76
Laporan Kasus ASMA BRONKHIAL Bunga Cyntya Yospita UPN Veteran Jakarta Pembimbing : dr. Hascaryo Nugroho, SpPD

Ini Yaang Bener

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asdasd

Citation preview

Page 1: Ini Yaang Bener

Laporan Kasus ASMA BRONKHIAL

Bunga Cyntya YospitaUPN Veteran Jakarta

Pembimbing : dr. Hascaryo Nugroho, SpPD

Page 2: Ini Yaang Bener

IDENTITAS• Nama : Tn.S• Jenis kelamin : Laki-laki• Umur : 42 tahun• Status : Sudah menikah• Pekerjaan : Petani• Agama : Islam

Page 3: Ini Yaang Bener

ANAMNESAa. Keluhan Utama :• Sesak sejak 1 hari SMRS

b. Riwayat penyakit Sekarang :• Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1

hari SMRS. Sesak dirasakan secara tiba-tiba. Sesak mempengaruhi aktivitas. Pasien sering kali terbangun tengah malam akibat sesak. Pasien saat ini masih bisa diajak berbicara dan mengucapkan kalimat. Saat pasien sesak timbul disertai suara “ngik”.

Page 4: Ini Yaang Bener

• Pasien mengeluh batuk disertai dengan lendir berwarna putih sejak 2 hari yang lalu. Tidak disertai darah.

• Tidak ada demam, mual, muntah, serta tidak nyeri ulu hati. Nafsu makan biasa dan tidak terjadi penurunan berat badan. Tidak ada riwayat keluar keringat pada malam hari.

Page 5: Ini Yaang Bener

• BAK : lancar, berwarna kuning jernih, tidak ada darah, tidak ada batu atau pasir.

• BAB : biasa, berwarna cokelat

Page 6: Ini Yaang Bener

• Riwayat Penyakit Dahulu :• Pasien pernah beberapa kali berobat jalan di

rumah sakit dan didiagnosis asma sejak 1 tahun terakhir.

• Riwayat alergi terhadap cuaca dingin dan hujan

• Tidak memiliki riwayat DM dan hipertensi• Tidak memiliki riwayat jantung dan kolesterol

Page 7: Ini Yaang Bener

• Riwayat Penyakit Keluarga :• Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan

yang serupa dengan pasien• Tidak memiliki riwayat DM dan hipertensi• Tidak memiliki riwayat jantung dan kolesterol

Page 8: Ini Yaang Bener

• Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan

• Pasien bekerja sebagai petani, tidak merokok, dan tidak minum alkohol.

Page 9: Ini Yaang Bener

Pemeriksaan Fisik• - Kesadaran : Komposmentis• - Keadaan umum : tampak sakit sedang• - Tekanan Darah: 110/70 mmHg• - Nadi : 80x/menit• - Napas : 31x/menit• - Suhu : 36,4 C

Page 10: Ini Yaang Bener

• Kulit• KGB• Kepala • Mata • Telinga• Mulut• Leher• Dada

Page 11: Ini Yaang Bener

Thoraks• Paru Depan Belakang• Inspeksi Kiri retraksi retraksi Kanan retraksi retraksiPalpasi Kiri fremitus vokal & taktil kiri =kanan Kanan fremitus vokal & taktil kiri =kanan• PerkusiKiri sonor sonor

Kanan sonor sonor• Auskultasi Kiri SP vesikuler +/+, Rh +/+, Wh +/+

Kanan SP vesikuler +/+ , Rh +/+, Wh +/+

Page 12: Ini Yaang Bener

• Jantung :• Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat• Palpasi : iktus kordis teraba luas 2 jari

lateral LMCS –RICV • Perkusi : Batas jantung kanan : Linea

parasternalis dekstra• Batas jantung kiri : 2 jari lateral LMCS – RIC V

sinistra• Auskultasi: Suara jantung normal, bising (-)

Page 13: Ini Yaang Bener

• Abdomen• Inspeksi :Perut membuncit, Simetris, Sikatriks (+)• Palpasi Dinding perut : Nyeri Tekan (-), NL (-)• Hati : tidak teraba membesar• Limpa : tidak teraba membesar• Ginjal : Ballotement (-)• Lain – lain : Tes undulasi & shifting

dullness (-)• Perkusi : Timpani di keempat kuadran • Auskultasi : BU (+) normal• Refleks dinding perut : Defans Muskular (-)

Page 14: Ini Yaang Bener

• Ekstremitas

• Pemeriksaan penunjang : a. Eosinofil : 11.7 ( 2 – 4 )b. Neutrofil : 49.5 ( 50 – 70 )c. Globulin : 1.85 ( 2.0 – 4.0 )d. Trigliserida : 49 ( 70 – 140 )

Page 15: Ini Yaang Bener

Foto thoraks

Page 16: Ini Yaang Bener

Spirometri

Page 17: Ini Yaang Bener
Page 18: Ini Yaang Bener
Page 19: Ini Yaang Bener

Diagnosis• Asma Bronkhial Persisten Sedang

Page 20: Ini Yaang Bener

Penatalaksanaan

a. Oksigenisasi kanul 3 lpmb. Nebulizer Ventolin 3x1c. Infus RL 20 tpmd. Injek ceftriaxone 2x1 ampe. Salbutamol 3x1f. Injek dexamethasone 2x1 ampg. Ambroxol 2x1 tab

Page 21: Ini Yaang Bener

Follow Up

Senin, 9 Februari 2015S : sesak, batuk berdahak berwarna putihO : TD : 100/60

N : 60S : 36R : 32 x/menitP : SDV +/+Ronkhi +/+, Wheezing +/+

A : Asma Bronkhial persisten sedang

Page 22: Ini Yaang Bener

P : Oksigenisasi kanul 3 lpmNebulizer Ventolin 3x1Infus RL 20 tpmInjek ceftriaxone 2x1 ampSalbutamol 3x1Injek dexamethasone 2x1 ampAmbroxol 2x1 tab

Page 23: Ini Yaang Bener

Selasa, 10 Februari 2015S : sesak, batuk berdahak berwarna putihO : TD : 100/70

N : 60S : 36.5R : 32 x/menitP : SDV +/+Ronkhi +/+, Wheezing +/+

A : Asma Bronkhial persisten sedangP : Terapi Lanjut

Page 24: Ini Yaang Bener

Rabu, 11 Februari 2015S : sesak, batuk berdahak berwarna putihO : TD : 80/60

N : 85S : 36R : 34 x/menitP : SDV +/+Ronkhi +/+, Wheezing +/+

A : Asma Bronkhial persisten sedangP : terapi lanjut

Page 25: Ini Yaang Bener

Kamis, 12 Februari 2015S : sesak berkurang, batuk berdahak berwarna

putihO : TD : 90/60

N : 98S : 36R : 32 x/menitP : SDV +/+Ronkhi +/-, Wheezing +/+

A : Asma Bronkhial persisten sedang

Page 26: Ini Yaang Bener

Jumat, 13 Februari 2015S : sesak berkurang, batuk berkurang berdahak

berwarna putihO : TD : 100/60

N : 60S : 36R : 32 x/menitP : SDV +/+Ronkhi +/-, Wheezing +/-

A : Asma Bronkhial persisten sedang

Page 27: Ini Yaang Bener

SOAP pulang

Sabtu, 14 Februari 2015S : sesak berkurang, batuk berkurang, dahak (-)O : TD : 100/60

N : 60S : 36R : 32 x/menitP : SDV +/+Ronkhi +/+, Wheezing +/+

A : Asma Bronkhial persisten sedang

Page 28: Ini Yaang Bener

Pembahasan • Pada pasien ini ditegakkan diagnosis asma

bronkial dengan derajat persisten sedang karena adanya keluhan sesak napas yang dipicu oleh adanya perubahan cuaca.

• Sesak napas dirasakan setiap hari serta dirasakan pula saat malam. Sesak mengganggu aktivitas dan tidur pasien. Pasien merasa paling nyaman dalam posisi duduk. Hal ini sesuai dengan kriteria klasifikasi derajat asma persisten sedang berdasarkan gambaran klinis.

Page 29: Ini Yaang Bener

• Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya ekspirasi memanjang dan whezing pada kedua lapangan paru. Sementara pada pemeriksaan penunjang rontgen thoraks didapatkan corakan lapangan paru yang normal.

Page 30: Ini Yaang Bener

• Asma bronkial dicirikan sebagai suatu penyakit kesulitan bernapas, batuk, dada sesak dan adanya wheezing episodik. Gejala asma dapat terjadi secara spontan ataupun diperberat dengan pemicu yang berbeda antar pasien. Frekuensi asma mungkin memburuk di malam hari oleh karena tonus bronkomotor dan reaktifitas bronkus mencapai titik terendah antara jam 3-4 pagi, meningkatkan gejala bronkokontriksi.

Page 31: Ini Yaang Bener

• Terapi pengobatan asma meliputi beberapa hal diantaranya yaitu menjaga saturasi oksigen arteri tetap adekuat dengan oksigenasi, membebaskan obstruksi jalan napas dengan pemberian bronkodilator inhalasi kerja cepat (2-agonis dan antikolinergik) dan mengurangi inflamasi saluran napas serta mencegah kekambuhan dengan pemberian kortikosteroid sistemik yang lebih awal.

Page 32: Ini Yaang Bener

PENDAHULUAN• Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang

penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia.

• Kemajuan ilmu dan teknologi di belahan dunia ini tidak sepenuhnya diikuti dengan kemajuan penatalaksanaan asma, hal itu tampak dari data berbagai negara yang menunjukkan peningkatan kunjungan ke darurat gawat, rawat inap, kesakitan dan bahkan kematian karena asma

Page 33: Ini Yaang Bener

• Akan tetapi juga disadari masih banyak permasalahan akibat keterlambatan penanganan baik karena penderita maupun dokter.

• Kesepakatan bagaimana menangani asma dengan benar yang dilakukan oleh National Institute of Heallth National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) bekerja sama dengan World Health Organization (WHO)

Page 34: Ini Yaang Bener

• bertujuan memberikan petunjuk bagi para dokter dan tenaga kesehatan untuk melakukan penatalaksanaan asma yang optimal sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian asma.

Page 35: Ini Yaang Bener

TINJAUAN PUSTAKAASMA BRONKHIAL

• Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari..

Page 36: Ini Yaang Bener

• Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan

Page 37: Ini Yaang Bener

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO• Asma bronkial terjadi di segala usia, tetapi

dominan pada anak-anak. Menurut etiologinya, asma merupakan penyakit heterogen. Faktor genetik (atopik) dan lingkungan, seperti virus, paparan pekerjaan, dan alergen.

Page 38: Ini Yaang Bener

Stimulus pencetus asma a. Alergen • Alergen pada asma alergik bergantung pada respon

IgE yang dikontrol oleh limfosit T dan B dan diaktivasi oleh interaksi antigen dengan ikatan sel mast – IgE.

• Asma alergik biasanya musiman, paling banyak ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Sedangkan yang bukan musiman dapat ditimbulkan dari alergi terhadap bulu, serpihan kulit binatang, kutu debu, jamur, dan antigen lingkungan lain yang ada secara kontinyu.

Page 39: Ini Yaang Bener

b. Rangsangan Farmakologis• Obat yang paling sering berhubungan dengan

fase akut asma adalah aspirin (NSAIDs), zat warna seperti tartazin, antagonis ß-adrenergik, dan senyawa sulfit. Tipe yang sensitif aspirin terutama pada orang dewasa, walaupun terdapat juga pada anak-anak. Terdapat reaktivitas silang antara aspirin dengan NSAIDs yang menginhibisi prostaglandin G/H sintase 1.

Page 40: Ini Yaang Bener

c. Lingkungan dan Polusi udara• Penyebab asma dari lingkungan biasanya

berkaitan dengan kondisi iklim yang meningkatkan konsentrasi polutan dan antigen atmosfir. Kondisi ini terdapat pada wilayah indutri berat dan perkotaan padat dan seringkali nerhubungan dengan perubahan suhu atau siluasi lain yang menimbulkan udara tidak mengalir.

Page 41: Ini Yaang Bener

d. Faktor pekerjaan• Obstruksi saluran parnapasan akut dan kronis

telah dilaporkan berkaitan dengan paparan sejumlah besar senyawa yang digunakan dalam berbagai macam industri (umumnya senyawa dengan berat molekul tinggi).

Page 42: Ini Yaang Bener

e. Infeksi• Infeksi saluran napas merupakan rangsangan

yang paling sering menimbulkan eksaserbasi akut pada asma. Virus saluran napas dan bukan bakteri atau alergi terhadap mikroorganisme adalah faktor etiologi yang paling utama.

Page 43: Ini Yaang Bener

f. Olahraga• Semakin tinggi tingkat ventilasi dan semakin

dingin udara menentukan parahnya obstruksi saluran napas. Mekanisme yang ditimbulkan oleh olahraga dalam menimbulkan obstruksi berhubungan dengan hiperemia yang dipengaruhi suhu dan kebocoran kapiler pada dinding saluran napas.

Page 44: Ini Yaang Bener

f. Stres Emoional• Faktor psikologis yang dapat memperburuk

atau meringankan asma. Perubahan pada diameter saluran napas berhubungan dengan aktivitas eferen n. vagus, tetapi mungkin juga endorfin memiliki peran. Peran faktor psikologis mungkin bervariasi antara satu pasien dengan yang lain dan antara satu serangan dengan serangan yang lain.

Page 45: Ini Yaang Bener

EPIDEMIOLOGI• Tahun 1993 UPF Paru RSUD dr. Sutomo,

Surabaya melakukan penelitian di lingkungan 37 puskesmas di Jawa Timur dengan menggunakan kuesioner modifikasi ATS yaitu Proyek Pneumobile Indonesia dan Respiratory symptoms questioner of Institute of Respiratory Medicine, New South Wales, dan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan alat peak flow meter dan uji bronkodilator.

Page 46: Ini Yaang Bener

• Seluruhnya 6662 responden usia 13-70 tahun (rata-rata 35,6 tahun) mendapatkan prevalensi asma sebesar 7,7%, dengan rincian laki-kali 9,2% dan perempuan 6,6%.

Page 47: Ini Yaang Bener

Patifsiologi • Tanda patofisiologis asma adalah

pengurangan diameter jalan napas yang disebabkan kontraksi otot polos, kongesti pembuluh darah, edema dinding bronkus dan sekret kental yang lengket.

Page 48: Ini Yaang Bener

• Hasil akhirnya adalah peningkatan resistensi jalan napas, penurunan volume ekspirasi paksa (Forced Expiratory Volume) dan kecepatan aliran, hiperinflasi paru dan toraks, peningkatan kerja pernapasan, perubahan fungsi otot pernapasan, perubahan rekoil elastik (Elastic Recoil), penyebaran abnormal aliran darah ventilasi dan pulmonal serta perubahan gas darah arteri.

Page 49: Ini Yaang Bener
Page 50: Ini Yaang Bener

PATOGENESISINFLAMASI AKUT • Pencetus serangan alergen, virus, iritan menginduksi respon

inflamasi akut reaksi asma tipe cepat

reaksi asma tipe lambat

• Reaksi asma tipe cepat: alergen terikat IgE (menempel sel mast) degranulasi mengeluarkan : perform mediator (histamin, protease) newly generated mediator (leuktrn, prostatglndn, PAF)

kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus, vasodilatasi

Page 51: Ini Yaang Bener

PATOGENESIS . .• Reaksi fase lambat :

timbul 6 – 9 jam setelah provokasi alergenmelibatkan aktivasi eosinofil, sel T CD4+, netrofil dan makrofag

INFLAMASI KRONIK Berbagai sel terlibat dan teraktivasi

limfosit T, eosinofil, makrofag, sel mast, sel epitel, fibroblast, sel otot polos

Page 52: Ini Yaang Bener

Limfosit T Limfosit T-CD4+ (subtipe Th2) Sitokin IL-3, IL-4, IL-5, IL-13 dan GM-CSF Interleukin-4 menginduksi Th0 ke arah Th2 Th2 bersama IL-13 menginduksi limfosit B mensistesis Ig E. IL-3, IL-5 dan GM-CSF berperan pada maturasi, aktivasi serta

memperpanjang ketahanan hidup eosinofil

Eosinofil Berperan sebagai efektor dan mensistesis sejumlah sitokin IL-

3, IL-5, IL-6, GM-CSF, TNF-alfa, mediator lipid ITC4 danPAF Mengandung granul protein ECP, MBP EPO EDN yang toksik

terhadap epitel saluran napas

Page 53: Ini Yaang Bener

Sel mast Mempunyai reseptor IgE, cross-link reseptor dengan “factor”

pada sel mast, mengaktifkan sel mast Degranulasi sel mast mengeluarkan:

- preformed mediator histamin dan protease- newly generated mediators: prostatglandin D2, leukotrin- sitokin TNF-alfa, IL-3, IL-5, GM-CSF

Makrofag Menghasilkan leukotrin, PAF dan sejumlah sitokin Berperan dalam proses inflamasi dan regulasi airway

remodeling.

Page 54: Ini Yaang Bener

Pencegahan • Menghindari faktor pencetus

Page 55: Ini Yaang Bener

Manifestasi klinis• Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat

ringannya asma yang diderita.a. Batukb. Nafas sesak (dispnea) terlebih pada saat mengeluarkan nafas

(ekspirasi)c. Wheezing (mengi) d. Nafas dangkal dan cepat e. Ronkhi f. Retraksi dinding dada g. Pernafasan cuping hidung (menunjukkan telah digunakannya

semua otot-otot bantu pernafasan dalam usaha mengatasi sesak yang terjadi)

h. Hiperinflasi toraks (dada seperti gentong)

Page 56: Ini Yaang Bener

• Gejala klasik dari asma ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk.

• Serangan berat : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, takikardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

Page 57: Ini Yaang Bener

Diagnosis• diagnosis asma didasari oleh gejala yang

episodik, gejala berupa batuk, sesak nafas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca

a. Anamnesa b. Pemeriksaan fisiik : sheezing, perpanjangan

ekspirasi, rokhi kering

Page 58: Ini Yaang Bener

c. Pemeriskaan laboratorium : Pemeriksaan sputum, pemeriksaan darah, foto

thorax, tes kulit, EKG, Scanning paru, Spirometri, Uji kecepatan aliran puncak eksperatoir,

Page 59: Ini Yaang Bener

Diagnosis banding

a. Bronkitis kronisb. Emfisema paruc. Gagal jantung kirid. Emboli paru

Page 60: Ini Yaang Bener

Klasifikasi • Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan

etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan

Page 61: Ini Yaang Bener

KLASIFIKASI

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

I. Intermiten Bulanan - APE ≥ 80%

- Gejala< 1x/mg- Tanpa gejala diluar

serangan- Serangan singkat

- ≤ 2x sebulan - VEP1 ≥ 80% pred- APE ≥ 80% nilai terbaik- Variabiliti APE < 20%

II. Persisten ringan

Mingguan APE > 80%

- Gejala > 1x/mg- tetapi < 1x/hr- Serangan dapat

mengganggu aktivitas dan tidur

- > 2x sebulan - VEP1 ≥ 80% pred- APE ≥ 80% nilai terbaik- Variabiliti APE < 20 – 30 %

Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis

Page 62: Ini Yaang Bener

KLASIFIKASI . . .

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

III. Persiten sedang

Harian APE 60 – 80 %

- Gejala setiap hari- Serangan

mengganggu aktiviti dan tidur

- Membutuhkan bronkodilator setiap hari

> 1x/seminggu - VEP1 60-80% nilai prediksi

- Variabiliti APE > 30%

IV. Persisten berat

Kontinyu APE ≤ 60%

- Gejala terus menerus- Sering kambuh- Aktiviti terbatas

Sering - VEP1 ≤ 60% nilai pred- APE ≤ 60% nilai terbaik- Variabiliti APE > 30%

Page 63: Ini Yaang Bener

Penatalaksanaan • Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah

meningkatkan dan mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Page 64: Ini Yaang Bener

• Tujuan penatalaksanaan asma:–Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma–Mencegah eksaserbasi akut–Meningkatkan dan mempertahankan faal paru

seoptimal mungkin–Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise–Menghindari efek samping obat–Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara

(airflow limitation) ireversibel–Mencegah kematian karena asma

Page 65: Ini Yaang Bener

Asma dikatan terkontrol bila : • Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk

gejala malam• Tidak ada keterbatasan aktiviti termasuk exercise• Kebutuhan bronkodilator (agonis 2 kerja singkat)

minimal (idealnya tidak diperlukan)• Variasi harian APE kurang dari 20%• Nilai APE normal atau mendekati normal• Efek samping obat minimal (tidak ada)• Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat

Page 66: Ini Yaang Bener

Program penatalaksanaan asma, yang meliputi 7 komponen :

• Edukasi• Menilai dan monitor berat asma secara berkala• Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus• Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka

panjang• Menetapkan pengobatan pada serangan akut• Kontrol secara teratur• Pola hidup sehat

Page 67: Ini Yaang Bener

Edukasi • Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita

dan keluarga tetapi juga pihak lain yang membutuhkan seperti :

• pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang kesehatan/ asma

• profesi kesehatan (dokter, perawat, petugas farmasi, mahasiswa kedokteran dan petugas kesehatan lain)

• masyarakat luas (guru, karyawan, dll).

Page 68: Ini Yaang Bener

Pemeriksaan faal paru • Pemeriksaan faal paru yang umumnya dapat

dilakukan pada penderita usia di atas 5 tahun adalah untuk diagnosis, menilai berat asma, dan selain itu penting untuk memonitor keadaan asma dan menilai respons pengobatan. Penilaian yang buruk mengenai berat asma adalah salah satu penyebab keterlambatan pengobatan yang berakibat meningkatnya morbiditi dan mortaliti.

Page 69: Ini Yaang Bener

a. Spirometri • Sebaiknya spirometri dilakukan pada :a. awal penilaian / kunjungan pertamab. setelah pengobatan awal diberikan, bila

gejala dan APE telah stabilc. pemeriksaan berkala 1 - 2 tahun untuk

menilai perubahan fungsi jalan napas, atau lebih sering bergantung berat penyakit dan respons pengobatan.

Page 70: Ini Yaang Bener

ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) Alat: spirometri

peak expiratory flow meter (PEF meter)Reversibiliti Perbaikan VEP1 ≥ 15% secara:

spontan atau dg inhalasi bronkodilatorsetelah bronkodilator oral 10-14 harikortikosteroid inhalasi/oral 2 minggu

Variabiliti APE harian variasi diurnal APE > 20%

Variabiliti harian =

APE malam – APE pagi

½ (APE malam + APE pagi)

X 100%

Page 71: Ini Yaang Bener

Perencanaan pengobatan jangka panjang

• Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan (asma terkontrol, lihat program penatalaksanaan)

• Faktor : medikasi, tahapan pengobatan, penanganan asma mandiri

Page 72: Ini Yaang Bener

Medikasi ( pengontrol dan pelega )• Pengontrol (Controllers)• Pengontrol adalah medikasi asma jangka

panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :

Page 73: Ini Yaang Bener

• Kortikosteroid inhalasi • Kortikosteroid sistemik• Sodium kromoglikat• Nedokromil sodium• Metilsantin• Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi• Agonis beta-2 kerja lama, oral• Leukotrien modifiers• Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)

Page 74: Ini Yaang Bener

• Pelega (Reliever)• Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui

relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas.

Page 75: Ini Yaang Bener

• Termasuk pelega adalah :• Agonis beta2 kerja singkat• Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik

digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).

• Antikolinergik• Aminofillin• Adrenalin

Page 76: Ini Yaang Bener

Hijau Kuning Merah• Kondisi baik, asma

terkontrol• Tidak ada / minimal

gejala• APE: 80-100% nilai

dugaan / terbaik• Pengobatan bergantung

berat asma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan. Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan turunkan terapi.

• Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut/eksaserbasi

• Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada terasa berat saat aktivitas maupun istirahat) dan / atau APE 60-80% prediksi/nilai terbaik

• Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi

• Berbahaya• Gejala asma terus

menerus dan membatasi aktivitas sehari-hari

• APE <60% nilai dugaan/terbaik

• Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan yang disepakati dokter-penderita secara tertulis. Bila tetap tidak ada respon, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit

Pelangi Asma