Upload
kurnia-megawati
View
525
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pembuatan tablet parasetaml granulasi basah
Citation preview
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SOLID
PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH
Disusun Oleh : Kelompok I
Nama NPM
Annisa Rosdiana 260110130003 Mega Hijriawati 260110130121 Kurnia Megawati 260110130122 Imas Laili Lestari 260110130123 Nadhira Mahda Dinar 260110130124 Nadya Nur Kusumo 260110130126 Arni Praditasari 260110130127 Muhammad Ismail 260110130132 Yonahar Masula 260110130134
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR 2016
PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL
MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet bahan aktif tunggal
(Paracetamol) menggunakan metode granulasi basah
B. Teori Dasar
Granulasi, teknik pembesaran partikel oleh aglomerasi, adalah salah
satu unit operasi yang paling signifikan dalam produksi bentuk sediaan
farmasi , sebagian besar tablet dan capsules. Selama proses granulasi, partikel
kecil yang halus atau kasar diubah menjadi gumpalan besar yang disebut
granul.Umumnya, granulasi dimulai setelah pencampuran bahan-bahan serbuk
bersama dengan bahan aktif dalam keadaan kering , sehingga menunjukkan
distribusi bahan yang seragampada seluruh campuran serbuk. Meskipun
granulyang digunakan dalam industri farmasi memiliki ukuran partikel dalam
kisaran 0,2-4,0 mm, granul umumnya diproduksi sebagai perantara dengan
berbagai ukuran 0,2-0,5 mm baik untuk dikemas sebagai bentuk sediaan atau
dicampur dengan bahan pengisi lainnya untuk pemadat tablet atau
pengisikapsul (Shanmugam, 2015).
Granul diproduksi untuk meningkatkan keseragaman bahan aktif
dalam produk akhir, untuk meningkatkan kepadatan campuran sehingga
mengisi kekurangan volume obat per satuan berat untuk penyimpanan dan
pengiriman yang lebih baik, untuk memfasilitasi penyaluran metering atau
volumetrik, untuk mengurangi debu selama proses granulasi untuk
mengurangi paparan racun dan terkait proses bahaya, dan untuk memperbaiki
penampilan produk. Oleh karena itu, karakteristik ideal granul yaitu bentuk
bulat untuk memperbaiki aliran, distribusi ukuran partikel sempit untuk
keseragaman konten dan penyaluran volumetrik, kehalusan yang cukup untuk
mengisi ruang kekosongan antara granul untuk pemadatan yang lebih baik dan
karakteristik kompresi, dan kelembaban yang memadai dan kekerasan untuk
mencegah pecah dan pembentukkan debu selama proses (Shanmugam, 2015).
Mengingat fungsi granul yang berbeda dalam sediaan tablet dan kapsul
perlu diketahui perbedaan kedua sediaan tersebut.Kapsul atau capsulae adalah
bentuksediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang
kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain (Depkes RI,
1979). Tablet atau compressi adalah sediaan padat kompak, dibuat secara
kempacetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya
rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dnegan atau tanpa
zat tambahan (Depkes RI, 1979).
Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain
formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien
sebagai berikut :
1. Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara
signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan
kimia dari tablet jadi (akhir)
2. Pengikat (binders dan adhesive)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan)
dalam pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa
kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam
granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat
setelah ditelan pasien.Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum
dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum
dikempa atau pada kedua tahap proses.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang
meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama
pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir
dapat pula menunjukan sifat sebagai antilengket (antiadherant) atau pelicin
(glidan) Stickland mendeskripsikan:
• Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa
selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.
• Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan
selanjutnya ada dinding cetakan.
• Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi
mudah tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidan)
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam
lobang lumpang.Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering
ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung.Glidan meminimalkan
kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.
Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :
• Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
• Distribusi glidan dalam granul.
• Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
• Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
• Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena
glidan teradhesi pada permukaan granul (Goeswin, 2012).
Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur
dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu
ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh
seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai
pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi
kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986). Setelah
kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin
tablet.
Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode
granulasi basah yaitu :
1. Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien.
2. Pencampuran serbuk yang sudah digiling.
3. Preparasi larutan pengikat
4. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk
membentuk masa basah.
5. Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran
mesh 6-12.
6. Pengeringan granul basah.
7. Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20.
8. Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan
disintegran.
9. Pengempaan tablet (Goeswin, 2012),
Parasetamol atau asetominofen memiliki khasiat dari sebagai analgetis dan
antipiretis, tetapi tidak antiradang. Aksi dari parasetamol yaitu
menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak memiliki efek anti-
inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui tindakan langsung pada
hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk
menghilangkan nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Dosis
dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4
g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak-anak 4-6 dd 10
mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 240-360 mg, 4-5x
sehari (Tjay, 2003).
C. Formulasi
Pembuatan tablet parasetamol 375 mg sebanyak 300 tablet
No. Nama Bahan Baku Jumlah Per tablet (mg) Jumlah yang
diperlukan untuk 1
Batch (gram)
1. Parasetamol 375 mg 112.5 g
2. Saccarum Lactis 100 mg 30 g
3. Amprotab 50 mg 15 g
4. Pasta kanji 7%
(Amilum 7g dalam 100
mL aquadest)
540 mg
77.08 g
5. Mg Stearat 1% 2.95 mg 0,8873 g
6. Talkum 1% 2.95 mg 0.8873 g
7. Amprotab 5% 14.7 mg 4.4365 g
Granul Tablet
Jumlah Batch Teoritis 240.79 g 300 butir
Jumlah Batch Nyata 94.87 g 130 butir
D. Preformulasi Zat Aktif dan Eksipien
1. Acetaminophen
4’-Hidroksiasetanilida [103-90-2]
C₈H₉NO₂ BM 151,16
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C₈H₉NO₂, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah
larut dalam etanol.
Jarak lebur:Antara 168˚ dan 172˚.
Kegunaan:
Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Simpan dalam suhu ruang, hindarkan dari kelembapan dan panas.
(DEPKES RI,1995)
2. Amylum Manihot
Nama Lain : Pati singkong
Nama Tanaman Asal : Manihot Utilissima (Pohl.)
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin
Pemerian : Serbuk halus kadang-kadang berupa gumpalan kecil,
warna putih tidak berbau, tidak berasa
Penggunaan : Bahan penolong bahan sediaan obat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Amprotab
(C6H10O5)n , dengan n = 300-1000
Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul-
granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan bentuk yang berbeda
untuk setiap varietas tanaman.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin.
Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada 37˚C.
Kegunaan : Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan kapsul;
pengikat tablet. (Kibbe,2000)
4. Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau
mengandung satu molekul air hidrat.
Nama resmi : Laktosa
Sinonim : Laktosa, saccharum lactis
Pemerian : Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih
krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis, higroskopik
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter..
Kegunaan : Sebagai bahan pengisi (Kibbe,2000)
5. Magnesium Stearat
Magnesium Stearate
Magnesium stearat [557-04-0]
Magnesium Stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam
organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat
dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara
dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO.
Pemerian: Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah melekat di
kulit; bebas dari butiran.
Kelarutan: Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter.
Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik. (Kibbe,2000)
6. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit
aluminium silikat.
Nama resmi : Talk
Sinonim : Talkum, serbuk talk
Pemerian : Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran debu.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organic dan air.
Inkompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan campuran ammonium quartener.
Kegunaan : Sebagai glidant dan sebagai lubrikan. (Kibbe,2000)
E. Perhitungan
Perhitungan jumlah bahan yang diperlukan untuk 1 Batch :
a. Parasetamol
= Jumlah per tablet x banyaknya tablet dalam 1 Batch
= 375 mg x 300 butir
= 112,5 gram
b. SL
= Jumlah per tablet x banyaknya tablet dalam 1 Batch
= 100 mg x 300 butir
= 30 gram
c. Amprotab
= Jumlah per tablet x banyaknya tablet dalam 1 Batch
= 50 mg x 300 butir
= 15 gram
d. Pasta amylum 7%
Pasta amylum 7% = 7 gram/100 mL
Pemakaian larutan pengikat :
Berat pasta amylum yang digunakan = berat awal – berat akhir = y
gram
7% pasta amylum = 7/100 x y gram = z gram (Untuk sejumlah besar
batch)
Berat pasta amylum yang digunakan = 228,97 gram – 151,89 gram
= 77,08 gram
7% pasta amylum = 7/100 x 77,08 gram = 540 mg
e. Mg stearat 1%
Seluruh jumlah granul setelah diayak adalah 88,73 gram
Mg stearat = 1% dari seluruh jumlah granul
= 1/100 x 88,73 gram
= 0,8873 gram
f. Talkum 1%
Seluruh jumlah granul setelah diayak adalah 88,73 gram
Talkum = 1% dari seluruh jumlah granul
= 1/100 x 88,73 gram
= 0,8873 gram
g. Amprotab 5%
Seluruh jumlah granul setelah diayak adalah 88,73 gram
Amprotab = 5% dari seluruh jumlah granul
= 5/100 x 88,73 gram
= 4,4365 gram
Perhitungan berat tablet teoritis :
Berat tablet (mg) = berat parasetamol + berat SL + berat amprotab + berat mg
stearat + berat talkum + berat amprotab
= 375 mg + 100 mg + 50 mg + 5,25 mg + 5,25 mg + 26,25
mg
= 561, 75 mg
Perhitungan berat tablet nyata :
Berat tablet (mg) = berat parasetamol + berat SL + berat amprotab + berat mg
stearat + berat talkum + berat amprotab
= 375 mg + 100 mg + 50 mg + 2,95 mg + 2,95 mg + 14,7
mg
= 545, 6 mg
F. Prosedur Kerja
CATATAN PENGOLAHAN
Tanggal Kerja Uraian
8 Maret 2016 1. Kondisi ruangan
- Bersih dicek
- Suhu
- Kelembaban relatif
2. Alat
- Ayakan mesh no 10, 14, 20
Bersih di cek
- Baskom ukuran diameter 30,7 cm
Bersih di cek
- Gelas ukur ukuran 100 mL, 50 mL, dan 10
mL
Bersih di cek
- Gelas piala ukuran 1 L, 250 mL, dan 100 mL
Bersih di cek
- Tray oven
Bersih di cek
- Oven pengering
Bersih di cek
3. Proses
Parasetamol dan amylum diayak dan ditimbang
- Gelas piala dan batang pengaduk kosong
ditimbang
- 7 g amylum disuspensikan dalam 100 mL air
menggunakan gelas piala ukuran 250 mL
- Gelas piala tersebut dipanaskan diatas
pemanas, aduk hingga terbentuk mucilago
yang bening
- Keseluruhan isi gelas piala yang berisi pasta
amylum ditimbang kembali
- Parasetamol dan amylum yang telah diayak
dalam baskom ukuran diamteter 30,7 cm
diaduk homogen
- Perlahan-lahan pasta amylum 15% yang telah
dibuat dimasukkan pada campuran dalam
baskom
- Keseluruhan campuran diaduk dengan cara
meremas hingga terbentuk massa yang dapat
dikepal
- Sisa isi gelas piala yang berisi pasta amylum
ditimbang kembali
- Massa yang dapat dikepal dilewatkan pada
mesh 14, ditampung pada tray oven yang
telah dilapisi kertas roti
- Granul basah diratakan dalam tray oven,
dikeringkan dalam oven suhu 60o – 70oC
sampai kadar air < 2%
15 Maret 2016 1. Kondisi ruangan
- Bersih dicek oleh
- Subu
- Kelembaban relatif
2. Alat
- Ayakan mesh no 10, 14, 20
Bersih dicek oleh
- Baskom ukuran diameter 30,7 cm
Bersih dicek oleh
- Plastik ukuran A4
Bersih dicek oleh
- Mesin cetak tablet
Bersih dicek oleh
3. Proses
- Granul kering ditimbang
- Granul kering dicampurkan dengan mg
stearat, talkum dan amprotab
- Granul kering dievaluasi
- Granul kering dicetak dengan mesin tablet
- Tablet dievaluasi
- Tablet dimasukkan ke dalam wadah kemasan
produk
G. Evaluasi
1. Evaluasi Granul
A. Uji kelembaban
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar air dari granul
Prosedur:
• Timbang 10 gram granul yang telah dikeringkan
• Simpan pada alat uji kelembaban dan nyalakan lampu pemanas pada
suhu berkisar antara 70 – 80 OC.
• Perhatikan penurunan bobot granul, bila bobot granul telah stabil
selama + 1 menit berarti telah selesai.
• Catat bobot awal, bobot akhirnya dan hitung :
= Kadar air LOD = !"#"$ !"!#!!"#"$ !"#$%!"#"$ !"!#
x 100%
B. Uji daya alir granul
Pengujian ini dilakukan untuk melihat profil aliran granul tanpa
penambahan lubrikan
Prosedur:
• Timbang sebanyak 25 g granul
• Masukkan ke dalam corong bertutup.
• Simpan corong pada ketinggian 10 cm.
• Alasi tempat jatuh granul dengan kertas putih untuk menandai tempat
jatuhnya.
• Bersamaan dengan membuka tutup corong, mulailah penghitungan
waktu jatuhnya dengan stopwatch.
• Catat tinggi puncak dan diameter granul yang terbentuk.
• Hitung daya alir dan sudut istirahat dari granul :
Daya alir = Berat granulWaktu alir x 100%Sudut istirahat =
tan (Tinggi puncak)1/2 Diameter
C. Uji kompresibilitas granul
Pengujian ini dilkukan untuk mengetahui sifat mudah atau sulit dikempa
dari granul
Prosedur:
• Timbang sebanyak 25 g granul.
• Masukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml lihat tanda batas dan
catat.
• Ketuk-ketukan gelas ukur berisi granul dengan interval ketukan 2 detik
1 ketukan.
• Perhatikan tanda batas di gelas ukur, bila granul tidak mengalami
penurunan volume lagi setelah 5 ketukan terakhir. Pengujian
dinyatakan selesai dan catat volume akhirnya.
• Hitung kompresibilitas (indeks carr) :
Kerapatan longgar App.Density =Berat granulVolume awal
Kerapatan mampat Tap.Density =Berat granulVolume akhir
Kompresibilitas Indeks Carr
= Kerapatan mampat− kerapatan longgar
kerapatan mampat x 100%
2. Evaluasi Tablet
A. Uji penampilan
Amati tablet hasil cetak secara visual, apakah distribusi warna
merata, ada cacat fisik atau tidak. Dilakukan dengan interval waktu
yang sama, parameter lain yang diukur keseragaman diameter dan
ketebalannya.
B. Uji kekerasan
Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik
selama proses produksi berikutnya, selama penyimpanan dan
transportasi. Pengujian dilakukan dengan interval waktu yang sama
untuk menunjukkan adanya keseragaman. Pada pengujian kekerasan
dibutuhkan alat Hardness tester.
C. Uji keseragaman bobot
Pengujian dilakukan dengan interval waktu yang sama dengan uji
penampilan. Pengujian dikerjakan pada 20 tablet dengan
menimbang satu per satu. Sesuai Farmakope Indonesia persyaratan
yang baik adalah :
Bobot rata-rata (mg) Deviasi Maksimum (%)
2 Tablet 1 Tablet
25 15 30
26 – 150 10 20
151 – 300 7,5 15
> 300 5 10
Untuk membuat bagan pemeriksaan kualitas bobot rata-rata tablet perlu
ditentukan batas aksi dan batas peringatan dengan rumus :
Batas aksi = X + / - 3,09 sd / n-2
Batas peringatan = X + / - 1,96 sd / n-2
Dimana :
X : berat tablet teoritis
sd : standar deviasi berat tablet
sd / n-2 : standar error rata-rata berat tablet
n : jumlah tablet yang diambil berurutan pada waktu tertentu
D. Uji kerapuhan (Friabilitas)
Pengujian dilakukan dengan alat friabilator, menggunakan 20
tablet selama 15 - 20 menit. Melalui pengujian ini terlihat tingkat
kerapuhan tablet terhadap gesekan dan bantingan. Tablet yang baik
mempunyai friabilitas < 1 %, bila lebih dapat diperbaiki dengan
meningkatkan kekerasannya atau menambahkan pengikat.
E. Uji waktu hancur
Dilakukan terhadap 6 tablet, menggunakan alat desintegration
tester. Persyaratan Farmakope Indonesia : kecuali dinyatakan lain, semua
tablet harus hancur < 15 menit (tanpa salut) dan < 60 menit (dengan salut).
F. Uji disolusi
Pengujian dilakukan untuk menentukan waktu melarut dari zat
aktif, metode yang digunakan sesuai dengan Farmakope Indonesia IV/
1995, atau Farmakope lain.
H. Hasil dan Pengolahan Data
• Evaluasi Granul
- Uji kelembaban
o Kadar air (LOD) = Bobot Awal – Bobot akhir x 100 %
Bobot Awal
= 10,022 gram – 9,098 x 100%
10,022 gram
= 1,15%
- Uji daya alir granul
o Daya alir = Berat granul/waktu alir
= 25 gram/2 s
= 12,5 gram/s
o Sudut istirahat = tan (tinggi puncak)/ ½ diameter
= tan (1,8)/4,25 cm
= 14,34o
- Uji kompresibiltas granul
Kerapatan longgar (App. Density) = Berat granul/volume awal
= 25 gram/40 mL
= 0,625
Kerapatan mampat (Tap. Density) = Berat granul/volume akhir
= 25 gram/31 mL
= 0,806
Kompresibilitas (Indeks Carr = Tap. Density – App.Densityx 100 %
Tap. Density
= 0,806 – 0,625 x 100%
0,806
= 22, 4% (Cukup)
• Evaluasi Tablet
- Uji keseragaman bobot
Rata-rata bobot keseluruhan = Jumlah dari keseluruhan bobot tablet
n tablet
= 11,25 gram/ 20 butir
= 0,5625 = 56,25%
- Uji Friabilitas
Friabilitas = Wo – WIx 100%
Wo
= 11,22 – 11,07 x 100%
11,22
= 1,33 %
I. Pembahasan
Percobaan pembuatan tablet parasetamol dalam praktikum ini
menggunakan metode granulasi basah. Pada umumnya hampir semua obat tidak
punya daya kompresibilitas, termasuk parasetamol, oleh karena itu digunakan
metode granulasi basah untuk mendapatkan daya kompresibilitas dan daya alir
yang baik. Daya alir yang baik diperlukan saat mencetak tablet dalam mesin,
tablet yang memiliki daya alir yang baik dapat masuk kedalam lubang cetakan
copper dengan mudah sehingga menghasilkan tablet yang baik (Kurnializa, 2013).
Dalam pembuatan tabalet parasetamol, digunakan eksipien untuk fase
dalam dan eksipien untuk fase luar. Pembagian fase dalam dan fase luar dibagi
berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam biasanya terdiri dari
zat aktif, zat pengisi, dan zat pengikat. Sedangkan, fase luar adalah zat esksipien
yang berfungsi untuk membantu proses peempaan tablet, yaitu zat pelicir dan zat
eksipien lain (Kurnializa, 2013).
Dalam membuat tablet parasetamol, pertama-tama ditambahkan amprotab
dan saccarum lactis sebagai bahan pengisi. Aprotab yang digunakan bersifat
sebagai disintegran (penghancur) dalam. Mekanisme kerjanya adalah dengan
membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau mengembang saat
cairan masuk ke dalam partikel tablet parasetamol. Amprotab merupakan zat
tambahan yang digunakan sebagai pengisi dan pengikat. Berfungsi sebagai
pengisi untuk menambah massa tablet yang akan di cetak dan fungsi sebagai
pengikat untuk mengikat zat aktif dan zat pengisi sehingga dapat tercampur
dengan homogen. Penambahan amprotab tidak boleh terlalu banyak karena akan
menyulitkan proses granulasi dan pada akhirnya tablet yang dihasilkan akan
sangat keras dan waktu hancurnya akan sangat lama (Kurnializa, 2013).
Parasetamol memiliki sifat higroskopis maka setelah ditambahkan zat
pengisi, diperlukan zat pengikat dan pengikat yang digunakan adalah pasta kanji.
Pasta kanji terbuat dari amilum 10%, penentuan kadar tidak boleh lebih dari 10%
karena akan membentuk masa yang keras (Atmajasari, 2014).
Metode granulasi basah akan membentuk granul, pembentukan granul atau
granulasi ini bertujuan untuk meningkatkan aliran dan karakteristik serbuk (atau
campuran serbuk). Hal ini berkaitan erat dengan parameter kualitas yang harus
dimiliki oleh zat yang akan dibuat tablet, yakni memiliki aliran (flow ability) dan
kemampuan dikempa (compressibility) yang tinggi (Kurnializa, 2013).
Granulasi di buat dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat
sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau
cairan bubur yang mengandung pengikat, yang biasanya ditambahkan ke
campuran serbuk. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting
dalam mengikat partikel. Kekuatan ikatan anatara parktikel dengan cairan akan
meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, bila cairan sudah
ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata, jika
sudah diperoleh dispersi yang merata berbentuk massa basah atau lembab maka
massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau
oscillating granulator agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat
dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak
kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan
ukuran tablet yang akan dibuat.
Namun dalam pengerjaannya dipraktikum ini, penambahan pasta kanji
untuk mendapatkan granul terlalu berlebih dan granul terlalu basah sehingga sulit
untuk melewati ayakan. Pasta kanji yang telah dibuat sebelumnya dicampurkan
sedikit demi sedikit hingga terbentuk suatu massa yang dapat dikepal.
Penambahan pasta kanji harus dilakukan dengan hati-hati dan secara perlahan,
karena apabila pasta kanji yang digunakan terlalu banyak akan menyulitkan
proses granulasi karena massa yang terbentuk basah dan sulit di proses menjadi
sebuah granul (Atmajasari, 2014)..
Massa yang telah bisa dikepal kemudian diseragamkan ukuran granulnya
dengan ayakan Mesh No. 14. Setelah diayak dan diperoleh granul, granul tersebut
disimpan pada suhu 500C selama ± 15 menit, suhu penyimpanan didalam oven
diatur sedemikian menyesuaikan suhu lebur zat aktif dalam sediaan, karena waktu
lebur parasetamol adalah 1690C sehingga jika aman jika suhu oven yang
digunakan adalah 500C (Atmajasari, 2014).
Dari hasil pengerjaan praktikum, granul dikeringkan selama 24 jam karena
granul terlalu basah, namun pengeringan selama 24 jam menyebabkan granul
mengeras dan menyusut terlalu banyak. Setelah pengeringan dengan oven, garnul
kembali diayak menggunakan Mesh 16, karena granul terlalu keras dan sulit
diayak, granul dihaluskan terlebih dulu menggunakan mortar dan stamper.
Kemudian kembali di ayak untuk membentuk ukuran granul yang lebih homogen.
Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang
berfungsi sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke
dalam copper dengan baik pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di
cetakan. Selain itu pelincir dapat memperpanjang waktu penghancuran obat,
sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak
(tidak cepat hancur). Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk
memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan
ditambahkan sebagai fase dalam. Pada formulasi tablet, talcum ditambahkan
sebanyak 1- 10% dan magnesium stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5%
(Atmajasari, 2014).
Pada praktikum ini digunakan talcum 1% dan magnesium stearat 1%,
penambahan hanya sedikit karena pelincir yang banyak dapat menyebabkan tablet
terlalu keras sehingga sulit hancur dan sulit terlarut serta sulit dimetabolisme
didalam tubuh. Jika Mg stearat terlalu besar akan terjadi laminating. Lamination
adalah keadaan dimana tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet
terjadi segera setelah kompresi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya dalah
udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompresi atau
overlubrikasi dengan stearate (Atmajasari, 2014)..
Selanjutnya, parasetamol sebagai zat aktif dan amprotab dicampurkan
hingga terbentuk suatu campuran yang homogen. Amprotab yang ditambahkan
kali ini bersifat sebagai disentegran luar. Penambahannya juga tidak boleh terlalu
banyak karena akan menyebabkan tablet yang terbentuk menjadi keras.
Setelah itu, campuran sediaan tersebut di timbang dan dievaluasi. Evaluasi
sediaan bertujuan agar jika terjadi kelainan selama proses dapat segera
ditanggulangi dan diperbaiki, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan yang
parah. Agar memiliki konsistensi yang selalu sama, maka diperlukan parameter
pengujian evaluasi yang sama selama proses berlangsung. Pengujian-pengujian
yang dilakukan antara lain, yaitu pengujian setelah granulai, pengujian saat
pencetakan, dan pengujian setelah pencetakan(Atmajasari, 2014).
Pengujian evaluasi setelah granilau yang dilakukan adalah uji daya alir
granul, uji kelembapan, dan uji komprasibilitas granul. Pengujian saat pencetakan
yang dilakukan yaitu, uji keseragaman bobot. Pengujian setelah pencetakan yaitu
uji kerapuhan (Friabilitas).
Uji daya alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet.
Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman
bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan menentukan sudut istirahat
dari granul dengan menggunakan metode corong, sudut istirahat ini merupakan
sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk
atau granul tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal
ini adalah corong. Jadi, sudut istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar 25 g
serbuk ke dalam corong yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan
dihitung waktu alir serta tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang
dihasilkan.Dari hasil uji terhadap granul yang dihasilkan, diperoleh sudut istirahat
granul sebesar 14,340C dengan waktu alir selama 2 detik.Nilai ini menunjukkan
bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat laju alir yang baik karena pada
umumnya granul dikatakan mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya
lebih kecil dari 30 0C dan kurang dari 10 detik, sehingga granul dapat dicetak
menghasilkan tablet yang homogen.
Uji kelembapan atau penentuan kadar susut pengeringan “loss of drying”
(LOD) unutk menentukan kadar air yang terkandung dalam granul. Sebanyak 10 g
granul disimpan secara merata diatas piringan logam pada alat uji. Kemudian suhu
diatur pada 70 0C, dan kemudian alat dinyalakan selama 10 menit. Dari hasil
pengujian diperoleh % LOD atau kadar air yang terkandung dalam granul sebesar
1,15 %. Nilai ini menujukan bahwa granul memiliki kadar air yang baik, karena
batas maksimum kadar air untuk granul adalah 2%.
Uji kompresibilitas granul dilakukan dengan menggunakan alat tap
density. Sebanyak 25 g granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat,
kemudian dicatat volume awalnya. Selanjutnya alat dinyalakan selama 1250
ketukan dan kemudian volume akhir nya dicatat. Suatu granul yang baik memiliki
nilai % kompresibilitas aliran : 5-12 % sangat baik, 12-18 % baik, dan 18-23 %
cukup baik. Dari hasil pengujian dan perhitungan, diperoleh nilai %
kompresibilitas dari granul sebesar 22,4 %. Nilai ini menunjukan bahwa granul
memiliki nilai kompresibilitas yang cukup baik.
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh tablet
memiliki skala yang telah ditetapkan atau tidak. Bobot rata-rata tablet parasetamol
adalah 56,25 %. Keseragaman bobot tercapai karena tidak ada tablet yang
mempunyai penyimpangan bobot yang terlalu signifikan dan angka ini sesuai
dengan perhitungan berat tablet teoritis yaitu 545,6 mg.
Uji kerapuhan (Friabilitas) dilakukan dengan menghitung persen bobot
yang hilang setelah tablet diguncang. Kerapuhan tablet di hitung pada 10 sampel
tablet menggunakan alat friabilator, nilai kekerasan yang didapat yaitu 4,133.
Sehingga dapat disimpulkan nulai kerapuhan tablet parasetamol ini baik karena
masih dalam rentang kekerasan tablet yang baik yaitu nilainya antara 4-10.
Setelah proses evaluasi dapat diterima dengan baik, maka tablet
parasetamol dikemas dalam kemasan yang baik dan dapat dipasarkan sesuai izin
edar yang berlaku.
J. Kesimpulan
Cara pembuatan tablet bahan aktif tunggal (Paracetamol) menggunakan metode
granulasi basah dapat diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Atmajasari, Dwiyanti. 2014. Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Ekstrak Air Kelopak bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) menggunakan gelatin sebagai bahan
pengikat. Skripsi : Program studi farmasi Fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III.
Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed. IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 4-6, 112, 488, 515, 649, 711
Goeswin, Agoes. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITB.
Kibbe, A.H. 2000. Handbook of pharmaceutical exipients. Ed. III. American
Pharmaceutical Association and Pharmaceutical Press. United States of
America. 102, 276, 305, 522, 555
Kurnializa, Era. 2013. Potensi Amilum Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq.) Sebagai Bahan Penhancur Pada Formulasi Tablet
Parasetamol. Skripsi : Program studi farmasi Fakultas kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Lachman, Lieberman HA, Kanig JL.1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri:
edisi ketiga vol II. Jakarta: UI Press.
Shanmugam, Srinivasan. 2015. Granulation techniques and technologies: recent
progresses. Journal biolmpacts, 2015, 5(1), 55-63.
Tjay, H.T dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media
Computindo.