42
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Apabila pemakain obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul dan tabletlah yang menjadi pilihan pasien. Dari sudut pandang farmasetik bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil dari pada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil. Serbuk kering yang digunakan melalui mulut untuk minum (biasanya setelah dicampur dengan air) kurang begitu umum dibandingkan dengan kapsul dan tablet, tetapi disenangi oleh sebagian pasien yang tidak dapat menelan obat dengan bentuk sediaan padat lainnya akan tetapi kebanyakan obat dengan bentuk serbuk per se dalam pengobatan terbatas, tetapi penggunaan dalam bentuk sediaan padat cukup luas. Kebanyakan bahan-bahan obat yang dipakai sekarang terdapat dalam bentuk serbuk atau kristal dan dicampur dengan unsur-unsur serbuk lainnya sebagai pengisi dan penghancur sebelum dibuat menjadi bentuk sediaan padat. Obat bentuk serbuk juga ditambahkan ke dalam salep, pasta, supositoria dan bentuk sediaan lainnya pada waktu pengolahannya. Demikian pula granul yang merupakan gumpalan-gumpalan bahan dari bentuk serbuk diolah menjadi partikel yang dapat mengalir dengan bebas pada dasarnya 1 | Page

Granulasi Kering CTM

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apabila pemakain obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul

dan tabletlah yang menjadi pilihan pasien. Dari sudut pandang farmasetik bentuk

sediaan padat pada umumnya lebih stabil dari pada bentuk cair, sehingga bentuk

sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil. Serbuk kering yang

digunakan melalui mulut untuk minum (biasanya setelah dicampur dengan air) kurang

begitu umum dibandingkan dengan kapsul dan tablet, tetapi disenangi oleh sebagian

pasien yang tidak dapat menelan obat dengan bentuk sediaan padat lainnya akan tetapi

kebanyakan obat dengan bentuk serbuk per se dalam pengobatan terbatas, tetapi

penggunaan dalam bentuk sediaan padat cukup luas. Kebanyakan bahan-bahan obat

yang dipakai sekarang terdapat dalam bentuk serbuk atau kristal dan dicampur dengan

unsur-unsur serbuk lainnya sebagai pengisi dan penghancur sebelum dibuat menjadi

bentuk sediaan padat. Obat bentuk serbuk juga ditambahkan ke dalam salep, pasta,

supositoria dan bentuk sediaan lainnya pada waktu pengolahannya. Demikian pula

granul yang merupakan gumpalan-gumpalan bahan dari bentuk serbuk diolah menjadi

partikel yang dapat mengalir dengan bebas pada dasarnya disiapkan bentuk cair

sebelum dipakai, dengan penambahan bahan pembantu yang tepat sebagai bahan

pengisi.

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sedian padat yang biasanya dibuat

dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-teblet dapat

berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam

aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.

Kebanyakan tablet diggunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan

dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-

lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual,

bukal atau melalui vagina, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada

tablet yang digunakan secara oral.

1 | P a g e

B. TUJUAN

Formulasi sediaan yang kami buat bertujuan:

1. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pembuatan sediaan tablet dan

bagaimana cara pemecahan masalahnya.

2. Dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif untuk sediaan.

3. Dapat menyusun desain formula pembuatan dan evaluasi larutan dari hasil

pengkajian praformulasi.

4. Dapat menganalisis sifat fisiko kimia, khasiat, stabilitas zat aktif (CTM) yang

digunakan dalam sediaan tablet.

5. Dapat menganalisis sifat fisiko kimia zat-zat tambahan yang digunakan dalam

sediaan tablet.

6. Untuk memenuhi laporan praktikum teknologi padat

7. Dapat melaksanakan evaluasi sediaan baru.

2 | P a g e

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN TABLET

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk

tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu

jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan

dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat

pembasah atau zat lain yang cocok ( menurut FI III). Tablet adalah sediaan padat

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode

pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (menurut FI IV).

Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet

dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin

yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan

berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari

berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta

produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau

dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan,

kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan

sampai kering.

B. KRITERIA TABLET

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

7. Bebas dari kerusakan fisik;

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;

3 | P a g e

10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TABLET

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;

2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;

3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga

memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan

penyimpanan;

4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,

antara lain :

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan

oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan,

penyimpanan, dan pengangkutan;

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang

tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan

oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;

3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;

4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;

5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;

6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;

7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah;

8. Tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan

pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;

9. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya

tablet tidak segera terjadi;

10. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas

terkendali);

11. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang

tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);

4 | P a g e

12. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya

lebih rendah;

13. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;

14. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,

mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. (The Theory & Practice

of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar Validasi,

Hal 26)

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa

kerugian, antara lain :

1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak

sadar/pingsan);

2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat

amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup

besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau

kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus

diformulasi sedemikian rupa);

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau

zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara,

memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul

menjadi lebih baik daripada tablet. (The Theory & Practice of Industrial

Pharmacy, Lachman Hal 294)

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh

lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai

di perdagangan.

D. METODE PEMBUATAN TABLET

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi

basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan

tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet,

apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya

5 | P a g e

dosis, dan lain sebagainya. Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam

metode tersebut :

1. Granulasi Basah

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien

menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam

jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode

ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.

Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan

kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah

membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat

kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu

perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,

suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke

campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam

campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan

memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di

antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang

ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling

penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan

pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan

pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka

massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau

oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan

meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan

granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang

dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :

1. Memperoleh aliran yang baik

2. Meningkatkan kompresibilitas

3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

4. Mengontrol pelepasan

6 | P a g e

5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

6. Distribusi keseragaman kandungan

7. Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah:

1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi

2. Biaya cukup tinggi

3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan

dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

2. Granulasi Kering

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif

dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang

selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar

dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara

mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui

gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis

efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif

terhadap pemanasan dan kelembaban.

Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin

cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga

diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses

selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang

daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum

memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi

kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor

yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor

memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang

lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini

mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara

penggiling.

Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

Zat aktif susah mengalir

7 | P a g e

Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

Keuntungan cara granulasi kering adalah:

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin

pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu

Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah:

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya

kontaminasi silang

3. Metode Kempa Langsung

Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung

campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih

dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat

pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil

dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada

beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin

langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung

dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet

kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat

aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,

kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas

dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa

langsung yaitu :

Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka

waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga

dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.

Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab

8 | P a g e

Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,

tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,

sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :

Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi

dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat

menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.

Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena

itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses

pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa

amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa

langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan

pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.

Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah

mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik

E. MASALAH DALAM PEMBUATAN TABLET

1. Capping

Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah,

yang disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan,

adanya udara yang terperangkap saat granulasi, granulasi

terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch dan dies yang tidak pas.

2. Lamination

Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah

kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya adalah udara yang terjerat

dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompressi atau overlubrikasi dengan

stearat.

9 | P a g e

3. Sticking

Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah tidak

bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet dikompressi pada

kelembapan tinggi.

4. Picking

Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch.

Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan kurang bahan

yang dikompresi berminyak/lengket.

5. Filming

Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan dengan

titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena punch kehilangan pelicin.

Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang bertitik leleh rendah dengan

bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi penempelan.

6. Chipping dan Cracking

Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena

tekanan yang berlebih.

7. Binding

Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.

8. Molting

Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat warna

yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).

F. PEMERIKSAAN DAN UJI GRANUL

1. Distribusi ukuran partikel, Menggunakan ayakan No. 12-14

2. Sifat aliran

Menggunakan alat flow rate tester (g/menit).

Sudut henti Sifat alir

< 25 mudah mengalir

25 – 45 Mengalir

> 45 sukar mengalir

10 | P a g e

3. Kompresibilitas

Persen (%) kemampatan (K) = Do – Df x 100%

Do

Do = tap density (berat granul/ volume granul sebelum dimampatkan)

Df = bulk density (berat granul/ volume granul setelah dimampatkan)

Syarat = % K < 20 %

4. Susut Pengeringan/ Kadar uap

Susut pengeringan diukur dengan alat Karl fischer dan moisture balance.

Susut pengeringan = Wo - Wt

Wo

Sp = susut pengeringan

Wo = berat mula-mula

Wt = berat setelah dikeringkan

Kadar uap = Wo - Wt

Wt

G. EVALUASI TABLET

Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah

memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :

1. Uji Penampilan

Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,

permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.

2. Uji Keseragaman Ukuran

Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang

dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20

tablet.

3. Uji Kekerasan

Dilakukan dengan alat Hardness tester. Kekerasan tablet diukur terhadap luas

permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kilogram.

Satuan kekerasan adalah Newton, kp.

4. Uji Friabilitas

Dilakukan dengan alat Friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang diuji

adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu. Uji

11 | P a g e

friabilitas biasanya dilakukan selama 15-20 menit tergantung spesifikasi alat. Tablet

yang baik mempunyai friabilitas < 1%.

Perhitungan : f = a – b x 100 %

a

f = friabilitas

a = bobot tablet sebelum diuji

b = bobot tablet setelah diuji

5. Uji keseragaman Bobot

Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.

Persyaratan

Farmakope Indonesia :

Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%)

2 tablet 1 tablet

2 mg atau kurang 15 30

25-150 mg 10 20

151-300 mg 7,5 15

> 300 mg 5 10

Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot

rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun

yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.

6. Uji Waktu Hancur

Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.

Persyaratn farmakope Indonesia 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet harus

hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari dari

60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.

7. Uji Keseragaman Kandungan

Uji ini biasanya dilakukan jika tablet mengandung zat aktif < 50 mg. Pengujian

dilakukan terhadap 10 tablet. Persyaratan FI 4 ; tidak boleh lebih dari 2 tablet yang

kadarnya di luar rentang 85-115 % dari kadar rata-rata dan tidak boleh lebih dari 1

tablet yang kadarnya diluar rentang 75-125 % dari kadar rata-rata.

8. Uji Disolusi

12 | P a g e

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kapan zat aktif mulai dilepaskan dan kapan

tercapai kadar maksimum didalam media disolusi serta bagaimana profil zat aktif

secara in vitro.

H. MONOGRAFI ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN

1. Zat Aktif :Chlorpheniramin Maleat

Sifat Kimia

Nama Lain : Chlorpeniramin Maleat

Nama kimia : 2- [p-kloro, α- (2-dimetilamino-etil)-benzil] - piridina

maleat

Rumus Molekul : C16H19ClN2, C4H4O4

rumus bangun :

Berat Molekul : 390,8

Sifat Fisika

Organoleptis

Bentuk : serbuk hablur

Bau : tidak berbau

Warna : putih

Rasa : pahit

Kelarutan : larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian kloroform p,

sukar larut dalam eter

Berat Jenis : 390,87

Titik Leleh : 132 º – 135

Sifat Farmakologi

Khasiat : Antihistaminikum

Indikasi : Suatu sifat Kimia anthistamin untuk reaksi alergi yang

13 | P a g e

ringan, seperti : iritasi hidung, mata,tengorokan, edema,

kemerahan & iritasi karena makanan, gigitan serangga dan

tanaman alergen.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap klorfeniramin. Gejala saluran

pernafasan bawah. Terapi bersama dengan MAO inhibitor

dapat memperpanjang / memperkuat efek antikolinergik

(kekeringan) dari klorfeniramin.

Efek samping :

1. SSP : kebingungan, sedasi, pusing, gangguan

koordinasi, kelelahan, kegelisahan, kecemasan,

tremor, emosiaonal, insomnia, euphoria, parestesis,

vertigo, labirintis akut, neuritis, kejang

2. Mata : gangguan penglihatan, diplopia

3. Kardiovaskular : hipotensi, sakit kepala, palpitasi,

takikardia, ekstrasistole.

4. Sematologi : urtikaria, fotosensitivitas.

5. Hematology : anemia, hemolitik, tromsositopenia,

agranulositosis.

6. Sal. Kencing : diuresis, sulit kencing, retensi urine,

haid lebih cepat.

7. Sal. Pencernaan: kembung, anoreksia, mual, muntah,

diare, konstipasi.

8. Sal. Pernafasan : mengentalkan sekresi, sesak dada,

dan sumbatam hidung.

9. Hipersensitivitas : syok anafilaksis

Interaksi Obat : - Alcohol, tranquilizer, sedative hipnotik, dan depresan

SSP

lainnya : memperberat depresi SSP

- Inhibitor MOA : meningkatkan efek antikolinergik

Penggunaan pada anak : - Dikontraindikasikan pada bayi yang baru

lahir/premature

- Menimbulkan eksitasi pada anak – anak

Penggunaan pada ibu hamil: dikontraindikasikan bagi ibu hamil muda karena

14 | P a g e

dapat menggangu janin

Dosis

Dosis Lazim Anak (2-5 thn) :1 mg tiap 4-6 jan

Anak (6-11 thn) : 2 mg – 12 mg / 24jam

Dewasa : 4 mg tiap 4-6 jam sekali sampai 24 mg/24jam

Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tak tembus cahaya.

A. Bahan penghancur (disintegrant): Amilum kering

1. Rumus molekul : (C6H10O5)n

2. BM : 50.000 – 160.000

3. PH : 5,5 – 6,5 untuk 2% b/v

4. Fungsi : Glidan, dilven, binder, disintegrant (3-15%)

5. Kompresibilitas : -

6. Densitas : -

7. Distribusi partikel : 10 – 100 µm

8. Rentang : 2 – 32 µm

9. Kelarutan : Praktis tidak larut etanol dingin (950) dan dalam air dingin

10. Organoleptis : serbuk, putih hampir putih dan pahit.

11. Flowability : 10,8 – 11,7 g/s pati jagung.

12. Stabilitas dan penyimpanan :

amilum yang kering dan tidak dipanasi stabil jika terlindung dari (high

humidity) saat digunakan sebagai pelincir atau disintegran pada sediaan padat,

amilum dipertimbangkan sebagai bahan inert dibawah kondisi penyimpanan

normal. Namun larutan amilum yang dipanaskan atau pasta amilum secara fisik

tidak stabil dan rentan serangan mikroorganisme dan menyebabkan a wide

voriety of starch derivatives and modified storches that have unique phisical

properties. Amilum harus disimpan dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk

dan kering.

B. Bahan Pelincir (glidant, antiadherent) : Talk dan Mg stearat

Talkum

1. Sinonim : Magnesi osmanthus; powdered talc; purified French chalk.

2. CAS : Talk [14807-96-6]

15 | P a g e

3. Rumus Empiris : Mg6(Si2O5)4(OH)4

4. BM : 0

5. pH : 7-10 untuk 20% b/v

6. Fungsi : Anti cracking,glidant, diluent, lubricant

7. Aplikasi dalam formula farmasetik dan teknologi :

Penggunaan Konsentrasi (%)

Dusting powder 90 – 99

Glidant dan tablet lubricant 1 – 10

Tablet dan capsule diluents 5 – 3

6. Pemerian : Talk sangat halus, putih keabu-abuan, tidak berbau,

tidak berasa, serbuk kristal menempel / melekat

pada kulit, lembut jika disentuh, bebas dari pasir

(hidrofobik).

7. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam encer dan alkali,

pelarut organic dan air.

8. OTT : Dengan ammonium

9. Kekerasan : 1,0 – 1,5

10.Wadah : Dalam wadah tertutup baik, tempat yang dingin dan

kering.

11. Stabilitas dan penyimpanan :

Bahan stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160%0 selama

lebih dari satu jam. Juga dapat disterilkan dengan diekspos pada etylen OH,

atau irradasi sama. Talk harus disimpan dalam wadah tertutup, baik ditempat

yang sejuk dan dingin.

Mg Stearat

1. Sinonim : Mg oktadecanoate, Stearic acid magnesium salt

2. Fungsi : lubrikan (antiadherent)

3. Aplikasi : Sebagai penghancur fase dalam

4. Konsentrasi : lubrikan = 0,25-5%

16 | P a g e

6. Pemerian : serbuk putih, bau dan rasa khas, berminyak bila

tersentuh, lengket pada kulit

7. Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan eter

8. Kestabilan : Stabil

9. Berat Jenis : 1,03-1,08 g/cm3

10. Melting Point : 88,50 C

11. OTT : inkompatibel dengan asam kuat, alkali dan garamnya

12. Wadah : Dalam wadah tertutup baik dan tempat yang dingin

dan kering

Bahan pengisi (diluent): Laktosa

1. Sinonim : saccharum lactis

2. Rumus empirik : C12H22O11

3. BM : 342,30

4. CAS :O-β-D-Galactopyranosyl-(1→4)-α-D-Glucopyranose

anhydrous

5. Fungsi : Pengisi

6. Pemerian : Serbuk, putih

7. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, dan eter. Larut

dalam 1 bagian laktosa dalam 4,63 bagian air, 1 bagian

laktosa dalam 3,14 bagian air pada suhu 40oC, 1 bagian

laktosa dalam 2,04 bagian air pada suhu 50oC, 1 bagian

kaltosa dalam 1,68 bagian air pada suhu 60oC, 1 bagian

laktosa dalam 1,07 bagian air pada suhu 80oC

8. OTT :Asam amino, aminophilin, amfetamin, lisinopril, gugus

amin primer.

9. Titik leleh : 223oC (anhydrous α-lactose), 252,2oC (anhydrous β-

lactose)

I. Rancangan Formulasi

Akan dibuat tablet CTM (chlorpheniramin maleat) dengan kandungan bahan aktif

sebanyak 10 mg dan bobot satu tablet dibuat 500 mg. Pembuatan 1 batch 500 tablet

(500 mg). Metode pembuatan yang direncanakan adalah metode granulasi kering.

Dalam pembuatan tablet ini diperlukan bahan-bahan tambahan yang terdiri atas :

1. Bahan pengisi : Laktosa

17 | P a g e

3. Bahan penghancur : Amilum kering (Dalam & luar)

4. Bahan pelincir : Talk & Mg Stearat (Antiadherent & glidant)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Formulasi

R/CTM 4 mg Fase Dalam (FD):

Amilum kering 10% 92% x 100 = 92 mg

Laktosa qs

Mg Stearat 1% Fase Luar (FL):

Talk 2% 8%

Amilum kering 5%

Perhitungan Fase Dalam dan Fase Luar

Fase dalam

CTM : 4 mg 14 mg

Amilum kering 10% x 100 : 10 mg

Laktosa (92mg – 14mg) : 78 mg 92% + 0,5% + 1% =

93,5%

Mg Stearat 0,5% x 100 : 0,5 mg 93,5%X 100mg =

93,5 mg

Talk 1% x 100 : 1mg

Fase luar

Mg Stearat 0,5%

Talk 1% 6,5 %

Amilum kering 5 %

Penimbangan bahan

CTM 4 mg x 500 = 2 gram

Amilum kering 10 mg x 500 = 5 gram

Laktosa 78 mg x 500 = 39 gram

Mg stearat 0,5 mg x 500 = 0,25 gram

18 | P a g e

Talk 1 mg x 500 = 0,5 gram +

46,75 gram

Prosedur pembuatan

1. Semua bahan ditimbang. Apabila perlu digerus maka geruslah terlebih dahulu

sebelum ditimbang.

2. Semua FD kecuali lubrikan dicampur dalam kantong plastik yang sesuai selama

± 5-10 menit (M1)

3. Masukkan lubrikan (Mg stearat) FD ke dalam M1. Aduk hingga homogen

selama ± 2-5 menit.

4. Kempa massa M1 dengan mesin sluging atau mesin cetak tablet, kemudian

hasilnya dihancurkan hingga terbentuk slug.

5. Ayak slug dengan ayakan mesh 18 atau sesuai dengan yang ada di lab.

6. Periksa aliran slug, apakah sudah memenuhi syarat atau belum. Apabila belum

memenuhi syarat, maka proses sluging (no 4-6) diulang, maksimal 3 kali

pengulangan.

7. Slug yang sudah memenuhi syarat kemudian dievaluasi, kemudian ditimbang.

8. Melakukan evaluasi granul, yaitu:

a. Sifat alir

b. Kadar air

c. kompresibilitas

9. kemudian menimbangnya.

Berat granul yang diperoleh: 42 gram

Jumlah tab yg dapat dibuat : 42 . x 500 tab = 449 tablet

46,75

Bobot masa cetak :100% x 42 gram = 44,919 gram

93,5%

Bobot per tab : 44,919 = 0,100 gram = 100 mg

449

10. Menimbang fase luar. Fase luar yang ditimbang, meliputi:

Mg Stearat = 0,5% x 100 mg = 0,5 mg x 500 tablet = 0,25 gram

Talk = 1% x 100 mg = 1 mg x 500 tablet = 0,5

Amylum kering = 5% x 100 mg = 5 mg x 500 tablet = 2,5 gram

19 | P a g e

11. Mencampurkan fase luar dengan sebagian FD ± 1 menit, tambahkan sisanya,

campur homogen ± 3-4 menit.

12. Mencetak granul kemudiam melakukan evaluasi pada tablet yang sudah selesai

di cetak. Evaluasi tersebut terdiri dari:

a. Keseragaman sediaan (bobot dan kandungan)

b. Keseragaman ukuran (tebal dan diameter)

c. Keregasan / friabilitas

d. Kekerasan

e. Performance

f. Uji disolusi

g. Uji kompresibilitas

h. Uji waktu hancur

20 | P a g e

BAB IV

EVALUASI

A. EVALUASI GRANUL

1. Laju Alir dan sudut henti

Uji dilakukan dengan menggunakan corong dan statif. Granul yang kering

dimasukkan ke dalam corong yang bagian bawahnya sudah ditutup

menggunakan tisu. Corong diletakan 10 cm dari dasar wadah. Setelah

stopwatch disiapkan, tisu yang menyumbat corong tersebut ditarik dan granul

dibiarkan mengalir melewati corong dengan sesekali mengetuk corong agar

granul mengalir lancar. Kemudian waktu granul tepat habis dalam corong

dihitung.

Didapat : t = 18 detik

d = 13,5 cm

h = 5 cm

sudut henti → Tan α = 2h = 2 x 3 = 0,70

d 8,5

α = 35,2 (mengalir)

standar uji sifat alir :

- < 25 = mudah mengalir

- 25-45 = mengalir

- > 45 = sukar mengalir

kecepatan alir → bobot = 43 gram

waktu = 18 detik

Jadi kecepatan alirnya = 2,38 gram/ detik

2. Uji Kompresibilitas

21 | P a g e

Dengan menggunakan gelas ukur 100 mL dimasukkan granul kering sampai

100 mL kemudian memampatkannya dengan mengetuk-ngetuk sebanyak 500

kali ketukan.

Didapat : Vo = 100 Vt = 73

Maka : Vo – Vt x 100% = 59 – 45 x 100% = 23,72% ( tergolong buruk)

Vo 59

Standar tidak boleh lebih dari 20%

B. EVALUASI TABLET

1. Uji penampilan tablet, yaitu dengan melihat penampilan tablet secara kasat

mata, diperoleh data:

Homogenitas warna : homogen, putih

Bentuk dan permukaan : bundar dan kasar

2. Uji keseragaman ukuran, yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap 20

tablet dengan menggunakan penggaris, didapat :

Diameter rata-rata : 1 cm

Tebal rata-rata : 0,5 cm

Diameter tablet yang dibuat memenuhi kriteria uji keseragaman ukuran, yaitu

diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak bolek kurang

dari 1 1/3 tebal tablet

3. Uji friabilitas, yaitu dengan menggunakan alat friabilator. 20 tablet yang

sebelumnya sudah ditimbang dimasukan ke dalam alat dan alat di seting selama

4 menit lalu tablet yang masih tersisa ditimbang kembali kemudian dihitung

nilai friabilitasnya. Dan yang menjadi parameter pada uji ini adalah kerapuhan

terhadap gesekan atau bantingan selama 15-20 menit.

f = a – b x 100%

a

f = 7,1274 – 5,468 x 100% = 23,28%

7,1274

Kerapuhan tablet tergolong buruk, karena memiliki nilai friabilitas > 1%,

sedangkan Standar nilai friabilitas adalah < 1%

22 | P a g e

4. Uji keseragaman bobot, yaitu dilakukan penimbangan pertablet pada 20 tablet

kemudian dihitung standar deviasinya apakah memenuhi syarat atau tidak.

Adapun data dari bobot masing-masing tablet, yaitu:

NoBobot tablet

(mg)% Deviasi No

Bobot tablet

(mg)

%

Deviasi

1 356 3 11 334 4

2 370 7 12 346 0,1

3 337 3 13 357 3

4 339 2 14 363 5

5 338 2 15 359 4

6 341 2 16 341 2

7 355 2 17 328 5

8 341 2 18 355 2

9 345 3 19 342 1

10 337 3 20 343 0,9

Bobot rata-rata= 346,35

% Deviasi = bobot rata-rata – bobot @

Bobot rata-rata

Berdasarkan data diatas maka, bobot tablet CTM yang kami buat memenuhi

persyaratan

5. Uji Waktu Hancur

Tablet CTM yang kami buat memiliki waktu hancur : 4 menit 26 detik

23 | P a g e

BAB V

PEMBAHASAN

Pada kesempatan kedua praktikum teknologi sediaan padat, kelompok kami

mendapatkan zat aktif berupa CTM (Chlorpeniramin Maleat) yang di indikasikan sebagai

antihistamin. Pada rancangan praformulasi awal kami merencanakan untuk menggunakan

bahan-bahan eksipien sebagai berikut:

Pengisi dan pengikat : Avicel

Penghancur luar : Amilum kering

dan dalam

Pelincir : Talkum dan Mg Stearat

Namun setelah kami melakukan responsi/diskusi bersama dosen pembimbing, dosen

pembimbing menyarankan untuk mengganti pengisi salah satu bahan eksipien, yaitu

avicel, karena dengan penggunaan avicel sebagai pengisi akan mempeburuk kompesbilitas

dari tablet . Maka atas pertimbangan tersebut akhirnya kami mengganti avicel dengan

laktosa sebagai pengisi.

Berdasarkan literatur zat aktif yang kami gunakan CTM (Chlorpeniramin Maleat)

stabil dalam larutan, tahan terhadap pemanasan serta memiliki dosis lazim yang kecil.

Metode yang cocok untuk pembuatan tablet CTM menggunakan metode granulasi basah.

Akan tetapi pada paktikm ini kami memilih metode granulasi kering karena metode

granulasi basah telah kami gunakan untuk pembuatan tablet parastamol. Pada metode ini

pertama-tama kami menimbang semua zat fase dalam (CTM, laktosa, amium kering),

kemudian semua zat tersebut dicampurkan. Tahap selanjutnya, kami mensluging semua

fase dalam. Sluging yang terbentuk kami ayak dengan ayakan no mesh 18.

Granul yang terbentuk kami evaluasi. Pertama kami menguji laju alir dan sudut henti

granul dan didapat sudut henti granul α = 35,2(mengalir) dan laju alir granul 2,38/detik.

Dari nilai sudut henti tersebut dapat diketahui bahwa granul yang kami hasilkan dapat

mengalir karena masih berada dalam range sudut mengalir yaitu 25-45. Dan uji granul

yang terakhir kami lakukan adalah uji kompresibilitas, dimana granul dimasukan ke dalam

24 | P a g e

gelas ukur kemudian diketuk-ketukan dan setelah pengetukan selesai kami menghitung

kompresibilitasnya. Diperoleh kompresibilitasnya sebesar 23,72%, kompresibilitas granul

dengan nilai tersebut tergolong buruk karena standar kompresibilitas granul yang baik

adalah < 20%. Nilai kompresibilits yang buruk ini dapat disebabkan karena kami tidak

menambahkan pengikat pada formulasi kami. Kelalaian ini disebabkan kami tidak

memikirkan dwifungsi dari avicel, pada saat mengganti avicel dengan laktosa kami hanya

terfokus pada fungsi avicel sebagai pengisi tanpa memikirkan fungsi avicel sebagai

pengikat.

Setelah melewati evaluasi granul, granul yang diperoleh kami timbang kembali untuk

mengetahui berapa banyak tablet yang dapat dibuat. Berat granul yang diperoleh adalah 42

gram. Maka jumlah tablet yang dapat dibuat adalah sebanyak 449 tablet, dikempa dengan

menggunakan alat dengan bobot 100 mg sehingga diperoleh tablet yang kompak. Tetapi

karena pada laboratorium tablet terdapat mesin pencetak tablet dengan bobot tablet 500

dan 300 mg maka kami menggunakan mesinpencetak tablet dengan bobot 300 mg sehinga

jumlah tablet yang dihasilkan berbeda yaiu 149 tablet. Pada kenyataanya kami hanya

menghasilkan 110 tablet hal itu dikarenakan banyak zat yang terbuang pada saat proses

sluging, pengayakan, evaluasi dan pencetakan.

Setelah proses pencetakan tablet, kami melakukan evaluasi tablet yaitu yang

pertama uji penampilan meliputi :

Homogenitas warna : homogen, putih

Bentuk dan permukaan : bundar dan kasar

Uji keseragaman ukuran, yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap 20

tablet dengan menggunakan penggaris, didapat :

Diameter rata-rata : 1 cm

Tebal rata-rata : 0,5 cm

Diameter tablet yang dibuat memenuhi kriteria uji keseragaman ukuran, yaitu diameter

tablet tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak bolek kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

Uji friabilitas merupakan tes untuk menentukan kemampuan dan daya tahan tablet

terhadap gesekan dab goncangan selama prosesing, packing, dan distribusi sampai

konsumen. Ketahanan terhadap abrasi adalah suatu ukuran dari kohesi interpartikel dan

juga merupakan kekuatan dari bahan pengikat. Uji friabilitas ini dilakukan dengan cara

menggunakan alat friabilator. 20 tablet yang sebelumnya sudah ditimbang dimasukan ke

dalam alat dan alat di seting selama 4 menit lalu tablet yang masih tersisa ditimbang

25 | P a g e

kembali kemudian dihitung nilai friabilitasnya. Dan yang menjadi parameter pada uji ini

adalah kerapuhan terhadap gesekan atau bantingan selama 15-20 menit.

f = a – b x 100%

a

f = 7,1274 – 5,468 x 100% = 23,28%%

7,1274

Kerapuhan tablet tergolong buruk, karena memiliki nilai friabilitas > 1%, sedangkan

Standar nilai friabilitas adalah < 1%. Hal ini dikarenakan tablet CTM yang kami buat tidak

menggunakan pengikat.

Uji keseragaman bobot, yaitu dilakukan penimbangan pertablet pada 20 tablet kemudian

dihitung standar deviasinya apakah memenuhi syarat atau tidak. Adapun data dari bobot masing-

masing tablet, yaitu:

NoBobot tablet

(mg)% Deviasi No

Bobot tablet

(mg)

%

Deviasi

1 356 3 11 334 4

2 370 7 12 346 0,1

3 337 3 13 357 3

4 339 2 14 363 5

5 338 2 15 359 4

6 341 2 16 341 2

7 355 2 17 328 5

8 341 2 18 355 2

9 345 3 19 342 1

10 337 3 20 343 0,9

Bobot rata-rata= 346,35

% Deviasi = bobot rata-rata – bobot @

Bobot rata-rata

Berdasarkan data diatas maka, bobot tablet CTM yang kami buat memenuhi persyaratan

karena tidak lebih dari 2 tablet mempunyai penyimpangan yang lebih besar dari 7,5% dan

tidak ada 1 tabletpun yang mempunyai penyimpangan lebih besar dari 15%.

Uji waktu hancur berkaitan erat dengan ketersediaan biologis obat atau

bioavaliabilas. Waktu hancur ini dipengaruhi oleh formulasi, sifat fisik bahan obat, bahan

26 | P a g e

pembantu serta tekanan yang diberikan saat pencetakan. Tekanan yang berlebihan atau

tablet dengan kekerasan yang besar akan memperpanjang waktu hancurnya. Uji waktu

hancur tablet CTM yang kami buat memiliki waktu hancur : 4 menit 26 detik yang

tergolong buruk. Hal tersebut dikarenakan tablet CTM yang kami buat tidak menggunakan

pengikat.

Waktu hancur pada tablet CTM dengan granulasi kering lebih baik dibangdingkan

dengan tablet parasetamol dengan granulasi basah. Jika dilihat dari formulasi tablet, tablet

pada granulasi kering tidak menggunakan pengikat. Tetapi waktu hancurnya lebih lama

dibandingkan dengan tablet granulasi basah yang menggunakan pengikat. Hal ini

disebabkan sebagian besar komposisi dari tablet CTM kami adalah laktosa, yang

mempunyai kompresibilitas yang baik. Sehingga tablet CTM yang terbentuk memiliki

ikatan yang cukup baik antara molekul yang sejenis maupun bebeda.

.

27 | P a g e

BAB VI

KESIMPULAN

1. Berdasarkan literatur zat aktif yang kami gunakan CTM (Chlorpeniramin Maleat)

stabil dalam larutan, tahan terhadap pemanasan serta memiliki dosis lazim yang

kecil. Metode yang cocok untuk pembuatan tablet CTM menggunakan metode

granulasi basah. Akan tetapi pada paktikm ini kami memilih metode granulasi

kering karena metode granulasi basah telah kami gunakan untuk pembuatan tablet

parasetamol.

2. Granul CTM yang kami buat memiliki kompresibilitas yang buruk (23,72%), sifat

alir dengan α = 35,2 dan kecepatan alir 2,38 gram granul/detik.

3. Tablet CTM yang kani buat memiliki warna putih, homogen, dan permukaan yang

agak kasar. Keseregaman ukuran yang memenuhi kriteria. Friabilitas yang buruk

(23,28%). Kesereagaman bobot memenuhi kriteria. Waktu hancur yang buruk ( 4

menit 26 detik).

4. Tablet CTM yang kami buat memiliki friabilitas dan waktu hancur yang buruk

karena kami tidak menambahkan pengikat pada formulasi.

5. Waktu hancur granulasi kering kami lebih lama dibandingkan dengan tablet

granulasi basah yang menggunakan pengikat. Hal ini disebabkan sebagian besar

komposisi dari tablet granulasi kering kami adalah laktosa, yang mempunyai

kompresibilitas yang baik. Sehingga tablet yang terbentuk memiliki ikatan yang

cukup baik antara molekul yang sejenis maupun bebeda.

28 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.

Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed

II.1994.London; The Pharmaceutical Press

Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-

eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.

Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta : UI-

Press.

Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat . 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

29 | P a g e