9
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL POGIL BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KARAKTER BANGSA SISWA KELAS VIII P. S. Widyaningrum , E. Pujiastuti, K. Wijayanti Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Gedung D7 Lt.1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229 Sejarah Artikel: Diterima Juli 2016 Disetujui Agustus 2016 Dipublikasikan November 2016 Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa dengan penerapan pembelajaran model POGIL berbantuan kartu masalah dapat mencapai ketuntasan klasikal lebih dari atau sama dengan 75% dari jumlah siswa di kelas yang tuntas secara individual dan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan penerapan pembelajaran model POGIL berbantuan kartu masalah lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa dengan penerapan pembelajaran model ekspositori berbantuan kartu masalah, serta bagaimana karakter bangsa siswa dengan penerapan pembelajaran model berbantuan kartu masalah. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Banyumas. Teknik sampling menggunakan cluster random sampling, diperoleh kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII E sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data meliputi metode tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah uji proporsi dan uji ketidaksamaan dua rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan klasikal dan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas kontrol. Selain itu, karakter bangsa siswa dengan penerapan pembelajaran model POGIL berbantuan kartu masalah mengalami perubahan menjadi lebih baik dari kriteria yang dimiliki sebelumnya. Alamat Korespondensi: E-mail: [email protected] Kata Kunci: Karakter Bangsa; Kartu Masalah; Kemampuan Pemecahan Masalah; POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning). The purpose of this study was to determine whether the problemsolving ability of students with the application of learning models POGIL assisted problem cards could achieve classical completeness is more than or equal to 75% of the number of students in the class who completed individually and problemsolving ability of students with the application of learning models POGIL assisted problem cards was better than problemsolving ability of students with the application of learning models expository assisted problem cards, and how the national character of students with the application of learning models POGIL assisted problem cards. The population in this study is the eighthgrade students of Banyumas 2 Junior High School. Sampling was carried out by cluster random sampling technique, is obtained as an experimental class in eighth grade D and eighth grade class E as a control. Data collection methods include tests, observation, and documentation. Analysis of the data used is the proportion test, and test two average inequality. The results showed that the test result graders problem solving capabilities experiments achieve classical completeness and the average test students' problemsolving abilities experimental class better than the average results of the test solving abilities issue control class. Besides that, national character of students with the application of learning models POGIL assisted problem cards change be better of the criteria previously owned. © 2016 Universitas Negeri Semarang p-ISSN 2252-6927 e-ISSN 2460-5840 Info Artikel Abstrak Abstract UJME 5 (3) (2016) Unnes Journal of Mathematics Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

Info Artikel Abstrak - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/33106/1/PDF_KEEFEKTIFAN_PEMBELAJARAN_MODEL_POGIL.pdfmateri sistem persamaan linear dua variabel. Pada tahun 2013/2014, di kabupaten

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL POGIL BERBANTUAN KARTUMASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DANKARAKTER BANGSA SISWA KELAS VIII

P. S. Widyaningrum , E. Pujiastuti, K. Wijayanti

Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, IndonesiaGedung D7 Lt.1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Sejarah Artikel: Diterima Juli 2016 Disetujui Agustus 2016 Dipublikasikan November 2016

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah kemampuan pemecahanmasalah siswa dengan penerapan pembelajaran model POGIL berbantuan kartumasalah dapat mencapai ketuntasan klasikal lebih dari atau sama dengan 75%dari jumlah siswa di kelas yang tuntas secara individual dan kemampuanpemecahan masalah siswa dengan penerapan pembelajaran model POGILberbantuan kartu masalah lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalahsiswa dengan penerapan pembelajaran model ekspositori berbantuan kartumasalah, serta bagaimana karakter bangsa siswa dengan penerapan pembelajaranmodel berbantuan kartu masalah. Populasi penelitian ini adalah siswakelas VIII SMP Negeri 2 Banyumas. Teknik sampling menggunakan clusterrandom sampling, diperoleh kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIE sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data meliputi metode tes,observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah uji proporsidan uji ketidaksamaan dua rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwakemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasanklasikal dan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen lebih baikdaripada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas kontrol. Selain itu,karakter bangsa siswa dengan penerapan pembelajaran model POGIL berbantuankartu masalah mengalami perubahan menjadi lebih baik dari kriteria yangdimiliki sebelumnya.

Alamat Korespondensi:E-mail: [email protected]

Kata Kunci:Karakter Bangsa;Kartu Masalah;Kemampuan PemecahanMasalah;POGIL (Process OrientedGuided Inquiry Learning).

The purpose of this study was to determine whether the problem­solving ability of studentswith the application of learning models POGIL assisted problem cards could achieveclassical completeness is more than or equal to 75% of the number of students in the classwho completed individually and problem­solving ability of students with the application oflearning models POGIL assisted problem cards was better than problem­solving ability ofstudents with the application of learning models expository assisted problem cards, andhow the national character of students with the application of learning models POGILassisted problem cards. The population in this study is the eighth­grade students ofBanyumas 2 Junior High School. Sampling was carried out by cluster random samplingtechnique, is obtained as an experimental class in eighth grade D and eighth grade class Eas a control. Data collection methods include tests, observation, and documentation.Analysis of the data used is the proportion test, and test two average inequality. The resultsshowed that the test result graders problem solving capabilities experiments achieve classicalcompleteness and the average test students' problem­solving abilities experimental classbetter than the average results of the test solving abilities issue control class. Besides that,national character of students with the application of learning models POGIL assistedproblem cards change be better of the criteria previously owned.

© 2016 Universitas Negeri Semarangp-ISSN 2252-6927e-ISSN 2460-5840

Info Artikel Abstrak

Abstract

UJME 5 (3) (2016)

Unnes Journal of Mathematics Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

P.S. Widyaningrum et al / UNNES Journal of Mathematics Education 5 (3) (2016)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu matapelajaran yang diberikan di seluruh jenjangpendidikan. Dalam Badan Standar NasionalPendidikan (Depdiknas: 2006), pemberian matapelajaran ini bertujuan untuk membekali pesertadidik dengan kemampuan berpikir logis,analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, sertakemampuan bekerjasama. Selain itudimaksudkan pula untuk mengembangkankemampuan menggunakan matematika dalampemecahan masalah dan mengkomunikasikanide atau gagasan dengan menggunakan simbol,tabel, diagram, dan media lain.

Ken Kay dalam Partnership for 21st

Century Learning Framework, menyatakan bahwaketerampilan kunci yang harus dikembangkansiswa adalah berpikir kritis dan pemecahanmasalah, kreativitas dan inovasi, sertakolaborasi dan komunikasi (Wismath et al.,2014). Menurut Tambychik (2010), pemecahanmasalah merupakan salah satu aspek pentingdalam kurikulum matematika. Hal ini karenapemecahan masalah diperlukan siswa untukmenerapkan dan mengintegrasikan konsep-konsep matematika dan keterampilan membuatkeputusan. Di Indonesia, kemampuanpemecahan masalah siswa masih tergolongrendah. Salah satu kemampuan pemecahanmasalah yang masih rendah pada hasil dayaserap ujian nasional di Provinsi Jawa Tengahadalah kemampuan pemecahan masalah padamateri sistem persamaan linear dua variabel.Pada tahun 2013/2014, di kabupaten Banyumasdaya serap indikator menyelesaikan masalahyang berkaitan dengan sistem persamaan lineardua variabel hanya mencapai 46,56%, untuktingkat propinsi yaitu 51,10%, sedangkan untuktingkat nasional daya serap materi tersebutadalah 59,22%.

SMP Negeri 2 Banyumas menggunakankurikulum 2006 untuk semester 1 tahunpelajaran 2015/2016. Salah satu materimatematika dimana siswa merasa kesulitandalam memecahkan masalah adalah sistempersamaan linear dua variabel. Berkaitandengan hal tersebut, pada ulangan harian sistempersamaan linear dua variabel tahun ajaran2013/2014 hanya 50% - 60% siswa di setiapkelas yang tuntas dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah terkait materi tersebut.Padahal, ketuntasan klasikal yang ditetapkan75%, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) senilai 71. Hal ini dikarenakan siswakurang terlatih dalam menghadapi soal-soaljenis pemecahan masalah. Apalagi jika soalpemecahan masalah tersebut belum pernahdiajarkan sebelumnya. Siswa juga tidak terbiasauntuk melakukan perencanaan sebelummengerjakan, sehingga terkadang mereka tidakdapat menyelesaikan permasalahan karenatidak mengetahui langkah apa yang harusdigunakan selanjutnya. Selain itu, terdapat jugasiswa yang kesulitan dalam mengubah soalcerita menjadi model matematika. Dalampembelajaran matematika di SMP Negeri 2Banyumas khususnya kelas VIII, menggunakanmodel pembelajaran ekspositori yang terkadangdiselingi dengan diskusi kelompok dan jugasudah memanfaatkan media pembelajaranseperti LCD dan proyektor sebagai mediapendukung pembelajaran. Walaupun demikian,siswa masih kurang terlatih dalammenyelesaikan soal-soal pemecahan masalah.Oleh karena itu, diperlukan suatu modelpembelajaran yang dapat meningkatkankemampuan pemecahan masalah siswa. Salahsatu model pembelajaran yang dapatmeningkatkan kemampuan pemecahan masalahadalah model pembelajaran Process OrientedGuided Inquiry Learning (POGIL).

Menurut Hanson dalam Rosidah(2013), POGIL diartikan sebagai pembelajarandengan proses interaktif tentang berpikir secarahati-hati, mendiskusikan ide, mencerahkanpemahaman, melatih kemampuan,mencerminkan kemajuan, danmengevaluasinya. Salah satu tujuan dari POGILadalah untuk meningkatkan kemampuan siswauntuk memecahkan masalah (Hanson, 2006).Penerapan model pembelajaran POGIL akanmemberi suasana belajar yang lebihmenyenangkan karena dalam langkah-langkahpembelajarannya siswa akan melakukaneksplorasi untuk menemukan konsep materiyang diajarkan, yaitu sistem persamaan lineardua variabel dengan aktivitas yang merekalakukan dalam kerja kelompok. Dengan prosesmenemukan tersebut, siswa akan menjadi lebihmemahami materi sistem persamaan linear duavariabel. Hal itu dikarenakan siswa akanmengkonstruk sendiri pikiran mereka akanmateri tersebut, sehingga siswa akan benar-benar paham dan tidak mudah lupa mengenaiapa yang mereka dapatkan, serta tidak akankesulitan jika diberikan soal-soal yang mengacu

208

P.S. Widyaningrum et al / UNNES Journal of Mathematics Education 5 (3) (2016)

pada pemecahan masalah. Selain itu, setelahmelakukan kegiatan eksplorasi siswa akanmelakukan latihan soal pemecahan masalahyang berkaitan dengan materi sistempersamaan linear dua variabel, sehinggakemampuan pemecahan masalah siswa akanmateri sistem persamaan linear dua variabelpun dapat meningkat.

Undang-Undang Republik Indonesianomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (UU Sisdiknas)merumuskan fungsi dan tujuan pendidikannasional yang harus digunakan dalammengembangkan upaya pendidikan diIndonesia. Tujuan pendidikan nasional itumerupakan rumusan mengenai kualitasmanusia Indonesia yang harus dikembangkanoleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu,rumusan tujuan pendidikan nasional menjadidasar dalam pengembangan pendidikan budayadan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010).

Menurut Kemendiknas (2010),pengembangan budaya dan karakter bangsatidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapiterintegrasi ke dalam mata pelajaran,pengembangan diri, dan budaya sekolah. Olehkarena itu guru dan sekolah perlumengintegrasikan nilai-nilai yangdikembangkan dalam pendidikan budaya dankarakter ke dalam Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP), silabus, dan RencanaProgram Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.Di SMP Negeri 2 Banyumas sudahmenerapkan pendidikan budaya dan karakterbangsa. Salah satu contohnya adalah adanyapapan yang berisi 18 karakter bangsa yangharus dimiliki siswa. Papan tersebut terletak dipintu masuk sekolah yang dilewati oleh siswasetiap hari. Walaupun begitu, pendidikanbudaya dan karakter bangsa pada saatpembelajaran di kelas pun sangat diperlukan.Model pembelajaran POGIL merupakan salahsatu model pembelajaran yang cocok untukmeningkatkan karakter bangsa siswa,diantaranya yaitu karakter toleransi,komunikatif, dan tanggung jawab. Modelpembelajaran POGIL menuntut siswa untukaktif dalam diskusi kelompok sertamengkomunikasikan hasil diskusi mereka,sehingga secara tidak langsung karaktertoleransi, komunikatif, dan tanggung jawabsiswa akan dilatih.

Selain itu, agar lebih menarikpenggunaan media pembelajaran jugadiperlukan sebagai alat bantu dalampembelajaran. Media pembelajaran mempunyaiarti penting dalam pembelajaran karena dapatmembantu siswa menggali pengetahuan,menambah motivasi belajar dan menjadikanpembelajaran lebih menarik. Salah satu mediapembelajaran yang dapat meningkatkankemampuan pemecahan masalah siswa adalahkartu masalah. Menurut Hudojo (2003), ide-idematematika dipelajari siswa melalui instruksi-instruksi, pertanyaan-pertanyaan dan latianyang ditulis pada kartu-kartu. Denganmenggunakan kartu-kartu itu, siswa akanmenyerap konsep-konsep matematika, mencaristruktur-struktur matematika danmenyelesaikan masalah-masalah. Kartumasalah ini berisi latihan-latihan soalpemecahan masalah yang dikemas secaramenarik. Biasanya siswa akan malas jikadiminta untuk mengerjakan latihan soal. Akantetapi jika latihan soal itu dijadikan kartumasalah yang tampilannya menarik makadiharapkan siswa akan tertarik untuk membacadan mengerjakannya. Selain itu, dengan adanyaberbagai macam variasi soal di kartu masalahdiharapkan siswa dapat tertarik dan aktif untukmenemukan solusi pemecahannya sehinggadapat membantu mengasah kemampuanpemecahan masalah matematik siswa(Rahmawati et al., 2013). Contoh desain kartumasalah dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Desain Kartu MasalahLangkah-langkah pembelajaran model

POGIL berbantuan kartu masalah padapenelitian ini disusun berdasarkan langkah-langkah pembelajaran model POGIL menurutHanson yang meliputi: (1) identifikasikebutuhan untuk belajar, (2) menghubungkanpengetahuan sebelumnya, (3) eksplorasi, (4)pemahaman dan pembentukan konsep, (5)praktik mengaplikasikan pemahaman, (6)

210

P.S. Widyaningrum et al / UNNES Journal of Mathematics Education 5 (3) (2016)

mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konsepbaru, (7) refleksi dalam proses.

Kemampuan pemecahan masalahdalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya.Menurut Polya (1971), empat langkah yangharus dilakukan untuk memecahkan suatumasalah meliputi understand the problem(memahami masalah), devise a plan(merencanakan penyelesaian atau pemecahanmasalah), carry out the plan (memecahkanmasalah sesuai rencana), look back (meninjaukembali pekerjaan dan menafsirkan solusi).

Diharapkan penerapan pembelajaranmodel POGIL berbantuan kartu masalah akansemakin menambah variasi modelpembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut,penulis tertarik untuk mengadakan penelitiandengan judul “Keefektifan Pembelajaran ModelPOGIL Berbantuan Kartu Masalah terhadapKemampuan Pemecahan Masalah dan KarakterBangsa Siswa Kelas VIII”.

Rumusan masalah dalam penelitian iniadalah (1) apakah hasil tes kemampuanpemecahan masalah siswa yang diberipembelajaran dengan model POGIL berbantuankartu masalah mencapai ketuntasan klasikalyaitu 75% dari jumlah siswa di kelas yang tuntassecara individual; (2) apakah rata-rata hasil teskemampuan pemecahan masalah siswa yangdiberi pembelajaran dengan model POGILberbantuan kartu masalah lebih baik daripadarata-rata hasil tes kemampuan pemecahanmasalah siswa yang diberi pembelajaran denganmodel ekspositori berbantuan kartu masalah; (3)bagaimana karakter bangsa siswa yang diberipembelajaran dengan model POGIL berbantuankartu masalah. Sedangkan tujuan penelitian iniuntuk mengetahui kemampuan pemecahanmasalah siswa yang diberi pembelajaran denganmodel POGIL berbantuan kartu masalahmencapai ketuntasan klasikal yaitu 75% darijumlah siswa di kelas yang tuntas secaraindividual, untuk mengetahui kemampuanpemecahan masalah siswa yang diberipembelajaran dengan model POGIL berbantuankartu masalah lebih baik daripada rata-rata hasiltes kemampuan pemecahan masalah siswa yangdiberi pembelajaran dengan model ekspositoriberbantuan kartu masalah, dan untukmengetahui karakter bangsa siswa yang diberipembelajaran dengan model POGIL berbantuankartu masalah.

METODE

Metode penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah metode penelitiankuantitatif. Peneliti menggunakan posttest onlycontrol design, dimana terdapat dua kelompokdengan kelompok pertama diberi perlakuanyang disebut kelompok eksperimen, dankelompok kedua tidak diberi perlakuan yangdisebut kelompok kontrol (Sugiyono, 2013).Desain penelitian dapat dilihat dalam Tabel 1.Setelah dilakukan pembelajaran pada kelaseksperimen dan kelas kontrol, kemudiandiberikan tes dengan materi yang sama untukmengetahui kemampuan pemecahan masalahkedua kelas tersebut. Soal tes kemampuanpemecahan masalah yang diberikan pada kelassampel adalah soal yang telah diujicobakanpada kelompok uji coba soal dengan siswa darikelas yang bukan kelompok eksperimen dankelompok kontrol. Selanjutnya data hasil teskemampuan pemecahan masalah dianalisis.Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesispenelitian yang diajukan.

Tabel 1. Desain Penelitian

Keterangan:

X : Pembelajaran dengan model POGIL

berbantuan kartu masalah

Y : Pembelajaran dengan model ekspositori

berbantuan kartu masalah

T : Tes kemampuan pemecahan masalahPopulasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Banyumas tahunpelajaran 2015/2016. Sedangkan pengambilansampel menggunakan teknik cluster randomsampling dengan mengambil kelas secara acakpada populasi yang bersifat homogen. Padakelas eksperimen siswa diajar denganpembelajaran model POGIL berbantuan kartumasalah, dan pada kelas kontrol siswa diajardengan pembelajaran model ekspositoriberbantuan kartu masalah. Variabel yangdigunakan dalam penelitian ini, yaitu variabelbebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalampenelitian ini adalah model pembelajaran, danvariabel terikat adalah kemampuan pemecahanmasalah dan karakter bangsa.

Metode pengumpulan data dalampenelitian ini meliputi metode tes, metodeobservasi, dan metode dokumentasi. Metode tes

211

P.S. Widyaningrum et al / UNNES Journal of Mathematics Education 5 (3) (2016)

yang digunakan berupa tes kemampuanpemecahan masalah dalam bentuk uraian untukmemperoleh data tentang kemampuanpemecahan masalah siswa kelas VIII denganmenggunakan kriteria Polya yang akandianalisis sebagai jawaban dari permasalahanyang dirumuskan serta untuk menguji hipotesisyang telah diajukan. Soal tes yang diberikanterlebih dahulu diujicobakan pada kelas uji cobadan dianalisis untuk mengetahui tingkatkesahihan dan keabsahan tes yang meliputivaliditas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dandaya pembeda dari tiap butir soal. Metodeobservasi digunakan untuk memperoleh datahasil pengamatan aktivitas guru selamamelaksanakan pembelajaran model POGILberbantuan kartu masalah dan pembelajaranmodel ekspositori berbantuan kartu masalah,serta digunakan untuk mengetahui karakterbangsa yang tertanam selama siswa mengikutiproses pembelajaran. Metode dokumentasidigunakan untuk mendapatkan data awalkemampuan siswa.

Analisis data akhir nilai kemampuanpemecahan masalah digunakan untuk mengujikebenaran hipotesis penelitian. Uji hipotesispertama adalah uji ketuntasan klasikalmenggunakan uji proporsi dengan uji satu pihak(pihak kiri). Uji hipotesis kedua adalah uji bedarata-rata dengan uji t satu pihak (pihak kanan).Uji beda rata-rata tersebut dilakukan untukmenentukan pembelajaran yang lebih baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data awaldiperoleh data yang menunjukkan bahwasampel penelitian berasal dari populasi yangberdistribusi normal, mempunyai varians yangsama, dan mempunyai kesamaan rata-rata. Halini menunjukkan bahwa sampel berasal darikondisi yang sama, sehingga dapat dilakukanpenelitian.

Pembelajaran di kelas sampeldilaksanakan empat kali pertemuan denganrincian tiga kali pertemuan untuk mempelajarimateri dan satu kali pertemuan untuk teskemampuan pemecahan masalah. Pembelajaranuntuk mempelajari materi di kelas eksperimendilaksanakan dengan menerapkan pembelajaranmodel POGIL berbantuan kartu masalah,sedangkan di kelas kontrol dilaksanakan denganmenerapkan pembelajaran model ekspositoriberbantuan kartu masalah. Pembelajaran yangdilaksanakan juga menerapkan pendidikan

karakter bangsa yang meliputi nilaikomunikatif, nilai toleransi, dan nilai tanggungjawab yang pelaksanaannya berpanduan padaRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yangtelah disusun.

Pada pembelajaran di kelas eksperimen,dalam kegiatan pendahuluan siswa diingatkankembali mengenai materi prasyarat denganserangkaian pertanyaan. Pada tahap ini,mendukung terjadinya belajar bermaknasebagaimana diungkapkan oleh teori belajarAusubel. Selain itu, siswa diberikan kartumasalah yang berisi permasalahan sehari-hariyang berkaitan dengan materi untuk menarikrasa ingin tahu siswa mengenai materi tersebut.Pada kegiatan inti, penggunaan model POGILmembuat siswa tidak hanya berdiskusi dengankelompok untuk menemukan konsep, tetapijuga memungkinkan siswa untuk memahamidan mencermati permasalahan secara mandiridan aktif dengan mencoba menemukanpenyelesaian berdasarkan pengetahuan yangmereka miliki. Sehingga pengetahuan terbentukdari dalam diri siswa sebagaimana diungkapkanoleh teori belajar Piaget, bahwa apek kognitifanak dikembangkan dengan menciptakankondisi belajar yang memungkinkan anakbelajar sendiri. Guru hanya bertindak sebagaifasilitator dan memberikan bantuan maupunarahan jika terdapat kesulitan.

Kesulitan yang dialami sebagiankelompok dalam menyelesaikan permasalahanpada kartu masalah menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polyaadalah pada langkah menuliskan perencanaanpenyelesaian atau pemecahan masalah. Hal inikarena siswa kurang terbiasa untuk menuliskanperencanaan sebelum mengerjakan. Selain ituterdapat beberapa kelompok yang kesulitandalam membuat model matematika daripermasalahan yang dihadapinya. Hal ini sesuaidengan latar belakang, bahwa masih terdapatsiswa yang kurang terlatih dalam memodelkansuatu permasalahan. Untuk mengatasikesulitan-kesulitan tersebut, guru memberikanpertanyaan-pertanyaan kepada masing-masingkelompok yang dapat mengarahkan siswa untukmembuat perencanaan penyelesaian maupunmodel matematika dari permasalahan dalamkartu masalah.

Kemampuan pemecahan masalah siswadari pertemuan pertama, kedua, maupun ketigasemakin baik, hal ini nampak saat kegiatan

212

P.S. Widyaningrum et al / UNNES Journal of Mathematics Education 5 (3) (2016)

diskusi kelompok menyelesaikan kartu masalahdengan mengeksplorasi LKPD. Hal ini karenasaat diskusi terjadi interaksi sosial baik antarasiswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru,sehingga dapat memunculkan ide untukmenyelesaikan masalah. Dalam kegiatandiskusi tersebut, siswa mempunyai tanggungjawab masing-masing, yaitu sebagai manajer,spokesperson, recorder, dan reflector. Walaupunsetiap siswa mempunyai tanggung jawabmasing-masing, akan tetapi mereka dilatihuntuk saling bekerjasama dan saling membantuuntuk memahami konsep dan untukmenyelesaikan permasalahan. Sesuai denganyang diungkapkan Vygotsky bahwa interaksisosial antara siswa dalam pembelajaranmerupakan faktor penting yang dapatmendorong perkembangan kognitif siswa.Teknik scaffolding juga diterapkan dalampembelajaran ini. Dalam pembelajaran, siswamendapat bimbingan dari guru melaluipertanyaan-pertanyaan yang akan membantusiswa dalam menyelesaikan masalah. Selain itu,dalam LKPD juga terdapat pertanyaan-pertanyaan panduan yang akan memudahkansiswa dalam menyelesaikan permasalahandalam kartu masalah.

Dalam hal mengaplikasikanpengetahuan ke konsep baru, siswa tidakmengalami kesulitan yang berarti. Hal inidikarenakan siswa telah paham dengan konsepyang sebelumnya telah mereka temukan,sehingga siswa hanya perlu mengembangkanpengetahuannya untuk dapat menyelesaikanpermasalahan pada kartu masalah.Kemampuan presentasi siswa pada setiappertemuan juga mengalami kemajuan. Siswamenjadi lebih percaya diri dalammenyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Halini menyebabkan siswa lain menjadi lebihmemperhatikan hasil diskusi, sehingga secaratidak langsung nilai komunikatif dan nilaitoleransi mengalami peningkatan di setiappembelajaran. Pada saat refleksi, reflectormelakukan penilaian terhadap kinerja masing-masing anggota kelompok beserta tanggungjawab mereka dengan baik, sesuai dengankenyataannya.

Pada pembelajaran di kelas kontrol,dalam kegiatan awal pembelajaran siswadiingatkan kembali mengenai materi prasyaratdengan serangkaian pertanyaan dari guru. Padakegiatan inti, pengetahuan siswa terkait materipembelajaran bergantung pada penjelasan guru,

sehingga siswa tidak terlatih untuk menemukankonsep secara mandiri. Untuk latihan soalpemecahan masalah, siswa menyelesaikanpermasalahan dalam kartu masalah secaraberkelompok dengan menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah menurut Polya.Kesulitan yang dialami kelas kontrol samadengan kelas eksperimen, yaitu dalam halperencanaan pemecahan masalah. Siswacenderung lebih pasif dalam hal berdiskusidaripada kelas eksperimen, sehinggamenyebabkan kegiatan diskusi sedikitterhambat. Untuk mengatasi hal tersebut, gurusering memberikan pertanyaan-pertanyaan yangdapat mengarahkan siswa dalam hal menyusunperencanaan penyelesaian masalah.Kemampuan presentasi siswa di kelas kontroljuga mengalami kemajuan sebagaimana di kelaseksperimen. Hanya saja kemajuan tersebuttidak sepesat yang dialami oleh kelaseksperimen. Hal ini dikarenakan frekuensipresentasi kelas kontrol lebih sedikit daripadakelas eksperimen

Berdasarkan hasil observasi kinerjaguru yang telah dilakukan, pelaksanaanpembelajaran yang dilakukan oleh penelitisebagai guru di kelas eksperimen dan kelaskontrol sudah sesuai dengan rencanapelaksanaan pembelajaran yang telahdirencanakan. Dari hasil pengamatan, terdapatperbedaan antara kinerja guru di kelaseksperimen dan kinerja guru di kelas kontrol.Persentase kinerja guru untuk kelas eksperimendan kelas kontrol tiap pertemuannya dapatdilihat pada Gambar 2. Rata-rata persentasekinerja guru pada kelas eksperimen secarakeseluruhan adalah 82,35%, sedangkan padakelas kontrol adalah 80,55%. Perbedaantidaklah terlalu jauh berbeda, karena kinerjaguru dari setiap pertemuan mengalamipeningkatan dan keduanya sama-samatergolong dalam kriteria sangat baik.

Gambar 2. Persentase Kinerja GuruPendidikan karakter yang diterapkan di

setiap pertemuan pembelajaran dianalisis

213

P.S. Widyaningrum et al / UNNES Journal of Mathematics Education 5 (3) (2016)

dengan menghitung banyaknya siswa tiapkriteria nilai, baik itu nilai komunikatif, nilaitoleransi, maupun nilai tanggung jawab.Berdasarkan hasil pengamatan pada nilaikomunikatif, di kelas eksperimen dan kelaskontrol terdapat peningkatan pada kriteriasangat baik dan baik. Hal ini nampak darisemakin baiknya kemampuan siswa dalammenjawab pertanyaan-pertanyaan yangdiberikan oleh guru, kemampuanberkomunikasi dengan sesama anggotakelompok saat melakukan diskusi, sertasemakin baiknya kemampuan siswa dalammelakukan presentasi.

Pada nilai toleransi, di kelaseksperimen dan kelas kontrol terdapatpeningkatan pada kriteria sangat baik dan baik.Hal ini nampak dari munculnya kesadaransiswa untuk dapat melakukan kerja kelompoktanpa memilih-milih anggota kelompokmereka. Mereka juga sudah bisa menghargaipendapat teman dalam kegiatan diskusikelompok. Serta dapat dengan tenangmemperhatikan teman yang sedangmempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Pada nilai tanggung jawab, di kelaseksperimen dan kelas kontrol terdapatpeningkatan pada kriteria sangat baik. Hal ininampak dari antusiasme siswa untuk dapatmenyelesaikan tugas yang diberikan guru, baikitu tugas untuk memecahkan permasalahanpada kartu masalah maupun LKPD. Selain itu,cara kerja dengan berkelompok membuat siswamerasa senang karena jika siswa tersebut tidakpaham dia dapat bertanya langsung kepadateman sekelompoknya yang lebih paham.Selain itu peningkatan nilai tanggung jawabpada kelas eksperimen juga ditandai dengansemakin pahamnya siswa dengan tanggungjawab yang dimilikinya, baik itu sebagaimanajer, recorder, reflector, maupun spokesperson.

Setelah melakukan pembelajaran padakelas eksperimen dan kelas kontrol sertamelakukan evaluasi dengan instrumen tesuraian sebanyak 5 butir soal, diperoleh dataakhir berupa nilai kemampuan pemecahanmasalah dengan materi sistem persamaanlinear dua variabel. Hasil tes kemampuanpemecahan masalah menunjukkan bahwa padakelas eksperimen dengan jumlah siswa 32orang, diperoleh rata-rata nilai 81,1875 dengannilai tertinggi 98 dan nilai terendah 54. Padakelas kontrol dengan jumlah siswa 32 orang,diperoleh rata-rata nilai 73,75 dengan nilai

tertinggi 92 dan nilai terendah 48.

Berdasarkan hasil analisis data akhirdiperoleh bahwa kedua sampel berasal daripopulasi yang berdistribusi normal. Olehkarena itu, uji selanjutnya menggunakanstatistika parametrik. Pada uji kesamaan duavarians data tahap akhir diperoleh bahwa keduakelas mempunyai varians yang sama.Berdasarkan hasil analisis uji proporsi diperolehbahwa hasil tes kemampuan pemecahanmasalah siswa yang diajar dengan pembelajaranmodel POGIL berbantuan kartu masalah dapatmencapai ketuntasan klasikal sebesar 87,5%lebih dari ketuntasan klasikal yang ditentukanyaitu 75%. Selain itu, berdasarkan hasil analisisuji perbedaan dua rata-rata pada hasil teskemampuan pemecahan masalah siswa kelaseksperimen dan kelas kontrol, diperoleh bahwarata-rata hasil tes kemampuan pemecahanmasalah siswa kelas eksperimen denganpenerapan pembelajaran model POGILberbantuan kartu masalah lebih baik daripadarata-rata hasil tes kemampuan pemecahanmasalah siswa kelas kontrol dengan penerapanpembelajaran model ekspositori berbantuankartu masalah. Berdasarkan hasil observasikarakter bangsa siswa kelas eksperimen,sebagian besar siswa mengalami peningkatankriteria nilai yang dimilikinya. Baik itu nilaikomunikatif, nilai toleransi, dan nilai tanggungjawab. Berdasarkan uji proporsi dan ujiperbedaan dua rata-rata tersebut, juga denganadanya pengamatan terhadap karakter bangsasiswa yang mengalami perubahan menjadikriteria nilai yang semakin baik tiapindividunya, maka pembelajaran model POGILberbantuan kartu masalah efektif terhadapkemampuan pemecahan masalah dan karakterbangsa siswa kelas VIII.

Kemampuan pemecahan masalah siswapada kelas eksperimen untuk kelompok atas,siswa mampu melaksanakan langkah-langkahpemecahan masalah menurut Polya denganlengkap dan benar. Siswa mampu memahamimasalah dengan baik. Siswa juga dapatmerencanakan penyelesaian serta melakukanpenyelesaian dengan lengkap dan benar. Selainitu, siswa juga melakukan tinjau ulang untukmemastikan jawaban yang diperolehnyamerupakan jawaban yang benar. Di akhirpengerjaan siswa juga memberikan kesimpulandengan benar sesuai dengan apa yangditanyakan soal dan sesuai dengan hasilpekerjaannya. Siswa pada kelompok tengah,

214

P.S. Widyaningrum et al / UNNES Journal of Mathematics Education 5 (3) (2016)

215

sudah mampu memahami masalah denganbenar, akan tetapi dalam menuliskannya masihkurang memperhatikan kalimat yangdigunakan, seperti dalam menuliskan apa yangditanyakan siswa seharusnya menggunakankalimat tanya. Siswa kelompok tengah sudahdapat melakukan perencanaan penyelesaianmasalah dengan lengkap dan benar. Hanya sajadalam melakukan penyelesaian, siswa masihmelakukan sedikit kesalahan dalam membuatmodel matematika. Dalam pelaksanaanrencana juga terdapat langkah-langkahperencanaan yang tidak dilakukan. Selain itu,siswa tidak melakukan tinjau ulang dan hanyamemberikan kesimpulan. Sedangkan siswakelompok bawah, siswa juga telah dapatmemahami masalah dan merencanakanpenyelesaian dengan runtut dan benar. Akantetapi siswa kurang teliti dalam melaksanakanpenyelesaian, sehingga menghasilkan jawabanyang salah. Siswa kelompok bawah sudahmelakukan tinjau ulang dan memberikankesimpulan. Walaupun dalam melakukankedua kegiatan tersebut siswa masihmelakukan kesalahan, hal ini dikarenakansiswa salah dalam langkah melaksanakanrencana penyelesaian.

Kemampuan pemecahan masalahsiswa pada kelas kontrol untuk kelompok atas,siswa mampu melaksanakan langkah-langkahpemecahan masalah menurut Polya denganlengkap dan benar. Siswa mampu memahamimasalah dengan baik. Siswa juga dapatmerencanakan penyelesaian serta melakukanpenyelesaian dengan lengkap dan benar. Selainitu, siswa juga melakukan tinjau ulang untukmemastikan jawaban yang diperolehnyamerupakan jawaban yang benar. Di akhirpengerjaan siswa juga memberikan kesimpulanuntuk menjawab apa yang ditanyakan, akantetapi siswa kurang lengkap dalam menuliskankesimpulan tersebut. Siswa pada kelompoktengah, dalam memahami masalah siswa masihkurang lengkap dalam menuliskan apa yangdiketahui. Dalam merencanakan penyelesaiansiswa sudah dapat menuliskan secara lengkapdan benar. Siswa juga kurang teliti dalammelakukan perhitungan, sehinggamenyebabkan jawaban yang salah. Siswa jugasudah melakukan tinjau ulang dan memberikankesimpulan walaupun masih salah. Sedangkanuntuk kelompok bawah, siswa mampumemahami masalah dengan benar, tetapikurang lengkap dalam menuliskan apa yang

ditanyakan. Siswa juga sudah dapatmerencanakan penyelesaian dengan lengkap.Dalam pelaksanaan rencana penyelesaian siswamelakukan kesalahan dalam membuat modelmatematika, hal ini menyebabkan perolehanjawaban yang salah. Siswa juga kurang lengkapdalam melaksanakan rencana penyelesaian. Diakhir pengerjaan, siswa tidak melakukan tinjauulang. Akan tetapi, siswa sudah memberikankesimpulan walaupun belum benar.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa pembelajaran model ProcessOriented Guided Inquiry Learning (POGIL)berbantuan kartu masalah efektif terhadapkemampuan pemecahan masalah dan karakterbangsa siswa kelas VIII SMP Negeri 2Banyumas tahun pelajaran 2015/2016 yangditunjukkan oleh: (1) hasil tes kemampuanpemecahan masalah siswa yang diberipembelajaran dengan model POGIL berbantuankartu masalah mencapai ketuntasan klasikalyaitu 75% dari jumlah siswa di kelas yangtuntas secara individual; (2) rata-rata hasil teskemampuan pemecahan masalah siswa yangdiberi pembelajaran dengan model POGILberbantuan kartu masalah lebih baik daripadarata-rata hasil tes kemampuan pemecahanmasalah siswa yang diberi pembelajaran denganmodel ekspositori berbantuan kartu masalah;(3) karakter bangsa siswa yang diberipembelajaran dengan model POGIL berbantuankartu masalah tiap pertemuannya semakin baik,hal ini dapat dilihat pada pertemuan ketigajumlah siswa terbanyak untuk nilai komunikatifdan nilai tanggung jawab ada pada kriteriasangat baik, sedangkan untuk nilai toleransi adapada kriteria baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Banyak pihak telah memberikandukungan dan masukan yang berharga dalampenelitian ini. Secara khusus penulismengucapkan terima kasih kepada KepalaSekolah SMP Negeri 2 Banyumas yang telahmemberikan ijin penelitian, serta semua gurudan siswa SMP Negeri 2 Banyumas yang telahberpartisipasi dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal23 Mei 2006 Standar Isi. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

P.S. Widyaningrum et al / UNNES Journal of Mathematics Education 5 (3) (2016)

216

Hanson, D.M. 2006. Instructor’s Guide to Process­Oriented Guided­Inquiry Learning.SUNY: Stony Brook University.

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum danPembelajaran Matematika. Malang:Jurusan Matematika FMIPAUniversitas Negeri Malang.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan PendidikanBudaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:Kementrian Pendidikan Nasional.

Polya, G. 1971. How to Solve It: A New Aspect ofMathematics Method. New Jersey:Princeton University Press.

Rahmawati, N.T., Junaedi, I. & Kurniasih,A.W. 2013. Keefektifan ModelPembelajaran SSCS Berbantuan KartuMasalah terhadap KemampuanPemecahan Masalah Siswa. UnnesJournal of Mathematics Education, vol 2no 3 2013. Tersedia dihttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/3447/3122[diakses 06-04-2016].

Rosidah. 2013. Keefektifan PembelajaranPOGIL Berbantuan LKPD terhadapKemampuan Pemecahan MasalahMateri Pokok Peluang. Jurnal Kreano,Volume 4 Nomor 1 Bulan Juni Tahun2013: 73-79. Tersedia dihttp://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/download/3155/3171 [diakses 16-03-2015].

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D. Bandung: JICA.

Tambychik, T. & Meerah. 2010. Student’sDifficulties in Mathematics Problem-Solving: What do they Say?. ProcediaSocial and Behavioral Sciences 8 (2010):142-151. Tersedia di http://ac.els-cdn.com/S1877042810021257/1-s2.0-S1877042810021257-main.pdf ?_tid=e56e2f60-cb47-11e4-aa14-00000aacb361&acdnat=1426447218_81464664ceb16ea484263dcf8079e330[diakses 16-03-2015].

Wismath, S., Orr, D. & Zhong, M. 2014.Student Perception of ProblemSolving Skills. Transformative Dialogues:Teaching & Learning Journal, Vol 7Issue 3 November 2014. Tersedia dihttps://www.kpu.ca/sites/default/files/Transformative%20Dialogues/TD.7.

3.5_Wismath_etal_Student_Perception.pdf [diakses 27-05-2016].