26
ISLAM DAN PROFESI KEDOKTERAN Oleh KEVIN MAULANDA 1210311009 Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Agama Islam Dari Dr.Syar’i bin Sumin, M.A. PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Islam Dan Profesi Kedokteran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Islam Dan Profesi Kedokteran

ISLAM DAN PROFESI KEDOKTERAN

Oleh

KEVIN MAULANDA

1210311009

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Agama Islam

Dari

Dr.Syar’i bin Sumin, M.A.

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2012

Page 2: Islam Dan Profesi Kedokteran

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT,berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ISLAM DAN

PROFESI KEDOKTERAN tepat waktu.

Penulisan makalah adalah salah satu tugas mata kuliah pendidikan agama Islam

di Fakultas Kedokteran pada semester pertama.

Makalah ini berisikan tentang pandangan Islam terhadap profesi kedokteran dan

pandangan Islam terhadap malpraktek yang dilakukan oleh dokter.Diharapkan makalah

ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi untuk membuat makalah yang

lebih sempurna.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi keempurnaan

makalah ini. Semoga Allah SWT meridhai usaha ini.

Penulis,

Kevin Maulanda

2

Page 3: Islam Dan Profesi Kedokteran

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

PEMBAHASAN 4

Konsep Dokter Muslim 4

Ide Dokter Muslim 4

Karakteristik Dokter Muslim 4

Sikap dan Sifat Dokter Muslim 5

Pandangan Islam terhadap Pelanggaran Profesi Kedoktran 10

Kesimpulan 17

Daftar Kepustakaan 18

3

Page 4: Islam Dan Profesi Kedokteran

PEMBAHASAN

KONSEP DOKTER MUSLIM

1.IDE DOKTER MUSLIM

Ilmu kedokteran saat sekarang ini berkembang,umumnya bersifat universal

karena itu,bagi kaum Muslimin perlu menyeleksinya,dipilih hanya yang sesuai dengan

kaidah dan norma Islam.

Meski dalam praktiknya dan di kaitkan dengan asal sistem atau metoda

pengobatan yang bersigat universal,tetepi dalam Islam terdapat nilai-nilai yang

berkaitan dengan praktik kedoktern yang dikenal dengan kedokteran Islam.

Jika merujuk pada buku klasik,seperti terdapat dalam buku al-Qanun fi al-Thibb

karya Ibnu Sina,dalam buku tersebut tidak menyinggung soal kedokteran Islam.

Menurut analisis ‘Abdul Hamid,karena masa lalu etika kedokteran tidak dapat

dipasahkan dari ajaran Islam yaitu Al-Qurqn dan sunah Nabi,sehingga kedua sumber itu

senantiasa sebagai pembimbing dalam segala aspek kehidupan manusia termasuk dokter

dan pasiennya

2.KARAKTERISTIK DOKTER MUSLIM

Menurut Ja’far Khadim Yamani,ilmu kedokteran dapat dikatakan Islami,apabila

terpenuhi 9 karakteristik,yaitu: Pertama,dokter harus mengobati pasien dengan insan

dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Al-Quran. Kedua,tiding

menggunakan bahan-bahan yang haram. Ketiga,tidak boleh berakibat kecacatan

terhadap pasien,kecuali tidak ada alternatif lain. Keempat,pengobatan tidak berbau

takhayul,khufarat,dan bid’ah. Kelima,hnya dilakukan oleh tenaga medis yang ahli di

biang medis.Keenam,dokter memiliki sifat-sifat terpuji,tidak memiliki rasa

iri,riya,takabur,senang merendahkan orang lain,serta sikap hina lainnya. Ketujuh,harus

berpenampilan rapi dan bersih. Kedelapan,lembaga-lembaga kesehatan bersifat

simpatik.Kesembilan,menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh non-Islamis.

4

Page 5: Islam Dan Profesi Kedokteran

Abu al-Fadl merinci karakteristik dokter Islam atas 3 hal. Pertama,percaya akan

adanya kematian yang tidak terelakkan seperti yang ditegas kan dalan al-Quran dan

hadist Nabi.Untuk menmdukung prinsip ini ia mengutip pernyataan Ibnu Sina yang

menyatakan bahwa pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan itu tidak bisa

membantu untuk menghindari kematian maupun membebaskan diri dari penderitaan

lahir. Ia juga tidak memberikan cara-cara untuk memperpanjang usia agar hidup

selamanya. Dengan demikian tidak berarti dokter muslim menentang teknologi

biomedis,misalnya mempertahankan kehidupan dengan memberikan pasien oksigen dari

tabung oksigen untuk pernafasan,Sebab,berupaya mempertahankan hidup seseorang

adalah tugas mulia,siapa yang menyelamatkan hidup seorang manusia ,seolah dia

menyelamatkan seluruh manusia.ini sejalan dengan penegasan ayat al-Quran (Q.s.al-

Maidat 5:32) yang artinya:

“Barang siapa yang membunuh seseorang manusia,bukan karena orang itu

(membunuh)orang lain,atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,maka

seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya.Dan barang siapa yang memelihara

kehidupan seorang manusia ,maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia

di muka bumi”

Kedua,menghormati pasien,diataranya berbicara baik kepada pasientidak

membocorkan rahasia dan perasaan pasien,damn tidak melakukan pelecehan

seksual,itulah sebabnya disarankan pasien didampingi orang ketiga.

Ketiga,pasrah kepada Allah SWT sebgai Dzat penyembuh.tidak berarti

membebaskan dokter dari segala diagnosis dan pengobatan. Dengan kepasrahan

demikian,maka akan menghindari perasaan bersalah jika seala upaya dilakukan

mendapatkan kegagalan.

5

Page 6: Islam Dan Profesi Kedokteran

3.SIKAP DAN SIFAT SEORANG DOKTER MUSLIM

Menurut Dr Zubair Ahmad al-Sibaidan Dr Muhammad ‘Ali al-Bar dalam karyanya

Al-Thabib,Adabuh wa Fiqhuh ada sikap dan sifat seorang dokter muslim yaitu:

a. Berkeyakinan atas Kehormatan Profesi

Bahwa profesi kedokteran adalah profesi yang sangay mulia tapi tergantung pada dua

syarat,yaitu

1. Dilakulan dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan

2. Menjaga akhlak mulia dalam prilaku dan tindakakan sebagai dokter

Seorang dokter diberi di beri amanah untuk memelihara kesehatan yang merupakan

karunia dari Allah SWT yang paling berharga bagi manusia,sebagaimana dinyatakan

dalam hadist Nabi:

Nabi bersabda: “Mohonlah kepada Allah kesehatan,sebab tidak ada sesuatu pun yang di

anunerahkan kepada hamba-Nya yang lebih utama dari kesehatan”.(HR Ahmad,al-

Tharmuzi,dan ibn Majah)

Selain itu dokter juga menjadi tumpuan pasien,keluarga,masyarakat,bahkan bangsa.

Mengingat kedudukan profesi kedokteran tersebut,seharusnya dalam menjalankan

profesi tidak hanya berfikir tentang materi tetapi lebih pada pengabdian dan perbaikan

umat. Keyakinan akan kehormatan profesi tersebut merupakan motivator untuk

memelihara akhlak yang baik dalam hubungannya dengan masyarakat.

b. Berusaha menjernihkan jiwa

Kejernihan jiwa akan menntukan kualitas kualitas perbuatan manusiasecara

keseluruhan,jika dokter hatinya jernih maka perbuatannya akan selalu positif,hal ini

sejalan dengan penegasan Rasulullah:

“Ingatlah bahwa tubuh manusia ada segumpal darah yang apabila baik maka seluruhnya

baik,dan apabila buruk maka seluruh tubuh menjadi buruk,ingatlah itu adalah hati.”(HR

al-Bukhari,Muslim,Ahmad,al-Damiri,dan Ibnu Majah)

6

Page 7: Islam Dan Profesi Kedokteran

c. Lebih Mendalami Ilmu yang Dikuasainya

Dalam hadist Nabi disebutkan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban sepanjang

hayat.Sebagaimana diketahui bahwa ilmu itu dari hari ke hari mengalami

perkembangan. Oleh karena itu, dokter dituntut untung mengupgrade ilmunya . Dalam

ajaran Islam sangat ditekankan dalam mengamalkan sesuatu dilakukan secara

professional dan penuh ketelitian. Nabi bersabda:

“sesungguhnya Allahmenyukai bila seseorang di antara kalian mengerjakan

pekerjaannya dengan teliti”(HR al-Baihaqi)

d. Menggunakan Metoda Ilmiah dalam Berfikir

Bagi dokter muslim diharuskan dalam berfikir menggunakan metoda ilmiah sesuai

dengan kaidah logika ilmiah sebagaimana yang terjabar dalam disiplin ilmu kedokteran

modern. Ajaran Islam menekankan agar berfikir atau merenung terhadap berbagai

sebab,tujuannya agar mendapatkan keyakinan yang benar. Sesuai dengan firman Allah

SWT dalam surat al-Baqarqh ayat 164 yang artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,silih berganti siang dan

malam,bahtera yang berlayar di laut membawa aap yang berguna bagi manusia,dan apa

yang diturunkan Allah dari langit berupa air,lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi

sesudah mati(kering)-nya dan Dia sebarkan sebarkan di bumi itu segala jenis

hewan,damn pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

bumi;Sungguh (terdapat ) tanda-tanda (keesaan dsn kebesaran ALLAH) bagi kaum yang

memikirkan.”(Q.s.al-Baqarah:164)

Juga firman Allah yang artinya:

“Katakanlah :perhatikan apa yang ada di lagit dan di bumi”(Q.s.yunus;101)

e. Memiliki Rasa Cinta Kasih

Rasa cinta kasih adalah rasa yang timbul dari hati yang paling dalam,dia akan

menyinari hati orang lain,alam semesta,dan segala sesuatu. Cahaya itu kemudian

memantul kepada dirinya sendiri dan melimpah kepada kejernihan,kerelaan,dan

kemantapan. Anjuran Nabi :

“Tidaklah seseorang dari kalian sehingga mencintai bagi saudaranya apa yang

disukai untuk dirinya”( HR al-Bukhari,Muslim,Ahmad,al-Damiri,dan Ibnu Majah,al-

Nasai,dan al-Tumudzi)

7

Page 8: Islam Dan Profesi Kedokteran

Jika seseorang telah memiliki rasa cinta kasih,maka ia akan bebuat baik dan

mengenyampingkan perbuatan tercela.

f. Keharusan Bersifat Benar dan Jujur

Benar dan jujur bagi seorang dokter dalam berkomunikasi engan masyarakat adalah

hal yang terpenting agar mendapatkan kepercayaan dri pasien serta masyarakat.Benar

dan jujur adalahsifat yang kompeherensif dan memiliki banyak makna,termasuk

menepati janji dan menyampaikan amanah. Al-Quran sangat menekankan sifat benar

dan adil di dalam surat at-Taubah ayat 119 yang artinya:

“Hai orang-orang beriman,bertakwalah kamu kepada Allah,dan hendaklah kamu

bersama orang-orang yang benar”

Dan Allah berfirman dalam surat al-Mu’minun ayat 8 yang berisikan memelihara

amanat.

g. Berendah hati(tawadhu’)

Seorang dokter dituntut untuk rendah hati.Sifat yang sering menyebabkan seseorang

dijauhi oleh orang lain adalah sifat sombong dan keangkuhan. Ajaran Islam sangat

mengecam perilaku ini Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 23 yang artinya:

“sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”

h. Keadilan dan Kesetimbangan

Dokter adalah orang yang paling banyak berurusan dengan masalah manusia dan

kemanusiaan. Kehidupan seseorang sangat ditentukan oleh kualitas hubungan

bermasyarakat. Dokter dalam Islam sangat dilarang untuk tidak adil dalam hal

pelayanan masyarakat. Allah berfirman dalam surat al-Baqarqh ayat 142 yang artinya:

“Dan demikian (pula)kami telah menjadikan kamu(umat Islam),umat adil dan pilihan

agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan Rasul(Muhammad) menjadi

saksi (perbuatan)kamu.. …(Q.s. al-Baqarah;142)

8

Page 9: Islam Dan Profesi Kedokteran

i.Mawas Diri

Mengingat tugas dokter melayani masyarakat dan tanggung jawab menyangkut

nyawa dan keselamatan orang lain. Mereka sering menjadi sasaran tuduhan ,disebabkan

adanya anggapan masyarakat menganggap mereka orang yang paling mengetahui

rahasia kehidupan dan kematian. Jadi dengan sering seorang dokter mawas diri,seorang

dokter muslim menyadari kekurangannya sebagai seorang dokter,dan terhindar dari

segala sifat tercela. Sesuai dengan tuntunan dalam akhlak islam,dokter harus tulus

ikhlas karena Allah,penyantun,peramah,sabar,penyimpan rahasia,dan bertanggung

jawab.

Berbuat ikhlas sangat dituntut dalam Islam sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran

dalam Al-Quran surat al-Isra’;36 yang artinya:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya.Sesungguhnya pendengaran,penglihatan,damb hati,semuanya itu akan

diminta pertanggung jawabanya(Q.s.al-Isra’;36)

Nabi juga bersabda:

“Setiap kalian adalah pengembala,dan setiap kalian bertanggung jawab atas gembalanya

itu”.

9

Page 10: Islam Dan Profesi Kedokteran

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PELANGGARAN PROFESI

KEDOKTERAN

1. Aborsi Menurut Hukum Islam

Abdurrahman Al-Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam

Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau

sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu

setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat

akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan

sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagian lagi tidak

memperbolehkan.

Ulama fiqih memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain

Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena

belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan

alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan. Yang mengharamkan aborsi

sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah

dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan

Rektor Universitas Al-Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma

dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada

kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk

baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi

eksistensinya.

Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin

bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan

sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta

Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Hadisah Pada

Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama

Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990,

Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini,

halaman 77-79).

10

Page 11: Islam Dan Profesi Kedokteran

Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan

aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa

peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud

berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

�ون� �ك ي �م� ث �ك� ذ�ل �ل� م�ث �ق�ة� ع�ل ذ�ل�ك� ف�ي �ون� �ك ي �م� ث �و�م�ا ي �ع�ين� ب ر�� أ م!ه�

� أ �ط�ن� ب ف�ي �ق�ه� ل خ� �ج�م�ع� ي �م� ح�د�ك� أ �ن� إ

�م� ث �ك� ذ�ل �ل� م�ث م�ض�غ�ة� ذ�ل�ك� ف�ي

وح� الر/ ف�يه� �ف�خ� �ن ف�ي �م�ل�ك� ال ل� س� �ر� ي

“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari

dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian

dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” [HR al-

Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan at-Tirmidzi dari ‘Abdullah bin Mas’ud]

Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena

berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori

pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut.

Firman Allah SWT:

�م� د�ك و�ال�� أ �وا �ل �ق�ت ت و�ال� �ا ان �ح�س� إ �ن� �د�ي �و�ال �ال و�ب �ا �ئ ي ش� �ه� ب �وا ر�ك �ش� ت ال�

� أ �م� �ك �ي ع�ل �م� /ك ب ر� م� ح�ر� م�ا �ل� �ت أ �و�ا �ع�ال ت ق�ل�

�ف�س� الن �وا �ل �ق�ت ت و�ال� �ط�ن� ب و�م�ا �ه�ا م�ن ظ�ه�ر� م�ا �ف�و�اح�ش� ال �وا ب �ق�ر� ت و�ال� �اه�م� �ي و�إ �م� ق�ك ز� �ر� ن �ح�ن� ن Hق �م�ال� إ م�ن�

�ون� �ع�ق�ل ت �م� �ك �ع�ل ل �ه� ب �م� و�ص�اك �م� �ك ذ�ل �ح�ق! �ال ب �ال� إ �ه� الل م� ح�ر� �ي �ت ال

 “Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu,

yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap

kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut

kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah

kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya

maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan

Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu

yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).” (QS al-

An’âm [6]: 15

ا �ير� �ب ك �ا خ�ط�ئ �ان� ك �ه�م� �ل ق�ت �ن� إ �م� �اك �ي و�إ ق�ه�م� ز� �ر� ن �ح�ن� ن Hق �م�ال� إ �ة� ي خ�ش� �م� د�ك و�ال�� أ �وا �ل �ق�ت ت و�ال�

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang

11

Page 12: Islam Dan Profesi Kedokteran

akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh

mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS al-Isrâ` [17]: 31).

ف�ال� �ا ل�ط�ان س� !ه� �ي �و�ل ل �ا �ن ع�ل ج� ف�ق�د� �وم�ا م�ظ�ل �ل� ق�ت و�م�ن� �ح�ق! �ال ب �ال� إ �ه� الل م� ح�ر� �ي �ت ال �ف�س� الن �وا �ل �ق�ت ت و�ال�

ا �ص�ور� م�ن �ان� ك �ه� �ن إ �ل� �ق�ت ال ف�ي ر�ف� �س� ي

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),

melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim,

maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi

janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah

orang yang mendapat pertolongan.” (Qs. Al-Israa` [17]: 33).

) �ل�ت� ئ س� �م�و�ء�ود�ة� ال �ذ�ا (8و�إ �ل�ت�) ق�ت Hب� ذ�ن ي!� �أ )٩ب

“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia

dibunuh.” (QS at-Takwîr [81]: 8-9).

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang

bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu

adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.

Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di

atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat

Abdul Qadim Zallum (1998) dan Abdurrahman Al-Baghdadi (1998), hukum syara’

yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat

puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan

pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan

hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran

kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan

tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam

Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan

Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Abdurrahman Al-

Baghdadi, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ).

Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau

40 malam atau lebih adalah hadis Nabi s.a.w berikut:

« ه�ا �ص�ر� و�ب م�ع�ه�ا س� و�خ�ل�ق� ه�ا ف�ص�و�ر� �ا �ك م�ل �ه�ا �ي �ل إ �ه� الل �ع�ث� ب �ة� �ل �ي ل �ع�ون� ب ر�� و�أ �ان� �ت �ن ث /ط�ف�ة� �الن ب م�ر� �ذ�ا إ

. اء ش� م�ا /ك� ب ر� �ق�ض�ى ف�ي �ى �ث �ن أ �م� أ �ر] ذ�ك� أ ب! ر� �ا ي ق�ال� �م� ث و�ع�ظ�ام�ه�ا �ح�م�ه�ا و�ل �د�ه�ا ل .« . . . و�ج�

12

Page 13: Islam Dan Profesi Kedokteran

“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah

mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat

pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu

malaikat itu bertanya (kepada Allah),'Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan)

menjadi laki-laki atau perempuan?' Maka Allah kemudian memberi keputusan...” [HR

Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.].

Dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w bersabda:

“(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam...”

Hadis di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan

anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan

demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang

sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya

(ma'shumuddam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan

terhadapnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter,

diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur

40 hari.

Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah

berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat

bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh

diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadis

shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah s.a.w bersabda:

Hد� ع�ب Hة �غ�ر� ب �ا !ت م�ي ق�ط� س� �ان� ي �ح� ل �ي �ن ب م�ن� Hة� أ ام�ر� �ين� ن ج� ف�ي وسلم عليه الله صلى الله� س�ول� ر� ق�ض�ى

Hم�ة� أ و�� . . .أ

“Rasulullah s.a.w memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan

Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak

laki-laki atau perempuan...” [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.]

Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka

hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam

rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah

(gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri

minimal sebagai manusia.

13

Page 14: Islam Dan Profesi Kedokteran

Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum

dapat disamakan dengan 'azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya kehamilan. 'Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki

kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab 'azl merupakan tindakan mengeluarkan

sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel

sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan

mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur yang tentu tidak akan

menimbulkan kehamilan.

Rasulullah s.a.w telah membolehkan 'azl kepada seorang laki-laki yang bertanya

kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia

tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah s.a.w bersabda kepadanya:

: ( ) ، ف�اع�ز�ل� �ت� ئ ش� �ن� إ ق�ال� �م� �ت ئ ش� �ى �ن أ �م� �ك ث ح�ر� �وا �ت ف�أ �م� �ك ل ث] ح�ر� �م� اؤ�ك �س� ن �ب� ي �م�س� ال �ن� ب ع�يد� س� ع�ن�

. �ع�ز�ل� ت � ف�ال �ت� ئ ش� �ن� و�إ ، �ع�ز�ل� ت � ف�ال �ت� ئ ش� �ن� .و�إ

 “Dari Sa’id bin al-Musayyab (isteri-isterimu adalah lading bagimu, maka

datangilah ladangmu dari menurut kehendakmu), Rasulullah s.a.w. bersabda:

Lakukanlah 'azl padanya jika kamu suka, jika kamu (tak) menghendaki jangan kamu

lalukan!” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud]

Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan

janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan

bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan

janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan

mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah

sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT:

ض� ر�� األ� ف�ي Hاد ف�س� و�

� أ Hف�س� ن �ر� �غ�ي ب ا �ف�س� ن �ل� ق�ت م�ن� �ه� ن� أ �يل� ائ ر� �س� إ �ي �ن ب ع�ل�ى �ا �ن �ب �ت ك �ك� ذ�ل ج�ل�

� أ م�ن�

�ات� !ن �ي �ب �ال ب �ا �ن ل س� ر� �ه�م� اء�ت ج� �ق�د� و�ل ج�م�يع�ا �اس� الن �ا ي �ح� أ �م�ا ن� �أ ف�ك �اه�ا ي �ح� أ و�م�ن� ج�م�يع�ا �اس� الن �ل� ق�ت �م�ا ن

� �أ ف�ك

ر�ف�ون� �م�س� ل ر�ض�� األ� ف�ي ذ�ل�ك� �ع�د� ب �ه�م� م�ن ا �ير� �ث ك �ن� إ �م� ث

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa

yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau

14

Page 15: Islam Dan Profesi Kedokteran

bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah

membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang

manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan

sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)

keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu

sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS al-

Mâ’idah [5]: 32).

Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan.

Sedangkan Rasulullah s.a.w telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah

s.a.w bersabda:

« H ام �ح�ر� ب �د�او�و�ا ت � و�ال �د�او�و�ا ف�ت د�و�اء� Hد�اء �ل! �ك ل و�ج�ع�ل� و�الد�و�اء� الد�اء� ل� �ز� �ن أ �ه� الل �ن� .« إ

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan

pula obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram!”

[HR. Ahmad].

Kaedah fikih dalam masalah ini menyebutkan:

خ�ف!ه�م�ا � أ �اب� �ك ت �ار� ب � را ض�ر� ع�ظ�م�ه�م�ا

� أ و�ع�ي� ر� �ان� د�ت الم�ف�س� ض�ت� �ع�ار� ت �ذ�ا إ

“Jika berkumpul dua mafsadat (keburukan), maka harus dipertimbangkan yang lebih

besar madharatnya dan dipilih yang lebih ringan (madharatnya).” (Abdul Hamid Hakim,

1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).

Berdasarkan kaedah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan

kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini

berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu

mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan

kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tidak rasa kurang percaya lagi bahwa

menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan

nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin

tersebut (Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998).

15

Page 16: Islam Dan Profesi Kedokteran

Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur

dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah

pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah

pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah

ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu.

Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah

Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah “sesuatu yang ada pada organisme hidup.” (asy

syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).

Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,

membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian

kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak)

sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak

ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma.

Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum

terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.

16

Page 17: Islam Dan Profesi Kedokteran

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan:

1. Bahwa karakter dokter muslim,di samping professional,menguasai ilmu

kedokteran,dan pengembangan pengetahuannya itu,juga berakhlak mulia

sebagaimana dijabarkan butir-butirnya dalam kajian Islam secara umum,baik dalam

hubungannya dengan ALLAH SWT,sesama manusia dan dengan sesama

profesi,secara khusus dapat diterapkan dalam profesi kedoktean dalam

berhubungan dengan teman sejawat,pasien,masyarakat,dan juga kepada Allah.

Seorang dokter muslim harus mempunyai sifat dan sikap yang baik yaitu:

berkeyakinan atas kehomatan profesi,berusaha menjernihkan jiwa,lebih mendalami

ilmu yang dikuasai,menggunakan metoda ilmiah dan berfikir,memiliki rasa cinta

kasih.bersikap benar dan jujur,berendah hati,keadilan dan kesetimbangan,mawas

diri, serta ikhlas,penyantun,ramah,sabar,dan tenang.

2. Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga

problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat.

Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamental-radikal,

yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan

menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang bertentangan

dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi

dan adil.

Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur

kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk

janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini

memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang

rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42

(empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan

janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya

belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa.

17

Page 18: Islam Dan Profesi Kedokteran

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al Baghdadi, Abdurrahman, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Gema Insani Press, Jakarta

Hasan, M. Ali, 1995, Masail Fiqhiyah Al Hadisah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/aborsi-dalam-pandangan-hukum-islam-2 Jumat, 21 September 2012 pukul 17:15.

Zuhroni, dkk, Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran 2 (Jakarta, 2003), hal. 87.

18