77
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) Oleh : Gusmaini A14051081 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH

(Studi Kasus Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur)

Oleh :

Gusmaini

A14051081

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH

(Studi Kasus Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur)

Oleh :

GUSMAINI

A14051081

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 3: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

SUMMARY

GUSMAINI, Slum Area Characterization (Case of Jatinegara, East Jakarta).

Supervised by DYAH RETNO PANUJU, BAMBANG H. TRISASONGKO,

and ASDAR ISWATI

Housing expansion in urban areas has a direct link to increasing

population. In many regions, boosting inhabitants are determined by rising birth

rate and urbanization. Since the land is generally limited, soaring inhabitants

coupled with ineffective planning result to increasing the number of slum areas. In

Jakarta, slum area is manifested as small, low maintenance cost housing.

Frequently, the housing is subject to be sold or lent to the squatters.

Jakarta’s slum areas were studied previously. Nonetheless, very limited

reports, if any, construct a better understanding on their spatial distribution and

inhabitant’s activities (movement). This research fills the gaps through offering a

method of slum mapping. The other goals include slum area characterization and

factors affecting slum development and to assess mobility of the squatters.

Using the high-resolution QuickBird data, it shown that primary identifier

for slum area was its pattern. Jakarta’s slum can be recognized straightforwardly

through its disorder pattern with less (or even no) passages between houses.

Asbestos or zincalume roofs were another identification key suitable to detect the

area from space. These types of roof were generally observed in the study area, in

addition to clay (genteng). Both roofs are shown in white using natural colour

scheme. In order to assess factors determining slum areas, the Hayashi

Quantification II was employed. The analysis used to identifies factors affecting

dwellers mobility of people in the slums was the Hayashi Quantification I.

It is shown that slum area was mainly developed along rivers and local

road. Field surveys were conducted to determine housing characteristics such as

floor and roof types, and ventilation. Brick houses were commonly observed,

however about 28% of the houses were built semi-permanently (half-bricks with

particle board or triplek). Some of the houses were found detrimental, i.e. without

sufficient ventilation. The survey discovered that average alley was about 1 meter.

Most of the dwellers took low-level jobs such as daily-based workers or informal

traders. These were due to insufficient education where about 42% of them were

primary school (SD) graduates.

It was revealed that factors determining slum areas included origins,

location of the house, its size and alley width. Using Hayashi Quantification I, the

research successfully identifies factors affecting dwellers mobility; those were

number and location of activities, primary and secondary jobs and dweller’s

origin.

As seen from the Spatial Plan of East Jakarta 2010, there was about 11,14

Ha slums area located at housing areas and approximately 14,34 Ha at greenery open spaces.

Page 4: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

RINGKASAN

GUSMAINI. Identifikasi Karakteristik Permukiman Kumuh (Studi Kasus

Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur). Di bawah bimbingan DYAH RETNO

PANUJU, BAMBANG H. TRISASONGKO, dan ASDAR ISWATI

Perkembangan lingkungan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas

dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk baik karena faktor pertumbuhan

penduduk secara alami serta proses urbanisasi. Pertumbuhan penduduk dan

terbatasnya lahan di daerah perkotaan menyebabkan semakin berkembangnya

rumah petak kecil yang diperjualbelikan dan disewakan kepada para pendatang.

Rumah-rumah petak kecil tersebut kemudian berkembang menjadi kawasan padat

dan kumuh yang disebut dengan kawasan kumuh (slum area). Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan permukiman kumuh, mempelajari

karakteristik permukiman kumuh, mengetahui faktor penciri yang menentukan

kawasan kumuh, dan mempelajari mobilitas masyarakat di permukiman kumuh.

Analisis yang digunakan pertama dalam penelitian ini adalah analisis citra.

Kunci interpretasi untuk identifikasi permukiman pada citra Quickbird adalah

pola dari bentuk permukiman. Ciri-ciri permukiman kumuh yang tampak pada

citra adalah mempunyai pola tidak teratur, rapat tidak ada jarak antar rumah,

sebagian besar rumah beratapkan asbes atau seng dan sebagian kecil beratapkan

genteng. Pada citra tersebut, atap asbes terlihat sebagai warna putih, sedangkan

rumah yang beratapkan genteng terlihat berwarna oranye. Untuk mengetahui

faktor penciri permukiman kumuh digunakan metode Kuantifikasi Hayashi II.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mobilitas

masyarakat di permukiman kumuh adalah metode Kuantifikasi Hayashi I.

Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak

dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah pemukiman

kumuh umumnya berlantai keramik dan sebagian berlantaikan tanah. Kondisi atap

rumah permukiman kumuh umumnya menggunakan asbes atau seng. Jenis

dinding rumah umumnya tembok namun terdapat kurang lebih 28 % dinding

rumah semi permanen yaitu ½ tembok, ½ triplek. Sebagian rumah (21%) di

permukiman kumuh tidak memiliki ventilasi. Berdasarkan survei lapang, lebar

rata-rata jalan terdekat dengan rumah adalah sekitar 1 m. Masyarakat yang tinggal

di permukiman kumuh umumnya bekerja sebagai buruh harian dan pedagang

informal. Sekitar 42% masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh hanya

berpendidikan SD.

Pada penelitian ini dijumpai bahwa faktor penciri permukiman kumuh

adalah asal daerah, lokasi rumah, luas rumah, dan lebar jalan. Hasil analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas masyarakat di permukiman kumuh

menghasilkan beberapa faktor penting antara lain: jumlah kegiatan, pendidikan,

alat transportasi, tujuan kegiatan, lokasi kegiatan, pekerjaan, pekerjaan lain, dan

asal daerah.

Jika dilihat dari Rencana Tata Ruang wilayah Jakarta Timur 2010 terdapat

11,14 Ha permukiman kumuh berada pada peruntukkan lahan untuk perumahan,

dan sekitar 14,34 Ha lahan berada pada peruntukkan ruang terbuka hijau.

Page 5: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

JUDUL : Identifikasi Karakteristik Permukiman Kumuh (Studi

Kasus Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur)

PENULIS : GUSMAINI

NRP : A14051081

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I

Ir. Dyah Retno Panuju, M.Si

NIP. 19710412 199702 2001

Dosen Pembimbing II

Ir. Bambang H. Trisasongko, M.Sc

NIP. 19700903 200812 1001

Dosen Pembimbing III

Dr. Ir. Asdar Iswati, M.S

NIP. 19600410 198503 2001

Mengetahui :

Ketua Departemen Tanah

Dr.Ir. Syaiful Anwar, M.Sc

NIP.1962 11131987031 003

Tanggal Lulus :

Page 6: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 16 Agustus 1986

sebagai anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan

Sudirman Tanjung dan Murni Chaniago.

Penulis memulai pendidikan formal di SD Kartika X-6 pada

tahun 1992 di Jakarta lulus pada tahun 1999. Kemudian pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 164 hingga lulus tahun 2002, dan

pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 29 Jakarta. Pada tahun yang sama

penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Ketika menyandang predikat sebagai mahasiswa penulis bergabung

dengan BEM FAPERTA Kabinet Matahari sebagai staf Departemen Pertanian.

Selain itu penulis juga aktif berpartisipasi sebagai penyelenggara pada kegiatan

dalam kampus. Dalam bidang akademis penulis berperan aktif sebagai asisten

praktikum Perencanaan Tata Ruang dan Penggunaan Lahan. Selain itu penulis

juga pernah berkesempatan menjadi asisten peneliti pada kajian perubahan

penggunaan lahan di sekitar jalan tol, kerjasama P4W-IPB dengan Asdep Data

dan Informasi Lingkungan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun

2009.

Page 7: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT serta Shalawat

dan salam kepada Nabi Muhammad SAW atas rahmat, karunia serta ridho-Nya

sehingga penulis dapat menyelesai skripsi yang bertajuk ”Identifikasi

Karakteristik Permukiman Kumuh (Studi Kasus Kecamatan Jatinegara) sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada program studi

Manajemen Sumber Daya Lahan, IPB.

Melalui lembaran ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada Ibu Ir. Dyah Retno Panuju, M.Si, selaku dosen pembimbing yang selama

ini telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi kepada penulis terutama dalam

hal penulisan dan pengerjaan analisis statistik hingga terselesaikannya skripsi ini,

kepada Bapak Bambang H. Trisasongko, M.Sc, selaku dosen pembimbing atas

kesabaran, bimbingan, masukan serta nasehat yang diberikan kepada penulis

selama menyelesaikan tugas akhir ini, serta kepada Ibu Dr. Asdar Iswati selaku

dosen pembimbing yang telah senantiasa memberikan nasehat, perhatian, serta

motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kemudian kepada Bapak

Dr. Boedi Tjahjono selaku dosen penguji, penulis ucapakan terima kasih atas

segala saran dan masukannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

They are the best lecturers in my life.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Amak, Apa, Ita, Cani, Inet, Ajo Napis serta seluruh keluarga besar Enyta

Jaya atas segala doa tulus yang dipanjatkan, kasih sayang, perhatian serta

perjuangan yang tiada henti hingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan sampai pada jenjang S1.

2. Keponakan-keponakan tercinta Nadya, Nada, Sera, Vina, Roihan, dan

Rima atas segala gelak tawa kalian yang telah memberikan motivasi untuk

menjadi tauladan yang baik bagi kalian semua.

3. Adik Bagus Sriana dan keluarga yang telah memberikan motivasi,

perhatian serta kasih sayangnya.

4. Para sahabat Tia, Windy, Ulfah, Rizky, Novia atas segala waktu serta

canda tawa kalian saat suka dan duka. Serta kepada warga Nabila

Anggrek K’Tilla, Dilla, Lola, Ana, Nia atas kebersamaannya.

Page 8: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

ii

5. Rekan-rekan seperjuangan di laboratorium Perencanaan Pengembangan

Wilayah atas segala bantuannya Nana, Suwi, Puput, Novem, Eka, Fifi,

Topan, especially Ava dan Widya Together to be Better.

6. Staf Laboratorium Perencanaan Pengembangan wilayah especially mba

Dian dan mba Emma, terima kasih atas bantuannya selama ini.

7. Rekan-rekan Soiler’ 42 atas kebersamaannya, especially Ayu dan Ican,

Viva Soil

8. Para Responden yang berada di permukiman kumuh, terima kasih atas

waktu yang telah diberikan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari

tulisan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian semoga segala sesuatu

yang dituangkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2010

Penulis

Page 9: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar belakang........................................................................................ 1

1.2. Tujuan .................................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

2.1. Permukiman Kumuh .............................................................................. 4

2.2. Urbanisasi .............................................................................................. 7

2.3. Aplikasi Geospasial dalam Pemukiman Kumuh ................................... 9

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 11

3.1. Lokasi Penelitian.................................................................................... 11

3.2. Bahan dan Alat....................................................................................... 11

3.3. Tahap Kegiatan Penelitian ..................................................................... 11

3.3.1. Penetapan Lokasi Contoh ............................................................. 11

3.3.2. Inventarisasi Karakteristik Tempat Tinggal dan Aktifitas

Masyarakat Permukiman Kumuh ................................................. 12

3.3.3. Identifikasi Mobilitas Masyarakat Permukiman Kumuh ............. 13

3.3.4. Teknik Analisis Data .................................................................. 13

3.3.4.1.Analisis Identifikasi Permukiman Kumuh Secara Spasial 13

3.3.4.2.Analisis Penentuan Faktor Penciri Pemukiman Kumuh .. 14

3.3.4.3.Analisis Penentuan Faktor –Faktor yang Mempengaruhi

Mobilitas .......................................................................... 15

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI .................................................. 17

4.1. Geografi dan Lingkungan .................................................................... 17

4.2. Administrasi dan Luas Lahan .............................................................. 17

4.3. Kependudukan ..................................................................................... 19

4.5. Perekonomian ...................................................................................... 20

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 22

5.1. Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh di Wilayah Jakarta Timur 22

Page 10: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

5.1.1. Distribusi Spasial Permukiman Kumuh ..................................... 24

5.2. Karakterisasi Permukiman Kumuh di Wilayah Jakarta Timur ............ 26

5.2.1. Karakteristik Lokasi ................................................................... 26

5.2.2. Deskripsi Rumah Masyarakat di Permukiman Kumuh .............. 30

5.2.3. Karakteristik Pendidikan dan Jenis Pekerjaan ........................... 36

5.3. Faktor Penciri Kekumuhan .................................................................. 37

5.4. Mobilitas Masyarakat di Permukiman Kumuh .................................... 38

5.4.1. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas ...................................... 39

5.4.1.1.Keterkaitan Karakteristik Pelaku Dengan

MobilitasMasyarakat Permukiman Kumuh..................... 40

5.4.1.2.Aktivitas Masyarakat Permukiman Kumuh dan Moda

Transportasi ..................................................................... 42

5.4. Rencana Tata Ruang Wilayah dan Sebaran Permukiman

Kumuh ................................................................................................ 44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 49

6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 49

6.2. Saran .................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51

LAMPIRAN ................................................................................................... 53

Page 11: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Poligon Merah Menunjukkan (A) Kelurahan Bukit Duri, (B)

Kelurahan Kampung Melayu Yang Letaknya Pada Citra Quickbird

Terlihat Berdekatan ................................................................................ 13

2. Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 15

3. Peta Administrasi Kotamadya Jakarta Timur ......................................... 18

4. Pertumbuhan Penduduk .......................................................................... 20

5. Grafik PDRB Berdasarkan Harga Konstan ............................................ 21

6. Sebaran Lokasi Kumuh di Jakarta Timur ............................................... 22

7. Sebaran Lokasi Kumuh di Kecamatan Jatinegara Berdasaran Data

Evaluasi RW Kumuh DKI 2008 ............................................................. 24

8. Pola Pemukiman Tidak Teratur Yang Merupakan Daerah Kumuh:

Atap Seng(A), Atap Genteng (B), dan Atap Asbes(C): Kenampakan

Citra Quickbird Pada Daerah Kumuh Yang Terletak di Kelurahan

Cipinang Besar Utara .............................................................................. 25

9. Pola Permukiman Teratur di Kelurahan Cipinang Besar Selatan Pada

Citra Quickbird: Pola Teratur dan Tampak Rapi Antara Rumah dan

Jalan Dapat di Bedakan .......................................................................... 25

10. (a) Permukiman Kumuh Yang Terletak di Dekat Sungai Ciliwung,

Dekat Pasar Mester Atau Pasar Jatinegara, (B) Pemukiman Kumuh

Yang Terletak di Dekat Sungai Ciliwung ............................................... 26

11. Frekuensi Jumlah Permukiman Kumuh Terhadap Lokasi Permukiman

di Jakarta Timur ...................................................................................... 26

12. Peta Sebaran Permukiman Kumuh di Jakarta Timur .............................. 28

13. (a) Penampakan Obyek Permukiman Kumuh Yang Terlihat Dari Citra

Berada di Sekitar Jalan Tol,(b) Penampakan Obyek Foto Lokasi

Permukiman Kumuh di Sekitar Jalan Tol ............................................... 29

14. (a) Penampakkan Obyek Permukiman Kumuh Yang Terlihat Dari

Citra Berada di Sekitar Jalan Arteri, (b) Penampakan Obyek Foto

Lokasi Permukiman Kumuh di Sekitar Jalan Arteri ............................... 29

15. (a) Penampakkan Obyek Permukiman Kumuh Yang Terlihat Dari

Citra Berada di Sekitar Jalur Kereta Api, (b) Penampakan Obyek Foto

Lokasi Permukiman Kumuh di Sekitar Jalur Kereta Api ....................... 29

16. Lokasi Permukiman Kumuh Reponden di Kecamatan Jatinegara ......... 30

17. Sebaran Pemukiman Kumuh Kecamatan Jatinegara .............................. 31

Page 12: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

vi

18. Jenis Atap di Pemukiman Kumuh .......................................................... 32

19. Foto Jenis Atap di Permukiman Kumuh (a) Atap Genteng di

Kelurahan Rawa Bunga, dan (b) Atap Seng di Kelurahan Cipinang

Besar Utara ............................................................................................. 32

20. Jenis Lantai di Pemukiman Kumuh ........................................................ 33

21. (a) Jenis Rumah Kumuh Berlantai 2 Yang Rata-Rata Terletak di Dekat

Sungai, (b) Jenis Rumah Kumuh Yang Berlantai Tanah, Lokasi

Terletak di Kelurahan Cipinang Besar Utara ......................................... 33

22. Jenis Dinding di Pemukiman Kumuh ..................................................... 34

23. Lokasi Rumah Yang Dimanfaatkan Sebagai Warung di Kelurahan

Cipinang Besar Utara .............................................................................. 34

24. MCK Umum (a) Terletak di Kelurahan Kampung Melayu, (b)

Terletak di Kelurahan Rawa Bunga ........................................................ 35

25. Jenis Ventilasi Yang Terletak di Lokasi Kelurahan Cipinang Besar

Utara ....................................................................................................... 36

26. Tingkat Pendidikan Responden di Permukiman Kumuh di Daerah

Penelitian ................................................................................................ 36

27. (a) Jenis Pekerjaan Dan (B) Total Pendapatan di Permukiman Kumuh

28. di Daerah Penelitian ................................................................................ 37

29. Peta Mobilitas Masyarakat di Permukiman Kumuh Kecamatan

Jatinegara ................................................................................................ 39

30. Hubungan Antara Kategori (A) Tingkat Pendidikan, (B) Jenis

Pekerjaan, (C) Pekerjaan Lain, (D) Asal Daerah Dengan Rataan

Frekuensi Kegiatan ................................................................................. 41

31. Hubungan Antara (a) Jumlah Kegiatan, (b) Tujuan Kegiatan, (c)

Lokasi Kegiatan, (d) Alat Transportasi Dengan Rataan Frekuensi

Kegiatan .................................................................................................. 43

32. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta Timur 2010 Dan Lokasi

Permukiman Kumuh Pada Peruntukan Lahan Dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah ....................................................................................... 48

Page 13: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Jumlah Sebaran Responden Pada Setiap Kelurahan Berdasarkan

Kedekatannya Terhadap Obyek Penting ................................................ 12

2. Peubah Untuk Mengidentifikasi Faktor-Faktor Penciri Tingkat

Kekumuhan ............................................................................................. 14

3. Data, Sumber Data, Variabel Serta Teknik Analisis Yang Digunakan

Dalam Penelitian Ini Adalah ................................................................... 16

4. Jumlah RW, RW kumuh, Jumlah RT dan RT Kumuh Kecamatan

Jakarta Timur 2008 ................................................................................. 19

5. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan, 2006-

2007 ........................................................................................................ 19

6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur .................................... 20

7. Jumlah KK Kumuh di Kecamatan Jatinegara ......................................... 23

8. Luas Sebaran Permukiman Kumuh Hasil Klasifikasi Citra Quickbird .. 27

9. Rata-Rata Luas Rumah dan Lebar Jalan di Setiap Kategori Kumuh...... 34

10. Ringkasan Hasil Analisis Kuantifikasi Hayasi II ................................... 38

11. Ringkasan Hasil Analisis Kuantifikasi Hayasi I ..................................... 40

12. Luas Permukiman Kumuh Pada Berbagai Peruntukan Lahan Rencana

Tata Ruang Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010. ................................... 45

Page 14: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Tabel Peubah Yang Digunakan pada Analisis Hayashi I ............................ 54

2. Tabel Jumlah Perjalanan Masyarakat Permukiman Kumuh Kecamatan

Jatinegara berdasarkan Kegiatan serta Lokasi Tujuan ......................... 56

3. Tabel Hasil Analisis Faktor Penciri Tingkat Kekumuhan........................... 57

4. Tabel Hasil Analisis Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas

Masyarakat di Permukiman Kumuh..................................................... 58

5. Tabel Data Evaluasi Rukun Warga (RW) Kumuh DKI Jakarta 2008 ......... 60

Page 15: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota

menyebabkan permintaan kebutuhan lahan semakin meningkat dibandingkan

ketersediaan lahan yang strategis. Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang relatif

tinggi menyebabkan besarnya peluang lapangan usaha dibandingkan dengan di

daerah lain. DKI Jakarta sebagai pusat aktifitas pemerintahan dan perekonomian

menjadi kota metropolitan terbesar di Indonesia dan memiliki daya tarik kuat bagi

penduduk Indonesia untuk bermigrasi. Menurut data Dinas Kependudukan, hingga

Juni 2007 jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai 7.552.444 jiwa dengan tingkat

persebaran 20,8% di Jakarta Barat, 15,7% di Jakarta Utara, 11,6% di Jakarta Pusat,

0,3% di Kepulauan Seribu, 28,6% di Jakarta Timur, dan 23,0% di Jakarta Selatan.

Berdasarkan data bulan Februari 2008 jumlah penduduk yang datang ke Jakarta

Barat sebesar 220 jiwa, ke Jakarta Utara sebesar 216 jiwa, ke Jakarta Pusat sebesar

212 jiwa, ke Jakarta Timur 1726 jiwa, dan ke Jakarta Selatan sebesar 757 jiwa (Suku

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya, 2008).

Pertumbuhan perekonomian menyebabkan Jakarta menjadi daya tarik yang

sangat kuat bagi sebagian penduduk di wilayah lain, pada akhirnya menjadi salah

satu penyebab utama fenomena urbanisasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Urbanisasi yang terjadi di daerah perkotaan disebabkan oleh tidak seimbangnya

peluang untuk mencari nafkah di daerah pedesaan dan perkotaan sehingga

memperkuat daya tarik kota karena dianggap mampu memberikan masa depan lebih

baik bagi masyarakat perdesaan. Pada tahun 2007, untuk pertama kalinya dalam

sejarah dunia penduduk perkotaan akan melebihi penduduk pedesaan (UN-Habitat,

2007).

Pelaku urbanisasi terdiri dari tenaga terdidik serta tidak terdidik. Salah satu

dampak negatif urbanisasi khususnya terkait dengan kaum pendatang yang tidak

terdidik adalah berkembangnya sektor informal serta munculnya lingkungan kumuh.

Upaya pemerintah daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana permukiman

yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat memenuhi besarnya

permintaan hunian layak tersebut. Pertumbuhan penduduk dan terbatasnya lahan

menyebabkan semakin berkembangnya rumah petak kecil yang diperjualbelikan dan

disewakan kepada para pendatang. Rumah petak-petak kecil tersebut kemudian

berkembang menjadi kawasan padat dan kumuh yang disebut dengan kawasan

Page 16: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

2

kumuh (Slum Area). Permukiman kumuh dapat dikatakan sebagai pengejawantahan

dari kemiskinan, karena pada umumnya di pemukiman kumuh tersebut masyarakat

miskin tinggal di wilayah perkotaan.

Permukiman kumuh dapat ditemui di berbagai belahan dunia. Di negara maju

seperti Amerika Serikat, berbagai wilayah permukiman kumuh telah ada lebih dari

satu abad yang lalu, seperti yang terjadi pada kawasan ghetto di Los Angeles (de

Graaf, 1970). Negara berkembang seperti Kenya juga menghadapi masalah

lingkungan dari pemukiman kumuh ini, terutama pada aspek kesehatan (Kimani-

Murage and Ngindu 2007). Di negara miskin seperti Uganda, masalah permukiman

kaum miskin diketahui berasosiasi dengan penyakit HIV/AIDS (Nyanzi, 2009).

Di Indonesia, kawasan permukiman kumuh telah teridentifikasi di berbagai

tingkat perkotaan, baik pada perkotaan dengan penduduk tinggi maupun sedang.

Pada daerah Bandung kondisi masyarakat di permukiman kumuh ditandai oleh

rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga, yaitu antara berkisar SD dan SMP.

Kondisi ini menyebabkan mereka sulit untuk memiliki pekerjaan tetap, sehingga

umumnya bekerja pada sektor informal (Lestari, 2006). Kota Surakarta yang

merupakan salah satu di antara sepuluh kota besar di Indonesia yang sedang dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan, juga mempunyai masalah permukiman

kumuh karena arus urbanisasi ke daerah ini semakin besar, sehingga terbentuk

lingkungan perumahan yang berpendapatan rendah (Prasetyo, 2009). Kondisi seperti

ini juga terjadi di kota Medan (Zulkarnain, 2004).

Sebagai kota terbesar di Indonesia, Jakarta juga menghadapi masalah

permukiman kumuh. Lokasi yang cenderung tersebar menjadikannya sulit dikelola,

sehingga hampir setiap administratif kota di Jakarta memiliki wilayah kumuh. Salah

satu wilayah penting dari Provinsi DKI Jakarta dengan permasalahan tersebut adalah

Kota Jakarta Timur. Kota ini didesain menjadi daerah pengembangan untuk

permukiman penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi terutama industri pengolahan

dan pariwisata (BPS, 2007). Menurut data Dinas Kependudukan DKI Jakarta dan

Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya, persebaran penduduk yang

paling padat dan jumlah pendatang yang terbanyak adalah menuju ke Jakarta Timur.

Adanya kawasan industri merupakan salah satu alasan besarnya arus migrasi ke

wilayah tersebut.

Page 17: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

3

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

(1) Mengidentifikasi kawasan permukiman kumuh di wilayah Jakarta Timur,

(2) Mempelajari karakteristik permukiman kumuh di wilayah Jakarta Timur,

(3) Mengetahui faktor penciri yang menentukan kawasan kumuh, dan

(4) Mempelajari mobilitas masyarakat di permukiman kumuh.

Page 18: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permukiman Kumuh

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 4 tahun 1992, perumahan

adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan,

misalnya pendidikan, pasar, transportasi, pelayanan kesehatan, pelayanan keuangan,

dan administrasi. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di

luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan

perdesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Sementara itu, Undang - undang No 4 tahun 1999 mendefinisikan bahwa

satuan lingkungan permukiman merupakan kawasan perumahan dengan luas wilayah

dan jumlah penduduk tertentu, yang dilengkapi dengan sistem prasarana, sarana

lingkungan, dan tempat kerja terbatas dengan penataan ruang yang terencana dan

teratur sehingga memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. UU

tersebut menyatakan bahwa perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan. Perumahan, lingkungan permukiman serta prasarana dan

sarana pendukungnya diperlukan dalam kawasan permukiman untuk memenuhi

fungsinya sebagai kebutuhan dasar manusia, pengembangan keluarga dan

mendorong kegiatan ekonomi.

Dinas Tata kota DKI Jakarta (1997) mendefinisikan permukiman kumuh

sebagai permukiman yang berpenghuni padat, kondisi sosial ekonomi umumnya

rendah, jumlah rumah sangat padat, dan ukurannya di bawah standar, prasarana

lingkungan hampir tidak ada, atau tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan,

umumnya dibangun di atas tanah Negara atau milik orang lain, tumbuh tidak

terencana dan umumnya berada di lokasi yang strategis di pusat-pusat kota.

Aturan normatif lain terkait dengan permukiman kumuh dituangkan dalam

bentuk kebijakan penanganan permukiman kumuh sesuai dengan Surat Edaran

Menpera No. 04/SE/M/I/93 tahun 1993, yang menyatakan bahwa perumahan dan

permukiman kumuh adalah lingkungan hunian dan usaha yang tidak layak huni yang

keadaannya tidak memenuhi persyaratan teknis, sosial, kesehatan, keselamatan dan

kenyamanan serta tidak memenuhi persyaratan ekologis dan legal administratif yang

penanganannya dilaksanakan melalui pola perbaikan/pemugaran, peremajaan

maupun relokasi sesuai dengan tingkat/ kondisi permasalahan yang ada.

Page 19: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

5

Pendapat lain tentang definisi permukiman kumuh dinyatakan oleh

Sadyohutomo (2008), yaitu tempat tinggal penduduk miskin di pusat kota dan

permukiman padat tidak teratur di pinggiran kota yang penghuninya umumnya

berasal dari para migran luar daerah. Sebagian dari permukiman ini merupakan

permukiman yang ilegal pada tanah yang bukan miliknya, tanpa seijin pemegang hak

tanah sehingga disebut sebagai permukiman liar (wild occupation atau squatter

settlement). Tanah-tanah yang diduduki secara liar ini adalah tanah-tanah pemerintah

atau negara, misalnya sempadan sungai, sempadan pantai, dan tanah instansi yang

tidak terawat.

Penyebab munculnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut

(Sadyohutomo, 2008):

1. Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak diimbangi oleh tingkat pendapatan

yang cukup

2. Keterlambatan pemerintah kota dalam merencanakan dan membangun

prasarana (terutama jalan) pada daerah perkembangan permukiman baru.

Seiring dengan kebutuhan perumahan yang meningkat maka masyarakat

secara swadaya memecah bidang tanah dan membangun permukiman tanpa

didasari perencanaan tapak (site plan) yang memadai. Akibatnya bentuk dan

tata letak kaveling tanah menjadi tidak teratur dan tidak dilengkapi prasarana

dasar permukiman.

Menurut Ooi dan Phua (2007) penghuni liar dan tempat tinggal kumuh

terbentuk karena ketidakmampuan pemerintah kota dalam merencanakan dan

penyediaan perumahan yang terjangkau bagi kalangan yang berpendapatan rendah di

suatu populasi perkotaan. Oleh karena itu bangunan liar dan pemukiman kumuh

adalah solusi dari perumahan bagi populasi perkotaan yang berpendapatan rendah.

Pada daerah mega urban atau area metropolitan, sebagian dari masalah terkait dengan

koordinasi antara kekuasaan yang berbeda dalam pengelolaan pembangunan

ekonomi, perencanaan kota, dan alokasi lahan.

Menurut Avelar et al. (2008) karakteristik permukiman kumuh mempunyai

kondisi perumahan dengan kepadatan tinggi dan ukuran unit perumahan relatif kecil,

atap rumah di daerah kumuh biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan dinding.

Karakteristik pemukiman kumuh yang paling menonjol adalah kualitas bangunan

rumahnya yang tidak permanen, dengan kerapatan bangunan yang tinggi dan tidak

teratur, prasarana jalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang-gang sempit

yang berliku-liku, tidak adanya saluran drainase dan tempat penampungan sampah,

sehingga terlihat kotor. Tidak jarang pula pemukiman kumuh terdapat di daerah yang

secara berkala mengalami banjir (Rebekka, 1991)

Page 20: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

6

Menurut hasil penelitian Suparlan (2000), ciri-ciri dari pemukiman kumuh

adalah:

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.

2. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya

mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.

3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam

pengunaan ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga

mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan

ekonomi penghuninya.

4. Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup

secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu

terwujud sebagai:

a. Sebuah komunitas tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu

dapat digolongkan sebagai hunian liar.

b. Satuan komunitas tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau

sebuah RW.

c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau

RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian

liar.

5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen.

Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang

beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman

kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan

ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

6. Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di

sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor

informal.

Menurut Sueca (2004) rumah kumuh memberikan jawaban hidup bagi orang

yang tinggal di dalamnya. Tanpa bantuan sedikitpun dari pemerintah, penduduk

mampu membangun perekonomian secara mandiri, serta tidak memerlukan kredit

perbankan. Penduduk mampu memanfaatkan sumber daya yang amat terbatas agar

dapat bertahan hidup dan umumnya mampu mendaur ulang bahan-bahan yang tidak

terpakai menjadi sesuatu yang berguna. Dengan demikian secara swadaya, kebutuhan

dasar perumahan dapat dipenuhi. Secara ekonomi, permukiman ini juga memasok

barang dan tenaga kerja yang murah, terutama dalam sektor informal.

Munculnya permukiman liar dan permukiman yang tidak layak huni

sebenarnya merupakan kelemahan manajemen dalam mengelola tata ruang kota.

Page 21: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

7

Upaya telah dilakukan untuk mengurangi persoalan permukiman kumuh yaitu

dengan perbaikan kondisi lingkungan dan membuat rumah susun yang telah

melibatkan partisipasi masyarakat (Bandiyono, 2004).

Menurut Dinas Tata Kota DKI Jakarta, kawasan kumuh dikelompokkan

berdasarkan beberapa kriteria yaitu kepadatan penduduk eksisting, tata letak

bangunan, keadaan konstruksi, ventilasi, kepadatan bangunan, keadaan jalan,

drainase, pemakaian air bersih, pembuangan limbah manusia, dan pembuangan

sampah. Stratifikasi kumuh berat, sedang, ringan dan sangat ringan ditentukan

berdasarkan nilai indeks komposit dari 10 peubah tersebut.

2.2. Urbanisasi

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa atau daerah ke kota.

Urbanisasi terjadi karena adanya anggapan bahwa kota adalah tempat untuk

mengubah nasib, tempat untuk mencari penghidupan yang lebih baik dan tempat

untuk mencari kesenangan. Urbanisasi merupakan salah satu indikator dari tingkat

kemajuan ekonomi suatu negara atau wilayah. Persebaran penduduk yang tidak

merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan

kehidupan sosial kemasyarakatan.

Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti

persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari

desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri

dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk. Beda

dari keduanya adalah migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari

desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas

Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak

menetap. Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa,

seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan,

informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain

sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong,

memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk

yang menarik perhatian atau faktor penarik (Wikipedia, 2009).

Faktor penyebab terjadinya urbanisasi adalah :

1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah

2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap

3. Banyak lapangan pekerjaan di kota

4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng

Page 22: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

8

5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia

6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas

Sedangkan faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah sebagai berikut :

1. Lahan pertanian yang semakin sempit

2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya

3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa

4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa

5. Diusir dari desa asal

6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

Dalam rangka menemukan sebuah definisi atau konsepsi urbanisasi

diperlukan beberapa pertimbangan, dimana pertimbangan ini didasarkan atas sifat

yang dimiliki arti dan istilah urbanisasi, yaitu multi-sektoral dan kompleks, misalnya

saja (Ningsih, 2002) :

1. Dari segi demografi, urbanisasi ini dilihat sebagai suatu proses yang

ditunjukkan melalui perubahan penyebaran penduduk dalam suatu wilayah.

Masalah-masalah mengenai kepadatan penduduk berakibat lanjut terhadap

masalah perumahan dan masalah kelebihan tenaga kerja menjadi masalah

yang sangat merisaukan karena dapat menghambat pembangunan.

Pemerintah secara khusus menangani masalah perumahan dengan

diadakannya Departemen Perumahan.

2. Dari segi ekonomi, urbanisasi adalah perubahan struktural dalam sektor mata

pencaharian. Ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk desa yang

meninggalkan pekerjaannya di bidang pertanian, beralih bekerja menjadi

buruh atau pekerja kasar yang sifatnya non agraris di kota. Masalah-masalah

yang menyangkut mata pencaharian sektor informasi atau yang lebih dikenal

dengan istilah pedagang kaki lima.

3. Dalam pengertian sosiologi maka urbanisasi dikaitkan dengan sikap hidup

penduduk dalam lingkungan pedesaan yang mendapat pengaruh dari

kehidupan kota. Dalam hal ini apakah mereka dapat bertahan pada cara hidup

desa ataukah mereka mengikuti arus cara hidup orang kota yang belum

mereka kenal secara mendalam, sehingga akan dapat menimbulkan masalah-

masalah sosiologis yang baru. Dari segi sosiologi, urbanisasi dapat

menimbulkan lapisan sosial yang baru dan menjadi beban kota, karena

kebanyakan dari mereka yang tidak berhasil hidup layak di kota dan akan

menjadi penggelandang membentuk daerah slum atau daerah hunian liar

Menurut McGee (1990) proses perkembangan dan urbanisasi kota-kota di

Indonesia (terutama di Pulau Jawa) ditandai oleh adanya restrukturisasi internal kota-

Page 23: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

9

kota besarnya. Kota-kota di Indonesia pada beberapa dekade mendatang cenderung

akan terus berkembang baik secara demografis, fisik, maupun spasial. Fenomena

menyusutnya penduduk perdesaan dalam dua dekade yang lalu akibat adanya migrasi

besar-besaran penduduk perdesaan. Hal ini memberi indikasi bahwa kota-kota di

Indonesia akan berkembang pesat baik secara demografis maupun spasial di masa

mendatang.

Lipton (1977) menyatakan bahwa urbanisasi merupakan refleksi dari gejala

kemandegan ekonomi di desa yang dicirikan oleh sulitnya mendapatkan pekerjaan

dan fragmentasi lahan (sebagai faktor pendorong), serta daya tarik kota dengan

penghasilan tinggi (sebagai faktor penarik). Faktor pendorong dan faktor penarik

sama-sama menjadi determinan penting. Urbanisasi menjadi pilihan yang rasional

bagi penduduk di dalam usaha mengejar pendapatan yang lebih baik ketimbang tetap

bertahan di desa. Meningkatnya proses urbanisasi tersebut tidak terlepas dari

kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang

dikembangkan oleh pemerintah.

Peningkatan jumlah penduduk akan berkorelasi positif dengan meningkatnya

urbanisasi di suatu wilayah. Ada kecenderungan bahwa aktivitas perekonomian akan

terpusat pada suatu area yang memilik tingkat konsentrasi penduduk yang cukup

tinggi. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan

ekonomi ini akan menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk,

sehingga menimbulkan apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan. Di sini

dapat dilihat adanya keterkaitan timbal balik antara aktivitas ekonomi dengan

konsentrasi penduduk. Para pelaku ekonomi cenderung melakukan investasi di

daerah yang telah memiliki konsentrasi penduduk yang tinggi serta memiliki sarana

dan prasarana yang lengkap. Karena mereka dapat menghemat berbagai biaya, antara

lain biaya distribusi barang dan jasa. Sebaliknya, penduduk akan cenderung datang

kepada pusat kegiatan ekonomi karena di tempat itulah mereka akan lebih mudah

memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan demikian,

urbanisasi merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan penduduk atau masyarakat.

2.3. Aplikasi Geospasial dalam Pemukiman Kumuh

Mengingat dampak yang ditimbulkan cukup signifikan pada aspek ekonomi

dan kemanusiaan, pemukiman kumuh membutuhkan mekanisme pemantauan yang

memadai. Pemantauan dapat dilakukan melalui pendekatan survei lapang yang saat

ini banyak digunakan oleh dinas dan Badan Pusat Statistik. Mekanisme tersebut

Page 24: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

10

cukup bermanfaat untuk meninjau masalah dalam ruang lingkup tertentu, namun sulit

divalidasi melalui proses yang melibatkan informasi spasial seperti luasan atau lokasi

geografisnya.

Dengan semakin berkembangnya teknologi geospasial terutama sensor

penginderaan jauh, identifikasi atau pemetaan permukiman kumuh secara spasial

dimungkinkan. Dengan pendekatan tersebut diharapkan ketimpangan informasi yang

belum dapat dicakup oleh pendekatan pertama dapat dikurangi. Namun demikian,

hasil studi literatur menunjukkan bahwa aplikasi penginderaan jauh dalam

pemantauan permukiman kumuh cukup terbatas. Percobaan pendahuluan dilakukan

oleh Raghavswamy et al. (1989) dalam memetakan lingkungan kumuh di Bombai,

India menggunakan citra Landsat Thematic Mapper. Satelit generasi baru seperti

ASTER juga telah dimanfaatkan untuk tujuan ini (Netzband and Rahman, 2009)

pada metropolitan Delhi di India.

Perkembangan teknologi sensor saat ini mampu menghasilkan citra satelit

dengan resolusi spasial yang tinggi, seperti Quickbird. Citra satelit Quickbird adalah

citra satelit yang cocok untuk studi daerah perkotaan yang menunjukkan fitur yang

cukup detail untuk analisis yang diperlukan. Citra satelit ini diluncurkan pada tanggal

28 Februari 2005. Resolusi spasial data citra Quickbird adalah 0.6 m untuk

pankromatik dan 2.4 m untuk multispektral. Resolusi spasial yang sangat tinggi

memungkinkan untuk membedakan konstruksi dalam ukuran kecil. Quickbird

multispektral memiliki tiga band yaitu biru (0,45-0.52 mm), hijau (0,52-0,60 mm),

merah (0,63-0,69 mm) dan satu band inframerah dekat (0,76-0,90 mm). Data citra ini

terekam dalam skala warna 11 bit yang menghasilkan tingkat intensitas yang lebar

(sampai 2048 tingkatan warna atau rona) (Avelar et al., 2008).

Page 25: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

11

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada

Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang

Cempedak, Cipinang Besar Utara, Cipinang Besar Selatan, Kampung Melayu, Rawa

Bunga, Balimester, Cipinang Muara, Bidara Cina. Survei lapangan dan kuesioner

dilakukan di 4 kelurahan yang berada di Kecamatan Jatinegara yaitu kelurahan

Cipinang Besar Utara, Kampung Melayu, Rawa Bunga, dan Balimester dan 1

kelurahan yang berada di Kecamatan Tebet yaitu Kelurahan Bukit Duri yang

berbatasan dengan kelurahan Kampung Melayu.

.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat kuesioner,

data statistik BPS, data Direktori RW Kumuh 2008 serta citra digital QuickBird

tahun 2006. Peralatan yang digunakan adalah GPS (Global Positioning System),

seperangkat komputer, dan perangkat lunak yang terdiri dari Microsoft Office, Quick

basic QB45, dan ArcView GIS 3.3.

3.3. Tahap Kegiatan Penelitian

3.3.1. Penetapan Lokasi Contoh

Penetapan lokasi permukiman kumuh didasarkan pada data tabular BPS DKI

yaitu “Evaluasi RW Kumuh DKI 2008”. Dari data ini diperoleh informasi bahwa

jumlah Kepala Keluarga (KK) kumuh paling banyak terdapat di Kecamatan

Jatinegara. Sebagai tambahan dan perbandingan, Kelurahan Bukit Duri di Kecamatan

Tebet juga ditetapkan sebagai salah lokasi contoh, kelurahan ini berbatasan langsung

dengan Kelurahan Kampung Melayu (lihat Gambar 1).

Klasifikasi permukiman kumuh dilakukan berdasarkan data yang terdapat

pada “Evaluasi RW Kumuh DKI 2008”. Klasifikasi tersebut berdasarkan kategori

permukiman kumuh yang digunakan oleh Dinas Perumahan DKI Jakarta (1997)

yaitu:

1. Kawasan permukiman kepadatan rendah (kumuh ringan) apabila jumlah

penduduk < 300 jiwa / Ha.

2. Kawasan permukiman kepadatan sedang (kumuh sedang) apabila jumlah

Page 26: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

12

penduduk 300-800 jiwa / Ha.

3. Kawasan permukiman kepadatan tinggi (kumuh berat) apabila jumlah

penduduk >800 jiwa / Ha.

3.3.2. Inventarisasi Karakteristik Tempat Tinggal dan Aktifitas Masyarakat

Permukiman Kumuh

Inventarisasi karakteristik tempat tinggal dan aktifitas masyarakat di

permukiman kumuh dilakukan dengan cara survei lapangan di beberapa kawasan

permukiman kumuh yang berada di Kecamatan Jatinegara dan Kelurahan Bukit Duri.

Cek lapang dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder tentang

keadaan lingkungan kawasan kumuh di daerah yang diteliti. Melalui wawancara,

data kondisi lingkungan dan kegiatan penghuni di lingkungan kawasan kumuh

tersebut dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara lengkap dan detil

tentang daerah yang diteliti. Pada setiap titik pengamatan lapang, koordinat lokasi

yang diperoleh dari GPS dicatat dan selanjutnya dibandingkan dengan kenampakan

citra Quickbird.

Informasi yang digali melalui kuesioner meliputi keberadaan lokasi dan

situasi rumah, jenis penerangan yang digunakan di sekitar rumah, tempat

pembuangan sampah yang biasa digunakan oleh masyarakat, tempat MCK yang

digunakan setiap hari, sumber air bersih yang biasa digunakan oleh masyarakat, luas

rumah yang ditempati, lebar jalan yang terdekat dengan rumah, status kepemilikan

lahan, serta kondisi fisik rumah yang berupa jenis lantai, jenis dinding, jenis atap,

dan ventilasi. Tabel 1 menyajikan sebaran responden berdasarkan lokasi tempat

tinggalnya, sedangkan Gambar 1 menyajikan situasi lokasi penelitian.

Tabel 1. Jumlah Sebaran Responden Pada Setiap Kelurahan Berdasarkan

Kedekatannya Terhadap Obyek Penting

Kecamatan Kelurahan Sungai Pasar Sungai,

Pasar

Jalan

Raya

Rel

Kereta

Jatinegara Balimester 0 5 0 0 0

Jatinegara Cipanang Besar Utara 24 0 0 10 0

Jatinegara Kampung Melayu 0 0 17 0 0

Jatinegara Rawa Bunga 5 1 0 0 0

Tebet Bukit Duri 1 0 0 0 9

Page 27: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

13

Gambar 1. Poligon Merah Menunjukkan (A) Kelurahan Bukit Duri, (B) Kelurahan Kampung

Melayu Yang Letaknya Pada Citra Quickbird Terlihat Berdekatan

Jumlah responden tersebut ditetapkan proporsional terhadap jumlah KK

kumuh dari data Badan Pusat Statistik 2008. Direktori KK Kumuh terbitan BPS

tersebut menyajikan jumlah KK kumuh di setiap RW di wilayah Jakarta Timur.

Selain itu juga disesuaikan dengan lokasi dan kedekatannya dengan berbagai penciri

lokasi (sungai, pasar, jalan raya dan jalan kereta) ditetapkan sebaran sebagaimana

disampaikan pada Tabel 1 tersebut. Total jumlah responden adalah sebanyak 72 KK.

Dari setiap responden KK tersebut digali informasi aktifitas seluruh anggota

keluarga. Total individu yang menjadi responden aktifitas dengan demikian 312

orang.

3.3.3. Identifikasi Mobilitas Masyarakat Permukiman Kumuh

Mobilitas atau pergerakan masyarakat permukiman kumuh diidentifikasi

melalui wawancara kepada penghuni permukiman kumuh. Wawancara ini berkaitan

dengan perilaku sehari-hari dari penghuni permukiman kumuh. Selanjutnya

informasi hasil wawancara terkait orientasi pemenuhan fasilitas digunakan untuk

penentuan titik-titik koordinat lokasi yang sering digunakan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari.

3.3.4. Teknik Analisis Data

3.3.4.1.Analisis Identifikasi Permukiman Kumuh Secara Spasial

Analisis spasial untuk mengidentifikasi permukiman kumuh diawali dengan

koreksi geometri dan dilanjutkan dengan digitasi layar (on screen digitizing). Tiga

unsur spasial yang dapat dibentuk melalui digitasi layar ini antara lain titik, garis, dan

poligon. Proses interpretasi cakupan permukiman kumuh selanjutnya dilakukan

berdasarkan titik yang sebelumnya telah direkam oleh perangkat GPS. Hasil proses

dijitasi layar adalah sebaran pemukiman kumuh pada lokasi yang terpilih.

Page 28: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

14

3.3.4.2.Analisis Penentuan Faktor Penciri Pemukiman Kumuh

Untuk menentukan faktor penciri permukiman kumuh digunakan metode

Kuantifikasi Hayashi II. Analisis tersebut ditujukan untuk menduga parameter

koefisien keterkaitan antara peubah-peubah penjelas dengan satu peubah tujuan

tertentu yang bersifat kategori kelompok (Grouping Variables). Selanjutnya, dari

hasil pengujian terhadap nilai penduga parameter koefisien keterkaitan ini diperoleh

peubah-peubah penjelas yang nyata kaitannya dengan tingkat kekumuhan suatu

kawasan. Peubah yang ditelaah dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Peubah Untuk Mengidentifikasi Faktor-Faktor Penciri Tingkat Kekumuhan

Peubah X Kategori

Asal 1 = Jabodetabek

2 = Banten, Jawa,Yogyakarta

3 = Luar Jawa

Pendidikan 1 = Tidak Sekolah

2 = SD

3 = SMP,SMA,S1

Pekerjaan 1= Pegawai, Wiraswasta

2= 2= Buruh, Pedagang Informal, Pemulung,Supir

3= Ibu rumah tangga, Pensiunan, Pengangguran

Lokasi Rumah 1= Dekat Sungai

2= Dekat Pasar

3= Dekat Jalan Raya

Buang Sampah 1= Sungai, Selokan

2= Dibakar

3= Dikumpulkan, Gerobak, Tempat Sampah

Skor Kualitas Rumah 1= Rendah

2= Sedang

3= Baik

Skor Polusi 1= Rendah

2= Tinggi

Luas Rumah 1= 0-26

2= 26-52

3= >52

Lebar Jalan 1= 0-1

2= >1

Persamaan pengujian korelasi parsial peubah yang berperan nyata terhadap tingkat

kekumuhan di suatu lokasi adalah sebagai berikut:

22

2

nt

tr , dimana t= nilai t- tabel

Page 29: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

15

Nilai t tabel diidentifikasi dari tabel t-student pada tingkat kepercayaan (1-α) * 100%

tertentu dengan derajat bebas (n-2). Dalam hal ini ditetapkan tingkat kepercayaan

sebesar 95%. Dari hasil persamaan tersebut diperoleh nilai batas kritis yang

digunakan sebagai titik ambang korelasi yang nyata pada tingkat kepercayaan 95%

tersebut. Nilai korelasi parsial dinyatakan nyata pada tingkat kepercayaan 95% jika

nilai korelasi parsial lebih besar dari nilai r hasil perhitungan.

3.3.4.3.Analisis Penentuan Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Untuk mengidentifikasi mobilitas masyarakat di permukiman kumuh,

penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantifikasi Hayashi I. Pada analisis ini

peubah tujuan frekuensi kegiatan di ukur dalam skala kuantitatif dan peubah-peubah

penjelas (Lampiran 1) diukur dalam skala kualitatif.

Struktur data dan pendekatan yang digunakan pada penelitian ini disajikan

pada Tabel 3, sedangkan keterkaitan antar sub komponen penelitian digambarkan

pada diagram alir pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Page 30: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

16

Tabel 3. Data, Sumber Data, Variabel Serta Teknik Analisis Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah

No Tujuan Data & alat yang

digunakan

Sumber Data Variabel yang digunakan Teknik Analisis

1 Identifikasi

Permukiman Kumuh

Peta Administrasi

Jakarta Timur, Citra

Quickbird,

Data Direktori RW

kumuh DKI 2008

Bappenas

Badan Pusat Statistik

DKI Jakarta

Kenampakan visual (tekstur, rona,

hue, keteraturan pola/bentuk)

Koreksi Geometri, Digitasi

On Screen, Tumpang tindih

Peta (Overlay)

2 Karakteristik

Permukiman Kumuh

Kamera, kuesioner Badan Pusat Statistik,

Pemda Jakarta Timur

Jumlah Penduduk, pencemaran air

dan udara, tempat pembuangan

sampah, MCK, fasilitas

pendidikan dasar, fasilitas

kesehatan, sumber air bersih

Deskriptif

3 Mobilitas

Masyarakat

Permukiman Kumuh

Pengisian Kuesioner,

GPS

Badan Pusat Statistik,

Pemda Jakarta Timur,

Responden di kawasan

Permukiman Kumuh

Jumlah penduduk, jumlah sarana

dan prasarana yang digunakan,

jarak, arah perjalanan, moda

transportasi

Analisis Sosiogram,

deskriptif, Analisis Hayashi I

4 Faktor Penciri

Permukiman kumuh

Pengisian Kuesioner Responden di kawasan

Permukiman Kumuh

Asal, pendidikan, pekerjaan, skor

kualitas rumuh,skor polusi, lokasi

rumah, cara buang sampah,lebar

jalan terdekat,luas rumah

Analisis Hayashi II

Page 31: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

17

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

4.1. Geografi dan Lingkungan

Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik

Indonesia, dengan letak geografis berada pada 1060

49' 35

'' Bujur Timur dan 06

0 10

'

37''

Lintang Selatan. Rata-rata ketinggian tempat daerah penelitian 50 meter di atas

permukaan laut, dengan kemiringan lereng yang relatif landai, terdiri 95 % daratan

dan selebihnya rawa atau pesawahan. Wilayah Jakarta Timur umumnya didominasi

oleh kelas pemanfaatan lahan permukiman yang mencapai 80% pada wilayah

administrasinya secara keseluruhan. Kota Jakarta Timur terdiri dari 10 kecamatan

yang tersebar dengan batas-batas wilayah administrasi diantaranya:

Sebelah Utara : Kota Jakarta Pusat dan Jakarta Utara

Sebelah Timur : Kota Bekasi – Jawa Barat

Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor – Jawa Barat

Sebelah Barat : Kota Jakarta Selatan

Kondisi iklim wilayah Jakarta Timur relatif panas, dengan suhu rata-rata

berkisar antara 27-31 0C, kelembaban rata-rata berkisar antara 40%-60%, curah hujan

rata-rata adalah 2.000 mm per tahun dengan curah hujan maksimum pada bulan

Januari.

4.2. Administrasi dan Luas Lahan

Secara administratif wilayah Jakarta Timur dibagi menjadi 10 Kecamatan, 65

Kelurahan, 673 Rukun Warga dan 7.513 Rukun Tetangga. Berdasarkan data BPS,

luas wilayah Jakarta Timur adalah 188,03 km2 atau sekitar 23,39% dari wilayah

provinsi DKI Jakarta.

Setiap kecamatan mempunyai jumlah kelurahan yang berbeda. Kecamatan

Matraman mempunyai jumlah 6 kelurahan. Sementara Kecamatan Jatinegara

mempunyai 8 kelurahan. Gambar berikut menyajikan peta administrasi wilayah

studi.

Page 32: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

18

CakungPulogadung

Matraman

Jatinegara

Duren Sawit

Makasar

Kramat Jati

Pasar Rebo

CiracasCipayung

6°20' 6°20'

6°15' 6°15'

6°10' 6°10'

106°50'

106°50'

106°55'

106°55'

JAKARTA SELATAN

JAKARTA BARAT

JAKARTA PUSAT

JAKARTA UTARA

KODYA BEKASI

PETA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

U

2000 0 2000 4000M

Batas Kelurahan

Cakung

Cipayung

Ciracas

Duren Sawit

Jatinegara

Kramat Jati

Makasar

Matraman

Pasar Rebo

Pulogadung

LEGENDA

JAKARTA BARAT

JAKART A UT ARA

JAKARTA PUSAT

JAKARTA TI MU R

JAKART A SELAT AN

PETA ADMINISTRASI

DKI JAKARTA

Gambar 3. Peta Administrasi Kotamadya Jakarta Timur

Secara geografis, kesepuluh kecamatan tersebut dibagi menjadi dua wilayah,

yaitu wilayah Selatan yang terdiri dari atas lima kecamatan yaitu Kecamatan Kramat

Jati, Kecamatan Ciracas, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Pasar Rebo, dan

Kecamatan Makasar. Sedangkan yang termasuk wilayah utara adalah Kecamatan

Matraman, Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Pulogadung, Kecamatan Duren Sawit,

dan Kecamatan Cakung. Masing-masing kecamatan mempunyai kondisi fisik yang

berbeda. Dari sisi fisik kekumuhan jumlah RW yang kumuh masing-masing

kecamatan juga berbeda. Secara terinci jumlah RW kumuh yang ada di Kotamadya

Jakarta Timur berdasarkan data dari BPS tahun 2008 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa, kecamatan yang terdapat RW kumuh paling

banyak adalah Kecamatan Jatinegara. Sementara yang jumlah RW kumuhnya paling

sedikit adalah Kecamatan Ciracas dan Cipayung.

Page 33: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

19

Tabel 4. Jumlah RW, RW kumuh, Jumlah RT dan RT Kumuh Kecamatan Jakarta

Timur 2008

Kecamatan Jumlah

RW

Jumlah

RW

Kumuh

Jumlah

RT

Jumlah

RT

Kumuh

Ciracas 49 1 593 3

Cipayung 56 1 494 1

Makasar 53 9 569 14

Kramat Jati 65 9 652 50

Jatinegara 90 22 1141 137

Duren Sawit 95 9 1113 23

Cakung 84 7 935 34

Pulogadung 91 11 1021 40

Matraman 62 8 800 37 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2008

4.3. Kependudukan

Jumlah penduduk Jakarta Timur pada tahun 2007 tercatat sebanyak 2.168.601

jiwa tediri dari jumlah berjenis kelamin laki-laki sebesar 1.148.397 jiwa dan peduduk

berjenis kelamin perempuan sebesar 1.020.204 jiwa, dengan jumlah rumah tangga

sebanyak 601.847. Tabel 5 menyajikan jumlah rumah tangga dan penduduk menurut

kecamatan, berdasarkan Tabel 5 jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada

kecamatan Duren Sawit. Dinamika jumlah penduduk wilayah kajian disajikan pada

Gambar 4.

Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan, 2006-2007

Kecamatan Rumah tangga Penduduk

Jumlah % Jumlah %

Pasar Rebo 32.030 5,32 162.747 7,5

Ciracas 51.469 8,55 202.815 9,35

Cipayung 32.704 5,43 125.716 5,8

Makasar 41.635 6,92 180.581 8,33

Kramat Jati 54.058 8,98 206.327 9,51

Jatinegara 76.501 12,71 263.949 12,17

Duren Sawit 90.976 15,12 320.925 14,8

Cakung 86.924 14,44 232.140 10,7

Pulo Gadung 74.582 12,39 280.147 12,92

Matraman 60.968 10,13 193.254 8,91

Jumlah 601.847 100 2.168.601 100 Sumber Data : BPS Kota Administrasi Jakarta Timur dalam Jakarta Timur Dalam Angka 2008

Page 34: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

20

Gambar 4. Pertumbuhan Penduduk

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk di semua

kecamatan di Jakarta Timur bersifat fluktuatif. Jumlah penduduk di Kecamatan

Jatinegara dan Kecamatan Cipayung dari tahun 2004 sampai tahun 2006 meningkat,

namun pada tahun 2007 mengalami penurunan. Di Kecamatan Pulo Gadung,

Kecamatan Matraman, Kecamatan Ciracas, Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan

Duren Sawit, dan Kecamatan Makasar, jumlah penduduk terlihat relatif konstan.

Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan golongan umur dengan

asumsi bahwa penduduk usia produktif untuk bekerja yaitu mulai dari usia 15 - 49

yaitu sebesar 1.480.633 orang atau sekitar 61.15%.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur

Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

0-4 104.181 8,65 90.200 7,41 194.381 8,03

5-9 96.514 8,02 101.926 8,37 198.440 8,2

10-14 97.416 8,09 99.220 8,15 196.636 8,12

15-49 719.796 5.980 760.837 6.248 1.480.633 61,15

50-64 144.771 12,03 121.770 10 266.541 11,01

65+ 41.041 3,14 43.747 3,59 84.788 3,5 Sumber data : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007 dalam Jakarta Timur Dalam Angka

4.5. Perekonomian

Wilayah Jakarta Timur merupakan salah satu wilayah perindustrian

sedang/besar yang penting di DKI Jakarta. Sektor perekomonian yang paling

berperan di Jakarta Timur berdasarkan harga konstan adalah sektor industri

pengolahan. Sektor ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pertumbuhan

Page 35: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

21

berbagai sektor di Kota Jakarta Timur pada periode tahun 2000 – 2007 disajikan

pada gambar berikut.

Gambar 5. Grafik PDRB Berdasarkan Harga Konstan

Page 36: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh di Wilayah Jakarta Timur

Di wilayah Provinsi DKI Jakarta, Kota Jakarta Timur merupakan salah satu

wilayah yang mempunyai berbagai keunikan baik secara geografis, demografis serta

hidrologis. Dari sisi geografis, Kota Jakarta Timur merupakan wilayah yang terluas

dan terdiri dari beberapa perkampungan. Dari sisi demografisnya, Jakarta Timur

memiliki jumlah penduduknya terbanyak dibandingkan dengan wilayah Jakarta

lainnya. Sementara itu, dari sisi hidrologis, Jakarta Timur dilewati oleh beberapa

sungai dan kanal antara lain: Cakung Drain, Kali Ciliwung, Kali Malang, Kali

Sunter, dan Kali Cipinang.

Menurut BPS pada tahun 2000 dalam rangka pembangunan wilayah DKI

Jakarta, Kota Jakarta Timur diarahkan menjadi daerah pengembangan untuk

permukiman penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi terutama industri pengolahan

dan pariwisata. Banyaknya lapangan pekerjaan di wilayah ini telah mendorong

proses migrasi dan menetap, sehingga kebutuhan perumahan menjadi sangat tinggi.

Untuk migran yang tidak terdidik dengan pekerjaan yang terbatas, maka wilayah

permukiman kumuh menjadi pilihan. Gambar 6 menyajikan distribusi permukiman

kumuh di tingkat kecamatan Jakarta Timur.

Gambar 6. Sebaran Lokasi Kumuh di Jakarta Timur

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa wilayah yang memiliki KK

kumuh paling banyak adalah Kecamatan Jatinegara dengan jumlah KK kumuh

sebesar 8023 KK, sedangkan untuk wilayah yang mempunyai KK kumuh paling

sedikit adalah Kecamatan Ciracas dengan jumlah sebesar 144 KK. Informasi

tersebut memberikan gambaran bahwa ketimpangan perekonomian dan kondisi

Page 37: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

23

lingkungan di Jakarta Timur sangat besar. Hal ini tentu saja membawa dampak yang

serius dan membutuhkan mekanisme penataan ruang yang baik.

Berdasarkan informasi di atas, penelitian ini memfokuskan pada kawasan

kumuh yang berada di Kecamatan Jatinegara karena kawasan ini mempunyai jumlah

KK tertinggi secara relatif dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Kecamatan

Jatinegara ini mempunyai 8 kelurahan yaitu Kelurahan Cipinang Muara, Cipinang

Besar Selatan, Cipinang Besar Utara, Cipinang Cempedak, Rawa Bunga, Bidara

Cina, Balimester, Kampung Melayu. Setiap kelurahan mempunyai KK kumuh yang

berbeda-beda. Tabel 7 menyajikan data jumlah KK kumuh di Kecamatan Jatinegara.

Seperti yang terlihat pada tabel tersebut bahwa jumlah KK kumuh paling banyak

terdapat pada Kelurahan Kampung Melayu, sedangkan jumlah KK kumuh Kelurahan

Balimester adalah 0. Namun demikian, berdasarkan data evaluasi RW Kumuh DKI

2004 dan data dari Kelurahan Balimester, kelurahan tersebut masih mempunyai KK

kumuh.

Tabel 7. Jumlah KK Kumuh di Kecamatan Jatinegara

Kelurahan KK Kumuh

2008

KK Kumuh

2004

Bali Mester 0 869

Bidara Cina 209 1262

Cipinang Besar Selatan 215 2014

Cipinang Besar Utara 3027 4094

Cipinang Cempedak 300 64

Kampung Melayu 3233 1991

Rawa Bunga 1039 1544 Sumber Data : BPS dalam Evaluasi RW Kumuh DKI 2008

Lokasi kawasan kumuh di Kecamatan Jatinegara umumnya tersebar pada

daerah bantaran sungai (Gambar 7). Hal ini cukup relevan mengingat bahwa

Kecamatan Jatinegara dibatasi oleh sungai Ciliwung dan Kali Sunter, serta dilalui

oleh Kali Cipinang. Disamping itu, terdapat juga sungai buatan yaitu Kali Malang

yang digunakan sebagai pengendalian banjir dan irigasi serta untuk instalasi air

minum.

Page 38: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

24

Gambar 7. Sebaran Lokasi Kumuh di Kecamatan Jatinegara Berdasaran Data Evaluasi RW

Kumuh DKI 2008

5.1.1. Distribusi Spasial Permukiman Kumuh

Kelemahan mendasar dari data BPS tentang permukiman kumuh adalah

ketiadaan batas yang jelas pada masing-masing lokasi yang ditetapkan sebagai

permukiman kumuh, sehingga penetapan luas serta analisis spasial lanjutan tidak

dapat dilakukan. Hal ini dapat dimengerti mengingat data tersebut diperoleh dari

hasil pendataan lapangan oleh dinas. Untuk mengurangi kelemahan tersebut,

penelitian ini menggunakan citra resolusi tinggi Quickbird tahun pengamatan 2006.

Kunci interpretasi untuk menentukan kenampakan kawasan kumuh pada citra

adalah dengan melihat pola dari permukiman. Pola pemukiman teratur menunjukkan

kenampakan lebih rapi dan dapat diidentifikasinya jarak antar rumah serta dapat

dibedakan jelas antara jalan dengan rumah. Menurut Kusumawati (2006) pola

permukiman tidak teratur menunjukkan 2 kemungkinan yaitu permukiman kumuh

atau bukan permukiman kumuh. Ciri-ciri pemukiman kumuh yang nampak pada citra

adalah berpola tidak teratur, ukuran rumah kecil-kecil, rapat tidak ada jarak antara

rumah yang satu dengan yang lainnya, sebagian besar rumah beratapkan asbes atau

seng dan sebagian kecil beratapkan genteng (Gambar 8). Atap seng pada citra

Quickbird umumnya terlihat berwarna hitam (pada Citra ditandai dengan huruf a),

untuk asbes berwarna putih keabu-abuan (pada citra dengan huruf c) sedangkan

untuk genteng umumnya berwarna oranye (pada citra terlihat dengan huruf b).

Kenampakan pada citra tersebut sangat berbeda dengan kenampakan pada

perumahan teratur seperti tersaji pada Gambar 9.

Page 39: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

25

Gambar 8. Pola Pemukiman Tidak Teratur Yang Merupakan Daerah Kumuh: Atap

Seng(a), Atap Genteng (b), dan Atap Asbes(c): Kenampakan Citra Quickbird

Pada Daerah Kumuh Yang Terletak di Kelurahan Cipinang Besar Utara

Gambar 9. Pola Permukiman Teratur di Kelurahan Cipinang Besar Selatan Pada Citra

Quickbird: Pola Teratur dan Tampak Rapi Antara Rumah dan Jalan Dapat di

Bedakan

Hasil identifikasi citra pada wilayah kumuh menunjukkan bahwa wilayah

kumuh mempunyai pola yang tidak teratur, sebagian besar rumah beratapkan asbes

atau seng. Sejalan dengan informasi yang diperoleh dari data statistik, lokasi

pemukiman kumuh umumnya berada di sekitar sungai. Pengecekan lapang dilakukan

pada setiap lokasi yang diidentifikasi memiliki permukiman kumuh. Data geografis

direkam dengan memanfaatkan GPS dan pada setiap titik yang diamati, beberapa

gambar diambil untuk dokumentasi lapang (Gambar 10).

Page 40: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

26

a.

b. Koordinat (106.86°,-6.22°)

Gambar 10. (a) Permukiman Kumuh Yang Terletak di Dekat Sungai Ciliwung, Dekat Pasar

Mester Atau Pasar Jatinegara, (B) Pemukiman Kumuh Yang Terletak di Dekat

Sungai Ciliwung

5.2. Karakterisasi Permukiman Kumuh di Wilayah Jakarta Timur

5.2.1. Karakteristik Lokasi

Berdasarkan hasil interpretasi citra Quickbird 2006, terlihat bahwa

kenampakan permukiman kumuh secara spasial umumnya berasosiasi dengan

kedekatannya terhadap sungai dan jalan lokal. Beberapa permukiman kumuh ditemui

berlokasi di sekitar jalur rel kereta api, jalan tol, jalan kolektor serta jalan arteri

seperti tersaji pada Gambar 11. Kenampakan permukiman kumuh dari citra

Quickbird tersebut, dilengkapi dengan foto lapangan, pada berbagai lokasi disajikan

pada Gambar 13 sampai dengan Gambar 15.

Gambar 11. Frekuensi Jumlah Permukiman Kumuh Terhadap Lokasi Permukiman di Jakarta

Timur

Hasil interpretasi citra Quickbird pada seluruh wilayah Jakarta Timur

disajikan pada Gambar 12. Luas permukiman kumuh berdasarkan hasil klasifikasi

Page 41: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

27

pada citra Quicbird dapat dilihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat diketahui

bahwa setiap Kecamatan di Jakarta Timur mempunyai luas permukiman kumuh yang

relatif beragam. Luas permukiman kumuh yang terluas terdapat pada Kecamatan

Jatinegara yaitu sekitar 15,97 Ha, sedangkan luas permukiman kumuh yang terkecil

berada pada Kecamatan Cipayung yaitu sekitar 0,58 Ha. Total keseluruhan luas

permukiman kumuh di Jakarta Timur yaitu sekitar 36,81 Ha.

Tabel 8. Luas Sebaran Permukiman Kumuh Hasil Klasifikasi Citra Quickbird

Kecamatan Kumuh Tidak

Kumuh

Cakung 2.41 4135.96

Cipayung 0.58 2838.35

Ciracas 1.09 1728.30

Duren Sawit 1.74 2129.25

Jatinegara 15.97 1296.96

Kramat Jati 1.62 1217.58

Makasar 1.08 2399.91

Matraman 1.80 473.97

Pasar Rebo 1.60 1397.16

Pulogadung 8.92 1447.51

Total 36.81 19064.95

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar (66%) kawasan

kumuh berada di dekat sungai dan hanya sekitar 8% berada di sekitar pasar.

Kawasan kumuh yang berada di dekat sungai adalah kawasan kumuh berat, kumuh

sedang, dan kumuh ringan, dan yang berada di dekat pasar adalah kumuh sangat

ringan dan sebagian kumuh sedang.

Page 42: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

28

Cakung

Cipayung

Makasar

Ciracas

Duren Sawit

Jatinegara

Pulogadung

Pasar Rebo

Kramat Jati

Matraman

6°21' 6°21'

6°18' 6°18'

6°15' 6°15'

6°12' 6°12'

106°51'

106°51'

106°54'

106°54'

106°57'

106°57'

PETA SEBARAN PERMUKIMAN KUMUH

JAKARTA TIMUR

U

TB

S1000 0 1000 M

Batas Kecamatan

Kawasan Kumuh

Jalan Arteri

SungaiKereta Api Rangkap

Jalan KolektorJalan Lokal

Jalan Tol

LEGENDA

Sumber : Hasil Klasifikasi Citra Quickbird Tahun 2006 dan Survei Lapang 2009

KODYA BEKASI

JAKARTA SELATAN

JAKARTA PUSAT

JAKARTA UTARA

JAKARTA BARAT

JAKARTA SELATAN

JAKARTA UTARA

JAKARTA PUSAT

JAKARTA TIMUR

Gambar 12. Peta Sebaran Permukiman Kumuh di Jakarta Timur

Page 43: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

29

a.

b. Koordinat ( 106.95°,-6.20°)

Gambar 13. (a) Penampakan Obyek Permukiman Kumuh Yang Terlihat Dari Citra Berada di

Sekitar Jalan Tol,(b) Penampakan Obyek Foto Lokasi Permukiman Kumuh di

Sekitar Jalan Tol

a.

b. Koordinat (106.88°,-6.19°)

Gambar 14. (a) Penampakkan Obyek Permukiman Kumuh Yang Terlihat Dari Citra

Berada di Sekitar Jalan Arteri, (b) Penampakan Obyek Foto Lokasi

Permukiman Kumuh di Sekitar Jalan Arteri

a. b. Koordinat (106.89°,-6.21°)

Gambar 15. (a) Penampakkan Obyek Permukiman Kumuh Yang Terlihat Dari Citra

Berada di Sekitar Jalur Kereta Api, (b) Penampakan Obyek Foto Lokasi

Permukiman Kumuh di Sekitar Jalur Kereta Api

Page 44: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

30

Gambar 16. Lokasi Permukiman Kumuh Reponden di Kecamatan Jatinegara

Secara umum lokasi permukiman kumuh ini dipilih oleh penghuni pada

lokasi yang tidak jauh dari tempat-tempat strategis dalam mencari pekerjaan.

Misalnya Kelurahan Cipinang Besar Utara yang berada di tengah Kota Jakarta

Timur, kawasan ini dibatasi oleh dua jalan arteri utama, yaitu Jl. D.I Panjaitan dan Jl.

Bekasi Timur Raya sehingga memudahkan masyarakat kawasan kumuh mengakses

berbagai fasilitas kota termasuk akses ke lapangan kerja di sektor informal.

Kelurahan Kampung Melayu, Kelurahan Bali Mester, Kelurahan Rawa Bunga serta

Kelurahan Bukit Duri berada di dekat Pasar Jatinegara. Lokasi pasar yang dekat

dengan permukiman kumuh memudahkan para ibu rumah tangga dalam berbelanja

kebutuhan sehari-hari, serta memudahkan dalam mencari pekerjaan. Hal ini

berdampak langsung pada efisiensi waktu dan biaya perjalanan. Gambar 17

menyajikan peta sebaran pemukiman kumuh hasil delineasi menggunakan citra

Quickbird dan pengamatan lapang di wilayah studi.

.

5.2.2. Deskripsi Rumah Masyarakat di Permukiman Kumuh

Berdasarkan hasil penarikan contoh di wilayah Kecamatan Jatinegara,

umumnya masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh berat, kumuh sedang, dan

kumuh ringan mempunyai atap rumah berupa asbes (83%), sedangkan rumah yang

beratapkan genteng dari seluruh kawasan kumuh sekitar 17%. Persentase jenis atap

dan kenampakkan obyek di permukiman kumuh pada empat kelas tingkat

kekumuhan disajikan pada Gambar 18 dan Gambar 19.

Page 45: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

31

Cakung

Maka sar

Duren Sawit

Jatinegara

Pulogadung

Krama t J ati

Matra man

6°15' 6°15'

6°14' 6°14'

6°13' 6°13'

6°12' 6°12'

106°51'

106°51'

106°52'

106°52'

106°53'

106°53'

106°54'

106°54'

JAKARTA SELATANJAKARTA SELATAN

PETA SEBARANPERMUKIMAN KUMUH

KECAMATAN JATINEGARA

U

500 0 500 1000 M

Kecamatan Lain

Kecamatan Jatinegara

Kawasan Kumuh

Jalan ArteriSungai

Kereta api

Jalan Kolektor

Jalan Lokal

Jalan Tol

LEGENDA

JAKARTA UTA RA

JAKARTA TIMUR

JAKARTA BARAT

JAKARTA SELATAN

JAKARTA PUSAT

BOGORBOGOR

TAN GGERANGTAN GGERANG

BEKASIBEKASI

LAUTLAUT

Gambar 17. Sebaran Pemukiman Kumuh Kecamatan Jatinegara

Page 46: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

32

Gambar 18. Jenis Atap di Pemukiman Kumuh

a.

b.

Gambar 19. Foto Jenis Atap di Permukiman Kumuh (a) Atap Genteng di Kelurahan Rawa

Bunga, dan (b) Atap Seng di Kelurahan Cipinang Besar Utara

Jenis lantai di permukiman kumuh disajikan pada Gambar 20. Gambar

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) rumah yang berada di lokasi

kawasan kumuh berlantai keramik dan terletak di dekat sungai dan daerah rawan

banjir. Alasan utama penggunaan keramik adalah agar mudah dibersihkan sewaktu

banjir usai. Menurut Rashid et al (2007) masyarakat di permukiman kumuh

umumnya tetap memilih tinggal di lokasi banjir karena berharap mendapat insentif

ekonomi khususnya pada saat relokasi daripada mempertimbangkan aspek kesehatan

lingkungan seperti di lokasi-lokasi yang bebas banjir.

Kondisi permukiman kumuh yang berada di dekat sungai umumnya

mempunyai 2 lantai. Hal ini dilakukan agar pada saat banjir bisa menyelamatkan

barang-barang berharga yang dimiliki. Rumah tingkat umumnya berbahan kayu

seperti yang terlihat pada Gambar 21a.

Page 47: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

33

Gambar 20. Jenis Lantai di Pemukiman Kumuh

a.

b.

Gambar 21. (a) Jenis Rumah Kumuh Berlantai 2 Yang Rata-Rata Terletak di Dekat

Sungai, (b) Jenis Rumah Kumuh Yang Berlantai Tanah, Lokasi Terletak di

Kelurahan Cipinang Besar Utara

Jenis dinding di permukiman kumuh berat, kumuh sedang, kumuh ringan dan

kumuh sangat ringan adalah sebagai berikut: 58% berdinding tembok dan 28%

berdinding semi permanen, yaitu ½ tembok dan ½ triplek atau ½ tembok dan ½ seng

(Gambar 22). Rumah di permukiman kumuh ini umumnya berupa rumah petakan-

petakan kecil yang luasnya sudah dibagi-bagi berdasarkan jumlah kepala rumah

tangga.

Page 48: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

34

Gambar 22. Jenis Dinding di Pemukiman Kumuh

Luas hunian tempat tinggal di pemukiman kumuh sangat bervariasi, dari luas

yang terkecil 3 m2 sampai yang terbesar 165 m

2, dan rata-rata luas tempat tinggal

adalah 20,4 m2. Secara umum, rumah yang berada di permukiman kumuh ini tidak

memiliki halaman rumah. Lebar jalan rata-rata yang terdekat dengan rumah adalah

sekitar 1m (Tabel 9).

Tabel 9.Rata-Rata Luas Rumah dan Lebar Jalan di Setiap Kategori Kumuh

Kategori Kumuh Luas rumah

(m2)

Lebar jalan

(m)

Kumuh Berat 10,18 0,76

Kumuh Sedang 26,86 1,18

Kumuh Ringan 19,50 0,82

Kumuh Sangat Ringan 25,00 0,98

Gambar 23. Lokasi Rumah Yang Dimanfaatkan Sebagai Warung di Kelurahan Cipinang

Besar Utara

Jarak antara rumah yang satu dengan rumah yang lain sangat dekat, berupa

lorong, dan tidak menyisakan ruang untuk bermain anak-anak. Beberapa rumah

tangga memanfaatkan rumah mereka sebagai warung harian seperti yang terlihat

Page 49: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

35

pada Gambar 23. Kawasan berkategori kumuh berat memiliki rata-rata luas rumah

10,18 m2 dan lebar jalan terdekat dengan rumah adalah 0,76 m.

Berdasarkan hasil penarikan contoh, sebanyak 49% responden di

permukiman kumuh umumnya tinggal di rumah sewaan dan sebanyak 51% tinggal di

rumah sendiri. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh yang

menyewa ini adalah para migran yang datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Dengan cara menyewa ini mereka dapat berpindah-pindah lokasi sesuai dengan

kebutuhannya, jarak lokasi pekerjaan serta harga sewa rumah. Sewa rumah

berdasarkan hasil wawancara dengan responden umumnya berkisar Rp. 200.000/

bulan. Jika nilai sewa terlalu tinggi umumnya migran akan mencari sewa rumah yang

lebih murah. Umumnya rumah yang mereka tempati belum mempunyai fasilitas

MCK sehingga pada lokasi ini terdapat MCK umum. Walaupun sebagian telah

mempunyai kamar mandi sendiri namun tidak dilengkapi dengan jamban, sehingga

mengharuskan penghuni permukiman kumuh untuk menggunakan fasilitas MCK

bersama (Gambar 24).

a.

b.

Gambar 24. MCK Umum (a) Terletak di Kelurahan Kampung Melayu, (b) Terletak di

Kelurahan Rawa Bunga

Buruknya kondisi rumah tinggal serta kepadatan bangunan yang sangat tinggi

menyebabkan rumah-rumah tidak memiliki sistem pertukaran udara segar atau

ventilasi yang baik sehingga ruang-ruang di dalamnya tidak mendapatkan sinar

matahari dan cenderung lembab. Berdasarkan data survei lapang, rata-rata rumah

yang memiliki ventilasi yaitu sekitar 1.31 atau kurang dari 2 jendela. Bentuk

ventilasi juga bermacam-macam, diantaranya berupa ventilasi kawat atau seng sesuai

dengan dinding rumah. Contoh ventilasi di permukiman kumuh disajikan pada

Gambar 25.

Page 50: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

36

Gambar 25. Jenis Ventilasi yang Terletak di Lokasi Kelurahan Cipinang Besar Utara

5.2.3. Karakteristik Pendidikan dan Jenis Pekerjaan

Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh umumnya adalah kaum

pendatang yang tidak terdidik. Berdasarkan hasil wawancara, sekitar 8 % masyarakat

di daerah kumuh tidak sekolah. Sebagian besar pemukim (42%) adalah tamatan SD,

sedangkan lulusan SMP sekitar 18%. Masyarakat berpendidikan SMA dan tingkat

yang sederajat sejumlah kurang lebih 30%, dan hanya 1% yang menamatkan

perguruan tinggi ( Gambar 26). Menurut Frota (2008) masyarakat miskin yang

tinggal di permukiman kumuh tidak memiliki pengetahuan, kemampuan keuangan

dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang lebih baik,

karena keterbatasan itu masyarakat miskin banyak bekerja di sektor informal.

Pekerjaan yang dipilih pada umumnya adalah buruh harian serta pedagang informal

(Gambar 27a).

Gambar 26. Tingkat Pendidikan Responden di Permukiman Kumuh di Daerah Penelitian

Page 51: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

37

a.

b.

Gambar 27. (a) Jenis Pekerjaan Dan (B) Total Pendapatan di Permukiman Kumuh di

Daerah Penelitian

Kirmanto (2001) menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan penghuni

lingkungan permukiman kumuh adalah sektor informal yang tidak memerlukan

keahlian tertentu, misalnya sebagai buruh kasar atau kuli bangunan. Oleh karena itu,

tingkat penghasilan pemukim sangat terbatas dan tidak mampu menyisihkan

penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan permukiman. Akibatnya terjadi

degradasi kualitas lingkungan yang pada gilirannya memperluas area permukiman

kumuh.

Pendapatan masyarakat di permukiman kumuh yang tertinggi adalah sebesar

Rp 25.970.000 per tahun, dihasilkan oleh penduduk yang berprofesi sebagai supir,

sedangkan pendapatan paling rendah sebesar Rp. 10.100.000 per tahun dihasilkan

oleh masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung (Gambar 27b). Rata-rata ibu

rumah tangga pada permukiman kumuh bekerja sebagai buruh cuci dan buruh

setrika. Lokasi pekerjaan mereka berada di sekitar lingkungan tempat tinggal.

5.3. Faktor Penciri Kekumuhan

Identifikasi penciri kekumuhan ditelaah dengan menggunakan sembilan

peubah yaitu: asal, pendidikan, pekerjaan, lokasi rumah, cara buang sampah, skor

kualitas rumah, skor polusi, luas rumah, dan lebar jalan terdekat dengan rumah, hasil

analisis faktor penciri kekumuhan dapat dilihat pada Lampiran 3. Peubah tersebut

dipilih sesuai dengan penciri kekumuhan yang dirumuskan oleh Dinas Perumahan

DKI Jakarta. Untuk mengetahui faktor penciri pemukiman kumuh tersebut

digunakan metode analisis Kuantifikasi Hayashi II. Dari proses analisis didapatkan

hasil bahwa peubah yang memiliki nilai yang nyata adalah peubah asal, lokasi

rumah, luas rumah, dan lebar jalan terdekat dengan rumah dengan eta-square yang

diperoleh sebesar 0,805 pada selang kepercayaan 95%. Berikut adalah ringkasan

hasil analisis faktor penciri kekumuhan yang disajikan pada Tabel 10.

Page 52: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

38

Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Kuantifikasi Hayasi II

Peubah Koefisien Skor Kategori

Positif Negatif

Asal Jabodetabek Banten

Luar Jawa Jawa

Yogyakarta

Lokasi Rumah Dekat Pasar Dekat Sungai

Dekat Jalan Raya

Luas Rumah 26-52 m2 0-26 m2

>52 m2

Lebar Jalan >1 0-1

Berdasarkan nilai skor kategori peubah asal daerah, diketahui bahwa orang

yang berasal dari Banten, Jawa, dan Yogyakarta berada di kawasan kumuh berat, dan

orang yang berasal dari luar Jawa seperti dari Sumatera tinggal di kawasan kumuh

sedang. Hasil identifikasi lapang menunjukkan bahwa rata- rata masyarakat yang

tinggal di permukiman kumuh adalah pendatang yang sudah tinggal di permukiman

tersebut selama kurang lebih 24 tahun.

Berdasarkan nilai korelasi parsial yang terlihat pada Lampiran 3, peubah

lokasi rumah adalah peubah yang paling berpengaruh terhadap faktor penciri

kekumuhan. Lokasi kumuh berat berasosiasi dengan kedekatan terhadap sungai.

Kondisi rumah yang berada di dekat sungai umumnya rumah bersifat semi

permanen. Sedangkan kondisi rumah yang lebih baik berada di dekat jalan raya.

Kategori luas rumah juga berpengaruh nyata terhadap tingkat kekumuhan.

Dari sebaran nilai skor kategori, terindikasi bahwa semakin sempit luas rumah maka

kecenderungan berada di kawasan permukiman kategori kumuh berat. Ukuran rumah

yang terkecil yang ditempati oleh masyarakat di permukiman kumuh adalah rumah

dengan ukuran 3x3 m2 yang berupa rumah petakan.

Kategori lebar jalan sebagaimana dihipotesiskan teruji terkait erat dengan

tingkat kekumuhan. Semakin kecil lebar jalan lingkungan dimana satu rumah berada,

maka semakin besar peluang rumah tersebut berada di kawasan berkategori kumuh

berat. Dalam hal ini lebar tersempit adalah sekitar 0-1 meter. Sebaliknya di kawasan

kumuh ringan sampai dengan sedang kondisi jalan terdekat dengan rumah sudah

cukup baik yaitu lebih dari 1 m.

5.4. Mobilitas Masyarakat di Permukiman Kumuh

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di permukiman kumuh

dapat diketahui bahwa tingkat mobilitas masyarakat di pemukiman kumuh relatif

Page 53: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

39

rendah. Hal ini terlihat dari semua aktivitas yang mereka lakukan tidak jauh dari

lokasi tempat tinggal. Penduduk permukiman umumnya melakukan aktivitas sehari-

hari seperti belanja, bekerja, pendidikan formal maupun informal di kawasan dekat

tempat tinggal. Sebagian dari masyarakat pemukiman kumuh yang tinggal di

Kecamatan Jatinegara melakukan aktivitas di sekitar Kecamatan Jatinegara (367

perjalanan dari total 863 perjalanan), demikian juga dengan masyarakat pemukiman

kumuh yang berada di Kelurahan Bukit Duri.

Mobilitas yang paling jauh dilakukan adalah keluar wilayah Jabodetabek,

masyarakat di permukiman kumuh melakukan mobilitas ini untuk tujuan silaturahmi

atau mudik saat lebaran tiba. Peta mobilitas masyarakat di permukiman kumuh dapat

dilihat pada Gambar 28 serta jumlah perjalanan dapat dilihat pada Lampiran 2.

690000

690000

695000

695000

700000

700000

705000

705000

710000

710000

715000

715000

9295000 9295000

9300000 9300000

9305000 9305000

9310000 9310000

9315000 9315000

9320000 9320000

9325000 9325000

Peta Mobilitas Masyarakat

Permukiman Kumuh

U

2000 0 20004000 M

Keterangan

Mobilitas dari Jatinegarake Jakarta Timur Lainya

Mobilitas dari Jatinegarake Jakarta SelatanMobilitas dari Jatinegarake Jakarta Pusat

Mobilitas dari Jatinegarake Jakarta Barat

Mobilitas dari Jatinegarake BodetabekMobilitas dari Jatinegarake Jawa dan Luar Jawa

Jalan Arteri/UtamaJalan Kereta Api

Jalan KolektorJalan Tol Nasional

Mobilitas dari Jatinegara ke Jakarta Utara

JAKARTA SELATAN

JAKARTA UTARA

JAKARTA PUSAT

JAKARTA BARAT

JAKARTA TIMUR

BEKASI

BOGOR

TANGERANG

Gambar 28. Peta Mobilitas Masyarakat di Permukiman Kumuh Kecamatan Jatinegara

5.4.1. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mobilitas masyarakat di

permukiman kumuh, digunakan metode analisis Kuantifikasi Hayashi I. Dari analisis

tersebut didapatkan nilai R2

sebesar 0,605. Hal ini menunjukkan bahwa peubah yang

digunakan dapat menjelaskan 60,5% keragaman data frekuensi kegiatan yang ada di

Page 54: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

40

kawasan permukiman kumuh. Disamping itu, hasil tersebut juga menunjukkan

masih terdapat kurang lebih 39,5% ragam yang tidak dapat dijelaskan dari metode

yang digunakan. Hal tersebut dapat bersumber dari adanya beberapa faktor penting

lainnya yang belum dapat diintegrasikan dalam penelitian ini.

Hubungan antara peubah tujuan dengan peubah penjelas dapat dilihat dari

nilai skor kategori. Apabila nilai skor kategori peubah penjelas bertanda negatif

maka hal tersebut menunjukkan bahwa peubah penjelas tersebut berkorelasi negatif

terhadap peubah tujuan dan mengindikasikan bahwa peubah penjelas tersebut

mempunyai frekuensi kegiatan yang rendah. Sebaliknya, apabila nilai skor kategori

peubah penjelas bertanda positif maka peubah penjelas tersebut berkorelasi positif

terhadap peubah tujuan dan menggambarkan bahwa skor kategori pada peubah

penjelas mempunyai frekuensi kegiatan yang tinggi. Nilai skor kategori dari peubah-

peubah penjelas terhadap frekuensi kegiatan disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 11 menyajikan ringkasan hasil analisis Hayashi I untuk

mengidentifikasi peubah yang secara statistik nyata pada α= 0,05 mempengaruhi

mobilitas penduduk di permukiman kumuh. Peubah-peubh tersebut adalah jumlah

kegiatan, pendidikan, alat transportasi, tujuan kegiatan, lokasi kegiatan, pekerjaan

dan pekerjaan lain. Seluruh peubah tersebut memiliki nilai korelasi parsial lebih

tinggi dari nilai kritis yaitu sebesar 0,231. Pada α= 0,1 peubah yang nyata adalah

peubah asal daerah. Peubah-peubah tersebut memiliki korelasi parsial lebih tinggi

dari nilai kritis yaitu sebesar 0,195.

Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Kuantifikasi Hayashi I

Keterangan Peubah

Nyata Pada α= 0,05 Jumlah kegiatan

Pendidikan

Alat transportasi

Tujuan kegiatan

Lokasi kegiatan

Pekerjaan

Ada/tidak pekerjaan lain

Nyata Pada α= 0,1 Asal daerah

R2 0,621

5.4.1.1.Keterkaitan Karakteristik Pelaku Dengan Mobilitas Masyarakat

Permukiman Kumuh

Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh umumnya adalah masyarakat

miskin yang tak terdidik. Mayoritas penghuni permukiman kumuh tersebut adalah

pendatang yang mencari pekerjaan. Tingkat pendidikan masyarakat pemukim ini

Page 55: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

41

rendah, yaitu mayoritas tingkat SD, bahkan ada yang tidak pernah sekolah.

Rendahnya pendidikan masyarakat mengakibatkan terbatasnya alternatif pekerjaan.

Pilihan pekerjaan untuk masyarakat berpendidikan rendah tersebut adalah sektor

informal seperti buruh. Oleh karena itu, sebagaimana disampaikan pada bagian

sebelumnya sedikit diantara penghuni permukiman kumuh yang mempunyai

pekerjaan lebih dari satu jenis.

Gambar 29 menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

ada tidaknya pekerjaan lain serta asal daerah terhadap frekuensi kegiatan masyarakat

di permukiman kumuh berdasarkan hasil wawancara dengan responden.

(a).

(b).

(c).

(d).

Gambar 29. Hubungan Antara Kategori (A) Tingkat Pendidikan, (B) Jenis Pekerjaan, (C)

Pekerjaan Lain, (D) Asal Daerah Dengan Rataan Frekuensi Kegiatan

Berdasarkan hasil analisis Kuantifikasi Hayashi 1, peubah tingkat pendidikan

berkorelasi posisif dengan frekuensi kegiatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingkat

pendidikan SD, SMP, S1 yang berkorelasi positif dengan frekuensi kegiatan,

sedangkan tingkat pendidikan SMA dan tidak sekolah berkorelasi negatif dengan

frekuensi perjalanan. Jika dilihat pada Gambar 29a terlihat bahwa penduduk dengan

tingkat pendidikan SMA dan tidak sekolah memiliki rata-rata mobilitas tahunan

terendah dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Dilihat dari jumlah

frekuensi responden di wilayah contoh, diketahui bahwa mayoritas penduduk (112

responden) berpendidikan SD.

Page 56: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

42

Pada hasil analisis selanjutnya ditunjukkan bahwa kelompok penduduk ibu

rumah tangga dan pemulung mempunyai nilai skor yang berkorelasi negatif dengan

frekuensi kegiatan. Fenomena tersebut menunjukkan fakta bahwa ibu rumah tangga

dan pemulung secara relatif lebih sedikit melakukan aktivitas. Dari data responden

yang ditunjukkan pada Gambar 29b terlihat bahwa ibu rumah tangga mempunyai

frekuensi kegiatan yang paling kecil. Aktifitas ibu rumah tangga umumnya dilakukan

di sekitar rumah seperti berbelanja atau beberapa diantaranya bekerja sebagai buruh

cuci di lingkungan tempat tinggal. Berdasarkan hasil analisis, jenis pekerjaan dengan

aktivitas terbanyak adalah sekolah karena dilakukan setiap hari.

Peubah pekerjaan lain berkorelasi positif dengan frekuensi kegiatan. Dari

nilai skor, diketahui bahwa adanya pekerjaan lain berkorelasi positif dengan

frekuensi kegiatan, sedangkan tidak adanya pekerjaan lain akan berkorelasi negatif.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pekerjaan lain menyebabkan masyarakat

banyak melakukan aktivitas setiap harinya, sedangkan tidak adanya pekerjaan lain

menyebabkan sedikitnya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di permukiman

kumuh.

Selanjutnya, peubah asal daerah berkorelasi positif terhadap frekuensi

kegiatan. Sebagian besar responden adalah penduduk asli Jakarta (98 responden) dan

migran Jawa Tengah (87 responden). Berdasarkan pola aktifitas responden

berdasarkan asal daerah yang ditunjukkan pada Gambar 29d, terlihat bahwa

masyarakat yang berasal dari Sumatera, Jawa Timur dan Yogyakarta lebih aktif

melakukan kegiatan dibandingkan dengan penduduk yang berasal dari daerah lain.

5.4.1.2.Aktivitas Masyarakat Permukiman Kumuh dan Moda Transportasi

Dari hasil analisis kuantifikasi Hayashi I yang ditunjukkan pada Tabel

Lampiran 3, diketahui bahwa peubah jumlah kegiatan paling berpengaruh nyata

terhadap frekuensi kegiatan. Pada nilai skor kategori ditunjukkan bahwa penduduk

yang melakukan mobilitas lebih dari tiga kali dalam sehari cenderung mempunyai

frekuensi kegiatan yang tinggi yaitu 102. Hal ini diduga disebabkan oleh jenis

kegiatan yang lebih beragam. Dari hasil wawancara yang disajikan pada Gambar 30a

terlihat bahwa semakin banyak jumlah kegiatan maka semakin banyak frekuensi

kegiatan yang dilakukan.

Selanjutnya dari Tabel Lampiran 4 diketahui bahwa aktifitas rekreasi

berkorelasi negatif dengan frekuensi kegiatan. Kegiatan berekreasi jarang dilakukan

oleh masyarakat di permukiman kumuh, namun dilakukan oleh hampir seluruh

responden. Pada Gambar 30b terlihat bahwa frekuensi kegiatan rekreasi paling rendah

Page 57: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

43

dibandingkan dengan frekuensi kegiatan yang lain. Hal ini karena terbatasnya

penghasilan dan tidak adanya waktu untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan

rekreasi ini dilakukan setahun sekali pada saat libur sekolah atau libur nasional

seperti hari raya. Lokasi yang dipilih untuk rekreasi ini adalah lokasi yang biayanya

terjangkau seperti Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional, Taman Mini

Indonesia Indah, serta Pantai Ancol.

a.

b.

c.

d.

Gambar 30. Hubungan Antara (a) Jumlah Kegiatan, (b) Tujuan Kegiatan, (c) Lokasi

Kegiatan, (d) Alat Transportasi Dengan Rataan Frekuensi Kegiatan

Berikutnya, dari nilai skor diketahui bahwa kegiatan belanja paling

berpengaruh terhadap peningkatan frekuensi kegiatan. Kegiatan belanja dilakukan

oleh hampir seluruh responden. Jika dilihat dari data responden pada Gambar 30b

terlihat bahwa rata-rata frekuensi belanja sekitar 239 kali. Berdasarkan hasil

wawancara dengan responden hanya sebagian ibu rumah tangga yang melakukan

kegiatan ini setiap harinya. Beberapa diantara ibu rumah tangga melakukan kegiatan

belanja seminggu 3 kali, bahkan ada yang melakukannya hanya sebulan sekali.

Frekuensi belanja ibu rumah tangga tersebut menyesuaikan dengan kondisi keuangan

rumah tangganya.

Selanjutnya dilakukan analisis karakterisasi masyarakat permukiman kumuh

berdasarkan tujuan kegiatan. Berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa tujuan

lokasi kegiatan dengan frekuensi tertinggi adalah Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah).

Page 58: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

44

Fenomena ini menunjukkan banyaknya masyarakat memilih Jawa sebagai tujuan

kegiatan yang terkait dengan asal dari penduduk di permukiman contoh. Jika dilihat

dari nilai skor kategori maka Jawa berkorelasi negatif dengan frekuensi kegiatan.

Indikasi ini menunjukkan bahwa tujuan ke daerah tersebut sangat jarang dilakukan,

umumnya dilakukan hanya satu kali dalam setahun pada saat mudik lebaran. Pada

Gambar 30c ditunjukkan lokasi yang sering menjadi tujuan kegiatan adalah lokasi

yang terdekat dengan tempat tinggal seperti di daerah kecamatan Jatinegara atau

beberapa kecamatan lain di wilayah Jakarta timur.

Alat transportasi berkorelasi positif dengan frekuensi kegiatan. Dalam hal ini

jenis alat transportasi sepeda dan jalan kaki merupakan yang terbanyak. Hal ini

dikarenakan lokasi kegiatan penghuni umumnya di sekitar lokasi tempat tinggal.

Terdapat masyarakat di permukiman kumuh yang mempunyai mobil sendiri.

Kendaraan tersebut merupakan sarana usaha catering dan dijadikan sebagai

kendaraan sewaan. Beberapa diantaranya juga memiliki sepeda motor untuk ojek.

5.4. Rencana Tata Ruang Wilayah dan Sebaran Permukiman Kumuh

Rencana tata ruang wilayah merupakan wadah spasial dari seluruh aspek

pembangunan termasuk ekonomi dan sosial budaya. Dengan kata lain penataan ruang

merupakan rencana implementasi dari keterpaduan pembangunan di berbagai bidang.

Menurut Direktur Jendral Penataan Ruang, jumlah penduduk perkotaan yang terus

meningkat dari waktu ke waktu akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan

terhadap pemanfaatan ruang kota. Oleh karena itu, penataan ruang kota perlu

mendapatkan perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan

kawasan hunian, fasilitas umum, dan sosial serta ruang-ruang terbuka publik di

perkotaan.

Kawasan bangunan umum merupakan kawasan yang diarahkan dan

diperuntukkan bagi pengembangan perkantoran, perdagangan jasa, pemerintahan dan

fasilitas umum atau fasilitas sosial beserta penunjangnya dengan koefisien dasar

bangunan lebih besar dari 20%. Sedangkan kawasan bangunan umum kepadatan

rendah adalah kawasan bangunan umum yang secara keseluruhan koefisien dasar

bangunannya maksimum 20%. Berdasarkan hasil operasi tumpang tindih antara

sebaran permukiman kumuh di wilayah Jakarta Timur dan RTRW wilayah tersebut

diketahui bahwa di area peruntukkan kawasan bangunan umum sebagaimana

disajikan pada Tabel 12, terdapat kurang lebih 1,30 hektar lahan yang dimanfaatkan

untuk permukiman kumuh, dan sekitar 5,34 hektar lahan pada peruntukan bangunan

umum kepadatan rendah ditempati oleh permukiman kumuh. Secara keseluruhan

Page 59: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

45

kawasan kumuh adalah sebesar 36,81 hektar yang menyebar di seluruh peruntukan

lahan perkotaan.

Arahan pembangunan perumahan dalam RTRW Jakarta Timur Tahun 2010

terbagi atas perumahaan, perumahan kepadatan rendah serta campuran perumahan

dengan bangunan umum. Dari Tabel 12 terlihat bahwa kawasan permukiman kumuh

(11,14 Ha) terletak pada peruntukan lahan untuk kawasan perumahan yang

merupakan suatu kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan

permukiman dengan koefisien dasar bangunan lebih besar dari 20%. Perumahan

dengan kepadatan rendah merupakan kawasan yang memiliki fungsi konservasi

sehingga kepadatan rendah dan ketinggian bangunannya dibatasi untuk

mengakomodasi fungsi resapan air, fungsi daerah penyangga, dan fungsi ruang

terbuka hijau.

Tabel 12. Luas Permukiman Kumuh Pada Berbagai Peruntukan Lahan Rencana

Tata Ruang Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010.

Penggunaan Lahan Pada RTRW Kumuh

(Ha)

Tidak

Kumuh

(Ha)

Bangunan Umum 1,30 896,33

Bangunan Umum dan Perumahan 1,15 322,19

Bangunan Umum Kepadatan Rendah 5,34 1430,39

Industri dan Pergudangan 2,19 1754,89

Perumahan 11,14 7301,84

Perumahan Kepadatan Rendah 1,35 2103,14

Ruang Terbuka Hijau 14,34 5256,17

Total 36,81 19064,95

Permukiman kumuh terbanyak berada pada peruntukkan lahan ruang terbuka

hijau yaitu sekitar 14,34 hektar. Ruang terbuka hijau merupakan suatu kawasan atau

areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi

perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana kota/lingkungan, dan atau pengaman

jaringan prasarana dan atau budidaya pertanian yang difungsikan sebagai peresapan

air dan menghasilkan oksigen.

Kawasan permukiman kumuh, yang lokasinya sesuai dengan rencana tata

ruang, berada di kawasan perumahan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk dan

bangunan yang sangat tinggi. Penanganan yang sesuai dilakukan untuk kasus

tersebut adalah program peremajaan seperti yang dijelaskan pada undang-undang tata

ruang yang terkait dengan UU No 4 tahun 1992 Tentang Perumahan dan

Permukiman. Kemudian untuk kawasan kumuh yang berada di daerah yang tidak

Page 60: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

46

sesuai dengan rencana tata ruang, berada di lokasi yang berbahaya/ terlarang seperti

di ruang terbuka hijau, bantaran kali, dan rel kereta api, penangannya dilakukan

dengan program re-lokasi ke rumah susun terdekat dari lokasi semula, ganti rugi

yang layak, program transmigrasi, dan dikembalikan ke daerah asal.

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam peremajaan kawasan permukiman

kumuh menurut dinas tata kota DKI Jakarta adalah sebagai berikut :

Mengupayakan dan mengakomodasikan serta dapat mengembangkan

keberagaman lapangan kerja di sektor formal maupun sektor informal secara

proporsional.

Kedekatan dengan tempat kerja/berusaha

Menciptakan rasa tempat (sense of place) dengan cara mempertahankan

karakter lokal, baik yang menyangkut aspek alamiah (pantai, topografi)

maupun aspek lingkungan binaan (bangunan atau bersejarah, landmark)

Pemenuhan kebutuhan fasilitas sosial, fasilitas umum, ruang terbuka, tempat

bermain sebagai sarana untuk kontak sosial atau interaksi sosial penghuni.

Pembenahan sistem transportasi, jejaring infrastruktur.

Untuk mengurangi penduduk musiman yang mencari nafkah di DKI Jakarta

diusulkan agar perlu disediakan bangunan rumah susun sewa yang murah

sebagai upaya mengantisipasi tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan

permukiman kumuh yang baru.

Isu dan permasalahan yang teridentifikasi dalam penataan ruang terkait

dengan pembangunan perumahan dan permukiman yang dikemukakan oleh Idris

(2004) adalah

Pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman belum sepenuhnya mengacu

pada RTRW, serta masih berorientasi pada pengembangan yang sifatnya

horizontal seperti pada kasus kota metropolitan dan kota besar sehingga

cenderung menciptakan urban spraw dan inefisiensi pelayanan prasarana dan

sarana.

Izin lokasi pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman melebihi

kebutuhan nyata, sehingga meningkatkan luas area lahan tidur (vacant land).

Pola pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman belum memberikan rasa

keadilan kepada penduduk berpenghasilan rendah, sehingga selalu tersingkir

keluar kota dan jauh dari tempat kerja. Sementara tuntutan pemberdayaan dan

keberpihakkan pada masyarakat tersebut semakin besar.

Pemanfaatan ruang untuk perumahan dan permukiman belum serasi dengan

pengembangan kawasan fungsional lainnya (seperti kawasan kritis, nelayan,

Page 61: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

47

rawan, terbelakang, dsb) atau dengan program-program sektor/ fasilitas

pendukung lainnya.

Ketidakseimbangan pembangunan desa–kota, serta meningkatnya urbanisasi

yang mengakibatkan permukiman kumuh dan berkembangnya masalah sosial

di kawasan perkotaan.

Gambar 31 menyajikan peta rencana tata ruang wilayah studi dan lokasi

permukiman kumuh pada peruntukkan lahan dalam rencana tata ruang wilayah tahun

2010.

Page 62: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

48

704000

704000

706000

706000

708000

708000

710000

710000

712000

712000

714000

714000

716000

716000

718000

718000

9296000

9296000

9298000

9298000

9300000

9300000

9302000

9302000

9304000

9304000

9306000

9306000

9308000

9308000

9310000

9310000

9312000

9312000

9314000

9314000

9316000

9316000

9318000

9318000

PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KOTAMADYA JAKARTA TIMUR 2010

U

TB

S

1000 0 1000 2000 M

Sumber : Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta

JAKARTA UTARA

JAKARTA BARAT

JAKART A SELAT AN

JAKART A PUSAT

JAKARTA TI MU R

JAKARTA SELATAN

JAKARTA UTARA

JAKARTA PUSAT

KODYA

BEKASI

KAB

BEKASI

JAKARTA SELATAN

Bangunan UmumBangunan Umum Kepadatan RendahBangunan Umum dan PerumahanIndustri dan PergudanganPerumahanPerumahan Kepadatan RendahRuang Terbuka Hijau

Kawasan KumuhLEGENDA

Gambar 31. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta Timur 2010 Dan Lokasi Permukiman Kumuh Pada Peruntukan Lahan Dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah

Page 63: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

49

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pada citra Quickbird, kawasan kumuh dapat diidentifikasi berdasarkan pola

permukiman. Pola permukiman teratur ditunjukkan oleh kenampakan lebih rapi dan

memiliki jarak antar rumah; jalan dapat dibedakan dengan tegas diantara rumah-

rumah. Ciri-ciri permukiman kumuh yang tampak pada citra adalah mempunyai pola

tidak teratur, rapat dan tidak ada jarak antar rumah, sebagian besar rumah beratapkan

asbes atau seng dan sebagian kecil beratapkan genteng. Pada citra, atap asbes terlihat

sebagai warna putih, sedangkan rumah yang beratapkan genteng terlihat berwarna

oranye.

Pemukiman kumuh banyak dijumpai di sekitar sungai. Kondisi rumah

pemukiman kumuh umumnya berlantai keramik dan sebagian berlantaikan tanah,

berdinding rumah tembok dan 28 % berdinding rumah semi permanen. Sebagian

rumah (21%) di permukiman kumuh tidak memiliki ventilasi, sehingga kurang

memungkinkan untuk tempat tinggal yang sehat. Rata-rata jalan terdekat dengan

rumah adalah sekitar 1 meter. Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh

umumnya bekerja sebagai buruh harian dan pedagang informal. Sebagian besar

masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh masih berpendidikan SD.

Penelitian ini menemukan bahwa faktor penciri pemukiman kumuh yaitu asal

daerah, lokasi rumah, luas rumah dan lebar jalan. Mobilitas masyarakat umumnya

rendah artinya mereka hanya melakukan aktivitas sehari- hari di sekitar tempat

tinggal untuk menghemat biaya. Faktor yang mempengaruhi mobilitas adalah jumlah

kegiatan, pendidikan, alat transportasi, tujuan kegiatan, lokasi kegiatan, pekerjaan,

pekerjaan lain, dan asal daerah.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta Timur 2010 diketahui

sekitar 11,14 Ha lahan yang diperuntukkan untuk perumahan dijumpai permukiman

kumuh, dan sekitar 14,34 Ha permukiman kumuh pada ruang terbuka hijau.

Perbaikan permukiman kumuh yang sesuai dengan peruntukannya adalah dengan

cara peremajaan, sedangkan lokasi permukiman kumuh yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang yaitu yang berada di jalur hijau atau ruang terbuka hijau maka

perlu dilakukan program re-lokasi ke rumah susun terdekat dari lokasi semula, ganti

rugi yang layak, program transmigrasi, atau dikembalikan ke daerah asal.

Page 64: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

50

6.2. Saran

Kualitas lingkungan di sekitar permukiman kumuh membutuhkan perhatian

dari pemerintah daerah DKI Jakarta. Rendahnya pendidikan masyarakat di

permukiman kumuh berimplikasi pada sedikitnya alternatif kegiatan dan kepedulian

terhadap kualitas lingkungan. Pemerintah perlu semakin meningkatkan penyuluhan

untuk peningkatan kualitas hidup dan kondisi lingkungan masyarakat di permukiman

kumuh. Kepedulian, ketegasan serta sosialisasi kepada masyarakat tentang aspek

penataan ruang kota sangat diperlukan agar tercipta sistem tata kota yang baik.

Page 65: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

51

DAFTAR PUSTAKA

Averal, S, R. Zah, C. Tavares-Correa. 2008. Linking Socioeconomic Classes and

Land Cover Data in Lima, Peru:Assessment Through the Application of

Remote Sensing and GIS. International Journal of Applied Earth Observation

and Geoinformation 11: 27–37.

Badan Pusat Statistik Kota Adminstrasi Jakarta Timur. 2007. Jakarta Timur dalam

Angka. BPS-Statistics Jakarta Timur.

Bandiyono, S. 2004. Mobilitas Penduduk Non-Permanen di Permukiman Kumuh

Kota Ciamis: Kebijakan Pengelolaan. Makalah Kebijakan. ITB. Bandung.

De Graaf, L.B. 1970. The City of Black Angels: Emergence of the Los Angeles

Ghetto, 1890-1930. The Pacific Historical Review 39: 323-352.

Dinas Tata Kota. 1997. Pemaduselarasan Konsep Permukiman Kumuh.

Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta.

Direktur Jendral Penataan Ruang. 2008. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama

Pembentuk Kota Taman. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Frota, L. 2008. Securing Decent Work and Living Conditions in Low-Income Urban

Settlements by Linking Social Protection and Local Development: A review

of Case Studies. Habitat International 32: 203–222.

Idris, A.A. 2004. Sinkronisasi Penataan Ruang Dengan Pembangunan Perumahan

dan Permukiman. http://rudyct.com/PPS702-ipb/0823/a abdurachim idris.pdf.

Diakses 11 Januari 2010.

Kimani-Murage, E.W., A.M. Ngindu. 2007. Quality of Water the Slum Dwellers

Use:TheCase of a Kenyan Slum. Journal of Urban Health: Bulletin of the

New York Academy of Medicine 84: 829-838.

Kirmanto, D. 2001. Kebijakan dan Strategi Nasional Penataan Lingkungan

permukiman kumuh. Semiloka Rencana Pencananangan Gerakan Nasional

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh, Palembang.

Kusumawati, A. 2006. Identifikasi dan Analisis Pola Sebaran Permukiman Kumuh

dengan Menggunakan Citra Ikonos. Skripsi S1. Departemen Tanah IPB.

Bogor.

Lestari, F. 2008. Identifikasi Tingkat Kerentanan Masyarakat Permukiman Kumuh

Perkotaan Melalui Pendekatan Sustainable Urban Livelihood (Studi Kasus :

Kelurahan Tamansari, Bandung). Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung.

Bandung.

Lipton, M. 1977. Why Poor People Stay Poor: Urban Bias and World Development.

London, Temple Smith.

McGee,T.G. 1990. The Future of the Asian City : the Emergence of Desakota

Regions, Proceeding International Seminar and Workshop on the South East

Asian City of the Future, Jakarta, January 21-25 1990.

Netzband, M., A. Rahman. 2009. Physical characterisation of deprivation in cities:

Page 66: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

52

How can remote sensing help to profile poverty (slum dwellers) in the

megacity of Delhi/India?. Joint Urban Remote Sensing Event: 1-5. DOI:

10.1109/URS.2009.5137652.

Ningsih, S. 2002. Urbanisasi dan Kaitanya dengan Hukum dan Kependudukan .

Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id, Diakses 3 Februari 2009.

Nyanzi, S. 2009. Widowed mama-grannies buffering HIV/AIDS-affected households

in a city slum of Kampala, Uganda. Gender & Development 17: 467 – 479.

Ooi, G. L., K. H. Phua. 2007. Urbanization and slum formation. Journal of Urban

Health 84: i27-i34.

Prasetyo, A. 2009. Karakteristik Permukiman Kumuh di Kampung Krajan Kelurahan

Mojongsongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Skripsi S1. Fakultas

Geografi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Raghavswamy, V., N. Gautam., J. Krishnamurthy. 1989. Mapping of environs of

Dharavi slums of Greater Bombay for site suitability using enhanced Landsat

thematic mapper (TM) imagery. Journal of the Indian Society of Remote

Sensing 17: 49-54.

Rashid, H., L. M, Hun., W., Haider. 2007. Urban Flood Problems in Dhaka,

Bangladesh: Slum Residents’Choices for Relocation to Flood-Free Areas.

Environmental Management 40:95–104.

Rebekka, Y. 1991. Penyebaran Permukiman Kumuh Kecamatan Tambora,

Tamansari dan grogol Petamburan (Jakarta Barat). Skripsi S1. Jurusan

Geografi FMIPA-UI. Depok.

Sadyohutomo, M. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Bumi Akasara. Jakarta.

Sueca, N. P. 2004. Permukiman Kumuh, Masalah atau Solusi. Jurnal Permukiman

Natah. 2: 56 – 107.

Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya. 2008.

http://www.kependudukancapil.go.id, Diakses tanggal 3 Februari 2009.

Suparlan, P. 2000. Segi Sosial dan Ekonomi Pemukiman Kumuh

www.kimpraswil.go.id, Diakses 3 Februari 2009.

UN-Habitat. 2007 . A look at the urban informal economy. Habitat Debate, 13(2).

UU RI No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

Wikipedia. 2009. Urbanisasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi. Diakses 3

Februari 2009.

Zulkarnain, W. 2004. Permukiman Kumuh Sebagai Dampak Urbanisasi di Kota

Medan. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara.

Page 67: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

53

LAMPIRAN

Page 68: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

54

Lampiran 1. Tabel Peubah Yang Digunakan pada Analisis Hayashi I

No Peubah Kategori

1 Jumlah Kegiatan 1

2

3

4

5

6

2 Usia 1= 0-15

2= 16-30

3= 31-45

4= >45

3 Status di RT 1= Ayah

2= Ibu

3= Anak

4= Anggota Lainya

4 Pendidikan 1= Tidak Sekolah

2= SD

3= SMP,SMA,S1

5 Alat Transport 1= Mobil Pribadi

2= Motor Pribadi

3= Angkutan Umum

4= Kereta

5= Bis

6= Sepeda

7= Jalan Kaki

6 Biaya Transport 1= 0-150000

2= 150001-300000

3= >300000

7 Lokasi Asal 1= Cipinang Besar Utara

2= Kampung Melayu

3= Bali Mester

4= Rawa Bunga

5= Bukit Duri

8 Asal Daerah 1= Jakarta

2= Bekasi

3= Bogor

4= Depok

5= Banten

6= Jawa Barat

7= Jawa Timur

8= Jawa Tengah

9= Yogyakarta

10= Sumatera

Page 69: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

55

No Peubah Kategori

9 Tujuan Kegiatan 1= Belanja

2= Bekerja

3= Pendidikan Formal

4= Pendidikan Informal

5= Berobat

6= Silaturrahmi

7= Rekreasi

8= Kegiatan Lainya

10 Lokasi Kegiatan 1= Jatinegara

2= Bukit Duri

3= Jakarta Timur Lainya

4= Jakarta Selatan

5= Jakarta Pusat

6= Jakarta Utara

7= Jakarta Barat

8= Bodetabek

9= Jawa

11 Pekerjaan 1= Pengangguran

2= Pensiunan

3= Ibu rumah tangga

4= Supir

5= Pemulung

6= Buruh

7= Pedagang informal

8= Pegawai

9= Wiraswasta

10= Karyawan

11= Main

12= Sekolah

12 Pekerjaan Lain 1= Ada

2= Tidak Ada

Page 70: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

56

Lampiran 2. Tabel Jumlah Perjalanan Masyarakat Permukiman Kumuh Kecamatan Jatinegara berdasarkan Kegiatan serta

Lokasi Tujuan

Tujuan Jatinegara Jakarta Timur

lainnya

Jakarta

Selatan

Jakarta

Pusat

Jakarta

Barat

Jakarta Utara Bodetabek Jawa dan

Luar Jawa

Bekerja 90 22 12 3 9 3 5 0

Belanja 79 0 0 0 0 0 0 0

Berobat 59 07 1 0 0 0 0 0

Kegiatan Lain 30 0 0 0 0 0 0 0

Pendidikan formal 69 12 3 1 0 0 1 0

Pendidikan Informal 60 0 1 0 0 0 0 0

Rekreasi 3 20 107 2 0 35 7 6

Silaturahmi 7 0 0 0 0 5 34 141

Page 71: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

57

Lampiran 3. Tabel Hasil Analisis Faktor Penciri Tingkat Kekumuhan

Variabel Kategori Skor

Kategori Rentang

Korelasi

Parsial

Asal 1 = Jabodetabek 0.083 1.050 0.390 *

2 = Banten, Jawa,Yogyakarta -0.118

3 = Luar Jawa 0.933

Pendidikan 1 = tidak sekolah 0.026 0.035 0.018

2 = SD -0.008

3 = SMP,SMA,S1 0.002

Pekerjaan 1= Pegawai, Wiraswasta -0.088 0.338 0.188

2= Buruh,Pedagang informal,Pemulung,Supir 0.133

3= Ibu Rt,Pensiunan,Pengangguran -0.205

Lokasi rumah 1= Dekat Sungai -1.359 2.348 0.704 *

2= Dekat Pasar 0.630

3= Dekat Jalan Raya 0.990

Buang sampah 1= Sungai,Selokan -0.024 0.101 0.034

2= Dibakar -0.085

3= Dikumpulkan,Gerobak,Tempat Sampah 0.016

Kualitas rumah 1= Rendah 0.190 0.593 0.228

2= Sedang -0.026

3= Baik -0.402

Polusi 1= Rendah -0.153 0.320 0.153

2= Tinggi 0.167

Luas rumah 1= 0-26 -0.083 0.626 0.247 *

2= 26-52 0.224

3= >52 0.544

Lebar jalan 1= 0-1 -0.199 1.573 0.644 *

2= >1 1.374

Eta Square 0.805

Y 1=Kumuh berat

2=Kumuh ringan-sedang

Outside Variabel 1= -1.481

2= 0.541

Keterangan *Berpengaruh Nyata

Page 72: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

58

Lampiran 4. Tabel Hasil Analisis Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi

Mobilitas Masyarakat di Permukiman Kumuh

No Peubah Kategori Frekuensi

Nilai

Kategori Rentang

korelasi

Parsial

1 Jumlah Kegiatan 1 36 -225.739 810 0.645 **

2 90 -94.422

3 102 30.504

4 58 143.679

5 17 270.328

6 1 584.139

2 Usia 0-15 98 -22.114 63 0.147

16-30 84 -23.294

31-45 92 40.172

>45 30 14.269

3 Status di RT Ayah 66 -40.865 73 0.163

Ibu 70 -38.482

Anak 160 32.279

Anggota Lainya 8 28.270

4 Pendidikan Tidak Sekolah 35 -57.187 90 0.330 **

SD 112 31.869

SMP 60 32.359

SMA 94 -38.239

S1 3 28.396

5 Alat Transport Mobil Pribadi 1 342.789 377 0.244 **

Motor Pribadi 8 -7.873

Angkutan Umum 32 -34.132

Kereta 7 -13.026

Bis 30 11.154

Sepeda 3 141.694

Jalan Kaki 223 0.645

6 Biaya Transport 0-150000 252 7.783 110 0.163

150001-300000 48 -32.304

>300000 4 -102.698

7 Lokasi Asal Cipinang Besar Utara 144 5.638 58 0.157

Kampung Melayu 70 9.653

Bali Mester 20 15.730

Rawa Bunga 29 -2.089

Bukit Duri 41 -42.480

8 Asal Daerah Jakarta 98 -0.013 277 0.237 *

Bekasi 3 -44.456

Bogor 8 75.098

Depok 1 -28.844

Banten 26 5.098

Page 73: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

59

No Peubah Kategori Frekuensi Nilai

Kategori Rentang

korelasi Parsial

Jawa Timur 2 232.823

Jawa Tengah 87 -18.585

Yogyakarta 10 12.880

Sumatera 6 27.853

9 Tujuan Kegiatan Belanja 1 181.393 255 0.498 **

Bekerja 27 156.429

Pendidikan Formal 2 34.529

Pendidikan Informal 10 93.223

Berobat 12 137.469

Silaturrahmi 67 34.616

Rekreasi 150 -73.159

Kegiatan Lainya 35 45.675

10 Lokasi Kegiatan Jatinegara 42 19.400 180 0.330 **

Bukit Duri 0 19.400

Jakarta Timur Lainya 16 -2.097

Jakarta Selatan 61 61.380

Jakarta Pusat 3 121.988

Jakarta Utara 9 36.013

Jakarta Barat 3 -58.164

Bodetabek 33 -51.570

Jawa 139 -23.744

11 Pekerjaan Pengangguran 8 1.455 390 0.532 **

Pensiunan 1 190.373

Ibu Rt 65 -186.719

Supir 5 3.282

Pemulung 1 -199.422

Buruh 35 16.875

Pedagang Informal 32 35.339

Pegawai 7 25.615

Wiraswasta 8 20.828

Karyawan 37 70.607

Main 18 89.306

Sekolah 85 68.559

12 Pekerjaan Lain Ada 56 85.961 105 0.286 **

Tidak Ada 248 -19.410

R- Square 0.621 R

0.788

Keterangan

*Nyata pada α= 0.1

**Nyata pada α= 0.05

Page 74: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

60

Lampiran 5. Tabel Data Evaluasi Rukun Warga (RW) Kumuh DKI Jakarta 2008

Kecamatan Kelurahan RW Klasifikasi Luas

RW

(Ha)

Jumlah

RT

Jumlah

KK

Jumlah

Penduduk

Luas RW

Kumuh

(Ha)

Jumlah

RT

Kumuh

Jumlah

KK

Kumuh

Jumlah

Penduduk

kumuh

Ciracas Rambutan 1 Kumuh Sedang 26.5 12 1250 2356 0.3 3 144 864

Cipayung Ceger 1 Kumuh Sedang 67.6 8 1004 3968 1.5 1 200 759

Makasar Pinang Ranti 4 Kumuh Sangat Ringan 34 8 784 2099 1 1 101 257

Makasar Makasar 1 Kumuh Sangat Ringan 5.7 15 1183 4118 0.05 3 400 1500

Makasar Kebon Pala 1 Kumuh Sangat Ringan 2.5 14 1800 3500 0.1 1 25 60

Makasar Kebon Pala 6 Kumuh Sangat Ringan 6 7 582 2685 2.5 1 230 952

Makasar Kebon Pala 9 Kumuh Sedang 7.8 16 2900 5200 1.5 1 80 350

Makasar Cipinang Melayu 1 Kumuh Sedang 5.5 12 606 2306 1.1 2 63 217

Makasar Cipinang Melayu 2 Kumuh Sangat Ringan 8 11 828 3251 0.3 2 26 96

Makasar Cipinang Melayu 4 Kumuh Sedang 11.6 9 863 2831 2.2 2 159 531

Makasar Cipinang Melayu 9 Kumuh Ringan 5 9 725 3115 0.3 1 48 221

Kramat Jati Bale Kambang 5 Kumuh Sedang 17.1 9 999 3977 10.9 3 653 4189

Kramat Jati Batu Ampar 1 Kumuh Sedang 15.6 10 587 2169 7.2 5 306 1392

Kramat Jati Kampung Tengah 4 Kumuh Sedang 20.1 12 1776 6679 19 11 1654 5938

Kramat Jati Kampung Tengah 7 Kumuh Sedang 21.3 11 1127 4654 12.5 4 586 2344

Kramat Jati Kramat Jati 6 Tidak Kumuh 12.7 13 882 3446 0 0 0 0

Kramat Jati Cililitan 9 Tidak Kumuh 11.4 9 680 2524 0 0 0 0

Kramat Jati Cililitan 13 Tidak Kumuh 9.9 8 384 1466 0 0 0 0

Page 75: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

61

Kecamatan Kelurahan RW Klasifikasi Luas

RW

(Ha)

Jumlah

RT

Jumlah

KK

Jumlah

Penduduk

Luas RW

Kumuh

(Ha)

Jumlah

RT

Kumuh

Jumlah

KK

Kumuh

Jumlah

Penduduk

kumuh

Kramat Jati Cililitan 14 Tidak Kumuh 9.1 6 326 1145 0 0 0 0

Kramat Jati Cililitan 15 Kumuh Sedang 8.9 9 1007 3138 6.5 7 196 967

Kramat Jati Cawang 1 Kumuh Sedang 10.6 5 465 1863 10.6 5 465 1863

Kramat Jati Cawang 2 Kumuh Berat 8.2 12 515 3207 4.5 6 324 1296

Kramat Jati Cawang 3 Kumuh Ringan 11.6 15 772 3059 2 3 272 1045

Kramat Jati Cawang 4 Tidak Kumuh 10 10 442 2462 0 0 0 0

Kramat Jati Cawang 11 Kumuh Sedang 16.5 10 643 2251 4.6 6 331 1326

Jatinegara Bidara Cina 6 Kumuh Sedang 8.5 15 800 2799 1.5 4 209 836

Jatinegara Cipinang Cempedak 15 Kumuh Sangat Ringan 2.5 10 640 2560 1.3 5 300 762

Jatinegara

Cipinang Besar

Selatan 6 Kumuh Sangat Ringan 19.1 14 804 2412 7.2 4 215 860

Jatinegara Cipinang Besar Utara 2 Kumuh Sedang 13.5 15 1279 3620 2.2 3 259 802

Jatinegara Cipinang Besar Utara 2 Kumuh Sangat Ringan 7.4 12 825 3780 3.2 5 453 1904

Jatinegara Cipinang Besar Utara 3 Kumuh Sedang 15.2 17 900 3504 5.2 4 288 1200

Jatinegara Cipinang Besar Utara 4 Kumuh Sedang 6.3 15 1837 4683 2.2 8 528 1848

Jatinegara Cipinang Besar Utara 5 Kumuh Sedang 10.2 11 735 3240 3 4 366 1464

Jatinegara Cipinang Besar Utara 7 Kumuh Sedang 3.6 15 683 2587 1.5 6 258 920

Jatinegara Cipinang Besar Utara 10 Tidak Kumuh 3.6 14 699 2753 0 0 0 0

Jatinegara Cipinang Besar Utara 11 Kumuh Ringan 10 15 904 3444 1.2 5 348 901

Jatinegara Cipinang Besar Utara 12 Kumuh Sedang 6.7 15 1042 4139 2.5 12 527 2100

Jatinegara Rawa Bunga 1 Kumuh Sedang 4.8 10 600 2160 0.5 6 190 678

Jatinegara Rawa Bunga 4 Kumuh Sedang 4.6 18 524 2214 0.8 5 140 493

Jatinegara Rawa Bunga 5 Kumuh Ringan 6.2 10 589 1921 1 4 207 631

Jatinegara Rawa Bunga 6 Kumuh Sedang 5.6 17 749 868 1.5 7 305 1160

Page 76: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

62

Kecamatan Kelurahan RW Klasifikasi Luas

RW

(Ha)

Jumlah

RT

Jumlah

KK

Jumlah

Penduduk

Luas RW

Kumuh

(Ha)

Jumlah

RT

Kumuh

Jumlah

KK

Kumuh

Jumlah

Penduduk

kumuh

Jatinegara Rawa Bunga 7 Kumuh Sedang 4 13 639 2133 1 3 197 639

Jatinegara Rawa Bunga 8 Tidak Kumuh 2 8 368 2173 0 0 0 0

Jatinegara Bali Mester 1 Tidak Kumuh 2.1 14 675 3244 0 0 0 0

Jatinegara Kampung Melayu 1 Kumuh Ringan 4 8 585 2102 1 4 212 1117

Jatinegara Kampung Melayu 2 Kumuh Ringan 4.5 17 1113 4252 4.2 16 1048 3982

Jatinegara Kampung Melayu 3 Kumuh Sedang 5.2 16 1122 4588 2.5 7 533 2132

Jatinegara Kampung Melayu 4 Kumuh Sedang 6 14 862 2946 4 9 631 2104

Jatinegara Kampung Melayu 7 Kumuh Sedang 2.8 18 1103 4583 2.1 12 749 3371

Jatinegara Kampung Melayu 8 Kumuh Sedang 3.6 16 976 3647 0.7 4 60 210

Duren Sawit Pondok Bambu 4 Kumuh Sedang 4.2 12 950 4650 0.5 1 90 370

Duren Sawit Duren Sawit 13 Kumuh Ringan 8 10 609 2479 0.9 2 144 560

Duren Sawit Pondok Kelapa 6 Kumuh Sedang 6 12 755 3583 1 1 90 745

Duren Sawit Pondok Kelapa 7 Kumuh Sedang 7.6 15 1320 6708 1 1 95 384

Duren Sawit Pondok Kopi 2 Kumuh Sedang 6 7 400 1753 0.6 1 125 528

Duren Sawit Klender 1 Kumuh Sedang 2.5 12 1004 3465 1.7 7 719 2361

Duren Sawit Klender 2 Kumuh Berat 6 15 560 2228 0.8 2 157 577

Duren Sawit Klender 3 Kumuh Sedang 6.3 15 972 3649 0.8 2 153 657

Duren Sawit Klender 4 Kumuh Ringan 18.2 18 383 3250 3.4 6 441 1815

Cakung Jatinegara 5 Kumuh Sedang 6.5 11 1265 8047 2 3 89 487

Cakung Jatinegara 14 Kumuh Sedang 30.8 13 1020 6984 12.1 5 466 2418

Cakung Pulo Gebang 5 Kumuh Sedang 12.1 15 3672 12576 0.5 4 136 678

Cakung Cakung Barat 7 Kumuh Sedang 57.4 18 7254 16556 2.4 8 382 1879

Cakung Cakung Barat 8 Kumuh Sedang 35 12 359 16784 5 7 1111 5167

Page 77: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH · Dari hasil penelitian, permukiman kumuh di Jakarta Timur banyak dijumpai di sekitar sungai dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah

63

Kecamatan Kelurahan RW Klasifikasi Luas

RW

(Ha)

Jumlah

RT

Jumlah

KK

Jumlah

Penduduk

Luas RW

Kumuh

(Ha)

Jumlah

RT

Kumuh

Jumlah

KK

Kumuh

Jumlah

Penduduk

kumuh

Cakung Rawa Terate 6 Kumuh Sedang 25.3 13 1974 6768 1 4 120 492

Cakung Rawa Terate 2 Kumuh Sedang 1.8 6 814 3256 0.5 3 155 736

Pulo Gadung Pisangan Timur 5 Kumuh Ringan 8.3 11 758 3346 0.4 3 76 228

Pulo Gadung Cipinang 4 Kumuh Sedang 6.5 12 918 3907 3.6 9 529 1587

Pulo Gadung Cipinang 10 Kumuh Sangat Ringan 3 8 701 1826 0.4 3 266 601

Pulo Gadung Cipinang 16 Kumuh Sangat Ringan 5.2 8 634 2626 0.7 4 221 817

Pulo Gadung Rawamangun 5 Kumuh Ringan 3 9 724 3163 0.6 2 206 436

Pulo Gadung Kayu Putih 11 Kumuh Ringan 4.6 12 647 2588 0.6 3 206 531

Pulo Gadung Kayu Putih 15 Kumuh Sedang 6.2 7 1041 4356 1 3 2126 2965

Pulo Gadung Kayu Putih 16 Kumuh Ringan 9.3 10 1033 3114 13 3 215 564

Pulo Gadung Pulo Gadung 1 Kumuh Sedang 6.7 12 1366 4352 2 5 388 1552

Pulo Gadung Pulo Gadung 3 Kumuh Sedang 6.3 12 1637 5018 1 4 459 1101

Pulo Gadung Pulo Gadung 4 Kumuh Sedang 2.2 12 877 1834 0.1 1 90 277

Matraman Kebon Manggis 1 Kumuh Sedang 12 15 771 3344 6 8 364 1257

Matraman Pal Meriem 9 Kumuh Sedang 7.5 10 499 1775 2.8 3 150 529

Matraman Pisangan Baru 5 Kumuh Sedang 4.6 14 528 2087 2.2 7 297 1189

Matraman Pisangan Baru 9 Kumuh Ringan 4.3 8 415 1564 1.1 2 120 490

Matraman Kayu Manis 1 Kumuh Sedang 6.1 15 796 2932 2.1 5 289 1174

Matraman Kayu Manis 5 Kumuh Ringan 4 11 433 1987 7.4 2 78 363

Matraman Kayu Manis 6 Kumuh Sedang 5.4 14 447 1697 2.7 7 247 927

Matraman Utan Kayu Selatan 1 Kumuh Ringan 10.6 16 853 2819 2 3 176 622