Upload
phungdat
View
217
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
INFO BENCANA
Dalam Edisi ini:
Juli Masih di Dominasi Bencana Hidrometeorologi P.1
4 Tewas Akibat Banjir Bandang Pandeglang P.2
Hujan Intensitas Tinggi, Banjir dan Longsor Landa
Jawa Timur P.3
Infografis Kejadian Bencana (Juli 2016) P.4
Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual
Juli, Masih di Dominasi Bencana Hidrometeorologi
Walaupun telah memasuki musim kemarau, namun sebagi-
an wilayah Indonesia masih turun hujan. Bahkan hujan
turun dengan intensitas sedang hingga lebat yang berakibat
pada timbulnya bencana banjir dan tanah longsor. Pasca El
Nino yang terjadi di tahun lalu, dimana awal masuknya
musim penghujan mengalami pergeseran, hingga sekarang
hujan masih terus terjadi. Diprediksi bahwa pada akhir ta-
hun ini La nina akan terjadi berakibat pada intensitas hujan
yang turun.
Perubahan iklim telah menjadi isu yang sangat senter de-
wasa ini. Dalam buku Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, dan
P.1
Nationally Determined Contribution (2016) menjelaskan salah
satu dampak yang terasa adalah meningkatnya kejadian iklim
ekstrim, yaitu meningkatnya kejadian ENSO (El Nino Southern
Oscilation) baik berupa La Nina maupun El Nino. Perubahan
iklim telah meningkatkan frekuensi kejadian La Nina dan El
Nino. Frekuensi kejadian El Nino dan La Nina yang normalnya 5
– 7 tahun dengan adanya perubahan iklim menjadi lebih sering
3 -5 tahun. La Nina menimbulkan dampak berupa banjir akibat
curah hujan yang tinggi sementara El Nino menimbulkan dam-
pak berupa kekeringan ekstrim akibat rendahnya curah hujan.
Fenomena ENSO khususnya El Nino memberikan dampak lanju-
tan berupa kejadian kebakaran lahan dan hutan yang menjadi
permasalahan di berbagai wilayah di Indonesia.
Kemungkinan besar bahwa musim yang terjadi di Indonesia su-
dah dipengaruhi oleh perubahan iklim yang berpengaruh pada
jenis bencana yang terjadi. Pada bulan Juli, 91 bencana telah
terjadi yang didominasi oleh bencana tanah longsor, banjir dan
puting beliung. Sedikitnya 7 orang meninggal akibat bencana
selama bulan Juli, dimana banjir penyebab terbanyak korban
meninggal. Lebih lanjut rumah rusak sebanyak 797 rusak berat,
638 rusak sedang dan seribu lebih rusak ringan. Kerusakan lain
juga terjadi pada fasilitas pendidikan 20 unit, fasilitas
peribadatan 19 unit dan fasilitas kesehatan 5 unit.
Dibandingkan dengan awal tahun memang pada pertengahan
tahun ini jumlah kejadian bencana cenderung mengalami
penurunan. Biasanya bencana akan mengalami peningkatan
menjelang akhir tahun berbarengan dengan intensitas hujan
yang semakin meningkat. Pada tahun ini di pertengahan tahun
bencana kebakaran hutan dan lahan tidak seperti tahun sebe-
lumnya, karena adanya upaya intensif pencegahan ketika terjadi
kebakaran.
Tabel 1. Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya Bulan Juli 2016*
STATISTIK BENCANA INDONESIA 2016
JANUARI - JULI
Jumlah Kejadian (kejadian) 1.287
Korban Meninggal & Hilang (jiwa) 234
Korban Menderita & Mengungsi (jiwa) 1.920.068
Kerusakan Permukiman (unit) 17.100
*) Data per tanggal 2 Agustus 2016
Edisi
Juli 2016
4 Tewas Akibat Banjir Bandang Terjang Pandeglang
Hujan deras disertai banjir rob air laut telah menyebabkan ban-jir bandang melanda empat desa di Kecamatan Labuan yaitu Desa Teluk, Desa Cigondang, Desa Labuan, Desa Kalang Anyar, dan dua desa di Kecamatan Carita yaitu Desa Sukajadi dan Desa Carita Kp. Cengkara pada Minggu (24/7) sekitar pukul 21.00 Wib. Hujan deras menyebabkan longsor di perbukitan kemudi-an terjadi banjir bandang. Namun pada saat bersamaan air laut pasang sehingga banjir menggenangi permukiman setinggi 50-150 cm.
Pada saat kejadian beberapa mobil yang melintas di Jalan Raya Carita Labuan Km 9 Desa Sukajadi, Kecamatan Carita terjebak lumpur setinggi 50 cm. Empat penumpang mobil ditemukan meninggal dunia, diduga keracunan gas monoksida (CO) akibat kendaraan tetap dihidupkan saat terjebak dalam longsor dalam waktu yang cukup lama. Korban ditemukan saat kendaraan masih dalam keadaan hidup. Empat korban adalah satu keluar-ga yaitu Evi Lutfiah (41), Ahmad A. Yani (52), Syarifatul Ginayah (18), dan M. Fahri (6). Korban baru bisa dievakuasi sekitar Senin pagi setelah mengerahkan empat unit alat berat untuk membu-ka akses jalan yang tertutup material longsor dari Gunung Ase-
pan.
Sebanyak 285 KK (988 jiwa) terdampak langsung oleh banjir yaitu : 1. Kp. Kebon Cau = 37 KK = 142 Jiwa. 2. Kp. Pangeseupan Timur = 26 KK = 138 Jiwa. 3. Kp. Pangeseupan Barat = 57 KK = 161 Jiwa. 4. Kp. Masjid Barat = 28 KK = 142 Jiwa. 5. Kp. Masjid Timur = 32 KK = 176 Jiwa.
P.2
6. Kp. Muncang 17 KK = 67 Jiwa. 7. Kp. Pasar Baru 38 KK = 162 Jiwa. BPBD Kabupaten Pandeglang akan menetapkan status tanggap darurat bencana selama 14 (empat belas) hari terhitung mulai tanggal 24 Juli sampai dengan 6 Agustus 2016. Penetapan dadurat ini dilakukan untuk mempermudah dalam pe-nanganan banjir bandang dan pembersihan rumah, jalan serta tempat lainnya dari lumpur dan sampah. Diduga banjir ban-dang terjadi salah satunya oleh adanya penebangan pohon secara illegal di hulu sungai. Selain itu kurangnya pohon-pohon berakar kuat di hulu sungai menyebabkan air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah secara maksimal. Sebagian besar hutan yang telah berubah menjadi lahan pertanian juga ditengarai memberikan andil dalam besarnya banjir bandang yang terjadi.Sebagian wilayah yang terkena dampak langsung adalah kawasan wisata Carita, dimana lumpur menutup akses jalan utama dan menyebabkan sisi salah satu jembatan men-galami penurunan. Akibat dari banjir bandang ini, secara lang-sung perekonomian menjadi terganggu disebabkan lokasi wisata tidak dapat dipergunakan oleh wisatawan. Akses ken-daraan juga tersendat karena adanya sistim buka tutup jalan
akibat jembatan yang rusak. BPBD Kabupaten Pandeglang bersama TNI, Polri, BPBD Provinsi Banten, Muspida, Muspika, relawan dan Dinas terkait melakukan pendataan dan melakukan evakuasi war-ga. Dapur umum dan posko telah didirikan. Empat alat berat dikerahkan untuk mem-bersihkan lumpur. Hingga saat ini sebagian banjir telah surut. Lumpur masih dalam pem-bersihan. Sebagian jalan masih ditutup. Masyarakat msecara swadaya membersihkan sendiri lumpur yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka hingga dapat kembali beraktifitas secara normal. Dalam kejadian ini BNPB selain menurunkan TRC juga mem-berikan bantuan berupa dana siap pakai sebesar 250 juta rupiah. Dana ini digunakan
untuk mendukung kegiatan tanggap darurat. Selain bantua dalam bentuk uang, BNPB juga menerjunkan tim pemotretan udara dengan menggunakan pesawat tanpa awak. Hasil pemo-tretan ini digunakan untuk melihat secara lebih detail mengenai longsoran yang ada pada sebagian hulu sungai. Dengan mengetahui masih adanya material longsor di hulu dan sumbatan-sumbatan yang menghalangi aliran sungai, maka dapat dilakukan upaya antisipasi untuk mencegah ter-jadinya banjir yang sama dikemudian hari. Material longsoran yang berada di hulu sungai merupakan ancaman nyata bagi
Gambar 1. Sebagian Lokasi Longsor di Pandeglang
Penyusun :
Pusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Jl. Pramuka Kav. 38 Kode Pos 13120 Lt. 11-12
www.bnpb.go.id
P.3
penduduk sekitar karena jika hujan di hulu turun dengan inten-sitas lebat maka tidak menutup kemungkinan banjir dapat ter-jadi lagi. Hujan Intensitas Tinggi, Banjir dan Longsor Landa Jawa Timur
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memonitor bencana banjir bandang dan longsor di beberapa wilayah pada bulan Juli 2016. Bencana tersebut dipicu oleh hujan berinten-sitas tinggi yang turun pada malam (10/7) hingga pagi ini. Wila-yah kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terdampak hujan berintensitas tinggi berlokasi antara lain Lumajang, Mojokerto, Trenggalek, dan Malang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mojokerto melaporkan insiden banjir yang terjadi di Dusun Sumberwaru, Kembangsari, Ngoro, Mojokerto pada Senin (11/7), pukul 01.00 WIB. Banjir dipicu oleh hujan berintensitas tinggi yang dimulai sejak Minggu (10/7), pukul 21.00 WIB. Hujan mengakibatkan
debit sungai meluap hingga jalan raya dan rumah warga. BPBD mencatat 270 KK terdampak banjir dengan ketinggian hingga 1 meter. Dua mobil dan 270 rumah warga terendam banjir. Na-mun demikian banjir terpantau surut pada pukul 05.00 WIB.
Sementara itu, banjir dan longsor terjadi di wilayah Kecamatan Munjungan, Trenggalek pada Senin (11/7), pukul 02.00 Wib. BPBD Trenggalek memantau air telah surut pada pukul 04.00 pagi ini. Dampak bencana banjir mencakup lima dusun (di an-taranya Dusun Pager, Gunung, Krajan, Domerto, Janti) di Desa Tawing, Munjungan, Trenggalek, sedangkan longsor di Dusun Podang dan Bendoroto, Munjungan,Trenggalek.
Banjir di wilayah Munjungan merusak lahan pertanian dengan rincian Desa Bangun 2 ha, Bendoroto 5 ha, Tawing 7 ha, Mun-jungan 3 ha. Longsor di Dusun Podang berdampak kerusakan di SDN 1 Bendoroto, seperti 6 kelas, perpustakaan, dan fasilitas lain rusak. Bangunan yang tersisa tidak layak digunakan. Keru-gian lain di dusun ini terjadi pada jembatan yang memiliki pan-jang 15 meter. Kerugian jembatan ambles ditaksir sekitar Rp 1 milyar.
Bencana serupa terjadi Kabupaten Malang. BPBD Malang melaporkan banjir terjadi di Dusun Krajan Tengah, Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan, Malang pada Mingu (10/7) pada pukul 22.00 WIB. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini. BPBD setempat masih melakukan pendataan kerugian mate-riil.
Banjir yang diakibatkan debit air Sungai Sitiarjo meluap hing-ga setengah tebing sungai. Anak sungai juga meluap ke arah jalan dengan ketinggian 0,5 meter. BPBD menginfokan akses jalan dari arah Pasar Sitiarjo ke barat atau Gunung Tumo terputus genangan air sungai kecil, untuk pasar sitiarjo ketinggian air 0,5 - 1 m yang disebabkan meluapnya aliran sungai kecil di timur pasar karena tidak muatnya gorong-gorong di depan pasar. Di damping itu, genangan terjadi di beberapa titik karena luapan saluran irigasi seperti di sekitar Tugu Sitiarjo dan lapangan Sitiarjo. Namun demikian banjir telah surut dini hari tadi.
Masih di Kabupaten Malang, longsor terjadi di titik jalan menuju Desa Lebakharjo, Am-pelgading pada Minggu (10/7) pukul 23.30 WIB. Tidak ada korban pada insiden ini dan BPBD melakukan pendataan kerugian materiil. Longsor berdampak pada akses jalan menuju Lebakharjo tertutup pada dua titik (Kemantren dan Tumpak Harapan).
Sementara itu, BPBD Lumajang melaporkan insiden tanah long-sor terjadi di Desa Sumber-wuluh, Candipuro pada Minggu (10/7), pukul 21.30 WIB. Desa yang berada pada Km 58 arah Lumajang mengakibatkan ke-
macetan lalu lintas pada jalur Lumajang – Malang. Namun demikian, jalur ini sudah dapat dilalui setelah personel gabungan membersihkan material longsor yang menutup akses jalan. BPBD setempat melaporkan tidak ada korban jiwa maupun kerugian materiil.
Menghadapi peristiwa banjir dan longsor, masing-masing BPBD telah merespon secara cepat dengan dukungan berbagai pihak seperti TNI, polisi dan dinas terkait. Pe-nanganan di lapangan masih dilakukan seperti pendataan kerugian. BNPB menghimbau masyarakat untuk waspada menghadapi potensi bahaya banjir dan longsor, khususnya di wilayah dengan intensitas hujan tinggi.
Gambar 2. Banjir di Lumajang, Jawa Timur
Banjir; 57%
Tanah Longsor; 14%
5
731.049
5
17
3
6
7
1
Rekapitulasi Kejadian Bencana Periode: Januari-Juli 2016
kejadian bencana1.287
Jumlah Kejadian Bencana
7 jiwa 60.7%
2.199 unit17.100
Rumah Rusak Sedang2.511 unit
Rumah Rusak Ringan12.390 unit
Rumah rusak
Rumah Rusak Berat
Persentase Kerusakan Rumah
1.920.068 jiwaMenderita dan Mengungsi
Persentase Korban yang Menderita & MengungsiJumlah Korban Meninggal & Hilang
< 3
> 53 - 5
Jumlah kejadian
Peta Kejadian Bencana Bulan Juli 2016
Data Kejadian Bencana Bulan Juli 2016
91 kejadian
234 jiwaMeninggal dan hilang
49.1%
diakibatkan oleh Puting Beliung
diakibatkan olehBanjir
Infografis Kejadian Bencana (Juli 2016) BNPB
Tanggal Pembuatan: 02/08/2016 www.dibi.bnpb.go.id per tanggal 2 Juli 2016 www.bnpb.go.id infoBNPBSumber: Website: FB: Twitter: @BNPB_Indonesia
Perbandingan Jumlah Kejadian BencanaBulan Januari - Juli Periode Tahun 2006 - 2016
Perbandingan Kejadian Bencana Banjir, Tanah Longsor,Puting Beliung Bulan Januari - Juli 2015 dan 2016
4
2
13
2318
IG: @BNPB_Indonesia
9
1
Tercatat pada bulan Juli 2016 telah terjadi lebih dari 90 kali bencana dan menyebabkan 7 jiwa meninggal dan hilang. Secara komulatif sebanyak 28 ribu orang menderita dan mengungsi akibat bencana yang telah mengakibatkan 2.453 rumah mengalami kerusakan. Tanah Longsor menjadi bencana dengan intensitas paling sering terjadi sedangkan Banjir merupakan bencana yang paling banyak menelan korban dibandingkan dengan bencana lainnya yaitu 4 korban jiwa.
6
51
1
3
1
1
1
1
2
3
2
42
9
28
27
27
6
2
1
0 5 10 15 20 25 30
Tanah Longsor
Banjir
Puting Beliung
Banjir dan Tanah Longsor
Kebakaran Hutan dan Lahan
Gelombang pasang/abrasi Puting Beliung; 29%
174917875
3120
295
23
BANJIR BANJIR DAN TANAH LONGSOR
TANAH LONGSOR PUTING BELIUNG GELOMBANG PASANG/ABRASI
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Puting Beliung Tanah Longsor Banjir Banjir dan Tanah Longsor Gelombang pasang/abrasi
Rumah Rusak Berat Rumah Rusak Sedang Rumah Rusak Ringan
0
20
40
60
80
100
120
140
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
2015 2016
Banjir Puting Beliung Tanah Longsor
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli