20

ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

  • Upload
    ilmagi

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Ilmagi Magazine

Edisi April 2015

Page 2: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

www.ilmagiindonesia.org

@ILMAGI

Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia

SlRedk

Ketahanan pangan dapat terwujud ketika masyarakat bisa mendapatkan makanan yang aman, bergizi, dan harganya terjangkau, yang menjadi dasar hidup yang aktif dan sehat. Lalu bagaimana dengan ketahanan pangan di Indonesia? Sampai saat ini ketahanan masihmasih menjadi masalah yang cukup pelik dan krusial bagi bangsa ini. Mulai dari masalah ketersediaan pangan yang belum mencukupi untuk masyarakat sampai dengan impor bahan makanan yang membuat anggaran negara membengkak serta membuat negara ketergantunga dengandengan sumber daya negara lain. Hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk membantu permasalahan ini adalah mulai menggunakan produk dan mengonsumsi pangan yang dihasilkan oleh petani negara kita sendiri.

Selamat membaca. :)

Page 3: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4
Page 4: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Laporan Utama

/ Edisi 4

Ada Apa di Balik Ketahanan Pangan Indonesia?oleh: Nita Azka Nadhira

Fenomena ketergantungan terhadap pangan impor menjadi salah satu isu yang erat kaitannya dengan rawannya ketahanan pangan di Indonesia. Tiga alasan utama suatu negara mengimpor produk adalah pertama, produksi dalam begeri yang terbatas, sedangkan permintaan domestik tinggi akibat keterbatasan lahan,lahan, dana, sumberdaya. Kedua, produk impor lebih murah dibandingkan dengan harga dari produk sendiri karena biaya yang tinggi dan efisiensi yang rendah dalam produk dalam negeri, serta kualitas produk impor lebih baik dengan harga yang relatif sama. Terakhir, impor lebih menguntungkan karena produksi dalam negerinegeri bisa untuk ekspor dengan asumsi harga ekspor di pasar luar negeri lebih tinggi daripada harga impor yang harus dibayar.

Indonesia masih harus banyak mengimpor pangan pokok, seperti beras, gula, jagung, kedelai, daging sapi, cabai, bawang merah, dll. Beras merupakan pangan pokok yang sangat besar perannya, namun Indonesia masih banyak bergantung pada produk impor. Menurut data Kementerian Pertanian, pada periodeperiode 2010-2013 Indonesia mengimpor beras paling besar, yaitu 5,83 juta ton beras. Ketergantungan impor beras di Indonesia lebih dikarenakan produksi dalam negeri yang terbatas, bukan karena motivasi keuntungan dalam perdagangan luar negeri. Penelitian yang dilakukan Simatupang dan Timmer (2008) dalam PasaribuPasaribu menunjukan bahwa hanya periode dekade 70 hingga awal 80 yang menunjukan laju pertumbuhan produksi beras yang mengalami akselerasi pesat sekitar 7%, dimana pada tahun 1984 Indonesia sempat mendeklarasikan diri sebagai negara swasembada beras. Namun, setelah itu hingga tahun 1998 produksi menurun.menurun. Setelah itu, 1998-2005 laju produksi beras stabil sekitar 1,2%.

Banyak faktor yang menyebabkan rentannya ketahanan pangan di Indonesia, antara lain kondisi sosial dan politik, krisis pangan yang mengancam ketahanan pangan serat kaitannya dengan stabilitas ekonomi, politik, dan sosial negeri. . Kenaikan harga beras saat krisis moneter 1997-1998 lalu adalah salah satusatu bukti kerentanan pangan akibat terganggunya stabilitas nasional. Kedua, sifat komoditi pangan yang musiman dan fluktuatif karena sangat mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.

Page 5: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Laporan Khusus

5 Edisi 4 /

Produksi pangan sangat beragantung terhadap perubahan iklim. Komoditi pangan yang mudah rusak, lahan produksi yang terbatas, sarana prasarana pertanian yang kurang mendukung, serta lemahnya penanganan panen dan pascapanen menuntut Indonesia untuk memiliki kebijakan ketahanan pangan. Kebijakan pangan yangyang tangguh penting untuk melindungi konsumen dan produsen, terutama konsumen berpendapatan rendah dan produsen skala kecil. Penurunan kualitas lahan untuk pertanian dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan domestik dalam memenuhi kebutuhan pangan, sehingga memunculkan ketergantungan terhadap produk pangan impor yang lebih terjangkau. produk pangan impor yang lebih terjangkau.

Hambatan akses dsitribusi. Tidak semua daerah memiliki kemampuan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan sepenuhnya, melainkan adanya daerah khusus penghasil pangan yang didistribusikan ke daerah lain yang membutuhkan. Namun, akibat sarana dan prasarana distribusi di daerah yang masih terbatas yangyang menyebabkan biaya pengiriman sangat mahal. Sebagai contoh, pengiriman sapi dari Nusa Tenggara ke Jakarta yang lebih mahal daripada dari Australia ke Jakara atau pengiriman beras dari Surabaya ke Medan yang lebih mahal daripada pengiriman dari Vietnam ke Jakarta. Selain itu, panjangnya rantai pasokan mengakibatkan perbedaanperbedaan harga yang sangat besar di tingkat produsen dan konsumen karena adanya penguasaan pangan oleh kelompok tertentu.

Referensi:Badan Pusat Statistik. (2015). Ringkasan Eksekutif Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia. http://publikasi.bps.go.id/ Diakses online pada 30 Maret 2015]

Bulog.Bulog. (2014). Ketahanan Pangan. Http://www.bulog.co.id/ketahananpangan.php [Diakses online pada 2 April 2015]

Dewan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian. (2010). Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. http://bkp.pertanian.go.id [Diakses online pada 30 Maret 2015]

DirjenDirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian RI. (2014). Statistik ekspor impor komoditas pertanian 2001-2013. Jurnal Statistik Ekspor Impor Komoditas Pertanian. http://pphp.pertanian.go.id/upload/pdf/Jurnal_Edisi_Apr_14_1.pdf [Diakses online pada 2 April 2015]

Pasaribu,Pasaribu, RB. (Tanpa Tahun). Ketahanan Pangan Nasional. Rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id [Diakses online pada 2 April 2015]

Page 6: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Minuman berfermentasi sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat salah satunya yoghurt. Yoghurt terbuat dari susu yang diberi bakteri probiotik, merupakan suatu mikroba yang menstimulir pertumbuhan mikroba lainnya. Susu dengan penambahan bakteri probiotik diinkubasi selama masa fermentasi. Pengolaha dengan sistem fermentasifermentasi dapat membantu pertumbuhan mikroba secara sederhana

Bakteri yang ditambhkan dalam susu merupakan salah satu bakteri probiotik pada produk pangan fungsional yang besar. Pangan fungsional memiliki berbagai keuntungan sebagai obat untuk kesehatan yang dapat mencegah dan merawat terhadap penyakit. Menurut Food and Argiculture Organization/World Health OrganizationOrganization (FAO/WHO,2002) menyebutkan bahwa probiotik merupakan mikroba hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah yang memadai akan bermanfaat terhadap kesehatan penjamuanya. Probiotik yanng sering digunakan adalah BAL khususnya Lactobacillus dan Bifidobacterium (Collis dan Gibson, 1999).

Laporan Khusus

/ Edisi 46

Yogurt Si Bakteri Prebiotik

Oleh: Enny

Kenali Makananmu:

Page 7: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Yoghurt memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dari melancarkan sistem pencernaan hingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Yoghurt dengan penambahan bakteri probiotik dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh melalui beberapa mekanisme molekuler. Populasi bakteri pada saluran gastrointestinal manusia berdasarkan ekosistem yang sangat kompleks. Selain yoghurt produk-produk olahan susu yang menggunakanmenggunakan bakteri probiotik adalah keju, kefir, bioyoghurt dan lain-lain.

Lactobacillus Bulgarius sp. didalam yoghurt dapat meningkatkan ketercernaan laktosa susu dan meningkatkan asam laktat yang membantu pencernaan dalam tubuh namun tidak sampai kebagian usus. Selain Lactobacillus Bulgarius sp. terdapat juga Lactobacills Acidophilus sp. yang mempu menembus asam lambung dan hidup membentuk koloni di usus serta membantu sistem pencernaan. Irritable bowel syndrome, berfungsiberfungsi mengurangi gejala saluran cerna seperti konstipas, diare non patogenik, flatulensi, kram, nafas yang berbau peneyabab dari gangguan pencernaan. dikarenakan perubahan populasi atau aktivitasa dari mikroba usus.

7 Edisi 4 /

Page 8: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

SurveyNasionalILMAGI 3

Survey Nasional

/ Edisi 48

Page 9: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Edisi 4 /9

Sebesar 71,1% responden mengetahui apa yang dimaksud dengan IPE. Bahkan, sebesar 51% responden pernah melakukan praktek kolaborasi dengan mahasiswa kesehatan lainnya, dimana 47,7% menyatakan belum pernah, dan 1,3% tidak tahu. Sebanyak 89,,3% responden merasa bahwa IPE dibutuhkan. Lebih jauh lagi, 93,3% responden merasa bahwabahwa mata kuliah khusus mengenai kolaborasi tenaga kesehatan dibutuhkan. Sebanyak 62,4% responden merasa siap menghadapi IPE. Ketika ditanyakan mengenai kesiapan kampus untuk mendukung kegiatan IPE, hanya 66,4% yang menjawab kampusnya mendukung kegiatan IPE.

Mengenai hambartan dalam menghadapi IPE, peringkat pertama adalah tidak mengetahui mengenai peran dan batasan profesi kesehatan lain, disusul oleh tidak mengetahui cara mengelola konflik. Peringkat ketiga dengan persentase yang sama adalah tidak mengetahui peran dan batasan profesi sendiri dan tidak mengetahui cara melakukan kolaborasi. Sebanyak 14 respondenresponden (9,4%) responden memberikan alasan lain, diantaranya ego masing-masing profesi yang masih tinggi, serta merasa keahlian masing-masing profesi lebih tinggi dibandingkan profesi lainnya.

Melalui survey ini, diharapkan didapatkan gambaran mengenai pandangan mahasiswa gizi mengenai IPE, sehingga dapat dijadikan evaluasi, masukan, dan antisipasi untuk program IPE rumpun ilmu kesehatan. -Hana Adisti, Universitas Indonesia

Page 10: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4
Page 11: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4
Page 12: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Review Jurnal

/ Edisi 412

Park, Subin., et al. Nutrition Journal 2014, 13:111 - 116.

Page 13: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Tabel 1. Karakteristik Sosio-demografik anak-anak yang mendapatkan ASI(breastfed) dan

anak-anak yang tidak.

Tabel 1 menunjukan estimasi prevalens ADHD dan morbiditas permasalahan perilaku internalisasi, eksternalisasi, atau secara keseluruhan menurut IQ anak. Seluruh permasalahan perilaku paling umum terjadi pada anak-anak dengan IQ<100, dan paling jarang terjadi pada anak-anak dengan IQ>115, walaupun hanya prevalensi permasalahanpermasalahan perilaku internalisasi yang terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok IQ.

antara kurangnya pemberian ASI dan morbiditas permasalahan eksternalisasi atau ADHD tereliminasi pada perhitungan ini. Tren ini tetap terlihat bahkan setelah penyesuaian dengan IQ ibu.

Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa kurangnya pemberian ASI berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas ADHD dan permasalahan perilaku internalisasi dan eksternalisasi, serta tingkat kecerdasan yang lebih rendah di masa anak-anak. Efek perlindungan dari pemberian ASIASI terhadap permasalahan perilaku ini mungkin secara parsial dimediasi oleh IQ anak, dimana dampak positif dari pemberian ASI pada tingkat kecerdasan kemungkinan secara parsial dimediasi oleh permasalahan berkonsentrasi pada anak.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai dampak pemberian ASI pada permasalahan perilaku cenderung fokus pada masa bayi dan kanak-kanak. Perilaku positif yang muncul pada anak-anak yang mendapatkan ASI meliputi regulasi dan keterikatan emosi yang lebih baik; refleks abnormal,abnormal, tanda-tanda depresi dan penyangkalan yang lebih sedikit; dan kewaspadaan yang lebih tinggi dalam interaksi sosial. Sebaliknya, hasil penelitian dengan metode cluster-randomized trial tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara perilaku anak pada usia 6 tahun, dimanadimana pada waktu bayi anak-anak tersebut mendapatkan ASI eksklusif untuk periode yang lebih lama dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkannya. Pada penelirian kohort 14 tahun, pemberian ASI dalam periode waktu yang lebih singkat berhubungan dengan peningkatan morbiditasmorbiditas permasalahan perilaku eksternalisasi, internalisasi, dan keseluruhan melalui CBCL. Penelitian ini dapat mengontrol beberapa variabel perancu termasuk faktor keluarga, sosial, ekonomi, kelahiran, dan psikologi di masa bayi, tetapi penelitian ini tidak menguji efek perancu dari IQ ibu maupunmaupun IQ anak. Konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya, poenelitian

Setelah dilakukan penyeuaian menurut jenis kelamin, usia, wilayah tempat tinggal, serta pendapatan keluarga, kurangnya pemberian ASI berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas permasalahan perilaku unternalisasi, eksternalisasi, dan secara keseluruhan, serta diagnosis ADHD. Setelah dilakukan penyesuaian dengandengan IQ anak, hubungan antara kurangnya pemberian ASI dan morbiditas permasalahan perilaku internalisasi dan keseluruhan melemah, tetapi tetap signifikan. Hubungan yang signifikan

Dari 1,089 anak, sebanyak 215 subjek dieksklusi karena tidak menyelesaikan kuesioner, sehingga didapatkan 874 subjek, dimana 509 berjenis kelamin laki-laki dan 365 perempuan; 522 anak mendapatkan ASI, 352 tidak mendapatkan ASI selama masa bayi. Tidak terdapat perbedaan karakteristik sosio-demografi yang signifikan antara kelompokkelompok yang mendapatkan ASI dan tidak mendapatkan ASI. Namun, baik IQ ibu dan anak dalam kelompok yang mendapatkan ASI lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan ASI.

13 Edisi 4 /

Page 14: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Review Jurnal

/ Edisi 414

ASI, walaupun tidak menyeluruh. Secara khusus, kurangnya pemberian ASI memiliki dampak yang terukur pada permasalahan perilaku internalisasi atau permasalahan perilaku secara keseluruhan, secara independen dari IQ anak.

ADHD merupakan permasalahan perulaku eksternalisasi yang umum terjadi, terjadi pada 8% - 12% anak-anak usia sekolah. ADHD dikarakteristikan dengan gejala sulit berkonsentrasi dan/atau hiperaktivitas. Dengan perkiraan heritabilitas 75%, ADHD secara umum dinilai memiliki basis genetik. Namun, variasi fenotipe sisanya (25%) pada ADHD dipengaruhidipengaruhi pada faktor lingkungan dan beberapa faktor risiko yang dapat diubah seperti perulaku merokok dan pajanan alkohol selama kehamilan. Sebelumnya, terdapat dua penelitian yang menili asosiasi antara menyusui dengan ADHD. Pada salah satu penelitian, peneliti melaporkan bahwa rata-rata durasi menyusui pada anak dengan ADHD lebih pendekpendek dibandingkan kelompok kontrol. Pada penelitian lainnya, peneliti menemukan hubungan yang signifikan antara ADHD dan kurangnya pemberian ASI pada usia 3 bulan. Namun, kedua penelitian idak memperirakan dampak rancu dari IQ ibu maupun IQ anak. Terdapat beberapa kemungkinan hubungan interaktif yang dapat mengubungkan antara menyusui dengan keberadaan ADHD dan IQ anak. Kemungkinan pertama adalah, kurangnya menyusui menurunkan tingkat kecerdasan anak, dan IQ anak yang rendah meningkatkan kecenderungan ADHD. Kemungkinan lainnya adalah, kurangnya menyusui meningkatkan kecenderungankecenderungan ADHD, dan permasalahan atensi pada anak menurunkan IQ anak. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kurangnya menyusui dan ADHD, tetapi hubungan ini tidak signifikan secara statistik setelah dilekukan kontrol pada IQ anak. Penelitian ini juga menemukan hubunganhubungan yang signifikan antara kurangnya menyusui dengan rendahnya tingkat kecerdasan, sejalan dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian ini menemukan bahwa kemungkinan terdapat efek perlindungan dari menyusui terhadap perilaku anak dengan mediasi parsial oleh IQ anak, serta terdapat dampak positif dari menyusui pada tingkat kecerdasan didi masa anak-anak dengan mediasi parsial oleh permasalahan konsentrasi anak.

KESIMPULAN

Page 15: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4
Page 16: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4
Page 17: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sunarti dkk dalam Hanum dkk (2013) mengatakan bahwa konsentrasi dipengaruhi oleh asupan energi dan protein saat makan pagi maupun snack pagi serta skor konsentrasi pagi. Kondisi tersebut berhubungan dengan pemakaian glukosa sebagai sumber energi. Dalam keadaan normal, sistim saraf pusat hanya mampu menggunakanmenggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sedangkan saat proses absorpsi, glukosa di absorpsi secara aktif menggunakan alat angkut protein dan energi sehingga jika kecukupan protein kurang maka proses pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu yang menyebabkan otak mengalami kekurangan glukosa yang akan memengaruhi daya konsentrasi.konsentrasi. Selain itu zat besi juga berperan dalam perkembangan psikomotor anak. Defisiensi besi berpengaruh terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter (pengantar saraf), kerusakan struktur myelin, dan mengurangi metabolisme energi di otak sehingga akan mengganggu kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengandengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Lozoff dan Youdim,1998 dalam Hanum dkk, 2013).

Edisi 4 /17

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bawasannya terdapat hubungan yang signifikan antara makan pagi atau sarapan dengan daya konsentrasi yang dibuktikan dengan hasil perhitungan melalui statistikstatistik Chi Square Test diperoleh nilai p=0,003 serta antara tingkat zat gizi yang dikonsumsi yaitu berupa kalori, karbohidrat, protein, dan zat besi dengan daya konsentrasi pada siswa sekolah dasar yang didasarkan pada analisis statistik.

Page 18: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

/ Edisi 418

Page 19: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4

Bahan

Waktu persiapan: 5 menitWaktu memasak: 10 menit

Roti gandum dan Om elet Brokoli

- 1 cangkir brokoli hijau, potong kecil, matangkan dengan air hangat- 2 butir telur, kocok- Garam secukupnya- 2 roti gandung panggang

5. sajikan bersama roti gandum

4. tuangkan adonan ke dalam wajan, lalu ankat saat sudah matang di kedua sisi

2. masukkan brokoli yang telah dipotong kecil-kecl dan matang ke dalam kocokkan telur

3. panaskan wajan, tuangkan minyak atau margarine sedikit

Cara M em buat1. kocok telur, masukkan garam, tambahkan bawang merah dan bawang putih jika ingin menambahkan rasa

Resep Sehat

19

Kalorie: 390 kalLemak: 19 gr Protein: 23 grKarbohidrate: 35 grSerat: 6 gr

Nilai Gizi

Edisi 4 /

Page 20: ILMAGI Magazine (IMAGE) Edisi 4