Upload
iwan-fauzi
View
974
Download
67
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS
PENCEGAHAN PENCEMARAN
Pengolahan limbah industri semen
Oleh :
Iwan Fauzi (0907114158)
Renny Desadria (1007133809)
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S.1
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-
batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau bahan lainnya.
I.2 Tujuan
i.2.1 Mengetahui karakteristik bahan baku semen
i.2.2 Menjelaskan tentang metrode pengolahan buangan pada industry semen
i.2.3 Mengetahui standar baku mutu pada semen
BAB 11
PEMBAHASAN
I.1 Pengertian Semen
Semen (cement) adalah suatu campuarn senyawa kimia yang bersifat
hidrolisis dan merupakan hasil industri dari paduan bahan baku berupa batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang
proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
I.2 Bahan Baku Semen
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Kalsium
Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 )
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil
akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg
atau 50 kg (Bernasconi, G. 1995 ).
1.2.1 Komponen utama : Oksida silica
Dengan penambahan air mampu mengikat bahan lain
Campuran terpenting :
Tricalcium silicat 3CaO.SiO2 atau C3S
Dicalcium silicat 2CaO.SiO2 atau C2S
Tricalcium alumina 3CaO.Al2O3 atau C3A
Tetracalcium alumina ferrit 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF
MgO
1.2.2 Bahan Baku
Batu kapur CaCO3
Tanah liat Al2O3.2SiO2.xH2O
Pasir besi Fe2O3
Pasir kwarsa SiO2
Reaksi
CaCO3 + Al2O3.2SiO2.xH2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO.SiO2 + 2CaO.SiO2 +
3CaO.Al2O3 + 4CaO.Al2O3.Fe2O3
I.3 Karakteristik Semen
I.3.1 Hiderasi Semen
Adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.Untuk
mengetahui hiderasi semen harus mengenal hiderasi dari senyawa-senyawa yang
terkandung dalam semen (C2S, C3S, C3A, C4AF) ((Bernasconi, G. 1995 ).
a) Hiderasi kalsium Silikat (C2S, C3S)
Kalsium silikat dalam air akan terhidrolisis menjadi kalsium hidroksida dan
kalsium silikat hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) pada suhu 300 C.
2(3CaO.2SiO2) + 6H2O → 3CaO.2SiO23H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.2SiO2) + 4H2O → 3CaO.2SiO22H2O + Ca(OH)2
Kalsium silica hidrat (CSH) adalah silikat di dalam Kristal yang tidak
sempurna, bentuknya padatan berongga yang sering disebut TOBERMORITE
GEL.Adanya kalsium hidroksida akan membuat pasta semen bersifat basa
kuat (pH=12,5). Hal ini dapat menyebabkan pasta semen sensitive terhadap
asam kuat tapi dapat mencegah baja terhadap korosi.
b) Hiderasi C3A
Hidrasi C3A dengan air yang berlebi pada suhu 300C akan menghasilkan
kalsium alumina hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) yang mana kristalya berbentuk
kubus, didalam semen karena adanya gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit
berbeda.Mula-mula C3A akan bereaksi dengan gypsum menghasilkan sulfo
aliminate yang kristalnya berbrntuk jarum dan biasa disebut ettringite. Namun
pada akhirnya gypsum bereaksi semua, baru terbentuk kalsium aluminate
hidrat (CAH)
Hiderasi C3A tanpa gypsum :
3CaO. Al2O3 + 6H2O → 3CaO. Al2O3.6H2O
Hiderasi C3A dengan gypsum :
3CaO. Al2O3 + 3CaSO4 + 32H2O → 3CaO. Al2O3.6H2O. 3CaSO4. 32H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda pengikatan,
hal ini disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan-
permukaan Kristal C3A sehingga dapat menunda dehidrasi C3A.
c) Hiderasi C4aF (30 0C H2O)
4CaO. Al2O3. Fe2O3 + 2Ca(OH)2 + 10 H2O → 3CaO. Al2O3.6H2O + 3CaO.
Fe2O3. 6H2O
1.3.2 Setting dan Hardening
Adalah pengikatan dan pengerasan semen setelah terjadi reaksi hiderasi.
Semen apabila dicampur dengan air akan menghasilkan pasta yang plastis dan dapat
dibentuk sampai beberapa waktu. Karakteristik dari pasta tidak berubah dan periode
ini disebut Dorman Period (Periode Tidur).Pada tahapan berikutnya pasta mulai
menjadi kaku walau masih ada yang lemah, namun sudah tidak dapat
dibentuk.Kondisi ini disebut Initial Set, sedangkan waktu yang diperlukan mulai
dibentuk (ditambah air) sampai kondisi Initial Set disebut Initial Setting Time(waktu
pengikatan awal). Proses pengerasan berjalan terus seiring dengan waktu akan
diperoleh kekuatan. Proses ini dikenal dengan nama Hardening.Waktu pengikatan
pengikatan awal dan akhir semen dalam prakteknya sangat penting, sebab waktu
pengikatan awal akan menentukan panjangnya waktu dimana campuran semen masih
bersifat plastic.waktu pengikatan awal minimum 45 menit sedangkan waktu
pengikatan akhir maksimum 8 jam.
Reaksi pengerasan :
C2s + 5 H2O → C2S. 5H2O
6C3S + 18H2O → C5S65H2O + 13Ca(OH)2
C3A + 3CS + 32H2O → C3A.3CS.32H2O
C4AF + 7H2O → C3A.6H2O + CF.H2O
MgO + H2O → Mg(OH)2
1.3.3 Penyusutan (Shringkage)
Ada 3 macam penyusutan yang terjadi didalam semen :
Drying Shringkage (karena pengeringan)
Hideration Shiringkage (karena hiderasi)
Carbonation Shringkage (karena karbonasi)
Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah drying shringkage.
Penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses setting dan hardening. Bila
besaran kelembapan dapat dijaga, maka keratakan beton dapat dihindari. Penyusutan
ini juga dipengaruhi kadar C3A yang terlalu tinggi.
1.3.4 Panas Hiderasi
Adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses hiderasi.
Jumlah panas hiderasi yang terjadi tergantung tipe semen, kehalusan semen, dan
perbandingan antar air dengan semen.Kekerasan awal yang tinggi dan panas hiderasi
yang besar kemungkinan terjadi retak-retak pada beton, yang disebabkan oleh fosfor
yang timbul sukar dihilangkan sehingga terjadi pemuaian ada proses pendinginan.
1.3.5 Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO2 dalam jumlah
banyak sehingga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal kualitasnya akan
menurun karena bertambahnya loss on ignation (LOI) dan menurunnya spesifik
grafity sehingga kekuatan semen menurun, waktu pengikatan dan pengerasan makin
lama, dan terjadinya false set.
a. Loss On Ignation (hilang pijar)
Untuk mencegah adanya mineral-mineralyang terurai pada saat pemijaran,
dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada batu setelah beberapa tahun
kemudian.
b. Spesifik Grafity
Merupakan informasi yang sangat penting dalam perancangan beton. Di
dalam pengontrolan kualitas, spesifik grafity digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh kesempurnaan pembakaran klinker, juga bapakah klinker
tercampur dengan impurities.
c. False set
Merupakan proses yang terjadi bila adonan mengeras dalam waktu
singkat.False set dapat dihindari dengan melindungi semen dari pengaruh
udara luar, sehingga alkali karbonat tidak terbentuk di dalam semen.
1.3.6 Warna semen
Warna semen ditentukan oleh dua hal yaitu :
1. Kandungan MgO
Makin banyak kandungannya , maka warna semen semakin gelap
2. Kandungan Fe2Al3
Semakin banyak kadarnya juga dapat menggelapkan warna semen
1.4 Metode Pengolahan Buangan
Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif tidak menghasilkan
limbah cair mengingat penggunaan teknologi berbasis proses kering dalam
pembuatan semen, tidak menyertakan penggunaan air. Hanya sebagian kecil saja air
limbah yang dihasilkan dalam bentuk air limpasan dari proses pendinginan, yang
dialirkan kembali ke empat penampungan melalui mekanisme sirkulasi tertutup untuk
kemudian digunakan kembali (Anonim, 2011).
Pada dasarnya limbah padat bukan B3 yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis,
yakni material rusak, sampah domestik, dan barang-barang avfal (rusak atau bekas
pakai). Material rusak adalah material dari proses produksi pembuatan semen yang
gagal, sehingga pengelolaannya dilaksanakan dengan cara pemanfaatan kembali
melalui proses daur ulang.
Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya berbentuk pelumas bekas,
kami memiliki prosedur penanganan dan pengelolaan yang ketat. Sebagian besar
pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan
pabrik, yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas bagus dalam prosedur
perawatan/pemeliharaan. Sedangkan pelumas bekas yang tidak dapat digunakan
kembali dan grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil
sludge untuk dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar.
1.4.1 Pengolahan Limbah Terpusat dan Elektropanting
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa
pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan. Suatu
perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber
pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan
jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Ada
limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah
diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang
begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang ( Jejak Langkah, 2011).
Pengolahan limbah umumnya melibatkan tiga tahap, yaitu : Primer, Sekunder
dan Tersier. Selain pengolahan, dikenal juga istilah pengobatan untuk limbah industri.
Pengobatan berarti metode, teknik, atau proses yang dirancang untuk mengubah
karakter fisik, kimia atau biologi atau komposisi dari setiap bantalan logam,
berminyak, atau limbah organik untuk menetralisir limbah tersebut atau untuk
memulihkan logam, minyak, atau konten organik dari limbah.
1. Pengolahan Limbah Terpusat
Pengolahan limbah terpusat merupakan sebuah fasilitas yang dirancang untuk
menangani pengolahan limbah berbahaya tertentu dari industri dengan
wastestreams. Pada air limbah yang mengandung bahan berbahaya yang
diangkut ke fasilitas untuk penyimpanan yang tepat, pengobatan, dan
pembuangan.
2. Elektroplating
Elektroplating adalah proses pelapisan di mana ion logam dalam larutan
digerakkan oleh medan listrik untuk melapisi elektroda. Digunakan juga
untuk menyimpan lapisan bahan misalnya, abrasi dan ketahanan aus, korosi
perlindungan dan pelumasan
Air limbah elektroplating biasanya berasal dari mencuci, membilas kesedahan
dan pada pH rendah ~ 3-5 dan berisi bentuk larut dari berbagai logam. Proses ini
melibatkan pretreatment (pembersihan, degreasing, dan lainnya langkah persiapan),
plating, pembilasan, pasivator, dan pengeringan.
Metode khas untuk mengurangi dan menghilangkan logam larut dari air
limbah elektroplating adalah sebagai berikut :
1. Hujan dan Pembekuan
2. Flash Mix
3. Flokulasi
4. Clarifier, Plat Inclined
5. Sludge Penanganan clarifier
6. Sludge Dewatering
1.5 Standar Baku Mutu
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN
Sumber Parameter Batas Maksimummg/m3
1 Tanur Putar(Kiln)
Total Partikel 80
Sulfur Dioxide (SO2) 750
Nitrogen Oxide (NO2)
900
Opasitas 20 %
2 Pendingin Terak(Clinker Cooler)
Total Partikel 80
3 MillingGrindingAlat Pengangkut (Conveying)Pengepakan (Bagging)
Total Partikel 80
4 Tenaga Ketel Uap(Power Boiler)
Total Partikel200
Sulfur Dioxide (SO2) 750
Nitrogen Oxide (NO2)
900
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
- Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal Kiln) harus dikoreksi
sampai 10% Oksigen.
- Batas maksimum total partikel untuk :
(1) Proses basah = 250 mg/m3.
(2) Shalt Kiln = 500 mg/m3.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
- Pemberlakukan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan
( Anonim, 2012 ).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. pengolahan buangan industri. http : // missikamaryanie. blogspot. Com / 2011 /11/ resume-pengolahan-buangan-industri.html Diakses 09 Oktober 2012
Anonim, 2012. Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. hukum. unsrat. ac.id/ lh/
menlh_13_1995.pdf Diakses 09 Oktober 2012
Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Terjemahan Dr. Ir. Lienda Hanjojo, M Eng.
Pt Prandnya Paramitha, Jakarta