Gamelan Wayah Atau Gamelan Tua Diperkirakan Telah Ada Sebelum Abad X1

Embed Size (px)

Citation preview

Gamelan wayah atau gamelan tua diperkirakan telah ada sebelum abad XV. Umumnya didominir oleh alat-alat berbentuk bilahan dan tidak mempergunakan kendang. Kalaupun ada kendang, dapat dipastikan bahwa peranan instrumen ini tidak begitu menonjol. Beberapa gamelan golongan tua antara lain (menurut abjad):

Golongan kuna 1. CarukCaruk termasuk jenis gamelan langka, termasuk barungan alit, adalah gamelan sejenis gambang yang dibentuk oleh 2 gambang berukuran kecil (caruk) dan 1 buah saron. Melihat dari instrumentasinya, dengan jumlah 3 orang pemain. Caruk pada dasarnya adalah gamelan Gambang yang diperkecil. Gamelan ini juga tergolong gamelan sakral yang dimainkan hanya dalam kaitan dengan upacara ngaben (Pitra Yadnya) dengan jenis tabuh yang hampir sama dengan gamelanGambang. Kini caruk sudah semakin langka hanya dengan beberapa buah sekaa di daerah Karangasem, Gianyar, Tabanan dan Badung yang masih aktif memainkan gamelan ini.

2.

Gambang

Gamelan Gambang adalah salah satu jenis gamelan langka dan sakral, termasuk barungan alit yang dimainkan hanya untuk mengiringi upacara keagamaan. Di Bali tengah dan selatan gamelan ini dimainkan untuk mengiringi upacara ngaben (Pitra Yadnya), sementara di Bali Timur (Karangasem dan sekitarnya)Gambang juga dimainkan dalam kaitan upacara odalan di Pura-pura (Dewa Yadnya). Gambar Gamelan Gambang terdapat pada relief candi Penataran, Jawa Timur (abad XV) dan istilah gambang disebut-sebut dalam cerita Malat dari zamanMajapahit akhir. Hal ini menunjukan bahwa Gamelan Gambang sudah cukup tua umurnya. Walaupun demikian, kapan munculnya Gambang di Bali, atau adakah Gambang yang disebut dalam Malat sama dengan Gamelan Gambang yang kita lihat di Bali sekarang ini nampaknya masih perlu penelitian yang lebih mendalam. Gamelan Gambang, berlaras Pelog (tujuh nada), dibentuk oleh 6 buah instrumen berbilah. Yang paling dominan adalah 4 buah instrumen berbilah bambu yang dinamakan gambang yang terdiri dari (yang paling kecil ke yang paling besar) pametit, panganter, panyelad, pamero dan pangumbang.

Setiap instrumen dimainkan oleh seorang penabuh yang mempergunakan sepasang panggul bercabang dua untuk memainkan pukulan kotekan atau ubit-ubitan, dan sekali-kali pukulan tunggal atau kaklenyongan. Instrumen lainnya adalah 2 tungguh saron krawang yang terdiri dari saron besar (demung) dan kecil (penerus atau kantil), kedua saron biasanya dimainkan oleh seorang penabuh dengan pola pukulan tunggal kaklenyongan. Daerah-daerah yang dipandang sebagai desanya Gambang di Bali antara lain:

y y y y

Tenganan, Bebandem (Karangsem) Singapadu, Saba, Blahbatuh (Gianyar) Kesiut (Tabanan) Kerobokan, Sempidi (Badung).

3.

Gender Wayang

Gender Wayang adalah barungan alit yang merupakan gamelan Pewayangan (Wayang Kulit dan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya yang terdiri dari4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari sepasang gender pemade (nada agak besar) dan sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2 panggul. Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk mengiringi pertunjukan wayang lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang dipergunakan. Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan. Untuk mengiringi pertunjukanwayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasangcengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang.gender wayang dimainkan oleh 4 orang4.Genggong

Genggong juga termasuk gamelan langka dan barungan alit, adalah gamelan yang instrumen utamanya genggong yang terbuat dari pelepah enau. Desa yang telah memiliki tradisi Genggong yang kuat adalah Batuan (Gianyar). Di sini Genggong dimainkan sebagai pengiring tari, yaitu tari Kodok dan sebagai sajian musik instrumental. Barungan gamelan Genggong biasanya terdiri dari 4 - 6 buah genggong, 2 buah suling, sepasang kendang kecil, klenang dan sebuah gong pulu (guntang). Kesederhanaan bentuk dan musik yang ditimbulkan oleh barungan ini mengingatkan kita kepada musik dari kalangan masyarakat petani. Genggong pada umumnya hanya memainkan lagu-lagu yang berlaras Slendro. Untuk membunyikannya, genggong dipegang dengan tangan kiri dan menempelkannya ke bibir. Tangan kanan memetik "lidah"nya dengan jalan menarik tali benang yang diikatkan pada ujungnya. perubahan nada dalam melodigenggong dilakukan dengan mengolah posisi atau merubah rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator. Teknik permainan genggong yang khas adalah ngoncang dan ngongkeknya (menirukan suara katak).

5.

Selonding

Gamelan Selonding yang terbuat dari besi ini berlaras pelog tujuh nada ini tergolong barungan alit yang langka dan sangat disakralkan oleh masyarakat desaTenganan Pegringsingan dan Bongaya (kabupaten Karangasem). Gamelan ini dimainkan untuk mengiringi berbagai upaya adat Bali Aga yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan untuk mengiringi tari Abuang,Perang Pandan (Makare-karean) dan lain-lain.

Team Survey Konservatori Karawitan Bali mencatat bahwa instrumentasi dari gamelan Selonding di Tenganan meliputi:Jumlah Satuan Instrumen

2 2 1 1 1 1

tungguh tungguh tungguh tungguh tungguh tungguh

gong kempul peenem petuduh nyongyong alit nyongyong ageng

7.Gong Beri

Gong Beri termasuk barungan alit adalah gamelan langka dan sakral. Hingga kini Gong Beri masih dipelihara dengan baik oleh warga masyarakat desa Renon, Sanur di Denpasar. Gamelan ini biasanya dimainkan untuk mengiringi tari Baris Cina. Istilah Beri sering disebut-sebut di dalam kakawin Bharatayuda yang berarti sebuah alat perang. Juga di dalam Prasasti Blanjong, terdapat istilah Bheri yang juga berarti alat perang. Gong dibuat dari krawang dan diduga merupakan peninggalan kebudayaan Dongson. Gong yang ada dalam barungan ini mempunyai banyak persamaan dengan nekara bulan yang terdapat di Pura Penataran Pejeng (Gianyar). Berbeda dengan instrumen gong lainnya, gong pada gamelan Gong Beri tidak memakai pencon, seperti gong Cina. Barungan Gong Bheri terdiri dari: Jumlah 2 1 1 1 1 1 1 1 Satuan Instrumen buah gong (bor dan ber) klenteng (sejenis gong namun lebih kecil dan nadanya lebih buah tinggi) buah kendang bedug buah sungu (kerang besar) buah suling kecil buah tawa-tawa (gong kecil berpencon) buah gong besar (tak bermoncol) pangkon cengceng

Barungan madya, yang berasal dari sekitar abad XVI-XIX, merupakan barungan gamelan yang sudah memakai kendang dan instrumen-instrumen bermoncol (berpencon). Dalam barungan ini, kendang sudah mulai memainkan peranan penting. Menurut abjad mereka adalah:

Golongan madya 1.Angklung

Gamelan Angklung adalah gamelan berlaras slendro, tergolong barungan madya yang dibentuk oleh instrumen berbilah dan pencon dari krawang, kadang-kadang ditambah angklung bambu kocok (yang berukuran kecil). Dibentuk oleh alat-alat gamelan yang relatif kecil dan ringan (sehingga mudah dimainkan sambil berprosesi). Di Bali Selatan gamelan ini hanya mempergunakan 4 nada sedangkan di Bali Utara mempergunakan 5 nada. Berdasarkan konteks penggunaaan gamelan ini, serta materi tabuh yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi: dimainkan untuk mengiringi upacara (tanpa tari-tarian) dimainkan untuk mengiringi pagelaran tari Angklung kebyar maupun drama. Satu barung gamelan angklung bisa berperan keduanya, karena seringkali mempergunakan alat-alat gamelan dan penabuh yang sama. Di kalangan masyarakat luas gamelan ini dikenal sebagai pengiring upacara-upacara Pitra Yadnya (ngaben). Angklung klasik/ tradisional Di sekitar kota Denpasar dan beberapa tempat lainnya, penguburan mayat warga Tionghoa seringkali diiringi dengan Gamelan angklung. menggantikan fungsi gamelan Gong Gede yang dipakai untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya (odalan) dan upacara lainnya.

Instrumentasi Gamelan angklung terdiri dari:Jumlah Satuan Instrumen

6-8 3-4

pasang pencon

yang terdiri dari sepasang jegogan, jublag dan selebihnya pamade dan kantilan reyong, untuk Angklung Kebyar mempergunakan 12 pencon

2 1 1 2. Gamelan Batel Barong

buah buah buah

kendang kecil untuk angklung klasik dan kendang besar angklung kebyar tawa -tawa kempur kecuali angklung kebyar mempergunakan gong

Gamelan Batel Barong adalah sebuah barung alit yang dipakai mengiringi tari Barong Landung atau Barong Bangkal. Dalam banyak hal barungan ini merupakan pengiring prosesi, karena dimainkan sambil berjalan. Batel Barong dibentuk oleh sejumlah alat musik pukul seperti:Jumlah Satuan Instrumen

2 buah kendang kecil 1 buah kajar 1 buah kempur 1 buah kleneng 1 buah kemong 1 Pangkon ricik Agak berbeda dengan barungan gamelan Bali lainnya, Batel Barong tidak mempergunakan instrumen pembawa melodi. Oleh karena itu musik yang ditampilkan cenderung ritmis dan dinamis. 3. Gamelan Bebarongan

Gamelan Bebarongan ini dalam Catur Muni-Muni disebut dengan Semara Ngadeg, adalah barungan madya yang berlaras pelog (lima nada), dipakai mengiringi dramatari Barong Ket. Gamelan ini memiliki instrumen yang tidak jauh berbeda dengan gamelan Palegongan. Belakangan ini dengan semakin populernya Gong Kebyar, semakin banyaknya masyarakat yang mengiringi tari Barong dengan Gong Kebyar. Ada satu perbedaan penting antara gamelan Bebarongan dengan Palegongan. Perbedaan ini menyangkut sistem atau pola permainan teknik kendang bahwa gamelan Bebarongan memakai kendang cedugan (kendang dengan alat pemukul/ panggul). Dilihat dari segi jenis tabuh gamelan Bebarongan memakai: Gilak Bapang Omang Gegaboran Batel Biakala Tunjang Karena gamelan ini merupakan bagian dari pertunjukan Barong Ket, gamelan Bebarongan bisa didapat di desa-desa yang memiliki tradisi Barong Ket yang kuat, seperti:

y y y y

Jumpai (Klungkung), Batubulan, Singapadu, Pejeng (Gianyar), Sanur (Denpasar), Kuta, Sading (Badung).

4. Gamelan Joged Pingitan

Gamelan Joged Pingitan, dalam Catur Muni-muni disebut dengan Semara Palinggian adalah pengiring tari Joged Pingitan. Barungannya pada umumnya terdiri dari alat-alat berbilah dari bambu berlaras pelog (lima nada). Untuk memainkan instrumen-instrumen ini penabuhnya mempergunakan 2 panggul dengan teknik kakilitan atau kotekan.

Gamelan Joged Pingitan yang kini masih ada di beberapa tempat di Bali terdiri dari:Jumlah Satuan Instrumen

1 pasang rindik besar (pangugal) 1 pasang rindik barangan, masing-masing berbilah 14 atau 15 1 pasang Jegogan 1 buah kemplung 1 buah kendang kekrumpungan 1 buah kajar 1 buah kemodong 1-2 buah suling Adapun tabuh-tabuh yang biasa dimainkan meliputi: Bapang Gede Condong dan Legong Pacalonarangan Gandrangan Dari tabuh-tabuh ini, Gandrangan adalah yang paling meriah karena bisa ditarikan secara bebas dan improvisasi. Tabuh-tabuh lain cenderung formal seperti yang terdapat dalam Legong Kraton. Joged Pingitan yang masih aktif antara lain terdapat di daerah:y y y

Gianyar Badung Denpasar

5. Gamelan Penggambuhan Gamelan yang dalam lontar Aji Gurnita disebut sebagai gamelan Melad perana, adalah gamelan pengiring dramatari Gambuh. Gamelan Penggambuhan termasuk barungan madya dan hingga kini dianggap sebagai salah

satu sumber terpenting dari semua bentuk seni tabuh yang muncul di Bali setelah abad XV. Gendinggending Gambuh yang melodis dan ritmis merupakan tabuh-tabuh yang bernafaskan tari dari pada hanya bersifat tabuh instrumental.

Tabuh Penggambuhan pada umumnya berkesan formal, karena adanya berbagai aturan yang membedakan satu jenis lagu dengan yang lainnya, dan adanyapatet yang mengatur susunan nada-nada. Karena gendinggending Gambuh adalah terkait dengan tarian, maka kebanyakan komposisi lagunya mengikuti pola tari yang diiringi. Gending-gending Gambuh disesuaikan dengan tarian yang mengiringi, setiap jenis tarian mempunyai gending, melodi dan patet tersendiri sesuai dengan perwatakannya.

Dalam pertunjukan Gambuh seringkali tampil seorang juru tandak (penyanyi tunggal laki-laki) yang menyanyikan kalimat-kalimat berbahasa Kawi mengikuti irama maupun melodi gamelan untuk menghidupkan berbagai perubahan suasana dramatik dari lakon yang dimainkan. Kadang-kadang juru tandakmemberikan terjemahan terhadap dialog tertentu kedalam bahasa Bali agar penonton dapat mengikuti jalannya lakon.

Instrumentasi gamelan Penggambuhan terdiri dari:Jumlah Satuan Instrumen

2-6 buah suling bambu sepanjang 1 meter dan memakai enam lubang nada 1-2 buah rebab 1 buah kempur 2 buah kendang kecil (lanang wadon) 1 pangkon ricik (cengceng kecil) 1 pasang kangsi (cengceng yang bertangkai) 1 buah gentorag (pohon genta) Suling dan rebab adalah instrumen penting dalam Penggambuhan yang merupakan instrumen pemimpin dan pemangku melodi. Gamelan Penggambuhanberlaras pelog, tepatnya Pelog Saih Pitu (tujuh nada). 6. Gong Gede

Gong Gede juga termasuk barungan ageng namun langka, karena hanya ada di beberapa daerah saja. Gamelan Gong Gede yang terlihat memakai sedikitnya 30 (tigapuluh) macam instrumen berukuran relatif besar (ukuran bilah, kendang, gong dan cengceng kopyak adalah barung gamelan yang terbesar yang melibatkan antara 40 (empatpuluh) - 50 (limapuluh) orang pemain. Gamelan yang bersuara agung ini dipakai untuk memainkan tabuhtabuh lelambatanklasik yang cenderung formal namun tetap dinamis, dimainkan untuk mengiringi upacara-upacara besar di Pura-pura (Dewa Yadnya), termasuk mengiringi tari upacara seperti Baris, Topeng, Rejang, Pendet dan lain-lain.

Beberapa upacara besar yang dilaksanakan oleh kalangan warga puri keturunan raja-raja zaman dahulu juga diiringi dengan gamelan Gong Gede. Akhir-akhir ini Gamelan Gong Gede juga ditampilkan sebagai pengiring upacara formal tertentu yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan untuk mengiringi Sendratari.

Gong Gede berlaras Pelog lima nada, dengan patutan atau patet tembang, dengan instrumentasi yang meliputi (sesuai yang ada di Kintamani dan STSI Denpasar):Jumlah Satuan Instrumen

1 1 4 4 4 4

tungguh buah buah buah buah buah

trompong barangan (lebih kecil daripada trompong gede) reong dengan 12 pencon gangsa jongkok besar (demung) gangsa jongkok pemade gangsa jongkok kantilan penyacah

4 buah calung 4 buah jegogan 1 pangkon kempyung (dua buah pencon) 1 buah kempli 2 buah gong ageng (lanang wadon) 1 buah kempur 1 buah bende 2 buah kendang (lanang wadon) 4-6 pasang cengceng kopyak 2 buah kendang 1 buah gentorag Sesuai dengan fungsinya sebagai pengiring upacara agama di pura-pura, pengiring tari-tarian upacara dan pengiring upacara istana,Sekar Gong Gede yang hingga kini masih aktif terdapat di desa Batur, Susut, Sulahan (Bangli), Puri Pemecutan (Denpasar), Tampaksiring dan Puri Agung Gianyar (Gianyar), baik SMKI (sekarang SMKN 3 Sukawati) dan STSI Denpasar, masing-masing juga memiliki satu barung Gong Gede. 7. Gamelan Pelegongan

Dalam Catur Muni-muni gamelan ini disebut dengan Semara Petangian. Gamelan Pelegongan adalah barungan madya berlaras pelog (lima nada) yang konon dikembangkan dari Gamelan Gambuh dan Semar Pagulingan. Barungan ini dipergunakan untuk mengiringi tari Legong Kraton, sebuah tarian klasik yang diduga mendapat pengaruh tari Sanghyang dan Gambuh. Secara fisik gamelan Pelegongan adalah Semar Pagulingan tanpa trompong. Gamelan Pelegongan milik STSI Denpasar terdiri dari:Jumlah Satuan Instrumen

1 pasang gender rambat 1 pasang gender barungan, masing-masing berbilah 14 (empat belas) 1 pasang jegogan 1 pasang jublag 4 pasang penyacah 2 pasang pemade 2 pasang gangsa jongkok pemade 2 pasang gangsa jongkok kantilan, masing-masing berbilah 5 1 pangkon ricik 1 buah kajar 1 buah kleneng 1 buah kemong 1 pasang kendang krumpungan (lanang wadon) 1 buah rebab 1-3 buah suling Mengenai tabuh-tabuh Pelegongan sebagaimana disebutkan dalam Lontar Aji Gurnita berada di antara tabuhtabuh gamelan Bebarongan, Joged Pingitan danSemar Pagulingan. Memang pada kenyataannya kini iringan

tari Legong masih memakai tabuh-tabuh Bebarongan (Calonarang) dan Semar Pagulingan.

8. Semar Pagulingan

Gamelan yang dalam lontar Catur Muni-muni disebut dengan gamelan semara aturu ini adalah barungan madya, yang bersuara merdu sehingga banyak dipakai untuk menghibur raja-raja pada zaman dahulu. Karena kemerduan suaranya, gamelan Semar Pagulingan (semar=semara, pagulingan=peraduan) konon biasa dimainkan pada malam hari ketika raja-raja akan ke peraduan (tidur). Kini gamelan ini bisa dimainkan sebagai sajian tabuh instrumental maupun mengiringi tari-tarian/ teater. Masyarakat Bali mengenal dua macam Semar Pagulingan:1 2 Semar Pagulingan yang berlaras pelog 7 nada Semar Pagulingan yang berlaras pelog 5 nada

Kedua jenis Semar Pagulingan secara fisik lebih kecil dari barungan Gong Kebyar terlihat dari ukuran instrumennya. Gangsa dan trompongnya yang lebih kecil dari pada yang ada dalam Gong Kebyar. Instrumentasi gamelan Semar Pagulingan (milik STSI Denpasar) meliputi:

Jumlah

Satuan

Instrumen

1 2 2 2 2 2

buah buah buah tungguh tungguh tungguh

trompong dengan 12 pencon gender rambat berbilah 14 gangsa barungan berbilah 14 gangsa gantungan pemade gangsa gantungan kantil jegogan

2 2 2 2 1 1 1 1-2 1-2

tungguh buah buah buah buah pangkon buah buah buah

jublag, masing-masing berbilah 7 kendang kecil kajar kleneng kempur (gong kecil) ricik gentorag rebab suling

Instrumen yang memegang peranan penting dalam barungan ini adalah trompong yang merupakan pemangku melodi. trompong mengganti peran suling dalam Panggambuhan, dalam hal memainkan melodi dengan dibantu oleh rebab, suling, gender rambat dan gangsa barangan. Sebagai pengisi irama adalahJublag dan jegogan masing-masing sebagai pemangku lagu, sementara kendang merupakan instrumen yang memimpin perubahan dinamika tabuh.Gendinggending Semar Pagulingan banyak mengambil gending-gending Panggambuhan. Beberapa desa yang hingga masih aktif memainkan gamelanSemar Pagulingan adalah: 1. Sumerta (Denpasar) 2. Kamasan (Klungkung) 3. Teges, Peliatan (Gianyar)

Gamelan Anyar adalah gamelan golongan baru, yang meliputi jenis-jenis barungan gamelan yang muncul pada abad XX. Barungan gamelan ini nampak pada ciri-ciri yang menonjolkan permainan kendang. Menurut abjad disusun daftar sebagai berikut:

Golongan baru 1.Adi Merdangga

Adi Merdangga adalah sebuah gamelan baru yang merupakan pengembangan dari Balaganjur, gamelan pengiring prosesi tradisional yang biasa dimainkan sambil berjalan. Beberapa alat musiknya dimasalkan dan beberapa teknik pukulannya diperkaya dengan "meminjam" motif-motif drumband (marching band) modern. Perpaduan seperti ini membuat Adi Merdangga juga disebut drum band tradisional. Gamelan yang baru muncul pada tahun 1984 ini dinamakan Adi Merdangga (Adi= Besar, Merdangga= Kendang), karena di dalam barungan ini dipergunakan puluhan kendang, suatu kebiasaan yang tidak pernah terjadi di dalam barungan gamelan Bali manapun. Adalah kreativitas para dosen dan mahasiswa STSI Denpasar yang telah menghasilkan gamelan baru ini yang kemudian juga ditiru oleh beberapa Kabupaten di Bali.

Teknik permainan Adi Merdangga masih tetap mempertahankan pola-pola kakilitan cengceng, reyong dan kendang, seperti yang terdapat dalam Balaganjur. Komposisi musik yang dimainkan masih berkisar pada tabuh Gagilakan dalam tempo cepat dan pelan. Yang baru adalah pukulan rampak ala drum bandmodern yang diselipkan di sela-sela kakilitan tradisional yang melibatkan kendang, cengceng dan reyong. Juga merupakan gagasan baru dalam Adi Merdangga pemain melodi tidak lagi terbatas pada instrumen pencon (reyong) melainkan sudah ditambah dengan beberapa buah suling. Ada dua jenis langkah pengembangan yang terjadi di dalam Adi Merdangga, penambahan alat-alat gamelan dan memasukan gerak tari ke dalam barungan gamelan. Di samping penambahan kendang, cengceng kopyak (cengceng besar) didua atau tiga kali lipatkan dari jumlah yang biasa (6-10 pasang) dan pemasukan instrumen trompong serta beberapa buah suling bambu dengan ukuran yang berbeda-beda (besar dan kecil). Sebagai bagian dari barungan ini adalah sejumlah penari putra dan putri pembawa alat-alat seperti tombak dan kipas, yang pada bagian-bagian tertentu dari komposisi musik tampil dengan gerakan tarinya yang dinamis dan ekspresif. Untuk mengimbangi para penari semua pemain gamelan juga bergerak mengikuti pola koreografi yang telah ditentukan. Beberapa penabuh Balaganjur tradisional yang mengenakan busana tradisional madya, penabuh Adi Merdangga menggunakan busana khusus yang terdiri dari celana ketat berwarna hitam kain prada, baju rompi, udeng dengan riasan muka seperlunya. Semuanya ini menunjukan bahwa Adi Merdangga adalah suatu bentuk musik dan tari yang dilakukan sambil berjalan (berpawai). Sebagai barungan gamelan yang masih relatif muda, keberadaannya Adi Merdangga sudah diakui oleh masyarakat Bali. Hal ini dapat dilihat dari penampilan kesenian kolosal ini pada beberapa peristiwa penting seperti dalam Sea Games XIV di Jakarta, Upacara pembukaan World Tourist Organization, Pembukaan Grand Bali Beach Hotel, di samping penampilannya pada setiap pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB). Yang lebih menarik untuk dicatat,

tehnik-tehnik dan pola permainan Adi Merdangga yang bersumber pada Balaganjur tradisional kini sudah banyak diserap kembali oleh para pemain gamelan tradisional itu untuk memperkaya dan "mewajah - barukan Balaganjur" mereka. 2. Bumbung GebyogBumbung Gebyog adalah barungan gamelan alit, yang juga berasal dari Jembrana, yang terbuat dari bambu. Gebyog merupakan musik masyarakat tani yang sangat sederhana bentuknya yang biasanya dimainkan pada waktu musim habis panen, oleh sekelompok ibu-ibu untuk mengungkapkan rasa gembira mereka. Barungan ini dibentuk oleh antara 8 sampai 12 (dua belas) bumbung Gebyog, tanpa nada pasti, yang dimainkan oleh pemain wanita. Setiap orang pemain memegang sebuah bumbung dan membunyikan instrumennya dengan membenturkan pangkal bumbung pada sebuah alas dari kayu dalam pola kotekan yang lazim disebut oncangoncangan. Pola kotekan ini meniru pukulan menumbuk padi, atau membuat tepung beras yang juga merupakan kegiatan sehari-hari wanita desa. Gebyog juga dimainkan untuk mengiringi tarian semacam tari Joged Bumbung.

3.

Gamelan Bumbang

Bumbang adalah sebuah barungan bambu yangmasih relatif sangat muda usianya. Barungan gamelan yang mirip Tektekan ini adalah ciptaan I Nyoman Rembang seorang ahli karawitan yang juga pembuat gamelan Bali, pada tahun 1982. Meskipun baru melalui beberapa penampilannya di Pesta Kesenian Bali maupun di TVRI, Bumbang sudah semakin dikenal oleh kalangan masyarakat luas Bali. Instrumen pokok dari gamelan Bumbang adalah alat-alat musik pukul berbentuk setengah kulkul (grantang) yang terbuat dari bambu. Ada sedikitnya 40 orang pemusik (laki-laki) memainkan gamelan ini, setiap orang membawa 1 sampai 2 buah bumbang. Sedikit berbeda dengan Tektekan yang lebih mengutamakan permainan ritme dalam bentuk Kakilitan, bumbang menonjolkan kakilitan dan permainan melodi. Hal ini dimungkinkan karena Bumbang terdiri dari alat-alat musik pukul yang teratur nada-nadanya. Berdasarkan ukurannya instrumennya bumbang dapat dibedakan menjadi 3 kelompok :

Bumbang Pangede atau Jegogan Bumbang Madya atau Pemade Bumbang Alit atau Kantilan Melengkapi barungan ini adalah:

Mempunyai ukuran paling besar dengan nada paling rendah Mempunyai ukuran sedang dengan nada satu oktaf di atas bumbang gede Mempunyai ukuran paling kecil dengan nada yang tinggi melengking

Sepasang kendang ukuran menengah Sepasang cengceng kecil (ricik) Sebuah Gong Pulu yang berbentuk bilahan Sebuah Gong (bermoncong) berukuran menengah Beberapa buah suling bambu Keunikan dari gamelan Bumbang adalah kemampuannya membawakan lagu-lagu atau komposisi musik yang diambil dari berbagai jenis seni pertunjukan, baik lagu-lagu yang berlaras pelog maupun slendro. Sistem nada setiap 1 buah memiliki nada tersendiri memungkinkan barungan ini memainkan lagu-lagu dari laras yang berbeda-beda. 4.Gamelan Geguntangan

Gamelan Geguntangan adalah barungan baru yang juga disebut sebagai gamelan Arja atau Paarjaan. Gamelan ini adalah pengiring pertunjukan dramatariArja yang diperkirakan muncul pada permulaan abad XX. Sesuai dengan bentuk Arja yang lebih mengutamakan tembang dan melodrama, maka diperlukan musik pengiring yang suaranya tidak terlalu keras, sehingga tidak sampai mengurangi keindahan lagu-lagu vokal yang dinyanyikan para penari. Melibatkan antara 10 sampai 12 orang penabuh, gamelan ini termasuk barungan kecil. Instrumen guntang merupakan alat musik penting, di samping suling dan kendang dalam barungan ini. Instrumentasi dari gamelan Geguntangan adalah:Jumlah Satuan Instrumen

2 buah kendang kekrumpungan (kecil) 1 buah guntang kecil 1 buah guntang besar (guntang kempur) 1 buah kajar 1 buah kleneng 1 pangkon ricik 1 buah tawa-tawa 1-6 buah suling (hanya salah satu saja terbuat dari besi) Pada mulanya Arja hanya menggunakan gamelan Geguntangan, namun kira-kira sejak beberapa tahun dalam perkembangan selanjutnya Arja diiringi dengan gamelan gong. Ide semacam ini sudah sejak lama dipraktekkan oleh Sekaa Gong Sengguan Gianyar yang setia mengiringi tari-tarian sejenis Arja atauPrembon dari Puri Gianyar. Namun pemakaian Gong Kebyar sebagai iringan Arja dipopulerkan oleh keluarga Kesenian Bali RRI Stasiun Denpasar dengan Arjanya yang mempergunakan lakon Godongan, Pakang Raras dan lain-lain. Geguntangan adalah satu-satunya barungan gamelan Bali yang memakai 2 macam laras Slendro dan Pelog mengikuti laras tembang yang diiringinya. Perubahan laras dilakukan oleh pemain suling, satu-satunya instrumen pembawa melodi, dengan jalan merubah sistem tutupan (tatekep). Seperti halnya tabuhtabuh gamelan pengiring tari, drama lainnya dan jenis-jenis tabuh Paigelan. Tabuh Pategak seringkali diambil dari lagu-lagu Pegambuhan seperti: 5.Gamelan Genta Pinara Pitu

Gamelan Genta Pinara Pitu juga merupakan barungan yang masih relatif baru di dalam jajaran gamelan Bali, Gamelan Genta Pinara Pitu (Genta dibagi tujuh) adalah pengembangan dari pada Gamelan Semar

Pagulingan tujuh nada. Pembaharuan yang terjadi dalam gamelan ini adalah pemakaian dua oktaf pelog tujuh nada di dalam 1 instrumen. Pada Semar Pagulingan tradisional satu instrumen hanya mempergunakan 1 oktaf pelog tujuh nada. Gamelan ini adalah ciptaan dari I Wayan Beratha seorang tokoh karawitan dan ahli pembuat gamelan Bali. Gamelan ini diperkenalkan pada tahun 1985, modivikasi dari penciptaan alat gamelan seperti ini adalah untuk menciptakan barungan gamelan yang bisa memainkan lagu-lagu Kakebyaran dan gending-gending Semar Pagulingan. Penggunaan gamelan ini tidak terbatas pada pertunjukan tari dan drama saja, karena Gamelan Genta Pinara Pitu juga bisa dipakai untuk mengiringi upacara keagamaan. Instrumen dari gamelan ini tidak jauh berbeda dengan Gamelan Semar Pagulingan (panca nada) tradisional. Instrumen-instrumen penting yang berperan di dalamnya adalah: Gangsa (Jegogan, Jublag, Pemade, dan Kantil) Sepasang kendang Gong Kempur Kemong Kajar Cengceng Beberapa suling bambu Rebab Instrumen terompong pada saat-saat tertentu juga berfungsi sebagai reyong tergantung dari komposisi musik yang dimainkan. Berbeda dengan Gamelan Semaradana, Genta Pinara Pitu nampaknya kurang berkembang. Sejak pertama kali diciptakan tahun 1986, atas pesanan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar, gamelan ini kurang diminati oleh para pemain di desa, karena teknik memainkan gamelan ini tidak mudah. 6.Gamelan Gong Kebyar

Gong Kebyar adalah sebuah barungan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada barungan ini (Kebyar yang bermakna cepat, tiba-tiba dan keras) gamelan ini menghasilkan musik-musik keras dan dinamis. Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-tarian atau memainkan tabuh-tabuhan instrumental. Secara fisik Gong Kebyar adalah pengembangan kemudian dari Gong Gede dengan pengurangan peranan, atau pengurangan beberapa buah

instrumennya. Misalnya saja peranan trompong dalam Gong Gebyar dikurangi, bahkan pada tabuh-tabuh tertentu tidak dipakai sama sekali, gangsa jongkoknya yang berbilah 5 dirubah menjadi gangsa gantung berbilah 9 atau 10 . cengceng kopyak yang terdiri dari 4 sampai 6 pasang dirubah menjadi 1 atau 2 set cengceng kecil. Kendang yang semula dimainkan dengan memakai panggul diganti dengan pukulan tangan. Secara konsep Gong Kebyar adalah perpaduan antara Gender Wayang, Gong Gede dan Pelegongan. Rasa-rasa musikal maupun pola pukulan instrumenGong Kebyar ada kalanya terasa Gender Wayang yang lincah, Gong Gedeyang kokoh atau Pelegonganyang melodis. Pola Gagineman Gender Wayang, polaGegambangan dan pukulan Kaklenyongan Gong Gede muncul dalam berbagai tabuh Gong Kebyar. Gamelan Gong Kebyar adalah produk kebudayaan Bali modern. Barungan ini diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915 (McPhee, 1966 : 328). Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyaradalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar. Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Mario dari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong. Gong Kebyar berlaras pelog lima nada dan kebanyakan instrumennya memiliki 10 sampai 12 nada, karena konstruksi instrumennya yang lebih ringan jika dibandingkandengan Gong Gede. Tabuh-tabuh Gong Kebyar lebih lincah dengan komposisi yang lebih bebas, hanya pada bagian-bagian tertentu saja hukum-hukum tabuh klasik masih dipergunakan, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu dan sebagainya. Lagu-lagunya seringkali merupakan penggarapan kembali terhadap bentuk-bentuk (repertoire) tabuh klasik dengan merubah komposisinya, melodi, tempo dan ornamentasi melodi. Matra tidak lagi selamanya ajeg, pola ritme ganjil muncul di beberapa bagian komposisi tabuh. Barungan Gong Kebyar bisa diklasifikasikan menjadi 3 : 1. Utama = Yang besar dan lengkap 2. Madya = Yang semi lengkap 3. Nista = Yang sederhana Barungan yang utama terdiri dari:Jumlah Satuan Instrumen

10 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1

gangsa berbilah (terdiri dari 2 giying / ugal, 4 pemade, 4 kantilan) jegogan berbilah 5 - 6 jublag atau calung berbilah 5 - 7 reyong berpencon 12 terompong berpecon 10 kendang besar (lanang dan wadon) yang dilengkapi dengan 2 buah buah kendang kecil pangkon cengceng buah kajar buah gong besar (lanang dan wadon) buah kemong (gong kecil) buah babende (gong kecil bermoncong pipih) buah kempli (semacam kajar)

buah buah buah tungguh tungguh

1-3 1 7.Gamelan Janger

buah buah

suling bambu rebab

Janger yang merupakan tari pergaulan muda mudi ditarikan oleh para remaja sebanyak 20 sampai 24 orang. Gamelan yang mengiringinya terdiri dari:Jumlah Satuan Instrumen

1 buah gender wayang 1 pasang kendang kekrumpungan (kecil) 1 buah tawa-tawa 1 buah kajar 1 buah rebana (yang kadang kala digantikan dengan gong pulu) 1 buah kleneng 1 pangkon ricik 1-3 buah suling Walaupun Gender Wayang berlaras slendro (lima nada), Gamelan Janger berlaras slendro dan pelog. Untuk mengiringi lagu-lagu berlaras pelog biasanyaGender Wayang tidak dipergunakan dan pimpinan melodi akan diambil alih oleh suling. Akhir-akhir ini Gamelan Semar Pagulingan juga dipakai untuk mengiringi pertunjukan Janger. 8.Gamelan Joged Bumbung

Gamelan ini termasuk barungan madya, yaitu sebuah barungan gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi tari Joged Bumbung, sebuah tari pergaulan di Bali yang dibawakan oleh seorang penari remaja putri yang pada bagian tarinya mengundang penonton untuk menari bersama (ngibing). Gamelan Joged Bumbung sering kali juga disebut gamelan Gegrantangan, karena instrumen pokoknya terdiri dari tingklik bambu berbentuk gerantang(semacam tabung). Gamelan ini berlaras slendro lima nada (sama seperti gender wayang) dan untuk memainkan instrumen gerantang penabuh memakai 2 panggul, yang kanan memainkan kakembangan (ornamentasi), sedangkan yang kiri memainkan melodi pokok. Instrumentasi gamelan Joged Bumbung pada umumnya terdiri dari:Jumlah Satuan Instrumen

4 buah gerantang besar 4 buah gerantang kecil 1 buah gong kemodong 1 buah kleneng 1 pangkon ricik 1 buah kendang (berukuran sedang) 1 buah tawa-tawa 3-4 buah suling Di beberapa tempat gamelan Joged Bumbung juga di lengkapi dengan beberapa Kepyak (sepasang tabung bambu yang pecah) dan juga reyong. Mengenai repertoire Gamelan Joged Bumbung diambil dari lagu-lagu rakyat, tabuh-

tabuh Gong Kebyar, lagu-lagu Pop dan Gegandrangan (pengiring tarian bersama antara penari dan pengibing). 9.Gamelan Manik-asanti

Gamelan Manikasanti (manik=permata, santi=damai) ini adalah barungan termuda, dan satusatunya di Bali, yang diciptakan oleh I Wayan Sinti, guru SMKN 3 Sukawati pada tahun 1994. Secara fisik gamelan ini merupakan perpaduan antara Palegongan dan Semar Pagulingan, memadukan berbagai saih & patutan yang ada dalam karawitan Bali seperti:y y y y y y y y

Gong Gede Gong Luwang Semar Pagulingan Palegongan Angklung Gong Kebyar Bebarongan Selonding

Dengan fleksibilitas tangga nada yang dimiliki oleh barungan ini maka gamelan ini dapat memainkan lagu-lagu dari hampir semua gamelan Bali, bukan saja dalam 7 nada melainkan meliputi ke 14 saih yang ada. Barungan ini terdapat di Banjar Dauh Kutuh, Desa Ubung Kaja, Kodya Denpasar, desa kelahiran I Wayan Sinti. Instrumentasi dari gamelan yang tergolong barungan ageng ini hampir sama dengan Gong Kebyar dengan tambahan beberapa gangsa jongkok. Uniknya adalah gangsa - gangsa gantungnya yaitugender rambat, ugal, pemade dan kantil, berbilah/ bernada 11, trompongnya 14 pencon dan reyongnya 15 Pencon. Catatan: Gangsa Jongkok adalah gangsa yang bilah- bilahnya bertumpu (cushioned) pada tungguhnya (badan /chasis resonansi gangsa). Sedangkan gangsa gantung adalahgangsa yang bilah- bilahnya digantung (suspended) menggunakan seutas tali regang yang ditumpu oleh beberapa penggantung untuk menjaga jarak layangnya di atas tungguh. Gaung dari getaran gangsa gantung lebih panjang dari pada gangsa jongkok karena getaran bilahnya tidak segera diredam dalam posisinya yang tergantung bebas.

10. Gamelan Semaradana 11. Gamelan Semaradana adalah sebuah barungan gamelan baru yang pada hakekatnya

merupakan suatu pengembangan dari gamelan Gong Kebyar dan Semar Pagulingan (sapta nada). Sistem pengaturan nada dari gamelan ini terutama dari kelompok gangsa, menunjukan adanya penggabungan ide dari kedua barungan gamelan tersebut di atas. Gamelan ini adalah ciptaan dari I Wayan Beratha seorang tokoh karawitan sekaligus pembuat gamelan Bali. 12. Gamelan ini diperkenalkan pada tahun 1988. Motivasi dari penciptaan alat-alat gamelan seperti ini adalah menciptakan barungan gamelan yang bisa memainkan lagulagu kakebyaran dan gending-gending Semar Pagulingan. Penggunaan gamelan ini tidak terbatas pada pertunjukan tari dan drama saja, gamelan Semaradana juga bisa dipakai untuk mengiringi upacara keagamaan. Instrumen dari gamelan Semaradana ini tidak jauh berbeda dengan gamelanGong Kebyar. 13. Instrumen-instrumen penting yang berperan di dalamnya adalah:

gangsa, (jegogan, jublag, pemade dan kantil) sepasang kendang gong kempur kemong kajar reyong cengceng suling bambu rebab 14. 15. Sejak pertama kali diciptakan, gamelan Semaradana sudah semakin tersebar ke berbagai

desa di Bali, bahkan sampai ke luar negeri. Para pemakai gamelan ini merasa bahwa gamelan ini sangat fleksibel, walaupun memainkannya diperlukan teknik khusus.11. Gong Suling

Gamelan Gong Suling adalah barungan gamelan yang didominir oleh alat-alat tiup suling bambu yang didukung oleh instrumen-instrumen lainnya. Gamelan yang berlaras pelog lima nada ini diperkirakan muncul sekitar tahun 1950. Gong Suling pada hakekatnya merupakan pengembangan dari Gong Kebyar, tabuh - tabuh yang dibawakan hampir semuanya berasal dari Gong Kakebyaran, hanya saja pembawa melodinya tidak lagi gangsa yang terbuat dari krawang melainkan sejumlah suling bambu dengan ukuran yang berbeda-beda. Ada sedikitnya 30 suling di dalam barungan ini. Tingkatan tinggi rendah nadanya meniru tingkatan bunyi gangsa dalam Gong Kebyar. Lebih dari itu fungsi dari masing-masing instrumen juga disusun seperti Gong Kebyar, ada suling yang berfungsi sebagai jegogan, jublag, ugal, pemade dan kantil. Melengkapi barungan ini adalah:Jumlah Satuan Instrumen

2 1 1 1 1

buah kendang buah kajar buah kemong buah kempur pangkon ricik

Gong Suling yang pada hakekatnya barungan suling bambu yang memainkan tabuh-tabuh Kebyar biasanya dipentaskan sebagai tabuh-tabuh instrumen dan sebagai iringan tari atau drama.12. Jegog

Barungan ini termasuk gamelan madya yang terdapat hanya didaerah Kabupaten Jembrana. Jegog adalah barungan gamelan berlaras pelog (empat nada)yang terdiri dari instrumen berbentuk tabung bambu. Semula gamelan ini hanya dipakai untuk memainkan musik-musik instrumental dan pengiring pencak silat. Belakangan ini jegog juga dipakai untuk mengiringi tari-tarian Kebyar dan Drama Gong. Bagi masyarakat Jembrana pertunjukan Jegog yang paling berkesan adalah Jegog yang dilakukan pada hari-hari raya tertentu atau sehabis musim panen. Ada 11 tungguh instrumen dalam barungan ini meliputi:Jumlah Satuan Instrumen

3 3 2 3 2 1

tungguh tungguh tungguh tungguh tungguh tungguh

instrumen barongan kancilan kentrungan suwir undir jegogan, masing-masing 8 bilah / tabung

Jegogan adalah instrumen terbesar dalam barungan ini yang memberikan suara berkualitas gong. Untuk mengiringi tari-tarian barungan ini dilengkapi dengan beberapa instrumen lain, yaitu:Jumlah Satuan Instrumen

2 1 1 1 1

buah buah buah buah buah

kendang gupakan kajar tawa-tawa cengceng suling

1

buah

rebana

Untuk memainkan instrumen bilah (pemade dan kantil) penabuh mempergunakan 2 panggul, seperti dalam Gender Wayang. Penabuh Jegogan (instrumen paling besar) hanya mempergunakan sebuah panggul (seperti panggul gong). Teknik kotekan sangat dominan dalam pertunjukan gamelan Jegog.13. Kendang Mabarung Gamelan ini termasuk barungan langka yang terdapat di daerah Jembrana, daerah asal gamelan Jegog dan Gebyog. Ada yang berpendapat bahwa Kendang Mabarung adalah gemelan Angklung yang memakai kendang besar atau kendang barung. Akan tetapi karena peranan kendang besar sangat menonjol dalam pertunjukan, maka penamaan terhadap barungan ini menjadi terfokus kepada kendang. Instrumen pokok dalam barungan ini adalah dua kendang raksasa yang panjangnya sekitar 3 meter dengan garis tengah sekitar 1 meter. Musik yang ditimbulkan cenderung berkesan ritmis, karena pukulan kendang itu sendiri mempunyai pola ritme yang bermacam-macam. Pembawa melodi dalam barungan ini adalah instrumen angklung yang berlaras pelog empat nada sama seperti laras Jegog. Penabuh Kendang Mabarung adalah 2 orang, masing-masing memukul 1 sisi kendang dengan alat pemukul. Teknik pukulannya adalah kotekan yang dilakukan secara imbal. Kendang Mabarung sering ditampilkan untuk mengiringi perlombaan Makepung, kadangkala untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya dan Dewa Yadnya. 14. Okokan / Grumbungan

Okokan adalah instrumen semacam bel berukuran raksasa yang dibuat dari kayu yang dijadikan alat komunikasi oleh kelompok masyarakat di desa-desa terpencil. Instrumen yang sama, namun dengan ukuran yang lebih kecil disebut kroncongan yang biasa dipasang di atas pohon untuk mengusir binatang--binatang perusak tanaman kelapa, sebagai kalung ternak (sapi maupun kerbau).

2 macam okokan

Atas prakarsa masyarakat Baturiti (kabupaten Tabanan) dan Tegalalang (Kabupaten Gianyar) di mana terdapat cukup banyak instrumen okokan, alat-alat bunyi ini ditata menjadi sebuah barungan yang disebut Okokan atau Grumbungan. Ada sedikitnya 30 buah okokan dalam barungan ini. Ada sejumlah pemain yang memainkan sebuah okokan secara lepas-lepas dan ada pula setiap dua orang merangkai 2 alat menjadi satu unit yang diusung oleh dua orang. Penabuh yang sekaligus pengusung mengambil posisi dibelakang okokan dan membunyikannya dengan cara mengocoknya. Selain okokan dalam barungan ini juga dimasukkan dua buah kendang, 1 buah kajar dan sejumlah instrumen pukul

lainnya. Musik yang ditimbulkan barungan berukuran besar ini sangat ritmis dan bersuasana magis. Sejak permulaan Pekan Kesenian Bali, Okokanselalu ditampilkan dalam acara pawai pembukaan pada pesta budaya tahunan ini.15.Tektekan

Adalah sebuah barungan gamelan yang relatif masih baru yang muncul di daerah Tabanan. Di desa Kerambitan, telah lama berlangsung suatu tradisi arak-arakan mengelilingi desa untuk mengusir roh-roh jahat yang dianggap mengganggu kehidupan masyarakat. Arak-arakan seperti ini biasa dilakukan saat desa terserang wabah penyakit. Instrumen baku dari barungan ini, yang melibatkan sedikitnya 50 (limapuluh) orang penabuh laki-laki, adalah sebuah kentongan ataukulkul dari bambu. Masing-masing penabuh memegang sebuah kentongan dengan ukuran berbeda-beda dan memainkan instrumen mereka dengan pola kakilitan seperti ritme cak atau cengceng kopyak dalam Balaganjur. Selain kulkul, barungan ini juga dilengkapi dengan gong, tawa-tawa, sebuah kemong, beberapa buah suling dan sepasang kendang.

Gamelan ini kini menjadi bagian dari pertunjukan Calonarang. Bagi masyarakat luas Tektekan adalah pertunjukan Calonarang dari Tabanan yang terkenal dengan demonstrasi kekebalan. Pada bagian akhir pertunjukan pemain rangda ditikam beramai-ramai oleh penari keris (dan juga oleh penonton!!!). Dalam masa dua puluh tahun belakangan ini Tektekan telah menjadi salah satu acara yang digemari oleh wisatawan