120
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Pneumonia pada Balita di Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta Periode 25 Februari 2015 – 30 Maret 2015 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas > 50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). (1) Pneumonia membunuh balita lebih banyak dari penyakit lainnya. Lebih banyak dari AIDS, malaria dan campak jika digabungkan. Lebih dari 2 juta kematian balita di dunia disebabkan oleh pneumonia, 1 dari 5 balita meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya. Hanya sekitar 1 dari 5 pengasuh yang mengerti akan tanda bahaya pneumonia dan hanya sekitar setengah dari seluruh balita di dunia yang menderita pneumonia mendapatkan perawatan yang memadai dan menurut data yang didapatkan, kurang dari 20% balita yang menderita pneumonia mendapatkan antibiotik. (2) Menurut laporan dari International Vaccine Access Center At The Johns Hopkins University Bloomberg School of Public Health pada bulan November tahun 2010, penyakit pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 1 di India, nomor 2 di Nigeria dan di Indonesia pada urutan ke 8. (3) Di Amerika dan Eropa yang merupakan negara maju angka kejadian pneumonia masih tinggi, diperkirakan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedoteran Universitas Tarumanagara Periode 16 Februari 2015 – 10 April 2015 1

Isi Dk Revisi Tgl 01 Revisi Tgl 9 April

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Pneumonia pada Balita di Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI JakartaPeriode 25 Februari 2015 30 Maret 2015

BAB 1PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANGPneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas > 50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). (1) Pneumonia membunuh balita lebih banyak dari penyakit lainnya. Lebih banyak dari AIDS, malaria dan campak jika digabungkan. Lebih dari 2 juta kematian balita di dunia disebabkan oleh pneumonia, 1 dari 5 balita meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya. Hanya sekitar 1 dari 5 pengasuh yang mengerti akan tanda bahaya pneumonia dan hanya sekitar setengah dari seluruh balita di dunia yang menderita pneumonia mendapatkan perawatan yang memadai dan menurut data yang didapatkan, kurang dari 20% balita yang menderita pneumonia mendapatkan antibiotik.(2) Menurut laporan dari International Vaccine Access Center At The Johns Hopkins University Bloomberg School of Public Health pada bulan November tahun 2010, penyakit pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 1 di India, nomor 2 di Nigeria dan di Indonesia pada urutan ke 8.(3) Di Amerika dan Eropa yang merupakan negara maju angka kejadian pneumonia masih tinggi, diperkirakan setiap tahunnya 30-45 kasus per 1000 anak pada umur kurang dari 5 tahun.(4) Kejadian Pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10 % - 20% per tahun. Diperkirakan bahwa 10% dari penderita pneumonia akan meninggal bila tidak diberi pengobatan. Bila hal ini dibenarkan, maka ada sekitar 250.000 kematian akibat pneumonia setiap tahunnya. Pneumonia merupakan pembunuh nomor 1 di dunia pada bayi dan anak-anak usia < 5 tahun. Diperkirakan menyebabkan sekitar 2 juta kematian (1 kematian setiap 15 detik) dari 9 juta kematian setiap tahunnya pada usia tersebut.(5) Lima provinsi di Indonesia yang mempunyai insiden pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Aceh, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Tengah. Insidens tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan.(6) Jika dari data yang didapat pada tahun 2013 sampai tahun 2015, Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan menempati posisi terbanyak kedua setelah Puskesmas Kecamatan Kembangan. Sedangkan RT 07 RW 01 memperlihatkan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan RT lainnya di RW 01.Berdasarkan hal tersebut, maka tim dokter muda akan mengangkat topik mengenai pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan RT 07 RW 01 untuk dilakukan intervensi sebagai upaya penurunan angka balita yang menderita pneumonia pada wilayah tersebut, dimana upaya ini diharapkan dapat menurunkan angka insiden pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan.

I.2 TUJUANI.2.1 Tujuan UmumDiturunkannya insiden Pneumonia pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan RT 07 RW 01.I.2.2 Tujuan Khusus1. Diketahuinya peningkatan insiden pneumonia pada balita di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan periode 25 Februari 30 Maret 2015.2. Diketahuinya masalah-masalah penyebab yang menyebabkan tingginya angka kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan.3. Diketahuinya intervensi yang sesuai sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan jangka menengah dan jangka panjang yang diharapkan.4. Diketahuinya hasil dari intervensi yang dilakukan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pneumonia1. DefinisiPneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut bawah. Bila seseorang menderita pneumonia, nanah dan cairan mengisi alveoli dalam paru yang mengganggu penyerapan oksigen, dan membuat sulit bernapas.(2) Pneumonia adalah setiap penyakit radang paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Bahan kimia atau agen lain bisa menyebabkan paru menjadi meradang. Suatu jenis pneumonia yang terkait dengan influenza kadang-kadang berakibat fatal. Pneumonia berpotensi fatal lainnya dapat dihasilkan dari makanan atau inhalasi cair (pneumonia aspirasi). Hanya mempengaruhi beberapa pneumonia lobus paru (pneumonia lobaris), namun ada juga yang menyebar lebih (bronkopneumonia). Nyeri dada, sputum mukopurulen, dan meludah darah (hemoptisis) adalah tanda tanda umum dan gejala penyakit. Jika udara di paru digantikan oleh cairan dan puing-puing inflamasi, jaringan paru kehilangan tekstur kenyal dan menjadi bengkak dan membesar (konsolidasi). Konsolidasi berhubungan terutama dengan pneumonia bakteri, bukan pneumonia virus. Pneumocystis carinii pneumonia (PCP) adalah jenis pneumonia erat terkait dengan AIDS. Bukti terbaru menunjukkan bahwa hal itu disebabkan oleh jamur yang berada di dalam atau pada kebanyakan orang (flora normal), tetapi tidak menyebabkan kerugian selama individu tetap sehat. Ketika sistem kekebalan tubuh mulai gagal, organisme ini menjadi menular (oportunistik). Diagnosis bergantung pada pemeriksaan biopsi jaringan paru-paru atau pencucian bronkial (lavage).(6) 2. EtiologiEtiologi pneumonia yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berdasarkan anatomis dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkhopneumonia), dan pneumonia intersitialis (bronkiolitis). Bronkhopneumonia merupakan penyakit radang paru yang biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas dan disertai dengan panas tinggi. Keadaan yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit menahun, gizi kurang/ malnutrisi energi protein (MEP), faktor patrogenik seperti trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya bronkhopneumonia. Menurut WHO diberbagai negara berkembang Streptococus pneumonia dan Hemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah.(7) Dari seluruh etiologi pneumonia, Streptococcus pneumonia adalah merupakan etiologi tersering dari pneumonia bakteri dan yang paling banyak diselidiki patogenesisnya. Jenis keparahan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki laki lebih sering terkena pneumonia dari pada anak perempuan.(8) 3. PatofisiologiPneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru. Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru (tiga di paru kanan, dan dua di paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Pneumonia adalah bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif yang merupakan sekelompok penyakit karena bakteri Streptococcus pneumoniae. Kuman pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak, atau masuk ke pembuluh darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. infeksi pneumokokus invasif bisa berdampak pada kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan mental, kemunduran intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga kematian.(9) 4. Gambaran KlinisBronkhopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39C 400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis secara fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung harus dipikirkan kemungkinan pneumonia. Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas daerah yang terkena. Pada perkusi paru sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkhopneumonia menjadi satu (konfluens). Mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronkhi terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi sesudah 2 3 minggu. 4.1.BronkhopneumoniaBiasanya gejala penyakit datang mendadak, tetapi kadang-kadang didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak besar biasanya disertai badan menggigil dan pada bayi disertai kejang. Suhu naik cepat sampai 39 400C dan suhu ini biasanya menunjukan tipe febris kontinu. Nafas menjadi sesak disertai nafas cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada sebelah dada yang terkena. Batuk mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik gejala khas tampak setelah 1 2 hari. Setelah terjadi kongesti ronkhi basah akan nyaring terdengar yang segera menghilang setelah terjadi konsolidasi. Kemudian pada perkusi jelas terdengar keredupan dengan suara pernafasan sub-bronkial sampai bronkial. Pada stadium resolusi ronkhi terdengar lebih jelas.

5. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia Pada Balita.5.1. Faktor Host5.1.1 UmurPada anak di bawah usia 2 tahun umumnya pneumonia disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, virus influenza dan parainfluenza. Chlamydia trachomatis Infeksi dapat ditularkan kepada bayi dari saluran kelamin ibu selama kelahiran mengakibatkan pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab penting dari morbiditas dan mortalitas pada semua kelompok umur. Secara global diperkirakan bahwa 5 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumonia setiap tahun (95% di negara-negara berkembang).(10)5.1.2 Jenis KelaminJenis kelamin pada kasus pneumonia di Massachusetts antara tahun 1921 dan 1930 lebih didominasi oleh kaum laki laki dari pada perempuan dalam semua kelompok umur. Di RS. Boston dilaporkan kasus pnemonia lebih dominan laki laki dengan perbandingan 51,7 % : 48,3 % untuk perempuan. Dan di Firlandia pada tahun 1977 dilaporkan laki laki lebih dominan sekitar 65 %. Anak laki laki lebih sering terkena pneumonia dari pada anak perempuan. (8) 5.1.3 Ras / etnis/ warna kulitOrang kulit hitam lebih peka dibandingkan dengan ras lain karena berhubungan dengan iklim yang hangat, sehingga peka terhadap peradangan paru akibat pneumococcus. Perbedaan ras menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi genetik sehinggga berperan terhadap kepekaan ataupun kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dan ras berhubungan dengan lingkungan luar sehingga penyakit paru, misalnya TBC dan Pnemonia mudah berkembang pada kulit hitam.(11)5.1.4 Status imunisasi balitaImunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Memberikan antibodi (kekebalan tubuh) terhadap beberapa penyakit yang disebabkan oleh PD3I (Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) terutama imunisasi BCG dan DPT yang dapat mencegah penyakit TB, difteri pertusis dan batuk rejan, selain itu imunisasi juga memberikan kekebalan tubuh.Diperlukan sejumlah imunisasi dalam beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak untuk memproteksi anak tersebut melawan penyakit penyakit kanak-kanak yang menular yang paling serius. Sistem imunitas pada anak-anak kecil tidak bekerja sebaik sistem imunitas pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa, karena sistem itu belum matang. Oleh karena itu diperlukan lebih banyak dosis vaksin. Dalam beberapa bulan pertama kehidupannya, seorang bayi telah terproteksi terhadap kebanyakan penyakit menular oleh antibodi dari ibunya yang dialihkan kepada bayi selama masa kehamilan. Pada saat antibodi tersebut telah habis, bayi tersebut menghadapi risiko infeksi yang serius dan dengan demikian imunisasi pertama diberikan sebelum antibodi tersebut habis sama sekali. Alasan lain mengapa anak-anak mendapatkan banyak imunisasi ialah karena vaksin-vaksin baru melawan infeksi-infeksi serius terus dibikin. Jumlah injeksi berkurang dengan digunakannya kombinasi vaksin-vaksin, di mana beberapa vaksin digabung menjadi satu suntikan. (12)5.1.5 Riwayat penyakit campakCampak adalah penyakit serius akibat infeksi virus yang sangat menular yang menimbulkan demam, bintik-bintik merah, pilek, batuk dan mata merah serta pedih. Komplikasi yang mengikuti sakit karena campak dapat sangat berbahaya, dan pneumonia terjadi dalam 4% di antara penderita campak. Sekitar satu di setiap 2.000 orang anak yang terkena campak akan berkembang menjadi inflamasi otak (ensefalitis). Dari 10 orang anak yang terkena campak ensefalitis, satu akan meninggal dan sampai empat orang anak akan menderita kerusakan otak permanen. Suatu penyakit yang serius tetapi jarang yang disebut Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE) dapat terjadi pada anak-anak beberapa tahun setelah infeksi campak. SSPE adalah penyakit yang secara cepat merusak otak dan selalu berakhir pada kematian. SSPE timbul dalam sekitar satu dari 25.000 yang terkena campak.(12) Yang mempunyai riwayat penyakit ISPA merupakan faktor risiko terhadap pneumonia sebagai penyebab kematian pada balita usia 2 bulan. Hampir 70 % penyebab kematian pada balita disebabkan oleh penyakit diare, pnemonia, campak, malaria dan malnutrisi.(7) Bronkopneumonia sering terjadi pada umur dibawah 3 tahun dan dapat berhubungan dengan penyakit lain seperti campak atau pertussis.(13) Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli, ditularkan melalui sekret pernafasan atau melalui udara. Virus dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan infeksi pada individu yang rentan. Penyakit campak sangat infeksius selama masa prodromal yang ditandai dengan demam, malaise, mata merah, pilek, dan trakeobronkitis dengan manifestasi batuk. Infeksi campak pertama kali terjadi pada epitelium saluran pernafasan dari nasofaring, konjungtiva, dengan penyebaran ke daerah limfa. Viremia primer terjadi 2-3 hari setelah individu terpapar virus campak, diikuti dengan viremia sekunder 3-4 hari kemudian. Viremia sekunder menyebabkan infeksi dan replikasi virus lebih lanjut pada kulit, konjungtiva, saluran pernafasan dan organ lainnya. Replikasi virus memerlukan waktu 24 jam. (14) 5.1.6 Pemberian ASI Eksklusif.Kandungan kolostrum pada susu ibu terkonsentrasi sebagai sumber vitamin A. Untuk balita 6-12 bulan pertama kehidupan bayi banyak bergantung hampir sepenuhnya pada vitamin A yang diberikan dalam ASI, yang mudah diserap. Bila ibu kekurangan vitamin A bagaimanapun, jumlah yang disediakan dalam susunya berkurang.(21) Penelitian yang dilakukan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar. Dengan rancangan penelitian case control pada sampel sebanyak 136 terdiri dari 49 kasus dan 87 kontrol. Ternyata lamanya pemberian ASI (ASI Eksklusif) terbukti melindungi tidak terjadi pneumonia pada anak dengan Odd Ratio = 7, 954 (95 % CI= 1,783 -35,483 ). (15)5.1.7 Status giziStatus gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainya), Status gizi adalah tanda - tanda atau penampilan yang di akibatkan dari nutrisi yang dilihat melalui variabel tertentu (indikator status gizi) seperti berat, tinggi badan dll.(16) Kekurangan nutrisi pada anak mempunyai risiko tinggi terhadap kematian pada anak usia 0-4 tahun. Kekurangan nutrisi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit pneumonia, hal ini disebabkan karena lemahnya sistem kekebalan tubuh karena asupan protein dan energi berkurang, dan kekurangan gizi dapat melemahkan otot pernafasan. (2)

5.1.8 Pemberian Vitamin AVitamin A adalah nutrisi penting yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk fungsi normal dari sistem visual, dan pemeliharaan fungsi sel untuk pertumbuhan, integritas epitel, merah produksi sel darah merah, kekebalan dan reproduksi. Vitamin A diyakini penting di semua tingkat dari sistem kekebalan tubuh berbagai fungsi termasuk mempertahankan integritas epitel, meningkatkan tingkat reaktan fase akut sebagai respon terhadap infeksi, mengatur diverensiasi monosit dan fungsi, meningkatkan sitotoksisitas sel pembunuh alami, meningkatkan respon antibodi terhadap tetanus toksoid dan vaksin campak, dan meningkatkan jumlah limfosit total. Anak-anak juga pada peningkatan risiko kekurangan vitamin A sebagai hasil dari infestasi usus dan infeksi, yang mengganggu penyerapan vitamin A, infeksi pernapasan, TBC, dan campak, yang meningkatkan kebutuhan metabolik, dan kekurangan energi protein, yang menggangu dengan penyimpanan transportasi, dan pemanfaatan vitamin. Vitamin A berhubungan dengan daya tahan tubuh balita, sehingga jika balita tidak mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi berpeluang terjadi pneumonia. (17)5.2. Faktor AgentPneumonia biasanya disebabkan karena beberapa faktor di antaranya adalah :5.2.1 Faktor Biologis1. Bakteri (pneumococcus, Streptococcus, Stafilococcus, H. Influenza, Klebsiela mycoplasma pneumonia).2. Virus (virus adeno, virus para influenza, virus influenza).3. Jamur / fungi (candida, histoplasma, capsulatum, coccydiodess).4. Protozoa (pneumocystis carinii)5.3. Faktor Lingkungan5.3.1 Karakteristik LingkunganLingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, yang terdiri atas lingkungan fisik, biologi, kimia dan sosial budaya. Jadi lingkungan adalah kumpulan dari semua kondisi dari luar yang mempunyai kehidupan dan perkembangan dari organisme hidup manusia. Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu internal dan eksternal. Lingkungan internal merupakan suatu keadaan dinamis dan seimbang (homeostatis), sedangkan lingkungan eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh yang terdiri dari 3 komponen :1. Lingkungan fisik, bersifat abiotik (benda mati) seperti air, udara, tanah, cuaca/iklim, geografis, perumahan, pangan, panas, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat, misal kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare.2. Lingkungan biologis, bersifat biotik (benda hidup) seperti mikroorganisme, serangga, binatang, jamur, parasit, dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agent penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit dan hospes intermediat. Hubungannya dengan manusia bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu dimana tidak terjadi keseimbangan diantara hubungan tersebut maka manusia menjadi sakit.3. Lingkungan sosial berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap/perilaku, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial, jika tidak dapat menyesuaikan diri maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menibulkan gejala psikosomatik seperti stress, insomnia, depresi dan lainnya sehingga dapat juga mengganggu kesehatan lainya.5.3.2. Kepadatan hunianBanyaknya orang yang tinggal dalam satu rumah mempunyai peranan penting dalam kecepatan transmisi mikroorganisma di dalam lingkungan, sehingga kepadatan hunian rumah perlu menjadi perhatian semua anggota keluarga, terutama dikaitkan dengan penyebaran penyakit menular. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kebumen dengan jumlah sampel 68 dengan menggunakan desain case control, menunjukkan bahwa sebagian besar balita penderita pneumonia (83,8%) tinggal di rumah dengan kondisi padat. Semakin banyak penghuni rumah yang berkumpul dalam satu ruangan kemungkinan risiko untuk terjadinya penularan suatu penyakit akan lebih mudah, khususnya bagi balita yang relatif rentan terhadap penularan penyakit. (17)

5.1.9 Ventilasi RumahVentilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara segar masuk ke dalam rumah dan udara kotor keluar rumah. Rumah yang tidak dilengkapi sarana ventilasi akan menyebabkan suplai udara segar dalam rumah menjadi sangat minimal. Kecukupan udara segar dalam rumah menjadi sangat dibutuhkan untuk kehidupan bagi penguninya, karena ketidak cukupan suplai udara akan berpengaruh pada fungsi fisiologis alat pernafasan bagi penghuninya, terutama bayi dan balita. (17)6. Langkah Diagnostik6.1. AnamnesisPasien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak nafas. Pada bayi, gejalanya tidak khas, sering sekali tanpa demam dan batuk. Anak besar kadang mengeluh sakit kepala, nyeri abdomen disertai muntah.6.2. Pemeriksaan FisikManifestasi klinis yang terjadi akan berbeda- beda berdasarkan kelompok umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, reaksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah tapikneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel. Pada prasekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (nonproduktif / produktif), tapikneu, dan dispneu yang ditandai reaksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung.Pada auskultasi, dapat terdengar pernapasan menurun. Fine crackles (ronkhi basah halus) yang khas pada anak besar, bisa juga ditemukan pada bayi. Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun, suara nafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada menurun waktu inspirasi, anak berbaring kearah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa sakit dapat menjalar ke leher, bahu dan perut.

6.3.Pemeriksaan penunjangFoto rontgen thoraks proyeksi posterior - anterior merupakan dasar diagnosis utama pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan, misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran radiologi sering kali tidak sesuai dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa apa tetapi gambaran foto thoraks menunjukkan pneumonia berat. Foto thoraks tidak dapat membedakan antara pneumonia bakteri dari pneumonia virus. Gambaran radiologis yang klasik dapat dibedalan menjadi tiga macam:1. Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram, biasanya disebabkan infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain.2. Pneumonia intersitisial biasanya karena virus atau Mycoplasma, gambaran berupa corakan bronchovaskular bertambah, peribronchal cuffing dan overaeriation; bila berat terjadi pachyconsolidation karena atelektasis.3. Gambaran pneumonia karena S. aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkan gambaran bilateral yang diffus, corakan peribronchial yang bertambah, dan tampak infiltrat halus sampai ke perifer.Staphylococcus pneumonia juga sering dihubungkan dengan pneumatocelle dan efusi pleural (empiema), sedangkan Mycoplasma akan memberi gambaran berupa infiltrat retikular atau retikulonodular yang terlokalisir di satu lobus. Ketepatan perkiraan etiologi dari gambaran foto thoraks masih dipertanyakan namun para ahli sepakat adanya infiltrat alveolar menunjukan penyebab bakteri sehingga pasien perlu diberi antibiotika. Hasil pemeriksaan leukosit > 15.000/l dengan dominasi netrofil sering didapatkan pada pneumonia bakteri, dapat pula karena penyebab non bakteri. Laju endap darah (LED) dan C reaktif protein juga menunjukkan gambaran tidak khas. Trombositopeni bisa didapatkan pada 90% penderita pneumonia dengan empiema. Pemeriksaan sputum kurang berguna. Biakan darah jarang positif pada 3 11% saja, tetapi untuk Pneumococcus dan H. Influienzae kemungkinan positif 25 95%. Rapid test untuk deteksi antigen bakteri mempunyai spesifitas dan sensitifitas rendah. Pemeriksaan serologis juga kurang bermanfaat. (19)

BAB 3IDENTIFIKASI MASALAH

3.1. ANALISIS SITUASI

Secara spesifik didapati adanya peningkatan jumlah balita dengan pneumonia tiap bulannya sejak November 2014 di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan. Berdasarkan survei pada responden warga Puskesmas Kembangan Selatan, didapatkan mayoritas balita yang menderita pneumonia adalah dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Insiden tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan. Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. (1)Dari berbagai faktor yang menyebabkan peningkatan penderita pneumonia pada balita, didapatkan bahwa keadaan penularan dari lingkungan merupakan salah satu faktor utama rantai kejadian pneumonia pada balita, oleh sebab itu dibutuhkan pengawasan terhadap lingkungan sekitar anak.

Untuk tugas Diagnosis Komunitas periode ini penentuan masalah Pneumonia dipilih berdasarkan: 1. Peningkatan Insiden Didapati adanya peningkatan insidensi balita dengan pneumonia di Puskesmas Kembangan Selatan sejak November 2014 di RT 07 RW 01.

Grafik 1. Insiden Balita Pneumonia di RT 07 RW 01

2. Data EpidemiologiMenurut data Riskesdas 2007, prevalens pneumonia (berdasarkan pengakuan pernah didiagnosis pneumonia oleh tenaga kesehatan dalam sebulan terakhir sebelum survei) pada bayi di Indonesia adalah 0,76% dengan rentang antar provinsi sebesar 0-13,2%. Prevalensi tertinggi adalah provinsi Gorontalo (13,2%) dan Bali (12,9%), sedangkan provinsi lainnya di bawah 10%.Grafik 2. Prevalensi pneumonia pada bayi di indonesia

Sedangkan prevalensi pada anak balita (1-4 tahun) adalah 1,00% dengan rentang antar provinsi sebesar 0,1% - 14,8%. Seperti pada bayi, prevalensi tertinggi adalah provinsi Gorontalo (14,8%) dan Bali (13,2%) sedangkan provinsi lainnya di bawah 10%.Grafik 3. Prevalensi pneumonia pada balita di indonesia

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia, prevalensi Pneumonia Balita di Indonesia meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.Grafik 4. Prevalensi pneumonia pada balita di Indonesia

Menurut data dari Kecamatan Kembangan, total kejadian pneumonia pada balita di tahun 2013 sebanyak 2518 balita. Dengan detail per wilayah di tahun 2013 adalah di wilayah Puskesmas Kecamatan Kembangan sebanyak 64%, disusul Kembangan Selatan sebanyak 16%, Joglo 2 sebanyak 12,72%, Meruya Selatan 2 sebanyak 6,19%, Meruya Selatan 1 sebanyak 5,68%, Joglo 1 sebanyak 3,13%, Meruya Utara sebanyak 2,54%, Srengseng sebanyak 1,55%, Kembangan Utara sebanyak 0,36%.Total kejadian pneumonia pada balita pada tahun 2014 sebanyak 1343 kasus. Dengan detail per wilayah di tahun 2014 adalah di Puskesmas Kecamatan Kembangan sebanyak 30,38%, Meruya Selatan 2 sebanyak 17,2%, Joglo 2 sebanyak 13,62%, Meruya Selatan 1 sebanyak 9,6%, Kembangan Selatan 9,46%, Kembangan Utara sebanyak 7,67%, Srengseng sebanyak 6,63%, Meruya Utara sebanyak 4,91%, Joglo 1 sebanyak 0,52%.Total kejadian pneumonia pada balita pada Januari 2015 di Kecamatan Kembangan sebanyak 140 kasus balita. Dengan detail per wilayah di Januari 2015 adalah di Puskesmas Meruya Selatan 2 sebanyak 30% kasus balita, Kembangan Selatan sebanyak 15,7%kasus balita, Joglo 2 dan Puskesmas Kecamatan Kembangan sebanyak 12,85% kasus balita, Kembangan Utara sebanyak 8,57% kasus balita, Meruya Utara sebanyak 7,14% kasus balita, Srengseng sebanyak 6,42% kasus balita, Joglo 1 sebanyak 5% kasus balita, Meruya Selatan 1 sebanyak 1,42% kasus balita.Grafik 5. Jumlah kejadian insiden pneumonia pada balita periode Januari 2013 Januari 2015

3. Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare (15,5% di antara semua balita)Menurut Riskesdas tahun 2007, pneumonia merupakan penyakit penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare di antara balita. Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia.

Grafik 6. 10 penyakit tertinggi penyebab kematian pada balita di indonesia

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Balita atau AKABA pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKABA pada tahun 2002-2003 yang sebesar 46 per 1.000 kelahiran hidup.

Grafik 7. AKABA tahun 1991-2007

Provinsi dengan AKABA tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per 1000 kelahiran hidup, diikuti oleh Maluku sebesar 93 dan Nusa Tenggara Barat sebesar 92 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKABA terendah dimiliki oleh Provinsi DIY sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 dan Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut SDKI jumlah kematian Balita pada tahun 2007 sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup, sementara perkiraan kelahiran hidup pada tahun 2007 berdasarkan perkalian CBR dan jumlah penduduk tahun 2007 diperoleh 4.467.714 orang bayi. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung perkiraan jumlah absolut kematian balita yaitu sebesar 196.579 balita pada tahun 2007 (44/1.000 x 4.467.714). Menurut Riskesdas, penyebab kematian balita karena pneumonia adalah no 2 dari seluruh kematian balita (15,5%). Sehingga jumlah kematian balita akibat penumonia tahun 2007 adalah 30.470 balita (15,5% x 196.579), atau rata-rata 83 orang balita meninggal setiap hari akibat pneumonia. Angka ini sangat besar, sehingga perlu menjadi perhatian bagi pengelola program ISPA pusat, provinsi dan kab/kota serta perlu mendapat dukungan pemerintah daerah agar upaya pengendalian penyakit pneumonia dapat dilaksanakan dengan optimal sehingga angka kematian ini dapat diturunkan.

3.2. SCOPE Tempat / TargetTempat di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan RT 07 RW 01 karena dari data yang didapat pada tahun 2013 sampai tahun 2015, Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan menempati posisi terbanyak kedua setelah Puskesmas Kecamatan Kembangan. Sedangkan RT 07 RW 01 memperlihatkan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan RT lainnya di RW 01.

Grafik 8. Data Jumlah Balita Pneumonia pada seluruh RT di RW 01 pada periode januari 2013 Februari 2015

Grafik 9. Persentase balita dengan pneumonia pada tiap RT di RW 01 Periode Januari 2013 Februari 2015

3.3.Identifikasi Masalah dengan Paradigma Blum3.3.1. Penentuan Paradigma BlumUntuk mengidentifikasi masalah dengan Paradigma Blum, sebelumnya telah dilakukan pemantauan lokasi dan wawancara pada ibu-ibu yang memiliki balita (balita dengan pneumonia maupun balita yang tidak dengan pneumonia) yang berlokasi di RT 07 RW 01, dan dilakukan wawancara kepada petugas puskesmas yaitu Dokter Puskesmas dan Kepala bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dari data di lokasi dan wawancara yang dilakukan pada 25 orang ibu yang mempunyai balita, didapatkan hasil yang mencakup 3 faktor Paradigma Blum yaitu: 1. Dari aspek perilaku didapatkan sebanyak 25 ibu balita yang diwawancara ternyata memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pneumonia.2. Dari aspek lingkungan didapatkan:a. Lingkungan fisik yang padat penduduk dengan ventilasi rumah yang tidak memnuhi syarat, dan keadaan cuaca saat ini (musim penghujan).b. Lingkungan non fisik berupa ibu yang tidak menjauhkan balitanya dari anggota keluarga yang batukc. Sosial-ekonomi-budaya dengan keadaan status ekonomi menengah kebawah dan stigma masyarakat tentang pneumonia dan cara pengobatannya (ibu lebih sering membeli obat di warung untuk mengobati balitanya)3. Dari aspek layanan kesehatan belum adanya tenaga medis yang bergerak khusus untuk masalah pneumonia (baik petugas puskesmas maupun kader kesehatan setempat) dan belum adanya program kesehatan mengenai masalah pneumonia.

Gambar 1. Paradigma Blum

PENINGKATAN INSIDEN PNEUMONIA PADA BALITAPERILAKU

GENETIK

LINGKUNGANMEDICAL CARE SERVICE1. Belum adanya tenaga medis untuk melakukan penyuluhan tentang pneumonia2. Belum adanya kader untuk penanganan penyakit pneumonia3. Belum adanya program penyuluhan tentang pneumonia

Fisik:1. Padat penduduk2. ventilasi rumah yang tidak sesuai3. keadaan cuaca (musim penghujan)Non fisik:1. Tidak menjauhkan balita dari anggota keluarga yang batuk

Sosial-ekonomi-budaya:

1. Status ekonomi menengah kebawah2. Stigma masyarakat tentang pneumonia dan cara pengobatannya (ibu lebih sering membeli obat di warung untuk balitanya)1. Kurangnya pengetahuan orangtua tentang pneumonia

3.3.2 Penentuan Prioritas MasalahDalam penentuan prioritas masalah dilakukan dengan metode non-scoring (Delbeq). Wawancara dilakukan dengan melibatkan Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas, Kepala Bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas, Bidan Puskesmas, Perawat puskesmas, dan kader di RT 07 RW 01 Kelurahan Kembangan Selatan.Dari proses diskusi, diantara ketiga faktor Paradigma Blum dipilih faktor medical care service dan perilaku sebagai masalah utama.Medical care service dipilih dengan alasan : Belum adanya tenaga medis dari puskesmas yang bertanggung jawab untuk permasalahan pneumonia. Belum adanya kader kesehatan yang bertanggung jawab untuk permasalahan pneumonia. Belum adanya program kesehatan mengenai pneumonia.

BAB 4IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

4.1. Identifikasi Masalah PenyebabSetelah melakukan identifikasi masalah dengan paradigma blum dan menentukan faktor medical care service sebagai prioritas masalah dengan teknik non-scoring (delbeq), maka penulis mencoba untuk melakukan identifikasi masalah penyebab dari faktor medical care service dengan analisis SWOT.Identifikasi masalah ini dilakukan dengan melakukan wawancara sebelumnya pada Kepala Puskesmas dan Kepala Bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).Dari hasil wawancara dengan Kepala Bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), didapatkan hasil berupa:1. Belum adanya tenaga medis dari puskesmas yang bertanggung jawab untuk permasalahan pneumonia.2. Belum adanya kader kesehatan yang bertanggung jawab untuk permasalahan pneumonia.3. Belum adanya program kesehatan mengenai pneumonia.Teknik dan alternatif pemecahan masalah dilakukan dengan SWOT untuk masalah medical care service.

Tabel 1. SWOTINTERNAL

EKSTERNALS/STRENGTH Mempunyai tenaga kesehatan (2 dokter umum, 1 dokter gigi, 3 koass, 3 perawat, 2 bidan dan 3 kader kesehatan ) Adanya data balita yang terdiagnosis pneumoniaW/WEAKNESS Belum adanya tenaga medis dari puskesmas yang bertanggung jawab untuk permasalahan pneumonia. Belum adanya program kesehatan mengenai pneumonia. Tidak adanya dana untuk program pneumonia

O/OPPORTUNITY Terdapat 3 kader kesehatan Letak wilayah yang dekat dengan puskesmas Antusiasme dari beberapa ibu balita untuk mengetahui tentang pneumoniaSTRATEGI S dan O Penyuluhan tentang pneumonia pada ibu balita Penyuluhan tentang pneumonia pada masyarakatSTRATEGI W dan O Peningkatan pengetahuan kader kesehatan yang telah ada Membuat program yang dapat dilakukan oleh kader

T/THREAT Stigma masyarakat yang menganggap hanya batuk pilek biasa Masyarakat lebih sering membeli obat di warung (Misalnya: tolak angin anak)STRATEGI S dan T Kunjungan dan edukasi ke rumah balita Edukasi kepada masyarakat tentang akibat pneumoniaSTRATEGI W dan T Membuat leaflet untuk petugas puskesmas, kader, dan ibu balita tentang pneumonia pada balita

Keterangan : Strategi yang dipilih adalah :Strategi S dan O Penyuluhan tentang pneumonia pada ibu balitaAlasan : Tersedianya tenaga kesehatan (2 dokter umum, 1 dokter gigi, 3 koass, 3 perawat, 2 bidan dan 3 kader kesehatan ) serta adanya antusiasme beberapa orangtua yang ingin mengetahui tentang pneumonia.Strategi S dan TKunjungan dan edukasi ke rumah balitaAlasan : Tersedianya data jumlah balita yang menderita pneumonia, tetapi adanya stigma masyarakat yang menganggap hanya batuk pilek biasa dan lebih sering membeli obat di warung (Misalnya: tolak angin anak)Strategi W dan O1. Peningkatan pengetahuan kader kesehatan yang telah ada2. Membuat program yang dapat dilakukan oleh kaderAlasan : Belum adanya program tentang pneumonia tetapi terdapat 3 kader kesehatan yang bersedia untuk menjalankan program.

Strategi W dan TMembuat leaflet untuk petugas puskesmas, kader, dan ibu balita tentang pneumonia pada balita.Alasan: Belum adanya tenaga medis dari puskesmas yang bertanggung jawab untuk permasalahan pneumonia. Belum adanya program kesehatan mengenai pneumonia. Belum adanya dana untuk program pneumonia

4.2. Alternatif Pemecahan MasalahSetelah dilakukan identifikasi masalah penyebab dengan SWOT , dilakukan juga penentuan masalah yang akan diintervensi. Dapat dilihat:1. Untuk masalah belum adanya tenaga medis dari puskesmas maupun kader yang terfokus pada masalah pneumonia maka akan dilakukan intervensi yaitu pengumpulan kader kesehatan yang telah ada untuk dilakukan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan mengenai pneumonia. Setelah dilakukan penyuluhan, akan dilakukan pelatihan pada kader peduli pneumonia.2. Untuk masalah belum adanya program dari puskesmas tentang pneumonia, maka dilakukan intervensi berupa penyuluhan kepada ibu balita (dengan pneumonia dan tanpa pneumonia) dan kunjungan ke rumah balita dengan pneumonia.

BAB 5PERENCANAAN INTERVENSI

5.1. Rencana IntervensiWilayah kerja RT 07 RW 01, Kelurahan Kembangan Selatan. Setelah dilakukan penetapan masalah dan telah diketahui masalah penyebab dari tingginya insiden pneumonia pada balita di Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, maka dilakukan intervensi sebagai berikut:5.1.1. Intervensi I : Penyuluhan Kepada Kader Peduli PneumoniaPenyuluhan Kepada Kader Peduli Pneumonia ini merupakan upaya agar terwujudnya penurunan insiden pneumonia pada balita di RT 07 RW 01 dan diharapkan bahwa dengan adanya kader peduli pneumonia ini, maka akan lebih cepat terdeteksinya balita dengan masalah pneumonia dan dapat lebih cepat ditindaklanjuti oleh dokter di puskesmas. Penyuluhan dilakukan untuk membekali para kader kesehatan yang telah ada mengenai tanda dan gejala pneumonia beserta tanda bahayanya, pencegahan pneumonia, dan tata cara minum obat antibiotik yang diberikan oleh dokter puskesmas dengan benar. Kader yang ada juga diberitahukan mengenai pentingnya kunjungan rumah pada balita dengan pneumonia dan pentingnya dilakukan kunjungan rumah berkala pada balita yang lain untuk mengantisipasi adanya pneumonia pada balita lain. Kegiatan ini dilakukan didasarkan pada hal-hal berikut : Belum terdapatnya kader kesehatan yang khusus menangani masalah pneumonia. Karena belum adanya kader dan tenaga kesehatan lain yang khusus menangani masalah pneumonia, maka belum adanya program tentang pneumonia seperti penyuluhan dan kunjungan ke rumah balita dengan pneumonia. Sasaran: 3 kader kesehatan di wilayah kerja setempat Tempat: Rumah Ketua RT 07 RW 01 Indikator:Meningkatnya pengetahuan para kader dengan dilakukannya pretest dan posttest (meningkatnya nilai posttest pada kader yang mengikuti penyuluhan menjadi 100).

5.1.2. Intervensi II : Pelatihan Kepada Kader Peduli PneumoniaPelatihan Kader Peduli Pneumonia dilakukan dengan upaya untuk membekali kader yang sudah dibentuk mengenai cara menghitung napas pada balita agar dapat diketahui lebih cepat apakah balita bernapas cepat atau tidak, yang merupakan salah satu tanda dari gejala pneumonia, dan dilakukan pembekalan mengenai cara minum obat antibiotik yang baik dengan harapan bahwa kader dapat menjelaskannya kembali ke ibu balita dengan pneumonia, juga dilakukan pembekalan mengenai cara pengisian Form Peduli Pneumonia yang telah dibuat untuk lebih memudahkan para kader untuk mendeteksi dini balita dengan pneumonia. Kegiatan ini dilakukan didasarkan pada hal-hal berikut : Kurangnya pengetahuan kader mengenai pneumonia karena belum adanya penyuluhan ke kader mengenai masalah pneumonia. Belum adanya keterampilan kader yang telah ada dalam menghitung napas pada balita dan dalam memberikan penjelasan mengenai kepatuhan minum obat antibiotik pada ibu balita dengan pneumonia. Sasaran: 3 kader wilayah kerja setempat Tempat: Rumah Ketua RT 07 RW01 Indikator: Kader mengerti cara menghitung napas pada balita dan cara pengisian form peduli pneumonia. Kader dapat menjelaskan kembali tentang cara minum obat antibiotik yang benar yang ada pada tabel di Buku Aku Sehat.

5.1.3. Intervensi III : Penyuluhan mengenai Pneumonia kepada ibu balita dengan pneumonia maupun tanpa pneumonia Kegiatan penyuluhan kepada ibu balita dengan pneumonia maupun tanpa pneumonia dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para ibu balita tentang bahaya pneumonia pada balita dan pencegahannya, serta cara minum obat antibiotik yang benar pada ibu balita dengan pneumonia. Diharapkan dengan penyuluhan ini, para ibu mengerti, memahami serta waspada tentang bahaya pneumonia pada balitanya, serta mengetahui cara minum obat antibiotik yang benar. Kegiatan ini dilakukan didasarkan pada hal-hal berikut : Stigma masyarakat yang menganggap hanya batuk pilek biasa Masyarakat lebih sering membeli obat di warung (Misalnya: tolak angin anak) Belum adanya program penyuluhan mengenai pneumonia oleh tenaga medis Sasaran: 25 ibu-ibu balita, (14 balita dengan pneumonia dan 11 balita tanpa pneumonia) Tempat: Rumah Ketua RT 07 RW 01 Indikator:Meningkatnya pengetahuan para ibu balita (khususnya ibu balita pneumonia) yang diukur dengan pretest dan posttest (minimal semua ibu balita pneumonia mencapai nilai 100 pada posttest)

5.1.4. Intervensi IV : Kunjungan ke rumah balita dengan pneumonia dan pembagian Buku Aku Sehat pada ibu balita dengan pneumonia dan pengisian Form Peduli Pneumonia oleh Kader Peduli PneumoniaKunjungan ke rumah balita dengan pneumonia dan pembagian Buku Aku Sehat pada orangtua balita dengan pneumonia dan pengisian Form Peduli Pneumonia oleh Kader Peduli Pneumonia dilakukan untuk melatih kader dalam pemberian informasi dan edukasi mengenai pneumonia kepada orangtua balita dengan pneumonia dan mengajarkan pengisian tabel cara minum obat antibiotik yang benar kepada orangtua balita dengan pneumonia serta memantau kepatuhan minum obat antibiotik pada balita dengan pneumonia yang sudah memulai meminum obat antibiotik. Kader juga diharapkan mampu mengevaluasi balita yang sebelumnya terdiagnosa pneumonia dan dapat memeriksa keadaan balita yang belum berobat ke puskesmas . Dengan adanya tabel kepatuhan minum obat antibiotik yang sudah dibuat pada Buku Aku Sehat, diharapkan orangtua balita lebih patuh mengenai jadwal dan dosis meminumkan obat antibiotik pada balita. Kader juga belajar untuk mempraktekkan cara mengisi Form Peduli Pneumonia. Kegiatan ini dilakukan didasarkan hal-hal berikut : Stigma masyarakat yang menganggap hanya batuk pilek biasa Masyarakat lebih sering membeli obat di warung (Misalnya: tolak angin anak) Belum adanya program penyuluhan mengenai pneumonia oleh tenaga medis Diharapkan kedepannya, para Kader Peduli Pneumonia dapat melakukan pemantauan berkala pada balita pneumonia dan memberikan edukasi mengenai pneumonia kepada ibu balita pneumonia dan terus memantau kepatuhan minum obat antibiotik dengan menggunakan Buku Aku Sehat dan kader tetap mengevaluasi balita yang sebelumnya terdiagnosa pneumonia. Pengawas : 3 koass Pelaksana : 3 kader yang sudah diberi penyuluhan dan pelatihan Sasaran: 14 Ibu balita pneumonia Tempat:Rumah-rumah balita pneumonia di wilayah kerja setempat (RT 07 RW 01)

Indikator Kader Peduli Pneumonia dapat mengisi Form Peduli Pneumonia dan memberikan edukasi mengenai pneumonia kepada orangtua balita dengan pneumonia serta dapat menjelaskan cara pengisian tabel kepatuhan minum obat pada Buku Aku Sehat Orangtua balita dengan pneumonia yang tadinya kurang paham mengenai cara meminum obat antibiotik yang benar, menjadi paham dengan cara mengisi tabel kepatuhan minum obat pada Buku Aku Sehat dengan benar (dinilai setelah obat antibiotik yang diminum habis (biasanya 3 hari) dan dipantau oleh kader).

5.2. Log Frame Goals5.2.1. Penyuluhan Kepada Kader Peduli PneumoniaTabel 2. Log Frame Goals Intervensi 1 MASUKANKEGIATAN/ INTERVENSITUJUAN

Jangka Pendek (3 minggu)Jangka Menengah (1 tahun)Jangka Panjang (5 tahun)

Man Bidan Puskesmas 3 Koass FK Untar Penyuluhan Kader Kesehatan tentang pneumonia Pembagian leaflet Pretest dan posttest Meningkatnya pengetahuan para kader dengan dilakukannya pretest dan posttest (meningkatnya nilai posttest pada kader yang mengikuti penyuluhan menjadi 100). Aktifnya kader untuk menjalankan program pneumonia Terdeteksinya pneumonia secara cepat di wilayah kerja setempat (RT 07/ RW 01). Balita di wilayah kerja setempat tidak ada lagi yang menderita pneumonia

MoneyRp. 50.000,-

Material Poster Pneumonia Poster cuci tangan Leaflet Kertas pretest/posttest

Method Penyuluhan Kader kesehatan tentang pneumonia

5.2.2. Pelatihan Kepada Kader Peduli PneumoniaTabel 3. Log frame Goals Intervensi 2MASUKANKEGIATAN/ INTERVENSITUJUAN

Jangka Pendek (3 minggu)Jangka Menengah (1 tahun)Jangka Panjang (5 tahun)

Man 3 Koass FK Untar Pelatihan Kader Peduli Pneumonia meliputi : Cara hitung napas pada balita Cara pengisian tabel kepatuhan minum obat yang terdapat pada Buku Aku Sehat Cara pengisian form peduli pneumonia) Kader mengerti cara hitung napas pada balita dan cara pengisian form peduli pneumonia Kader dapat menjelaskan kembali tentang cara minum obat antibiotik yang benar yang ada pada tabel di Buku Aku Sehat Aktifnya kader untuk menjalankan program pneumonia Terdeteksinya pneumonia secara cepat di wilayah kerja setempat (RT 07/ RW 01). Balita di wilayah kerja setempat tidak ada lagi yang menderita pneumonia

MoneyRp 16.000,-

Material Form Peduli Pneumonia Buku Aku Sehat

Method Pelatihan Kader Peduli Pneumonia

5.2.3. Penyuluhan mengenai pneumonia kepada ibu balita dengan pneumonia maupun tanpa pneumoniaTabel 4. Log Frame Goals Intervensi 3MASUKANKEGIATAN/ INTERVENSITUJUAN

Jangka Pendek (3 minggu)Jangka Menengah (1 tahun)Jangka Panjang (5 tahun)

Man Bidan Puskesmas Koass FK Untar Pembagian kertas pretest Penyuluhan mengenai pneumonia kepada ibu balita Pembagian leaflet Tanya jawab Pembagian kertas posttest Pembagian hadiah Meningkatnya pengetahuan para ibu balita (khususnya ibu balita pneumonia) yang diukur dengan pretest dan posttest (minimal semua ibu balita pneumonia mencapai nilai 100 pada posttest) Ibu segera membawa anaknya ke pelayanan kesehatan terdekat ketika menemui tanda dan gejala pneumonia pada balita Balita di wilayah kerja setempat tidak ada lagi yang menderita pneumonia

MoneyRp 205.000,-

Material Poster Pneumonia Leaflet Kertas pretest/posttest

Method Penyuluhan

5.2.4. Kunjungan ke rumah balita dengan pneumonia dan pembagian Buku Aku Sehat pada orangtua balita dengan pneumonia oleh Kader Peduli PneumoniaTabel 5. Log Frame Goals Intervensi 4MASUKANKEGIATAN/ INTERVENSITUJUAN

Jangka Pendek (3 minggu)Jangka Menengah (1 tahun)Jangka Panjang (5 tahun)

Man 3 Koass FK Untar Kader Peduli Pneumonia Kunjungan rumah balita dengan pneumonia pada wilayah kerja setempat Mempraktekan cara hitung napas pada balita Mempraktekan cara pengisian form kader (form deteksi dini pneumonia) Pembagian dan menjelaskan mengenai Buku Aku Sehat pada orangtua balita pneumonia Kader Peduli Pneumonia dapat mengisi Form Peduli Pneumonia dan memberikan edukasi mengenai pneumonia kepada orangtua balita dengan pneumonia serta dapat menjelaskan cara pengisian tabel kepatuhan minum obat pada Buku Aku Sehat Orangtua balita dengan pneumonia yang tadinya kurang paham mengenai cara meminum obat antibiotik yang benar, menjadi paham dengan cara mengisi tabel kepatuhan minum obat pada Buku Aku Sehat dengan benar (dinilai setelah obat antibiotik yang diminum habis (biasanya 3 hari) dan dipantau oleh kader). Kader mengikuti tumbuh kembang balita yang terdiagnosa pneumonia Kader dapat mendeteksi dini balita yang belum pernah terdeteksi pneumonia 14 balita pneumonia sembuh

Balita di wilayah kerja setempat tidak ada lagi yang menderita pneumonia

MoneyRp. 66.000,-

Material Form Peduli Pneumonia Buku Aku Sehat

Method Kunjungan rumah balita dengan pneumonia pada wilayah kerja setempat

5.4. Planning of ActionTabel 6. Planning of ActionKegiatanTujuan dan targetSasaranBiaya (besar dan sumber)TempatWaktu/ timelinePenanggung jawab/ pelaksanaRencana penilaian

PlanningMencari baseline dataMelihat situasiWilayah kerja puskesmas kembangan selatan-Puskesmas kembangan selatan25 Februari 2015 2 Maret 2015Adrie Sitindjak, Susan Natalia, Marlina Effendy-

Penetapan indikator keberhasilanMendapatkan tolok ukur-4 Maret 2015-

Rencana intervensiPenyuluhan kader kesehatanKader kesehatan--

Pelatihan kader kesehatanKader kesehatan--

Penyuluhan ibu balitaIbu balita--

Kunjungan rumah balita pneumoniaIbu balita pneumonia--

OrganizingPembagian tugasAgar setiap koas mendapatkan tugas masing-masing3 orang koas--

KegiatanTujuan dan targetSasaranBiaya (besar dan sumber)TempatWaktu/ timelinePenanggung jawab/ pelaksanaRencana penilaian

ActuatingMeminta izin Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas, Kepala Bagian KIA dan ibu RTDidapatkan izin dan dukungan untuk melakukan kegiatan intervensiKepala Puskesmas, Dokter Puskesmas, Kepala Bagian KIA dan ibu RTRp. 0,-Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan7 Maret 2015Adrie, Susan, Marlina

Melakukan penyuluhan pada kader kesehatanMeningkatkan pengetahuan kader kesehatan tentang pneumoniaKader kesehatanRp. 50.000,00Rumah Ketua RT 07 RW 0111 Maret 2015Adrie, Susan, MarlinaPretest dan posttest

Melakukan pelatihan pada kader kesehatan mengenai cara menghitung nafas, pengisisan Buku Aku Sehatdan pengisisan Form Deteksi Dini PneumoniaMemberikan pengertian kepada kader tentang cara menghitung napas pada balita dan cara pengisian form kader (form deteksi dini pneumonia)Dan juga agar kader dapat menjelaskan kembali tentang cara minum obat antibiotik yang benar yang ada pada tabel di Buku Aku Sehat kepada ibu balitaKader kesehatanRp.16.000,00Rumah Ketua RT 07 RW 0111 Maret 2015Adri, Susan, MarlinaKader kesehatan memahami dan dapat melakukan perhitungan napas, pengisisan Buku Aku Sehatdan pengisisan Form Peduli Pneumonia

Melakukan penyuluhan pada ibu balitaMeningkatkan pengetahuan kepada ibu balita mengenai pneumonia Ibu balitaRp. 205.000,00Rumah Ketua RT 07 RW 0118 Maret 2015Adri, Susan, MarlinaPretest dan posttest

Melakukan kunjungan rumah balita dengan pneumoniaMeningkatkan pengetahuan ibu balita pneumonia mengenai kepatuhan minum obat antibiotik dengan benarIbu balita pneumoniaRp. 65.000,00Rumah balita RT 07 RW 0120 Maret 2015Adri, Susan, Marlina, kader peduli pneumoniaOrangtua balita dengan pneumonia yang tadinya kurang paham mengenai cara meminum obat antibiotik yang benar, menjadi paham dengan cara mengisi tabel kepatuhan minum obat pada Buku Aku Sehat dengan benar (dinilai setelah obat antibiotik yang diminum habis (biasanya 3 hari) dan dipantau oleh kader).

5.4. Gantt Chart TimelineTabel 7. Gantt ChartNo.KegiatanMinggu

1234567

1PerencanaanMencari baseline data

Penetapan indikator keberhasilan

Rencana intervensi

2PengorganisasianPembagian tugas

3Pelaksanaan

Meminta izin Kepala Puskesmas, Ketua Bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan ketua RT 01 RW 01

Melaksanakan kegiatan penyuluhan Kader Peduli Pneumonia

Melaksanakan kegiatan pelatihan Kader Peduli Pneumonia

Melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada ibu balita

Kunjungan ke rumah balita pneumonia oleh Kader Peduli Pneumonia

4PemantauanPemantauan berjalannya kegiatan penyuluhan Kader Peduli Pneumonia

Pemantauan berjalannya kegiatan pelatihan Kader Peduli Pneumonia

Pemantauan berjalannya kegiatan Penyuluhan ibu balita

Pemantauan program kunjungan rumah balita pneumonia

5Evaluasi

Intervensi I

Pretest dan posttest penyuluhan kader kesehatan

Intervensi II

Kader mengerti cara menghitung napas pada balita, cara pengisian form peduli pneumonia, cara pengisian tabel kepatuhan minum obat antibiotik

Intervensi III

Pretest dan posttest penyuluhan ibu balita pneumonia dan tanpa pneumonia

Intervensi IV

Kader kesehatan mampu menghitung napas balita, mampu membantu mengisian tabel pada Buku Aku Sehat dan mengisi form peduli pneumonia

BAB 6PELAKSANAAN INTERVENSI

6.1 FLOW CHART KEGIATAN6.1.1 Flow Chart Seluruh KegiatanIntervensi dilakukan secara keseluruhan dan bertujuan untuk memperbaiki medical care service, yang diketahui sebagai penyebab tingginya insiden pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan terutama di wilayah RT 07 RW 01. Gambar 3. Flow Chart Seluruh KegiatanBertemu dengan ketua RT dan Ibu RT untuk meminta izin dilakukan penyuluhan kepada kader dan ibu balitaBerdiskusi dengan kepala puskesmas, dokter puskesmas, bidan serta perawat puskesmas dan pembimbing

Menyusun rencana intervensiMencari baseline data

Kunjungan kerumah balita yang terkena pneumonia oleh kader kesehatanPenyuluhan kepada kader kesehatanMeminta izin pada ketua RT untuk dilakukan penyuluhan dikediaman Ketua RT dan mengajak ibu-ibu balita untuk mengikuti penyuluhan dengan cara pembagian undangan (pembagian flyer)

Pelatihan kepada kader kesehatan

Penyuluhan kepada ibu-ibu balitaEvaluasi hasil Intervensi

6.1.2 Intervensi I : Penyuluhan kepada Kader Peduli PneumoniaTim koas menemui kepala Puskesmas dan Dokter Puskesmas guna menjelaskan rencana intervensi dan meminta izin. Setelah mendapatkan izin dari kepala Puskesmas dan Dokter Puskesmas, tim koas selanjutnya menemui ibu RT untuk melakukan koordinasi dengan tujuan mengumpulkan para kader kesehatan dan juga meminta izin kepada ibu RT untuk melakukan kegiatan intervensi selama beberapa hari ke depan serta izin menggunakan kediaman Ketua RT sebagai tempat melaksanakan kegiatan. Kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari Rabu, 11 Maret 2015 pukul 13.00 WIB oleh 3 orang koas dengan sasaran adalah 3 orang kader kesehatan yang diadakan di rumah Ketua RT 07 RW 01. Pelaksanaan penyuluhan pada 3 orang kader kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader kesehatan yang telah ada mengenai penyakit pneumonia, bahaya penyakit pneumoia serta cara pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit pneumonia. Sebelum penyuluhan, 3 orang kader diminta untuk melakukan pengisian soal pretest selama 10 menit. Pretest berisi mengenai pengetahuan seputar pneumonia (definisi pneumonia, gejala pneumonia, cara penularan pneumonia, tindakan pencegahan, tanda anak balita dengan pneumonia dan cara pengobatan pneumonia). Setelah pengisian soal pretest selesai, dilakukan kegiatan penyuluhan tentang pneumonia. Pada saat penyuluhan, diselingi dengan diskusi dan tanya jawab seputar materi pneumonia dan kendala-kendala apa saja yang ditemui selama ini di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan, khusunya di RT 07 RW 01. Setelah penyuluhan selesai, 3 orang kader diminta kembali untuk melakukan pengisian soal posttest yang sama dengan pretest selama 10 menit. Setelah jawaban terkumpul, dilakukan penilaian dan evaluasi terhadap hasil pretest dan posttest, dan didapatkan hasil peningkatan pengetahuan kader kesehatan

Gambar 4. Flow Chart Intervensi IPenyuluhan kepada kader kesehatan tentang pneumonia pada balita di kediaman ketua RT 07 RW 01 kelurahan Kembangan Selatan

Mendapat izin dari kepala puskesmas Kembangan Selatan dan ibu RT 07 RW 01 Kelurahan Kembangan Selatan

Hasil :Terdapat peningkatan pengetahuan Kader KesehatanPenilaian pengetahuan para kader kesehatan sebelum penyuluhan dengan pretest sebanyak 10 soal

Evaluasi hasil pretest dan posttest

Penyuluhan menggunakan media leaflet dan poster berjudul PNEUMONIA PADA BALITA

Sesi diskusi dan tanya jawab

Penilaian pengetahuan kader kesehatan setelah penyuluhan dengan posttest sebanyak 10 soal

6.1.3 Intervensi II : Pelatihan kepada Kader KesehatanKegiatan pelatihan dilakukan pada hari Rabu, 11 Maret 2015 pukul 14.00 WIB oleh 3 orang koas dengan sasaran adalah 3 orang kader kesehatan yang diadakan di rumah ibu RT 07 RW 01. Pelatihan dilakukan pada 3 orang kader kesehatan mengenai cara menghitung napas pada balita, pengisisan Buku Aku Sehat yang berisi tentang cara kepatuhan minum obat dan juga pelatihan mengenai pengisisan Form Peduli Pneumonia yang berguna untuk deteksi dini pneumonia. Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan agar kader dapat mengerti dan memahami tentang tanda dan gejala pneumonia dalam praktisi sehari-hari apabila warga sekitar tidak paham tentang tanda dan gejala yang dialami oleh balitanya, selain itu pelatihan ini dilakukan dengan tujuan agar kader kesehatan dapat menjelaskan mengenai cara minum obat yang benar serta dapat mendeteksi dini pneumonia. Penilaian dilakukan dengan cara kader kesehatan yang telah dilakukan pelatihan, diuji dengan praktek langsung dengan menggunakan 1 balita tentang cara menghitung nafas dan kader kesehatan juga kami uji tentang cara menjelaskan minum obat yang benar dan cara pengisian Form Peduli Pneumonia sesuai dengan yang telah diajarkan, dan didapatkan hasilnya kader kesehatan telah mengerti, memahami dan dapat melakukan hal-hal sesuai dengan yang diajarkan.

Tabel 12. Flow Chart Intervensi IIPengarahan oleh dokter muda mengenai program buku dan form peduli pneumonia yang dikontrol kader di kediaman ketua RT 07 RW 01 Kelurahan Kembangan Selatan

Pemantauan buku dan form yang menjadi tanggung jawab kader3 kader kesehatan

Melakukan evaluasi kemampuan kader mengerti cara menghitung napas, mengisi tabel buku obat dan mengisi form peduli pneumonia

Hasil : Kader kesehatan mampu menghitung napas balita, mampu menjelaskan cara pengisian tabel pada buku obat dan mampu mengisi form pneumonia

6.1.3 Intervensi III : Penyuluhan kepada Ibu yang mempunyai balita dengan pneumonia dan tanpa pneumoniaKegiatan penyuluhan dilakukan pada hari Rabu, 18 Maret 2015, Pukul 14.00 WIB oleh 3 orang koas dengan sasaran awalnya adalah 25 orang ibu balita yang diadakan di kediaman ibu RT, namun ketika hari pelaksanaan dilakukan, peserta yang hadir adalah 24 orang ibu balita. Pelaksanaan penyuluhan pada 24 orang ibu balita ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita mengenai penyakit pneumonia, bahaya penyakit pneumoia serta cara pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit pneumonia. Sebelum penyuluhan, 24 orang ibu balita ini diminta untuk melakukan pengisian soal pretest selama 10 menit. Pretest berisi mengenai pengetahuan seputar pneumonia (definisi pneumonia, gejala pneumonia, cara penularan pneumonia, tindakan pencegahan, tanda anak balita dengan pneumonia dan cara pengobatan pneumonia). Setelah pengisian soal pretest selesai, dilakukan kegiatan penyuluhan tentang pneumonia. Pada saat penyuluhan, diselingi dengan diskusi dan tanya jawab seputar materi pneumonia. Setelah penyuluhan selesai, 24 orang ibu balita diminta kembali untuk melakukan pengisian soal posttest yang sama dengan pretest selama 10 menit. Setelah jawaban terkumpul, dilakukan penilaian dan evaluasi terhadap hasil pretest dan posttest, dan didapatkan hasil terdapat peningkatan pengetahuan ibu balita.

Gambar 6. Flow Chart Intervensi IIIPenilaian pengetahuan para ibu yang mempunyai balita dengan pretest sebanyak 10 soalMendapat izin dari kepala puskesmas Kembangan Selatan dan ketua RT 07 RW 01 Kelurahan Kembangan Selatan

Penyuluhan kepada para ibu yang mempunyai balita tentang pneumonia

Hasil :Terdapat peningkatan pengetahuan para ibu yang mempunyai balitaPenyuluhan menggunakan media leaflet dan poster berjudul PNEUMONIA PADA BALITA

Evaluasi hasil pretest dan posttest

Sesi diskusi dan tanya jawab

Penilaian pengetahuan para ibu yang mempunyai balita dengan pretest sebanyak 10 soal

6.1.3 Intervensi IV : Kunjungan Kader kesehatan ke keluarga balita dengan PneumoniaKunjungan rumah anak balita dengan pneumonia dilakukan pada Jumat, 20 Maret 2015, dilakukan oleh 3 orang kader kesehatan dan 3 orang koas, yang terbagi atas 3 kelompok kader kesehatan yang masing-masing kelompok didampingi oleh 1 orang koas, dengan sasaran kunjungan adalah balita dengan pneumonia, yang diadakan di rumah balita dengan pneumonia, yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan RT 07 RW 01. 2 kelompok mengunjungi 5 balita pneumonia dan 1 kelompok mengunjungi 4 balita pneumonia, jadi total kunjungan 14 rumah balita pneumonia. Pelaksanaan kunjungan balita dengan pneumonia yang diikuti oleh 3 kelompok kader kesehatan bertujuan untuk melatih kader kesehatan dalam mendeteksi dini tanda dan gejala balita pneumonia dengan cara menghitung nafas balita dan melalui Form Peduli Pneumonia, serta cara meminum obat yang benar pada balita pneumonia. Setelah kunjungan rumah anak balita dengan pneumonia selesai, 3 kelompok kader kesehatan kembali menuju kediaman ibu RT dan masing-masing kelompok menceritakan hasil kunjungan rumah anak balita dengan pneumonia.Evaluasi dilakukan dengan menilai kemampuan kader kesehatan dalam menjelaskan cara mendeteksi dini tanda dan gejala balita pneumonia dengan cara menghitung napas balita dan melalui Form Peduli Pneumonia, serta cara meminum obat yang benar pada balita pneumonia dan cara para kader kesehatan dalam melakukan edukasi pada ibu balita pneumonia .

Gambar 7. Flow Chart Intervensi IVKunjungan ke 14 rumah balita dengan pneumoniaKader kesehatan melakukan pemeriksaan, mengisi tabel buku obat dan form pneumonia Berkumpulnya 3 kader dan 3 koas di kediaman ketua RT 07 RW 01

Evaluasi: Kader kesehatan mampu menghitung napas balita, mampu menjelaskan pengisian tabel kepatuhan minum obat pada Buku Aku Sehat dan mengisi Form Peduli Pneumonia

Orangtua balita dengan pneumonia yang tadinya kurang paham mengenai cara meminum obat antibiotik yang benar, menjadi paham dengan cara mengisi tabel kepatuhan minum obat pada Buku Aku Sehat dengan benar (dinilai setelah obat antibiotik yang diminum habis (biasanya 3 hari) dan dipantau oleh kader).

6.2 Monitoring6.2.1Jadwal Monitoring dan PelaksanaMonitoring dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan, untuk memastikan tidak ada penyimpangan atau hal-hal yang menghambat tujuan.6.2.1.1 Intervensi I: Penyuluhan Kader KesehatanMonitoring dilakukan selama kegiatan berlangsung, yaitu pada Rabu, 11 Maret 2015 pukul 13.00 WIB oleh tim koas. 6.2.1.2 Intervensi II: Pelatihan kepada Kader KesehatanMonitoring dilakukan selama kegiatan berlangsung yaitu Rabu, 11 Maret 2015 pukul 14.00 WIB oleh 3 orang koas dengan sasaran adalah 3 orang kader kesehatan yang diadakan di rumah ibu Rt 07 Rw 01. 6.2.1.3 Intervensi III: Penyuluhan kepada Ibu balitaMonitoring dilakukan selama kegiatan berlangsung, yaitu pada Rabu, 18 Maret 2015, Pukul 14.00 dengan sasaran awalnya adalah 25 orang ibu balita yang diadakan di kediaman ibu RT, namun ketika hari pelaksanaan dilakukan, peserta yang hadir adalah 24 orang ibu balita.6.2.1.4 Intervensi IV: Kunjungan Rumah Balita dengan Pneumonia Oleh Kader Monitoring dilakukan selama kegiatan berlangsung, yaitu Jumat, 20-27 Maret 2015, dilakukan oleh 3 orang kader kesehatan dan 3 orang koas, dengan sasaran 14 balita pneumonia.6.2.2Kendala yang Dihadapi6.2.2.1 Intervensi I: Penyuluhan Kader KesehatanSebanyak 2 orang dari 5 orang kader kesehatan tidak hadir karena kesibukan masing-masing.6.2.2.2 Intervensi II: Pelatihan kepada Kader Kesehatan Saat pelatihan menghitung nafas, hanya menggunakan 1 balita yaitu cucu dari ibu RT, seharusnya menggunakan 3 balita untuk masing-masing kader.6.2.2.3 Intervensi III: Penyuluhan kepada Ibu balitaSebanyak 1 orang dari 25 orang ibu balita tidak hadir dengan alasan yang tidak diketahui penyebabnya.6.2.2.4 Intervensi IV: Kunjungan Rumah Balita dengan Pneumonia Oleh Kader Sebanyak 2 orang dari 14 orang balita pneumonia tidak dapat dikunjungi karena sedang tidak berada dirumah.

6.2.3. PDCA cycles mengenai Penyuluhan Kader KesehatanGambar 8. PDCA cycles Penyuluhan Kader Kesehatan

6.2.2. PDCA cycles mengenai Pelatihan Kader KesehatanGambar 9. PDCA cycles Pelatihan Kader Kesehatan

6.2.3. PDCA cycles mengenai Penyuluhan Kepada Ibu Balita dengan Pneumonia dan tanpa pneumoniaGambar 10. PDCA cycles Penyuluhan Kepada Ibu Balita

6.2.4. PDCA cycles mengenai Kunjungan Rumah Balita PneumoniaGambar 11. PDCA cycles Kunjungan Rumah Balita Pneumonia

BAB VII HASIL INTERVENSI7.1 PENGOLAHAN DATA7.1.1 Intervensi I: Penyuluhan kepada Kader Peduli PneumoniaMeningkatnya pengetahuan para kader dengan dilakukannya pretest dan posttest (meningkatnya nilai posttest pada kader yang mengikuti penyuluhan menjadi 100).7.1.2 Intervensi II: Pelatihan kepada Kader Peduli PneumoniaMengajak para kader yang bersedia diberikan pengetahuan tentang pneumonia dan dilatih cara mengisi tabel pneumonia, mengisi form pneumonia dan cara menghitung napas 7.1.3 Intervensi III: Penyuluhan kepada Ibu balitaMeningkatnya pengetahuan para ibu balita (khususnya ibu balita pneumonia) yang diukur dengan pretest dan posttest (minimal semua ibu balita pneumonia mencapai nilai 100 pada posttest)7.1.4 Intervensi IV: Kunjungan kerumah Balita Pneumonia oleh Kader Peduli PneumoniaMengunjungi balita yang terdiagnosa pneumonia oleh kader peduli pneumonia dengan dokter muda sebagai pengawas.

7.2 PENYAJIAN DATA7.2.1 Hasil Intervensi I: Penyuluhan kepada Kader Peduli Pneumonia Tabel 8. Hasil Pretest dan Posttest Kader kesehatanNo.Nama Kader KesehatanPretestPosttest

1.Ny. M50100

2.Ny. N70100

3.Ny. J50100

Nilai Rata-Rata56,67100

7.2.2 Hasil Intervensi II: Pelatihan kepada Kader Peduli PneumoniaKader mampu mengisi tabel minum obat antibiotik, mengisi form pneumonia dan menghitung napas pada balita.7.2.3 Hasil Intervensi III: Penyuluhan kepada Ibu balitaMeningkatnya pengetahuan para ibu balita (khususnya ibu balita pneumonia) yang diukur dengan pretest dan posttest (minimal semua ibu balita pneumonia mencapai nilai 100 pada posttest)Tabel 9. Hasil Pretest dan Posttest Ibu-Ibu BalitaNAMA IBU BALITAKeteranganPRETESTPOSTTEST

1Ny.FA Pneumonia85100

2Ny.IDTanpa Pneumonia4590

3Ny.JUTanpa Pneumonia7080

4Ny.DEPneumonia55100

5Ny.RAPneumonia50100

6Ny.PAPneumonia80100

7Ny.FIPneumonia50100

8Ny.IIPneumonia40100

9Ny.UTPneumonia55100

10Ny.ZATanpa Pneumonia6090

11Ny.NIPneumonia80100

12Ny.LATanpa Pneumonia6070

13Ny.UMPneumonia60100

14Ny.SATanpa Pneumonia8090

15Ny.IPTanpa Pneumonia5090

16Ny.SUTanpa Pneumonia55100

17Ny.NATanpa Pneumonia55100

18Ny.MAPneumonia70100

19Ny.BEPneumonia60100

20Ny.AMTanpa Pneumonia7075

21Ny.FTPneumonia60100

22Ny.TIPneumonia70100

23Ny.HITanpa Pneumonia80100

24Ny.NAPneumonia45100

Nilai Rata-Rata1485:24 = 61,92132:24 = 88,83

Grafik 10. Persentase Pendidikan Ibu Balita

7.2.4 Hasil Intervensi IV: Kunjungan kerumah Balita Pneumonia oleh Kader Peduli PneumoniaKader mampu memeriksa balita sesuai dengan form pneumonia dan mengajari cara mengisi tabel antibiotik pada ibu balita.

BAB 8EVALUASI KEGIATAN

8.1METODE EVALUASIEvaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir yang diperoleh dengan indikator yang sudah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan kumpulan dari beberapa permasalahan yang saling ada keterkaitan, saling mempengaruhi dan saling berinteraksi satu sama lain.

Gambar 12. Pendekatan Sistem

8.2. Hasil EvaluasiTabel 10. Hasil EvaluasiVariabelIndikatorPencapaianKesenjangan

INPUT

Man Petugas Puskesmas (bidan puskesmas) 1 orang 1 orangTidak ada

Koas 3 orang 3 orang

Money Cetak lembar pretest-posttest, Buku Aku Sehat, leaflet, form peduli pneumonia, poster pneumonia, poster cuci tangan, flyer pneumonia, hadiah peserta penyuluhan, snackDilakukan perhitungan jumlah biaya setelah melakukan kegiatanRp 337.000,00Tidak ada

Material Cetak lembar pretest-posttest 50 lembar 48 lembar Tidak ada

Poster Pneumonia, Poster Cuci Tangan Buku Aku Sehat Leaflet Pneumonia 2 buah 1 buah 20 buah 30 buah 2 buah 1 buah 12 buah 24 buah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Form Peduli Pneumonia Flyer pneumonia Hadiah peserta penyuluhan Snack 30 buah

- 25 lembar- 3 paket

38 paket- 30 buah

25 lembar 3 paket

24 paket Tidak ada

Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

Method Penyuluhan Kader

Pelatihan Kader

Penyuluhan ibu balita

Kunjungan rumah balita pneumonia Terdapat SOP untuk penyuluhan kader Terdapat SOP untuk pelatihan kader Terdapat SOP untuk penyuluhan kepada ibu-ibu balita Terdapat SOP untuk kunjungan rumah balita Tidak terdapat SOP untuk penyuluhan kader Tidak terdapat SOP untuk pelatihan kader Tidak terdapat SOP untuk penyuluhan kepada ibu-ibu balita Tidak terdapat SOP untuk kunjungan rumah balita Ada

Ada

Ada

AdaAda

PROCESS

Planning Mencari baseline data Penetapan indikator keberhasilan

Rencana intervensi Didapatkan data Didapatkan indikator keberhasilan Dilakukan perencanaan sebelum intervensi Didapatkan data Didapatkan indikator keberhasilan Dilakukan perencanaan sebelum intervensi Tidak ada Tidak ada

Tidak ada

OrganizingPembagian tugasPengerjaan sesuai pembagianPengerjaan sesuai pembagianTidak ada

Actuating Meminta izin pada Kepala Puskesmas dan Ibu RT Didapatkan izin Didapatkan izin Tidak ada

Penyuluhan Kader Pneumonia Mengundang 5 kader kesehatan. Peningkatan nilai post test pada Kader yang mengikuti penyuluhan Kader kesehatan yang hadir 3 orang Peningkatan nilai post test pada Kader yang mengikuti penyuluhan sebanyak 76,5% Ada

Tidak ada

Pelatihan Kader Peningkatan pengetahuan mengenai cara hitung nafas, pengisian form peduli pneumonia, pengisian tabel kepatuhan minum obat Peningkatan pengetahuan mengenai cara hitung nafas, pengisian form peduli pneumonia, pengisian tabel kepatuhan minum obat Tidak Ada

Penyuluhan ibu-ibu balita Mengundang 25 ibu balita Peningkatan nilai post test pada Ibu Balita yang mengikuti penyuluhan Ibu balita yang hadir 24 orang Peningkatan nilai post test pada Ibu Balita yang mengikuti penyuluhan sebanyak 43,5 % Ada

Tidak ada

Kunjungan rumah balita pneumonia Mengunjungi 14 balita pneumonia yang sudah didata sebelumnya Hanya 12 balita yang berada di rumah Ada

ControllingPemantauan pelaksanaan intervensiDilakukanDilakukanTidak ada

OUTPUT

Peningkatan pengetahuan kader kesehatan tentang pneumonia Peningkatan nilai post test pada Kader yang mengikuti penyuluhan Peningkatan nilai post test pada Kader yang mengikuti penyuluhan sebanyak 76,5 %.Tidak ada

Peningkatan pengetahuan kader tentang cara hitung napas, pengisian form peduli pneumonia, pengisian tabel kepatuhan minum obat Ketiga kader dapat mengerti dan memahami tentang cara hitung napas, pengisian form peduli pneumonia, pengisian tabel kepatuhan minum obat Ketiga kader dapat mengerti dan memahami tentang cara hitung napas, pengisian form peduli pneumonia, pengisian tabel kepatuhan minum obatTidak ada

Peningkatan pengetahuan ibu balita tentang pneumonia Peningkatan nilai post test pada Ibu balita yang mengikuti penyuluhan Peningkatan nilai post test pada Ibu balita yang mengikuti penyuluhan sebanyak 43,5 %.Tidak ada

Kader aktif dalam kunjungan ke rumah balita pneumonia Ketiga kader dapat menjelaskan tentang pengisian tabel kepatuhan minum obat antibiotik pada balita pneumonia, dan dapat mengisi form pneumonia. Ketiga kader mampu menjelaskan tentang pengisian tabel kepatuhan minum obat antibiotik pada balita pneumonia, dan dapat mengisi form pneumonia.Tidak ada

BAB IXKESIMPULAN

1. Masalah utama peningkatan insiden pneumonia pada balita di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan periode 25 Februari 30 Maret 2015 adalah masalah lingkungan.

2. Masalah-masalah penyebab yang menyebabkan peningkatan insiden balita dengan pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan RT 07 RT 01 adalah:a. Belum adanya tenaga medis dari puskesmas yang bertanggung jawab untuk permasalahan pneumonia.b. Belum adanya kader kesehatan yang bertanggung jawab untuk permasalahan pneumonia.c. Belum adanya program kesehatan mengenai pneumonia.

3. Intervensi sebagai bagian dari alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan jangka menengah dan jangka panjang yang diharapkan. Intervensi yang dilakukan, diantaranya:a. Penyuluhan kepada kader kesehatan tentang pneumonia.b. Pelatihan kepada kader kesehatan mengenai mendeteksi dini balita pneumonia dengan cara menghitung napas dan pengisian Form Peduli Pneumonia serta cara minum obat yang benar dan sosialisasi Buku Aku Sehat.c. Penyuluhan kepada ibu balita tentang pneumonia.d. Kunjungan rumah balita pneumonia oleh kader kesehatan.

4. Hasil dari intervensi yang dilakukan:a. Terdapatnya peningkatan pengetahuan kader kesehatan tentang pneumonia.b. Kader kesehatan dapat melakukan perhitungan napas pada balita, dapat mengisi Form Peduli Pneumonia serta dapat menjelaskan cara minum obat yang benar dan menjelaskan cara penggunaan Buku Aku Sehat.c. Terdapatnya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang pneumonia.d. Kader kesehatan dapat mendeteksi dini tanda dan gejala balita pneumonia dengan cara menghitung nafas balita pneumonia dan dengan pengisisan Form Peduli Pneumonia, serta cara meminum obat yang benar pada balita pneumonia dan kader kesehatan dapat melakukan edukasi pada ibu balita pneumonia.

BAB XSARAN

Saran bagi kader kesehatan di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan : Tetap berperan aktif dalam program yang telah dibuat. Membantu dalam memberikan informasi pada keluarga atau tetangga tentang bahaya pneumonia.Saran bagi ibu balita di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan : Segera berobat jika anak terlihat sakit. Mengulang pemberian obat jika anak memuntahkan obat. Kontrol berobat setelah 3 hari

Saran bagi Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan : Mengadakan program penyuluhan tentang Pneumonia kepada kader kesehatan dan ibu balita yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan minimal 1 kali dalam sebulan. Tetap memberikan edukasi kepada ibu balita dengan pneumonia. Melanjutkan program Form Peduli Pneumonia dan Buku Aku Sehat. Saran bagi tim selanjutnya : Memantau insiden pneumonia pada balita di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan.

Daftar Pustaka

1. Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: 2007.2. WHO, UNICEF. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. Geneva: WHO Press; 2006.3. IVAC. Pneumonia Report Card. USA: The Johns Hopkins University Bloomberg School Of Public Health; 2010.4. Miller MA, Ben-Ami T, Daum RS. Bacterial Pneumonia in Neonates and Older Children. In: Taussig LM, Landau LI, penyunting. Pedriatic Respiratory Medicine. St Louis: Mosby Inc, 1999 : 595-664.5. Susanto AD, Prasenohadi, Yunus F. 2010 The Year of the Lung. 2010 Mei 21 [cited 2010 30 Des 2010; 4-5]. Available from: http://www.2010yearofthelung.org 6. A.Gylys B, Wedding ME. Medical Terminology Systems A Body System Approach. Philadelpia: F.A. Davis Company, 2009.7. Depkes. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009.8. Prober CG. Pneumonia. In: Nelson WE, Behrmen RE, kliegmen R, Arvin AM, editors. Ilmu Kesehatan Anak, edisi Terjemahan. Jakarta: EGC; 1999. p. 883 - 9.9. Isnaini M. Pneumonia Pada Balita. 2009 [cited; Available from: http://indonesiabisasehat.blogspot.com/2009/05/tentang-pneumonia-balita.html10. Bourke SJ. Respiratory Medicine. Sixth ed: Blackwell Publishing, 2003.11. Sumirat J. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.12. Ageing DoHa. Understanding Childhood. Australia: Department of Health and Ageing, 2005.13. Rendle-Short J, Gray OP, Dodge JA. Ikhtisar Penyakit Anak, edisi 6. Jakarta: Binarupa Aksara, 1994.14. Handayani S. Infeksi Campak, Karakteristik dan respon Imunitas yang ditimbulkan. Cermin Dunia Kedokteran. 2005: 148:30-5.15. Heriyana, Amiruddin R, Ansar J. Analisis Faktor Risiko Kejadian Pnemonia Pada Anak Umur Kurang 1 Tahun Di RSUD Labuang Baji Makasar. Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Bapedal Kota Samarinda, 2006.16. Suyatno. Pengantar Penentuan Status Gizi. 2009 [cited 2011 10 November];Available from: http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/11/pengertianpenentuan-status-gizi.pdf17. WHO. Global Prevalence of Vitamin A Devisiency in Populations at Risk 1995-2005. Geneva: World Health Organization, 200918. Nurjazuli, Widyaningtyas R. Faktor Risiko Dominan Kejadian Pnumonia Pada Balita Jurnal Respirologi Indonesia. 2009: 29:79 - 88.19. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pnemonia. Jakarta: Pustaka Populer obor, 2008.

Lampiran

Gambar 13. Pretest Kader kesehatan

Gambar 14. Kegiatan penyuluhan ibu balita dirumah Ketua RT

Gambar 15. Foto ibu balita yang datang ke acara Penyuluhan Pneumonia

Gambar 16. Penyerahan hadiah pada salah satu Ibu Balita

Gambar 17. Foto sebelum dilakukan kunjungan ke rumah balita pneumonia

Gambar 18. Daftar hadir Ibu Balita

Gambar 19. Daftar hadir kader kesehatan

Gambar 20. Flyer Pneumonia

Gambar 21. Poster Pneumonia

Gambar 22. Leaflet Pneumonia 1

Gambar 23. Leaflet Pneumonia 2

FORM PEDULI PNEUMONIA

Nama Orang Tua:Nama Balita:Usia Balita:Tanggal pemeriksaan:

KeluhanYaTidak

Batuk

Demam

Sesak Napas

Hidung kembang kempis

Tarikan dinding dada

Sekitar bibir membiru

Jumlah napas dalam 1 menit x/menit

Catatan :Anak terdiagnosa pneumonia jika :1. Usia 0-2 bulan jumlah nafas lebih dari 60x/menit2. Usia 2 bulan 1 tahun jumlah nafas lebih dari 50x/menit3. Usia 1-5 tahun jumlah nafas lebih dari 40x/menit4. Usia 5-14 tahun jumlah nafas lebih dari 30x/menit5. Jika terdapat gejala seperti hidung kembang kempis, tarikan dinding dada, sekitar bibir membiru, segera bawa balita ke pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas)

KUESIONER IBU BALITA A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : . 2. Suku : .

3. Pendidikan terakhir :a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. SD c. SLTP

d. SLTA

e. Akademi/Sarjana

4. Pekerjaan : a. Bekerja

b. Tidak Bekerja

1. Menurut ibu apakah pneumonia (paru-paru basah) itu?a. Demam, napas cepat/sesak, batuk, hidung kembang kempisb. Penyakit demam dan batuk biasa

2. Bagaimana gejala pneumonia yang ibu ketahui ?a. Batuk yang disertai demam dan napas sesak/cepat, hidung kembang kempis, tubuh menjadi birub. Batuk berhari-hari

3. Menurut ibu apa yang terjadi jika pneumonia tidak segera diobati?a. Membahayakan hidup anak karena dapat menyebabkan kematianb. Terjadi perburukan dan penyakit lama sembuh

4. Menurut ibu apa yang terjadi jika batuk dan pilek pada anak tidak segera diobati?a. Akan mempermudah terjadinya pneumonia (paru-paru basah)b. Akan memperoleh penyakit lain

5. Menurut ibu bagaimana cara penularan penyakit pneumonia ?a. Menular langsung melalui udara napas, batuk dan bersin-bersin dari penderita lainb. Bersentuhan dengan anak yang demam

6. Imunisasi apa yang dapat mencegah penyakit pneumonia?a. Imunisasi BCG, DPT, Campak, Polio, Hepatitis Bb. Hanya imunisasi BCG dan campak

7. Apakah manfaat ASI eksklusif bagi anak?a. untuk pertahanan tubuh anak dank arena nilai gizi paling baik untuk anakb. agar lebih hemat

8. Jika ada orang yang batuk di depan anak ibu, apakah ibu selalu menjauhkan anak ibu dari orang yang batuk itu?a. Yab. Kadang-kadangc. Tidak

9. Apakah tindakan yang ibu lakukan bila terdapat gejala pneumonia (batuk disertai demam dan napas cepat/sesak) pada anak ?a. Membawa anak berobat ke sarana kesehatan yakni puskesmasb. Mengobati sendiri di rumahc. Membawa anak ke pengobatan tradisional/dukun

10. Menurut ibu, apakah anda selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan susu atau makanan pada balita anda?a. Selalub. Kadang-kadangc. Tidak pernah

KUESIONER KADER A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : . 2. Suku : .

3. Pendidikan terakhir :a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. SD c. SLTP

d. SLTA

e. Akademi/Sarjana

4. Pekerjaan : a. Bekerja

b. Tidak Bekerja

1. Apakah pneumonia itu?a. Demam, napas cepat/sesak disertai batukb. Penyakit demam dan batuk biasac. Tidak tahu

2. Bagaimana gejala pneumonia yang ibu ketahui? a. Batuk yang disertai demam dan napas sesak/cepatb. Batuk berhari-haric. Tidak tahu

3. Menurut ibu apa yang menjadi penyebab pneumonia ?a. Bakteri, Virusb. Penyebab lain seperti : jamurc. Tidak tahu

4. Menurut ibu apa yang terjadi jika batuk atau influenza pada anak tidak segera diobati?a. Akan mempermudah terjadinya pneumonia (sesak napas)b. Akan memperoleh penyakit lainc. Tidak tahu

5. Menurut ibu bagaimana cara penularan penyakit pneumonia ?a. Melalui kontak langsung, udara napas, batuk dan bersin-bersin dari penderita lainb. Kontak atau bersentuhan dengan anak yang demamc. Tidak tahu

6. Imunisasi apa yang menurut ibu harus diberikan untuk mencegah pneumonia?a. Imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis B, Campak, HiB, PCVb. Imunisasi BCG, DPT, Polioc. Tidak perlu imunisasi

7. Menurut ibu, apakah pemberian ASI sampai umur 2 tahun diperlukan?a. Ya, sangat diperlukanb. Tidak perlu sampai umur 2 tahun.c. Tidak perlu pemberian ASI

8. Apakah menurut ibu, anak perlu dijauhkan dari orang yang sedang merokok baik anggota keluarga sendiri maupun orang lain?a. Yab. Kadang-kadangc. Tidak pernah

9. Menurut ibu, apakah perlu selalu menjauhkan anak dari orang yang batuk?a. Yab. Kadang-kadangc. Tidak perlu

10. Apakah tindakan yang ibu lakukan bila terdapat gejala pneumonia (batuk disertai demam dan napas cepat/sesak) pada anak ?a. Membawa anak berobat ke sarana kesehatan yakni puskesmas, rumah sakit, polindes, dokter/bidan swastab. Mengobati sendiri di rumahc. Membawa anak ke pengobatan tradisional/dukun dan dibiarkan saja sampai sembuh.

11. Apakah ibu mengetahui kapan balita harus kontrol lagi setelah berobat?a. Ya , berapa lama? .b. Tidak

12. Apakah ibu mengetahui jumlah napas pada balita usia 1 tahun yang terkena pneumonia?a. Ya , Berapa jumlahnya? x/menitb. TidakIlmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedoteran Universitas TarumanagaraPeriode 16 Februari 2015 10 April 2015 1