87
HALAMAN JUDUL UKHUWAH MENURUT TAFSIR AL-AZHAR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh: MOHAMMAD MIQDAD BIN SULEHAN NIM: IAT 301170012 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

HALAMAN JUDUL UKHUWAH MENURUT TAFSIR AL-AZHARrepository.uinjambi.ac.id/2063/1/MOHAMMAD MIQDAD... · UKHUWAH MENURUT TAFSIR AL-AZHAR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • HALAMAN JUDUL

    UKHUWAH MENURUT TAFSIR AL-AZHAR

    SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Quran dan Tafsir

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

    Oleh:

    MOHAMMAD MIQDAD BIN SULEHAN

    NIM: IAT 301170012

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    2019

  • ii

    NOTA DINAS

  • iii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

  • iv

    PENGESAHAN

  • v

    MOTTO

    ا ٱلُۡمۡؤِمُنونَّ إِۡخوَّةٞ ُمونَّ إِن َّمَّ ل َُّكۡم تُرۡحَّ َّ لَّعَّ ُقواْ ٱّلل َّ ۡيُكۡمۚۡ وَّٱت َّ وَّ خََّّۡينَّ أ ۡصلُِحواْ بَّ

    َّ ٠١فَّأ

    “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara

    kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu

    mendapat rahmat.” (QS, Al-Hujurāt: 10)1

    1 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma Examedia

    Arkenleema, 2010), 516

  • vi

    PERSEMBAHAN

    ِ ٱلر َِّنَٰمۡح ٱلر َِّحيمِ ِمۡسِب ٱّلل َّ

    Segala puji dan syukur kepada Allah atas rahmat dan karunia-Nya penulis bisa

    menyelesaikan skripsi ini. Selawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad serta

    keluarga dan sahabat Baginda. Saya persembahkan sebuah karya kecil ini kepada

    orang yang sangat kucintai dan kusayangi

    Mama dan Baba Tercinta

    Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada

    baba Sulehan Bin Kusni dan mama Hamidah Binti Md Aris yang telah

    membesarkanku dengan penuh kasih sayang, segala pengorbanan, sokongan yang

    tiada terhingga dan doa yang tidak putus-putus.

    Kakak, Abang, Adik-adik dan Iparku Tercinta

    Kupersembahkan ucapan terima kasih kepada adik-beradikku Fauzi Bin Sulehan,

    Norhanan Binti Sulehan, Nurul Afifah Binti Sulehan, Nurulizzah Syakirah

    Binti Sulehan, Nazrin Binti Fazri dan Fuad Bin Salekhan atas doa dan sokongan

    moral maupun material.

    Terima kasih atas segalanya.

  • vii

    ABSTRAK

    Penelitian ini di latarbelakangi oleh realitas yang memprihatinkan dan

    memerlukan perhatian, yaitu ukhuwah berdasarkan firman Allah dalam surah Al-

    Hujurat ayat 10. Ukhuwah mengajarkan kepada umat Islam untuk saling bantu-

    membantu,saling menghargai dan tidak membedakan dengan yang lain. Umat

    Islam satu dengan yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan dan saling

    membutuhkan. Tidak boleh menyinggung maupun menyakiti hati orang lain.

    Kewajiban saudara sesama Islam adalah menjawab salam memenuhi undangan

    dan yang lainnya. Dengan ukhuwah Islam yang baik, umat Islam akan menjadi

    insan yang beriman dan mulia di sisi Allah SWT.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian (tafsir

    tematik) dengan pendekatan penelitian pustaka (library research), fokus

    penelitiannya berdasarkan data-data dan informasi dengan bantuan berbagai macam

    literatur yang ada di perpustakaan atau datanya diambil dari karya atau bahan-bahan

    tertulis yang telah dipublikasikan, baik melalui media cetak maupun elektronik

    seperti bahan pustaka karya Dr.Hamka.

    Hasilnya penulis menemukan bahwa Tafsir Al-Azhar mengklasifikasikan

    ukhuwah sebagai pokok hidup orang yang beriman, yaitu bersaudara, bahwasanya

    kalau orang sudah sama-sama tumbuh Iman dalam hatinya, tidak mungkin mereka

    akan bermusuhan. Diperingatkan kembali bahwasanya di antara dua golongan

    orang yang beriman pastilah bersaudara. Tidak ada kepentingan diri sendiri yang

    akan mereka pertahankan. Manakala metode penafsiran Tafsir Al-Azhar ini

    menggunakan metode Tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Tahlili

    adalah metode yang mufassirnya berupaya untuk menjelaskan kandungan ayat-ayat

    Al-Quran dari berbagai sisi dengan memperhatikan urutan ayat ayat Al-Quran

    sebagaimana yang termaktub dalam mushaf. Akhirnya, penulis merekomendasikan

    agar umat Islam mendalami dan memahami maksud ukhuwah dengan lebih

    mendalam bukan sahaja tertumpu dalam Tafsir Al-Azhar tetapi secara keseluruhan

    sama ada dalam Al-Quran maupun hadis. Tafsir Al-Azhar ini dapat membantu

    memberi penerangan sedikit sebanyak mengenai persatuan umat Islam dan

    memberi pencerahan kepada masyarakat tang apa yang dimaksudkan dengan

    ukhuwah itu melalui penafsiran surah Al-Hujurat ini.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    ِحيمِ ِن ٱلرَّ ۡحم َٰ بِۡسِم ٱللَِّه ٱلرَّ

    َوَعلَى اَِلِه َوَصْحبِِه اْلَحْمُد ِللِه َربِِّ اْلعَالَِمْيَن َوالصَّالَةُ َوالسَّالَُم َعلَى أَْشَرِف اأْلَنْبِيَاِء َواْلُمْرَسِلْينَ

    ا بَْعدُ أَْجَمِعْين أَمَّ

    Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq dan hidayah ke jalan yang

    benar. Hanya Engkaulah sebaik-baik pembimbing dan penolong. Selawat dan salam

    atas junjungan Nabi Muhammad serta keluarga dan sahabat Baginda, karena

    dengan berkat dan rahmat-Nya judul “Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar” ini

    dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai memenuhi

    salah satu syarat untuk memperolehi Sarjana Strata Satu (S.I) Fakultas Ushuluddin

    dan Studi Agama dalam Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin,Jambi. Tidak lupa juga rasa terima kasih yang mendalam penulis ucapkan

    kepada yang terhormat:

    1. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Nilyati,

    S.Ag., M.Fil.I selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu dan

    meluangkan waktu dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.

    2. Ibu Ermawati, MA, selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas

    Usuluddin dan Studi Agama yang telah banyak membimbing dari semester

    awal hingga akhir.

    3. Prof. Drs. H. A. Kadir Shobur, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akedemik

    yang membimbing dari semester lima sampai semester delapan.

    4. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Usuluddin dan

    Studi Agama.

    5. Bapak Dr.Masiyan, M.Ag, H.Abdullah Firdaus, Lc., MA., Ph.D, Dr. Pirhat

    Abbas, M.Ag. selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Usuluddin dan

    Studi Agama.

    6. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA., Ph.D, selaku Rektor Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    7. Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd, dan Ibu Dr.Hj Fadilah, M. Pd, selaku Wakil

    Rektor II, dan III UIN STS Jambi

    8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Usuluddin dan Studi Agama Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    9. Para Karyawan dan tenaga administrasi Fakultas Usuluddin dan Studi Agama

    10. Para karyawan dan pegawai Perpustakaan Universitas Islam Negeri

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Perpustakaan Fakultas Usuluddin dan Studi

    Agama maupun Perpustakaan Provinsi Jambi.

    11. Sahabat-sahabat Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan

    Studi Agama Universitas Isla Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    12. Sahabat-sahabat dari Malaysia yang selalu memberikan kata-kata semangat.

    13. Serta sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberi sokongan dan

    inspirasi kepada penulis.

  • ix

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    NOTA DINAS ........................................................................................ ii

    PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... iii

    PENGESAHAN..................................................................................... iv

    MOTTO ................................................................................................. v

    PERSEMBAHAN ................................................................................. vi

    ABSTRAK ............................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ......................................................................... viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................... x

    PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Permasalahan .................................................................. 2 C. Batasan Masalah ............................................................. 4 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................... 5 E. Tinjauan Pustaka .............................................................. 5 F. Metode Penelitian ............................................................ 7 G. Sistematika Penulisan ...................................................... 9

    BAB II BIOGRAFI HAMKA

    A. Riwayat Hidup ................................................................ 11 B. Metode Penafsiran dan Corak ......................................... 19 C. Pemikiran Hamka .......................................................... 20

    BAB III KONSEP UKHUWAH SECARA UMUM

    A. Pengertian Ukhuwah ....................................................... 22 B. Hak-hak Persaudaraan .................................................... 24 C. Sebab Perusak Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar ......... 29 D. Klasifikasi Ayat Ukhuwah dari Segi Makkiyah dan Madaniyah 43

    BAB IV UKHUWAH MENURUT TAFSIR AL-AZHAR

    A. Ayat-ayat Ukhuwah Dan Asbābun nuzūl ........................ 45 B. Munasabah Ayat-Ayat Ukhuwah ................................... 47 C. Penafsiran Ayat Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar ...... 50 D. Pandangan Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar ............... 56 E. Penafsiran Ayat Ukhuwah Menurut Mufassir Lain ......... 57

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................... 70 B. Saran.............................................................................. 71

  • xi

    DAFTAR PUSTAKA

    CURRICULUM VITAE

    LAMPIRAN

  • xii

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    A. Alfabet

    Arab Indonesia Arab Indonesia

    ṭ ط ’ ا

    ẓ ظ b ب

    ‘ ع t ت

    gh غ th ث

    f ف j ج

    q ق ḥ ح

    k ك kh خ

    l ل d د

    m م dh ذ

    n ن r ر

    h ه z ز

    w و s س

    ٬ ء sh ش

    y ي ṣ ص

    ḍ ض

    B. Vokal dan Harkat

    Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

    َ ا a ا ā ِىا ī

    وا á ا ى u ا aw

    وا i اِ ū ىا ay

  • xiii

    C. Tā’ Marbtūṭah

    Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:

    1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka

    transliterasinya adalah /h/.

    Arab Indonesia

    Ṣalāh صالة

    Mir’āh مراة

    2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan

    dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

    Arab Indonesia

    Wizārat al-Tarbiyah وزارة التربية

    Mir’āt al-zaman مراة الزمن

    3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.

    Contoh:

    Arab Indonesia

    Fajannatan فجنة

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda –beda satu sama

    lain. Perbedaan tersebut bahkan dinyatakan didalam Al-Quran sebagai hukum yang

    berlaku dalam kehidupan. Ada tujuan disebalik terciptanya perbedaan itu. Tujuan

    itu adalah agar manusia dapat menjaga keharmonian hidup dan mencapai tujuan

    bersama-sama.

    Ketahuilah bahawasanya saling mencintai karena Allah Ta’ala dan

    ukhuwah dalam agama-Nya termasuk ibadah yang paling utama. Ia adalah buah

    dari akhlak yang baik dan kedua-duanya terpuji.2

    Ukhuwah Islamiyyah biasanya diartikan sebagai ukhuwah yang bersifat

    Islami atau yang diajarkan kepada umat Islam. Sesama umat Islam hendaknya

    bantu-membantu tidak ada kedengkian dan hasad buruk sehingga menjadikan

    ukhuwah Islam dekat karenanya. Dalam Al-Quran dan Hadits telah banyak

    menyebutkan hak dan kewajiban antara sesama Islam, dan darinya dapat dirasakan

    nikmat iman.

    Perbedaan manusia mensyaratkan adanya persaudaraan bagi umat Islam.

    Hal ini dimaksudkan agar pola kehidupan dapat berlangsung harmoni. Dalam Islam

    terdapat ajaran yang menyatakan setiap muslim adalah bersaudara sehingga setiap

    pihak bisa merasakan suka dan duka yang di alami sesamanya.

    Di dalam Islam dianjurkan untuk menyambung hubungan ukhuwah sesama

    muslim supaya tercipta hubungan yang baik. Ukhuwah merupakan hal yang umum,

    ukhuwah yang timbul karena saling memperkuat ikatan-ikatan persaudaraan dan

    sebagai faktor untuk mencapai kesejahteraan masyarakat islam. Allah Taala

    berfirman:

    2 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ringkasan IHYA’ Ulumiddin,

    (Selangor Pustaka Al-Ehsan,2013), 187.

  • 2

    “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah

    antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar

    kamu mendapat rahmat.”. (QS. Al-Hujurat: 10)3

    Seorang muslim dituntut supaya bermuamalah antara saudara sesama

    muslim dengan cara yang boleh melahirkan perhubungan hati. Allah melarang

    melakukan hal-hal yang bisa memicu perpecahan hati dan diantara pemicu

    keretakan hati yang paling utama adalah kezaliman, rasa tidak peduli, dustadan

    merendahkan peribadi orang lain.

    Maka kesimpulan daripada Surah al-Hujurat yang kita artikan Sūrah

    “kamar-kamar” ini ialah menunjukkan budi dan kesopanan atau dalam bahasa yang

    halus ialah “ETIKET” dalam pergaulan seorang Muslim dengan Rasul. Demikian

    juga pergaulan seorang Muslim dengan sesama Muslim. Karena kehidupan muslim

    ialah hubungan yang baik dalam memegang Hablum Minallah, tali dengan Allah

    dan Hablum Minannas, tali dengan sesama manusia.4Allah Ta’ala berfirman :

    “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah

    kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu

    dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan

    hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang

    bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah

    menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-

    ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-Imran: 103)5

    Berpegang teguh dimaksud dalam ayat ini adalah mengupayakan sekuat

    tenaga untuk mengaitkan diri satu dengan lainnya dengan tuntutan Allah SWT. Jika

    ada yang lupa atau tergelincir maka, saling mengingatkan dengan cara bijaksana

    3 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma Examedia

    Arkenleema, 2010), 516 4 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Quran Al-Azhar, Jilid 9, 6807 5 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma Examedia

    Arkenleema, 2010), 63

  • 3

    dan lemah lembut. Ketika Allah mengatakan “…dan janganlah kamu bercerai berai

    dan ingatlah nikmat kamu Allah kepadamu…” bermaksud betapa buruk hidup di

    zaman jahiliyah yang setiap hari harus bertengkar di mana mana dengan persoalan.

    Lalu Allah mempersatukan hati kamu pada satu jalan dan arah yang sama,

    dan menjadilah kamu karena nikmat Allah yaitu dengan agama Islam orang-orang

    bersaudara. Hakikat ukhuwah dalam islam adalah saling memperhatikan, dalam arti

    saling memahami , saling mengerti, saling membantu, dan membela terhadap

    sesama Islam, karena adanya sahabat yang membantu dan membela saudaranya

    yang diserang atau dianiaya oleh orang lain. Saling memperhatikan boleh jadi

    karena adanya persamaanantara satu sama yang lain.

    Bangunan tidak akan berdiri jika salah satu komponen nya rusak ataupun

    tidak mencukupi ia menggambarkan betapa kukuhnya hubungan persaudaraan

    sesama muslim. Umat Islam harus bersatu dan saling membantu karena ukhuwah

    seiman lebih erat daripada ukhuwah sedarah. Itulah yang menjadi kekuatan umat

    Islam, setiap muslim merasakan penderitaan saudara nya dan menghulurkan tangan

    untuk membantu sebelum diminta.

    Dalam riwayat Bukhari dan Muslim Rasullulah SAW bersabda :

    ق ْيلٍ دَّث ن ا اللَّْيث ع ْن ع ْيٍر ح دَّث ن ا ي ْحي ى ْبن ب ك اٍب أ نَّ س ح ا ع ْن اْبِن ِشه اِلما

    س ول اللَِّه ه أ نَّ ر ا أ ْخب ر م ْنه ِضي اللَّه ع ر ر ِه ْبن ع م ْبد اللَّ ه أ نَّ ع أ ْخب ر

    ه َل ي ْسِلم ه و ْسِلِم َل ي ْظِلم و اْلم ْسِلم أ خ لَّم ق ال اْلم س ل ْيِه و لَّى اللَّه ع ص

    ْن ك ان ِفي م ْسِلٍم و ْن م ج ع ْن ف رَّ م تِِه و اج ِة أ ِخيِه ك ان اللَّه فِي ح اج ح

    ا ْسِلما ت ر م ْن س م ِة و ب اِت ي ْوِم اْلِقي ام ْنه ك ْرب ةا ِمْن ك ر ج اللَّه ع ك ْرب ةا ف رَّ

    ةِ ه اللَّه ي ْوم اْلِقي ام س ت ر

    Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan

    kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Salim

    mengabarkannya bahwa 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma

    mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

    "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak

    menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang

    membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya.

    Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah

    menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari

  • 4

    qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan

    menutup aibnya pada hari qiyamat"6

    Ukhuwah mengajarkan kepada umat Islam untuk saling bantu-

    membantu,saling menghargai dan tidak membedakan dengan yang lain. Umat

    Islam satu dengan yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan dan saling

    membutuhkan. Tidak boleh menyinggung maupun menyakiti hati orang lain.

    Kewajiban saudara sesama Islam adalah menjawab salam memenuhi undangan

    dan yang lainnya. Dengan ukhuwah Islam yang baik, umat Islam akan menjadi

    insan yang beriman dan mulia di sisi Allah SWT.

    Alasan penulisan judul adalah melihat dari kemajuan Negara pada masa

    ini menjadikan umat Islam hidup sendiri dan mulai sombong dengan saudara

    Islam yang lain dikarenakan hal yang kecil berlaku permusuhan antara mereka.

    Oleh karena itu, penulis memilih penelitian ini menurut Tafsir Al-Azhar dengan

    metode studi tokoh dari 4 ayat Al-Quran pada seorang penafsir yaitu Hamka

    karena Tafsir Al-Azhar adalah antara karya-karya Hamka yang utama, terbesar

    dan gemilang

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, pokok masalah yang

    diangkat sebagai kajian utama penelitian adalah : Bagaimana ukhuwah dalam Al-

    Quran menurut Tafsir Al-Azhar? Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan

    dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

    1. Bagaimana ukhuwah dalam Al-Quran menurut Tafsir Al-Azhar?

    2. Apakah penyebab rusaknya ukhuwah menurut Tafsir Al-Azhar?

    3. Apakah pandangan ukhuwah menurut Tafsir Al-Azhar?

    C Batasan Masalah

    Sehubungan dengan pendapat tentang ukhuwah sesama Islam, maka

    batasan yang menjadi tumpuan utama dari karya ilmiah ini agar tidak terjadi

    kesalahan fahaman dalam pembahasan, baik terhadap penulis sendiri maupun para

    6 Dato’ Syeikh Muhammad Fuad Bin Kamaludin, Ringkasan Sahih Al-Bukhari,(Selangor:

    Sofa Production Sdn Bhd, 2014) 589.

  • 5

    pembaca. Maka penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan yang terkait dengan

    ukhuwah dalam Al-Quran menurut Tafsir Al-Azhar.

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki tujuan yang ingin

    dicapai. Begitu juga dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai

    agar peroleh gambaran yang jelas dan tepat. Berdasarkan latar belakang,

    permasalahan dan batasan yang dibahaskan, maka secara umum penelitian

    diusahakan untuk mencapai bagi mengetahui diantaranya adalah :

    1. Mengetahui maksud ukhuwah di dalam Al-Quran menurut Tafsir Al-Azhar.

    2. Untuk mengetahui penyebab rusaknya ukhuwah menurut Tafsir Al-Azhar.

    3. Ingin mengetahui pandangan Tafsir Al-Azhar tentang ukhuwah.

    Dari rangkaian rumusan masalah, maka kegunaan dari penelitian ini

    diharapkan bersifat teoritis dan juga praktis yaitu :

    1. Secara umum diharapkan dapat memberi kesedaran dan menjadikan teladan

    untuk ukhuwah sesama Islam semakin baik dan mengikut perintah Allah

    SWT.

    2. Untuk memberikan informasi tentang ukhuwah menurut perspektif Al-Quran.

    3. Menjadi kontribusi keilmuan penulis terhadap UIN STS Jambi yang sedang

    mengembangkan paradigma keilmuan yang berwawasan global dalam bentuk

    Universitas Islam.

    E. Tinjauan Pustaka

    Penulis akan meneliti beberapa ayat Al-quran dan berbicara tentang

    ukhuwah menurut perspektif Islam melalui penelitian pustaka (library research).

    Terdapat banyak kitab tafsir yang telah ada sekarang sebagai rujukan kepada para

    pengkaji yang memiliki hubungannya dalam bidang tafsir.

    Berkaitan dengan tema penelitian skripsi, penulis telah melakukan

    prapenelitian serangkaian tela’ah terhadap beberapa literatur, hal ini dilakukan

    untuk melihat sejauh mana penelitian dan kajian tentang ayat-ayat yang berkaitan

    dengan ukhuwah menurut perspektif Al-Quran yang telah dilakukan. Diantara

    tinjauan yang dilakukan adalah :

  • 6

    Skripsi yang berjudul “Persaudaraan Keagamaan dalam Katolik dan Islam”

    karya Hayatin Nufus (NIM 1983214712) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004

    yang mengkaji tentang pandangan ukhuwah menurut agama Katolik dan agama

    Islam7.

    Jurnal yang berjudul “Al-Ukhuwah Al-Ijtima’iyah wa Al-Insaniah: Kajian

    terhadap Pluralisme Agama dan Kerjasama Kemanusiaan” karya Hamidah

    Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang yang

    merumuskan didalam jurnalnya berkaitan pluralisme agama dan kerjasama

    kemanusian. Paradigm kebebasan dan toleransi beragama dalam Islam

    mengandungi ajaran tentang persamaan manusia.8

    Jurnal yang berjudul “Konsep Persaudaraan Menurut Islam dan Budha”

    karya Amalia Irfani yang menceritakan tentang konsep ukhuwah yang dibawa oleh

    agama Islam dan budha yang mana keduanya membawa keharmonian dalam

    ukhuwah.9

    Jurnal seterusnya berjudul “Saling Mencintai dan Persaudaraan Sesama

    Islam” yang disusun oleh Mahmud Muhammad al-Khazandar yang mana penyusun

    menceritakan tentang hubungan antara cinta dan ukhuwah adalah hubungan yang

    hebat dan larangan tentang sebagian berbuat jahat terhadap muslim.

    Seterusnya jurnal yang berjudul “Makna Ukhuwah Islamiyyah” karya Nevi

    Zuairina, jurnal yang menceritakan tentang maksud ukhuwah islamiyyah dan

    konsep ukhuwah itu sendiri yang mana ukhuwah bukan sahaja dalam bentuk

    ukhuwah tetapi ia juga saling tolong-menolong dan memberi jaminan sehingga

    menimbulkan rasa aman.10

    Menurut analisis kajian yang dijumpai ini penulis merasakan perlu lebih

    mendalami kajian tentang ukhuwah menurut perspektif Al-Quran karena penulis

    belum menemukan pembahasan tentang ukhuwah menurut perspektif tafsir Al-

    Azhar dengan lebih terperinci dan pembahasannya tentang sebab yang menjadi

    7 Hayatin Nufus, “Ukhuwah Keagamaan Dalam Katolik Dan Islam”. Tesis. (Jakarta:

    Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), 8 Hamidah, “Al-Ukhuwah Al-Ijtima’iyah wa Al-Insaniah”, Vol. 21, No. 2 (2015), 321. 9 Amalia Irfani, “Konsep Ukhuwah Menurut Islam dan Budha” Jakarta. 10 Nevi Zuairina, “Makna Ukhuwah Islamiyah”, 5 Juni 2017.

  • 7

    perusak hubungan ukhuwah dalam Islam. Dalam penelitian ini, fokus pembahasan

    terletak pada penafsiran Dr. Hamka tentang ayat-ayat ukhuwah menurut perspektif

    Al-Quran dalam Kitab Tafsir Al-Azhar.

    F Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian (tafsir

    tematik) dengan pendekatan penelitian pustaka (library research) dengan

    menggunakan :

    1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Yakni

    penelitian yang fokus penelitiannya berdasarkan data-data dan informasi dengan

    bantuan berbagai macam literatur yang ada di perpustakaan11 dan datanya diambil

    dari buku ilmiah, jurnal, majalah, atau artikel yang berkaitan dengan pembahasan

    yang terkait dengan judul ini.

    2. Sumber Dan Jenis Data

    Penelitian ini merupakan penelitian pustaka karena itu sumber data dalam

    penelitian ini adalah data-data literature, dokumentasi, atau berbagai sumber tertulis

    lainnya seperti buku ilmiah, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi,

    ataupun berbagai artikel.

    Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini penulis

    klasifikasikan dalam dua jenis, yaitu data primer dan data skunder. Data primer

    merupakan literature yang secara langsung memiliki hubungan langsung dengan

    topik perbahasan penelitian, berupa sumber-sumber yang langsung ditulis oleh Dr.

    Hamka, yaitu kitab Tafsir Al-Azhar. Adapun data skunder berupa buku-buku

    majalah, karya ilmiah, artikel, internet dan karya yang berkaitan dengan

    pembahasan penelitian.

    Di dalam sumber-sumber tersebut penulis juga menyandarkan data hadits

    dalam membangun penelitian ini, sehingga diharapkan relatif dapat di terima oleh

    kalangan akademik dan kalangan umum.

    11 Adib Sofia, Metode Penulisan Karya Ilmiah (Yogyakarta:Karyamedia,2012), 102.

  • 8

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Mengingat penelitian ini adalah library research, maka penulis

    menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi yaitu dengan mencari dan

    mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu melakukan

    penulusuran pustaka dengan membaca, menela’ah dan menganalisa kemudian

    mengkaji dan menelaah berbagai buku dan tulisan yang berkaitan dengan masalah

    yang penulis bahas termasuk Al-Quran dan Hadits.

    4. Metode Analisis Data

    Analisis data kualitatif dalam studi tokoh dapat dilakukan melalui langkah-

    langkah sebagai berikut:

    a. Menemukan pola atau tema tertentu. Artinya, peneliti berusaha menangkap

    karakteristik, pemikiran Hamka dengan cara menata dan melihatnya

    berdasarkan dimensi suatu bidang keilmuan sehingga dapat ditemukan pola

    atau tema tertentu.

    b. Mencari hubungan logis antara pemikiran Hamka dalam berbagai bidang

    sehingga dapat ditemukan alasan mengenai pemikiran tersebut. Di samping itu,

    peneliti juga berupaya untuk menentukan arti di balik pemikiran tersebut,

    berdasarkan kondisi social, ekonomi, dan politik yang mengintarinya.

    c. Mengklasifikasikan dalam arti membuat pengelompokan pemikiran sang tokoh

    sehingga dapat dikelompokkan ke dalam berbagai bidang.

    d. Mencari generalisasi gagasan yang spesifik. Artinya, berdasarkan temuan-

    temuan yang spesifik tentang Hamka, peneliti mungkin akan dapat

    digenerallisasikan untuk tokoh-tokoh lain yang serupa.12

    Selain itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

    maudhu’i/tematik adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu

    tema tertentu, lalu mencari pandangan Al-Quran tentang tema tersebut dengan jalan

    menghimpun semua ayat yang membicarakannya, menganalisis, dan

    memahaminya ayat demi ayat, lalu menghimpunnya dalam bentuk ayat yang

    bersifat umum dikaitkan dengan yang khusus, yang Muthlaq digandengkan dengan

    12 H. Arief Furchan dan H. Agus Maimun, STUDI TOKOH, Metode Penelitian Mengenai

    Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 60.

  • 9

    hadist-hadist yang berkaitan untuk kemudian disimpulkan dalam satu tulisan

    pandangan menyeluruh dan tuntas menyangkut tema yang dibahas itu. 13

    Data juga dianalisis melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan cara

    sebagai berikut:

    a. Induktif yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus,

    peristiwa yang kongkrit, kemudian dengan peristiwa tersebut ditarik

    generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.

    b. Deduktif yaitu secara mengambil keputusan (pengertian) yang bersifat khusus

    dari kesimpulan yang bersifat umum. Kemudian dari yang bersifat khusus

    tersebut dijadikan sebagai titik bayangan dalam mengetrapkan hal yang bersifat

    lebih umum.

    G Sistematika Penulisan

    Untuk mensistematisasi penulisan dan menjawab pertanyaan dalam

    penelitian ini, penelitian merujuk pada teknik penulisan yang disepakati pada

    Fakultas Ushuluddin Uin STS Jambi. Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa

    bab.

    Bab I membahas tentang latar belakang masalah, permasalahan, batasan

    masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian

    serta sistematika penulisan.

    Bab II, penulis akan mendiskripsikan sosok Hamka dan kitab tafsirnya yaitu

    Tafsir Al-Azhar. Pada bagian pertama akan dipaparkan tentang biografi Hamka,

    kemudian dilanjutkan pada pembahasan mengenai gambaran umum tentang kitab

    tafsir Al-Azhar yang meliputi nama tafsir, ringkasan tafsir Al-Azhar, corak dan

    metode penafsiran, keistimewaan tafsir Al-Azhar serta sikap atau pendapat Hamka

    terhadap Israiliyat serta sistematika penafsirannya. Sedangkan pada bagian

    berikutnya akan dipaparkan mengenai beberapa penilaian ulama terhadap Hamka

    dan sumber tafsir Hamka. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran lengkap

    13 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, Dan Aturan yang Patut Anda

    Ketahui Dalam Memahami Al-Quran, (Tangerang: Lantera Hati, 2013), 385.

  • 10

    dari pemikiran dan metode penafsiran Al-Azhar terhadap ayat-ayat ukhuwah

    sesama Islam.

    Bab III, berisi pengertian mengenai ukhuwah yang meliputi tentang definisi

    ukhuwah secara etimologi dan terminology, dan pengertian ukhuwah menurut

    Tafsir Al-Azhar. Ini dimaksudkan untuk melihat argument masing-masing tentang

    perbedaan pendapat mengenai definisi kata ukhuwah. Kemudian dilanjutkan pada

    pembahasan tentang sebab-sebab menjadi perusak hubungan ukhuwah menurut

    Tafsir Al-Azhar dan membahaskan tentang hak-hak persaudaraan Islam. Klasifikasi

    ayat ukhuwah dari segi makiyyah dan madaniyyah.

    Bab IV,berisi ayat-ayat tentang ukhuwah yang terdapat pada beberapa

    Sūrah di dalam Al-Quran dan menceritakan tentang asbābun nuzūl ayat Al-Quran

    tersebut. Seterusnya membahas tentang penafsiran ayat ukhuwah menurut tafsir al-

    azhar, pandangan Tafsir Al-Azhar tentang ukhuwah dan penafsiran ayat ukhuwah

    menurut para mufassir yang lain.

    Akhirnya bab V, merupakan penutup penelitian, berisikan bahasan tentang

    kesimpulan akhir penelitian, saran-saran penulis tentang manfaat dan kekurangan

    tentang ukhuwah bagi umat Islam, serta kata penutup yang akan mengakhiri

    penelitian.

  • 11

    BAB II

    BIOGRAFI TAFSIR AL-AZHAR DAN BUYA HAMKA

    A. Riwayat Hidup

    Buya Hamka atau nama aslinya Haji Abdul Malik Karim Amrullah lahir di

    Sungai Batang, Maninjau Sumatera Barat pada tanggal 17 Februari 1908 M./13

    Muharram 1326 H yaitu pada hari Ahad , dari kalangan keluarga yang taat agama.

    Ayahnya Haji Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rasul Bin Syekh

    Muhammad Amarullah Bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah

    seorang ulama yang pernah mendalami agama di Mekkah, sedangkan ibunya

    bernama Siti Shafiyah Tanjung Binti Haji Zakaria ia juga berasal dari keturunan

    taat agama.14

    Sejak kecil, beliau menerima dasar-dasar agama dan membaca Al-Quran

    langsung dari ayahnya. Ketika usianya 6 tahun beliau dibawa ayahnya ke Padang

    Panjang, dan kemudian beliau di masukkan ke sekolah desa selama 3 tahun karena

    kenakalannya beliau dikeluarkan dari sekolah.15

    Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya mendirikan dan

    mengembangkan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Ditempat itulah Hamka

    mempelajari ilmu agama dan mendalami ilmu bahasa arab. Sumatera Thawalib

    adalah sebuah sekolah dan perguruan tinggi yang mengusahakan dan memajukan

    macam-macam pengetahuan berkaitan dengan Islam yang membawa kebaikan dan

    kemajuan di dunia dan akhirat. Awalnya Sumatera Thawalib adalah sebuah

    organisasi atau perkumpulan murid-murid atau pelajar mengaji di Surau Jembatan

    Besi Padang Panjang dan surau Parabek Bukittinggi, Sumatera Barat. Namun dalam

    perkembangannya, Sumatera Thawalib langsung bergerak dalam bidang

    pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perguruan yang mengubah pengajian

    surau menjadi sekolah berkelas.

    Secara formal, pendidikan yang ditempuh Hamka tidaklah tinggi. Pada usia

    8-15 tahun, ia mulai belajar agama di sekolah Diniyyah School dan Sumatera

    14 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES

    Anggota IKAPI, 1985), Cet-3, hlm. 46. 15 Hamka, Kenang-kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 46

  • 12

    Thawalib di Padang Panjang dan Parabek. Diantara gurunya adalah Syekh Ibrahim

    Musa Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid, Sutan Marajo dan Zainuddin Labay el-

    Yunusy. Keadaan Padang Panjang pada saat itu ramai dengan penuntut ilmu agama

    Islam, di bawah pimpinan ayahnya sendiri. Pelaksanaan pendidikan waktu itu

    masih bersifat tradisional dengan menggunakan sistem halaqah.4 Pada tahun 1916,

    sistem klasikal baru diperkenalkan di Sumatera Thawalib Jembatan Besi. Hanya

    saja, pada saat itu sistem klasikal yang diperkenalkan belum memiliki bangku,

    meja, kapur dan papan tulis. Materi pendidikan masih berorientasi pada pengajian

    kitab-kitab klasik, seperti nahwu, sharaf, manthiq, bayan, fiqh, dan yang sejenisnya.

    Pendekatan pendidikan dilakukan dengan menekankan pada aspek hafalan. Pada

    waktu itu, sistem hafalan merupakan cara yang paling efektif bagi pelaksanaan

    pendidikan.16

    Meskipun kepadanya diajarkan membaca dan menulis huruf arab dan latin,

    akan tetapi yang lebih diutamakan adalah mempelajari dengan membaca kitab-kitab

    arab klasik dengan standar buku-buku pelajaran sekolah agama rendah di Mesir.

    Pendekatan pelaksanaan pendidikan tersebut tidak diiringi dengan belajar menulis

    secara maksimal. Akibatnya banyak diantara teman-teman Hamka yang fasih

    membaca kitab, akan tetapi tidak bisa menulis dengan baik. Meskipun tidak puas

    dengan sistem pendidikan waktu itu, namun ia tetap mengikutinya dengan seksama.

    Di antara metode yang digunakan guru-gurunya, hanya metode pendidikan yang

    digunakan Engku Zainuddin Labay el-Yunusy yang menarik hatinya. Pendekatan

    yang dilakukan Engku Zainuddin, bukan hanya mengajar (transfer of knowledge),

    akan tetapi juga melakukan proses ’mendidik’ (transformation of value).

    Melalui Diniyyah School Padang Panjang yang didirikannya, ia telah

    memperkenalkan bentuk lembaga pendidikan Islam modern dengan menyusun

    kurikulum pendidikan yang lebih sistematis, memperkenalkan sistem pendidikan

    klasikal dengan menyediakan kursi dan bangku tempat duduk siswa, menggunakan

    buku-buku di luar kitab standar, serta memberikan ilmu-ilmu umum seperti, bahasa,

    matematika, sejarah dan ilmu bumi

    16 Badiatul Roziqin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009).

    53

  • 13

    Rajin membaca membuat Hamka semakin kurang puas dengan pelaksanaan

    pendidikan yang ada. Kegelisahan intelektual yang dialaminya itu telah

    menyebabkan ia berhasrat untuk merantau guna menambah wawasannya. Oleh

    karnanya, di usia yang sangat muda Hamka sudah melalang buana. Tatkala usianya

    masih 16 tahun, tapatnya pada tahun 1924, ia sudah meninggalkan Minangkabau

    menuju Jawa, Yogyakarta. Ia tinggal bersama adik ayahnya, Ja’far Amrullah. Di

    Yogyakarta Hamka mulai berkenalan dengan Serikat Islam (SI). Ide-ide pergerakan

    ini banyak mempengaruhi pembentukan pemikiran Hamka tentang Islam sebagai

    suatu yang hidup dan dinamis. Hamka mulai melihat perbedaan yang demikian

    nyata antara Islam yang hidup di Minangkabau, yang terkesan statis, dengan Islam

    yang hidup di Yogyakarta, yang bersifat dinamis. Di sinilah mulai berkembang

    dinamika pemikiran keislaman Hamka. Perjalanan ilmiahnya dilanjutkan ke

    Pekalongan, dan belajar dengan iparnya, AR. St. Mansur, seorang tokoh

    Muhammadiyah.

    Hamka banyak belajar tentang Islam dan juga politik. Di sini pula Hamka

    mulai berkenalan dengan ide pembaruan Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad

    Abduh, Rasyid Ridha yang berupaya mendobrak kebekuan umat. Rihlah Ilmiah

    yang dilakukan Hamka ke pulau Pulau Jawa selama kurang lebih setahun ini sudah

    cukup mewarnai wawasannya tentang dinamika dan universalitas Islam. Dengan

    bekal tersebut, Hamka kembali pulang ke Maninjau (pada tahun 1925) dengan

    membawa semangat baru tentang Islam. Ia kembali ke Sumatera Barat bersama AR.

    St. Mansur.17 Di tempat tersebut, AR. St. Mansur menjadi mubaligh dan penyebar

    Muhammadiyah, sejak saat itu Hamka menjadi pengiringnya dalam setiap kegiatan

    kemuhammadiyahan. Dua tahun setelah kembalinya dari Jawa (1927), Hamka pergi

    ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Kesempatan ibadah haji itu ia

    manfaatkan untuk memperluas pergaulan dan bekerja. Selama enam bulan ia

    bekerja di bidang percetakan di Mekkah. Sekembalinya dari Mekkah, ia tidak

    langsung pulang ke Minangkabau, akan tetapi singgah di Medan untuk beberapa

    waktu lamanya. Di Medan inilah peran Hamka sebagai intelektual mulai terbentuk.

    17 M. Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensi dan Perilaku Politik Bangsa (Bandung:

    Mizan, 1993). 201-202

  • 14

    Hal tersebut bisa diketahui dari kesaksian Rusydi Hamka, salah seorang puteranya.

    Bagi Buya, Medan adalah sebuah kota yang penuh kenangan.18

    Dari kota ini ia mulai melangkahkan kakinya menjadi seorang pengarang

    yang melahirkan sejumlah novel dan buku-buku agama, falsafah, tasawuf, dan lain-

    lain. Di sini pula ia memperoleh sukses sebagai wartawan dengan Pedoman

    Masyarakat. Di Medan ia mendapat tawaran dari Haji Asbiran Ya’kub dan

    Muhammad Rasami, bekas sekretaris Muhammdiyah Bengkalis untuk memimpin

    majalah mingguan Pedoman Masyarakat. Meskipun mendapatkan banyak

    rintangan dan kritikan, sampai tahun 1938 peredaran majalah ini berkembang cukup

    pesat, bahkan oplahnya mencapai19

    Hamka merupakan koresponden di banyak majalah dan seorang yang amat

    produktif dalam berkarya. Hal ini sesuai dengan penilaian Andries Teew, seorang

    guru besar Universitas Leiden dalam bukunya yang berjudul Modern Indonesian

    Literature Menurutnya, sebagai pengarang, Hamka adalah penulis yang paling

    banyak tulisannya, yaitu tulisan yang bernafaskan Islam berbentuk sastra.15 Untuk

    menghargai jasa-jasanya dalam penyiaran Islam dengan bahasa Indonesia yang

    indah itu, maka pada permulaan tahun 1959 Majelis Tinggi University al-Azhar

    Kairo memberikan gelar Ustaziyah Fakhiriyah (Doctor Honoris Causa) kepada

    Hamka. Sejak itu ia menyandang titel ”Dr” di pangkal namanya. Kemudian pada 6

    Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas

    Kebangsaan Malaysia pada bidang kesusastraan.20 Secara kronologis, karir Hamka

    yang tersirat dalam perjalanan hidupnya adalah sebagai berikut:

    1. Pada tahun 1927 Hamka memulai karirnya sebagai guru Agama di Perkebunan

    Medan dan guru Agama di Padang Panjang.

    2. Pendiri sekolah Tabligh School, yang kemudian diganti namanya menjadi

    Kulliyyatul Muballighin (1934-1935). Tujuan lembaga ini adalah menyiapkan

    mubaligh yang sanggup melaksanakan dakwah dan menjadi khatib,

    18 Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema

    Islami, 2006), 62 19 Rusydi Hamka, Pribadi Dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka (Jakarta: Pustaka

    Panjimas, 1983). 2 20 Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987). XIX

  • 15

    mempersiapkan guru sekolah menengah tingkat Tsanawiyyah, serta membentuk

    kader-kader pimpinan Muhammadiyah danpimpinan masyarakat pada

    umumnya.

    3. Ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia (1947), Konstituante melalui

    partai Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum (1955).

    4. Koresponden pelbagai majalah, seperti Pelita Andalas (Medan), Seruan Islam

    (Tanjung Pura), Bintang Islam dan Suara Muhammadiyah (Yogyakarta),

    Pemandangan dan Harian Merdeka (Jakarta).

    5. Pembicara konggres Muhammadiyah ke 19 di Bukittinggi (1930) dan konggres

    Muhammadiyah ke 20 (1931).

    6. Anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah (1934).

    7. Pendiri Majalah al-Mahdi (Makassar, 1934)

    8. Pimpinan majalah Pedoman Masyarakat (Medan, 1936)

    9. Menjabat anggota Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan Rakyat pada

    pemerintahan Jepang (1944).

    10. Ketua konsul Muhammadiyah Sumatera Timur (1949).

    11. Pendiri majalah Panji Masyarakat (1959), majalah ini dibrendel oleh pemerintah

    karna dengan tajam mengkritik konsep demikrasi terpimpin dan memaparkan

    pelanggaran-pelanggaran konstitusi yang telah dilakukan Soekarno. Majalah

    ini diterbitkan kembali pada pemerintahan Soeharto.

    12. Memenuhi undangan pemerintahan Amerika (1952), anggota komisi

    kebudayaan di Muangthai (1953), menghadiri peringatan mangkatnya Budha

    ke-2500 di Burma (1954), di lantik sebagai pengajar di Universitas Islam

    Jakarta pada tahun 1957 hingga tahun 1958, di lantik menjadi Rektor perguruan

    tinggi Islam dan Profesor Universitas Mustapa, Jakarta. menghadiri konferensi

    Islam di Lahore (1958), menghadiri konferensi negara-negara Islam di Rabat

    (1968), Muktamar Masjid di Makkah (1976), seminar tentang Islam dan

    Peradapan di Kuala Lumpur, menghadiri peringatan 100 tahun Muhammad

    Iqbal di Lahore, dan Konferensi ulama di Kairo (1977), Badan pertimbangan

    kebudayaan kementerian PP dan K, Guru besar perguruan tinggi Islam di

    Universitas Islam di Makassar.

    13. Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim, Penasehat

    Kementerian Agama, Ketua Dewan Kurator PTIQ.

  • 16

    14. Imam Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta, yang kemudian namanya diganti

    oleh Rektor Universitas al-Azhar Mesir, Syaikh Mahmud Syaltut menjadi

    Masjid Agung al-Azhar. Dalam perkembangannya, al-Azhar adalah pelopor

    sistem pendidikan Islam modern yang punya cabang di berbagai kota dan daerah,

    serta menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah modern berbasis Islam. Lewat

    mimbarnya di al-Azhar, Hamka melancarkan kritik-kritiknya terhadap

    demokrasi terpimpin yang sedang digalakkan oleh Soekarno Pasca Dekrit

    Presiden tahun 1959. Karena dianggap berbahaya, Hamka pun dipenjarakan

    Soekarno pada tahun 1964. Ia baru dibebaskan setelah Soekarno runtuh dan orde

    baru lahir, tahun 1967. Tapi selama dipenjara itu, Hamka berhasil menyelesaikan

    sebuah karya monumental, Tafsir Al-Azhar 30 juz.

    15. Ketua MUI (1975-1981), Buya Hamka, dipilih secara aklamasi dan tidak ada

    calon lain yang diajukan untuk menjabat sebagai ketua umum dewan pimpinan

    MUI. Ia dipilih dalam suatu musyawarah, baik oleh ulama maupun pejabat.

    Namun di tengah tugasnya, ia mundur dari jabatannya karna berseberangan

    prinsip dengan pemerintah yang ada.21

    Dua bulan setelah Hamka mengundurkan diri sebagai ketua umum MUI,

    beliau masuk rumah sakit. Setelah kurang lebih satu minggu dirawat di Rumah

    Sakit Pusat Pertamina, tepat pada tanggal 24 Juli 1981 ajal menjemputnya untuk

    kembali menghadap ke hadirat-Nya dalam usia 73 tahun. Buya Hamka bukan saja

    sebagai pujangga, wartawan, ulama, dan budayawan, tapi juga seorang pemikir

    pendidikan yang pemikirannya masih relevan dan dapat digunakan pada zaman

    sekarang, itu semua dapat dilihat dari karya-karya peninggalan beliau.22

    Karya-Karya buya Hamka. Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka

    tidak hanya merefleksikan kemerdekaan melalui berbagai mimbar dalam cerama

    agama, tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam karyanya berbentuk

    tulisan. Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi,

    tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh, sastra dan tafsir. Sebagai

    21 Rusydi Hamka, Hamka di Mata Hati Umat (Jakarta: Sinar Harapan, 1984). 55 22 Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof Hamka (Jakarta: Pustaka Panjimas,

    1983). 230

  • 17

    penulis yang sangat produktif, Hamka menulis puluhan buku yang tidak kurang dari

    103 buku. Beberapa di antara karya-karyanya adalah sebagai berikut:

    1. Tasawuf modern (1983), pada awalnya, karyanya ini merupakan kumpulan

    artikel yang dimuat dalam majalah Pedoman Masyarakat antara tahun 1937-

    1937. Karena tuntutan masyarakat, kumpulan artikel tersebut kemudian

    dibukukan. Dalam karya monumentalnya ini, ia memaparkan pembahasannya

    ke dalam XII bab. Buku ini diawali dengan penjelasan mengenai tasawuf.

    2. Lembaga Budi (1983). Buku ini ditulis pada tahun 1939 yang terdiri dari XI bab.

    Pembicaraannya meliputi; budi yang mulia, sebab-sebab budi menjadi rusak,

    penyakit budi, budi orang yang memegang pemerintahan, budi mulia yang

    seyogyanya dimiliki oleh seorang raja (penguasa), budi pengusaha, budi

    saudagar, budi pekerja, budi ilmuwan, tinjauan budi, dan percikan pengalaman.

    secara tersirat, buku ini juga berisi tentang pemikiran Hamka terhadap

    pendidikan Islam.

    3. Tafsir Al-Azhar Juz 1-30. Tafsir Al-Azhar merupakan karyanya yang paling

    monumental. Kitab ini mulai ditulis pada tahun 1962. Sebagian besar isi tafsir

    ini diselesaikan di dalam penjara, yaitu ketika ia menjadi tahanan antara tahun

    1964-1967.

    4. Kenang-kenangan Hidup Jilid I-IV (1979). Buku ini merupakan autobiografi

    Hamka.

    5. Studi Islam (1976), membicarakan tentang aspek politik dan kenegaraan Islam.

    Pembicaraannya meliputi; syariat Islam, studi Islam, dan perbandingan antara

    hak-hak azasi manusia deklarasi PBB dan Islam.

    6. Revolusi pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi,

    Negara Islam, Sesudah Naskah Renville, Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman,

    Dari Lembah Cita-Cita, Merdeka, Islam Dan Demokrasi, Dilamun Ombak

    Masyarakat, Menunggu Beduk Berbunyi.

    7. Ayahku; Riwayat Hidup Dr. Haji Amarullah dan Perjuangan Kaum Agama di

    Sumatera (1958). Buku ini berisi tentang kepribadian dan sepak terjang ayahnya,

    Haji Abdul Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rosul. Hamka melukiskan

    perjuangan umat pada umumnya dan khususnya perjuangan ayahnya, yang oleh

  • 18

    Belanda diasingkan ke Sukabumi dan akhirnya meninggal dunia di Jakarta

    tanggal 2 Juni 1945.23

    8. Kenang-kenangan Hidup Jilid I-IV (1979). Buku ini merupakan autobiografi

    Hamka. 9. Islam dan Adat Minangkabau (1984). Buku ini merupakan

    kritikannya terhadap adat dan mentalitas masyarakatnya yang dianggapnya tak

    sesuai dengan perkembangan zaman.

    Sebagai pendidik, Buya Hamka telah mampu menunjukan bukti

    menyakinkan akan keberhasilannya. Walaupun tidak menjadi pendidik dalam arti

    guru profesional, ia memancarkan secara keseluruhan sikap mendidik sepanjang

    hidupnya, baik melalui mengajar langsung atau melalui tulisan-tulisannya. Salah

    satu karyanya yang paling populer adalah Tafsir Al-Azhar, yang mana kitab ini

    penulis jadikan objek penelitian di dalam skripsi ini.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kitab Tafsir Al-Azhar cetakan

    PT. Pustaka Panjimas Jakarta tahun 1982. Kitab ini berjumlah 15 jilid disetiap

    jilidnya terdapat 2 Juz dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Untuk lebih

    jelasnya penulis memberikan penjelasan dari Hamka sendiri dalam pendahuluan

    tafsirnya tentang petunjuk untuk pembaca.

    Tafsir ini pada mulanya merupakan rangkaian kajian yang disampaikan

    pada kuliah subuh oleh Hamka di masjid al-Azhar yang terletak di Kebayoran Baru

    sejak tahun 1959. Nama al-Azhar bagi masjid tersebut telah diberikan oleh Syeikh

    Mahmud Shaltut, Rektor Universitas Al-Azhar semasa kunjungan beliau ke

    Indonesia pada Desember 1960 dengan harapan supaya menjadi kampus al-Azhar

    di Jakarta. Penamaan tafsir Hamka dengan nama Tafsir Al-Azhar berkaitan erat

    dengan tempat lahirnya tafsir tersebut yaitu Masjid Agung al-Azhar. Terdapat

    beberapa faktor yang mendorong Hamka untuk menghasilkan karya tafsir tersebut,

    hal ini dinyatakan sendiri oleh Hamka dalam mukadimah kitab tafsirnya.

    Buya Hamka dalam menyusun Tafsir al-Azhar beliau menggunakan tartib

    usmani yaitu menafsirkan ayat secara runtut berdasarkan penyusunan mushaf

    usmani. Keistimewaan yang didapatkan dari tafsir ini karena mengawali dengan

    23 Mif Baihaqi, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan: Dari Abendanon Hingga Imam Zarkasyi

    (Bandung: Nuansa, 2007). 62

  • 19

    pendahuluan yang berbicara banyak tentang ilmu-ilmu Alquran, seperti definisi

    Alquran, Makkiyah dan Madaniyah, Nuzul Al-qur’an, Pembukuan Mushaf, I’jaz

    dan lain-lain. Sebuah kemudahan yang didapatkan sebab Hamka menyusun tafsiran

    ayat demi ayat dengan cara pengelompokan pokok bahasan sebagaimana tafsir

    Sayyid Qutb dan atau al-Maragi. bahkan terkadang beliau memberikan judul

    terhadap pokok bahasan yang hendak ditafsirkan dalam kelompok ayat tersebut.

    B. Metode dan Corak Penafsiran

    1. Metode penafsiran

    Metode Penafsiran Tafsir Al-Azhar ini menggunakan metode Tahlili dalam

    menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Tahlili adalah metode yang mufassirnya berupaya

    untuk menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai sisi dengan

    memperhatikan urutan ayat ayat Al-Quran sebagaimana yang termaktub dalam

    mushaf.24

    Dalam mukaddimah Tafsir al-Azhar, Buya sempat membahas kekuatan dan

    pengaruh karya-karya tafsir yang dirujuknya, seperti Tafsir Al-Razi, Al-Kasysyaf

    karya al-Zamakhsyâri, Rûh Al-Ma’ani karya Al-Alusi, Al-Jami’ li Ahkam Al-

    Quran karya Al-Qurthubi, Tafsîr Al-Maraghi, Al-Qasimi, Al-Khazin, Al-Thabari,

    dan Al-Manar. HAMKA memelihara sebaik-baiknya hubungan di antara naql

    dengan aql. Di antara riwâyah dengan dirâyah. Ia tidak hanya mengutip atau

    memindah pendapat orang yang terdahulu, tetapi mempergunakan juga tinjauan dan

    pengalaman sendiri.

    2. Corak Penafsiran

    Menurut penulis, corak yang mendominasi penafsiran Hamka adalah al-

    adab al-ijtima’’i yang nampak terlihat dari latar belakang Hamka sebagai seorang

    sastrawan dengan lahirnya novel-novel karya beliau sehingga beliau berupaya agar

    menafsirkan ayat dengan bahasa yang dipahami semua golongan dan bukan hanya

    ditingkat akademisi atau ulama, di samping itu beliau memberikan penjelasan

    24 Dewi Murni, “Tafsir Al-Azhar Suatu Tinjauan Biorafis Dan Metodologis”, Jurnal

    Syahadah, Vol. III, No. 2, (2015), 33

  • 20

    berdasarkan kondisi sosial yang sedang berlangsung (pemerintahan orde lama) dan

    situasi politik kala itu.25

    Aspek yang lain juga membuktikan bahwa dalam perkembangannya,

    Hamka sendiri banyak merujuk pada tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh,

    juga mengakui dirinya bahwa Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Zilal Al-Qur’an

    sangat banyak mempengaruhi Hamka dalam menulis Tafsir yang notabene bercorak

    al-adab al-ijtima’i.

    C. Pemikiran Hamka

    Hamka tidak merumuskan pengertian pendidik secara utuh, namun

    pandangannya mengenai hal ini dapat dilihat dari ia mengungkapkan pendapatnya

    tentang tugas seorang pendidik, yaitu sosok yang membantu mempersiapkan dan

    mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak

    mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.26

    Hal ini diinsafi dan dirasai oleh beberapa orang pemuka pendidikan bangsa

    ini, sebagai Ki Hajar Dewantara, M. Syafei, Dr. Sutomo dan lain-lain. Dr. Sutomo

    pernah menganjurkan supaya sistim pondok secara dahulu dihidupkan kembali.

    Diadakan seorang pemimpin, pembimbing pendidikan; dalam hal ini penulis

    menyebut pendidik untuk jangan sampai murid-murid itu hanya menjadi orang

    pintar, tetapi tidak berguna untuk masyarakat bangsanya. Karna pendidikan adalah

    untuk membentuk watak pribadi. Manusia yang telah lahir ke dunia ini supaya

    menjadi orang yang berguna dalam masyarakatnya. Supaya dia tahu mana yang

    baik dan mana yang buruk.27

    Hamka juga menegaskan bahwa kewajiban ibu dan bapak mendidik anak

    jangan diserahkan kepada gurunya di sekolah saja. Karena tempo yang dipakainya

    di dalam sekolah, tidaklah sepanjang tempo yang dipakainya di rumah. Tiap-tiap

    25 Dewi Murni, “Tafsir Al-Azhar Suatu Tinjauan Biorafis Dan Metodologis”, Jurnal

    Syahadah, Vol. III, No. 2, (2015), 35 26 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang

    Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 136 27 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1962), 224

  • 21

    anak mesti mendapat didikan dan pengajaran, yang akan diterimanya di sekolah

    hanyalah ajaran, sedang didikan sebahagian besar di dapatnya di rumah.28

    Menurut Hamka, anak-anak umur 7 tahun hendaklah disuruh sembahyang,

    umur 10 tahun paksa supaya jangan ditinggalkannya, sembahyang di awal waktu

    dengan segera, kalau dapat hendaklah dengan hati tunduk (thau’an). Kalau hati ragu

    hendaklah paksa pula hati itu (karhan). Inilah yang bernama sugesti menurut ilmu

    jiwa zaman sekarang. Mudah-mudahan lantaran tiap hari telah diadakan pengaruh

    demikian, jalan itu akhirnya akan terbuka juga.29

    Pendidikan agama ini amat perlu, walaupun pada sekolah-sekolah yang

    tidak mengajarkan agama. Karena sebagaimana dikatakan tadi, pendidikan dan

    pengajaran adalah hal yang berbeda. Hamka berpendapat, apa gunanya

    bersembunyi, bahwasannya pada masa ini, pun banyak terdapat sekolah-sekolah

    yang mengajarkan agama, tetapi tidak mendidikan agama. Maka keluar pulalah

    anak-anak muda yang alim ulama, bahasa Arabnya seperti air yang mengalir, tetapi

    budinya rendah. Sama sajalah harganya sekolah-sekolah semacam ini dengan

    sekolah yang tidak mengajarkan dan mendidikan agama.

    28 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1962), 178 29 Hamka, Falsafah Hidup, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), Cet-XI, 60

  • 22

    BAB III

    KONSEP UKHUWAH SECARA UMUM

    A. Pengertian Ukhuwah

    Ukhuwah di sini adalah Ukhuwah Islamiyyah atau disebut dalam bahasa

    Indonesia Persaudaraan sesama Islam adalah satu karunia cahaya dan nikmat

    Ilahiyah yang dituangkan oleh Allah ke dalam hati hamba-Nya yang ikhlas, para

    wali pilihan dan orang-orang yang bertaqwa kepada-Nya.30 Firman Allah S.W.T :

    َِٰكن َّ وَّ لَّ وبِهِۡم وَّل َّۡفتَّ بَّيۡنَّ قُلُ

    َّآ أ ِميٗعا م َّ ۡرِض جَّ

    َّا فِي ٱلۡأ ۡقتَّ مَّ نفَّ

    ََّّۡو أ وبِهِۡمۚۡ ل

    ل َّفَّ بَّۡينَّ قُلَُّأ

    ِكيٞم زِيٌز حَّ ُهۥ عَّفَّ بَّۡينَُّهۡمۚۡ إِن َّ

    ل َََّّّ أ ٣٦ٱّلل َّ

    “dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman).

    Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya

    kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan

    hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Anfal: 63)31

    Secara bahasa Ukhuwah Islamiyah bermaksud Persaudaraan Islam. Adapun

    secara istilah, Ukhuwah (أخوة ) dapat diartikan sebagai persaudaraan, terambil dari

    akar kata yang awalnya berarti “memperhatikan”. Sehingga dari makna asal ini,

    Ukhuwah memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian

    semua pihak yang merasa bersaudara.32 Perasaan persaudaraan ini melahirkan

    keutamaan dan keikhlasan serta melahirkan sikap positif seperti tolong menolong,

    mengutamakan orang lain, pemaaf, pemurah.

    Adapun maksud ukhuwah menurut Tafsir Al-Azhar adalah orang-orang

    beriman itu pasti bersaudara, yang mana Allah menyuruh orang-orang beriman

    berpegang teguh pada tali Allah dan bersatu padu. Allah melarang umat Islam yang

    beriman bercerai-berai disini pentingnya berjamaah, berpegang pada tali Allah

    sendiri-sendiri tidak ada faedahnya inin karena tidak ada rasa kemanisan dalam

    ukhuwah.

    30 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Persaudaraan Islam (Jakarta: Al-Ishlahy Press, 1985), 3 31 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung: PT. Sygma

    Examedia Arkenleema, 2010), 185 32 Abrar Azfar Al-Akram, “Konsep Ukhuwah Dalam Al Qur’an Studi Komparatif Antara

    Kitab Tafsir Al-Lubab Dan The Message Of The Quran”, Skripsi (Salatiga: Program Strata Satu

    IAIN Salatiga, 2018), 14.

  • 23

    Dalam Tafsir Al-Azhar menerangkan umat Islam yang sudah masuk ke

    dalam syurga pasti Allah mencabut segala rasa dengki, benci, dengan, dan kesumat

    dari dalam dada ini karena rahmat yang Allah karuniakan untuk hambanya yang

    sentiasa menjaga tali ukhuwah sesama Islam. Allah memberi peringatan kepada

    orang beriman kalau ada orang membawa berita buruk dari pihak sebelah kaum

    muslimin hendaklah diselidiki terlebih dahulu dengan saksama, supaya jangan

    sampai satu kaum ditimpa musibah hanya karena kejahilan kita. Itu adalah menjaga

    jangan sampai timbul permusuhan dan kekacauan di antara dua golongan kaum

    muslimin.

    Oleh sebab itu, Ukhuwah Islamiyah adalah sifat yang menyatu dengan iman

    dan taqwa. Tidak ada ukhuwah tanpa iman, dan tidak ada iman tanpa Ukhuwah.

    Begitu juga tidak ada persahabatan tanpa taqwa, dan tidak ada taqwa tanpa

    persahabatan.

    Tidak diragukan lagi, jika Ukhuwah ini kosong dari iman, maka yang

    menjadi ikatannya adalah kepentingan dan manfaat pribadi, kelompok atau

    golongan. Hal ini jelas akan menghancurkan Ukhuwah itu sendiri,cepat atau lambat.

    Sedangkan persahabatan, apabila lepas dari akarnya yaitu taqwa, maka dapat

    dipastikan akan mewariskan permusuhan dan kebencian.

    Jika seseorang yang mengaku beriman dan bertaqwa, sedangkan dia tidak

    memiliki sifat ukhuwah dan persahabatan murni, berarti imannya masih setengah-

    setengah dan taqwanya adalah palsu.

    Orang yang kemanusiaannya terbentuk oleh iman dan taqwa, jika bertemu

    dengan orang yang sejiwa, ia akan tumbuh rasa simpati sejak awal pertemuannya

    dan merasa suka cita pada pertemuan pertama.

    Tidak diragukan lagi bahwa kita berada di suatu zaman di mana nilai-nilai

    ukhuwah yang dibina karena Allah semakin pudar. Orang-orang tidak saling

    berhubungan melainkan karena pertimbangan materi sahaja. Mereka saling

    mencintai dan membenci karena dunia. Tidaklah salah seorang dari mereka

    mendekati yang lain dengan wajah yang manis kecuali karena ada maunya. Tatkala

    kepentingan itu tidak tercapai, maka senyuman pun berubah menjadi raut masam.

  • 24

    Hal ini bukanlah termasuk dalam gaya hidup para Salafush Shalih. Sungguh,

    mereka sangat jauh dari model hidup seperti ini.

    Seorang muslim harus menyadari bahwa ukhuwah dan rasa cinta diantara

    sesama kaum mukminin yang dilandasi karena Allah merupakan suatu nikmat yang

    sangat agung dari Allah. Maka hendaknya senantiasa dijaga dan dipelihara. Yang

    menjadikan hati-hati manusia bersatu dalam ibadah kepada Allah, sekaligus saling

    mencintai, padahal mereka berasal dari berbagai penjuru dunia, hanyalah Allah

    semata, dengan nikmat-Nya yang tiada bandingnya. Ini adalah nikmat yang

    selayaknya seorang muslim bergembira dengannya.33

    Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah SAW. Bila umat

    Islam melakukannya tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa indah

    hidup dalam kebersamaan. Inilah kekuatan Islam, marilah kita mulai dari diri kita,

    keluarga, masyarakat terdekat untuk menjalinkan persaudaraan Islam ini.

    B. Hak-Hak Persaudaraan Islam

    Hak persaudaraan dan persahabatan merupakan perkara agung yang

    ditegaskan oleh banyak nash syar’i, baik dari Al-Quran maupun Sunnah. Menjaga

    hal ini berarti menjaga salah satu bentuk ibadah. Sebaliknya, mengabaikannya

    berarti meremehkan salah satu bentuk ibadah. Sebab hakikat ibadah adalah nama

    yang mencakupi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa

    perkataan maupun perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Diantara hak-hak

    yang dituntut dalam persaudaraan Islam ialah:

    1. Mencintai Saudaranya Karena Allah

    Seharusnya seorang mukmin tidak mencintai saudaranya kecuali karena

    Allah, bukan karena kepentingan dunia. Jika persaudaraan dan persahabatan

    dilandasi karena Allah, maka persahabatan tersebut akan kekal. Adapun jika

    persahabatan karena kepentingan dunia, maka persahabatan tersebut akan pudar.34

    33 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media

    Tarbiyah, 2006). 3 34 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media

    Tarbiyah, 2006). 15

  • 25

    Barangsiapa yang tertanam dalam hatinya hakikat ini, kemudian dia

    menerapkannya yaitu ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, maka akan

    tampak buah yang manis pada tindakan-tindakannya sesuai dengan kadar

    keikhlasannya. Buah yang manis itu juga akan tampak pada hak-hak ukhuwah

    lainnya sebagaimana yang dijelaskan buah yang manis dari hasil persahabatan

    karena Allah adalah persahabatan itu akan kekal.

    Seseorang itu harus mengkondisikan dirinya untuk tidak mencintai

    seseorang melainkan karena Allah, sehingga membuahkan faedah yang sangat

    besar dalam relasinya dengan saudaranya, dalam bermu’amalah, dalam menjaga

    hak-hak saudaranya, dan dalam ibadah yang merupakan perkara yang paling agung.

    2. Memberikan Bantuan Kepada Saudaranya

    Kedudukan dan martabat manusia itu bertingkat-tingkat sebagian mereka

    membantu sebagian yang lain. Orang yang berkemampuan membantu orang yang

    kurang mampu. Begitu juga sebaliknya orang yang terpandang membantu orang

    yang tidak terpandang. Demikianlah manusia, harkat dan martabat mereka

    bertingkat-tingkat.35

    Allah menjadikan keadaan demikian, sehingga ada diantara mereka yang

    masih merendahkan yang lain. Menjadi sunnatullah bahwa manusia diciptakan

    dengan berbagai ragam. Jika demikian, maka termasuk hak-hak ukhuwah seorang

    mukmin harus berkorban membantu yang lain, hakikat persaudaraan

    mengutamakan saudara daripada diri sendiri.

    Allah berfirman:

    إِ ارَّ وَّٱلۡ لَّا يَِّجُدونَّ فِي وَّٱل َِّذينَّ تَّبَّو َُّءو ٱلد َّ ۡيهِۡم وَّ

    رَّ إِلَّ اجَّ ۡن هَّ ۡبلِِهۡم يُِحب ُونَّ مَّ َٰنَّ مِن قَّ يمَّۚۡ وَّمَّن يُوقَّ ةٞ اصَّ صَّ انَّ بِهِۡم خَّ

    َّۡو كَّ ل نُفِسهِۡم وََّّلَّيَٰٓ أ ُيۡؤثُِرونَّ عَّ وتُواْ وَّ

    ُآ أ ِم َّ ٗة م اجَّ ُصُدورِهِۡم حَّ

    ئِكَّ ُهُم ٱلُۡمۡفلُِحونَّ َٰٓ ْولَُّ ٩ُشح َّ نَّۡفِسهِۦ فَّأ

    “Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah

    beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang

    yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam

    hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan

    mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga

    35 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media

    Tarbiyah, 2006). 21

  • 26

    memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah

    orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hashr: 9)36

    Di antara hak-hak ukhuwah adalah mengorbankan harta untuk saudara yang

    lain, ini merupan martabat yang tinggi. Ini merupakan perkara yang agung, yaitu

    mengorbankan jiwa tanpa diminta terlebih dahulu. Dengan demikian kamu telah

    membantunya karena mengorbankan harta akan lebih mempererat tali persaudaraan

    antara sesama Islam.

    3. Menjauhi Perdebatan dengan Saudaranya

    Menjauhi perdebatan dengan saudara yang lain juga termasuk di dalam hak-

    hak ukhuwah karena perdebatan yang tidak baik atau tidak memberi manfaat akan

    memudarkan lagi rasa cinta dan akan menyebabkan rusaknya tali persaudaraan dan

    menimbulkan rasa benci sesama sendiri.37

    Seorang muslim wajib bersama saudara dan sahabatnya untuk menjauhi

    perdebatan karena pemikiran setiap manusia itu berbeda-beda. Semakin luas

    pandangan semakin luas pemikiran dan pengetahuan seseorang, maka ia akan

    mengetahui pandangan terhadap sebagian permasalahan ternyata luas dan tidak

    terbatas pada satu sisi sahaja.

    Jika demikian, diskusi tidak berarti perdebatan. Jika tampak bahwa diskusi

    mulai berubah menjadi perdebatan, maka hendaknya salah seorang menarik diri

    daripada perdebatan tersebut, baik kebenaran itu ada padanya maupun dia, karena

    itu meninggalkan perdebatan adalah perkara terpuji sekaligus merupakan hak

    seorang muslim atas saudaranya.

    4. Menjauhi Sifat Buruk Sangka

    Berburuk sangka adalah tindakan tidak terpuji yang harus dihindari sebisa

    mungkin, su’zhon adalah berprasangka buruk pada orang lain tanpa ada dasar yang

    jelas. Haram hukumnya seseorang itu berprasangka buruk karena dapat merusak

    36 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma

    Examedia Arkenleema, 2010), 546 37 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media

    Tarbiyah, 2006). 62

  • 27

    tatanan hidup dalam keluarga, sahabat dan masyarakat. Ia juga merupakan sebab

    terputusnya tali persaudaraan sesama Islam.38

    Sebagai menjaga hak-hak persaudaraan Islam , seorang muslim wajib

    menjauhi sifat buruk sangka terhadap saudaranya. Konsekuensi dari ukhuwah

    adalah adanya kejujuran, kebaikan, dan ketaatan di antara dua orang yang

    bersaudara. Hal ini merupakan hukum asal seorang muslim yang sentiasa taat

    kepada Allah.

    Jika muslim tersebut termasuk sahabat karib, maka ia memiliki dua hak, hak

    umum dan hak khusus, yaitu jauhi sifat buruk sangka terhadapnya dan dia menjaga

    dirimu dari buruk sangka, karena Allah melarang buruk sangka. Allah berfirman :

    لَّ ُسواْ وَّ س َّ ِ إِثٞۡمۖٞ وَّ لَّا تَّجَّ ن ن ِ إِن َّ بَّۡعضَّ ٱلظ َّ

    ِنَّ ٱلظ َّ ثِيٗرا م نُواْ ٱۡجتَّنُِبواْ كَّ امَّ ا ٱل َِّذينَّ ءَّ هَّ ي َُّأ َٰٓ ايَّ

    ۡيٗتا ِخيهِ مََُّّكلَّ لَّۡحمَّ أ

    ُۡكلَّ يَّأ

    ۡن يَّأ

    َُّدُكۡم أ حَّ

    َّيُِحب ُ أ

    َّۚۡ أ ۡغتَّب ب َّۡعُضُكم بَّۡعًضا يَّ

    َّ تَّو َّاٞب ر َِّحيٞم ۚۡ إِن َّ ٱّلل َّ َّ ۚۡ وَّٱت َُّقواْ ٱّلل َّ رِۡهُتُموهُ ٠١فَّكَّ“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,

    sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari

    kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing

    sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging

    saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada

    Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”(QS. Al-

    Hujurat: 12)39

    5. Memaafkan Kesalahan Suadaranya

    Termasuk hak-hak persaudaraan adalah memaafkan saudara yang bersalah,

    karena tidaklah ada dua orang saudara atau lebih kecuali pasti ada di antara mereka

    yang berbuat kesalahan. Pasti salah satu melihat kesalahan yang lain,dan darinya

    akan timbul luka karena mereka manusia, sedangkan manusia pasti berbuat

    kesalahan.

    Jika kesalahan menyangkut hakmu, maka hak ukhuwah yang pertama

    adalah jangan diperbesarkan kesalahan tersebut, karena akan datang syaitan ia

    menghasut anak adam supaya kesalahan itu menjadi besar, kemudian terputuslah

    38 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media

    Tarbiyah, 2006). 50 39 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma

    Examedia Arkenleema, 2010), 517

  • 28

    tali cinta dan tali persaudaraan yang sebelumnya terjalin. Hubungan itu akhirnya

    terputus hanya karena dunia.40

    6. Musyawarah Dalam Membuat Keputusan

    Hendaknya dia antara sesama saudara terjadi musyawarah. Jaganlah salah

    seorang dari kalian memutuskan sesuatu perkaranya sendiri, namun hendaknya

    dimusyawarahkan. Allah telah memuji orang-orang beriman yang

    bermusyawarah.41 Mohon kepada Allah agar menjadikan kita semua sebagai orang-

    orang yang saling mencintai karena Allah, dalam firman-Nya:

    َُٰهۡم زَّقۡنَّ ا رَّ ِمم َّ ىَٰ بَّۡينَُّهۡم وَّ ۡمرُُهۡم ُشورََّّأ لَّوَٰةَّ وَّ ْ ٱلص َّ قَّاُموا

    َّأ ب ِِهۡم وَّ ْ لِرَّ ابُوا وَّٱل َِّذينَّ ٱۡستَّجَّ

    ٦٣ونَّ يُنفِقُ “dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan

    melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah

    antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami

    berikan kepada mereka,” (QS. Al-Shuura: 38).42

    7. Gembira dengan Karunia yang Allah Berikan kepada Saudaranya

    Gembira dengan karunia yang Allah berikan kepada saudaranya termasuk

    hak-hak persaudaraan Islam. Allah telah membagi-bagi akhlak manusia,

    sebagaimana Dia membagi rizki mereka. Allah memuliakan sebagian mereka di

    atas sebagian yang lain, jika Allah memberikan pada salah seorang saudara karunia

    dan kenikmatan, adalah kamu turut gembira dengan hal itu. Seolah-olah Allah juga

    memberikan karunia itu kepadamu, karena hal ini menjauhkan rasa hasad dengki

    terhadap saudaramu.

    Barangsiapa yang tidak gembira dengan karunia yang Allah berikan kepada

    saudaranya, maka mungkin ia hanya sekadar tidak turut gembira atau hal ini diiringi

    dengan sifat hasad dengki. Ini merupakan perusak persaudaraan yang telah terjalin.

    40 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media

    Tarbiyah, 2006). 81 41 Abu ‘Abdil Muhsin Ibnu ‘Abidin, Hak-Hak Persaudaraan Islam (Bogor: Media

    Tarbiyah, 2006). 94 42 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma

    Examedia Arkenleema, 2010), 487

  • 29

    C. Sebab Perusak Ukhuwah Menurut Tafsir Al-Azhar

    Di dalam Tafsir Al-Azhar banyak menceritakan tentang sebab-sebab yang

    menjadi perusak ukhuwah atau perusak hubungan persaudaraan dalam Islam. Di

    antara sebab rusak atau perpecahan ukhuwah adalah karena kesucian Kitab-kitab

    Suci sudah dikotori oleh tulisan manusia, sehingga tidak dapat dibedakan lagi mana

    yang wahyu dan mana yang tambahan pemuka agama.

    Menurut Tafsir Al-Azhar dalam surat Al-Hujurat apabila sesuatu kaum

    membawa berita buruk hendaklah diselidiki kebenaran berita itu agar tidak berlaku

    salah faham yang boleh menyebabkan berlaku permusuhan diantara dua saudara

    yang beriman. Di dalam ayat yang lain permusuhan dan berbenci-bencian adalah

    sengketa yang sangat menghabiskan tenaga jiwa. Walaupun manusia hakikatnya

    satu tetapi dalam dirinya terdapat rangsangan hawa nafsu yang membawa selisih.

    Tafsir Al-Azhar menceritakan tentang Aus dan Khazraj mereka berkelahi

    disebabkan merebut kebanggaan dan kemegahan duniawi yang tidak berarti.

    Kebanggan kabilah juga menjadi faktor perusak ukhuwah yang wajib dihindari

    supaya setiap manusia dapat merasakan kemanisan nikmat bersaudara. Dan selama

    kita hidup di dunia ini dapatlah mencari teman, sahabat atau saudara yang karib

    dalam menegakkan Iman dan Taqwa kepada Allah.

    Allah menerangkan bahwa rasa benci telah dicabut dari dalam dada apabila

    semua yang diberi rahmat oleh Allah telah berjumpa di dalam syurga , karena di

    dalam syurga tidak ada perlombaan, tidak ada masa berebut pengaruh, yang ada

    cuma persahabatan dan persaudaran.

    Cinta saling mengasihi dan persaudaraan sesama muslim merupakan

    perkara yang agung. Allah Ta’ala menjadikannya sebagai ciri utama orang-orang

    beriman, baik ketika mereka di dunia ataupun di akhirat nanti. Persaudaraan yang

    terjadi antara mukmin ini dihasilkan dari iman dan akidah yang mereka anut.

    Dengan kata lain, persaudaraan tersebut diikat oleh kecintaan kepada Allah sebagai

    tali pengikat yang paling kuat bagi suatu persaudaraan.

    Persaudaraan sesama muslim merupakan persaudaraan yang paling tinggi

    tingkatannya. Ia merupakan hubungan yang paling luhur yang pernah dijumpai oleh

    manusia. Dari sisi lain, ikatan akidah yang mempertautkan persaudaraan ini

  • 30

    merupakan tali pengikat yang kuat melebihi ikatan nasab. Mengingat betapa

    pentingnya ikatan persaudaraan antara mukmin ini, Allah telah menjanjikan pahala

    yang besar serta menjadikan mereka sebagai orang-orang yang dikasihi-Nya. Ini

    terbukti, di antara tujuh golongan yang mendapatkan naungan di hari tidak ada lagi

    naungan kecuali naungan-Nya adalah “Dua orang yang mengasihi karena Allah,

    berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.

    Dengan Al-Quran, persahabatan, arahan yang terus-menerus,

    pendampingan insentif, teladan dari diri sendiri, kepedulian dan dengan praktek

    keimanan secara nyata. Rasulullah mendidik para sahabatnya sehingga mereka

    mampu menciptakan prestasi yang gemilang sepeninggalan beliau. Dengan

    persaudaraan semacam ini, beliau telah berhasil mengokohkan bangunan

    persaudaraan yang unsur-unsurnya saling menguatkan satu sama lain.

    Berdasarkan semua hal tersebut, maka sebagai konsekuensinya kita

    seharusnya tidak meremehkan terhadap hal-hal apa saja yang dapat merusak

    persaudaraan atau persahabatan kita. Kita juga harus mengetahui dengan benar apa

    saja hal-hal perusak itu agar kita semua dapat terhindarkan dari perpecahan.

    Semoga Allah Ta’ala melanggengkan kasih sayang di antara kita dan

    menjadikannya sebagai bekal bagi kita semua dalam menempuh bahtera kehidupan

    dan menunaikan risalah. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya

    kepada-Nya kita berserah diri.

    Di sini penulis ada menyebutkan berapa hal yang boleh menjadi perusak

    hubungan persaudaraan dari segi pandangan lain dan yang perlu kita semua ketahui

    agar kita semua dapat terhindarkan dari perpecahan.

    1. Melanggar Syarak dengan Amal Saleh

    Sejauh mana kita melihat saudara kita mampu menjaga diri dan bersikap

    saleh, maka sejauh itulah hati kita tulus dan cinta kepadanya. Sejauh mana saudara

    kita mampu menghembuskan aroma persahabatan, pentingnya taat kepada Allah

    dan berdakwah di jalan-Nya, maka sejauh itulah kekuatan dan perasaan cinta kita

    kepadanya akan terjaga.43

    43 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun

    Publishing, 2012). 10

  • 31

    Sebaliknya apabila suatu persahabatan terlewatkan tanpa zikir, ibadah,

    saling menasihati, dan memningatkan akan akhirat serta saling memotivasi

    melalukan dakwah, nescaya persaudaraan itu terasa lebih sempurna. Berikutnya

    kerasnya hati dan rasa bosan akan menghampiri hubungan itu. Ketahuilah,

    seringnya melakukan perbuatan tidak berguna, maka hal itu akan membuka pintu-

    pintu kejahatan dan perselisihan.

    Akibatnya datanglah dosa yang akan memisahkan dan meretas tali

    persaudaraan hingga benar-benar putus. Jika kita menginginkan saudara muslim

    yang mencintai dan menghormati kita, maka sebelumnya kita harus memperbaiki

    hubungan kita dengan Allah Ta’ala, konsekuenlah terhadap perintah syarak dan

    hindari segala bentuk kemaksiatan.

    2. Pengabaian Etika Komunikasi

    Masalah ini merupakan pintu masuk musuh umat Islam yang amat

    luas unuk menceraiberaikan dan permusuhan antara saudara. Masalah ini

    timbul karena dipicu oleh sebuah keyakinan bahwa kedekatan seseorang

    dengan sahabatnya akan menghilangkan batas-batas etika, termasuk etika

    berkomunikasi.44

    Berikut adalah beberapa factor bagi putusnya tali persaudaraan

    yang timbul akibat penyampingan etika komunikasi, yaitu ucapan tajam

    dengansuara keras. Faktor ini yang membuatkan saudara kita merasa

    tersinggung. Selain itu ia juga bertentangan dengan nilai umum etika

    Islami, yang seharusnya seorang muslim terus menjaganya. Allah Ta’ala

    berfirman:

    ِميرِ وُۡت ٱلۡحَّ َِٰت لَّصَّ ۡصوََّّرَّ ٱلۡأ نكَّ

    َّۚۡ إِن َّ أ ۡوتِكَّ ۡشيِكَّ وَّٱۡغُضۡض ِمن صَّ ٠٩وَّٱقِۡصۡد فِي مَّ

    “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.

    Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19)45

    44 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun

    Publishing, 2012). 25 45 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma

    Examedia Arkenleema, 2010), 412

  • 32

    Hendaknya seseorang berkomunikasi dengan saudaranya dengan lemah

    lembut, perkataan yang baik, tidak menjatuhkan kehormatannya, tidak

    membuatnya malu, atau berkata kotor. Bersikap acuh dan tidak interes. Sikap acuh

    ini biasanya terjadi ketika saudara kita mengucapkan salam atau berbicara kepada

    kita, dan kita tidak memperhatikan dan tidak memberikan penghormatan kepada

    seseorang. Bahkan, sikap kita yang mengalihkan tema pembicaraan atau

    menganggu bicaranya juga termasuk sikap yang membuat seseorang saudara

    merasa teracuhkan.

    3. Berhati Dingin

    Tanpa rindu dan kelembutan hati persaudaraan terasa hambar. Tanpa itu

    semua, persaudaraan akan terasa dingin, dan masing-masing hanya saling

    membebani saudaranya. Emosional seperti inilah dalam tingkatannya yang paling

    luhur, akan mendorong seseorang mahu berkorban untuk saudaranya. Bahkan, lebih

    dari itu ia sangat senang melakukannya. Emosional yang timbul dari dorongan hati

    dan akal dalam suatu ukhuwah menjadikan hidup serasa indah dan nikmat yang

    hanya boleh dirasakan oleh orang-orang yang terlibat didalamnya.46

    Sebagian orang mengesampingkan emosional dan perasaan dalam ukhuwah

    mereka. Menurut mereka, ukhuwah hanya sebatas memenuhi hak kewajiban sesuai

    anjuran syarak. Dengan arti kata lain dalam membina suatu persaudaraan, perasaan

    dan emosi tidak boleh ikut-ikutan. Yang penting hak dan kewajibannya telah

    terpenuhi sudah cukup.

    4. Bicara di Belakang

    Allah Ta’ala berfirman:

    يۡ آر ِهِۡم شَّ لَّيۡسَّ بِضَّ ُنواْ وَّ امَّ َِٰن لِيَّۡحُزنَّ ٱل َِّذينَّ ءَّ ۡيطَّ ا ٱلن َّۡجوَّىَٰ ِمنَّ ٱلش َّ ًا إِل َّا بِإِۡذِن إِن َّمَّ ِٔٔ ٱلُۡمۡؤمِنُونَّ

    ّك َّ ِ فَّلۡيَّتَّوَّ لَّي ٱّلل َّ ِۚۡ وَّعَّ ٠١ٱّلل َّ“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) setan, agar

    orang-orang yang beriman itu bersedih hati, sedang (pembicaraan) itu tidaklah

    memberi bencana sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Dan

    46 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun

    Publishing, 2012). 40

  • 33

    kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.” (QS. Al-

    Mujadilah: 10)47

    Hikmah meminta izin kepada orang ketiga barangkali untuk memastikan

    bahwa ia merelakan pembicaraan rahasia yang dilakukan oleh kedua orang. Dalam

    hal ini, keduanya tidak dibenarkan memaksa atau tanpa izin sahabatnya melakukan

    pembicaraan rahasia dengan alasan malu, padahal ia tidak tidak diberi kesempatan

    untuk menyatakan sikapnya atau belum tentu bahwa dirinya benar-benar rela.

    Misalnya, salah satu antara mereka menarik tangab sahabatnya lalu membisikkan

    sesuatu dengan cepat sambil berkata kepada sahabat ketiga, “maaf kami minta izin

    dulu ya!”48

    Seharusnya, meminta izin dilakukan sebelum pembicaraan rahasia tersebut

    dilakukan dan sebelum mereka berdua kembali menemui sahabat yang ketiga. Ini

    dilakukan agar masing-masing terhindar dari kesalahpahaman dan buat pihak ketiga

    tersinggung atau berprasangka buruk. Bertakwalah kepada-Nya dan Insya Allah

    pembicaraan itu tidak akan mendapat mudarat apa pun.

    5. Keras Kepala

    Sikap ini yang membuat seseorang merasa terpisahkan oleh dinding

    pemisah. Ia merasa kesulitan untuk bersikap terbuka dalam setiap pembicaraan

    dengan kita. Bahkan, ia akan menganggap orang itu sombong. Dari sinilah bibit-

    bibit kebencian bersemi dalam hatinya. Akhirnya ia tidak sanggup melanjutkan tali

    persaudaraan dengan kita. Maka dari itu, jangan sekali-kali mengeluarkan kata-kata

    cenderung meremehkan karya saudara kita yang lain, menganggap rendah ide dan

    sarannya. Sebaliknya, kita harus memberi sokongan menanggapi secara sopan dan

    penuh lapang dada, apalagi jika sikapnya tidak terlalu berlebihan.49

    Rasulullah saw sering didatangi oleh para sahabat dan istri-istri beliau untuk

    memberikan ide dan saran dalam berbagai hal. Beliau mau menerima dan menuruti

    saran merena dengan senang hati dan lapang dada meskipun berbentuk pernyataan

    47 Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Bandung : PT. Sygma

    Examedia Arkenleema, 2010), 534 48 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun

    Publishing, 2012). 71 49 Abu Ashim bin Abdul Qadir Uqdah, Memperkuat Ikatan Ukhuwah (Bekasi: Daun

    Publishing, 2012).74

  • 34

    keberatan, kritik atau sekadar pertanyaan. Ketika perang Uhud, sebagian besar

    sahabat menyarankan agar mempertahankan Madinah dari luar kota. Rasulullah

    saw, menerima saran tersebut, lalu beliau keluar kota menuju Uhud meskipun

    beliau memiliki pendapat yang berbeda.

    Jika peristiwa di atas merupakan contoh dari seorang Nabi dengan segala

    keluhuran dan keistimewaannya di hadapan para sahabatnya, sudah tentu orang

    biasa harus lebih santun dengan sahabatnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad saw

    tetap bersikap rendah hati, siap dikritik, dinasihati dan sebagainya. Betapa besar

    kesabaran Rasulullah saw dalam menghadapi berbagai bentuk perlakuan dan

    pertanyaan yang bernada kasar.

    Demikian sikap Rasulullah saw. Beliau sangat sabar terhadap perlakuan

    orang-orang yang lebih rendah darinya. Di antara sikap buruk janganlah kita selalu

    memperlakukan sahabat dalam posisi menerima, melayani, menuruti dan