84
Edisi September 2015 Halo INTERNIS Edisi September 2015 WELCOME TO KOPAPDI XVI 2015 BANDUNG

Halo INTERNIS - pbpapdi.com fileEdisi September 2015 Halo INTERNIS Edisi September 2015 WELCOME TO KOPAPDI XVI 2015 BANDUNG

Embed Size (px)

Citation preview

Edisi September 2015

Halo INTERNIS

Edisi September 2015

WELCOM

E TO KOPAPDI XVI 2015 BANDUNG

SUSUNAN REDAKSI:

Penanggung Jawab:Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,

FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

*Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,

FINASIM

*Bidang Materi dan Editing: Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD, FINASIM;

Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD,FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, S SI

*Koresponden:Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat,

Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta,Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado,

Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar,Cabang Bali, Cabang Malang,

Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar,

Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng,Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten,

Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang,

Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau,Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon,

Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua,Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi,

Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok,Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara

*Sekretariat:sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus,

sdri. Oke Fitia, sdri. Normalita Sari,sdri. Dilla Fitria, sdr. Supandi

*Alamat:PB PAPDI, RUMAH PAPDI,

Jl. Salemba I No.22-D, Kel. Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430.

Telp: 021-31928025, 31928026, 31928027;Fax Direct: 021-31928028, 31928027;

SMS 085695785909;

Email: [email protected];

Website: www.pbpapdi.org

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 3

SEKAPUR SIRIH

Sejawat nan terhormat,

Waktu terus bergulir, tak terasa organisasi yang kita banggakan ini akan kembalimengadakan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (KOPAPDI) XVI. PAPDI Cabang Jawa Barat selaku tuan rumah kon-

gres siap menyukseskan KOPAPDI XVI yang akan diselenggarakan 9 – 13 September2015, di Hotel Trans Luxury Bandung. Perhelatan akbar tiga tahunan ini momen yangditunggu internis di seluruh Indonesia. Mereka akan tumpah ruah di Kota Bandung.

Karenanya, Majalah Halo Internis pada edisi ini mengangkat tema KOPAPDI XVI sebagaisorot utama. Sedikit kilas balik bagaimana PAPDI Cabang Jawa Barat berusaha menger-ahkan potensinya merebut tuan rumah kongres pada bidding KOPAPDI XV di Medan tigatahun silam. Kemudian, persiapan yang telah dilakukan hingga hari pelaksanaan. Tak lupa,redaksi menurunkan profil Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat DR. Dr. Arto Yuwono Soeroso,SpPD, K-P, FINASIM, FCCP, sosok penting di balik suksesnya kongres ini.

KOPAPDI XVI menandakan berakhirnya kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT Ketua Umum PB PAPDI periode2012 – 2015. Sejatinya ketua baru, Prof. Idrus melanjutkan tradisi dari ketua sebelumnya.Kemudian, bersama Sekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIMFACP dan pengurus lainnya, ia membawa PB PAPDI menjadi organisasi profesi yang lebihsolid dan profesional. Di era Prof. Idrus, PAPDI dihadapi berbagai kendala, diantaranyamulai di berlakukan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), AFTA 2015, dan bebera-pa kebijakan yang kurang menguntungkan anggota PAPDI. Seperti apa langkah dan strate-gi mengatasi kendala tersebut, merupakan hal yang perlu disimak pada edisi ini.

Selain itu, pada edisi ini, kami juga menurunkan kabar terkini persiapan PB PAPDIselaku tuan rumah WCIM ke 33, yang akan berlangsung di Bali, 22 – 25 Agustus 2016. Dankeputusan-keputusan Konfe-rensi Kerja PAPDI 2014 yangdiantaranya calon tuan rumahKONKER 2017 dan KOPAPDI2018. Seberapa besar per-siapan para kandidat calontuan rumah untuk bidding diKonas Bandung, sejawat da-pat menyimak pada edisi ini

Kemudian, ada pula beritaseputar kegiatan-kegiatan lainyang telah dilakukan PBPAPDI dan Cabang PAPDI.Kami berharap edisi ini dapatmenjadi referensi dalammelengkapi informasi seputarorganisasi yang kita cintai ini.Demikian sepatah kata dariredaksi.

BIDANGHUMASPUBLIKASIDANPENGABDIANMASYARAKAT

DAFTAR IS I

3 ..........................................SEKAPUR SIRIH

4 ..................................................DAFTAR ISI

6 ..............................................OM INTERNIZ

10 ......................................SOROT UTAMAHighlight: PB PAPDI Periode 2012 – 2015

15 ............Ketua Umum PB PAPDI 2012–2015 Pengabdian Tiada Batas

Halo INTERNIS Edisi September 20154

21 ........................................KABAR PAPDIRakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang:

Tetap Profesional Hingga Akhir Periode

23 ....................Tim Adhoc Gratifikasi PB PAPDISponsorship untuk CME Bukan Gratifikasi

26 ..........................Tim Adhoc SJSN PB PAPDIEvaluasi JKN pada Layanan Penyakit Dalam

29 ........................Dr. Muhammad Yusuf HamraEvaluasi BPJS dalam Pelayanan Penyakit Dalam

di RSU Bahteramas

30..........................Dr. Dindin Hardiono HandimPengelolaan BPJS di RS Budi Kemuliaan Bata

32..............Tim Adhoc Mapping Need PB PAPDIFormulasi PAPDI Penuhi Kebutuhan Internis

34 ................Tim Adhoc Dokter Asing PB PAPDIPerketat Regulasi Dokter Asing

36...................Tim Adhoc Adolescent PB PAPDIKesehatan Remaja Bukan Sekadar Batas Yuridis

40............................PNPK dan PPK PB PAPDIPanduan Standar Pelayanan Penyakit Dalam

7

19

42

SOROT UTAMA: Satu Periode Kepengurusan Prof. Idrus

KONKER XIII PB PAPDI, Yogyakarta: Tantangan Baru di Era JKN dan Globalisasi

Dr. Sally Aman Nasution:Dedikasi untuk Eksistensi PAPDI

DAFTAR IS I

44 .........................................................KPK Gratifikasi, Kenali dan Hindari

46 .............................Sidang Organisasi PAPDISiap Menyongsong Era JKN dan Globalisasi

48 ........Calon-calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII

52....Calon-calon Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV

55..........Malam Keakraban KONKER PAPDI XIII

56 ...............................DR Yusuf Huningkor Antisipasi Salah Satu Problem BPJS

58...............................Dr. IGP Suka Aryana Jakarta-Bali untuk Suksesnya Akreditasi

60 ...................................BERITA CABANGAntisipasi Salah Satu Problem BPJS

63...............................KOPAPDI XVI BandungPerhelatan Akbar di Kota Kembang

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 5

65DR. Arto Yuwono Soeroso

Mencintai Profesi dan Sukses Regenerasi

77

:

KABAR PAPDI

68 .......Ragam Wisata KOPAPDI XVI Bandung

70........................KOPAPDI dari Masa ke Masa

73.................................KONVOKASI FINASIMApresiasi Atas Profesionalisme

80 ......................................WCIM 2016 BaliMenanti Partisipasi Anggota PAPDI

PIN XIII PB PAPDI: Tingkatkan Kompetensi Demi Layanan Terbaik

82OBITUARI: Prof. Guntur HermawanDalam Kenangan Kerabat dan Sahabat

OOMM II

NNTTEERR

NNIIZZ

Halo INTERNIS Edisi September 20156

DIB

UKA

KANDID

AT

KETU

M P

B PA

PDI

Period

e 20

15-2

018

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 7

SOROT UTAMA

Jumat, dini hari, Ballroom Hotel Arya-duta, Medan masih terdengar riuh.Tepuk tangan peserta rapat mengge-legar membelah malam ketika palu

pimpinan sidang Dr. Bambang Setyohadi,SpPD, K-R, FINASIM diketuk menandai ter-pilihnya Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACPsebagai Ketua Umum PB PAPDI periode2012 – 2015. Hal tersebut adalah salah satuagenda sidang organisasi yang dihadiri del-egasi dari 36 cabang PAPDI dan undangandari seluruh Indonesia pada KongresNasional Perhimpunan Dokter SpesialisPenyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV diMedan, Desember 2012 silam.

Kiprah Prof. Idrus, begitu biasa disapa,dalam mengembangkan PAPDI tak diragu-kan lagi. Mantan Ketua PAPDI Cabang Ja-karta Raya ini telah lama terlibat aktif diPAPDI, baik di cabang maupun di pusat. Iapaham betul persoalan-persoalan organi-sasi baik internal maupn eksternal PAPDI.Di pentas nasional, Prof. Idrus cukup dike-nal di lingkungan Ikatan Dokter Indonesia,Konsil Kedokteran Indonesia dan Kemente-rian Kesehatan RI.

Untuk urusan akademik dan kompetensi,ia adalah pakarnya. Guru Besar FK UI inisangat peduli dengan peningkatan kompe-tensi seorang internis. Kontribusinya dalammengembangkan program continuing

Satu Periode Kepengurusan Prof. Idrus

Kiprah Prof. Idrus, begitu biasa disapa, dalam mengem-bangkan PAPDI tak diragukan lagi. Mantan Ketua PAPDICabang Jakarta Raya ini telah lama terlibat aktif di PAPDI.Ia paham betul persoalan-persoalan organisasi baik inter-nal maupn eksternal PAPDI. Menurutnya kepengurusan PBPAPDI mendatang harus lebih profesional. Program kerjadibuat terukur beserta indikator-indikator keberhasilannya.

SOROT UTAMA

professionalism development (CPD) telahbanyak dirasakan sejawat. Baginya, seo-rang dokter spesialis penyakit dalam wajibmenambah dan memperbaharui keilmuandan ketrampilan medisnya agar dapatmemberikan pelayanan kesehatan kepadamasyarakat dengan optimal.

Wajar, bila sejawatmemintanya maju men-jadi Ketua Umum PBPAPDI. Mantan KepalaDivisi Kardiologi Depar-temen Ilmu PenyakitDalam RSCM/FKUI initerpilih secara aklamasimenempati posisi no-mor satu di PB PAPDI.Ia didukung oleh selu-ruh cabang PAPDI. “Te-man-teman mendorongsaya menjadi ketua. Iniamanat yang besar,tanggung jawabnya be-rat, harus memimpinperhimpunan denganjumlah anggota yangbanyak dan memilikicabang di seluruh Indo-nesia,” kata Prof. Idrusketika dijumpai di ruangkerjanya di Divisi Kardiologi RSCM/ FKUI,kilas balik tiga tahun silam.

Bak nakhoda sebuah kapal, Prof. Idruspaham betul kemana PAPDI hendak berla-buh. Namun Kendati demikian, mengawalorganisasi profesi ini bukan perkara sepele.Apalagi kala itu, PAPDI akan memasuki eraSistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)2015. Tepatnya, per satu Januari 2014 sis-tem kesehatan nasional beralih menjadi sis-tem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Sejatinya, sistem kesehatan yang baru, da-lam pelaksanaannya kerap ditemui berbagaikendala. “PAPDI mendukung SJSN, namunkami mesti mengawal sistem ini jangansampai mengubah tatanan kesehatan men-jadi lebih buruk dan merugikan anggota,”ungkapnya.

Kemudian, era globalisasi di sektor jasakesehatan yang ditandai masuknya dokterasing dan investasi asing di bidang kesehat-an akan berdampak pada dokter secaraumum. PAPDI mendukung sikap IDI yangmenolak praktik dokter asing di Indonesia.

IDI berpandangan bahwa soal kesehatanmerupakan bagian dari ketahanan nasionalyang mesti dikelola secara mandiri, tidakdilepas ke pihak asing.“Dalam hal ini (dokterasing-red) sikap PAPDI mengikuti IDI,”katanya.

PAPDI LebihProfesional

Terpilih menjadi Ketua Umum PAPDI pe-riode 2012-2015, Prof. Idrus segera menen-tukan rencana strategis organisasi. Saat itu,ia berpikir PAPDI adalah organisasi profesidengan jumlah anggota yang relatif besardan memiliki cabang di seluruh daerah, ha-rus dikelola lebih professional. “Kepengu-rusan PB PAPDI mendatang lebih profe-sional. Program kerja dibuat terukur besertaindikator-indikator keberhasilannya,” ung-kapnya

Sejatinya sebuah organisasi, PAPDImembuat aturan main mengikuti prinsip-prinsip managemen. Di awal kepengurusan,Prof. Idrus dan Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV, FINASIM, FACP yang ditunjuk seba-gai Sekretaris Jenderal beserta jajaran pe-ngurus PB PAPDI mengadakan rencanastrategis (renstra) untuk menyusun programkerja satu periode kepengurusan. “Kamimerumuskan visi dan misi berdasarkan ang-garan dasar dan anggaran rumah tangga

organisasi. Kemudian, membuat programkerja sesuai dengan visi dan misi, besertatarget dan tolak ukur keberhasilannya. Kamilakukan mengikuti kaidah-kaidah manage-men seperti layaknya sebuah perusahaan,”kata penerima fellow dari ACP itu

Tak sampai di situ, menurut Prof. Idrus,

PB PAPDI harus dikelola layaknya sebuahperusahaan. Pengurus menentukan nilai-ni-lai organisasi yang mencerminkan karakterPAPDI. Ruh PAPDI tersebut tak lepas dariAD/ART yang dituangkan oleh founding fa-ther PAPDI dan kode etik kedokteran Indo-nesia (KODEKI).

“Tata nilai PAPDI yang ditetapkan ada-lah Profesional, Amanah, Peduli, Dedikasi,dan Integritas,” katanya

Prof. Idrus menambahkan, PB PAPDIpada periodenya fokus pada tiga pilar, yaitupelayanan, peningkatan kompetensi danpengabdian masyarakat. PAPDI berupayamelayani anggotanya mulai dari pengurus-an surat izin praktik (SIP) hingga memberi-kan bantuan hukum bagi anggota yang ter-kena kasus hukum dalam menjalani praktik.PAPDI harus dirasakan manfaatnya olehanggota, terutama anggota yang bertugasdi daerah-daerah terpencil.

Peningkatan kompetensi anggota melaluiprogram continuing professionalism deve-lopment (CPD). PB PAPDI menyelenggara-kan beberapa program CPD yang dikemas

Halo INTERNIS Edisi September 20158

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP; pada KOPAPDI XV Medan.

SOROT UTAMA

apik, seperti Pertemuan Ilmiah Nasional yangdigelar setiap tahun, roadshow ilmiah denganberagam tema ke cabang-cabang PAPDI didaerah, dan lain-lain. Hampir setiap akhir pe-kan pengurus melakukan roadshow kelilingke cabang-cabang. Para pengurus yangpakar di bidangnya turun ke daerah-daerah,bahkan guru besar sekalipun. ”Kepengurus-an PB PAPDI saat ini, paling banyak mela-kukan roadshow. Pembicaranya dari pengu-rus PB PAPDI, para pakar hingga guru be-sar,” ujar Prof. Idrus seraya tersenyum.

Para anggota mesti meng up date kom-petensinya. Perkembangan kedokteran kianpesat. Setiap tahun ada hal-hal baru yangditemukan. Bahkan guideline dapat berubahdalam waktu dekat. “Internis harus menam-bah keilmuannya agar dapat memberikanpelayanan kesehatan yang optimal dan ter-hindar dari kasus medikolegal. Hal tersebutterkait dengan patient safety,” tambahnya.

Pilar terakhir, adalah pengadian masya-rakat. Keberadaan PAPDI mesti dapat dira-sakan oleh masyarakat. PB PAPDI menye-lenggarakan seminar kesehatan untuk ma-syarakat awam. Dalam menyambut Hari Ke-sehatan Nasional, Kemenkes RI bersamaPB PAPDI menggelar seminar kesehatanuntuk masyarakat awam. Hal tersebut jugadilakukan serentak di cabang-cabang PAP-DI di Indonesia. PB PAPDI aktif meresponisu-isu kesehatan yang sedang terjadi mela-

lui konferensi pers. Lewat media masa baikcetak maupun elektronik informasi tentangkesehatan dapat diterima oleh masyarakatluas. Dan PB PAPDI beserta cabangnyaaktif memberi bantuan kesehatan kepadakorban-korban bencana alam.

PB PAPDI BersifatFungsional

Beda pengurus beda pula tantangannya.Hal serupa dialami PAPDI. KepengurusanPB PAPDI dihadapkan berbagai persoalan,seperti memasuki era SJSN, menyambutAFTA 2015, gratifikasi, polemik kesehatanremaja, Surat Keputusan Konsil KedokteranIndonesia yang meniadakan jenjang sub-spesialis, timpangnya distribusi dokter pe-nyakit dalam di Indonesia dan lain-lain. Tan-tangan tersebut memberi pengaruh yangbesar terhadap tatanan sistem kesehatandan pendidikan kedokteran di Indonesia.

Tentu, perubahan tersebut harus lebihbaik dari sudah ada dan tidak merugikan in-ternis. Dengan demikian, PB PAPDI mem-bentuk tim adhoc untuk mengkaji, memberimasukan serta mengevaluasi setiap per-soalan yang timbul dari kebijakan tersebut.Pada periode ini, PB PAPDI membentuk li-ma tim adhoc, yaitu tim adhoc SJSN, map-ping need, Dokter Asing, Adolescent danGratifikasi. “Kepengurusan ini paling banyak

membentuk tim adhoc. Alhamdulillah, padaperiode ini beberapa persoalan dapat dise-lesaikan sesuai harapan,” ujar suami DR.Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) ini.

PPAAPPDDII GGooIInntteerrnnaattiioonnaall

Eksistensi PAPDI di tingkat Internasionalterus menggeliat. Di tingkat regional, PAPDIberperan aktif menghidupkan kembaliASEAN Federation of Internal Medicine(AFIM) dan membentuk American Collegeof Physicians (ACP) Chapter ASEAN. Se-mentara ini, kedua organisasi tersebut me-nitikberatkan pada kegiatan-kegiatan conti-nuing professionalism development (CPD).

Sedangkan di tingkat international, PBPAPDI akan menjadi tuan rumah WorldCongress of Internal Medicine (WCIM) pada2016. Perhelatan akbar internis sedunia ituakan digelar di Hotel Bali Nusa Dua Con-vention Center (BNDCC), 22 – 25 Agustus2016. Kurang dari setahun, Ketua PanitiaDR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP bersama panitia yang ber-asal dari pengurus pusat dan cabang-ca-bang PAPDI terus bersinergi menyukseskanacara tersebut. Dr. Aru berharap dukunganpenuh dari seluruh anggota PAPDI untukdapat berpartisipasi pada WCIM 2016 diBali mendatang. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 9

KOPAPDI XV, di Medan 2012.

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi September 201510

Mengadakan Rapat Rencana strategis (renstra),16 Februari 2013, Hotel JW Marriot, Jakarta

Pengurus PB PAPDI bersama Pengurus KIPD rapat bersamasosialisasi rencana strategis dan sususan pengurus dari ma-sing-masing lembaga. Kedua lembaga saling memperkenalkanpengurus masing-masing. Rapat ini baru pertama kali diseleng-garakan dimana PB PAPDI dan KIPD bersama-sama menyusunprogram kerja. Rapat ini dihadiri seluruh staf pengurus PBPAPDI dan KIPD.

Pelantikan Pengurus PB PAPDI dan BPH KIPD, 17 Februari 2013, di Hotel JW Marriot Jakarta

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT dan KetuaKIPD Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM bersamajajarannya dilantik oleh Ketua Umum PB IDI Dr. Zainal Abidin,MH. Pelantikan berlangsung khidmat yang ditetapkan dalamSK IDI yang dibacakan Ketua Bidang Organisasi PB IDI Dr.Adib Khumaedi, SpOT. Acara diakhiri dengan penyematan PINPAPDI oleh Ketua Umum IDI kepada Ketua Umum PB PAPDIdan jajarannya.

Rakernas PB PAPDI dan semua PAPDI Cabang, 6 - 7 April 2013 di Hotel Haris, Jakarta

Ini adalah Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang yang per-tama kali pada kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT.Rakernas ini sosialisasi program kerja PB PAPDI dan KIPDperiode 2012 – 2015. Pada acara tersebut hadir pengurus PBPAPDI, delegasi dari 36 Cabang PAPDI dari seluruh Indonesia,pengurus KIPD, dan delegasi prodi IPD dari Fakultas Kedok-teran di Indonesia. Pada acara ini juga membahas seputar

SJSN dan AFTA 2015 dengan menghadirkan pembicara Dr.Untung Sutardjo, MKes Kepala BADAN PPDSM Kemenkes RI,Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto, SpF, SH Staf Ahli KemenkesRI dan Prof. DR. Dr. Herkutanto, SpF yang memaparkan sep-utar white paper.

Konvokasi FACP, San Fransisco, April 2013Ketua Umum PB PAPDI Kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPTdan Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV, FINASIM, FACPmenerima gelar fellowdari American College ofPhysicians (ACP).Eksistensi PAPDIsemakin diakui di duniainternational.

Kongres AFIM I, 5 – 8 Mei 2013, Manila, FilipinaPAPDI terlibat aktif menghidupkan kembali ASEAN Federationof Internal Medicine (AFIM) setelah beberapa tahun mati suri.Prof. Idrus, dan Dr. Sally serta beberapa pengurus menghadiriKongres pertama AFIM di Filipina. Kongres tersebut bersamaandengan Philipine College of Physicians (PCP). Kongres itu

Highlight

PB PAPDI Periode 2012-2015

SOROT UTAMA

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 11

membicarakan tentang organisasi AFIM. Indonesia akan menja-di tuan rumah kongres AFIM pada 2016, bersamaan dengantuan rumah WCIM 2016, di Bali.

Pembentukan South East Asia Chapter of ACPPAPDI berperan aktif menggagas pembentukan South EastAsia Chapter of ACP. Menurut Sekretaris Jenderal PB PAPDIDr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, pemben-tukan South East Asia Chapter of ACP memiliki arti pentingbagi perkembangan ilmu penyakit dalam di negara-negara AsiaTenggara. Awalnya ide pembentukan organisasi ini, lahir dariPB PAPDI ketika KOPAPDI XV 2012 di Medan. Kemudiangagasan ini disambut baik oleh lima organisasi internis dariMalaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Proposal pemben-tukan diterima ACP, kemudian delegasi organisasi internis darilima negara tersebut di undang ke San Fransisco untuk meng-hadiri ACP awal April 2013 lalu. ACP Chapter of ASEANdiresmikan pada 1 Juli 2013.

Hari Kesehatan Dunia 2013Hari Kesehatan Dunia 2013 mengangkat tema “WaspadaiBahaya Hipertensi”. PB PAPDI bekerjasama Kemenkes RImenyelenggarakan seminar Umum bertema “ WaspadaiHipertensi, Kendalikan Tekanan Darah” di Balai Kartini, 10 April2013. Hadir sebagai pembicara Dr. Tri juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM, Dr. Aida Lydia, PhD, SpPD, K-GH, FINASIM,dan Dr. Dono Antono, SpPD, K-KV, FINASIM dan sebagai mod-erator Dr. Dharmeizar, SpPD, K-GH. Hari Kesehatan Dunia2013 juga diselenggarakan serentak di cabang- cabang PAPDI.PB PAPDI juga menyelenggarakan Konferensi Pers buat insanmedia yang mengulas pentingnya mencegah hipertensi denganmengontrol tekanan darah dengan narasumber Ketua UmumPB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,FACC, FESC, FAPSIC, FACP dan Ketua Bidang Humas

Publikasi dan Pengabdian Masyarakat PB PAPDI Dr. IkaPrasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, dengan moderator Dr.Eka Ginanjar, SpPD, FINASIM. Pada kesempatan itu juga diu-mumkan Jurnalis Award PAPDI tentang hipertensi bagi awakmedia. Hal tersebut merupakan bagian dari misi PB PAPDIsebagai pengabdian kepada masyarakat.

PIN XI PAPDI 2013, 28 – 30 Juni 2013,Hotel Pangeran, Pekan Baru, Riau

PAPDI Cabang Riau menjadi tuan rumah Pertemuan IlmiahNasioanal XI PB PAPDI. Acara ilmiah tahunan ini dalam rangkacontinuing professionalisme Development (CPD) untuk selalumeningkatkan dan meng update kompetensi anggota agardapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Eventitu dibuka oleh Wali Kota Pekan Baru Drs. H. Firdaus MT.Sayangnya, acara ini terkendala oleh asap yang menyelimutiPekan Baru, namun secara keseluruhan , kata KetuaPelaksana DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,MMB, FACP, acara berjalan sukses, niat peserta tidak surutmeski dihadang asap.

Penyusunan White Paper, Oktober 2013, Hotel JSLuwansa, Jakarta

Tim Adhoc White Paper PB PAPDI menyusun White Paper IlmuPenyakit Dalam yang akan digunakan menjadi panduan bagiinternis ketika membuat white paper di rumah sakit tempatmereka bekerja. Ketua Tim Adhoc Dr. Bambang Setyohadi,SpPD, K-R, FINASIM mengatakan tim ini dibantu Prof. DR. Dr.Herkutanto, SpF merevisi white paper yang telah dibuat oelhtim adhoc ini. Banyak yang belum paham tentang White paper ,karena ini merupakan kebijakan baru yang digulirkanKemenkes pada tahun 2011.

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi September 201512

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang di seluruh Indonesia,dari tahun 2013 – 2015

Ketua Umum PB PAPDI bersama pengurus telah melantik 30Cabang PAPDI pada kurun waktu 2013 – 2015. Sementara 6Cabang PAPDI tidak dilantik oleh Pengurus PB PAPDI periode2012 – 2015.

NAMA CABANG TANGGAL PELANTIKAN1 DEPOK 23 MARET 20132 JAKARTA RAYA 18 MEI 20133 GORONTALO 22 JUNI 20134 CIREBON 24 AGUSTUS 20135 SUMATERA SELATAN 31 AGUSTUS 20136 SEMARANG 1 SEPTEMBER 20137 BENGKULU 14 SEPTEMBER 20138 JAWA BARAT 5 OKTOBER 20139 BANTEN 3 NOPEMBER 2013

10 SULAWESI TENGAH 9 NOPEMBER 201311 BEKASI 17 NOPEMBER 201312 MAKASSAR 24 NOPEMBER 201313 SUMATERA UTARA 1 DESEMBER 201314 PURWOKERTO 21 DESEMBER 201315 SURABAYA 11 JANUARI 201416 BALI 19 JANUARI 201417 KALIMANTAN TIMUR 15 FEBRUARI 201418 PROPINSI ACEH 7 MARET 201419 YOGYAKARTA 15 MARET 201420 TANAH PAPUA 26 APRIL 201421 KUPANG 24 MEI 201422 JAMBI 31 MEI 201423 KALSEL TENGAH 7 JUNI 201424 SUMATERA BARAT 15 JUNI 201425 MALANG 24 AGUSTUS 201426 RIAU 30 AGUSTUS 201427 KEPULAUAN RIAU 13 SEPTEMBER 201428 LAMPUNG 4 OKTOBER 201429 MALUKU UTARA 9 NOPEMBER 201430 SULAWESI UTARA 31 JANUARI 2015

CABANG PAPDI YANG BELUM/TIDAK DILANTIK PERIODE 2012 – 2015

NAMA CABANG KETERANGAN 31 BOGOR TERAKHIR DILANTIK

PERIODE 2009-201232 KALIMANTAN BARAT TERAKHIR DILANTIK

PERIODE 2009-201233 SULAWESI TENGGARA TERAKHIR DILANTIK

PERIODE 2009-201234 NUSA TENGGARA BARAT TERAKHIR DILANTIK

PERIODE 2009-201235 MALUKU TERAKHIR DILANTIK

PERIODE 2009-201236 SURAKARTA BELUM PERNAH DILANTIK

SEJAK AWAL PENDIRIAN

Roadshow ilmiah ke Cabang – Cabang PAPDIselama 2013 – 2015

Roadshow ilmiah ini berupa seminar yang acara diselenggrakanbersamaan dengan pelantikan pengurus cabang. Baik KetuaUmum , Sekjen serta pengurus lainnya turun ke cabang-ca-bang menjadi pembicara pada seminar tersebut. Bahkan seo-rang Guru Besar pun turut menjadi pembicara dalam roadshowtersebut. Hampir seluruh cabang gtelah disambangi olehpengurus PB PAPDI.

PAPDI Tolak Kriminalisasi Dokter

PB PAPDI dukung gelombang protes atas putusan MahkamahAgung yang mempidanakan tiga dokter spesialis obstetrik danginekologi di Menado berlangsung diberbagai daerah diIndonesia. Serentak ribuan dokter diberbagai daerah menggelaraksi solidaritas demo nasional pada 27 November 2013. DiJakarta, ribuan dokter long march dari tugu Proklamasi menujuMahkamah Agung. Para dokter menuntut bebas Dr. Dewa AyuSasiary Prawani, SpOG, Dr. Hendry Simanjuntak, SpOG, danDr. Hendy Siagian, SpOG dan menolak kriminalisasi dokter.

SOROT UTAMA

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 13

Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI2014, 1 – 2 Maret 2014, Hotel Harris, Jakarta

Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang 2014 adalah raker-nas kedua kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT. Rakernas inibanyak menyoroti tentang SJSN dengan mengundang DirekturUtama BPJS DR. Dr. Fachmi Idris , MKes, Pusat Pembiayaandan Jaminan Keseahtan Kemenkes RI Drg. Armansyah, MPPM,Wakil Ketua NCC Kemenkes RI Dr. Kalsum Komariyah,MPPM, dan Kepala Seksi tarif BLU Ditjen Pembinaan Penge-lolaan Keuangan BLU Kemkeu RI Dwi edhi Laksono MA.Pada acara tersebut hadir pengurus PB PAPDI, delegasi dari36 Cabang PAPDI dari seluruh Indonesia, dan pengurus KIPD.

Presentasi Persiapan WCIM 2016, Bali Indonesia,26 Oktober 2014 WCIM 2014, Seoul, Korsel

Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, memaparkan kesiapan WCIM 2016, diBali Indonesia dihadapan executive committee ISIM. WCIM2016 akan di selenggarakan pada 22 – 24 Agustus 2016 diHotel Bali Nusa Dua Convention Center. Panitia menghimbauagar anggota PAPDI dapat berpartisipasi pada perhelatan akbartingkat dunia itu.

Internis asal Indonesia menja-bat President Elect ISIM, padaWCIM 2014, Seoul Korsel.

DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP terpilih men-jabat President Elect ISIM periode2014 – 2016 pada WCIM 2014, diSeoul Korsel, Oktober 2014 lalu.

KONKER XIII PB PAPDI, pada 27 – 30 November2014, Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta.

PAPDI Cabang Yogyakarta menjadi tuan rumah KonferensiKerja (KONKER) XIII PB PAPDI. Acara ini terdiri dua kegiatanyaitu sidang organisasi dan simposium ilmiah. Keputusan padasidang organisasi akan dibahas pada KOPAPDI XVI 2015 diBandung, 9 – 12 September 2015

Rumah PAPDI Sejak berdiri 1957, PAPDI baru memiliki gedung sendiri pada2014. Mengingat jumlah anggota yang terus bertambah danpadatnya agenda kerja PB PAPDI, sudah selayaknya PBPAPDI memiliki gedung sendiri yang diberi nama“RumahPAPDI”.

PIN XII PAPDI 2014, 5 – 7 September 2014, HotelShangri-La, Surabaya

PAPDI Cabang Surabaya menjadi tuan rumah PertemuanIlmiah Nasioanal XII PB PAPDI. Acara ilmiah tahunan ini dalamrangka continuing professionalisme Development (CPD) untukselalu meningkatkan dan meng update kompetensi anggota,agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.Event itu dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Drs.Saifullah Yusuf.

SOROT UTAMA

Halo INTERNIS Edisi September 201514

Pertemuan PB PAPDI dengan Dirjen BUK Kemenkes RI

PB PAPDI bertatap muka dengan Dirjen BUK Kemenkes Prof.Dr. Akmal Taher SpU dan Direktur Bina upaya KesehatanRujukan Kemenkes RI Dr. Chairul radjab nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, M.Kes FACP. Dari pertemuan itu, dihasilkankeputusan untuk membentuk Tim Nasional Kardiovaskularyang terdiri dari tiga perhimpunan spesialis, yaitu PAPDI, IDAIdan PERKI. Dan, membuiat Pedoman Nasional PelayananJantung di Indonesia.

PB PAPDI audiensi dengan KKI, 6 Januari 2014PB PAPDI melakukan audiensi dengan Ketua KKI Prof. Dr.Bambang S. SpA. Pada pertemuan itu, PB PAPDI mengusulkanagar Perkonsil tahun 2012 dicabut atau diubah pasal-pasalyang merugikan PAPDI. Penulisan sebuatan “Konsultan” padaSTR, seperti yang dilakukan sebelumnya. Dan, advokasi ten-tang dokter asing dan pendidikan subspesialis.

PB PAPDI audiensi dengan Menteri Kemenkes RI, 30 Januari 2015.

PB PAPDI melakukan audiensi dengan Menteri Kemenkes RIProf. Dr. Nila Anfasa Moeloek, SpM. Pada pertemuan tersebut

PB PAPDI mengadvokasi tentang gratifikasi, distribusi dokterspesialis penyakit dalam di Indonesia, melaporkan WCIM 2016di Bali, revisi tarif BPJS, dan menyampaikan sikap PAPDI ter-hadap dokter asing.

Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI2015, 21–22 Februari 2015, Hotel Harris, Jakarta

Kembali PB PAPDI melakukan “Rakernas PB PAPDI danSemua Cabang 2015 “ di Hotel Harris Jakarta. Rakernas inibanyak menyoroti tentang SJSN dan isu gratifikasi yang meng-hadirkan narasumber Direktur Utama BPJS DR. Dr. FachmiIdris , MKes, wakil Ketua Tim Tarif NCC kemenkes RI Dr.Ahmad Soebagyo, MARS, Dr. Djoko Widyarto, JS DHM,MH.Kes Anggota Tim kajian Gratifikasi IDI, SekretarisInspektorat Jenderal Kemenkes RI Drg. S.R Mustikowati, MKes.Pada acara tersebut hadir pengurus PB PAPDI, delegasi dari36 Cabang PAPDI dari seluruh Indonesia, dan pengurus KIPD.

PIN XIII PAPDI 2015, 12 – 14 Juni 2015, HotelNovotel Palembang

PAPDI Cabang Sumatera Selatan menjadi tuan rumahPertemuan Ilmiah Nasioanal XIII PB PAPDI. Acara ilmiah tahu-nan ini dalam rangka continuing professionalisme Development(CPD) untuk selalu meningkatkan dan meng update kompetensianggota agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yangoptimal. Event ini dibuka oleh Gubernur Sumatera Selatan Drs.Alex Noerdin.

SOROT UTAMA

Pengabdian menjadi ba-gian penting tak terpi-sahkan bagi profesi dok-ter. Bukan hanya mengo-bati mereka yang sakit,mengurus organisasijuga menjadi bagian daripengabdian.

Waktu berjalan dengan cepat, takpernah bisa dilupakan ketikaPAPDI (Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam

Indonesia) menggelar Kongres Nasional XVPAPDI (KOPAPDI) di Hotel Aryaduta,Medan, Sumatera Utara pada Desember2012 silam. Kala itu peserta kongres mem-berikan mandat kepada Prof. DR . Dr. IdrusAlwi, SpPD, K-KV, FINASI, FACC, FESC,FAPSIC, FRCPT untuk menjadi KetuaUmum PB PAPDI periode 2012 - 2015,pemilihan dilakukan tanpa proses yang pan-jang, Prof. Idrus, begitu biasa disapa, dipilihsecara aklamasi. Menerima tugas itu, meru-pakan amanah bagi dokter kelahiranPalembang, 22 Maret 1962 ini.

Dan tugas yang mulai diembannya padaDesember 2012 akan berakhir pada tahun2015 ini. “Saya menyadari, ketika terpilih

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 15

Pengabdian Tiada Batas

Ketua Umum PB PAPDI periode 2012 – 2015

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,FACC, FESC, FAPSIC, FRCPT

PengabdianTiada Batas

SOROT UTAMA

tugas berat harus saya emban sebagaiKetua Umum PB PAPDI, sebuah amanahyang harus saya jalani dengan sungguh-sungguh agar organisasi ini bisa menjadirumah yang sesungguhnya bagi anggotayang jumlahnya ketika itu sekitar 2.900orang dan kini terus berkembang menjadilebih dari 3.107 anggota dari 36 cabangyang tersebar dari Aceh hingga Papua,”ujarnya mengawali perbincangan.

Langkah strategis pun disusun, PAPDIsebagai organisasi profesional tentu harusdikelola dan dijalankan secara profesional,begitu tekad Prof. Idrus. Bersama pengurusPAPDI yang lain, ia menyusun programkerja sesuai dengan visi dan misi PAPDIdan kaidah-kaidah yang berlaku di PAPDI.

“Kemudian kita juga membuat key per-formance indicator, tolok ukurnya serta tar-get yang ingin dicapai. Masing-masing bi-dang yang ada di PAPDI membuat programkerja berdasarkan panduan yang sudah di-susun. Tentu semua harus seiring sejalandengan Anggaran Dasar dan Anggaran Ru-mah Tangga (AD/ART) PAPDI. Dengan be-gitu, apa yang diinginkan oleh foundingfather organisasi ini benar-benar bisa kitajalankan, semua dituangkan dalam visi, mi-si, program kerja yang kemudian kita rang-kum dan kita buat Tata Nilai PAPDI yaituProfesional, Amanah, Peduli, Dedikasi danIntegritas. Tak berhenti sampai di situ, se-mua yang telah kita susun bersama kitaselaraskan dengan Kode Etik Kedokteran.Setelah semua sudah selaras baru kitajalan,” urai Prof. Idrus.

Prof. Idrus mengingatkan, semua yang

sudah tersusun dan terencana dengan baik,semuanya tak bisa dilepaskan dari tiga pilarPAPDI yang menompang organisasi.Pertama, PAPDI bertugas melayani, keduaPAPDI harus meningkatkan kompetensianggotanya dan yang ketiga keberadaanPAPDI harus dirasakan oleh masyarakat.

“PAPDI bertugas untuk melayani, dimana pelayanan itu dimulai dari yang seder-hana. Mulai dari mengurus keanggotaansampai dengan urusan yang terkait dengankolega jika ada anggota kita yang berma-salah dengan hukum. Secara etik itu menja-di tanggung jawab kita. PAPDI memberikanadvokasi walaupun kita bukan pengacara.Kemudian meningkatkan kompetensi ang-gota harus terus menerus dilakukan dalambentuk continuing professionalism develop-ment. Saya kira, pada era ini kegiatan se-perti itu yang paling banyak dilakukan. Dankami semua, seluruh pengurus PAPDI turunlangsung, baik saya sebagai Ketua Umum,lalu Sekjen, Wakil Ketua hingga KetuaBidang. Tak hanya itu, kita juga melibatkanpakar lain, seperti Prof. Daldiyono ikutbicara di Gorontalo. Anggota di daerah bisaup date informasi. Seorang dokter jika tidakmengikuti perkembangan pengetahuan daninformasi dia akan tertinggal. Terapi limatahun yang lalu dengan terapi yang diterap-kan saat ini sudah berbeda. Akan adaperkembangan seiring berjalannya waktu,”kata Prof Idrus panjang lebar.

Dia melanjutkan, “Bisa kita bayangkan,seorang dokter tidak mengikuti perkem-bangan. Maka dia tidak bisa memberikanterapi yang optimal pada pasiennya. Terapi

yang diberikan tidak sesuai standar denganperkembangan. Semua tentu akan berujungpada pelayanan ke masyarakat. Peningkat-an kompetensi juga terkait dengan upayaPAPDI agar para dokter bisa menghindariaspek medikolega. Jadi yang diberikan se-suai dengan yang up to date. Lalu pilar yangketiga di mana keberadaan PAPDI harusdirasakan masyarakat, maka pengurusPAPDI baik di pusat hingga cabang di dae-rah secara rutin menggelar ceramah danberbagai kegiatan yang bisa mengedukasimasyarakat.”

Di event tertentu, seperti Hari KesehatanNasional, PAPDI turut berkontribusi mem-berikan informasi kepada masyarakat. “Taksebatas itu, PAPDI juga aktif di berbagai ke-giatan sosial dan berada di tengah masya-rakat ketika masyarakat membutuhkan. Ke-giatan PAPDI Peduli Bencana, PAPDI Pe-duli Banjir sudah berulangkali dilangsung-kan dengan menjalin kerjasama denganPAPDI Medical Relief, organisasi PAPDIyang bergerak di unit tanggap bencana,”sambung Prof. Idrus.

Harus diakui, bukan pekerjaan mudahuntuk menjalankan roda organisasi denganribuan anggota dan cabang yang tersebar diseluruh Indonesia. Prof Idrus sebagai KetuaUmum harus terus menjalin komunikasi danberkordinasi dengan seluruh cabang yangada. Mengadakan rapat organisasi, mulaidari rapat pengurus besar, lalu juga rapatpleno, rapat regular hingga rapat kerja den-gan seluruh cabang tiap tahun dilakukan.“Rapat-rapat tersebut bertujuan untuk me-nyatukan langkah,” sergahnya.

PAPDI juga membahas isu yang tengahhangat seperti distribusi dokter. Terkait per-soalan ini, Prof. Idrus secara khusus di-panggil oleh Menteri Kesehatan dan DirjenBUK untuk membahas distribusi dokter spe-sialis yang merata. Ternyata data yang adadi Kemenkes jauh berbeda dengan datayang PAPDI miliki. “Saya jelaskan kepadabu Menteri bahwa PAPDI sudah sejak lamamembuat mapping. Kita sudah memintadata dari seluruh wilayah, di daerah manasaja yang kekurangan internis, dan diwilayah mana yang masih kosong. Rasiopenempatan internis berdasarkan rasiorumah sakit bukan berdasarkan rasio jum-lah penduduk,” jelasnya.

Kembali ke soal koordinasi, komunikasidengan cabang di seluruh penjuru tanah air

Halo INTERNIS Edisi September 201516

Prof. Idrus Alwi, SpPD, dengan Menkumham saat peringatan HKI 2015.

selalu terjalin, baik langsung maupun tidaklangsung. Komunikasi dengan teknologisudah pasti dilakukan, namun sebagaipemimpin Prof. Idrus lebih memilih untukdatang langsung ke cabang. “Rasanya su-dah hampir 90 persen cabang di daerahsaya datangi. Saya datang di berbagai aca-ra yang digelar oleh cabang yang biasanyaberdampingan dengan pelantikan pengurusCabang PAPDI. Ketika datang, kita bisamendengar langsung masukan-masukandari cabang termasuk melihat langsungproblem-problem yang dialami oleh cabang.Tiap cabang tentu memiliki problem yangberbeda-beda, sehingga kita tidak bisamemberikan jalan keluar yang sama untukseluruh daerah,” aku Prof Idrus. Itulah pent-ingnya datang langsung ke daerah. Jikadirinya berhalangan, maka Prof. Idrus akanmendelegasikan kepada pengurus besarPAPDI untuk datang ke daerah.

Tentu banyak cerita berkesan yang di-alaminya, dan semua tersimpan manis se-bagai kenangan yang tidak terlupakan. Na-mun ada peristiwa yang selalu membuatProf. Idrus terkenang. “Ketika itu, saya danbeberapa pengurus besar PAPDI akan keMaluku Utara untuk melantik penguruscabang di sana. Untuk efisiensi, saya danrekan-rekan memilih direct flight menuju ko-ta itu. Semua berjalan normal, kami board-ing dan menunggu pesawat take off dariBandara Soekarno Hatta. Seperti biasa, pe-nerbangan ke daerah Indonesia Timur dila-kukan hampir tengah malam. Hampir se-mua penumpang memilih tidur ketika me-nunggu proses take off. Tetapi saya yangmasih membaca merasakan hal yang aneh,ketika mesin dinyalakan tiba-tiba seluruhlampu mati, termasuk pendingin dan disusuldengan mesinnya. Kemudian mesin dicobadinyalakan kembali, berhasil namun kemu-dian mati lagi. Saya panggil pramugari danbertanya apa yang terjadi, sang pramugarimenjelaskan mesin mati dan sedang dalamupaya perbaikan. Saya pikir, wah kalau nan-ti mati mesin ketika berada di atas bagai-mana? Setor nyawa ini namanya. Sayalangsung membangunkan pengurus lainyang sudah tertidur dan memilih untukmembatalkan pemberangkatan. Beberapapenumpang yang melihat apa yang kamilakukan juga mengikuti dan akhirnya pener-bangan benar-benar dibatalkan. Saya me-nunggu di Bandara sampai pagi dan ter-

bang dengan penerbangan perta-ma lewat Manado baru ke MalukuUtara. Memang ada waktu yangterbuang tetapi yang pentingkami semua selamat,” Prof Idrustertawa mengenang peristiwa itu.

Meniru Jejak AyahAnak Sulung dari 12

bersaudara yang terlahir daripasangan almarhum Alwi IdrusShahab dan Nafisah ini sudahbercita-cita menjadi dokter ketikamasih duduk di bangku SekolahDasar. Biologi adalah pelajaranyang paling disukai Idrus cilik.“Menghapal kata-kata latin yangbanyak di pelajaran biologi sayasuka sekali, selain itu saya jugasuka pelajaran matematika danjuga kimia,” ujar Prof. Idrus yangberlangganan mengantungi nilai9 dan 10 untuk pelajaran-pela-jaran tersebut.

Masa pendidikan dasar hing-ga ke Sekolah Menengah Atasdijalani di kota empek-empekPalembang. Masa remaja dilaluidengan suka cita, bermain alat musik gitarmenjadi salah satu kesukaannya. “Sayasempat belajar gitar klasik, Tetapi salah satuteman saya yang jago main gitar mengajarisaya aneka macam lagu, mulai lagu popsampai dengan lagu klasik.”

Ketika akan menempuh pendidikan ting-gi, Prof. Idrus memantapkan hati untuk me-ngikuti tes masuk perguruan tinggi. ITB (Ins-titut Teknologi Bandung) dan Fakultas Ke-dokteran Universitas Indonesia (FKUI) men-jadi pilihannya. “Kalau mau mendalami bi-dang teknik ITB yang terbaik, tetapi kalaumau jadi dokter, FKUI yang terbaik,” begitupandangannya

Idrus belia menyempatkan diri untuk me-lihat langsung dua perguruan tinggi papanatas di tanah air itu. Setelah melihat lang-sung, ia semakin mantap memilih FKUI se-bagai kawah candradimuka baginya untukmewujudkan cita-citanya sejak kecil. Per-siapan dia lakukan, belajar dengan buku-buku seadanya dilakoninya. Dia bersyukurkarena dirinya diterima sebagai mahasiswaFKUI. Tahun 1980 lembaran baru kehidup-annya pun dimulai. Jika sejak kecil selalu

tinggal bersama orangtua dan saudara-sau-daranya, Idrus yang masih berusia belasanharus menjadi orang perantauan.

Idrus muda belajar dengan sungguh-sungguh, tak ada kata bermain dan bersan-tai seperti mahasiswa kebanyakan. “Bisamasuk Fakultas Kedokteran di perguruantinggi negeri itu berkah yang luar biasa, ka-rena masuknya sangat sulit. Tempat terba-tas sementara peminatnya luar biasa. Ka-rena itu, ketika saya diterima saya harusbisa mempertahankan dan melakukan yangterbaik. Karena ancaman DO (drop out) didepan mata bagi mahasiswa yang takmampu mengikuti perkuliahan,” ujarnya.

Tak hanya itu, Idrus muda menyadariperjuangan orangtuanya untuk bisa menye-kolahkan di Jakarta. Ayahnya memiliki se-buah toko yang menghidupi Idrus dan adik-adiknya. “Ayah saya dulu kuliah di FakultasEkonomi, tetapi karena ayahnya meninggal,ayah memilih berhenti dan menjadi tulangpunggung keluarga. Banyak nasihat ayahyang mengajari kami anak-anaknya untuksekolah negeri dan perguruan tinggi negeri.Saya sadar, tentu tak mudah membiayai

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 17

SOROT UTAMA

Bersama istri di lembah Anai.

SOROT UTAMA

anak yang kuliah di perantauan sementaraadik-adik saya juga banyak. Jadi hidup pri-hatin bukan hal baru buat saya. Kalau uangsaku sudah menipis, warung Padang lang-ganan saya sudah hapal kalau saya hanyamakan dengan gulai telur saja. Kalau maunambah cukup tambah kuah saja, makandengan ayam cukup sesekali saja hahaha…,” Prof Idrus tertawa mengenang masamudanya.

Sosok ayah bagi Prof. Idrus adalah pa-nutan yang selalu dia ingat dan jalankan na-sihat-nasihatnya. Ketika sang ayah wafat,Idrus pun bertekad untuk bisa mengikuti je-jak sang ayah, mengambil alih tanggung-jawab keluarga. Sang ibu meneruskan me-ngelola toko peninggalan suaminya. Prof.Idrus menjadi pengganti ayah bagi sebelasadik-adiknya. Tentu karena campur tanganTuhan Yang Maha Pengasih, Nafisah yangsudah kehilangan suami namun mampumengantar 12 anaknya menyelesaikan pen-didikan tinggi, bahkan sepuluh di antaranyamenjadi dokter.

Prof. Idrus sebagai anak tertua membericontoh. Menyandang gelar dokter tak mem-buatnya berhenti belajar, dirinya pun me-ngambil pendidikan spesialis. “Saya memilihpenyakit dalam karena ilmunya sangat luas,dengan keahlian saya di bidang penyakitdalam saya bisa membantu orang lebih ba-nyak. Profesi dokter adalah profesi pengab-dian, jangan menjadikan uang sebagai tu-juan utama. Melayani dan mengabdi ituyang saya tanamkan pada diri saya sehing-ga dengan begitu bekerja dimanapun de-ngan siapapun dan menolong siapa sajaakan memberikan kepuasan yang luar bia-sa,” tuturnya.

Bicara tentang pengabdian, ketika Idrustelah diangkat sumpahnya sebagai dokter,dia ditempatkan di kawasan terpencil di pe-losok Sumatera Selatan, kabupaten OKU.Fasilitasnya sangat terbatas, listrik diseljalan tanah dan rusak. Mengabdi di daerahterpencil adalah pengabdian yang sesung-guhnya. Program Posyandu di perkotaanberbeda dengan Posyandu di daerah, uta-manya daerah terpencil. Posyandu bukansekedar menimbang dan memberi imunisasibayi, tetapi di daerah Posyandu menjadiujung tombak berbagai program kesehatan.Safari Posyandu, menyambangi satu kam-pung ke kampung lainnya sambil men-sosialisasikan berbagai program sekaligus

mengobati masyarakat yang sakit namuntak memungkinkan untuk memperoleh ak-ses kesehatan.

Di daerah itu, Idrus tak hanya berperansebagai dokter tetapi juga tokoh masyarakatsetempat. “Kalau ada hajatan, kita diberitempat istimewa bersama tokoh-tokoh ma-syarakat lainnya,” Prof Idrus tersenyum. Takjarang, dirinya di dapuk menjadi khatib sho-lat Jumat, bahkan khotib sholat Idul Adha diMasjid Raya di kecamatan Belitang.

Ada pertemuan, selalu ada perpisahan.Idrus yang telah akrab dan memiliki pasienyang banyak mesti berpisah, massa PTTnya sudah berakhir. Kepala Dinas Kesehat-an, kata Idrus, sempat menahannya agarmenetap di sana. Sementara, Idrus inginmelanjutkan ke jenjang spesialis. Sang istri,DR. Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) yangjuga teman satu kuliah, sumbang saranagar memilih melanjutkan studi.

“Saya senang menjalani itu semua, te-tapi istri mengingatkan dengan keahlianyang kami miliki, kami bisa berbuat lebih ba-nyak untuk membantu masyarakat. Kata is-tri, di tempat itu kami hanya mengobatiorang pilek dan batuk, tetapi kalau melan-jutkan pendidikan maka banyak orang de-

ngan penyakit serius yang bisa diobatisesuai dengan kemampuan saya,” ungkapProf. Idrus yang pernah mendapat penghar-gaan dokter teladan ini.

Semua dijalani dengan sukacita, ganjar-annya dia diberi kemudahan oleh Allah un-tuk menjalani pendidikan spesialis. “Sayabanyak ditawarin oleh beberapa profesoruntuk mengikuti spesialisasi yang menjadikeahlian mereka, bahkan ada yang mena-wari saya untuk menjadi asistennya. Tetapisaya memilih untuk menjadi spesialis pe-nyakit dalam dan bersaing dengan dokter-dokter lainnya.”

Prof Idrus meyakini ladang pengabdianbisa di mana saja dan dilakukan oleh profe-si apa saja. “Karena saya dokter, makapengabdian saya adalah mengobati orangyang membutuhkan. Tetapi tentu kita tak bo-leh merasa cukup dan berpuas diri, kitaharus bisa mengabdi dengan optimal. Ber-kiprah di organisasi PAPDI juga menjadi ba-gian dari pengabdian. Karena saya meya-kini sesuai dengan tuntunan agama, sebaik-baik manusia, adalah manusia yang ber-manfaat bagi orang banyak. Dan saya ber-usaha untuk menjadi manusia yang ber-manfaat,” pungkasnya. (HI)

Halo INTERNIS Edisi September 201518

Prof. Idrus Bersama anak istri.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 19

SOROT UTAMA

Namanya sudah tidak asing lagi bagikalangan dokter penyakit dalam ditanah air. Kiprahnya di organisasipara internis ini dimulai dari nol. Di

PAPDI Jaya, tugas pertamanya mengawalbidang Ilmiah. Setelah itu, pindah ke bidangHumas dan Publikasi, lalu menjadi SekretarisPapdi Jaya hingga menjadi Wakil KetuaPAPDI Jaya yang bersamaan dengan kiprah-nya di Pengurus Besar PAPDI sebagai WakilSekjen pada periode sebelumnya (2009-2012). Dan pada periode kepengurusan PBPAPDI 2012-2015 menjabat sebagai Sekre-taris Jenderal.

“Sejak lulus internis tahun 2003 lalu, sayasudah bergabung di kepengurusan PAPDI di-mulai dari PAPDI Jaya,” ujar dokter kelahiranMedan, 8 Agustus 1967 ini seraya menera-wang. Dunia organisasi bukan hal baru bagidokter yang menamatkan kedokteran umum-nya di FKUI tahun 1992 silam. Sejak duduk dibangku sekolah dirinya aktif di kepengurusanOSIS, begitu pula saat mahasiswa, SenatMahasiswa menjadi wadahnya berkiprah.

Karakternya yang mandiri tak lepas daribimbingan keluarga. Sebagai sulung dari tigabersaudara, Dr. Sally merasa memiliki tang-gung jawab yang lebih besar dibanding kedua

adiknya. Di sinilahjiwanya yang hobib e r s o s i a l i s a s itersalurkan denganaktif di organisasipada setiap jen-jang pendidikanyang dijalaninya.

Dokter yang menyelesaikan pendidikansebagai seorang Spesialis Penyakit Dalamdan Konsultan Kardiovaskular dari FKUI inimengaku, tidak memiliki pendidikan formaluntuk bisa terjun sebagai seorang organisato-ris. “Dalam hal manajerial, saya banyak bela-jar dari para senior, seperti Dr. Chairul yangmengajarkan saya banyak hal,” ujarnya.

Salah satu kontribusi Dr. Sally adalah pro-gram roadshow ilmiah antara komisariat yangdigagasnya bersama Ketua Papdi Jaya kalaitu. ”Setelah dievaluasi, program tersebut ha-silnya cukup baik, buat anggota dan buatPAPDI sendiri. Akhirnya diadopsi jadi programPB hingga sekarang. Kegiatan ini dianggapdalam beberapa hal tertentu lebih efektif danefisien karena lebih mengutamakan diskusiinteraktif dengan para anggota dan dapatmencapai Cabang PAPDI yang jauh-jauh.”

Karena perannya di PAPDI Jaya, Dr. Sally

dilirik para senior untuk bergabung di PBPAPDI. Di sinilah, Dr. Sally merasa tertantangdan menerima tawaran tersebut, mengingatmemiliki visi yang sama untuk memajukanorganisasi ini. “Saya suka hal-hal yang barudan kebetulan memiliki visi yang sama de-ngan para senior. Saya banyak berdiskusidengan para senior tentang masa depanorganisasi, sangat seru dan mengasyikkan,”ujar dokter pecinta kopi ini.

Segala kesibukan ini, apa yang dicari, Dr.Sally? “Saya tidak mencari apa-apa,” jawab-nya ringan seraya tersenyum. “Keseimbang-an itu diperlukan, baik di kedokteran maupundi organisasi. Sebab saya tidak suka hal yangmonoton, harus ada sesuatu yang baru danmenyenangkan untuk dijalani.”

Rahasia untuk tetap energik dan sehat ditengah kesibukan yang padat, dengan ringanbeliau memberi bocoran, “Resepnya, menik-mati dan mensyukuri apa yang sudah ada,

Kesibukan sebagai staf pengajar danpraktek setiap harinya, tak membuatDr. Sally Aman Nasution, Sp.PD, K-KV, FINASIM, FACP mengabaikan tu-gasnya di PB PAPDI. Bersama pengu-rus PB lainnya, beliau berjibaku me-ngawal perjalanan organisasi dengansegala dinamikanya.

Dedikasi untukEksistensi PAPDI

Dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD, K-KV, FINASIM, FACP

Dedikasi untukEksistensi PAPDI

menjalani peran dan tanggung jawab yangdiberikan. Dan tentu saja menjaga kesehatan.Mungkin, kopi adalah ‘dopping-nya’ ya,”ujarnya terkekeh.

Strategi untukPertahankan Eksistensi

Awal kiprahnya di PAPDI Jaya tahun2003-2004 disambut dengan problem besaryang mengguncang penyakit dalam, yaitu di-goyangnya eksistensi kardiologi.

“Saya komit dengan keputusan memilihkardiologi, walaupun saat itu merupakan ma-sa-masa sulit ketika eksistensinya mulai digo-yang. Namun, di sinilah perjuangan dibutuh-kan untuk terjun menyelesaikan masalah,mau tidak mau harus berada di dalam danbekerja, tidak bisa hanya komentar, menge-luh apalagi protes tanpa solusi. Harus terlibatlangsung di organisasi, dengan begitu kita pu-nya ruang dan kesempatan untuk berbicaramenyampaikan apa yang menjadi aspirasibersama,” paparnya.

Beruntung pada masa kepemimpinan Dr.Aru, semua jajaran PB sepakat bahwa kar-diologi dan pulmonologi harus dipertahankansebagai kompetensi seorang spesialis penya-kit dalam, sama seperti 10 subspesialisasilainnya. Beberapa cara telah ditempuh teruta-ma kegiatan-kegiatan ilmiah yang menunjuk-kan cara berfikir dan bertindak komprehensifdari seorang dokter spesialis penyakit dalam.

Keberhasilan tersebut tak lepas dari peranpersonil PB yang solid. ”Kami memiliki visidan semangat yang sama. Cara kerja dan ga-ya boleh berbeda-beda, asal visi, misi dan tu-

juannya sama, akan menemukan solusi yangbaik. Kalau ada orang yang berbeda pendap-at dan beda gaya tidak masalah, justru akanmemperkaya organisasi dan menjadi mozaikyang akan saling melengkapi,” tukasnya.

Dunia organisasi dan kardiologi merupa-kan passionnya. Baginya bukan hanya ilmu-nya yang menarik, tapi juga tantangan yangada di dalamnya sangat menggelitik untuk di-hadapi.

”Saat itu, eksistensi kardiologi IPD kurangkondusif. Ada pihak tertentu, yang ingin meni-adakan profesi ini. Tentu hal ini keliru dan ti-dak berdasar,” sergahnya. “Seorang dokteryang memiliki kompetensi di bidang kardiolo-gi, tapi dilarang atau dibatasi mengerjakanhal-hal yang sesuai kemampuannya oleh pi-hak lain. Apalagi pihak tersebut bukan pihakberwenang.”

Lebih jauh Dr. Sally memaparkan, “Prin-sipnya eksistensi PAPDI ini harus utuh, tidakada yang terlepas lagi, pertahankan dengankerja nyata. Salah satu caranya ya turun kedaerah.

Selain itu, penerapan prinisp-prinsip ba-gaimana mengontrol keuangan dan manaje-rial secara umum. ”Organisasi harus dikelolasecara profesional, konsolidasi internal dila-kukan, kami menyadari pembenahan harusmulai dari dalam.

Aktif di Forum DuniaKiprah Dr. Sally sebagai salah satu duta

PB PAPDI tidak hanya di dalam negeri. Diantaranya mengaktifkan kembali peranPAPDI di sebagai anggota dari PAPDI dunia

yaitu International Society of Internal Me-dicine (ISIM).

“Diawali dengan kehadiran delegasi dariPB PAPDI di World Congress of Internal Me-dicine di Taipei, Taiwan tahun 2006. Dansetelah itu kami selalu mengirimkan delegasiuntuk menghadiri kongres tersebut. Sampaimengajukan diri untuk ikut merebut kesem-patan sebagai tuan rumah dari kongresdunia tersebut. Pada WCIM tahun 2010 diMelbourne kita berhasil mendapatkankesempatan tersebut. Dan Insya Allah tahun2016 yang akan datang, World Congress ofInternal Medicine akan diadakan di Bali,Indonesia. PAPDI sebagai tuan rumahnya.Dan ini akan menjadi kerja besar dari semuacabang PAPDI, tidak hanya oleh penguruspusat saja.”

“Kami hanya meneruskan upaya yang te-lah dirintis oleh para pioneer PB sebelumnya.Bangga bahwa Indonesia bisa terpilih seba-gai tuan rumah karena ketat sekali pemilih-annya dan sangat objektif penilaiannya. Mulaidari kesiapan, fasilitasnya, berapa jumlahanggota, kondisi pendidikannya bagaimana,acara-acara ilmiah kita seperti apa, akses,hingga faktor keamanan,” papar Dr. Sallyyang mengaku selalu deg-degan ketika harustampil menyampaikan laporan di forum inter-nasional yang bergengsi ini.

Upaya yang sama dilakukan pula di ka-wasan regional seperti ASEAN. “Kami sema-ngat untuk bangkitkan kembali di forum re-gional yang juga sempat vakum dengan terli-bat aktif mensinergikan konsep, model pene-litian, benchmark yang ada di lima negara inti.Kami mengaktifkan kembali organisasi AFIM(Asean Federation of Internal Medicine) danbersama-sama Sejawat Internis dari negara-negara Asean tersebut, kami membentuksalah satu chapter internasional dari Ameri-can College of Physician (ACP).

Sejauh ini Dr. Sally menilai PAPDI dalambeberapa aspek sudah cukup ideal sebagaisebuah organisasi profesi. Secara organi-sasi track-nya sudah dibuat tinggal disem-purnakan. “Salah satu yang masih menjadiPR adalah kemandirian terutama dalam halfinansial seperti juga yang dialami organi-sasi lain, ada bebarapa hal yang bisa di-kembangkan agar PAPDI lebih mandiri danprofesional tidak tergantung pada pihak lain,apalagi kebijakan sekarang sudah sangatketat,” pungkasnya menutup pembicaraan.

(HI)

Halo INTERNIS Edisi September 201520

SOROT UTAMA

Dr. Sally (duduk) bersama sejawat lain di Pelayanan Jantung Terpadu RSCM.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 21

Pasca Konferensi Kerja XIII No-vember 2014 silam, PB PAPDI kem-bali menggelar Rapat Kerja NasionalPB PAPDI Dengan Semua Cabang

PAPDI 2015 yang diselenggarakan di HotelHarris, Jakarta, 21-22 Februari 2015 lalu.Rapat kerja tahunan Pengurus Besar Per-himpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PB PAPDI) ini dihadiri oleh pen-gurus PB PAPDI, delegasi dari 36 cabangPAPDI dan Departemen ilmu Penyakit Da-lam Fakultas Kedokteran di seluruh Indone-sia. Mereka hadir dari berbagai daerah diIndonesia untuk konsolidasi dan sosialisasiprogram kerja PAPDI yang akan sampaikanke anggota PAPDI di daerah masing-ma-sing.

Rapat kali ini merupakan rakernas ter-akhir kepengurusan PB PAPDI periode2012-2015. Program kerja yang telah dite-tapkan dalam renstra dievaluasi serta di-benahi hingga kepengurusan periode ini se-lesai. Selain merampungkan program-pro-gram yang tersisa, rakernas ini juga menga-gendakan beberapa isu-isu nasional, seper-ti gratifikasi dan evaluasi BPJS. “Rakernaskali ini merupakan rapat kerja tahunan PBPAPDI bersama cabang-cabang PAPDI diseluruh Indonesia yang terakhir untuk kepe-

ngurusan PB PAPDI 2012-2015. Di sampingmembahas program kerja yang telah dite-tapkan dalam renstra, pada kesempatan inidipaparkan hasil kerja Tim Adhoc GratifikasiPB PAPDI,” kata Ketua Umum PB PAPDIProf. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

pada sambutan pembukaan Rakernas PBPAPDI.

Persoalan gratifikasi menyita perhatiaanpeserta rakernas. Sesi pertama yang meng-angkat tema “Berbagai Aspek terkait Gratifi-kasi dalam Layanan Profesi Dokter” dihujaniberbagai pertanyaan dari peserta rakernas.

Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI 2015:

Tetap Profesional HinggaAkhir Periode

Rakernas terakhiruntuk kepengurusanperiode 2012 – 2015.Bersama menjalankanrenstra untuk mengga-pai visi PAPDI 2015.

Prof. Idrus, memberi sambutan pembukaan Rakernas. Dr. Sally A. Nasution saat Rakernas PAPDI.

Suasana Rakernas PAPDI.

Halo INTERNIS Edisi September 201522

dalam sesuai dengan tempat institusi mere-ka bekerja.

Selain dua pembicara di atas, sesi yangdimoderatori Sekretaris jenderal PB PAPDIDr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINA-SIM, FACP ini juga mengundang DirekturRumah Sakit Budi kemuliaan, Batam Dr.Dindin Hardiono Hadim, SpPD, FINASIMdan Wakil Direktur Pelayanan RSU Bahtera-mas, Kendari Dr. M. Yusuf Hamra, SpPD,MSc. Kedua pembicara yang juga anggotaPAPDI, berbagai pengalaman dalam me-ngelola JKN di tempatnya masing-masing.

Usai mendapat asupan gratifikasi danBPJS, rakernas dilanjutkan dengan pema-paran laporan dari setiap bidang. Sebelum-nya, acaranya didahului dengan mende-ngarkan arahan dari Ketua Umum PBPAPDI, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACPmengenai pencapaian yang telah diperolehpengurus periode 2012-2015. Acara dilan-jutkan dengan laporan persiapan PertemuanIlmiah Nasioanal XIII PB PAPDI di Palem-bang oleh Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, laporan persiapan KOPAPDIXVI di Bandung oleh DR. Dr Arto YuwonoSoeroto, SpPD, K-P, FINASIM dan laporanpersiapan WCIM 2016 oleh DR. Dr. Aru W.Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP.

Kemudian acara dilanjutkan laporan tiap-tiap bidang. Bidang Organisasi mendapatkesempatan pertama untuk menyampaikanlaporannya dipresentasikan oleh Dr. EdyRizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM.Lalu dilanjutkan Bidang Advokasi oleh Dr.Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM,Bidang Kemitraan dan Kerjasama oleh Dr.Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH,FINASIM, Bidang Pengembangan Profesi

oleh DR. Dr. Mardi santoso, SpPD, K-EMD,FINASIM, FACE, Bidang Humas, Publikasidan Pengabdian Masyarakat oleh Dr. IkaPrasetya Wijaya, SpPD, FINASIM, danBidang Etik oleh Dr. Bambang Subagyo,SpPD, FINASIM, SE,MM dan terakhir lapo-ran Bidang Medikolegal oleh DR. Dr. LuckyAziza Bawazier, SH, SpPD, K-GH,FINASIM, FACP. Kemudian ada pula penje-lasan P2KB oleh Dr. Ida Ayu Made Kshanti,SpPD, K-EMD, FINASIM dan laporan penje-lasan PNPK, PPK, serta Clinical Pathwayoleh Dr. Muhadi, SpPD, FINASIM.Sesi iniditutup dengan diskusi yang dimoderatorioleh Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI,FINASIM.

Pada sesi terakhir, peserta menden-garkan laporan dari tim adhoc PB PAPDI,yaitu Tim Adhoc Gratifikasi oleh Dr. TunggulD. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM, TimAdhoc Adolescent oleh DR. Dr Arto YuwonoSoeroto, SpPD, K-P, FINASIM, Tim AdhocSJSN oleh Dr. Prasetyo Widhi Buwono,SpPD, FINASIM, Tim Adhoc Mapping needoleh Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger,FINASIM dan laporan Tim Adhoc DokterAsing oleh DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD,K-GEH, FINASIM, MMB, FACP.

Pertemuan ini diakhiri oleh pemaparankesimpulan hasil rakernas oleh Dr. Sally A.Nasution SpPD, K-KV, FINASIM, FACP.Dari rakernas ini diharapkan hasil-hasilyang telah diputuskan dapat dilaksanakandan disosialisasikan ke anggota-anggotaPAPDI di daerah sehingga PAPDI sebagaiorganisasi dapat lebih meningkatkan profes-sionalisme dan dokter-dokter ahli penyakitdalam dapat meningkatkan kompetensinyaagar dapat memberi pelayanan kesehatanterbaik. (HI)

Sementara para pembicara dari SekretarisInspektorat Jenderal Kementerian Kese-hatan RI Drg. SR Mustikowati, M.Kes danTim Kajian Gratifikasi di Bidang KedokteranPB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. DjokoWidyarto, JS, DHM, MH.Kes, mesti ekstrasabar menanggapi banyaknya interupsi dariperwakilan anggota PAPDI dari berbagaidaerah di Indonesia. Suasana kian hangatdengan “celetukan” DR. Dr. Ari FahrialSyam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB,FACP selaku moderator yang mengawal ja-lannya sesi tersebut.

Selain soal gratifikasi, isu seputar Jamin-an Kesehatan Nasional (JKN) masih mena-rik perhatian peserta rakernas. ProgramJKN yang telah berlangsung lebih dari satutahun, dalam pelaksanaanya masih banyakditemui kejanggalan, diantaranya, kurang-nya ketersediaan obat, sistem rujukan yangtidak berjalan, jasa tarif yang dinilai kurangproporsional hingga remunerasi yang tidakberkeadilan. Selain berpengaruh pada pen-dapatan dokter, hal tersebut mengganggudokter dalam memberi pelayanan kese-hatan. Di samping itu, pelaksanaan programJKN ada yang memberikan keuntunganbagi rumah sakit, namun tak sedikit yangrumah sakit yang kecewa.

Persoalan tersebut mengundang per-tanyaan bagi internis yang hadir pada raker-nas itu. Pada sesi yang mengangkat tema“Evaluasi Pelaksanaan BPJS dalamPelayanan Penyakit Dalam” ini meng-hadirkan narasumber Direktur Utama BPJSDR. Dr. Fachmi Idris, MKes, dan WakilKetua Tim Tarif NCC, Kemenkes Dr.Achmad Soebagyo, MARS. Kedua pem-bicara memaparkan hasil evaluasi pelak-sanaan JKN terkait pelayanan penyakit

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 23

KABAR PAPDI

Persoalan gratifikasi menarik perhati-aan peserta Rakernas PB PAPDIdan Semua Cabang PAPDI 2015.Pengurus PB PAPDI beserta per-

wakilan cabang PAPDI dari seluruh daerahdi Indonesia antusias menanggapi isu grati-fikasi yang dipaparkan oleh narasumberdari Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemen-

terian Kesehatan RI Drg. SR Mustikowati,M.Kes dan Tim Kajian Gratifikasi di BidangKedokteran PB Ikatan Dokter Indonesia(IDI) Dr. Djoko Widyarto, JS, DHM, MH.Kes.Mereka silih berganti mengajukan berbagaipertanyaan tentang bentuk pemberian daripihak ketiga yang berpotensi gratifikasi.Suasana kian hangat dengan “celetukan”DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH,FINASIM, MMB, FACP selaku moderatoryang mengawal jalannya sesi tersebut.

Isu gratifikasi yang marak diberitakan dibeberapa media cetak mengusik dokter, ter-masuk dokter penyakit dalam. Berbagaibentuk gratifikasi yang diterima segelintirdokter dari perusahaan farmasi dapat me-rusak citra profesi dokter yang mulia ini.Kongkalikong “oknum dokter” dengan per-

Tim Adhoc Gratifikasi PB PAPDI:

Sponsorship untuk CMEBukan GratifikasiSponsor kepada tenaga medis dalam event CPDatau P2KB tidak melanggar etika profesi danetika bisnis baik nasional maupun international.Hingga kini Negara belum mampu menfasilitasiatau membiayai CME, PAPDI akan terus mem-perjuangkan sponsorship dalam rangka koridorilmiah bukan termasuk gratifikasi suap.

Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM saat Rakernas PAPDI.

usahaan farmasi dalam pemasaran obat da-pat mencederai kode etik kedokteran. Me-nanggapi hal ini, PB PAPDI pada KonferensiKerja XIII PB PAPDI di Yogyakarta No-vember 2014 lalu merespon cepat denganmembentuk Tim Adhoc Gratifikasi. “TimAdhoc Gratifikasi merupakan amanat Kon-ker XIII PB PAPDI di Yogyakarta,” kataKetua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. IdrusAlwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESP,FAPSIC, FACP pada sambutan pembukaanrakernas itu.

Pembentukan tim ini, kata Prof. Idrus,untuk mengkaji hal-hal yang dapat terkaitgratifikasi. Pasalnya, hingga kini persepsigratifikasi antar dokter atau institusi cukupberagam. Mana yang termasuk gratifikasi,mana yang bukan, masih terbilang samar-samar. Batas-batas gratifikasi masih berbe-da-beda pendapat. Untuk itu, PB PAPDImembentuk Tim Adhoc Gratifikasi yang te-lah ditetapkan 6 Januari 2015 dengan dike-tuai Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM.

Pengendalian Gratifikasidi LingkunganKemenkes

Gratifikasi telah diatur dalam Undang-Undang dan berbagai peraturan. Namun,menurut Drg. Mustikowati, dokter seringkalitidak mengetahui pemberian dari pihak keti-ga termasuk kategori gratifikasi. Padahal,Kemenkes telah menerbitkan Permenkes

No. 14 tahun 2014 tentang PengendalianGratifikasl di Lingkungan Kementerian Ke-sehatan RI yang menjadikan Kemenkes ke-menterian pertama yang mengeluarkan per-aturan gratifikasi dan mendapat apresiasidari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).”Larangan gratifikasi di lingkungan Kemen-kes telah diatur dalam Permenkses terse-but,” katanya.

Drg. Mustikowati mengatakan penerbitanPermenkes No. 14 bukan untuk mempersu-lit pegawai Kemenkes, namun sebaliknya.Permenkes ini sebagai wujud peduli terha-dap pegawai Kemenkes terkait pemberiandari pihak ketiga yang terindikasi gratifikasi.”Peraturan ini sebagai peringatan agar tidakterperangkap korupsi. Prinsipnya, agar dok-ter mengetahui apa yang dilakuan termasukada unsur gratifikasi atau tidak. Jangansampai hal-hal yang dianggap biasa, kemu-dian temen-temen profesi terkena gratifi-kasi.” ujarnya.

Dalam Permenkes tersebut dijelaskansecara rinci gratifikasi di lingkungan Kemen-terian Kesehatan. Gratifikasi adalah pem-berian uang, barang, rabat (discount), ko-misi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalan-an, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lain-nya baik yang diterima di dalam negeri mau-pun di luar negeri dan yang dilakukan de-ngan menggunakan sarana elektronik atautanpa sarana elektronik yang berhubungandengan jabatan atau kewenangan.

Drg. Mustikowati mengatakan gratifikasi

meliputi 2 kategori. Yaitu, gratifikasi yangdianggap suap dan gratifikasi yang tidak di-anggap suap. Gratifikasi yang dianggapsuap adalah penerimaan yang tidak terba-tas pada: a) marketing fee atau imbalanyang bersifat transaksional dan terkait den-gan pemasaran suatu produk; b) cashbackyang diterima instansi digunakan untuk ke-pentingan pribadi; c) gratifikasi yang terkaitpelayanan barang dan jasa, pelayanan pub-lik dan lainnya; d) sponsorship yang terkaitpemasaran dan penelitian suatu produk.

Sedangkan, gratifikasi yang tidak diang-gap suap meliputi 2 kategoti. Kategori perta-ma, gratifikasi yang tidak dianggap suap ter-kait kedinasan, misalnya seperti pemberianberupa cindera mata dalam kegiatan resmikedinasan seperti rapat, seminar, workshop,konferensi dan kegiatan lain sejenis, dansponsorship yang diberikan kepada organi-sasi terkait pengembangan institusi yang di-manfaatkan secara transparan dan akunta-bel pelatihan atau kegiatan lain sejenis. Dankedua, gratifikasi yang tidak dianggap suaptidak terkait kedinasan, misalnya pemberiandari orang lain yang terkait dengan acarapernikahan, keagamaan, upacara adat, ke-lahiran, aqiqah dan lain-lain sepanjang tidakmemiliki konflik kepentingan dan dilaporkankepada Komisi Pemberantasan Korupsi dansetelah diverifikasi dan klarifikasi dinyatakantidak dianggap suap.

Dalam hal ini, penerima gratifikasi ada-lah pegawai negeri sipil, penyelenggara ne-gara, pegawai pemerintah dengan perjan-jian kerja dan pegawai lain yang bekerja dilingkungan Kementerian kesehatan. “Bilaada yang menerima gratifikasi maka harusmelaporkan ke Unit Pengendalian Gratifi-kasi (UPG) Kemenkes yang selanjutnyaakan diteruskan ke KPK,” katanya.

Sponsorship yangBerkaitan dengan P2KB,Gratifikasi?

Profesi dokter dituntut selalu menjagadan meningkatkan kompetensi. Lalu apakahsponsorship yang dalam rangka continuingprofessionalism development (CPD) terma-suk gratifikasi dengan kategori suap? Dr.Djoko Widyarto, JS, DHM, MH.Kes, dari PBIDI menjelaskan profesi dokter memiliki ko-de etik yang menyataan bahwa seorangdokter tidak dalam melakukan pekerjaannya

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201524

Dr. Djoko Widyarto, JS, DHM, MH.Kes saat Rakernas PAPDI.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 25

tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yangdapat menghilangkan kebebasan dan ke-mandirian profesi. “Setiap dokter dilarangmembuat ikatan atau menerima imbalandari pihak manapun yang akan menghilang-kan kepercayaan publik dan menurunkanmartabat dokter,” tegas anggota Tim Gratifi-kasi PB IDI ini ketika mempresentasikanmakalahnya.

Lebih lanjut Dr. Djoko mengatakan ter-kait dengan mengikuti pertemuan ilmiah,dokter dilarang mengikatkan diri untukmempromosikan atau meresepkan obat.Pemberian sponsor ke dokter hendaknya di-batasi pada kewajaran dan dijelaskan tu-juan, waktu, tempat dan nama kegiatan ilmi-ahnya. Pemberian tersebut dilaporkan kepimpinan organisasi setempat dan diterus-kan ke pimpinan nasional IDI. Dalam hal ini,tambah Dr. Djoko, sponsor kepada tenagamedis dalam event CPD atau P2KB tidakmelanggar etika profesi dan etika bisnis baiknasional maupun international.

Hal senada disampaikan Prof. Idrus. Iamengatakan kerjasama dokter dengan ber-bagai mitranya dalam koridor continuingmedical education (CME) hendaknya tidaktermasuk gratifikasi. Pasalnya, dokter untukmenjaga dan meningkatkan kompetensinyaseperti diamanatkan dalam UUPK memer-lukan biaya yang tidak sedikit, sementaranegara hingga saat ini belum mampu mem-fasilitasi atau membiayai dokter untuk mengup date keilmuan dan ketrampilan medis-

nya. “Kegiatan dalam koridor ilmiah tidak bi-sa menafikkan sponsorship dari mitra far-masi dan alkes. Selama negara belummampu memfasilitasi CME, PAPDI akan te-rus memperjuangkan sponsorship bukangratifkasi,” ujar Prof. Idrus.

Lewat Tim Adhoc Gratifikasi, PAPDI ber-upaya mendorong agar sponsorship padakegiatan CME bukan gratifikasi. Ketua TimGratifikasi PB PAPDI Dr. Tunggul mengata-kan, tim ini telah melakukan audiensi ke Ke-menkes dan instansi lain yang terkait. Se-belumnya, tim ini telah bekerja mengkajihal-hal seputar gratifikasi dengan mengha-

dirkan narasumber dari IDI, pengacara hing-ga KPK. “Kami mendukung segala upayayang dilakukan PB IDI yang terkait masalahetik kedoktetan,” kata Dr. Tunggul.

Untuk menghindari gratifikasi, Drg. Mus-tikowati mengatakan semua pemberian daripihak ketiga yang bertujuan penelitian, CMEbaik mengikuti seminar ke dalam atau luarnegeri hendaknya ditujukan kepada pimpin-an institusi. Dari pimpinan nanti didistribu-sikan kepada para dokter secara transpa-ran. ”Silahkkan didiskusi oleh pimpinan, me-kanisme seperti apa. Yang penting pembe-rian bukan ke individu,” katanya. (HI)

Drg. SR Mustikowati, M.Kes saat Rakernas PAPDI.

Prof Idrus bersama pembicara dan moderator.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201526

Selain isu gratifikasi, rakernas PBPAPDI kali ini masih membahas se-putar Badan Penyelenggara jaminanSosial (BPJS). Meski Jaminan Ke-

sehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJStelah berjalan satu tahun namun dalampelaksanaannya kerap ditemui berbagaikendala. Direktur Utama BPJS DR. Dr.Fachmi Idris, MKes yang hadir sebagaipembicara memaparkan tema “EvaluasiPelaksanaan BPJS dalam Pelayanan Pe-nyakit Dalam”. Ia mengatakan lembagayang dipimpinnya dalam kurun waktu satutahun ini telah melakukan program JKN de-ngan beberapa pencapaian yang melebihitarget. Faktanya, hasil survey nasional ting-kat kepuasan peserta yang dilakukan pada15 September – 24 Oktober 2014 menun-jukan tingkat kepuasan masyarakat menca-pai 81 %, dan tingkat kepuasan fasilitas ke-sehatan 75%. ”Presiden RI Joko Widodomemberi rapor hijau atas pencapaian BPJSpada tahun 2014,” katanya.

Namun hasil yang telah dicapai, kata Dr.Fachmi, tidak selaras dengan kondisi ke-uangan BPJS. Ia menjelaskan selama satutahun pelaksanaan JKN, BPJS mesti mero-goh kocek melebihi dari yang direncanakan.Ada kekurangan dana sekitar 3 trilyun daridana yang ditetapkan BPJS. Dimana danapengeluaran melebihi dana pemasukan.”Bukan mengalami kerugian seperti yangmarak dikabarkan diberbagai media. Tapiyang terjadi adalah mismatch antara pema-sukan dan pengeluaran. Bukan kerugian ta-pi mismatch. Ini berbeda artinya,” katanya.

Untuk menutupi klaim ini, tambahnya,BPJS mengeluarkan dana cadangan sekitar3 trilyun. Dana cadangan ini memang telahditetapkan untuk mengantipasi biaya-biayatak terduga dalam pelaksanaan JKN. Tahun

2015 diprediksi pengeluaran BPJS akanmeningkat seiiring bertambahnya pesertadan pengguna JKN. BPJS telah mengu-sulkan ke pemerintah agar iuran peserta di-naikkan. “Dana cadangan tidak boleh selaludipakai, karena akan mengancam keber-langsungan JKN, oleh karena itu kami me-

minta agar iuran peserta dinaikan,” ujarmantan Ketua Umum PB IDI ini.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ke-tua Tim Tarif NCC, Kemenkes Dr. AchmadSoebagyo, MARS. Ia mengatakan, kekuat-an dana merupakan salah satu faktor keber-langsungan program JKN. Menurutnya kon-

Penyakit dalam memberi keuntungan rumahsakit terbesar dibanding spesialis lain, namunminim apresiasi. PAPDI terus menyusulkanrevisi tarif INA CBGs.

Tim Adhoc SJSN PB PAPDI:

Evaluasi JKN padaLayanan Penyakit Dalam

DR. Dr. Fachmi Idris, MKes saat Rakernas PAPDI.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 27

disi keuangan BPJS yang minus 3 triliunmengancam kelanjutan program ini. Ia me-nyarankan agar BPJS dapat mengoptimal-kan dana dari kepesertaan JKN. Di anta-ranya adalah dengan memperbanyak kepe-sertaan JKN dan menaikan iurannya. Danpengeluaran seperti tarif medis akan pro-porsional sesuai kondisi keuangan. “Nanti-nya diupayakan iuran peserta naik, dan tarifmedis proporsional,” kata Kepala Pusat Pe-rencananaan dan Pemberdayaan SDM Ke-menkes ini.

PAPDI Dorong RevisiTarif INACBGs

Menurut Dr. Achmad Soebagyo, MARSsaat ini tren penyakit berubah dari penyakitmenular ke penyakit tidak menular. Seba-gian besar penyakit tidak menular ini meru-pakan ranahnya Departemen Ilmu PenyakitDalam. “Oleh karena itu penyakit peranPAPDI sangat besar dalam menyukseskanJKN,” ujar Dr. Achmad Soebagyo.

Pendanaan JKN yang utama, tambah Dr.Achmad adalah berasal dari premi peserta.Untuk revisi tarif pelayanan medis, lanjut-nya, yaitu mengoptimalkan iuran pesertadan menaikan preminya. Dana cadanganBPJS tidak boleh digunakan terus meneruskarena hal ini akan mengancam keberlang-sungan JKN.”Kemenkes setuju dengankenaikan iuran peserta,”akuinya.

Revisi tarif INA CBGs seyogyanya men-jadi perhatian serius. Ketua Tim Adhoc

SJSN PB PAPDI, Dr. Prasetyo Widhi B,SpPD, FINASIM sangat mendukung revisitarif tersebut. Pasalnya, dengan bertambah-nya peserta dan pengguna JKN maka kebu-tuhan fasilitas kesehatan akan meningkat.Dengan tarif saat ini rumah sakit swastakurang berminat bergabung dalam programJKN karena tarifnya rendah. “Rumah sakitswasta enggan bergabung karena tarifnyakecil, sehingga pelayanan kesehatan akan

dibebankan di RSUD. Kelebihan pasienakan mengurangi kualitas pelayanan,”katanya.

Selain itu, lanjut Dr. Prasetyo, rumahsakit swasta yang bergabung akan dikate-gorikan rumah sakit type C atau D. semen-tara dalam JKN terjadi perbedaan tarif ber-dasarkan tipe rumah sakit. Hal ini akanmenggangu sistem rujukan dan berpotensiuntuk melakukan fraud.

Dr. Prasetyo sependapat bila revisi tarifseiring dengan kenaikan premi. HitunganIkatan Dokter Indonesia (IDI), premi pesertaJKN Penerima Bantuan Iuran (PBI) setidak-nya Rp 27.500. Saat ini premi PBI masih Rp19.225 dengan jumlah peserta PBI 84 jutajiwa. Angka premi di Indonesia, jauh kecildibanding dengan negara-negara Aseandiangka di atas Rp 30.000. ”Iuran PBI hen-daknya disesuaikan dengan nilai keekono-mian, agar mendapatkan pelayanan yanglebih baik,” tambahnya.

Di samping soal revisi tarif, pembagianjasa medis saat ini dinilai kurang transfarandan berkeadilan. Permenkes 28 mengaturbahwa jasa pelayanan porsinya 30-50 %dari total klaim. Namun permenkes tersebuttidak mengatur besaran jasa medis. Saat inijasa medis yang berlaku di tiap rumah sakitberbeda-beda, tergantung managemen ru-

Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM saat Rakernas PAPDI.

Dr. Achmad Soebagyo, MARS saat Rakernas PAPDI.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201528

mah sakit. ”Jasa medis yang ditentukan ru-mah sakit lebih rendah dibanding tarif INACBGs. Selisihnya 30-40 persen. Hal ini ra-wan sengketa antara managemen dengandokter,” kata Dr. Prasetyo.

PAPDI sendiri telah mengeluarkan pan-duan tarif jasa medis. Dr. Prasetyo mene-gaskan tarif jasa medis PAPDI lebih realistisdan berkeadilan. Di beberapa rumah sakityang pengelolaan JKNnya baik dan trans-paran, pendapat internis telah sesuai de-ngan perhitungan jasa medis PAPDI. ”Bilajasa medis baik, pendapatan dokter akannaik, dan kinerja rumah sakit juga membaik.Tarif jasa medis PAPDI menghitung jasamedis spesialis lain, jadi bisa diterapkan dirumah sakit,” kata Onkolog RSCM/FKUI ini.

Sementara jasa medis dokter penyakitdalam lebih rendah dibanding bedah danobgyn. Padahal, di era JKN ini dokter penya-kit dalam memberikan keuntungan paling be-sar kepada rumah sakit ketimbang spesialislain. Alasannya, meski pasiennya lebih sedik-it namun dokter bedah memiliki risiko yangbesar. “Alasan ini tidak dapat diterima karenadokter penyakit dalam dengan jumlah pasienyang jauh lebih banyak, juga menanggungrisiko yang lebih besar,” ungkap KetuaBidang Advokasi PB PAPDI ini.

Sistem remunerasi tidak berpihak kepa-da dokter senior di rumah sakit vertikal ataurumah sakit pendidikan. Kemenkes hanyamenilai kinerja dokter yang memberi pela-yanan kesehatan, sementara kinerja pen-didikan tidak dinilai. “Dokter senior yang ba-nyak di pendidikan, remunerasi lebih kecil.

Remunerasi hendaknya mempertimbang-kan jasa medis sebelum remunerasi,”katanya

Evaluasi lain, adalah ketersediaan obatdi e-catalog. Keluhan ini sangat dirasakanoleh dokter. Obat-obat yang diperlukan ke-rap tidak tersedia dan terbatas jenisnya.“Ketersediaan obat JKN kurang baik diban-ding ketika Askes,” katanya.

Peran otonomi daerah dalam mengem-bangkan fasilitas kesehatan. Rumah SakitUmum Daerah (RSUD) yang non BLUD di-dorong statusnya menjadi BLUD. Dengandemikian managemen leluasa mengem-bangkan RSUD sehingga pelayanan kese-hatan dapat diperoleh lebih baik.

Selain itu, Dr. Prasetyo mengingatkan

agar internis memahami etik kedokterandalam pelaksanaan JKN. Rumah sakit cen-derung kuatir merugi ketika bergabung JKN.Potensi fraud cukup besar. Untuk menghin-dari fraud, internis perlu memahami codingdan costing INA CBGs. “Ada tidaknya frauddibuktikan oleh audit medik yang dilakukanprofesi bukan BPJS.” tuturnya.

PAPDI terus mengusulkan revisi tarif.Rapat Badan Anggaran DPR, Kemenkes,Kemenkeu pada tanggal 21 Januari 2015lalu menyetujui kenaikan anggaran kesehat-an 5 % pada APBN 2016. Anggaran kese-hatan saat ini 2,6 % atau 59 trilyun. “Adakenaikan yang signifikan. Kita mesti siapkandengan mengusulkan revisi tarif, dan obat-obat yang ada di fornas,” katanya. (HI)

Workshop BPJS PB PAPDI saat Konker XIII Yogyakarta,

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 29

Sebagai direksi danpraktik penyakit dalam.Komplain dari sejawatsama banyaknya dengankomplain pasien. Kerja-an saya selalu terimaKomplain dari sana-sini.

Setelah berjalan kurang dari dua tahunprogram Jaminan Kesehatan Nasio-nal menemui beragam kendala yangmendapat perhatian serius dari pihak

rumah sakit. Diantaranya adalah Dr. Muham-mad Yusuf Hamra, SpPD, MSc, Wakil Direk-tur Pelayanan RSU Bahteramas, SulawesiTenggara kerap mendapat protes dari dokterdan pasien BPJS dalam mengelola JKN.

Rumah Sakit Umum Bahteramas tempatDr. Yusuf Hamra bekerja merupakan rumahsakit tipe B pendidikan. Rumah sakit terbesardi Sulawesi Tenggara ini dilengkapi 320 tem-pat tidur dan memperkerjakan 850 karyawan. Sejak diselenggarakan JKN, per 1 Januari2014, aktivitas keseharian Dr. Yusuf Hamrakian padat. Melakukan adaptasi dan sosial-isasi aturan main BPJS di rumah sakit sertaantisipasi “mbludak” nya pasien yang mayori-tas peserta BPJS.

Dr. Yusuf Hamra yang juga SekretarisPAPDI Cabang Sulawesi Tenggara kerapketiban pulung. Selain melakoni direksirumah sakit, ia pun masih menangani pasienpenyakit dalam. Posisinya sebagai Direksi, iakerap dikomplain oleh sesama sejawat dok-ter perihal kelemahan sistem BPJS. Semen-tara komplain dari pasien ketika praktik inter-nis tak kalah banyaknya. “Karena internis ter-batas, selain direksi saya juga menanganipasien. Saya dapat Komplain dari dokterkarena posisi direksi dan komplain dari pa-sien sebagai dokter. Kerjaan saya menerima

komplain,” ujarnya sambil terkeukeuh.Menurutnya ada beberapa kelemahan

dalam pelaksanaan JKN pada saat itu yangdirasakan direksi rumah sakit. Pertama, ke-tersediaan dan keberadaan obat dalam for-mularium nasional (fornas) masih sangat ku-rang. Keluhan dari dokter dipelayanan se-kunder seringkali obat tertentu, seperti antibi-otik, tidak tersedia. Atau pasien yang sebe-lumnya memperoleh obat tertentu, tapi obattersebut tidak masuk dalam e catalog. “Kom-plain obat paling banyak dikeluhkan. Bukanhanya pasien, dokter pun mengeluh karenaobatnya tidak tersedia. Kita terus mengevalu-asi ketersediaan obat. Akhirnya, setelahrumah sakit menanggung semua obat, kom-plain pun jauh berkurang,”sergahnya.

Kedua, kebanjiran pasien. Dibandingtahun sebelumnya, sejak dimulai BPJSrumah sakit mengalami peningkatan jumlahpasien hampir di seluruh SMF. Rumah sakitmenambah fasilitas kesehatan untuk men-

gakomodasi seluruh pasien.Diantara SMF tersebut, pasienpenyakit dalam yang mengalamilonjakan pasien terbesar.“Pasien penyakit dalam jum-lahnya paling banyak, ini men-jadi tulang punggung rumahsakit,” kata dokter lulusan FKUGM ini.

Ketiga, aturan BPJS yangkerapkali berubah-ubah. Ke-menkes dan BPJS selaku regu-lator kadangkala tidak sinkrondalam mengelurkan kebijakan.Misalnya dalam hal aktivasi,aturan Kemenkes aktivasi ke-anggotaan BPJS 3 kali 24 jam,sementara Keputusan DirekturBPJS No 211 tahun 2014 ada-lah 7 kali 24 jam. Hal ini akankerap menimbulkan masalahbagi pasien BPJS yang pahamhukum. ”Hendaknya aturan di-sinkronkan sehingga tidak terja-

di benturan di lapangan. Perubahan yangbegitu cepat, buat kami direksi mesti kerjaekstra. Mestinya regulator kalau mengeluar-kan peraturan ditelaah dengan baik terlebihdahulu.”katanya

Kemudian, mekanisme rujuk dan prosesklaim. Pada pelayanan kesehatan tingkatpertama dibatasi hanya 10 persen yang da-pat dirujuk ke pelayanan sekunder. Untuk itu,dokter umum kerap melampaui kompeten-sinya dalam menangani pasien. “Padahaldiagnosis dokter umum kadang kala belumtepat,” katanya.

BPJS tak sedikit menolak klaim. Verifi-kator yang kebanyakan bukan dokter tidakmengerti apa yang dilakukan dokter. Bagipasien yang penyakitnya kerap kambuh,klaim episode kambuh ditolak oleh verifikator.Padahal pihak rumah sakit mesti menanganipasien tersebut. “ Untuk itu kami mengharap-kan penolakan klaim ‘satu episode’ dapatdikaji kembali,” ungkapnya (HI)

Dr. Muhammad Yusuf Hamra, SpPD, FINASIM, MSc:

Evaluasi BPJS dalam PelayananPenyakit Dalam di RSU Bahteramas

Dr. Muhammad Yusuf Hamra, SpPD, MSc.

KABAR PAPDI

Pelaksanaan BPJS masih jauh darisempurna. Meski sudah berjalansatu tahun lebih, beragam kendalakerap kali terjadi di lapangan. Hal ini

menjadi perhatian banyak pihak, tak terke-cuali para petinggi sejumlah rumah sakit didaerah, seperti Dr. Dindin HardionoHandim, SpPD, FINASIM, Direktur UtamaRS Budi Kemuliaan, Batam.

“RS Budi Kemuliaan memang punyapengalaman melaksanakan pelayanankesehatan di era Jamkesmas dan saat iniera BPJS. Hanya saja saat Jamkesmas,jumlah pasien memang tidak sebanyaksekarang, karena masih banyak pasienasuransi nonjamkesmas. Ketika BPJSdiberlakukan per 1 Januari tahun 2014,semua bertransformasi menjadi BPJS,otomatis RS Budi Kemuliaan ditunjuk seba-gai RS swasta pertama yang melayaniBPJS di Batam,” papar Ketua PAPDICabang Kepulauan Riau ini.

BPJS sebagai sistem baru, maka rumahsakit perlu membuat simulasi. Dr. Dindinbeserta tim mempelajari dan memahamidasar hukum dan aturan main BPJS. Empatbulan masa peralihan dari Askes ke BPJS,Dr. Dindin membentuk empat tim. “Tugaspokok tim ini yaitu tanggung jawab kelen-gakapan syarat administrasi, rekap datalayanan yang akurat, coding yang benarsehingga klaim optimal., kesiapan data TXTtepat waktu klaim tiap 7- 10 hari, laporanestimasi pendapatan dengan akurasi 99 %,formula pembagian Jasa Medis (JM), ker-jasama dengan bpjs, koodinasi denganbpjs,” jelas dokter kelahiran Bandung22September 1961 ini.

Tim Pertama: penyusun tarif modifikasi.Tim ini menyusun tarif modifikasi dari tariffee for service, yang mengacu tarif JKNsesuai PMK No. 69 Tahun 2013 dan PMK59 tahun 2014 tentang tarif INA CBGs.Kemudian melakukan pembagian porsi

rumah sakit, jasa medis, bahan habis pakaidan lain-lain, serta mempelajari biaya rawatinap dan jalan. “Tarif modifikasi ini yangkami gunakan dalam simulasi BPJS.”

Tim kedua: kendali biaya meliputi dokterpraktik tunggal dan praktik bersama. Tim inimenghitung berapa besar bahan habispakai (BHP) dan kebutuhan farmasi sesuaie-catalog dengan merujuk clinical pathway.Dan, tim ini menyempurnakan standardoperating procedure (SOP) agar pemakaianBHP dan pemeriksaan penunjang lebihefisien. “Dal hal ini kita ingin mengingatkanseluruh dokter dan staf pentingnya sadar

biaya,” sergah dokter lulusan Unpad,Bandung ini

Sebelum melanjutkan ke langkah ber-ikutnya, Dr. Dindin melakukan simulasi ken-dali biaya untuk semua tindakan di rumahsakit berdasarkan fee for service konversi.“Dari sini dapat diketahui besarnya biayatindakan dan termasuk besarnya selisihyang diperoleh,” tambahnya

Selanjutnya, tim ketiga: optimalisasi sis-tem informasi rumah sakit (SIMRS). Tim inimelakukan sinkronisasi SIMRS dengan sis-tem INA CBGs dan SEP. Lalu, memasukandatabase tarif modifikasi yang telah diben-

Halo INTERNIS Edisi September 201530

Dr. Dindin Hardiono Handim, SpPD, FINASIM:

Pengelolaan BPJS di RSBudi Kemuliaan Batam

Pelajari regulasi dan aturan main BPJS. Simulasiuntuk memperoleh klaim optimal tanpa fraud.Pelayanan penyakit dalam member kontribusi terbe-sar dibanding SMF lain. Dan pendapatan internismeningkat dibanding dokter lain.

Dr. Dindin Hardiono Handim, SpPD, FINASIM.

KABAR PAPDI

tuk tim pertama ke SIMRS.Kemudian tim ke empat, verifikator in-

ternal yang handal. Tim verifikator dipilihyang berpengalaman dan mampu membacarekam medis dengan baik dan melakukanpengkodean dengan valid. Data hasil veri-fikasi dengan oleh sesuai dengan groupingINA CBGs. “Dengan begitu diharapkandiperoleh klaim yang optimal tanpa fraud,”ungkapnya.

Setelah keempat tim ini terbentuk,langkah selanjutnya memsinkronisasi pro-ses pelayanan pasien BPJS yang menggu-nakan tarif fee for service konversi rumahsakit dengan verifikasi klaim tarif paket INACBGs. “Kami dapat mengestimasi surplusdengan membandingkan billing rumah sakitterhadap klaim BPJS. Tarif fee for servicekonversi lebih besar pendapatannyadibanding tarif INA CBGs. Sebagian besarmengalami surplus, SMF penyakit dalammemperoleh surplus terbesar,” katanya.

Langkah selanjutnya, tim ini kemudianmenetapkan pembagian besaran jasamedis. membentuk tim pengendali JKNBPJS ini, terdiri atas dokter umum yangmemiliki pengalaman atau pernah bekerja diASKES, dipadu dengan petugas rekammedik sebagai coder, juga tim verifikatordari keuangan. “Dokter penyakit dalammemperoleh persentase lebih kecil dari pro-fesi medis lain. Namun take home pay yangdiperoleh internis lebih besar,” ujarnya.

Setelah seluruh instrumen rampung,pihak rumah sakit melakukan sosialisasiprogram JKN. Seluruh prosedur JKN,seperti pembagian jasa medis, pencatatan,coding dan lain-lain, diharapkan telah dipa-hami oleh dokter dan staf rumah sakit. “Lalusosialisasikan bagaimana hukum atau atu-ran mainannya kepada para dokter, supayapara dokter sadar dengan sistem ini,” tam-bahnya.

Pada praktiknya, pelayanan medispasien BPJS secara umum sama dengannon BPJS. Namun pada bagian pendaftaandan layanan farmasi, pihak rumah sakitmembedakan karena alasan jumlah pasienyang banyak. Rumah sakit tidak membatasikuota pasien BPJS.

“Selama satu tahun ini dengan tarif yangberlaku saat ini, dengan pengawasan yangketat, dibantu para dokter, Alhamdulilahklaim kita surplus, artinya klaim BPJS selalulebih tinggi dibanding dengan RS, dengankata lain untunglah,” ujarnya.

Dr. Dindin mencatat ada dua problembesar dalam BPJS ini. Yang pertama darisisi rumah sakitnya, banyak dokter dan per-awat belum siap melakukan praktekberdasarkan clinical parthway. “Para dok-ternya masih gaya bebas, suka-sukanya diasaja. Banyak tenaga medis belum siap men-erapkan clinical parthway dengan carabenar, banyak yang belum siap menggu-nakan barang habis pakai dengan efisien-

si,” katanyaYang kedua, dari segi BPJS nya, Dr.

Dindin melihat ada beberapa kejanggalan.Diantaranya, pihak BPJS dalam membacapasal seperti menggunakan “kacamatakuda”, BPJS sering menolak klaim karenaada kesalahan, verifikasi klinis dan admin-istrasi dijawab oleh seseorang yangnotabene bukan dokter, kekosongan danketidaktersediaan obat di Fornas dan lain-lain.

Kendati demikian, Dr. Dindin menaruhharapan besar pada BPJS untuk memper-baiki segala kekuragan yang ada. “ProgramBPJS itu baik karena pemerintah mem-berikan kemudahan askes kesehatan kepa-da seluruh masyarakat Indonesia. Meskipunnamanya jaminan tapi kita bayar sendiri.Kalau di negara aslinya tidak begitu,namanya jaminan artinya semua kepeser-taan BPJS dibayar oleh negara, yang kayadan miskin dibayarin negara, mau dipakaisilakan, tidak juga tidak apa-apa,” paparnya.

Kemudian, “sistem pelayanan ini janganhanya pro rakyat tapi juga harus pro dokterdan RS. Artinya selain mengutamakanpelayanan kesehatan pada masyarakatterutama yang tidak mampu, tapi dokter danRS jangan dikorbankan, apalagi diIndonesia penghasilan dokter masih diten-tukan oleh jumlah pasien yang dilayani.Sementara di negara lain tenaga kesehatanjuga disubsidi,” tutupnya. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 31

Dr. Dindin Hardiono Handim, SpPD, FINASIM, pada saat Rakernas PB PAPDI.

Perbandingan jumlah dokter terhadappopulasi penduduk di Indonesia jauhdari ideal. Masih banyak daerah-daer-ah yang belum terjamah oleh dokter.

Bahkan ada rumah sakit yang tidak memilikidokter spesialis. Sementara, dokter banyakterkonsentrasi di rumah sakit di kota-kotabesar atau ibukota. Ketimpangan ini tentumenimbulkan masalah kesehatan di negeriini. Lantas apa upaya pemerintah?

PAPDI sudah memiliki formulasi berdasarkanjumlah rumah sakit bukan jumlah penduduk.Kita tidak perlu mencetak internis dengan jum-lah besar. Mau ditaruh di rumah sakit mana?

Pemerintah terkesan tidak melakukanapa-apa. Berbagai upaya pemerataan tenagakesehatan sepertinya jalan ditempat. Pe-merintah tidak mampu menciptakan iklimyang kondusif bagi tenaga kesehatan untukberkontribusi di daerah-daerah. Alasan sum-ber daya alam, letak geografis dan jaminanhidup layak menjadi momok dokter untukbepraktik di daerah-daerah terpencil. Alih-alihmembenahi penyebaran dokter, pemerintah

malah berencana menerima dokter asing danmenambah dokter spesialis penyakit dalammelalui sistem hospital base.

Kedua isu itu menjadi pembicaraan ha-ngat dalam KOPAPDI XV di Medan 2012 lalu.Kongres PAPDI itu memutuskan dibentuk TimAdhoc Mapping Need PB PAPDI, yang bertu-gas mempelajari seberapa besar kebutuhanserta distribusi dokter spesialis penyakitdalam dan menjalin kerjasama denganpemerintah dalam hal penyebarannya. “Timadhoc Mapping Need merupakan amanatKOPAPDI XV Medan,” kata salah satuanggota Tim Adhoc Mapping Need Dr. EdyRizal Wahyudi, SpPD, K-GER, FINASIM.

Langkah awal, kata Dr. Edy, menentukanformasi yang tepat jumlah dokter penyakitdalam di Indonesia dengan mempertimbang-kan beberapa hal, seperti letak geografis dan

Tim Adhoc Mapping Need PB PAPDI:

Formulasi PAPDIPenuhi Kebutuhan Internis

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201532

Dr. Edy Rizal Wahyudi, saat Rakernas PAPDI.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 33

institusi pendidikan. Kemenkes RI telah mem-buat rencana pengembangan tenaga kese-hatan tahun 2011 hingga 2015. Kepmenkes81 tahun 2004 menunjukan bahwa ketersedi-aan dokter spesialis pada tahun 2014 adalah12 per 100.000 penduduk, pada tahun 2019adalah 19 per 100.000 penduduk dan 28 per100.000 penduduk pada tahun 2025.Kepmenkes ini hanya menyebutkan spesialissaja, tidak merujuk ke suatu spesialis terten-tu. Tim Adhoc berasumsi spesialis yangdimaksud adalah dokter spesialis penyakitdalam. “Lemahnya Kepmenkes ini hanyamengatakan spesialis. Untuk itu kita mene-tapkan itu adalah spesialis penyakit dalam.Pada tahun 2014 diperlukan 12 internis per100.000 penduduk,” kata ahli geriatri ini.

Dengan begitu, lanjut Dr. Edy, rasio jumlahinternis terhadap 100.000 penduduk saat inimasih belum tercapai. Data Konsil Kedokter-an Indonesia (KKI) pada 2012 menunjukanrasio internis terhadap 100.000 pendudukjauh di bawah yang ditetapkan Kemenkes. “DiJakarta saja rasionya 4-5, apalagi di daerah-daerah,” katanya. (lihat grafik)

Hitung-hitungan Dr. Edy dan kawan-ka-wan, jumlah internis yang di ambil dari dataPAPDI dibandingkan dengan populasi pen-duduk dari data BPS tahun 2010 menunjukanbahwa diperlukan 28.516 internis atau sem-bilan kali lebih besar jumlah internis saat ini.Bila jumlah penduduk dipilah berdasarkanumur dewasa 14 – 65 tahun ke atas, dibu-tuhkan 20.817 internis atau tujuh kali jumlahinternis saat ini. “Kebutuhan dokter spesialispenyakit dalam masih sangat kurang bila dihi-tung per 100.000 penduduk,” ujarnya.

Kondisi tersebut, tambah Dr. Edy, dapatdipahami bila Kemenkes berencana men-cetak internis dalam jumlah besar dan me-

nerima dokter asing. Namun Dr. Edy mem-pertanyakan rasio yang digunakan Kemen-kes kebutuhan internis dibandingkan terha-dap 100.000 penduduk? Dr. Edy meragukanformulasi tersebut.

Ia mempunyai formulasi lain. BerdasarkanPermenkes 340 tahun 2010 tentang Klasifi-kasi Rumah Sakit mengatakan bahwa rumahsakit harus memiliki pelayanan medis spe-sialis dasar. Artinya, dokter spesialis bekerjadi rumah sakit sehingga kebutuhan dokterspesialis harus dibandingkan dengan jumlahrumah sakit yang tersedia.

Data Ditjen BUK Kemenkes saat ini jumlahtotal rumah sakit dengan semua tipe adalah2380 rumah sakit. Sedangkan jumlah internissaat ini 2991 dokter. Artinya, kebutuhan inter-nis terhadap jumlah rumah sakit dapat ter-penuhi. Bahkan bila merujuk UUPK tahun2004 mengatakan bahwa izin praktik dokterdiberikan maksimal tiga tempat. Hal ini me-nunjukan jumlah internis saat ini dapat me-layani 3000 sampai 8973 rumah sakit. “PAPDIsudah memiliki formulasi berdasarkan jumlahrumah sakit bukan jumlah penduduk. Dirikandulu rumah sakit kemudian cetak tenaga me-disnya. Kita tidak perlu mencetak internis de-ngan jumlah besar. Mau ditaruh di rumahsakit mana?” ujar Dr. Edy mempertanyakanrencana Kemenkes.

Dr. Edy yang juga Ketua Bidang organ-isasi PB PAPDI menegaskan bahwa per-soalan yang penting adalah distribusi dokteryang tidak merata. Dari data PB PAPDI me-nunjukan bahwa sebaran internis tidak mera-ta. Bahkan masih banyak rumah sakit yang

tidak ada internisnya. “Kepengurusan PBPAPDI periode ini menaruh perhatian seriustentang hal ini. Kami memasukan isu ini da-lam renstra dengan target terwujudnya jang-kauan pelayanan PAPDI yang menyeluruhkepada masyarakat. Dengan KPI rasio inter-nis terhadap jumlah rumah sakit dan mem-buat standar deviasi jumlah anggota setiapcabang. Dengan program peningkatan jumlahinternis dan pemerataan distribusi,” Katanya

Rencana selanjutnya, tambah Dr. Edy, timadhoc ini akan menyampaikan hasil kajiannyakepada Kemenkes. Bersamaan dengan itu,juga akan diusulkan kebijakan regulasi lulu-san penyakit dalam dan penguatan kebijakanpemerintah tentang distribusi sesuai denganprogram organisasi PAPDI. “Draftnya masihdalam proses pembuatan,” katanya

Pemenuhan internis di daerah merupakantanggung jawab pemerintah pusat dan dae-rah. Tim adhoc ini berupaya agar pemerintahdapat melibatkan PAPDI sebagai profesi da-lam distribusi dan memenuhi kebutuhan inter-nis di daerah-daerah. Untuk itu PAPDI harusmelakukan update informasi profesi, merekruttenaga kesehatan sesuai lokasi dan kebutuh-an, membuat sistem pembinaan dan peng-awasan yang bersifat mengikat pada organ-isasi, merumuskan sistem distribusi yang di-kaitkan dengan pendidikan, evalusi pendidik-an khususnya masa studi penyakit dalam me-ngenai waktu pendidikan yang optimal bukanyang singkat dan membuat rumusan perhitun-gan insentif dengan mempertimbangkan geo-grafis, tunjangan keterpencilan, tidak praktik dikota, pendidikan anak dan lain-lain. (HI)

Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-GER, FINASIM.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201534

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015telah berlangsung, namun hinggakini belum ada dokter asing yangmenyelenggarakan praktik

kedokteran di Indonesia. Konsil KedokteranIndonesia (KKI) belum pernah mengelu-arkan surat izin praktik bagi dokter asinguntuk menjalani praktik kedokteran di negeriini. “Sampai saat ini, belum ada praktik dok-

ter asing yang diberi izin. Bila ada dokterasing yang menyelenggarakan praktikkedokteran, itu ilegal,” kata anggota TimAdhoc Dokter Asing PB PAPDI DR. Dr, AriFahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB,FINASIM, FACP. “Yang ada adalah dokterasing dalam kerangka alih pengetahuandan teknologi.”

PB PAPDI menaruh perhatian serius

soal dokter asing. Perhimpunan yangmenaungi internis ini memiliki sikaptersendiri terhadap liberalisasi tenaga kese-hatan. Lewat Tim Adhoc Dokter Asing yangdiketuai DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, PAPDI melakukanadvokasi ke institusi pembuat regulasi tena-ga kesehatan di Indonesia. PAPDI, menurutDr. Ari, memberi rambu-rambu kepada dok-ter asing yang ingin praktik di Indonesia,yaitu mengikuti persyaratan yang telah dite-tapkan Pengurus Besar Ikatan DokterIndonesia (PB IDI), lulus ujian bahasaIndonesia yang diakui lembaga bahasayang terakreditasi dan PAPDI, dan mengiku-ti program akreditasi yang telah ditetapkanoleh Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (KIPD).

“PAPDI mengusulkan dokter asing yangingin praktik di Indonesia harus mengikutiadaptasi pendidikan ilmu penyakit dalam,

Tim Adhoc Dokter Asing PB PAPDI:

Perketat RegulasiDokter Asing

Masalah kesehatan merupakan masalah strate-gis ketahanan nasional, seyogya dilakukan olehbangsa sendiri secara mandiri. Akses kese-hatan tidak bisa dibuka seluas-luasnya kepadapihak asing

DR. Dr, Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP..

seperti yang dilakukan dokter Indonesiayang sekolah di luar negeri, ketika inginpraktik di Indonesia harus mengikuti adap-tasi dahulu. Persyaratan dokter asing terse-but sudah kita sampaikan ke KKI danKemenkes RI,” kata Dr. Ari yang juga KetuaPAPDI Cabang Jakarta raya.

Sikap PAPDI, tambah Dr. Ari, jugasejalan dengan PB IDI. Induk organisasikedokteran ini “menolak” kehadiran dokterasing yang menyelenggarakan praktikkedokteran di Indonesia. Menurut KetuaUmum PB IDI Dr. Zainal Abidin M.Kes dok-ter asing boleh masuk ke Indonesia untukalih teknologi atas undangan pemerintahatau organisasi kedokteran, bukan praktikmandiri. Ia menambahkan IDI sanggupmemberi pelayanan kesehatan kepadamasyarakat. Dokter Indonesia memiliki skilldan kompetensi yang tak kalah dari dokterasing, hanya saja dokter Indonesia tidakdidukung dana yang cukup.

Menurut Dr. Zainal, tidak semua sektor dinegeri ini dapat dipegang asing. Sektor ke-sehatan salah satunya. IDI sepakat bahwakesehatan mesti dikelola mandiri karenaterkait dengan ketahanan negara.”Bidangkesehatan seharusnya tidak diliberalisasikarena ini sektor vital terkait ketahanannegara,” kata Ketua Umum PB IDI ini

Kendati demikian, bidang kesehatan takbisa lepas dari AFTA. Keluar masuk dokterasing di negara-negara Asia Tenggara takdapat dielakkan. Namun kapan hal tersebut

dapat direalisasikan? Tentu ini masih menja-di tanda tanya. Sebab, pasar bebas dibidang kesehatan ini terbentur regulasiyang berlaku di tiap -tiap negara ASEAN.Mereka membentengi masuknya dokterasing dengan berbagai peraturan. Thailandmensyaratkan dokter asing yang akan prak-tik disana harus fasih menulis dan berba-hasa Thai. Sedangkan di Filipina, Undang-Undang Dasar Negaranya melarang praktikdokter asing. Begitu pula dengan Malaysia,soal kesehatan harus dikelola oleh dokterMalaysia. Regulasi tenaga kesehatan diSingapura mematok standar yang tinggiuntuk bisa melakukan praktik di negeritersebut. Kamboja, Vietnam dan Laosbelum memiliki regulasi. ”Masing-masingnegara ASEAN masih tidak legowo keber-adaan dokter asing,” kata Dr. Ari

Sementara Indonesia “dianggap” regu-lasi domestiknya lebih longgar. Untuk itu,PAPDI melakukan audiensi ke KKI danKemenkes RI selaku regulator domestik.PAPDI mendukung sikap IDI dan bagi dok-ter asing yang bertugas di Indonesia hanyauntuk alih teknologi dengan syarat memper-oleh izin IDI, diminta oleh insitusi resmi ataurumah sakit pemerintah, waktunya maksi-mal enam bulan dan tidak ditempatkan padadi bidang dan posisi strategis atau pengam-bil keputusan.

Dr. Ari menambahkan KKI hendaknyalebih ketat mengeluarkan Surat TandaRegistrasi Sementara bagi dokter asing

yang tugas di Indonesia dan Surat tandaregistrasi Bersyarat bagi dokter yangmengikuti pendidikan di Indonesia.”Ini akandikunci sehingga ketika lulus tidak bisapraktik di Indonesia,”katanya

Indonesia merupakan pasar yang meng-giurkan bagi dokter asing. Jumlah pen-duduknya yang besar menarik minat dokterasing praktik. Saat ini, ditengarai dokterasing dari beberapa negara sepertiAustralia, Filipina, Vietnam sudah mengantriingin masuk ke Indonesia. “Dokter dariFilipina dan Vietnam sudah ingin sekali keIndonesia,” kata Dr. Ari

Regulasi domestik masing-masingnegara ASEAN masih menjadi bentengpasar bebas di bidang kesehatan. Dr. Arimengatakan keluar masuk dokter asing takperlu tergesa-gesa karena perlu waktu yanglama untuk mencapai titik temu. Saat ini,pembahasan AFTA di bidang kesehatanadalah bagaimana melakukan harmonisasisistem pendidikan dan regulasi yangberlaku di setiap negara. Tiap negara meng-hargai perbedaan dan memperkuat per-samaan. Lambat laun globalisasi di sektorkesehatan tak terelakkan, dengan demikianuntuk menjawab tantangan global ini selu-ruh stakeholder baik pemerintah, institusikesehatan dan profesi kedokteran men-dorong terbentuknya sistem kesehatanyang baik dan dokter dituntut selalumeningkatkan kompetensinya agar dapatmenjadi tuan rumah di negeri sendiri. (HI)

Dr. Aru W. Sudoyo Ketua Tim Adhoc Dokter Asing PB PAPDI.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 35

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201536

Tim Adhoc Adolescent dibentuk seba-gai salah satu amanat KongresPerhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI)

2012 lalu di Medan. Sebab, sebelumnya,dibeberapa daerah ada dokter dari ilmukesehatan anak atau pediatik melakukanupaya ‘ambil alih’ pasien berusia 14 – 18tahun yang biasa dirawat oleh dokter pe-nyakit dalam. praktek. Alasannya, dokteranak beralibi bahwa upaya yang dilakukansesuai dengan aturan hukum yang berlaku

Tentu ini, tidak bisa diambil garis lurus batasanusia 18 tahun. Karena disini ada unsur biologisyang tidak bisa dibatasi oleh sekadar usia.Batas usia dewaa ada batas usia yuridis danbatas usia biologis. Karenanya ada intersepsiantara anak dan dewasa.

Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI:

Kesehatan Remaja,Bukan Sekadar Batas Yuridis

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 37

KABAR PAPDI

di negeri ini. Sebagian besar Undang-Undang mematok batas usia anak dandewasa adalah umur 18 tahun. Menurutsejawat pediatrik tersebut, pasien berusia dibawah 18 tahun menjadi domainnya dokterkesehatan anak. Namun pada prakteksehari—hari, pasien berusia 14 – 18 tahunlebih banyak ditangani oleh dokter penyakitdalam. Gesekan antar sejawat pun tak tere-lakkan.

“KOPAPDI 2012 memutuskan dibentuktim adhoc untuk mengantisipasi upaya daribeberapa pediatrick merambah ke pasienberusia 18 tahun, yang selama ini dirawatoleh internis. Di beberapa daerah hal inisampai menimbulkan gesekan sesama dok-ter,” kata anggota Tim Adhoc Adolescent PBPAPDI DR.Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD,K-P, FINASIM, FCCP pada Rakernas PBPAPDI dengan Semua Cabang PAPDI,Februari 2015 lalu.

Menurut Dr. Arto, sikap sejawat pediatrikini semata-mata didasari oleh aturan hukumyang berlaku, tanpa mempertimbangkanfaktor – faktor lain seperti biologis, pskologisdan lain-lain. Padahal, tambahnya, secaratradisional yang berlaku di rumah sakit sela-ma ini batas usia pasien anak-anak 14tahun. Managemen rumah sakit pun keber-atan bila batas usia anak-anak menjadi 18tahun, karena pihak rumah sakit mesti men-gubah infrastruktur layanan kesehatan anakyang memerlukan tambahan biaya yang taksedikit. “Misalnya soal ranjang, bila pasienusia 17 tahun diambil pediatrik maka ran-jang di bagian rawat inap pediatrik mestidiubah,”katanya

Antara Yuridisi danBiologis

Dokter biasa berkutat dengan guideline,tapi tidak dengan Tim Adhoc Adolescent.Tim yang diketuai DR. Dr. Aru W. Sudoyo,SpPD,K-HOM, FINASIM, FACP ini harusmembedah hukum-hukum formal yangmengatur usia anak dan dewasa. Mulai dariundang-undang peninggalan Belanda,hukum Islam, produk hukum yang berlakusaat ini hingga aturan WHO dan beberapanegara maju ditelaah satu per satu untukmendapatkan benang merah batas usiaanak dan dewasa.

Hasilnya, lanjut Dr. Arto, sedikitnya ada14 undang-undang yang mengelompokan

usia anak dan dewasa. Batasan usiadipakai cukup beragam, diangka 17, 18 dan21 tahun. Sedangkan dalam hukum Islam,batasan usianya 15 tahun atau telah akilbaliq. Bahkan ada yang menggunakanbatas anak dan dewasa dari status nikah.“Tim membuka aturan main tentang usia,banyak undang-undang yang memakaibatasan usia,” tutur Dr. Arto yang juga KetuaPAPDI Cabang Jawa Barat.

Ahli Pulmonogi Rumah Sakit HasanSadikin ini mengatakan produk hukum yangada di Indonesia mulai tahun 1948 hingga2012 umumnya mematok angka 18 tahunsebagai batas usia anak-dewasa. Namun ia

menegaskan, masa peralihan dari anak-anak ke dewasa tidak bisa dilihat dari faktorusia. Ada faktor biologis yang juga mempen-garuhi seseorang tumbuh dewasa. “Batasusia dewasa, ada batas yuridis dan biologis.Jadi, dari anak ke dewasa tentu tidak bisadiambil garis lurus berdasarkan usia 18tahun,” katanya.

Kesehatan RemajaHak Siapa?

Menurut Dr. Arto, antara usia anak dandewasa, ada intersepsi yang biasa disebutremaja. Kementerian Kesehatan RI tahun

Dr. Aru W. Sudoyo Ketua Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201538

2006 menyatakan batas usia remaja 12 – 19tahun. Sedangkan Badan Kesehatan Dunia(WHO) memberi batasan usia remajaantara 10 – 19 tahun. Meski secara de jurepasien remaja masuk ranahnya ilmu kese-hatan anak, namun secara de facto di

rumah sakit pasien remaja berusia di atas14 tahun selama ini ditangani oleh internis,.Lantas pasien remaja wewenang siapa?

Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI men-girim surat ke Dirjen Bina Upaya Kesehatan(BUK) dan Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan

Ibu dan Anak (GIKIA) mengenai adolescentmedicine. Selanjutnya, tim ini memfasilitasipertemuan PB PAPDI dengan Pengurus Be-sar Ikatan Dokter Spesialis Anak Indonesia(PB IDAI). Hasilnya, disetujui upaya bersa-ma membentuk tim dalam mengelola ado-

Kronologis Upaya Yang Dilakukan Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI

1. PB PAPDI telah berkirim surat pada 16 Juni 2014 mengenani adolescent medicine yang ditembuskan ke Dirjen Bina UpayaKesehatan (BUK) Kemenkes dan Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (GIKIA) Kemenkes RI

2. Pada 8 agustus 2014 dilakukan pertemuan PB PAPDI dengan PB IDAI. Hasilnya, disetujui upaya bersama untuk membentuk timdalam mengelola usia adolesecent

3. Merespon surat PB PAPDI, pada 29 September 2014 Kemenkes mengundang PB PAPDI, PB IDAI, Satgas Ketua HimpunanPsikologi Indonesia wilayah DKI Jakarta Raya untuk membahas pelayanan kesehatan remaja. Hasilnya antara lain :, Kemenkesmenyetujui untuk membentuk POKJA Bersama Kesehatan Remaja dan Dirjen BUK Kemenkes menjanjikan akan mengeluarkanPermenkes tentang Kesehatan Remaja yang akan dikelola bersama terdiri dari PAPDI, IDAI, POGI dan Psikiatrik (PDSKJI).

4. Pada 19 November 2014 diiselenggarakan pertemuan untuk menyusun Permenkes Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja diHotel The Park lane Jakarta. Hasilnya antara lain: Tidak lagi mempermasalahkan batasan umur 18 tahun sebagai batas anak dan dewasa menitikberatkan usia remaja 10 – 18 tahun harus ditatalaksana secara terpadu akan diatur bahwa disetiap fasyankes harus dibentuk tim terpadu tatalaksana remaja yang terdiri dari minimal pelayanan kese-

hatan anak, penyakit dalam, kesehatan jiwa/psikologis dan obgyn. Di tiap fasyankes harus dibentuk Klinik Terpadu Remaja yang ditatalaksana secara terpadu Untuk remaja dini yaitu 10 -14 tahun ditatalaksana oleh ilmu kesehatan anak. Sedangkan usia remaja tengah dan lanjut (di

atas 14 tahun) harus ditatalaksana secara terpadu oleh tim tatalaksana remaja terpadu tersebut

DR.Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 39

lescent medicine. Di sini diketahui, PB IDAIsendiri belum menetapkan batasan usiaanak dan dewasa adalah 18 tahun.

Kementerian Kesehatan RI pun turun ta-ngan. Melalui Dirjen BUK Kemenkes, pada29 September 2014 diadakan pertemuanantara PB PAPDI, PB IDAI, Satgas KetuaHimpunan Psokologi Indonesia wilayah DKIJakarta Raya yang membahas kesehatanremaja. Hasilnya, Kemenkes menyetujui di-bentuk Pokja Bersama mengenai kesehat-an remaja, dan Dirjen BUK menjanjikanakan menerbitkan Permenkes tentangkesehatan remaja yang akan dikelolabersama oleh PAPDI, IDAI, POGI danPDSKJI. “Kesehatan remaja cukup kom-pleks, bukan melulu masalah usia, tapi jugamasalah biologis, psikologi remaja dan lain-lain,” kata Dr. Arto.

Dirjen BUK Kemenkes menepati janjisoal Permenkes Kesehatan Remaja. Pada19 November 2014 kembali diadakan perte-muan untuk menyusun Permenkes Pela-yanan Kesehatan Peduli Remaja di HotelThe Park lane Jakarta. Pertemuan memu-tuskan, tidak lagi mempermasalahkan ba-tasan umur 18 tahun sebagai batas anakdan dewasa, menitikberatkan rentang usiaremaja yaitu 10 – 18 tahun dan harus ditata-laksana kesehatan remaja dikelola bersa-ma-sama secara terpadu, akan diatur bah-wa di setiap fasyankes harus dibentuk timterpadu tatalaksana remaja yang terdiri dariminimal pelayanan kesehatan anak, pe-nyakit dalam, kesehatan jiwa/psikologis danobgyn. “Tidak terjadi perubahan usia anak –dewasa. Pasien usia 14 tahun tetap bisa di-pegang oleh internis tapi dengan aturan ter-tentu,” katanya.

Kerja Tim Adhoc Adolescent PB PAPDItak berhenti sampai disini. Tugas selanjut-nya adalah bagaimana meningkatkan kom-petensi adolescent health para internis. Ber-sama PAPDI dan Kolegium IPD merancangkurikulum kesehatan remaja dengan meli-batkan semua disiplin ilmu penyakit dalamdan bagaimana menyampaikan kurikulumtersebut terhadap internis baru dan senior.Kemudian, mesti ditentukan apakah ilmukesehatan remaja ini akan disisipkan ke da-lam salah satu divisi yang telah ada atau di-buat divisi sendiri, seperti divisi tumbuhkembang pada departemen Ilmu KesehatanAnak. (HI)

Undang-Undang Berkaitan denganBatasan Umur Anak dan dewasa

1. Burgelijk Wetboek (BW): genap 21 tahun atau sudah menikah;

2. Hukum Islam: umur 15 tahun atau sudah mimpi basah bagi laki-lakidan menstruasi bagi perempuan (Al-Hadits/mazhab Syafi’i danHambali);

3. UU nomor 27 tahun 1948 tentang DPR: 18 tahun;

4. UU nomor 7 tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante danAngota DPR: 18 tahun/sudah kawin;

5. UU nomor 29 tahun 1954 tentang Pertahanan Negara RI: 18 tahun;

6. UU nomor 19 tahun 1955 tentang Pemilihan Anggota DPRD: 18tahun/sudah kawin;

7. UU nomor 66 tahun 1956 tentang Wajib Militer: 18 tahun/sudah kawin;

8. UU nomor 9 tahun 1964 tentang Gerakan Sukarelawan Indonesia: 18tahun;

9. UU nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan: 18 tahun;

10. UU nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia: 18 tahun;

11. UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:18 tahun;

12. UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: > 18 tahun;

13. UU nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris: 18 tahun atausudah menikah;

14. UU nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang:18 tahun;

15. UU nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik: 17 tahun atausudah/pernah kawin;

16. UU nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum: 17 tahun atausudah/pernah kawin;

17. UU nomor 11 tahun 2012 tentang Sistim Peradilan Pidana Anak: 18tahun.

18. UU Kesehatan no 36 thn 2009 (pasal 131) : Upaya pemeliharaankesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan,dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas)tahun.

19. UU Kesehatan Anak No 25 tahun 2012 juga diangka 18

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201540

PB PAPDI telah menerbitkan panduanStandar Pelayanan Kedokteran.Standar ini merupakan amanatUndang-Undang No 29 tahun 2014

mengatakan bahwa dokter dalam menye-lenggarakan praktik kedokteran harus

mengikuti Standar Pelayanan Kedokteran(SPK). Seperti apa SPK? Kemenkes RImelalui Permenkes 1438/2010 mengimple-mentasikan standar yang dimaksud UUPKdalam bentuk Pedoman NasionalPelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar

Prosedur Operasional (SPO) pelayanankedokteran.

PNPK merupakan standar pelayanankedokteran skala nasional yang dibuat olehorganisasi profesi yang kemudian disahkanoleh Kementerian Kesehatan RI. PNPK iniakan dikukuhkan dengan Kepmenkes.Sementara SOP pelayanan kedokteran dis-usun dalam bentuk Panduan Praktik Klinik(PPK) oleh staf medis yang dikoordinir olehKomiter Medik rumah sakit setempat. PPKini ditetapkan oleh Pimpinan Pelayanankesehatan (Fasyankes). “Dokter mestimemahami standar pelayanan kedokteranini,” kata Dr. Muhadi SpPD, FINASIM ketikamemaparkan PNPK dan PPK PB PAPDIpada Rakernas PB PAPDI dan Seluruh

PNPK dan PPK PB PAPDI:

Panduan StandarPelayanan Penyakit Dalam

PPK dan clinical pathway PAPDI sebagai refe-rensi guna membantu pembuatan PPK danclinical pathway di rumah sakit masing-ma-sing. Keduanya bersifat hospital specific.Boleh jadi antar rumah sakit tidak sama.

Dr. Muhadi SpPD, FINASIM saat Rakernas PAPDI.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 41

Cabang PAPDI, akhir Februari 2015 lalu.Kemenkes meminta perhimpunan profe-

si kedokteran, termasuk PAPDI, membuatPNPK. PB PAPDI, kata Dr. Muhadi, telahmenerbitkan lima PNPK yang kemudian dis-erahkan kepada Kementerian KesehatanRI, yaitu PNPK HIV/AIDS, Tuberkulosis,Sepsis, Diabetes Melitus, dan Gagal Ginjaltahap Akhir. PNPK HIV/AIDS dan PNPKTuberkulosis diterbitkan pada tahun 2010,sedangkan PNPK Sepsis, Diabetes Mellitus,dan Gagal Ginjal Kronik telah diserahkanke Kemenkes di tahun 2014. “PNPK PAPDItelah dibagikan ke beberapa sejawat dicabang. Saat ini panduan itu berada diKemenkes menunggu PNPK profesi lain,kemudian dicetak,” ujarnya.

PNPK menjadi acuan membuatPanduan Praktik Klinis. PNPK diter-jemahkan oleh tim medis rumah sakitsetempat sesuai dengan sarana dan fasiltasyang dimiliki rumah sakit menjadi PanduanPraktik Klinis. PPK seyogyanya mengan-dung pengertian, anamnesis, pemeriksaanfisik, kriteria diagnosis, diagnosis banding,pemeriksaan penunjang, terapi, edukasi,progonosis, kepustakaan. Dan PPK dapatpula dilengkapi dengan clinical pathway,algoritme, protocol, prosedur dan standingorder yang disesuaikan dengan kondisirumah sakit tersebut. “PPK dapat dibuatlengkap, bisa pula tidak,” katanya

Meski merujuk dari PNPK yang sama,PPK yang dipakai di masing-masing rumahsakit bisa sama bisa pula berbeda.Pasalnya, Dr. Muhadi menjelaskan PPK disuatu rumah sakit harus sesuai dengansarana dan fasilitas kesehatan rumah sakittersebut. Misalnya, PPK untuk DBD(Demam Berdarah Dengue) tanpa syok,mungkin bersifat sama, di rumah sakit tipeA,B,C,dan D. tapi PPK untuk PJB (PenyakitJantung Bawaan) bisa jadi berbeda meskitipe rumah sakitnya sama-sama tipe A.“PPK suatu penyakit di tiap-tiap rumah sakitmemungkinkan berbeda. Hal ini tergantungdari kondisi rumah sakit setempat. PPKbersifat hospital specific,” tegasnya.

PPK dan ClinicalPathway Versi PAPDI

Seperti halnya PNPK, PB PAPDI jugamenyusun dan menerbitkan PPK PAPDIdan clinical pathway (CP). Namun keduastandar klinis ini bertujuan membantu inter-nis dalam menyusun PPK dan clinical path-way di rumah sakit tempat sejawat praktik.Sejawat dapat mengambil bagian-bagiandari PPK PAPDI dan clinical pathway PAPDIyang kemudian dikembangkan sesuai den-gan sumber daya manusia, sarana danfasilitas medis yang dimiliki rumah sakit.“Buku PPK dan clinical pathway yang dibu-

at PB PAPDI hanya sebagai panduan.Sejawat bisa mengambil dan memodifikasisesuai kondisi rumah sakit,” ujar Dr. Muhadi.

Untuk itu, Dr. Muhadi menegaskandalam panduan standar pelayanan kedok-teran yang dibuat PB PAPDI dicantumkandisclaimer yang menyatakan bahwa standarpelayanan kedokteran yang dibuat PBPAPDI hanya sebagai panduan atau refer-ensi, guna membantu pembuatan PPK danclinical pathway di rumah sakit yang dis-esuaikan dengan kondisi rumah sakit mas-ing-masing. “ Panduan ini bukan untukmenggantikan adjustment klinis sejawat.Mesti dicantumkan disclaimer” ujarnya

PPK boleh dilengkapi dengan clinicalpathway, boleh tidak. Karena tidak semuapenyakit harus dibuat clinical pathway-nya,sebab clinical pathway akan terasa lebihefektif dan efisen pada kasus-kasus yangpredictable, seperti kasus-kasus yang ditan-gani dokter bedah. Sementara pembuatanclinical pathway akan lebih sulit pada kasus-kasus multipatologi seperti yang biasa ditan-gani dokter penyakit dalam dan dokter anak.“Clinical pathway lebih mudah dibuat untukkasus-kasus yang ditangani oleh dokter yangmemegang pisau. Tapi sulit dibuat padakasus-kasus yang kompleks,” tuturnya.

Sejatinya pembuatan clinical pathwaybertujuan untuk kendali mutu bukan kendalibiaya. Namun clinical pathway dapat digu-nakan menentukan besarnay tiap-tiap unitcost. Dengan demikian, belakangan ini, clin-ical pathway lebih besar perannya sebagaikendali biaya. Pihak rumah sakit membuatclinical pathway dengan mempertimbang-kan besarnya tarif INA CBGs. Padahal, clin-ical pathway bersifat patient oriented bukanmengikuti INA CBGs atau SOP tertentu.“Saat ini tiap rumah sakit mengejar agardibuatkan clinical pathway untuk menge-tahui besarnya biaya tiap unit. Lalu diban-dingkan dengan tarif INA CBGs, apakah ku-rang atau lebih?” ungkap staf Divisi Kar-diologi RSCM/FKUI ini.

Clinical pathway dibuat oleh tim medis disuatu rumah sakit berdasarkan evidencebase. “ bila ada perbedaan unit cost antaratarif berdasarkan INA CBGs dengan clinicalpathway maka hal tersebut menjadi ma-sukan kepada pihak berwenang (Kemenke-red) agar merevisi tarif INA CBGs tersebut,”ujar Dr. Muhadi menutup presentasi padasesi tersebut. (HI)

Dr. Muhadi SpPD, FINASIM.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201542

Konferensi Kerja XIII Pengurus BesarPerhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam Indonesia (KONKERPB PAPDI) menghasilkan berbagai

kebijakan strategis organisasi. Acara ini di-selenggarakan di Hotel Sheraton MustikaYogyakarta, 27 – 30 November 2014 laludengan dua kegiatan besar, yaitu sidangorganisasi dan simposium ilmiah. KONKERkali ini mengusung tema “Peran PAPDI da-lam Menghadapi Era Jaminan KesehatanNasional(JKN) 2014 dan Asean EconomicCommunity (AEC) 2015”.

Gubernur DI Yogyakarta, dalam hal inidiwakili oleh Sulistiono, Asisten BidangPemerintahan DI Yogyakarta berkesem-patan membuka dan meresmikan KONKERXIII ini. Peresmian ditandai dengan pemu-kulan gong oleh perwakilan Gubernur yangdidampingi Ketua Umum PB PAPDI Prof.DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT,Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A.Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP,Ketua PAPDI Cabang Yogyakarta Dr. IbnuPurwanto. SpPD, K-HOM, FINASIM, KetuaPelaksana KONKER XIII Dr. Heru Prasanto,SpPD, K-GH, FINASIM, beserta Ketua IDIWilayah Yogyakarta.

Gubernur DI Yogyakarta dalam sambu-tannya mengatakan pemerintah daerahsangat mendukung KONKER XIII ini. Iamengatakan, acara ini sebagai ajang perte-muan para internis dalam rangka mening-katkan kompetensi keilmuan dokter spe-sialis penyakit dalam. Dengan begitu paradokter dapat memberikan pelayanan kese-hatan terbaik bagi masyarakat. Hal ini se-jalan dengan program pembangunan kese-hatan untuk mewujudkan bangsa yangsehat.

Dokter diharapkan selalu mengupdate

kompetensinya. Indonesia akan menyong-song Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),dimana akan terjadi persaingan yang ketat.Dokter asing akan leluasa membuka praktikdi Indonesia. Bahkan saat ini, banyak maha-siswa asing yang belajar ilmu kedokteran diIndonesia. Mereka akan fasih berbahasaIndonesia, yang pada akhirnya praktik di

Indonesia. “Jumlah penduduk negeri iniyang besar menjadi pasar yang meng-giurkan bagi dokter asing. Ke depanmasyarakat akan menilai dokter dari kom-petensinya. Untuk itu, dokter Indonesia di-harapkan selalu meningkatkan kemam-puannya agar dapat bersaing,”kata Guber-nur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubu-

KONKER XIII PB PAPDI, Yogyakarta:

Tantangan Baru di Era JKN dan Globalisasi

“Jumlah penduduk negeri ini yang besar, menjadipasar yang menggiurkan bagi dokter asing.Ke depan masyarakat akan menilai dokter darikompetensinya. Untuk itu, dokter Indonesia diha-rapkan selalu meningkatkan kemampuannya agardapat bersaing,”…… Gubernur DI Yogyakarta SriSultan Hamengkubowono X.

Pemukulan Gong oleh perwakilan Gubernur DIY membuka Konker XIII PB PAPDI.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 43

wono X dalam paparanya yang dibacakanAsisten Bidang Pemerintahan Sulistiono.

Hal senada disampaikan Ketua UmumPB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC. FESC, FAPSIC,FACP, FRCPT. Ia mengatakan, PB PAPDIsangat serius soal peningkatan kompetensianggotanya. Bahkan PB PAPDI, katanya,aktif membina dokter umum sebagai lini ter-depan layanan kesehatan di masyarakat.“Meningkatkan kemampuan para doktermelalui kegiatan yang bersifat continuingprofessionalism development (CPD ) meru-pakan salah satu misi PB PAPDI,” katanya.

Terkait dokter asing, Prof. Idrus men-gatakan, PB PAPDI mengikuti Ikatan DokterIndonesia, induk organisasi kedokteran. IDImenolak dokter asing yang melakukan prak-tik di Indonesia. Dokter asing boleh masuk,hanya untuk transfer pengetahuan yangdiundang oleh institusi resmi dengan waktuyang dibatasi. Dokter asing dalam bekerjatidak menempati jabatan strategis. telahmenentukan sikap. Selain itu, PB PAPDImenambahkan, dokter asing yang inginpraktik harus memenuhi regulasi domestik,menjalani adaptasi oleh kolegium dan fasihberbahasa Indonesia yang diakui oleh lem-baga bahasa yang kredibel.

PB PAPDI mendukung Sistem JaminanSosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan.Menurut Prof. Idrus, program ini sesuai den-gan konsep PAPDI mengenai layanan kese-hatan berjenjang, layanan primer, sekunder

dan tersier. Namun, tambahnya, PB PAPDIselalu mengawal dan mengevaluasi SJSN,agar tatanan kesehatan yang baru ini dapatberlangsung dengan baik dan tidak meru-gikan internis. “ Sistem ini berbasis asuran-si sosial. Suatu upaya yang baik, agar la-yanan kesehatan dapat dirasakan oleh selu-ruh masyarakat,” ujarnya.

Pada era SJSN, layanan kesehatanprimer menjadi garda terdepan. Nantinya,sistem kesehatan berbasis asuransi lebihbanyak mengelola upaya promotif dan pre-ventif, di samping kuratif. “Saat ini lebihbanyak upaya kuratif dibanding preventifdan promotif. Tenaga penyuluhan belumdifasilitasi dengan baik. Di luar negeri,upaya preventif lebih diperhatikan olehprovider kesehatan, baik pemerintah mau-pun asuransi, karena lebih menguntungkan,cost kesehatan lebih rendah, dan kesehatanrakyat lebih baik,” kata Dr. Heru Prasanto,SpPD, K-GH, FINASIM.

Berbenah MenghadapiEra JKN dan Globalisasi

Konker PAPDI merupakan kegiatanorganisasi yang rutin diselenggarakan seku-rang-kurangnya tiga tahun sekali. Hampir200 peserta sidang, meliputi pengurus PBPAPDI, delegasi 36 Cabang PAPDI, danpengurus KIPD, hadir pada KONKER XIIIini. Mereka membahas berbagai isu baikinternal maupun eksternal organisasi, terkait

Jaminan Kesehatan Nasional, MasyarakatEkonomi ASEAN 2015 dan gratifikasi. Pe-serta sidang akan dibagi lima kelompoksidang komisi. Setiap komisi diwakili olehpengurus cabang dan pengurus PB PAPDI

“Konker ini akan menggodok isu-isustrategis terkait kebijakan pemerintah men-genai kesehatan. Mengevaluasi program-program yang telah ditetapkan dalam ren-stra serta pembenahan pada organisasiPAPDI dalam memasuki era globalisasi.Kesepakatan yang dihasilkan pada Konkerkali ini akan menjadi acuan serta peganganuntuk kepengurusan PB PAPDI dan PAPDIcabang pada periode kepengurusan beriku-tnya,” kata Prof. Idrus Alwi.

PAPDI Cabang Yogyakarta terpilih men-jadi tuan rumah pada KOPAPDI XV Medan2012 lalu. Menurut Dr. Ibnu Purwanto,SpPD, K-HOM, FINASIM acara ini dihadirilebih dari 1000 peserta. Selain sidangorganisasi dan simposium ilmiah, panitiajuga mengadakan lomba poster ilmiah danLadies Program untuk para pendampingdengan mengunjungi tempat wisata diseki-tar Yogyakarta. “Ini suatu kehormatan bagikami dipercaya oleh sejawat untuk menye-lenggarakan KONKER ini. Semua berkolab-orasi baik pengurus cabang, anggota danPPDS ilmu penyakit dalam FK UGM/RS UPDr. Sardjito Yogyakarta mensukseskanKONKER ini,” kata Dr. Ibnu Purwanto,SpPD, K-HOM, FINASIM

(HI)

Suasana Konker XIII PB PAPDI.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201544

Dokter PNS rentan ter-jebak gratifikasi.Penting bagi merekamengenali bentuk-ben-tuk gratifikasi

Gerah! Begitu kata Dr. Ari dengangeram mengomentari maraknyapemberitaan gratifikasi di kalangandokter. Ia mengatakan pemberitaan

tersebut tendensius memojok profesi dokteroleh kelompok media tertentu. Pemberitaankedekatan perusahaan farmasi dengan dok-ter tidak didasari oleh fakta-fakta yang kuat.Kongkolingkong dokter – farmasi seolah-olah dilakuan oleh semua dokter, padahaldokter sendiri dalam praktik memiliki kodeetik kedokteran, tidak dipengaruhi perusa-haan farmasi. “Pemberitaan ini dilakukan

oleh kelompok media tertentu, dan tidaksesuai fakta,” sergah DR. Dr. Ari FahrialSyam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB,FACP, internis yang juga aktif mengisi kolomkesehatan di berbagai media.

Hal tersebut disampaikan dr. Ari ketikamenjadi moderator seminar di sela-selasidang organisasi Konferensi Kerja XIIIPAPDI di Hotel Sheraton Mustika, Yogya-karta November 2014 lalu. Pada seminartersebut, panitia mengundang pembicaradari Komisi Pemberantasan Korupsi Direk-tur Gratifikasi Giri Suprapdiono, Kemenkes

KPK: Gratifikasi, Kenali dan Hindari

Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono saat KONKER XIII PAPDI.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 45

RI Dr. Dewi Indah Yuniati staf Tim TeknisINA CBGs, dan Dr. Tri Nugroho, MQIH, Ke-pala Bidang Pendayagunaan SDM Kese-hatan Luar Negeri Badan PPSDM Ke-menkes RI.

Praktik gratifikasi di kalangan doktermenarik perhatian peserta sidang. MenurutGiri Suprapdiono, pemberian sesuatu olehperusahaan obat atau alat kesehatan kepa-da dokter dapat dikategorikan gratifikasi.Pemberian tersebut terkait dengan praktikpemasaran obat, dimana dokter meresep-kan obat dari perusahaan obat yang telahmemberinya. “Pemberian fee baik berupadiscount khusus maupun fasilitas lain seper-ti jalan-jalan ke luar negeri, biaya dan ako-modasi seminar merupakan bentuk grati-fikasi dan dapat dikategorikan tindakankorupsi. Pasalnya, gratifikasi perusahaanfarmasi kepada dokter baik secara langsungmaupun tidak langsung akan mempen-garuhi keputusan dokter untuk memberikanresep atau alat kesehatan produksi perusa-han yang telah menjalin kerjasama dengandokter,” kata Giri.

Hal tersebut, lanjut Giri, sudah diaturdalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentangPemberantasan Korupsi. BerdasarkanUndang-Undang tersebut, sumbangan bisasaja masuk kategori gratifikasi. Setiap grati-fikasi kepada PNS atau penyelenggaranegara dianggap korupsi, apabila berhu-bungan dengan jabatannya dan yang berla-wanan dengan kewajiban atau tugasnya.

Penerima gratifikasi, kata Giri, sesuaiPasal 12B UU No. 20/2001, dihukum pidanaseumur hidup, atau pidana paling singkat 4tahun dan pidana denda paling sedikit duaratus juta rupiah dan paling banyak Rp1Milyar. Kecuali, apabila penerima gratifikasimelaporkannya ke KPK dalam waktu 30 harisetelah diterimanya gratifikasi.

Menurut Pasal 16 UU Nomor 30/2002tentang KPK, PNS yang menerima grati-fikasi mesti melaporkan ke KPK. Penerimagratifikasi wajib melaporkan kepada KPKpaling lambat 30 hari kerja sejak tanggalpenerimaan. Selanjutnya, KPK menganali-sis gratifikasi tersebut dengan cara memintaketerangan yang bersangkutan.

Dalam pasal 17 ayat 1 UU Nomor30/2002, KPK mempunyai waktu palinglama 30 hari kerja sejak menerima laporanuntuk menetapkan status kepemilikan grati-fikasi disertai pertimbangan. Keputusanpimpinan KPK itu bisa berupa penetapanstatus kepemilikan gratifikasi bagi penerimaatau menjadi milik negara. Setelah peneta-pan, KPK wajib menyerahkan putusan sta-tus kepemilikan gratifikasi tersebut kepadapenerima paling lambat tujuh hari kerja.

Dokter kerap terlibat dalam pemasaransuatu obat. Bahkan ada dokter dijadikanujung tombak pemasaran obat-obatan dariperusahaan farmasi tertentu. Kerjasamaspesial dokter-perusahaan farmasi men-garahkan dokter untuk memberikan resepsesuai dengan perusahaan farmasi tertentu.

Dokter pegawai negeri sipil (PNS) rentanterjebak praktik gratifikasi yang kebanyak-an mereka tidak menyadari apa yangdilakukan tergolong suap. Padahal, Kemen-kes telah menerbitkan Permenkes tentangPengendalian Gratifikasi di LingkunganKemenkes RI. “Penting mengenali bentuk-bentuk gratifikasi, dan hindari,” ujar mem-beri tips.

Sementara pembicara lain, Dr. DewiIndah Yuniati staf Tim Teknis INA CBGsmengatakan tarif INA CBGs mengubahcara pandang perilaku rumah sakit dalammemberi pelayanan kesehatan padapasien. Dengan sistem ini rumah sakit ditun-tut mampu melakukan efisiensi danmeningkatkan mutu pelayanan. Ia men-gatakan perlu adanya revisi tarif INA CBGsdengan melibatkan organisasi profesiseperti PAPDI.

Sedangkan Dr. Tri Nugroho, MQIH,Kepala Bidang Pendayagunaan SDMKesehatan Luar Negeri Badan PPSDMKemenkes RI mengatakan sampai saat inibelum memberi izin dokter asing berpraktikmandiri di Indonesia. Proses keluar masukdokter asing ke suatu negara perlu waktuyang panjang. Hal tersebut terkait denganregulasi domestik masing-masing negarayang cenderung membentengi masuknyadokter asing. “Para dokter saat ini tenang-tenang saja, karena Kemenkes sebagai reg-ulator domestik memperketat syarat dokterasing,” katanya. (HI)

Diskusi peserta KONKER dengan Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono saat KONKER XIII PAPDI.z

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201546

Jumat, dini hari, Ballroom HotelSheraton Mustika, Yogyakarta masihtampak riuh. Rasa kantuk hilangberganti perdebatan. Diskusi pan-

jang, silang pendapat tak terelakan. Merekaadalah peserta rapat Konferensi KerjaPAPDI XIII yang berasal dari delegasi 36Cabang PAPDI, pengurus PB PAPDI danKIPD. Para internis urun rembug untuk satutujuan: menghasilkan keputusan terbaikbagi PAPDI dan KIPD.

Sidang organisasi merupakan agendautama KONKER PAPDI. Rapat organisasi

ini membahas berbagai persoalan yangterkait dengan PAPDI baik internal maupuneksternal organisasi. Program kerja PBPAPDI dan KIPD yang telah berjalan di eval-uasi dan dibenahi. Isu gratifikasi menarikperhatian serius peserta sidang, selainSJSN dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

“KONKER ini menggodok isu-isu strate-gis terkait kebijakan pemerintah mengenaikesehatan. Mengevaluasi program-programyang telah ditetapkan dalam renstra sertapembenahan pada organisasi PAPDI dalammemasuki era globalisasi. Kesepakatan

yang dihasilkan pada Konker kali ini akanmenjadi acuan serta pegangan untuk ke-pengurusan PB PAPDI dan PAPDI cabangpada periode kepengurusan berikutnya,”kata Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,

Sidang Organisasi PAPDI:

Siap Menyongsong EraJKN dan Globalisasi

Isu gratifikasi menjadi pembicaraan hangatselain, SJSN dan MEA 2015. Dokter keraptidak mengenali bentuk gratifikasi. KONKERkali ini mengamanahkan dibentuknya TimAdhoc Gratifikasi.

Suasana sidang organisasi saat KONKER XIII PAPDI.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 47

FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP,FRCPT, Ketua Umum PB PAPDI periode2012 – 2015.

KONKER XIII Yogyakarta diawali dengansidang pleno yang dipimpin oleh SekretarisJenderal PB PAPDI Dr. Sally AmanNasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP danSekretaris KIPD Dr. Irsan Hasan SpPD, K-GEH, FINASIM. Sidang pleno pertamamengagendakan paparan dari Ketua UmumPB PAPDI, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,FACP, FRCPT dan Ketua Harian KIPD Prof.DR. DR. Siti Setiati, SpPD, K-GER,FINASIM. Pimpinan sidang membacakan

tata tertib sidang organisasi dan mengaturjalannya sidang pleno.

Selanjutnya, sidang organsisi dilanjutkandengan rapat komisi. Peserta sidang dibagimenjadi lima komisi yang terdiri dari pengu-rus cabang dan PB PAPDI. Rapat komisimembahas isu-isu terkait yang telah disepa-kati yang akan diputuskan dalam sidang ple-no selanjutnya. Komisi yang dibentuk yaitu,Komisi 1: Bidang Organisasi dan Advokasiyang dipmpin oleh Dr. Tunggul D. Situmo-rang, SpPD, K-GH, FINASIM; Komisi 2: Ke-mitraan dan Kerjasama, Humas, Publikasidan Pengabdian Masyarakat Serta Etik danMedikolegal, dipimpin oleh Dr. Ika Prasetya

Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP;Komisi 3: Bidang Pengembangan Profesi(P2KB/CPD, CME online, EIMED, Road-show, dan FINASIM), dipimpin oleh DR. Dr.Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,MMB, FACP; Komisi 4: Pendidikan Sp1, di-pimpin oleh Dr. IGP. Suka Aryana SpPD, K-GER, FINASIM dan Komisi 5: PendidikanSp2 dipimpin oleh DR. Dr. Zulkhair Ali, SpPD,K-GH, FINASIM.

Banyak hal yang menarik dibahas, namunisu gratifikasi menjadi perbicaraan hangatpada KONKER XIII. Hal itu dipicu oleh ma-raknya pemberitaan kerjasama dokter danfarmasi yang disinyalir “suap”. PermenkesNo 14 tahun 2014 tentang PengendalianGratifikasi telah mengatur praktik gratifikasi dilingkungan Kementerian Kesehatan RI, na-mun kebanyakan dokter tidak mengenali ma-na gratifikasi, mana bukan. Akhirnya, terkait

gratifikasi, KONKER XIII memutuskan untukdibentuk Tim Adhoc Gratifikasi PB PAPDI.

Keputusan lain diantaranya, calon tuanrumah KOPAPDI dan KONKER mendatang.Calon tuan rumah KOPAPDI 2018 adalahPAPDI Cabang Semarang, PAPDI CabangSurakarta, PAPDI Cabang Makassar danPAPDI Cabang Surabaya. Sedangkan tuanrumah KONKER 2017 adalah PAPDI Ca-bang Malang, PAPDI Cabang Cirebon, danPAPDI Cabang Tanah Papua. Siapa yangterpilih menjadi tuan rumah perhelatanPAPDI mendatang, akan ditentukan padaKOPAPDI XVI di Bandung, awal September2015. (HI)

Suasana diskusi peserta saat sidang organisasi pada KONKER XIII PAPDI.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201548

PAPDI Cabang Makassar siap menjadituan rumah KOPAPDI XVII 2018. Haltersebut disampaikan SekretarisPAPDI Cabang Makassar Dr. Faridin

Pango, SpPD, K-R, FINASIM kepada HaloInternis melalui pesan elektronik. Pada KonasPAPDI XVI di Bandung 2015, PAPDI CabangMakassar maju sebagai calon tuan rumahKOPAPDI XVII 2018. Bahkan, kata Dr. Faridin,PAPDI Cabang Makassar kerap mencalonkanmenjadi tuan rumah kongres sejak KOPAPDIXIV di Jakarta dan KOPAPDI XV di Medan.

Menurut Dr. Faridin, internis di Makassarsudah berpengalaman menyelenggarakanevent-event berskala nasional. Hampir setiaptahun mereka menggelar pertemuan ilmiahtahunan di bidang Ilmu Penyakit Da-lam.Bahkan PAPDI Cabang Makassar pernahmenjadi tuan rumah KOPAPDI VII tahun1987. anggota PAPDI bersama PPDS IlmuPenyakit Dalam FK Unhas siap menyuk-sekan KOPAPDI XVII 2018 di Makassar.

Kota Makassar merupakan center pointof Indonesia, ibukota provinsi terbesar diwilayah Indonesia Timur. Akses kesanamelalui jalur udara cukup ramai. Hampirsemua maskapai memiliki rute ke pintu ger-

bang Indonesia Timur itu. Berbagai hotelmulai dari bintang tiga hingga lima menju-lang di langit Makassar. KOPAPDI XVIInanti diselenggarakan di Hotel Clarion, hotelterbesar yang memiliki dua grand ballroomyang mampu menampung 3000 orang.Selain itu, hotel ini dilengkapi 14 ruang per-temuan yang dapat dipakai untuk sidangorganisasi, workshop dan simposium.Disekitar Hotel Clarion terdapat berbagai

hotel satelit bintang lima yang dapat dihunipeserta. Akses jalan dari hotel satelit tidakberjauhan, begitu pula dari airport SultanHasannudin cukup lancar dan singkat.

Selain sidang dan simposium, sejawatdapat dimanjakan dengan berbagai wisatadisana. Peserta akan disambut hangat de-ngan tari-tarian budaya Makassar. Wisataalam bagi penggemar fotografi sangat co-cok mengunjungi air terjun Bantimurung,Malino, dan Tana Toraja yang terkenal de-ngan kuburan batu. Bagi penggemar ma-kanan, dapat menikmati lezatnya masakankhas Makassar seperti Coto Makassar, SopKonro dan berbagai makanan laut yang se-gar. Begitu pula yang hendak membeli cin-deramata khas Makasaar dapat diperoleh diwisata belanja di dalam kota.

Secara organisasi, PAPDI Cabang Ma-kassar telah memenuhi kriteria tuan rumah.Bahkan restu dari pemerintah daerah telahdikantongi. “Komunikasi dengan pemerintahdaerah telah terjalin, mengingat Kepala Di-nas Kesehatan Provinsi Sulawesai Selatanadalah anggota dan pengurus PAPDI Ca-bang Makassar,” sergahnya.

KOPAPDI XVII nanti akan memberi kon-tribusi besar terhadap perkembangan kese-hatan di kawasan Indonesia Timur. Paradokter dapat meningkatkan kompetensinyasehingga dapat memberi pelayanan kese-hatan yang optimal kepada masyarakat se-suai dengan program pemerintah di bidangkesehatan.

“Setelah rentang waktu 31 tahun, sudahsaatnya kami diberi kesempatan dan diper-caya kembali menjadi tuan rumah perhe-latan akbar dokter spesialis penyakit dalam.Mohon dukungan dari sejawat semua,” ung-kap Dr. Faridin berharap. (HI)

Calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII 2018

PAPDI Cabang Makassar:

Siap Menjadi Tuan Rumah KOPAPDI XVII

Prof. Syamsu Ketua PAPDI Cabang Makassar.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 49

PAPDI Cabang Surabaya siap menjadituan rumah KOPAPDI XVII 2018. Haltersebut disampaikan Ketua PAPDICabang Surabaya Dr. Soebagijo Adi

Soelistio, SpPD, K-EMD, FINASIM kepadaHalo Internis melalui pesan elektronik. Me-nurut Dr. Soebagijo, PAPDI Cabang Suraba-ya sudah berpengalaman menyelenggarakansimposium-simposium berskala nasional.Contoh yang paling dekat adalah PertemuanIlmiah Nasional (PIN) PAPDI 2014 lalu, dima-na PAPDI Cabang Surabaya mendapat ke-percayaan sebagai tuan rumah. Kota Suraba-ya seringkali menjadi tempat penyeleng-garaan kongres nasional baik dari profesidokter maupun profesi lain.

Tak dipungkiri Kota Surabaya sebagaikota kedua terbesar, setelah Jakarta, memilikisarana dan fasilitas yang baik. Rencananya,kata Dr. Soebagijo, penyelenggaraan KOPA-PDI XVII akan dipusatkan di Hotel Shangri–La. Hotel bintang lima ini dilengkapi tiga ball-room yang dapat menampung sekitar 1800orang. Dan 12 function room yang dapat me-menuhi seluruh kegiatan berupa sidang or-ganisasi, simposium dan workshop. Hotel inihanya memiliki 383 kamar, namun tak jauhdari Hotel Shangri– La, terdapat hotel-hotellain, mulai dari bintang tiga hingga lima, den-gan jumlah kamar sekitar 3.000 kamar.

Akses menuju Surabaya dari berbagaidaerah di Indonesia,terbilang mudah. Jad-wal penerbangan dariberbagai maskapai cu-kup ramai. Tak perluwaktu lama, dari Ban-dara Juanda ke HotelShangri – La hanya 30– 45 menit. Di sekitar

venue merupakan daerah bebas macet.Lokasinya aman dan nyaman, terbebas daribanjir dan amuk massa. “Surabaya yang kamitawarkkan adalah keamanan, kenyamanan,dan menyenangkan,” tutur ahli Endokrinologidan Diabetes RSU Soetomo/FK Unair ini.

Selain simposium, peserta dan keluargadimanjakan dengan beragam tujuan wisata.Ada wisata kuliner yang dapat mencicipi ma-sakan khas Jawa Timur seperti bebek sinjai,semanggi suroboyo, lontong balab Wonokro-mo, rujak cingur, tahu tek dan masih banyaklagi. Berbagai cinderamata dapat dijumpai disentra kerajinan perak dan kulit di Sidoarjo,dan sentra batik di Madura. Atau di SurabayaCarnival yang buka 24 jam.

Wisata air, bersama keluarga dapat me-

ngunjungi wahana bermain Saigon WaterPark. Atau makan malam di atas kapal Cruiseyang melintas di bawah jembatan Suramadu.Wisata alam tak kalah menariknya. GunungBromo, Kawah Ijen dan air terjun Madakaripu-ra merupakan destinasi yang tak boleh ter-lewatkan. Setiap wisatawan selalu ingin me-ngabadikan keindahan alamnya.

Dukungan lain yang tak kalah pentingnyaadalah dukungan dari pemerintah daerah. Dr.Soebagijo menegaskan, Pemda sangat men-dukung acara seperti ini. Beberapa kongresyang diselenggarakan di Surabaya, Pemdaantusias hadir. Sebagai contoh, ketika PIN2014 yang dibuka dan diresmikan oleh WakilGubernur Jawa Timur Drs. Saifullah Yusuf ber-sama Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur.

Dengan demikian, bila Surabaya menjadituan rumah KOPAPDI XVII akan banyak me-narik peserta dan akan menyedot perhatiankhalayak, baik dari pemerintah maupun dariprofesi lain. Gaung dari KOPAPDI akan ber-dampak ke seluruh nusantara. Hal ini akanmembawa PAPDI lebih berwibawa dan di-segani baik dari profesi medis lain maupunpemerintah

PAPDI Cabang Surabaya berpengalamanmenjadi menyelenggarakan KOPAPDI. Padatahun 2018, Dr. Soebagijo berharap dapatkembali menjadi tuan rumah KOPAPDI untukketiga kalinya, pertama KOPAPDI II , 27 – 30September 1973, dan kedua KOPAPDI XI, 7– 11 Juli 2000. pengurus cabang akan diban-tu anggota dan dan residen Departemen IlmuPenyakit Dalam FK Unair/ RSU Soetomo,siap berpartisipasi menyukseskan KOPAPDIXVII 2018 nanti. “Kami berjanji tim surabayasolid, well organized dan sudah berpengala-mam menyelenggarakan event-event skalanasional,” katanya. (HI)

Calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII 2018

PAPDI Cabang Surabaya:

Siap Menjadi Tuan Rumah KOPAPDI XVII

Dr. Subagijo Adi Ketua PAPDI Cabang Surabaya.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201550

PAPDI Cabang Semarang siap men-jadi tuan rumah KOPAPDI XVII2018. Hal tersebut disampaikan Ke-tua PAPDI Cabang Semarang Dr.

Lestariningsih, SpPD, K-GH, FINASIM ke-pada Halo Internis melalui pesan elektro-nik. Pada Konas PAPDI XVI di Bandung2015, PAPDI Cabang Semarang maju seba-gai calon tuan rumah KOPAPDI XVII 2018.Dr. Lestariningsih mengatakan kami berha-rap Semarang dapat terpilih kembali menja-di tuan rumah KOPAPDI XVII 2018

Semarang pernah menjadi tuan rumahperhelatan akbar perhimpunan dokter pe-nyakit dalam pada KOPAPDI V, 16 – 20Juni 1981 lalu. Ia mengatakan anggotaPAPDI Cabang Semarang beserta PPDSDepartemen Ilmu Penyakit Dalam FK Un-dip/RSU Kariadi siap menyukseskan KOPA-PDI XVII 2018. mereka telah terbiasa me-nyelenggarakan event-event ilmiah berskalanasional, diantaranya KONAS PERGEMI2002, KONAS PERNEFRI 2010, KONASPETRI 1999 dan lain-lain.

Kota Semarang memiliki beberapa hotelbesar yang biasadipakai kongres,seperti HotelCrowne Plaza danHotel Gumay Se-marang. HotelCrowne Plaza di-lengkapi denganballroom yang dapatmenampung 3.000peserta. Kedua hotelmenyediakan ruangpertemuan yang le-bih dari cukup untuksidang organisasi,

workshop, dan simposium. Untuk akomo-dasi peserta tinggal memilih hotel yang ter-dapat disekitar hotel utama, seperti Novotel,Horison, Citraland, dan Hotel Santika.Akses ke Semarang sangat mudah. Hampirsemua maskapai memiliki rute ke Sema-rang. Jalur darat pun sudah nyaman dilalui.

“Akomodasi dan sarana transportasi diSemarang sangat mendukung kongres,”ungkap Dr. Lestariningsih.

Penat bersidang dan simposium, seja-wat dapat refreshing dengan menikmati ber-bagai wisata disana. Wisata alam yang in-dah dapat dinikmati di Curug Sewu, Be-nowo, air terjun Kali Pancur dan wisata alamlainnya. Tempat bersejarah yangg kentalornamen Tiongkok dapat diselami di Klen-teng Sam Poo Kong peninggalan laksama-na Cheng Ho, Pagoda Budhaggaya Watu-gong dan lain-lain. Sejawat dapat mem-bawa pulang beragam cenderamata khasSemarang yang terdapat di sentra-sentrakerajinan tangan di Kota Semarang.

Secara organisasi, PAPDI Cabang Se-marang telah memenuhi kriteria tuan ru-mah. Bahkan restu dari Gubernur Jawa Te-ngah telah didapat. “Hal ini sejalan denganmisi Pemda yaitu Semarang sebagai kotaMeeting Incentive Convention and Exhibi-tion,” katanya seraya meminta dukungandari sejawat agar Semarang terpilih menjadituan rumah KOPAPDI XVII 2018. (HI)

Calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII 2018

PAPDI Cabang Semarang:

Siap Menjadi Tuan Rumah KOPAPDI XVII

Ketua PAPDI Cabang Semarang Dr. Lestariningsih.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 51

PAPDI Cabang Sura-karta siap menjadituan rumah KOPA-PDI XVII 2018. Hal

tersebut disampaikan KetuaPAPDI Cabang SurakartaProf. DR. Dr. HM. BambangPurwanto, SpPD, K-GH,FINASIM kepada Halo In-ternis di Jakarta. Prof.Bambang mengatakanPAPDI Cabang Surakartamaju sebagai calon tuanrumah KOPAPDI untuk ke-dua kalinya, setelah KOPA-PDI XV di Medan. “Kami berharap ada keadi-lan di kongres kali ini, PAPDI CabangSurakarta belum pernah terpilih menjadi tem-pat penyelenggaraan KOPAPDI,” ungkapGuru Besar FK UNS/RSUD Dr. Moewardi ini.

Surakarta atau populer Solo merupakankota yang kental dengan sejarah dan budayaJawa. Namanya lebih dikenal hingga manca-negara setelah salah satu putra terbaiknya ter-pilih menjadi orang nomor satu di negeri ini,Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.Perkembangan kota ini cukup pesat bergayaetnik Jawa modern. Kota yang dikenal spirit ofJava kerap dipilih sebagai ajang penyeleng-garaan event-event berskala nasional. Olehkarens itu, PAPDI Cabang Surakarta terdo-rong menjadi tuan rumah perhelatan akbardokter spesialis penyakit dalam.

Sebagai referensi bahwa Solo dapat diper-caya menjadi tuan rumah KOPAPDI XVII 2018antara lain tuan rumah: KONKER PAPDI ta-hun 2002, PIN PAPDI tahun 2007, KONASPETRI tahun 2008, PIT Nasional IDAI tahun2013 dengan jumlah peserta 4000 orang, PITNasional POGI tahun 2016 jumlah peserta

yang terdaftar sebanyak4000 orang, Kota Soloterpilih sebagai kota he-ritage diantara 50 kotatua di dunia di sampingBali.

Menurut Prof. Bam-bang, infrastruktur dansarana di Kota Solo san-gat mendukung kegiatantersebut. Di Solo terdapatempat hotel berbintanglima, delapan hotelberbintang empat danbelasan hotel bintang

tiga, dengan total kamar sebanyak 8000kamar. Panitia akan memakai hotel BestWestern sebagai venue utama. Hoteldilengkapi ballroom yang dapat menampung3500 peserta dengan 10 ruang pertemuaanyang dapat digunakan untuk sidang organ-isasi, workshop dan simposium. Hotel BestWestern dikelilingi oleh hotel-hotel lain yangjaraknya saling berdekatan dan terpadu den-gan pusat perbelanjaan modern serta aktivitasbisnis. “Akomodasi ini dapat menampungseluruh peserta dan jarak yang berdekatanantar hotel diharapkan dapat mengurangimasalah mobilitas peserta,” sergahnya.

Selain dukungan akomodasi, sarana trans-portasi tak kalah penting. Kota Solo mudahdikunjungi baik jalur udara maupun darat.Hampir semua maskapai nasional memilikirute ke Bandara International Adi Soemarmo.Penerbangan cukup memakan waktu 50 me-nit dari berbagai bandara di Pulau Jawa. Ak-ses udara didukung oleh Bandara AdisuciptoYogyakarta, yang dilanjutkan dengan keretabandara Prameks ke Solo, dengan waktu tem-puh 50 menit. Sedangkan, stasiun kereta api

Solo Balapan disinggahi kereta api dari berba-gai daerah di Pulau Jawa.

KOPAPDI di Solo pilihan tepat bagi seja-wat dan keluarga. Kota ini menawarkan be-ragam wisata. Untuk menikmati wisata kota,sejawat dapat diantar oleh kereta uap ataubus wisata yang melintas di tengah kota. Bagipenggemar makanan, wisata kuliner masakankhas Solo seperti serabi, cabuk rambak, gem-pol pleret, sate buntel, timlo, nasi liwet, tengk-leng dan lain-lain, dapat memanjakan lidahsejawat. Wisata budaya menyuguhkan kein-dahan tari-tarian tradisi Solo seperti BedhayaKetawang, sendratari Ramayana, dan Carni-val Batik yang telah tersohor di dunia. Ke-mudian ada wisata alam nan elok, dapat dinik-mati di Tawangmangun, Grojan Sewu, Pantai,Candi sukuh dan Cetho dan lain-lain. Cende-ramata buat buah tangan dapat diperoleh disentra belanja Pasar Windujenar, Pasar Ge-dhe, dan Night Market Ngarsopuro.

Pengurus cabang beserta anggota, resi-den, dan Rumah Sakit Pendidikan RSUDMoewardi/FK UNS siap berpartisipasi me-nyukseskan KOPADI 2018. Pemerintah daer-ah mendukung kegiatan ini, bahkan Pemdadan pengurus akan berupaya menghadirkanPresiden Joko Widodo untuk meresmikanacara. Karena dengan diselenggarakanKOPAPDI di Solo akan meningkatkan kun-jungan wisata dan semakin diakui FK UNSsebagai center of excellence pendidikan ke-dokteran. Dengan begitu kami memohon ke-pada sejawat dari pengurus PAPDI Cabangmemberi kesempatan kepada Cabang Sura-karta sebagai tuan rumah KOPAPDI XVII2018. (HI)

Calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII 2018

PAPDI Cabang Surakarta:

Siap Menjadi Tuan Rumah KOPAPDI XVII

Prof. Bambang Purwanto, Ketua PAPDICabang Surakarta.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201552

PAPDI Cabang Malang maju menca-lonkan sebagai tuan rumah KON-KER PAPDI XIV 2017. Ketua PAPDICabang Malang Dr. Atma Gunawan,

SpPD, K-GH, FINASIM mengatakan Malangsiap menjadi tuan rumah Konferensi KerjaPAPDI XIV pada 2017. Ia menegaskanPAPDI Cabang Malang dapat memenuhisyarat-syarat yang telah ditetapkan dalamAD/ART bila menjadi penyelenggara konfe-rensi kerja. “PAPDI Cabang Malang sangatsenang dan akan memberikan yang terbaikbagi peserta KONKER , dan bagi pengem-bangan organisasi,” kata Dr. Atma Guna-wan, SpPD, K-GH, FINASIM

Kota Malang, kata Dr. Atma Gunawan,seringkali menjadi tempat penyelenggaranrapat organisasi atau kegiatan ilmiah skalanasional. Di lingkungan Ilmu Penyakit Da-lam, anggota PAPDI Malang pengalamanmengelola event-event konas atau konker,diantaranya Konas/Konker PPHI-PHI-PGI,Perkeni, Petri, Reumatologi, PIN PAPDI danlain-lain. Kota Malang memiliki banyakpakar di bidang penyakit dalam yang aktif ditiga Fakultas Kedokteran. “PAPDI Malangmemiliki 82 anggota, dengan jum-lah anggota sebanyak iniInsyaAllah tidak sulit menyeleng-garakan event nasional sepertiKONKER,” sergahnya.

Kota Malang memiliki 73 hotel,dari melati sampai bintang lima.Dua tahun terakhir telah menjulang20 hotel baru, dengan kapasitastotal kamar sekitar 2500 kamar.Menurut Dr. Atma Gunawan,KONKER XIV akan diselenggrakandi Ijen Suites Hotel yang dilengkapiballroom yang dapat mengako-

modasi 2000 peserta. Juga tersedia se-jumlah ruang pertemuaan yang dapat digu-nakan untuk sidang organisasi, workshopdan simposium. Sementara kebutuhan ka-mar yang lebih besar didukung dari hotel-hotel satelit yang dekat dengan tempat

utama. Di Kota Batu terdapat 70 hotel den-gan kapassitas tootal kamar hampir 3000kamar. Dan dilengkapi ballroom yang dapatmenampung 3000 – 5000 orang.

Akses ke Malang tidaklah sulit. Hampirsemua maskapai penerbangan dari berba-gai daerah memiliki rute ke Malang. Denganadanya tol baru Surabaya – Malang, akseske Malang lebih mudah, dengan waktu tem-puh 1,5 – 2 jam. “Dengan begitu BandaraDjuanda Surabaya dapat mendukung Ma-lang untuk kebutuhan penerbangan,”katanya.

Selain itu, Malang dikenal memiliki tem-pat-tempat wisata unggulan. Wisata alamGunung Bromo dan Kawah Gunung Ijendengan panorama alam nan eksotik sayanguntuk dilewatkan. Wisata bermain terbesarnasional Batu Night Spectacular, Jatim Parksangat cocok buat keluarga. Dan beragamwisata lain seperti agrowisata, Taman SafariPrigen, Omah Kayu, cagar Alam PulauSempu dan lain-lain siap memanjukansejawat beserta keluarga

Restu dari pemerintah daerah mudah di-dapat mengingat Walikota selalu mendukung

kegiatan yang dapat me-makmurkan Kota Malang.KONKER XIV dapat mem-perkuat eksistensi PAPDIdan Kota Malang sebagaikota pendidikan. Denganbegitu kami, PAPDI CabangMalang mengundang pen-gurus Cabang PAPDI diseluruh Indonesia untukhadir melakukan sidangorganisasi dan simposiumdi tengah-tengah keramah-an Kota Malang.

Calon Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV 2017

PAPDI Cabang Malang:

Siap Menjadi Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV

Ketua PAPDI Cabang Malang Dr. Atma Gunawan.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 53

PAPDI Cabang Tanah Papua majumencalonkan sebagai tuan rumahKonferensi Kerja PAPDI XIV 2017.Boleh jadi ini suatu hal baru bagi

PAPDI melakukan sidang organisasi secaranasional di daerah paling Timur Indonesia.Kenapa tidak? Tanah Papua kini beda den-gan beberapa tahun lalu. Berbagai kegiatanskala nasional sering kali di gelar tanahCenderawasih itu.

Menurut Dr. Samuel Maripadang BasoKetua PAPDI Cabang Tanah Papua, denganinfrastruktur dan sarana yang ada di Papuasaat ini, PAPDI Cabang Tanah Papua siapmenjadi tuan rumah KONKER PAPDI XIV2017. Rencananya, Konferensi kerja akandiselenggarakan di Sorong. Di sana telahterdapat hotel-hotel yang mampu mengako-modasi kegiatan PAPDI, berupa sidangorganisasi, workshop dan simposium.

Sementara, transportasi ke Sorong dapatdilakukan lewat jalur udara dari berbagaidaerah di tanah air. Penerbangan ke bandaraDominique Edward Osok Sorong cukupramai. Beberapa maskapai seperti SriwijayaAir, Express Air, Lion Air dan lain-lain telahmemiliki rute ke bandara Sorong.

Rapat kerja organisasi lalu diving.Suasana baru ini yangditawarkan oleh PAPDI CabangTanah Papua. Setelah penatrapat organisasi, panoramaalam Tanah Papua menjadi pili-han wisata yang tepat untukrefreshing. Pesona alam RajaAmpat yang telah tersohor dimancanegara negara menjadimagnet bagi setip orang yangberkunjung ke Papua, terma-suk internis. Sorong meru-

pakan gerbang menuju Raja Ampat.Sayangnya, di Raja Ampat tidak dapat men-gakomodasi kegiatan konferensi kerjaPAPDI.

Hotel di Raja Ampat hanya memiliki 100kamar. Sementara jarak Sorong ke RajaAmpat cukup memakan waktu melalui jalurlaut. Ini catatan bagi internis yang tidaktahan berlama-lama dengan cuaca laut,tentu akan menjadi kendala. Catatan lain,

biaya yang tak sedikit mesti dirogoh bilaingin ke Raja Ampat.

Selain anggota cabang, fakultas kedok-teran dan rumah sakit siap berpartispasimenyukseskan KONKER XIV 2017. Melalui

kegiatan ini diharapkan dapatmemperkuat eksistensi PAPDI dibagian Indonesia Timur danmendapat perhatian dari peme-rintah daerah dan sejawat per-himpunan lain. Untuk itu, PAPDICabang Papua berharap dukun-gan dari cabang-cabang PAPDIuntuk memilih PAPDI CabangPapua Sebagi tempat penye-lenggaraan KONKER XIV 2017nanti.

Calon Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV 2017

PAPDI Cabang Tanah Papua:

Siap Menjadi Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV

Ketua PAPDI Cabang Yanah Papua Dr. Samuel Maripadang Baso.

KABAR PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 201554

PAPDI Cabang Cirebon maju menca-lonkan sebagai tuan rumah KON-KER PAPDI XIV 2017. Ketua PAPDICabang Cirebon Dr. I Made Astawa,

SpPD, FINASIM mengatakan Cirebon siapmenjadi tuan rumah Konferensi KerjaPAPDI XIV pada 2017. Ia menegaskanPAPDI Cabang Cirebon dapat memenuhisyarat-syarat yang telah ditetapkan dalamAD/ART bila menjadi penyelenggara konfe-rensi kerja. “Anggota PAPDI Cabang Cire-bon mendukung dan siap menyukseskanKONKER XIV 2017,” kata Dr. I MadeAstawa

Dr. I Made Astawa mengatakan Cirebonmumpuni sebagai tempat penyelenggaraKONKER. Infrastruktur dan sarana yang di-miliki mampu mendukung kegiatan tersebut.Di Cirebon telah banyak menjulang hotel-hotel bintang empat. Dr. I Made Astawa me-rencanakan akan menggunakan Hotel Astontempat berlangsungnya KONKER. Hotel bin-tang empat ini dilengkapi dengan GrandBallroom yang mampu menampung 2000 pe-serta. Dan, mempunyai delapan ruang perte-muan yang dapat digunakan untuk kegiatanworkshop, simposium dan sidang organisasi.

Hotel Aston dikelilingi dengan hotel-hotellain, seperti Hotel Ibis, Hotel Swiss Bel, danHotel Metland , yang letaknya masih dalamsatu area yang sama. Hotel-hotel satelit inidapat mengakomodasi 3000 peserta. Se-mentara akses menuju tempat utama tidaksulit. Hal ini mengingat letak Kota Cirebonstrategis dipersimpangan antara Jakarta,Bandung dan Semarang. Internis yang adasekitar Cirebon lebih nyaman menempuhjalur darat baik kendaraan pribadi atau kere-ta api. Sedangkan jalur udara bisa menggu-nakan bandara di Jakarta, Bandung atau

Semarang. “Tapi kalau bandara Internatio-nal Kertajati telah selesai dibangun, tidakperlu jauh-jauh keluar kota,” sergahnya.

Selain dukungan sarana dan infrastruk-tur, Cirebon memiliki tempat wisata unggul-

an. Untuk menghilangkan rasa penat, pe-serta dapat mengunjungi wisata alam se-perti wisata Cikahalang, Situ Sedong,Banyu Panas Palimanan dan lain-lain. Bagipeserta yang gemar makan, wisata kulinerkhas Cirebon dapat memanjakan lidahsejawat, diantaranya nasi jamblang, empalgentong dan lain-lain. Wisata religi dan seja-rah dapat mengunjungi Keraton Kase-puhan, Kanoman dan masjid Agung Kase-puhan. Cinderamata dapat diperoleh di sen-tra kerajinan tangan di kota Cirebon.

Selain dukungan anggota, beberapa fa-kultas kedokteran, rumah sakit siap berpar-tisipasi menyukseskan acara ini. PAPDI Ca-bang Cirebon kerap bekerjasama dengansejawat lain menyelenggarakan kegiatan-kegiatan ilmiah. Penyelenggaraan KONKERdi Cirebon diharapkan dapat mengangkateksistensi PAPDI di sekitar Cirebon dan me-ningkatan kompetensi di bidang ilmmu pe-nyakit dalam. Untuk itu pemerintah daerahmendukung acara itu. Dan tak kalah pen-tingnya, mohon dukungan penggurusPAPDI Cabang dari seluruh Indonesia untukmemilih Cirebon sebagai tuan rumahKONKER XIV 2017.

Calon Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV 2017

PAPDI Cabang Cirebon:

Siap Menjadi Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV

Ketua PAPDI Cabang Cirebon Dr. I Made Astawa.

KABAR PAPDI

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 55

Malam Keakraban KONKER PAPDI XIII

KABAR PAPDI

Lain wilayah, lain pula drama BPJSyang terjadi. Seperti yang ada di Ma-luku. Sejatinya pelayanan BPJS di In-donesia bagian Timur ini cukup ba-

gus, hanya saja ada problem lain yang ha-rus diantisipasi oleh pihak terkait, terutamaoleh pemerintah.

DR. Dr. Yusuf Huningkor, SpPD,FINASIM Ketua PAPDI Cabang Maluku,mencatat ada masalah tertentu dari pela-yanan BPJS di Maluku, yang jika tidak se-gera diantisipasi maka mempunyai potensimenimbulkan gangguan di masyarakat. DiMaluku, urusan potensi gangguan adalahhal yang peka, maklumlah. Hal ini tidak le-

pas dari keikutsertaan seluruh masyarakatdalam program BPJS dan menjadi syaratutama dalam mengurus sesuatu di kantorPemda.

Pada saat ini untuk mengurus sesuatuizin di kantor Pemda, syaratnya harus masuksebagai anggota BPJS. Di lain pihak, banyakmasyarakat Maluku yang pendapatannyapas-pasan, seperti supir, buruh, yang ba-rangkali belum siap untuk masuk BPJS. “Jikatidak membawa bukti sebagai anggota BPJSmaka tidak akan dilayani,” ujar Dr. Yusuf.

“Karena sifatnya terpaksa,” lanjutnya la-gi, ketika sudah terdaftar sebagai anggota,mereka kemudian tak mampu membayar

premi rutin setiap bulannya. Semisal premi50 ribu perkepala, kalau dalam satu keluar-ga ada 2-4 orang, berapa banyak dalam se-bulan? Jika tidak mampu membayar premi,kemudian misalnya setahun atau dua tahunkemudian mereka sakit, kan harus dilunasidulu tunggakan di atas baru bisa dilayanidengan BPJS. Mereka harus bayar sekianjuta hanya untuk berobat, jelas tidak mung-kin terbayarkan, sehingga sudah pasti me-reka yang “merupakan anggota BPJS” akanmencari pelayanan medis dengan memba-yar secara biasa lagi.”

Menurutnya, saat ini memang sedang ter-jadi euforia, semua orang mendaftar di BPJS,tapi belum tentu setiap bulannya semua se-cara teratur bisa membayar. “Karena bukanorang berada. Saya khawatir, beberapa ta-hun ke depan akan timbul masalah, sebagianbesar anggota BPJS tidak lagi tercover asu-ransi karena banyaknya tunggakan yang ha-rus dilunasi dahulu”. Di Maluku, keadaan inijadi problem tersendiri, memang saat ini be-lum terasa, tapi 2- 5 tahun ke depan mungkinkita akan panen masalah.”

Segala keterbatasan ini tak lepas darikondisi Maluku sebagai salah satu provinsidi Indonesia yang pendapatan perkapitanyarelatif rendah. Hal ini harus jadi perhatiansemua pihak karena keharusan seperti itu.Masalah lain yaitu tempat dan cara memba-yar premi BPJS relatif sulit bagi pendudukyang tinggal di pelosok dimana kantor BPJSnya jauh, dan belum terbiasa untuk memba-yar secara online.

Belum lagi ada isu bahwa preminya ke-mungkinan akan naik lagi dari harga seka-rang. Dengan premi sekarang saja lumayancukup berat.

Pertimbangan untuk menjadi anggotaBPJS juga mempunyai resistensi denganalasan jika menjadi anggota perusahan asu-ransi swasta tertentu, maka premi yang diba-

Halo INTERNIS Edisi September 201556

DR. Dr. Yusuf Huningkor, SpPD, FINASIM:

Antisipasi Salah SatuProblem BPJS

DR. Dr. Yusuf Huningkor, SpPD, FINASIM dan istri.

Saat ini memang sedang terjadi euforia, semuaorang mendaftar di BPJS. Saya khawatir, beberapatahun ke depan akan timbul masalah, sebagian besaranggota BPJS tidak lagi tercover asuransi karenabanyaknya tunggakan yang harus dilunasi dahulu

KABAR PAPDI

yarkan mempunyai kemungkinan untuk di-kembalikan setelah jangka waktu tertentu mi-salnya 10 tahun kemudian, disamping jugamendapat pelayanan gratis pengobatan bilasakit, sementara di BPJS uangnya hilang total.

“Ini wacana saja karena sudah berjalansemuanya, tapi mungkin perlu ada keri-nganan-keringanan tertentu khususnya diMaluku ini”, ujarnya.

Ibarat Rumah, BaruSampai Ruang Tamu

Januari 2015 lalu resmi sudah dokterkelahiran Saumlaki, Maluku Tenggara Baratini menyandang gelar doktor dengan pre-dikat “sangat memuaskan” setelah mena-matkan pendidikan S3 di Universitas Ha-sanuddin, Makassar. Tak hanya gelar aka-demik yang diperolehnya, juga pengharga-an PAPDI atas penelitiannya tentang penga-ruh sagu terhadap faktor risiko penyakit jan-tung koroner di Maluku, dengan menomi-nasinya sebagai pemenang pada PAPDI –NOVELL SCIENTIFIC GRANTS II.

“Di Maluku penderita PJK relatif kurangjumlahnya dibanding tempat lain, malah tidakmasuk 10 besar. Saya teliti ada apa gerang-an, apakah terkait dengan makanan khasMaluku yaitu sagu, jika ada kaitannya,mengapa demikian, dan bagaimana carakerjanya,” ungkapnya.

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwamakanan sagu dapat menurunkan faktor ri-siko PJK melalui penurunan lemak tubuhkhususnya lingkar perut, yang pada giliran-nya akan meningkatkan kadar adiponectintubuh yang berfungsi sebagai protektor.

Desertasi saya pada S3, dan juga “seba-gai pemenang PAPDI–Novell SCIENTIFICGRANTS II, harus saya harus akui adalahberkat bantuan banyak pihak, termasuksejumlah pembimbing dan penguji saya diS3, diantaranya Prof. DR. Dr. Suryani As’ad;Prof. Dr. Peter Kabo; DR. Dr. Gatot Law-rence; Prof. DR. Dr. Idrus Alwi; Prof. DR. Dr.P.A. Taslim; Prof. DR. Dr. A. Fachruddin; DR.Dr. B. Bahar; dan Dr. A. Bukhari, Ph.D.

Sebagai PNS, saya staf fungsional padaRSUD Dr. M. Haulussy Ambon, dan juga do-sen pada FK Universitas Pattimura (UNPAT-TI). FK ini didirikan karena kebutuhan tenagadokter Maluku selalu tidak memadai. Akhirtahun ini kemungkinan sudah ada wisudawandokter angkatan pertama. Dahulu jarang ada

dokter yang mau menetap di Ambon, seba-gian besar dokter umum asalnya dari luar Ma-luku. Para dokter tersebut menetap di sinihingga berkeluarga, punya anak, lantas inginsekolah yang lumayan bagus untuk anaknya,maka akhirnya pulang lagi ke asalnya.

Kebutuhan SDM FK UNPATTI, terutamadokter spesialis masih kurang, maka dilaku-kan MoU kerja sama dengan Universitas Air-langga dan Universitas Hasanuddin untukmemenuhi kebutuhan staf pengajar.

PAPDI Cabang Maluku termasuk yang pa-ling aktif dibandingkan semua bagian lain,kendati jumlah anggotanya tak banyak. Jum-lah kami hanya 6 orang. Tugas overlapping,yah.. dia lagi, dia lagi.

“Walaupun kedua orangtua tidak berpen-didikan, namun mereka sangat ingin anak-anaknya maju, terutama untuk sekolah. Ma-kanya saya dan istri juga ingin begitu. Anaksaya sepasang, Yulian dan Leonie Avica. Se-karang keduanya lagi kuliah di FK UKI Jakar-ta.” ujar anak kedua dari enam bersaudara ini.

Menamatkan pendidikan kedokteranumum tahun 1986 dari Fakultas KedokteranUKI, Jakarta, kemudian dirinya ditugaskan kePular Seram sebagai dokter puskesmas.Tahun 1999 menyelesaikan pendidikan spe-sialis di Universitas Hasanuddin. Ketika terja-di kerusuhan besar yang melanda Ambon,sebagian besar dokter kembali ke daerahmasing-masing, dia malah kembali ke Am-bon untuk bertugas di sana. “Hanya ada se-gelintir dokter spesialis yang bertahan di Am-bon saat itu, sementara pasien banyak se-

kali. Saya dari Maluku, keluarga saya semuadi sana jadi kemana lagi saya harus pergi?”tukas suami dari Drg. Liliane Aitonam ini.

Ayah dua anak ini masih ingin melanjut-kan pendidikan. “Di bagian penyakit dalam,kalau cuma internal umum saja, ibarat ru-mah, rasanya masih di ruang tamu dan be-lum masuk ke dalam kamar, yaitu sebagaikonsultan/subspesialis. Selama ini saya me-rasa masih tidur di ruang tamu bukan di da-lam kamar, rasanya saya ingin tidur di ka-mar,” ujarnya beranalogi.

Dirinya berkeinginan menjadi konsultan,“Mungkin aspek pemuasan diri, belum puasrasanya kalau belum tuntas. Bagi saya 2-3tahun masa pendidikan rasanya masih bisaditempuh, sepanjang kita masih bisa diper-bolehkan bolak balik ke Ambon. Jika sudahpunya posisi tertentu baik di Rumah Sakitmaupun di Universitas, sudah banyak pa-sien, sudah punya keluarga besar, tentulahsulit untuk meninggalkan tugas dalam waktuyang lama. Ibarat pohon, mudah saja dipin-dahkan saat pohonnya masih muda dan ke-cil. Tapi kalau pohonnya sudah tua dan be-sar, tentu sulit sekali memindahkan dan ke-mudian menanam ulang lagi, karena pohon-nya akan mati,” pungkasnya.

”Jadinya, kami dari daerah mengusulkankepada PB PAPDI untuk mengupayakanpendidikan konsultan dilakukan secara sand-wich pada center-center Pendidikan, khususbagi para senior di daerah yang masih inginmenempuh pendidikan lanjutan lagi,” pa-parnya. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 57

DR. Dr. Yusuf Huningkor, SpPD, FINASIM bersama keluarga.

KOLEGIUM

Bolak balik Jakarta-Bali kini jadi rutintasDr. IGP Suka Aryana, SpPD, K-GER,FINASIM. Staf Pengajar Divisi Geria-tri, Bagian/SMF Ilmu Peyakit Dalam,

Fakultas Kedokteran Universitas Udaya-na/RSUP Sanglah, Bali ini terpaksa mening-galkan pasien dan juga keluarga, untuk tugaslain di luar kewajibannya sebagai dosen dandokter. Konsultan di bidang geriatrik ini te-ngah sibuk menekuni tugas yang diemban-nya sebagai assessor Akreditasi Program stu-di (Prodi) Spesialis Ilmu Penyakit Dalam diFakultas Kedokteran di seluruh Indonesia.

“Sering kali pasien di reschedule. Begitujuga dengan waktu weekend bersama keluar-ga yang sedikit berkurang. Itu tak masalah.Cuma memang lebih capek, ya dinikmati sa-ja,” ujar Dr. Suka, begitu ia biasa disapa keti-ka ditemui di Hotel Cikini Jakarta.

Dr. Suka mengaku terpanggil untuk ber-kontribusi dalam menata prodi Ilmu PenyakitDalam. Pada tahun 2008-2009, saat menjadiSekretaris Prgram Studi Ilmu Penyakit Dalamdi FK Unud, ia berkesempatan ikut pelatihanClinical Teacher Pendidikan Dokter Spesialis.Ia sangat terobsesi dapat membenahi prodi.“Saya berpikir ada yang salah dalam pendidik-an kita dan harus diubah. Bundel yang tebalwaktu training itu masih saya simpan,” ung-kapnya

Gayung pun bersambut, belakangan iniprodi berbagai spesialis, termasuk Ilmu Pe-nyakit Dalam, sedang berbenah mensukses-kan akreditasi prodi. Badan Akreditasi Nasio-nal Perguruan Tinggi (BAN PT) menggandeng

kolegium semua prodi spesialis yang kemu-dian membentuk Lembaga Akreditasi MandiriPerguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes).

“Saya merupakan salah satu dari tujuhassessor dari Ilmu Penyakit Dalam yang ter-gabung dalam LAM-PTKes. Sekarang kamisebagai orang LAM-PTKes, bukan kolegium.Kami membuat borang akreditasi dan kamijuga yang melakukan akreditasi Prodi IlmuPenyakit Dalam,” ujarnya.

Akreditasi ini, lanjut Dr. Suka, bertujuansupaya Prodi menata kembali proses pen-didikan dan melakukan standarisasi pendidik-an profesi dokter spesialis di fakultas kedok-teran di seluruh Indonesia. Dengan begituwajah pendidik spesialis lebih professional, ti-dak ada lagi kesan kalau pendi-dikan itu yangpenting baik-baik sama dosen atau pasienmerasa seperti kelinci percobaan. Rumah Sa-kit Pendidikan terbaik adalah Rumah Sakitdengan pelayanan terbaik dan bermutu.

“Ini adalah sesuatu yang menantang. Sa-ya mengikuti perkembangan ini sejak awal dikolegium. Menyusun borang dan melakukansosialisasi pada sejawat. Bolak balik JakartaBali untuk rapat, saya nikmati saja,” akunya.

Ia mengakui kesulitan menyamakan per-sepsi materi akreditasi sesama prodi. Ada 14

prodi di Indonesia, anggotanya sekitar 88orang. Di antara prodi kerap timbul perdebat-an dalam hal mengartikan borang. Ada pulaprodi yang “anteng-anteng’ saja. “Karena ke-sibukan sejawat, saya buatkan groupWhatsApp (WA) agar komunikasi di antaraprodi lebih efektif. Komunikasi tentang akre-ditasi setiap hari karena memang tidak mung-kin menghafalkannya. Saya sering mengi-ngatkan sejawat sudah sejauh mana persia-pan akreditasi,” ujarnya

Akreditasi DalamGenggaman

Motto kolegium IPD untuk mensukseskanakreditasi adalah “Akreditasi Ada dalamGenggaman”. Maksudnya, kata Dr. Suka, da-lam genggaman di handphone, tidak per-lubuka buku, kapan saja di mana saja bisa dili-hat dan saling mengingatkan. Oleh Prof. DR.Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM KetuaKIPD motto tersebut ditambah menjadi “Akre-ditasi A dalam Genggaman”. “Semua Prodiharus dapat A,” ujarnya.

Kolegium membuat strategi membantuprodi untuk memperoleh nilai A. Ia menghim-bau semua pihak baik assesor maupun prodipunya persepsi yang sama, untuk dapat akre-ditasi A. Kolegium membuat simulasi. Bagiprodi yang sudah siap, maka diminta me-ngumpulkan borangnya. Kemudian, assesormenilai, kurangnya apa, kita sepakati bersa-ma, kalau perlu langsung nilai. Setelah itu, ka-mi berikan rekomendasi ke prodi tersebut, as-pek mana saja yang masih kurang dan di-minta lengkapi.

“Dengan strategi simulasi ini, pasti semuabisa A. Kalau yang belum siap, jangan daftardulu, sehingga bisa dapat A. Targetnya tahun2015 ini seluruh prodi penyakit dalam sudahdiakreditasi,” tuturnya optimis.

Semangat PembinaanDulu semua pihak seolah phobia akredi-

tasi. Bila orang BAN PT datang, apa yangdiminta sering kali tidak jelas. Namun saat ini

Halo INTERNIS Edisi September 201558

Dr. IGP Suka Aryana, SpPD, K-GER, FINASIM

Jakarta-Bali untukSuksesnya Akreditasi

Terobsesi membenahiprodi. Sebagai assesor

punya kewajiban membi-na, bukan mencari-carikesalahan. Akreditasi A

dalam genggaman.

Dr. IGP Suka Aryana, SpPD, K-GER, FINASIM.

KOLEGIUM

tidak lagi, lembaga akreditasi itu konsepnyapembinaan. “Itu prinsip. Sebagai assesor pu-nya kewajiban membina, bukan mencari-carikesalahan. Assessor punya kewajiban mem-bina prodi untuk memperbaiki diri, sesuai de-ngan standar yang diminta. Akreditasi A harusmenjadi tanggung jawab kita. Bukannya yangmembina justru yang seolah menghukum. Lo-gikanya harus diubah,” tegasnya.

Menurut Dr. Suka, kendala yang adaumumnya soal SDM dan penelitian. Dalamhal ini jumlah konsultan dan profesor. “Tidakbanyak penelitian yang didaftarkan ke publi-kasi internasional, padahal nilainya besar,ada penemuan hebat tapi tidak dimintakanhak patennya. Tapi itu diminta di borang, ituyang menurut saya paling sulit. Sementarauntuk kurikulum dan lain-lain, bisa cepat di-ubah. Hal ini menyangkut budaya meneliti,kalau sudah terbiasa melayani pasien tidakterpikir ke sana,” pungkasnya.

Dr. Suka Tipe Family ManDi luar kesibukannya yang padat, dokter

kelahiran Bali, 29 Maret 1971 ini, merupakantipe family man. Bersama istri dan kedua buahhatinya, mereka selalu menghabiskan waktubersama, bahkan untuk urusan rumah tangga,mereka kerjakan sendiri. Mulai dari beberesrumah hingga mencuci, mulai dari masakhingga antar jemput anak sekolah.

“Kami tak punya asisten rumah tangga,saya biasa mengerjakan pekerjaan rumahtangga bersama istri. Di sana tidak semacetJakarta, hari-hari masih sempat antar jemputanak-anak dan istri. Masih banyak waktu dirumah, visitor RS pagi, jam 6.30 morning re-port. Jadi semua kegiatan masih bisa dijalan-kan,” imbuhnya lagi.

“Itulah sebabnya kalau akhir pekan mestike luar kota, yang terbengkalai ya pekerjaanrumah tangga. Untungnya tidak punya asis-ten, kami saling tergantung, tidak sibuk sendiri

dengan urusan di luar rumah. Memang yangkalah adalah kegiatan bersosialisasi denganteman, yang sudah jarang diikuti,” ujar mantanvokalis dan gitaris Rigth Brain Band di ProdiIlmu Penyakit Dalam FK Unud ini.

Tangan dingin penyuka makanan Bali ini,sangat ampuh dalam menekuni hobi berke-bunnya. Tak hanya ada taman kecil di rumah-nya, tapi juga area jalan hingga tembok pem-batas kompleks bahkan pos kamling pun takluput dari sentuhan tangannya. Aneka jenistanaman hias khususnya yang merambat danberbunga indah memenuhi taman-taman kecilyang dirawat dengan baik oleh Dr. Suka. Diri-nya bisa menghabiskan waktu dua jam untukberkebun, biasanya di hari Minggu bila tak adakegiatan lain. Saking lamanya, sebelumnyaDr. Suka harus bilang ke istri dan anak-anak,agar tidak bentrok dengan jadwal lain.

Tak Bercita-citaJadi Dokter

Lahir dan besar dari keluarga sederhana,Suka kecil tak pernah terpikir untuk bisa jadiseperti saat ini. Untuk membiayai hidup ketigaanaknya, kedua orangtuanya harus bekerjasehingga waktu untuk anaknya berkurang.Ayahnya pegawai hotel, ibu membuka warungdi Tabanan.

“Saya bukan tergolong orang pintar, kelas1-3 SD belum bisa baca, hanya mendengarlalu dihafalkan. Saat itu termotivasi oleh seo-rang teman yang pintar tapi sombong sekali.Naik kelas empat sudah bisa baca lancar, sa-ya giat belajar, di kelas lima dapat rangking 2bisa menyaingi dia, bangganya saya waktuitu,” kisahnya.

Dari SD udik tapi cita-citanya tinggi masukSMP 1 yang favorit. Bapak dan ibu marah ka-rena sekolahnya jauh dari rumah. Tetap nekatdan diterima, saat masuk dirinya bengong ka-rena tidak ada teman, semua anak pejabat,tapi lama-lama bisa adaptasi. Karena senang

matematika dan nilainya cukup menonjol, iadigemari banyak teman.

Lanjut ke SMA 1, favorit juga. Mulai nakalkhas remaja, sering bolos, main band, ikut pe-cinta alam keliling pantai dari Tanah Lot kePantai Kuta jalan kaki, di Taman Bali Barat su-suri sungai kering. Sampai kelas 3, semesterakhir mulai berfikir soal masa depan.

Semangatnya mau ke ITS atau ITB, tapiorangtua melarang, memintanya masuk ke-dokteran Udayana, ini pilihan ketiga setelahITS dan ITB tapi justru diterima. “Stres saya,sulit adaptasi semester 1-5 masih terseok-seok, bingung dengan semua mata kuliahyang dipelajari tentang anatomi.”

Semester 5 mulai senang belajar penyakit,apalagi masa coas, mulai praktek di rumah sa-kit, bertemu pasien, melakukan tindakan, be-lajar sendiri meresap terus. Ternyata benar ka-lau senang ilmunya, akan cepat masuk. Akhir-nya tamat, tidak mikir spesialis, bisa tamat jadidokter saja sudah senang.

Satu hari dirinya bertemu Prof. Suwitra,yang menganjurkan sekolah spesialis di Uda-yana. “Saya bilang tak punya uang Prof. Tapibeliau fasilitasi, tahun 2001, saya sekolah tan-pa biaya hanya diminta menyumbang kompu-ter bersama empat orang teman. Sekitar 300ribu per orang. Tahun 2005 tamat spesialis.Berkat kebaikan Bapak Rektor UniversitasUdayana, Prof. DR. Dr. Ketut Suastika, SpPDK-EMD, FINASIM yang saat itu menjabat se-bagai Kepala Bagian/SMF Ilmu Penyakit Da-lam mengajak saya bergabung mengabdi se-bagai Staf Pengajar di Penyakit Dalam. Sayapernah dikirim oleh beliau ke Kobe JepangVisiting Reaseach Fellow selama 3 bulan. Lalubudi baik DR. Dr. Tuty Kuswardhani, SpPDKGER, MARS, FINASIM akhirnya saya ma-suk Divisi Geriatri Bagian/SMF Ilmu PenyakitDalam FK UNUD/RSUP Sanglah dan me-ngembangkan karrier hingga saat ini,” pung-kasnya menutup pembicaraan. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 59

BERITA CABANG

PAPDI Jaya Peduli Bencana

Bencana banjir yang melanda Jakarta sudah menjadifenomena tahun. PAPDI Cabang Jakarta Raya (Jaya)untuk kesekian kali pula turut aktif memberi bantuan

berupa pengobatan gratis kepada korban banjir. Pada tahunini, PAPDI Jaya mengadakan bakti sosial di daerah KelurahanKebon Bawang XVI, Jakarta Utara. Kawasan padat pendudukdi Jakarta Utara ini merupakan salah satu daerah yang parahterkena banjir. Pada aksi itu, langsung dipimpin Ketua PAPDIJaya, DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,MMB, FACP , Dr. Indra marki, SpPD, K-GEH, FINASIM sertapengurus PAPDI Jaya Komisariat Jakarta Utara.

Aksi ini merupakan wujud kepedulian PAPDI kepadamasyarakat. Hal tersebut sejalan dengan misi PB PAPDI,dimana keberadaan PAPDI mesti dirasakan oleh masyarakatdimanapun dan sesuai dengan tata nilai organisasi.

Halo INTERNIS Edisi September 201560

BERITA CABANG

PAPDI Cabang Malang melakukan kegiatan pengadian masyarakatdi Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.Secara geografis, Ngadas berada diketinggian 2150 meter di atas

permukaan laut, di ujung Timur Malang, berbatasan lang-sung dengan Kabupaten Lumajang. Merupakan daerahtertinggi di Pulau Jawa. Untuk menuju Desa Ngadas dariMalang menempuh jarak 30 km dengan melewati jalanyang sempit, menanjak dan berliku-liku.

Besa Ngadas berada di pegunungan dengan suhu 0– 20 0C. Berpenghuni sekitar 1500 jiwa tau 440 kepalakeluarga, sebagian besar penduduk bekerja sebagaipetani sayur dan holtikultura. Sayangnya, masyarakat disana belum menikmati fasilitas kesehatan dengan layak, karena jauh-nya pusat kesehatan masyarakat yang harus ditempuh dua jam menu-ju Kecamanatan Poncokusumo. Pelayanan kesehatan ditangani seo-rang bidan yang tidak tinggal menetap di Desa Ngadas.

Tingkat pendidikan masyarakatnya terbilang rendah. Mereka bertanidengan ilmu ala kadarnya. Insektisida atau bahan kimia lain yang biasadipakai bertani tidak dikelola dengan baik. Resikonya, tak sedikit pen-duduk di sana yang mengalami gangguan kesehatan yang disebabkanefek samping penggunaan insektisida tersebut

Hal tersebut mengguggah PAPDI Cabang Malang. Mereka meng-gelar bakti sosial pada 14 Maret 2015, berupa pengobatan massal se-cara gratis, penyuluhan bertani dan mengelola insektisida dengan baik,membagikan masker yang dapat digunakan ketika member insektisida,

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit DalamIndonesia (PB PAPDI) telah melantik dan mengukuhkan ke-pengurusan PAPDI Cabang Sulawesi Utara (PAPDI Cabang

Sulut), periode 2012 - 2015, Sabtu 31 Januari 2015, di Hotel SwissBell Manado, Sulawesi Utara.

Ketua terpilih PAPDI Cabang Sulawesi Utara, Dr. Harlinda Ku-maat Haroen, SpPD, K-HOM, FINASIM dan pengurus PAPDI Ca-bang Sulut periode 2015 – 2018 dilantik oleh Ketua Umum PBPAPDI, yang pada kesempatan ini diwakili oleh Sekretaris JenderalPB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KKV, FINASIM,FACP. Pelantikan dan pengukuhan pengurus PAPDI Cabang Sulutditetapkan berdasarkan Surat Keputusan PB PAPDI, yang dibaca-kan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sukamto Koes-

noe, SpPD, K-AI, FINASIM. Acara pelantikan disaksikan Ketua IDIWilayah Sulawesi Utara yang juga merupakan anggota dan pengu-rus PAPDI Sulawesi Utara, yaitu Dr. B. J. Waleleng, SpPD, K-GEH,FINASIM.

Prosesi pelantikan berlangsung khidmat. Saat ini PAPDI Ca-bang Sulawesi Utara sesuai telah memiliki anggota 48 Internis,dengan 14 orang Internis telah memiliki gelar FINASIM, KonsultanPenyakit Dalam sebanyak 17 Internis Konsultan. Setelah melantik,pengurus cabang dengan PB PAPDI melakukan rapat koordinasiyang membahas berbagai persoalan baik internal maupun ekster-nal organisasi. Lawatan pengurus pusat ke PAPDI Cabang Sulutberlangsung akrab dan penuh kekeluargaan.

dan menyebarkan leaflet mengenai bahaya efek samping insektisida.Kegiatan tersebut langsung dibuka Ketua PAPDI Cabang Malang Dr.Atma Gunawan, SpPD, K-GH, FINASIM dan diikuti pengurus serta

PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unibraw/RSUSaiful Anwar.

Pengurus berharap aksi ini dapat mening-katkan kesehatan masyarakat Desa Ngadasdan menjadi jalan terbukanya fasilitas kese-hatan yang dekat dengan masyarakat Ngadas.Tentu, hal ini sejalan dengan misi dan visiPAPDI peduli dan dirasakan manfaatnya olehmasyarakat. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 61

PAPDI Cabang Malang: Pengabdian di Desa Ngadas

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Sulut Periode 2012-2015

BERITA CABANG

Halo INTERNIS Edisi September 201562

Halal Bi Halal PAPDI Cabang Jakarta Raya

KABAR PAPDI

Mengusung layananspesialistik komprehen-

sif, pemerintah hen-daknya menilai seorang

internis itu jauh lebihmenguntungkan diban-

dingkan beberapaspesialis lain.

Kongres Nasional Perhimpunan Dok-ter Spesialis Penyakit Dalam Indo-nesia (KOPAPDI) XVI diselenggara-kan di Hotel Trans Luxury Bandung

pada 9 -13 September 2015. PAPDI CabangJawa Barat sesuai amanat KOPAPDI XV diMedan, terpilih menjadi tuan rumah KOPAP-DI XVI, setelah berhasil mengungguli duakandidat lain, PAPDI Cabang Makassar danSurakarta. Bandung menjadi tuan rumahKOPAPDI untuk ke dua kalinya, yang perta-ma KOPAPDI III pada 27 – 30 Agustus 1975.“Kedua kandidat lain tidak kalah hebatnya,cuma saya yakin Bandung bisa menang,”kata Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat DR.Dr. Arto Yuwono Soeroso, SpPD, K-P,FINASIM sembari melempar tawa.

Kala itu, Dr. Arto, begitu biasa disapa,bersama pengurus cabang, optimis terpilihmenjadi tuan rumah KOPAPDI XVI. Menu-rutnya, Bandung telah memiliki tempat yangdapat menampung peserta KOPAPDI dalamjumlah besar. Hotel Trans Luxury ini dileng-kapi ballroom yang besar dan hall yang le-taknya berdekatan. Sarana dan infrastrukturtersebut terpadu dalam satu area. Hal ini sa-ngat mendukung kelancaran dan suksesnya

acara. Selain itu, Bandung saat ini lagi ra-mai dikunjungi wisatawan. “Saat ini Ban-dung lagi jadi magnet dengan sejumlah te-robosan memperbaiki dan memoles kotayang dilakukan oleh pemerintah kota Ban-dung. Banyak orang ingin datang ke sinimelihat langsung area-area tertentu yangdirevitalisasi dan dijadikan cagar budayadan dipercantik. Saat kampanye kami ta-warkan sejumlah kelebihan Bandung diban-ding kota lainnya, kami percaya diri sebabsekarang memang waktunya Bandung,”imbuhnya lagi.

KOPAPDI memiliki peran strategis bagilayanan ilmu penyakut dalam. Sesuai ren-cana, panitia akan mengundang MenteriKesehatan, Prof. Nila Moeloek, untuk mem-buka acara dan menyampaikan pidatonyapada plenary sesuai dengan tema yang

diusung pada KOPAPDI XVI ini yaitu;“Optimalisasi Peran Spesialis Penyakit Da-lam sebagai Garda Terdepan Layanan Spe-sialistik Komprehensif Guna MewujudkanPelayanan Kesehatan Yang Berkualitas danBerdaya Saing Tinggi Dalam MenyongsongAFTA 2015”.

Bukan tanpa alasan panitia merenca-nakan hal ini. Menurut Dr. Arto, dengan me-ngedepankan layanan spesialistik kompre-hensif, kami berkeinginan bahwa denganprogram kesehatan pemerintah saat ini, ni-lai seorang internis itu jauh lebih mengun-

tungkan dibandingkan beberapa spesialislain. Kami berharap pemerintah menyadarihal ini, bahwa adanya internis di satu dae-rah nilainya sangat tinggi dibandingkan de-ngan beberapa spesialis tertentu yang sifatpelayanannya tidak komprehensif. “Seka-

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 63

KOPAPDI XVI Bandung:

Perhelatan Akbar di Kota Kembang

Pengurus PAPDI Cabang Jawa Barat saat KOPAPDI XV Medan.

KABAR PAPDI

rang kan era BPJS, orientasinya efisiensipelayanan dan ekonomi, di sinilah tempat-nya penyakit dalam, dengan layanan yangsifatnya komprehensif satu orang bisa me-nyelesaikan banyak problem kesehatan disatu daerah, secara ekonomis nilainya sa-ngat menguntungkan sekali,” imbuhnya lagi.

Satu Area untuk Semua Acara

Event ini terdiri dari dua kegiatan besar,yaitu sidang organisasi dan sesi ilmiah. Pa-da acara tersebut akan ditentukan kebijak-an-kebijakan organisasi yang berkaitan de-ngan peningkatan professional organisasidan merespon persoalan-persoalan ekster-nal yang terkait eksistensi PAPDI. Sidangorganisasi yang berlangsung dua hari, 9 -10 September, akan memutuskan beberapaagenda yang telah dirumuskan pada Konfe-rensi Kerja XIII PB PAPDI, di YogyakartaNovember 2014 lalu. Dan puncak kegiatanorganisasi adalah pemilihan Ketua UmumPB PAPDI dan Ketua Kolegium Ilmu Penya-kit Dalam (KIPD) untuk periode 2015–2018.

Sesi ilmiah pun tak kalah menarik perha-tian peserta. Panitia meramu tema-tema ter-baik dan up to date dari semua Divisi IlmuPenyakit Dalam yang kemudian disajikandalam bentuk simposium dan workshop.Beberapa workshop, akan berlangsung diRumah Sakit Hasan Sadikin/FK Unpad.“Materi ilmiah yang up to date dan aplikatifakan menarik peserta,” ujar Konsultan Pul-monologi itu.

Gubernur Jawa Barat akan bersama pe-serta kongres pada malam keakraban. Danyang memberi orasi memorial lecture padakonvokasi adalah B.J. Habibie yang jugamantan wakil Presiden RI. Di samping un-dangan dari institusi pemerintah dan tokohnasional, nuasa kongres lebih terasamendunia dengan diundangnya delegasiInternational Society of Internal Medicine(ISIM), dan Asean Federation of InternalMedicine (AFIM).

Rangkaian acara tersebut terkonsentrasidi satu area, Hotel Trans Luxury Bandung.Selain memiliki kapasitas kamar yang be-sar, di hotel ini juga tersedia ballroom yangluas, ruang kongres, seminar dan work-shop, hingga mall dan Trans Studio. Se-jumlah hotel di area terdekat pun sudah di-siapkan. Guna memenuhi kebutuhan 2.500kamar untuk seluruh peserta kongres.

Untuk kenyamanan dan efisiensi, dibu-tuhkan tempat dan area yang memadai. Se-mua ‘pemain kunci’ seperti speaker, mode-rator, delegasi, dan pengurus pusat, ditem-patkan di Trans Hotel. Dengan harapan, ke-lancaran sidang organisasi dan acara ilmiahterjamin.

Tak hanya menempatkan acara di satuhotel, panitia juga menyediakan fasilitas pe-nunjang yang tak kalah pentingnya sepertishuttle bus dari hotel ke hotel lain. Biasanyadi kota lain kebutuhan hotel dengan ballroomyang luas dan banyak, sulit didapat membu-at panitia harus menyewa beberapa hotelberbeda untuk acara yang padat dan pararelsehingga menyulitkan pembicara yang mau

pindah venue. Belum lagi kalau jalananmacet. “Di Bandung nanti, hal ini diharapkantidak terjadi sebab semua rangkaian acaradilakukan di hotel yang sama,” tegasnya.

Lazimnya acara kongres besar, tak me-lulu diisi dengan acara ‘serius’ yang mengu-ras energi dan waktu para peserta. Di selapadatnya acara ilmiah, panitia juga menye-lipkan aneka lomba sebagai ajang refresh-ing para peserta kongres. Mulai dari LombaKarya Tulis Ilmiah KOPAPDI XVI 2015,kompetisi olahraga seperti futsal, bola, dantenis, hingga PAPDI Photo Competition.Juga ada Bandung City Tour.

Dr. Arto berharap dari gelaran KOPAPDIyang merupakan acara terbesar di lingkung-an PAPDI ini, dalam tiga tahun terakhir tentuterjadi banyak perubahan baik secara ilmiahmaupun organisasi, diharapkan acara il-miahnya bisa ditampilkan perkembangansemua aspek-aspek keilmuan yang ada dipenyakit dalam, dengan begitu semua akanterakomodasi. “Semua perkembangan ter-baru selama tiga tahun terakhir bisa disam-paikan. Begitu juga dari sisi organisasi sela-ma rentang waktu ini banyak hal yang terja-di, kami berharap semua bisa terputuskandengan baik. Karena itu partisipasi aktif darisemua anggota PAPDI dari seluruh Indone-sia baik anggota biasa maupun anggotamuda seperti PPDS bisa turut hadir. Di sam-ping tentunya, dari awal kita sudah jualanbahwa saat ini Bandung lagi bagus-bagus-nya, kapan lagi mau ke Bandung kalau bu-kan sekarang?” tukas Dr. Arto berpromosi.

(HI)

Halo INTERNIS Edisi September 201564

KABAR PAPDI

Meski semua keluargamenjadi dokter, namunketika berkumpul sebisamungkin tidak mem-bicarakan hal medis.Kesibukannya luar biasa,tapi setiap saat selaluada di samping istri.

Pemamparan PAPDI Cabang Ja-wa Barat sukses memukau pe-serta sidang pleno KOPAPDIXV, Medan, tiga tahun silam.

Presentasi yang elegan dan me-narik dengan menunjukkan sa-rana-sarana unggulan yang di-miliki Kota Bandung semakinmemantapkan pilihan tuanrumah kongres PAPDI. Ho-tel Arya Duta Medan, dinihari, pimpinan sidang akhir-nya mengetuk palu menetap-kan Bandung sebagai tuan ru-mah Kongres Perhimpunan Dok-ter Spesialis Penyakit Dalam Indo-nesia (KOPAPDI) XVI 2015.

Adalah Ketua PAPDI Cabang JawaBarat DR. Dr. Arto Yuwono Soeroso,SpPD, K-P, FINASIM, FCCP, mampumenarik hati para undangan dan dele-gasi PAPDI Cabang dari seluruh Indo-nesia. PAPDI Cabang Jawa Barat ber-hasil mengungguli PAPDI Cabang Su-lawesi Selatan dan PAPDI Cabang Su-rakarta pada saat bidding tuan rumahKOPAPDI XVI. “Kandidat tuan rumah

lain tidak kalah hebatnya, cuma saya yakin,Bandung bisa menang,” kata Dr. Arto, begi-tu ia biasa disapa, ketika ditemui di HotelShangri-La Jakarta beberapa waktu silam,dengan nada yakin.

Dr. Arto tidak sesumbar. Ia mengaturstrategi. Pada paparannya ia mengeksposewajah Kota Bandung yang kian “cantik” danrencana lokasi tempat KOPAPDI XVI ber-langsung dilengkapi sarana serta infra-struktur terpadu, tentunya sangat mendu-

kung diselenggarakannya event akbartiga tahunan PAPDI ini. Opti-

mis terpilih menjadi tuanrumah pun juga tampak

dari pengurus PAPDICabang Jawa Barat.Mereka melobby parapemilik suara denganberagam cara. Adayang membagikanbooklet, gimmick,lobby-lobby danlain-lain.

“Faktor yangtak kalah pen-ting adalah saat

ini Bandung se-dang menjadimagnet dengan

sejumlah terobos-an dalam memper-

baiki dan memoles kotaoleh pemerintah Kota. Ba-

nyak orang ingin datang ke sanamelihat langsung area-area tertentuyang direvitalisasi dan dijadikancagar budaya, serta dipercantik.

Saat kampanye kami tawarkan se-jumlah kelebihan Bandung dibandingkota lainnya, kami percaya diri sebabsekarang memang waktunya Ban-

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroso, SpPD, K-P, FINASIM:

Mencintai Profesi danSukses Regenerasi

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 65

dung. Selain itu, di kalangan sejawat se-olah-olah ada tradisi Jawa dan non Jawa.Kalau KOPAPDI 2012 di Medan, makaKOPAPDI 2015 di tanah Jawa,” imbuhnyasambil tertawa renyah.

Persiapan perhelatan akbar PAPDI telahdimulai tiga tahun silam. Di tengah kesibuk-annya, Dr. Arto yang juga Ketua PelaksanaKOPAPDI XVI ini mengakui, tidak memakaijasa event organizer (EO) pada acara terse-but. Ia bersama pengurus cabang, rekanSMF/ Departeman Ilmu Penyakit Dalam FKUnpad//RS Hasan Sadikin Bandung dan di-bantu PPDS, bersama-sama mempersiap-kan hajatan yang akan diselenggarakanSeptember 2015 ini. Namun, kata konsultanpulmonologi ini, dalam pekerjaan yang sifat-nya sangat teknis dan sangat menyita waktuseperti pengurusan reservasi hotel dan ako-modasi, kami serahkan ke mitra kerja.

“Kami tidak menggunakan jasa event or-ganizer secara full, tetapi hal yang me-nyangkut urusan hotel, tiket, dan transpor-tasi, kami bermitra dengan pihak yang me-mang bekerja dan ahli dibidang tersebut.Karena hal tersebut sifatnya sangat teknisdan memakan waktu. Kami tidak profesion-

al dalam hal ini, ada pihak lain yang lebihmengerti. Kami, panitia fokus menguruskonten ilmiah, organisasi, publikasi, danrangkaian acara secara keseluruhan. Na-mun semua hal yang kami serahkan kepe-ngurusannya ke mitra kerja tadi sudah ba-rang tentu sepenuhnya tetap dalam kendalikami” papar Dr. Arto.

“Khusus untuk registrasi dilakukan seca-ra online, kami pun dibantu mitra yang su-dah professional di bidang ini, tetapi kamitetap tidak memperkenankan pihak mitrakerja masuk ke area Panitia. Kerja sama inibersifat simbiosis mutualisme, kami tidakmemberikan apa-apa ke mereka, merekadapat ikut berpartisipasi dan membantudalam penyelenggaraan acara. Kamikhawatir apabila registrasi dikelola mandiri,antrian bisa panjang dan kami ingin meng-hindari adanya kesalahan dalam masalahadministrasi registrasi. Harapannya dengansistem kerja seperti ini, segala sesuatunyaakan berjalan lebih lancar dengan risikoyang minimal,” ujar Dr. Arto penuh harap.

Tentunya, lanjut Dr. Arto, panitia berha-rap acara berjalan dengan sukses. Panitiamenghimbau Para Sejawat Spesialis Pe-

nyakit Dalam untuk hadir pada KOPAPDIXVI Bandung, bahkan berkenan mengajakPara Sejawat Dokter lainnya. Selain suguh-an sesi ilmiah dengan tema-tema menarikdan update, Sejawat pun akan mendapatinformasi organisasi, termasuk penyeleng-garaan pemilihan Ketua Umum PB PAPDI.Siapapun Ketua Umum PB PAPDI yang ter-pilih, kami dari cabang mendukung penuhagar organisasi ini makin baik dan profes-sional. Hal tersebut mengingat tantanganPAPDI ke depan lebih besar baik secarainternal maupun eksternal organisasi.

Dan tak lupa, panitia telah menyiapkanprogram wisata bagi keluarga. Bandung telahlama dikenal tempat tujuan wisata. Beragamdestinasi tersuguh di Kota Kembang ini.Kurang lengkap bila Sejawat yang menghadiriKOPAPDI XVI bersama keluarganya tidakmenikmati wisata Kota Bandung.

Perintis Dokterdi Keluarga Besar

Kariernya di bidang kedokteran terbilangmoncer. Lelaki kelahiran Bandung pada 11April 1963 ini sejak kecil memang sudah

Halo INTERNIS Edisi September 201566

KABAR PAPDI

DR. Arto bersama keluarga.

KABAR PAPDI

bercita-cita ingin jadi dokter. Arto besar diCirebon yang bukan berasal dari keluargadokter. Saat itu, keluarga besarnya tidakada yang berprofesi dokter. Soal pilihannyaitu, ketika masih kecil ia berpikir jika menja-di dokter bisa menolong orang dan meru-pakan profesi yang sangat terhormat. Ber-jalannya waktu, alasannya bertambah lagi,dokter bisa bekerja secara independen, bisaberkarya di mana pun berada, tidak bergan-tung dan terikat pada siapa pun, jadi banyaksekali alasan yang semakin menguatkantekadnya untuk menjadi dokter. “Apapunyang kita lakukan, tujuannya untuk mendap-atkan kebahagiaan. Harus berusaha mem-perlakukan orang, siapa pun dia, sepertiingin kita diperlakukan. Kalau kita ingindiperlakukan oleh baik oleh orang sehinggakita merasa nyaman, maka kita harusberperilaku ke orang lain dengan denganbaik pula agar orang tersebut merasa nya-man dengan keberadaan kita,” ujar suamiDr. Anggraini Alam, Sp.A(K) ini.

Sebagai orang pertama di keluarga besaryang jadi dokter, sosok sulung dari empatbersaudara ini, jadi inspirasi di keluarga. Adikdan kedua anaknya mengikuti jejaknya. Istri-nya pun seorang dokter. Tak heran bila darahmedis mengalir deras pada keduaputranya. “Saya dan istri perintisprofesi ini di keluarga masing-masing. Kami bangga dan san-gat menghormati profesi ini,

sehingga sangat senang ketika anak-anakmengikuti jejak kami, sebab kami tahu profe-si ini seperti apa,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah profesi ini juga te-kankan kedua putranya? “Ya sedikit banyakada peran orangtua, ini faktor genetik… haha ha. Yang pasti kami tidak memaksakan,hanya memberi contoh apa alasan keduaorangtuanya memilih menjadi dokter. Mem-buka wawasan mereka mengenai berbagaihal positif dari profesi ini, sehingga akhirnyamereka memilih dokter jadi profesinya, me-ngikuti jejak kami, kedua orangtuanya.Alhamdulillah kalau regenerasi ini dianggapberhasil,” aku ayah dari Adhitama danAdhirahman ini.

Kendati empat orang anggota keluargaini berprofesi sama, di rumah tak pernahmembahas urusan pekerjaan, tema medissebisa mungkin dihindari agar tidak jenuh.Namun, Dr. Arto punya strategi khusus un-tuk bisa selalu bersama sang istri tercinta.“Dari keluar sampai balik lagi ke rumahbareng istri, karena tempat kerja di RumahSakit Hasan Sadikin Bandung dan praktekswastanya sama, jadi bareng terus, berang-kat sama-sama satu mobil, visit dan praktekbareng. Bahkansering kali

t e m a n -

teman dan relasi telepon ke kami hanyauntuk berbicara dengan salah satu darikami,” ujarnya seraya terkekeh.

Pencapaian yang telah diperolehnya me-rupakan anugrah Yang Maha Kuasa.Menggeluti ilmu penyakit dalam, terutama dibidang pulmonologi, hingga menjadi konsul-tan dan menggondol gelar Doktor, baginyasuatu nikmat yang selalu disyukuri. Pa-salnya, sukses kariernya di bidang pulmo,tak lepas dari jasa almarhum Prof. Dr. EddieSoeriasoemantri, Sp.PD, K-P dan Prof. DR.Dr. Zul Dahlan, Sp.PD, K-P yang me-mintanya menjadi staf pengajar di DivisiPulmunologi Departemen/SMF Ilmu Penya-kit dalam FK Universitas Padjajaran/RSHSBandung pada tahun 1997, kemudian iaresmi bergabung di Divisi Pulmonologi padatahun 1999 setelah menyelesaikan wajibkerja sarjana spesialis di Sintang, Kali-mantan Barat.

Gelar akademik tertinggi, yaitu Guru Be-sar, tinggal selangkah lagi. Sebagai seorangpegawai negeri sipil Kementrian Kesehatan,hal ini tidaklah mudah. Namun, kerja de-ngan maksimal dan fokus adalah hal utamadalam hidupnya. “Kalau sudah dianggappantas dan layak menjadi Guru Besar,alhamdulillah. Saat ini fokus bekerja semak-simal mungkin, mengenai hasilnya,Lillahita’ala,” tukas Dr. Arto merendah.

Hal yang serupa ia terapkan di berbagaikegiatan, tak terkecuali di organisasi. Bagi-nya, menjadi Ketua PAPDI Cabang JawaBarat merupakan amanat yang mesti diem-ban sebaik-baiknya. Apalagi di tengah-te-ngah persoalan kesehatan saat ini, sepertiBPJS, gratifikasi, dokter asing dan lain-lain, memerlukan perhatian ekstra darisang ketua. Tak jarang, ia mesti bolak

balik Jakarta Bandung berkoordinasidengan pengurus pusat di Jakarta.

Wajar, sosok low profile dan ramahini terpilih dua periode menjadi ketua.

Bagi ayah dua anak ini merupakan suatukehormatan dipercaya memimpin PAPDI

Cabang Jawa Barat selama dua peri-ode. “Ini amanah dari teman-teman,senang bisa berinteraksi dan bekerjasama selama ini. Setelah KOPAPDIini, selesai sudah tanggung jawabsaya sebagai Ketua Cabang, duaperiode sudahlah cukup,” ujarnyaseraya melempar tawa menutuppembicaraan. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 67

KABAR PAPDI

Bandung Crater Tour Pagi hari peserta berkumpul di lobby

hotel The Trans Luxury Bandung untuk ber-sama-sama berangkat menuju kawasanBandung Utara. Mengunjungi GunungTangkuban Perahu yang merupakangunung berapi aktif di Jawa Barat, andabisa merasakannya dengan bau belerangdi sekitar lokasi. Kemudian perjalanandilanjutkan menuju Sari Ater Hot SpringResort dimana anda bisa merasakanmandi dengan air hangat aliran sungaiyang mengandung belerang di kolam dankamar rendam yang disediakan. Setelahmakan siang melanjutkan perjalananmenuju kawasan factory outlet Jalan Riau.

Harga Tour per orang: Rp.495.000,-(Min 10 orang); Lama perjalanan: ± 7 jam;Keberangkatan: Setiap hari pukul 08.00WIB. Termasuk: Transportasi, Makan siang,Tiket masuk objek wisata, Local Guide,Parkir

Panoramic of SouthBandung

Berkumpul di lobby hotel, peserta tourakan menuju kawasan selatan dariBandung tepatnya di kawasan Ciwidey.Kunjungan pertama di objek wisata KawahPutih yang unik dengan warna air yangbisa berubah-ubah. Setelah makan siang,melewati kawasan perkebunan teh danmenikmati suasana santai di Danau SituPatenggang. Dalam perjalanan pulangmampir membeli oleh-oleh minuman khasJawa Barat yang menghangatkan tubuh“Bandrek Abah”.

Harga Tour per orang: Rp.465.000,-(Min 10 orang); Lama perjalanan: ± 7 jam;Keberangkatan: Setiap hari pukul 08.00WIB. Termasuk: Transportasi, Makansiang, Tiket masuk objek wisata, LocalGuide, Parkir, Refreshment.

Wisata Kuliner Bandung sangat terkenal dengan aneka

kuliner yang menggugah selera. Kami akan

membawa anda mencicipi aneka kulinerkhas Bandung di Floating Market Lem-bang, melihat keindahan taman denganhamparan bunga Begonia dan mengun-jungi “Dusun Bambu” yang menawarkansuasana perkampungan Sunda jamandulu.

Harga Tour per orang: Rp.465.000,-(Min 10 orang); Lama perjalanan: ± 7 jam;Keberangkatan: Setiap hari pukul 10.00WIB. Termasuk: Transportasi, Makan siang,Tiket masuk objek wisata, Local Guide,Parkir.

Bandung City Tour Bandung terkenal dengan kerajinan-ke-

rajinan unik yang sangat didukung olehpemerintah. Pada kesempatan kali ini kamiakan mengantarkan anda untuk mengun-jungi berbagai industri kerajinan. RumahBatik Komar adalah industri kerajinan yangpertama kita kunjungi, di sini kita akanmelihat cara pembuatan batik dan bisalangsung membuatnya di atas media yangtelah disiapkan. Perjalanan dilanjutkanmenuju Pabrik Brokat di Gani Arta yangmenjual aneka brokat, tirai tipis dan gorden

yang sangat cantik. Saung Angklung Udjomenjadi kunjungan terakhir, di sini andabisa membeli aneka oleh-oleh khas JawaBarat dan menyaksikan pertunjukkan musikAngklung bahkan bisa sambil belajarmemainkan angklung.

Halo INTERNIS Edisi September 201568

Ragam WisataKOPAPDI XVI Bandung

KABAR PAPDI

Pesona Kota Bandung menjadi magnet bagipenggemar fotografi. Kota Kembang ini telahlama dikenal memiliki tempat-tempat wisata yangmenarik bagi peminat foto. Bangunan-bangunan

tempo dulu dengan arsitektur yang khas kerap dia-badikan oleh para pemburu gambar. Wisata alam nanasri seolah-olah berbicara betapa indahnya panoramaBandung. Beragam tradisi budaya etnik Jawa Baratmenjadi objek foto yang menggambarkan betapakayanya budaya setempat.

Panitia KOPAPDI XVI Bandung menyelenggarakanPAPDI Photo Competition. Para peserta KOPAPDI dapatmenyalurkan hobbynya pada acara tersebut. Panitia me-netapkan empat tema, yaitu Historica landmark, CandidShoot, Everlasting Beauty dan KOPAPDI in Lens.Peserta mengirimkan empat buah karya foto untuk tiaptiap tema. Pemenang akan diumumkan pada acaraCultural Night.

Tanggal : 11 Sep 2015Waktu : 16.00 – SelesaiBiaya : Rp. 500.000/orang (min 10 orang)

Syarat dan Ketentuan1. Peserta terdaftar dalam acara Kopapdi XVI Bandung2. Peserta terlebih dahulu mendapatkan bimbingan dari fotograph-

er professional yang disediakan oleh panitia3. Walking tour dengan pemandu pada saat pengambilan foto disi-

apkan oleh panitia4. Membawa perlengkapan dan kamera masing-masing5. Foto karya sendiri dan maksimal mengirimkan 4 foto untuk ma-

sing-masing tema6. Foto dibuat pada tanggal 11 Sep 2015 sesuai dengan waktu

yang ditentukan panitia7. Khusus tema 4 foto dibuat pada saat acara Kopapdi XVI

berlangsung8. Olah digital diperkenankan sewajarnya (level, saturasi, cropping

dll) dan bukan penggabungan satu atau lebih file foto9. Hak cipta foto pada fotographer dan panitia diijinkan menggu-

nakan foto pemenang lomba untuk kepentingan publikasi danpameran

10. Foto diserahkan dalam bentuk file kepada panitia paling lambattanggal 12 September pukul 10.00 WIB

11. Keputusan juri mutlak tidak bisa diganggu gugat12. Pemenang lomba diumumkan pada acara Cultural Night

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 69

PAPDI Photo Competition:KOPAPDI XVI Bandung in Lens

KABAR PAPDI

Titik Nol

16 November 1957, didirikan suatu Perkumpulan Ahli PenyakitDalam Indonesia (PAPDI)

Program malam klinik pertama dilaksanakan pada hari Rabu,29 Januari 1958, jam 20.00 Wib dengan pembicara Dr. DjoaLiang Ham.

KOPAPDI I di Jakarta, 22-26 September 1971 Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih sebagai Ketua

Umum

KOPAPDI II di Surabaya, 27-30 September 1973

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD ditunjuk sebagai KetuaUmum PB PAPDI Baru untuk periode 1973-1975

Peserta anggota dan bukan anggota berjumlah sekitar 400orang, dihadiri 5 cabang PAPDI: Medan, Jakarta, Bandung,Semarang, Surabaya.

Mengesahkan cabang-cabangbaru: Yogyakarta, Padang,Manado.

Perlu dibentuk suatu dewanyang bertugas menentukankebutuhan pendidikan, fasilitas,dan cara mengevaluasi pen-didikan seorang internis. Dewanitu sekaligus merupakan DewanPenilaian Keahlian Dokter AhliPenyakit Dalam.

KOPAPDI III di Bandung, 27-30 Agustus 1975

Dr. H. Achmad Dachlan dipilihsebagai Ketua Umum untuk pe-riode 1975-1978

Diikuti oleh 522 peserta terdiriatas 108 dokter ahli dan 414dokter umum.

Ditetapkan 2 (dua) jenis pusatpendidikan, yaitu: Pusat Pendi-dikan Pendahuluan Ahli Penya-kit Dalam dan Pusat PendidikanPenuh Ahli Penyakit Dalam. Keduanya harus seragam di selu-ruh Indonesia. Dasar kurikulum mencakup sub/super spesiali-sasi 7 bidang.

Ditentukan, cabang dapat didirikan, bila kota/daerah bersang-kutan sekurang-kurangnya terdapat 4 (empat) orang anggotabiasa

Ketua Umum hanya dapat dipilih untuk masa jabatan 2x bertu-rut-turut.

Konferensi Kerja akan diadakan sekurang-kurangnya 1,5 tahunsekali.

PB membentuk panitia khusus untuk menentukan lambangPAPDI yang diketuai Bandung, dengan anggota: Jakarta, Yog-yakarta, Surabaya. Sayembara diadakan untuk menentukanlambang tersebut dan PB PAPDI menyediakan hadiah.

Medan diakui sebagai Pusat Pendidikan Penuh

Halo INTERNIS Edisi September 201570

KOPAPDI Dari Masa Ke Masa

KABAR PAPDI

KOPAPDI IV di Medan, 27-30 Juni 1978

Dr. H.Achmad Dachlan terpilih kembali menjadi Ketua UmumPB PAPDI periode 1978 - 1981

Membentuk suatu panitia ad hoc yang beranggotakan Surabaya,Semarang, dan Yogyakarta dengan tugas menyusun buku Pedo-man Pendidikan Ahli Penyakit Dalam berdasarkan sistem kredit.

Ditentukan batas umur penderita penyakit dalam adalah 12 ta-hun keatas.

Pembentukan Board of Examination tetap merupakan tujuanakhir dari penilaian pendidikan ahli penyakit dalam.

KOPAPDI V di Semarang, 16-20 Juni 1981 Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih menjadi Ketua

Umum PB PAPDI periode 1981 – 1984 Pendidikan Internist diambil alih oleh pemerintahan cq CMS dan

kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang disusunPAPDI. Pusat-pusat pendidikan penuh (sentra kategori I) dihim-bau untuk tetap menerima/membuka kesempatan pada sentrakategori III (CMS) sebagai fasilitas pendidikan dari sentra kate-gori I dan tenaga-tenaga pendidikannya dipakai sebagai tenagapendidik penuh.

Sementara pemerintah belum menanggulangi Pendidikan Dok-ter Subspesialis, maka PB PAPDI melaksanakan subspsialisasi.

Board of Study menetapkan sentrum-sentrum tambahan untukpendidikan internist lengkap yaitu Bagian Ilmu Penyakit DalamUniversitas Andalas, Universitas Hasanudin, Universitas GajahMada, dan akan dikembangkan Bagian Ilmu Penyakit DalamUniversitas Sriwijaya.

Sidang menyetujui Mars PAPDI yang sudah dikumandangkanpada pembukaan KOPAPDI V dan agar dinyanyikan pada se-tiap KOPAPDI.

PB PAPDI mengusulkan kepada pemerintah agar ditetapkansuatu hari atau minggu yang dipersembahkan kepada orang-orang usia lanjut.

KOPAPDI VI di Jakarta, 24-26 Juli 1984 Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih kembali sebagai

Ketua Umum PB PAPDI periode 1984 – 1987 Kongres mengakui adanya eksistensi subpesialis Alergi Imuno-

logi dan subspesialis Reumatologi selain dari subspesialisasiyang telah ada.

Kongres mengakui adanya eksistensi sentra pendidikan yangsudah ada sesuai dengan SK Mentri Pendidikan dan Kebuda-yaan.

KOPAPDI VII di Ujung Pandang, 22-27 Agustus 1987

Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD, SpPD, K-GEH terpilih sebagaiKetua Umum PB PAPDI untuk periode 1987-1990

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya ditetapkan sebagaisalah satu pusat pendidikan Dokter Ahli Penyakit Dalam

KOPAPDI VIII di Yogyakarta, 24-30 Juni 1990 Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD,

SpPD, K-GEH terpilih kembalisebagai Ketua Umum PB PAPDIuntuk periode 1990–1993

Integritas Ilmu Penyakit Dalam,yang berarti pelaksanaan IlmuPenyakit Dalam secara holistik,harus tetap dipelihara

Mengupayakan pelaksanaanyang seragam dari adaptasi spe-sialisasi penyakit dalam lulusanluar negeri di berbagai pusatpendidikan. Agar DepartemenKesehatan menyamakan penem-patan lulusan internis luar negeridengan lulusan dalam negeri.

PAPDI menolak dokter dari luar negeri bekerja di Indonesia Anggota PAPDI lanjut usia dibebaskan dari iuran

KOPAPDI IX di Denpasar, 27 Juni–1 Juli 1993 Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD,

K-EMD terpilih menjadi KetuaUmum PB PAPDI periode1993–1996

Menyetujui perubahan namacabang: Cabang Medan menjadiCabang Sumatera Utara, danCabang Bandung menjadi ca-bang Jawa Barat.

PAPDI sepakat untuk membukakesempatan pendidikan subspe-sialis di kemudian hari bagiSpesialis Penyakit Dalam yangbekerja di luar Pusat-pusatPendidikan dengan prioritastetap spesialis penyakit dalam yang bekerja di Pusat-pusat Pen-didikan.

KOPAPDI X di Padang, 23-27 Juni 1996 Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD, K-EMD terpilih kembali menjadi

Ketua Umum PB PAPDI periode 1996 – 1999 Akan diadakan National Board Examination bagi para peserta

pendidikan dokter spesialis penyakit dalam Menyepakati perlunya subbagian geriatrik dalam pendidikan

spesialis penyakit dalam

KOPAPDI XI di Surabaya, 7-11 Juli 2000 Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI terpilih menjadi Ketua

Umum PB PAPDI periode 2000-2003 Di bidang pendidikan, hanya ada istilah internist (SpPD) dan

konsulen. Tidak ada internist plus.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 71

KABAR PAPDI

Dikembangkan konsep ‘GeneralInternist’ dan dokter keluargaserta peningkatan kemampuananggota dengan programkhusus.

Penerimaan subspesialisasi perlumelibatkan organisasi seminat.

Terjemahan PAPDI dalambahasa Inggris hanya satu, TheIndonesian Society of InternalMedicine

Intensivis (Medical CareMedicine) tetap merupakanbagian integral dari pelayananpenyakit dalam.

KOPAPDI XII di Manado, 6-9 Agustus 2003 Prof. DR. A. Aziz Rani, SpPD, K-GEH terpilih menjadi Ketua

Umum PB PAPDI periode 2003-2006 Public Relation memiliki tugas

untuk mensosialisasikan visi danmisi PAPDI kepada masyarakatmaupun dokter. Hal yang mestidisosialisasikan di antaranyabahwa anggota PAPDI berpranaktif dalam penanggulangan imu-nisasi dewasa, malaria, TBC,HIV/AIDS, hepatitis, dan osteo-porosis.

PAPDI mempunyai sikap dalammenghadapi friksi antara disiplinilmu penyakit dalam dengan disi-plin ilmu lainnya.

Pendidikan Spesialis Dalamtetap dilakukan sertifikasi olehUniversitas, dan penetapan kurikulum oleh kolegium.

Materi psikosomatik tetap menjadi bagian pendidikan dokterspesialis penyakit dalam tak perlu sebagai subbagian.

Konsultan Endokrin (KE) menjadi Konsultan EndokrinologiMetabolisme dan Diabetes (KEMD).

KOPAPDI XIII di Palembang, 5-9 Juli 2006 DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,

K-HOM, terpilih menjadi KetuaUmum PB PAPDI periode 2006-2009

Menyetujui pemberian FellowIndonsian College of Physician(FICP) pada setiap internist, de-ngan peraturan dan ketentuanyang dibuat kolegium.

Membuat website dan mailing listPAPDI

Perlu dibentuk Medical LawAdvisor

Peningkatan aktivitas ContinuingProfessional Development (CPD)

KOPAPDI XIV di Jakarta, 11-14 Nopember 2009 DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP terpilih

kembali sebagai sebagai Ketua Umum PB PAPDI 2009 – 2012 Membuka beberapa cabang PAPDI di daerah-daerah Aktif menghidupkan kembali AFIM Terpilih menjadi tuan rumah WCIM, 2016 Roadshow ke cabang-cabang PAPDI Peluncuran Buku EIMED PAPDI

KOPAPDI XV di Medan, 12-15 Desember 2012 Prof.DR.Dr.Idrus Alwi, SpPD, K-

KV, FINASIM, FACC, FESC,FAPSIC, FACP terpilih sebagaiKetua Umum PB PAPDI 2012 –2015

Pembentukan Tim Adhoc BPJS Pembentukan Tim Adhoc Dokter

Asing Pembentukan Tim Adhoc

Adolescent Pembentukan Tim Adhoc

Mapping Need Pembentukan Tim Adhoc

Gratifikasi Menetapkan Tata Nilai PAPDI Aktif pembentukan ACP Chapter Asean Memiliki gedung “Rumah PAPDI” Menerbitkan buku PNPK, PPK, Clinical Pathway

Halo INTERNIS Edisi September 201572

KABAR PAPDI

Pengurus Besar Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indonesia(PB PAPDI) kembali menggelar Kon-vokasi FINASIM pada Kongres Na-

sional Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XVIBandung. Acara penganugrahan gelarFINASIM (Fellow of The Indonesian Societyof Internal Medicine) kali ini akan diikuti 425internis yang telah dinyatakan lulus seleksipada periode 2013 – 2015. Pengumumanlulus seleksi dilakukan setiap tahunnya ber-samaan dengan Pertemuan Ilmiah NasionalPAPDI. Pada PIN 2013 di Pekan BaruSteering Committee FINASIM telah melu-luskan 176 internis, pada PIN 2014 Suraba-ya 123 internis dan PIN 2015 di Palembang126 internis. Konvokasi kali ini addalah kon-vokasi ketiga setelah, KOPAPDI 2009 di Ja-karta 2009, dan KOPAPDI 2012 di Medan.

Konvokasi merupakan prosesi pemberi-an gelar FINASIM kepada internis yang te-lah dinyatakan lulus seleksi oleh dewan pe-nilai. FINASIM adalah gelar kehormatan

yang disematkan PB PAPDI kepada anggo-tanya yang telah memperoleh pengakuandari sesamanya (peers) atas integritas pri-badi, kompetensi yang superior dalam ilmupenyakit dalam, dan bukti atas prestasi pri-badi serta akademik.

Gelar fellow ini sebagai pengakuan ataskontribusi seorang anggota yang dianggapprofesi ‘lebih dari biasa’ dan tidak hanyamencakup kegiatan maupun pencapaianakademis saja. Seorang akademis yangjauh dari laboratorium maupun pusat pen-didikan namun dianggap berhasil dalammengangkat nama organisasi profesi pe-nyakit dalam di masyarakat atau di daerahterpencil pun dapat dipertimbangkan.

Menurut DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,K-HOM, FACP, ada beberapa penilaianyang menjadikan internis berhak menyan-dang gelar fellow. Diantaranya, menjunjungtinggi dan mempraktikkan standar klinis danidealisme etika, menunjukkan kepemimpin-an di masyarakatnya secara regional ataunasional aktif dalam hal-hal yang menyang-

kut peningkatan dalam bidang kesehatan,komunitas, dan sosial. “Seorang fellow dise-leksi oleh dewan penilai, bukan karena jen-jang karir, gelar profesor atau doktor, atau-pun kedudukan,” ujarnya

Setelah prosesi ini, seorang internis ber-hak menyematkan gelar FINASIM. Gelar inijuga dapat dipergunakan ketika melakukanpraktik. Interis yang telah lulus seleksi FI-NASIM akan mendapat discount khusussaat mengikuti kegiatan PAPDI. Pada kon-vokasi kali ini mendapat kehormatan de-ngan hadirnya Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPHyang memberikan orasi pada Utojo SukatonLecture.

Pada kesempatan ini, Ketua Umum PBPAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,FINASIM, FACC, FESC, FASIC, FACP me-ngucapkan selamat kepada para internisyang menerima FINASIM. Dan Tentu saja,PAPDI masih menantikan fellow selanjut-nya, yang berarti juga semakin banyak inter-nis yang memenuhi unsur achievement, de-dication, dan commitment. Selamat! (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 73

Konvokasi FINASIM: Apresiasi Atas Profesionalisme

Konvokasi FINASIM KOPAPDI XV Medan.

KABAR PAPDI

PAPDI Cabang Jakarta Raya1. Teguh Wijayadi2. I Made Mardika3. Hari Hendarto4. Ronald Irwanto Natadidjaja5. Puteri Wahyuni6. Tedhy Djaja Ateng7. Hendarto Natadidjaja8. Susie Setyowati9. Wahjudi10. R.P. Djoko Koentjoro11. Sjaiful Ichwansjah Biran12. Simon Salim13. Rachmat Hamonangan14. Yoga Iwanoff Kasjmir15. Rudy Hidayat16. Aru Ariadno17. Faisal Syarifuddin 18. Djati Sagoro19. Syarifuddin Laingki20. Arief Wibowo21. Joyce Bratanata22. Albertus Djaja23. Lies Luthariana24. Epistel P. Simatupang25. Robert Noldy Ngantung26. Kustedi Rafli

27. Afifah Is28. Dody Ranuhardy29. Rebekka M.H. Napitupulu30. Nur Alim Fitradjaja31. Joko Budiman Jong32. Surahman Muin33. Femiko M.N. Sitohang34. Pringgodigdo Nugroho35. Ikhwan Rinaldi36. Fias37. Kaka Renaldi38. Nenfiati39. Sayid Ridho40. Noto Dwimartutie41. Lusiani42. Martha Iskandar43. Suryantini Singgih44. Rithza S. Harun45. RR. Dyah Purnamasari S.46. Purwita Wijaya Laksmi47. Giri Aji48. R. Roro Rahayu49. Didi Kurniadhi50. Annela Manurung51. Marina Epriliawati52. Santi S.R. Parhusip53. Eva Sian Li

PAPDI Cabang Jawa Barat1. Agustian Lukas K.2. Yusra Dewita3. Katharina Setyawati S.4. Cecep Sulaiman Iskandar5. Iskandar6. Abdul Wahid Usman7. Amaylia Oehadian8. Fifi Akwarini9. Rachmat Permana10. Nieke Dewi Riani Kriswandi11. Anggraini Widjajakusuma12. Jefry Tahari Argatio

PAPDI Cabang SurabayaAri SutjahjoAgus HarijonoFuad HamdunAgus DahanaPurwati Armand NoeryotoWahyu Nugroho LokaIshak SuryaputradinataMohammad MujibM. Iza IndramantoZainudin ZuhriSudarwantoSugianto

RudyantoRatri ParingsihRijantoPriyo Widodo SuprayitnoSuhartono NotosuwarnoSony SujatnoSahid SuparasaJohannes Vincentius LusidaJojok SantosoHadiq FirdausiFaried SanusiEmilia Retno I. Eddy PrijambodoDian Samudra Dita TauriniDjoko TamtomoBatari Retno MinantiEndang SulistyoriniAtik YunianiAndy PurnomoYuli HermansyahWidyaningsih Wahyu HendradiWiwiek Indriyani M.Tulus LumaksonoTrini WindarwatiAsna RosidaMunir Raidi Jongky Hendro PrayitnoJohanes Intandri TjundawanI Wayan MerthaI Putu Suharta PutraHermina NovidaGendon Djonhar SurosoRina MelindaEko BudisantosoFajar AdmayanaAbdur RohmanMantik WibisonoBahrodinTeguh Prartono Hario UtoroImam SoewonoGusti Rizaniansyah RusliDany IrawanDanang Kusuma AdiNailul HaqI Dewa Made Widi HersanaDarmojo KandinataMohammad MahfudzSuharto

Halo INTERNIS Edisi September 201574

Nama-nama yang lulus seleksi FINASIM

KABAR PAPDI

KysdarmantoFahmi Adi PriyantoroBadrul MunirAdi Mulyono Andry SultanaDenny ViantoHusin ThamrinMochamad Arwin AchijarEen HendarsihHeru WijonoBayu Dharma ShantiWiwid Samsulhadi

PAPDI Cabang YogyakartaJohan KurniandaPutut BayupurnamaSutanto MadusenoKartika WidayatiEko BudionoDeddy Nur Wachid A.Anna Anggraini Fahmi IndrartiHariadi HariawanHemi SinoritaSuharnadiAyu ParamaiswariR. Bowo PramonoSusanna Hilda HutajuluNyoman KertiaSumardiHeru PrasantoCatharina TriwikatmaniDoni Priambodo WijisaksonoYanri Wijayanti SubrontoBambang DjarwotoIri KuswadiNeneng Ratnasari

Luthfan Budi PurnomoIka Trisnawati

Habib WicaksonoEndang WidiastutiV. Noegroho Isti DonodjatiYuli AstutiDessy Nurwahyuningtyas P.Rizka Humardewayanti A.Liliani Mustika DewiAchmad ThabraniArlyn YuanitaWarih TjahjonoPurwoadi SujatnoLisa Kurnia SariWaisul ChoroniBarkah Djaka PurwantoNedya SafitriAgus Yuha AhmaduAli BaswedanM. Agung MonalipaM. Robikhul IkhsanDiana RinawatiHeni Retno WulanRM. Tedjo MegantoroMulyo HartanaEko AribowoMohamad WibowoCornelia Wahyu Danawati

PAPDI Cabang SemarangLestarinigsihBanteng Hanang WibisonoJacobus Albertus AYTaufik Kresno Dwiyanto Didik WiharyadiTri SusantiTekky TjendaniBambang WinartoRachmat RiadiMudzakkir DjalalNur Anna Chalimah Sa’dyahNurul AisyiahM. Saugi AbduhMagy Julia RachmawatiTjoe Ivone WulansariMuhamad SubandrioBambang Adi SetyokoMuchamad Nur AzizB. Neni MulyantiHudiarsoTri Wahyu SukarnowatiI Gusti Nyoman Agung P.Ira Widyastuti

PAPDI Cabang MalangBagus Putu Putra SuryanaNur Samsu

Gadis Nurlaila M.M.Djanggan SargowoAtma GunawanSyifa MustikaWendy Budiawan

PAPDI Cabang SurakartaSumaryadi WaskitoArdyasihAgus SupriyantaVivin HudiyantiDidit NoviantoGrendi Faneri YonarkoAgus Joko SusantoArief NurudhinAgung SusantoHarnowo WilujengIrene Vera BoestamanSuhartoYulyani WerdiningsihListyowati

PAPDI Cabang PurwokertoSupardi

PAPDI Cabang BaliI Nyoman SutarkaGede KambayanaI Gede Ketut SajinadiyasaI Gede Pande SastrawanNi Made Renny Anggreni RenaI Made Duwi SumohadiI Made BagiadaTjokorda Gde DharmayudaI Wayan Losen AdnyanaI Ketut SuryanaI Ketut MariadiIda Bagus Putu PutrawanI Wayan DaryaBenny ArthawibawaI Nyoman AstikaIda Bagus Nyoman Mahendra

PAPDI Cabang Sumatera UtaraSabar Petrus SembiringJannus SitorusMustafa Kamil AdamEric NelsonSahala SinagaRosihan SipayungIlham dAnita RosariSofyan SembiringWika Hanida

Daud GintingCorry C. SilaenRismauli DoloksaribuSuara GintingRudi MahruzarShahrul Rahman Ida Nensi GultomMeutia SayutiMulia GintingImelda RayDavid SitepuMarulak SamosirChristina J.R.E. LumbantobingTaufik SungkarSyafrizal NasutionZainal SafriA.M. Setia PutraBudianto SigalinggingRudy Dwi LaksonoRiri Andri MuzastiYunita Veronica TampubolonSuhartonoAmeliana Safitri PurbaLenni Evalena SihotangEdyan Pinem Restuti Hidayani Saragih

PAPDI Cabang Sumatera BaratElfizon AmirFauzarDrajad PriyonoSaptino MiroNajirmanRaveinalHerwin HasanHarnavi HarunFesti ElizaRoza KurniatiRasmelia NurRoza Mulyana

PAPDI Cabang Sumatera SelatanAgus PatmonoEndang MardiningsihMuhammad Nur ZainWardhanaPontjo YunarkoSupraptiRatna Maila Dewi A.M. Ali ApriansyahYunizaRia AnggoroSurya Darma

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 75

KABAR PAPDI

Nur RiviatiIndriyani HermiyanaEdi SaputraKGS. M. Rosyidi Leni SusantiFirda AryantiIda Kusrini

PAPDI Cabang RiauWisman TanjungMahmoud FauzyIzwarDonna AlfinaArlesPoerniati Koes AndrijaniEdwar DarmawanAsrizalIriantoDasril EfendiNova RidhaSesonSaiful AnamArjunaidiHalomoan Budi Susanto

PAPDI Cabang AcehLindawatiSawdahanum FaisalMisrianiAbdul Gani PutehAbdullahHendra Zufry GunardiMahriani SylvawaniLibyaMagda LusianaM. Darma Muda Setia

PAPDI Cabang LampungHaryonoHedi SuprihadiGhufran HamzahMunirulanamLukman PuraAwal Bachtera BarusHasmi MahaHotmen SijabatIbramsjahI Gede Putu ArinandaMartin BachtiarFirhat EsfandiariMarina Fauzia AzwirRidhuan IrawanSri Widodo

Toni Prasetia

PAPDI Cabang MakassarDjunaidi RurayRatni RahimHappy LauwrenzSudirman KatuM. Harun IskandarMargaretha KendenanSusanto Hendra KusumaZakaria MustariSatriawan AbadiErwin Arief

PAPDI Cabang Kalimantan TimurMartina YuliantiMelani PrihartiniWidy Helen

PAPDI Cabang KalimantanSelatan TengahApriyanto Aries KuncoroAbd. Halim

PAPDI Cabang BantenJasirwan RahmadTolhas BanjarnahorEdison Yantje Parulian SaragihAhmad Mekah

PAPDI Cabang CirebonAfdi Muchlis SyamsSyofyan Zein

Irwan HarisZulfanTjatur WinarsantoMohamad LuthfiI Made Astawa

PAPDI Cabang KupangStefany Adi WahyuningrumCristina TariganAdjunias MaifaHeri Sutrisno Ida Bagus Ngurah Wisesa

PAPDI Cabang BengkuluYandi Kurniawan S.H.Farid AmansyahAchmad Boediono

PAPDI Cabang Kepulauan RiauDanang Legowo

PAPDI Cabang Tanah PapuaAndreas Widjaja

PAPDI Cabang NTBI Gusti Putu WinangunWikan TyasningMokhamad Farid WajdiFirdaos Joko PangarsoMuhamad AliKarsitoI Wayan Agus Jaya Santika

PAPDI Cabang BogorZulfanWiny KatarinaYulia MarinaNurman Sidiq

PAPDI Cabang JambiTitin KristinaGusrizalMulyadi Joyo SantosoSefniritaElvidawatiHendraAndi Kurniawan

PAPDI Cabang Sulawesi UtaraTahi Hatigoran SimanjuntakEddie Jonas JosephLucky Lukas Timbuleng Siwy

PAPDI Cabang BekasiIndra Sihar M. ManullangRaden Iwantoro

PAPDI Cabang Maluku UtaraMuhamad Taha Albar

PAPDI Cabang DepokMuslich AyubM. Artisto Adi YussacDevy Juniarti IskandarDesi Fitriani

Halo INTERNIS Edisi September 201576

KABAR PAPDI

Kegiatan ilmiah ini memi-liki daya tarik sendiri.

Tema-tema yang menarikdan up to date disguhkan

dalam bentuk workshopmemudahkan peserta

berinteraksi dengan parapakar dengan leluasa.

Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) PBPAPDI XIII resmi dibuka olehGubernur Sumatera Selatan H. AlexNoerdin di Grand Ballroom Hotel

Novotel Palembang, 12 – 14 Juni 2015.Peresmian ditandai dengan pemukulangong oleh Gubernur yang didampingi olehKetua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. IdrusAlwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,FAPSIC, FACP, FRCPT, Ketua PelaksanaPIN XIII Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, Penasehat PB PAPDI DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP, dan Prof. DR. Dr. AliGhanie, SpPD, K-KV, FINASIM.

Pada orasinya, Alex Noerdin mema-parkan pembangunan di Sumatera Selatan,khususnya di bidang kesehatan dan pen-didikan. Dalam waktu dekat, katanya,Sumatera Selatan akan membangun rumahsakit bertaraf international. Hal ini dikare-nakan kebutuhan masyarakat Sumselmengingat RSMH mengalami lonjakanpasien. “Kami tidak main-main untuk pro-gram kesehatan maupun pendidikan. Dalamwaktu dekat kita akan bangun RS UmumProvinsi Sumsel berkelas internasional

karena RSMH saat ini sudah kewalahan,”ujar Alex Noerdin yang disambut tepuk tan-gan peserta simposium.

Menurut Alex Noerdin, kesehatan danpendidikan merupakan dua mata pisauyang penting bagi pembangunan peradab-an manusia. Sehingga dua program terse-but menjadi program yang dikedepankan.“Untuk apa pintar jika kurang sehat dan se-hat tapi bodoh oleh karena itu dua-duanyakita harus dorong,” sergahnya.

Sementara Ketua Umum PB PAPDI Prof.Idrus alwi mengatakan bahwa PIN meru-pakan agenda tahunan yang rutin dilakukanPB PAPDI dalam rangka continuing profes-sionalisme development (CPD). PB PAPDIsesuai dengan misinya menjunjung tinggisikap professional dengan selalu mening-katkan kemampuan klinis dan diagnostikanggotanya agar dapat memberikan pela-yanan kesehatan terbaik kepada masya-rakat. Hal tersebut terkait dengan seiringnya

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 77

PIN XIII PB PAPDI 2015:

Tingkatkan KompetensiDemi Layanan Terbaik

Pengguntingan pita oleh Gubernur Sumatera Selatan H. Alex Noerdin.

KABAR PAPDI

perkembangan ilmu penyakit dalam, baikilmu dasar maupun klinis maka PB PAPDIdalam program kerjanya mengedepankanCPD, seperti PIN, roadshow ke daerah –daerah yang jauh dari pusat pendidikankedokteran, CME online dan lain-lain. “De-ngan meng update kompetensi kita dapatmemberi layanan kesehatan yang optimaldan terhindar dari kasus medikolegal, prin-sipnya patient safety,” katanya

PIN PB PAPDI memiliki daya tariksendiri. Menurut Ketua Panitia Dr. Ika Pra-setya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM temayang disuguhkan merupakan tema-temayang aktual dan up to date yang seringkaliditemui ketika praktik. Dengan model work-shop, peserta dapat leluasa berdialog den-gan para pakar membahas berbagai kasusyang sering dihadapi. “PIN PB PAPDI lebihbanyak sesi workshop dibandung simpo-sium atau kuliah umum. Dengan modelbegitu, peserta dapat berinteraksi denganpara pembicara dengan leluasa. Sebagianpeserta menjadikan acara ini agenda wajibtahunan,” katanya.

PIN kali ini bekerjasama dengan PAPDICabang Sumatera Selatan. Ketua PAPDI

Cabang Sumsel DR. Dr. Zulkhair Ali, SpPD,K-GH, FINASIM mengatakan peserta dapatmenggunakan pengetahuan yang diperolehditempat praktik sejawat di daeah masing-masing. Selain meningkatkan kompetensi,peserta dapat menikmati berbagai wisatayang terdapat di kota pempek ini.

Seleksi FINASIMBagi sebagian internis, PIN merupakan

agenda yang tak boleh terlewatkan. Selainup date pengetahuan, pada acara itu diu-mumkan kelulusan seleksi gelar FINASIM.Pada PIN 2015 ini, DR. Dr. AndhikaRachman, SpPD, K-HOM, FINASIM mem-bacakan 126 internis dari seluruh CabangPAPDI yang dinyatakan lulus hasil uji veri-fikasi dan berhak mendapat gelar FINASIM.Internis yang lulus seleksi pada 2015 akanmendapat sertifikat FINASIM dan sudahboleh menambahkan gelar tersebut di bela-kang namanya. Sedangkan Konvokasi akandilaksanakan pada Kongres PerhimpunanDokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia(KOPAPDI) XVI 2015 di Bandung.

PIN PAPDI AwardPIN XIII Palembang mengumumkan pe-

menang PIN PAPDI Award 2015. Pada tahunini, tim juri telah menetapkan dua pemenang,yaitu Dr. Erni Juwita Nelwan SpPD, K-PTI,FINASIM dengan tema penelitian “AkurasiPenggunaan Skor Nelwan dalam Penegak-kan Diagnosis Demam Tifoid Dewasa: Per-bandingan dengan Kultur Salmonella typhi”,dan Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, K-GEH dengantema penelitian” Analisis Struktur Mikrobiota,Ekspresi Heat Shock Protein 70 dan Caspase3 pada Penderita Kanker Kolorektal”. Keduapemenang berhak atas dana bantuan penelit-ian masing-masing 40 juta. Ajang bagi parapeneliti ini dilakukan PB PAPDI untuk keduakalinya yang bekerjasama dengan PT KalbeFarma. PIN PAPDI Award merupakan apresi-asi yang diberikan PB PAPDI kepada penulisatau peneliti yang aktif berkontribusi di TheIndonesian Journal of Internal Medicine.

Acta Medica Indonesiana, The Indone--sian Journal of Internal Medicine merupakanjurnal kedokteran di bidang ilmu penyakit da-lam yang telah terakreditasi internastional.

(HI)

Halo INTERNIS Edisi September 201578

KABAR PAPDI

Penelitian Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, K-GEH, FINASIM terpilih sebagai sa-lah satu penelitian terbaik pada PINAward 2015. Penelitian Dr. Fauzi

yang bertema “Analisis Struktur Mikrobiota,Ekspressi HSP70 dan Caspase 3 padaPenderita Kanker Kolorektal” dapat me-nyingkirkan puluhan artikel lain yang dimuatdalam Acta Medica Indonesiana atau TheIndonesian Journal of Internal Medicine(IJIM). Dengan begitu, Dr. Fauzi Yusuf men-dapat dana bantuan penelitian senilai 40juta hasil kerjasama PAPDI dan PT KalbeFarma.

Pemenang PIN PAPDI Award 2015 diu-mumkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional(PIN) PAPDI XIII di Hotel Novotel Palem-bang, 12 -14 Juni 2015 lalu. PIN PAPDIAward suatu apresiasi yang diberikan olehPAPDI kepada penulis dan peneliti yang ak-tif mengisi karya-karyanya di IJIM, jurnal ke-dokteran Indonesia yang telah memperolehakreditasi international.

Pada penelitian ini, Dr. Fauzi Yusuf men-cari hubungan antara komposisi mikrobiotadengan kejadian kanker kolerektal. Mikro-biota saluran cerna merupakan hal pentingdalam proses karsinogenesis pada pejamu.Beberapa penelitian menunjukkan mikrobiotayang menyebabkan keganasan pada salurancerna seperti Helicobacter pylori. Komposisimikrobiota usus juga dilaporkan sebagai pe-nanda pada pasien dengan kanker kolorektaldengan adanya ketidakseimbangan mikro-biota, seperti peningkatan Clostridium spp,Bacteroides dan Bifidorium spp.

Beberapa penelitian invitro memperlihat-kan bahwa butyrate menginduksi ekspressiheat shock protein 70 yang berperan padaawal apoptosis. Caspase yang merupakanaspartate-specific cysteine proteases yangberperan penting pada apoptosis dan infla-

masi dan mempunyai kontribusi yang pent-ing pada keseimbangan saluran cerna,pada percobaan tikus ditemukan hubungancaspase 3 dan komposisi mikrobiota.

Sehubungan dengan penelitian lanjutanmengenai hubungan komposisi mikrobiotadengan kejadian kanker kolorektal masihterbatas pada penelitian in vitro, makapeneliti tertarik untuk menganalisis hubun-gan komposisi mikrobiota terhadap ekspres-

si heat shock protein 70 dan caspase 3pada manusia

Penelitian ini adalah penelitian observa-sional dengan desain case control study.Penelitian mengamati dua kelompok yaknikelompok penderita kanker kolorektal dankelompok orang sehat, hal yang ditelitiadalah komposisi mikrobiota, gambaranHSP70 dan Caspase3.

Penelitian dilaksanakan di Divisi Gastro-enterohepatologi, Departemen Ilmu Penya-

kit Dalam Fakultas Kedokteran UniversitasSyiah Kuala (FK Unsyiah)/RSUD Dr. Zai-noel Abidin Banda Aceh, Instalasi PatologiAnatomi RSUD dr. Zainoel Abidin BandaAceh dan Laboratorium Fakultas Kedokter-an Hewan Universitas Syiah Kuala (Un-syiah) Banda Aceh. Untuk pemeriksaanPCR dan DDGE penelitian dilaksanakan diLaboratorium Biosains (Institut Biosains)Universitas Brawijaya Malang.

Penelitian ini, kata Dr. Fauzi Yusuf, di-harapkan menjadi informasi untuk programpencegahan kanker kolorektal melalui pen-jagaan keseimbangan mikrobiota salurancerna, dan menjadi dasar penggunaan pre-biotik dan probiotik dalam menjaga keseim-bangan mikrobiota saluran cerna. “Menjadiinformasi bagi masyarakat langkah pence-gahan kanker kolorektal melalui gaya hidupdan pola makan yang sehat,”kata KetuaPAPDI Cabang Aceh ini. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 79

Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, K-GEH, FINASIM:

Raih Penelitian Terbaik PIN Award 2015

Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, K-GEH

KABAR PAPDI

Anggota PAPDI agarturut berpartisipasi pada

WCIM 2016. Selainhadir, sejawat dapat aktif

mengikuti berbagaikegiatan. Dokter lokal

diharapkan membanjiriHotel Bali Nusa Dua

Convention Center.

Kurang dari satu tahun Indonesiamenjadi tuan rumah World Congressof Intenal Medicine (WCIM) 2016.Persiapan terus dilakukan Pengurus

Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-nyakit Dalam Indoonesia (PB PAPDI) selaku

panitian perhelatan akbar dokter-dokter pe-nyakit dalam seluruh dunia yang tergabungdalam International Society of Internal Me-dicine (ISIM). Panitia WCIM 2016 melibat-kan pengurus pusat dan cabang yang selalusinergi untuk menyukseskan event inter-national itu.

Koordinasi panitia dengan ISIM terjalinbaik. Panitia melaporkan perkembangan de-mi perkembangan hingga hari pelaksanaan.Terakhir, panitia telah mempresentasikanpersiapan WCIM 2016 di depan executivecommittee ISIM pada WCIM 2014 di Seoul,Korea Selatan, akhir Oktober 2014 lalu.

Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. SallyAman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM,FACP mewakili panitia, melaporkan per-kembangan persiapan WCIM 2016. Dengandidampingi panitia lain, Dr. Sally memapar-kan hal-hal terkait denga persiapan WCIM2016 dihadapan executive committee ISIM.

“Mereka (executive committee-red) tidak ta-nya apa-apa, hanya katakan bila ada ken-dala sponsor, beritahukan kami,” kata Dr.Sally setengah deg-deg-an. “Alhamdulilllah,mereka menerima dan cukup paham soalkendala sponsor. Ketika presentasi, kamilebih menitikberattkan kepada tema-temailmiah. Karena kami tahu mereka sangatketat soal konten acara,” tambahnya

WCIM 2016 akan diselenggarakan diHotel Bali Nusa Dua Convention Center(BNDCC). Panitia menargetkan 10,000peserta akan hadir pada acara tersebut.Jumlah ini lebih banyak dibanding WCIM diSeoul yang 7.000 peserta. “Akomodasicukup untuk sejumlah itu,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ketua UmumPB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,FACP, FRCPT. Prof. Idrus mengatakan ter-pilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pada

bidding WCIM 2010 diMelbourne, Australia lalumerupakan suatu kesem-patan untuk PAPDI me-nunjukkan bahwa pen-didikan dan pelayanan dibidang ilmu penyakit da-lam di Indonesia cukupberkembang. “Untuk itu,kami akan siapkan WCIMBali ini semaksimal mung-kin,” ujarnya.

Prof. Idrus melanjut-kan, panitia telah audiensike Kementerian Kesehat-an RI. Menteri Kesehatanmendukung pertemuantingkat dunia itu dan mem-inta agar membahasmateri-materi terkait pe-nyakit yang umum terjadi

Halo INTERNIS Edisi September 201580

WCIM 2016, Bali, Indonesia:

Menanti PartisipasiAnggota PAPDI

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di Seoul, Korsel.

KABAR PAPDI

di Indonesia.Sementara Ketua Panitia WCIM 2016 .

DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP menghimbau anggotaPAPDI agar turut berpartisipasi pada WCIM2016. Selain hadir pada acara itu, sejawatdapat aktif mengikuti beberapa kegiatanseperti lomba penelitian, lomba poster danlain-lain. “Dari WCIM sebelumnya, pesertaterbanyak adalah dari dokter lokal. SepertiWCIM 2014 kemarin, dari 7.000 peserta,ada sekitar 6.000 perserta merupakan tena-ga kesehatan dari Korea Selatan. Sisanya,dokter asing. Untuk itu kami menghimbauinternis untuk hadir, selain menambahpengetahuan juga berbagi pengalamandengan dokter-dokter asing,”ujar PenasehatPB PAPDI itu.

Dr. Aru menambahkan, melalui AseanFederation of Internal Medicine (AFIM),panitia juga mengundang internis di kawas-an Asean untuk berpartisipasi pada WCIM2016. Dan sebagai South East Asia ofChapter American College of Physicians(ACP), panitia meminta dukungan dari ACP

Merebut Kemenangandi Melbourne

WCIM 2010 di Melbourne menjadimomentum penting bagi PAPDI. Setelahpernah kalah dari negara lain, padda WCIM2010 delegasi Indonesia berhasil menjadituan rumah penyelenggaraan World Cong-ress of Internal Medicine (WCIM) 2016.Keberhasilan merebut tuan rumah bukanhal mudah. Empat negara memperebutkanposisi ini. Rusia, Meksiko, dan Afrika Sel-atan merupakan pesaing Indonesia. “Hatisaya kecut karena para pesaing itu,” ujar Dr.Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV,FINASIM, FACP salah satu delegasi Indo-nesia yang berangkat ke Melbourne.

Rusia, merupakan negara besar. Meksi-ko, tercatat pernah menjadi tuan rumahWCIM. Lalu Afrika Selatan, merupakanpesaing terberat. Para dokter yang pernahke Afrika Selatan tidak memungkiri bahwanegara ini memiliki keindahan yang me-ngagumkan. Tidak sedikit anggota execu-tive committee yang terpesona dengankeindahan alam Afrika Selatan. ”Terlebihlagi Afrika Selatan pernah terpilih sebagaitempat penyelenggaraan piala dunia 2010,”ujar Dr. Sally.

Meski memiliki rival yang berat, langkahpantang diundurkan. Delegasi Indonesia,tetap bersemangat melakukan presentasi dihadapan executive committee ISIM bergan-tian dengan delegasi pesaing. Bidding telahdimulai, negara calon kandidat dipanggilsatu persatu untuk masuk ke ruangan danmempresentasikan apa-apa yang dapatditawarkan pada executive committee.

Dari Indonesia yang mempresentasikanadalah DR. Dr. C. Heriawan Soejono,SpPD, K-Ger, FINASIM, saat ini menjabatsebagai Direktur Utama RSCM. “Dengansegala percaya diri, bahasa Inggris yangbaik sekali dan bahan presentasi yangsudah dipersiapkan jauh-jauh hari, denganbeberapa kali revisi atas masukan kamisemua, tapi kami tetap kuatir,” aku Dr. Sally.

DR. Dr. Aru Sudoyo,SpPD, K-HOM,FINASIM, FACP yang duduk sebagai salahsatu anggota komite tak tinggal diam. Dr.Aru memutar otak menyusun siasat didalam ruang sidang komite. Sidang berjalansangat alot. Ada yang mengatakan bahwaISIM belum pernah menggandeng negaraAfrika, maka Afsel memiliki nilai lebih jikaditunjuk sebagai tempat kongres ahlipenyakit dalam.

Dr. Aru berfikir keras. Sebagai seoranginternis Indonesia yang duduk sebagaianggota komite, tentu saja ia menginginkanIndonesia mendapat kehormatan tersebut.Di luar ruangan sidang, delegasi Indonesialain berdebar menantikan hasil keputusanrapat tertutup General Assembly. Dr. Arusempat berkirim sms ‘membocorkan’ situasi

sidang. Akhirnya, ia mengangkat isu pentingterkait Indonesia agar dapat melenggangmerebut posisi tuan rumah.

“Penunjukan Indonesia sebagai tuan ru-mah WCIM 2016 tidak hanya penting untuknegeri saya, namun bagi seluruh wilayahASEAN, karena internis umum masih amatvital bagi kelangsungan pelayanan kesehat-an yang efisien dan efektif bagi negara-ne-gara seperti Malaysia, Laos, Kambodia,Thailand dan Filipina, dan Brunei. Dan untukitu, Indonesia sebagai negara berpendudukterbesar keempat di dunia patut menjadiforum pertemuan,” kata Dr. Aru.

Dengan isu yang diperjuangkan terse-but, akhirnya ‘pemenang’ jatuh pada Indo-nesia. Sejumlah alasan lain memuluskanjalan Indonesia. Rusia, ternyata tidak didu-kung oleh pemerintahnya karena sedang di-landa konflik internal. Berbeda dengan Indo-nesia, yang mendapat restu dari MenteriKesehatan, Konsulat Jendral di Australia,dan Gubernur Bali yang terkait dengan loka-si kongres. Meksiko, langkahnya terjegalkarena pernah menjadi tuan rumah kongresyang sama dan sedang mengalami ganggu-an keamanan yang serius dengan adanyaperang antara alat negara dan geng-gengnarkotika. Sementara Afrika Selatan, yangmemiliki peluang paling besar, ternyataorganisasi ahli penyakit dalam negara inibelum lama tercatat bergabung denganISIM. Akhirnya, setelah diskusi yang berja-lan dengan hangat Indonesia cukup ber-bangga menerima kehormatan untuk men-jadi tuan rumah WCIM 2016. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS 81

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di Seoul, Korea Selatan.

OBITUARI

Jumat, 2 Januari 2015, Prof. DR. dr. A.Guntur Hermawan, Sp.PD, K-PTI,FINASIM berpulang dalam usia 66tahun. Almarhum meninggalkan seo-

rang istri, tiga anak dan menantu, serta tujuhorang cucu. Kenangan mendalam dirasakanoleh Dr. Eva. Niamuzisilawati, SpPD, MKes,staf Divisi Endokrin Metabolik IPD FKUNS/RSUD Dr Moewardi Surakarta, menantualmarhum.

“Saya berada di samping beliau saatmenutup mata dan menghembuskan nafasterakhir, dengan kalimat thayyibah La IllahaIllalloh dengan tenang dan in shaa Alloh khus-nul Khotimah,” ujar Dr. Eva.

Di mata sang menantu, Guru Besar kelahi-ran Surakarta, 6 Mei 1949 ini merupakan guru,orangtua dan pemimpin yang low profile, bijakdan dermawan dalam berbagi ilmu dan berba-gi materi yang dimiliki.

“Salah satu impiannya adalah mengem-bangkan profesi pendidikan dokter secaraumum maupun khusus yang semakin ber-kualitas, tidak hanya pengikut dalam duniainternasional tetapi menjadi pemain yangtangguh dan punya evidance base sendiri dinegara kita,” ujarnya.

Prioritaskan Keluarga Selama hidupnya kendati sangat sibuk, be-

liau sering mengajarkan dan memberi contohuntuk selalu makan di rumah bersama keluar-ga terutama dengan istri. Hampir tidak pernahalmarhum makan atau bepergian baik luarkota atau luar negeri tanpa istri. Beliau seringbilang, kalau pergi tanpa istri akan malas dantidak bisa menikmati. Inilah contoh konsepuntuk kesetiaan dan keutuhan keluarga.

Tak hanya itu, mendiang Prof Gunturpunya tradisi kumpul keluarga saat weekend.”Jika karena kesibukan tertentu kami tidakbisa datang, terkadang tiba-tiba beliau datangke rumah kami untuk diskusi atau bercengk-erama santai atau makan bersama di luar.Keributan dan ramainya cucu-cucu sangatdinantikan, almarhum selalu terlihat bangga

dan bahagia ketika suatu ketika mengajakbepergian cucu-cucunya,” kenang Dr. Eva.

Dedikasi Tinggiuntuk Profesi

Tak hanya bagi keluarga, dedikasi yangsangat tinggi diberikan untuk profesi dan pen-didikan, serta organisasi profesi. Juga selalusabar mendidik dan membimbing mahasiswabaik di kantor atau di rumah.

“Saya ingat betul 2 minggu sebelum wafat,dalam kondisi yang sudah menurun, almarh-um tetap bersemangat datang ke kantor me-nuju lantai 4 dengan kursi roda untuk mengujitesis salah satu residen PPDS I IPD, melihatAlm tetap senyum tapi terlihat sangat lelah,kami langsung menahannya, tapi beliau ber-sikeras melaksanakan tugasnya hari itu danbersedia bersedia dilakukan perawatan mes-kipun akhirnya setelah merasa membaik min-ta kembali pulang ke rumah.”

Banyak penelitian yang sudah publishtingkat nasional dan internasional terutamabidang Tropik Infeksi serta Alergi Imunologiyang sudah almarhum lakukan. ”Dedikasipada profesi dan pendidikan serta besarnyasemangat beliau dalam berbuat baik, terka-dang membuat kami yang muda merasamalu,” sergah Dr. Eva.

Mendiang Prof Guntur sering mengha-biskan waktunya dengan membaca. Sema-ngat menggali ilmu yang kuat sampai akhirhayat, bahkan dalam satu tahun terakhir sebe-lum wafat, almarhum mendalami ilmu agamadengan mengundang guru ke rumah.

”Sebagai orangtua selalu memberi teladanyang baik dan kebesaran jiwa untuk keluarga.Sebagai warga masyarakat, beliau dikenangdermawan dan tempat meminta pertimbanganmasalah meskipun di luar profesi, seperti kebi-jakan politik. Duka kami sekeluarga ataskepergian almarhum, tapi kami ikhlas. Pesan,kenangan indah, dan hikmah yang almarhumberikan, jadi panduan untuk melanjutkan cita-cita yang belum terwujud nyata,” pungkasnya.

Perginya SosokPemimpin yang Amanah

Duka mendalam juga disampaikan olehsahabat almarhum, Prof. Dr. Zainal ArifinAdnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, “Bagi sayadan IPD FK UNS, kepergian Prof Gunturadalah sebuah kehilangan yang sangatdalam, beliau adalah sosok yang disegani,panutan dalam mengembangkan dan men-dermakan ilmu, sangat menghargai perte-manan dengan siapapun, menjaga persau-daraan dan kekompakan.”

”Sebagai pimpinan, beliau berhasil me-majukan departemen penyakit dalam, mampumerangkul semua anggota, baik seniormaupun junior. Bahkan dalam kondisi sakitpun, tidak pernah menampakkan kesakitan-nya, tidak ingin dikasihani. Selalu bersema-ngat datang dalam forum ilmiah baik lokalmaupun nasional untuk berbagi ilmu, selalumeluangkan waktu untuk mendidik PPDS IPDFK UNS,” ungkap Guru Besar FK UNS ini.

Bahkan dalam keadaan sakit masih sajamemikirkan tanggung jawabnya. Inilah buktibahwa beliau adalah sosok pimpinan dan pa-nutan yang amanah dan bertanggung jawab.

“Tidak hanya memikirkan sejawat, beliaujuga memikirkan seluruh karyawan yang adadi penyakit dalam. Selalu menjaga hubunganbaik, tidak segan ngobrol dan sharing denganseluruh karyawan. Cita-cita almarhum masihbanyak terutama untuk membawa namapenyakit dalam FK UNS semakin maju, tapiAllah SWT lebih mencintai beliau. Kami harusikhlas dengan kepergian sosok yang sangatbaik. Semoga kami mampu mewujudkan cita-cita almarhum dalam mengemban estafetamanah ini demi kemajuan penyakit dalam FKUNS,” pungkasnya. (HI)

Halo INTERNIS Edisi September 201582

Prof. DR. Dr. A. Guntur Hermawan, Sp.PD, K-PTI, FINASIM:

Dalam Kenangan Kerabat dan Sahabat

Edisi September 2015

Halo INTERNIS

Edisi September 2015

WELCOM

E TO KOPAPDI XVI 2015 BANDUNG