40
1 GLIKOSIDA Kompetensi dasar: mahasiswa dapat menjelaskan glikosida dan biosintesisnya di dalam tanaman. Glikosida merupakan senyawa yang menghasilkan satu atau lebih gula di antara hasil hidrolisisnya. Gula yang paling sering terbentuk adalah D-glukosa, walaupun ramnosa, digitoksosa, simarosa, dan gula lain juga bisa terdapat dalam komponen glikosida. Atom yang menghubungkan antara gula dan bukan gula pada glikosida bisa S, N, O, ataupun C. Glikosida kelompok thiol, disebut sebagai S-glikosida, begitu juga jika bagian nukleofiliknya adalah nitrogen disebut N-glikosida. Komponen penyususn glikosida disebut sebagai glikon (gula) dan aglikon (bukan gula / genin). Di dalam tatanama glikosida, nama yang umum mempunyai suatu akhiran ’in’, dan nama ini mengindikasikan adanya sumber glikosida. Contoh glikosida adalah digitoxin dari Digitalis, salicin dari Salix, dan prunasin dari Prunus. Nama yang sitematis pada umumnya dibentuk dengan menggantikan akhiran ’ose’ dari gula pembentuk dengan ’osida’. Awalan anomerik (α- dan β-) dan awalan konfigurasi (D atau L) mendahului nama gula, dan nama kimia dari aglikon mendahului nama gula. Sebagai contoh nama salicin yang sitematis adalah O-hidroksi-metilfenil β-D- Glikopiranosida. Namun demikian, glikosida yang berbentuk beta yang terdapat di dalam tanaman. Hal ini didukung

glikosida gue

Embed Size (px)

Citation preview

1

GLIKOSIDA

Kompetensi dasar: mahasiswa dapat menjelaskan glikosida dan biosintesisnya di dalam

tanaman.

Glikosida merupakan senyawa yang menghasilkan satu atau lebih gula di antara

hasil hidrolisisnya. Gula yang paling sering terbentuk adalah D-glukosa, walaupun

ramnosa, digitoksosa, simarosa, dan gula lain juga bisa terdapat dalam komponen

glikosida. Atom yang menghubungkan antara gula dan bukan gula pada glikosida bisa

S, N, O, ataupun C. Glikosida kelompok thiol, disebut sebagai S-glikosida, begitu juga

jika bagian nukleofiliknya adalah nitrogen disebut N-glikosida. Komponen penyususn

glikosida disebut sebagai glikon (gula) dan aglikon (bukan gula / genin).

Di dalam tatanama glikosida, nama yang umum mempunyai suatu akhiran ’in’,

dan nama ini mengindikasikan adanya sumber glikosida. Contoh glikosida adalah

digitoxin dari Digitalis, salicin dari Salix, dan prunasin dari Prunus. Nama yang sitematis

pada umumnya dibentuk dengan menggantikan akhiran ’ose’ dari gula pembentuk

dengan ’osida’. Awalan anomerik (α- dan β-) dan awalan konfigurasi (D atau L)

mendahului nama gula, dan nama kimia dari aglikon mendahului nama gula. Sebagai

contoh nama salicin yang sitematis adalah O-hidroksi-metilfenil β-D-Glikopiranosida.

Namun demikian, glikosida yang berbentuk beta yang terdapat di dalam tanaman. Hal ini

didukung kenyataan bahwa emulsin dan enzim alamiah hanya mampu menghidrolisis

glikosida bentuk β. Glikosida sering diberi nama sesuai dengan bagian gula yang

terdapat di dalamnya, dengan menambahkan kata ’osida’. Misalnya, glikosida yang

mengandung glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida,

yang mengandung asam galakturonat disebut galakturonosida, dan lain-lain.

Secara kimiawi glikosida merupakan senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi

dari gula mengalami kondensasi degnan gugus hiroksi dari komponen bukan gula.

Sedangkan gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam molekul gula itu

sendiri membentuk suatu lingkaran oksida. Jika dicermati, maka terlihat sebagai eter

gula, jika dihubungkan oleh atom O antara gula dan bukan gula.

2

Dari sudut pandang biologis, glikosida memegang suatu peran penting dalam

hidup dari tumbuhan dan dilibatkan dalam fungsi pengaturan, perlindungan, dan

kebersihannya. Glikosida mempunyai juga potensi terapetik yang sering digunakan.

Sebagai contoh adalah glikosida dari digitalis, atrophanthus, squill, convallaria,

apocynum, dll digunakan sebagai obat jantung. Contoh yang lain adalah obat pencuci

mulut seperti: senna, aloe, rhubarb, cascara sagrada, dan frangula, mengandung glikosida

antrakinon. Glikosida dari minyak mustard hitam yaitu sinigrin yang menghasilkan alil

isotiosianat sebagai lokal iritan yang kuat.

Beberapa glikosida berisi lebih dari satu kelompok sakarida, yang mungkin

sebagai di- atau trisakarida. Dalam kondisi hidrolisis yag sesuai, satau atau lebih

kelompok sakarida dapat dipindahkan dari campuran seperti itu menghasilkan glikosida

dengan struktur yang lebih sederhana. Sebagai contoh adalah amygdalin.

Glikosida mengalami hidrolisis menjadi gula dan bukan gula dengan asam

mineral. Glikosida juga dapat dihidrolisis oleh suatu enzim, namun spesifik

menghidrolisis gula yang sesuai dengan enzim tersebut. Sebagai contoh glikosida yang

mengikat rhamnosa maka memerluka enzim khusus yang mengenal rhamnosa untuk

dihidrolisis.

BIOSINTESIS DARI GLIKOSIDA

Biosintesis glikosida terbagi menjadi dua bagian. Reaksi yang umum adalah

reaksi antara gula dan aglikon. Sebelumnya, terjadi reaksi yang khusus yaitu

pembentukan aglikon, yang secara individual tergantung dari aglikonnya.

Jalan sederhana, yang prinsipnya dari formasi glikosida melibatkan perpindahan

suatu golongan uridil dari uridin triphospat ke dalam suatu gula 1-phospat. Enzim yang

mengkatalisis reaksi ini dikenal dengan uridil transferase (1) dan telah diisolasi dari

binatang, tanaman, dan sumber mikroba. Fosfat pentosa, heksosa, dan berbagai gula

dapat berikatan dengan aglikon. Reaksi tersebut dikatalisis oleh glukosil transferase (2),

melibatkan perpindahan gula dari uridin diphospat kepada suatu akseptor yang cocok

(aglikon) yang kemudian terbentuk glikosida.

ATP + gula 1-P → UDP-gula + PPi (1)

3

UDP-gula + akseptor (aglikon) → aseptor-gula (glikosida) + UDP (2)

Penggolongan glikosida bisa didasarkan pada beberapa pertimbangan. Jika

penggolongan didasarkan pada kelompok gulanya, sejumlah gula yang jarang ditemukan

(langka) dalam tanaman harus dipakai dalam golongan tersebut. Jika didasarkan pada

nama aglikon, mempunyai kelemahan bahwa beberapa struktur aglikon belum dikenal.

Jika didasarkan penggolongan atas pengobatan, walaupun sempurna dari sudut pandang

farmasist, menghilangkan banyak glikosida dari hubungannya / kepentingannya dengan

farmakognosi.

Klasifikasi banyak dilakukan, sebagian berdasarkan atas gulanya, sebagian atas

aglikonnya, dan yang lainnya berdasarkan aktifitas farmakologinya.

A. Pembagian berdasarkan Ferguson:

1. Glikosida sterol (gikosida jantung)

2. Saponin

3. Glikosida antrakinon

4. Glikosida resin

5. Tanin

6. Aneka glikosida lainnya (zat aroma, tonika, zat pahit, dan zat warna)

B. Pembagian merurut Gathercoal:

1. Golongan fenol (arbutin, hesperidin, dan lain-lain)

2. Golongan alkohol (salicin, populin, dll)

3. Golongan aldehid (salinigrin, amigdalin, dan lain lain)

4. Golongan glikosida asam (jalapa, gaulterin, dan lain-lain).

5. Golongan antrakinon (rheum, senna, dan lain-lain).

6. Golongan sianophora (glikosida sianogenetik), prunasin, sambunigrin, dan lain-

lain.

7. Golongan tiosianat (sinigrin, sinalbin, dan lain-lain).

8. Saponin (senega, sarsaparila, dan lain-lain)

9. Glikosida jantung (digitoksin, antropantin, dan lain-lain).

4

C. Pembagian menurut Claus

1. Golongan kardioaktif

2. Golongan Antrakinon

3. Golongan Saponin

4. Golongan Sanopora

5. Golongan Isotiosianat

6. Golongan Flavonol

7. Golongan Alkohol

8. Golongan Aldehid

9. Golongan Lakton

10. Golongan Fenol

11. Golongan Lain, termasuk diantaranya zat netral.

D. Pembagian Lain

1. Glikosida fenol

a. Golongan fenol (arbutin)

b. Golongan Lakton (kumarin)

c. Golongan Antrakinon (emodin)

d. Golongan Dengan kerangka C6-C3-C6 (flavonoid).

2. Glikosida Alkohol

a. Alkohol steroid (digitoksin)

b. Saponin steroid

c. Alkohol terpen

d. Alkohol triterpen

3. Glikosida sianhidrin (glikosida pada rosaceae dan Linaceae)

4. Glikosida mustard oil (sinalbin, sinigrin).

Untuk pembahasan lebih lanjut, digunakan klasifikasi Claus

1. GLIKOSIDA FENOL

5

Glikosida fenol jika dihidrolisis menghasilkan aglikon yang mempunyai ciri-ciri

sebagai fenol dan menghasilkan glikon. Sebagai contoh adalah arbutin, yang terdapat

dalam uva ursi, chimaphila, dan ericaceae lain yang menghasilkan hidrokinon dan gukosa

pada hasil hidrolisisnya. Contoh lain adalah hesperidin yang terdapat dalam buah citrus

yang selain digolongkan dalam glikosida flavonol juga merupakan glikosida fenol.

Contoh lain lagi adalah Phloridzin yang terdapat dalam kulit akar tanaman rosaceae.

Baptisin dari baptisia dan iridin dari iris spesies juga merupakan contoh glikosida fenol

lainnya.

Hidrolisis glikosida fenol

Uva Ursi

Uva ursi atau Bearberry merupakan daun kering dari Archtostaphulos uva ursi

(Linne) Sprengel atau varietas coactylis atau Adenotricha Fernald an MacBride dengan

familia Ericaceae. Tanaman ini merupakan semak belukar pohon yang selalau hijau,

yang berasal dari Eropa, Asia, kanada, dan Amerika Serikat Utara.

Sebagai keterangan tambahan bahwa, daun uva ursi berwarna hijau sampai hijau

coklat, dengan panjang 2-3 cm, berbentuk bulat terlur memanjang dan menyempit ke arah

tangkai dengan tangkai yang sangat pendek. Permukaan daun licin, dengan agak

mengkilat pada bagian atas, pada permukaan bawah berwarn alebih muda ditandai

dengan gambaran jala vena yang berwarna lebih tua. Daun ini tidak berbau, namun

terasa sepat dan agak pahit.

Kandungan kimia yang ada dalam daun ini adalah glikosida arbutin dan

metilarbutin, 6-7% tanin, asam galat, asam elagat, (+)-katekol, ursone, dan derivat flavon

yaitu quersetin. Khasiat dari daun ini sebagai diuretik dan astringent dalam pengobatan

urethritis dan cytitis. Khasiatnya juga sebagai antiseptik pada saluran kencing. Namun

demikian sebagian besar telah digantikan oleh obat sintetik yang lebih berefek.

6

2. GLIKOSIDA ALKOHOL

Sebagai contoh glikosida alkohol adalah salicin. Salisin diperoleh dari beberapa

spesies Salix dan Populus, pada bagian cortex. Penghasil utamanya adalah Salix

purpurea dan Salix fragilis.

Salisin dapat dihidrolisis menjadi D-glukosa dan saligenin (salisil alkohol).

Salisin mempunyai khasiat sebagai antirematiik, dengan daya kerja mungkin seperti asam

salisilat. Kemungkinannya di dalam tubuh manusia salisin dioksidasi menjadi asam

salisilat.

Hidrolisis Glikosida Alkohol

3. GLIKOSIDA ALDEHID

Glikosida aldehid merupakan glikosida yang jika dihidrolisis menghasilkan

aglikon glikosida. Sebagai contoh adalah salinigrin, yang dihasilkan dari Salix discolor.

Salinigrin terdiri atas glukosa yang berikatan dengan m-hidroksibenzaldehid. Saliningrin

merupakan isomer dari helicin (O-hidroksibenzaldehid dan glukosa) yang dapat juga

diperoleh dari oksidasi lemah suatu salisin. Begitu juga amigdalin, dapat digolongkan

dalam golongan glikosida aldehid karena menghasilkan benzaldehid pada hasil

hidrolisisnya. Vanilin merupakan aglikon yang diperoleh selama pengolahan buah panili.

Struktur vanilin adalah metil-protokatekik aldehid.

Vanillin mempunyai kerangka 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehid. Sumber vanillin

selain dari hasil sintetik juga berasal dari buah panili (vanila). Vanillin berupa kristal

jarum halus berwarna putih sampai sedikit kuning dengan bau dan rasa khas buah panili.

Kelarutan vanillin, sedikit larut air dan gliserin, tetapi mudah larut dalam alkohol,

kloform, dan eter.

Vanila atau vanilla bean, adalah buah dari tanaman merambat yang juga epifit,

Vanilla planiolia (Orchidaceae), tumbuh terutama di Madagaskar dan jajahan Perancis

yang lain.

7

Tanaman Panili berasal dari Meksiko. Penyerbukan buatan dikembangkan

sehingga budidaya panili meluas secara cepat di Madagaskar. Seorang pekerja mampu

melakukan penyerbukan dari 500-2000 tanaman sehari. Jumlah bunga yang diserbukkan

diatur untuk mendapat buah dengan ukuran yang maksimal. Tanaman panili

menghasilkan buah 30-40 tahun terus menerus.

Buah yang dipetik adalah buah yang belum masak namun sudah tumbuh

sepenuhnya, yaitu jujung atas buat telah menjadi kuning, sedangkan mula-mula berwarna

hijau. Buah hijau tidak berbau harum, namun akan menimbulkan aroma selama

pengolahan yang dilakukan secara khusus. Pengolahannya adalah dengan membiarkan

buah segar menjadi layu dan kemudian dipanaskan dengan penyingkapan pada sinar

matahari beberapa jam. Selanjutnya dilakukan pencelupan ke dalam air mendidih dan

dilanjutkan penmbungkusan dan dibiarkan beberapa waktu dalam bungkusan tersebut.

Selama proses fermentasi ini vanilin akan dibebaskan dari glikosidanya.

Panili yang hijau mengandung 2 jenis glikosida, yaitu glukovanlilin (avenein) dan

glukovanilik alkohol. Glukovanilin jika dihidrolisis dengan enzim akan menghasilkan

glukosa dan vanilin. Glukovanilik alkohol jika dihidrolisis menghasilkan glukosa dan

vanilik alkohol yang pada oksidasi diubah menjadi vanilik aldehid atau vanillin.

Panili banyak digunakan sebagai essens dan digunakan dalam konfeksi. Vanillin

yang dihasilkan oleh panili telah banyak digantikan oleh vanillin sintetik. Satu bagian

panili equivalen dengan 0,07 bagian vanilin. Namun demikian, vanilin sintetik tidak

dapat menyamai bau dan rasa buah panili.

Varietas perdagangan

a. Panili Meksiko atau Vera Cruz, merupakan kualitas terbaik dalam perdagangan.

Panjang polong dapat mencapai 30-35 cm.

b. Panili Bourbon dihasikan di kepulauan Reunion dan dikapalkan dari Madagaskar.

Panjang polong hanya sekitar 2/3 dari panili meksiko, warna lebih hitam, biasanya

tertutup oleh sublimat kristal vanillin yang berbentuk jarum.

c. Panili Tahiti, tumbuh di Tahiti dan Hawai, berwarna coklat merah, panjang polong

sama dengan varietas Meksiko tetepi bagian bawahnya mengecil dengan jelas dan

terpilin. Baunya kurang seenak panili yang lain, sehingga tidak digunakan untuk aroma.

8

4. GLIKOSIDA LAKTON

Lakton merupakan ester yang siklik. Glikosida lakton mengandung suatu lakton

yang mengikat glikon. Salah satu contoh senyawa lakton di alam adalalah kumarin.

Walaupun demikian, glikosida yang mengandung kumarin sangat jarang di alam.

Sebagai contoh glikosida derivat hidroksi kumarin ditemukan dalam tanaman adalah

scopolamin dalam Belladonna, limettin dalam pohon citrus, serta skimmin dalam

Japanese Star Anise (adas bintang Jepang).

Kumarin, dahulu digunakan dalam farmasi sebagai bahan aroma, dan beberapa

derivat kumarin masih digunakan karena sifat antikoagulannya. Khasiat antispasmodik

juga diperoleh dari kulit Viburnum prunifolium Linne (Blackhow) dan Viburnum opulus

Linne, yang berkasiat adalah skopoletin (6-metoksi-7-hidroksikumarin). Sediaan dari

obat tanaman ini sebagai uterin sedatif. Kumarin merupakan senyawa yang tersebar di

berbagai tanaman, berasa pahit, aromatik, dan membakar. Khasiat lain dari tanaman ini

adalah antikoagulan darah (menghambat proses penjendalan) sehingga dapat digunakan

sebagai abortivum.

(salah satu contoh lakton) Glikosida lakton

5. GLIKOSIDA SIANOGEN

Glikosida sianogen disebut juga glikosida sianophora, merupakan glikosida yang

jika dihidrolisis menghasilkan asam sian (HCN). Contoh tanaman yang banyak

mengandung glikosida ini adalah Prunus serotina, Sabucus nigra, Manihot utilissima,

dll. Glikosida ini contohnya manihotoksin (dari tanaman ketela pohon), amygdalin (dari

tanaman amanel pahit), linamarin (biji lini), faseolunatin (dari Phaseolus lunatus).

9

Mereka menghasilkan asam prusat (prussic acid) pada hidrolisis dan merupakan glikosida

sianppora atau sianogen yang pertama.

Wild Cherry

Whild cherry adalah kulit kering dari Prunus serotina (Familia Rosaceae) yang

dikumpulkan dalam musim rontok ketika dalam keadaan paling aktif. Setelah

dikeringkan sercara hati-hati disimpan dalam bejana kedap udara. Tanaman Prunus

serotina berupa semak atau pohon yang banyak tumbuh di Kanada dan Amerika serikat.

Konstituen simplisia ini mengandung glikosida sianogenetik prunasin dan enzim

prunase. Pada hidrolisis menghasilkan glukosa, benzaldehid, dan asam sian 0,07%-

0,16%. Kulit tersebut mengandung resin yang menghasilkan senyawa fluoresensi

scopoletin pada hidrolisis. Juga terdapat asam benzoat, asam trimetigalat (asam

trimetilgallat), dan asam p-kumarat serta beberapa tanin.

Khasiat wild cherry digunakan terutama dalam sediaan batuk, karena khasiat

sedatif yang lemah dan rasanya yang enak.

Hidrolisis enzimatik dari amygdalin

6. GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT

Glikosida Isotiosianat merupakan glikosida dengan aglikon berupa isotiosianat.

Aglikon ini meungkin derivat alifatik atau aromatik. Biji-biji dari beberapa tanaman

10

cruciferae mengandung glikosida ini. Sebagai contoh dari glikosida ini adalah sinigrin

dari black mustard, sinalbin dari white mustard, dan gluconapin dari rape seed.

Hasil hidrolisis dari glikosida ini adalah minyak mustard. Meskipun kandungan

minyak lemak dari biji-biji tersebut lebih besar daripada kadar minyak atsirinya, yang

terbentuk dari hasil hidrolisisnya, tetapi khasiat dari obat ini ditentukan oleh minyak

atsirinya.

Black mustard diperoleh dari biji masaka kering dari Brassica nigra atau Brassica

junea (Fam. Cruciferae). Biji ini berbentuk bola dengan garis tengah 1-1,6 mm. Biji ini

dengan basa akan menjadi lebih kuning cerah. Biji ini mengadung sinigrin dan mirosin.

Setelah maserasi dengan air akan menghasilkan 0,7-1,3% minyak atsiri. Minyak atsiri ini

terdiri dari 90% alil isotiosianat. Biji juga mengandung 27% meinyak lemak, 30%

minyak protein, mucilago dan runutan sinapin hidrogen sulfat, abu 4,2-5,7%.

White mustard mengandung glukosida sinalbin dan mirosin. Bila basah terjadi

penguraian dengan pemberukan isotiosianat, sinapin hidrogen sulfat dan glukosa.

Isotiosianat adalah cairan seperti minyak yang berasa pedas dan sifat rubefasient, tetapi

karena mudah menguap tidak memberikan tajam dari alil isotiosianat. Sinapin hidrogen

sulfat yang juga terdapat dalam mustard hitam, adalah garam alkaloid yang tidak stabil

Biji juga mengandung kira-kira 30% minyak lemak, 25% protein,d an mucilago, serta abu

4%.

Pemakaian mustard terutama dalam bentuk plaster, rubefacient, dan counter-

irritant. Dosis besar mempuyai daya kerja emetika. Kedua varietas tersebut digunakan

sebagai rempah.

Hidrolisis dari sinigrin

7. GLIKOSIDA ANTRAKINON

Glikosida dengan aglikon antrasena disebut sebagai glikosida antrakinon.

Sebagai contoh adalah Cascara sagrada, frangula, Aloe, Rhubarb, dab sena. Obat-obat ini

11

digunakan sebagai katartik. Antrakinon dalam bentuk glikosida, setelah diberikan secara

oral maka akan terhidrolisis di dalam colon oleh enzim dari microflora. Aglikon bebas

ini akan aktif secara farmakologis yang mana umumnya bekerja di dalam 8-12 jam

pengobatan.

Glikosida, jika dihidrolisis dapat menghasilkan aglikon yang merupakan di-, tri-,

atau tetrahidroksiantrakinon atau modifikasi dari campuran ini. Sebagai contoh khas

hádala Frangulin A, yang mana terhidrolisis ke dalam bentuk emodin (1,6,8-trihidroksi-3-

metilantrakinon) dan ramnosa.

Cascara sagrada

Cascara sagrada atau Rhamnus pussiana adalah kulit kayu yang dikeringkan dari

Rhamnus purshianus DeCandolle (Fam. Rhamnaceae).

Cascaroside

Keterangan:

Cascaroside A R = OH, (10S)

Cascaroside B R = OH, (10R)

Cascaroside C R = H, (10S)

Cascaroside D R = H, (10R)

Frangula

Frangula adalah kulit kayu kering dari Rhamnus frangulae L (Rambus agnus

Mill), Fam. Rhamnaceae, suatu semak belukar yang berkembang di Eropa dan Asia barat.

Efek obatnya sebagai pencuci perut, kaitannya dengan kandungan glikosida antrakinon,

terutama frangulius A dan B.

12

Keterangan:

Frangulin A R = H

Glucofrangulin A R = β-D-glucopyranosa

Keterangan:

Frangulin B R = H

GLucofrangulin B R = β-D-glucopyranosa

Aloe vera

Aloe adalah sari dari daun Aloe barbadensis Millar (A. vera Linne) yang

dikeringkan. Aloe berisi sejumlah antrakinon glikosida, salah satu yang utama adalah

aloin A dan B. Sedangkan gel Aloe vera, merupakan gel mucilaginous yang segar

terdapat di jaringan parenchymatous di dalam daun Aloe vera, digunakan dalam

perawatan luka bakar, lecet, dan iritasi kulit.

Senna

Daun senna banyak mengandung glikosida antrakinon. Daun Senna merupakan

anak daun kering dari Senna acutifolia, Delile. Nama Senna berasal dari Arab yang

berarti obat. Daun Senna merupakan purgatif yang penting untuk dipakai kadang-

kadang atau terus menerus. Selain daunnya, buahnya juga mengandung sennosida

tersebut. Salah satu glikosida antrakinon yang terkandung adalah Sennosida A yang

merupakan dimeric glikosida.

13

Sennoside A

Rhei radix

Antrakinon yang terdapat dalam rhei radix merupakan rhein. Pada dosis kecil

rhein bisa menyebabkan konstipasi dan pada dosis besar dapat digunakan sebagai

pencahar. Daya kerja antrakinon ini secara umum bekerja pada usus besar, dengan efek

yang ditimbulkan 10-15 jam kemudian. Antrakinon dalam bebas tidak diabsorbsi, tetapi

dengan adanya gula yang terikat akan memudahkan absorbsi antrakinon tersebut.

8. GLIKOSIDA SAPONIN

Kelompok glikosida saponin tersebar luas di antara tanaman tingkat tinggi. Sifat

dari saponin adalah daapt membentuk larutan koloidal di dalam air berbusa pada

penggojogan. Rasa dari saponin adalah pahit yang tajam, dan pada umumnya bisa

mengiritasi lendir. Biasa digunakan sebagai gurah, atau membersihkan lendir pada

saluran nafas. Sifat saponin juga dapat melisiskan sel darah merah dan juga bersifat

racun.

Glikosida saponin jika dihidrolisis menghasilkan aglikon yang dikenal sebagai

sapogenin. Sapogenin terdapat dua kelas bahan utama yaitu steroid dan triterpenoid.

Tritertpenoid saponin lebih banyak terdapat di alam daripada bentuk steroid saponin.

Glikosida saponin steroid terbentuk dari pengikatan gula pada C3 steroid. Steroid

maupun triterpenoid mempunyai kekerabatan pada saat biosintesis, melewati jalur asetat

mevalonat.

Saponin bersifat menurunkan tegangan permukaan karena adanya gugus lipofil

(aglikon) dan gugus hidrofil (bagian glikon). Saponin di dalam tanaman juga diambil

manfaatnya sebagai emulgator dan suspending agent.

14

Berdasarkan struktur kimia dari aglikon glikosida saponin terbagi menjadi

sapogenin netral (turunan steroid, contoh: diosgenin) dan sapogenin asam (turunan

triterpenoid, contoh: beta-amyrin).

Glycyrrhiza

Glycyrrhiza merupakan rizom dan akar kering dari Glycyrrhiza glabra, Linne.

Glycyrrhiza berasal dari Yunani, yang brearti akar manis yang disebut juga akar permen

hitam. Senyawa yang terkandung di dalamnya salah satunya adalah Glycyrrhizin.

Glycyrrhizin

Ginseng

Ginseng adalah akar tumbuh-tumbuhan Panax quinquefolius Linne dan Panax

ginseng C.A. Mey (Fam Araliaceae). Ginseng berisi suatu campurang triterpenoid

saponin, maupun steroid saponin. Glikosida saponin yang terdapat di dalamnya antara

lain Ginsenosida Rg1.

Ginsenoside Rg1

9. GLIKOSIDA FLAVONOID

Kerangka dasar flavanoid, adalah sebagai berikut:

15

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat dalam tumbuhan.

Flavonoid biasa ditemukan terikat dengan gula membentuk glikosida. Flavonoid O-

glikosida mudah dihidrolisis dengan katalisis asam menghasilkan aglikon dan glikon.

Fungsi flavonoid bagi tanaman salah satunya adalah sebagai pigmen, misal

antosian (flavonoid) yang banyak terdapat pada kelopak bunga. Khasiat flavonoid bagi

manusia antara lain: vitamin P, untuk menghentikan perdarahan dan kerapuhan kapiler,

dan juga sebagai pelengkap diet. Konstituen yang paling dikenal adalah rutin (dalam

bentuk glikosida) dan quersetin (aglikon dari rutin).

10. GLIKOSIDA STEROID / GLIKOSIDA JANTUNG

(diambil dari Buku Obat Hayati Golongan Glikosida, oleh: S. Brotosisworo,

Fakultas Farmasi UGM)

Glikosida steroid merupakan glikosida dengan aglikon steroid. Glikosida

jantung / cardiac gycocide / sterol glycocide/ digitaloida adalah glikosida yang

16

mempunyai daya kerja yang kuat dan spesifik terhadap otot jantung. Daya kerja

glikosida steroid yaitu: menambah kontraksi sistemik, berakibat pada pengosongan

ventrikel menjadi lebih sempurna, akibat selanjutnya lamanya kontraksi sistole

dipersingkat, sehingga jantung dapat beristirahat lebih panjang di antara dua kontraksi.

Aglikon steroid atau genin terdiri dari dua tipe, yaitu tipe kardenolida dan

bufadienolida. Yang umum dalam alam adalah tipe kardenolida yang merupakan steroida

C23 dengan rantai samping yang terdiri dari lingkaran lakton lima anggota yang tidak

jenuh α-β dan menempel pada C nomor 17 bentuk β. Tipe bufadienolida adalah homolog

C24 dari kardenolida dan mempunyai rantai simpang lingkaran lakton enam anggota

tidak jenuh ganda menempel pada C nomor 17. Nama bufadienolida berasal dari nama

genus untuk katak Bufo, karena prototipe dari senyawa bufalin diisolasikan dari kulit

katak.

Aspek kimiawi yang luar biasa dari kardenolida dan bufadienolida adalah bahwa

hubungan lingkaran C/D mempunyai konfigurasi sis. Agar daya kerja terhadap jantung

optimum, ternyata bahwa aglikon harus mempunyai lingkaran lakotn tidak jenuh α-β dan

β menempel pada posisi 1 dari steroida dan hubungan-hubungan A/B dan C/D harus

mempunyai konfigurasi sis. Bila glikosida dipecah aglikon masih mempunyai kegiatan

terhadap jantung, tetapi bagian gula dari glikosida yang menyebabkan dapat larutnya

glikosida sangat penting untuk absorbsi dan penyebaran glikosida dalam tubuh. Subtitusi

oksigen pada inti steroida juga mempengaruh penyebaran glikosida dalam tubuh.

Substitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruhi penyebaran dan metabolisme

glikosida. Pada umumnya makin banyak gugus hidroksi pada molekul lebih cepat waktu

mulainya bekerja dan selanjutnya lebih cepat dikeluarkan dari tubuh.

Struktur dan daya kerja dari glikosida jantung mepunyai hubungan yang sangat

erat, pergantian tempat dari gugus hidroksi atau aalnya perubahan kecil dalam molekul

akan ,mengubah bahkan melenyapkan sama sekali sifat kardioaktifnya. Ciri khas untuk

aglikon dan kardioaktif adalah adanya gugus hidroksi yang menempel pada posisi 3 dan

14 dari inti steroida.

Setiap glikosida jantung mempunyai bagian gula yang terdiri dari satu, dua, tiga,

atau empat gugus gula pentosa atau heksosa, tetapi gula yang ti ujung biasanya adalah

glukosa. Gugus OH dari aglikon yang btereaksi pada pembentukan glikosida adalah yang

17

terdapat paa posisi 3. Monosakarida yang biasa terdapat pada glikosida yang umum

digunakan dalam pengobatan adalah D-glukosa, D-Digitoksosa, D-Simarosa, L-Ramnosa,

D-arabinosa.

Stabilitas dan sifat lain dari glikosida jantung

Hidrolisis asam yang lama dari glikosida jantung akan menyebabkan terpecahnya

glikosida tersebut menjadi gula dan aglikon. Sedang hidrolisis yang terjadi karena enzim

yang terdapat dalam banyak tanaman glikosida jantung memecah glikosida menjadi suatu

gula bebas dan suatu glikosida sekunder yang menandung lebih sedikit gula. Adanya

enzim-enzim ini memungkinkan dipelajarinya secara terperinci susuanan dari glikosida

jantung. Seringkali enzim-enzim tersebut terikat sangat erat di dalam protoplasma sel

(desmoenzim). Bila tidak diperhatikan secara cermat, selama pengeringan dan

penyimpanan banyak obat jantung, maka enzim tadi akan memecah gula dan glukosa

yangbiasanya terdapt di ujung hingga dari heterosida yang asli akan terjadi senyawa yang

kurang kompleks. Misalnya dari ekstrak gubal strofanti dapat diahrapkan akan terdapat

senyawa kardioaktif seperti: strofantidin, simarin, k-strofantin dan k-strofantosida.

Demikian pula lanatosida A, salah satu heterosida asli dari Digitalis lanata,

terhidrolisis sebagai berikut:

{Lanatosida A } (lanatasa) {digipurppidosida A} (digipurpidase)

+ H2O-CH3-COOH + H2O-glukosa

digitoksin (H+) + 3 H2O digitoksigenin

3 digitoksosa

Nampaknya daun digitalis segar tidak mengandung deglukosida dalam jumlah yang dapat

ditentukan.

Kecuali dengan hidrolisa, glikosida jantung dapat pula rusak dengan cara yang

lain. Lingkaran lakton di dalamnya mudah terbuka dengan adanya alkali, yang akan

membentuk garam dari asam aldehid. Sekali terbuka, lingkaran tersebut tidak dapat

dibentuk kembali menjadi lakton yang asli (cardenolide); sekarang karboksil tadi

18

membentuk lakton dengan suatu hidroksil di bagian lain dari aglikon tersebut

menghasilkan isogenin, cardanolide, yang secara fisiologi tidak aktif. Inilah sebabnya

mengapa adanya alkali kuat menghancurkan aktivitas dari glikosida jantung.

19

20

Gugus hidroksil tersier (yaitu pada kedudukan 14 dari digitoksigenin) mudah

terpisah sebagai air pada suhu yang tinggi memebentuk anhidrogenin, misalnya anhidro

digitoksigenin. Jadi selama pengeringan, penyimpanan dan ekstraksi mungkin dan

memang terjadi bermacan-macam perubahan dari obat jantung. Glikosida jantung juga

terhidrolisis sebagian oeh asam lambung tetepi tidak cukup cepat hingga tidak

mengacaukan pengobatan.

Karena panas dapat menghancurkan enzim, maka dapat diahrapkan bahwa obat

jantung yang diawetkan dengan panas (heat-stabilized) kwalitasnya akan tahan lama,

tetapi penggunaan panas dapat mengubah sebagian dari glikosida yang asli.

Umbi squill (bulbus scillae) yang terdiri dari daun-daun tebal yang higroskopis,

tidak dapat mempertahankan kualitasnya kecuali jika distabilkan, karena umbi ini makan

waktu lama pada pengeringan. Hidrolisis enzimatis suatu glikosida berbanding lurus

dengan lamanya waktu, dan obat tersebut mengandung basah cukup untuk terjadinya

hidrolisis, maka tidak mengherankan bahwa akhirnya contoh komersiil yang biasa dari

bulbus scillae hanya menunjukkan aktivitas seperlima dibanding dengan obat yag telah

dikeringkan 55-60oC dan disimpan di atas kapur tohor. Maka banyak farmakope minta

agar daun digitalis tidak mengandung air lebih dari 6% dan harus disimpan dalam bejana

tertutup di atas zat pengering.

Kelarutan dari glikosida jantung berbeda cukup besar sesuai dengan kadar gula

dalam molekul. Pada umumnya makin besar jumlah gugus gula yang terdapat dalam

molekul, makin besar kelarutannya dalam air, tetapi makin kecil kelarutannya dalam

kloroform. Alkohol dapat melarutkan kedua macam glikosida baik glikosida asli maupun

glikosida sekunder dan juga aglikon, karena itu nampaknya alkohol merupakan pelarut

yang cocok untuk zat kardioaktif (cardiac principles). Glikosida jantung tidak larut

dalam petroleum eter dan dalam eter, dan pelarut tersebut digunakan untuk

menghilangkan lemak biji strofanti sebelum diekstraksi dengan alkohol. Infusa air satu

persen daun digitalis mengandung hampir seluruh jumlah heterosida aktif yang terdapat

dalam obat. Hal ini mungkin disebabkan karena obat tersebut disamping mengandung

21

glikosida jantung juga mengandung saponin yang berperan sebagai emulgator

(emulsifier) untuk glikosida sekunder.

Daya kerja dan Pemakaian Glikosida Steroid

Dosis kecil dari obat jantung menghambat pukulan jantung, tetapi menambah

volume darah ang dipompakan melalaui jantung, karena bilik-biliknya terisi lebih penuh

selama fasa diasstole yang sekarang berlangsung lebih lama; selama fasa sistole kontraksi

lebih kuat sehingga bilik dikosongkan secara lebih sempurna. Pada saat yang bersamaan

buluh kapiler dari ginjal dilebarkan. Daya kerja ini, bersama-sama dengan bertambahnya

volume darah yang menaglir melewati ginjal menyebabkan digitaloida tersebut

merupakan diuretika yang efektif, terutama untuk pembesaran / pembengkakan jantung.

Digilaloida mengatur gerak jantung yang tidak teratur atau aritmia dan

memberikan hasil yang dramatis pada congestive heart failure. Dosis yang besar

menyebabkan penhambatan yang berlebihan dan otot jantung tetap kontraksi sebagian

selama masa diastole. Rasa mual dan muntah adalah gejala intoksikasi. Pada jaman dulu

obat-obat ini digunakan sebagai emetika.

Daun digitalis baru menunjukkan hasilnya setelah beberapa jam, dan daya kerja

yang penuh baru terlihat setelah beberapa hari (efek kumulasi). Digitaloida lanata kurang

kumulasi. Lanatosida C baru bekerja 10 menit bila diberikan secara intravena. Dalam

kasus kelemahan jantung yang kuat, ouabain menunukkan daya kerja yag segera. Daya

kerja yang lebih kuat meskipun lebih singkat diberikan oleh heterosida dari squill,

adonidis, hellebore, dan apocynum.

Identifikasi kimiawi gliksida steroid

1. Reaksi Legal

Glikosida jantung kecuali scillaren, memberikan reaksi legal. Heterosida atau

ekstrak murni dari obat gubal dilarukan dalam piridina. Bila natrium hidroksida dan

natrium nitropurusida ditambahkan secara berturutan, akan terjadi warna merah darah.

2. Reaksi Keller –Killiani

Glikosida dilarutkan dalam asam asetat glasial yang mengandung

jejak/rumutan/trace feri klorida. Asam sulfat pekat yang mengandung sejumlah feri

22

klorida yang sama diteteskan pada dasar tabung reaksi dengan suatu pipet. Suatu warna

yang jelas akan terjadi pada batas antara dua reagen, yang secaraperlahan-lahan

menyebar ke dalam lapisan asam asetat. Reaksi ini menunjukkan adanya gula deoksi.

Glikosida dari oleander dan squill memberikan warna merah, sedang gliolosida dari

adonis, apocymun dan digitalis memberikan warna hijau kebiruan.

3. Reaksi Sterol dan Liebermann

Kepada larutan glikosida dalam asam asetat glasial diatmbahkan satu tetes asam

sulfat pekat. Pergantina warna terjadi dari rosa melaui merah, violet dan biru ke hijau.

Warna-warna tersebut sedikit berbeda untuk satu senyawa dengan senyawa yang lain.

Reaksi ni disebabkan oleh bagian steroida dari molekul dan karakteristik untuk aglikon

dari tipe scillarenin. Asam sulfat 80% digunakan sebagai alat untuk identifikasi biji

strophanti. Biji strophanthus kombe memberikan warna hijau dengan reagen ini, sedang

kebanyakan pemalsunya (S.courtmanni dan S. gratus) memberikan warna merah.

Cara identifikasi glikosida jantung menurut Materia Medika Indonesia I

1. Larutan percobaan

Sari 3 g serbuk simplisia dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 95% P dan 3

bagian volume air dalam alaat pendingin balik selama 10 menit, dinginkan, saring. Pada

20 ml filtrat tambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M kocok, diamkan

selama 5 menit, saring. Sari filtar 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian

volume kloroform P dan 2 bagian volume isopropanol P. Pada kumpulan sari tambahkan

natrium sulfat anhidrat P, saring dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC. Larutkan

sisa dengan 2 ml metanol P.

2. Cara Percobaan.:

1) Encerkan 0,1 ml larutan percobaan dengan 2,9 ml metanol P, tambahkan

Baljet LP, terjadi warna jingga setelah beberapa menit, menunjukkan adanya

glikosida dan aglikon kardenolida.

2) Pada 0,1 ml larutan percobaan tambahkan 2 ml Kedde LP dan 2 ml kalium

hidroksida 1 N, terjadi warna merah ungu sampai biru ungu dan dalam

beberapa menit, menunjukkan adanya glikosida dan aglikon kardenolida.

23

3) Masukkan 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi, uapakan di atas

penagnas air. Pada sisa tambahkan 3 ml larutan xantidrol P 0,01 % b/v dalam

asam asetat P dan 1 tetes asam klorida pekat P, larutan berwarna kuning

intensif, kemudian panaskan di atas penangas air selama 3 menit, warna

larutan menjadi merah intensif, menunjukkan adanya glikosida dan glikon 2-

desoksigula.

4) Uapkan 0,2 ml larutan percobaan di atas penangas air. Larutkan sisa dengan

3 ml asam asetat P dengan sedikit pemanasan, dinginkan. Teteskan besi (III)

klorida 0,3 N, kmeudian tambahkan hati-hati campuran 3 ml asam sulfat dan 1

tetes besi (III) klorida 0,3 N, terbentuk cincin berwarna merah coklat pada

batas cairan, setelah beberapa menit di atas cincin berwarna biru hijau,

menunjukkan adanya glikosida dan glikon 2-desoksigula (reaksi Keller-

Killiani).

Dari keempat percobaan di atas, serbuk mengandung glikosida jantung jika paling

kurang reaksi menunjukkan adanaya aglikon kardenolida dan glikon 2-desoksigula.

Standardisasi (pembakuan)

Banyak faktor mempengaruhi daya kerja dari obat gubal kardioaktif, seperti

misalnya iklim, umur bagian tanaman yang digunakan, musim waktu pengumpulan dan

metode pengeringan dan penyimpanan. Karena obat jantung itu beracun dan dosis yang

tepat merupakan masalah yang penting, mka meraeka perlu dinakukan dulu sebelum

digunakan dalam pengobatan. Setiap glikosida mempunuyai daya kerja yuang berbeda-

beda tergantung pada struktur mereka yang utama (particular). Karena itu evaluasi

dengan metode kimiawi untuk obat gubal jantung masih belum memuaskan. Metode-

metode kromatografi, kolorimetri, gravimetri, organoleptik dan fitofarmakologi telah

diusulkan, tetapi sampai sekarang tidak ada satupun yang betul-betul dapat diandalkan,

sehingga dalam praktek masih digunakan metoda biologi, kecuali untuk ouabain dalam

Strophanthus gratus. Glikosida ouabain tadi disari dengan alkohol absolut, dipisahkan

dengan pengendapan dengan petroleum eter,dimurnikan dengan kristalisasi dari air dan

ditimbang.

24

Bioassay (Penetapan hayati)

Evaluasi dengan metode biologi menentukan jumlah obat yang diperlukan untuk

menghentikan jantung dari binatang tertentu di bawah kondisi khusus (dosis letalis).

Untunglah bahwa efek pengobatan dan efek toksik diakibatkan oleh suaut senyawa yang

sama. Karena kepekaan binatang dengan spesies yang berbeda-beda sangat berlainan

maka harus digunakan suatu standard pembanding. Standard internasional terdiri dari

daun Digitalis purpurea yang kering, dan 80 mg dari daun tersebut sama dengan satu

satuan internasional. Daya kerja dari setiap macam obat herus dibandingkan dengan

standard masing-masing karena campuran glikosida mereka sangatlah toksik. Situasi

dimaksud dapat digambarkan oleh kenyataan bahwa sementara katak dalam musim gugur

pmempunyai kepekaan terhadap digitalis setengah kali dibandingkan kepekaannya di

musim semi, sedangkan dalam hal adonis dan convallaria kepekaan mereka justru

terbalik. Juga bermacam-macam katak menunjukkan kepekaan yang berbeda terhadap

setiap eterosida, misalnya Rana temporaria tiga kali lebih peka terhadap lanatosida C bila

dibandingkan dengan Rana esculenta, tetapi hanya dua pertiga kepekaannya terhadap K-

strphanthin bila dibanding dengan Rana esculenta.

Ada empat macam metode bioassay yang biasa digunakan:

1. Metode marmot (Guinea Pig Method)

Suatu larutan isotonik atau infusa dari obat diinfusikan secara perlahan-lahan ke

dalam vena jugularis dan marmot yang dinarkotisir sehingga jantungnuya berhenti. Daya

kerja diperhitungkan dari jumlah mililiter yang digunakan. Percobaan digulangi dengan

10 ekor binatang baik untukobat maupun untuk strandard.

2. Metode kucfing dan metode marmot (USP XV) sesungguhnya sama saja kecuali

bahwa sebagai pengganti marmot digunakan berturut-turut kucing dan anjing.

3. Metode emesis burung dara (Pgeon Emesis Method)

Sediaan disuntikkan ke dalam vena sayap. Dosis ditentukand dengan jumlah yang

menyebabkan muntah dalam waktu 5 sampai 10 menit.

4. Metode katak (Frog Method)

25

Percobaan dilakukan terhadap enam kelompok masing-0masing sepuluh ekor

katakuntuk mengetahui reaksi katak terhadap berbagai dosis obat, dengan cara ini batas

dari dosis letalis dipersempit (jantung katak dibengikan dalam keadaan sistole). Infusa

disuntukkan secara subkutan ke dalam kandung limfa. LD50 ditentukan dengan waktu

pengamatan 24 jam (timeless method) pada 20oC dan kekuatannya dinyatakan dalam

satuan internasional (nasional) dengan standar d internasional atau nasional.

Kesalahan maksimum dari metode-metode tersebut adalah:

Metode marmot dan metode kucin lebih kurang a13%, percobaan klinik (manusia) lebih

kurang 22% dan metode kataklebih kurang 30%.

11. ”TANIN”

Tanin tidak didefinisikan atas analogi struktur tetapi menurut kesamaan sifatnya

yang umum. Tentu saja, secara etimologi, tanin adalah bahan yang digunakan dalam

industri penyamaan kulit dan akibatnya mempunyai mengubah kulit binatang yang segar

menjadi kulit yang tidak mudah rusak dan permeabilitasnya kecil. Sampai saati ini kata

tanin secara luas digunakan dalam ilmu fitokimia untuk menyatakan senjumah besar

senyawa yang tersebar luas di dlaam tumbuh-tumbuhan dimana sifat-sifatnya serupa

dengan senyawa hasil industri tetapi kemampuannya sebagai penyamak kulit belum

diteliti (Swain dan Bate Smith, 1962). Penelitian ini mendefinisikan tanin sebagai

senyawa fenol yang mempunyai berat molekul antara 500 sd 3000, memiliki sifat klasik

dari fenol, mengendap dengan alkaloid, gelatin, dan protein lain.

Berdasarkan struktur molekulnya dapat dibedakan tanin yang dapat dihidrolisis

dan tanin terkondensasi.

Tanin yang dapat dihidrolisis memberikan sebuah fraksi gula dan sebuah fraksi

fenol yang tersusun oleh asam gallat,atau bentuk dimernya yaitu asam ellagat. Beta

Smith (1956) telah mengemukakan suatu metode identifikasi dari asam ellagat secara

kromatografi kertas dan menunjukkan bahwa asam tersebut diketemukan seringkali

dalam ekstrak darun yang mengalami hidrolisis dalam suasana asam.

26

+ gula

Tanin terkondensasi terbentuk oleh polimerisasi molekul dasar yang mempunyai

struktur umum flavonoid dimana yangpaling banyak adalah flavanol-3 atau katekol dan

flavanediol 3,4 atau leukoantosianidin. Kopolimerisasi dari katekol dan

leukoantosianidin juga dapat terjadi (Frosyth dan Roberts, 1960) yang memberikan

biflavan. Sifat-sifat tanin terkondensasi tergantung dari jenis molekul dasar yang terdapat

dalam komposisinya, model ikatan antara masing-masing molekul dasar dan terutama

ukuran global dari molekul tanin tersebut dengan kata lain berat molekulnya. Dapat

diakatakan bahwa sifat tanin suatu bahan, artinya kemampuannya untuk berkombinasi

dengan protein, naik dari dimer sampai dekamer dan kemudian segera menurun. Jika

molekul menjadi terlalu besar volumenya akan kehilangan sifat bergabungnya yang

energik dengan protein bahkan dapat tidak larut.

27

(tanin terkondensasi)

Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud dengan glikosida?

2. Jelaskan terjadinya hidrolisis glikosida, beri satu contoh glikosida!

3. Bagaimana biosintesis glikosida secara umum?

4. Sebutkan 11 macam glikosida menurut Claus, dan beri masing-masing satu

contoh senyawanya!

HIDROLISIS