57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju. Banyak kebiasaan makan yang telah diadopsi oleh orang Indonesia yang malah memperburuk keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man-made disease) dan penyakit degeneratif sekarang telah menjadi masalah utama kesehatan. Perubahan pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, kanker, osteoporosis, dan hipertensi (Kuswardhani, 2006). Seseorang mengalami hipertensi bila memiliki tekanan darah di atas 139/89 mm Hg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal (Kuswardhani, 2006).

HIPERTENSI-has Been Direvisi

  • Upload
    cantora

  • View
    244

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dibagi menjadi dua, yaitu sistolik dan diastolik.

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju.

Banyak kebiasaan makan yang telah diadopsi oleh orang Indonesia yang malah

memperburuk keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man-made disease)

dan penyakit degeneratif sekarang telah menjadi masalah utama kesehatan.

Perubahan pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian

siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat

pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit

degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, kanker, osteoporosis, dan hipertensi

(Kuswardhani, 2006).

Seseorang mengalami hipertensi bila memiliki tekanan darah di atas

139/89 mm Hg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab

kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent

Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa

menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan

penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal (Kuswardhani, 2006).

Menurut Dr. Budhi Setianto, darah tinggi ditandai dengan sakit kepala,

jantung berdebar-debar, sakit di tengkuk, mudah lelah, penglihatan kabur dan

mimisan (perdarahan hidung).  Apabila seseorang mempunyai gejala-gejala

tersebut, Dr. Budi Setianto menganjurkan kontrol ke dokter, minum obat teratur,

olah raga terukur dan teratur, timbang berat badan dan ukur lingkar perut, hati-hati

makan dan minum, berhenti merokok dan menjaga kesehatan mental (Anonim j,

2009).

Prevalensi hipertensi cukup tinggi dan cenderung meningkat di masa yang

akan datang. Tingkat keganasannya cukup yang tinggi berupa kecacatan

permanen dan kematian mendadak. Spesialis Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas

Kedokteran (FK) Unsri dan RSMH Palembang, dr Zukhair Ali, Sp.P.D,

mengatakan penyakit hipertensi saat ini merupakan pembunuh nomor satu di

1

1

dunia. Penyakit ini banyak terdapat di negara maju, seiring perkembangan zaman

dan perubahan pola dan gaya hidup. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang

dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8 – 18,6 % penduduk yang berusia 20

tahun adalah penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar

antara 0,65 persen. Hipertensi pada dewasa ini masih merupakan masalah yang

perlu ditangani secara sungguh-sungguh. Banyak penelitian telah dilakukan di

rumah sakit dan di masyarakat, prevalensi penyakit hipertensi menunjukkan

tendensi meningkat (Anonim i, 2009).

Banyak obat-obatan yang digunakan sebagai terapi antihipertensi. Tujuan

terapi digunakan untuk menurunkan tekanan darah pasien. Namun penggunaan

obat-obatan menimbulkan komplikasi dan efek samping yang tidak dikehendaki

dan cukup membahayakan pasien. Oleh sebab itu, digunakan obat-obatan herbal

yang memiliki khasiat serta keamanan yang baik. Salah satunya adalah

menggunakan herba sambiloto (Andrograpidhis paniculatae) sebagai terapi

antihipertensi. Herba sambiloto digunakan dalam formulasi ekstraksi cair

menggunakan metode sokletasi (Anonim d, 2009).

Sambiloto adalah tanaman liar yang diduga berasal dari India. Tanaman

yang sangat pahit ini dipatenkan sebagai obat antiHIV oleh sebuah perusahaan

Farmasi Jerman. Sementara di Indonesia, Dirjen POM, Departemen Kesehatan RI,

menetapkan Sambiloto sebagai salah satu dari sembilan tanaman obat unggulan

yang sudah diuji secara klinis. Sambiloto telah banyak digunakan di Asia untuk

menyembuhkan infeksi, demam, herpes, sakit tenggorokan,dan berbagai penyakit

infeksi lain. Anggota family Acanthaceae ini mengandung andrografolid, senyawa

penting yang banyak terkandung pada daun. Rasanya sangat pahit sehingga

dijuluki “king of bitter” biang pahit. Sambiloto merupakan stimulator kuat sistem

kekebalan yang beraksi dalam 2 cara: respon antigen spesifik dan respon

kekebalan nonspesifik. Pada cara kerja pertama, antibodi dibuat untuk menetralisir

serangan mikroba sedangakan cara kerja kedua, sel-sel makrofag mencari dan

menghancurkan makhluk asing. Saat keduanya beraksi, sambiloto efektif

melawan berbagai pembawa infeksi dan penyebab kanker (Anonim g, 2009).

2

Sambiloto mengandung senyawa flavonoid yang bersifat mencegah

sekaligus menghancurkan penggumpalan darah. Sambiloto memiliki kadar kalium

yang tinggi dan rendah kandungan natrium. Kalium diperlukan untuk

mengeluarkan air dan natrium dalam tubuh sehingga bisa menurunkan tekanan

darah. Sementara natrium harus di hindari karena bisa meningkatkan tekanan

darah. Tanaman ini juga mengandung andrografin, androgafolid (zat pahit) yang

dapat menghambat peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh hormon

noradrenalin. Sambiloto berkhasiat untuk mencegah penyakit jantung dan

penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menemukan bahwa ekstrak sambiloto

berkhasiat antihipertensi. Noradrenalin, hormon hasil sekresi otak, menyebabkan

pengerutan pembuluh darah dan menambah detak jantung, tekanan darah, dan

kadar gula darah. Sambiloto mampu menghambat peningkatan tekanan darah

yang diakibatkan hormon tersebut. Herba itu melemaskan otot-otot dinding

pembuluh darah agar tak mengerut (Anonim d, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana tahapan ekstraksi cair herba samboloto (Andrographis

paniculatae) dengan menggunakan metode sokletasi agar dihasilkan

ekstrak yang berkhasiat sebagai antihipertensi ?

1.2.2 Bagaimana formulasi ekstrak herba sambiloto (Andrographis

paniculatae) sebagai obat antihipertensi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk dapat mengetahui dan mengerjakan tahapan ekstraksi cair

herba samboloto (Andrographis paniculatae) dengan menggunakan

metode sokletasi agar dihasilkan ekstrak yang berkhasiat sebagai

antihipertensi.

1.3.2 Untuk dapat membuat formulasi ekstrak herba sambiloto

(Andrographis paniculatae) sebagai obat antihipertensi.

3

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

khasiat sambiloto sebagai antihipertensi.

1.4.2 Bagi mahasiswa diharapkan mampu membuat formulasi obat

tradisional sediaan cair antihipertensi dari ekstrak sambiloto.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian

Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan

resistensi perifer. Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung

dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Tekanan

darah dibagi menjadi dua, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan

dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Adapun diastolik yaitu sisa tekanan dalam arteri saat jantung beristirahat. Tekanan

ini dinyatakan dalam bentuk angka pecahan. Tekanan sistolik ditulis di atas,

sedangkan diastolik di bawah. Jika hasil pengukuran tensi 120/80 mmHg, artinya

tekanan sistolik 120 dan diastolik 80. Satuan mmHg adalah milimeter air raksa

sebagai satuan tekanan darah. Pengukurannya didasarkan seberapa besar tekanan

dalam arteri yang menyebabkan naiknya kolom air raksa pada alat pengukur

tekanan darah (Anonim d, 2007). Darah tinggi adalah penyakit yang ditunjukkan

oleh tekanan darah seseorang yaitu sistolik di atas 140 mm Hg dan diastolik di

atas 90 mm Hg (Iskandar, 2009).

2.1.2 Kriteria Penyakit Hipertensi

NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam), memberikan batasan dengan

membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut:

Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada

waktu berbaring > 130/90 mmHg.

Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya >

145/95 mmHg.

Pada wanita tekanan darah > 160/95 mmHg, dinyatakan hipertensi.

5

5

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Hipertensi menurut The Joint National Committee V

(JNC-V) dari USA tahun 1993.

No KriteriaTekanan Darah (mm Hg)

Sistolik Diastolik

1 Normal <130 <85

2 Perbatasan (High normal) 130-139 85-89

3 Hipertensi

Derajat 1= ringan

Derajat 2= sedang

Derajat 3= berat

Derajat 4=sangat berat

140-159

160-179

180-209

≤ 210

90-99

≥120

Pengelompokkan diatas juga berdasarkan ukuran sehingga belum

mempertimbangkan faktor-faktor spesifik dari tiap-tiap penderita (Iskandar,

2009).

Tabel 2.2 Batas-batas tekanan darah rata-rata

UsiaPria Wanita

Sistolis Diastolis Sistolis Diastolis

10-20 tahun

20-30 tahun

30-40 tahun

40-50 tahun

50-60 tahun

60-70 tahun

70-80 tahun

80-90 tahun

102-123

123-126

126-128

128-133

133-140

140-143

143

143

70-78

78-80

80-82

82-83

83-84

84-81

81-80

80-78

103-116

116-120

120-126

126-136

136-144

144-158

158-155

155-149

70-73

73-76

76-80

80-85

85-83

83-81

81-80

80

(Tjay, et all.,2002)

6

2.1.3 Penyebab Hipertensi

Sekitar 90 – 95 % kasus penyakit hipertensi belum dapat diketahui

penyebabnya. Tidak dapat diketahui mengapa seorang menderita hipertensi.

Hipertensi seperti itu disebut Hipertensi esensial. Sekitar 5 - 10% kasus penyakit

hipertensi sudah dapat diketahui penyebabnya. Hipertensi ini disebut Hipertensi

sekunder yang antara lain disebabkan penyakit ginjal, kelainan endokrin, dan

pemakaian obat. Hipertensi esensial dapat terjadi pada orang muda maupun orang

dewasa. Pada prinsipnya hipertensi ini tidak diketahui sebabnya secara pasti,

tetapi dapat dipelajari ‘kemungkinan sebabnya’. Pada orang muda dapat dipelajari

kemungkinan sebabnya seperti kelainan kelenjar endokrin, kelainan fungsi

jantung, kelainan fungsi ginjal, kelainan fungsi metabolisme yang menyebabkan

komposisi darah kurang normal dan lain-lain faktor yang umumnya bersifat

bawaan. Hipertensi esensial pada orang dewasa dan lanjut usia umumnya

memiliki kemungkinan sebab yang berkaitan dengan degenerasi organ-organ

tubuh. Organ-organ tubuh sesuai dengan usia mengalami penurunan vitalitas

sehingga tekanan darah naik untuk memperoleh keseimbangan, atau bahkan

tekanan darah naik karena keleluasaan peredaran darah terhambat karena penuaan

pembuluh darah (penurunan elastisitas pembuluh darah) atau organ yang dilalui

darah seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru dan lain-lain. Serta kemungkinan

sebab lain yang berkaitan dengan pengaturan syaraf pusat dan gangguan kelenjar

endokrin. Hipertensi sekunder lebih mudah diatasi daripada hipertensi esensial

karena sesudah sebabnya diketahui secara pasti maka pengobatan diarahkan untuk

memperbaiki organ yang rusak. Jika pengobatan itu berhasil maka sewajarnya

hipertensi itu akan sembuh (Iskandar, 2009).

7

2.1.4 Faktor yang Dapat Meningkatkan Hipertensi

Ada beberapa faktor yang dapat menigkatkan tekanan darah secara

reversible antara lain:

1. Garam

Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah

bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga

memperkuat efek vasokonstriksi nor-adrenalin.

2. Drop (liquorice)

Sejenis gula-gula yang terbuat dari sukus liquiritae. Mengandung asam

glizirinat dengan khasiat retensi air gula, yang dapat meningkatkan

tekanan darah bila dikonsumsi dalam jumlah besar.

3. Stres

Ketegangan emosional dapat meningkatkan tekanan darah untuk

sementara akibat pelepasan adrenalin dan nor-adrenalin yang bersifat

vasokontriktif.

4. Merokok

Nikotin dalam rokok berkhasiat vasokontriksi dan meningkatkan tekanan

darah.

5. Pil anti hamil

Mengandung hormon estrogen yang bersifat retensi garam dan air.

6. Hormon pria dan kortikosteroida

Juga berkhasiat retensi air. Setelah penggunaan hormon atau pil

dihentikan, atau pemakaian garam sangat dikurangi pada umumnya

tekanan darah menjaid turun dan normal kembali.

7. Kehamilan

Mekanisme hipertensi pada kehamilan serupa dengan proses di ginjal.

Bila uterus diregangkan terlampau banyak oleh janin dan suplai darah

yang diterima kurang maka akan dilepaskan zat-zat yang dapat

meningkatkan tekanan darah. (Tjay, et al.,2002)

8

2.1.5 Gejala Penyakit Hipertensi

Gejala-gejala yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi sebagai

berikut :

1. Nyeri kepala pada pagi hari sebelum bangun tidur (Tjay, et all, 2002)

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga berdenging (Iskandar, 2009)

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi penyakit hipertensi adalah penyakit yang diakibatkan oleh

tekanan darah yang tinggi pada penderita hipertensi. Akibat dari hipertensi ini

akan timbul penyakit lain sebagai komplikasinya :

1. Kerusakan pada otak: akibat pecahnya pembuluh darah otak (stroke). Tekanan

darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak.

Akibatnya terjadi pendarahan di bagian tertentu dari otak, sementara pada

bagian lain dari otak tidak teraliri darah secara mencukupi sehingga sebagian

otak rusak.

2. Kerusakan pada jantung: akibat pembesaran otot jantung kiri sehingga

mengalami gagal jantung. Pembesaran otot jantung kiri karena kerja keras

jantung untuk memompa darah.

3. Kerusakan pada ginjal: akibat rusaknya pembuluh darah ginjal sehingga

fungsi ginjal menurun sampai terjadi gagal ginjal. Rusaknya pembuluh darah

ginjal karena tekanan darah yang tinggi menekan dinding pembuluh darah.

4. Kerusakan pada mata: Kerusakan pada mata karena tekanan darah yang tinggi

menekan pembuluh darah dan syaraf sehingga penglihatan terganggu

(Iskandar, 2009).

2.1.7 Penyakit Penyerta Hipertensi

Penyakit penyerta hipertensi adalah penyakit yang biasa timbul pada

penderita hipertensi bersamaan dengan penyakit hipertensi tetapi bukan

9

diakibatkan oleh hipertensi. Berbagai penyakit dapat menyertai atau timbul

bersamaan dengan hipertensi sehingga mengakibatkan kerusakan organ dari

penderita yang lebih parah.

Penyakit penyerta hipertensi antara lain:

1. Kencing manis

2. Kencing manis akibat resistensi insulin

3. Hiperfungsi kelenjar thyroid

4. Rematik dan Gout

5. Kadar lemak darah tinggi (Iskandar, 2009).

2.1.8 Pengobatan Hipertensi secara Konvensional

Karena 90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya maka pengobatan

hipertensi diarahkan terutama untuk menurunkan tekanan darah ke tingkat yang

wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun. Dengan demikian

pengobatan darah tinggi dengan obat kimia diarahkan langsung untuk

menurunkan tekanan darahnya dan bukan mengobati penyebabnya. Disamping

tujuan diatas pengobatan hipertensi dengan obat kimia juga diarahkan mengurangi

akibat dari penyakit hipertensi seperti kesakitan, pengerasan pembuluh darah

(arteriosklerosis), penyembuhan penyakit penyerta, memulihkan kerusakan target

organ dan mencegah kerusakan akibat hipertensi. Selain itu pengobatan darah

tinggi juga diarahkan untuk menghindarkan hal- hal yang beresiko mengakibatkan

kenaikan tekanan darah antara lain: makanan berlemak tinggi, garam, daging

kambing, buah durian, minuman beralkohol, rokok dan kopi. Obat kimia untuk

darah tinggi terutama diberikan untuk menurunkan tekanan darahnya dan bukan

mengobati penyebabnya. Menurunkan tekanan darah dilakukan dengan cara:

1) Penghambat Kalsium

Memperlancar peredaran darah dan menurunkan jumlah air dalam darah

dengan cara mengeblok kalsium agar kalsium kembali ke otot dan tidak

mengikat air serta tidak mengendap di pembuluh darah.

2) Menurunkan tahanan pembuluh darah tepi.

10

3) Diuretika, mengurangi jumlah air dalam plasma darah dengan cara

dibuang sebagai urine.

4) Anti-andrenegik, menurunkan produksi, sekresi dan efektivitas

hormone adrenalin.

5) Vasodilator, melancarkan peredaran darah dengan cara

meningkatkan volume pembuluh darah dan organ-organ yang diisi darah

(Iskandar, 2009).

2.1.9 Pengobatan dengan Tanaman Obat

Tujuan pengobatan hipertensi dengan tanaman obat adalah mengobati

hipertensi dengan memperbaiki penyebabnya sesuai filosofi tanaman obat sebagai

obat konstruktif, yaitu memperbaiki/membangun organ atau sistem yang rusak

yang mengakibatkan terjadinya hipertensi. Tetapi mengingat 90%-95% penyebab

hipertensi tidak diketahui (hipertensi esensial) maka kerja dari tanaman obat

dalam memperbaiki/membangun organ/sistem yang rusak juga tidak diketahui.

Sebagai akibatnya, karena penyebab hipertensi yang tidak diketahui ini dipastikan

lebih dari satu penyebab maka terdapat banyak tanaman obat yang ternyata cocok

untuk banyak penderita yang berbeda satu sama lain, penderita satu cocok dengan

tanaman tertentu dan penderita yang lain cocok dengan tanaman lain. Namun

demikian pada beberapa tanaman obat hipertensi dapat diketahui mekanismenya

dalam menurunkan tekanan darah, seperti antara lain diuretikum (sangat banyak

jenis), anti andrenergik dan vasodilator.

Tanaman obat memiliki kelebihan dalam pengobatan hipertensi karena

umumnya tanaman obat memiliki fungsi selain mengobati hipertensi juga

mengobati penyakit penyerta atau penyakit komplikasi sebagai akibat tekanan

darah tinggi (Iskandar, 2009).

11

2.1.10 Pencegahan

Adapun beberapa tindakan-tindakan umum yang dapat dilakukan untuk

menurunkan tekanan darah antara lain :

1. Menurunkan berat badan

Berat badan berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan

perluasan sistem sirkulasi.

2. Mengurangi garam dalam diet

Bila kadar Na di filtrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air dikeluarkan

untuk menormalkan kadar garam dalam darah. Akibat pengeluaran ekstra air

tersebut maka tekanan darah akan menurun.

3. Diet kolesterol

Konsumsi serat-serat nabati hendaknya justru diperbanyak, karena telah

terbukti bahwa serat tersebut dalam makanan dapat membantu menurunkan

tekanan darah.

4. Berhenti merokok

Tambakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan

vasokonstriksi pada arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan

tekanan darah meningkat. Lagipula CO dalam asap mengikat hemoglobin

lebih cepat dan lebih kuat daripada oksigen. Hingga penyerapan oksigen di

paru-paru sangat dikurangi. Selain itu ter dalam asap bersifat karsinogenik

dan pada jangka waktu panjang dapat merusak dinding pembuluh darah

dengan fek aterosklerosis.

5. Membatasi minum kopi

Kafein dalam kopi menyebabkab vasokonstriksi pembuluh darah yang

secara akut dapat meningkatkan tekanan darah dengan terjadinya gangguan

ritme.

6. Membatasi minum alkohol

Alkohol memiliki banyak khasiat antara lain vasodilatasi, pengingatan HDL-

kolesterol, fibrinolitis, dan mengurangi kecenderungan beku darah. Tetapi

minum lebih dari 40 g sehari untuk jangka waktu panjang dapat

meningkatkan tensi diastolik sampai 0,5 mm per 10 g alkohol.

12

7. Cukup istirahat dan tidur

Cukup istirahat dan tidur adalah penting karena selama periode ini tekanan

darah menurun (Tjay, et al.,2002)

2.2 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)

Gambar 1. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)

2.2.1 Nama Daerah

Sumatra: Pepaitan (Melayu), Jawa: Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidar,

sadilata, sambilata, takila (Jawa), Indonesia: Sambiloto (Anonim a, 1979).

2.2.2 Pertelaan

Terna tumbuhan tegak, tinggi 40 cm sampai 90 cm, percabangan banyak

dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut.

Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam atau agak tajam, tepi

daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm, panjang

tangkai daun 5 mm sampai 25 mm; daun bagian atas bentuknya seperti daun

pelindung. Perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang bunga 3 mm sampai 7

mm, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga berbibir berbentuk

tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih dengan warna

13

kuning di bagian atasnya, ukuran 7 mm sampai 8mm, bibir bunga bawah lebar

berbentuk biji, berwarna ungu dan panjang 6 mm. Tangkai sari sempit dan

melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Bentuk buah jorong dengan ujung

yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm, bila tua akan pecah terbagi menjadi 4

keping (Anonim a, 1979).

2.2.3 Ekologi dan penyebaran

Tumbuh di India, semenanjung Malaya dan hampir di seluruh Indonesia

pada tempat terbuka, di kebun, di tepi sungai, pada tanah yang gembur; seringkali

tumbuh berkelompok. Tumbuh pada ketinggian tempat 1 m sampai 700 m di atas

permukaan laut (Anonim a, 1979).

2.2.4 Herba Sambiloto/ Sambiloto

Herba sambiloto adalah bagian di atas tanah tanaman Andrographis

paniculata (Anonim a, 1979).

a. Pemerian

Tidak berbau; rasa sangat pahit.

1. Makroskopik

Batang tidak berambut, tebal 2 mm sampai 6 mm, jelas persegi empat,

batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang

berhadapan, umumnya terlepas dari batang, berbentuk lanset sampai bentuk

lidah tombak, panjang 2 cm sampai 7 cm, lebar 1 cm sampai 3 cm, rapuh,

tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing, ujung meruncing, tepi daun

rata. Permukaan atas berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan

bawah berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Kelopak bunga terdiri

dari 5 helai daun kelopak, panjang 3 mm sampai 4 mm, berambut. Daun

mahkota berwarna putih sampai keunguan. Buah berbentuk jorong, pangkal

dan ujung tajam, panjang lebih kurang 2 cm, lebar lebih kurang 4 mm,

kadang-kadang pecah secara membujur menjadi 4 keping. Permukaan luar

kulit buah berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan, permukaan dalam

berwarna putih atau putih kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5 mm sampai 3

14

mm., lebar lebih kurang 2 mm; permukaan luar berwarna coklat muda

bertonjol-tonjol. Pada penampang melintang biji terlihat endosperm

berwarna kuning kecoklatan, lembaga berwarna putih kekuningan (Anonim

a, 1979).

2. Mikroskopik

Daun: Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat, kutikula

tipis, pada penampang tangensial tampak berbentuk poligonal, dinding

samping lurus, tidak terdapat stomata. Pada lapisan epidermis terdapat

banyak sel litosis yang berisi sistolit; sistolit mengandung banyak kalsium

karbonat. Sel litosis umumnya lebih besar daripada sel epidermis, bentuk

jorong atau bulat telur memanjang. Sistolit berbentuk jorong atau bulat telur

dengan permukaan bertonjolan hingga mirip rangkaian buah anggur.,

panjang 60 μm sampai 150 μm, lebar 30 μm sampai 80 μm. Rambut kelenjar

banyak, terletak agak tenggelam di lapisan epidermis, sel pangkal kecil dan

sel bersatu; kepala kelenjar terdiri dari beberapa sel, garis tengah kepala

kelenjar 40 μm sampai 65 μm, tinggi 15 μm sampai 25 μm. Rambut penutup

sangat sedikit, umumnya terdapat di epidermis atas pada daun tulang, bentuk

kerucut berujung tumpul, bersel dua, dinding tipis, berukuran panjang 30 μm

sampai 125 μm. Sel epidermis bawah lebih kecil dari sel epidermis atas,

pada penampang tangensial tampak dinding samping bergelombang.

Stomata sangat banyak, tipe bidiasitik dan diasitik, umumnya bidiasitik.

Rambut kelenjar dan litosis lebih banyak terdapat di epidermis bawah

daripada di epidermis atas. Jaringan palisade umumnya terdiri dari satu lapis

sel, jarang yang dua lapis. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis

sel bunga karang, tersusun renggang dengan rongga udara yang besar;

diantara sel bunga karang terdapat juga sel litosis serupa dengan yang

terdapat di epidermis. Berkas pembuluh tipe bikolateral.

Batang : epidermis terdiri dari 1 lapis sel yang terentang tangensial, pada

penampang tangensial terlihat berbentuk segiempat panjang, dinding

samping lurus, kutikula agak tebal; pada epidermis terdapat rambut kelenjar

dan litosis seperti yang terdapat pada epidermis daun. Jaringan kolenkim

15

terdapat di bawah epidermis, terutama pada sudut batang. Parenkim korteks

terdiri dari beberapa lapis sel, serabut perisikel berdinding tebal, agak

berlignin, lumen sempit. Floem sekunder sedikit. Sebagian besar xilem

sekunder terdiri dari serabut kayu; pembuluh kayu bernoktah dan pembuluh

kayu berpenebalan tangga tersebar. Empulur terdiri dari sel besar berbentuk

poligonal, dinding bernoktah, sel empulur berisi hablur kalsium oksalat

berbentuk jarum, panjang hablur 15 μm sampai 50 μm (Anonim a, 1979).

Gambar 2. Penampang melintang daun sambiloto

16

Gambar 3. Serbuk herba sambiloto.

2.2.5 Morfologi Tanaman

Herba, semusim, tinggi 50-90 cm. Tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di

kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau pekarangan. Tumbuh di

dataran rendah sampai ketinggian 700m dpl. Daun tunggal, bertangkai pendek ±

30mm, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung

meruncing tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang

2-8 cm, lebar 1-3cm, pertulangan menyirip. Bunga majemuk yang bercabang

membentuk malai, keluar dari ujung batang atau ketiak daun, kelopak lanset,

berbagi lima, pangkal berlekatan, hijau, benang sari dua, bulat panjang, kepala

sari bulat, ungu, putih, pendek, kepala putik ungu coklat, mahkota lonjong,

pangkal berlekatan, ujung pecah menjadi empat, bagian dalam putih bernoda

ungu, bagian luar berambut, merah. Buah kapsul berbentuk jorong, penjang

sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, tengah beralur, bila masak

akan pecah membujur menjadi 4 keping, masih muda hijau setelah tua cokelat.

Biji bulat, kecil, masih muda putih kotor setelah tua cokelat.

17

2.2.6 Sistematika Tanaman

Divisi : Spermathophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Famili : Acanthaceae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata

(Anonim b, 2000)

2.2.7 Kandungan Kimia dan Manfaatnya

Tanaman ini memiliki kandungan kimia antara lain saponin, flavonoid, dan

tanin. Lakton dari daun dan cabang berupa deoxy-andrographolid, andrographolid

(zat pahit), Neoandro-grapholid, 14-deoxy-11,12 didehydroandrographolid dan

homoandrographolid. Flavonoid dari akar berupa polymethoxyflavon,

andrographin, panicolin, mono-o-methylwithin dan apigenin-7,4-dimetil eter,

alkana, keton dan aldehid, kalium, kalsium, natrium dan asam kersik, damar.

Andrografolida sekurangnya 1 %. Kalmegin (zat amorf) dan hablur kuning, pahit

sampai sangat pahit (Dalimartha, 2005).

Secara tradisional sambiloto telah dipergunakan untuk pengobatan akibat

gigitan ular atau serangga, demam, dan disentri, rematik, tuberkulosa, infeksi

pencernaan, dan lain-lain. Sambiloto juga digunakan untuk mengobati hepatitis,

infeksi saluran empedu, disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel

(tonsilitis), abes paru, malaria, radang paru (pneumonia), radang saluran

pernafasan (bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis), darah tinggi, kencing

manis, sakit gigi dan radang usus buntu (Anonim j, 2009).

18

Gambar 4. Struktur kimia andrografolid

Ekstrak cair Sambiloto yang diberikan melalui infusi intraperitonial pada

mencit menunjukkan efek hipotensif dengan ketergantungan dosis pada tekanan

darah sistolik pada mencit yang dikondisikan menjadi hipertensi dan kontrol

normotensif. Ekstrak air mentah Sambiloto dan 2 n-butanol semimurni dan fraksi

cair secara signifikan mengurangi tekanan darah arteri pada mencit yang

dianastesi tanpa menurunkan denyut jantungnya. Substansi hipotensif dalam

ekstrak air terkonsentrasi pada fraksi butanol. Dalam hal ini, Sambiloto

disarankan diberikan melalui injeksi.(Mills and Kerry, 2000)

2.2.8 Mekanisme Kerja Sambiloto sebagai Antihipertensi

Sambiloto mampu menghambat peningkatan tekanan darah yang

diakibatkan oleh hormon Noradrenalin, hormon hasil sekresi otak, menyebabkan

pengerutan pembuluh darah dan menambah detak jantung, tekanan darah, kadar

gula darah. Herba itu melemaskan otot-otot dinding pembuluh darah agar tak

mengerut menyebabkan peredaran darah lancar dan oksigen tetap mengalir ke

otak. (Anonim e, 2009)

2.2.9 Dosis

Dengan rasanya yang pahit, beberapa orang mungkin kesulitan dalam

mengkonsumsi Sambiloto dalam sediaan cair. Berapapun jumlah yang

dikonsumsi, dosis pencegahan harian untuk dewasa sekitar 2-3 gram atau sama

19

dengan 4-6ml per hari dari 1:2 ekstrak cair. Selama terjadinya hipertensi, dosis

efektifnya 6 gram per hari (sampai 12 ml per hari dari 1:2 ekstrak cair). Karena

sambiloto dikenal memiliki sifat yang ‘dingin’, maka lebih cenderung dikonsumsi

dengan dikombinasikan dengan tanaman ‘hangat’ saat digunakan selama musim

dingin sebagai pengobatan pencegahan, terutama bila pasien mempunyai kondisi

yang ‘dingin’. Tanaman yang bersifat hangat meliputi jahe, Astragalus dan tulsi

(Ocimum sanctum) (Mills and Kerry, 2000).

Ketika dikonsumsi Andrografolid akan terakumulasi di sepanjang organ

viscera. Dalam satu penelitian setelah 48 jam, konsentrasi Andrografolid sebesar

20,9% di otak,14,9% di limfa, 11,1% di jantung, 10,9% pada paru-paru, 8,6 %

pada rectum, 7,9% pada ginjal, 5,6% pada hati, 5,1% pada uterus, 5,1% pada

ovarium, dan 3,2% pada usus. Absorbsi dan sekresinya sangat cepat sekitar 80%

selama 8 jam melalui ginjal (urin) dan saluran pencernaan (Anonim f, 2009).

2.3 Monografi Zat Aktif dan Zat Tambahan

2.3.1 Andrografolid

Andrografolid mudah larut dalam metanol, etanol, piridin, asam asetat dan

aseton. Tetapi agak sukar larut dalam eter dan air. Titik leburnya 228o-230oC

dan spektrum ultraviolet dalam etanol dengan λmaks adalah 223nm (Anonim

h, 2009).

2.3.2 Sugar (Gula/ Sukrosa)

Sukrosa merupakan gula yang diperoleh dari Saccharum oficinarum, gula

bit, ataupun sumber yang lainnya. Memiliki rumus empiris C12H22O11, tidak

mengandung bahan tambahan.

Pemerian: hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk

kubus (serbuk hablur putih). Tidak berbau, rasa manis, stabil di udara.

Larutannya netral terhadap lakmus.

Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air

mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam

eter (Rowe et all., 2004).

20

2.3.3 Sorbitol

Rumus molekul : C6H14O6

BM : 182,17.

Pemerian : serbuk, butiran atau kepingan; putih; rasa manis.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P,

dalam metanol P dan dalam asam asetat P.

Khasiat dan penggunaan : zat tambahan, yaitu sebagai pemanis, solvent,

dan anti-caplocking agent (Anonim a, 1979).

Inkompatibilitas: Sorbitol akan membentuk chelat larut air dengan banyak

ion logam valensi dua dan tiga pada asam kuat dan basa kuat. Penambahan

larutan polietilen glikol pada larutan sorbitol dengan pengocokan keras,

menghasilkan waxy, gel larut air dengan titik didih 350-400C. Larutan

sorbitol akan bereaksi dengan besi oksida akan menghasilkan perubahan

warna.

2.3.4 Glyserin

Rumus molekul : C3H8O3

BM : 92,10

Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis

diikuti rasa hangat; higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu

rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak

melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200C.

Kelarutan : dapat dicampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis

tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.

Khasiat dan penggunaan : zat tambahan, yaitu sebagai antimikroba,

solvent, dan anti-caplocking agent (Anonim a, 1979).

Kestabilan: Gliserin murni mudah teroksidasi oleh atmosper .gliserin akan

berbentuk kristal jika disimpan pada suhu rendah.kristal tidak akan leleh

sampai dipnaskan pada suhu 20C.gliserin harus disimpan pada keadaan

kedap udara,dan tempat yang kering.

21

2.3.5 Metil Paraben

Rumus Kimia

C8H8O3

Berat Molekul

152.15

Pemerian

Kristal; tidak berwarna; tidak berbau atau hampir tidak berbau;dan rasa

sedikit membakar

Kelarutan

Mudah larut dalam propilen glikol (1:5), dalam etanol (1:2), dalam eter

(1:10), larut dalam 60 bagian gliserin, sukar larut dalam air (1:400), dan

praktis tidak larut dalam minyak mineral.

Kegunaan

Pengawet. (Kibbe, 2000)

2.3.6 Mentha Piperita

Berat jenis :

0,904

Titik didih :

212°C

Titik lebur :

34°C

Pemerian :

Cairan tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas kuat menusuk; rasa pedas

diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut.

Kelarutan :

Sangat mudah larut dalam etanol 95%, kloroform, eter, minyak lemak dan

parafin cair; larut dalam aseton dan benzen; agak larut dalam gliserin;

praktis tidak larut dalam air (Rowe et all., 2004).

22

2.3.7 Etanol 96%

Berat jenis :

0,8119

Titik didih :

78,15°C

Pemerian :

Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan

rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan

mindidih pada suhu 78ºC. Mudah terbakar.

Kelarutan :

 Tercampur dengan kloroform, eter, gliserin dan air (dalam suhu dan volume

tertentu) (Rowe et all., 2004).

2.4 Budidaya Tanaman

Tumbuhan belum dibudidayakan. Tumbuhan dapat diperbanyak dengan

biji(Anonim a, 1979).

2.4.1 Penyiapan Lahan

Sambiloto dapat dibudidayakan pada lahan bekas persawahan atau tegalan.

Lahan yang digunakan sebaiknya memiliki sumber air untuk penyiraman. Bila

lahan yang digunakan bekas persawahan maka harus dibuat drainase dengan

kedalaman 30 – 50 cm dan lebar 50 cm. Pengolahan tanah dimulai dengan

pembersihan areal tanam dari gulma dan sisa-sisa tanaman. Kemudian tanah

dicangkul dan digemburkan dengan kedalaman 20 – 30 cm dengan posisi tanah

dibalik untuk menambah pori-pori tanah dan

mempermudah perakaran menyusup ke dalam tanah. Kemudian dibuat bedengan

dengan ketinggian 20 cm, lebar 100 – 150 cm, panjang bedengan disesuaikan

dengan ukuran lahan. Jarak antar bedengan 30 cm (Anonim g, 2009).

23

2.4.2 Penyiapan Bibit

Sambiloto dapat diperbanyak secara vegetatif yaitu dengan setek batang

atau pucuk dan dengan cara generatif yaitu dengan biji. Perbanyakan tanaman

dengan menggunakan biji lebih sering dilakukan karena bibit yang dihasilkan

lebih banyak, tekniknya sederhana dan mudah. Kelemahannya perbanyakan

melalui biji membutuhkan waktu lebih lama dan pertumbuhan bibit cenderung

tidak seragam. Biji dipilih dari tanaman yang sehat, petumbuhannya baik dan

bebas dari serangan hama dan penyakit. Biji dikecambahkan dalam kotak

pesemaian yang telah diisi media berupa campuran tanah, pasir dan kompos (1 :

1 : 1). Setelah berkecambah dan berdaun 3 – 4 , dapat dipindahkan ke polibeg

kecil yang sudah diisi media tanam berupa campuran topsoil dan pupuk kandang

dengan perbandingan 1 : 1. Bibit dalam polibag tersebut dapat disusun pada

bedengan pembibitan yang ditempatkan pada areal yang agak terlindung.

Penyiraman dilakukan 1 – 2 kali sehari (Anonim g, 2009).

2.4.3 Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar bibit lebih

cepat tumbuh dan lebih mudah beradaptasi. Pada bedengan yang telah disiapkan

dibuat lubang tanam dengan ukuran 15 cm x 15 x cm x 15 cm. Jarak tanam yang

dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm. Pada saat pemindahan bibit dari polibeg ke

lubang tanam, diusahakan agar tanah yang melekat pada akar tetap utuh agar

proses pertumbuhan tidak terganggu. Kemudian tanah galian dipadatkan dan bibit

disiram air secukupnya (Anonim g, 2009).

2.4.4 Pemeliharaan

Dianjurkan untuk memberi pupuk yang berasal dari bahan alami (pupuk )

yaitu pupuk kandang atau kompos. Pupuk kandang dapat diberikan pada saat

pertumbuhan vegetatif yaitu pada umur 1 – 1,5 bulan setelah penanaman ke

lapangan, dosis pupuk kandang 3 – 4 ton/ha. Agar diperoleh daun dan batang

yang pertumbuhannya baik dapat ditambahkan pupuk yang banyak mengandung

unsure nitrogen dan kalium. Penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati

24

atau pertumbuhannya kurang baik dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 – 5

minggu. Tanaman pengganti sebaiknya yang seumur dengan tanaman lama.

Penyiangan gulma dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan untuk

menggemburkan tanah di sekitar perakaran. Penyiangan dapat dilakukan setelah

tanaman berumur 1 – 1,5 bulan. Penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan

dengan menggunakan koret atau cangkul. Penyiraman sebaiknya dilakukan 1 – 2

kali sehari pagi dan sore hari, tergantung keadaan cuaca. Penyiraman dapat

menggunakan sprinkle, sprayer atau gembor. Pengendalian hama dan penyakit

dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara menangkap atau membuang

bagian tanaman yang terserang. Sebaiknya dilakukan upaya pencegahan serangan

hama dan penyakit yaitu dengan memperbaiki kultur teknis seperti penggunaan

bibit yang sehat, pengaturan waktu tanam dan jarak tanam, perbaikan drainase dan

penyiangan gulma secara intensif. Tidak disarankan menggunakan pestisida

kimia, apabila serangan hama atau penyakit sulit untuk dikendalikan maka

dianjurkan menggunakan pestisida dan fungisida nabati (Anonim g, 2009).

2.4.5 Panen dan Pascapanen

Pemanenan dapat dilakukan bila tanaman telah berumur 3 – 4 bulan atau

sudah mulai berbunga. Bagian yang dipanen adalah batang dan daun,

dikumpulkan dalam goni. Kemudian dicuci dengan air mengalir, selanjutnya

disortir dengan cara memisahkan dan membuang bagian yang rusak. Sambiloto

yang sehat dapat langsung dipotong-potong sepanjang 4 – 5 cm, kemudian

dikeringanginkan selama 2 – 3 hari untuk mengurangi kadar air sampai 22%. Bila

pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven sebaiknya suhu diatur antara

50 - 60°C hingga kadar air 10 – 15%. Selama proses pengeringan, bahan harus

dibolak-balik agar pengeringan merata. Sambiloto yang telah kering dimasukkan

dalam wadah yang bersih dan harus dihindarkan dari kontak langsung pada lantai

untuk menghindari timbulnya jamur dan proses pelapukan. Herba sambiloto ini

dapat juga dihaluskan menjadi tepung atau bubuk (Anonim g, 2009).

25

2.5 Soxhletasi

Soxhletasi adalah proses isolasi senyawa aktif yang prinsip kerjanya

dengan pemanasan cairan penyari kemudian uap cairan penyari naik melewati

pipa samping yang kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak sehingga

turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia sambil melarutkan zat

aktifnya (Anonim d, 1986). Keuntungan dari proses isolasi dengan menggunakan

metode soxhlet adalah penggunaan cairan penyari yang lebih efisien, waktu

penyarian lebih singkat, dan konsentrasi isolat yang diperoleh lebih pekat.

Kelemahan metode ini adalah tidak baik digunakan pada senyawa yang tidak

tahan panas, diperlukan peralatan khusus untuk melakukan proses isolasi.

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Standarisasi Simplisia

3.1.1 Penetapan Kadar Andrografolid

Ekstrak ditimbang 5 mg, dilarutkan dalam 5 mL metanol, ditotolkan pada

lempeng KLT silika gel. Selanjutnya dikembangkan dengan kloroform-

metanol (9:1). Bercak diukur luas areanya dengan densitofotometer pada

panjang gelombang 288 nm. Pada lempeng yang sama ditotolkan juga 4

konsentrasi yang berbeda larutan andrografolid pembanding untuk

memperoleh kurva baku. Kadar andrografolid dihitung dalam % b/b

dengan membandingkan terhadap kurva baku (Anonim c, 2004).

3.1.2 Penetapan Kadar Abu

Lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang

seksama, masukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah

dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,

dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapt dihilangkan,

tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa

dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus,

uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap

bahan yang telah dikeringkan di udara (Anonim a, 1979).

a. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 mL

asam klorida encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut

dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu,

cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar

abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di

udara (Anonim a, 1979).

27

27

b. Penetapan Kadar Abu yang Larut dalam Air

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 mL

air selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut, saring melalui krus

kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas dan

pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 4500 hingga bobot

tetap, timbang. Perbedaan bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut

dalam air. Hitung kadar abu yang larut dalam air terhadap bahan yang

telah dikeringkan di udara (Anonim a, 1979).

3.1.3 Penetapan Kadar Air

1. Cara Titrasi

Pereaksi dan larutan yang digunakan peka terhadap air, hingga harus

dilindungi dari pengaruh kelembaban udara. Pereaksi Karl Fischer

disimpan dalam botol yang dilengkapi dengan buret otomatik. Untuk

melindungi dari pengaruh kelembaban udara, buret dilengkapi dengan

tabung pengering. Labu titrasi kapasitas lebih kurang 60 mL,

dilengkapi dengan 2 elektrode platina, sebuah pipa pengalir nitrogen,

sebuah sumbat berlubang untuk ujung buret dan sebuah tabung

pengering. Zat yang diperiksa dimasukkan ke dalam labu melalui pipa

pengalir nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat.

Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah

dikeringkan atau dengan pengaduk magnet. Penunjuk titik akhir terdiri

dari baterai kering 1,5 volt atau 2 volt yang dihubungkan dengan

tahanan variabel lebih kurang 2000 ohm. Tahanan diatur sedemikian

rupa sehingga arus utama yang cocok yang melalui elektroda platina

berhubungan secara seri dengan mikroammeter setelah setiap kali

penembahan peraksi Karl Fischer, penunjuk mikroammeter

menyimpang akan tetapi akan segera kembali ke posisi semula. Pada

titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang lebih lama.

Untuk zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan maka pada

umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecuali dinyatakan lian

28

dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan dengan titrasi

langsung.

a. Cara Penetapan Titrasi Langsung

Kecuali dinyatakan lain, masukkan lebih kurang 20 mL metanol P ke

dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik

akhir tercapai. Masukkan dengan cepat sejumlah zat yang diperkirakan

mengandung 10 mg sampai 50 mg air, ke dalam labu titrasi, aduk

selama 1 menit. Titrasi dengan eraksi Karl Fischer yang telah diketahui

kesetaraan airnya. Hitung jumlah air dalam mg dengan rumus V x F.

V adalah volume dalam mL pereaksi Karl Fischer, F adalah faktor

kesetaraan air.

2. Cara Destilasi

Alat :

Sebuah labu 500 mL (A) dihubungkan dengan pendingin air balik (C)

dengan pertolongan alat penampung (B). Tabung penerima 5 mL (E),

berskala 0,1 mL. Pemanas yang digunakan sebaiknya pemanas listrik

yang suhunya dapat diatur atau tangas minyak. Bagian atas labu

tabung penyambung (D) sebaiknya dibungkus dengan asbes.

Pereaksi :

Toluen. Sejumlah toluen P, kocok dengan sedikit air, biarkan memisah,

buang lapisan air suling.

Cara penetapan :

Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilasi

dengan air, keringkan dalam lemari pengering. Ke dalam labu kering

masukkan sejumlah zat yang ditimbang seksama yang diperkirakan

mengandung 2 mL sampai 4 mL air. Jika zat berupa pasta, timbang

dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan

leher labu. Untuk zat yang dapat menyebabkan gejolak mendadak,

tambahkan pasir kering yang telah dicuci secukupnya hingga

mencukupi dasar labu atau sejumlah tabung kapiler, panjang lebih

kurang 100mm yang salah satu ujungnya tertutup. Masukkan lebih

29

kurang 200 mL toluen ke dalam labu, hubungkan alat. Tuang toluen ke

dalam tabung penerima (E) melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-

hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, suling dengan

kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air

tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap

detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan

toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan

pada sebuah kawat tembaga dan lebih dibasahi dengan toluen.

Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima

pendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat pada

pendingin pada tabung penerima, gosok dengan karet yang diikatkan

pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen hingga tetesan

air turun. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air.

Hitung kadar air dalam % (Anonim a, 1979).

3.1.4 Penetapan Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Kecuali

dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 1050 dan susut pengeringan

ditetapkan sebagai berikut :

Timbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam bobot timbang dangkal

bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama

30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar, sebelum

ditimbangdegerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2 mm.

Ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga

merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, masukkan

ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu penetapan

hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam

keadaan tertutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar. Jika suhu

lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada

suhu antara 50 dan 100 di bawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam,

30

kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau

hiungga bobot tetap (Anonim a, 1979).

3.2 Pemilihan Pelarut Ekstraksi

Pemilihan pelarut dalam ekstraksi sambiloto didasarkan pada sifat polaritas

dari senyawa aktif sambiloto yaitu Andrografolid (golongan diterpen lakton). Jika

dibandingkan dengan pelarut non polar, penggunaan pelarut polar dapat

mengekstraksi Andrografolid lebih banyak, kecuali penggunaan air. Methanol

merupakan pelarut terbaik untuk ekstraksi Andrografolid. Pelarut non polar tidak

dapat digunakan untuk mengekstrak Andrografolid.

Tabel 3. Pengaruh kepolaran pelarut terhadap hasil ekstraksi Andrografolid.

(Anonim h, 2009)

3.3 Metode Ekstraksi Dengan Soxhlet

3.3.1 Alat dan Bahan

Alat :

o Beaker glass

o Gelas ukur

o Kertas saring

o Seperangkat alat soxhlet

31

o Cawan porselen

o Corong pisah

o Corong

o Batang pengaduk

o Heater

o Timbangan digital

Bahan :

o 8- 10 gram serbuk herba sambiloto

o 300 ml metanol

o Larutan timbal asetat 10%

3.3.2 Cara Kerja

Cairan penyari 300 ml methanol 70% dimasukkan ke dalam labu pada alat

soxhlet. Serbuk herba Andrographis paniculata dimasukkan ke dalam kertas

saring yang dibentuk seperti tabung kemudian dimasukkan ke dalam tabung pada

alat soxhlet. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih sehingga uapnya akan

merendam simplisia setelah mengalami pengembunan oleh pendingin balik.

Setelah mencapai volume satu sirkulasi, cairan akan turun kembali ke labu. Proses

dilanjutkan hingga mencapai 5 kali sirkulasi.

Hasil soxhlet diuapkan dengan rotary evapourator dengan suhu 600C - 800C

dan penguapan dilanjutkan kembali hingga diperoleh ekstrak kental.

32

3.3.3 Skema Kerja Soxhletasi Andrographis paniculata

dimasukkan

dimasukkan dimasukkan

dirangkai

diuapkan

terembunkan oleh kondensor

mencapai satu sirkulasi

dilanjutkan hingga 5 sirkulasi

diuapkan dengan suhu 600C-800C

33

Cairan penyari

(300 ml metanol 70%)

Kertas saring

(bentuk tabung)

Tabung Soxhlet

8-10 gram serbuk herba sambiloto

Soxhlet

Labu Soxhlet Tabung Soxhlet

Cairan penyari

Mendidih

Merendam simplisia

Cairan turun kembali ke labu

Hasil soxhletasi

Hasil penguapan

3.4 Formulasi

3.4.1 Bentuk Sediaan

Ekstrak cair sambiloto dibuat dalam sediaan sirup dengan kekuatan sediaan

6 mg/45 mL.

3.4.2 Permasalahan

a. Ekstrak sambiloto memiliki rasa yang pahit.

b. Zat aktif dari sambiloto yaitu Andrografolid bersifat agak

sukar larut dalam air.

c. Sediaan mengandung air.

d. Sukrosa dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan

caplocking

3.4.3 Pengatasan

a. Pada sediaan ditambahkan sirupus simpleks sebagai

sebagai pemanis dengan kadar 67% v/v (Ansel, 1989)

b. Pada sediaan ditambahkan co-solvent yaitu alkohol 70%.

c. Pada sediaan ditambahkan pengawet metil paraben

dengan kadar 0,02-0,5% b/v.

d. Pada sediaan ditambahkan anticaplocking yaitu

kombinasi gliserin dan sorbitol dengan kadar masing-masing 2,5% dan

15% v/v.

(Rowe et all,. 2004)

3.4.4 Formula Umum Sirup

• R/ Zat berkhasiat

Co-solvent

Pengawet

Pemanis

Anti caplocking agent

34

ekstrak kental

Pemberi rasa (flavouring agent)

(Ansel, 1989)

3.4.5 Formula yang digunakan

R/ Ekstrak kental sambiloto 6 g

Gliserin 1,2 ml

Sorbitol 6,75 ml

Alkohol 70% 3 ml

Sirupus Simpleks 40 ml

Sukrosa 14,4 mg

Air 25,6 ml

Metil Paraben 0,3 mg

Oleum mentha piperita 2 tetes

Air ad 45 ml

3.4.6 Cara Kerja

1. Pembuatan sirupus simpleks :

Dibuat 40 mL sirupus simpleks dengan perbandingan air : sukrosa (64:36),

sehingga diperlukan air sebanyak 25,6 mL dan 14,4 mg sukrosa. Panaskan

air, masukkan sukrosa dan diaduk hingga larut.

2. Larutan sorbitol dibuat dengan cara sebagai berikut:

Menurut USP larutan sorbitol merupakan larutan yang mengandung 64 %

berat sorbitol alkohol polihidrat. Timbang 16 g sorbitol dan ukur air suling

sebanyak 9 mL. Larutkan sorbitol dalam air suling. Ukur larutan sorbitol

sebanyak 6,75 mL.

3. Ekstrak sambiloto dilarutkan dalam alkohol hingga larut.

4. Metil paraben dilarutkan dengan air secukupnya.

5. Campurkan semua bahan di atas hingga homogen.

6. Tambahkan gliserin dan sorbitol ke dalam campuran diatas, aduk hingga

homogen.

7. Tambahkan oleum mentha piperita ke dalam campuran di atas hingga

35

homogen

8. Masukkan ke dalam kemasan.

Daftar Pustaka

Anonim a. 1979. Materia Medika Jilid 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Anonim b. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta.

Anonim c. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Volume 1. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta

Anonim d. 2007. Sambiloto.Available from : http://www.elexmedia.co.id/pdf/EMK170070981%20-

%20Hipertensi.pdfOpened at : 20 september 2009

Anonim e. 2009. Sambiloto Andrographidis paniculata. Available from :

http://www.trubus-online.co.id/member/ma/ebook/SambilotoVSAnekaKanker.pdf

Opened at : 20 september 2009

Anonim f. 2009. AndrographidisAvailable from : http://www.altcancer.com/andcan.htm#103Opened at : 20 september 2009

Anonim g. 2009. SambilotoAvailable from :

http://e-course.usu.ac.id/content/budidaya/agronomi/textbook.pdfOpened at : 23 september 2009

Anonim h. 2009. Experimental and Modeling Studies of Andrographolide Extraction from Andrographis paniculata in Soxhlet Extractor.Available from : http://eprints.undip.ac.id/269/1/ANDRI_UM.pdfOpened at : 25 September 2009

Anonim i. 2009. Prevalensi Hipertensi di Indonesia 17-21%. Available from : http://www.article.com.index.option=comOpened at : 25 September 2009

Anonim j. 2009. Hipertensi.

36

Available from : http://www. pernikmuslim.com/herbal-tazakka- hipertensi-p-1217.html.Opened at : 25 September 2009

Ansel, C. H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press : Jakarta.

Dalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Trubus Agriwidya : Jakarta.

Iskandar, Yoppi. 2009. Tanaman Obat yang Berkhasiat sebagai Antihipertensi.Available from : http://pustaka.unpad.ac.id/wp

content/uploads/2009/05/tumbuhan_obat_antihipertensi.pdf

Opened at : 20 september 2009

Katzung, B.G. 1986. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 3. Buku Kedokteran : :

Jakarta.

Kibbe, A.H, 2000, Handbook of Pharmaceuticals Excipients, Pharmaceutical

Press, London-United Kingdom

Kuswardhani, Tuty. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. RSUP

Sanglah : Denpasar.

Mills, Simon and Kerry Bone. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy. Churchill Livingstone : Australia.

Rowe, R. C., P. J. Sheskey and S. C. Owen. 2004. The Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pharmaceutical Development and Technology : USA.

37

LAMPIRAN

KEMASAN OBAT TRADISIONAL

38

ETIKET OBAT TRADISIONAL

BROSUR OBAT TRADISIONAL

39

ANDROMORY®

Andromory mengandung 6 gram ekstrak herba sambiloto dalam 45 ml.Indikasi :

Untuk mengobati hipertensiKontra Indikasi :

Wanita HamilEfek Samping Obat :

Bersifat abortus, dosis oral besar dapat menyebabkan gangguan lambung, hilang nafsu makan dan emesis.Dosis :

3 kali sehari 1 sendok makan

HET : Rp. 15.000No. Batch : PA10009Exp. Date : 14 Februari 2012No. Reg : POM TR. 001 205 212