84
IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI TAHUN 2014-2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Kendari Disusun Oleh : NI MADE ELING WIDIHARI NIM. P00324014020 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII 2017

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/217/1/KTI NI MADE ELING WIDIHARI.pdfDAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Penulis 1. Nama : Ni Made Eling Widihari

Embed Size (px)

Citation preview

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA

KOTA KENDARI TAHUN 2014-2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan

Pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Kendari

Disusun Oleh :

NI MADE ELING WIDIHARI NIM. P00324014020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII

2017

ii

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERSALINAN

PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA

KOTA KENDARI TAHUN 2014-2016

Di susun dan diajukan oleh :

NI MADE ELING WIDIHARI

NIM. P00324014020

Telah disetujui dan dipertahankan dalam ujian Karya Tulis dihadapan Tim

Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 20 Juli 2017 Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

Kendari, Juli 2017

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Hendra Yulita, SKM, M.Ph Yustiari, S.ST, M.Kes

NIP.19710720198032001 NIP.198011172007012016

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Halijah, SKM, M.Kes NIP. 19620920 198702 2002

iii

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI

TAHUN 2014-2016

Disusun Oleh :

NI MADE ELING WIDIHARI NIM. P00324014020

Karya tulis ilmiah ini telah diuji dan disahkan oleh tim penguji karya tulis

ilmiah pada tanggal 20 Juli 2017 dihadapan tim penguji karya tulis ilmiah

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

TIM PENGUJI:

Penguji I : Sultina Sarita, SKM, M.Kes ( )

Penguji II : Aswita, S.Si.T,MPH ( )

Penguji III : Wahida , S.Si.T, M.Keb ( )

Penguji IV : Hendra Yulita, S.Si.T, MPH ( )

Penguji V : Yustiari, S.ST, M.Kes ( )

Mengetahui Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kendari

Halijah, SKM, M.Kes NIP. 19620920 198702 2002

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis

1. Nama : Ni Made Eling Widihari

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jati Bali/ 3 Desember 1995

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Hindu

5. Suku/Kebangsaan : Bali/Indonesia

6. Alamat : Desa Jati Bali, Kecamatan Ranomeeto

Barat

B. Pendidikan Formal

1. SDN 2 Jati Bali, Tamat Tahun 2008

2. SMP Negeri 2 Ranomeeto, Tamat Tahun 2011

3. SMK Tunas Husada Kendari, Tamat Tahun 2014

4. Poltekes Kendari Masuk Tahun 2014 Sampai 2017

v

ABSTRAK

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA

KOTA KENDARI TAHUN 2014-2016

Ni Made Eling Widihari1, Hendra Yulita2, Yustiari2

Latar belakang: Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari bahwa ibu bersalin dengan persalinan prematur berjumlah 29 ibu dari 532 kelahiran, tahun 2014 ibu bersalin dengan persalinan prematur berjumlah 32 ibu dari 453 kelahiran dan pada tahun 2015 ibu bersalin dengan persalinan prematur meningkat menjadi 42 ibu dari 582 kelahiran. Sedangkan pada tahun 2016 berjumlah 34 ibu yang mengalami persalinan prematur dari 503 kelahiran. Tujuan penelitian: untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya persalinan prematur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016. Metode penelitian: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran suatu keadaan secara obyektif. Populasi adalah seluruh ibu bersalin yang yang mengalami persalinan prematur yang melakukan persalinan di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016 yang berjumlah 108 ibu dengan jumlah sampel sebanyak 108. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Hasil penelitian: Penyebab persalinan prematur berdasarkan Ketuban Pecah Dini (KPD) berjumlah 30 ibu (27,8%), berdasarkan preeklampsia berjumlah 32 ibu (29,6%), berdasarkan gamely berjumlah 5 ibu (4,6%) berdasarkan plasenta previa berjumlah 20 ibu (18,5%), berdasarkan hidramnion berjumlah 10 ibu (9,3%), KPD dengan preeklampsia berjumlah 7 ibu (6,5%), KPD dan Gemeli berjumlah 1 Ibu (0,9%) dan KPD dan hidramnion Berjumlah 3 ibu (2,8%). Kata Kunci : Prematur, KPD, Preeklampsia, Gemely, Plasenta Previa,

Hidramnion Pustaka : 32 (2002-2015)

1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Karena atas segala rahmat dan karunia yang diberikan kepada kita berupa

kesehatan lahir maupun batin. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini walaupun dalam bentuk yang sederhana sebagai salah satu

bagian dari proses untuk menyelesaikan pendidikan DIII di Politeknik

Kesehatan Kendari dengan judul “Identifikasi Faktor Penyebab Terjadinya

Persalinan Prematur Di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari

Tahun 2014-2016”

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis

banyak memperoleh banyak bantuan, bimbingan arahan, dan motivasi dari

berbagai pihak, olehnya itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada ibu Hendra Yulita, S.Si.T, MPH selaku

pembimbing I dan ibu Yustiari, S.ST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari.

2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kendari.

vii

3. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku penguji I, Ibu Aswita, S.Si.T,MPH

selaku penguji II, dan Ibu Wahida , S.Si.T, M.Keb selaku penguji III yang

telah memberikan masukan berharga bagi peneliti.

4. Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari yaitu Bapak dr.

H. Muh. Rinvil Amiruddin, M.Kes yang telah memberikan izin penelitian.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan

Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan

selama mengikuti pendidikan.

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku yang tercinta yaitu Ayahanda I

Nengah Suarma dan Ibunda Niluh Nuryatini atas segala bantuan, doa,

restu, dorongan dan kasih sayang yang begitu besar yang telah diberikan

selama penulis menempuh pendidikan.

7. Saudaraku tersayang I Gede Surya Ananda, I Gede Febri Saputra dan

Komang Retno Liang Lestari yang selalu memberi dukungan.

8. Semua keluarga besarku yang telah memberikan motivasi kepada penulis

hingga menyelesaikan pendidikan.

9. Sahabat-sahabatku yaitu: Kadek, Sulda, Hayati, Isma, dan Fitri dan

semua teman-teman angkatan 2014 Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan DIII Kebidanan yang telah memberikan dukungan kuliah sampai

pada penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

viii

Harapan penulis semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Akhir kata semoga Karya

Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi yang membutuhkan

Kendari, Juli 2017

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

E. Keaslian Penelitian ............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka .................................................................................. 8

B. Landasan Teori. ................................................................................ 37

C. Kerangka Konsep.............................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 41

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 41

C. Subjek Penelitian .............................................................................. 41

x

D. Defenisi Operasional ......................................................................... 42

E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 43

F. Pengolahan Data .............................................................................. 44

G. Jenis, Analisis dan Penyajian Data ................................................... 45

1. Jenis,Data ................................................................................... 45

2. Analisis Data ............................................................................... 45

3. Penyajian Data ............................................................................ 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 46

B. Hasil Penelitian ................................................................................. 53

C. Pembahasan ..................................................................................... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 61

B. Saran ................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan prematur adalah berakhirnya suatu kehamilan dengan

umur kehamilan antara 20-37 minggu. Bayi prematur berdampak serius

terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat

pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh pada

penurunan kecerdasan anak (Manuaba, 2010).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) setiap

tahunnya diperkirakan 15 juta bayi lahir prematur dan jumlah ini terus

meningkat. Lebih dari 1 juta bayi meninggal setiap tahun akibat

komplikasi kelahiran prematur. Kelahiran prematur merupakan penyebab

utama kematian neonatal dan penyebab utama kedua kematian setelah

pneumonia pada anak dibawah lima tahun. Lebih dari 60% dari kelahiran

prematur berada di Negara berpenghasilan rendah yaitu dari Afrika sub-

Sahara dan Asia Selatan. Tetapi kelahiran prematur juga masalah bagi

beberapa negara berpenghasilan tinggi, termasuk Amerika Serikat dan

Brazil (Meliati, 2014).

Angka kejadian persalinan prematur di Indonesia belum dapat

dipastikan, namun berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)

Departemen Kesehatan tahun 2013 bahwa proporsi BBLR (Bayi Berat

Lahir Rendah) mencapai 10,2%, meskipun angka BBLR tidak mutlak

mewakili angka kejadian persalinan prematur (Kemenkes, RI, 2015).

2

Upaya untuk meningkatkan kualitas manusia seyogyanya harus

dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan dan sangat

tergantung pada kesejahateraan ibu termasuk kesejahteraan dan

keselamatan resproduksinya. Oleh karena itu World Health Organisation

(WHO) bekerja sama dengan March Of Dimes, lembaga sosial Amerika

Serikat yang memiliki misi mencegah bayi lahir prematur dan cacat

melaporkan setiap tahun diperkirakan 13 juta bayi lahir secara prematur

di seluruh dunia. Kelahiran bayi prematur ini paling banyak terjadi di

Negara miskin dan berkembang terutama Asia dan Afrika. Di Indonesia

setiap tahun diperkirakan lahir sekitar 350.000 bayi prematur di

Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut karena saat ini ada

± 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya kurang energi kronik

dan sekitar 50% ibu hamil mengalami anemia defisiensi gizi

(Cunningham, 2012).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat

kenaikan Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu pada tahun 2007 sebesar 228

menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Oleh Karena

itu, pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program

Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. (Kemenkes

RI, 2015)

Data profil kesehatan Sulawesi Tenggara menunjukkan

bahwa

3

angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup bahwa pada tahun

2013 mencapai 240 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2014 menurun

menjadi 205 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2015 menurun

menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Prov. Sultra,

2015)

Jumlah persalinan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara, pada tahun 2012 terdapat 139 kejadian persalinan prematur

(11,5%) dari 1199 persalinan, pada tahun 2013 terdapat 183 kejadian

persalinan prematur (11,7%) dari 1698 persalinan, dan pada tahun 2014

terdapat 152 kejadian persalinan prematur (8,5%) dari 884 persalinan,

sedangkan pada tahun 2015 terdapat 86 kejadian prematur (10,3%) dari

799 persalinan. (RSU Bahteramas Provinsi Sultra, 2012-2015).

Berdasarkan survey awal yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum

(RSU) Dewi Sartika Kota Kendari menunjukkan bahwa ibu bersalin

dengan persalinan prematur berjumlah 29 ibu dari 532 kelahiran, tahun

2014 ibu bersalin dengan persalinan prematur berjumlah 32 ibu dari 453

kelahiran dan pada tahun 2015 ibu bersalin dengan persalinan prematur

meningkat menjadi 42 ibu dari 582 kelahiran. Sedangkan pada tahun

2016 berjumlah 34 ibu yang mengalami persalinan prematur dari 503

kelahiran. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan angka kelahiran bayi

prematur di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari. Penyebab

persalinan prematur di RSU Dewi Sartika diantaranya adalah terjadinya

4

ketuban pecah dini, preeklampisan dan eklampsia, gamely, plasenta

previa, dan hidraamnion.

Penyebab persalinan prematur sering tidak diketahui, tapi ada

beberapa faktor yang berperan dalam kejadian persalinan prematur,

yaitu Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia/eklamsia), perdarahan

antenatal yang berupa Solutio Placenta dan Placenta Previa, penyakit

berat dalam kehamilan yang berupa Diabetes, Jantung, dan terdapat juga

penyebab yang dapat menimbulkan kontraksi seperti Ketuban Pecah

Dini, kehamilan ganda, hidramnion (Mansjoer, 2002 dalam Meliati, 2014).

Berdasarkan kasus di atas peneliti tertarik untuk meneliti

“Identifikasi faktor penyebab terjadinya persalinan prematur di RSU Dewi

Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana identifikasi faktor

penyebab terjadinya persalinan prematur di Rumah Sakit Dewi Sartika

Kota Kendari tahun 2014-2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab

terjadinya persalinan prematur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari

tahun 2014-2016.

5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi terjadinya ketuban pecah dini pada

persalinan prematur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun

2014-2016.

b. Untuk mengidentifikasi terjadinya preeklampsia pada persalinan

prematur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016.

c. Untuk mengidentifikasi terjadinya gemely pada persalinan

prematur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016.

d. Untuk mengidentifikasi terjadinya plasenta previa pada persalinan

prematur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016.

e. Untuk mengidentifikasi terjadinya hidramnion pada persalinan

prematur di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangsi teoritis terhadap pengembangan

pengetahuan khususnya Jurusan DIII Kebidanan.

2. Manfaat Praktis

Sumber informasi bagi pihak Rumah Sakit dan instansi terkait

lainya dalam rangka menentukan kebijakan dan peningkatan

pelayanan program kesehatan.

6

3. Manfaat Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti

dalam mengaplikasikan ilmunya dan menambah wawasan mengenai

ibu bersalin.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Sarwena (2013) dengan judul

penelitian “Identifikasi Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus Premature

Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari” Jumlah sampel

sebanyak 56 orang. Jenis penelitian deskriptif. Tehnik pengambilan

sampel yaitu simple random sampling. Perbedaan dengan penelitian

ini yaitu jumlah sampel dan tehnik pengambilan sampel, dimana

penelitian ini mengambil sampel sebanyak 108 ibu dengan

menggunakan tekhnik pengambilan sampel secara total sampling.

Sedangkan Sarwena mengambil sampel 56 orang ibu yang memiliki

dengan tehnik pengumpulan data simple random sampling.

2. Penelitian Dhina Novi Ariana (2011) dengan judul “Faktor Risiko

Kejadian Persalinan Prematur Di Wilayah Kerja Puskesmas Geyer

Dan Puskesmas Toroh Tahun 2011. Jumlah sampel sebanyak 26

orang kelompok kasus dan 26 orang kelompok kontrol dengan total

sampel 52 orang. Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan

rancangan penelitian Case Control. Teknik sampling yang digunakan

adalah Purposive Sampling. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu

jumlah sampel, jenis penelitian dan tehnik pengambilan sampel,

7

dimana penelitian ini mengambil sampel sebanyak 108 ibu dengan

menggunakan tekhnik pengambilan sampel secara total sampling dan

jenis penelitian deskriptif.

8

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Teori Tentang Persalinan

a. Pengertian

Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai dengan

spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir),

berisiko rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang

kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan

ibu maupun bayi berada dalam kondisi baik (Winkjosastro, 2011)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

proes terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka

dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

(Rohani, et al, 2011).

Persalinan adalah proses dimulai dengan kontraksi uterus

yang menyebabkan dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan

plasenta. Persalinan adlaah proses membuka dan menipisnya

servik, dan dimana janin dan ketuban turun kedalam jalan lahir dan

didorong keluar melalui jalan lahir (Mochtar, 2011)

9

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin

dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).

b. Proses Terjadinya Persalinan

Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih

merupakan kumpulan teoritis yang kompleks teori yang turut

memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain:

1) Teori kerenggangan: otot rahim mempunyai kemampuan

meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut

terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai.

2) Teori penurunan progesteron: Progesteron menurun menjadikan

otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his atau kontraksi.

3) Teori oksitosin: Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah

sehingga dapat mengakibatkan his.

4) Teori pengaruh prostaglandin: Pemberian prostaglandin saat

hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan.

5) Teori plasenta menjadi tua: dengan bertambahnya usia

kehamilan, plasenta menjadi tua dan menyebabkan villi corialis

mengalami perubahan sehingga kadar estergen dan progesteron

10

turun. Hal ini menimbulkan kekejangan pembuluh darah dan

menyebabkan kontraksi rahim.

6) Teori distensi rahim: keadaan uterus yang terus membesar dan

menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus sehingga

mengganggu sirkulasi uteroplasenter.

7) Teori berkurangnya nutrisi: bila nutrisi pada janin berkurang,

maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (Asrinah, et al,

2010)

1) Persalinan Kala I

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah

karena serviks mulai membuka dan mendatar. Kala I persalinan

dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks,

hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan Kala I

dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif, yaitu Fase

Laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung dalam 7-8 jam dan Fase aktif (pembukaan serviks

4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 sub

fase.

a) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

11

b) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Rohani, et al, 2011).

2) Persalinan Kala II

Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap,

tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina,

ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada

rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan

springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan

darah. Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi

baru lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi,

dan 1 jam pada multi. Pada kala pengeluaran janin telah turun

masuk ruang panggul sehingg terjadi tekanan pada otot-otot

dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa

mengedan, karena tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau

buang air besar dengan tanda anus membuka. Dengan adanya

his ibu dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh

seluruh badan janin. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II

yaitu: eklampsi, kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung,

penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur

uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi intra partum, inersia

uteri, tanda-tanda lilitan tali pusat (Rukiyah, et. al, 2009,)

12

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah

diantaranya sebagai berikut:

1) Faktor Power, power adala tenaga atau kekuatan yang

mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi his,

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna dan tenaga

mengejan.

2) Faktor Passager, yaitu faktor janin, yang meliputi sikap janin,

letak, presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin.

3) Faktor Passage (jalan lahir), dibagi menjadi: (a) Bagian keras:

tulang-tulang panggul (rangka panggul), (b) Bagian lunak: otot-

otot, jaringan- jaringan dan ligamen-ligamen.

4) Faktor psikologi ibu, keadaan psikologi ibu memengaruhi proses

persalinan. Dukungan mental berdampak positif bagi keadaan

psikis ibu, yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.

5) Faktor penolong, dengan pengetahuan dan kompetensi yang

baik yang dimiliki penolong, diharapkan kesalahan atau

malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi sehingga

memperlancar proses persalinan. (Asrinah, et al, 2010).

13

2. Tinjauan Teori Tentang Persalinan Prematur

a. Pengertian

Persalinan prematur adalah kelahiran yang dimulai setiap

saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir gestasi ke-

37. Persalinan prematur juga dapat diartikan sebagai

dimulainnya kontraksi uterus yang teratur yang disertai

pendataran dan/atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada

wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu

(kurang dari 259 hari) sejak pertama haid terakhir (Rohani, et al,

2011).

Persalinan preterm atau partus prematur adalah

persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu

(antara 20–37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari

2.500 gram. Persalinan prematur menggambarkan individu yang

mengalami atau berisiko tinggi mengalami pengeluaran janin

viabel sebelum gestasi 37 minggu (Winkjosastro, 2011).

Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam

problematik pada bayi prematur, maka digolongkan dalam 3

kelompok yaitu:

1) Bayi yang sangat prematur (ekstremely premature): 24-30

minggu. Bayi dengan masa gestasi 24-30 minggu masih

sukar hidup pertama dinegara yang belum atau sudah

berkembang

14

2) Bayi dengan derajat prematur yang sedang (Moderatery

premature): 31-36 minggu. Pada gollongan ini kesanggupan

untuk hidup lebih baik dari golongan pertama dan gejala sisa

yang dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan

3) Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini

mempunyai sifat prematur dan matur. Biasanya seperti bayi

matur dan dikelolah seperti bayi matur, akan tetapi sering

timbul problematik seperti yang dialami bayi prematur seperti

sindrom gagal nafas, hiperbilirubin, daya hisap yang lemah

dan sebagainya sehingga bayi harus diawasi dengan

seksama (Manuaba, 2010)

b. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang

multifactorial. Kombinasi keadaan obstetrik dan faktor medik

mempunyai pengaruh terhadap kejadian persalinan prematur.

Banyak persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik

yang merupakan mediator bikokimia yang mempunyai dampak

terjadinya konntraksi rahim dan perubahan serviks, yaitu:

1) Aktivitas aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik

pada ibu maupun janin akibat stress pada ibu atau janin

2) Inplamsi desidua-korio amnion atau sistemik akibat infeksi

asenden dari traktur genitourinaria atau infeksi sistemik

3) Perdarahan desidua

15

4) Peregangan uterus patologi

5) Kelainan pada uterus atau serviks (Winkjosastro, 2011).

Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan

terjadinya persalinan prematur harus dicermati beberapa kondisi

yang dapat menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan

prematur atau seorang dokter terpaksa mengakhiri kehamilan

pada saat kehamilan belum genap bulan.

Kondisi selam kehamilan yan beresiko terjadinya

persalinan prematur adalah sebagai berikut:

1) Janin dan plasenta

a) Perdarahan trimester awal

b) Perdarahan anterpartum (plasenta previa, solution

plasenta, vasa previa)

c) Ketuban pecah dini (KPD)

d) Pertumbuhan janin terhambat

e) Cacat bawaan janin

f) Kehamilan ganda/gamely

g) Polihidramnion

2) Ibu

a) Penyakit berat pada ibu

b) Diabeter Melitus (DM)

c) Preeklampsia/hipertensi

d) Infeksi salurah kemih/genital/intrauteri

16

e) Penyakit infeksi dengan demam

f) Stress psikologik

g) Kelainan bentuk uterus/serviks

h) Riwayat persalinan premature/abortus berulang

i) Inkompetensi serviks

j) Pemakaian obat narkotika

k) Trauma

l) Perokok berat

m) Kelainan Imunologi (Winkjosastro, 2011).

c. Tanda dan Gejala

Pada kehamilan kurang dari 37 minggu terjadi kontraksi

uterus yang teratur semakin kuat dan sering, disertai tanda

kelahiran normal lainna dan kemudian diikuti dengan lahirnya

bayi yang belum cukup umur dengan berat badan 1000-2499

gram.

Keluhan dan gejala lain yang dapat membantu

menegakkan diagnosis dini wanita hamil dengan resiko untuk

kelahiran prematur:

1) Nyeri hebat seperti tanda saat menstruasi kemungkinan

tertukan dan nyeri disekitar ligamentum

2) Nyeri tumpul pada panggul bawah berbeda dari nyeri

panggul bahwa yang biasa dialami oleh wanita hamil.

17

3) Nyeri atau tekanan suprapubis mungkin tertukar dengan

infeksi saluran kemih.

4) Sensasi adanya tekanan atau berat pada pelvik

5) Perubahan karakter atau jumlah raba vagina (lebih kental,

lebih encer, berair, berdarah, warna coklat atau tidak

berwarna)

6) Diare

7) Kontraksi uterus tidak dapat dipalpasi (nyeri hebat atau

tidak

nyeri) yang dirasakan lebih sering dari setiap 10 menit selam

1 jam atau lebih dan tidak meredah dengan tidur berbaring.

8) Ketuban pecah dini (Sujiyatini, 2009)

d. Diagnosa

Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis

ancaman persalinan prematur. Tidak jarang kontraksi yang

timbul pada kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman

proses persalinan. Beberapa kriterian yang dapat dipakai

sebagai diagnosis ancaman persalinan prematur yaitu:

1) Kontraksi yang berulang, sedikitnya setiap 7-8 menit sekali

atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit

2) Adanya nyeri pada punggung bawah

3) Perdarahan bercak

4) Perasaan menekan dari serviks

18

5) Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan

sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50-80%.

6) Presentase janin rendah sampai mencapai spina ischiadika

7) Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal

terjadinya persalinan prematur

8) Terjadinya pada usia kehamilan 22-37 minggu.

(Winkjosastro, 2011).

e. Komplikasi

Komplikasi kelahiran prematur ada 2 yaitu sebagai berikut:

1) Terhadap ibu: tidak terlalu berbahaya dan kemungkinan

kelahiran prematur kembali terulang

2) Terhadap janin: mudah terkena infeksi dan perkemvangan

serta pertumbuhannya sering terlambat. (Nugroho, 2010)

f. Pencegahan

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya persalinan prematur antara lain:

1) Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 20

tahun)

2) Hindari jarak kehamilan terlalu dekat

3) Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh

pelayanan antenatal yang baik

4) Anjurkan agar tidak merokok maupun mengkonsumsi obat

terlarang

19

5) Hindari kerja berat dan perlu istrirahat

6) Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan

prematur

7) Kenali dan obati infeksi genital/sarang kencing

8) Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan

prematur. (Winkjosastro, 2011).

g. Penanganan

Penanganan kelahiran prematur ada 2 yaitu:

1) Penaganan umum, seperti lakukan evaluasi cepat keadaan

umum ibu dan upayakan melakukan kinfirmasi kelahiran bayi

2) Penanganan khusus

a) Penilaian klinik

(1) Kriteria kelahiran prematur antara lain kontraksi yang

teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan

adanya pengeluaran lender kemerahan atau cairan

pervaginum

(2) Pada pemeriksaan dalam yaitu penipisan serviks 50-

80% dan pembukaan 2 cm atau lebih

(3) Mengukur panjang serviks dengan vaginan proses

b) Penanganan

Perlu dilakukan penilaian tentang:

(1) Umur kehamilan, karena bisa dipercaya untuk

menentukan prognosis dari pada berat badan janin

20

(2) Demam atau tidak

(3) Kondisi janin (jumlahnya, letat/presentase, taksiran

berat badan janin, hidup/gawat janin/mati, kelainan

kongenital dan sebagainya) dengan USG

(4) Letak plasenta harus diketahui untuk antisipasi irisan

sectio cecarea

(5) Fasiitas dan petugas yang mampu menganalisis

calon bayi terutama adanya seorang neonatologist,

bila dirujuk sesuai dengan prisnsip penanganan

(6) Coba hentikan kontraksi uterus/penundaan kelahiran

(7) Siapkan penanganan selanjutnya

(8) Upayakan menghentikan kontraksi uterus (Sujiyatini,

2009)

3. Tinjauan Teori Tentang Bayi Prematur

a. Pembahasan Bayi Prematur

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti prematur baby

dengan low birth weight baby (Berat Bayi Lahir Rendah = BBLR).

Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan

kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur.

Hal ini digolongkan dalam:

21

1) Prematuritas murni

Prematuritas murni adalah kelahiran bayi < 37

mingggu dengan berat badan yang sesuai masa kehamilan

dihitung mulai hari pertama haid terakhir

2) Bayi Small Forgestational Age (SGA)

Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya

menurut masa kehamilannya.

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya,

bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi :

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir < 1500

gram

3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir < 1000

gram

b. Gambaran Klinis dan Problematik Bayi Prematur

1) Umur kehamilan ≤ 37 minggu

2) Berat badan ≤ 2499 gram

3) Panjang badan ≤ 46 cm

4) Lingkar kepala ≤ 33 cm

5) Lingkar dada ≤ 30 cm

6) Rambut lanugo masih banyak

7) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

22

8) Tulang rawan daun telingga belum sempurna

pertumbuhannya

9) Tumit mengkilat

10) Telapak kaki halus

11) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh

labia mayora, klitoris menonjol (Pada bayi perempuan)

12) Testis belum turun kedalam skrotum (pada bayi laki-laki)

13) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan

pergerakannya lemah

14) Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya

lemah

15) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan

otot dan jaringan lemak yang masih kurang

16) Ferniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada. (Manuaba,

2010).

c. Penatalaksanaan Bayi Prematur

1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur

mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya

harus dipertahankan dengan ketat. Bila bayi dirawat dalam

incubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan

2000-2500 gram adalah 340C agar ia dapat

mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 0C, kelembaban

indikator sekitar 50-60%

23

2) Mencegah infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencehan

infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

3) Pengawasan nutrisi, reflex menelan belum sempurna oleh

sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat

4) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan

kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya

tahan tubuh oleh sebab itu penimbangan berat badan harus

dilakukan dengan ketat.

5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang

kering dan bersih, pertahankan suhu tetap hangat

6) Kepala bayi ditutup topi, beri O2 bila perlu

7) Tali pusat dalam keadaan bersih

8) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

(Manuaba, 2010)

d. Pencegahan kelahiran bayi prematur

Meskipun disadari manfaat pemeriksaan antenatal dalam

menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) tapi

kualitas pelayanan masih perlu disangsikan. Secara umum untuk

mencegah kelahiran prematur dapat dilakukan upaya sebagai

berikut:

1) Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang

bahaya dan kerugian kelahiran prematur. Masyarakat

diharapkan untuk menghindari faktor risiko diantaranya

24

dengan menjarangkan kehamilan yaitu pada usia 22-23

tahun dan larangan merokok yang berlebihan.

2) Menggunakan kesempatan memeriksakan kehamilan dan

memperoleh pelayanan antenatal yang baik antara lain

pemberian secara rutin multivitamin dan zat besi,

penganggulangan segera pre-eklampsia pada tingkat

permulaan, serta menentukan tuanya kehamilan dan besar

janin sebelum melakukan induksi kelahiran

3) Menganjurkan makan makanan bergizi pada kehamilan

untuk menghindari kekurangan gizi dan anemia

4) Menghindari kerja berat selama kehamilan. (Manuaba,

2010).

4. Tinjauan Penyebab Persalinan Prematur

a. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban

sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir

kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban

pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-

tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi

inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan

aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu

tidak terlalu banyak (Manuaba, 2010).

25

Penyebab KPD menurut Manuaba (2010) dan Morgan

(2009) meliputi antara lain (1) Serviks inkompeten, (2) Faktor

keturunan, (3) pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban

(infeksi genetalia), (4) overdistensi uterus, (5) malposisi atau

malpresentase janin, (6) faktor yang menyebabkan kerusakan

serviks, (7) riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih, (8)

faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan

selama hamil, (9) merokok selama kehamilan, (10) usia ibu yang

lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada

usia muda, (11) riwayat hubungan seksual baru-baru ini, (12)

paritas, (13) anemia, (13) keadaan sosial ekonomi.

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD

adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.

Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,

mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan

berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.

Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah

terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat

kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang

banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2010).

26

Hubungan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan

persalinan prematur adalah jika ibu mengalami KPD pada usia

kehamilan antara 20-37 minggu maka hal tersebut dapat

menyebabkan terjadinya persalinan prematur pada ibu. Dalam

kepustakaan disebutkan bahwa usaha untuk menghindari

ketuban pecah dini adalah menghindari kerja berat dan

hubungan seksual pada bulan-bulan terakhir kehamilan,

menjaga kebersihan alat reproduksi karena pecahnya kulit

ketuban kadang-kadang didahului cervicitis atau amnionitis.

Pencegahan postnatal berupa resusitasi dan perawatan bayi

prematur, pemberian nutrisi yang adekuat dan penjelasan pada

orang tua penderita tentang perannya dalam mencegah

terjadinya gangguan tumbuh kembang pada bayi prematur

(Manuaba, 2010).

b. Preeklampsia

Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel

pembuluh darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga

terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,

mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan

pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi,

edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300 mg per 24

jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif

saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).

27

Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui

dengan pasti. Banyak teori dikemukakan, tetapi belum ada yang

mampu memberi jawaban yang memuaskan. Oleh karena itu,

preeklampsia sering disebut sebagai “the disease of theory”.

Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal

berikut

1) peningkatan angka kejadian preeklampsia pada

primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola

hidatidosa

2) peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring

bertambahnya usia kehamilan

3) perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam

uterus

4) penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-

kehamilan berikutnya

5) mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti

hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma

Angka kematian ibu meningkat karena komplikasi yang

dapat mengenai berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian

terbanyak wanita hamil akibat preeklampsia adalah perdarahan

intraserebral dan edema paru. Efek preeklampsia pada kematian

perinatal berkisar antara 10-28%. Penyebab terbanyak kematian

perinatal disebabkan prematuritas, pertumbuhan janin

28

terhambat, dan solutio plasenta. Sekitar 75% eklampsia terjadi

antepartum dan sisanya terjadi pada postpartum. Hampir

semua kasus (95%) eklampsia antepartum terjadi pada

trimester ketiga.

Angka kematian preeklampsia rata-rata sebanyak 6% dari

seluruh kehamilan dan 12% pada kehamilan primigravida.

Kejadian penyakit ini lebih banyak dijumpai pada primigravida

terutama primigravida pada usia muda daripada multigravida.

Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia

adalah adanya spasme pembuluh darah disertai dengan retensi

garam dan air. Bila spasme arteriolar juga ditemukan di seluruh

tubuh, maka dapat dipahami bahwa tekanan darah yang

meningkat merupakan kompensasi mengatasi kenaikan tahanan

perifer agar oksigenasi jaringan tetap tercukupi. Sedangkan

peningkatan berat badan dan edema yang disebabkan

penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial

belum diketahui penyebabnya. Beberapa literatur menyebutkan

bahwa pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang

rendah dan kadar prolaktin yang tinggi dibandingkan pada

kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan

volume plasma dan mengatur retensi air serta natrium. Pada

preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein

meningkat.

29

Menurut Maryam (2009) kaitan preeklampsia dengan

kejadian persalinan prematur adalah pasien dengan tekanan

darah yang terus menetap yang lebih besar dari atau sama

dengan 160/110 mmHg merupakan calon terapi antihipertensi

Respon yang cepat terhadap terapi dapat memungkinkan

penundaanpada kehamilan yang kurang dari 37 minggu. Pasien

yang lebih dari 36 minggu harus menjalani kelahiran, juga bagi

mereka yang tidak stabil dan tidak membaik, tak peduli akan

umur kehamilan

c. Gemely

Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua

janin atau lebih. Kembar dizigotik memiliki dua amnion

(diamniotik) dan dua plasenta (dikorionik). Pada kembar

monozigot dapat terbentuk satu plasenta (monokorionik), satu

amnion (monoamniotik) atau bahkan satu organ fetal (kembar

siam). Kehamilan kembar dapat dibagi atas beberapa tipe:

1) Kembar dizigotik (Binovular-fraternal twins) (66%): yaitu

a) Fertilisasi dari 2 ovum oleh 2 sperma

b) Dikorionik, korion yang terpisah, memiliki 2 plasenta.

c) Diamniotik, amnion yang terpisah (kantung amnion)

2) Kembar monozigotik (Mono ovular-identical twins) (33%)

yaitu :

a) Pembelahan dari 1 ovum, fertilisasi oleh 1 sperma

30

b) Jika pembelaha terjadi sebelum terbentuknya inner cell

mass (morula), dalam 3 hari (72 jam pertama) dari

fertilisasi, yang terjadi pada 1/3 dari kembar monozigotik

maka setiap fetus akan memiliki kantong amnion dan

plasenta masing-masing (kembar dikorionik diamniotik)

sekitar 96%.

c) Jika pembelahan embrio terjadi setelah 3 hari fertilisasi

(antara 4-8 hari), dimana morulla sudah terbentuk, maka

akan terjadi komunikasi antara sirkulasi plasenta

sehingga terjadi kembar diamniotik monokorionik sekitar

4%.

d) Pembelahan ovum pada hari 8-13 setelah fertilisasi,

dimana lapisan amnion sudah terbentuk akan menjadi

kembar monokorionik, monoamniotik.

e) Pembelahan ovum > 13 hari setelah fertilisasi, dimana

segmentasi terhambat dan setelah primitive streak

terbentuk maka akan terjadi kembar dempet (kembar

siam). Dapat dibagi sesuai lokasi anatomis dempetnya

Janin kembar umumnya terjadi akibat pembuahan dua

ovum yang berbeda yaitu kembar ovum-ganda, dizigotik, atau

fraternal. Sekitar sepertiga janin kembar berasal dari satu ovum

yang dibuahi, kemudian membelah menjadi dua struktur serupa,

masing-masing berpotensi berkembang menjadi individu

31

terpisah, yaitu kembar ovum tunggal, monozigotik, atau identik.

Salah satu atau kedua proses tersebut mungkin berperan dalam

pembentukan kehamilan multijanin lainnya.Sebagai contoh,

kuadruplet (kembar empat) dapat berasal dari satu sampai

empat ovum.

Mekanisme terjadinya kehamilan kembar adalah ketika

sperma bertemu dengan ovum di tuba fallopi, fertilisasi

bergabungnya ovum dan sperma ovum yang telah dibuahi

bergerak turun dari tuba falopii uterus nidasi dan pertumbuhan

fetus, selama proses ini kembar dapat terbentuk. Kehamilan

kembar dapat fraternal atau identikal. Kebanyakan kembar

fraternal berkembang dari telur dan sperma yang terpisah.

Kembar fraternal memiliki plasenta dan kantong amnion terpisah.

Berbeda dengan kembar identikal, dapat terjadi ketika telur yang

dibuahi membelah lebih awal saat kehamilan dan berkembang

menjadi 2 fetus. Kembar identik memiliki 1 plasenta, tapi fetus

biasanya memiliki kantung amnion yang terpisah

Menurut Meliati (2014) kaitan antara gamely dengan

persalinan prematur adalah pada kehamilan kembar distensi

(peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas

toleransi dan sering terjadi persalinan prematur. Kematian bayi

pada anak kembar lebih tinggi dari pada anak kehamilan tunggal

dan prematuritas merupakan penyebab utama. Orang yang

32

mengalami gamely mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk

terjadinya persalinan prematur.

d. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada

bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi

sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan

perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa

adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya

pada bulan kedelapan (Chalik, 2008).

Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200

persalinan, insiden dapat meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20

persalinan pada ibu yang paritas tinggi (Decherney, et al, 2007).

Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor

risiko plasenta previa yaitu:

1) Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2

kali lebih besar dibandingkan dengan umur < 35.

2) Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar

dibandingkan primigravida.

3) Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4

kali lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.

4) Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai

faktor

risiko terjadinya plasenta previa.

33

Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab

implantasinya blastokis pada segman bawah rahim belum

diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa

yang menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi

desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena

proses radang maupun atropi.

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta

previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu

segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan

dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan

semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini

terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di

bagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen bawah

rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan

robekan plasenta pada tempat perlekatannya (Cunningham,

2012).

Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan

dari plasenta previa ini ialah sinus uterus yang robek karena

terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan

sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat

dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen

bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan

tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan

34

perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya

normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini

perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada

plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta

letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan

mulai.

Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah

perdarahan uterus yang keluar melalui vagina tanpa disertai

dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir

trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak

dan dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali

terjadi tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu

kemudian. Dan saat perdarahan berulang biasanya perdarahan

yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir. Karena

letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah,

maka pada palpasi abdomen sering teraba bagian terbawah

janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam

letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui nyeri

maupun tegang pada perut ibu saat dilakukan palpasi

(Chalik, 2008).

Hubungan antara plasenta previa dan persalinan prematur

adalah apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim

mengakibatkan rangsangan koagulum darah pada serviks.

35

Pembukaan serviks diikuti lepasnya plasenta yang melekat yaitu

terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus, jika banyak

plasenta yang lepas maka kadar progesteron turun sehingga

merangsang terjadinya his. Perdarahan ini tidak dapat

dihindarkan karena segmen bawah rahim tidak mampunyai

serabut otot untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak

normal. Bila perdarahan banyak serta dapat membahayakan

keadaan ibu dan janin, persalinan tidak dapat dihindarkan

walaupun umur kehamilan belum cukup bulan dan terjadilah

partus prematur (Sastrawinata, 2005)

e. Hidramnion

Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air

ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter.

Polihydramnion atau disingkat hidramnion saja didefinisikan

sebagai suatu kedaan dimana jumlah air ketuban melebihi 2 liter.

Sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan ketuban

yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada

pasien. Sedangkan secara USG jika Amniotic Fluid Index (AFI) >

20 atau lebih.

Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak

keruh karena adanya campuran partikel solid yang terkandung di

dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan material

sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah

36

sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan

normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30

ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada

kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi

dibandingkan dengan janin sendiri.

Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan

keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan.

Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi

oleh sekresi epitel selaput amnion.

Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan

amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran.

Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan

permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam

memproduksi cairan amnion.

Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan

amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari

cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop,

terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan

cairan amnion.

Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin,

seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan

jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia

esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion

37

Hubungan antara hidramnion dengan persalinan prematur

adalah pada ibu yang mengalami hidramnion sering ditemukan

plasenta yang besar, gejalanya terjadi sebagai akibat penekanan

uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya akibatnya

hidramnion menyebabkan uterus meregang sehingga dapat

menyebabkan partus prematur pada ibu.

B. Landasan teori

Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi

yang dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara

1000-2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36

minggu (Wiknjosastro, 2011).

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan faktor utama penyebab

infeksi pada kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan

infeksi intauterin akibat KPD dapat menyebabkan kelahiran prematur.

Dalam kepustakaan disebutkan bahwa usaha untuk menghindari

ketuban pecah dini adalah menghindari kerja berat dan hubungan

seksual pada bulan-bulan terakhir kehamilan, menjaga kebersihan

umum/alat reproduksi karena pecahnya kulit ketuban kadang- kadang

didahului cervicitis atau amnionitis. Pencegahan postnatal berupa

resusitasi dan perawatan bayi prematur, pemberian nutrisi yang adekuat

dan penjelasan pada orang tua penderita tentang perannya dalam

mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang pada bayi prematur

(Manuaba, 2010).

38

Pada preeklampsia didapatkan risiko persalinan prematur 2,67

kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan

mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan

berat badan lahir rendah (Sudhaberata, 2007). Preeklampsia, baik

secara independen maupun bersama dengan penyakit lain, merupakan

penyebab utama kematian ibu dan kelahiran prematur yang tertinggi di

dunia. Kelahiran prematur yang diindikasikan oleh sebab preeklampsia

mencapai 15% (Rizal, 2008). Prematuritas sendiri akan menyebabkan

problem kesehatan si bayi dalam periode hidupnya di kemudian hari,

beberapa kejadian telah membuktikan bahwa kelahiran prematur akan

meningkatkan risiko jangka panjang penyakit kardiovaskular dan

metabolik yang tentu akan menjadi beban besar ekonomi dalam bidang

kesehatan (Suririnah, 2008).

Menurut teori Varney (2007) mengatakan persalinan pada

kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi

neonatus, prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi kembar

kedua, atau perlunya seksio sesaria. Responden yang mengalami

persalinan gemelli mempunyai resiko 3,38 kali lebih besar untuk

mengalami kejadian persalinan prematur dibandingkan dengan mereka

yang tidak mengalami persalinan gemelli (CI: 2,52 – 4,51, nilai p: 0,001)

(Linda Meliati, 2014). Pada kehamilan kembar distensi (peregangan)

uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi

persalinan prematur. Kematian bayi pada anak kembar lebih tinggi dari

39

pada anak kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab

utama (Wiknjosastro, 2011).

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal atau

pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah

rahim mengakibatkan rangsangan koagulum darah pada serviks.

Pembukaan serviks diikuti lepasnya plasenta yang melekat yaitu

terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus, jika banyak plasenta

yang lepas maka kadar progesteron turun sehingga merangsang

terjadinya his. Perdarahan ini tidak dapat dihindarkan karena segmen

bawah rahim tidak mampunyai serabut otot untuk berkontraksi seperti

pada plasenta letak normal. Bila perdarahan banyak serta dapat

membahayakan keadaan ibu dan janin, persalinan tidak dapat

dihindarkan walaupun umur kehamilan belum cukup bulan dan

terjadilah partus prematur (Sastrawinata, 2005).

Pada hidramnion sering ditemukan plasenta yang besar,

gejalanya terjadi sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada

organ-organ seputarnya. Hidramnion menyebabkan uterus meregang

sehingga dapat menyebabkan partus prematur. Hidramnion akut

biasanya terjadi pada trimester kedua dan kehamilan sering berakhir

pada kehamilan 28 minggu. Hidramnion kronis terjadinya perlahan-lahan

pada kehamilan yang lebih tua. Keluhannya tidak hebat. Hidramnion

harus dianggap sebagai kehamilan dengan resiko tinggi karena dapat

40

membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik karena

adanya kelainan congenital dan prematur (Wiknjosastro, 2011).

C. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel Independent : Ketuban pecah dini, preeclampsia, gamely,

Plasenta previa, hidramnion

Variabel Dependent : Persalinan Prematur

Persalinan Prematur

Ketuban Pecah Dini

Preeklampsia

Gemely

Plasenta Previa

Hidramnion

41

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran suatu keadaan secara

obyektif (Notoatmodjo, 2012).

B. Waktu dan tempat penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 16 sampai 18

Maret tahun 2017.

2. Tempat

Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kota Kendari.

C. Subjek penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang

yang mengalami persalinan prematur yang melakukan persalinan di

Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016 yang

berjumlah 108 ibu.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu bersalin yang mengalami

persalinan prematur pada tahun 2014-2016 yang berjumlah 108 ibu.

Tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling.

42

D. Definisi operasional

1. Persalinan Prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada

kehamilan antara 20–37 minggu.

2. Ketuban Pecah Dini

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum

waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh

sebelumnya.

Kriteria objektif

a. KPD : jika selaput ketuban pecah sebelum permulaan

persalinan tanpa memandang kehamilan preterm

atau aterm.

b. Tidak KPD : jika selaput ketuban pecah setelah permulaan

persalinan

3. Preeklampsia

Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh

darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi

vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan

terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang

menimbulkan terjadinya hipertensi

Kriteria objektif

a. Preeklampsia

b. Tidak preeklampsia

43

4. Gemely

Gemely adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Kriteria objektif

a. Gemely

b. Tidak gemely

5. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada

bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian

atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan uterus yang

dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan

trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan

a. Plasenta Previa

b. Tidak plasenta previa

6. Hidramnion

Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban

lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter.

a. Hidramnion

b. Tidak hidramnion

E. Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berupa lembar ceklist untuk mengumpulkan semua variabel

penelitian yang meliputi ketuban pecah dini, preeklampsia, gamely,

plasenta previa dan hidraamnion.

44

F. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing

Editing atau penyuntingan data dilakukan pada saat penelitian

yakni memeriksa semua lembaran observasi yang telah di isi dan

memeriksa keseragaman data.

b. Koding

Koding atau pengkodean pada lembaran observasi pada tahap

ini kegiatan yang dilakukan ialah mengisi daftar kode yang di sediakan

pada lembaran observasi ,sesuai dengan hasil pengamatan yang

dilakukan.

c. Skoring

Setelah melakukan pengkodean maka dilanjutkan dengan

tahap pemberian skor pada lembaran observasi dalam bentuk angka-

angka.

d. Tabulasi

Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dilakukan

pengolahan data dalam satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki

yang mana yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tabel yang

digunakan yaitu table yang sederhana atau tabel silang.

45

G. Jenis, Analisis dan Penyajian Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang

diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu catatan

medis (Data dari Dinkes Kesehatan Kota Kendari dan Rumah Sakit

Dewi Sartika).

2. Analisis Data

Analisis data meliputi analisis deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan semua variabel penelitian dalam bentuk persentase

atau proporsi dengan rumus:

Keterangan :

f = frekuensi variabel yang diteliti

n = jumlah sampel penelitian

k = konstanta (100%)

X = persentase hasil penelitian (Sugiyono, 2012).

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan setelah data diolah dan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan

Kapten Piere Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu

Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena

berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan mudah

dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi jalan raya

dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Perumahan penduduk

b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean

c. Sebelah timur : Perumahan penduduk

d. Sebelah barat : Perumahan penduduk

2. Lingkungan fisik

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah

seluas 1.624 m² dengan luas bangunan 957,90 m². Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kendari selama kurun waktu 5 tahun sejak

berdirinya tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 telah melakukan

pengembangan fisik bangunan sebanyak 2 kali sebagai bukti

keseriusan untuk berbenah dan memberikan pelayanan yang prima

kepada masyarakat khususnya masyarakat kota kendari.

47

3. Status

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun

/didirikan tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota

Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka

rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan

dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang

sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kendari telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI

menjadi Rumah sakit type D.

4. Organisasi dan Manajemen

Pemimpin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari disebut

Direktur. Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

penuh kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya

Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4 (empat)

orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan Klaim,

Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang Medik,

dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.

a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim

1) Kasir/Juru Bayar

2) Administrasi Klaim

b. Kepala Bidang Pelayanan Medik

48

1) Instalasi Gawat Darurat

2) Instalasi Rawat Jalan (IRJ)

3) Instalasi Rawat Inap (IRNA)

4) Instalasi Gizi

5) Instalasi Farmasi

6) Kamar Operasi

7) Rekam Medik

8) HCU

9) Ruang Sterilisasi

10) Ambulance, dll

c. Kepala Bidang Penunjang Medis

1) Laboratorium

2) Radiologi

d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi

1) Perlengkapan

2) Keamanan

3) Kebersihan

5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kendari

Tugas pokok Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

adalah melakukan upaya kesehatan secara efisien dan efektif

dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

49

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan

dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :

a. Menyelenggarakan pelayanan medik

b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

6. Sarana Prasaran dan Fasilitas

a. Sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

adalah sebagai berikut :

1) IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,

Kelas 3 dan VIP dengan fasilitasnya

2) Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset

sebagai cadangan

3) Air yang digunakan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika adalah

air dari sumur bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi

24 jam.

4) Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan

fasilitas Internet (Wi Fi)

50

5) Alat Pemadam kebakaran

6) Pembuangan limbah

7) Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan

juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat

pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh

mobil pengangkut sampah

8) Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi

dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah

9) Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.

b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kendari adalah sebagai berikut :

1) Pelayanan medis

a) Instalasi Gawat Darurat

b) Instalasi Rawat Jalan

(1) Poliklinik Obsgyn

(2) Poliklinik Umum

(3) Poliklinik Penyakit Dalam

c) Instalasi Rawat Inap

(1) Dewasa/Anak/Umum

(2) Persalinan

d) Kamar Operasi

51

(1) Operasi Obsgyn

(2) Bedah umum

(3) HCU

2) Pelayanan penunjang medis

a) Instalasi Farmasi

b) Radiologi

c) Laboratorium

d) Instalasi Gizi

e) Ambulance

3) Pelayanan Non Medis

a) Sterilisasi

b) Laundry

c. Fasilitas Tempat Tidur

Jumlah Tempat Tidur yang ada di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kendari adalah sebanyak 50 buah tempat tidur yang

terbagi dalam beberapa kelas perawatan yakni sebagai berikut :

1) VIP : 12 Kamar

2) Kelas I : 11 Kamar

3) Kelas II : 12 Kamar

4) Kelas III /Bangsal/internal : 13 Kamar

52

7. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kendari berjumlah 67 terdiri dari ( 16 : Part Time, 67 : Full Time)

dengan spesifikasi pendidikan sebagai berikut :

a. Dokter Spesialis Obgyn : 1 Orang

b. Dokter Spesialis Bedah : 1 Orang

c. Dokter Spesialis Interna : 1 Orang

d. Dokter Spesialis Anastesi : 1 Orang

e. Dokter Spesialis PK : 1 Orang

f. Dokter Spesialis Anak : 1 Orang

g. Dokter Spesialis Radiologi : 1 Orang

h. Dokter Spesialis THT : 1 Orang

i. Dokter Umum : 4 Orang

j. Dokter Gigi : 1 Orang

k. S1 Keperawatan/Nurse : 6 Orang

l. D IV Kebidanan : 2 Orang

m. D III Bidan : 16 Orang

n. D III Keperawatan : 24 Orang

o. SKM : 1 Orang

p. Apoteker : 1 Orang

q. D III Farmasi : 1 Orang :

r. D III Gizi : 3 Orang

s. D III Analis Kesehatan : 3 Orang

8. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

a. Visi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

“Terwujudnya Rumah Sakit yang mandiri dan bersaing global”

b. Misi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat

53

2) Melaksanakan Pelayanan Kesehatan yang berkualitas.

3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau dengan

mengutamakan kepuasan pasien.

4) Meningkatkan profesionalisme SDM (Sumber Daya Manusia)

9. Tujuan

Melakukan upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan

mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kota Kendari pada tanggal 16 Maret sampai 18 Maret 2017

dengan mencatat data sekunder dari status ibu yang disimpan di buku

register rawat inap ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Pada

tahun 2014-2016. Setelah data dikumpul dan diolah secara manual

dengan menggunakan kalkulator dan penyajian data dalam bentuk tabel,

maka diperoleh:.

Distribusi ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur

berasarkan variabel penelitian terlihat pada tebel berikut :

54

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyebab Terjadinya Persalinan Prematur Berdasarkan Variabel Penelitian di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2014-2016

No Penyebab Persalinan Prematur Jumlah (n) %

1 KPD 30 27,8

2 Prekeklampsia 32 29,6

3 Gemely 5 4,6

4 Plasenta Previa 20 18,5

5 Hidramnion 10 9,3

6 KPD dan Preeklampsia 7 6,5

7 KPD dan Gemely 1 0,9

8 KPD dan Hidramnion 3 2,8

Jumlah 108 100

Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2014-2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa penyebab terjadinya persalinan

prematur akibat Ketuban Pecah Dini (KPD) berjumlah 30 ibu (27,8%),

preeklampsia berjumlah 32 ibu (29,6%), gamely berjumlah 5 ibu (4,6%),

plasenta previa berjumlah 20 ibu (18,5%), hidramnion berjumlah 10 ibu

(9,3%), KPD dan preeklampia berjumlah 7 ibu (6,5%), KPD dan gamely

berjumlah 1 ibu (0,9%), KPD dan hidramnion berjumlah 3 ibu (2,8%).

C. Pembahasan

1. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang

mengalami persalinan prematur di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kota Kendari berdasarkan ketuban pecah dini berjumlah 30 ibu

(27,8%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya ketuban

pecah dini pada ibu bersalin merupakan salah satu penyebab

paling utama terjadinya persalinan prematur sehingga dapat

55

disimpulkan bahwa semakin banyak ibu yang mengalami ketuban

pecah dini maka akan semakin tinggi risiko terjadinya persalinan

prematur.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih ada

persalinan prematur yang tidak disebabkan oleh ketuban pecah dini.

Hal ini bisa disebabkan oleh faktor lain diantaranya adanya

preeklampsia dan plasenta previa.

Menurut Manuaba (2010) bahwa Ketuban Pecah Dini (KPD)

merupakan faktor utama penyebab infeksi pada kehamilan.

Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan infeksi intauterin akibat

KPD dapat menyebabkan kelahiran prematur. Dalam kepustakaan

disebutkan bahwa usaha untuk menghindari ketuban pecah dini

adalah menghindari kerja berat dan hubungan seksual pada bulan-

bulan terakhir kehamilan, menjaga kebersihan umum/alat reproduksi

karena pecahnya kulit ketuban kadang- kadang didahului cervicitis

atau amnionitis. Pencegahan postnatal berupa resusitasi dan

perawatan bayi prematur, pemberian nutrisi yang adekuat dan

penjelasan pada orang tua penderita tentang perannya dalam

mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang pada bayi prematur.

Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kelahiran

prematur diperlukan tindakan resusitasi dengan menggunakan

peralatan resusitasi dengan benar pada bayi baru lahir. Pada bayi

56

prematur mempunyai beberapa karakteristik yang menjadi tantangan

dalam resusitasi neonatus. Beberapa karakteristik tersebut adalah

terdapat kekurangan surfaktan pada paru-paru sehingga menimbulkan

kesulitan pada saat membran ventilasi, kulit yang tipis dan kurangya

jaringan lemak kulit sehingga memudahkan bayi kehilangan panas,

bayi seringkali lahir disertai infeksi serta pembuluh darah otak sangat

rapuh sehingga mudah menyebabkan perdarahan pada keadaan

stress (Santoso, 2003).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwahati (2013)

bahwa bahwa kejadian persalinan prematur lebih banyak terjadi

pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini sejumlah 7 orang

(63,6%) dibandingkan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah

dini sejumlah 2 orang (3,0%).

2. Preeklampsia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang

mengalami persalinan prematur di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kota Kendari berdasarkan preeklampsia berjumlah 32 ibu (29,6%).

Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya preeklampsia pada ibu bersalin

merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan prematur

sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak ibu yang

mengalami preeklampsia maka akan semakin tinggi risiko terjadinya

persalianan prematur.

57

Menurut Rizal (2008) bahwa preeklampsia, baik secara

independen maupun bersama dengan penyakit lain, merupakan

penyebab utama kematian ibu dan kelahiran prematur yang tertinggi di

dunia. Kelahiran prematur yang diindikasikan oleh sebab

preeklampsia mencapai 15%. Menurut Sudhaberata (2007) pada

preeklampsia didapatkan risiko persalinan prematur 2,67 kali lebih

besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan mempunyai

kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat

badan lahir rendah.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Amini (2013)

bahwa Preeklampsia memiliki peluang 0,583 kali mengalami

persalinan prematur namun secara statistik tidak bermakna. Sehingga

tidak ada hubungan antara preeklampsia dengan persalinan prematur

pada ibu bersalin spontan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kota

Yogyakarta tahun 2010-2012, p=0,467 (p>0,05).

3. Gemely

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang

mengalami persalinan prematur di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kota Kendari berdasarkan gamely berjumlah 5 ibu (4,6%).

Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya gemely pada ibu bersalin

merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan prematur.

Namun dalam penelitian ini lebih banyak ibu yang tidak

58

mengalami gamely. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor lain khususnya

terjadinya ketuban pecah dini dan preeklampsia.

Menurut teori Varney (2007) mengatakan persalinan pada

kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah seperti

resusitasi neonatus, prematuritas, perdarahan postpartum,

malpresentasi kembar kedua, atau perlunya seksio sesaria. Pada

kehamilan kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga

melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan prematur.

Kematian bayi pada anak kembar lebih tinggi dari pada anak

kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama

(Wiknjosastro, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Meliati, (2014)

bahwa responden yang mengalami persalinan gemelli mempunyai

resiko 3,38 kali lebih besar untuk mengalami kejadian persalinan

prematur dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami

persalinan gemelli (CI: 2,52 – 4,51, nilai p: 0,001).

4. Plasenta Previa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang

mengalami persalinan prematur di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kota Kendari berdasarkan plasenta previa berjumlah 20

ibu (18,5%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya plasenta

previa pada ibu bersalin merupakan salah satu penyebab

terjadinya persalinan prematur. Namun dalam penelitian ini lebih

59

banyak ibu yang tidak mengalami plasenta previa. Hal ini bisa

disebabkan oleh faktor lain khususnya terjadinya ketuban pecah dini

dan preeklampsia.

Menurut teori Sastrawinata (2005) plasenta previa adalah

plasenta yang letaknya abnormal atau pada segmen bawah uterus

sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim mengakibatkan

rangsangan koagulum darah pada serviks. Pembukaan serviks diikuti

lepasnya plasenta yang melekat yaitu terlepasnya sebagian plasenta

dari dinding uterus, jika banyak plasenta yang lepas maka kadar

progesteron turun sehingga merangsang terjadinya his. Perdarahan ini

tidak dapat dihindarkan karena segmen bawah rahim tidak

mampunyai serabut otot untuk berkontraksi seperti pada plasenta

letak normal. Bila perdarahan banyak serta dapat membahayakan

keadaan ibu dan janin, persalinan tidak dapat dihindarkan walaupun

umur kehamilan belum cukup bulan dan terjadilah partus prematur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustiana, (2012)

bahwa pada ibu yang mengalami plasenta previa memiliki peluang 3

kali lebih besar terjadinya persalinan prematur dibandingkan ibu yang

tidak mengalami plasenta previa (95%CI: 2.208-4.098).

60

5. Hidramnion

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang

mengalami persalinan prematur di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kota Kendari berdasarkan hidramnion berjumlah 10 ibu (9,3%). Hal ini

menunjukkan bahwa terjadinya plasenta previa pada ibu bersalin

merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan prematur. Hal

ini berarti bahwa semakin banyak yang mangalami hidraamnion maka

akan semakin tinggi risiko mengalami persalinan prematur.

Menurut teori Wiknjosastro (2011) bahwa pada hidramnion

sering ditemukan plasenta yang besar, gejalanya terjadi sebagai

akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.

Hidramnion menyebabkan uterus meregang sehingga dapat

menyebabkan partus prematur. Hidramnion akut biasanya terjadi pada

trimester kedua dan kehamilan sering berakhir pada kehamilan 28

minggu. Hidramnion kronis terjadinya perlahan-lahan pada kehamilan

yang lebih tua. Keluhannya tidak hebat. Hidramnion harus dianggap

sebagai kehamilan dengan resiko tinggi karena dapat membahayakan

ibu dan anak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Meliati (2014)

bahwa pada ibu yang mengalami hidramnion memiliki peluang 2,4 kali

lebih besar terjadinya persalinan prematur dibandingkan ibu yang

tidak mengalami hidramnion (95%CI: 2.208-4.098).

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

identifikasi faktor penyebab terjadinya persalinan prematur di Rumah

Sakit Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2014-2016, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Penyebab persalinan prematur berdasarkan Ketuban Pecah Dini

(KPD) berjumlah 30 ibu (27,8%), dan yang memiliki diagnosa ganda

yaitu KPD dengan preeklampsia berjumlah 7 ibu (6,5%), KPD dan

Gemeli berjumlah 1 Ibu (0,9%) dan KPD dan hidramnion Berjumlah 3

ibu (2,8%).

2. Penyebab persalinan prematur berdasarkan preeklampsia berjumlah

32 ibu (29,6%).

3. Penyebab persalinan prematur berdasarkan gamely berjumlah 5 ibu

(4,6%).

4. Penyebab persalinan prematur berdasarkan plasenta previa berjumlah

20 ibu (18,5%).

5. Penyebab persalinan prematur berdasarkan hidramnion berjumlah 10

ibu (9,3%).

62

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan pada penelitian

ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Disarankan kepada ibu hamil agar selalu memeriksakan kehamilannya

di pelayanan kesehatan untuk memantau kehamilan dan mendeteksi

sedini mungkin komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalinan

khususnya tentang persalinan prematur serta mengkonsumsi

makanan yang bergizi agar menurunkan risiko terjadinya persalinan

prematur.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar

mengembangkan penelitian tentang persalinan prematur pada ibu

bersalin.

3. Disarankan bagi instansi terkait untuk dapat memberikan penanganan

dan perawatan ibu yang akan melahirkan bayi prematur sesuai

dengan protap yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiana, T. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan

Prematur Di Indonesia Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Depok. Universitas Indonesia.

Amini, A. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Denganpersalinan

Prematur Pada Ibu Bersalin Spontan Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Kota Yogyakarta Tahun 2010-2012.. Yogyakarta: Stikes Aisyiyah. Skripsi

Ariana, Dhina Novi. 2011. Faktor Risiko Kejadian Persalinan Prematur Di

Wilayah Kerja Puskesmas Geyer Dan Puskesmas Toroh Tahun 2011. Universitas Sumatera Utara. JKM. Vol. 4 No. 1, 2011.

Asrinah, Putri, S.S., Sulistyorini, Dewie., Muflihah, I.S., Sari, D.N. 2010.

Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha. Ilmu Brooks MD., 2011. Pregnancy, Preeclampsia. Dalam: Wulan, S.K., 2012.

Karakteristik Penderita Preeklampsia dan Eklampsia di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2009 – 2011. Medan. Karya Tulis Ilmiah

Chalik, T.M.A., 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan.

Jakarta: Bina Pustaka. Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23. Jakarta: EGC. Decherney, AH, Goodwin TM, Nathan L, Laufer N. 2007. 2007. Lange

Current Diagnosis and Treatment Obstetric and Gynecology, 7th edition. Mc Graw Hill.

Dinas Kesehatan, Prov. Sultra. 2015. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara

Tahun 2015. Kendari. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan

Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kurniasih, Shinta. 2009. Persalinan Prematur. Available

at:http://himapid.com/2009/10/persalinan-prematur.html. Jurnal Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta: Media

Aesculapius. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta ;

EGC

Maryam. 2009. Hubungan Antara Preeklampsia Dengan Persalinan

Prematur Di Rsud Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi

Meliati, Linda. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Persalinan Prematur Di Rsup Ntb Tahun 2013. Poltekkes Kemenkes Mataram. Jurnal Kesehatan Prima Vol. 8 No. 2, Agustus 2014.

Mochtar Rustam. 2011. Sinopsis Obstentri Fisiologi dan Obstentri

Patofisiologi. Edisi 3 Jilid I. Jakarta. EGC. Morgan, G. 2009. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Musrifawati. 2011. Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif dan Karakteristik Ibu

yang Memberikan Susu Formula pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2011. Politeknik Kesehatan Kendari. Karya Tulis Ilmiah

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta. Nugroho. 2010. Ginekologi dan Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika. Purwahati, NWR. 2013. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan

Persalinan Prematur Di Rumah Sakit Mutiara Bunda Salatiga. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran. Skripsi

Rizal, M. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 5. Jakarta: EGC. Rohani, Saswita, R., Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa

Persalinan. Jakarta : Salemba Medika RSU Bahteramas Prov. Sultra. Profil RSU Bahteramas Kendari Tahun 2012-

2015. Kendari. Rukiyah, Aiyeyeh., Astuti, Puji Hutari. 2009. Asuhan Kebidanan IV (Patologi

Kebidanan). Jakarta : CV. Trans Info Media Sarwena. 2013. Identifikasi Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus Prematur Di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari. Akademi Pelita Ibu Kendari. Karya Tulis Ilmiah

Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Sudhaberata. 2007. Hubungan Antara Preeklampsia Dengan Persalinan Prematur Di Rsud Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi

Sujiyatini. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Nuha Medika Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung: Alfabeta.. Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan & Persalinan. Jakarta: Gramedia. Wardana, A dan Karkata. K., 2007. Faktor Risiko Plasenta Previa. Denpasar,

Bali.vol.34 (5) hal 229-232 September-Oktober 2007. Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.

Jakarta: EGC. Winkjosastro, Hanifa, 2011, Ilmu Kebidanan. Edisi Tiga, Jakarta: Penerbit

YBP. SP