Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS PEDULIJILBAB DALAM MENSOSIALISASIKAN PEMAKAIAN
JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUntuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh :
RINI ASTUTINIM: 1113051000066
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1439 H/2018 M
iv
ABSTRAKRini AstutiNIM 1113051000066Strategi Komunikasi Komunitas Peduli Jilbab Dalam MensosialisasikanPemakaian Jilbab Syar’i Di Kalangan Muslimah
Sejak tahun 2010, jilbab mulai marak dipakai oleh kaum muslimah diIndonesia. Meski kini jilbab banyak dipakai oleh kaum muslimah,perkembangan ini justru menimbulkan problematika lainnya karena dianggapbelum memenuhi fungsi utamanya menutup aurat dan belum memenuhi kriteriabusana syar’i. Selain itu, masih banyak yang menganggap bahwa muslimahyang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis.Sehingga muncul beberapa komunitas yang fokus mensosialisasikanpemakaian jilbab agar sesuai syar’i salah satunya adalah Peduli Jilbab.Munculnya problematika yang ada, Peduli Jilbab memerlukan strategikomunikasi untuk mencapai tujuannya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dasar terkaitstrategi komunikasi yaitu teori Harold Lasswell yang menyatakan bahwa carayang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untukmenggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawabpertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?(siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”.Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dimana realitas adamerupakan hasil konstruksi diri kemampuan berfikir seseorang. Pendekatanpenelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatifdengan sifat penelitian deskriptif. Metode yang digunakan pada penelitian inimetode deskriptif yaitu dengan cara melalui wawancara, observasi, dandokumentasi dari kegiatan mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i dikalangan muslimah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, strategi pemilihankomunikator yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab ditentukanberdasarkan kredibilitas, kriteria latar belakang, dan daya tarik. Strategipenyusunan dan penyajian pesan yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbabdirumuskan secara informatif dan persuasif. Strategi pemilihan media yangdilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab ialah menggunakan media massa danmedia sosial. Strategi pemilihan dan pengenalan khalayak yang dilakukan olehkomunitas Peduli Jilbab yaitu dengan membaginya ke dalam 2 jenis, khalayakinternal dan eksternal. Kemudian, mengenal dan mendekati khalayaksasarannya dengan cara berbeda.
Kata kunci: strategi, komunikasi, pesan, jilbab, syar’i.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta
shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Peduli Jilbab Dalam
Mensosialisasikan Jilbab Syar’i Di Kalangan Muslimah”.
Dalam penyusunan skripsi tidak selalu mudah dan
membutuhkan proses yang cukup lama. Selayaknya proses
pengerjaan skripsi, ada masa dimana penulis mengalami pasang
surut. Ini merupakan ujian terberat dimana terkadang fisik lelah,
mental dan pikiran bertarung untuk dapat melawan rasa malas.
Namun, semangat yang tak pernah padam untuk bisa
mendapatkan gelar strata satu disertai kerja keras akhirnya bisa
melawan semua rasa itu.
Oleh karena itu, dengan segala ketulusan perkenankan
penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu penulis, dengan bimbingan, arahan,
serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,
terutama kepada:
vi
1. Orang tua tercinta Ibunda Samini yang selalu ada untuk
penulis dalam keadaan susah dan senang. Senantiasa
menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan,
keberanian, ketulusan dan cintanya mengajarkan manis
pahitnya kehidupan.
2. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah,
M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan
III Bidang Kemahasiswaan.
3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Dr. Fatmawati, M.Ag sebagai pembimbing penulis yang
telah memberikan bimbingan khusus dan petunjuk yang
sangat berharga, dengan keramahan selalu memberikan
motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran.
5. Nunung Khoiriyah, MA selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu dengan harapan ilmu yang di dapat
vii
menjadi bermanfaat kepada penulis selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama
perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
8. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai
referensi dalam penulisan skripsi ini.
9. Amalia Dian Ramadhini selaku pendiri Peduli Jilbab, Tri
Erniati selaku Divisi Jilbab Share Peduli Jilbab serta para
koordinator lainnya yang telah meluangkan waktu serta
banyak memberikan informasi dan motivasi yang
bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.
10. Sulistio yang telah banyak memberikan dorongan, ide,
dan doa kepada penulis. Terima kasih untuk semua waktu,
perhatian, dan cerita yang selama ini terukir.
11. Robiyatul Adawiyah dan Rizka Fatihanah yang selalu
menemani, memberikan semangat, dan mendengarkan
keluh kesah penulis selama penyusunan skripsi. Terima
kasih telah meluangkan banyak waktunya.
12. Sahabat tersayang Sarah Robiatul Adawiyah, Mazidah
Qurrotu Aini, Putri Boogie Romadoni, Ramadhani Barus,
dan Nursehah yang telah memberikan semangat, doa, dan
viii
motivasi yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih
telah memberi warna dalam kehidupan penulis.
13. Istha Taufik, Suimah Herniawati, Tiara Zulfaturrohmah,
Siti Nuraeni Septiani yang telah memberikan semangat
dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
14. Syifa Fauziah Rohman, Ayu Widya Setia Murni, dan Nur
Janah yang telah banyak memberikan arahan dan
masukan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
15. Teman-teman KKN PLATINUM 2017 Febriyani, Syifa
Alawiyah, dan Addi Amalana Arafat. Terima kasih untuk
kebersamaan yang singkat namun berkesan.
16. Untuk semua pihak yang membantu dalam penelitian
skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terima
kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan
adalah hal yang terbaik dan hanya Allah SWT yang dapat
membalas segala kebaikan dengan balasan terbaikNya.
Amin.
Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT
berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh pihak yang telah
membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri penulis sendiri.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................. 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ..................................................... 11
E. Metodologi Penelitian ............................................... 12
F. Teknik Analisis Data ................................................. 16
G. Pedoman Penelitian ................................................... 17
H. Tinjauan Pustaka ....................................................... 17
I. Sistematika Penulisan ................................................ 21
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi ....................................................................... 24
1. Pengertian Strategi ............................................... 24
2. Tahapan-Tahapan Strategi ................................... 26
B. Komunikasi ................................................................ 28
1. Pengertian Komunikasi ....................................... 28
2. Unsur-Unsur Komunikasi .................................... 29
3. Bentuk-Bentuk Komunikasi ................................ 32
C. Strategi Komunikasi .................................................. 36
1. Pengertian Strategi Komunikasi .......................... 36
2. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi .............. 38
3. Tujuan Strategi Komunikasi ................................ 45
D. Formula Lasswell ....................................................... 45
E. Sosialisasi .................................................................. 52
1. Pengertian Sosialisasi .......................................... 52
2. Jenis Sosialisasi ................................................... 54
F. Jilbab Syar’i .............................................................. 55
1. Pengertian Jilbab Syar’i ....................................... 55
2. Batas-Batas Jilbab Syar’i Dan Syaratnya ............ 58
x
BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Komunitas Peduli Jilbab .................................. 61
1. Logo Dan Tampilan Media Sosial (Facebook,
Twitter, dan Instagram) Peduli Jilbab ................. 43
2. Struktur Peduli Jilbab dan Fungsi ........................ 44
B. Visi Dan Misi Peduli Jilbab ....................................... 48
C. Kegiatan Kampanye Peduli Jilbab ............................. 48
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Temuan ............................................................. 77
1. Strategi Pemilihan Komunikator Komunitas
Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan
Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah . 77
2. Strategi Penyusunan dan Penyajian Pesan
Komunitas Peduli Jilbab Dalam
Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab Syar’i di
Kalangan Muslimah ............................................. 82
3. Strategi Pemilihan Media Komunitas Peduli
Jilbab Dalam Mensosialisasikan Pemakaian
Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah ................... 88
4. Strategi Pemilihan dan Pengenalan Khalayak
Komunitas Peduli Jilbab Dalam
Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab Syar’i di
Kalangan Muslimah ............................................. 92
B. Pembahasan ............................................................... 96
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................ 106
B. Saran .......................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Logo Peduli Jilbab ....................................................... 65
Gambar 3. 2 Tampilan Facebook Peduli Jilbab ............................... 66
Gambar 3. 3 Tampilan Twitter Peduli Jilbab ................................... 66
Gambar 3. 4 Tampilan Instagram Peduli Jilbab .............................. 66
Gambar 3. 5 Peduli Jilbab Dalam Memperingati IHSD .................. 73
Gambar 3. 6 Peduli Jilbab Dalam Kegiatan Gemar ......................... 74
Gambar 3. 7 Seminar Beauty Inside Syar’i Outside ........................ 75
Gambar 3. 8 Akun kitabisa.com Peduli Jilbab ................................. 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk
muslim terbesar di dunia.1 Data BPS (Badan Pusat Statistik)
tahun 2015 menunjukkan persentase 88,2% dari keseluruhan
penduduk Indonesia beragama Islam. Besarnya jumlah
pemeluk Islam di Indonesia mempengaruhi kultur
berpakaian, terutama para perempuannya. Perempuan Islam
atau yang kerap disebut muslimah, banyak memakai jilbab
untuk menutupi bagian tubuhnya yang wajib ditutup. Allah
SWT berfirman dalam surat An-Ahzab ayat 59:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-
anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin,
“Hendaklah mereka menutupkan jilbab mereka ke seluruh
tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah
1http://kemenag.go.id/berita/read/504980&hl=id-ID diakses pada 07
Agustus 2017 pukul 14.02 WIB
2
untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”2
Dalam ayat tersebut, Rasulullah SAW diperintahkan
untuk menyampaikan kepada para istrinya dan juga sekalian
wanita muslim termasuk anak-anak perempuan beliau untuk
memanjangkan jilbab mereka dengan maksud agar dikenali
dan membedakan dengan perempuan non-muslim. Hikmah
lainnya adalah agar mereka tidak diganggu oleh kaum
Quraisy, karena dengan menggunakan jilbab mereka
mengetahui bahwa yang menggunakan jilbab adalah seorang
muslimah yang baik. Selain itu, pada masa itu budak tidak
menggunakan jilbab. Oleh karena itu, dalam rangka
melindungi kehormatan dan kenyamanan para wanita, ayat
ini diturunkan.
Jilbab memiliki beragam arti. Sejarawan Will Durant
mengungkapkan bahwa jilbab merupakan pakaian yang telah
dikenakan kalangan sebelum Islam datang.3 Kata jilbab juga
kerap diartikan sebagai kain penutup kepala yang dipakai
oleh muslimah. Pada konteks penelitian ini, jilbab diartikan
sebagai pakaian yang menutupi tak hanya kepala namun
seluruh bagian tubuh muslimah yang harus ditutup atau yang
kerap disebut aurat.
2 Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Surat Al-Ahzab: 33:59, (Jakarta: Al-
Huda, 2002). 3 http://www.suara-islam.com/read/index/5328/Jadikan-Fenomena-
Hijaber-Community-Sebagai-Momentum-Berbusana-Syar-i diakses pada 07
Agustus 2017 pukul 15.00 WIB
3
Jilbab adalah salah satu pakaian yang mengandung
nilai-nilai keagamaan yang biasa digunakan wanita
muslimah. Selain itu, jilbab juga merupakan salah satu
identitas seorang muslimah. Seiring berjalannya waktu,
busana jilbab di Indonesia pun mengalami perkembangan
baik dari segi fungsi maupun bentuknya. Dulu jilbab hanya
berfungsi sebagai busana kesopanan yang identik dikenakan
pada acara-acara keagamaan seperti pengajian dan pesantren.
Namun, sejak tahun 2010 jilbab mulai marak dipakai harian
oleh muslimah di Indonesia, selain karena meningkatnya
kesadaran menutup aurat, modelnya pun kian trendi.
Di Indonesia, tren busana muslim mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan karena
kesadaran perempuan-perempuan sudah mulai tumbuh untuk
berbusana yang sesuai dengan syariat Islam dengan
menggunakan pakaian yang menutup aurat mereka. Seperti
yang telah disepakati oleh ulama bahwa menutup bagian
anggota badan berdasarkan sunnah fi’liyah hukumnya wajib
bagi laki-laki maupun perempuan. Tidak hanya bagi
perempuan, laki-laki pun wajib menutup auratnya.4
Meski jilbab kini semakin sering dipakai oleh lebih
banyak orang, perkembangan ini justru memunculkan
problematika lainnya. Beberapa kalangan menganggap
bahwa bentuk jilbab yang banyak dikenakan belum
4 Nasaruddin Umar, Fikih Perempuan Untuk Semua, (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2010), hlm. 13
4
memenuhi fungsi utamanya menutup aurat. Beberapa
kalangan tersebut masih menilai jilbab yang banyak
dikenakan belum memenuhi kriteria busana syar’i.
Salah satu komunitas yang fokus mensosialisasikan
busana jilbab agar sesuai dengan kriteria syar’i adalah Peduli
Jilbab. Komunitas ini membuat rangkaian program kegiatan
bernama Yuk Berjilbab Syar’i untuk mengajak muslimah
memakai jilbab sesuai kriteria syar’i. Kegiatan tersebut
dilakukan melalui berbagai media komunikasi agar visinya
untuk mengembalikan jilbab sesuai fungsinya terpenuhi.
Perkembangan Peduli Jilbab dalam kegiatannya
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i cukup pesat dilihat
dari cakupan khalayaknya. Ditanggal 08 Agustus 2017,
jumlah follower dari official account Twitter @pedulijilbab
telah mencapai 227.781.5 Sementara akun Instagram Peduli
Jilbab telah memiliki follower sebanyak 326.000.6 Likers
FanPage Facebook Peduli Jilbab pun cukup banyak, yaitu
60.000.7 Jumlah tersebut lebih banyak dibanding akun
organisasi atau komunitas sejenis lainnya. Selain itu jumlah
Tim Solidaritas Peduli Jilbab (Tim SPJ) pun kini mencapai
328 orang hasil seleksi di 31 wilayah Indonesia. Hal ini
5 http://twitter.com/pedulijilbab diakses pada 08 Agustus 2017 pukul
09.10 WIB. 6 http://instagram.com/pedulijilbab diakses pada 08 Agustus 2017
pukul 09.12 WIB. 7 http://www.facebook.com/PeduliJilbab?fred=ts diakses pada 08
Agustus 2017 pukul 09.18 WIB.
5
menunjukkan bahwa perkembangan Peduli Jilbab begitu
cepat dilihat dari cakupan khalayak yang luas.
Komunitas ini mengawali pendekatannya kepada
khalayak melalui akun Twitternya yaitu @pedulijilbab.
Kemudian akun tersebut meminta bantuan retweet dari akun-
akun ternama seperti akun milik @felixsiauw, @asmanadia,
dan @salimafillah untuk mempublikasikan adanya
komunitas Peduli Jilbab dan berkat retweet dari akun-akun
tersebut jugalah merupakan awal akun Twitter @pedulijilbab
memiliki follower yang terus bertambah setiap harinya.
Pada awal gerakan, Peduli Jilbab mulai membagikan
jilbab gratis kepada yang membutuhkan, yang
disosialisasikan melalui akun Twitter @pedulijilbab.
Sambutan masyarakat terhadap kegiatan ini sangat positif,
sehingga pembagian jilbab pun bisa sampai ke seluruh
wilayah Indonesia kecuali Indonesia bagian timur. Namun,
pada saat gencar kegiatan pembagian jilbab tersebut, ada
salah satu oknum yang memanfaatkan untuk promosi tanpa
izin bahwa kegiatan tersebut disponsori olehnya. Kemudian
berawal dari tawaran Kesatuan Pelajar Muslim Depok yang
meminta Peduli Jilbab menjadi narasumber sebuah kajian,
komunitas ini merapihkan arah gerak tidak hanya sebatas
6
pembagian kerudung, yaitu menjadi jilbab share, jilbab care,
dan jilbab wear yang didukung tim kreatif.8
Peduli Jilbab memiliki visi untuk mentransformasi
muslimah agar memiliki beauty inside syar’i outside, dengan
misi membumikan jilbab syar’i, memperbaiki akhlak dengan
memberi teladan, bersinergi dengan pihak-pihak yang
memiliki visi yang sama, dan membangun komunitas yang
saling menyemangati dalam kebenaran. Dengan dasar
kepedulian untuk mengajak wanita muslimah menggunakan
jilbab syar’i di tengah mainstream jilbab yang penuh pernak-
pernik, Peduli Jilbab membutuhkan strategi komunikasi yang
baik.
Menurut Onong Uchjana, bahwa berhasil atau tidaknya
kegiatan komunikasi secara efektif ditentukan oleh strategi
komunikasi, jadi intinya ketika menyusun sebuah strategi
komunikasi maka perlu dipikirkan mengenai mengapa
diperlukan sebuah strategi, pesan apa yang akan
disampaikan, efek apa yang diinginkan.9 Untuk itu
diperlukan perencanaan yang maksimal supaya
menghasilkan sebuah hasil yang maksimal juga, karena ini
menyangkut bagaimana sebuah organisasi dapat membangun
pengertian yang sama dengan sasarannya sehingga nantinya
akan timbul efek yang positif.
8 https://komunita.id/2016/02/19/solidaritas-peduli-jilbab-beauty-
inside-syar’i-outside/ diakses pada 07 Agustus 2017 pukul 21.40 WIB 9 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29.
7
Dalam upaya menyampaikan pesan, ide, gagasan serta
isnformasi lainnya dapat terjadi dalam konteks secara
vertikal, horizontal, maupun secara diagonal di dalam
organisasi (Internal Communication). Jika disimpulkan
ternyata komunikasi internal ini hanya merupakan suatu
pertukaran informasi di dalam organisasi baik dalam konteks
secara vertikal maupun secara horizontal. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu strategi komunikasi yang dapat
memberikan kemudahan bagi sebuah organisasi untuk
menata, mengatur dan merancang bentuk komunikasi yang
tepat terkait dengan tujuan organisasi itu sendiri.
Komunikasi pada suatu komunitas memainkan peranan
yang sangat efektif. Memecahkan masalah-masalah dan
mencapai tujuan-tujuan dari manajemen. Komunikasi tidak
mempunyai arti apapun jika hanya dipergunakan sekedar
untuk komunikasi. Ia harus diarahkan pada tujuan yang telah
ditentukan. Namun, di masyarakat yang sudah maju dengan
perkembangan dan teknologi, problema-problema kerap kali
muncul. Pada keadaan itu, komunikasi merupakan jalan
besar dan utama bagi manusia dalam memecahkan problema.
Di beberapa negara seperti salah satunya Nigeria,
pemakaian jilbab masih mengalami diskriminasi.
Diskriminasi tersebut berupa pelarangan bekerja
menggunakan jilbab. Di Indonesia pun, masih ada beberapa
kalangan yang menganggap bahwa muslimah yang memakai
8
jilbab syar'i itu fanatik terhadap agama sehingga mengalami
diskriminasi di sekitar lingkungan. Namun, peranan publik
figur juga tidak kalah penting dalam memarakkan tren-tren
jilbab syar’i. Beberapa publik figur muslimah seperti Oki
Setiana Dewi yang tampil menggunakan jilbab syar’i
membentuk pandangan baru di kalangan masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan dari sosialisasi pemakaian
jilbab syar’i kini sudah mulai tampak. Salah satu dampak
yang muncul adalah banyaknya publik figur atau artis yang
tetap diterima di dunia hiburan tanah air dan berprestasi
meski mereka telah memutuskan berjilbab syar’i.
Kesuksesan suatu komunitas dalam mengelola kegiatannya
hingga menimbulkan dampak, tentu tak lepas dari strategi
komunikasi di dalamnya sehingga suatu pesan dapat
tersampaikan dengan baik. Dengan perbedaan kondisi,
budaya, dan karakter masing-masing khalayak menyebabkan
Peduli Jilbab membutuhkan suatu strategi komunikasi dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i.
Meskipun menggunakan strategi komunikasi yang
berbeda, pesan yang disampaikan harus tetap sama.
Tantangan dari perbedaan kondisi, budaya, dan karakter
membuat strategi komunikasi dalam mensosialisasikan
pemakaian jilbab syar’i menarik untuk diteliti. Kasus ini
menarik dan penting diteliti untuk mengetahui bagaimana
strategi komunikasi diterapkan pada Peduli Jilbab yang
9
mempunyai ratusan Tim SPJ dalam upaya mencapai tujuan.
Tentu bukan suatu pekerjaan mudah bagi Peduli Jilbab dalam
mengelola kegiatan tersebut di samping masalah diskriminasi
yang masih ada di lingkungan masyarakat dan pekerjaan.
Melihat latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi
Komunikasi Komunitas Peduli Jilbab dalam
Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan
Muslimah”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penulis membatasi masalah penelitian ini pada strategi
komunikasi yang dilakukan oleh Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah. Dalam memenuhi tujuan organisasi, dibutuhkan
strategi komunikasi agar program-program organisasi dapat
sampai ke khalayak dengan baik dan efektif. Adapun
masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi pemilihan komunikator yang
dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah?
2. Bagaimana strategi penyusunan pesan dan penyajian
pesan yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab dalam
10
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah?
3. Bagaimana strategi pemilihan dan perencanaan media
yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah?
4. Bagaimana strategi pemilihan dan pengenalan khalayak
yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah?
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan
oleh penulis, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemilihan
komunikator komunitas Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi penyusunan pesan
dan penyajian pesan komunitas Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemilihan dan
perencanaan media komunitas Peduli Jilbab dalam
11
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah.
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemilihan dan
pengenalan khalayak komunitas Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan berguna untuk menjadi
referensi bagi pengembangan ilmu komunikasi serta teori-
teori yang berkaitan bagi mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian yang penulis lakukan diharapkan agar
menjadi motivasi bagi mahasiswa lain agar dapat
memahami bagaimana strategi komunikasi yang baik dan
efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima
dengan baik. Serta diharapkan dapat membantu Peduli
Jilbab sebagai bahan evaluasi agar kegiatan kedepannya
dapat lebih baik.
12
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian yang digunakan pada
penelitian ini mengacu pada paradigma konstruktivis.
Littlejohn mengatakan bahwa teori-teori aliran
konstruktivis ini berlandaskan pada ide bahwa realitas
bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi
melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat
dan budaya.10
Jadi, penulis memilih paradigma konstruktivis
untuk mengetahui bagaimana Peduli Jilbab
membentuk realitas pada kalangan muslimah agar
tujuan dari strategi komunikasinya dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i dapat
tercapai.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif
analisis, yakni penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
10 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta:
Wacana Media, 2013), h.165
13
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.11
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami
objek yang diteliti secara mendalam. Menurut Bogdan
dan Taylor (1990), penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan
pada latar dan individu secara holistik (utuh).12
Penggunaan pendekatan kualitatif lebih tepat
untuk penelitian ini, karena penulis ingin mengetahui
secara mendalam dan rinci mengenai strategi
komunikasi yang dilakukan oleh Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah Peduli Jilbab. Sedangkan objek
penelitiannya adalah strategi komunikasi yang
dilakukan dalam mensosialisasikan pemakaian jilbab
syar’i di kalangan muslimah.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
11
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2009), h. 6 12
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-1, h. 82
14
Penelitian ini dilakukan di Bumi Indah Sawangan
blok B4 No. 28, Depok dan Bayt Al-Quran TMII,
dimulai dari bulan April sampai Mei 2018.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian penting
yang memiliki beberapa teknik. Teknik di bawah ini
dilakukan dengan tujuan agar penulis mendapatkan
data yang lengkap dan tepat untuk penelitian ini.
Berikut beberapa teknik dari pengumpulan data yang
digunakan:
a. Wawancara
Dalam penelitian ini, penulis melakukan
wawancara yakni metode pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung
dari narasumber. Wawancara dilakukan penulis
secara langsung dengan orang-orang yang
dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini
seperti pendiri Peduli Jilbab yaitu Amalia Dian
Ramadhini dan divisi Jilbab Share yaitu Tri
Erniati. Wawancara ini bertujuan untuk menggali
keterangan yang mendalam seputar topik yang
terkait dengan permasalahan ini sehingga
15
terkumpul informasi yang diperlukan oleh penulis.
13
b. Observasi
Metode observasi digunakan untuk
memperoleh dan mengumpulkan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan langsung
di lapangan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena yang
diselidiki.14
Penulis melakukan observasi dengan
tidak turun langsung atau sebatas penonton dengan
tujuan untuk menggamati komunikasi pada
kegiatan sosialisasi pemakaian jilbab syar’i.
c. Dokumentasi
Mengumpulkan dokumen berupa data
tertulis yang mengandung keterangan dan
penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang
masih aktual.15
Teknik ini digunakan untuk
menelusuri data historis, sejumlah besar fakta dan
data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk
13
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma
Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosdakarya,
2006), h. 35. 14
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi, (Jakarta: LPSP3-UI, 1998), h. 62. 15
Nurul Hidayat, Metodoloagi Penelitian Dakwah Dengan
Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: UIN Press, 2006)
16
dokumentasi.16
Dokumentasi dengan cara
mengambil data dari beberapa sumber baik
elektronik maupun online terkait dengan Peduli
Jilbab, sehingga data-data yang diperoleh dapat
menguatkan penelitian serta mendukung
kebenaran data yang diperoleh melalui wawancara
dan observasi.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengatur data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Analisis data merupakan proses
sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara,
catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai
materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan menyajikan
temuan-temuan tersebut.17
Penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif, analisis ini bertujuan untuk
mendeskripsikan fakta-fakta, sifat-sifat dan objek tertentu
secara terpercaya, jelas, sistematis.18
16
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. Ke-
4, h. 121 17
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta:
Rajawali Press, 2012), Cet. Ke-3, h. 85 18
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 116
17
Dalam penelitian ini, penulis mengolah data dan
mengorganisasikan hasil temuan data dari pengamatan, hasil
wawancara, serta dokumentasi yang terkait dengan strategi
komunikasi yang dilakukan komunitas Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan
muslimah. Pengolahan data dilakukan secara sistematis dan
penulis menganalisis dengan teori yang digunakan.
G. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan ini menggunakan buku pedoman
akademik, penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center
for Quality Development Assurance) tahun 2007.
H. Tinjauan Pustaka
Langkah awal sebelum melakukan penelitian lebih
lanjut untuk kemudian menyusunnya menjadi suatu karya
ilmiah adalah menelaah terlebih dahulu skripsi dan penelitian
sebelumnya yang mempunyai judul atau subjek dan objek
penelitian yang sama atau hampir sama dengan yang akan
diteliti. Tujuannya adalah untuk menghindari dari hal-hal
yang tidak diinginkan seperti mengakui karya orang lain,
maka penulis mempertegaskan perbedaan antara masing-
masing judul masalah yang dibahas pada skripsi sebelumnya
dengan judul masalah yang akan diteliti. Skripsi sebelumnya
18
yang membahas tentang strategi komunikasi penulis uraikan
sebagai berikut:
1. “Strategi Komunikasi Butik Meccanism Dalam
Melakukan Syiar Busana Muslim”. Ditulis oleh
Christiya Dika Budi Handayani Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Tahun 2016.
Hasil dari penelitian ini adalah strategi komunikasi yang
digunakan butik Meccanism dalam mengenal khalayak
memfokuskan sasaran kepada remaja dan perempuan
dewasa. Menurut bentuk isinya, butik Meccanism
menetapkan metode persuasif, yaitu dengan
mempengaruhi khalayak tanpa sadar. Kemudian media
yang digunakan butik Meccanism yaitu Instagram dan
Facebook. Selain itu, dalam misi syiar busana muslim
pada butik Meccanism, pemilik ingin menjadikan butik
Meccanism sebagai kiblat fashion muslim dunia dan
menjadikan bisnis sebagai salah satu media dalam syiar
Islam.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
penulis lakukan ini terletak pada fokus masalah yang
diambil. Dalam penelitian milik Christiya berfokus pada
butik Meccanism yang melakukan syiar melalui busana
muslim, maka penelitian ini berfokus pada komunitas
19
Peduli Jilbab yang melakukan sosialisasi pemakaian
jilbab syar’i. Perbedaan lain terletak pada teori yang
digunakan. Dalam penelitian milik Christiya
menggunakan teori strategi komunikasi Marhaeni Fajar,
sedangkan pada penelitian ini penulis menggunakan teori
komunikasi Harold Lasswell atau biasa disebut dengan
Formula Lasswell.
2. “Strategi Komunikasi Dakwah di Radio Suara
As’adiyah FM Sengkang (Telaah Format Siaran
Program Religi Mimbar Agama Islam)”. Ditulis oleh
Rasdiana, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Tahun 2014. Berisikan
tentang strategi komunikasi dakwah yang digunakan
melalui program religi Mimbar Agama Islam guna
meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait ajaran-
ajaran Islam sesuai dengan al-Qur’an dan hadis.
Hasil dari penelitian ini adalah deskripsi format siaran
program acara Mimbar Agama Islam yaitu tidak terlepas
dari latar belakang dan proses penyusunan format siaran
Mimbar Agama Islam kemudian disajikan dengan format
rundown regular yakni pembukaan acara yang
disampaikan oleh penyiar, kemudian materi dakwah yang
disampaikan oleh narasumber yang mengisi dengan
metode ceramah yang tematik dan sistem kitab kuning,
20
terakhir closing acara yang kembali disampaikan oleh
penyiar Mimbar Agama Islam.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini
terdapat pada fokus penelitian yang diambil. Penelitian
milik Rasdiana berfokus pada strategi komunikasi
dakwah yang digunakan Radio Suara As’adiyah
Sengkang melalui program religi Mimbar Agama Islam
guna meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait
ajaran-ajaran Islam sesuai dengan al-Qur’an dan hadits,
maka penelitian ini berfokus pada komunitas Peduli
Jilbab yang melakukan sosialisasi pemakaian jilbab
syar’i. Perbedaan lain terletak pada teori yang digunakan.
Penelitian milik Rasdiana menggunakan teori strategi
komunikasi dakwah, sedangkan dalam penelitian ini
penulis menggunakan teori Harold Lasswell.
3. “Strategi Komunikasi Dalam Mensosialisasikan
Perubahan Corporate Identity Kepada Publik
Eksternal (Kasus The Phoenix Hotel Yogyakarta)”.
Ditulis oleh Natalia Kusumaningtyas Mahasiswa
Universitas Atmajaya Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi, tahun 2014.
Hasil dari penelitian ini adalah strategi komunikasi yang
dipilih dan dijalankan adalah Brand Campaign,
perencanaan strategis juga dimulai dengan menetapkan
tujuan yang akan dicapai adalah memberikan informasi
21
kepada publik eksternal mengenai perubahan identitas
hotel. Publik eksternal yang menjadi sasaran adalah
pengguna jasa dan calon pengguna jasa, pemerintah,
media, corporate, komunitas sekitar hotel, travel agent,
dan setiap publik sasaran tersebut memiliki cara
penyampaiannya sendiri, baik secara langsung (tatap
muka) maupun tidak langsung (bermedia).
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
penulis lakukan ini terletak pada fokus masalah yang
diambil. Dalam penelitian milik Natalia berfokus pada
The Phoenix Hotel Yogyakarta dalam mensosialisasikan
perubahan corporate identity kepada publik eksternal,
maka penelitian ini berfokus pada komunitas Peduli
Jilbab yang melakukan sosialisasi pemakaian jilbab
syar’i.
I. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan
sistematis, maka sistematika penelitian dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas pendahuluan yang meliputi
Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Teknik Analisis Data,
22
Pedoman Penulisan, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini dibahas tinjauan teoritis yang
meliputi penjelasan tentang Konseptualisasi
Strategi (Pengertian Strategi dan Tahapan-
Tahapan Strategi), Konseptualisasi Komunikasi
(Pengertian Komunikasi, Unsur-Unsur
Komunikasi, Bentuk-Bentuk Komunikasi),
Strategi Komunikasi, Formula Lasswell,
Konseptualisasi Sosialisasi (Pengertian Sosialisasi
dan Jenis-Jenis Sosialisasi), dan Jilbab Syar’i.
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini dibahas tentang Peduli Jilbab
(Sejarah Berdirinya Peduli Jilbab, Profil Peduli
Jilbab, Logo, Tampilan Website dan Media Sosial
(Facebook, Twitter, dan Instagram) Peduli Jilbab,
Struktur Organisasi dan Fungsinya, Visi dan Misi
Peduli Jilbab, dan Kegiatan Kampanye Peduli
Jilbab.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang strategi
komunikasi yang dilakukan oleh Peduli Jilbab
dalam kegiatan mensosialisasikan pemakaian
jilbab syar’i di kalangan muslimah.
23
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini ditarik kesimpulan dari
pembahasan dan hasil penelitian, serta
memberikan saran sebagai bahan pertimbangan.
24
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari Yunani “stratego” yang
terdiri dari kata “strato” yang artinya tentara dan “ego”
yang artinya pemimpin. Dalam pengertiannya strategi
dapat bermakna sebagai siasat/cara untuk mencapai suatu
tujuan. Oleh karena itu, strategi dapat diartikan sebagai
serangkaian manuver umum yaitu siasat/cara yang
dilakukan untuk menghadapi musuh di medan
pertempuran.1
Menurut Onong Uchjana, strategi pada hakikatnya
adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal
ini organisasi harus mempunyai sebuah jalan yang
mengarahkan pada tujuan. Jalan disini disebut dengan
sebuah strategi, harus menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu,
tergantung kepada situasi dan kondisi. Bisa dikatakan,
dalam menentukan sebuah langkah, sangat diperlukan
1 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi (Bandung, PT Amrico, 1989), h.
55.
25
strategi komunikasi sebelumnya. Agar pesan dapat
tersampaikan secara efektif hingga tercapainya tujuan
secara umum.2
Sedangkan menurut Ahmad S. Adnanputra
mendefinisikan strategi sebagai bagian terpadu dari suatu
rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk
dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya
perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses
manajemen. Tahapan di dalam fungsi-fungsi manajemen,
tahap pertama adalah menetapkan tujuan (objektif) yang
hendak diraih, posisi tertentu atau dimensi yang ingin
dicapai sesuai dengan perencana yang telah
diperhitungkan dengan baik oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam manajemen suatu organisasi yang
bersangkutan.
Tahap berikutnya adalah strategi “apa dan
bagaimana” yang digunakan dalam perencanaan untuk
mencapai suatu tujuan organisasi atau lembaga.
Kemudian tahap selanjutnya, program kerja (action plan)
yang merupakan strategi yang “dijabarkan” dalam
langkah-langkah yang telah dijadwalkan (direncanakan
semula). Tahap terakhir, yang paling penting adalah
unsur anggaran (budget) yang sudah dipersiapkan, yang
merupakan “dana dan upaya”, berfungsi sebagai
2 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29.
26
pendukung khusus yang dialokasikan untuk
terlaksananya suatu strategi program kerja manajemen.3
2. Tahapan-Tahapan Strategi
Seperti yang dikatakan oleh Joel Ros dan Michael,
bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi
diumpamakan seperti kapal tanpa adanya kemudi,
bergerak berputar dalam lingkaran. Organisasi yang
demikian seperti pengembara tanpa adanya tujuan
tertentu.
Pemilihan strategi merupakan langkah krusial
yang memerlukan penanganan secara hati-hati dalam
perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi
salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal,
terutama kerugian dari segi waktu, materi, tenaga dan
juga tujuan yang diinginkan pun tidak berjalan dengan
baik.
Adapun proses strategi terdiri dari 3 tahapan:
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya
ialah pengembangan tujuan, mengenali peluang, dan
ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan
kelemahan internal, menghasilkan strategi alternatif,
3 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan
Aplikasi edisi revisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 133-134
27
dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan.4
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi termasuk pengembangan
budaya dalam mendukung strategi, menciptakan
struktur organisasi yang efektif, mengubah arah,
menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memanfaatkan sistem informasi yang masuk.
Implementasi strategi sering pula disebut sebagai
tindakan dalam strategi karena implementasi berarti
memobilisasi untuk mengubah strategi yang
dirumuskan untuk menjadi tindakan.5
Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan,
mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan
budaya yang mendukung strategi merupakan usaha
yang dilakukan dalam mengimplementasikan strategi.
Implementasi yang sukses memerlukan dukungan
disiplin, motivasi kerja, dan kerja keras. Dalam tahap
pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh
unit, tingkat dan organisasi.6
4 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, edisi Bahasa Indonesia,
Penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3 5 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h. 5
6 Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas
Brawijaya, 2001), cet. Ke-2, h. 215
28
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam strategi ialah evaluasi strategi.
Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi
strategi adalah:
1) Meninjau faktor-faktor eksternal (berapa peluang
dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi.
2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang
diharapkan dengan kenyataan).
3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan
bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut
asal-usul katanya, yaitu berasal dari bahasa Latin,
communication, kata ini bersumber pada kata comminis,
yang artinya sama makna, sama makna di sini
maksudnya sama makna atau sama arti. Berarti
komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna
mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator yang diterima oleh komunikan.7
7 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan
Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 34.
29
Secara terminologis, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain.8 Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dapat
disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik secara lisan maupun tidak langsung
melalui media.
Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid,
menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses
dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada
gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.
Komunikasi merupakan proses sosial dimana komunikasi
melibatkan manusia untuk selalu berinteraksi satu sama
lain, sehingga mencapai suatu pemahaman yang sama.9
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Ada empat komponen atau unsur dalam
komunikasi, yaitu orang yang mengirimkan pesan, pesan
yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui
pesan dari pengirim kepada penerima, dan penerima
pesan. Karena komunikasi merupakan proses dua arah
8 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4.
9 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h. 32
30
atau timbal balik, unsur output perlu ada dalam proses
komunikasi. Dengan demikian, unsur dasar komunikasi
sebagai berikut:10
a. Pengirim Pesan (Komunikator)
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang
mengirimkan pesan. Pesan atau informasi yang akan
dikirimkan berasal dari otak pengirim pesan. Oleh
sebab itu, sebelum mengirimkan pesan, pengirim
harus membuat pesan yang akan dikirimkannya.
Membuat pesan adalah menentukan arti yang akan
dikirimkan kemudian menyandikan (encode) arti
tersebut dalam suatu pesan. Setelah itu, dikirimkan
melalui saluran.
b. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan
kepada penerima. Pesam dapat berupa verbal maupun
nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis,
seperti surat, buku, dan pesan secara lisan, seperti
percakapan melalui telepon dan sebagainya. Adapun
pesan yang nonverbal dapat berupa isyarat gerakan
badan, ekspresi muka, dam nada suara. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan umpan balik (feed
back) dari komunikan.
c. Saluran dan Media Komunikasi
10
Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep
dan Aplikasi, h. 35
31
Saluran merupakan jalan berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikannya. Ada dua jalan
agar pesan komunikator sampai pada komunikannya,
yaitu tanpa media yang berlangsung tatap muka dan
komunikasi yang menggunakan media. Media yang
dimaksud ialah media komunikasi, artinya ini
menggunakan teknologi media komunikasi.
d. Penerima Pesan (Komunikan)
Penerima pesan adalah orang yang menganalisis
dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.
Umpan balik dari penerima pesan memainkan
peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab
ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau
berhentinya komunikasi yang diutarakan oleh
pengirim pesan (komunikator).
e. Output
Output adalah respon penerima terhadap pesan
yang diterimanya. Adanya reaksi ini membantu
pengirim untuk mengetahui sesuai tidaknya
interpretasi pesan yang dikirimkan dengan hal-hal
yang dimaksudkan oleh pengirim. Apabila arti pesan
yang dimaksudkan oleh pengirim diinterpretasikan
sama oleh penerima, berarti komunikasi tersebut
efektif.
32
3. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi ada macam. Adapun
yang dimaksud dengan bentuk-bentuk komunikasi disini
adalah:
a. Komunikasi Intra Pribadi (Intrapersonal
Communication)
Komunikasi intra pribadi adalah proses
komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau
dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri
sendiri. Komunikasi intra pribadi merupakan
landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi
dalam konteks-konteks lainnya. Sebelum melakukan
komunikasi dengan orang lain biasanya individu
berkomunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan
memastikan makna pesan orang lain). Keberhasilan
seseorang dengan orang lain bergantung pada
keefektifan komunikasinya dengan diri sendiri.11
b. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal
Communication)
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi
yang berlangsung antara dua orang, di mana terjadi
11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 80
33
kontak langsung secara berhadapan muka (face to
face) bisa juga melalui sebuah medium telepon.12
Secara umum, komunikasi antar pribadi dapat
diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna
antara orang-orang yang saling berkomunikasi.
Pengertian proses mengacu pada perubahan dan
tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus.
Komunikasi antar pribadi juga merupakan suatu
pertukaran, yaitu tindakan penyampaian dan
menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan
makna, sesuatu yang dipertukarkan dalam proses
tersebut, adalah kesamaan pemahaman di antara
orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-
pesan yang digunakan terhadap proses komunikasi.13
c. Komunikasi Kelompok (Group Communications)
Komunikasi kelompok berarti komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan
sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua
orang. Jumlah orang yang terdapat dalam komunikasi
kelompok tersebut kemudian dapat pula dibedakan
menjadi dua bagian berdasarkan kuantitasnya.
Sekelompok orang yang menjadi komunikan tersebut,
bila berjumlah sedikit disebut dengan komunikasi
12
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung:
Alumni, 1981), hlm. 48 13
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), Cet Ke-
1, h. 106.
34
kelompok kecil, sedangkan apabila yang menjadi
komunikan berjumlah banyak atau besar disebut
dengan komunikasi kelompok besar.14
d. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa adalah penyampaian pesan
komunikasi melalui atau menggunakan media massa
modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio, dan
televisi yang ditujukan kepada umum. Termasuk film
yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.15
Komunikasi massa dapat didefinisikan juga
sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana
pesannya dikirim dari sumber yang melembaga
kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-
alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat
kabar dan film.
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah
dan tanggapan tertunda atau terbatas, akan tetapi,
dengan perkembangan teknologi komunikasi yang
begitu cepat, khususnya media massa elektronik
seperti radio dan televisi, maka umpan balik dari
khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada
penyiar, misalnya melalui program interaktif.
e. Komunikasi Organisasi
14
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h.
75. 15
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 137
35
Menurut Redding dan Sanborn, komunikasi
organisasi ialah pengiriman dan penerimaan
informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang
termasuk dalam bidang ini antara lain komunikasi
internal, hubungan manusia, hubungan persatuan
pengelola, komunikasi downward atau komunikasi
dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau
komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi
horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang
sama level atau tingkatnya dalam organisasi,
keterampilan berkomunikasi dan berbicara,
mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi
program.16
f. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah pertukaran pesan
dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi
atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau
melalui media. Tetapi dalam bagian ini yang akan
dibicarakan hanyalah kontak tatap muka di antara
organisasi dan lingkungan eksternalnya dan di antara
satu orang anggota organisasi dengan sejumlah besar
anggota organisasi yang sama.
g. Komunikasi Antarbudaya
16
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), Cet. 10, h. 197
36
Menurut Andrean L. Rich dan Dennis M. Ogawa
mengartikan bahwa komunikasi antarbudaya sebagai
sebuah komunikasi antara orang-orang yang memiliki
latar belakang yang berbeda. Komunikasi ini terjadi
oleh adanya pertemuan-pertemuan yang ada dalam
ruang sosial, di mana ruang tersebut memang
memungkinkan terjadinya perbedaan kebudayaan dan
terjalinnya komunikasi.17
C. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi Komunikasi
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif
banyak ditemukan oleh penentuan strategi komunikasi.
Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik
efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin akan
menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai
proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan
model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan
komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai
prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses
komunikasi tersebut terutama efek dari proses
komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.
Menurut Arni Muhammad, strategi komunikasi
merupakan keseluruhan perencanaan, taktik dan cara
17
Alo Liliweru, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2004), h. 10
37
yang akan dipergunakan oleh kelompok atau organisasi
untuk melancarkan komunikasi dengan memerhatikan
keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.18
Hafied Cangara memberi batasan pengertian
strategi komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat
untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang
lebih besar melalui transfer ide-ide baru.19
Menurut Alo Liliweri, strategi komunikasi adalah
strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan
mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan
komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.20
Jadi, strategi komunikasi adalah sebuah rancangan
atau rumusan yang dibuat untuk mengartikulasikan,
menjelaskan, mempromosikan, dan mengubah tingkah
laku manusia melalui transfer ide-ide baru. Dengan kata
lain strategi komunikasi bertujuan untuk mengubah
tingkah laku manusia yang awalnya tidak tahu menjadi
tahu, yang awalnya tidak setuju menjadi setuju, dan
begitu pula sebaliknya.
2. Langkah-langkah Strategi Komunikasi
Dalam realitanya melaksanakan strategi
komunikasi diperlukan langkah-langkah strategi yang
18 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 65.
19 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta
: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h. 61 20
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 240
38
perlu dijalankan untuk menyusun langkah-langkah
tersebut dibutuhkan suatu landasan pemikiran dengan
memperhitungkan konten-konten dalam komponen
komunikasi serta faktor pendukung dan penghambat
komunikasi. Berikut langkah-langkah dalam strategi
komunikasi:21
a. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak merupakan langkah awal yang
harus dilakukan komunikator sebagai pelaku strategi
komunikasi serta usaha komunikasi yang efektif.
Dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali
tidak pasif, melainkan aktif, sehingga antara
komunikator dan komunikan bukan terjadi saling
hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Sebelum
melancarkan komunikasi perlu mempelajari siapa
yang akan menjadi sasaran komunikasi. Indikatornya:
1. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak
yang terdiri dari pengetahuan khalayak
mengenai pengetahuan, kemampuan khalayak
untuk menerima pesan-pesan lewat media
yang digunakan, pengetahuan khalayak lewat
perbendaharaan kata yang digunakan.
21
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009), h. 184.
39
2. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta
nilai-nilai norma kelompok dan masyarakat
yang ada.
3. Situasi dimana khalayak itu berada.
b. Menyusun Pesan
Langkah selanjutnya dalam perumusan strategi
ialah menyusun pesan. Dalam hal ini, yang harus
dilakukan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat
utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan
tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.
Dalam masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan
syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut
sebagai berikut:
1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan
sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik
perhatian sasaran yang dituju.
2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang
didasarkan pada pengalaman yang sama antara
sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian
itu bertemu.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi
daripada sasaran dan menyarankan cara-cara
mencapai suatu kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk
memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi
40
kelompok di mana kesadaran pada saat
digerakkan untuk memberikan jawaban yang
dikehendaki.
c. Menetapkan Metode
Mencapai aktivitas dari suatu komunikasi selain
akan tergantung dari kemantapan isi pesan, yang
diselaraskan dengan kondisi khalayak dan
sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh
metode-metode penyampaiannya kepada sasaran.
Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian
atau mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek
yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut
bentuk isinya.22
Hal tersebut diurai lebih lanjut, bahwa yang
pertama, semata-mata melihat komunikasi itu dari
segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian
dari isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat
komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau
bentuk pesan yang dimaksud yang dikandung. Oleh
karena itu yang pertama (menurut pelaksanaanya),
dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu metode
redundancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan
yang kedua (menurut bentuk dan isinya) dikenal
22
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi, Teori & Praktik, h. 197.
41
dengan metode: informatif, persuasif, edukatif, dan
kursif.
1. Repetition: merupakan cara mempengaruhi
khalayak dengan jalan mengulang pesan sedikit
demi sedikit, seperti yang dilakukan dalam
propaganda. Metode ini memungkinkan peluang
mendapatkan perhatian khalayak dan memberi
kesempatan bagi komunikator untuk memperbaiki
kesalahan yang dilakukan sebelumnya.
2. Canalizing: dilakukan dengan cara komunikator
berusaha memahami dahulu soal komunikan
seperti kerangka referensi dan bidang pengalaman
komunikan, kemudian menyusun pesan dan
metode yang sesuai dengan hal itu. Hal itu
bertujuan agar pesan dapat diterima terlebih
dahulu baru kemudian dilakukan perubahan-
perubahan sesuai dengan keinginan komunikator.
3. Informative: mempengaruhi khalayak dengan
jalan memberikan penerangan yakni memberikan
sesuatu apa adanya sesuai dengan fakta dan data
maupun pendapat yang sebenarnya.
4. Persuasive: mempengaruhi komunikan dengan
jalan membujuk. Dalam hal ini komunikan tidak
diberi kesempatan untuk berpikir kritis dan bila
mungkin akan terpengaruh tanpa disadari.
42
5. Educative: mempengaruhi khalayak dengan
pesan-pesan yang bersifat mendidik, yakni
memberikan suatu ide kepada khalayak
berdasarkan fakta, pendapat dan pengalaman yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dengan metode edukatif ini akan memberikan
pengaruh yang mendalam kepada khalayak
kendati pun hal ini akan memakan waktu yang
sedikit lebih lama dibanding dengan metode
persuasive.
6. Coersive: mempengaruhi khalayak dengan
pemaksaan, pesan-pesan yang disampaikan
biasanya mengandung ancaman atau intimidasi.
Metode ini biasanya diwujudkan dalam bentuk
peraturan-peraturan, perintah-perintah dan
intimidasi.
d. Penggunaan Media
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu
komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus
selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan
kondisi khalayak. Pemilihan media komunikasi pun
harus demikian adanya, karena untuk mencapai
sasaran komunikasi harus dapat memilih secara tepat
media komunikasi yang digunakan, tergantung pada
43
tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan
disampaikan, dan teknik yang akan digunakan.
Media komunikasi banyak jumlahnya. Mulai yang
tradisional hingga modern. Untuk mencapai sasaran
komunikasi maka dapat memilih salah satu atau
gabungan dari beberapa media komunikasi,
bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan
yang akan disampaikan dan teknik yang
dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak
media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan sebab
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Indikatornya:
1. Menggunakan media massa seperti: televisi,
radio, koran, majalah, dan lain-lain.
2. Menggunakan media nirmassa: surat, telepon,
spanduk, pamflet, brosur, kaset, video, dan lain-
lain.
3. Komunikasi dilakukan dengan tatap muka atau
langsung: press conference, diskusi, dan lain-lain.
e. Komunikator
Tiga faktor penting yang harus diperhatikan
komunikator agar komunikasi dapat berjalan dengan
lancar, yaitu:
1. Daya tarik sumber: komunikator akan mampu
mengubah sikap, pendapat, dan perilaku khalayak
44
bila ia mampu menarik perhatian khalayak.
Khalayak cenderung menyukai orang yang
tampan atau cantik (faktor fisik), mempunyai
banyak kesamaan dengan dirinya dan memiliki
kemampuan yang lebih tinggi.
2. Kredibilitas sumber: dalam hal ini kredibilitas
sumber merujuk pada kepercayaan komunikan
kepada komunikator. Kepercayaan itu tergantung
pada:
a. Kemampuan dan keahlian komunikator
berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan.
b. Kemampuan dan keterampilan menyampaikan
pesan sesuai dengan situasi yang disampaikan.
c. Memiliki budi pekerti dan kepribadian baik
dan disegani oleh khalayak.
d. Memiliki keakraban dan hubungan baik
dengan khalayak.
3. Selain daya tarik dan kredibilitas sumber,
komunikator juga dituntut untuk mampu
berempati. Empati bisa diartikan sebagai
memahami orang lain yang tidak mempunyai arti
emosional kita.
3. Tujuan Strategi Komunikasi
Tujuan strategi komunikasi dituturkan oleh R.
Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett
45
dalam bukunya yang berjudul Techniques for Effective
Communication, dikutip dari buku milik Onong Uchjana
Effendy, yaitu:
a. to secure understanding,
b. to establish acceptance,
c. to motivate action.
Pertama adalah to secure understanding,
memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang
diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan
menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to
establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan
dimotivasikan (to motivate action).23
D. Formula Lasswell
Dari sekian banyak teori komunikasi yang
dikemukakan oleh para ahli, teori dasar terkait strategi
komunikasi adalah teori Harold Lasswell atau biasa
dikenal dengan Formula Lasswell yang menyatakan
bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan
komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan
tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab
pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom
23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h.
32
46
With What Effect? (siapa mengatakan apa dengan cara
apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”.
Who
Communicator
Says
what
Message
In which
chanel
Medium
To
whom
receiver
With
what
effect
a. Communicator: dalam hal ini adalah komunitas Peduli
Jilbab, yang harus mampu menyampaikan pesan
sosialisasi pemakaian jilbab syar‟i kepada publiknya,
sehingga publik memahami dan mengerti mengenai
pesan yang disampaikan.
b. Message: merupakan kabar atau pesan yang
disampaikan kepada khalayaknya, pesan tersebut
dapat disampaikan dengan teknik kampanye, dimana
penyampaian ide, gagasan, dan informasi, serta
aktivitas tertentu dapat dipublikasikan dengan tujuan
agar publik dapat mengetahui, mengenal, dan
memahami, serta menerimanya.
c. Medium: merupakan sarana yang paling penting dalam
menyampaikan pesan kepada publik. Dan juga sebagai
mediator antara komunikator dengan komunikan.
d. Receiver: merupakan publik yang menjadi target atau
sasaran komunikasi, pemahaman komunikator
terhadap komunikan merupakan sesuatu yang penting
47
agar timbul rasa saling percaya, toleransi, dan saling
kerjasama untuk memperoleh dukungan.
e. Effect: merupakan respon atau reaksi setelah proses
komunikasi tersebut berlangsung yang bisa
menimbulkan umpan balik yang positif maupun
negatif.
Setiap komponen-komponen dalam strategi
komunikasi harus dikenal dan dipahami dengan baik.
Karena semua komponen itu merupakan implementasi
cara untuk membentuk strategi komunikasi, termasuk
dalam melakukan kegiatan penyebaran informasi.
Berdasarkan unsur-unsur komunikasi oleh Harold D.
Lasswell dalam bukunya Hafied Cangara yang berjudul
Pengantar Ilmu Komunikasi, menjelaskan komponen-
komponen strategi komunikasi tersebut, di antaranya:24
a) Strategi Pemilihan Komunikator
Strategi pemilihan komunikator ini tentunya harus
memenuhi kriteria dan standar-standar tertentu bagi
seorang komunikator. Di antara kriteria dan standar-
standar itu adalah:
- Kriteria latar belakang komunikator
- Standarisasi kredibiltas komunikator
- Standarisasi daya tarik komunikator
24
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Prenada, 2006), h. 47
48
Alasan penetuan kriteria dan standar tersebut
adalah guna memperoleh hasil terbaik dalam proses
komunikasi efektif. Sebagaimana diketahui bahwa
komunikator menjalankan peranan yang paling
penting akan sukses tidaknya jalannya proses
komunikasi. Seorang komunikator harus memiliki
latar belakang yang sesuai ruang lingkup yang dia
hadapi, begitu juga dengan kredibilitasnya yang harus
tinggi untuk menjadi komunikator yang baik.
Komunikator juga harus mempunyai daya tarik
tersendiri dalam dirinya, yang berguna untuk menarik
perhatian lebih dari komunikan.
b) Strategi Penyusunan dan Penyajian Pesan
Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan hal
yang juga penting. Tanpa pesan, seorang komunikator
tidak mampu menjadi seorang komunikator karena
tidak ada yang disampaikan. Pesan adalah sesuatu
yang disampaikan oleh komunikator, maka dari itu
pesan yang baik harus direncanakan sebaik mungkin
dan juga bagaimana pesan tersebut nanti disajikan
agar komunikan sanggup menerima pesan yang kita
maksud. Di antaranya strategi penyusunan dan
penyajian pesan, setidaknya ada dua aspek penting
yang harus diperhatikan dalam perancangan pesan
yang efektif, yaitu:
49
- Isi Pesan
Aspek isi pesan memiliki kontribusi besar dalam
membangun kualitas konten. Beberapa hal yang
terkait dengan isi pesan, mulai dari materi
pendukungnya, visualisasi pesan, isi negatif
pesan, pendekatan emosional, pendekatan rasa
takut, kreativitas dan humor, serta pendekatan
kelompok rujukan.
- Struktur Pesan
Dalam strategi penyampaian pesan, elemen
struktur pesan memegang peranan penting dalam
menyusun keseluruhan makna yang akan
didapatkan oleh audiens. Istilah struktur pesan
merujuk pada bagaimana unsur-unsur pesan
diorganisasikan.
c) Strategi Pemilihan dan Perencanaan Media
Secara garis besar, media terdiri dari 3 macam, yaitu:
- The spoken words (yang berbentuk ucapan), yaitu
jenis media yang berbentuk ucapan atau bunyi
yang ditangkap dengan indra telinga, seperti radio
dan telegram
- The printed writing (yang berbentuk tulisan),
yaitu media yang berbentuk tulisan, gambar,
lukisan, dan sebagainya yang dapat ditangkap
dengan indra mata.
50
- The audiovisual media (media yang berbentuk
gambar hidup), yaitu media yang berbentuk
gambar hidup dan mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Contohnya televisi dan internet.
Di antara ketiga jenis tersebut tidak ditegaskan
mana yang terbaik karena setiap jenis memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sama
halnya dalam penyusunan pesan, dalam pemilihan
media yang digunakan pun kita harus selektif, dalam
arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak
dengan memperhitungkan situasi sosial psikologis.
d) Strategi Pemilihan dan Pengenalan Khalayak
Sebelum kita melakukan atau melancarkan
komunikasi, ada perlunya kita mempelajari siapa
yang akan menjadi sasaran komunikasi kita. Faktor
yang harus diperhatikan dalam mengenal khalayak
adalah sebagai berikut:
- Faktor kerangka referensi
Pesan komunikasi yang disampaikan komunikan
harus disesuaikan dengan kerangka referensi.
Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam
dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman,
pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status
sosial, ideologi, cita-cita, dan lain sebagainya.
51
Dalam situasi komunikasi interpersonal, mudah
mengenal kerangka referensi komunikasi karena
ia hanya satu orang. Mengenal kerangka referensi
menjadi sulit jika dalam komunikasi kelompok.
Ada kelompok yang individu-individunya sudah
saling kenal seperti kelompok karyawan atau
kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal,
seperti pengunjung rapat RW. Komunikasi harus
disesuaikan dengan kerangka referensi mereka.
Adapun yang lebih sulit adalah mengenal
kerangka referensi para komunikan dalam
komunikasi massa, sebab sifatnya sangat
heterogen. Karena itu pesan yang disampaikan
kepada khalayak melalui media massa hanya yang
bersifat informatif dan umum saja, yang dapat
dimengerti oleh semua orang, mengenai hal yang
menyangkit kepentingan semua orang. Jika pesan
yang akan disampaikan kepada khalayak adalah
untuk dipersuasikan, maka akan lebih efektif, bila
khalayak dibagi menjadi kelompok-kelompok
khusus. Lalu diadakan komunikasi kelompok
dengan mereka, yang berarti komunikasi dua arah
secara timbal balik.
- Faktor situasi dan kondisi
52
Yang dimaksudkan dengan situasi di sini ialah
situasi komunikasi pada saat komunikan akan
menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi
yang dapat menghambat jalannya komunikasi
dapat diduga sebelumnya, umpamanya
mengadakan rapat dengan para karyawan pada
waktu gajian.
Adapun yang dimaksud dengan kondisi di sini
ialah state of personality komunikan, yaitu
keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia
menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita
tidak akan efektif apabila komunikan sedang
marah, sedih, bingung, sakit atau lapar. Dalam
menghadapi komunikan dalam situasi seperti itu,
kadang-kadang kita bisa menangguhkan
komunikasi kita sampai datangnya suasana yang
menyenangkan. Tapi tidak jarang pula kita harus
melakukannya pada saat itu juga di sini faktor
manusiawi sangat penting.
E. Sosialisasi
1. Pengertian Sosialisasi
Menurut James W Vander Zanden, sosialisasi
adalah suatu proses interaksi sosial dimana orang
memperoleh pengetahuan, nilai, sikap serta perilaku
esensial untuk berpartisipasi secara efektif dalam
53
masyarakat.25
Sosialisasi adalah proses dimana individu
menerima kemudian menginternalisasikan atau
menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola
perilaku dari kebudayaan mereka.
Sosialisasi sangat erat hubungannya dengan proses
komunikasi. Dalam menginternalisasi sebuah informasi,
nilai dan pemahaman kepada diri sendiri diperlukan
transfer informasi dari sumber informasi kepada target
sasarannya. Dalam penyampaian aktivitas tersebut
biasanya menggunakan media. Adapun media yang
digunakan bisa berupa keluarga, kelompok bermain,
sekolah, lingkungan kerja dan media massa.26
Sosialisasi
umumnya bersifat persuasif, yaitu mengajak target
sasarannya untuk melakukan suatu perbuatan atau hanya
dengan memberikan suatu pengetahuan.
Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar
bagi perkembangan manusia. Dengan berinteraksi dengan
orang lain, seorang individu belajar bagaimana berpikir,
mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan. Hasil
akhirya ialah membentuk perilaku kita, termasuk pikiran
dan emosi kita sesuai dengan budaya yang berlaku.27
25 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan . (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011) h. 60 26 Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar,
(Jakarta: Prenada Media, 2005) h. 56 27 James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi,
(Jakarta: Erlangga, 2007) h.74
54
2. Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua:
a. Sosialisasi primer ini terjadi pada masa pertumbuhan,
yakni dengan cara mengucapkan kalimat, cara
mengucapkan kata, cara bersikap dan lain sebagainya.
Pada masa ini agen sosialisasi utamanya adalah
keluarga. Menurut Peter L. Berger dan Luckmann
mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi
pertama yang dijalani individu menjadi anggota
masyarakat (keluarga).
b. Sosialisai sekunder adalah suatu proses sosialisasi
lanjutan setelah sosialisasi primer yang
memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat. Menurut Goffman, kedua
proses tersebut berlangsung dalam institusi sosial,
yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua
institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam
situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas
dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama
menjalani hidup terkurung, dan diatur secara
formal.28
28 M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006), Cet. ke-1 h. 80
55
F. Jilbab Syar’i
1. Pengertian Jilbab Syar’i
Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya
Jalabib artinya pakaian yang lapang atau luas.
Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat
menutup aurat wanita. Lebih jelasnya jilbab adalah kain
mengulur yang menutupi seluruh tubuh dari atas hingga
mata kaki.29
Ada dua kosa kata yang dewasa ini dipakai banyak
orang untuk makna yang sama, hijab dan jilbab.
Keduanya adalah pakaian perempuan yang menutup
kepala dan tubuhnya. Al-Qur‟an sendiri menyebut kata
hijab untuk arti tirai pembatas penghalang, penyekat
yakni suatu yang menghalangi, membatasi, memisahkan
antara dua bagian atau dua pihak yang berhadapan
sehingga satu dengan yang lain tidak saling melihat atau
memandang.30
Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia yang
popular untuk busana muslimah adalah jilbab. Secara
etimologis kata jilbab berasal dari bahasa Arab dan
bentuk jamaknya jalabib. Yakni yang digunakan untuk
29 Nasaruddin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: PT
Serambi Imu Semesta,
2010), hal. 22. 30
Husein Muhammad, Islami Agama Ramah Perempuan
(Yogyakarta: LKIS, 2004), h. 207
56
menutup tubuh dari atas ke bawah, ada yang mengatakan
bahwa yang dimaksud jilbab adalah pakaian yang lebih
lebar dari khimar, namun lebih kecil dari rida’ yang
digunakan untuk menutup dada adalah kain izar
(sarung).31
Syar‟i berasal dari kata syara’a atau thariqah yang
berarti memakai syari‟at, maka jilbab syar‟i yakni
kerudung dan jilbab yang benar-benar sesuai dengan
ketentuan syariat.32
Menutup aurat yang sesuai syariat,
yaitu:
- Batas aurat muka dan telapak tangan (HR. Abu
Daud No. 3580)
“Telah menceritakan kepada kami (Ya'qub
bin Ka'b Al Anthaki) dan (Muammal Ibnul Fadhl
Al Harrani) keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami (Al Walid) dari (Sa'id bin Basyir)
dari (Qatadah) dari (Khalid) berkata; Ya'qub bin
Duraik berkata dari Aisyah r.a, bahwa Asma binti
Abu Bakr masuk menemui Rasulullah SAW
dengan mengenakan kain yang tipis, maka
Rasulullah SAW pun berpaling darinya. Beliau
bersabda: "Wahai Asma`, sesungguhnya seorang
wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat
darinya kecuali ini dan ini -beliau menunjuk
wajah dan kedua telapak tangannya" Abu Dawud
berkata, "Ini hadits mursal. Khalid bin Duraik
belum pernah bertemu dengan 'Aisyah r.a"
31 Husein Muhammad, Islami Agama Ramah Perempuan, h. 208 32
Arief B. Iskandar, Jilbab Syar‟i: Meluruskan Beberapa Kesalahan
Berbusana Muslimah, (Jakarta: Khilafah Press, 2012) h. 4
57
- Menutupi dada (Surat An-Nur ayat 31)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak- budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
58
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.”
- Longgar dan tidak transparan
“Rasulullah SAW memerintahkan wanita
yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari
Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan
kaum muslimin. Kemudian seorang wanita
berkata: „Wahai Rasulullah jika diantara kami ada
yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?‟
Rasulullah bersabda: „Hendaknya temannya
memakaikan sebagian pakaiannya‟” (HR. Abu
Daud No. 1136)
- Menutupi Mata Kaki
Dalam hadis Ummu Salamah r.a, Rasulullah
SAW bersabda:
“Barang siapa menyeret pakaiannya
dengan sombong, Allah SWT tidak akan
melihatnya pada hari kiamat”. Kemudian Ummu
Salamah bertanya: “Bagaimana para wanita
membuat ujung pakaian mereka?” Beliau
menjawab: “Hendaklah mereka menjulurkan
sejengkal” Ummu Salamah berkata lagi: “Kalau
begitu telapak kaki mereka akan tersingkap?”
Beliau menjawab: “Hendaklah mereka
menjulurkannya sejengkal, mereka tidak boleh
melebihkannya.” (HR. Tirmidzi No. 1731, Hasan
Shahih)
2. Batas-Batas Jilbab Syar’i dan Syaratnya
Jilbab merupakan tanda iffah (kehormatan diri),
simbol kesempurnaan, selain tanda kemuliaan dan
59
keimanan. Sehingga harus memperhatikan beberapa
syarat yang harus dipenuhi agar pakaian bisa disebut
jilbab syar‟i:33
1. Menutupi segala sesuatu yang wajib ditutup dari
tubuh laki-laki adalah sesuatu antara pusar dan lutut
sedangkan pada perempuan adalah keseluruh badan
kecuali muka dan kedua telapak
2. Terbuat dari bahan kain yang tebal dan tidak tipis
menerawang karena tujuan jilbab adalah menutupi
jika tidak menutupi maka tidak disebut dengan jilbab
mengingat ia tidak bisa mencegah pandangan mata
orang lain
3. Hendaklah tidak memakai pakaian laki-laki, begitu
pula dengan laki-laki tidaklah menyerupai pakaian
perempuan
4. Bisa menutup rambutnya secara keseluruhan,
sehingga tidak boleh bagi perempuan muslimah yang
memakai jilbab tetapi masih terlihat
rambutnya yang kelihatan di dahi yang seperti marak
saat ini
5. Bisa menutup leher secara keseluruhan, sehingga
terhindar dari tatapan mata laki-laki yang membawa
syahwat ketika melihat leher tersebut
33
Ahmad Al-Hajji Al-Kurdi, Hukum-Hukum Wanita Dalam Islam
(Semarang: Dina Utama, 1995), h. 181
60
6. Menutup dada dengan jilbab. Ada sementara
perempuan mengikatkan dua ujung jilbabnya ke
belakang lehernya, sehingga dadanya kelihatan
menonjol, perilaku ini yang tidak islami dari filsafah
etika Islam.
7. Menggunakan pakaian yang longgar agar lekukan
tubuh tidak kelihatan.
61
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Komunitas Peduli Jilbab
Peduli Jilbab ini merupakan komunitas sosial yang
diusung dari muslimah, oleh muslimah, dan untuk muslimah.
Alasan awal dibentuknya komunitas ini yaitu untuk berbagi
jilbab syar’i pada golongan tak mampu sekaligus
mengampanyekan ajakan berjilbab syar’i. Sehingga dua
orang pemrakarsa komunitas ini, Amalia Dian Ramadhini
dan Angela Rosera Wardhani mulai mendirikannya sejak
tanggal 4 Mei 2012.
Komunitas ini diusung pendiri dari keprihatinan
keduanya terhadap muslimah yang ingin berjilbab syar’i,
namun terhalang faktor ekonomi. Maka dari itu, mereka
membentuk sebuah perkumpulan kecil untuk mengumpulkan
donasi jilbab syar’i dan membagikannya kepada orang yang
membutuhkan. Perkumpulan tersebut diresmikan pada
tanggal 19 Mei 2012 dengan nama Peduli Jilbab.1
Nama Peduli Jilbab sesungguhnya diambil dari nama
salah satu program kerja Rohis di SMA Negeri 5 Depok,
tempat pendirinya bersekolah dulu. Pendiri beranggapan
1 https://komunita.id/2016/02/19/solidaritas-peduli-jilbab-beauty-
inside-syar’i-outside/ diakses pada 07 Agustus 2017 pukul 21.40 WIB
62
bahwa manusia perlu untuk peduli terhadap orang lain agar
dapat bermanfaat pula bagi orang lain. Kepedulian mereka
terhadap permasalahan jilbab syar’i tak hanya diwujudkan
dengan pengumpulan donasi dan pembagian jilbab syar’i
gratis. Peduli Jilbab juga bergerak untuk meningkatkan
muslimah mengenai kewajiban berjilbab.
Kepeduliannya juga ditujukan kepada muslimah yang
baru ingin berjilbab, hingga yang sudah berjilbab namun
belum syar’i. Pergerakan dari Peduli Jilbab mendapat
dukungan positif dari tokoh Islam terkenal seperti Felix
Siauw, Asma Nadia, dan Salim Afillah. Melalui akun Twitter
pribadi mereka, akun @pedulijilbab diperkenalkan secara
luas hingga memperoleh respon positif juga dari masyarakat.
Jumlah donasi jilbab syar’i yang dikirimkan pada Peduli
Jilbab semakin banyak, pengikutnya pun terus bertambah.
Dari sebagian pengikutnya, banyak yang ingin turut
bergabung bersama komunitas Peduli jilbab
mengampanyekan pemakaian jilbab syar’i.2
Pada awal gerakan ini, kegiatan komunitas Peduli
Jilbab mulai membagikan kerudung gratis kepada yang
membutuhkan yang disosialisasikan melalui akun Twitter
@pedulijilbab. Sambutan masyarakat terhadap kegiatan ini
sangat positif, sehingga pembagian kerudung gratis pun bisa
2
https://www.jakartasinergi.com/team/detail/3-solidaritas-peduli-
jilbab diakses pada 07 Agustus 2017 pukul 22.00 WIB
63
sampai ke seluruh wilayah Indonesia kecuali Indonesia
bagian timur.
Namun, pada saat gencar kegiatan pembagian
kerudung gratis tersebut, ada salah satu oknum yang
memanfaatkan untuk promosi tanpa izin bahwa kegiatan
tersebut disponsori olehnya. Kemudian berawal dari tawaran
Kesatuan Pelajar Muslim Depok yang meminta komunitas
Peduli Jilbab menjadi narasumber sebuah kajian, komunitas
ini merapikan arah gerak tidak hanya sebatas pembagian
kerudung gratis, yaitu menjadi Jilbab Share, Jilbab Care, dan
Jilbab Wear dengan didukung Tim Kreatif dari 4 divisi yang
saling bersinergi dan memiliki tugas masing-masing.
Pada komunitas ini, anggota yang aktif
mengampanyekan pemakaian jilbab syar’i kerap disebut Tim
SPJ (Tim Solidaritas Peduli Jilbab). Kantor pusatnya masih
menjadi satu dengan rumah pimpinan pusatnya di Depok
karena bersifat komunitas sukarela. Selain itu, untuk
mempermudah koordinasi yang dilakukan Koordinator Pusat
dalam memantau kinerja Tim SPJ yang letaknya jauh,
pimpinan pusat menunjuk koordinator Tim SPJ pada setiap
regional.
Komunitas Peduli Jilbab memiliki 4 divisi diantaranya
Jilbab Share, Jilbab Wear, Jilbab Care dan Tim Kreatif.
Setiap divisi mempunyai tugas khusus masing-masing.
64
Pertama, Jilbab Share memiliki tugas untuk menyebarkan
sosialisasi tentang pemakaian jilbab syar’i, baik melalui
seminar atau kegiatan-kegiatan lainnya. Sedangkan Jilbab
Care memiliki tugas untuk membagikan jilbab gratis kepada
para muslimah yang membutuhkan.
Para muslimah yang membutuhkan dapat mengisi
formulir permintaan jilbab pada website pedulijilbab.com
yang kemudian akan diproses oleh tim Jilbab Care dan
akhirnya diberikan jilbab secara gratis. Kemudian ada Jilbab
Wear yang bertugas mengumpulkan dana untuk memberikan
jilbab yang akan dibagikan oleh tim Jilbab Care. Terakhir
adalah Tim Kreatif, divisi ini bertugas untuk menghandle
akun-akun jejaring sosial komunitas Peduli Jilbab, baik
website, email, Facebook, Instagram dan juga Twitter.
Proses perekrutan Tim SPJ dilakukan melalui sistem
seleksi data. Tahap pertama bagi yang ingin menjadi Tim
SPJ harus mendaftarkan diri secara online pada waktu yang
telah ditentukan oleh komunitas Peduli Jilbab. Kemudian
yang lolos diminta membuat challenge baru. Dari challenge
tersebut, komunitas Peduli Jilbab memilih beberapa orang
yang akan dijadikan anggota Tim SPJ. Saat ini sudah ada
Tim SPJ batch 5 dengan jumlah 328 orang yang tersebar di
seluruh Indonesia.
65
Dalam satu tahun sekali, komunitas Peduli Jilbab selalu
melakukan pemutihan untuk Tim SPJ. Pemutihan tersebut
ditujukan untuk Tim SPJ yang tidak melakukan daftar ulang
pada waktu yang telah ditentukan. Artinya, untuk Tim SPJ
yang tidak melakukan daftar ulang akan secara otomatis
diputihkan oleh Peduli Jilbab dan tidak berhak untuk
mendapatkan informasi maupun pelatihan-pelatihan intrnal
dari Peduli Jilbab. Hal tersebut dikemukakan oleh
Koordinator Pusat Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini:
“Tahun ini kita ngga ada pembukaan batch, tapi tiap tahun itu kita ada pemutihan, jadi buat yang ngga mau aktif ngga usah daftar ulang, jadi kalo dia ngga daftar ulang dia otomatis diputihkan dan dia tidak berhak untuk jadi panitia dan mendapatkan informasi internal
maupun pelatihan-pelatihan internal di Peduli Jilbab.”3
1. Logo Dan Tampilan Media Sosial (Facebook, Twitter,
dan Instagram) Peduli Jilbab
a. Logo Komunitas Peduli Jilbab
Gambar 3.1 Logo Komunitas Peduli Jilbab
3 Wawancara Pribadi Dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi Indah
Sawangan 2, Pengasinan, 5 April 2018
66
b. Tampilan Media Sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram)
Gambar 3.2 Tampilan Facebook Komunitas Peduli Jilbab
Gambar 3.3 Tampilan Twitter Komunitas Peduli Jilbab
Gambar 3.4 Tampilan Instagram Komunitas Peduli Jilbab
67
2. Struktur Komunitas Peduli Jilbab dan Fungsi
Koordinator Pusat
Amalia Dian Ramadhini
Biro Kestari
Annisa Kurniati
Biro Keuangan
Hutami Maulinasari
Sekretaris Jendral
Angela Rosera W
Divisi Penelitian dan Pengembangan
Reni Nurhastuti
Divisi Humas Tuti Alawiyah
Divisi Jilbab Share Tri Erniati
Divisi Jilbab Care Rifdatun Nafiah
Divisi SPJ Preneur
Aisyah Nurkumala
Koordinator Regional
33 Regional se Indonesia
Jabatan Fungsi
Ketua/Koordinator
Umum
Memimpin Peduli Jilbab sesuai
dengan ketentuan yang belaku
di internal organisasi Peduli
Jilbab, bertanggung jawab
terhadap jalannya organisasi
dan mewakili Peduli Jilbab
serta bertindak ke luar/dalam
untuk dan atas nama Peduli
Jilbab sesuai dengan garis
68
kebijakan organisasi,
mengoordinasikan dan
mengarahkan pembagian tugas
kepada ketua-ketua divisi dan
seluruh struktural organisasi
Peduli Jilbab, membangun
jaringan,
mempertanggungjawabkan
seluruh kebijakan dan agenda
kegiatan Peduli Jilbab pada
Musyawarah Nasional Peduli
Jilbab.
Biro Administrasi
Kesekretariaran
Mengadakan, mencatat, dan
mengarsip surat-surat dan
dokumen organisasi,
menyimpan dam memelihara
arsip-arsip penting,
mendokumentasikan aset-aset
Peduli Jilbab,
mengoordinasikan sekretaris
tiap-tiap divisi, mengeluarkan
kebijakan mengenai mekanisme
kesekretariatan, membuat
database pembicara, instansi,
sponsor, dll, membuat kalender
69
kegiatan Peduli Jilbab dan
menindaklanjuti rencana
kegiatan Peduli Jilbab, dan
bertanggung jawab kepada
Koodinator Pusat.
Keuangan Membuat rencana anggaran
pendapatan dan belanja Peduli
Jilbab, mengelola keuangan
organisasi, membuat laporan
keuangan secara periodik,
mengeluarkan kebijakan
mengenai alur pengelolaan
keuangan, dan bertanggung
jawab kepada Koordinator
Pusat.
Pusat Divisi
Kaderisasi
Merancang dan menerapkan
pola kaderisasi dan
pengembangan internal Peduli
Jilbab, membuat sistem
informasi dan sistem database
Peduli Jilbab, membuat
kebijakan khusus mengenai
kaderisasi Peduli Jilbab,
mengevaluasi proses penerapan
70
kaderisasi di seluruh divisi
Peduli Jilbab, mengaudit dan
mengontrol kinerja tiap-tiap
divisi Peduli Jilbab,
menindaklanjuti hasil audit tiap-
tiap divisi, menjadi konsultan
bagi seluruh anggota Peduli
Jilbab, dan bertanggung jawab
kepada Koordinator Pusat.
Divisi Jilbab Share Menanamkan nilai Islam yang
kondusif sebagai pusat media
syiar utama, melaksanakan syiar
Islam dalam bentuk kajian,
media, seni, dan program syiar
lain yang mendukung,
mengelola isu-isu keislaman,
dan bertanggung jawab kepada
Koordinator Pusat.
Divisi Jilbab Care Meningkatkan kualitas dan
kuantitas penyaluran donasi
jilbab, membuat kebijakan
penyaluran donasi, mengadakan
pembinan terhadap penerima
donasi, menjaga hubungan baik
71
berkesinambungan dengan para
donator, mengeluarkan
kebijakan mengenai alur
pengelolaan keuangan, dan
bertanggung jawab kepada
Koordinator Pusat.
Divisi Humas Membangun hubungan sosial
kemasyarakatan, mengelola
media, membuat kebijakan
publikasi kegiatan, mengadakan
pelatihan publikasi, dan
bertanggung jawab kepada
Koordinator Pusat.
Divisi Solidaritas
Peduli Jilbab Preneur
Melakukan usaha-usaha mandiri
untuk memenuhi kebutuhan
dana Peduli Jilbab, melaporkan
hasil usaha kepada Biro
Administrasi secara periodik,
dan bertanggung jawab kepada
Koordinator Pusat.
Tabel 3.1 Fungsi Struktur Peduli Jilbab
Struktur organisasi tersebut merupakan reformasi
yang dilakukan pada bulan Februari 2015. Perubahan
struktur dilakukan karena menanggapi hasil evaluasi pada
72
Munas Desember 2014 mengenai kurang efektifnya tugas
dua divisi yaitu Tim Kreatif dan Jilbab Wear. Sehingga
kedua divisi tersebut diganti nama dan perbaikan job
description menjadi Divisi Humas dan Divisi SPJ
Preneur. Hal tersebut diungkapkan oleh Koordinator
Pusat Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini:
“Jadi itu yang awal tuh, kita memang ada
yang empat itu aja tapi makin kesini Tim Kreatif
itu kebutuhannya bukan cuma buat bikin konten
tapi juga buat mengelola akun dan akhirnya Tim
Kreatif ini diganti jadi Tim Humas. Jadi jauh lebih
besar cakupannya dari Tim Kreatif. Trus
kemudian Jilbab Wear itu kan dulu ada karena
tahun 2012 itu belum banyak onlineshop yang jual
kerudung syar’i, kan makin kesini makin banyak
ya akhirnya untuk ekspansi juga diganti jadi SPJ
Preneurs..”4
B. Visi dan Misi Peduli Jilbab
Visi Peduli Jilbab adalah mentransformasi muslimah
agar memiliki “Beauty Inside, Syar’i Outside”. Sedangkan
misinya adalah membumikan hijab syar’i, memperbaiki
akhlak dengan memberi teladan, bersinergi dengan pihak-
pihak yang memiliki visi yang sama, dan membangun
komunitas yang saling menyemangati dalam kebenaran.
4 Wawancara Pribadi Dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi Indah
Sawangan 2, Pengasinan, 5 April 2018
73
C. Kegiatan Kampanye Peduli Jilbab
1. International Hijab Solidarity Day
Gambar 3.5 Peduli Jilbab Dalam Memperingati IHSD
International Hijab Solidarity Day atau Hari
Solidaritas Hijab Internasional ini diadakan setiap bulan
September. Beberapa komunitas Islam
menyelenggarakan aksi longmarch dalam rangka
memperingati International Hijab Solidarity Day yang
diselenggarakan di arena Car Free Day. Adapun
komunitas yang terlibat yaitu Peduli Jilbab, Aku Cinta
Islam, Dakwah Harian, Rumah Dakwah Indonesia, Syiar
Hijrah, Gerakan Membersihkan Masjid (GEMAS),
Dompet Dhuafa Volunteer (DDV), Manjaddawajada,
One Day One Juz (ODOJ), Muslim Designer
Community, Sahabat Syar’i Indonesia (SASI), The Real
Ummi, dan Hafizh On The Street. Tujuan diadakannya
momentum ini agar dapat menjadi semangat bagi para
74
muslimah untuk semakin percaya diri dalam memakai
jilbab syar’i.5
2. GEMAR (Gerakan Menutup Aurat)
Gambar 3.6 Peduli Jilbab Dalam Kegiatan Gemar
Tujuan dari diadakannya GEMAR ini adalah
mengajak para muslimah untuk menutup auratnya sesuai
syari‟at, dan mau untuk berjilbab syar’i. Kegiatan ini
biasanya diselenggarakan di masjid sampai di tempat-
tempat umum. Dalam kegiatan ini Peduli Jilbab memberi
motivasi dan mengajak kepada muslimah agar bersegera
menutup auratnya, sebelum ajal menjemput. Pada
kegiatan ini juga, Peduli Jilbab memberikan jilbab gratis
kepada muslimah yang ingin memakai jilbab syar’i.
Memasuki acara Hijrah Massal, tim Peduli Jilbab secara
simbolis memakaikan jilbab syar’i kepada salah satu
peserta. Hijrah Massal ini adalah hijrah untuk menutup
aurat sesuai syariat atau berjilbab syar’i yang dilakukan
secara massal atau bersama-sama.
5http://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/09/25/124272/in
ternational-hijab-solidarity-day-momentum-muslimah-semakin-pede-
berjilbab-syari.html diakses pada Rabu, 20 Juni 2018 pukul 09.36 WIB
75
3. Seminar
Gambar 3. 7 Seminar Beauty Inside Syar'i Outside
Komunitas Peduli Jilbab juga kerap mengadakan
seminar-seminar ke sekolah dan kampus-kampus untuk
memberikan edukasi akan pentingnya berjilbab.
Tujuannya tidak lain agar para muslimah Indonesia
menutup auratnya sesuai ajaran Islam dan berharap
ajakan komunitas Peduli Jilbab bisa semakin meluas.6
4. Sepuluh Ribu Jilbab Untuk Indonesia
Gambar 3.8 Akun kitabisa.com Komunitas Peduli Jilbab
Kegiatan tebar 10.000 jilbab untuk Indonesia
diinisiasi oleh gerakan Peduli Jilbab demi memfasilitasi
serta mendampingi muslimah-muslimah yang ingin
berjilbab syar’i tapi terkendala masalah keuangan. Dalam
6
https://www.kiblat.net/2016/02/18/komunitas-solidaritas-peduli-
jilbab-aktif-serukan-kampanye-berhijab-secara-syari/ diakses pada hari Rabu,
20 Juni 2018 pukul 10.43 WIB
76
hal ini, komunitas Peduli Jilbab menggunakan
website kitabisa.com untuk menggalang dana dan
siapa pun dapat melakukan donasi. Uang donasi yang
diperoleh akan digunakan seluruhnya untuk
pendistribusian jilbab syar’i ke seluruh Indonesia
demi membumikan jilbab syar’i sesuai dengan
perintah Allah SWT. 17
7 https://m.kitabisa.com/sepuluhribujilbab diakses pada hari Rabu, 20
Juni 2018 pukul 10.35 WIB
77
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Temuan
Pada bab ini penulis akan menjabarkan hasil temuan
penelitian yang meliputi strategi pemilihan komunikator,
strategi penyusunan dan penyajian pesan, strategi pemilihan
media, kemudian strategi pemilihan dan pengenalan
khalayak komunitas Peduli Jilbab dalam mensosialisasikan
pemakaian jilbab syar’i di kalangan muslimah
1. Strategi Pemilihan Komunikator Komunitas Peduli
Jilbab Dalam Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab
Syar’i di Kalangan Muslimah
Kegiatan mensosialisasikan pemakaian jilbab
syar’i yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab ini
merupakan suatu usaha komunikasi yang memerlukan
strategi. Dalam hal ini, strategi komunikasi digunakan
Peduli Jilbab dalam mensosialisasikan pemakaian jilbab
syar’i kepada khalayak eksternal. Strategi komunikasi
dibutuhkan tidak hanya sebagai perencanaan saja tetapi
juga dibutuhkan perencanaan dan penerapan yang matang.
Strategi komunikasi yang dilakukan oleh
komunitas Peduli Jilbab tentunya membutuhkan
komunikator untuk menyampaikan pesan-pesan guna
78
menarik minat khalayak untuk memakai jilbab syar’i.
Dalam hal ini komunikator menjadi penting karena sangat
berpengaruh pada tujuan dari strategi komunikasi
tersebut.
Dalam berbagai kajian komunikasi, komunikator
menjadi sumber dan kendali semua aktivitas komunikasi.
Oleh karena itu, jika suatu proses komunikasi tidak
berhasil dengan baik, maka kesalahan utama bersumber
dari komunikator. Sebagai pelaku utama dalam aktivitas
komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat
penting. Untuk itu seorang komunikator yang akan
bertindak sebagai ujung tombak suatu kegiatan harus
terampil berkomunikasi, kaya ide, serta penuh daya
kreativitas.
Pemilihan anggota Tim SPJ sudah dilakukan sejak
akhir tahun 2012. Proses perekrutan, seleksi, challenge,
dan pelatihan harus dilewati oleh semua anggota Tim SPJ.
Berawal dari tawaran KPMD (Komunitas Pelajar Muslim
Depok) yang meminta komunitas Peduli Jilbab menjadi
narasumber sebuah kajian, berawal dari sanalah
komunitas Peduli Jilbab merapikan arah gerak mereka
menjadi beberapa divisi.
“Dulu kita membagi divisi menjadi empat,
pertama kalinya juga kita ngadain kopdar.
Sebelum adanya Tim SPJ kita membuka relawan
79
sekitar bulan September siapa yang mau bantu
silahkan datang, kemudian donasi berjalan
lancar, ngisi acara jalan, sampai bulan Desember
saya menikah saya jadi mikir. Kayaknya kita
harus punya tim deh. November 2012 kita open
recruitment, ada daftar secara online. Pertama
daftar itu yang masuk ada 388 orang, bener-bener
diluar dugaan, padahal 50 orang juga udah
alhamdulillah banget. Dari situ di seleksi sampai
terjaring 124. Mereka disuruh isi formulir yang
panjang banget isinya, pertanyaannya tentang
data diri yang pasti, background pendidikannya
gimana, pengalaman organisasi, bagaimana
pemahaman mereka tentang suatu kepanitiaan,
kalo mereka udah di Peduli Jilbab mau ngapain,
dan masih banyak yang lainnya. Setelah isi online,
mereka ada seleksi offline yang kita garap
bertujuh waktu itu sampai ga tidur, sampai pada
nginep di sebuah kamar yang hanya ukuran 2x3
meter. Seleksi 388 orang yang daftar mulai dari
cek facebook pribadi sama akun medsos pribadi
lainnya. Hingga akhirnya yang diterima hanya
124 orang dan mereka menjadi Tim Solidaritas
Peduli Jilbab pertama, setelah itu Maret 2013
munas (musyawarah nasional) yang diadakan di
Depok”1
Beberapa divisi dari komunitas Peduli Jilbab saat
itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Jilbab Share;
bertugas memberikan ilmu-ilmu atau sharing yang
bermanfaat tentang jilbab atau masalah wanita lainnya,
Jilbab Care; bertugas menerima, menyalurkan serta
menginventarisir semua donasi serta mecatat muslimah
1 Wawancara Pribadi dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi
Sawangan Indah 2, Pengasinan, 5 April 2018
80
yang berhak menerima jilbab gratis, dan Jilbab Wear;
bertugas untuk menjual, mempromosikan jilbab yang di
mana hasil penjualannya itu digunakan untuk memenuhi
muslimah yang kurang mampu namun ingin mengenakan
jilbab.
Dalam komunitas Peduli Jilbab pelatihan khusus
untuk menyiapkan Tim SPJ menjadi pembicara juga
dilakukan melalui kegiatan internal yaitu TPFM (Training
Public Figure Muslimah) selama 2 hari 1 malam. Dalam
kegiatan TPFM tersebut Tim SPJ dilatih dalam hal public
speaking.
“Di jilbab share baru hari Jumat Sabtu
Minggu lalu kita adain yang namanya TPFM
Training Public Figure Muslimah itu di internal,
jadi kayak bagaimana dia kan nanti jangan sampe
cuman dia-dia aja yang ngisi, harus ada
regenerasi gitu, jadi kemaren dilatih ditraining 2
hari 1 malem mulai dari dakwahnya trus dari
public speaking, leading diri gitu”2
Dalam hal ini, komunitas Peduli Jilbab benar-
benar menyiapkan Tim SPJ yang siap untuk menjadi
pembicara karena dalam komunitas Peduli Jilbab
mempunyai suatu tujuan sehingga harus disampaikan oleh
komunikator yang terlatih juga. Pemilihan komunikator
juga sangat penting karena komunikator akan
2
Wawancara Pribadi dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi
Sawangan Indah 2, Pengasinan, 5 April 2018
81
menyampaikan pesan kepada khalayak. Komunikator-
komunikator tersebut antara lain yaitu Divisi Jilbab Share,
tokoh agama, dan beberapa publik figur seperti Oki
Setiana Dewi.
Pelatihan TPFM ini juga dimaksudkan agar Divisi
Jilbab Share memiliki basic komunikasi yang baik
sehingga dapat menyampaikan pesan kepada khalayak
sasaran dengan baik dan juga komunitas Peduli Jilbab
mempunyai regenerasi. Regenerasi dianggap penting
karena dapat menjadi penerus bagi keberlangsungan
komunitas Peduli Jilbab.
Dalam memilih komunikatornya, komunitas
Peduli Jilbab sudah memiliki Divisi Jilbab Share yang
memang tugas utamanya adalah menyampaikan pesan
kepada khalayak sasaran. Kriteria dalam pemilihan
anggota Divisi Jilbab Share yaitu memiliki pengetahuan
nilai-nilai Islam, memiliki keterampilan berbicara di
depan audiens, mampu mengelola isu-isu keislaman, dan
mampu melaksanakan kegiatan penyampaian pesan dalam
bentuk kajian, media, seni, dan program-program lainnya.
Selain Divisi Jilbab Share, beberapa publik figur
dan tokoh agama juga kerap kali menjadi komunikator
dalam kegiatan yang diadakan oleh komunitas Peduli
Jilbab. Beberapa publik figur dan tokoh agama yang
82
dipilih yaitu misalnya Oki Setiana Dewi, Meyda Sefira,
dan Ustadzah Mas Farlina Limarwangi. Beberapa di
antaranya dipilih karena memiliki pengalaman hijrah yang
dapat memotivasi para muslimah sehingga dapat dicontoh
jejaknya, memiliki banyak prestasi meskipun sudah
berjilbab, memiliki pekerjaan yang bagus meskipun
berjilbab syar’i, tetap terlihat fashionable meskipun sudah
berjilbab, dan lain sebagainya.
2. Strategi Penyusunan Pesan dan Penyajian Pesan
Komunitas Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan
Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah
Setelah pemilihan komunikator, maka langkah
selanjutnya adalah penyusunan pesan dan penyajian
pesan, yaitu menentukan materi yang akan disampaikan
kepada komunikan. Syarat utama dalam mempengaruhi
khalayak dari pesan tersebut ialah mampu
membangkitkan perhatian. Pesan yang disampaikan
terkait dengan mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i,
komunikator menggunakan penyajian pesan yang bersifat
menarik perhatian khalayak. Contohnya generasi milenial
saat ini menurut Koordinator Pusat Komunitas Peduli
Jilbab tidak suka pembahasan dengan ayat-ayat yang
mereka anggap sangat membosankan. Mereka lebih
tertarik dengan pembahasan tentang pernikahan dan
jodoh.
83
Penyusunan pesan harus direncanakan dan
disampaikan dengan baik agar dapat menarik perhatian
khalayak. Rencana komunikasi di sini adalah bagaimana
komunikator menyampaikan materi kegiatan sosialisasi
ini dan bagaimana bentuk bahasa yang digunakan oleh
komunikator. Namun dalam beberapa kegiatan undangan,
Peduli Jilbab kerap diminta untuk memberikan materi
sesuai dengan kegiatan yang mereka adakan, tetapi hal itu
tidak membuat komunikator kesulitan untuk tetap
memasukkan unsur-unsur pesan sosialisasi pemakaian
jilbab syar’i di dalamnya.
“Jadi misalkan “kak, aku mau ngundang
dong” nah yaudah tapi sebutin semua jelas
misalnya nama kegiatannya apa, temanya apa,
audiencenya siapa, terus pematerinya siapa aja,
materinya mau apa. Jadi misalnya kan materi
tentang jilbab tapi kan mereka mintanya temanya
jadi Bidadari-Bidadari Syurga misalnya, itu kan
dari mereka tapi intinya tema yang mereka ajukan
kita ambil tapi didalemnya pasti ada unsur
mensosialisasikan jilbab syar’i..”3
Peduli Jilbab memiliki Tim SPJ yang berada di
berbagai wilayah Indonesia, padahal pesan dari kegiatan
sosialisasi pemakaian jilbab syar’i yang disampaikan
haruslah sama. Untuk itu, pesan yang akan disampaikan
kepada khalayak harus benar-benar dipersiapkan dengan
3 Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati di Bayt Al-Quran TMII,
Jakarta Timur, 5 Mei 2018
84
baik. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan konflik
akibat pesan yang multitafsir. Sehingga Peduli Jilbab
menerapkan beberapa aturan terkait persiapan suatu
pesan.
Salah satu aturan yang diterapkan Peduli Jilbab
diberikan untuk admin media sosial baik pusat maupun
regional. Pesan yang disampaikan melalui media sosial
bersifat ringan namun menyentuh. Artwork karya dari Tim
Kreatif atau saat ini disebut Divisi Humas terkadang salah
dalam dalam pencantuman logo penting maupun isi pesan
yang tersirat maupun tersurat pada karya tersebut. Oleh
karena itu, dibuatlah SOP dalam menyampaikan pesan
kepada khalayak di Peduli Jilbab. Pesan yang sudah
sesuai dengan SOP bisa disampaikan melalui media sosial
maupun tatap muka, tentu tak lepas dari izin Koordinator
Pusat Komunitas Peduli Jilbab.
“Kalo aturannya sih sebenernya yaa balik
lagi ya pakem-pakem apa yang harus kita
sampaikan tentang jilbab syar’i kayak misalnya
tentang ayat-ayat tentang hijab terus tentang
kriteria hijab syar’i seperti apa, terus juga
istilahnya tips-tips supaya temen-temen bisa tetep
istiqomah dalam berjilbab syar’i. Kalo aturan
tertulisnya sih lebih ke poin-poin aja sih
maksudnya tadi kayak yang aku bilang jadi
misalnya poin-poinnya apa-apa yang disampaikan
85
itu ada. Poin-poin tertulisnya ada. SOP lah
istilahnya”4
“Kalo SOP dalam menyampaikan pesan di
medsos kita ada ya. Lebih ke cara penulisan sih,
misalnya ngga boleh pake huruf kapital kecuali
untuk penulisan judul untuk penekanan aja. Trus
ngga boleh copy paste, kalo pun mau kutip tulisan
harus jelas sumbernya, ngga boleh asal masukin
ayat-ayat atau fiqih-fiqih. Kayak gitu sih..”5
Berdasarkan hasil wawancara di atas, komunitas
Peduli Jilbab sangat memperhatikan pesan-pesan yang
akan disampaikan kepada khalayak baik melalui tatap
muka maupun media sosial agar tidak menimbulkan
multitafsir. Dalam keduanya, komunitas Peduli Jilbab
memperhatikan bentuk bahasa yang digunakan dalam
menyampaikan pesan kepada khalayak. Kemudian dalam
hal penulisan sebuah konten yang akan disebarkan
melalui media sosial juga harus sesuai dengan SOP yang
telah dibuat oleh komunitas Peduli Jilbab.
Komunitas Peduli Jilbab menyampaikan pesan
berkaitan dengan ketauhidan di berbagai media sosial
seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Dengan cara
artwork atau gambar yang unik membuat pembaca tidak
merasa bosan untuk melihatnya, simpel namun
menyentuh hati ditambah dengan caption (tulisan di
4 Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati di Bayt Al-Quran TMII,
Jakarta Timur, 5 Mei 2018 5 Wawancara Pribadi Dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi Indah
Sawangan 2, Pengasinan, 5 April 2018
86
bawah pada gambar atau karikatur, dan sebagainya) yang
singkat, padat, dan jelas. Contoh pesan yang disampaikan:
Gambar 4.1 Postingan Pesan Pada Instagram
Caption yang menyertai gambar tersebut adalah:
“Semua orang bisa menjadi besar karena ada yang
Maha Besar. Seluruh hal yang ada di bumi ini tidak
terlepas dari kehendak Allah SWT. Semua yang terjadi
tidak mungkin terjadi tanpa sepengetahuan Allah SWT.”
Komunitas Peduli Jilbab juga kerap kali
membahas mengenai seluruh hukum dan perundang-
undangan yang terdapat dalam agama Islam, baik yang
berhubungan dengan manusia dengan Tuhan, maupun
manusia dengan antar manusia sendiri. Pesan yang
disampaikan oleh komunitas Peduli Jilbab melalui media
sosial dengan gambar yang menarik serta caption yang
singkat, padat dan jelas.
87
Gambar 4 2 Postingan Pesan Mengenai Larangan Berpacaran
Komunitas Peduli Jilbab juga berfokus untuk
memberikan jilbab serta mengedukasi kaum muslimah
mengenai jilbab. Maka komunitas Peduli Jilbab
memberikan landasan atau hukum tentang aturan dalam
menggunakan jilbab. Pesan mengenai landasan dan
hukum mengenai jilbab juga dikemas secara menarik,
sehingga tidak membuat para komunikan merasa digurui
ataupun merasa tersinggung. Seperti biasanya pesan yang
mereka sampaikan dengan postingan berbagai gambar
(artwork) di semua akun media sosialnya, yaitu:
Gambar 4.3 Postingan Pesan Tentang Jilbab
88
Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunitas
Peduli Jilbab selama ini disajikan dengan sebuah gambar
yang unik yang didesain oleh Tim Humas, dengan tujuan
agar mudah dipahami dan menarik minat orang untuk
membacanya.
3. Strategi Pemilihan Media Komunitas Peduli Jilbab
Dalam Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab Syar’i di
Kalangan Muslimah
Media atau saluran menjadi penting dalam
menjalankan strategi komunikasi, tidak hanya sebagai
pendukung tapi bisa juga menjadi penentu keberhasilan
dalam mencapai tujuan komunikasi. Dalam hal ini yang
menjadi tujuan komunitas Peduli Jilbab adalah untuk
menarik minat kaum muslimah memakai jilbab syar’i.
Strategi media merupakan upaya penentuan alat
apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikasi kepada khalayak sasaran atau komunikan.
Media sendiri digunakan sebagai alat untuk menyalurkan
ide, hal ini juga diharapkan mampu mendapatkan
feedback dari khalayak mengingat media dapat
menjangkau sasaran atau target komunikasi yang lebih
luas.6
Komunitas Peduli Jilbab dalam melaksanakan
kegiatannya menggunakan media cetak, yaitu media yang
6 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, h. 73
89
berbentuk tulisan, gambar, lukisan, dan sebagainya yang
dapat ditangkap dengan indra mata. Contohnya surat
kabar, buku, majalah, brosur, pamplet, dan lain
sebagainya. Komunitas Peduli Jilbab juga tentunya
menggunakan media cetak ini dalam aktivitasnya.
1. Buku
Buku yang diterbitkan oleh komunitas Peduli Jilbab
adalah buku yang berjudul “From Jilbab To Akhirat”.
Buku ini ditulis oleh Tim SPJ dengan berisikan ilmu-
ilmu tentang berjilbab, kisah-kisah hijrah para
muslimah yang memutuskan untuk berjilbab serta
berisikan pertanyaan-pertanyaan dan keraguan
muslimah tentang berjilbab.
Gambar 4.4 Buku Komunitas Peduli Jilbab
2. Brosur
Brosur adalah selembaran cetakan yang hanya terdiri
atas beberapa halaman, dilipat tanpa dijilid berisikan
informasi tertulis secara singkat namun sistematis, dan
90
terbit secara berkala. Komunitas Peduli Jilbab
menggunakan brosur sebagai media untuk kegiatan
sosialisasinya.
Gambar 4. 5 Brosur Komunitas Peduli Jilbab
Selanjutnya media audiovisual, yaitu media yang
berbentuk gambar hidup dan mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Contohnya televisi dan internet. Komunitas
Peduli Jilbab melakukan kegiatannya menggunakan
media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram
dalam mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di
kalangan muslimah. Dilihat dari penduduk Indonesia yang
sangat aktif dalam menggunakan media sosial, Peduli
Jilbab memanfaatkan hal itu agar kegiatannya dapat
meluas ke seluruh Indonesia maupun dunia. Hal tersebut
sama seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Pusat
Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini:
“.. Kalo untuk sekarang sih kita aktif di
Instagram, Facebook, Twitter juga masih. Karena
masyarakat sekarang kan banyak yang main
medsos ya jadi kita ambil celah disitu dan
91
alhamdulillah ya emang kekuatan teknologi zaman
sekarang Peduli Jilbab semakin banyak
followernya dan makin dikenal banyak orang” 7
Menurut Koordinator Pusat Peduli Jilbab, media
sosial yang digunakan Peduli Jilbab saat ini dinilai sudah
tepat karena telah menyesuaikan dengan perkembangan
zaman saat ini dan memberikan dampak yang baik seperti
bertambahnya follower yang akhirnya mengikuti beberapa
kegiatan yang diadakan oleh Peduli Jilbab. Walaupun
Peduli Jilbab belum sepenuhnya memanfaatkan media
sosial lainnya seperti Youtube, namun hal tersebut bukan
berarti membuat Peduli Jilbab tidak berkembang.
Akun-akun media sosial komunitas Peduli Jilbab
ini digunakan untuk menginformasikan hal-hal yang
sifatnya kegiatan baik sebelum, saat, dan sesudah
kegiatan; serta berbagi tips dan saran-saran. Strategi yang
dijalankan di beberapa media sosial komunitas Peduli
Jilbab antara lain dengan upload-an yang membuat rasa
penasaran khalayak, memanfaatkan hashtag waktu
memposting, memanfaatkan prime time, dan
memanfaatkan akun-akun influencer.
Komunitas Peduli Jilbab sendiri memanfaatkan
media massa seperti radio. Namun, hal tersebut hanya
dilakukan oleh Tim SPJ regional Bandung. Bentuk
7 Wawancara Pribadi dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi
Sawangan Indah 2, Pengasinan, 5 April 2018
92
publikasi pada radio adalah talkshow. Hal tersebut
dinyatakan oleh Tri Erniati, Divisi Jilbab Share:
“Kalo radio iya, sering lah ya radio. Radio
itu beberapa kali sih pernah. Radio itu bukan
radio-radio umum ya paling radio-radio Islam
gitu ya contohnya salah satu temen yang di
Bandung. Bandung kan ada SPJ regional
Bandung nah mereka pernah mengisi di MQ FM
Bandung.”8
4. Strategi Pemilihan dan pengenalan Khalayak
Komunitas Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan
Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah
Khalayak dari suatu kegiatan tentu juga perlu
dikenali dengan baik oleh pelaku kegiatan. Khalayak
dapat dibagi menjadi dua, yaitu khalayak internal maupun
eksternal. Khalayak internal dari kegiatan ini tentu saja
Tim SPJ, tak hanya di pusat melainkan di seluruh regional
yang ada di Indonesia. Sementara khalayak eksternal yaitu
khalayak umum yang disasar untuk mendapatkan dampak
kegiatan sosialisasi pemakaian jilbab syar’i.
Selama ini hubungan dengan khalayak internal
tetap terjaga dengan baik meski jarang atau bahkan belum
pernah bertatap muka berkat kemajuan teknologi
komunikasi saat ini. Komunikasi antarpersonal menjadi
sangat mudah, bahkan rapat koordinasi pun kini mudah
8 Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati di Bayt Al-Quran TMII,
Jakarta Timur, 5 Mei 2018
93
dilakukan hanya menggunakan media daring, WhatsApp.
Meski tak dipungkiri pula bahwa miscommunication pun
kerap terjadi. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh
Koordinator Pusat Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini:
“Dari 328 orang yang baru aku temuin
cuma 100 orang mungkin, dan aku harus ambil
hati mereka dan itu susah banget. Tapi aku
berusaha buat menyelami mereka satu persatu
lewat WhatsApp sama Instagram sih biasanya.
Dari situ aku bisa tau kesukaan mereka apa, nah
dari situ aku bisa coba masuk”
“Kita ada grup internal di Whatsapp buat
diskusi sih kebanyakan. Tapi ya gitu kekurangan
komunikasi lewat media sosial ya, ada aja yang
salah paham salah nangkep, miscommunication
lah maksudnya begini dipahaminnya begitu”9
Dalam menghadapi khalayak internal, Koordinator
Pusat Peduli Jilbab biasanya harus mempelajari setiap
karakter anggota Tim SPJ. Meskipun belum pernah
bertatap muka karena terkendala jarak, setidaknya
Koordinator Pusat Peduli Jilbab berusaha untuk mengenal
anggotanya dengan memfollow akun media sosial setiap
anggotanya. Hal tersebut dilakukan agar Koordinator
Pusat Peduli Jilbab mengetahui hal yang disukai setiap
anggotanya sehingga dapat dengan mudah untuk
mengkoordinasikan mereka. Apalagi dengan perbedaan
9 Wawancara Pribadi Dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi Indah
Sawangan 2, Pengasinan, 5 April 2018
94
kondisi, situasi, dan karakter setiap anggota Tim SPJ,
Koordinator Pusat Peduli Jilbab juga berusaha untuk
memahami setiap permasalahan yang sedang dihadapi
oleh setiap anggota Tim SPJ.
Komunitas Peduli Jilbab juga memiliki khalayak
eksternal, khalayak inilah yang diupayakan oleh
komunitas Peduli Jilbab melalui berbagai kegiatan agar
menjadi sadar dari pesan-pesan kegiatan yang sampai
pada mereka. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut,
sebagian yang sudah berjilbab syar’i akan diajak untuk
turut bergabung dalam komunitas Peduli Jilbab maupun
mendaftar sebagai anggota tim SPJ. Sementara itu, bagi
yang belum memakai jilbab syar’i akan diajak untuk turut
memakai jilbab syar’i.
Dalam menghadapi khalayak eksternal,
Koordinator Pusat Peduli Jilbab harus mengetahui
peristiwa yang sedang ramai dibicarakan. Sehingga bisa
menjadi ide tema untuk kegiatan. Sasaran dalam kegiatan
sosialisasi pemakaian jilbab syar’i yaitu muslimah umur
20 sampai 30 tahun, karena dianggap pada umur 20
sampai 30 tahun individu dapat mengambil keputusan
sendiri. Hal ini penting mengingat tujuan komunitas
Peduli Jilbab yaitu suatu perubahan. Oleh karena itu, tema
kegiatannya harus menyesuaikan. Namun, Peduli Jilbab
95
juga sering mengadakan kegiatan di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dalam mengenal khalayak eksternal, komunitas
Peduli Jilbab juga mempunyai cara tersendiri yaitu
dengan mewajibkan pihak sekolah, instansi, dan lain
sebagainya yang akan mengundang komunitas Peduli
Jilbab sebagai pemateri untuk mengisi format-format yang
telah dibuat oleh komunitas Peduli Jilbab. Format-format
tersebut berisikan nama kegiatan, tema kegiatan,
audience, pemateri lain yang akan mengisi kegiatan, dan
materi yang diinginkan. Hal tersebut diungkapkan
langsung oleh Divisi Jilbab Share Peduli Jilbab, Tri
Erniatai:
“Dari pas mereka mengundang itu harus
jelas audiencenya siapa. Jadi kan kita memang
ada ibaratnya peraturan juga, ada aturan ketika
mau ngundang SPJ ada format-format yang harus
mereka isi. Jadi misalkan “kak, aku mau
ngundang dong” nah yaudah tapi sebutin semua
jelas misalnya nama kegiatannya apa, temanya
apa, audiencenya siapa, terus pematerinya siapa
aja, materinya mau apa..”10
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat
disimpulkan bahwa dari format tersebut dapat
memudahkan komunitas Peduli Jilbab dalam mengenal
khalayak eksternal yang akan dihadapinya. Sehingga
10
Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati di Bayt Al-Quran TMII,
Jakarta Timur, 5 Mei 2018
96
komunitas Peduli Jilbab dapat menyesuaikan diri dalam
setiap kegiatan yang berbeda-beda. Meskipun dalam
setiap kegiatan tema materinya berbeda-beda, komunitas
Peduli Jilbab tetap memasukkan unsur-unsur dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa komunitas
Peduli Jilbab telah mengenali khalayaknya dengan baik.
Setelah dikenali dengan cukup baik, Peduli Jilbab
memperlakukan kedua jenis khalayaknya dengan cara
yang berbeda. Perlakuan yang dilakukan dalam menjaga
hubungan baik tentu menyesuaikan tujuan dan kebutuhan
di setiap jenis khalayak yang ada.
B. Pembahasan
Kesuksesan suatu komunitas dalam mengelola
kegiatannya hingga menimbulkan dampak, tentu tak lepas
dari strategi komunikasi di dalamnya sehingga suatu pesan
dapat tersampaikan dengan baik. Komunitas Peduli Jilbab
dalam kegiatannya mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i
pun membutuhkan suatu strategi komunikasi. Strategi
komunikasi yang digunakan oleh komunitas Peduli Jilbab
meliputi strategi pemilihan komunikator, strategi penyusunan
dan penyajian pesan, strategi pemilihan media, dan strategi
pemilihan dan pengenalan khalayak.
Dalam proses komunikasi, komunikator memegang
peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan
97
komunikasi. Harold Lasswell mengatakan dalam buku
Hafied Cangara yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi
bahwa ada faktor penting dari komunikator ketika
menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran, yaitu:
kredibilitas, kriteria latar belakang, dan daya tarik.11
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan
tentang sifat-sifat komunikator. Kepercayaan komunikan
kepada komunikator menjadi hal yang perlu diperhatikan
untuk dapat mempengaruhi komunikan sesuai tujuan
komunikasi.12
Komunikator akan mampu mengubah sikap,
opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik
jika pihak komunikan merasa ada kesamaan dalam status
sosial ekonomi, pendidikan, sikap dan kepercayaan, maka
komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan
oleh komunikator.
Untuk bisa memengaruhi komunikan, maka kredibilitas
komunikator harus benar-benar diperhatikan. Kredibilitas
mengacu pada tiga komponen yakni keahlian, kepercayaan,
dan eksistensi. Keahlian merupakan komponen utama yang
mampu memengaruhi kesan komunikan terhadap
komunikator. Komunikator akan memberikan pesan bagi
komunikan jika ia adalah seorang yang ahli dalam topik yang
sedang dibicarakan. Jika komunikator bukan orang yang ahli,
11
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 48 12
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 257
98
maka sulit bagi komunikan untuk dapat terpengaruh pada
pesan yang disampaikan komunikator. Selain keahlian,
kepercayaan merupakan komponen yang perlu ada dalam
membangun kredibilitas komunikator. Kepercayaan
berhubungan dengan kesan komunikan terhadap watak
komunikator. Karenanya, penting bagi komunikator untuk
dapat menunjukkan watak dan sikap yang baik sehingga
dapat dipercaya saat melakukan penyampaian pesan.
Komponen terakhir yang tidak kalah penting adalah
eksistensi komunikator. Tidak dapat dipungkiri, seorang
komunikator yang telah memiliki “nama” akan lebih mudah
mendapatkan perhatian dari komunikan dibanding
komunikator yang tidak pernah diketahui oleh publik saat
melakukan penyampaian pesan.
Seorang komunikator dituntut untuk memiliki daya tarik,
baik secara fisik maupun psikologis. Seorang komunikator
yang menyampaikan pesan akan dapat lebih diterima secara
baik jika ia memiliki daya tarik fisik. Penerimaan komunikan
terhadap komunikator karena tarik fisik bukanlah sesuatu
yang salah. Daya tarik fisik dapat mengantarkan seorang
komunikator untuk mendapatkan perhatian dan lebih
dihargai. Selain daya tarik fisik, seorang komunikator juga
harus memiliki daya tarik psikologis. Daya tarik psikologis
biasanya lebih merujuk pada adanya kesamaan dan
kedekatan antara komunikator dan komunikan pada saat
99
kegiatan menyampaikan pesan. Pada umumnya, orang akan
lebih tertarik pada orang lain yang memiliki pandangan yang
sama dengan dirinya.13
Dari hasil penelitian terhadap pemilihan komunikator
yang komunitas Peduli Jilbab lakukan dapat disimpulkan
bahwa komunikator-komunikator penyampaian pesan sudah
memenuhi unsur kredibilitas dan unsur daya tarik. Divisi
Jilbab Share, tokoh agama, dan publik figur dianggap
memiliki kredibilitas karena mereka tahu dan menguasai
topik yang akan disampaikan, memiliki watak yang baik, dan
sudah banyak dikenal orang bagi publik figur dan tokoh
agama, artinya dalam hal ini mereka sudah memenuhi
komponen-komponen yang mengacu pada kredibilitas.
Selain itu, komunikator komunitas Peduli Jilbab juga
sudah dianggap memiliki unsur daya tarik karena
berpenampilan menarik. Divisi Jilbab Share juga memiliki
daya tarik karena usianya yang masih muda cenderung dapat
menarik perhatian dan mengajak khalayak untuk memakai
jilbab syar’i. Publik figur juga memiliki daya tarik fisik yaitu
penampilan yang menarik dan wajah yang cantik sehingga
dapat menarik perhatian khalayak ketika menyampaikan
pesan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pemilihan
komunikator yang komunitas Peduli Jilbab lakukan dapat
13
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, h. 69
100
disimpulkan bahwa komunikator-komunikator penyampaian
pesan sudah memenuhi unsur kredibilitas dan daya tarik.
Divisi Jilbab Share, publik figur, dan tokoh agama dianggap
kredibel karena mereka tahu dan menguasai bidang tersebut.
Selain itu, komunikator komunitas Peduli Jilbab juga sudah
dianggap memiliki unsur daya tarik karena berpenampilan
menarik dan memiliki pembawaan yang baik. Divisi Jilbab
Share juga memiliki daya tarik karena usianya yang masih
muda cenderung dapat menarik anak-anak muda untuk
bergabung dan memiliki kesadaran mengenai pemakaian
jilbab.
Walaupun sudah memenuhi kedua unsur kredibilitas dan
daya tarik sumber, komunikator-komunikator komunitas
Peduli Jilbab belum memenuhi syarat yang ketiga yaitu
kriteria latar belakang. Karena tidak didasari oleh faktor
pendidikan yang tinggi, namun yang diutamakan adalah
seorang yang ahli dalam menyampaikan pesan.
Pesan utama yang ingin disampaikan komunitas Peduli
Jilbab adalah mengajak target sasarannya untuk memakai
jilbab syar’i. Lebih lanjut, pesan yang dibawakan komunitas
Peduli Jilbab biasanya disampaikan secara langsung maupun
tidak langsung. Hal tersebut dilakukan agar khalayak sasaran
bisa menafsirkan pesannya sendiri-sendiri. Pesan komunitas
Peduli Jilbab sudah mencakup ketiga sifat pesan, yakni
informatif, edukatif, dan persuasif. Bersifat informatif karena
101
komunitas Peduli Jilbab menjelaskan perintah agama Islam
mengenai kewajiban muslimah untuk menutup aurat. Bersifat
edukatif karena komunitas Peduli Jilbab juga memberikan
pembelajaran ayat-ayat maupun hadits yang menjelaskan
tentang jilbab. Dan bersifat persuasif karena pesan komunitas
Peduli Jilbab sendiri bertujuan untuk mengajak khalayak
memakai jilbab syar’i.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif, pesan tersebut
perlu dikemas agar menarik perhatian khalayak. Strategi
komunitas Peduli Jilbab yang pertama dalam penyampaian
pesannya adalah dengan menggunakan bahasa tidak formal.
Hal tersebut dilakukan agar suasana saat komunikasi bisa
lebih cair dan mudah melakukan pendekatan dengan target
sasarannya. Strategi kedua, komunitas Peduli Jilbab
mengemas konsep acaranya semenarik mungkin. Dalam
media sosial pun, pesan yang disampaikan dikemas dengan
menarik menggunakan artwork dan pesan yang ringan
namun menyentuh. Tujuannya agar khalayak sasaran
komunitas Peduli Jilbab lebih paham dan bisa memaknai
pesan yang disampaikan. Perancangan pesan dilakukan
komunitas Peduli Jilbab agar khalayak sasaran (komunikan)
bisa lebih mengerti dan pesannya mudah diingat. Dalam
penyampaian pesannya kepada khalayak sasaran, komunitas
Peduli Jilbab melakukannya dengan cukup jelas dan tidak
berbelit-belit. Sehingga dapat dikatakan pesan yang diterima
102
peserta (komunikan) sudah sesuai dengan keadaan dan dapat
diterima oleh siapa saja.
Pesan terkait pemakaian jilbab syar’i yang disampaikan
oleh komunitas Peduli Jilbab mencakup ketiga sifat pesan
tersebut yakni informatif, persuasif, dan edukatif. komunitas
Peduli Jilbab tidak hanya ingin khalayak sekedar mengetahui
apa itu jilbab, melainkan juga bisa sadar akan kewajiban
muslimah menutup aurat dan kemudian memakai jilbab
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan teori dari Harold Lasswell mengenai
penyusunan pesan, komunitas Peduli Jilbab telah memenuhi
poin-poin dalam menyusun dan menyajikan pesan seperti
yang telah disebutkan, yakni pesan yang bersifat informatif,
persuasif, dan juga edukatif. Dalam menyampaikan
pesannya, sebuah komunitas membutuhkan media.
Berdasarkan teori Harold Lasswell, media terbagi menjadi
tiga macam, yaitu: the spoken words (yang berbentuk
ucapan), the printed writing (yang berbentuk tulisan), dan
The audiovisual media (media yang berbentuk gambar
hidup). Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu
komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam
arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. The spoken
words (yang berbentuk ucapan), yaitu jenis media yang
berbentuk ucapan atau bunyi yang ditangkap dengan indra
telinga, seperti radio dan telepon. The audiovisual media
103
(media yang berbentuk gambar hidup), yaitu media yang
berbentuk gambar hidup dan mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Contohnya televisi dan internet.14
Memilih media komunikasi harus mempertimbangkan
karakteristik isi dan tujuan isi pesan yang ingin disampaikan,
dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. Untuk
masyarakat luas, pesan sebaiknya disalurkan melalui media
massa. Ruslan mengatakan media massa seperti media cetak,
surat kabar, majalah, tabloid, dan media elektronik yaitu
televisi, radio, dan film. Mempunyai sifat efek serempak dan
cepat, serta mampu mencapai pembaca dalam jumlah besar
dan tersebar luas di berbagai tempat secara bersamaan.15
Sebagai sebuah komunitas yang menyampaikan pesan
kepada komunikan, the spoken words juga dipakai oleh
komunitas Peduli Jilbab yaitu media telepon. Di mana media
tersebut digunakan jika ada komunikan yang ingin
melakukan sharing atau cerita berkenaan dengan masalah
jilbab atau masalah yang lainnya untuk mendapatkan solusi.
Selain itu, komunitas Peduli Jilbab menggunakan the printed
writing yaitu, buku, brosur, dan booklet. Selanjutnya, the
audiovisual media, komunitas Peduli Jilbab memanfaatkan
internet sebagai media untuk menyampaikan pesannya
mengenai pemakaian jilbab syar’i.
14
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 49 15
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media
Komunikasi: Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 29
104
Dapat dikatakan, pemilihan media yang dilakukan
komunitas Peduli Jilbab sudah sesuai dengan teori Harold
Lasswell mengenai pemilihan media. Komunitas Peduli
Jilbab dalam penyampaian pesannya sudah menggunakan 3
jenis media yang disebutkan yaitu, the spoken words, the
printed writing, dan the audiovisual media.
Memahami masyarakat, terutama yang akan menjadi
target sasaran program komunikasi merupakan hal yang
sangat penting sebab semua aktivitas komunikasi diarahkan
kepada mereka (komunikan). Komunikanlah yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu program.
Target sasaran komunitas Peduli Jilbab secara umum
adalah masyarakat luas, namun target utamanya adalah anak
muda usia 20-30 tahun. Berdasarkan teori Harold Lasswell,
dalam mengenal khalayak terdapat faktor-faktor yang harus
diperhatikan yaitu, faktor kerangka referensi dan faktor
situasi dan kondisi.16
Faktor kerangka referensi digunakan
komunitas Peduli Jilbab untuk mengenal khalayak internal
yaitu melaui observasi. Observasi ini dilakukan untuk
mengetahui karakter dan kelebihan dari anggotanya. Namun,
tidak semua anggotanya dapat dikenali dengan baik karena
dalam jumlah yang sangat banyak dan tersebar di seluruh
Indonesia sehingga sulit untuk menjangkaunya. Dalam
mengenal khalayak eksternal, komunitas Peduli Jilbab
16
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 49
105
menyampaikan pesannya secara umum, karena sifatnya yang
heterogen.
Komunitas Peduli Jilbab melakukan analisis situasi dan
kondisi terhadap khalayak internal melalui diskusi. Sehingga
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Peduli Jilbab selalu
dihadiri oleh banyak anggotanya. Sedangkan dalam
melakukan kegiatan untuk khalayak eksternal, komunitas
Peduli Jilbab menentukan sendiri waktu dan tempatnya yang
biasa dilakukan pada hari libur dan tempat umum atau
tempat yang biasa dikunjungi oleh orang-orang. Komunitas
Peduli Jilbab beranggapan bahwa pada hari libur biasanya
khalayak dapat meluangkan waktu dan tidak terkendala oleh
pekerjaan atau kegiatan sekolah. Di samping itu, kegiatan
yang diadakan komunitas Peduli Jilbab bersifat sukarela atau
bisa diikuti oleh siapa saja.
Dapat disimpulkan bahwa komunitas Peduli Jilbab belum
secara matang mengenal khalayak sasarannya. Tidak
berdasarkan faktor referensi dan analisis situasi dan kondisi
yang sesuai dengan kajian teori Harold Lasswell karena para
komunikannya adalah komunikasi massa sehingga sulit
untuk mengenalnya.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data maka penulis
menyimpulkan tentang Strategi Komunikasi Komunitas
Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab
Syar’i di Kalangan Muslimah sebagai berikut:
1. Dalam strategi pemilihan komunikator, komunitas Peduli
Jilbab menetapkan anggotanya sendiri yaitu Divisi Jilbab
Share, tokoh agama, dan beberapa publik figur sebagai
komunikator penyampaian pesannya. Komunikator yang
ditetapkan dengan dua faktor yaitu, kredibilitas dan daya
tarik yang diharapkan pesan komunitas Peduli Jilbab
dapat tersampaikan dengan mudah ke kalangan muslimah.
2. Strategi penyusunan dan penyajian pesan pada dasarnya
dirumuskan secara informatif, edukatif, dan persuasif oleh
komunitas Peduli Jilbab dengan memperlihatkan unsur-
unsur komunikasi verbal dan nonverbal yang baik. Selain
itu, pesan utama yang ingin komunitas Peduli Jilbab
sampaikan adalah mengajak target sasarannya agar
memiliki kesadaran untuk memakai jilbab syar’i.
3. Strategi pemilihan media yang dilakukan oleh komunitas
Peduli Jilbab sejauh ini menggunakan media massa
seperti radio dan media sosial seperti Facebook, Twitter,
107
dan Instagram. Media-media tersebut dipilih dan
ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan aktivitas
penyebaran informasi masing-masing. Komunitas Peduli
Jilbab beberapa kali juga melakukan talkshow di radio.
Media sosial juga sangat dimanfaatkan sebagai media
untuk melakukan penyampaian pesannya. Dengan
menggunakan media sosial komunitas Peduli Jilbab dapat
menjangkau anak muda yang saat ini diasumsikan sangat
akrab dengan media sosial.
4. Strategi pemilihan dan pengenalan khalayak yang mejadi
sasaran komunikasi dilakukan dengan cara mengenal dan
mendekati khalayak sasarannya yang telah dibagi menjadi
dua jenis yaitu khalayak internal dan khalayak eksternal.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini,
terdapat beberapa saran yang ingin diberikan penulis, yaitu:
1. Komunitas Peduli Jilbab perlu melakukan analisis situasi
dengan melihat seluruh faktor yang mempengaruhi
kegiatan. Lebih baik Peduli Jilbab tidak hanya terfokus
pada situasi yang menonjol dalam diri anggota Tim SPJ
saja, melainkan juga mempertimbangkan faktor eksternal
dan ancaman tak terduga lainnya.
2. Kegiatan yang membawa ideologi keagamaan sangat
sensitif dilakukan di Indonesia. Hal ini tentunya membuat
108
usaha dalam menyampaikan pesan justru menimbulkan
pro dan kontra dari berbagai kalangan. Oleh karena itu,
penulis menyarankan kepada Peduli Jilbab agar lebih
berhati-hati dan mempertimbangkan dampak panjang dari
setiap keputusan yang diambil untuk kegiatannya. Jangan
sampai kontradiksi dengan beberapa pihak yang memiliki
pengaruh besar pada masyarakat justru membahayakan
keberadaan kegiatan itu sendiri.
3. Peduli Jilbab juga perlu melakukan pendekatan lebih
banyak terhadap khalayak internal. Ciptakan kegiatan-
kegiatan internal yang membuat antar anggota Tim SPJ
menjadi seperti keluarga. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sebagai Tim
SPJ.
109
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abidin, Yusuf Zainal. Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep
dan Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia, 2015
Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi. Bandung: PT Amrico, 1989
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana, 2010
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Raja
Grafindo Prenada, 2006.
Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:
Rajawali Press, 2012
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009
Fitri, Idatul. Nurul Khasanah, Kekeliruan dalam Berjilbab.
Jakarta: Al-Maghfiroh, 2003
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara, 2013
Hidayat, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah Dengan
Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Press, 2006
110
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2009
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2007
Kusnadi. Pengantar Manajemen Strategi. Malang: Universitas
Brawijaya, 2001
Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi
Aksara, 2004
Muhammad, Husein. Islami Agama Ramah Perempuan.
Yogyakarta: LKIS, 2004. Mulyana, Deddy. Metodologi
Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2006
Narwoko, Dwi. Sosiologi Teks Pengantar. Jakarta: Prenada
Media, 2005.
Nurdin dan Ahmad Abrori. Mengerti Sosiologi. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi. Jakarta: LPSP3-UI, 1998
R David, Fred, Manajemen Strategi Konsep. edisi Bahasa
Indonesia, Penerjemah Alexander Sindoro, Jakarta:
Prenhalindo, 2002
Roudhonah, Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press, 2007. Cetakan
ke 1
Ruslan. Rosady, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi
dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004
Sugiyono. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung:
Alfabeta. 2010
111
Umar, Nasaruddin. Fikih Perempuan Untuk Semua. Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2010
B. WEBSITE
http://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/09/25/12427
2/international-hijab-solidarity-day-momentum-
muslimah-semakin-pede-berjilbab-syari.html diakses pada
Rabu, 20 Juni 2018 pukul 09.36 WIB
https://www.jakartasinergi.com/team/detail/3-solidaritas-peduli-
jilbab diakses pada 07 Agustus 2017 pukul 22.00 WIB
http:/www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=236377
diakses pada 07 Agustus pukul 14.02 WIB
https://www.kiblat.net/2016/02/18/komunitas-solidaritas-peduli-
jilbab-aktif-serukan-kampanye-berhijab-secara-syari/
diakses pada hari Rabu, 20 Juni 2018 pukul 10.43 WIB
https://m.kitabisa.com/sepuluhribujilbab diakses pada hari Rabu,
20 Juni 2018 pukul 10.35 WIB
https://komunita.id/2016/02/19/solidaritas-peduli-jilbab-beauty-
inside-syar’i-outside/ diakses pada 07 Agustus 2017 pukul
21.40 WIB
http://www.suara-islam.com/read/index/5328/Jadikan-Fenomena-
Hijaber-Community-Sebagai-Momentum-Berbusana-
Syar-i diakses pada 07 Agustus 15.00 WIB
http://twitter.com/pedulijilbab diakses pada 08 Agustus 2017
pukul 09.10 WIBS
http://instagram.com/pedulijilbab diakses pada 08 Agustus 2017
pukul 09.12 WIB
http://www.facebook.com/PeduliJilbab?fred=ts diakses pada 08
Agustus 2017 pukul 09.18 WIB
C. WAWANCARA PRIBADI
112
Wawancara Pribadi dengan Amalia Dian Ramadhini, Fouder
Peduli Jilbab, di Bumi Sawangan Indah 2 pada tanggal 5
April 2018
Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati, Divisi Jilbab Share Peduli
Jilbab, di Bayt Al-Quran TMII, pada tanggal 5 Mei 2018
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Strategi Komunikasi Komunitas Peduli Jilbab Dalam
MensosialisasikanPemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan
Muslimah
Waktu wawancara : Kamis, 5 April 2018. Pukul 11.00 – 11.50 WIB
Tempat wawancara : Bumi Sawangan Indah 2 Blok B4 No. 28, Pengasinan
Pewawancara : Rini Astuti
Informan : Amalia Dian Ramadhini (Founder Peduli Jilbab)
1. Berapa jumlah SPJ yang terdaftar dalam wilayah koordinasi Peduli Jilbab?
Dari jumlah tersebut, berapa yang masih aktif?
Jadi kalo Peduli Jilbab itu kan kita ada batch-nya ya, ada batch
satu sampe lima, batch lima itu yang tahun lalu pembukaannya. Tahun ini
kita ngga ada pembukaan batch, tapi tiap tahun itu kita ada pemutihan,
jadi buat yang ngga mau aktif ngga usah daftar ulang, jadi kalo dia ngga
daftar ulang dia otomatis diputihkan dan dia tidak berhak untuk jadi
panitia dan mendapatkan informasi internal maupun pelatihan-pelatihan
internal di Peduli Jilbab. Jadi kalo untuk sekarang 328 seluruh Indonesia
dan ada juga yang lagi oversize
2. Dari informasi yang sebelumnya saya dapat, struktur Peduli Jilbab secara
umum terdiri dari 4 divisi aktif. Pada wilayah koordinasi Anda, terdapat
berapa divisi yang aktif? Sebutkan divisi tersebut dan jelaskan pula
fungsinya?
Jadi itu yang awal tuh, kita memang ada yang empat itu aja tapi
makin kesini Tim Kreatif itu kebutuhannya bukan cuma buat bikin konten
tapi juga buat mengelola akun dan akhirnya Tim Kreatif ini diganti jadi
Tim Humas. Jadi jauh lebih besar cakupannya dari Tim Kreatif. Trus
kemudian Jilbab Wear itu kan dulu ada karena tahun 2012 itu belum
banyak onlineshop yang jual kerudung syar’i, kan makin kesini makin
banyak ya akhirnya untuk ekspansi juga diganti jadi SPJ Preneurs jadi
kita ngga cuman jual jilbab syar’i aja tapi kita juga ngadain pelatihan
untuk internal SPJP, bukan SPJP si tapi SPJ Preneurs kan di dalam
Peduli Jilbab juga banyak pengusaha-pengusaha ya maintain itu juga,
jadi kalo misalkan mau ada acara Peduli Jilbab nih eh sponsor-sponsor
mereka kita palakin. Jadi itu SPJP kayak berdaya dari dalam dan luar,
jadi sekarang masih empat itu. Tapi sekarang kita punya Biro, jadi kan
kalo empat itu kan memang semua tim SPJ bisa masuk situ kan ibaratnya
tiap daftar ulang tiap pemutihan mereka bisa milih tapi kalo Biro ini
dipilih sama tim pusat, jadi ada yang namanya manajemen pusat sama
regional sama tim SPJ. Manajemen pusat itu ada koordinator pusat saya
sendiri, sekjennya itu Angela kita berdua foundernya, terus ada biro
sekretari itu ada kak Nisa, ada bendahara Tami dan ada Biro Litbang
Nunik. Dan Biro ini dipilih tiap munas dan biro ini kayak pasukan khusus
gitu, jadi mereka tuh lebih fokus ke internal kecuali aku, kalo aku emang
keseluruhan selebihnya biro ini fokus ke masalah internal. Jadi kalo
internal ada masalah, biro-biro inilah yang turun. Kalo dulu kan ke aku
semua trus kayak berpikir, ngga bagus ya kalo suatu organisasi tuh one
man show bagaimana kalo kita bikin pendelegasian, kalo dulu kan acc
semua ke aku sekarang kalo mau acc ke kak Awi humasnya, kalo acara di
mba Erni bagian jilbab share, tergantung sama kebutuhannya mereka
mau acc apa. Lebih enak sih maksudnya, jadi bisa berpikir luas tentang
Peduli Jilbab gitu.
Kan sebenernya Peduli Jilbab ini awalnya jilbab care ya, gimana
kita bisa buat temen-temen yang pengen pake jilbab tapi ngga punya
jilbabnya. Itu baru semangat awalnya itu doang, jadi kita tuh ngga punya
mimpi kayak punya suatu komunitas gerakan yang bisa besar itu kita ga
punya sama sekali, kita cuma mikir ini banyak loh muslimah-muslimah
yang mau pake jilbab tapi mereka punya keterbatasan. Gimana kalo kita
support, sesepele itu, tapi ternyata Allah mengijabah lebih dari itu semua,
jadi emang jilbab care tuh yang paling utama sebenernya. Nah tapi ya
niat baik tidak selamanya diterima dengan baik ya, jadi ketika kita bagi-
bagi kerudung ternyata kerudungnya ada yang dijual, udah kita ngga
punya duit itu kan dari kantong masing-masing terus kita mikir harus ada
bagian yang mengedukasi khusus bahwa ini bukan cuma sekedar bagi-
bagi kerudung tapi kita harus menjaga kesadaran memakai jilbab yang
baik dan benar akhirnya munculah ada jilbab share untuk mengedukasi.
Jadi kayak untuk ngisi-ngisi itu jilbab share, ada undangan di SMA mana
itu biasanya jilbab share yang diundang nah nanti udah ada pilihan belom
kalo belom nanti temen-temen jilbab share yang dialihkan kesana.
Tergantung permintaan, misal ada yang ngundang langsung ke aku
biasanya itu bilang ke suami aku ngga usah ke jilbab share. Tapi kalo
jilbab share tuh secara lembaga, secara Peduli Jilbab kalo misalkan ada
yang mau ngundang itu ke jilbab share. Tapi kalo misalkan mereka udah
punya inceran misalnya kak aku mau sama mba Erni, mba Erni kan yang
biasa ngisi juga ataupun kak Awi dia juga yang biasa ngisi itu ngga apa,
tapi kalo mereka bilang jilbab share siapa aja kita kasih yang lainnya. Di
jilbab share baru hari Jumat Sabtu Minggu lalu kita adain yang namanya
TPFM Training Public Figure Muslimah itu di internal, jadi kayak
bagaimana dia kan nanti jangan sampe cuman dia-dia aja yang ngisi,
harus ada regenerasi gitu, jadi kemaren dilatih ditraining 2 hari 1 malem
mulai dari dakwahnya trus dari public speaking leading diri gitu.
3. Apa peran dan fungsi utama Anda sebagai Koordinator Pusat Peduli
Jilbab?
Aduh ada di ADART. Intinya sih apa ya perannya itu untuk kan
dari segi manajemen fungsi manajemen itu POAC ya, training organizing
actuating controling itu bagaimana training dari awal jadi kan biasanya
kita perencanaan dari munas ya, munas itu kita evaluasi dulu di evaluasi
setaun kebelakang ngapain kemudian kita membangun rencana setahun
kedepan berarti kita udah ada planingnya nih nah tinggal organizing
sama actuatingnya nih bagaimana yang sudah hasilnya munas ini dikelola
dan itu kan butuh ingatan ya biasanya tuh tim manajemen pusat ngga aku
doang tapi yang lain juga gitu ayo udah bulan ini targetnya ngapain aja,
bulan ini target kita kerjasama sama ini bahas tentang parenting Qurani
gitu itu organizing tuh, ntar regional mana yang kedapetan gitu,
koordinator pusat sebenernya kayak punya hak veto sih jadi kalo misal
mau adain acara ini ya adain, trus actuating pas lagi acara juga
bagaimana arahannya, jadi tiap acara tuh kayak punya arahannya
masing-masing kan jadi semuanya walaupun bukan aku yang jalanin tapi
semua apa ya ruhnya itu diatas istilahnya acara ini tuh SOP nya gini
tujuannya ini jangan geser gitu. Trus controling kalo ada anggota-
anggota atau regional yang bermasalah, kita kan banyak regional juga ya
apalagi regionalnya itu bayangin ada 328 orang mungkin aku baru
ketemu sama 100 orang masih ada 228 orang yang belom aku temuin tapi
aku harus ambil hatinya mereka itu susah banget.
4. Bagaimana situasi dan kondisi yang terjadi dalam upaya mensosialisasikan
pemakaian jilbab syar’i?
Seru sih, beda-beda, pernah di suatu tempat gitu jadi selesai aku
ngisi ada yang dateng tiba-tiba meluk aku tiba-tiba dia nangis, aku takut
ada kata-kata yang menyinggung pas ngisi ternyata dia bilang itu sudah
sangat lama dia pengen tapi kayak belum ada yang menggerakkan
makanya pas hari itu dia ikut dia langsung bilang doain ya kak bismillah
pulang dari sini aku pake jilbab, dia ngga pake jilbab saat itu, dan
sekarang dia jadi tim SPJ dan itu bener-bener unforgetable buat aku. Saat
itu, bahkan aku sendiri sering nanya ya Allah kalo aku ngisi ini bener-
bener berguna ngga sih buat yang dateng, karena kalo ngisi kebanyakan
sharing tentang pengalaman kan generasi milenial ini ngga terlalu suka
sama ayat-ayat, aku merasakan proses hijrah itu susah struggle di
keluarga kalo udah pake jilbab tuh diterima dilingkungan susah dan disitu
mereka kayak ngerasa ngga sendirian itu adalah tujuan utama Peduli
Jilbab untuk menemani hijrah yang lain padahal mah emang hijrah itu
banyak godaannya, kan mau naik kelas
5. Apakah terdapat permasalahan yang menghambat kinerja tim SPJ dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i?
Pasti, perizinan susah. Bali yang paling susah karena kan kemaren
aku baru banget dari sana jadi ikut ngerasain, mereka ngga boleh
ngadain acara di tempat terbuka semua harus di dalem masjid, dalem
rumah. Kalo kita kan mau di CFD bisa, kalo mereka di alun-alun aja
diliatin bahkan diusir jadi ya bisa dibilang kita kena diskriminasi juga
sebenernya disana, makanya kalo di Bali mereka lebih soft gitu mainnya,
maksudnya menyesuaikan juga ya ngadain kajian-kajian di dalam aula
atau rumah. Kalo disini kan mau ngadain acara dimana juga biasa aja,
kayak kemaren di Lembah Gurame banyak yang liat biasa aja tapi kalo
mereka di Bali ngga bisa. Bahkan kemaren di Kalimantan terakhir, jadi
ada perang suku itu aku sampe nyerah dan emang itu udah susah banget
karena udah pake santet-santetan. Terus aku bilang sama tim disana,
menyesuaikan aja sama kondisi disana, adain kajian internal aja kecil-
kecilan gapapa yang penting pas Februari ada acara Gemarnya di indoor
karena kalo outdoor udah susah. Aku tuh ngerasanya mereka disana jauh
punya semangat juang yang tinggi dibanding temen-temen disini
jabodetabek ya mau kajian gampang, tinggal pilih masjid yang mana.
6. Siapa saja sasaran kegiatan sosialisasi pemakaian jilbab syar’i Peduli
Jilbab?
20 sampai 30 tahun, kemarin juga terakhir aku ngisi nun jauh di
sana jalan deket Bekasi itu gurunya juga bilang rohis-rohis di Jakarta
sekarang kayak butuh asupan-asupan seperti ini gitu, mereka terlalu
banyak terpapar di instagram dengan hal yang kurang baik makanya
ketika ada yang gini sekolah sangat mengapresiasi. Tapi aku juga sering
dateng ke SMA terutama yang di Depok aku udah semua.
7. Apa saja kegiatan yang dilakukan Peduli Jilbab dalam mensosialisasikan
pemakaian jilbab syar’i di kalangan muslimah?
Alhamdulillah saat ini kita udah punya banyak kegiatan, mulai
dari Gemar trus seminar-seminar di sekolah atau kampus juga masih
aktif. Kita juga sering berpartisipasi dalam event-event besar kayak
international hijab solidarity day setiap bulan September. Di beberapa
regional juga kegiatan sama kayak yang aku sebutin tadi. Kajian internal
juga setiap bulan atau setiap beberapa bulan sekali juga masih lancar.
Kemaren kita juga ngadain nonton bareng film-film yang menurut aku
banyak banget pesan yang bisa kita ambil. Kalo kajian terus kan takutnya
bosen ya makanya kita harus pinter-pinter cari ide nih makanya kemaren
kita adain itu.
8. Bagaimana sistem perekrutan, pelatihan, dan regenerasi tim SPJ di Peduli
Jilbab?
Jadi perekrutannya itu inget banget waktu batch SPJ satu itu
sebenernya sesepele ini ya, aku tipe orang yang sangat random jadi
banyak hal di Peduli Jilbab yang random tanpa sengaja terjadi tapi itu
akhirnya jadi sistem, ini to be honest aja ya kalo Peduli Jilbab dari awal
udah tertata itu salah, dari awal kita kebanyakan random tapi dari
random itu banyak yang menghasilkan manfaat dan dijadikan sistem. Jadi
dulu itu aku bikin tim SPJ itu alasannya cuma satu, aku mau nikah.
Sesepele itu, jadi sebelum tim SPJ itu ada tim formatur, bukan tim
formatur sih ya pokoknya tim ashabiqul awalun, nah tim ini punya tugas
lah masing-masing, terus kita mikir dengan respon masyarakat sebagus
ini akhirnya bilanglah sama si Angel gimana kalo kita bikin tim SPJ. Dulu
awalnya PJS Peduli Jilbab Syar’i trus ketuker dan serandom itu. Akhirnya
yah S nya didepan nih jadi apa ya, solidaritas oke solidaritas. Trus abis
itu mulailah perekrutan, perekrutan pertama tahun 2012 November akhir
karena pertengahan Desember aku mau nikah. Dan yang daftar itu 380
orang dan itu cuma 120 orang yang diterima. Kita sampe kaget banget
yang daftar 380 orang akhirnya pake seleksilah. Jadi pertama mereka
selesksi data, mereka harus isi data yang amat sangat panjang. Itu bener-
bener panjang banget. Ibaratnya kalo isi form itu, kamu save offline dulu
baru deh kamu isi. Kayak setengah jamlah kalo misalkan isi. Jadi
ibaratnya pas daftar itu kamu dilatih dulu kesabarannya. Seleksi data
dicek satu-satu. Itu beneran dicek satu-satu pernama. Waktu itu bertujuh
seleksinya trus minta tolong sama temen juga sampe nginep. Kita
googling namanya satu-satu ada ga nih ketidaksesuaian sama data
dirinya. Abis itu kalo udah lolos seleksi data, kita kasih mereka challenge.
Challenge tentang jilbab syar’i, terserah mereka mau bikin poster atau
booklet atau apa aja yang isinya tentang jilbab syar’i. Nah dari situ kita
bakal pilih mana aja yang akan jadi anggota Tim SPJ.
9. Menurut Anda, sejauh ini dampak sosialisasi pemakaian jilbab syar’i
Peduli Jilbab telah mencapai tahap perubahan kesadaran (awareness),
perubahan sikap (attitude), atau perubahan perilaku (behavioural) terhadap
jilbab syar’i?
Sebenernya sudah ke perilaku sih sekarang, makanya kan pas lagi
Gemar kemaren kita pake hashtag kutunggu hijrahmu jadi kayak action
loh gitu, inshaAllah besok kita ada acara lagi momen hijrah jadi kayak
kita movement kita bergerak dan yang paling berubah sih di Peduli Jilbab
yah menurut aku perubahan yang sangat baik itu cara kita
menyampaikan, kalo dulu kan hitam putih ya dulu kita kasih sesuatu hitam
putih ya biasalah anak-anak baru belajar agama kebanyakan googling
gitu kalo kata Ust. Abdul Somad kan kita-google-Rasulullah ya kan, ini
serius, kita suka sok tahu soal fiqih ternyata semakin kesini semakin kita
banyak belajar ternyata di situ banyak hal yang kita temui perluasan fiqih,
fiqih tuh luas banget dan akhirnya bikin belajar lagi banyak hal yang
akhirnya di Peduli Jilbab diubah gitu kayak cara penyampaian kita lebih
ke persuasif lebih mengajak bukan menconter attack kayak komunitas lain
ada isu apa langsung ribut nah kita ga mau kayak gitu kecuali itu
berhubungan sama kita. Kita bukan dakwah yang reaktif tapi persuasif.
Makanya aku selalu bilang sekarang jangan pake tanda seru, jangan pake
capslock, pokoknya jangan pake. Kita juga bacanya ga enak kan, kalo
judul doang kita pake capslock buat penekanan. Pake tanda seru juga
hanya untuk kalimat seruan selebihnya ga boleh pake tanda seru.
PEDOMAN WAWANCARA
Strategi Komunikasi Komunitas Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan
Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah
Waktu wawancara : Minggu, 15 Juli 2018. Pukul 15.00 – 15.40 WIB
Tempat wawancara : TMII
Pewawancara : Rini Astuti
Informan : Tri Erniati (Divisi Jilbab Share Peduli Jilbab)
1. Apakah kegiatan-kegiatan dalam Peduli Jilbab lebih banyak bergerak
secara online atau offline?
Dua-duanya sih, jadi kalo online memang bisa bergeraknya bisa
setiap hari tapi ada juga yang offline tuh kayak misalnya kita bikin event-
event, bikin kegiatan acara tebar jilbab salah satunya terus kalo ada
event-event international hijab atau pas hari valentine kita buat isunya
juga jadi ajakan menggunakan jilbab dan itu masih kita lakukan sampai
sekarang. Kalo dibilang berapa persen sih kebanyakan online ya karena
kalo online kan bisa continue tiap hari kan, kalo temen-temen humas tuh
dia timelinenya lebih jelas, jadi kalo misalkan tiap hari ada yang harus
diposting di sosmed, trus ada yang bikin artwork, divisi humas tuh kan
ada yang bikin kamu bisa liat kan desain-desain yang ada itu ada
jadwalnya, maksudnya dalam setiap hari itu ada harus ada postingan.
Kalo dari segi persentase lebih banyak online sih ya.
2. Apakah Peduli Jilbab mempunyai kegiatan rutin yang diadakan baik
kegiatan internal maupun eksternal?
Harusnya sih rutin tiap bulan itu ada event, idealnya ya satu bukan
sekali paling enggalah tiap regional ada kegiatan baik kegiatan eksternal
maupun kegiatan internal. Kalo eksternal berarti keluar ya, temen-temen
yang diluar peduli jilbab tapi kalo yang internal paling acaranya kayak
hari ini nih kita kan halal bi halal, kita adain untuk internal aja khusus
Peduli Jilbab supaya apa, nguatin lagi ukhuwahnya diantara kita,
mempererat lagi persaudaraannya, menguatkan lagi gerakannya.
3. Apa saja kegiatan rutin yang dilakukan Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i?
Kalo yang selama ini berjalan sih tebar jilbab, jadi kita bagi-bagi
jilbab gratis biasanya ditempat umum biasanya kayak di car free day,
kebanyakan di car free day ya terus di alun-alun misalnya kayak nanti kita
mau ke Semarang bagi-bagi di alun-alun Semarang terus juga pas lagi
ada acara-acara seminar itu juga ada bagi-bagi jilbab itu lebih ke tebar
jilbab tapi kalo sekarang sih jilbabnya mungkin jilbab donasinya jilbab
baru gitu. Kalo dulu kan pengumpulan jilbab, kalo dulu tuh dikumpulin
siapa-siapa yang mau donasi jilbab, biasanya jilbab lama lah tapi yang
masih layak pakai kalo sekarang engga. Kalo sekarang sih diupayakan
kita beli jilbab baru, ngasihnya baru. Donasi sekarang kita menggerakkan
program sepuluh ribu jilbab untuk Indonesia jadi uang. Jadi yang mau
donasi bukan lagi bentuk barang tapi dengan uang. Uang yang ke akun
donasi itu, kitabisa.com itu nah dari situ kita gunakan uangnya untuk beli
jilbab baru untuk dibagikan. Ditebarnya bukan hanya di jabodetabek aja,
karena kita punya banyak regional jadi kita bagi-bagi, jadi sesuai
kebutuhan regional dikirim. Jadi dikirimnya pun enaknya dalam bentuk
jilbab atau kita kasih uangnya nih nanti mereka yang beliin jilbabnya.
Kalo kegiatan offline sih lebih ke itu aja ya, lebih fokus ke jilbab syar’i,
fokus gerakan kita kan itu ya dan juga kita harus mengambil isu-isu yang
lagi in misalnya kayak kemaren tentang contoh ya tiap tahun kan ada
valentine gitu ya akhirnya kita masukin acara Gemar yaitu gerakan
menutup aurat itu buat mengcounter isi valentine tersebut. Itu yang rutin
tapi untuk Peduli Jilbab sendiri ga semuanya kita gerak sendiri kita
bergabung juga sama komunitas-komunitas lain di Jakarta jadi upayakan
kita ga gerak sendiri kita gabung dengan komunitas-komunitas Islam jadi
gerakannya bisa lebih masif lebih banyak. Ada juga kegiatan yang rutin di
bulan September namanya International Hijab Solidarity Day itu kan hari
hijab sedunia ya di bulan September, itu juga masuk gerakannya disitu.
Dan biasanya diacara-acara kayak gitu kita gabung dengan komunitas
lain supaya lebih luas lagi komunikasinya gerakannya dan yang ikut juga
jadi makin banyak.
4. Apakah ada aturan dalam menyampaikan pesan kepada khalayak?
Kalo misalnya itu kan berkaitan sama divisi jilbab share ya,
memang kalo jilbab share sendiri untuk jobdesknya itu terkait sama
membumikan atau mensosialisasikan jilbab syar’i, jadi kita mensyiarkan
jilbab syar’i nah itu kalo dari segi jobdesk, kalo cara penyampaian
kebanyakan melalui seminar terus kayak acara-acara kajian itu biasanya
kita fokus disitu, seminar kajian ataupun misalnya kita masuk juga ke
tebar jilbab jadi bisa langsung secara person to person nyampein tentang
jilbab. Kalo aturannya sih sebenernya yaa balik lagi ya pakem-pakem apa
yang harus kita sampaikan tentang jilbab syar’i kayak misalnya tentang
ayat-ayat tentang hijab terus tentang kriteria hijab syar’i seperti apa,
terus juga istilahnya tips-tips supaya temen-temen bisa tetep istiqomah
dalam berjilbab syar’i. Kalo aturan tertulisnya sih lebih ke poin-poin aja
sih maksudnya tadi kayak yang aku bilang jadi misalnya poin-poinnya
apa-apa yang disampaikan itu ada. Poin-poin tertulisnya ada. Cuma kalo
bentuk penyampaiannya, bentuk komunikasinya dikembalikan kepada
personal yang menyampaikan. Caranya dia menyampaikan kan beda-beda
ya tiap orang, ada yang mungkin lebih suka nyampeinnya dengan cerita
misalnya dengan pengalaman-pengalaman jadi orang-orang yang denger
tuh mungkin lebih masuk, atau ada yang juga penyampaiannya masih apa
istilahnya disesuaikan lagi dengan audiencenya. Ini audiencenya ibu-ibu
atau lebih tua berarti kan tata bahasanya harus lebih diatur, intinya lebih
disesuaikan sama audiencenya. Cara menyampaikannya lebih personal,
jadi kalo aku sendiri ya ga pernah istilahnya lebih suka kalo gaya
bicaranya seseorang tuh disesuaikan dengan pribadinya yang penting dia
sesuai dengan pola komunikasi yang baik dan benar, aturan-aturan
komunikasi yang baik dan benar itu yang harus kita tau jadi
communication skill itu yang dasar-dasar paling ga ya sama, kalo secara
apa ya secara teori kan sebenernya communication skill kan sama ya
dimana pun, itu tuh yang harus kita tau itu aja. Cuma masalah di dianya
seperti apa yang penting dia enaknya menyampaikannya gimana dan
caranya dia itu dikembalikan pada pribadi masing-masing.
5. Bagaimana cara Peduli Jilbab mengenal khalayak sasaran dalam kegiatan
sosialisasi pemakaian jilbab syar’i?
Kalo aku sih pasti dari pas mereka mengundang itu harus jelas
audiencenya siapa. Jadi kan kita memang ada ibaratnya peraturan juga,
ada aturan ketika mau ngundang SPJ ada format-format yang harus
mereka isi. Jadi misalkan “kak, aku mau ngundang dong” nah yaudah
tapi sebutin semua jelas misalnya nama kegiatannya apa, temanya apa,
audiencenya siapa, terus pematerinya siapa aja, materinya mau apa. Jadi
misalnya kan materi tentang jilbab tapi kan mereka mintanya temanya
jadi Bidadari-Bidadari Syurga misalnya, itu kan dari mereka tapi intinya
tema yang mereka ajukan kita ambil tapi didalemnya pasti ada unsur
mensosialisasikan jilbab syar’i. Kalo yang ngomong dilapangan itu kita
serahkan ke regional masing-masing, jadi ga aku semua turun kesitu. Jadi
yang turun itu temen-temen Jilbab Share di regional. Jadi kan tiap
regional itu ada divisi Jilbab Share nah mereka-mereka itu yang biasanya
turun. Kalo aku biasanya megang daerah Jakarta, kalo misalkan daerah
Jakarta ada yang kurang orang biasanya aku yang turun sih. Karena
kendalanya memang belum semua orang siap ngomong, jadi palingan
yang udah terbiasa.
6. Apakah Peduli Jilbab pernah melakukan sosialisasi dalam pemakaian
jilbab syar’i melalui media massa?
Kalo radio iya, sering lah ya radio. Radio itu beberapa kali sih
pernah. Radio itu bukan radio-radio umum ya paling radio-radio Islam
gitu ya contohnya salah satu temen yang di Bandung. Bandung kan ada
SPJ regional Bandung nah mereka pernah mengisi di MQ FM Bandung.
Jadi mereka punya slot untuk mereka ngomong, jadi tuh emang ada waktu
mereka ngasih kesempatan buat komunitas Islam bisa mensosialisasikan
gerakannya. Kalo TV sih secara khusus belum ya kayaknya, tapi kan kalo
media massa TV tuh biasanya berkaitan sama event ya, event tertentu,
kalo ga salah sih pernah ya tapi ga tau juga. Biasanya tuh di event-event
besar gitu.
7. Apakah ada bentuk komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Peduli
Jilbab terhadap khalayak sasaran?
Kalo itu sih paling lebih ke follow up orang yang akhirnya kita
mereka misalnya berhasil untuk hijrah pake jilbab, dari yang awalnya ga
pake jilbab sampe akhirnya pake jilbab nah itu nanti temen-temen jilbab
care yang punya tugas untuk bisa mendampingilah paling engga. Jadi,
dulu awal-awal seperti itu, memang kalo misalnya ada yang semangat
untuk hijrah mereka bingung harus nanya ke siapa nah itu tugasnya J-
care, namanya juga care ya berarti kan harus care terhadap orang-orang,
mereka lagi butuh orang-orang untuk menguatkan mereka. Jadi yang
lebih banyak komunikasi interpersonal itu temen-temen jilbab care. Cuma
kalo selama ini yang aku rasain aku juga sering kan beberapa kali ngisi
seminar, akhirnya banyak dari mereka yang ingin belajar, maksudnya
mereka save kontak aku trus mereka jadi banyak-banyak nanya via
Whatsapp, beberapa masih ada yang komunikasinya berjalan sampe
sekarang, kalo aku bukan lebih mengajak mereka secara personal tapi
lebih ke menjaga silaturahmi aja, akhirnya kan kalo mereka temenan
sama aku kita juga bakal sosialisasi tentang Peduli Jilbab kalo misalkan
ada acara nanti mereka dateng, lebih kesitu sih.
8. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung Peduli Jilbab dalam
mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i?
Kalo faktor penghambat sih salah satunya SDM, walaupun kita
udah tersebar tapi sebenernya kita masih kurang penggeraknya.
Kebanyakan mereka itu menganggap Peduli Jilbab tuh kayak komunitas
biasa jadi kita ikut kapan kita mau. Sementara kalo disini kan engga, jadi
kita tuh butuh orang yang siap berkontribusi, jadi ketika misalnya kamu
masuk kedalam kamu daftar jadi anggota Peduli Jilbab berarti kamu udah
siap jadi pengurus, jadi penggerak di dalamnya jadi bukan cuma sekedar
kamu ikut saat kamu pengen doang nanti pas kamu ga bisa kamu ga ikut
trus kamu ga mau dibebani amanah. Jadi ibaratnya yang masuk kesini
kebanyakan mungkin diantara temen-temen yang belum paham saat
mereka masuk yaitu cuma sekedar nama doang jadinya tapi kontribusinya
tuh ga ada. Itu sih salah satu yang jadi kendala. Jadi kita Cuma namanya
doang yang banyak tapi ternyata yang diminta gerak ga ada yang gerak
nih. Contohnya kayak yang di daerah-daerah yang menggerakkan event
besar apa gitu cuma 2 sampe 3 orang akhirnya mereka bikin strategi
untuk kerja sama bareng komunitas lain. Apalagi ga setiap daerah kayak
Bali contohnya ga mendukung gerakan Islam. Kalo faktor pendukungnya
sih yang pasti istilahnya kita udah punya support, bisa dibilang massanya
udah banyak yang tau istilahnya followernya lah salah satu faktor
pendukung kita ya, trus karena udah dikenal udah banyak yang tau
walaupun misalnya yang bergerak sedikit tapi tuh orang-orang selalu
menantikan postingan kita kontribusi kita, itu salah satu faktor
pendukungnya sih trus ditambah lagi dengan walaupun misalnya orang-
orang banyak tapi diantara mereka masih ada komitmen, komitmen mau
jalanin ini organisasi gerakan ini
9. Apa yang membedakan Peduli Jilbab dengan komunitas-komunitas hijab
syar’i lainnya?
Kalo yang aku liat sih gerakannya itu masif ya, kalo komunitas-
komunitas lain biasanya mereka baru ya. Sebenernya kalo Peduli Jilbab
itu suatu komunitas yang bisa bertahan lamalah sampe sekarang gitu. Ini
udah tahun keenam dari mulai berdirinya Peduli Jilbab dan itu yang
bedain pasti karena udah lama, kita udah bergerak cukup lama, cukup
banyak yang mengenal kita istilahnya pelopor lah mungkin akhirnya
setelah Peduli Jilbab kan banyak komunitas jilbab syar’i yang lain, kalo