18
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI REMAJA PADA KELUARGA ORANG TUA TUNGGAL NASKAH PUBIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Sarjana (S-1) Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh : Fariskha Noor Amalia F 100100085 / G 000100219 TWINNING PROGRAM FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI REMAJA

PADA KELUARGA ORANG TUA TUNGGAL

NASKAH PUBIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Sarjana (S-1) Psikologi dan Sarjana (S-1) Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

Fariskha Noor Amalia

F 100100085 / G 000100219

TWINNING PROGRAM

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

ii

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN

RESILIENSI REMAJA PADA KELUARGA ORANG TUA TUNGGAL

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Sarjana (S-1) Psikologi dan Sarjana (S-1) Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :

FARISKHA NOOR AMALIA

F 100 100 085 / G 000 100 219

TWINNING PROGRAM

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

iii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

iv

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

1

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI REMAJA

PADA KELUARGA ORANG TUA TUNGGAL

Fariskha Noor Amalia

[email protected]

Fakultas Pikologi dan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Soleh Amini Yahman

Najmuddin Zuhdi

ABSTRAKSI

Keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembangunan

masyarakat dunia, orang tua yang dulunya lengkap dapat menjadi tidak lengkap

yang disebabkan karena adanya perpisahan, yakni kematian, perceraian. Remaja

memiliki emosi yang belum stabil, rasa ingin tahu yang besar, agresif, cenderung

menantang dengan aturan-aturan dan tidak dekat dan tidak terbuka dengan

keluarga terutama orang tua. Maka apabila terjadi permasalahan dan tidak terbuka

oleh remaja sangatlah wajar terjadi. Resiliensi merupakan suatu kemampuan

individu untuk mengatasi kesulitan dan melanjutkan perkembangan normalnya

seperti semula. Salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah konsep

diri. Konsep diri yang positif akan menghasilkan resiliensi yang tinggi, begitu

juga sebaliknya konsep diri yang negatif akan menghasilkan resiliensi yang

rendah pula. Saat ini remaja yang mempunyai orang tua tunggal biasanya tidak

terbuka terhadap keluarganyya terutama orang tua mereka ketika mereka

mempunyai masalah.

Tujuan dalam penelitian ini, yaitu : untuk mengetahui hubungan antara

konsep diri dengan resiliensi remaja pada keluarga orang tua tunggal. Hipotesis

yang diajukan adalah ada hubungan positif antara konsep diri dengan resiliensi

remaja pada orang tua tunggal. Subyek dalam penelitian ini sebanyak 52 orang

remaja, penelitian ini memakai studi purposive random sampling yaitu peneliti

menentukan jenis sampel berdasarkan karakteristik. Alat pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan skala konsep diri dan skala resiliensi. Teknik analisis

data menggunkan korelasi product moment.

Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : ada hubungan

positif yang sangat signifikan dengan resiliensi remaja pada keluarga orang tua

tunggal, konsep diri bereran 48,9% dan koefisien derteminan ( ) = 0,699 dalam

mempengaruhi resiliensi remaja dan tingkat konsep diri tergolong sedang, tingkat

resiliensi tergolong sedang.

kata kunnci : konsep diri, resiliensi

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

2

PENDAHULUAN

Dalam Firman-Nya Qs. At-tahrim

ayat 6 :

Artinya: “Hai orang-orang yang

beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api

neraka yang bahan

bakarnya adalah manusia

dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang

kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah

terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu

mengerjakan apa yang

diperintahkan (Qs.At-

tahrim (66) :6)”.

Keluarga menurut Helmawati

(2014) adalah kelompok kecil yang

memiliki pemimpin dan anggota,

mempunyai pembagian tugas dan

kerja, serta hak dan kewajiban bagi

masing-masing anggotanya, sebuah

keluarga tidak akan pernah menjadi

keluarga ideal jika tidak memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan

terutama oelh agama dan hukum

yang berlaku di negara dan

masyarakat.

Keluarga yang tidak utuh

akan berdampak pada remaja yang

menurut Hurlock (dalam

Kusumawardand, 2014) Salah satu

fenomena yang sering dijumpai

dalam masyarakat saat ini adalah

keberadaan orang tua tunggal.

Kematian salah seorang dari kedua

orang tua adalah salah satu kondisi

yang sangat mungkin terjadi pada

kehidupan setiap manusia. Hal

tersebut merupakan penyebab

seseorang terpaksa harus menjalani

kehidupan seorang orang tua tunggal

dan perbedaan pandangan, hal

prinsip atau pengalaman buruk yang

dialami selama menjalani masa

berumah tangga. Terkadang

menyebabkan seseorang terpaksa

memilih berpisah dari pasangannya

atau karena hadirnya pihak ketiga

yang memaksa perpisahan harus

terjadi.

Menurut American

Psychological association (dalam

Djudiyah dkk, 2011) cara pandang

diri negatif terhadap diri sendiri serta

perasaan tidak berharga pada diri

remaja dari keluarga orang tua

tunggal ini akan berdampak pada

perkembangan daya resiliensinya.

Apabila remaja menganggap bahwa

hidup ini kejam, hanya membuat

dirinya menderita dan merasa tidak

berdaya menghadapinya maka akan

menyebabkan daya resilensinya tidak

berkembang atau cenderung rendah.

Namun bila remaja berusaha

mengatasi persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan berusaha bangkit

dari keterpurukannya serta berusaha

menerima apa yang dimilikinya saat

ini maka daya resiliensinya akan

dapat berkembang.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

3

Ketika menghadapi berbagai

kesulitan dan persoalan hidup

manusia Allah melarang untuk

berputus asa, dalam firman-Nya:

Artinya: “Hai anak-anakku,

Pergilah kamu, Maka carilah berita

tentang Yusuf dan saudaranya dan

jangan kamu berputus asa dari

rahmat Allah. Sesungguhnya tiada

berputus asa dari rahmat Allah,

melainkan kaum yang kafir (Qs.

Yusuf (12): 87)".

Menurut Evarall, dkk (dalam

Hidayati, 2014) mengatakan bahwa

remaja yang mempunyai resilien

cenderung memiliki tujuan, harapan,

dan perencanaan terhadap masa

depan, gabungan antara ketekunan

dan ambisi dalam mencapai hasil

yang akan diperoleh.

Secara etimologis resiliensi

diadaptasi dari kata dalam bahasa

inggris resilience yang berarti

kemampuan untuk kembali dalam

bentuk semula (Aprilia, 2013).

Sementara itu Grotberg (dalam

Masdianah, 2010) mendefinisikan

resiliensi adalah kemampuan atau

kapasitas individu yang dimiki baik

seseorang, kelompok atau

masyarakat yang memungkinkan

untuk menghadapi, mencegah,

meminimalkan dan bahkan

menghilangkan dampak-dampak

yang merugikan dari kondisi-kondisi

yang tidak menyenangkan atau

bahkan mengubah kondisi kehidupan

yang menyengsarakan menjadi suatu

hal yang wajar untuk diatasi.

Dalam Islam sabar adalah wujud

perilaku dari resiliensi, Ilyas (1999)

mengemukakan secara etimologis

sabar a(ash-shabr) berarti menahan

dan mengekang (al-habs wa al-kuf).

Secara terminologis sabar berarti

menahan diri dari segala sesuatu

yang tidak disukai karena mengharap

ridha Allah, Selain itu sabar menurut

Quraish shihab (dalam Hafiz&

Fahrul, 2012) adalah menahan diri

dari sesuatu yang tidak berkenaan di

hati. Dalam firman Allah Qs. Ali-

imron: 125 yang berbunyi:

Artinya: “Ya (cukup), jika

kamu bersabar dan bersiap-siaga,

dan mereka datang menyerang kamu

dengan seketika itu juga, niscaya

Allah menolong kamu dengan lima

ribu Malaikat yang memakai tanda

(Qs. Ali-imron (3): 125)”.

Resiliensi menurut Reivich &

Shatte (dalam Hadiningsih, 2014)

mencakup tujuh aspek, yaitu:

a. Regulasi emosi, adalah

kemampuan untuk tetap tenang

dalam kondisi yang penuh

tekanan. Individu yang memiliki

kemampuan meregulasi emosi

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

4

dapat mengendalikan dirinya

apabila sedang kesal dan dapat

mengatasi rasa cemas, sedih,

atau marah sehingga

mempercepat dalam pemecahan

suatu masalah. Pengekspresian

emosi, baik negatif ataupun

positif, merupakan hal yang

sehat dan konstruktif asalkan

dilakukan dengan tepat.

Pengekpresian emosi yang tepat

merupakan salah satu

kemampuan individu yang

resilien.

b. Pengendalian impuls,

merupakan kemampuan

mengendalikan keinginan,

dorongan, kesukaan, serta

tekanan yang muncul dari dalam

diri seseorang. Individu dengan

pengendalian impuls rendah

sering mengalami perubahan

emosi dengan cepat yang

cenderung mengendalikan

perilaku dan pikiran. Individu

mudah kehilangan kesabaran,

mudah marah, impulsif, dan

berlaku agresif pada situasi-

situasi kecil yang tidak terlalu

penting, sehingga lingkungan

sosial di sekitarnya merasa

kurang nyaman yang berakibat

pada munculnya permasalahan

dalam hubungan sosial.

c. Optimisme, individu yang

resilien adalah individu yang

optimis. Individu memiliki

harapan di masa depan dan

percaya dapat mengontrol arah

hidupnya. Dibandingkan dengan

individu yang pesimis, individu

yang optimis lebih sehat secara

fisik, tidak mengalami depresi,

berprestasi lebih baik di sekolah,

lebih produktif dalam kerja, dan

lebih berprestasi dalam olahraga.

Optimisme mengimplikasikan

bahwa individu percaya dapat

menangani masalah-masalah

yang muncul di masa yang akan

datang.

d. Empati, menggambarkan bahwa

individu mampu membaca

tanda-tanda psikologis dan

emosi dari orang lain. Empati

mencerminkan seberapa baik

individu mengenali keadaan

psikologis dan kebutuhan emosi

orang lain.

e. Analisis penyebab masalah,

yaitu merujuk pada kemampuan

individu untuk secara akurat

mengidentifikasi penyebab-

penyebab dari permasalahan

individu. Jika individu tidak

mampu memperkirakan

penyebab dari permasalahannya

secara akurat, maka individu

akan membuat kesalahan yang

sama.

f. Efikasi diri, merupakan

keyakinan pada kemampuan diri

sendiri untuk menghadapi dan

memecahkan masalah dengan

efektif. Efikasi diri juga berarti

meyakini diri sendiri mampu

berhasil dan sukses. Individu

dengan efikasi diri tinggi

memiliki komitmen dalam

memecahkan masalahnya dan

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

5

tidak akan menyerah ketika

menemukan bahwa strategi yang

sedang digunakan itu tidak

berhasil. Individu yang memiliki

efikasi diri yang tinggi akan

sangat mudah dalam

menghadapi tantangan. Individu

tidak merasa ragu karena

memiliki kepercayaan yang

penuh dengan kemampuan

dirinya. Individu ini akan cepat

menghadapi masalah dan

mampu bangkit dari kegagalan

yang dialami.

g. Peningkatan aspek positif.

Resiliensi merupakan

kemampuan yang meliputi

peningkatan aspek positif dalam

hidup. Individu yang

meningkatkan aspek positif

dalam hidup, mampu melakukan

dua aspek ini dengan baik, yaitu:

(1) mampu membedakan risiko

yang realistis dan tidak realistis,

(2) memiliki makna dan tujuan

hidup serta mampu melihat

gambaran besar dari kehidupan.

Individu yang selalu

meningkatkan aspek positifnya

akan lebih mudah dalam

mengatasi permasalahan hidup,

serta berperan dalam

meningkatkan kemampuan

interpersonal dan pengendalian

emosi.

Selain itu Everall (2006)

mengemukakan ada tiga faktor yang

mempengaruhi resiliensi, yaitu:

a. Faktor individual, faktor

individual meliputi kemampuan

kognitif individu, konsep diri,

harga diri, dan kompetensi sosial

yang dimiliki individu.

b. Faktor keluarga, faktor keluarga

meliputi dukungan yang

bersumber dari orang tua, yaitu

bagaimana cara orang tua untuk

memperlakukan dan melayani

anak. Selain dukungan dari

orang tua struktur keluarga juga

berperan penting bagi individu.

c. Faktor komunitas, faktor

komunitas meliputi kemiskinan

dan keterbatasan kesempatan

kerja.

Menurut Rakhmat (dalam

Hidayati, 2014), konsep diri adalah

pandangan dan perasaaan kita

tentang diri sendiri. Persepsi tentang

diri ini bersifat psikologi, sosial, dan

fisik. Untuk mengetahui konsep diri

kita positif atau negatif, secara

sederhana terangkum dalam tiga

pertanyaan berikut, “bagaimana

watak saya sebenarnya?”,

“bagaimana orang lain memandang

saya?’ dan “bagaimana pandangan

saya tentang penampilan saya?”.

Jawaban pada pertanyaan pertama

menunjukkan persepsi psikologis,

jawaban kedua menunjukkan

persepsi sosial, dan jawaban pada

pertanyaan ketiga menunjukkan

persepsi fisik tentang diri kita.

Konsep diri dalam perspektif

islam Sandiah (2014) adalah rasa

iman dan taqwa kepada kekuatan

eksternal, Allah SWT yang dapat

dimanifestasikan secara sederhana

maupun kompleks dalam bentuk

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

6

gagasan, ide, atau tindakan. Konsep

diri perspektif islam dapat disebut

dengan konsep diri muslim ideal.

Taqwa menurut Riyadhus

Shalihin (2005) adalah istilah yang

diambil dari kata wiqayah yang

berarti menjadikan sesuatu yang

dapat menjaga dari azab Allah dan

sesuatu yang dapat menjaga dari

azab dengan car melkanakan

perintah Allah dan menjauhi

larangan-Nya ketaqwaan diiringi

dengan kebajikan, seperti yang

difirmankan Allah dalam Al-Qur’an

surat Al-Ahzaab: 70

Artinya: “Hai orang-orang yang

beriman, bertakwalah kamu kepada

Allah dan Katakanlah Perkataan

yang benar (Al-Ahzaab (33) : 70)”

Menurut Calhoun & Acocella

(dalam Manik, 2007) konsep diri

terbagi menjadi dua jenis, yaitu

konsep diri yang positif dan konsep

diri yang negatif.

1) Konsep diri yang positif, yaitu

peneriman diri bukan sebagai

suatu kebangaan yang besar

tentang dirinya, dapat

memahami dan menerima

sejumlah fakta yang bermacam-

macam tentang dirinya sendiri,

evaluasi terhadap dirinya sendiri

menjadi positif dan dapat

menerima keberadaan orang

lain, seagaimana firman Allah

Qs. At-taghabun ayat 16:

Artinya: “Maka bertakwalah

kamu kepada Allah menurut

kesanggupanmu dan dengarlah serta

taatlah dan nafkahkanlah nafkah

yang baik untuk dirimu dan

Barangsiapa yang dipelihara dari

kekikiran dirinya, Maka mereka

Itulah orang-orang yang beruntung

(Qs. At-taghabun (64) 16)”.

Individu yang memiliki konsep diri

positif akan merancang tujuan-tujuan

yang sesuai dengan realiatas, yaitu

tujuan yang memiliki kemungkinan

besar untuk dapat dicapai, mampu

menghadapi kehidupan didepannya

serta menganggap bahwa hidup

adalah suatu proses penemuan.

2) Konsep diri negatif, terdapat dua

tipe yaitu:

a. Pandangan individu tentang

dirinya sendiri benar-benar tidak

teratur, tidak memiliki perasaaan

kestabilan dan keutuhan diri,

individu tersebut benar-benar

tidak tahu siapa dirinya,

kekuatan dan kelemahan atau

yang dihargai dalam

kehidupannya.

b. Pandangan tentang dirinya

sendiri terlalu stabil dan teratur.

Biasa terjadi karena individu

dididik dengan cara yang sangat

keras, sehingga menciptakan

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

7

citra diri yang tidak

mengizinkan adanya

penyimpangan dari seperangkat

hukum yang didalam pikirannya

merupakan cara hidup yang

tepat.

Bronzky (dalam Fatimah, 2012)

mengemukakan aspek-aspek konsep

diri meliputi:

a. Aspek fisik, yaitu pandangan,

pikiran, perasaan dan pemikiran

individu terhadap fisiknya

sendiri. Individu memiliki

konsep diri yang positif bila

memandang secara positif

penampilanya, kondisi kesehatan

kulitnya, ketampanan atau

kecantikan serta ukuran tubuh

ideal. Individu dipandang

memililki konsep diri negatif

bila memandang secara negatif

mengenai penampilannya,

kondisi kesehatan kulitnya,

ketampanan atau kecantikan

serta ukuran tubuh idealnya.

b. Aspek psikis, yaitu pandangan,

pikiran, perasaan dan penilaian

individu terhadap pribadinya

sendiri. Seseorang digolongkan

memiliki konsep diri positif bila

memandang dirinya sebagai

individu yang bahagia, optimis,

mampu mengontrol diri dan

memiliki berbagai kemampuan.

Sebaliknya, individu

digolongkan sebagai orang yang

memiliki konsep diri negatif bila

individu memandang dirinya

sebagai orang yang tidak

bahagia, pesimis, tidak mampu

mengontrol diri dan memiliki

berbagai macam kekurangan.

c. Aspek sosial, yaitu pandangan,

pikiran dan penilaian individu

tehadap kecenderungan sosial

yang ada pada dirinya sendiri.

Konsep diri sosial berkaitan

dengan kemampuan yang

berhubungan dengan dunia di

luar dirinya, perasaan mampu,

dan berharga dalam lingkup

interaksi sosial. Individu

digolongkan memiliki konsep

diri sosial positif bila

memandang dirinya sebagai

orang terbuka pada orang lain,

memahami orang lain, merasa

mudah akrab dengan orang lain,

merasa diperhatikan, menjaga

perasaan orang lain. Sebaliknya

individu yang memiliki konsep

diri sosial yang negatif bila tidak

memberi perhatian terhadap

orang lain dan tidak aktif dalam

kegiatan sosial.

d. Aspek moral, yaitu pandangan,

pikiran, perasaan dan penilaian

individu terhadap moralitas diri

sendiri. Konsep diri moral

berkaitan dengan nilai dan

prinsip yang memberi arti dan

arah bagi kehidupan seseorang.

Digolongkan memiliki konsep

diri moral positif bila

memandang dirinya sebagai

orang yang berpegang teguh

pada nilai etik moral, namun

sebaliknya individu digolongkan

memiliki konsep diri moral

negatif bila memandang dirinya

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

8

sebagai orang yang menyimpang

dari standar nilai moral yang

seharusnya diikutinya.

Menurut Burns (dalam Widodo,

2006) konsep diri dipengaruhi oleh

faktor-faktor sebagai berikut:

a. Citra diri, yang berisi tentang

kesadaran dan citra tubuh, yang

pada mulanya dilengkapi

melalui persepsi inderawi. Hal

ini merupakan inti dan dasar dari

acuan dan identitas diri yang

terbentuk.

b. Kemampuan bahasa, bahasa

timbul untuk membantu proses

diferensiasi terhadap orang lain

yang ada di sekitar individu, dan

juga untuk memudahkan atas

umpan balik yang dilakukan

oleh orang-orang terdekat

(significant others).

c. Umpan balik dari lingkungan,

khususnya dari orang-orang

terdekat (significant others).

Individu yang citra tubuhnya

mendekati ideal masyarakat atau

sesuai dengan yang diinginkan

oleh orang lain yang

dihormatinya, akan mempunyai

rasa harga diri yang akan tampak

melalui penilaian-penilaian yang

terefleksikan.

d. Identifikasi dengan peran jenis

yang sesuai dengan stereotip

masyarakat, identifikasi

berdasarkan penggolongan seks

dan peranan seks yang sesuai

dengan pengalaman masing-

masing individu akan

berpengaruh terhadap sejauh

mana individu memberi label

maskulin atau feminin kepada

dirinya sendiri.

e. Pola asuh, perlakuan, dan

komunikasi orang tua, hal ini

akan berpengaruh terhadap

harga diri individu karena ada

ketergantungan secara fisik,

emosional dan sosial kepada

orang tua individu (terutama

pada masa kanak-kanak), selain

karena orang tua juga

merupakan sumber umpan balik

bagi individu.

METODE PENELITIAN

Subyek yang diambil dalam

penelitian adalah remaja yang masih

sekolah usia 13-17 tahun, memiliki

orang tua tunggal baik yang bercerai

atau meninggal dan masih tinggal

bersama orang tua. Menggunakan

teknik pengambilan sampel

purposive random sampling yaitu

peneliti menentukan jenis sampel

berdasarkan ciri-ciri atau

karakteristik yang telah ditentukan.

Metode pengumpulkan data

menggunakan pengukuran skala

konsep diri dan resiliensi. Teknik

analisis data menggunakan korelasi

product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan dengan

menggunakan teknik korelasi

product moment pearson maka

diperoleh hasil nilai koefisien

korelasi ) sebesar 0,699 dengan

signifikan 0,000 (p < 0,01) artinya

ada hubungan positif yang sangat

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

9

signifikan antara konsep diri dengan

resiliensi. semakin positif konsep diri

maka semakin tinggi

resiliensi,semakin negatif konsep diri

maka semakin rendah resiliensinya.

Hasil ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh

Djudiyah (2011) konsep diri yang

positif merupakan salah satu faktor

konstribusi bagi resiliensi pada

remaja. Ketika remaja memiliki

konsep diri yang positif peran orang

tua cukup besar pada perkembangan

remaja, apabila remaja mampu dan

mau melakukan hubungan

interpersonal yang harmonis

terhadap orang tuanya maka remaja

akan merasa aman untuk

bereksplorasi atau potensi yang

dimilikinya disamping penerimaan

terhadap tidak lengkapnya orang tua

tunggal.

Pada remaja yang memiliki

orang tua tunnggal memiliki konsep

diri yang positif. Menurut America

Psychological Association (dalam

Djudiyyah, 2011) menyatakan bahwa

cara pandang diri negatif terhadap

diri sendiri serta peasaan tidak

beharga pada diri remaja dari

keluarga orang tua tunggal ini akan

berdampak pada perkembangan

resiliensinya. Apabila remaja

menganggap bahwa hidup ini kejam

hanya membuat dirinya menderita

dan merasa tidak berdaya

menghadapinya maka akan

menyebabkan daya resiliensinya

tidak berkembang atau cenderung

rendah, namun bila remaja berusaha

bangkit dari keterpurukannya serta

berusaha menerima apa yang

dimilikinya saat ini maka daya

resiliensinya akan dapat

berkembang.

Berdasarkan penelitian dari

Murphey (2010) menyatakan seorang

remaja yang mempunyai resiliensi

yang baik akan memasuki masa

dewasa dengan baik untuk mengatasi

masalah dengan baik jika ia telah

mengalami keadaan yang sulit dalam

hidupnya, seperti hubungan mereka

dengan orang tua yang baik.orang

tua yang bersama mereka hidup dan

menjaga komunikasi terbuka dengan

remaja.

Sebuah peneliitian yang dilakukan

oeh Prihartani, Sulistiyanto,

Purwanto, Partini, Aunillah dan Haq

(2009) kepada 573 subyek yang

berasal dari siswa sekolah dasar

sampai sekolah menengah atas

diperoleh bahwa masalah keluarga

mempunyai hubungan erat dengan

resiliensi. kondisi yang baik tidak

memiliki banyak masalah,

menunjukkan ketegaran siswa yang

tinggi. Hal ini menjelaskan pendapat

banyak orang mengenai pentingnya

peran keluarga dalam membentuk

kepribadian seseorang.

Berdasarkan hasil analisis

diketahui variabel konsep diri

mempunyai rerata empirik sebesar

85,38 dan rerta hipotetik sebesar 95

yang berarti konsep diri pada subyek

tergolong sedang. Kondisi sedang ini

dapat diinterpretasikan bahwa

subyek penelitian pada dasarnya

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

10

memiliki sikap yang terbentuk dari

aspek yang melibatkan aspek fisik

yang meliputi pandangan, pikiran,

perasaan dan pemikiran individu

terhadap fisiknya sendiri memiliki

konsep diri yang positif bila

memandang secara positif

penampilanya, kondisi kesehatan

kulitnya, ketampanan atau

kecantikan serta ukuran tubuh ideal.

kemudian aspek psikis pandangan,

pikiran, perasaan dan penilaian

individu terhadap pribadinya sendiri

memiliki konsep diri positif bila

memandang dirinya sebagai individu

yang bahagia, optimis, mampu

mengontrol diri dan memiliki

berbagai kemampuan. Aspek sosial

berkaitan dengan kemampuan yang

berhubungan dengan dunia di luar

dirinya, perasaan mampu, dan

berharga dalam lingkup interaksi

sosial. Individu digolongkan

memiliki konsep diri sosial positif

bila memandang dirinya sebagai

orang terbuka pada orang lain,

memahami orang lain, merasa mudah

akrab dengan orang lain, merasa

diperhatikan, menjaga perasaan

orang lain. Aspek moral pandangan,

pikiran, perasaan dan penilaian

individu terhadap moralitas diri

sendiri berkaitan dengan nilai dan

prinsip yang memberi arti dan arah

bagi kehidupan seseorang, moral

positif bila memandang dirinya

sebagai orang yang berpegang teguh

pada nilai etik moral.

Variabel resiliensi memiliki rerata

empirik sebesar 85,71 dan rerata

hipotetik sebesar 90, yang berarti

reiliensi subyek tergolong sedang.

Kondisi sedang ini dapat diartikan

aspek-aspek yang terdapat dalam

resiliensi remaja antara lain karena

aspek regulasi emosi individu yang

memiliki kemampuan meregulasi

emosi dapat mengendalikan dirinya

apabila sedang kesal dan dapat

mengatasi rasa cemas, sedih, atau

marah sehingga mempercepat dalam

pemecahan suatu masalah,

pengekpresian emosi yang tepat

merupakan salah satu kemampuan

individu yang resilien.

Kemudian aspek pengendalian

impuls merupakan kemampuan

mengendalikan keinginan, dorongan,

kesukaan, serta tekanan yang muncul

dari dalam diri seseorang. Individu

yang memiliki aspek optimisme

memiliki harapan di masa depan dan

percaya dapat mengontrol arah

hidupnya. Individu yang memiliki

aspek empati mencerminkan

seberapa baik individu mengenali

keadaan psikologis dan kebutuhan

emosi orang lain. Aspek Analisis

penyebab masalah kemampuan

individu untuk secara akurat

mengidentifikasi penyebab-penyebab

dari permasalahan individu.

Selanjuutnya individu yang memiliki

efikasi diri yaitu keyakinan pada

kemampuan diri sendiri untuk

menghadapi dan memecahkan

masalah dengan efektif berarti

meyakini diri sendiri mampu berhasil

dan sukses karena memiliki

komitmen dalam memecahkan

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

11

masalahnya dan tidak akan menyerah

ketika menemukan bahwa strategi

yang sedang digunakan itu tidak

berhasil.

Berdasarkan kategorisasi skala

konsep diri diketahui konsep diri

diketahui bahwa terdapat 1,9% (1

orang) yang tergolong sangat rendah

konsep dirinya, 34,6% (34 orang)

yang tergolong rendah konsep

dirinya, 61,6% (32 orang) yang

tergolong sedang konsep dirinya,

1,9% (1 orang) yang tergolong tinggi

konsep dirinya. Menurut

Calhoun&Aocella (dalam Manik,

2007) remaja yang memiliki konsep

diri positif akan merancang tujuan-

tujuan yang sesuai dengan realiatas,

yaitu tujuan yang memiliki

kemungkinan besar untuk dapat

dicapai, mampu menghadapi

kehidupan didepannya serta

menganggap bahwa hidup adalah

suatu proses penemuan. Didalam Al-

Quran Allah menerangkan bahwa

manusia ketika hidup didunia diberi

cobaan agar senantiasa bersabar

dalam menghadai cobaan, dalam

firman-Nya :

Artinya : “dan sungguh akan kami

berikan cobaan kepadamu, dengan

sedikit ketakutan, kelaparan,

kekurangan harta, jiwa dan

buahbuahan. Dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang yang

sabar. (yaitu) orang-orang yang

apabila ditimpa musibah, mereka

mengucapkan: “Inna lillahi wa inna

ilaihi raaji’un”. Mereka itulah yang

mendapatkan keberkatan yang

sempurna dn rahmat dari Tuhan

mereka dan mereka itulah orang-

orang yang mendapat petunjuk.

(Al-Baqarah (2) 155-157).

Berdasarkan kategorisasi skala

skala resiliensi diketahui bahwa tidak

terdapat remaja yang memiliki

resiliensi yang sangat

rendah.ditunjukkan dengan nilai 0%

(0 orang) yang tergolong sangat

rendah resiliensinya, 19,2% (10

orang) yang tergolong rendah, 77%

(40 orang) yang tergolong sedang,

3,8% (2 orang) yang tergolong

tinggi. Jumlah dan prosentasi

terbanyak menempati kategori

sedang. Subyek dalam kategori ini

dapat diartikan bahwa subyek tidak

lepas dari resiliensi yang tentunya

berpengaruh tinggi bagi kehidupan.

Menurut Everall (2006) faktor

individual, faktor keluarga dan faktor

komunitas merupakan tiga faktor

yang mempengaruhi resilliensi.

Menurut Everall dkk (dalam

Hidayati, 2014) menyatakan bahawa

remaja yang memiliki tujuan,

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

12

harapan, dan perencanaan terhadap

masa depan dengan gabungan antara

ketekunan dan ambisi dalam

mencapai hasil yang akan diperoleh.

Sumbangan efektif variabel

konsep diri terhadap resiliensi remaja

sebesar 48,9% ditunjukkan oleh

koefisien determinan ( ) sebesar

0,699. Hal ini memiliki arti bahwa

terdapat 51,1% faktor lain yang

mempegaruhi diluar faktor individual

meliputi kemampuan kognitif

individu, harga diri, kompetensi

sosial yang dimiliki individu. faktor

keluarga meliputi dukungan yang

bersumber dari orang tua, yaitu

bagaimana cara orang tua untuk

memperlakukan dan melayani anak.

Selain dukungan dari orang tua

struktur keluarga juga berperan

penting bagi individu. faktor

komunitas meliputi kemiskinan dan

keterbatasan kesempatan kerja

(Everall, 2006). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa konsep diri

dengan segala aspek yang

terkandung didalamnya memang

memberikan kontribusi terhadap

resiliensi remaja meskipun resiliensi

tidak hanya dipengaruhi oleh

variabel tersebut, dalam hal ini

konsep diri memiliki konstribusi

yang positif terhadap resiliensi

remaja pada orang tua tunggal,

sehinga semakin positif maka

semakin tinggi resiliensi remaja

tersebut, sebaliknya semakin negatif

konsep diri maka semakin rendah

resiliensi remaja teersebut, sehingga

hal ini mencerminkan bahwa

memiliki konsep diri menjadi salah

satu cara untuk dapat meningkatan

daya resiliensi yang ada didalam

individu.

Berdasarkan uraian diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa konsep

diri dapat digunakan sebagai

prediktor resiliensi remaja pada

orang tua tunggal di Surakarta,

namun generalisasi dari penelitian-

penelitian ini terbatas pada populasi

dimana tempat penelitian dilakukan.

Penerapan pada ruang lingkup yang

lebih luas dengan karakteristik yang

berbeda kiranya perlu dilakukan

penelitian lagi dengan menggunakan

atau menambah variabel-variabel

lain yang belum disertakan dalam

penelitian. Kelemahan penelitian ini

adalah alat ukur atau alat

pengumpulan data yang digunakan

hanya menggunakan skala sehingga

belum mampu mengungkapkan

aspek-aspek karakteristik

kepribadian secara mendalam. Oleh

karena itu untuk penelitian

selanjutnya perlu melengkapi dengan

tekhnik pengumpulan data lain,

misalnya wawancara dan observasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

a) Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan

seluruhnya, dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara konsep

diri dengan resiliensi remaja

pada orang tua tunggal yang

artinya semakin positif konsep

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

13

diri maka resiliensi remaja

semakin baik, sebaliknya

semakin negatif konsep diri

maka resiliensi semakin buruk.

2. Peran konsep diri remaja pada

penelitian ini tergolong sedang

yaitu dapat dililhat dari rerata

empirik (RE) sebesar 85,38 dan

rerata hipotetik (RH) sebesar 95.

3. Tingkat resiliensi remaja

tergolong sedang yaitu dapat

dilihat dari rerata empirik (RE)

sebesar 85,71 Rerata hipotetik

(RH) 90 .

4. Konsep diri memiliki sumbangn

efektif sebesar 48,9% terhadap

resiliensi remaja pada keluarga

orang tua tunggal.

b) Saran

Diharapkan hasil dari penelitian

ini sebagai refrensi, untuk bahan

masukan, pertimbangan, informasi

tambahan bagi peneliti lain yang

akan melakukan penelitian sejenis,

sehingga dapat menjadi acuan dalam

penyempurnaan penelitian yang

sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Winda. (2013). Resiliensi

Dan Dukungan Sosial Pada

Orang Tua Tunggal (Studi

Kasus Pada Ibu Tunggal Di

Samarinda). Jurnal.

Christiani, Lintang Citra. (2010).

Komunikasi Pengasuhan

Antara Orang Tua Tunggal

Dengan Anak Dalam Kultur

Kolektivisik. Jurnal.

Semarang: Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro.

Djudiyah & Yuniardi, M. (2011).

Model Pengembangan

Konsep Diri Dan Daya

Resiliensi Melalui Support

Group Therapy: Upaya

Meminimalkan Trauma

Psikis Remaja Dari

Keluarga Single Parent.

Jurnal. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang.

Everall, R.D. (2006). Creating A

Future: A Study Of

Resilience In Suicidal

Female Adolescent. Journal

Of Cuonseling And

Development, Vol 84, 461-

470.

Fatimah, Siti Nur. (2012). Dinamika

Konsep Diri Pada Orang

Dewasa. Jurnal Vol.1 No.1.

Yogyakarta: Fakultas

Psikologi Universitas

Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Hadiningsih, Tyas Tiatmi. (2014).

Hubungan Antara

Dukungan Sosial Dengan

Resiliensi Pada Remaja Di

Panti Asuhan Keluarga

Yatim Muhammadiyah

Surakarta. Skripsi.

Surakarta: Fakultas

Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Hafiz, Subhan, Fahrul Rozi, Ilham

Mundzir & Lila Pratiwi.

(2012). Konstruk Psikologi

Kesabaran Dan Peranannya.

Naskah Publikasi. Fakultas

Psikologi Universitas

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI …eprints.ums.ac.id/36641/2/02. Naskah Publikasi.pdf · inggris resilience yang berarti ... menangani masalah-masalah yang muncul di

14

Muhammadiyah Prof. Dr.

Hamka Jakarta.

Hidayati, Nurfitria Laili.(2014).

Hubungan Antara Self-

Esteem Dengan Resiliensi

Pada Remaja Di Panti

Asuhan Yatim

Muhammadiyah Surakarta.

Skripsi. Surakarta: Fakultas

Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Ilyas,Yunahar. (1999). Kuliah

Akhlaq. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Kusumamawardand, Arifah. (2014).

Pelatihan Resiliensi Untuk

Menurunkan Tingkat

Kecemasan Akademik Pada

Remaja. Tesis. Surakarta:

Program Pendidikan

Magister Profesi Fakultas

Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Manik, Christa Gumanti. (2007).

Analisa Faktor-Faktor Yang

Mempenaruhi Konsep Diri

Pada Narapidana Remaja Di

Lembaga Pemasyarakatan

Kelas Iia Tanjung Gusta

Medan. Skripsi. Medan:

Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Masdianah. (2010). Hubungan

Antara Resiliensi Dengan

Prestasi Belajar Anak

Binaan Yayasan Smart

Ekselensia Indonesia.

Skripsi. Jakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

Nawawi, Imam. (2005). Riyadhus

Shalihin. Jakarta: Pustaka

Imam Syafi’i.

Prihartanti, Nanik, Meddy

Sulistiyanto, Setiyo

Purwanto, Partini, Fi

Aunillah, Dan Aniq

Hudiyah Bill Haq. (2009).

Pendidikan Kepribadian

Berbasis Psikologi

Indigenous. Laporan

Penelitian Insentif

Pemberdayaan Riset

Unggulan (Tidak

Diterbitkan). Surakarta :

Fakultas Psikologi,

Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Retnowati, Yuni. (2008). Pola

Komunikasi Orang Tua

Tunggal Dalam Membentuk

Kemandirian Anak. Jurnal

Volume 6, No.3.

Yogyakarta: Akademi

Komunikasi Indonesia.

Sandiah, Fauzan Anwar. (2014).

Konsep Diri Santri Waria.

Skripsi. Yogyakarta:

Jurusan Bimbingan Dan

Konseling Islam Fakultas

Dakwah Dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta

Widodo, Prasetyo Budi. (2006).

Konsep Diri Mahasiswa

Jawa Pesisiran Dan

Pedalaman. Jurnal

Psikologi Vol.3 No.2.

Semarang: Universitas

Diponegoro.