32
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X (SEPULUH) SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU SUMATERA SELATAN Oleh Omega Nastiti Wisma Ningrum 802008034 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013

Hubungan Kepercayaan Diri dan Penyesuaian Sosial dengan … · 2016. 3. 4. · 1 . HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X (SEPULUH)

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN PENYESUAIAN

    SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X

    (SEPULUH) SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU

    SUMATERA SELATAN

    Oleh

    Omega Nastiti Wisma Ningrum

    802008034

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi

    guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar

    Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2013

  • i

  • i ii

  • ii iii

  • 1

    HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN PENYESUAIAN

    SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X

    (SEPULUH) SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU SUMATERA

    SELATAN

    Omega Nastiti Wisma Ningrum

    Sri Aryanti Kristianingsih, Enjang Wahyuningrum

    Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2013

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

    kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa, hubungan

    penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa, dan untuk

    mengetahui secara bersama-sama hubungan kepercayaan diri dan

    penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh)

    SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan. Hipotesis yang

    diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan

    signifikan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa, ada

    hubungan yang positif dan signifikan antara penyesuaian sosial

    dengan prestasi belajar siswa, secara bersama-sama ada hubungan

    yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan penyesuaian

    sosial dengan prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA

    Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan. Sampel (N=175) diambil

    dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan

    sampel yang menggunakan semua anggota populasi. Pengumpulan

    data dilakukan dengan menggunakan skala kepercayaan diri, skala

    penyesuaian sosial dan nilai rapor siswa untuk melihat prestasi

    belajar. Analisis data untuk hubungan kepercayaan diri dengan

    prestasi belajar dan penyesuaian sosial dengan prestasi belajar

    menggunakan teknik analisis korelasi Product moment dari Pearson

    dan hubungan ketiga variabel menggunakan teknik korelasi ganda.

    Hasil menunjukkan bahwa korelasi antara kepercayaan diri dengan

    prestasi belajar siswa adalah 0,158, p = 0,037 pada taraf signifikansi

    5% dengan N sebesar 175, hipotesis diterima. Korelasi antara

    penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa adalah 0,016, p =

    0,834 pada taraf signifikansi 5% dengan N sebesar 175, hipotesis

    ditolak. Hasil korelasi ganda nilai F hitung 3,31 dengan signifikansi

    0,03 (0,03 < 0,05) yang berarti hipotesis diterima.

    Kata kunci : Prestasi belajar, Kepercayaan diri, Penyesuaian sosia

  • 2

    PENDAHULUAN

    Prestasi belajar sangat penting untuk dapat mengetahui

    keberhasilan seorang siswa dalam menempuh pendidikan. Oleh

    karena itu individu harus menyadari potensi yang ada dalam

    dirinya dan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya

    tersebut ke arah yang positif. Azwar (1996) menjelaskan

    pengertian prestasi belajar dari kata belajar dan prestasi. Belajar

    memiliki pengertian setiap perubahan perilaku yang diakibatkan

    pengalaman atau hasil interaksi individu dengan lingkungannya.

    Oleh karena manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap

    berbagai bentuk perubahan yang terjadi pada dirinya dan pada

    lingkungan sekitarnya maka proses belajar selalu terjadi.

    Sedangkan arti dari prestasi dapat dioperasionalkan dalam bentuk

    indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka

    kelulusan dan prediksi keberhasilan.

    Penelitian yang dilakukan oleh Wiramihardja (2003)

    mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari

    proses yang kompleks yang melibatkan sejumlah variabel dan

    faktor yang terdapat dalam diri individu sebagai pembelajar.

    Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar tersebut antara

    lain faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu

    segala hal yang terdapat dalam diri individu, seperti misalnya

    kemampuan, kemauan, motivasi untuk melakukan proses belajar,

    baik motivasi dari diri sendiri maupun motivasi dari orang lain.

    Selain itu ada minat, bakat, kecerdasan dan kepercayaan diri serta

    kemampuan dalam melakukan penyesuaian diri di lingkungan

    sosial, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu segala hal yang terdapat

  • 3

    di luar diri individu, seperti lingkungan keluarga, lingkungan

    sekolah, dan lingkungan masyarakat.

    Faktor intrinsik merupakan penentu utama keberhasilan

    dalam proses belajar (Wiramihardja, 2003).Untuk meraih

    keberhasilan tersebut tentunya individu harus meningkatkan

    prestasi belajarnya. Dalam meningkatkan prestasi belajar yang

    baik dibutuhkan faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu

    itu sendiri salah satunya adalah kepercayaan diri. Tingkat

    kepercayaan diri yang baik memudahkan pengambilan keputusan

    dan melancarkan jalan untuk mendapatkan teman, membangun

    hubungan, dan membantu individu memertahankan kesuksesan

    dalam pembelajaran ataupun pekerjaan, sehingga secara tidak

    langsung hal ini akan memengaruhi prestasi akademik atau

    prestasi belajar siswa (http:// 09Saranghaeokorea1211. blogspot.

    com/ 2012/ 05/ pengaruh-kepercayaan diri. html).

    Namun tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri yang

    cukup. Perasaan minder, malu, sungkan, dan lain sebagainya bisa

    menjadi kendala seorang siswa dalam proses belajarnya di

    sekolah maupun di lingkungannya. Hal itu disebabkan karena

    setiap siswa memiliki lingkungan dan latar belakang yang

    berbeda-beda, sehingga hal itu memengaruhi kepribadian dan

    pembentukan rasa percaya dirinya serta penyesuaian dengan

    lingkungan sosialnya (Mustofa, 2008). Kepercayaan diri adalah

    sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk

    mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri

    maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya (Rini,

    2002).

  • 4

    Menurut Lauster (2003)kepercayaan diri pada seseorang

    dapat dilihat pada aspek kemandirian, optimis, tidak

    mementingkan diri sendiri, dan toleran, yakin akan kemampuan

    diri sendiri, memiliki ambisi yang wajar, dan tahan menghadapi

    cobaan.Selain kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa untuk

    berhasil dalam prestasi belajar, faktor intrinsik lain yang

    berkontribusi terhadap prestasi belajar adalah penyesuaian sosial.

    Menurut Hurlock (1991) penyesuaian sosial diartikan

    sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap

    orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada

    khususnya. Namun memasuki kelompok atau lingkungan yang

    baru bagi seorang siswa merupakan masalah yang serius. Pada

    saat memasuki kelompok yang baru, individu akan menghadapi

    teman-teman yang mungkin asing bagi mereka serta aturan

    kelompok yang mungkin sama sekali berbeda dengan kelompok

    yang dikenal sebelumnya. Pada kondisi seperti ini menurut

    Maslihah (2011) dapat dilihat bagaimana usaha individu

    memelajari aturan-aturan baru yang ada dan kemampuan untuk

    melibatkan diri dengan kelompok, sehingga individu dapat

    memasuki kelompok tersebut dan diterima dengan baik.

    Schneiders (1964) menyebutkan penyesuaian sosial sebagai

    kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif dan

    bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan

    sehingga tuntutan atau kebutuhan dalam kehidupan sosial

    terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.

    Schneiders (1964) juga berpendapat bahwa seorang siswa

    (pelajar) yang mengalami kegagalan dalam mencapai kepuasan

  • 5

    dalam penyesuaian sosial akan mengalami kesulitan di

    lingkungan sekolah. Ketidakmampuan penyesuaian diri dalam

    lingkungan sosial ini menyebabkan banyak gejolak emosi, juga

    konflik frustrasi. Sebaliknya jika siswa memiliki kemampuan

    dalam penyesuaian sosial tersebut dapat memengaruhi

    konsentrasi, upaya intelektual, kebiasaaan dan penyesuaian sosial

    siswa sehingga akan semakin membuka kesempatan siswa

    tersebut untuk berprestasi.

    Keberhasilan seorang siswa dapat dilihat melalui prestasi

    belajarnya dan kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa

    dilakukan antara lain melalui ulangan, tugas harian, ujian tengah

    semester, ujian akhir semester dan praktikum (Masidjo, 1995).

    Hasil dari pengukuran tersebut dapat berupa angka dan dilihat

    melalui nilai rapor yang akan diterima siswa pada akhir tiap

    semester (Tu’u, 2004).

    Fenomena yang terjadi di SMA Xaverius Lubuklinggau

    khususnya siswa kelas X (sepuluh), hasil wawancara pada

    tanggal 11 Maret 2013 penulis dengan Kepala SMA Xaverius

    Lubuklinggau didapatkan bahwa banyak siswa yang memiliki

    kepercayaan diri sangat baik dan tentunya dalam hal berinteraksi

    dengan lingkungan di sekitarnyapun juga baik. Siswa-siswa ini

    aktif dalam kegiatan di sekolah, baik itu kegiatan akademik

    maupun non akademik. Sudah banyak siswa yang menghasilkan

    prestasi gemilang. Namun tidak semua siswa aktif berbicara di

    dalam kelas. Ada juga siswa yang cenderung menutup diri dan

    enggan untuk mengungkapkan diri, terutama dalam proses belajar

  • 6

    mengajar di kelas namun, siswa ini memiliki prestasi belajar yang

    baik.

    Penelitian mengenai kepercayaan diri dan penyesuaian sosial

    sebelumnya juga pernah diteliti oleh beberapa orang, diantaranya

    adalah penelitian mengenai hubungan kepercayaan diri dengan

    prestasi belajar yang dilakukan oleh Kloosterman (1988) pada

    pelajar School in South Central Indiana menyatakan bahwa

    ternyata rasa percaya diri sangat penting bagi pelajar untuk

    berhasil dalam belajar matematika. Dengan adanya rasa percaya

    diri, maka akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk

    belajar matematika, sehingga pelajar yang memiliki rasa percaya

    diri yang tinggi lebih berhasil dalam belajar matematika.

    Martin (1974) melakukan penelitian tentang rasa percaya diri

    pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di

    Oklahoma. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar

    yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat

    untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang

    memiliki rasa percaya diri yang lebih rendah.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristanti (2010)

    berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kloosterman

    dan Martin. Perbedaannya ialah penelitian yang dilakukan oleh

    Kloosterman dan Martin yaitu ada hubungan yang signifikan

    antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar sedangkan

    penelitian yang dilakukan oleh Kristanti pada siswa kelas VIII

    SMP Mardi Yuana Depok tidak ada hubungan yang signifikan

    antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar bahasa inggris.

  • 7

    Individu yang memiliki kepercayaan diri ternyata belum tentu

    memiliki prestasi yang baik dalam studinya.

    Selanjutnya penelitian mengenai hubungan penyesuaian

    sosial dengan prestasi belajar yaitu penelitian yang dilakukan

    oleh Chen, dkk (1992) pada siswa Sekolah Dasar di Shanghai

    Cina menunjukkan hubungan yang signifikan antara penyesuaian

    sosial dengan prestasi belajar. Oleh karena itu dapat diartikan

    bahwa apabila penyesuaian sosial siswa rendah maka prestasi

    belajarnya juga rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati

    (2009) menghasilkan hasil yang sama dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Chen, bahwa ada hubungan yang signifikan antara

    penyesuaian sosial dengan prestasi belajar yang dilakukannya

    pada siswa kelas X MAN 1 Salatiga.

    Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen

    dan Fatmawati, penelitian yang dilakukan oleh Maslihah (2011)

    pada 92 siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Islam

    Terpadu (SMPIT) Assyfa Boarding School Kabupaten Subang

    Jawa Barat menyatakan bahwa penyesuaian sosial siswa tidak

    menunjukkan hubungan dengan prestasi akademik. Begitu juga

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina dan Royanto

    (2006) pada siswakelas III SMA Tarsius I Jakarta Pusat bahwa

    tidak ada hubungan yang signifikan antara penyesuaian sosial

    dengan prestasi belajar karena ada faktor-faktor lain yang

    berpengaruh terhadap penyesuaian sosial siswa seperti self

    efficacy dan dukungan orang tua.

    Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai hubungan

    kepercayaan diri dengan prestasi belajar dengan hasil penelitian

  • 8

    yang bertolak belakang dan permasalahan siswa dalam

    berinteraksi dengan lingkungan sosialnya apakah ada hubungan

    dengan prestasi belajarnya serta adanya fenomena yang terjadi di

    SMA Xaverius Lubuklinggau khususnya kelas X (sepuluh), maka

    penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa kelas X

    (sepuluh) di SMA Xaverius Lubuklinggau untuk mengetahui

    apakah ada hubungan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial

    dengan prestasi belajar siswa.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Prestasi Belajar

    Azwar (1996) menjelaskan pengertian prestasi belajar dari

    kata belajar dan prestasi. Belajar memiliki pengertian setiap

    perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau hasil

    interaksi individu dengan lingkungannya. Oleh karena manusia

    bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan

    yang terjadi pada dirinya dan pada lingkungan sekitarnya maka

    proses belajar selalu terjadi. Sedangkan arti dari prestasi dapat

    dioperasionalkan dalam bentuk indikator berupa nilai rapor,

    indeks prestasi studi, angka kelulusan dan prediksi keberhasilan.

    Suryabrata (2004) menyatakan prestasi belajar adalah suatu

    hasil yang diperoleh dalam usaha belajar yang dilakukannya dan

    ini memberikan arti bahwa prestasi belajar yang dilakukan

    merupakan produk dengan suatu proses.

    Jadi prestasi belajar adalah pengetahuan yang dicapai oleh

    siswa pada sejumlah mata pelajaran di sekolah dan kemudian

    dinampakkan dalam bentuk angka atau skor dan dimuat dalam

  • 9

    raport yang diberikan pada siswa pada akhir semester atau waktu

    kenaikan kelas (Koster, 2001).Dalam penelitian ini, yang

    dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil studi selama

    satu semester yang dilihat dari raport dan menggunakan nilai

    kognitif siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau

    Sumatera Selatan.

    Aspek-aspek Prestasi belajar oleh Bloom (dalam Winkel,

    2004) dibagi ke dalam 3 aspek, antara lain: 1. Aspek Kognitif, 2.

    Aspek Afektif, dan 3. Aspek Psikomotorik. Selanjutnya, faktor-

    faktor yang memengaruhi prestasi belajar menurut Winkel (1986)

    adalah taraf inteligensi, motivasi belajar, perasaan, sikap, minat,

    keadaan sosial ekonomi dan keadaan sosio kultural, keadaan fisik

    dan psikis.

    Kepercayaan Diri

    Rini (2002) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah

    sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk

    mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri

    maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.

    Kepercayaan diri merupakan salah satu ciri kepribadian yang

    mengandung arti keyakinan akan kemampuan diri sendiri,

    sehingga individu tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

    (Lauster, 2003).

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian

    kepercayaan diri menurut Lauster (2003) yaitu kepercayaan diri

    merupakan salah satu ciri kepribadian yang mengandung arti

    keyakinan akan kemampuan diri sendiri, sehingga individu tidak

    mudah terpengaruh oleh orang lain.

  • 10

    Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (2003) adalah

    sebagai berikut:

    a. Yakin akan kemampuan diri sendiri

    Yakin akan kemampuan diri sendiri diartikan sebagai merasa

    tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain dan tidak

    mudah untuk terpengaruh orang lain.

    b. Optimis

    Optimis yaitu memiliki pandangan dan harapan positif tentang

    dirinya. Sikap optimis dapat memacu kekuatan seseorang

    untuk beraktivitas dalam tingkatan yang lebih baik, sehingga

    sikapnya menjadi positif dan terbuka. Individu yang optimis

    mempunyai kemauan untuk bekerja dan belajar agar tercapai

    tujuan yang diharapkan.

    c. Mandiri

    Mandiri yaitu tidak tergantung pada orang laindalam

    melakukan tugas. Sikap mandiri mendorong seseorang untuk

    tidak menggantungkan harapan kepada orang lain.

    d. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

    Tidak mementingkan diri sendiri adalah sikap murni seseorang

    tanpa tujuan untuk mendapatkan balasan sama sekali,

    sedangkan individu yang mempunyai toleransi akan mengenali

    kemampuan dan keterbatasan orang lain serta perbedaan

    potensi pribadi antar individu.

    e. Memiliki ambisi yang wajar

    Ambisi adalah dorongan untuk mencapai hasil yang

    diperlihatkan dan dihargai oleh orang lain untuk memertinggi

    rasa harga diri dan memerkuat kesadaran atas diri sendiri.

  • 11

    f. Tahan menghadapi cobaan

    Orang dalam kehidupannya selalu menghadapi banyak

    persoalan atau cobaan yang tidak dapat dihindari. Tidak sabar,

    menilai rendah kemampuan diri sendiri merupakan beberapa

    sikap yang tidak tepat digunakan ketika seseorang

    dihadapakan pada berbagai tekanan sehingga dapat

    menurunkan kepercayaan diri.

    Penyesuaian Sosial

    Scheneiders (1964) meyebutkan penyesuaian sosial sebagai

    kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif dan

    bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan

    sehingga tuntutan atau kebutuhan dalam kehidupan sosial

    terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.

    Menurut Kartono (1996) penyesuaian sosial adalah kemampuan

    individu untuk memberikan reaksi secara efektif dan harmonis

    terhadap kenyataan realitas sosial dan situasi sosial untuk dapat

    mengadakan reaksi sosial yang ketat, untuk dapat menghargai

    pribadi orang lain dan menghargai hak-hak sendiri dan

    masyarakat.

    Hurlock (1993) menyatakan bahwa penyesuaian sosial

    adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap

    orang lain pada umumnya dan kelompok pada khususnya.

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian

    penyesuaian sosial menurut Schneiders (1964) yaitu kemampuan

    individu untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap

    realitas sosial, situasi, dan hubungan sehingga tuntutan atau

  • 12

    kebutuhan dalam kehidupan sosial terpenuhi dengan cara yang

    dapat diterima dan memuaskan.

    Aspek-aspek penyesuaian sosial menurut Schneiders (dalam

    Pramadi dan Ratnaningtyas, 1996) menjabarkan aspek-aspek

    penyesuaian yang sehat antara lain:

    a. Memiliki relasi yang sehat dan akrab dengan orang lain

    Individu mampu berteman baik dengan orang lain,

    mempunyai rasa hormat, menghargai opini dan kepribadian

    orang lain sehingga memudahkan orang tersebut untuk

    menempatkan dirinya dalam berbagai situasi sosial.

    b. Kesadaran untuk memiliki tanggung jawab

    Individu mampu mengerjakan sesuatu sesuai dengan segala

    resiko yang akan diterimanya.

    c. Belajar untuk bekerja sama

    Individu mampu menjalin hubungan dengan orang lain

    dengan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan orang

    lain.

    d. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial

    Individu mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang

    berhubungan dengan lingkungan sosial.

    e. Bersedia untuk menerima keterbatasan diri

    Individu memahami akan dirinya sendiri meliputi kelebihan

    dan kekurangan yang dimiliki serta individu menerima

    kelemahan yang dimilikinya.

  • 13

    f. Peduli dengan kesejahteraan orang lain, beramal dan

    mementingkan kepentingan orang lain

    Individu menerima kehadiran orang lain serta memahami

    bahwa kepentingan orang lain juga berperan penting.

    METODE PENELITIAN

    Populasi dan Sampel

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan subjek seluruh siswa

    kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan

    yang berjumlah 191 siswa. Teknik penentuan sampel yang

    menggunakan semua anggota populasi dinamakan sampling

    jenuh (Sugiyono, 2011). Tetapi karena faktor ketidakhadiran

    siswa di sekolah saat penelitian berlangsung, maka jumlah siswa

    yang menjadi subjek penelitian berjumlah 175 siswa.

    Teknik Analisa data

    Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan

    kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa dan hubungan

    penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa yang dianalisis

    menggunakan teknik analisis korelasi Product moment dari

    Pearson.Selanjutnya untuk mengetahui hubungan ketiga variabel

    secara bersama-sama yaitu hubungan kepercayaan diri dan

    penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa menggunakan

    teknik analisis korelasi ganda. Metode statistik yang digunakan

    dalam analisis dihitung dengan program komputer SPSS For

    Window Release 16.0.

  • 14

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Posedur Penelitian

    Tahap persiapan awal yang peneliti lakukan adalah

    mempersiapkan dua hal yaitu menyusun alat ukur kepercayaan

    diri dan penyesuaian sosial, kemudian melaksanakan

    penelitian. Alat ukur kepercayaan diri disusun berdasarkan

    aspek-aspek teori dari Lauster (2003). Jumlah item yang diuji

    sebanyak 45 item yang terdiri dari 22 item favorable dan 23

    item unfavorable. Sedangkan untuk alat ukur penyesuaian

    sosial disusun berdasarkan aspek-aspek teori dari Schneiders

    (dalam Pramadi dan Ratnaningtyas, 1996). Jumlah item yang

    diuji sebanyak 45 item yang terdiri dari 23 item favorable dan

    22 item unfavorable.

    Penulis melakukan perijinan untuk melakukan penelitian

    pada tanggal 13 Maret 2013 kepada pihak SMA Xaverius

    Lubuklinggau Sumatera Selatan. Setelah peneliti mendapatkan

    ijin untuk melakukan penelitian, peneliti menyebarkan skala

    kepada siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau.

    Pada penelitian ini menggunakan teknik uji coba terpakai

    (try out terpakai). Total angket ada 191 yang disesuaikan

    dengan banyaknya jumlah siswa kelas X (sepuluh) namun, ada

    175 angket yang terpakai karena ada siswa yang tidak hadir

    pada saat penelitian berlangsung. Untuk pengambilan data di

    SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan, peneliti terjun

    langsung ke setiap kelas secara bergantian.

    Dalam penelitian ini hasil uji coba terhadap angket

    kepercayaan diri dan penyesuaian sosial menggunakan uji

  • 15

    coba terpakai. Terdapat beberapa hal yang akan diuji dalam

    angket ini yaitu Uji Seleksi Item (Uji Validitas), Uji

    Reliabilitas, Uji Asumsi (Uji Normalitas, Uji Linearitas, Uji

    Multikolinearitas, Uji heterokedastisitas), dan Uji Hipotesis.

    Perhitungan uji coba angket terpakai ini menggunakan bantuan

    SPSS For Window Release 16.0.

    Berdasarkan analisis seleksi item dengan menggunakan

    metode corrected item-total correlation, hasil dari perhitungan

    uji reliabilitas dan daya diskriminan item pada pengujian

    pertama dari skala kepercayaan diri dengan 45 item didapatkan

    koefisien reliabilitas sebesar 0,822 (0,822 ≤ α ≤ 0,9) yang

    berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Kemudian item

    yang gugur berjumlah 9 item, yaitu item 1, 12, 13, 16, 27, 33,

    36, 41, dan 45 dikarenakan validitas item < 0,30 sehingga item

    digugurkan.

    Pada perhitungan angket penyesuaian sosial uji reliabilitas

    dan daya diskriminan item pada pengujian pertama dari skala

    penyesuaian sosial dengan 45 item didapatkan koefisien

    reliabilitas sebesar 0,868 yang berarti alat ukur tersebut

    tergolong reliabel (0,868 ≤ α ≤ 0,9). Kemudian item yang

    gugur berjumlah 6 item, yaitu item 9, 12, 21, 37, 39, dan 40

    dikarenakan validitas item 0,05 maka data berdistribusi normal

  • 16

    dan jika signifikansi p < 0,05 maka data tidak berdistribusi

    normal. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa data prestasi

    belajar 0.087, kepercayaan diri 0.551, dan penyesuaian sosial

    0.226. seluruh data p > 0.05. dengan demikian data dikatakan

    normal.

    Uji liniearitas

    Perhitungan statistika untuk mencari korelasi maupun regresi

    linier dibangun berdasarkan asumsi bahwa variabel‐variabel

    yang dianalisis memiliki hubungan linier. Dasar pengambilan

    keputusan pada uji linearitas adalah uji F dimana jika

    signifikansi p < 0,05 maka data linear dan jika signifikansi p >

    0,05 maka data tidak linear.Pada pengujian linearitas untuk

    kepercayaan diri dan prestasi belajardiperoleh linearity p =

    0.04 dimana p < 0.05. dengan demikian data dikatakan linear.

    Sedangkan pada pengujian linearitas untuk penyesuaian sosial

    dan prestasi belajar diperoleh linearity p = 0.01 dimana p <

    0.05. dengan demikian data dikatakan linear.

    PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    Pada penelitian yang telah dilakukan, untuk melihat

    hubungan antara kepercayaan diri dan prestasi belajar siswa

    kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera

    Selatan, peneliti melakukan pengujian dengan menggunakan

    uji korelasi.

    Hasil pengujian korelasi menunjukkan bahwa terdapat

    hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri

    (X1) dengan prestasi belajar (Y) siswa kelas X (sepuluh) SMA

  • 17

    Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan. Hasil tersebut

    ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi (ryx1) sebesar

    0,158 dengan besar p = 0,037 (p < 0,05). Hal ini menjelaskan

    bahwa kepercayaan diri yang tinggi pada siswa kelas X

    (sepuluh) cenderung akan diikuti tingginya prestasi belajar

    siswa tersebut begitu juga sebaliknya.

    Hal tersebut di atas dapat dijelaskan melalui beberapa

    hasil temuan penelitian, salah satunya adalah penelitian yang

    dilakukan oleh Kloosterman (1988) yang menyatakan bahwa

    dengan adanya rasa kepercayaan diri, maka akan lebih

    termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar. Kepercayaan

    diri yang baik memudahkan pengambilan keputusan dan

    melancarkan jalan untuk mendapatkan teman, membangun

    hubungan, dan membantu individu memertahankan

    kesuksesan dalam pembelajaran ataupun pekerjaan sehingga

    secara tidak langsung hal ini akan memengaruhi prestasi

    belajar siswa.

    Pada hipotesis kedua, hipotesis ditolak karena hasil

    penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan

    antara penyesuaian sosial (X2) dengan prestasi belajar (Y)

    siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau

    Sumatera Selatan. Hasil tersebut ditunjukkan dengan angka

    koefisien korelasi (ryx2) sebesar 0,016 dengan besar p = 0,834

    (p > 0,05).

    Hasil dari kedua varibel yaitu penyesuaian sosial dengan

    prestasi belajar menunjukkan tidak adanya korelasi. Hal

  • 18

    tersebut dimungkinkan karena para siswa sudah saling

    mangenal satu sama lain karena bertempat tinggal di wilayah

    yang sama dan berdasarkan pengamatan dari peneliti, siswa

    yang masuk ke SMA Xaverius Lubuklinggau tersebut adalah

    siswa-siswa yang sebelumnya juga berada dalam satu sekolah

    yang sama saat SMP, sehingga mereka sudah saling mengenal.

    Oleh karena itu, mudah bagi mereka dalam melakukan

    penyesuaian sosial karena penyesuaian sosial yang mereka

    lakukan memang sudah baik saat sebelum mereka berada di

    SMA, sehingga penyesuaian sosial tidak berpengaruh terhadap

    prestasi belajar para siswa tersebut. Namun hal lebih lanjutnya

    tidak diteliti secara langsung oleh peneliti.

    Hasil penelitian mengenai korelasi penyesuaian sosial

    dengan prestasi belajar tersebut di atas juga memiliki hasil

    yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Maslihah

    (2011) pada 92 siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama

    Islam Terpadu (SMPIT) Assyfa Boarding School Kabupaten

    Subang Jawa Barat menyatakan bahwa penyesuaian sosial

    siswa tidak menunjukkan hubungan dengan prestasi akademik.

    Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina dan

    Royanto (2006) pada siswa kelas III SMA Tarsius I Jakarta

    Pusat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

    penyesuaian sosial dengan prestasi belajar karena ada faktor-

    faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

    Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan prestasi

    belajar siswa di luar penyesuaian sosial meliputi faktor internal

    maupun faktor eksternal. Faktor internal dan faktor eksternal

  • 19

    siswa menurut Sabri (dalam Yusniah, 2008) yaitu: Faktor

    internal siswa yang terdiri dari faktor fisiologis siswa, seperti

    kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta kondisi panca

    inderanya terutama penglihatan dan pendengaran dan

    selanjutnya ada faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat,

    inteligensi, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif

    seperti kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan kemampuan

    dasar pengetahuan (bahan apersepsi) yang dimiliki siswa.

    Pada Faktor eksternal siswa terdiri dari faktor lingkungan

    siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua, yaitu pertama faktor

    lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu,

    kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), letak sekolah,

    dan sebagainya. Kedua faktor lingkungan sosial seperti

    manusia dan budayanya. Selanjutnya ada faktor instrumental,

    antara lain gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat

    pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi

    pelajaran serta strategi belajar mengajar.

    Pada hipotesis ketiga, untuk melihat hubungan

    kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan prestasi

    belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau

    Sumatera Selatan secara bersama-sama menggunakan uji

    korelasi ganda dimana hasil dari pengujian tersebut diperoleh

    nilai F hitung 3,31 dengan signifikansi 0,03 (0,03 < 0,05) yang

    berarti terdapat korelasi diantara ketiga variabel tersebut,

    sehingga hipotesis yang menyatakan hubungan positif dan

    signifikan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan

  • 20

    prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius

    Lubuklinggau Sumatera Selatan, diterima.

    Dalam penelitian ini, kepercayaan diri berkorelasi dengan

    prestasi belajar sedangkan penyesuaian sosial tidak berkorelasi

    dengan prestasi belajar, namun ketika ketiganya dikorelasikan

    terdapat korelasi di antara ketiganya. Hal ini disebabkan

    karena kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang siswa

    memberikan korelasi yang baik terhadap penyesuaian sosial,

    dimana ketika seseorang memiliki kepercayaan diri yang baik,

    maka akan mampu menghadapi situasi sosial dengan penuh

    percaya diri. Seperti yang diungkapkan oleh Hambly (1995)

    bahwa salah satu yang memengaruhi kemampuan untuk

    penyesuaian sosial adalah diperlukan adanya kepercayaan diri

    yang merupakan keyakinan diri dalam menangani segala

    situasi sehingga dapat menilai teman-temannya dengan lebih

    baik dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi sosial.

    Kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang individu

    akan memudahkan individu tersebut dalam melakukan

    penyesuaian terhadap situasi yang sedang dihadapi, menjalin

    komunikasi dengan orang lain, menghadapi persoalan dengan

    hati tenang dan dapat menganalisis permasalahan secara

    obyektif (Anthony, 1996).

    Selanjutnya, dengan keberhasilan dalam penyesuaian

    sosial tersebut maka, individu akan mudah dalam bergaul,

    lebih hangat, dan terbuka menghadapi orang lain dalam situasi

    apapun sehingga ketika seorang individu diperhadapkan

    dengan lingkungan tempat individu tersebut tinggal maupun di

  • 21

    lingkungan lain seperti lingkungan sekolah, lingkungan

    bermain, dan sebagainya, individu tersebut dapat

    menyesuaikan diri dengan baik karena adanya kepercayaan

    diri tersebut dan dengan begitu akan mudah pula bagi individu

    tersebut dalam menempuh pendidikan dimana tempat individu

    tersebut bersekolah (Safitri, 2010).

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan,

    maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri memiliki

    hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar

    siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau

    Sumatera Selatan dengan rincian hasil korelasi yang

    menunjukkan bahwa besarnya korelasi antara kepercayaan diri

    dengan prestasi belajar siswa adalah 0,158, p = 0,037 pada

    taraf signifikansi 5%.

    Hasil korelasi pada variabel penyesuaian sosial tidak

    memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa

    kelas X (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan

    dengan rincian hasil korelasi yang menunjukkan bahwa besarnya

    korelasi antara penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa

    adalah 0,016, p = 0,834 (p > 0,05) sehingga hipotesis yang

    menyatakan adanya hubungan positif dan signifikan antara

    penyesuaian sosial dengan prestasi belajar siswa kelas X

    (sepuluh) SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan,

    ditolak.

  • 22

    Selanjutnya pada hasil korelasi ganda untuk melihat

    hubungan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan

    prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius

    Lubuklinggau Sumatera Selatan secara bersama-sama diperoleh

    hasil dengan nilai F hitung 3,31 dengan signifikansi 0,03 (0,03 <

    0,05) yang berarti terdapat korelasi diantara ketiga variabel

    tersebut, sehingga hipotesis yang menyatakan hubungan positif

    dan signifikan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial dengan

    prestasi belajar siswa kelas X (sepuluh) SMA Xaverius

    Lubuklinggau Sumatera Selatan, diterima.

    Saran-saran

    1. Bagi Subjek Penelitian

    Subjek penelitian khususnya siswa kelas X (sepuluh)

    SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera Selatan diharapkan

    dapat tetap aktif dalam segala kegiatan yang bersifat positif

    baik dalam proses belajar mengajar, di lingkungan sekolah

    atau bahkan di lingkungan pergaulan dan tempat tinggal siswa,

    sehingga siswa tersebut dapat mempertahankan dan dapat

    lebih meningkatkan kepercayaan dirinya, meningkatkan

    penyesuaian sosialnya dan keinginannya untuk mencapai

    prestasi yang lebih baik. Disamping itu dengan kepercayaan

    diri dan penyesuaian sosial yang seimbang dapat mendorong

    individu untuk berani dan mampu mengenal dirinya, serta

    mengenal potensi-potensi positif yang dimiliki yang

    seharusnya dapat dikembangkan.

  • 23

    2. Bagi para guru SMA Xaverius Lubuklinggau Sumatera

    Selatan

    Setelah diketahui bahwa kepercayaan diri memiliki

    hubungan dengan prestasi belajar, maka kepada para pendidik

    (guru) agar dapat lebih memotivasi aktivitas proses belajar

    siswa, yang dapat mendorong siswa lebih berusaha keras dan

    mandiri sehingga menumbuhkan keyakinan siswa akan

    kemampuan dirinya untuk mengatasi sesuatu dengan berhasil.

    Terlebih untuk penyesuaian sosial siswa, dimana diketahui

    bahwa penyesuaian sosial siswa tidak berhubungan dengan

    prestasi belajar namun, para guru diharapkan dapat terus

    memantau kegiatan dan kerjasama siswa ketika belajar

    sehingga antar siswa tetap dapat menjalin kerjasama dengan

    baik dan diharapkan mampu membuat siswa bersosialisasi

    dengan lingkungan sosialnya serta tetap mencari faktor-faktor

    apa yang bisa mendukung siswa untuk tetap dapat

    meningkatkan prestasi belajarnya selain kepercayaan diri dan

    penyesuaian sosial.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat

    hubungan kepercayaan diri dan penyesuaian sosial secara

    sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap prestasi

    belajar. Akan lebih baik untuk memasukan faktor-faktor lain

    yang juga dianggap atau secara teoritis berpengaruh terhadap

    prestasi belajar.

    Bagi peneliti lebih lanjut yang tertarik untuk penelitian

    yang sama, diharapkan dapat menambah atau memperluas

  • 24

    ruang lingkup penelitian dengan menggunakan variabel-

    variabel lain yang memungkinkan mempunyai hubungan atau

    memengaruhi terhadap variabel kepercayaan diri, penyesuaian

    sosial maupun prestasi belajar. Misalnya pengaruh

    kebudayaan, suku/etnis dan agama, keadaan lingkungan,

    tingkat pendidikan dan intelegensi, keadaan fisik dan jenis

    kelamin. Selain itu, untuk peneliti yang akan melakukan

    penelitian lebih diperhatikan lagi untuk masalah atau latar

    belakang yang terjadi di tempat penelitian sehingga hasil yang

    diharapkan dari penelitian sesuai dengan tujuan awal

    penelitian.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anggota IKAPI. (2006). Konsep Diri Positif, Menentukan

    Prestasi Anak. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

    Arikunto, S. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka

    Cipta.

    ------------------(2006). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan

    Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Azwar, S. (1996). Tes Prestasi dan Pengukuran Prestasi Belajar.

    Yogyakarta: Pustaka pelajar.

    --------------(2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar.

    --------------(2012). Reliabilitas dan Validitas (Edisi 4).

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Prentice Hall, Inc.:

    Englewood Cliffs New Jersey.

  • 25

    Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT

    RajaGrafindo Persada.

    Dagun, M. S. (1990). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

    Djamarah, S. B. (1994). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

    Fitriah, A. (2007). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan

    Penyesuaian Sosial Pada Remaja Di Kelas II SMP

    Muhammadiyah 1 Malang. (Skripsi). Malang: Universitas

    Islam Negeri Malang.

    Gerungan, W. S. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta- Bandung:

    Eresco.

    Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Cetakan

    1. Jakarta: Puspa Swara.

    Hambly, K. (1995). Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya

    Diri. Cetakan 1. Jakarta: Puspa Swara.

    Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: suatu

    pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Alih Bahasa

    Istiwidayanti & Soejarwo). Jakarta: Erlangga.

    Jersild, AT. (1963). The Psychologi Of Adolescence. Second

    Edition. New York: Mac Million Company.

    Kartono, K. (2000). Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.

    Lauster, P. (2003). Tes Kepribadian (Alih Bahasa: D. H Gulo).

    Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan Ketiga belas. Jakarta:

    Bumi Aksara.

    Loekmono, L. (1983). Rasa Percaya Diri Pada Diri sendiri.

    Pusat Bimbingan UKSW Salatiga.

    Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di

    Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

  • 26

    Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial,

    Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Sekolah Dan Prestasi

    Akademik Siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang

    Jawa Barat. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan

    Indonesia.

    Mustofa. (2008). Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi

    Belajar Siswa Di SMA Islam Almaarif Singosari Malang.

    (Skripsi). Jakarta: Universitas Gunadarma. Diunduh dari:

    http://www.gunadarma.ac.id.

    Monks, dkk. (1984). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:

    Gajah Mada Press.

    Pramadi, A. dan Ratnaningtyas, J. (1996). Hubungan Pola Relasi

    Remaja dan Orang Tua Dengan Kemampuan Penyesuaian

    Diri di Lingkungan Sosial Pada Mahasiswa Semester II.

    Anima Vol. XI. No. 43. Surabaya: Anima.

    Rini, Jacinta, F. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. Di unduh

    dari: http//www.epsikologi.com/dewasa/164002.htm.

    Safitri, D. (2010). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan

    Penyesuaian Sosial Mahasiswa Di Fakultas Psikologi

    Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

    (Skripsi). Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik

    Ibrahim Malang.

    Schneiders, A. A. (1964). Personal Adjustment and mental

    Health. New York: Holt, Rinehart and Winston.

    Siahaan, E. (2005). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan

    Prestasi Belajar Bidang Kognitif Pada Siswa Kelas II SMU

    Reksana Medan. (Skripsi). Salatiga: Universitas Kristen

    Satya Wacana Salatiga.

    Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.

    ALFABETA.

    http://www.gunadarma.ac.id/

  • 27

    Sumardi, A. (2008). Hubungan Antara Penyesuaian Sosial Di

    Sekolah Dan Kecemasan Dengan Prestasi Belajar Siswa

    Kelas X MAN I Salatiga. (Skripsi). Surakarta: Universitas

    Muhammadiyah Surakarta.

    Suryabrata, S. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT

    RajaGrafindo Persada.

    Susanti, F. R. (2008). Hubungan Antara Kepercayaan Diri

    Dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII SMP Santa

    Maria Fatima. Jurnal Psiko-Edukasi, Vol. 6, Mei 2008.

    Thantaway. (2005). Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling.

    Diunduh dari: percaya diri-pengertian percaya diri-tips

    percaya Diri-belajarpsikologi.com.

    Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi

    Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

    Tim Pustaka Familia. (2006). Konsep Diri Positif, Menentukan

    Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius.

    Walgito. (1993). Peran Orang Tua Dalam Pembentukan

    kepercayaan Diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Winkel, W. S. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media

    Abadi.

    Wiramihardja, S. A. (2003). Keeratan Hubungan Antara

    Kecerdasan, Kekuatan, Kemauan dan Prestasi Belajar. Jurnal

    Psikologi Vol. 11. No. 1, Maret 2003.