Upload
lydung
View
246
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Identifikasi Perubahan Anomali Gaya Berat
Akibat Gempa Bumi Tasikmalaya, 02 September 2009 Mw 7.0
Menggunakan Citra Satelit GRACE
Identification of Gravity Anomaly Changes Due to the Tasikmalaya
Earthquake , September 02, 2009 Mw 7.0
Using the GRACE Satellite Imagery
Deka Agung Pratama1*), Albertho Ruhulessin1, dan Feisal Adi Pratama1, Mahmud Yusuf2
1Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
*)E-mail: [email protected]
ABSTRAK – Pada tanggal 02 September 2009 telah terjadi gempa bumi kuat dan merusak dengan Magnitudo Mw 7.0.
Berdasarkan data dari USGS, gempa bumi tersebut terjadi di barat daya Kota Tasikmalaya, Jawa Barat pada pukul
14:55:01 WIB dengan episenter 7,77 LS 107,324 BT, di kedalaman 49,5 km. Sebanyak 15 orang meninggal, 27 orang
terluka di Jakarta, dan terjadi kerusakan parah di Tasikmalaya. Untuk dapat mengidentifikasi adanya anomali perubahan
nilai gaya berat akibat gempa ini, dilakukan perhitungan harian SBA (Simple Bouguer Anomaly) menggunakan citra
Satelit GRACE (Gravity Recovery and Climate Experience) pada 15 hari sebelum dan 15 hari sesudah kejadian gempa.
Hasil perhitungan menunjukan adanya penurunan nilai SBA secara signifikan pada 15 hari sebelum gempa. Penurunan
maksimum terjadi pada tanggal 27/08/2009 ke tanggal 28/08/2009 sebesar 0,000375856 mGal. Pada 1 hari sebelum
gempa terjadi penurunan SBA sebesar 0.000067442 mGal. Penurunan nilai SBA terjadi sampai tanggal 07/09/2009 yang
kemudian diikuti dengan kenaikan nilai SBA secara perhalan.
Kata kunci: Gempa bumi, anomali, gaya berat, GRACE
ABSTRACT – On September 2, 2009 there has been a strong and devastating earthquake with Magnitude Mw 7.0. Based
on data from USGS, the earthquake occurred in the southwest of Tasikmalaya City, West Java at 14:55:01 pm with
epicenter 7.77 LS 107.324 BT, at a depth of 49.5 km. As many as 15 people died, 27 people were injured in Jakarta, and
there was severe damage in Tasikmalaya. To be able to identify the anomaly of gravity value change as a result of this
earthquake, the daily calculation of SBA (Simple Bouguer Anomaly) using Satellite GRACE image (Gravity Recovery
and Climate Experience) 15 days before and 15 days after the earthquake. The calculation results show a significant
decrease in SBA value at 15 days before the earthquake. The maximum decrease occurred on 27/08/2009 to 28/08/2009
at 0.000375856 mGal. On 1 day before the earthquake there was a decrease of SBA by 0.000067442 mGal. The decline
in SBA values occurred until 07/09/2009 which was then followed by an increase in the value of SBA on a day-to-day
basis.
Keywords: Earthquake, anomaly, gravity, GRACE
1. PENDAHULUAN
Daerah selatan Jawa merupakan daerah pertemuan antar dua lempeng tektonik yakni lempeng Eurasia dan
Indo-Australia. Sehingga pada daerah ini sering terjadi gempabumi tektonik, dikarenakan adanya proses
pergerakan kedua lempeng tektonik tersebut yaitu berupa tumbukan, pelipatan, pergeseran, dan atau
penyusupan yang berpengaruh terhadap media yang dilewati (Sunarjo dkk., 2012). Karakteristik gempabumi
di selatan Jawa yang dapat menimbulkan bencana, pada umumnya akibat dari pergerakan sesar aktif dengan
magnitude yang tidak terlalu besar tetapi memiliki kedalaman yang dangkal (Supartoyo dan Surono, 2009)
Pada 02 September 2009, pukul 07:55:01 UTC terjadi gempa yang cukup berdampak pada daerah
Tasikmalaya, Jawa Barat. Data yang didapatkan dari hasil pengamatan GPS (Global Positioning System)
menunjukkan terdapat pergeseran koseismik maksimum sebesar 2,1 cm terdeteksi di sekitar Garut Selatan.
Secara umum pola pergeseran tersebut menunjukkan arah barat daya (SW) untuk stasiun GPS yang terletak di
timur laut (NE) dari sumber gempa bumi. Sedangkan untuk stasiun GPS yang terletak pada arah barat laut
(NW) dari sumber gempa bumi di sekitar Kota Cianjur, tidak menunjukkan pola pergeseran yang signifikan.
2
Gempa bumi ini merupakan gempa dengan dengan mekanisme sesar naik. Arah sudut jurus ini hampir tegak
lurus dengan arah kompresif maksimum akibat tunjaman Lempeng Australia sehingga disimpulkan bahwa
gempa bumi ini bukan gempa bumi interplate tetapi gempa bumi intraslab (Meilano dkk., 2010). Pada Tabel
1, ditunjukkan data parameter dan informasi mekanisme sumber gempabumi Tasikmalaya 2009 (USGS, 2009)
Tabel 1. Parameter Bidang Sesar
Tanggal
Origin
Time
(UTC)
Lintang
(0)
Bujur
(0)
Kedalaman
(km)
Magnitudo
(Mw)
Parameter Bidang Sesar
Strike Dip Rake Focal
2-Sep-09 7:55:01 -7.7 107.324 49,5 7 198 50 65
54 46 117
2. METODE
2.1 Data
Pada penelitian ini, data yang diambil berada rentang wilayah 5.760 LS – 8.500 LS dan 104.600 BT –
108.760 BT pada tanggal 18 Agustus 2009 (15 hari sebelum kejadian gempa bumi) hingga 17 September 2009
(15 hari setelah kejadian gempa bumi). Data diambil dengan jarak titik grid sebesar 0.050 agar dihasilkan
resolusi yang cukup tinggi pada saat penampilan peta. Data yang digunakan adalah data SBA atau Simple
Bouger Anomaly yang didapat dari Satelit GRACE melalui laman http://icgem.gfz-potsdam.de/calc . SBA
merupakan data gravity yang telah terkoreksi hingga dihasilkan nilai anomali bougernya. Alur akuisisi data
gravity hingga didapat nilai SBA ditunjukkan dalam Gambar 1. Dengan adanya satelit GRACE, pengambilan
data SBA dapat dilakukan dengan mudah dan real time serta dapat menjangkau wilayah dengan topografi yang
sulit bahkan mustahil untuk dilakukan pengukuran secara langsung.
Gaambar 1. Flowchart Akuisisi Data Gravity (SBA)
Satelit GRACE merupakan satelit yang diluncurkan oleh NASA (National Aeronautics and Space
Administration), hasil kerjasama antara NASA dan DLR (Deutsches Zentrum fur Luft-und Raumfahrt) atau
Germany Aerospace Center pada Maret 2002 (Tapley dkk., 2005) .Tujuan utama satelit ini adalah untuk
mengamati variasi medan gaya berat di permukaan bumi. Variasi medan di permukaan bumi ini ada
dikarenakan perubahan distribusi massa. Data variasi medan gaya berat yang diambil oleh satelit GRACE
menunjukkan variasi medan gaya berat yang nantinya diolah untuk mendapatkan anomali gaya berat disekitar
episenter gempa.
Gravitasi bacaan
Gravitasi + Tide
Gravitasi + Drift
G Absolut
FAA (Free Air Anomaly)
Tide Observation
Drift
G Lintang
BC (Bouger Correction)
SBA
FAC (Free Air Correction)
Δg
3
2.2 Metode
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya perubahan anomali gaya
berat adalah metode mikro gaya berat antar waktu (4D). Metode ini merupakan pengembangan dari metode
gaya berat tiga dimensi (x,y,z) dengan memasukkan dimensi keempat berupa waktu (t) (Sriyanto, 2017). Disebut sebagai metode mikro, karena nilai anomali yang dihasikan sangat kecil, berkisar pada skala mikroGal
(µGal). Rumusan anomali gaya berat mikro antar waktu merupakan selisih antara gaya berat mikro pada
periode t’ dengan periode t (Sarkowi, 2005) yang dituliskan pada persamaan di bawah ini.
Δg(x, y, z, Δt ) = g(x, y, z, t') - g(x, y, z, t )...............................................................................................(1)
Anomali ini berhubungan langsung dengan adanya perubahan rapat massa akibat perubahan material yang
mengisi volume pori pada selang waktu tersebut.
𝜌 = (1 − ∅)𝜌𝑚 + ∅𝜌𝑓................................................................................... ..........................................(2)
𝜌′ = (1 − ∅)𝜌𝑚 + ∅(𝑆𝑓𝜌𝑓 + (1 − 𝑆𝑓)𝜌𝑔..............................................................................................(3)
∆𝜌 = 𝜌′ − 𝜌 = ∅(𝜌𝑓 − 𝜌𝑔)(𝑆𝑓 − 1)........................................................................................................(4)
∆𝑔 = 𝐾∅((𝜌𝑓 − 𝜌𝑔)(𝑆𝑓 − 1)...................................................................................................................(5)
∆𝑔 = 𝐾∅((𝜌𝑓 − 𝜌𝑔) (𝑉𝑓
𝑉𝑝− 1)..................................................................................................................(6)
dengan 𝜌, 𝜌’, 𝜌𝑚 , 𝜌𝑓, 𝜌𝑔, ∅, 𝑆𝑓, 𝑉𝑓, 𝑉𝑝, ∆𝑔, adalah rapat massa awal, rapat massa akhir, rapat massa material
matrik, rapat massa fluida, rapat massa gas, porositas total, saturasi, volume fluida, volume pori total, dan
anomali gayaberat mikro antar waktu.
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Download data
SBA (.gdf)
Gridding Data
SBA di episenter
Grafik dan Kontur Harian SBA
Kontur Selisih SBA (4D)
Analisa
Kesimpulan
Selesai
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Gambar 3 terlihat kontur harian SBA pada 5 hari sebelum, 10 hari sebelum ,dan 15 hari sebelum
gempa bumi. Pada Gambar 4 ditampilkan kontur harian SBA pada 5 hari setelah, 10 hari setelah, dan 15 hari
setelah gempa bumi.Jika dilihat secara kasar ketiga kontur pada Gambar 3 memiliki pola kontur yang sama
persis. Begitu juga dengan gambar 4 yang menunjukkan kesamaan pola kontur SBA. Hal tersebut terjadi
karena nilai anomali harian memiliki nilai dalam skala mikroGal (µGal), sehingga jika dipetakan dalam rentang
wilayah yang sangat luas, maka tidak terlihat adanya perbedaan pola kontur yang signifikan. Perbedaan pola
kontur nantinya akan terlihat jika metode mikro gravity 4D digunakan, yang tidak menunjukkan kontur harian
SBA melainkan kontur selisih SBA pada rentang waku yang ditentukan.
(a) (b) (c)
Gambar 3 Kontur SBA (a) 5 hari sebelum (b) 10 hari sebelum (c) 15 hari sebelum gempa bumi.
Tanda bintang hitam merupakan episenter gempa bumi
(a) (b) (c)
Gambar 4 Kontur SBA (a) 5 hari setelah (b) 10 hari setelah (c) 15 hari setelah gempa bumi.
Tanda bintang hitam merupakan episenter gempa bumi
Sebelum masuk ke mikro gravity 4D, akan ditampilkan nilai harian SBA di titik episenter. Nilai harian
ini memiliki skala miliGal (mGal). Karena hanya menampilkan SBA di titik episenter, maka perubahan nilai
SBA terlihat jika ditampilkan dalam bentuk grafik
Gambar 5 Grafik Harian SBA di titik episenter gempa bumi
5
Grafik harian SBA di titik episenter ditunjukkan pada Gambar 5. Hasil perhitungan menunjukan adanya
penurunan nilai SBA secara signifikan pada 15 hari sebelum gempa. Penurunan maksimum terjadi pada
tanggal 27/08/2009 ke tanggal 28/08/2009 sebesar 0,000375856 mGal. Pada 1 hari sebelum gempa terjadi
penurunan SBA sebesar 0.000067442 mGal. Penurunan nilai SBA terjadi sampai tanggal 07/09/2009 yang
kemudian diikuti dengan kenaikan nilai SBA secara perhalan. Nilai maksimal SBA terjadi pada tenggal
18/08/2009 yakni 164.095920865 mGal. Sedangkan untuk nilai terendah SBA terjadi pada tanggal 05/09/2009
yakni bernilai 164.094939906 mGal. Secara rinci, nilai harian SBA di titik episenter disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai harian SBA di titik episenter
Tanggal SBA (mGal) Tanggal SBA (mGal)
18/08/2009 164.095920865 03/09/2009 164.095063316
19/08/2009 164.095950662 04/09/2009 164.095039161
20/08/2009 164.095620977 05/09/2009 164.094939906
21/08/2009 164.095628197 06/09/2009 164.095063395
22/08/2009 164.095694064 07/09/2009 164.095011538
23/08/2009 164.095871205 08/09/2009 164.095324623
24/08/2009 164.095811733 09/09/2009 164.095262180
25/08/2009 164.095882505 10/09/2009 164.095443009
26/08/2009 164.095789009 11/09/2009 164.095257783
27/08/2009 164.095693037 12/09/2009 164.095120665
28/08/2009 164.095589627 13/09/2009 164.095254337
29/08/2009 164.095213764 14/09/2009 164.095458399
30/08/2009 164.095352417 15/09/2009 164.095497381
31/08/2009 164.095267012 16/09/2009 164.095392285
01/09/2009 164.095303589 17/09/2009 164.095272470
02/09/2009 164.095236189
Berdasarkan persamaan (1) nilai anomali gaya berat baru dapat dilihat dengan mencari selisih SBA pada
t’ dengan t. Pada penelitian ini dipilih t’ berturut turut yakni pada waktu 1 hari sebelum, 5 hari sebelum, 10
hari sebelum, dan 15 hari sebelum gempabumi. Kemudian, untuk waktu t dipilih pada waktu 1 hari setelah, 5
hari setelah, 10 hari setelah dan 15 hari setelah gempa. Gambar 6 (a) menampilan kontur selisih SBA pada 10
hari sebelum dengan 10 hari sesudah gempa. Pada gambar menunjukkan adanya polarisasi di sekitar episenter
yang semuanya bernilai positif. Ke arah utara anomali gravity bernilai antara 0.008 – 0.009 mGal, selatan
bernilai 0.001 – 0.0004 mGal, ke arah barat bernilai 0.0006 – 0.0009 mGal, dan ke arah timur bernilai 0.0006
– 0.0011 mGal.
(a) (b) Gambar 6 Kontur selisih SBA (a) 10 hari sebelum dengan sesudah (b) 15 hari sebelum dengan sesudah gempa bumi.
6
Pada Gambar 6 (b) terlihat kontur selisih SBA pada 15 hari sebelum dengan sesudah gempa bumi. Pada
rentang waktu ini sudah terlihat adanya anomali bernilai positif di sekitar episenter gempa bumi. Sehingga,
pada rentang waktu 15 hari sebelum gempa bumi sudah dapat dijadikan acuan adanya tanda tanda terjadinya
gempa bumi kuat ini. Secara berturut – turut anomali SBA di utara, selatan, timur, dan barat episenter gempa
bernilai 0.007; 0.005; 0.005 – 0.006; 0.006 – 0.007 mGal. Nilai anomali positif terlihat pada kontur selisih
SBA 1 hari sebelum dengan 1 hari sesudah gempa bumi (Gambar 7a), juga pada kontur selisih SBA 5 hari
sebelum dengan 5 hari sesudah gempa bumi (Gambar 7b).
(a) (b)
Gambar 7 Kontur selisih SBA (a) 1 hari sebelum dengan sesudah (b) 5 hari sebelum dengan sesudah gempa bumi.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa gempa bumi Tasikmalaya, tanggal 2 September 2009
dengan magnitudo M = 7.0 menimbulkan adanya anomali gaya berat pada 15 hari sebelum kejadian gempa
bumi di sekitar episenter. Dengan memanfaatkan Satelit GRACE (Gravity Recovery and Climate Experience),
diperoleh perhitungan yang menunjukan adanya penurunan nilai SBA secara signifikan pada 15 hari sebelum
gempa. Penurunan maksimum terjadi pada tanggal 27/08/2009 ke tanggal 28/08/2009 sebesar 0,000375856
mGal. Pada 1 hari sebelum gempa terjadi penurunan SBA sebesar 0.000067442 mGal. Penurunan nilai SBA
terjadi sampai tanggal 07/09/2009 yang kemudian diikuti dengan kenaikan nilai SBA secara perhalan. Setelah
digunakan metode mikro gravity antar waktu (4D), gempa bumi kuat dengan Magnitudo M = 7.0 ini nyatanya
menimbulkan anomali yang bernilai sangat kecil dalam skala mikroGal. Sehingga perlu dilakukan studi
lanjutan untuk mengidentifikasi adanya anomali gaya berat pada gempa bumi dengan skala magnitudo yang
lebih kecil dan dengan mekanisme sumber gempa bumi yang berbeda.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nya, tulisan ini dapat
terselesaikan. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Satelit GRACE (Gravity Recovery and
Climate Experience) yang telah menyediakan data gaya berat secara bebas tanpa dipungut biaya. Terimakasih
juga kepada BMKG dan STMKG yang mendukung penuh penelitian di bidang ini. Besar harapan penulis agar
tulisan ini dapat bermanfaat.
6. DAFTAR PUSTAKA
https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/usp000h152#executive, diakses pada 26 Mei 2018
Meilano I, dkk., (2010). Pergeseran Koseismik dari Gempa Bumi Jawa Barat 2009.Jurnal Lingkungan dan
Bencana Geologi, Vol. 1 No. 1. Bandung : Kelompok Keahlian Geodesi, Institut Teknologi Bandung.
Sarkowi, Muh.(2005). Survey Gayaberat Mikro 4D Untuk Monitoring Dinamika Air Tanah. J. Sains Tek.,
11(3). Lampung : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung.
Sriyanto, dkk.,(2017). Pemanfaatan Data Citra Satelit GRACE untuk Mengidentifikasi Perubahan Anomali
Gaya Berat Akibat Gempa Bumi Papua 2015 Mw 7,0. The 5th Geoinformation Science Symposium 2017,27-
28 September 2017 University Club Hotel Yogyakarta, Indonesia.
7
Sunarjo, dkk.,(2012). Gempabumi Edisi Populer. Jakarta : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Supartoyo, dan Surono. (2009). Kegempaan di Wilayah Jawa Barat dan Kejadian Gempabumi Jawa Barat
Selatan Tanggal 2 September 2009. Jurnal Gunungapi dan Mitigasi Bencana Geologi Vol. 1 Nomor 2.
Bandung : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi Bandung.
Tapley B, Ries J, Bettadpur S, Chambers D, Cheng M, ......, Wang F 2005 GGM02 – An Improved Earth
Gravity Field Model from GRACE, Journal of Geodesy. doi: 10.1007/s00190-005-0480-z