4

Click here to load reader

Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

8/18/2019 Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

http://slidepdf.com/reader/full/intervensi-farmakologi-pada-pasien-dengan-gangguan-respirasi 1/4

[Type text] [Type text] Anastasia 2014

INTERVENSI FARMAKOLOGI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RESPIRASI

By. Anastasia Anna

I.  Klasifikasi obat yang digunakan pada pasien dengan gangguan sitem respirasi

1.  H1-Receptor antagonists (antihistamines)

2. 

Intranasal glucocorticoids3.  Decongestants4.  Antitussives

5.  Expectorants and Mucolytics

6.  Mast cell stabilizers7.  Bronchodilators : beta-adrenergic agonists, anticholinergics, methylxanthines

8.  Antituberculostatics

9.  Antineoplastics

I.1. H1-Receptor antagonists (antihistamines)

1. Diberikan untuk mengatasi alergi2. Untuk mengurangi bersin-bersin; mata, hidung dan tenggorokan gatal; hidung

“meler”(“ingusan”).

3. Biasa dikombinasikan dengan decongestants and antitusives.

I.1.1 Pengkajian :

1. Kaji apakah pasien hipersensitif terhadap obat antihistamin

2. Kaji apakah pasien sedang mengalami hipertrofi kelenjar prostat (BPH)3. Kaji apakah pasien sedang menderita Narrow –  angle glaucoma

4. kaji apakah pasien sedang mengalami obstipasi

5. kaji tanda-tanda vital : hipotensi, takikardia, pola nafas dan irama jantung pasien (EKG)

6. kaji tingkat kesadaran pasien

1.1.2.  Intervensi.

1.  Berikan obat per-oral atau spray2.  Pemberian obat melalui Intravena, berikan pelan-pelan : 25mg/menit untuk mencegah

risiko terjadi shock.

3.  Pemberian melalui Intramuscular : gunakan  syringe ukuran 5 ml dan tusukkansedalam –  dalamnya ke dalam otot untuk mencegah iritasi jaringan .

4.  Hindari mengkonsumsi obat berbarengan dengan makanan, juice anggur, jeruk atau

apel karena dapt menurunkan bioavailabilitas obat.

I.2.Antitussives1.

 

 Narcotic antitussive : codeine

2.   Non-narcotic antitussive :

a.   benzonatate : menekan sumber reflex batuk , contoh : dextromethorphan b.  hydrobromide : menekan reflex batuk di medula

Dapat dikombinasikan dengan expectorants atau mucolytic

Page 2: Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

8/18/2019 Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

http://slidepdf.com/reader/full/intervensi-farmakologi-pada-pasien-dengan-gangguan-respirasi 2/4

[Type text] [Type text] Anastasia 2014

1.2.1. Codein : menekan pusat batuk di medulla atau bekerja local menurunkan impuls saraf.1. Pengkajian :

a. Kaji apakah batuk pasien kering / tidak berdahak ?

b. Kaji frekuensi nafas dan suara paru

c. Kaji ada mual, muntah dan gangguan pencernaan, seperti obstipasi

d. Kaji apakah pasien sedang hamil

2. Intervensi :

a. berikan obat dengan dosis kurang dari 60mg per-oral ( dosis yang berlebihan akanmenyebabkan gelisah, dan merangsang pusat batuk )

 b. onset : 10-30 „, efek puncak : 30-60‟, masa kerja obat : 4-6 jam

c. sering digunakan untuk menambah efek dari analgetik non narkotik.

d. anjurkan pasien untuk banyak minum, makan buah dan tinggi serat untuk mengurangi

efek konstipasi dari obat.

1.3. Bronchodilator

Obat-obat ini bereaksi cepat karena beraksi pada otot saluran pernapasan dengan caramengendurkan ( relaksasi ) dan melebarkannya ( bronkodilatasi ). Bronkodilator, dapat

 berupa beta agonis seperti ventolin (pemicu aktivitas simpatis) atau antikolinergik seperti

atrovent (pengurang aktivitas simpatis). Biasanya berbentuk inhaler, tetapi dapat juga berbentuk sirup atau tablet.

Obat asma yang memiliki masa kerja singkat, bekerja dengan cepat dan mengurangi gejala

selama tiga sampai enam jam, di konsumsi melalui inhaler dan harus sesuai dosis.Sedangkan obat asma yang memiliki masa kerja panjang, yang dapat mengurangi gejala

selama lebih dari 12 jam dan sebaiknya di konsumsi pada malam hari, adalah obat asma

yang di konsumsi dalam bentuk tablet dan tidak dianjurkan untuk anak-anak. Obat-obat

semacam ini bagi pasien asma sedang hingga parah, terutama jika gejalanya membuat pasien terjaga pada malam hari dan bagi pasien asma yang dipicu olahraga.

1.3.1. Beta-adrenergic agonists :Obat ini menstimulasi reseptor beta 2 dan menyebabkan bronkodilatasi, sedangkan

 bila menstimulasi beta 1 akan bersifat kronotropik dan menyebabkan takikardia.

Ex: Isoproterenol, Metaproterenol, Albuterol (Proventil,Ventolin), etc.

1.3.2. Methylxanthines : Theophylline and aminophyllineGolongan obat ini merupakan obat pilihan untuk mengobati asma sejak 20 tahun yang

lalu, digunakan sebagai bronkodilator alternative untuk mengobati asma kronis yangmenetap. Pengobatan oral jangka panjang untuk mencegah asma yang tidak reponsif

terhadap beta-agonis atau pengobatan glucocorticoid inhaler.

1.3.3. Anticholinergics :Menghambat system saraf parasimpatis sehingga menyebabkan bronkodilatasi

sehingga baik digunakan untuk pengobatan ama dan penyakit paru lainnya.

Contoh : Ipratropium bromide ( Atrovent, Combiven)

Page 3: Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

8/18/2019 Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

http://slidepdf.com/reader/full/intervensi-farmakologi-pada-pasien-dengan-gangguan-respirasi 3/4

[Type text] [Type text] Anastasia 2014

1.4.AntituberculostaticsObat antituberkulostatik merupakan bagian dari kemoterapi.

Yang termasuk obat kemoterapi adalah :1.  Antimikroba :

a.  Penicilline

 b. 

Cephalosporinec.  Tetrasiclined.  Aminoglikoside

e.  Makrolide

f.  Quinoloneg.  Polipeptida

h.  Antituberculostatics ( OAT )

1). Lini Pertama : Isoniazide (H), Pyrazinamide (Z), Rifampicine (R) atau

Streptomycine (S), Ethambutol ( E ).2). Lini kedua : Fluoroquinolon, asam paraaminosalisilat, kanamycine &

amikasin, etionamide, kapreomycine, rifapentine

2. 

Antivirus3. 

Antijamur

4.  Antiprotozoal

5.  Antihelmintik ( obat cacing )

Jenis OAT Mekanisme kerja

Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen terpenting

 pada dinding sel bakteri.

Rifampisin menghambat aktivitas polymerase RNA yang tergantung DNA pada sel-sel yang rentan

Pirazinamid analog pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau bakterisid terhadapMycobacterium tuberculosis bergantung pada dosis pemberian , mekanisme kerja pirazinamid belum diketahui secara pasti

Etambutol menghambat sintesis minimal 1 metabolit yangmenyebabkan kerusakan pada

metabolisme sel, menghambat multiplikasi dan kematian sel.

Streptomisin antibiotic bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein

1.4.1.Isoniazid :

1. 

Berikan isoniazid 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.2.  Berikan piridoksin yang diresepkan bersama isoniazid untuk mencegah neuropati perifer.

1.4.2. Rifampisin1. Berikan Rifampisin pada 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan

2. Pemberian PAS sebaiknya tidak bersama rifampisin

Page 4: Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

8/18/2019 Intervensi Farmakologi Pada Pasien Dengan Gangguan Respirasi

http://slidepdf.com/reader/full/intervensi-farmakologi-pada-pasien-dengan-gangguan-respirasi 4/4

[Type text] [Type text] Anastasia 2014

3. Pemberian obat hipoglikemik oral, kortikosteroid dan kontrasepsi oral tidak bersamaan

rifampisin.

4. Sebaiknya rifampisin dihindarkan pada masa kehamilan bagi ibu hamil dengan TB5. Pemberian vitamin D tidak bersamaan Rifampisin

6. Berikan penjelasan mengenai efek samping dari Rifampisin akan menimbulkan warna

kemerahan pada air seni (urine) tetapi hal tersebut tidak perlu diberi apa-apa dan tidak berbahaya.

1.4.3. Etambutol

1. Lakukan pemeriksaan mata pada pasien yang memakai etambutol.2. Lakukan uji tes laboratorium terhadap asam urat pasien

1.4.4. Pirazinamid

1. Berikan Aspirin apabila menggunakan Pirasinamid2. Lakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT

1.4.5. Streptomisin1. Hentikan streptomisin apabila terdapat gangguan pendengaran (Tuli)

2. Streptomisin sebaiknya tidak diberikan pada usia > 65 tahun

3. Streptomisin sebaiknya tidak diberikan pada pasien TB dengan kehamilan trimester I

4. Hentikan semua OAT apabila terjadi ikterus tanpa penyebab lain, dan tunggu sampaitidak ikterus menghilang

5. Hentikan semua OAT apabila terjadi bingung dan muntah-muntah, dan lakukan tes

fungsi hati.

Penyuluhan kepada PASIEN &/ KELUARGA : 1.  Beritahu pasien untuk memakai obat-obat antituberkulose sesuai dengan resep.

2.  Beritahu pasien untuk tidak memakai antasid selama memakai antituberkulose danalkohol

3.   Nasehatkan pasien untuk mematuhi perjanjian kunjungan dokter dan untuk melakukan

 pemeriksaan dahak.4.   Nasehatkan pasien yang bermaksud untuk hamil, untuk memeriksakan terlebih dulu

dengan dokternya mengenai pemakaian obat-obat antituberkulose, streptomisin

5.   Nasehatkan pasien yang menerima etambutol untuk memakannya sebagai dosis tunggalsebagai usaha untuk mencegah masalah-masalah penglihatan.

6.  Beritahu keluarga dan pasien untuk menentukan PMO dan pentingnya fungsinya PMO

 bagi pelaksanaan pengobatan TB pasien