135
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR MALAM DENGAN KARIES PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL - ISTIQOMAH TANGERANG SKRIPSI RAHAYU SETIYAWATI 0806334294 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA DEPOK JULI 2012 Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

  • Upload
    vandien

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM

TIDUR MALAM DENGAN KARIES PADA ANAK USIA

SEKOLAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL - ISTIQOMAH

TANGERANG

SKRIPSI

RAHAYU SETIYAWATI

0806334294

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA

DEPOK

JULI 2012

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 2: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

i

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM

TIDUR MALAM DENGAN KARIES PADA ANAK USIA

SEKOLAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL - ISTIQOMAH

TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan

RAHAYU SETIYAWATI

0806334294

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA

DEPOK

JULI 2012

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 3: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 4: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 5: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah

sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Ns. Widyatuti S.Kp.,M.Kes.,Sp.Kom, selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan skripsi ini;

(2) Pihak MI Al - Istiqomah yang telah memberikan izin meneliti dan membantu

dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;

(3) Orang tua saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan

moral; dan

(4) Nicky Hartopo, Aulia Laili Nisa, Kurniasih, Lisa Permatasari, Lediya

Muthmainah, selaku sahabat – sahabat saya yang telah banyak membantu

saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 27 Juni 2012

Penulis

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 6: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 7: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

vi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Rahayu Setiyawati

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur

Malam dengan Karies Pada Anak Usia Sekolah di

Madrasah Ibtidaiyah Al – Istiqomah Tangerang

Tingginya angka karies gigi pada anak usia sekolah seiring kebiasaan masyarakat

Indonesia yang belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam dengan karies pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian

adalah deskriptif korelatif pada 108 responden yang dipilih secara stratified

random sampling di Madrasah Ibtidaiyah Al – Istiqomah Tangerang. Ada

hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam

dengan karies dengan Pvalue 0,039 menggunakan uji chi – square. Rekomendasi

dari penelitian ini adalah orangtua dan guru perlu membiasakan anak untuk

menggosok gigi sebelum tidur malam sejak usia sekolah.

Kata kunci :

Kebiasaan, menggosok gigi, usia sekolah, karies gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 8: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

vii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Rahayu Setiyawati

Study Program : Faculty of Nursing

Title : The correlation between habit of tooth brushing

before going to bed at night with caries among school-age

children in Madrasah Ibtidaiyah Al – Istiqomah

Tangerang

The high prevalence of dental caries among school-age children as Indonesian

people have not implemented good habit of tooth brushing. This research was

aimed to explore the correlation between habit of tooth brushing before going to

the bed at night with dental caries among elementary school students. The

research used a descriptive correlation. Samples, 108 respondents were recruited

using stratified random sampling at Madrasah Ibtidaiyah Al – Istiqomah in

Tangerang. Habit of tooth brushing before going to the bed at night were

significantly correlated with dental caries among students with Pvalues 0,039 used

chi – square. Based on findings, parents and teachers have to teach good habit of

tooth brushing before going to bed at night.

Key words :

Habits, tooth brushing, school-age, dental caries.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 9: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ v

ABSTRAK ............................................................................................... vi

ABSTRACT ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... x

DAFTAR PERSAMAAN MATEMATIKA............................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xii

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

2. TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah .............. 7

2.2 Karies gigi ................................................................................ 9

2.2.1 Pengertian dan Dampak Karies Gigi ............................. 9

2.2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi karies gigi ............ 11

2.3 Kerangka Teori ........................................................................... 16

3. KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep penelitian ........................................................ 17

3.2 Hipotesis Penelitian. .................................................................... 17

4. METODE PENELITIAN .................................................................. 21

5. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 31

6. PEMBAHASAN .................................................................................. 37

7. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 46

DAFTAR REFERENSI .......................................................................... 48

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 10: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

ix Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Tabel 3.1 Kerangka Teori ................................................................. 16

Tabel 4.1 Kerangka Konsep ............................................................ 17

Tabel 5.2 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di MI Al – Istiqomah Tangerang 2012 (n=108) ............... 32

Tabel 5.3 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan

Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam di MI

Al – Istiqomah Tangerang 2012 (n=108) ......................... 32

Tabel 5.4 Diagram Proporsi Responden Berdasarkan Karies Gigi

di MI Al – Istiqomah Tangerang 2012 (n=108) ............... 33

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 11: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

x Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................... 18

Tabel 4.1 Pembagian Besar Sampel pada Tiap Tingkat Kelas di MI

Al – Istiqomah Tangerang 2012 ....................................... 23

Tabel 4.2 Pernyataan Kuesioner ....................................................... 25

Tabel 4.3 Analisis Data ..................................................................... 28

Tabel 5.1 Presentase Responden Berdasarkan Usia di MI

Al – Istiqomah Tangerang 2012 (n=108) .......................... 31

.

Tabel 5.2 Presentase Usia Responden Berdasarkan Kebiasaan

Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam di MI

Al – Istiqomah Tangerang 2012 (n=108) .......................... 33

Tabel 5.3 Presentase Jenis Kelamin Responden Berdasarkan

Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam di

MI Al – Istiqomah Tangerang 2012 (n=108) .................... 34

Tabel 5.4 Presentase Usia Responden Berdasarkan Karies Gigi di

MI Al – Istiqomah Tangerang 2012 (n=108) ................... 34

Tabel 5.5 Presentase Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Karies

Gigi di MI Al – Istiqomah Tangerang

2012 (n=108) .................................................................... 35

Tabel 5.6 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum

Tidur Malam dengan Karies gigi di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108) ................................................. 35

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 12: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

xi Universitas Indonesia

DAFTAR PERSAMAAN MATEMATIKA

Tabel 4.1 Rumus Penentuan Besar Sampel ................................... 22

Tabel 4.2 Rumus Koreksi Jumlah Sampel ...................................... 23

Tabel 4.3 Rumus Proporsi ............................................................... 30

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 13: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Lembar Nilai Validitas Kuesioner

Lampiran 5 Lembar Observasi Karies Gigi

Lampiran 6 Lembar Biodata Mahasiswa

Lampiran 7 Lembar Surat Izin Penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 14: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menggosok gigi masih kurang baik.

Survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 mengungkapkan bahwa

90.7% masyarakat Indonesia menggosok gigi saat mandi pagi dan sore hari

(Wahyuningkintarsih, 2009). Masyarakat Indonesia yang menggosok gigi setelah

makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan wanita lebih

banyak yang menerapkan gosok gigi sebelum tidur malam (31,6%) dibandingkan

pria (25,5%) (Wahyuningkintarsih, 2009). Menggosok gigi pada waktu yang

optimal dilakukan setelah makan di pagi hari dan sebelum tidur malam (Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Menggosok gigi setelah

makan di pagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang

menempel setelah makan dan sebelum tidur malam bertujuan untuk

membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel setelah makan malam (Potter &

Perry, 2005). Dengan demikian, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam

menggosok gigi masih kurang baik.

Kebiasaan masyarakat Provinsi Banten dan Kota Tangerang dalam menggosok

gigi juga masih kurang baik. Sebanyak 94,8% masyarakat Banten berumur 10

tahun ke atas mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari dengan presentase

yang menggosok gigi setelah makan pagi sebesar 95,7% dan sebelum tidur malam

hanya 26,6% (Listiono, 2012). Sementara itu, presentase masyarakat Kota

Tangerang yang menggosok gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum

tidur malam adalah 6,4% (Listiono, 2012). Berdasarkan data tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kebiasaan masyarakat Provinsi Banten dan Kota Tangerang

dalam menggosok gigi juga masih kurang baik.

Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menggosok gigi yang masih kurang baik

seiring dengan prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, sekitar 72,1% penduduk

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 15: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

2

Universitas Indonesia

Indonesia menderita karies gigi dan 46% diantaranya tidak merawat gigi yang

mengalami karies tersebut (Wahyuningkintarsih, 2009; Widiantoro & Mulyadi,

2011). Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di

Indonesia mencapai 60% sampai 80% dari populasi dan menempati peringkat

keenam sebagai penyakit yang paling banyak diderita (Sutriyanto, 2011). Hasil

RISKESDAS tahun 2007 juga mengungkapkan bahwa prevalensi karies aktif di

Provinsi Banten sebesar 37,3% dan di Kota Tangerang adalah 43,3% (Listiono,

2012). Oleh karena itu, seiring dengan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam

menggosok gigi yang masih kurang baik, prevalensi karies gigi masih tinggi di

Indonesia.

Karies gigi menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah.

Anak usia sekolah adalah anak berusia dalam rentang 6 sampai 12 tahun (Potter &

Perry, 2005; Edelman & Mandle, 2006; Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008). Di Indonesia, prevalensi karies gigi mencapai

85% pada anak - anak usia sekolah (Lukihardianti, 2011). Berdasarkan survei

World Health Organization (WHO) tahun 2007, sebanyak 77% anak Indonesia

berusia 12 tahun menderita karies gigi (Wahyuningkintarsih, 2009). Selain itu,

penelitian Dhar dan Bhatnagar (2009) di India mengungkapkan presentasi karies

gigi pada kelompok usia 6 sampai 10 tahun adalah 63,20% dan 85,70% dari

anak-anak yang mengalami karies gigi tersebut membutuhkan perawatan gigi.

Penelitian Perinetti, Caputi, dan Varvara (2005) mengungkapkan bahwa laki –

laki memiliki pengalaman karies yang lebih rendah dibandingkan perempuan pada

anak sekolah usia 9 tahun di Abruzzo Itali Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, dan Schwartz (2008) juga mengungkapkan bahwa usia 4 sampai 8

tahun adalah usia paling rentan terjadi karies gigi primer dan 12 sampai 18 tahun

untuk gigi permanen. Dengan demikian, karies gigi juga menjadi salah satu

masalah kesehatan yang serius pada anak usia sekolah.

Prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia sangat mengkhawatirkan

karena karies gigi menimbulkan dampak negatif bagi penderitanya. Apabila tidak

ditangani, karies gigi dapat menyebabkan sakit dan infeksi bahkan terjadi abses

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 16: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

3

Universitas Indonesia

alveolar gigi (Behrman, Kliegman, & Arvin, 1999; Hollins, 2008). Penelitian

Low, Tan, dan Schwartz (2000) pada anak - anak yang rata – rata berusia 44 bulan

yang mengunjungi klinik kesehatan gigi anak di Montreal, Kanada,

mengungkapkan bahwa sebelum karies gigi pada anak – anak tersebut diobati,

48% anak memiliki keluhan sakit pada gigi, 43% anak memiliki masalah makan

makanan tertentu, 61% anak makan sedikit atau tidak menyelesaikan makanan

yang disajikan, 35% anak tidak bisa tidur nyenyak, dan 5% anak - anak menerima

laporan negatif dari sekolah, seperti kurangnya kerja sama, tidak bermain dengan

anak – anak lain, dan sangat tenang. Hollins (2008) juga mengungkapkan bahwa

rasa sakit atau nyeri yang ditimbulkan oleh karies gigi dapat membuat

penderitanya sering mengalami gangguan tidur. Oleh karena itu, tingginya

prevalensi karies gigi di Indonesia sangat mengkhawatirkan karena karies gigi

dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi penderitanya.

Pemerintah Indonesia dan pihak swasta telah melakukan upaya untuk

menanggulangi prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia. Pemerintah

Indonesia telah bekerja sama dengan pihak swasta dan Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI) dalam program gerakan pemeriksaan gigi gratis dan edukasi

tentang kebersihan gigi kepada anak – anak dan orang tua yang diselenggarakan

pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional (Lukihardianti, 2011; Ratnadita, 2011).

Melalui program tersebut, masyarakat lebih mudah memeriksakan gigi dan

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi.

Dengan demikian, pemerintah Indonesia dan pihak swasta telah memiliki program

dalam menanggulangi prevalensi karies gigi yang tinggi di Indonesia.

Orang tua dan guru dapat menjalankan peranannya dalam meningkatkan

kebiasaan baik dalam menggosok gigi untuk menanggulangi prevalensi karies gigi

yang tinggi pada anak usia sekolah. Orang tua dan guru berperan mengajarkan

kebiasaan baik dan memberikan penguatan atau umpan balik positif ketika anak –

anak melaksanakan kebiasaan baik dalam merawat gigi (Edelmen & Mandle,

2006). Dengan demikian, kebiasaan baik dalam menggosok gigi pada anak – anak

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 17: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

4

Universitas Indonesia

dapat ditingkatkan melalui pengajaran dan penguatan perilaku dari orang tua dan

guru.

Perawat perlu menjalankan tugas dan peranannya dalam meningkatkan kebiasaan

menggosok gigi yang baik dan menanggulangi prevalensi karies gigi yang tinggi

pada anak usia sekolah. Hal itu dikarenakan, perawat memiliki tugas dalam

mempertahankan status kesehatan normal dan pencegahan penyakit (Edelmen &

Mandle, 2006). Dalam melaksanakan tugas tersebut, perawat dapat memberikan

promosi kesehatan di lingkungan keluarga dan sekolah. Perawat dapat

menyelenggarakan promosi kesehatan tentang kesehatan gigi melalui kerjasama

dengan pihak sekolah (Potter & Perry, 2005). Selain itu, perawat dapat

memberikan promosi kesehatan kepada orang tua agar orang tua dapat

mengajarkan dan menerapkan kebiasaan kesehatan yang baik kepada anak. Oleh

karena itu, perawat perlu menjalankan tugas dan peranannya dalam meningkatkan

kebiasaan menggosok gigi yang baik untuk menanggulangi prevalensi karies gigi.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari dan

karies gigi pada anak usia sekolah di Kota Tangerang perlu ditingkatkan. Hal itu

disebabkan prevalensi karies gigi yang tinggi dan hanya sedikit masyarakat Kota

Tangerang yang menerapkan menggosok gigi sebelum tidur malam (Listiono,

2012). Karies gigi terutama banyak dialami oleh anak usia sekolah. Prevalensi

karies gigi yang tinggi sangat mengkhawatirkan karena karies gigi menimbulkan

dampak negatif bagi penderitanya. Selain itu, penelitian – penelitian sebelumnya

tentang karies gigi belum banyak dilakukan pada anak usia sekolah di Kota

Tangerang. Oleh karena itu, penelitian tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam dan karies gigi pada anak usia sekolah perlu ditingkatkan.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 18: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

5

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan kebiasaan

menggososok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi pada anak usia

sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al – Istiqomah Tangerang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah diketahuinya:

a. Usia dan jenis kelamin pada anak usia sekolah di MI Al-Istiqomah

b. Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam pada anak usia

sekolah di MI Al – Istiqomah Tangerang

c. Karies gigi pada anak usia sekolah di MI Al – Istiqomah Tangerang

d. Usia dan jenis kelamin berdasarkan kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam pada anak usia sekolah di MI Al – Istiqomah Tangerang

e. Usia dan jenis kelamin berdasarkan karies gigi pada anak usia sekolah

di MI Al – Istiqomah Tangerang

f. Hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan

karies gigi pada anak usia sekolah di MI Al – Istiqomah Tangerang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Untuk Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini berguna bagi perawat yang memiliki tugas dalam program

promosi kesehatan dengan menjadikan penelitian ini sebagai dasar untuk

mengetahui kebutuhan anak usia sekolah akan promosi kesehatan tentang

kesehatan gigi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan

sumber informasi dalam memberikan promosi kesehatan tentang kesehatan

gigi kepada anak usia sekolah, guru, dan keluarga.

b. Untuk Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi sekolah, terutama MI Al –

Istiqomah Tangerang, tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur

malam dan karies gigi pada siswa – siswi. Dengan informasi tersebut, sekolah

dapat mengetahui kebutuhan siswa – siswi akan promosi kesehatan tentang

kesehatan gigi di sekolah.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 19: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

6

Universitas Indonesia

c. Untuk Keluarga

Hasil penelitian ini berguna bagi keluarga karena dapat dijadikan sumber

informasi mengenai kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dan

karies gigi pada anak. Dengan informasi tersebut, keluarga dapat mengetahui

kebutuhan anak akan pengajaran kebiasaan menggosok gigi yang baik di

keluarga.

d. Untuk Institusi Pemerintah

Hasil penelitian ini mendukung program pemerintah dalam menanggulangi

karies gigi di Indonesia dengan memberikan informasi mengenai presentase

kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dan karies gigi pada anak

usia sekolah di MI Al - Istiqomah Tangerang.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 20: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Peneliti memaparkan tentang perkembangan anak usia sekolah dan karies gigi

pada bab ini. Penjelasan tentang karies gigi meliputi pengertian, dampak, dan

faktor – faktor yang mempengaruhi.

2.1 Perkembangan Anak Usia Sekolah

Usia sekolah adalah rentang usia 6 sampai 12 tahun. Wong, Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, dan Schwartz (2008) menjelaskan bahwa usia sekolah dimulai dari

usia 6 sampai mendekati 12 tahun, dimana dimulai dengan masuknya anak ke

lingkungan sekolah. Potter dan Perry (2005) juga mengungkapkan bahwa usia

sekolah dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun dan diakhiri

dengan pubertas sekitar usia 12 tahun. Edelmen dan Mandle (2006) juga

mendefiniskan usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun. Dapat disimpulkan

bahwa usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun.

Masalah gigi sering terjadi pada usia sekolah. Masalah gigi yang paling utama

terjadi pada usia sekolah adalah karies gigi (Edelmen & Mandle, 2006; Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Usia 4 sampai 8 tahun

merupakan usia yang paling rentan menderita karies gigi primer dan 12 sampai 18

tahun untuk gigi permanen (Wong, Hockenberry,Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2008). Oleh karena itu, karies gigi menjadi masalah gigi yang paling

utama terjadi pada usia sekolah.

Anak usia 6 sampai 7 tahun belum mampu menggosok gigi secara mandiri.

Keterampilan menggosok gigi berkaitan dengan perkembangan motorik halus

anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan

oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti

mengamati sesuatu, menulis, dan sebagainya (Direktorat Bina Kesehatan Anak,

2006). Keterampilan motorik halus pada usia 6 sampai 7 tahun dalam menggosok

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 21: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

8

Universitas Indonesia

gigi adalah anak masih membutuhkan bantuan untuk menggosok gigi dengan

seksama dan perlu diajari cara melakukan perawatan gigi secara mandiri (Potter

& Perry, 2005). Oleh karena itu, anak belum mempu menggosok gigi secara

seksama dan mandiri pada usia 6 sampai 7 tahun.

Anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada usia 8 sampai

10 tahun. Hal itu dikarenakan, anak mengalami peningkatan keterampilan motorik

halus yang membuat anak mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada

usia 8 sampai 10 tahun (Potter & Perry, 2005). Edelmen dan Mandle (2006) juga

mengungkapkan bahwa anak telah memiliki koordinasi tangan yang baik pada

usia 8 sampai 9 tahun. Oleh karena itu, anak sudah mampu melakukan perawatan

gigi secara mandiri pada usia 8 sampai 10 tahun.

Anak telah ahli dalam melakukan perawatan gigi dan merawat kawat gigi pada

usia 11 sampai 12 tahun. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan anak menjadi

ahli dalam merawat kawat gigi dan alat lain. Edelmen dan Mandel (2006) juga

mengungkapkan anak sudah memiliki keterampilan seperti orang dewasa pada

usia 12 tahun. Dengan demikian, anak sudah ahli dalam perawatan gigi dan

merawat kawat gigi pada usia 11 sampai 12 tahun.

Perawatan gigi yang baik penting diajarkan dan diterapkan selama usia sekolah.

Hal itu dikarenakan, gigi permanen yang muncul selama periode usia sekolah

membutuhkan kebersihan gigi yang baik dan perhatian yang rutin terhadap adanya

karies gigi. Selain itu, periode usia sekolah merupakan periode yang tepat untuk

penerimaan latihan perilaku dan kesehatan (Potter & Perry, 2005). Oleh karena

itu, perawatan gigi yang baik penting diajarkan dan diterapkan selama periode

usia sekolah.

Pengajaran kebiasaan merawat gigi yang baik pada anak usia sekolah dapat

diberikan oleh orangtua dan perawat. Orangtua harus mempelajari teknik

menggosok gigi bersama anak, mengajarkan, mengawasi, dan memandu anak

dalam menggosok gigi sampai mereka dapat bertanggungjawab terhadap

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 22: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

9

Universitas Indonesia

perawatan kebersihan gigi (Hockenberry & Wilson, 2007). Sementara itu, metode

promosi kesehatan dapat digunakan perawat untuk membantu anak usia sekolah

memahami hubungan antara perilaku kesehatan dengan peningkatan kesehatan,

seperti metode bermain peran, membaca buku, dan mendemonstrasikan perilaku

seperti menggosok gigi (Edelmen & Mandle, 2006). Perawat dapat memberikan

promosi kesehatan tentang kesehatan gigi di sekolah melalui kerja sama dengan

pihak sekolah (Potter & Perry, 2005). Melalui inspeksi oral yang merupakan

bagian dari pengkajian keperawatan anak, perawat dapat mengetahui status

kesehatan gigi anak dan kebutuhan anak akan promosi kesehatan tentang

kesehatan gigi di keluarga dan sekolah (Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008). Apabila ditemukan adanya karies gigi atau

keadaan yang tidak sehat, perawat perlu memberikan promosi kesehatan tentang

pentingnya memeriksakan gigi secara rutin ke pelayanan kesehatan gigi. Perawat

juga dapat mendorong orangtua untuk meningkatan kebiasaan menggosok gigi

yang baik bagi anak usia sekolah. Dengan demikian, pengajaran kebiasaan

menggosok gigi yang baik pada anak usia sekolah dapat diberikan oleh orang tua

dan perawat.

2.2 Karies Gigi

2.2.1 Pengertian dan Dampak

Karies gigi atau gigi berlubang dapat dideteksi melalui inspeksi apabila telah

terbentuk lubang pada gigi yang dapat dilihat secara kasat mata dan telah

mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan kehitaman. Lubang pada

gigi merupakan sebuah lubang pada struktur gigi yang terbentuk akibat dari

kerusakan email yang menyebabkan permukaan gigi menjadi patah (Hollins,

2008). Pembentukan karies diawali dengan kemunculan lesi titik putih atau

diskolorisasi pengapuran putih dari gigi (Potter & Perry, 2005; Hollins, 2008).

Selanjutnya, lubang pada gigi dapat meluas dan gigi berubah warna menjadi

kecoklatan dan kehitaman (Potter & Perry, 2005). Behrman, Kliegman, dan Arvin

(1999) mengungkapkan bahwa lesi yang baru terjadi tidak dapat didiagnosis

dengan inspeksi. Lesi yang dapat dideteksi melalui inspeksi biasanya adalah lesi

yang telah lama terbentuk dan terdapat lubang yang luas pada permukaan gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 23: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

10

Universitas Indonesia

(Behrman, Kliegman, & Arvin, 1999). Lubang gigi pada permukaan kontak antar

gigi juga sulit dideteksi dengan inspeksi dan memerlukan radiografi mulut. Dapat

disimpulkan bahwa karies gigi yang dapat diinspeksi adalah karies gigi yang

sudah berbentuk lubang yang dapat terlihat secara kasat mata dan mengalami

perubahan warna menjadi kecoklatan dan kehitaman.

Karies gigi menimbulkan dampak negatif bagi penderitanya. Lubang gigi yang

besar menjadi jalan masuk bagi bakteri – bakteri rongga mulut untuk menginfeksi

jaringan pulpa. Invasi bakteri – bakteri ke jaringan pulpa akan menyebabkan

respon peradangan dan menimbulkan rasa sakit (Behrman, Kliegman, & Arvin,

1999; Rhamadhan, 2010). Bahkan, bakteri – bakteri rongga mulut dapat masuk

dan menginfeksi jaringan periodontal di sekitar ujung akar gigi. Rhamadhan

(2010) menjelaskan bahwa apabila karies gigi tidak ditangani, kondisi tersebut

dapat bertambah parah sampai timbul nanah di sekitar apeks gigi atau daerah

sekitar ujung akar, granuloma, kista gigi, dan menyebabkan rasa sakit pada gigi

ketika gigi ditekan atau dipakai untuk mengunyah makanan. Infeksi dapat meluas

ke bagian rongga mulut lain, seperti wajah, kepala, leher, dan dada (Ramadhan,

2010). Oleh karena itu, karies gigi dapat menimbulkan dampak negatif bagi

penderitanya.

Rasa sakit yang ditimbulkan oleh karies gigi dapat menimbulkan dampak negatif

bagi penderitanya. Penelitian Low, Tan, dan Schwartz (2000) pada anak - anak

yang berusia 44 bulan yang mengunjungi klinik kesehatan gigi anak di Montreal,

Kanada, mengungkapkan bahwa karies gigi yang tidak diberikan pengobatan

menyebabkan 48% anak mengeluh sakit gigi, 43% anak memiliki masalah makan

makanan tertentu, 61% anak makan sedikit atau tidak menyelesaikan makanan

yang disajikan, 35% anak tidak bisa tidur nyenyak, dan 5% anak - anak menerima

laporan negatif dari sekolah, seperti kurangnya kerja sama, tidak bermain dengan

anak – anak lain, dan sangat tenang. Oleh karena itu, rasa sakit yang timbul

karena karies gigi yang tidak ditangani menyebabkan anak memiliki masalah

makan, tidak tidur nyenyak, dan malas beraktivitas.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 24: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

11

Universitas Indonesia

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi karies gigi, yaitu

a. Faktor kerentanan gigi

Gigi sebagai host juga turut mempengaruhi terjadinya karies gigi. Gigi yang

memiliki email yang tidak kuat akan menyebabkan gigi mudah berlubang. Wong,

Hockenberry, Winkelstein, dan Schwartz (2008) juga mengungkapkan bahwa

karies gigi dapat dipengaruhi kerentanan gigi, mikroflora kariogenik, dan

lingkungan oral yang sesuai. Oleh karena itu, kerentanan gigi terhadap penyakit

gigi turut mempengaruhi terjadinya karies gigi.

Meningkatkan kerentanan gigi terhadap serangan asam sangat penting untuk

mencegah karies gigi. Meningkatkan kerentanan gigi dapat dilakukan dengan

memasukkan fluorida ke dalam struktur kristal gigi, yaitu email dan dentin.

Fluorida adalah suatu mineral yang ditemukan dalam air, makanan, atau minuman

yang menggunakan air berfluorinasi sebagai bagian dari sistem pemprosesan

(Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Dengan

demikian, tambahan fluorida diharapkan dapat memperkuat email dan dentin dan

mencegah karies.

b. Kebiasaan menggosok gigi

Kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku membersihkan gigi yang

dilakukan seseorang secara terus menerus. Kartono (1996) dalam Sunaryo (2002)

mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari

usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif

perasaan. Kandani (2010) juga mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah tindakan

konsisten yang dilakukan secara terus menerus hingga membentuk suatu pola di

level pikiran bawah sadar. Ada kebiasaan baik dan ada kebiasaan buruk

(Wuryanano, 2007). Sementara itu, menurut Potter dan Perry (2005), menggosok

gigi adalah membersihkan gigi dari sisa – sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam

membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam

membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan

cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 25: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

12

Universitas Indonesia

gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa – sisa

makanan yang dilakukan secara terus menerus meliputi kebiasaan pelaksanaan

waktu membersihkan gigi, kebiasaan alat yang digunakan dalam membersihkan

gigi, dan kebiasaan cara dalam membersihkan gigi.

Kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat turut mencegah karies gigi. Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2008) mengungkapkan bahwa

kebiasaan menggosok gigi yang baik merupakan cara paling efektif untuk

mencegah karies gigi. Menggosok gigi dapat menghilangkan plak atau deposit

bakteri lunak yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi (Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Oleh karena itu,

kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat turut mencegah karies gigi.

Kebiasaan menggosok gigi yang baik di pagi hari adalah setelah makan pagi.

Menggosok gigi harus dilakukan setelah makan, setelah makan kudapan, dan

sebelum tidur (Wong, Hockeberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008).

Menurut Potter dan Perry (2005) menggosok gigi yang efektif sedikitnya empat

kali sehari, yaitu setiap setelah makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi setelah

makan dapat membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di gigi setelah

makan. Dengan demikian, menggosok gigi yang baik di pagi hari adalah setelah

makan pagi.

Kebiasaan menggosok gigi yang baik di malam hari adalah setelah makan malam

atau sebelum tidur malam. Menggosok gigi yang efektif adalah sebelum tidur

malam (Potter & Perry, 2005; Wong, Hockeberry, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2008). Menggosok gigi sebelum tidur malam penting dilakukan karena

interaksi bakteri dan sisa - sisa makan yang berasal dari makan malam dapat

terjadi ketika tidur malam (Hockenberry & Wilson, 2007). Hollins (2008) juga

mengungkapkan bahwa menggosok gigi sebelum tidur malam penting dilakukan

karena produksi saliva kurang efektif selama waktu tidur. Dengan demikian,

kebiasaan menggosok gigi yang baik di malam hari adalah menggosok gigi

setelah makan malam atau sebelum tidur malam, tidak makan dan minum yang

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 26: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

13

Universitas Indonesia

mengandung gula setelah menggosok gigi sampai bangun pagi di esok hari atau

menggosok gigi lagi apabila makan dan minum yang mengandung gula untuk

mencegah interaksi bakteri dan sisa – sisa makan malam yang dapat terjadi ketika

tidur malam hari.

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang menerapkan kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam lebih banyak daripada laki – laki.

Penelitian Ihsani (2007) pada anak usia sekolah di SDN Anyelir 1 Depok Jaya

menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak yang menerapkan kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam daripada laki – laki. Dengan demikian,

perempuan lebih banyak yang menerapkan kebiasaan smenggosok gigi sebelum

tidur dibandingkan laki – laki.

Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi,

gerakan vertikal, dan bergerak lembut. Potter dan Perry (2005) menjelaskan

bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar, dan pengunyah harus disikat dengan

teliti. Gigi digosok dengan ujung bulu sikat diletakkan dengan kuat pada sudut 450

pada gigi dan gusi digerakkan ke depan dan belakang dengan gerakan menggetar,

bergerak dengan lembut, dan tidak bergerak maju mundur sekuat tenaga (Wong,

Hockeberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Menggosok gigi dengan

sekuat tenaga tidak boleh dilakukan karena dapat merusak email dan gusi dan

menyebabkan perkembangan lubang karena abrasi (Wong, Hockeberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008; Hollins, 2008). Untuk membersihkan bagian

dalam gigi depan, sikat gigi diletakkan vertikal terhadap gigi dan digerakkan ke

atas dan ke bawah (Wong, Eaton-Hockeberry, & Wilson 2008). Dengan demikian,

cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi,

gerakan vertikal, dan bergerak lembut.

Menggosok perlu memperhatikan penggunaan sikat gigi yang baik agar dapat

membersihkan seluruh bagian gigi. Sikat gigi dengan ujung sikat kecil adalah

pilihan yang tepat karena dapat menjangkau seluruh bagian gigi (Maulani, 2005).

Bagi anak usia sekolah yang masih belajar menggosok gigi dengan baik, sikat gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 27: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

14

Universitas Indonesia

yang paling baik digunakan adalah sikat gigi dengan bulu sikat nilon yang lembut

(Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Sikat gigi

dengan bulu kesar dan kepala besar dapat melukai gigi dan tidak dapat

menjangkau gigi bagian dalam. Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan atau apabila

telah rusak (melengkung) pada bagian bulu sikat agar tidak melukai gigi. Oleh

karena itu, menggosok gigi perlu memperhatikan penggunaan sikat gigi.

Penggunaan pasta gigi berfluorida dalam menggosok gigi dapat turut mencegah

karies gigi. Fluorida terdapat pada obat kumur, pasta gigi, atau suplemen. Rozier

dan Beck (1991) dalam Potter dan Perry (2005) mengungkapkan bahwa

pemberian fluor dalam air minum telah memainkan peranan besar dalam

mencegah karies gigi. Namun, semakin banyak menelan fluorida akan

mengakibatkan perubahan warna pada email gigi (Wong, Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008; Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu,

penggunaan pasta gigi berfluorida dapat turut mencegah karies gigi.

Anak usia sekolah dapat menggunakan pasta gigi khusus anak - anak yang

memiliki rasa lembut. Orang tua dapat mengajak anak untuk memilih dan

membeli pasta gigi yang disukai anak. Penggunaan pasta gigi yang disukai anak

dapat meningkatkan motivasi anak dalam menggosok gigi. Dengan demikian,

anak usia sekolah dapat menggunakan pasta gigi khusus anak – anak dalam

menggosok gigi.

c. Diet makanan

Makanan – makanan karbohidrat yang mengandung gula tambahan dapat

menyebabkan karies gigi. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan bahwa untuk

mencegah kerusakan gigi, seseorang harus mengurangi asupan karbohidrat,

terutama kudapan manis diantara waktu makan. Contoh karbohidrat yang

kariogenik adalah gula susu yang sengaja ditambahkan ketika proses produksi,

gula meja, gula yang digunakan dalam memasak, dan gula tambahan untuk

minuman. Setiap makanan yang mengandung gula tambahan dan lengket bersifat

kariogenik, seperti sirup, kismis, gula meja yang telah dimurnikan, kue, biskuit,

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 28: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

15

Universitas Indonesia

permen, puding, selai, pemanis, sereal sarapan, es krim, soft drinks, dan makanan

pencuci mulut (Maulani, 2005; Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2008). Oleh karena itu, makanan – makanan karbohidrat yang

mengandung gula tambahan dapat menyebabkan karies gigi.

Makanan - makanan manis, lengket, keras, dan dikonsumsi lebih lama di dalam

mulut sangat bersifat kariogenik. Hal itu disebabkan karbohidrat yang berada

lama di dalam mulut akan terfermentasi, sehingga sangat bersifat kariogenik.

Sebagai contoh, memakan permen loli lebih bersifat kariogenik daripada coklat

batangan dan sukrosa pada permen karet lebih kariogenik daripada minuman

manis yang diminum secara biasa (Maulani, 2005; Wong, Eaton-Hockenberry, &

Wilson 2008). Dengan demikian, makanan – makanan manis, lengket, keras, dan

dikonsumsi lebih lama di dalam mulut sangat bersifat kariogenik.

Makanan – makanan karbohidrat ada yang tidak berbahaya bagi gigi. Contoh

makanan tersebut adalah fruktosa dalam buah dan gula alami yang terkandung di

dalam susu atau laktose. Hal itu dikarenakan gula alami menghasilkan asam

organik kecil, sehingga tidak berbahaya bagi gigi. Oleh karena itu, makanan –

makanan karbohidrat ada juga yang tidak berbahaya bagi gigi.

Makanan - makanan lain ada juga yang tidak menyebabkan karies gigi. Makanan

– makanan tersebut seperti keju cheddar dan permen karet yang tidak bergula.

Keju cheddar dapat mengubah PH dan memperlambat pertumbuhan bakteri

(Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008).

Mengunyah permen karet tidak bergula setelah makan juga dapat memberi

perlindungan terhadap karies dengan merangsang saliva yang bersifat menetralkan

asam. Dengan demikian, beberapa makanan seperti keju cheddar dan permen

karet yang tidak bergula tidak menyebabkan karies gigi.

Modifikasi diet dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi. Modifikasi diet

makanan meliputi konsumsi makanan dan minuman rendah kariogenik dan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 29: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

16

Universitas Indonesia

mengurangi frekuensi asupan makanan kariogenik. Dengan demikian, risiko

karies gigi dapat menurun dengan modifikasi diet makanan kariogenik.

2.3 Kerangka Teori

Anak Usia

Sekolah

Perkembangan

Keterampilan

Menggosok

Gigi

Kerentanan Gigi

Diet Makanan

Kebiasaan

Menggosok Gigi

Karies Gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 30: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

17 Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KERJA PENELITIAN

Peneliti memaparkan kerangka konsep, hipotesis penelitian, dan definisi

operasional pada bab ini.

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan kebiasaan menggosok gigi

dan karies gigi. Kebiasaan menggosok gigi setelah makan pagi tidak diteliti dalam

penelitian ini.

Keterangan:

Diteliti

Tidak Diteliti

.

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan

karies gigi pada anak usia sekolah di MI Al - Istiqomah Tangerang.

Kebiasaan

Menggosok

Gigi

Menggosok Gigi

Setelah Makan

Pagi

Menggosok Gigi

SebelumTidur

Malam

Variabel Dependen Variabel Independen

Karies Gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 31: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

18

Universitas Indonesia

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

1 Usia Usia sekolah 6 – 12

tahun (Potter & Perry,

2005)

Mengisi data demografi

pada kuesioner yang

diberikan

Kuesioner

data

demografi

Usia responden dalam

tahun

Interval

2 Jenis

kelamin

Berjenis kelamin laki-

laki atau perempuan

Mengisi data demografi

pada kuesioner yang

diberikan

Kuesioner

data

demografi

0. Responden laki-laki

1. Responden

perempuan

Nominal

3. Kebiasan

menggosok

gigi sebelum

tidur malam

Tingkah laku yang

dilakukan terus

menerus dalam

membersihkan gigi

sebelum tidur malam

yang memperhatikan

pelaksanaan

menggosok gigi

sebelum tidur malam,

alat menggosok gigi,

dan cara menggosok

gigi (Kandani, 2010;

Potter & Perry, 2005)

Responden akan mengisi

kuesioner yang berisi

sejumlah pertanyaan tentang

kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam

meliputi:

a. Pelaksanaan menggosok

gigi sebelum tidur

malam (menggosok gigi

yang dilakukan sesaat

sebelum tidur atau

setelah makan

Kuesinoner

tentang

kebiasaan

menggosok

gigi sebelum

tidur malam

Skala Likert

1. Ya, selalu (5-7

kali/minggu)

2. Kadang – kadang (1-

4 kali/minggu)

3. Tidak (tidak pernah)

Kemudian diukur

dengan cut of point nilai

mean karena data

terdistribusi normal dan

dikatagorikan menjadi

Ordinal

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 32: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

19

Universitas Indonesia

No Variabel Definisi operasional Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

malam dan tidak

makan dan minum

yang mengandung

gula setelah

menggosok gigi,

sampai bangun pagi

di esok hari (kecuali

menggosok gigi

kembali setelah

makan dan minum

yang mengandung

gula)

b. Alat menggosok gigi

: sesuatu yang

digunakan dalam

membersihkan gigi

meliputi penggunaan

sikat dan pasta gigi.

c. Cara menggosok

gigi : gerakan dalam

membersihkan gigi

0. Kurang ( < 61,56 )

1. Baik ( ≥ 61,56 )

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 33: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

20

Universitas Indonesia

No Variabel Definisi operasional Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

5 Karies gigi Karies yang dapat

diinspeksi adalah

lubang pada gigi yang

dapat dilihat secara

kasat mata dan telah

mengalami perubahan

warna menjadi

kecoklatan dan

kehitaman (Behrman,

Kliegman, & Arvin,

1999; Potter & Perry,

2005 )

Melakukan observasi

adanya karies gigi.

Lembar

obsevasi

0. Ada

1. Tidak

Ordinal

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 34: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

21 Universitas Indonesia

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Peneliti memaparkan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat

dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpul

data, serta analisis data.

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif. Desain korelatif menguji

hubungan antara dua atau lebih variabel dalam sebuah kelompok dengan tujuan

untuk mendeskripsikan variabel - variabel dan menguji hubungan antara variabel-

variabel (Burns & Grove, 2003). Penelitian ini menguji hubungan antara variabel

kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan variabel

kebiasaan menggosok gigi sebelum malam dan karies gigi pada anak usia sekolah,

serta menguji hubungan antara dua variabel tersebut. Oleh karena itu, penelitian

ini menggunakan desain deskriptif korelatif.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan data dari sampel sebuah populasi. Populasi adalah

keseluruhan unit atau anggota analisis yang karakteristiknya akan diduga

(Hastono & Sabri, 2010). Disisi lain, Polit (2004) mengungkapkan bahwa

populasi adalah seluruh agregat yang ingin diteliti oleh peneliti. Sedangkan

sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Hastono

& Sabri, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi MI Al

Istiqomah Tangerang dan sampel dalam penelitian ini adalah beberapa siswa –

siswi MI Al – Istiqomah Tangerang yang terpilih dan bersedia menjadi responden

penelitian ini. Kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah usia sekolah

dasar (6-12 tahun) dan bersedia menjadi responden penelitian ini. Dengan

demikian, sampel dalam penelitian ini adalah beberapa siswa – siswi MI Al –

Istiqomah Tangerang yang terpilih dan bersedia menjadi responden penelitian ini.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 35: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

22

Universitas Indonesia

Penarikan sampel dalam penelitian ini adalah secara acak. Melalui penarikan

sampel secara acak, semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk

terambil sebagai sampel (Hastono & Sabri, 2010). Cara pengambilan sampel yang

digunakan adalah stratified random sampling. Stratified random sampling

digunakan agar semua sifat dalam populasi dapat terwakili. Sampel diambil

proporsional menurut besarnya unit yang ada di dalam masing – masing strata dan

unit sampel diambil secara acak di dalam masing – masing strata. Dengan

demikian, peneliti mengambil sampel dengan stratified random sampling

Peneliti menentukan besar sampel penelitian dengan menggunakan rumus

penentuan jumlah sampel. Populasi atau jumlah siswa – siswi dari MI Al -

Istiqomah diketahui sebesar 527 orang. Rumus penentuan besar sampel untuk

populasi yang diketahui adalah (Nursalam, 2008; Eriyanto, 2007):

n = X2. N. p (1- p)

d2 (N-1)+X

2 p (1-p)

(4.1)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

X2 = Nilai tabel X

2 pada df = 1 pada tingkat kepercayaan yang ditetapkan

p = Perkiraan proporsi

d = Kesalahan yang dapat ditoleransi

Peneliti menetapkan tingkat kepercayaan dalam penelitian adalah 5%. α yang

digunakan untuk bidang kesehatan masyarakat adalah sebesar 5% (Hastono &

Sabri, 2010). Penelitian ini juga tidak membahayakan nyawa responden karena

kebiasaan menggosok diteliti dengan menggunakan kuesioner dan karies gigi

diobservasi dengan pen light untuk menyediakan pencahayaan yang baik. Dengan

demikian, peneliti menetapkan tingkat kepercayaan sebesar 5%.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 36: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

23

Universitas Indonesia

Peneliti menetapkan proporsi populasi adalah 50%. Hal itu dikarenakan tidak ada

data pendahuluan mengenai populasi. Apabila tidak ada data pendahuluan

mengenai populasi, proporsi populasi diasumsikan 50% (Eriyanto, 2007;

Nursalam, 2008). Dengan demikian, peneliti menganggap proporsi populasi

sebesar 5%.

Peneliti menetapkan kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 9%. Kesalahan yang

dapat ditoleransi ditetapkan sesuai dengan kehendak peneliti dan dapat ditetapkan

2%, 3%, dan sebagainya (Eriyanto, 2007). Peneliti menetapkan 9% karena

penelitian ini tidak membahayakan nyawa responden dan disesuaikan dengan

biaya, waktu, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti. Hastono dan Sabri (2010)

juga mengungkapkan bahwa besar sampel tergantung pada biaya yang tersedia,

waktu, dan tenaga yang melaksanakan, variasi yang ada di dalam variabel yang

akan diteliti, presisi yang dikehendaki, dan recana analisis. Dengan demikian,

jumlah sampel untuk penelitian adalah:

n = (1,96)2. 527. 0,5. 0,5

(0,09)2(527-1) + (1,96)

2. 0,5. 0,5

n = 97 orang

Peneliti menggunakan formula untuk koreksi atau penambahan jumlah sampel.

Koreksi jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian.

Formula yang digunakan untuk koreksi jumlah sampel adalah :

n’ = n

1-f (4.2)

Keterangan:

n’ = besar sampel setelah dikoreksi

n = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f = prediksi presentase sampel drop out

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 37: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

24

Universitas Indonesia

Sampel minimal setelah ditambah dengan perkiraan sampel drop out,yaitu:

n’ = 97

1-0,1

n’ = 108

Sampel yang terlibat dalam penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan adalah

sebanyak 108 orang responden. Adapun pembagian jumlah respoden pada tiap

tingkat kelas adalah:

Tabel 4.1 Pembagian Besar Sampel pada Tiap Tingkat Kelas di MI Al –

Istiqomah Tangerang 2012

Tingkat Kelas Populasi Besar Sampe

Kelas 1 60 12

Kelas 2 82 17

Kelas 3 83 17

Kelas 4 100 20

Kelas 5 101 21

Kelas 6 101 21

Jumlah 527 108

4.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Al – Istiqomah Tangerang.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 30 April 2012. Peneliti mengumpulkan

data setelah proposal telah selesai dikerjakan pada 16 April 2012. Pengambilan

data penelitian dilakukan di bulan April agar tidak mengganggu ujian sekolah

siswa – siswi MI Al – Istiqomah Tangerang.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 38: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

25

Universitas Indonesia

4.5 Etika Penelitian

Penelitian ini menjunjung tinggi prinsip-prinsip etik dalam penelitian ketika

menjalankan proses penelitian. Prinsip-prinsip etik dalam penelitian yaitu:

a. Prinsip Beneficence

Peneliti menjunjung prinsip beneficence dalam penelitian ini. Prinsip beneficence

dalam penelitian meliputi terbebas dari segala bahaya dan terbebas dari eksploitasi

(Polit, 2004). Penelitian ini tidak membahayakan responden. Selain itu, penelitian

ini juga tidak menggunakan data diri responden untuk sesuatu yang tidak

berhubungan dengan penelitian. Manfaat yang diperoleh responden dari penelitian

ini adalah responden mengetahui adanya karies gigi dan mendapatkan alat tulis

yang dapat digunakan untuk mengerjakan tugas sekolah. Oleh karena itu, peneliti

menjunjung prinsip beneficence dalam penelitian ini.

b. Prinsip Menghormati Martabat Manusia (Respect for Human Dignity)

Peneliti menjunjung prinsip menghormati martabat manusia dalam penelitian ini.

Prinsip ini terdiri atas hak penentuan nasib sendiri dan hak untuk pengungkapan

penuh (Polit, 2004). Peneliti tidak memaksa calon responden yang tidak ingin

berpartisipasi dalam penelitian ini. Untuk calon responden yang berusia 6-10

tahun, informed consent diberikan kepada orang tua melalui anak. Anak

memberikan kembali informed consent kepada peneliti. Sedangkan, untuk calon

responden usia 12 tahun, informed consent diberikan kepada calon responden

secara langsung. Dengan demikian, Peneliti menjunjung prinsip menghormati

martabat manusia dalam penelitian ini.

c. Prinsip Keadilan

Peneliti menjunjung prinsip keadilan dalam penelitian ini. Prinsip ini terdiri dari

hak keadilan dalam perlakuan dan privasi (Polit, 2004). Dalam menjunjung hak

keadilan dalam perlakuan, peneliti menghormati perjanjian antara responden

dengan peneliti dan memperlakukan semua responden dengan baik. Peneliti juga

adil dan tidak diskriminasi dalam memilih responden. Dalam menjunjung hak

keadilan dalam privasi, peneliti menyembunyikan identitas responden dengan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 39: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

26

Universitas Indonesia

kode, menjaga kerahasiaan responden dengan menyimpan kuesioner yang telah

diisi oleh responden secara baik dan aman, tidak memberikan kuesioner tersebut

kepada orang lain, dan menghancurkan kuesioner tersebut dan data tentang

responden karena sudah tidak digunakan.

4.6 Alat Pengumpul Data

Peneliti menggunakan kuesioner dan lembar observasi gigi sebagai alat

pengumpul data penelitian. Kuesioner terdiri dari 2 bagian, yaitu pertanyaan

tentang data demografi (usia dan jenis kelamin) dan pernyataan tentang kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur di malam hari. Pernyataan tentang kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam terbagi menjadi 3 jenis pernyataan meliputi

pernyataan tentang pelaksanaan menggosok gigi sebelum tidur malam, alat

menggosok gigi, dan cara menggosok gigi. Pernyataan tentang waktu menggosok

gigi sebelum tidur malam terdiri dari 8 pernyataan, alat menggosok gigi terdiri

dari 7 pernyataan, dan cara menggosok gigi terdiri dari 10 pernyataan.

4.2 Tabel Pernyataan Kuesioner

Pernyataan Nomor

a. Pelaksanaan waktu menggosok gigi

di malam hari

Positif: 1,2,3,4,5,6,7 dan 8

b. Alat menggosok gigi Postitif: 9, 11, 12, 15

Negatif: 10, 13, 14

c. Cara menggosok gigi Positif:16,17,18,19,20,21,22,23,24,

dan 25

Kuesioner tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari

menggunakan pilihan jawaban ya (selalu), kadang – kadang, dan tidak pernah.

Pilihan tersebut mengadopsi dari kuesioner gaya hidup untuk anak usia sekolah

Anterwarp CV, Spalolo AM: MCN 16 (3): 144, 1991 (Potter & Perry, 2005).

Dikatakan ya (selalu) jika responden melakukan kebiasaan 5 - 7 kali dalam

seminggu, kadang – kadang 1 – 4 kali dalam seminggu, dan tidak pernah

melakukan kebiasaan tersebut. Penilaian jawaban untuk pernyataan positif adalah

ya (selalu) bernilai 3, kadang – kadang bernilai 2, dan tidak bernilai 1. Namun,

penilaian untuk pernyataan negatif adalah ya (selalu) bernilai 1, kadang – kadang

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 40: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

27

Universitas Indonesia

2, dan tidak bernilai 3. Responden diminta memberikan tanda cek pada pilihan

jawaban yang sesuai dengan kebiasaan responden. Hasil penilaian jawaban

responden kemudian dikategorikan menjadi kebiasaan baik dan kurang dengan

menggunakan nilai mean karena data terdistribusi secara normal. Kebiasaan baik

dengan nilai ≥ 61,56 sedangkan kebiasaan kurang < 61,56.

Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner terlebih dahulu sebelum

kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji validitas dilakukan kepada

30 siswa – siswi yang tidak bersekolah di MI Al – Istiqomah, melainkan di

sekolah dasar lain yang memiliki karakteristik sama dengan MI Al – Istiqomah.

Validitas adalah sejauhmana ketepatan alat ukur atau instrumen dalam mengukur

suatu data dengan melakukan korelasi antar skor masing – masing variabel

dengan skor totalnya (Hastono, 2006). Pernyataan dikatakan valid karena

memiliki nilai r hasil > r tabel (0,3661) dan dikatakan reliabel karena r alpha > r

tabel (0,3661). Kuesioner yang terdiri dari pernyataan – pernyataan yang valid dan

realibel kemudian diberikan kepada 108 responden. Nilai validitas pernyataan

dalam kuesioner ini dalam rentang 0,376 – 0,831 dan nilai reliabilitas 0,922.

Sebanyak 6 buah pernyataan yang tidak valid (< 0,3661) ada yang tetap

digunakan dalam kuesioner penelitian ini namun telah dilakukan pengubahan

susunan kata dalam kalimat pernyataan dan tidak diuji validitas ulang. Hal itu

dikarenakan pernyataan tersebut sangat penting dalam penelitian. Namun, peneliti

memberikan penjelasan setiap pernyataan di kuesioner kepada responden. Dengan

demikian, pernyataan dalam kuesioner penelitian ini telah melewati uji validitas

dan reliabel.

Karies gigi pada anak usia sekolah dicatat pada lembar observasi karies gigi.

Peneliti melakukan inspeksi ada atau tidaknya karies gigi pada responden dengan

bantuan pen light dan hasilnya dicatat di lembar observasi karies gigi. Dengan

demikian, peneliti menggunakan lembar observasi karies gigi dan pen light

sebagai alat pengumpul data variabel karies gigi pada anak usia sekolah.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 41: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

28

Universitas Indonesia

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti mengajukan formulir permohonan pembuatan surat izin penelitian ke

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIKUI) dengan tujuan surat

kepada Kepala Sekolah MI Al – Istiqomah Tangerang. Peneliti memberikan surat

izin penelitian tersebut kepada Kepala Sekolah MI Al – Istiqomah Tangerang.

Kemudian, peneliti memberikan informed concent kepada orangtua responden.

Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam yang diisi oleh responden dan mengobservasi gigi responden

untuk melihat ada atau tidaknya karies gigi. Pengumpulan data dilakukan di kelas

responden.

4.8 Analisis Data

Peneliti melakukan pengolahan data sebelum melakukan analisis data

penelitian,yaitu:

a. Editing

Peneliti memeriksa kelengkapan jawaban pada setiap kuesioner yang telah

diisi

b. Coding

Peneliti memberikan kode berdasarkan jawaban responden yang kemudian

dipindahkan ke dalam tabel jawaban.

c. Cleansing

Peneliti memastikan data telah bersih dari kesalahan setelah dipindahkan ke

dalam tabel.

d. Scoring

Peneliti memasukkan data ke dalam program komputer untuk dianalisis.

Data penelitian ini dianalisis sesuai dengan prosedur analisis data suatu penelitian.

Adapun analisis data yang dilakukan peneliti, yaitu:

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 42: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

29

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Analisis Data

Variabel Analisis Jenis Uji

Usia Univariat Uji proporsi

Jenis Kelamin Univariat Uji Proporsi

Kebiasaan

menggosok gigi

sebelum tidur malam

Univariat Uji Proporsi

Karies gigi Univariat Uji Proporsi

Usia dan jenis

kelamin berdasarkan

kebiasaan menggosok

gigi sebelum tidur

malam

Univariat Uji Proporsi

Usia dan jenis

kelamin berdasarkan

karies gigi

Univariat Uji Proporsi

Kebiasaan

menggosok gigi

sebelum tidur malam

dengan karies gigi

Bivariat Chi - Square

a. Analisis Univariat

Peneliti menyusun distribusi frekuensi atau tabel frekuensi data dalam melakukan

uji proporsi untuk memudahkan analisis univariat. Analisis univariat bertujuan

untuk mendeskripsikan karakteristik masing – masing variabel yang akan diteliti

(Hastono & Sabri, 2010). Data dalam penelitian ini terdiri dari data angka dan

data kategori. Dalam penelitian ini, data angka atau data kuantitatif meliputi data

mengenai usia dan data kategori atau data kualitatif meliputi data mengenai jenis

kelamin, kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari, serta karies gigi.

Susunan data angka menurut besarnya disebut distribusi frekuensi kuantitatif dan

data yang disusun menurut kategorinya disebut distribusi frekuensi kualitatif

(Hastono & Sabri, 2010). Selanjutnya hasil analisis data disajikan dalam bentuk

tabel dan diagram pie. Dengan demikian, peneliti menyusun distribusi frekuensi

data usia dan distribusi frekuensi data jenis kelamin, kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur di malam hari, dan karies gigi dalam melakukan uji proporsi.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 43: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

30

Universitas Indonesia

Peneliti melakukan uji proporsi setelah dilakukan penyusunan distribusi frekuensi

data kuantitatif dan data kualitatif menggunakan rumus proporsi sebagai berikut:

Proporsi (presentase) = F x 100%

N (4.3)

Keterangan:

F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

b. Analisis Bivariat

Peneliti melakukan analisis data sampai analisis bevariat. Penelitian ini

menggunakan variabel kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dan

variabel karies gigi yang diduga berhubungan satu sama lain. Analisis bivariat

dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan satu sama lain

(Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat antara variabel kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam dengan karies gigi menggunakan rumus uji chi - square. Uji

chi-square digunakan untuk menguji dua variabel kategori (Hastono & Sabri,

2010). Variabel kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dan karies gigi

pada penelitian ini merupakan variabel kategori.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 44: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

31 Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Peneliti memaparkan hasil analisis data penelitian pada bab ini. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan data 108 responden.

5.1 Analisis Univariat

Hasil analisis univariat terdiri dari usia, jenis kelamin, kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam, karies gigi, usia dan jenis kelamin berdasarkan kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam, serta usia dan jenis kelamin berdasarkan

karies gigi.

5.1.1 Usia Responden

Tabel 5.1 Presentase Responden Berdasarkan Usia di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108)

Usia Responden Frekuensi Presentase

6

7

8

9

10

11

12

5

13

18

21

13

30

8

4.6

12.0

16.7

19.4

12.0

27.8

7.4

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini berusia dalam

rentang 6 – 12 tahun. Responden paling banyak berusia 11 tahun yaitu 30 orang

dan paling sedikit berusia 6 tahun yaitu 5 orang.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 45: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

32

Universitas Indonesia

5.1.2 Jenis Kelamin Responden

Diagram 5.1 Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di MI Al - Istiqomah Tangerang 2012 (n=108)

47% 53%Perempuan

Laki - laki

Diagram 5.1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin

perempuan hampir seimbang dengan laki – laki. Responden yang berjenis kelamin

perempuan yaitu 57 orang (53%).

.

5.1.3 Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam

Diagram 5.2 Proporsi Responden Berdasarkan

Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam di

MI Al - Istiqomah Tangerang 2012 (n = 108)

44% 56% Baik

Kurang

Diagram 5.2 memperlihatkan bahwa responden yang menerapkan kebiasaan baik

dalam menggosok gigi sebelum tidur malam hampir seimbang dengan yang

menerapkan kebiasaan kurang baik. Sebanyak 61 orang (56%) responden

memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 46: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

33

Universitas Indonesia

5.1.4 Karies Gigi

Diagram 5.6 Proporsi Responden Berdasarkan Karies

Gigi di MI Al - Istiqomah Tangerang 2012 (n = 108)

60%40%

Tidak

Ada

Diagram 5.3 memperlihatkan bahwa responden sebagian besar memiliki karies

gigi yaitu 65 orang (60%).

5.1.5 Usia Responden Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum

Tidur Malam

Tabel 5.2 Presentase Usia Responden Berdasarkan Kebiasaan Menggosok

Gigi Sebelum Tidur Malam di MI Al – Istiqomah Tangerang 2012

(n=108)

Usia Kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam

Total

Baik Kurang

n % n % n %

6 2 40 3 60 5 100

7 8 61,5 5 38,5 13 100

8 6 33,3 12 66,7 18 100

9 12 57,1 9 42,9 21 100

10 9 69,2 4 30,8 13 100

11 19 63,3 11 36,7 30 100

12 5 62,5 3 37,5 8 100

Jumlah 61 56 47 44 108 100

Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa responden usia 6 dan 8 tahun lebih banyak yang

menerapkan kebiasaan kurang baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam

daripada kebiasaan baik.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 47: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

34

Universitas Indonesia

5.1.6. Jenis Kelamin Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum

Tidur Malam

Tabel 5.3 Presentase Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Kebiasaan

Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam di MI Al – Istiqomah Tangerang 2012

(n=108)

Jenis Kelamin

Kebiasaan Menggosok Gigi

Sebelum Tidur Malam

Total

Baik Kurang

n % n % n %

Perempuan 39 68,4 18 31,6 57 100

Laki - laki 22 43,1 29 56,9 51 100

Jumlah 61 56,5 47 43,5 108 100

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa presentase responden perempuan yang

menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam lebih

besar dibandingkan laki – laki yaitu 68,4% berbanding 43,1%.

5.1.7 Usia Berdasarkan Karies Gigi

Tabel 5.4 Presentase Usia Berdasarkan Karies Gigi di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108)

Usia Karies Gigi Total

Tidak Ada

n % n % n %

6 2 40 3 60 5 100

7 4 30,8 9 69,2 13 100

8 6 33,3 12 66,7 18 100

9 11 52,4 10 47,6 21 100

10 7 53,8 6 46,2 13 100

11 13 43,3 17 56,7 30 100

12 0 0 8 100 8 100

Jumlah 43 40 65 60 108 100

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 48: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

35

Universitas Indonesia

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang berusia 6 - 8 tahun

dan 11 – 12 tahun tahun lebih banyak yang memiliki karies gigi daripada yang

tidak memiliki karies gigi.

5.1.6 Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Karies Gigi

Tabel 5.5 Presentase Jenis kelamin Berdasarkan Karies Gigi di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108)

Jenis Kelamin Karies Gigi Total

Tidak Ada

n % n % n %

Perempuan 25 43,9 32 56,1 57 100

Laki - laki 18 35,3 33 64,7 51 100

Jumlah 43 40 65 60 108 100

Diagram 5.5 memperlihatkan bahwa presentase responden laki – laki yang

memiliki karies gigi lebih besar daripada perempuan yaitu 64,7% berbanding

56,1%.

5.2 Analisis Bivariat

Tabel 5.1 Responden Berdasarkan Kebiasaan

Menggosok Gigi Sebelum Tidur di Malam

Hari dan Karies Gigi di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108)

Kebiasaan

Menggosok

Gigi Sebelum

Tidur di

Malam Hari

Karies Gigi Total OR

(95% CI)

P

value Tidak Ada Ada

n % n % n %

Baik 30 49,2 31 50,8 61 100 2,531

(1,123-

1,049)

0,039

Kurang 13 27,7 34 72,3 47 100

Jumlah 43 40,7 65 59,3 108 100

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 49: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

36

Universitas Indonesia

Hasil analisis hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam

hari dengan karies gigi diperoleh bahwa ada sebanyak 31 (50,8%) responden yang

menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam memiliki

karies gigi. Sedangkan, diantara responden yang menerapkan kebiasaan kurang

baik dalam menggosok gigi malam, ada 34 orang (72,3%) yang memiliki karies

gigi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi - square diperoleh bahwa P

value ≤ α (0,05) sehingga H0 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari

dengan karies gigi pada responden.

Hasil analisis diperoleh pula nilai OR 2,531. Hal tersebut berarti responden yang

menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam yang kurang baik

mempunyai peluang 2,531 kali untuk karies gigi dibandingkan dengan responden

yang menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam yang baik.

Dengan demikian, ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur

malam dengan karies gigi.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 50: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

37 Universitas Indonesia

BAB 6

PEMBAHASAN

Peneliti memaparkan interpretasi dan diskusi hasil, keterbatasan penelitian, dan

implikasi keperawatan pada bab ini. Hasil analisis penelitian ini dikaitkan dengan

teori yang berhubungan dan hasil penelitian sebelumnya yang diuraikan pada

interpretasi dan diskusi hasil. Pada bagian akhir bab ini, disampaikan keterbatasan

penelitian dan implikasi keperawatan.

6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil

6.1.1 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam dengan

Karies Gigi

Responden sebagian besar sudah memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi

sebelum tidur malam. Hal tersebut dibuktikkan dengan responden sebagian besar

menggosok gigi menggunakan odol dan menggosok gigi dengan gerakan

menggosok ke atas ke bawah atau vertikal ketika menggosok gigi bagian depan

serta bagian samping setiap hari. Kebiasaan tersebut sesuai dengan teori yang

mengungkapkan bahwa penggunaan pasta gigi dapat turut mencegah karies gigi

karena mengandung fluorida (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz 2008). Wong, Eaton-Hockeberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz

(2008) juga mengungkapkan bahwa untuk membersihkan gigi depan dan gigi

samping yang baik adalah sikat gigi diletakkan vertikal terhadap gigi dan

digerakkan ke atas dan ke bawah. Hal ini menunjukkan bahwa responden

sebagian besar telah memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kebiasaan

menggosok gigi yang baik. Dengan demikian, responden sebagian besar sudah

memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Responden banyak juga yang belum memiliki kebiasaan baik dalam menggosok

gigi sebelum tidur malam (44%). Hal tersebut dibuktikkan dengan responden

sebagian besar menyatakan kadang – kadang dalam melakukan gosok gigi

sebelum tidur malam. Penelitian Ihsani (2007) menunjukkan hasil yang sama

dengan penelitian ini yaitu 74,34% anak usia sekolah di SDN Anyelir 1 Depok

Jaya tidak menyikat gigi sebelum tidur malam. Banyaknya anak yang belum

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 51: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

38

Universitas Indonesia

menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam setiap hari dapat

dikarenakan kebiasaan yang berkembang pada masyarakat Indonesia adalah

menggosok gigi saat mandi. Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 mengungkapkan bahwa 90.7% masyarakat Indonesia menggosok gigi saat

mandi pagi dan sore hari. Sementara itu, penelitian Warni (2009) menunjukkan

hasil yang berbeda yaitu 76% siswa – siswi kelas V dan VI di Kecamatan Delitua

Kabupaten Deli Serdang menggosok gigi sebelum tidur malam setiap hari.

Perbedaan hasil penelitian dapat dipengaruhi oleh faktor ada atau tidaknya

promosi kesehatan tentang pentingnya menggosok gigi sebelum tidur malam pada

tempat penelitian yang dapat mempengaruhi kesadaran individu untuk menggosok

gigi sebelum tidur malam. Oleh karena itu, responden banyak yang belum

menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi pada responden. Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa menggosok gigi

merupakan cara paling efektif untuk mencegah karies gigi (Wong, Hockenberry,

Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur penting dilakukan karena produksi saliva kurang efektif selama waktu tidur

dimana saliva berfungsi untuk menetralkan kondisi asam pada mulut sehingga

menghambat pertumbuhan bakteri perusak gigi di mulut (Hollins, 2008).

Disamping itu, interaksi bakteri dan sisa makan yang berasal dari makan malam

dapat terjadi ketika tidur malam hari (Hockenberry & Wilson, 2007). Dengan

demikian, kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dapat turut

mempengaruhi terjadinya karies gigi.

Hasil penelitian ini yang mengungkapkan bahwa ada hubungan bermakna antara

kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi sesuai dengan

penelitian sebelumnya. Penelitian Perinetti, Caputi, dan Varvara (2005) juga

mengungkapkan frekuensi menggosok gigi dan kebiasaan menggosok gigi teratur

mempengaruhi secara signifikan terhadap kejadian karies gigi pada anak usia 9

dan 11 tahun di Abruzzo Itali. Penelitian Warni (2009) juga mengungkapkan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 52: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

39

Universitas Indonesia

bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan mengggosok gigi dengan

status karies gigi pada anak usia sekolah di kelas V dan VI di Kecamatan Delitua

Kabupaten Deli Serdang. Kebiasaan menggosok gigi yang baik memang dapat

turut mencegah terjadinya karies gigi karena gigi menjadi bersih dari sisa – sisa

makanan, bakteri, dan plak yang merusak gigi. Gigi sebaiknya disikat setelah

makan, setelah makan kudapan, dan sebelum tidur (Wong, Hockeberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008). Dengan demikian, kebiasaan menggosok gigi

dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki

kebiasaan kurang baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam memiliki

karies gigi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ihsani (2007) yang

mengungkapkan bahwa kelompok anak usia sekolah di SDN Anyelir 1 Depok

yang menggosok gigi sebelum tidur malam memiliki jumlah plak lebih tinggi

daripada yang tidak menggosok gigi sebelum tidur malam. Perbedaan hasil

tersebut dapat dikarenakan tempat penelitian dan cara penilaian kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam yang berbeda. Hasil penelitian ini juga tidak

sesuai dengan penelitian Jayanti (2009) yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara waktu menggosok gigi dengan karies gigi pada anak usia pra

sekolah di TK At – taubah dan TK Persisti Jakarta. Perbedaan hasil penelitian

dapat dikarenakan karakteristik usia responden dan tempat penelitian yang

berbeda yang memungkinkan karies gigi dipengaruhi oleh faktor – faktor lain

yang terdapat pada masing – masing tempat penelitian. Oleh karena itu, penelitian

tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi dapat

menunjukkan hasil yang berbeda pada tempat penelitian dan karakteristik usia

yang berbeda. .

Karies gigi dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor lain selain kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur. Penelitian Perinetti, Caputi, dan Varvara (2005)

mengungkapkan bahwa usia, jenis kelamin, lokasi geografis, frekuensi konsumsi

makanan ringan, dan konsumsi minuman manis mempengaruhi karies gigi pada

anak sekolah usia 7, 9, dan 11 tahun di Abruzzo Itali. Penelitian Braunstein (2008)

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 53: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

40

Universitas Indonesia

mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan

(makanan ringan, konsumsi soda, dan makan siang di sekolah) dengan karies gigi

primer pada anak usia 6 sampai 11 tahun di National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES). Dengan demikian, karies gigi pada anak usia

sekolah dapat dipengaruhi berbagai faktor.

6.1.2 Karakteristik responden berdasarkan usia

Siswa – siswi MI Al – Istiqomah Tangerang yang terlibat dalam penelitian ini

berusia 6 – 12 tahun. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz, (2008) bahwa usia sekolah

dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun. Potter dan Perry (2005) juga

mengungkapkan bahwa usia sekolah dimulai saat anak masuk sekolah dasar

sekitar usia 6 tahun dan diakhiri dengan pubertas sekitar usia 12 tahun. Edelmen

dan Mandle (2006) juga mendefiniskan usia sekolah adalah usia 6 sampai 12

tahun. Dengan demikian, responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia

sekolah yaitu 6 – 12 tahun.

Responden dalam penelitian ini paling banyak berusia 11 tahun. Hal tersebut

dikarenakan jumlah siswa – siswi yang berada di kelas 5 dan 6 paling banyak

diantara tingkat kelas yang lain di MI Al – Istiqomah Tangerang sehingga

pengambilan sampel untuk kelas 5 dan 6 paling banyak. Responden kelas 5

diketahui berusia dalam rentang 10 – 12 tahun dan kelas 6 berusia dalam rentang

11 – 12 tahun. Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini paling banyak

berusia 11 tahun.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar responden yang

berusia 6 tahun belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi

sebelum tidur malam. Menurut Potter dan Perry (2005), anak masih membutuhkan

bantuan untuk menggosok gigi dengan seksama dan perlu diajari cara melakukan

perawatan gigi secara mandiri pada usia 6 sampai 7 tahun. Banyaknya responden

usia 6 dan 7 tahun yang belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi

sebelum tidur malam dapat dikarenakan anak masih membutuhkan pengajaran

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 54: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

41

Universitas Indonesia

dalam menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Oleh karena itu, responden yang berusia 6 tahun masih membutuhkan pengajaran

kebiasaan menggosok gigi yang baik.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar responden yang berusia 9

dan 10 tahun sudah menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur malam. Hasil tersebut sesuai dengan Potter dan Perry (2005) yang

mengungkapkan bahwa anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara

mandiri pada usia 8 sampai 10 tahun. Namun, responden yang berusia 8 tahun

sebagian besar belum menerapkan kebiasaan baik. Hal itu dapat terjadi karena

perkembangan kemampuan anak dalam merawat gigi dapat dipengaruhi oleh

pengajaran, pengawasan, dan panduan untuk melakukan perawatan gigi secara

mandiri dari orangtua dan guru. Dengan demikian, responden yang berusia 9

sampai 10 tahun sudah memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur malam namun anak usia 8 tahun masih membutuhkan pengajaran kebiasaan

menggosok gigi yang baik dari orangtua dan guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berusia 11

dan 12 tahun sudah menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur malam. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Potter dan Perry (2005) yang

mengungkapkan bahwa anak menjadi ahli dalam merawat gigi pada usia 11

sampai 12 tahun. Dengan demikian, responden yang berusia 11 dan 12 tahun

sudah memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Pengajaran kebiasaan baik dalam menggosok gigi pada anak usia sekolah perlu

diberikan oleh orangtua. Anak belajar melalui melihat, mendengar, meniru

terhadap suatu kegiatan yang dilakukan orangtua dan guru mereka selama usia 2

sampai 4 tahun. Melihat, mendengar, dan meniru kegiatan yang terjadi berulang

kali akan membentuk pola kebiasaan tertentu pada anak sehingga anak mahir

melakukan kegiatan tersebut (Syahreni, 2011). Pada usia sekolah, anak masih

perlu diajari untuk melakukan perawatan gigi secara mandiri dari orangtua.

Orangtua harus mempelajari teknik menggosok gigi bersama anak, mengajarkan,

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 55: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

42

Universitas Indonesia

mengawasi, dan memandu anak dalam menggosok gigi sampai mereka dapat

bertanggung jawab terhadap perawatan kebersihan gigi (Hockenberry & Wilson,

2007). Dengan demikian, pengajaran kebiasaan baik dalam menggosok gigi perlu

diajarkan oleh orangtua agar anak memiliki kebiasaan baik dalam menggosok

gigi.

Karies gigi banyak terjadi pada anak usia sekolah. Responden yang terlibat dalam

penelitian ini sebagian besar memiliki karies gigi (60%). Hasil tersebut sesuai

teori yang menjelaskan bahwa masalah gigi yang paling utama terjadi pada usia

sekolah adalah karies gigi (Edelmen & Mandle, 2006; Wong, Eaton-Hockenberry,

& Wilson, 2008). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Grewal,

Verma, dan Kumar (2011) yang mengungkapkan bahwa 52,3% anak usia 9

sampai 12 tahun di Delhi India memiliki karies gigi. Dengan demikian, Karies

gigi banyak terjadi pada responden yang merupakan anak usia sekolah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berusia 6

sampai 8 tahun memiliki karies gigi. Hasil tersebut sesuai dengan Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2008) yang mengungkapkan

bahwa 4 sampai 8 tahun merupakan usia yang paling rentan menderita karies gigi

primer. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden usia

11 dan 12 tahun memiliki karies gigi. Hasil tersebut sesuai dengan Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2008) yang menyatakan bahwa

usia 12 sampai 18 tahun paling rentan menderita karies gigi permanen. Dengan

demikian, sebagian besar responden yang berusia 6 – 8 tahun dan 11 – 12 tahun

memiliki karies gigi.

Tingginya kejadian karies gigi pada responden sangat mengkhawatirkan karena

karies gigi dapat menimbulkan dampak bagi penderitanya. Penelitian Low, Tan,

dan Schwartz (2000) pada anak - anak yang mengunjungi klinik kesehatan gigi

anak di Montreal (Kanada) dan rata-rata berusia 44 bulan, mengungkapkan bahwa

sebelum karies gigi pada anak – anak tersebut diobati, 48% anak memiliki

keluhan sakit pada gigi, 43% anak memiliki masalah makan makanan tertentu,

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 56: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

43

Universitas Indonesia

61% anak makan sedikit atau tidak menyelesaikan makanan yang disajikan, 35%

anak tidak bisa tidur nyenyak, dan 5% anak - anak menerima laporan negatif dari

sekolah, seperti kurangnya kerja sama, tidak bermain dengan anak – anak lain,

dan sangat tenang. Selain itu, karies gigi dapat menyebabkan sakit dan infeksi

bahkan terjadi abses alveolar gigi (Behrman, Kliegman, & Arvin, 1999; Hollins,

2008). Dengan demikian, tingginya kejadian karies gigi pada responden sangat

mengkhawatirkan.

6.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini paling banyak berjenis kelamin perempuan dan

lebih banyak menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur

malam daripada laki – laki. RISKESDAS tahun 2007 juga mengungkapkan

wanita lebih banyak yang menerapkan gosok gigi sebelum tidur malam (31,6%)

dibandingkan pria (25,5%) (Wahyuningkintarsih, 2009). Penelitian Ihsani (2007)

pada anak usia sekolah di SDN Anyelir 1 Depok Jaya juga menunjukkan bahwa

perempuan lebih banyak yang menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam daripada laki – laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden

perempuan memiliki kesadaran dalam menerapkan kebiasaan baik dalam

menggosok gigi sebelum tidur malam yang lebih baik dibandingkan laki – laki.

Selain itu, kemungkinan perempuan juga lebih memperhatikan penampilan diri

dan kebersihan gigi daripada laki – laki. Dengan demikian, responden perempuan

lebih banyak yang menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur malam.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi karies gigi pada responden

laki – laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Grewal, Verma, dan Kumar (2011) yang

mengungkapkan bahwa prevalensi karies gigi pada laki – laki dan perempuan

tidak berbeda secara signifikan pada anak sekolah usia 9 sampai 12 tahun di Delhi

India. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Perinetti, Caputi, dan Varvara

(2005) yang mengungkapkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap karies gigi pada anak sekolah usia 9 tahun di Abruzzo Itali

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 57: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

44

Universitas Indonesia

dimana laki – laki memiliki pengalaman karies yang lebih rendah dibandingkan

perempuan pada anak usia 9 tahun di Abruzzo Itali. Perbedaan hasil penelitian

dapat disebabkan tempat penelitian yang berbeda dimana karies gigi dapat

dipengaruhi oleh faktor – faktor yang terdapat di lingkungan masing – masing

tempat penelitian. Dengan demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

mengidentifikasi pengaruh jenis kelamin terhadap karies gigi.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan memiliki

beberapa keterbatasan, yaitu:

a. Jumlah sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini sudah memenuhi jumlah sampel

berdasarkan perhitungan sampel. Namun, jumlah sampel dalam penelitian ini

dihitung berdasarkan rumus dengan nilai presisi 9% dimana sebaiknya

penelitian dalam bidang keperawatan menggunakan nilai presisi 5%.

b. Kuesioner penelitian

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner penelitian yang

dibuat oleh peneliti. Sebanyak 6 pernyataan yang tidak valid tetap digunakan

dalam kuesioner penelitian dan hanya dilakukan pengubahan susunan kata

tanpa melakukan uji validitas kembali. Pernyataan tidak valid tetap digunakan

karena merupakan pernyataan yang penting dan peneliti memberikan

penjelasan setiap pernyataan kepada responden agar responden memahami

arti dari setiap pernyataan.

c. Alat pemeriksa gigi

Peneliti menggunakan pen light untuk melakukan observasi adanya karies

gigi. Keterbatasan alat pemeriksa gigi menyebabkan peneliti hanya dapat

mengumpulkan data karies gigi pada tahap sudah terbentuk lubang.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 58: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

45

Universitas Indonesia

6.3 Implikasi bagi Pendidikan, Pelayanan, dan Penelitian

Hasil penelitian tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur

malam dengan karies gigi mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan,

pelayanan, dan penelitian, yaitu:

a. Pendidikan

Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam mempengaruhi terjadinya

karies gigi pada anak usia sekolah. Setelah guru mengetahui hasil tersebut,

guru menjadi lebih menyadari pentingnya membiasakan siswa – siswi untuk

menggosok gigi sebelum tidur malam yang ditujukkan dengan guru selalu

menanyakan siswa – siswi di pagi hari tentang apakah mereka menggosok

gigi sebelum tidur malam tadi malam. Kepala sekolah dan guru juga

berencana menyelenggarakan pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi.

b. Pelayanan

Responden mengatakan bahwa mereka baru mengetahui tentang cara

menggosok gigi yang baik dan alat menggosok gigi yang baik untuk

menggosok gigi. Setelah diberikan pelayanan pemeriksaan gigi, responden

ada yang sudah menyadari adanya karies gigi namun ada pula yang baru

menyadari adanya karies gigi pada gigi mereka.

c. Penelitian

Responden – responden yang berada di kelas 5 awalnya malu untuk diperiksa

adanya karies gigi saat dilakukan penelitian. Namun, setelah diberikan

penjelasan, sebagian besar responden akhirnya banyak yang bersedia untuk

diperiksa dan mereka mengatakan senang bisa mengetahui keadaan gigi

mereka.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 59: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

46 Universitas Indonesia

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Simpulan yang dapat dirumuskan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah dilakukan, yaitu:

a. Usia responden dalam rentang 6 – 12 tahun dengan responden paling banyak

berusia 11 tahun dan paling sedikit berusia 6 tahun.

b. Responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki -

laki.

c. Responden yang memiliki kebiasaan baik menggosok gigi sebelum tidur

malam lebih banyak daripada kebiasaan kurang baik.

d. Responden yang memiliki karies gigi lebih banyak daripada yang tidak

memiliki.

e. Responden usia 6 dan 8 tahun lebih banyak yang menerapkan kebiasaan

kurang baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam daripada kebiasaan

baik.

f. Responden perempuan lebih banyak yang menerapkan kebiasaan baik dalam

mengggosok gigi sebelum tidur malam daripada laki – laki.

g. Responden usia 6 – 8 tahun dan 11 – 12 tahun lebih banyak yang memiliki

karies gigi daripada yang tidak memiliki.

h. Responden laki – laki lebih banyak yang memiliki karies gigi daripada

perempuan.

i. Reponden yang memiliki kebiasaan kurang baik dalam menggosok gigi

sebelum tidur malam dan tidak memiliki karies gigi ada sebanyak 30 orang.

j. Responden memiliki kebiasaan kurang baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur dan memiliki karies gigi ada sebanyak 34 orang.

k. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam dengan karies gigi.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 60: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

47

Universitas Indonesia

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat dirumuskan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu:

a. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel dengan

perhitungan rumus sampel menggunakan presisi 5% dan bekerja sama dengan

profesional kesehatan lain yang ahli dalam bidang karies gigi.

b. Kuesioner dalam penelitian ini dapat digunakan kembali oleh penelitian

selanjutnya namun perlu dilakukan uji validitas kembali karena beberapa

pernyataan yang tidak valid digunakan dalam kuesioner ini.

c. Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam perlu diajarkan orang tua

sejak usia sekolah dimana usia sekolah rentan terjadi karies gigi.

d. Perawat yang memiliki tugas dalam memberikan promosi kesehatan, perlu

memberikan promosi kesehatan bekerja sama dengan pihak sekolah karena

presentase karies gigi yang tinggi.

e. Keluarga dan pihak sekolah perlu mengajarkan, mengawasi, dan memandu

anak untuk menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam,

penggunaan alat menggosok gigi yang baik, dan cara menggosok gigi yang

baik.

f. Institusi Pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan dan puskesmas perlu lebih

aktif dalam mengadakan promosi kesehatan ke sekolah – sekolah dasar dalam

upaya memberikan pendidikan kesehatan kepada anak usia sekolah tentang

pentingnya menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam,

penggunaan alat menggosok gigi yang baik, dan cara menggosok gigi yang

baik.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 61: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

48 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., & Arvin, A.M. (1999). Ilmu kesehatan anak

nelson (Vol.2) (5th Ed) (A. Samik Wahab, Editor). Jakarta: EGC.

Braunstein, N. S. (2008). Diet, food insecurity and dental caries prevalence and

severity in children ages 2 – 11. Boston University. July 10, 2012. Proquest

database.

Burns, N., & Grove, S. (2003). Understanding nursing reasearch (3rd Ed).

Philadelphia: W.B.Saunders Company.

Dahlan, M. S. (2008). Langkah – langkah membuat proposal penelitian bidang

kedokteran dan kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto.

Dhar, V., & Bhatnagar, M. (2009). Dental caries and treatment needs of children

(6-10 years) in rural Udaipur, Rajasthan: Official Publication of

IndianSociety for Dental Research. Indian Journal of Dental Research, 20,

256-60. Maret 30, 2012. Proquest database.

Direktorat Bina Kesehatan Anak. (2006). Pedoman pelaksanaan stimulasi,

deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan

kesehatan dasar. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Anak Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI.

Edelman, C.L., & Mandle, C. L. (2006). Health Promotion: Throughout the life

span. St. Louis: Mosby.

Eriyanto. (2007). Teknik sampling analisis opini publik. Yogyakarta: LKIS

Pelangi Aksara Yogyakarta.

Grewal., Verma., & Kumar. (2011). Prevalence of dental caries and treatment

needs amongst the school children of three educational zones of urban

Delhi, India. Indian Journal of Dental Research, 22:517-9. Proquest

database.

Hastono, S. P., & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC.

Hockenberry, M., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and

children. St.Louis: Mosby Elsevier.

Hollins, C. (2008). Leviso’s textbook for dental nurse. (10th Edition). Oxford:

Willey-Blackwell.

Ihsani, V. (2007). Status kebersihan mulut anak usia sekolah dasar menurut

kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam hari. Juli 10, 2012.

Universitas Indonesia, Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran

Gigi Pencegahan.

http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp/id=127455&lokasi=lokal.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 62: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

49

Universitas Indonesia

Jayanti, F. (2009). Hubungan antara perawatan gigi dengan insiden karies gigi

pada anak usia 5 – 6 tahun di TK At-Taubah dan TK Persisti Jakarta.

Laporang Penelitian. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Kandani, H. (2010). The Achiever: Semua pencapaian sukses anda berawal dari

sini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Listiono, B. (2012). Kesehatan Gigi & Mulut. April 12, 2012.

http://www.litbangtangerang.go.id.

Low, W., Tan, S., & Schwartz, S. The effect of severe caries on the quality of life

in young children. Oral Health, 90.1, 13. April 16, 2012. Proquest database.

Lukihardianti, A. (2011). 85% Anak Usia Sekolah Menderita Karies Gigi.

September 26, 2011. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-

sehat/11/09/12/lrevhf-sekitar-85-persen-anak-usia-sekolah-menderita-

karies-gigi.

Maulani, C., & Enterprise, J. (2005). Kiat merawat gigi anak panduan orang tua

dalam merawat dan menjaga kesehatan gigi bagi anak - anaknya. Jakarta:

PT.Elex Media Komputindo.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan. Jakarta: Penerbit salemba medika.

Perinetti, G., Caputi, S., & Varvara, G. (2005, January/February). Risk/prevention

indicators for the prevalence of dental caries in school children: Result from

the Italian OHSAR survey. Journal of Caries Research, 39:9-19. July 10,

2012. Proquest database.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2004). Nursing research: Principles and methods (7th

Ed). Philadelphia: Lippincott.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:

Konsep, proses, dan praktik (Vol 2 edisi ke-4) (Yasmin Asih, Penerjemah).

Jakarta: EGC.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, dan Praktik (Vol 1 edisi ke-4) (Yasmin Asih et al,

Penerjemah). Jakarta: EGC.

Puji, S.T. (2010). Gigi berlubang, kasus terbanyak penyakit gigi. September 11,

2011 http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-

sehat/10/11/06/144957gigi-berlubang-kasus-terbanyak-penyakit-gigi.

Ratnadita. Gosok gigi merah putih di bulan kesehatan gigi nasional. Juli 27,

2012.http://health.detik.com/read/2011/09/15/145757/1723190/763/gosok-

gigi-merah-putih-di-bulan-kesehatan-gigi-nasional.

Rhamadhan, A G. (2010). Serba - serbi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta:

Bukune.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 63: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

50

Universitas Indonesia

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Sutriyanto, E. (2011). 80 persen orang Indonesia giginya berlubang. September

26, 2011. http://www.tribunnews.com/2011/11/03/80-persen-orang-

indonesia-giginya-berlubang.

Syahreni, E. (2011). Mengembangkan perilaku sehat pada anak usia 2 – 4 tahun.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

http://paud.kemendiknas.go.id/.

Wahyuningkintarsih, V. (2009). Berani unjuk gigi. Desember 03, 2011.

http://www.femina.co.id/archive/main/issue/issue_detail.asp?id=507&cid=2

&views=9.

Warni, L. (2009). Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan

gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan delitua

kabuparen deli serdang tahun 2009. Laporang Penelitian. Medan:

Universitas Sumatera Utara, Ilmu Keseharan Masyarakat.

Widiantoro, D., & Agus, M. (2011). Gigi 72,1 persen penduduk berlubang.

September 26, 2011.

http://nasional.kompas.com/read/2011/09/26/16205841/Gigi.72.1.Persen.Pe

nduduk.Berlubang.

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein., & Schwartz. (2008).

Wong buku ajar keperawatan pediatrik (Vol 1. Edisi ke-4) (Agus Sutarna,

Neti Juniarti, H.Y Kuncara, Penerjemah.). Jakarta: EGC

Wuryanano. (2007). The 21 principles to bulid and develop fighting spirit.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 64: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

WAKTU

KEGIATAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI

Pengajuan Proposal

penelitian

Alat/Instrumen

pengumpul data

Pengecekan validasi

instrument

Pengumpulan data

di lapangan

Analisis dan

pembahasan data

penelitian

Pengumpulan proposal

skripsi

Sidang skripsi

Pengumpulan skripsi

revisi

Lampiran 1: Jadwal Kegiatan Penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 65: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Universitas Indonesia

Persetujuan Tertulis untuk Partisipasi dalam Penelitian

Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam dengan Gigi

Berlubang pada Anak Usia Sekolah di MI AL - Istiqomah Tangerang

Anak Anda diminta berpartisipasi dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui adakah hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam

hari dengan gigi berlubang pada anak usia sekolah. Keterlibatan anak Anda di

dalam penelitian ini adalah atas dasar sukarela.

Nama saya Rahayu Setiyawati. Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia tahun 2008. Penelitian ini merupakan bagian

dari syarat kelulusan program Sarjana Keperawatan saya di Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

Penelitian ini melibatkan anak usia sekolah, yaitu anak yang berusia 6-12 tahun di

MI Al – Istiqomah Tangerang. Keputusan Anda untuk membolehkan anak Anda

ikut atau tidak dalam penelitian ini tidak akan berpengaruh pada nilai belajar anak

Anda di sekolah. Apabila Anda memutuskan untuk membolehkan anak Anda

berpartisipasi dalam penelitian ini, anak Anda bebas untuk mengundurkan

diri dari penelitian kapan pun.

Penelitian ini akan melibatkan sekitar 108 siswa - siswi MI Al – Istiqomah

Tangerang. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 1 halaman, yang berisi

tentang usia, jenis kelamin, dan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam.

Pengisian kuesioner akan dilaksanakan di sekolah dan diisi secara langsung oleh

anak dengan panduan dari saya. Selain itu, saya juga akan melakukan

pemeriksaan gigi di sekolah dengan melihat menggunakan senter kecil apakah

terdapat gigi berlubang atau tidak pada anak Anda.

Saya akan menjaga kerahasiaan anda dan keterlibatan anak Anda dalam penelitian

ini. Nama anak Anda tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang telah

terisi hanya akan diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk

mengidentifikasi identitas anak Anda. Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan,

tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan anak Anda akan di tampilkan

dalam publikasi tersebut. Keterlibatan anak Anda dalam penelitian ini, sejauh

yang saya ketahui, tidak menyebabkan risiko.

Keterlibatan dalam penelitian ini tidak memberikan keuntungan langsung pada

anak Anda, namun hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui

adakah hubungan hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di

Lampiran 2: Lembar persetujuan penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 66: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

malam hari dengan gigi berlubang pada anak usia sekolah di MI Al – Istiqomah

Tangerang.

Setelah membaca informasi di atas, dan memahami tentang tujuan penelitian, dan

peran yang diharapkan dari saya di dalam penelitian ini, saya setuju untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Tangerang, April 2012

Responden

( )

(Lanjutan)

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 67: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Kode Kuesioner :

Isilah pertanyaan di bawah ini

Usia : ....................... tahun

Jenis Kelamin : ..................................

KUESIONER KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR

MALAM DENGAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI

MI AL - ISTIQOMAH TANGERANG

Berilah tanda checklist (√ ) pada jawaban yang kamu pilih!

PERNYATAAN

YA,

SELALU

(5-7 kali

setiap

minggu)

Kadang –

Kadang (1-

4 kli setiap

minggu)

Tidak

(tidak

pernah)

1. Saya menggosok gigi sebelum

tidur di malam hari

2. Saya menggosok gigi setelah

makan malam

3. Saya menggosok gigi setelah

makan cemilan

4. Saya menggosok gigi setelah

makan

5. Saya menggosok gigi setelah

minum susu

6. Saya menggosok gigi setelah

makan nasi

7. Saya menggosok gigi setelah

makan kue

8. Saya menggosok gigi setelah

makan chiki

9. Saya menggosok gigi

menggunakan sikat gigi

10. Saya menggunakan sikat gigi

dengan ujung sikat yang besar

11. Saya menggunakan sikat gigi

dengan ujung sikat yang kecil

12. Saya menggunakan sikat gigi

yang berbulu lembut

13. Saya menggunakan sikat gigi

yang berbulu sudah melengkung

Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 68: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

PERNYATAAN

YA,

SELALU

(5-7 kali

setiap

minggu)

Kadang –

Kadang (1-

4 kli setiap

minggu)

Tidak

(tidak

pernah)

14. Saya menggunakan sikat gigi

yang berbulu kasar

15. Saya menggosok gigi

menggunakan odol

16. Saya menggosok gigi atas bagian

dalam

17. Saya menggosok gigi bawah

bagian dalam

18. Saya menggosok gigi samping

kanan bagian dalam

19. Saya menggosok gigi samping

kiri bagian dalam

20. Saya menggosok gigi depan

bagian dalam

21. Saya menggosok gigi bagian

dalam dengan gerakan

menggosok ke luar

22. Saya menggosok gigi samping

dengan gerakan menggosok ke

atas bawah

23. Saya menggosok permukaan gigi

bawah

24. Saya menggosok permukaan gigi

atas

(Lanjutan)

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 69: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

NILAI VALIDITAS KUESIONER

PERNYATAAN NILAI

VALIDITAS

1. Saya menggosok gigi sebelum tidur di malam hari 0.523

2. Saya menggosok gigi setelah makan malam 0.376

3. Saya menggosok gigi setelah makan cemilan 0.710

4. Saya menggosok gigi setelah makan 0.691

5. Saya menggosok gigi setelah minum susu 0.466

6. Saya menggosok gigi setelah makan nasi 0.727

7. Saya menggosok gigi setelah makan kue 0.633

8. Saya menggosok gigi setelah makan chiki 0.543

9. Saya menggosok gigi menggunakan sikat gigi 0.528

10. Saya menggunakansikat gigi dengan ujung sikat

yang besar 0,251

11. Saya menggunakan sikat gigi dengan ujung sikat

yang kecil 0,144

12. Saya menggunakan sikat gigi yang berbulu lembut 0,305

13. Saya menggunakan sikat gigi yang berbulu sudah

melengkung 0,277

14. Saya menggunakan sikat gigi yang berbulu kasar 0,328

15. Saya menggosok gigi menggunakan odol 0,321

16. Saya menggosok gigi atas bagian dalam 0.831

17. Saya menggosok gigi bawah bagian dalam 0.831

18. Saya menggosok gigi samping kanan bagian dalam 0.831

19. Saya menggosok gigi samping kiri bagian dalam 0.770

20. Saya menggosok gigi depan bagian dalam 0.705

21. Saya menggosok gigi bagian dalam dengan

gerakan menggosok ke luar 0.679

22. Saya menggosok gigi depan dengan gerakan

menggosok ke atas bawah 0.415

23. Saya menggosok gigi samping dengan gerakan

menggosok ke atas bawah 0,415

24. Saya menggosok permukaan gigi bawah 0,399

25. Saya menggosok permukaan gigi atas 0.386

Lampiran 4 : Lembar Nilai Validitas

Kuesioner Penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 70: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

LEMBAR OBSERVASI KARIES GIGI

PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MI AL - ISTIQOMAH TANGERANG

KODE ADA TIDAK

ADA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

KODE ADA TIDAK

ADA

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

Lampiran 5: Lembar Observasi Karies Gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 71: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

KODE ADA TIDAK

ADA

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

(Lanjutan)

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 72: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

BIODATA MAHASISWA

Nama Lengkap : Rahayu Setiyawati

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Maret

1990

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Jl. Kantil 3 no 21 Blok

H3 Perumaha Harapan

Kita Karawaci – Tangerang 15811

HP : 085782668890

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2008-2012)

2. SMA Negeri 2 Tangerang (2005-2008)

3. SMP Negeri 9 Tangerang (2002-2005)

4. MI Al – Istiqomah Tangerang (1996-2002)

5. TK Al – Istiqomah Tangerang (1995-1996)

Lampiran 6: Lembar Biodata Mahasiswa

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 73: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 74: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

vi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Rahayu Setiyawati

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur

Malam dengan Karies Pada Anak Usia Sekolah di

Madrasah Ibtidaiyah Al – Istiqomah Tangerang

Tingginya angka karies gigi pada anak usia sekolah seiring kebiasaan masyarakat

Indonesia yang belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam dengan karies pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian

adalah deskriptif korelatif pada 108 responden yang dipilih secara stratified

random sampling di Madrasah Ibtidaiyah Al – Istiqomah Tangerang. Ada

hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam

dengan karies dengan Pvalue 0,039 menggunakan uji chi – square. Rekomendasi

dari penelitian ini adalah orangtua dan guru perlu membiasakan anak untuk

menggosok gigi sebelum tidur malam sejak usia sekolah.

Kata kunci :

Kebiasaan, menggosok gigi, usia sekolah, karies gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 75: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

vii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Rahayu Setiyawati

Study Program : Faculty of Nursing

Title : The correlation between habit of tooth brushing

before going to bed at night with caries among school-age

children in Madrasah Ibtidaiyah Al – Istiqomah

Tangerang

The high prevalence of dental caries among school-age children as Indonesian

people have not implemented good habit of tooth brushing. This research was

aimed to explore the correlation between habit of tooth brushing before going to

the bed at night with dental caries among elementary school students. The

research used a descriptive correlation. Samples, 108 respondents were recruited

using stratified random sampling at Madrasah Ibtidaiyah Al – Istiqomah in

Tangerang. Habit of tooth brushing before going to the bed at night were

significantly correlated with dental caries among students with Pvalues 0,039 used

chi – square. Based on findings, parents and teachers have to teach good habit of

tooth brushing before going to bed at night.

Key words :

Habits, tooth brushing, school-age, dental caries.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 76: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menggosok gigi masih kurang baik.

Survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 mengungkapkan bahwa

90.7% masyarakat Indonesia menggosok gigi saat mandi pagi dan sore hari

(Wahyuningkintarsih, 2009). Masyarakat Indonesia yang menggosok gigi setelah

makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan wanita lebih

banyak yang menerapkan gosok gigi sebelum tidur malam (31,6%) dibandingkan

pria (25,5%) (Wahyuningkintarsih, 2009). Menggosok gigi pada waktu yang

optimal dilakukan setelah makan di pagi hari dan sebelum tidur malam (Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Menggosok gigi setelah

makan di pagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang

menempel setelah makan dan sebelum tidur malam bertujuan untuk

membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel setelah makan malam (Potter &

Perry, 2005). Dengan demikian, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam

menggosok gigi masih kurang baik.

Kebiasaan masyarakat Provinsi Banten dan Kota Tangerang dalam menggosok

gigi juga masih kurang baik. Sebanyak 94,8% masyarakat Banten berumur 10

tahun ke atas mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari dengan presentase

yang menggosok gigi setelah makan pagi sebesar 95,7% dan sebelum tidur malam

hanya 26,6% (Listiono, 2012). Sementara itu, presentase masyarakat Kota

Tangerang yang menggosok gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum

tidur malam adalah 6,4% (Listiono, 2012). Berdasarkan data tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kebiasaan masyarakat Provinsi Banten dan Kota Tangerang

dalam menggosok gigi juga masih kurang baik.

Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menggosok gigi yang masih kurang baik

seiring dengan prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, sekitar 72,1% penduduk

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 77: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

2

Universitas Indonesia

Indonesia menderita karies gigi dan 46% diantaranya tidak merawat gigi yang

mengalami karies tersebut (Wahyuningkintarsih, 2009; Widiantoro & Mulyadi,

2011). Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di

Indonesia mencapai 60% sampai 80% dari populasi dan menempati peringkat

keenam sebagai penyakit yang paling banyak diderita (Sutriyanto, 2011). Hasil

RISKESDAS tahun 2007 juga mengungkapkan bahwa prevalensi karies aktif di

Provinsi Banten sebesar 37,3% dan di Kota Tangerang adalah 43,3% (Listiono,

2012). Oleh karena itu, seiring dengan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam

menggosok gigi yang masih kurang baik, prevalensi karies gigi masih tinggi di

Indonesia.

Karies gigi menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah.

Anak usia sekolah adalah anak berusia dalam rentang 6 sampai 12 tahun (Potter &

Perry, 2005; Edelman & Mandle, 2006; Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008). Di Indonesia, prevalensi karies gigi mencapai

85% pada anak - anak usia sekolah (Lukihardianti, 2011). Berdasarkan survei

World Health Organization (WHO) tahun 2007, sebanyak 77% anak Indonesia

berusia 12 tahun menderita karies gigi (Wahyuningkintarsih, 2009). Selain itu,

penelitian Dhar dan Bhatnagar (2009) di India mengungkapkan presentasi karies

gigi pada kelompok usia 6 sampai 10 tahun adalah 63,20% dan 85,70% dari

anak-anak yang mengalami karies gigi tersebut membutuhkan perawatan gigi.

Penelitian Perinetti, Caputi, dan Varvara (2005) mengungkapkan bahwa laki –

laki memiliki pengalaman karies yang lebih rendah dibandingkan perempuan pada

anak sekolah usia 9 tahun di Abruzzo Itali Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, dan Schwartz (2008) juga mengungkapkan bahwa usia 4 sampai 8

tahun adalah usia paling rentan terjadi karies gigi primer dan 12 sampai 18 tahun

untuk gigi permanen. Dengan demikian, karies gigi juga menjadi salah satu

masalah kesehatan yang serius pada anak usia sekolah.

Prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia sangat mengkhawatirkan

karena karies gigi menimbulkan dampak negatif bagi penderitanya. Apabila tidak

ditangani, karies gigi dapat menyebabkan sakit dan infeksi bahkan terjadi abses

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 78: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

3

Universitas Indonesia

alveolar gigi (Behrman, Kliegman, & Arvin, 1999; Hollins, 2008). Penelitian

Low, Tan, dan Schwartz (2000) pada anak - anak yang rata – rata berusia 44 bulan

yang mengunjungi klinik kesehatan gigi anak di Montreal, Kanada,

mengungkapkan bahwa sebelum karies gigi pada anak – anak tersebut diobati,

48% anak memiliki keluhan sakit pada gigi, 43% anak memiliki masalah makan

makanan tertentu, 61% anak makan sedikit atau tidak menyelesaikan makanan

yang disajikan, 35% anak tidak bisa tidur nyenyak, dan 5% anak - anak menerima

laporan negatif dari sekolah, seperti kurangnya kerja sama, tidak bermain dengan

anak – anak lain, dan sangat tenang. Hollins (2008) juga mengungkapkan bahwa

rasa sakit atau nyeri yang ditimbulkan oleh karies gigi dapat membuat

penderitanya sering mengalami gangguan tidur. Oleh karena itu, tingginya

prevalensi karies gigi di Indonesia sangat mengkhawatirkan karena karies gigi

dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi penderitanya.

Pemerintah Indonesia dan pihak swasta telah melakukan upaya untuk

menanggulangi prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia. Pemerintah

Indonesia telah bekerja sama dengan pihak swasta dan Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI) dalam program gerakan pemeriksaan gigi gratis dan edukasi

tentang kebersihan gigi kepada anak – anak dan orang tua yang diselenggarakan

pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional (Lukihardianti, 2011; Ratnadita, 2011).

Melalui program tersebut, masyarakat lebih mudah memeriksakan gigi dan

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi.

Dengan demikian, pemerintah Indonesia dan pihak swasta telah memiliki program

dalam menanggulangi prevalensi karies gigi yang tinggi di Indonesia.

Orang tua dan guru dapat menjalankan peranannya dalam meningkatkan

kebiasaan baik dalam menggosok gigi untuk menanggulangi prevalensi karies gigi

yang tinggi pada anak usia sekolah. Orang tua dan guru berperan mengajarkan

kebiasaan baik dan memberikan penguatan atau umpan balik positif ketika anak –

anak melaksanakan kebiasaan baik dalam merawat gigi (Edelmen & Mandle,

2006). Dengan demikian, kebiasaan baik dalam menggosok gigi pada anak – anak

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 79: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

4

Universitas Indonesia

dapat ditingkatkan melalui pengajaran dan penguatan perilaku dari orang tua dan

guru.

Perawat perlu menjalankan tugas dan peranannya dalam meningkatkan kebiasaan

menggosok gigi yang baik dan menanggulangi prevalensi karies gigi yang tinggi

pada anak usia sekolah. Hal itu dikarenakan, perawat memiliki tugas dalam

mempertahankan status kesehatan normal dan pencegahan penyakit (Edelmen &

Mandle, 2006). Dalam melaksanakan tugas tersebut, perawat dapat memberikan

promosi kesehatan di lingkungan keluarga dan sekolah. Perawat dapat

menyelenggarakan promosi kesehatan tentang kesehatan gigi melalui kerjasama

dengan pihak sekolah (Potter & Perry, 2005). Selain itu, perawat dapat

memberikan promosi kesehatan kepada orang tua agar orang tua dapat

mengajarkan dan menerapkan kebiasaan kesehatan yang baik kepada anak. Oleh

karena itu, perawat perlu menjalankan tugas dan peranannya dalam meningkatkan

kebiasaan menggosok gigi yang baik untuk menanggulangi prevalensi karies gigi.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari dan

karies gigi pada anak usia sekolah di Kota Tangerang perlu ditingkatkan. Hal itu

disebabkan prevalensi karies gigi yang tinggi dan hanya sedikit masyarakat Kota

Tangerang yang menerapkan menggosok gigi sebelum tidur malam (Listiono,

2012). Karies gigi terutama banyak dialami oleh anak usia sekolah. Prevalensi

karies gigi yang tinggi sangat mengkhawatirkan karena karies gigi menimbulkan

dampak negatif bagi penderitanya. Selain itu, penelitian – penelitian sebelumnya

tentang karies gigi belum banyak dilakukan pada anak usia sekolah di Kota

Tangerang. Oleh karena itu, penelitian tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam dan karies gigi pada anak usia sekolah perlu ditingkatkan.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 80: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

5

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan kebiasaan

menggososok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi pada anak usia

sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al – Istiqomah Tangerang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah diketahuinya:

a. Usia dan jenis kelamin pada anak usia sekolah di MI Al-Istiqomah

b. Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam pada anak usia

sekolah di MI Al – Istiqomah Tangerang

c. Karies gigi pada anak usia sekolah di MI Al – Istiqomah Tangerang

d. Usia dan jenis kelamin berdasarkan kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam pada anak usia sekolah di MI Al – Istiqomah Tangerang

e. Usia dan jenis kelamin berdasarkan karies gigi pada anak usia sekolah

di MI Al – Istiqomah Tangerang

f. Hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan

karies gigi pada anak usia sekolah di MI Al – Istiqomah Tangerang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Untuk Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini berguna bagi perawat yang memiliki tugas dalam program

promosi kesehatan dengan menjadikan penelitian ini sebagai dasar untuk

mengetahui kebutuhan anak usia sekolah akan promosi kesehatan tentang

kesehatan gigi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan

sumber informasi dalam memberikan promosi kesehatan tentang kesehatan

gigi kepada anak usia sekolah, guru, dan keluarga.

b. Untuk Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi sekolah, terutama MI Al –

Istiqomah Tangerang, tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur

malam dan karies gigi pada siswa – siswi. Dengan informasi tersebut, sekolah

dapat mengetahui kebutuhan siswa – siswi akan promosi kesehatan tentang

kesehatan gigi di sekolah.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 81: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

6

Universitas Indonesia

c. Untuk Keluarga

Hasil penelitian ini berguna bagi keluarga karena dapat dijadikan sumber

informasi mengenai kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dan

karies gigi pada anak. Dengan informasi tersebut, keluarga dapat mengetahui

kebutuhan anak akan pengajaran kebiasaan menggosok gigi yang baik di

keluarga.

d. Untuk Institusi Pemerintah

Hasil penelitian ini mendukung program pemerintah dalam menanggulangi

karies gigi di Indonesia dengan memberikan informasi mengenai presentase

kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dan karies gigi pada anak

usia sekolah di MI Al - Istiqomah Tangerang.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 82: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Peneliti memaparkan tentang perkembangan anak usia sekolah dan karies gigi

pada bab ini. Penjelasan tentang karies gigi meliputi pengertian, dampak, dan

faktor – faktor yang mempengaruhi.

2.1 Perkembangan Anak Usia Sekolah

Usia sekolah adalah rentang usia 6 sampai 12 tahun. Wong, Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, dan Schwartz (2008) menjelaskan bahwa usia sekolah dimulai dari

usia 6 sampai mendekati 12 tahun, dimana dimulai dengan masuknya anak ke

lingkungan sekolah. Potter dan Perry (2005) juga mengungkapkan bahwa usia

sekolah dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun dan diakhiri

dengan pubertas sekitar usia 12 tahun. Edelmen dan Mandle (2006) juga

mendefiniskan usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun. Dapat disimpulkan

bahwa usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun.

Masalah gigi sering terjadi pada usia sekolah. Masalah gigi yang paling utama

terjadi pada usia sekolah adalah karies gigi (Edelmen & Mandle, 2006; Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Usia 4 sampai 8 tahun

merupakan usia yang paling rentan menderita karies gigi primer dan 12 sampai 18

tahun untuk gigi permanen (Wong, Hockenberry,Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2008). Oleh karena itu, karies gigi menjadi masalah gigi yang paling

utama terjadi pada usia sekolah.

Anak usia 6 sampai 7 tahun belum mampu menggosok gigi secara mandiri.

Keterampilan menggosok gigi berkaitan dengan perkembangan motorik halus

anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan

oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti

mengamati sesuatu, menulis, dan sebagainya (Direktorat Bina Kesehatan Anak,

2006). Keterampilan motorik halus pada usia 6 sampai 7 tahun dalam menggosok

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 83: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

8

Universitas Indonesia

gigi adalah anak masih membutuhkan bantuan untuk menggosok gigi dengan

seksama dan perlu diajari cara melakukan perawatan gigi secara mandiri (Potter

& Perry, 2005). Oleh karena itu, anak belum mempu menggosok gigi secara

seksama dan mandiri pada usia 6 sampai 7 tahun.

Anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada usia 8 sampai

10 tahun. Hal itu dikarenakan, anak mengalami peningkatan keterampilan motorik

halus yang membuat anak mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada

usia 8 sampai 10 tahun (Potter & Perry, 2005). Edelmen dan Mandle (2006) juga

mengungkapkan bahwa anak telah memiliki koordinasi tangan yang baik pada

usia 8 sampai 9 tahun. Oleh karena itu, anak sudah mampu melakukan perawatan

gigi secara mandiri pada usia 8 sampai 10 tahun.

Anak telah ahli dalam melakukan perawatan gigi dan merawat kawat gigi pada

usia 11 sampai 12 tahun. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan anak menjadi

ahli dalam merawat kawat gigi dan alat lain. Edelmen dan Mandel (2006) juga

mengungkapkan anak sudah memiliki keterampilan seperti orang dewasa pada

usia 12 tahun. Dengan demikian, anak sudah ahli dalam perawatan gigi dan

merawat kawat gigi pada usia 11 sampai 12 tahun.

Perawatan gigi yang baik penting diajarkan dan diterapkan selama usia sekolah.

Hal itu dikarenakan, gigi permanen yang muncul selama periode usia sekolah

membutuhkan kebersihan gigi yang baik dan perhatian yang rutin terhadap adanya

karies gigi. Selain itu, periode usia sekolah merupakan periode yang tepat untuk

penerimaan latihan perilaku dan kesehatan (Potter & Perry, 2005). Oleh karena

itu, perawatan gigi yang baik penting diajarkan dan diterapkan selama periode

usia sekolah.

Pengajaran kebiasaan merawat gigi yang baik pada anak usia sekolah dapat

diberikan oleh orangtua dan perawat. Orangtua harus mempelajari teknik

menggosok gigi bersama anak, mengajarkan, mengawasi, dan memandu anak

dalam menggosok gigi sampai mereka dapat bertanggungjawab terhadap

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 84: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

9

Universitas Indonesia

perawatan kebersihan gigi (Hockenberry & Wilson, 2007). Sementara itu, metode

promosi kesehatan dapat digunakan perawat untuk membantu anak usia sekolah

memahami hubungan antara perilaku kesehatan dengan peningkatan kesehatan,

seperti metode bermain peran, membaca buku, dan mendemonstrasikan perilaku

seperti menggosok gigi (Edelmen & Mandle, 2006). Perawat dapat memberikan

promosi kesehatan tentang kesehatan gigi di sekolah melalui kerja sama dengan

pihak sekolah (Potter & Perry, 2005). Melalui inspeksi oral yang merupakan

bagian dari pengkajian keperawatan anak, perawat dapat mengetahui status

kesehatan gigi anak dan kebutuhan anak akan promosi kesehatan tentang

kesehatan gigi di keluarga dan sekolah (Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008). Apabila ditemukan adanya karies gigi atau

keadaan yang tidak sehat, perawat perlu memberikan promosi kesehatan tentang

pentingnya memeriksakan gigi secara rutin ke pelayanan kesehatan gigi. Perawat

juga dapat mendorong orangtua untuk meningkatan kebiasaan menggosok gigi

yang baik bagi anak usia sekolah. Dengan demikian, pengajaran kebiasaan

menggosok gigi yang baik pada anak usia sekolah dapat diberikan oleh orang tua

dan perawat.

2.2 Karies Gigi

2.2.1 Pengertian dan Dampak

Karies gigi atau gigi berlubang dapat dideteksi melalui inspeksi apabila telah

terbentuk lubang pada gigi yang dapat dilihat secara kasat mata dan telah

mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan kehitaman. Lubang pada

gigi merupakan sebuah lubang pada struktur gigi yang terbentuk akibat dari

kerusakan email yang menyebabkan permukaan gigi menjadi patah (Hollins,

2008). Pembentukan karies diawali dengan kemunculan lesi titik putih atau

diskolorisasi pengapuran putih dari gigi (Potter & Perry, 2005; Hollins, 2008).

Selanjutnya, lubang pada gigi dapat meluas dan gigi berubah warna menjadi

kecoklatan dan kehitaman (Potter & Perry, 2005). Behrman, Kliegman, dan Arvin

(1999) mengungkapkan bahwa lesi yang baru terjadi tidak dapat didiagnosis

dengan inspeksi. Lesi yang dapat dideteksi melalui inspeksi biasanya adalah lesi

yang telah lama terbentuk dan terdapat lubang yang luas pada permukaan gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 85: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

10

Universitas Indonesia

(Behrman, Kliegman, & Arvin, 1999). Lubang gigi pada permukaan kontak antar

gigi juga sulit dideteksi dengan inspeksi dan memerlukan radiografi mulut. Dapat

disimpulkan bahwa karies gigi yang dapat diinspeksi adalah karies gigi yang

sudah berbentuk lubang yang dapat terlihat secara kasat mata dan mengalami

perubahan warna menjadi kecoklatan dan kehitaman.

Karies gigi menimbulkan dampak negatif bagi penderitanya. Lubang gigi yang

besar menjadi jalan masuk bagi bakteri – bakteri rongga mulut untuk menginfeksi

jaringan pulpa. Invasi bakteri – bakteri ke jaringan pulpa akan menyebabkan

respon peradangan dan menimbulkan rasa sakit (Behrman, Kliegman, & Arvin,

1999; Rhamadhan, 2010). Bahkan, bakteri – bakteri rongga mulut dapat masuk

dan menginfeksi jaringan periodontal di sekitar ujung akar gigi. Rhamadhan

(2010) menjelaskan bahwa apabila karies gigi tidak ditangani, kondisi tersebut

dapat bertambah parah sampai timbul nanah di sekitar apeks gigi atau daerah

sekitar ujung akar, granuloma, kista gigi, dan menyebabkan rasa sakit pada gigi

ketika gigi ditekan atau dipakai untuk mengunyah makanan. Infeksi dapat meluas

ke bagian rongga mulut lain, seperti wajah, kepala, leher, dan dada (Ramadhan,

2010). Oleh karena itu, karies gigi dapat menimbulkan dampak negatif bagi

penderitanya.

Rasa sakit yang ditimbulkan oleh karies gigi dapat menimbulkan dampak negatif

bagi penderitanya. Penelitian Low, Tan, dan Schwartz (2000) pada anak - anak

yang berusia 44 bulan yang mengunjungi klinik kesehatan gigi anak di Montreal,

Kanada, mengungkapkan bahwa karies gigi yang tidak diberikan pengobatan

menyebabkan 48% anak mengeluh sakit gigi, 43% anak memiliki masalah makan

makanan tertentu, 61% anak makan sedikit atau tidak menyelesaikan makanan

yang disajikan, 35% anak tidak bisa tidur nyenyak, dan 5% anak - anak menerima

laporan negatif dari sekolah, seperti kurangnya kerja sama, tidak bermain dengan

anak – anak lain, dan sangat tenang. Oleh karena itu, rasa sakit yang timbul

karena karies gigi yang tidak ditangani menyebabkan anak memiliki masalah

makan, tidak tidur nyenyak, dan malas beraktivitas.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 86: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

11

Universitas Indonesia

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi karies gigi, yaitu

a. Faktor kerentanan gigi

Gigi sebagai host juga turut mempengaruhi terjadinya karies gigi. Gigi yang

memiliki email yang tidak kuat akan menyebabkan gigi mudah berlubang. Wong,

Hockenberry, Winkelstein, dan Schwartz (2008) juga mengungkapkan bahwa

karies gigi dapat dipengaruhi kerentanan gigi, mikroflora kariogenik, dan

lingkungan oral yang sesuai. Oleh karena itu, kerentanan gigi terhadap penyakit

gigi turut mempengaruhi terjadinya karies gigi.

Meningkatkan kerentanan gigi terhadap serangan asam sangat penting untuk

mencegah karies gigi. Meningkatkan kerentanan gigi dapat dilakukan dengan

memasukkan fluorida ke dalam struktur kristal gigi, yaitu email dan dentin.

Fluorida adalah suatu mineral yang ditemukan dalam air, makanan, atau minuman

yang menggunakan air berfluorinasi sebagai bagian dari sistem pemprosesan

(Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Dengan

demikian, tambahan fluorida diharapkan dapat memperkuat email dan dentin dan

mencegah karies.

b. Kebiasaan menggosok gigi

Kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku membersihkan gigi yang

dilakukan seseorang secara terus menerus. Kartono (1996) dalam Sunaryo (2002)

mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari

usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif

perasaan. Kandani (2010) juga mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah tindakan

konsisten yang dilakukan secara terus menerus hingga membentuk suatu pola di

level pikiran bawah sadar. Ada kebiasaan baik dan ada kebiasaan buruk

(Wuryanano, 2007). Sementara itu, menurut Potter dan Perry (2005), menggosok

gigi adalah membersihkan gigi dari sisa – sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam

membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam

membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan

cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 87: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

12

Universitas Indonesia

gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa – sisa

makanan yang dilakukan secara terus menerus meliputi kebiasaan pelaksanaan

waktu membersihkan gigi, kebiasaan alat yang digunakan dalam membersihkan

gigi, dan kebiasaan cara dalam membersihkan gigi.

Kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat turut mencegah karies gigi. Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2008) mengungkapkan bahwa

kebiasaan menggosok gigi yang baik merupakan cara paling efektif untuk

mencegah karies gigi. Menggosok gigi dapat menghilangkan plak atau deposit

bakteri lunak yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi (Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Oleh karena itu,

kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat turut mencegah karies gigi.

Kebiasaan menggosok gigi yang baik di pagi hari adalah setelah makan pagi.

Menggosok gigi harus dilakukan setelah makan, setelah makan kudapan, dan

sebelum tidur (Wong, Hockeberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008).

Menurut Potter dan Perry (2005) menggosok gigi yang efektif sedikitnya empat

kali sehari, yaitu setiap setelah makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi setelah

makan dapat membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di gigi setelah

makan. Dengan demikian, menggosok gigi yang baik di pagi hari adalah setelah

makan pagi.

Kebiasaan menggosok gigi yang baik di malam hari adalah setelah makan malam

atau sebelum tidur malam. Menggosok gigi yang efektif adalah sebelum tidur

malam (Potter & Perry, 2005; Wong, Hockeberry, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2008). Menggosok gigi sebelum tidur malam penting dilakukan karena

interaksi bakteri dan sisa - sisa makan yang berasal dari makan malam dapat

terjadi ketika tidur malam (Hockenberry & Wilson, 2007). Hollins (2008) juga

mengungkapkan bahwa menggosok gigi sebelum tidur malam penting dilakukan

karena produksi saliva kurang efektif selama waktu tidur. Dengan demikian,

kebiasaan menggosok gigi yang baik di malam hari adalah menggosok gigi

setelah makan malam atau sebelum tidur malam, tidak makan dan minum yang

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 88: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

13

Universitas Indonesia

mengandung gula setelah menggosok gigi sampai bangun pagi di esok hari atau

menggosok gigi lagi apabila makan dan minum yang mengandung gula untuk

mencegah interaksi bakteri dan sisa – sisa makan malam yang dapat terjadi ketika

tidur malam hari.

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang menerapkan kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam lebih banyak daripada laki – laki.

Penelitian Ihsani (2007) pada anak usia sekolah di SDN Anyelir 1 Depok Jaya

menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak yang menerapkan kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam daripada laki – laki. Dengan demikian,

perempuan lebih banyak yang menerapkan kebiasaan smenggosok gigi sebelum

tidur dibandingkan laki – laki.

Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi,

gerakan vertikal, dan bergerak lembut. Potter dan Perry (2005) menjelaskan

bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar, dan pengunyah harus disikat dengan

teliti. Gigi digosok dengan ujung bulu sikat diletakkan dengan kuat pada sudut 450

pada gigi dan gusi digerakkan ke depan dan belakang dengan gerakan menggetar,

bergerak dengan lembut, dan tidak bergerak maju mundur sekuat tenaga (Wong,

Hockeberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Menggosok gigi dengan

sekuat tenaga tidak boleh dilakukan karena dapat merusak email dan gusi dan

menyebabkan perkembangan lubang karena abrasi (Wong, Hockeberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008; Hollins, 2008). Untuk membersihkan bagian

dalam gigi depan, sikat gigi diletakkan vertikal terhadap gigi dan digerakkan ke

atas dan ke bawah (Wong, Eaton-Hockeberry, & Wilson 2008). Dengan demikian,

cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi,

gerakan vertikal, dan bergerak lembut.

Menggosok perlu memperhatikan penggunaan sikat gigi yang baik agar dapat

membersihkan seluruh bagian gigi. Sikat gigi dengan ujung sikat kecil adalah

pilihan yang tepat karena dapat menjangkau seluruh bagian gigi (Maulani, 2005).

Bagi anak usia sekolah yang masih belajar menggosok gigi dengan baik, sikat gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 89: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

14

Universitas Indonesia

yang paling baik digunakan adalah sikat gigi dengan bulu sikat nilon yang lembut

(Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Sikat gigi

dengan bulu kesar dan kepala besar dapat melukai gigi dan tidak dapat

menjangkau gigi bagian dalam. Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan atau apabila

telah rusak (melengkung) pada bagian bulu sikat agar tidak melukai gigi. Oleh

karena itu, menggosok gigi perlu memperhatikan penggunaan sikat gigi.

Penggunaan pasta gigi berfluorida dalam menggosok gigi dapat turut mencegah

karies gigi. Fluorida terdapat pada obat kumur, pasta gigi, atau suplemen. Rozier

dan Beck (1991) dalam Potter dan Perry (2005) mengungkapkan bahwa

pemberian fluor dalam air minum telah memainkan peranan besar dalam

mencegah karies gigi. Namun, semakin banyak menelan fluorida akan

mengakibatkan perubahan warna pada email gigi (Wong, Hockenberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008; Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu,

penggunaan pasta gigi berfluorida dapat turut mencegah karies gigi.

Anak usia sekolah dapat menggunakan pasta gigi khusus anak - anak yang

memiliki rasa lembut. Orang tua dapat mengajak anak untuk memilih dan

membeli pasta gigi yang disukai anak. Penggunaan pasta gigi yang disukai anak

dapat meningkatkan motivasi anak dalam menggosok gigi. Dengan demikian,

anak usia sekolah dapat menggunakan pasta gigi khusus anak – anak dalam

menggosok gigi.

c. Diet makanan

Makanan – makanan karbohidrat yang mengandung gula tambahan dapat

menyebabkan karies gigi. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan bahwa untuk

mencegah kerusakan gigi, seseorang harus mengurangi asupan karbohidrat,

terutama kudapan manis diantara waktu makan. Contoh karbohidrat yang

kariogenik adalah gula susu yang sengaja ditambahkan ketika proses produksi,

gula meja, gula yang digunakan dalam memasak, dan gula tambahan untuk

minuman. Setiap makanan yang mengandung gula tambahan dan lengket bersifat

kariogenik, seperti sirup, kismis, gula meja yang telah dimurnikan, kue, biskuit,

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 90: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

15

Universitas Indonesia

permen, puding, selai, pemanis, sereal sarapan, es krim, soft drinks, dan makanan

pencuci mulut (Maulani, 2005; Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2008). Oleh karena itu, makanan – makanan karbohidrat yang

mengandung gula tambahan dapat menyebabkan karies gigi.

Makanan - makanan manis, lengket, keras, dan dikonsumsi lebih lama di dalam

mulut sangat bersifat kariogenik. Hal itu disebabkan karbohidrat yang berada

lama di dalam mulut akan terfermentasi, sehingga sangat bersifat kariogenik.

Sebagai contoh, memakan permen loli lebih bersifat kariogenik daripada coklat

batangan dan sukrosa pada permen karet lebih kariogenik daripada minuman

manis yang diminum secara biasa (Maulani, 2005; Wong, Eaton-Hockenberry, &

Wilson 2008). Dengan demikian, makanan – makanan manis, lengket, keras, dan

dikonsumsi lebih lama di dalam mulut sangat bersifat kariogenik.

Makanan – makanan karbohidrat ada yang tidak berbahaya bagi gigi. Contoh

makanan tersebut adalah fruktosa dalam buah dan gula alami yang terkandung di

dalam susu atau laktose. Hal itu dikarenakan gula alami menghasilkan asam

organik kecil, sehingga tidak berbahaya bagi gigi. Oleh karena itu, makanan –

makanan karbohidrat ada juga yang tidak berbahaya bagi gigi.

Makanan - makanan lain ada juga yang tidak menyebabkan karies gigi. Makanan

– makanan tersebut seperti keju cheddar dan permen karet yang tidak bergula.

Keju cheddar dapat mengubah PH dan memperlambat pertumbuhan bakteri

(Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008).

Mengunyah permen karet tidak bergula setelah makan juga dapat memberi

perlindungan terhadap karies dengan merangsang saliva yang bersifat menetralkan

asam. Dengan demikian, beberapa makanan seperti keju cheddar dan permen

karet yang tidak bergula tidak menyebabkan karies gigi.

Modifikasi diet dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi. Modifikasi diet

makanan meliputi konsumsi makanan dan minuman rendah kariogenik dan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 91: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

16

Universitas Indonesia

mengurangi frekuensi asupan makanan kariogenik. Dengan demikian, risiko

karies gigi dapat menurun dengan modifikasi diet makanan kariogenik.

2.3 Kerangka Teori

Anak Usia

Sekolah

Perkembangan

Keterampilan

Menggosok

Gigi

Kerentanan Gigi

Diet Makanan

Kebiasaan

Menggosok Gigi

Karies Gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 92: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

17 Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KERJA PENELITIAN

Peneliti memaparkan kerangka konsep, hipotesis penelitian, dan definisi

operasional pada bab ini.

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan kebiasaan menggosok gigi

dan karies gigi. Kebiasaan menggosok gigi setelah makan pagi tidak diteliti dalam

penelitian ini.

Keterangan:

Diteliti

Tidak Diteliti

.

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan

karies gigi pada anak usia sekolah di MI Al - Istiqomah Tangerang.

Kebiasaan

Menggosok

Gigi

Menggosok Gigi

Setelah Makan

Pagi

Menggosok Gigi

SebelumTidur

Malam

Variabel Dependen Variabel Independen

Karies Gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 93: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

18

Universitas Indonesia

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

1 Usia Usia sekolah 6 – 12

tahun (Potter & Perry,

2005)

Mengisi data demografi

pada kuesioner yang

diberikan

Kuesioner

data

demografi

Usia responden dalam

tahun

Interval

2 Jenis

kelamin

Berjenis kelamin laki-

laki atau perempuan

Mengisi data demografi

pada kuesioner yang

diberikan

Kuesioner

data

demografi

0. Responden laki-laki

1. Responden

perempuan

Nominal

3. Kebiasan

menggosok

gigi sebelum

tidur malam

Tingkah laku yang

dilakukan terus

menerus dalam

membersihkan gigi

sebelum tidur malam

yang memperhatikan

pelaksanaan

menggosok gigi

sebelum tidur malam,

alat menggosok gigi,

dan cara menggosok

gigi (Kandani, 2010;

Potter & Perry, 2005)

Responden akan mengisi

kuesioner yang berisi

sejumlah pertanyaan tentang

kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam

meliputi:

a. Pelaksanaan menggosok

gigi sebelum tidur

malam (menggosok gigi

yang dilakukan sesaat

sebelum tidur atau

setelah makan

Kuesinoner

tentang

kebiasaan

menggosok

gigi sebelum

tidur malam

Skala Likert

1. Ya, selalu (5-7

kali/minggu)

2. Kadang – kadang (1-

4 kali/minggu)

3. Tidak (tidak pernah)

Kemudian diukur

dengan cut of point nilai

mean karena data

terdistribusi normal dan

dikatagorikan menjadi

Ordinal

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 94: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

19

Universitas Indonesia

No Variabel Definisi operasional Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

malam dan tidak

makan dan minum

yang mengandung

gula setelah

menggosok gigi,

sampai bangun pagi

di esok hari (kecuali

menggosok gigi

kembali setelah

makan dan minum

yang mengandung

gula)

b. Alat menggosok gigi

: sesuatu yang

digunakan dalam

membersihkan gigi

meliputi penggunaan

sikat dan pasta gigi.

c. Cara menggosok

gigi : gerakan dalam

membersihkan gigi

0. Kurang ( < 61,56 )

1. Baik ( ≥ 61,56 )

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 95: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

20

Universitas Indonesia

No Variabel Definisi operasional Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

5 Karies gigi Karies yang dapat

diinspeksi adalah

lubang pada gigi yang

dapat dilihat secara

kasat mata dan telah

mengalami perubahan

warna menjadi

kecoklatan dan

kehitaman (Behrman,

Kliegman, & Arvin,

1999; Potter & Perry,

2005 )

Melakukan observasi

adanya karies gigi.

Lembar

obsevasi

0. Ada

1. Tidak

Ordinal

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 96: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

21 Universitas Indonesia

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Peneliti memaparkan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat

dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpul

data, serta analisis data.

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif. Desain korelatif menguji

hubungan antara dua atau lebih variabel dalam sebuah kelompok dengan tujuan

untuk mendeskripsikan variabel - variabel dan menguji hubungan antara variabel-

variabel (Burns & Grove, 2003). Penelitian ini menguji hubungan antara variabel

kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan variabel

kebiasaan menggosok gigi sebelum malam dan karies gigi pada anak usia sekolah,

serta menguji hubungan antara dua variabel tersebut. Oleh karena itu, penelitian

ini menggunakan desain deskriptif korelatif.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan data dari sampel sebuah populasi. Populasi adalah

keseluruhan unit atau anggota analisis yang karakteristiknya akan diduga

(Hastono & Sabri, 2010). Disisi lain, Polit (2004) mengungkapkan bahwa

populasi adalah seluruh agregat yang ingin diteliti oleh peneliti. Sedangkan

sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Hastono

& Sabri, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi MI Al

Istiqomah Tangerang dan sampel dalam penelitian ini adalah beberapa siswa –

siswi MI Al – Istiqomah Tangerang yang terpilih dan bersedia menjadi responden

penelitian ini. Kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah usia sekolah

dasar (6-12 tahun) dan bersedia menjadi responden penelitian ini. Dengan

demikian, sampel dalam penelitian ini adalah beberapa siswa – siswi MI Al –

Istiqomah Tangerang yang terpilih dan bersedia menjadi responden penelitian ini.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 97: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

22

Universitas Indonesia

Penarikan sampel dalam penelitian ini adalah secara acak. Melalui penarikan

sampel secara acak, semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk

terambil sebagai sampel (Hastono & Sabri, 2010). Cara pengambilan sampel yang

digunakan adalah stratified random sampling. Stratified random sampling

digunakan agar semua sifat dalam populasi dapat terwakili. Sampel diambil

proporsional menurut besarnya unit yang ada di dalam masing – masing strata dan

unit sampel diambil secara acak di dalam masing – masing strata. Dengan

demikian, peneliti mengambil sampel dengan stratified random sampling

Peneliti menentukan besar sampel penelitian dengan menggunakan rumus

penentuan jumlah sampel. Populasi atau jumlah siswa – siswi dari MI Al -

Istiqomah diketahui sebesar 527 orang. Rumus penentuan besar sampel untuk

populasi yang diketahui adalah (Nursalam, 2008; Eriyanto, 2007):

n = X2. N. p (1- p)

d2 (N-1)+X

2 p (1-p)

(4.1)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

X2 = Nilai tabel X

2 pada df = 1 pada tingkat kepercayaan yang ditetapkan

p = Perkiraan proporsi

d = Kesalahan yang dapat ditoleransi

Peneliti menetapkan tingkat kepercayaan dalam penelitian adalah 5%. α yang

digunakan untuk bidang kesehatan masyarakat adalah sebesar 5% (Hastono &

Sabri, 2010). Penelitian ini juga tidak membahayakan nyawa responden karena

kebiasaan menggosok diteliti dengan menggunakan kuesioner dan karies gigi

diobservasi dengan pen light untuk menyediakan pencahayaan yang baik. Dengan

demikian, peneliti menetapkan tingkat kepercayaan sebesar 5%.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 98: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

23

Universitas Indonesia

Peneliti menetapkan proporsi populasi adalah 50%. Hal itu dikarenakan tidak ada

data pendahuluan mengenai populasi. Apabila tidak ada data pendahuluan

mengenai populasi, proporsi populasi diasumsikan 50% (Eriyanto, 2007;

Nursalam, 2008). Dengan demikian, peneliti menganggap proporsi populasi

sebesar 5%.

Peneliti menetapkan kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 9%. Kesalahan yang

dapat ditoleransi ditetapkan sesuai dengan kehendak peneliti dan dapat ditetapkan

2%, 3%, dan sebagainya (Eriyanto, 2007). Peneliti menetapkan 9% karena

penelitian ini tidak membahayakan nyawa responden dan disesuaikan dengan

biaya, waktu, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti. Hastono dan Sabri (2010)

juga mengungkapkan bahwa besar sampel tergantung pada biaya yang tersedia,

waktu, dan tenaga yang melaksanakan, variasi yang ada di dalam variabel yang

akan diteliti, presisi yang dikehendaki, dan recana analisis. Dengan demikian,

jumlah sampel untuk penelitian adalah:

n = (1,96)2. 527. 0,5. 0,5

(0,09)2(527-1) + (1,96)

2. 0,5. 0,5

n = 97 orang

Peneliti menggunakan formula untuk koreksi atau penambahan jumlah sampel.

Koreksi jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian.

Formula yang digunakan untuk koreksi jumlah sampel adalah :

n’ = n

1-f (4.2)

Keterangan:

n’ = besar sampel setelah dikoreksi

n = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f = prediksi presentase sampel drop out

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 99: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

24

Universitas Indonesia

Sampel minimal setelah ditambah dengan perkiraan sampel drop out,yaitu:

n’ = 97

1-0,1

n’ = 108

Sampel yang terlibat dalam penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan adalah

sebanyak 108 orang responden. Adapun pembagian jumlah respoden pada tiap

tingkat kelas adalah:

Tabel 4.1 Pembagian Besar Sampel pada Tiap Tingkat Kelas di MI Al –

Istiqomah Tangerang 2012

Tingkat Kelas Populasi Besar Sampe

Kelas 1 60 12

Kelas 2 82 17

Kelas 3 83 17

Kelas 4 100 20

Kelas 5 101 21

Kelas 6 101 21

Jumlah 527 108

4.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Al – Istiqomah Tangerang.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 30 April 2012. Peneliti mengumpulkan

data setelah proposal telah selesai dikerjakan pada 16 April 2012. Pengambilan

data penelitian dilakukan di bulan April agar tidak mengganggu ujian sekolah

siswa – siswi MI Al – Istiqomah Tangerang.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 100: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

25

Universitas Indonesia

4.5 Etika Penelitian

Penelitian ini menjunjung tinggi prinsip-prinsip etik dalam penelitian ketika

menjalankan proses penelitian. Prinsip-prinsip etik dalam penelitian yaitu:

a. Prinsip Beneficence

Peneliti menjunjung prinsip beneficence dalam penelitian ini. Prinsip beneficence

dalam penelitian meliputi terbebas dari segala bahaya dan terbebas dari eksploitasi

(Polit, 2004). Penelitian ini tidak membahayakan responden. Selain itu, penelitian

ini juga tidak menggunakan data diri responden untuk sesuatu yang tidak

berhubungan dengan penelitian. Manfaat yang diperoleh responden dari penelitian

ini adalah responden mengetahui adanya karies gigi dan mendapatkan alat tulis

yang dapat digunakan untuk mengerjakan tugas sekolah. Oleh karena itu, peneliti

menjunjung prinsip beneficence dalam penelitian ini.

b. Prinsip Menghormati Martabat Manusia (Respect for Human Dignity)

Peneliti menjunjung prinsip menghormati martabat manusia dalam penelitian ini.

Prinsip ini terdiri atas hak penentuan nasib sendiri dan hak untuk pengungkapan

penuh (Polit, 2004). Peneliti tidak memaksa calon responden yang tidak ingin

berpartisipasi dalam penelitian ini. Untuk calon responden yang berusia 6-10

tahun, informed consent diberikan kepada orang tua melalui anak. Anak

memberikan kembali informed consent kepada peneliti. Sedangkan, untuk calon

responden usia 12 tahun, informed consent diberikan kepada calon responden

secara langsung. Dengan demikian, Peneliti menjunjung prinsip menghormati

martabat manusia dalam penelitian ini.

c. Prinsip Keadilan

Peneliti menjunjung prinsip keadilan dalam penelitian ini. Prinsip ini terdiri dari

hak keadilan dalam perlakuan dan privasi (Polit, 2004). Dalam menjunjung hak

keadilan dalam perlakuan, peneliti menghormati perjanjian antara responden

dengan peneliti dan memperlakukan semua responden dengan baik. Peneliti juga

adil dan tidak diskriminasi dalam memilih responden. Dalam menjunjung hak

keadilan dalam privasi, peneliti menyembunyikan identitas responden dengan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 101: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

26

Universitas Indonesia

kode, menjaga kerahasiaan responden dengan menyimpan kuesioner yang telah

diisi oleh responden secara baik dan aman, tidak memberikan kuesioner tersebut

kepada orang lain, dan menghancurkan kuesioner tersebut dan data tentang

responden karena sudah tidak digunakan.

4.6 Alat Pengumpul Data

Peneliti menggunakan kuesioner dan lembar observasi gigi sebagai alat

pengumpul data penelitian. Kuesioner terdiri dari 2 bagian, yaitu pertanyaan

tentang data demografi (usia dan jenis kelamin) dan pernyataan tentang kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur di malam hari. Pernyataan tentang kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam terbagi menjadi 3 jenis pernyataan meliputi

pernyataan tentang pelaksanaan menggosok gigi sebelum tidur malam, alat

menggosok gigi, dan cara menggosok gigi. Pernyataan tentang waktu menggosok

gigi sebelum tidur malam terdiri dari 8 pernyataan, alat menggosok gigi terdiri

dari 7 pernyataan, dan cara menggosok gigi terdiri dari 10 pernyataan.

4.2 Tabel Pernyataan Kuesioner

Pernyataan Nomor

a. Pelaksanaan waktu menggosok gigi

di malam hari

Positif: 1,2,3,4,5,6,7 dan 8

b. Alat menggosok gigi Postitif: 9, 11, 12, 15

Negatif: 10, 13, 14

c. Cara menggosok gigi Positif:16,17,18,19,20,21,22,23,24,

dan 25

Kuesioner tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari

menggunakan pilihan jawaban ya (selalu), kadang – kadang, dan tidak pernah.

Pilihan tersebut mengadopsi dari kuesioner gaya hidup untuk anak usia sekolah

Anterwarp CV, Spalolo AM: MCN 16 (3): 144, 1991 (Potter & Perry, 2005).

Dikatakan ya (selalu) jika responden melakukan kebiasaan 5 - 7 kali dalam

seminggu, kadang – kadang 1 – 4 kali dalam seminggu, dan tidak pernah

melakukan kebiasaan tersebut. Penilaian jawaban untuk pernyataan positif adalah

ya (selalu) bernilai 3, kadang – kadang bernilai 2, dan tidak bernilai 1. Namun,

penilaian untuk pernyataan negatif adalah ya (selalu) bernilai 1, kadang – kadang

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 102: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

27

Universitas Indonesia

2, dan tidak bernilai 3. Responden diminta memberikan tanda cek pada pilihan

jawaban yang sesuai dengan kebiasaan responden. Hasil penilaian jawaban

responden kemudian dikategorikan menjadi kebiasaan baik dan kurang dengan

menggunakan nilai mean karena data terdistribusi secara normal. Kebiasaan baik

dengan nilai ≥ 61,56 sedangkan kebiasaan kurang < 61,56.

Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner terlebih dahulu sebelum

kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji validitas dilakukan kepada

30 siswa – siswi yang tidak bersekolah di MI Al – Istiqomah, melainkan di

sekolah dasar lain yang memiliki karakteristik sama dengan MI Al – Istiqomah.

Validitas adalah sejauhmana ketepatan alat ukur atau instrumen dalam mengukur

suatu data dengan melakukan korelasi antar skor masing – masing variabel

dengan skor totalnya (Hastono, 2006). Pernyataan dikatakan valid karena

memiliki nilai r hasil > r tabel (0,3661) dan dikatakan reliabel karena r alpha > r

tabel (0,3661). Kuesioner yang terdiri dari pernyataan – pernyataan yang valid dan

realibel kemudian diberikan kepada 108 responden. Nilai validitas pernyataan

dalam kuesioner ini dalam rentang 0,376 – 0,831 dan nilai reliabilitas 0,922.

Sebanyak 6 buah pernyataan yang tidak valid (< 0,3661) ada yang tetap

digunakan dalam kuesioner penelitian ini namun telah dilakukan pengubahan

susunan kata dalam kalimat pernyataan dan tidak diuji validitas ulang. Hal itu

dikarenakan pernyataan tersebut sangat penting dalam penelitian. Namun, peneliti

memberikan penjelasan setiap pernyataan di kuesioner kepada responden. Dengan

demikian, pernyataan dalam kuesioner penelitian ini telah melewati uji validitas

dan reliabel.

Karies gigi pada anak usia sekolah dicatat pada lembar observasi karies gigi.

Peneliti melakukan inspeksi ada atau tidaknya karies gigi pada responden dengan

bantuan pen light dan hasilnya dicatat di lembar observasi karies gigi. Dengan

demikian, peneliti menggunakan lembar observasi karies gigi dan pen light

sebagai alat pengumpul data variabel karies gigi pada anak usia sekolah.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 103: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

28

Universitas Indonesia

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti mengajukan formulir permohonan pembuatan surat izin penelitian ke

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIKUI) dengan tujuan surat

kepada Kepala Sekolah MI Al – Istiqomah Tangerang. Peneliti memberikan surat

izin penelitian tersebut kepada Kepala Sekolah MI Al – Istiqomah Tangerang.

Kemudian, peneliti memberikan informed concent kepada orangtua responden.

Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam yang diisi oleh responden dan mengobservasi gigi responden

untuk melihat ada atau tidaknya karies gigi. Pengumpulan data dilakukan di kelas

responden.

4.8 Analisis Data

Peneliti melakukan pengolahan data sebelum melakukan analisis data

penelitian,yaitu:

a. Editing

Peneliti memeriksa kelengkapan jawaban pada setiap kuesioner yang telah

diisi

b. Coding

Peneliti memberikan kode berdasarkan jawaban responden yang kemudian

dipindahkan ke dalam tabel jawaban.

c. Cleansing

Peneliti memastikan data telah bersih dari kesalahan setelah dipindahkan ke

dalam tabel.

d. Scoring

Peneliti memasukkan data ke dalam program komputer untuk dianalisis.

Data penelitian ini dianalisis sesuai dengan prosedur analisis data suatu penelitian.

Adapun analisis data yang dilakukan peneliti, yaitu:

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 104: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

29

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Analisis Data

Variabel Analisis Jenis Uji

Usia Univariat Uji proporsi

Jenis Kelamin Univariat Uji Proporsi

Kebiasaan

menggosok gigi

sebelum tidur malam

Univariat Uji Proporsi

Karies gigi Univariat Uji Proporsi

Usia dan jenis

kelamin berdasarkan

kebiasaan menggosok

gigi sebelum tidur

malam

Univariat Uji Proporsi

Usia dan jenis

kelamin berdasarkan

karies gigi

Univariat Uji Proporsi

Kebiasaan

menggosok gigi

sebelum tidur malam

dengan karies gigi

Bivariat Chi - Square

a. Analisis Univariat

Peneliti menyusun distribusi frekuensi atau tabel frekuensi data dalam melakukan

uji proporsi untuk memudahkan analisis univariat. Analisis univariat bertujuan

untuk mendeskripsikan karakteristik masing – masing variabel yang akan diteliti

(Hastono & Sabri, 2010). Data dalam penelitian ini terdiri dari data angka dan

data kategori. Dalam penelitian ini, data angka atau data kuantitatif meliputi data

mengenai usia dan data kategori atau data kualitatif meliputi data mengenai jenis

kelamin, kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari, serta karies gigi.

Susunan data angka menurut besarnya disebut distribusi frekuensi kuantitatif dan

data yang disusun menurut kategorinya disebut distribusi frekuensi kualitatif

(Hastono & Sabri, 2010). Selanjutnya hasil analisis data disajikan dalam bentuk

tabel dan diagram pie. Dengan demikian, peneliti menyusun distribusi frekuensi

data usia dan distribusi frekuensi data jenis kelamin, kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur di malam hari, dan karies gigi dalam melakukan uji proporsi.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 105: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

30

Universitas Indonesia

Peneliti melakukan uji proporsi setelah dilakukan penyusunan distribusi frekuensi

data kuantitatif dan data kualitatif menggunakan rumus proporsi sebagai berikut:

Proporsi (presentase) = F x 100%

N (4.3)

Keterangan:

F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

b. Analisis Bivariat

Peneliti melakukan analisis data sampai analisis bevariat. Penelitian ini

menggunakan variabel kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dan

variabel karies gigi yang diduga berhubungan satu sama lain. Analisis bivariat

dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan satu sama lain

(Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat antara variabel kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam dengan karies gigi menggunakan rumus uji chi - square. Uji

chi-square digunakan untuk menguji dua variabel kategori (Hastono & Sabri,

2010). Variabel kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dan karies gigi

pada penelitian ini merupakan variabel kategori.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 106: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

31 Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Peneliti memaparkan hasil analisis data penelitian pada bab ini. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan data 108 responden.

5.1 Analisis Univariat

Hasil analisis univariat terdiri dari usia, jenis kelamin, kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam, karies gigi, usia dan jenis kelamin berdasarkan kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam, serta usia dan jenis kelamin berdasarkan

karies gigi.

5.1.1 Usia Responden

Tabel 5.1 Presentase Responden Berdasarkan Usia di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108)

Usia Responden Frekuensi Presentase

6

7

8

9

10

11

12

5

13

18

21

13

30

8

4.6

12.0

16.7

19.4

12.0

27.8

7.4

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini berusia dalam

rentang 6 – 12 tahun. Responden paling banyak berusia 11 tahun yaitu 30 orang

dan paling sedikit berusia 6 tahun yaitu 5 orang.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 107: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

32

Universitas Indonesia

5.1.2 Jenis Kelamin Responden

Diagram 5.1 Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di MI Al - Istiqomah Tangerang 2012 (n=108)

47% 53%Perempuan

Laki - laki

Diagram 5.1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin

perempuan hampir seimbang dengan laki – laki. Responden yang berjenis kelamin

perempuan yaitu 57 orang (53%).

.

5.1.3 Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam

Diagram 5.2 Proporsi Responden Berdasarkan

Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam di

MI Al - Istiqomah Tangerang 2012 (n = 108)

44% 56% Baik

Kurang

Diagram 5.2 memperlihatkan bahwa responden yang menerapkan kebiasaan baik

dalam menggosok gigi sebelum tidur malam hampir seimbang dengan yang

menerapkan kebiasaan kurang baik. Sebanyak 61 orang (56%) responden

memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 108: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

33

Universitas Indonesia

5.1.4 Karies Gigi

Diagram 5.6 Proporsi Responden Berdasarkan Karies

Gigi di MI Al - Istiqomah Tangerang 2012 (n = 108)

60%40%

Tidak

Ada

Diagram 5.3 memperlihatkan bahwa responden sebagian besar memiliki karies

gigi yaitu 65 orang (60%).

5.1.5 Usia Responden Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum

Tidur Malam

Tabel 5.2 Presentase Usia Responden Berdasarkan Kebiasaan Menggosok

Gigi Sebelum Tidur Malam di MI Al – Istiqomah Tangerang 2012

(n=108)

Usia Kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam

Total

Baik Kurang

n % n % n %

6 2 40 3 60 5 100

7 8 61,5 5 38,5 13 100

8 6 33,3 12 66,7 18 100

9 12 57,1 9 42,9 21 100

10 9 69,2 4 30,8 13 100

11 19 63,3 11 36,7 30 100

12 5 62,5 3 37,5 8 100

Jumlah 61 56 47 44 108 100

Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa responden usia 6 dan 8 tahun lebih banyak yang

menerapkan kebiasaan kurang baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam

daripada kebiasaan baik.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 109: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

34

Universitas Indonesia

5.1.6. Jenis Kelamin Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum

Tidur Malam

Tabel 5.3 Presentase Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Kebiasaan

Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam di MI Al – Istiqomah Tangerang 2012

(n=108)

Jenis Kelamin

Kebiasaan Menggosok Gigi

Sebelum Tidur Malam

Total

Baik Kurang

n % n % n %

Perempuan 39 68,4 18 31,6 57 100

Laki - laki 22 43,1 29 56,9 51 100

Jumlah 61 56,5 47 43,5 108 100

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa presentase responden perempuan yang

menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam lebih

besar dibandingkan laki – laki yaitu 68,4% berbanding 43,1%.

5.1.7 Usia Berdasarkan Karies Gigi

Tabel 5.4 Presentase Usia Berdasarkan Karies Gigi di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108)

Usia Karies Gigi Total

Tidak Ada

n % n % n %

6 2 40 3 60 5 100

7 4 30,8 9 69,2 13 100

8 6 33,3 12 66,7 18 100

9 11 52,4 10 47,6 21 100

10 7 53,8 6 46,2 13 100

11 13 43,3 17 56,7 30 100

12 0 0 8 100 8 100

Jumlah 43 40 65 60 108 100

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 110: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

35

Universitas Indonesia

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang berusia 6 - 8 tahun

dan 11 – 12 tahun tahun lebih banyak yang memiliki karies gigi daripada yang

tidak memiliki karies gigi.

5.1.6 Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Karies Gigi

Tabel 5.5 Presentase Jenis kelamin Berdasarkan Karies Gigi di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108)

Jenis Kelamin Karies Gigi Total

Tidak Ada

n % n % n %

Perempuan 25 43,9 32 56,1 57 100

Laki - laki 18 35,3 33 64,7 51 100

Jumlah 43 40 65 60 108 100

Diagram 5.5 memperlihatkan bahwa presentase responden laki – laki yang

memiliki karies gigi lebih besar daripada perempuan yaitu 64,7% berbanding

56,1%.

5.2 Analisis Bivariat

Tabel 5.1 Responden Berdasarkan Kebiasaan

Menggosok Gigi Sebelum Tidur di Malam

Hari dan Karies Gigi di MI Al – Istiqomah

Tangerang 2012 (n=108)

Kebiasaan

Menggosok

Gigi Sebelum

Tidur di

Malam Hari

Karies Gigi Total OR

(95% CI)

P

value Tidak Ada Ada

n % n % n %

Baik 30 49,2 31 50,8 61 100 2,531

(1,123-

1,049)

0,039

Kurang 13 27,7 34 72,3 47 100

Jumlah 43 40,7 65 59,3 108 100

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 111: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

36

Universitas Indonesia

Hasil analisis hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam

hari dengan karies gigi diperoleh bahwa ada sebanyak 31 (50,8%) responden yang

menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam memiliki

karies gigi. Sedangkan, diantara responden yang menerapkan kebiasaan kurang

baik dalam menggosok gigi malam, ada 34 orang (72,3%) yang memiliki karies

gigi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi - square diperoleh bahwa P

value ≤ α (0,05) sehingga H0 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam hari

dengan karies gigi pada responden.

Hasil analisis diperoleh pula nilai OR 2,531. Hal tersebut berarti responden yang

menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam yang kurang baik

mempunyai peluang 2,531 kali untuk karies gigi dibandingkan dengan responden

yang menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam yang baik.

Dengan demikian, ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur

malam dengan karies gigi.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 112: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

37 Universitas Indonesia

BAB 6

PEMBAHASAN

Peneliti memaparkan interpretasi dan diskusi hasil, keterbatasan penelitian, dan

implikasi keperawatan pada bab ini. Hasil analisis penelitian ini dikaitkan dengan

teori yang berhubungan dan hasil penelitian sebelumnya yang diuraikan pada

interpretasi dan diskusi hasil. Pada bagian akhir bab ini, disampaikan keterbatasan

penelitian dan implikasi keperawatan.

6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil

6.1.1 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam dengan

Karies Gigi

Responden sebagian besar sudah memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi

sebelum tidur malam. Hal tersebut dibuktikkan dengan responden sebagian besar

menggosok gigi menggunakan odol dan menggosok gigi dengan gerakan

menggosok ke atas ke bawah atau vertikal ketika menggosok gigi bagian depan

serta bagian samping setiap hari. Kebiasaan tersebut sesuai dengan teori yang

mengungkapkan bahwa penggunaan pasta gigi dapat turut mencegah karies gigi

karena mengandung fluorida (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz 2008). Wong, Eaton-Hockeberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz

(2008) juga mengungkapkan bahwa untuk membersihkan gigi depan dan gigi

samping yang baik adalah sikat gigi diletakkan vertikal terhadap gigi dan

digerakkan ke atas dan ke bawah. Hal ini menunjukkan bahwa responden

sebagian besar telah memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kebiasaan

menggosok gigi yang baik. Dengan demikian, responden sebagian besar sudah

memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Responden banyak juga yang belum memiliki kebiasaan baik dalam menggosok

gigi sebelum tidur malam (44%). Hal tersebut dibuktikkan dengan responden

sebagian besar menyatakan kadang – kadang dalam melakukan gosok gigi

sebelum tidur malam. Penelitian Ihsani (2007) menunjukkan hasil yang sama

dengan penelitian ini yaitu 74,34% anak usia sekolah di SDN Anyelir 1 Depok

Jaya tidak menyikat gigi sebelum tidur malam. Banyaknya anak yang belum

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 113: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

38

Universitas Indonesia

menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam setiap hari dapat

dikarenakan kebiasaan yang berkembang pada masyarakat Indonesia adalah

menggosok gigi saat mandi. Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 mengungkapkan bahwa 90.7% masyarakat Indonesia menggosok gigi saat

mandi pagi dan sore hari. Sementara itu, penelitian Warni (2009) menunjukkan

hasil yang berbeda yaitu 76% siswa – siswi kelas V dan VI di Kecamatan Delitua

Kabupaten Deli Serdang menggosok gigi sebelum tidur malam setiap hari.

Perbedaan hasil penelitian dapat dipengaruhi oleh faktor ada atau tidaknya

promosi kesehatan tentang pentingnya menggosok gigi sebelum tidur malam pada

tempat penelitian yang dapat mempengaruhi kesadaran individu untuk menggosok

gigi sebelum tidur malam. Oleh karena itu, responden banyak yang belum

menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi pada responden. Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa menggosok gigi

merupakan cara paling efektif untuk mencegah karies gigi (Wong, Hockenberry,

Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur penting dilakukan karena produksi saliva kurang efektif selama waktu tidur

dimana saliva berfungsi untuk menetralkan kondisi asam pada mulut sehingga

menghambat pertumbuhan bakteri perusak gigi di mulut (Hollins, 2008).

Disamping itu, interaksi bakteri dan sisa makan yang berasal dari makan malam

dapat terjadi ketika tidur malam hari (Hockenberry & Wilson, 2007). Dengan

demikian, kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dapat turut

mempengaruhi terjadinya karies gigi.

Hasil penelitian ini yang mengungkapkan bahwa ada hubungan bermakna antara

kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi sesuai dengan

penelitian sebelumnya. Penelitian Perinetti, Caputi, dan Varvara (2005) juga

mengungkapkan frekuensi menggosok gigi dan kebiasaan menggosok gigi teratur

mempengaruhi secara signifikan terhadap kejadian karies gigi pada anak usia 9

dan 11 tahun di Abruzzo Itali. Penelitian Warni (2009) juga mengungkapkan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 114: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

39

Universitas Indonesia

bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan mengggosok gigi dengan

status karies gigi pada anak usia sekolah di kelas V dan VI di Kecamatan Delitua

Kabupaten Deli Serdang. Kebiasaan menggosok gigi yang baik memang dapat

turut mencegah terjadinya karies gigi karena gigi menjadi bersih dari sisa – sisa

makanan, bakteri, dan plak yang merusak gigi. Gigi sebaiknya disikat setelah

makan, setelah makan kudapan, dan sebelum tidur (Wong, Hockeberry, Wilson,

Winkelstein, & Schwartz, 2008). Dengan demikian, kebiasaan menggosok gigi

dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki

kebiasaan kurang baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam memiliki

karies gigi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ihsani (2007) yang

mengungkapkan bahwa kelompok anak usia sekolah di SDN Anyelir 1 Depok

yang menggosok gigi sebelum tidur malam memiliki jumlah plak lebih tinggi

daripada yang tidak menggosok gigi sebelum tidur malam. Perbedaan hasil

tersebut dapat dikarenakan tempat penelitian dan cara penilaian kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur malam yang berbeda. Hasil penelitian ini juga tidak

sesuai dengan penelitian Jayanti (2009) yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara waktu menggosok gigi dengan karies gigi pada anak usia pra

sekolah di TK At – taubah dan TK Persisti Jakarta. Perbedaan hasil penelitian

dapat dikarenakan karakteristik usia responden dan tempat penelitian yang

berbeda yang memungkinkan karies gigi dipengaruhi oleh faktor – faktor lain

yang terdapat pada masing – masing tempat penelitian. Oleh karena itu, penelitian

tentang kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi dapat

menunjukkan hasil yang berbeda pada tempat penelitian dan karakteristik usia

yang berbeda. .

Karies gigi dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor lain selain kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur. Penelitian Perinetti, Caputi, dan Varvara (2005)

mengungkapkan bahwa usia, jenis kelamin, lokasi geografis, frekuensi konsumsi

makanan ringan, dan konsumsi minuman manis mempengaruhi karies gigi pada

anak sekolah usia 7, 9, dan 11 tahun di Abruzzo Itali. Penelitian Braunstein (2008)

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 115: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

40

Universitas Indonesia

mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan

(makanan ringan, konsumsi soda, dan makan siang di sekolah) dengan karies gigi

primer pada anak usia 6 sampai 11 tahun di National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES). Dengan demikian, karies gigi pada anak usia

sekolah dapat dipengaruhi berbagai faktor.

6.1.2 Karakteristik responden berdasarkan usia

Siswa – siswi MI Al – Istiqomah Tangerang yang terlibat dalam penelitian ini

berusia 6 – 12 tahun. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz, (2008) bahwa usia sekolah

dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun. Potter dan Perry (2005) juga

mengungkapkan bahwa usia sekolah dimulai saat anak masuk sekolah dasar

sekitar usia 6 tahun dan diakhiri dengan pubertas sekitar usia 12 tahun. Edelmen

dan Mandle (2006) juga mendefiniskan usia sekolah adalah usia 6 sampai 12

tahun. Dengan demikian, responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia

sekolah yaitu 6 – 12 tahun.

Responden dalam penelitian ini paling banyak berusia 11 tahun. Hal tersebut

dikarenakan jumlah siswa – siswi yang berada di kelas 5 dan 6 paling banyak

diantara tingkat kelas yang lain di MI Al – Istiqomah Tangerang sehingga

pengambilan sampel untuk kelas 5 dan 6 paling banyak. Responden kelas 5

diketahui berusia dalam rentang 10 – 12 tahun dan kelas 6 berusia dalam rentang

11 – 12 tahun. Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini paling banyak

berusia 11 tahun.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar responden yang

berusia 6 tahun belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi

sebelum tidur malam. Menurut Potter dan Perry (2005), anak masih membutuhkan

bantuan untuk menggosok gigi dengan seksama dan perlu diajari cara melakukan

perawatan gigi secara mandiri pada usia 6 sampai 7 tahun. Banyaknya responden

usia 6 dan 7 tahun yang belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi

sebelum tidur malam dapat dikarenakan anak masih membutuhkan pengajaran

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 116: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

41

Universitas Indonesia

dalam menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Oleh karena itu, responden yang berusia 6 tahun masih membutuhkan pengajaran

kebiasaan menggosok gigi yang baik.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar responden yang berusia 9

dan 10 tahun sudah menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur malam. Hasil tersebut sesuai dengan Potter dan Perry (2005) yang

mengungkapkan bahwa anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara

mandiri pada usia 8 sampai 10 tahun. Namun, responden yang berusia 8 tahun

sebagian besar belum menerapkan kebiasaan baik. Hal itu dapat terjadi karena

perkembangan kemampuan anak dalam merawat gigi dapat dipengaruhi oleh

pengajaran, pengawasan, dan panduan untuk melakukan perawatan gigi secara

mandiri dari orangtua dan guru. Dengan demikian, responden yang berusia 9

sampai 10 tahun sudah memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur malam namun anak usia 8 tahun masih membutuhkan pengajaran kebiasaan

menggosok gigi yang baik dari orangtua dan guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berusia 11

dan 12 tahun sudah menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur malam. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Potter dan Perry (2005) yang

mengungkapkan bahwa anak menjadi ahli dalam merawat gigi pada usia 11

sampai 12 tahun. Dengan demikian, responden yang berusia 11 dan 12 tahun

sudah memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam.

Pengajaran kebiasaan baik dalam menggosok gigi pada anak usia sekolah perlu

diberikan oleh orangtua. Anak belajar melalui melihat, mendengar, meniru

terhadap suatu kegiatan yang dilakukan orangtua dan guru mereka selama usia 2

sampai 4 tahun. Melihat, mendengar, dan meniru kegiatan yang terjadi berulang

kali akan membentuk pola kebiasaan tertentu pada anak sehingga anak mahir

melakukan kegiatan tersebut (Syahreni, 2011). Pada usia sekolah, anak masih

perlu diajari untuk melakukan perawatan gigi secara mandiri dari orangtua.

Orangtua harus mempelajari teknik menggosok gigi bersama anak, mengajarkan,

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 117: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

42

Universitas Indonesia

mengawasi, dan memandu anak dalam menggosok gigi sampai mereka dapat

bertanggung jawab terhadap perawatan kebersihan gigi (Hockenberry & Wilson,

2007). Dengan demikian, pengajaran kebiasaan baik dalam menggosok gigi perlu

diajarkan oleh orangtua agar anak memiliki kebiasaan baik dalam menggosok

gigi.

Karies gigi banyak terjadi pada anak usia sekolah. Responden yang terlibat dalam

penelitian ini sebagian besar memiliki karies gigi (60%). Hasil tersebut sesuai

teori yang menjelaskan bahwa masalah gigi yang paling utama terjadi pada usia

sekolah adalah karies gigi (Edelmen & Mandle, 2006; Wong, Eaton-Hockenberry,

& Wilson, 2008). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Grewal,

Verma, dan Kumar (2011) yang mengungkapkan bahwa 52,3% anak usia 9

sampai 12 tahun di Delhi India memiliki karies gigi. Dengan demikian, Karies

gigi banyak terjadi pada responden yang merupakan anak usia sekolah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berusia 6

sampai 8 tahun memiliki karies gigi. Hasil tersebut sesuai dengan Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2008) yang mengungkapkan

bahwa 4 sampai 8 tahun merupakan usia yang paling rentan menderita karies gigi

primer. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden usia

11 dan 12 tahun memiliki karies gigi. Hasil tersebut sesuai dengan Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2008) yang menyatakan bahwa

usia 12 sampai 18 tahun paling rentan menderita karies gigi permanen. Dengan

demikian, sebagian besar responden yang berusia 6 – 8 tahun dan 11 – 12 tahun

memiliki karies gigi.

Tingginya kejadian karies gigi pada responden sangat mengkhawatirkan karena

karies gigi dapat menimbulkan dampak bagi penderitanya. Penelitian Low, Tan,

dan Schwartz (2000) pada anak - anak yang mengunjungi klinik kesehatan gigi

anak di Montreal (Kanada) dan rata-rata berusia 44 bulan, mengungkapkan bahwa

sebelum karies gigi pada anak – anak tersebut diobati, 48% anak memiliki

keluhan sakit pada gigi, 43% anak memiliki masalah makan makanan tertentu,

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 118: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

43

Universitas Indonesia

61% anak makan sedikit atau tidak menyelesaikan makanan yang disajikan, 35%

anak tidak bisa tidur nyenyak, dan 5% anak - anak menerima laporan negatif dari

sekolah, seperti kurangnya kerja sama, tidak bermain dengan anak – anak lain,

dan sangat tenang. Selain itu, karies gigi dapat menyebabkan sakit dan infeksi

bahkan terjadi abses alveolar gigi (Behrman, Kliegman, & Arvin, 1999; Hollins,

2008). Dengan demikian, tingginya kejadian karies gigi pada responden sangat

mengkhawatirkan.

6.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini paling banyak berjenis kelamin perempuan dan

lebih banyak menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum tidur

malam daripada laki – laki. RISKESDAS tahun 2007 juga mengungkapkan

wanita lebih banyak yang menerapkan gosok gigi sebelum tidur malam (31,6%)

dibandingkan pria (25,5%) (Wahyuningkintarsih, 2009). Penelitian Ihsani (2007)

pada anak usia sekolah di SDN Anyelir 1 Depok Jaya juga menunjukkan bahwa

perempuan lebih banyak yang menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam daripada laki – laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden

perempuan memiliki kesadaran dalam menerapkan kebiasaan baik dalam

menggosok gigi sebelum tidur malam yang lebih baik dibandingkan laki – laki.

Selain itu, kemungkinan perempuan juga lebih memperhatikan penampilan diri

dan kebersihan gigi daripada laki – laki. Dengan demikian, responden perempuan

lebih banyak yang menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur malam.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi karies gigi pada responden

laki – laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Grewal, Verma, dan Kumar (2011) yang

mengungkapkan bahwa prevalensi karies gigi pada laki – laki dan perempuan

tidak berbeda secara signifikan pada anak sekolah usia 9 sampai 12 tahun di Delhi

India. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Perinetti, Caputi, dan Varvara

(2005) yang mengungkapkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap karies gigi pada anak sekolah usia 9 tahun di Abruzzo Itali

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 119: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

44

Universitas Indonesia

dimana laki – laki memiliki pengalaman karies yang lebih rendah dibandingkan

perempuan pada anak usia 9 tahun di Abruzzo Itali. Perbedaan hasil penelitian

dapat disebabkan tempat penelitian yang berbeda dimana karies gigi dapat

dipengaruhi oleh faktor – faktor yang terdapat di lingkungan masing – masing

tempat penelitian. Dengan demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

mengidentifikasi pengaruh jenis kelamin terhadap karies gigi.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan memiliki

beberapa keterbatasan, yaitu:

a. Jumlah sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini sudah memenuhi jumlah sampel

berdasarkan perhitungan sampel. Namun, jumlah sampel dalam penelitian ini

dihitung berdasarkan rumus dengan nilai presisi 9% dimana sebaiknya

penelitian dalam bidang keperawatan menggunakan nilai presisi 5%.

b. Kuesioner penelitian

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner penelitian yang

dibuat oleh peneliti. Sebanyak 6 pernyataan yang tidak valid tetap digunakan

dalam kuesioner penelitian dan hanya dilakukan pengubahan susunan kata

tanpa melakukan uji validitas kembali. Pernyataan tidak valid tetap digunakan

karena merupakan pernyataan yang penting dan peneliti memberikan

penjelasan setiap pernyataan kepada responden agar responden memahami

arti dari setiap pernyataan.

c. Alat pemeriksa gigi

Peneliti menggunakan pen light untuk melakukan observasi adanya karies

gigi. Keterbatasan alat pemeriksa gigi menyebabkan peneliti hanya dapat

mengumpulkan data karies gigi pada tahap sudah terbentuk lubang.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 120: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

45

Universitas Indonesia

6.3 Implikasi bagi Pendidikan, Pelayanan, dan Penelitian

Hasil penelitian tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur

malam dengan karies gigi mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan,

pelayanan, dan penelitian, yaitu:

a. Pendidikan

Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam mempengaruhi terjadinya

karies gigi pada anak usia sekolah. Setelah guru mengetahui hasil tersebut,

guru menjadi lebih menyadari pentingnya membiasakan siswa – siswi untuk

menggosok gigi sebelum tidur malam yang ditujukkan dengan guru selalu

menanyakan siswa – siswi di pagi hari tentang apakah mereka menggosok

gigi sebelum tidur malam tadi malam. Kepala sekolah dan guru juga

berencana menyelenggarakan pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi.

b. Pelayanan

Responden mengatakan bahwa mereka baru mengetahui tentang cara

menggosok gigi yang baik dan alat menggosok gigi yang baik untuk

menggosok gigi. Setelah diberikan pelayanan pemeriksaan gigi, responden

ada yang sudah menyadari adanya karies gigi namun ada pula yang baru

menyadari adanya karies gigi pada gigi mereka.

c. Penelitian

Responden – responden yang berada di kelas 5 awalnya malu untuk diperiksa

adanya karies gigi saat dilakukan penelitian. Namun, setelah diberikan

penjelasan, sebagian besar responden akhirnya banyak yang bersedia untuk

diperiksa dan mereka mengatakan senang bisa mengetahui keadaan gigi

mereka.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 121: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

46 Universitas Indonesia

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Simpulan yang dapat dirumuskan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah dilakukan, yaitu:

a. Usia responden dalam rentang 6 – 12 tahun dengan responden paling banyak

berusia 11 tahun dan paling sedikit berusia 6 tahun.

b. Responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki -

laki.

c. Responden yang memiliki kebiasaan baik menggosok gigi sebelum tidur

malam lebih banyak daripada kebiasaan kurang baik.

d. Responden yang memiliki karies gigi lebih banyak daripada yang tidak

memiliki.

e. Responden usia 6 dan 8 tahun lebih banyak yang menerapkan kebiasaan

kurang baik dalam menggosok gigi sebelum tidur malam daripada kebiasaan

baik.

f. Responden perempuan lebih banyak yang menerapkan kebiasaan baik dalam

mengggosok gigi sebelum tidur malam daripada laki – laki.

g. Responden usia 6 – 8 tahun dan 11 – 12 tahun lebih banyak yang memiliki

karies gigi daripada yang tidak memiliki.

h. Responden laki – laki lebih banyak yang memiliki karies gigi daripada

perempuan.

i. Reponden yang memiliki kebiasaan kurang baik dalam menggosok gigi

sebelum tidur malam dan tidak memiliki karies gigi ada sebanyak 30 orang.

j. Responden memiliki kebiasaan kurang baik dalam menggosok gigi sebelum

tidur dan memiliki karies gigi ada sebanyak 34 orang.

k. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi sebelum

tidur malam dengan karies gigi.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 122: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

47

Universitas Indonesia

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat dirumuskan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu:

a. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel dengan

perhitungan rumus sampel menggunakan presisi 5% dan bekerja sama dengan

profesional kesehatan lain yang ahli dalam bidang karies gigi.

b. Kuesioner dalam penelitian ini dapat digunakan kembali oleh penelitian

selanjutnya namun perlu dilakukan uji validitas kembali karena beberapa

pernyataan yang tidak valid digunakan dalam kuesioner ini.

c. Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam perlu diajarkan orang tua

sejak usia sekolah dimana usia sekolah rentan terjadi karies gigi.

d. Perawat yang memiliki tugas dalam memberikan promosi kesehatan, perlu

memberikan promosi kesehatan bekerja sama dengan pihak sekolah karena

presentase karies gigi yang tinggi.

e. Keluarga dan pihak sekolah perlu mengajarkan, mengawasi, dan memandu

anak untuk menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam,

penggunaan alat menggosok gigi yang baik, dan cara menggosok gigi yang

baik.

f. Institusi Pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan dan puskesmas perlu lebih

aktif dalam mengadakan promosi kesehatan ke sekolah – sekolah dasar dalam

upaya memberikan pendidikan kesehatan kepada anak usia sekolah tentang

pentingnya menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam,

penggunaan alat menggosok gigi yang baik, dan cara menggosok gigi yang

baik.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 123: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

48 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., & Arvin, A.M. (1999). Ilmu kesehatan anak

nelson (Vol.2) (5th Ed) (A. Samik Wahab, Editor). Jakarta: EGC.

Braunstein, N. S. (2008). Diet, food insecurity and dental caries prevalence and

severity in children ages 2 – 11. Boston University. July 10, 2012. Proquest

database.

Burns, N., & Grove, S. (2003). Understanding nursing reasearch (3rd Ed).

Philadelphia: W.B.Saunders Company.

Dahlan, M. S. (2008). Langkah – langkah membuat proposal penelitian bidang

kedokteran dan kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto.

Dhar, V., & Bhatnagar, M. (2009). Dental caries and treatment needs of children

(6-10 years) in rural Udaipur, Rajasthan: Official Publication of

IndianSociety for Dental Research. Indian Journal of Dental Research, 20,

256-60. Maret 30, 2012. Proquest database.

Direktorat Bina Kesehatan Anak. (2006). Pedoman pelaksanaan stimulasi,

deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan

kesehatan dasar. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Anak Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI.

Edelman, C.L., & Mandle, C. L. (2006). Health Promotion: Throughout the life

span. St. Louis: Mosby.

Eriyanto. (2007). Teknik sampling analisis opini publik. Yogyakarta: LKIS

Pelangi Aksara Yogyakarta.

Grewal., Verma., & Kumar. (2011). Prevalence of dental caries and treatment

needs amongst the school children of three educational zones of urban

Delhi, India. Indian Journal of Dental Research, 22:517-9. Proquest

database.

Hastono, S. P., & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC.

Hockenberry, M., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and

children. St.Louis: Mosby Elsevier.

Hollins, C. (2008). Leviso’s textbook for dental nurse. (10th Edition). Oxford:

Willey-Blackwell.

Ihsani, V. (2007). Status kebersihan mulut anak usia sekolah dasar menurut

kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam hari. Juli 10, 2012.

Universitas Indonesia, Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran

Gigi Pencegahan.

http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp/id=127455&lokasi=lokal.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 124: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

49

Universitas Indonesia

Jayanti, F. (2009). Hubungan antara perawatan gigi dengan insiden karies gigi

pada anak usia 5 – 6 tahun di TK At-Taubah dan TK Persisti Jakarta.

Laporang Penelitian. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Kandani, H. (2010). The Achiever: Semua pencapaian sukses anda berawal dari

sini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Listiono, B. (2012). Kesehatan Gigi & Mulut. April 12, 2012.

http://www.litbangtangerang.go.id.

Low, W., Tan, S., & Schwartz, S. The effect of severe caries on the quality of life

in young children. Oral Health, 90.1, 13. April 16, 2012. Proquest database.

Lukihardianti, A. (2011). 85% Anak Usia Sekolah Menderita Karies Gigi.

September 26, 2011. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-

sehat/11/09/12/lrevhf-sekitar-85-persen-anak-usia-sekolah-menderita-

karies-gigi.

Maulani, C., & Enterprise, J. (2005). Kiat merawat gigi anak panduan orang tua

dalam merawat dan menjaga kesehatan gigi bagi anak - anaknya. Jakarta:

PT.Elex Media Komputindo.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan. Jakarta: Penerbit salemba medika.

Perinetti, G., Caputi, S., & Varvara, G. (2005, January/February). Risk/prevention

indicators for the prevalence of dental caries in school children: Result from

the Italian OHSAR survey. Journal of Caries Research, 39:9-19. July 10,

2012. Proquest database.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2004). Nursing research: Principles and methods (7th

Ed). Philadelphia: Lippincott.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:

Konsep, proses, dan praktik (Vol 2 edisi ke-4) (Yasmin Asih, Penerjemah).

Jakarta: EGC.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, dan Praktik (Vol 1 edisi ke-4) (Yasmin Asih et al,

Penerjemah). Jakarta: EGC.

Puji, S.T. (2010). Gigi berlubang, kasus terbanyak penyakit gigi. September 11,

2011 http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-

sehat/10/11/06/144957gigi-berlubang-kasus-terbanyak-penyakit-gigi.

Ratnadita. Gosok gigi merah putih di bulan kesehatan gigi nasional. Juli 27,

2012.http://health.detik.com/read/2011/09/15/145757/1723190/763/gosok-

gigi-merah-putih-di-bulan-kesehatan-gigi-nasional.

Rhamadhan, A G. (2010). Serba - serbi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta:

Bukune.

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 125: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

50

Universitas Indonesia

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Sutriyanto, E. (2011). 80 persen orang Indonesia giginya berlubang. September

26, 2011. http://www.tribunnews.com/2011/11/03/80-persen-orang-

indonesia-giginya-berlubang.

Syahreni, E. (2011). Mengembangkan perilaku sehat pada anak usia 2 – 4 tahun.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

http://paud.kemendiknas.go.id/.

Wahyuningkintarsih, V. (2009). Berani unjuk gigi. Desember 03, 2011.

http://www.femina.co.id/archive/main/issue/issue_detail.asp?id=507&cid=2

&views=9.

Warni, L. (2009). Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan

gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan delitua

kabuparen deli serdang tahun 2009. Laporang Penelitian. Medan:

Universitas Sumatera Utara, Ilmu Keseharan Masyarakat.

Widiantoro, D., & Agus, M. (2011). Gigi 72,1 persen penduduk berlubang.

September 26, 2011.

http://nasional.kompas.com/read/2011/09/26/16205841/Gigi.72.1.Persen.Pe

nduduk.Berlubang.

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein., & Schwartz. (2008).

Wong buku ajar keperawatan pediatrik (Vol 1. Edisi ke-4) (Agus Sutarna,

Neti Juniarti, H.Y Kuncara, Penerjemah.). Jakarta: EGC

Wuryanano. (2007). The 21 principles to bulid and develop fighting spirit.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 126: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

WAKTU

KEGIATAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI

Pengajuan Proposal

penelitian

Alat/Instrumen

pengumpul data

Pengecekan validasi

instrument

Pengumpulan data

di lapangan

Analisis dan

pembahasan data

penelitian

Pengumpulan proposal

skripsi

Sidang skripsi

Pengumpulan skripsi

revisi

Lampiran 1: Jadwal Kegiatan Penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 127: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Universitas Indonesia

Persetujuan Tertulis untuk Partisipasi dalam Penelitian

Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam dengan Gigi

Berlubang pada Anak Usia Sekolah di MI AL - Istiqomah Tangerang

Anak Anda diminta berpartisipasi dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui adakah hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di malam

hari dengan gigi berlubang pada anak usia sekolah. Keterlibatan anak Anda di

dalam penelitian ini adalah atas dasar sukarela.

Nama saya Rahayu Setiyawati. Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia tahun 2008. Penelitian ini merupakan bagian

dari syarat kelulusan program Sarjana Keperawatan saya di Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

Penelitian ini melibatkan anak usia sekolah, yaitu anak yang berusia 6-12 tahun di

MI Al – Istiqomah Tangerang. Keputusan Anda untuk membolehkan anak Anda

ikut atau tidak dalam penelitian ini tidak akan berpengaruh pada nilai belajar anak

Anda di sekolah. Apabila Anda memutuskan untuk membolehkan anak Anda

berpartisipasi dalam penelitian ini, anak Anda bebas untuk mengundurkan

diri dari penelitian kapan pun.

Penelitian ini akan melibatkan sekitar 108 siswa - siswi MI Al – Istiqomah

Tangerang. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 1 halaman, yang berisi

tentang usia, jenis kelamin, dan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam.

Pengisian kuesioner akan dilaksanakan di sekolah dan diisi secara langsung oleh

anak dengan panduan dari saya. Selain itu, saya juga akan melakukan

pemeriksaan gigi di sekolah dengan melihat menggunakan senter kecil apakah

terdapat gigi berlubang atau tidak pada anak Anda.

Saya akan menjaga kerahasiaan anda dan keterlibatan anak Anda dalam penelitian

ini. Nama anak Anda tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang telah

terisi hanya akan diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk

mengidentifikasi identitas anak Anda. Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan,

tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan anak Anda akan di tampilkan

dalam publikasi tersebut. Keterlibatan anak Anda dalam penelitian ini, sejauh

yang saya ketahui, tidak menyebabkan risiko.

Keterlibatan dalam penelitian ini tidak memberikan keuntungan langsung pada

anak Anda, namun hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui

adakah hubungan hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur di

Lampiran 2: Lembar persetujuan penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 128: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

malam hari dengan gigi berlubang pada anak usia sekolah di MI Al – Istiqomah

Tangerang.

Setelah membaca informasi di atas, dan memahami tentang tujuan penelitian, dan

peran yang diharapkan dari saya di dalam penelitian ini, saya setuju untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Tangerang, April 2012

Responden

( )

(Lanjutan)

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 129: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Kode Kuesioner :

Isilah pertanyaan di bawah ini

Usia : ....................... tahun

Jenis Kelamin : ..................................

KUESIONER KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR

MALAM DENGAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI

MI AL - ISTIQOMAH TANGERANG

Berilah tanda checklist (√ ) pada jawaban yang kamu pilih!

PERNYATAAN

YA,

SELALU

(5-7 kali

setiap

minggu)

Kadang –

Kadang (1-

4 kli setiap

minggu)

Tidak

(tidak

pernah)

1. Saya menggosok gigi sebelum

tidur di malam hari

2. Saya menggosok gigi setelah

makan malam

3. Saya menggosok gigi setelah

makan cemilan

4. Saya menggosok gigi setelah

makan

5. Saya menggosok gigi setelah

minum susu

6. Saya menggosok gigi setelah

makan nasi

7. Saya menggosok gigi setelah

makan kue

8. Saya menggosok gigi setelah

makan chiki

9. Saya menggosok gigi

menggunakan sikat gigi

10. Saya menggunakan sikat gigi

dengan ujung sikat yang besar

11. Saya menggunakan sikat gigi

dengan ujung sikat yang kecil

12. Saya menggunakan sikat gigi

yang berbulu lembut

13. Saya menggunakan sikat gigi

yang berbulu sudah melengkung

Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 130: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

PERNYATAAN

YA,

SELALU

(5-7 kali

setiap

minggu)

Kadang –

Kadang (1-

4 kli setiap

minggu)

Tidak

(tidak

pernah)

14. Saya menggunakan sikat gigi

yang berbulu kasar

15. Saya menggosok gigi

menggunakan odol

16. Saya menggosok gigi atas bagian

dalam

17. Saya menggosok gigi bawah

bagian dalam

18. Saya menggosok gigi samping

kanan bagian dalam

19. Saya menggosok gigi samping

kiri bagian dalam

20. Saya menggosok gigi depan

bagian dalam

21. Saya menggosok gigi bagian

dalam dengan gerakan

menggosok ke luar

22. Saya menggosok gigi samping

dengan gerakan menggosok ke

atas bawah

23. Saya menggosok permukaan gigi

bawah

24. Saya menggosok permukaan gigi

atas

(Lanjutan)

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 131: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

NILAI VALIDITAS KUESIONER

PERNYATAAN NILAI

VALIDITAS

1. Saya menggosok gigi sebelum tidur di malam hari 0.523

2. Saya menggosok gigi setelah makan malam 0.376

3. Saya menggosok gigi setelah makan cemilan 0.710

4. Saya menggosok gigi setelah makan 0.691

5. Saya menggosok gigi setelah minum susu 0.466

6. Saya menggosok gigi setelah makan nasi 0.727

7. Saya menggosok gigi setelah makan kue 0.633

8. Saya menggosok gigi setelah makan chiki 0.543

9. Saya menggosok gigi menggunakan sikat gigi 0.528

10. Saya menggunakansikat gigi dengan ujung sikat

yang besar 0,251

11. Saya menggunakan sikat gigi dengan ujung sikat

yang kecil 0,144

12. Saya menggunakan sikat gigi yang berbulu lembut 0,305

13. Saya menggunakan sikat gigi yang berbulu sudah

melengkung 0,277

14. Saya menggunakan sikat gigi yang berbulu kasar 0,328

15. Saya menggosok gigi menggunakan odol 0,321

16. Saya menggosok gigi atas bagian dalam 0.831

17. Saya menggosok gigi bawah bagian dalam 0.831

18. Saya menggosok gigi samping kanan bagian dalam 0.831

19. Saya menggosok gigi samping kiri bagian dalam 0.770

20. Saya menggosok gigi depan bagian dalam 0.705

21. Saya menggosok gigi bagian dalam dengan

gerakan menggosok ke luar 0.679

22. Saya menggosok gigi depan dengan gerakan

menggosok ke atas bawah 0.415

23. Saya menggosok gigi samping dengan gerakan

menggosok ke atas bawah 0,415

24. Saya menggosok permukaan gigi bawah 0,399

25. Saya menggosok permukaan gigi atas 0.386

Lampiran 4 : Lembar Nilai Validitas

Kuesioner Penelitian

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 132: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

LEMBAR OBSERVASI KARIES GIGI

PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MI AL - ISTIQOMAH TANGERANG

KODE ADA TIDAK

ADA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

KODE ADA TIDAK

ADA

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

Lampiran 5: Lembar Observasi Karies Gigi

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 133: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

KODE ADA TIDAK

ADA

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

(Lanjutan)

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 134: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

BIODATA MAHASISWA

Nama Lengkap : Rahayu Setiyawati

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Maret

1990

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Jl. Kantil 3 no 21 Blok

H3 Perumaha Harapan

Kita Karawaci – Tangerang 15811

HP : 085782668890

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2008-2012)

2. SMA Negeri 2 Tangerang (2005-2008)

3. SMP Negeri 9 Tangerang (2002-2005)

4. MI Al – Istiqomah Tangerang (1996-2002)

5. TK Al – Istiqomah Tangerang (1995-1996)

Lampiran 6: Lembar Biodata Mahasiswa

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012

Page 135: HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301362-S42020-Rahayu Setiyawan.pdf · makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan

Hubungan kebiasaan..., Rahayu Setiyawati, FIK UI, 2012