41
INSTRUMEN PENELITIAN MAKALAH Digunakan guna memenuhi tugas matakuliah Metodologi Penelitian Bidang Studi Oleh: Nama : SRI AGUNG NARAPATI.S NIM : 110210302017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

INSTRUMEN PENELITIAN Sri Agung Narapati Sukoco

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Metodologo Pendidikan (Instrumen Penelitian)

Citation preview

INSTRUMEN PENELITIAN

MAKALAH

Digunakan guna memenuhi tugas matakuliah Metodologi Penelitian Bidang Studi

Oleh:

Nama : SRI AGUNG NARAPATI.S

NIM : 110210302017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif.

Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun

cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi

kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam

melakukan proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggung

jawabkan, memecahkan problem malalui hubungan sebab dan akibat, dapat

diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama.

Hasil dari penelitian memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia.

Sehingga dengan adanya suatu bentuk penelitian manusia akan terbantu dalam

menyelesaikan masalahnya. Dalam penelitian, data merupakan komponen paling

penting. Karena suatu data akan mengungkap suatu fakta atau kebenaran

mengenai suatu hal. Apabila data tersebut akurat maka hasil penelitian tersebut

bersifat valid sebaliknya apabila data tidak akurat maka kevalidtan penelitian

tersebut berkurang.

Penggalian data di lapangan tentunya menggunakan suatu media yang

digunakan untuk pengumpulan data. Media tersebut adalah instrumen penelitian.

Instrumen penelitian akan mentukan kualitas data. Semakin baik instrumen

semakain valid data yang diperoleh begitu juga sebaliknya. Sehingga instrumen

penelitian memiliki peran yang sentral dalam suatu penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan instrumen penelitian?

2. Apa saja jenis-jenis instrumen penelitian?

3. apa saja yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis instrumen

penelitian?

4. Bagaimana karakteristik instrumen penelitian yang baik?

5. Bagaimana cara menyusun instrumen penelitian?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian instrumen penelitian.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis instrumen penelitian.

3. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperperhatikan dalam memilih jenis

instrumen penelitian.

4. Untuk mengetahui karakteristik instrumen penelitian yang baik.

5. Untuk mengetahui cara menyusun instrumen penelitian.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen Penelitian

Kata instrumen berarti alat atau alat bantu. Dalam konteks penelitian

instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data

penelitian, yaitu alat yang dapat mengukur atau mengungkap suatu keadaan

variabel penelitiajnyang telah ditetapkan peneliti sebelumnya. Alat bantu tersebut

dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan data penelitian

yang sesuai dengan tujuan penelitian yang yang dilakukan. Melalui instrumen

penelitian pengumpulan data tersbut, peneliti dapat merancang semua data yang

dperlukan dalam penelitian dan kemudian dituangkannya dalam instrumen

peneletian, yaitu melalui butir-butir instrumen yang dibuatnya. Dengan demikian

semua data yang diraih dalam penelitian dapat diraih secara tepat dan tidak ada

yang terlewatkan (Masyud, 2012:202).

Kata instrumen pengumpulan data penelitian tersebut mengandung makna

sebagai alat untuk mengukur atau mengungkap keadaan suatu variabel penelitian.

Instrumen pengumpulan data tersebut juga memiliki konotasi sebagai alat untuk

membimbing, mengarahkan, serta memudahkan para peneliti dalam pengumpulan

data penelitian sehingga peneliti dapat memperoleh data penelitian secara valid,

artinya data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dikehendaki, dengan

instrumen penelitian yang baik ( Masyud, 2012:202).

Berikut pengertian instrumen penelitian menurut para ahli:

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 1996). Ibnu Hajar berpendapat

bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel secara

objektif. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata adalah alat yang

digunakan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif maupun kualitatif

keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atribut-atribut psikologis itu

secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non

kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya

adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah

pernyataan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen

penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

informasi kuantitatif maupun kualitatif tentang variabel yang sedang diteliti.

2.2 Jenis-Jenis Instrumen Penelitian

Banyak ragam instrumen pengumpulan data penelitian namun dari

berbagai macam ragam instrumen pengumpulan data tersebut dapat dikategorikan

menjadi 2 yaitu: (1) instrumen tes (2) instrumen non tes. Instrumen tes dan non tes

dibedakan dari segi materi instrumen dan dari segi cara pengerjaan serta

penskoran, disamping itu dilihat dari tujuan pengukuran nilai variabel yang akan

dilakukan dalam penelitian. Tes difokuskan untuk mengungkap potensi yang

dimiliki responden, misalnya berkaitan dengan hasil belajar, intelegensi,

bakat,minat, kepribadian dan potensi lainnya. Sedangkan instrumen non tes

digunakan untuk mengungkap pendapat, pandangan, kebiasaan, perilaku yang

dapat diamati, dan fakta-fakta lain diluar pengungkapan potensi individu.

2.2.1 Instrumen pengumpulan data (tes)

Tes sebagai instrumen pengumpulan data penelitian adalah merupakan

serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur potensi

individu misalnya berkaitan dengan hasil belajar, intelegensi, bakat, minat,

kepribadian dan potensi lainnya yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

a. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar (achievement test) yaitu test yang digunakan untuk

mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Berbeda dengan

tes-tes yang lain, tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari

hal-hal sesuai dengan yang di tes kan (Arikunto 1996:139). Tes hasil belajar

disusun untuk mengukur tingkat ketercapaian individu setelah mempelajari suatu

materi tertentu. Tes hasil belajar ini biasanya untuk mengukur pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan sikap. Dalam penyusunan tes hasil belajar ini

materi tes harus berkaitan dengan materi yang diajarkan. Materi tes tidak boleh

diambil dari materi yang belum diajarkan. Biasanya tes hasil belajar ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa efektif dampak penerapan metode tertentu atau

penerapan model tertentu dalam kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian yang

bersifat eksperimental dan PTK, tes hasil belajar menjadi instrumen yang paling

utama.

Tes hasil belajar tersebut memiliki beberapa bentuk yaitu bentuk uraian,

bentuk obyektif dan sikap. Tes uraian umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan

yang mengandung permasalahan, uraian atau penjelasan. Ciri khas tes uraian ini

adalah siswa bebas memberikan jawabannya. Yang perlu diperhatikan dalam

menyusun tes uraian adalah kejelasan rumusan masalah yang dikemukakan

sehingga siswa mampu memahami masalah sebagaimana yang diaharapkan guru.

Tes obyektif merupakan tes yang mengandung pertanyaan-pertanyaan

yang sudah terstruktur secara sempurna dan jawabannya bersifat pasti. Siswa tidak

perlu melahirkan ide, gagasan atau pendapat dan tidak dituntut kemampuan

mengorganisasikan jawaban karena dalam tes bentuk obyektif telah disiapkan

alternatif jawaban untuk dipilih. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes ini

adalah kecermatan dalam menyediakan jawaban yang relatif sejenis, sehingga

alternatif jawaban tidak mudah ditebak oleh siswa.

Tes perbuatan merupakan tes yang menghendaki siswa untuk bekerja atau

melakukan aktivitas guna memperlihatkan produk tertentu misalnya:

menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan gambar yang diperlihatkan kepadanya

atau melakukan praktek tertentu. Jadi tes perbuatan tidak memberikan penekanan

kepada bahasa, tetapi lebih kepada kegiatan jawaban manipulatif sebagai jawaban

terhadap tes.

b. Tes intelegensi (tes IQ)

Tes intelegensi merupakan tes untuk mengungkap potensi dasar yang

dimiliki individu. Potensi dasar tersebut berkaitan dengan potensi bahasa,

aritmatika, logika (baik ,logika bahasa, matematika, maupun logika gambar). Tes

intelegensi ini tidak sekedar mengetes benar tidaknya jawaban individu,

melainkan juga mengetes kecepatan dalam menjawab pertanyaaan. Tidak semua

peneliti diberikan kewenanagan untuk menyusun dan melakasanakan tes IQ ini.

Akan tetapi tes ini menjadi kewenangan seorang yang telah memiliki profesi

sebagai Psikolog. Dengan demikian jika seseorang membutuhkan data yang

berkaitan dengan Variabel IQ dalam penelitiannya, maka ia harus menggunakan

jasa Psikolog untuk melakukan tes IQ tersebut dan peneliti hanya menerima data

hasil tes IQ tersebut dari psikolog yang memiliki kewenangan melakukan tes IQ.

c. Tes kepribadian

Tes kepribadian merupakan salah satu jenis tes psikologi yang

dimaksudkan untuk mengungkap bagaimana kepribadian yang dimiliki individu.

Tes kepribadian tersebut dapat mengungkapkan kecondongan kepribadian

individu apakah bergerak kearah positif atau negatif. Yang termasuk dalam

kategori kepribadian disini adalah keseriusan bekerja atau ketekunan, konsentrasi,

kerajinan, keuletan, kesabaran, serta potensi emosional yang dimiliki individu.

Sama dengan tes IQ, penyususnan instrumen tes kepribadian ini menjadi

kewenangan psikolog, sehingga tidak semua peneliti memiliki kewenangan

menyusun dan melaksanakan tes ini. Jika data tentang kepribadian dibutuhkan

sebagai salah satu variabel penelitian maka penelitian tidak memiliki kewenangan

melakukan tes ini, ia harus menggunakan jasa Psikolog dalam melakukan tes

kepribadian.

d. Tes bakat

Tes bakat termasuk salah satu jenis tes psikologi. Tes ini dimaksudkan

untuk mengungkap atau mengetahui kecenderungan bakat individu, apakah

mengarah pada bakat tertentu, misalnya bakat bahasa, matetematika, IPA atau

bakat lainnya. Dengan diketahui bakat individu tersebut dapat disalurkan

kearahkan ke pendidikan atau ke pekerjaan yang lebih baik. Peneliti tentu

biasanya mengaitkan antara bakat yang dimiliki seseorang dengan keberhasilan

dalam pendidikan atau pekerjaan tertentu. Karena tes ini termasuk dalam salah

satu tes psikologi maka tes ini harus disusun dan dilaksanakan oleh orang tertentu

yang berprofesi sebagai psikolog. Oleh karena itu jika peneliti membutuhkan hasil

tes bakat sebagai salah satu variabel penelitian ia harus memanfaatkan jasa

psikolog untuk melakukan pengetesan tentang bakat tersebut (Masyud, 2012:202-

205).

e. Tes sikap

Tes sikap, merupakan tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran

terhadap berbagai sikap seseorang (Arikunto 1996:139). Tujuan penggunaan tes

ini adalah untuk mengetahui kecenderungan sikap individu dalam menghadapi

suatu permasalahan. Kadangkala seorang peneliti membutuhkan data tentang

sikap individu dikaitkan dengan variabel lainnya, misal: hasil belajar,

kedisiplinan, atau kebiasaan belajar. Jika hal itu terjadi maka peneliti yang tidak

bergerak dalam bidang psikologi harus menggunakan jasa psikologi. Peneliti yang

bukan psikolog hanya boleh memnfaatkan hasil sajian untuk penelitian.

2.2.2 Instrumen pengumpulan data non tes

Jenis instrumen pengumpulan data kedua adalah instrumen non tes.

Instrumen non tes tersebut meliputi: (1)Kuesioner atau angket, (2) Panduan

wawancara, (3) Check list (4) Rating scale dan (5) Panduan dokumentasi.

a. Angket (kuesioner)

Kuesioner adalah sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal lain yang ia ketahui. Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun

instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen

yang dipakai adalah angket atau kuesioner (Faisal, 1982:176). Dilihat dari segi

menjawab maka kuesioner dibedakan menjadi 2 yaitu kuesioner terbuka dan

kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka, merupakan tes yang memberikan

kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

Kuesioner terbuka memiliki kelebihan yaitu bersumber dari kebebasan responden

dalam mengungkapkan jawaban. Karena responden dibebaskan dalam

mengungkapkan jawaban maka peneliti dapat memperoleh data yang lengkap dan

bahkan kadangkala peneliti akan memperoleh informasi yang sebelumnya tidak

diduga dapat digunakan sebagai pengembangan hasil penelitian. Namun

kelemahannya adalah peneliti akan mengalami kesulitan penskoran, verifikasi,

dan analisis data. Dismping itu penskorannya membutuhkan waktu yang relatif

lama (Masyud, 2012:206).

Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk

sedemikian lupa sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban

yang sesuai dengan karateristik dirinya dengan memberi tanda silang (X),

melingkari atau memberi tanda check (√) pada jawaban yang disediakan. Dalam

angket tertutup ini semua alternatif jawaban sudah disediakan dan responden tidak

dibenarkan mengembangkan jawaban menurut versinya sendiri. Tugas responden

hanya memilih jawaban dari alternatif yang telah disediakan yang menurut

responden paling sesuai. Kelebihan dari angket tertutup ini adalah dilihat dari segi

kepraktisan pengeloalaan hasilnya (penskoran, tabulasi dan analisi data mudah

dilakukan). Disamping itu arah poenelitian tidak mengembang kemana-mana.

Namun kelemahan utamamnya adalah angket tertutup ini tidak dapat menjaring

informasi terkini yang ketika angket disusun belum terjadi (Masyud 2012:206-

207).

Dilihat dari jawaban yang diberikan kuesioner dibedakan menjadi 2 yaitu:

kuesioner langsung dan kuesioner tak langsung. Kuesioner langsung, yaitu

responden menjawab tentang dirinya. Kuesioner tak langsung, yaitu jika

responden menjawab tentang orang lain

Dipandang dari bentuknya maka tes dibedakan menjadi 4 yaitu: Kuesioner

pilihan ganda, Kuesioner isian, Check list, Rating scale. Kuesioner pilihan ganda,

yang dimaksud adalah kuesioner tertutup. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah

kuesioner terbuka. Check list, adalah sebuah daftar dimana responden tinggal

membubuhkan tanda check pada kolom yang sesuai. Rating scale, yaitu sebuah

pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan

misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke tingkat tidak setuju (Arikunto

1996:140).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun angket antara lain adalah

berkaitan dengan:

1) Isi dan tujuan pertanyaan

Isi dan tujuan pertanyaan harus sesuai dengan tujuan dilakukan penelitian

yang tercermin dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian. Jika isi dan tujuan

pertanyaan menyimpang dari rumusan masalah dan tujuan penelitian maka angket

tersebut tidak akan dapat digunakan untuk menjaring data yang dibutuhkan.

Untuk dapat mencapai hal itu maka sebelumnya dilakukan penyusunan angket

perlu dibuat tabel spesifikasi yang berupa kisi-kisi angket.

2) Bahasa yang digunakan

Bahasa yang digunakan dalam angket disesuaikan dengan kondisi

responden. Gunakan bahasa yang simpel, mudah dimengerti dan tidak ambigu.

Jika bahasa yang digunakan terlau sulit bisa menimbulkan salah tafsir yang pada

akhirnya berdampak pada ketidaktepatan informasi yang diberikan responden.

3) Tipe dan bentuk pertanyaan

Tipe pertanyaan dalam angket harus dirancang secara tepat sesuai dengan

jenis data yang kita temukan. Pertanyaan bisa berupa pertanyaan mengenai fakta,

pendapat, sikap, penilaian dan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

penelitian yang dilakukan. Sedangkan mengenai bentuk pertanyaan peneliti dapat

memilih bentuk terbuka atau tertutup.

4) Pertanyaan tidak mendua

Dalam menyusun pertanyaan dalam angket perlu diperhatikan hendaknya

pertanyaan tidak ganda atau mendua arti (ambigu). Contoh pertanyaan yang

ambigu adalah: Apa dan bagaimana dampak dari penerapan metode CTL terhadap

hasil belajar siswa? (untuk pertanyaan terbuka). Sedangkan untuk pertanyaan

tertutup misalnya: apabila ada permasalahan disekolah guru-guru diajak kepala

sekolah untuk merumuskan indikator permasalahan atau mencari solusi yang

paling tepat.

5) Tidak menanyakan yang lupa

Peneliti hendaknya tidak memaksa untuk menanyakan pada responden

mengenai hal yang sudah terlalu lama dan responden sudah lupa kejadiannya. Hal

itu bisa menyebabkan responden asal menjawab. Jika memang informasi itu

sangat dibutuhkan sebaiknya peneliti memberi alternatif jawaban tidak tau atau

sudah lupa. Alternatif tersebut akan menghindarkan diperolehnya jawaban yang

asal-asalan atau tidak berguna dalam penelitian.

6) Menggiring

Pertanyaan yang dituangkan dalam angket hendaknya tidak menggiring

pada kecenderungan jawaban tertentu, terutama dalam angket tertutup. Misalnya

pertanyaan sebagai berikut: Saudara setuju kan jika system pembelajaran CTL

diterapkan pada semua sekolah dasar di kabupaten Jember (misalnya jawabannya:

setuju, tidak setuju, tidak tau). Dalam kasus pertanyaan tersebut responden

digiring kearah jawaban setuju.

7) Panjang pertanyaannya

Pertanyaan jangan terlau panjang dan jangan terlau pendek. Jika

pertanyaan terlalu panjang akan membingungkan responden dan responden akan

menjawab asal-asalan. Sebaliknya pertanyaan yang terlalu pendek akan

menyebabkan tidak jelas maksudnya.

8) Urutan pertanyaan.

Pertanyaan hendaknya disusun secara sistematis. Pertanyaan diurutkan

menurut konsep yang paling sederhana menuju hal yang lebih kompleks.

Demikian juga harus diperhatikan jika ada pertanyaan yang bersambung

hendaknya jangan dipisahkan dengan pertanyaan lain yang tidak ada kaitannya

dengan konteks pertanyaan yang diajukan diatas dan dibawahnya. Hal itu

dimaksudkan agar pola pikir responden tidak terputus.

9) Prinsip pengukuran

Penyusunan pertanyaan dalam angket juga harus memperhatikan prinsip-

prinsip pengukuran agar hasil jawaban responden mudah untuk ditindak lanjuti

(diskor, ditabulasi, dan dianalisis). Disini penunjangan jawaban juga perlu

diperhatikan dan sekaligus dirancang penskroannya berdasarkan prinsip-prinsip

penskoran yang benar jangan sampai setelah hasil angket terkumpul peneliti

mengalami kebingungan untuk melakukan penskoran.

10) Petunjuk angket

Petunjuk atau perintah untuk mnegerjakan angket harus jelas agar

responden tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan angket yang

diberikan peneliti. Petunjuk atau perintah ini menjadi bagian yang penting dalam

angket, sebab jika petunjuknya atau perintahnya tidak jelas, maka akan terjadi

kesalahan dalam mengerjakan angket jika hal itu terjadi maka akan dapat

berpengaruh terhadap validitas yang dikumpulkan.

11) Penampilan fisik angket

Setelah penyusunan angket selesai dilakukan secara keseluran, maka

langkah berikutnya yang perlu diperhatikan oleh peneliti sebelum dilakukan

pengumpulan data adalah lay out angket sebelum dicetak. Lay out angket harus

dilakukan dengan baik, yang menarik sehingga penampilan angket yang akan

digunakan juga menarik. Perfonmansi angket juga mempengaruhi perasaan

responden. Jika performasi angket menarik, maka responden penelitian akan

merasa respek dan akan menjawab dengan serius. Namun sebaliknya jika

performansi angket kurang menarik, maka akan dapat mempengaruhi perasaan

negative responden, responden bisa menjawab malas dan asal-asalan (Masyud,

2012:207-209).

Kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data tentunya memiliki

kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangan kuesioner:

Kelebihan kuesioner

Kuesioner memiliki beberapa kelebihan berupa:

1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti

2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan

menurut waktu senggang responden

4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu

menjawab

5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi

pertanyaan yang benar-benar sama.

Kelemahan kuesioner

Kuesioner memiliki beberapa kelemahan yaitu:

1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang

terlewati, padahal kuesioner hanya diberikan satu kali dan tidak akan

diberikan lagi.

2) Seringkali sukar dicari validitasnya

3) Walaupun dibuat anonim, responden kadang-kadang dengan sengaja

memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

4) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada

yang terlalu lama sehingga terlambat (Arikunto 1996:140).

b. Panduan wawancara

Panduan wawancara berisi poin-poin yang akan ditanyakan pada

responden pada wawancara. Penyusunan panduan wawancara juga harus

dirancang secara tepat sehingga dapat menjamin perolehan data penelitian yang

valid. Ada kemiripan antara panduan wawancara dan angket. Bedanya jika angket

pertanyaannya harus jelas dan bersifat mandiri serta memerlukan bimbingan

dalam menjawabnya namun panduan wawancara hanya berupa pertanyaan garis

besar saja. Dalam rinciannya akan dikembangkan pewawancaraan dalam proses

wawancara. Jika ada yang kurang jelas dalam wawancara, pewawancara dapat

menjelaskan permasalahannya. Hal demikian itu yang tidak bisa dilakukan dalam

angket.

Prinsip dasar yang harus dipegang dalam penyusunan panduan wawancara

adalah sebagai berikut:

1) Responden, adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

Berdasarkan hal itu, maka dalam penyusunan panduan wawancara

hendaknya peneliti tidak terlalu mengintervensi tentang masalah-masalah pribadi

responden. Perlu diingat bahwa responden perlu memiliki hak untuk menjawab

atau tidak pertanyaan peneliti. Utamanya jika hal itu sudah menyangkut privacy

responden.

2) Responden dapat dipercaya.

Artinya dalam menyiapkan panduan wawancara , peneliti harus berpegang

bahwa jawaban responden dapat dipercaya. Peneliti tidak boleh menyiapkan

pertanyaan yang sifatnya meragukan atau tidak mempercayai responden.

3) Responden dan peneliti memiliki interpretasi yang sama

Dalam menyiapkan pertanyaan untuk wawancara diupayakan agar terdapat

persamaan persepsi antar responden dengan peneliti. Untuk menghindari agar

tidak terjadi perbedaan persepsi yang tajam antar responden dengan peneliti, maka

butir-butir pertanyaan yang dituangkan dalam panduan wawancara harus diuji

cobakan sebelum dijadikan sebagai pertanyaan yang baku. Dari hasil uji coba

inilah akan dapat diketahui sejauh mana pertanyaan telah dipahami oleh

responden.

Terdapat dua jenis pertanyaan dalam panduan wawancara yang dibuka

peneliti. Kedua jenis pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pertanyaan terstruktur

Pertanyaan terstruktur merupakan instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam wawancara terstruktur yaitu wawancara yang menggunakan

daftar pertanyaan yang telah tersusun secara sistematis dan telah disiapkan

sebelumnya secara lengkap. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden

diberi pertanyaan yang sama.

2) Pertanyaan tidak terstruktur

Pertanyaan tidak terstruktur merupakan instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam wawancara yang tidak terstruktur. Yaitu wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Panduan

wawancaranya hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan. Dengan demikian pertanyaan bisa dikembangkan dengan kondisi

waktu wawancara. Berdasarkan hal itu, maka setiap responden dapat saja diberi

pertanyaan yang berbeda anatara yang satu dengan yang lainnya tetapi dalam

fokus yang sama.

c. Check list

Check list merupakan salah satu instrumen penelitian yang biasanya

digunakan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data dengan metode observasi.

Check list berisi sederet daftar pertanyaan yang berkaitan dengan indikator

variabel yang diteliti yang disampingnya disediakan kolom untuk memberi tanda

check sesuai dengan fakta atau fenomena yang diobservasi.

Jawaban yang disediakan untuk check list bersifat sederhana misalnya

hanya ya atau tidak. Namun demikian check list juga bisa dikembangkan menjadi

frekuensi, berapa frekuensi ya dan berapa frekuensi tidak.

Contoh check list sederhana tentang keaktifan mahasiswa dalam latihan

micro teaching sebagai berikut:

DAFTAR CEK (CHECK LIST ) KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI PENDEKATAN CTL

No Jenis Aktivitas Ya Tidak

1 Siswa menunjukkan ide kreatif dalam

pembelajaran

2 Siswa betanya tentang kesulitan yang

dihadapi

3 Siswa aktif mengemukakan pendapat dalam

diskusi kelompok

4 Siswa mencatat atau merekam balikan yang

diterima

5 Siswa mengemukakan alternative solusi

terhadap permasalahan yang dihadapi

dalam diskusi kelompok

6 Siswa berdiskusi alternative solusi dengan

guru

7 Siswa mendiskusikan alternative solusi

dengan sesama siswa

Jumlah 6 3

Check list juga dapat dikembangkan menjadi rekaman yang menunjukkan

frekuensi dari masing-masing jawaban ya atau tidak tersebut. Check list ini

biasanya digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian untuk mencari

masukan dalam rangka pengembangan sikap atau perilaku tertentu. Untuk

mengembangkan sikap atau perilaku tertentu, sebelumnya diperlukan data tentang

kondisi awal. Sebagai contoh seorang kepala sekolah ingin memperbaiki perilaku

mengajar guru khusunya dalam keterampilan bertanya dan memberikan

penguatan, maka kepala sekolah akan menyiapkan daftar hal-hal yang akan di

observasi selama guru mengajar.

d. Rating scale (skala penilaian)

Skala penilaian merupakan salah satu instrumen penelitian yang biasanya

digunakan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data dengan metode observasi.

Skala penilaian bentuknya mirip check list tetapi jawabannya dikembangkan

menjadi berjenjang. Skala penilaian digunakan sebagai alat bantu observasi yang

telah diperhitungkan dalam jenjang tertentu dari satu sampai jenjang tertentu

misalnya lima terhadap suatu masalah, kasus, pendapat, atau sikap tertentu. Setiap

skor menunjukkan tingkatan tertentu mulai dari yang terendah sampai yang

tertinggi. Ada beberapa skala pengukuran yang bisa dipakai dalam pengukuran

untuk penelitian anatara lain skala Likert dan Thurstone

1) Teknik thurstone

Metode Thurstone dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan

yang mengungkapkan berbagai pandangan terhadap suatu kelompok, pandangan,

gagasan, atau tindakan. Pertanyaan itu dikumpulkan kemudian diberikan kepada

juri yang bertugas memilah-milah pertanyaan tersebut dari yang paling rendah

tingkat ekstrimnya sampai ke yang paling tinggi. Daftar pernyataan yang sudah

disepakati kemudian diberikan kepada subyek. Subyek kemudian diminta

memberikan tanda check (√).

Contoh:

(…..) Tidak ada yang dapat diterima untuk membenarkan perang

(…..) Perang adalah perbuatan sia-sia yang menghancurkan diri-sendiri

(…..) Perang menyia-nyiakan nyawa manusia

(…..) Manfaat perang tidak seimbang dengan manfaat yang kita peroleh

(…..) Kami lebih memilih jalan damai daripada harus menanggung akibat

perang

(…..) Sulit memastikan apakah perang lebih mendatangkan lebih mendatangkan

kerugian daripada keuntungan

(…..) Ada banyak argument untuk menyetujui peperangan

(…..) Pada kondisi tertentu perang perlu dilakukan untuk menegakkan keadilan

(…..) Perang adalah cara yang memuasakan untuk memecahkan masalah

internasional

(…..) Perang memberikan stimulasi pada rakyat kea rah perjuangan yang mulia

(…..) Tugas terbesar tiap orang adalah berperang demi kejayaan bangsanya

Pertanyaan yang diberikan ini dimaksudkan untuk meneliti sikap

responden terhadap peperangan. Dalam contoh ini pernyataan yang bernilai skala

0,0 menunjukkan sikap paling anti peperangan. Pernyataan yang bernilai skala

11,0 menunjukkan sikap paling menyetujui perang.

2. Model Likert.

Metode ini dapat disusun tanpa menggunakan bantuan dewan juri, metode

ini menghasilkan skor yang hampir sama dengan skor yang diperoleh teknik

Thurstone.

Langkah pertama dalam menyusun Likert adalah mengumpulkan sejumlah

pernyataan mengenai suatu pokok persoalan. Pernyataan tersebut menunjukkan

kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pendirian-pendirian tertentu.

Setelah pernyataan-pernyataan itu terkumpul kemudian dilakukan uji coba

(trial test) terhadap sejumlah subjek. Teknik skala likert memberikan suatu nilai

skala untuk tiap alternatif jawaban yang berjumlah 5 kategori. Dengan demikian

instrumen itu akan menghasilkan total skor bagi tiap responden.

Nilai skala

a. Sangat setuju 5

b. Setuju 4

c. tidak menjawab 3

d. tidak setuju 2

e. sangat tidak setuju 1

Jika respon yang diharapkan sebaliknya maka item-itemnya diberi skor

sebaliknya dengan skor sebaliknya juga.

Nilai skala

a. Sangat setuju 1

b. Setuju 2

c. tidak menjawab 3

d. tidak setuju 4

e. sangat tidak setuju 5

3. teknik Q-sort

Teknik Q-sort ditemukan oleh William Stephenson, teknik Q-sort

merupakan suatu teknik untuk meranking sikap atau pilihan atau pendapat, dan

terutama efektif bila jumlah item yang dirangking cukup banyak. Dalam teknik

teknik Q-sort sejumlah kartu atau lembar kertas yang memuat pernyataan-

pernyataan atau item-item dimasukkan kedalam beberapa amplop atau kotak

karton bernomor. Biasanya jumlah amplop yang disediakan adalah Sembilan atau

sebelas, yang menggambarkan posisi-posisi relatif atas suatu skala standar.

Beberapa contoh skala yang dipolarisasi secara sederhana, dikemukakan

sebagai berikut:

Paling penting paling tidak penting

Paling setuju paling tidak setuju

Paling liberal paling tidak liberal

Paling menyenangkan paling tidak menyenangkan

Paling kagum paling tidak kagum

Suatu contoh penggunaan Q-sort, berusaha mengumpulkan pandapat

sekelompok guru besar dibidang penelitian pendidikan. Kriterianya meliputi

relatif pentingnya konsep-konsep penelitian yang harus dikemukakan pada kuliah

pengantar pendidikan. Seratus lembar kartu (tiap kartu berisi satu konsep) harus

dimasukkan kedalam Sembilan amplop, yang bergerak dari konsep yang

dipandang paling penting ke konsep yang paling tidak penting. Beberapa konsep

yang harus dipertimbangkan oleh para Guru Besar tersebut adalah:

Hipotesis metode historia

Probabilitas survey

Variable terikat hipotesis nihil

Koefisien korelasi penyusunan angket

Sumber bahan referensi metode deduktif

Laporan penelitian metode deskriptif

Randomisasi sampling

Metode eksperimen variable bebas

Metode wawancara Teknik Q-sort

Tingkat signifikasi deviasi standar

Proposal penelitian statistic non parametric

Meneliti sikap action research

Nilai mean dari pendapat yang diberikan kepada tiap item, menunjukkan

pandangan seluruh anggota kelompok guru besar tersebut mengenai konsep-

konsep penelitian yang relatif penting.

e. Panduan dokumentasi

Panduan dokumentasi merupakan instrumen pengumpulan data untuk

membantu peneliti dalam menjaring data yang bersumber dari dokumentasi. Agar

penggalian data yang bersumber dari dokumentasi terarah dan dapat mencapai

sasaran yang tepat, maka sebelum dilakukan pengumpulan data perlu dilakukan

penyusunan instrumen pengumpulan data secara cermat terlebih dahulu.

Instrumen inilah yang biasanya dikenal instrumen panduan dokumentasi. Panduan

dokumentasi berisi hal-hal apa yang dibutuhkan dari sebuah dokumen. Disamping

itu juga berupa skla nilai yang akan diberikan setiap poin dari dokumen yang

diukur. Cara pemberian nilai dalam panduan dokumentasi tersebut secara garis

besar ada dua macam, yaitu skala yang kasar yang hanya memberi nilai ada dan

tidak ada. Sedangkan cara pemberian nilai yang kedua adalah penelitian yang

sudah menunjukkan gradasinya. Misalnya penilaian sebagai berikut:

Nilai 0, jika unsuryang dicari tidak ada

Nilai 1, jika unsur yang dicari ada tapi kurang relevan

Nilai 2, jika unsur yang dicari ada dan relevan

Nilai 3, jika unsur yang dicari ada dan sangat relevan.

CONTOH PANDUAN DOKUMENTASI DENGAN KRITERIA KASAR

Panduan dokumentasi untuk menjaring data tentang ada dan tidaknya unsur-unsur

Buku Paket IPA “ Bintang Lima” untuk Kelas IV SD yang dibutuhkan sesuai

dengan Standar Kompetensi dalam KTSP

No Indikator Kompetensi dalam KTSP Materi yang ada dalam

buku paket IPA “

Bintang Lima”

Ada Tidak ada

1 Pengertian makhluk hidup √

2 Ciri-ciri makhluk hidup √

3 Jenis-jenis makhluk hidup √

4 Pengembangbiakan makhluk hidup √

5 Cara pelindungan diri makhluk hidup √

6 Makhluk hidup dan keseimbangan alam √

7 Manusia sebagai makhluk hidup √

8 Binatang sebagai makhluk hidup √

9 Tumbuh-tumbuhan sebagi makhluk hidup √

10 Simbiosis antara manusia dengan makhluk hidup

lain

JUMLAH 4 6

2.3 Pemilihan Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data penelitian banyak ragam dan jenisnya.

Pemilihan jenis-jenis instrumen manakah yang digunakan dalam pengumpulan

data penelitian, didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

1) Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang akan dikumpulkan sangat berpengaruh terhadap jenis

instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. Misalnya seorang peneliti

ingin mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa, maka digunakan tes hasil

belajar. Akan tetapi jika ingin megumpulkan data tentang pandangan pendapat

atau sikap responden terhadap suatu keadaan atau kebijakan tertentu dalam

penelitian survey maka instrumen yang paling tepat adalah angket

2) Kondisi responden penelitian

Kondisi responden penelitian adalah kondisi riil latar belakang responden

yang akan dijadikan sebagai sumber data. Misalnya jika sebagian besar responden

tidak dapat membaca dan menulis, maka jangan menggunakan angket. Dalam hal

ini yang harus digunakan adalah instrumen panduan wawancara atau panduan

pengamatan atau observasi. Kondisi responden ini juga termasuk pertimbangan

banyak dan sedikitnya responden penelitian. Jika responden penelitian cukup

banyak dan kondisi pendidikan responden sudah memungkinkan serta bisa baca

dan tulis maka akan lebih efektif bila menggunakan angket.

3) Kondisi peneliti

Kondisi peneliti adalah keadaaan peneliti terutama yang berkaitan dengan

kemampuan, kesempatan, ketersediaan data. Kondisi peneliti juga menjadi salah

satu pertimbangan dalam pemilihan instrumen penelitian. Misalnya jika kondisi

kurang lancar dalam berbicara, jangan menggunakan instrumen panduan

wawancara, karena akan memicu timbulnya permasalahan dalam wawancara.

4) Kondisi lokasi penelitian

Jika kondisi lokasi penelitian terpencar jauh antara lokasi yang satu dengan

yang lain disarankan menggunakan instrumen angket. Sebab dengan angket

pelaksanaan penelitian bisa efisien. Dilokasi yang terpencar tersebut dapat

dilakukan pengumpulan data secara serentak

2.4 Persyaratan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data hendaknya disusun dengan memperhatikan

syarat minimal instrumen yang baik. Menurut Suharsimi Arikunto syarat

instrumen yang baik terletak pada validitas dan reliabilitas instrumennya.

Sedangkan menurut Sulthon Masyud syarat instrumen yang baik itu adalah : (1)

validitas, (2) reliabilitas, (3) kepraktisan (Masyud, 2012:219-221).

1) Validitas instrumen

Instrumen dikatakan memenuhi syarat valid jika instrumen tersebut bisa

mengukur semua yang seharusnya diukur, sehingga instrumen tersebut benar-

benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya untuk mengukur

kepemimpinan hendaknya instrumen angket yang berisi tentang perilaku

pemimpin. Ada lima jenis validitas instrumen yang dapat digunakan untuk

mengetahui valid tidaknya instrumen penelitian, yaitu: validitas isi, validitas

konstruksi, validitas pengukuran setara, validitas pegukuran serentak, dan

validitas ramalan.

Validitas isi berkenaan dengan isi instrumen yakni item instrumen

hendaknya dapat mencakup keseluruhan indikator dalam variabel yang akan

diukur. Validitas konstruk berkenaan dengan konsep-konsep yang dituangkan

dalam item insreumen. Validitas pengukuran setara dapat diketahui dengan

mengkorelasikan hasil suatu instrumen dengan instrumen lain yang setara,

validitas pengukuran serentak adalah korelasi hasil instrumen yang dilaksanakan

pada waktu yang bersamaan. Sedangkan validitas ramalan adalah keterkaitan

antara hasil instrumen dengan hasil karya dimasa depan.

2) Reliabilitas instrumen

Instrumen dikatakan memenuhi syarat reliablitas, jika instrumen tersebut

mampu menghasilkan hasil yang benar-benar dapat dipercaya. Salah satu

indikator dalam instrumen yang reliabel adalah jika instrumen tersebut digunakan

berkali-kali dengan objek yang sama maka hasilnya akan tetap reatif sama. Untuk

menguji reliabilitas instrumen dapat digunakan dengan tiga cara, yaitu

pengukuran ulang, pengukuran setara, dan pengukuran pecah belah.

Reliabilitas pengukuran ulang dapat dilakukan dengan memberikan

instrumen dua kali kepada subyek yang sama dalam waktu berbeda. Reliabilitas

pengukuran setara dapat dilakukan dengan cara membuat dua buah instrumen

yang setara untuk diberikan kepada responden secara berurutan. Korelasi bentuk

instrumen tersebut akan memberikan hasil reliabilitas pengukuran yang setara.

Sedangkan reliablitas belah dua dapat diketahui dengan cara membagi instrumen

menjadi dua untuk diberikan kepada siswa selanjutnya korelasi dari dua instrumen

tersebut dapat dipergunakan sebagai hasil reliabiltas belah dua

3) Kepraktisan

Disamping validitas dan reliabiltas instrumen hendaknya memiliki

kepraktisan dalam artian proses persiapan, pelaksaaan, dan pemeriksaan hasil

instrumen serta interpretasi hasil instrumen dapt dilakukan secara hemat dan

mudah. Hemat dalam arti instrumen dapat digunakan berberapa kali

pengadministrasiannya dapat dilakukan dengan cepat. Mudah artinya instrumen

memiliki petunjuk yang jelas dan lengkap sehingga tidak perlu lagi penjelasan lain

dari peneliti.

2.5 Penyusunan Insrtrumen Pengumpulan Data

Penyusunan instrumen pengumpulan data harus dilakukan secara tepat,

artinya sesuai dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Untuk itu peneliti

harus meneliti secara jeli mengidentifikasi berbagai variabel yang ada dalam

penelitian. Peneliti juga tidak boleh mengabaikan difinisi operasional variabel

penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Instrumen harus sejalan dengan definisi

opresional variabel yang telah dibuat sebelumnya. Poin-poin indikator yang ada

dalam definisi operasional kemudian dikembangkan dalam penyususan instrumen

pengumpulan data.

Agar penyusunan instrumen pengumpulan data yang dilakukan bisa

cermat dan memperolah hasil yang valid, peneliti hendaknya mengikuti beberapa

langkah tertentu. Langkah-langkah penyusunan instrumen pengumpulan data

mencakup beberapa tahapan sebagi berikut:

1) Melakukan idendifikasi terhadap semua variabel yang ada dalam judul

atau masalah penelitian yang telah dibuat sebelumnya.

2) Menjabarkan setiap variabel penelitian menjadi sub-sub variabel

penelitian.

3) Menjabarkan setiap sub variabel penelitian tersebut menjadi indikator-

indikator. Yang harus diingat adalah penjabaran sub-sub variabel harus

sesuai dengan poin-poin indikator yang ada dalam definisi operasional

variabel.

4) Membuat deskripsi dari semua indikator yang telah dibuat.

5) Merumuskan deskripsi tersebut kedalam butir-butir istrumen penelitian .

6) Melengkapi instrumen yang dibuat tersebut dengan petunjuk atau panduan

untuk menjawab serta melengkapi pula denga kata pengantar.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variabel yang sedang

diteliti. Apabila dibedakan berdasarkan jenisnya instrumen penelititian dibedakan

menjadi dua yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes terdiri dari

tes penelian hasil, tes intelengensi, tes kepribadian , tes bakat, dan tes sikap.

Sementara instrumen penelitian yang bersifat non tes terdiri dari angket/kuesioner,

panduan wawancara, daftar cek (check list), skala penelian, dan panduan

dokumentasi.

Pemilihan jenis-jenis instrumen hendahnya didasari oleh pertimbangan

yang berupa jenis data yang akan dikumpulkan, kondisi responden penelitian,

kondisi peneliti, dan kondisi lokasi penelitian. Dengan demikian maka akan

memperoleh hasil yang akurat dan mendekati kenyataan.

Selain pertimbangan yang mendasari pemilihan instrumen, instrumen

pemilihan data memiliki persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut

bertumpu pada validitas, reliabilitas, dan kepraktisan. Instrumen harus valid,

reliable dan praktis.

3.2 Saran

Diharapkan kepada para peneliti khususnya peneliti muda memahami

bagaimana cara memilih dan menyusun instrumen penelitian, mengingat sifat

instrumen yang sangat sentral dalam penelitian. Sehingga data yang yang

diperoleh lebih akurat dan mendekati kenyataan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Faisal, Sanapiah. 1882. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha

Nasional

Masyud, Sulthon, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jember : Lembaga

Pengembangan Manajemen dan Profesi Kependidikan