16
BAKTERI PATHOGEN YANG DAPAT MENGINFEKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Oleh : HAPSARI MAHATMI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA 2020

Hapsari Bakteri nila

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hapsari Bakteri nila

BAKTERI PATHOGEN YANG DAPAT

MENGINFEKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Oleh :

HAPSARI MAHATMI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2020

Page 2: Hapsari Bakteri nila

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

tulisan ini selesai disusun.Tulisan dengan judul “ Bakteri Pathogen yang Dapat

menginfeksi Ikan Nila ( Oreochromis niloticus) ini disusun untuk membantu para

mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan maupun dari prodi

Biologi dalam mempelajari jenis-jenis bakteri pathogen yang dapat menginfeksi

ikan nila.

Tulisan ini hanya sebagai informasi umum bagi mahasiswa maupun

masyarakat awam agar memahami adanya berbagai bakteri pathogen yang menjadi

ancaman bagi kesehatan ikan nila .Penulis menyadari apabila dalam penyusunan

karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan, tetapi penulis meyakini

sepenuhnya bahwa sekecil apapun karya ilmiah ini tetap memberikan manfaat.

Akhir kata guna penyempurnaan karya ilmiah ini kritik dan saran dari

pembaca sangat penulis nantikan.

Denpasar, Mei 2020

Penulis

Page 3: Hapsari Bakteri nila

3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB 1. Pendahuluan 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3.Tujuan 3

BAB 2. Pembahasan 4

BAB 3. Kesimpulan 11

Daftar Pustaka 12

Page 4: Hapsari Bakteri nila

4

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar yang

paling banyak diminati oleh berbagai kalangan baik masyarakat lokal maupun

mancanegara (Yanti et al., 2013; Fadri et al., 2016). Produksi ikan nila mengalami

fluktuasi produksi setiap tahunnya. Konsistensi peningkatan hasil produksi ikan

nila dapat dilakukan melalui budidaya secara intensif dengan memperhatikan

berbagai aspek pendukung keberlangsungan hidup ikan tersebut seperti

ketersediaan air, area budidaya, serta kualitas lingkungan yang baik (Putra et al.,

2011). Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ikan

Nila adalah, kualitas bibit, kualitas air dan lingkungan pemeliharaan serta faktor

penyakit yang menginfeksi ikan. Penyakit pada ikan timbul karena adanya interaksi

yang tidak seimbang antara inang, lingkungan dan patogen. Salah satu patogen

penyebab penyakit yang menyerang ikan adalah bakteri, (Azhari, dkk., 2014).

Penyakit bakteri merupakan penyakit infeksius yang seringkali menimbulkan

kematian ikan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat

Oleh karena itu, mengenal dengan lebih dalam tentang jenis-jenis bakteri

pathogen yang dapat menginfeksi dan berbahaya bagi budidaya ikan nila menjadi

hal yang sangat penting sebagai upaya untuk menghindari adanya penyakit dan

menjaga agar ikan nila yang dipelahara tetap sehat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang terdapat beberapa rumusan masalah dalam makalah

ini adalah sebagai berikut:

Bakteri pathogen apa saja yang dapat menginfeksi ikan Nila

Diagnosis serangan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri

Penanganan dan pengobatan ikan Nila yang terserang bakteri

1.3 Tujuan

Mengetahui jenis-jenis bakteri pathogen pada budidaya Ikan Nila

Page 5: Hapsari Bakteri nila

5

Mengetahui cara diagnosis penyakit pada ikan Nila yang diakibatkan oleh

serangan bakteri

Penangan dan Pengobatan Ikan Nila yang terserang oleh Bakteri

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Aeromonas hydrophilla

Gejala klinis ikan akibat serangan A. hydrophila adalah terjadinya perubahan

morfologi dan tingkah laku. Perubahan morofologi yang terjadi diantaranya yaitu

pendarahan pada permukaan kulit dan sirip punggung kemudian disusul dengan

timbulnya ulcer. Pendarahan yang terjadi pada permukaan kulit dan sirip punggung

diduga disebabkan adanya toksin hemolisin. Toksin ini berperan dalam memecah

sel-sel darah merah, sehingga sel keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan

warna kemerahan pada permukaan kulit (Cipriano, 2001; Huys et al., 2002)

(Gambar 1). Timbulnya ulcer diduga karena tingginya kepadatan bakteri di area

penyuntikan, sehingga volume dan intensitas toksin yang dikeluarkan pada proses

infeksi menjadi lebih tinggi pada bagian tersebut (Mangunwardoyo et al., 2010).

Gambar 1. Infeksi A. Hydrophilla (https://www.isw.co.id/)

Page 6: Hapsari Bakteri nila

6

Perubahan lain yang ditunjukkan adalah pembengkakan pada mata (exopthalmia)

dan perut yang menggembung (dropsy). Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mangunwardoyo et al. (2009), yang menyatakan bahwa ikan yang terinfeksi bakteri

A. hydrophila, menunjukkan gejala seperti pendarahan pada permukaan kulit

(haemorrhagic septicemia), pendarahan pada pangkal sirip dada, nekrosis otot, luka

borok (ulcer) pada pemukaan tubuh dan bagian perut membesar berisi cairan

(dropsy) (Gambar 2). Menurut Asniatih et al. (2013), organ mata yang menonjol

keluar (exopthalmia) disebabkan karena adanya akumulasi cairan pada mata

sehingga menyebabkan bola mata menjadi cekung dan menonjol keluar. Austin dan

Austin (1999), menyatakan bahwa dropsy merupakan gejala yang ditandai dengan

perut ikan tampak mengembung sebagai akibat adanya pelepasan Aerolysin

Cytotoxic Enterotoxyn (ACT-gene) yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

jaringan

Kemampuan A hydrophila dalam menimbulkan penyakit cukup tinggi.

Patogenisitas yang ditunjukkan dengan LD50 cukup bervariasi, yaitu berkisar

antara 104 – 106 sel/ml (Sarono et al., 1993). Bakteri A. hydrophila dapat

ditemukan dimana-mana, terutama di perairan yang mengandung bahan organik

tinggi. Disamping itu, bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 4 – 45 oC, meskipun

lambat dan tumbuh optimum pada suhu 37 oC (Farmer et al., 2000). Bakteri A.

hydrophila menghasilkan bermacam-macam enzim, seperti gelatinase, caseinase,

elastase, lipase lecithinase, staphylolyase, deoxyribonuclease dan ribonuclease.

Selain itu, A.hydrophila menghasilkan bermacam-macam toksin antara lain

eksotoksin, seperti α dan β hemolisin, cytotoksin, enterotoksin dan endotoksin,

yaitu LPS (Lipopolisakarida) (Roberts, 1993).

Pencegahan terhadap serangan bakteri ini dapat dilakukan dengan mengendalikan

kualitas peraira pad kolam budidaya ikan Koi. Bakteri ini muncul pada lingkungan

perairan dengan bahan organic tinggi serta pH perairan yang tidak stbil. Utuk itu

menjaga kualitas peraina pada kondisi yang optimal dapat mencegah serangan

penyakit dari bakteri A.hydrophilla. Pengobatan penyakit akibat serangan bakteri

Aeromonosa hydropilla dapat dilakukan dengan bahanbahan herbal seperti, eksrak

Page 7: Hapsari Bakteri nila

7

bawang putih dan kunyit, selain bahan herbal dapat juga dengan pengapikasian

antiobotik seperti oxytetracylin atau Enrofloxacin.

2.2 Flavobacterium columnare

Flavobacterium columnare merupakan bakteri penyebab penyakit Columnaris,

yang masuk dalam Family Flavobacteriaceae (Bernardet and Bowman, 2006) dan

merupakan salah satu penyakit bakteri terpenting dari spesies ikan air tawar

(Durborow et al., 1998). Bakteri ini bisa berada di semua lingkungan perairan, yang

dapat berpengaruh ke ikan yang ada di alam dan budidaya serta ikan hias di

akuarium (Austin and Austin, 1999). Timbul penyakit Columnaris ditandai dengan

infeksi eksternal di permukaan tubuh ikan, insang, atau sirip. Jeney dan Jeney

(1995) menambahkan, infeksi bakteri ini ditandai dengan terjadinya perubahan

warna abu-abu keputihan pada beberapa bagian kepala, sekitar mulut, insang, sirip

atau badan. Penyakit ini sering berakhir dengan kematian, yang menyebabkan

kerugian ekonomi yang besar dalam industri perikanan budidaya. Penyakit

Columnaris, pertama dijelaskan oleh Herbert Spencer Davis pada tahun 1922,

bakteri penyebabnya disebut dengan nama yang berbeda diantaranya Bacillus

columnaris, Flexibacter columnaris, Cytophagakolumnis, dan terbaru

Flavobacterium columnare.

Metode yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan yang terinfeksi

bakteri dengan metode konvensional dengan melihat karakteristik morfologi dan

biokimia, yaitu pertumbuhannya aerobic, gram negatif, bentuk batang panjang

dengan ukuran 4-10 µm dan lebar 0,3 -0,5 µm, ada yang berkapsul atau tidak

(tergantung pewarnaan yang digunakan), memproduksi H2S, tidak dapat

mendegradasi crystalline cellulose, namun dapat mendegradasi polisakarida asam

kompleks jaringan ikat (Bernardet and Bowman, 2006). F. columnaris tumbuh pada

media bernutrien rendah, dengan koloni berwarna kuning dengan tepi rhizoid yang

tidak beraturan. Tumbuh optimum pada suhu 20-25°C, namun dilaporkan F.

columnaris dapat tumbuh pada suhu antara 4 dan 37°C. Bakteri ini bersifat non-

halophilic dan tumbuh hanya di bawah kondisi aerobik. F. columnare menghasilkan

sitokrom oksidase dan katalase positif; tidak menghasilkan asam dari karbohidrat;

mengurangi nitrat menjadi nitrit; menghasilkan hidrogen sulfida; tidak

Page 8: Hapsari Bakteri nila

8

menghidrolisis selulosa, kitin, pati, esculin pada , dan; Menghidrolisis agar kasein,

dan tirosin;tidak dekarboksilat arginin, lisin, atau ornitin; dan menghasilkan pigmen

khusus tipe flexirubin.Reichenbach dan Dworkin (1981) menggunakan metode

kalium hidroksida (20%) untuk menunjukkan produksi pigmen flexirubin.

Ikan yang terinfeksi bakteri secara tidak langsung menyebabkan terjadinya

kerusakan pada jaringan yang dapat berakibat ikan sakit. Ciri-ciri lain dari serangan

baketri ini adalah terpat bercak-bercak titik kuning pada bagian insang ikan.

(Gambar3). Perubahan yang terjadi dapat terlihat secara eksternal maupun internal.

Menurut Kvitt dan Colorni (2004) gejala klinis maupun lesio patologi akan

berbeda-beda untuk setiap spesies pathogen. Hal ini sangat berkaitan dengan

kemampuan agen pathogen dalam memproduksi enzim, toksin, dan juga

kemampuan dalam mengatasi system imun inang (Russo et al., 2006).

Gambar 2. Infeksi Flavobacterium columnare pada ikan nila

(https://aquaculture-fisheris.pulsus.conference.com/)

F. columnare merupakan bakteri yang dapat muncul pada saat kondisi ikan stress

dan menyebabkan penyakit columnaris pada ikan. Kondisi stress ini dapat

diakibatkan karena menurunnya kadar oksigen, meningkatnya kadar

Page 9: Hapsari Bakteri nila

9

karbondioksida, kadar ammonia maupun kadar nitrit dalam airserta perubahan suhu

air yang ekstrem. Penanganan ikan yang salah juga menjadi penyebab ikan stress

yang mengakibatkan luka pada tubuh ikan sebagai salah satu pemicu tersebarnya

penyakit melalui gesekan yang dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

(Durborow, 1998).

2.3 Pseudomonas aeruginosa

Bakteri Pseudomonas sp memiliki karakteristik seperti Gram negatif, berbentuk

batang (rods) atau kokus (coccus), aerob obligat, motil mempunyai flagel polar.

Bakteri ini oksidase positif, katalase positif, nonfermenter dan tumbuh dengan baik

pada suhu 4o C atau dibawah 43 oC. Bakteri genus ini memproduksi beberapa

enzim seperti protease, amilase, dan lipase. Selain itu bakteri Pseudomonas juga

dapat menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas

amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana (Suyono dan Farid,

2011).

Bakteri Pseudomonas sp senang hidup di lingkungan yang bersuhu antara 15 -

30 oC. (Kordi,2004). Bakteri Pseudomonas sp mempunyai batas-batas pH tertentu

untuk pertumbuhannya. Bakteri Pseudomonas sp pH 5,3-9,7 umumnya

berkembang dengan baik pada pH antara 5,5-9,0 (Kordi, 2004). pH rendah

merupakan keadaan yang optimal bagi berkembang biaknya beberapa jenis bakteri

patogen seperti bakteri Pseudomonas sp dan perubahan pH yang menyolok dapat

menyebabkan ikan menjadi stres

Bakteri Pseudomonas sp merupakan bakteri patogen yang paling dominan

ditemui pada ikan yang mengalami luka atau borok pada badan permukaan ikan

yang sakit. Organ yang paling dominan ditemukan bakteri ini adalah kulit. Lubis

dkk., (2014) menjelaskan bahwa serangan bakteri ini pada kulit meyebabkan kulit

menjadi kesat, timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok,

perut kembung serta terjadi pendarahan pada hati, ginjal dan limfa saat dilakukan

pembedahan (Meirani, 2016) (Gambar 3)

Page 10: Hapsari Bakteri nila

10

Gambar 3. Iinfeksi Pseudomonas sp pada ikan nila (Tohamy, et al . 2015)

Bakteri Pseudomonas sp. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif dan

termasuk golongan bakteri pathogen. Ciri-ciri dari serangan bakteri iini adalah

terdapat bercak merah atau borok dan luka-luka pada permukaan tubuh ikan. Gejala

klinis lain indikasi serangan terserang bakteri Pseudomonas sp. yaitu ikan,

kembung, mata menonjol (exopthalmia), warna tubuh menjadi gelap, timbul

pendarahan, gerak lamban, sirip geripis, warna tubuh pucat, insang dan

permukaan tubuh luka, hemoragik, produksi lendir berlebih, dan sisik lepas

dan kasar serta diikuti hemoragikyang membentuk spot putih dikelilingi zona

merah, dan pendarahan pada organ dalam (Kabata, 1985; Dosim et al., 2013;

Badjoeri, 2008; Azfirman et al., 2003; Mastan, 2013;Hartati et al., 2012; dan Aydin

et al., 1998) pertumbuhan bakteri ini sangat dipengaruhi oleh adanya sumber karbon

yang cukup, suhu yang optimal, dan kondisi pH yang cocok serta kondisi lain yang

mendukung.

2.4 Streptococcosis

Streptococcosis pada ikan merupakan infeksi kumulatif dari beberapa jenis

bakteri dengan gejala penyakit yang hampir sama pada setiaps pesies bakteri dapat

mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat yang terkarakterisasi dari gejala klinis

Page 11: Hapsari Bakteri nila

11

yang nampak adanya exophthalmia (pop-eye) dan meningoencephalitis. Menurut

Toranzo (2009), pada kondisi perairan yang hangat (warm water) Streptococcosis

(menyebabkan kematian pada suhudi atas 150 C) jenis bakteri yang menyerang

adalah Lactococcus garvieae, Streptococcus niae, S. agalactiae, dan S. parauberis.

Agen penyebab penyakit Streptococcosis pada ikan di daerah perairan hangat

seperti di Indonesia

Bakteri Streptococcus sp. adalah penyebab penyakit Streptococcosis atau yang

disebut “syndrome Meningoencephalitis dan Panophthalmitis” dengan gejala

umum seperti: lemah, warna gelap, hilang nafsu makan, disorientasi atau hilang

keseimbangan, uni/bilateral exophthalmia dengan kornea mata berwarna pucat,

pendarahan dan luka pada bagian eksternal. Pada organ internal menunjukkan

gejala adanya ascites, pembengkakan limpa, ginjal, hati, dan organ dalam

lainnya. Spesies yang paling banyak ditemukan menyerang ikan adalah

Streptococcus iniae dan Streptococcus agalactiae. Organ target dari serangan

Streptococcosis adalah otak, mata dan ginjal (Taukhid dan Purwaningsih,

2011 ; Nanik ,2019 ). Ikan yang terinfeksi Streptococcosis menunjukkan gerakan

renang yang tak menentu (erratic), berputar (whirling), pendarahan pada mata,

katarak, exophthalmia(pop-eye), atau terdapat pendarahan di sekitaranus, dan

pangkal sirip. Bagian internal badan mengalami perubahan, bagian otak menjadi

lembek dan berair, serta hati membengkak dan berwarna pucat (Musa et al., 2009 ;

Desy, 2012)

Gambar 4. Infeksi Streptococcosis pada ikan nila (Assis, et al. 2016)

Page 12: Hapsari Bakteri nila

12

BAB 3. KESIMPULAN

1. IKan nila merupakan salah satu ikan produksi yang memiliki prospek yang sangat

baik di kembangkan di Indonesia

2. Infeksi bakteri pathogen pada budidaya ikan nila dapat menimbulkan dampak yang

fatal bagi ikan nila yang dibudidayakan

3. Pencegahan penyakit akibat bakteri dapat dilakukan dengan menjaga parameter

kualitas air budidaya.

Page 13: Hapsari Bakteri nila

13

DAFTAR PUSTAKA

Andi Jumria, Novia Christi Prihartini , dan Alfiyah. 2017. Identifikasi Dan Histopatologi Flavobacterium Columnare Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017 Azhari C, Tumbol RA, Kolopita MEF. 2014. Diagnosa penyakit bakterial pada ikan Nila (Oreocromis niloticus) yang dibudidayakan pada jaring tancap di Danau Tondano. Jurnal Budidaya Perairan. Vol 2 No. 3: 24 – 30. Anshary, H. 2008. Tingkat Infeksi Parasit pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio) pada Beberapa Lokasi Pembudidayaan Ikan Hias di Makasar dan Gowa (Parasitic Infections of Koi Carp Cultured in Makasar and Gowa). J Sains & Teknologi 8 (2) : 139-147 Asniatih., M. Idris dan K. Sabilu. 2013. Studi Histopatologi Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila). J. Mina Laut Indonesia., 3(12): 13-21. Austin B. and Austin D. A. 1999. Bacterial Fish Pathogens: Disease of Farmed and Wild Fish, Heriot-Watt University, Edinburgh, UK aydin, S., Ciltas, A., and Erman, Z. 1998. Pseudomonas putida Infections in Scattered Mirror Carp (Cyprinus carpio L.) and Gold Fish (Carassius auratus L.).Symposium Azfirman, Sosiawan, H., Oktavia, V., dan Zulkifli. 2003. Patogenitas Kuman Pseudomonassp. dan Aeromonassp. terhadap Ikan Air Tawar di Propinsi Sumatera Barat. Buletin vol 5. Badjoeri, M. 2008. Identifikasi Bakteri Patogen pada Sistem Karamba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau, Sumatra Barat. 34 (2) 169-184. ISSN 0125-9830. Bernardet J.F, Bowman J.P: The genus Flavobacterium. 2006. In The Prokaryotes: A Handbook on the Biology of Bacteria: Volume 7: Proteobacteria: Delta and Epsilon Subclasses. Deeply Rooting Bacteria. Edited by Dworkin M, Falkow S. New York: Springer Science+Business Media, LLC. P.481–531. Cipriano, R.C. 2001. Aeromonas hydrophila and Motil Aeromonas Septicemia of Fish. United States Departement of The Interior Fish and Wild Life Service Division Of Fisheries Research, Washington DC, Desy Sugiani, Sukenda, Enang Harris, Dan Angela Mariana Lusiastuti. 2012. Streptococcus Agalactiae Dengan Aeromonas Hydrophila terhadap Gambaran Hematologi Dan histopatologi Ikan Tilapia (Oreochromis Niloticus). J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012

Page 14: Hapsari Bakteri nila

14

Dosim, Hardi, E., dan Agustina. 2013. Efek Penginjeksian Produk Intraseluler (ICP) dan Ekstraseluler (ECP) Bakteri Pseudomonas sp. terhadap Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal 19(1). Durborow, R. M., Thune R. L., Hawke J. P., and Camus A. C. 1998. Columnaris disease: a bacterial infection caused by Flavobacterium columnare. Publication 479, Aquaculture Center, Stoneville, Mich, USA. Effendi, H. 1993. Mengenal Beberapa Jenis Koi. Kanisius. Yogyakarta. 88 hal Fadri, S., Z.A. Muchlisin, Sugito. 2016. Pertumbuhan, kelangsungan hidup dan daya cerna pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mengandung tepung daun jaloh (Salixtetrasperma roxb) dengan penambahan probiotik EM-4. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(2): 210-221. Hartati, W., Helmizuryani, dan Suwardi. 2012. Pathogenisitas Bakteri Pseudomonas anguillisepticapada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Abstrak. 1-1. ISSN 2301-4172 Huys, G., P. kampfer., M.J. Albert., I. Kuhn., R. Denys and J. Swings. 2002. Aeromonas hydrophila subsp Isolated From Children With Diaerrhoea in Bangladesh. International J. of Systematis and Evolutionary Microbiology., 52: 705-712 Jeney, Z. and Jeney, G., 1995. Recent achievements in studies on diseases of Common carp (Cyprinus carpio). Aquaculture, 129 (1-4): 397-420 Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and Francis. London and Philadelphia Kordi, M. G. H. K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta : Bina Adiaksara dan Rineka Cipta Liviawaty, Evi. 1990. Mas Koki Budidaya dan Pemasarannya. Kanisius. Yogyakarta Mangunwardoyo, W., R. Ismayasari., dan E. Riani. 2009. Aktivitas Kitinase, Lesitinase, dan Hemosilin Isolat dari Bakteri Ikan Nila (Oreochromis niloticus Lin.) Yang Dikultur dalam Karamba Jaring Apung Waduk Jatiluhur, Purwakarta. J. Riset Akuakultur., 4(2): 257-265 Mastan, S. 2013. Pseudomonas Septicemia in Labeo rohita (Ham) and Cyprinus carpio (Linn.) in Andhra Pradesh-Natural Occurrence and Artificial Challenge. Journal 5

Page 15: Hapsari Bakteri nila

15

Meirani Ritonga, D. Suryanto, Yunasfi. 2016. Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen Yang Menginfeksi Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Di Kolam Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Musa, N., Wei, L.S., Hamdan, R., Leong, L.K., Wee,W., Amal, M.N., Kutty, B.M., & Abdullah, S.Z.2009. Streptococcosis in red hybrid tila-pia (Oreochromis niloticus) commercialfarms in Malaysia. Short Communication.Aquaculture Research, 40: 630-632. Nanik Ning Rahayu, Prayogo , Mohammad Faizal Ulkhaq , Hapsari Kenconojati Muhammad Hanif Azhar. 2019. Identifikasi Bakteri pada Komoditas Ikan Air Tawar di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya I. Journal of Aquaculture Science Oktober 2019 vol 4 (2): 102-110 ISSN : 2550-0910 102 Purbani, E. 1995. Gradasi Warna Koi. Trubus 305. Th XXVI. Jakarta Putra, I., Setiyanto, D. D, Wahyuningrum, D. 2011. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam sistem resirkulasi. Jurnal perikanan dan kelautan. 16 (1) : 56-63. Suyono,Y dan F. Salahudin. 2011. Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri Pseudomonas pada Tanah yang Terindikasi Terkontaminasi Logam. Jurnal Biopropal Industri . 01(02) :1-2 Yanti, Z., Z. Muchlisin dan Sugito. 2013. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis niloticus ) pada beberapa konsentrasi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma) dalam pakan. Depik, 2(1): 16-19. Taukhid dan U. Purwaningsih. 2011. Penapisan Isolat Bakteri Streptococcus spp. Sebagai Kandidat Antigen dalam Pembuatan Vaksin, serta Efikasinya untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan Nila (Orechromis niloticus). Jurnal Riset Akuakultur, 6 (1) : 103-118. Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, Wulan Andiyani, Rosidah, dan Sriati. 2010. Induksi Kekebalan Spesifik Pada Ikan Mas, Cyprinus Carpio Linn. Terhadap Infeksi Koi Herpesvirus (Khv) Melalui Teknik Kohabitasi Terkontrol. J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.2 Tahun 2010: 257-27

Page 16: Hapsari Bakteri nila

16