59
Eliminasi Fekal Home Group 2: • Amy Kurniawati • Ani Aryanti • Erna Silvia Budi A • Iin Nur Indah Sari • Masreni • Shifa Syahidatul Wafa

HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

eliminasi

Citation preview

Page 1: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Eliminasi Fekal

Home Group 2:• Amy Kurniawati• Ani Aryanti• Erna Silvia Budi A• Iin Nur Indah Sari• Masreni• Shifa Syahidatul Wafa

Page 2: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

TujuanMahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan eliminasi fekal.

Outline

• Gambaran dan Proses Eliminasi Fekal• Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Eliminasi Fekal• Pengertian Pola Eliminasi Fekal• Penyebab Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal• Pengkajian yang dilakukan pada Gangguan Eliminasi Fekal• Diagnosa dan Penatalaksanaan Keperawatan pada Klien

dengan Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal• Penatalaksanaan Medik pada Klien dengan Gangguan

Umum Pola Eliminasi Fekal

Page 3: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Gambaran dan Proses Eliminasi Fekal

Page 4: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi fekal adalah sistem gastrointestinal bawah: usus halus dan usus besar.•Makanan yang diterima usus halus dari lambung

dalam bentuk setengah padat. Chyme baik berupa air, nutrien, maupun elektrolit kemudian akan diabsorbsi.•Chyme yang tidak diabsorbsi membentuk semisolid feses. Selain chyme, adanya fermentasi zat makanan yang tidak dicerna menghasilkan gas yang dikenal flatus.•Makanan selanjutnya masuk ke dalam kolon sigmoid,

berupa feses yang siap dibuang dan diteruskan ke dalam rectum kemudian anus.

Fisiologi

Page 5: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Proses defekasi terbagi menjadi dua macam reflex yaitu:1. Reflex defekasi intrinsic2. Reflex defekasi parasimpatis

Proses Eliminasi Fekal (Defekasi)

Page 6: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• zat sisa makanan atau feses rectum terjadi distensi rectum rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik.• feses sampai anus sfingter interna

relaksasi defekasi.

1. Reflex defekasi intrinsic

Page 7: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• Feses rektum, merangsang saraf rektum spinal cord.• Spinal cord kolon

desenden, sigmoid dan rektum peristaltik sfingter internal relaksasi defekasi.

2. Reflex defekasi parasimpatis

Page 8: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

•Dorongan feses juga di pengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otot elevator.•Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.•Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam.•Jenis gas yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2 dan N.

Page 9: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Proses Eliminasi Fekal (2)

•Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi spinchter ani. Kedua faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis.•Gerakan kolon meliputi tiga gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa kolon. Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses dari kolon ke rektum.

Page 10: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx
Page 11: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Eliminasi Fekal

Page 12: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

1. Usia

• Tahapan perkembangan mempengaruhi status eliminasi

• Bayi tidak mampu mengontrol defekasi• Pada lansia saluran GI mengalami perubahan,

beberapa tidak lagi memiliki gigi

2. Diet

• Serat• Makanan pedas• Laktosa

Page 13: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

3. Asupan Cairan

• Minum 6-8 gelas/hari (1400-2000 ml)• Minuman hangat• Jus buah• Susu

4. Aktifitas Fisik

• Aktivitas fisik meningkatkan peristaltik• mempertahankan tonus otot dasar panggul dan

abdomen

Page 14: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

5. Faktor Psikologis

• Cemas, takutstressperistaltik diare• Depresiimpuls lambatperistaltik kolitis

ulseratif, ulkus lambung

6. Kebiasaan Pribadi

• Kebanyakan individu merasa lebih mudah melakukan defekasi di kamar mandi sendiri

• Pada waktu yang paling efektif dan paling nyaman

Page 15: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

7. Posisi Defekasi

• Posisi jongkok dan duduk tegak mengeluarkan tekanan intraabdomen dan mengontraksi otot-otot pahanya

• klien lansia atau individu yang menderita penyakit sendi

• klien imobilisasi di tempat tidur

8. Kehamilan

Pertumbuhan fetus menekan rektum, memperlambat jalannya feses saat melewati intestine yang dapat mengganggu proses eliminasi

Page 16: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

9. Nyeri

• Akibat bedah rektum, bedah abdomen, melahirkan anak menyebabkan nyeri ingin defekasi

• Konstipasi merupakan masalah umum pada klien yang merasa nyeri selama defekasi.

10. Pembedahan dan Anestesia• Agen anestesi yang digunakan selama proses pembedahan,

membuat gerakan peristaltik berhenti untuk sementara waktu.

• Agen anestesi menghambat impuls saraf parasimpatis ke otot usus.

• Kerja anestesi memperlambat atau menghentikan gelombang peristaltik.

Page 17: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

11. Obat-obatan

• Obat-obatan untuk meningkatkan defekasi, yaitu laksatif dan katartik melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik

• Obat disiklomin HCL (Bentyl) menekan gerakan peristaltik dan mengobati diare

• Obat analgesik narkotik menekan gerakan peristaltik, Opiat umumnya menyebabkan konstipasi.

Page 18: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

12. Kondisi Patologis

• Penyakit neurologis merusak transmisi syaraf -> tonus otot dapat melemah atau menghilang

• Gangguan motorik dan sensori -> imobilisasi-> menghalangi kemampuan individu untuk merespon keinginan defekasi -> konstipasi

Page 19: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Pengertian Pola Eliminasi Fekal

Page 20: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Pola Eliminasi Fekal

Pola eliminasi fekal normal bersifat sangat individual. Frekuensi defekasi normal dapat berlangsung setiap hari, atau 2-3 hari sekali.

Page 21: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Karakteristik Feses Normal dan AbnormalKarakteristik Normal Abnormal

Frekuensi Variabel (1-2/ hari sampai 1 kali setiap 2-3 hari)

Bergantung pada pola biasa(>3/hari; <1/ setiap 3hr)

Warna coklat Hitam, coklat-kemerahan, merah tua-pekat, Kuning-hijau

Konsistensi Lembut,berbentuk Keras, cair, mengandung banyak mukus

Bentuk silindris Kecil, batangan pensil

Jumlah 100-300 g/hr <100 g/hr; >300 g/hr

Bau Beraroma, Tajam Bau busuk, tidak menyenangkan

Page 22: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Newborn and Infant

Kotorannya terbentuk secara lembut dan bewarna hijau tua (meconikum)

Jika me

ng

ons

umsi

ASI,

war

na feses k

uni

ng cera

h, le

mbut, tak

ber

be

nt

uk,

da

n

ba

u ya

ng ti

dak terlal

u

me

nye

ngat

Page 23: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Newborn and Infant

Mereka bisa melakukan eliminasi feses setelah makan, satu kali perhari, atau tiga hari sekali.

Seiring infant tumbuh dewasa, mereka memiliki pola eliminasi yang lebih teratur.

Infant tidak dapat mengontrol eliminasi mereka sampai system saraf pusat mereka matang.

Page 24: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Toddler and Preschooler

Aktivitas mengonsumsi

makanan dapat menstimulasi

pergerakan usus.

Toddler dan prescholl bisa

melakukan eliminasi lebih dari satu kali

sampai sehari.

Toddler (22-36 bulan) telah siap diajarkan

mengontrol eliminasi mereka karena sistem

saraf pusat mereka telah matang untuk melakukan control

eliminasi secara sadar

Page 25: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Toddler and Preschooler

Toddler and Preschooler

Page 26: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Anak dan Remaja

Anak dan Remaja

Page 27: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Dewasa dan lansiaDewasa dan lansia

Page 28: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Penyebab Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal

Page 29: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal

Penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama, keras dan kering.Konstipasi

Impaksi

Inkontinensia

Flatulens

Hemoroid

Diare

Kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan.

Peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk.

Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus.

Saat gas terakumulasi di dalam lumen usus, dinding usus meregang dan berdistensi.

Vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum.

Page 30: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Penyebab Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal

Penyebab Konstipasi

• Kebiasaan defekasi yang tidak teratur

• Mengonsumsi diet rendah serat

• Tirah baring yang panjang• Usia: Lansia mengalami

perlambatan peristaltik dan kehilangan elastisitas otot abdomen

• Kelainan saluran GI: obstruksi usus

Penyebab Impaksi

Pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, dan konstipasi berulang.

Page 31: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Penyebab Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal

Penyebab Hemoroid

• Peningkatan tekanan vena akibat mengedan saat defekasi

Penyebab Diare

• Infeksi usus• Alergi terhadap makanan

atau obat tertentu• Stres emosional (ansietas)

Penyebab Inkontinensia

• Kerusakan sfingter anus• Gangguan saraf: stroke• Sembelit

Penyebab Flatulens

• Penurunan motilitas usus• Penggunaan opiat• Bedah abdomen

Page 32: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Pengkajian yang dilakukan pada Gangguan Eliminasi Fekal

Page 33: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Pengkajian Fisik1. Mulut

Inspeksi gigi, lidah, dan gusi

2. Abdomen

• Inspeksi

• Auskultasi Perhatikan karakter dan frekuensi bising usus• Palpasi untuk melihat adanya masa atau area nyeri tekan

melihat warna, bentuk, kesimetrisan, warna kulit, adanya masa, gelombang peristaltik

Page 34: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• Perkusi Mendeteksi adanya cairan, lesi, atau gas di dalam abdomen Bunyi timpani: Gas Bunyi tumpul: Masa, tumor, cairan

3. Rektum

• Inspeksi melihat adanya lesi, perubahan warna, inflamasi, dan hemoroid pada daerah sekitar anus.• Palpasi perawat mengolesi lubrikan ke jari telunjuk memasukkan jari ke dalam sfingter anus saat klien mengedan palpasi semua sisi dinding rektum untuk mengetahui adanya tekstur yang tidak teratur.

Page 35: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Pemeriksaan Laboratorium

1. Spesimen feses

Page 36: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

2. Tes GuaiakMenghitung jumlah darah mikroskopik di dalam feses. Jumlah kehilangan darah > 50 ml disebut melena.

Page 37: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Pemeriksaan Diagnostik

1. Visualisasi Langsung

• Endoskop fiberoptik dimasukkan ke dalam mulut (memperlihatkan saluran GI bagian atas) atau rektum (memperlihatkan salran GI bagian bawah)• Protoskopi dan sigmoidoskopi instrumen yang kaku dibanding fiberoptik, berbentuk selang yang dilengkapi sumber cahaya. Visualisasi anus, rektum, kolon sigmoid.• Endoskopi atau Gastroskopi Visualisasi esofagus, lambung, dan duodenum.

Page 38: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• Kolonoskopi Visualisasi kolon sampai sekum. Secara umum digunakan sebagai alat diagnostik dan alat skrining untuk pasien risiko tinggi terhadap kanker.

1. Visualisasi Tak Langsung

Apabila visualisasi tidak memungkinkan pemeriksaan mengandalkan sinar-X. Pemeriksaan GI bagian atas memungkinkan dokter melihat esofagus bagian bawah, lambung, dan duodenum. Selanjutnya, lanjut ke arah bawah memeriksa usus halus dan usus besar.

Page 39: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Diagnosa dan Penatalaksanaan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal

Page 40: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

1. Diagnosa Keperawatan: Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur.

Tujuan: Pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari).Kriteria hasil:

a) Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari.b) Konsistensi feses lembut.c) Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan.

Intervensi Rasional1. Tentukan pola defekasi bagi klien dan

latih klien untuk menjalankannya.2. Atur waktu yang tepat untuk defekasi

klien seperti sesudah makan.3. Berikan cakupan nutrisi berserat

sesuai dengan indikasi.4. Berikan cairan jika tidak

kontraindikasi 2-3 liter per hari.5. Pemberian laksatif atau enema sesuai

indikasi.

1. Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klien.

2. Untuk memfasilitasi refleks defekasi.3. Nutrisi serat tinggi untuk

melancarkan eliminasi fekal.4. Untuk melunakkan eliminasi feses.5. Untuk melunakkan feses.

Page 41: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.

Tujuan: Menunjukkan nyeri telah berkurang.Kriteria Hasil:

a) Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

b) Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil.c) Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisi.d) Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk

mencegah nyeri.e) Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-

analgesik secara tepat.

Page 42: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Intervensi Rasional

1. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas dari nyeri dengan melakukan penggalihan melalui televisi atau radio.

2. Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitifitas terhadap efek analgesik opiat.

3. Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obatan dan obat penyakit pada lansia.

4. Observasi.5. Minta pasien untuk menilai nyeri

atau ketidak nyaman pada skala 0 – 10.

6. Gunakan lembar alur nyeri.7. Lakukan pengkajian nyeri yang

komperhensif.

1. Klien dapat mengalihkan perhatian dari nyeri.

2. Hati-hati dalam pemberian analgesik opiat.

3. Hati-hati dalam pemberian obat-obatan pada lansia.

4. Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien.

5. Mengetahui karakteristik nyeri.6. Agar mngetahui nyeri secara spesifik.7. Perawat dapat melakukan tindakan

yang tepat dalam mengatasi nyeri klien agar pasien tidak merasa cemas.

Page 43: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

3. Diagnosa Keperawatan: Konstipasi yang berhubungan dengan asupan diet berserat yang tidak adekuat dan terbatasnya asupan cairan.

Tujuan: Klien memahami dan menelan makanan serta cairan yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengeluaran feses yang lunak dan berbentuk dalam 3 hari, klien memiliki jadwal defekasi yang teratur.

Kriteria Hasil:a) Klien dapat mendeskripsikan sumber makanan yang tinggi serat.b) Klien menjelaskan asupan cairan normal untuk meningkatkan defekasi

dalam dua hari.c) Klien menyiapkan menu untuk 24 jam termasuk makanan yang tinggi

serat dan cairan.d) Klien meminum 1400-2000 ml cairan per hari.e) Klien mengeluarkan feses yang berbentuk dan lunak.

Page 44: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Intervensi Rasional

1. Intruksikan klien untuk lebih banyak mengonsumsi makanan yang menstimulasi peristaltik seperti gandum, roti, apel, selada, seledri, dll.

2. Berikan cairan 6 sampai 8 gelas (lebih baik jus jeruk dan jus anggur) setiap hari.

3. Dorong klien mengambil waktu untuk defekasi 30 sampai 60 menit setelah sarapan.

4. Minta klien mengatakan komitmennya untuk berupaya melakukan defekasi dalam 5 menit setelah merasakan keinginan untuk defekasi.

1. Makanan yang mengandung tinggi serat meningkatkan peristaltik dan membantu menggerakan isi usus di dalam saluran GI, dengan meningkatkan masa feses dan kandungan cairannya (Brown, Everett, 1990).

2. Asupan cairan yang ade kuat membantu mempertahankan materi feses tetap lunak (Swartz, 1989).

3. Refleks gastrokolik paling sensitif pada pagi hari dan setelah makan (Goldfinger, 1991).

4. Kontrak tentang perilaku yang dilakukan antar klien dan perawat memperlihatkan keberhasilan modifikasi perilaku (Gilpatrick, 1989).

Page 45: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

4. Diagnosa Keperawatan: Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan inkontenensia feses.

Tujuan: Integritas kulit klien tetap utuh.Kriteria hasil: Tidak adanya lecet pada kulit dan kemerahan di atas

penonjolan tulang pada klien.

Intervensi Rasional1. Intruksikan klien untuk mandi dengan

sabun hipoalergik ringan dan berikan losion setelah mandi.

2. Bila klien dalam posisi tirah baring maka implementasikan tindakan untuk mencegah komplikasi imobilitas.

3. Pertahankan kuku pendek. Bila terjadi pruritus, berikan losion pada kulit klien. Mandikan dengan air hangat atau sejuk karena panas meningkatkan rasa gatal. Pertahankan klien sejuk untuk mencegah berkeringat.

1. Kulit kering yang teriritasi lebih rentan untuk rusak. Sabun hipoalergik tidak mengeringkan kulit.

2. Ansietas dan edema meningkatkan risiko kerusakan kulit.

3. Gangguan kulit edema kering meningkatkan risiko kerusakan.

Page 46: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

5. Diagnosa Keperawatan: Diare yang berhubungan dengan asupan diet, efek-efek ansietas, inflamasi, iritasi, malabsorpsi usus, efek oba-obatan.

Tujuan: Berhentinya diare yang dialami klien.Kriteria Hasil: Klien mendapatkan kembali pola fungsi usus yang normal.

Intervensi Rasional1. Auskultasi bising usus.2. Selidiki keluhan nyeri abdomen.3. Observasi gerakan usus, perhatikan

warna, konsistensi, dan jumlah.4. Anjurkan makanan atau cairan yang

tidak mengiritasi bila masukan oral diberikan.

5. Berikan pelunak feses sesuai indikasi.

1. Adanya bunyi abnormal misalnya gemercik nada tinggi menunjukan terjadinya komplikasi.

2. Mungkin berhubungan dengan distensi gas atau terjadinya komplikasi misalanya ileus.

3. Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi.

4. Menurunkan risiko iritasi mukosa atau diare.

5. Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan atau evakuasi feses.

Page 47: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

6. Diagnosa Keperawatan: Defisit keperawatan diri yang berhubungan dengan penurunan kekuatan dan daya tahan tubuh.

Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri.Kriteria hasil:

a) Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.

b) Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.

c) Klien dapat mengidentifikasi personal masyarakat yang dapat membantu.

Page 48: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Intervensi Rasional

a) Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL.

b) Hindari apa yang tidak dapat dilakukan dan bantu bila perlu.

c) Rencanakan tindakan untuk defisit penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.

d) Beri kesempatan untuk menolong diri sendiri seperti menggunakan kombinasi pisau garpu, ekstensi untuk berpijak pada lantai atau ke toilet dll.

e) Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.

f) Pemberian supositoria dan pelumas feses atau pencahar.

a) Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.

b) Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.

c) Menjaga keamanan klien bergerak di sekitar tempat tidur dan menurunkan risiko tertimpa perabotan.

d) Mengurangi ketergantungan.e) Meningkatkan latihan dan menolong

mencegah konstipasi.f) Pertolongan utama terhadap fungsi

usus atau defekasi.

Page 49: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Penatalaksanaan Medik pada Klien dengan

Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal

Page 50: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal, perubahan dalam isi dan konsistensi.

• Penyebabnya dapat berupa perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa, atau motilitas.

Diare

Page 51: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• Peningkatan cairan glukosa oral

• Larutan elektrolit

Diare ringan

• Cairan dan glukosa oral• difenoksilat (Lomotil)

dna leporamid (Imodium)

Diare sedang

• Pemberian preparat antimikrobialDiare berat

Page 52: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• Konstipasi merupakan defekasi tidak teratur yang abnormal dan pengerasan feses tak normal yang membuat penderitanya sulit defekasi dan terkadang menimbulkan nyeri.

• Feses ini mengandung banyak sekali mukus yang disekresi oleh kelenjar di dalam kolon dalam responnya terhadap massa pengiritasi ini.

Konstipasi

Page 53: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

1. Penghentian penggunaan laktasif2. Menganjurkan memasukkan serat

dalam diet 3. Peningkatan asupan cairan4. Pembuatan program latian rutin

untuk memperkuat otot abdomen

Pengobatan

Page 54: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Obstipasi dapat didefinisikan sebagai suatu gejala proses defekasi yang bermasalah (tidak lancar, tidak teratur, defekasi keras, mengedan, dan tidak tuntas). Biasanya obstipasi dialami oleh 20% penduduk.

Obstipasi

Page 55: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

1. Obstipasi insidentil dapat ditangani dengan suatu laksans dengan daya melunakkan dalam bentuk suppositoria, yakni gliserol atau bisakodil.

2. Obstipasi kronis dapat diatasi dengan laksansia yang memperbesar isi usus (Laktulosa, Psyllium). Sebagai pilihan kedua dapat digunakan garam-garam anorganik (MgSO4 dan Mg-Oksida). Apabila belum menghasilkan perubahan yang diinginkan, zat perangsang peristaltik (Bisakodil).

Pengobatan

Page 56: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

3. Obstipasi kehamilan dan pada anak-anak dapat ditangani dengan pemberian laktulosa.

4. Obstipasi obstruksi total yang dapat menyebabkan perforasi usus akibat tekanan tinggi dari fekal perlu secepatnya dilakukan tindakan operasi.

Page 57: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Kesimpulan• Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran

sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.

• Proses defekasi terbagi menjadi dua macam reflex yaitu reflex defekasi intrinsic dan reflex defekasi parasimpatis.

• Proses eliminasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni tingkat pertumbuhan dan perkembangan, faktor psikososial, intake cairan, makanan, aktivitas dan kondisi patologis.

• Gangguan yang terjadi pada eliminasi fekal antar lain konstipasi, impaksi, diare, inkontinensia, flatulens, dan hemoroid.

Page 58: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

Daftar Pustaka

• Harkreader, Helen, et al. (2007). Fundamental of Nursing,3 Ed, Vol 2. Canada, Saunders Elseiver

• Hidayat, A.Aziz, dkk. (2005). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

• Potter, P.A dan Perry. A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Page 59: HG 2 - Eliminasi Fekal.pptx

• Lady: defekasi normal tp perih padahal tidak mengejan. Itu kenapa?

• Tesa: ada apa dengan makanan berserat? Bagaimana hubungan integritas kulit pada klien inkontenensia feses? Bagaimana gelombang peristalktik?