35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Ia melaksanakan berbagai fungsi untuk mempertahankan kehidupannya. Salah satu diantara fungsi tersebut adalah fungsi metabolisme yang didapat dari energi melalui proses pencernaan. Proses pencernaan sendiri merupakan proses yang pasti dilakukan oleh setiap makhluk hidup untuk menghasilkan nutrisi yang berguna sebagai energi. Dalam prosesnya ini, ia melibatkan beberapa organ yang salah satu diantaranya adalah rongga mulut. Kelainan atau masalah yang terjadi pada rongga ini tentu akan berakibat kepada nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu dari penyakit yang mungkin menyerang rongga mulut adalah cancer oral cavity. Cancer oral cavity atau yang lebih dikenal dengan kanker rongga mulut merupakan kanker yang jarang diketemukan. Sesuai dengan namanya kanker ini tidak hanya merupakan kanker satu tempat, ia merupakan gabungan beberapa kanker dari bagian- bagian dalam rongga mulut. Diantara kanker rongga mulut (KRM) yang paling sering diketemukan adalah kanker lidah (25-45%), terutama pada bagian lateral sepertiga tengah (sekitar 40-75%) dengan histopatologi berupa Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 1

Isi Oral Cavity

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oral cavity

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Ia melaksanakan berbagai

fungsi untuk mempertahankan kehidupannya. Salah satu diantara fungsi

tersebut adalah fungsi metabolisme yang didapat dari energi melalui proses

pencernaan. Proses pencernaan sendiri merupakan proses yang pasti dilakukan

oleh setiap makhluk hidup untuk menghasilkan nutrisi yang berguna sebagai

energi. Dalam prosesnya ini, ia melibatkan beberapa organ yang salah satu

diantaranya adalah rongga mulut. Kelainan atau masalah yang terjadi pada

rongga ini tentu akan berakibat kepada nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.

Salah satu dari penyakit yang mungkin menyerang rongga mulut adalah

cancer oral cavity.

Cancer oral cavity atau yang lebih dikenal dengan kanker rongga

mulut merupakan kanker yang jarang diketemukan. Sesuai dengan namanya

kanker ini tidak hanya merupakan kanker satu tempat, ia merupakan

gabungan beberapa kanker dari bagian- bagian dalam rongga mulut. Diantara

kanker rongga mulut (KRM) yang paling sering diketemukan adalah kanker

lidah (25-45%), terutama pada bagian lateral sepertiga tengah (sekitar 40-

75%) dengan histopatologi berupa karsinoma sel skuamosa (epidermoid)

jenis well differentiated dan 60% nya sudah mencapai stadium lanjut

(Levine,2001). Adanya pembuluh limfe yang ekstensif di daerah rongga

mulut menyebabkan resiko metastasis regional yang tinggi. Sedangkan jika

dilihat dari tipenya sendiri, kebanyakan kanker rongga mulut adalah tipe

karsinoma epidermoid (hampir 97%), 2-3% adenokarsinoma dan 1% adalah

keganasan yang jarang seperti limfoma, melanoma maligna dan fibrosarkoma

(Sciubba,2001).

Di Amerika, jenis kanker dari tipe ini yang banyak diderita adalah

karsinoma bibir dengan perbandingan 20:1 antara pria dan wanita. Individu

yang mengidap kanker ini lazimnya terjadi pada pasien penghisap tembakau.

Seperti kanker kulit, kanker bibir sering menyerang individu berwarna kulit

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 1

kuning langsat yang terpapar kronis terhadap sinar matahar. Karsinoma sel

skuamosa menduduki 95% dari semua kanker bibir yang menyerang bibir

bawah. (Sabiston, 1994).

Secara global, insiden ini menduduki tempat nomor 4 untuk laki-laki dan

nomer 6 untuk perempuan. Penyakit ini berhubungan dengan usia (biasanya

terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dan semakin meningkat dengan

bertambahnya usia). Rasio laki-laki banding perempuan adalah 3:1 namun

insiden kanker bibir dan mulut menurun pada laki-laki yang berkulit putih dan

meningkat pada laki-laki kulit hitam seta perempuan.

Seperti yang telah disinggung di atas, kebanyakan penderita kanker jenis

ini akan datang saat sudah mencapai stadium lanjut sehingga nanti akan

kesukaran dalam hal penanganannya, khususnya dalam segi pembedahannya

(Vermey, 1988; Pedersen, 1992). Pencegahan yang tepat dan penanganan

yang dini tentu akan membuat prognosis penyakit ini menjadi lebih baik. Oleh

karena itu sebagai bagian dari tenaga pelayan kesehatan, kita sebagai perawat

perlu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem pencernaan cancer oral cavity pada pasien dewasa sehingga

taraf kesembuhan pasien dapat meningkat.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep cancer oral cavity pada pasien dewasa?

1.2.2 Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan gangguan cancer

oral cavity pada pasien dewasa?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep serta proses keperawatan

pada pasien dewasa dengan gangguan sistem pencernaan berupa cancer

oral cavity.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Mengetahui pengertian tentang cancer oral cavity

b) Mengetahui etiologi dari cancer oral cavity

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 2

c) Mengetahui manifestasi klinis pada cancer oral cavity untuk pasien

dewasa

d) Mengetahui patofisiologi pada cancer oral cavity

e) Mengetahui apa saja komplikasi dari cancer oral cavity

f) Mengetahui bagaimana prognosis dari cancer oral cavity

g) Mengetahui proses keperawatan pada pasien dewasa dengan

gangguan sistem pencernaan berupa cancer oral cavity

1.4. Manfaat

Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui

bagaimana konsep dari cancer oral cavity dan bagaimana cara dalam

memberikan asuhan keperawatan professional pada pasien cancer oral cavity

berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Rongga Mulut

2.2 Definisi Cancer Oral Cavity (Kanker Rongga Mulut)

Kanker rongga mulut ialah keganasan yang terjadi di dalam rongga

yang dibatasi oleh vermilion bibir di bagian depan dan arkus faringeus

anterior di bagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir,

gingiva, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus faringeus anterior

(William,1990).

Sedangkan menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker

rongga mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang

melibatkan beberapa jenis jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai

jenis kanker.

Kebanyakan kanker rongga mulut adalah tipe karsinoma epidermoid

(hamper 97%), 2-3% adenokarsinoma dan 1% adalah keganasan yang jarang

seperti limfoma, melanoma maligna dan fibrosarkoma (Sciubba,2001).

Karsinoma sel skuamosa mempunyai sifat seperti kanker pada

umumnya yakni mampu menyerang jaringan ikat di bawahnya dan

melakukan metastasis ke lokasi yang lebih jauh. Secara histologis, tumor

terdiri ats sel- sel karsinoma berkeratin yang menginvasi sekeliling jaringan.

Sejumlah besar sel inflamasi terlihat pada stroma tumor. Berdasarkan

evaluasi histopatologi dari berbagai tingkat diferensiasi, karsinoma sel

skuamosa rongga mulut dibagi menjadi grade I-IV. Pada zona membrane

basal, karsinoma sel skuamosa rongga mulut terdapat berbagai pola akspresi

abnormal (Daftari, 1992)

2.2.1 Macam kanker rongga mulut

Kanker rongga mulut merupakan kanker yang terdiri dari beberapa

bagian dari rongga mulut, antara lain:

a) Kanker pada bibir

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 4

Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya

kerusakan karena cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga bibir

tampak pecah dan kemerahan, keputihan atau campuran merah dan

putih. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering terjadi pada daerah

beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi

dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas

dan memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan

putih di bagian dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh menjadi squamous

cell carcinoma (Williams, 1990).

b) Kanker pada lidah

Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan

epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma

(sel epitel gepen berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga

beberapa penyakit- penyakit tertentu (premalignant) seperti sifilis dan

plumer vision syndrome, leukoplakia, serta eritoplakia. Kanker ganas ini

dapat menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya, disamping itu dapat

melakukan metastasis secara limfogen dan hematogen (Sciubba, 1999).

c) Kanker dasar mulut

Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan

alkohol dan tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan

gejala. Bila lesi berkembang, pasien akan mengeluhkan adanya

gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992).

Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi

ber upa nodul dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat

frenulum lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang

kemerah- merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari

leukoplakia.

d) Kanker pada mukosa pipi

Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah

campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikan

risiko peningkatan kanker pada mukosa pipi. Dengan kondisi material

yang melakukan kontak langsung dengan mukosa pipi kiri dan kanan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 5

selama beberapa jam dan trauma pada mengunyah memberikan dampak

terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary, 1992). Pada pemeriksaan

fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya lesi ulserasi,

nodular dan infiltratif.

e) Kanker pada gusi

Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien

mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering

pada gusi bawah/ mandibula daripada gusi atas/ maksila (Daftary, 1992).

Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma

kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang

dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia inflamatori (Daftary,

1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau

pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik

terlihat seperti bbunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative

biasanya tumbuh invasive pada tulang mandibula dan menimbulkan

dekstruktif (Tambunan, 1993).

f) Kanker pada palatum

Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.

Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan

dasar yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang

mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat

menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung

(Daftary, 1992).

2.2.2 Klasifikasi

Seperti yang telah disinggung di atas, pada karsinoma sel terdapat

masing- masing grade tingkatannya. Menurut American Joint Committee

on Cancer (AJCC) klasifikasi kanker rongga mulut menggunakan sistem

TNM. Sistem TNM ini terdiri atas T (Tumor) atau gambaran dari level

pembesaran tumor, N (Nodus) natau sejauh mana keterlibatan nodus limfe

sebagai sistem imun tubuh dan M (Metastasis) yaitu kondisi metastasis

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 6

menggambarkan keterlibatan organ lain pada bagian distal (Morrow,

2009). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1. Sistem TNM dalam menilai klasifikasi stadium kanker rongga mulut

Stadium T Stadium N Stadium M

T0 Tidak ada tampilan

tumor

N0 Tidak ada keterlibatan

nodus limfe

M0 Tidak ada

penyebaran

Tis Carcinoma in situ.

Terdapat massa pada

jaringan

N1 Terdapat keterlibatan

limfatik regional, tetapi

ukuran nodus ≤ 3 cm

T1 Ukuran tumor ≤2 cm N2 Keterlibatan pembesaran

nodus limfe satu atau

lebih dengan ukuran ≤ 6

cm

T2 Ukuran tumor ≤ 4 cm M1 Kanker

menyebar ke

organ bagian

distal

T3 Ukuran tumor >4 cm

T4 Ukuran tumor >4 cm

dan tertanam kuat pada

otot atau tulang atau

struktur lainnya.

N3 Keterlibatan homolateral

atau bilateral nodus limfe

dengan ukuran > 6 cm

Table 2. Stadium kanker rongga mulut

Stadium TNM Keterangan

Stage I TI, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran pada jaringan

masih belum dianggap kanker dan tumor < 2 cm

Stage II T2, N0, M0 Pada stadium ini tumor < 4 cm

Stage IIIA T3, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran >4cm, tetapi tidak

didapatkan pembesaran nodus limfe dan tidak

ada metastasis ke organ lainnya

Stage IIIB T1, T2, T3, N1, M0 Pada stadium ini tumor dapat berukuran kurang

dari 2 cm, dibawah 4 cm atau lebih tetapi kanker

belum mempengaruhi nodus homolateral

limfatik.

Stage IVA T4, N0, M0 Pada stadium ini tumor melebihi 4 cm dan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 7

tertanam dalam pada otot, tulang, atau struktur

jaringan di bawahnya.

Stage IVB Any T, N2 or N3, M0 Pada stadium ini tumor bisa berbagai ukuran,

tetapi tertanam dalam pada otot, tulang atau

struktur jaringan di bawahnya serta terdapat

keterlibatan dari nodus homolateral atau bilateral

limfatik

Stage IVC Any T, any N, any M Pada stadium ini terjadi berbagai situasi berat

baik ukuran tumor, keterlibatan nodus limfatik

dan metastasis ke organ lain.

2.3 Etiologi

Kanker rongga mulut diakibatkan atau dihubungkan dengan

penggunaan alkohol dan tembakau. Perpaduan antara alkohol dan tembakau

mempunyai efek karsinogenik sinergis. (Smeltzer & Bare, 2001)

Sedangkan menurut Isselbacer dkk (1999) etiologi dari cancer oral

cavity atau kanker rongga mulut mencakup pemakaian tembakau dengan

menghirup asapnya lewat pipa, cerutu dan rokok atau dengan mengunyah

atau “mengulumnya”. Peranan kebiasaan merokok dengan pipa pada penyakit

kanker bibir juga dapat meliputi efek panas dan zat-zat iritan lainnya. Faktor-

faktor lain yang mencakup adalah pemakaian alkohol, defisiensi zat besi

(sindroma Plummer-Vinson) dan defisiensi vitamin.

Adapun penjelasan lebih rinci mengenai etiologi dari kanker rongga

mulut adalah sebagai berikut:

1) Multifaktor

Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup, umumnya

kebiasaan hidup dan diet (terutama tembakau atau tembakau yang

digunakan pada sirih, dan penggunaan alkohol) meskipun faktor lain

seperti bahan infeksius, kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan

enzim yang memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor

yang berperan dalam timbulnya karsinoma sel skuamosa. Semua fungsi

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 8

penting dari sel dikendalikan oleh DNA. Kerusakan DNA tentu saja tidak

mesti menyebabkan sel bersifat kanker namun jenis perubahan tertentu

pada DNA akan mengganggu pengaturan gen normal, mengaktifkan gen

pemproduksi tumor tertentu (onkogen) yang kemudian akan menginduksi

kanker terjadi mutasi gen dan juga kerusakan sistem imun.

2) Pajanan sinar matahari

Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar ultraviolet.

3) Mutasi gen

Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel .

mutasi TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam

karsinogenesis karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan onkogen

dapat merusak kontrol pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan kanker

yang tak terkontrol.

4) Alkohol

Mengandung karsinogen atau prokarsinigen, termasuk kontaminan dari

nitrosamin dan uretan selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh alkohol

dehidrogenase dan oleh sitokrom P450 menjadi asetaldehid yang bersifat

karsinogen

5) Tembakau dan alkohol

Alkohol memudahkan kerja tembakau denganm berfungsi sebagai pelarut

sehingga memudahkan bahan karsinogen untuk berpenetrasi ke dalam

jaringan mulut

6) Tembakau

Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak

langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa rongga

mulut. Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan perubahan-

perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena,

yang bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel mulut (smoker’s

keratosis) sampai bercak putih keratotik yang menandai leukoplakia dan

kanker mulut. Leukoplakia bervariasi dan lesi putih yang rata/halus

sampai lesi yang tebal dan keras. Kira-kira 3%  5% kasus yang

didiagnosis leukoplakia akan berkembang menjadi kanker. Oral

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 9

leukoplakia merupkan lesi prekanker. Tembakau merupakan penyebab

keratosis yang paling sering dalam mulut. Tar dalam rokok akan

meninggalkan noda pada gigi perokok dan mengubahnya menjadi kuning

dan kecoklatan. Selain merubah warna gigi, zat racun ini juga dapat

mengakibatkan berbagai masalah gigi dan mulut lainnya, seperti

periodontitis, penyakit gusi, serta mengakibatkan kanker mulut. Resiko

kanker mulut pada rokok dengan kandungan TAR sigaret itu lebih rendah

dibandingkan dengan yang tidak merokok secara sering. Sigaret

diklasifikasikan sebagai kandungan TAR rendah < 7 mg dan tinggi bila

>22 mg.

7) Nikotin

Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat

dihisap nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari

penggunaan obat IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf

pusat dengan mengubah kadar neurotransmiter dan bahan kimiawi yang

mengatur temperamen, belajar, dan kemampuan berkosenterasi. Nikotin

dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada kadar nikotin dalam tubuh

dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan endorfin yang

membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun yang dalam dosis

besar dapat mematikan.

8) Obesitas

Pada saat orang banyak mengonsumsi kalori, maka metabolisme akan

menyebabkan kerja sel menjadi lebih cepat. Kecepatan kerja ini yang

kemudian meningkatkan resiko sel-sel di dalam tubuh tidak bisa

berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak normal. Jadi, hasilnya adalah

sel-sel tidak normal yang sering kita sebut tumor atau kanker. Diet nabati

buah dan sayur mengandung antioksidan yang mencegah terjadinya

kanker.

9) Obat kumur

Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan

efek penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah.

10) Kesehatan gigi dan mulut\

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 10

Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu dari

logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu atau

tambalan yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak atau

hilang dapat merupakan faktor resiko penyebab kanker. Setiap lesi seperti

plak, erosi mukosa, ulkus kecil yang lama tak sembuh (kronis) di rongga

mulut dan adanya faktor predisposisi (tembakau / sirih, alkoholisme,

iritasi kronis, higiene mulut yang jelek dsb) bisa menyebabkan timbulnya

kanker rongga mulut.(Widodo, 2006)

11) Bahan infeksius

Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan virus

papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma el skuamosa.

HPV terutama berperan dalam kanker orofaring.

12) Diet rendah sayuran dan buah

Tahun 1997 World Cancer Research Fund bekerjasama dengan American

Institute for Cancer Research dalam bukunya menyatakan bahwa diet

yang rendah sayuran dan buah terdapat hubungan dengan berbagai jenis

kanker. Dikatakan bahwa orang dengan asupan vit C yang rendah yaitu

orang-orang yang mengkonsumsi tidak banyak buah dan sayuran

memiliki kecendderungan lebih besar untuk terkena berbagai bentuk

kanker dibandingkan orang yang makan makanan yang mengandung vit

C dalam jumlah yang normal.

2.4. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya :

a) Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia)

di dalam mulut ataupun pada bibir.

1) Leukoplakia : Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa

mulut.

2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur

seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta

histopatologi tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian

besar lesi ini, terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut,

palatum molle, dan pilar faucial anterior memiliki kecenderungan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 11

menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal karsinoma sel skuamosa

oral. Jarang ditemukan karena tidak mencolok dan asimtomatik,

karena itu pemeriksaan mulut harus dilakukan dalam keadaan kering

dan dengan teliti.

3) Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah

b) Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.

c) Perdarahan pada rongga mulut.

d) Kehilangan gigi.

e) Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.

f) Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.

g) Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.

Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi.

Selanjutnya, dilakukan staging untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat

diberikan pada pasien, apakah dengan intervensi bedah, radioterapi, atau

kemoterapi. Dengan mempelajari kembali gejala klinis kanker rongga mulut

sehingga dapat dilakukan deteksi dini untuk mencegah penyebaran kanker

yang berakhir dengan kematian.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 12

2.5. Patofisiologi

Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada

sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang

telah disebutkan dalam etiologi diatas salah satunya adalah

zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu terjadinya

karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker).

Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap : 

1)Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak

pertama sel normal dengan zat karsinogen yang

memancing sel normal tersebut menjadi ganas.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 13

2)Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing

tersebut membentuk klon melalui pembelahan

(poliferasi).

3)Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah

mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih

karakteristik neoplasma ganas.

Seperti halnya kanker padat lain, kanker rongga mulut dalam

pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat kecil. Dengan berjalannya

waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai ukuran yang besar. Khusus

pada kanker rongga mulut, karena sebagian besar kanker tersebut berasal dari

epitel permukaan, maka kanker rongga mulut biasanya diawali dengan

kelainan pre-maligna yang mudah di lihat.

Kelainan pre –maligna ada adalah suatu kelainan pada rongga mulut

yang paling awal sebelumnya berubah menjadi tumor ganas. Ada 2 bentuk

kelainan pre-maligna yaitu leukoplakia dan eritroplakia (Hillary, 2007).

Leukoplakia adalah bercak warna keputihan yang berbatas tegas pada mukosa

mulut. Keadaan ini sering terjadi pada perokok berat usia diatas 50 tahun.

Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn, 2000), yaitu sebagai

berikut.

1. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap berubah

menjadi keabuan.

2. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi

3. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi, mungkin ada

kerutan

4. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-kadang

permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka. Pada pemeriksaan

mikroskopis nampak perubahan keganasan dini.

Leukoplakia biasa didapatkan pada bibir, lidah, dan gusi. Kurang lebih

10-12% leukoplakia setelah 10 tahun berubah menjadi karsinomarongga mulut

(Williams, 1990). Leukoplakia yang dapat berubah menjadi karsinoma ini

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 14

pada pemeriksaan mikroskopis menunjukan suatu displasia yang ireversibel

walaupun penderita menghentikan rokoknya.

Eritoplakia adalah salah satu tanda yang lebih pasti tenang perkembagan

kanker dibandingkan dengan leukoplakia (Murray, 2000). Masih

diperdebatkan apakah merupakan kelaina pre-malignan atau memang suatu

karsinoma superfisial yang sangat dini. Kelainan ini berupa mukosa yang

sedikit meninggi dan menebal berwarna merah mirip jaringan granulasi

dengan tumpukan kreati diataspermukaan (Osterkamp, 2009). Lokasi yang

paling sering adalah bawah lidah, dasar mulut, paltum molle dan trigunum

retromolar. Bila ditemui kelaina ini, maka penanganannya dianggap sebagai

karsinoma rongga mulut.

Karsinoma invasif. Karsinoma tidak lagi terbatas di dalam epitel, akan

tetapi menembus membran basal dan mengadakan invasi ke jaringan di

bawahnya. Pada stadium ini, dapat timbul keluhan yang sering diabaikan oleh

pasien, keluhan tersebut dapat berupa parestesi, hilangnya sensasi, atau gatal.

Karsinoma invasif yang masih dini mungkin dapat ditemukan dalam bentuk

sebagai berikut ( Osterkamp, 2009 )

a) Ulkus kecil

b) Penonjolan dengan batas tidak jelas

c) Erosi kemerahan yang iregular

d) Kawah kecil, kemarahan

e) Bintik- bintik kemerahan difus, sedikit elevasi

f) Krusta pada bibir

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 15

Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak

lesi yang terus menetap

menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel

bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan memperlihatkan gejala-gejala klinis

Sulit atau pada waktu mengunyah

Bintik putih atau merah di dalam mulut ataupun pada bibir

timbulnya rasa sakit

Agen infeksi, merokok, perawatan mulut kurang dan etiologi lainnya

Kanker rongga mulut

Secara umum sebagai berikut :

Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi.

Selanjutnya, dilakukan staging untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat

diberikan pada pasien, apakah dengan intervensi bedah, radioterapi, atau

kemoterapi.

2.6. Pemeriksaan Diagnosa

Untuk memastikan diagnosa defenitif dari proses awal keganasan dan

keganasan diperlukan pemeriksaan laboratorium. Dalam hal ini yang sering

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 16

dilakukan dalam mendiagnosa kanker pada rongga mulut adalah pemeriksaan

sitologi mulut dan biopsi.

a) SITOLOGI MULUT

Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki berbagai

macam penyakit mulut, dimana prosedurnya paling bermanfaat dalam

evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai sebagai suatu keganasan,

khususnya bila keadaan tersebut merupakan suatu lesi merah yang tidak

berkeratin (Lynch, 1994).

Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif

untuk mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Ketepatan hasil

diagnostik sitologi mulut tidaklah sama dengan biopsi sehingga tidak

dapat digunnakan untuk menegakkan diagnosa akhir yang defenitif

(Skhlar, 1984). Tetapi merupakan hal yang kurang praktis jika kita segera

melakukan biopsi untuk setipa lesi dalam mulut. Untuk itu diperlukan

suatu cara yang dapat diandalkan dan diterima sebelum kita melakukan

biopsi, yaitu pemeriksaan sitologi mulut.

Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu

pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan

suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan

interpretasi yang digunakna dlama laporan sitologi mulut adalah:

a. Kelas I: gel-gel normal

b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan

c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas,

tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang

menyimpang dari normal

d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan

e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas

Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan kemudian, bila

hasil sama dapat dilakukan biopsi

Untuk kelas IV dan V indikasi untuk dilakukan biopsi

b) BIOPSI

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 17

Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi.

Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian

untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen, 1996; Coleman

dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat

dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang

dicurigai (Bolden, 1982).

Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari tepi

jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau

eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (>1cm)

dan biopsi eksisional yaitu insisi secata intoto apabila lesi kecil (Pedersen,

1996; Bolden, 1982; Coleman dan Nelson, 1993). Hasil interpretasi

mikroskopis dari suatu bipsi dapat menunjukkan suatu rentang yang luas.

Hasil-hasil seperti parakeratosis, ortokeratosis, akantosis, hiperplasia

pseudoepiteliomatus, peradangan akutdan kronis menunjukkan golongan

jinak. Untuk karsinoma gel skuamus, hasil pemeriksaan mikroskopis

biasanya meliputi adanya abnormalitas seluler, terputusnya kontinuitas

membran basalis oleh srang gel-gel abnormal yang meluas sampai ke

dalam jaringan ikat, ukuran gel yang berubah, peningkatan kecepatan

mitosis perubahan ukuran dan bentuk nukleus, gangguan dalam proses

maturasi dan hiperkromatin (Lynch, 1994).

Untuk memenuhi kebutuhan yang lebih seksama dalam

mengidentifikasi kanker rongga mulut pada tahap ini, telah dikembangkan

suatu cara biopsi dengan menggunakan sikat (Oral CDx). Pada penelitian

yang dilakukan oleh Sciubba (1999) dengan menggunakan biopsi dengan

cara sikat menunjukkan bahwa cara ini dapat memberikan bantuan yang

tidak terhingga nilainya dalam memeriksa lesi di rongga mulut. Pada

penelitian tersebut, biopsi dengan memakai sikat merupakan alat deteksi

yang sepadan dengan biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus

ditekankan bahwa Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan

memakai skalpel (Sciubba, 1999).

c) PEMERIKSAAN TOLUIDINE BLUE

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 18

Salah satu pemeriksaan diagnosis yang dapat digunakan untuk

mendeteksi adanya kanker pada ronga mulut dengan mendeteksi adanya

kegenasan pada mukosa. Akan memeberikan warna biru pada sel kanker,

jaringan normal tidak menyerap. Warna, lesi pra ganas atau non

neoplasma tidak konstan mengisap warna.

Teknik memberikan warna rongga mulut (Mashberg)

1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik

2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali

3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc

4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit

5) Kumur dengan air

Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian, sensitivitas dan

spesifitas taknik ini 90%.

d) PEMERIKSAAN POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY (PET)

Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non

invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari

tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan

radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan radiofarmaka

FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel tubuh, seperti sel-sel

kanker yang mempunyai aktivitas metabolik berlebih. Bila PET memberi

informasi metabolik molekuler, CT atau x-ray Computed Tomography

akan memberikan informasi anatomi. Penggabungan keduanya menjadi

satu perangkat akan memberikan kelengkapan informasi.

Cara kerja PET CT ini ialah dengan menyuntikkan radiofarmaka

FDG ke dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka akan ditangkap sel-

sel kanker, karena sel kanker membutuhkan banyak glukosa dan

metabolisme dalam pertumbuhannya. Ketika sel kanker berkumpul, PET

akan mengambil citra dari seluruh tubuh pasien. Pencitraan ini akan

menunjukkan lokasi radiofarmaka berkumpul. Artinya, di situlah lokasi

sel-sel kanker yang hidup.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 19

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging

memiliki sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk deteksi

kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.

2.7. Komplikasi

a. Efek samping pembedahan

Semua operasi membawa risiko, termasuk pembekuan darah,

infeksi, komplikasi dari anestesi, dan pneumonia. Jika operasi tidak terlalu

rumit, efek samping mungkin hanya rasa sakit sesudahnya, yang dapat

diobati dengan obat-obatan jika diperlukan. Pembedahan untuk kanker

yang besar atausulit dijangkau mungkin sangat rumit, efek samping dapat

berupa infeksi, gangguan luka,masalah dengan makan dan berbicara, atau

kematian sangat jarang terjadi selama atau segerasetelah prosedur. Operasi

juga dapat berbekas terutama operasi tulang wajah atau rahang.

b. Efek samping terapi radiasi

Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping

jangka pendek termasuk:

1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang perlahan

menghilang

2) Suara serak

3) Kehilangan indra pengecap

4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan

5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan,

sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.

Radioterapi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang

atau permanen:

1) Kerusakan kelenjar ludah. Kerusakan permanen pada kelenjar ludah

dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan masalah

makan dan menelan. Penurunan produksi saliva juga dapat

menyebabkan kerusakan gigi (gigi berlubang). Biasanya diperlukan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 20

perawatan ke dokter gigi dan menjaga kebersihan mulut. Pengobatan

fluoride juga dapatmembantu sebelum di radioterapi. Teknik seperti

IMRT dapat membantu mengurangi efek samping ini.

2) Kerusakan pada tulang rahangYang ang dikenal sebagai

osteoradionecrosis rahang, dapat menyebabkan efek samping yang

serius akibat pengobatan radiasi. Lebih umum terjadi setelah

infeksigigi, ekstraksi, atau trauma, dan sulit diobati. Gejala utama

adalah nyeri pada rahang. Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan

tulang rahang retak dan jika berat diperlukan terapi pembedahan untuk

mengatasinya.

3) Kerusakan pada kelenjar pituitary atau tiroid. Jika kelenjar hipofisis

atau tiroid terkena radiasi, produksi hormon dapatmenurunkan dari

waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan masalah metabolisme

yang mungkin perlu dikoreksi dengan obat. Radiasi Efek samping ini

biasanya akan lebih parah pada orang yang mendapatkan kemoterapi

pada saat yang sama. Untuk mengurangi efek samping tersebut

diperlukan perawatan sebelum diradiasi ataupun kemoterapi.

c. Efek samping kemoterapi

Kemoterapi adalah obat yang menyerang sel-sel yang membelah

dengan cepat. Tetapi,sel lain didalam tubuh, seperti yang di sumsum

tulang, lapisan mulut dan usus, dan folikelrambut juga terpengaruh.

Hal ini dapat menyebabkan efek samping. Efek samping

darikemoterapi tergantung pada jenis, dosis, dan berapa lama obat

diberikan

Efek samping dapat termasuk:

1) Rambut rontok

2) Mulut luka

3) Kehilangan nafsu makan

4) Mual dan muntah

5) Diare

6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih

berkurang)

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 21

7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah

rendah)

8) Kelelahan (karena rendahnya jumlah sel darah merah.Seiring

dengan risiko di atas, beberapa efek samping yang terlihat lebih

sering dengankemoterapi obat-obatan tertentu. Sebagai contoh, 5-

FU sering menyebabkan diare. Cisplatindapat menyebabkan

kerusakan saraf(disebut neuropati), menyebabkan gangguan

pendengaranserta mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki. Hal

ini sering kembali normal setelah pengobatan dihentikan, tetapi

dapat bertahan lama bahkan permanen.Meskipun efek samping

yang paling meningkatkan setelah pengobatan dihentikan,

beberapadapat bertahan lama atau bahkan permanen

2.8. Prognosis

Tingkat ketahanan hidup untuk kanker mulut dan oropharyngeal sangat

bervariasitergantung pada lokasi tumor primer, faktor risiko, dan tingkat

penyakit. 61 % setelah didiagnosa kanker ringga mulut dan oropharing

kelangsungan hidup secara keseluruhan adalah lima tahun(persentase orang

yang bertahan hidup setidaknya lima tahun setelah kanker terdeteksi, termasuk

mereka yang meninggal akibat penyakit lain).

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 22

DAFTAR PUSTAKA

Sudino, Janti. 2007. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.

Jakarta: EGC

Youngson, Robert. 2005. Antioksidan: Manfaat Vitamin C dan E bagi Kesehatan.

Jakarta: Arcan

Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Volume 2

edisi 8. Jakarta: EGC

Majalah Kedokteran Tropis Indonesia Volume 17 Nomor 2 Juli 2006 dengan

judul “ Pembedahan pada Tumor Parotis dan Kanker Rongga Mulut”

oleh Widodo Ario Kentjono

Isselbacher dkk. 1999. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam volume 1

edisi 13

Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta: EGC

Vermey A, 1988. Treatment of parotid tumors and cancer of the oral cavity. Head

and Neck Oncology. Dutch Foundation For Post Graduate Courses In

Indonesia, FK Unair-RSU Dr. Soetomo : 91-130

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: aplikasi

asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Stewart JS,Preiss JH, Weyngaert V D, Bottomley A, Vermorken JK, at all. Head

and Neck GroupShort-term health-related quality of life and symptom

control with docetaxel,cisplatin, 5-fluorouracil and cisplatin (TPF).

Melalui http://www.nature.com/bjc/journal/v103/n8/full/6605860a.html

December 09,2011.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 23

http://id.scribd.com/doc/78333599/Referat-Kanker-Rongga-Mulut-Dan-Or-Op-

Haring 4/8/13 @ 9.57 pm

American Society of Clinical Oncology (ASCO), Oral and Oropharyngeal Cancer.

Melalui http://www.cancer.net/patient/Cancer+Types/Oral+and

+Oropharyngeal+Cancer December 07, 2011.

Kurnia, Ahmad. 2008. Kanker Kepala, Leher, Payudara dan Rekontruksi. Jakarta:

Balai penerbit FKUI.

Hasibuhan, Sayuti.2004.Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosa Kanker Rongga

Mulut. Melalui

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1159/1/fkg-sayuti2.pdf

diakses pada tanggal 5 April 2013 pukul 15:36

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 24