Author
arika
View
218
Download
3
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
Tekanan intrakranial (TIK) meninggi merupakan suatu keadaan gawat darurat yang memerlukan penanggulangan segera. Salah satu faktor penyebab utama tekanan intrakranial (TIK) meninggi ialah edema serebri yang dapat ditemukan pada trauma kepala, perdarahan intrakranial, radang otak dan selaput otak, tumor otak dan lain-lain. Jadi, edema serebri bukan suatu kelainan yang berdiri sendiri. Meskipun patogenesis, perjalanan klinik dan penatalaksanaan edema serebri sudah banyak diteliti, namun belum ada persesuaian paham. Makalah ini membicarakan definisi, klasifikasi, berbagai kelainan dan penatalaksanaan edema serebri.1Edema serebri merupakan suatu penyulit pada banyak gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang seringkali fatal, baik kematian itu oleh karena perkembangan edema serebri yang amat cepat seperti pada trauma kapitis, perdarahan dan penyakit akut yang lain, maupun oleh lesi-lesi yang berjalan kronis misalnya tumor-tumor, abses otak dan proses desak ruang lainnya. Edema serebri yang menyertai infark yang luas, atau yang mengakibatkan penekanan intracranial yang massif, ataupun karena timbulnya komplikasi yang paling ditakuti yaitu pendorongan (shift, herniasi) bagian-bagian otak sehingga menekan pusat-pusat vital dan mengakibatkan kematian.1Jadi telah jelas bahwa edema serebri menambah morbiditas dan mortalitas pada berbagai gangguan serebri. Telah banyak penyelidikan yang dilakukan pada hewan percobaan maupun terhadap penderita-penderita dengan edema serebri namun masih banyak hal yang belum jelas atau memuaskan terutama perihal patofisiologi dan terapinya.1BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Edema serebri adalah keadaan patologis terjadinya akumulasi cairan di dalam jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak. Dapat terjadi peningkatan volume intraseluler (lebih banyak di daerah substansia grisea) maupun ekstraseluler (daerah substansia alba), yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (TIK).5,7Edema serebri adalah meningkatnya volume otak akibat pertambahan jumlah air di dalam jaringan otak sebagai reaksi terhadap proses-proses patologis lokal ataupun pengaruh-pengaruh umum lainnya yang merusak.2
Volume air (ml/100 gr otak) pada otak normal dan edema serebri
Substansi griseaSubstansi albaTotal
Otak normal807077
Edema serebri827679
II.2 Etiologi
Edema serebri dapat muncul pada kondisi neurologis dan nonneurologis:9a. Kondisi neurologis: Stroke iskemik dan perdarahan intraserebral, trauma kepala, tumor otak, dan infeksi otak.
b. Kondisi non neurologis: Ketoasidosis diabetikum, koma asidosis laktat, hipertensi maligna, ensefalopati, hiponatremia, ketergantungan pada opioid, gigitan reptil tertentu, atau high altitude cerebri edema (HACE).2II.3 Klasifikasi
Edema serebri dibagi atas dua bagian besar, yaitu :9a. Berdasarkan lokalisasi cairan dalam jaringan otak1). Edema serebri ekstraseluler, bila kelebihan air terutama dalam substansia alba2). Edema serebri intraseluler, bila kelebihan air terutama dalam substansia griseab. Berdasarkan patofisiologi1). Edema serebri vasogenikPaling sering dijumpai di klinik. Gangguan utama pada blood brain barrier (BBB). Permeabilitas sel endotel kapiler meningkat sehingga air dan komponen yang terlarut keluar dari kapiler masuk ruangan ekstraseluler, sehingga cairan ekstraseluler bertambah. Jenis edema ini dijumpai pada trauma kepala, iskemia otak, tumor otak, hipertensi maligna, perdarahan otak dan berbagai penyakit yang merusak pembuluh darah otak.9
.Gambar 1. Edema Serebri Vasogenik2). Edema serebri sitotoksikKelainan dasar terletak pada semua unsur seluler otak (neuron, glia dan endotel kapiler). Pompa Na tidak berfungsi dengan baik, sehingga ion Na tertimbun dalam sel,mengakibatkan kenaikan tekanan osmotik intraseluler yangakan menarik cairan masuk ke dalam sel. Sel makin lamamakin membengkak dan akhirnya pecah. Akibat pembengkakan endotel kapiler, lumen menjadi sempit, iskemia otakmakin hebat karena perfusi darah terganggu.5,9Pada binatang percobaan, pemakaian bakterisid yang luas pada kulit seperti heksaklorofen dan bahan yang mengandung and, seperti trietil tin, dapat menimbulkan edema sitotoksik.5,9Edema serebri sitotoksik sering ditemukan pada hipoksia/ anoksia (cardiac arrest), iskemia otak, keracunan air dan intoksikasi zat-zat kimia tertentu. Juga sering bersama-samadengan edema serebri vasogenik, misalnya pada stroke obstruktif (trombosis, emboli serebri) dan meningitis.5,9
Gambar 2. Edema Serebri Sitotoksik
3). Edema serebri osmotikEdema terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotik antara plasma darah (intravaskuler) dan jaringan otak (ekstravaskuler). 5,94). Edema serebri hidrostatik/interstisialDijumpai pada hidrosefalus obstruktif. Karena sirkulasi terhambat, cairan srebrospinal merembes melalui dinding ventrikel, meningkatkan volume ruang ekstraseluler. 5,9Gambar 3. Edema Serebri HidrostatikPembagian edema serebri menurut Groningen
Edema Serebri
ProblemVasogenikSitotoksikOsmotikHidrostatik
Gangguan primerBlood brain sodium barrierGangguan pump-cellObstruksi osmotikSirkulasi
Lokalisasi :
Bag. Putih otak
Bag. Kelabu otak+
+
++
++
Permeabilitas vaskulerBertambahNormalNormalNormal
Ultrastruktur :
Ekstraseluler
Infraseluler+++
++
Komposisi cairanFiltrat plasma (protein)PlasmaHanya kadar air bertambahAir + Na
TerapiDexametason?Bahan osmotikOperasi
II.4. Patofisiologi a) Edema vasogenikPada edema vasogenik, terdapat peningkatan volume cairan ekstrasel yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler. Edema vasogenik ini disebabkan oleh faktor tekanan hidrostatik, terutama meningkatnya tekanan darah dan aliran darah dan oleh faktor osmotik. Ketika protein dan makromolekur lain memasuki rongga ekstraseluler otak karena kerusakan sawar darah otak, kadar air dan natrium pada rongga ekstraseluler juga meningkat.
Edema vasogenik ini lebih terakumulasi pada substansia alba serebri karena perbedaan penyesuaian antara substansia abla dan grisea. Edema vasogenik ini juga disebut edema basah karena pada beberapa kasus, potongan permukaan otak nampak cairan edema.8,9Tipe edema ini terlihat sebagai respon terhadap trauma, tumor, inflamasi fokal, stadium akhir dari iskemia serebri.8,9
Gambar 4. mekanisme terjadinya edema vasogenik, plasma yang terdiri dari air, protein dan elektrolit menembus Blood Brain Barrier (BBB) dan mengisi ruang intersisial.a) Edema Sitotoksik
Pada edema sitotoksik terdapat peningkatan volume cairan intrasel, yang berhubungan dengan kegagalan dari mekanisme energi yang secara normal tetap mencegah air memasuki sel, mencakup fungsi yang inadekuat dari pompa natrium dan kalium pada membrane sel glia. 8,9Neuron, glia dan sel endotelial pada substansia alba dan grisea menyerap air dan membengkak. 8,9Pembengkakan otak berhubungan dengan edema sititoksik yang berarti terdapat volume yang besar dari sel otak yang mati. Yang akan berakibat sangat buruk, edema sitotoksik ini sering di istilahkan dengan edema kering. Edema sitotoksik terjadi bila otak mengalami kerusakan yang berhubungan dengan hipoksia, iskemia, abnormalitas metabolic (uremia, ketoasidosis, metabolic), intoksikasi (dimetrofenol, triethylitin, hexachlrophenol, isoniazid) dan pada sindrom reye, Hipoksia Berat. 8,9
Gambar 5. mekanisme terjadinya edema sitotoksik, menunjukkan defisit ATP mengakibatkan rusaknya pompa Na-K. Na masuk menembus membran sel diikuti air dan Cl sehingga timbul edema sel.b) Edema OsmotikApabila tekanan osmotik plasma turun > 12%, akan terjadi edema serebri dan kenaikan Tekanan Intrakranial (TIK). Hal ini dapat dibuktikan pada binatang percobaan dengan infus air suling, yang menunjukkan kenaikan volume air. Pada edema serebri osmotik tidak ada kelainan pada pembuluh darah dan membran sel. 8,9
Gambar 6. mekanisme edema osmotik, menunjukkan penurunan osmolaritas cairan intravaskuler menyebabkan keluarnya air mengisi ruang intersisial mengikuti hukum osmotik.
c) Edema Interstitial
Edema interstisial adalah peningkatan volume cairan ekstrasel yang terjadi pada substansia alba periventrikuler karena transudasi cairan serebrospinal melalui dinding ventrikel ketika tekanan intraventrikuler meningkat.3Gambar 7. mekanisme pengaliran CSF dan hambatan yang dapat menimbulkan hidrosefalus.
II.5. Diagnosis
1. Manifestasi Klinis
Pada kondisi terjadi peningkatan tekanan intrakranial dapat ditemukan tanda dan gejala berupa:9a. Nyeri kepala hebat.b. Muntah, dapat proyektil maupun tidak.c. Penglihatan kabur.d. Gangguan kesadaran dan perubahan mental (berupa confusion sampai sindroma otak organik)2. Pemeriksaan Fisik
a. Bradikardi dan hipertensi; terjadi akibat iskemi dan terganggunya pusat vasomotor medular. Hal ini merupakan mekanisme untuk mempertahankan aliran darah otak tetap konstan pada keadaan meningkatnya resistensi serebrovaskular akibat kompresi pembuluh darah kapiler serebral oleh edema.1b. Penurunan frekuensi dan dalamnya pemapasan; respirasi menjadi lambat dan dangkal secara progresif akibat peningkatan tekanan intrakranial (TIK) yang menyebabkan herniasi unkal. Saat terjadi kompresi batang otak, timbul perubahan pola pernapasan menjadi pola Cheyne-Stokes, kemudian timbul hiperventilasi, diikuti dengan respirasi yang ireguler, apnea, dan kematian. 1c. Gambaran papil edema pada funduskopi; ditandai dengan batas papil yang tidak tegas, serta cup and disc ratio lebih dari 0,2. 1d. Gangguan fungsi gait bila edema membesar dan menekan serebellum. 1e. Gangguan fungsi vegetatif apabila edema menekan susunan saraf pusat yang merupakan pusat dari fungsi otonom / vegetatif. 13. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar-XRadiograf tengkorak polos adalah pemeriksaan pertama pada pasien dengan gejala Sistem saraf pusat (SSP) dan tetap bermanfaat. Erosi dorsum sellae oleh pulsasi ventrikel ketiga adalah gambaran khas peninggian Tekanan intrakranial (TIK) dan bila foto polos digunakan secara rutin, dapat ditemukan pada sepertiga pasien namun hanya setelah sakit 5-6 bulan. Kelenjar pineal yang tergeser, erosi tulang, kalsifikasi abnormal dan hiperostosis tidaklah merupakan tanda spesifik dari lesi desak ruang, jadi tidak harus berarti peninggian Tekanan intrakranial (TIK). Pada anak-anak, radiograf tengkorak tetap bernilai pada tes skrining. Baik peninggian Tekanan intrakranial (TIK) akut maupun kronik hingga usia 8-9 tahun menyebabkan diastasis (splitting) sutura dan erosi dorsum sellae. Peninggian Tekanan intrakranial (TIK) kronik mungkin juga berakibat penipisan vault tengkorak dan impresi pada bagian atas tulang frontal dan parietal.5,7b. Tomografi TerkomputerYang paling berguna pada pemeriksaan pasien dengan dugaan peninggian tekanan intrakranial (TIK) adalah Computerized Tomografi scan (CT scan). Karena sangat akurat, cepat dan aman. Tanda yang paling berguna dari berkurangnya cadangan Tekanan intrakranial (TIK) adalah pergeseran garis tengah, obliterasi sisterna Cairan serebro spinal (CSS) sekeliling batang otak, dilatasi ventrikel kontralateral, penyempitan sulci serebral, dan pada cedera kepala adanya clott kecil multipel intraserebral. Bila obstruksi aliran Cairan serebro spinal (CSS) mulai berakibat pada ukuran ventrikular, tanda pertama adalah dilatasi tanduk temporal. 5,7c. Pencitraan Resonansi MagnetikMagnetic Resonance Imaging (MRI) juga sangat berguna pada pemeriksaan penderita yang diduga mempunyai peninggian tekanan intrakranial (TIK) namun bukan pemeriksaan yang pertama pada pasien. Pemeriksaan ini lebih mahal, lebih lambat dalam pengerjaannya dan lebih memerlukan kerjasama dengan pasien dibanding CT scan; lebih rumit melaksanakannya untuk pasien yang memerlukan pemantauan atau sistem life support.7,8II.6. Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa
1) Posisi Kepala dan Leher. Posisi kepala harus netral dan kompresi vena jugularis harus dihindari. Fiksasi endotracheal tube (ETT) dilakukan dengan menggunakan perekat yang kuat dan jika posisi kepala perlu diubah harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mengurangi edema otak dapat dilakukan elevasi kepala 30.52) Ventilasi dan Oksigenasi. Keadaan hipoksia dan hiperkapnia harus dihindari karena merupakan vasodilator serebral poten yang menyebabkan penambahan volume darah otak sehingga terjadi peningkatan TIK, terutama pada pasienm dengan pernicabilitas kapiler yang abnormal. Intubasi dan ventilasi mekanik diindikasikan jika ventilasi atau oksigenasi pada pasien edema otak buruk. Sasaran pCO2, yang diharapkan adalah 30-35 mmHg agar menimbulkan vasokonstriksi serebral sehingga menurunkan volume darah serebral.5,9 Medikamentosa
1) Analgesik, Sedasi, dan Zat Paralitik. Nyeri, kecemasan, dan agitasi meningkatkan kebutuhan metabolisme otak, aliran darah otak, dan tekanan intrakranial. Oleh karena itu, analgesik dan sedasi yang tepat diperlukan untuk pasien edema otak. Pasien yang menggunakan ventilator atau ETT harus diberi sedasi supaya tidak memperberat TIK. Obat sedasi yang sering digunakan untuk pasien neurologi diantaranya adalah opiat, benzodiazepin, dan propofol. 9Nyeri dan agitasi dapat memperburuk oedem serebri dan meningkatkan tekanan intrakranial secara signifikan. Pemberian bolus morphine (2-5 mg) dan fentanyl (25 -50 mikrogram) atau intravenous infusion fentanyl (25 - 200 mikrogram/jam) dapat digunakan sebagai analgetik.92) Penatalaksanaan Cairan. Osmolalitas serum yang rendah dapat menyebabkan edema sitotoksik sehingga harus dihindari. Keadaan ini dapat dicegah dengan pembatasan ketat pemberian cairan hipotonik. Pada umumnya kebutuhan cairan ialah 30ml/kgBB/hari. Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari ditambah 500 ml untuk kehilangan cairan yang tidak nampak). 5,7,9Umumnya semua lesi intracranial diberikan 85% dari kebutuhan normal. Karena pada masa akut ada retensi cairan sehingga bila diberikan cairan yang banyak, dapat jadi semakin edema.5,7,9
3) Penatalaksanaan Tekanan Darah. Tekanan darah yang ideal dipengaruhi oleh penyebab edema otak. Pada pasien stroke dan trauma, tekanan darah harus dipelihara dengan cara menghindari kenaikan tekanan darah tiba-tiba dan hipertensi yang sangat tinggi untuk menjaga perfusi tetap adekuat. Tekanan perfusi serebral harus tetap terjaga di atas 60-70 mmHg pascatrauma otak. 9Penggunaan obat penurun tekanan darah masih kontroversial dalam kasus-kasus perdarahan intraserebral, tetapi aman untuk mengobati hipertensi pada fase akut, dan penggunaan ini dapat mengurangi risiko pertumbuhan hematoma awal. Pada pasien dengan stroke iskemik, penurunan tekanan darah yang cepat merugikan dalam fase akut (24 - 48 jam pertama) karena dapat menghasilkan memburuknya defisit neurologis dari hilangnya perfusi di penumbra. Tekanan darah normal juga harus menjadi tujuan pada pasien dengan lesi terutama terkait dengan edema vasogenik, seperti tumor dan massa inflamasi atau infeksi.94) Pencegahan Kejang, Demam, dan Hiperglikemi. Kejang, demam, dan hiperglikemi merupakan faktor-faktor yang dapat memperberat sehingga harus dicegah atau diterapi dengan baik bila sudah terjadi. Penggunaan antikonvulsan profilaktik seringkali diterapkan dalam praktek klinis. Bisa digunakan fenitoin 2 x 100mg. Manfaat penggunaan profilaksis antikonvulsan tetap tidak terbukti pada pasien dengan kondisi yang paling beresiko menyebabkan edema otak. Ada beberapa bukti bahwa aktivitas epilepsi subklinis mungkin terkait dengan perkembangan pergeseran garis tengah (midline shifting) dan hasil yang buruk setidaknya pada pasien kritis dengan pendarahan intraserebral. Demam dan hiperglikemia memperburuk kerusakan otak iskemik dan nyatanya dapat memperburuk edema serebri. Normothermia ketat dan normoglycemia (yaitu, glukosa darah paling tidak di bawah 120 mg / dL) harus dijaga setiap saat.55) Terapi Osmotik. Manitol dan Salin Hipertonik adalah 2 agen osmotik yang paling sering digunakan untuk memperbaiki edema otak dan hipertensi intracranial.5,7,9
a. Manitol
Dosis awal manitol 20% 1-1,5 g/kgBB IV bolus, diikuti dengan 0,25-0,5 g/kgBB IV bolus tiap 4-6 jam. Efek mak-simum terjadi setelah 20 menit pemberian dan durasi kerjanya 4 jam.
Pernberian manitol ini harus disertai pemantauan kadar osmolalitas serum. Osmolalitas darah yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko gagal ginjal (terutama pada pasien yang sebelumnya sudah mengalami volume depletion). Kadar osmolalitas serum tidak boleh lebih dan 320 mOsmol/L.9Komplikasi paling biasa dari terapi manitol ialah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, edema kardiopulmonal dan rebound edema serebri. Manitol juga bisa menyebabkan gagal ginjal pada dosis terapetik dan reaksi hipersensitivitas bisa terjadi. Walaupun ada beberapa laporan yang tidak dapat membuktikan efek yang menguntungkan dari manitol pada stroke iskemik/ hemoragik. American Heart Assosiation merekomendasikan penggunaan manitol secara luas digunakan pada stroke akut di seluruh dunia.9b. Salin Hipertonik
Cairan salin hipertonik (NaC1 3%) juga dapat digunakan sebagai alternatif pengganti manitol dalam terapi edema otak. Mekanisme kerjanya kurang lebih sama dengan manitol, yaitu dehidrasi osmotik.Larutan hipertonik saline 2,3 dan 7,5 % mengandung sodium chloride dan sodium acetat yang sama (50 : 50) untuk menghindari terjadinya hyperchloremic acidosis. Hipertonik saline diberikan melalui kateterisasi vena sentral untuk mendapatkan euvolemia atau sedikit hipervolemia (1-2 ml/kg/hr).
Pemberian 250 ml bolus hipertonik saline dapat diberikan jika dibutuhkan untuk agresif resusitasi. Tujuan pemberian hipertonik saline yaitu untuk meningkatkan kadar konsentrasi sodium dengan rentang 145 - 155 mEq/l. Level kadar sodium ini dipertahankan selama 48 - 72 jam sampai pasien menunjukan kemajuan secara klinik atau sampai tidak memberikan respon yang adekuat.56) BarbituratBarbiturat dapat menurunkan tekanan intrakranial secara efektif pada pasien cedera kepala berat dengan hemodinamik yang stabil. Terapi ini biasanya digunakan pada kasus yang refrakter terhadap pengobatan lain maupun penanganan TIK dengan pembedahan. 9Pemberian dengan injeksi intravena secara bolus dari pentobarbital (3-10 mg/kg) diikuti dengan infus intravena yang berkelanjutan (0,5 - 3,0 mg/kg/hari) yang diterapi hingga terjadi penurunan ICP atau "burst-suppression pattern" yang dimonitoring dengan electroencephalographic, pemberian dilakukan selama 48 - 72 jam, penghentian terapi dilakukan dengan cara tappering off sebanyak 50 % dari dosis awal. 9Efek samping pemberian barbiturat yaitu vasodepressor sehingga dapat menurunkan tekanan pembuluh darah sistemik, cardiodepression, immunosuppresion dan sistemik hipotermia.9
7) Furosemid
Belum ada penelitian mengenai dosis terapi yang diberikan. Cara meningkatkan kadar sodium dengan cepat yaitu dengan pemberian bolus furosemid (10 - 20 mg) untuk meningkatkan eksresi air dan menggantinya dengan 250 ml iv bolus 2 atau 3 % hypertonik saline. 9Terkadang dikombinasikan dengan manitol. Terapi kombinasi ini telah terbukti berhasil pada beberapa penelitian. Furosemid dapat meningkatkan efek manitol, namun harus diberikan dalam dosis tinggi, sehingga risiko terjadinya kontraksi volume melampaui manfaat yang diharapkan. Peranan asetasolamid, penghambat karbonik anhidrase yang mengurangi produksi cairan serebro spinal (CSS), terbatas pada pasien high-altitude illness dan hipertensi intrakranial benigna. Induksi hipotermi telah digunakan sebagai intervensi neuroproteksi pada pasien. dengan lesi serebral akut.98) SteroidGlukokortikoid efektif untuk mengatasi edema vasogenik yang menyertai tumor, peradangan, dan kelainan lain yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas sawar darah-otak, termasuk akibat manipulasi pembedahan. Namun, steroid tidak berguna untuk mengatasi edema sitotoksik dan berakibat buruk pada pasien iskemi otak. 9Deksametason paling disukai karena aktivitas mineralokortikoidnya yang sangat rendah. Dosis awal adalah 10 mg IV atau per oral, dilanjutkan dengan 4 mg setiap 6 jam. Dosis ini ekuivalen dengan 20 kali lipat produksi kortisol normal yang fisiologis. Responsnya seringkali muncul dengan cepat namun pada beberapa jenis tumor hasilnya kurang responsif. Dosis yang lebih tinggi, hingga 90 mg/hari, dapat diberikan pada kasus yang refrakter. Setelah penggunaan selama berapa hari, dosis steroid harus diturunkan secara bertahap (tapering off) untuk menghindari komplikasi serius yang mungkin timbul, yaitu edema rekuren dan supresi kelenjar adrenal. 9Deksametason kini direkomendasikan untuk anak > 2 bulan penderita meningitis bakterialis. Dosis yang dianjurkan adalah 0,15 mg/kg IV setiap 6 jam pada 4 hari pertama pengobatan disertai dengan terapi antibiotik. Dosis pertama harus diberikan sebelum atau bersamaan dengan terapi antibiotik.9 Operatif
Pada pasien dengan peningkatan TIK, drainase cairan serebrospinal adalah ukuran pengobatan cepat dan sangat efektif. Pernyataan ini berlaku bahkan jika tidak ada hidrosefalus. Sayangnya, drainase ventrikular eksternal membawa risiko besar ventriculitis, bahkan di bawah perawatan terbaik.5II.7. Komplikasi
Pada edema serebri, tekanan intrakranial meningkat, yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan menurunnya Cerebri blood flow (CBF). Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan tekanan tambahan pada sistem, memaksa aliran yang banyak untuk kebutuhan jaringan. Edema serebri dapat menyebabkan sakit kepala, penurunan kesadaran dan muntah, pupil edema. Herniasi dapat menyebabkan kerusakan yang berhubungan dengan tekanan kepada jaringan yang bersangkutan dan tanda-tanda dari disfungsi struktur yang tertekan.2,7,9
a. Fungsi Otak
Pada edema serebri dapat terjadi gangguan fungsi otak, baik oleh edema serebri sendiri sehingga neuron-neuron tidak berfungsi sepenuhnya maupun oleh kenaikan tekanan intrakranial (TIK) akibat edema serebri. Otak terletak dalam rongga tengkorak yang dibatasi oleh tulang-tulang keras; dengan adanya edema serebri, mudah sekali terjadi kenaikan tekanan intrakranial (TIK) dengan akibat-akibat seperti herniasi, torsi dan lain-lain yang akan mengganggu fungsi otak.
b. Aliran Darah ke Otak
Berdasarkan hasil percobaan, terdapat hubungan antara TIK dan aliran darah yang menuju ke otak. Perfusi darah ke jaringan otak dipengaruhi oleh tekanan arteri (tekanan sistemik), tekanan intrakranial (TIK) dan mekanisme otoregulasi otak. Perfusi darah ke jaringan otak hanya dapat berlangsung apabila tekanan arteri lebih besar daripada tekanan intrakranial (TIK). Perbedaan minimal antara tekanan arteri dan tekanan intrakranial (TIK) yang masih menjamin perfusi darah ialah 40 mmHg. Kurang dari nilai tersebut, perfusi akan berkurang/ terhenti sama sekali.
Sampai pada batas-batas tertentu perubahan tekanan arteri tekanan intrakranial (TIK) dapat diimbangi oleh mekanisme otoregulasi otak, sehingga perfusi darah tidak terganggu dan fungsi otak dapat berlangsung seperti biasa. Mekanisme otoregulasi mudah mengalami kerusakan oleh trauma, tumor otak, perdarahan, iskemia dan hipoksia.2c. Kenaikan Tekanan IntrakranialKarena mekanisme kompensasi ruang serebrospinalis dan sistem vena, maka pada awal penambahan volume cairan jaringan otak belum ada kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Mekanisme kompensasi tersebut terbatas kemampuannya sehingga penambahan volume intrakranial selanjutnya akan segera disertai kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Pertambahan volume 2% atau 10 -15 ml tiap hemisfer sudah menimbulkan kenaikan tekanan intrakranial (TIK) yang hebat.5
Gambar 8. Kurva tekanan intrakranial (TIK) dan kelebihan air jaringan otak
d. Herniasi Jaringan Otak
Edema serebri yang hebat menyebabkan terjadinya herniasi jaringan otak terutama pada tentorium serebellum dan foramen magnum.91). Herniasi tentorium serebelum
Akibat herniasi tentorium serebelum ialah tertekannya bangunan-bangunan pada daerah tersebut seperti mesensefalon, N. III, A. serebri posterior, lobus temporalis dan unkus. Yang mungkin terjadi akibat herniasi ini ialah :1,6a) Unkus lobus temporalis tertekan ke bawah dan menekan bangunan pada hiatus. 6b) N. III yang mengandung serabut parasimpatis untuk konstriksi pupil mata tertekan sehingga pupil berdilatasi dan refleks cahaya negatif. 6Tekanan pada mesensefalon antara lain dapat menimbulkan gangguan kesadaran, sebab di sini terdapat formatio retikularis. Penderita menjadi somnolen, sopor atau koma. tekanan pada A. serebri posterior menyebabkan iskemia dan infark pada korteks oksipitalis. 6
Gambar 9. Herniasi di hiatus tentorium serebelum foramen magnum
Gambar 10. Bangunan di hiatus tentorium serebelum2). Herniasi foramen magnum
Peninggian tekanan intrakranial (TIK) terutama pada fossa posterior akan mendorong tonsil serebelum ke arah foramen magnum. Herniasi ini dapat mencapai servikal 1 dan 2 dan akan menekan medulla oblongata, tempatnya pusat-pusat vital. Akibatnya antara lain gangguan pernapasan dan kardiovaskuler.9
Gambar 11. Herniasi foramen magnum ,tonsil serebelum menekan medula oblongataBAB III
KESIMPULANEdema serebri adalah keadaan patologis dimana terjadi akumulasi cairan didalam jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak. Edema serebri dapat muncul pada kondisi neurologis dan nonneurologis. Penyebab nya dapat dibedakan menurut lokasi dan patofisiologinya.Edema serebri dapat didiagnosa dari anamnesa, pemeriksaan fisik dengan karakter klinis berupa tanda-tanda dari peningkatan tekanan intracranial, serta dari pemeriksaan penunjang berupa sinar-x, Computerized Tomografi scan (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Penatalaksanaan dari edema serebri berupa terapi non-medis dan terapi medis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bickley, Lynn S : Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Edisi 8. Jakarta : EGC.2009
2. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis, Yogyakarta; UGM Press, 20053. Goetz GC.Cerebrospinal Fluid And Intracranial Pressure in: Clinical Neurology 2th edition. 2003. Phlidelphia: Elsevier Science. P511-529.
4. Grant A, Anne W. The Nervous System In: Anatomy And Physiology In Health An Illness 9th Edition.2001. London: Curchill Livingstone. P148-51
5. Lt Col SK Jha (Retd). Cerebri Edema and its Management. 2003. http://medind.nic.in/maa/t03/i4/maat03i4p326.pdf. Diakses tanggal 14 Oktober 2015
6. Moore, Keith L., R. Anne M : Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.2002
7. Panitia Lulusan Dokter 2002-2003 FKUI, Update In Neuroemergencies, Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2002. 24-26.8. Price S.A. Sistem saraf. In: Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC.20029. Suwono Wita J., Dewanto George, Riyanto Budi,dkk. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta. EGC
PATOFISIOLOGI EDEMA OTAK23