39
Infeksi pada Susunan Saraf Henny Tannady Tan 11-2009-049 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RS Bhakti Yudha Fakultas Kedokteran UKRIDA

Infeksi Pada Susunan Saraf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Infeksi Pada Susunan Saraf

Infeksi pada Susunan Saraf

Henny Tannady Tan11-2009-049

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafRS Bhakti Yudha

Fakultas Kedokteran UKRIDA

Page 2: Infeksi Pada Susunan Saraf

Definisi dan Klasifikasi- Invasi dan multiplikasi kuman di dalam susunan saraf

-Menurut organ : - Radang saraf tepi :

neuritis- Meninges : meningitis- Medulla spinalis : mielitis- Otak : ensefalitis -Menurut jenis kuman :

- Infeksi viral- Infeksi bakteri- Infeksi spiroketa- Infeksi fungus- Infeksi protozoa- Infeksi metazoa

Page 3: Infeksi Pada Susunan Saraf

Infeksi Virus pada Susunan Saraf

Page 4: Infeksi Pada Susunan Saraf

Meningitis Viral

EnterovirusesArbovirusesCacarVirus keluarga herpes: HSV-1, HSV-2, VZV, EBV, CMV, dan herpes virus manusia 6 secara kolektif menyebabkan sekitar 4% kasus meningitis viral, dengan HSV-2 menjadi penyerang terbanyak.Lymphocytic choriomeningitis virus: LCMV masuk k edalam keluarga arenaviruses. Campak

Kebanyakan pasien melaporkan demam, sakit kepala, iritabilitasm nausea, muntah, kaku leher, atau kelelahan dalam 18-36 jam sebelumnya

Nyeri kepala hampir selalu ada

muntah, diare, batuk dan mialgia

kenaikan temperature

prodromal viral nonspesifik, seperti mialgia, gejala seperti flu, dan demam derajat rendah yang timbul selama gejala neurologis sekitar 48 jam. Dengan onset kaku kuduk dan nyeri kepala, demam biasanya kembali.Bagian yang penting dari riwayat adalah penggunaan antibiotic sebelumnya, dimana dapat mempengaruhi gambaran klinis meningitis bakterial.

FisikDemam lebih sering biasanya bervariasi antara 38ºC and 40ºC.Rigiditas nuchal atau tanda lain dari iritasi meningea (tanda Brudzinski atau Kernig)Iritabilitas, disorientasi, dan perubahan status mental dapat terlihat.Nyeri kepala lebih sering dan berat.PhotophobiaKejang timbul pada keadaaan biasanya dari demam

Tanda lain dari infeksi viral spesifik dapat membantu dalam diagnosis. Hal ini meliputi faringitis dan pleurodynia pada infeksi enteroviral, manifestasi kulit seperti erupsi zoster pada VZV, ruam maculopapular dari campak dan enterovirus, erupsi vesicular oleh herpes simpleks, dan herpangina pada infeksi coxsackie virus. Infeksi Epstein Bar virus didukung oleh faringitis, limfadenopati, cytomegalovirus, atau HLV sebagai agent penyebab. Parotitis dan orchitis dapat timbul dengan campak, sementara kebanyakan infeksi enteroviral dikaitkan dengan gastroenteritis dan ruam.

Pemeriksaan hematologi dan kimia harus dilakukanPemeriksaan CSF CT Scan harus dilakukan pada kasus yang berkaitan dengan tanda neurologis abnormal untuk menyingkirkan lesi intrakranial atau hidrosefalus obstruktif sebelum pungsi lumbal (LP) Hal berikut ini merupakan karakteristik CSF yang digunakan untuk mendukung diagnosis meningitis viral:

Sel: Pleocytosis dengan hitung WBC pada kisaran 50 hingga >1000 x 109/L darah, Sel mononuclear predominan merupakan aturannya, tetapi PMN dapat merupakan sel utama pada 12-24 jam pertama; hitung sel biasanya kemudian didominasi oleh limfositProtein: Kadar protein CSF biasanya sedikit meningkat, tetapi dapat bervariasi dari normal hingga setinggi 200 mg/dL.Tes Lain

EEG dapat dilakukan jika ensefalitis atau kejang subklinis dicurigai pada pasien yang tergangguPenemuan Histologis

Kontrol simptomatik dengan antipiretik, analgetik dan anti emetic biasanya itu semua yang dibutuhkan dalam management dari

meningitis viral yang tidak komplikasi.

Pada pasien yang jarang dimana viral meningitis berkomplikasi pada hidrosefalus, prosedur pemisahan CSF, seperti ventriculoperitoneal

(VP) atau LP shunting, dapat dilakukan. Ventriculostomy dengan system pengumpulan eksternal diindikasikan pada kasus jarang dari

hidrosefalus akut.

Page 5: Infeksi Pada Susunan Saraf

Ensefalitis ViralA. Penyebaran hanya dari manusia ke manusia

1. Gondongan Sering, kadang-kadang bersifat ringan. 2. Campak Dapat memberikan sekuele berat.3. Kelompok virus enteroSering pada semua umur, keadaannya lebih berat pada neonatus.4. Rubela Jarang; sekuele jarang, kecuali pada rubela congenital5. Kelompok Virus Herpesa. Herpes Simpleks (tipe 1 dan 2)b. Virus varicela-zosterc. Virus sitomegalo-kongenital atau akuistad. Virus EB (mononukleosis infeksiosa) : jarange. Kelompok virus poks

B. Agen-agen yang ditularkan oleh antropodaVirus arbo : menyebar ke manusia melalui nyamukCaplak : epidemi musiman tergantung pada ekologi vektor serangga.

C. Penyebaran oleh mamalia berdarah panas.Rabies : saliva mamalia jinak dan liarVirus herpes Simiae (virus “B”) : saliva keraKeriomeningitis limfositik : tinja binatang pengerat .

 

Hal-hal penting dalam menegakkan diagnosis ensefalitis adalah: 1. Panas tinggi, nyeri kepala hebat, kaku kuduk, stupor, koma, kejang dan gejala-gejala kerusakan SSP.2. Pada pemeriksaan cairan serebro spinal (CSS) terdapat pleocytosis dan sedikit peningkatan protein .3. Isolasi virus dari darah, CSS atau spesimen post mortem (otak dan darah)4. Identifikasi serum antibodi dilakukan dengan 2 spesimen yang diperoleh dalam 3-4 minggu secara terpisah.

1. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.2. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.3. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri dengan Deksametason4. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB5. Pengobatan kausatif.Acyclovir intravena, 10 mg/kgbb sampai 30 mg/kgbb per hari selama 10 hari. Jika terjadi toleransi maka diberikan Adenine arabinosa (vidarabin). 6. Fisioterapi dan upaya rehabilitatif setelah penderita sembuh7. Makanan tinggi kalori protein sebagai terapi diet.

Page 6: Infeksi Pada Susunan Saraf

Ensefalitis Herpes Simpleks

yang menjadi ciri khas bagi ensefalitis virus herpes simpleks ialah progresivitas perjalanan penyakitnya. Mulai dengan sakit kepala, demam dan muntah-muntah. Kemudian timbul “acute organic brain syndrome’ yang cepat memburuk sampai koma. Sebelum koma dapat ditemukan hemiparesis atau afasia. Dan kejang epileptik dapat timbul sejak permulaan penyakit. Pada

fungsi lumbal ditemukan pleiositosis limpositer dengan eritrosit

Gambaran daerah tepi tidak spesifik Pemeriksaan cairan likuor memperlihatkan jumlah sel meningklat (90%) yang berkisar antara 10-1000 sel/mm3. awalnya sel polimorfonuklear dominan, tetapi kemudian berubah menjadi limfositosis. Protein dapat meningkat sampai 50-2000 mg/l dan glukosa dapat normal atau menurun EEG memperlihatkan gambaran yang khas, yaitu periodic lateralizing epileptiform discharge atau perlambatan fokal di area temporal atau frontotemporal CT kepala tetap normal dalam tiga hari pertama setelah timbulnya gejala neurologis, kemudian lesi hipodens muncul di regio frontotemporalT2-weight MRI dapat memperlihatkan lesi hiperdens di regio temporal paling cepat dua hari setelah munculnya gejalaPCR likuor dapat mendeteksi titer antibodi virus herpes simpleks (VHS) dengan cepat.

Page 7: Infeksi Pada Susunan Saraf

Ensefalitis Arbo-Virus

• Ciri khas ensefalitis primer arbo-virus ialah perjalanan penyakit yang bifasik. Pada gelombang pertama gambaran penyakitnya menyerupai influensa yang dapat berlangsung 4-5 hari. Sesudahnya penderita mereka sudah sembuh. Pada minggu ketiga demam dapat timbul kembali. Dan demam ini merupakan gejala pendahulu bangkitnya manifestasi neurologik, seperti sakit kepala, nistagmus, diplopia, konvulsi dan “acute organic brain syndrome”.

Page 8: Infeksi Pada Susunan Saraf

Ensefalitis Parainfeksiosa• timbul sebagai komplikasi penyakit virus

parotitis epidemika, mononukleosis infeksiosa, varisela dan herpes zooster

Page 9: Infeksi Pada Susunan Saraf

Rabies• Gejala-gejala prodromalnya terdiri dari lesu, dan letih

badan, anoreksia, demam, cepat marah-marah dan nyeri pada tempat yang telah digigit anjing. Suara berisik dan sinar terang sangat menggangu penderita. Dalam 48 jam dapat bangkit gejala-gejala hipereksitasi. Penderita menjadi gelisah, mengacau, berhalusinasi, meronta-ronta, kejang opistotonus, dan hidrofobia. Tiap kali melihat air otot pernafasan dan larings berkejang, sehingga menjadi sianotik dan apnoe. Air liur tertimbun didalam mulut oleh karena penderita tidak dapat menelan.

• Masa inkubasi rabies ialah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Jika dalam masa itu dapat diselenggarakan pencegahan supaya virus rabies tidak tiba di neuron-neuron maka kematian dapat dihindarkan.

Page 10: Infeksi Pada Susunan Saraf

Poliomyelitis Anterior AkutaPada polio non-paralytic yang bertanggung jawab untuk

kebanyakan individu-individu yang terinfeksi dengan polio, pasien-pasien tetap asymptomatic atau hanya gejala-gejala seperti flu yang ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan muntah. Gejala-gejala, jika hadir, mungkin hanya bertahan 48-72 jam, meskipun biasanya mereka bertahan untuk satu sampai dua minggu.

Paralytic polio terjadi pada kira-kira 2% dari orang-orang yang terinfeksi dengan virus polio dan adalah penyakit yang jauh lebih serius. Gejala-gejala dapat termasuk: sensasi yang abnormal, kesulitan bernapas, kesulitan menelan, retensi urin, sembelit, mengeluarkan air liur (ileran), sakit kepala, turun naik suasana hati, nyeri dan kejang-kejang otot, dan kelumpuhan.

Page 11: Infeksi Pada Susunan Saraf

Infeksi Slow Virus• Beberapa penyakit yang hingga kini dianggap

sebagai penyakit degenerative akibat faktor yang belum diketahui, telah diselidiki sehubungan dengan infeksi “slow virus”. Penyakit demensia Jakob-Creutzfeldt yang dahulu dianggap sebagai penyakit degenerative yang mempunyai sifat familial, telah terbukti disebabkan oleh infeksi “slow virus” ialah kuru.

Page 12: Infeksi Pada Susunan Saraf

Infeksi Bakteri pada Susunan Saraf

Page 13: Infeksi Pada Susunan Saraf

Meningitis Bakterial Akuta

Biasanya akut, fulminan, khas dengan demam, nyeri kepala, mual, muntah, dan kaku nukhal. Koma terjadi pada 5-10 % kasus

dan berakibat prognosis yang buruk. Kejang terjadi pada sekitar 20 % kasus, dan palsi saraf kranial pada 5 %.

CSS secara klasik memperlihatkan leukositosis polimorfonuklir, peninggian protein, dan penurunan glukosa

Patogen meningeal tersering adalah bakteria yang berkapsul. Setelah membentuk koloni dinasofaring, bakteri berkapsul

melintas epitel dan membuat jalan kealiran darah.

Penisilin G dan ampisilin diketahui mempunyai manfaat yang sama pada kebanyakan infeksi S.pneumoniae dan N.meningitidis. Dengan meningkatnya H.influenzae yang membentuk beta-laktamase, saat ini sekitar 25 %, menyebabkan pemakaian ampisilin dan kloramfenikol sebagai terapi empiris. L. monocytogenes tidak sensitive sefalosporin dan terapi yang dianjurkan adalah ampisilin atau penisilin G. Pilihan lain adalah trimetoprim sulfa-metoksazol. Pasien dengan meningitis S. aureus harus ditindak dengan nafsilin atau oksasilin, dengan vankomisin dicadangkan untuk strain resisten metisilin dan S. epidermidis. Lamanya terapi meningitis, dan 21 hari untuk infeksi basil gram negatif. Dianjurkan seftazidim dicadangkan untuk pengobatan P.aeruginosa dalam kombinasi dengan aminoglikosida.

Penelitian mutakhir terapi tambahan deksametason pada bayi dan anak-anak dengan meningitis bakterial memperlihatkan bahwa sekuele neurologis jangka panjang, terutama retardasi mental dan kehilangan pendengaran

Page 14: Infeksi Pada Susunan Saraf

Meningitis TuberkulosaManifestasi klinis : Penulis menemukan adanya panas (94%), nyeri kepala (92%), muntah muntah, kejang dan pemeriksaan neurologik menunjukkan adanya kaku tengkuk, kelumpuhan saraf kranial (terutama N III, IV, VI, VII) (30%), edema papil dan kelumpuhan ekstremitas (20%) serta gangguan kesadaran.

Diagnosis : Diagnosis Meningitis tuberkulosis ditegakkan atas dasar :1. Adanya gejala rangsangan selaput otak seperti kaku tengkuk, tanda Kernig dan Brudzinski.2. Pemeriksaan CSS menunjukkan :-- peningkatan sel darah putih terutama limfosit-- peningkatan kadar protein-- penurunan kadar glukosa3. Ditambah 2 atau 3 dari kriteria dibawah ini :-- ditemukannya kuman tuberkulosis pada pengecatan dan pembiakan CSS-- kelainan foto toraks yang sesuai dengan tuberculosis-- pada anamnesis kontak dengan penderita tuberkulosis aktif

-- Streptomisin 20 - 30 mg/kg/hari selama 2 minggu kemudian dijarangkan 3 kali/minggu hingga klinis dan laboratorium baik (perlu waktu kira-kira 6 minggu).-- INH 20 - 25 mg/kg/hari pada anak anak atau 400 mg/hari pada dewasa selama 18 bulan.-- Etambutol 25 mg/kg/hari sampai sel cairan serebrospinal normal, kemudian diturunkan 15 mg/kg/hari selama 18 bulan.-- Rifampisin 15 mg/kg/hari selama 6 - 8 minggu. Kortikosteroid hanya dianjurkan bila ditemukan tanda edema otak.

Page 15: Infeksi Pada Susunan Saraf

Abses Serebri• Adalah infeksi purulen berbatas tegas dalam

parenkim otak• Nyeri kepala, demam, edema otak, defisit

neurologis fokal, gangguan mental• Penyebab tersering adalah infeksi sinus

paranasal dan infeksi telinga tengah• Pemeriksaan dengan CT-SCAN (kontraindikasi

LP)• Terapi dengan aspirasi abses otak stereotaktik

dengan tuntunan USG/CT SCAN

Page 16: Infeksi Pada Susunan Saraf

Abses Epidural Kranial• Demam, nyeri tulang belakang, defisit

neurologis• Sering disebabkan akibat perluasan

osteomielitis (S.aureus dan Streptoccocus)• CSS : peninggian kadar protein yang jelas dan

pleositosis ringan.MRI : perluasan massa epidural

- Pengobatan : drainase, debridemen, antibiotik sistemik

Page 17: Infeksi Pada Susunan Saraf

Abses Subdural Kranial• Akibat dari sinusitis paranasal dan otitis

(streptoccocus, staphyloccocus, H.influenza)• Nyeri kepala, demam, dan meningismus,

kejang, defisit fokal• CT SCAN, MRI• Debridemen, drainase, antibiotika sistemik,

antikonvulsi profilaktik

Page 18: Infeksi Pada Susunan Saraf

Efusi Subdural• Komplikasi dari meningitis H.influenza• Gejala : epilepsy fokal, peningkatan TIK

Page 19: Infeksi Pada Susunan Saraf

Tromboflebitis Kranial• Tromboflebitis dapat merupakan komplikasi

dari osteomielitis tulang tengkorak, mastoiditis, sinusitis, abses subdural ataupun infeksi pada daerah wajah yang menggunakan system venous intracranial untuk darah baliknya.

• demam, sakit kepala, muntah dan mual, timbulnya edema diruang orbita serta kelopak mata.

• Dengan pengobatan antibiotika penyakit terlukis diatas dapat disembuhkan

Page 20: Infeksi Pada Susunan Saraf

Abses Epidural Spinal• Factor etiologi dan presipitasi yang penting bagi abses epidural yang akut ialah

diabetes mellitus dan infeksi Staphylococcus aureus yang berupa bisul di kulit atau osteomyelitis pada korpus, lamina atau pedikel tulang belakang. Yang paling sering terkena adalah bagian torakal. Bagi jenis yang kronik, spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit primernya.

• nyeri tulang belakang, kemudian nyeri radikuler, dan paraplegia akan tibul sedikit demi sedikit dengan gangguan perasaan getar, gerak, dan posisi sebagai gejala dininya

• kultur darah dan MRI medulla spinalis. Bila MRI tidak memungkinkan maka bisa dilakukan CT myelography. Lumbal punksi dikontraindikasikan

• Durasi dari pengobatan ini biasanya mencapai 3-4 minggu. Karena agen yang biasa menginfeksi ialah S.aureus, maka terapi yang diberikan ialah dari golongan penicillin, cephalosporin, atau vancomycin.

• Terapi bedah yang biasa digunakan ialah dekompresi pada tulang belakang dan drainase abses, indikasi terapi pembedahan ini ialah adanya peningkatan deficit neurologik, rasa sakit menjadi-jadi dan demam yang menetap, serta leukositosis.

Page 21: Infeksi Pada Susunan Saraf

Abses Subdural Spinal• Abses ini jarang dijumpai. Bila ada, gejala-

gejalanya juga sukar dibedakan dari abses epidural spinal. Orang-orang yang mendapatkannya biasanya juga penderita diabetes mellitus yang mempunyai bisul atau infeksi fokal lainnya.

Page 22: Infeksi Pada Susunan Saraf

Tetanus

Toksin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan acethyl-choline dari terminal nerve di otot.

Kharekteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine ) terjadi karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord.

Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral ganglioside.

Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System (ANS ) dengan gejala : berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine.

Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya Setelah 2 minggu kejang mulai hilang. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockjaw ) karena spasme otot masetter. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus , nuchal rigidity ) Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat. Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis ( pada anak ).

Page 23: Infeksi Pada Susunan Saraf

Lepra• Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri

yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis. Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai.

Page 24: Infeksi Pada Susunan Saraf

Botulisme

Racun yang menyebabkan botulism, yang sangat berpotensi racun, bisa sangat merusak fungsi syaraf. Karena racun ini merusak syaraf, mereka

disebut neurotoxin. Racun botulism melumpuhkan otot dengan menghambat pelepasan pada neurotransmitter acetycholine dari syaraf.

Pada dosis yang sangat kecil, racun bisa digunakan untuk menghilangkan kejang otot dan untuk mengurangi kerutan.

Kerusakan syaraf oleh racun mempengaruhi kekuatan otot tetapi bukan indra perasa. Nada otot pada wajah kemungkinan hilang. Berbicara dan menelan menjadi sulit. Karena kesulitan menelan maka, makanan atau ludah seringkali terhisap (asoirated) ke dalam paru-paru, menyebabkan cekikan atau sumbatan dan meningkatkan resiko pneumonia. Beberapa

orang menjadi sembelit. Otot pada lengan dan kaki dan otot yang berhubungan dalam pernafasan menjadi lemah secara progresif sebagaimana gejala-gejala secara bertahap menurunkan tubuh.

Masalah pernafasan kemungkinan mengancam nyawa. Pikiran biasanya tetap jernih.

Page 25: Infeksi Pada Susunan Saraf

Infeksi Spiroketa pada Susunan Saraf

Page 26: Infeksi Pada Susunan Saraf

Leptospirosis• demam, sakit kepala parah, nyeri otot, merah,

muntah dan mata merah• Gejala lain yang menyertainya : myalgia,

konjunctivitis perikorneal, uveitis, hemorhagi, meningitis leptospirosis (paling sering ± 50%), hemorhagi serebri.

• penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir. Pembengkakan selaput otak atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru pun dapat terjadi.

Page 27: Infeksi Pada Susunan Saraf

Sifilis

Fase Primer. Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang terinfeksiFase Sekunder. Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur. Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian. Fase Laten. Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. infeksi treponema palidum akan terus berjalan tanpa halangan, sehingga susunan saraf pusat juga akan mengalami invasi kuman tersebutFase Tersier.Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.

Sifilis tersier jinak. Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organSifilis kardiovaskuler..Neurosifilis. 3 jenis utama dari neurosifilis-Neurosifilis meningovaskuler. Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan medulla spinalis-Neurosifilis paretik. Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan mereka mulai mengalami demensia. -Neurosifilis tabetik. Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil mengentakkan kakinya. Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita gemetaran.

Page 28: Infeksi Pada Susunan Saraf

Infeksi Fungus pada Susunan Saraf

Page 29: Infeksi Pada Susunan Saraf

• Kompetensi sistema immun adalah faktor yang penting dalam preseleksi patogen fungal spesifik: Cryptococcus, Coccidioides, Histoplasma, dan Blastomyces dapat menginfeksi orang sehat, sedang infeksi fungal lain terjadi hampir selalu pada pasien dengan immunitas seluler yang terganggu.

• Berbeda dengan infeksi bakterial, meningitis fungal cenderung dimulai ringan dengan perburukan bertahap. Nyeri kepala, kaku kuduk, demam, letargi, status mental depresi, dan palsi saraf kranial

• Pleositosis CSS adalah limfositik, protein CSS sedikit meninggi, dan glukosa CSS biasanya berkurang. Umumnya fungi sulit dibiak dari darah dan CSS, serta tes serologis kurang sensitif. MRI merupakan pemriksaan yang efektif.

Page 30: Infeksi Pada Susunan Saraf

Infeksi Protozoa pada Susunan Saraf

Page 31: Infeksi Pada Susunan Saraf

Tripanosomiasis• Bentuk penyakit tidur di afrika timur (rhodesiense) dan afrika barat

(gambiense) masing-masing Disebabkan oleh dua subspesies tripanosoma, yaitu T. Brucei rhodesiense dan T. Brucei gambiense. Parasit ditularkan oleh lalat tse-tse penghisap darah dan genus Glossina.

• Lesi inflamasi (panosomal) dapat terlihat 1 minggu atau lebih setelah gigitan lalat tse-tse yang terinfeksi. Keadaan demam yang sistematik kemudian terjadi pada saat parasit menyebar lewat sistem limfatik dan aliran darah.

• Tripanosomiasis sistemik afrika tanpa kelainan pada sistem saraf pusat umumnya disebut sebagai penyakit stadium I. Manifestasi hematologi yang menyertai tripanomiasis stadium I mencakup leukositosis sedang, trombositopenia, dan anemia. Kadar imunoglobulin yang tinggi dan terutama terdiri atas igM poliklonal merupakan gambaran konstan, dan anti bodi heterofil, antibodi anti-DNA, serta faktor rematoid sering ditemukan.

• Tripanosomiasis stadium II meliputi invasi ke sistem saraf pusat. Abnormalitas pada cairan serebrospinal mencakup peningkatan tekanan, kenaikan konsentrasi total protein, dan pleositositosis. Tripanosoma sering ditemukan pula dalam cairan serebrospinal.

Page 32: Infeksi Pada Susunan Saraf

Malaria Serebral

suatu akut ensefalopati menurut WHO definisi malaria serebral memenuhi 3 kriteria yaitu koma

yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap >30 menit setelah kejang disertai adanya P. Falsiparum yang dapat ditunjukkan

dan penyebab lain dari akut ensefalopati telah disingkirkan.

Malaria serebral disebabkan oleh infeksi plasmodium falsiparum. Penularannya dilakukan oleh nyamuk anopheles. Plasmodium falsiparum berbeda dengan jenis lain protozoa malaria dalam hal – hal berikut : a. Multiplikasi plasmodium falsiparum tidak dapat dihambat karena kebanyakan berada di dalam eritrosit. b. Eritrosit inang mempunyai kecenderungan untuk melekat pada intima pembuluh kapiler sehingga menimbulkan penyumbatan aliran darah kapiler.

Penderita malaria falsiparum yang non imun bila diagnosa terlambat, penundaan terapi, absorbsi gagal karena muntah-muntah, resisten OAM, dalam 3-7 hari setelah panas, dapat menuntun cepat masuk dalam koma. Pada dewasa kesadaran menurun setelah beberapa hari klinis malaria dan anak-anak lebih pendek dibawah 2 hari. Lama koma pada dewasa umumnya 2-3 hari sedangkan anak-anak pulih kesadaran lebih cepat setelah mendapat pengobatan.Pada kesadaran memburuk atau koma lebih dalam disertai dekortikasi, deserebrasi, opistotonus, tekanan intrakranial meningkat, perdarahan retina, angka kematian tinggi.

Gejala motorik seperti tremor, myoclonus, chorea, athetosis dapat dijumpai, tapi hemiparesa, cortical blindness dan ataxia cerebelar jarang. Gejala rangsangan meningeal jarang. Kejang biasanya kejang umum juga kejang fokal terutama pada anak. Hipoglikemi sering terjadi pada anak, wanita hamil, hiperparasitemia

Page 33: Infeksi Pada Susunan Saraf

Toksoplasmosis• Yang pertama dinamakan infeksi akuisital dan yang kedua kongenital.

Mekanisme infeksi akuisital belum diketahui. Pada binatang telah ditemukan cara transmisinya, yaitu melalui makan daging binatang yang mengandung toksoplasma. Mungkin juga manusia mendapat toksoplasma karena makan daging yang tidak matang. Toksoplasmosis akuisital pada umumnya asimptomatik, tetapi toksoplasma congenital selalu simptomatik.

• Maka dari itu manifestasi toksoplamosis congenital dapat berupa :– Fetus meninggal dalam kandungan– Neonates menunjukan kelainan congenital yang nyata– Neonates tampaknya sehat, tetapi kemudian menunjukan disfungsi atau

perkembangan yang tidak normal

• Pada umumnya manifestasi neurologic dari toksoplasmosis pada neonates yang tampak sehat ialah ensefalomielitis subakut atau kronik. Kelainan congenital yang sudah jelas pada weaktu partus berupa mikrosefalus, mikroftalmia, dan endoftalmia. Pada masa perkembangan selanjutnya dapat timbul hidrosefalus, konvulsi, tremor, opistotonus, hemiplegia, paraplegia, dan nistagmus.

Page 34: Infeksi Pada Susunan Saraf

Abses Serebri Amebiasis• Sebenarnya dahulu diketahui bahwa hanya

entamoeba histolytica yang dapat menginvasi otak dan mengakibatkan abses serebri. Tetapi, ternyata penelitian baru-baru ini menemukan bahwa free living amebae adalah spesies utama yang menyebabkan meningoensefalitis.

• Naegleria fowleri menyebabkan acute meningoencephalitis, primary amebic meningoencephalitis, sedangkan Acanthamoeba species bisa menyebabkan baik acute maupun granulomatous amebic meningoencephalitis. Spesies lainnya, Leptomyxid amoeba, hanya ditemukan pada beberapa kasus meningoensefalitis.

Page 35: Infeksi Pada Susunan Saraf

Infeksi Metazoa pada Susunan Saraf

Page 36: Infeksi Pada Susunan Saraf

Nematodal• Kista trichinella spiralis masuk ke traktus

gastrointestinal. Otak memperlihatkan mikrogranulatom yang mengandung kista. Otak dan meninges bengkak dan pendarahan kecil tersebar di seluruh otak. Lesi – lesi vaskular di otak disebabkan oleh vaskulitis kapiler. Gejala – gejala neurologik perifer disebabkan juga oleh adanya granulom kecil yang menimubulkan infiltrasi terhadap bekas saraf perifer.

Page 37: Infeksi Pada Susunan Saraf

Trematodal• Golongan cacing yang dapat menyebabkan

komplikasi neurologik ialah skistosoma dan paragonimus. Lesi yang ditemukan di susunan saraf pusat berupa granuloma yang mengandung telur cacing, abses, fibrosis, dan gliosis.

Page 38: Infeksi Pada Susunan Saraf

Sestodal

Sistiserkosis•a. Bilamana sistiserkus tiba di traktus digestivus manusia misalnya karena makin babi kurang matang yang mengandung sistiserkus. Di dalam usus ia dapat tumbuh menjadi dewasa dan menetap di situ. •b. bilamana manusia makan telur tania sollium lalu mudigahnya dapat menembus mukosa traktus digestivus dan tiba di saluran darah melalui penyebaran hematogen sehingga berbagai organ dapat menerima nya.•Manifestasi yang timbul ialah akibat kompresi, desak ruang, edema, dan reaksi peradangan karena adanya kista-kista tersebut.

Hidatidosis•Telur cacing yang keluar dengan tinja anjing dapat mengotori air minum atau makanan. Jika manusia menelan telur itu, didalam duodenum telur itu menetas dan mudigah menembus mukosa untuk tiba didalam vena. Setalah itu terjadilah penyebaran hematogen. Hepar dan paru-paru merupakan tempat tujuan utama. Banyak diantara mudigahyang tiba dihepar dan paru-paru mati, tetapi sedikit yang dapat melanjutkan penghidupannya dengan membentuk kista. 5% dari orang-orang yang menjadi tuan rumah ekinokokus, dapat memperoleh kista didalm otak. Biasanya terdapat hanya satu kista, tetapi dapat juga berkembang beberapa kista. Hampir semua kista terletak subkortikal dan biasanya didaerah oksipital dan parietal. Maka dari itu manifestasinya terdiri dari gejala-gejala proses desak ruang intracranial yang berlangsung lambat. Kebanyakan penderita adalah anak-anak dan orang dewasa muda.

Page 39: Infeksi Pada Susunan Saraf

Terima Kasih