Upload
lynhan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap 14 perusahaan yang melakukan IPO pada
sektor perdagangan dan jasa selama tahun 2004 hingga 2009. Berikut ini disajikan
sekilas informasi perusahaan-perusahaan tersebut:
4.1.1 Pembangunan Jaya Ancol
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang pariwisata, properti dan perdagangan dan jasa. Perusahaan memiliki
beberapa anak usaha antara lain PT Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) yang
bergerak di bidang pariwisata, PT Seabreez Indonesia dalam bidang perdagangan
barang dan jasa, dan PT Jaya Ancol yang disiapkan untuk terjun ke dalam sektor
infrastruktur. Sementara itu sektor properti langsung ditangani oleh perusahaan.
Berikut adalah sekilas tentang anak perusahaan PT. Pembangunan Jaya Ancol:
1. PT Taman Impian Jaya Ancol (”TIJA”) merupakan anak perusahaan yang
bergerak di bidang rekreasi. Unit-unit yang berada di bawah pengelolaannya
antara lain adalah : Dufan, Samudra, Atlantis Water Adventure, dan Taman
dan Pantai (Pintu Gerbang). TIJA memberikan kontribusi terbesar bagi
pendapatan perusahaan. Visi TIJA ke depan adalah menjadi tempat rekreasi
terbesar dan terbaik di Asia Tenggara. Sebagai salah satu langkahnya, unit
Dufan telah memperoleh Sertifikat Standar Pelayanan Mutu ISO 9001:2000
47
dari LLOYD’S REGISTER QUALITY ASSURANCE (LRQA) pada tahun
2002.
2. PT Seabreez Indonesia (“Seabreez”) merupakan anak perusahaan yang
bergerak di bidang perdagangan dan jasa, pengangkutan, dan pengelolaan
tempat rekreasi. Seabreez juga melayani jasa angkutan laut dari kawasan
Ancol menuju pulau Bidadari dan sekitarnya. Selain itu, Seabreez juga
menyelenggarakan pertunjukan keliling (traveling show) pentas lumba-lumba
di beberapa daerah di Indonesia.
3. PT Philindo Sporting Amusement and Tourism Corporation (”Philindo”)
merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang hiburan. Saat ini,
Philindo mengelola pusat hiburan HAILAI yang berlokasi di kawasan Ancol
Barat.
4. PT Jaya Bowling Indonesia (“Jaya Bowling”) merupakan anak perusahaan
yang bergerak di bidang pengelolaan kawasan olahraga bolling dengan nama
Jaya Bolling yang terletak di Ancol Barat, tepat berdampingan dengan
HAILAI
5. PT Jaya Ancol (“Jaya Ancol”) merupakan anak perusahaann yang bergerak di
bidang perdagangan dan jasa yang didirikan pada akhir tahun 2008. PT Jaya
Ancol mengelola pertunjukan pertunjukan lumba-lumba dan singa laut di Siou
Tien Park, Vietnam.
6. PT Jaya Ancol Pratama Ancol (“JAPT”) merupakan anak perusahaan yang
bergerak di bidang infrastruktur dan kontruksi yang didirikan pada akhir tahun
48
2009. JAPT digunakan sebagai special purpose vehicle (SPV) untuk terjun ke
proyek pembangunan dan pengelolaan jalan tol.
4.1.2 Indosiar Karya Media Tbk
PT Indosiar Karya Media Tbk didirikan pada tahun 1991 dengan nama PT
Indovisual Citra Persada dan beroperasi di bidang jasa komunikasi. Melalui
restrukturisasi perusahaan, perusahaan mengubah nama menjadi PT Indosiar
Karya Media pada bulan Agustus 2003 dan menjadi induk perusahaan PT Indosiar
Visual Mandiri (“Anak Perusahaan”), yang berusaha di industri pertelevisian
berskala nasional.
Sejak tahun 2004, perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan kode saham “IDKM”. PT Indosiar Karya Media Tbk adalah perusahaan
yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa kecuali jasa di bidang hukum dan
pajak. PT Indosiar Karya Media Tbk beralamat di Jl. Damai No. 11, Daan Mogot
Jakarta Barat Indonesia, dengan alamat web : www.indosiar.com
4.1.3 Mitra Adiperkasa Tbk
Sejak didirikan pada tahun 1995, Mitra Adi Perkasa telah mencapai
pertumbuhan yang fenomenal dari tahun ke tahun, dan salah satu pencapaian
penting adalah melaksanakan penawaran umum perdana pada bulan November
2004. Kini perusahaan merupakan perusahaan ritel gaya hidup terkemuka di
Indonesia dengan portofolio usaha yang beragam, mulai dari perlengkapan
olahraga, fashion, department stores, kids, food and beverages dan lifestyle.
49
4.1.4 Multi Indocitra Tbk
PT. Multi Indocitra Tbk. didirikan pada tanggal 11 Januari 1990 dengan
maksud dan tujuan untuk mendistribusikan produk perawatan dan perlengkapan
untuk kebutuhan bayi, ibu hamil dan menyusui serta produk perawatan kulit.
Produk-produk yang didistribusikan dengan merek “Pigeon” tersebut dihasilkan
oleh anak perusahaan dari pabrik yang berlokasi di Cikande, Banten. Per tanggal
31 Desember 2009 jumlah karyawan perseroan dan anak perusahaan adalah
sebanyak 965 orang.
Produk perlengkapan untuk bayi, anak-anak, serta ibu hamil dan menyusui
di produksi oleh anak perusahaan, PT. Pigeon Indonesia, yang memproduksi
antara lain botol susu dan dot bayi silikon dengan merek “Pigeon”. Sedangkan
produk perawatan kulit diproduksi oleh anak perusahaan Perseroan, yaitu PT.
Multielok Cosmetic yang memproduksi antara lain bedak, shampo, sabun cair
yang digunakan oleh bayi, anak-anak dan remaja. Sejalan dengan peluang bisnis
yang ada, pada saat ini perusahaan telah mengembangkan lini usaha lampu listrik
hemat energi merek HORI dimana telah mulai dipasarkan di sebagian besar
wilayah Indonesia.
4.1.5 Ace Hardware Indonesia Tbk
Berawal dari PT Kawan Lama Home Center yang didirikan kelompok
usaha Kawan Lama pada tahun 1995, dengan gerai pertama yang berlokasi di
Karawaci, Tangerang, Jawa Barat (dibuka pada tahun 1996). Sejak saat itu
perusahaan terus berkembang secara bertahap dan mantap, dan saat ini mengelola
50
39 gerai di kota-kota besar di Indonesia. Ace Hardware Indonesia memanfaatkan
peluang dari kebiasaan orang Indonesia yaitu budaya ‘Buy It Yourself’ (membeli
sendiri), dengan menawarkan berbagai produk home improvement dan gaya hidup
yang dibutuhkan konsumen, yang kemudian mempekerjakan tukang untuk
memasang produk tersebut di rumah mereka.
Keberhasilan perusahaan dalam membangun reputasi sebagai pusat belanja
terpadu (one-stop shopping) untuk produk perkakas berkualitas adalah buah dari
sinergi proses bisnis dalam memperoleh dan menjual produk-produk terbaik bagi
para pelanggan. Dengan menawarkan berbagai jenis produk mutakhir dengan
harga kompetitif, perusahaan berupaya meningkatkan efisiensi proses bisnis mulai
dari pengadaan dan penyimpanan barang hingga distribusi dan pemasaran,
sehingga memungkinkan perusahaan memberikan nilai tambah dalam bentuk
harga yang realistis.
Tahap perkembangan perusahaan selanjutnya adalah untuk berbagi sukses
dengan masyarakat luas, melalui IPO pada tanggal 6 November 2007, dengan
menawarkan 30% sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Tujuan perusahaan adalah
untuk membuka peluang bagi para pelanggan, investor, dan mitra bisnis lain
untuk bertumbuh dan meraih keberhasilan bersama.
4.1.6 Catur Sentosa Adiprana Tbk
Pada 1966, Eka Sentosa (Alm.) bersama dengan Darmawan Putra Totong
membuka toko cat kecil berukuran 40m2 di Jalan Gajah Mada 56, Jakarta. Toko
ini diberi nama “Toko Tjat Sentosa” yang menjual produk cat yang masih jarang
51
saat itu. Tidak hanya menjual cat, usaha terus berkembang dengan menjual bahan
bangunan dengan produk yang lebih beragam.
Tahun 1970, toko tidak hanya menjual, tapi menjadi memasarkan dan
mendistribusikan. Mulailah perintisan usaha sebagai distributor bahan bangunan
dengan modal kepercayaan. Usaha distribusi semakin berkembang dan besar dari
tahun ke tahun. Untuk menopang usaha tersebut didirikanlah PT Catur Sentosa
Adiprana pada bulan Desember 1983.
Tidak berhenti sampai di situ, pada tahun 1997 Budyanto Totong melihat
kesempatan lainnya yaitu bisnis ritel modern dengan memperkenalkan konsep
“one stop shopping” bahan bangunan di Indonesia dengan brand “Mitra10”.
Bisnis ini dikembangkan dengan tujuan untuk menangkap peluang adanya
perubahan pola berbelanja dari tradisional ke modern, memperkuat sinergi dengan
Prinsipal, transaksi yang berbasis tunai, dan memberikan margin keuntungan
yang lebih tinggi.
Kini perusahaan yang juga sudah merupakan perusahaan publik, sampai
saat ini telah memiliki 32 cabang distribusi, 22 outlet ritel modern Mitra10, 5
showroom SB Furniture dan 5 cabang distribusi kimia yang menyebar di seluruh
Indonesia, dibantu dengan 4.339 karyawan, dan mendistribusikan lebih dari
25.000 item produk.
Saat ini perusahaan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
distribusi bahan bangunan & ritel moderen dan distribusi kimia, dengan jaringan
yang tersebar di hampir seluruh pelosok Indonesia. Untuk terus bertumbuh dan
mengembangkan kegiatan usahanya, perusahaan kembali memperkuat struktur
52
permodalannya melalui proses Initial Public Offering. Perusahaan telah menjadi
anggota Bursa Efek Indonesia dan telah mencatatkan sahamnya pada tanggal 12
Desember 2007.
4.1.7 Media Nusantara Citra Tbk
PT Media Nusantara Citra, Tbk (MNC) didirikan pada tanggal 17 Juni
1997. Tujuan perusahaan didirikan adalah untuk menaungi dan mengelola
berbagai unit usaha media di bawah payung satu perusahaan induk dan
operasional agar terbentuk grup media yang sinergis, terintegrasi dinamis dan
kreatif dalam meghadapi persaingan bisnis di industri media yang kompetitif.
MNC melaksanakan penawaran umum perdana pada tanggal 22 Juni 2007.
Perusahaan ini beroperasi pada stasiun penyiaran televisi, media cetak, jaringan
radio, value added services, media online, rumah produksi, agen periklanan,
manajemen artis, produksi konten dan distribusi konten.
4.1.8 Destinasi Tirta Nusantara Citra Tbk
Perusahaan yang sekarang bernama PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk
adalah perusahaan yang bergerak dalam penyediaan jasa perjalanan (traveling)
bagi tamu asing, baik untuk keperluan bisnis maupun liburan, dan beroperasi
secara 24 jam.
Perusahaan mengemas berbagai paket perjalanan wisata seperti Overland
Tours, Round Trips, Beach Holiday (Shocking Offers), daily Sight Seeing di
Jakarta dan Bali, Private Tours, Ground Handling Service, Maupun Special
53
Design untuk program insentif dan special interest; yang di dalamnya meliputi
akomodasi, transportasi, pemandu wisata, entrance fee atau donation yang
berlaku, meals, program acara, dan hal lain yang berhubungan.
4.1.9 Hotel Mandarine Regency Tbk
Perusahaan didirikan pada tanggal 28 Oktober 1986 dengan nama PT.
Batam Jaya Hotel dengan maksud dan tujuan untuk menjalankan usaha dalam
bidang industri perhotelan, dengan nama hotel “Batam Jaya Hotel”. Tahun 1994,
PT Batam Jaya Hotel diambil alih (take over) oleh PT. Raco Indoland yang
berakantor pusat di Jakarta. Dalam perjalanannya perusahaan telah mengalami
beberapa kali perubahan nama dan akhirnya pada tahun 1997 nama perusahaan
berubah menjadi PT. Hotel Mandarine Regency.
4.1.10 Kokoh Inti Arebama Tbk
Didirikan pada tahun 2001 di Jakarta dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 2004. PT Kokoh Inti Arebama Tbk bergerak dalam bidang
layanan pendistribusian bahan-bahan bangunan. Memiliki jejaring usaha meliputi
seluruh wilayah nasional terutama untuk produk-produkk keramik, cat pelapis anti
bocor, sanitari, genteng dan semen.
Sejalan dengan meningkatnya kinerja perusahaan, maka tanggal 9 april
2008 perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Pada masa awal
berdirinya perusahaan menjadi distributor tunggal untuk produk-produk PT
54
Keramika Indonesia Asosiasi Tbk, PT KIA Serpih Mas, dan PT KIA Keramik
Mas.
4.1.11 Triwira Insanlestari Tbk
PT Triwira Insanlestari Tbk. berdiri sejak tahun 1992, sebagai salah satu
anak perusahaan Hengtraco Group. Bermula dari sebuah kantor kecil di kawasan
Glodok, perusahaan ini memulai kegiatannya dengan mengimport dan menjual
produk technical hardware, diantaranya chain hoist dan crane. Dalam periode 8
tahun, jajaran produk yang ditangani meluas hingga produk perlengkapan dan
keselamatan kerja (safety equipments), alat-alat technical automotive, dan mesin
serta technical hardware. Perkembangan pesat ini terjadi karena perseroan telah
terbukti berhasil memenuhi berbagai jenis kebutuhan industri alat berat yang
berkualitas dengan harga yang bersaing dan tepat waktu dalam pengiriman, serta
diikuti dengan sikap kerja yang profesional dan transparan.
Saat ini perseroan telah memiliki beberapa kantor cabang di Jakarta dan
Balikpapan, dengan puluhan agen yang tersebar antara lain di Jawa, Sumatera,
Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Pada awal Januari 2008 Perseroan
memutuskan untuk melakukan penawaran umum perdana (Initial Public
Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Reputasi dan profesionalisme perseroan juga menghasilkan kepercayaan
dari beberapa principal utama baik dari Amerika, Australia, China, Jepang,
Jerman, Kanada, dan berbagai negara Eropa lainnya. Hal ini terbukti dengan
dipercayakannya PT Triwira Insanlestari Tbk. sebagai agen tunggal produk-
55
produk mereka di Indonesia. Selain itu PT Triwira Insanlestari Tbk. Juga dikenal
sebagai pemasok alat-alat berat yang memenuhi berbagai standar internasional
seperti ANSI (American National Standard Institute), JIS (Japan Industrial
Standard), CE (Certified Europe) dan berbagai standar lainnya.
Untuk kenyamanan dan keamanan dalam penggunaan produk, maka
perusahaan memberikan pelayanan after sales services berupa pemasangan,
pelatihan, suku cadang, perbaikan, perawatan yang meliputi bidang pengadaan
alat-alat otomotif, pengadaan alat-alat technic, konstruksi baja-bagian hoist,
craine dan generator, serta pengadaan alat-alat safety
4.1.12 Dian Swastatika Sentosa Tbk
Perusahaan didirikan di Jakarta pada tanggal 2 agustus 1996 dengan nama
PT Dian Swastatika Sentosa. Pada tahun 1998, perseroan mulai mengoperasikan
empat kompleks pembangkit listrik dan uap dengan total kapasitas produksi saat
ini sebesar 300 MW untuk listrik dan 1.336 ton/jam untuk penyediaan uap.
Kompleks pembangkit ini berada di wilayah Tangerang, Serang dan karawang.
Setelah merger dengan PT Supra Veritas pada akhir desember 2004,
perusahaan melakukan usaha diversifikasi usaha dengan mulai melakukan
kegiatan perdagangan pulp, kertas dan bahan kimia.
Pada tahun 2008, perusahaan mulai memasuki usaha telekomunikasi
dengan menyewakan menara BTS kepada beberapa operator telekomunikasi
seluler. Saat ini, perusahaan memiliki 1.105 menara BTS yang tersebar di pulau
56
Jawa, Bali dan Lombok. Perusahaan melakukan penawaranm umum perdana pada
tanggal 10 desember 2009.
4.1.13 Sumber Alfaria Trijaya Tbk
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk berawal pada tahun 1989 dengan
dimulainya usaha dagang rokok dan barang-barang konsumsi oleh pendiri yaitu
Djoko Susanto. Pada tahun 1999 usaha tersebut beralih ke bidang usaha
minimarket yang diawali melalui PT Alfa Mitramart Utama dan menjadi fokus
bisnis utama yang berlanjut hingga saat ini.
4.1.14 Trikomsel Oke Tbk
Sebagai perusahaan penyedia produk dan layanan telekomunikasi di
Indonesia, PT Trikomsel Oke Tbk didirikan di Jakarta pada tanggal 7 oktober
1996 dengan nama PT Trikomsel Citrawahana. Pada tahun 2000 PT Trikomsel
Multimedia dan terakhir pada tahun 2007 menjadi PT Trikomsel Oke. Selain
menyediakan berbagai pilihan produk dan layanan komunikasi seluler, perusahaan
juga merupakan distributor untuk produk-produk operator ternama di Indonesia.
Aktivitas usaha perusahaan dilakukan melalui jalur distribusi dan ritel dengan
berlandaskan pada semangat terus menumbuhkan nilai kehidupan yang
berkesinambungan.
Perusahaan memiliki jaringan ritel dengan cakupan yang luas meliputi
seluruh wilayah Indonesia yang didukung dengan infrastruktur yang terus
57
berkembang. Jaringan ritel tersebut dipresentasikan dalam bentuk gerai ritel
dengan nama “OkeShop”.
Untuk memperluas jaringan distribusi, kenyamanan pelanggan dan
jangkauan pasar yang lebih luas, perusahaan juga meluncurkan layanan penjualan
telepon seluler secara online melalui www.oke.com. Situs ini menjadi toko online
pertama di Indonesia yang menawarkan alat telekomunikasi dengan pembayaran
menggunakan kartu kredit. Memasuki kuartal ketiga 2009, perusahaan juga
melakukan diversifikasi produk dan layanan untuk mulai merambah pada pasar
netbook melalui kerjasama dengan pemegang merek-merek internasional ternama.
Perusahaan terus mengupayakan pertumbuhan yang diwujudkan melalui tahapan
baru yang telah dijalani perusahaan dengan menjadi perusahaan publik pada 14
April 2009.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan analisis pengaruh antara variabel independen dan
dependen, maka terlebih dahulu akan dideskripsikan masing-masing variabel
penelitian yaitu profitabilitas dan harga saham untuk menjawab rumusan masalah
1,2 dan 3.
4.2.1 Deskripsi Profitabilitas Perusahaan
Dalam penelitian ini profitabilitas dijadikan variabel independen atau
variabel bebas dari penelitian. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah
kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini,
profitabilitas menggunakan return on equity sebagai indikatornya. ROE mengukur
58
tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan atas modal
yang diinvestasikan. Rasio sebesar 1 % menunjukkan bahwa tingkat return yang
diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 1 %.
Nilai ROE diperoleh dengan cara membagi laba setelah pajak dengan total modal.
Berikut adalah daftar ROE yang diperoleh perusahaan-perusahaan sektor
perdagangan dan jasa satu tahun sebelum melakukan IPO.
Tabel 4.1
Nilai ROE Pada Sektor Perdagangan dan Jasa yang Melakukan IPO Tahun 2004-2009
(dalam jutaan rupiah, kecuali ROE)
No Nama Perusahaan Net Income
Total Equity
ROE
1 Pembangunan Jaya Ancol 105.197 397.894 0.2644
2 Indosiar Karya Media Tbk 39 205.564 0.0002
3 Mitra Adiperkasa Tbk 76.284 625.897 0.1219
4 Multi Indocitra Tbk 17.506 49.895 0.3509
5 Ace Hardware Indonesia Tbk 27,01 81,41 0.3318
6 Catur Sentosa Adiprana Tbk 15.660 197.773 0.0792
7 Media Nusantara Citra Tbk 290.000 1.103.000 0.2629
8 Destinasi Tirta Nusantara Tbk 7.184 57.456 0.1250
9 Hotel Mandarine Regency Tbk 1.481 90.212 0.0164
10 Kokoh Inti Arebama Tbk 4.966 65.981 0.0753
11 Triwira Insanlestari Tbk 18.678 115.666 0.1615
12 Dian Swastatika Sentosa Tbk 29.054.893 301.003.455 0.0965
13 Sumber Alfaria Trijaya Tbk 132.752 605.900 0.2191
14 Trikomsel Oke Tbk 103.000 429.000 0.2401
Berdasarkan data pada tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata ROE diperoleh
dari ke-14 perusahaan sektor perdagangan dan jasa yang melakukan IPO
sepanjang tahun 2004-2009 adalah sebesar 0,1675 atau 16,75%. Untuk ROE yang
59
paling tinggi diperoleh oleh Multi Indocitra Tbk dengan nilai ROE sebesar 0.3509
atau 35,09%. Artinya setiap Rp 1,00 laba yang diperoleh mewakili modal sebesar
Rp . 0,3509. Hal ini dikarenakan Multi Indocitra Tbk memiliki perbandingan laba
bersih dan total modal paling tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
sektor perdagangan dan jasa lainnya. Sedangkan nilai ROE paling rendah
diperoleh oleh Indosiar Karya Media Tbk dengan ROE sebesar 0.0002 atau
0.02%. Hal itu dikarenakan oleh kecilnya laba bersih yang diperoleh perusahaan
sehingga mengakibatkan ROE yang begitu rendah. Beragamnya nilai ROE yang
didapat oleh perusahaan pada saat melakukan IPO tentu saja dikarenakan laba dan
jumlah ekuitas yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan tersebut bervariasi.
4.2.2 Deskripsi Harga Saham di Pasar Perdana
Variabel dependen atau terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
harga saham di pasar perdana. Artinya harga saham yang ditawarkan pada saat
perusahaan pertama kali melakukan IPO atau Penawaran Umum Perdana. Berikut
adalah harga saham yang terjadi di pasar perdana :
Tabel 4.2
Harga Saham Saat Melakukan IPO di Pasar Perdana Pada Perusahaan sektor Perdagangan dan Jasa
Tahun 2004-2009
No KODE Nama Perusahaan IPO Price
1 PJAA Pembangunan Jaya Ancol 1025 2 IDKM Indosiar Karya Media Tbk 551 3 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk 625 4 MICE Multi Indocitra Tbk 490 5 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 820
60
No KODE Nama Perusahaan IPO Price
6 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk 200 7 MNCN Media Nusantara Citra Tbk 900 8 PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk 200 9 HOME Hotel Mandarine Regency Tbk 110 10 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk 170 11 TRIL Triwira Insanlestari Tbk 400 12 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk 1500 13 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 395 14 TRIO Trikomsel Oke Tbk 225
Dari data di atas dapat dilihat bahwa harga saham perdana pada
perusahaan sektor industri perdagangan dan jasa begitu beragam. Harga paling
tinggi dimiliki oleh Dian Swastatika Sentosa Tbk dengan harga 1500. Lalu harga
tertinggi selanjutnya dimiliki oleh Pembangunan Jaya Ancol Tbk yang
memperoleh harga saham sebesar 1025. Sedangkan harga terendah diperoleh
Hotel Mandarine Regency Tbk dengan harga saham perdana sebesar 110.
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan analisis Korelasi Pearson Product
Moment. Analisis korelasi product moment adalah salah satu alat statistik yang
digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya
berbentuk interval atau rasio. Dalam hal ini analisis ini ingin mengetahui
pengaruh profitabilitas (X) terhadap harga saham (Y). Rumus dari analisis
korelasi product moment adalah sebagai berikut:
61
(Sugiyono, 2008:250)
Berikut ini adalah tabel penolong perhitungan kedua variabel tersebut:
Tabel 4.3
Tabel Penolong
KODE X Y XY X2 Y2
PJAA 0,2644 1025 271,01 0,06990736 1050625
IDKM 0,0002 551 0,1102 0,00000004 303601
MAPI 0,1219 625 76,1875 0,01485961 390625
MICE 0,3509 490 171,941 0,12313081 240100
ACES 0,3318 820 272,076 0,11009124 672400
CSAP 0,0792 200 15,84 0,00627264 40000
MNCN 0,2629 900 236,61 0,06911641 810000
PDES 0,125 200 25 0,015625 40000
HOME 0,0164 110 1,804 0,00026896 12100
KOIN 0,0753 170 12,801 0,00567009 28900
TRIL 0,1615 400 64,6 0,02608225 160000
DSSA 0,0965 1500 144,75 0,00931225 2250000
AMRT 0,2191 395 86,5445 0,04800481 156025
TRIO 0,2401 225 54,0225 0,05764801 50625
∑ 2,3452 7611 1433,297 0,55598948 6205001
( ) ( )( )( ) ( ){ } ( ) ( ){ }2222 YYnXXn
YXXYn
∑∑∑∑
∑∑∑
−−
−=r
62
Dari perhitungan di atas kemudian dicari koefisien korelasi Pearson
Product Moment untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara profitabilitas
terhadap harga saham pada sektor perdagangan dan jasa yang melakukan IPO
tahun 2004-2009. Berdasarkan jumlah perhitungan di atas, maka rumus koefisien
korelasinya adalah:
( )( )( ){ } ( ){ }2222
∑∑∑∑
∑ ∑∑
−−
−=
YYnXXn
YXXYnrxy
( ){ } ( ){ }22 7611)6205001(143452,2)0,55598948(14
)7611)(3452,2()297,1433(14
−−
−=xyr
��� = 20066,158 − 17849,3172
��7,78385272 − 5,49996304��86870014 − 57927321
��� =2216,8408
��2,28388968��28942693�
��� =2216,8408
�66101917,85
��� =2216,8408
8130,308595
��� = 0,273
Dari tabel di atas, terlihat bahwa variabel profitabilitas (ROE) memiliki
arah korelasi positif sebesar 0,273. Yang artinya profitabilitas (ROE) dengan
63
harga saham berhubungan positif. Hal ini berarti semakin besar profitabilitas
(ROE) yang didapat perusahaan, maka harga saham semakin besar pula. Maupun
sebaliknya, semakin rendah profitabilitas (ROE) yang didapat perusahaan, maka
harga saham pun semakin rendah.
Dan untuk melihat besarnya pengaruh profitabilitas (ROE) terhadap harga
saham, maka digunakan kuadrat dari koefisien korelasinya (koefisien determinasi)
yaitu:
KP= (KK)2 x 100 %
(M. Iqbal Hasan, 2008:248)
Dimana : KK = Nilai koefisien korelasi
Maka diperoleh hasil koefisien determinasi sebesar 7,45%. Yang artinya
variabel profitabilitas (ROE) hanya mempengaruhi harga saham sebesar 7,45 %
saja, sedangkan sisanya sebesar 92,55% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya,
seperti faktor permintaan dan penawaran, tingkat SBI, valuta asing, dana asing di
bursa, IHSG, news and rumours. Hal ini berarti hipotesis yang diajukan dapat
diterima.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Perkembangan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangannya.
Salah satu bentuk ukuran kinerja perusahaan adalah kondisi keuangan perusahaan.
Kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan
yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses
64
akuntansi yang mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Dalam penelitian ini hanya mengunakan satu rasio keuangan saja yaitu
profitabilitas yang diukur mengunakan return on equity (ROE). Rasio
profitabilitas merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya bagi manajemen
sebagai alat ukur kinerja perusahaan, tetapi juga bagi investor dan kreditur.
Ditinjau dari pihak perusahaan, analisis profitabilitas digunakan umtuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik untuk melakukan pengendalian intern
serta informasi keuangan yang dibutuhkan oleh penyedia dana. Ditinjau dari pihak
investor, rasio profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan dan membayar deviden di masa yang akan datang.
Sedangkan dari pihak kreditur, rasio profitabilitas digunakan untuk membayar
hutang-hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Berdasarkan data laporan keuangan dari emiten saham sektor perdagangan
dan jasa yang melakukan IPO mulai tahun 2004-2009 rata-rata tingkat
profitabilitas perusahaan tersebut bernilai positif, artinya dapat memberikan laba
bagi investor. Semua 14 perusahaan dalam penelitian ini memiliki nilai ROE yang
positif, hal itu dikarenakan semua perusahaan menghasilkan laba dalam kegiatan
operasionalnya.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari
angka-angka yang termuat dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan
IPO terutama rasio profitabilitasnya dengan ROE sebagai indikator terhadap harga
saham yang diukur dengan IHSI di pasar perdana. Selanjutnya dilakukanlah
65
perhitungan korelasi pearson product moment yang menghasilkan nilai 0,594.
Artinya bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROE dengan harga saham
memiliki hubungan positif.
Setelah diketahui pengaruh antara profitabilitas dengan harga saham, maka
yang dilakukan selanjutnya adalah mencari seberapa besar pengaruhnya dengan
menggunakan perhitungan koefisien determinasi dengan rumus:
KP= (KK)2 x 100 %
Perhitungan dengan koefisien determinasi menghasilkan nilai sebesar
7,45% . Ini berarti bahwa variabel profitabilitas yang diukur dengan ROE hanya
mempengaruhi harga saham sebesar 7,45%, sisanya sebesar 92,55% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lainnya, seperti faktor permintaan dan penawaran, tingkat SBI,
valuta asing, dana asing di bursa, IHSG, news and rumours.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, hipotesis yang
diajukan dapat diterima. Artinya profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh
positif terhadap harga saham di pasar perdana. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wina Pujilestari (2009) yang menyatakan bahwa
kinerja keuangan yang diukur dengan ROA sebagai indikatornya memiliki
pengaruh positif terhadap harga saham di pasar perdana.
Dengan adanya pengaruh yang positif tersebut diharapkan akan membuat
emiten lebih meningkatkan profitabilitasnya. Untuk meningkatkan ROE
perusahaan sendiri maka laba perusahaan harus ditingkatkan. Untuk
meningkatkan laba perusahaan memiliki dua alternatif, sesuai yang dikatakan oleh
Ajang Mulyadi (2002:22) yang menyatakan bahwa :
66
Untuk meningkatkan laba perusahaan dapat ditempuh dengan dua alternatif, yaitu meningkatkan jumlah penghasilan, dan mengusahakan biaya agar turun, serta jika penghasilan tidak dapat digunakan maka biaya yang harus diturunkan.
Dengan demikian, maka semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan,
maka nilai ROE yang diperoleh pun akan menjadi semakin tinggi yang juga akan
membuat harga saham perdana perusahaan tersebut menjadi tinggi sehingga
perusahaan dapat memperoleh dana yang optimal.
4.5 Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan
Hasil penelitian ini memberikan kontribusi kepada dunia pendidikan.
Kontribusi tersebut adalah bahwa dalam kajian manajemen keuangan sangat perlu
untuk mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham. Faktor-
faktor tersebut salah satunya dapat dilihat dari kinerja keuangan suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini dibahas lebih mendalam tentang salah satu cara dalam
mengukur kinerja keuangan perusahaan yaitu dengan melihat profitabilitasnya.
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan return on equity sebagai
indikator perhitungannya, dimana rasio ini sangat menarik bagi para pemegang
saham dan calon pemegang saham karena mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atas modal yang dimiliki.