147
STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS PEDULI JILBAB DALAM MENSOSIALISASIKAN PEMAKAIAN JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAH Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh : RINI ASTUTI NIM: 1113051000066 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M  

JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS PEDULIJILBAB DALAM MENSOSIALISASIKAN PEMAKAIAN

JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUntuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh :

RINI ASTUTINIM: 1113051000066

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1439 H/2018 M

 

Page 2: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

 

Page 3: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

 

Page 4: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

 

Page 5: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

iv

ABSTRAKRini AstutiNIM 1113051000066Strategi Komunikasi Komunitas Peduli Jilbab Dalam MensosialisasikanPemakaian Jilbab Syar’i Di Kalangan Muslimah

Sejak tahun 2010, jilbab mulai marak dipakai oleh kaum muslimah diIndonesia. Meski kini jilbab banyak dipakai oleh kaum muslimah,perkembangan ini justru menimbulkan problematika lainnya karena dianggapbelum memenuhi fungsi utamanya menutup aurat dan belum memenuhi kriteriabusana syar’i. Selain itu, masih banyak yang menganggap bahwa muslimahyang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis.Sehingga muncul beberapa komunitas yang fokus mensosialisasikanpemakaian jilbab agar sesuai syar’i salah satunya adalah Peduli Jilbab.Munculnya problematika yang ada, Peduli Jilbab memerlukan strategikomunikasi untuk mencapai tujuannya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dasar terkaitstrategi komunikasi yaitu teori Harold Lasswell yang menyatakan bahwa carayang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untukmenggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawabpertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?(siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”.Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dimana realitas adamerupakan hasil konstruksi diri kemampuan berfikir seseorang. Pendekatanpenelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatifdengan sifat penelitian deskriptif. Metode yang digunakan pada penelitian inimetode deskriptif yaitu dengan cara melalui wawancara, observasi, dandokumentasi dari kegiatan mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i dikalangan muslimah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, strategi pemilihankomunikator yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab ditentukanberdasarkan kredibilitas, kriteria latar belakang, dan daya tarik. Strategipenyusunan dan penyajian pesan yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbabdirumuskan secara informatif dan persuasif. Strategi pemilihan media yangdilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab ialah menggunakan media massa danmedia sosial. Strategi pemilihan dan pengenalan khalayak yang dilakukan olehkomunitas Peduli Jilbab yaitu dengan membaginya ke dalam 2 jenis, khalayakinternal dan eksternal. Kemudian, mengenal dan mendekati khalayaksasarannya dengan cara berbeda.

Kata kunci: strategi, komunikasi, pesan, jilbab, syar’i.

 

Page 6: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta

shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Peduli Jilbab Dalam

Mensosialisasikan Jilbab Syar’i Di Kalangan Muslimah”.

Dalam penyusunan skripsi tidak selalu mudah dan

membutuhkan proses yang cukup lama. Selayaknya proses

pengerjaan skripsi, ada masa dimana penulis mengalami pasang

surut. Ini merupakan ujian terberat dimana terkadang fisik lelah,

mental dan pikiran bertarung untuk dapat melawan rasa malas.

Namun, semangat yang tak pernah padam untuk bisa

mendapatkan gelar strata satu disertai kerja keras akhirnya bisa

melawan semua rasa itu.

Oleh karena itu, dengan segala ketulusan perkenankan

penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu penulis, dengan bimbingan, arahan,

serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,

terutama kepada:

 

Page 7: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

vi

1. Orang tua tercinta Ibunda Samini yang selalu ada untuk

penulis dalam keadaan susah dan senang. Senantiasa

menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan,

keberanian, ketulusan dan cintanya mengajarkan manis

pahitnya kehidupan.

2. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku

Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah,

M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan

III Bidang Kemahasiswaan.

3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Dr. Fatmawati, M.Ag sebagai pembimbing penulis yang

telah memberikan bimbingan khusus dan petunjuk yang

sangat berharga, dengan keramahan selalu memberikan

motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran.

5. Nunung Khoiriyah, MA selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan ilmu dengan harapan ilmu yang di dapat

 

Page 8: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

vii

menjadi bermanfaat kepada penulis selama menempuh

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

8. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai

referensi dalam penulisan skripsi ini.

9. Amalia Dian Ramadhini selaku pendiri Peduli Jilbab, Tri

Erniati selaku Divisi Jilbab Share Peduli Jilbab serta para

koordinator lainnya yang telah meluangkan waktu serta

banyak memberikan informasi dan motivasi yang

bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.

10. Sulistio yang telah banyak memberikan dorongan, ide,

dan doa kepada penulis. Terima kasih untuk semua waktu,

perhatian, dan cerita yang selama ini terukir.

11. Robiyatul Adawiyah dan Rizka Fatihanah yang selalu

menemani, memberikan semangat, dan mendengarkan

keluh kesah penulis selama penyusunan skripsi. Terima

kasih telah meluangkan banyak waktunya.

12. Sahabat tersayang Sarah Robiatul Adawiyah, Mazidah

Qurrotu Aini, Putri Boogie Romadoni, Ramadhani Barus,

dan Nursehah yang telah memberikan semangat, doa, dan

 

Page 9: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

viii

motivasi yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih

telah memberi warna dalam kehidupan penulis.

13. Istha Taufik, Suimah Herniawati, Tiara Zulfaturrohmah,

Siti Nuraeni Septiani yang telah memberikan semangat

dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

14. Syifa Fauziah Rohman, Ayu Widya Setia Murni, dan Nur

Janah yang telah banyak memberikan arahan dan

masukan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

15. Teman-teman KKN PLATINUM 2017 Febriyani, Syifa

Alawiyah, dan Addi Amalana Arafat. Terima kasih untuk

kebersamaan yang singkat namun berkesan.

16. Untuk semua pihak yang membantu dalam penelitian

skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terima

kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan

adalah hal yang terbaik dan hanya Allah SWT yang dapat

membalas segala kebaikan dengan balasan terbaikNya.

Amin.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT

berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh pihak yang telah

membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri penulis sendiri.

 

Page 10: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................. 9

C. Tujuan Penelitian ....................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ..................................................... 11

E. Metodologi Penelitian ............................................... 12

F. Teknik Analisis Data ................................................. 16

G. Pedoman Penelitian ................................................... 17

H. Tinjauan Pustaka ....................................................... 17

I. Sistematika Penulisan ................................................ 21

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi ....................................................................... 24

1. Pengertian Strategi ............................................... 24

2. Tahapan-Tahapan Strategi ................................... 26

B. Komunikasi ................................................................ 28

1. Pengertian Komunikasi ....................................... 28

2. Unsur-Unsur Komunikasi .................................... 29

3. Bentuk-Bentuk Komunikasi ................................ 32

C. Strategi Komunikasi .................................................. 36

1. Pengertian Strategi Komunikasi .......................... 36

2. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi .............. 38

3. Tujuan Strategi Komunikasi ................................ 45

D. Formula Lasswell ....................................................... 45

E. Sosialisasi .................................................................. 52

1. Pengertian Sosialisasi .......................................... 52

2. Jenis Sosialisasi ................................................... 54

F. Jilbab Syar’i .............................................................. 55

1. Pengertian Jilbab Syar’i ....................................... 55

2. Batas-Batas Jilbab Syar’i Dan Syaratnya ............ 58

 

Page 11: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

x

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Komunitas Peduli Jilbab .................................. 61

1. Logo Dan Tampilan Media Sosial (Facebook,

Twitter, dan Instagram) Peduli Jilbab ................. 43

2. Struktur Peduli Jilbab dan Fungsi ........................ 44

B. Visi Dan Misi Peduli Jilbab ....................................... 48

C. Kegiatan Kampanye Peduli Jilbab ............................. 48

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Temuan ............................................................. 77

1. Strategi Pemilihan Komunikator Komunitas

Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan

Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah . 77

2. Strategi Penyusunan dan Penyajian Pesan

Komunitas Peduli Jilbab Dalam

Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab Syar’i di

Kalangan Muslimah ............................................. 82

3. Strategi Pemilihan Media Komunitas Peduli

Jilbab Dalam Mensosialisasikan Pemakaian

Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah ................... 88

4. Strategi Pemilihan dan Pengenalan Khalayak

Komunitas Peduli Jilbab Dalam

Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab Syar’i di

Kalangan Muslimah ............................................. 92

B. Pembahasan ............................................................... 96

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................ 106

B. Saran .......................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 12: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Logo Peduli Jilbab ....................................................... 65

Gambar 3. 2 Tampilan Facebook Peduli Jilbab ............................... 66

Gambar 3. 3 Tampilan Twitter Peduli Jilbab ................................... 66

Gambar 3. 4 Tampilan Instagram Peduli Jilbab .............................. 66

Gambar 3. 5 Peduli Jilbab Dalam Memperingati IHSD .................. 73

Gambar 3. 6 Peduli Jilbab Dalam Kegiatan Gemar ......................... 74

Gambar 3. 7 Seminar Beauty Inside Syar’i Outside ........................ 75

Gambar 3. 8 Akun kitabisa.com Peduli Jilbab ................................. 75

 

Page 13: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk

muslim terbesar di dunia.1 Data BPS (Badan Pusat Statistik)

tahun 2015 menunjukkan persentase 88,2% dari keseluruhan

penduduk Indonesia beragama Islam. Besarnya jumlah

pemeluk Islam di Indonesia mempengaruhi kultur

berpakaian, terutama para perempuannya. Perempuan Islam

atau yang kerap disebut muslimah, banyak memakai jilbab

untuk menutupi bagian tubuhnya yang wajib ditutup. Allah

SWT berfirman dalam surat An-Ahzab ayat 59:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-

anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin,

“Hendaklah mereka menutupkan jilbab mereka ke seluruh

tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah

1http://kemenag.go.id/berita/read/504980&hl=id-ID diakses pada 07

Agustus 2017 pukul 14.02 WIB

 

Page 14: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

2

untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah

Maha Pengampun, Maha Penyayang.”2

Dalam ayat tersebut, Rasulullah SAW diperintahkan

untuk menyampaikan kepada para istrinya dan juga sekalian

wanita muslim termasuk anak-anak perempuan beliau untuk

memanjangkan jilbab mereka dengan maksud agar dikenali

dan membedakan dengan perempuan non-muslim. Hikmah

lainnya adalah agar mereka tidak diganggu oleh kaum

Quraisy, karena dengan menggunakan jilbab mereka

mengetahui bahwa yang menggunakan jilbab adalah seorang

muslimah yang baik. Selain itu, pada masa itu budak tidak

menggunakan jilbab. Oleh karena itu, dalam rangka

melindungi kehormatan dan kenyamanan para wanita, ayat

ini diturunkan.

Jilbab memiliki beragam arti. Sejarawan Will Durant

mengungkapkan bahwa jilbab merupakan pakaian yang telah

dikenakan kalangan sebelum Islam datang.3 Kata jilbab juga

kerap diartikan sebagai kain penutup kepala yang dipakai

oleh muslimah. Pada konteks penelitian ini, jilbab diartikan

sebagai pakaian yang menutupi tak hanya kepala namun

seluruh bagian tubuh muslimah yang harus ditutup atau yang

kerap disebut aurat.

2 Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Surat Al-Ahzab: 33:59, (Jakarta: Al-

Huda, 2002). 3 http://www.suara-islam.com/read/index/5328/Jadikan-Fenomena-

Hijaber-Community-Sebagai-Momentum-Berbusana-Syar-i diakses pada 07

Agustus 2017 pukul 15.00 WIB

 

Page 15: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

3

Jilbab adalah salah satu pakaian yang mengandung

nilai-nilai keagamaan yang biasa digunakan wanita

muslimah. Selain itu, jilbab juga merupakan salah satu

identitas seorang muslimah. Seiring berjalannya waktu,

busana jilbab di Indonesia pun mengalami perkembangan

baik dari segi fungsi maupun bentuknya. Dulu jilbab hanya

berfungsi sebagai busana kesopanan yang identik dikenakan

pada acara-acara keagamaan seperti pengajian dan pesantren.

Namun, sejak tahun 2010 jilbab mulai marak dipakai harian

oleh muslimah di Indonesia, selain karena meningkatnya

kesadaran menutup aurat, modelnya pun kian trendi.

Di Indonesia, tren busana muslim mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan karena

kesadaran perempuan-perempuan sudah mulai tumbuh untuk

berbusana yang sesuai dengan syariat Islam dengan

menggunakan pakaian yang menutup aurat mereka. Seperti

yang telah disepakati oleh ulama bahwa menutup bagian

anggota badan berdasarkan sunnah fi’liyah hukumnya wajib

bagi laki-laki maupun perempuan. Tidak hanya bagi

perempuan, laki-laki pun wajib menutup auratnya.4

Meski jilbab kini semakin sering dipakai oleh lebih

banyak orang, perkembangan ini justru memunculkan

problematika lainnya. Beberapa kalangan menganggap

bahwa bentuk jilbab yang banyak dikenakan belum

4 Nasaruddin Umar, Fikih Perempuan Untuk Semua, (Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta, 2010), hlm. 13

 

Page 16: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

4

memenuhi fungsi utamanya menutup aurat. Beberapa

kalangan tersebut masih menilai jilbab yang banyak

dikenakan belum memenuhi kriteria busana syar’i.

Salah satu komunitas yang fokus mensosialisasikan

busana jilbab agar sesuai dengan kriteria syar’i adalah Peduli

Jilbab. Komunitas ini membuat rangkaian program kegiatan

bernama Yuk Berjilbab Syar’i untuk mengajak muslimah

memakai jilbab sesuai kriteria syar’i. Kegiatan tersebut

dilakukan melalui berbagai media komunikasi agar visinya

untuk mengembalikan jilbab sesuai fungsinya terpenuhi.

Perkembangan Peduli Jilbab dalam kegiatannya

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i cukup pesat dilihat

dari cakupan khalayaknya. Ditanggal 08 Agustus 2017,

jumlah follower dari official account Twitter @pedulijilbab

telah mencapai 227.781.5 Sementara akun Instagram Peduli

Jilbab telah memiliki follower sebanyak 326.000.6 Likers

FanPage Facebook Peduli Jilbab pun cukup banyak, yaitu

60.000.7 Jumlah tersebut lebih banyak dibanding akun

organisasi atau komunitas sejenis lainnya. Selain itu jumlah

Tim Solidaritas Peduli Jilbab (Tim SPJ) pun kini mencapai

328 orang hasil seleksi di 31 wilayah Indonesia. Hal ini

5 http://twitter.com/pedulijilbab diakses pada 08 Agustus 2017 pukul

09.10 WIB. 6 http://instagram.com/pedulijilbab diakses pada 08 Agustus 2017

pukul 09.12 WIB. 7 http://www.facebook.com/PeduliJilbab?fred=ts diakses pada 08

Agustus 2017 pukul 09.18 WIB.

 

Page 17: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

5

menunjukkan bahwa perkembangan Peduli Jilbab begitu

cepat dilihat dari cakupan khalayak yang luas.

Komunitas ini mengawali pendekatannya kepada

khalayak melalui akun Twitternya yaitu @pedulijilbab.

Kemudian akun tersebut meminta bantuan retweet dari akun-

akun ternama seperti akun milik @felixsiauw, @asmanadia,

dan @salimafillah untuk mempublikasikan adanya

komunitas Peduli Jilbab dan berkat retweet dari akun-akun

tersebut jugalah merupakan awal akun Twitter @pedulijilbab

memiliki follower yang terus bertambah setiap harinya.

Pada awal gerakan, Peduli Jilbab mulai membagikan

jilbab gratis kepada yang membutuhkan, yang

disosialisasikan melalui akun Twitter @pedulijilbab.

Sambutan masyarakat terhadap kegiatan ini sangat positif,

sehingga pembagian jilbab pun bisa sampai ke seluruh

wilayah Indonesia kecuali Indonesia bagian timur. Namun,

pada saat gencar kegiatan pembagian jilbab tersebut, ada

salah satu oknum yang memanfaatkan untuk promosi tanpa

izin bahwa kegiatan tersebut disponsori olehnya. Kemudian

berawal dari tawaran Kesatuan Pelajar Muslim Depok yang

meminta Peduli Jilbab menjadi narasumber sebuah kajian,

komunitas ini merapihkan arah gerak tidak hanya sebatas

 

Page 18: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

6

pembagian kerudung, yaitu menjadi jilbab share, jilbab care,

dan jilbab wear yang didukung tim kreatif.8

Peduli Jilbab memiliki visi untuk mentransformasi

muslimah agar memiliki beauty inside syar’i outside, dengan

misi membumikan jilbab syar’i, memperbaiki akhlak dengan

memberi teladan, bersinergi dengan pihak-pihak yang

memiliki visi yang sama, dan membangun komunitas yang

saling menyemangati dalam kebenaran. Dengan dasar

kepedulian untuk mengajak wanita muslimah menggunakan

jilbab syar’i di tengah mainstream jilbab yang penuh pernak-

pernik, Peduli Jilbab membutuhkan strategi komunikasi yang

baik.

Menurut Onong Uchjana, bahwa berhasil atau tidaknya

kegiatan komunikasi secara efektif ditentukan oleh strategi

komunikasi, jadi intinya ketika menyusun sebuah strategi

komunikasi maka perlu dipikirkan mengenai mengapa

diperlukan sebuah strategi, pesan apa yang akan

disampaikan, efek apa yang diinginkan.9 Untuk itu

diperlukan perencanaan yang maksimal supaya

menghasilkan sebuah hasil yang maksimal juga, karena ini

menyangkut bagaimana sebuah organisasi dapat membangun

pengertian yang sama dengan sasarannya sehingga nantinya

akan timbul efek yang positif.

8 https://komunita.id/2016/02/19/solidaritas-peduli-jilbab-beauty-

inside-syar’i-outside/ diakses pada 07 Agustus 2017 pukul 21.40 WIB 9 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29.

 

Page 19: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

7

Dalam upaya menyampaikan pesan, ide, gagasan serta

isnformasi lainnya dapat terjadi dalam konteks secara

vertikal, horizontal, maupun secara diagonal di dalam

organisasi (Internal Communication). Jika disimpulkan

ternyata komunikasi internal ini hanya merupakan suatu

pertukaran informasi di dalam organisasi baik dalam konteks

secara vertikal maupun secara horizontal. Oleh karena itu,

dibutuhkan suatu strategi komunikasi yang dapat

memberikan kemudahan bagi sebuah organisasi untuk

menata, mengatur dan merancang bentuk komunikasi yang

tepat terkait dengan tujuan organisasi itu sendiri.

Komunikasi pada suatu komunitas memainkan peranan

yang sangat efektif. Memecahkan masalah-masalah dan

mencapai tujuan-tujuan dari manajemen. Komunikasi tidak

mempunyai arti apapun jika hanya dipergunakan sekedar

untuk komunikasi. Ia harus diarahkan pada tujuan yang telah

ditentukan. Namun, di masyarakat yang sudah maju dengan

perkembangan dan teknologi, problema-problema kerap kali

muncul. Pada keadaan itu, komunikasi merupakan jalan

besar dan utama bagi manusia dalam memecahkan problema.

Di beberapa negara seperti salah satunya Nigeria,

pemakaian jilbab masih mengalami diskriminasi.

Diskriminasi tersebut berupa pelarangan bekerja

menggunakan jilbab. Di Indonesia pun, masih ada beberapa

kalangan yang menganggap bahwa muslimah yang memakai

 

Page 20: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

8

jilbab syar'i itu fanatik terhadap agama sehingga mengalami

diskriminasi di sekitar lingkungan. Namun, peranan publik

figur juga tidak kalah penting dalam memarakkan tren-tren

jilbab syar’i. Beberapa publik figur muslimah seperti Oki

Setiana Dewi yang tampil menggunakan jilbab syar’i

membentuk pandangan baru di kalangan masyarakat.

Dampak yang ditimbulkan dari sosialisasi pemakaian

jilbab syar’i kini sudah mulai tampak. Salah satu dampak

yang muncul adalah banyaknya publik figur atau artis yang

tetap diterima di dunia hiburan tanah air dan berprestasi

meski mereka telah memutuskan berjilbab syar’i.

Kesuksesan suatu komunitas dalam mengelola kegiatannya

hingga menimbulkan dampak, tentu tak lepas dari strategi

komunikasi di dalamnya sehingga suatu pesan dapat

tersampaikan dengan baik. Dengan perbedaan kondisi,

budaya, dan karakter masing-masing khalayak menyebabkan

Peduli Jilbab membutuhkan suatu strategi komunikasi dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i.

Meskipun menggunakan strategi komunikasi yang

berbeda, pesan yang disampaikan harus tetap sama.

Tantangan dari perbedaan kondisi, budaya, dan karakter

membuat strategi komunikasi dalam mensosialisasikan

pemakaian jilbab syar’i menarik untuk diteliti. Kasus ini

menarik dan penting diteliti untuk mengetahui bagaimana

strategi komunikasi diterapkan pada Peduli Jilbab yang

 

Page 21: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

9

mempunyai ratusan Tim SPJ dalam upaya mencapai tujuan.

Tentu bukan suatu pekerjaan mudah bagi Peduli Jilbab dalam

mengelola kegiatan tersebut di samping masalah diskriminasi

yang masih ada di lingkungan masyarakat dan pekerjaan.

Melihat latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi

Komunikasi Komunitas Peduli Jilbab dalam

Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan

Muslimah”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penulis membatasi masalah penelitian ini pada strategi

komunikasi yang dilakukan oleh Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah. Dalam memenuhi tujuan organisasi, dibutuhkan

strategi komunikasi agar program-program organisasi dapat

sampai ke khalayak dengan baik dan efektif. Adapun

masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi pemilihan komunikator yang

dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah?

2. Bagaimana strategi penyusunan pesan dan penyajian

pesan yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab dalam

 

Page 22: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

10

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah?

3. Bagaimana strategi pemilihan dan perencanaan media

yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah?

4. Bagaimana strategi pemilihan dan pengenalan khalayak

yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah?

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan

oleh penulis, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemilihan

komunikator komunitas Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi penyusunan pesan

dan penyajian pesan komunitas Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah.

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemilihan dan

perencanaan media komunitas Peduli Jilbab dalam

 

Page 23: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

11

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah.

4. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemilihan dan

pengenalan khalayak komunitas Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk menjadi

referensi bagi pengembangan ilmu komunikasi serta teori-

teori yang berkaitan bagi mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian yang penulis lakukan diharapkan agar

menjadi motivasi bagi mahasiswa lain agar dapat

memahami bagaimana strategi komunikasi yang baik dan

efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima

dengan baik. Serta diharapkan dapat membantu Peduli

Jilbab sebagai bahan evaluasi agar kegiatan kedepannya

dapat lebih baik.

 

Page 24: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

12

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian yang digunakan pada

penelitian ini mengacu pada paradigma konstruktivis.

Littlejohn mengatakan bahwa teori-teori aliran

konstruktivis ini berlandaskan pada ide bahwa realitas

bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi

melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat

dan budaya.10

Jadi, penulis memilih paradigma konstruktivis

untuk mengetahui bagaimana Peduli Jilbab

membentuk realitas pada kalangan muslimah agar

tujuan dari strategi komunikasinya dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i dapat

tercapai.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

analisis, yakni penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

10 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta:

Wacana Media, 2013), h.165

 

Page 25: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

13

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.11

Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami

objek yang diteliti secara mendalam. Menurut Bogdan

dan Taylor (1990), penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan

pada latar dan individu secara holistik (utuh).12

Penggunaan pendekatan kualitatif lebih tepat

untuk penelitian ini, karena penulis ingin mengetahui

secara mendalam dan rinci mengenai strategi

komunikasi yang dilakukan oleh Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek

penelitian adalah Peduli Jilbab. Sedangkan objek

penelitiannya adalah strategi komunikasi yang

dilakukan dalam mensosialisasikan pemakaian jilbab

syar’i di kalangan muslimah.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

11

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2009), h. 6 12

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-1, h. 82

 

Page 26: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

14

Penelitian ini dilakukan di Bumi Indah Sawangan

blok B4 No. 28, Depok dan Bayt Al-Quran TMII,

dimulai dari bulan April sampai Mei 2018.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian penting

yang memiliki beberapa teknik. Teknik di bawah ini

dilakukan dengan tujuan agar penulis mendapatkan

data yang lengkap dan tepat untuk penelitian ini.

Berikut beberapa teknik dari pengumpulan data yang

digunakan:

a. Wawancara

Dalam penelitian ini, penulis melakukan

wawancara yakni metode pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung

dari narasumber. Wawancara dilakukan penulis

secara langsung dengan orang-orang yang

dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini

seperti pendiri Peduli Jilbab yaitu Amalia Dian

Ramadhini dan divisi Jilbab Share yaitu Tri

Erniati. Wawancara ini bertujuan untuk menggali

keterangan yang mendalam seputar topik yang

terkait dengan permasalahan ini sehingga

 

Page 27: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

15

terkumpul informasi yang diperlukan oleh penulis.

13

b. Observasi

Metode observasi digunakan untuk

memperoleh dan mengumpulkan data dengan

melakukan pengamatan dan pencatatan langsung

di lapangan secara sistematis terhadap fenomena-

fenomena yang muncul dan mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena yang

diselidiki.14

Penulis melakukan observasi dengan

tidak turun langsung atau sebatas penonton dengan

tujuan untuk menggamati komunikasi pada

kegiatan sosialisasi pemakaian jilbab syar’i.

c. Dokumentasi

Mengumpulkan dokumen berupa data

tertulis yang mengandung keterangan dan

penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang

masih aktual.15

Teknik ini digunakan untuk

menelusuri data historis, sejumlah besar fakta dan

data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk

13

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma

Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosdakarya,

2006), h. 35. 14

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian

Psikologi, (Jakarta: LPSP3-UI, 1998), h. 62. 15

Nurul Hidayat, Metodoloagi Penelitian Dakwah Dengan

Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: UIN Press, 2006)

 

Page 28: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

16

dokumentasi.16

Dokumentasi dengan cara

mengambil data dari beberapa sumber baik

elektronik maupun online terkait dengan Peduli

Jilbab, sehingga data-data yang diperoleh dapat

menguatkan penelitian serta mendukung

kebenaran data yang diperoleh melalui wawancara

dan observasi.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengatur data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. Analisis data merupakan proses

sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara,

catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai

materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan menyajikan

temuan-temuan tersebut.17

Penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif, analisis ini bertujuan untuk

mendeskripsikan fakta-fakta, sifat-sifat dan objek tertentu

secara terpercaya, jelas, sistematis.18

16

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. Ke-

4, h. 121 17

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta:

Rajawali Press, 2012), Cet. Ke-3, h. 85 18

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:

Kencana Prenada Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 116

 

Page 29: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

17

Dalam penelitian ini, penulis mengolah data dan

mengorganisasikan hasil temuan data dari pengamatan, hasil

wawancara, serta dokumentasi yang terkait dengan strategi

komunikasi yang dilakukan komunitas Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di kalangan

muslimah. Pengolahan data dilakukan secara sistematis dan

penulis menganalisis dengan teori yang digunakan.

G. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan ini menggunakan buku pedoman

akademik, penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center

for Quality Development Assurance) tahun 2007.

H. Tinjauan Pustaka

Langkah awal sebelum melakukan penelitian lebih

lanjut untuk kemudian menyusunnya menjadi suatu karya

ilmiah adalah menelaah terlebih dahulu skripsi dan penelitian

sebelumnya yang mempunyai judul atau subjek dan objek

penelitian yang sama atau hampir sama dengan yang akan

diteliti. Tujuannya adalah untuk menghindari dari hal-hal

yang tidak diinginkan seperti mengakui karya orang lain,

maka penulis mempertegaskan perbedaan antara masing-

masing judul masalah yang dibahas pada skripsi sebelumnya

dengan judul masalah yang akan diteliti. Skripsi sebelumnya

 

Page 30: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

18

yang membahas tentang strategi komunikasi penulis uraikan

sebagai berikut:

1. “Strategi Komunikasi Butik Meccanism Dalam

Melakukan Syiar Busana Muslim”. Ditulis oleh

Christiya Dika Budi Handayani Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,

Tahun 2016.

Hasil dari penelitian ini adalah strategi komunikasi yang

digunakan butik Meccanism dalam mengenal khalayak

memfokuskan sasaran kepada remaja dan perempuan

dewasa. Menurut bentuk isinya, butik Meccanism

menetapkan metode persuasif, yaitu dengan

mempengaruhi khalayak tanpa sadar. Kemudian media

yang digunakan butik Meccanism yaitu Instagram dan

Facebook. Selain itu, dalam misi syiar busana muslim

pada butik Meccanism, pemilik ingin menjadikan butik

Meccanism sebagai kiblat fashion muslim dunia dan

menjadikan bisnis sebagai salah satu media dalam syiar

Islam.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

penulis lakukan ini terletak pada fokus masalah yang

diambil. Dalam penelitian milik Christiya berfokus pada

butik Meccanism yang melakukan syiar melalui busana

muslim, maka penelitian ini berfokus pada komunitas

 

Page 31: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

19

Peduli Jilbab yang melakukan sosialisasi pemakaian

jilbab syar’i. Perbedaan lain terletak pada teori yang

digunakan. Dalam penelitian milik Christiya

menggunakan teori strategi komunikasi Marhaeni Fajar,

sedangkan pada penelitian ini penulis menggunakan teori

komunikasi Harold Lasswell atau biasa disebut dengan

Formula Lasswell.

2. “Strategi Komunikasi Dakwah di Radio Suara

As’adiyah FM Sengkang (Telaah Format Siaran

Program Religi Mimbar Agama Islam)”. Ditulis oleh

Rasdiana, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, Tahun 2014. Berisikan

tentang strategi komunikasi dakwah yang digunakan

melalui program religi Mimbar Agama Islam guna

meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait ajaran-

ajaran Islam sesuai dengan al-Qur’an dan hadis.

Hasil dari penelitian ini adalah deskripsi format siaran

program acara Mimbar Agama Islam yaitu tidak terlepas

dari latar belakang dan proses penyusunan format siaran

Mimbar Agama Islam kemudian disajikan dengan format

rundown regular yakni pembukaan acara yang

disampaikan oleh penyiar, kemudian materi dakwah yang

disampaikan oleh narasumber yang mengisi dengan

metode ceramah yang tematik dan sistem kitab kuning,

 

Page 32: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

20

terakhir closing acara yang kembali disampaikan oleh

penyiar Mimbar Agama Islam.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini

terdapat pada fokus penelitian yang diambil. Penelitian

milik Rasdiana berfokus pada strategi komunikasi

dakwah yang digunakan Radio Suara As’adiyah

Sengkang melalui program religi Mimbar Agama Islam

guna meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait

ajaran-ajaran Islam sesuai dengan al-Qur’an dan hadits,

maka penelitian ini berfokus pada komunitas Peduli

Jilbab yang melakukan sosialisasi pemakaian jilbab

syar’i. Perbedaan lain terletak pada teori yang digunakan.

Penelitian milik Rasdiana menggunakan teori strategi

komunikasi dakwah, sedangkan dalam penelitian ini

penulis menggunakan teori Harold Lasswell.

3. “Strategi Komunikasi Dalam Mensosialisasikan

Perubahan Corporate Identity Kepada Publik

Eksternal (Kasus The Phoenix Hotel Yogyakarta)”.

Ditulis oleh Natalia Kusumaningtyas Mahasiswa

Universitas Atmajaya Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi, tahun 2014.

Hasil dari penelitian ini adalah strategi komunikasi yang

dipilih dan dijalankan adalah Brand Campaign,

perencanaan strategis juga dimulai dengan menetapkan

tujuan yang akan dicapai adalah memberikan informasi

 

Page 33: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

21

kepada publik eksternal mengenai perubahan identitas

hotel. Publik eksternal yang menjadi sasaran adalah

pengguna jasa dan calon pengguna jasa, pemerintah,

media, corporate, komunitas sekitar hotel, travel agent,

dan setiap publik sasaran tersebut memiliki cara

penyampaiannya sendiri, baik secara langsung (tatap

muka) maupun tidak langsung (bermedia).

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

penulis lakukan ini terletak pada fokus masalah yang

diambil. Dalam penelitian milik Natalia berfokus pada

The Phoenix Hotel Yogyakarta dalam mensosialisasikan

perubahan corporate identity kepada publik eksternal,

maka penelitian ini berfokus pada komunitas Peduli

Jilbab yang melakukan sosialisasi pemakaian jilbab

syar’i.

I. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan

sistematis, maka sistematika penelitian dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas pendahuluan yang meliputi

Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Teknik Analisis Data,

 

Page 34: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

22

Pedoman Penulisan, Tinjauan Pustaka dan

Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Dalam bab ini dibahas tinjauan teoritis yang

meliputi penjelasan tentang Konseptualisasi

Strategi (Pengertian Strategi dan Tahapan-

Tahapan Strategi), Konseptualisasi Komunikasi

(Pengertian Komunikasi, Unsur-Unsur

Komunikasi, Bentuk-Bentuk Komunikasi),

Strategi Komunikasi, Formula Lasswell,

Konseptualisasi Sosialisasi (Pengertian Sosialisasi

dan Jenis-Jenis Sosialisasi), dan Jilbab Syar’i.

BAB III GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini dibahas tentang Peduli Jilbab

(Sejarah Berdirinya Peduli Jilbab, Profil Peduli

Jilbab, Logo, Tampilan Website dan Media Sosial

(Facebook, Twitter, dan Instagram) Peduli Jilbab,

Struktur Organisasi dan Fungsinya, Visi dan Misi

Peduli Jilbab, dan Kegiatan Kampanye Peduli

Jilbab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang strategi

komunikasi yang dilakukan oleh Peduli Jilbab

dalam kegiatan mensosialisasikan pemakaian

jilbab syar’i di kalangan muslimah.

 

Page 35: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

23

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini ditarik kesimpulan dari

pembahasan dan hasil penelitian, serta

memberikan saran sebagai bahan pertimbangan.

 

Page 36: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

24

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari Yunani “stratego” yang

terdiri dari kata “strato” yang artinya tentara dan “ego”

yang artinya pemimpin. Dalam pengertiannya strategi

dapat bermakna sebagai siasat/cara untuk mencapai suatu

tujuan. Oleh karena itu, strategi dapat diartikan sebagai

serangkaian manuver umum yaitu siasat/cara yang

dilakukan untuk menghadapi musuh di medan

pertempuran.1

Menurut Onong Uchjana, strategi pada hakikatnya

adalah perencanaan (planning) dan manajemen

(management) untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal

ini organisasi harus mempunyai sebuah jalan yang

mengarahkan pada tujuan. Jalan disini disebut dengan

sebuah strategi, harus menunjukkan bagaimana

operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa

pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu,

tergantung kepada situasi dan kondisi. Bisa dikatakan,

dalam menentukan sebuah langkah, sangat diperlukan

1 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi (Bandung, PT Amrico, 1989), h.

55.

 

Page 37: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

25

strategi komunikasi sebelumnya. Agar pesan dapat

tersampaikan secara efektif hingga tercapainya tujuan

secara umum.2

Sedangkan menurut Ahmad S. Adnanputra

mendefinisikan strategi sebagai bagian terpadu dari suatu

rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk

dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya

perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses

manajemen. Tahapan di dalam fungsi-fungsi manajemen,

tahap pertama adalah menetapkan tujuan (objektif) yang

hendak diraih, posisi tertentu atau dimensi yang ingin

dicapai sesuai dengan perencana yang telah

diperhitungkan dengan baik oleh pihak-pihak yang

terlibat dalam manajemen suatu organisasi yang

bersangkutan.

Tahap berikutnya adalah strategi “apa dan

bagaimana” yang digunakan dalam perencanaan untuk

mencapai suatu tujuan organisasi atau lembaga.

Kemudian tahap selanjutnya, program kerja (action plan)

yang merupakan strategi yang “dijabarkan” dalam

langkah-langkah yang telah dijadwalkan (direncanakan

semula). Tahap terakhir, yang paling penting adalah

unsur anggaran (budget) yang sudah dipersiapkan, yang

merupakan “dana dan upaya”, berfungsi sebagai

2 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung, PT.

Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29.

 

Page 38: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

26

pendukung khusus yang dialokasikan untuk

terlaksananya suatu strategi program kerja manajemen.3

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Seperti yang dikatakan oleh Joel Ros dan Michael,

bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi

diumpamakan seperti kapal tanpa adanya kemudi,

bergerak berputar dalam lingkaran. Organisasi yang

demikian seperti pengembara tanpa adanya tujuan

tertentu.

Pemilihan strategi merupakan langkah krusial

yang memerlukan penanganan secara hati-hati dalam

perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi

salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal,

terutama kerugian dari segi waktu, materi, tenaga dan

juga tujuan yang diinginkan pun tidak berjalan dengan

baik.

Adapun proses strategi terdiri dari 3 tahapan:

a. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya

ialah pengembangan tujuan, mengenali peluang, dan

ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan

kelemahan internal, menghasilkan strategi alternatif,

3 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan

Aplikasi edisi revisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 133-134

 

Page 39: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

27

dan memilih strategi tertentu yang akan

dilaksanakan.4

b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi termasuk pengembangan

budaya dalam mendukung strategi, menciptakan

struktur organisasi yang efektif, mengubah arah,

menyiapkan anggaran, mengembangkan dan

memanfaatkan sistem informasi yang masuk.

Implementasi strategi sering pula disebut sebagai

tindakan dalam strategi karena implementasi berarti

memobilisasi untuk mengubah strategi yang

dirumuskan untuk menjadi tindakan.5

Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan,

mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan

budaya yang mendukung strategi merupakan usaha

yang dilakukan dalam mengimplementasikan strategi.

Implementasi yang sukses memerlukan dukungan

disiplin, motivasi kerja, dan kerja keras. Dalam tahap

pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat

membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh

unit, tingkat dan organisasi.6

4 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, edisi Bahasa Indonesia,

Penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3 5 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h. 5

6 Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas

Brawijaya, 2001), cet. Ke-2, h. 215

 

Page 40: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

28

c. Evaluasi Strategi

Tahap akhir dalam strategi ialah evaluasi strategi.

Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi

strategi adalah:

1) Meninjau faktor-faktor eksternal (berapa peluang

dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan

dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi

pembuatan strategi.

2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang

diharapkan dengan kenyataan).

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan

bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut

asal-usul katanya, yaitu berasal dari bahasa Latin,

communication, kata ini bersumber pada kata comminis,

yang artinya sama makna, sama makna di sini

maksudnya sama makna atau sama arti. Berarti

komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna

mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh

komunikator yang diterima oleh komunikan.7

7 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan

Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 34.

 

Page 41: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

29

Secara terminologis, komunikasi berarti proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada

orang lain.8 Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi

melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang

menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dapat

disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain

untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku, baik secara lisan maupun tidak langsung

melalui media.

Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid,

menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses

dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan

pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada

gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.

Komunikasi merupakan proses sosial dimana komunikasi

melibatkan manusia untuk selalu berinteraksi satu sama

lain, sehingga mencapai suatu pemahaman yang sama.9

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Ada empat komponen atau unsur dalam

komunikasi, yaitu orang yang mengirimkan pesan, pesan

yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui

pesan dari pengirim kepada penerima, dan penerima

pesan. Karena komunikasi merupakan proses dua arah

8 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4.

9 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h. 32

 

Page 42: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

30

atau timbal balik, unsur output perlu ada dalam proses

komunikasi. Dengan demikian, unsur dasar komunikasi

sebagai berikut:10

a. Pengirim Pesan (Komunikator)

Pengirim pesan adalah individu atau orang yang

mengirimkan pesan. Pesan atau informasi yang akan

dikirimkan berasal dari otak pengirim pesan. Oleh

sebab itu, sebelum mengirimkan pesan, pengirim

harus membuat pesan yang akan dikirimkannya.

Membuat pesan adalah menentukan arti yang akan

dikirimkan kemudian menyandikan (encode) arti

tersebut dalam suatu pesan. Setelah itu, dikirimkan

melalui saluran.

b. Pesan

Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan

kepada penerima. Pesam dapat berupa verbal maupun

nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis,

seperti surat, buku, dan pesan secara lisan, seperti

percakapan melalui telepon dan sebagainya. Adapun

pesan yang nonverbal dapat berupa isyarat gerakan

badan, ekspresi muka, dam nada suara. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan umpan balik (feed

back) dari komunikan.

c. Saluran dan Media Komunikasi

10

Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep

dan Aplikasi, h. 35

 

Page 43: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

31

Saluran merupakan jalan berlalunya pesan dari

komunikator kepada komunikannya. Ada dua jalan

agar pesan komunikator sampai pada komunikannya,

yaitu tanpa media yang berlangsung tatap muka dan

komunikasi yang menggunakan media. Media yang

dimaksud ialah media komunikasi, artinya ini

menggunakan teknologi media komunikasi.

d. Penerima Pesan (Komunikan)

Penerima pesan adalah orang yang menganalisis

dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.

Umpan balik dari penerima pesan memainkan

peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab

ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau

berhentinya komunikasi yang diutarakan oleh

pengirim pesan (komunikator).

e. Output

Output adalah respon penerima terhadap pesan

yang diterimanya. Adanya reaksi ini membantu

pengirim untuk mengetahui sesuai tidaknya

interpretasi pesan yang dikirimkan dengan hal-hal

yang dimaksudkan oleh pengirim. Apabila arti pesan

yang dimaksudkan oleh pengirim diinterpretasikan

sama oleh penerima, berarti komunikasi tersebut

efektif.

 

Page 44: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

32

3. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi ada macam. Adapun

yang dimaksud dengan bentuk-bentuk komunikasi disini

adalah:

a. Komunikasi Intra Pribadi (Intrapersonal

Communication)

Komunikasi intra pribadi adalah proses

komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau

dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri

sendiri. Komunikasi intra pribadi merupakan

landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi

dalam konteks-konteks lainnya. Sebelum melakukan

komunikasi dengan orang lain biasanya individu

berkomunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan

memastikan makna pesan orang lain). Keberhasilan

seseorang dengan orang lain bergantung pada

keefektifan komunikasinya dengan diri sendiri.11

b. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal

Communication)

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi

yang berlangsung antara dua orang, di mana terjadi

11

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2009), h. 80

 

Page 45: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

33

kontak langsung secara berhadapan muka (face to

face) bisa juga melalui sebuah medium telepon.12

Secara umum, komunikasi antar pribadi dapat

diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna

antara orang-orang yang saling berkomunikasi.

Pengertian proses mengacu pada perubahan dan

tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus.

Komunikasi antar pribadi juga merupakan suatu

pertukaran, yaitu tindakan penyampaian dan

menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan

makna, sesuatu yang dipertukarkan dalam proses

tersebut, adalah kesamaan pemahaman di antara

orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-

pesan yang digunakan terhadap proses komunikasi.13

c. Komunikasi Kelompok (Group Communications)

Komunikasi kelompok berarti komunikasi yang

berlangsung antara seorang komunikator dengan

sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua

orang. Jumlah orang yang terdapat dalam komunikasi

kelompok tersebut kemudian dapat pula dibedakan

menjadi dua bagian berdasarkan kuantitasnya.

Sekelompok orang yang menjadi komunikan tersebut,

bila berjumlah sedikit disebut dengan komunikasi

12

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung:

Alumni, 1981), hlm. 48 13

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), Cet Ke-

1, h. 106.

 

Page 46: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

34

kelompok kecil, sedangkan apabila yang menjadi

komunikan berjumlah banyak atau besar disebut

dengan komunikasi kelompok besar.14

d. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi massa adalah penyampaian pesan

komunikasi melalui atau menggunakan media massa

modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio, dan

televisi yang ditujukan kepada umum. Termasuk film

yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.15

Komunikasi massa dapat didefinisikan juga

sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana

pesannya dikirim dari sumber yang melembaga

kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-

alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat

kabar dan film.

Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah

dan tanggapan tertunda atau terbatas, akan tetapi,

dengan perkembangan teknologi komunikasi yang

begitu cepat, khususnya media massa elektronik

seperti radio dan televisi, maka umpan balik dari

khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada

penyiar, misalnya melalui program interaktif.

e. Komunikasi Organisasi

14

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h.

75. 15

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 137

 

Page 47: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

35

Menurut Redding dan Sanborn, komunikasi

organisasi ialah pengiriman dan penerimaan

informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang

termasuk dalam bidang ini antara lain komunikasi

internal, hubungan manusia, hubungan persatuan

pengelola, komunikasi downward atau komunikasi

dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau

komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi

horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang

sama level atau tingkatnya dalam organisasi,

keterampilan berkomunikasi dan berbicara,

mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi

program.16

f. Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah pertukaran pesan

dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi

atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau

melalui media. Tetapi dalam bagian ini yang akan

dibicarakan hanyalah kontak tatap muka di antara

organisasi dan lingkungan eksternalnya dan di antara

satu orang anggota organisasi dengan sejumlah besar

anggota organisasi yang sama.

g. Komunikasi Antarbudaya

16

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009), Cet. 10, h. 197

 

Page 48: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

36

Menurut Andrean L. Rich dan Dennis M. Ogawa

mengartikan bahwa komunikasi antarbudaya sebagai

sebuah komunikasi antara orang-orang yang memiliki

latar belakang yang berbeda. Komunikasi ini terjadi

oleh adanya pertemuan-pertemuan yang ada dalam

ruang sosial, di mana ruang tersebut memang

memungkinkan terjadinya perbedaan kebudayaan dan

terjalinnya komunikasi.17

C. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi Komunikasi

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif

banyak ditemukan oleh penentuan strategi komunikasi.

Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik

efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin akan

menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai

proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan

model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan

komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai

prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses

komunikasi tersebut terutama efek dari proses

komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.

Menurut Arni Muhammad, strategi komunikasi

merupakan keseluruhan perencanaan, taktik dan cara

17

Alo Liliweru, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta,

Pustaka Pelajar, 2004), h. 10

 

Page 49: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

37

yang akan dipergunakan oleh kelompok atau organisasi

untuk melancarkan komunikasi dengan memerhatikan

keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.18

Hafied Cangara memberi batasan pengertian

strategi komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat

untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang

lebih besar melalui transfer ide-ide baru.19

Menurut Alo Liliweri, strategi komunikasi adalah

strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan

mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan

komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.20

Jadi, strategi komunikasi adalah sebuah rancangan

atau rumusan yang dibuat untuk mengartikulasikan,

menjelaskan, mempromosikan, dan mengubah tingkah

laku manusia melalui transfer ide-ide baru. Dengan kata

lain strategi komunikasi bertujuan untuk mengubah

tingkah laku manusia yang awalnya tidak tahu menjadi

tahu, yang awalnya tidak setuju menjadi setuju, dan

begitu pula sebaliknya.

2. Langkah-langkah Strategi Komunikasi

Dalam realitanya melaksanakan strategi

komunikasi diperlukan langkah-langkah strategi yang

18 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 65.

19 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta

: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h. 61 20

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 240

 

Page 50: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

38

perlu dijalankan untuk menyusun langkah-langkah

tersebut dibutuhkan suatu landasan pemikiran dengan

memperhitungkan konten-konten dalam komponen

komunikasi serta faktor pendukung dan penghambat

komunikasi. Berikut langkah-langkah dalam strategi

komunikasi:21

a. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak merupakan langkah awal yang

harus dilakukan komunikator sebagai pelaku strategi

komunikasi serta usaha komunikasi yang efektif.

Dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali

tidak pasif, melainkan aktif, sehingga antara

komunikator dan komunikan bukan terjadi saling

hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Sebelum

melancarkan komunikasi perlu mempelajari siapa

yang akan menjadi sasaran komunikasi. Indikatornya:

1. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak

yang terdiri dari pengetahuan khalayak

mengenai pengetahuan, kemampuan khalayak

untuk menerima pesan-pesan lewat media

yang digunakan, pengetahuan khalayak lewat

perbendaharaan kata yang digunakan.

21

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2009), h. 184.

 

Page 51: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

39

2. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta

nilai-nilai norma kelompok dan masyarakat

yang ada.

3. Situasi dimana khalayak itu berada.

b. Menyusun Pesan

Langkah selanjutnya dalam perumusan strategi

ialah menyusun pesan. Dalam hal ini, yang harus

dilakukan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat

utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan

tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.

Dalam masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan

syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut

sebagai berikut:

1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan

sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik

perhatian sasaran yang dituju.

2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang

didasarkan pada pengalaman yang sama antara

sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian

itu bertemu.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi

daripada sasaran dan menyarankan cara-cara

mencapai suatu kebutuhan itu.

4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk

memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi

 

Page 52: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

40

kelompok di mana kesadaran pada saat

digerakkan untuk memberikan jawaban yang

dikehendaki.

c. Menetapkan Metode

Mencapai aktivitas dari suatu komunikasi selain

akan tergantung dari kemantapan isi pesan, yang

diselaraskan dengan kondisi khalayak dan

sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh

metode-metode penyampaiannya kepada sasaran.

Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian

atau mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek

yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut

bentuk isinya.22

Hal tersebut diurai lebih lanjut, bahwa yang

pertama, semata-mata melihat komunikasi itu dari

segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian

dari isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat

komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau

bentuk pesan yang dimaksud yang dikandung. Oleh

karena itu yang pertama (menurut pelaksanaanya),

dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu metode

redundancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan

yang kedua (menurut bentuk dan isinya) dikenal

22

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi, Teori & Praktik, h. 197.

 

Page 53: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

41

dengan metode: informatif, persuasif, edukatif, dan

kursif.

1. Repetition: merupakan cara mempengaruhi

khalayak dengan jalan mengulang pesan sedikit

demi sedikit, seperti yang dilakukan dalam

propaganda. Metode ini memungkinkan peluang

mendapatkan perhatian khalayak dan memberi

kesempatan bagi komunikator untuk memperbaiki

kesalahan yang dilakukan sebelumnya.

2. Canalizing: dilakukan dengan cara komunikator

berusaha memahami dahulu soal komunikan

seperti kerangka referensi dan bidang pengalaman

komunikan, kemudian menyusun pesan dan

metode yang sesuai dengan hal itu. Hal itu

bertujuan agar pesan dapat diterima terlebih

dahulu baru kemudian dilakukan perubahan-

perubahan sesuai dengan keinginan komunikator.

3. Informative: mempengaruhi khalayak dengan

jalan memberikan penerangan yakni memberikan

sesuatu apa adanya sesuai dengan fakta dan data

maupun pendapat yang sebenarnya.

4. Persuasive: mempengaruhi komunikan dengan

jalan membujuk. Dalam hal ini komunikan tidak

diberi kesempatan untuk berpikir kritis dan bila

mungkin akan terpengaruh tanpa disadari.

 

Page 54: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

42

5. Educative: mempengaruhi khalayak dengan

pesan-pesan yang bersifat mendidik, yakni

memberikan suatu ide kepada khalayak

berdasarkan fakta, pendapat dan pengalaman yang

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Dengan metode edukatif ini akan memberikan

pengaruh yang mendalam kepada khalayak

kendati pun hal ini akan memakan waktu yang

sedikit lebih lama dibanding dengan metode

persuasive.

6. Coersive: mempengaruhi khalayak dengan

pemaksaan, pesan-pesan yang disampaikan

biasanya mengandung ancaman atau intimidasi.

Metode ini biasanya diwujudkan dalam bentuk

peraturan-peraturan, perintah-perintah dan

intimidasi.

d. Penggunaan Media

Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu

komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus

selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan

kondisi khalayak. Pemilihan media komunikasi pun

harus demikian adanya, karena untuk mencapai

sasaran komunikasi harus dapat memilih secara tepat

media komunikasi yang digunakan, tergantung pada

 

Page 55: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

43

tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan

disampaikan, dan teknik yang akan digunakan.

Media komunikasi banyak jumlahnya. Mulai yang

tradisional hingga modern. Untuk mencapai sasaran

komunikasi maka dapat memilih salah satu atau

gabungan dari beberapa media komunikasi,

bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan

yang akan disampaikan dan teknik yang

dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak

media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan sebab

masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Indikatornya:

1. Menggunakan media massa seperti: televisi,

radio, koran, majalah, dan lain-lain.

2. Menggunakan media nirmassa: surat, telepon,

spanduk, pamflet, brosur, kaset, video, dan lain-

lain.

3. Komunikasi dilakukan dengan tatap muka atau

langsung: press conference, diskusi, dan lain-lain.

e. Komunikator

Tiga faktor penting yang harus diperhatikan

komunikator agar komunikasi dapat berjalan dengan

lancar, yaitu:

1. Daya tarik sumber: komunikator akan mampu

mengubah sikap, pendapat, dan perilaku khalayak

 

Page 56: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

44

bila ia mampu menarik perhatian khalayak.

Khalayak cenderung menyukai orang yang

tampan atau cantik (faktor fisik), mempunyai

banyak kesamaan dengan dirinya dan memiliki

kemampuan yang lebih tinggi.

2. Kredibilitas sumber: dalam hal ini kredibilitas

sumber merujuk pada kepercayaan komunikan

kepada komunikator. Kepercayaan itu tergantung

pada:

a. Kemampuan dan keahlian komunikator

berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan.

b. Kemampuan dan keterampilan menyampaikan

pesan sesuai dengan situasi yang disampaikan.

c. Memiliki budi pekerti dan kepribadian baik

dan disegani oleh khalayak.

d. Memiliki keakraban dan hubungan baik

dengan khalayak.

3. Selain daya tarik dan kredibilitas sumber,

komunikator juga dituntut untuk mampu

berempati. Empati bisa diartikan sebagai

memahami orang lain yang tidak mempunyai arti

emosional kita.

3. Tujuan Strategi Komunikasi

Tujuan strategi komunikasi dituturkan oleh R.

Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett

 

Page 57: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

45

dalam bukunya yang berjudul Techniques for Effective

Communication, dikutip dari buku milik Onong Uchjana

Effendy, yaitu:

a. to secure understanding,

b. to establish acceptance,

c. to motivate action.

Pertama adalah to secure understanding,

memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang

diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan

menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to

establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan

dimotivasikan (to motivate action).23

D. Formula Lasswell

Dari sekian banyak teori komunikasi yang

dikemukakan oleh para ahli, teori dasar terkait strategi

komunikasi adalah teori Harold Lasswell atau biasa

dikenal dengan Formula Lasswell yang menyatakan

bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan

komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan

tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab

pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom

23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h.

32

 

Page 58: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

46

With What Effect? (siapa mengatakan apa dengan cara

apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”.

Who

Communicator

Says

what

Message

In which

chanel

Medium

To

whom

receiver

With

what

effect

a. Communicator: dalam hal ini adalah komunitas Peduli

Jilbab, yang harus mampu menyampaikan pesan

sosialisasi pemakaian jilbab syar‟i kepada publiknya,

sehingga publik memahami dan mengerti mengenai

pesan yang disampaikan.

b. Message: merupakan kabar atau pesan yang

disampaikan kepada khalayaknya, pesan tersebut

dapat disampaikan dengan teknik kampanye, dimana

penyampaian ide, gagasan, dan informasi, serta

aktivitas tertentu dapat dipublikasikan dengan tujuan

agar publik dapat mengetahui, mengenal, dan

memahami, serta menerimanya.

c. Medium: merupakan sarana yang paling penting dalam

menyampaikan pesan kepada publik. Dan juga sebagai

mediator antara komunikator dengan komunikan.

d. Receiver: merupakan publik yang menjadi target atau

sasaran komunikasi, pemahaman komunikator

terhadap komunikan merupakan sesuatu yang penting

 

Page 59: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

47

agar timbul rasa saling percaya, toleransi, dan saling

kerjasama untuk memperoleh dukungan.

e. Effect: merupakan respon atau reaksi setelah proses

komunikasi tersebut berlangsung yang bisa

menimbulkan umpan balik yang positif maupun

negatif.

Setiap komponen-komponen dalam strategi

komunikasi harus dikenal dan dipahami dengan baik.

Karena semua komponen itu merupakan implementasi

cara untuk membentuk strategi komunikasi, termasuk

dalam melakukan kegiatan penyebaran informasi.

Berdasarkan unsur-unsur komunikasi oleh Harold D.

Lasswell dalam bukunya Hafied Cangara yang berjudul

Pengantar Ilmu Komunikasi, menjelaskan komponen-

komponen strategi komunikasi tersebut, di antaranya:24

a) Strategi Pemilihan Komunikator

Strategi pemilihan komunikator ini tentunya harus

memenuhi kriteria dan standar-standar tertentu bagi

seorang komunikator. Di antara kriteria dan standar-

standar itu adalah:

- Kriteria latar belakang komunikator

- Standarisasi kredibiltas komunikator

- Standarisasi daya tarik komunikator

24

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja

Grafindo Prenada, 2006), h. 47

 

Page 60: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

48

Alasan penetuan kriteria dan standar tersebut

adalah guna memperoleh hasil terbaik dalam proses

komunikasi efektif. Sebagaimana diketahui bahwa

komunikator menjalankan peranan yang paling

penting akan sukses tidaknya jalannya proses

komunikasi. Seorang komunikator harus memiliki

latar belakang yang sesuai ruang lingkup yang dia

hadapi, begitu juga dengan kredibilitasnya yang harus

tinggi untuk menjadi komunikator yang baik.

Komunikator juga harus mempunyai daya tarik

tersendiri dalam dirinya, yang berguna untuk menarik

perhatian lebih dari komunikan.

b) Strategi Penyusunan dan Penyajian Pesan

Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan hal

yang juga penting. Tanpa pesan, seorang komunikator

tidak mampu menjadi seorang komunikator karena

tidak ada yang disampaikan. Pesan adalah sesuatu

yang disampaikan oleh komunikator, maka dari itu

pesan yang baik harus direncanakan sebaik mungkin

dan juga bagaimana pesan tersebut nanti disajikan

agar komunikan sanggup menerima pesan yang kita

maksud. Di antaranya strategi penyusunan dan

penyajian pesan, setidaknya ada dua aspek penting

yang harus diperhatikan dalam perancangan pesan

yang efektif, yaitu:

 

Page 61: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

49

- Isi Pesan

Aspek isi pesan memiliki kontribusi besar dalam

membangun kualitas konten. Beberapa hal yang

terkait dengan isi pesan, mulai dari materi

pendukungnya, visualisasi pesan, isi negatif

pesan, pendekatan emosional, pendekatan rasa

takut, kreativitas dan humor, serta pendekatan

kelompok rujukan.

- Struktur Pesan

Dalam strategi penyampaian pesan, elemen

struktur pesan memegang peranan penting dalam

menyusun keseluruhan makna yang akan

didapatkan oleh audiens. Istilah struktur pesan

merujuk pada bagaimana unsur-unsur pesan

diorganisasikan.

c) Strategi Pemilihan dan Perencanaan Media

Secara garis besar, media terdiri dari 3 macam, yaitu:

- The spoken words (yang berbentuk ucapan), yaitu

jenis media yang berbentuk ucapan atau bunyi

yang ditangkap dengan indra telinga, seperti radio

dan telegram

- The printed writing (yang berbentuk tulisan),

yaitu media yang berbentuk tulisan, gambar,

lukisan, dan sebagainya yang dapat ditangkap

dengan indra mata.

 

Page 62: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

50

- The audiovisual media (media yang berbentuk

gambar hidup), yaitu media yang berbentuk

gambar hidup dan mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Contohnya televisi dan internet.

Di antara ketiga jenis tersebut tidak ditegaskan

mana yang terbaik karena setiap jenis memiliki

kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sama

halnya dalam penyusunan pesan, dalam pemilihan

media yang digunakan pun kita harus selektif, dalam

arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak

dengan memperhitungkan situasi sosial psikologis.

d) Strategi Pemilihan dan Pengenalan Khalayak

Sebelum kita melakukan atau melancarkan

komunikasi, ada perlunya kita mempelajari siapa

yang akan menjadi sasaran komunikasi kita. Faktor

yang harus diperhatikan dalam mengenal khalayak

adalah sebagai berikut:

- Faktor kerangka referensi

Pesan komunikasi yang disampaikan komunikan

harus disesuaikan dengan kerangka referensi.

Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam

dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman,

pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status

sosial, ideologi, cita-cita, dan lain sebagainya.

 

Page 63: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

51

Dalam situasi komunikasi interpersonal, mudah

mengenal kerangka referensi komunikasi karena

ia hanya satu orang. Mengenal kerangka referensi

menjadi sulit jika dalam komunikasi kelompok.

Ada kelompok yang individu-individunya sudah

saling kenal seperti kelompok karyawan atau

kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal,

seperti pengunjung rapat RW. Komunikasi harus

disesuaikan dengan kerangka referensi mereka.

Adapun yang lebih sulit adalah mengenal

kerangka referensi para komunikan dalam

komunikasi massa, sebab sifatnya sangat

heterogen. Karena itu pesan yang disampaikan

kepada khalayak melalui media massa hanya yang

bersifat informatif dan umum saja, yang dapat

dimengerti oleh semua orang, mengenai hal yang

menyangkit kepentingan semua orang. Jika pesan

yang akan disampaikan kepada khalayak adalah

untuk dipersuasikan, maka akan lebih efektif, bila

khalayak dibagi menjadi kelompok-kelompok

khusus. Lalu diadakan komunikasi kelompok

dengan mereka, yang berarti komunikasi dua arah

secara timbal balik.

- Faktor situasi dan kondisi

 

Page 64: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

52

Yang dimaksudkan dengan situasi di sini ialah

situasi komunikasi pada saat komunikan akan

menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi

yang dapat menghambat jalannya komunikasi

dapat diduga sebelumnya, umpamanya

mengadakan rapat dengan para karyawan pada

waktu gajian.

Adapun yang dimaksud dengan kondisi di sini

ialah state of personality komunikan, yaitu

keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia

menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita

tidak akan efektif apabila komunikan sedang

marah, sedih, bingung, sakit atau lapar. Dalam

menghadapi komunikan dalam situasi seperti itu,

kadang-kadang kita bisa menangguhkan

komunikasi kita sampai datangnya suasana yang

menyenangkan. Tapi tidak jarang pula kita harus

melakukannya pada saat itu juga di sini faktor

manusiawi sangat penting.

E. Sosialisasi

1. Pengertian Sosialisasi

Menurut James W Vander Zanden, sosialisasi

adalah suatu proses interaksi sosial dimana orang

memperoleh pengetahuan, nilai, sikap serta perilaku

esensial untuk berpartisipasi secara efektif dalam

 

Page 65: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

53

masyarakat.25

Sosialisasi adalah proses dimana individu

menerima kemudian menginternalisasikan atau

menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola

perilaku dari kebudayaan mereka.

Sosialisasi sangat erat hubungannya dengan proses

komunikasi. Dalam menginternalisasi sebuah informasi,

nilai dan pemahaman kepada diri sendiri diperlukan

transfer informasi dari sumber informasi kepada target

sasarannya. Dalam penyampaian aktivitas tersebut

biasanya menggunakan media. Adapun media yang

digunakan bisa berupa keluarga, kelompok bermain,

sekolah, lingkungan kerja dan media massa.26

Sosialisasi

umumnya bersifat persuasif, yaitu mengajak target

sasarannya untuk melakukan suatu perbuatan atau hanya

dengan memberikan suatu pengetahuan.

Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar

bagi perkembangan manusia. Dengan berinteraksi dengan

orang lain, seorang individu belajar bagaimana berpikir,

mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan. Hasil

akhirya ialah membentuk perilaku kita, termasuk pikiran

dan emosi kita sesuai dengan budaya yang berlaku.27

25 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan . (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011) h. 60 26 Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar,

(Jakarta: Prenada Media, 2005) h. 56 27 James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi,

(Jakarta: Erlangga, 2007) h.74

 

Page 66: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

54

2. Jenis Sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua:

a. Sosialisasi primer ini terjadi pada masa pertumbuhan,

yakni dengan cara mengucapkan kalimat, cara

mengucapkan kata, cara bersikap dan lain sebagainya.

Pada masa ini agen sosialisasi utamanya adalah

keluarga. Menurut Peter L. Berger dan Luckmann

mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi

pertama yang dijalani individu menjadi anggota

masyarakat (keluarga).

b. Sosialisai sekunder adalah suatu proses sosialisasi

lanjutan setelah sosialisasi primer yang

memperkenalkan individu ke dalam kelompok

tertentu dalam masyarakat. Menurut Goffman, kedua

proses tersebut berlangsung dalam institusi sosial,

yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua

institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam

situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas

dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama

menjalani hidup terkurung, dan diatur secara

formal.28

28 M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, (Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2006), Cet. ke-1 h. 80

 

Page 67: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

55

F. Jilbab Syar’i

1. Pengertian Jilbab Syar’i

Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya

Jalabib artinya pakaian yang lapang atau luas.

Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat

menutup aurat wanita. Lebih jelasnya jilbab adalah kain

mengulur yang menutupi seluruh tubuh dari atas hingga

mata kaki.29

Ada dua kosa kata yang dewasa ini dipakai banyak

orang untuk makna yang sama, hijab dan jilbab.

Keduanya adalah pakaian perempuan yang menutup

kepala dan tubuhnya. Al-Qur‟an sendiri menyebut kata

hijab untuk arti tirai pembatas penghalang, penyekat

yakni suatu yang menghalangi, membatasi, memisahkan

antara dua bagian atau dua pihak yang berhadapan

sehingga satu dengan yang lain tidak saling melihat atau

memandang.30

Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia yang

popular untuk busana muslimah adalah jilbab. Secara

etimologis kata jilbab berasal dari bahasa Arab dan

bentuk jamaknya jalabib. Yakni yang digunakan untuk

29 Nasaruddin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: PT

Serambi Imu Semesta,

2010), hal. 22. 30

Husein Muhammad, Islami Agama Ramah Perempuan

(Yogyakarta: LKIS, 2004), h. 207

 

Page 68: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

56

menutup tubuh dari atas ke bawah, ada yang mengatakan

bahwa yang dimaksud jilbab adalah pakaian yang lebih

lebar dari khimar, namun lebih kecil dari rida’ yang

digunakan untuk menutup dada adalah kain izar

(sarung).31

Syar‟i berasal dari kata syara’a atau thariqah yang

berarti memakai syari‟at, maka jilbab syar‟i yakni

kerudung dan jilbab yang benar-benar sesuai dengan

ketentuan syariat.32

Menutup aurat yang sesuai syariat,

yaitu:

- Batas aurat muka dan telapak tangan (HR. Abu

Daud No. 3580)

“Telah menceritakan kepada kami (Ya'qub

bin Ka'b Al Anthaki) dan (Muammal Ibnul Fadhl

Al Harrani) keduanya berkata; telah menceritakan

kepada kami (Al Walid) dari (Sa'id bin Basyir)

dari (Qatadah) dari (Khalid) berkata; Ya'qub bin

Duraik berkata dari Aisyah r.a, bahwa Asma binti

Abu Bakr masuk menemui Rasulullah SAW

dengan mengenakan kain yang tipis, maka

Rasulullah SAW pun berpaling darinya. Beliau

bersabda: "Wahai Asma`, sesungguhnya seorang

wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat

darinya kecuali ini dan ini -beliau menunjuk

wajah dan kedua telapak tangannya" Abu Dawud

berkata, "Ini hadits mursal. Khalid bin Duraik

belum pernah bertemu dengan 'Aisyah r.a"

31 Husein Muhammad, Islami Agama Ramah Perempuan, h. 208 32

Arief B. Iskandar, Jilbab Syar‟i: Meluruskan Beberapa Kesalahan

Berbusana Muslimah, (Jakarta: Khilafah Press, 2012) h. 4

 

Page 69: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

57

- Menutupi dada (Surat An-Nur ayat 31)

“Katakanlah kepada wanita yang beriman:

"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan

kemaluannya, dan janganlah mereka

Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)

nampak dari padanya. dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung ke dadanya, dan

janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali

kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau

ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,

atau putera-putera suami mereka, atau saudara-

saudara laki-laki mereka, atau putera-putera

saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara

perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,

atau budak- budak yang mereka miliki, atau

pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai

keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang

belum mengerti tentang aurat wanita. dan

janganlah mereka memukulkan kakinyua agar

 

Page 70: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

58

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.

dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai

orang-orang yang beriman supaya kamu

beruntung.”

- Longgar dan tidak transparan

“Rasulullah SAW memerintahkan wanita

yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari

Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan

kaum muslimin. Kemudian seorang wanita

berkata: „Wahai Rasulullah jika diantara kami ada

yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?‟

Rasulullah bersabda: „Hendaknya temannya

memakaikan sebagian pakaiannya‟” (HR. Abu

Daud No. 1136)

- Menutupi Mata Kaki

Dalam hadis Ummu Salamah r.a, Rasulullah

SAW bersabda:

“Barang siapa menyeret pakaiannya

dengan sombong, Allah SWT tidak akan

melihatnya pada hari kiamat”. Kemudian Ummu

Salamah bertanya: “Bagaimana para wanita

membuat ujung pakaian mereka?” Beliau

menjawab: “Hendaklah mereka menjulurkan

sejengkal” Ummu Salamah berkata lagi: “Kalau

begitu telapak kaki mereka akan tersingkap?”

Beliau menjawab: “Hendaklah mereka

menjulurkannya sejengkal, mereka tidak boleh

melebihkannya.” (HR. Tirmidzi No. 1731, Hasan

Shahih)

2. Batas-Batas Jilbab Syar’i dan Syaratnya

Jilbab merupakan tanda iffah (kehormatan diri),

simbol kesempurnaan, selain tanda kemuliaan dan

 

Page 71: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

59

keimanan. Sehingga harus memperhatikan beberapa

syarat yang harus dipenuhi agar pakaian bisa disebut

jilbab syar‟i:33

1. Menutupi segala sesuatu yang wajib ditutup dari

tubuh laki-laki adalah sesuatu antara pusar dan lutut

sedangkan pada perempuan adalah keseluruh badan

kecuali muka dan kedua telapak

2. Terbuat dari bahan kain yang tebal dan tidak tipis

menerawang karena tujuan jilbab adalah menutupi

jika tidak menutupi maka tidak disebut dengan jilbab

mengingat ia tidak bisa mencegah pandangan mata

orang lain

3. Hendaklah tidak memakai pakaian laki-laki, begitu

pula dengan laki-laki tidaklah menyerupai pakaian

perempuan

4. Bisa menutup rambutnya secara keseluruhan,

sehingga tidak boleh bagi perempuan muslimah yang

memakai jilbab tetapi masih terlihat

rambutnya yang kelihatan di dahi yang seperti marak

saat ini

5. Bisa menutup leher secara keseluruhan, sehingga

terhindar dari tatapan mata laki-laki yang membawa

syahwat ketika melihat leher tersebut

33

Ahmad Al-Hajji Al-Kurdi, Hukum-Hukum Wanita Dalam Islam

(Semarang: Dina Utama, 1995), h. 181

 

Page 72: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

60

6. Menutup dada dengan jilbab. Ada sementara

perempuan mengikatkan dua ujung jilbabnya ke

belakang lehernya, sehingga dadanya kelihatan

menonjol, perilaku ini yang tidak islami dari filsafah

etika Islam.

7. Menggunakan pakaian yang longgar agar lekukan

tubuh tidak kelihatan.

 

Page 73: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

61

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Komunitas Peduli Jilbab

Peduli Jilbab ini merupakan komunitas sosial yang

diusung dari muslimah, oleh muslimah, dan untuk muslimah.

Alasan awal dibentuknya komunitas ini yaitu untuk berbagi

jilbab syar’i pada golongan tak mampu sekaligus

mengampanyekan ajakan berjilbab syar’i. Sehingga dua

orang pemrakarsa komunitas ini, Amalia Dian Ramadhini

dan Angela Rosera Wardhani mulai mendirikannya sejak

tanggal 4 Mei 2012.

Komunitas ini diusung pendiri dari keprihatinan

keduanya terhadap muslimah yang ingin berjilbab syar’i,

namun terhalang faktor ekonomi. Maka dari itu, mereka

membentuk sebuah perkumpulan kecil untuk mengumpulkan

donasi jilbab syar’i dan membagikannya kepada orang yang

membutuhkan. Perkumpulan tersebut diresmikan pada

tanggal 19 Mei 2012 dengan nama Peduli Jilbab.1

Nama Peduli Jilbab sesungguhnya diambil dari nama

salah satu program kerja Rohis di SMA Negeri 5 Depok,

tempat pendirinya bersekolah dulu. Pendiri beranggapan

1 https://komunita.id/2016/02/19/solidaritas-peduli-jilbab-beauty-

inside-syar’i-outside/ diakses pada 07 Agustus 2017 pukul 21.40 WIB

 

Page 74: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

62

bahwa manusia perlu untuk peduli terhadap orang lain agar

dapat bermanfaat pula bagi orang lain. Kepedulian mereka

terhadap permasalahan jilbab syar’i tak hanya diwujudkan

dengan pengumpulan donasi dan pembagian jilbab syar’i

gratis. Peduli Jilbab juga bergerak untuk meningkatkan

muslimah mengenai kewajiban berjilbab.

Kepeduliannya juga ditujukan kepada muslimah yang

baru ingin berjilbab, hingga yang sudah berjilbab namun

belum syar’i. Pergerakan dari Peduli Jilbab mendapat

dukungan positif dari tokoh Islam terkenal seperti Felix

Siauw, Asma Nadia, dan Salim Afillah. Melalui akun Twitter

pribadi mereka, akun @pedulijilbab diperkenalkan secara

luas hingga memperoleh respon positif juga dari masyarakat.

Jumlah donasi jilbab syar’i yang dikirimkan pada Peduli

Jilbab semakin banyak, pengikutnya pun terus bertambah.

Dari sebagian pengikutnya, banyak yang ingin turut

bergabung bersama komunitas Peduli jilbab

mengampanyekan pemakaian jilbab syar’i.2

Pada awal gerakan ini, kegiatan komunitas Peduli

Jilbab mulai membagikan kerudung gratis kepada yang

membutuhkan yang disosialisasikan melalui akun Twitter

@pedulijilbab. Sambutan masyarakat terhadap kegiatan ini

sangat positif, sehingga pembagian kerudung gratis pun bisa

2

https://www.jakartasinergi.com/team/detail/3-solidaritas-peduli-

jilbab diakses pada 07 Agustus 2017 pukul 22.00 WIB

 

Page 75: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

63

sampai ke seluruh wilayah Indonesia kecuali Indonesia

bagian timur.

Namun, pada saat gencar kegiatan pembagian

kerudung gratis tersebut, ada salah satu oknum yang

memanfaatkan untuk promosi tanpa izin bahwa kegiatan

tersebut disponsori olehnya. Kemudian berawal dari tawaran

Kesatuan Pelajar Muslim Depok yang meminta komunitas

Peduli Jilbab menjadi narasumber sebuah kajian, komunitas

ini merapikan arah gerak tidak hanya sebatas pembagian

kerudung gratis, yaitu menjadi Jilbab Share, Jilbab Care, dan

Jilbab Wear dengan didukung Tim Kreatif dari 4 divisi yang

saling bersinergi dan memiliki tugas masing-masing.

Pada komunitas ini, anggota yang aktif

mengampanyekan pemakaian jilbab syar’i kerap disebut Tim

SPJ (Tim Solidaritas Peduli Jilbab). Kantor pusatnya masih

menjadi satu dengan rumah pimpinan pusatnya di Depok

karena bersifat komunitas sukarela. Selain itu, untuk

mempermudah koordinasi yang dilakukan Koordinator Pusat

dalam memantau kinerja Tim SPJ yang letaknya jauh,

pimpinan pusat menunjuk koordinator Tim SPJ pada setiap

regional.

Komunitas Peduli Jilbab memiliki 4 divisi diantaranya

Jilbab Share, Jilbab Wear, Jilbab Care dan Tim Kreatif.

Setiap divisi mempunyai tugas khusus masing-masing.

 

Page 76: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

64

Pertama, Jilbab Share memiliki tugas untuk menyebarkan

sosialisasi tentang pemakaian jilbab syar’i, baik melalui

seminar atau kegiatan-kegiatan lainnya. Sedangkan Jilbab

Care memiliki tugas untuk membagikan jilbab gratis kepada

para muslimah yang membutuhkan.

Para muslimah yang membutuhkan dapat mengisi

formulir permintaan jilbab pada website pedulijilbab.com

yang kemudian akan diproses oleh tim Jilbab Care dan

akhirnya diberikan jilbab secara gratis. Kemudian ada Jilbab

Wear yang bertugas mengumpulkan dana untuk memberikan

jilbab yang akan dibagikan oleh tim Jilbab Care. Terakhir

adalah Tim Kreatif, divisi ini bertugas untuk menghandle

akun-akun jejaring sosial komunitas Peduli Jilbab, baik

website, email, Facebook, Instagram dan juga Twitter.

Proses perekrutan Tim SPJ dilakukan melalui sistem

seleksi data. Tahap pertama bagi yang ingin menjadi Tim

SPJ harus mendaftarkan diri secara online pada waktu yang

telah ditentukan oleh komunitas Peduli Jilbab. Kemudian

yang lolos diminta membuat challenge baru. Dari challenge

tersebut, komunitas Peduli Jilbab memilih beberapa orang

yang akan dijadikan anggota Tim SPJ. Saat ini sudah ada

Tim SPJ batch 5 dengan jumlah 328 orang yang tersebar di

seluruh Indonesia.

 

Page 77: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

65

Dalam satu tahun sekali, komunitas Peduli Jilbab selalu

melakukan pemutihan untuk Tim SPJ. Pemutihan tersebut

ditujukan untuk Tim SPJ yang tidak melakukan daftar ulang

pada waktu yang telah ditentukan. Artinya, untuk Tim SPJ

yang tidak melakukan daftar ulang akan secara otomatis

diputihkan oleh Peduli Jilbab dan tidak berhak untuk

mendapatkan informasi maupun pelatihan-pelatihan intrnal

dari Peduli Jilbab. Hal tersebut dikemukakan oleh

Koordinator Pusat Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini:

“Tahun ini kita ngga ada pembukaan batch, tapi tiap tahun itu kita ada pemutihan, jadi buat yang ngga mau aktif ngga usah daftar ulang, jadi kalo dia ngga daftar ulang dia otomatis diputihkan dan dia tidak berhak untuk jadi panitia dan mendapatkan informasi internal

maupun pelatihan-pelatihan internal di Peduli Jilbab.”3

1. Logo Dan Tampilan Media Sosial (Facebook, Twitter,

dan Instagram) Peduli Jilbab

a. Logo Komunitas Peduli Jilbab

Gambar 3.1 Logo Komunitas Peduli Jilbab

3 Wawancara Pribadi Dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi Indah

Sawangan 2, Pengasinan, 5 April 2018

 

Page 78: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

66

b. Tampilan Media Sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram)

Gambar 3.2 Tampilan Facebook Komunitas Peduli Jilbab

Gambar 3.3 Tampilan Twitter Komunitas Peduli Jilbab

Gambar 3.4 Tampilan Instagram Komunitas Peduli Jilbab

 

Page 79: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

67

2. Struktur Komunitas Peduli Jilbab dan Fungsi

Koordinator Pusat

Amalia Dian Ramadhini

Biro Kestari

Annisa Kurniati

Biro Keuangan

Hutami Maulinasari

Sekretaris Jendral

Angela Rosera W

Divisi Penelitian dan Pengembangan

Reni Nurhastuti

Divisi Humas Tuti Alawiyah

Divisi Jilbab Share Tri Erniati

Divisi Jilbab Care Rifdatun Nafiah

Divisi SPJ Preneur

Aisyah Nurkumala

Koordinator Regional

33 Regional se Indonesia

Jabatan Fungsi

Ketua/Koordinator

Umum

Memimpin Peduli Jilbab sesuai

dengan ketentuan yang belaku

di internal organisasi Peduli

Jilbab, bertanggung jawab

terhadap jalannya organisasi

dan mewakili Peduli Jilbab

serta bertindak ke luar/dalam

untuk dan atas nama Peduli

Jilbab sesuai dengan garis

 

Page 80: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

68

kebijakan organisasi,

mengoordinasikan dan

mengarahkan pembagian tugas

kepada ketua-ketua divisi dan

seluruh struktural organisasi

Peduli Jilbab, membangun

jaringan,

mempertanggungjawabkan

seluruh kebijakan dan agenda

kegiatan Peduli Jilbab pada

Musyawarah Nasional Peduli

Jilbab.

Biro Administrasi

Kesekretariaran

Mengadakan, mencatat, dan

mengarsip surat-surat dan

dokumen organisasi,

menyimpan dam memelihara

arsip-arsip penting,

mendokumentasikan aset-aset

Peduli Jilbab,

mengoordinasikan sekretaris

tiap-tiap divisi, mengeluarkan

kebijakan mengenai mekanisme

kesekretariatan, membuat

database pembicara, instansi,

sponsor, dll, membuat kalender

 

Page 81: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

69

kegiatan Peduli Jilbab dan

menindaklanjuti rencana

kegiatan Peduli Jilbab, dan

bertanggung jawab kepada

Koodinator Pusat.

Keuangan Membuat rencana anggaran

pendapatan dan belanja Peduli

Jilbab, mengelola keuangan

organisasi, membuat laporan

keuangan secara periodik,

mengeluarkan kebijakan

mengenai alur pengelolaan

keuangan, dan bertanggung

jawab kepada Koordinator

Pusat.

Pusat Divisi

Kaderisasi

Merancang dan menerapkan

pola kaderisasi dan

pengembangan internal Peduli

Jilbab, membuat sistem

informasi dan sistem database

Peduli Jilbab, membuat

kebijakan khusus mengenai

kaderisasi Peduli Jilbab,

mengevaluasi proses penerapan

 

Page 82: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

70

kaderisasi di seluruh divisi

Peduli Jilbab, mengaudit dan

mengontrol kinerja tiap-tiap

divisi Peduli Jilbab,

menindaklanjuti hasil audit tiap-

tiap divisi, menjadi konsultan

bagi seluruh anggota Peduli

Jilbab, dan bertanggung jawab

kepada Koordinator Pusat.

Divisi Jilbab Share Menanamkan nilai Islam yang

kondusif sebagai pusat media

syiar utama, melaksanakan syiar

Islam dalam bentuk kajian,

media, seni, dan program syiar

lain yang mendukung,

mengelola isu-isu keislaman,

dan bertanggung jawab kepada

Koordinator Pusat.

Divisi Jilbab Care Meningkatkan kualitas dan

kuantitas penyaluran donasi

jilbab, membuat kebijakan

penyaluran donasi, mengadakan

pembinan terhadap penerima

donasi, menjaga hubungan baik

 

Page 83: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

71

berkesinambungan dengan para

donator, mengeluarkan

kebijakan mengenai alur

pengelolaan keuangan, dan

bertanggung jawab kepada

Koordinator Pusat.

Divisi Humas Membangun hubungan sosial

kemasyarakatan, mengelola

media, membuat kebijakan

publikasi kegiatan, mengadakan

pelatihan publikasi, dan

bertanggung jawab kepada

Koordinator Pusat.

Divisi Solidaritas

Peduli Jilbab Preneur

Melakukan usaha-usaha mandiri

untuk memenuhi kebutuhan

dana Peduli Jilbab, melaporkan

hasil usaha kepada Biro

Administrasi secara periodik,

dan bertanggung jawab kepada

Koordinator Pusat.

Tabel 3.1 Fungsi Struktur Peduli Jilbab

Struktur organisasi tersebut merupakan reformasi

yang dilakukan pada bulan Februari 2015. Perubahan

struktur dilakukan karena menanggapi hasil evaluasi pada

 

Page 84: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

72

Munas Desember 2014 mengenai kurang efektifnya tugas

dua divisi yaitu Tim Kreatif dan Jilbab Wear. Sehingga

kedua divisi tersebut diganti nama dan perbaikan job

description menjadi Divisi Humas dan Divisi SPJ

Preneur. Hal tersebut diungkapkan oleh Koordinator

Pusat Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini:

“Jadi itu yang awal tuh, kita memang ada

yang empat itu aja tapi makin kesini Tim Kreatif

itu kebutuhannya bukan cuma buat bikin konten

tapi juga buat mengelola akun dan akhirnya Tim

Kreatif ini diganti jadi Tim Humas. Jadi jauh lebih

besar cakupannya dari Tim Kreatif. Trus

kemudian Jilbab Wear itu kan dulu ada karena

tahun 2012 itu belum banyak onlineshop yang jual

kerudung syar’i, kan makin kesini makin banyak

ya akhirnya untuk ekspansi juga diganti jadi SPJ

Preneurs..”4

B. Visi dan Misi Peduli Jilbab

Visi Peduli Jilbab adalah mentransformasi muslimah

agar memiliki “Beauty Inside, Syar’i Outside”. Sedangkan

misinya adalah membumikan hijab syar’i, memperbaiki

akhlak dengan memberi teladan, bersinergi dengan pihak-

pihak yang memiliki visi yang sama, dan membangun

komunitas yang saling menyemangati dalam kebenaran.

4 Wawancara Pribadi Dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi Indah

Sawangan 2, Pengasinan, 5 April 2018

 

Page 85: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

73

C. Kegiatan Kampanye Peduli Jilbab

1. International Hijab Solidarity Day

Gambar 3.5 Peduli Jilbab Dalam Memperingati IHSD

International Hijab Solidarity Day atau Hari

Solidaritas Hijab Internasional ini diadakan setiap bulan

September. Beberapa komunitas Islam

menyelenggarakan aksi longmarch dalam rangka

memperingati International Hijab Solidarity Day yang

diselenggarakan di arena Car Free Day. Adapun

komunitas yang terlibat yaitu Peduli Jilbab, Aku Cinta

Islam, Dakwah Harian, Rumah Dakwah Indonesia, Syiar

Hijrah, Gerakan Membersihkan Masjid (GEMAS),

Dompet Dhuafa Volunteer (DDV), Manjaddawajada,

One Day One Juz (ODOJ), Muslim Designer

Community, Sahabat Syar’i Indonesia (SASI), The Real

Ummi, dan Hafizh On The Street. Tujuan diadakannya

momentum ini agar dapat menjadi semangat bagi para

 

Page 86: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

74

muslimah untuk semakin percaya diri dalam memakai

jilbab syar’i.5

2. GEMAR (Gerakan Menutup Aurat)

Gambar 3.6 Peduli Jilbab Dalam Kegiatan Gemar

Tujuan dari diadakannya GEMAR ini adalah

mengajak para muslimah untuk menutup auratnya sesuai

syari‟at, dan mau untuk berjilbab syar’i. Kegiatan ini

biasanya diselenggarakan di masjid sampai di tempat-

tempat umum. Dalam kegiatan ini Peduli Jilbab memberi

motivasi dan mengajak kepada muslimah agar bersegera

menutup auratnya, sebelum ajal menjemput. Pada

kegiatan ini juga, Peduli Jilbab memberikan jilbab gratis

kepada muslimah yang ingin memakai jilbab syar’i.

Memasuki acara Hijrah Massal, tim Peduli Jilbab secara

simbolis memakaikan jilbab syar’i kepada salah satu

peserta. Hijrah Massal ini adalah hijrah untuk menutup

aurat sesuai syariat atau berjilbab syar’i yang dilakukan

secara massal atau bersama-sama.

5http://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/09/25/124272/in

ternational-hijab-solidarity-day-momentum-muslimah-semakin-pede-

berjilbab-syari.html diakses pada Rabu, 20 Juni 2018 pukul 09.36 WIB

 

Page 87: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

75

3. Seminar

Gambar 3. 7 Seminar Beauty Inside Syar'i Outside

Komunitas Peduli Jilbab juga kerap mengadakan

seminar-seminar ke sekolah dan kampus-kampus untuk

memberikan edukasi akan pentingnya berjilbab.

Tujuannya tidak lain agar para muslimah Indonesia

menutup auratnya sesuai ajaran Islam dan berharap

ajakan komunitas Peduli Jilbab bisa semakin meluas.6

4. Sepuluh Ribu Jilbab Untuk Indonesia

Gambar 3.8 Akun kitabisa.com Komunitas Peduli Jilbab

Kegiatan tebar 10.000 jilbab untuk Indonesia

diinisiasi oleh gerakan Peduli Jilbab demi memfasilitasi

serta mendampingi muslimah-muslimah yang ingin

berjilbab syar’i tapi terkendala masalah keuangan. Dalam

6

https://www.kiblat.net/2016/02/18/komunitas-solidaritas-peduli-

jilbab-aktif-serukan-kampanye-berhijab-secara-syari/ diakses pada hari Rabu,

20 Juni 2018 pukul 10.43 WIB

 

Page 88: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

76

hal ini, komunitas Peduli Jilbab menggunakan

website kitabisa.com untuk menggalang dana dan

siapa pun dapat melakukan donasi. Uang donasi yang

diperoleh akan digunakan seluruhnya untuk

pendistribusian jilbab syar’i ke seluruh Indonesia

demi membumikan jilbab syar’i sesuai dengan

perintah Allah SWT. 17

7 https://m.kitabisa.com/sepuluhribujilbab diakses pada hari Rabu, 20

Juni 2018 pukul 10.35 WIB

 

Page 89: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

77

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Temuan

Pada bab ini penulis akan menjabarkan hasil temuan

penelitian yang meliputi strategi pemilihan komunikator,

strategi penyusunan dan penyajian pesan, strategi pemilihan

media, kemudian strategi pemilihan dan pengenalan

khalayak komunitas Peduli Jilbab dalam mensosialisasikan

pemakaian jilbab syar’i di kalangan muslimah

1. Strategi Pemilihan Komunikator Komunitas Peduli

Jilbab Dalam Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab

Syar’i di Kalangan Muslimah

Kegiatan mensosialisasikan pemakaian jilbab

syar’i yang dilakukan oleh komunitas Peduli Jilbab ini

merupakan suatu usaha komunikasi yang memerlukan

strategi. Dalam hal ini, strategi komunikasi digunakan

Peduli Jilbab dalam mensosialisasikan pemakaian jilbab

syar’i kepada khalayak eksternal. Strategi komunikasi

dibutuhkan tidak hanya sebagai perencanaan saja tetapi

juga dibutuhkan perencanaan dan penerapan yang matang.

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh

komunitas Peduli Jilbab tentunya membutuhkan

komunikator untuk menyampaikan pesan-pesan guna

 

Page 90: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

78

menarik minat khalayak untuk memakai jilbab syar’i.

Dalam hal ini komunikator menjadi penting karena sangat

berpengaruh pada tujuan dari strategi komunikasi

tersebut.

Dalam berbagai kajian komunikasi, komunikator

menjadi sumber dan kendali semua aktivitas komunikasi.

Oleh karena itu, jika suatu proses komunikasi tidak

berhasil dengan baik, maka kesalahan utama bersumber

dari komunikator. Sebagai pelaku utama dalam aktivitas

komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat

penting. Untuk itu seorang komunikator yang akan

bertindak sebagai ujung tombak suatu kegiatan harus

terampil berkomunikasi, kaya ide, serta penuh daya

kreativitas.

Pemilihan anggota Tim SPJ sudah dilakukan sejak

akhir tahun 2012. Proses perekrutan, seleksi, challenge,

dan pelatihan harus dilewati oleh semua anggota Tim SPJ.

Berawal dari tawaran KPMD (Komunitas Pelajar Muslim

Depok) yang meminta komunitas Peduli Jilbab menjadi

narasumber sebuah kajian, berawal dari sanalah

komunitas Peduli Jilbab merapikan arah gerak mereka

menjadi beberapa divisi.

“Dulu kita membagi divisi menjadi empat,

pertama kalinya juga kita ngadain kopdar.

Sebelum adanya Tim SPJ kita membuka relawan

 

Page 91: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

79

sekitar bulan September siapa yang mau bantu

silahkan datang, kemudian donasi berjalan

lancar, ngisi acara jalan, sampai bulan Desember

saya menikah saya jadi mikir. Kayaknya kita

harus punya tim deh. November 2012 kita open

recruitment, ada daftar secara online. Pertama

daftar itu yang masuk ada 388 orang, bener-bener

diluar dugaan, padahal 50 orang juga udah

alhamdulillah banget. Dari situ di seleksi sampai

terjaring 124. Mereka disuruh isi formulir yang

panjang banget isinya, pertanyaannya tentang

data diri yang pasti, background pendidikannya

gimana, pengalaman organisasi, bagaimana

pemahaman mereka tentang suatu kepanitiaan,

kalo mereka udah di Peduli Jilbab mau ngapain,

dan masih banyak yang lainnya. Setelah isi online,

mereka ada seleksi offline yang kita garap

bertujuh waktu itu sampai ga tidur, sampai pada

nginep di sebuah kamar yang hanya ukuran 2x3

meter. Seleksi 388 orang yang daftar mulai dari

cek facebook pribadi sama akun medsos pribadi

lainnya. Hingga akhirnya yang diterima hanya

124 orang dan mereka menjadi Tim Solidaritas

Peduli Jilbab pertama, setelah itu Maret 2013

munas (musyawarah nasional) yang diadakan di

Depok”1

Beberapa divisi dari komunitas Peduli Jilbab saat

itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Jilbab Share;

bertugas memberikan ilmu-ilmu atau sharing yang

bermanfaat tentang jilbab atau masalah wanita lainnya,

Jilbab Care; bertugas menerima, menyalurkan serta

menginventarisir semua donasi serta mecatat muslimah

1 Wawancara Pribadi dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi

Sawangan Indah 2, Pengasinan, 5 April 2018

 

Page 92: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

80

yang berhak menerima jilbab gratis, dan Jilbab Wear;

bertugas untuk menjual, mempromosikan jilbab yang di

mana hasil penjualannya itu digunakan untuk memenuhi

muslimah yang kurang mampu namun ingin mengenakan

jilbab.

Dalam komunitas Peduli Jilbab pelatihan khusus

untuk menyiapkan Tim SPJ menjadi pembicara juga

dilakukan melalui kegiatan internal yaitu TPFM (Training

Public Figure Muslimah) selama 2 hari 1 malam. Dalam

kegiatan TPFM tersebut Tim SPJ dilatih dalam hal public

speaking.

“Di jilbab share baru hari Jumat Sabtu

Minggu lalu kita adain yang namanya TPFM

Training Public Figure Muslimah itu di internal,

jadi kayak bagaimana dia kan nanti jangan sampe

cuman dia-dia aja yang ngisi, harus ada

regenerasi gitu, jadi kemaren dilatih ditraining 2

hari 1 malem mulai dari dakwahnya trus dari

public speaking, leading diri gitu”2

Dalam hal ini, komunitas Peduli Jilbab benar-

benar menyiapkan Tim SPJ yang siap untuk menjadi

pembicara karena dalam komunitas Peduli Jilbab

mempunyai suatu tujuan sehingga harus disampaikan oleh

komunikator yang terlatih juga. Pemilihan komunikator

juga sangat penting karena komunikator akan

2

Wawancara Pribadi dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi

Sawangan Indah 2, Pengasinan, 5 April 2018

 

Page 93: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

81

menyampaikan pesan kepada khalayak. Komunikator-

komunikator tersebut antara lain yaitu Divisi Jilbab Share,

tokoh agama, dan beberapa publik figur seperti Oki

Setiana Dewi.

Pelatihan TPFM ini juga dimaksudkan agar Divisi

Jilbab Share memiliki basic komunikasi yang baik

sehingga dapat menyampaikan pesan kepada khalayak

sasaran dengan baik dan juga komunitas Peduli Jilbab

mempunyai regenerasi. Regenerasi dianggap penting

karena dapat menjadi penerus bagi keberlangsungan

komunitas Peduli Jilbab.

Dalam memilih komunikatornya, komunitas

Peduli Jilbab sudah memiliki Divisi Jilbab Share yang

memang tugas utamanya adalah menyampaikan pesan

kepada khalayak sasaran. Kriteria dalam pemilihan

anggota Divisi Jilbab Share yaitu memiliki pengetahuan

nilai-nilai Islam, memiliki keterampilan berbicara di

depan audiens, mampu mengelola isu-isu keislaman, dan

mampu melaksanakan kegiatan penyampaian pesan dalam

bentuk kajian, media, seni, dan program-program lainnya.

Selain Divisi Jilbab Share, beberapa publik figur

dan tokoh agama juga kerap kali menjadi komunikator

dalam kegiatan yang diadakan oleh komunitas Peduli

Jilbab. Beberapa publik figur dan tokoh agama yang

 

Page 94: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

82

dipilih yaitu misalnya Oki Setiana Dewi, Meyda Sefira,

dan Ustadzah Mas Farlina Limarwangi. Beberapa di

antaranya dipilih karena memiliki pengalaman hijrah yang

dapat memotivasi para muslimah sehingga dapat dicontoh

jejaknya, memiliki banyak prestasi meskipun sudah

berjilbab, memiliki pekerjaan yang bagus meskipun

berjilbab syar’i, tetap terlihat fashionable meskipun sudah

berjilbab, dan lain sebagainya.

2. Strategi Penyusunan Pesan dan Penyajian Pesan

Komunitas Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan

Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah

Setelah pemilihan komunikator, maka langkah

selanjutnya adalah penyusunan pesan dan penyajian

pesan, yaitu menentukan materi yang akan disampaikan

kepada komunikan. Syarat utama dalam mempengaruhi

khalayak dari pesan tersebut ialah mampu

membangkitkan perhatian. Pesan yang disampaikan

terkait dengan mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i,

komunikator menggunakan penyajian pesan yang bersifat

menarik perhatian khalayak. Contohnya generasi milenial

saat ini menurut Koordinator Pusat Komunitas Peduli

Jilbab tidak suka pembahasan dengan ayat-ayat yang

mereka anggap sangat membosankan. Mereka lebih

tertarik dengan pembahasan tentang pernikahan dan

jodoh.

 

Page 95: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

83

Penyusunan pesan harus direncanakan dan

disampaikan dengan baik agar dapat menarik perhatian

khalayak. Rencana komunikasi di sini adalah bagaimana

komunikator menyampaikan materi kegiatan sosialisasi

ini dan bagaimana bentuk bahasa yang digunakan oleh

komunikator. Namun dalam beberapa kegiatan undangan,

Peduli Jilbab kerap diminta untuk memberikan materi

sesuai dengan kegiatan yang mereka adakan, tetapi hal itu

tidak membuat komunikator kesulitan untuk tetap

memasukkan unsur-unsur pesan sosialisasi pemakaian

jilbab syar’i di dalamnya.

“Jadi misalkan “kak, aku mau ngundang

dong” nah yaudah tapi sebutin semua jelas

misalnya nama kegiatannya apa, temanya apa,

audiencenya siapa, terus pematerinya siapa aja,

materinya mau apa. Jadi misalnya kan materi

tentang jilbab tapi kan mereka mintanya temanya

jadi Bidadari-Bidadari Syurga misalnya, itu kan

dari mereka tapi intinya tema yang mereka ajukan

kita ambil tapi didalemnya pasti ada unsur

mensosialisasikan jilbab syar’i..”3

Peduli Jilbab memiliki Tim SPJ yang berada di

berbagai wilayah Indonesia, padahal pesan dari kegiatan

sosialisasi pemakaian jilbab syar’i yang disampaikan

haruslah sama. Untuk itu, pesan yang akan disampaikan

kepada khalayak harus benar-benar dipersiapkan dengan

3 Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati di Bayt Al-Quran TMII,

Jakarta Timur, 5 Mei 2018

 

Page 96: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

84

baik. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan konflik

akibat pesan yang multitafsir. Sehingga Peduli Jilbab

menerapkan beberapa aturan terkait persiapan suatu

pesan.

Salah satu aturan yang diterapkan Peduli Jilbab

diberikan untuk admin media sosial baik pusat maupun

regional. Pesan yang disampaikan melalui media sosial

bersifat ringan namun menyentuh. Artwork karya dari Tim

Kreatif atau saat ini disebut Divisi Humas terkadang salah

dalam dalam pencantuman logo penting maupun isi pesan

yang tersirat maupun tersurat pada karya tersebut. Oleh

karena itu, dibuatlah SOP dalam menyampaikan pesan

kepada khalayak di Peduli Jilbab. Pesan yang sudah

sesuai dengan SOP bisa disampaikan melalui media sosial

maupun tatap muka, tentu tak lepas dari izin Koordinator

Pusat Komunitas Peduli Jilbab.

“Kalo aturannya sih sebenernya yaa balik

lagi ya pakem-pakem apa yang harus kita

sampaikan tentang jilbab syar’i kayak misalnya

tentang ayat-ayat tentang hijab terus tentang

kriteria hijab syar’i seperti apa, terus juga

istilahnya tips-tips supaya temen-temen bisa tetep

istiqomah dalam berjilbab syar’i. Kalo aturan

tertulisnya sih lebih ke poin-poin aja sih

maksudnya tadi kayak yang aku bilang jadi

misalnya poin-poinnya apa-apa yang disampaikan

 

Page 97: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

85

itu ada. Poin-poin tertulisnya ada. SOP lah

istilahnya”4

“Kalo SOP dalam menyampaikan pesan di

medsos kita ada ya. Lebih ke cara penulisan sih,

misalnya ngga boleh pake huruf kapital kecuali

untuk penulisan judul untuk penekanan aja. Trus

ngga boleh copy paste, kalo pun mau kutip tulisan

harus jelas sumbernya, ngga boleh asal masukin

ayat-ayat atau fiqih-fiqih. Kayak gitu sih..”5

Berdasarkan hasil wawancara di atas, komunitas

Peduli Jilbab sangat memperhatikan pesan-pesan yang

akan disampaikan kepada khalayak baik melalui tatap

muka maupun media sosial agar tidak menimbulkan

multitafsir. Dalam keduanya, komunitas Peduli Jilbab

memperhatikan bentuk bahasa yang digunakan dalam

menyampaikan pesan kepada khalayak. Kemudian dalam

hal penulisan sebuah konten yang akan disebarkan

melalui media sosial juga harus sesuai dengan SOP yang

telah dibuat oleh komunitas Peduli Jilbab.

Komunitas Peduli Jilbab menyampaikan pesan

berkaitan dengan ketauhidan di berbagai media sosial

seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Dengan cara

artwork atau gambar yang unik membuat pembaca tidak

merasa bosan untuk melihatnya, simpel namun

menyentuh hati ditambah dengan caption (tulisan di

4 Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati di Bayt Al-Quran TMII,

Jakarta Timur, 5 Mei 2018 5 Wawancara Pribadi Dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi Indah

Sawangan 2, Pengasinan, 5 April 2018

 

Page 98: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

86

bawah pada gambar atau karikatur, dan sebagainya) yang

singkat, padat, dan jelas. Contoh pesan yang disampaikan:

Gambar 4.1 Postingan Pesan Pada Instagram

Caption yang menyertai gambar tersebut adalah:

“Semua orang bisa menjadi besar karena ada yang

Maha Besar. Seluruh hal yang ada di bumi ini tidak

terlepas dari kehendak Allah SWT. Semua yang terjadi

tidak mungkin terjadi tanpa sepengetahuan Allah SWT.”

Komunitas Peduli Jilbab juga kerap kali

membahas mengenai seluruh hukum dan perundang-

undangan yang terdapat dalam agama Islam, baik yang

berhubungan dengan manusia dengan Tuhan, maupun

manusia dengan antar manusia sendiri. Pesan yang

disampaikan oleh komunitas Peduli Jilbab melalui media

sosial dengan gambar yang menarik serta caption yang

singkat, padat dan jelas.

 

Page 99: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

87

Gambar 4 2 Postingan Pesan Mengenai Larangan Berpacaran

Komunitas Peduli Jilbab juga berfokus untuk

memberikan jilbab serta mengedukasi kaum muslimah

mengenai jilbab. Maka komunitas Peduli Jilbab

memberikan landasan atau hukum tentang aturan dalam

menggunakan jilbab. Pesan mengenai landasan dan

hukum mengenai jilbab juga dikemas secara menarik,

sehingga tidak membuat para komunikan merasa digurui

ataupun merasa tersinggung. Seperti biasanya pesan yang

mereka sampaikan dengan postingan berbagai gambar

(artwork) di semua akun media sosialnya, yaitu:

Gambar 4.3 Postingan Pesan Tentang Jilbab

 

Page 100: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

88

Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunitas

Peduli Jilbab selama ini disajikan dengan sebuah gambar

yang unik yang didesain oleh Tim Humas, dengan tujuan

agar mudah dipahami dan menarik minat orang untuk

membacanya.

3. Strategi Pemilihan Media Komunitas Peduli Jilbab

Dalam Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab Syar’i di

Kalangan Muslimah

Media atau saluran menjadi penting dalam

menjalankan strategi komunikasi, tidak hanya sebagai

pendukung tapi bisa juga menjadi penentu keberhasilan

dalam mencapai tujuan komunikasi. Dalam hal ini yang

menjadi tujuan komunitas Peduli Jilbab adalah untuk

menarik minat kaum muslimah memakai jilbab syar’i.

Strategi media merupakan upaya penentuan alat

apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari

komunikasi kepada khalayak sasaran atau komunikan.

Media sendiri digunakan sebagai alat untuk menyalurkan

ide, hal ini juga diharapkan mampu mendapatkan

feedback dari khalayak mengingat media dapat

menjangkau sasaran atau target komunikasi yang lebih

luas.6

Komunitas Peduli Jilbab dalam melaksanakan

kegiatannya menggunakan media cetak, yaitu media yang

6 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, h. 73

 

Page 101: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

89

berbentuk tulisan, gambar, lukisan, dan sebagainya yang

dapat ditangkap dengan indra mata. Contohnya surat

kabar, buku, majalah, brosur, pamplet, dan lain

sebagainya. Komunitas Peduli Jilbab juga tentunya

menggunakan media cetak ini dalam aktivitasnya.

1. Buku

Buku yang diterbitkan oleh komunitas Peduli Jilbab

adalah buku yang berjudul “From Jilbab To Akhirat”.

Buku ini ditulis oleh Tim SPJ dengan berisikan ilmu-

ilmu tentang berjilbab, kisah-kisah hijrah para

muslimah yang memutuskan untuk berjilbab serta

berisikan pertanyaan-pertanyaan dan keraguan

muslimah tentang berjilbab.

Gambar 4.4 Buku Komunitas Peduli Jilbab

2. Brosur

Brosur adalah selembaran cetakan yang hanya terdiri

atas beberapa halaman, dilipat tanpa dijilid berisikan

informasi tertulis secara singkat namun sistematis, dan

 

Page 102: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

90

terbit secara berkala. Komunitas Peduli Jilbab

menggunakan brosur sebagai media untuk kegiatan

sosialisasinya.

Gambar 4. 5 Brosur Komunitas Peduli Jilbab

Selanjutnya media audiovisual, yaitu media yang

berbentuk gambar hidup dan mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Contohnya televisi dan internet. Komunitas

Peduli Jilbab melakukan kegiatannya menggunakan

media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram

dalam mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i di

kalangan muslimah. Dilihat dari penduduk Indonesia yang

sangat aktif dalam menggunakan media sosial, Peduli

Jilbab memanfaatkan hal itu agar kegiatannya dapat

meluas ke seluruh Indonesia maupun dunia. Hal tersebut

sama seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Pusat

Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini:

“.. Kalo untuk sekarang sih kita aktif di

Instagram, Facebook, Twitter juga masih. Karena

masyarakat sekarang kan banyak yang main

medsos ya jadi kita ambil celah disitu dan

 

Page 103: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

91

alhamdulillah ya emang kekuatan teknologi zaman

sekarang Peduli Jilbab semakin banyak

followernya dan makin dikenal banyak orang” 7

Menurut Koordinator Pusat Peduli Jilbab, media

sosial yang digunakan Peduli Jilbab saat ini dinilai sudah

tepat karena telah menyesuaikan dengan perkembangan

zaman saat ini dan memberikan dampak yang baik seperti

bertambahnya follower yang akhirnya mengikuti beberapa

kegiatan yang diadakan oleh Peduli Jilbab. Walaupun

Peduli Jilbab belum sepenuhnya memanfaatkan media

sosial lainnya seperti Youtube, namun hal tersebut bukan

berarti membuat Peduli Jilbab tidak berkembang.

Akun-akun media sosial komunitas Peduli Jilbab

ini digunakan untuk menginformasikan hal-hal yang

sifatnya kegiatan baik sebelum, saat, dan sesudah

kegiatan; serta berbagi tips dan saran-saran. Strategi yang

dijalankan di beberapa media sosial komunitas Peduli

Jilbab antara lain dengan upload-an yang membuat rasa

penasaran khalayak, memanfaatkan hashtag waktu

memposting, memanfaatkan prime time, dan

memanfaatkan akun-akun influencer.

Komunitas Peduli Jilbab sendiri memanfaatkan

media massa seperti radio. Namun, hal tersebut hanya

dilakukan oleh Tim SPJ regional Bandung. Bentuk

7 Wawancara Pribadi dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi

Sawangan Indah 2, Pengasinan, 5 April 2018

 

Page 104: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

92

publikasi pada radio adalah talkshow. Hal tersebut

dinyatakan oleh Tri Erniati, Divisi Jilbab Share:

“Kalo radio iya, sering lah ya radio. Radio

itu beberapa kali sih pernah. Radio itu bukan

radio-radio umum ya paling radio-radio Islam

gitu ya contohnya salah satu temen yang di

Bandung. Bandung kan ada SPJ regional

Bandung nah mereka pernah mengisi di MQ FM

Bandung.”8

4. Strategi Pemilihan dan pengenalan Khalayak

Komunitas Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan

Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah

Khalayak dari suatu kegiatan tentu juga perlu

dikenali dengan baik oleh pelaku kegiatan. Khalayak

dapat dibagi menjadi dua, yaitu khalayak internal maupun

eksternal. Khalayak internal dari kegiatan ini tentu saja

Tim SPJ, tak hanya di pusat melainkan di seluruh regional

yang ada di Indonesia. Sementara khalayak eksternal yaitu

khalayak umum yang disasar untuk mendapatkan dampak

kegiatan sosialisasi pemakaian jilbab syar’i.

Selama ini hubungan dengan khalayak internal

tetap terjaga dengan baik meski jarang atau bahkan belum

pernah bertatap muka berkat kemajuan teknologi

komunikasi saat ini. Komunikasi antarpersonal menjadi

sangat mudah, bahkan rapat koordinasi pun kini mudah

8 Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati di Bayt Al-Quran TMII,

Jakarta Timur, 5 Mei 2018

 

Page 105: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

93

dilakukan hanya menggunakan media daring, WhatsApp.

Meski tak dipungkiri pula bahwa miscommunication pun

kerap terjadi. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh

Koordinator Pusat Peduli Jilbab, Amalia Dian Ramadhini:

“Dari 328 orang yang baru aku temuin

cuma 100 orang mungkin, dan aku harus ambil

hati mereka dan itu susah banget. Tapi aku

berusaha buat menyelami mereka satu persatu

lewat WhatsApp sama Instagram sih biasanya.

Dari situ aku bisa tau kesukaan mereka apa, nah

dari situ aku bisa coba masuk”

“Kita ada grup internal di Whatsapp buat

diskusi sih kebanyakan. Tapi ya gitu kekurangan

komunikasi lewat media sosial ya, ada aja yang

salah paham salah nangkep, miscommunication

lah maksudnya begini dipahaminnya begitu”9

Dalam menghadapi khalayak internal, Koordinator

Pusat Peduli Jilbab biasanya harus mempelajari setiap

karakter anggota Tim SPJ. Meskipun belum pernah

bertatap muka karena terkendala jarak, setidaknya

Koordinator Pusat Peduli Jilbab berusaha untuk mengenal

anggotanya dengan memfollow akun media sosial setiap

anggotanya. Hal tersebut dilakukan agar Koordinator

Pusat Peduli Jilbab mengetahui hal yang disukai setiap

anggotanya sehingga dapat dengan mudah untuk

mengkoordinasikan mereka. Apalagi dengan perbedaan

9 Wawancara Pribadi Dengan Amalia Dian Ramadhini di Bumi Indah

Sawangan 2, Pengasinan, 5 April 2018

 

Page 106: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

94

kondisi, situasi, dan karakter setiap anggota Tim SPJ,

Koordinator Pusat Peduli Jilbab juga berusaha untuk

memahami setiap permasalahan yang sedang dihadapi

oleh setiap anggota Tim SPJ.

Komunitas Peduli Jilbab juga memiliki khalayak

eksternal, khalayak inilah yang diupayakan oleh

komunitas Peduli Jilbab melalui berbagai kegiatan agar

menjadi sadar dari pesan-pesan kegiatan yang sampai

pada mereka. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut,

sebagian yang sudah berjilbab syar’i akan diajak untuk

turut bergabung dalam komunitas Peduli Jilbab maupun

mendaftar sebagai anggota tim SPJ. Sementara itu, bagi

yang belum memakai jilbab syar’i akan diajak untuk turut

memakai jilbab syar’i.

Dalam menghadapi khalayak eksternal,

Koordinator Pusat Peduli Jilbab harus mengetahui

peristiwa yang sedang ramai dibicarakan. Sehingga bisa

menjadi ide tema untuk kegiatan. Sasaran dalam kegiatan

sosialisasi pemakaian jilbab syar’i yaitu muslimah umur

20 sampai 30 tahun, karena dianggap pada umur 20

sampai 30 tahun individu dapat mengambil keputusan

sendiri. Hal ini penting mengingat tujuan komunitas

Peduli Jilbab yaitu suatu perubahan. Oleh karena itu, tema

kegiatannya harus menyesuaikan. Namun, Peduli Jilbab

 

Page 107: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

95

juga sering mengadakan kegiatan di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dalam mengenal khalayak eksternal, komunitas

Peduli Jilbab juga mempunyai cara tersendiri yaitu

dengan mewajibkan pihak sekolah, instansi, dan lain

sebagainya yang akan mengundang komunitas Peduli

Jilbab sebagai pemateri untuk mengisi format-format yang

telah dibuat oleh komunitas Peduli Jilbab. Format-format

tersebut berisikan nama kegiatan, tema kegiatan,

audience, pemateri lain yang akan mengisi kegiatan, dan

materi yang diinginkan. Hal tersebut diungkapkan

langsung oleh Divisi Jilbab Share Peduli Jilbab, Tri

Erniatai:

“Dari pas mereka mengundang itu harus

jelas audiencenya siapa. Jadi kan kita memang

ada ibaratnya peraturan juga, ada aturan ketika

mau ngundang SPJ ada format-format yang harus

mereka isi. Jadi misalkan “kak, aku mau

ngundang dong” nah yaudah tapi sebutin semua

jelas misalnya nama kegiatannya apa, temanya

apa, audiencenya siapa, terus pematerinya siapa

aja, materinya mau apa..”10

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat

disimpulkan bahwa dari format tersebut dapat

memudahkan komunitas Peduli Jilbab dalam mengenal

khalayak eksternal yang akan dihadapinya. Sehingga

10

Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati di Bayt Al-Quran TMII,

Jakarta Timur, 5 Mei 2018

 

Page 108: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

96

komunitas Peduli Jilbab dapat menyesuaikan diri dalam

setiap kegiatan yang berbeda-beda. Meskipun dalam

setiap kegiatan tema materinya berbeda-beda, komunitas

Peduli Jilbab tetap memasukkan unsur-unsur dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa komunitas

Peduli Jilbab telah mengenali khalayaknya dengan baik.

Setelah dikenali dengan cukup baik, Peduli Jilbab

memperlakukan kedua jenis khalayaknya dengan cara

yang berbeda. Perlakuan yang dilakukan dalam menjaga

hubungan baik tentu menyesuaikan tujuan dan kebutuhan

di setiap jenis khalayak yang ada.

B. Pembahasan

Kesuksesan suatu komunitas dalam mengelola

kegiatannya hingga menimbulkan dampak, tentu tak lepas

dari strategi komunikasi di dalamnya sehingga suatu pesan

dapat tersampaikan dengan baik. Komunitas Peduli Jilbab

dalam kegiatannya mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i

pun membutuhkan suatu strategi komunikasi. Strategi

komunikasi yang digunakan oleh komunitas Peduli Jilbab

meliputi strategi pemilihan komunikator, strategi penyusunan

dan penyajian pesan, strategi pemilihan media, dan strategi

pemilihan dan pengenalan khalayak.

Dalam proses komunikasi, komunikator memegang

peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan

 

Page 109: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

97

komunikasi. Harold Lasswell mengatakan dalam buku

Hafied Cangara yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi

bahwa ada faktor penting dari komunikator ketika

menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran, yaitu:

kredibilitas, kriteria latar belakang, dan daya tarik.11

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan

tentang sifat-sifat komunikator. Kepercayaan komunikan

kepada komunikator menjadi hal yang perlu diperhatikan

untuk dapat mempengaruhi komunikan sesuai tujuan

komunikasi.12

Komunikator akan mampu mengubah sikap,

opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik

jika pihak komunikan merasa ada kesamaan dalam status

sosial ekonomi, pendidikan, sikap dan kepercayaan, maka

komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan

oleh komunikator.

Untuk bisa memengaruhi komunikan, maka kredibilitas

komunikator harus benar-benar diperhatikan. Kredibilitas

mengacu pada tiga komponen yakni keahlian, kepercayaan,

dan eksistensi. Keahlian merupakan komponen utama yang

mampu memengaruhi kesan komunikan terhadap

komunikator. Komunikator akan memberikan pesan bagi

komunikan jika ia adalah seorang yang ahli dalam topik yang

sedang dibicarakan. Jika komunikator bukan orang yang ahli,

11

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2006), h. 48 12

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), h. 257

 

Page 110: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

98

maka sulit bagi komunikan untuk dapat terpengaruh pada

pesan yang disampaikan komunikator. Selain keahlian,

kepercayaan merupakan komponen yang perlu ada dalam

membangun kredibilitas komunikator. Kepercayaan

berhubungan dengan kesan komunikan terhadap watak

komunikator. Karenanya, penting bagi komunikator untuk

dapat menunjukkan watak dan sikap yang baik sehingga

dapat dipercaya saat melakukan penyampaian pesan.

Komponen terakhir yang tidak kalah penting adalah

eksistensi komunikator. Tidak dapat dipungkiri, seorang

komunikator yang telah memiliki “nama” akan lebih mudah

mendapatkan perhatian dari komunikan dibanding

komunikator yang tidak pernah diketahui oleh publik saat

melakukan penyampaian pesan.

Seorang komunikator dituntut untuk memiliki daya tarik,

baik secara fisik maupun psikologis. Seorang komunikator

yang menyampaikan pesan akan dapat lebih diterima secara

baik jika ia memiliki daya tarik fisik. Penerimaan komunikan

terhadap komunikator karena tarik fisik bukanlah sesuatu

yang salah. Daya tarik fisik dapat mengantarkan seorang

komunikator untuk mendapatkan perhatian dan lebih

dihargai. Selain daya tarik fisik, seorang komunikator juga

harus memiliki daya tarik psikologis. Daya tarik psikologis

biasanya lebih merujuk pada adanya kesamaan dan

kedekatan antara komunikator dan komunikan pada saat

 

Page 111: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

99

kegiatan menyampaikan pesan. Pada umumnya, orang akan

lebih tertarik pada orang lain yang memiliki pandangan yang

sama dengan dirinya.13

Dari hasil penelitian terhadap pemilihan komunikator

yang komunitas Peduli Jilbab lakukan dapat disimpulkan

bahwa komunikator-komunikator penyampaian pesan sudah

memenuhi unsur kredibilitas dan unsur daya tarik. Divisi

Jilbab Share, tokoh agama, dan publik figur dianggap

memiliki kredibilitas karena mereka tahu dan menguasai

topik yang akan disampaikan, memiliki watak yang baik, dan

sudah banyak dikenal orang bagi publik figur dan tokoh

agama, artinya dalam hal ini mereka sudah memenuhi

komponen-komponen yang mengacu pada kredibilitas.

Selain itu, komunikator komunitas Peduli Jilbab juga

sudah dianggap memiliki unsur daya tarik karena

berpenampilan menarik. Divisi Jilbab Share juga memiliki

daya tarik karena usianya yang masih muda cenderung dapat

menarik perhatian dan mengajak khalayak untuk memakai

jilbab syar’i. Publik figur juga memiliki daya tarik fisik yaitu

penampilan yang menarik dan wajah yang cantik sehingga

dapat menarik perhatian khalayak ketika menyampaikan

pesan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pemilihan

komunikator yang komunitas Peduli Jilbab lakukan dapat

13

Anwar Arifin, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, h. 69

 

Page 112: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

100

disimpulkan bahwa komunikator-komunikator penyampaian

pesan sudah memenuhi unsur kredibilitas dan daya tarik.

Divisi Jilbab Share, publik figur, dan tokoh agama dianggap

kredibel karena mereka tahu dan menguasai bidang tersebut.

Selain itu, komunikator komunitas Peduli Jilbab juga sudah

dianggap memiliki unsur daya tarik karena berpenampilan

menarik dan memiliki pembawaan yang baik. Divisi Jilbab

Share juga memiliki daya tarik karena usianya yang masih

muda cenderung dapat menarik anak-anak muda untuk

bergabung dan memiliki kesadaran mengenai pemakaian

jilbab.

Walaupun sudah memenuhi kedua unsur kredibilitas dan

daya tarik sumber, komunikator-komunikator komunitas

Peduli Jilbab belum memenuhi syarat yang ketiga yaitu

kriteria latar belakang. Karena tidak didasari oleh faktor

pendidikan yang tinggi, namun yang diutamakan adalah

seorang yang ahli dalam menyampaikan pesan.

Pesan utama yang ingin disampaikan komunitas Peduli

Jilbab adalah mengajak target sasarannya untuk memakai

jilbab syar’i. Lebih lanjut, pesan yang dibawakan komunitas

Peduli Jilbab biasanya disampaikan secara langsung maupun

tidak langsung. Hal tersebut dilakukan agar khalayak sasaran

bisa menafsirkan pesannya sendiri-sendiri. Pesan komunitas

Peduli Jilbab sudah mencakup ketiga sifat pesan, yakni

informatif, edukatif, dan persuasif. Bersifat informatif karena

 

Page 113: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

101

komunitas Peduli Jilbab menjelaskan perintah agama Islam

mengenai kewajiban muslimah untuk menutup aurat. Bersifat

edukatif karena komunitas Peduli Jilbab juga memberikan

pembelajaran ayat-ayat maupun hadits yang menjelaskan

tentang jilbab. Dan bersifat persuasif karena pesan komunitas

Peduli Jilbab sendiri bertujuan untuk mengajak khalayak

memakai jilbab syar’i.

Untuk mencapai komunikasi yang efektif, pesan tersebut

perlu dikemas agar menarik perhatian khalayak. Strategi

komunitas Peduli Jilbab yang pertama dalam penyampaian

pesannya adalah dengan menggunakan bahasa tidak formal.

Hal tersebut dilakukan agar suasana saat komunikasi bisa

lebih cair dan mudah melakukan pendekatan dengan target

sasarannya. Strategi kedua, komunitas Peduli Jilbab

mengemas konsep acaranya semenarik mungkin. Dalam

media sosial pun, pesan yang disampaikan dikemas dengan

menarik menggunakan artwork dan pesan yang ringan

namun menyentuh. Tujuannya agar khalayak sasaran

komunitas Peduli Jilbab lebih paham dan bisa memaknai

pesan yang disampaikan. Perancangan pesan dilakukan

komunitas Peduli Jilbab agar khalayak sasaran (komunikan)

bisa lebih mengerti dan pesannya mudah diingat. Dalam

penyampaian pesannya kepada khalayak sasaran, komunitas

Peduli Jilbab melakukannya dengan cukup jelas dan tidak

berbelit-belit. Sehingga dapat dikatakan pesan yang diterima

 

Page 114: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

102

peserta (komunikan) sudah sesuai dengan keadaan dan dapat

diterima oleh siapa saja.

Pesan terkait pemakaian jilbab syar’i yang disampaikan

oleh komunitas Peduli Jilbab mencakup ketiga sifat pesan

tersebut yakni informatif, persuasif, dan edukatif. komunitas

Peduli Jilbab tidak hanya ingin khalayak sekedar mengetahui

apa itu jilbab, melainkan juga bisa sadar akan kewajiban

muslimah menutup aurat dan kemudian memakai jilbab

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan teori dari Harold Lasswell mengenai

penyusunan pesan, komunitas Peduli Jilbab telah memenuhi

poin-poin dalam menyusun dan menyajikan pesan seperti

yang telah disebutkan, yakni pesan yang bersifat informatif,

persuasif, dan juga edukatif. Dalam menyampaikan

pesannya, sebuah komunitas membutuhkan media.

Berdasarkan teori Harold Lasswell, media terbagi menjadi

tiga macam, yaitu: the spoken words (yang berbentuk

ucapan), the printed writing (yang berbentuk tulisan), dan

The audiovisual media (media yang berbentuk gambar

hidup). Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu

komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam

arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. The spoken

words (yang berbentuk ucapan), yaitu jenis media yang

berbentuk ucapan atau bunyi yang ditangkap dengan indra

telinga, seperti radio dan telepon. The audiovisual media

 

Page 115: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

103

(media yang berbentuk gambar hidup), yaitu media yang

berbentuk gambar hidup dan mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Contohnya televisi dan internet.14

Memilih media komunikasi harus mempertimbangkan

karakteristik isi dan tujuan isi pesan yang ingin disampaikan,

dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. Untuk

masyarakat luas, pesan sebaiknya disalurkan melalui media

massa. Ruslan mengatakan media massa seperti media cetak,

surat kabar, majalah, tabloid, dan media elektronik yaitu

televisi, radio, dan film. Mempunyai sifat efek serempak dan

cepat, serta mampu mencapai pembaca dalam jumlah besar

dan tersebar luas di berbagai tempat secara bersamaan.15

Sebagai sebuah komunitas yang menyampaikan pesan

kepada komunikan, the spoken words juga dipakai oleh

komunitas Peduli Jilbab yaitu media telepon. Di mana media

tersebut digunakan jika ada komunikan yang ingin

melakukan sharing atau cerita berkenaan dengan masalah

jilbab atau masalah yang lainnya untuk mendapatkan solusi.

Selain itu, komunitas Peduli Jilbab menggunakan the printed

writing yaitu, buku, brosur, dan booklet. Selanjutnya, the

audiovisual media, komunitas Peduli Jilbab memanfaatkan

internet sebagai media untuk menyampaikan pesannya

mengenai pemakaian jilbab syar’i.

14

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2006), h. 49 15

Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media

Komunikasi: Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 29

 

Page 116: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

104

Dapat dikatakan, pemilihan media yang dilakukan

komunitas Peduli Jilbab sudah sesuai dengan teori Harold

Lasswell mengenai pemilihan media. Komunitas Peduli

Jilbab dalam penyampaian pesannya sudah menggunakan 3

jenis media yang disebutkan yaitu, the spoken words, the

printed writing, dan the audiovisual media.

Memahami masyarakat, terutama yang akan menjadi

target sasaran program komunikasi merupakan hal yang

sangat penting sebab semua aktivitas komunikasi diarahkan

kepada mereka (komunikan). Komunikanlah yang

menentukan berhasil atau tidaknya suatu program.

Target sasaran komunitas Peduli Jilbab secara umum

adalah masyarakat luas, namun target utamanya adalah anak

muda usia 20-30 tahun. Berdasarkan teori Harold Lasswell,

dalam mengenal khalayak terdapat faktor-faktor yang harus

diperhatikan yaitu, faktor kerangka referensi dan faktor

situasi dan kondisi.16

Faktor kerangka referensi digunakan

komunitas Peduli Jilbab untuk mengenal khalayak internal

yaitu melaui observasi. Observasi ini dilakukan untuk

mengetahui karakter dan kelebihan dari anggotanya. Namun,

tidak semua anggotanya dapat dikenali dengan baik karena

dalam jumlah yang sangat banyak dan tersebar di seluruh

Indonesia sehingga sulit untuk menjangkaunya. Dalam

mengenal khalayak eksternal, komunitas Peduli Jilbab

16

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2006), h. 49

 

Page 117: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

105

menyampaikan pesannya secara umum, karena sifatnya yang

heterogen.

Komunitas Peduli Jilbab melakukan analisis situasi dan

kondisi terhadap khalayak internal melalui diskusi. Sehingga

kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Peduli Jilbab selalu

dihadiri oleh banyak anggotanya. Sedangkan dalam

melakukan kegiatan untuk khalayak eksternal, komunitas

Peduli Jilbab menentukan sendiri waktu dan tempatnya yang

biasa dilakukan pada hari libur dan tempat umum atau

tempat yang biasa dikunjungi oleh orang-orang. Komunitas

Peduli Jilbab beranggapan bahwa pada hari libur biasanya

khalayak dapat meluangkan waktu dan tidak terkendala oleh

pekerjaan atau kegiatan sekolah. Di samping itu, kegiatan

yang diadakan komunitas Peduli Jilbab bersifat sukarela atau

bisa diikuti oleh siapa saja.

Dapat disimpulkan bahwa komunitas Peduli Jilbab belum

secara matang mengenal khalayak sasarannya. Tidak

berdasarkan faktor referensi dan analisis situasi dan kondisi

yang sesuai dengan kajian teori Harold Lasswell karena para

komunikannya adalah komunikasi massa sehingga sulit

untuk mengenalnya.

 

Page 118: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

106

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data maka penulis

menyimpulkan tentang Strategi Komunikasi Komunitas

Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan Pemakaian Jilbab

Syar’i di Kalangan Muslimah sebagai berikut:

1. Dalam strategi pemilihan komunikator, komunitas Peduli

Jilbab menetapkan anggotanya sendiri yaitu Divisi Jilbab

Share, tokoh agama, dan beberapa publik figur sebagai

komunikator penyampaian pesannya. Komunikator yang

ditetapkan dengan dua faktor yaitu, kredibilitas dan daya

tarik yang diharapkan pesan komunitas Peduli Jilbab

dapat tersampaikan dengan mudah ke kalangan muslimah.

2. Strategi penyusunan dan penyajian pesan pada dasarnya

dirumuskan secara informatif, edukatif, dan persuasif oleh

komunitas Peduli Jilbab dengan memperlihatkan unsur-

unsur komunikasi verbal dan nonverbal yang baik. Selain

itu, pesan utama yang ingin komunitas Peduli Jilbab

sampaikan adalah mengajak target sasarannya agar

memiliki kesadaran untuk memakai jilbab syar’i.

3. Strategi pemilihan media yang dilakukan oleh komunitas

Peduli Jilbab sejauh ini menggunakan media massa

seperti radio dan media sosial seperti Facebook, Twitter,

 

Page 119: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

107

dan Instagram. Media-media tersebut dipilih dan

ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan aktivitas

penyebaran informasi masing-masing. Komunitas Peduli

Jilbab beberapa kali juga melakukan talkshow di radio.

Media sosial juga sangat dimanfaatkan sebagai media

untuk melakukan penyampaian pesannya. Dengan

menggunakan media sosial komunitas Peduli Jilbab dapat

menjangkau anak muda yang saat ini diasumsikan sangat

akrab dengan media sosial.

4. Strategi pemilihan dan pengenalan khalayak yang mejadi

sasaran komunikasi dilakukan dengan cara mengenal dan

mendekati khalayak sasarannya yang telah dibagi menjadi

dua jenis yaitu khalayak internal dan khalayak eksternal.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini,

terdapat beberapa saran yang ingin diberikan penulis, yaitu:

1. Komunitas Peduli Jilbab perlu melakukan analisis situasi

dengan melihat seluruh faktor yang mempengaruhi

kegiatan. Lebih baik Peduli Jilbab tidak hanya terfokus

pada situasi yang menonjol dalam diri anggota Tim SPJ

saja, melainkan juga mempertimbangkan faktor eksternal

dan ancaman tak terduga lainnya.

2. Kegiatan yang membawa ideologi keagamaan sangat

sensitif dilakukan di Indonesia. Hal ini tentunya membuat

 

Page 120: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

108

usaha dalam menyampaikan pesan justru menimbulkan

pro dan kontra dari berbagai kalangan. Oleh karena itu,

penulis menyarankan kepada Peduli Jilbab agar lebih

berhati-hati dan mempertimbangkan dampak panjang dari

setiap keputusan yang diambil untuk kegiatannya. Jangan

sampai kontradiksi dengan beberapa pihak yang memiliki

pengaruh besar pada masyarakat justru membahayakan

keberadaan kegiatan itu sendiri.

3. Peduli Jilbab juga perlu melakukan pendekatan lebih

banyak terhadap khalayak internal. Ciptakan kegiatan-

kegiatan internal yang membuat antar anggota Tim SPJ

menjadi seperti keluarga. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sebagai Tim

SPJ.

 

Page 121: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

109

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abidin, Yusuf Zainal. Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep

dan Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia, 2015

Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi. Bandung: PT Amrico, 1989

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana, 2010

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Raja

Grafindo Prenada, 2006.

Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011.

Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2004

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:

Rajawali Press, 2012

Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2009

Fitri, Idatul. Nurul Khasanah, Kekeliruan dalam Berjilbab.

Jakarta: Al-Maghfiroh, 2003

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.

Jakarta: Bumi Aksara, 2013

Hidayat, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah Dengan

Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Press, 2006

 

Page 122: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

110

J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2009

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:

Kencana Prenada Group, 2007

Kusnadi. Pengantar Manajemen Strategi. Malang: Universitas

Brawijaya, 2001

Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi

Aksara, 2004

Muhammad, Husein. Islami Agama Ramah Perempuan.

Yogyakarta: LKIS, 2004. Mulyana, Deddy. Metodologi

Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2006

Narwoko, Dwi. Sosiologi Teks Pengantar. Jakarta: Prenada

Media, 2005.

Nurdin dan Ahmad Abrori. Mengerti Sosiologi. Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006.

Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian

Psikologi. Jakarta: LPSP3-UI, 1998

R David, Fred, Manajemen Strategi Konsep. edisi Bahasa

Indonesia, Penerjemah Alexander Sindoro, Jakarta:

Prenhalindo, 2002

Roudhonah, Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press, 2007. Cetakan

ke 1

Ruslan. Rosady, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi

dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004

Sugiyono. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung:

Alfabeta. 2010

 

Page 123: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

111

Umar, Nasaruddin. Fikih Perempuan Untuk Semua. Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta, 2010

B. WEBSITE

http://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/09/25/12427

2/international-hijab-solidarity-day-momentum-

muslimah-semakin-pede-berjilbab-syari.html diakses pada

Rabu, 20 Juni 2018 pukul 09.36 WIB

https://www.jakartasinergi.com/team/detail/3-solidaritas-peduli-

jilbab diakses pada 07 Agustus 2017 pukul 22.00 WIB

http:/www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=236377

diakses pada 07 Agustus pukul 14.02 WIB

https://www.kiblat.net/2016/02/18/komunitas-solidaritas-peduli-

jilbab-aktif-serukan-kampanye-berhijab-secara-syari/

diakses pada hari Rabu, 20 Juni 2018 pukul 10.43 WIB

https://m.kitabisa.com/sepuluhribujilbab diakses pada hari Rabu,

20 Juni 2018 pukul 10.35 WIB

https://komunita.id/2016/02/19/solidaritas-peduli-jilbab-beauty-

inside-syar’i-outside/ diakses pada 07 Agustus 2017 pukul

21.40 WIB

http://www.suara-islam.com/read/index/5328/Jadikan-Fenomena-

Hijaber-Community-Sebagai-Momentum-Berbusana-

Syar-i diakses pada 07 Agustus 15.00 WIB

http://twitter.com/pedulijilbab diakses pada 08 Agustus 2017

pukul 09.10 WIBS

http://instagram.com/pedulijilbab diakses pada 08 Agustus 2017

pukul 09.12 WIB

http://www.facebook.com/PeduliJilbab?fred=ts diakses pada 08

Agustus 2017 pukul 09.18 WIB

C. WAWANCARA PRIBADI

 

Page 124: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

112

Wawancara Pribadi dengan Amalia Dian Ramadhini, Fouder

Peduli Jilbab, di Bumi Sawangan Indah 2 pada tanggal 5

April 2018

Wawancara Pribadi dengan Tri Erniati, Divisi Jilbab Share Peduli

Jilbab, di Bayt Al-Quran TMII, pada tanggal 5 Mei 2018

 

Page 125: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

LAMPIRAN

 

Page 126: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

 

Page 127: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

 

Page 128: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

PEDOMAN WAWANCARA

Strategi Komunikasi Komunitas Peduli Jilbab Dalam

MensosialisasikanPemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan

Muslimah

Waktu wawancara : Kamis, 5 April 2018. Pukul 11.00 – 11.50 WIB

Tempat wawancara : Bumi Sawangan Indah 2 Blok B4 No. 28, Pengasinan

Pewawancara : Rini Astuti

Informan : Amalia Dian Ramadhini (Founder Peduli Jilbab)

1. Berapa jumlah SPJ yang terdaftar dalam wilayah koordinasi Peduli Jilbab?

Dari jumlah tersebut, berapa yang masih aktif?

Jadi kalo Peduli Jilbab itu kan kita ada batch-nya ya, ada batch

satu sampe lima, batch lima itu yang tahun lalu pembukaannya. Tahun ini

kita ngga ada pembukaan batch, tapi tiap tahun itu kita ada pemutihan,

jadi buat yang ngga mau aktif ngga usah daftar ulang, jadi kalo dia ngga

daftar ulang dia otomatis diputihkan dan dia tidak berhak untuk jadi

panitia dan mendapatkan informasi internal maupun pelatihan-pelatihan

internal di Peduli Jilbab. Jadi kalo untuk sekarang 328 seluruh Indonesia

dan ada juga yang lagi oversize

2. Dari informasi yang sebelumnya saya dapat, struktur Peduli Jilbab secara

umum terdiri dari 4 divisi aktif. Pada wilayah koordinasi Anda, terdapat

 

Page 129: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

berapa divisi yang aktif? Sebutkan divisi tersebut dan jelaskan pula

fungsinya?

Jadi itu yang awal tuh, kita memang ada yang empat itu aja tapi

makin kesini Tim Kreatif itu kebutuhannya bukan cuma buat bikin konten

tapi juga buat mengelola akun dan akhirnya Tim Kreatif ini diganti jadi

Tim Humas. Jadi jauh lebih besar cakupannya dari Tim Kreatif. Trus

kemudian Jilbab Wear itu kan dulu ada karena tahun 2012 itu belum

banyak onlineshop yang jual kerudung syar’i, kan makin kesini makin

banyak ya akhirnya untuk ekspansi juga diganti jadi SPJ Preneurs jadi

kita ngga cuman jual jilbab syar’i aja tapi kita juga ngadain pelatihan

untuk internal SPJP, bukan SPJP si tapi SPJ Preneurs kan di dalam

Peduli Jilbab juga banyak pengusaha-pengusaha ya maintain itu juga,

jadi kalo misalkan mau ada acara Peduli Jilbab nih eh sponsor-sponsor

mereka kita palakin. Jadi itu SPJP kayak berdaya dari dalam dan luar,

jadi sekarang masih empat itu. Tapi sekarang kita punya Biro, jadi kan

kalo empat itu kan memang semua tim SPJ bisa masuk situ kan ibaratnya

tiap daftar ulang tiap pemutihan mereka bisa milih tapi kalo Biro ini

dipilih sama tim pusat, jadi ada yang namanya manajemen pusat sama

regional sama tim SPJ. Manajemen pusat itu ada koordinator pusat saya

sendiri, sekjennya itu Angela kita berdua foundernya, terus ada biro

sekretari itu ada kak Nisa, ada bendahara Tami dan ada Biro Litbang

Nunik. Dan Biro ini dipilih tiap munas dan biro ini kayak pasukan khusus

gitu, jadi mereka tuh lebih fokus ke internal kecuali aku, kalo aku emang

 

Page 130: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

keseluruhan selebihnya biro ini fokus ke masalah internal. Jadi kalo

internal ada masalah, biro-biro inilah yang turun. Kalo dulu kan ke aku

semua trus kayak berpikir, ngga bagus ya kalo suatu organisasi tuh one

man show bagaimana kalo kita bikin pendelegasian, kalo dulu kan acc

semua ke aku sekarang kalo mau acc ke kak Awi humasnya, kalo acara di

mba Erni bagian jilbab share, tergantung sama kebutuhannya mereka

mau acc apa. Lebih enak sih maksudnya, jadi bisa berpikir luas tentang

Peduli Jilbab gitu.

Kan sebenernya Peduli Jilbab ini awalnya jilbab care ya, gimana

kita bisa buat temen-temen yang pengen pake jilbab tapi ngga punya

jilbabnya. Itu baru semangat awalnya itu doang, jadi kita tuh ngga punya

mimpi kayak punya suatu komunitas gerakan yang bisa besar itu kita ga

punya sama sekali, kita cuma mikir ini banyak loh muslimah-muslimah

yang mau pake jilbab tapi mereka punya keterbatasan. Gimana kalo kita

support, sesepele itu, tapi ternyata Allah mengijabah lebih dari itu semua,

jadi emang jilbab care tuh yang paling utama sebenernya. Nah tapi ya

niat baik tidak selamanya diterima dengan baik ya, jadi ketika kita bagi-

bagi kerudung ternyata kerudungnya ada yang dijual, udah kita ngga

punya duit itu kan dari kantong masing-masing terus kita mikir harus ada

bagian yang mengedukasi khusus bahwa ini bukan cuma sekedar bagi-

bagi kerudung tapi kita harus menjaga kesadaran memakai jilbab yang

baik dan benar akhirnya munculah ada jilbab share untuk mengedukasi.

Jadi kayak untuk ngisi-ngisi itu jilbab share, ada undangan di SMA mana

 

Page 131: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

itu biasanya jilbab share yang diundang nah nanti udah ada pilihan belom

kalo belom nanti temen-temen jilbab share yang dialihkan kesana.

Tergantung permintaan, misal ada yang ngundang langsung ke aku

biasanya itu bilang ke suami aku ngga usah ke jilbab share. Tapi kalo

jilbab share tuh secara lembaga, secara Peduli Jilbab kalo misalkan ada

yang mau ngundang itu ke jilbab share. Tapi kalo misalkan mereka udah

punya inceran misalnya kak aku mau sama mba Erni, mba Erni kan yang

biasa ngisi juga ataupun kak Awi dia juga yang biasa ngisi itu ngga apa,

tapi kalo mereka bilang jilbab share siapa aja kita kasih yang lainnya. Di

jilbab share baru hari Jumat Sabtu Minggu lalu kita adain yang namanya

TPFM Training Public Figure Muslimah itu di internal, jadi kayak

bagaimana dia kan nanti jangan sampe cuman dia-dia aja yang ngisi,

harus ada regenerasi gitu, jadi kemaren dilatih ditraining 2 hari 1 malem

mulai dari dakwahnya trus dari public speaking leading diri gitu.

3. Apa peran dan fungsi utama Anda sebagai Koordinator Pusat Peduli

Jilbab?

Aduh ada di ADART. Intinya sih apa ya perannya itu untuk kan

dari segi manajemen fungsi manajemen itu POAC ya, training organizing

actuating controling itu bagaimana training dari awal jadi kan biasanya

kita perencanaan dari munas ya, munas itu kita evaluasi dulu di evaluasi

setaun kebelakang ngapain kemudian kita membangun rencana setahun

kedepan berarti kita udah ada planingnya nih nah tinggal organizing

sama actuatingnya nih bagaimana yang sudah hasilnya munas ini dikelola

 

Page 132: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

dan itu kan butuh ingatan ya biasanya tuh tim manajemen pusat ngga aku

doang tapi yang lain juga gitu ayo udah bulan ini targetnya ngapain aja,

bulan ini target kita kerjasama sama ini bahas tentang parenting Qurani

gitu itu organizing tuh, ntar regional mana yang kedapetan gitu,

koordinator pusat sebenernya kayak punya hak veto sih jadi kalo misal

mau adain acara ini ya adain, trus actuating pas lagi acara juga

bagaimana arahannya, jadi tiap acara tuh kayak punya arahannya

masing-masing kan jadi semuanya walaupun bukan aku yang jalanin tapi

semua apa ya ruhnya itu diatas istilahnya acara ini tuh SOP nya gini

tujuannya ini jangan geser gitu. Trus controling kalo ada anggota-

anggota atau regional yang bermasalah, kita kan banyak regional juga ya

apalagi regionalnya itu bayangin ada 328 orang mungkin aku baru

ketemu sama 100 orang masih ada 228 orang yang belom aku temuin tapi

aku harus ambil hatinya mereka itu susah banget.

4. Bagaimana situasi dan kondisi yang terjadi dalam upaya mensosialisasikan

pemakaian jilbab syar’i?

Seru sih, beda-beda, pernah di suatu tempat gitu jadi selesai aku

ngisi ada yang dateng tiba-tiba meluk aku tiba-tiba dia nangis, aku takut

ada kata-kata yang menyinggung pas ngisi ternyata dia bilang itu sudah

sangat lama dia pengen tapi kayak belum ada yang menggerakkan

makanya pas hari itu dia ikut dia langsung bilang doain ya kak bismillah

pulang dari sini aku pake jilbab, dia ngga pake jilbab saat itu, dan

sekarang dia jadi tim SPJ dan itu bener-bener unforgetable buat aku. Saat

 

Page 133: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

itu, bahkan aku sendiri sering nanya ya Allah kalo aku ngisi ini bener-

bener berguna ngga sih buat yang dateng, karena kalo ngisi kebanyakan

sharing tentang pengalaman kan generasi milenial ini ngga terlalu suka

sama ayat-ayat, aku merasakan proses hijrah itu susah struggle di

keluarga kalo udah pake jilbab tuh diterima dilingkungan susah dan disitu

mereka kayak ngerasa ngga sendirian itu adalah tujuan utama Peduli

Jilbab untuk menemani hijrah yang lain padahal mah emang hijrah itu

banyak godaannya, kan mau naik kelas

5. Apakah terdapat permasalahan yang menghambat kinerja tim SPJ dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i?

Pasti, perizinan susah. Bali yang paling susah karena kan kemaren

aku baru banget dari sana jadi ikut ngerasain, mereka ngga boleh

ngadain acara di tempat terbuka semua harus di dalem masjid, dalem

rumah. Kalo kita kan mau di CFD bisa, kalo mereka di alun-alun aja

diliatin bahkan diusir jadi ya bisa dibilang kita kena diskriminasi juga

sebenernya disana, makanya kalo di Bali mereka lebih soft gitu mainnya,

maksudnya menyesuaikan juga ya ngadain kajian-kajian di dalam aula

atau rumah. Kalo disini kan mau ngadain acara dimana juga biasa aja,

kayak kemaren di Lembah Gurame banyak yang liat biasa aja tapi kalo

mereka di Bali ngga bisa. Bahkan kemaren di Kalimantan terakhir, jadi

ada perang suku itu aku sampe nyerah dan emang itu udah susah banget

karena udah pake santet-santetan. Terus aku bilang sama tim disana,

menyesuaikan aja sama kondisi disana, adain kajian internal aja kecil-

 

Page 134: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

kecilan gapapa yang penting pas Februari ada acara Gemarnya di indoor

karena kalo outdoor udah susah. Aku tuh ngerasanya mereka disana jauh

punya semangat juang yang tinggi dibanding temen-temen disini

jabodetabek ya mau kajian gampang, tinggal pilih masjid yang mana.

6. Siapa saja sasaran kegiatan sosialisasi pemakaian jilbab syar’i Peduli

Jilbab?

20 sampai 30 tahun, kemarin juga terakhir aku ngisi nun jauh di

sana jalan deket Bekasi itu gurunya juga bilang rohis-rohis di Jakarta

sekarang kayak butuh asupan-asupan seperti ini gitu, mereka terlalu

banyak terpapar di instagram dengan hal yang kurang baik makanya

ketika ada yang gini sekolah sangat mengapresiasi. Tapi aku juga sering

dateng ke SMA terutama yang di Depok aku udah semua.

7. Apa saja kegiatan yang dilakukan Peduli Jilbab dalam mensosialisasikan

pemakaian jilbab syar’i di kalangan muslimah?

Alhamdulillah saat ini kita udah punya banyak kegiatan, mulai

dari Gemar trus seminar-seminar di sekolah atau kampus juga masih

aktif. Kita juga sering berpartisipasi dalam event-event besar kayak

international hijab solidarity day setiap bulan September. Di beberapa

regional juga kegiatan sama kayak yang aku sebutin tadi. Kajian internal

juga setiap bulan atau setiap beberapa bulan sekali juga masih lancar.

Kemaren kita juga ngadain nonton bareng film-film yang menurut aku

banyak banget pesan yang bisa kita ambil. Kalo kajian terus kan takutnya

 

Page 135: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

bosen ya makanya kita harus pinter-pinter cari ide nih makanya kemaren

kita adain itu.

8. Bagaimana sistem perekrutan, pelatihan, dan regenerasi tim SPJ di Peduli

Jilbab?

Jadi perekrutannya itu inget banget waktu batch SPJ satu itu

sebenernya sesepele ini ya, aku tipe orang yang sangat random jadi

banyak hal di Peduli Jilbab yang random tanpa sengaja terjadi tapi itu

akhirnya jadi sistem, ini to be honest aja ya kalo Peduli Jilbab dari awal

udah tertata itu salah, dari awal kita kebanyakan random tapi dari

random itu banyak yang menghasilkan manfaat dan dijadikan sistem. Jadi

dulu itu aku bikin tim SPJ itu alasannya cuma satu, aku mau nikah.

Sesepele itu, jadi sebelum tim SPJ itu ada tim formatur, bukan tim

formatur sih ya pokoknya tim ashabiqul awalun, nah tim ini punya tugas

lah masing-masing, terus kita mikir dengan respon masyarakat sebagus

ini akhirnya bilanglah sama si Angel gimana kalo kita bikin tim SPJ. Dulu

awalnya PJS Peduli Jilbab Syar’i trus ketuker dan serandom itu. Akhirnya

yah S nya didepan nih jadi apa ya, solidaritas oke solidaritas. Trus abis

itu mulailah perekrutan, perekrutan pertama tahun 2012 November akhir

karena pertengahan Desember aku mau nikah. Dan yang daftar itu 380

orang dan itu cuma 120 orang yang diterima. Kita sampe kaget banget

yang daftar 380 orang akhirnya pake seleksilah. Jadi pertama mereka

selesksi data, mereka harus isi data yang amat sangat panjang. Itu bener-

bener panjang banget. Ibaratnya kalo isi form itu, kamu save offline dulu

 

Page 136: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

baru deh kamu isi. Kayak setengah jamlah kalo misalkan isi. Jadi

ibaratnya pas daftar itu kamu dilatih dulu kesabarannya. Seleksi data

dicek satu-satu. Itu beneran dicek satu-satu pernama. Waktu itu bertujuh

seleksinya trus minta tolong sama temen juga sampe nginep. Kita

googling namanya satu-satu ada ga nih ketidaksesuaian sama data

dirinya. Abis itu kalo udah lolos seleksi data, kita kasih mereka challenge.

Challenge tentang jilbab syar’i, terserah mereka mau bikin poster atau

booklet atau apa aja yang isinya tentang jilbab syar’i. Nah dari situ kita

bakal pilih mana aja yang akan jadi anggota Tim SPJ.

9. Menurut Anda, sejauh ini dampak sosialisasi pemakaian jilbab syar’i

Peduli Jilbab telah mencapai tahap perubahan kesadaran (awareness),

perubahan sikap (attitude), atau perubahan perilaku (behavioural) terhadap

jilbab syar’i?

Sebenernya sudah ke perilaku sih sekarang, makanya kan pas lagi

Gemar kemaren kita pake hashtag kutunggu hijrahmu jadi kayak action

loh gitu, inshaAllah besok kita ada acara lagi momen hijrah jadi kayak

kita movement kita bergerak dan yang paling berubah sih di Peduli Jilbab

yah menurut aku perubahan yang sangat baik itu cara kita

menyampaikan, kalo dulu kan hitam putih ya dulu kita kasih sesuatu hitam

putih ya biasalah anak-anak baru belajar agama kebanyakan googling

gitu kalo kata Ust. Abdul Somad kan kita-google-Rasulullah ya kan, ini

serius, kita suka sok tahu soal fiqih ternyata semakin kesini semakin kita

banyak belajar ternyata di situ banyak hal yang kita temui perluasan fiqih,

 

Page 137: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

fiqih tuh luas banget dan akhirnya bikin belajar lagi banyak hal yang

akhirnya di Peduli Jilbab diubah gitu kayak cara penyampaian kita lebih

ke persuasif lebih mengajak bukan menconter attack kayak komunitas lain

ada isu apa langsung ribut nah kita ga mau kayak gitu kecuali itu

berhubungan sama kita. Kita bukan dakwah yang reaktif tapi persuasif.

Makanya aku selalu bilang sekarang jangan pake tanda seru, jangan pake

capslock, pokoknya jangan pake. Kita juga bacanya ga enak kan, kalo

judul doang kita pake capslock buat penekanan. Pake tanda seru juga

hanya untuk kalimat seruan selebihnya ga boleh pake tanda seru.

 

Page 138: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

PEDOMAN WAWANCARA

Strategi Komunikasi Komunitas Peduli Jilbab Dalam Mensosialisasikan

Pemakaian Jilbab Syar’i di Kalangan Muslimah

Waktu wawancara : Minggu, 15 Juli 2018. Pukul 15.00 – 15.40 WIB

Tempat wawancara : TMII

Pewawancara : Rini Astuti

Informan : Tri Erniati (Divisi Jilbab Share Peduli Jilbab)

1. Apakah kegiatan-kegiatan dalam Peduli Jilbab lebih banyak bergerak

secara online atau offline?

Dua-duanya sih, jadi kalo online memang bisa bergeraknya bisa

setiap hari tapi ada juga yang offline tuh kayak misalnya kita bikin event-

event, bikin kegiatan acara tebar jilbab salah satunya terus kalo ada

event-event international hijab atau pas hari valentine kita buat isunya

juga jadi ajakan menggunakan jilbab dan itu masih kita lakukan sampai

sekarang. Kalo dibilang berapa persen sih kebanyakan online ya karena

kalo online kan bisa continue tiap hari kan, kalo temen-temen humas tuh

dia timelinenya lebih jelas, jadi kalo misalkan tiap hari ada yang harus

diposting di sosmed, trus ada yang bikin artwork, divisi humas tuh kan

ada yang bikin kamu bisa liat kan desain-desain yang ada itu ada

jadwalnya, maksudnya dalam setiap hari itu ada harus ada postingan.

Kalo dari segi persentase lebih banyak online sih ya.

 

Page 139: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

2. Apakah Peduli Jilbab mempunyai kegiatan rutin yang diadakan baik

kegiatan internal maupun eksternal?

Harusnya sih rutin tiap bulan itu ada event, idealnya ya satu bukan

sekali paling enggalah tiap regional ada kegiatan baik kegiatan eksternal

maupun kegiatan internal. Kalo eksternal berarti keluar ya, temen-temen

yang diluar peduli jilbab tapi kalo yang internal paling acaranya kayak

hari ini nih kita kan halal bi halal, kita adain untuk internal aja khusus

Peduli Jilbab supaya apa, nguatin lagi ukhuwahnya diantara kita,

mempererat lagi persaudaraannya, menguatkan lagi gerakannya.

3. Apa saja kegiatan rutin yang dilakukan Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i?

Kalo yang selama ini berjalan sih tebar jilbab, jadi kita bagi-bagi

jilbab gratis biasanya ditempat umum biasanya kayak di car free day,

kebanyakan di car free day ya terus di alun-alun misalnya kayak nanti kita

mau ke Semarang bagi-bagi di alun-alun Semarang terus juga pas lagi

ada acara-acara seminar itu juga ada bagi-bagi jilbab itu lebih ke tebar

jilbab tapi kalo sekarang sih jilbabnya mungkin jilbab donasinya jilbab

baru gitu. Kalo dulu kan pengumpulan jilbab, kalo dulu tuh dikumpulin

siapa-siapa yang mau donasi jilbab, biasanya jilbab lama lah tapi yang

masih layak pakai kalo sekarang engga. Kalo sekarang sih diupayakan

kita beli jilbab baru, ngasihnya baru. Donasi sekarang kita menggerakkan

program sepuluh ribu jilbab untuk Indonesia jadi uang. Jadi yang mau

donasi bukan lagi bentuk barang tapi dengan uang. Uang yang ke akun

 

Page 140: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

donasi itu, kitabisa.com itu nah dari situ kita gunakan uangnya untuk beli

jilbab baru untuk dibagikan. Ditebarnya bukan hanya di jabodetabek aja,

karena kita punya banyak regional jadi kita bagi-bagi, jadi sesuai

kebutuhan regional dikirim. Jadi dikirimnya pun enaknya dalam bentuk

jilbab atau kita kasih uangnya nih nanti mereka yang beliin jilbabnya.

Kalo kegiatan offline sih lebih ke itu aja ya, lebih fokus ke jilbab syar’i,

fokus gerakan kita kan itu ya dan juga kita harus mengambil isu-isu yang

lagi in misalnya kayak kemaren tentang contoh ya tiap tahun kan ada

valentine gitu ya akhirnya kita masukin acara Gemar yaitu gerakan

menutup aurat itu buat mengcounter isi valentine tersebut. Itu yang rutin

tapi untuk Peduli Jilbab sendiri ga semuanya kita gerak sendiri kita

bergabung juga sama komunitas-komunitas lain di Jakarta jadi upayakan

kita ga gerak sendiri kita gabung dengan komunitas-komunitas Islam jadi

gerakannya bisa lebih masif lebih banyak. Ada juga kegiatan yang rutin di

bulan September namanya International Hijab Solidarity Day itu kan hari

hijab sedunia ya di bulan September, itu juga masuk gerakannya disitu.

Dan biasanya diacara-acara kayak gitu kita gabung dengan komunitas

lain supaya lebih luas lagi komunikasinya gerakannya dan yang ikut juga

jadi makin banyak.

4. Apakah ada aturan dalam menyampaikan pesan kepada khalayak?

Kalo misalnya itu kan berkaitan sama divisi jilbab share ya,

memang kalo jilbab share sendiri untuk jobdesknya itu terkait sama

membumikan atau mensosialisasikan jilbab syar’i, jadi kita mensyiarkan

 

Page 141: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

jilbab syar’i nah itu kalo dari segi jobdesk, kalo cara penyampaian

kebanyakan melalui seminar terus kayak acara-acara kajian itu biasanya

kita fokus disitu, seminar kajian ataupun misalnya kita masuk juga ke

tebar jilbab jadi bisa langsung secara person to person nyampein tentang

jilbab. Kalo aturannya sih sebenernya yaa balik lagi ya pakem-pakem apa

yang harus kita sampaikan tentang jilbab syar’i kayak misalnya tentang

ayat-ayat tentang hijab terus tentang kriteria hijab syar’i seperti apa,

terus juga istilahnya tips-tips supaya temen-temen bisa tetep istiqomah

dalam berjilbab syar’i. Kalo aturan tertulisnya sih lebih ke poin-poin aja

sih maksudnya tadi kayak yang aku bilang jadi misalnya poin-poinnya

apa-apa yang disampaikan itu ada. Poin-poin tertulisnya ada. Cuma kalo

bentuk penyampaiannya, bentuk komunikasinya dikembalikan kepada

personal yang menyampaikan. Caranya dia menyampaikan kan beda-beda

ya tiap orang, ada yang mungkin lebih suka nyampeinnya dengan cerita

misalnya dengan pengalaman-pengalaman jadi orang-orang yang denger

tuh mungkin lebih masuk, atau ada yang juga penyampaiannya masih apa

istilahnya disesuaikan lagi dengan audiencenya. Ini audiencenya ibu-ibu

atau lebih tua berarti kan tata bahasanya harus lebih diatur, intinya lebih

disesuaikan sama audiencenya. Cara menyampaikannya lebih personal,

jadi kalo aku sendiri ya ga pernah istilahnya lebih suka kalo gaya

bicaranya seseorang tuh disesuaikan dengan pribadinya yang penting dia

sesuai dengan pola komunikasi yang baik dan benar, aturan-aturan

komunikasi yang baik dan benar itu yang harus kita tau jadi

 

Page 142: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

communication skill itu yang dasar-dasar paling ga ya sama, kalo secara

apa ya secara teori kan sebenernya communication skill kan sama ya

dimana pun, itu tuh yang harus kita tau itu aja. Cuma masalah di dianya

seperti apa yang penting dia enaknya menyampaikannya gimana dan

caranya dia itu dikembalikan pada pribadi masing-masing.

5. Bagaimana cara Peduli Jilbab mengenal khalayak sasaran dalam kegiatan

sosialisasi pemakaian jilbab syar’i?

Kalo aku sih pasti dari pas mereka mengundang itu harus jelas

audiencenya siapa. Jadi kan kita memang ada ibaratnya peraturan juga,

ada aturan ketika mau ngundang SPJ ada format-format yang harus

mereka isi. Jadi misalkan “kak, aku mau ngundang dong” nah yaudah

tapi sebutin semua jelas misalnya nama kegiatannya apa, temanya apa,

audiencenya siapa, terus pematerinya siapa aja, materinya mau apa. Jadi

misalnya kan materi tentang jilbab tapi kan mereka mintanya temanya

jadi Bidadari-Bidadari Syurga misalnya, itu kan dari mereka tapi intinya

tema yang mereka ajukan kita ambil tapi didalemnya pasti ada unsur

mensosialisasikan jilbab syar’i. Kalo yang ngomong dilapangan itu kita

serahkan ke regional masing-masing, jadi ga aku semua turun kesitu. Jadi

yang turun itu temen-temen Jilbab Share di regional. Jadi kan tiap

regional itu ada divisi Jilbab Share nah mereka-mereka itu yang biasanya

turun. Kalo aku biasanya megang daerah Jakarta, kalo misalkan daerah

Jakarta ada yang kurang orang biasanya aku yang turun sih. Karena

 

Page 143: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

kendalanya memang belum semua orang siap ngomong, jadi palingan

yang udah terbiasa.

6. Apakah Peduli Jilbab pernah melakukan sosialisasi dalam pemakaian

jilbab syar’i melalui media massa?

Kalo radio iya, sering lah ya radio. Radio itu beberapa kali sih

pernah. Radio itu bukan radio-radio umum ya paling radio-radio Islam

gitu ya contohnya salah satu temen yang di Bandung. Bandung kan ada

SPJ regional Bandung nah mereka pernah mengisi di MQ FM Bandung.

Jadi mereka punya slot untuk mereka ngomong, jadi tuh emang ada waktu

mereka ngasih kesempatan buat komunitas Islam bisa mensosialisasikan

gerakannya. Kalo TV sih secara khusus belum ya kayaknya, tapi kan kalo

media massa TV tuh biasanya berkaitan sama event ya, event tertentu,

kalo ga salah sih pernah ya tapi ga tau juga. Biasanya tuh di event-event

besar gitu.

7. Apakah ada bentuk komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Peduli

Jilbab terhadap khalayak sasaran?

Kalo itu sih paling lebih ke follow up orang yang akhirnya kita

mereka misalnya berhasil untuk hijrah pake jilbab, dari yang awalnya ga

pake jilbab sampe akhirnya pake jilbab nah itu nanti temen-temen jilbab

care yang punya tugas untuk bisa mendampingilah paling engga. Jadi,

dulu awal-awal seperti itu, memang kalo misalnya ada yang semangat

untuk hijrah mereka bingung harus nanya ke siapa nah itu tugasnya J-

care, namanya juga care ya berarti kan harus care terhadap orang-orang,

 

Page 144: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

mereka lagi butuh orang-orang untuk menguatkan mereka. Jadi yang

lebih banyak komunikasi interpersonal itu temen-temen jilbab care. Cuma

kalo selama ini yang aku rasain aku juga sering kan beberapa kali ngisi

seminar, akhirnya banyak dari mereka yang ingin belajar, maksudnya

mereka save kontak aku trus mereka jadi banyak-banyak nanya via

Whatsapp, beberapa masih ada yang komunikasinya berjalan sampe

sekarang, kalo aku bukan lebih mengajak mereka secara personal tapi

lebih ke menjaga silaturahmi aja, akhirnya kan kalo mereka temenan

sama aku kita juga bakal sosialisasi tentang Peduli Jilbab kalo misalkan

ada acara nanti mereka dateng, lebih kesitu sih.

8. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung Peduli Jilbab dalam

mensosialisasikan pemakaian jilbab syar’i?

Kalo faktor penghambat sih salah satunya SDM, walaupun kita

udah tersebar tapi sebenernya kita masih kurang penggeraknya.

Kebanyakan mereka itu menganggap Peduli Jilbab tuh kayak komunitas

biasa jadi kita ikut kapan kita mau. Sementara kalo disini kan engga, jadi

kita tuh butuh orang yang siap berkontribusi, jadi ketika misalnya kamu

masuk kedalam kamu daftar jadi anggota Peduli Jilbab berarti kamu udah

siap jadi pengurus, jadi penggerak di dalamnya jadi bukan cuma sekedar

kamu ikut saat kamu pengen doang nanti pas kamu ga bisa kamu ga ikut

trus kamu ga mau dibebani amanah. Jadi ibaratnya yang masuk kesini

kebanyakan mungkin diantara temen-temen yang belum paham saat

mereka masuk yaitu cuma sekedar nama doang jadinya tapi kontribusinya

 

Page 145: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

tuh ga ada. Itu sih salah satu yang jadi kendala. Jadi kita Cuma namanya

doang yang banyak tapi ternyata yang diminta gerak ga ada yang gerak

nih. Contohnya kayak yang di daerah-daerah yang menggerakkan event

besar apa gitu cuma 2 sampe 3 orang akhirnya mereka bikin strategi

untuk kerja sama bareng komunitas lain. Apalagi ga setiap daerah kayak

Bali contohnya ga mendukung gerakan Islam. Kalo faktor pendukungnya

sih yang pasti istilahnya kita udah punya support, bisa dibilang massanya

udah banyak yang tau istilahnya followernya lah salah satu faktor

pendukung kita ya, trus karena udah dikenal udah banyak yang tau

walaupun misalnya yang bergerak sedikit tapi tuh orang-orang selalu

menantikan postingan kita kontribusi kita, itu salah satu faktor

pendukungnya sih trus ditambah lagi dengan walaupun misalnya orang-

orang banyak tapi diantara mereka masih ada komitmen, komitmen mau

jalanin ini organisasi gerakan ini

9. Apa yang membedakan Peduli Jilbab dengan komunitas-komunitas hijab

syar’i lainnya?

Kalo yang aku liat sih gerakannya itu masif ya, kalo komunitas-

komunitas lain biasanya mereka baru ya. Sebenernya kalo Peduli Jilbab

itu suatu komunitas yang bisa bertahan lamalah sampe sekarang gitu. Ini

udah tahun keenam dari mulai berdirinya Peduli Jilbab dan itu yang

bedain pasti karena udah lama, kita udah bergerak cukup lama, cukup

banyak yang mengenal kita istilahnya pelopor lah mungkin akhirnya

setelah Peduli Jilbab kan banyak komunitas jilbab syar’i yang lain, kalo

 

Page 146: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul

 

Page 147: JILBAB SYAR’I DI KALANGAN MUSLIMAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42739...yang memakai jilbab syar’i itu fanatik terhadap agama dan tidak modis. Sehingga muncul