33
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN GISTING LAMPUNG SELATAN OLEH MARIA LIDIA LIANASARI 802012090 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI

PADA REMAJA PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN

GISTING LAMPUNG SELATAN

OLEH

MARIA LIDIA LIANASARI

802012090

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga
Page 3: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga
Page 4: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maria Lidia Lianasari

Nim : 802012090

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya

berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA

PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN GISTING LAMPUNG SELATAN

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia

atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 11 Desember 2015

Yang menyatakan,

Maria Lidia Lianasari

Mengetahui,

Pembimbing

Enjang Wahyuningrum. M.Si., Psi.

Page 5: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maria Lidia Linasari

Nim : 802012090

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA

PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN GISTING LAMPUNG SELATAN

Yang dibimbing oleh:

Enjang Wahyuningrum. M.Si., Psi

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 11 Desember 2015

Yang memberi pernyataan,

Maria Lidia Lianasari

Page 6: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA

PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN GISTING LAMPUNG SELATAN

Oleh

Maria Lidia Lianasari

802012090

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal : 12 Januari 2016ptemb2015

Oleh:

Pembimbing,

Enjang Wahyuningrum. M.Si., Psi.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI

PADA REMAJA PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN

GISTING LAMPUNG SELATAN

Maria Lidia Lianasari

Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan resiliensi

pada remaja putus sekolah di Kecamatan Gisting, Lampung Selatan. Jenis penelitian ini

adalah kuantitatif korelasional dengan melibatkan 50 partisipan. Teknik pengambilan

sampel adalah menggunakan teknik snowball sampling. Karakteristik subjek pada

penelitian ini adalah remaja putus sekolah usia 12-21 tahun. Metode pengumpulan data

pada variabel konsep diri menggunakan skala Tennessee Self Concept Scale yang dibuat

oleh William H. Fitts. Pada variabel resiliensi dengan menggunakan skala Resilience

Quotient yang dibuat oleh Reivich dan Shatte (2002). Hasil penelitian ini menunjukkan

hasil adanya hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan resiliensi.

Tingkat konsep diri remaja putus sekolah berada pada kategori tinggi dengan mean

sebesar 87,66, sedangkan tingkat resiliensi remaja putus sekolah berada pada kategori

tinggi dengan mean sebesar 63,32. Konsep diri memberikan sumbangan pengaruh

terhadap resiliensi sebesar 65,93%.

Kata kunci : konsep diri, resiliensi

Page 9: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

ii

Abstract

This study aims to determine the relationship between self-concept and resilience in

adolescents of school dropout in the District Gisting, Lampung Selatan. This research is

a quantitative correlation with the involvement of 50 participants. The sampling

technique is using snowball sampling technique. The Characteristics of the subjects in

this study are young school dropouts aged 12-21 years. The data colletction method on

self-concept uses Tennessee Self Concept Scale made by William H. Fitts. Mean while,

the data collection method on the variables of resilience uses Resilience Quotient made

by Reivich and Shatte (2002). The results shows that there is a positive and significant

correlation between self-concept and resilience. Adolescents of school dropout self-

concept levels are on the high category with mean amounted to 87.66, while the level of

resilience in adolescents school drop out, at the high category with mean amounted to

63.32. Self concept give 65,93 % influence on resilience.

Keywords: self concept, resilience

Page 10: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

1

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam membentuk sikap dan

perilaku seseorang. Branata (2009) mengungkapkan bahwa pendidikan ialah usaha yang

sengaja diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak

dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. Pendidikan merupakan kebutuhan

dasar manusia khususnya pada kelompok usia remaja (Santrock, 2003). Remaja

merupakan masa peralihan dari masa kanak - kanak menuju masa dewasa, masa ini

merupakan masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang

mereka miliki. Menurut Monks (2001) usia remaja berlangsung dari 12 sampai dengan

21 tahun, dengan pembagian: usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, usia 15-18

tahun adalah masa remaja madya, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir. Akan tetapi

beberapa remaja mengalami kendala dan rintangan dalam melewati masa menempuh

pendidikan itu hingga membuat mereka mengalami putus sekolah.

Putus sekolah mencerminkan anak - anak usia sekolah yang sudah tidak

bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu sebelum

memperoleh ijazah. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi. Putus sekolah dapat terjadi pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah, ataupun pendidikan tinggi. Hal ini juga disampaikan oleh Wayman (2002)

yang menjelaskan putus sekolah sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan

anak muda yang meninggalkan sekolah sebelum waktu yang seharusnya. Data statistik

menunjukkan masih tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Jumlah siswa usia

wajib belajar (SD dan SMP) yang tidak menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun

Page 11: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

2

pada tahun 2011 berjumlah 10,268 juta dan masih ada sekitar 3,8 juta siswa yang tidak

dapat melanjutkan ke tingkat SMA (Kompas, 2011).

Conger (1991) mengemukakan beberapa dampak yang akan terjadi jika seorang

remaja putus sekolah yakni harga diri rendah, merokok, minum-minuman beralkohol,

menggunakan obat-obatan terlarang dan kenakalan remaja. Hadiyanto (1996) juga

menambahkan tingginya angka putus sekolah dapat berakibat pada bidang-bidang

lainnya yang sangat merugikan masyarakat secara umum. Sebagai contoh, tingginya

angka putus sekolah menambah tingginya angka pengangguran yang mungkin dapat

berakibat terhadap tingginya kriminalitas atau gejolak sosial lainnya. Remaja putus

sekolah mengalami permasalahan ketika memasuki pasar tenaga kerja, masalah sosial

dan pendapatan yang memperburuk kondisi mereka untuk pindah ke jenjang karier.

Remaja putus sekolah lebih banyak menganggur, dan yang berhasil mendapatkan

pekerjaan mendapatkan upah lebih rendah dari pada yang memiliki ijazah. Wanita

muda yang putus sekolah lebih mungkin memiliki anak di usia muda dan lebih mungkin

menjadi orang tua tunggal (Adelman & Taylor, 2007).

Dalam menempuh pendidikan formal terdapat kendala-kendala yang

menghambat kelancaran dalam bersekolah hingga membuat mereka mengalami putus

sekolah. Penyebab terjadinya putus sekolah antara lain faktor ekonomi, faktor sosial

ataupun kendala ketidaknyamanan yaitu relasi terhadap teman ataupun relasi terhadap

lingkungan sekitar. Disamping adanya perasaan minder dan malu akan kekurangan yang

dimiliki sehingga menjadi hambatan untuk menyelesaikan pendidikan formal.

Christensen & Thurlow (2004) menyebutkan bahwa kendala yang dihadapi hampir

sebagian besar siswa adalah masalah biaya pendidikan dan masalah relasi dengan guru

dan relasi dengan teman. Penelitian yang dilakukan oleh Rumberger (1995) juga

Page 12: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

3

menjelaskan bahwa 50% alasan dari siswa yang keluar sekolah adalah kendala yang

berasal dari faktor ekonomi dan 35% kebanyakan karena masalah pribadi, seperti

kehamilan atau pernikahan. Anak putus sekolah, dari hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan Septiana & Wulandari (2012) faktor penyebabnya adalah pengalaman yang

tidak menyenangkan seperti takut pada guru, tidak naik kelas, dan lain-lain, serta

lingkungan seperti tingkat pendidikan orang tua rendah, rumah tangga bermasalah, dan

lain-lain. Dengan demikian, bisa dicermati bahwa pengalaman dan lingkungan yang

dialami mereka memengaruhi kondisi psikologis individu sehingga berdampak pada

sikap dan perilaku mereka yaitu memutuskan untuk berhenti sekolah.

Putus sekolah juga mengakibatkan remaja menjadi putus asa, pesimis, tidak ada

harapan dan melakukan bunuh diri. Kori Setiawan, warga Desa Banjarsari Kulon,

Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung

diri di dalam kamar mandi yang diduga karena putus sekolah (Suara Pembaruan, 2011).

Individu putus sekolah tidak mendapatkan pendidikan yang layak sehingga

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya menjadi “terbatas” sepanjang hidupnya ketika

menjadi orang dewasa. Remaja yang melangkah keluar dari tangga pendidikan jauh

sebelum mereka mencapai tingkat karir yang profesional, sehingga membuat remaja

harus menggunakan cara mereka sendiri untuk mencari pekerjaan (Santrock, 2003).

Rembulan (2009) menguatkan bahwa di negara berkembang, faktor resiko yang dapat

menimbulkan gangguan jiwa adalah kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan

(putus sekolah). Remaja yang mengalami putus sekolah juga berpotensi menjadi

pengangguran dari pada mereka yang lulus, hal ini dikarenakan tuntutan kerja pada

waktu yang akan datang membutuhkan pengetahuan dan kesiapan. Remaja yang gagal

menyelesaikan pendidikan akan menemukan kesulitan dalam mendapatkan dunia kerja.

Page 13: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

4

Apabila bekerja, individu yang mengalami putus sekolah akan mendapat gaji di bawah

mereka yang mempunyai ijazah pendidikan. Remaja dengan tingkat pendidikan rendah

jarang mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan ke jenjang karier yang lebih

tinggi, kurangnya pengalaman, keamanan kerja dan rendahnya performasi kerja

(Nuqosin, 2012).

Kondisi putus sekolah tidak bisa dihindarkan karena beberapa faktor, artinya

putus sekolah menjadi salah satu kondisi yang harus ditanggung oleh sebagian remaja.

Kondisi kehidupan yang harus dihadapi setelah mengalami putus sekolah, antara lain

adalah keterbatasan pengetahuan, keterbatasan akses informasi, keterbatasan akses

sosialisasi, dan kesempatan kerja yang terbatas karena tidak mempunyai ijazah sebagai

syarat administrasi. Kondisi-kondisi tersebut mengakibatkan remaja putus sekolah tidak

percaya diri untuk melakukan aktivitas tertentu karena merasa tidak mempunyai bekal

pengetahuan, tidak mempunyai harga diri, tidak termotivasi dan mempunyai konsep diri

negatif (Santrock, 2003).

Dari hasil wawancara dengan beberapa orang remaja putus sekolah di

Kecematan Gisting, Lampung Selatan, yang menunjukkan bahwa mereka tidak dapat

lolos dari cobaan hidup yang berupa penderitaan diri. Ketika remaja putus sekolah

mengadakan hubungan dengan lingkungan sosial, mereka cenderung menampakkan

sikap pendiam, perasaan minder dan rendah diri jika bergaul dengan teman-teman yang

sekolah, tertutup dengan lingkungan, karena takut jadi pembicaraan orang-orang, cemas

dan sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain bahkan jarang mengikuti kegiatan

sosial yang diadakan oleh masyarakat, malas untuk memikirkan masa depan.

Individu yang mengalami putus sekolah membutuhkan pengembangan

kepercayaan diri dan keyakinan akan kemampuan diri untuk beradaptasi terhadap

Page 14: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

5

kesulitan hidup yang ada, bertahan dan segera bangkit kembali apabila menemui

kesulitan-kesulitan hidup serta mempunyai kehendak yang kuat dan mencari berbagai

alternatif cara positif untuk menggapai hidup yang lebih baik Rumberger (1995).

Remaja yang mengalami putus sekolah memiliki tanggung jawab untuk menyesuaikan

diri dan berperilaku sesuai strategi baru dengan menggunakan sumber daya yang

dimiliki walau terbatas.

Stoltz (2005) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap orang memendam hasrat

untuk mencapai kesuksesan. Dalam meraih kesuksesan, diperlukan kemampuan

seseorang dalam berjuang menghadapi dan mengatasi masalah, hambatan, atau

kesulitan yang dimilikinya serta mengubahnya menjadi peluang keberhasilan dan

kesuksesan. Kesulitan, kemalangan sejatinya ditemui oleh setiap individu namun

dengan jenis dan intensitas yang berbeda-beda. Individu ada yang berhasil melewati

kesulitan dan kemalangan ada juga yang gagal dan terpuruk karena kesulitan dan

kemalangan itu. Menurut Stoltz (2005), individu yang memiliki kemampuan mengatasi

kesulitan tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih

keberhasilan atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta selalu akan termotivasi,

dan mereka akan mengerjakan pekerjaan atau aktivitas sebaik mungkin, termasuk

mencari informasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia walau terbatas.

Garmezy dan Michael (dalam Pranandari, 2008) mengemukakan bahwa saat

menghadapi kesulitan hidup, sebagian individu gagal dan tidak mampu bertahan dimana

mereka mengembangkan pola-pola perilaku yang bermasalah. Sebagian lainnya bisa

bertahan dan mengembangkan perilaku adaptif bahkan lebih baik lagi bila mereka

berhasil keluar dari kesulitan dan menjalani kehidupan yang sehat. Resiliensi adalah

salah satu moderator yang dapat membantu memahami mengapa satu individu dapat

Page 15: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

6

bereaksi negatif terhadap pengalaman negatif, sedangkan individu lain tidak mengalami

masalah apapun meskipun menghadapi tekanan yang berat. Menurut Reivich & Shatte

(2012) mengungkapkan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan

tetap teguh dalam situasi sulit. Pada sisi inilah, mengatasi kesulitan memiliki aspek-

aspek yang dapat memberikan gambaran mengenai ketangguhan individu dalam

menghadapi hambatan, kesulitan atau kegagalan dan dapat memprediksi apakah ia tetap

terkendali dalam menghadapi situasi atau keadaan yang sulit seperti kesulitan setelah

mengalami putus sekolah. Keberhasilan dan kegagalan individu dalam menghadapi

kesulitan dan kemalangan ditentukan oleh kemampuan individu tersebut dalam

mengatasinya.

Reivich & Shatte (2012) berpendapat ada tujuh kemampuan yang dapat

membentuk resiliensi yaitu regulasi emosi yang merupakan kemampuan untuk tetap

tenang dalam kondisi yang penuh tekanan, pengendalian impuls yakni kemampuan

mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam

diri seseorang, optimisme, individu yang resilien adalah individu yang optimis dan

individu memiliki harapan di masa depan dan percaya dapat mengontrol arah hidupnya,

empati yakni kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda psikologis dan emosi

dari orang lain, causal analysis yaitu merujuk pada kemampuan individu untuk secara

akurat mengidentifikasi penyebab-penyebab dari permasalahan individu, jika individu

tidak mampu memperkirakan penyebab dari permasalahannya secara akurat, maka

individu akan membuat kesalahan yang sama, efikasi diri yakni keyakinan pada

kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif,

dan reaching out yaitu kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif dalam

hidup dimana individu yang selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah

Page 16: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

7

dalam mengatasi permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan kemampuan

interpersonal dan pengendalian emosi. Dalam ketujuh kemampuan resiliensi melibatkan

pikiran dan perasaan individu untuk menentukan dan menilai secara mendalam masalah

yang dihadapi.

Dalam menyikapi permasalahan-permasalahan tersebut, mampu tidaknya remaja

dalam menyelesaikan permasalahannya tergantung pada kemampuan bertahan dalam

menghadapi permasalahan karena setiap individu memiliki kekuatan yang berbeda-

beda. Dan faktor yang mempengaruhi resiliensi salah satunya adalah konsep diri

Werner (1992). Sebuah konsep diri yang positif juga berkontribusi terhadap

kemampuan resiliensi. Menurut Evarall (2006) mengatakan bahwa remaja yang resilien

cenderung memiliki tujuan, harapan, dan perencanaan terhadap masa depan, gabungan

antara ketekunan dan ambisi dalam mencapai hasil yang akan diperoleh. Everall (2006)

juga mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi yaitu faktor individual

yang meliputi kemampuan kognitif individu, konsep diri, harga diri, dan kompetensi

sosial yang dimiliki individu, faktor keluarga yang meliputi dukungan yang bersumber

dari orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan dan melayani

anak, yang terakhir yakni faktor komunitas yang meliputi kemiskinan dan keterbatasan

kesempatan kerja.

Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan

atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Hurlock (1999) mengatakan bahwa konsep

diri bertambah stabil pada periode masa remaja. Konsep diri yang stabil sangat penting

bagi remaja karena hal tersebut merupakan salah satu bukti keberhasilan pada remaja

dalam usaha untuk memperbaiki kepribadiannya. Konsep diri didefinisikan sebagai

keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasikan, dialami dan

Page 17: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

8

dinilai oleh individu sendiri (Fitts, 1971). Fitts (1971) juga mengatakan bahwa konsep

diri berpengaruh kuat dalam tingkah laku seseorang. Menurut Calhoun & Acocella

(1990) konsep diri terbagi menjadi dua jenis, yaitu konsep diri yang positif dan konsep

diri yang negatif.

Konsep diri yang positif membuat remaja akan terlihat lebih optimis, penuh

percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan

yang dialaminya. Sedangkan konsep diri yang negatif, yang meyakini dan memandang

bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, malang, gagal, tidak

menarik, tidak disukai, bahkan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Dengan konsep

diri yang positif remaja mampu melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi

keberhasilan dimasa yang akan datang (Hurlock, 1999).

Bagi remaja yang pendidikannya kurang atau dalam arti putus sekolah, remaja

tersebut merasa mempunyai keterbatasan mereka akan merasa dirinya rendah atau dapat

menyebabkan remaja yang memiliki konsep diri negatif, evaluasi diri yang dimilikinya

juga meliputi penilaian yang negatif terhadap dirinya, merasa tidak pernah cukup, baik

dengan apa yang dirasakannya dan selalu membandingkan apa yang akan dicapai

dengan yang dicapai orang lain. Konsep diri negatif cenderung membuat individu

bersikap tidak efektif, hal ini akan terlihat dari kemampuan menyelesaikan masalah dan

penguasaan lingkungan dalam masyarakat Hurlock (1999). Seharusnya remaja dalam

perkembangan yang baik, harus mampu mengenali dirinya sendiri, dan memiliki

kemampuan ke dalam diri sendiri, menentukan hidup dan mampu menangani masalah

yang sedang dihadapi.

Seseorang dengan konsep diri yang positif, prilakunya akan terlihat lebih

memiliki harga diri, dan cenderung melakukan hal-hal yang positif, dibandingkan yang

Page 18: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

9

memiliki konsep diri negatif hal ini yang membuat remaja tersebut memiliki konsep diri

yang positif (Santrock, 2003). Remaja yang putus sekolah biasanya memiliki banyak

kecenderungan negatif, remaja yang putus sekolah cenderung lebih suka memukul,

kurang bisa menilai dirinya sendiri, mengabaikan peraturan yang ada di sekitarnya,

kurang memberikan kasih sayang pada orang yang ada disekitarnya, melecehkan orang

lain, menghina orang lain yang menurut mereka lebih rendah dari dirinya, tidak berlaku

adil pada sesama, tidak mampu menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya dan lain

sebagainya. Remaja yang putus sekolah ketika dilihat dari pergaulannya dengan

lingkungan yang kurang mendukung, yang membuat remaja lebih cenderung

memunculkan perilaku negatif atau mempunyai konsep diri yang negatif Sobur (dalam

Uliyah, 2014).

Menurut American Psychological Association (dalam Djudiyah, 2011) cara

pandang diri negatif terhadap diri sendiri serta perasaan tidak berharga pada diri remaja

akan berdampak pada perkembangan daya resiliensinya. Apabila remaja menganggap

bahwa hidup ini kejam, hanya membuat dirinya menderita dan merasa tidak berdaya

menghadapinya maka akan menyebabkan daya resilensinya tidak berkembang atau

cenderung rendah. Namun bila remaja berusaha mengatasi persoalan - persoalan yang

dihadapinya dan berusaha bangkit dari keterpurukannya serta berusaha menerima apa

yang dimilikinya saat ini maka daya resiliensinya akan dapat berkembang.

Menurut Fitts (1971), konsep diri terdiri dari 5 aspek yang meliputi, physical self

(persepsi individu terhadap keadaan dirinya secara fisik, kesehatan, dan penampilan

dirinya), moral - ethical self (persepsi individu mengenai hubungannya dengan Tuhan,

kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai - nilai moral yang

dipegangnya), personal self (persepsi individu mengenai keadaan pribadinya, yang

Page 19: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

10

menyangkut sifat yang digunakan oleh dirinya dalam berhubungan dengan dunia luar),

family self (persepsi individu mengenai dirinya dengan interaksinya dengan keluarga

dan orang – orang terdekat), dan yang terakhir social self (persepsi individu mengenai

dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya secara umum).

Menurut Hurlock (1999), pembentukan konsep diri pada remaja dipengaruhi

oleh faktor - faktor antara lain usia kematangan, penampilan diri, nama dan julukan,

hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreativitas, dan cita-cita. Selain itu Fitts

(1971) mengungkapkan pula mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

yakni pengalaman, khususnya pengalaman interpersonal yang memunculkan perasaan

positif dan perasaan bernilai serta berharga, lalu yang kedua kompetensi dalam bidang –

bidang yang berarti bagi dirinya dan orang lain, serta yang ketiga adalah aktualisasi diri

atau atau implementasi dan realisasi dari potensi personal nyata dari seseorang apapun

bentuknya.

Ada beberapa penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara konsep diri

dengan resiliensi, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2015) mengenai

hubungan antara konsep diri dan resiliensi remaja pada keluarga orang tua tunggal yang

didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan

resiliensi remaja pada orang tua tunggal yang artinya semakin positif konsep diri maka

resiliensi remaja semakin baik, sebaliknya semakin negatif konsep diri maka resiliensi

semakin buruk. Namun ada juga penelitiaan yang dilakukan oleh Hamid (2014)

mengenai hubungan antara konsep diri dengan resiliensi pada mahasiswa Fakultas

Psikologi angkataan 2010-2013 Universitas Islam Negri Malang, yang didapatkan hasil

pada angkatan 2012 bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri

dengan resiliensi. Dari paparan tersebut, peneliti bertujuan untuk meneliti adanya

Page 20: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

11

hubungan positif antara konsep diri dengan resiliensi pada remaja putus sekolah di

Kecamatan Gisting, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

korelasional dan ingin mengukur korelasi antara konsep diri dan resiliensi pada remaja

putus sekolah di Kecamatan Gisting, Lampung Selatan.

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja putus sekolah yang berusia 12-21

tahun di Kecamatan Gisting, Lampung Selatan yang berjumlah 50 orang. Teknik

pengambilan sampel partisipan menggunakan teknik snowball sampling.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

psikologi, yaitu instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur atribut psikologis Azwar

(1999). Skala bertingkat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.

Skala likert adalah skala yang mengukur kekuatan persetujuan dari pernyataan-

pernyataan untuk mengukur sikap atau perilaku. Skala yang digunakan dalam penelitian

ini berjumlah dua skala, yaitu:

a. Skala Konsep Diri

Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk mengukur konsep diri

yang dimiliki oleh subjek diadaptasi dari Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang

dikembangkan oleh William H. Fitts. Skala ini terdiri daru 40 item pernyataan.

Tennessee Self Concept Scale (TSCS) merupakan alat untuk mengukur konsep diri

secara umum yang berada dalam usia 12 tahun ke atas. Skala ini mengungkap 5

Page 21: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

12

aspek yaitu, physical self, moral - ethical self, personal self, family self, dan social

self. Pengujian reliabilitas dilakukan lagi pada penelitian ini dengan menggunakan

data yang didapat dari sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai).

Hasil uji seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan

ketentuan dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran

dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,25 dan menunjukkan bahwa ada 10 item yang

gugur yaitu item 7, 12, 14, 15, 19, 28, 30, 32, 39, dan 40 dengan reliabilitas sebesar

0,898. Item-item dalam skala ini menggunakan pernyataan dengan empat pilihan

jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak

Setuju).

Tabel 1. Sebaran Nomor Item Valid dan Gugur Skala Konsep Diri

No Aspek Item Favorable Item Unfavorable Jumlah

item valid

1 Physical self 1, 12*, 18, 23,

30*,

7* 3

2 Moral – ethnical self 2, 13, 19* 24, 3

3 Personal self 3, 5, 8, 15*, 27,

31, 35, 36,

4, 9, 14*, 20, 25,

26, 32*, 37, 38,

40*

14

4 Family self 10, 16, 21, 6, 28*, 33, 39* 5

5 Social self 11, 17, 29, 34 22 5

Total valid 30

Page 22: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

13

b. Skala Resiliensi

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi adalah skala resiliensi yang

diadaptasi dari Resilience Quotient (RQ) yang diungkapkan oleh Reivich dan

Shatte (2002). Item-item dalam skala disusun berdasarkan tujuh aspek resiliensi

oleh Reivich dan Shatte (2002). Skala ini terdiri dari 40 item. Pengujian reliabilitas

dilakukan lagi pada penelitian ini dengan menggunakan data yang didapat dari

sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Hasil uji seleksi item

dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari

Azwar (2010) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat

dikatakan valid apabila ≥ 0,25 dan menunjukkan bahwa ada 17 item yang gugur

yaitu item 6, 7, 10, 13, 14, 15, 18, 19, 21, 23, 25, 27, 29, 32, 33, 34, dan 37 dengan

reliabilitas sebesar 0,866. Item-item dalam skala ini menggunakan pernyataan

dengan empat pilihan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju),

STS (Sangat Tidak Setuju).

Tabel 2. Sebaran Nomor Item Valid dan Gugur Skala Resiliensi

No

Aspek

Item

Favorabele

Item

Unfavorable

Jumlah

item valid

1 Regulasi emosi 1, 7*, 13*, 22 19*, 25*, 31, 3

2 Pengendalian impuls 2, 8, 14*, 20, 26,

32*

4

3 Optimisme 3, 9, 15*, 21*, 27*,

33*

2

4 Causal Analysis (Analisis 4, 10*, 16, 34* 2

Page 23: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

14

penyebab masalah)

5 Empati 17, 38, 40 28, 37*, 39 5

6 Self Efficacy (Efikasi diri) 5, 11, 23*, 29*, 35 3

7 Reaching Out (Peningkatan

aspek positif)

6*, 12, 24, 18*, 30, 36 4

Total valid 23

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya korelasi antara konsep diri dengan resiliensi di Kecamatan Gisting, Lampung

Selatan. Namun sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi

terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non-parametrik yang

akan digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan

skala konsep diri (K-S-Z = 0,886, p = 0,413, p > 0,05) dan resiliensi (K-S-Z =

0,616, p = 0,843, p > 0,05). Hasil ini menunjukkan data konsep diri dan data

resiliensi berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara konsep

diri dengan resiliensi dengan deviation from linearity sebesar F = 0,554 p =

0,926 (p > 0,05).

Page 24: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

15

Analisa Deskriptif

Tabel 3. Statistik Deskriptif Skala Konsep Diri dan Resiliensi Pada Remaja

Putus Sekolah di Kecamatan Gisting, Lampung Selatan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

konsepdiri 50 87.6600 12.49426 57.00 111.00

resiliensi 50 63.3200 10.83539 43.00 91.00

Tabel 3 merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel.

Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 4 kategori mulai dari “sangat

tinggi” hingga “sangat rendah”. Interval skor untuk setiap kategori ditentukan dengan

menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000). Tabel 4 dan 5 menunjukkan jumlah

partisipan untuk setiap kategori pada masing - masing variabel.

Tabel 4. Kriteria Skor Konsep Diri

No Interval Kategori Mean F Presentase

1 97,5 ≤ x ≤ 120 Sangat tinggi 11

22%

2 75 ≤ x < 97,5 Tinggi 87,66 32 64%

3 52,5 ≤ x < 75 Rendah 7 14%

4 30 ≤ x < 52,5 Sangat rendah 0 0%

Total 50 100 %

SD = 12,49 Min = 57 Max = 111

Page 25: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

16

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa skor konsep diri berada pada

kategori tinggi dengan mean sebesar 87,66. Sebanyak 32 remaja putus sekolah yang

menjadi subjek penelitian memiliki skor konsep diri yang berada pada kategori tinggi

dengan prosentase 64%. 11 partisipan berada pada kategori sangat tinggi dengan

prosentase 22%. Sisanya sebanyak 7 partisipan masuk kategori skor konsep diri rendah

dengan prosentase 14%. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum

sebesar 57 sampai dengan skor maksimum sebesar 111 dengan standar deviasi 12,49.

Tabel 5. Kriteria Skor Resiliensi

No Interval Kategori Mean F Presentase

1 74,75 ≤ x ≤ 92 Sangat tinggi 8

16%

2 57,5 ≤ x < 74,75 Tinggi 63,32 27 54%

3 40,25 ≤ x < 57,5 Rendah 15 30%

4 23 ≤ x < 40,25 Sangat rendah 0 0%

Total 50 100 %

SD = 10,84 Min = 43 Max = 91

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa skor resiliensi berada pada kategori

tinggi dengan mean sebesar 63,32. Sebanyak 27 remaja putus sekolah yang menjadi

subjek penelitian memiliki skor konsep diri yang berada pada kategori tinggi dengan

prosentase 54%. 15 partisipan berada pada kategori rendah dengan prosentase 30%.

Sisanya sebanyak 8 partisipan masuk kategori skor konsep diri sangat tinggi dengan

prosentase 16%. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 43

sampai dengan skor maksimum sebesar 91 dengan standar deviasi 10,84.

Page 26: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

17

Uji Korelasi

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang diperoleh

berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear maka uji korelasi dilakukan

dengan menggunakan statistik parametrik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah korelasi Pearson. Tabel 4 menunjukkan hasil dari uji korelasi.

Tabel 6. Korelasi Konsep Diri & Resiliensi

Correlations

Konsepdiri resiliensi

Konsepdiri Pearson Correlation 1 .812**

Sig. (1-tailed) .000

N 50 50

Resiliensi Pearson Correlation .812** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara

konsep diri dengan resiliensi pada dengan r = 0,812 dengan signifikan = 0,000 (p <

0,01). Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan adanya korelasi positif yang

signifikan antara konsep diri dengan resiliensi pada remaja putus sekolah di Kecamatan

Gisting, Lampung Selatan. Dengan demikian semakin tinggi konsep diri maka semakin

tinggi pula tingkat resiliensi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi product moment pearson maka diperoleh hasil nilai koefisien korelasi) sebesar

Page 27: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

18

0,812 dengan signifikan 0,000 (p < 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara konsep diri dengan resiliensi, semakin positif konsep diri maka

semakin tinggi resiliensi, semakin negatif konsep diri maka semakin rendah

resiliensinya.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Djudiyah (2011)

konsep diri yang positif merupakan salah satu faktor konstribusi bagi resiliensi pada

remaja. Menurut America Psychological Association (dalam Djudiyah, 2011)

menyatakan bahwa cara pandang diri negatif terhadap diri sendiri serta perasaan tidak

berharga pada diri remaja akan berdampak pada perkembangan resiliensinya. Apabila

remaja menganggap bahwa hidup ini kejam hanya membuat dirinya menderita dan

merasa tidak berdaya menghadapinya maka akan menyebabkan daya resiliensinya tidak

berkembang atau cenderung rendah, namun bila remaja berusaha bangkit dari

keterpurukannya serta berusaha menerima apa yang dimilikinya saat ini maka daya

resiliensinya akan dapat berkembang.

Berdasarkan penelitian dari Murphey (dalam Amalia, 2015) menyatakan seorang

remaja yang mempunyai resiliensi yang baik akan memasuki masa dewasa dengan baik

untuk mengatasi masalah dengan baik jika ia telah mengalami keadaan yang sulit dalam

hidupnya, seperti masalah-masalah yang remaja alami setelah mengalami putus sekolah.

Sumbangan efektif variabel konsep diri terhadap resiliensi remaja sebesar

65,93% ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) sebesar 0,812. Hal ini memiliki arti

bahwa terdapat 34,07% faktor lain yang memengaruhi di luar faktor individual meliputi

kemampuan kognitif individu, harga diri, kompetensi sosial yang dimiliki individu.

faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari orang tua, yaitu bagaimana cara

orang tua untuk memperlakukan dan melayani anak, faktor komunitas meliputi

Page 28: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

19

kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja (Everall, 2006). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa konsep diri dengan segala aspek yang terkandung didalamnya

memang memberikan kontribusi terhadap resiliensi remaja meskipun resiliensi tidak

hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut, dalam hal ini konsep diri memiliki konstribusi

yang positif terhadap resiliensi remaja putus sekolah, sehinga semakin positif konsep

diri maka semakin tinggi resiliensi remaja tersebut, sebaliknya semakin negatif konsep

diri maka semakin rendah resiliensi remaja tersebut, sehingga hal ini mencerminkan

bahwa memiliki konsep diri menjadi salah satu cara untuk dapat meningkatan daya

resiliensi yang ada di dalam individu.

Berdasarkan kategorisasi skala konsep diri diketahui konsep diri diketahui

bahwa tidak terdapat remaja yang memiliki konsep diri sangat rendah ditunjukkan

dengan nilai 0% (0 orang), 14% (7 orang) yang tergolong rendah konsep dirinya, 64%

(32 orang) yang tergolong tinggi konsep dirinya, 22% (11 orang) yang tergolong sangat

tinggi konsep dirinya. Menurut Calhoun & Aocella (1999) remaja yang memiliki

konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realiatas, yaitu

tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi

kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

Berdasarkan kategorisasi skala skala resiliensi diketahui bahwa tidak terdapat remaja

yang memiliki resiliensi yang sangat rendah ditunjukkan dengan nilai 0% (0 orang)

yang tergolong sangat rendah resiliensinya, 30% (15 orang) yang tergolong rendah,

54% (27 orang) yang tergolong tinggi, 16% (8 orang) yang tergolong sangat tinggi.

Jumlah dan prosentasi terbanyak menempati kategori tinggi. Subyek dalam kategori ini

dapat diartikan bahwa subyek tidak lepas dari resiliensi yang tentunya berpengaruh

tinggi bagi kehidupan. Menurut Everall (2006) faktor individual, faktor keluarga dan

Page 29: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

20

faktor komunitas merupakan tiga faktor yang memengaruhi resiliensi. Menurut Everall

(2006) menyatakan bahawa remaja yang resilien cenderung memiliki tujuan, harapan,

dan perencanaan terhadap masa depan dengan gabungan antara ketekunan dan ambisi

dalam mencapai hasil yang akan diperoleh.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara konsep diri dengan resiliensi

pada remaja putus sekolah di Kecamatan Gisting, Lampung Selatan, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif yang signifikansi antara konsep diri dengan resiliensi pada

remaja putus sekolah di Kecamatan Gisting, Lampung Selatan.

2. Remaja putus sekolah memiliki skor konsep diri yang berada pada kategori tinggi

dengan mean sebesar 87,6 dan remaja putus sekolah memiliki skor resiliensi yang

berada pada kategori tinggi pula dengan mean sebesar 63,32.

3. Besarnya variasi konsep diri dengan resiliensi dapat menjelaskan bahwa konsep diri

memberikan pengaruh terhadap resiliensi sebesar 65,93 dan sisanya sebesar 34,07%

yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar konsep diri yang dapat berpengaruh

terhadap resiliensi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Bagi remaja putus sekolah yang memiliki konsep diri tinggi harap dipertahankan

karena dengan konsep diri yang positif akan berpengaruh pada daya resiliensinya

untuk bertahan dalam situasi sulit yang remaja alami setelah mengalami putus

Page 30: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

21

sekolah. Bagi remaja yang memiliki resiliensi rendah, hendaknya meningkatkan

konsep diri yang lebih positif dengan mengubah keyakinan, pandangan atau

penilaian terhadap dirinya menjadi lebih positif agar daya resiliensi yang

dimilikinya juga semakin positif karena dengan konsep diri yang positif remaja

akan terlihat optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap

segala sesuatu.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Kontribusi variabel konsep diri yang sebesar 65,93% terhadap resiliensi terhadap

remaja putus sekolah di Kecamatan Gisting, Lampung Selatan bisa menjadi

masukan bagi penelitian selanjutnya dengan topik resiliensi pada remaja putus

sekolah. Penelitian selanjutnya bisa meneliti variabel – variabel lain di luar konsep

diri, seperti harga diri, regulasi emosi untuk mengetahui besarnya kontribusi

variabel lain terhadap resiliensi pada remaja putus sekolah. Melalui penelitian

konsep diri dan resiliensi pada remaja putus sekolah di Kecamatan Gisiting,

Lampung Selatan, peneliti selanjutnya juga dapat meneliti hubungan antara

konsep diri dan resiliensi pada remaja putus sekolah di daerah yang berbeda.

Peneliti selanjutnya hendaknya membatasi usia subjek peneltian, dan jarak waktu

setelah mereka mengalami putus sekolah agar benar-benar dapat mengukur

resiliensi dan konsep diri mereka setelah mengalami putus sekolah.

Page 31: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

22

Daftar Pustaka

Adelman, H.S. & Taylor, L. (2009). School Dropout Prevention: A Public Health Role

For Primary Health Care Providers. Developmental And Behavioral News, 18(1),

1-23. Retrieved October 23, 2015, from

http://Smhp.Psych.Ucla.Edu/Pdfdocs/Drop.Pdf

Akuntono, I. D. W. (2011, 26 Desember). Angka Putus Sekolah dan Komersialisasi

Pendidikan. Kompas. Diunduh dari

http://edukasi.kompas.com/read/2011/12/26/10392444/Angka.Putus.Sekolah.dan

.Komersialisasi.Pendidikan

Amalia, F.N. (2015). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Resiliensi Remaja Pada

Keluarga Orang Tua Tunggal. Skripsi. Program sarjana (S1) pada Program

Sarjana Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Azwar, S. (1999). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

--------, S. (2010). Penyususnan skala psikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Branata, M.(2009). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. (1990). Psychology of adjustment and human relations.

USA: Mc Graw-Hill.

Christenson, S. L., & Thurlow, M. L. (2004). School dropouts: Prevention

considerations, interventions, and challenges. American Psychological Society,

13(1), 36–39. Retrieved September 20, 2015, from

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.474.1870&rep=rep1&

type=pdf

Conger, J.J. (1991). Adolescence And Youth (4th Ed). New York: Harper Collins

Djudiyah & Yuniardi, M. (2011). Model Pengembangan Konsep Diri Dan Daya

Resiliensi Melalui Support Group Therapy: Upaya Meminimalkan Trauma

Psikis Remaja Dari Keluarga Single Parent. Jurnal Proyeksi 6(1), 16-26.

Dian, F. (2008). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Coping Strategy Pada

Developed Kidiie Dalam Komunitas Hacker di Perguruan Tinggi X Bandung.

Skripsi. Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Psikologi,

Universitas Islam Bandung. Bandung.

Evarall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L. (2006). Creating A Future: A Study Of

Resilience In Suicidal Female Adolescents. Journal Of Counseling &

Development, 84(4), 461-470. Retrieved October, 20, 2015, from

http://Www.Nursingacademy.Com/Uploads/6/4/8/8/6488931/Roughspotsresilien

ce.Pdf

Hadi, S. (2000). Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Page 32: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

23

Hamid, C, A. (2014). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Resiliensi Pada

Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2010-2013 Universitas Islam Negri

Malang. Skripsi. Program Sarjana (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas

Psikologi, Universitas Negeri Malang. Malang.

Hurlock, E. B. 1999. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Alih Bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.

Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S, R. (2001). Psikologi Perkembangan:

Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Natalia, F. (2012). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Intensi Kedisiplinan Siswa

Kelas VIII SMP Negri 2 Salatiga Semester Gasal. Program Sarjana (S1) pada

Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Nuqosin, A., R. (2012). Penguatan Modal Psikologis Melalui Pelatihan Mengatasi

Kesulitan Pada Remaja Putus Sekolah Di Yogyakarta. Skripsi. Program Sarjana

(S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Pranandari, K. (2008). Kecerdasan Adversitas Ditinjau Dari Pengatasan Masalah

Berbasis Permasalahan Dan Emosi Pada Orangtua Tunggal Wanita. Jurnal

Psikologi 1(8), 121-127. Diunduh pada 19 Oktober, 2015, dari

http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/viewFile/287/231

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resiliency Factor: 7 keys to finding your inner

strenght and overcoming life’s hurdles. New York: Three Rivers Press.

Rembulan, C.L. (2009). Penguatan Resiliensi Dengan Pelatihan Strategi Koping Fokus

Emosi Pada Remaja Putri Yang Tinggal Di Panti Asuhan. Tesis: Tidak

Diterbitkan. Yogyakarta: Pascasarjana Fakultas Psikologi UGM.

Rumberger, R. W. (1995). Dropping Out of High School: The Influence of Race, Sex

and Family Background. American Educational Research Journal, 20(2), 199-

220. Retrieved 8 September, 2015, from

http://aer.sagepub.com/content/20/2/199.full.pdf

Santrock, John W. (2003) Adolescence. Perkembangan remaja. Edisi Keenam. Jakarta:

Erlangga, 2003

Septiana, L & Wulandari, S. P. (2012). Pemodelan Remaja Putus Sekolah Usia SMA di

Propinsi Jawa Timur dengan Menggunakan Metode Regresi Spasial. Skripsi.

Surabaya: Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga.

Siregar, I, A. (2014). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Kepercayaan

Diri Siswa dalam Belajar di Kelas XI IPS II SMA Raksana Medan TA. 2013 /

2014. Skripsi. Program sarjana (S1) pada Program Sarjana Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negri Medan. Medan.

Page 33: Hubungan antara Konsep Diri dengan Resiliensi pada Remaja ... · Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri di dalam kamar mandi yang diduga

24

Stoltz, P. G. (2005). Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.

Jakarta: Grasindo.

Suarapembaruan.com. (4/8/2011).

Http://Www.Suarapembaruan.Com/Tajukrencana/Ironi-Putus-Sekolah/9827.

Diakses pada kamis, 19 Oktober 2015.

Uliyah, N., Abdul, A. (2014). Perbedaan Konsep Diri Negatif Antara Remaja Yang

Sekolah Dan Remaja Yang Putus Sekolah. Jurnal Psikologi. 2(2), 80-88.

Diunduh pada 20 Oktober 2015, dari http://jurnal.yudharta.ac.id/wp-

content/uploads/2015/07/Perbedaan-Konsep-Diri-Negatif.pdf

Hadiyanto. (1996). Faktor-Faktor Penyebab Putus Sekolah Pada Pendidikan Dasar:

Suatu Kajian Dalam Rangka Mensukseskan Wajib Belajar 9 Tahun: Laporan

Penelitian. Institute Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Padang.

Http://Elib.Pdii.Lipi.Go.Id/Katalog/Index.Php/Searchkatalog/Byid/32403.

Diakses Minggu, 12 Februari 2012.

Wayman, J. C. (2002). The Utility of Educational Resilience as a Framework for

Studying Degree Attainment in High School Dropouts. Journal of Educational

Research, 95 (3), 167-178.

Retrieved September 8, 2015, from

http://www.csos.jhu.edu/contact/staff/jwayman_pub/do_edresil.pdf

Werner, E. (1992). The children of Kauai: Resiliency and recovery in adolescence and

adulthood. Journal of Adolescent Health, 13(4), 262–268. Retrieved September

7, 2015, from

http://www.esd113.org/cms/lib3/wa01001093/centricity/domain/48/resilienceres

earchchildren.pdf

Fitts, W. H. (1971). The self concept and psychology. California : Western

Psychological Service.