Upload
carolinaangela
View
67
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hewan Endemik
Citation preview
TAKSONOMI
HEWAN ENDEMIK
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Angela Utami Pratiwi
153112620120067
Program Studi S1 Biologi
Jurusan Biologi Medik
Universitas Nasional
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endemisme dalam ilmu ekologi adalah sebuah gejala yang dialami oleh
organisme untuk menjadi unik dan khas pada suatu lokasi geografi tertentu
misalnya pulau, negara, atau zona ekologi tertentu. Suatu organisme
dikatakan endemik apabila hanya ditemukan di suatu tempat dan tidak
ditemukan di pulau lain. Banyak faktor dapat menyebabkan suatu
organisme menjadi endemik, antara lain factor fisik, iklim dan biologis.
Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat endemik yang
sangat tinggi. Salah satu hewan endemik itu adalah Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae).
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satu dari enam
sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan
termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically
endangered)
Berdasarkan data tahun 2004, jumlah populasi harimau Sumatera di
alam bebas hanya sekitar 400 ekor saja. Sebagai predator utama dalam
rantai makanan, harimau mempertahankan populasi mangsa liar yang ada
di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan
vegetasi yang mereka makan dapat terjaga (www.wwf.or.id)
Harimau Sumatera menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan
hidup: mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi dan
terancam oleh perdagangan illegal dimana bagian-bagian tubuhnya
diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan
tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi. Harimau Sumatera hanya dapat
ditemukan di pulau Sumatera, Indonesia.
Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman
purba yang dikenal sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir
zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun yang lalu semasa zaman
dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The Natural History of Wild
Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di China dan
Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia
Tengah di barat dan barat daya menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi
bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan barat, dan
seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia, sebagiannya lagi
terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987).
Harimau Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut
meningkat pada 6.000 hingga 12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah
mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa
subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan subspisies harimau
lainnya dan sangat mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari.
Perlu diketahui, terdapat 9 subspesies harimau yang tiga diantaranya
telah dinyatakan punah. Kesembilan subspisies harimau tersebut adalah:
1. Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) terdapat di
Malaysia, Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
2. Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) Bangladesh, Bhutan, China, India,
dan Nepal.
3. Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) China.
4. Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) dikenal juga sebagai Amur,
Ussuri, Harimau Timur Laut China, atau harimau Manchuria. Terdapat
di China, Korea Utara, dan Asia Tengah di Rusia.
5. Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terdapat hanya di pulau
Sumatera, Indonesia.
6. Harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) terdapat di semenanjung
Malaysia.
7. Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) telah punah sekitar tahun
1950an. Harimau Caspian ini terdapat di Afganistan, Iran, Mongolia,
Turki, dan Rusia.
8. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah sekitar tahun 1972.
Harimau Jawa terdapat di pulau Jawa, Indonesia.
9. Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang telah punah sekitar tahun
1937. Harimau Bali terdapat di pulau Bali, Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. DASAR TEORI
1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: Panthera tigris
Upaspesies: Panthera tigris sumatrae
2. Ciri-Ciri Fisik
Identitas Harimau Sumatra secara fisik dapat dikenali dari warna
dan bentuk tubuhnya. Selain berwarna lebih gelap dengan pola hitam
yang dominan dibandingkan harimau lainnya, Panthera tigris
sumatrae memiliki tekstur belang yang tipis. Janggutnya ditumbuhi
banyak rambut.
Harimau Sumatra memiliki tubuh yang relatif paling kecil
dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini.
Harimau Sumatra betina memiliki bobot sekitar 200 pound atau
setara dengan 91 kg dengan panjang 78 inci atau 198 cm, sementara
Harimau Sumatra jantan lebih berat dengan bobot 300 pound atau
140kg dengan ukuran rata-rata 92 inci atau 250 cm dari kepala ke
bagian kaki. Uniknya, bulu kawanan betina akan berubah menjadi
hijau gelap kala melahirkan. Keunggulan lainnya adalah fauna buas
ini mempunyai mata dan telinga yang sangat tajam. Ini sangat
berperan dalam membantu kehidupan mereka yang berkembang di
alam hutan liar.
3. Habitat
Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing
besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah
sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak
terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman
nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang
untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang
dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau sumatera
mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya
seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan
hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian
dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas
pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin
sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah
yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh
dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau
akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.
Harimau bukan jenis satwa yang biasa tinggal berkelompok
melainkan jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian besar
waktunya hidup menyendiri, kecuali selama musim kawin atau
memelihara anak. Home range untuk seekor harimau betina adalah
sekitar 20 km2 sedangkan untuk harimau jantan sekitar 60 – 100 km2.
Tetapi angka tersebut bukan merupakan ketentuan yang pasti,
karena dalam menentukan teritorinya juga dipengaruhi oleh keadaan
geografi tanah dan banyaknya mangsa di daerah tersebut. Biasanya
daerah teritori harimau jantan 3 – 4 kali lebih luas dibandingkan
harimau betina. Sebagai contoh, seperti di Way Kambas dalam 100
km2 hanya di dihuni oleh 3 - 5 ekor harimau. Di Sumatera Utara
sendiri, Harimau Sumatera terdapat di Taman Nasional Batang
Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. Namun selain di kawasan
konservasi tersebut, satwa ini juga terdapat di Suaka Margasatwa
Barumun yang berada di Kabupaten Padang Lawas dan Padang
Lawas Utara. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh
Sumatera Rainforest Institute (SRI) dan BIOPALAS-USU, diperoleh
informasi dari masyarakat bahwa di kawasan ini masih sering terlihat
keberadaan Harimau Sumatera, baik itu berupa jejak maupun sisa-
sisa pakan yang ditinggalkannya. Pada beberapa desa, seperti Desa
Ulu Aer Kecamatan Sosopan, Desa Simardona dan Desa Bonan
Dolok Kecamatan Batang Onang masih sering terlihat Harimau
Sumatera yang melintas di kawasan desa tersebut. Diperkirakan
jumlah Harimau Sumatera yang terdapat di kawasan hutan
konservasi tersebut tidak lebih dari 20 ekor.
4. Siklus Hidup
Harimau Sumatra dapat berkembang biak kapan saja. Harimau
Sumatra tidak membutuhkan waktu khusus untuk masa reproduksi.
Demi melahirkan generasi baru, Harimau Sumatra betina
memerlukan waktu selama 103 hari dan biasanya melahirkan 2 atau
3 ekor anak sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Indera penglihatan
anak harimau berfungsi pada hari ke sepuluh setelah hari
kelahirannya, meskipun di kebun binatang pernah tercatat ada anak
harimau yang lahir dengan mata terbuka.
Selama 8 minggu pertama harimau-harimau junior tersebut hanya
meminum air susu induknya dan baru akan mengkonsumsi makanan
padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak
harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan
belajar berburu pada usia 6 bulan. Menginjak usia 18 bulan, mereka
sudah berani berburu tanpa didampingi induknya, dan pada umur 2
tahun anak harimau dapat berdiri sendiri atau mandiri. Harimau
Sumatra dapat bertahan hidup dalam kurun 15 hingga 20 tahun di
alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.
5. Cara Bertahan Hidup
Menjadi yang terkecil dalam jenisnya, bukan berarti membuat
Harimau Sumatra atau Panthera tigris sumatrae mudah untuk
ditaklukkan. Hewan ini merupakan jenis yang pandai berenang di
dalam air. Hal ini turut didukung oleh selaput yang terdapat di sela-
sela jari kakinya. Bahkan, penduduk kadang menjuluki mereka
dengan istilah “kucing air”. Mereka juga mampu memanjat pohon
demi mengejar mangsanya.
Tidak hanya itu, Harimau Sumatra juga dapat menyesuaikan diri
dengan segala kondisi, baik itu di dataran rendah ataupun dataran
tinggi. Luas kawasan perburuan harimau sumatera tidak diketahui
dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor harimau sumatera
dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di
kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal
(tidak diburu oleh manusia).
6. Makanan
Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau
mempertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah
pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan
vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Harimau Sumatra
termasuk dalam kategori hewan soliter yang mengejar mangsanya
pada malam hari. Sebelumnya, target buruannya itu diintai terlebih
dahulu sebelum menerkam dan menyantapnya. Hewan seperti babi,
kijang, rusa, unggas, ikan, dan orang utan adalah sederet jenis
hewan yang menjadi target buruan Harimau Sumatra. Di samping
menyantap hewan lainnya, ternyata kawanan harimau ini juga
menggemari buah durian.
7. Reproduksi
Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan
adalah sekitar 102-110 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2
atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Ada
kalanya bisa mencapai 7 ekor sekaligus sekali melahirkan. Tetapi
dari jumlah tersebut, yang mampu bertahan hidup sampai dewasa
hanya sekitar dua sampai tiga ekor saja. Mata anak harimau baru
terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun
binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau
hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis
itu mereka dapat
mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5
atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada
umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka
dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun
anak harimau dapat berdiri sendiri.
Harimau betina selama hidupnya dapat melahirkan anak dengan
jumlah total sampai 30 ekor, dan setiap tahun dapat melahirkan anak.
Jarak antar kelahiran kurang lebih 22 bulan, atau 2–3 tahun, tetapi
dapat lebih cepat bila anaknya mati. Harimau Sumatra dapat hidup
selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.
8. Ancaman
Senada dengan kondisi hewan endemik pada umumnya, populasi
Harimau Sumatra kian menurun. Harimau Sumatra menghadapi dua
jenis ancaman untuk bertahan hidup: mereka kehilangan habitat
karena tingginya laju deforestasi dan terancam oleh perdagangan
illegal dimana bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan
harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan,
jimat dan dekorasi.
Perburuan, pembebasan lahan hutan, dan aktivitas ekonomi
lainnya mengganggu keseimbangan habitat mereka. Penangkapan
babi dan rusa yang kerap dilakukan masyarakat juga merusak sistem
rantai makanan para hewan di dalam hutan. Apalagi, dalam satu
tahun setidaknya Harimau Sumatra membutuhkan 50 ekor babi
sebagai makanannya. Berkurangnya jumlah hewan yang menjadi
target mangsanya, tentu sangat mempengaruhi kelangsungan hidup
mereka.
Banyaknya peminat barang-barang yang terbuat dari kulit
Harimau asli pun menjadi salah satu ancaman yang sulit dihindari
sekalipun telah diatur dalam UU pasal 21 nomor 5 tahun 1990 poin
(d) yang berbunyi “setiap orang dilarang untuk memperniagakan,
menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa
yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian
satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia
ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia”. Bagi yang melanggar
hukum ini dijatuhi sanksi pidana maksimal 5 tahun kurungan dan
maksimum denda sebesar Rp. 100 juta. Sayangnya, hingga kini
ketegasan hukum yang telah disahkan ini tetap tidak mampu
menghentikan perburuan terhadap Harimau Sumatra di Pulau
Sumatra.
BAB III
HARIMAU SUMATERA
A. HUBUNGAN MANUSIA DAN HARIMAU
Belum adanya peraturan dan ketentuan tentang penetapan status
harimau bermasalah serta belum adanya prosedur penanganan terhadap
harimau bermasalah telah menyebabkan keragaman dalam penetapan dan
penangana harimau bermasalah. Sebagian masyarakat melakukan tindakan
sendiri dan tidak memperhatikan kaidah konservasi, yaitu dengan cara
melakukan penangkapan dengan jerat bahkan sampai pada pembunuhan
terhadap satwa tersebut.
Pembukaan areal hutan dan konversi hutan alam telah
menyebabkan:
1. Menurunnya kwantitas, kwalitas dan daya dukung habitat terhadap
harimau sumatera.
2. Menurunnya populasi dan jenis satwa mangsa harimau seperti
rusa, babi hutan, kera dll oleh karena beralih tempat, mengungsi ke tempat
yang lebih baik dan karena mati.
3. Tempat berlindung dan membesarkan anak menjadi hilang.
4. Teritorial harimau sumatera menjadi berubah. Keadaan tersebut
telah menekan harimau sumatera untuk mencari teritorial baru dan masuk
ke pemukiman untuk mencari mangsa, sehingga telah menyebabkan konflik
antara harimau dengan manusia. Dalam kurun waktu 1996 – 2004 lebih dari
152 kasus konflik harimau dengan masyarakat yang mengakibatkan banyak
manusia yang kehilangan nyawa, puluhan orang luka-luka dan ratusan
ternak milik masyarakat yang tinggal di desa dimangsa oleh Harimau
Sumatera ini.
B. KETERKAITAN MANUSIA TERHADAP KELANGKAAN HARIMAU
SUMATERA
Diantara semua faktor – faktor penyebab terjadinya kelangkaan
populasi Harimau Sumatera sebagian besar adalah karena ulah manusia.
Perwakilan `world bank` (pada saat kampanye “The Year of Tiger 2010”),
Erwinsyah mengatakan, ancaman terbesar terhadap kelestarian harimau
karena aktivitas manusia, terutama alih fungsi kawasan hutan untuk tujuan
pembangunan seperti perkebunan, pertambangan, perluasan permukiman,
transmigrasi dan pembangunan infrastruktur lainnya. Selain mengakibatkan
fregmentasi habitat, berbagai aktivitas tersebut juga sering memicu konflik
antara harimau dengan manusia. Beberapa contoh tindakan manusia yang
memicu terjadinya pemurunan jumlah Harimau Sumatera dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Pembakaran Hutan (Forest Fire)
Pembakaran hutan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Banyak masyarakat yang sengaja membakar hutan yang mana
sebagai habitat binatang liar (termasuk Harimau Sumatera) untuk
lahan tersebut dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan atau
pertanian. Tentu dengan terganggunya habitatnya, Harimau
Sumatera ini akan kesulitan dalam hal mencari tempat tinggal untuk
keberlangsungan hidupnya.
2. Penebangan liar ( Illegal Loging )
Tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab karena melakukan
penebangan liar tanpa memperdukilan keseimbangan ekosistem
lingkungan. Hal ini mengakibatkan habitat dan tempat mencari
makanan Harimau Sumatera juga semakin menyempit. Tentu ini
mempengaruhi keberlangsungan hidup binatang tersebut.
3. Perburuan Liar (Illegal Hunting)
Banyak manusia – manusia yang belum sadar akan pentingnya
menjaga pelestarian kekayaan yang dimiliki oleh alam ini. Banyaknya
manusia yang melakukan perburuan liar terhadap Harimau Sumatera
ini untuk keuntungan semata tanpa memperdulikan keseimbangan
lingkungan. Padahal sudah jelas bahwa binatang ini merupakan
binatang langka yang dilindungi saat ini. Mereka lebih memilih
berburu Harimau Sumatera demi berbagai alasan keuntungan
seperti:
dagingnya untuk dijual untuk dimakan
kulitnya dijual untuk biasanya digunakan sebagai hiasan dan
pajangan
tulang dijual untuk biasanya digunakan sebagai bahan obat-
obatan tradisonal Cina
kumis dijual untuk biasanya digunakan sebagai hiasan Kumis
Harimau Sumatera ini bisa dijual hinggaseharga Rp100-300 ribu
perhelainya.
kuku dijual untuk biada digunakan debagai pajangan / hiasan
ataupun liontin
taring dijual untuk biasanya dibuat sebagai liontin. Taring Harimau
Sumatera ini bisa dijual hingga Rp1,5 juta perbuah
kemaluan harimau jantan Kemaluan Harimau Sumatera ini bisa
dijual ke penampungnya dengan harga kisaran Rp10 juta.
Biasanya bagian tubuh harimau itu dibeli karena konsumen
tertarik dengan sugesti. Yakni katanya dipercaya bisa menambah
vitalitas pria
C. Penegakkan hukum yang lemah
Penegakkan hukum masih lemah terhadap para pelaku pemburu dan
pembunuh Harimau Sumatera ini. Sejak 1998 hingga 2009, terdata 46
ekor harimau ditemukan mati akibat konflik dengan manusia dan
perburuan. Dapat dikatakan bahwa sekitar tujuh ekor harimau mati di
Riau setiap tahun.
Ternyata dari puluhan kasus tersebut, hanya tiga kasus saja yang
berlanjut hingga di meja pengadilan yakni pada 2001, 2004 dan 2009.
Sangat disayangkan pengadilan belum memberi efek jera karena
vonisnya cuma penjara selama setahun untuk semua pelaku tersebut.
Akibatnya hal ini membuat para pelaku lainnya tetap melakukan
perburuan terhadap harimau Sumatra. Kabarnya mereka menggunakan
jaringan antarprovinsi yang terjalin sangat rapi dan sulit dilacak.
Hal yang sangat memprihatinkan adalah ternyata jaringan
perdagangan itu kerap dilindungi oleh oknum pemerintah hingga
pemodal besar yang bermuara ke Singapura dan Malaysia.
Diperkirakan setidaknya ada 24 pemburu harimau aktif yang
menyalurkan hasil buruan ke 34 penampung dari yang kecil hingga
penampung besar di Singapura dan Malaysia. Di Pekanbaru, disinyalir
sedikitnya ada sembilan toko emas dan dua toko obat cina yang menjual
bagian tubuh harimau dengan leluasa.
D. PENYEBAB KELANGKAAN JUMLAH HARIMAU SUMATERA
Menurunnya populasi harimau Sumatera di alam disebabkan oleh
banyak faktor yang saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.
Menurut Direktorat Jederal PHKA (Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam), faktor-faktor penyebab penurunan populasi
Harimau Sumatera diantaranya adalah:
Informasi dan pengetahuan di bidang bio-ekologi harimau
sumatera masih terbatas.
Menurunnya kwalitas dan kwantitas habitat harimau sumatera
akibat konversi hutan, eksploitasi hutan, penebangan liar,
perambahan hutan, kebakaran hutan dan lain-lain
Fragmentasi Habitat akibat Perencanaan Tata Guna Lahan
dan penggunaan lahan dan hutan yang kurang memperhatikan
aspek-aspek konservasi satwa liar khususnya harimau
sumatera.
Kematian harimau sumatera secara langsung sebagai akibat
dari perburuan untuk kepentingan ekonomi, estetika,
pengobatan tradisional, magis, olahraga dan hobby serta
mempertahankan diri karena terjadinya konflik antara harimau
dengan masyarakat.
Penangkapan dan pemindahan harimau sumatera dari habitat
alami ke lembaga konservasi eksitu karena adanya konflik
atau kebutuhan lain.
Menurunnya populasi satwa mangsa harimau karena
berpindah tempat maupun diburu oleh masyarakat.
Rendahnya unsur-unsur management pengelola konservasi
harimau sumatera.
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam konservasi alam
dan rendahnya penegakan hukum dibidang “Wildlife Crime”
telah pula mempercepat penurunan populasi harimau
sumatera di alam.
E. UPAYA PENYELAMATAN DAN KONSERVASI HARIMAU
SUMATERA
Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) di
habitat alaminya secara menyeluruh belum diketahui secara tepat,
namun dapat dipastikan bahwa populasinya saat ini sudah dalam
kondisi sangat kritis. Tahun 1994 diperkirakan populasi harimau
sumatera yang hidup liar hanya 500-600 ekor saja dan itupun hidup
tersebar dalam populasi-populasi kecil di Dalam Kawasan Konservasi
dan di Luar Kawasan Konservasi. Sementara itu Direktorat Jederal
PHKA memeperkirakan setiap tahunnya 30 ekor harimau sumatera
mati akibat perburuan. Kondisi seperti ini apabila tidak ditangani
secara serius dan intensif dapat dipastikan bahwa populasi harimau
sumatera di alam akan menurun secara cepat dan dalam waktu yang
tidak lama akan punah seperti yang telah terjadi pada harimau Bali,
Kaspia dan harimau Jawa yang sudah dianggap punah.
Untuk mencegah terjadinya kepunahan harimau sumatera dan
memulihkan kembali populasi-populasi harimau yang berada pada
tingkat tidak sehat ke tingkat populasi sehat diperlukan tindakan yang
secara simultan dapat mengatasi faktor-faktor penyebab kepunahan
harimau sumatera tersebut di atas.
a.) Peran Serta Pemerintah Peran yang dilakukan pemerintah
dalam mengatasi kelangkaan Haimau Sumatera ini diantaranya
dengan mengeluarkan uu maupun peraturan yang menyangkut
Harimau Sumatera, seperti : 1. UU No5 tahun 1990, yakni tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAHE)
2. PP No. 7 Tahun 1999, yakni menyatakan Harimau Sumatera
termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang
b.) Peran Serta Pejabat / Badan yang Berwenang Kegiatan
Konservasi Harimau Sumatera telah dimulai pada tahun 1995,
awalnya hanya ada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang
bernama Sumatran Tiger Project (STP) selanjutnya kegiatan
dikembangkan menjadi Program Konservasi Harimau Sumatera
(PKHS) yang mempunyai kegiatan di tiga wilayah utama.
Kegiatan tersebut, yaitu:
1). Taman Nasional Way Kambas (Propinsi Lampung);
2). Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Propinsi Riau-Jambi); dan
3). Kawasan Konservasi Harimau Senepis Buluhala (Propinsi
Riau). Secara umum kegiatan dikelompokkan menjadi:
a). Monitoring harimau sumatera liar jangka panjang;
b). Penanganan konflik manusia-harimau;
c). Tiger Protection Unit (TPU); dan
d). Pemberdayaan masyarakat lokal.
Program ini telah selesai pada Januari 2007, kemudian untuk
melanjutkan kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka konservasi
harimau sumatera tersebut maka dibentuk Yayasan Penyelamatan
dan Konservasi Harimau Sumatera (Yayasan PKHS). Pada tanggal 29
Juni 2007, Yayasan ini telah menandatangani MoU dengan Sumatran
Tiger Trust dan Wildlife Protection Foundation yang akan mendanai
kegiatan lapangan dimasa yang akan datang. Sedangkan untuk
pelaksanaan kegiatan, Yayasan PKHS bekerjasama dengan instansi
terkait.
- Sumatera Tiger Concervation Program Sebagai bentuk
Kerjasama antara Departemen Kehutanan dengan The Tiger
Foundation Canada dan Sumatran Tiger Trust Inggris berupaya untuk
mengembangkan program konservasi harimau sumatera yang secara
komprehensip dapat mengatasi faktor-faktor penyebab menurunnya
populasi harimau sumatera. Upaya konservasi yang dilaksanakan
oleh Program Konservasi Harimau sumatera di antaranya adalah:
1. Melakukan studi bioekologi harimau sumatera.
2. Melakukan perluasan habitat harimau sumatera yang berada
diluar kawasan konservasi sebagai kawasan yang dilindungi untuk
konservasi harimau sumatera.
3. Meningkatkan kegiatan perlindungan harimau sumatera dan
habitatnya.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan konservasi alam
dan meningkatkan kwalitas penegakan hukum dibidang ”Wildlife
Crime”
5. Meningkatkan kwalitas penanganan konflik antara harimau
dengan masyarakat yang dapat menjamin kelesatrian harimau
sumatera.
6. Monitoring populasi harimau sumatera dihabitat alaminya
dalam jangka panjang.
7. Meningkatan kwalitas sumber daya manusia dan kerjasama
pengelolaan antara seluruh institusi yang berkepentingan terhadap
kelestarian harimau sumatera.
8. Mengembangan Strategi Konservasi Harimau Sumatera di
Masa Depan
- Monitoring Harimau Sumatera Liar Jangka Panjang
-Konsevasi Oleh Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau
Sumatera (Yayasan PKHS)
Yayasan PKHS mempunyai Program yang dinamakan
Program Penyelamatan dan
Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) bertujuan :
1. Mendukung Departemen Kehutanan khususnya dalam rangka
konservasi harimau sumatera hewan mangsa dan habitat
alaminya
2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran
masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar dan dalam kawasan
konservasi
3. Mendorong pembangunan, penggunaan dan pemanfaatan hasil
hutan yang lebih memperhatikan kelestarian kehidupan alami.
Saat ini beberapa lokasi yang menjadi pusat kegiatan
lapangan PKHS antara lain: TN. Way Kambas di Lampung, TN.
Bukit Tigapuluh di Propinsi Jambi-Riau, dan Kawasan Konservasi
Harimau Senepis di Dumai propinsi Riau.
Di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, beberapa kegiatan
yang telah dan terus dilakukan
oleh PKHS adalah:
1. Survei Dan Monitoring Harimau Sumatera Dan Hewan
Mangsanya dengan Menggunakan Kamera Infra Merah.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui distribusi,
perbandingan jenis kelamin dan ekologi harimau sumatera untuk
mengetahui jenis-jenis satwa liar yang terdapat di dalam kawasan
taman nasional ini
Hasil Kamera Infra Merah
Selama memasang kamera infra merah di TN. Bukit Tigapuluh
telah terphoto 29 jenis satwa liar yang sudah diidentifikasi, mulai
dari Mammalia, Reftillia, Aves juga hewan Avertebrata seperti
kupu-kupu. Untuk Harimau Sumatera telah terphoto 7 ekor
dengan perbandingan 3 betina dan 4 jantan.
2. Tiger Protection Unit (TPU)
Anggota TPU ini berasal dari masyarakat yang bertempat
tinggal disekitar taman nasional bukit tigapuluh dengan ketua unit
adalah jagawana Taman Nasional Bukti Tigapuluh. Dalam satu
tim TPU terdiri dari 3 orang masyarakat dan 1 orang polhut, tim ini
juga untuk membantu menutupi kekurangan staf polhut pada
suatu kawasan. Sebelum melakukan tugas survey atau patroli,
anggota TPU menjalani pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan
bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental anggota TPU
dalam menjalankan tugas di hutan. Materi pelatihan antara lain:
Navigasi darat (Peta, Kompas, GPS), penyergapan dan
pengamanan barang bukti, pembuatan laporan dasar, P3K serta
pengenalan teknik-teknik survei dan patroli.
Survei dan Patroli Survei dilakukan untuk mengumpulkan
informasi tentang satwa, habitat serta ancaman yang terjadi;
sedangkan patroli dilakukan untuk mengurangi ancaman bagi
satwa liar dan habitatnya.
Survei Sebelum melakukan survei, maka dilakukan pengenalan
peta terlebih dahulu. Hal ini penting untuk menentukan arah
rute perjalanan survei. Dalam pelaksanaannya anggota TPU
mencatat semua temuan yang di dapat saat melakukan
kegiatan lapangan. Temuan tersebut antara lain berupa tanda
sekunder satwa liar (jejak, feses, sisa makanan), ancaman
(seperti jerat, ilegal loging) juga pembukaan lahan.
Patroli dan Operasi Gabungan Patroli bertujuan untuk mencari
dan meminimalkan gangguan terhadap harimau sumatera,
hewan mangsa dan habitatnya. Operasi gabungan dilakukan
bersama-sama dengan jagawana taman nasional dan pihak
kepolisian. Beberapa operasi gabungan yang pernah
dilaksanakan antara lain bersama dengan Polres Tebo dan
Polres Indragiri Hulu.
Sosialisasi dan Penyuluhan Tujuan untuk meyakinkan
masyarakat bahwa mereka perlu untuk ikut menjaga kelestarian
taman nasional dari aktifitas yang merusak atau dari orang luar.
Sampai saat ini masyarakat dusun Suit telah pernah
menangkap 6 (enam) orang pencuri gaharu dari Lubuk Jambi;
Pencuri gaharu diberi peringatan dan diusir keluar kawasan dan
barang bukti dibakar. Jika pengamanan oleh masyarakat
pedalaman ini dapat berjalan, maka besar Kemungkinan
Taman Nasional Bukit Tigapuluh akan lestari.
F. Intelijen Perburuan Harimau Sumatera dan Penegakan Hukum
a. Intelijen
Untuk mengetahui perburuan dan perdagangan ilegal
harimau sumatera dilakukan kegiatan intelijen disekitar taman
nasional bukit tigapuluh. Sampai saat ini telah diketahui 7
penampung bagian tubuh harimau (termasuk 2 yang pernah
ditangkap dan dijatuhi hukuman) dan 45 pelaku perburuan
(termasuk 3 yang pernah ditangkap dan dijatuhi hukuman), serta
319 ekor harimau yang telah mati diburu dari tahun 1972-2004. (2
diantaranya dari dalam TNBT dan pelaku sudah ditangkap dan
dihukum).
b.Penegakan Hukum
Dalam kasus ini telah ditangkap 6 orang pelaku yang terdiri
mulai dari pelaku pembunuhan, perantara, pembeli 1, pembeli 2,
pembeli 3, dan telah dijatuhi hukuman 1-1 tahun 6 bulan oleh
pengadilan negeri rengat.
c. Peran Serta Masyarakat
Untuk mencegah kepunahan Harimau Sumatera ini juga
diperlukan peran aktif masyarakat untuk melaporkan keberadaan
Harimau Sumatera yang mungkin saja berkeliaran karena
habitatnya yang semakin mengecil. Masyarakat juga perlu
melaporkan adanya perburuan liar oleh oknum-oknum tertentu
terhadap Harimau Sumatera.
BAB IV
KESIMPULAN
Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di
Pulau Sumatra di Indonesia dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis
yang terancam punah (critically endangered).
Jumlah Harimau Sumatera saat ini sekitar 300 an ekor. Faktor
penyebab kelangkaan populasi Harimau Sumatera ini, sebagian besar
dilarenakan oleh manusia, bail karena illegal logging, hunting logging,
maupun forest fire.
Untuk mengatasi kelangkaan ini, semua masyarakat harus ikut
serta, baik pemerintah, aparat hukum/keamanan, maupun masyarakat.
Pemerintah harus kebih mengoptimalkan perannya lagi dalam menjaga
kelestarian Harimau Sumatera ini, baik melalui revisi uu yang lebih
efisien agar lebih optimal dalam perlindungan binatang ini, maupun
memperberat sanksi bagi pelanggar. Aparat hukum harus bertindak
tegas terhadap pelanggar UU tentang Harimau Sumatera ini, dan jangan
mau disogok. Masyarakat harus melaporkan bila mengetahui ada
pelanggaran terhadap Harimau Sumatera dan tentu tidak ikutan juga
untuk memburu / membunuh / mengganggu binatang tersebut.
BAB V
SARAN
1. Pemerintah hendak nya lebih aktif lagi dalam menjaga kelestarian
Harimau Sumatera sebagai kekayaan alam negeri kita ini. Baik
melalui memperberat sanksi bagi yang melakukan tinsakan
pemburuan/ pembunuhan terhadap binatang ini, maupun lebih
merevisi uu yang ada agar lebih efisien.
2. Aparat keamanan hensaknya lebih optimal dalam menindak pelaku
pelanggaran uu perlindungan Harimau Sumatera ini. Jangan pangang
bulu atau pun kurang peduli, hendaknya semakin sadar akan
kelestarian binatang langka ini.
3. Masyarakat hendaknya jangan hanya mengedepankan keuntungan
semata, tetapi lebih memperhatikan keseimnabangan ekosistem
lingkungan sehingga tidak mengganggu mahkuk hidup lain. Dan
hendaknya menjaga kekayaan alam yang dimiliki, bukan malah
menghancurkannya
DAFTAR PUSTAKA
Banda Haruddin. Kemaluan Harimau Jantan Dihargai Rp10 Juta. 2010. Diakses
http://news.okezone.com/read/2010/02/08/340/301536/kemaluan-
harimau-jantan-dihargai-rp10-juta
Boedhihartono. Resensi Harimau dan Hubungannya dengan Manusia di Dunia
Melayu. 2007. Diakses: http://melayuonline.com
Chaidir Anwar Tanjung. Harimau Sumatera Nyaris. Departemen Kehutanan RI.
2007.
Hasri Abdillah dkk. Mengenal Harimau Sumatera. Survei Pengenalan Kawasan
Ekosistem Barumun Raya. 2009.
http://www.walhi.or.id/in/kampanye/hutan-dan-perkebunan/192-penebangan-
liar/1033-harimausumatera-mengganas
http://www.walhi.or.id/in/kampanye/hutan-dan-perkebunan/192-penebangan-
liar/1033-harimausumatera-mengganas
http://id.wikipedia.org/wiki/Harimau_sumatera
http://www.wwf.or.id/berita_fakta/?29080/global-tiger-day-meningkatkan-
harapan-bagi-harimau-sumatera
http://www.wwf.or.id/program/spesies/harimau_sumatera
http://www.wwf.or.id/ruang_pers/berita_fakta/?5960/konservasi-harimau-
sumatra
Waldemar Hasiholan. Laporan Survei Biopalas-USU dan Sumatra Rainforest
Institute (SRI). Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis). USU.
Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera. KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. Diakses: www.kehati.or.id/images/Menyelamatkan_Harimau_Sumatra_1.pdf