19
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL (INSTAGRAM) PADA MAHASISWA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh: DWIKA WINASTY F100 140 094 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITA MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN

MEDIA SOSIAL (INSTAGRAM) PADA MAHASISWA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:

DWIKA WINASTY

F100 140 094

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITA MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021

Page 2: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN MEDIA

SOSIAL (INSTAGRAM) PADA MAHASISWA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

DWIKA WINASTY

F100 140 094

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen pembimbing

Page 3: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

ii

Page 4: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan

saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Page 5: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

1

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN MEDIA

SOSIAL (INSTAGRAM) PADA MAHASISWA

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri dengan

kecanduan media sosial. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mahasiswa dengan subjek 117 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan bahwa. Hipotesis yang diajukan yaitu adanya hubungan antara

kepercayaan diri dengan kecanduan media sosial. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel

menggunakan teknik Purposive Sampling. Penelitian ini menggunakan dua skala

yaitu terdiri dari skala kepercayaan diri dan skala kecanduan media sosial. Teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan Product Moment. Berdasarkan hasil

yang diperoleh nilai koefisien korelasi (-0,436) dengan sig = 0,000 (p <0,01) yang

menunjukan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri

dengan kecanduan media sosial, semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin

rendah pula kecanduan media sosialnya. Hasil kategorisasi menunjukan tingkat

kepercayaan diri pada kategori tinggi.

Kata Kunci: mahasiswa, kepercayaan diri, kecanduan media sosial

Abstract

This study was conducted to determine the relationship between self-confidence and

social media addiction. The sample used in this study were students with 117

respondents as a subject. Based on the results of research that has been done that. The

hypothesis proposed is that there is a relationship between self-confidence and

addiction to social media. The method used in this study is a quantitative approach.

Sampling using purposive sampling technique. This study uses two scales, consisting

of a self-confidence scale and a social media addiction scale. The data analysis

technique in this study uses Product Moment. Based on the results obtained the

correlation coefficient value (-0.436) with sig = 0.000 (p <0.01) which shows a very

significant negative relationship between self-confidence and social media addiction,

the higher the self-confidence, the lower the social media addiction. The results of the

categorization show the level of confidence in the high category.

Keywords: student, confidence, social media addiction

Page 6: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

2

1. PENDAHULUAN

Saat ini media sosial menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa dipisahkan dari

kehidupan manusia. Kita juga pasti menyadari dampak dari media sosial yang

membuatmu berusaha menampilkan sisi terbaik dari dirimu. Tak jarang tujuan kita

bukan untuk membagikan inspirasi positif, melainkan agar jumlah followers di akun

media sosial terus bertambah. Bahkan, berbagai aplikasi yang bisa mempercantik

penampilan, hingga terlihat seakan ‘menipu’ sekarang sudah tersebar luas di layanan

aplikasi smartphone. Kita bisa dengan leluasa memilih aplikasi edit foto untuk

menghasilkan wajah yang nampak sempurna walaupun profilmu di dunia maya

bertolak belakang dengan kehidupanmu di dunia nyata. Tetapi jika diambil positifnya

sosial media bisa saja menjadi platform untuk kita memulai suatu usaha agar terlihat

lebih menarik pelanggan.

Instagram adalah jejaring sosial yang lahir dari sebuah perusahaan bernama

Burbn, yang berdiri pada tanggal 6 Oktober 2010 oleh Kevin Systrom dan Mike

Krieger. Situs inidapat mengunggah foto yang bisa diedit oleh pengguna, dan banyak

juga fitur-fitur lainnya yang terdapat di Instagram ini. Peminat instagram makin

berkembangnya jaman makin banyak dan makin aktif dalam berbagi segala informasi

tentang kehidupan si penggunanya seperti video, foto, dan lain sebagainya. Isi konten

yang mereka bagikan yaitu cara mereka mengekspresikan curahan hati si pengguna

ataupun sekedar untuk mengahabiskan waktu disaat bosan. Kecanggihan teknologi

saat ini memberikan efek baru bagi kehidupan manusia untuk bersosialisasi dan juga

menjadi sarana yang mudah untuk bermedia sosial bagi masyarakat (Baidu, dalam

Soliha 2015)

Kepercayaan diri yaitu dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan dalam berfikir dan berperasaan

sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan

tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri (Hapsari & Primastuti , 2014)

Hasil penelitian Angelis (Angelis, 2003) yang mengatakan kepercayaan diri

berawal dari diri sendiri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kepercayaan diri

Page 7: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

3

muncul dari diri sendiri sehingga seseorang mampu menghadapi tantangan hidup

apapun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri menurut (Hapsari &

Primastuti , 2014) ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang

pertama faktor internal yaitu usia, fisik harga diri dan jenis kelamin sedangkan faktor

eksternal yaitu meliputi kesuksesan dalam mencapai tujuannya, tingkat pendidikan

dan dukungan sosial. Selaian faktor kepercayaan diri menurut (Hapsari & Primastuti,

2014) Menurut (Risnawati & Ghufron, 2010) kepercayaan diri dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu konsep diri, harga diri, pengalam dan pendidikan.

Pengembangan kepercayaan diri dapat dipelajari dengan melihat beberapa faktor

penting dalam mempercepat tumbuh dan berkembangnya kepercayaan diri.

Sedangkan menurut (Asri , 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi

kepercayaan diri yaitu: (a) Perubahan fisik, Perubahan pada tubuh meriupakan hal

yang pasti terjadi pada semua orang namun seringkali orang memiliki rasa tidak puas

dan hal tersebut bisa mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. (b) Lingkungan

teman sebaya, Kepercayaan diri akan timbul apabila lingkungan teman sebaya dapat

menerima kehadiran dari individu tersebut. Karena hal ini memberikan kemampuan

terhadap individu untuk mengekspresikan dirinya ke dalam bentuk perilaku. (c)

Hubungan keluarga, Kepercayaan individu akan meningkat apabila memiliki keluarga

yang harmonis. Karena ketika seseorang mengalami krisis identitas sangat

membutuhkan dukungan dari keluarga. (d) Reaksi lingkungan, Kepercayaan diri akan

meningkat ketika reaksi positif dari lingkungan sosial terhadap tanggung jawab

seseorang dalam memenuhi tuntutan-tuntutan sosial. Tetapi jika sebaliknya reaksi

lingkungan negatif akan menurunkan kepercayaan diri seseorang.

Beberapa karakteristik kepercayaan diri yang diungkapkan oleh (Lindenfield,

1997) menjelaskan ada 2 kepercayaan diri yaitu percaya diri lahir dan percaya diri

batin.

Percaya diri lahir adalah percaya diri yang memberi kita perasaan dan

anggapan bahwa kita baik. Percaya diri lahir memungkinkan seseorang untuk

berperilaku dengan cara menunjukan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan diri

Page 8: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

4

kita. Landfield mengemukakan empat ciri orang yang memiliki percaya diri lahir,

yaitu: (a) Cinta diri, Cinta diri adalah mereka selalu memenuhi kebutuhan secara

wajar dan selalu menjaga kesehatan diri mereka. Hala ini yang menyebabkan mereka

percaya diri. (b) Pemahaman diri, Pemahaman diri adalah mereka yang selalu

mengintropeksi diri dan tidak merugikan orang lain.(c) Tujuan yang positif, Orang

yang selalu mengethaui apa tujuan hidupnya.(d)Pemikiran yang positif, Orang yang

percaya diri biasanya merupakan teman yang mnenyenangkan. Penyebabnya mereka

selalu melihat kehidupan dari sisi yang baik.

Percaya diri batin adalah individu harus meyakinkan dunia luar bahwa dia

yakin pada dirinya sendiri. Percaya diri batin memiliki empat ciri, yaitu: (a)

Komunikasi, Komunikasi menjadi bagian pembentukan percaya diri. Berani berbicara

didepan, menghargai pembicaraan orang lain, pandai dalam berdiskusi. (b)

Ketegasan, Sikap tegas dalam bertindak juga merupakan bagian darti percaya diri,

agar kita terbiasa untuk menyampaikan aspirasi kita untuk membela hak kita dan

menghindari terbentuknya perilaku agresif dan negatif dalam diri kita. (c) Penampilan

diri, Individu yang percaya diri selalu memperhatikan penampilannya, baik dari segi

berpakaian maupun gaya hidupnya agar terlihat selalu menyenyangkan dihadapan

orang lain.(d) Pengendalian perasaan, Pengendalian perasaan juga diperlukan untuk

mengelola perasaan kita dengan baik.

Menurut (Young , Pitsner, O'Mara, & Buchanan, 1998) sindrom dalam

mengahbiskan banyak waktu dalam menggunakan internet dan tidak dapat

mengontrol penggunaannya, ditandai dengan perilaku komplusif dan tidak tertarik

pada kegiatan lainnya.Kecanduan media sosial dapat mempengaruhi kepercayaan diri

seseorang. sesorang lebih percaya diri dengan media sosial darpada berinteraksi

langsung dengan lawan bicaranya.

Kecanduan media sosial adalah ketergantungan yang biasanya mengacu pada

perilaku kompulsif yang mengarah ke efek yang negatif. Kebanyakan individu yang

kecanduan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan yang sama dan sering

dilakukan dan menjadi kebiasaan yang bisa berbahaya yang bisa mengganggu

kegiatan yang lainnya (Subathra & Lukmanul, 2013)

Page 9: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

5

Menurut (Griffiths , 2013) dalam penelitian kecanduan media sosial terdapat tiga

faktor yaitu yang pertama, kognitif perilaku menekankan bahwa jejaring sosial yang

abnormal muncul diperkuat oleh faktor lingkungan, dan akhirnya menyebabkan

kompulsif. Yang kedua, keterampilan sosial menekankan bahwa tidak normal jejaring

sosial muncul karena orang tidak ada self presentasi keterampilan dan lebih memilih

komunikasi virtual untuk berinteraksi dan akhirnya menjadi mengarah ke kecanduan

media sosial. Yang ketiga, sosial kognitif menekankan bahwa tidak normal jejaring

sosial muncul karena positif hasil, dikombinasikan dengan internet self eficiecy dan

kekurangan self regulation internet yang akhirnya mengarah ke perilaku kecanduan

media sosial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecanduan media sosial (instagram)

menurut (Young K. S., 2017) kecanduan media sosial termasuk dalam cyber-

Relational Addiction salah satunya adalah Instagram, antara lain faktor sosial yaitu

mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi interpersonal, faktor psikologis

yaitu disebabkan oleh permasalahan psikologis seperti depresi, stress, mengalami

kecemasan sehingga melarikan diri ke media sosial (instagram) dan faktor biologis.

Faktor kecanduan Menurut Young (2004) kecanduan internet yaitu kecanduan

dalam situs pertemanan yang banyak terjadi pada pelajar. Ada beberapa faktor yaitu:

(a) Akses internet gratis dan tidak berbatas, Ketika siswa berada di area yang dapat

mengakses internet gratis ini memudahkan siswa dalam mengakses internet dan ini

akan membuat intensitas siswa dalam menggunkan internet meningkat. (b)

Banyaknya waktu luang siswa, Banyaknya waktu luang yang siwa miliki dalam

sehari setelah kegiatan belajar mengajar yang seharusnya digunakan untuk membaca

buku ataupaun bermain bersama temannya kini sudah tergantikan oleh pertemanan

yang berada di internet sehingga kebanyakan siswa menghabiskan waktu dalam

internet disbanding kehidupan nyatanya.(c)Pengalaman baru tanpa kontrol dari orang

tua, Kurangnya kontrol dari orang tua juga berpengaruh pada kecanduan anak pada

internet karena orang tua kurang dalam mengawasi anak dalam membuka internet

sehingga si anak dapat melakukan apa saja dan dapat berinteraksi dengan teman-

temannya melalu internet tanpa adanya batasan.

Page 10: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

6

Menurut suler (1996) dalam (Widiana, Retnowati, & Hidayat) karakteristik

kecanduan internet adalah (a) Penggunaan berlebihan, Penggunaan berlebihan pada

internet dapat dilihat dari intensitas waktu penggunaan internet sehingga membentuk

perilaku kecanduan internet. Young(1999b) dalam (Widiana, Retnowati, & Hidayat,

2004) Penggunaan internet secara nomal 4-5 jam per minggu. Sedangkan pengguna

internet adiktif 20-80 jam per minggu dengan 16 jam per online. (b) Antisipasi,

Internet kadang disalah artikan sebagai media untuk melarikan diri dari dunia nyata.

Seseorang akan menggunakan internet sebagai media untuk membuat status status

yang pengguna tulis di media sosial ataupun untuk menghilangkan rasa bosan. (c)

Mengabaikan pekerjaan, Kualitas kemampuan bekerja akan menurun jika kebiasaan

inidividu menggunakan sosial media secara berlebihan yang mengakibatkan aktivitas

pekerjaan terganggu. (d) Ketidakmampuan mengontrol diri, Tidak bisa membagi

waktu antara aktivitas menggunakan sosial media dan aktivitas kesehariannya.

Semakin sering menggunakan internet semakin tinggi pula biaya yang dikeluarakan

untuk membeli paket internet.(e) Mengabaikan kehidupan sosial, Berkurangnya

aktivitas sosial dikarenakan indivifu tersebut lebih memilih menggunakan media

sosial yang lebih praktis dan menarik. (f) Mudah marah, gelisah, tidak tenang,

Pengguna tidak terbiasa seharian tanpa internet, maka mereka akan cenderung

mengalami perubahan mood dan mudah cemas ketika tidak dapat notifikasi dan

ketika tidak membuka media sosial.

Menurut (Siswoyo, 2007) mahasiswa yaitu individu yang sedang menuntut

ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta ataupun lembaga lain

yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat

intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam

bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang

cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling

melengkapi.

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu

ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk

Page 11: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

7

perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan

universitas (Hartaji, 2012)

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 17

sampai 26 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa

dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia

mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012)

Menurut Kartono (dalam Siregar, 2006), mahasiswa merupakan anggota

masyarakat yang mempunyai ciri-ciri: (a) Mempunyai kemampuan dan kesempatan

untuk belajar di perguruan tinggi, dan mempunyai intelektual tinggi. (b) Dapat

bertindak sebagai pemimpin masyarakat maupun dalam dunia kerja. (c) Dapat

menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi. (d) Diharapkan dapat

memasuki dunia kerja sebagai tenaga kerja yang profesional dan berkualitas.

Menurut Siallagan (2011), mahasiswa sebagai masyarakat yang memiliki

tugas utama yaitu belajar seperti membaca buku, membuat makalah, diskusi,

membuat tugas, seminar dan tugas lainnya. Mahasiswa mempunyai tugas yang lebih

berat yaitu sebagai pengontrol sosial masyarakat dan agen perubah. Tugas inilah yang

akan menjadikan mahasiswa sebagai harapang bagi bangsa, menjadi orang yang setia

mencarikan solusi segala permasalhan yang sedang dihadapi.

Tugas perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku sosial

psikologi sesorang pada posisi harmonis di dalam lingkungan pendidikan atau

masyarakat luas (Hulukati & Djibran, 2018)

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa media

sosial dapat menyebabkan kecanduan oleh penggunanya. Pernyataan diatas sesuai

dengan hasil penelitian dari Hafidz Azizan (2013). Berdasarkan pada rumusan

masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui, yang pertama adalah hubungan kepercayaan diri dengan kecanduan

media sosial pada mahasiswa dan yang kedua, mengetahui tingkat kecanduan

mahasiswa dan yang ketiga, mengetahui tingkat kepercayaan diri ahasiswa.

Page 12: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

8

Hipotesis Penelitian : Adanya hubungan antara kecanduan medial sosial

dengan kepercayaan diri, yaitu semakian tinggi kepercayaan diri seseorang maka

makin rendah pula kecanduan media sosialnya.

2. METODE

Pada metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode

korelasional. Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan dari berbagai

variabel. Dalam penelitian ini memakai dua variabel yang sama terdiri dari dua

variabel tergantung dan variabel bebas (Creswell, 2016).

Populasi merupakan peneliti yang telah menetapkan wilayah tertentu untuk

mendapatkan objek atau seubjek yang sesuai dengan kriteria penelitian karena

memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat untuk dipelajari lalu ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa sebanyak

117 orang, mempunyai akun media sosial instagram, dan sedang menempuh

pendidikan kuliah.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah mahasiswa yang berusia dari 17-26 tahun baik laki-laki maupun perempuan

dengan subjek berjumlah 117 orang.

Sampling atau biasa disebut dengan teknik sampling yaitu teknik yang

digunakan peneliti untuk mengambil sampel penelitian yang ingin diteliti. Teknik

pengambilan sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari

populasi, pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

diperoleh sampel yang daspat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan

populasi yang sebenarnya.

Untuk menentukan sampling penelitian berikut, peneliti menggunakan teknik

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-

kriteria tertentu (Sugiyono, 2008)

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

Page 13: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

9

memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam

penelitian ini telah berisi beberapa pertanyaan yang telah disesuaikan dengan subjek

yang akan menjadi objek penelitian berupa karakteristik, keyakinan maupun pendapat

dari mereka saat ini (Neuman, 2013).

Alat pengumpulan data ini menggunakan model skala Likert. Skala likert

adalah skala psikometrik yang digunakan untuk kuesioner, dan skala ini paling

banyak digunakan untuk survei. Skala likert terdapat pertanyaan positif dan

pertanyaan negatif. Pertanyaan positif diberi skor 4, 3, 2, 1 dan pertanyaan negatif

1,2,3,4. Dan terdapat 4 pilihan respon. Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS),

Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS) (Taluke , Lakat, & Sembel, 2019).

Tabel 1. Skoring

Penyebaran kuesioner dilakukan sebagai alat mengukur tanggapan dari

responden dan memudahkan peneliti dalam pengukuran data.

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar S. , 2003). Dalam penelitian ini menggunakana validitas isi. Pada skala

kepercayaan diri (Putri F. S., 2013) koefisien korelasi dapat dihitung dengan korelasi

product moment yaitu 0,262. Pada skala Kecanduan media sosial (Putri M. D., 2018)

yaitu berdasarkan expert judgement yaitu skala yang disusun akan diuji validitas

isinya melalu analisis isi item alat ukur tujuannya untuk menentukan represntatif

terhadap seluruh materi dan mencapai kawasan ukur.

Respon Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Page 14: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

10

Reliabilitas yaitu indeks yang mengukur sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya. Hal ini mengukur sejauh mana hasil pengukuran itu tetep konsisten dengan

mengukur dengan alat ukur yang sama (Notoatmodjo., 2005). Uji reliabilitas

penelitian skala kepercayaan diri menggunakan teknik analisis Alpha cronbach.

Koefisien reliabilitas range 0 hingga 1,00. Sedangkan pada skala kecanduan

menggunakan teknik analisi Alpha cronbach dengan bantuan program SPSS versi

23.0 for windows. Koefisien reliabilitas range 0 hingga 1,00.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini yaitu menggunakan fprmula Alpha

Cronbach’s dengan cara melihat dari koefisiennya. Reliabilitas dikatakan baik ketika

memiliki nilai Alpha Cronbach’s ≥ 0,60 (Azwar S. , 2015). Analisis data ini

menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Kemudian hasil yang diperoleh

hasil dari koefisien reliabilitas Alpha Cronbach skala kepercayaan diri sebesar 0,854

dan reliabilitas Alpha Cronbach skala kecanduan media sosial sebesar 0,802.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Setelah semua data dikumpulkan maka dilakukan analisis data menggunakan uji

normalitas, dilakukan untuk mengetahui sampel normal atau tidak. Data bisa

dikatakan normal jika variabel tergantung (sig.) p > 0,05 dan sebaliknya. Hasil uji

normalitas variabel bebas (kecanduan) menggunakan shapiro-wilk test adalah (sig.)

0,533 > 0,05. Hasil uji normalitas variabel tergantung (kepercayaan diri)

menggunakan shapiro-wilk test adalah (sig.) 0,110 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa

data tersebut berdistribusi normal karena (sig.) p > 0,05.

Setelah dilakukan uji normalitas maka langkah selanjutnya yaitu uji linearitas.

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya linearitas pada kedua

variabel. Data dapat dikatakan linier apabila nilai p < 0,05 sedangkan jika data tidak

linier maka p > 0,05 (Santoso, 2018). Hasil uji linearitas dapat dilihat pada anova

table yang diperoleh dengan nilai 33.928 linearity sig sebesar 0,00 (p < 0,05) dan

dapat disimpulkan bahwa variabel tergantung ( kepercayaan diri) dan variabel bebas

(kecanduan media sosial) memiliki korelasi linear.

Page 15: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

11

Setelah uji normalitas dan uji linearitas maka langkah selanjutnya yaitu

melakukan uji hipotesis menggunakan teknik product moment. Uji hipotesis ini

dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel tersebut.

Hasil analisis diperoleh dari nilai koefisien korelasi = -0,436 dengan sig. (1-tailed)

0,00 < 0,01. Yang artinya terdapat hubungan negatif signifikan antara variabel

kepercayaan diri dengan kecanduan media sosial, yang berarti bahwa semakin tinggi

kepercayaan diri mahasiswa maka semakin rendah kecanduan media sosialnya.

Untuk mengetahui berapa banyak sumbangan efektif variabel bebas

(kecanduan media sosial) dan variabel tergantung (kepercayaan diri) maka dilakukan

sumbangan efektif. Sumbangan efektif untuk mengetahui seberapa besar variabel

bebas mempengaruhi variabel tergantung. Sumbangan efektif dapat juga melihat

variabel bebas yang tidak diteliti (Sutrisno, 2004). Berdasarkan hasil analisis product

moment didapatkan bahwa koefisien korelasi (r) kepercayaan diri dengan kecanduan

media sosial sebesar -0,436 yang berarti sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap

kecanduan media sosial sebesar (-0,436)² X 100% = 19 % yang artinya kepercayaan

diri berkontribusi sebesar 19 % terhadap kecanduan media sosial dan 81%

dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Kategorisasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi subjek dengan cara

mengelompokkan menjadi kelas-kelas interval pengkategorisasian. Berdasarkan dari

hasil analisis diketahui bahwa hasil rerata empirik (RE) didapatkan dari hasil

penghitungan menggunakan program SPSS pada output descriptive statistic’s dengan

rerata hipotetik (RH) dari skor rata-rata yang digunakan berdasarkan variabel yang

diukur melalui skala. Data skor subjek dibagi menjadi lima kategori, yaitu Sangat

Rendah (SR), Rendah (R), Sedang (S), Tinggi (T), dan Sangat Tinggi (ST).

Berdasarkan hasil dari total 117 subjek didapatkan Rerata Empirik (RE) 88,21 dan

Rerata Hipotetik (RH) 80 yang berarti kepercayaan diri subjek tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil dari 117 subjek bisa dilihat bahwa sebanyak 2 subjek (1,7

%) memiliki kepercayaan diri sangat tinggi, 53 subjek (45,3%) memiliki kepercayaan

diri yang tinggi, 58 subjek (49,6 %) memiliki kepercayaan diri yang sedang, 4 subjek

(3,4 %) memiliki kepercayaan diri rendah dan bisa dilihat tidak ada seorang subjek

Page 16: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

12

yang masuk dalam kategori sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa presentase

menunjukan dari jumlah terbanyak dalam kategori tinggi dan sedang.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis dari total 117 subjek didapatkan Rerata

Empirik (RE) 75,01 dan Rerata Hipotetik (RH) 80 yang berarti kecanduan media

sosial subjek tergolong rendah.

Berdasarkan hasil dari 117 subjek bisa dilihat bahwa sebanyak 7 subjek (6 %)

memiliki kecanduan media sosial tinggi, 71 subjek (60,7 %) memiliki kecanduan

media sosial yang sedang, 39 subjek (33,3 %) memiliki kecanduan media sosial yang

rendah dan bisa dilihat tidak ada seorang subjek yang masuk dalam kategori sangat

tinggi dan sangat rendah.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil dari uji normalitas dan uji linearitas pada 117 responden maka

didapatkan hasil korelasi product moment dengan menggunakan program SPSS 16.0

yaitu terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan kecanduan media sosial, nilai

koefisiean korelasi = -0,436 dengan Sig. (1-Tailed) 0,00 < 0,01. Hal ini

membuktikan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah pula

kecanduan media sosialnya. Dan berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan

oleh peneliti bahwa hipotesisnya dapat diterima karena ada hubungan atau korelasi

antara variabel kepercayaan diri dengan kecanduan media sosial.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nur Annisa,

Yuliadi, & Nugroho, 2020) bahwa terdapat hubungan negaitf antara kepercayaan diri

dengan kecanduan media sosial pada mahasiswa kedokteran angkatan 2018. Selain

itu pada penelitian yang dilakukan oleh Ranggamukti (2011) pada 100 responden

mahasiswa, didapat adanya hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan

frekuensi mengakses media sosial.

Kemudian sumbangan efektif dari kepercayaan diri sebesar dengan kecanduan

media sosial sebesar 19 % sedangkan 81 % dipengaruhi oleh variabel lainnya. Hasil

ini menunjukan. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa kecanduan media sosial

memiliki hubungan dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Meskipun kepercayaan

diri dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Page 17: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

13

Kemudian berdasarkan hasil kategorisasi dari 117 subjek bisa dilihat bahwa

sebanyak 2 subjek (1,7 %) memiliki kepercayaan diri sangat tinggi, 53 subjek

(45,3%) memiliki kepercayaan diri yang tinggi, 58 subjek (49,6 %) memiliki

kepercayaan diri yang sedang, 4 subjek (3,4 %) memiliki kepercayaan diri rendah dan

bisa dilihat tidak ada seorang subjek yang masuk dalam kategori sangat rendah. Dapat

disimpulkan bahwa presentase menunjukan dari jumlah terbanyak dalam kategori

tinggi dan sedang.

Kemudian berdasarkan hasil kategorisasi dari 117 subjek bisa dilihat bahwa

sebanyak 7 subjek (6 %) memiliki kecanduan media sosial tinggi, 71 subjek (60,7 %)

memiliki kecanduan media sosial yang sedang, 39 subjek (33,3 %) memiliki

kecanduan media sosial yang rendah dan bisa dilihat tidak ada seorang subjek yang

masuk dalam kategori sangat tinggi dan sangat rendah.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan oleh peneliti,

didapatkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara variabel kepercayaan

diri denfgan cariabel kecanduan media sosial. Nilai koefisiean korelasi negatif yang

dapat diartikan terdapat hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecanduan

media sosial serta hipotesis diterima. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa

variabel kepercayaan diri dan kecanduan media sosial berkategori tinggi.

Hasil analisis data juga membuktikan bahwa besarnya hubungan kepercayaan

diri sebesar 19 % terhadap kecanduan media sosial dan sebesar 81 % dipengaruhi

oleh variabel lainnya.

Dari hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan yang telah diuraikan

diatas untuk pembaca dan peneliti selanjutnya, yaitu 1. Bagi pengguna media sosial,

media sosial memang menjadi wadah dalam mengekspresikan dan sangat mendukung

dalam perkembangan kemajuan globalisasi. Maka dari itu pengguna media sosial

diharapkan lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial memilah dan memilih

apa yang ingin dilihat sehingga dapat memepengaruhi kepercayaan diri seseorang

setelah menggunakan media sosial. 2. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti diharapkan

Page 18: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

14

mengkaji lebih banyak sumber maupun refrensi mengenai kecanduan media sosial,

mengingat bahwa media sosial terus berkembang seiring berjalannya waktu. Dan

hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan refrensi untuk penelitian

berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Angelis, B. (2003). Percaya Diri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Asri , A. (2012, Oktober). Perilaku kepercayaan diri terhadapa perilaku konsumtif

pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bebelan. jurnal penelitian dan

pengukuran Psikologi, 1, 197-202.

Azwar , S. (2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya . Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan Validitas . Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Creswell, J. W. (2016). Research Design: Pendekatan metode Kualitatif, Kuantitatif

dan campuran (4th ed). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Griffiths , M. D. (2013). Social Networking Addiction: Emerging Themes and Isuues.

Psychology, 4, 1-2.

Hapsari, A., & Primastuti , E. (2014). Kepercayaan Diri Mahasiswa Papua ditinjau

dari dukungan Teman sebaya. Psikodimensia, 13, 60-72.

Hartaji, D. A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan

Jurusan Pilihan Orang Tua. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi Universitas

Gunadarma.

Hulukati, W., & Djibran, M. R. (2018). analisis tugas perkembangan mahasiswa

fakultas ilmu pendidikan universitas negeri gorontalo. jurnal bikotetik, 2, 73-

114.

Lindenfield, G. (1997). Mendidik anak agar percaya diri. Jakarta: Arcan.

Neuman, W. L. (2013). Metodologi Penelitian Sosial Pendekatan dan Kuantitatif .

Jakarta: PT Indeks.

Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. 2005: Rineka Cipta.

Nur Annisa, A. A., Yuliadi, I., & Nugroho, D. (2020). HUBUNGAN TINGKAT

KEPERCAYAAN DIRI DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA

SOSIAL WHATSAPP PADA MAHASISWA KEDOKTERAN 2018.

Wacana, 86-109.

Page 19: HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECANDUAN …

15

Putri , M. D. (2018). Hubungan Kecanduan Media sosial dengan Kualitas

Komunikasi Interpersonal pada usia Dewasa awal. Yogyakarta : Skripsi.

Putri, F. S. (2013). PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA

PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IS SMA NEGERI 3 MAGELANG.

Semarang: Skripsi.

Risnawati, R. S., & Ghufron, M. (2010). Teori-Teori Psikologi . Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Santoso, S. (2018). menguasai statistik SPSS 25. Jakarta: Elex Media Komputido.

Siswoyo, D. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Subathra, N., & Lukmanul, H. (2013). A Study On the Level of Social Network

Addiction among Collage Students. Social Sciene, 3, 355-357.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis . Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2011). METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF DAN

R&D. Bandung: Alfabeta Djaali.

Sutrisno, H. (2004). Analisis regresi. Yogyakarta: Ando Offset.

Taluke , D., Lakat, R. M., & Sembel, A. (2019). ANALISIS PREFERENSI

MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

DI PESISIR PANTAI KECAMATAN LOLODA KABUPATEN

HALMAHERA BARAT. Jurnal Spasial, 531-540.

Widiana, H. S., Retnowati, S., & Hidayat, R. (2004). kontrol diri dan kecenderungan

kecanduan internet . jurnal humanitas: Indonesian Psychologycal Journal, 6-

16.

Young , K., Pitsner, M., O'Mara, J., & Buchanan, J. (1998). What is Internet

Addiction. Retrieved from WWW.netaddiction.com/whatis.html.

Young, K. S. (2017). kecanduan internet, panduan konseling dan petunjuk untuk

evaluasi dan penanganan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf, S. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja . Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Zahara , F. (2018). HUBUNGAN ANTARA KEPERCYAAN DIRI DENGAN

INTERAKSI SOSIAL PADA MAHASISWA UNIVERSITAS POTENSI

MEDAN. Kognisi Jurnal, 2528-4495.