Upload
tranhuong
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
TERHADAP PELAYANAN DI UNIT
PELAKSANA TEKNIK DINAS (UPTD)
PUSKESMAS CIBODASARI KECAMATAN
CIBODAS KOTATANGERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
HENDRA ARIYANTO
NIM. 6661072710
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
“Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana
dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama”
“Don’t be afraid to move, because the distance of 1000 miles
starts by a single step”
“When the worlds says: “Give Up”,
Hope whispers: “Try it one more time”
Skripsi ini kupersembahkan
untuk Kedua Orangtuaku
Tercinta, dan Kakak-
kakakku Hendri Yanto,
Leni Hendriyani, dan Lina
Hendriyana, serta keluarga
besarku yang senantiasa
selalu memberikan
semangat, bantuan, serta
cinta kasih tak terhingga
yang terselip dalam setiap
do’a, Demi keberhasilanku
ABSTRAK
Hendra Ariyanto. Nim. 6661072710. Skripsi. Indeks Kepuasan Masyarakat
Terhadap Pelayanan di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas
Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang. Pembimbing I: Dr.
Ayuning Budiati, S.IP, MPPM dan Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos,
M.Si
Fokus penelitian ini yaitu mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat di UPTD
Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang. Rumusan masalah
penelitian ini adalah seberapa besar Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan Di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas Cibodasari
Kecamatan Cibodas? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar
Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan di UPTD Puskesmas
Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang. Teori yang dipakai yaitu
mengacu pada KepMENPAN Nomor 25 Tahun 2004. Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif, dengan jumlah sampel 150
responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi,
kuesioner, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan
yaitu Incidental Sampling. Dalam menganalisis data dengan menggunakan uji
ketentuan nilai persepsi dari pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks yang diperoleh
sebesar 3,077 dan nilai indeks kepuasan masyarakat setelah dikonversikan sebesar
76,92, sehingga mutu pelayanannya “B”. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Indeks Kepuasan Masyarakat di Unit Pelaksana Teknik Dinas
(UPTD) Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang dikatakan
baik. Peneliti menyarankan lebih ditingkatkan lagi pelayanan di Puskesmas
Cibodasari, berkaitan dengan kedisiplinan, kecepatan pelayanan, kesopanan dan
keramahan, kejelasan dan kepastian pelayanan, serta kenyamanan lingkungan agar
masyarakat puas ketika mendapatkan pelayanan.
Kata Kunci : Indeks Kepuasan Masyarakat
ABSTRAK
Hendra Ariyanto. Nim. 6661072710. Thesis. Public Satisfaction Index Of
Service in Public Health Center Cibodasari Sub District Cibodas Tangerang
City. Supervisor I: Dr. Ayuning Budiati, S.IP, MPPM and Advisor II:
Listyaningsih, S.Sos, M.Si
The focus of this study is to measure Satisfaction Index of Cibodasari Community
Health Center in the sub district of Cibodas Tangerang City. The research
problem is How much Satisfaction Index of Cibodasari Community Health Center
in the sub district of Cibodas Tangerang City? The purpose of this study is to
measure how much Societies Satisfaction Index of Services PHC Cibodasari in
the Sub District Cibodas Tangerang City. The theory used is referring to
KepMENPAN No. 25/2004. Methods used in this research is descriptive
quantitative, with a sample of 150 respondents. Collecting data in this study by
observation, questionnaires, interviews, and documentation studies. The sampling
technique used is incidental sampling. In analyzing the data using the value
perception test provisions of the general guidelines for the preparation of
Community Satisfaction Index. The results showed that the index values obtained
at 3.077 and community satisfaction index score of 76.92 after conversion, so the
quality of service "B". Based on the results of this study concluded that
Community Satisfaction Index in the Public Health Center Cibodasari Sub District
Cibodas Tangerang City said to be good. Researchers suggest further enhanced
Cibodasari services at the health center, relating to discipline, speed of service,
courtesy and hospitality, clarity and certainty of service, and comfort of the
environment so that people are satisfied when get service.
Keywords: Public Satisfaction Index
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan bimbingan-Nya, serta pertolongan-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Kiranya
kasih setia-Nya akan senantiasa membimbing umat-Nya sampai akhir.
Skripsi ini berjudul Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas Cibodasari Kecamatan
Cibodas Kota Tangerang, disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu Administrasi Negara pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan,
bimbingan, bantuan, motivasi, serta saran dari semua pihak. Untuk itu tepat
kiranya pada kesempatan ini dengan ketulusan hati yang dalam, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Si. selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
3. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S..Sos., M.Si. selaku Pembantu
Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
4. Yth. Ibu Mia Dwiana Widyaningtyas, M.Kom. selaku Pembantu
Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
5. Yth. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., M.Si. selaku Pembantu Dekan
III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
6. Yth. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
7. Yth. Bapak Anis Fuad, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
8. Yth. Ibu Dr. Ayuning Budiati, S.IP., MPPM. selaku Dosen
Pembimbing I yang telah senantiasa memberikan motivasi, saran,
solusi, dan pengarahan dalam setiap bimbingan penyusunan skripsi ini.
9. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II
yang telah senantiasa memberikan motivasi, saran, solusi, dan
pengarahan dalam setiap bimbingan penyusunan skripsi ini.
10. Yth. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
11. Yth. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
iii
Tirtayasa yang telah membekali peneliti dengan ilmu yang bermanfaat
selama perkuliahan.
12. Yth. Kepala Kantor Kesbanglinmas Kota Tangerang Bapak Drs. H.
Habibullah, M.Si. dan Bapak Helly sebagai Staffnya yang telah
membantu kelancaran dalam penelitian ini.
13. Yth. Kepala Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota
Tangerang Ibu drg. Evi Lukman beserta Kepala Bagian Tata Usaha Ibu
Lilis Sartika, SKM. yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
14. Kedua Orangtuaku tercinta “Papa dan Mama” dan Kakak-kakakku
tersayang Hendri Yanto, Leni Hendriyani, dan Lina Hendriyana serta
Kak Emulia, Kak Arisman, dan Kak Ade Yanto, yang selalu
memberikan dorongan semangat dan bantuannya, baik bersifat moril
maupun materil, serta selalu tak kenal lelah untuk memberikan doanya
setiap saat demi keberhasilanku. Dukungan kalian sangat berarti dan
akan aku butuhkan sampai kapan pun. Terima kasih juga untuk
keponakanku Veby, Echa, Nadia, Ajeng, Aurell dan Eza, yang telah
memberikan keceriaan disaat ku letih.
15. Seseorang yang tersayang, Dini Oktorika, beserta Ibunda Nur Laili dan
Kak Fajar. Terima kasih karena tidak pernah lelah untuk selalu
memberi perhatian, semangat, dukungan, do’a, serta bantuannya baik
moril maupun materil dalam keadaan apapun.
iv
16. Yth. Keluarga Besar Tante Iyah dan Om Nurdin, serta Dwi Murdiah
dan Dedi, yang telah memberikan motivasi dan bantuannya, baik
bersifat moril maupun materil.
17. Yth. Keluarga Besar Om Syahrul dan Tante Tarsih, serta Kak Desi, Aa
Denny, Aa Fauzan, Aa Debby, Dede, Dewi, dan Dina yang telah
memberikan motivasi dan bantuannya, baik bersifat moril maupun
materil.
18. Yth. Manajer Burgerking Supermal Karawaci, Bapak Eriyanto, Ibu
Sulistyawati, Bapak Arief Saptono, Bapak Nur Arif, dan Bapak Hendri
Muslim, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
bekerja di perusahaan yang dipimpinnya dari bulan Juli 2011 sampai
dengan Maret 2013. Terima kasih juga kepada teman-teman di
Burgerking Supermal Karawaci yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, terima kasih atas kerjasamanya.
19. Yth. Manajer Mc Donald Gading Serpong, Bapak Supriyanto, Bang
Fathur, Bang Awan, Bang Riskin, Bang Umar, Teh Dyah, dan Teh
Nanay, yang telah memberikan kesempatannya kepada penulis untuk
bekerja di perusahaan yang dipimpinnya dari bulan Mei 2013 sampai
dengan Januari 2014. Terima kasih juga kepada teman-teman Mc
Donald Gading Serpong, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terima kasih atas kerjasamanya.
v
20. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan
bantuannya disaat penulis mengalami kesulitan, Taufik, Kukuh,
Chandra, Mas Agus, Tya dan Kak Nourma, Dwi, Ichan, Darwin,
Akbar, Agus, David, Dadan, Galih, Harry, Iman, Jian, Kardi, Luluk,
Novan, Revi, Rizki, Rian, Tika, Uyung, Zaenal, dan Wira.
21. Kawan-kawan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan
2007 kelas A, B, dan C yang tidak dapat disebutkan satu persatu, saya
ucapkan terima kasih.
22. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, penulis
ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahannya, yang semata-mata karena keterbatasan wawasan penulis.
Maka dari itu, demi kesempurnaan skripsi ini, dengan segala keterbukaan,
kerendahan hati, dan kelapangan dada untuk segala masukan baik itu saran
maupun kritik yang dapat membangun penulis dalam melangkah dan
memutuskan, serta membuat karya lebih baik akan sepenuhnya penulis
perhatikan.
Serang, Juli 2014
Hendra Ariyanto
NIM. 6661072710
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………...………………………………………... vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………….......................... 1
1.2 Identifikasi Masalah …………………………………………………. 15
1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………………... 16
1.4 Rumusan Masalah …………………………………………………… 16
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………….…… 16
1.6 Manfaat Penelitian …………………………….…………………….. 17
1.7 Sistematika Penulisan ……………………………………………….. 18
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori …………………………………………...………… 20
2.1.1 Konsep Organisasi Publik ……………………………………. 21
2.1.2 Konsep Pelayanan Publik …………………………………….. 23
2.1.3 Kualitas Pelayanan Publik …………………………………..... 38
2.1.4 Konsep Kepuasan Pelayanan ………………………………… 57
2.1.5 Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat …………………………. 60
2.2. Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. 62
2.3. Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 65
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Peenelitian ……….………………………. 68
3.2. Ruang Lingkup Penelitian ……………………...………………….. 70
3.3. Lokasi Penelititan …………………………...……………………… 70
3.4. Instrumen Penelitian ……….………………………………………. 71
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………………. 74
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……………………………... 76
3.7. Jadwal Penelitian ………………………………………………....... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian …………………………………………. 81
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Cibodasari …………………… 81
4.1.2 Nilai, Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Cibodasari ………… 83
viii
4.1.3 Kegiatan-Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas Cibodasari . 85
4.1.4 Pelayanan Kesehatan …………………………………………. 86
4.1.5 Struktur Organisasi …………………………………………… 90
4.1.6 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Cibodasari ………………… 91
4.2 Deskripsi Data ………………………………………………………. 92
4.2.1 Identitas Responden …………………………………………... 92
4.2.2 Deskripsi Data ………………………………………………… 98
4.2.3 Intepretasi Hasil Penelitian …………………………………... 120
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………….124
5.2 Saran ………………………………………………………………...125
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….………………………….. .127
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENELITI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Fasilitas Kesehatan di Kota Tangerang ………….………...... 5
Tabel 2 Jumlah Puskemas Menurut Kecamatan di Kota Tangerang … 7
Tabel 3 Nilai Pesepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu
Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan …………………….. 72
Tabel 4 Indeks Unsur Pelayanan ……………………………………. 73
Tabel 5 Jadwal Penelitian …………………………………………… 80
Tabel 6 Distribusi Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Wilayah
Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang.. 83
Tabel 7 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Cibodasari …….…… 91
Tabel 8 Hasil Pengolahan Indeks Per Unsur Pelayanan…………….. 121
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Ketidakteraturan pasien dan minimnya fasilitas ……………. 10
Gambar 2 Segitiga keseimbangan dalam kualitas pelayanan ………….. 49
Gambar 3 Total Quality Service (TQS) ………………………………... 50
Gambar 4 Alur Kerangka Berpikir …………………………………….. 67
Gambar 5 Struktur Organisasi Puskesmas Cibodasari ………………… 90
Gambar 6 Pemetaan Responden Berdasarkan Bidang Pelayanannya …. 93
Gambar 7 Grafik Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ….. 94
Gambar 8 Grafik Identitas Responden Berdasarkan Umur …………….95
Gambar 9 Grafik Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir…………………………………………………….... 96
Gambar 10 Grafik Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama ... 97
Gambar 11 Grafik Prosedur Pelayanan …………………………………. 99
Gambar 12 Grafik Persyaratan Pelayanan …………………………….... 101
Gambar 13 Grafik Kejelasan Petugas Pelayanan ………………………..102
Gambar 14 Grafik Kedisiplinan Petugas Pelayanan …………………….104
Gambar 15 Grafik Tanggung Jawab Petugas Pelayanan ………………..105
Gambar 16 Grafik Kemampuan Petugas Pelayanan …………………….107
Gambar 17 Grafik Kecepatan Pelayanan ………………………………..108
Gambar 18 Grafik Keadilan Mendapatkan Pelayanan …………………..110
Gambar 19 Grafik Kesopanan dan Keramahan Petugas ………………...111
Gambar 20 Grafik Kewajaran Biaya Pelayanan …………………………113
Gambar 21 Grafik Kepastian Biaya Pelayanan ………………………….116
Gambar 22 Grafik Kenyamanan Lingkungan …………………………...118
Gambar 23 Grafik Keamanan Lingkungan ……………………………...119
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Instansi Pemerintah
Lampiran 2 : Kuesioner Indeks Kepuasan Masyarakat
Lampiran 3 : Hasil Pengolahan Indeks Kepuasan Masyarakat Per
Responden dan Per Unsur Pelayanan
Lampiran 4 : Pengolahan Indeks Kepuasan Masyarakat Berdasarkan
Bidang Pelayanan, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir,
dan Pekerjaan Responden
Lampiran 5 : Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan
Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang
Lampiran 6 : Surat Rekomendasi Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota
Tangerang
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan adalah salah satu unsur kesejahteraan dalam kehidupan dan
merupakan salah satu aspek hak asasi manusia yang harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam
Pancasila dan UUD 1945. Dalam Pancasila sila kelima yang berbunyi “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dan UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang
berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan,” dijelaskan bahwa semua masyarakat Indonesia
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh keadilan sosial baik itu dalam hal
mendapatkan pekerjaan maupun penghidupan yang layak. Hak disini mengandung
arti untuk memperoleh kebutuhan materil seperti kebutuhan akan sandang, pangan
dan papan, serta kebutuhan immateriil seperti kesehatan, kerohanian, dan
sebagainya. Oleh karenanya, kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan
sebab kesehatan menjadi modal utama bagi masyarakat dalam melakukan suatu
tugas, peranan dan tanggung jawab dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal di atas senada dengan apa yang terkandung dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yakni kesehatan merupakan salah satu
unsur kesejahteraan umum, sehingga pemerintah harus melaksanakan
pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan
1
2
dengan mengupayakan pelayanan kesehatan yang lebih memadai secara
menyeluruh dan terpadu. Dari penjelasan tersebut, pemerintah dituntut untuk
menjalankan fungsi-fungsi utamanya dengan baik tanpa memandang
tingkatannya, terutama di bidang kesehatan. Fungsi-fungsi utama pemerintah itu
diantaranya adalah fungsi pelayan masyarakat, fungsi pembangunan, dan fungsi
perlindungan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan masyarakat, pemerintah
melalui birokrasinya yang berperan sebagai penggerak atau pelaksana
penyelenggaraan negara wajib memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada masyarakat, baik itu di bidang kesehatan, pendidikan, administrasi
kependudukan, transportasi, dan sebagainya yang mencakup kesejahteraan
masyarakat banyak. Masyarakat berharap mendapatkan pelayanan yang
dilaksanakan oleh birokrasi itu secara bertanggung jawab, aman, nondiskriminatif,
serta berkualitas sehingga hak-hak masyarakat sebagai penerima pelayanan dapat
terlindungi, khususnya di bidang kesehatan. Pelayanan yang dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip tersebut mendorong terwujudnya pelayanan yang
prima. Apabila pelayanan prima (berkualitas) terwujud, maka menunjukkan
bahwa karakter sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas telah terbentuk.
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, pada tahun 2014 ini pemerintah pusat
merealisasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Tujuan dari Program JKN
3
adalah memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap
rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan
sejahtera. Tujuan tersebut didasari oleh UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, yaitu untuk memberikan manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan. Jaminan
kesehatan ini diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
dan prinsip ekuitas. Masyarakat nantinya wajib menyisihkan sebagian kecil
uangnya untuk jaminan kesehatan di masa depan. Khusus untuk masyarakat
miskin atau penerima bantuan iuran (PBI), biaya kesehatannya akan ditanggung
oleh pemerintah.
Sebagai salah satu daerah penunjang ibukota, kesehatan selalu menjadi
fokus paling utama Pemerintah Kota Tangerang dalam menyusun program-
program yang didasarkan atas aspirasi masyarakat miskin dan mendapat porsi
pembiayaan paling besar dalam APBD. Hal ini teraplikasi dengan
diimplementasikannya program membebaskan biaya kesehatan (gratis) atau
program kartu multiguna bagi seluruh masyarakat yang berdomisili di Kota
Tangerang sejak tanggal 1 Januari 2012. Pada tahun 2014 ini, Pemerintah Kota
Tangerang juga telah membangun dan mengoperasikan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Tangerang tanpa kelas, yang menggratiskan biaya
pelayanan kesehatan bagi semua warga Kota Tangerang. Pemerintah Kota
Tangerang menyadari bahwa pelayanan kesehatan merupakan elemen yang sangat
penting dalam pembangunan nasional dan pengentasan kemiskinan. Oleh
karenanya, Pemerintah Kota Tangerang bertanggung jawab agar hak hidup sehat
4
bagi masyarakatnya terpenuhi, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam pasal 28 H ayat 1,
yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
Fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia di Kota Tangerang, yakni terdiri
dari Rumah Sakit yang berjumlah 24 gedung, Puskesmas yang berjumlah 30
gedung, Puskesmas pembantu yang berjumlah 10 gedung, Puskesmas keliling
roda empat yang berjumlah 25 mobil, dan Posyandu yang berjumlah 1.041
gedung (data tahun 2012). Fasilitas-fasilitas tersebut dibiayai dari anggaran APBD
Kota Tangerang, yang didukung oleh pemerintah pusat melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK), sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Dana Alokasi Khusus (DAK) dimaksudkan sebagai salah satu
sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya
untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga baik Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata,
terjangkau dan berkualitas. Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan
diberikan untuk mewujudkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2014 dalam
prioritas pembangunan kesehatan Nasional tahun 2014. Berikut data ketersediaan
fasilitas kesehatan di Kota Tangerang:
5
Tabel 1.1
Fasilitas Kesehatan di Kota Tangerang tahun 2012
Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Posyandu
Ciledug 3 4 101
Larangan 1 5 108
Karang Tengah 2 6 65
Cipondoh - 7 96
Pinang 1 6 85
Tangerang 6 5 75
Karawaci 5 7 130
Cibodas 1 4 95
Jatiuwung 3 2 60
Periuk 1 6 63
Neglasari 1 5 53
Batu Ceper - 3 61
Benda - 5 49
Kota Tangerang 24 65 1.041
(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2012)
Dalam menunjang terwujudnya prioritas pembangunan kesehatan Nasional
tahun 2014, dana alokasi khusus (DAK) bidang kesehatan yang diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah difokuskan pada pelayanan kesehatan
dasar untuk pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas dan jaringannya) serta pos
kesehatan desa, pelayanan kefarmasian untuk Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
pelayanan kesehatan rujukan (Rumah Sakit Provinsi, Kabupaten/Kota).
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
6
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Sebagai unit pelaksana
tingkat pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,
merata dan terpadu, Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat pada masyarakat.
Secara umum, Puskesmas harus dapat memberikan pelayanan preventif
(upaya pencegahan penyakit), promotif (upaya peningkatan kesehatan), kuratif
(upaya penyembuhan) dan rehabilitatif (upaya pengembalian keadaan seperti
semula) kepada masyarakat, baik melalui Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
atau Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Pelayanan yang diberikan oleh
Puskesmas harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, nondiskriminatif,
serta berkualitas, agar hak-hak masyarakat sebagai pasien dapat terlindungi,
terutama pada masyarakat miskin, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam
UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Puskesmas juga harus dapat
menjangkau masyarakat di wilayah terkecil dalam hal pengorganisasian
masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara
mandiri. Adapun data ketersediaan Puskesmas di Kota Tangerang dapat dilihat
pada tabel berikut:
7
Tabel 1.2
Jumlah Puskemas Menurut Kecamatan di Kota Tangerang tahun 2012
Kecamatan
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Puskesmas
Keliling
Dengan
Rawat
Inap
Tanpa
Rawat
Inap
Jumlah
Ciledug - 2 2 - 2
Larangan - 2 2 1 2
Karang Tengah - 3 3 - 3
Cipondoh - 4 4 - 3
Pinang - 2 2 2 2
Tangerang - 2 2 1 2
Karawaci - 4 4 1 2
Cibodas - 2 2 - 2
Jatiuwung - 1 1 - 1
Periuk - 2 2 2 2
Neglasari - 2 2 1 2
Batu Ceper - 2 2 - 1
Benda - 2 2 2 1
Kota Tangerang - 30 30 10 25
(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2012)
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal, melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/MENKES/SK/X/2003, dan
diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
maka pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
melalui Puskesmas harus dilaksanakan dengan memperhatikan Pelaksanaan
8
Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM). Penerapan Standar
Pelayanan Minimal meliputi prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya
pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, dan kompetensi petugas
pemberi layanan. Tujuannya untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat
yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai. Selain itu, penerapan Standar
Pelayanan Minimal ini dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, sehingga kepuasan masyarakat
tercapai.
Puskesmas Cibodasari merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan
Kecamatan Cibodas Kota Tangerang, yang letaknya sangat strategis dan berada di
tengah masyarakat. Letaknya yang berdekatan dengan kantor Kelurahan
Cibodasari dan Pasar Malabar, yang notabene pasar tradisional terkenal di
Kecamatan Cibodas, ditambah akses transportasi yang memadai, memudahkan
masyarakat untuk menjangkaunya. Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas
Kota Tangerang mempunyai Motto “UTAMA”, yaitu “Unggul, Tertib, Aman,
Manis, dan Asri”. Berdasarkan motto itu, visi Puskesmas Cibodasari Kecamatan
Cibodas adalah menjadi tujuan UTAMA masyarakat dalam menyongsong
Tangerang Sehat 2014, yang juga mendukung program pemerintah dalam
pembangunan kesehatan Nasional tahun 2014.
Pada tahun ini, Pemerintah Kota Tangerang telah merencanakan
pembangunan Puskesmas Rawat Inap dan hanya 2 Puskesmas saja yang terpilih,
9
yaitu salah satunya adalah Puskesmas Cibodasari di Kecamatan Cibodas dan satu
lainnya adalah Puskesmas di Kecamatan Larangan Utara. Dengan demikian,
mengingat di Kota Tangerang belum memiliki Puskesmas Rawat Inap, maka
sebelum menerima dan menjalankan beban tugas yang dimandatkan tersebut,
Puskesmas Cibodasari sebaiknya dapat memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat dan menjaga mutu atau kualitas pelayanannya. Tujuannya adalah agar
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas
Cibodasari dapat terpenuhi, sehingga tercipta kepuasan masyarakat baik itu
terhadap pelayanannya maupun Puskesmas Cibodasari itu sendiri. Karena
pelayanan kesehatan yang berkualitas itu pada intinya adalah pelayanan kesehatan
yang peduli dan terpusat pada kebutuhan. Hal ini juga nantinya akan
membuktikan kepada Pemerintah Kota Tangerang bahwa Puskesmas Cibodasari
memang pantas untuk dijadikan Puskesmas Rawat Inap.
Berdasarkan hasil observasi awal dimana peneliti melihat langsung proses
pelayanan kesehatan pada UPTD Puskesmas Cibodasari dan wawancara tidak
struktur kepada masyarakat selaku penerima pelayanan, peneliti menemukan
beberapa masalah penting untuk mendukung penelitian ini, diantaranya:
Pertama, berkaitan dengan kesopanan dan keramahan petugas pelayanan.
Masih adanya pegawai yang bersikap kurang sopan, seperti bernada tidak
menyenangkan dengan ekspresi muka yang kurang ramah kepada pasien, terutama
di bagian loket pendaftaran. Terlebih lagi ketika petugas tersebut menjelaskan
prosedur pendaftaran kepada masyarakat awam yang baru pertama kali
menggunakan pelayanan di Puskesmas Cibodasari. Kurang ramahnya petugas
10
dalam memberi pelayanan pada masyarakat itu membuat pelayanan di puskesmas
Cibodasari masih kurang optimal.
(Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan pasien atau masyarakat
yang berobat di Puskesmas Cibodasari, pada tanggal 10 Maret 2014)
Kedua, berkaitan dengan sarana dan prasarana. Masalah yang berkaitan
dengan sarana dan prasarana yaitu ketersediaan fasilitas fisik yang belum
memadai, seperti kurangnya jumlah bangku di ruang tunggu pasien sehingga
banyak pasien yang berdiri kelelahan dalam menunggu antrian pengobatan.
Kondisi pasien yang mengantri itu juga tidak teratur dikarenakan kurangnya
informasi baik lisan maupun tulisan untuk mengkoordinasi ketertiban pasien,
seperti tempat duduk khusus untuk menunggu antrian pengobatan atau tempat
duduk khusus untuk menunggu resep dan obat, sehingga pasien menjadi tidak
teratur. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1
Ketidakteraturan pasien dan minimnya fasilitas
11
Dari gambar tersebut terlihat bagaimana kondisi pasien pada saat
mengantri pendaftaran yang tidak teratur, karena minimnya jumlah kursi di ruang
tunggu pasien, dan membuat pasien harus rela berdiri menunggu giliran
pengobatan. Hal ini juga dapat mengganggu kenyamanan pasien dalam
memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas Cibodasari secara keseluruhan.
Ketersediaan jumlah kursi di ruang tunggu Bidang Pelayanan MTBS, KIA dan
KB juga masih kurang memadai.
Selain itu, ketersediaan obat-obatan juga masih belum optimal, karena
masih adanya obat-obatan yang tidak tersedia atau habis. Padahal obat tersebut
untuk penyakit yang umum seperti demam dan flu. Kotak pengaduan pelayanan di
Puskesmas Cibodasari juga tidak dilengkapi dengan alat tulis, sehingga terkesan
tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan kritikan,
keluhan atau sarannya atas pelayanan yang diterimanya. Kekurangan serta tidak
diperhatikannya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan tersebut menyebabkan
tidak optimalnya pelayanan yang diberikan kepada pasien secara menyeluruh.
(Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu pasien Puskesmas
Cibodasari, pada tanggal 23 Mei 2014 jam 9-12 WIB).
Ketiga, berkaitan dengan kedisiplinan petugas pelayanan. Kedisiplinan.
petugas pelayanan dalam memberikan pelayanan di Puskesmas Cibodasari dinilai
masih kurang. Hal ini terlihat dari adanya beberapa petugas pelayanan Puskesmas
Cibodasari yang datang tidak tepat waktu atau diatas jam operasional kerja,
sehingga membuat pasien atau masyarakat yang akan berobat harus menunggu
sekitar 15-30 menit. Jam operasional Puskesmas Cibodasari buka dari jam 07.30 -
12
14.30, dan untuk pendaftaran pasien buka dari jam 07.30- 12.00. Menurut
masyarakat, biasanya ini terjadi pada Bidang Pelayanan Gigi. Selain itu loket
untuk melayani pendaftaran pasien sering tutup lebih cepat 30 menit sebelum jam
pelayanan pendaftaran berakhir. Hal ini sering menyebabkan pasien yang datang
pada waktu tersebut menjadi kebingungan untuk berobat. Hal ini juga
menunjukkan bahwa kebutuhan pasien terhadap pelayanan Puskesmas Cibodasari
belum terpenuhi secara optitmal.
Selain itu, petugas paramedik yang memeriksa pasien juga dinilai masih
kurang disiplin, karena membawa anak kedalam ruangannya (ruang pemeriksaan
pasien) ketika sedang bekerja. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan pasien
ketika sedang berobat. Terlebih lagi anak tersebut pada saat itu menempati tempat
tidur khusus untuk memeriksa pasien. Hal ini menyebabkan hak-hak pasien dalam
memperoleh pelayanan kesehatan menjadi tidak terpenuhi, karena pasien yang
seharusnya mempunyai hak untuk diperiksa dengan membaringkan badannya di
tempat tidur terhalang oleh anak petugas yang menempati tempat tidur tersebut.
Hal ini menunjukan bahwa pelayanan kesehatan di Puskesmas Cibodasari
Kecamatan Cibodas belum optimal dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
(Berdasarkan hasil wawancara kepada pasien atau masyarakat yang berobat pada
Bidang Pelayanan Gigi dan Umum di Puskesmas Cibodasari, pada tanggal 17 Juni
2014).
Keempat, berkaitan biaya dan produk pelayanan. Seluruh biaya pelayanan
di Puskesmas Cibodasari sebenarnya sudah digratiskan, hanya pada pelayanan
13
membuat surat keterangan sehat saja yang masih dikenakan biaya yaitu sebesar
Rp 10.000,- untuk pelajar atau PNS, dan Rp 15.000,- untuk Karyawan atau
Umum. Permasalahan berkaitan dengan biaya yang sebenarnya yaitu adanya
pengakuan dari masyarakat, bahwa untuk pelayanan penambalan gigi masih
dikenakan biaya diluar biaya pelayanan yang seharusnya gratis. Setelah
melakukan konfirmasi dengan pihak Puskesmas Cibodasari, pihak Puskesmas
Cibodasari mengatakan bahwa untuk pelayanan penambalan gigi, sementara tidak
dapat dilakukan, oleh karenanya dilakukan rujukan ke Puskesmas lain. Hal ini
dikarenakan alat yang digunakan (bor) untuk penambalan gigi rusak. Namun, bila
dibandingkan dengan pendapat masyarakat yang mengatakan bahwa mereka
masih dapat memperoleh pelayanan penambalan gigi dengan ketentuan membuat
janji terlebih dahulu dengan dokter giginya dan juga dikenakan biaya, hal ini
sangat bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Pihak Puskesmas
Cibodasari.
Masih berkaitan dengan biaya, masyarakat juga mengatakan bahwa
seharusnya apabila biaya pelayanan di puskesmas Cibodasari sudah gratis, maka
seharusnya tidak ada lagi pungutan biaya, seperti biaya parkir yakni Rp 2.000,-,
walaupun itu diluar segi administrasinya.
(Berdasarkan hasil wawancara kepada pasien atau masyarakat yang berobat pada
Bidang Pelayanan Gigi dan Umum, serta pihak dari Puskesmas Cibodasari, pada
tanggal 19 Juni 2014).
Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan
Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat. Namun
14
pada kenyataannya tidak sedikit masyarakat yang lebih memilih pelayanan
kesehatan pada dokter praktek swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya.
Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif dari masyarakat ditambah
dengan adanya pengaduan, keluhan yang disampaikan baik melalui media massa
maupun langsung kepada unit pelayanan, terhadap pelayanan Puskesmas tersebut,
berkaitan dengan mutu pelayanan yang terkesan seadanya. Puskesmas belum
cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dilihat
dari sarana dan prasarananya yang belum memadai dan akomodatif, maupun dari
tenaga medis yang belum konsisten dalam memberikan pelayanan kepada
masyarkat. Sehingga, banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
itu tidak sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah
ditetapkan.
Salah satu kegiatan dalam upaya meningkatkan pelayanan publik, yang
dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan yaitu menyusun Indeks Kepuasan
Masyarakat sebagai tolak ukur terhadap optimalisasi kinerja pelayanan kesehatan
oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat. Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat. Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat ini bertujuan untuk membandingkan pendapat masyarakat dalam
memperoleh pelayanan dengan kinerja aktual unit pelayanan secara berkala,
sehingga akan diperoleh Indeks Kepuasan Masyarakat yang mencerminkan
kualitas pelayanan publik, yang berguna sebagai bahan untuk menetapkan
15
kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai pendapat atau
pandangan masyarakat dalam memperoleh pelayanan di Puskesmas Cibodasari
Kecamatan Cibodas Kota Tangerang berdasarkan latar belakang di atas. Peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas Cibodasari
Kecamatan Cibodas Kota Tangerang.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Masih adanya beberapa pegawai yang kurang sopan dan ramah
terutama di bagian loket pendaftaran.
2. Sarana dan prasarana di Puskesmas Cibodasari masih belum memadai,
baik sarana medis, sarana operasional, fasilitas fisik dan sarana
pendukung lainnya.
3. Kedisiplinan petugas pelayanan Puskesmas Cibodasari masih kurang
karena masih ada pegawai yang datang tidak tepat waktu, loket
pendaftaran tutup sebelum jam pelayanan pendaftaran berakhir, dan ada
pegawai yang membawa anak ketika sedang bekerja.
4. Menurut masyarakat pelayanan penambalan gigi yang seharusnya
gratis, masih tetap dikenakan biaya.
16
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian ini
hanya pada pencarian data-data yang berkaitan dengan Indeks Kepuasan
Masyarakat Terhadap Pelayanan di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD)
Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang yang diukur
berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
No. KEP/25/M.PAN/2/2004.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, fokus masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Seberapa besar tingkat Indeks
Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan di Unit Pelaksana Teknik Dinas
(UPTD) Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang?
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai. Pada
penelitian ini, tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui seberapa besar
tingkat Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan di Unit Pelaksana
Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota
Tangerang.
17
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian tentang Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan di Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang,
manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis penelitian ini adalah untuk meningkatkan dan
memperdalam serta mempertajam pengetahuan peneliti tentang Ilmu
Administrasi Negara. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan
bahan referensi untuk penelitian sejenis atau selanjutnya yang
berhubungan dengan masalah indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan publik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk membangun terwujudnya pelayanan publik yang
prima, dengan meningkatkan kualitas aparatur penyelenggara
pemerintahan serta memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat, sehingga kepuasan dan harapan masyarakat terhadap
pelayanan instansi publik itu terpenuhi.
b. Bagi Masyarakat: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian
yang dapat menambah pengetahuan dan membuka wawasan
mengenai pelayanan publik. Selain itu, penelitian ini juga dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk digali lebih dalam lagi, agar
18
aspirasi masyarakat yang sesungguhnya terhadap pelayanan publik
benar-benar dapat diterapkan dalam instansi pemerintahan sesuai
dengan yang diharapkan.
c. Bagi Penulis: Untuk mengkaji dan memperdalam pengetahuan
peneliti berkaitan dengan Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan di Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota
Tangerang. Penelitian ini juga merupakan sarana peningkatan
kemampuan ilmiah peneliti dari teori-teori yang telah didapat dalam
aspek penyelenggaraan pelayanan publik.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memaparkan tentang deskripsi teori yang berhubungan dengan
penelitian, kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai
kelanjutan dari kajian teori terhadap permasalahan yang diteliti.
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian, instrumen penelitian,
populasi dan sampel penelitian atau responden, teknik pengolahan dan analisis
data, serta tempat dan waktu dalam pelaksanaan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai: Deskripsi Obyek Penelitian, Gambaran Umum
UPTD Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang, Deskripsi dan
Analisis Data, serta Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai: kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan, kemudian memberikan saran-saran yang bersifat konstruktif pada
instansi yang terkait dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam penelitian
LAMPIRAN
Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu oleh peneliti, yang
berhubungan dengan data penelitian, dan tersusun secara berurutan.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam suatu penelitian, peneliti berpedoman pada teori-teori yang
dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian. Peneliti kemudian mengkaji
dan mendeskripsikan teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel.
Selanjutnya, deskripsi teori tersebut disusun dengan sedemikian rupa guna
memudahkan peneliti dalam merumuskan asumsi penelitan. Seperti apa yang
dikemukakan oleh Kerlinger dalam Harbani (2007:9), bahwa teori adalah
serangkaian konstruk (konsep), batasan dan proposisi, yang menyajikan suatu
pandangan sistematis tentang fenomena dengan fokus hubungan dengan merinci
hubungan-hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi
gejala itu.
Bekaitan dengan judul penelitian ini, yakni “Indeks Kepuasan Masyarakat
Terhadap Pelayanan di UPTD Puskesmas Cibodasari Kecamatan Kota
Tangerang,” maka landasan yang dipakai oleh peneliti adalah konsep organisasi
publik, konsep pelayanan publik, kualitas pelayanan publik, kepuasan masyarakat
dan indeks kepuasan masyarakat.
2.1.1 Konsep Organisasi Publik
20
21
Untuk memahami konsep organisasi publik secara utuh, perlu memahami
terlebih dahulu definisi dan teori organisasi serta makna kata publik itu sendiri.
Pengertian organisasi secara umum adalah sekelompok orang (dua orang atau
lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Banyak definisi-definisi mengenai organisasi dari para pakar. Berikut
adalah beberapa definisi yang identik dari para pakar tersebut:
Menurut Herbert Simon, organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang
lengkap dan hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang. Sedangkan
James D. Mooney berpendapat bahwa organisasi adalah sebagai bentuk setiap
perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan utama. Lebih jauh lagi,
John D. Millet, mengatakan organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana
pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan
bersama (Syafiie, 1997:51).
Jika diuraikan secara lebih terperinci setiap organisasi pasti akan memiliki
berbagai dimensi yang penting sebagai ciri suatu organisasi, diantaranya adalah
wadah atau struktur yang menjadi kerangka orang-orang yang menjadi bagian dari
organisasi tersebut melakukan aktivitasnya, anggota yang menjadi bagian dari
organisasi, interaksi yang terpolakan dengan mekanisme tertentu sehingga terjadi
koordinasi yang baik antara satu orang atau bagian dengan orang atau bagian yang
lain, dan tujuan bersama yang ingin diwujudkan oleh orang-orang yang menjadi
bagian dari organisasi tadi.
22
Menurut Henry (1988:73), beberapa karakteristik dari suatu organisasi
diantaranya adalah:
1. Punya maksud tertentu, dan merupakan kumpulan berbagai macam
manusia.
2. Punya hubungan sekunder atau impersonal.
3. Punya tujuan yang khusus dan terbatas.
4. Punya kegiatan kerja sama pendukung.
5. Terintegrasi dalam sistem sosial yang lebih luas.
6. Menghasilkan barang dan jasa untuk lingkungannya.
7. Sangat terpengaruh atas setiap perubahan lingkungan.
Khusus untuk organisasi publik, dapat dirumuskan dengan menambah satu
karakteristik lagi, yaitu memperoleh sumber-sumbernya, yakni pajak dan
legitimasi dari negara, serta dijembatani oleh lembaga-lembaga kenegaraan.
Untuk konsep publik itu sendiri berasal dari kata “Public” yang berarti “of
people” berkenaan dengan masyarakat. Mengenai pengertian publik, Syafiie dkk.
Dalam Harbani (2007:6) memberikan pengertian publik sebagai sejumlah manusia
yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang
benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki. Itulah sebabnya,
Syafiie mengatakan bahwa publik tidak langsung diartikan sebagai penduduk,
masyarakat, warga negara ataupun rakyat, karena kata-kata tersebut berbeda.
Organisasi publik sering terlihat pada bentuk organisasi pemerintah yang
dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi pemerintahan). Istilah birokrasi
ini diberikan kepada instansi pemerintah karena pada awalnya tipe organisasi
yang ideal yang disebut birokrasi merupakan bentuk yang diterima dan diterapkan
oleh instansi pemerintah. Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan
23
masyarakat demi kesejahteraan sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi
sebagai pijakan dalam operasionalnya. Organisasi publik berorientasi pada
pelayanan kepada masyarakat, bukan pada profit. Seperti apa yang disampaikan
oleh Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha (2005:18), bahwa organisasi publik adalah
organisasi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa
publik dan layanan sipil.
Organisasi publik diharapkan mampu untuk melancarkan pembangunan
dan melaksanakan kebijakan publik dalam berbagai cara serta memiliki
kewenangan untuk mengalokasikan nilai-nilai organisasi publik kepada
masyarakat. Nilai-nilai dalam organisasi publik tersebut diantaranya adalah
equity, equality, justice, resposibility, dan sebagainya. Dalam melaksanakan nilai-
nilai itu kemampuan manajemen yang dilakukan oleh organisasi publik menjadi
krusial.
2.1.2 Konsep Pelayanan Publik
Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang,
sekelompok atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk
memenuhi kebutuhan (Harbani, 2007:4).
Membicarakan pelayanan berarti membicarakan suatu proses kegiatan
yang konotasinya lebih kepada hal yang abstrak (Intangible). Dapat dikatakan
24
juga pelayanan adalah sebagai suatu proses, lalu proses tersebut menghasilkan
suatu produk yang berupa pelayanan, yang kemudian diberikan kepada pelanggan.
Gronroos dalam Ratminto dan Atik S. Winarsih (2005:2) menjelaskan
definisi pelayanan yang lebih rinci, yakni pelayanan adalah suatu usaha aktivitas
atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang
terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau
hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.
Dari definisi-definisi mengenai pelayanan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada dua sisi atau pihak dalam hal pelayanan ini. Di satu sisi
atau pihak adalah sebagai pemberi pelayanan dan di sisi atau pihak lain sebagai
penerima pelayanan. Dari sisi pemberi pelayanan menekanan bahwa pelayanan
adalah aktivitas yang dilakukan untuk membuat si penerima layanan merasakan
puas terhadap layanan yang diberikan. Dan dari sisi penerima layanan adalah
aktivitas merasakan tentang layanan yang diberikan oleh pemberi layanan. Dalam
pelayanan yang disebut konsumen (customer), adalah masyarakat yang mendapat
manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh organisasi atau petugas dari organisasi
pemberi layanan tersebut. Pelayanan yang dikatakan tidak berwujud (intangible)
tersebut berarti bahwa pelayanan itu hanya dapat dirasakan.
Menurut Batinggi (1998:21), terdapat tiga jenis layanan yang bisa
dilakukan oleh siapapun, yaitu:
25
1. Layanan dengan lisan
Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang Hubungan
Masyarakat (HUMAS), bidang layanan Informasi, dan bidang-bidang lain
yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun
yang memerlukan. Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang
diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan
yaitu:
a. Memahami masalah-masalah yang termasuk ke dalam bidang
tugasnya.
b. Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan, dengan lancar,
singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang
memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan rama
2. Layanan dengan tulisan
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling menonjol
dalam melaksanakan tugas. Sistem layanan pada abad Informasi ini
menggunakan sistem layanan jarak jauh dalam bentuk tulisan. Layanan
tulisan ini terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu, berupa petunjuk Informasi
dan yang sejenis ditujukan kepada orang-orang yang berkepentingan, agar
memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga
pemerintah. Kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan
laporan, pemberian atau penyerahan, pemberitahuan dan sebagainya.
Adapun kegunaannya yaitu:
a. Memudahkan bagi semua pihak yang berkepentingan.
b. Menghindari orang yang banyak bertanya kepada petugas
c. Mamperlancar urusan dan menghemat waktu bagi kedua pihak, baik
petugas maupun pihak yang memerlukan pelayanan.
d. Menuntun orang ke arah yang tepat
3. Layanan dengan perbuatan
Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan dilakukan oleh petugas-
petugas yang memiliki faktor keahlian dan keterampilan. Dalam kenyataan
sehari-sehari layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan jadi
antara layanan perbuatan dan lisan sering digabung. Hal ini disebabkan
karena hubungan pelayanan secara umum banyak dilakukan secara lisan
kecuali khusus melalui hubungan tulis yang disebabkan oleh faktor jarak.
Menurut Sinambela (2006:5) istilah “public” sendiri berasal dari bahasa
inggris yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata “public” sebenarnya sudah
26
diterima menjadi Bahasa Indonesia baku menjadi “publik” yang dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia berarti umum, orang banyak, ramai.
Menurut Batinggi dalam Harbani (2007:128), pelayanan publik adalah
perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurus hal-hal
yang diperlukan masyarakat atau khalayak umum. Dengan demikian, kewajiban
pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang menjadi hak setiap warga
negara.
Dwiyanto (2005:141) menyimpulkan bahwa pelayanan publik merupakan
serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi
kebutuhan warga penggunanya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
81 Tahun 1993, yang disempurnakan dengan Kepmen PAN Nomor 25 Tahun
2004, pelayanan umum disrtikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan kebutuhan peraturan
perundang-undangan.
Penyelenggara pelayanan publik disini adalah Instansi Pemerintah yang
meliputi Satuan Kerja/Satuan Organisasi Kementerian, Departemen, Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi
Negara, dan Instansi Pemerintah lainnya, baik pusat maupun Daerah termasuk
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah. Sedangkan pengguna
27
jasa pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan
hukum yang menerima layanan dari instansi pemerintah tersebut.
Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara, pelayanan publik
(public service) oleh birokrasi publik adalah merupakan salah satu perwujudan
dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi
negara. Eksistensi lembaga negara termasuk di dalamnya pada hakekatnya
pelayan masyarakat, ia tidak dimaksudkan untuk melayani dirinya sendiri, namun
untuk memberikan atau melayani masyarakat. Oleh karena itu, birokrasi publik
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan publik yang
baik dan profesional.
Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik nomor 25 tahun 2009
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Pada dasarnya tugas utama dari setiap instansi pemerintahan adalah
memberikan pelayanan atau menyelenggarakan pelayanan publik (public service)
agar terwujud kesejahteraan bagi rakyat (public welfare). Hal ini sesuai dengan
hakikat pelayanan publik dalam Kep. MENPAN No. 63/2003, yakni pemberian
pelayanan Prima kepada masyarakat merupakan perwujudan kewajiban aparatur
pemerintah sebagai abdi masyarakat.
28
Menurut Thoha (2002:19), fungsi utama birokrasi pemerintah dalam
rangka menyelenggarakan pemerintahannya adalah membuat, menetapkan dan
melaksanakan peraturan-peraturan (regulation), memberdayakan masyarakat
dibidang sosial, politik, dan budaya (empowerment), dan memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya (service).
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Thoha, Rasyid (1997:48)
menambahkan bahwa pelayanan (service) akan membuahkan keadilan kepada
masyarakat, pemberdayaan (empowerment) akan mendorong kemandirian dalam
masyarakat, dan pembangunan (development) akan menciptakan kemakmuran
dalam masyarakat.
Peran pokok pemerintah dalam memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat antara lain dalam hal yang berkaitan dengan:
1. Memelihara keamanan Negara
2. Ketertiban
3. Mewujudkan keadilan
4. Memenuhi kepentingan umum
5. Mewujudkan kesejahteraan social
6. Perekonomian
7. Pemeliharaan sumber alam dan lingkungan.
Kaufmann dalam Thoha (1998:101) memaparkan bahwa tugas pemerintah
adalah untuk melayani dan mengatur masyarakat, dimana tugas pelayanan lebih
menekankan pada upaya mendahulukan kepentingan umum, mempermudah
urusan publik, mempersingkat proses pelaksanaan urusan politik dan memberikan
29
kepuasan kepada publik, sedangkan tugas mengatur lebih menekankan pada
kekuasaan atau power yang melekat pada posisi jabatan birokrasi.
Secara garis besar jenis-jenis layanan publik menurut Kep. MENPAN No.
63/2003 dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Kelompok pelayanan administratif. Jenis pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya
status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau
penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen dokumen ini
antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikahan, Akte
Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB),
Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
(STNK), Izin Membangun Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat
Kepemilikan/Penguasaan Tanah, dsb.
2. Kelompok pelayanan barang. Jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan
telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan sebagainya.
3. Kelompok pelayanan jasa. Jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos, dan
sebagainya.
Berdasarkan Kep. MENPAN No. 63/2003, ada empat pola pelayanan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu :
1. Fungsional, yakni pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara
pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.
2. Terpusat, yakni pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh
penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.
3. Terpadu yakni pola penyelenggara pelayanan terpadu dibedakan
menjadi dua yaitu, terpadu satu atap, dimana pelayanan
diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis
pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani
beberapa pintu. Dan terpadu satu pintu, dimana pelayanan
diselengarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis
30
pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu
pintu.
4. Gugus tugas, yakni petugas pelayanan publik secara perorangan atau
dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi memberi
pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu.
Sehubungan dengan penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, instansi
pemerintah perlu memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan publik sesuai dengan
Kep. MENPAN No. 63/2003. Prinsip-prinsip pelayanan publik tersebut adalah:
1. Kesederhanaan. Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan. Kejelasan mencakup dalam hal persyaratan teknis dan
administratif pelayanan publik, unit kerja atau pejabat yang berwenang
dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan
publik, dan rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran.
3. Kepastian waktu. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi. Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan
sah.
5. Keamanan. Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
6. Tanggung jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan public atau
pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana. Tersedianya sarana prasarana
kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
sarana telematika.
8. Kemudahan akses. Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan memanfaatkan
teknologi telematika.
9. Kedisiplinan. Kesopanan dan keramahan; pemberi pelayanan harus
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta ikhlas dalam memberi
pelayanan.
10. Kenyamanan. Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, serta disediakan fasilitas pendukung
seperti tempat parkir, toilet, tempat ibadah, dan sebagainya.
31
Selain itu, pelayanan publik yang ideal seyogyanya dapat menciptakan
sistem pelayanan publik yang berlandaskan pada prinsip-prinsip pelayanan publik
yang efisien, akuntabel, terjangkau, cepat, transparan, dan non-diskriminatif. Hal
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Efisien berarti bahwa penyelenggaraan pelayanan publik di seluruh
sektor dilaksanakan secara efisien demi memberi kepuasan bagi
masyarakat dan pelaku usaha sebagai konsumen dari pelayanan publik.
2. Cepat berarti bahwa penyelenggaraan pelayanan publik di seluruh
sektor dapat memberikan kecepatan pelayanan dalam rangka memacu
dan memperlancar pelaksanaan pembangunan dan perwujudan
kesejahteraan masyarakat
3. Akuntabel berarti bahwa penyelenggaraan pelayanan publik di seluruh
sektor dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan pelaksanaannya
secara kualitas kepada publik.
4. Best Value for Money berarti bahwa penyelenggaraan pelayanan publik
di seluruh sektor tidak memberi beban yang tidak wajar kepada
anggaran negara. Untuk memperoleh pelayanan publik, masyarakat
dan pelaku usaha harus membayar, maka biaya yang dibebankan
semurah mungkin. Beban biaya pelayanan publik kepada masyarakat
dan pelaku usaha memperhatikan kondisi daya beli masyarakat dan
pelaku usaha, yang pastinya berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain. Sehingga perlu pula dipikirkan alternative
pembiayaan yang tepat, termasuk penggunaan mekanisme subsidi
untuk daerah-daerah yang pertumbuhan ekonominya masih kurang
baik.
5. Transparan berarti bahwa penyelenggaraan pelayanan publik di seluruh
sektor menjunjung tinggi transparansi dimana segala informasi tentang
akses dan proses penyelenggaraan pelayanan publik dapat dengan
mudah diperoleh demi akuntabilitasnya.
6. Non-diskriminatif berarti bahwa pelayanan publik di seluruh sektor
diselenggarakan dengan tanpa adanya diskriminasi perlakuan terhadap
setiap warga negara, penduduk, dan pelaku usaha sebagai konsumen
yang berhak terhadap pelayanan publik. Dihindarkan adanya
diskriminasi pelayanan baik yang disandarkan kepada unsur suku,
agama, gender, dan ras maupun kepada perbedaan kemampuan daya
beli dari pencari layanan publik.
32
Menurut Sinambela (2010:42-43), pelayanan publik yang dilaksanakaan
oleh pemerintah harus memenuhi asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik
agar pelayanan publik berkualitas, sehingga tercipta kepuasan masyarakat akan
pelayanan publik itu. Adapun asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik
tersebut diantaranya:
1. Transparansi, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh
semua pihak yang memerlukan dan disediakan secara memadai serta
mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional, yaitu sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berprinsip pada efesiensi dan
efektifitas.
4. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam
menyelenggarakan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi ,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak, yaitu tidak deskriminatif, dalam arti tidak membedakan
suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemberi dan penerima
pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.
Sinambela (2010:3) memaparkan bahwa pada dasarnya setiap manusia
membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa
pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Sebagai lembaga,
birokrasi mempunyai fungsi untuk memberikan pelayan yang sebaik-baiknya
kepada masyarakat, sedangkan masyarakat sebagai pihak yang memberikan
mandat kepada pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dari
pemerintah. Agar pemberian pelayanan tersebut berjalan dengan baik, maka
penyelenggaraan pelayanan tersebut harus memenuhi standar pelayanan publik,
yakni ukuran standar kualitas yang dibakukan dan dipakai sebagai patokan dalam
33
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi atau penerima
pelayanan. Standar Pelayanan Publik itu sekurang-kurangnya meliputi:
1. Prosedur pelayanan; yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk pengaduan.
2. Waktu penyelesaian; yang ditetapkan sejak saat pengajuan
permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan, termasuk
pengaduan.
3. Biaya pelayanan; termasuk rincian tarif yang ditetapkan dalam proses
pemberian pelayanan.
4. Produk pelayanan; hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Sarana dan prasarana; penyediaan sarana dan prasarana pelayanan
yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan; harus ditetapkan dengan tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku
yang diperlukan.
Apabila pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan dapat
memenuhi bahkan melebihi standar dari pelayanan tersebut, maka akan
menghasilkan pelayanan yang berkualitas. Hal ini senada dengan definisi
mengenai pelayanan yang berkualitas yang disampaikan oleh Sariatmodjo (1999),
bahwa pelayanan yang berkualitas itu adalah pelayanan yang dapat melebihi
standar pelayanan yang telah ditentukan.
Berhubungan dengan biaya pelayanan di atas, penetapan besaran biaya
pelayanan publik harus berpedoman pada Kep. MENPAN No. 63/2003, dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat.
2. Nilai/ harga yang berlaku atas barang dan atau jasa.
3. Rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang
memerlukan tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan
pengajuan.
4. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan memperhatikan proses
sesuai ketentuan peraturan perundangan.
34
Penyelenggara pelayanan juga wajib mengupayakan tersedianya sarana
dan prasarana yang diperlukan serta memberikan akses khusus berupa kemudahan
pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita. Jenis
pelayanan publik tertentu seperti pelayanan kesehatan, transportasi dan
dimungkinkan untuk memberikan penyelenggaraan pelayanan khusus, dengan
ketentuan biaya yang dikeluarkan seimbang sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan.
Bentuk-bentuk pelayanan oleh pemerintah kepada masyarakat berjumlah
ribuan dan secara teknis berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dari sekian ribu
pelayanan tersebut yang sudah dapat dinilai sebagai pelayanan prima masih belum
banyak. Sebuah pelayanan dinilai sebagai pelayanan prima jika desain dan
prosedurnya mematuhi beberapa prinsip, yaitu mengutamakan pelanggan,
merupakan sistem yang efektif, melayani dengan hati nurani, melakukan
perbaikan yang berkelanjutan, dan memberdayakan pelanggan.
Sebagai kegiatan pemberian jasa dari satu pihak ke pihak lain, pelayanan
yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah dan dengan etika
yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima.
Pelayanan publik harus dilakukan secara profesional, yakni pelayanan publik yang
dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan
(aparatur pemerintah). Ciri-ciri Pelayanan publik yang profesional diantaranya:
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan
dan sasaran.
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan
diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah
35
dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta
pelayanan.
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya
kejelasan dan kepastian mengenai:
a. Prosedur/tata cara pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan
administrative.
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan.
d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan
kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu
penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar
mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun
tidak diminta.
5. Efisiensi, mengandung arti:
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk
pelayanan yang berkaitan.
b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal
proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan
adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi
pemerintah lain yang terkait.
6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan
masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan.
7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi
apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang
dilayani.
8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,
keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa
mengalami tumbuh kembang.
Menurut Moenir (2002:88), ada faktor-faktor pendukung pelayanan yang
sangat penting dan dapat mempengaruhi proses pelayanan serta tujuan organisasi.
Faktor-faktor tersebut adalah:
36
1. Faktor Kesadaran
Adanya kesadaran dapat membawa seseorang kepada keikhlasan dan
kesungguhan dalam menjalankan atau melaksanakan suatu kehendak.
Kehendak dalam lingkungan organisasi kerja tertuang dalam bentuk
tugas, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengikat semua orang dalam
organisasi kerja. Karena itu dengan adanya kesadaran pada pegawai
atau petugas, diharapkan dapat melaksanakan tugas dengan penuh
keikhlasan, kesungguhan dan disiplin. Kelebihan dan tingkah laku
orang lain jika disadari lalu dikembangkan dapat menjadi faktor
pendorong bagi kemajuan dan keberhasilan.
2. Faktor Aturan
Aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan
orang. Makin maju dan majemuk suatu masyarakat makin besar
peranan aturan dan dapat dikatakan orang tidak dapat hidup layak dan
tenang tanpa aturan. Oleh karena itu aturan demikian besar dalam hidup
masyarakat maka dengan sendirinya aturan harus dibuat, dipatuhi, dan
diawasi sehingga dapat mencapai sasaran sesuai dengan maksudnya.
Dalam organisasi kerja dibuat oleh manajemen sebagai pihak yang
berwenang mengatur segala sesuatu yang ada di organisasi kerja
tersebut. Oleh karena setiap orang pada akhirnya menyangkut langsung
atau tidak langsung kepada orang, maka masalah manusia serta sifat
kemanusiaannya harus menjadi pertimbangan utama. Pertimbangan
harus diarahkan kepada sebagai subyek aturan, yaitu mereka yang akan
dikenai aturan itu.
3. Faktor Organisasi
Organisasi pada dasarnya tidak berbeda dengan organisasi pada
umumnya, namun ada perbedaan sedikit dalam penerapannya, karena
sasaran pelayanan ditujukan secara khusus, kepada manusia yang
mempunyai dan kehendak multikompleks, kepada manusia yang
mempunyai dan kehendak multikompleks. Oleh karena itu organisasi
yang dimaksud disini tidak semata-mata dalam perwujudan susunan
organisasi, melainkan lebih banyak pada pengaturan dan mekanisme
kerjanya yang harus mampu menghasilkan pelayanan yang memadai.
4. Faktor Pendapatan
Pendapatan adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas
tenaga, dana, serta pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau
badan/organisasi, baik dalam bentuk uang, maupun fasilitas, dalam
jangka waktu tertentu. Pada dasarnya pendapatan harus dapat
memenuhi kebutuhan hidup baik untuk dirinya maupun keluarganya.
5. Faktor Kemampuan dan Keterampilan
Kemampuan yang dimaksud disini adalah keadaan yang ditujukan pada
sifat atau keadaan seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan
37
atas ketentuan-ketentuan yang ada. Istilah yang “kecakapan”
selanjutnya keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan pengetahuan kerja
yang tersedia. Dengan pengertian ini dapat dijelaskan bahwa
keterampilan lebih banyak menggunakan unsur anggota badan dari
pada unsur lain.
6. Faktor Sarana Pelayanan
Sarana pelayanan yang dimaksud disini adalah segala jenis pelayanan,
perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama
atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi social
dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan
dengan organisasi kerja itu. Fungsi sarana pelayanan itu antara lain:
a. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat
menghemat waktu.
b. Meningkatkan produktivitas, baik barang maupun jasa.
c. Kualitas produk yang lebih baik.
d. Kecepatan susunan dan stabilitas terjamin.
e. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang
berkepentingan.
f. Menimbulkan perasaan puas orang-orang yang berkepentingan
sehingga dapat mengurangi sifat emosional mereka.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, evaluasi terhadap kinerja
penyelenggaraan pelayanan juga penting dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan, supaya kualitas dari pelayanan publik yang diberikan dapat terjaga.
Oleh karenanya pimpinan penyelenggara pelayanan publik wajib secara berkala
mengadakan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pelayanan dilingkungan
secara berkelanjutan dan hasilnya secara berkala dilaporkan kepada pimpinan
tertinggi penyelenggara pelayanan publik. Dalam mengevaluasi kinerja pelayanan
publik harus menggunakan indikator yang jelas dan terukur sesuai ketentuan yang
berlaku.
Penyelenggaraan pelayanan publik juga harus mengadakan pengawasan
dalam rangka mengawasi proses pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan
38
tersebut. Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilakukan melalui
berbagai cara, diantaranya:
1. Pengawasan melekat, pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
2. Pengawasan fungsional, pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas
fungsional sesuai dengan peraturan perundangan.
3. Pengawasan masyarakat, pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
berupa laporan atau pengaduan masyarakat tentang penyimpangan dan
kelemahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
2.1.3 Kualitas Pelayanan Publik
Aparatur pemerintah yang dalam hal ini adalah pegawai negeri sipil
merupakan ujung tombak dalam melayani setiap warga negara dan penduduk
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya melalui pelayanan publik, dalam rangka
menjalankan kewajiban negara sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Dalam rangka membangun
kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah,
kegiatan yang senantiasa dilakukan harus seiring dengan harapan dan tuntutan
seluruh warga negara dan penduduk, khususnya yang berkaitan dengan kualitas
pelayanan publik.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah melalui
aparat pemerintah, walaupun tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, namun
tetap harus mengutamakan kualitas layanan yang sesuai dengan tuntutan, harapan
dan kebutuhan masyarakat. Aparat pemerintah harus menyadari posisi dan peran
mereka sebagai pelayan masyarakat. Bila dimata masyarakat kesan yang muncul
tidak demikian, berarti pelayanan yang diterima selama ini bukanlah produk
39
pelayanan yang sepenuh hati, melainkan pelayanan yang didasari oleh kewajiban
sebagai abdi Negara saja.
Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi, mulai
dari definisi yang konvensional hingga yang strategis, definisi konvensional dari
kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk,
seperti kinerja (performance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan
(ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Sedangkan dalam definisi
startegis menurut Sinambela (2010:6), kualitas adalah sesuatu yang mampu
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the need of costumers).
Sejalan dengan itu, Montgomery dalam Harbani (2007:132)
mengemukakan bahwa suatu produk dapat dikatakan berkualitas bagi seseorang
jika produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya.
Vincent Gasperz (2006:1), mengartikan kualitas sebagai segala sesuatu
yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan kearah perbaikan
terus-menerus sehingga dikenal istilah Q = MATCH (Meets Agreed Terms and
Changes). Gasperz dalam Lukman (2000:9-11) melanjutkan, bahwa pada
dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok:
1. Kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan
langsung, maupun keistimewaan aktraktif yang memenuhi keinginan
pelanggan dan memberikan kepuasan atas penggunaan produk.
2. Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau
kerusakan.
40
Sedangkan Triguno (1997:76) mengartikan kualitas sebagai standar yang
harus dimiliki seseorang, kelompok, lembaga atau organisasi, mengenai kualitas
sumber daya kerja, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang
berupa barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada yang
dilayani, baik internal maupun eksternal, dalam arti optimal dalam pemenuhan
atas tuntutan maupun persyaratan kepada pelanggan atau masyarakat.
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Tjiptono dalam Harbani (2007:132) memberikan definisi mengenai
kualitas sebagai berikut:
1. Kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan,
2. Kecocokan untuk pemakaian,
3. Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan;
4. Bebas dari kerusakan/cacat,
5. Pemenuhan kebutuhan pelangggan sejak awal dan setiap saat,
6. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal,
7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan,
Menurut Purnama (2006:39), Kualitas harus dimulai dari konsumen dan
berakhir pada konsumen. Artinya spesifikasi kualitas layanan harus dimulai
dengan mengidentifkasi kebutuhan dan keinginan konsumen yang dituangkan ke
dalam harapan konsumen dan penilaian akhir diberikan oleh konsumen melalui
informasi umpan balik yang diterima pemberi pelayanan. Sehingga peningkatan
kualitas layanan harus dilakukan dengan komunikasi yang efektif dengan
konsumen. Dari pemikiran ini tampak bahwa hasil penilaian terhadap kualitas
akan menjadi tidak sama antar pelanggan yang satu dengan yang lainnya. Setiap
41
orang akan dapat mempunyai persepsi yang berbeda tentang satu kualitas produk
yang sama. Terlebih lagi jika dihubungkan dengan kebutuhannya.
Nelson dalam Zauhar (1994) mengemukakan pandangannya tentang sifat
suatu produk dalam hubungannya dengan penilaian kualitas. Kualitas suatu
produk ada yang dapat dengan mudah dikenali sebelum produk tersebut dinikmati
oleh konsumennya. Produk yang demikian ini disebut mempunyai sifat sebagai
search goods. Kualitas produk yang bersifat search goods ini cukup dikenali
hanya dengan melihat spesifikasinya saja. Pada sisi lain ada produk yang sulit
dikenali kualitasnya sebelum produk tersebut dinikmati oleh konsumennya.
Produk yang demikian ini disebut mempunyai sifat sebagai experienced goods.
Dalam hubungannya dengan pelayanan publik, produk ini termasuk
kategori experienced goods. Pelayanan publik baru akan dapat dinilai kualitasnya,
jika pelayanan tersebut sudah dinikmati secara langsung oleh mereka yang
membutuhkan. Kualitas pelayanan publik tidak dapat dikenali hanya melalui
spesifikasinya saja (standar kualitas). Dia baru akan dapat dikenali lebih baik
setelah pengguna pelayanan menikmati hasil pelayanan diberikan oleh pemberi
pelayanan.
Menurut Parasuraman dalam Purnama (2006:19) kualitas layanan
merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen
dengan kualitas layanan yang diharapkan konsumen. Jika kualitas jasa atau
layanan yang diterima (perceived service) sesuai dengan diharapkan, maka
kualitas jasa atau layanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya jika
42
kualitas jasa atau layanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka
kualitas jasa atau layanan akan dipersepsikan buruk.
Parasuraman, Zeithalm dan Berry dalam Tjiptono (2007:262-270)
memaparkan bahwa ada lima kesenjangan (Gap) dalam proses pelayanan, yaitu
pertama, gap antara harapan konsumen dan pendapat manajemen. Gap ini muncul
sebagai akibat dari ketidaktahuan manajemen tentang kualitas jasa macam apa
yang sebenarnya diharapkan konsumen pengguna jasa dan bagaimana penilaian
konsumen terhadap pelayanan yang diberikan. Akibatnya desain dan standar jasa
yang disampaikan menjadi tidak baik. Sehingga perusahaan tidak dapat
memperlihatkan kinerja pelayanan yang dijjanjikan.
Kesenjangan ini pada umumnya disebabkan:
a. Kurangnya orientasi penelitian pemasaran,
b. Pemanfaatan yang tidak memadai atas temuan-temuan penelitian,
c. Kurangnya interaksi antara pihak manajemen dan pelanggan,
d. Komunikasi atas-bawah yang kurang memadai,
e. Terlalu banyaknya lapis manajemen.
Kedua, gap antara pendapat manajemen tentang harapan konsumen dan
spesifikasi kualitas jasa. Gap ini muncul karena para manajer menetapkan
spesifikasi kualitas jasa yang tidak tidak jelas dan realistis. Akibatnya pegawai
yang memberikan pelayanan kepada konsumen secara langsung tidak tahu
pelayanan seperti apa yang harus diberikan.
Kesenjangan ini dapat terjadi karena:
a. Tidak memadainya komitmen manajemen terhadap kualitas jasa,
b. Tidak memadainya standardisasi
c. Tidak adanya tujuan yang jelas.
43
Ketiga, gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Gap ini
biasanya muncul pada jasa yang sistim penyampaiannya sangat tergantung pada
karyawan. Pendapat yang akurat tentang harapan konsumen memang penting,
tetapi belum cukup untuk menjamin bahwa spesifikasi kualitas jasa akan
terpenuhi apabila jasa memerlukan kinerja pelayanan dan penyajian yang sesegera
mungkin bila para konsumen pengguna jasa hadir ditempat jasa diproses.
Kesenjangan ini terjadi, diantaranya, karena:
a. Karyawan kurang terlatih,
b. Beban kerja yang melampaui batasan (overload),
c. Ambiguitas peran, atau konflik peran.
Keempat, gap antara penyampaian jasa aktual dan komunikasi eksternal
kepada konsumen pengguna jasa. Janji yang disampaikan mungkin secara
potensial bukan hanya meningkatkan harapan yang akan dijadikan sebagai standar
kualitas jasa yang akan diterima konsumen pengguna jasa, akan tetapi juga akan
meningkatkan pendapat tentang jasa yang akan disampaikan kepada debitur.
Kegagalan dalam memenuhi jasa yang dijanjikan dengan faktanya akan
memperbesar gap ini. Kesenjangan ini terjadi antara lain karena tidak
memadainya komunikasi antara penyedia dengan pembeli jasa serta adanya
kecenderungan untuk memberikan janji yang berlebihan.
Kelima, gap antara jasa yang diharapkan dan jasa aktual yang diterima.
Gap ini timbul akibat adanya perbedaan antara kinerja pelayanan yang diterima
pada konsumen pengguna jasa dan kinerja pelayanan yang diharapkan atau
kepentingan konsumen pengguna jasa. Bila dihubungkan dengan tingkat
44
kesesuaian konsumen pengguna jasa, ini mencerminkan bahwa para konsumen
pengguna jasa tersebut berada pada keadaan sesuai. Kesenjangan ini terjadi
apabila pelanggan mempunyai persepsi sendiri dalam mengukur kinerja/prestasi
perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja pelayanan, yaitu strategi pelayanan, petugas atau pejabat
yang berorientasi pada klien, sistem pelayanan yang berorientasi pada klien,
komitmen manajemen, perumusan tujuan organisasi, standarisasi tugas, kepaduan
tim, kesesuaian antara orang dengan pekerjaan, kesesuaian antara teknologi
dengan pekerjaan, realitas kontrol, kejelasan peran, konflik peran, dan tingkatan
manajemen.
Untuk menangani kelima gap yang terjadi ini, selanjutnya Parasuraman,
Berry, dan Zeithaml dalam Harbani (2007:135), menyatakan ada lima
karakteristik yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas jasa, yaitu :
1. Tangibles (bukti langsung), kualitas pelayanan berupa fasilitas fisik
perkantoran, perlengkapan, kebersihan, dan sarana komunikasi, ruang
tunggu, tempat informasi.
2. Reability (kehandalan), yakni kemampuan dan keandalan untuk
menyediakan pelayanan yang terpercaya (pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan).
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kesanggupan para staff untuk
membantu para masyarakat dan menyediakan pelayanan yang cepat dan
tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen.
4. Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, keramahan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya,
resiko, atau keraguan.
5. Empathy (empati), sikap tegas tapi penuh perhatian terhadap konsumen,
sehingga memudahkan dalam melakukan hubungan komunikasi yang
baik dan memahami kebutuhan para pelanggan.
45
Selanjutnya, Gonroos dalam Tjiptono (2007:261) menyatakan bahwa ada
enam kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa, yaitu:
1. Profesionalism and Skill, kriteria ini dimaksudkan agar pelanggan
menyadari bahwa penyedia jasa, karyawan, sistim operational, dan
sumbangan fisik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesional.
2. Attitude and Behavioral, pelanggan merasa bahwa karyawan
perusahaan menaruh perhatian terhadap mereka dan berusaha
membantu dalam memecahkan masalah mereka secara spontan dan
senang hati.
3. Accessibility and Flecsibility, pelanggan merasa bahwa penyedia jasa,
lokasi, jam kerja, sistim operasionalnya dirancang sedemikian rupa
sehingga pelanggan dapat melakukannya dengan mudah, selain itu
dirancang agar dapat fleksibel agar dapat menyesuaikan permintaan dan
keinginan pelanggan.
4. Reliability and Trustworhtiness, pelanggan memahami bahwa apapun
yang terjadi, mereka bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada
penyedia jasa, karyawan dan sistimnya.
5. Recovery, pelanggan memahami bahwa jika ada kesalahan atau terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan, maka penyedia jasa akan segera
mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari
pemecahan yang tepat.
6. Reputation and Credibility, pelanggan meyakini bahwa operasi dari
penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai atau imbalan yang
sesuai dengan pengorbanannya.
Masyarakat pada dasarnya mengharapkan pelayanan yang mudah, wajar,
adil, dan bertanggung jawab. Seperti apa yang disampaikan oleh Moenir
(2006:41-44), bahwa pelayanan publik yang diharapkan oleh masyarakat harus
mengkondisikan:
1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan
yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadangkala dibuat-buat
2. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau hal-hal
yang bersifat tidak wajar.
3. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap
kepentingan yang sama, tertib, dan tidak pandang bulu.
46
4. Pelayanan yang jujur dan terus terang, artinya apabila ada hambatan
karena suatu masalah yang tidak dapat dielakkan hendaknya
diberitahukan, sehingga orang tidak menunggu-nunggu sesuatu yang
tidak jelas. Karena dalam pelayanan publik, kepuasan masyarakat
merupakan faktor penentu kualitas, maka setiap organisasi penyedia
layanan public diharapkan mampu memberikan kepuasan kepada
pelanggannya.
Menurut Abidin (2010:71) pelayanan publik yang berkualitas bukan hanya
mengacu pada pelayanan itu semata, tetapi juga menekankan pada proses
penyelenggaraan atau pendistribusian pelayanan itu sendiri hingga ke tangan
masyarakat sebagai konsumer.
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik yang berkualitas bukan
merupakan hal yang baru, masyarakat mengharapkan dalam mengurus
kepentingan mereka pada unit-unit pelayanan publik akan memperoleh pelayanan
yang mudah, lancar, sederhana, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, ramah,
manusiawi, terdapat kepastian dan kejelasan prosedur, persyaratan pelayanan
dengan biaya atau tarif yang masuk akal dan pasti atau konsisten, kenyamanan
serta keterbukaan, seperti yang dikemukakan oleh Warella (1997:2).
Dengan demikian, fungsi pemerintah bukan hanya terbatas pada aktivitas
pemberian pelayanan kepada masyarakat, tetapi juga harus menjamin bahwa
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tersebut betul-betul berkualitas.
berdasarkan sendi-sendi kualitas pelayanan tersebut. Menurut Gazperzs
(1997:12), secara umum sendi-sendi yang mencerminkan karakteristik pelayanan
yang diinginkan pelanggan yaitu pelayanan yang lebih cepat, lebih murah dan
lebih baik.
47
Kualitas pelayanan dapat dikatakan juga sebagai suatu aktivitas yang
menekankan pada kepuasan penerima pelayanan, yang diimplementasikan pada
kegiatan menghasilkan pelayanan terbaik dan kemampuan menyesuaikan diri
secara cepat dengan perubahan kebutuhan serta selera penerima pelayanan.
Pendekatan ini memfokuskan pada komitmen seluruh anggota organisasi terhadap
perbaikan kualitas di semua aspek manajemen, sehingga menjadi dasar organisasi
dalam melakukan perbaikan proses pelayanan secara berkelanjutan. Menurut
Santosa (1992:32), dalam perspektif modern, pendekatan tersebut identik dengan
TQM (Total Quality Management) yaitu suatu pendekatan manajemen yang terus
menerus diarahkan pada peningkatan kualitas dan berorientasi pada kepuasan
penerima pelayanan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Menurut Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:285), kualitas pelayanan
dapat diwujudkan dengan menerapkan konsep Kaizen, yaitu suatu konsep
manajeman yang difokuskan pada usaha melakukan perubahan agar lebih baik
secara terus-menerus dan tiada berkesudahan, baik terhadap proses pelayanan
maupun orang yang melaksanakannnya.
Gasperzs (1997:2) menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik atau
atribut yang harus diperhitungkan dalam perbaikan kualitas jasa atau pelayanan.
Karakteristik atau atribut tersebut adalah:
1. Kepastian waktu pelayanan, berkaitan dengan waktu proses atau
penyelesaian, pengiriman, penyerahan, jaminan atau garansi, dan
menanggapi keluhan.
2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan reabilitas pelayanan, bebas dari
kesalahan-kesalahan.
48
3. Kesopanan dan keramahan, dalam memberikan pelayanan personil
yang berada di garis depan yang berinteraksi langsung dengan
pelanggan harus dapat memberikan sentuhan pribadi yang
menyenangkan. Sentuhan pribadi yang menyenangkan tercermin
melalui penampilan, bahasa tubuh dan tutur bahasa yang sopan,
ramah, lincah dan gesit.
4. Tanggung jawab, dalam penerimaan pesan atau permintaan dan
penanganan keluhan pelanggan eksternal.
5. Kelengkapan pelayanan, menyangkut lingkup (cakupan) pelayanan
ketersediaan sarana pendukung.
6. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya
petugas yang melayani dan fasilitas yang mendukung.
7. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan ruang/tempat pelayanan
kemudahan, ketersediaan, data/Informasi dan petunjuk – petunjuk.
8. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan
pola baru pelayanan.
9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan ruang
tunggu/tempat pelayanan, kemudahan, ketersediaan data dan
Informasi dan petunjuk- petunjuk.
10. Atribut pendukung pelayanan, berkaitan dengan sarana dan prasarana
yang di berikan dalam proses pelayanan.
Penilaian terhadap kualitas pelayanan tidak dapat lepas dari kemampuan
pegawai dalam pemberian pelayanan serta penyediaan fasilitas fisik. Hal ini sesuai
dengan teori “The triangle of balance in service quality" dari Morgan dan
Murgatroyd dalam Warsisto (1997) bahwa perlu dipertahankan keseimbangan dari
ketiga komponen (interpersonal component, procedures environment/process
component, and technical/professional component) guna menghasilkan pelayanan
yang berkualitas. Berikut adalah ketiga ketentuan pokok tersebut:
1. Bagian antar pribadi yang melaksanakan (Inter Personal Component),
2. Bagian proses dan lingkungan yang mempengaruhi (Process and
Environment),
3. Bagian profesional dan teknik yang dipergunakan (Professional and
Technical).
49
BAGIAN ANTAR PRIBADI YANG MELAKSANAKAN
(Inter Personal Component)
BAGIAN PROSES & LINGKUNGAN BAGIAN PROSES LINGKUNGAN
YANG MEMPENGARUHI YANG DIPERGUNAKAN
(Process/Environment Component) (Professional/TechnicalComponent)
Gambar 2.1
Segitiga Keseimbangan dalam Kualitas Pelayanan
Sumber : Warsito Utomo, 1997
Model tersebut merupakan suatu segitiga sama sisi dimana puncaknya
adalah interpersonal component dari suatu pelayanan, sedangkan pada sisi sebelah
kiri dari segitiga tersebut didapati konteks fisik dan prosedur serta komponen
proses. Pada sisi sebelah kanan didapatkan komponen teknik atau profesionalitas
dalam menyampaikan pelayanan. Asumsi dari model ini adalah perlu
dipertahankan keseimbangan antara ketiga komponen tersebut di dalam
menyediakan suatu pelayanan yang baik. Apabila terlalu menekankan pada proses
atau prosedur, akan memberikan kesan pelayanan yang berbelit-belit. Apabila
terlalu menekankan pada komponen interpersonal akan menimbulkan impresi
bahwa penyedia jasa pelayanan kurang memperhatikan profesional pelayanan, dan
apabila terlalu menekankan pada aspek profesional dan teknis pelayanan akan
50
memberikan kesan bahwa pelayanan dilakukan secara profesional namun tidak
ada perhatian khusus secara individual.
Total Quality Service (TQS) didefinisikan Tjiptono (2001:56) sebagai
sistem manajerial strategik dan integratif yang melibatkan semua manajer dan
karyawan, serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk
memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat
memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Strategi
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Strategi
Pelanggan
Sistem SDM
Gambar 2.2
Total Quality Service (TQS)
Sumber : Fandy Tjiptono (1997:56)
Berdasarkan gambar tersebut, strategi merupakan pernyataan yang jelas
dan dikomunikasikan dengan baik mengenai posisi dari sasaran organisasi dalam
hal layanan pelanggan. Sistem merupakan program, prosedur dan sumber daya
51
organisasi yang dirancang untuk mendorong, menyampaikan, dan menilai jasa
dan layanan yang nyaman dan berkualitas bagi pelanggan. SDM merupakan
karyawan di semua posisi yang memiliki kapasitas dan hasrat untuk responsif
terhadap kebutuhan pelanggan. Tujuan keseluruhan adalah untuk mewujudkan
kepuasan pelanggan, memberikan tanggung jawab kepada setiap orang dan
melakukan perbaikan berkesinambungan
Proses implementasi Total Quality Service (TQS) dalam organisasi dimulai
dengan melakukan berbagai perubahan (pergeseran paradigma) dalam struktur,
tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya organisasi tersebut. Perubahan
pertama yang patut dilakukan adalah dalam hal peranan visionaris dan
implementasi.
Pelayanan yang berkualitas atau pelayanan prima yang berorientasi pada
pelanggan sangat tergantung pada kepuasan pelanggan. Sebagaimana pendapat
Lukman (2000:8) yang mengatakan bahwa salah satu ukuran keberhasilan
menyajikan pelayanan yang berkualitas sangat tergantung pada tingkat kepuasan
pelanggan yang dilayani. Pendapat tersebut artinya menuju kepada pelayanan
eksternal, dari perspektif pelanggan, lebih utama atau lebih didahulukan apabila
ingin mencapai kinerja pelayanan yang berkualitas. Pengukuran kualitas internal
memang penting, tetapi semua itu tidak ada artinya jika pelanggan tidak puas
dengan yang diberikan. Seperti apa yang disampaikan oleh Gerson dalam Harbani
(2010:133), yakni bagaimanapun performa suatu organisasi tetapi kalau tidak
sesuai dengan keinginan pelanggan atau tidak memuaskan, citra kinerja organisasi
tersebut akan dinilai tetap tidak bagus.
52
Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu
sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara
memuaskan. Kasmir dalam Harbani (2007:133) mengatakan bahwa pelayanan
yang baik adalah kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang ditentukan. Begitu
pula yang dikemukakan Tjiptono (2002:129), bahwa pelayanan yang berhasil
guna dalam suatu organisasi adalah pelayanan yang diberikan oleh anggota
organisasi tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen atau
pelanggannya. Sebagai tolak ukurnya adalah tidak adanya atau berkurangnya
keluhan dari masyarakat atau konsumen.
Menurut Triguno (1997:78), pelayanan yang terbaik yaitu melayani setiap
saat, secara cepat dan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan menolong, serta
profesional dan mampu. Dari pendapat Triguno itu, dapat ditarik kesimpulan
bahwa suatu layanan dapat memuaskan seseorang atau kelompok orang, jika
petugas yang memberi pelayanan dapat menunjukkan perilaku yang baik seperti
bertingkah laku yang sopan, menyampaikan sesuatu dengan cara yang baik dan di
waktu yang tepat berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang
bersangkutan, serta dengan keramah-tamahan dan profesionalitas.
Sementara itu, Zeithalm dalam Rakhmat (2009) mengatakan ada dua faktor
utama yang mempengaruhi kualitas layanan, yaitu Expectative Service (pelayanan
yang diharapkan) dan Perceived Service (pelayanan yang diterima). Karena
kualitas pelayanan berpusat pada pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk
mengimbangi harapan pelanggan, maka pelayanan yang seharusnya adalah
53
pelayanan secara excelent atau superior dibandingkan dengan pemenuhan harapan
konsumen. Artinya pelayanan yang diberikan seharusnya melebihi harapan
konsumen agar tercipta kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan.
Elthaitammy dalam Tjiptono (2004:131) menyatakan bahwa service
excellence atau pelayanan yang unggul adalah suatu sikap atau cara karyawan
dalam melayani pelanggan secara memuaskan.
Secara garis besar ada empat unsur pokok yang terkandung di dalam
pelayanan yang unggul (service excellence), yaitu kecepatan, ketepatan,
keramahan, serta kenyamanan. Keempat komponen tersebut merupakan satu
kesatuan yang terintegrasi, artinya pelayanan menjadi tidak excellence bila ada
komponen yang kurang. kualitas jasa atau layanan yang baik akan dapat
memberikan kepuasan kepada masyarakat, yang pada akhirnya akan menciptakan
loyalitas masyarakat kepada organisasi (institusi) yang bersangkutan.
Rohman (2010) berpendapat bahwa penilaian kinerja publik tidak cukup
hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada
birokrasi seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus pula dilihat dari indikator
yang melekat pada pengguna jasa seperti kepuasan pengguna jasa. Konsep
kualitas pelayanan dapat pula dipahami melalui consumer behaviour (perilaku
konsumen) yaitu perilaku yang dimainkan oleh konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan dan mengevaluasi suatu produk pelayanan yang
diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya. Keputusan-keputusan konsumen
untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu barang atau jasa
54
dipengaruhi berbagai faktor, antara lain persepsinya terhadap kualitas pelayanan.
Hal ini menurut Harbani Pasolong (2007:135) menunjukkan adanya interaksi
yang kuat antara kepuasan konsumen dengan kualitas pelayanan.
Dengan demikian untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik
diperlukan adanya kesetaraan posisi tawar antara konsumen atau klien dengan
lembaga penyelenggara pelayanan, yang dalam hal ini adalah birokrasi publik.
Secara teoritis kesetaraan posisi tawar ini akan dapat dicapai dengan cara:
1. Meningkatkan posisi tawar klien atau konsumen, atau dengan kata lain
memberdayakan klien.
2. Mengontrol kewenangan atau kekuasaan lembaga penyelenggara
pelayanan publik.
Keseimbangan posisi tawar tersebut dapat dicapai dengan menerapkan
beberapa konsep berikut, sesuai dengan karakteristik pelayanan publik yang
diselenggarakan:
1. Customer’s Charter/Client’s Charter/Citizen’s Charter, yaitu suatu
dokumen yang di dalamnya diatur tentang hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yang melekat baik dalam diri providers, maupun customers,
serta sanksi bagi kedua pihak apabila tidak dapat memenuhi kewajiban
yang telah ditetapkan.
2. Customer’s Service Standart, yaitu standar pelayanan yang melekat
dalam suatu jenis pelayanan publik tertentu, yang dalam Kep. Mendagri
No. 29/2002 disebut Standar Pelayanan Minimal (SPM).
3. Customer’s Redress, yaitu pemberian ganti rugi kepada customers
apabila Pelayanan Publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan
tidak sesuai dengan ketentuan yang ada, baik dalam customer’s charter
maupun yang disebutkan dalam Customer’s service standard, baik
berupa uang, penggantian pelayanan serupa atau kompensasi tertentu.
4. Quality Guarantees (garansi kualitas), yaitu suatu jaminan yang
diberikan oleh instansi pemerintah atau penyelenggara pelayanan publik
55
bahwa pelayanan publik yang diselenggarakannya pasti memenuhi
standar tertentu. Apabila standar tersebut tidak dapat dipenuhi maka
customers berhak untuk meminta pemenuhan standar tersebut.
5. Quality Inspectors, yaitu suatu jabatan yang tugas, kewenangan dan
tanggungjawabnya adalah memeriksa dan memastikan bahwa
pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah atau penyelenggara
pelayanan benar-benar telah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
6. Customer’s Complaint Systems, yaitu sistem penanganan keluhan yang
efektif dan responsive sehingga customer tidak segan untuk
menyampaikan keluhan atau pengaduan karena pasti akan
ditindaklanjuti.
Sistem penanganan keluhan ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Menunjuk pejabat tertentu
2. Membuka hotline bebas pulsa
3. Membuka kotak pos dengan nomor yang mudah diingat
4. Membuat email address
7. Ombudsmen, yaitu Lembaga pengawas independen yang tugas,
kewenangan dan tanggungjawabnya adalah untuk melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap pelaksana pelayanan publik dan
melakukan pengawasan dan penilaian terhadap tindakan yang dilakukan
oleh pejabat pemerintah dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
pelayanan publik.
8. Competitive Public Choice Systems, yaitu dengan cara customer diberi
kesempatan untuk memilih providers yang disukainya, dari beberapa
providers yang menawarkan pelayanan publik sejenis yang saling
bersaing dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas.
9. Vouchers and Reimbursement Programs. Voucher adalah semacam
kupon yang diberikan kepada warga masyarakat yang dianggap berhak
atau memenuhi persyaratan tertentu untuk ditukar dengan jenis
pelayanan publik tertentu di salah satu penyelenggara pelayanan publik
yang dipilih oleh customers. Misalnya voucher program beasiswa
pendidikan untuk kaum miskin dan penerimanya dapat memilih sekolah
yang disukainya. Nantinya sekolah dapat menukarkan voucher tersebut
kepada pemerintah dengan sejumlah uang. Reimbursement yaitu
program penggantian sejumah uang. Idenya, customers terlebih dahulu
membayar pelayanan publik yang dipakainya, kemudian kwitansi
pembayarannya dimintakan ganti kepada pihak tertentu yang
seharusnya bertanggungjawab untuk membayar biaya pelayanan
tersebut, misalnya program asuransi kesehatan. Dengan cara tersebut
sekolah dan Rumah Sakit akan bersaing untuk menyelenggarakan
56
pelayanan publik yang terbaik, sehingga siswa dan pasien datang
kepadanya.
10. Customer Information Systems and Brokers, yaitu suatu lembaga yang
dibentuk dengan tugas, kewenangan dan tanggungjawab untuk
menghimpun dan menyediakan informasi bagi masyarakat tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan publik.
Misalnya data yang dapat diakses meliputi:
1. Informasi tentang prosedur pelayanan publik tertentu.
2. Karakteristik providers tertentu
3. Providers yang memberikan pelayanan dari yang kurang baik
sampai dengan yang terbaik.
11. Competitive Bidding, yaitu ketentuan bahwa untuk dapat melakukan
pekerjaan tertentu yang terkait dengan penerimaan sejumlah uang, para
providers harus bersaing karena adanya system pelelangan. Misalnya
kontrak untuk menyelenggarakan pelayanan angkutan kota pada trayek
tertentu, harus dilakukan dengan cara tender yang adil dan kompetitif.
12. Competitive Benchmarking, dimaksudkan agar didapatkan pelayanan
publik yang berkualitas, setiap providers harus melakukan
perbandingan dengan providers lain yang menawarkan pelayanan
publik sejenis, sehingga diketahui kelebihan dan kekurangan yang
melekat dalam dirinya dan dapat dilakukan perbaikan dengan segera. Di
Indonesia dilakukan dengan cara studi banding, namun kurang efektif
karena berubah menjadi sekedar wisata dan tidak ada tindak lanjutnya.
13. Privatization, yaitu proses penyelenggaraan pelayanan publik
diserahkan kepada pihak swasta, sehingga customers memiliki beberapa
pilihan.
14. Sistem Penggajian Berdasarkan Prestasi, yaitu mengkaitkan gaji yang
diberikan dengan prestasi kerja khususnya dalam hal penyelenggaraan
pelayanan publik. Dengan demikian meskipun pangkat golongan dan
masa kerja pegawai sama, gaji yang diterimanya akan berbeda apabila
prestasi kerjanya tidak sama.
15. Sistem Kerja Berdasarkan Kontrak, yaitu pegawai dipekerjakan dengan
system kontrak sehingga dapat dilakukan evaluasi secara periodik.
Apabila prestasi pegawai jelek, maka kontrak kerja pegawai tersebut
tidak perlu diperpanjang. Pegawai akan terpacu untuk berprestasi secara
maksimal dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.
16. Sistem Evaluasi Prestasi Kerja 3600, yaitu masyarakat pengguna jasa
pelayanan publik juga dilibatkan sebagai penilai prestasi pegawai, tidak
hanya atasan langsungnya, pegawai tidak hanya loyal kepada atasan
57
langsungnya tetapi juga akan sangat memperhatikan kepentingan
customers karena nilai prestasi kerjanya juga ditentukan oleh
customers.
2.1.4 Konsep Kepuasan Pelayanan
Dalam konteks pelayanan, kepuasan pelanggan adalah hasil yang dicapai
pada saat keistimewaan produk merespon kebutuhan pelanggan. Keistimewaan
produk adalah sifat yang dimiliki oleh suatu produk yang dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu dari pelanggan sehingga bisa memberi kepuasan
kepada pelanggan (Sariatmodjo, 1999)
Supranto (2001) menyebutkan tingkat kepuasan sangat tergantung pada
mutu produk. Mutu ditentukan oleh kenyataan, apakah barang atau jasa memenuhi
kebutuhan pelanggan. Pengukuran mutu dalam perusahaan jasa mungkin lebih
baik diukur dengan menggunakan persepsi pelanggan tentang jasa yang diterima
(memuaskan atau mengecewakan).
Sejalan dengan itu, Davis dan Newstrom (1996) menyatakan bahwa
kepuasan adalah seperangkat perasaan tentang menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Kepuasan menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang
yang timbul dan hasil yang diterima.
Selanjutnya, Azwar dalam Soedjadi (1996) menambahkan, kepuasan
adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja dengan harapan atau
hasil yang diberikan dengan harapannya. Kepuasan pasien dapat dilihat dari sisi
persepsi pasien atau keluarganya terhadap mutu pelayanan kesehatan yang
58
diberikan. Tingkat kepuasan ini berorientasi pada individual, sehingga yang
digunakan adalah kepuasan rata-rata pasien.
Hal serupa juga dikemukakan Oliver dalam Supranto (2001:233), bahwa
kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau
hasil yang dirasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi
dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja
dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan
harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan,
pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk dari pengalaman
masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan
saingannya.
Menurut Dutka (1994:41) kepuasan masyarakat dapat diukur melalui
atribut-atribut pembentuk kepuasan yang terdiri atas:
1. Value to price relationship. Hubungan antara harga yang ditetapkan
oleh badan usaha untuk dibayar dengan nilai/manfaat yang diperoleh
masyarakat.
2. Product value adalah penilaian dari kualitas produk atau layanan yang
dihasilkan suatu badan usaha.
3. Product benefit adalah manfaat yang diperoleh masyarakat dari
mengkosumsi produk yang dihasilkan oleh badan usaha.
4. Product feature adalah ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang
mendukung fungsi dasar dari suatu produk sehingga berbeda dengan
produk yang ditawarkan pesaing.
5. Product design adalah proses untuk merancang tampilan dan fungsi
produk.
6. Product reliability and consistency adalah kekakuratan dan keandalan
produk yang dihasilkan oleh suatu badan usaha.
7. Range of product ar services adalah macam dari produk atau layanan
yang ditawarkan oleh suatu badan usaha.
59
Kemudian ada attribute related to service atau atribut yang berkaitan
dengan pelayanan, meliputi:
1. Guarantee or waranty adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh
badan usaha dan diharapkan dapat memuaskan masyarakat.
2. Delivery communication adalah pesan atau informasi yang disampaikan
oleh badan usaha kepada masyarakatnya.
3. Complain handling adalah sikap badan usaha dalam menangani
keluhan-keluhan atau pengaduan.
4. Resolution of problem adalah tanggapan yang diberkan badan usaha
dalam membantu memecahkan masalah masyarakat yang berkaitan
dengan layanan yang diterimanya.
Selanjutnya attributes related to the purchase atau atribut yang harus
dimiliki oleh penyelenggara pelayanan, meliputi:
1. Courtesy adalah kesopanan, perhatian dan keramahan pegawai.
2. Communication adalah kemampuan pegawai dalam melakukan
komunikasi dengan masyarakat pelanggan.
3. Ease or convinience of acquisition adalah kemudahan yang diberikan
oleh badan usaha untuk mendapatkan produk atau layanan yang
ditawarkan.
4. Company reputation adalah baik tidaknya reputasi yang dimiliki oleh
badan usaha dalam melayani masyarakat.
5. Company competence adalah baik tidaknya kemampuan badan usaha
dalam melayani masyarakat.
Untuk mewujudkan dan mempertahankan kepuasan penerima pelayanan,
menurut Tjiptono (2002:129), organisasi jasa harus melakukan empat hal.
Pertama, mengidentifikasi siapa penerima pelayanannya. Kedua, memahami
tingkat harapan pelayanan atas kualitas. Ketiga, memahami strategi kualitas
pelayananan penerima pelayanan, dan keempat memahami siklus pengukuran dan
umpan balik dari kepuasan penerima pelayanan.
60
Aparat pemerintah sebagai unsur pemerintah (melayani) berkaitan
langsung dengan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, yang sebagai
unsur lain (yang dilayani). Oleh karenanya, sikap dan perilaku serta vehicle aparat
pemerintah akan menjadi suatu ukuran keberhasilan pemerintah untuk mencapai
tujuan organisasi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang sesuai
dengan harapan, sehingga nantinya masyarakat akan merasa puas atas pelayanan
yang diterimanya itu.
2.1.5 Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor 25/KEP/M.PAN/2/2004,
yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel,
sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberika pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku.
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan
kepada masyarakat.
61
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah
serta saling menghargai dan menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besamya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan.
14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan
penerima pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Oleh
karenanya, Kep. MENPAN No. 25/2004 mengamanatkan agar penyelenggara
pelayanan secara berkala melakukan survei indeks kepuasan masyarakat.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan kinerja secara periodik unit
pelayanan di lingkungan instansi pemerintah. Hasil pengukuran indeks kepuasan
masyarakat itu, bagi instansi pelayanan pemerintah yang terkait dapat digunakan
sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan publik yang berkelanjutan. Sementara bagi masyarakat dapat digunakan
sebagai gambaran kinerja unit pelayanan yang bersangkutan.
62
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kajian penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, seperti
Jurnal Penelitian, Skripsi, serta Disertasi. Penelitian tentang indeks kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan publik telah banyak dilakukan dan beberapa
hasilnya menunjukkan ada unsur-unsur pelayanan yang belum baik dan perlu
diperbaiki. Penelitian-penelitian itu dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
kualitas pelayanan publik yang ada.
UPT Puskesmas Sungkai Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan mengadakan evaluasi berkala terhadap instansinya dengan
melakukan pengukuran indeks kepuasan masyarakat yang dipublikasikan dalam
web-nya dengan judul “Indeks Kepuasan Masyarakat Puskesmas Sungkai 2008.”
Dari hasil keseluruhan 150 kuesioner yang ada, 147 kuesioner dapat terisi dengan
baik, dan dapat diolah serta dianalisis lebih lanjut. Hasil pengukurannya
menyebutkan bahwa secara umum kualitas pelayanan di Puskesmas Sungkai
Kecamatan Simpang Empat di persepsikan oleh masyarakat pada posisi B dengan
katagori “BAIK”, dengan angka Indeks 79, berada dalam interval 62,51 - 81,25.
Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya Program Pelayanan Kesehatan
Dasar Gratis 24 Jam bagi seluruh warga masyarakat Kabupaten Banjar. Selain itu,
mungkin juga karena Puskesmas Sungkai dengan fasilitas UGD yang buka selama
24 jam penuh dengan petugas paramedis bahkan medis yang siaga di tempat
sehingga masyarakat dapat meminta pelayanan kesehatan dengan kapan saja.
63
Masyarakat yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tidak hanya
berasal dari wilayah kerja Puskesmas, tetapi juga dari luar wilayah kerja
Puskesmas disekitarnya bahkan dari luar Kabupaten.
Unsur-unsur yang memiliki nilai rata-rata paling tinggi adalah kemudahan
prosedur pelayanan yaitu 3,14. Dari angka ini dapat diambil kesimpulan bahwa
prosedur pelayanan di Puskesmas Sungkai menurut masyarakat sangat mudah.
Unsur ini harus dijaga dan dipertahankan kualitasnya.
Unsur pelayanan yang memiliki nilai Indeks paling rendah adalah
ketetapan jadwal Pelayanan, yaitu 2,84. Selain itu, terdapat 3 unsur lagi yang
tingkat kepuasaannya di bawah rata-rata (3,00), yakni unsur kedisiplinan petugas
pemberi pelayanan dengan nilai 2,87, unsur kesesuaian biaya dengan biaya yang
ditetapkan dengan nilai 2,96, dan unsur kenyamanan di lingkungan pelayanan
dengan nilai 2,91. Unsur-unsur tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus dan
diprioritaskan untuk ditingkatkan.
Dalam rangka memperbaiki kedisiplinan petugas dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, perlu diupayakan pembuatan jadwal jaga atau piket
petugas yang jelas, terutama di unsur pelayanan utama seperti di Poli umum dan
KIA/KB. Memberikan reward kepada petugas yang tingkat kedisiplinanannya
bagus dan memberikan sanksi atau teguran sesuai peraturan kepegawaian kepada
petugas yang kedisiplinannya rendah atau kurang.
Untuk kejelasan kesesuaian biaya dengan biaya yang ditetapkan, perlu
dilakukannya peningkatan sosialisasi tentang program pelayanan kesehatan dasar
64
gratis 24 jam Puskesmas Sungkai bagi setiap masyarakat Kabupaten Banjar yang
datang berkunjung. Untuk masyarakat luar kabupaten atau pendatang, akan
dikenakan tarif pelayanan berdasarkan tarif pelayanan yang berlaku.
Untuk pengaturan ketetapan jadwal Pelayanan, akan mengikuti jadwal
yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sesuai dengan jam
kerja pegawai, terkecuali pelayanan UGD akan mengikuti jadwal PKD-G sesuai
jadwal petugas jaga.
Untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan Pelayanan, perlu
disampaikan bahwa selama periode penilaian, Puskesmas Sungkai sedang dalam
Rehab Total sehingga pelayanan terpusat di ruang UGD dan tidak representatif
untuk semua unit pelayanan. Rasa nyaman akan ditingkatkan setelah pelayanan
dilaksanakan di gedung baru yang tentu lebih baik dari yang lama.
Hasil penelitian Suwignyo Rahman, Spt. Direktur Kajian Strategis
Demokrasi dan Sosial (Krisis) melakukan penelitian dan monitoring tahun
peningkatan pelayanan publik Pemerintah Kota Semarang (2005). Adapun hasil
penelitian menunjukan bahwa kepastian biaya pelayanan adalah unsur (indikator)
yang memiliki persepsi kepuasan masyarakat paling rendah atas pelayanan yang
diberikan oleh instansi pemerintah. Selain itu, beberapa unsur lain yang memiliki
persepsi yang sama yakni, kepastian jadwal pelayanan, dan kecepatan pelayanan.
Di luar itu, kedisiplinan aparat juga menjadi sorotan, terutama di tingkat
kelurahan dan kecamatan.
65
Secara keseluruhan disebutkan mengenai SPM (Standar Pelayanan
Minimal) selama tahun peningkatan pelayanan publik di Kota Semarang
ditemukan masih potensial terjadi pelanggaran. Di smping karea terjadinya
penyimpangan atas SPM, hal itu juga karena SPM dibuat secara tergesa-gesa.
Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian seperti yang telah diuraikan,
untuk pengukuran tentang indeks kepuasan masyarakat ada beberapa unsur
pelayanan yang menunjukkan indeks kepuasan masyarakat masih rendah. Unsur-
unsur pelayanan tersebut diantaranya kedisiplinan petugas pemberi pelayanan,
kesesuaian biaya dengan biaya yang ditetapkan, kepastian jadwal pelayanan,
kecepatan pelayanan dan kenyamanan di lingkungan pelayanan.
Berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, beberapa
unsur pelayanan yang masih rendah yang ada dalam Indeks Kepuasan Masyarakat
tersebut sekiranya dapat mempertajam dalam menjelaskan permasalahan
penelitian yang akan dihadapi oleh peneliti nanti.
2.3 Kerangka Berpikir
Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak
dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang sesuai dengan
harapan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya keluhan
masyarakat di berbagai media, sehingga menimbulkan citra atau kesan yang
kurang baik. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan oleh
aparatur pemerintah demi memenuhi fungsi utama pemerintah yakni melayani
masyarakat.
66
Salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan publik adalah dengan
penyusunan indeks kepuasan masyarakat yang dapat dipergunakan sebagai tolak
ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Di samping itu juga, data indeks
kepuasan masyarakat ini dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan
yang masih perlu adanya perbaikan dan sekaligus sebagai pendorong setiap unit
penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitasnya.
Mengingat jenis pelayanan sangat beragam dengan sifat dan karakteristik
yang berbeda-beda, maka untuk memudahkan penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) diperlukan pedoman umum yang nantinya dapat diaplikasikan
di semua intansi baik itu Pemerintah Pusat, Propinsi maupun Kota/Kabupaten.
Sesuai dengan Kep. MENPAN No. 25/2004. Ada 14 (empat belas) macam unsur
yang digunakan dan dapat diberlakukan untuk semua jenis pelayanan, namun
masing-masing unit pelayanan dapat menambah unsur-unsur lainnya yang relevan
dengan karakteristik dari pelayanan yang diselenggarakan.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti membuat kerangka berpikir yang
bersumber dari landasan teori mengenai kualitas pelayanan publik, dengan
menggunakan Kep. MENPAN No. 25/2004 sebagai unsur minimal yang harus ada
untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat. Gambaran dari kerangka
berpikir peneliti sebagai berikut:
67
Permasalahan
1. Kesopanan dan keramahan petugas pelayanan masih kurang
2. Ketersediaan sarana dan prasarana belum memadai
3. Kedisiplinan petugas pelayanan masih kurang
4. Biaya dan produk pelayanan ada yang kurang jelas
(Sumber: Observasi awal peneliti, 2014)
Kebijakan KepMENPAN No. 25 Tahun 2004
Tentang Indeks Kepuasan Masyarakat
1. Prosedur Pelayanan
2. Persyaratan Pelayanan
3. Kejelasan Petugas Pelayanan
4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan
5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan
6. Kemampuan Petugas Pelayanan
7. Kecepatan Pelayanan
8. Keadilan Mendapatkan Pelayanan
9. Kesopanan dan Keramahan petugas
10. Kewajaran Biaya Pelayanan
11. Kepastian Biaya Pelayanan
12. Kepastian Jadwal Pelayanan
13. Kenyamanan Lingkungan
14. Keamanan Pelayanan
Gambar 2.3
Alur Kerangka Berpikir
OUTPUT
Untuk Mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat dan Kualitas
Pelayanan Di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas
Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Metodologi penelitian menurut Ulber (2010:12) adalah sekumpulan
peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara prosedur yang sistematis dan
terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud
mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut.
Metode penelitian juga merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono (2012:2), cara
ilmiah ini mengandung arti bahwa suatu kegiatan penelitian itu didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan, seperti rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, yang dapat
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu
dapat diamati oleh indera manusia, sehingga memungkinkan orang lain dapat
mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti proses
yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis.
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah metode kuantitatif deskriptif, yakni memaparkan hasil eksplorasi temuan
data objektif di lapangan, dimana dalam penjabaran hasil penelitian lebih banyak
68
69
dituangkan dalam angka-angka dan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang
lain. Metode pendekatan kuantitatif deskriptif digunakan oleh peneliti dengan
maksud untuk memperoleh dan menyajikan data secara maksimal dan menyeluruh
sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehingga data-data
yang diperoleh akan dapat mengkualifikasikan temuan-temuan.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey.
Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi
dari pengamatan yang tidak mendalam. Menurut Kerlinger dalam Sugiyono
(2012:11), metode survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan
hubungan-hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis.
Penelitian survey ini menurut Sigarimbun dan Soffian Effendi (2006:4)
dapat digunakan dalam kegiatan atau penelitian yang dimaksudkan untuk
eksploratif, deskriptif, penjelasan (explanatory atau confirmatory) yang
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau
meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, penelitian operasional,
dan pengembangan indikator-indikator sosial.
70
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada kegiatan pengukuran indeks
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di UPTD Puskesmas Cibodasari
Kecamatan Cibodas Kota Tangerang berdasarkan perspektif atau pendapat
masyarakat yang pada saat pencacahan data sedang berada dan telah menerima
pelayanan di UPTD Puskesmas Cibodasari, pada bulan Juni 2014. Indeks
kepuasan masyarakat yang dimaksud diukur berdasarkan Kep. MENPAN No.
25/2004 yang memuat 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur
minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD)
Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang. Lokasi ini dipilih
karena pada tahun 2014 ini, Puskesmas Cibodasari menjadi salah satu dari dua
puskesmas yang direncanakan Pemerintah Kota Tangerang akan dibangun
ruangan untuk Pengobatan Rawat Inap. Mengenai Desain Engineering Detail
(DED) pembangunan 2 Puskesmas Rawat Inap itu sedang dalam tahap
penyelesaian oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Berkaitan dengan hal
tersebut, Puskesmas Cibodasari dituntut harus dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat yang dilayaninya, dengan cara memberikan pelayanan yang prima
(berkualitas) agar harapan dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dapat
tercapai. Hal ini dapat menunjukkan kepada Pemerintah Kota Tangerang bahwa
71
Puskesmas Cibodasari memang pantas dijadikan Puskesmas Rawat Inap. Oleh
karenanya, penelitian mengenai indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
di Puskesmas Cibodasari sangat penting sekali dilakukan untuk menjaga kualitas
pelayanan dan mengetahui kekurangan-kekurangan dari Puskesmas Cibodasari
sebagai bahan evaluasi untuk dilakukannya perbaikan yang berkelanjutan.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati, yang sering disebut juga sebagai
variabel penelitian. Instrumen penelitian digunakan oleh peneliti untuk mengukur
nilai variabel yang diteliti dan diukur dari indikator-indikator variabel yang
diberikan oleh peneliti. Dapat dikatakan juga instrumen penelitian bertujuan untuk
menjelaskan proses penyusunan data serta alat yang digunakan dalam penyusunan
data tersebut.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner.
Kuesioner disusun berdasarkan tujuan survei terhadap indeks kepuasan
masyarakat dan disebar kepada 150 responden. Penyusunan indeks kepuasan
masyarakat tersebut sebagai berikut:
1. Jumlah responden dipilih secara acak dan ditentukan sesuai dengan
cakupan wilayah masing-masing unit pelayanan. Untuk memenuhi
akurasi indeks, responden terpilih ditetapkan minimal 150 orang dari
72
jumlah populasi penerima layanan, dengan dasar (“jumlah unsur” + 1) x
10 = jumlah responden, (14 + 1) x 10 = 150 responden,
2. Bentuk jawaban pertanyaan dari setiap unsur pelayanan secara umum
mencerminkan tingkat kepuasan pelayanan, sebagai contoh:
1. Skor 4 = bila pelaksanaan unsur pelayanan dinilai sangat baik
2. Skor 3 = bila pelaksanaan unsur pelayanan dinilai baik
3. Skor 2 = bila pelaksanaan unsur pelayanan dinilai kurang baik
4. Skor 1 = bila pelaksanaan unsur pelayanan dinilai tidak baik
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, berikut ini adalah kisi-
kisi yang digunakan oleh peneliti tentang indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas Cibodasari
Kecamatan Kota Tangerang:
Tabel 3.1
Nilai Pesepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM,
Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan
Nilai
Persepsi
Nilai Interval
IKM
Nilai Interval
Konversi IKM
Mutu
Pelayanan
Kinerja Unit
Pelayanan
1 1,00 1,75 25 43,75 D Tidak Baik
2 1,76 2,50 43,76 62,50 C Kurang Baik
3 2,51 3,25 62,51 81,25 B Baik
4 3,26 4,00 81,26 100 A Sangat baik
Sumber: KEPMENPAN No. KEP/25/M.PAN/2/2004 (2004:15)
73
Tabel 3.2
Indeks Unsur Pelayanan
N o Unsur Pelayanan
1 Prosedur Pelayanan
2 Persyaratan Pelayanan
3 Kejelasan Petugas Pelayanan
4 Kedisiplinan Petugas Pelayanan
5 Tanggung Jawab Petugas Pelayanan
6 Kemampuan Petugas Pelayanan
7 Kecepatan Petugas Pelayanan
8 Keadilan Mendapatkan Pelayanan
9 Kesopanan dan Keramahan Petugas
10 Kewajaran Biaya Pelayanan
11 Kepastian Biaya Pelayanan
12 Kepastian Jadwal Pelayanan
13 Kenyamanan Lingkungan
14 Keamanan Pelayanan
Sumber: KEPMENPAN No. KEP/25/M.PAN/2/2004 (2004:17)
74
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:80), populasi adalah wilayah generalisasi terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
populasi merupakan sekelompok subjek atau objek yang menjadi sasaran dari
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah
kerja Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas Cibodasari Kecamatan
Cibodas Kota Tangerang, khususnya masyarakat yang pada saat pencacahan atau
proses pengambilan data oleh peneliti sedang menerima pelayanan kesehatan di
Puskesmas Cibodasari tersebut atau yang disebut juga sebagai responden.
Responden menurut Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004 adalah penerima
pelayanan publik yang pada saat pencacahan sedang berada di lokasi unit
pelayanan, atau yang pernah menerima pelayanan dari aparatur penyelenggara
pelayanan.
Sementara itu teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Sedangkan teknik sampel yang digunakan adalah sample
incidental, yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja
75
yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data.
Menurut Sugiyono (2012:81) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Arikunto
(2006:116) penentuan pengambilan sampel adalah apabila kurang dari 100, lebih
baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika
jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih
tergantung sedikit banyaknya atas kemampuan peneliti (dilihat dari waktu, tenaga
serta dana), sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana, dan besar kecilnya resiko yang ditanggung
oleh peneliti, dengan catatan untuk peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika
sampelnya besar hasilnya akan lebih baik.
Untuk memenuhi akurasi hasil penyusunan indeks, maka kuesioner yang
disebarkan sebanyak 150 kuesioner untuk 150 responden. Jumlah responden ini
adalah sesuai dengan jumlah responden yang dipersyaratkan dalam Kepmen PAN
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, dengan dasar (“jumlah unsur” +
1) x 10 = jumlah responden, (14 + 1) x 10 = 150 responden, yang dilakukan
secara acak dan ditentukan sesuai dengan cakupan wilayah masing-masing unit
pelayanan.
76
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Secara teknis metode pengumpulan data dalam penelitian ini berupa:
1. Observasi, yaitu dengan melakukan observasi langsung dimana peneliti
mengamati langsung terhadap objek yang diteliti, yaitu pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang dilakukan Puskesmas Cibodasari Kecamatan
Cibodas Kota Tangerang kepada masyarakat.
2. Interview atau wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan kepada responden dalam rangka melakukan
studi pendahuluan dengan maksud untuk menemukan permasalahan
yang ingin diteliti.
3. Angket atau Kuesioner. Menurut Sugiyono (2012:142), angket atau
kuesioner adalah teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan
cara memberi daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Lebih jauh lagi Arikunto (2002:128) mengatakan, kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden yang berupa laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Kuesioner indeks
kepuasan masyarakat adalah informasi atau data-data yang diperoleh
dari pendapat masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh
instansi pemerintah, yang dalam penelitian ini adalah UPTD Puskesmas
Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang, yang disusun
berdasarkan Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Republik
77
Indonesia Nomor 25 tahun 2004 yang memuat 14 unsur atau indikator
indeks kepuasan masyarakat.
4. Studi Dokumentasi, yaitu dimaksudkan untuk memperoleh data berupa
dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan dan ketentuan-
ketentuan lainnya yang berkaitan dengan hal yang diteliti peneliti.
Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data bedasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang tidak merumuskan hipotesis,
langkah terakhir tidak dilakukan (Sugiyono, 2012:147).
Tahapan pengolahan data ini dibagi menjadi 3 bagian yakni metode
pengolahan data, perangkat pengolahan, dan pengujian kualitas data. Berikut
adalah penjelasannya:
1. Metode pengolahan data
Nilai IKM dihitung dengan menggunakan niilai rata-rata tertimbang
masing-masing unsur pelayanan. Dalam perhitungan indeks kepuasan
masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur
pelayanan memiliki penimbang yang sama dengan rumus sebagai
berikut:
78
Untuk memperoleh nilai IKM unit pelayanan digunakan pendekatan
nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut:
Penulis menggunakan teknik analisis berdasarkan Kepmen PAN Nomor
25 Tahun 2004 dalam rangka menganalisis IKM terhadap pelayanan di
UPTD Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang,
yakni sebagai berikut: Nilai IKM dihitung menggunakan “nilai rata-rata
terhitung.” Untuk mempermudah interpretasi terhadap penilaian IKM
yaitu antara 25 100, maka nilai penilaian tersebut di atas dikonversikan
dengan nilai dasar 25, dengan rumus sebagai berikut:
IKM Unit Pelayanan x 25
Mengingat unit pelayanan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
maka setiap unit pelayanan dimungkinkan untuk menambah unsur yang
dianggap relevan atau dengan memberikan bobot yang berbeda-beda
terhadap 14 unsur yang dominan dalam unit pelayanan, dengan catatan
jumlah bobot seluruh unsur tetap 1.
2. Perangkat pengolahan
Pengolahan dapat dilakukan dengan komputer, yakni data entri dan
perhitungan indeks dilakukan dengan program komputer atau sistem
basis data. Selain itu, pengolahan juga dapat dilakukan secara manual,
dengan cara:
79
1. Data isian kuesioner dari setiap responden dimasukkan ke dalam
formulir mulai dari unsur 1 (U1) sampai dengan unsur 14 (U14)
2. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata-rata per unsur
pelayanan dan nilai indeks unit pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata per unsur pelayanan. Nilai masing-masing unsur
pelayanan dijumlahkan (ke bawah) sesuai dengan jumlah
kuesioner yang diisi oleh responden, kemudian untuk
mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan, jumlah nilai
masing-masing unsur pelayanan dibagi dengan jumlah responden
yang mengisi. Untuk mendapatkan nilai rata-rata tertimbang per
unsur pelayanan. Jumlah nilai rata-rata per unsur pelayanan
dikalikan dengan 0,071 sebagai nilai bobot rata-rata tertimbang.
b. Nilai indeks pelayanan. Untuk mendapatkan nilai indeks unit
pelayanan, dengan cara menjumlahkan 14 unsur dari nilai rata-
rata tertimbang.
3. Pengujian Kualitas Data.
Data pendapat masyarakat yang telah dimasukkan dalam masing-
masing kuesioner, disusun dengan mengkompilasikan data responden
yang dihimpun berdasarkan kelompok unsur, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, dan pekerjaan utama. Informasi ini dapat digunakan untuk
mengetahui profil responden dan kecenderungan jawaban yang
diberikan sebagai bahan analisis objektivitas.
80
3.7 Jadwal Penelitian
Adapun untuk jadwal penelitian ini, dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Feb
2014
Maret
2014
April
2014
Mei
2014
Juni
2014
Juli
2014
1 Pengajuan Judul
2 Perizinan dan
Observasi Awal
3 Penyusunan BAB I
4 Penyusunan BAB II
5 Penyusunan BAB III
6 Sidang Proposal
7 Revisi Proposal
8 Ke Lapangan
9 Penyusunan BAB IV &
V
10 Sidang Skripsi
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Cibodasari
Puskesmas Cibodasari didirikan sejak tanggal 3 September 1979, dan baru
pada usia 11 tahun (tahun 1990) mencapai Puskesmas Strata 1. Pada Tahun 1979
sampai dengan tahun 2000 Puskesmas Cibodasari ini berada di wilayah
Kecamatan Jatiuwung, dan sejak tahun 2000 sampai dengan sekarang Puskesmas
Cibodasari berada di wilayah Kecamatan Cibodas.
Secara Geografis, wilayah kerja Puskesmas Cibodasari terletak di sebelah
selatan Kota Tangerang dan berada di Kelurahan Cibodasari Kecamatan Cibodas
dengan luas wilayah 2.651 Ha, dengan letak ketinggian 14 M dari permukaan laut,
berjarak 80 km dari Ibukota Propinsi Banten, dan 27 km dari Jakarta, serta
berjarak 7 km dari pusat Kota Tangerang.
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Cibodasari yaitu:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Karawaci Baru
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bencongan Indah
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Nusa Jaya
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Cibodas Baru
81
82
Kecamatan Cibodas terdiri dari 6 (enam) Kelurahan. Kelurahan-kelurahan
tersebut yaitu:
1. Kelurahan Panunggangan Barat
2. Kelurahan Cibodasari
3. Kelurahan Cibodas Baru
4. Kelurahan Cibodas
5. Kelurahan Uwung Jaya
6. Kelurahan Jatiuwung
Di Kecamatan Cibodas terdapat 2 Puskesmas, yaitu Puskesmas Baja dan
Puskesmas Cibodasari. Puskesmas Baja wilayah kerja administrasinya mencakup
4 Kelurahan, yaitu Kelurahan Cibodas, Kelurahan Cibodas Baru, Kelurahan
Uwung Jaya, dan Kelurahan Jatiuwung. Sedangkan Puskesmas Cibodasari
wilayah kerja administrasinya mencakup 2 Kelurahan, yaitu Kelurahan Cibodasari
dan Kelurahan Panunggangan Barat.
Secara demografis, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Cibodasari pada tahun 2013 tercatat sebesar 54.279 jiwa dengan jumlah KK
(Kepala Keluarga) sebanyak 12.823 KK. Jumlah penduduk dan KK ini dapat
terlihat pada tabel berikut:
83
Tabel 4.1
Distribusi Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Wilayah Puskesmas
Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang
No Kelurahan Jumlah Penduduk Kepala keluarga
1 Panunggangan Barat 26.579 6.745
2 Cibodasari 27.700 6.078
Jumlah Total 54.279 12.823
Sumber: Kecamatan Cibodas 2013
4.1.2 Nilai, Motto, Visi, dan Misi Puskesmas Cibodasari
a. Nilai-nilai Organisasi
Disiplin Pribadi, Kerja Sama, Tanggung Jawab, Kejujuran, dan
Musyawarah
Etika Pelayanan Puskesmas Cibodasari adalah “SKETSA”, yakni
“Senyum, Kerja Sama, Empati, Toleransi, Sopan Santun, dan Amanah.”
Maklumat Pegawai UPTD Puskesmas Cibodasari, “Kami siap memberi
pelayanan sesuai dengan standar mutu pelayanan, apabila kami
memberikan pelayanan tidak sesuai standar, maka ingatkanlah kami.”
Lima Komitmen Membangun Akhlaqul Karimah Pegawai Pemerintah
Kota Tangerang:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
84
2. Bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
3. Disiplin, loyalitas, berdedikasi dalam bentuk pengabdian
kepada masyarakat.
4. Mengedepankan kepentingan umum, di atas kepentingan
pribadi dengan menjunjung tinggi aspek etika, moralitas, dan
professional.
5. Menjalin persaudaraan, silaturahmi, dan saling mengingatkan
diantara sesama pegawai, dalam berbagai aspek kehidupan.
b. Motto
Motto Puskesmas Cibodasari adalah “UTAMA”, yaitu “Unggul, Tertib,
Aman, Manis, dan Asri”.
c. Visi
Sesuai dengan mottonya, visi dari Puskesmas Cibodasari adalah “Menjadi
tujuan UTAMA masyarakat dalam menuju Tangerang Sehat.”
d. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dibuatlah misi dari Puskesmas
Cibodasari, yaitu;
1. Memberdayakan masyarakat dan keluarga untuk hidup berperilaku
sehat dan bersih.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar lengkap dan prima
3. Menggalang kemitraan dengan lintas sektoral terkait
85
4.1.3 Kegiatan-Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas Cibodasari
Upaya-upaya yang dilaksanakan Puskesmas Cibodasari dalam rangka
mencapai masyarakat sehat, meliputi:
1. Upaya Kesehatan Wajib, meliputi:
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
d. Perbaikan Gizi
e. Pemberantasan penyakit menular
f. Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
d. Upaya Kesehatan Jiwa
e. Upaya Kesehatan Mata
f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
g. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
h. Upaya Kesehatan Kerja
i. Upaya Kesehatan Reproduksi
j. Upaya Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian Obat dan Bahan
berbahaya serta Makanan dan Minuman
k. Upaya Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian Pengobatan Tradisional
86
l. Upaya Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian Pelayanan Kesehatan
Swasta
3. Upaya Pelayanan Penunjang
a. Laboratorium
b. USG
c. EKG
d. Pencatatan dan Pelaporan
e. Gudang Obat
f. Apotik
4.1.4 Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan KIA dan KB
Cakupan KI atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama
ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran
ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan
standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi
sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali
pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat
kualitas pelayanan kesehatam kepada ibu hamil. Selain KIA terdapat
juga pelayanan KB (Keluarga Berencana) yang merupakan salah satu
program Pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
87
2. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi
umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, campak HB), imunisasi untuk
wanita usia subur/ibu hamil dan imunisasi untuk anak SD, sedangkan
kegiatan imuniasasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya
masalah seperti desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan atau
diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan
kegiatan teknis. Pencapaian Universal Child Immunization (UCL) pada
dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara
lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan
batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut
tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi
terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
3. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah di
Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang tahun 2013
sebanyak 390 atau 88,03%. Jika dibandingkan dengan
MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota yang menetapkan bahwa cakupan deteksi
dini tumbuh kembang balita dan pra sekolah pada tahun 2014 minimal
90%, berarti Puskesmas Cibodasari harus lebih meningkatkan
kinerjanya selama beberapa tahun ke depan untuk mencapai target yang
telah ditetapkan.
88
4. Pelayanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
Klinik MTBS diperuntukkan bagi balita dengan usia 0-59 bulan. Klinik
MTBS ini memberikan keuntungan bagi para orangtua yang memiliki
balita, dengan pemeriksaan secara menyeluruh mulai dari tumbuh
kembang anak, imunisasi, status gizi sampai memberikan pengarahan
mengenai peran orang tua dalam hal mengasuh anaknya.
5. Pelayanan Poli Umum
Pelayanan poli umum diperuntukkan bagi pasien dengan usia > 5 tahun.
Pelayanan poli umum dilayani oleh dokter umum dan perawat sebagai
saringan pelayanan lain yang ada di Puskesmas Cibodasari
(laboratorium, klinik gizi atau klinik sanitasi).
6. Pelayanan Gizi
Klinik gizi buka dari hari Senin sampai dengan Jum’at. Pelayanan
klinik gizi diperuntukkan untuk memantau perkembangan balita yang
memiliki gizi kurang untuk diberikan makanan tambahan berupa MP-
ASI, susu dan penyuluhan.
7. Pelayanan Klinik TBC
Yang bertugas melayani pasien TBC yaitu seorang dokter yang
bekerjasama dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan dahak
apakah positif atau negatif. Untuk memantau dan memutus mata rantai
penyakit tersebut maka dibutuhkan kerjasama antara petugas kesehatan
lingkungan, PHN, dan promosi keehatan agar tidak menular kepada
orang disekitarnya.
89
8. Laboratorium
Di laboratorium Puskesmas Cibodasari selain pemeriksaan untuk pasien
yang dirujuk dari BP Umum juga menerima pemeriksaan yang dirujuk
dari dokter swasta. Adapun jenis pemeriksaan yang ada di laboratorium
Puskesmas Cibodasari adalah pemeriksaan hematologi, kimia darah,
urine, dan BTA.
Hingga di usianya yang sudah menginjak 33 tahun ini, Puskesmas
Cibodasari telah meraih beberapa penghargaan diantaranya:
Puskesmas Berprestasi Terbaik, tingkat Kabupaten DT II Tangerang, tahun
1991
Juara Harapan Puskesmas Terbaik tingkat Povinsi Jawa Barat, tahun 1991
Puskesmas Berprestasi peringkat 2 tingkat Kota, tahun 2008
Puskesmas dengan Pelayanan Publik Terbaik peringkat 1, tahun 2009
Puskesmas dengan Pelayanan Publik Terbaik peringkat 3, tahun 2010
Standar ISO 9001:2008, tahun 2010
90
4.1.5 Struktur Organisasi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Puskesmas Cibodasari
Sumber: Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang 2014
Kepala Puskesmas Cibodasari
drg. Evi Lukman
Kepala Tata Usaha
Lilis Sartika, SKM
Bagian Perencanaan
dr. Nursanah
Bagian Keuangan
Roudhoh Panorama,AMD,PK
& Nurul Badi’ah
Bagian Umum dan
Kepegawaian
Halwani & Kasnab
Upaya Kesehatan Wajib
dr. Eni Purwati
Upaya Kesehatan
Pengembangan
dr. Nursanah
Upaya Kesehatan
Penunjang
dr. Masitoh
a. ProKes: Indriani
b. KesLing: Faizah,AmKL
c. KIA & KB: Erry S,
AmKeb & Esry, AmKeb
d. Perbaikan Gizi: Esry H,
AmKeb
e. P3M
f. Pengobatan
a. Kes. Jiwa: Irvan Bachtiar,
AMK
b. Kes. Gigi & Mulut: drg.
Adi Pamungkas
c. Kes. Kerja: Juwita
fatmasari, S.Kep
d. UKS: dr. Eni Purwati
e. Kes Olah Raga
f. Kes. Mata: Matiur,AMK
g. Batra: Leni M,S.Farm,Apt
h. Kesehatan Lansia
i. PKM
j. P&PO&M
k. Rasionalisasi Obat
a. Pencatatan dan
Pelaporan
b. Gudang Obat:
Elin Herlinah
c. Laboratorium:
Ratna M.
d. Apotik:
Maritha N.,
Msc Apt
e. Loket: Kasnab
f. Rekam Medis
g. Informasi
Badan Penyantun
Puskesmas
91
4.1.8 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Cibodasari
Tabel 4.2
Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Cibodasari Tahun 2013
No
Kategori Tenaga
Status
PNS
Non PNS
Jumlah TKK TKS TKSP
1 Dokter Umum 6 1 - - 7
2 Dokter Gigi 2 - - - 2
3 Bidan (D3) 3 1 - - 4
4 Bidan (D1) 1 - - - 1
5 Perawat (D3) 5 - - 5
6 Apoteker 2 - - - 2
7 Perawat Gigi (D3) 1 - - 1
8 Perawat Gigi (SPRG) 1 - - - 1
9 Ahli Gizi (D3) 1 - - - 1
10 Analis (D3) 1 - - - 1
11 Sanitarian (D3) 1 - - - 1
12 Rekam Medis (D3) 1 - - - 1
13 SKM 1 - - - 1
14 Teknisi Elektro Medik
(D3)
1 - - - 1
15 Tata Usaha/Administrasi 4 - 2 - 6
16 Cleaning Services - - 2 - 2
Jumlah 31 2 4 0 37
(Sumber Puskesmas Cibodasari tahun 2013)
Dari tabel tersebut diketahui jumlah tenaga dokter umum di Puskesmas
Cibodasari terdiri dari PNS sebanyak 6 orang dan TKK 1 orang, serta dokter gigi
92
sebanyak 2 orang (PNS). Rasio dokter umum dan dokter gigi terhadap jumlah
penduduk yang berjumlah 54.279 jiwa di wilayah kerja Puskesmas Cibodasari
adalah sebesar 0,00001289 dan 0,00003685, atau 1 dokter umum untuk 7.755
penduduk dan 1 dokter gigi untuk 27.140 penduduk. Tenaga perawat juga
memegang peranan yang sangat penting dalam rangka membantu peningkatan
kesehatan masyarakat di puskesmas, karena tenaga perawat itulah yang
menberikan pelayanan langsung baik itu pelayanan kuratif maupun preventif
kepada masyarakat. Jumlah tenaga perawat di puskesmas Cibodasari sebanyak 7
orang, dan rasio perawat terhadap jumlah penduduk adalah sebesar 0,0001289
yang berarti setiap perawat melayani 7.755 penduduk. Jumlah bidan di Puskesmas
Cibodasari sebanyak 4 orang, dan rasio bidan terhadap jumlah penduduk adalah
sebesar 0,00007369 yang berarti setiap bidan melayani 13.567 penduduk. Untuk
tenaga kesehatan lainnya, meliputi ahli gizi, apoteker, SKM, sanitarian, rekam
medis, analisis kesehatan, teknik elektro medik, cleaning service, dan tata
usaha/administrasi di Puskesmas Cibodasari berjumlah 14 orang, dan rasionya
adalah sebesar 0,0002579 yang berarti 1 orang melayani 3.878 penduduk.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Identitas Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah masyarakat di
wilayah Kecamatan Cibodas Kota Tangerang, khususnya yang telah menerima
atau merasakan pelayanan di Puskesmas Cibodasari, dengan jumlah sebanyak 150
orang responden.
93
Responden dalam penelitian ini diminta untuk mengisi kuesioner disertai
dengan data identitasnya sebagai data penunjang untuk memberikan gambaran
lebih jelas dalam proses analisis data. Data-data responden yang dianalisis itu
meliputi jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pekerjaan atau profesi.
Berikut adalah gambar yang memetakan bidang pelayanan yang
dikunjungi atau memberikan pelayanan kepada responden, berdasarkan kuesioner
yang diisi oleh 150 responden:
Gambar 4.2
Pemetaan Responden Berdasarkan Bidang Pelayanannya
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui dari 150 responden yang
berkunjung atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari berdasarkan
bidang pelayanan yang melayaninya, distribusinya adalah sebagai berikut: 98
orang pada Bidang Pelayanan Umum, 27 orang pada Bidang Pelayanan Gigi, 9
Umum
65%
Bp Gigi
18%
KB
6%
MTBS
9% KIA
2%
Bidang Pelayanan
94
orang pada Bidang Pelayanan KB, 13 orang pada Bidang Pelayanan MTBS, dan
3 orang pada Bidang Pelayanan KIA.
Peneliti dalam memperoleh data melalui kuesioner yang disebar sebanyak
150 responden sebagian besar kepada masyarakat yang berkunjung atau
menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari di Bidang Pelayanan Umum
dengan jumlah 98 orang (65%).
Grafik 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, dapat dijelaskan bahwa dari 150 responden
yang berkunjung atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari
berdasarkan jenis kelaminnya terdiri dari laki-laki yang berjumlah 62 orang dan
perempuan berjumlah 88 orang.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60% 41,3%
58,7%
Laki-laki
Perempuan
95
Dengan demikian dapat diketahui pasien atau masyarakat yang berkunjung
atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari lebih banyak perempuan
dengan jumlah 88 orang dengan persentase 58,7%.
Grafik 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Umur
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, kita dapat mengetahui bahwa dari 150
responden yang berkunjung atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari
berdasarkan umurnya, yaitu umur 10-19 tahun berjumlah 6 orang, umur 20-29
tahun berjumlah 26 orang, umur 30-39 tahun berjumlah 37 orang, umur 40-49
tahun berjumlah 24 orang, umur 50-59 tahun berjumlah 35 orang, umur 60-69
tahun berjumlah orang 16, dan umur 70-79 tahun berjumlah 6 orang.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
4%
17,30%
24,70%
16%
23,30%
10,70%
4%
10-19 tahun
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
50-59 tahun
60-69 tahun
70-79 tahun
96
Dengan demikian dapat diketahui pasien atau masyarakat yang berkunjung
atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari lebih banyak dari usia 50-59
tahun dengan jumlah 37 orang dengan persentase 24,7%.
Grafik 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, dapat dijelaskan bahwa dari 150 responden
yang berkunjung atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari
berdasarkan pendidikan terakhirnya, yaitu dari kalangan yang pendidikan
terakhirnya SD berjumlah 3 orang perempuan, pendidikan terakhir SMP
berjumlah 19 orang, terdiri dari 3 laki-laki dan 16 perempuan, pendidikan terakhir
SMA berjumlah 108 orang, terdiri dari 47 laki-laki dan 61 perempuan, pendidikan
terakhir D3 berjumlah 10 orang, terdiri dari 3 laki-laki dan 7 perempuan,
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
2%
12,70%
72%
6,70%
5,30%
1,30%
SD
SMP
SMA
D3
S1
S2
97
pendidikan terakhir S1 berjumlah 8 orang, terdiri dari 7 laki-laki dan 1
perempuan, dan pendidikan terakhir S-2 berjumlah 2 orang laki-laki.
Dengan demikian dapat diketahui pasien atau masyarakat yang berkunjung
atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari lebih banyak dari masyarakat
yang berlatar pendidikan SMA dengan jumlah 108 orang dengan persentase 72%
yang terdiri dari 47 laki-laki dan 61 perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna dalam
menganalisis data selanjutnya.
Grafik 4.4
Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, dapat dijelaskan bahwa dari 150 responden
yang berkunjung atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari
berdasarkan pekerjaan utamanya terdiri dari Pelajar/Mahasiswa berjumlah 9
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
6%
5,30%
30,70%
15,30%
64%
Pelajar/mahasiswa
PNS
Karyawan
Wiraswasta
Lain-lain
98
orang, terdiri dari 3 laki-laki dan 6 perempuan, PNS berjumlah 8 orang, terdiri
dari 5 laki-laki dan 3 perempuan, Karyawan berjumlah 46 orang terdiri dari 22
laki-laki dan 24 perempuan, Wiraswasta/Pedagang berjumlah 23 orang, terdiri
dari 11 laki-laki dan 12 perempuan, dan lain-lain berjumlah 64 orang, terdiri dari
37 Ibu Rumah Tangga dan 27 Pensiunan, yang terbagi dari 21 laki-laki dan 6
perempuan.
Dengan demikian dapat diketahui pasien atau masyarakat yang berkunjung
atau menggunakan pelayanan Puskesmas Cibodasari lebih banyak dari masyarakat
yang pekerjaannya mencakup lain-lain dengan jumlah 64 orang dengan persentase
42,7%, yang terdiri dari 37 Ibu Rumah Tangga dan 27 Pensiunan, yang terbagi
dari 21 laki-laki dan 6 perempuan.
4.2.2 Deskripsi Data
Dalam mendeskripsikan data, peneliti berpedoman pada pedoman
penyusunan indeks kepuasan masyarakat berdasarkan Kep. MENPAN No.
25/2004 yang memuat 14 unsur yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks
kepuasan masyarakat.
Peneliti menjabarkan hasil penelititan dalam diagram dan persentase
berdasarkan indikator atau 14 unsur kepuasan pelayanan yang ada dalam
pengukuran indeks kepuasan masyarakat di Puskesmas Cibodasari Kecamatan
Cibodas kota Tangerang.
14 Unsur pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat tersebut, adalah:
99
1. Prosedur Pelayanan.
Berkaitan dengan kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan. Pertanyaan
kuesionernya adalah bagaimana pemahaman Anda tentang kemudahan prosedur
atau tahapan pelayanan di unit ini? berdasarkan kuesioner jawaban responden
adalah sebagai berikut:
Grafik 4.5
Prosedur Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, dapat kita lihat perolehan jawaban atau
pendapat dari 150 responden yang telah ditetapkan dan pernah menerima
pelayanan di Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang, pada
unsur ini berkaitan dengan prosedur pelayanan, tidak ada responden yang
menjawab bahwa prosedur atau tahapan di Puskesmas Cibodasari itu tidak mudah.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0%
2%
96%
2%
Tidak Mudah
Kurang Mudah
Mudah
Sangat Mudah
100
Tetapi ada 3 responden yang menjawab menjawab bahwa prosedur atau tahapan
di Puskesmas Cibodasari itu kurang mudah. Sedangkan responden yang
menjawab mudah berjumlah 144 orang, dan responden yang menjawab sangat
mudah berjumlah 3 orang.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti,
prosedur pelayanan di Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas kota Tangerang
sudah mudah bagi sebagian besar masyarakat. Dari total 150 responden, hanya 3
orang saja yang menilai atau berpendapat bahwa prosedur di Puskesmas kurang
mudah. Hal ini dikarenakan mereka baru pertama kali berkunjung atau
menggunakan pelayanan di Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas kota
Tangerang, sehingga belum mengetahui prosedur yang ada. Dan 3 lainnya
menjawab bahwa prosedur di Puskesmas Cibodasari sangat mudah, karena telah
sesuai dengan peraturan Depatemen Kesehatan.
2. Persyaratan Pelayanan.
Berkaitan dengan persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan
untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya. Pertanyaan
kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda tentang kesesuaian antara
persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya? berdasarkan kuesioner
jawaban responden adalah sebagai berikut:
101
Grafik 4.6
Persyaratan Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, dapat kita ketahui perolehan jawaban dari
150 responden, bahwa tidak ada responden yang menjawab tidak sesuai dan
kurang sesuai antara persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya di
Puskesmas Cibodasari. Responden yang menjawab sesuai berjumlah 146 orang,
dan responden yang menjawab sangat sesuai berjumlah 4 orang.
Masyarakat menilai persyaratan pelayanan di Puskesmas Cibodasari sudah
sesuai dengan jenis pelayanannya. 4 orang dari total 150 responden mengatakan
bahwa persyaratan pelayanan sangat sesuai dengan jenis pelayanannya. Artinya
persyaratan yang dikeluarkan oleh Puskesmas Cibodasari kepada masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan itu tidak memberatkan masyarakat dan sesuai
dengan jenis pelayanannya. Cukup dengan membawa KTP atau Kartu Keluarga
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0% 0%
97,30%
2,70%
Tidak Sesuai
Kurang Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
102
domisili Kota Tangerang sudah bisa mendapatkan pelayanan di Puskesmas
Cibodasari. Untuk pelayanan rujukan pun sangat dipermudah. Dengan catatan
persyaratannya dipenuhi. Untuk pendatang dapat menggunakan pelayanan dengan
membawa surat keterangan berdomisili dari RT/RW setempat. Peserta BPJS,
JKN, Jamkesmas, Askes, Kartu Multiguna, dan Kartu Puskesmas Cibodasari
sudah otomatis dapat mendapatkan pelayanan di Puskesmas Cibodasari.
3. Kejelasan Petugas Pelayanan.
Berkaitan dengan keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan
pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya). Pertanyaan
kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda tentang kejelasan dan kepastian
petugas yang melayani? berdasarkan jawaban responden sebagai berikut:
Grafik 4.7
Kejelasan Petugas Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0%
2%
98%
0%
Tidak Jelas
Kurang Jelas
Jelas
Sangat Jelas
103
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak jelas berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang jelas berjumlah 3 orang, responden yang
menjawab jelas berjumlah 147 orang, responden yang menjawab sangat jelas
berjumlah 0 orang atau tidak ada.
Mayoritas masyarakat menilai bahwa kejelasan petugas pelayanan sudah
cukup jelas. Dari total 150 responden hanya 3 responden yg menjawab kurang
jelas. Menurut salah satu pasien, dokter di Bidang Pelayanan Gigi terkadang tidak
berada ditempat, terutama untuk mendapatkan pelayanan penambalan gigi,
sehingga harus membuat janji terlebih dahulu oleh dokter gigi tersebut.
Responden lainnya mengatakan bahwa ada petugas atau pegawai yang sudah
berumur, tetapi masih tetap dipekerjakan, padahal kurang jelas mengenai
pekerjaan, wewenang dan tanggung jawabnya.
4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan.
Berkaitan dengan kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan
terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
Pertanyaan kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda tentang kedisiplinan
petugas dalam memberikan pelayanan? berdasarkan kuesioner jawaban responden
adalah sebagai berikut:
104
Grafik 4.8
Kedisiplinan Petugas Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak disiplin berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang disiplin berjumlah 9 orang, responden yang
menjawab disiplin berjumlah 141 orang, responden yang menjawab sangat
disiplin berjumlah 0 orang atau tidak ada.
Mayoritas masyarakat menilai bahwa kedisiplinan petugas pelayanan
Puskesmas Cibodasari sudah cukup disiplin. Dari total 150 responden hanya 9
responden yang menjawab kurang disiplin. Menurut mereka, masih ada beberapa
petugas yang datang tidak tepat waktu atau di atas jam operasional Puskesmas
Cibodasari, serta pulang lebih cepat sebelum jam operasional pelayanan berakhir
(Jam operasional Puskesmas Cibodasari: 07.30-14.30).
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0%
6%
94%
0%
Tidak Disiplin
Kurang Disiplin
Disiplin
Sangat Disiplin
105
Selain itu, petugas atau paramedik juga ada yang membawa anaknya yang
masih kecil sekitar umur 3-4 tahun ketika sedang bekerja. Mereka mengatakan,
ketika sedang melakukan pemeriksaan di ruang pemeriksaan oleh paramedik,
tempat tidur yang seharusnya khusus untuk pasien yang sedang dilakukan
pemeriksaan itu ditempati oleh anak dari petugas paramedik tersebut. Sehingga,
pasien merasa tidak tepenuhi haknya secara keseluruhan.
5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan
Berkaitan dengan kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam
penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. Pertanyaan kuesionernya adalah
bagaimana pendapat Anda tentang tanggung jawab petugas dalam memberikan
pelayanan? berdasarkan kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
Grafik 4.9
Tanggung Jawab Petugas Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0% 0%
99,30%
0,70%
Tidak BertanggungJawab
Kurang BertanggungJawab
Bertanggung Jawab
Sangat BertanggungJawab
106
Berdasarkan diagram tersebut, dapat diketahui perolehan jawaban atau
pendapat dari 150 responden pada unsur ini berkaitan dengan kejelasan wewenang
dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan
di Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas kota Tangerang, responden yang
menjawab tidak bertanggung jawab adalah berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang bertanggung jawab berjumlah 0 orang atau
tidak ada, responden yang menjawab bertanggung jawab berjumlah 149 orang,
responden yang menjawab sangat bertanggung jawab berjumlah 1 orang.
Seluruh masyarakat dari total 150 responden menilai bahwa kejelasan
wewenang dan tanggung jawab petugas Puskesmas Cibodasari dalam
penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan di Puskesmas Cibodasari
Kecamatan Cibodas kota Tangerang sudah cukup bertanggung jawab. Satu orang
diantaranya mengatakan bahwa petugas Puskesmas Cibodasari Kecamatan
Cibodas kota Tangerang memberikan pelayanan secara sangat bertanggung jawab,
karena membantu menjelaskan kepadanya ketika merasa kebingungan akan
prosedur pelayanan.
6. Kemampuan Petugas Pelayanan.
Berkaitan dengan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas
dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat. Pertanyaan
kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda tentang kemampuan
(keahlian/keterampilan) petugas dalam memberikan pelayanan? berdasarkan
kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
107
Grafik 4.10
Kemampuan Petugas Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak mampu berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang mampu berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab mampu berjumlah 150 orang, responden yang
menjawab sangat mampu berjumlah 0 orang atau tidak ada.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, dari total 150 responden semua
responden menilai bahwa kemampuan petugas pelayanan Puskesmas Cibodasari
dalam memberikan pelayanan sudah cukup memiliki kemampuan, keterampilan
dan keahlian yang bagus dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
sehingga pelayanan di Puskesmas Cibodasari berjalan dengan lancar dan sebagian
besar sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0% 0%
100%
0%
Tidak Mampu
Kurang Mampu
Mampu
Sangat Mampu
108
7. Kecepatan Pelayanan
Berkaitan dengan target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. Pertanyaan
kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda tentang kecepatan pelayanan di
Unit ini? berdasarkan kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
Grafik 4.11
Kecepatan Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak cepat berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang cepat berjumlah 8 orang, responden yang
menjawab cepat berjumlah 142 orang, responden yang menjawab sangat cepat
berjumlah 0 orang atau tidak ada.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0%
5,30%
94,70%
0%
Tidak Cepat
Kurang Cepat
Cepat
Sangat Cepat
109
Mayoritas masyarakat menilai bahwa kecepatan pelayanan di Puskesmas
Cibodasari sudah cukup cepat. Dari total 150 responden 8 responden mengatakan
bahwa pelayanan di Puskesmas Cibodasari kurang cepat. Menurut mereka, kurang
cepatnya pelayanan terjadi ketika pada saat mengantri berobat. Hal ini terjadi
karena penyampaian catatan rekam medis pasien dari petugas rekam medis
kepada petugas paramedik belum efektif, sehingga terkadang dokter yang
bersangkutan justru mengambil sendiri catatan rekam medis pasien ke ruang
rekam medis.
Selain itu, petugas loket kurang berkoordinasi dengan salah seorang pasien
yang menunggu pengobatan di BP MTBS untuk memberitahukan bahwa dokter
MTBS yang bersangkutan sudah ada ditempat, membuat pelayanan dinilai kurang
cepat menurut pasien tersebut.
8. Keadilan Mendapatkan Pelayanan.
Berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan
golongan/status masyarakat yang dilayani. Pertanyaan kuesionernya adalah
bagaimana pendapat Anda tentang keadilan untuk mendapatkan pelayanan disini?
berdasarkan kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
110
Grafik 4.12
Keadilan Mendapatkan Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak adil berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang adil berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab adil berjumlah 141 orang, responden yang menjawab
sangat adil berjumlah 9 orang.
Seluruh masyarakat dari total 150 responden menilai bahwa keadilan
dalam mendapatkan pelayanan di Puskesmas Cibodasari sudah cukup adil. 9
orang diantaranya mengatakan bahwa keadilan dalam mendapatkan pelayanan di
Puskesmas Cibodasari tersebut sangat adil, terutama bagi pasien yang lanjut usia,
mereka sangat didahulukan kepentingannya dilihat dari segi kesehatannya.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0% 0%
94%
6%
Tidak Adil
Kurang Adil
Adil
Sangat Adil
111
9. Kesopanan dan Keramahan Petugas
Berkaitan dengan sikap dan perilaku petugas dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai
dan menghormati. Pertanyaan kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda
tentang kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan?
berdasarkan kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
Grafik 4.13
Kesopanan dan Keramahan Petugas
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak sopan dan ramah berjumlah 0 orang,
responden yang menjawab kurang sopan dan ramah berjumlah 7 orang, responden
yang menjawab sopan dan ramah berjumlah 135 orang, responden yang
menjawab sangat sopan dan ramah berjumlah 8 orang.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
0%
4,70%
90%
5,30%
Tidak Sopan dan Ramah
Kurang Sopan danRamah
Sopan dan Ramah
Sangat Sopan danRamah
112
Mayoritas masyarakat menilai bahwa sikap dan perilaku petugas
pelayanan Puskesmas Cibodasari sudah sopan dan ramah. Dari total 150
responden, 8 responden menjawab sikap dan perilaku petugas pelayanan
Puskesmas Cibodasari sangat sopan dan ramah.
Menurut mereka, petugas Puskesmas Cibodasari terutama paramedik,
ketika sedang melakukan pemeriksaan sangat berantusias mengajak berdialog
mereka dan juga memberikan pengarahan akan kesehatan. Selain itu, di Bidang
Pelayanan MTBS juga dokternya sangat ramah. Terkadang mereka mengajak
bercanda anaknya, untuk mengalihkan perhatian si anak tersebut yang sedang
sakit.
Namun, 7 responden lainnya menjawab bahwa sikap dan perilaku petugas
pelayanan Puskesmas Cibodasari kurang sopan dan ramah. Menurut mereka,
petugas pelayanan Puskesmas Cibodasari kurang sopan dan ramah, terutama
petugas di loket pendaftaran, karena petugas tersebut ada yang bersikap kurang
mengenakan yang tergambarkan dari ekpresi wajah dan terkadang intonasi
suaranya kurang ramah ketika menjelaskan sesuatu kepada pasien.
10. Kewajaran Biaya Pelayanan
Berkaitan dengan keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya
yang ditetapkan oleh unit pelayanan. Pertanyaan kuesionernya adalah bagaimana
pendapat Anda tentang kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan?
berdasarkan kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
113
Grafik 4.14
Kewajaran Biaya Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak wajar berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang wajar berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab wajar berjumlah 34 orang, responden yang menjawab
sangat wajar berjumlah 116 orang.
Mayoritas masyarakat menilai bahwa kewajaran biaya untuk mendapatkan
pelayanan di Puskesmas Cibodasari adalah sangat wajar, karena untuk semua
biaya pelayanan kesehatan di Puskesmas Cibodasari telah digratiskan oleh
Pemerintah Kota Tangerang. Hanya khusus pada pelayanan untuk mendapatkan
surat keterangan kesehatan dari Puskesmas Cibodasari saja yang masih dikenakan
biaya yaitu Rp 10.000,- bagi pelajar dan PNS, dan Rp 15.000,- bagi umum
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0% 0%
22,70%
77,30%
Tidak Wajar
Kurang Wajar
Wajar
Sangat Wajar
114
(Sumber: wawancara kepada Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Cibodasari).
Namun menurut mereka masih wajar biaya yang dikeluarkan tersebut.
Dari total 150 responden, 34 responden menjawab biaya untuk
mendapatkan pelayanan di Puskesmas Cibodasari masih menilai wajar. Mereka
tidak menilai sangat wajar, karena selain pada pelayanan untuk mendapatkan surat
keterangan kesehatan dari Puskesmas Cibodasari tadi, juga ada biaya yang harus
dikeluarkan diluar dari sisi administratif, yaitu biaya parkir sebesar Rp 2.000,-
rupiah. Menurut mereka, jika biaya pelayanan di Puskesmas Cibodasari sudah
digratiskan maka seharusnya mereka tidak perlu mengeluarkan biaya lagi, seperti
biaya parkir itu. Walaupun sebenarnya biaya parkir tersebut di luar sisi
administratif biaya Puskesmas Cibodasari. Selain itu, beberapa masyarakat
mengatakan bahwa untuk melakukan pelayanan penambalan gigi yang seharusnya
gratis, ada yang dikenakan biaya. Namun, menurut mereka masih wajar karena
sebanding dengan hasil pelayanan penambalan gigi yang bagus tersebut. Sehingga
mereka mengatakan bahwa biaya untuk mendapatkan pelayanan di Puskesmas
Cibodasari adalah wajar saja, bukan sangat wajar.
11. Kepastian Biaya Pelayanan
Berkaitan dengan kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
yang telah ditetapkan. Pertanyaan kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda
tentang kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah
ditetapkan? berdasarkan kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
115
Grafik 4.15
Kepastian Biaya Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab selalu tidak sesuai berjumlah 0 orang atau tidak
ada, responden yang menjawab kadang-kadang sesuai berjumlah 0 orang atau
tidak ada, responden yang menjawab sesuai berjumlah 28 orang, responden yang
menjawab selalu sesuai berjumlah 122 orang.
Mayoritas masyarakat menilai bahwa kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan di Puskesmas Cibodasari adalah
selalu sesuai, karena untuk semua biaya pelayanan kesehatan di Puskesmas
Cibodasari telah digratiskan oleh Pemerintah Kota Tangerang, hanya pada
pelayanan untuk mendapatkan surat keterangan kesehatan saja yang masih
dikenakan biaya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari total 150
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
0% 0%
18,70%
81,30%
Selalu Tidak Sesuai
Kadang-Kadang Sesuai
Sesuai
Selalu Sesuai
116
responden, 28 responden menjawab bahwa kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan di Puskesmas Cibodasari adalah
sesuai.
12. Kepastian Jadwal Pelayanan
Berkaitan dengan pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Pertanyaan kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda
tentang ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan? berdasarkan
kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
Grafik 4.16
Kepastian Jadwal Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab selalu tidak tepat berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kadang-kadang tepat berjumlah 15 orang, responden
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
0%
10%
87,30%
2,70%
Selalu Tidak Tepat
Kadang-Kadang Tepat
Tepat
Selalu Tepat
117
yang menjawab tepat berjumlah 131 orang, responden yang menjawab selalu tepat
berjumlah 4 orang.
Mayoritas masyarakat menilai bahwa ketepatan pelaksanaan terhadap
jadwal waktu pelayanan di Puskesmas Cibodasari adalah tepat. Dari total 150
responden, 15 responden menjawab bahwa jadwal waktu pelayanan di Puskesmas
Cibodasari adalah kadang-kadang tepat. Menurut mereka, petugas Puskesmas
Cibodasari di Bidang Pelayanan Gigi terkadang belum hadir ditempat ketika jam
operasional sudah berjalan, sehingga mereka harus menunggu dahulu sampai
petugas atau dokter tersebut datang. Selain itu, loket untuk pendaftaran
pengobatan tutup tidak sesuai yang dijadwalkan, sehingga sering membingungkan
masyarakat yang ingin berobat pada jam-jam mendekati jam operasional berakhir,
yakni kisaran jam 11 sampai jam 12 siang pada hari biasa (Senin – Jum’at).
4 responden lainnya menjawab bahwa ketepatan pelaksanaan terhadap
jadwal waktu pelayanan di Puskesmas Cibodasari adalah selalu tepat. Menurut
mereka, loket untuk mendaftar pelayanan selalu buka tepat waktu.
13. Kenyamanan lingkungan
Berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih,
rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima
pelayanan. Pertanyaan kuesionernya adalah bagaimana pendapat Anda tentang
kenyamanan di lingkungan unit pelayanan? berdasarkan kuesioner jawaban
responden adalah sebagai berikut:
118
Grafik 4.17
Kenyamanan Lingkungan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak nyaman berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang nyaman berjumlah 17 orang, responden yang
menjawab nyaman berjumlah 133 orang, responden yang menjawab sangat
nyaman berjumlah 0 orang atau tidak ada.
Mayoritas masyarakat menilai bahwa kenyamanan lingkungan di unit
pelayanan Puskesmas Cibodasari adalah nyaman. Dari total 150 responden, 17
responden menjawab kenyamanan lingkungan di unit pelayanan Puskesmas
Cibodasari adalah kurang nyaman. Menurut mereka, sarana dan prasarana masih
belum memadai, seperti kurangnya jumlah bangku atau kursi di ruang tunggu
pasien, sehingga mereka sering berdiri menunggu antrian pengobatan, bahkan ada
yang sampai duduk dilantai. Ada pula yang mengatakan bahwa ketersediaan air di
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
0%
11,30%
88,70%
0%
Tidak Nyaman
Kurang Nyaman
Nyaman
Sangat Nyaman
119
toilet (WC) pasien kosong karena keran air tidak berfungsi dan tidak segera dicek
untuk diperbaiki. Selain itu, tempat tidur khusus untuk pemeriksaan pasien di
ruang pemeriksaan ditempati oleh anak dari petugas Puskesmas Cibodasari,
sehingga membuat pasien kurang nyaman. Serta kondisi lantai yang basah atau
becek karena air yang tumpah di tempat antrian yang tidak segera dibersihkan.
14. Keamanan Pelayanan
Berkaitan dengan terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko yang diakibatkan
dari pelaksanaan pelayanan. Pertanyaan kuesionernya adalah bagaimana pendapat
Anda tentang keamanan pelayanan (lingkungan dan sarana yang digunakan) di
unit ini? berdasarkan kuesioner jawaban responden adalah sebagai berikut:
Grafik 4.17
Keamanan Pelayanan
Sumber: Pengolahan Data Primer 2014
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0% 0%
98,70%
1,30%
Tidak Aman
Kurang Aman
Aman
Sangat Aman
120
Berdasarkan diagram tersebut, perolehan jawaban atau pendapat responden
pada unsur ini yang menjawab tidak aman berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab kurang aman berjumlah 0 orang atau tidak ada,
responden yang menjawab aman berjumlah 148 orang, responden yang menjawab
sangat aman berjumlah 2 orang.
Seluruh masyarakat dari total 150 responden menilai bahwa keamanan
lingkungan di unit pelayanan Puskesmas Cibodasari adalah aman. 2 responden
diantaranya mengatakan bahwa keamanan lingkungan di unit pelayanan
Puskesmas Cibodasari adalah sangat aman, karena menurut salah seorang pasien
ada petugas atau tukang parkir di tempat parkir kendaraan, sehingga mereka
merasa aman akan kendaraannya. Satu orang lainnya mengatakan bahwa sarana
dan prasarana yang digunakan dalam pengobatan sangat aman karena steril.
4.3 Intepretasi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menjawab rumusan masalah penelitian
ini, yaitu seberapa besar tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan di UPTD Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang.
Setelah melakukan pengolahan berdasarkan data yang diperoleh, peneliti
kemudian melakukan perhitungan nilai indeks. Berikut adalah data hasil dari
pengolahan indeks kepuasan masyarakat per unsur pelayanannya:
121
Tabel 4.3
Hasil Pengolahan Indeks Per Unsur Pelayanan
N o Unsur Pelayanan Nilai Unsur
Pelayanan
1 Prosedur Pelayanan 3,00
2 Persyaratan Pelayanan 3,03
3 Kejelasan Petugas Pelayanan 2,98
4 Kedisiplinan Petugas Pelayanan 2,94
5 Tanggung Jawab Petugas Pelayanan 3,01
6 Kemampuan Petugas Pelayanan 3,00
7 Kecepatan Petugas Pelayanan 2,91
8 Keadilan Mendapatkan Pelayanan 3,06
9 Kesopanan dan Keramahan Petugas Pelayanan 3,01
10 Kewajaran Biaya Pelayanan 3,77
11 Kepastian Biaya Pelayanan 3,81
12 Kepastian Jadwal Pelayanan 2,92
13 Kenyamanan Lingkungan 2,89
14 Keamanan Pelayanan 3,01
(Sumber: Pengolahan Data Primer 2014)
Peneliti melakukan penghitungan berdasarkan jumlah perolehan kuesioner
yang didapat, yaitu sebagai berikut: (3,00 x 0,071) + (3,03 x 0,071) + (2,98 x
0,071) + (2,94 x 0,071) + (3,01 x 0,071) + (3,00 x 0,071) + (2,91 x 0,071) + (3,06
x 0,071) + (3,01 x 0,071) + (3,77 x 0,071) + (3,81 x 0,071) + (2,92 x 0,071) +
(2,89 x 0,071) + (3,01 x 0,071) = 3,077. Jadi, nilai indeksnya adalah 3,077.
122
Tabel 4.4
Nilai Pesepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM,
Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan
Nilai
Persepsi
Nilai Interval
IKM
Nilai Interval
Konversi IKM
Mutu
Pelayanan
Kinerja Unit
Pelayanan
1 1,00 1,75 25 43,75 D Tidak Baik
2 1,76 2,50 43,76 62,50 C Kurang Baik
3 2,51 3,25 62,51 81,25 B Baik
4 3,26 4,00 81,26 100 A Sangat baik
Sumber: KEPMENPAN No. KEP/25/M.PAN/2/2004 (2004:15)
Dengan diketahui nilai indeks pada UPTD Puskesmas Cibodasari
Kecamatan Cibodas kota Tangerang adalah sebesar 3,077, selanjutnya dihitung
nilai IKM unit pelayanan setelah dikonversi yaitu nilai interval IKM unit
pelayanan x Nilai Dasar 25 = 3,077 x 25 = 76,92. Dapat disimpulkan bahwa mutu
pelayanan UPTD Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang
adalah berkategori B, yakni kinerja unit pelayanan Baik. Dengan diketahui mutu
di UPTD Puskesmas Cibodasari Kecamatan Cibodas kota Tangerang mendapat
hasil yang baik secara keseluruhan. Namun, tetap ada sedikit catatan untuk
perbaikan pelayanan secara berkelanjutan.
Hasil dari penyebaran kuesioner dimana didalamnya memuat 14 indikator
atau unsur IKM, bahwa terdapat 5 indikator dengan nilai interval IKM dibawah
3,00 yang harus dilakukan perbaikan dan peningkatan walaupun berada dalam
123
kategori baik. Indikator-indikator tersebut adalah kejelasan petugas pelayanan
(2,98), kedisiplinan petugas pelayanan (2,94), kecepatan petugas pelayanan
(2,91), kepastian jadwal pelayanan (2,92), dan kenyamanan lingkungan (2,89).
Selain itu, 7 indikator yang berada dalam kategori baik lainnya adalah Prosedur
Pelayanan (3,00), Persyaratan Pelayanan (3,03), Tanggung Jawab Petugas
Pelayanan (3,01), Kemampuan Petugas Pelayanan (3,00), Keadilan Mendapatkan
Pelayanan (3,06), kesopanan dan keramahan petugas (3,01), Keamanan Pelayanan
(3,01), dan 2 indikator yang berada dalam kategori sangat baik, yaitu kewajaran
biaya pelayanan (3,77) dan kepastian biaya pelayanan (3,81).
Dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara dengan responden dapat
kita ketahui mayoritas responden berusia dari 30 tahun sampai 39 tahun dengan
jumlah responden sebanyak 37 orang (24,7%), selain itu juga identitas responden
berdasarkan jenis kelamin lebih banyak perempuan dengan jumlah responden
sebanyak 88 orang (58,7%), dan dari tingkat pendidikan terakhir partisipasi dari
masyarakat yang menjadi responden dalam pengisian kuesioner yang menjadi
mayoritas yaitu dengan tingkat pendidikan terakhir SMA 108 orang (72%), dan
yang terakhir berdasarkan jenis pekerjaan yang paling banyak menjadi responden
dengan jenis pekerjaan mencakup lain-lain dengan jumlah 64 orang (42,7%), yang
terdiri dari 37 Ibu Rumah Tangga (57,8%) dan 27 Pensiunan, yang terbagi dari 21
laki-laki (32,8%) dan 6 perempuan.(9,4%).
124
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Indeks Kepuasan Masyarakat
terhadap Pelayanan di Unit Pelayanan Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas
Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang yang diukur dengan berpedoman
pada Kep. MENPAN No. 25 Tahun 2004, dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan menunjukkan hal yang positif dan dikategorikan dalam kondisi baik
atau bagus dengan mutu pelayanan berkategori B, dan kinerja unit pelayanannya
dinilai baik.
Dari 14 indikator pelayanan yang diteliti, terdapat 5 indikator dengan nilai
interval IKM dibawah 3,00 yang harus dilakukan perbaikan dan peningkatan
walaupun berada dalam kategori baik. Indikator-indikator tersebut adalah
kenyamanan lingkungan pelayanan, mencakup kurangnya jumlah bangku atau
kursi di ruang tunggu pasien, kelengkapan alat tulis pada kotak pengaduan
pelayanan, ketersediaan obat-obatan, dan keterawatan fasilitas umum (toilet
pasien). Kecepatan petugas pelayanan, mencakup koordinasi antara petugas
pelayanan, baik itu sesama petugas pelayanan maupun dengan pasien. Kepastian
jadwal pelayanan, mencakup kehadiran petugas pelayanan dan ketidakjelasan
jadwal tutup loket pendaftaran. Kedisiplinan petugas pelayanan, mencakup
pegawai yang datang dan pulang tidak tepat waktu dan membawa anak ketika
124
125
bekerja. Serta kejelasan petugas pelayanan, mencakup keberadaan petugas
pelayanan terhadap pekerjaannya.
Selain itu, untuk unsur kesopanan dan keramahan petugas pun juga ada
sedikit catatan kecil, berkaitan dengan keramahan dan kesopanan petugas di loket
pendaftaran.
5.2 Saran
Demi menjaga kepercayaan masyarakat akan pelayanan di Puskesmas
Cibodasari Kecamatan Cibodas yang berkualitas, sudah selayaknya pihak
Puskesmas Cibodasari memperhatikan penilaian pasien yang menjadi responden
dalam penelititan ini. Beberapa aspek yang harus dijadikan prioritas utama dalam
perbaikan pelayanan disesuaikan dengan hasil temuan dalam penelitian ini.
Beberapa aspek tersebut adalah:
1. Kedisiplinan Petugas Pelayanan
Pihak Puskesmas sebaiknya mengadakan atau menyediakan tempat penitipan
anak insidental untuk petugas yang membawa anak, dan pemberian punishment
yang dapat berupa surat teguran tertulis, pemotongan gaji atau pemotongan cuti
bagi petugas atau pegawai yang datang tidak tepat waktu.
2. Kecepatan Petugas Pelayanan
Pemberian reward bagi petugas atau pegawai Puskesmas Cibodasari yang
berprestasi atau konsisten melaksanakan SOP pelayanan, yang bisa berupa
126
insentif, hadiah, pemberian tunjangan cuti, dan sebagainya. Serta pemberian
punishment bagi petugas yang dinilai berkinerja kurang optimal.
3. Kesopanan dan Keramahan Petugas
Mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menyampaikan keluhan atas sikap
pegawai Puskesmas yang kurang ramah dan sopan melalui kotak pengaduan
pelayanan atau langsung kepada Kepala Puskesmas Cibodasari (yang
bertanggung jawab). Kemudian menindaklanjuti keluhan atas masyarakat
tersebut dengan memberikan punishment kepada pegawai yang bersangkutan.
4. Ketersediaan fasilitas pendukung pelayanan berkaitan
Penambahan fasilitas pendukung pelayanan seperti jumlah bangku di ruang
tunggu pasien, mengevaluasi ketersediaan obat-obatan secara berkala,
melengkapi kotak pengaduan pelayanan dengan buku atau kertas yang telah di
desain dan alat tulis atau pulpen, serta memperhatikan ketersedian air di toilet
(WC) Pasien.
127
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abidin, Said Zainal, 2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Malang: Banyumedia Publishing.
________, 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.
Batinggi, Ahmad. 2011. Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Davis, Keith,dan Newstorm, 1996. Perilaku Dalam Organisasi, Edisi Tujuh.
Jakarta: Erlangga.
Dutka, Alan, 1994. AMA Handbook for Customer Satisfaction. Linconlnwood:
NTC Business Books
Dwiyanto, Agus, 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: UGM Press
Gasperzs, Vincent, 1997. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
________, 2006, Total Quality Management (TQM) Untuk Praktisi Bisnis
dan Industri. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Henry, Nicholas, 1988. Administrasi Negara dan Masalah-Masalah Kenegaraan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Lukman, Sampara, 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA LAN
Press
128
Moenir, 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Edisi Ketujuh. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ndraha, Prof. Dr. Taliziduhu, 2005. Kybernologi: Bebrapa Konstruksi Utama.
Jakarta: Bina Aksara.
Pasolong, Harbani, 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: CV Alfabeta.
Purnama, Nursya’bani, 2006. Manajemen Kualitas: Perspektif Global.
Yogyakarta: Ekonisia.
Rakhmat, 2009. Teori Administrasi dan Manajemen Publik. Jakarta : Pustaka
Rasyid, M. Ryaas. 1997. Makna Pemerintahan Tinjauan Dari Segi Etika Dan
Kepemimpinan. Jakarta: P.T Yarsif Watampone.
Ratminto dan Atik S, Winarsih, 2005. Manajemen Pelayanan (Pengembangan
Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan
Minimal). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohman, Ahmad Ainur dkk, 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Malang:
Program Sekolah Demokrasi.
Santosa, Pandji, 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung: Refika Adiutama.
Sariatmodjo, H. Soewando, Sudarsono Soedadi, H.M. Arif Mulyadi, dkk, 1999.
Pelayanan Prima (Bahan Diklat Administrasi Umum), Pendidikan Latihan
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.
Sigarimbun, Masri dan Soffian Effendi, 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES.
Silalahi, Ulbert, 2010. Metode Peneliitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
129
Sinambela, Lijan Poltak, 2010. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan,
dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Soedjadi, 1996. Organization and Methods Penunjang Berhasilnya Proses
Manajemen. Jakarta: Toko Gunung Agung
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Supranto, 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan: Untuk Menaikkan Pangsa Pasar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syafiie, Inu Kencana, 1997. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: PT. Adi Maha
Satya.
Thoha, Miftah, 1998. Perilaku Organisasi, Konsep, Dasar dan Aplikasi. Jakarta:
Raga Grafindo Persada. hal 101
_______, 2002. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Tjiptono, Fandy, 2001, Prinsip-Prinsip Total Quality Service, Edisi Kedua,
Cetakan Kedua, Andi, Yogyakarta
_______, 2002. Pemasaran Jasa. Malang: Bayu Media Publishing.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, 2003. Total Quality Management (TQM),
Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.
Tjiptono,Fandy dan Gregorius Chandra, 2007. Service, Quality Satisfaction.
Yogyakarta: Andi.
Triguno, 1997, Budaya Kerja Menciptakan Iklim yang Kondusif untuk
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : PT. Golden Terayon Press
Warella, Y, 1997. Administrasi Negara dan Kualitas Pelayanan Publik, Pidato
Pengukuhan, Cetakan Pertama. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
130
Zauhar, Soesilo, 1994, Kualitas Pelayanan Publik Suatu Paparan Teoritik, Edisi
2. Majalah Administrator
B. JURNAL
Utomo, Warsito, 1997. Peranan dan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, dalam Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, volume !.
C. DOKUMEN
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/63/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Undang-Undang Pelayanan Publik nomor 25 tahun 2009
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
131
Nomor Responden : …(Diisi oleh peneliti) Bidang Pelayanan : ..............
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Umur : …….….
Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/D1/D2/D3/S1/S2/S3/Lain-Lain
Pekerjaan Utama :Mahasiswa/PegawaiNegeri/Karyawan/Wiraswasta/Lain-Lain
Kilasan Info:
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat, bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing unit
pelayanan instansi pemerintah, yang dalam hal ini adalah UPTD Puskesmas
Cibodasari Kecamatan Cibodas Kota Tangerang, dengan cara memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk menilai secara obyektif dan periodik
terhadap perkembangan kinerja aktual unit pelayanan publik.
Mohon dijawab pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan hasil pengamatan
dan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara/i pada pelayanan Puskesmas Cibodasari ini.
1. Bagaimana pemahaman Anda
tentang kemudahan prosedur /
tahapan pelayanan di Unit ini?
a. Tidak mudah
b. Kurang mudah
c. Mudah
d. Sangat mudah
2. Bagaimana pendapat Anda tentang
kesesuaian antara persyaratan
pelayanan dengan jenis
pelayanannya?
a. Tidak sesuai
b. Kurang sesuai
c. Sesuai
d. Sangat sesuai
3. Bagaimana pendapat Anda tentang
kejelasan dan kepastian petugas
yang melayani?
a. Tidak jelas
b. Kurang jelas
c. Jelas
d. Sangat jelas
4. Bagaimana pendapat Anda tentang
kedisiplinan petugas dalam
memberikan pelayanan?
a. Tidak disiplin
b. Kurang disiplin
c. Disiplin
d. Sangat disiplin
132
5. Bagaimana pendapat Anda tentang
tanggung jawab petugas dalam
memberikan pelayanan?
a. Tidak bertanggung jawab
b. Kurang bertanggung jawab
c. Bertanggung jawab
d. Sangat bertanggung jawab
6. Bagaimana pendapat Anda tentang
Kemampuan (Keahlian /
Ketrampilan) petugas dalam
memberikan pelayanan?
a. Tidak mampu
b. Kurang mampu
c. Mampu
d. Sangat mampu
7. Bagaimana pendapat Anda tentang
kecepatan pelayanan di Unit ini?
a. Tidak cepat
b. Kurang cepat
c. Cepat
d. Sangat cepat
8. Bagaimana pendapat Anda tentang
keadilan untuk mendapatkan
pelayanan disini?
a. Tidak adil
b. Kurang adil
c. Adil
d. Sangat adil
9. Bagaimana pendapat Anda tentang
kesopanan dan keramahan petugas
dalam memberikan pelayanan?
a. Tidak sopan dan ramah
b. Kurang sopan dan ramah
c. Sopan dan ramah
d. Sangat sopan dan ramah
10. Bagaimana pendapat Anda
tentang kewajaran biaya untuk
mendapatkan pelayanan?
a. Tidak wajar
b. Kurang wajar
c. Wajar
d. Sangat wajar
11. Bagaimana pendapat Anda
tentang kesesuaian antara biaya
yang dibayarkan dengan biaya
yang telah ditetapkan?
a. Selalu Tidak sesuai
b. Kadang-kadang sesuai
c. Sesuai
d. Selalu sesuai
12. Bagaimana pendapat Anda
tentang ketepatan pelaksanaan
terhadap jadwal waktu pelayanan?
a. Selalu Tidak tepat
b. Kadang-kadang tepat
c. Tepat
d. Selalu tepat
133
13. Bagaimana pendapat Anda
tentang kenyamanan di lingkungan
unit pelayanan?
a. Tidak nyaman
b. Kurang nyaman
c. Nyaman
d. Sangat nyaman
14. Bagaimana pendapat Anda
tentang
keamanan pelayanan (lingkungan
dan sarana yang digunakan) di
unit ini?
a. Tidak aman
b. Kurang aman
c. Aman
d. Selalu aman
134
PENGOLAHAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
PER RESPONDEN DAN PER UNSUR PELAYANAN
UNIT PELAYANAN : PUSKESMAS CIBODASARI
ALAMAT : Jl. Palem Raya no.5 Kelurahan Cibodasari
Kecamatan Cibodas Perumnas 1 Kota Tangerang
Kode Pos 15138 Telp. 0215917986
NOMOR
URUT
RESPONDEN
NILAI PER UNSUR PELAYANAN
U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U12 U13 U14
1 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
7 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 2 3 4
8 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
10 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
18 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3
135
19 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
21 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
22 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
25 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
27 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
29 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
34 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
37 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3
38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
41 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
46 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3
47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
136
49 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3
50 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3
51 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
54 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3
55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
56 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
60 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
62 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
64 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
65 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
67 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
68 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
69 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
71 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
72 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
73 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3
74 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
75 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
76 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 2 3 3
77 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
78 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
137
79 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
80 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
81 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
82 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
83 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
84 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
85 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
86 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3
87 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
88 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
89 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
90 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
91 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
92 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
93 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
94 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4
95 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
96 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
97 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
98 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
99 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
100 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
101 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
102 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
103 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
104 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
105 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
106 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
107 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
108 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
138
109 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
110 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
111 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
112 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
113 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
114 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3
115 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
116 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3
117 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
118 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
119 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
120 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
121 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
122 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3
123 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
124 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
125 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
126 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
127 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
128 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
129 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3
130 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
131 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
132 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
133 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
134 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
135 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
136 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
137 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3
138 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
139
139 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
140 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
141 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
142 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
143 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
144 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
145 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
146 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
147 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
148 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
149 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3
150 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3
Jumlah nilai
per unsur
450 454 447 441 451 450 442 459 451 566 572 439 433 452
NRR Per
Unsur =
Jumlah nilai
per unsur :
Jumlah
kuesioner
yang terisi
3,00
3,03
2,98
2,94
3,01
3,00
2,91
3,06
3,01
3,77
3,81
2,92
2,89
3,01
NRR
tertimbang per
unsur = NRR
per unsur x
0,071
0,2
13
0,2
1513
0,2
1158
0,2
0874
0,2
1371
0,2
13
0,2
0661
0,2
1726
0,2
1371
0,2
6767
0,2
7051
0,2
0732
0,2
0519
0,2
1371
IKM Unit Pelayanan 3,077
140
PENGOLAHAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT BERDASARKAN
BIDANG PELAYANAN, JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN TERAKHIR,
DAN PEKERJAAN RESPONDEN
Nomor
Respon
den
Jenis
Kelamin
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan
Utama
Umur Bidang
Pelayanan
Catatan
1 Laki-laki S2 Lain-lain 73 Umum Pensiunan PNS
2 Perempuan SMA Lain-lain 57 Umum IRT
3 Perempuan SD Lain-lain 46 Umum IRT
4 Laki-laki SMA Lain-lain 65 Umum Pensiunan
5 Perempuan SMA Lain-lain 52 Umum IRT
6 Perempuan SMA Karyawan 29 Umum
7 Laki-laki SMA Wiraswasta 26 Bp Gigi
8 Perempuan SMP Lain-lain 51 Bp Gigi Pensiunan
9 Laki-laki SMA Karyawan 40 Umum
10 Perempuan SMA Lain-lain 56 Umum IRT
11 Perempuan SMA Wiraswasta 31 KB
12 Laki-laki SMA Karyawan 52 Umum
13 Laki-laki SMA Karyawan 22 Bp Gigi
14 Laki-laki S1 Karyawan 24 Umum
15 Perempuan SMP Lain-lain 62 Umum IRT
16 Laki-laki SMA Karyawan 41 Umum
17 Perempuan SMA Pelajar 21 Umum Mahasiswa
18 Perempuan SMP Pelajar 13 Umum Pelajaar
19 Laki-laki SMA Wiraswasta 46 Bp Gigi
20 Laki-laki SMA Karyawan 42 Umum
21 Perempuan SMA Wiraswasta 43 Bp Gigi
22 Perempuan D3 Karyawan 26 Umum
141
23 Perempuan SMA Karyawan 33 Umum
24 Perempuan SMP Lain-lain 48 Umum IRT
25 Laki-laki SMA Wiraswasta 34 Bp Gigi
26 Perempuan SMP Lain-lain 58 Umum IRT
27 Perempuan SMA Karyawan 19 Umum
28 Perempuan SMA Karyawan 34 KB
29 Laki-laki S2 Lain-lain 63 Umum Pensiunan PNS,
30 Laki-laki SMA Karyawan 42 Umum
31 Perempuan SMA Lain-lain 42 Bp Gigi IRT
32 Perempuan D3 PNS 32 Umum
33 Laki-laki SMA Lain-lain 70 Umum Pensiunan
34 Laki-laki S1 Lain-lain 59 Umum Pensiunan
35 Laki-laki SMA Karyawan 27 Bp Gigi
36 Laki-laki SMA PNS 44 Umum
37 Laki-laki D3 Karyawan 24 Umum
38 Perempuan SMP Lain-lain 55 Umum IRT
39 Perempuan SMA Lain-lain 30 Bp Gigi IRT
40 Laki-laki SMA Wiraswasta 55 Umum
41 Perempuan SMP Lain-lain 62 Umum IRT
42 Perempuan SMA Lain-lain 42 Umum IRT
43 Perempuan SMA Lain-lain 45 Umum IRT
44 Laki-laki SMA Pelajar 20 Umum Mahasiswa
45 Laki-laki S1 Karyawan 25 Bp Gigi
46 Perempuan SMA Wiraswasta 46 Umum
47 Laki-laki SMA Karyawan 31 Umum
48 Perempuan SMA Lain-lain 50 Umum IRT
49 Perempuan SMP Lain-lain 60 Umum IRT
50 Perempuan SMA Lain-lain 56 Umum Pensiunan
51 Perempuan SMA Wiraswasta 45 Bp Gigi
52 Perempuan SMA Karyawan 33 Bp Gigi
142
53 Laki-laki SMA Lain-lain 59 Umum Pensiunan
54 Perempuan SMA Wiraswasta 52 Umum
55 Perempuan SMA Pelajar 16 Umum
56 Laki-laki SMA Lain-lain 53 Bp Gigi Pensiunan
57 Laki-laki SMA Lain-lain 71 Umum Pensiunan
58 Laki-laki S1 PNS 30 Bp Gigi
59 Perempuan SD Lain-lain 51 Umum IRT
60 Perempuan SMA Lain-lain 54 Umum IRT
61 Perempuan SMA Lain-lain 51 Umum IRT
62 Perempuan SMP Lain-lain 40 Bp Gigi IRT
63 Perempuan SMA Pelajar 21 Bp Gigi Mahasiswa
64 Laki-laki SMA Lain-lain 63 Umum Pensiunan
65 Laki-laki SMA Lain-lain 56 Umum Pensiunan
66 Perempuan SMP Wiraswasta 31 MTBS Anak umur 2 thn
67 Perempuan SMA Karyawan 32 Umum
68 Laki-laki SMA Lain-lain 59 Umum Pensiunan
69 Perempuan SMA Lain-lain 62 Umum Pensiunan
70 Perempuan SMA Wiraswasta 38 Bp Gigi
71 Laki-laki SMP Wiraswasta 60 Umum
72 Laki-laki SMA Pelajar 18 Bp Gigi Pelajar
73 Perempuan SMA Karyawan 31 Umum
74 Perempuan SMP Wiraswasta 58 Umum
75 Laki-laki SMA Lain-lain 72 Umum Pensiunan
76 Perempuan SMA Karyawan 31 MTBS Anak umur 3 thn
77 Perempuan SMA Lain-lain 37 Bp Gigi IRT
78 Perempuan SMA Lain-lain 48 Umum IRT
79 Laki-laki SMA Wiraswasta 55 Umum
80 Laki-laki SMA Lain-lain 59 Umum Pensiunan
81 Laki-laki SMA Karyawan 35 Bp Gigi
82 Perempuan D3 Karyawan 29 KB
143
83 Laki-laki SMA Pelajar 20 Umum Mahasiswa
84 Laki-laki D3 Karyawan 32 Umum
85 Perempuan SMA Karyawan 28 MTBS
86 Perempuan D3 Karyawan 24 Bp Gigi
87 Perempuan SMP Lain-lain 70 Umum IRT
88 Laki-laki SMA Wiraswasta 47 Umum
89 Perempuan SMA Karyawan 26 KIA
90 Laki-laki SMA PNS 50 Umum
91 Perempuan SMA Lain-lain 30 MTBS Anak umur 1 thn
92 Perempuan SMA Karyawan 40 Umum
93 Laki-laki SMA Karyawan 37 Bp Gigi
94 Perempuan SMA Lain-lain 50 Umum IRT
95 Perempuan SMA Karyawan 28 KB
96 Laki-laki SMA Karyawan 24 Bp Gigi
97 Perempuan SMA Wiraswasta 52 Umum
98 Laki-laki SMA Lain-lain 56 Umum Pensiunan
99 Perempuan SMA Karyawan 31 KB
100 Laki-laki SMA Karyawan 41 Umum
101 Perempuan SMP Lain-lain 54 Umum IRT
102 Laki-laki SMA Wiraswasta 59 Umum
103 Laki-laki SMA Karyawan 40 Bp Gigi
104 Perempuan SMA Lain-lain 33 KB IRT
105 Perempuan SMP Lain-lain 61 Umum IRT
106 Perempuan SMA Lain-lain 57 Umum Pensiunan
107 Laki-laki S1 PNS 37 Umum
108 Perempuan SMA Lain-lain 58 Umum Pensiunan
109 Perempuan SMA Lain-lain 52 Umum IRT
110 Laki-laki SMA Wiraswasta 64 Umum Pensiunan
111 Laki-laki SMA Lain-lain 68 Umum
112 Laki-laki D3 Karyawan 35 Umum
144
113 Perempuan SMA Lain-lain 32 MTBS Anak umur 3 thn
114 Laki-laki SMA Wiraswasta 46 Umum
115 Laki-laki SMA Karyawan 34 Bp Gigi
116 Perempuan SMA Wiraswasta 55 Umum
117 Perempuan SMA Karyawan 29 Umum
118 Perempuan SMA Karyawan 28 KIA
119 Perempuan SMA Pelajar 17 Bp Gigi
120 Perempuan SMA Pelajar 18 Umum
121 Laki-laki SMP Lain-lain 69 Umum Pensiunan
122 Perempuan SMA Lain-lain 30 MTBS Anak umur 2 thn
123 Perempuan S1 Karyawan 27 KB
124 Perempuan SMA Wiraswasta 33 MTBS Anak umur 4 thn
125 Perempuan D3 PNS 29 KB
126 Laki-laki SMP Lain-lain 64 Umum Pensiunan
127 Perempuan SMA Lain-lain 31 MTBS Anak umur 2 thn
128 Laki-laki SMA Karyawan 28 Bp Gigi
129 Perempuan SMA Wiraswasta 49 Umum
130 Laki-laki SMA Lain-lain 51 Umum Pensiunan
131 Perempuan SMA Lain-lain 33 MTBS Anak umur 3 thn
132 Laki-laki SMA PNS 42 Umum
133 Perempuan SMA Karyawan 32 MTBS Anak umur 3 thn
134 Perempuan D3 Karyawan 26 KB
135 Laki-laki S1 Lain-lain 64 Umum Pensiunan
136 Perempuan D3 PNS 29 MTBS Anak umur 1 thn
137 Perempuan SMA Lain-lain 48 Umum IRT
138 Perempuan SMP Lain-lain 64 Umum IRT
139 Perempuan SMP Lain-lain 57 Umum Pensiunan
140 Perempuan SMA Karyawan 34 MTBS Anak umur 2 thn
141 Laki-laki SMA Lain-lain 71 Umum Pensiunan
142 Laki-laki SMA Karyawan 36 Umum
145
143 Laki-laki S1 Lain-lain 68 Umum Pensiunan PNS
144 Perempuan SD Lain-lain 64 Umum IRT
145 Perempuan SMA Lain-lain 53 Umum IRT
146 Laki-laki SMA Karyawan 36 Umum
147 Perempuan SMA Karyawan 27 KIA
148 Perempuan SMA Karyawan 30 MTBS Anak umur 4 thn
149 Laki-laki SMA Wiraswasta 52 Umum
150 Perempuan SMA Lain-lain 56 Umum IRT
Jumlah
146
147
148
149
LAMPIRAN FOTO
150
151
152
RIWAYAT HIDUP PENELITI
1. Identitas Pribadi
Nama : Hendra Ariyanto
Tempat & Tanggal lahir : Tangerang. 24 Januari 1989
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Jln. Pulosari Raya No. 61 Blok 22
Perumnas 1, Kota Tangerang, Banten
No. Telepon : 081210466600
2. Identitas Orangtua
Nama Ayah : Dedy Suntari
Nama Ibu : Siti Nurul Aini
3. Riwayat Pendidikan
1995 – 2001 SDN Karawaci Baru 2 Tangerang
2001 – 2004 SLTPN 19 Tangerang
2004 – 2007 SMAN 5 Tangerang
2007 – 2014 Strata 1 Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Serang
153
4. Pengalaman Kerja
Juli 2011 - Maret 2013 Crew Part Time di PT. Sari Burger Indonesia
(Burgerking Supermal Karawaci, Tangerang)
Mei 2013 - Januari 2014 Crew Part Time di PT. Rekso National Food
Indonesia (Mc Donald Gading Serpong)