkoordinir usaha evakuasi dan memastikan adanya
peralatan yang diperlukan.
4) Enviromental Officer
Pengelola lindungan lingkungan bertanggung jawab :
a) Melaksanakan penanggulangan pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh keadaan darurat.
b) Menyiapkan peralatan penanggulangan pencemaran untuk
mengantisipasi tumpahan minyak yang menuju keparit atau
perairan bengawan solo dan monitoring pencemaran udara.
d. Fire Station
Pengawas operasional pemadam api bertanggung jawab
(tanggung jawab dan uraian pekerjaan terlampir pada lampiran 9):
1) Menyiapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan.
2) Menjamin tersedianya tenaga operator pompa pemadam dari
LK3.
3) Mendata dan mengatur personil-personil yang tergabung dalam
organisasi keadaan darurat.
4) Mencatat semua kejadian dalam suatu buku untuk dijadikan
bahan evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
e. Fire Warden
Jabatan teratas dalam tiap unit yang ditunjuk oleh Kepala
Pusdiklat Migas Cepu, Bertanggungjawab untuk mengkoordinir
tindakan evakuasi ditempat kerja.
f. Koordinator Umum
Kepala bidang Tata Usaha, bertugas mengkoordinir terhadap
semua kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung operasional
penanggulangan dan pengendalian keadaan darurat, yang terdiri :
1) Operasional Pengamanan
Kepala operasional keamanan bertugas sebagai koordinator
khusus keamanan yang bertanggung jawab :
a) Kelancaran pelaksanaan kegiatan guna membantu dan
mendukung upaya pengendalian dan penanggulangan keadaan
darurat.
b) Pelaksanakan evakuasi.
c) Mengatur lalulintas dan membuka pintu-pintu darurat dan
memastikan agar kendaraan dan personil yang memiliki
identitas untuk diizinkan masuk kedaeerah kejadian.
d) Mendata semua pengunjung, tamu atau kontraktor melalui
pencatatan yang sudah dilakukan.
2) Koordinator Logistik
Kepala sub bagian kepegawaian dan umum,
bertanggungjawab atas kelancaran penyediaan material, transport,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dan konsumsi yang dibutuhkan selama dan sesudah
penanggulangan keadaan darurat.
3) Operasional Pelayanan Medis
Kepala rumah sakit migas salah satu koordinator khusus
kesehatan, bertanggung jawab :
a) Kelancaran semua pelaksanaan semua kegiatan pelayanan
medis bagi korban keadaan darurat.
b) Mengadakan koordinasi dengan rumah sakit lain diluar
Pusdiklat Migas.
4) Operasional Telekomunikasi
Kepala pengoperasian jaringan komunikasi dan
telekomunikasi bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanakan
kegiatan guna membantu dan mendukung upaya pengendalian
dan penanggulangan keadaan darurat hand phone atau perangkat
telekomunikasi telepon seluler baik milik Pusdiklat Migas
maupun milik pribadi dapat digunakan dalam area selama
keadaan darurat.
5) Operasional Humas
Kepala pengelola Humas, bertanggung jawab atas :
a) Kelancaran kegiatan dalam mendukung upaya penanggulangan
dan pengendalian keadaan darurat.
b) Pembuatan dokumentasi yang berhubungan dengan keadaan
darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c) Menyiapkan data-data untuk siaran pers.
Selain itu, Pusdiklat Migas juga membantu dalam usaha tanggap
darurat diluar aset Pusdiklat Migas Cepu sebagai tanggung jawab moral
terhadap masyarakat Cepu dan sekitarnya, setelah ada permintaan dari
Pemerintah Daerah.
5. Instrumen Sarana dan Prasarana Keadaan Darurat
Pusdiklat Migas Cepu telah menyediakan beberapa sarana prasarana
dan instrumen kedaruratan, guna menunjang dalam proses
penanggulangan dan pengendalian keadaan darurat (emergency).
Beberapa fasilitas Emergency Response Pusdiklat Migas Cepu adalah
sebagai berikut:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Hasil pengamatan dan interview, Pusdiklat Migas Cepu untuk
mengantisipasi dan mengendalikan bahaya kebakaran tahap awal
disediakan alat pemadam api ringan (APAR). Jenis APAR yang
tersedia adalah foam, dry chemical, CO2, dan halotron.
Pemeriksaan APAR sendiri dilakukan setiap 6 bulan sekali,
dengan penempatan APAR 125 cm diukur dari dasar lantai dan
menggantung pada gantungan atau bracket yang telah disediakan
untuk jarak pemasangan berjarak 15 meter. Agar keamanan APAR
terjaga dan digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan
fungsinya, untuk itu Pusdiklat Migas Cepu rutin melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pengecekan ditiap unit (Pemeriksaan APAR secara terperinci dapat
dilihat pada lampiran 10).
b. Hydrant
Pusdiklat Migas Cepu menyediakan Hydrant baik di dalam
gedung maupun di luar gedung yang tersebar dimasing-masing unit
kerja. Hydrant merupakan salah satu peralatan pemadam kebakaran
yang digunakan untuk mengeluarkan air pemadam yang bertekanan
dari suatu instalasi jaringan pipa air pemadam. Pipa terpasang tetap
yang dihubungkan dengan sumber air melalui sistem perpipaan yang
fungsinya sebagai sumber air yang dibutuhkan untuk pencegahan
atau pemadam kebakaran. Air pemadam yang disuplai oleh hydrant
merupakan air pemadam yang bertekanan (Fire Water Outlet),
dimana air tersebut berasal dari jaringan pipa air pemadam yang
mendapat suplai air bertekanan dari pompa utama pemadam
kebakaran.
c. Foam Chamber
Foam chamber adalah alat pemadam api yang terpasang pada
tangki-tangki kilang yang apabila tejadi kebakaran maka kaca foam
chamber akan pecah ketika mendapat tekanan dari saluran hydrant
yang dibuka, setelah itu foam chamber akan mengeluarkan busa dan
masuk kedalam tangki-tangki lewat pipa besi. Busa dari foam
chamber berasal dari FPT (Foam Pressure Proportioning Tank). Di
Pusdiklat Migas Cepu terdapat 3 FPT. FPT adalah tabung yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
digunakan tempat untuk mengolah air dan foam konsentrat dan akan
menghasilkan foam solution.
d. Water Drenching
Water drenching adalah alat pemadam api dan pendingin yang
dipasang pada tangki-tangki yang apabila terjadi kebakaran maka
saluran hydrant dibuka dan water drenching akan terbuka dan
mencurahi bagian atas tangki kilang. Water drenching bekerja secara
penyelimutan.
e. Mobil Pemadam Kebakaran
Mobil pemadam kebakaran rangkaian dari beberapa unit sistem
yang secara garis besar terdiri dari:
1) Engine dan Chasis kendaraan
2) Pompa dan PTO (Power Take Off)
Bagian tersebut dirangkai melalui sistem mekanik elektrik,
konstruksi bodi dan sistem perpipaan, sehingga merupakan suatu
unit secara utuh dan berfungsi sebagai kendaraan pemadam
kebakaran dan media pemadam sesuai dengan kebutuhan. Pusdiklat
Migas Cepu memiliki 3 mobil pemadam kebakaran yang masing-
masing mempunyai kapasitas air yang berbeda akan tetapi karena
usia mobil yang tidak memungkinkan hanya 2 mobil yang mampu
beroperasi. Perawatan yang dilakukan secara berkala seperti
mengganti oli, pemeriksaan pompa pada mobil dan peralatannya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
serta servis suku cadangnya. Tahun 2011 disiapkan untuk pengadaan
1 unit mobil pemadam baru.
f. Fire Alarm System
Pengertian dari alarm kebakaran adalah komponen dari sistem
yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran yang
berupa :
1) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa
bunyi khusus.
2) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang
tertangkap oleh pandangan mata secara jelas.
Alarm keadaan darurat dibunyikan pada saat keadaan darurat
terjadi dan dibunyikan oleh petugas LK3 fire chief dengan ketentuan
jika keadaan darurat besar terjadi suling dibunyikan selama 15 detik,
berhenti 10 detik dibunyikan secara berulang – ulang selama 3
menit. Pemeriksaan dilakukan satu kali dalam seminggu setiap hari
jumat.
g. Tanda Petunjuk Keluar dan Pintu Darurat
Arah jalan keluar diberi tanda sehingga dapat mudah ditemukan
terutama penunjuk arah untuk pintu darurat. Keadaan darurat atau
terancam orang lebih cenderung untuk melakukan tindakan ceroboh
dan ragu – ragu dalam menentukan jalan mana yang harus ditempuh.
Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk atau cenderung
berbahaya bagi orang tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Disimbolkan dengan penunjuk arah baik itu panah atau tulisan
yang bertuliskan “EXIT” ini terdapat pada gedung utama dan setiap
laboratorium. Tanda EXIT dan petunjuk arah warna dasar hijau
dengan tulisan putih juga terdapat lampu terang agar pada waktu
gelap pun dapat terlihat tulisan EXIT tersebut, tanda ini telah
terpasang beserta denah di setiap lantai yang berfungsi menunjukkan
lokasi pintu darurat berada. Untuk pintu darurat di Pusdiklat Migas
Cepu bebas dari halangan apapun dan terdapat 2 pintu untuk jalan
keluar darurat, agar pada saat keadaan darurat tidak terjadi
penumpukan pekerja di tempat kejadian.
h. Tempat Berkumpul Sementara (Assembly Point and Muster Point)
Assembly point adalah tempat berkumpul aman yang
mempunyai tujuan melindungi pekerja maupun penghuni gedung
lainnya setelah dilakukan evakuasi. Pusdiklat Migas Cepu
menempatkan di 6 titik, yaitu depan kantor Pusdiklat sebagai Muster
Point, depan unit pengolahan, ruang boiler, laboratorium, ruang
peraga, dan power plant.
Karena kurangnya perawatan sehingga ada beberapa yang
kondisinya rusak Seperti kerusakan yang ditemui di beberapa titik
pemasangan, pudarnya warna sehingga tulisan “A” yang
dilambangkan sebagai Assembly point tidak begitu terlihat dengan
jelas. Depan laboratorium yang terpasang assembly point juga
ditemui adanya parkir sepeda motor dimana hal tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
menggangggu akses keluar dan berkumpul ketika ada keadaan
darurat (Peta terlampir pada lampiran 11).
i. Tanda Peringatan
Adalah tanda peringatan untuk larangan atau himbauan yang
menyatakan keadaan kondisi area tersebut, sehingga harus
mematuhinya sesuai yang tertulis pada tanda peringatan. Larangan
itu seperti dilarang merokok, dilarang mengaktifkan handphone di
kawasan kilang dan slogan pemakaian APD, dilakukan untuk
pencegahan terjadinya keadaan darurat yang tidak diinginkan seperti
kebakaran.
Pada saat penelitian dilakukan ada beberapa tanda peringatan
dalam keadaan rusak yaitu kawasan kilang, tulisan tidak terlihat dan
juga papan yang sudah tidak layak lagi untuk dipergunakan lagi.
j. Alat Pelindung Diri (APD)
Pusdiklat Migas telah menyediakan alat pelindung diri, dengan
disesuaikan pada karakteristik bahaya setiap area kerja. Alat
pelindung diri yang disediakan pihak Pusdiklat Migas adalah:
1) Safety shoes
2) Ear plug / ear muff
3) Masker
4) Safety Helmet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
k. Kotak P3K
Kotak P3K ditempatkan disetiap tempat kerja yang merupakan
sarana kelengkapan medis dengan kelengkapan obat standar. Dari
hasil observasi ditemukan kotak P3K yang terdapat obat – obat yang
setelah digunakan tidak dikembalikan, seperti obat merah dan plester.
l. Peta Evakuasi
Peta evakuasi adalah gambar arah penyelamatan diri pada saat
terjadi keadaan darurat berupa arah keluar seperti yang ditunjukkan
didalam peta. Penempatan peta evakuasi Pusdiklat Migas Cepu
diletakkan pada setiap dinding dekat pintu, bertujuan agar mudah
dilihat orang yang lewat, diharapkan sebagai media informasi.
(Denah peta evakuasi terlampir pada lampiran 12).
6. Prosedur Pelaksanaan Emergency Response and Preparedness
a. Pelaporan dan Fasilitas Pelaporan
Setiap keadaan darurat yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
Pusdiklat Migas Cepu perlu segera dilaporkan oleh siapapun yang
mengetahui hal tersebut. Untuk menghindari kesalahan dalam
penyampaian dan penerimaan informasi tersebut, maka tata cara
pelaporan diatur sebagai berikut :
1) Pelapor harus berbicara tenang, jelas dan singkat
2) Sebut nama, nomor pegawai dan bagian
3) Sebut jenis keadaan darurat dan lokasinya
4) Informasi singkat situasi dilokasi termasuk jika ada korban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
5) Fire station mengoreksi dan mengulangi informasi yang diterima
6) Fasilitas yang dapat digunakan adalah radio komunikasi dengan
kode panggil pada frekuensi 157.32 dan telpon (0296) 421888
Ext. 145
b. Tahap Pra Alarm (Initial Action)
Pengaturan ini adalah agar kondisi keadaan darurat sedapat
mungkin ditanggulangi dan dikendalikan secara cepat agar tidak
meluas, tidak membesar dan menghindari kerugian yang lebih besar,
tindakan yang harus dilakukan :
1) Unit produksi segera mengambil tindakan awal. Mengendalikan
operasi, berkoordinasi dengan pimpinan setempat dan
menginformasikan keadaan setempat
2) Fire station mencatat semua informasi, menuju lokasi dengan
membawa peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis keadaan
darurat, untuk melakukan isolasi sehingga mudah dikendalikan.
Selanjutnya menghubungi TBKD untuk membantu upaya
penanggulangan.
3) Satuan pengamanan melaksanakan intruksi kerja yang telah
ditetapkan dan anggota lainnya siap siaga dipos jaga masing-
masing
4) Bagian lain tetap waspada terhadap perubahan keadaan dan
dilarang mendekati lokasi dan menunggu intruksi selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Alarm (Alerting System)
Dibunyikan oleh petugas LK3 yang berada diruang jaga Fire
station atas perintah pejabat yang berwenang yaitu fire chief dan
deputy fire chief. Alerting system hanya dibunyikan apabila terjadi
keadaan darurat besar dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Keadaan darurat besar : suling dibunyikan (ON) selama 15 detik,
(OFF) selama 10 detik berulang-ulang dengan lama waktu
dibunyikan selama 3 menit.
2) Keadaan aman (all clear) : suling dibunyikan selama 3 menit
terus menerus.
d. Tahapan Alarm
Tahap ini dilakukan apabila kondisi keadaan darurat dinilai
semakin bertambah serius serta dibutuhkan upaya penanggulangan
total yang lebih terpadu, terorganisir dan terkoordinasi dengan
mengerahkan semua sumber daya yang ada baik sumber daya
manusia, tenaga maupun peralatan. Guna mendukung tercapainya
sisitem pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat yang
baik, aman, efektif dan efisien, maka setiap fungsi bagian perlu
menyusun suatu pembagian tugas dan tanggung jawab personil yang
disahkan oleh masing-masing kepala bidang.
e. Komunikasi Keadaan Darurat
Pada saat operasi pengendalian dan penanggulangan keadaan
darurat, komunikasi merupakan hal yang paling penting dan sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mempengaruhi cepat atau lambatnya operasi tersebut. Semua
fasilitas komunikasi hanya boleh digunakan untuk hal-hal yang
sangat penting yang berkaitan dengan keadaan darurat.
Jalur komunikasi yang digunakan adalah radio komunikasi
handy talky dengan frekuensi yang sudah diatur selain itu juga bisa
melalui telepon. Karena keterbatasan alat untuk komunikasi antar
anggota digunakan alat komunikasi hand phone.
f. Transportasi
Keefektifan dan kecepatan sistem pengendalian dan
penanggulangan keadaan darurat salah satunya sangat ditentukan
juga oleh tersediannya sumberdaya manusia dan peralatan.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi antara lain :
1) Pool angkutan menyiapkan mobil angkutan barang/orang dan
segera mengirimkan ke fire station
2) Pengelola angkutan dan kendaraan ringan harus segera
menyediakan dan menyiapkan alat angkut berat
3) Apabila hendak meninggalkan kendaraan didalam area kilang,
maka kunci kendaraan harus tetap berada ditempatnya,
mematikan mesin serta dilarang mengunci pintu kendaraan.
g. Pelayanan Medis
Pelayanan medis untuk penanggulangan keadaan darurat
bekerjasama dengan tim medis Rumah Sakit Migas. Sistem
pelayanan medis yang sangat cepat dan tepat menghindari atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengurangi tingkat keparahan, cidera, cacat atau gangguan
kesehatan lain pada korban yang terkena akibat dari keadaan darurat.
Oleh sebab itu maka Rumah Sakit Migas perlu membuat standar
operasional kerja (SOP) guna mengantisipasi dan mempersiapkan
semua peralatan medis serta tenaga medis bila terjadi keadaan
darurat. SOP tersebut meliputi :
1) Mengatur pergerakan mobil ambulance
2) Mengatur tugas dari para medis
3) Mengatur sistem kerjasama rumah sakit terdekat
4) Mengatur sistem pelayanan medis
5) Mengatur sistem kerjasama dan koordinasi dengan rumah sakit
rujukan.
h. Penyelamatan Jiwa Manusia dan Barang (Rescue and Salvage)
Salah satu antisipasi yang perlu dipersiapkan dalam sistem
penanggulangan keadaan darurat adalah tindakan pencarian. Hal ini
bertujuan untuk menyelamatkan jiwa manusia, harta benda,
dokumen dan aset penting lainnya agar kelangsungan kegiatan
operasional Pusdiklat Migas Cepu dapat terjamin.
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan
ini adalah :
1) Informasi yang tepat mengenai penyelamatan korban, peralatan
yang perlu diselamatkan seperti informasi jumlah, lokasi, jalur
masuk dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2) Mempersiapkan anggota tim yang telah terlatih.
3) Mempersiapkan peralatan-peralatan penyelamatan yang
diperlukan termasuk peralatan proteksi bagi anggota tim.
i. Evakuasi
Tindakan evakuasi diperlukan dengan tujuan untuk
menghindari kemungkinan jatuhnya korban manusia yang dapat
diakibatkan oleh keadaan darurat. Oleh sebab itu maka semua
pegawai yang tidak terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat
harus diungsikan ke tempat yang aman dari pengaruh keadaan
darurat. Ada tiga tingkatan yang harus dilakukan dalam prosedur
evakuasi (Prosedur evakuasi terlampir dalam lampiran 13):
1) Partial Evacuation
Dilakukan pada semua pegawai yang tidak terlibat pada
penanggulangan tersebut, segera menuju Assembly Point dan atau
Muster Area.
2) Plant Evacuation
Dilakukan bila keadaan menjadi serius sehingga semua pegawai
dipindahkan menjauhi tempat kejadian ketempat aman yang telah
ditentukan.
3) Community Evacuation
Dilakuakan apabila kondisi telah meluas dan telah berpengaruh
terhadap penduduk sehingga semuanya dipindahkan ketempat
aman yang telah ditentukan (misalnya komplek perumahan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Langkah – langkah evakuasi yang dilaksanakan Pusdiklat Migas
Cepu adalah
1) Alarm berbunyi.
2) Mematikan aliran listrik.
3) Segera keluar ruangan berjalan cepat dan teratur.
4) Mendahulukan orang cacat, lansia dan ibu hamil.
5) Mengikuti rute emergency exit menuju pintu darurat dan tangga
darurat, dilarang menggunakan lift.
6) Selanjutnya menuju tempat bertkumpul sementara dan menjauhi
bangunan.
7) Melakukan pengecekan jumlah anggota.
j. Investigasi dan Pelaporan
Setelah proses evakuasi selesai, langkah selanjutnya menghitung
jumlah karyawan yang ada disesuaikan dengan data yang didapat
pada daftar hadir karyawan pada saat memasuki tempat kerja yang
dilakukan oleh fire warden dari tiap unit dibantu tim keamanan
(security). Hasil penanggulangan yang sudah dilaksanakan untuk
selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk data yang selanjutnya
dilaporkan didalam rapat bersama. Langkah selanjutnya adalah
pemulihan keadaan setelah pelaksanaan kegiatan tanggap darurat
selesai dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
k. Jenis Keadaan Darurat dan Mekanisme
1) Kebakaran
Langkah – langkah yang perlu diambil antara lain :
a) Pelapor kejadian kebakaran akan memberikan informasi
kebakaran ke fire station.
b) Setelah menerima berita atau laporan, regu pemadam segera
berangkat dengan mobil pemadam beserta fireman.
c) Asisten di fire station menyampaikan berita kebakaran ke
seluruh petugas LK3 melalui HT/ telepon.
d) fire Officer langsung menuju ketempat kebakaran untuk
memimpin operasi pemadaman.
e) On Scene Comander (OSC) menuju lokasi untuk memimpin
operasi penanggulangan kebakaran.
f) Regu pemadam (off duty) dan regu bantuan pemadam
kebakaran (on duty/off duty) segera menuju ke fire station.
g) Pada unit yang terbakar (on duty) dengan segera melakukan
pemadaman awal serta melokalisir agar tidak meluas.
h) Fire warden bertanggung jawab melakukan tindakan
evakuasi, unit yang terbakar melaporkan kejadian kepada
kepala pengelola masing – masing dan menjalankan intruksi
kerja (SOP) keadaan darurat kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2) Kebocoran Gas
Mencegah penyebaran gas explosive dan menutup atau
memperbaiki kebocoran dengan tindakan sebagai berikut :
a) Operator kilang setelah mengetahui adanya kebocoran gas,
segera mematikan sumber api : pengelasan, mesin gerinda,
dan semua motor bakar.
b) Petugas SATPAM segera menghentikan semua kendaraan
bermotor yang memasuki area kilang dan mematikan mesin
serta menutup semua jalan yang menuju ke kilang.
c) Petugas KK segera memeriksa konsentrasi gas dan sebaran
gas diarea kilang dan memasang rambu – rambu tanda
bahaya gas explosive.
3) Tumpahan Minyak
Mengatur tata cara dan pelaksanaan penanggulangan
tumpahan minyak dari area kilang, sehingga tidak
mengakibatkan pencemaran dan kebakaran dengan tindakan
sebagai berikut :
a) Bila tumpahan minyak terjadi di area kilang, operator kilang
segera menghubungi petugas LL (lindungan Lingkungan) dan
fire station.
b) Petugas LL (Lindungan Lingkungan) akan segera menutup
oil catcher dan melokalisir tumpahan minyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c) Petugas KK (Keselamatan Kerja) akan segera menutup
daerah tumpahan minyak dan memasang rambu tanda
bahaya.
d) Segera mematikan sumber api.
e) Operator kilang harus segera menghentikan aliran minyak
dan segera dilakukan perbaikan, petugas SATPAM kilang
segera mengamankan lokasi tumpahan.
4) Kegagalan Tenaga
Mengatur tata cara penanggulangan kegagalan tenaga,
sehingga tidak mengakibatkan gangguan yang serius terhadap
operasi kilang dengan tindakan sebagai berikut :
a) Kepala pengelola pembangkit dan distribusi listrik langsung
menghubungi kepala pengelola distilasi melalui telepon
untuk mengatur unit – unit yang akan stop operasi.
b) Kepala pengelola pembangkit dan distribusi listrik langsung
menuju ke power station untuk menormalkan kembali
kegagalan tenaga.
c) Kepala regu pembangkit listrik menghubungi fire station
menginformasikan kejadian kegagalan tenaga di power
station.
d) Operator kilang melaksanakan intruksi kerja (SOP) khusus
kegagalan tenaga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
7. Program Peningkatan Kesadaran Darurat
Pelatihan penanggulangan keadaan darurat (emergency drill)
merupakan salah satu bagian daripada proses perencanaan
penanggulangan keadaan darurat. Pelatihan ini melibatkan semua
personil dan harus dilaksanakan setiap 4 (empat ) kali setahun. Pelatihan
penanggulangan keadaan darurat hanya melibatkan unit terkait, LK3,
Keamanan, Humas dan kesehatan secara terencana, terkoordinasi dan
mencakup semua aspek yang terkandung didalam pedoman
penanggulangan keadaan darurat (skenario keadaan darurat terlampir
pada lampiran 14), seperti antara lain :
a. Sistem koordinasi dan komando
b. Pengendalian operasi kilang pada saat keadaan darurat
c. Fire fighting
d. Pelayanan medis
e. Keamanan
f. Tim bantuan keadaan darurat
Untuk pelatihan yang dilakukan dari data evaluasi pelatihan tahun
2010 sampai saat ini masih kurang terampil, masih ada pekerja yang
kurang merespon dalam kegiatan pelatihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan, tentang sistem dan prosedur Emergency
Response and Preparedness yang diimplementasikan oleh Pusdiklat Migas
Cepu dapat dibahas sebagai berikut:
1. Emergency Response and Preparedness
Pusdiklat Migas Cepu disamping sebagai tempat pendidikan dan
pelatihan, juga mempunyai unit pengolahan minyak mentah atau crude oil.
Unit tersebut mempunyai potensi bahya yang dapat menimbulkan keadaan
darurat seperti kebakaran, kebocoran gas, tumpahan minyak dan kegagalan
tenaga. Keselamatan di lingkungan Pusdiklat Migas sangat diperlukan
dengan penanggulangan keadaan darurat, untuk itu Pusdiklat Migas siap
untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat yang
mungkin terjadi.
Bila dilihat dalam Undang-undang RI No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, pada pasal 3 ayat 1 yang menyatakan bahwa adanya
ketetapan-ketetapan dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan,
memadamkan kebakaran, menanggulangi bahaya peledakan serta
memberikan kesempatan/jalur penyelamatan diri pada waktu terjadi
kejadian darurat bahaya.
Dapat dikatakan bahwa Pusdiklat Migas Cepu telah melaksanakan
usaha keadaan darurat guna meningkatkan usaha penanggulangan dan
pengendalian sumber bahaya selain itu juga pengadaan sarana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
prasarana guna mendukung kelancaran keadaan darurat bila terjadi dan
juga pembuatan skenario untuk melakukan prosedur keadaan darurat.
2. Emergency Response Plan
Pelaksanaan prosedur menghadapi keadaan darurat di Pusdiklat Migas
Cepu agar penanggulangan dapat berjalan lancar, Pusdiklat Migas Cepu
membuat penyusunan perencanaan keadaan darurat yang memuat tentang
persiapan penanggulangan keadaan darurat meliputi kebakaran, kebocoran
gas, kegagalan tenaga dan tumpahan minyak.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP. 186/MEN/1999
tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Pasal 2 ayat 2
tentang kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja pada poin “f” diharapkan memiliki buku rencana
penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau
tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. Isi buku
rencana keadaan darurat diperjelas pada ayat 4 yang memuat antara lain:
a. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara
pencegahannya.
b. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di
tempat kerja.
c. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran.
e. Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.
Pusdiklat Migas Cepu dalam penyusunan perencanaan
penanggulangan keadaan darurat telah dilaksanakan, dari hasil tersebut
bisa dikatakan sesuai dengan peraturan tersebut.
3. Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team)
Tim tanggap darurat dibentuk sebagai salah satu langkah pengendalian
terpadu dalam rangka mengendalikan dan menanggulangi keadaan darurat
yang timbul di tempat kerja, maka dibentuklah tim tanggap darurat di
Pusdiklat Migas Cepu.
Keputusan Menteri Tenaga kerja RI No.Kep 186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja pasal 1 point “c”
Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.
Pusdiklat Migas Cepu telah sesuai dengan peraturan tersebut yang
menyatakan dalam penanganan keadaan darurat dibutuhkan tim atau
organisasi tanggap darurat, Pusdiklat Migas telah memiliki tim dalam
pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4. Instrumen Sarana dan Prasarana Keadaan Darurat
Fasilitas sarana dan prasarana keadaan darurat yang ada di Pusdiklat
Migas Cepu adalah sebagai berikut :
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pusdiklat Migas Cepu telah memasang dan memelihara APAR
pada setiap tempat, sebagai upaya pencegahan terjadinya kebakaran.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan terutama pada pasal 4 tentang peletakan
ketinggian APAR 125 cm dari dasar lantai. Peletakan APAR
diletakkan menggantung pada gantungan yang telah disediakan
pembuat, yang sering disebut dengan bracket ini sesuai pada Bab II
pasal 6 ayat 1 setiap alat pemadam api ringan harus dipasang
(ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang
atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam
lemari atau peti (box) yang tidak dikunci. Pasal 6 juga menerangkan
mengenai perawatan yang dilakukan 2 kali dalam satu tahun.
Persyaratan pemasangan APAR dan perawatan di Pusdiklat
Migas Cepu, telah sesuai dengan peraturan tersebut dan telah
dilaksanakan.
b. Hydrant
Pusdiklat Migas Cepu menyediakan Hydrant baik di dalam
gedung maupun di luar gedung yang tersebar dimasing-masing unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kerja. Pemenuhan kebutuhan air dalam proses pemadaman api dapat
tercukupi untuk penanggulangannya, dengan peralatan yang
digunakan untuk mengeluarkan air yang bertekanan dari suatu
instalasi jaringan pipa air.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan
Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi Pasal
34 ayat 2 Pengusaha wajib menyediakan alat pemadam kebakaran
beserta perlengkapan penyelamat yang baik yang setiap saat siap
untuk digunakan, termasuk instalasi air yang permanen dengan
tekanan yang diperlukan lengkap dengan hydrant secukupnya, mobil
pemadam kebakaran dengan air dan bahan kimia dalam jumlah yang
cukup dan apabila diperlukan, instalasi permanen untuk pemadam
kebakaran dengan bahan kimia.
Sarana fasilitas kebakaran yaitu Hydrant di Pusdiklat Migas Cepu
telah sesuai dengan peraturan tersebut dimana penyediaan alat
kebakaran oleh pengusaha atau pimpinan Pusdiklat Migas Cepu telah
dipenuhi.
c. Mobil Pemadam Kebakaran
Pusdiklat Migas Cepu memiliki 2 armada yang masih berfungsi
dengan baik, untuk kebutuhan penanggulangan kebakaran di
lingkungan Pusdiklat masih memadai untuk di tangani sendiri
menggunakan 2 armada tersebut. Perawatan yang dilakukan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
rutin diharapkan dapat menjaga kelayakan mobil dalam upaya
kesiapan menanggulangi keadaan darurat.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan
Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi Pasal
34 ayat 2 menyebutkan pengusaha meyediakan alat kebakaran berupa
mobil pemadam kebakaran dengan air dan bahan kimia dalam jumlah
yang cukup dan apabila diperlukan.
Pengadaan mobil kebakaran di Pusdiklat Migas Cepu telah sesuai
dengan peraturan tersebut, pengusaha telah menyediakan alat
pemadam kebakaran seperti yang tertulis dalam peraturan.
d. Fire Alarm System
Pusdiklat Migas Cepu menyediakan sarana alarm system yang
digunakan sebagai tanda sinyal adanya bahaya yang sedang terjadi
dengan isyarat bunyi, terpasang pada dinding.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-
02/MEN/1983 Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik yang
disebutkan bahwa, “Setiap bangunan ruangan harus dilindungi secara
tersendiri dan detektor tersebut harus dipasang pada bagian bangunan,
kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi sebelumnya
dengan sistem pemadam kebakaran otomatik.”
Fire alarm yang telah terpasang pada Pusdiklat Migas Cepu jika
dilihat dari Menteri Tenaga Kerja No. Per/02/MEN/1983 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Instalansi Alarm Kebakaran Otomatik, telah sesuai pemasangannya
mulai dari panel, indikator alarm, sumber energy dan sirene.
e. Tanda Petunjuk Keluar dan Pintu Darurat
Pusdiklat Migas Cepu memiliki penunjuk keluar menuju pintu
darurat, pintu darurat tersedia dua jalur pintu yang bebas dari halangan
apapun agar tidak terjadi penumpukan saat terjadi keadaan darurat.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan
Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi pasal
26 ayat 1 poin “a” sekurang-kurangnya harus terdapat 2 (dua) pintu
yang terbuka keluar dan bebas dari rintangan.
Penunjuk arah keluar dan pintu darurat Pusdiklat Migas Cepu
sesuai dengan peraturan tersebut dengan adanya 2 pintu darurat yang
bebas rintangan.
f. Tempat Berkumpul Sementara ( Assembly Point and Muster Point)
Tempat berkumpul sementara Pusdiklat Migas Cepu ditempatkan
di unit yang berpotensi menimbulkan bahaya. Kerusakan ditemui di
beberapa titik pemasangan, pudarnya warna sehingga tulisan “A”
yang dilambangkan sebagai Assembly point tidak begitu terlihat
dengan jelas.
Teori (Sahab, 1997) titik Assembly Point merupakan tempat untuk
berkumpul yang aman, pada saat terjadi kondisi darurat di suatu
perusahaan. Berdasarkan teori tersebut Pusdiklat Migas Cepu telah
sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
g. Tanda Peringatan
Penyediaan tanda larangan dan bahaya disediakan Pusdiklat
Migas Cepu didalam persiapan penanggulangan keadaan darurat, di
tempat yang menimbulkan potensi bahaya. Kurangnya perawatan
mengakibatkan beberapa tanda mengalami kerusakan.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan
Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi pasal
36 ayat 3 Dilarang membawa atau menyalakan api terbuka, membawa
barang pijar atau sumber yang dapat menimbulkan percikan api di
dalam tempat pemurnian dan pengolahan, kecuali di tempat-tempat
yang ditentukan atau dengan izin Kepala Teknik. Untuk keperluan
tersebut Kepala Teknik wajib menunjuk petugas – petugas yang
berhak memeriksa setiap orang. Petugas-petugas tersebut harus dicatat
dalam Buku Pemurnian dan Pengolahan, pasal yang sama didalam
ayat 6 menyatakan bahwa pada tempat-tempat tertentu yang dianggap
perlu dan dimana dapat timbul bahaya harus dipasang papan
peringatan atau larangan yang jelas dan mudah terlihat.
Tanda peringatan yang menyatakan larangan telah sesuai dalam
peraturan seperti tersebut didalam ayat 3, namun jika dilihat dari ayat
6 tentang kejelasan dan mudah terlihat papan tersebut bisa dikatakan
belum sesuai karena masih dijumpai papan yang rusak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
h. Alat Pelindung Diri (APD)
Penyediaan APD di Pusdiklat Migas Cepu disesuaikan dengan
setiap karakteristik bahaya setiap area kerja.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan
Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi Pasal
40 ayat 1 dan 2 menyatakan, Pengusaha wajib menyediakan dalam
jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang
jenisnya disesuaikan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh
masing-masing pekerja. Alat-alat termaksud pada ayat (1) setiap
waktu harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang telah
ditentukan. Untuk itu Pusdiklat Migas Cepu telah melaksanakannya
dengan baik dan telah disesuaikan dengan kondisi pekerjaan.
Pemakaian APD dilingkungan Pusdiklat Migas Cepu telah sesuai
dengan peraturan tersebut.
i. Kotak P3K
Pusdiklat Migas Cepu telah tersedia kotak P3K disetiap area
kerja. Menjadi kendala adalah tidak dikembalikannya setelah
pemakaian obat – obatan yang disediakan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per-
15/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada kecelakaan di
tempat kerja pasal 8 ayat 1 b tentang kotak P3K dan isi, pasal 10
menyebutkan tentang isi yang harus sesuai dengan kebutuhan P3K
dan penempatan kotak P3K di tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Penyediaan kotak P3K telah sesuai dengan peraturan pasal 8,
sedangkan untuk isi kurang sesuai dengan peraturan pasal 10
kelengkapan isi ada yang tidak lengkap.
j. Peta Evakuasi
Jalan penyelamatan di Pusdiklat Migas Cepu diperjelas dengan
adanya peta evakuasi, dipasang pada setiap pintu agar mudah dilihat.
Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 (d) yang menyatakan
bahwa “Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya”, peta
evakuasi diartikan sebagai gambaran jalur penyelamatan ketika terjadi
keadaan darurat sehingga lebih mudah dilakukan. Pusdiklat Migas
Cepu telah sesuai peraturan tersebut dalam hal peta evakuasi.
5. Prosedur Pelaksanaan Emergency Response and Preparedness
Prosedur yang ada di Pusdiklat Migas Cepu tercantum dalam buku
pedoman keadaan darurat. Persiapan yang dilakukan mulai dari
perencanaan, tim, sarana dan tahap mekanisme penanggulangan keadaan
darurat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-05/MEN/1996
Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, disebutkan
bahwa dalam perencanaan dan persiapan penetapan prosedur, meliputi
segala aspek perencanaan dan penetapan program peningkatan sistem
tanggap darurat, metode komunikasi yang akan dilakukan, keterlibatan
unsur pendukung tim tanggap darurat yang terangkum bersama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kebijakan dan peran tanggung jawab semua personel. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun 2001, pasal 24
disebutkan bahwa, “ Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan
B3 ataupun kegiatan berbahaya lainnya wajib menanggulangi terjadinya
kecelakaan/keadaan darurat.” Diperjelas pula pada pasal 25 (a) disebutkan
bahwa kegiatan isolasi/mengamankan tempat terjadinya kecelakaan adalah
hal penting diupayakan pada saat terjadi keadaan darurat.
Hal ini Pusdiklat Migas Cepu telah sesuai dengan peraturan tersebut.
Saat terjadi keadaan darurat, maka tindakan pengamanan, penyelamatan
dan usaha meminimalkan kerusakan sarana prasarana perusahaan harus
dilakukan dengan sigap dan cepat.
6. Program Peningkatan Kesadaran Darurat
Pusdiklat Migas Cepu melaksanakan sistem tanggap darurat seperti
yang dipersyaratakan oleh sistem manajemen adalah dengan melakukan
sosialisasi tanggap darurat, pelaksanaan simulasi tanggap darurat dan
melakukan pelatihan mengenai tanggap darurat dan pelatihan kebakaran.
Kurang perhatian anggota dalam latihan membuat kurang terampilnya
didalam melaksanakan tugas.
Permenaker 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen K3 yang
menyebutkan perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi
keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui
kemampuan satgas pada saat kejadian yang sebenarnya. Kepmenaker RI
No. Kep-186/MEN/1999 pasal 2, ayat (2), poin (e) yaitu tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
penyelenggaraan latihan dan kegiatan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala
Pelatihan sudah terlaksana secara berkala, hal tersebut telah sesuai.
Kegiatan Emergency Drill diharapkan mampu meningkatkan keterampilan
anggota tanggap darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisa yang telah
dilakukan tentang sistem emergency response and preparedness sebagai
upaya pengendalian keadaan darurat, maka dapat ditarik beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. Pusdiklat Migas Cepu telah memiliki sistem emergency response and
preparedness yang dijadikan sebagai pedoman didalam penanggulangan
keadaan darurat dan telah sesuai Permenaker 05/MEN/1996.
2. Tim tanggap darurat telah dimiliki Pusdiklat Migas Cepu dan juga telah
melakukan pelatihan – pelatihan untuk mengukur kemampuan anggota.
Hal tersebut telah sesuai Keputusan Menteri Tenaga kerja RI No.Kep
186/MEN/1999.
3. Pusdiklat Migas Cepu telah memiliki sarana dan prasarana keadaan
darurat. Sarana dan prasarana keadaan darurat Pusdiklat Migas Cepu telah
sesuai Permenaker No. Per 04/MEN/1980, Peraturan Pemerintah No. 11
Tahun 1979, Permenaker No. Per-02/MEN/1983 dan Permenaker Per-
15/MEN/VIII/2008.
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
B. Saran
Sebagai upaya peningkatan penanggulangan keadaan darurat secara
optimal, penulis menuliskan saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya sosialisasi dan informasi kepada tenaga kerja secara
berkelanjutan dan terus – menerus dalam kegiatan tanggap darurat.
2. Melakukan perbaikan dan pengadaan sarana tanggap darurat yang sudah
tidak layak seperti peringatan rambu yang pudar sehingga tidak terbaca
dan rambu assembly point.
3. Peningkatan pelatihan – pelatihan tentang tanggap darurat kepada setiap
tenaga kerja yang diadakan rutin setiap 3 bulan sekali.