33
TAKSONOMI HEWAN ENDEMIK Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) Angela Utami Pratiwi 153112620120067 Program Studi S1 Biologi Jurusan Biologi Medik Universitas Nasional

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hewan Endemik

Citation preview

Page 1: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

TAKSONOMI

HEWAN ENDEMIK

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)

Angela Utami Pratiwi

153112620120067

Program Studi S1 Biologi

Jurusan Biologi Medik

Universitas Nasional

2015

Page 2: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Endemisme dalam ilmu ekologi adalah sebuah gejala yang dialami oleh

organisme untuk menjadi unik dan khas pada suatu lokasi geografi tertentu

misalnya pulau, negara, atau zona ekologi tertentu. Suatu organisme

dikatakan endemik apabila hanya ditemukan di suatu tempat dan tidak

ditemukan di pulau lain. Banyak faktor dapat menyebabkan suatu

organisme menjadi endemik, antara lain factor fisik, iklim dan biologis.

Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat endemik yang

sangat tinggi. Salah satu hewan endemik itu adalah Harimau Sumatera

(Panthera tigris sumatrae).

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satu dari enam

sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan

termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically

endangered)

Berdasarkan data tahun 2004, jumlah populasi harimau Sumatera di

alam bebas hanya sekitar 400 ekor saja. Sebagai predator utama dalam

rantai makanan, harimau mempertahankan populasi mangsa liar yang ada

di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan

vegetasi yang mereka makan dapat terjaga (www.wwf.or.id)

Harimau Sumatera menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan

hidup: mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi dan

terancam oleh perdagangan illegal dimana bagian-bagian tubuhnya

diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan

tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi. Harimau Sumatera hanya dapat

ditemukan di pulau Sumatera, Indonesia.

Page 3: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman

purba yang dikenal sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir

zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun yang lalu semasa zaman

dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The Natural History of Wild

Cats”).  Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di China dan

Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia

Tengah di barat dan barat daya menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi

bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan barat, dan

seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia,  sebagiannya lagi

terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987).

Harimau Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut

meningkat pada 6.000 hingga 12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah

mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa

subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan subspisies harimau

lainnya dan sangat mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila

berhasil lestari.

Perlu diketahui, terdapat 9 subspesies harimau yang tiga diantaranya

telah dinyatakan punah. Kesembilan subspisies harimau tersebut adalah:

1. Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) terdapat di

Malaysia, Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.

2. Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) Bangladesh, Bhutan, China, India,

dan Nepal.

3. Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) China.

4. Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) dikenal juga sebagai Amur,

Ussuri, Harimau Timur Laut China, atau harimau Manchuria. Terdapat

di China, Korea Utara, dan Asia Tengah di Rusia.

5. Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terdapat hanya di pulau

Sumatera, Indonesia.

6. Harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) terdapat di semenanjung

Malaysia.

7. Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) telah punah sekitar tahun

1950an. Harimau Caspian ini terdapat di Afganistan, Iran, Mongolia,

Turki, dan Rusia.

Page 4: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

8. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah sekitar tahun 1972.

Harimau Jawa terdapat di pulau Jawa, Indonesia.

9. Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang telah punah sekitar tahun

1937. Harimau Bali terdapat di pulau Bali,  Indonesia.

Page 5: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. DASAR TEORI

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Carnivora

Famili: Felidae

Genus: Panthera

Spesies: Panthera tigris

Upaspesies: Panthera tigris sumatrae

2. Ciri-Ciri Fisik

Identitas Harimau Sumatra secara fisik dapat dikenali dari warna

dan bentuk tubuhnya. Selain berwarna lebih gelap dengan pola hitam

yang dominan dibandingkan harimau lainnya, Panthera tigris

sumatrae memiliki tekstur belang yang tipis. Janggutnya ditumbuhi

banyak rambut.

Harimau Sumatra memiliki tubuh yang relatif paling kecil

dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini.

Harimau Sumatra betina memiliki bobot sekitar 200 pound atau

Page 6: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

setara dengan 91 kg dengan panjang 78 inci atau 198 cm, sementara

Harimau Sumatra jantan lebih berat dengan bobot 300 pound atau

140kg dengan ukuran rata-rata 92 inci atau 250 cm dari kepala ke

bagian kaki. Uniknya, bulu kawanan betina akan berubah menjadi

hijau gelap kala melahirkan. Keunggulan lainnya adalah fauna buas

ini mempunyai mata dan telinga yang sangat tajam. Ini sangat

berperan dalam membantu kehidupan mereka yang berkembang di

alam hutan liar.

3. Habitat

Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing

besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah

sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak

terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman

nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang

untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang

dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau sumatera

mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya

seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan

hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian

dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas

pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin

sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah

yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh

dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau

akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.

Harimau bukan jenis satwa yang biasa tinggal berkelompok

melainkan jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian besar

waktunya hidup menyendiri, kecuali selama musim kawin atau

memelihara anak. Home range untuk seekor harimau betina adalah

sekitar 20 km2 sedangkan untuk harimau jantan sekitar 60 – 100 km2.

Tetapi angka tersebut bukan merupakan ketentuan yang pasti,

Page 7: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

karena dalam menentukan teritorinya juga dipengaruhi oleh keadaan

geografi tanah dan banyaknya mangsa di daerah tersebut. Biasanya

daerah teritori harimau jantan 3 – 4 kali lebih luas dibandingkan

harimau betina. Sebagai contoh, seperti di Way Kambas dalam 100

km2 hanya di dihuni oleh 3 - 5 ekor harimau. Di Sumatera Utara

sendiri, Harimau Sumatera terdapat di Taman Nasional Batang

Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. Namun selain di kawasan

konservasi tersebut, satwa ini juga terdapat di Suaka Margasatwa

Barumun yang berada di Kabupaten Padang Lawas dan Padang

Lawas Utara. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh

Sumatera Rainforest Institute (SRI) dan BIOPALAS-USU, diperoleh

informasi dari masyarakat bahwa di kawasan ini masih sering terlihat

keberadaan Harimau Sumatera, baik itu berupa jejak maupun sisa-

sisa pakan yang ditinggalkannya. Pada beberapa desa, seperti Desa

Ulu Aer Kecamatan Sosopan, Desa Simardona dan Desa Bonan

Dolok Kecamatan Batang Onang masih sering terlihat Harimau

Sumatera yang melintas di kawasan desa tersebut. Diperkirakan

jumlah Harimau Sumatera yang terdapat di kawasan hutan

konservasi tersebut tidak lebih dari 20 ekor.

4. Siklus Hidup

Harimau Sumatra dapat berkembang biak kapan saja. Harimau

Sumatra tidak membutuhkan waktu khusus untuk masa reproduksi.

Demi melahirkan generasi baru, Harimau Sumatra betina

memerlukan waktu selama 103 hari dan biasanya melahirkan 2 atau

3 ekor anak sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Indera penglihatan

anak harimau berfungsi pada hari ke sepuluh setelah hari

kelahirannya, meskipun di kebun binatang pernah tercatat ada anak

harimau yang lahir dengan mata terbuka.

Selama 8 minggu pertama harimau-harimau junior tersebut hanya

meminum air susu induknya dan baru akan mengkonsumsi makanan

padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak

Page 8: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan

belajar berburu pada usia 6 bulan. Menginjak usia 18 bulan, mereka

sudah berani berburu tanpa didampingi induknya, dan pada umur 2

tahun anak harimau dapat berdiri sendiri atau mandiri. Harimau

Sumatra dapat bertahan hidup dalam kurun 15 hingga 20 tahun di

alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

5. Cara Bertahan Hidup

Menjadi yang terkecil dalam jenisnya, bukan berarti membuat

Harimau Sumatra atau Panthera tigris sumatrae mudah untuk

ditaklukkan. Hewan ini merupakan jenis yang pandai berenang di

dalam air. Hal ini turut didukung oleh selaput yang terdapat di sela-

sela jari kakinya. Bahkan, penduduk kadang menjuluki mereka

dengan istilah “kucing air”. Mereka juga mampu memanjat pohon

demi mengejar mangsanya.

Tidak hanya itu, Harimau Sumatra juga dapat menyesuaikan diri

dengan segala kondisi, baik itu di dataran rendah ataupun dataran

tinggi. Luas kawasan perburuan harimau sumatera tidak diketahui

dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor harimau sumatera

dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di

kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal

(tidak diburu oleh manusia).

6. Makanan

Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau

mempertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah

pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan

vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Harimau Sumatra

termasuk dalam kategori hewan soliter yang mengejar mangsanya

pada malam hari. Sebelumnya, target buruannya itu diintai terlebih

dahulu sebelum menerkam dan menyantapnya. Hewan seperti babi,

kijang, rusa, unggas, ikan, dan orang utan adalah sederet jenis

Page 9: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

hewan yang menjadi target buruan Harimau Sumatra. Di samping

menyantap hewan lainnya, ternyata kawanan harimau ini juga

menggemari buah durian.

7. Reproduksi

Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan

adalah sekitar 102-110 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2

atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Ada

kalanya bisa mencapai 7 ekor sekaligus sekali melahirkan. Tetapi

dari jumlah tersebut, yang mampu bertahan hidup sampai dewasa

hanya sekitar dua sampai tiga ekor saja. Mata anak harimau baru

terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun

binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau

hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis

itu mereka dapat

mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5

atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada

umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka

dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun

anak harimau dapat berdiri sendiri.

Harimau betina selama hidupnya dapat melahirkan anak dengan

jumlah total sampai 30 ekor, dan setiap tahun dapat melahirkan anak.

Jarak antar kelahiran kurang lebih 22 bulan, atau 2–3 tahun, tetapi

dapat lebih cepat bila anaknya mati. Harimau Sumatra dapat hidup

selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

8. Ancaman

Senada dengan kondisi hewan endemik pada umumnya, populasi

Harimau Sumatra kian menurun. Harimau Sumatra menghadapi dua

jenis ancaman untuk bertahan hidup: mereka kehilangan habitat

karena tingginya laju deforestasi dan terancam oleh perdagangan

illegal dimana bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan

Page 10: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan,

jimat dan dekorasi.

Perburuan, pembebasan lahan hutan, dan aktivitas ekonomi

lainnya mengganggu keseimbangan habitat mereka. Penangkapan

babi dan rusa yang kerap dilakukan masyarakat juga merusak sistem

rantai makanan para hewan di dalam hutan. Apalagi, dalam satu

tahun setidaknya Harimau Sumatra membutuhkan 50 ekor babi

sebagai makanannya. Berkurangnya jumlah hewan yang menjadi

target mangsanya, tentu sangat mempengaruhi kelangsungan hidup

mereka.

Banyaknya peminat barang-barang yang terbuat dari kulit

Harimau asli pun menjadi salah satu ancaman yang sulit dihindari

sekalipun telah diatur dalam UU pasal 21 nomor 5 tahun 1990 poin

(d) yang berbunyi “setiap orang dilarang untuk memperniagakan,

menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa

yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian

satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia

ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia”. Bagi yang melanggar

hukum ini dijatuhi sanksi pidana maksimal 5 tahun kurungan dan

maksimum denda sebesar Rp. 100 juta. Sayangnya, hingga kini

ketegasan hukum yang telah disahkan ini tetap tidak mampu

menghentikan perburuan terhadap Harimau Sumatra di Pulau

Sumatra.

Page 11: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

BAB III

HARIMAU SUMATERA

A. HUBUNGAN MANUSIA DAN HARIMAU

Belum adanya peraturan dan ketentuan tentang penetapan status

harimau bermasalah serta belum adanya prosedur penanganan terhadap

harimau bermasalah telah menyebabkan keragaman dalam penetapan dan

penangana harimau bermasalah. Sebagian masyarakat melakukan tindakan

sendiri dan tidak memperhatikan kaidah konservasi, yaitu dengan cara

melakukan penangkapan dengan jerat bahkan sampai pada pembunuhan

terhadap satwa tersebut.

Pembukaan areal hutan dan konversi hutan alam telah

menyebabkan:

1. Menurunnya kwantitas, kwalitas dan daya dukung habitat terhadap

harimau sumatera.

2. Menurunnya populasi dan jenis satwa mangsa harimau seperti

rusa, babi hutan, kera dll oleh karena beralih tempat, mengungsi ke tempat

yang lebih baik dan karena mati.

3. Tempat berlindung dan membesarkan anak menjadi hilang.

4. Teritorial harimau sumatera menjadi berubah. Keadaan tersebut

telah menekan harimau sumatera untuk mencari teritorial baru dan masuk

ke pemukiman untuk mencari mangsa, sehingga telah menyebabkan konflik

antara harimau dengan manusia. Dalam kurun waktu 1996 – 2004 lebih dari

152 kasus konflik harimau dengan masyarakat yang mengakibatkan banyak

manusia yang kehilangan nyawa, puluhan orang luka-luka dan ratusan

ternak milik masyarakat yang tinggal di desa dimangsa oleh Harimau

Sumatera ini.

Page 12: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

B. KETERKAITAN MANUSIA TERHADAP KELANGKAAN HARIMAU

SUMATERA

Diantara semua faktor – faktor penyebab terjadinya kelangkaan

populasi Harimau Sumatera sebagian besar adalah karena ulah manusia.

Perwakilan `world bank` (pada saat kampanye “The Year of Tiger 2010”),

Erwinsyah mengatakan, ancaman terbesar terhadap kelestarian harimau

karena aktivitas manusia, terutama alih fungsi kawasan hutan untuk tujuan

pembangunan seperti perkebunan, pertambangan, perluasan permukiman,

transmigrasi dan pembangunan infrastruktur lainnya. Selain mengakibatkan

fregmentasi habitat, berbagai aktivitas tersebut juga sering memicu konflik

antara harimau dengan manusia. Beberapa contoh tindakan manusia yang

memicu terjadinya pemurunan jumlah Harimau Sumatera dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Pembakaran Hutan (Forest Fire)

Pembakaran hutan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Banyak masyarakat yang sengaja membakar hutan yang mana

sebagai habitat binatang liar (termasuk Harimau Sumatera) untuk

lahan tersebut dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan atau

pertanian. Tentu dengan terganggunya habitatnya, Harimau

Sumatera ini akan kesulitan dalam hal mencari tempat tinggal untuk

keberlangsungan hidupnya.

2. Penebangan liar ( Illegal Loging )

Tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab karena melakukan

penebangan liar tanpa memperdukilan keseimbangan ekosistem

lingkungan. Hal ini mengakibatkan habitat dan tempat mencari

makanan Harimau Sumatera juga semakin menyempit. Tentu ini

mempengaruhi keberlangsungan hidup binatang tersebut.

3. Perburuan Liar (Illegal Hunting)

Banyak manusia – manusia yang belum sadar akan pentingnya

menjaga pelestarian kekayaan yang dimiliki oleh alam ini. Banyaknya

manusia yang melakukan perburuan liar terhadap Harimau Sumatera

Page 13: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

ini untuk keuntungan semata tanpa memperdulikan keseimbangan

lingkungan. Padahal sudah jelas bahwa binatang ini merupakan

binatang langka yang dilindungi saat ini. Mereka lebih memilih

berburu Harimau Sumatera demi berbagai alasan keuntungan

seperti:

dagingnya untuk dijual untuk dimakan

kulitnya dijual untuk biasanya digunakan sebagai hiasan dan

pajangan

tulang dijual untuk biasanya digunakan sebagai bahan obat-

obatan tradisonal Cina

kumis dijual untuk biasanya digunakan sebagai hiasan Kumis

Harimau Sumatera ini bisa dijual hinggaseharga Rp100-300 ribu

perhelainya.

kuku dijual untuk biada digunakan debagai pajangan / hiasan

ataupun liontin

taring dijual untuk biasanya dibuat sebagai liontin. Taring Harimau

Sumatera ini bisa dijual hingga Rp1,5 juta perbuah

kemaluan harimau jantan Kemaluan Harimau Sumatera ini bisa

dijual ke penampungnya dengan harga kisaran Rp10 juta.

Biasanya bagian tubuh harimau itu dibeli karena konsumen

tertarik dengan sugesti. Yakni katanya dipercaya bisa menambah

vitalitas pria

Page 14: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

C. Penegakkan hukum yang lemah

Penegakkan hukum masih lemah terhadap para pelaku pemburu dan

pembunuh Harimau Sumatera ini. Sejak 1998 hingga 2009, terdata 46

ekor harimau ditemukan mati akibat konflik dengan manusia dan

perburuan. Dapat dikatakan bahwa sekitar tujuh ekor harimau mati di

Riau setiap tahun.

Ternyata dari puluhan kasus tersebut, hanya tiga kasus saja yang

berlanjut hingga di meja pengadilan yakni pada 2001, 2004 dan 2009.

Sangat disayangkan pengadilan belum memberi efek jera karena

vonisnya cuma penjara selama setahun untuk semua pelaku tersebut.

Akibatnya hal ini membuat para pelaku lainnya tetap melakukan

perburuan terhadap harimau Sumatra. Kabarnya mereka menggunakan

jaringan antarprovinsi yang terjalin sangat rapi dan sulit dilacak.

Hal yang sangat memprihatinkan adalah ternyata jaringan

perdagangan itu kerap dilindungi oleh oknum pemerintah hingga

pemodal besar yang bermuara ke Singapura dan Malaysia.

Diperkirakan setidaknya ada 24 pemburu harimau aktif yang

menyalurkan hasil buruan ke 34 penampung dari yang kecil hingga

penampung besar di Singapura dan Malaysia. Di Pekanbaru, disinyalir

sedikitnya ada sembilan toko emas dan dua toko obat cina yang menjual

bagian tubuh harimau dengan leluasa.

D. PENYEBAB KELANGKAAN JUMLAH HARIMAU SUMATERA

Menurunnya populasi harimau Sumatera di alam disebabkan oleh

banyak faktor yang saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.

Menurut Direktorat Jederal PHKA (Direktur Jenderal Perlindungan

Hutan dan Konservasi Alam), faktor-faktor penyebab penurunan populasi

Harimau Sumatera diantaranya adalah:

Informasi dan pengetahuan di bidang bio-ekologi harimau

sumatera masih terbatas.

Page 15: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

Menurunnya kwalitas dan kwantitas habitat harimau sumatera

akibat konversi hutan, eksploitasi hutan, penebangan liar,

perambahan hutan, kebakaran hutan dan lain-lain

Fragmentasi Habitat akibat Perencanaan Tata Guna Lahan

dan penggunaan lahan dan hutan yang kurang memperhatikan

aspek-aspek konservasi satwa liar khususnya harimau

sumatera.

Kematian harimau sumatera secara langsung sebagai akibat

dari perburuan untuk kepentingan ekonomi, estetika,

pengobatan tradisional, magis, olahraga dan hobby serta

mempertahankan diri karena terjadinya konflik antara harimau

dengan masyarakat.

Penangkapan dan pemindahan harimau sumatera dari habitat

alami ke lembaga konservasi eksitu karena adanya konflik

atau kebutuhan lain.

Menurunnya populasi satwa mangsa harimau karena

berpindah tempat maupun diburu oleh masyarakat.

Rendahnya unsur-unsur management pengelola konservasi

harimau sumatera.

Rendahnya kesadaran masyarakat dalam konservasi alam

dan rendahnya penegakan hukum dibidang “Wildlife Crime”

telah pula mempercepat penurunan populasi harimau

sumatera di alam.

E. UPAYA PENYELAMATAN DAN KONSERVASI HARIMAU

SUMATERA

Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) di

habitat alaminya secara menyeluruh belum diketahui secara tepat,

namun dapat dipastikan bahwa populasinya saat ini sudah dalam

kondisi sangat kritis. Tahun 1994 diperkirakan populasi harimau

sumatera yang hidup liar hanya 500-600 ekor saja dan itupun hidup

Page 16: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

tersebar dalam populasi-populasi kecil di Dalam Kawasan Konservasi

dan di Luar Kawasan Konservasi. Sementara itu Direktorat Jederal

PHKA memeperkirakan setiap tahunnya 30 ekor harimau sumatera

mati akibat perburuan. Kondisi seperti ini apabila tidak ditangani

secara serius dan intensif dapat dipastikan bahwa populasi harimau

sumatera di alam akan menurun secara cepat dan dalam waktu yang

tidak lama akan punah seperti yang telah terjadi pada harimau Bali,

Kaspia dan harimau Jawa yang sudah dianggap punah.

Untuk mencegah terjadinya kepunahan harimau sumatera dan

memulihkan kembali populasi-populasi harimau yang berada pada

tingkat tidak sehat ke tingkat populasi sehat diperlukan tindakan yang

secara simultan dapat mengatasi faktor-faktor penyebab kepunahan

harimau sumatera tersebut di atas.

a.) Peran Serta Pemerintah Peran yang dilakukan pemerintah

dalam mengatasi kelangkaan Haimau Sumatera ini diantaranya

dengan mengeluarkan uu maupun peraturan yang menyangkut

Harimau Sumatera, seperti : 1. UU No5 tahun 1990, yakni tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAHE)

2. PP No. 7 Tahun 1999, yakni menyatakan Harimau Sumatera

termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang

b.) Peran Serta Pejabat / Badan yang Berwenang Kegiatan

Konservasi Harimau Sumatera telah dimulai pada tahun 1995,

awalnya hanya ada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang

bernama Sumatran Tiger Project (STP) selanjutnya kegiatan

dikembangkan menjadi Program Konservasi Harimau Sumatera

(PKHS) yang mempunyai kegiatan di tiga wilayah utama.

Kegiatan tersebut, yaitu:

1). Taman Nasional Way Kambas (Propinsi Lampung);

2). Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Propinsi Riau-Jambi); dan

3). Kawasan Konservasi Harimau Senepis Buluhala (Propinsi

Riau). Secara umum kegiatan dikelompokkan menjadi:

a). Monitoring harimau sumatera liar jangka panjang;

Page 17: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

b). Penanganan konflik manusia-harimau;

c). Tiger Protection Unit (TPU); dan

d). Pemberdayaan masyarakat lokal.

Program ini telah selesai pada Januari 2007, kemudian untuk

melanjutkan kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka konservasi

harimau sumatera tersebut maka dibentuk Yayasan Penyelamatan

dan Konservasi Harimau Sumatera (Yayasan PKHS). Pada tanggal 29

Juni 2007, Yayasan ini telah menandatangani MoU dengan Sumatran

Tiger Trust dan Wildlife Protection Foundation yang akan mendanai

kegiatan lapangan dimasa yang akan datang. Sedangkan untuk

pelaksanaan kegiatan, Yayasan PKHS bekerjasama dengan instansi

terkait.

- Sumatera Tiger Concervation Program Sebagai bentuk

Kerjasama antara Departemen Kehutanan dengan The Tiger

Foundation Canada dan Sumatran Tiger Trust Inggris berupaya untuk

mengembangkan program konservasi harimau sumatera yang secara

komprehensip dapat mengatasi faktor-faktor penyebab menurunnya

populasi harimau sumatera. Upaya konservasi yang dilaksanakan

oleh Program Konservasi Harimau sumatera di antaranya adalah:

1. Melakukan studi bioekologi harimau sumatera.

2. Melakukan perluasan habitat harimau sumatera yang berada

diluar kawasan konservasi sebagai kawasan yang dilindungi untuk

konservasi harimau sumatera.

3. Meningkatkan kegiatan perlindungan harimau sumatera dan

habitatnya.

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan konservasi alam

dan meningkatkan kwalitas penegakan hukum dibidang ”Wildlife

Crime”

5. Meningkatkan kwalitas penanganan konflik antara harimau

dengan masyarakat yang dapat menjamin kelesatrian harimau

sumatera.

Page 18: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

6. Monitoring populasi harimau sumatera dihabitat alaminya

dalam jangka panjang.

7. Meningkatan kwalitas sumber daya manusia dan kerjasama

pengelolaan antara seluruh institusi yang berkepentingan terhadap

kelestarian harimau sumatera.

8. Mengembangan Strategi Konservasi Harimau Sumatera di

Masa Depan

- Monitoring Harimau Sumatera Liar Jangka Panjang

-Konsevasi Oleh Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau

Sumatera (Yayasan PKHS)

Yayasan PKHS mempunyai Program yang dinamakan

Program Penyelamatan dan

Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) bertujuan :

1. Mendukung Departemen Kehutanan khususnya dalam rangka

konservasi harimau sumatera hewan mangsa dan habitat

alaminya

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran

masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar dan dalam kawasan

konservasi

3. Mendorong pembangunan, penggunaan dan pemanfaatan hasil

hutan yang lebih memperhatikan kelestarian kehidupan alami.

Saat ini beberapa lokasi yang menjadi pusat kegiatan

lapangan PKHS antara lain: TN. Way Kambas di Lampung, TN.

Bukit Tigapuluh di Propinsi Jambi-Riau, dan Kawasan Konservasi

Harimau Senepis di Dumai propinsi Riau.

Page 19: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

Di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, beberapa kegiatan

yang telah dan terus dilakukan

oleh PKHS adalah:

1. Survei Dan Monitoring Harimau Sumatera Dan Hewan

Mangsanya dengan Menggunakan Kamera Infra Merah.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui distribusi,

perbandingan jenis kelamin dan ekologi harimau sumatera untuk

mengetahui jenis-jenis satwa liar yang terdapat di dalam kawasan

taman nasional ini

Hasil Kamera Infra Merah

Selama memasang kamera infra merah di TN. Bukit Tigapuluh

telah terphoto 29 jenis satwa liar yang sudah diidentifikasi, mulai

dari Mammalia, Reftillia, Aves juga hewan Avertebrata seperti

kupu-kupu. Untuk Harimau Sumatera telah terphoto 7 ekor

dengan perbandingan 3 betina dan 4 jantan.

2. Tiger Protection Unit (TPU)

Anggota TPU ini berasal dari masyarakat yang bertempat

tinggal disekitar taman nasional bukit tigapuluh dengan ketua unit

adalah jagawana Taman Nasional Bukti Tigapuluh. Dalam satu

tim TPU terdiri dari 3 orang masyarakat dan 1 orang polhut, tim ini

juga untuk membantu menutupi kekurangan staf polhut pada

suatu kawasan. Sebelum melakukan tugas survey atau patroli,

anggota TPU menjalani pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan

bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental anggota TPU

dalam menjalankan tugas di hutan. Materi pelatihan antara lain:

Page 20: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

Navigasi darat (Peta, Kompas, GPS), penyergapan dan

pengamanan barang bukti, pembuatan laporan dasar, P3K serta

pengenalan teknik-teknik survei dan patroli.

Survei dan Patroli Survei dilakukan untuk mengumpulkan

informasi tentang satwa, habitat serta ancaman yang terjadi;

sedangkan patroli dilakukan untuk mengurangi ancaman bagi

satwa liar dan habitatnya.

Survei Sebelum melakukan survei, maka dilakukan pengenalan

peta terlebih dahulu. Hal ini penting untuk menentukan arah

rute perjalanan survei. Dalam pelaksanaannya anggota TPU

mencatat semua temuan yang di dapat saat melakukan

kegiatan lapangan. Temuan tersebut antara lain berupa tanda

sekunder satwa liar (jejak, feses, sisa makanan), ancaman

(seperti jerat, ilegal loging) juga pembukaan lahan.

Patroli dan Operasi Gabungan Patroli bertujuan untuk mencari

dan meminimalkan gangguan terhadap harimau sumatera,

hewan mangsa dan habitatnya. Operasi gabungan dilakukan

bersama-sama dengan jagawana taman nasional dan pihak

kepolisian. Beberapa operasi gabungan yang pernah

dilaksanakan antara lain bersama dengan Polres Tebo dan

Polres Indragiri Hulu.

Sosialisasi dan Penyuluhan Tujuan untuk meyakinkan

masyarakat bahwa mereka perlu untuk ikut menjaga kelestarian

taman nasional dari aktifitas yang merusak atau dari orang luar.

Sampai saat ini masyarakat dusun Suit telah pernah

menangkap 6 (enam) orang pencuri gaharu dari Lubuk Jambi;

Pencuri gaharu diberi peringatan dan diusir keluar kawasan dan

barang bukti dibakar. Jika pengamanan oleh masyarakat

pedalaman ini dapat berjalan, maka besar Kemungkinan

Taman Nasional Bukit Tigapuluh akan lestari.

Page 21: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

F. Intelijen Perburuan Harimau Sumatera dan Penegakan Hukum

a. Intelijen

Untuk mengetahui perburuan dan perdagangan ilegal

harimau sumatera dilakukan kegiatan intelijen disekitar taman

nasional bukit tigapuluh. Sampai saat ini telah diketahui 7

penampung bagian tubuh harimau (termasuk 2 yang pernah

ditangkap dan dijatuhi hukuman) dan 45 pelaku perburuan

(termasuk 3 yang pernah ditangkap dan dijatuhi hukuman), serta

319 ekor harimau yang telah mati diburu dari tahun 1972-2004. (2

diantaranya dari dalam TNBT dan pelaku sudah ditangkap dan

dihukum).

b.Penegakan Hukum

Dalam kasus ini telah ditangkap 6 orang pelaku yang terdiri

mulai dari pelaku pembunuhan, perantara, pembeli 1, pembeli 2,

pembeli 3, dan telah dijatuhi hukuman 1-1 tahun 6 bulan oleh

pengadilan negeri rengat.

c. Peran Serta Masyarakat

Untuk mencegah kepunahan Harimau Sumatera ini juga

diperlukan peran aktif masyarakat untuk melaporkan keberadaan

Harimau Sumatera yang mungkin saja berkeliaran karena

habitatnya yang semakin mengecil. Masyarakat juga perlu

melaporkan adanya perburuan liar oleh oknum-oknum tertentu

terhadap Harimau Sumatera.

Page 22: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

BAB IV

KESIMPULAN

Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di

Pulau Sumatra di Indonesia dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis

yang terancam punah (critically endangered).

Jumlah Harimau Sumatera saat ini sekitar 300 an ekor. Faktor

penyebab kelangkaan populasi Harimau Sumatera ini, sebagian besar

dilarenakan oleh manusia, bail karena illegal logging, hunting logging,

maupun forest fire.

Untuk mengatasi kelangkaan ini, semua masyarakat harus ikut

serta, baik pemerintah, aparat hukum/keamanan, maupun masyarakat.

Pemerintah harus kebih mengoptimalkan perannya lagi dalam menjaga

kelestarian Harimau Sumatera ini, baik melalui revisi uu yang lebih

efisien agar lebih optimal dalam perlindungan binatang ini, maupun

memperberat sanksi bagi pelanggar. Aparat hukum harus bertindak

tegas terhadap pelanggar UU tentang Harimau Sumatera ini, dan jangan

mau disogok. Masyarakat harus melaporkan bila mengetahui ada

pelanggaran terhadap Harimau Sumatera dan tentu tidak ikutan juga

untuk memburu / membunuh / mengganggu binatang tersebut.

Page 23: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

BAB V

SARAN

1. Pemerintah hendak nya lebih aktif lagi dalam menjaga kelestarian

Harimau Sumatera sebagai kekayaan alam negeri kita ini. Baik

melalui memperberat sanksi bagi yang melakukan tinsakan

pemburuan/ pembunuhan terhadap binatang ini, maupun lebih

merevisi uu yang ada agar lebih efisien.

2. Aparat keamanan hensaknya lebih optimal dalam menindak pelaku

pelanggaran uu perlindungan Harimau Sumatera ini. Jangan pangang

bulu atau pun kurang peduli, hendaknya semakin sadar akan

kelestarian binatang langka ini.

3. Masyarakat hendaknya jangan hanya mengedepankan keuntungan

semata, tetapi lebih memperhatikan keseimnabangan ekosistem

lingkungan sehingga tidak mengganggu mahkuk hidup lain. Dan

hendaknya menjaga kekayaan alam yang dimiliki, bukan malah

menghancurkannya

Page 24: Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

DAFTAR PUSTAKA

Banda Haruddin. Kemaluan Harimau Jantan Dihargai Rp10 Juta. 2010. Diakses

http://news.okezone.com/read/2010/02/08/340/301536/kemaluan-

harimau-jantan-dihargai-rp10-juta

Boedhihartono. Resensi Harimau dan Hubungannya dengan Manusia di Dunia

Melayu. 2007. Diakses: http://melayuonline.com

Chaidir Anwar Tanjung. Harimau Sumatera Nyaris. Departemen Kehutanan RI.

2007.

Hasri Abdillah dkk. Mengenal Harimau Sumatera. Survei Pengenalan Kawasan

Ekosistem Barumun Raya. 2009.

http://www.walhi.or.id/in/kampanye/hutan-dan-perkebunan/192-penebangan-

liar/1033-harimausumatera-mengganas

http://www.walhi.or.id/in/kampanye/hutan-dan-perkebunan/192-penebangan-

liar/1033-harimausumatera-mengganas

http://id.wikipedia.org/wiki/Harimau_sumatera

http://www.wwf.or.id/berita_fakta/?29080/global-tiger-day-meningkatkan-

harapan-bagi-harimau-sumatera

http://www.wwf.or.id/program/spesies/harimau_sumatera

http://www.wwf.or.id/ruang_pers/berita_fakta/?5960/konservasi-harimau-

sumatra

Waldemar Hasiholan. Laporan Survei Biopalas-USU dan Sumatra Rainforest

Institute (SRI). Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis). USU.

Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera. KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. Diakses: www.kehati.or.id/images/Menyelamatkan_Harimau_Sumatra_1.pdf