Upload
rafael-danendra-garuda
View
79
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
materi geokimia topik 12
Citation preview
TUGAS GEOKIMIA UMUM
TOPIK 12
Disusun Oleh :
DANENDRA GARUDA WISDA
111.140.015
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2015
BUMI SEBAGAI SISTEM KIMIA DAN FISIKA
Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan
planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalamTata Surya. Bumi
juga merupakan planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya. Bumi
terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.
Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan
muncul di permukaannya pada miliar tahun pertama. Biosfer Bumi kemudian
secara perlahan mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar lainnya, yang
memungkinkan terjadinya perkembangbiakan organisme serta
pembentukan lapisan ozon, yang bersama medan magnet Bumi
menghalangi radiasi surya berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup
mikroskopis untuk berkembang biak dengan aman di daratan. Sifat fisik, sejarah
geologi, dan orbit Bumi memungkinkan kehidupan untuk bisa terus bertahan.
Litosfer Bumi terbagi menjadi beberapa segmen kaku, atau lempeng
tektonik, yang mengalami pergerakan di seluruh permukaan Bumi selama jutaan
tahun. Lebih dari 70% permukaan Bumi ditutupi oleh air, dan sisanya terdiri dari
benua dan pulau-pulau yang memiliki banyak danau dan sumber air lainnya yang
bersumbangsih terhadap pembentukanhidrosfer. Kutub Bumi sebagian besarnya
tertutup es; es padat di lapisan es Antarktika dan es laut di paket es kutub.Interior
Bumi masih tetap aktif, dengan inti dalam terdiri dari besi padat, sedangkan inti
luar berupa fluida yang menciptakan medan magnet, dan lapisan tebal yang relatif
padat di bagian mantel.
Bumi tergolong planet kebumian yang umumnya terdiri dari bebatuan,
bukannya raksasa gas seperti Yupiter. Bumi adalah planet terbesar dari empat
planet kebumian lainnya menurut ukuran dan massa. Dari keempat planet
tersebut, Bumi merupakan planet dengan kepadatan tertinggi, gravitasi
permukaan tertinggi, medan magnet terkuat, dan rotasi tercepat, dan diperkirakan
juga merupakan satu-satunya planet dengan tektonik lempeng yang aktif.
Bentuk Bumi kira-kira menyerupai sferoid pepat, bola yang bentuknya
tertekan pipih di sepanjang sumbu dari kutub ke kutub sehingga
terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa. Tonjolan ini muncul akibat rotasi Bumi,
yang menyebabkan diameter khatulistiwa 43 km (kilometer) lebih besar dari
diameter kutub ke kutub. Karena hal ini, titik terjauh permukaan Bumi dari pusat
Bumi adalah gunung api Chimborazo di Ekuador, yang berjarak 6.384 kilometer
dari pusat Bumi, atau sekitar 2 kilometer lebih jauh jika dibandingkan
dengan Gunung Everest. Diameter rata-rata bulatan Bumi adalah 12.742 km, atau
kira-kira setara dengan 40.000 km /π, karena satuan meter pada awalnya dihitung
sebagai 1/10.000.000 jarak dari khatulistiwa ke Kutub
Utara melewati Paris, Perancis.
Topografi Bumi mengalami deviasi dari bentuk sferoid ideal, meskipun
dalam skala global deviasi ini tergolong kecil: Bumi memiliki
tingkat toleransi sekitar 584, atau 0,17% dari sferoid sempurna, lebih kecil jika
dibandingkan dengan tingkat toleransi pada bola biliar (0,22%). Deviasi tertinggi
dan terendah pada permukaan Bumi terdapat di Gunung Everest (8.848 m di atas
permukaan laut) dan Palung Mariana (10.911 m di bawah permukaan laut).
Karena adanya tonjolan khatulistiwa, lokasi di permukaan Bumi yang berada
paling jauh dari pusat Bumi adalah puncak Chimborazo di Ekuador
dan Huascarán di Peru.
Massa Bumi kurang lebih 5,98×1024 kg. Komposisinya terdiri dari:
besi(32,1%), oksigen (30,1%),silikon (15,1%), magnesium (13,9%), belerang (2,9
%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), dan aluminium (1,4%); sisanya terdiri dari
unsur-unsur lainnya (1,2%). Akibat segregasi massa, bagian inti Bumi diyakini
mengandung besi (88,8%), dan sejumlah kecil nikel (5,8%), belerang (4,5%), dan
kurang dari 1% unsur-unsur lainnya.
Ahli geokimia F. W. Clarke menghitung lebih dari 47% kerak Bumi
mengandung oksigen. Konstituen batuan yang umumnya terdapat pada kerak
Bumi hampir semuanya merupakan senyawa oksida; klorin, belerang,
dan fluor adalah tiga pengecualian, dan jumlah total kandungan unsur ini dalam
batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida utama yang terkandung dalam kerak
Bumi adalah silika, alumina, besi oksida, kapur, magnesia, kalium, dan soda.
Silika pada umumnya berfungsi sebagai asam, yang membentuk silikat, dan
mineral paling umum yang terdapat pada batuan bekuadalah senyawa ini.
Berdasarkan analisisnya terhadap 1.672 jenis batuan di kerak Bumi, Clarke
menyimpulkan bahwa 99,22% kerak Bumi terdiri dari 11 oksida (lihat tabel di
sebelah kanan).
Interior Bumi, seperti halnya planet kebumian lainnya, dibagi menjadi
sejumlah lapisan menurut kandungan fisika atau kimianya (reologi). Namun, tidak
seperti planet kebumian lainnya, Bumi memiliki inti luar dan inti dalam yang
berbeda. Lapisan luar Bumi secara kimiawi berupa kerak padat silikat yang
diselimuti oleh mantel viskose padat. Kerak Bumi dipisahkan dari mantel
oleh diskontinuitas Mohorovičić, dengan ketebalan rata-ratanya adalah 6 km di
bawah lautan dan 30-50 km di bawah daratan. Kerak Bumi, serta bagian kaku dan
dingin di puncak mantel atas, secara kolektif dikenal dengan litosfer, dan pada
lapisan inilah tektonika lempeng terjadi. Di bawah litosfer terdapat astenosfer,
lapisan dengan tingkat viskositas yang relatif rendah dan menjadi tempat melekat
bagi litosfer. Perubahan penting struktur kristal di dalam mantel terjadi pada
kedalaman 410 dan 660 km di bawah permukaan Bumi, yang juga mencakup zona
transisi yang memisahkan mantel atas dengan mantel bawah. Di bawah mantel,
terdapat fluida inti luar dengan viskositas yang sangat rendah di atas inti dalam.
Inti dalam Bumi mengalami perputaran dengan kecepatan sudut yang sedikit lebih
tinggi jika dibandingkan dengan bagian planet lainnya, sekitar 0,1-0,5° per tahun.
Lapisan Bumi
Penampang Bumi dari inti ke eksosfer.
Kedalaman
km
Lapisan
komponen
Kepadatan
g/cm3
0–60 Litosfer —
0–35 Kerak 2.2–2.9
35–60 Mantel atas 3.4–4.4
35–2890 Mantel 3.4–5.6
100–700 Astenosfer —
2890–5100 Inti luar 9.9–12.2
5100–6378 Inti dalam 12.8–13.1
Panas dalam Bumi berasal dari perpaduan antara panas endapan dari akresi
planet (sekitar 20%) dan panas yang dihasilkan oleh peluruhan
radioaktif (80%).Isotop penghasil panas utama Bumi adalah kalium-40, uranium-
238, uranium-235, dan torium-232. Di pusat Bumi, suhu bisa mencapai 6,000 °C
(10,830 °F), dan tekanannya mencapai 360 GPa. Karena sebagian besar panas
Bumi dihasilkan oleh peluruhan radioaktif, para ilmuwan percaya pada
awal sejarah Bumi, sebelum isotop dengan usia pendek terkuras habis, produksi
panas Bumi yang dihasilkan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan sekarang.
Panas yang dihasilkan pada masa itu diperkirakan dua kali lebih besar daripada
saat ini, kira-kira 3 miliar tahun yang lalu, dan hal tersebut akan meningkatkan
gradien suhu di dalam Bumi, meningkatkan tingkat konveksi mantel dan tektonik
lempeng, serta memungkinkan pembentukan batuan beku seperti komatiites, yang
tidak bisa terbentuk pada masa kini.
Isotop utama penghasil panas Bumi saat ini
Isotop Pelepasan
panas
W/kg isotop
Paruh
hidup
tahun
Konsentrasi mantel rata-
rata
kg isotop/kg mantel
Pelepasan
panas
W/kg mantel
238U 9.46 × 10−5 4.47 × 109 30.8 × 10−9 2.91 × 10−12
235U 5.69 × 10−4 7.04 × 108 0.22 × 10−9 1.25 × 10−13
232Th 2.64 × 10−5 1.40 × 1010 124 × 10−9 3.27 × 10−12
40K 2.92 × 10−5 1.25 × 109 36.9 × 10−9 1.08 × 10−12
Rata-rata pelepasan panas Bumi adalah 87 mW m−2, dan 4.42 ×
1013 W untuk panas global. Sebagian energi panas di dalam inti Bumi diangkut
menuju kerak oleh bulu mantel; bentuk konveksi yang terdiri dari batuan bersuhu
tinggi yang mengalir ke atas. Bulu mantel ini mampu menghasilkan bintik
panas dan basal banjir. Panas Bumi yang selebihnya dilepaskan melalui lempeng
tektonik oleh mantel yang terhubung dengan punggung tengah samudra.
Pelepasan panas terakhir dilakukan melalui konduksi litosfer, yang umumnya
terjadi di samudra karena kerak di sana jauh lebih tipis jika dibandingkan dengan
kerak benua.
Lempeng tektonik
Lapisan luar Bumi yang berbentuk lapisan kaku, disebut dengan litosfer,
terpecah menjadi potongan-potongan yang disebut dengan lempeng tektonik.
Lempeng-lempeng ini merupakan segmen kaku yang saling berhubungan dan
bergerak pada salah satu dari tiga jenis batas lempeng. Ketiga batas lempeng
tersebut adalah batas konvergen, tempat dua lempeng bertumbukan; batas
divergen, tempat dua lempeng saling menjauh; dan batas peralihan, tempat dua
lempeng saling bersilangan secara lateral. Gempa bumi, aktivitas gunung
berapi, pembentukan gunung, dan pembentukan palung laut terjadi di sepanjang
batas lempeng ini. Lempeng tektonik berada di atas astenosfer, lapisan mantel
yang bentuknya padat tetapi tidak begitu kental, yang bisa mengalir dan bergerak
bersama lempeng, dan pergerakan ini disertai dengan pola konveksi di dalam
mantel Bumi.
Karena lempeng tektonik berpindah di seluruh Bumi, lantai samudra
mengalami penunjaman di bawah tepi utama lempeng pada batas konvergen. Pada
saat yang bersamaan, material mantel pada batas divergen membentuk punggung
tengah samudra. Perpaduan kedua proses ini secara berkelanjutan terus mendaur
ulang kerak samudra kembali ke dalam mantel. Karena proses daur ulang ini,
sebagian besar lantai samudra berusia kurang dari 100 juta tahun. Kerak samudra
tertua berlokasi di Pasifik Barat, yang usianya diperkirakan 200 juta tahun.
Sebagai perbandingan, kerak benua tertua berusia 4.030 juta tahun.
Tujuh lempeng utama di Bumi adalah Lempeng Pasifik, Amerika
Utara, Eurasia, Afrika, Antarktika, Lempeng Indo-Australia, danAmerika Selatan.
Lempeng terkemuka lainnya adalah Lempeng Arab, Lempeng Karibia, Lempeng
Nazca di pantai barat Amerika Selatan, dan Lempeng Scotia di Samudra
Atlantik selatan. Lempeng Australia menyatu dengan Lempeng India kira-kira 50
sampai 55 juta tahun yang lalu. Lempeng dengan pergerakan tercepat adalah
lempeng samudra; Lempeng Cocos bergerak dengan laju kecepatan
75 mm/tahun, dan Lempeng Pasifik bergerak 52–69 mm/tahun. Sedangkan
lempeng dengan pergerakan terlambat adalah Lempeng Eurasia, dengan laju
pergerakan sekitar 21 mm/tahun.
Permukaan
Permukaan padat Bumi menurut persentase luas total permukaan Bumi:
Punggung samudra (22.1%)
Lantai cekungan samudra (29.8%)
Pegunungan benua (10.3%)
Dataran rendah benua (18.9%)
Landas benua dan lereng (11.4%)
Tanjakan benua (3.8%)
Busur pulau vulkanik, palung laut, gunung api dasar laut, dan perbukitan (3.7%)
Permukaan Bumi bervariasi dari tempat ke tempat. Sekitar 70,8%
permukaan Bumi ditutupi oleh air, dan terdapat banyak landas benua di bawah
permukaan laut. Luas permukaan Bumi yang ditutupi oleh air setara
dengan 361,132 km2 (139,43 juta sq mi). Permukaan Bumi yang terendam
memiliki bentang pegunungan, termasuk rangkaian punggung tengah samudra dan
gunung api bawah laut, bentang lainnya adalah palung laut, lembah bawah
laut, dataran tinggi samudra, dan dataran abisal. Sisanya, 29,2% (148,94 km2 atau
57,51 juta sq mi) permukaan Bumi dilingkupi oleh daratan, yang terdiri dari
pegunungan, padang gurun, dataran tinggi, pesisir, dan geomorfologi lainnya.
Permukaan Bumi mengalami pembentukan kembali pada periode waktu
geologi karena aktivitas tektonik dan erosi. Permukaan Bumi yang terbentuk atau
mengalami deformasi akibat tektonika lempeng merupakan permukaan yang
mengalami pelapukan oleh curah hujan, siklus termal, dan pengaruh
kimia. Glasiasi, erosi pantai, pembentukan terumbu karang, dan
tubrukan meteorit besar merupakan beberapa peristiwa yang memicu
pembentukan kem
bali lanskap permukaan Bumi.
Altimetri dan batimetri Bumi saat ini. Data dariTerrainBase Digital Terrain
Model Pusat Data Geofisika Nasional.
Kerak benua terdiri dari material dengan kepadatan rendah seperti batuan
beku granitdan andesit. Batuan dengan persentase kecil adalah basal, batuan
vulkanik padat yang merupakan konstituen utama lantai samudra. Batuan
sedimen terbentuk dari akumulasi sedimen yang terpadatkan. Hampir 75%
permukaan benua ditutupi oleh batuan sedimen, meskipun batuan itu sendiri
hanya membentuk 5% bagian kerak Bumi. Batuan ketiga yang paling umum
terdapat di permukaan Bumi adalah batuan metamorf, yang terbentuk dari
transformasi batuan yang sudah ada akibat tekanan tinggi, suhu tinggi, atau
keduanya. Mineral silikat yang ketersediaannya paling melimpah di permukaan
Bumi adalah kuarsa, feldspar, amfibol, mika, piroksen, dan olivin. Sedangkan
mineral karbonat paling umum adalah kalsit (ditemukan pada batu
kapur dandolomit).
Pedosfer adalah lapisan terluar Bumi yang menjadi tempat
terjadinya proses pembentukan tanah. Lapisan ini terletak pada antarmuka litosfer,
atmosfer, hidrosfer, dan biosfer. Total permukaan tanah saat ini adalah 13,31%
dari luas total permukaan Bumi, dan dari jumlah tersebut, hanya 4,71% yang
ditanami secara permanen. Hampir 40% permukaan tanah dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian dan padang rumput, dengan rincian 1,3×107 km2 lahan pertanian
dan 3,4×107 km2 padang rumput.
Ketinggian permukaan tanah Bumi bervariasi. Titik terendah berada pada
ketinggian −418 m di Laut Mati, sedangkan titik tertinggi adalah 8.848 m di
puncak Gunung Everest. Ketinggian rata-rata permukaan tanah dihitung dari
permukaan laut adalah 840 m.
Secara logis, Bumi dibagi menjadi Belahan Utara dan Selatan yang
berpusat di masing-masing kutub. Akan tetapi, Bumi secara tidak resmi juga
dibagi menjadi Belahan Bumi Barat dan Timur. Permukaan Bumi secara
tradisional dibagi menjadi tujuh benua dan berbagai laut. Setelah manusia
menghuni dan mengelola Bumi, hampir semua permukaan dibagi menjadi negara-
negara. Hingga tahun 2013, terdapat 196 negara berdaulat dengan jumlah
penduduk sekitar 7 miliar yang menghuni permukaan Bumi.
Hidrosfer
Hidrosfer Bumi pada umumnya terdiri dari lautan, namun secara teknis
juga mencakup semuaperairan yang terdapat di permukaan Bumi,
termasuk danau, sungai, laut pedalaman, dan air bawah tanah di kedalaman
2.000 m. Perairan terdalam dari permukaan Bumi adalah Challenger
Deep di Palung Mariana, Samudra Pasifik, dengan kedalaman 10.911,4 m di
bawah permukaan laut.
Massa lautan kira-kira 1,35×1018 metrik ton, atau sekitar 1/4400 dari
massa total Bumi. Lautan mencakup area seluas3,618×108 km2, dengan
kedalaman rata-rata 3.682 m, dan volume air sekitar 1,332×109 km3.[77] Jika
daratan di permukaan Bumi tersebar merata, maka ketinggian air akan naik lebih
dari 2,7 km.[catatan 12] Sekitar 97,5% perairan Bumi adalah air asin, sedangkan 2,5%
sisanya adalah air tawar. Sekitar 68,7% air tawar yang terdapat di permukaan
Bumi pada saat ini adalah es, sedangkan selebihnya membentuk danau, sungai,
mata air, dan sebagainya.
Tingkat keasinan rata-rata lautan di Bumi adalah 35 gram garam per kilogram air
laut (3,5% garam). Sebagian besar garam ini dihasilkan oleh aktivitas vulkanis
atau hasil ekstraksi batuan beku. Lautan juga menjadi reservoir bagi gas atmosfer
terlarut, yang keberadaannya sangat penting bagi kelangsungan hidup sebagian
besar organisme air. Air laut memiliki pengaruh besar terhadap iklim dunia;
lautan berfungsi sebagai reservoir panas utama. Perubahan suhu di lautan juga
bisa menyebabkan perubahan cuaca di berbagai belahan dunia, misalnya El Niño–
Osilasi Selatan.
Atmosfer
Foto yang memperlihatkan bagaimana Bumi bersinar dalam cahaya ultraungu.
Rata-rata tekanan atmosfer di permukaan Bumi adalah 101,325 kPa,
dengan ketingggian skala sekitar 5 km. Atmosfer mengandung 78% nitrogen dan
21% oksigen, selebihnya adalah uap air, karbon dioksida, dan molekul gas
lainnya. Ketinggian troposfer beragam menurut garis lintang, berkisar antara 8 km
di wilayah kutub hingga 17 km di wilayah khatulistiwa, dan beberapa variasi yang
diakibatkan oleh faktor musim dan cuaca.
Biosfer Bumi secara perlahan telah memermak
komposisi atmosfer. Fotosintesis oksigenik berevolusi 2,7 miliar tahun yang lalu,
yang membentuk atmosfer nitrogen-oksigen utama saat ini. Peristiwa ini
memungkinkan terjadinya proliferasi organisme aerobik, serta
pembentukan lapisan ozon yang menghalangi radiasi surya ultraungu memasuki
Bumi dan menjamin kelangsungan kehidupan di darat. Fungsi atmosfer lainnya
yang penting bagi kehidupan di Bumi adalah mengangkut uap air, menyediakan
gas bernilai guna, membakarmeteor berukuran kecil sebelum menghantam
permukaan Bumi, dan memoderatori suhu. Fenomena yang terakhir dikenal
denganefek rumah kaca; proses penangkapan energi panas yang dipancarkan dari
permukaan Bumi pada atmosfer sehingga meningkatkan suhu rata-rata. Uap air,
karbon dioksida, metana, dan ozon merupakan gas rumah kaca utama pada
atmosfer Bumi. Tanpa pemancaran panas ini, suhu rata-rata di permukaan Bumi
akan mencapai −18 °C, berbeda jauh dengan suhu rata-rata saat ini (+15 °C), dan
kehidupan kemungkinan besar tidak akan bisa bertahan.
Cuaca dan iklim
Foto satelit tudung awan di Bumi menggunakan MRIS NASA.
Tiga perempat massa atmosfer berada pada ketinggian 11 kilometer dari
permukaan Bumi. Lapisan terbawah ini disebut dengan troposfer. Energi dari
Matahari memanaskan lapisan ini, serta permukaan di bawahnya, yang
menyebabkan terjadinya pemuaian udara. Udara pada lapisan ini kemudian
bergerak naik dan digantikan oleh udara dingin dengan kelembaban yang lebih
tinggi. Akibatnya, terjadi sirkulasi atmosferikyang memicu
pembentukan cuaca dan iklim melalui pendistribusian kembali energi panas.
Dampak utama sirkulasi atmosferik adalah terjadinya angin pasat di
wilayah khatulistiwa yang berada pada garis lintang 30° dan angin barat di
wilayah-wilayah lintang tengah antara 30° dan 60°. Arus laut juga menjadi faktor
penting dalam menentukan iklim, terutamasirkulasi termohalin yang menyebarkan
energi panas dari lautan di khatulistiwa ke wilayah kutub.
Uap air yang dihasilkan melalui penguapan di permukaan Bumi diangkut
oleh pola sirkulasi di atmosfer. Saat atmosfer melakukan pengangkatan udara
hangat dan lembab, uap air akan mengalami kondensasi dan mengendap ke
permukaan Bumi melalui proses presipitasi. Air yang diturunkan ke permukaan
Bumi dalam bentuk hujan kemudian diangkut menuju ketinggian yang lebih
rendah oleh sungai dan biasanya kembali ke laut atau bermuara di danau.
Peristiwa ini disebut dengan siklus air, yang merupakan mekanisme penting untuk
mendukung kelangsungan kehidupan di darat dan faktor utama yang
menyebabkan erosi di permukaan Bumi pada periode geologi. Pola presipitasi
atau curah hujan ini sangat beragam, berkisar dari beberapa meter air per tahun
hingga kurang dari satu milimeter. Sirkulasi atmosferik, topologi, dan perbedaan
suhu juga menentukan curah hujan rata-rata yang turun di setiap wilayah.
Besar energi surya yang mencapai Bumi akan menurun seiring dengan
meningkatnya lintang. Pada lintang yang lebih tinggi, cahaya matahari mencapai
permukaan Bumi pada sudut yang lebih rendah dan harus melewati kolom
atmosfer yang lebih tebal. Akibatnya, suhu rata-rata di permukaan laut menurun
sekitar 0,4 °C per derajat jarak lintang dari khatulistiwa. Bumi bisa dibagi menjadi
zona lintang spesifik berdasarkan perkiraan kesamaan iklim. Pembagian ini
berkisar dari wilayah khatulistiwa hingga ke wilayah kutub, yakni zona
iklim tropis (atau khatulistiwa), subtropis, iklim sedang, dan kutub. Iklim juga
bisa diklasifikasikan menurut suhu dan curah hujan, yang ditandai dengan wilayah
iklim dengan massa udara yang seragam. Yang paling umum digunakan adalah
sistem klasifikasi iklim Köppen (dicetuskan oleh Wladimir Köppen). Klasifikasi
ini membagi Bumi menjadi lima zona iklim (tropis lembab, kering, lintang tengah
lembab, kontinental, dan kutub dingin), yang kemudian dibagi lagi menjadi
subjenis yang lebih spesifik.
Atmosfer
Pemandangan dari orbit yang memperlihatkan Bulan purnama yang setengah
tertutup oleh atmosfer Bumi. Foto oleh NASA.
Di atas troposfer, atmosfer terbagi menjadi stratosfer, mesosfer,
dan termosfer. Masing-masing lapisan ini memiliki tingkat lincirberbeda, yang
umumnya didasarkan pada tingkat perubahan suhu dan ketinggian. Di luar lapisan
ini, terdapat lapisan eksosfer danmagnetosfer, tempat medan magnet Bumi
berinteraksi dengan angin surya. Di dalam stratosfer terdapat lapisan ozon,
komponen yang berperan melindungi permukaan Bumi dari sinar ultraungu dan
memiliki peran penting bagi kehidupan di Bumi. Garis Kármán, yang dihitung
100 km di atas permukaan Bumi, adalah garis khayal yang membatasi atmosfer
dengan luar angkasa.
Energi panas menyebabkan beberapa molekul di tepi luar atmosfer Bumi
meningkatkan kecepatan sehingga bisa melepaskan diri dari gravitasi Bumi. Hal
ini menyebabkan terjadinya kebocoran atmosfer ke luar angkasa. Hidrogen, yang
memiliki berat molekul rendah, bisa mencapai kecepatan lepas yang lebih tinggi
dan lebih mudah mengalami kebocoran ke luar angkasa jika dibandingkan dengan
gas lainnya. Kebocoran hidrogen ke luar angkasa mendorong keadaan Bumi dari
yang awalnya mengalami reduksi menjadi oksidasi.Fotosintesis menyediakan
sumber oksigen bebas bagi kehidupan di Bumi, tetapi ketiadaan agen pereduksi
seperti hidrogen menyebabkan meluasnya penyebaran oksigen di atmosfer.
Kemampuan hidrogen untuk melepaskan diri dari atmosfer turut memengaruhi
sifat kehidupan yang berkembang di Bumi. Saat ini, atmosfer yang kaya oksigen
mengubah hidrogen menjadi air sebelum memiliki kesempatan untuk melepaskan
diri. Sebaliknya, sebagian besar peristiwa pelepasan hidrogen terjadi akibat
penghancuran metana di atmosfer atas.
Medan magnet
Skema magnetosfer Bumi. Angin surya berhembus dari kiri ke kanan
Medan magnet Bumi diperkirakan terbentuk karena dipole magnetik,
dengan kutub magnet berada pada kutub geografi Bumi. Pada khatulistiwa medan
magnet, kekuatan medan magnet di permukaan Bumi mencapai 3.05 × 10−5 T,
denganmomen dipole magnet global 7.91 × 1015 T m3. Menurut teori dinamo,
medan magnet dihasilkan di dalam wilayah inti luar tempat energi panas
menciptakan gerakan konveksi material konduksi dan menghasilkan arus listrik.
Proses ini pada gilirannya menciptakan medan magnet Bumi. Gerakan konveksi
pada inti Bumi berlangsung dengan tidak teratur; kutub magnet melayang dan
secara berkala mengubah arah gaya magnet. Hal ini memicu
terjadinya pembalikan medanpada interval tak beraturan, yang berlangsung
beberapa kali setiap jutaan tahun. Pembalikan medan terakhir terjadi sekitar
700.000 tahun yang lalu.
Medan magnet membentuk lapisan magnetosfer, yang berfungsi
membiaskan partikel yang terkandung dalam angin surya. Tepi medan magnet
yang mengarah ke Matahari berjarak sekitar 13 kali radius Bumi. Tabrakan antara
medan magnet dan angin surya menghasilkan sabuk radiasi Van Allen, yakni area
berbentuk torus konsentris dengan partikel bermuatan energi.
Saat plasma memasuki atmosfer Bumi pada kutub magnet, maka
terbentuklah aurora.
KERAK BUMI SEBAGI SATUAN YANG TERPISAH
Kerak Bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt.
Kerak Bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80 km.
Temperatur kerak meningkat seiring kedalamannya. Pada batas terbawahnya temperatur kerak menyentuh angka 200-400 0C. Kerak dan bagian mantel yang relatif padat membentuk lapisan litosfer. Karena konveksi pada mantel bagian atas dan astenosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak. Temperatur meningkat 30 0C setiap km, namun gradien panas bumi akan semakin rendah pada lapisan kerak yang lebih dalam.
Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah: Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%).
Para ahli dapat merekonstruksi lapisan-lapisan yang ada di bawah permukaan bumi berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap seismogram yang direkam oleh stasiun pencatat gempa yang ada di seluruh dunia.
Kerak bumi purba sangat tipis, dan mungkin mengalami proses daur ulang oleh lempengan tektonik yang jauh lebih aktif dari saat ini dan dihancurkan beberapa kali oleh tabrakan asteroid, yang dulu sangat umum terjadi pada masa awal terbentuknya tata surya. Pembentukan kerak benua dihubungkan dengan periode orogeny intensif. Periode ini berhubungan dengan pembentukan super benua seperti Rodinia, Pangaea, dan Gondwana.
Kerak benua, contohnya kerak benua Eropa dan Asia (disebut Eurasia), kerak benua Afrika, kerak benua Amerika Utara, kerak benua Amerika Selatan. Kerak
samudera, contohnya kerak samudera Hindia, kerak samudera Pasifik, kerak samudera Atlantik.
Kerak benua disebut juga sebagai lempeng benua, sedangkan kerak samudera disebut pula lempeng samudera. Lempeng samudera tertekan oleh magma yang ada di bawahnya, sehingga ada bagian membubung (naik). Bagian tersebut dinamakan pematang tengah samudera. Tekanan terus menerus berakibat lempeng samudera tertekan dan bergerak menuju ke lempeng benua. Rata-rata pergerakannya sekitar 10 cm/tahun. Akibatnya lempeng samudera bertumbukan dengan lempeng benua. Akibat tumbukan tersebut ada bagian-bagian yang terangkat menjadi pegunungan.
Wilayah-wilayah dunia yang merupakan pertemuan lempeng ditandai dengan banyaknya deretan pegunungan. Perbukitan kapur adalah contoh permukan bumi yang terangkat. Pada mulanya perbukitan kapur berasal dari dasar laut. Oleh karena ada tekanan dari dalam bumi, maka dasar laut terangkat hingga di atas permukaan laut. Adanya proses erosi dasar laut yang terangkat tersebut menjadi perbukitan.
Berdasarkan gelombang seismik struktur internal bumi dapat dibedakan menjadi tiga komponen utama, yaitu inti (core), mantel (mantle) dan kerak (crust).
• Inti bumi (core)
Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman Discontinuity.
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel.
• Mantel bumi (mantle)
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400 km. Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai 2900 km.
Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama dengan kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas bagian bawah yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.
• Kerak bumi (crust)
Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya.
Kerak bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
- Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
- Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982) rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi granit
SIKLUS GEOKIMIA
A. Siklus Hidrologi
Siklus air merupakan
perpaduan objek
hidrosfer secara
keseluruhan. Di dalam
siklus ini terdapat
beberapa proses yang
membentuk
pergerakan air secara kontinyu, Siklus air yang lengkap mencakup keberadaan air
dalam atmosfer hingga dalam tubuh air yang berada di permukaan bumi, seperti
laut, gletser, danau, maupun mengalir di bawah permukaan tanah. Selanjutnya, air
akan kembali ke atmosfer. Proses – proses yang terjadi di dalam siklus air, antara
lain evaporasi (penguapan, perubahan wujud dari cair menjadi gas), kondensasi
(pembentukan awan, perubahan wujud dari gas menjadi cair), presipitasi (proses
jatuhnya partikel air dari atmosfer menuju permukaan bumi), intersepsi (gangguan
dalam transportasi air), infiltrasi (proses pergerakan air tanah dari permukaan ke
dalam tanah), run off (aliran air di permukaan tanah), dan storage (penyimpanan
air). Kandungan air sesaat di atmosfer sekitar 0,001% (1.300 km3) dari semua
cadangan air di seluruh bumi. Molekul air yang masuk ke dalam atmosfer melalui
proses evaporasi akan kembali lagi menuju permukaan bumi setelah 10 hari
melalui proses presipitasi. Siklus air atau siklus hidrologi melewati beberapa
proses secara umum, yakni evaporasi, transpirasi, kondensasi dan presipitasi.
Evaporasi
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air
memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan
kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di
atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya.
Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik
berasal dari daratan, seperti: danau, sungai, dan lahan yang basah lainnya.
Transpirasi (penguapan dari tumbuhan)
Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tumbuhan melalui sebuah proses
yang dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif
melepaskan uap air 5 sampai 10 kali dari banyak air yang dapat ditahannya.
Kondensasi
Ketika uap air menguap, melalui arus udara/angin awan-awan itu
berkumpul di suatu tempat, lalu kemudian akibat tekanan udara terjadi peubahan
suhu yang mengakibatkan awan tersebut berkondensasi atau menjadi jenuh air dan
dapat turun sebagai hujan (Presipitasi)
Presipitasi
Presipitasi merupakan pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail),
yang bergantung pada suhu di sekitarnya.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman
sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak
secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda :
1. Evaporasi/transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di
tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam
bentuk hujan, salju, es.
2. Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air
dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal
atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki
kembali sistem air permukaan.
3. Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat
dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai sungai bergabung satu sama
lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan
disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi :
A. Siklus Pendek / Siklus Kecil
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
3. Turun hujan di permukaan laut
B. Siklus Sedang
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi
3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4. Pembentukan awan
5. Turun hujan di permukaan daratan
6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
C. Siklus Panjang / Siklus Besar
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Uap air mengalami sublimasi
3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es
4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
5. Pembentukan awan
6. Turun salju
7. Pembentukan gletser
8. Gletser mencair membentuk aliran sungai
9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
B. Siklus Karbon
Siklus karbon
yaitu siklus
biogeokimia
dimana karbon
dipertukarkan
antara biosfer
(pada makhluk
hidup), geosfer
(di dalam bumi),
hidrosfer (di air),
dan atmosfer bumi (di udara). Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon
utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut
adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system dan
material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon), lautan (termasuk
karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), serta sedimen
(termasuk bahan bakar fosil). Karbon di alam memiliki kandungan total 0,1% dari
massa kerak bumi. Dari total keseluruhan karbon tersebut, karbon terdapat dalam
atmosfer, biosfer, laut (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut),
sedimen (termasuk bahan bakar fosil, sistem air tawar, dan material organik), serta
interior bumi (karbon dari kerak dan mantel bumi). Siklus karbon menjelaskan
tentang distribusi dan akumulasi karbon. Siklus ini berkaitan dengan vegetasi
yang menyerap gas CO2 selama proses fotosintesis. Secara umum terdapat tiga
macam siklus karbon yang dapat dijumpai di alam:
Siklus Biologi, melalui proses: atmosfer -> absorpsi -> vegetasi ->
asimilasi -> hewan -> respirasi -> atmosfer
Siklus Geologi, melibatkan lautan di bumi yang berperan sebagai
cadangan air utama di bumi. Air bersifat melarutkan gas CO2 melalui
proses: CO2 (atmosfer) –> CO2 (air) –> H2CO3 –> Ca(HCO3)2 –> CaCO3
Siklus teknogenik – biologi, melibatkan proses pengendapan material
organik pada masa lampau (minyak bumi, batubara, gas alam, sekis, dan
lain – lain) maupun aktivitas manusia. Proses pelepasan gas CO2 ke dalam
atmosfer oleh aktivitas manusia merupakan penyebab utama terjadinya
efek rumah kaca.
Siklus karbon geologi berlangsung dalam skala waktu jutaan tahun. Sementara
itu siklus karbon biologi berlangsung dalam skala waktu harian hingga ribuan
tahun.
Siklus karbon diawali dengan pembentukan karbon (CO2) di udara. CO2 dapat
terbentuk karena 2 hal yaitu aktivitas organisme dan aktivitas alam. Aktivitas
organisme termasuk respirasi, dekomposisi makhluk hidup yang mati,
pembakaran batu bara, asap pabrik dll. serta aktivitas alam seperti erupsi vulkanis.
Semua aktivitas tersebut merupakan sumber CO2 di alam ini. Terlalu banyak CO2
di udara akan menyebabkan efek rumah kaca.
Karbon dapat diambil dari atmosfer dengan berbagai cara, antara lain:
1. Melalui proses fotosintesis
Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah
karbondioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Karbon
pada proses ini akan banyak di serap oleh tumbuhan yang baru saja tumbuh atau
pepohonan pada hutan yang sedang di reboisasi sehingga membutuhkan
pertumbuhan yang cepat.
12H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O
2. Melalui sirkulasi termohalin
Pada permukaan laut di daerah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan
karbondioksida lebih mudah larut dalam air. Karbondioksida yang larut tersebut
akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan
yang lebih berat menujuke dalam laut. Di laut bagian atas, pada daerah yang
poduktivitasnya tinggi organisme membentuk cangkang karbonat dengan bagian-
bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini menyebabkan aliran karbon menuju
ke bawah.
3. Melalui pelapukan batu silikat
Proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk
kembali ke atmosfer seperti dua proses sebelumnya. Pelapukan batuan silikat
tidak memilki efek yang terlalu besar terhadap karbondioksida pada atmosfer
karena ion karbonat pada atmosfer yang terbentuk terbawa oleh air laut dan
selanjutnya akan dipakai untuk membuat karbonat laut.
Karbon dapat kembali lagi ke atmosfer dengan beragai cara pula antara lain:
1. Melalui respirasi tumbuhan dan binatang
Proses ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga penguraian glukosa
menjadi karbohidrat dan air.
2. Melalui pembusukan, tumbuhan, dan binatang
Jamur dan bakteri menguraikan senyawa karbon pada tumbuhan dan binatang
yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia aksigen
atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen
3. Melalui pembakaran material organik
Proses ini berlangsung dengan cara mengoksidasi karbon yang terkandung pada
material organik menjadi karbondioksida. Pembakaran bahan bakar fosil seperti
batubara, minyak bumi, dan gas alam akan melepaskan karbon yang tersimpan di
dalam geosfer, sehingga menyebabkan kadar karbon dioksida di atmosfer semakin
bertambah.
4. Melalui produksi semen
Salah satu komponen semen yaitu kapur atau kalium oksida dihasilkan dengan
cara memanaskan batu kapur yang akan menghasilkan karbon dioksida dalam
jumlah banyak.
5. Melalui erupsi vulkanik
Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepasakan gas ke atmosfer.
Gasgas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon
dioksida yang dilepas ke atmosfer hampir sama dengan jumlah karbon dioksida
yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan batuan silikat.
6. Melalui pemanasan permukaan laut
Di permukaan laut, ketika air laut menjadi lebih hangat, karbon dioksida yang
larut dalam air akan dilepas ke atmosfer sebagai uap air. Lautan mengadung
kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam
bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer. Laut
mengandung sekitar 36000 GtC ion karbonat yang merupakan kandungan umum.
Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau
karbonhidrogen, adalah penting dalam reaksi yang terjadi pada air. Di ekosistem
air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon
dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai
menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di
air. Proses pertukaran karbon antara atmosfer dengan lautan diawali dengan
pelepasan karbon ke atmosfer yang terjadi di daerah upwelling (lautan bagian
atas), kemudian pada daerah downwelling (laut bagian bawah), karbon berpindah
dari atmosfer kembali ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat
terbentuk dengan reaksi kimia:
CO2 + H2O → H2CO3
Reaksi tersebut memiliki sifat dua arah untuk mencapai suatu kesetimbangan
kimia. Reaksi lain yang penting dalam mengontrol nilai pH larutan adalah
pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat, dimana dapat menyebabkan perubahan
yang besar pada pH, yaitu:
H2CO3 H+ + HCO3-
Terdapat lebih banyak persenyawaan karbon yang dikenal daripada
persenyawaan unsur lain kecuali hidrogen. Kebanyakan dikenal sebagai zat-zat
kimia organik. Keistimewaan karbon yang unik adalah kecenderungannya secara
alamiah mengikat dirinya sendiri dalam rantai-rantai atau cincin-cincin, tidak
hanya dengan ikatan tunggal, C-C, tetapi juga mengandung ikatan ganda, C=C
atau C≡C. CO2 di udara kemudian dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Hasil akhir proses fotosintesis adalah senyawa organik berupa
oksigen dan glukosa. Oksigen yang dihasilkan kemudian digunakan oleh manusia
dan hewan untuk bernafas. Proses pernafasan manusia dan hewan menghasilkan
H2O dan CO2. CO2 tersebut kemudian dimanfaatkan oleh tumbuhan kembali dan
begitu seterusnya.
Sedangkan glukosa hasil dari fotosintesis merupakan sumber energi bagi
tumbuhan untuk pertumbuhannya. Kemudian, senyawa organik dari tumbuhan ini
digunakan oleh organisme lainnya (manusia, hewan) melalui rantai makanan.
Selain sebagai sumber energi, senyawa organik tersebut sebagian disimpan dalam
tubuh organisme. Senyawa organik pada tumbuhan banyak terkandung dalam
batang. Adapun pada manusia dan hewan, bahan organik banyak terdapat pada
bagian tulang. Jika organisme mati, senyawa karbon akan diuraikan dan
diendapkan menjadi batuan karbonat dan kapur. Jika tersimpan dalam perut bumi
dalam jangka waktu yang sangat lama, senyawa karbon sisa organisme mati dapat
menghasilkan bahan bakar fosil (minyak bumi). Akhirnya oleh kegiatan manusia
bahan bakar fosil tersebut kembali membebaskan CO2 ke udara.
Pada ekosistem air, pertukaran CO2 di air dengan di atmosfer berjalan
secara tidak langsung. CO2 berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang
akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga
yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof
lain. Begitu pula sebaliknya, saat organisme air berespirasi CO2 yang mereka
keluarkan menjadi bikarbonat.
Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi makhluk hidup merupakan
sumber utama CO2. Tinggi rendahnya kadar CO2 dan O2 di atmosfer secara
berkala disebabkan oleh penurunan aktivitas fotosintesis. Semakin banyak
populasi manusia dan hewan, maka kadar CO2 dalam udara semakin meningkat.
Untuk menjaga keseimbangan kadar CO2 dan O2 maka harus diimbangi dengan
penanaman tumbuh-tumbuhan sebagai penghasil O2.
C. Siklus Oksigen
Oksigen merupakan sebuah gas yang
tidak memiliki warna dan bau, serta
membentuk senyawa dengan semua
unsur, kecuali gas mulia. Oksigen
terdapat di atmosfer dengan
kelimpahan volume sebesar 20,95%.
Oksigen penting untuk kelangsungan
hidup organisme. Selain berasal dari
proses fotosintesis, oksigen juga dapat terbentuk melalui proses disosiasi dari
sinar ultraviolet di atmosfer.
Vegetasi di biosfer setiap tahun melepas sekitar 430 – 470 miliar ton
oksigen selama proses fotosintesis. Siklus oksigen cukup kompleks karena
oksigen juga banyak dijumpai dalam material anorganik maupun organik.
Tanaman dan hewan menggunakan oksigen untuk respirasi dan melepaskannya ke
udara maupun air dalam bentuk gas karbondioksida. Karbondioksida digunakan
oleh alga dan tanaman hijau yang berklorofil untuk diubah menjadi karbohidrat
dalam proses fotosintesis. Oksigen juga dapat berasal dari air hujan maupun salju
yang sangat kaya akan oksigen terlarut. Konsentrasi oksigen menurun seiring
dengan bertambahnya kedalaman air karena berkurangnya aktivitas fotosintesis.
Jika air banyak mengandung material organik dan kondisinya sesuai maka akan
banyak dijumpai bakteri aerob sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang.
Berkurangnya kadar oksigen terlarut ini sebanding dengan bertambahnya jumlah
populasi bakteri.
Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini adalah fotosintesis.
Fotosintesis melepaskan oksigen ke atmosfer, manakala respirasi dan proses
pembusukan menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan kesetimbangan,
laju produksi dan konsumsi oksigen adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen
yang ada di atmosfer setiap tahunnya. Oksigen bebas juga terdapat dalam air
sebagai larutan. Peningkatan kelarutan O2 pada temperatur yang rendah memiliki
implikasi yang besar pada kehidupan laut. Lautan di sekitar kutub bumi dapat
menyokong kehidupan laut yang lebih banyak oleh karena kandungan oksigen
yang lebih tinggi. Air yang terkena polusi dapat mengurangi jumlah O2 dalam air
tersebut. Para ilmuwan menaksir kualitas air dengan mengukur kebutuhan oksigen
biologis atau jumlah O2 yang diperlukan untuk mengembalikan konsentrasi
oksigen dalam air itu seperti semula. Oksigen secara cepat bersenyawa,
membentuk oksida-oksida, seperti dengan karbon dalam respirasi aerobik atau
dengan karbon dan hidrogen dalam perubahan bahan bakar fosil seperti dengan
metana.
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2
Suatu aspek yang sangat penting dari siklus di stratosfer yaitu proses
pembentukan ozon, O3. Ozon membentuk lapisan tipis di stratosfer yang
berfungsi sebagai filter dari radiasi ultraviolet, dengan demikian dapat menjaga
kehidupan di bumi dari kerusakan yang disebabkan oleh radiasi tersebut. Siklus
Oksigen disempurnakan atau diakhiri ketika unsur Oksigen masuk kembali ke
atmosfer dalam bentuk gas. Hanya ada satu cara yang signifikan dimana hal
tersebut terjadi, yaitu melalui fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan.
D. Siklus Nitrogen
Nitrogen adalah gas
yang tidak berwarna dan
berbau, serta sedikit
larut dalam air di bawah
kondisi normal.
Kandungannya di kerak
0,04% dari massa
keseluruhan dan di
atmosfer 75,6% dari
massa keseluruhan dan
78,1% dari volume
keseluruhan. Hewan dan tanaman tidak dapat berasimilasi langsung dari nitrogen
di atmosfer tetapi tanaman dapat menggunakannya dalam bentuk nitrat terlarut di
tanah oleh akar tanaman.
Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh bakteri
(contoh:Marsiella crenatta) yang terdapat pada akar tumbuhan legum, selain itu
dapat juga dilakukan oleh beberapa jenis bakteri (Azotobacter sp. yang bersifat
aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp.
(ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen). Nitrogen yang diikat biasanya
akan dirubah ke dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian
jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit,
yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan
diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah
menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke
udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem. Nitrogen
bebas di udara dalam bentuk N2 dapat dioksidasi oleh karena pengaruh suhu saat
terjadinya proses presipitasi menjadi nitrit (NO3-) ataupun amonium (NH4+) dan
kemudian turun sebagai air hujan.
Dengan sejumlah reaksi kimia maka nitrogen akan berikatan membentuk
asam nukleik dan protein. Protein dimanfaatkan oleh organisme yang lebih tinggi.
Senyawa nitrogen yang berasal dari sisa organisme yang membusuk diuraikan
oleh bakteri membentuk senyawa sederhana yang merupakan kelompok amonia
dan garam amonium (amonifikasi). Kelompok bakteri lain mengubah senyawa ini
menjadi nitrat yang mudah digunakan untuk proses asimilasi oleh tanaman
(nitrifikasi). Sejumlah nitrogen di atmosfer difiksasi oleh badai guruh maupun
bakteri di akar tanaman kacang – kacangan. Sebagian nitrat di tanah ditransportasi
oleh air permukaan ke laut dan diendapkan di dasar laut. Sebagian dari nitrat ini
kembali ke daratan oleh proses: fitoplankton -> zooplankton -> ikan -> burung.
Bakteri tertentu, yaitu bakteri denitrifikasi mampu menguraikan senyawa
amonium. Sebagai hasilnya, gas nitrogen dilepaskan melalui proses yang disebut
denitrifikasi.
E. SIKLUS FOSFOR
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer
(pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah
atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat
banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan
membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus
menerus. Siklus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secara umum merupakan hara
yang terbatas dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil, oleh
karena itu siklus fosfor adalah “endogenik”. Dalam geosfer, fosfor terdapat dalam
jumlah besar dalam mineral mineral yang sedikit sekali larut seperti hidroksiapilit,
garam kalsium. Adapun gambar dari siklus fosfor adalah sebagai berikut:
Fosfor terlarut dari mineral-mineral fosfat dan sumber-sumber lainnya, diserap
oleh tanaman dan tergabung dalam asam nukleat yang menyusun material genetik
dalam organisme. Mineralisasi dari biomassa oleh pembusukan/penguraian
mikroba mengembalikan fosfor kepada larutan garamnya yang kemudian dapat
mengendap sebagai bahan mineral. Sejumlah besar dari mineral-mineral fosfat
digunakan sebagai bahan pupuk, industry kimia, dan “food additives”. Fosfor
merupakan salah satu komponen dari senyawa-senyawa sangat toksik, terutama
insektisida organofosfat.
F. SIKLUS BELERANG
Secara alami, belerang/sulfur terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral
tanah. Ada juga yang berasal dari gunung berapi dan sisa pembakaran minyak
bumi dan batubara. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-
kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Dan melalui
proses aerobik tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat
(SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah
ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau
menjadi sulfat lagi. Setiap daur melibatkan unsur organisme untuk membantu
menguraikan senyawasenyawa menjadi unsur-unsur. Dalam daur belerang
misalnya, mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam setiap trasformasi
adalah sebagai berikut :
1. H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
3. H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
4. S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik aerobik
dan
anaerobik.
Selain itu ada beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain
Desulfomaculum dan Desulfibro yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida
dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri
fotoautotrof aerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur
dioksida menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
PENGARUH KEGIATAN MANUSIA TERHADAP SIKLUS
GEOKIMIADalam beberapa tahun terakhir telah tumbuh kesadaran dari sejauh mana
aktivitas manusia, seperti deforestasi dan pembakaran bahan bakar fosil, telah
langsung maupun tidak langsung memodifikasi proses biogeokimia dan fisik yang
terlibat dalam menentukan iklim bumi. Selain membantu menjaga jasa ekosistem
stabilitas iklim relatif melindungi makhluk hidup di bumi dari sinar ultraviolet
matahari yang berbahaya, memediasi limpasan dan evapotranspirasi dan mengatur
siklus hara.
Manusia jelas mengganggu banyak, jika tidak semua siklus biogeokimia
dan dalam proses mengancam banyak ekosistem. Dalam beberapa tahun
membenci kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
siklus biogeokimia yang menentukan kondisi iklim bumi. Sangat penting untuk
menyebutkan bahwa, mengelola dan memahami masalah-masalah lingkungan
yang disebabkan oleh perubahan iklim akan membutuhkan pemahaman tentang
siklus biogeokimia. Siklus biogeokimia selalu melibatkan negara kesetimbangan:
keseimbangan dalam siklus unsur antara bidang. Namun, keseimbangan
keseluruhan mungkin melibatkan elemen didistribusikan pada skala global dan
itulah mengapa gangguan dalam satu siklus menyebabkan gangguan pada semua
siklus lainnya. Di bawah ini adalah ringkasan tentang bagaimana aktivitas
manusia telah memberikan kontribusi terhadap gangguan siklus biogeokimia.
Untuk dampak pada siklus tertentu, pembaca harus merujuk ke situs di mana
siklus ini disajikan.
Pengaruh manusia pada siklus fosfor terutama berasal dari pengenalan dan
penggunaan pupuk sintetis komersial. Penggunaan pupuk terutama telah
mempengaruhi fosfor dan nitrogen siklus. Tanaman mungkin tidak dapat
memanfaatkan semua pupuk fosfat diterapkan; sebagai akibatnya, banyak yang
hilang dari tanah melalui air run-off. Fosfat dalam air akhirnya diendapkan
sebagai sedimen di bagian bawah badan air. Di danau dan kolam tertentu dapat
dilarutkan kembali dan didaur ulang sebagai nutrisi masalah. Limbah hewan atau
pupuk kandang juga dapat diterapkan untuk tanah sebagai pupuk. Jika
disalahgunakan di tanah beku selama musim dingin, banyak pupuk mungkin
hilang ketika es mencair dan bentuk limpasan. Di daerah tertentu banyak pakan
yang sangat besar hewan, dapat mengakibatkan berlebihan run-off fosfat dan
nitrat ke sungai. Sumber manusia lainnya fosfat berada di luar arus dari instalasi
pengolahan limbah kota. Tanpa pengobatan tersier mahal, fosfat dalam limbah
tidak dihapus selama berbagai operasi pengobatan. Sekali lagi jumlah tambahan
fosfat memasuki air.
Pertambangan bahan bakar fosil: Manusia telah mengganggu siklus karbon
di mana bahan bakar fosil telah ditambang dari kerak bumi. Seandainya fosil
belum ditemukan sebelum revolusi industri, mereka bisa tetap ada sampai
sekarang. Karbon dioksida adalah nomor satu gas rumah kaca yang berkontribusi
terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, pembukaan vegetasi
yang berfungsi sebagai penyerap karbon telah meningkatkan konsentrasi
karbondioksida di atmosfer.
Produksi Sulfur dioksida: Dampak manusia pada siklus sulfur terutama
dalam produksi sulfur dioksida (SO2) dari industri (misalnya pembakaran batu
bara) dan mesin pembakaran internal. Sulfur dioksida dapat memicu ke
permukaan di mana ia dapat dioksidasi untuk sulfat dalam tanah (itu juga beracun
untuk beberapa tanaman), dikurangi menjadi sulfida di atmosfer, atau teroksidasi
menjadi sulfat di atmosfer asam sulphiric (komponen utama hujan asam ).
Senyawa Sulphur memainkan peran besar dalam sistem iklim karena mereka
penting untuk pembentukan awan.
Selain itu, banyak sulfur dibawa ke udara oleh letusan gunung berapi.
Sebuah letusan yang kuat dapat memancarkan partikel sampai stratosfer sehingga
menyebabkan pendinginan planet.
Budidaya kacang-kacangan dan penggunaan pupuk nitrogen:
Sebagai hasil dari budidaya ekstensif kacang-kacangan, penciptaan pupuk
kimia, dan polusi yang dipancarkan oleh kendaraan dan pabrik-pabrik industri,
manusia memiliki lebih dari dua kali lipat transfer tahunan nitrogen ke dalam
bentuk biologis tersedia. Manusia telah memberikan kontribusi signifikan
terhadap transfer gas nitrogen dari bumi ke atmosfer, dan dari tanah ke sistem
perairan melalui empat proses utama:
Aplikasi pupuk nitrogen untuk tanaman telah menyebabkan tingkat
peningkatan denitrifikasi dan pencucian nitrat dalam air tanah. Nitrogen tambahan
memasuki sistem air tanah akhirnya mengalir ke sungai, sungai, danau, dan
muara. Dalam sistem ini, ditambahkan nitrogen dapat menyebabkan eutrofikasi.
Peningkatan deposisi nitrogen dari sumber atmosfer karena pembakaran
bahan bakar fosil dan pembakaran hutan. Kedua proses ini melepaskan berbagai
bentuk padat nitrogen melalui pembakaran.
Peternakan ternak. Ternak merilis jumlah besar amonia ke lingkungan dari
limbah mereka. Nitrogen ini memasuki sistem tanah dan kemudian sistem
hidrologi melalui pencucian, aliran air tanah, dan limpasan.
Air sebagai “driver” siklus biogeokimia
Siklus air ini didukung dari energi surya, lebih dari 85% dari penguapan
global yang terjadi dari lautan, mengurangi suhu mereka dengan pendinginan
dengan penguapan. Tanpa efek pendinginan dari penguapan efek rumah kaca akan
mengakibatkan suhu permukaan jauh lebih tinggi dari sekitar 670 C dan planet
yang lebih hangat.
Sementara siklus air itu sendiri merupakan siklus biogeokimia, aliran air di
atas dan di bawah bumi adalah komponen kunci dari bersepeda siklus
biogeokimia lainnya. Limpasan bertanggung jawab untuk hampir semua
transportasi sedimen terkikis dan fosfor dari darat ke badan air. Salinitas lautan
berasal dari erosi dan transportasi garam terlarut dari tanah. Eutrofikasi danau
terutama disebabkan fosfor, diterapkan lebih untuk bidang pertanian di pupuk, dan
kemudian diangkut melalui darat dan bawah sungai. Kedua limpasan dan air tanah
aliran memainkan peran penting dalam mengangkut nitrogen dari tanah ke badan
air. Limpasan juga memainkan peran dalam siklus karbon, melalui transportasi
batu terkikis dan tanah.
Ada banyak siklus biogeokimia lainnya yang saat ini sedang dipelajari
untuk pertama kalinya sebagai perubahan iklim dan dampak manusia secara
drastis mengubah kecepatan, intensitas, dan keseimbangan ini siklus yang relatif
tidak dikenal. Ini siklus biogeokimia yang baru dipelajari meliputi siklus merkuri
dan siklus manusia yang disebabkan dari atrazin.
Kondisi iklim menentukan kecepatan dan masa hidup siklus biogeokimia.
Para ilmuwan masih menyelidiki jalur yang siklus biogeokimia mengambil dan
bagaimana aktivitas manusia telah mempengaruhi siklus ini. Masih banyak
pertanyaan yang belum terjawab
Namun, telah berpendapat bahwa tidak adanya manusia di bumi tidak akan
menjamin stabilitas siklus biogeokimia. Alasan maju adalah bahwa kehidupan
telah ada selama sekitar 3,5 miliar tahun, dan rincian lengkap belum terjadi sejak
oksigen menjadi tersedia sekitar 1,5 miliar tahun yang lalu. Perubahan adalah
bagian dari siklus biogeokimia alami mengakibatkan periode biota yang
melimpah dan periode biota langka (baik di ekosistem darat dan perairan)
Kawah tubrukan meteor, saat ini dipenuhi oleh air, menandai permukaan Bumi.
Sebuah planet yang bisa mendukung kehidupan disebut dengan planet
layak huni, meskipun kehidupan tersebut tidak berasal dari sana. Bumi memiliki
air – lingkungan tempat molekul organik kompleks merakit diri dan berinteraksi,
dan memiliki energi yang cukup untuk mempertahankan metabolisme.[119] Jarak
Bumi dari Matahari, eksentrisitas orbit, laju rotasi, kemiringan sumbu,
sejarah geologi, atmosfer, dan medan magnet pelindung merupakan faktor-faktor
yang bersumbangsih terhadap kondisi iklim di permukaan Bumi saat ini.
Biosfer
Kehidupan Bumi secara keseluruhan membentuk biosfer. Biosfer Bumi
diperkirakan mulaiberevolusi sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu.[85] Biosfer terbagi
menjadi sejumlah bioma, yang dihuni oleh hewan dan tumbuhan sejenis. Di
daratan, bioma dibagi menurut perbedaan lintang,ketinggian dari permukaan laut,
dan kelembaban. Bioma kebumian membentang di Lingkar
Antarktika dan Arktik, di lintang tinggi atau wilayah kering, yang umumnya
memiliki tumbuhan dan hewan yang jarang; keanekaragaman spesies mencapai
puncaknya di dataran rendah di lintang khatulistiwa.
Sumber daya alam dan pemanfaatan lahan
Perkiraan pemanfaatan lahan oleh manusia, 2000
Pemanfaatan lahan Mha
Lahan pertanian 1.510–1.611
Padang rumput 2.500–3.410
Hutan alam 3.143–3.871
Hutan ditanami 126–215
Kawasan perkotaan 66–351
Lahan produktif, tidak
dimanfaatkan356–445
Bumi menyediakan sumber daya yang digunakan oleh manusia untuk
tujuan yang bermanfaat. Beberapa di antaranya adalah sumber daya tak
terbarukan, seperti bahan bakar mineral, yang sulit untuk ditambah atau diperbarui
dalam waktu singkat.
Sebagian besar bahan bakar fosil terkandung dalam kerak Bumi, yang
terdiri dari batu bara, minyak bumi, gas alam, dan metana klarat. Sumber daya ini
dimanfaatkan oleh manusia untuk memproduksi energi atau sebagai bahan baku
untuk memproduksi bahan-bahan kimia. Bijih mineral juga terbentuk di dalam
kerak Bumi melalui proses genesis bijih, yang disebabkan oleh aktivitas erosi dan
tektonik lempeng. Mineral ini menjadi sumber konsentrasi bagi
banyaklogam dan unsur kimia bernilaiguna lainnya.
Biosfer Bumi memproduksi banyak produk-produk biologi yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, termasukmakanan, kayu, obat-obatan, oksigen, dan
pendaurulangan limbah-limbah organik. Ekosistem darat bergantung pada humus
dan air tawar, sedangkan ekosistem laut bergantung pada nutrisi terlarut yang
diluruhkan dari darat. Pada tahun 1980, 5.053 Mha lahan di permukaan Bumi
terdiri dari hutan dan rimba, 6.788 Mha padang rumput dan lahan peternakan, dan
sisanya 1.501 Mha dibudidayakan sebagai lahan pertanian. Jumlah lahan irigasi
pada tahun 1993 diperkirakan 2,481,250 square kilometres (958,020 sq mi).
Manusia juga hidup di darat dengan memanfaatkan bahan bangunan untuk
membangun tempat tinggal.
Bencana alam dan lingkungan
Gunung berapi menyemburkan awan panas ke atmosfer
Sebagian besar wilayah di permukaan Bumi mengalami cuaca ekstrem
seperti siklon tropis, badai, hurikan, atau taifun yang mengancam kehidupan di
wilayah tersebut. Dari tahun 1980 sampai 2000, bencana-bencana tersebut telah
mengakibatkan kematian setidaknya 11.800 jiwa per tahun. Akibat aktivitas Bumi
atau tindakan manusia, banyak wilayah di permukaan Bumi yang dilanda
oleh gempa bumi, tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi, tornado, badai
salju, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan bencana alam lainnya. Akibat
tindakan manusia, wilayah-wilayah tertentu di permukaan Bumi juga kerap
mengalami polusi udara atau air, hujan asam dan zat beracun, musnahnya vegetasi
(deforestasi, desertifikasi), kepunahan spesies, degradasi tanah, penipisan tanah,
erosi, dan pengenalan spesies invasif. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa,
konsensus ilmiah saat ini mengaitkan aktivitas manusia dengan pemanasan
globalakibat emisi karbon dioksida industri. Fenomena ini diperkirakan akan
menyebabkan perubahan seperti mencairnya gletserdan lapisan es, suhu menjadi
lebih ekstrem, perubahan cuaca, dan naiknya permukaan laut.
DAFTAR PUSTAKA
Whitten, D.G.A., The Penguin Dictionary of Geology, Penguin Books Ltd.,
Hammondsworth, Middlesex, England
Lutgens, Frederick K. & Edward J. Tarbuck, Essentials of Geology
Artikel. 2015. (http://kliksma.com/2015/03/aktivitas-manusia-dan-pengaruh-mereka-
pada-siklus - biogeokimia-dan-perubahan-iklim.html , diakses tanggal 26 Desember
2015).
Artikel. 2015. (https://www.academia.edu/4314304/Siklus_Biogeokimia, diakses tanggal
26 Desember 2015).
Artikel. 2010. (http://documents.tips/documents/b-siklus-geokimia.html, diakses tanggal
26 Desember 2015).